Kedele Maut 11
Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 11
Kedele Maut Karya dari Khu Lung
Tapi Chin Sian kun segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.
"Mulut manusia ibarat mulut botol, asal didalamnya sudah terisi cairan maka setiap saat bisa meleleh keluar kembali, itulah sebabnya aku tak usah menjawab saja, karena sekali berbicara toh lebih baik diutarakan keluar sama sekali."
"Bicara pulang pergi, sebenarnya kau bersedia utk berbicara atau tidak?"
"Tentang persoalan ini, bila tuan bersedia membatalkan pertanyaanmu itu tentu saja aku merasa amat girang Cuma bila aku tak bersedia menjawab sudah pasti tuan akan menaruh kesalah pahaman kepadaku.."
Thia Bu ki tertawa terbahak-bahak.
"Haaaaahaaah.haaaahhhh.aku rasa dalam hal ini nona sudah mengetahui secara pasti, yaaa aku memang harus mengetahui rahasia kepergian nona kebukit Cian san ini, kalau tidak, aku kuatir kita susah utk berpisah pada malam ini!"
Chin Sian kun segera termenung sambil berpikir sejenak, setelah itu baru ujarnya.
"Kalau toh tuan ingin bersikeras ingin tahu boleh saja Cuma aku pun mempunyai sebuah syarat!"
"Cepat katakan apa syaratmu itu?"
"Sederhana sekali kuharap kau mengemukakan dulu identitasmu dan sesungguhnya merupakan jago dari aliran mana?"
Thia Bu ki termenung pula beberapa waktu lalu sambil tertawa seram katanya.
"Heeeehhh.heeeehhheeeehhhh.boleh saja kalau kau ingin mengetahui identitasku yg sebenarnya Cuma aku kuatir setelah kau mengetahui identitasku yg sebenarnya, mungkin sulit bagimu utk meninggalkan tempat ini dalam keadaan hidup."
"Tapi bagi diriku, sebelum kutahu identitasmu yg sebenarnya, sulit pula utk memberitahukan maksud tujuanku yg sebenarnya."
Mendengar perkataan itu, sepatah demi sepatah kata Thia Bu ki segera berkata.
"Baiklah, dengarkan baik-baik, aku dari marga Thia.."
Cepat-cepat Chin Sian kun menggoyangkan tangannya seraya menukas.
"Tadi tuan sudah menyebutkan nama aslimu dan aku rasa namamu telah kuketahui secara jelas."
Kemudian sambil memutar biji matanya dan tertawa, ia berkata lebih lanjut.
"Oleh karena nama besar tuan kedengarannya masih sangat asing dalam dunia persilatan, sebaliknya ilmu silat yg kau miliki justru termasuk dalam golongan kelas satu, maka kejadian ini benarbenar membuat hatiku bingung dan tak habis mengerti."
"Perkataanku toh belum selesai kuucapkan, lebih baik kau jangan menimbrung lebih dulu!"
"Baiklah"
Sahut Chin Sian kun kemudian sambil tertawa.
"lanjutkanlah perkataanmu tadi."
Setelah mendengus Thia Bu ki berkata.
"Aku adalah salah satu diantara dua belas pelindung hukum dari dewi In nu."
Dalam hati kecilnya Chin Sian kun merasa amat terperanjat, segera pikirnya.
"Ternyata apa yg kuduga memang benar, kalau begitu kedatangan Kho Beng kemari tidak menghasilkan apa-apa, tapi tidak pula mengalami musibah. Hanya disekelilingnya telah dipersiapkan orang suatu perangkap yg mengerikan hati..aku mesti membuat rencana yg sebaik-baiknya utk menghadapi semua persoalan itu!"
Sementara dalam hati kecilnya berpikir, diluaran sahutnya.
"Aku amat jarang berkelana dalam dunia persilatan, pengetahuanku amat cetek, bolehkah aku tahu siapa sih dewi In nu itu?"
Kembali Thia Bu ki mendengus.
"Dikemudian hari kau toh akan mengetahui dg sendirinya sekaranghayo cepat kemukakan rahasiamu sendiri?"
Dg wajah serius Chin Sian kun segera berkata.
"Sesungguhnya maksud perjalananku kali ini bukan terhitung suatu rahasia besar, kau toh tahu semua umat persilatan sedang melacaki jejak si Kedele Maut? Aku dengar si Kedele Maut tak lain adalah kakak perempuan Kho Beng dan secara kebetulan aku berhasil mendapat kabar yg mengatakan Kho Beng berada disini, karena itulah aku sengaja hendak naik kegunung utk menyelidiki jejaknya!"
Mendengar perkataan itu, Thia Bu ki segera tertawa terbahakbahak.
"Haaaahhh..haaaahhh.haaahhhh.rupanya begitu, kenapa tidak kau ucapkan sedari tadi."
"Darimana aku bisa tahu kalau tuan bukan komplotan dari Kho Beng?"
"Sekarang kau harus mengerti"
Kata Thia Bu ki sambil tertawa.
"bukan saja aku bukan komplotan dari Kho Beng, malah sebaliknya merupakan musuh besarnya?"
"Kalau begitu sudah terjadi kesalah pahaman diantara kita!"
Seru Chin Sian kun sambil tertawa cekikikan.
"Yaa, memang sudah terjadi kesalah pahaman"
Seelah berhenti sejenak, terusnya lagi dg suara dalam.
"Setelah kesalah pahaman diantara kita telah hilang, aku pun bersedia memberitahukan pula sebuah rahasia besar kepadamu?"
"Rahasia apakah itu?"
Buru-buru Chin Sian kun bertanya.
"Kedele Maut yg sedang kalian cari-cari pun berada disini!"
Bisik Thia Bu ki sambil tertawa misterius.
"Dimana?"
Tanya sinona agak tertegun.
"Tentu saja diatas bukit Cian san!"
"Orang she Kho itu?"
"Dia berada didalam sebuah rumah penginapan dikota kecil dibawah bukit sana, bila nona hendak mencarinya, inilah saat yg paling tepat"
Lalu setelah berhenti sejenak, kembali ia melanjutkan.
"Tapi kuanjurkan kepada nona, lebih baik tak usah kesana lagi!"
"Kenapa?"
"Sederhana sekali, sebab berbicara menurut kepandaian silat yg nona miliki, entah harus menghadapi Kho Beng atau si Kedele Maut pribadi, kau masih ketinggalan jauh sekali.maaf, aku masih ada urusan lain dan tak dapat menemanimu lebih lanjut!"
Tiba-tiba saja dia melejit ketengah udara lalu meluncur pergi meninggalkan tempat tsb d kecepatan tinggi.
Memandang bayangan punggung Thia Bu ki yg pergi menjauh utk kedua kalinya, kembali Chin Sian kun menghembuskan nafas panjang secara diam-diam.
ooooOOoooo Ketika mendusin kembali dari tidurnya, Kho Beng menemukan matahari sudah jauh berada diatas angkasa, ia sadar waktu sudah siang dan buru-buru melompat bangun dari atas ranjang.
Terbayang kembali perbuatannya mabuk-mabukan semalam, tanpa terasa ia menghela napas panjang.
Belum habis dia menghela napas, tiba-tiba dari luar jendela kedengaran suara seseorang mendehem lalu menegur.
"Apa cukong telah bangun?"
Ternyata Molim yg menyapanya dari luar jendela.
"Ada urusan apa?"
Kho Beng segera bertanya.
"Oooh, tak ada urusan apa-apa"
Jawab Molim dg suara lirih.
"ketika kulihat cukong telah mendusin tadi, aku takut kau hendak memerintahkan sesuatu, maka aku segera menegur lebih dulu."
Kho Beng terharu sekali melihat perhatian anak buahnya, buruburu dia berkata.
"Kemana perginya adikmu serta Hapukim dan Rumang?"
Ketiga orang yg disebutkan namanya segera mengiakan dari luar pintu kamar. Kho Beng segera berkata lagi.
"Aku benar-benar telah menyusahkan kalian berempat, aaai.padahal kita sudah termasuk teman senasib sependeritaan, selanjutnya sikap kalian tak perlu muncuk-muncuk dan menghormat, anggap saja diriku saudara kalian sendiri."
"Tidak, hamba tak berani"
Serentak keempat orang itu menjawab bersama-sama.
Menyusul kemudian tampak keempat orang itu mendorong pintu dan berjalan masuk kedalam ruangan lalu berdiri tunduk disisi ruangan, sikap mereka jauh berbeda daripada sikapnya diwaktuwaktu yg lampau.
Secara tiba-tiba saja Kho Beng mendapat kesan bahwa sifat liar dan kasar keempat orang tsb seakan-akan tersapu lenyap hingga tak berbekas, tak terlukiskan rasa gembira didalam hati kecilnya.
Sementara dia masih termenung, terdengar Molim berkata lagi.
"Cukong, apakah kau mempunyai sesuatu rencana pada hari ini?"
Kho Beng berjalan mondar mandir didalam ruangan, lama kemudian ia beru berkata sambil menghela napas.
"Justru persoalan inilah yg merisaukan hatiku sekarang, sebenarnya aku berniat akan turun tangan menghadapi perempuan siluman itu, apa daya enciku justru berada disitu, dilain pihak aku ingin meninggalkan tempat ini, tapi akupun kuatir enciku mengalami bahaya maut, aaaai, pikiranku jadi amat bingung."
Setelah sangsi berapa saat lamanya, sambil menggertak gigi dia berkata kemudian.
"Aku berniat menyelidiki perkampungan tsb sekali lagi pada malam nanti, paling tidak aku harus memperoleh bukti yg bisa membuat enciku percaya dg perkataanku!"
"Kalau toh cukong telah memutuskan demikian, setiap saat kami siap menantikan perintah."
"Kalian tak perlu mempersiapkan diri, sebab aku bermaksud pergi kesana seorang diri."
Kata Kho Beng sambil gelengkan kepalanya berulang kali.
Jilid 23 Baru saja Molim hendak menjawab, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki manusia yg ramai bergema diluar pintu kamar, menyusul kemudian terdengar seseorang berseru dg nada suara gelisah.
"Kho sauhiap, apakah kau tinggal disini?"
Kho Beng menjadi tertegun setelah mendengar suara teriakan tsb, sebelum ia bertindak sesuatu, Molim telah membuka pintu kamar sambil menghadang ditengah jalan.
Ternyata orang yg berada diluar pintu adalah seorang pemuda berbaju ringkas berwarna hijau, wajahnya kelihatan gelisah sekali.
Dg perasaan keheranan Molim segera menegur.
"Darimana kau bisa mengenali majikan kami?"
Sebelum pemuda berbaju ringkas warna hijau itu menjawab, Kho Beng telah maju menyongsong seraya menegur.
"Cho toako...."
Ternyata pemuda ini adalah Cho Liu san, anak murid dari perguruan Sam goan bun. Cho Liu san memandang wajah Kho Beng sekejap, lalu katanya dg perasaan cemas.
"Oooh....saudara Kho, sungguh amat sulit mencari jejakmu!"
"Cho toako, silahkan duduk didalam kamar, entah dari siapa kau mendapat kabar kalau aku berada disini?"
Maka Cho Liu san pin dipersilahkan masuk dan mengambil tempat duduk, kemudian Kho Beng memperkenalkannya dg Molim sekalian, setelah itu dia baru berkata.
"Aku mendapat kabar kalau saudara Kho berada dilembah hati Buddha maka terburu-buru menyusul kesitu, disana bertemu dg Kim tayhiap bertiga, dari merekalah ku ketahui kalau saudara Kho telah berangkat kebukit Cian san, sudah banyak tempat disekitar bukit ini kulacaki, akhirnya dg susah payah berhasil juga kujumpai saudara Kho disini."
"Cho toako, sebenarnya ada urusan apa sih kau bagitu bernafsu mencariku?"
Tanya Kho Beng keheranan.
Cho Liu san kelihatan agak sangsi sejenak kemudian tanpa mengucapkan sepatah kata pun tiba-tiba ia bertekuk lutut dan berlutut dihadapan Kho Beng.
Tentu saja Kho Beng dibuat tertegun, buru-buru dia membangunkan pemuda tsb dari atas tanah, kemudian katanya.
"Cho toako, sebenarnya apa yg terjadi? Hayo cepat bangun, mari kita bicara secara baik-baik."
Setelah berdiri, dg air mata bercucuran Cho Liu san berkata.
"Dg susah payah aku kesana kemari mencari Kho sauhiap, maksud tak lain adalah mohon bantuan dari Kho sauhiap agar bersedia menyelamatkan ciangbunjin kami."
"Apa yg terjadi dg Sun ciangbunjin?"
Tanya Kho Beng dg kening berkerut.
"Ciangbunjin kami telah disekap oleh pihak siau lim pay didalam ruangan Tat mo wan"
"Apa sebabnya pihak Siau lim pay menyekap Sun ciangbunjin?"
Seru Kho Beng tertegun. Cho Liu san menatap wajah Kho Beng lekat-lekat, lama kemudian ia baru berkata dg suara dalam.
"Konon hal ini disebabkan Kho sauhiap....."
"Gara-gara aku?"
Kho Beng semakin tercengang.
"Soal ini....."
"Pihak Siau lim pay mengirim surat kepada perguruan Sam goan bun yg isinya mengundang kehadiran ciangbunjin utk merundingkan masalah penangkapan kedele maut dikuil mereka, tentu saja ciangbunjin tak bisa menampik undangan tsb, siapa tahu begitu tiba dikuil Siau lim si, ternyata Phu sian ciangbunjin dari pihak Siau lim pay telah menuduh ciangbunjin sebagai komplotan dari kedele maut, dg tuduhan itulah akhirnya ciangbunjin disekap disana."
"Atas dasar apa mereka bisa menuduh begitu?"
Seru Kho Beng dg perasaan gusar.
"Konon pihak Siau lim pay menyalahkan pihak Sam goan bun karena tidak merahasiakan asal usul Kho sauhiap yg sebenarnya."
"Betul-betul kurangajar!"
Umpat Kho Beng sambil mendobrak meja keras-keras. Pelan-pelan Cho Liu san berkata lagi.
"Aku dengar Kho sauhiap pernah berbuat huru-hara didalam kuil Siau lim si, setiap umat persilatan boleh dibilang tahu semua, bagaimana sauhiap mencuri papan mereka untuk ditukar dg panji Hui im ki, tapi justru karena peristiwa tsb, aku takut semakin sulit buat ciangbunjin kami utk melepaskan diri!"
Kho Beng termenung sejenak, kemudian katanya.
"Lanyas apa yg mesti kulakukan menurut pendapat Cho toako?"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dg setengah merengek, Cho Liu san berkata.
"Harap Kho sauhiap mau mengingat hubungan dimasa lalu dg menyelamatkan ciangbunjin suhu dari sekapan pihak siau lim pay!"
Kho Beng menjadi rada serba salah menghadapi permohonan tsb.
Dg para jago dari seluruh dunia persilatan ia telah mengikat janji setengah tahun, berarti dalam setengah tahun mendatang ia harus berusaha mencari bukti dan fakta utk membuktikan kebenaran pihaknya, disamping berusaha mencegah encinya melakukan pembantaian lagi secara besar-besaran.
Tapi diantara dua persoalan tsb, belum satu pun diantaranya mampu terlaksana, bahkan dg pihak perkampungan Ciu hong san ceng pun sudah terlibat dlm hubungan yg serba runyam, mustahil baginya utk memisahkan diri guna mencampuri masalah yg lain.
Oleh sebab itu setelah termenung beberapa saat lamanya, dia pun berkata.
"Harap Cho toako pulang dulu kerumah, sebab siaute harus menyelesaikan persoalan lebih dulu ditempat ini sebelum dapat berangkat ke Siau lim pay, tapi kau tak usah kuatir, aku pasti akan berusaha sekuat tenaga utk menyelamatkan Sun ciangbunjin dari sekapan orang-orang Siau lim si!"
Sementara itu Molim telah menyuruh pelayan menyiapkan hidangan, maka semua orang pun bersantap bersama.
Dg menahan rasa murung dan gelisah yg mencekam hatinya, Cho Liu san mengisi perut kenyang-kenyang lebih dulu sebelum berpamitan pulang keperguruannya.
Sepeninggal Cho Liu san, Kho Beng segera terjerumus kedalam keadaan serba salah, sepanjang hari dia mengurung diri didalam ruangan sambil memikirkan persoalan tsb sementara sepasang alis matanya berkernyit terus.
Lambat laun hari pun semakin gelap, setelah meninggalkan pesan kepada Molim sekalian, Kho Beng segera mengganti pakaiannya dg baju ringkas, lalu dibawah lindungan kegelapan malam berangkatlah dia menuju keatas bukit.
Ditengah kegelapan malam yg mencekam, sepanjang jalan ia tak pernah menjumpai penghadangan ataupun cegatan hingga tak selang berapa saat kemudian, anak muda tsb telah tiba diluar perkampungan Ciu hong san ceng........
Tapi apa yg kemudian terlihat, seketika membuat pemuda tsb menjadi tertegun.
Ternyata perkampungan tsb tercekam dalam kegelapan yg luar biasa, tak setitik cahaya lampu pun yg menerangi tempat tsb.
"Jangan-jangan perkampungan ini sudah tanpa penghuninya?"
Kho Beng berpikir dg perasaan ragu-ragu.
Sementara dia masih terperangah, tiba-tiba tampak bayangan hijau berkelebat lewat lalu tampak seorang nona berbaju hijau melompat keluar dari balik perkampungan dan melayang turun persis dihadapan anak muda tsb.
Setelah memberi hormat, nona berbaju hijau itu berkata.
"Oooh, rupanya Kho sauhiap telah datang, sudah sejak tadi cengcu kami menantikan kedatanganmu!"
"Apa yg terjadi dg perkampungan kalian? Mengapa seluruh perkampungan tercekam dlm kegelapan?"
Tegur Kho Beng dg kening berkerut. Nona berbaju hijau itu segera tertawa.
"Perkampungan kami berada dalam keadaan aman, tak ada kejadian apa pun yg menimpa kami. Cuma saja cengcu kami telah menurunkan perintah melarang setiap orang menyulut lentera, itulah sebabnya perkampungan kami tercekam dalam kegelapan total!"
"Ooooh, rupanya begitu.."
Kho Beng manggut-manggut. Kemudian setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, katanya lagi sambil tersenyum.
"Maksud kedatanganku kali ini bukan utk bertemu dg cengcu kalian, tolong nona sudi melapor kedalam, suruhlah enciku saja yg keluar utk bersua dg ku."
"Bila kedatangan Kho sauhiap dimaksudkan utk bertemu dg cicimu, mungkin kau merasa sangat menyesal!"
Kata nona berbaju hijau itu sambil tertawa. Kho Beng terkejut sekali, buru-buru ia bertanya.
"Kenapa?"
"Sebab encimu sudah meninggalkan perkampungan dan pergi ketempat lain!"
"Tak mungkin, dia pergi kemana?"
Tanya sang pemuda semakin tercengang lagi. Sambil menarik muka nona berbaju hijau itu berkata.
"Aku toh tak perlu membohongimu, juga tak ada kepentingan utk menipumu, paling tidak tak akan tahu kemana perginya encimu!"
"Kalau begitu segala persiapan yg diatur cengcu kalian masih mempunyai rencana busuk lainnya?"
Jengek Kho Beng sambil tertawa dingin. Nona berbaju hijau itu segera tertawa terkekeh-kekeh.
"Bila Kho sauhiap ingin mengetahui duduk persoalan yg sebenarnya, kenapa tak bersua dg cengcu kami serta menegurnya secara langsung?"
Kho Beng mendengus.
"Bila ciciku benar-benar telah pergi dari sini, rasanya aku orang she Kho tidak mempunyai kepentingan lagi utk bersua dg cengcu kalian......"
Nona berbaju hijau itu segera memutar biji matanya yg jeli, kemudian ejeknya setengah menghina.
"Ooooh, mengerti aku sekarang, rupanya Kho sauhiap takut bertemu dg cengcu kami?"
"Aku orang she Kho tak pernah takut dg siapapun"
Seru Kho Beng amat gusar.
"Baiklah, harap nona sebagai penunjuk jalan, sekarang juga aku akan pergi menjumpai cengcu kalian!"
"Kalau memang begitu, silahkan Kho sauhiap mengikuti dibelakangku......"
Kata si nona sambil tertawa hambar.
Begitu selesai berkata, ia segera menggerakkan tubuhnya dg lincah seperti burung walet yg menembusi hutan, dlm waktu singkat dia telah ebrada didalam perkampungan.
Kho Beng mendengus dingin, dia tak berayal lagi dan segera menyusul dibelakang nona berbaju hijau itu, dg suatu gerakan ringan dia melayang turun dibalik halaman perkampungan.
Nona berbaju hijau itu segera berpaling sambil tertawa, kemudian meneruskan perjalanannya lagi dan langsung menuju kehalaman belakang, dimana ia baru menghentikan gerakan tubuhnya setelah tiba diatas sebuah bangunan loteng yg mungil.
Suasana dlm perkampungan itu tetap gelap gulita, tapi diatas bangunan loteng itu justru memercik cahaya lentera, tapi sinar yg begitu redup justru enambah suasana misterius da seram disekitar sana.
Sambil mempersiapkan diri secara baik-baik, Kho Beng memeriksa sekejap suasana diseputar bangunan loteng itu, kemudian baru tegurnya dg suara dingin.
"Berada dimanakah cengcu sekarang?"
"Tempat ini adalah kamar tidur cengcu!"
Sahut nona itu sambil tertawa misterius. Tentu saja Kho Beng merasa terperanjat sekali, dg suara dalam lagi berat hardiknya.
"Nona, mengapa kau mengajak aku datang kemari?"
"Bukankah Kho sauhiap bermaksud menjumpai cengcu kami?"
Kata sinona sambil tertawa.
"benar, tapi kalau toh ingin bertemu semestinya pertemuan diadakan diruang tamu atau tempat lain, masa kau mengajakku mendatangi kamar tidurnya....."
Kemudian setelah memutar biji matanya, kembali ia bertanya.
"Dimanakah orangnya sekarang?"
Belum selesai perkataan itu diucapkan, terdengar seseorang telah menegur dari balik kamar dg suara yg genit.
"Sian kim, siapa yg datang?"
"Oooh, Kho sauhiap telah tiba!"
Buru-buru nona berbaju hijau itu memberi laporan.
"Bagus sekali, silahkan dia masuk kedalam!"
Dibalik nada suaranya yg genit, lamat-lamat terdengar suara sedih yg rendah dan berat hingga kedengarannya begitu memilukan hati.
Kho Beng segera merasakan hatinya bergetar keras, utk sesaat dia menjadi ragu-ragu utk melanjutkan langkahnya.
Sementara itu sian kim, sinona berbaju hijau itu telah berkata dg suara rendah.
"Kho sauhiap, cengcu kami mengundangmu masuk kedalam, maaf kalau budak tak dapat menemani lagi!"
Habis berkata, dia segera menjejakkan kakinya keatas tanah dan sekejap mata kemudian bayangan tubuh sudah lenyap dari pandangan mata.
Kho Beng yg tak berhasil menghalangi kepergiannya merasa hatinya makin tak tentram, setelah termenung sesaat, akhirnya pelan-pelan dia berjalan mendekati pintu ruangan.
"Cengcu, ada urusan apa kau mengutus orang mengundangku kemari?"
Tegurnya lantang. Orang yg berada dalam ruangan itu segera tertawa terkekehkekeh.
"Heeh...heeeh....heeeeh...kau memang lucu sekali, toh bukan aku yg mengundang kehadiranmu utk kedua kalinya diperkampungan Ciu Hong san ceng ini, kalau mau bilang sebetulnya sauhiaplah yg datang mencari kami, bukan begitu?"
Meskipun hatinya amat gusar namun Kho Beng merasakan mulutnya tersumbat dan tak sanggup mengucapkan sepatah katapun. Terdengar suara genit itu berkata lebih jauh.
"Tapi setelah Kho sauhiap berkunjung kemari, berarti kau adalah tamu agung perkampungan ciu hong san ceng kami, sudah sepantasnya bila kuberi pelayanan yg sebaik-baiknya kepadamu"
"Kalau memang begitu, silahkan nona tampil kedepan utk bertemu....."
"Apa salahnya kalau kau yg masuk kedalam ruangan dan duduk disini.....?"
"antara lelaki dan perempuan ada batasannya, aku tidak berniat memasuki kamar tidur perempuan lain ditengah malam buta begini!"
Perempuan yg berada dalam kamar itu segera tertawa cekikikan, serunya geli.
"Buat muda mudi dunia persilatan, batasan seperti itu sudah tak berlaku lagi, Kho sauhiap, apakah kau tidak merasa bahwa pandangan semacam itu terlalu kolot?"
"Tapi..."
Tidak sampai Kho Beng sempat berbicara perempuan itu telah berkata lebih jauh dg suara genit.
"Oooh, rupanya Kho sauhiap takut aku mempersiapkan jebakan atau perangkap dalam ruangan ini sehingga kau tak berani memasuki sarang naga gua harimau ini"
Kho Beng menjadi naik pitam, segera teriaknya.
"Biarpun aku tahu nona sedang menggunakan siasat memanasi hatiku utk memancing aku masuk kedalam ruangan , tapi aku tetap akan mencoba memasukinya."
Sambil meraba gagang pedangnya, ia segera masuk kedalam ruangan dg langkah lebar.
Tapi begitu melangkah masuk kedalam ruangan, kontan saja paras mukanya berubah menjadi merah padam lantaran jengahnya.
Rupanya perlengkapan perabot yg ada dalam ruangan itu sangat indah dan mewah, bau harum semerbak memenuhi setiap sudut ruangan, dibalik pembaringan yg dilapisi kelambu tipis tampaklah seorang perempuan yg sama sekali bugil sedang berbaring disitu.
Hanya saja suasana dalam ruangan remang-remang hingga utk sesaat sukar bagi pemuda kita utk mengenali paras mukanya, tapi dia tahu perempuan tsb adalah Li Sian soat, cengcu perkampungan Ciu hong san ceng itu.
Agak tersipu-sipu dia segera menegur.
"Tolong tanya ciciku berada dimana?"
"Apakah benda itu sudah kau bawa kemari?"
Tanya perempuan bugil itu serius.
"Benda apa?"
Perempuan itu segera tertawa terkekeh-kekeh, mendadak dia membalikkan kepalanya. Begitu sepasang mata salng bertemu, Kho Beng menjadi terperanjat sekali, buru-buru tegurnya.
"Siapa kau?"
Ternyata wanita itu bukan Li Sian soat seperti apa yg diduganya semula, melainkan seorang perempuan muda yg berparas amat cantik jelita namun belum pernah dijumpai sebelumnya.
Tanpa terasa Kho Beng berpkir didalam hatinya.
"Tak heran kalau lgat suaranya terasa asing, kenapa tidak kubayangkan sampai kesitu sejak tadi?"
Dalam pada itu siwanita muda yg cantik itu sudah berkata sambil tertawa merangsang.
"Sesungguhnya akulah cengcu yg sebenarnya dari perkampungan ini, Kho sauhiap mengapa kau tidak duduk dulu berbincangbincang?"
"Tapi .....mana nona Li Sian soat?"
Bentak Kho Beng.
"Aaaai...dia telah pergi!"
"Telah pergi...?"
Sekali lagi Kho Beng tertegun, tapi segera tegurnya dg suara dalam.
"dihadapan orang yg jujur janganlah berbohong, sesungguhnya apa hubungan nona dg nona Li?"
"Kami adalah sobat karib!"
"Heeeeh.....heeeehh....heeehh...kalau begitu kaupun satu komplotan dg dewi In nu?"
Seru sang pemuda sambil tertawa dingin. Dg cepat perempuan muda cantik jelita itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak, hubungan kami tidak terlalu akrab, apalagi kalau dibilang sebagai komplotannya."
Kembali Kho Beng tertawa dingin.
"Lantas mengapa kau bertanya kepadaku apakah benda tsb sudah dibawa kemari!"
Sambil membenahi rambutnya yg kusut, pelan-pelan perempuan cantik itu bangkit dan duduk ditepi pembaringan, katanya.
"Sebelum meninggalkan tempat ini, nona Li telah berpesan kepadaku, katanya kau akan menghantar kitab pusaka Thian goan bu boh kemari, oleh sebab itulah aku mengira kedatangan Kho sauhiap ketempat ini adalah utk menyerahkan kitab pusaka tsb?"
"Hmmm berbicara pulang pergi, kalian tetap hanya mengincar kedua lembar kitab tsb, sayang dalam hal ini terpaksa kalian mesti menahan kecewa, sebab kedua lembar kitab tsb sesungguhnya tidak berada disakuku!"
"Kalau memang tidak berada disaku Kho sauhiap, lantas berada dimanakah benda itu?"
Tanya si perempuan cantik itu sambil tertawa lagi.
"Aku telah membakarnya hingga hancur menjadi abu!"
Perempuan cantik itu nampak agak tertegun, kemudian serunya.
"Kalau begitu Kho sauhiap telah menguasai seluruh isi kitab pusaka yg tercantum dalam kedua lembar kitab itu?"
"Yaa, memang begitulah keadaannya"
Sang pemuda mengangguk. Perempuan cantik itu segera tertawa terkekeh-kekeh.
"Kalau begitu asal kutahan dirimu disini, toh sama saja artinya!"
"Menahan aku..?"
Kho Beng segera tertawa terbahak-bahak.
"aku rasa kau tak akan mampu menahanku!"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kho sauhiap, lebih baik kau jangan sombong lebih dulu, coba saksikan dulu benda apakah ini!"
Seraya berkata perempuan cantik itu segera mengambil sebuah benda dari bawah pembaringannya dan dilemparkan kedepan. Begitu menyaksikan benda tsb, Kho Beng segera merasakan hatinya tercekat, tak tahan lagi jeritnya tertahan.
"Payung Thian lo san!"
"Yaa betul, memang payung Thian Lo san"
Ujar perempuan cantik itu sambil tertawa.
"apakah Kho sauhiap berharap bisa bertemu dg pemilik payung ini?"
Rasa sedih dan gusar yg bercampur aduk dalam benak Kho Beng membuat ia sangat gusar, dg mata melotot besar bentaknya keraskeras.
"Apa yg telah kau lakukan terhadap enciku?"
Perempuan cantik itu tertawa dingin.
"Asal Kho sauhiap bersedia utk tinggal disini, tentu saja akan kuberitahukan soal tsb kepadamu?"
"Hmmm, bagaimana perhitungan siepoa mu itu!"
Hardik Kho Beng semakin sewot.
"baiklah, biar kubekuk dirimu lebih dulu, aku tak kuatir tak mampu membongkar semua rencana busuk kalian."
"Criiingg"
Pedangnya segera diloloskan dari sarung dan bersiap sedia melancarkan serangan.
"Hey, mau apa kau?"
Teriak perempuan cantik itu agak gelisah.
"Bila kau tak bersedia menyerahkan diri dg begitu saja, jangan salahkan bila pedangku tak mengenal perasaan!"
Begitu selesai berkata sebuah tusukan kilat langsung dilontarkan kedepan mengancam tubuh telanjang perempuan tsb.
Si perempuan cantik itu menjerit kaget, tergopoh-gopoh dia merentangkan payung Thian Lo san utk menyongsong datangnya tusukan maut tsb.
Dg gerakan tsb maka tusukan pedang Kho Beng pun persis menghajar diatas permukaan payung tsb, tapi payung itu betul-betul kokoh dan ulet, seketika itu juga ujung pedangnya terpeleset dan tergelincir kesamping.
Tapi pada saat itulah mendadak dari atas permukaan payung itu menyembur keluar segumpal asap berwarna putih.
Kho Beng menjadi terperanjat sekali, sayang sebelum sempat ia berbuat sesuatu, bau harum yg aneh tsb telah menerobos masuk kedalam hidungnya.
Seketika itu juga dia merasakan kepalanya mata berat dan pening sekali, hampir saja sia tak mampu berdiri tegak lagi.
Dalam terperanjat, buru-buru dia melompat kebelakang dan berusaha melarikan diri keluar ruangan.
"hmmm, akan kulihat kau bisa kabur sampai dimana?"
Bentak perempuan cantik itu sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Setelah berhasil melompat keluar dari ruangan loteng itu, buruburu Kho Beng menarik napas panjang sambil bersiap-siap melompat utk kdua kalinya.
Namun sayang sepasang kakinya tahu-tahu jadi lemas dan tak mau menuruti perintahnya lagi, ditambah pula kepalanya amat pusing dan pandang matanya menjadi gelap.
"Blaaaammm!"
Tak ampun lagi tubuhnya segera roboh terjengkang diatas tanah. Perempuan cantik itu bersorak gembira, cepat-cepat dia mengenakan pakaiannya kembal sambil melompat turun dari pembaringan. Lalu sambil mendekati Kho Beng, katanya dg bangga.
"Ciu hoa, Tang soat, Hee im sekalian, coba kau lihat, pekerjaan yg tak mampu kalian lakukan, tohh akhirnya berhasil diselesaikan olehku, Cun hong secara mudah. Peristiwa ini benar-benar merupakan sebuah pahala besar!"
Tampak ia tersenyum simpul dg wajah berseri-seri, dg cepat diambilnya sebuah gembrengan kecil dari sakunya dan dibunyikan berulang-ulang.
"Traaang.traaang.traaang"
Dg bergemanya suara gembrengan, cahaya lentera segera memancar dari empat penjuru, suasana yg semula gelap gulita kini berubah menjadi terang benderang.
Si dayang Sian kim yg munculkan diri paling dulu, ketika melihat kejadian ini segera serunya sambil tertawa.
"Lengcu, kionghi atas keberhasilanmu!"
Sambil mengulapkan tangannya Cun hong Lengcu berkata.
"Cepat kirim dia kedalam kamarku, kemudian cepat kirim surat melaporkan peristiwa ini kepada Saiancu!"
Buru-buru Sian kim mengiakan, sambil menyeret tubuh Kho Beng ia berjalan menuju keruangan sebelah kiri.
Sementara itu Cun hong Lengcu segera berjalan menurun tangga dan berangkat menuju kebangunan sebelah timur.
Tempat tsb merupakan sebuah bangunan loteng yg tidak kecil, begitu Cun hong Lengcu munculkan diri, Li Sian soat segera menyambut kedatangannya dan berseru sambil tertawa.
"cici, kionghi atas keberhasilanmu!"
Cun hong Lengcu tertawa cekikikan, tanyanya tiba-tiba.
"Dimanakah Kho Yang ciu sekarang?"
"Ia sudah menelan obat mabukku, sekarang masih tak sadarkan diri"
"Bagus sekali, jangan biarkan dia tahu akan peristiwa ini, cepat kembalikan payung ini kedalam kamarnya."
Setelah menerima payung thian lo san tsb, Li Sian soat kembali bertanya.
"Apakah cici sudah menggelesahnya?"
"Belum, tapi menurut pengakuannya, kedua lembar kitab pusaka thian goan bu boh tsb sudah tidak berada disakunya lagi."
"Lantas berada dimana?"
Tanya Li Sian soat agak tertegun. Dg kening berkerut, Cuh hong Lengc berkata.
"Konon ia sudah membakarnya sampai habis!"
"Waaah, bukankah usaha kita selama ini menjadi sia-sia belaka? Bagaimana cara kita melaporkan peristiwa ini kepada Siancu?"
Teriak Li Sian soat panik.
"Haaahhhaaaaahhhaaahhapa susahnya dg masalah semacam ini"
Kata Cun hong Lengcu sambil tertawa bergelak. Dg wajah angkuh sambungnya lebih jauh.
"Ia pernah mempelajari ilmu Thian goan singkang, berarti sudah mengingat baik semua bagian dari keterangan yg tercantum dalam dua lembar kertas tsb, asal dia masih berada dalam cengkeraman kita, masa semua rahasia tsb tak akan dimuntahkan keluar sedikit demi sedikit?"
"Cici, paling baik kalau kau lakukan penggeledahan dulu, sebab aku dengar bocah keparat itu banyak tipu muslihatnya, kalau kita sampai termakan oleh siasat busuknya hingga dipecundangi habishabisan, waaaahpenasaran rasanya!"
"Benar!"
Cun hong Lengcu segera manggut-manggut,"kalau begitu biar kuperiksa dulu sakunya"
Kemudian sambil melemparkan kerlingan genit kearah Li Sian soat, katanya lagi sambil tertawa.
"Sebentar tak ada salahnya bila kau turut kesana, kita nikmati bersama hasil tangkapan ini!"
"Ciiiisssss..lebih baik cici menikmatinya seorang diri, aku mah tak berani mengusiknya."
Cun hong Lengcu tertawa, dia segera bangun berdiri dan berjalan menuju kekamar tidurnya.
Udara malam amat cerah, bintang nampak bertaburan diangkasa, dg pancaran nafsu birahi yg membara Cun hong Lengcu berjalan kembali kekamar tidurnya.
Sepanjang jalan otaknya berputar terus mencari akal, dia ingin mencari sebuah cara yg terbaik utk memancing Kho Beng agar menyerah dibawah kakinya.
Dalam waktu singkat ia telah tiba didepan kamar tidurnya, cahaya lentera nampak menyinari seluruh bangunan loteng tsb, namun dayangnya Sian kim tidak kelihatan disitu.
Sambil mmeriksa sekeliling tempat itu, Cun hong Lengcu segera berseru keras.
"Sian kim, Sian kim"
Aneh, suasana disekitar bangunan loteng itu amat hening dan tak kedengaran sedikit suara pun. Cun hong Lengcu segera bergumam.
"Sialan amat budak itu, hmmm makin lama semakin kurang ajar saja budak tsb."
Sambil mengomel panjang pendek dia berjalan naik keatas loteng.
Begitu masuk kedalam ruang tidurnya, ia saksikan seseorang berbaring diatas pembaringannya, tapi berhubung kelambunya diturunkan maka tak jelas paras muka orang tsb.
Tapi bagi Cun hong Lengcu, ia tahu siapa gerangan yg dibaringkan disana, entah apa yg dibayangkannya tiba-tiba paras mukanya berubah menjadi merah padam.
Mula-mula diambilnya obat penawar dari sakunya, kemudian baru menyingkap kelambu dimuka pembaringan.
Tapi begitu kelambunya disingkap, paras mukanya segera berubah hebat, tak kuasa dia menjerit kaget.....
Ternyata orang yg berbaring disana bukan Kho Beng seperti yg diduganya semula, melainkan Sian kim dayang kepercayaannya.
Tampak dayang itu berbaring dg mata terpejam dan napas amat teratur, kiranya dia sudah tertotok jalan darah tidurnya.
Tergopoh-gopoh Cun hong Lengcu menepuk bebas jalan darahnya, lalu tegurnya dg gelisah.
"Mana orangnya?"
Sian kim menguap ngantuk, lalu bergumam.
"Heran, kenapa aku bisa tertidur? Hey Lengcu, siapa yg kau tanyakan?"
"Budak sialan!"
Umpat Cun hong Lengcu sambil menghentakhentakkan kakinya dg gemas.
"siapa lagi yg kutanyakan, tentu saja Kho Beng, mana orangnya sekarang?"
Sian kim menjerit kaget, cepat-cepat dia melompat bangun dari atas pembaringan sambil jeritnya.
"Aduh celaka! Orangnya telah diculik seseorang........"
"Siapa yg menculiknya?"
Bentak Cun hong Lengcu gusar. Dg wajah ingin menangis, Sian kim menjawab tergagap.
"Aku..........aku benar-benar tidak tahu?"
Cun hong Lengcu benar-benar sangat gusar, mendadak....
"Plaaak!"
Dia menampar wajah Sian kim keras-keras kemudian bentaknya.
"Budak busuk! Masa utk menjaga pun tak becus, sebetulnya apa kegunaanmu? Hayo cepat katakan, apa yg sebenarnya yg telah terjadi?"
Dg wajah hampir menangis Sian kim berkata.
"Waktu itu aku sudah membawa Kho sauhiap sampai didalam kamar dan membaringkannya diatas ranjang, tiba-tiba kurasa ada angin yg berhembus kencang dari luar jendela maka budak pun pergi merapatkan daun jendela tsb.......mungkin........mungkin disaat itulah budak kehilangan kesadaran!"
"Kau benar-benar gentong nasi yg tak berguna!"
Umpat Cun hong Lengcu sangat gusar.
"ayoh cepat bunyikan tanda bahaya, ia sudah terkena bubuk pemabukku, meski telah sadar daya kerja obat tsb belum hilang. Dia tak mungkin bisa kabur terlalu jauh."
Sian kim mengiakan berulang kali dan tergopoh-gopoh lari turun dari atas loteng.
Tak lama kemudian suara gembrengan kembali dibunyikan bertalu-talu diseluruh perkampungan, hanya saja nada suara gemberengan tsb jauh berbeda dg suara pertama.
Begitu suara tsb bergema, suasana perkampungan menjadi kalang kabut dan setiap orang dicekam perasaan gugup dan panik.
Ditengah bunyi suara gembrengan yg amat ramai inilah, tampak bayangan manusia berkelebat kian kemari, suasana kelihatan sangat kalut.
Apa yg diduga Cun hong Lengcu memang benar.
Waktu itu Kho Beng belum jauh meninggalkan perkampungan Ciu hogn san ceng, dia masih berada didalam sebuah hutan hanya berapa li dari perkampungan tsb.
Suasana dalam hutan itu gelap gulita, sementara dia berbaring diatas tanah dg tenang, disampingnya duduk siwalet terbang Chin sian kun.
Waktu itu si nona sedang meneteskan air dari kantung airnya kedalam mulut Kho Beng.
Chin sian kun tdk mengetahui racun apakah yg telah mengeram didalam badan Kho Beng, karenanya dia hanya bisa mencoba dg menggunakan air segar.
Betul juga, tak lama kemudian Kho Beng menggerakkan badannya dan lambat laun sadar kembali dari pingsannya.
"Kho sauhiap....kho sauhiap..."
Chin sian kun memanggil dg suara lirih. Akhirnya Kho Beng membuka matanya kembali, ketika ia merasakan seorang perempuan asing disampingnya, pemuda kita kelihatan amat terperanjat dan segera melompat bangun.
"Siapa.....siapakah kau?"
Tegurnya terperanjat.
"Kho sauhiap, jangan gugup, aku yg berada disampingmu!"
Cepat-cepat Chin sian kun berbisik. Akhirnya Kho Beng dapat mengenali kembali siapa gerangan nona tsb, dg perasaan terkejut bercampur girang segera serunya.
"Aaaaah...rupanya nona Chin...."
Kemudian setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, katanya lagi agak kebingungan.
"Mengapa kau bisa berada disini?"
"Aku merasa kuatir sekali membiarkan kau mengembara seorang diri, maka aku segera mencari tahu alamay yg kau tuju dari Bu wi cianpwee, setelah itu aku pun cepat-cepat menyusulmu kebukit Cian San, ternyata berhasil juga kutemukan dirimu."
"Jadi nona yg telah menyelamatkan aku?"
Tanya Kho Beng dg perasaan amat berterimakasih. Chin sian kun tersenyum.
"Sungguh beruntung Cuh hong Lengcu segera meninggalkan bangunan loteng tsb setelah membokongmu dg obat pemabuk, mereka tak menyangka sama sekali kalau aku bersembunyi dibelakang sana, itulah sebabnya dg mudah sekali aku berhasil membawamu keluar dari sana."
"Aaaai, aku benar-benar tak tahu bagaimana mesti membalas budi kebaikan nona...."
Merah jengah selember wajah Chin sian kun, cepat-cepat dia menukas "Sebetulnya pekerjaan semacam ini sudah sepantasnya kulakukan untukmu, buat apa mesti berterima kasih?"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bila aku bertemu lagi dg perempuan rendah tsb dikemudian hari, pasti akan kupenggal batok kepalanya!"
Sumpah Kho Beng dg perasaan amat mendendam.
Sementara pembicaraan masih berlangsung, tiba-tiba dari luar hutan sana terdengar suara langkah kaki manusia yg ramai disusul munculnya cahaya api secara lamat-lamat.
Dg cepat kedua orang muda mudi itu menahan nafas dan tidak berbicara lagi.
Tak selang beberapa saat kemudian, suara langkah kaki manusia itu sudah tiba ditepi hutan, lalu terdengar suara seorang lelaki berkata.
"Li sam, coba kau lakukan pemeriksaan ketengah hutan sana, bila ada seseorang yg mencurigakan, segera berilah kabar kepadaku, bila tak ada yg mencurigakan, kita geledah lebih kedepan."
Lelaki yg disebut Li sam itu segera mengiakan, dg tangan kiri membawa obor dan tangan kanan membawa pedang yg disilangkan didepan dada, selangkah demi selangkah dia berjalan memasuki hutan tsb.
Pucat pias selembar wajah Chin sian kun setelah mendengar perkataan itu, tapi Kho Beng sudah melompat bangun sambil berbisik.
"Pancing saja mereka masuk kedalam, malam ini aku hendak melakukan pembantaian secara besar-besaran!"
Tapi belum selesai perkataan tsb diucapkan, tiba-tiba saja paras mukanya berubah hebat.
Rupanya disaat dia mencoba utk mengatur hawa murninya, dg cepat diketahui bahwa peredaran darahnya tak mampu mengalir dg lancar.
Ini berarti dia tak mampu mengerahkan tenaga dalamnya lagi.
Tak heran kalau pemuda tsb mejadi terperanjat setengah mati hingga wajahnya berubah hebat Chin sian kun yg mengawasi perubahan tsb menjadi agak tertegun disamping keheranan, buru-buru tanyanya.
"Kho kongcu, mengapa......mengapa kau?"
"Aku sama sekali tak mampu menghimpun tenaga dalamku lagi! peredaran darahku terasa agak tersumbat!"
Sementara itu lelaki yg bernama Li sam sudah melangkah mendekati mereka berdua, ini berarti tiada waktu lagi buat mereka utk berpikir panjang.
Buru-buru Chin sian kun menarik tangan Kho Beng dan diajak bersembunyi dibalik sebatang pohon besar, lalu bisiknya lirih.
"Mari kubopong kau naik keatas"
Bersemu merah wajah Kho Beng mendengar bisikan itu, sebaliknya Chin sian kun tertawa wajar, bahkan tak menanti Kho Beng membuka suara lagi ia segera merangkul pinggangnya kemudian melompat naik keatas batang pohon besar....
Tapi dg kejadian tsb, gerak gerik mereka segera menimbulkan suara berisik.
Lelaki yg bernama Li sam itu segera membentak keras.
"Siapa yg berada didalam hutan?"
Diam-diam Chin sian kun berbisik kepada Kho Beng.
"Gelisah sangat tdk menguntungkan, sekarang kau duduk disini dg tenang, biar kupancing mereka pergi dari sini!"
Dg perasaan sedih bercampur gusar Kho Beng manggutmanggut, kini tenaga dalamnya telah punah, tentu saja dia tak mampu berbuat banyak terhadap situasi didepan mata.
Setelah melemparkan sebuah kerlingan mesra kearah Kho Beng, Chin Sian kun segera melayang turun keatas tanah, kemudian sambil mengumpulkan hawa murninya dia meluncur keluar dari hutan tsb, bahkan sewaktu bergerak keluar dia sengaja menimbulkan suara berisik.
Li Sam segera berpekik panjang, lalu teriaknya keras-keras.
"Kalian cepat kemari! Didalam hutan benar-benar ada orang."
Dg teriakan tsb, dari luar hutan pun segera terjadi suara sahutan dan secara beruntun tampak bayangan manusia berkelebat lewat, dalam waktu singkat delapan buah obor telah menyinari sekeliling tempat Li Sam berdiri sekarang.
Belasan orang jago tsb dipimpin oleh seorang kakek berbaju hijau, ia mempunyai wajah kuda yg berbentuk panjang.
Begitu tiba disamping Li Sam, segera tegurnya dg gelisah.
"Dimana orangnya?"
Sambil menunding kearah kiri sahut Li Sam.
"Agaknya ada orang melarikan diri kearah sebelah sana, pemimpin aku rasa hutan ini mencurigakan sekali!"
"Lakukan pemeriksaan!"
Kakek berbaju hijau itu segera menurunkan perintahnya.
Maka belasan orang jago pn memencarkan diri dalam formasi kipas terbuka lalu pelan-pelan melakukan pencarian disekeliling tempat itu.
Benar juga sepanjang jalan mereka mendengar ada suara langkah manusia serta suara ranting yg disingkirkan orang.
Sambil menyeringai seram, kakek berbaju hijau itu segera berkata.
"Kalau memang ada orang disini, berarti dia adalah bocah keparat she Kho itu, menurut Cun hong Lengcu, daya kerja obat dalam tubuhnya belum hilang karena itu tenaga dalamnya belum pulih kembali, tak heran kalau langkah kakinya menimbulkan suara berisik."
Begitu mendengar perkataan tsb, belasan orang jago itupun melakukan pengejaran dg lebih bernafsu lagi, sebab setiap orang berharap bisa membuat jasa besar.
Mendadak.......
Dikejauhan sana terlihat ada sesosok bayangan hitam berkelebat lewat, Li Sam segera membentak keras.
"aku lihat kau bisa kabur kemana?"
Dg cepat dia melejit kedepan lalu menerjang kearah bayangan hitam tsb dg kecepatan tinggi.
Pada saat itulah bayangan manusia tadi sudah tiba ditepi hutan, tiba-tiba saja orang itu menghentikan langkahnya.
Li Sam yg sudah menyusul sampai disitu tidak banyak berbicara lagi, dg cepat tubuhnya melejit keudara sementara pedangnya melancarkan sebuah tusukan kilat.
Ditengah deruan angin serangan yg amat tajam, sebuah tusukan telah mengancam punggung bayangan hitam tsb.
Dg cekatan bayangan hitam tadi menghindarkan diri kesamping, kemudian bentaknya keras-keras.
"Hey, kalian sudah edan semua......."
Setelah melancarkan tusukan tsb, Li Sam baru merasakan kalau gelagat tidak beres, tergopoh-gopoh dia menarik kembali serangannya sambil mengawasi wajah orang itu dg seksama.
Tapi apa yg kemudian terlihat membuat hatinya semakin terperanjat lagi buru-buru dia berbicara.
"Ooooh...rupanya nona Sian kim, mengapa kaupun berada disini?"
Sambil menghentak-hentakkan kakinya dg gemas Sian kim berseru.
"Aku sedang mencari bocah keparat she Kho itu, tak disangka hampir saja mati diujung pedangmu, bunuh, mengapa sih kalian tidak melacak jejak musuh sebaliknya malah menguntil dibelakangku?"
Dalam pada itu si kakek berbaju hijau telah menyusul pula sampai disitu dg segenap kekuatannya, melihat kejadian ini buruburu dia menyapa.
"Nona Sian kim, mengapa kau pun sampai disini?"
Sambil menggertak gigi menahan diri jawab Sian kim.
"Lengcu menyuruh aku turut melacaki jejak bocah keparat itu, tentu saja aku melaksanakan perintahnya, kalian tahu, barusan aku telah berhasil menemukan bayangan tubuh orang she Kho itu, tapi gara-gara ulah kalian, sekarang ia berhasil meloloskan diri kembali."
"Dimanakah nona berhasil melihat jejak orang she Kho itu?"
Buru-buru kakek berbaju hijau itu bertanya. Sian kim segera menunding kedepan sana sambil berkata.
"Itu dia, disudut tebing sebelah selatan, waktu itu sebenarnya aku sedang melakukan pengejaran kesitu, sungguh tak disangka anak buahmu justru melancarkan sebuah tusukan kepunggungku secara tiba-tiba.....untung saja tak sampai melukai tubuhku....."
Kakek berbaju hijau itu tidak banyak berbicara lagi, buru-buru dia mengibaskan ujung bajunya sambil membentak.
"Kita geledah kesana!"
"Betul!"
Seru Sian kim sambil tertawa, kalian menggeledah kesisi kiri, biar aku mencarinya dari sebelah kanan, dg begini banyak orang, aku percaya sekalipun tumbuh sayappun jangan harap bisa meloloskan diri dari sini!"
""Baik, kita kerjakan secara demikian saja!"
Kata kakek berbaju hijau itu terburu-buru.
Kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun dia segera melejit ketengah udara, dalam waktu singkat tubuhnya telah berada sepuluh kaki lebih dari tempat semula.
Sian kim, si dayang berbaju hijau itupun bergerak menuju kesebelah kanan utk melakukan pencarian, tapi belum sampai berjalan sejauh sepuluh kaki, dia sudah belik kembali ketempat semula, kemudian setelah memeriksa sekejap sekeliling tempat itu dan yakin kalau disana tak ada orang, tergesa-gesa dia menerobos masuk kedalam hutan.
Dg suatu gerakan yg cepat sekali, dia balik kepohon besar dimana Kho Beng bersembunyi tadi, dari atas wajahnya dia melepaskan selembar topeng kulit manusia dan dimasukkan kembali ke sakunya.
Ternyata dayang Sian kim tak lain adalah hasil penyamaran dari si walet terbang Chin sian kun.
"Kho Sauhiap...Kho sauhiap....."
Bisiknya pelan Dari balik dedaunan yg rimbun tampak Kho Beng menongolkan kepalanya sambil menyahut.
"Aku berada disini...!"
Chin Sian kun segera melompat naik keatas pohon , lalu katanya dg pelan.
"Waaah...betul-betul sangat berbahaya!"
"Apakah mereka sudah pergi?"
Tanya Kho Beng dg perasaan sangat gelisah. Chin Sian kun segera tertawa bangga, katanya .
"aku telah menipu kawanan bajingan itu sehingga mengambil arah yg salah, mungkin mereka sudah berada berapa li dari sini sekarang!"
"Dg cara apa nona berhasil memancing mereka menuju kearah yg salah?"
Tanya Kho Beng tak habis mengerti. Chin Sian kun segera memperlihatkan topeng kulit manusia yg berada ditangannya, dia berkata.
"Aku mengandalkan benda ini......eeei...bagaimana perasaanmu sekarang, apakah rada mendingan?"
Kho Beng segera menghela napas panjang.
"Aaaai.....entah bahan obat pemabuk jenis apakah yg dipergunakan perepuan siluman itu, hingga sekarang tenaga dalamku masih belum bisa dihimpun kembali."
Chin Sian kun berpkir sebentar, lalu ujarnya.
"Kita harus meninggalkan tempat ini lebih dulu baru mengusahakan pengobatan atas lukamu itu, mari biar aku yg menggendongmu!"
OooOOooo Hampir semalam suntuk perkampungan Ciu hong san ceng dilanda kekalutan dan keributan, namun usaha mereka sama sekali tidak memberikan hasil apa-apa.
Namun keesokan harinya, tiba-tiba dikota kecil dikaki bukit Cian san telah kedatangan serombongan manusia, mereka terdiri dari kawanan jago lihay baik dari golongan putih maupun dari golongan hitam.
Kemunculan mereka amat tiba-tiba tak jauh berbeda dg keadaan sewaktu berada dilembah hati buddha tempo hari, entah siapa yg menyiarkan berita tsb namun yg jelas sasaran mereka kali ini bukan Kho Beng melainkan langsung menuju perkampungan ciu hong san ceng diatas bukit cian san.
Sebagai pemimpin dari rombongan tsb adalah seorang kakek berbaju hitam yg menyoren sepasang pedang dipunggungnya, orang itu termasyur sekali namanya dikawasan Kanglam dan dikenal orang sebagai Pedang emas berlengan baja To tin.
Dg gerakan yg amat cepat rombongan tsb langsung menyerbu kedepan perkampungan Ciu hong san ceng, ternyata jagoan yg terhimpun dalam rombogan ini mencapai lima puluhan orang.
Begitu sampai dimuka pint perkampungan, to tin segera membentak dg suara keras.
"Apakah dalam perkampungan ada orang?"
Baru saja suara bentakan tsb bergema, pintu perkampungan telah terbuka lebar-lebar, yg munculkan diri kemudian adalah kakek berbaju ungu Ong Thian siang. Ia kelihatan agak tertegun, lalu setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, tegurnya.
"Bolehkah aku bertanya, ada urusan apa kalian datang keperkampungan kami?"
Dg suara berat dan dalam Pedang emas berlengan baja To tin menjawab.
"aku To tin bersama rekan-rekan persilatan dari kawasan Kanglam sengaja datang kemari karena mendengar diperkampungan anda telah datang seorang tamu agung, apakah dia masih berada disini?"
"Yaa betul, rupanya rekan-rekan sekalian datang mencari nona Kho, bolehkah aku tahu ada urusan apa kalian mencarinya?"
To tin segera mendengus dingin.
"Cepat suruh dia keluar, katakan saja ada orang mencari dirinya.!"
Ong Thian siang mengiakan dan buru-buru masuk kedalam perkampungan.
Tak selang berapa saat kemudian, tampak tiga orang perempuan berkerudung diiringi para dayang telah munculkan diri dari balik gedung, orang pertama adalah seorang nona berbaju putih, tentu saja dia adalah Kho Yang ciu, orang kedua menggunakan baju berwarna hijau, dia adalah Hee im Lengcu Li Sian soat, sedangkan orang ketiga mengenakan baju bewarna merah darah, dia adalah Cun hong Lengcu, Jin cun.
Begitu mereka bertiga tiba didepan pintu perkampungan, Kho Yang ciu lah yg kelihatan terkejut sekali.
Sebagaimana diketahui, perkampungan Ciu hong san ceng sama sekali tak ada hubungan apa-apa dg dunia persilatan, tapi darimana kawanan jago persilatan itu bisa tahu kalau dia berada disini? Disamping itu selapis hawa membunuh pun telah muncul dalam hati kecilnya, sudah lama ia tak pernah membunuh orang, bagaimana mungkin dia akan menyia-nyiakan kesempatan baik yg berada didepan mata sekarang? Tatkala melihat munculnya tiga orang wanita muda dari balik perkampungan, kawanan jago persilatan itu kelihatan sangat tegang dan serius, hawa pembunuhan pun mulai menyelimuti seluruh area.
Dg suara lantang si Pedang emas To tin segera menegur keras.
"Siapakah si Kedele Maut?"
"Nonalah orangnya!"
Jawab Kho yang ciu dingin.
"Rupanya kaulah putri Hui im cengcu yg menghebohkan dimasa lalu, sibiang keladi yg menyebabkan timbulnya badai berdarah didunia persilatan........hmmm, hari ini sengaja aku datang kemari bersama rekan-rekan persilatan utk membuat perhitungan atas kematian rekan-rekan kami........"
Kho Yang ciu segera tertawa terkekeh-kkeh, setelah mendengar perkataan itu, jengeknya.
"Heeehh....heeehh....heehh...kalian anggap kemampuan yg kamu semua miliki sudah cukup utk berbuat sesuka hati, hmmm....memangnya tujuh puluh lembar nyawa yg tewas diperkampungan Hui im ceng tidak pantas utk dituntut balas?"
"Hmmm, aku tahu percuma saja banyak berbicara dg perempuan gila macam dirimu itu"
Tukas To tin gusar.
"rekan-rekan semua, hari ini kita tak boleh membiarkan siluman perempuan siluman itu meloloskan diri lagi dari cengkraman kita"
Seruan tsb segera disambut penuh antusias oleh kawanan jago silat lainnya, dalam waktu singkat mereka telah bersiap sedia utk melancarkan serangan. Cun hong Lengcu yg menyaksikan kejadian ini buru-buru mengulapkan tangannya, seraya berkata.
"eeeei....tunggu dulu, tunggu dulu........."
"Siapa anda?"
To tin segera membentak. Sambil tertawa merdu jawab Cun hong Lengcu.
"Kami kakak beradik adalah pemilik perkampungan Ciu hong san ceng ini, ketahuilah perkampungan kami tak pernah mempunyai ikatan dg dunia luar, hubungan dg dunia persilatan pun tak ada, kenyataan kalian datang mencari gara-gara, apakah tindakan ini tidak merupakan suatu perbuatan yg kelewat batas ? "
"Jadi nona bermaksud akan melindungi siluman perempuan ini? "
Seru To tin dg suara dingin. Kembali Cun hong Lengcu tertawa.
"Nenek moyang kami telah membuat suatu peraturan utk perguruan kami, yakni tidak boleh mencampuri urusan dunia persilatan, oleh sebab itu aku ingin bertanya kepada kalian, apakah kami pun akan dihitung menjadi satu? "
To tin tidak langsung menjawab, diam-diam pikirnya.
"Perempuan ini adalah anak murid dari tokoh sakti dunia persilatan, kepandaian silatnya tak boleh dipandang enteng, apalagi tujuanku yg utama adalah mlenyapkan perempuan siluman tsb dari muka bumi, kalau bisa mengurangi dua orang musuh tangguh jelas hal tsb makin menguntungkan bagi posisiku.
"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Berpikir demikian, buru-buru ia berkata. Kalau toh pihak perkampungan kalian punya peraturan yg melarang anggotanya mencampuri urusan dunia persilatan, sudah barang tentu kamipun tak akan mengusik ketenangan kalian, asal nona sekalian bersedia menyingkir dari sini dan tidak mencampuri urusan kami, aku beserta rekan-rekan persilatan lainnya pasti tak akan mengganggu seujung rambutpun dari perkampungan anda."
Cun hong Lengcu manggut-manggut, katanya lagi.
"Walaupun perkataan anda memang sangat tepat, namun kami dua bersaudarapun tetap merasa serba salah."
"Apa yg menyebabkan kalian serba salah ? "
"Nona Kho adalah sahabat karib kami dua bersaudara, andaikata kejadian ini berlangsung ditempat lain, tentu saja kami dua bersaudara dapat berlagak seolah-olah tidak melihat serta tidak mencampurinya, tapi hari ini.........kalian justru telah datang kemari utk mencari gara-gara, bagaimanapun jua kami sebagai tuan rumah toh tak bisa berpeluk tangan belaka, sebab tindakan seperti ini jelas tidak mencerminkan kesetiakawanan, sebaliknya bila ingin membantu, kamipun kuatir akan melanggar peraturan leluhur kami, nah, coba dibayangkan apakah posisi kami saat ini tidak serba berabe......"
"Cici berdua tak usah kuatir"
Cepat-cepat Kho yang ciu berseru, asal cici berdua mau membantu siaumoy dg berjaga-jaga ditepi arena, hal tsb sudah lebih dari cukup untukku, apalagi jumlah manusia seperti ini belum sampai merisaukan hatiku, silahkan cici berdua berpeluk tangan saja"
Cun hong Lengcu pura-pura menghela napas sedih, lalu katanya.
"Yaa, kalau begitu maafkanlah kami, tapi kami berjanji tak akan membiarkan adik menderita kerugian ditangan mereka!"
To tin yg mendengar perkataan itu menjadi tertegun, lalu serunya sambil mendengus.
"Nona, apa maksud perkataanmu itu?"
Cun hong Lengcu tertawa terkekeh-kekeh.
"Kalian berjumlah begitu banyak, padahal lawan yg hendak kalian hadapi hanya seorang perempuan lemah, sesungguhnya kami merasa amat tak puas dg tindakan kalian itu!"
"Kalau begitu kalian telah berubah pikiran?"
Jengek To tin sambil tertawa dingin.
"Bukan begitu maksud kami, asal kalian bersedia mengikuti peraturan dunia persilatan dg pertarungan satu lawan satu, tentu saja kami akan berpeluk tangan saja, kalau tidak, terpaksa kami akan mengundang adik keluarga Kho untuk memasuki perkampungan kami."
"Apakah kami tak sanggup menyerbu kedalam perkampungan kalian?"
Seru To tin penasaran. Sambil tertawa Hee im Lengcu Li Sian soat menyela.
"Bila kalian berani menyerbu kedalam perkampungan, urusan menjadi lebih mudah utk diselesaikan, sebab kami pun tak usah kuatir akan melanggar peraturan leluhur kami lagi!"
To tin segera tertawa seram.
Jilid 24
"Heeehhheeehhheeeehhhsudah seumur hidup kami mengembara didalam dunia persilatan, namun belum pernah mendengar nama perkampungan Ciu hong san ceng kalian. Hmmm! Kendatipun tempat ini sarang naga gua harimau, aku tetap akan mencoba menyerbunya."
"Aku tidak berharap kalian mencoba perbuatan sebodoh itu"
Ujar Cun hong Lengcu pelan "sebab aku kuatir tanah kami yang bersih segera akan dinodai oleh percikan darah, tapi bila anda kelewat memandang enteng kekuatan perkampungan kami, jelas perbuatan tersebut merupakan perbuatan orang buta."
Begitu selesai berkata, tiba-tiba dia mengibaskan ujung bajunya.
Dari balik dinding pekarangan segera bermunculan empat puluhan orang jago, separuhnya adalah nona muda bergaun hijau dan separuhnya lagi adalah kakek berpakaian ringkas.
Terdengar Cun hong Lengcu membentak lagi.
"Cin bu wi, coba demontrasikan kepandaianmu dihadapan mereka!"
Seorang kakek berbaju hijau yang berada diatas dinding pekarangan segera menyahut.
"akan kami laksanakan perintah nona!"
"Sreeeeet.............!"
Tampak kakek itu meloloskan sepasang pedang yang tersoren dipunggungnya, lalu sambil membentak keras sepasang tangannya diayunkan bersama kedepan.
Tampaklah kedua belah pedang tersebut berubah menjadi dua jalur cahaya putih yang secepat sambaran petir meluncur kearah dua batang pohon besar yang tumbuh lima kaki dari tempatnya berada.
"Duuukkk!Duuuukkk...!"
Diiringi suara bentakan nyaring, mata pedang tahu-tahu sudah menembusi batang pohon tersebut hingga tinggal gagang pedangnya saja yang masih menongol diluar.
Untuk menembusi batang pohon dengan dua bilah pedang sekaligus, paling tidak seseorang harus memiliki dasar tenaga dalam sebesar enam puluh tahun hasil latihan, tak heran kalau kawanan jago tersebut menjadi terperanjat dan berubah paras mukanya.
Si pedang emas berlengan baja termasyur dalam dunia persilatan karena mengandalkan ilmu pedangnya, berarti kepandaiannya dalam ilmu pedang terhitung cukup tangguh namun dihati kecilnya ia mengerti bahwa kepandaian silat yang dimiliki anak buah dari perkampungan Ciu hong san ceng tersebut jauh lebih tangguh dari kemampuannya.
Mimpi pun dia tak mengira kalau perkampungan Ciu hong san ceng yang belum pernah terdengar namanya dalam dunia persilatan ini ternyata memiliki sekawanan jago yang berilmu sangat hebat, peristiwa ini benar-benar berada diluar dugaannya, bila orang-orang itu sampai bersekongkol dengan Kedele Maut, bukankah..........
Membayangkan kesemuanya itu diam-diam ia menjadi gelisah, mendadak timbul sebuah akal dalam benaknya.
Padahal jalan pemikiran tersebut pun merupakan suatu tindakan apa boleh buat, sebab ia berpendapat walaupun mereka turun tangan seorang melawan seorang pun asal pihak perkampungan Ciu hong san ceng tidak ikut campur dalam peristiwa ini, dengan sistem pertarungan roda berputar, niscaya kekuatan tubuh yang dimiliki Kedele Maut tersebut lambat laun akan terkuras habis, akhirnya tidak akan sulit bagi mereka untuk menangkap hidup-hidup.
Berpendapat demikian, pikiran dan perasaan hatinya pun jauh lebih terbuka, maka sambil tertawa terbahak-bahak katanya.
"Haaaahh......haaaahh......haaaah....sungguh tak kusangka perkampungan kalian adalah sebuah sarang naga gua harimau, tapi kalian tak perlu kuatir, aku telah mengambil keputusan untuk bertindak sesuai dengan peraturan dunia persilatan, tapi dapatkah pihak kalian memberi jaminan kalau orang-orangmu tak akan mencampuri urusan ini?"
Cun hong Lengcu segera tertawa.
"Sekali perkataan kami telah diucapkan, biar ada seribu ekor kuda pun tak akan sanggup utk menariknya kembali."
"Bagus sekali, kami semua akan mundur sejauh sepuluh kaki sebagai tanda hormat kami terhadap perkampungan kalian!"
Selesai berkata ia segera mengulapkan tangannya kearah para jago, kemudian bergerak mundur sejauh sepuluh kaki lebih dulu.
Ketika dilihatnya kawanan jago lainnya masih nampak sangsi untuk mengikuti petunjuknya, dengan ilmu menyampaikan suara buru-buru To tin berkata.
"Dengan berbuat demikianlah kita baru bisa memotong jalan mundur siluman perempuan itu, disaat pertarungan sudah berkobar nanti, kita gencet kemuka dari dua sudut yang berlawanan, kemudian hadapi di dengan sistem roda berputar, aku yakin siluman perempuan itu tentu akan kehabisan tenaga dan akhirnya dapat kita bekuk hidup-hidup!"
Setelah mendengar bisikan tersebut, kawanan jago tersebut baru mengerti apa gerangan yang terjadi, tanpa terasa semangat mereka makin berkobar.........
Sementara itu Cun hong Lengcu yang menyaksikan kawanan jago tersebut sudah terpengaruh oleh hasutannya, diam-diam tertawa geli.
Padahal kalau berbicara sejujurnya, andaikata bukan pihak perkampungan Cui hong san ceng yang sengaja membocorkan rahasia Kho Yang ciu ke tempat luaran, darimana kawanan jago persilatan itu bisa mendapat kabar dan berbondong-bondong datang kesana? Dan sekarang mereka tidak menunjukkan reaksi apapun, kedua belah pihak pun sama-sama tidak dibelanya, padahal yang mereka harapkan justru adalah menonton dua harimau berkelahi sementara mereka akan menjadi nelayan beruntung yang tinggal memungut hasilnya.
Betapa tidak? Siapa saja yang kalah, sudah jelas memberikan keuntungan bagi pihaknya.
Sementara itu Cun hong Lengcu telah berjalan mendekati Kho Yan ciu, lalu katanya.
"Adik Kho, hanya sampai disini saja yang bisa kami perbuat untukmu............maafkan kami!"
Waktu itu, bukan saja Kho Yang ciu tidak memahami rencana busuk dari rekan-rekannya, malah sebaliknya dia merasa terharu dan berterima kasih sekali, segera jawabnya.
"Cici berdua, apa yang bisa kalian lakukan demi diriku sudah lebih dari cukup untukku, terima kasih banyak atas bantuan kalian.............."
Li sian soat yang turut menghampirinya, segera berkata dengan suara rendah.
"Adikku, kau harus berhati-hati, andaikata kau tak sanggup untuk menahan diri lagi, cepatlah balik badan dan kabur kemari!"
Sambil tertawa Kho Yang ciu manggut-manggut.
"Tak usah kuatir, sebodoh-bodohku, rasanya tak akan segoblok seperti apa kalian katakan, harap cici berdua legakan hati!"
Selesai berkata dia segera mempersiapkan sejata payung Thian lo san nya kemudian berkelebat maju sejauh sepuluh kaki lebih dari posisi semula, begitu sampai ditengah arena, ia segera menegur sambil tertawa dingin.
"Heeehh....heehhh....siapakah diantara kalian yang hendak memberi petunjuk lebih dulu.........?"
Seorang lelaki bercambang yang membawa sebuah golok besar segera tampil kedepan, sahutnya dengan lantang.
"Aku si Golok setan bercambang baja ingin mencoba kemampuanmu........"
"Oooh.......rupanya Sun tongkeh yang ingin mencoba sebutir Kedele Maut ku.........bagus sekali, kau boleh pilih sendiri, ingin mencari kemenangan dengan mengandalkan tenaga dalam ataukah mencoba kedele maut ku saja?"
Begitu mendengar nama "Kedele"
Si Golok Setan Bercambang Baaja Sun Pah, segera merasakan hatinya bergidik dan peluh dingin jatuh bercucuran membasahi tubuhnya. Namun ia tak mau unjuk kelemahannya dihadapan umum, dengan suara menggeledek segera teriaknya.
"Hanya enghiong hohan yang mencari kemenangan dengan mengandalkan kepandaian silatnya yang sejati!"
"Baik!"
Seru Kho Yang ciu sambil tertawa dingin.
"kalau toh kau sudah memilih jalan kematian sendiri, silahkan saja untuk maju kesini!"
Golok Setan bercambang baja segera membentak keras, goloknya dengan membawa deruan angin serangan yang maha dahsyat segera menyapu ke muka.
Cahaya goloknya yang melingkar diangkasa segera membiaskan sinar yang amat menyilaukanmata, diiringi desingan angin tajam serangan tersebut langsung membacok kebadan Kho Yang ciu.
Melihat datangnya serangan tersebut, Kho Yang ciu tertawa lirih, dengan gerakan seenak hatinya sendiri, dia memutar payung thian lo san nya kebawah, kemudian menyongsong datangnya serangan bacokan itu.
Buru-buru si Golok Setan bercambang baja menarik kembali serangannya sambil berganti jurus, lagi-lagi dia membabat pinggang lawannya.
Siapa sangka gerakan Kho Yang ciu kali ini masih setingkat lebih cepat daripada serangannya, belum sempat golok tersebut menyambar pinggang lawan, tahu-tahu senjata payung Thian lo san gadis tersebut sudah menembusi dadanya.
Jeritan yang memilukan hati segera bergema memecah keheningan, semburan darah segar membasahi seluruh dada dan tubuh Golk Setan bercambang baja, Sun Pah.
Setelah mundur belasan langkah kebelakang dengan sempoyongan, akhirnya ia roboh terjengkang ke atas tanah dan tewas seketika itu juga.
Belum sampai satu gebrakan, dari pihak kawanan jago persilatan sudah kehilangan seorang jago lihaynya, peristiwa ini tentu saja amat menggusarkan hati To tin.
Dengan wajah hijau membesi, buru-buru serunya kepada kawanan jago dengan ilmu menyampaikan suara.
"Cepat kalian terjun kearah musuh secara bergiliran, bila tak sanggup menahan serangan siluman perempuan itu, gunakan suara pekikan sebagai tanda, kami segera akan mengirim jago lain untuk menggantikan kedudukan kalian."
Dalam pada itu, Kho Yang ciu merasakan semangatnya berkobar setelah dalam satu gebrakan berhasil meraih kemenangan, dengan suara lantang segera teriaknya.
"Apakah masih ada diantara kalian yang ingin memberi petunjuk?"
Sesosok bayangan manusia segera melompat keluar dari kerumunan para jago, sambil melayang turun ditengah arena, teriaknya keras-keras.
"Biar aku yang mencoba kepandaian sakti dari ilmu payung Thian lo san!"
Ketika bayangan manusia itu sudah berdiri tegak, terlihatlah dia adalah seorang pemuda yang berusia dua puluh lima tahunan, wajahnya kelihatan cukup tampan. Dengan suara dingin Kho Yang ciu segera menegur.
"Boleh aku tahu siapa namamu?"
"Aku Ki Liu si!"
Kho Yang ciu berpikir sebentar, katanya kemudian.
"Aku rasa dalam daftar hitamku tidak tercantum nama tersebut, kuanjurkan kepadamu lebih baik mengundurkan diri saja secara teratur, daripada akhirnya mati secara mengenaskan ! "
Mendengar perkataan tersebut, Ki Liu si tertawa terbahak-bahak .
"Haaaahhh.haaaahhh..haaahh..bukankah sepasang tangan nnona sudah penuh berlepotan darah ? mengapa secara tiba-tiba kau menunjukkan belas kasihan ? sungguh suatu kejadian yang aneh "
Kho Yang ciu mendengus dingin .
"Hmmm.walaupun sudah banyak manusia yang kubunuh, namun belum pernah kubunuh manusia yang tak berdosa ! "
"Haaaahhh..haaaahhh.haaahhh.kalau begitu anggap saja aku sendiri yang mencari mati ! "
Begitu selesai berkata, pedangnya langsung diayunkan kedepan menyerang dada Kho Yang ciu.
"Kurang ajar ! "
Seru Kho Yang ciu amat marah.
"kalau toh pingin mampus, jangan salahkan bila nonamu berhati kejam ! "
Sambil memutar senjata payung thian lo san nya, dia sambut kedatangan lawan.
"Criiiiingggg ! "
Tatkala senjata payung Thian lo san dan pedang itu saling bertemu satu sama lainya, segera terjadilah suara benturan keras yang menyebabkan terjadinya percikan bunga api.
Sambil miringkan badan Ki Liu si segera mundur setengah langkah kebelakang, ia merasakan pergelangan tangannya kesemutan.
Sebaliknya sepasang bahu Kho Yang ciu pun nampak bergoncang keras, tak tahan lagi serunya .
"Wah hebat juga tenaga dalammu ! "
Rasakan dulu sebuah tusukanku ini. ! "
Teriak Ki Liu si lagi dengan seuara keras.
Pedangnya segera diputar membentuk tiga kuntum bunga pedang, lalu dalam komposisi segi tiga, ia langsung menyergap kemuka dengan sangat hebatnya.
Paras muka Kho Yang ciu waktu itu sudah berubah menjadi dingin bagaikan es, tiba-tiba saja senjata payung Thian lo san nya dipergunakan bagaikan senjata pedang dengan jurus "Cahaya tajam lintasan bayangan", dia sapu tubuh lawan dari sisi kiri langsung mengancam lengan kanan Ki Liu si.
Walaupun Ki liu si sendiripun dapat merasakan betapa lihainya jurus serangan tersebut, sayang sekali keadaan sudah terlambat, sebab jurus serangan dari Kho Yang ciu memang kelewat aneh dan sakti.
Ki Liu si sudah tak sempat lagi menarik serangannya sambil menanggapi ancaman yang datang, tak ampun seperti nasib yang dialami si Golok setan bercambang baja, terdengar suara sambaran serangan jurus dari Kho Yang ciu yang sangat aneh dan sakti itu , Ki Liu si dengan tiba-tiba menjejakkan kakinya, lalu mengundurkan diri dari serangan Kho Yang ciu yang sangat hebat itu.
Tak lama kemudian Kho Yang ciu menyerang jago kedua dari kawanan orang jago dunia persilatan itu dengan menggunakan jurus "Cahaya tajam lintasan bayangan"
Dia sapu tubuh musuhnya tersebut.
Dengan tidak dapat menahan serangan dari Kho Yang ciu itu, maka Ki Liu si, jago kedua itu menggeletak dengan badan yang bermandikan darah.
Dengan kematian dua orang jago pedang secara beruntun, kawanan jago dari dunia persilatan mulai dibikin keder dan bergidik.
Kho Yang ciu memperhatikan sekejap sekeliling arena, lalu sambil tertawa dingin serunya.
"Heeehhhheeeehhh.heeeehhh..orang she To, kau tak usah menyuruh orang lain datang menghantar kematian lagi, kali ini nonamu ingin sekali mencoba kehebatan sepasang pedang berlengan baja mu, beranikah kau menerima tantangan ini?"
Si pedang emas berlengan baja To tin segera merasakan hatinya bergetar keras sesudah mendengar seruan tersebut.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau Kho Yang ciu bakal menantangnya secara terang-terangan, hal inilah yang membuat hatinya terperanjat sekali.
Sebagai pimpinan dari rombongan para jago dunia persilatan, sudah barang tentu dia tak ingin menunjukkan kelemahan sendiri dihadapan umum, karenanya sambil sengaja tertawa tergelak, katanya kemudian.
"Haaahhaaahh..haaaahhh.bagus sekali, aku memang ingin mencoba sampai dimanakah kelihaian serta keampuhan ilmu payung Thian lo san mu itu, meski nona tidak menantangku untuk bertarung, sudah sejak tadi tanganku terasa gatal untuk mencoba keampuhanmu."
Dengan suatu gerakan yang sangat ringan, dia melejit keudara dan melayang turun beberapa kaki dihadapan Kho Yang ciu, dan pada saat bersamaan dia meloloskan sepasang pedangnya yang berkilauan tajam ditangan, diapun membentak keras.
"Nah, silahkan nona memberi petunjuk!"
Kho Yang ciu tertawa dingin, katanya .
"Kau sendiri kelewat tinggi menilai kemampuanmu sendiri, hmmmm! Bagiku, bertarung melawan manusia macam kau tak perlu berebut melancarkan serangan, kalau bukan demikian, kemana mesti kutaruh selembar wajahku ini dalam pengembaraanku dalam dunia persilatan?"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau betul-betul kelewat sombong!"
Teriak To tin dengan perasaan amat mendongkol. Sepasang pedangnya segera diputar menciptakan selapis cahaya pedang yang amat menyilaukan mata, lalu dengan jurus "Sepasang naga berebut mutiara"
Dia langsung menyerang tubuh gadis tersebut.
Kho Yang ciu tertawa dingin, payung Thian lo san nya dipentangkan lebar-lebar, dalam waktu singkat kawasan seluas berapa kaki sudah diliputi cahaya keperak-perakan yang menyilaukan mata, seluruh serangan gencar dari To tin seketika terbendung sama sekali.
To tin yang melancarkan tusukan dengan sepasang pedangnya segera merasakan serangan tersebut seakan-akan sudah membentur diatas sebuah dinding baja yang sangat kuat, pergelangan tangannya menjadi tergetar, sampai lamat-lamat terasa sakit dan kesemutan, hampir saja pedangnya terlepas dari cekalan tangannya.
Sementara itu Kho Yang ciu telah memutar kembali senjata payung Thian lo san nya sambil tertawa terkekeh-kekeh, jengeknya .
"Heeeeeehhheeeeeeeehhhheeeehhh..dengan mengandalkan sedikit kepandaian seperti ini pun kau mencoba untuk memimpin umat persilatan? Huuuh.masih ketinggalan jauh!"
Merah padam selembar wajah To tin karena jengah, sambil menggertak gigi menahan gejolak emosi, teriaknya keras-keras.
"Hey perempuan siluman! Kau jangan tekebur dulu, rasakan sebuah tusukan pedangku ini!"
Sambil mendesak maju kemuka, sepasang pedangnya melancarkan tusukan mendatar ke tubuh lawan.
Kho Yang ciu menggunakan payungnya menggantikan pedang, dengan jurus "Malaikat langit menyembahkan hidangan", terlihat sinar keperak-perakan menyebar keudara dan mengurung diatas cahaya pedang dari si Pedang emas berlengan baja To tin serta menyumbat gerakannya sama sekali.
Sebagai seorang jagoan yang termasyur didalam dunia persilatan karena permainan ilmu pedangnya, tentu saja si Pedang Emas berlengan baja dapat melihat pula bahwa jurus serangan yang digunakan Kho Yang ciu adalah jurus pedang.
Kendatipun demikian, teryata ia tak mampu untuk meraba jurus serangan macam apakah yang telah dipakai lawannya untuk menciptakan lapisan cahaya perak yang begitu menyilaukan mata serta menyumbat seluruh gerak serangannya itu.
Dalam terkejut dan gugupnya, buru-buru dia mengeluarkan jurus "Rombongan burung terbang melintas", maksudnya dia hendak melindungi keselamatan tubuh sendiri dengan lapisan cahaya pedangnya yang tebal.
Tapi sayang, jurus pedang dari Kho Yang ciu itu justru memiliki keistimewaan lain.
"Criiiiingggggg!"
Terdengar suara dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, ternyata pedang emas ditangan To tin telah saling beradu keras dengan payung Thian lo san dari Kho Yang ciu.
Tak ampun lagi To tin merasakan lengan kanannya sakit sekali bagaikan patah, bersamaan waktunya pedang emas dalam cekalannya tak sanggup dipertahankan lebih jauh dan segera melesat ketengah udara lalu jatuh dua kaki dari posisi semula.
Dalam terkejutnya, buru-buru dia memutar pedang kirinya untuk melindungi badan, sementara tubuhnya bergerak mundur dengan cepat untuk menyelamatkan diri.
Tentu saja Kho Yang ciu tidak memberikan kesempatan kepada lawannya untuk melarikan diri dari cengkeramannya, sekali lagi terjadi suara dentingan nyaring yang amat memekakkan telinga.
"Criiiiiiiingggg.!"
Lagi-lagi Thian lo san nya menghajar pedang kiri To tin hingga mencelat dari cekalannya.
Dengan kehilangan sepasang pedangnya, maka pertahanan dada To tin pun menjadi terbuka sama sekali, dengan cepat payung Thian lo san menerobos masuk kedalam dan menguasai beberapa buah jalan darahnya.
Perubahan situasi ini berlangsung amat cepat, meski diantara kelima puluh jago persilatan yang berada disisi arena ada yang berniat terjun untuk menggantikan kedudukan To tin, namun tak seorangpun diantara mereka yang sempat berbuat demikian.
Dalam waktu singkat, tubuh To tin sudah terkurung dibawah ujung payung Thian lo san dari Kho Yang ciu itu.
Betapa pun lihai dan ampuhnya kepandaian silat yang dimiliki pemimpin dunia persilatan untuk kawasan Kanglam ini, bukti mengatakan bahwa dia sendiripun hanya mampu bertahan sebanyak dua jurus saja.
Sambil tertawa dingin Kho Yang ciu segera berkata.
"Hey orang she To! Kau sudah menyerah, bukan?"
To tin memejamkan matanya rapat-rapat, sambil menggertak gigi serunya lantang.
"Kau boleh segera turun tangan!"
Kho Yang ciu tertawa hambar, dia tak langsung turun tangan, tapi ujarnya pelan.
"Berhubung kau adalah pemimpin dari rombongan tersebut, maka aku belum turun tangan, ada beberapa pertanyaan yang ingin kuajukan kepadamu lebih dulu."
"Tanyakan saja!"
Ucap To tin sambil membuka matanya kembali.
"asal dapat kujawab tentu akan kujawab secara baik-baik, tapi bila tak bisa kujawab, sekalipun kau tanyakan juga tak berguna."
Kho Yang ciu memutar biji matanya sambil mengawasi wajah orang itu sekejap, setelah itu tanyanya.
"Dalam peristiwa berdarah diperkampungan Hui im ceng tempo dulu, apakah kau pun ikut ambil bagian?"
"Bukankah kau sudah mempunyai sebuah daftar hitam? Kenapa pertanyaan ini mesti diajukan kembali kepadaku?"
Shut To tin dengan suara dalam.
"Daftar hitamku tak dapat dipercayai seratus persen, paling tidak masih banyak nama yang belum tercantum dalam daftar tersebut, oleh karena itu kuharap kau bisa memberikan jawaban yang meyakinkan kepadaku."
To tin segera mendengus dingin.
"Hmmm..pertanyaan tersebut tak bisa kujawab!"
"Kenapa?"
Tanya Kho Yang ciu gusar. Dengan wajah serius To tin berkata.
"aku secara khusus menghubungi rekan-rekan persilatan untuk datang kemari bersama tujuannya tak lain adalah membasmi si kedele maut dari muka bumi serta menghilangkan bibit bencana bagi umat persilatan pada umumnya, sekarang aku gagal dengan tujuanku, berarti biar mati pun tak perlu kusesali, jika sekarang kuakui kalau diriku tidak terlibat dalam persitiwa berdarah di perkampungan Hui im ceng tempo hari, bukankah tindakanku ini sama artinya dengan tindakan pengecut yang takut mati.?"
"Ooooh..jadi kalau begitu kau tidak erasa takut untuk menghadapi kematian?"
Jengek Kho Yang ciu sambil tertawa dingin.
"Sudah semenjak permulaan aku tidak memikirkan soal hidup matiku!"
Kembali Kho Yang ciu mendengus.
"Hmmmm..kalau memang begitu terpaksa aku harus memenuhi pengharapanmu itu!"
Payung Thian lo san segera digetarkan dan siap utnuk menembusi tubuh rang tersebut. Disaat yang amat kritis inilah, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak keras.
"Tunggu sebentar!"
Menyusul teriakan itu, tampak seorang pendeta tua berbaju kuning telah meluncur datang dengan kecepatan luar biasa.
Pendeta tua ini tidak termasuk didalam rombongan kawanan jago persilatan itu, ternyata dia tak lain adalah Cok cuncu dari Siau lim si.
Lima sesepuh panca unsur dari Siau lim si memang merupakan jago-jago yang bernama besar dan termasyur dalam dunia persilatan, tak sedikit diantara para jago yang kenal dengan pendeta agung dari Siau lim pay ini, sehingga dalam waktu singkat suasana dalam arena berubah menjadi amat hening, sepi dan tak kedengaran sedikit suara pun.
Begitu melayang turun ditengah arena, pendeta itu segera berseru memuji keagungan Buddha, sambil katanya .
"Omitohudternyata kedatanganku toh masih terlambat satu langkah, sudah ada korban yang kehilangan nyawa disini!"
Waktu itu, meskipun Kho Yang ciu tidak melanjutkan gerakan payung Thian lo san nya untuk membunuh To tin yang telah kehilangan kemampuan untuk melawan, tapi sambil mendengus dingin segera tegurnya .
"Siapa kau?"
"Aku adalah Bok cuncu dari Siau lim pay!"
"Heeeeehhhheeeeehhheeeehhhh.sebetulnya nona ada minat untuk menyerbu Siau lim si dan mencuci tanah disitu dengan darah kalian, sayang hingga sekarang belum ada waktu luang, kalau toh kau datang lebih dulu untuk menghantar kematian, tentu saja nona akan mengabulkan permintaanmu itu."
Buru-buru Bok cuncu menggoyangkan tangannya berulang kali seraya berseru.
"Kedatanganku pada hari ini sama sekali bukan bermaksud untuk berkelahi denganmu!"
"Hmmmmm.lantas mau apa kau datang kemari?"
Dengus Kho Yang ciu dingin. Bok cuncu memperhatikan sekejap situasi disana, lalu katanya .
"Bersediakah Li sicu untuk membebaskan To lo sicu lebih dahulu.."
Kho Yang ciu termenung sambil berpikir sejenak, lalu katanya .
"Baiklah, mencabut nyawa kalian toh sama gampangnya dengan membalik telapak tangan sendiri, biar kubebaskan orang ini lebih dulu, bila aku masih menginginkan nyawanya, nantipun masih bisa kulakukan secara gampang.."
Sambil menarik kembali payung Thian lo san, dia segera mengundurkan diri sejauh satu kaki dari posisi semula. Si pedang emas berlengan baja To tin yang lolos dari kematian, buru-buru memberi hormat kepada Bok cuncu seraya berkata.
"Terima kasih banyak atas bantuan dari Lo siansu, tapi tahukah lo siansu siapa gerangan perempuan itu?"
Bok cuncu tersenyum .
"Bukankah dia adalah puteri dari Kho Bun sin, kepala kampung dari perkampungan Hui im ceng tempo dulu, atau yang lebih dikenal dalam dunia persilatan sebagai si Kedele Maut? Lolap mengetahui persoalan ini dengan amat jelas"
"Kalau toh lo siansu sudah mengetahui tentang persoalan ini, kenapa kau.."
Sebelum perkataan dari To tin selesai diucapkan, bok cuncu telah menukas dengan cepat .
"Tampaknya To lo sicu masih belum mendengar tentang peristiwa dilembah hati Buddha, kini si hwesio daging anjing serta Kho Beng telah tampilkan diri, maka sebelum duduknya persoalan dibikin jelas, kedua belah pihak dilarang melakukan bentrokan serta pertempuran berdarah lagi."
"Akupun telah menerima surat pemberitahuan dari Kho Beng, tapi yatanya si Kedele Maut masih tetap meneruskan ulahnya dengan menyebarkan maut didalam dunia persilatan."
"Yaa..didalam hal ini aku sendiripun merasa sangat menyesal!"
Kata Bok cuncu sambil manggut-manggut. Bebicara sampai disini, dia segera berpaling kearah Kho Yang ciu, sambil katanya lebih jauh.
"Apakah nona Kho pernah bertemu dengan adikmu?"
"Pernah!"
Jawab si nona ketus.
"Setelah bertemu muka, aku rasa adikmu pasti telah menyinggung pula masalah pemberitahuannya kepada seluruh umat persilatan. Nona, apakah kaupun bersedia mengikat janji dengan lolap untuk sementara waktu diadakan gencatan senjata sampai duduk persoalan yang sebenarnya dimasa lalu terungkap sama sekali?"
"Hmmmm..apakah kau bisa mengambil keputusan?"
Dengus Kho Yang ciu dingin.
Dengan wajah bersungguh-sungguh, Bok cuncu berkata.
"aku memang tak bisa mengambil keputusan, tapi sekembalinya dari sini lolap akan segera melaporkan peristiwa ini kepada ketua kami, lalu atas nama ketua kamilah akan disebarkan surat pemberitahuan keseluruh partai dan perguruan yang ada untuk mengebarkan gencatan senjata ini, nah bagaimana pendapatmu?"
Kemudian setelah berhenti sejenak, diam engalihkan sorot matanya dan memperhatikan sekejap To tin beserta kawan-kawan persilatannya, kemudian menyambung lebih jauh.
"Walaupun umat persilatan berjumlah banyak sekali didunia ini, aku rasa belum ada seorangpun yang berani melanggar keputusan dari tujuh partai besar!"
To tin beserta segenap jago persilatan serentak terbungkam dengan kepala tertunduk, setelah mendengar ucapan itu.
"Omitohud"
Kembali Bok cuncu berkata.
"bagaimana nona Kho?"
"Baik, aku bersedia mengabulkan permintaanmu itu"
Kata Kho Yang ciu kemudian dengan suara dingin.
"tapi disaat kau telah selesai dengan penyelidikanmu itu, maka setiap orang yang terlibat didalam peristiwa pembantaian berdarah diperkampungan Hui im ceng tempo dulu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya, aku tak akan membiarkan seorang pun diantara mereka yang berhasil meloloskan diri."
"Omitohud.......kalau soal itu mah merupakan urusan dikemudian hari, yang kujanjikan dengan nona adalah masa sebelum duduknya persoalan menjadi jelas........"
Kho Yang ciu mendengus dingin.
"Hmmmmm........aku telah menyanggupi permintaan kalian, sekarang kalian semua boleh pergi dari sini!"
Bok Cuncu tidak langsung pergi, ia nampak termenung sebentar, kemudian katanya lagi.
"Aku perlu memberitahukan pula satu persoalan kepada nona, yang harus dicari oleh nona sebetulnya adalah Dewi In nu, sebelum orang tersebut berhasil ditemukan, duduknya persoalan pun jangan harap bisa menjadi terang untuk selamanya."
"Soal ini aku cukup mengerti, rasanya lo siansu tak usah banyak berbicara lagi."
"Omitohud.....kalau toh begitu, biar lolap segera mohon diri lebih dahulu........."
Kemudian kepada To tin sekalian, katanya pula .
"Saudara sekalianpun boleh pergi dari sini!"
Selesai berkata, tampak bayangan kuning berkelebat lewat, pendeta itu sudah beranjak meninggalkan tempat tersebut.
Kho Yang ciu hanya tertawa dingin tiada hentinya, ia sama sekali tidak mengucapkan sepatah katapun.
Si pedang emas berlengan baja segera mengawasi sekejap anak buahnya, kemudian serunya pula .
"Hayo berangkat!"
Dari rombongan para jago segera muncul empat orang untuk membopong kedua sosok jenasah yang tergeletak ditanah, kemudian buru-buru berlalu dari situ.
Dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka sudah lenyap dibalik pepohonan sana.
Menanti para jago sudah pergi jauh, Li Sian soat baru menghampiri gadis tersebut seraya berseru .
"Adik Kho, kau betul-betul hebat dan perkasa, kali ini kau telah membuat mereka mati kutu!"
"Andaikata pendeta tua dari siau kim pay itu tidak muncul tepat waktunya, aku tak akan membiarkan kelima puluhan orang jago tersebut pulang dalam keadaan utuh!"
Jawab Kho Yang ciu bangga. Cun hong Lengcu, Jiu cun segera tertawa misterius, ucapnya .
"Hayo cepat siapkan perjamuan, kita harus merayakan kemenangan dari adik Kho sebaik-baiknya."
"Cici berdua, kalian sudah bersikap begitu baik kepadaku, kesemuanya ini membuat siaumoy merasa berterima kasih sekali."
Buru-buru Kho Yang ciu berseru. Kembali Cun hong Lengcu tertawa manis.
"Kita sesama saudara sendiri, buat apa kau mesti bersungkansungkan?"
Maka rombongan gadis itupun kembali keperkampungan Ciu hong san ceng dan langsung menuju keruang tengah.
Tak selang berapa saat kemdian, meja perjamuan telah dipersiapkan ditengah ruangan, Li Sian soat segera turun tangan sendiri untuk memenuhi cawan Kho Yang ciu dengan arak.
Setelah perjamuan berlangsung sampai setengah jalan, tiba-tiba Kho Yang ciu bangkit berdiri sambil mengangkat cawan araknya, lalu ia berkata pelan.
"Siaumoy ingin mempergunakan kesempatan yang sangat baik ini untuk menghormati cici berdua dengan secawan arak!"
"Aaaaahkita kan sesama saudara sendiri, tak usahlah memakai segala adat lagi."seru Cun hong Lengcu tertawa.
"Tidak! Cici berdua harus menghabiskan isi cawan ini, sebab setelah itu aku hendak menyampaikan sesuatu."
Cun hong Lengcu segera melemparkan sebuah kerlingan mata kepada Li Sian soat, setelah itu mereka berdua angkat cawan bersama-sama, seraya berkata.
"Kalau memang begitu, biarlah kami berdua menerima penghormatan ini.."
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan cepat mereka berdua meneguk habis isi cawan tersebut. Sambil meletakkan kembali cawan araknya kemeja, Cun hong Lengcu berkata kemudian.
"Adik Kho, bila kau hendak menyampaikan sesuatu, sekarang dapat kau utarakan keluar."
"sudah kelewat lama siaumoy berdiam bersama cici berdua, terima kasih banyak untuk pelayanan kalian yang begitu bagik selama ini, tapi siaumoy tak mungkin bisa berdiam terlalu lama lagi disini, oleh sebab itulah menggunakan kesempatan yang sangat baik ini, aku ingin memohon diri kepada cici berdua."
"Adik Khohubungan persahabatan diantara kita cukup akrab, pergaulan kitapun berlangsung begitu hangat dan erat, mengapa kau mengucapkan kata-kata seperti itu?"
Seru Li Sian soat dengan kening berkerut.
"Sesungguhnya siaumoy sendiripun merasa ebrat hati untuk berpisah dengan cici berdua, tapi mumpung sekarang ada kesempatan yang sangat baik bagiku untuk berkunjung keperkampungan Hui im ceng, pertama aku ingin pulang kampung untuk berjiarah didepan makam kedua orang tuaku, kedua akupun ingin meneruskan usaha ayahku almarhum untuk membangun kembali kejayaan perkampungan Hui im ceng, sebab saat ini dunia persilatan akan menjadi tentram untuk sementara waktu dan mustahil akan terjadi keributan lagi.."
Missing page 40-47 keselamatan jiwaku menjadi berbahaya sekali?"
"Soal ini tak perlu kau kuatirkan adikku, biar langit ambruk punkami akan berusaha menanggulanginya bagimu, apalagi yang mesti kau takuti.?"
Kho Yang ciu menggeleng.
"Bukannya aku merasa takut, tapi..hatiku merasa amat tak tenang."
Mendadak Li Sian soat bertepuk tangan seraya berseru .
"Aaaaai betul.aku sudah memperoleh sebuah cara yang bagus sekali untuk mengatasi kesulitan ini!"
"Apakah caramu itu?"
"Kami mempunyai sebuah pesanggrahan lain dengan panorama yang indah sekali, aku rasa tempat itu cocok sekali bagimu untuk merawat penyakit yang kau derita, mari kita berangkat kesana dan tinggal barang dua tiga bulan disana, sampai waktunya pasti penyakitmua akan sembuh dengan sendirinya.."
"Pesanggrahanmu itu terletak dimana?"
"Diatas puncak bukit Cian san, letaknya jauh lebih bagus dan indah ketimbang tepat ini!"
Kho Yang ciu segera menghela napas.
"Bagusnya memang bagus.Cuma"
"Sudahlah, kau tak usah berbicara lagi"
Tukas Li Sian soat sambil menutup bibirnya.
"kecuali kau memang asing terhadap kami."
"Ooooh cici, kaukau benar-benar kelewat baik kepadaku!"
Bisik Kho Yang ciu dengan perasaan sangat terharu.
Maka keesokan harinya muncullah tiga buah tandu meninggalkan perkampungan Ciu hong san ceng dan langsung berangkat menuju kepuncak bukit cian san, selain mereka tampak pula belasan orang dayang beserta kakek dari marga Tia itu mengiringi dibelakang mereka.
Dengan keberangkatan rombongan besar tersebut, maka suasana diperkampungan Ciu hong san ceng pun dicekam dalam keheningan dan suasana sepi yang luar biasa.
Menjelang senja itu tampak, tampak ada dua orang nona berbaju putih yang tergesa-gesa menuju keperkampungan itu, kedua orang tersebut tak lain adalah dayang kepercayaan Kho Yang ciu, yaitu Sia hong serta Bwee hiong.
Sampai lama sekali kedua orang itu menggedor pintu sebelum muncul seorang dayang berbaju hijau yang membukakan pintu.
Begitu bertemu dengan kedua orang tersebut, tanpa terasa lagi dayang berbaju hijau itu menggerutu .
"Mengapa kalian baru kembali pada saat ini? Huuuuh..sudah cukup lama kami menantikan kedatangan kalian."
Dayang berbaju hijau itu tak lain adalah dayang kepercayaan Cun hong Lengcu, yakni Sian kim. Buru-buru Sia hong berkata .
"Enci Sian kim, sebenarnya apa yang telah terjadi? Mengapa suasana disalam maupun diluar perkampungan nampak lenggang dan sepi?"
"Mereka semua telah pergi, coba kalau bukan untuk menunggu kalian, mungkin aku pun sudah pergi sedari tadi!"
"Mereka telah pergi kemana? Mana nona kami?"
Tanya Bwee hiang sangat terkejut.
"Tentu saja nona kalian pun ikut pergi dari sini."
Kata Sian kim. Kemudian setelah berhenti sebentar, kembali ia menambahkan.
"Mari kita segera berangkat, hari hampir gelap, meski perjalanan tidak terhitung jauh, namun jalan setapak yang dilalui susah sekali untuk dilewati!"
Selesai berkata, diapun balik kembali kedalam perkampungan.
Tapi tak lama kemudian ia muncul lagi dedepan pintu sambil membawa sebuah papan nama.
Mula-mula pintu gerbang perkampungan ditutup rapat lebih dulu, kemudian papan tersebut baru dipakukan diatasnya.
Sewaktu Sia hong dan Bwee hiang memperhatikan tulisan diatas papan tadi, maka terbacalah beberapa kata yang berbunyi.
"Pemilik perkampungan ini sedang berpesiar keluar daerah, setahun kemudian baru pulang kembali."
Dibawahnya dicantumkan tahun dan bulan yang dimaksud. Selesai memaku tulisan tersebut, Sian kim baru berpaling dan berkata sambil tertawa .
"Sekarang kita harus segera beangkat!"
Sia hong dan Bwee hiang merasa canggung untuk bertanya lebih jauh, tanpa bertanya lagi berangkatlah mereka bertiga menuju kearah puncak bukit tersebut.
oooOOooo Tak lama setelah kepergian ketiga orang itu, dimuka perkampungan Ciu hong san ceng kembali muncul dua sosok bayangan manusia.
Menanti kedua orang itu sudah tiba dimuka perkampungan, baru terlihat jelas paras muka mereka sebenarnya, ternyata mereka adalah Kho Beng serta Chin sian kun.
Sewaktu membaca isi pengumuman didepan pintu gerbang perkampungan itu, Kho Beng kelihatan agak tertegun, lalu gumamnya .
"Berpesiar keluar daerah, setahun kemudian baru pulang kembali.......?"
Tapi setelah meneliti bulan dan hari yang tercantum dibelakangnya, ternyata menunjukkan hari ini, tanpa terasa lagi dia menghentakkan kakinya keatas tanah seraya berseru.
"Aduh, celaka.....!"
Dengan kening berkerut, Chin Sian kun berkata .
"Mungkin saja apa yang mereka perbuat sekarang Cuma sebagian dari siasat licik mereka, siapa tahu sesungguhnya mereka tak pernah meninggalkan tempat ini? Mari kita lakukan pemeriksaan yang seksama disekeliling perkampungan ini!"
Kho Beng mengangguk .
"Pemeriksaan mah tentu harus dilakukan........"
Sambil berkata ia segera melejit keatas dinding pekarangan, diikuti Chin Sian kun dari belakang.
Namun suasana dalam perkampungan itu gelap gulita tanpa setitik cahaya pun, meski mereka berdua sudah melakukan pemeriksaan yang seksama, atap, setiap halaman dan ruangan yang ada.
Namun semua pintu kamar ditemukan berada dalam keadaan terkunci, memang tak seorang manusia pun yang nampak disitu.
Kembali Kho Beng menghentakkan kakinya sambil menggerutu .
"Huuuuuhh......kesemuanya ini gara-gara tenaga dalamku tak bisa pulih kembali dalam waktu cepat, akibatnya mereka berhasil kabur dari sini......."
"Marilah kita lakukan pencarian secara pelan-pelan"
Hibur Chin sian kun.
"masa kita takut mereka bisa kabur keujung langit."
"Aaaai.....keselamatan enciku masih berada ditangan mereka, aku amat mengkuatirkan keselamatannya."
Chin Sian kun turut menghela napas sedih, katanya pula .
"Biasanya orang baik selalu dilindungi Thian, meski gelisah pun rasanya tak ada gunanya!"
Tatkala seluruh perkampungan Ciu hong san ceng telah selesai diperiksa dan mereka mendapatkan kenyataan bahwa perkampungan tersebut benar-benar sudah tak berpenghuni lagi, terpaksa kedua orang tersebut harus mengundurkan diri dari perkampungan itu.
"Sekarang apa yang harus kita lakukan?"
Tanya Chin Sian kun kemudian dengan wajah sedih.
"Selain terburu-buru ingin melacak jejak enciku, masih ada dua persoalan lagi yang harus kukerjakan, pertama turun kekaki bukit untuk mencari Molim sekalian berempat, dan kedua berangkat ke siau lim pay untuk membebaskan ketua Sam gian bun"
"Pergi ke Siau lim si?"
"Aaaai........"
Kho Beng menghela napas panjang.
"Aku telah menyanggupi permintaan dari Cho Lui san, anak murid Sam goan bun itu untuk berangkat ke siau lim si dan menolong ketuanya Sun thian hong dari sekapan, Bagaimanapun juga aku toh mesti melaksanakan janji ini!"
"Aku lihat persoalan ini bukan suatu pekerjaan yang gampang"
Kata Chin sian kun dengan kening berkerut.
"pihak siau lim pay mempunyai banyak jago lihai yang tak terhitung jumlahnya, kita tak boleh memandang enteng kekuatan mereka, selain itu setelah ketua siau lim pay berani menyekap ketua Sam goan bun dalam kuilnya, aku yakin dia tak akan membebaskannya hanya disebabkan sepatah dua patah katamu."
"Yaaa....entah apa pun yang bakal terjadi, setelah kusanggupi permintaan mereka, paling tidak tugas tersebut harus dilaksanakan"
Ujar Kho Beng dengan wajah serius. Mendadak terdengar suara seseorang yang amat nyaring menyambung ucapan tersebut.
"Padahal persoalan tersebut mudah dalam penyelesaiannya, serahkan saja kepadaku untuk membereskannya!"
Tampak sesosok bayangan kuning berkelebat lewat, tahu-tahu seorang pendeta tua berwajah anggun telah melayang turun tepat sihadapan mereka.
Ketika diamati lagi dengan seksama, ternyata pendeta tersebut tak lain adalah Bok cuncu, salah seorang diantara lima sesepuh lima unsur dari Siau lim pay.
Kho Beng segera mendengus dingin, tegurnya .
"Hmmmsebagai seorang pendeta agung dari siau lim pay, mengapa kau sadap pembicaraan kami?"
"Omitohud!"
Bok Cuncu segera berbisik memuji keagungan Buddha, hampir setengah harian aku berada ditempat ini, toh sewaktu sicu berbincang-bincang tadi, lolap tak bisa menyumbat telingan sendiri untuk tidak ikut mendengar"
"Lo siansu, mengapa kau berada disini sampai setengah harian lamanya?"
Seru Kho Beng keheranan. Kembali Bok cuncu berbisik memuji keagungan Buddha, kemudian sambil menunjuk kedepan, katanya .
"Noda darah yang berceceran disini belum lagi mengering, kemarin encimu telah membunuh dua orang lagi disini"
"Lo siansu, terus terang saja kukatakan, akupun sedang mencari jejak enciku, sebab aku perlu memberi penjelasan kepadanya bahwa untuk sementara waktu semua pertumpahan darah harus dihentikan.."
"Dalam peristiwa yang terjadi kemarin, sebetulnya kesalahan bukan terletak pada cicimu."
Tukas Bok cuncu cepat.
"Sungguh aneh"
Kho Beng segera menjengek sambil tertawa dingin.
"mengapa lo siansu ustru membelai si Kedele Maut?"
Dengan wajah serius Bok cuncu berkata .
"Bila hatiku condong kesalah satu pihak dan tak mampu berlaku adil, mungkin Buddha sudah lama meninggalkan aku. Betul cicimu sudah banyak menyebarkan maut dalam dunia persilatan, banyak sudah korban jiwa yang tewas oleh kedele maut nya, tapi setelah ada perjanjian dipihak kita semua untuk menunda semua perselisihan dan pertumpahan darah sampai duduknya persoalan menjadi jelas, sudah barang tentu kedua belah pihak harus menepati janji tersebut dengan sebaik-baiknya."
Kemudian setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, katanya lebih jauh.
"Yang menghasut umat persilatan untuk melakukan penyerbuan berdarah kemarin adalah si pedang emas berlengan baja to tin, seorang pentolan dunia persilatan dari kawasan Kanglam, ia telah datang kemari bersama lima puluh orang jago-jago Kanglam, oleh sebabitulah aku menilai bahwa dalam peristiwa kemarin, cicimu tak dapat disalahkan........"
Kho Beng berpikir sejenak, kemudian katanya .
"Tadi Lo siansu bilang sudah hampir setengah harian lamanya kau berada disini, tentunya Lo siansu tahu bukan kemana perginya orang-orang dari perkampungan Ciu hong san ceng ini."
Bok Cuncu menggeleng.
"Biarpun aku melihat mereka pergi meninggalkan tempat ini, tapi tidak kuketahui kemanakah mereka telah pergi?"
"Lo siansu, seharusnya kau buntuti mereka"
Seru Kho Beng dengan kening berkerut. Merah jengah selembar wajah Bok cuncu, serunya berulang kali .
"Waaah....dosa....dosa...aku adalah seorang pendeta yang jauh dari keramaian keduniawian, masa seorang hwesio disuruh menguntil berapa orang gadis muda? Apa jadinya kalau perbuatanku itu sampai ketahuan mereka? Bisa hilang mukaku ini......."
"Apakah Lo siansu juga tidak mendengar hendak kemanakah mereka akan pergi?"
Tanya Kho Beng lebih jauh sambil menghentakkan kakinya keatas tanah. Kali ini Bok Cuncu manggut-manggut.
"Kalau soal ini mah sudah kudengar, tapi aku kurang pecaya dengan perkataan mereka, menurut apa yang mereka bicarakan, konon rombongan tersebut hendak pergi kesebuah pesanggrahannya dipuncak sana, tapi bisa jadi perbuatan mereka hanya sebuah tipuan saja untuk mengalutkan perhatian orang."
"Tapi yang pasti entah kemanapun mereka pergi, akan sulit buat kita untuk mencarinya kembali!"
Seru Kho Beng gelisah.
"Tak usah terburu nafsu"
Kata Bok Cuncu sambil menggelengkan kepalanya.
"justru persoalan inilah yang hendak kubicarakan dengan dirimu......"
Setelah berhenti sejenak, dengan suara dalam ia berkata lebih jauh.
"Aku merasa gembira dan bersyukur sekali dengan keputusanmu yang khusus melacaki jejak pembunuh sebenarnya dan tidak melakukan tindakan yang membabi buta, itulah sebabnya kami bersedia pula untuk bekerja sama denganmu, entah bagaimanakah menurut pendapatmu?"
"Bekerja sama?"
Agaknya usul ini sama sekali diluar dugaan Kho Beng.
"Aku merasa persoalan ini benar-benar suatu kejadian yang lucu."
Peristiwa ini memang benar-benar merupakan suatu kejadian yang lucu sekali, dimasa lalu mesku hubungannya dengan pihak Siau lim pay tak seberapa renggang, namun dengan cicinya si Kedele Maut justru merupakan musuh bebuyutan yang ibarat air dengan api, tapi sekarang, mereka justru disodori untuk bekerja sama, bukankah kejadian semacam ini tak pernah terduga sebelumnya? Dengan nada suara yang amat tenang, Bok Cuncu berkata lagi.
"Justru demi keamanan dan ketentraman bagi seluruh dunia persilatan, kami khusus mengajukan usul tersebut kepada kalian, kuharap Kho sicu mau berpikir tiga kali lebih dulu sebelum mengambil keputusan."
"Setelah kau berani berbicara tentang kerja sama, aku rasa Lo siansu pasti sudah mempunyai rencana yang amat masak, bolehkah aku tahu dalam bentuk seperti apakah kerja sama itu hendak dilaksanakan?"
"Kita semua sudah tahu kalau dalang yang sebenarnya dari peristiwa berdarah ini adalah dewi In nu"
Kata Bok Cuncu serius.
"dan kami percaya dengan ini tak bakal salah lagi, yang masih kurang bagi kita sekarang tinggal bukti yang jelas serta siapa gerangan orang yang telah menyaru sebagai Bu wi lojin pada waktu itu, begitu teka-teki tersebut terungkap, maka semua duduk persoalan pun akan menjadi terang. Maka kerja sama diantara kita pun otomatis tertuju untuk tercapainya sasaran tersebut secara gemilang........."
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yaa betul......tapi bicara sih gampang, kalau dilaksanakan benarbenar akan muncul banyak kesulitan yang tak terduga, seperti ambil contoh dengan keadaan didepan mata sekarang........"
Jilid 25 Bok cuncu tersenyum, sebelum pemuda tsb menyelesaikan katakatanya, dia segera menukas .
"Saat ini rasanya aku sudah mulai menaruh perasaan curiga terhadap perkampungan Ciu hong san ceng ini"
"Bukan Cuma mencurigakan, bahkan aku yakin bahwa penghuni perkampungan ini adalah anak buah dari dewi In nu, hanya saying kita tak berhasil mengumpulkan bukti yg nyata sehingga mengakibatkan ciciku pun terpengaruh oleh mereka."
"Kalau begitu tugas kita yg terutama sekarang menemukan sarang mereka serta mendapatkan bukti yg nyata, bukan?"
"Betul!"
Kho Beng manggut-manggut.
"tapi aku percaya pekerjaan inipun bukan suatu pekerjaan yg mudah."
Bok cuncu segera tertawa .
"Sekembalinya dari sini, aku akan melaporkan peristiwa ini kepada ketua kami, kemudian akan kuhimpun umat persilatan utk bersama-sama melacak jejak dari orang-orang perkampungan Ciu hong san ceng ini serta cicimu, Cuma diantara kita berdua harus sering mengadakan hubungan kontak."
Sepasang Golok Mustika -- Chin Yung Iblis Sungai Telaga -- Khu Lung Iblis Sungai Telaga -- Khu Lung