Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 16


Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 16



Kedele Maut Karya dari Khu Lung

   

   Kho Beng yang mendengar perkataan tersebut jadi tertegun tapi kemudian tertawa hambar, matanya segera dipejamkan kembali dan tidak berbicara lebih lanjut.

   Dengan cemas dayang itu mendekatinya serta menggoncangkan bahunya Kho Beng, setelah itu bisiknya .

   "Andai kata kuberi sebutir pil untukmu, bersediakah kau untuk menelannya?"

   "Tak sedikit obat yang telah kumakan. kenapa pil tersebut harus kutelan?"

   "obat tersebut pemberian majikan perempuanku,"

   Bisik si dayang.

   "tapi kau tak boleh mengatakannya kepada Kakek berambut putih itu, sebab kalau tidak, aku serta majikan perempuanku akan dicelakainya sampai mati"

   "Mengapa begitu?"

   Tanya Kho Beng dengan kening berkerut. Dayang itu makin gelisah.

   "Biarpun kuterangkan kepadamu sekarang juga tidak ada gunanya, lebih baik telan obat ini lebih dulu, mungkin sesudah itu kau akan mengerti dengan sendirinya."

   Sambil berkata dia segera mengeluarkan sebutir pil berwarna hitam pekat.

   Paras muka Kho Beng sangat dingin dan hambar, sama sekali tidak Nampak perubahan apapun diwajahnya.

   Jari tangan dayang itu Nampak agak gemetar, dia seperti rada sangsi, tapi setelah termenung sejenak akhirnya dia menjejalkan obat tersebut kedalam mulut Kho Beng.

   Kho Beng sendiri ternyata tanpa ragu-ragu segera menelan pil tersebut kedalam perutnya.

   Paras muka dayang itu Nampak berubah makin pucat kehijauhijauan, cepat-cepat dia berbisik ditelinga Kho Beng .

   "Ingat, disaat kau dapat memahami perkataanku ini berarti kau akan tahu kalau Kakek berambut putih itu mengandung niat jahat kepadamu, dia hendak mempergunakan ilmu beracun Im han tok kang nya untuk merubah dirimu menjadi seseorang yang lain, maka usahanya tak pernah akan berhasil. Bila kau sudah dapat memahami arti perkatanku ini, jangan sekali-kali kau katakana bahwa aku telah memberimu sebutir obat, ingat baik-baik"

   "Mengapa kau begitu ketakutan?"

   Tanya Kho Beng. Dengan suara gemetar dayang itu menjawab .

   "sebab bila kau mengatakannya, maka aku bersama majikan perempuanku bakal mati konyol, kumohon kepadamu ingatlah baikbaik pesanku ini"

   "Baiklah"

   Sahut Kho Beng kemudian sambil menghela napas. Dengan perasaan gelisah kembali dayang itu berkata .

   "sekarang aku harus pergi dari sini, ingat baik-baik pesanku tadi, jangan sekali-kali kau melupakannya."

   Kho Beng mengangguk tanpa bicara, diawasinya bayangan punggung dayang tersebut hingga lenyap dari pandangan mata, sementara pikirannya tetap kosong dan hampa.

   Dengan termangu- mangu dia mencoba untuk berpikir namun tak berhasil, tanpa disadarinya akhirnya dia tertidur.

   Entah berapa lama dia tertidur, tiba-tiba pemuda itu terjaga kembali, namun kali ini tiada orang yang memasuki ruangan rahasia tersebut, melainkan dia sendiri yang terjaga dari tidurnya.

   Mendadak ia merasa ada sesuatu yang tak beres, entah apa sebabnya tiba-tiba muncul perasaan bergidik didalam hati kecilnya.

   Ternyata pikiran dan kesadarannya menjadi agak jernih, dia seperti teringat kembali akan dirinya yang terlupakan, disamping itu perkataan dari dayang tersebut mendatangkan pula manfaat bagi dirinya.

   'Kakek berambut putih itu hendak menggunakan ilmu Im han tok kang untuk merubahmu menjadi seorang yang lain.

   obat ini mungkin bisa membuat kesadaranmu pulih kembali.

   Jangan sekali-kali kau katakana, aku dan majikan perempuanku..' Teringat olehnya tempat ini adalah sebuah tokoan, siapa pula dayang tersebut? Dan siapa pula majikan perempuannya? Ia ingin memecahkan persoalan tersebut namun tak berhasil menemukan suatu jawaban.

   Tapi dia pun terbayang kembali akan cicinya Kho Yang ciu, teringat si kakek tongkat sakti sertya Chin sian kun, teringat Bu wi lojin, Kim bersaudara, pelajar rudin Ho heng serta hwesio daging anjing yang berada di lembah hati Buddha, teringat juga dengan Beng Gi ciu serta siau wan..

   Dia cun teringat bagaimana dirinya menyamar sebagai si Naga terbang dari see ih Kongci Cu, bagaimana dia melompat kedalam jurang hingga terluka, teringat juga bagaimana Beng Gi ciu menolongnya, bagaimana si Kakek berambut putih itu muncul secara tiba-tiba hingga membuat luka dalamnya yang sembuh dalam waktu singkat tahu-tahu menderita keracunan hebat.

   Makin lama pikirannya semakin jernih, diapun semakin mengerti bahwa Kakek berambut putih itu adalah seorang manusia jahat, walaupun dia belum bisa memastikan dimanakah letak maksud tujuannya, tapi paling tidak dia bermaksud mencelakai dirinya.

   Dengan perasaan gelisah dan gusar, buru-buru dia mencoba untuk menghimpun kembali tenaga dalamnya.

   Namun dalam pusarnya seolah-olah terjadi pembekuan, seperti juga kosong tanpa ada isinya, betapapun dia telah berupaya untuk menghimpun kembali tenaganya, ternyata tak berhasil juga untuk mengumpulkan kekuatan tenaga murninya.

   selain daripada itu, keempat angota badannya tetap terasa lemas tak bertenaga, bahkan keingainannya untuk membalikkan badan pun tak mampu dilakukan.

   Dalam perasaan sedih yang mencekam, tiba-tiba saja dia terinagt kembali dengan dayang tersebut, maka dia pun meletakkan seluruh pengharapannya ke atas pundak dayang itu.

   Suasana didalam ruang gua gelap gulita tanpa cahaya, dia tak tahu pukul berapa sekarang, dia pun tak tahu sampai kapan Kakek berambut putih itu bakal datang kembali.

   Tapi ada satu hal yang diketahui secara pasti, ia sudah pasti telah terpengaruh oleh sejenis ilmu sesat sehingga kehilangan daya pikiran serta kesadarannya, ini berarti selama tenaga dalamnya belum pulih kembali seperti sedia kala, dia masih harus berlagak seakan-akan orang yang kehilangan kesadaran.

   Akhirnya ditengah suasana yang serba tak menentu, pintu ruangan rahasia tersebut terbuka kembali, kali ini yang muncul adalah Kakek berambut putih itu.

   sedapat mungkin Kho Beng berusaha untuk mengendalikan gejolak hawa amarahnya, dia berusaha memperlihatkan sikapnya yang bodoh bagaikan orang yang kehilangan kesadaran, selama ini dia hanya memandang sekejap sementara mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.

   sambil tertawa terkekeh- kekeh, Kakek berambut putih itu menegur .

   "Kho Beng apakah hari ini kau merasa baikan?"

   "Yaa, rada baikan"

   Sahut sang pemuda.

   Namun Kakek berambut putih itu seperti merasa sangat terperanjat sekali, dengan sorot matanya yang tajam dia mengawasi wajah pemuda tersebut tanpa berkedip.

   nampaknya dia seperti kebingungan dan tidak habis mengerti.

   Kho Beng yang menyaksikan kejadian ini menjadi sangat terkejut, hatinya berdebar keras.

   Tampak Kakek berambut putih itu menegur lagi dengan kening berkerut kencang .

   "Apa yang sedang kaupikirkan?"

   Dengan cepat Kho Beng menggeleng.

   "Rasanya aku seperti tak memikirkan apa-apa, segala sesuatunya terasa kosong dan samar-samar, aku tak bisa mengingatnya kembali secara pasti dan jelas"

   Memang itulah perasaan yang dialaminya setelah menelan obat berwarna hitam. Kakek berambut putih tertawa puas, nampaknya semua kecurigaanya pun hilang lenyap dari benaknya, dengan wajah girang kembali dia berkata .

   "Ya a, begitulah gejala yang akan kau alami selama proses pengobatan dilakukan, tapi lewat berapa hari kemudian keadaanmu akan jauh lebih segar lagi."

   Kemudian setelah berpikir sejenak, kembali dia berkata dengan suara dalam .

   "Kho Beng, sekarang aku hendak melakukan pengobatan lagi atas racunmu itu, tataplah mataku lekat-lekat serta jangan berpikir yang lain"

   "Baik"

   Jawab Kho Beng segera.

   Dari balik sepasang mata Kakek berambut putih itu kembali mencorong keluar dua buah cahaya hijau yang menggidikkan mata, dalam keadaan apa boleh buat terpaksa Kho Beng balas menatap sorot mata tersebut.

   Bersamaan itu pula, seperti apa yang dilakukan sebelumnya, dari sepasang telapak tangannya kembali memancar keluar dua buah gulungan asap putih yang sangat tebal dan segera menyelimuti seluruh badannya.

   segulung hawa dingin yang menusuk perasaan dengan cepat menyusup kedalam tubuhnya membuat dia gemetar keras.

   Namun pada saat ini pikirannya sudah tertuju pada peringatan dari si dayang, walaupun sepasang matanya menatap sinar hijau yang terpancar keluar dari balik mata lawan, namun pikirannya justru membayang persoalan lain.

   Akhirnya Kakek berambut putih itu menghentikan pengobatan dengan senyuman dan menatap Kho Beng tanpa berkedip.

   Kho Beng merasa terkejut sekali, buru-buru dia memejamkan matanya rapat-rapat.

   Melihat gejala ini si Kakek berambut putih itu berseru tertahan .

   "Aaaah, aneh betul.."

   Kho Beng yang mendengar seruan tersebut jadi sangat terkejut, namun di masih tetap memejamkan matanya tanpa berbicara. sesudah termenung dan berpikir sejenak, Kakek berambut putih itu segera berkata .

   "Kho Beng, apa yang sedang kaupikirkan?"

   "Aku tidak memikirkan apa-apa"

   Terpaksa pemuda itu menjawab. Kakek berambut putih itu segera mendengus.

   "Hmmm, aku tak percaya kalau dalam dunia saat ini terdapat orang yang memiliki dasar tenaga dalam yang begini kuat dan sempurna, ternyata dibawah pengobatan serta daya kerja obatku masih dapat mengendalikan pikiran serta perasaan sendiri"

   "Lotiang, apa yang kau katakan?"

   Kho Beng berlagak bingung serta tak habis mengerti.

   "Hmm, tidak apa-apa"

   Lalu setelah berhenti sejenaki dia berkata lagi .

   "Kau harus beristirahat sekarang"

   Dengan cepat dia membalikkan badan dan beranjak pergi dari situ, tak lama kemudian pintu rahasia kembali tertutup rapat.

   Kho Beng segera merasakan hatinya bagaikan tenggelam kedasar samudra, sebab dia tahu tingkah lakunya barusan telah memperlihatkan titik kelemahan yang mengakibatkan timbulnya kecurigaan dihati kakek tersebut.

   Ditinjau dari sikap gusar yang diperlihatkan Kakek berambut putih itu sesaat hendak meninggalkan tempat tersebut, dapat disimpulkan dia pasti hendak pergi mencari dayang tersebut.

   Terbayang kembali apa yang pernah dikatakan sidayang, tanpa terasa hatinya tercekat, mungkinkah ia benar-benar telah mencelakai si dayang beserta majikan perempuannya? Tapi apa boleh buat, keempat anggota tubuhnya terasa lemas tak bertenaga, hal ini membuatnya sama sekali tak mampu berkutik, selain hatinya yang amat sakit bagaikan diiris-iris, ia tak bisa berbuat yang lain.

   -ooo00000oookuil Hian thian koan termasuk sebuah tokoan yang amat termasyur, saban hari tak sedikit peziarah yang berkunjung kesitu untuk memanjatkan doa ataupun membayar kaul.

   senja itu, tampak ada dua orang gadis muda berjalan memasuki bangunan kuil tersebut.

   Tentu saja kedua orang ini tak lain adalah Beng Gi ciu beserta dayangnya, siau wan.

   Waktu itu suasana didalam kuil kelihatan sangat bersih dan lenggang, sebab sebagian besar peziarah telah meninggalkan tempat itu, yang masih tetap tinggal disitu hanya Beng Gi ciu berdua.

   Mula-mula Beng Gi ciu memasang hiolo lebih dulu diruang tengah, kemudian kepada tosu kecil dia mengajukan permohonannya untuk bertemu dengan pimpinan kuil.

   Buru-buru tosu kecil itu berkata .

   "Koancu sedang berada didalam kuil lo kun tian, silahkan lisicu mengikuti diriku"

   Dengan cepat tosu kecil itu mengajak Beng Gi ciu serta siau wan berangkat menuju keruanga Lo kun tian.

   Ruang lo kun tian merupakan ruang yang paling besar didalam kuil Hian thian koan tersebut, waktu itu ketua kuil Hian thian koan sedang duduk diruang tengah.

   Begitu tiba dimuka ruangan, tosu kecil itu segera berseru .

   "Lapor koancu, ada dua orang li sicu hendak bertemu dengan koancu."

   Buru-buru Hian thian totiang munculkan diri untuk meyambut, katanya kemudian sambil tertawa .

   "Bolehkah pinto tahu, li sicu ada urusan apa?"

   "Jauh-jauh datang kemari, siau li selain ingin bersembahyang kepada sam hong congsu, juga karena ingin mengunjungi tokoan termashur diseluruh dunia."

   "Perbuatan semacam ini merupakan perbuatan mulia, silahkan duduk untuk minum teh."

   Sambil tertawa Beng Gi ciu menggeleng, ujarnya .

   "siauli hanya ingin menanyakan bangunan-bangunan besar yang berada didalam kuil ini serta member derma untuk kesejahteraan kuil ini.."

   Lalu kepada siau wan merunya .

   "Ambil sepuluh tahil emas dan berikan kepada totiang"

   Buru-buru Hian thian totiang berkata .

   "semenjak pinto jadi pimpinan dikuil ini, belum pernah kami menerima sumbangan sedemikian besarnya, sicu berdua , terima kasih banyak atas derma kalian ini."

   Siau wan segera mengeluarkan sepuluh tahil emas dan disodorkan kedepan.

   Ternyata tanpa sungkan-sungkan Hian thian totiang segera menerima sumbangan tersebut.

   Menyusul kemudian, Hian thian totiang pun mengajak kedua orang tamunya untuk mengunjungi setiap ruangan yang berada didalam komplek bangunan kuil itu.

   Ketika tiba diruangan paling belakang, tampaklah gedung yang disebut Tay lang tian berada dalam keadaan tertutup rapat.

   Beng Gi ciu segera menegur .

   "Apa yang terjadi disini? Mengapa gedung ini tertutup?"

   Sambil tertawa paksa sahut Hian thian totiang .

   "Kebetulan berapa hari berselang telah datang seorang tabib yang hendak mengobati seorang pasiennya dari keracunan, untuk kelancaran pengobatannya dia telah meminjam gedung tersebut untuk dipakai selama beberapa hari."

   "Lalu apa sebabnya pintu gedung itu tertutup rapat?"

   "sebab sicu yang menderita sakit itu telah keracunan hebat, untuk pengobatannya dibutuhkan waktu yang lama serta menggunakan semacam pengobatan dengan hawa dingin, oleh karenanya orang lain tak boleh mengganggu ketenangan mereka."

   "Berapa harikah yang dibutuhkan untuk menyembuhkan luka keracunan semacam itu?"

   "Konon delapan sembilan hari lagi orang tersebut dapat disembuhkan kembali seperti sedia kala."

   Beng Gi ciu segera manggut-manggut .

   "Terima kasih banyak untuk keterangan totiang"

   Maka ia bersama siau wan segera memohon diri dan meninggalkan kuil tersebut dihantar oleh Hian thian totiang hingga didepan pintu gerbang.

   Beng Gi ciu serta siau wan segera menuruni bukit Wang hu san, tak lama kemudian mereka berhenti disebuah hutan yang lebat.

   Dengan nada menyelidik siau wan segera berkata .

   "Hian thian totiang mempunyai tampang yang licik dan banyak akal, dalam sekilas pandangan saja sudah diketahui kalau ia bukan manusia baik-baik, selain itu aku merasakan betapa misteriusnya bangunan tokoan tersebut."

   Beng Gi ciu segera mengangguk.

   "Yaa, bagaimanakah keadaan yang sesungguhnya sulit bagi kita untuk menentukannya, malam ini kita harus melakukan penyelidikan kembali keatas kuil Hian thian koan tersebut."

   Tak lama kemudian hari sudah gelap.

   kentongan kedua pun sudah menjelang tiba.

   Ditengah kegelapan yang mencekam seluruh jagat inilah, Beng Gi ciu serta siau wan segera berangkat menuju ke kuil Hian thian koan dengan kecepatan tinggi.

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Mereka langsung mendekati bangunan tersebut dan bersembunyi disebuah sudut bangunan yang gelap dan tersembunyikan disana.

   suasana dalam kuil Hian thian koan waktu itu amat hening, sepi dan tak terdengar sedikit suara pun, meski dalam setiap gedung dipasang lentera sebagai penerangan namun cahayanya amat redup, mungkin semua tosu penghuni kuil tersebut sudah pada tidur.

   Lama sekali kedua orang itu bersembunyi disudut ruangan, setelah yakin kalau tiada sesuatu yang mencurigakan, Beng Gi ciu berbisik .

   "Ha yo berangkat, kita langsung menuju ke^edung To leng thian."

   Senja tadi dibawah bimbingan Hian thian totiang mereka telah mengunjungi setiap bangunan gedung tersebut serta mengamatinya dengan teliti, yang dimaksud sebagai gedung To leng thian tak lain adalah gedung yang dimaksud Hian thian totiang sebagai tempat yang digunakan Kakek berambut putih untuk mengobati luka Kho Beng.

   Dengan gerakan yang amat cepat dan ringan, dalam waktu singkat kedua orang tersebut telah tiba diluar gedung TO leng thian, namun setelah diteliti dengan seksama mereka jadi amat terperanjat.

   Ternyata pintu gerbang bangunan gedung itu sudah terbuka lebar, kertas segel dipintu pun sudah dilepas orang.

   Beng Gi ciu segera member tanda kepada siau wan, kemudian mereka bersama-sama menerobos masuk kedalam ruangan gedung itu.

   Ruangan gedung itu tera watt amat rapi dan bersih, diatas meja altar tergantung gambar dari TO leng coasu, lentera yang terletak diatas meja altar menyinari seluruh ruangan yang amat redup itu secara samar-samar.

   sejauh mata memandang gedung tersebut berada dalam keadaan kosong, bayangan tubuh Kakek berambut putih maupun Kho Beng sama sekali tidak Nampak disana.

   Dengan perasaan gemas siau wan segera berseru .

   "Nona, kita sudah ditipu mentah-mentah"

   Beng Gi ciu segera memberi tanda agar jangan berisik, kemudian menarik tangan Siau wan dan diajak mengundurkan diri dari ruangan To leng thian dan menyembunyikan diri dibalik kegelapan. Nona kembali siau wan berbisik.

   "Menurut pendapatku si Kakek berambut putih itu pasti bersekongkol dengan Sian thian totiang dari kuil ini, kalau tidak, mengapa tosu tua hidung kerbau itu menipu kita habis-habisan?"

   "Permainan busuk apakah yang sedang mereka lakukan saat ini rasanya susah untuk disimpulkan sekarang,"

   Kata Beng Gi ciu dengan suara dalam.

   "bagaimana punjuga, pokoknya malam ini kita harus dapat membongkar persoalan ini hingga jelas dan tuntas."

   "Menurut aku, satu-satunya jalan yang terbaik adalah melakukan keonaran secara besar besaran di dalam kuil Hian thian koan ini, kita tangkap Hian thian totiang dulu, tosu tua itu kemudian menyiksanya agar mengaku, masa kita takut dia tak akan memberikan pengakuannya buat kita?"

   "Kita jangan bertindak terlalu gegabah, mari aku sudah mempunyai akal yang bagus,"

   Kata Beng Gi ciu kemudian seraya menggeleng.

   Tiba-tiba..

   Terdengar suara jerit kesakitan yang amat memilukan hati berkumandang mmecahkan keheningan malam.

   Walaupun jerit kesakitan tersebut kedengarannya amat lemah dan jauh sekali, namun dengan kesempurnaan tenaga dalam yang dimiliki Beng Gi ciu, ia dapat menangkap suara tersebut dengan jelas sekali.

   Kepada siau wan segera tanyanya .

   "Apakah kau sudah mendengar?"

   Siau wan mengangguk berulang kali .

   "Ya a, aku sudah mendengar, ada orang menjerit kesakitan, suaranya sangat memilukan hati, bahkan nampak seperti suara wanita."

   Kemudian setelah celingukan sejenak sekeliling tempat itu, kembali la berkata .

   "Nona, apakah kau sudah dapat mendengar secara pasti, suara jerit kesakitan itu berasal dari arah mana?"

   Beng Gi ciu segera menggeleng.

   "seandainya tempat itu bukan terletak dibawah tanah, tentu letaknya sangatjauh dari sini, saking jauhnya sehingga aku sendiripun tak dapat menentukan arahnya secara tepat."

   Mereka berdua segera berusaha untuk memasang telinga serta mendengarkan lagi dengan seksama, namun sepeta nak nasi sudah lewat suara jerit kesakitan tersebut ternyata tak kedengaran lagi. Tak tahan lagi siau wan segera berseru .

   "Nona, apa gunanya kita menunggu terus disini? Toh mereka tak akan munculkan diri secara sukarela, lebih baik kita lakukan pemeriksaan kedalam "

   Dengan wajah serius Beng Gi ciu termenung berapa saat lamanya, kemudian ia berkata .

   "Ya a, nampaknya kita terpaksa harus berbuat begitu, tapi ingat, kau tak boleh bergerak secara sembarangan, mengerti?"

   "Mengerti"

   Sahut Siau wan cepat.

   "Tak usah kuatir nona, aku akan menuruti semua perkataanmu."

   Beng Gi ciu segera melompat keluar dari tempat persembunyiannya dan bergerak menuju kearah bangunan kuil, kali ini dia tak berusaha menyembunyikan jejaknya lagi, tapi langsung menuju keruangan dimana Hian thian totiang berdiam.

   Didepan kamar ketua kuil merupakan sebuah halaman kecil dengan aneka macam bunga yang tumbuh indah, meski berada dalam kegelapan malam namun tidak mengurangi keindahannya .

   siau wan segera berbisik.

   "Coba lihat, pintar amat tosu itu menikmati hidupnya, panorama ditempat ini Nampak sangat indah dan menawan hati."

   Sementara pembicaraan berlangsung, mereka telah sampai didepan pintu ruangan.

   Ruangan itu terbagi menjadi tiga , dua diantaranya berada dalam keadaan gelap.

   sedangkan bilik yang berada dibagian tengah masih memancarkan cahaya lentera yang redup, Beng Gi ciu segera mendekati pintu ruang itu, diperhatikannya sejenak ruangan disekitar sana, kemudian baru mulai mengetuk.

   Tiada suara jawaban dari dalam ruangan.

   Beng Gi ciu menggertak gigi tiga kali ketukannya kali ini dilakukannya keras-keras.

   "siapa disitu?"

   Nona siau wan segera berbisik.

   "mereka tak bakal membukakan pintu untuk kita, lebih baik kita langsung menyusup kedalam."

   Baru saja Beng Gi ciu hendak menjawab terdengar dari dalam ruangan bergema suara teguran seseorang .

   "siapa diluar?"

   Menyusul kemudian pintu ruangan dibuka orang. Yang membuka pintu adalah seorang tosu berjenggot putih, namun orang itu bukan Hian thian totiang pribadi. setelah tertegun sejenak, Beng Gi ciu segera menegur .

   "Apakah Hian thian totiang tidak berdiam disini?"

   Tosu berjenggot putih itu kelihatan amat tercengang dan agak gelagapan, dia berkata .

   "si.siapakah kalian? Mengapa kamu berdua datang kemari ditengah malam buta begini..apakah kalian adalah.adalah kawanan perampok"

   Berbicara sampai disitu, dia sudah bermaksud untuk berteriak keras-keras memanggil rekan-rekannya .

   Tapi Beng Gi ciu telah bertindak cepat, tangannya segera bergerak cepat dan kelima tangannya disentilkan kedepan melepaskan desingan angin serangan yang langsung menotok jalan darah ditubuh si tosu tua tersebut.

   Tanpa disuruh siau wan memburu kedepan serta menahan tubuh sitosu tua tersebut agar tidak roboh ketanah, lalu menyeret tubuhnya kedalam kamar dan didudukkan diatas sebuah bangku.

   Beng Gi ciu yang menyusul ke dalam segera mengunci pintu ruangan rapat-rapat, kepada siau wan serunya .

   "Cepat kau geledah dua bilik lainnya."

   Siau wan menyahut dan menyusup masuk kedalam ke dua bilik lainnya, tak lama kemudian ia telah muncul kembali seraya berkata .

   "Nona, tiada seorangpun disitu."

   "Tak apa, akhirnya toh kita akan berhasil menemukan mereka semua,"

   Sahut Beng Gi ciu sambil tertawa dingin. Kemudian dia ayunkan jari tangannya kedepan, desingan angin tajam segera menyambar api lentera hingga padam, lentera tersebut seketika itujuga padam. Dengan rasa gembira siau wan maju kedepan, serunya .

   "Nona biar budak yang memeriksa orang ini."

   "Baik"

   Beng Gi ciu mengangguk.

   "tapi jangan sampai kau lukai dirinya."

   Siau wan mengangguk berulang kali, segera dia mengeluarkan sebuah pisau belati kemudian sambil diayunkan dihadapan tosu tua berjenggot putih itu katanya .

   "Bila ingin menyelamatkan nyawamu, berbicaralah secara terus terang, mengerti?"

   Jalan darah tosu itu tertotok hingga mulutnya tak mampu bebricara, badanpun tak dapat bergeraki hanya biji matanya saja yang berputar-putar panik, Kembali siau wan membentak dengan suara dalam .

   "Jangan kau anggap aku tak berani melukai dirimu, kalau amarahku meluap, akan kusayati tubuhmu lebih dulu, ingin kulihat apakah kau bersedia untuk berbicara atau tidak,"

   Kembali tosu tua itu memutar biji matanya dengan panic, namun tak sepatah kata pun yang diucapkan. Beng Gi ciu yang melihat kejadian ini segera tertawa geli, selanya .

   "siau wan, kalau jalan darahnya yang tertotok tidak kau bebaskan, bagaimana mungkin dia dapat berbicara?"

   Setelah ditegur, siau wan baru menyadari apa yang terjadi, dia sendiripun jadi kegelian sehingga tertawa cekikikan.

   sesudah termenung sambil berpikir sejenak, akhirnya dia menotok dulu jalan darah cian hong kiat di kedua belah bahu tosu tersebut, kemudian baru menepuk bebas ketiga buah jalan darah penting yang berada didada tosu tersebut.

   Dengan begitu kecuali sepasang tangannya tak mampu digunakan lagi, tosu tua itu dapat berbicara seperti orang normal.

   sesudah menghembuskan napas panjang dengan nada setengah merengek tosu tua itu berseru.

   "Lihiap berdua, ampunilah jiwaku ini?"

   "siapa namamu?"

   Tegur siau wan sambil tertawa dingin.

   "Pinto bernama Hian hoat, aku termasuk adik seperguruan Hian thian totiang, ketua kuil ini."

   Kembali siau wan mendengus.

   "Hmmm, nona kami tiada maksud untuk mencelakai jiwa mu, tapi sebagai timbal baliknya kau harus menjawab semua pertanyaan dari kami dengan sejujurnya, kalau tidak,hmmm, aku tak akan menjamin keselamatanmu itu"

   Hian hoat totiang mengiakan berulang kali, sahutnya .

   "Baik, aku akan menjawab, aku akan menjawab, asal tahu pasti akan kujawab dengan sejujurnya."

   "Bagus sekali, dimanakah Hian thian totiang suhengmu sekarang?"

   "Dia telah berangkat ke bukit Kun lun"

   Jawab tosu itu tanpa berpikir lagi. Beng Gi ciu menjadi melengak sesudah mendengar jawaban itu, segera timbrungnya .

   "Pergi kebukit Kun lun? Mau apa dia pergi kebukit Kun lun?"

   "Kuil kami masih terhitung cabang dari Kun lunpay, koancu kami mempunyai kewajiban mengunjungi bukit Kun lun satu kali setiap tiga tahun."

   "Kapan kembalinya?"

   Tanya Beng Gi ciu kemudian sambil menghela napas. Hian hoat totiang tertawa getir .

   "Paling cepat tiga bulan, paling lama setengah tahun, bila lihiap berdua bermaksud menantikan kedatangannya, aku rasa.."

   "Hmmm, kau pasti sedang berbohong"

   Bentak siau wan tiba-tiba.

   "tak mungkin ada kejadian yang begitu kebetulan di dunia ini sewaktu kami datang kemari senja tadi, dia masih berada dalam kuil, mana mungkin begitu malam tiba dia telah berangkat kebukit Kun lun?"

   Dengan wajah bersungguh-sungguh Hian hoat totiang berkata .

   "Apabila lihiap bersikeras mengatakan tak percaya, yaa apa boleh buat, tapi keputusan koancu kami untuk berkunjung kebukit Kun lun sudah lama sekali ditetapkan, jadi bukan kebetulan."

   "selama Hian thian totiang berkunjung ke Kun lun san, mungkin kaulah yang mewakilinya menjadi koancu kuil Hian thian koan ini?"

   Tanya Beng Gi ciu setelah termenung sejenak. sambil tertawa paksa, Hian hoat totiang manggut-manggut.

   "Ya a, memang begitulah, entah apa urusan apa lihiap berdua mengunjungi kuil kami ditengah malam buta begini."

   "Kemana perginya orang yang mengobati luka beracun digedung To leng thian tersebut?"

   Tiba-tiba Hian hoat totiang tertawa .

   "oooo..rupanya kedatangan lihiap berdua disebabkan persoalan ini."

   "Hey, apa yang kau tertawakan? Mengapa cepat katakan, mengapa gedung To leng thian sudah kosong? Kemana perginya orang itu?"

   "Ia sudah pergi meninggalkan kuil menjelang malam tadi, si tabib yang berambut putih itu telah pergi membawa pasiennya, dia bilang terpaksa harus pindah dari sini karena orang yang berziarah di kuil ini terlalu banyak sehingga ia sulit melakukan pengobatan disiang hari."

   "Kemana dia telah pergi?"

   Tanya Beng Gi ciu terkejut. Dengan kening berkerut Hian hoat tojin menyahut .

   "Aku dengar dia hendak pergi ke belakang bukit situ mencari gua, tapi tidak dijelaskan tempat yang sesungguhnya,"

   Walaupun demikian setelah menatap wajah Beng Gi ciu sekejap. dia meneruskan .

   "Dia bilang delapan hari kemudian akan datang kembali kesini, sebab waktu itu pasiennya sudah sembuh sama sekali dari pengaruh racunnya."

   "Hmmm, apa lagi pesannya?"

   Dengus si nona. Tosu itu segera menggeleng.

   "Tak ada pesan yang lain, hanya itu saja."

   Beng Gi ciu dibuat setengah percaya setengah tidak, untuk berapa saat lamanya dia menjadi kesulitan untuk mengambil keputusan. sementara itu siau wan telah memutar biji matanya berulang kali, lalu katanya .

   "Nona, percayakah kau dengan semua omongan setannya itu?"

   Beng Gi ciu berpikir sebentar, mendadak timbul sebuah akal dalam hatinya, sambil tersenyum ia segera berkata kepada siau wan .

   "Aku rasa dia tak bakal bohong, mari kita pergi saja."

   Siau wan masih ingin membantah, namun niatnya segera dicegah oleh Beng Gi ciu dengan kedipan matanya. Dengan cepat dayang itu memahami apa yang dimaksud majikannya sambil mendengus serunya .

   "Hmmm, malam ini terlalu keenakan untuk si tosu tua hidung kerbau ini."

   "Jangan kau ceritakan kepada siapa pun atas kejadian malam ini,"

   Ancam Beng Gi ciu dengan suara dalam.

   "

   Dengan jalan darah cian keng hiat yang tertotok, lebih baik kau sendiri yang mencari akal untuk membebaskannya."

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tidak menunggu sampai Hian hoat tojin sempat berbicara, gadis itu telah beranjak pergi meninggalkan ruangan tersebut diikuti siau wan dari belakang.

   Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh yang sempurna, mereka melompat keluar dari halaman lalu menyembunyikan diri di atas sebatang pohon yang besar.

   setelah menyembunyikan diri baik-Baik, mereka berdua segera menyingkap dedaunan yang rimbun dan mengintip kebawah.

   Tampak Hian hoat tojin muncul dari ruangannya dengan sempoyongan, begitu sampai di depan pintu segera teriaknya keraskeras memanggil rekan-rekannya yang lain.

   Lama kemudian baru kelihatan seorang tosu setengah umur yang masih mengantuk munculkan diri dihalaman tersebut, dengan kaget bercampur gugup dia berseru .

   "susiok, susiok, ada apa?"

   "Cepat cepat bebaskan jalan darah cian keng hiat ku yang tertotok"

   Seru Hian hoat tojin dengan gelisah.

   Tosu setengah umut itu kelihatan terkejut , seakan-akan saat itu baru mengetahui kalau sepasang lengan Hian hoat tojin terkulai lemas kebawah dan tak bisa bergerak.

   Dengan gerakan cepat dia menepuk bebas jalan darah Hian hoat tojin yang tertotok itu, kemudian tanyanya dengan perasaan terkejut, bercampur keheranan.

   "susiok, sebenarnya apa.apa yang telah terjadi?"

   Hian hoat tojin menghela napas panjang .

   "Aaaaai sebetulnya sicu berambut putih dan anak muda yang keracunan itu berada dimana?"

   Setelah agak tergagap tosu setengah umur itu menjawab.

   "Aku dengar mereka sudah pergi ke belakang gunung untuk mencari gua yang sepi, tapi tidak diketahui gua yang manakah mereka berada."

   Kembali Hian hoat tojin menghela napas.

   "Ingat baik-Baik, bila menjumpai persoalan semacam ini lagi dikemudian hari, jangan sekali-kali mereka ditampung."

   "Kee.. kenapa?"

   "Tak usah banyak bertanya lagi tukas Hian hoat tojin marah, pokoknya ingat saja pesanku ini, gara-gara peristiwa tersebut, hampir saja selembar jiwaku turut melayang."

   Tosu setengah umur itu mengiaka berulang kali dan tak berani bertanya lebih jauh. Hian hoat tojin segera mengulapkan tangannya berulang kali seraya berkata .

   "sudah, disini tak ada urusan lagi, cepat mundur dari sini"

   Tosu setengah umur itu mengiakan dan segera mengundurkan diri dari situ sementara Hian hoat tojin pun balik kembali kedalam ruangan.

   suasana di dalam kuil Hian thian koan pun segera pulih kembali dalam keheningan yang luar biasa.

   sementara itu siau wan yang telah memutar sepasang biji matanya sambil mengawasi Beng Gi ciu.

   Beng Gi ciu sendiripun sedang terjerumus dalam lamunan yang dalam, sebab berdasarkan yang terbentang didepan mata saat itu, sudah jelas semua tindak tanduk Hian hoat tojin bukan sengaja dibuat-buat tapi memang begitulah kenyataannya.

   Melihat majikannya hanya tercengang saja, tak tahan siau wan segera menegur .

   "Nona, kawasan dibela kang bukit situ tak terlalu luas, mari kita pergi melakukan pencarian, siapa tahu kita akan berhasil menemukannya?"

   Tapi Beng Gi ciu segera menggeleng .

   "Tidak Lebih baik kita menunggu sebentar lagi."

   Nona kata siau wan sambil berkerut kening.

   "kelihatannya apa yang diucapkan tosu itu benar, apa lagi yang kau sangsikan? Lebih baik kita segera."

   "Aku mencurigai suara jerit kesakitan yang memilukan hati tadi"

   Kata si nona dengan suara dalam. Bersambung

   Jilid 33

   Jilid 33

   "oya betul, dengan jelas kita memang mendengar suara jerit kesakitan yang memilukan hati, tapi.."

   Setelah memutar biji matanya, kembali dia melanjutkan.

   "Kedengarannya suara itu berasal dari suatu tempat yang jauh sekali, mungkin juga bukan berasal dari kuil ini."

   Beng Gi Ciu segera mendengus .

   "Kecuali kuil tokoan ini, di bukit Wang hu san sudah tiada rumah penduduk yang lain, juga tak ada bangunan kuil yang lain, dari mana suara tersebut bisa berasal kalau bukan dari sini?"

   "Yaa, perkataan nona memang benar,"

   Siau wan manggutmanggut, akan tetapi Setelah berpikir sejenak, Beng Gi Ciu berkata .

   "Lebih baik kita menunggu sebentar lagi, coba kita lihat apakah suara tadi akan berkumandang lagi?"

   Mereka berdua pun melanjutkan usahanya bersembunyi diatas pohon, tapi tunggu punya tunggu hingga mendekati kentongan keempat pun sama sekali tak kedengaran lagi suara tadi.

   "Mari kita pergi"

   Ajak Beng Gi ciu kemudian.

   Mereka berdua segera bangkit berdiri dan berjalan meninggalkan bangunan kuil tersebut.

   Disaat mereka berdua sedang meluncur keluar bangunan kuil inilah, mendadak tampak ada dua sosok bayangan kuning, bagaikan burung elang saja langsung melayang turun diruang depan.

   Beng Gi ciu menghentikan langkahnya dan bersama siau wan menyembunyikan diri dibalik pepohonan.

   Mereka mencoba untuk pasang telinga, akan tetapi tak kedengaran sedikit suara pun, dengan suara dalamBeng Gi ciu segera berkata .

   "Tampaknya ilmu meringankan tubuh yang dimiliki kedua orang tersebut cukup tangguh, mereka bisa terhitung jagoan kelas satu dalam dunia persilatan, tapi siapakah mereka?"

   "Mungkin Hian thian loto telah pulang kembali?"

   "Tak mungkin, setiap tosu penghuni kuil ini mengenakan jubah berwarna abu-abu, tak mungkin mereka ganti baju kuning dalam waktu singkat, selain itu menurut pendapatku, jangan lagi si Hian thian tosu si tosu tua itu, sekalipun gurunya Hian thian tosu masih hiduppun, rasanya mereka tak akan memiliki kepandaian sehebat ini."

   "jadi kalau begitu mereka bukan anggota kuil ini?"

   "Ya a, sudah pasti bukan"

   Sementara mereka masih berbicara, terdengar suara ujung baju yang terhembus angin bergema memecahkan keheningan, lalu tampak dua sosok bayangan kuning berkelebat lewat dari sisi kiri, lebih kurang tiga kaki dari tempat persembunyian mereka.

   Gerakan tubuh orang itu sangat enteng dan cekatan, biarpun sedang melintasi atap rumah, namun nyatanya seperti berjalan ditanah datar saja.

   Tanpa terasa Beng Gi ciu serta siau wan dibuat tertegun kembali, kali ini mereka dapat melihat dengan jelas, ternyata mereka adalah dua orang pendeta.

   siau wan segera berbisik sambil tertawa geli .

   "Aneh betul kedua orang hwesio tua itu, mau apa mereka mendatangi kuil para tosu ditengah malam buta begini?"

   "Mari kita ikuti mereka"

   Bisik Beng Gi ciu.

   Dengan gerakan tubuh yang sangat ringan, dia segera menguntit dibelakang kedua orang pendeta tua itu, selisih jarak mereka kirakira sepuluh kaki lebih.

   sementara itu kedua orang pendeta tua tadi telah berputar satu lingkaran mengelilingi bangunan kuil itu, kemudian meluncur keluar dari sana, dengan kesempurnaan ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Beng Gi ciu serta siau wan, ternyata perbuatan mereka berdua sama sekali tidak disadari oleh kedua orang pendeta tersebut.

   sementara itu, meski kedua orang pendeta tua sudah meninggalkan komplek kuil tersebut, ternyata mereka tidak pergi jauh, kembali kedua orang itu mengelilingi pagar kuil satu kali dan akhirnya berhenti didepan pintu gerbang.

   Beng Gi ciu dan siau wan segera bersembunyi dibelakang sebatang pohon, jaraknya dengan pintu gerbang ternyata hanya tujuh delapan kaki.

   Dengan menggunakan ilmu menyampaikan suaranya siau wan segera bertanya .

   "Nona, tahukah kau apa yang sebenarnya telah terjadi?"

   Dengan menggunakan ilmu menyampaikan suara pula Beng Gi ciu menjawab .

   "Jelas sudah keadaannya sekarang, jelas kedua orang pendeta tua itu pun sedang melakukan penyelidikan atas kuil Hian thian koan ini."

   "Tapi mengapa mereka keluar lagi dari dalam kuil tersebut bahkan malah berniat mengetuk pintu segala?"

   Baru saja Beng Gi ciu hendak menjawab, mendadak tampak salah satu diantara kedua orang pendeta itu membalikkan badannya, kemudian setelah melirik sekejap kearah tempat persembunyian Beng Gi ciu serta siau wan, ia membentak keras .

   "siapa disitu?"

   Tampak bayangan kuning berkelebat lewat, tahu-tahu ia sudah berada didepan pohon tersebut. Dengan cepat Beng Gi ciu munculkan diri dari tempat persembunyiannya, sambil tertawa dingin ia berseru .

   "Lo suhu tajam amat pendengaranmu."

   "omitohud."

   Paras muka pendeta tua itu tetap dingin tanpa perubahan emosi.

   "boleh aku tahu siapakah lisicu berdua dan ada urusan apa melakukan penyelidikan di saat tengah malam buta begini?"

   "Kau anggap berhak untuk mengetahui soal ini?"

   Seru siau wan cepat. Dalam pada itu, pendeta tua yang satu nya telah melayang datang kesana, mendengar perkataan tersebut, dia segera membentak .

   "Besar amat nyalimu, berani bersikap kurangajar terhadap kami?"

   Sebenarnya Beng Gi ciu hendak menegur siau wan, tapi setelah mendengar perkataan dari pendeta tua itu, tanpa terasa dia berkerut kening dan balas membentak .

   "Nyalimu pun cukup besar, berani sekali berbicara sekasar ini terhadap kami?"

   Pendeta tua itu makin naik darah, katanya .

   "Hayo cepat katakan asal usul serta identitas kalian yang sebenarnya"

   "Kalau kami enggan bicara?"

   Jengek Beng Gi ciu hambar. Pendeta tua itu Nampak agak tertegun, agaknya ia tak menyangka kalau lawannya akan menjawab seperti itu, amarahnya makin berkobar, segera serunya keras-keras .

   "Hmmm, kecuali kalian sudah bosan hidup."

   "Ya a, mungkin saja kami sudah bosan hidup, tapi adakah orang yang mampu membunuh diriku?"

   "Budak ingusan Kau terlalu jumawa, tampaknya aku perlu memberi sedikit pengajaran kepadamu"

   Sepasang tangannya segera direntangkan, tampak bajunya menggelembung besar dengan cepatnya, sementara jalan darah tay yang hiat dikedua belah keningnya Nampak menonjol keluar. Beng Gi ciu tertawa dingin, pelan-pelan dia maju kemuka, lalu jengeknya .

   "Kau ingin berkelahi?"

   "Ya a, kecuali kau bersedia menjawab seluruh pertanyaanku sejujurnya."

   "Hmmm, kalau memang ingin berkelahi, mari kita berkelahi, rasanya nonamu tak akan menundukkan kepala dihadapanmu",jengek Beng Gi ciu dengan suara sedingin es.

   "Kurang ajar"

   Pendeta tua itu makin gusar.

   "Nampaknya tabiatmu makin lama makin menjadi, hati-hati dengan seranganku ini"

   Tangan kanannya segera diputar, kemudian melepaskan sebuah pukulan dahsyat kedepan.

   Beng Gi ciu segera mengebaskan sepasang ujung bajunya kedepan tiba-tiba saja berkelebat lewat selapis cahaya emas yang amat menyilaukan mata, langsung menyongsong datangnya serangan dari pendeta tua itu.

   Pendeta tua lainnya yang menontonjalannya pertarungan itu menjadi terperanjat sekali, mendadak dia melejit ke udara sambil berteriak keras .

   "sute, cepat mundur"

   Ditengah bentakan tersebut, tubuhnya yang masih berada diudara segera menyambar tubuh pendeta tua rekannya dan menariknya hingga mundur sejauh tiga kaki lebih dari posisi semula.

   Tentu saja perbuatan ini membuat si pendeta tua tersebut jadi tertegun dantakhabis mengerti.

   Menanti tubuh mereka telah melayang turun ketanah, ia baru bersuara dengan nada gelisah.

   "Ciangbun suheng, apa-apan kau ini?"

   Pendeta tua yang disebut sebagai ciangbunjin itu tidak segera menjawab pertanyaan tersebut, dia mengulapkan tangannya, kemudian berjalan menghampiri Beng Gi ciu.

   sementara itu Beng Gi ciu telah menarik kembali serangannya dan tertawa dingin tiada hentinya.

   Dengan langkah lebar, pendeta tua itu berjalan mendekat, kemudian sambil merangkap sepasang tangannya didepan dada untuk memberi hormat, katanya .

   "Boleh aku tahu siapa nama li sicu?"

   "Mengapa kau tidak melapor dulu namamu?"

   Sahut Beng Gi ciu dengan suara sedingin salju. Pendeta tua itu manggut-manggut, katanya .

   "Aku Phu sian, saat ini menjabat sebagai ketua dari siau lim pay"

   Kemudian sambil menunjuk ke arah pendeta tua lainnya yang sedang berjalan mendekat, katanya .

   "sedang dia adalah Hwee cuncu, satu diantara lima rasul panca unsur partai kami, juga masih terhitung adik seperguruanku."

   Mengetahui siapa yang sedang dihadapannya, Beng Gi ciu merasa amat terkejut, sebab walaupun ia sudah mengetahui kalau ilmu silat yang dimiliki kedua orang pendeta tua itu sangat lihai, namun dia sama sekali tak menyangka kalau orang tua itu adalah ketua siau limpa y, pemimpin dari tujuh partai besar lainnya.

   Maka setelah tersenyum, ia berkata .

   "Maaf, maaf, siauli adalah Beng Gi ciu, sedang dia adalah budakku siau wan."

   Phu sian sanjin segera merasakan semangatnya berkobar kembali, dengan cepat katanya .

   "Maafkan kelancanganku untuk bertanya, benarkah ilmu yang Beng li sicu perlihatkan tadi merupakan kepandaian dari tiga dewa see gwa sam sian?"

   Beng Gi ciu tertawa hambar, segera tukasnya .

   "Losiansu memang hebat sekali pengetahuannya, betul ilmu tersebut memang Kim ka sinkang"

   "Kalau begitu Beng siocia adalah keturunan dari Kim ka sian? "

   "Benar"

   Gadis itu mengangguk. Phu sian sangjin menjadi sangat kegirangan, segera serunya .

   "Benar-benar sangat kebetulan, tak disangka kami akan bersua dengan Beng lisicu ditempat ini.Dalam seratus tahun terakhir ini setiap umat persilatan boleh dibilang menyangjung serta menghormati kehebatan tiga dewa, namun sayang belum pernah melihat keturunan dari tiga dewa terjun kembali kedalam dunia persilatan.

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"

   Kemudian sambil berpaling kearah Hwee cuncu serunya lagi .

   "sute, hayo cepat minta maaf kepada Beng Li sicu"

   Terpaksa Hwee cuncu maju memberi hormat, katanya .

   "Maaf atas kelancanganku tadi"

   Cepat-cepat Beng Gi ciu balas memberi hormat, katanya kemudian .

   "Lo siansu terlalu sungkan, padahal siauli sendiripun telah berbuat kesalahan yang sama"

   Phu sian sangjin berkata setelah termenung sebentar.

   "Kemunculan Beng lisicu secara tiba-tiba dalam dunia persilatan tentunya disebabkan karena ada urusan besar bukan?"

   Beng Gi ciu tersenyum.

   "sejak kecil siauli berdiam dipulau Bong lay to, ilmu silat yang berhasil kupelajari juga hanya ilmu kucing kaki tiga, sebetulnya aku hanya bermaksud menambah pengetahuan serta mencari pengalaman didalam dunia persilatan, sekalian mencari kedua orang empekku yaitu empek Thian serta empek oh yang sudah setahun meninggalkan pulau Bong lay to, siapa tahu situasi yang kuhadapi sekarang nampaknya telah berubah menjadi amat rumit dan kacau."

   "Apakah empek Thian dan empek oh yang Beng li sicu maksudkan adalah keturunan dari Bu khek sian serta Thin lui sian?"

   Beng Gi ciu mengangguk.

   "Benar, mereka masih setingkat berada diatasku, oleh sebab itu aku memanggil empek kepada mereka."

   Kemudian setelah memutar biji matanya, dia berkata lagi .

   "Hingga saat ini jejak kedua orang empek ku belum berhasil kutemukan, tapi kujumpai kemunculan kembali partai kupu-kupu di dalam dunia persilatan, oleh sebab itu."

   Mendadak ia menghentikan perkataannya dan tidak melanjutkan kembali.

   "omitohud"

   Phu sian sangjin segera berseru memuji keagungan sang Buddha.

   "apakah Beng li sicu sudah mengetahui semua peristiwa yang terjadi dalam dunia persilatan belakangan ini?"

   Beng Gi ciu menggeleng.

   "Kami berdua belum lama meninggalkan pulau Bong lay to, jadi tidak banyak pula yang kami ketahui tentang persoalan dunia persilatan."

   Phu sian sangjin memandang sekejap kuil Hian thian koan yang sepi itu, lalu setelah berpikir sebentar, katanya .

   "Beng li sicu adalah keturunan dari tiga dewa, sudah sepantasnya bila kubeberkan keadaan yang sebenarnya."

   Maka secara ringkas dia menceritakan kemunculan kedele maut didalam dunia persilatan, bagaimana Kho Beng datang memberi kabar, bagaimana Bok cuncu membuat perjanjian kerja sama dengan Kho Yang ciu dan sebagainya Beng Gi ciu mendengarkan semua penuturan tersebut dengan asyik, menanti Phu sian sangjin telah menyelesaikan perkataannya, dia baru berkata .

   "Apakah losiancu telah memohon bantuan dari jago-jago partai lainnya untuk bersama-sama melacaki sarang dewi In Un?"

   "Tentu saja"

   Jawab Phu sian sangjin cepat.

   "Aku telah mengirim surat pemberitahuan keseluruh perguruan besar, aku yakin pelbagai perguruan besar telah mengirim jagojagonya yang lihai untuk mulai bekerja."

   Beng Gi ciu sebera tertawa getir.

   "Menurut apa yang kuketahui, sarang Dewi In Un terletak dipuncak bukit Cian san dan yang lebih penting lagi adalah ketua partai kupu-kupu yang sekarang Ui sik kong sudah tiba dibukit Cian san."

   "Ehmmm, tentang hal ini aku pun sudah mendapat kabar,"

   Phu sian sangjin segera mengangguk.

   "Tajam benar pendengaran losiansu,"

   Puji Beng Gi ciu sambil tertawa.

   "lantas apa rencana siansu untuk menanggulangi masalah ini?"

   "Masalah tersebut betul-betul amat rumit dan membingungkan hati, tempo dulu entah siapa yang telah dipergunakan Dewi In Un untuk menyamar sebagai Bu wi lojin hingga membangkitkan amarah umat persilatan dan terjadi peristiwa berdarah diperkampungan hui im ceng. Akibat peristiwa itu, Kho Beng kakak beradik berhasil lolos dari musibah, selanjutnya Kho Yang ciu dengan kedele mautnya melakukan pembantaian secara besar-besaran terhadap umat persilatan, kejadian ini dengan cepat menjalinkan permusuhan yang amat mendalam antara Kho Yang ciu dengan segenap umat persilatan, dalam suasana itulah rupanya partai kupu-kupu memanfaatkan kesempatan untuk menancapkan kakinya didaratan Tionggoan."

   "Nah coba bayangkan sendiri, bukankah persoalannya menjadi bertambah kalut dan membingungkan."

   Beng Gi ciu mengangguk.

   "Ya a, situasi memang sangat kalut, tapi..ada urusan apa lo siansU datang kemari?"

   "omitohud, setelah aku mendapat laporan dari Bok cuncu yang mengatakan bahwa Dewi In Un sering munculkan diri disekitar bukit Cian san, maka aku merasa perlu untuk melakukan penyelidikan sendiri dengan harapan persoalan diperkampungan Hui im ceng tempo dulu bisa diselidiki hingga tuntas, dengan demikian perselisihan kami dengan dua bersaudara Kho pun bisa mendapat penyelesaian secepatnya."

   Beng Gi ciu tertawa hambar.

   "Kini pusat kekuatan partai kupu-kupu telah dialihkan kebukit Cian can, aku lihat perselisihan antara dua bersaudara Kho dengan umat persilatan pun telah berubah menjadi masalah kedua"

   Dengan wajah serius Phu sian sangjin manggut-manggut.

   "Akupun sudah berpikir bahwa masalah penting yang kita hadapi sekarang adalah masalah kehadiran Partai kupu-kupu, andaikata Dewi In Un tidak menyuruh orang menyamar sebagai Bu wi lojin, tak mungkin akan terjadi peristiwa berdarah di perkampungan Hui im ceng. Karenanya akupun mengambil suatu kesimpulan asal masalah Partai kupu-kupu sudah terselesaikan secara otomatis masalah dua bersaudara Kho pun akan terselesaikan dengan sendirinya. Tapi Kho Yang ciu terlalu banyak membunuh orang, rasa dendam yang menumpuk susah rasanya untuk dihapus dengan begitu saja, sedangkan Partai kupu-kupu jelas mempunyai niat jahat terhadap umat persilatan, besar kemungkinan akan terjadi lagi suatu peristiwa besar didalam dunia persilatan."

   "Aku dengar perkampungan Hui im ceng pun telah diporakporandakan hingga hancur tak karuan, darah bercucuran dimana-mana dan mayat bertumpuk membukit, tujuh puluh lembar jiwa keluarga Kho telah kalian bantai sampai ludas?"

   "omitohud..aku merasa amat menyesal dengan peristiwa ini, tapi.aku tetap berpendapat bahwa bencana besar yang kita hadapi sekarang berasal dari Partai kupu-kupu?"

   Kemudian setelah memandang sekejap kearah Beng Gi ciu, kembali dia berkata .

   "Pada seabad berselang, tiga dewa telah membunuh ketua Partai kupu-kupu dibawah tebing hati duka dan sekarang Partai kupu-kupu telah muncul kembali dalam dunia persilatan, aku lihat tujuan mereka yang pertama mungkin hendak membalas dendam atas sakit hati itu."

   Beng Gi ciu tertawa hambar.

   "Persoalan ini memang sudah berada dalam dugaan, tapi ada satu hal yang justru membingungkan hatiku?"

   "Persoalan apa?"

   "Setiap orang persilatan tahu kalau tiga dewa See gwa sam sian berdiam di pulau Bong lay to, andaikata tujuan Partai kupu-kupu hanya untuk membalas dendam atas sakit hatinya pada seabad berselang sudah pasti mereka akan langsung menuju kepulau Bong lay to, mengapa mereka tidak berbuat demikian sebaliknya malah langsung memasuki daratan Tionggoan?"

   Phu sian sangjin dibikin tergagap oleh perkataan tersebut.

   "soal ini.soal ini."

   Sambil tersenyum Beng Gi ciu melanjutkan kembali kata-katanya .

   "Dalam hal ini mungkin saja ada dua penyebabnya, kesatu, mereka hendak merebut kembali kitab pusaka Thian goan bu boh yang telah hilang sejak seabad berselang, kedua, mereka hendak membantai umat persilatan, menaklukan setiap partai dengan kekerasan agar bisa menjadikan dirinya sebagai pemimpin tertinggi dunia persilatan."

   Merah jengah selembar wajah Phu sian sangjin, katanya kemudian setelah menghela napas.

   "Perkataan Beng li sicu memang benar, tapi aku rasa mereka pun tak akan melupakan dendam sakit hatinya dengan tiga dewa see Gwa sam sian."

   "Tapi aku yakin masalah itu masih masalah kedua setelah usahanya menguasai seluruh dunia persilatan berhasil seratus tahun berselang, Partai kupu-kupu pernah melakukan pembantaian berdarah terhadap umat persilatan, walaupun akhirnya ketua mereka tewas ditangan tiga dewa, tapi seratus tahun kemudian ternyata mereka muncul kembali didalam dunia persilatan.sudah pasti kekuatan mereka saat inijauh lebih tangguh, ini berarti badai berdarah tak bisa dihindari lagi oleh umat persilatan. Walau pun demikian, asal tujuh partai besar serta segenap umat persilatan dari empat arah delapan penjuru mau bersatu padu dan memberikan perlawanan secara bersama-sama, aku rasa siapa menang siapa kalah masih susah ditentukan mulai sekarang.

   "

   "siauli sekalian pun pasti tak akan berpeluk tangan belaka,"

   Kata Beng Gi ciu sambil tertawa.

   "atau tegasnya saja maksud siauli mencari empek Thian dan empek oh pun tak lain bermaksud hendak mengajak mereka merundingkan bersama cara untuk menanggulangi serbuan Partai kupu-kupu."

   Phu sian sangjin menjadi amat girang, katanya cepat .

   "Asal keturunan dari tiga dewa bersedia membantu, sudah pasti usaha kami untuk menumpas kaum iblis tersebut akan berhasil dengan sukses, apakah Beng li sicu akan berhasil menemukan Thian tayhiap dan oh tayhiap."

   Belum Beng Gi ciu menggeleng. setelah berhenti sejenak. dia mengalihkan pokok pembicaraan ke soal lain, katanya .

   "sebelum itu, ingin sekali siauli mendengar pendapat lo siansu tentang dua bersaudara Kho?"

   "seharusnya musuh besar dua bersaudara Kho yang sebetulnya adalah Dewi In Un yang melakukan pengacauan dari tengah, andaikata beruntung Partai kupu-kupu dibasmi, maka asal mereka tidak ingin membuat perhitungan dengan umat persilatan, aku rasa sanak keluarga umat persilatan yang tewas ditangan dua bersaudara Kho pun tak akan mempersoalkan peristiwa itu lagi dan perselisihan dengan begitu saja."

   Sambil tertawa Beng Gi ciu manggut-manggut, katanya .

   "Pandangan losiansu memang cukup adil, lantas apa sebabnya kau melakukan pemeriksaan atas kuil Hian thian koan ini?"

   Kembali paras muka Phu sian sangjin berubah menjadi semu merah.

   "Tampaknya Beng li sicu telah mengetahui jejakku sedari tadi?"

   "Yaa, sejak masih berada didalam kuil."

   "Kalau begitu Beng li sicu pun sedang melakukan penyelidikan atas kuil Hian thian koan ini?"

   Tanya Phu sian sangjin tercengang. Beng Gi ciu manggut-manggut.

   "Tapi siauli ingin mengetahui lebih dulu apa sebabnya lo siansu melakukan penyelidikan atas kuil Hian thian koan ini?"

   "Dalam perjalanan melalui tempat ini tadi, aku seperti mendengar ada suara perempuan yang menjerit kesakitan, suara yang memilukan hati itu berasal dari dalam kuil, karena curiga maka akupun melakukan pemeriksaan disekitar tempat ini"

   "Yaa, siauli pun sempat mendengar jeritan kesakitan itu, tapi yang membuat aku bertekad melakukan penyelidikan dalam kuil Hian thian koan ini adalah sebab yang lain."

   "Boleh aku tahu apa sebabnya?"

   Buru-buru Phu sian sangjin bertanya. Agak memerah paras muka Beng Gi ciu.

   "sebenarnya Kho Beng sedang merawat luka beracunnya dalam kuil ini, tapi.."

   Tiba-tiba ia menghembuskan napas panjang dan menghentikan perkataannya.

   Phu sian sangjin menjadi agak tertegun dan tak habis mengerti, dia tak mengira Beng Gi ciu yang baru terjun kedunia persilatan ternyata dapat menjalin hubungan dengan Kho Beng, lebih-lebih tak menyangka kalau Kho Beng bakal merawat lukanya didalam kuil Hian thian koan ini.

   Agaknya Beng Gi ciu sendiripun mengerti bahwa persoalan ini tak mungkin bisa dijelaskan hanya dengan dua tiga patah kata saja.

   Maka secara ringkas dia pun bercerita tentang bagaimana perkenalannya dengan Kho Beng, tentu saja banyak persoalan diantaranya yang sengaja ditutupi.

   "omitohud."

   Phu sian sangjin berseru memuji keagungan sang Buddha.

   "Rupanya begitu, tapi aku menemukan ada dua halyang mencurigakan."

   "Dalam hal yang mana lo siansu menaruh curiga?"

   Buru-buru Beng Gi ciu bertanya.

   "Kesatu, aku mengetahui dengan pasti kuil Hian thian koan bukan termasuk pengawasan partai Kun lun, ini berarti ucapan Hian hoat tojin jelas berbohong dan tak ada kebenarannya. Kedua, sisetan tua dari Lamciang adalah seorang manusia munafik yang jahat, keji dan licik sekali, aku cukup memahami watak orang tersebut, jadi mustahil kalau dia mengobati luka Kho Beng hanya dikarenakan kemaruk akan harta."

   "sungguhkah perkataan lo siansu ini?"

   Tanya Beng Gi ciu sangat terkejut.

   "omitohud, apakah Beng li sicu menganggap aku punya kepentingan untuk berbohong?"

   Siau wan yang berada disisinya cepat menimbrung.

   "Nona, cepat kita tangkap Hian hoat tosu tua itu dan menyiksanya agar mengaku, siapa tahu Kho kongcu sudah mereka celakai"

   Phu sian sangjin termenung dan berpikir sebentar, kemudian katanya .

   "Barusan aku telah melakukan pemeriksaan disekeliling bangunan kuil ini, sepintas lalu tampaknya tiada sesuatu yang tak beres dengan tempat ini, baru saja aku hendak mengetuk pintu untuk melakukan pemeriksaan kedalam, saat itulah kujumpai kehadiran Beng li sicu disini. Nah Beng Li sicu, apakah kau berhasil menjumpai sesuatu yang mencurigakan?"

   "Apapun tak berhasil kutemukan,"

   "kalau tidak. masak kami akan tinggalkan tempat ini dengan begitu saja?"

   "Waaah.kalau begitu Kho Beng sudah terjebak dalam keadaan yang sangat berbahaya."

   Kata Phu sian sangjin kemudian dengan suara berat. Beng Gi ciu menggertak gigi kencang-kencang.

   "seandainya sampai terjadi keadaan demikian, aku bersumpah akan meratakan kuil Hian thian koan ini dengan tanah"

   Dengan cepat Phu sian sangjin menggeleng kepalanya berulang kali, ia berkata .

   "Aku minta Beng li sicu jangan kelewat emosi, yang terpenting buat kita sekarang adalah bagaimana cara menyelamatkan Kho Beng dari ancaman bahaya."

   Beng Gi ciu agak tertegun, serunya .

   "Menurut yang kuketahui, antara losiansu dengan Kho Beng masih terikat permusuhan yang mendalam, apa sebabnya.."

   "Beng lisicu dapat berkata demikian karena kau belum memahami jalan pemikiranku,"

   Kata Phu sian sangjin sambil menggoyangkan tangannya berulang kali.

   "padahal yang menjadi tujuan utama dari perjuanganku ini tak lain adalah mencari ketenangan dan kedamaian bagi umat persilatan, jadi bagiku tiada hubungan dendam atau sakit hati dengan siapa saja. Tatkala terjadi peristiwa berdarah diperkampungan Hui im ceng belasan tahun berselang, akupun telah berusaha untuk mencegahnya, sayang aku tak berhasil mengatasi kemarahan umat persilatan akhirnya terjadilah peristiwa yang amat mengenaskan itu."

   Kemudian setelah menghembuskan napas panjang, pelan-pelan dia berkata lagi .

   "Menurut hasil pengamatanku sendiri maupun apa yang kudengar dari pemberitaan, dapat kutarik kesimpulan bahwa Kho sicu sesungguhnya adalah seorang sauhiap yang patut dihormati dan dikagumi, malah banyak hal didalam usaha untuk menumpas kaum iblis tersebut kita masih membutuhkan bantuannya, oleh sebab itu sudah sepantasnya bila aku berusaha memberi pertolongan dengan sekuat tenaga"

   Beng Gi ciu tertawa gembira.

   "Dengan pengalaman lo siansu yang begitu luas serta pengetahuanmu yang amat banyak, sudah pasti banyak bermanfaat bagi usahaku menolong Kho Beng, kalau begitu aku ucapkan banyak terima kasih atas kehadiran lo siansu ini."

   "Aaaah, ini kan sudah menjadi kewajibanku"

   Kepada Hwee cuncu segera serunya .

   "sute, cepat maju dan menggedor pintu"

   Hwee cuncu mengiakan dengan langkah lebar dia berjalan menuju kedepan pintu gerbang kuil Hian thian koan lalu menggedornya keras-keras.

   Gedoran itu dilakukan dengan kekuatan besar sehingga menimbulkan suara yang nyaring sekali, ditengah keheningan malam yang mencekam, hampir boleh dibilang seluruh kuil dapat mendengar suara itu.

   Tak lama kemudian terdengar suara langkah manusia berkumandang datang, disusul pintu gerbang pun terbuka lebar, seorang tosu setengah umur dengan pandangan terkejut bercampur keheranan mengawasi Phu sian sangjin dan Beng Gi ciu sekalian berempat sekejap.

   lalu katanya .

   "Ditengah malam buta begini, ka. kalian ada urusan apa datang kemari?"

   Hey tosu tua dengan suara yang amat nyaring bagaikan genta, Hwee cuncu berseru .

   "Pentang sepasang matamu lebar-lebar, coba lihat siapakah diri kami ini?"

   Walaupun dia termasuk seorang pendeta tua yang telah mempunyai hasil latihan selama puluhan tahun dalam agama Buddha, namun sifat berangasannya tak hilang barang sedikitpun, baik dalam tingkah laku maupun dalam pembicaraan dia selalu bersikap kasar.

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Itulah sebabnya julukan Hwee cuncu atau rasul api memang cocok sekali dengan keadaannya.

   sambil tertawa paksa tosu setengah umur itu menjawab .

   "Aku tak ambil perduli siapakah kalian, paling tidak kalian toh tidak seharusnya datang mengacau kuil kami ditengah malam buta begini."

   "Mengacau?"

   Bentak Hwee cuncu semakin gusar.

   "perkataan tersebut sangat tidak pantas kau pergunakan bagi kami, yang benar kami datang untuk melakukan penggeledahan, mengerti? Hmmm kami adalah rombongan dari siau lim pay, aku dikenal orang sebagai Hwee cuncu"

   Lalu sambil menunding kebelakang, kembali katanya .

   "Dan dia adalah ketua dari partai kami, Phu sian sangjin "

   "Aaaaah.."

   Dengan wajah berubah hebat tosu setengah umur itu berseru tertahan, buru-buru ia memberi hormat sambil katanya.

   "Tak disangka ada tamu agung yang datang berkunjung, maafkan kelancangan pinto."

   Phu sian sangjin segera melangkah maju mencegah Hwee cuncu bertindak lebih jauh, kemudian tegurnya .

   "Apakah koancu kalian ada didalam kuil?"

   "Tidak ada"

   Jawab tosu itu agak tergagap. Mendadak Hian hoat tojin munculkan diri dengan langkah lebar, sambil memberi hormat ia segera menyapa .

   "Benar-benar menjadi kehormatan buat kami untuk menerima kunjungan dari anda sekalian, silahkan masuk kedalam ruangan untuk minum teh."

   Lalu setelah memandang sekejap kearah Beng Gi ciu serta siau wan, sambil tertawa paksa .

   "silahkan lisicu berdua masuk pula kedalam"

   Beng Gi ciu tertawa dingin, ia sama sekali tak berbicara.

   Walaupun Hian hoat tojin telah mempersilahkan tamunya untuk masuk.

   ternyata Phu sian sangjin sama sekali tidak menggeserkan langkahnya, dia masih tetap berdiri ditempat semula.

   Tentu saja Hian hoat tojin menjadi tersipu-sipu dibuatnya, sambil tertawa paksa segera katanya lagi .

   "Apakah lo siancu tidak bersedia untuk memasuki kuil kami?"

   "omitohud, boleh aku tahu gelar totiang?"

   "Pinto Hian hoat, untuk sementara waktu ini menjabat sebagai koancu kuil ini."

   "oooh dimanakah koancu kalian?"

   Tanya Phu sian sangjin lagi dengan suara dingin.

   "Dia telah pergi kebukit Kun lun,"

   Karena Dengan cepat Phu sian sangjin menukas .

   "Totiang tak usah melanjutkan perkataanmu itu, aku sudah mengetahui secara pasti kalau kuil kalian tidak termasuk aliran Kun lun pay, lebih baik undang saja koancu kalian untuk bertemu kami."

   Berubah hebat paras muka Hian hoat tojin setelah mendengar perkataan ini, katanya .

   "Apabila losiansu berkeras mengatakan demikian, pinto pun tak bisa membantah apa-apa, tapi kenyataannya koancu kami betulbetul tak berada didalam kuil hingga tak mungkin bagiku untuk mengundangnya keluar"

   Phu sian sangjin segera tertawa dingin .

   "Baiklah, kalau toh totiang bersikeras mengatakan demikian, terpaksa aku mesti berbuat kasar kepadamu."

   "Apa yang hendak lo siansu lakukan?"

   Tanya Hian hoat tojin sambil berusaha menenangkan hatinya.

   "Aku sebagai pemimpin dari tujuh partai besar terpaksa akan turunkan perintah untuk melakukan penggeledahan atas kuil Hian thian koan, apakah totiang bermaksud menghalangi perintahku ini?"

   "Aku tak berani, silahkan lo siansu melakukan penggeledahan"

   Buru-buru tosu itu berseru. Phu sian sangjin mengangguk, kepada Beng Gi ciu katanya kemudian.

   "Beng li sicu, mari ikut masuk kedalam kuil"

   Dengan langkah lebar dia sebera berjalan masuk kedalam ruangan kuil itu. Hian hoat tojin yang mengikuti dibelakang Phu sian sangjin sebera berkata lagi sambil tertawa paksa .

   "Murid-murid kuil kami sudah pada tidur,bagaimana kalau kubunyikan genta untuk membangunkan mereka serta menanti petunjuk dari losiansu?"

   "Tidak usah"

   Jawab Phu sian sangjin hambar. Lalu sambil berpaling kearah Beng Gi ciu tanyanya.

   "Dimanakah Kho sicu merawat luka beracunnya?"

   "Digedung To leng tiang, tapi sekarang sudah tak ada apaapanya lagi disana."

   Mendadak Hian hoat tojin menimbrung sambil tertawa terbahakbahak.

   "Haaaahhhaaahhhaaahhhi.rupanya lo siansu pun datang kemari dikarenakan persoalan tersebut, padahal sicu yang mengobati pemuda itu sudah lama pergi dari sini."

   "Aku tak perduli mereka sudah pergi atau belum, yang ingin kulihat adalah gedung To leng tian itu."

   "Biar aku menjadi penunjuk jalan"

   Seru Hian hoat tojin tanpa ragu-ragu.

   Tak lama kemudian sampailah mereka didepan gedung To leng tian, Hian hoat tojin segera membuka pintu lebar-lebar dan berdiri menanti disamping.

   Dengan langkah berhati-hati Phu sian sangjin melangkah masuk kedalam ruangan itu, tampak ditengah meja altar tergantung gambar dari To leng, sebuah lentera minyak tergantung disisinya.

   Kecuali dibagian muka dan belakang masing-masing terdapat sebuah pintu, jendela di dinding sebelah kiri dan kanan berada dalam keadaan tertutup rapat.

   Dengan sorot mata yang tajam Phu sian sangjin memperhatikan sekejap keadaan sekeliling tempat itu, mulutnya tetap membungkam dalam seribu bahasa.

   Hian hoat tojin segera berkata diiringi senyuman yang tidak leluasa.

   "Berhubung jemaah yang sembahyang di kuil kami pada siang hari terlalu banyak dan ramai sehingga suasananya amat hiruk pikuk. maka Peksicu itu."

   Namun sebelum perkataan itu selesai diucapkan, tanpa berpaling sama sekali Phu sian sangjin membentak secara tiba-tiba .

   "sute, cepat bekuk kedua orang tosu tersebut"

   Hwee cuncu sama sekali tidak berayal, begitu mendapat perintah ia segera turun tangan dan secepat kilat melancarkan dua buah totokan dahsyat.

   Hian hoat tojin menjadi amat terperanjat, namun sebelum ia sempat mengambil suat tindakan, desingan angin jari dari Hwee cuncu telah menghajar dadanya dengan tepat, seketika itu juga tubuhnya roboh terjengkang keatas tanah.

   Nasib yang dialami tosu setengah umur yang membukakan pintu gerbang pun tak jauh berbeda, dia berubah menjadi patung yang kaku dan tergeletak diatas tanah.

   setelah kedua orang itu berhasil dirobohkan, Phu sian sangjin baru berpaling kearah Beng Gi ciu seraya bertanya .

   "Apakah Beng li sicu pernah melakukan pemeriksaan atas ruangan gedung ini?^"

   "Akupun hanya melongok sekejap dari sisi pintu, dalam gedung ini kecuali meja altar tersebut sama sekali tiada benda yang lain, apa pula yang harus kuperiksa dengan seksama?"

   Dengan suara dalam dan berat Phu sian sangjin sebera berseru .

   "Untung sekali li sicu tak masuk kedalam ruangan ini kalau tidak."

   Sambil memuji keagungan Buddha, dia pun menutup mulutnya kembali rapat-rapat.

   "Kalau tidak bisa kenapa?"

   Tanya Beng Gi ciu ingin tahu. Phu sian sangjin tertawa ringan.

   "Apakah Beng li sicu pernah mempelajari soal ilmu alat rahasia atau alat perangkap serta lain sebagainya."

   "sama sekali tidak pernah"

   Tukas si nona sambil tertawa.

   "mungkin lo siansu pun seharusnya tahu, tiga dewa see gwa sam sian tidak pernah mempelajari ilmu kepandaian semacam itu."

   "Biarpun kepandaian tersebut hanya terhitung ilmu sampingan, kadang kala justru kepandaian semacam inilah yang sering membunuh orang secara keji dan luar biasa."

   "Waaah, kalau begitu ruangan ini pasti telah dilengkapi dengan alat rahasia serta alat perangkap yang sangat lihai dan mengerikan hati?"

   Phu sian sangjin manggut-manggut.

   "Bukan cuma ada, bahkan telah dilengkapi dengan jebakan api Lei kiong hwee cing yang paling hebat dan luar biasa, bahkan pemasangan yang mereka lakukan pun betul-betul kelewat keji"

   Kemudian setelah memperhatikan sekejap kedua orang tosu yang telah tertotok jalan darahnya itu, dia berkata lagi .

   "Justru disinilah terletak alasanku mengapa kuturunkan perintah untuk membekuk kedua orang tosu tersebut, mungkin mereka sudah terlalu banyak melakukan perbuatan keji dan tak berprikemanusiaan ditempat ini"

   "Lo siansu tak bakal salah melihat bukan"

   Tanya Beng Gi ciu setengah percaya setengah tidak. Phu sian sangjin tertawa.

   "Aku akan segera membuktikannya dihadapan Beng li sicu."

   Ujung bajunya segera dikebaskan kedepan, segulung angin pukulan yang maha dahsyat cun sebera menggulung kedepan dengan sangat hebatnya.

   Angin pukulan yang maha dahsyat itu langsung menghantam kasur duduk yang terletak didepan meja altar.

   Blaaammm Ditengah suara benturan yang amat keras, kasur tersebut terhantam hingga tergetar keras.

   Tapi dengan bergetarnya kasur duduk itu, mendadak seluruh ruangan gedung To leng tian ikut berguncang keras bahkan diiringi suara yang amat memekikkan telinga, sebagian besar dari ruangan tersebut amblas dan tenggelam kedasar perut bumi, dalam waktu singkat ruangan tersebut telah lenyap dibalik tanah, sementara permukaan tanah pun merepat kembali seperti sedia kala.

   Tak terlukiskan rasa terkejut Beng Gi ciu setelah menyaksikan peristiwa itu, serunya sambil menggigit bibir .

   "Benar-benar sebuah alat jebakan yang sangat lihai"

   Phu sian sangjin terus tertawa.

   "adahal kelihaian dari alat perangkap ini tak sampai disitu saja.."

   Belum selesai ucapan itu diucapkan, terdengar suara gemuruh yang amat keras bergema dari bawah tanah sana.

   suara tersebut amat keras dan sangat menusuk pendengaran, malah seluruh permukaan tanah pun turut bergetar keras.

   Menyusul kemudian muncul segulung gelombang panas yang suhu udaranya makin lama semakin bertambah tinggi, begitu panasnya suasana disitu sehingga tanpa terasa Beng Gi ciu mundur berulang kali kebelakang.

   Phu sian sangjin segera berkata .

   "Tatkala seorang sudah terperangkap didalam jebakan dibawah tanah tersebut, maka kobaran api yang maha dahsyat dan sanggup melelehkan besi baja akan menyembur serta membakarnya hingga hancur menjadi abu. Dalam keadaan begini, jangan lagi manusia biasa, biarpun dewa atau malaikat juga akan terbakar hancur menjadi abu. Bisa Beng li sicu bayangkan betapa keji dan luar biasanya alat perangkap tersebut"

   Sambil menggertak gigi, Beng Gi ciu sebera berkata .

   "Benar-benar sangat berbahaya, alat perangkap semacam ini tentunya bukan dipasang sebuah tempat saja bukan? Dan bagaimana lo siansu bisa tahu?"

   Phu sian sangjin mengangguk dan berkata.

   "tapi biarpun partai kami belum terhitung lihai dalam ilmu perangkap serta alat jebakan, namun aku yakin tiada alat jebakan atau alat rahasia lain yang dapat lolos dari penglihatanku"

   Sementara pembicaraan masih berlangsung suara goncangan dibawah tanah makin lama telah makin mereda sebelum akhirnya berhenti sama sekali, suhu panas yang menyengatpun makin berkurang hingga akhirnya mendingin.

   suasana hening dan sepi yang luar biasa mencekam daerah sekeliling tempat itu.

   Dengan sorot mata yang tajam Beng Gi ciu mencoba untuk memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian tanyanya keheranan .

   "sejak kita masuk kedalam kuil sampai alat rahasia itu mulai bekerja dengan menimbulkan suara gemuruh yang memekakkan telinga, mengapa tak Nampak seorang tosu pun yang datang kemari?"

   "Yaa betul, kali ini benar-benar dicekam keheningan yang sangat aneh dan mencurigakan,"

   Sambung siau wan.

   "Padahal tiada sesuatu yang perlu diherankan,"

   Kata Phu sian sangjin kemudian.

   "oleh karena mereka telah menduga bakal ada musuh yang menyerang kuil mereka, mungkin saja mereka telah merencanakan ini dengan baik serta cara untuk menanggulanginya, meski kita telah berhasil merusak salah satu alat perangkapnya, mereka toh masih mempunyai alat perangkap kedua, ketiga dan seterusnya untuk menunggu kita masuk perangkap, lantas buat apa mereka harus munculkan diri disini?"

   "Menurut lo siansu, apa yang harus kita lakukan sekarang? "

   Tanya Beng Gi ciu sambil berkerut kening. Phu sian sangjin tertawa hambar.

   "Aku rasa paling tidak Hian hoat tojin masih terhitung seorang jago kelas satu dari kuil Hian thian koan, jadi tidak salah buat kita untuk mendapatkan pengakuan dari mulutnya."

   Ujung bajunya segera dikebaskan, segulung desingan angin jari segera menyebar kedepan dan membebaskan tosu tersebut dari pengaruh totokan jalan darah.

   Begitu jalan darahnya bebas, Hian hoat tojin segera meronta bangun dan berusaha melarikan diri Melihat itu Phu sian sangjin tertawa terbahak-bahak, ujung jubahnya segera diputar sambil menggulung.

   Terasalah segulung tenaga pukulan berpusing menyapu kedepan dan menggulung tubuh Hian hoat tojin hingga tak sanggup berdiri tegak lagi, ia segera roboh telungkup tepat didepan kaki Phu sian sangjin.

   setelah mendengus dingin, Phu sian sangjin berkata .

   "Bila aku membiarkan kau lolos dari sini, kedudukanku sebagai ketua siau limpay harus kuserahkan pula kepada orang lain"

   Hian hoat tojin sadar kalau tiada harapan lagi baginya untuk meloloskan diri, matanya dipejamkan rapat-rapat dan mendekam diatas tanah tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Kembali Phu sian sangjin sengaja menghardik.

   "Walaupun aku terhitung masih merupakan murid Buddha yang tak boleh sembarangan melakukan pembunuhan, namun disaat aku bisa membunuh seorang untuk menyelamatkan jiwa seratus jiwa, aku pun tak akan ragu-ragu untuk mengayunkan golok serta menjagalmu, mengerti?"

   "Kalau ingin membunuh silahkan membunuh, jangan dianggap aku takut mati"

   Teriak Hian hoat tojin sambil menggigit bibir.

   Telapak tangannya segera diayunkan dan siap dihantamkan keatas ubun-ubun sendiri Hwee cuncu yang menjaga disisinya segera bertindak cepat dengan menotok kembali dua buah jalan arahnya, setelah itu hardiknya dengan suara dalam .

   "Hmmm, pingin mampus? Tak akan segampang itu"

   Ternyata kedua buah totokan tersebut dengan tepat sekali menyumbat jalan darah cian keng hiat dibahu kiri dan kanannya.

   "omitohud.."

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Phu sian sangjin kembali berkata.

   "baiklah, kalau roh dia lebih suka mati daripada mengaku terpaksa kita akan memaksanya untuk membuka suara dengan cara menyiksanya ."

   Hwee cuncu berpikir sebentar, lalu serunya .

   "Bagaimana kalau kita menggunakan ilmu menutup nadi memotong urat untuk memaksanya mengaku berbicara?"

   Phu sian sangjin tertawa hambar .

   "Asal bisa memaksanya untuk berbicara, terus terang cara apapun bisa kita halalkan."

   Hwee cuncu tidak berayal lagi, dia segera mendekati Hiat hoan tojin lalu bentaknya .

   "Tosu tua kau benar-benar enggan menjawab"

   Sambil menggertak giginya kencang- kencang, Hian hoat tojin membungkam diri dalam seribu bahasa.

   Hwee cuncu tertawa dingin, kelima jari tangannya segera disentilkan kedepan, kemudian secara terpisah dia mengetuk tiga kali tulang iga kiri dan kanan tosu tersebut.

   Hian hoat tojin sama sekali tidak mengeluh atau mengerang kesakitan, akan tetapi sekujur badannya kelihatan gemetar keras, giginya saling beradu keras dan peluh dingin sebesar kacang kedele bercucuran membasah, jidatnya.

   Lebih kurang sepeminuman teh kemudian, Phu sian sangjin berseru pelan.

   "Aku rasa sudah cukup,"

   Hwee cuncu mengiakan, dengan cepat dia melakukan gerakan mengurut diatas tulang iga kiri dan kanan tosu tersebut.

   Lambat laun Hian hoat tojin tidak gemetar lagi, namun nafasnya justru ngos-ngosan seperti dengusan nafas kerbau, dengan suara yang samar dan tak jelas ia berteriak .

   "Bunuhlah diriku, kumohon kepada kalian cepatlah bunuh aku.."

   Hwee cuncu sebera mendengus dingin .

   "Bukankah sejak tadi telah kukatakan kepadamu, mencari matipun bukan suatu pekerjaan yang mudah nah, katakan saja, sebetulnya kau bersedia mengaku atau tidak"

   Sambil menggertak gigi kembali Hian hoat tojin membungkam diri dalam seribu bahasa.

   "Itu mah gampang sekali"

   Jengek Hwee cuncu kemudian sambil tertawa dingin.

   "tak salahnya kalau kita mencoba sekali lagi, mungkin kalau ini kau akan berubah pendirianmu."

   Kelima jarinya sebera digetarkan lagi, dia hendak mengetuk tulang iga tosu tersebut.

   Namun ilmu menyumbat nadi memotong urat betul-betul sebuah siksaan yang luar biasa hebatnya dan sukar ditahan oleh siapapun, cepat-cepat Hian hoat tojin berteriak keras .

   "Tunggu dulu, tunggu dulu"

   "Nah, cepat katakana, bagaimana keputusanmu?"

   Kata Hwee cuncu sambil menghentikan gerakan tangannya. Hian hoat tojin menghela napas panjang.

   "Aaai baiklah, aku akan berbicara."

   "Nah begitulah baru terhitung tindakan orang yang pandai, sekarang kau boleh berbicara pelan-pelan."

   Sambil berpaling kearah Phu sian sangjin, katanya kemudian.

   "silahkan ciangbun suheng mulai memeriksanya"

   Phu sian sangjin manggut-manggut, tanyanya kemudian .

   "

   Sebenarnya koancu kalian berada didalam kuil atau tidak?"

   "Aku tidak tahu"

   Jawab Hian hoat tojin sambil menghela napas. Mendengar jawaban tersebut, Hwee cuncu kembali bersiap-siap dengan kelima jarinya, ia membentak .

   "siluman tosu bau, licik amat akalmu, rupanya sebelum kusuruh kau merasakan siksaan serta penderitaan yang paling hebat mungkin kau enggan menjawab sejujurnya"

   Sambil berkata lagi laGi dia berniat mengetuk tulang iganya. Tapi Hian hoat tojin telah menjerit lebih dulu .

   "Tunggu dulu Hud ya"

   "Hmmm, jika kau berani berbohong lagi jangan salahkan kalau aku pun tak akan sungkan-sungkan."

   Hian hoat tojin menghela napas panjang.

   "Maksudku walaupun dia berada didalam kuil namun berada dimanakah dia sekarang aku sungguh-sungguh tidak tahu."

   "Lalu sebetulnya dia berada dimana?"

   "Didalam ruang bawah tanah didasar peti mati, namun ruang rahasia tersebut mempunyai sebuah lorong jalan tembus langsung berhubungan dengan punggung bukit, andaikata ia menyadari kalau gelagat tidak menguntungkan mungkin saja dia kabur melewati tempat itu."

   "Lantas kemanakah perginya kakek berambut putih serta Kho Beng?"

   "Mereka pun berada didalam ruang rahasia."

   Beng Gi ciu menjadi sangat terperanjat, tak tahan lagi dia menimbrung dari samping.

   "Lo siansu, kalau toh dalam ruang rahasia , bisa jadi mereka telah membawa kabur Kho kongcu dari tempat tersebut?"

   "Beng li sicu tak usah kuatir,"

   Kata Phu sian sangjin sambil tertawa lebar.

   "dalam perjalananku meninggalkan bukit siong san kali ini , selain lima rasul panca unsur turut bersamaku, akupun membawa serta enam puluh orang pendeta sakti yang kini telah menyebarkan diri disekeliling bukit Wang husan.Asal mereka belum keluar dari sini, aku percaya tak nanti mereka bisa lolos d ari pengawasan anggota pendeta siau limpay kami."

   Beng Gi ciu segera menghembuskan napas panjang, serunya tanpa sadar .

   "Kalau begitu aku harus berterima kasih sekali kepada lo siansu"

   Agaknya Phu sian sangjin sudah mengetahui hubungan gadis tersebut dengan Kho Beng dilihat dari sikap dan nada pembicaraannya yang gelisah dan tak tenang tanpa terasa tersenyum.

   Kontan saja paras muka Beng Gi ciu berubah menjadi semu merah karena jengah.

   setelah menarik wajahnya Phu sian sangjin segera membentak lagi kearah Hian hoat tojin .

   "Betulkah kakek berambut putih itu mengobati luka beracun dari Kho Beng."

   Kembali Hian hoat tojin menghela napas.

   "Aaaai,,,setelah aku berbicara terus terang rasanya tiada rahasia yang bisa mengelabui lo siansu lagi, sebetulnya racun Ang bong tok yang diderita Kho sauhiap tak lain adalah ulah dari kakek berambut putih itu sendiri."

   "Hmmm, kalau itu mah aku sudah tahu"

   Tukas Beng Gi ciu sambil mendengus. Dengan keheranan Hwee cuncu segera menyela .

   "Beng li sicu, kalau toh sudah mengetahui hal ini, mengapa kau biarkan dia membawa pergi Kho Beng?"

   Beng Gi ciu segera menghela napas panjang.

   "Aaaai, hal ini disebabkan aku tak mengerti ilmu pertabiban, andaikata aku menahan Kho kongcu kemudian berakibat dia mati keracunan, bukankah.bukankah...iaaaai?"

   Sekali lagi dia menghela napas panjang dan menutup mulut. Phu sian sangjin segera berpaling kembali kearah Hian hoat tojin seraya membentak .

   "Lanjutkan perkataanmu"

   "Kakek berambut putih itu sudah lama tertarik dengan Kho sauhiap. sebab selain berilmu tinggi diapun sudah menguasai ilmu silat yang tercantum dalam kitab Thian goan bu boh, maka dengan mengandalkan ilmu beracun Im ham tok kang ia berhasil merubah Kho sauhiap menjadi se seorang yang lain."

   "Ilmu beracun Ha im tok kang? omitohud"

   Seru Phu sian sangjin cepat.

   "benar-benar suatu maksud tujuan yang sangat keji dan tak berperi kemanusiaan, walaupun aku sudah mendengar kalau si setan tua dari Lam ciang adalah manusia busuk. namun belum pernah kusangka kalau dia sebetulnya adalah manusia buas yang berhati sekeji ini"

   Beng Gi ciu yang berada disisinya buru-buru bertanya .

   "sebetulnya ilmu macam apakah ilmu racun Im ham tok kang tersebut?"

   Dengan suara dalam Phu sian sangjin berkata .

   "Kepandaian itu merupakan sejenis ilmu beracun yang sangat jahat dari wilayah Lam ciang. Dengan menggunakan tiga jenis kekuatan yang sesat yang mengandung hawa dingin beracun, mereka bisa merubah watak seseorang yang berilmu tinggi menjadi orang yang bewatak sesuai dengan kehendak hati mereka. Biasanya orang yang dirubah olehnya dengan menggunakan ilmu beracun tersebut bukan saja watak aslinya akan hilang, kejadian dimasa lampau terlupakan sama sekali, namun tenaga dalam yang dimilikinya justru akan meningkat menjadi sepuluh kali lipat lebih dahsyat."

   Setelah berhenti sejenak, kembali ia berkata .

   "Jelas sudah sekarang, rupanya si setan tua dari Lam ciang telah bersekongkol dengan pemilik kuil Hian thian koan ini untuk menciptakan seorang tokoh sakti yang bisa mengobrak abrik dunia persilatan serta menguasai seluruh jagat. Benar-benar sebuah rencana yang amat keji"

   Lo siansu,Beng Gi ciu segera berkata .

   "menurut pandanganku, lebih baik kita berangkat dulu keruang rahasia dibawah tanah untuk menolong orang terlebih dahulu."

   "Betul"

   Sambil tertawa ketua siau lim pay ini mengangguk. Kepada Hian hoat tojin segera bentaknya .

   "Ayo cepat bangun dan tunjukkan jalan buatjalan kami"

   Hian hoat tojin tak berani membantah, sambil meronta untuk bangun berdiri, katanya .

   "Lo siansu, dapatkah kau membebaskan dulu jalan darahku?"

   "Tentu saja boleh"

   Sahut Phu sian sangjin sambil tersenyum.

   "Cuma kau mesti ingat, apabila mencoba melarikan diri atau mengacau ditengah jalan, kau bakal mendapat sebuah akhir yang amat tragis dan mengerikan hati"

   Berbicara sampai disitu, ia segera menyentilkan jari tangannya dan membebaskan jalan darah cian keng hiat dibahu kiri kanangnya yang tertotok.

   setelah bebas dari totokan, Hian hoat tojin menggerak-gerakkan dulu sepasang tangannya, kemudian katanya sambil menghela napas .

   "Apakah lo siansu hendak berkunjung keruang rahasia dibawah peti mati?"

   "Bila apa yang kau ungkap adalah jujur, tentu saja kami harus berkunjung kesana"

   Hian hoat tojin tidak banyak berbicara lagi, ia segera beranjak meninggalkan tempat tersebut.

   Tak selang berapa saat kemudian, rombongan tersebut telah berjalan masuk kebawah peti mati.

   sambil menghentikan langkahnya dan mendengus dingin, Phu sian sangjin segera berkata "Ditempat ini bukan saja terdapat ruang rahasia dan lorong bawah tanah, masih ada tiga buah alat perangkap yang sangat lihai."

   "Ketajaman mata lo siansu betul-betul mengagumkan,"

   Cepatcepat Hian hoat tojin berseru.

   "namun ketiga buah alat perangkap itu tak akan digerakkan secara sembarangan. Bersambung ke

   Jilid 34

   Jilid 34 Phu sian sangjin tidak menggubris, dia melangkah masuk lebih dulu kedalam ruangan, lalu setelah memandang sekejap kearah lima buah peti mati yang berjajar-jajar itu, sambil tertawa dingin dia mengayunkan telapak tangannya dan menghantam salah satu peti mati tersebut.

   Blaaaammm Ditengah benturan yang sangat keras, peti mati itu seketika hancur berantakan dan berceceran keempat penjuru.

   Dengan hancurnya peti mati tersebut, maka muncullah sebuah jalan rahasia dibawah tanah.

   Tanpa ragu sedikitpun, Phu sian sangjin langsung berjalan menuruni jalan rahasia tersebut.

   Begitu sampai didalam ruang bawah tanah, semua orang segera dibuat tertegun, ternyata meja altar ditengah ruangan sudah terbalik, pintu menuju kearah tiga buah ruang rahasia lain pun berada dalam keadaan terbuka lebar, selain meja kursi yang berada dalam keadaan hancur, disitupun membujur dua sosok mayat wanita.

   Dari kedua sosok mayat tersebut, seorang berusia empat puluhan tahun, berbaju berkabung sedang yang lain adalah seorang dayang yang masih muda.

   Beng GI Ciu memperhatikan sekejap kedua sosok mayat wanita itu, tiba-tiba katanya .

   "Aaaaah, seorang masih hidup."

   Tanpa membuang waktu lagi dia menempel telapak tangannya diatas jalan darah Ki hay hiat ditubuh perempuan setengah umur itu dan menyalurkan hawa murninya kedalam tubuh orang itu.

   Tak lama kemudian terdengar perempuan itu merintih, lalu sadar kembali dari pingsannya.

   Dengan cepat Beng Gi ciu menambahi tenaga dalamnya dengan satu bagian, serunya .

   "Bagaimana rasamu sekarang?"

   Perempuan setengah umur itu memandang sekejap sekeliling tempat itu, lalu gumamnya .

   "Tempat ini. .tempat ini bukan akhirat bukan?"

   "Bukan"

   Sahut Beng Gi ciu sambil tertawa paksa.

   "Kau masih hidup didunia ini, sedang ia siansu itu adalah ketua siau lim pay, aku sendiri dari marga Beng, kami datang untuk menolongmu."

   Dalam pada itu Phu sian sangjin telah mengeluarkan sebutir pil berwarna putih dan diserahkan kepada Beng Gi ciu seraya berkata .

   "Pil ini adalah pil penyambung nyawa sio mia pisia wan dari partai kami, tolong Beng li sicu berikan kepadanya"

   Buru-buru Beng Gi ciu menerimanya serta dijejalkan kedalam mulut perempuan setengah umur itu.

   Nyata sekali kasiat pil itu, tak lama kemudian kesegaran dan semangat perempuan itu pun jauh lebih baik.

   setelah menghembus napas panjang, tiba-tiba perempuan itu menengok kearah mayat dayang tersebut sambil jeritnya kaget .

   "ciu leng ciu leng.."

   "Tak usah dipanggil lagi, dia telah tewas"

   Kata Beng Gi ciu sedih. Perempuan itu segera menangis tersedu-sedu, keluhnya .

   "Bocah yang mengenaskan. .kau. kau mati dalam keadaan yang sungguh mengenaskan."

   Cepat-cepat Beng Gi ciu menghiburnya, kemudian dengan nada amat gelisah dia berkata .

   "sebenarnya apa yang telah terjadi disini? Bukankah ada seorang Kho kongcu yang telah disekap orang jahat yang bernama setan tua dari Lam ciang dan dibawa kemari? Tahukah kau kemanakah mereka telah pergi? Perempuan setengah umur itu menganggukkan kepalanya berulang kali, sahutnya .

   "Aku tahu. Kho kongcu telah diculik mereka, dengan ilmu beracun Ham im tok kang mereka bermaksud merubahnya menjadi seseorang yang lain, akulah yang menyuruh ciu leng secara diamdiam menghadiahkan sebutir pil anti racun hawa dingin kepadanya sehingga membuat Kho sauhiap mendapatkan kembali kesadarannya, tapi.."

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Tiba-tiba napasnya tersengal sehingga tak sanggup melanjutkan kembali kata-katanya. Beng Gi ciu menunggu sampai napasnya menjadi reda kembali, kemudian baru bertanya dengan nada cemas .

   "Tapi kenapa?"

   "Tapi perbuatanku segera diketahui iblis tua tersebut, akibatnya kami berdua.kami berdua sama-sama dicelakainya."

   Sesudah memandang sejenak sekeliling ruangan, kembali dia berkata lebih jauh .

   "Kho kongcu telah dibawa keluar oleh setan tua dari Lam ciang serta Hian thian si tosu tua itu melalui lorong rahasia"

   Dengan nada gelisah Beng Gi ciu segera berseru kepada Phu sian sangjin .

   "Lo siansu, apa. apa yang mesti kita perbuat sekarang?"

   Phu sian sangjin segera berpaling kearah Hian hoat tojin yang berdiri ketakutan ditepi arena, kemudian bentaknya .

   "Apakah lorong rahasia tersebut tembus langsung ke punggung bukit?"

   "Benar, pinto tak berani berbohong"

   Phu sian sangjin segera manggut-manggut, katanya lagi .

   "Beng li sicu tak usah kuatir, aku jamin mereka tak akan berhasil meloloskan diri dari kepungan para pendeta siau lim pay dan kujamin Kho Beng pasti dapat lolos dari ancaman maut secara aman dan selamat."

   Kemudian sambil berpaling serunya .

   "sute"

   "silahkan ciangbun suheng memberikan perintah"

   Buru-buru Hwee cuncu memberi hormat.

   "Kuminta bantuanmu untuk segera menolong Kho Beng, soal lain tunggu pemberitahuanku selanjutnya."

   "Terima perintah"

   Setelah memberi hormat, Hwee cuncu segera meninggalkan tempat tersebut dengan langkah lebar.

   "omitohud.."

   Phu sian sangjin berkata kemudian.

   "kalau begitu suara jerit kesakitan yang kami dengar tadi sudah pasti berasal dari li sicu berdua sekarang, dapatkah kau mengisahkan pengalamanmu kepada kami?"

   Dengan rasa amat berterima kasih perempuan itu menjawab .

   "Aku hanya memohon kepada lo siansu agar bersedia membalaskan dendam bagi kematian kami berdua."

   "Kau tak usah kuatir, kami pasti akan berusaha membalaskan dendam"

   Kata Phu sian sangjin sedikit agak emosi.

   "kalau tidak, apa artinya aku menjadi pimpinan dari tujuh partai besar?"

   Perempuan setengah umur itu segera menghembuskan napas panjang.

   "Aku bernama Yu si hoat , sedang suamiku bernama Tam Cun hoo."

   "Tunggu sebentar"

   Mendadak Phu sian sangjin menggoyangkan tangannya. Yusi hoat tertegun dan terpaksa mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pembicaraan. Dengan kening berkerut kencang, Phu sian sangjin segera bergumam seorang diri .

   "Tam Cun hoo..apakah kau maksudkan si Tabib sakti dari Tiong ciu, Tam sicu?"

   "Yaa, dia adalah suamiku, apakah lo siansu."

   Phu sian sangjin menghela napas panjang.

   "Aaaaai.dua puluh tahun berselang, aku pernah bertemu dengan Tam sicu bahkan sempat bermain catur sambil minum arak, sayang selama dua puluh tahun terakhir kami tak berjodoh untuk bertemu kembali, dia."

   Dengan air mata bercucuran, Yu si hoat berkata .

   "Ia telah dicelakai Hian thian koancu hingga tewas"

   Setelah menahan isak tangisnya , kembali ia meneruskan katakatanya .

   "suamiku almarhum adalah seorang yang termashur karena kepintarannya dalam ilmu pertabiban, rupanya Hian thian siluman tosu itu berniat memakai tenaganya untuk melakukan kejahatan, suamiku bersumpah tidak mau menurut. Maka bajingan itupun menculik aku dan dayangku serta menyekapnya disini, dia menyandera kami serta memaksa suamiku agar menuruti kemauannya, tapi suamiku tetap menolak. Suatu hari suamiku melihat ada kesempatan baik untuk membunuh siluman tosu Hian thian, siapa tahu usahanya bukan cuma gagal total, nyawanya sendiripun turut melayang ditangan siluman tersebut"

   Berbicara sampai disini, kembali dia menangis tersedu-sedu.

   "Bagaimana selanjutnya?"

   Tanya Beng Gi ciu menunjukkan rasa simpatinya.

   "apakah mereka tetap menyekapmu didalam kuil?"

   Sambil menggigit bibir menahan rasa benci yang meluap Yu si hoat berkata lagi .

   "siluman Hian thian telah .tela h memperkosaku, ia menyekap kami berdua didalam ruang bawah tanah, sama sekali tiada kebebasan buat kami berdua."

   Dengan kening berkerut dan emosi yang meluap, Beng Gi ciu segera berteriak .

   "Aku Beng Gi ciu bersumpah, kalau tak dapat menguliti tubuh Hian thian tosu siluman serta setan tua dari Lam ciang, aku tak akan hidup sebagai manusia layak"

   Yu si hoat tertawa getir.

   "Aku mengucapkan banyak terima kasih atas kesediaan lihiap untuk membasmi bajingan itu dari muka bumi, meski aku sudah berada diaLam baka aku bakal mati dengan mata meram."

   Dengan kening berkerut, tiba-tiba Phu sian sangjin menyela .

   "Yu sicu, tahukah kau apa hubungan antara tosu siluman Hian thian dengan partai kupu-kupu?"

   "Aku. .aku tak pernah mendengar tentang partai kupu-kupu. aku..aku hanya tahu Hian thian si tosu siluman itu hendak.hendak bekerja sama dengan setan..setan tua dari Lam ciang untuk. .untuk menguasai jagat.."

   Dengan semakin menyusutnya kasiat obat yang ditelah, lambat laun kesadaran perempuan itu makin memudar, kini ia sudah berada diambang pintu kematian, Dengan wajah gelisah Beng Gi ciu berkata kepada Phu sian sangjin .

   "Lo siansu, apakah kau masih mempunyai obat lain yang bisa menyelamatkan jiwanya?"

   "omitohud, aku adalah murid Buddha yang mengutamakan cinta kasih terhadap sesama dan menolong setiap orang yang membutuhkan bantuan andaikata aku sanggup menolongnya, masa aku akan berpeluk tangan belaka."

   Kemudian setelah menghembuskan nafas panjang, pelan-pelan dia berkata lagi .

   "Denyut jantungnya sudah melemah, nadinya telah terputus, kalau tadi ia masih sadar karena rasa gusar dan penasaran masih menyelimuti dadanya, kini ada orang menyatakan kesediaannya untuk membalaskan dendam, berarti keinginannya telah tercapai, dengan sendirinya hawa murni yang terkumpul pun ikut membuyar, nyawanya sekarang sudah siap meninggalkan raga kasarnya."

   Sementara pembicaraan berlangsung, benar juga, kepala Yu si hoat Nampak terkulai kesamping dan memejamkan mata untuk selamanya, ternyata ia telah menghembuskan napasnya yang penghabisan.

   Beng Gi ciu penuh dicekam emosi yang meluap, katanya tiba-tiba sambil menghela napas "Aaaai, mengapa kita lupa bertanya siapa yang telah membunuh mereka berdua?"

   "Ditanya atau tidak bukan masalah, yang pasti perbuatan ini kalau bukan hasil karya Hian thian si tosu siluman sudah pasti setan tua dari Lam ciang, pokoknya kedua orang itu harus dibasmi dari muka bumi, sebab mereka adalah manusia-manusia jahanam yang berhati keji."

   Setelah berhenti sejenak, kembali katanya .

   "Tak ada gunanya kita berdiam terus disini, mari kita berangkat"

   Beng Gi ciu memandang sekejap sekitar tempat itu, lalu katanya .

   "Aku rasa masih banyak urusan yang harus kita kerjakan disini, misalkan saja mengurusi lelayon mereka berdua, lalu mengurusi para tosu penghuni kuil ini."

   Phu sian sangjin manggut-manggut .

   "Persoalan semacam ini tak mungkin bisa diselesaikan dalam waktu singkat, sebentar aku akan mengirim anak buahku untuk mengurusi semua masalah disini."

   Lalu kepada Hian hoat tojin yang berdiri ketakutan disisinya, ia membentak .

   "Lorong rahasia itu terletak dimana?"

   "Itu dia, berada disisi kiri ruang rahasia tersebut,"

   Buru-buru Hian hoat tojin menunjuk kemuka. Phu sian sangjin berpikir sebentar, lalu katanya .

   "Untuk mempersingkat waktu, lebih baik kita menelusuri lorong rahasia tersebut."

   Beng Gi ciu mengangguk tanpa menjawab, maka dibawah bentakan phu sian sangjin, berangkatlah Hian hoat tojin memasuki ruang rahasia sebelah kiri untuk bertindak sebagai penunjuk jalan.

   sebelum melangkah masuk kedalam ruangan, phu sian sangjin memutar biji matanya dulu mengawasi sekeliling tempat itu, tampaknya dia sedang memeriksa apakah disekitar sana masih terdapat perlengkapan alat rahasia yang lain.

   Namun dari senyuman lega yang menghiasi wajahnya kemudian, dapat diketahui bahwa ia telah mmeriksa dengan amat jelas keadaan diseputar sana dan merasa yakin kalau tiada ancaman bahaya yang mungkin mereka hadapi.

   Beng Gi ciu serta siau wan mengikuti dibelakang Phu sian sangjin, mereka berjalan cepat memasuki lorong.

   Tampak Hian hoat tojin menekan sebuah tombol rahasia, lalu terbukalah sebuah pintu rahasia disisi ruangan tersebut.

   Dinding bagian atas dan bawah lorong rahasia tersebut terbuat dari lapisan batu rata, selain lebar dan luas juga amat licin, bisa diduga entah berapa besar biaya, tenaga dan waktu yang telah dihabiskan untuk membangun lorong ini.

   Lorong tersebut berliku-liku naik turun tidak menentu, setelah berjalan sejauh tiga li lebih, keadaan didepan situ baru Nampak terbentang lebar dan sampailah diujung lorong tersebut.

   Dimulut keluar lorong rahasia itu terbentang sebuah hutan yang lebat, suasana amat redup, namun kelihatan sekelompok manusia mengelilingi sekitar tempat itu dengan rapat.

   Sebagai pemimpin dari rombongan itu ternyata tak lain adalah Hwee cuncu sendiri, sementara yang lain terdiri dari dua puluhan pendeta siau lim pay yang rata-rata berusia enam puluhan tahun, bermata tajam dan mempunyai gerak gerik yang lincah dan cekatan, dalam sekilas pandangan saja dapat diketahui bahwa mereka adalah sekawanan jago silat yang memiliki tenaga dalam amat sempurna.

   sewaktu Phu sian sangjin munculkan diri dari balik lorong, dipimpin oleh Hwee cuncu serentak para pendeta itu memberi hormat seraya berbisik .

   "Menjumpai ciangbunjin"

   "Apakah orangnya berhasil dihadang?"

   Tanya Phu sian sangjin agak gelisah.

   "orangnya sih berhasil dihadang, tapi.."

   Beng Gi ciu segera merasakan jantungnya hampir copot, mendengar perkataan tersebut, buru-buru dia bertanya .

   "Tapi kenapa? Lo siansu, cepat katakan"

   Hwee cuncu mengerling sekejap kearahnya, kemudian menjawab .

   "Kho sicu berada dalam keadaan sehat walafiat, Cuma hawa murninya belum pulih kembali sehingga keadaannya masih sangat lemah, tapi bila dirawat lukanya selama berapa hari, aku percaya kondisi badannya akan pulih kembali dalam waktu singkat, hanya sayang si setan tua dari Lam ciang memiliki kepandaian silat yang tangguh, terutama ilmu meringankan tubuhnya yang amat sempurna, ia ia berhasil kabur dari sini."

   Biarpun dia bisa melarikan diri sampai keujung langit pun, cepat atau lambat akhirnya pasti akan tertangkap juga, kita tak usah terlalu panik dalam hal inibagaimana dengan Hian thian si tosu siluman itu? "Ia telah tewas karena kesalahan tanganku"

   Buru-buru Hwee cuncu menjelaskan.

   "Waaah sebetuinya aku telah bersumpah akan menguliti tubuhnya, sekarang dia sudah mampus, keenakan baginya."

   Omel Beng Gi ciu.

   "Kalau toh orangnya sudah mampus, ya itu anggap selesai saja persoalan ini."

   Kata Phu sian sangjin.

   "mana Kho sicu?"

   "Dia berada diatas batu cadas disebelah sana"

   Sahut Hwee cuncu sambil menunjuk kedepan.

   sebetulnya persoalan inilah yang ingin diketahui Beng Gi ciu secepatnya, maka tanpa banyak berbicara lagi bersama siau wan buru-buru ia berangkat kesana.

   Benar juga, lebih kurang dua puluh kaki didepan sana terdapat sebuah batu cadas yang besar, diatas batu inilah Kho Beng yang kelihatan agak kurus berbaring tak bergerak, disisinya berdiri empat orang pendeta tua berbaju kuning yang siap berjaga-jaga, sementara tak jauh dari situ berbaring sesosok mayat tosu tua.

   Beng Gi ciu tahu, mayat tersebut tentu mayat dari Hian thian siluman tosu tersebut, tapi ia tak punya waktu untuk memperhatikan hal-hal semacam ini.

   sambil mendekati Kho Beng yang berbaring diatas batu, segera serunya lirih .

   "Kho kongcu, Kho kongcu"

   Dengan sorot mata yang sayu namun penuh luapan rasa terima kasih, Kho Beng mengawasi gadis tersebut, bibirnya tampak bergerak seperti hendak mengucapkan sesuatu namun tak sepatah katapun yang diucapkan keluar, jelas sudah kondisi badannya telah berubah menjadi sedemikian lemahnya sehingga untuk bicarapun tak mampu lagi.

   Dengan penuh rasa iba Beng Gi ciu segera berbisik .

   "Kau jangan berbicara dulu, beristirahatlah dengan tenang, kalau hendak berbincang-bincang tunggu sampai badanmu puluh seperti sedia kala."

   Berbicara sampai disitu, ia segera melepaskan sekulum senyuman penuh rasa cinta kepadanya.

   Mendadak terdengar suara pujian kepada sang Buddha bergema memecahkan keheningan, ternyata Phu sian sangjin serta Hwee cuncu telah berada dihadapannya.

   Tidak menunggu Beng Gi ciu buka suara, Phu sian sangjin berkata lebih dulu dengan suara dalam .

   "Aku telah mengirim orang untuk menyelesaikan persoalan dikuil Hian thian koan, tapi menurut laporan yang kuperoleh, sekawanan jago lihay dari partai kupu-kupu telah berdatangan dibukit Cian san, padahal tempat ini dekat sekali letaknya dengan bukit Cian san, kita harus meninggalkan tempat ini secepatnya."

   "Tapi keadaan Kho kongcu,"

   Beng Gi ciu mengerutkan dahinya rapat-rapat.

   "Aku sendiripun sedang bimbang karena masalah ini."

   Setelah berpikir sebentar, kembali ujarnya .

   "Disebelah selatan bukit Wang hu san, jaraknya lebih kurang sepuluh li dari sini terdapat sebuah dusun yang bernama Leng san cun, dalam dusun tersebut hanya terdapat belasan kepala keluarga, kebanyakan hidup sebagai pemburu atau penebang kayu, ketika datang kemarin kami sempat melalui tempat tmpat tersebut, kulihat tempat itu terpencil dan amat sepi, cocok sekali sebagi tempat pengobatan bagi penyakit Kho sicu, aku rasa bila diberi pengobatan secara insentif, tak sampai tiga hari kemudian kondisi tubuhnya telah pulih kebali seperti sedia kala."

   Siau wan yang mendengar perkataan ini segera berkata kepada Beng Gi ciu .

   "Kalau begitu mari kita buatkan sebuah usungan buat Kho kongcu"

   "Kini hari sudah hampir gelap, lebih baik kita segera berangkat,"

   Sela Phu sian sangjin cepat-cepat.

   "apalagi bila mesti diusung tandu, jelas hal ini akan menghambat, andaikata sampai diketahui orangorang partai kupu-kupu, bukan mustahil kita akan menjadi kerepotan sendiri"

   "Kalau memang begitu, biar aku saja yang membopongnya"

   Seru siau wan sambil menawarkan diri Dengan cepat Phu sian sangjin menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya .

   "Aku rasa hal semacam ini kurang baik, sebab seorang nona yang membopong seorang pria yang terluka berjalan ditengah gunung paling gampang menarik perhatian orang."

   "Huuh, begini tak baik, begitupun tak baik, lantas bagaimana yang baik?"

   Tanya siau wan sambil cemberut. Dengan wajah amat serius Phu sian sangjin segera berkata .

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Aku mempunyai sebuah usul yang amat baik, bagaimana kalauBeng lisicu berdua berangkat dulu ke dusun Leng san cun untuk menyewa sebuah rumah penduduk lebih dulu sementara aku bersama suteku dengan membawa Kho sicu menyusul dari belakang dengan memecahkan diri menjadi dua rombongan kita bisa menghindari kecurigaan orang partai kupu-kupu, selain itu gerakan kita pun akan bertambah cepat lagi."

   Dengan penuh rasa terima kasih Beng Gi ciu berkata .

   "Lo siansu, bersediakah kau mengorbankan begitu banyak waktu demi Kho kongcu?"

   Phu sian sangjin segera berkata dengan suara dalam .

   "Aku hendak mengajaknya berunding bagaimana cara menumpas kaum iblis dari muka bumi setelah menunggu luka Kho kongcu sembuh kembali, tentu saja aku tak akan ambil peduli soal waktu"

   "Kalau memang begitu, biar siauli berangkat selangkah lebih duluan."

   Seru Beng Gi ciu dengan amat gembira.

   setelah memberi hormat, bersama siau wan berangkatlah mereka meninggalkan tempat itu.

   Phu sian sangjin mengawasi hingga bayangan tubuh Beng Gi ciu berdua lenyap dikejauhan sana, kemudian baru katanya kepada Hwee cuncu .

   "Cepat bopong Kho sicu, kita pun harus segera berangkat"

   Buru-buru Hwee cuncu mengiakan dan membopong tubuh Kho Beng, lalu bersama-sama keduanya berangkat menuju kearah selatan.

   Waktu itu fajar telah menyingsing, untung saja kabut tebal masih menyelimuti tanah perbukitan itu sehingga pemandangan pada jarak dua kaki masih Nampak agak samar-samar.

   Phu sian sangjin menempuh perjalanan tidak terlalu cepat, sebab dia ingin mempertahankan jarak yang tertentu dengan Beng Gi ciu berdua.

   sambil menempuh perjalanan Hwee cuncu berkata .

   "seabad berselang, tiga dewa see gwa sam sian bersama-sama mengerubuti ketua partai kupu-kupu sehingga menyebabkan iblis tua tersebut tewas dibawah tebing hati duka, andaikata mereka bertarung satu lawan satu entah bagaimanakah akibatnya?"

   "Ilmu silat dari partai kupu-kupu mempunyai banyak bagian yang memiliki kehebatan yang luar biasa, jangankan keadaan pada seabad berselang susah ditebak. berbicara menurut keadaan yang terbentang didepan mata saat inipun, bila terjadi pertarungan antara kaum sesat dan lurus, entah siapa yang akhirnya bakal keluar sebagai pemenang?"

   Sementara kedua orang itu masih berbincang-bincang, mendadak terdengar seseorang menegur dengan suara yang dingin menyeramkan .

   "Hey kalian dua orang hwesiotua, sekarang boleh menghentikan dulu perjalanan kalian."

   


Pusaka Pedang Embun -- Sin Liong Maling Romantis -- Khu Lung Peristiwa Merah Salju -- Gu Long

Cari Blog Ini