Kedele Maut 14
Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 14
Kedele Maut Karya dari Khu Lung
"Apakah orang partai kupu-kupu mengetahui tentang kematian Kong ci cu ini?"
Kembali Kakek Tongkat sakti tertawa .
"sejak peristiwa berdarah ditebing hati duka, partai kupu-kupu sudah tiada kabar beritanya lagi, apakah mereka mengetahui akan kematian Kong ci cu atau tidak kurang jelas, tapi bagi diriku justru mengetahui soal kematian Kong ci cu tersebut dengan jelas sekali-"
"entah apa yang menyebabkan kematiannya?"
Tanya Chin sian kun dengan perasaan gembira.
"Dia mati karena sakit."
Kata Kakek Tongkat sakti sambil tertawa.
"Peristiwa itu terjadi lebih kurang sepuluh tahun setelah peristiwa berdarah di tebing hati duka, tapi kematiannya tidak diketahui oleh siapa pun sebab seorang pelayan tua dan seorang bocah muda yang hidup bersamanya telah bunuh diri pula setelah kematiannya itu"
"Kalau toh soal kematiannya tidak diketahui orang lain, dari mana cianpwee bisa mengetahui akan persoalan ini?"
Kakek Tongkat sakti tertawa misterius.
"yang mengubur mereka bertiga juga seorang sahabat dari tingkatan ayahku, sedang diapun akhirnya mati ditempat pengasingan, itulah sebabnya kecuali aku seorang mungkin tiada orang kedua yang mengetahuinya."
Chin sian kun termenung sambil berpikir sebentar, lalu katanya .
"Entah bagaimanakah perawakan tubuh serta wajah dari sinaga terbang dari see ih Kong Ci cu?"
Kakek Tongkat sakti memandang sekejap kedua orang yang berada dihadapannya lalu ujarnya sambil tertawa.
"Persoalan ini sangat kebetulan sekali, walaupun perawakan badan si naga terbang dari see ih tidak terhitung tinggi besar, namun tidak seceking diriku ini, aku rasa Kho sauhiaplah yang paling cocok untuk memerankan dirinya, sedang seorang pelayan tua dan bocah muda dari Kong ci cu tampaknya harus diperankan oleh nona dan aku"
Meskipun rencana ini sangat bagus, tapi cianpwee telah melupakan satu persoalan"
Kata Chin sian kun sambil menggelengkan kepalanya, keningnya Nampak berkerut kencang.
"Apa yang kulupakan?"
Tanya Kakek Tongkat sakti tertawa- "Cianpwee harus ingat bahwa peristiwa itu terjadi seratus tahun berselang, raut tampang mereka tak akan seperti wajahnya para sahabat yang lalu-"
"Tentu saja"
Kata Kakek Tongkat sakti sambil tertawa.
"mana mungkin aku melupakan persoalan ini, tapi hal semacam itu masih bisa ditutupi."
Dengan suara lirih dia segera membisikkan sesuatu kepada Chin sian kun dan Kho Beng. selesai mendengar bisikan itu, Kho Beng berdua segera tersenyum dan manggut-manggut. Kembali Kakek Tongkat sakti memutar biji matanya sambil berkata lagi.
"Hayo berangkat, mungkin kita harus kerja keras seharian penuh, ketahuilah benda-benda tersebut tidak mudah untuk dibuat."
Diiringi sekulum senyuman yang misterius, berangkatlah ketiga orang itu meninggalkan bukit Cian san.
Didalam gua pengikat cinta bukit Cian san, cun hong Lengcu, Hee im Lengcu, Ciu hoa Lengcu serta tang soat Lengcu sekalian berempat sedang berdiri didepan Dewi In Un dengan sikap yang sangat hormat.
Dua orang nenek berbaju perlente berdiri dikedua belah samping Dewi In Un dengan wajah yang serius, persis seperti dua buah patung batu.
Disamping itu masih terdapat dua puluhan orang dayang berbaju ringkas yang berdiri dikedua belah sisi arena, suasana terasa amat serius dan seram, setelah memberi hormat, Cun hong Lengcu berkata .
"suhu, tecu sekalian telah melaksanakan semua pekerjaan sesuai dengan petunjuk suhu"
"Hmmm, apa saja yang telah kalian kerjakan?"
Dengus Dewi In Un.
"semua jalan darah ditubuh Kho Yang ciu telah kami totok, kini dia dirantai diatas kursi batu, selain itu ditempat kegelapan.,"
Setelah menunjukkan senyuman bangga, lanjutnya .
"Didalam maupun diluar ruangan tecu telah menyiapkan jebakan yang berlapis-lapis, setiap perangkap yang kupersiapkan rasanya sudah lebih dari cukup untuk mengubah mereka kakak beradik dua orang menjadi perkedel."
Paras muka Dewi In Un tetap dingin kaku tanpa perubahan emosi, katanya hambar.
"yang perlu kalian perhatikan adalah kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh itu"
"soal ini suhu tak perlu kuatir,"
Cun hong Lengcu segera tertawa.
"tentu saja kami akan berusaha untuk mendapatkan kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh lebih dulu sebelum berusaha melenyapkan kedua bibit bencana ini dari muka bumi"
"Dengan cara apa kalian menyampaikan berita tersebut kepada Kho Beng?"
Sungguh kebetulan sekali kata Cun hong Lengcu dengan bangga.
"sewaktu dalam perjalanan menuruni bukit Cian san tadi, telah bertemu dengan keempat budak asing dari Kho Beng, kami memberi batas waktu tiga hari kepada Kho Beng untuk datang kemari menukar cicinya dengan kedua lembar kitab pusaka tersebut."
Dewi In Un berpikir sebentar, lalu katanya .
"Aku dengar Kho Beng adalah seorang pemuda yang sangat licik dan banyak akal muslihatnya, mungkinkah dia akan datang memenuhi janji tepat pada waktunya?"
Hee im Lengcu segera menyahuti.
"Menurut apa yang tecu ketahui, Kho Beng pasti akan datang-"
Dewi In Un segera mengerling sekejap kearahnya .
"Atas dasar apa kau berani berkata begitu meyakinkan?"
Sambil tertawa paksa Hee im Lengcu berkata .
"Kho Beng adalah seorang yang amat perasa, terutama sekali terhadap saudara kandungnya sendiri, Ia menaruh perhatian yang amat khusus- Apabila la mendapat kabar yang menyatakan bahwa cicinya menjumpai kesulitan disini, biarpun dia tahu bakal mati namun ia pasti akan datang juga."
"Heeeheee- h eeee- memang inilah kelemahan manusia,"
Seru Dewi In Un sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"kalian harus mempergunakan nya secara baik-baik,"
Tapi sejenak kemudian paras mukanya telah berubah hebat, dengan suara mendalam dia menambahkan.
"Tapi bila usaha kali ini tidak berhasil, maka kalian berempat bakal menerima hukuman yang cukup berat."
Keempat orang lengcu itu segera merasakan hatinya bergetar keras, paras mukanya berubah hebat, tapi hanya sebentar. Dalam waktu singkat mereka telah memperoleh ketenangannya kembali. sambil tertawa paksa Cun hong Lengcu segera berkata .
"suhu tak usah kuatir, kali ini tiada kemungkinan untuk menderita kegagalan, tanggung kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh itu akan kita peroleh."
Dengan sikap hambar Dewi In Un manggut-manggut.
"semoga saja usaha kalian berhasil dengan sukses, untuk mencapai keberhasilan ini kalian boleh menggunakan semua kekuatan yang berada disini- selain daripada itu, dalam menghadapi situasi dan keadaan seperti apapun, setiap saat kalian harus memberi laporan kepadaku"
"Tecu turut perintah"
Keempat orang Lengcu itu menyahut serentak dengan sikap menghormat. Agaknya Dewi In Un merasa puas, dia menguap lalu sambil mengulapkan tangannya, ia berkata.
"sekarang kalian boleh mengundurkan diri dari sini"
Keempat orang Lengcu itu bersama-sama memberi hormat lalu mengundurkan diri.
yang disebut sebagai kamar penjara di dalam gua pengikat cinta tak lebih hanya berupa sebuah gua yang belum pernah dibenahi- Disana sini ruangan gua terdapat banyak batu granit yang mencuat kesana kemari, tapi dasar tanah amat datar, dibagian tengah terdapat sebuah kursi batu, kursi itu terbuat dari tonjolan batu karang yang mencuat keatassaat itu Kho yang ciu didudukkan pada kursi tersebut dan dirantai dengan sebuah rantai raksasa sebesar lengan bocah- Padahal sekalipun tak dirantai, Kho yang ciu tak mampu lagi menggerakkan badannya, sebab bukan saja seluruh jalan darahnya telah tertotok, lagipula ia telah dicekoki cairan beracun yong luo ih yang mempunyai khasiat membuyarkan tenaga/ Peredaran darah yang tidak lancer membuat keadaan gadis tersebut tak ubahnya seperti seorang penyakitan yang hampir sekarat, bentuk rupanya telah berubah menjadi amat mengenaskan.
suasana dalam gua gelap gulita tanpa cahaya, lembab lagi gelap, berada ditempat seperti ini tak ubahnya seperti berada didalam neraka.
Tapi diluar maupun didalam gua tersebut, terutama pada bagian yang gelap dan tersembunyi, secara diam-diam sudah dilengkapi perangkap yang berlapis-lapis, diantaranya meliputi panah beracun, uap beracun dan jebakan yang mengerikan.
Kini Kho yang ciu telah mendusin dari pingsannya, namun seluruh jalan darahnya yang tertotok membuat ia tak mampu ergerak, tak mampu pula bicara, kecuali benaknya yang dipenuhi pelbagai persoalan yang pelik, pada hakekatnya keadaan nona tersebut tak berbeda seperti sesosok mayat.
Namun perasaan sedih dan menyesal yang mencekam perasaannya tak terlukiskan lagi dengan perkataannya, dia menyesal mengapa tidak menurui nasehat dari adiknya Kho Beng yang sudah berhasil membongkar identitas mereka yang sebenarnya ketika masih berada di perkampungan ciu hong san ceng tempo hari, malah sudah berulang kali adiknya membujuk serta menasehatinya.
Tapi-mengapa ia tak mau tahu dan belumjuga mau sadar? sekali salah melangkah, menyesal sepanjang masa, walaupun ia merasa menyesal sekali tapi sayang keadaan sudah terlambat.
Ia sama sekali tak takut mati, tapi dendam sakit hatinya belum terbalas.
sedangkan diapun akan mati ditangan musuh besarnya, inilah yang membuat ia mati tak meram.
Disamping itu dia pun teringat kembali dengan adiknya Kho Beng, diapun cukup memahami tujuan yang sebenarnya Dewi In Un menyekap dirinya disitu, sudah pasti dia akan dijadikan umpan untuk memancing kedatangan Kho Beng guna menyerahkan kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh tersebut.
Ia pun sadar, demi keselamatan jiwanya, Kho Beng pasti tak akan memperdulikan segala sesuatunya untuk datang menyelamatkan jiwanya, apabila keadaan seperti ini sampai terjadi, bukankah dialah yang telah mencelakai adiknya? Teringat akan dendam berdarah dari keluarga Kho yang belum sempat terbalas, teringat pula Kho Beng adalah satu-satunya keturunan keluarga Kho, andai kata gara-gara keteledoran sendiri menyebabkan kematian Kho Beng, apakah dia masih punya muka untuk bertemu dengan arwah orang tuanya dialam baka? Berpikir sampai disitu, tanpa terasa air matanya jatuh bercucuran, satu-satunya yang diharapkan sekarang adalah berharap agar adiknya tidak menyerempet bahaya.
Namun dia pun tahu, keadaan seperti ini hampir boleh dibilang tak mungkin, sebab dia cukup memahami perasaan dan tabiat adiknya, dia pasti akan datang untuk menolongnya apapun yang bakal terjadi-Mendadak-.
Disaat pikirannya sedang melayang entah kemana saja, terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang.
Dengan paksakan diri Kho yang ciu membuka matanya, tapi apa yang kemudian terlihat membuat darahnya terasa mendidih, sepasang matanya berapi-api dan hampir saja melotot keluar.
Ternyata yang datang adalah Cun hong Lengcu, Hee im Lengcu, Ciu hoa Lengcu serta Tang soat Lengcu.
Dengan langkah yang santai keempat orang itu berjalan masuk kedalam ruangan.
Kho yang ciu tak mampu bergerak, tak mampu pula bicara, satusatunya yang bisa diperbuat olehnya hanya menunjukkan rasa benci dan dendamnya yang merah membara itu kelihatan berapi-api seperti mau melompat keluar.
setibanya dihadapan Kho yang ciu, Hee im Lengcu segera menyapa sambil tertawa .
"Adik Kho, maaf sekali yaa aku telah membuatmu sangat menderita"
Sedemikian benci dan dendamnya Kho yang ciu ketika itu, mungkin kalau dapat dia hendak menggigit daging mereka mentahmentah, tapi sekarang yang dapat diperbuat olehnya hanya duduk tak berkutik seperti patung. Pelan-pelan Hee im Lengcu berkata lagi.
"Walaupun aku merasa rada tak tega, tapi.yaa apa boleh buat lagi? Padahal manusia hidup seabad pun akhirnya akan mari juga, hanya sekarang kau mati lebih awal saja."
Cun hong Lengcu tertawa sambungnya pula .
"Disaat ajalmu hampir tiba, kau masih bisa bertemu kembali dengan adikmu, hitung-hitung anggaplah kebaikan ini sebagai balas jasa kami terhadapmu mengingat dulu pernah menjadi saudara sendiri."
Lalu setelah memutar biji matanya dengan genit, dia berkata lebih lanjut.
"Aku rasa tidak sampai tiga hari kemudian, ia pasti sudah menyusul kemari."
"Tapi sayang,"
Cun hong Lengcu menambahkan sambil tertawa.
"Disaat kalian kakak beradik saling bersua, saat itulah ajal kalian akan tiba.-haaaahhhaaaahhhh."
"Keluarga besar kalian telah mati semua,"
Kata Tang soat Lengcu.
"sebenarnya kalau kamu berdua kakak beradik harus hidup sendirian didunia ini, aku rasa juga tak ada artinya. Lebih baik mati saja bersama- Toh, semua persoalan akan beres pula dengan sendirinya,"
Sambil tersenyum Cun hong Lengcu, berkata lagi.
"Tapi kalian tak usah kuatir, kami tak bakal menyia-nyiakan kalian dengan begitu saja, bila kau telah mati semua, kami pasti akan membuat upacara penguburan yang megah dan mengubur kalian dengan batu marmer sebagai nisan."
Begitulah keempat orang Lengcu itu saling berebut bicara, tapi setiap perkataan yang diucapkan bagaikan sebilah pisau tajam yang menghujam didada Kho yang ciu dalam-dalam.
Ditinjau dari pembicaraan mereka berempat, Kho yang ciu pun dapat memahami siasat busuk dibalik kesemuanya itu, rupanya mereka sedang menipu Kho Beng untuk datang kesana.
sementara dia masih termenung, terdengar cun hong Lengcu berkata sambil tertawa .
"Pemeriksaan telah usai, mari kita pergi dari sini"
Hee im Lengcu sekalian mengiakan, pelan-pelan mereka membalikkan badan dan berjalan keluar dari gua. setelah berada diluar, cun hong Lengcu memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu serunya .
"Adikku bertiga "
"Ada apa toaci?"
Hee im Lengcu segera bertanya, sambil menghela napas, Cun hong Lengcu berkata .
"Tiba-tiba saja timbul perasaan kuatir didalam hatiku."
"Bukankah persiapan kita sangat rapi dan luar biasa rapatnya? Apalagi yang toaci kuatirkan?"
Tanya Ciu hoa Lengcu keheranan. Pelan-pelan cun hong Lengcu berkata .
"Mungkin saja perasaan ini timbul disebabkan masalah yang kita tangani kelewat penting, kita tak boleh gagal tentunya kalian masih ingat dengan perkataan suhu bukan? Andaikata sampai terjadi halhal yang tak diinginkan,"
Sambil menghembuskan napas panjang dia segera berhenti berbicara, Perasaan dan pikiran Hee im Lengcu sekalian pun berubah menjadi berat dan serius, sebab mereka tahu apa yang telah dikatakan Dewi In Un selalu dapat dilaksanakan dan menjadi kenyataan, andaikata usaha mereka kali ini mengalami kegagalan total, dapat dipastikan hukuman yang berat serta nasib yang kelak akan menimpa mereka semua.
Untuk beberapa saat lamanya keempat orang itu menjadi terbungkam dan tidak berbicara lagi.
Akhirnya Cun hong Lengcu mendongakkan kepalanya sambil berkata lebih lanjut.
"agar usaha kita kali ini tak sampai menderita kegagalan, kita wajib mengambil suatu tindakan yang cukup gratis"
"Maksud cici? Bukankah penjagaan kita cukup ketat? Tindakan apa lagi yang hendak toaci lakukan?"
Sela Hee im Lengcu Li sian soat.
"Pertama, kta berempat bakal berjuang lebih berat dan sengsara lagi, selama tiga hari ini setiap malam kita harus melakukan penjagaan bersama disini- Kedua, kita pun harus mengajukan permohonan yang lain kepada suhu.
"
"Permohonan apa?"
"Biarpun suhu telah menyanggupi permintaan kita mempergunakan anak buahnya sekehendak hati, tapi aku rasa hal tersebut tidak meliputi kedua pendamping utamanya yakni Nenek penunjang langit serta Nenek perata bumi?"
"Tentu saja. Nenek penunjang langit dan Nenek perata bumi adalah orang yang melindungi keselamatan suhu, tak setengah jengkal tanah pun mereka meninggalkan beliau."
"ya a, berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa kita harus mengalihkan perhatian kepadanya, asal kedua orang itu bisa kita gunakan tenaganya untuk menyamar sebagai pelindung Kho yang ciu, sudah pasti tiada kegagalan yang mungkin terjadi"
"Cara ini memang bagus, tapi apakah suhu bakal mengabulkannya?"
Tanya Li sian soat denga kening berkerut.
Dengan keyakinan yang amat besar Cun hong Lengcu menyahut.
"Demi kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh, demi melenyapkan kedua keturunan terakhir dari keluarga Kho, kemungkinan besar suhu akan mengabulkan permintaan kita?"
"Perkataan toaci memang benar"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Li sian soat mengangguk pula.
"mari kita pergi memohon kepada suhu"
Maka secara berurutan berangkatlah keempat orang Lengcu tersebut meninggalkan tempat itu.
-ooo00000oooo- Ditinjau dari luar, puncak bukit Cian san masih tetap kelihatan gundul lagi gersang, tak ubahnya seperti bukit gersang yang tak berpenghuni, namun dalam kenyataannya situasi disitu amat tegang dan serius.
Namun hari pertama lewat dengan begitu saja, sampai hari kedua lewat pun Kho Beng belum tampak batang hidungnya.
Keempat Lengcu dibawah pimpinan Dewi In Un mulai gelisah bagaikan semut berada dikuali panas, pada mulanya mereka kuatir usaha tersebut akan mengalami kegagalan total, dan kini kuatir Kho Beng tak akan datang memenuhi janji- Kini senja hari ketiga pun sudah lewat, tampaknya batas waktu selama tiga hari sudah lewat, namun bayangan Kho Beng belum kelihatan juga- Bukan saja keempat orang Lengcu itu mulai gelisah dan tak tenteram- Dewi In Un sendiripun mulai merasa cemas dan kesal, berulang kali ia mengirim orang untuk menanyakan persoalan ini kepada keempat Lengcu, tentu saja dia tak akan memperoleh berita yang menggembirakan dari keempat orang anak buahnya.
sementara mereka masih dirundung rasa kecewa dan gelisah, tiba-tiba diluar gua pengikat cinta tersiar datang suatu berita yang betul-betul mengejutkan hati- Berita tersebut memang betul-betul merupakan suatu berita ledakan yang amat menggemparkan, sebab ada seseorang yang mengaku sebagai sahabat karib ui Thian it, ketua partai kupu-kupu generasi yang lain dengan membawa pelayan tua dan kacungnya dimuka gua dan mohon bertemu.
Berita tersebut dengan cepat disampaikan kepada Dewi In Un, mendengar laporan tersebut Dewi In un jadi tertegun dan segera membentak.
"sama sekali ngaco belo, tak mungkin akan terjadi peristiwa semacam ini"
Yang datang membawa laporan tersebut adalah ChinBu wi, salah satu diantara dua belas pelindung hukum, hitung-hitung dia masih termasuk jago kelas satu dibawah pimpinan Dewi In Un. Ketika mendapat teguran tersebut, buru-buru dia berkata .
"Pada mulanya hambapun tidak percaya, namun setelah bersua dengan mereka, hamba jadi rada-"
"Rada percaya bukan?"
Sambung Dewi In Un sambil tertawa terkekeh-kekeh. Kemudian sambil menghentikan gelak tertawanya, dia berkata lebih jauh .
"ciangbunjin angkatan pertama partai kupu-kupu telah mati dalam pertarungan dibawah tebing hati duka pada seratus tahun berselang, dalam seratus tahun hidup dalam pengasingan ini partai kita selalu menggembleng diri dan memupuk kekuatan terus menerus. Tujuannya tak lain adalah untuk membalaskan dendam bagi kematian leluhur kita ini. Bila orang tersebut benar-benar adalah sahabat karib leluhur kita, coba pikir sendiri berapa usianya tahun ini?"
"Konon dia sudah berusia seratus sembilan puluh delapan tahun"
Kata ChinBu wi agak tergagap.
"seratus sembilan puluh delapan tahun?"
Kembali gelak tertawa Dewi In Un berderai-derai memecahkan keheningan.
"Haaaahaaaa.mungkinkah didunia ini terdapat manusia yang bisa hidup seumur itu?"
Cun hong Lengcu segera tampil kedepan sambil menimbrung .
"suhu, bolehkah tecu mengucapkan sepatah dua patah kata?"
Dewi In Un manggut-manggut "aku bukan orang yang terlalu fanatic dengan pikiran dan pendapat orang lain, apa pendapatmu dalam masalah ini? Katakana saja terus terang."
Buru-buru Cun hong Lengcu berkata.
"Terlepas dari asli atau palsunya orang ini, paling tidak peristiwa ini adalah suatu kejadian yang sangat aneh, apa salahnya bila suhu mengundangnya masuk serta memeriksa secara langsung? Dengan berhadapan muka secara langsung, tecu percaya, asli tidaknya orang ini akan segera ketahuan, bila orang ini hanya sengaja hendak membuat berita sensasi, kita basmi saja seketika daripada meninggalkan bibit bencana besar dikemudian hari."
"Benar, kalau begitu undang dia masuk"
Kata Dewi In Un sambil tertawa lebar.
Chin Bu wi sebera mengiakan dan mengundurkan diri dari situ.
Tak lama kemudian dia telah muncul kembali dengan membawa tiga orang manusia.
Ketika ketiga orang tersebut memasuki ruangan batu, segenap hadirin segera merasakan sikap hormat dan serius yang tiba-tiba muncul dari hati masing-masing.
orang yang berjalan dipaling muka adalah seorang kakek berbaju ungu yang berwajah bagaikan tembaga antik, sepasang matanyaa memancarkan sinar berkilat, jenggot putihnya terurai sepanjang perut, tingkah lakunya mantap dan berwibawa sekali.
Dibela kang tubuhnya mengikuti dua orang pembantunya, yang tua berambut dan berjenggot putih, tangannya membawa sebuah tongkat berbentuk.
aneh, berbaju kuning, sedang yang muda berbaju bersih, putih kemerahan, usianya paling banter baru delapan belas tahunan.
Ketiga orang itu berjalan dengan langkah lebar dan kepala terangkat keatas, begitu anggun langkah mereka sampai-sampai Dewi In Un yang berada ditempat duduknya pun tergerak hatinya dan berdiri tanpa sadar.
Ketika kakek berbaju ungu itu sudah tiba diruangan tengah, ia segera mengalihkan pandangan matanya mengawasi sekitar situ, kemudian berseru dengan suara yang nyaring bagaikan genta.
"Tempat yang bagus.siapa yang bernama Dewi In Un?"
Dewi In Un segera mengernyitkan alis matanya, lalu menjawab .
"akulah orangnya, boleh kutahu siapa namamu?"
Kakek berbaju ungu itu tersenyum.
"sebelum kusebutkan namaku, terlebih dahulu ingin kutanyakan satu persoalan lebih dulu. soal apa?"
"Anda adalah keturunan keluarga ui yang keberapa?"
Tanya kakek itu dengan suara dalam.
"Angkatan keempat"
Sahut Dewi In Un keningnya makin berkerut. Kakek berbaju ungu itu manggut-manggut, katanya lagi.
"kalau begitu anda tentunya mengetahui dengan jelas tentang segala kejadian yang telah menimpa kakekmu ui Thian it bukan?"
"sejak masih kanak-kanak orang tua kami selalu membicarakan soal leluhur kami dulu. Kisah ceritanya boleh dibilang telah mendarah daging ditubuhku"
Kakek berbaju ungu itu segera tertawa girang, katanya lebih jauh .
"Kalau begitu tentunya kau tahu bukan, ketika leluhurmu ui Thian it bertarung melawan tiga dewa see hwa sam sian dibawah tebing hati duka, pernah ada seorang sahabatnya dari see ih yang buruburu datang ketempat kejadian, tapi berhubung kedatangannya terlambat satu langkah hingga menemukan leluhurmu telah tewas ditangan tiga dewa, hingga akhirnya sahabatnya itu menguburkan jenasah ui Thian it serta mendirikan baru nisan baginya."
Sambil berkata sepasang matanya yang tajam mengawasi wajah Dewi In Un lekat-lekat, kemudian baru melanjutkan.
"Tahukah kau siapakah orang tersebut?"
Dewi In Un balas menatap wajah kakek berbaju ungu itu dengan seksama, lalu sahutnya keheranan.
"Tentu saja aku tahu, dia adalah sahabat karib leluhurku. Naga Terbang dari See ih Kong ci cu, orang tuaku pun pernah menyinggung tentang perbuatan baik yang pernah dilakukan orang tua itu, selama ini kami menghormatinya sebagai tuan penolong dari keluarga ui. Sayang sekali, dia orang tua tidak mempunyai keturunan, tidak memiliki ahli waris, sehingga budi kebaikannya itu tak sempat kami balas. Kakek berbaju ungu itu seoera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhhh..haaaahhhh.haaaahhhhh akulah Kong ci cu"
Segenap yang hadir termasuk juga Dewi In un pribadi menjadi tertegun sesudah mendengar jawaban tersebut. selang beberapa saat kemudian Dewi In Un baru berkata sambil tersenyum.
"Lojin gemar amat bergurau, Kong ci cianpwee tak mungkin masih hidup didunia ini, hal semacam ini sama sekali tak masuk akal dan tak bakal dipercayai oleh siapa saja."
"Tiada keanehan yang tak bisa terjadi didunia yang lebar ini,"
Ucap si kakek berbaju ungu sambil tertawa.
"semua kemungkina bisa terjadi dan dialami setiap manusia, atas dasar apa kau tidak mengakui keaslianku."
"Bila anda benar-benar adalah Kong ci cianpwee, dengan cara apa kau bisa.."
Kakek berbaju ungu itu segera menukas perkataannya yang belum selesai diucapkan itu.
"Aku cukup memahami kecurigaanmu, tegasnya saja peristiwa ini memang merupakan suatu peristiwa yang hampir tak masuk diakal dan susah dipercayai alasannya. Mungkin rasa curigamu itu akan lenyap dengan sendirinya."
Pelan-pelan dia mengalihkan sorot matanya memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian melanjutkan.
"Tatkala leluhurmu ui Thian it telah meninggal disini, hatiku merasa sangat masgul dan risau, karenanya aku tak pernah kembali ke see ih lagi, tapi dengan membawa serta pelayan dan kacung aku mengembara kesegala pelosok tempat, setahun kemudian sampailah kami dibukit Tiang pek san sebelah timur laut."
"Bila apa yang totiang katakan benar, dari wilayah see ih disebelah barat kau bisa berkelana sampai wilayah timur laut, kelihatannya kepandaianmu sungguh mengagumkan"
Sela Dewi In Un. Dengan sorot mata yang tajam, kakek berbaju ungu itu mengawasinya lekat-lekat, lalu melanjutkan kembali kata-katanya.
"Ketika aku mengajak kacung dan pelayanku memasuki bukit tiang pek san untuk berpesiar, akhirnya kami bertemu dengan badai salju selama sepuluh hari-"
"Apa yang dimaksudkan badai salju selama sepuluh hari?"
Tanya Dewi In Un sambil tertawa.
"selama sepuluh hari lamanya, badai salju menyerang kami tiada hentinya . itulah yang disebut badai salju sepuluh hari."
"Waaah, kalau terjadi badai salju selama sepuluh hari tiada hentinya, bukankah semua jalan gunung menjadi terhambat dan seluruh bumi berubah menjadi putih berkilauan?"
Kakek berbaju ungu itu manggut-manggut.
"yaa, justru Karena itulah kami jadi terjebak didalam suatu wilayah yang amat terpencil, dalam keadaan begini, betapapun tingginya ilmu silat yang kumiliki sulit juga untuk melepaskan diri dari lapisan salju yang menutup seluruh bukit Tiang peksan, rasa lapar, kedinginan membuat kami hampir saja mati konyol,"
Sekali lagi Dewi In Un menyela.
"Lantas dengan cara apakah lotiang berhasil meloloskan diri dari mara bahaya?"
Berkilat sepasang mata kakek berbaju ungu itu.
"Kami tidak terlepas dari kurungan, tapi dibawah sebuah tebing yang terjal kami berhasil menemukan sebatang pohon waru."
Ditengah salju yang begitu dingin, pohon waru yang ditemukan pastilah sebatang pohon kering yang sudah tak karuan lagi- Tapi setelah berhenti sejenak- dengan pandangan keheranan dia bertanya.
"Mengapa lotiang menyinggung soal pohon waru?"
Kakek berbaju ungu itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah-haaaahhh-haaaahhhhh sebab nyawa kami bertiga telah diselamatkan pohon waru tersebut, tentu saja harus kusinggung tentang persoalan ini. Silahkan lotiang melanjutkan penuturanmu"
Pinta Dewi In Un dengan perasaan gelisah. Setelah melemparkan sekulum senyum misterius, kakek berbaju ungu itu berkata lebih laniut.
"Dibawah tekanan udara yang amat dingin dan lapisan salju yang begitu tebal, tentu saja pohon tersebut tinggal sebuah batang kering yang tak karu-karuan- lagi, namun diatas dahan yang kering tersebut justru terdapat dua puluh empat butir biji waru, setiap butir biji waru itu besarnya seperti buah kelengkeng, warnanya merah menyala."
"Oooo.. sungguh suatu kejadian yang sangat aneh"
Kata Dewi In Un keheranan. Kakek berbaju ungu itu tertawa .
"Waktu itu kami merasa amat kelaparan, tentu saja tak terlintas pikiran yang bukan-bukan terhadap buah tadi, kami petik buah merah tersebut dan setiap orang mendapat delapan butir untuk menahan lapar."
Sambil tertawa Dewi In Un menyela .
"Bila seorang sudah berada dalam keadaan kelaparan, rasanya delapan butir biji waru belum mampu untuk menghilangkan rasa lapar yang menyerang badan."
"Sama sekali tidak,"
Kakek berbaju ungu itu menggoyangkan tangannya berulang kali.
"setelah kedelapan butir biji waru itu msuk kedalam perut, bukan saja semua rasa lapar telah lenyap, bahkan rasa dingin yang mencekam badan pun lenyap tak berbekas, baru saat itulah aku merasa amat keheranan"
"Masa benda tersebut adalah buah dewa yang bisa membuat orang awet muda?"
"setelah kulakukan penyelidikan yang seksama, akhirnya dapat kusimpulkan bahwa buah waru tersebut sesungguhnya adalah bibit waru kutub yang telah berusia seribu tahun. Mengapa dinamakan bibit waru kutub? "
Kakek berbaju ungu itu tertawa .
"Ditengah badai salju yang begitu kencang dan udara yang begitu dingin, hampir mustahil buat sebatang pohon waru untuk tetap hidup dibumi sekitar situ, apalagi biji waru yang tak pernah rontok selama seribu tahun lamanya.
Tapi kesemuanya ini bisa terjadi dikarenakan ada sebab yang lain, rupanya batang pohon waru itu persis tumbuh ditempat yang dilalui aliran hawa panas bumi, dengan menghisap sari bumi, maka pohon waru tersebut dapat mempertahankan setitik harapan untuk hidup, Itulah sebabnya pohon tadi menghasilkan dua puluh empat butir biji yang berkhasiat luar biasa.
Dasar nasibku lagi mujur, gara-gara mendapat musibah akhirnya malah peroleh rejeki,"
"itulah sebabnya Kau menjadi dewa yang tetap awet muda?"
Sambung Dewi In Un dengan mata melotot besarsambil menunding kearah pelayan serta kacung yang berada dibelakang tubuhnya, kakek berbaju ungu itu berkata lebih jauh .
"Waktu itu, wajah mereka persis seperti sekarang ini, biar sudah lewat seabad lamanya, tampang mereka masih tetap tak berubah."
Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh .
"Menurut perkiraanku, meski kami tak bisa hidup panjang umur, paling tidak masih bisa hidup tiga atau empat kali enam puluh tahun."
Dewi In Un tertegun beberapa saat lamanya, mendadak ia berkata sambil tersenyum.
"kisah cerita lotiang memang sangat menarik hati, tapi rasanya aku belum dapat mempercayai kau sebagai Kong ci cianpwee hanya didasarkan pada ceritamu saja"
Kakek berbaju ungu itu sebera tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahaaahh-haaahhh.apakah kau masih ingin memeriksa yang lain?"
Dewi In Un berpikir sejenak, kemudian katanya .
"Menurut apa yang kuketahui, Kong ci cianpwee menggunakan sepasang senjata yang berbentuk. aneh, sampai sekarang benda tersebut masih jarang dijumpai didunia persilatan."
Kakek berbaju ungu itu tertawa tergelak, mendadak dia merogoh kedalam sakunya lalu mengeluarkan sepasang senjata yang berbentuk sangat aneh.
Dalam waktu singkat seluruh ruangan telah diliputi oleh cahaya keemas-emasan yang amat menyilaukan mata.
sewaktu semua orang mengawasi dengan seksama, maka tampaklah benda tersebut adalah epasang gelang emas, satu diantaranya mengeluarkan cahaya yang begitu tajam sehingga sewaktu digerakkan membiaskan cahaya yang begitu menyilaukan mata persis seperti cahaya sang suryasebaliknya yang berbentuk setengah lingkaran dan bersinar redup, bentuknya tak berbeda seperti rembulan yang separuh bulat, sambil tertawa tergelak-gelak.
kakek berbaju ungu itu berkata .
"Apakah kau maksudkan sepasang gelang jit gwat siang huan ini?"
Dewi In Un membelalakkan matanya lebar-lebar, saking tergagapnya sampai dia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. sambil menatap wajahnya lekat-lekat, kakek berbaju ungu itu berkata lagi.
"Tentunya kau mengharapkan aku bisa mendemontrasikan kepandaian silatku sebelum mau mempercayainya, bukan?"
Sebelum Dewi In Un sempat menjawab, kakek berbaju ungu itu telah memainkan sepasang tangannya, gelang emas berbentuk.
separuh bulat itu tahu-tahu sudah meluncur kedepan dengan hebatnya.
Tampak cahaya kuning berkelebat lewat gelang emas tersebut dengan membawa gaung desingan tajam yang amat memekakkan telinga telah meluncur kearah dinding yang berada pada jarak tiga kaki bagaikan kilatan cahaya petir.
Tahu-tahu obor yang diletakkan pada dinding tadi sudah terpapas kutung menjadi dua bagian.
sementara semua yang hadir masih termangu-mang u dibuatnya.
Kakek berbaju ungu itu kembali sudah melepaskan gelang mataharinya.
Pancaran cahaya yang begitu kuat dan tajam membuat semua yang hadir menajamkan matanya tanpa sadar lalu mundur setengah langkah kebelakang.
' 'criiiiing' Terdengar suara dentingan nyaring bergema memecahkan keheningan, gelang matahari yang dilepaskan kemudian telah membentur diatas gelang rembulan yang baru saja menebas putus batang obor itu.
Begitu sepasang gelang saling beradu, tiba-tiba saja benda tersebut memencarkan diri kekiri dan kanan, lalu dengan membawa desingan suara yang amat memekikkan telinga, senjata-senjata tersebut telah balik kembali ketangan kakek tersebut.
setelah menyambut kembali kedua gelangnya, kakek berbaju ungu itu baru baru menegur sambil tertawa bergelak.
"Apakah anda masih curiga?"
Rasa kejut dan girang menghiasi wajah Dewi In Un, namun perasaan curiga masih menyelimuti seluruh perasaannya, segera katanya lagi.
"yang membuat aku keheranan adalah Lootiang bukannya pergi mencari ayahku, mengapa sebaliknya datang mencari aku? "
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kakek berbaju ungu itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhh-haaaahhh.-haaaahhhh-.semuanya terdapat tiga alasan mengapa aku berbuat begini, pertama aku kebetulan sedang lewat diwilayah sekitar sini, kedua ayahmu sebagai ketua angkatan ketiga dari partai kupu-kupu ternyata tidak turun tangan sendiri sebaliknya hanya mengirim putrinya untuk memegang tampuk pimpinan, tindakannya ini membuat aku merasa sangat tak puas kepadanya dan ketiga, aku menjumpai kalian sedang terancam sekarang."
"Ancaman bahaya apakah itu?"
Tanya Dewi In Un dengan perasaan amat bergetar. Kakek berbaju ungu itu tertawa hambar.
"sepintas lalu nampaknya saja kau dilindungi oleh begitu banyak jago lihay dan memiliki kekuatan yang luar biasa, padahal dalam dunia persilatan telah terjadi pergolakan sehingga situasipun harus dipandang dari sudut yang berbeda pula."
Setelah berhenti sejenak, kembali katanya .
"Kho Beng dibantu oleh Bu wi Lojin dan berhasil pula mempelajari ilmu sakti thian goan sinkang, bila jagojago lihay dari Patih uang berkumpul semua didaratan Tionggoan lalu keturunan dari tiga dewa see gwa sam sian yang telah mendapat warisan- ilmu silat dari leluhurnya menyusul pula kesini, hal ini masih dibantu lagi dengan himpunan seluruh inti kekuatan tujuh partai besar dunia persilatan membuat jumlah kekuatan mereka jadi beribu-ribu orang banyaknya, coba bayangkan sendiri mampukah kau menahan serangan gabungan mereka yang memiliki kekuatan sedemikian dahsyatnya itu."
Berubah hebat paras muka Dewi In Un, namun diluar dia tetap paksakan tersenyum, katanya cepat.
"Terima kasih banyak atas perhatian Lootiang, tapi aku yakin masih mampu untuk menghadapi mereka."
Kakek berbaju ungu itu menghembuskan napas panjang.
"sekalipun ayahmu memimpin partai kupu-kupu, namun situasi sekarang sulit rasanya untuk membuatnya merasa lega hati. Apalah gunanya kau membohongi dirimu sendiri? "
Dewi In Un berkerut kening.
"Jadi maksud kedatangan Lootiang kemari adalah."
"Mengajak kau merundingkan masalah besar yang dihadapi dan membantu usahamu itu, berniat membalaskan dendam bagi kematian sobat karib ku ui Thian it"
Setengah percaya setengah tidak Dewi In Un berkata .
"Apakah cianpwee tidak merasa gusar oleh sikap curiga dan pelayanan yang jelek dariku?"
Kakek berbaju ungu itu tertawa terbahak-bahak.
"Haaaahhhhh.haaaahhh.haaaa pengalaman yang kualami memang sulit membuat orang lain percaya, kecurigaan terhadap diriku memang sudah sepantasnya dan sewajarnya."
Tiba-tiba mencorong sinar tajam dari balik mata Dewi In Un, katanya kemudian.
"Jikalau cianpwee memang tidak bermaksud menegur atau marah kepada kami, boanpwee masih ingin melakukan suatu percobaan lagi."
Agaknya Kakek berbaju ungu itu merasakan hatinya bergetar keras, namun diluarnya dia tertawa tergelak.
"Haaaahh-haaahh-haaah-percobaan macam apakah yang kau inginkan?"
"satu-satunya yang bisa dicoba hanya ilmu silat, boanpwee ingin berbuat lancang dengan menyuruh keempat orang Lengcu anak buahku untuk bertarung sebanyak tiga jurus dengan diri Locianpwee."
"Hahahaha "
Kakek berbaju ungu itu menggunakan gelak tertawa yang keras untuk menutupi perasaan tidak tenangnya, akhirnya dia menatap lawannya tajam-tajam dan berkata .
"Aku adalah sahabat karib leluhurmu, masa sekarang harus bertarung melawan angkatan muda dari empat generasi dibawah ku?"
Dewi In Un tertawa terkekeh-kekeh .
"yaa, sebab hanya dengan cara inilah keaslian cianpwee baru bisa diketahui, apakah cianpwee tidak berharap rasa curiga boanpwee sekalian hilang sama sekali?"
Kakek berbaju ungu itu berpikir berapa saat lamanya, lalu berkata .
"Cara seperti ini sama sekali tak masuk diakal..
"Tapi sejenak kemudian dia telah berkata lagi.
"Namun aku punya sebuah usul yang lain? entah usul macam apakah itu?"
"Walaupun aku enggan bertarung sendiri melawan kalian, tapi pelayan tuaku ini bisa menemani kalian untuk bermain beberapa gebrakan"
"siapa saja yang turun tangan, rasanya juga sama saja,"
Kata Dewi In Un sambil tertawa. Kemudian setelah berhenti sejenak, lanjutnya .
"Bila pelayan cianpwee memiliki ilmu silat yang jauh melebihi kemampuan kami, sudah jelas kepandaian silat cianpwee jauh lebih hebat lagi, tentu saja kami tak perlu curiga lagi."
Kakek berbaju ungu itu tertawa terbahak-bahak, dia segera berpaling seraya berseru.
"Ang tua"
Pelayan tua yang berdiri dibelakangnya segera maju kedepan dan menyahut.
"Hamba siap"
"Apa yang telah kami bicarakan barusan, tentunya sudah kau ketahui, bukan? Nah, coba kau yang melayani beberapa orang itu untuk bermain beberapa gebrakan"
"Hamba turut perintah"
Dewi In Un segera berkata pula sambil tertawa girang .
"Maafkan kelancangan boanpwee ini"
Dengan cepat dia mengulapkan tangannya, seorang dayang berpakaian ringkas segera muncul sambil menyodorkan sebilah pedang.
Cun hong Lengcu, Hee im Lengcu, Ciu hoa Lengcu serta Tang soat Lengcu pun tidak menunggu perintah lagi serentak meloloskan pedang masing-masing dan mengurung pelayan tua ditengah arena.
sambil mempersiapkan tongkat berbentuk anehnya, pelayan tua itu berkata secara tiba-tiba sambil tertawa .
"Lapor cukong"
"Ada apa?"
Tanya si Kakek berbaju ungu agak tertegun.
"Pertarungan ini merupakan pertarungan mati hidup ataukah Wanya terbatas saling menutul?"
"Tentu saja hanya terbatas saling menutul, masa pertarungan harus berlangsung antara mati dan hidup,.ingat, kau tak boleh melukai siapapun diantara mereka"
"Hamba turut perintah"
Sementara itu Dewi In Un telah mengayunkan pedang sambil melancarkan sebuah tusukan ke depan, serunya kemudian.
"Maaf boanpwee menyerang lebih dulu"
Pelayan tua itu sama sekali tidak bergerak dari posisinya semula, namun ujung tongkatnya yang naga bukan ular bukan itu segera dilancangkan tiga kali.
Ketika serangan yang dilancarkan Dewi In Un membentur diatas bayangan tongkat tersebut, terdengar suara dentingan yang amat nyaring, ternyata serangan tersebut sudah terbendung sama sekali.
Padahal Dewi In Un bukan menyerang secara sungguhan, dengan berbuat demikian pertama, dia hendak member petunjuk kepada keempat Lengcu dan kedua, dia ingin mengamati aliran ilmu silat dari pelayan tua tersebut.
Mendadak terdengar keempat orang Lengcu itu membentak keras, keempat bilah pedang mereka berkelebat memenuhi angkasa dan melakukan pengepungan dari empat arah delapan penjuru.
sebaliknya Dewi In Un segera menarik kembali pedangnya sambil mundur sejauh tiga langkah.
Dalam waktu singkat, cahaya tajam telah memenuhi angkasa.
Hawa pedang mederu-deru, seluruh badan pelayan tua itu sudah terkurung oleh jarrtng pedang yang amat kuat.
Pelayan tua itu tertawa terbahak-bahak, segera serunya .
"IImu pedang yang amat bagus.coba lihat jurus naga ular menari bersamaku ini"
Sementara si pelayan tua tersebut masih terkurung oleh lapisan hawa pedang yang diciptakan keempat bilah pedang tersebut, mendadak tampak bayangan tongkat menerobos ketengah angkasa, lalu bagaikan deruan angin topan segera menyambar keempat penjuru.
serangan dahsyat ini bukan saja telah menjebolkan bayangan pedang yang berlapis-lapis, lagipula dalam beberapa putaran saja seluruh cahaya pedang yang berkilauan telah terdesak balik kembali- Akhirnya tampak bayangan toya dan cahaya pedang lenyap semuanya hingga tak berbekas, dengan wajah amat terperanjat keempat orang Lengcu itu mengundurkan diri kebelakang.
sebaliknya pelayan tua itu tetap berdiri dengan senyuman dikulum, seolah-olah tak pernah terjadi pertarungan apa pun disitu.
Baru saja pertarungan berhenti tiba-tiba, terdengar Dewi In Un membentak keras laksana sambaran petir cepatnya dia menyergap pelayan tua tersebut.
sergapan yang dilakukan sangat mendadak ini sungguh luar biasa, hal tersebut membuat si Kakek berbaju ungu yang berada disisi arena menjadi amat terperanjat, serangan yang hebat seru si pelayan tua sambil tertawa bergelak-Bayangan tongkat segera menyambar kemuka menyongsong datangnya serangan itu.
Terdengar suara desingan angin tajam menderu-deru diseluruh ruangan, tapi sejenak kemudian suasana telah berubah menjadi sunyi kembali.
Kini suasana sepi yang luar biasa mencekam Perasaan setiap orang, sementara Dewi In un kelihatan masih berdiri termangu ditempat semula, senjata panji kupu-kupunya masih berada juga ditangannya.
.....
sipelayan tua itu berdiri lebih kurang lima depa dihadapanny a, tapi pada ujung tongkatnya kini telah bertengger sepasang kupukupu yang sedang mementangkan sayapnya.
Bersambung ke
Jilid 29
Jilid 29 Ternyata ujung senjata panji kupu-kupu milik Dewi In Un telah berubah menjadi gundul tanpa lambang andalannya. Berapa saat kemudian Dewi In Un baru memburu kehadapan Kakek berbaju ungu itu dan berkata sambil memberi hormat.
"Ternyata kau orang tua benar-benar adalah Kong ci cianpwee, boanpwee..seharusnya memberi hormat sedari tadi."
Sembari berkata dia siap-siap berlutut untuk menjalankan penghormatan besar.
"Tak usah begitu, tak usah begitu"
Cegah Kakek berbaju ungu itu cepat. Kemudian setelah menghela napas, kembali katanya .
"Aaaai. menurut hasil pengamatanku tadi, ilmu kupu-kupu terbang berpasangan yang kau gunakan sama sekali tidak berada dibawah kesempurnaan kakekmu dulu"
"Cianpwee terlalu memuji,"
Buru-buru Dewi In Un merendah. Kemudian sambil mengulapkan tangannya kebelakang, dia berkata lagi.
"Hayo cepat siapkan perjamuan, kita harus menyambut kedatangan Kong ci Cianpwee dengan sebaik-baiknya."
Keempat orang Lengcu itu mengiakan dan siap mengundurkan diri dari situ. Tapi Kakek berbaju ungu itu segera mencegah, katanya .
"Tunggu dulu, tunggu dulu"
Agak tertegun Dewi In Un bertanya .
"Kalau toh kedatangan cianpwee untuk membantu boanpwee, kenapa kau tak sudi menerima rasa hormat boanpwee?"
Kakek berbaju ungu itu tertawa tergelak.
"Haa.haaaah-haaah bukan aku enggan menerima penghormatan, tapi..."
Sesudah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan.
"Usiaku sudah hampir mendekati dua abad, meskipun selama ini aku menggantungkan diri pada kasiat bibit waru kutub untuk menyambung hidupku, namun hal tersebut menyebabkan kami mempunyai kelainan yaitu tidak seperti orang-orang biasa bersantap semaunya sendiri, apalagi makan daging dan minum arak, hal ini sudah menjadi pantangan untukku,"
"
Ooooh, rupanya begitu, tapi cianpwee.."
"setiap harinya aku Cuma makan buah-buahan dan minum air putih untuk menyambung hidup, bilamana perlu paling banter ditambah dengan sayur-sayuran serta kueh"
"Kalau begitu boanpwee akan sediakan apa yang kau harapkan? "seru Dewi In Un segera-Kembali Kakek berbaju ungu itu tertawa .
"Makan dan minum adalah soal kecil, nah kalau toh kecurigaanmu telah hilang, mari kita berbicara tentang masalah besar-"
"Mohon petunjuk dari Cienpwee "
Kata Dewi In Un serius-setelah termenung sebentar. Kakek berbaju ungu itu berkata .
"Kini, tempat tersembunyi, kalian dibukit Cian san telah diketahui oleh umat persilatan, aku rasa kawanan jago silat dari pelbagai aliran telah berbondong-bondong datang kemari serta mengepung seluruh bukit Cian san ini rapat-rapat"
Dengan kening berkerut. Dewi In Un segera berseru.
"sudah pasti keempat budak asing dari Kho Beng yang telah membocorkan rahasia ini, hmmm Cepat atau lambat aku pasti akan mencincang tubuh keempat orang budak asing itu hingga hancur berkeping-keping-"
Lalu sambil menatap wajah Kakek berbaju ungu, kembali katanya .
"Apakah cianpwee mendapat kabar kalau Kho Beng hendak datang kemari?"
"sebetulnya Kho Beng hendak datang kemari, tapi niatnya segera dihalangi oleh para jago lainnya"
"siapa yang menghalangi niatnya itu?"
Tanya Dewi In Un sambil menahan rasa bencinya.
"Hwesio daging anjing, pelajar rudin Ho Heng, Bu wi lojin serta seorang lagi yang bernama Thian cun yang."
"Thian cun yang?"
Dewi In Un kelihatan agak tertegun, siapa sih Thian cun yang itu? orang itu adalah cucu Bu khek sian, satu diantara tiga dewa see gwa sam sian.
"Hmm, aku benci kepadanya, kalau bisa hendak kumakan daging tubuhnya mentah-mentah?"
Teriak Dewi In un penuh kebencian.
"ya a, akupun seperti juga dirimu, sangat membenci orang tersebut, dan kerena inilah aku harus datang kemari menemui dirimu."
"Entah bagaimanakah rencana mereka?"
Tanya Dewi In un lagi sambil meng kertak giginya kencang- kencang.
"Langkah pertama adalah mengepung bukit ini, kemudian pada langkah kedua yaitu setelah para jago dari pelbagai aliran berkumpul disini, mereka hendak lancarkan serangan secara besar-besaran untuk menghancurkan gua pengikat cinta."
Dewi In Un segera tertawa tergelak.
"
Haaaaahh..haaaahhh.haaahhh..apakah mereka berkeyakinan akan berhasil?"
Kakek berbaju ungu itu tertawa getir.
"Terlepas akan berhasil atau tidak, yang pasti tindakan mereka ini cukup serius dan harus kita perhitungkan."
"Tapi paling tidak. Kho Yang ciu toh masih berada dalam cengkeramanku?"
Kembali Kakek berbaju ungu itu tertawa tergelak.
"Haaaahh-haaahhhhhaaahhh. Kho yang ciu hanya bisa dipergunakan untuk mengancam Kho Beng, tapi tak mungkin bisa dipakai untuk mengancam para jago persilatan lainnya."
Lalu setelah berhenti sejenak, dengan nada yang berat dan wajah yang serius, dia berkata lebih jauh.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau harus ingat, Kho Yang ciu adalah Kedele Maut, dia telah banyak membunuh umat persilatan didunta ini, walaupun Bok cuncu dari pihak siau lim si telah tampilkan diri sebagai penengah untuk menghentikan pertumpahan darah sementara waktu, namun rasa benci bukan berarti sudah hilang dengan begitu saja, bayangkan sendiri, apakah mereka bersedia mengurusi keselamatan hidup Kho Yang ciu yang mereka benci itu?"
Dewi In Un berjalan mondar mandir dengan wajah bingung, akhirnya sambil meng kertak giginya, serunya .
"Yang paling kukuatirkan sekarang adalah kedua lembar kitab pusaka Thian goan bu boh, bila Kho Beng menolak datang, bagaimana mungkin harapanku bisa tercapai?"
Kakek berbaju ungu itu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya kemudian.
"Menurut pendapatku, masalahnya sekarang bukan terletak pada kitab pusaka Thian goan bu boh, andaikata keturunan dari sam sian, para jago Pat huang dan jago-jago lihai dari pelbagai partai telah berdatangan semua kemari, sudah pasti keadaan yang kritis akan kita hadapi."
"Lantas menurut locianpwee.
"
Kakek berbaju ungu itu tertawa .
"Aku mempunyai sebuah akal yang bagus sekali, siapa tahu bukan dua kedua lembar kitab pusaka tersebut berhasil kita peroleh, bahkan bisa lolos dari kepungan para jago-"
"Bagaimana rencana locianpwee?"
Tanya Dewi In Un gelisah- "Dimanakah Kho Yang ciu sekarang?"
Tiba-tiba Kakek berbaju ungu itu bertanya sambil tertawa. Dewi In Un berpikir sejenak, kemudian sahutnya .
"Ia sudah kusekap disuatu tempat yang amat rahasia, tak mungkin akan terjadi apa-apa atas dirinya."
Dari perkataan tersebut sudah jelas dia enggan membocorkan rahasia letak penyekapan tersebut. Kakek berbaju ungu tertawa .
"Dewasa ini kawasan jago yang berkumpul dibawah bukit belum banyak jumlahnya, kita bisa memanfaatkan kegelapan malam untuk meninggalkan bukit ini, setelah itu biar kuutus kacungku untuk mengundang Kho Beng agar mendatangi suatu tempat yang lain guna menukar encinya dengan kedua lembar kitab pusaka tersebut."
Agak tergerak hati Dewi In Un setelah mendengar perkataan itu, segera ujarnya .
"siasat cianpwee ini memang angat bagus tapi andaikata jejak kita sampai diketahui oleh para jago hingga dilakukan penguntitan secara diam-diam, bukankah"
"Tentang soal inipun, aku telah memikirkannya secara masakmasak,"
Sambung Kakek berbaju ungu itu cepat.
"sampai saatnya aku akan membawa kacung dan pelayanku untuk melakukan pembasmian secara besar-besaran terhadap orang yang menguntil kita itu?"
Dewi In Un berpikir sebentar, lalu katanya lagi.
"Kalau toh Kho Beng dicegah kepergiannya oleh para jago, ini berarti ia pasti ada disekitar kawanan jago tersebut, lantas dengan cara bagaimana kau hendak menghubungi dia?"
"Bila kaupercaya kepadaku, seharusnya percaya pula bahwa aku mempunyai cara yang terbaik untuk melakukan kesemuanya ini."
"Tentu saja boanpwee percaya kepada cianpwee,"
Tapi-Tapi ia segera berhenti berbicara dan kelihatan ragu-ragu. Dengan nada menyelidik. Kakek berbaju ungu itu berkata lagi.
"Kau tidak seharusnya ragu-ragu dan mesti mengambil keputusan dengan cepat untuk melaksanakan rencana ini, sebab aku takut terjadi perubahan atas situasi di tempat ini."
Dewi In Un termenung beberapa saat, kemudian katanya dengan suara lantang .
"Baiklah, aku akan menuruti petunjuk cianpwee dan melaksanakan rencanamu itu."
Kepada Cun hong Lengcu segera bentaknya .
"Cepat ajak Kong ci cianpwee untuk beristirahat dikamar tamu."
Kakek berbaju ungu itu Nampak agak tertegun, kemudian sambil menggoyangkan tangannya berulang kali ia berseru.
"Kalau toh anda telah menerima usulku seharusnya kita berangkat sekarang juga, ketahuilah persoalan ini tak dapat ditunda tunda lagi."
Dewi In Un tersenyum.
"Boanpwee mengerti, tapi tempat ini merupakan salah satu pangkalan yang kubangun didaratan Tionggoan sebagai pengganti markas, sebelum meninggalkannya aku mesti meninggalkan pesan dan mengatur segala sesuatunya lebih dulu."
"Baiklah, paling baik kita bisa memanfaatkan setiap waktu yang ada, paling tidak sebelum kentongan kelima nanti kita sudah mest turun gunung."
Dewi In Un tertawa misterius.
"Boanpwee mengerti, lebih kurang pada kentongan keempat nanti kita pasti berangkat, nah silahkan cianpwee beristirahat sebentar, toh kau baru saja menempuh perjalanan jauh."
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali katanya .
"Apabila menjumpai musuh tangguh dibawah bukit nanti, aku masih memohon bantuan dari cianpwee-"
Kakek berbaju ungu itu tak banyak berbicara lagi, dia tertawa dan manggut-manggut lalu mengikuti Cun hong Lengcu menuju keruangan tamu.
yang dimaksudkan sebagai ruang tamu tak lebih Cuma sebuah gua yang agak lebar, didalamnya tiada meja, tiada pembaringan ataupun bangku, yang tersedia hanya tiga lembar kasur yang terletak dekat dinding ruangan.
sambil tertawa dan memberi hormat, Cun hong Lengcu berkata .
"Locianpwee sekalian adalah jago-jago silat yang luar biasa, tentunya kalian tidak membutuhkan pembaringan bukan?"
"yaa"
Kakek itu manggut-manggut.
"Asal ada sebuah kasur duduk sudah lebih dari cukup."
"Apakah locianpwee masih ada pesan lain."
Tanya Cun hong Lengcu kemudian sambil memperhatikan sekejap keadaan disekeliling tempat itu.
"sudah tak ada lagi."
"Kalau begitu hamba hendak mohon diri lebih dulu."
Ia membalikkan badan dan segera berlalu dari sana- Menanti Cun hong Lengcu sudah pergi meninggalkan ruangan. Kakek berbaju ungu itu baru menghembuskan naIas panjang sambil bergumam.
"ooooh, sungguh berbahaya, sungguh berbahaya"
"Kalau hendak berbincang-bincang lebih baik kita pergunakan ilmu menyampaikan suara, hati-hati kalau ada yang menyadap pembicaraan kita dari ruang sebelah, kalian toh bisa membayangkan apa yang bakal terjadi andaikata penyamaran kita ketahuan."
Ternyata pelayan tua ini adalah si kakek tongkat sakti, dengan sendirinya yang menyamar sebagai si kacung adalah Chian sian kun. Kho Beng memperhatikan sekejap keadaan disekeliling tempat itu, kemudian katanya dengan ilmu menyampaikan suara .
"Menurut penglihatan cianpwee, apakah saruanku ada yang kurang beres atau mencurigakan?"
"yang tak beres sih tak ada, namun Dewi In Un adalah seorang manusia yang banyak curiga, ditinjau dari sikapnya yang enggan menyebutkan tempat penyekapan encimu serta sikapnya yang menolak berangkat sekarang juga, dapat diketahui bahwa rasa curiga yang mencekam hatinya masih amat tebal."
"Menurut pandangan cianpwee, tindakan apakah yang bakal dia lakukan?"
Tanya Chin sian kun tiba-tiba. Kakek tongkat sakti berpikir sebentar, lalu sahutnya .
"Paling tidak dia akan mengirim beberapa orang pembantunya yang terpercaya untuk turun gunung dan melakukan penyelidikan yang seksama."
"seandainya dibawah bukit sana ia tak berhasil menemukan kawanan jago yang dikatakan telah mengepung bukit, bukankah semua hasil penyaruan kita bakal terbongkar?"
"ya a, apa boleh buat, sampai waktunya terpaksa kita harus mencarikan alasan yang lain untuk mengelabui dirinya."
Dengan perasaan tak tenang Kho Beng meremas-remas tangan sendiri, lalu katanya .
"Boanpwee mempunyai sebuah akal yang amat menyerempet bahaya, apakah."
"Akal busuk apa yang berhasil kau temukan?"
Tanya Kakek tongkat sakti sambil tertawa, setelah menghela napas Kho Beng berkata .
"Disaat cianpwee melangsungkan pertarungan melawan dirinya tadi, apakah sudah kau cona keampuhan tenaga dalam serta ilmu silatnya."
Kemudian tanpa menantikan jawaban dari Kakek tongkat sakti, dia berkata lebih jauh .
"Menurut penglihatan boanpwee, tampaknya dia jauh dari apa yang kita bayangkan semula, tampaknya sekali gempuran saja sudah cukup membuatnya keok."
Dengan cepat Kakek tongkat sakti menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya .
"Maaf, kalau terpaksa aku mengucapkan kata-kata yang bakal melemahkan semangat, tadi aku Cuma menggunakan dua jurus tipuan saja untuk meraih kemenangan, andaikata harus bertarung dengan menggunakan ilmu silat sejati, jangan lagi ditambah empat orang lengcu tersebut, hanya Dewi In Un seorangpun sudah lebih dari cukup untuk membuatku kerepotan."
"Waaaah-kalau begitu mah susah untuk dikerjakan"
Ucap Kho Beng tertegun;.
"sekarang marilah kita jangan menyinggung soal lemah atau hebatnya ilmu silat, coba kau beberkan dulu semua rencanamu yang sebenarnya."
"Maksud boanpwee pertama kita bekuk dulu salah seorang jago tangguh anak buah Dewi In Un untuk memaksanya menunjukkan tempat penyekapan ciciku dan menolongnya kabur dari sini."
Setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh .
"Andaikata perbuatan kita ketahuan, maka kita lakukan perlawanan segigih mungkin, kalau bisa bahkan kita tumpas siluman perempuan In Un serta membumi ratakan gua ini.
"Kalau dibicarakan sih kelihatannya sangat mudah,"
Kata Kakek tongkat sakti serius.
"tapi untuk dikerjakan, mungkin banyak ancaman bahaya yang akan kita jumpai."
"Jadi menurut pendapat cianpwee, apakah kita harus menunggu disini?"
"Bukankah siluman perempuan In Un telah bilang, tak sampai kentongan keempat nanti kita akan berangkat? Lebih baik kita tunggu saja sampai kentongan keempat nanti. Andaikata sampai kentongan keempat belum juga ada sesuatu gerakan? Terpaksa kita harus melaksanakan sesuai dengan rencanamu tadi-"
Sahut Kakek tongkat sakti dengan suara berat.
Maka mereka bertiga pun tercekam dalam keheningan dan kesuraman.
Waktu berlalu bagaikan siput yang merangkak, dengan susah payah kentongan ketiga telah dilewatkan, ketika mereka mencoba untuk mengamati disekitar sana, terasa suasana hening sepi tak bersuara barang sedikitpunjua.
Akhirnya kentongan keempat pun sudah lewat.
Kho Beng segera melompat bangun, dengan ilmu menyampaikan suara segera bisiknya kepada Kakek tongkat sakti serta Chin sian kun.
"Kini kentongan keempat sudah lewat, aku lihat gelagat rada kurang beres"
Sambil turut berdiri. Kakek tongkat sakti berkata pula .
"ya a a, nampaknya siluman perempuan In Un memang banyak akal muslihatnya, dia susah sekali tertipu, terpaksa kita harus mengambil tindakan berikut."
"Kalau memang begitu boanpwee.."
Disaat ketiga orang tersebut hendak mengambil suatu tindakan, mendadak terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang dari kejauhan sana- Buru-buru Kho Beng mundur berapa langkah dan duduk kembali ditempat semula, demikian pula dengan Kakek tongkat sakti serta Chin sian kun, masing-masing duduk kembali ditempatnya sendiri- Tak lama kemudian, suara langkah kaki manusia itu berhenti diluar gua, lalu terdengar seseorang mengetuk pintu disusul suara Hee im Lengcu Li sian soat berseru.
"Kong ci cianpwee"
Kho Beng melemparkan pandangannya sekejap kearah Kakek tongkat sakti serta Chin sian kun, kemudian dengan menggunakan nada suara yang tua dan serak katanya .
"Pintu tak terkunci, silahkan masuk"
Pintu ruangan segera dibuka orang, lalu tampak Li sian soat dengan senyuman dikulum masuk kedalam ruangan, katanya sambil memberi hormat.
"silahkan Kongci cianpwee berangkat?"
"Kemana?"
Tanya Kho Beng sementara hati kecilnya merasa amat terperanjat- "Hey, bukankah suhu telah berunding dengan Kong ci cianpwee? Kini kentongan keempat sudah lewat, kita harus sebera berangkat menuruni bukit."
"Mengapa suhumu tidak datang sendiri?"
Tegur Kho Beng dengan kening berkerut. Li sian soat sebera tertawa manis.
"semestinya guru harus datang sendiri, tapi sayang guruku terlalu sibuk sehingga kami memohon maaf kepada locianpwee."
Sementara Kho Beng masih tetap sangsi, tiba-tiba terdengar Kakek tongkat sakti berbisik dengan ilmu menyampaikan suara- "Banyak bertanya menimbulkan kecurigaan, ikuti saja ajakannya"
Kho Beng segera bangkit berdiri, katanya kemudian sambil tersenyum.
"Kalau begitu silahkan anda membawa jalan,"
"silahkan cianpwee"
Kata Li sian soat sambil menyingkir.
Kho Beng tidak sungkan-sungkan lagi dan segera berjalan menuju keluar.
Kakek tongkat sakti serta Chin sian kun mengikuti dibelakangnya.
Dibawah petunjuk Li Sian soat, mereka menelusuri jalan yang berbelok-belok dan keluar dari gua pengikat cinta.
Waktu itu kentongan keempat sudah lewat, langit masih gelap, hembusan angin pagi mendatangkan rasa bergidik bagi siapapun.
Kho Beng mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, tampak suasana dibukit itu sangat hening, sepanjang perjalanan ternyata mereka tak bersua dengan seorang anggota partai kupu-kupu pun.
Li sian soat sama sekali tidak menghentikan langkahnya, ia mengajak mereka bertiga menuju kebelakang bukit.
Kho Beng segera menghentikan langkahnya sambil menegur.
"Tunggu sebentar"
"Locianpwee masih ada pesan apa?"
Tanya Li sian soat sambil berpaling dan tersenyum.
"sebenarnya gurumu berada dimana?"
Tegur Kho Beng.
"suhu telah melaksanakan pesan locianpwee dengan menitahkan sebagian anak buahnya turun gunung lebih dulu, sekarang mereka sedang menunggu didepan sana."
Buru-buru Kho Beng berbisik kepada Kakek tongkat sakti dengan ilmu menyampaikan suara .
"Tampaknya keadaan tak beres, cianpwee Keadaan sudah begini, terpaksa kita harus mengikuti perubahan menurut keadaan situasi."
Kho Beng tidak berbicara lagi, dia melanjutkan perjalanannya dengan langkah lebar- Setelah berjalan menuruni puncak tebing lebih kurang satu li, tanah perbukitan didepan sana Nampak makin terjal, batuan karang berserakan dimana-mana, dalam suasana kabut pagi, tempat itu Nampak lebih seram dan mengerikan.
Buru-buru Kakek tongkat sakti berbisik dengan ilmu menyampaikan suara .
"situasi yang dihadapi makin tak menguntungkan bagi kita, kau mesti bersikap lebih hati-hati."
Sementara itu Kho Beng telah memperlambat langkahnya, lalu dengan wajah serius tegurnya.
"Mengapa kau mengajak aku menelusuri jalanan yang begini berbahaya?"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ternyata Kho Beng belum pernah melihat tempat tersebut sebelumnya. sambil tersenyum Li sian soat berkata .
"Tempat ini adalah tempat yang sengaja dipilih suhu"
Kemudian setelah berhenti sejenak, sambungnya lebih jauh.
"Walaupun jalanan disini amat sulit dilalui, namun aman sekali, tak mungkin kita akan menjumpai para jago yang mengepung bukit- "
Kho Beng tak dapat berbicara lagi, terpaksa dia melanjutkan perjalanannya menuju kedepan dengan langkah pelan, disamping itu secara diam-diam ia pun mempersiapkan diri sebaik-baiknya guna menghadapi setiap perubahan yang tak diinginkan.
setelah berjalan lebih kurang lima puluhan kaki lebih, bukit yang dilalui semakin menanjak dan curam, kabut yang menyelimuti sekitar tempat situpun bertambah tebal.
Demikian tebalnya sampai pemandangan yang berada beberapa kaki didepan matapun susah dilihat.
Mendadak Li sian soat menghentikan langkahnya sambil berkata .
"suhu menanti kedatangan cianpwee didepan sana"
Lalu dengan suara lantang serunya .
"Lapor suhu, Kong ci cianpwee telah datang"
Baru selesai perkataan itu diucapkan, dari belakang sebuah batu besar telah muncul sesosok bayangan manusia- Dewi In Un bagaikan sesosok sukma gentayangan telah melayang turun keatas tanah, dibelakang tubuhnya mengikuti dua orang nenek beserta Cun hong Lengcu, Ciu hoa Lengcu serta Tang soat Lengcu.
Tampak dia menegur sambil tertawa .
"Kong ci cianpwee, tentunya persiapan yang dilakukan ini sangat cocok bukan?"
"Bagus sekali"
Kho Beng tertawa paksa.
"kecerdasan maupun akal anda tiada jauh berbeda dengan kehebatan sobat karibku itu."
Dewi In Un tertawa, katanya lagi.
"Dia adalah kakekku, tentu saja terdapat banyak kesamaan diantara kami-"
"Haaaahhh-haaahhh-haaahhh-benar juga perkataan itu-"
Kho Beng tertawa bergelak-Kemudian setelah berhenti sejenak, dengan nada menyelidik katanya lagi.
"Mana encinya Kho Beng yang bernama Kho yang ciu itu?"
Dewi In Un tertawa hambar.
"Tak perlu cianpwee kuatirkan, boanpwee telah mengirim jago jago pilihan untuk menghantarkannya pergi kesuatu tempat yang aman dan rahasia sekali,"
Sekali lagi Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras.
"Tak nyana kau memang hebat sekali..mari kita berangkat"
Siapa tahu Dewi In Un sama sekali tidak menggerakkan tubuhnya, malah sambil tertawa seram katanya.
"Tunggu sebentar"
"Masih ada urusan apa lagi?"
Tanya Kho Beng dengan perasaan terperanjat. Dewi In Un menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya .
"Tak ada apa-apa, hanya saja."
Dengan matanya yang licik dia memandang sekejap sekitar tempat itu, kemudian berkata lebih jauh.
"Tiba-tiba boanpwee teringat akan suatu masalah yang sering kali disinggung ayahku, soal apa?"
Terpaksa Kho Beng harus berlagak tenang.
"Kong ci cianpwee adalah tuan penolong partai kupu-kupu kami, tiga generasi menurun, kami selalu teringat akan budi kebaikan itu dan tak pernah melupakannya, Hulah sebabnya ayah sering menyingung tentang kejadian tersebut,"
Sambil tertawa paksa Kho Beng menjawab .
"Aku dan saudara Thian it adalah sahabat karib, sudah sepantasnya kalau kami tanggung bersama semua kesulitan yang dihadapi, persoalan semacam ini apa gunanya disinggung terus? "
Dewi In Un tidak menggubris, kembali dia berkata .
"Ayah sering memuji akan kehebatan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Kong ci cianpwee, konon sekali lompatan bisa mencapai seratus kaki, itulah sebabnya cianpwee dikenal orang sebagai si naga terbang dari see ih."
Kho Beng terperanjat sekali, buru-buru dia berseru.
"Aaaah, kepandaian kucing kaki tiga, tak terhitung seberapa."
"Mengingat cianpwee telah melatih diri hampir seabad lamanya, aku percaya ilmu meringankan tubuh locianpwee pasti sudah luar biasa sekali, paling tidak untuk melompat sejauh seratus kaki bukan menjadi masalah."
"ooooooh,"
Tentu saja Kho Beng tertawa paksa.
"tapi dalam keadaan dan situasi seperti ini, apa sebabnya aku menyinggung tentang masalah tersebut?"
"Boanpwee belajar ilmu silat dari ayahku semenjak masih kecil. Dengan melatih diri secara tekun selama dua puluh tahun lamanya hampir boleh dibilang semua kepandaian yang dimiliki ayahku telah kupelajari semua, meski aku belum berani menjagoi seluruh dunia persilatan, namun kemahiranku sekarang masih terhitung tingkat atas, meski begitu dalam kenyataan boanpwee suma bisa meloncat sejauh sepuluh kaki saja, jadi bila dibandingkan dengan kemampuan cianpwee, sesungguhnya masih selisih sepuluh kali lipat."
"Asal kau mau melatih diri lebih tekun tak sulit untuk mencapai ke tingkat seperti itu."
Tukas Kho Beng. Tapi Dewi In Un segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya .
"Tidak- Menurut apa yang boanpwee ketahui, ilmu naga terbang yang dimiliki Kong ci cianpwee bukan saja merupakan ilmu maha sakti, mungkin tiada orang kedua didunia ini yang mampu melompati jurang selebar seratus kaki, oleh sebab itu"
Sambil tersenyum dia segera menutup mulut dan tidak berbicara lagi. Diam-diam Kho Beng amat gelisah- Tapi perasaan tersebut tak berani ditunjukkan keluar, terpaksa dia balik bertanya .
"oleh sebab itu kenapa? Mengapa kau tidak melanjutkan perkataanmu itu?"
"Boanpwee ingin menambah pengalaman dengan menyaksikan kepandaian cianpwee yang mampu melompat sejauh seratus kaki itu"
Kho Beng segera menarik muka, tegurnya .
"Jadi kau hendak mencoba kemampuanku?"
Dewi In Un tidak menggubris, sambil menunding kedepan sana kembali katanya .
"Didepan sana terdapat sebuah tebing jaraknya hanya delapan puluh kaki dari sini, tapi dibawahnya terpentang sebuah jurang yang dalamnya mencapai puluhan laksa kaki, meski begitu, aku percaya dengan kemampuan Kong ci cianpwee yang hebat, jarak sejauh delapan puluh kaki tentunya tak kaupandang sebelah mata bukan?"
"sesungguhnya apa maksudmu?"
Kembali Kho Beng menegur dengan kening berkerut. Dewi In Un tertawa .
"Bukankah boanpwee sudah kemukakan dengan jelas sekali, silahkan cianpwee mendemontrasikan kehebatanmu agar pengetahuan dan pengalaman boanpwee bisa bertambah-"
"Kau memang suka bergurau"
Kho Beng tertawa paksa.
"dalam keadaan dan situasi seperti ini, masa kau mengajukan permintaan semacam ini?"
"Ketahuilah. Apa sih yang kurang beres dengan tempat dan situasi disini?"
Tukas Dewi In Un. Kembali Kho Beng dibuat tertegun.
"Musuh tangguh berada disekeliling kita, kitab pusaka pun belum diperoleh, tentu saja kita wajib menyelesaikan persolan yang pokok lebih dulu."
"Aaah, cianpwee kau seorang tokoh sakti yang tiada keduanya didunia ini, masa persoalan sekecil inipun kaupikirkan didalam hati?"
"Paling tidak, tindakan semacam ini sudah merupakan sikap yang kurang hormat kepadaku."
Kata Kho Beng sambil menarik muka. Buru-buru Dewi In Un memberi hormat.
"Untuk kelancangan ini boanpwee mohon maaf yang sebesarbesarnya, tapi untuk membuktikan keaslian dari identitas kau orang tua, mau tak mau terpaksa boanpwee harus mengambil tindakan demikian ini."
Kho Beng benar-benar amat terperanjat. Tapi sedapat mungkin ia mengunjuk sikap tenang. setelah mendengus, katanya.
"Apakah kau masih menaruh curiga terhadap identitasku? Kalau berbicara sesungguhnya, memang demikian adanya Kenapa?"
Seru Kho Beng gusar.
"Mungkin hal ini hanya merupakan firasat boanpwee, jadi tak dapat kulukiskan dengan perkataan."
Lalu sambil menunding kedepan katanya lagi.
"Padahal apa yang boanpwee ajukan bukan termasuk suatu masalah pelik, apalagi jarak sejauh delapan puluh kaki bukan suatu pekerjaan yang terlalu sulit untuk cianpwee, disamping dapat menghilangkan kecurigaanku, bisa menunjukkan pula kebolehanmu, aku rasa cianpwee pasti tak akan menampik bukan."
Kho Beng mencoba memperhatikan tebing yang dimaksud, tampak kabut tebal menyelimuti sekeliling tempat tersebut sehingga sulit baginya untuk melihat keadaan disekitar sana dengan jelas, tentu saja dia pun tak dapat mengukur berapa lebarkah jurang tersebut sesungguhnya.
sementara dia masih berpikir, Chin sian kun telah berbisik dengan ilmu menyampaikan suara.
"Kong cu tak boleh menyanggupi permintaannya, sudah jelas dia telah mengetahui titik lemah dalam penyamaran kita sehingga hendak menggunakan cara demikian untuk mencelakai kongcu."
Kho Beng segera menyahut pula dengan ilmu menyampaikan suara "Apakah nona hapal dengan daerah perbukitan disekitar sini?"
"sama sekali tidak hapal, baru pertama kali ini aku berkunjung kebukit Cian san, apalagi daerah disekitar sini, boleh dibilang aku belum pernah mendatanginya."
"Akupun belum pernah mendengar kalau disini terdapat jurang yang lebarnya delapan puluh kaki, mungkin saja dia hanya sengaja hendak mencoba kita?"
Sementara dia masih termenung. Kakek tongkat sakti telah berkata pula dengan ilmu menyampaikan suara.
"Tampaknya siluman perempuan itu sudah berhasil mengetahui penyamaranmu, kau tidak boleh menuruti permintaannya."
"Tapi sekarang kita sudah berada didalam perangkapnya, yakinkah cianpwee untuk membebaskan diri dari perangkap bahaya yang berada didepan mata?"
Kakek tongkat sakti menghela napas panjang.
"Aku akan berusaha keras untuk membendung siluman perempuan In Un, kau nona Chin kaburlah secepatnya meninggalkan tempat ini."
"Kita datang bersama-sama, sudah sewajarnya kalau mundur bersama pula, boanpwee tak bisa meninggalkan cianpwee dengan begitu saja, apalagi keempat Lengcu dan kedua orang nenek tersebut merupakan jago jago yang berilmu tinggi, boanpwee..."
Setelah termenung sebentar, dia meneruskan.
"Boanpwee rasa lebih baik biar kucoba dengan menyerempet bahaya, siapa tahu nasibku mujur dan berhasil melampauinya."
Kakek tongkat sakti serta Chin sian kun tidak berbicara apa-apa lagi, sebab mereka semua telah berada dalam posisi maju tak bisa mundurpun tak dapat, entah tindakan apa pun yang dilakukan, boleh dibilang mereka pasti berada dipihak yang kalah.
Terdengar Dewi In Un berkata lagi sambil tertawa terkekeh-kekeh .
"Locianpwee, apa lagi yang mesti kaupikirkan? Toh permintaanku hanya suatu urusan kecil?"
Kho Beng berpikir sebentar, kemudian sahutnya .
"Aku memang benar-benar harus memeras otak. sebab apabila permintaanmu tidak kukabulkan, jelas akan menimbulkan kesalahpahaman yang mendalam, sebaliknya bila kuturuti permintaanmu, dengan kedudukanku sebagai sahabat karib kakekmu, rasanya aku seperti dipecundangi oleh angkatan muda saja."
Dewi In Un segera tertawa terkekeh-kekeh .
"Kalau Cuma soal ini mah cianpwee tak perlu kuatirkan, setelah tiba ditebing seberang nanti boanpivee pasti akan berlutut dan menyembah dihadapanmu sambil minta ampun, pokoknya aku tak akan sampai membuat kau orang tua kehilangan muka."
"Baiklah"
Kho Beng bergelak tertawa gembira.
"rasanya bila aku tidak menunjukkan kelihaian naga terbangku mungkin kau tak akan mempercayai diriku dengan begitu saja."
"Tepat sekali silahkan locianpwee memperlihatkan kebolehanmu itu."
Sementara itu si Kakek tongkat sakti serta Chin sian kun sudah bermandi peluh dingin saking cemas dan gelisahnya, akan tetapi mereka tak berdaya untuk mencegah, selain gelisah dalam hatinya apalagi yang bisa diperbuatnya? Kho Beng sendiripun merasa terkejut bercampur gelisah, akan tetapi hanya satu jalan yang tersedia baginya saat ini, kecuali melaksanakannya memang tiada cara lain yang lebih baik lagi.
Diam-diam dia menghimpun segenap tenaga dalam yang dimilikinya, lalu sambil tertawa katanya.
"Nah, akan kutunggu kedatangan kalian di tebing seberang sana"
Tubuhnya Nampak melejit ke udara dengan kecepatan tingi, sewaktu mencapai ketinggian tujuh delapan kaki, tubuhnya berputar satu lingkaran lebih dulu kemudian melesat kedepan dengan kecepatan luar biasa- Namun kabut tebal yang menyelimuti sekeliling itu amat tebal, bayangan tubuh Kho Beng seketika lenyap tertelan dibalik kabut yang tebal dan hilang dari pemandangan.
Memandang hingga bayangan tubuh Kho Beng lenyap dari pandangan mata.
Dewi In Un baru berseru memuji.
"Ilmu gerakan tubuh yang sangat indah-"
Tapi menyusul kemudian ia tertawa terbahak-bahak/ "Apa yang kau tertawakan? "
Chin sian kun tak dapat menahan diri lagi dan segera menegur. Dewi In Un agak tertegun, lalu serunya .
"Walaupun usiamu kelihatan masih sangat muda, tapi kalau dihitung-hitung tentu sudah mencapai seratus tahun lebih bukan?"
Merah jengah selembar wajah Chin sian kun, tapi segera jawabnya .
"Tentu saja, tahun ini aku telah berusia seratus sembilan tahun"
"Waaah, kalau begitu akupun wajib menghormati dirimu"
Kata Dewi In Un sambil tertawa.
"Kepandaian naga terbang yang dimiliki Kong ci cianpwee memang sangat indah, hanya"
Kakek tongkat sakti sebera menukas .
"Majikan kami telah menunggu ditebing seberang, silahkan siancu menyuruh orang mengajak kami kesana, kita harus segera menyeberang ketempat tersebut,"
"sungguh tak beruntung, mungkin sulit baginya untuk bisa mencapai ke tebing seberang"
Kakek tongkat sakti serta Chin sian kun menjadi terperanjat sekali- Dengan perasaan kaget dan cemas Chin sian kun menegur.
"Kenapa., apakah lebar jurang ini lebih dari seratus kaki?"
Dewi In Un menggeleng .
"Berbicara sejujurnya, luas jurang ini paling banter hanya empat puluhan kaki-"
"Kalau hanya berjarak empat puluh kaki, atas dasar apa kau menduga kalau majikan kami tak sanggup melampauinya?"
Tukas Kakek tongkat sakti.
Dewi In Un tertawa terbahak-bahak- "Haaahh.haaaahh.haaahhh.mungkin ilmu meringankan tubuh naga terbang yang dimiliki Kong ci cianpwee telah mengalami kemunduran drastis, masa kalian berdua tak bisa melihat bahwa dia paling banter Cuma dapat melampaui jarak sejauh enambelas kaki? Bagaimana mungkin jurang tersebut bisa terlampaui?"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"sesungguhnya apa maksudmu?"
Tegur Kakek tongkat sakti dengan penuh amarah-Kembali Dewi In Un tertawa tergelak- "sepantasnya akulah yang mengajukan pertanyaan itu, bukankah dia bukan si naga terbang dari see ih Kong ci Cu yang asli? Bukankah Kong ci Cu sudah lama mati?"
Kemudian setelah memutar biji matanya, dia berkata lebih jauh .
"Walau dongeng yang kalian susun amat mengasyikan dan memakan hati pendengar, sayang pada akhirnya kebohongan kalian berhasil juga kubongkar."
Mendengar perkataan ini, dengan ilmu menyampaikan suara Kakek tongkat sakti segera berbisik kepada Chin sian kun.
"Kini Kho Beng sudah terperosok kedalam jurang, kita tak boleh melayani mereka dalam suatu pertarungan yang kelewat lama, secepat mungkin kita loloskan diri dari kepungan mereka dan segera turun kedasar jurang untuk menolongnya."
"Baik baik "
Sahut Chin sian kun cepat. sementara itu Dewi In Un telah berkata lagi sambil tertawa terbahak-bahak.
"sekarang tibalah saatnya bagi kalian untuk muncul dalam wujud yang sebenarnya, siapakah kalian yang sebenarnya dan mengapa mempunyai pikiran untuk berbuat demikian? "
Sambil mengayunkan tongkat kepala ularnya si Kakek tongkat sakti berkata .
"Berdasarkan tongkat andalanku ini, seharusnya kau dapat menduga siapa gerangan diriku ini"
Sambil berkata lantang ia lantas mengetuk ujung tongkatnya keras-keras sehingga patung paisu yang semula berada disana terlepas dari tempatnya, dengan begitu muncullah bentuk yang asli yakni sebuah kepala ular- Mula-mula Dewi In Un agak tertegun, tapi dengan cepat ia sudah tertawa terkekeh-kekeh.
"Heeehhhheeehhhheehhh.rupanya si Kakek tongkat sakti, pemimpin dati tokoh aneh dunia persilatan, waaah kalau begitu maaf, aku bersikap kurang hormat."
Lalu dengan suara dalam katanya lebih jauh- "Kalau begitu tak usah ditanya lagi, orang yang menyamar sebagai Kong ci Cianpwee tadi tak lain adalah Hui im san ceng Kho Beng-"
"Hmmm, kau pintar sekali"
Dengus Kakek tongkat sakti- "Terima kasih banyak atas pujianmu"
Kata Dewi In Un bangga- Kemudian sambil berpaling ke Chin sian kun, bentaknya pula keraskeras .
"Dan kau, siapa dirimu?"
"Kau tak usah tahu"
Sahut Chin sian kun dengan penuh kegusaran.
"HaaahWh.haaahhhaaahhhh.kedengarannya kau adalah seorang wanita, kalau bagitu biar kucoba menebaknya, eeehm..aaah betul. kau pasti siwalet terbang, sibudak dari marga Chin bukan"
"Tepat, memang nonalah orangnya "
Sahut Chin sian kun sambil mengkertakkan gigi.
Untuk kesekian kalinya Dewi In Un tertawa terkekeh-kekeh, nampaknya dia merasa amat gembira.
Dalam pada itu Kakek tongkat sakti telah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian bisiknya kepada Chin sian kun.
"Didepan tiada jalan, kita harus mundur dari sini "
Dengan segera sambil menarik tangan chin sian kun, mereka berdua serentak melompat m undur kebelakang.
Tapi sayang belakang mereka adalah tebing bukit yang terjal, walaupun mereka bergerak mundur menuju kesana, ternyata Dewi In Un tidak bermaksud mengejar, hanya gelak tawanya masih kedengaran jelas sekali..
Baru saja Kakek tongkat sakti dan chin sian kun mundur sejauh belasan kaki dari tempat semula, mendadak dari balik batu cadas dikedua sisi jalan bermunculan belasan sosok bayangan manusia.
sambil munculkan diri, belasan orang tersebut serentak mengayunkan sepasang telapak tangan mereka melepaskan pukulan maha dahsyat kearah Kakek tongkat sakti serta Chin sian kun.
Tenaga gabungan dari belasan orang tersebut dalam waktu singkat mencintakan segulung tenaga pukulan yang maha dahsyat, sedemikian hebatnya tenaga pukulan itu sehingga rasanya susah untuk dibendung oleh siapa saja..
Bukan hanya begitu, yang lebih mengerikan lagi adalah kesebelas orang yang melancarkan serangan bersama-sama itu adalah kesebelas pelindung hukum dari Dewi In Un.
Padahal rata-rata mereka memiliki tenaga dalam yang amat sempurna.
Berada dalam keadaan seperti ini, biarpun tenaga dalam yang dimiliki Kakek tongkat sakti jauh lebih hebat pun susah rasanya bagi kakek itu untuk membendung datangnya pukulan yang datang secara tiba-tiba itu, apalagi dia sedang berada dalam posisi berduaan.
selain daripada itu, serangan gabungan dari kesebelas pelindung hukum pun meluncur datang laksana sambaran petir.
Dalam gugupnya terpaksa dia harus menyambut datangnya serangan tersebut dengan posisi keras melawan keras.
Kasihan chin sian kun yang bertenaga dalam agak rendah, dia tak mampu menghadapi pukulan tersebut dengan begitu saja, terpaksa sambil mengerahkan tenaga dalamnya untuk melindungi badan, ia menjatuhkan diri bergulingan diatas tanah-B la a a a mmmm- - suara ledakan yang amat memekakkan telingan berkumandang memecahkan keheningan malam.
Dalam waktu singkat angin pukulan menderu-deru, pasir dan batu beterbangan memenuhi angkasa, begitu mengerikan keadaan waktu itu sehingga tak ubahnya seperti dilanda gempa bumi dahsyat.
Menanti pasir dan batu sudah mereda, pemandangan disekeliling tempat itu pun mulai Nampak dengan jelas.
Kakek tongkat sakti masih berdiri tegak dengan posisinya semula, namun paras mukanya telah berubah hebat, tongkat kepala ularnya juga telah tergetar lepas dari cekalannyasebaliknya Chin sian kun yang menjatuhkan diri bergulingan diatas tanah ternyata belum berhasil juga untuk meloloskan diri dari musibah ini, dia tergetar sampai muntah darah dan roboh tak sadarkan diri.
Disaat suasana telah mereda kembali, bergemalah suara langkah manusia yang makin lama makin mendekat, tak lama kemudian tampak kesebelas orang pelindung hukum Dewi In un.
Nenek penunjang langit, nenek perata bumi, keempat orang Lengcu beserta sekawanan dayang berpakaian ringkas pelan-pelan maju mengurung dan mengepung Kakek tongkat sakti ditengah arena- Dalam keadaan begini Kakek tongkat sakti hanya membungkam diri dalam seribu bahasa, ia menggertak gigi kencang-kencang, sambil tersenyum, Dewi In un segera berkata .
"Aku dengar Kakek tongkat sakti yang menduduki kursi pemimpin diantara tiga tokoh aneh dunia persilatan memiliki ilmu silat yang amat hebat, kenapa dalam kenyataannya tak kuat menahan sebuah gempuran pun?"
Lalu sambil menatap wajah Kakek tongkat sakti dengan sinar matanya yang tajam. kembali dia menambahkan.
"Beranikah anda bertarung sekali lagi?"
Waktu itu Kakek tongkat sakti telah merasakan gejolak darah yang amat deras didalam dadanya, ia sadar dirinya sudah terluka maka setelah menatap sekejap Chin sian kun yang tergeletak tak sadar diatas tanah, ia menghela napas sedih tanpa menyahut.
Dengan sombongnya Dewi In Un berkata lagi.
"Tidak berbicara pun tak menjadi masalah bagiku.
Ketahuilah aku mengharapkan suatu penyelesaian yang tuntas atas persoalan ini, malam ini juga"
"Menurut pendapat anda, apa pula yang harus kulakukan? "
Kakek tongkat sakti balik bertanya dengan suara dalam. Dewi In Un segera tertawa dingin.
"Dihadapanmu sekarang hanya tersedia dua pilihan, pertama meneruskan pertarungan dan kedua mengaku kalah?"
Kakek tongkat sakti segera menghela napas panjang .
"Aaaaai, baiklah biar aku mengaku kalah-"
Dewi In Un segera tertawa tergelak.
"Haaahtyhhaaahhhhaaahhh.orang bilang Kakek tongkat sakti pandai menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi, ternyata kabar tersebut memang amat tepat.
"
Kakek tongkat sakti tertawa sedih.
"Walaupun aku bersedia mengaku kalah, namun akupun ingin mengajukan dua syarat."
"Tak ada salahnya untuk kau sebutkan asal syaratmu masih bisa diterima dengan akal sehat, tentu saja dapat kukabulkan."
Sambil menunjuk kearah Chin sian kun yang tergeletak tak sadarkan diri. Kakek tongkat sakti berkata.
"gadis ini suci dan berhati mulia, tapi sekarang telah menderita luka dalam yang cukup parah, kalian wajib mengobati luka dalamnya itu"
"ooooh, kalau soal ini mah tanpa permintaan anda pun pasti kami akan berbuat begitu"
Kemudian dengan suara dalam segera bentaknya .
"Tang soat Lengcu"
Buru-buru Tang soat Lengcu maju dua langkah kedepan seraya menyahut.
"Tecu siap menerima perintah"
"segera gotong nona Chin kedalam gua dan obati luka dalamnya dengan obat paling mujarab dari partai kita, kemudian utuslah orang untuk melayani segala kebutuhannya secara baik"
"Tecu terima perintah"
Ia segera memanggil dua orang dayang untuk menggotong Chinsian kun, setelah itu ia beranjak pergi meninggalkan bukit itu.
sepeninggal mereka.
Dewi In Un baru berpaling kembali kearah Kakek tongkat sakti, sambil katanya.
"Apakah anda masih ada syarat lain?"
"Kho Beng yang terjatuh kedalam jurang pasti sudah tewas, bagaimanapun juga dia masih terhitung keturunan dari seorang pendekar sejati dunia persilatan, kasihan kalau mayatnya harus dibiarkan terlantar didasar jurang yang sepi, oleh sebab itu aku berhasrat hendak menguburkan jenasah itu."
"Aku rasa cianpwee terlalu banyak urusan "
"Kenapa?"
Tanya Kakek tongkat sakti agak tertegun.
"Dalamnya jurang ini paling banter hanya dua ratusan kaki, berbicara dari ilmu meringankan tubuh yang diperlihatkan Kho Beng tadi, tak mungkin dia sampai mati atau paling tidak sudah pasti akan menderita luka dalam yang cukup parah, tujuan dari perbuatanku sekarang tak lain adalah hendak menangkapnya hidup-hidup, tentu saja aku tak bakal membiarkan dirinya terlantar disana."
Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lebih jauh .
"Terus terang saja kukatakan, aku telah mengutus empat orang dayang untuk menantikan kehadirannya didasar jurang sana."
"Kau benar-benar seorang wanita yang amat licik"
Seru Kakek tongkat sakti sambil tertawa getir. Dewi In Un tertawa.
"Untung saja aku termasuk seorang yang amat menghormati angkatan tua. Coba usia anda lebih muda berapa tahun saja, dengan perkataanmu barusan, sudah pasti aku bakal menampar mulutmu keras-keras."
Merah padam selembar wajah Kakek tongkat sakti lantaran jengah, dia segera mendengus dan mengalihkan pembicaraan kesoal lain, katanya kembali.
"Aku tetap bersikeras hendak menuruni jurang tersebut untuk meninjau sendiri"
"Bukan hanya kau saja yang ingin turun kebawah, bahkan akupun akan menyuruh anak buahku turun kesana guna menjemput Kho Beng dan mempertemukan dirinya dengan encinya didalam gua pengikat cinta."
"Kalau begitu anda boleh segera berangkat"
Kata Kakek tongkat sakti cepat-Tapi Dewi In Un segera menggelengkan kepalanya berulang kali, ia berkata .
"Maafkan diriku karena ada satu hal terpaksa harus menyiksa dirimu sebentar, kuharap kau bersedia mengijinkan kepadaku untuk menotok jalan darah Cian keng hiat diatas bahumu itu."
Sambil menggertak gigi Kakek tongkat sakti tertawa dingin tiada hentinya .
"Heeehhh-heeehhhhheeehhhh-setelah aku bersedia mengaku kalah, mengapa tidak kuijinkan dirimu untuk menyumbat jalan darah ku? silahkan anda segera turun tangan"
Kembali Dewi In Un tertawa hambar.
"Sayang akupun mengidap suatu penyakit yang aneh, yaitu enggan mendekati kaum lelaki "
Setelah berhenti sejenak, dengan suara dalam segera serunya .
"Tang huhoat, lebih baik kau saja yang mewakili diriku"
Dari kesebelas orang pelindung hukum segera muncul Tang Bok kong, dia memberi hormat lebih dulu kepada Dewi In lalu kemudian baru berpaling kearah Kakek tongkat sakti sambil berkata.
"Maaf"
Jari tangannya segera bertindak cepat menotokjalan darah ciang keng hiat dibahu kiri dan kanan kakek itu.
Dengan tertotoknya jalan darah Cian keng hiat maka sepasang tangan Kakek tongkat sakti pun seketika berubah menjadi lumpuh dan tak berbeda jauh dengan orang cacat-sambil tertawa paksa kakek itu berkata kemudian.
"sekarang kita boleh berangkat bukan?"
Dewi In Un tertawa- "Tebing karang yang tersebar dibawah sana amat susah dilalui, kini jalan darah Cian keng hiat anda sudah tertotok- aku kuatir gerak gerikmu menjadi kurang leluasa-"
Sambil berpaling segera serunya .
"Cun hong, Hee im"
Cun hong Lengcu dan Hee im Lengcu sebera maju memberi hormat.
"Tecu siap menerima perintah"
"Kalian berdua mendapat tugas untuk melayani kakek Ang secara baik-baik, jangan biarkan dia sampai terjerumus kedalam jurang"
"suhu tak usah kuatir"
Kata Cun hong Lengcu segera. Kepada Hee im Lengcu dia sebera memberi kode dengan kerlingan mata kemudian mereka bersama-sama maju mendekati Kakek tongkat sakti, ujarnya kemudian.
"Loya, silahkan jalan pelan-pelan, kami akan menuntunmu secara hati-hati."
Seraya berkata, satu berada dikiri yang lain disebelah kanan, mereka segera mengempit ketiak Kakek tongkat sakti untuk dibantu melakukan perjalanan.
Diam-diam Kakek tongkat sakti mengumpat dan menyumpahi kekejian siluman perempuan tersebut, namun berada dalam keadaan apa boleh buat, terpaksa dia hanya mengikuti kemauan mereka.
"Mari kita berangkat"
Ujar Dewi In Un kemudian sambil tertawa hambar.
Dibimbing kedua orang nenek tersebut, mereka berbelok kesisi kiri lalu turun kebawah jurang.
Ternyata tebing disisi kiri tak lebih hanya berupa sebuah tebing yang menjorok kebawah, keadaan medannya tidak terlampau terjal seperti apa yang diduga semula.
Mereka menelusuri tebing tersebut berjalan turun kearah bawah, lebih kurang dua ratusan kaki kemudian, sampailah mereka didasar jurang tersebut.
Ditengah dasar jurang terdapat aliran air sungai yang berliuk-liuk diantara batuan karang yang amat besar, selain itu batu cadas pun Nampak berserakan dimana-mana.
Dewi In un sekalian segera mempercepat langkahnya menuju kearah mana Kho Beng terjatuh kedalam jurang tadi- Kakek tongkat sakti dibawah bimbingan cun hong Lengcu dan Hee im Lengcu berjalan dipaling belakang dengan begitu ia tak sempat melihat secara jelas keadaan didepan.
Tapi secara tiba-tiba ia mendengar suara jeritan kaget yang diperdengarkan ciu hoa Lengcu.
jeritan kaget ini membuat hatinya ikut terperanjat, ingatan yang segera terlintas didalam benaknya adalah Kho Beng pasti sudah mati terbaring didasar jurang tersebut.
Namun yang sebenarnya telah terjadi, ternyata sama sekali diluar dugaannya.
sementara itu terdengar Dewi In Un berseru dengan nada benci."
Aneh, sungguh aneh."
Akhirnya Kakek tongkat sakti pun berhasil mendekati tempat kejadian, buru-buru dia melongok kemuka, tapi dengan cepat diapun dibuat tertegun serta tak habis mengerti- Ternyata disitu tak menjumpai jenasah dari Kho Beng, juga tak Nampak bayangan tubuh dari si anak muda tersebut, tapi sebagai gantinya terlihat ada empat orang dayang berbaju kuning telah menggeletak mati disekitar sana- Lama setelah tertegun akhirnya Kakek tongkat sakti tak bisa menahan rasa gembiranya lagi, ia tertawa terbahak-bahak.
"Haaahhaaahhh-hahhh-siapa suruh anda terlalu memandang rendah kemampuan Kho Beng, nah rencanamu kali ini pun tampaknya mengalami kegagalan total-"
"Tak mungkin Kho Beng memiliki kepandaian silat sehebat ini"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seru Dewi In Un sambil menggigit bibir menahan amarah. Kakek tongkat sakti kembali tertawa. Bersambung ke
Jilid 30
Jilid 30
"Waaahi kalau begitu sudah pasti keempat orang dayangmu yang merasa kasihan kepada Kho Beng sehingga mereka membebaskannya pergi, lalu menghabisi nyawa sendiri"
"Tutup mulut"
Bentak Dewi In Un keras- keras "Jika kau berani bicara sembarangan lagi, jangan salahkan kalau kucabut selembar jiwa tuamu itu"
Walaupun Kakek tongkat sakti tidak berbicara lagi namun diujung bibirnya tersungging sekulum senyuman yang dingin sekali.
Walaupun dia sendiripun tak tahu apa yang sebenarnya telah terjadi, namun ditinjau dari hilangnya Kho Beng serta ditemukannya keempat sosok mayat dari dayang-dayang tersebut, paling tidak ia dapat menyimpulkan bahwa Kho Beng belum tewas.
Dalam pada itu para petugas telah mendekati keempat sosok mayat dari dayang-dayang tersebut serta melakukan pemeriksaan yang amat seksama.
Namun seluruh badan dayang-dayang itu kelihatan masih utuh sama sekali tidak terluka oleh bacokan senjata, sedangkan dari ketujuh lubang inderanya pun tidak ditemukan darah yang mengucur keluar, untuk berapa saat lamanya mereka jadi bingung dan kesulitan untuk memeriksa sebab musabab kematian orang-orang itu.
Menyaksikan hal ini, sambil menghentakkan kakinya keatas tanahi Dewi In Un berteriak keras .
"Hayo cepat lakukan pemeriksaan, apa yang menyebabkan kematian mereka berempat?"
Akhirnya terdengar Ciu hoa Lengcu berseru .
"Lapor suhu, luka yang menyebabkan kematian mereka terletak dibagian dada"
Dewi In Un sangat terkejut, buru-buru ia berjongkok dan melakukan pemeriksaan sendiri Dibawah pemeriksaan yang amat seksama segera ditemukan sebuah lubang berwarna hitam sebesar jari telunjuk diatas dada keempat orang dayang tersebut, walaupun tiada darah yang mengalir keluar, namun bisa diduga lubang tersebut menembus sampai kejantung, sehingga luka inilah yang menyebabkan kematian mereka.
Meskipun lubang luka itu berwarna hitam namun jelas bukan hitam karena keracunan, karena hitam yang berada disekitar mulut luka tersebut tak ubahnya seperti luka terbakar, kulit disekitarnya pun kelihatan agak hangus seperti terbakar.
Kakek tongkat saktipun dapat menyaksikan keadaan luka tersebut dengan sangat jelas, tiba-tiba saja dia merasa terkejut bercampur gembira.
Dalam pada itu Dewi In Un telah menghentakkan kakinya keatas tanah dengan penuh kegusaran, katanya .
"Apa-apan ini?"
Lalu setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu, kembali serunya lantang .
"siapakah diantara kalian yang tahu, luka ini disebabkan oleh ilmu pukulan apa?"
Tiada jawaban yang berkumandang dari sekeliling tempat itu, tampaknya tiada seorangpun yang mengetahui keadaan sebenarnya. Terdengar Kakek tongkat sakti tertawa ringan, lalu berkata secara tiba-tiba.
"Aku tahu"
"oya?"
Dewi In Un segera mengalihkan pandangan mata kearahnya, lalu berseru "hayo cepat katakan, ilmu sesat apa kah yang menyebabkan luka terbakar itu?"
Sambil tertawa Kakek tongkat sakti menggelengkan kepalanya berulang kali, dia berkata .
"Ilmu tersebut bukan termasuk jenis ilmu sesat, melainkan artalah ilmu jari Tong kim ci yang merupakan sejenis ilmu keras dari dunia persilatan."
"Ilmu jari Tong kim ci?"
Dewi In Un kelihatan terperanjat sekali, sesudah termangumangu berapa saat, kembali serunya .
"Kau maksudkan ilmu warisan dari dewa Kim ka sian?"
Kakek tongkat sakti segera mengangguk berulang kali .
"Tepat sekali dugaanmu, memang ilmu tersebut merupakan ilmu kebanggaan dari dewa Kim ka sian, pemimpin dari tiga dewa See gwa sam sian"
Sambil mengalihkan pandangan matanya kewajah Dewi In Un, dia berkata lebih lanjut .
"Nah, sekarang kau mestinya sudah percaya bukan bahwa anak keturunan dari tiga dewa betul-betul telah terjun kedalam dunia persilatan?"
Dewi In Un tertegun berapa saat lamanya, tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya sambil tertawa seram .
"Haaaahihaaahh...haaaah, kebetulan sekali kalau mereka berani tampilkan diri dalam dunia persilatan, aku memang berhasrat membalaskan dendam bagi kematian kakekku dibawah tebing hati duka seabad berselang, paling baik lagi jika keturunan dari tiga dewa muncul secara bersama-sama."
Lalu dengan suara dalam ia berteriak .
"Lakukan penggeledahan"
Ciu hoa lengcu beserta kesebelas orang pelindung hukumnya segera mengiakan bersama, mereka menyebarkan diri keempat penjuru dan mulai melakukan penggeledahan seksama disekeliling tempat itu.
Dewi In Un sendiri berjalan mondar-mandir kesana kemari dengan wajah gelisah bercampur panik, sesaat kemudian serunya pada Cun hoa lengcu serta Hee im lengcu dengan suara dalam .
"Kalian pun ikut pergi kesana, serahkan tua Bangka ini kepadaku"
Selama itu, nenek penunjang langit dan nenek perata bumi masih mengikuti saja dibela kang pemimpinnya, mereka tak pernah meninggalkan sisi tubuhnya walau hanya setengah langkah pun.
Kini perasaan kakek tongkat sakti sudah jauh lebih tentram, ia segera menjatuhkan diri duduk bersila diatas tanah, kemudian memejamkan mata dan mulai mengatur pernapasan.
Lebih kurang setengah jam kemudian, para petugas yang melakukan pemeriksaan berbondong-bondong telah balik kembali, namun hasil pemeriksaan mereka tetap nihil.
sambil membuka matanya kembali, kakek tongkat sakti berkata dengan suara hambar .
"Menurut pendapatku lebih baik tak usah kalian lakukan pemeriksaan lagi"
"Hmmm, siapa yang suruh kau banyak bicara"
Teriak Dewi In Un sambil menggigit bibir menahan amarah.
"Aku Cuma berniat baiki sebab pemerikasaan yang dilakukan secara begini tak mungkin akan membuahkan hasil."
Kemudian setelah memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, ujarnya lebih jauh .
"Coba bayangkan sendiri, mungkinkah keturunan dari dewa Kim ka sian akan tetap mengendon didalam jurang ini sambil menunggu kedatangan kalian untuk menggeledahnya."
Dewi In Un mendengus .
"siapa tahu mereka memang berbuat begitu?"
Kakek tongkat sakti termenung dan berpikir sejenak, kemudian katanya lagi .
"Disamping itu akupun masih mempunyai suatu kesimpulan yang sangat masuk akal."
Tampaknya pikiran dan perasaan Dewi In Un sudah amat kalut dan kehilangan pegangan, ketika mendengar perkataan tersebut, buru-buru dia berseru dengan bersemangat .
"Apa kesimpulanmu?"
"Pertama-tama aku ingin bertanya dulu kepadamu, bukankah Kho yang Ciu belum dipindahkan dari gua pengikat cinta?"
"Yaa benar, dia masih tetap berada dalam gua tersebut."
Sahut Dewi In Un cepat. sambil berkata dengan pandangan mata penuh kegemasan, ditatapnya wajah kakek tongkat sakti itu lekat-lekat, kemudian melanjutkan .
"Apa sangkut pautnya masalah itu dengan persoalan yang berada didepan mata sekarang? "
Kakek tongkat sakti tertawa .
"Tentu saja besar sekali sangkut pautnya, coba bayangkan sendiri kalau toh keturunan dari dewa Kim ka sian bersedia menolong Kho Beng, tentu saja diapun pasti menerima permohonannya untuk menolong Kho Yang ciu dari sekapan, padahal persoalan yang dipikirkan Kho Beng saat ini hanyalah menolong cicinya dari ancaman bahaya, coba bayangkan sendiri, apa tidak mungkin mereka telah menyerbu kedalam gua pengikat cinta saat ini."
Dewi In Un segera memutar biji matanya sambil berpikir sejenak, akhirnya dia manggut-manggut .
"ehmmm, kesimpulanmu memang bisa dipercaya juga, yaa, kemungkinan kesana memang ada."
Maka dengan suara dalam ia berseru kembali .
"Cepat kita kembali kegua"
Tanpa membuang waktu lagi ia membalikkan badan dan segera berangkat lebih dulu menuju ke puncak bukit.
Cun hong lengcu dan Hee im lengcu cepat-cepat membimbing tubuh kakek tongkat sakti dan menyusul kebelakangnya.
Dalam waktu singkat rombongan tersebut sudah berangkat meninggalkan dasar jurang, bayangan tubuh mereka lenyap kemudian dibalik kabut pagi yang tebal.
-ooo00000oooketika tubuhnya melambung ketengah jurang tadi, Kho Beng sudah kosongkan semua pikiran, sebab dia terpaksa harus berbuat demikian demi menyelamatkan jiwa rekan- rekannya .
Disamping itu dia pun mempunyai suatu pandangan yang salahi dia menganggap jurang yang terbentang dihadapannya sekarang tak mungkin seluas apa yang dikatakan Dewi In Un tadi.
sebab dia mengira Dewi In Un hanya berniat untuk mencobanya.
Akan tetapi tatkala tubuhnya sudah meluncur sejauh enam tujuh belas kaki dari tepi jurang, pemuda ini segera sadar bahwa dia memang sudah melakukan suatu kesalahan yang amat besar.
Dalam keadaan demikian tak sempat lagi baginya untuk menarik diri serta balik kembali ketepi jurang.
Dalam gugup dan paniknya, terpaksa dia hanya bisa berusaha untuk mengurangi daya luncurnya kebawah, sedapat mungkin tangan serta kakinya melakukan gerakan mendayung untuk mengurangi kecepatan daya luncuran badannya.
Akan tetapi, jurang yang dalamnya mencapai dua ratusan kaki bukanlah suatu pekerjaan yang mudah ditanggulangi.
Ia merasakan daya luncur tubuhnya makin lama semakin bertambah cepat dan akhirnya.
ia jatuh tak sadarkan diri Namun tak selang berapa saat kemudian, dia telah mendusin kembali dari pingsannya.
Ketika membuka mata kembali, ia menjumpai ada empat orang dayang berbaju kuning sedang berdiri disekeliling tubuhnya, salah seorang diantaranya malah sedang menusuk jalan darah tay yang hiat dikeningnya dengan sebatang jarum besar.
Dia ingin meronta bangun, namun baru saja tubuhnya hendak terangkat dia sudah roboh kembali keatas tanah.
Kepalanya terasa amat pening, matanya berkunang-kunang dan keempat anggota badannya seolah-olah sudah tidak menjadi miliknya, disamping itu dadanya pun terasa sakit sehingga hampir saja ia jatuh pingsan untuk kedua kalinya.
Ia sadar, isi perutnya telah menderita luka yang cukup parahi maka sambil menghembuskan napas panjang dia pun pejamkan mata dan tidak berbicara lagi.
Terdengar si dayang yang memegang jarum itu berkata sambil tertawa .
"Perhitungan siancu memang sangat tepat, ternyata dia memang bukan Kong cin cu."
Sekarang Kho Beng baru sadar, ternyata hasil penyaruannya telah dicopot oleh keempat dayang tersebut. salah seorang diantara dayang itu segera berkata pula .
"Bukan saja siancu telah memperhitungkan bahwa dia adalah Kho Beng, bahkan telah diperhitungkan pula kalau dia bakal terjatuh kedasar jurang dalam keadaan setengah mati, nyatanya dia memang sudah berada dalam keadaan setengah sekarat kita tinggal menggotongnya pulang."
Setelah berhenti sejenak, serunya kemudian .
"Hayo, kita gotong dia dan segera pulang ke gua"
Kho Beng mencoba untuk meronta, namun hasilnya nihil, dia merasa tubuhnya seakan-akan sudah tak bertenaga lagi.
Berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia hanya pasrah dan menuruti saja kemauan keempat orang dayang tersebut.
Tiba-tiba terdengar dayang yang memegang jarum itu berseru .
"Dia tak usah digotong Kenapa?"
"Walaupun dia telah sadar kembali, namun luka yang dideritanya terlampau parah, bila digerak-gerakkan tubuhnya mungkin saja dapat menyebabkan nyawanya melayang, nah, kalau dia sampai mampus, kitalah yang bakal memikul tanggung jawabnya."
"Lantas apa yang harus kita perbuat sekarang?"
"Siancu pernah berkata, dia akan menengok sendiri kedasar jurang ini, terpaksa kita harus menunggu kedatangannya disini"
Mendadak. sementara keempat orang dayang itu sedang berbincang-bincang, terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang. Dayang yang memegang jarum itu segera berseru .
"Sudah pasti Siancu yang datang"
Amarah Pedang Bunga Iblis -- Gu Long Rajawali Sakti Dari Langit Selatan -- Sin Long Sepasang Golok Mustika -- Chin Yung