Ceritasilat Novel Online

Hikmah Pedang Hijau 17


Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long Bagian 17



Hikmah Pedang Hijau Karya dari Gu Long

   

   Kawanan jago di tepi arena kaget, terutama Buyung Hong, Kim Cay-hong, Wan-ji serta Hoan Soh-ing, beberapa orang nona itu sama menjerit melengking.

   "Cras!"

   Percikan darahpun muncrat.

   Ilmu langkah Bu sik-bu-ciang-sin-hoat dari Tian Pek sungguh hebat, walaupun di saat kritis pemuda itu berhasil menghindari sergapan dua biji tasbih yang pertama, namun biji tasbih ketiga sempat melukai lengan kirinya.

   Tian Pek merasa lengan kirinya jadi dingin, biji tasbih itu menyambar lewat, baju dan dagingnya robek, darah bercucuran dengan deras.

   Selagi Tian Pek melengak, Im-san-ci-long tidak me-nyia2kan kesempatan baik itu, tanpa bersuara dia menabas punggung lawan.

   "Duck!"

   Bacokan telapak tangannya itu menghajar telak di punggung Tian Pek, dengan sempoyongan pemuda itu tergetar lima-enam langkah ke depan.

   Pandangannya menjadi gelap, darah dalam dadanya bergolak, tubuhnya bergontai dan akan roboh.

   Jeritan kaget berkumandang dari sekitar arena, semua jago terperanjat, begitu pula paman Lui, Tay- pek-siang-gi serta Ji-lopiautau, serentak mereka menerjang maju.

   Buyung Hong, Kim Cay-hong, Wan-ji dan Hoan Soh-ing tidak ketinggalan, sembari menjerit merekapun menubruk ke tengah arena.....

   Dalam pada itu Im-san-ci-long sedang tertawa terbahak2, telapak tangan terangkat, serangan kedua telah disiapkan, sementara ketiga manusia bengis yang lainpun menyeringai seram dan mendekati Tian Pek.

   Suasana sangat gawat, tampaknya Tian Pek akan binasa di tangan keempat orang itu.

   Tian Pek yang sempoyongan itu tiba2 membentak keras, suatu pukulan dahsyat tanpa terduga mendadak dilontarkan ke tubuh si rase dari gurun.

   Waktu itu Soh-mo-ci-hu sedang kegirangan sebab serangannya berhasil melukai musuh ketika datang serangan ia menjadi kaget, dalam keadaian tak siap manha mungkin baginya untuk menghindar? "Duk!"

   Dengan telak pukulan itu mengenai dada rase dari gurun, kontan ia terguling dan muntah darah, dadanya sakit seperti dipalu.

   Berhasil menghantam Sah-mo-ci-hu sampai muntah darah, secepat kilat Tian Pek berputar badan, sebelum Imsan-ci-long sempat menyerang, dengan gurus Heng-tam-toan-hong (awan tebal menyelimuti puncak) dari Tay-kim-na-jiu-hoat pemuda itu mendahului bertindak ...

   "Plaak!"

   Pergelangan tangan Im-san-ci-long yang hendak membacok tahu2 sudah kena dicengkeram.

   Sebenarnya Tian Pek tidak bermaksud mencelakai jiwa Hek-to-su hiong, dia cuma berharap mereka berempat tahu-diri dan mengundurkan diri, apa mau dikata "Manusia tak ingin melukai harimau, justeru sang harimau ingin mencaplok manusia", karena pikiran baiknya itu dia sendiri yang terluka malah.

   Sekarang kemarahan anak muda itu sudah memuncak, ia tidak kenal ampun lagi, begitu pergelangan tangan Im-san-ci-long tercengkeram, serta merta ia puntir lengan itu dengan keji.

   "Krak!"

   Im-san-ci-long menjerit kesakitan, lengan kanannya sudah patah.Pucat wajah si rase dari Imsan itu, dengan sempoyangan ia terlempar mundur.

   Sekarang semua orang baru melenggong, tak seorangun yang menduga dalam keadaan terluka parah, hanya dalam satu gebrakan saja dua orang musuh, yang tanguh telah dilukai Tian Pek.

   Sementara itn Tian Pek telah menyeka darah di ujung bibirnva lalu selangkah demi selangkah menghampiri Ciong-nia-ci-eng dan Tay-ceng-ci-ju.

   Kedua fokoh silat yang biasanya garang dan sombong menjadi ngeri menyaksikan keperwiraan pemuda itu, dengan muka pucat mereka mundur ke belakang.

   "Mau kabur?"

   Jengek Tian Pak.

   "Hm, jangan harap kalian akan pulang dengan hidup!"

   Wajah Tian Pek tamak kereng, ia mendekati Ciong-nia-ci-eng dan Tay-cong-ci-ju. Tidak kepalang rasa takut kedua orang itu, mereka terpengaruh oleh perbawa Tian Pek, sambil menggigil mereka mundur terus.g "Mau kabur kei mana?"

   Ejek anhak muda itu, suatu pukulan maut segera akan dilancarkan.

   Pada saat itulab tiba2 terdengar gelak tertawa nyaring menggema di angkasa, menyusul beberapa sosok bayangan manusia melayang tiba secepat terbang.

   Gerakan orang2 itu cepat dan gesit, sebelum kawanan jago melihat jelas, lima orang sudah muncul di arena.

   Dua orang yang pertama adalah seorang pemuda sastrawan berbaju putih serta seorang nona cantik bak bidadari dari kahyangan Sedang tiga orang berikutnya adalah seorang kakek berjenggot panjang, seorang nenek berambut putih dan seorang Hwe-sio setengah baya, gemuk dan pendek.

   Tampang beberapa orang ini tak asing lagi bagi kawanan jago, mereka ialah Lam-hay-siau-kun Liong-sin Taycu, Lam-hay-liong-li Liong Cu-ji dan Hay-gwa-sam-sat.

   Lam-hay-siau-kun menggetarkan kipas peraknya dan tertawa, tegurnya kepada Tian Pek.

   "Saudara Tian, apakah kau akan mencampuri urusan dunia persilatan lagi?"

   "Engkoh cilik, apakah taruhan kita tempo hari masih berlaku?"

   Tegur si kakek berjenggot panjang alias Ciu Ji-hay dengan tertawa.

   Di dunia persilatan, janji seorang jego silat melebihi segalanya, lebih2 pemuda jujur seperti Tian Pek, tidak nanti ia ingkar janji.

   Teguran itu kontan membuat muka anak muda itu jadi merah, sahutnya dengan tergagap.

   "Apa yang telah kujanjikan tak pernah kuingkari. Tapi sebelumnya mereka berempat telah menerangkan bahwa mereka bukan orang persilatan, lagipula tindak-tanduk mereka kelewat kejam .... ...."

   Lam- hay-liong-li mengerling sekejap ke arah pemuda itu, lalu nenukas.

   "Ah, Tian kongou kelihatan seperti orang jujur, tak kusangka kaupun pandai bergurau! Kalau mereka berempat bukan orang persilatan, masa dapat main silat? Jelas sekarang kau sendiri yang mengingkar janji, sudah berjanji tapi tak di tepati, huh, kehormatan dunia persilatan di Tionggoan telah dibikin malu oleh perbuatanmu ....

   "

   Ucapan ini tajam dan penuh nada sindiran, habislah kesabaran Tian Pek, tiba2 ia membentak.

   "Tutup mulut! Andaikata kau bukan seorang nona, tentu kuhajar.., ... ,"

   Mendadak pemuda itu membungkam, bagaimanapun juga ia merasa telah berjanji untuk tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, dan pertarungannya melawan Hek-to su-biong merupakan bukti yang tak bisa disangkal, jika ia sampai bertarung pule melawan nona itu, bukankah perbuatannya ini sama seperti menampar mulut sendiri.

   Wan-ji yang baru sembuh dari lukanya cepat memburu ke sisi pernuda itu dengan langkah yang masih lemah, sambil memegang lengan kekasihnya yang berdarah ia bertanya lirih.

   "Engkoh Tian, bagaimana lukamu? Tidak apa2 bukan?"

   Tian Pek merasa hangat, perhatinn Wan-ji, membuat anak muda ini terharu, cuma ia segan mengutarakan suara hatinya didepan orang banyak, maka sambil tertawa hambar sahutnya.

   "Jangan kuatir adik Wan, luka ini tak seberapa!"

   Dalam pada itu Wan-ji sudah memeriksa lengan Tian Pek yang terluka, ternyata dalam waktu singkat luka itu sudah tak berdarah, malahan telah pulih seperti sediakala, apa yang tertinggal sekarang hanya bekas luka yang memanjang belaka, kejadian ini membuat ia terkejut bercampur girang.

   Nona ini tak tahu Tian Pek pernah minum Ci-tam-hoa, sejenis obat mujarab berumur ribuan tahun, ia mengira Lwekang kekasihnya amat sempurna hingga sudah mencapai tingkatan kebal terhadap segala senjata, dengan girang ia lantas berseru "Engkoh Tian, lukamu telah sembuh.."

   Saking gembira, ia peluk lengan Tian Pek dan digoncangkannya, mukanya yang pucat kini kelihatan bersemu merah, muka yang memerah, bisa diketahui betapa gembiranya nona itu.

   Sikap mesra Wan-ji didepan orang banyak ini membuat Tian Pek menjadi kikuk, tapi ia tak leluasa untuk melepaskan diri dari rangkulan si nona, terpaksa ia hanya diam saja.

   Sebagian besar kawanan jagopun tidak menunjukkan perasaan apa2 atas sikap mesra Wan-ji itu, mereka menganggap inilah rejeki Tian Pek, tapi ada juga beberapa orang yang merasa tak enak..

   Buyung Hong secara resmi adalah bakal isteri Tian Tek, ia menyadari duduknya perkara setelah melihat sikap adiknya yang mesra ini, sekarang ia baru mengerti apa sebabnya tempo hari Wan-ji pergi tanpa pamit setelah mendengar berita tentang pertunangannya dengan pemuda itu, sekarang ia baru sadar sebenarnya adiknya juga amat mencintai Tian Pek.

   Namun nona itu tidak merasa cemburu, lain dengan Kim Cay-hong, ia merasa kecut, sebenarnya ia menguatirkan Tian Pek, bahkan ingin menghambur kedepan, tapi pendidikan keluarganya yang keras membuat nona ini membatalkan maksudnya.

   Dan sekarang Wan-ji telah melakukan apa yang tak berani dilakukan olehnya dan hal itu mendapat sambutan baik dari Tian Pek, diam2 ia menyesal tiada keberanian seperti Wan-ji.

   Hoan Soh-ing lebih pendiam, ia merasa cinta Wan-ji terhadap Tian Pek ternyata sedemikian mendalam, ia bersyukur rasa cintanya selama ini belum sampai dikemukakan.

   Toan-hong Kongcu cemburu, air mukanya berubah, rasa iri membakar hatinya.

   Sedangkan Lenghong Kongcu terbelalak, padahal Tian Pek adalah bakal suami encinya, mengapa adiknya mencintai pula pemuda itu? "Huuh, tak tahu malu!"

   Tiba2 Lam-hay-liongli mendengus. Wan-ji berpaling dengan gusar, hardiknya.

   "Siapa yang kaumaki?"

   Dengan gusar Lam-hay-liong-li menjawab.

   "Hm, masa kau tidak tahu siapa yang kumaki?"

   Wan-ji tambah murka, dengan Soh-hun-ci ia serang jalan darah Sim-gi-hiat di tubuh Lam hay-liong-li.

   Serangan jari itu memang lihay, sayang keadaannya masih lemah, tenaga serangannnya kurang kuat, sekali ditangkis oleh Lam-hay-liong-li, dia sendiri yang tergetar mundur beberapa langkah.

   "Budak ingusan yang tak tahu dgiri, tampaknya ikau sudah bosanh hidup!"

   Seru Lam-hay liong li dengan tertawa dingin, telapak tangannya di angkat dan siap menyerang. Tunggu sebentar!"

   Cepat Tian Pek mengadang di depan Lam-hay-liong-li.

   "Kautahu nona Wan-ji belum sembuh dari lukanya, mengapa ...." "Jadi kau ingin ikut campur?"

   Jengek Lam-hay liong-li.

   "Hm. jangan kaugunakan alasan tersebut untuk memeras diriku, masakah kau tidak tahu aturan bahwa memukul orang yang sedang terluka adalah pantangan bagi orang persilatan?"

   Muka Lam-hay-liong-li menjadi merah .... Lam-hay-siau kun yang sejak tadi membungkam segera maju ke muka, katanya kepada Tian Pek.

   "Anda tidak berhak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, sekarang silakan kau mundur dari sini!"

   "Apa yang kau maksudkan?"

   Seru Tian Pek, dia mengira musuh hendak mencelakai Wan-ji lagi, bila demikian maka ia bertekad akan mengalanginya walau apapun yang bakal terjadi.

   Lam-hay-siaukun tidak menjawab pertanyaannya, sambil tersenyum ia berpaling ke arah kawanan jago yang berkumpul di situ dan berkata.

   "Tujuan pertama dari perguruan kami masuk ke daratan Tionggoan adalah ingin mempersatukan dunia persilatan di bawah satu komando, agar pelbagai pertikaian yang sering terjadi antara sesama umat persilatan dapat dihindarkan. Banyak kawanan jago yang sudah menggabungkan diri untuk ber-sama2 membentuk satu keluarga besar, tak tersangka pada saat keluarga besar hampir terbentuk, tiba2 muncul manusia berambisi yang berusaha merusak rencana kami. Baiklah, untuk menghindari segala pertikaian kami menetapkan pada tanggal sembilan bulan sembilan nanti di Siau-lim-si Siong-san akan kami adakan Eng-hiong-tay-hwe, setiap orang yang tak mau tunduk kepada kami dipersilakan menghadiri pertemuan itu, nanti bila kenyataannya ada tokoh lain yang lebih hebat daripada kami, dengan senang hati Kami akan menarik diri dari Tionggoan." Ketika dilihatnya semua orang sama memperhatikan ucapannya dengan mata terbelalak, ia tertawa bangga dan berkata lebgih jauh.

   "Sebaliiknya jika kunghfu kami terbukti lebih lihay daripada yang lain, maka tak ada perkataan lain lagi, sejak detik itu dunia persilatan akan diperintah oleh Lam-hay bun, barang siapa berani menentang perintah hami, maka dengan segala daya upaya akan kami basmi penentang2 tersebut!"

   Mendengar perkataan itu, semua jago merasa terkejut, rupanya pihak Lam-hay-bun sudah merasa yakin akan menguasai dunia persilatan hingga dengan terus terang mereka berani mengemukakan ambisinya dan Mengancam penentang2nya.

   Bilamana dunia persilatan benar2 dikuasai oleh Lam-hay-bun, maka nasib jago persilatan lebih sukar untuk dibayangkan.

   Diantara sekian banyak jago, Sin-kun-tah-ciang Bu Ceng-cui dan Hou-bok cuncia dari Siau-lim-pay paling kaget, bahwa Lam hay-siau kun mengatakan pesta pertemuan besar para orang gagah itu akan diadakan di Siau lim si, jangan2 kuil suci itupun sudah dikuasai mereka? Lam-hay-siaukun tidak menghiraukan kawanan jago itu kaget atau tidak, ia tertawa dan berkata lagi.

   "Setiap orang gagah yang merasa dirinya anggota dunia persilatan berhak untuk menghadiri pertemuan itu!"

   Lalu sambil berpaling ke arah Tian Pek dia menambahkan.

   "Hanya kau seorang yang tidak berhak menghadirinya!"

   Berbicara sampai di sini ia ter-bahak2, kepada Hay-gwa-sam-sat dan Hek to su-hiong ia berseru.

   "Hayo kita pergi."

   Dengan gerakan cepat pemuda itu berlalu lebih dulu disusul oleh Ciong-nia ci eng dan Tay cong-ci ju yang masing2 mengangkat Sah-mo ci-hu serta Im-san ci-long yang terluka, dan paling akhir adalarh Hay gwa-sam sat.

   Waktu mau pergi, Lam-hay-liong-li sempat melemparkan kerlingan ke arah Tian Pek, kerlingan itu diliputi perasaan "benci"

   Dan "cinta", ini membuat Tian Pek terperanjat, ia sedang pusing oleh masalah cinta, ia paling takut pada kerlingan begitu dari kaum perempuan, maka cepat ia tunduk kepala menghindari kerlingan Lam-hay-liong-li tadi.

   Setelah Lam-hayw-siaukun dan roymbongan pergi jxauh, kawanan jago yang berdiri tertegun itu ramai membicarakan apa yang baru terjadi.

   Ji-lopiautau, paman Lui dan Tay-pek-siang-gi berkumpul menjadi satu rombongan.

   Melihat paman Lui berkerut dahi.

   Ji lopiantau lantas berkata.

   "Tampaknya Lam-hay-bun sudah yakin dengan kekuatannya, dia berani menantang dunia persilatan?"

   "Kukira urusan ini tidak sederhana!"

   Ujar Tay pek siang-gi.

   "aku kuatir selanjutnya dunia persilatan bakal terlanda lagi oleh pembunuhan yang mengerikan!"

   Wajah paman Lui tampak murung, dia geleng kepala dan berkata.

   "Kita jangan kuatirkan kekuatan Lam-hay bun, yang kita sedihkan adalah tak dapat bersatunya kawan2 Bulim karena pandangan yang berbeda, jika tidak bersatu, niscaya mereka bisa mengobrak-abrik kekuatan kita dengan mudah."

   "Apa yang dikatakan Lui sinting memang benar"

   Ujar si pengemis pemabuk sambil menenggak araknya.

   "Orang kuno berkata, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Untuk mendobrak kekuasaan Lam-hay-bun di daratan Tionggoan kita memang harus bersatu dan menanggulanginya ber-sama2. Eh Lui sinting apa salahnya kalau sekarang juga kita mengadakan persekutuan yang didasari dengan sumpah setia? Dengan persekutuan ini akan lebih mudah bagi kita untuk menentang kekuatau Lam hay bun!"

   Paman-Lui tidak menanggapi usul tersebut, dia hanya tersenyum.

   Sebagai seorang tua yang berpengalaman dia tahu kemampuan orang2 yang hadir ini tidak cukup untuk melawan Lam-hay- bun, ditambah pula Bu lim su-kongcu masing2 memiliki ambisi untuk menjadi pemimpin, tapi tidak becus melawan Lam hay-bun.

   Cuma ia sungkan untuk biceara terus terang, maka dia hanya tersenyum saja.

   Kebetulan pengemis sinting Coh Liang menghampiri mereka, ia menimbrung.

   "Apapun yang terjadi, pokoknya kita orang2 persiiatan di daratan Tionggoan harus melakukan perlawanan hingga titik darah penghabisan, lebih baik mati sebagai pahlawan daripada hidup sebagai pengecut!"

   "Eh pengemis tua, semangatmu yang tinggi itu memang terpuji, tapi apakah kau pernah berpikir di antara sekian banyak jago yang hadir ini, kecuali saudara Tian seorang siapa lagi yang mampu menandingi kelihayan Hay-gwa-sam-sat dan Hek-to-su-hiong?"

   Seru si orang mati-hidup dengan melotot.

   "mendingan kalau jago mereka hanya itu2 saja, kalau Lam-hay-bun keluarkan pula jago2 lihay simpanannya, lalu apa daya kita?"

   Paman Lui mernandang sekejap ke arah Tian Pek, wajahnya makin murung, namun mulutnya tetap membungkam. Di tengah keheningan, tiba2 An-lok Kongcu mendekat pula dan berkata.

   "Saudara Tian, kemajuanmu dalam ilmu silat sungguh luar biasa pesatnya dan bikin orang kagum. Asalkan saudara Tian dapat menandingi kelihayan Hay-gwat-sam-sat dan Hek-to-su-hiong, se-jelek2nya kami rasanya masih sanggup menghadapi jago mereka dari kelas dua dan kelas tiga? "Ah, saudara In Ceng terlalu memuji, aku tak berani menerimanya,"

   Cepat Tian Pek menyahut seraya menjura.

   "Bukannya aku tak bersedia menyumbangkan pikiran dan tenaga, hakikatnya aku sudah diikat oleh janji dan tak mungkin mencampuri urusan dunia persilatan lagi, alangkah baiknya kalau kalian jangan mencantumkan diriku dalam daftar"

   Siang-lin kongcu yang menghampiri pula cepat menimbrung.

   "Saudara Tian kenapa kau musti memegang janji segala? Dengan bertempur lagi kaupun dapat menuntut balas atas kekalahanmu tempo hari."

   "Saudara Kim, maksudmu hendak menyanjung ataukah hendak menyindir diriku?"

   Kata Tian Pek dengan kurang senang.

   "Se-jelek2nya Tian Pek, setiap ucapan yang sudah kuutarakan takkan kuingkari Hei, apakah kausuruh aku menjadi manusia munafik yang lain di luar dan lain di dalam?"

   Teguran ini membuat wajah Siang-lin Kongcu menjadi merah, buru2 dia menerangkan.

   
Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Harap jangan salah paham, aku berkata demikian hanya demi kepentingan prang banyak!"

   "Ah, aku punya akal!"

   Tiba2 orang mati-hidup berseru sambil berkeplok tangan.

   Seruan itu sangat keras, se-akan2 telab menemiukan sesuatu yahng penting, dengan tercengang semua orang berpaling, tertampaklah orang hidup mati lagi melepaskan selembar kedok kulit manusia, segera kelihatan seraut wajah yang putih dengan jenggot yang jarang2 dan bukan lagi muka yang kaku mirip orang mati.

   Tindakan orang hidup mati ini membuat orang tertegun, siapapun tidak menyangka selain ini Tay-pek-siang-gi mengenakan topeng kulit manusia, terutama Ji-lopiautau, Buyung Hong dan Tian Pek sekalian yang sudah cukup lama bergaul dengan meraka berdua, kenyataannya tiada yang tahu akan rahasia tersebut.

   Orang hidup-mati tidak menghiraukan keheranan orang lain, dengan wijah ber-seri2 serunya kepada Tian Pek.

   "Siau-in-kong, asal kaupakai topeng kulit manusia ini, maka siapapun tak akan mengenali dirimu lagi, kau bisa ikut menghadiri pertemuan para enghiong pada tanggal sembilan bulan sembilan nanti, dengan leluasa kau bisa hajar orang2 Lam-hay bun sampai kocar-kacir ...."

   Siapa tahu Tian Pek tak mau menerima topeng itu, dengan hambar ia berkata.

   "Orang lain mungkin tak tahu siapakah diriku, tapi aku Tian Pek tak sudi melakukan hal yang bertentangan dengan suara hatiku!"

   Ucapan ini tegas dan nyaring, membuat semua orang diam2 mengangguk.

   Paman Lui menghela napas panjang, bisiknya.

   ''Ai, persis, tak ubahnya seperti mendiang ayahnya, cocok sekali watak mereka berdua ...."

   "Hmm! Manusia yang tak dapat melihat keadaan sebenarnya dia adalah manusia yang picik kan bodoh!' jengek Hoan Soh-ing tiba2.

   Badan Tian Pek tergetar, ia merasa tertusuk oleh perkataan itu.

   Sejak mengikat tali persahabatan dengan Hoan Soh-ing di dalam penjara Pah-toh-san-ceng dahulu, ia telah menganggap nona itu sebagai sahabat yang paling karib, tapi sekarang Hoan Soh-ing menyalahkan pula tindakannya, padahal ia merasa semua perbuatannya dilakukan berdasarkan suara hati nurani, jujur dan tidak merugikan orang lain, salah paham ini membuat hatinya sakit.

   "Hoan ......nona Hoan!"

   Katanya kemudian.

   "aku menganggap setiap perbuatanku didasarkan suara hati, bagian manakah ysug kauanggap tidak benar?"

   Perlu diketahui, sampai kinipun Hoan Soh-ing masih berdandan sebagai seorang laki2, dalam gugupnya Tian Pek tak tahu harus menyebut saudara atau nona, Sehabis berkata ia terbelalak menatap wajah si nona yang cantik itu sambil menantikan jawaban yang memuaskan.

   Tindakannya ini membuat muka nona itu jadi merah jengah.

   Tapi bagaimanapun nona itu mempunyai watak seorang laki2, dengan cepat ia dapat mengatasi kejengahan tersebut, ia tertawa, sahutnva.

   "Tak dapat dibantah lagi kalau dewasa ini kungfumu terhitung paling tinggi di antara sekian banyak jago yang hadir di sini, hanya engkau seorang yang dapat menentang kelihayan jago2 Lam-hay-bun, dan hanya engkau seorang yang bisa menangkan mereka serta menyelamatkan dunia persilatan dari malapetaka, tapi kenyataannya sekarang kau tidak manfaatkan kemampuanmu dengan se-baik2nya, sebaliknya lebih suka terikat oleh janji kosong, bukankah perbuatan seperti ini adalah perbuatan yang bodoh dan tak dapat dibenarkan"

   Ucapan tersebut cukup tegas dan masuk diakal, ini membuat kawanan jago sama mengangguk kepala, sementara Tian Pek sendiri tertunduk malu.

   Pemuda itu berada dalam keadaan serba salah, sebagaimana dikatakan Hoan Soh-ing, menyelamatkan dunia persilatan dari malapetaka adalab tindakan paling penting yang harus dilakukan, scbagai seorang jago dari kaum pendekar, ia berkewajiban menyumbangkan tenaganya.

   Tapi, sebagai seorang laki2 sejati ia tak ingin mengingkari setiap janji yang telah diucapkan, untuk sesaat anak muda itu termangu bingung.

   Sementara itu suasana yang semula gaduh karena diramaikan oleh pelbagai pendapat kawanan jago itu, kini menjadi hening sepi, perhatian semua orang dialihkan ke wajah Tian Pek dan menantikan jawabannya, se-akan2 nasib dunia persilatan hanya bergantung kepada keputusan anak muda itu.

   Tian Pek tertunwduk sambil termyenung, ketika ia menengadah dan melihat semua orang sedang menatapnya dan menantikan jawabannya, segera sadarlah pemuda itu bahwa kedudukannya saat ini penting sekali, nasib dunia persilatan benar2 terletak di atas bahunya.

   ini membuat otaknya berputar dan segera terlintas satu akal bagus.

   Segera ia berkata.

   "Aku Tian Pek tidak lebih hanya seorang yang masih hijau, atas perhatian serta kepercayaan para Cianpwe, sungguh membuat aku merasa terharu dan berterima kasih. Sebagai seorang anggota dunia persilatan, sudah menjadi kewajibanku untuk menyelamatkan dunia persilatan dari bencana, untuk itu sekalipun harus terjun ke lautau api atau mendaki ke bukit golok, tidak nanti kuelakkan tugas ini!."

   Ia berhenti sebentar, ketika dilihatnya semua orang sedang memperhatikan ucapannya, ia melanjutkan lagi kata2nya.

   "Tapi aku sudah menyanggupi orang lain untuk tidak mencampuri urusan dunia persilatan lagi, sebagai Bulim-cianpwe tentunya anda sekalian maklum kita harus pegang janji. Dalam keadaan demikian seperti apa yang sudah diucapkan saudara ....eh, nona Hoan, bila aku tidak membantu, tentunya aku akan dianggap tidak setia kawan, sebaliknya jika aku melanggar janji dengan menghadiri pertemuan para jago itu, maka perbuatan ini berarti melanggar janji. Baik tidak setia kawan maupun melanggar janji merupakan perbuatan vang tak kuinginkan, maka bisa dibayangkan betapa sulitnya kedudukanku sekarang?"

   Sampai di sini, semua orang merasa bingung, tak tahu apa yang dimaksudkan anak muda itu, tapi karena tak mengerti, merekapun semakin menaruh perhatian.

   "Aku mempunyai suatu cara baik,"

   Tian Pek melanjutkan kata2nya.

   "tapi sebelum kulaksanakan harus mendapat persetujuan lebih dulu dari paman Lui!"

   Sinar mata semua orang serentak beralih ke arah paman Lui, hal ini membuat paman Lui jadi terharu sekali hingga mengembeng air mata, dari sikap Tian Pek, yang tegas2 pegang janji dan gagah perkasa, se-olah2 ia merasa telah bertemu dengan mendiang ayahnya, se-akan2 bayangan Pek-lek-kiam Tian In-thian telah muncul di depan matanya.

   Ketika mendengar pertanyaan anak muda itu, tanpa mempertimbangkan lagi apa yang hendak diucapkan pemuda itu, sahutnya.

   "Nak, lanjutkan ucapanmu!"

   Tatapan mata paman Lui yang penuh sayang menambah rasa keyakinanan serta kepercayaan pada diri sendiri Tian Pek ia merasa apa yang telah diputuskan tak bakal salah lagi, maka lanjutnya.

   "Seperti apa yang dikatakan saudara An-lok Kongcu In Ceng, ilmu silatku memang mengalami kemajuan yang pesat, tapi tahukah saudara sekalian mengapa kungfuku bisa memperoleh kemajuan yang sedemikian pesatnya" Semua orang bungkam dan tampak heran, siapa yang tahu dari mana Tian Pek memperoleh ilmu silat yang begitu tinggi dan lihay? Sementara orang masih tercengang, Tian Pek melanjutkan kata2nya lebih jauh.

   "Aku bisa, maju lantaran paman Lui menghadiahkan se

   Jilid kitab paling aneh di kolong langit ini, yakni Soh-kut-siau-hun-thian-hud-pit-kip kepadaku!"

   Suasana seketika menjadi gempar, semua orang jadi lupa akan tujuan yang sebenarnya untuk apa Tian Pek mengemukakan rahasia ini, bahkan beberapa jago lihay yang tak tahan seperti Mo-gwa-sinkun (Orang gagah dari luar gurun) Hek- lian Ing, Tiat ih hui peng (rajawali terbang bersayap baja) Pa Thian ho, Tiat-pi-to liong (naga bungkuk berpunggung baja) Kongsun Coh, Tiat-se ciang (pukulan pasir besi) Lu Lak-sun, Tiat-pay-hwesio (padri tameng baja) Hoat Tang, Thian-ya-ong-seng (manusia latah dari ujung langit) Tio Kiu-ciu, Ciukay (pengemis pemabuk) Pui Pit, Hong-kay (pengemis sinting) Coh Liang, dua bersaudara keluarga Kim dari gunung Bong-gu-san, Sin-kun tah cing, (pukulan sakti penghantam sumur) Bu In-hui, Hou-bok-cuncia dari ruang Lo-han-tong, Ngo-im-liongcu (tangan sakti panca suara) Siau Tong dari Hoat-hoa lam-cong, Hian sging-cu dari Bu itong, Tiamcong-him-kiam Ho Thian-hiong, Thiau-san-it-hok Tiong Bong serta Bu-limsu-kongcu, segera mereka memburu maju dan be-ramai2 membuka suara.

   "Sekarang kitab pusaka itu ada di mana? Cepat keluarkan dan perlihatkan kepada kami!"

   "Keluarkan dan perlihatkan kepada kami!"

   "Betul, kitab itu ada di mana ....?" "Keluarkan kitab itu ...."

   Begitulah bergemuruh teriakan yang beraneka macam itu.

   Soh-kut-siau-hun-thian-hud-pit-kip merupakan kitab pusaka aneh yang maha dahsyat, sejak seratus tahun berselang banyak jago silat yang menemui ajalnya karena memperebutkan kitab tersebut, kemudian meskipun kitab itu lenyap dari peredaran dunia persilatan, namun turun temurun orang persilatan masih tetap mengincar kitab yang luar biasa itu.

   Tidaklah heran, begitu Tian Pek menyebut kitab itu, serentak kawanan jago persilatan itu jadi lupa daratan.

   Paman Luipun membelalakkan matanya karena heran, ia tak habis mengerti apa sebabnya dalam keadaan seperti ini Tian Pek malahan membeberkan rahasia itu? Perlu diketahui, daya pikat kitab pusaka itu sudah mencapai tingkatan yang membawa sial, setiap orang yang memiliki kitab tersebut akan menjadi pusat perhatian dan incaran setiap umat persilatan dan perebutan yang bakal terjadi dapat menimbulkan badai pembunuhan yang tiada berakhir.

   Padahal suasana dalam dunia persilatan dewasa ini sangat kritis, mereka sedang menghadapi ambisi Lam-hay-bun yang ingin merajai Tionggoan, setelah rahasia besar ini tersiar, bukan saja soal persatuan akan tipis sekali harapannya untuk terwujud, malahan mungkin akan menimbulkan tragedi yang mengerikan, itulah sebabnya tindakan Tian Pak ini dianggap sementara orang sebagai tindakan yang tidak rasionil.

   Benar juga, Khong-tong-su-co (empat manusia jelek dari Khong-tong) yang per-tama2 tak dapat menahan diri, dengan menyeringgai dan mata memiancarkan cahaya aneh, Toa-co (manusia jelek pertama) yang berjuluk Thian- jan (cacat alam) segera maju ke depan dan meraih saku anak muda itu.

   "Hayo, jangan omong saja, cepat keluarkan kitab itu!"

   Hardiknya.

   Tian Pek tak mengira kawanan jago yang anggap dirinya dari golongan lurus ini ternyata mempunyai watak serakah yang begitu besar, bahkan tak segan2 main rampas dengan kekerasan.

   Sementara ia masih termenuntg, tahu2 tangan Thian-jan sudah menyambar tiba.

   Keadaan tidak memberi kesempatan bagi Tian Pak untuk berpikir lagi, jari tangannya langsung mengetuk cakar Toa-co dengan jurus Heng-soat-toan-hong dari ilmu cengkeraman Toa-kin-na-jiu -hoat.

   Seperti terpagut ular, Thian-jan menarik kemli tangannya dan melompat mundur.

   Sekalipun mundur dengan gerakan cukup cepat, tak urung jalan darah Ce-ti pada punggung tangannya keserempet juga oleh serangan anak muda itu, saking sakitnya ia jadi mendelik dan meringis.

   Sesudah memukul mundur Thian-jan dari Khong-tong-su-co barulah Tian Pek berkata dengan serius.

   "Saudara2 sekalian, harap kalian dengarkan dulu kata2ku lebih lanjut!"

   Sekarang semua orang baru ingat kehebatan pemuda itu, Hek-to-su-hiong yang lihaypun dihajar sampai terluka oleh anak muda itu, apalagi mereka, sudah jelas tak ada kesempatan bagi mereka untuk main rampas dengan kekerasan, maka suasana menjadi agak tenang.

   Setelah melihat kawanan jago itu tak berani maju lagi, Tian Pek berkata pula.

   Demi memegang janji, tak mungkin bagi orang she Tian untuk ikut menghadiri pertentuan orang gagah itu, tapi akupun tak dapat berpeluk tangan membiarkan orang2 Lam-hay-bun malang melintang di daratan Tionggoan, maka sebagai sumbangsihku ini, ingin kuwariskan ilmu silat yang tercantum dalam kitab pusaka Sohkut-siau-hun-thian-hud-pit-kip ini kepada saudara sekalian agar kalian memiliki kemampuan untuk melawan kelaliman orang Lam-hay-bun.

   Asal kalian lihay, bukankah tanpa kemunculan dirikupun musuh dapat kalian tumpas"

   Semua orang tertegun dan membungkam, siapapun tak mengira Tian Pek berjiwa begini besar dan tidak keberatan untuk membeberkan pelajaran silat yang maha sakti itu kepada orang lain. Tian Pek berkata lagi.

   "Akan tetapi, Soh-kut-siau-hun-thian-hud-pit-kip ini adalah hadiah yang kuterima dari paman Lui, subelum kuajarkan kepada saudara sekalian terlebih dahulu harus kumintakan persetujuan paman Lui."

   Berbicara sampai di sini, anak muda itu lantas berpaling dan memberi hormat kepada paman Lui dan berkata.

   "Paman, budi kebaikanmu kepada keponakan tak bisa dilukiskan lagi dengan kata2, akan tetapi untuk menyelamatkan dunia persilatan dari bencana besar, tentunya kau tak akan menyalahkan tindakan sembrono keponakanmu ini bukan?"

   Dengan air mata bercucuran karena terharu, paman Lui membangunkan anak muda itu, sahutnya.

   "Bangunlah keponakanku, tindakanmu ini membuat paman merasa bangga bercampur gembira, meskipun selama hidupku tak pernah menikah, tapi bisa memiliki keponakan yang bijaksana seperta kau, matipun aku puas. Selain itu akupun ikut berbangga untuk saudara angkatku, bagi mendiang ayahmu yang telah tiada, meskipun ia mati dengan tak jelas, tapi arwahnya di alam baka pasti akan terhibur dan gembira melihat kebijaksaan serta kebesaran jiwamu yang telah melaksanakan cita2nya di waktu hidupnya."

   Ketika dilihatnya Tian Pek ikut mengucurkan air matanya, paman Lui berkata lebih jauh.

   "Tindakanmu ini cocok sekali dengan suara hatiku. Cuma kuanjurkan kepadamu alangkah baiknya Sohkut-siau-hun-thian-bud-pikip itu jangan kau perlihatkan secara umum agar tidak menimbulkan pertikaian lagi, maklumlah, kitab itu memang kitab yang membawa celaka, jika bukan orang berimam tebal tak boleh kau perlihatkan. Untuk menjaga segala kemungkinan, bolehlah kau ajarkan ilmu silatnya saja kepada mereka."

   Selesai paman Lui bicara, banyak orang yang merasa berterima kasih atas kebesaran jiwa jago tua itu, tapi ada pula di antaranya yang merasa kecewa, sebab dengan ucapannya itu berarti tinda harapan lagi bagi mereka untuk melihat bentuk kitab yang dinamakan kitab paling aneh di kolong langit ini.

   Kembali Tian Pek memberi hormat kepada paman Lui, lalu ia berkata kepada kawanan jago itu dengan suugguh2.

   "Setelah paman Lui berkata begitu, maka kitapun harus melaksanakan seperti apa yang beliau katakan.

   Nah, asalkan kalian bersedia menerimanya, akupun takkan menyembunyikan kesaktian ilmu tersebut barang satu juruspun, cuma kitab aslinya takkan diperlihatkan kepada kalian, sebab kitab itu memiliki daya pikat yang terlampau basar, sekalipun seseorang memiliki imam yang teguh belum tentu sanggup mengendalikan diri!" Tentu saja bagi mereka yang belum pernah melihat Sohkut-siaai-hun-thian-bud-pi-kip tak akan percaya pada ucapan itu malahan dengan curiga mereka membatin.

   "Huh, di luar saja kaubilang akan membeberkan ilmu itu secara terbuka, tapi di dalam hati keberatan memperlihatkan kitab itu ...

   ."

   Akan tetapi bagi orang yang pernah melihat kitab itu, seperti Tay-pek-siang-gi, merela percaya penuh ucapan Tian Pek memang benar, maka sewaktu melihat orang sama sangsi, cepat ia berseru.

   "Apa yang dikatakan Siau-in-kong memang benar, kami bersaudara beruntung pernah melihat kitab itu, tapi nyaris ludes tenaga latihan kami selama berpuluh tahun .., .

   "

   Sambil menyeka air mata terharu, paman Lui berkata lagi.

   "Jarak waktu sekarang sampai bulan sembilan saat diselenggarakan pertemuan itu masih tiga bulan lebih, jika kalian percaya penuh kepada kami, ikutilah petunjuk Tian-Pek dan pelajarilah ilmu sakti Buddha langit ini ber-sama2!"

   Kembali orang bersorak-sorai karena kegirangan, banyak di antaranya yang merasakan kesempatan baik ini sukar dicari, sebaliknya bagi mereka yang berwatak rakus diam2 menyusun rencana busuk untuk mencuri atau merampas kitab pusaka itu.

   Manusia umumnya memang tamak.

   Di kala seorang secara sukarela mengundang orang lain untuk bekerja sama, maka di pihak lain ada segelintir manusia tamak yang mulai menyusun rencana busuk.

   Maksud Tian Pek dengan tindakannya itu pada dasarnya memang baik, tapi mimpipun ia tak menyangka di balik kesemua itu tersembunyi badai besar yang mengerikan.

   Bila badai itu menyapu jagat, maka banjir darahpun akan berlangsung, entah berapa banyak jago lagi yang akan menjadi korban..

   Sementara itu, ketika paman Lui mengusulkan untuk mengadakan persiapan guna meneritna pelajaran dari Tian Pek, maka Toan-hong Kongcu dan An-lok Kongcu sebagai tuan rumah segera mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, mereka mengurus masalah penginapan, soal makananpun diatur oleh anak murid perkumpulan pengemis.

   Di tengah kesibukan itu, diam2 para jago ketujuh aliran besar sama mohon diri Hou-bok-cuncia dan Sin-kun-teh-sing Bu In-hui ingin cepat pulang ke Siau-lim-si untuk memberi laporan, sedangkan jago2 dari perguruan lain mau pulang untuk mengundang teman2 lain.

   Beberapa hari kemudian dunia persilatan dibikin gempar oleh tersiarnya beberapa macam berita, seluruh jagat terasa bergolak dan orang jadi tak tenang rasanya.

   Berita pertama yang mengetarkan Kangouw adalah tantangan Lam-hay-bun untuk berduel dengan kawanan jago seluruh dunia pada bulan sembilan tanggal sembilan nanti di Siau-lim-si.

   Untuk menyelenggarakan pertemuan besar Enghiong-tay-hwe ini bukan saja mengundang kawana Bu-lim dan Bu-lim-su-kongcu, bahkan orang2 persilatan di tepi perbatasanpun ikut diundang.

   Berita kedua yang lebih menggemparkan membuat orang lupa pada peristiwa pertama yang akan menentukan nasib dunia persilatan itu.

   Kiranya maksud baik Tian Pek akan mengajarkan ilmu dari Soh-kut-siau-hun-thian-hud-pit-kip ciptaan Ciah-gan longkun pada dua ratus tahun yang lalu itu telah tersiar luas di dunia persilatan.

   Ketika berita itu tersebar, semua jago Kangouw bergolak, hampir semua orang lupa soal Eng-hiong-tay-hwe, mereka tidak lagi memikirkan nasib dunia persilatan, tapi ber-bondong2 berangkat ke Hin-liong-tin untuk melihat kehebatan kitab pusaka itu.

   Hanya beberapa hari saja semua rumah penginapan di kota kecil Hin-liong-tin telah dipenuhi oleh jago2 persilatan, malahan banyak di antaranya tidak kebagian tempat penginapan dan terpaksa menginap di luar kota, mondok di kuil, bahkan ada pula yang berdiam di hutan terbuka.

   Peristiwa ini memang luar biasa dan belum pernah terjadi, karena jago persilatan yang berkumpul di situ jumlahnya kelewat batas, suasana jadi tegang dan sering terjadi pertengkaran dan perkelahian.

   Tian Pek, pemuda yang polos dan berjiwa besar itu tak pernah menyangka maksud baiknya itu, akan menimbulkan bencana sebesar ini.

   Hakikatnya pada malam hari pertama di situ sudah terjadi peristiwa yang tak diinginkan.

   Malam itu setelah Sin-liong-taycu mengumumkan akan diadakannya Enghiong-tay-hwe di Siongsan dan berlalu dari sana bersama begundalnya, semantara itu haripun terang tanah.

   Setelah sibuk seharian, selesai bersantap malam semua orang lantas pergi beristirahat ke tempat masing2.

   Guna bersiap menerima pelajaran dari Tian Pek pada keesokan harinya.

   Malam itu Tian Pek dan paman Lui mendapat satu kamar, Tay-pek-siang-gi dan Ji-lopiautau bersatu kamar.

   Buyung Hong dan Wan-ji menempati kamar yang lain, ketiga kamar ini letaknya berjajar pada sebuah serambi yang sama.

   Setelah berada di dalam kamar, baru habis minum secawan air teh, tiba2 kamar Tian Pek diketuk orang, karena kamar tak terkunci, paman Lui lantas berseru.

   "Masuk!"

   Pintu didorong orang dan muncul Buyung Hong.

   Ia mengenakan baju panjang warna hitam dengan ikat pinggang sutera, rambutnya terurai di bahu, kulituya yang putih bersih kelihatan kontras sekali dengan baju berwarna hitam.

   Agaknya ia baru membersihkan badan, meskipun tidak memakai pupur namun di bawah cahaya lampu mukanya tampak menawan hati.

   Setelah masuk kamar, Buyung Hong melirik sekejap ke arah Tian Pek, lirikan yang penuh rasa cinta mesra, lalu ia memberi hormat kepada paman Lui.

   Sebagai seorang tua, paman Lui lantas tahu kedua calon suami isteri itu hendak bicara urusan pribadi, ia merasa tak enak hadir disitu, setelah berdehem, ia berkata.

   "Kalian duduk2lah disini, aku mau keluar sebentar!"

   Tapi Buyung Hong yang cerdik segera paham maksud paman Lui, dengan muka merah cepat ia berseru.

   "Paman, kau jangan pergi, justeru ada urusan penting hendak kurundingkan dengan paman!"

   "Urusan apa?"

   Tanya paman Lui sambil berpaling.

   "Titli tak bermaksud menyalahkan dia karena tindakannya membocorkan rahasia kitab itu,"

   Kata Buyung Hong sambil melirik Tian Pek "Tapi yang pasti hal ini sudah menimbulkan kecurigaan sebagian kawanan jago itu!" "Ai, biar curiga juga percuma,"

   Sahut paman Lui sambil menghela napas.

   "bagaimanapun kitab itu memang tak boleh diperlihatkan kepada mereka, justeru karena ingin menyelamatkan dunia persilatan dari malapetaka, maka Tian hiantit bersedia mengajarkan ilmu silat yang maha sakti itu kepada mereka. Berbicara sesungguhnya, tindakan Tian-hiantit ini sungguh luar biasa sekali, kalau masih ada yang tamak, diberi segobang minta seringgit, ya apa boleh buat lagi, itu menandakan mereka tak tahu diri!"

   Jilid 25

   "Titli pernah melihat sendiri isi kitab itu, sesungguhnya kitab tersebut memang tak pantas diperlihatkan kepada umum ... ."

   Kata Buyung Hong, sampai disini tanpa terasa ia terkenang kembali peristiwa masa lampau, ketika ia merampas kitab itu dari tangan Tian Pek di gua rahasia di bukit Siau-kut san, bila membayangkan kembali isi kitab itu, merahlah muka nona itu.

   Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tapi dengan cepat ia menyadari betapa gawatnya masalah yang sedang dihadapi, ujarnya lebih jauh.

   "Tanpa sengaja Titli mendengar orang sedang berunding untuk merampas kitab itu dan melakukan tindakan yang tidak menguntungkan engkoh Tian, maka malam ini paman dan engkoh Tian harus hati-hati!"

   Tian Pek tertegun, ia tak menyangka maksud baiknya akan mendatangkan banyak persoalan dan berbagai kesulitan bagi diri sendiri, ia berseru keheranan.

   "Ah, masa ada kejadian semacam itu?"

   "Siapakah orangnya? Berasal dari perguruan mana?"

   Tanya paman Lui dengan muka serius.

   "Tadi secara kebetulan Titli lewat depan sebuah kamar rahasia di halaman belakang sana, tanpa sengaja kudengar samar2 seorang sedang berkata.

   'Kitab nomor satu di kolong langit itu ....harus kita rampas...bila perlu orang she Tian itu...aku ingin mendengarkan lebih lanjut, tapi rupanya merekapun cerdik, seorang lagi lantas mengalangi rekannya berbicara lebih jauh, karena itu akupun tak tahu siapa yang berkumpul di ruang rahasia itu!"

   "Siapa yang bertugas ronda di sekitar tempat ini?"

   Tanya Tian Pek.

   "Anak murid perkumpulan pengemis!"

   Dengan wajah serius paman Lui bangkit berdiri, tiba2 katanya.

   "Aku akan mencari Hong-jan-sam-kay dan menanyakan soal ini, ingin kuketahui siapakah yang bermaksud menimbulkan keonaran ini?"

   Pada saat itu tiba-tiba Wan-ji masuk dan mencegah niat paman Lui, katanya.

   "Paman jangan tegur mereka, bukan pihak perkumpulan pengemis saja yang mempunyai maksud jahat, boleh dibilang semua orang bermaksud busuk, asal malam ini kita berjaga-jaga dengan ketat, kukira cukuplah."

   Setelah bersemadi seharian, luka Wan-ji telah sembuh kembali, kesehatannya telah pulih seperti sediakala, wajahnya tampak segar dan mempesona.

   "Adik Wan, apakah kau juga menemukan sesuatu?"

   Tanya Tian Pek cepat.

   "Ehm, saat ini orang2 itu secara bergerombol sedang merundingkan sesuatu, mereka terdiri dari ber-kelompok2, meskipun tidak kuketahui apa yang mereka rundingkan, tapi sudah pasti takkan terlepas dari soal merampas kitab pusaka Soh-kut-siau-hun-thian-hut-pi-kip itu!" Sekarang Tian Pek baru menyesal, ia tak menyangka maksud baiknya untuk menyelamatkan dunia persilatan justeru malah menimbulkan banyak kesulitan bagi diri sendiri.

   rasa kecewa jelas terpancar pada wajahnya.

   Sementara itu paman Lui berkerut dahi sambil berseru dengan gusar.

   "Kurangajar, mereka benar tak tahu diri. Kalau ada yang berani mencari gara2, pasti akan kuhajar mereka!"

   Lalu dia berpaling kepada Buyung Hong dan Wan-ji seraya berkata lagi.

   "Sudahlah, kalian boleh kembali untuk beristirahat!"

   Sepeninggal Buyung Hong dan Wan-ji, paman Lui berkata pula kepada Tian Pek.

   "Sudahlah kitapun beristirahat!"-Ia lantas naik pembaringan dan tidur. Tian Pek cukup kenal watak paman Lui, ia tak banyak bicara lagi, setelah memadamkan lampu iapun naik pembaringan. Kedua orang ini memang berilmu tinggi dan bernyali besar, meskipun tahu bahaya akan mengancam, namun mereka tidak melakukan persiapan apa2, malahan setelah berbaring di pembaringan paman Lui lantas tidur mendengkur. Berbeda dengan Tian Pak, ia tak dapat tidur karena banyak persoalan yang berkecamuk dalam benaknya. Dia teringat kembali sakit hati ayahnya, dengan susah payah ia engembara, tujuannya adalah membalas dendam, tapi tak tersangka musuh besarnya itu satu demi satu binasa, bukan dibunuh olehnya tapi dilaksanakan oleh orang lain, jadi usahanya dengan susah payah dan penderitaannya selama ini hanya sia2 belaka. Setelah pertarungannya melawan Hay-gwa-sam-sat dan Hek to-su hiong, rasa percayanya pada diri sendiri makin tebal, ia tahu kepandaian sendiri sudah cukup untuk menjagoi kolong langit ini. Sebagai pemuda yang berilmu tinggi, sepantasnya ia berjuang demi keadilan dan kebenaran bagi umat manusia, tapi sayang ia terbelenggu oleh janji sendiri dan tak mungkin baginya untuk mencampuri urusan dunia persilatan lagi. Dendam kematian ayahnya sudah terbalas, iapun tak dapat mencampuri urusan dunia persilatan, inilah kesempatan baik baginya untuk mengasingkan diri di tempat yang indah. Siapa tahu, karena ingin menolong umat persilatan dari badai pembunuhan, bukan pembalasan baik yang diterima malahan menimbulkan pikiran jahat orang mengincar kitab pusakanya. Ia tak tahu siapa2 yang bermaksud jahat padanya, tapi dari pembicaraan Buyung Hong dan Wan-ji jelas orang yang mengincar Soh-kut-siau-hun-thian-hud-pi-kipnya itu tidak sedikit jumlahnya. Terbayang kembali tentang Wan-ji, ia pikir dirinya sudah mengikat jodoh dengan Buyung Hong, tak mungkin baginya untuk bermesraan pula dengan adiknya, tapi cinta kasih Wan-ji yang begitu mendalam dan hangat tak mungkin terlupakan untuk selamanya .... Berpikir sampai di sini. ia menghela napas panjang dan membalik tubuh .... Mendadak dilihatnya berkelebatnya cahaya hijau di luar jendehla, mula2 dia mengira ada seekor kunang2 tersesat di sana, maka tak diperhatikannya, siapa tahu dengan cepat segulung asap lantas mengepul ke arahnya. Ketika asap terisap ke lubang hidung, Tian Pek merasakan kepalanya jadi pening. Segera ia merasa gelagat tidak baik, cepat ia menahan pernapasannya, ia mengerahkan hawa murninya dan desak keluar hawa racun yang sudah telanjur diisapnya tadi. Untunglah tenaga dalamnya cukup sempurna, iapun pernah minum Ci-tam-hoa yang berusia ribuan tahun, karenanya bubuk racun itu tak sampai berpengaruh apa2 dalam tubuhnya. Hakekatnya hawa racun yang dilepaskan orang di luar jendela itu lihay sekali, asap itu bernama Ngo-ko-toan-hun-hiang (dupa pemutus nyawa sebelum kentongan kelima), sekalipun seorang berilmu tinggi akan jatuh tak sadarkan diri seteleh mencium baunya. Seperti juga namanya, bila sebelum kentongan kelima atau fajar menyingsing korban tidak diberi obat khusus, niscaya akan binasa. Tampakmya pelepas racun itu mengetahui Tian Pek berilmu tinggi, bila harus bertempur secara terang2an pasti mereka bukan tandingannya, maka digunakan cara yang keji ini untuk melumpuhkannya. Siapa tahu kepandaian Tian Pek dewasa ini sudah mencapai tingkatan tak mempan tehadap segala macam racun, hanya cukup menyalurkan hawa murninya hawa racun yang mengeram dalam tubuhnya segera terdesak keluar, bahkan kesehatan dan kesegaran badannya telah pulih kembali seperti sedia kala. Sesudah berhasil memaksa keluar hawa racun itu, Tian Pek mencoba untuk membangunkan paman Lui, siapa tahu jejak paman Lui sudah lenyap tak berbekas, entah sejak kapan ia pergi dari tempat itu. Tiba2 terdengar dengusan tertahan di luar jendela, tampaknya ada seseorang terkena serangan, menyusul terdengar suara paman Lui tertawa terbahak-bahak.

   "Hahaha, jangan kau anggap setelah mengenakan kedok lalu orang tak kenal kau lagi! Hm memalukan sekali, sungguh tak nyana dalam perkumpulan pengemis terdapat manusia kotor semacam kau!"

   Dari angin pukulan memutuskan kata2 itu diantara suara langkah kaki yang kacau, dapat diketahui bukan satu dua orang saja yang terlibat dalam pertarungan itu..

   Diam2 Tian Pek malu diri, ia dapat membuktikan bahwa sesungguhnya ia masih belum berpengalaman, kenyataannya meski paman Lui tidur mendengkur, tapi ia lebih cepat mengetahui jejak musuh daripadanya.

   Kenyataan ini membuat anak muda itu bertindak lebih waspada lagi, ketika didengarnya paman Lui sudah terlibat dalam pertarungan melawan orang di luar, ia tidak langsung keluar rumah melainkan secara diam2 menerobos keluar dari jendela belakang, lalu dia melayang ke atas atap rumah.

   Siasat ini ternyata tepat, sebab takkala Tian Pek berhasil mencapai atap rumah, ia saksikan kecuali beberapa orang yang sedang bertempur melawan paman Lui, di atas atap rumah terdapat pula empat lima orang lain.

   Dengan ilmu meringankan tubuh Tian Pek melayang ke atap rumah tanpa menimbulkan suara ditambah pula beberapa orang itu asyik menyaksikan pertarungan yang sedang berlangsung, walaupun Tian Pek sudah berada lima depa dibelakang mereka, ternyata orang2 itu belum merasakannya.

   Dengan seksama pemuda itu mengawasi orang2 itu, dari bayangan punggung salah seorang di antara mereka ia dapat mengenali orang itu, seperti Toan-hong Kongcu, sedangkan tiga orang lainnya adalah anggota perkumpulan pengemis.

   Kenyataan ini sangat menggusarkan Tian Pek, ia segera mendengus.

   Dengan terperanjat beberapa orang itu membalik badan, tampaknya mereka tak menyangka bakal muncul seorang dari belakang.

   Orang2 ini menutupi mukanya dengan kain kerudung hitam, Tian Pek tertawa dingin, ejeknya.

   "Hehehe, rupanya kalian memang cecunguk2 sebangsa maling ayam, kalau berani berbuat kenapa tak berani bertemu orang dengan wajah asli?"

   Orang2 itu tidak menjawab, salah satu di antaranya dengan sorot mata yang tajam segera menerjang maju dan menghantam, tenaga serangannya berat, ini menandakan lwekangnya cukup sempurna.

   Tian Pek tak gentar, ia menyambut dengan keras lawan keras.

   Orang itu cukup licik, sebelum tenaga pukulan saling bentur, tiba2 ia menarik kembali serangannya dan kabur dengan cepat.

   Sementara empat-lima orang yang lain, serentak ikut kabur berpencar.

   Rupanya mereka tahu bukan tandingan Tian Pek, maka ketika dilihatnya rencana mereka gagal total dan pemuda yang disegani itu muncul serentak mereka kabur ter-birit2 agar diri mereka tidak sampai diketahui.

   "Mau kabur ke mana?"

   Bentak Tian Pek, cepat ia mengejar pemimpin rombongan itu.

   Siapa tahu orang itu cukup licik, tiba2 ia berpaling sambil mengayunkan tangannya, cahaya putih segera menyambar ke batok kepala anak muda itu.

   Dengan cekatan Tian Pak mengegos ke samping dan menghantam hingga cahaya putih itu mencelat ke udara ...

   ."Blang!"

   Sinar putih itu meledak, cahaya api segera berhamburan.

   Bersamaan dengan terjadinya ledakan.

   itu, suara bentakan nyaring serentak berkumandang dari empat penjuru, beratus biji peluru berhamburan di angkasa bagaikan hujan, semuanya ditujukan ke arah Tian Pek.

   Agaknya ledakan bunga api itu adalah tanda yang sengaja dilepaskan untuk memerintahkan anak buahnya melangsungkan sergapan dengan senjata rahasia.

   Tian Pak berpekik nyaring, dia putar kedua telapak tangannya hingga berwujud selapis hawa pukulan yang kuat semua peluru baja itu tergetar beterbangan.

   Dalam pada itu, kawanan penjahat yang sedang bertarung dengan paman Lui telah kabur pula dari situ, sedemikan Tay-pek-sgiang-gi, Buyungi Hong, Wan-ji dhan Ji-lopiautau juga telah bermunculan, beberapa orang itu segera terkurung pula di bawah hujan peluru baja.

   Menghadapi kejadian seperti ini, terpaksa beberapa orang itu harus memukul rontok pelurus baja itu, tapi jumlah Am-gi yang beterbangan itu terlampau banyak, seketika mereka menjadi kalang kabut.

   Sementara itu kawanan jago yang berdiam di bilik2 lain telah berlarian menuju halaman depan demi mendengar suara pertempuran, tiba2 terdengar seseorang membentak.

   "Berhenti semua"

   Tiga sosok bayangan manusia dengan cepat melayang masuk ke tengah arena, tiga orang itu tak lain adalah Hong-jan-sam-kay, ketiga Tianglo dari perkumpulan pengemis.

   Sekilas pandang pangemis sinting Coh Liang lantas tahu bahwa kawanan jago yang melancarkan serangan peluru baja tak lain adalah anak murid perkumpulannya, mereka lebih gusar lagi setelah mengetahui bahwa orang yang diserang adalah paman Lui dan Tian Pek sekalian.

   "Berhenti!"

   Hardiknya.

   "Siapa yang memberi perintah untuk menyerang orang sendiri? Kalian sudah gila..?""

   Setelah dibentak oleh Hong-jan-sam-kay, anak murid perkumpulan pengemis segera menghentikan serangannya, suasana menjadi hening. Paman Lui terbahak-bahak, katanya dengan setengah mengejek.

   "He, pengemis busuk! Bila kalian tak dapat memberi penjelasan yang masuk di akal kepada kami, aku bersumpah takkan berhubungan dengan kalian bertiga!"

   Pengemis sinting yang biasanya suka tertawa ini berdiri dengan wajah serius, sahutnya.

   "Sekalipun saudara tua tidak berkata begini kami juga akan selidiki persoalan ini hingga menjadi jelas, betul-betul memalukan Kay-pang!"

   Paman Lui tidak berbicara banyak, dia menghampiri tepi jendela dan memungut suatu benda dari sana, kemudian diangsurkan kepada pengemis sinting, katanya.

   "Pengemis busuk! Coba kau periksa benda ini.. Sungguh tak kusangka kalian pengemis-pengemis busuk ini juga melakukan pekerjaan kotor begini, benar-benar memalukan!" Pengemis sinting menerima angsguran benda itu idan diperiksanyha dengan sekasama, ternyata benda itu adalah sejenis alat yang dinamakan Pek-tong-sian-ho (bangau dewa tabung tembaga putih). Benda itu tersohor sekali di dunia persilatan, andaikan belum pernah melihat tentu juga pernah mendengar, karena alat tersebut memang khusus digunakan untuk menyemburkan dupa pemabuk, alat semacam ini seringkali dipakai oleh manusia-manusia golongan hitam bila akan melakukan pencurian atau pembegalan. Hampir meledak dada pengemis sinting saking marahnya, untuk sesaat ia jadi tertegun dan tak mampu bicara. Perkumpulan Kay-pang meski terdiri dari golongan manusia paling miskin di dunia ini, tapi peraturan rumah tangga mereka cukup ketat, dimulai dari cikal bakal mereka sampai saat ini, pantangan yang pertama adalah. Lebih baik mati kelaparan daripada menjadi pencuri. Tapi sekarang alat khusus yang biasa digunakan kaum penyamun muncul di tangan anak buah perkumpulan pengemis, bahkan terjatuh ke tangan paman Lui, kejadian ini membuat Hong-jan-sam-kay jadi marah dan malu. Air muka pengemis pemabuk berubah sedingin salju, ia berpaling, bentaknya kepada anak murid yang bersembunyi di sekitar tempat itu.

   "Siapa yang bertugas ronda? Hayo cepat menggelinding keluar!"

   Seorang pengemis berusia setengah baya mengiakan dan muncul dengan muka pucat seperti mayat.

   Perlu diketahui Hong-jan-sam-kay adalah Tianglo dari perkumpulan pengemis, bukan saja kedudukannya amat tinggi, merekapun mempunyai kekuasaan untuk menentukan mati hidupnya seseorang apalagi sekarang dalam keadaan gusar, wajah mereka dalam keadaan menyeramkan.

   Setibanya di hadapan pengemis pemabuk, pengemis setengah tua itu berhenti dan memberi hormat, katanya.

   "Tecu Cau Siang-hui (terbang di atas rumput) Pek Liang yang bertugas"

   "Cuh!"

   Pengemis pemabuk Pui Pit menyemburkan riak kental ke arah pengemis itu, lalu makinya.

   "Bangswat, rupanya kau sudah buta, sebab apa kau memberi perintah untuk menyerang Lui tayhiap?"

   "Tecu hanya menjalankan perintah atasan, harap tianglo maklum"

   Sahut Cang Siau-hui Pek Liang dengan munduk-munduk, sampai riak yang menempel di pipi tak berani diusapnya. Mendengar jawaban tersebut, pengemis sinting mencengkeram pergelangan tangan kanan Pek Liang dan hardiknya lagi.

   "Cepat mengaku, atas perintah siapa?"

   Dalam gusarnya cengkeraman pengemis sinting ini dilancarkan dengan tenaga besar, hampir saja lengan orang itu patah, meski kesakitan sampai keringat membasahi tubuhnya, Pek Liang meringis dan bertahan sekuatnya, sahutnya tegas.

   "Tecu melaksanakan perintah Ciangbunjin!"

   Dengan cepat Hong-jan-sam-kay saling pandang sekejap, tampaknya mereka sudah memahami sebagian besar duduk persoalan yang sebenarnya, Meski begitu pengemis sinting tidak melepaskan cengkeramannya, kembali ia menegas.

   "Ucapanmu tidak keliru?"

   "Tecu tak berani bohong!"

   Sahut Pek Liang dengan ketakutan.

   Pengemis sinting tidak banyak bicara lagi, dia lepaskan cengkeramannya dan mundur dua langkah setelah berpandangan dengan kedua orang rekannya ia tarik napas panjang dan membungkam.

   Dalam pada itu, kawanan jago dari dunia persilatan telah mengerumuni sekitar gelanggang, dengan tenang mereka nantikan apa tindakan perkumpulan pengemis akan mengatasi persoalan ini, suasana menjadi hening.

   Seandainya perbuatan ini dilakukan oleh salah seorang anggota perkumpulan, maka Hong-jan-sam-kay dengan kedudukannya sebagai Tianglo bisa menjatuhkan hukuman sesuai dengan peraturan, dengan demikian merekapun bisa memberikan pertanggungan jawab kepada paman Lui.

   Tapi sekarang Pek Liang mengaku bertindak atas perintah sang Ciangbunjin atau ketua mereka sendiri, dengan sendirinya persoalannya menjadi lain lagi, bukan saja hal itu merupakan peristiwa yang sangat memalukan perkumpulan pengemis, merekapun tak bisa mengambil tindakan dengan seenaknya, Karena turun menurun kedudukan ketua mempunyai kekuasaan tertinggi dalam tubuh perkumpulan, tiada peraturan yang mengijinkan seorang untuk menjatuhkan hukuman kepada ketua.

   Lain sekali tiga orang itu saling berpandangan dengan ragu, tiba2 satu ingatan terlintas dalam benak si pengemis pemabuk, ia membentak lagi ke arah Pek Liang yang sedang mengundurkan diri dari situ.

   "Berhenti! Apakah Ciangbunjin memberikan perintah sendiri kepadamu?"

   Sebelum Cau-siang-hui Pek Liang menjawab, mendadak terdengar gelak tertawa nyaring, menyusul mana sesosok bayangan melayang masuk ke tengah gelanggang.

   Orang itu tak lain adalah Toan-hong Kongcu ketua Kay-pang yang paling muda selama sejarah perhimpunan kaum jembel itu.

   Begitu Toan hong Kongcu muncul, diam2 Tian Pek mencibir dan membatin.

   "Akan kulihat bagaimana caramu membersihkan diri dari segala tuduhan?"

   Toan hong Kongcu tampak tenang2 saja, ia tertawa hambar, ujarnya kepada Hong-jan-sam kay.

   "Bagaimanapun persoalan ini harus diselidiki hingga jelas!"

   Lalu ia berpaling ke arah Pek Liang dan membentak.

   "Apakah Ciangbunjin pribadi yang memberi perintah kepadamu?"

   "Tecu menerima perintah dari Sin-heng-tay po (pangeran langkah sakti) Tang Cing yang membawa Lik-giok-tiang-leng (pentung hijau tanda perintah)"

   "Panggil Sin- heng-tay po Tang Cing kemari!"

   Bentak Toan-hong Kongcu dengan kereng. Perintah itu segera disampaikan, tapi kemudian datang laporqn bahwa Sin heng-tay-po Tang Cing telah lenyap entah pergi ke mana.

   "Bawa kemari Lik-giok tiang-leng!"

   Seru Toan hong Kongcu lagi. Hui-ca tay-po (pangeran garpu terbang) Han Giok mengiakan, selang sejenak ia telah muncul kembali, katanya dengan ter-bagta2.

   "Lapor Ciaingbunjin, Lik-ghiok tiang-leng tak ada di ruang tengah!"

   Mendengar laporan itu, air muka Hong-jan-sam-kay berubah hebat, Toan-hong Kongcu sendiripun tampak diliputi emosi, serunya lagi;

   "Siapa yang bertugas menjaga ruangan itu?"

   "Tah-hou-tay po (pangeran pemukul harimau) Lim Lip serta Kim ciong-tay-po (pangeran tumbak emas) Keh Hong!"

   "Pangil kedua orang itu kemari!"

   Bentak Toan-hong Kongcu dengan wajah pucat hijau.

   "Mereka sudah tak nampak lagi batang hidungnya!"

   Jawab Hui ca tay-po.

   Wajah Hong jan sam kay dan Toan Hong Kongcu kali ini benar2 berubah hebat, sebab Sin heng, Tah hou, Hui-ca dan Kim-ciong.

   Keempat Tay-po adalah pelaksana hukum perkumpulan pengemis, sekarang tiga diantaranya tak nampak lagi batang hidungnya, bahkan tanda kekuasaan Likgiok-tiong-leng pun ikut lenyap.

   dari sini dapat diketahui betapa seriusnya masalah ini.

   Toan-hong Korgcu lantas memberikan perintah untuk melakukan pencarian secara besar2an, semua anggota pengemis dikerahkan untuk mencari jejak ketiga Tay-po itu dan Lik-giok-tiang-leng, tapi jejak mereka se-akan2 tenggelam di samudra luas, sama sekali tak ada beritanya lagi.

   Setelah gagal mencari jejak orang2 itu, Toan-hong Kongcu berpendapat tentulah Sam-tay-po itu sudah menyalahgunakan wewenangnya untuk memberi perintah palsu dengan mencatut nama ketuanya dan tanda kepercayaan tongkat kumala hijau itu, tujuan mereka pastilah hendak mencuri kitab pusaka Soh-kut-siau hun-thian-hud-pi-kip.

   Uraian Tong-hong Kongcu ini ternyata tidak dibantah seorangpun atau ada yang berpendapat lain, hanya Tian Pek saja diam2 masih curiga, sebab dari balik atap rumah jelas ia melihat adanya lima sosok bayangan manusia berkerudung, satu diantaranya tak lain adalah Toan-hong Kongcu, tapi karena tak ada bukti yang jelas maka iapun tidak membongkar rahasia tersebut.

   Tatkala kaum pengemis itu membekuk Huica-tay-po, satu2nya pelaksana hukum yang tidak lolos itu atas perintah Toan-hong Kongcu, kemudian meminta maaf kepada paman Lui, satu ingatan cerdik tiba2 melintas dalam begnak Tian Pek, ia lantas berseru dan mengumpulkan kembali kawanan jago silat yang akan bubar itu.

   katanya.

   "Demi menyelamatkan dunia persilatan dari bencana, secara gegabah aku Tian Pek telah membocorkan rahasia Soh-kutsiau-hun-thian-hud- pit-kip kepada semua orang, kenyataannya akibat dari tindakanku ini telah muncul orang2 yang tak diinginkan, terpaksa aku harus mengambil tindakan cepat dan tindakan tersebut rasanya cuma ada satu jalan. .."

   Dia keluarkan kitab pusaka itu dari sakunya, kemudian diperlihatkan kepada para hadirin, katanya lebih lanjut.

   "Cara itu ialah memusnahkan kitab pusaka yang menjadi incaran banyak orang ini di hadapan kalian semua"

   Begitu selesai berkata "Prak!"

   Kedua telapak tangannya ditekan dengan keras2 dan kitab pusaka Soh-kut-siau-hun-thian-hud-pi-kip yang menjadi incaran setiap umat persilatan itu tahu2 sudah hancur dan musnah menjadi abu.

   Tindakan Tian Pek ini sama tekali di luar dugaan siapapun, saking kagetnya semua jago hanya berdiri tertegun dengan mata terbelalak lebar, tidak terkecuali paman Lui, saking kagetnya ia sampai tak mampu berkata2.

   
Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tian Pek masih saja tenang2, begitu kitab pusaka yang menjadi idaman setiap umat persilatan itu dihancurkan, lalu ia menyebarkan abu buku itu ke udara hingga beterbangan dan tersebar kemana2.

   Selesai memusnakan kitab tadi, anak muda itu menghampiri paman Lui dan berkata sambil memberi hormat.

   "Paman, harap maafkan tindakan keponakanmu yang kelewat batas ini!"

   "Ai, sudah dihancurkan ya sudahlah"

   Sahut paman Lui sambil menghela napas dan menggeleng kepala.

   "Cuma sayang jerih payah Ciah-gan-longkun akhirnya harus musnah dengan cara begini ....."

   Saking sedihnya jago tua ini sampai tak mampu melanjutkan kata2nya.

   Setelah terjadi peristiwa itu, kawanan jago yang berkumpul baru bisa mengembuskan napas lega mereka merasa gegetun, sayang dan kecewa, dengan membawa pelbagai perasaan yang berbeda inilah orang2 itu siap membubarkan diri ......

   Tapi ada pula beberapa orang di antaranya merasa curiga, mereka berpikir.

   "Ah, masa ia betul2 sudah musnahkanw kitab pusaka yyang dianggap orxang persilatan sebagai kitab paling aneh di dunia itu ......?"

   "Jangan2 kitab yang dimusnahkan hanya kitab palsu ... ..?"

   Toan-hong Kongcu sendiri berdiri mematung seperti orang linglung, mimpipun ia tak menyangka Tian Pek bakal musnahkan kitab pusaka Soh kut-siau hun-thian hud pi kip yang diidam-idamkan setiap jago silat itu di hadapan mereka.

   Dengan begitu, berarti pula semua rencana dan siasatnya gagal total.

   rasa kecewa yang dialaminya otomatis berlipat kali lebih hebat daripada orang lain.

   Mendadak satu ingatan terlintas dalam benaknya, cepat ia bertanya;

   "Tian-heng, apakah kau mempunyai salinan kitab itu ... .?"

   Sungguh gusar tak terkirakan hati Tian Pek mendapat pertanyaan itu, ia tak mengira sebagai seorang ketua perkumpulan terbesar ternyata punya pandangan sepicik itu, tak tahan lagi anak muda itu balas menjengek.

   "Hehe, kitab salinan memang ada, cuma, berada di dalam hatiku, apakah Kongcu hendak membelah dadaku dan sekalian merogoh keluar hatiku?"

   "Ah, saudara Tian memang pandai bergurau!"

   Ajar Toanhong Kongcu sambil tertawa ter-sipu2

   "aku cuma menganggap terlalu sayang kalau kitab sehebat itu harus dimusnahkan begitu saja, masa tanya saja tak boleh?"

   Tian Pek mendengus, tiba2 ia maju tiga langkah ke muka dan mundur lima langkah ke belakang, tubuhnya bergerak secepat kilat, dalam sekejap ia sudah melancarkan empat kali pukulan berantai.

   Angin pukulan men-deru2 dan kelihatan mengerikan tapi semua pukulan itu bukan tertuju pada manusia melainkan menuju ke udara kosong.

   Kendatipun demikian, Toan-hong-kongcu dan Hong-jan-sam-kay yang berada di dekat situ tak bisa berdiri tegak lagi, sambil menjerit kaget serentak mereka melompat mundur.

   Semua orang sama tertegun, siapapun tak mengerti apa yang dilakukan anak muda itu.

   Setelah Tian Pek memainkan empat kali pukulan dengan diimbangi ilmu langkah Cian-hoan-biau-hiang-poh dan Ginkang Bu-sik-bu-siang-sin-hoat, segera pula ia berhenti darn berseru.

   "Gerakan yang kulakukan barusan adalah jurus pertama dari Thian hud-lik yang bernama Hud-kong- bu-ciau Bagaimana? Cukup untuk menjadi bahan renungan Ciangbunjin selama beberapa hari bukan?"

   Maksud ucapannya amat jelas, se-akan2 ia hendak menyatakan bahwa janganlah kau terlampau tamak, untuk mengisap inti sari ilmu sakti ini bukanlah pekerjaan semudah sangkaanmu.

   Ketika dilihatnya kawanan jago itu berdiri dengan melenggong, beruntun ia lancarkan pula tiga jurus gerakin Hud-coh-hang-song (Buddha suci turun ke bumi).

   Liu-sing-yau-hue (menyapu bersih hawa siluman) serta Hong-ceng-lui-beng (angin menderu guntur menggelegar).

   Di dalam demontrasinya ini ia telah mainkan ilmu pukulan Thian-hud-hang-mo-ciang disertai ilmu pukulan Hong-lui-pat-ciang, meskipun hanya tiga jurus serangan berantai, tapi hawa pukulan yang terpancar luar biasa dahsyatnya, seketika berjangkit angin taupan yang menggulung tinggi ke udara.

   Demontrasi yang hebat dan luar biasa ini membuat kawanan jago itu diam2 menjulurkan lidah, pikir mereka.

   "Entah bagaimana caranya bocah ini berlatih hingga mencapai prestasi setinggi ini ...

   .?"

   Sementara itu Tian Pek sudah berhenti, melihat semua orang memandangnya dengan bingung, ia menghela napas dan menggeleng kepala seraya berkata.

   "Ilmu silat yang tinggi tak dapat dipelajari dengan gegabah, baiklah kita mulai dari permulaan lagi!"

   Pemuda itu lantas duduk bersila seperti seorang paderi agung dan mulailah dia menerangkan ilmu tenaga dalam.

   Begitu mendengar Tian Pek mulai membacakan teori tenaga dalam Soh-kut-siau-hun-thian-hud-pit-kip, kawanan jago mulai berkerumun di sekeliling anak muda itu dan memasang telinga baik2.

   Waktu itu keadaan Tian Pek sepgerti sang Buddhia yang sedang berkhotbah, matanya terpejam dan mulutnya komat-kamit, angker dan berwibawa tampaknya, sementara kawanan jago yang berkumpul juga pusatkan perhatian, suasana jadi hening, tak terdengar suara lain..-.

   Entah sejak kapan malam telah lalu dan sang surya sudah memancarkan cahayanya di ufuk timur.

   Kawanan jago yang ikut dalam pelajaran itu kebanyakan adalah jago2 yang berilmu tinggi, sekalipun seorang pemuda juga paling sedikit memiliki dasar ilmu silat yang tangguh, ketika mendengar apa yang diajarkan Tian Pek ternyata merupakan ilmu sakti yang belum pernah dijumpai sebelumnya, bahkan bila dibandingkan dengan apa yang pernah mereka pelajari selama ini bedanya seperti langit dan bumi, kenyataan ini membuat jago2 itu makin tertarik, sehingga semua pikiran dan perhatian mereka tertuju pada satu titik saja, sekalipun terjadi ledakan dahsyat di samping mereka mungkin takkan dihiraukan, Begitulah, ber-turut2 Tian Pek memberi pelajaran selama tujuh hari, selama ini semua orang menerima pelajaran sambil berlatih menurut pelajaran yang baru mereka terima dari Tian Pek, ternyata kemajuan yang dicapai luar biasa sekali, kenyataan ini membuat semua orang tak kepalang girangnya, sebab andaikata mereka berlatih dengan menggunakan cara yang lama, entah berapa banyak kesulitan yang akan ditemui.

   Diantara sekian banyak orang, paman Lui, Buyung Hong, Wan-ji, Kim Cay-hong serta Hoan Soh-ing memperoleh kemajuan yang paling pesat.

   Ini disebabkan paman Lui pernah mempelajari isi kitab pusaka Soh-kut-siau-hun-thian-hud-pit-kip itu selama ber-tahun2, hanya saja karena tidak mendapatkan bantuan Liu Cui-cui dengan ilmu To-li-mi-hun-tay-hoatnya, maka banyak bagian yang tak berhasil dia tembus, tapi sekarang setelah memperoleh petunjuk Tian Pek ia jadi memahami kesalahannya, tak heran bila kemajuan yang dicapainya melampaui siapapun..

   Kiranya sewaktu Ciah-gan-longkun melukis kitab paling aneh di kolong langit itu, dia telah menyembunyikan pula rahasia ilmu silat di antara lukisan2 bugil yang merangsang itu, bila orang tak tahu rahasia itu, hanya berlatih dengan dasar tulisan belaka, belum cukup bagi orang itu untuk mencapai prestasi yang paling tinggi.

   Mungkin hal ini tak pernah dipikir paman Lui, tak disangka olehnya kitab yang dihadiahkan kepada Tian Pek ternyata dapat dipecahkan pula rahasianya oleh pemuda itu, dari sini terbuktilah betapa pentingnya pengaruh nasib dan takdir bagi umat manusia di dunia ini.

   Sedangkan alasan mengapa Buyung Hong, Wan-ji, Kim Cay-hong dan Hoan Soh-ing mendapat kemajuan yang jauh lebih pesat dari orang lain, ini disebabkan karena mereka berempat sangat mempercayai Tian Pek, mereka yakin pelajaran yang diberikan anak muda itu pasti tepat.

   Begitulah Tian Pek sudah memberi pelajaran selama delapan hari, malam itu ketika ia kembali ke kamarnya, belum lagi tidur, mendadak di luar jendela terdengar suara kain baju tersampuk angin.

   Suara itu lirih sekali se-akan2 angin yang berembus lewat, tapi tak dapat mengelabuhi ketajaman pendengaran Tian Pek, sebab dengan tenaga dalam yang dimilikinya sekarang, sekalipun daun yang gugur atau bunga yang rontok pada jarak sepuluh tombak di sekelilingnya iapun dapat menangkap suara itu dengan jelas.Untuk menjaga segala kemungkinan, dengan gerakan yang cepat ia menerobos keluar lewat jendela belakang.

   Dari kejauhan ia lihat dua sosok bayangan orang dengan cepat sedang berkelebat melayang turun ke pekarangan sebelah depan.

   Tian Pek semakin curiga, ia lantas menggunakan gerakan Bu-sik-bu-siang-sin-hoat yang ringan untuk menyusulnya, hanya tiga-lima lompatan saja ia berhasil menyusul di belakang kedua orang itu tanpa diketahui mereka.

   Di bawah remang2 cahaya rembulan, Tian Pek dapat melihat badan kedua orang itu, di luar dugaan ternyata mereka adalah dua nona yang bertubuh ramping.

   Tian Pek semakin heran, pikirnya.

   "Mau apa kedua nona ini malam2 begini berkeluyuran?..."

   Sementara itu, kedua sosok bayangan ramping itu sudah berhenti di tepi sebuah hutan kecil, Tian Pek bersembunyi di belakanng pepohonan dan mengintip gerak-gerik mereka, sekarang ia dapat melihat jelas, tak salah lagi kedua orang itu ialah Buyung Hong dan Tian Wan-ji.

   Hal ini makin mengherankan anak muda itu, mau apa kedua nona itu malam2 menuju ke hutan yang sunyi itu?' Karena curiga, ia tak mau unjuk diri, ia bersembunyi di belakang pohon untuk mengintip gerak gerik kedua nona itu.

   Terdengar Buyung Hong sedang tertawa cekikikan dan berkata.

   "Moay-moay, coba kauterka untuk apa kuajak kau kemari?"

   Tampaknya Wan-ji baru tahu orang yang disangka musuh ternyata tak lain adalah kakaknya sendiri, ia tercengang kemudian menjawab.

   "Ah, kiranya Cici adanya! Urusan apa kau pancing aku kesini?"

   Buyung Hong tertawa, katanya.

   "Moay-moay, bicara sejujurnya, bukankah kau mencintai engkoh Tian?"

   Rupanya Wan-ji tak menyangka encinya akan membongkar rahasia hatinya secara blak2an, ketika teringat olehnya bahwa Tian Pek adalah calon suami encinya, merahlah wajahnya karena jengah.

   "Cici, kau jangan sembarangan menduga... '? serunya cepat.

   "aku ... sebenarnya aku ....."

   Dapatkah ia menyangkal isi hatinya dengan mengatakan ia tidak mencintai Tian Pek? Tidak! Tak mungkin! Sejak hatimu terbuka, orang pertama yang dicintainya adalah Tian Pek, bahkan ia percaya sampai akhir hayatpun ia tetap mencintai Tian Pek, hanya nasib telah berkata lain, pemuda pujaan hatinya, telah menjadi Cihunya, sudah tentu ia tak berani mengakui di depan encinya sendiri.

   Karena itu ia menjadi gelagapan.

   Dengan biji matanya yang jeli Buyung Hong menatap hangat adik perempuannya ini, lalu tersenyum lembut, digenggamnya tangan Wan-ji, kemudian ia berkata dengan suara yang halus.

   'Adikku, kukira tak perlu kau mengelabui diriku lagi! Ketahuilah, dari pengamatanku selama beberapa hari terakhir ini dapat kuketahui bahwa kau sebenarnya sangat mencintai engkoh Tian, bahkan akupun baru menyadari akan keadaan tersebut pada beberapa hari terakhir ini, Kutahu cintamu pada engkoh Tian mungkin jauh lebib awal daripadaku, mungkin juga semenjak engkoh Tian untuk pertama kalinya tiba di rumah kita, ketika kau pergi mencari adik (Leng-hong Kongcu) dan mintakan pengertiannya agar jangan mengusir engkoh Tian dari kamarnya .....Moay-moay, bukankah mulai saat itu kau telah mencintai engkoh Tian?"

   Air muka Wan-ji semakin merah, ia biarkan encinya menggenggam tangannya, sementara kepalanya tertunduk rendah dan mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.

   "Aku sendiripun merasa sangat heran."

   Demikian Buyung Hong berkata lebih jauh.

   "Mengapa aku bisa berbuat sedemikian gegabahnya, sampai persoalan maha penting seperti inipun tak kuketahui sejak dahulu? Andaikata Cici sejak awal telah mengetahui bahwa kau amat mencintai engkoh Tian, tak nanti Cici sampai melakukan tindakan keliru ini..."

   Ketika Buyung Hong berkata sampai disini, tiba-tiba Wan-ji tak dapat menguasai emosinya lagi, ia menangis tersedu, ia meronta dan melepaskan diri dari pegangan encinya terus kabur dari situ.

   "Adik Wan...!"

   Teriak Buyung Hong.

   Mendengar panggilan itu, Wan-ji menghentikan larinya, tapi ia masih berdiri membelakangi encinya, sementara bahunya berguncang keras, agaknya nona itu sedang menangis dengan sedihnya.

   Siapa bilang tak sedih? Gadis manakah yang bersedia melepaskan kekasih pertamanya dengan begitu saja? Apalagi cinta Wan-ji kepada Tian Pek sudah mencapai tingkatan sehidup semati, tentu saja kesedihannya tak terperikan.

   Tapi sekarang kekasihnya jelas akan menjadi suami encinya, kecuali bersedih apa yang dapat ia lakukan lagi? Cepat Buyung Hong memburu ke samping Wan-ji, ia menarik lengan adiknya dan berbisik dengan suara lembut.

   "Adikku tak usah bersedih hati, maukah kau mendengarkan perkataan encimu?"

   Tiba-tiba Wan-ji menubruk ke dalam rangkulan encinya dan menangis tersedu-sedu, katanya sambil sesenggukan.

   "Cici, aku merasa bersalah padamu... aku..."

   Wan-ji menangis semakin sedih, sedang Buyung Hong lantas teringat pada musibah yang menimpa keluarganya, tanpa terasa ia ikut mencucurkan air mata.

   Tian Pek bersembunyi di balik pohon dan dapat mengikuti semua kejadian itu dengan jelas, ia merasa pedih hatinya bagaikan diiris-iris, pikirnya.

   "Tian Pek, wahai Tian Pek... hanya terpengaruh oleh emosi kau menerima pinangan Buyung Hong, tahukah kau bahwa tindakanmu ini telah menyakitkan hati Wan-ji yang amat mencintai dirimu itu..."

   Buyung Hong yang bersedih hati tiba-tiba teringat kembali pada tujuannya yang utama, ia lantas menyeka air mata, kemudian membelai rambut adiknya, ia keluarkan sapu tangan dan menyeka air mata Wan-ji.

   "Adikku, janganlah menangis!"

   Bisiknya lembut.

   "dengarkan dulu perkataan encimu!"

   Wan-ji masih bersandar dalam rangkulan encinya dengan manja, pipinya yang masih basah dan berwarna merah membuat orang merasa iba, meski ia sudah mendengar bisikan encinya, tapi bahunya masih bergerak naik turun menahan isak.

   Buyung Hong berbisik lagi dengan suara lembut.

   "Kita berdua adalah kakak beradik kandung, meski masih ada seorang saudara tapi semenjak kecil hubungannya dengan kita berdua tidak cocok, kalau tidak ribut denganku tentu dia bertengkar dengan kau. Kini ayah telah dibunuh orang, keadaan rumah tangga kita sudah jauh berbeda daripada keadaan dulu, maka semestinya mulai sekarang kita kakak beradik harus hidup bersama untuk berjuang menghadapi kehidupan selanjutnya, selamanya kita harus rukun dan saling mencintai, Adikku, kau bersedia menuruti apa yang kukatakan bukan?"

   Wan-ji tidak mengerti maksud tujuan encinya, ketika dilihatnya Buyung Hong bicara dengan serius, maka iapun mengangguk kepala. Buyung Hong tertawa, katanya pula.

   "Kalau kaupun mencintai engkoh Tian, kita kakak beradik juga tak bisa dipisahkan satu sama lain, apa salahnya kalau kita sama-sama menikah dengan engkoh Tian dan mempunyai suami yang sama?"

   Begitu ucapan Buyung Hong diutarakan, bukan saja Wan-ji terkejut, bahkan Tian Pek yang bersembunyi di belakang pohonpun terkesiap.

   Wan-ji menengadah, dengan matanya yang jeli ia memandang wajah encinya dengan termangu, ketika dilihatnya wajah encinya tetap ramah, bersenyum kasih sayang, tahulah nona itu bahwa encinya tidak bergurau, jantungnya menjadi berdebar keras.

   Tiba-tiba ia menjatuhkan diri ke dalam pelukan encinya, ia berbisik.

   "Oh, cici... !"

   Ia tak dapat mengangkat kepalanya lagi.

   Meskipun dia belum menyanggupi usul encinya tapi dari perubahan sikap dan pancaran sinar mata kaget bercampur girang, Buyung Hong tahu bahwa adiknya telah menyetujui usulnya, hal ini membuat hatinya jadi lega dan girang, ia merasa tali mati yang selama ini mengganjal dalam hatinya sekarang telah terbuka.

   Timbul sifat nakalnya untuk menggoda, sambil merangkul pinggang Wan-ji yang ramping ia berkata lagi.

   "Adikku, ketahuilah bahwa persoalan ini menyangkut masa depanmu sendiri, aku tak ingin melihat kau penasaran.

   Nah, untukmenghindari segala kemungkinan yang tak diinginkan, Cici minta kau menjawab sendiri, bersedia atau tidak menerima usulku ini?"

   Wan-ji semakin tak berani menengadah, dia cuma memeluk Buyung Hong sambil memanggil Cici tak henti2nya, tapi dari panggilan itu dapat terdengar rasa sedihnya sudah terhapus, sebagai ganti suaranya sekarang penuh perasaan gembira.

   Dasar memang nakal, Buyung Hong terus menggoda.

   "He, bagaimana kau ini, sebenarnya setuju tidak? Kenapa cuma memanggil Cici melulu!"

   Ketika dilihatnya Wan-ji masih saja bersandar dalam pelukannya, ia berkata lagi.

   "Kalau kau tidal setuju ya sudahlah, nanti kukatakan pada engloh Tian bahwa kau sebenarnya tidak mencintainya."

   "Cici, kau jahat ....."

   Omel Wan-ji sambil menarik ujung baju cicinya.

   "Bagus! Kau berani memaki aku, itu menandakan kau memang tidak mau, sekarang juga akan kuberitahukan kepada engkoh Tian ..."

   Ia lantas mendorong adiknya dan siap berlalu dari situ.

   "Cici.....Cici.... ."

   Meski tahu encinya cuma menggoda, tidak urung Wan-ji berseru panik, mendadak ia menengadah, sinar matanya kebentur dengan sesuatu, hampir saja ia menjerit kaget.

   Entah sejak kapan, tak jauh dari tempat mereka telah muncul dua orang yang mirip dengan badan halus.

   Sebagaimana juga adiknya, Buyung Hong baru mengetahui akan hadirnya ke dua orang seperti sukma gentayangan itu setelah melepaskan Wan-ji dari pelukannya, ia berdiri terbelalak, ia kaget sampai tak mampu bersuara.

   Kedua orang kakak beradik ini mengetahui bahwa ilmu silat sendiri cukup tinggi, sekalipun sedang ber-cakap2, tak mungkin mereka tidak merasakan tibanya kedua orang itu disamping mereka.

   Dari sini dapatlah diketahui betapa hebat kungfu kedua pendatang yang tak diundang ini.

   Kedua orang itu berusia antara enam puluhan, yang seorang bermuka bulat telur berwarna ke-merah2an, berambut merah, berkulit hitam, bermata tajam dan bentuknya seperti muka kunyuk.

   Sedangkan yang lain adalah kakek kurus kecil berjubah panjang tebal, mukanya merah dengan hidung besar merah pula, dandanannya persis seperti seorang guru kampungan.

   Meskipun dandanan mereka aneh dan lucu, namun sinar mata mereka tajam mengawasi Buyung Hong berdua dengan seram.

   Baik Buyung Hong maupun Wan-ji tidak kenal siapa kedua orang aneh ini, lain halnya dengan Tian Pek yang bersembunyi di balik pohon, dia segera kenal kedua prang ini sabagai Kui-kok-ji-ki (dua manusia aneh dari lembab setan) yang bercokol di Gan-tang-san dan sudah dua kali mencari perkara padanya.

   Sesungguhnya kehadiran dua orang ini sejak tadi tak luput dari perhatian Tian Pek, hanya saja karena Buyung Hong berdua sedang membicarakan dia betapapun ia merasa tak enak unjukkan diri, pula dia ingin menyelidiki apa yang hendak dilakukan kedua orang yang tindak tanduknya selalu mencurigakan ini, maka Tian Pek tetap diam saja di tempatoya.

   Sementara itn Buyung Hong dan Wan-ji masih berdiri termangu, Kui-kok-ji-ki lantas nnenghampiri mereka.

   Terdengar Ci-hoat-leng-kau Siang Ki-ok menjengek.

   "Hehehe, betul2 kejadian yang aneh, baru pertama kali ini kujumpai dua nona sedang berunding untuk kawin dengan seorang laki2 yang sama.

   Hopo tumon?"

   Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Wan-ji lebih cerdik dan binal. maka dilihatnya dua manusia aneh muncul tanpa bersuara, bahkan menyindir dirinya, dengan melotot segera ia mombentak.

   "Hmm, siapa yang suruh kau mencampuri urusan kami? Eeh, kalian mau apa datang ke sini? Jika tidak memberi alasan yang tepat, jangan salahkan nona tak sungkan2 lagi kepadamu!"

   "Anak perempuan, jangan galak2 dulu!"

   Jengek Kui-kokin-siu Bun Ceng-ki dengan suara menyeramkan.

   "kami cuma ingin tahu, engkoh Tian yang kalian maksudkan itu apakah keparat yang bernama Tian Pek?"

   "Kalau bicara sedikilah tahu diri, apa itu keparat?"

   Bentak Wan-ji mendongkol.

   Kui-kok-in-siu menjengek, tiha2 ia mencengkeram lengan Wan-ji sembari menyahut.

   "Jawab saja benarkah orang itu atau bukan?" Perlu diketahui, serangan yang dilancarkan Kui-kok-in-siu barusan dilancarkan dengan kecepatan yang luar biasa, andaikata Wan-ji tidak menguasai ilmu langkah Cian-hoan-biau-hiang-poh yang belum lama berhasil dikuasainya, bisa jadi ia sudah kena dicengkeram oleh musuh.

   Lolos dari cengkeraman maut itu, Wan-ji segera melayang ke samping, kemudian serunya dengan marah.

   "Kalau betul lantas mau apa? Tua bangka yang tak tahu diri, nonamu menghormati kau sebagai orang tua, tapi kau malahan menyerang lebih dulu.

   Nah, rasakan serangan balasan nonamu ini!"

   Setajam gurdi jari tangannya terus menutuk dengan ilmu jari Soh-hun-ci, ia tutuk jalan darah Ki-bun-hiat di dada Kui-kok-in-sigu.

   Ketika cengkeramannya melehset tadi, diam2 Kui-kokin-siu merasa kaget, apalagi setelah diketahui bahwa serangan Wan-ji membawaa kekuatan yang tidak lemah, hal ini membuatnya terkejut, ia tak menyangka nona semuda itu ternyata memiliki kungfu yang amat lihay.

   Ia tak berani menyambut secara kekerasan, cepat ia melejit dan menyingkir ke samping, tapi begitu mundur dia maju kembali, ujung kakinya menjejak tanah dan secepat angin ia menubruk lagi ke muka, beruntun dia menghantam dua kali dengan dahsyat.

   Kedua serangan itu dilancarkan hampir secara serentak, jurus serangannya aneh dan membawa hawa serangan yang dingin.

   Wan-ji terkejut, ia tak mengira kakek kurus macam guru dusun itu ternyata memiliki tenaga serangan yang lihay, nona ini tak berani menyambut dengan kekerasan, cepat ia melompat mundur.

   Sementara itu Buyung Hong yang mengikuti jalannya pertarungan itu dapat mengetahui bahwa ilmu silat musuh lihay sekali, meskipun kata2nya tak senonoh, tapi yang diselidiki adalah engkoh Tian, jangan2 mereka adalah sababat dari Tian Pek.

   Sebagai orang persilatan, ia tahu watak dari sementara jago silat memang aneh dan tak bisa diterima dengan akal sehat, cepat ia mengalangi adiknya untuk bentrok lebih lanjut, seraya memberi hormat kepada Kui-kok-ji-ki ia bertanya.

   "Bolehkah kutahu, apa maksud Locianpwe berdua mencari Tian-siauhiap?"

   "Oh, kalau begitu engkoh Tian yang kalian maksudkan benar2 adalah Tian Pek?"

   Bukan menjawab Kui-kok-in-siu malahan bertanya' "Betul!"

   Sahut nona itu berterus terang.

   "Monyet cerdik berambut merah"

   Yang sejak tadi membungkam tiba2 tergelak sambil menyindir.

   "Hahaha, Tian Pak si bocah keparat ini memang punya rejeki bagus, sampai2 ada dua anak perempuan secantik ini bersedia dikawini semua."

   Merah wajah Buyung Hong, omelnya dengan ter-sipu2

   "Locianpwe, jangan sembarangan omong. Katakan saja, ada urusan apa kalian mencari Tian siauhiap?"

   "Cici, buat apa kau gubris mereka?"

   Sela Wanji.

   "Kulihat kedua tua baugka ini pasti bukan manusia baik2."

   "Hahaha, kurangajar! Anak perempuan sudah bhosan hidup, berani kaumaki kami,"

   Teriak Kuikok-in-siu segera telapak tangannya terangkat dan hendak menghantam.

   "Sute, jangan terburu napsu!"

   Cepat Ci-hoat-leng-kau mengalangi rekannya.

   "kalau kedua anak perempuan ini calon istri Tian Pak keparat itu, maka kita harus menangkapnya hidup2. Dengan begitu, kita dapat memaksa dia menyerahkan kitab paling aneh di kolong langit itu..."

   Hampir meledak dada Wan-ji mendengar Ucapan itu, kontan ia memaki.

   "Kalian jangan bermimpi di siang hari bolong, dengan kekuatan kalian berdua mash belum berhak untuk memperebutkan kitab pusaka itu. Huh, kungfu kalian masih ketinggalan jauh!"

   Setelah urusan barkembang jadi begini, Buyung Hong baru mengerti bahwa maksud kedua kakek aneh itu menanyakan Tian Pek adalah untuk kitab pusaka Soh-kutsiau-hun-thian-hud-pit-kip.

   Tapi bagaimanapun juga is lebih tenang dan bisa berpikir daripada Wan-ji, ia tak ingin mencarikan musuh baru bagi engkoh Tian yang telah mengundurkan diri dari dunia persilatan, sahutnya kemudian.

   "Sayang sekali kedatangan Locianpwe terlambat setindak, pada beberapa hari yang lalu dihadapan umum Tian-siauhiap telah musnakan kitab pusaka Soh-kut-siau-hun itu!"

   "Sungguhkah perkataanmu?"

   Tanya Kui-kok-in-siu dengan air muka berubah hebat.

   "Untuk apa berbohong!"

   Sahut Buyung Hong, ketika dilihatnya Kui-kok-in-siu masih sangsi, ia menambahkan lagi.

   "Setiap orang yang hadir menyaksikan peristiwa itu, kalau tak percaya silakan Cianpwe menyelidiki kejadian ini pada orang lain!"

   Dari cara Buyung Hong berbicara, Kui-kokin-siu percaya nona itu pasti tidak bohong, kejadian ini benar2 berada di luar dugaannya.

   seketika ia jadi terbelalak dan tak mampu bicara.

   Ci-hoait-leng-kau lebih licik, ia tidak percaya dengan begitu saja, biji mata berputar sambil tersenyum licik ia berkata.

   "Anak perempuan, hanya dengan beberapa patah katamu itu kaukira bisa menipu kami!"

   Wan-ji naik pitam oleh sikap kedua orang itu, sebelum Buyung Hong menjawab, cepat ia menimbrung.

   "Sekalipun kami membohongi kalian, kalian tua bangka ini mau apa?"

   Kui-kok-in-siu seperti memahamyi sesuatu, dia xberseru dengan gusar.

   "Kalau kalian membohongi kami, akan kucabut jiwa kalian!"

   Segera telapak tangannya terangkat hendak menghantam pula. Untuk kedua kalinya Ci-hoat-leng-kau mencegah sutenya yang kalap itu, ia tertawa seram dan berkata.

   "Jangan kita bunuh mereka, kita tangkap mereka hidup2, mustahil Tian Pek keparat itu takkan menyerahkan Soh-kut-siau-hun-thian-hud-pit-kip kepada kita."

   "Tong kosong memang nyaring bunyinya!"

   Ejek Wan-ji. Ci-hoat-leng-kau menarik muka, bentaknya dengan gusar.

   "Jawab saja, kalian mau ikut kami atau harus kami bekuk dengan kekerasan?"

   "Hehehe, omong besar melulu!"

   Jengek Wan-ji.

   "jika betul2 turun tangan, tidak sampai sepuluh jurus kami mampu membekuk kalian berdua!"

   Seru Ci-hoat-leng-kau dengan gemas. Wan-ji tak mau kalah, dengan nada yang sama iapun berseru. 'Bila betu12 bertempur, tidak sampai tiga jurus kedua nonamu sanggup mengenyahkan kalian tua bangka ini dari sini!"

   Wan ji memang pandai bersilat lidah, ucapannya setajam sembilu, kontan saja membuat Kui-kok-ji ki jadi mencak2, Tian Pek yang bersembunyi di belakang pohon hampir saja tak dapat menahan gelinya.

   "Baiklah, sebelum diberi hajaran tampaknya kalian tak mau percaya,"

   Sera Kui-kok-in-siu marah-marah.

   "Sekarang juga akan kusuruh kalian rasakan sendiri betapa lihaynya kami!"

   Diiringi bentakan keras dia cengkeram dada Wan-ji dengan jurus Kui-ong-bong-ciong (raja setan menumbuk lonceng) dari ilmu pukuian Im-hong-ciang, serangan ini tergolong kotor terhadap seorang gadis.

   tapi kakek itu tak segan2 menggunakannya.

   Merah wajah Wan-ji, ia bertambah gusar, dengan ilmu langkah Cian-hoan-biau-hiang poh dia berputar ke samping.

   Sejak dulu, ilmu andalan Wan-ji adalah kegesitan, setelah mempelajari ilmu Cian-hoan -biau-hiang poh, keadaanya ibarat harimau tumbuh sayap, maka setiap serangan maut Kui-kok-in-siu dapat dielakkannya.

   Kui-kok-in siu terkejut, tapi semakin membangkitkan rasa gusarnya, ia menyerang makin bernafsu, beruntun tujuh kali pukulan berantai dilepaskan.

   Ketujuh serangan itu dilancarkan dengan tenaga dahsyat, meski begitu, di bawah gerak tubuh Wan-ji yang lincah, semua ancaman maut itu bisa dihindarkan dengan baik dan manis.

   Akan tetapi, tidak urung ia terdampar mundur juga oleh angin pukulan musuh.

   Wan -ji menjadi gusar, ia membentak lalu mengeluarkan ilmu Soh-hun ci, beruntun ia balas menutuk tiga Hiat-to penting tubuh lawan.

   Serangan jari tangan itu sangat lihay, Kui-Kok in-siu tak berani menyambut dengan kekerasan, cepat ia melompat mundur, pada kesempatan tersebut Wan-ji segera memperbaiki posisinya, beruntun iapun menutuk pula tiga kali dan empat kali pukulan.

   Di bawah tekanan ketujuh serangan berantai ini, Kuikok-in-siu juga terdesak mundur.

   Demikianlah dalam waktu singkat kedua orang itu sudah terlibat delam pertarungan sengit, belasan jurus sudah lewat, namun menang kalah masih belum bisa ditentukan.

   Sementara pertarungan itu berlangsung, Ci-hoat leng-kau melirik Buyung Hong, ia berkata dengan suara menyeramkan.

   "Mereka berdua sudah mulai bertempur, sebaiknya kitapun jangan menganggur, hayolah kitapun ber-main2 sebentar. Ucapan itu bernada kotor, Buyung Hong jadi mendongkol, dengan muka sedingin es ia menyindir.

   "Hm katanya dalam sepuluh jurus kami akan dibekuk?' Kenapa sudah 20 jurus lebih kawanmu itu masih belum mampu gmengapa-apakan adikku ...."

   "Hehehe, apa bedanya sepuluh jurus atau dua puluh jurus? kalina berduakan seperti benda dalam saku kami?"

   Begitu selesai berkata, dengan jurus Hek-jiu-tan-bun (tangan hitam merampas sukma), dia cengkeram bagian bawah perut nona itu.

   Merah wajah Buyung Hong, ia tak menyangka kedua orang tua yang dihormati ini ternyata tak lebih hanya manusia2 rendah yang bermoral bejat, menghadapi serangan kotor ini, Buyung Hong sendiripun tak sungkan2 lagi, dengan jurus Hong-ceng-lui-beng ia balas menghantam batok kepala musuh.

   Ci-hoat-leng-kau menyambut pukulan itu dengan serangan kilat, dalam sekejap saja mereka sudah bertempur berpuluh gebrakan.

   Bicara soal kungfu maka ilmu silat Kanglam ji-ki pada dasarnya memang lihay, apalagi setelah berhasil mencelakai gurunya sendiri, yakni Sin kau Tiat Leng dan mencuri kitab pusaka Bu hak-cinkeng serta mempelajarinya dengan tekun, boleh dibilang kungfu mereka berlipat kali lebih lihay daripada Buyung Hong berdua.

   Untungnya kedua nona ini belum lama berselang sempat mendapat pelajaran silat dari Tian Pek, dengan kungfu dari kitab Soh-kut-siau hun yang maha dahsyat, walau agak memeras keringat kedua nona itu masih mampu bertahan.

   Tapi setelah bertarung lama, Buyung Hong mulai kewalahan, ia tak sanggup lagi melayani serangan2 maut Ci-hoat leng-kau.

   Di antara Kanglam-ji- ki, ilmu silat kunyuk berambut merah ini memang lebih lihay daripada saudaranya, sedangkan Buyung Hong lebih lemah jika dibandingkan Wan ji, bisa dibayangkan bagaimana akibatnya ketika yang kuat bertemu dengan yang lemah, puluhan gebrakan lewat, Buyung Hong sudah keteter hingga napasnya tersengal dan sekujur badan mandi keringat.

   Di pihak lain, pertarungan antara Wan-ji melawan Kuikok-in-siu masih berjalan dengan seimbang.

   Sebagaimana diceritakan tadi, Wan-ji pernah belajar dari guru lain, yakni Sin-kau Tiat Leng, yang sebetulnya adalah guru Kui-kok-in-siu, meskipun hanya belajar seratus hari, namun banyak jurus serangan mereka ternyata sama dan kembar.

   Kejadian ini membuat keduanya sama2 keheranan, mereka merasah belum pernah bertemu dengan lawannya, tapi mengapa jurus serangan mereka serupa? Tentu saja keheranan itu hanya tersimpan di dalam hati saja, siapapun tak menyangka kungfu mereka sebenarnya berasal dari guru yang sama.

   Dalam pada itu Buyung Hong sudah terlibat dalam posisi yang berbahaya, jiwanya berada diujung tanduk dan tiap saat pukulan mematikan musuh bisa menghabisi nyawanya.

   Setelah jelas kemenangan sudah diambang pintu, Ci-hoat-leng-kau mulai bermulut usil, ia memuji kecantikan Buyung Hong, memuji bentuk tubuhnya yang ramping dan kungfunya tangguh.

   Padahal usia si "kunyuk berambut merah"

   Itu pantas menjadi kakeknya Buyung Hong, tapi dasar bermuka badak, tua2 keladi, tidak tahu diri.

   Menghadapi godaan seperti itu, Buyung Hong jadi malu bercampur kheki, suatu ketika mendadak Ci-hoat-leng-kau menggunakan ilmu Hek-sat-jiu untuk mencengkeram mukanya, padahal ia sudah kehabisan tenaga, tak kuat rasanya untuk menangkis ancaman tersebut.

   sekalipun begitu dia tak sudi tubuhnya dicengkeram musuh sehingga akan merugikan nama baik Tian Pek.

   Dalam keadaan begini, ia jadi nekat, timbul niatnya untuk beradu jiwa dengan musuh, maka ketika serangan musuh hampir mengenai tubuhnya, berbareng itu juga ia menerkam ke depan sambil menyerang dengan jurus Hwe-hong-ci-lip, (mengambil kacang di tengah bara), suatu jurus serangan mematikan andalan Ti-seng-jiu suara benturan dan bentakan keras menggelegar, menyusul seseorang menjerit kesakitan ....

   Bayangan manusia yaug bertarung itupun berpisah, seorang sambil memegang pergelangan tangannya yang kesakitan tergetar mundur dengan sempoyongan.

   Orang yang terluka itu bukan Buyung Hong sebaliknya adalah Ci-hoat-leng-kau Siang Ki-ok.

   Buyung Hong sendiri berdiri dengan napas tersengal dan muka pucat, meski demikian wajahnya kelihatan berseri, kiranya di tengah arena pertempuran telah bertambah dengan seseorang.

   Orang itu adalah seorang pemuda yang sangat tampan dengan tubuh yang tinggi tegap, dia masih muda tapiw berwibawa, ketyika Ci-hoat-lenxg-kau tergeser mundur dalam keadaan mengenaskan, anak muda itu hanya memandangnya sambil tertawa, tertawa mengejek.

   Kiranya ketika Buyung Hong terancam bahaya, Tian Pek yang bersembunyi dibalik pepohonan telah muncul dan menghajar Ci-hoat-leng-kau yang jumawa dan sombong itu sehingga mencelat.

   Wan-ji sangat gembira setelah melihat kemunculan Tian Pek, secara beruntun ia lepaskan dua pukulan dahsyat untuk mendesak mundur Kui-kok-in-siu, pada kesempatan tersebut nona itu menubruk ke pangkuan pemuda itu seraya berseru.

   "Engkoh Tian... .."

   Rasa cintanya yang selama ini tertimbun dalam hati tak bisa dikendalikan lagi, dengan diliputi emosi yang meluap2 ia berseru dan menghampirinya, untunglah dengan cepat ia teringat akan encinya, apalagi bila teringat kerelaan encinya yang akan mengawini seorang suami bersama dengan dia, hal ini membuat pipinya menjadi merah, untuk sesaat ia tak bisa berucap.

   Tian Pek balas memberikan senyuman mesra kepadanya, kemudian berpaling ke arah Kui-kok ji-ki seraya berkata.

   "Kalau kalian ada urusan menceari padaku, mengapa tidak mencari langsung dan buat apa kalian merecoki dua orang anak gadis dengan cara sekeji ini, begitukah perbuatan kalian sebagai tokoh persilatan?" Waktu itu Ci-hoat-leng-kau sedang menyembuhkan lukanya, ia tak dapat menjawab.

   maka Kui-kok-in-siu yang menanggapi ucapan tersebut.

   "Orang she Tian, sewaktu di lembah kematian, untung kau bisa lolos, tapi malam ini hmm, jangan harap kau bisa lolos dari cengkeraman kami lagi!"

   Tian Pek tertawa, katanya.

   "Aku orang she Tian tidak merasa pernah dikalahkan oleh kalian, jika kali ini kalian mengincar jiwaku, maka silakan saja untuk mencobanya, tapi kukira tidak segampang apa yang kau pikirkan!"

   Diam2 Kui-kok in-su melirik sekejap ke arah suhengnya, ketika melihat Ci-hoat leng-kau masih duduk bersila sambil mengatur pernapasan, sadarlah dia bahwa kekuatannya seorang belum tentu bisa menandingi kelihayan Tian Pek, meski demikian ia tidak sudi menyerah, apalagi unjuk kelemahan sendiri.

   Kembali kakek kurus kecil itu tertawa seram, katanya.

   "Bocah keparat, jika kau bersedia menyerahkan kitab Soh kut-siau-hun thian hud pit-kip itu kepada kami, dengan senang hati akan kulupakan sengketa kita di masa lalu, bahkan sejak detik ini tak akan kuungkat lagi tentang kematian muridku si Sam-cun-teng!"

   "Jika kau bersedia melepaskan soal dendam, dengan senang hati akupun akan menerimanya, tapi bila kau menghendaki kitab pusaka Soh-kut-siau hun-pit kip tersebut, maka aku hanya bisa mengatakan sayang seribu kali sayang, sebab kedatangan kalian sudah terlambat."

   "Kalau begitu, kau tidak bersedia menyerahkan kitab itu kepada kami?" "Mau percaya atau tidak terserah padamu, yang pasti kitab itu sudah kumusnahkan di hadapan kawan2 dari seluruh kolong langit!"

   Dalam pada itu Ci-hoat-leng-kau telah menyelesaikan semedinya, dengan muka garang ia menghampiri anak muda itu, lalu serunya dengan bengis "Jangan kau anggap tipu muslihatmu itu dapat membohongi kami berdua Hmm, mungkin orang lain bisa kautipu, tapi kami tidak, sekarang aku hanya ingin bertanya, mau serahkan pada kami atau tidak"

   Ucapannya garang, kasar dan mendesak, se-akan2 bila pemuda itu tak bersedia menyerahkan kitab itu, maka mereka akan segera melakukan penyerangan.

   Kui-kok-in-siu semakin berani setelah luka suhengnya berhasil disembuhkan, dengan menghimpun segenap tenaga dia melangkah maju, bentaknya;

   "Apakah kau memaksa kami untuk menggunakan kekerasan?"

   Mendongkol juga hati Tian Pok menghadapi kedua orang yang garang dan tak pakai aturan ini, ia balas menjengek.

   "Jangankan kitab pusaka itu memang sudah musnah, kendati masih utuh tak nanti kuserahkan kepada manusia bejat yang berani mengkhianati guru sendiri seperti kalian ini."

   Kejadian ini tak ubahnyga seperti mengorek borok di tuhbuh mereka, kontan saja mereka naik darah, teriaknya kalap.

   
Hikmah Pedang Hijau Karya Gu Long di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Bangsat, kau ingin mampus agaknya!"

   Disertai bentakan nyaring, yang satu memakai ilmu pukulan Hek-sat-jiu sedangkan yang lain memakai tin-hong-ciang, dengan dua jenis tenaga pukulan yang berbeda serentak mereka serang Tian Pek..

   Anak muda itu sedikitpun tak gentar, dengan ilmu langkah Cian-hoan-biau-hiang-poh dia berputar ke samping dan tahu2 sudah lolos dari cengkereaman musuh, meski ada kesempatan untuk membalas namun ia tidak mempergunakannya.

   "Bila mau sungguh2 bertarung, belum tentu aku jeri pada kalian berdua,"

   Katanya sambil tertawa dingin.

   "tapi sebagaimana telah kukatakan, orong she Tian telah mengundurkan diri dari dunia persilatan, aku tak ingin mengikat tali permusuhan lagi dengan kalian!"

   Kedua orang tua itu makin gusar, dengan muka merah padam Ci-hoat-leng-kau menghardik.

   "Tak peduli kau sudah mundur dari dunia persilatan atau tidak, pokoknya sambut dulu pukulan ini.' "Benar!"

   Sambung Kui-kok-in-siu.

   "sebelum kitab Sohhun-siau-hun kauserahkan kepada kami, selamanya urusan kita tidak akan berakhir!". Begitulah sambil berseru marah, kedua orang tua dari lembah setan ini mulai menyerang dengan gencar. Tian Pek tetap tidak membalas, dia hanya berkelit dan menghindar melulu, sekalipun demikian tak satu pukulan musuhpun yang dapat mengenai tubuhnya. Sekejap saja lima-enam jurus sudah lewat, dikerubut kedua musuh tangguh, Tian Pek mendemonstrasikan kelihayan ilmu Iangkah Cian-hoan-biau-hiang-poh yang diimbangi dengan gerakan tubuh Bu-sik-bu-siang-sin-hoat, dengan enteng dan lincah ia mangegos ke kiri dan menghindar ke kanan, walaupun begitu dia sudah terdesak mundur puluhan kaki dari posisi semula. Tian Pek terdesak sehingga terpaksa harus balas menyerang, sementara itu Wan-ji dan Buyung Hong telah memburu datang dan siap memberi bantuan, tapi sebelum mereka melancarkan serangan balasan, tiba2 dari kgejauhan berkumandang suara gelak tertawa yang amat nyaring disusul raungan yang mendirikan bulu roma. Mereka sama tertegun, bahkan Kanglam-ji-ki lantas menghentikan serangannya dan melompat mundur serta berpaling ke arah suara itu .... Suara itu sangat seram, se-akan2 suatu bencana besar segera akan terjadi. Selagi orang2 itu melenggong, tiba2 sesosok bayangan hitam melayang tiba dengan cepat sambil berseru.

   "Engkoh Tian ....Tian-siauhiap, ada orang datang mencarimu!"

   Tian Pek kenal itulah suara Kim Cay-hong yang berjulukan Kanglam-tee-it-bi-jin, dari suara nona itu Tian Pek dapat merasakan nadanya gugup diliputi rasa kejut, seakan2 baru saja menemui suatu bencana besar.

   "Ada orang mencari aku?"

   Serunya.

   "kejadian apa membuat nona kelihatan kaget dan gugup"

   Rasa kaget masih menghiasi wajah Kim Cay-hong yang cantik, dengan napas tersengal sahutnya.

   "Sembilan aliran besar dan ....dari banyak lagi jago2 lihay Lam-hay-bun telah datang mencari Tian -siauhiap!"

   "Masa begitu banyak orang datang mencari diriku?"

   Seru anak muda itu heran.

   Kim Cay-hong mengangguk, katanya lagi.

   Tampaknya sebelum datang mencari Tian-siauhiap mereka telah berkumpul lebih dulu disuatu tempat kemudian datang bersama2, paman Lui mengatakan Tian-siauhiap tidak berada di tempat, tapi mereka tak percaya dan bermaksud melakukan penggeledahan, orang2 dari perkumpulan pengemis mengalangi niat mereka, tapi dengan kekerasan mereka turun tangan dan melukai beberapa orang, bahkan katanya bila Tian-siauhiap tidak berhasil ditemukan maka semua orang yang berkumpul di sana akan mereka bantai sampai habis ...."

   "Ai, ada peristiwa begitu?"

   Kata Tian Pek dengan gelisah.

   "aku akan segera kesana!"

   Tanpa membuang waktu lagi ia putar badan dan berlari pergi.

   "Eeh, bangsat cilik! mau kabur kemana?"

   Bentak Kanglam-ji-ki dengan gusar, segera mereka mengejar.

   


Perkampungan Hantu -- Khu Lung Bulu Merak -- Gu Long Seruling Perak Sepasang Walet -- Khu Lung

Cari Blog Ini