Ceritasilat Novel Online

Kedele Maut 17


Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 17



Kedele Maut Karya dari Khu Lung

   

   Phu sian sangjin serta Hwee cuncu yang mendengar teguran ini menjadi terperanjat sekali.

   Rupanya walaupun mereka berdua berbincang-bincang sambil menempuh perjalanan, sesungguhnya tak pernah kedua orang itu mengendorkan kewaspadaannya untuk mengawasi sekeliling tempat tersebut.

   Padahal kalau berbicara dari tenaga dalam yang dimiliki mereka berdua, asal ada orang memasuki kawasan seluas dua puluh kaki dari tempat mereka berada, jejaknya segera akan ditemukan.

   Tapi kenyataannya sekarang, kemunculan orang tersebut sama sekali tidak menimbulkan sedikit suara pun, seandainya orang itu tidak buka suara menegur, mungkin Phu sian sangjin sendiripun tak akan menyadari atas kehadirannya.

   serentak kedua orang pendeta sakti dari siau lim pay ini menghentikan langkahnya seraya berpaling, tapi apa yang kemudian terlihat membuat mereka berdua makin terperanjat lagi.

   Ternyata orang itu berdiri persis ditengah jalan setapak hanya dua kaki dihadapan mereka, orang tersebut seolah-olah muncul dengan begitu saja dari dalam tanah.

   Perawakan tubuhnya ceking lagi kecil, berusia delapan puluh tahunan, memakai baju bewarna kuning dan memelihara jenggot kambing bewarna putih, andaikata sepasang matanya tidak memancarkan cahaya hijau yang menggidikkan hati, mungkin orang akan mengiranya sebagai dewa yang baru turun dari kahyangan.

   "omitohud, apakah anda sedang menegur kami?"

   Phu sian sangjin segera bertanya. Kakek berbaju kuning itu tertawa.

   "Aneh betul, bukankah sudah kukatakan sejelas-jelasnya? Tentu saja kalian berdua yang sedang kuajak bicara."

   "Ada urusan apa sicu memanggil kami?"

   "Kuharap kalian berdua suka beristirahat sejenak untuk berbincang-bincang."

   Lalu dengan sorot mata yang hijau dia menatap wajah Hwee cuncu sekejap dengan pandangan tajam, kemudian katanya lagi .

   "Dengan menempuh perjalanan cepat, apalagi mesti membopong seseorang yang menderita sakit berat, tidakkah merasa lelah? "

   "Aku tidak lelah"

   Jawab Hwee cuncu mendongkol. Buru-buru Phu sian sangjin maju menghadang dihadapan Hwee cuncu, kemudian tegurnya sambil tersenyum.

   "sicu berasal dari mana dan siapa namamu?"

   "Aku hanya seorang gunung dan tak usah menyebut nama,"

   Sahut Kakek berbaju kuning itu sambil mengelus jenggot kambingnya. setelah memutar biji matanya sebentar dia melanjutkan .

   "Kalau dugaanku tidak keliru, Lo siansu pastilah ketua siau lim pay saat ini Phu sian sangjin, sedang sicu adalah pendeta dari lima rasul panca unsur bukan?"

   Phu sian sangjin semakin terperanjat, dia tak menyangka Kakek berbaju kuning yang enggan menyebut namanya itu ternyata dapat mengenali dirinya sebagai ketua dari siau lim pay. Buru-buru dia berseru .

   "Yaa benar, aku memang Phu sian, dari mana sicu bisa kenali diriku?"

   Kakek berbaju kuning itu tertawa misterius .

   "Ditinjau dari tindak tanduk serta mimik wajahmu, dalam sekilas pandangan saja aku sudah tahu, ternyata dugaanku memang tidak meleset"

   Sekali lagi Phu sian sangjin dibuat tertegun.

   sudah jelas perkataannya tak dapat dipercaya, dengan begitu banyak pendeta suci yang hidup didunia ini, darimana Kakek berbaju kuning itu bisa mengenali satu diantara sejuta orang dengan begitu tepat dan jelas? Maka setengah bergurau dia berkata lagi .

   "Kecuali sicu adalah dewa yang baru turun dari kahyangan, kalau tidak mana mungkin bisa mengenali diriku dalam sekilas pandangan saja?"

   "Kalau memang begitu anggap saja diriku sebagai dewa dari kahyangan"

   Ucap Kakek berbaju kuning itu semakin misterius. Phu sian sangjin merasakan hatinya bergetar keras, buru-buru dia berseru .

   "Maaf kalau aku tak bisa berdiam terlalu lama disini, biar kita berpisah sampai disini saja"

   Namun Kakek berbaju kuning itu sama sekali tidak berniat untuk memberi jalan malah sambil tertawa dingin jengeknya .

   "Bukankah orang Buddha mengutamakan soal jodoh? Hari ini aku dapat berjumpa dengan taysu berdua, hal ini menunjukkan kalau diantara kita memang punya jodoh."

   "Bila dikemudian hari ada kesempatan silahkan sicu berpesiar kebukit siong san, aku akan menjadi tuan rumah yang baik dan mempersilahkan sicu untuk menginap beberapa hari dalam kuil kami"

   Dengan cepat Kakek berbaju kuning itu menggeleng.

   "sayang sekali aku tak akan mempunyai waktu luang seperti yang kau maksud, lebih baik sekarang saja kita berbincang-bincang sebentar"

   "Tapi menolong orang bagaikan kebakaran, maaf kalau aku tak dapat melayanimu lebih lama,"

   Seru Phu sian sangjin mulai gelisah. Pelan-pelan Kakek berbaju kuning itu mengalihkan sorot matanya ke wajah Kho Beng yang berada diatas punggung Hwee cuncu, sesudah tertawa seram, katanya .

   "Mungkin lo siansu hendak menolong orang tersebut?"

   "Benar"

   Ketua siau lim pay ini membenarkan.

   "Mengapa dia sakit? sakit atau terluka? Atau mungkin mengalami peristiwa lain?"

   "Dia..dia menderita sakit parah"

   Phu sian sangjin berusaha menahan sabarnya.

   "sakit parah lantas losiansu hendak membawanya kemana? Apakah hendak membawanya pulang kebukit siong san?"

   Dengan cepat Phu sian sangjin menggeleng.

   "Menuju siau lim si harus membutuhkan waktu yang lama karena perjalanan yang kelewat jauh, tak mungkin kami punya waktu, karenanya aku bermaksud mencari sebuah dusun kecil disekitar bukit ini guna merawatnya."

   Kakek berbaju kuning itu memutar kembali biji matanya, mendadak ia bertanya .

   "siapakah si penderita sakit itu?"

   "soal ini."

   Sambil tertawa dan menggelengkan kepalanya Phu sian sangjin melanjutkaan .

   "Aku sendiripun kurang begitu jelas, kami hanya menjumpainya secara kebetulan ditengah gunung, oleh karena keadaannya sudah amat parah, timbul rasa kasihan kami untuk menolongnya."

   "Hmm, sebagai murid Buddha paling pantang berbohong"

   Tegur Kakek berbaju kuning itu dingin.

   "Apalagi dengan kedudukan lo siansu sekarang, rasanya tak mungkin akan berbohong pula, perkataanmu mungkin bisa dipercayai."

   Merah padam selembar wajah Phu sian sangjin setelah mendengar sindiran itu, diam-diam bisiknya .

   "Aku terpaksa harus berbohong, semoga Buddha maha pengasih mengampuni dosa-dosaku."

   Sementara itu, Kakek berbaju kuning tadi telah mendesak kembali .

   "Aku masih ingin menanyakan satu hal lagi.ketua siau lim pay adalah seorang yang sangat terhormat, biasanya tidak gampang meninggalkan kuilnya dengan begitu saja, tapi kali ini kalian tak segan-segan menempuh perjalanan jauh datang kemari, apakah inipun dikarenakan untuk menolong si penderita sakit ini"

   Phu sian sangjin segera tertawa paksa.

   "Maksud perjalananku kali ini adalah untuk. untuk memeriksa sebuah cabang-cabang kami dipelbagai daerah, mengenai menolong orang .sesungguhnya hal ini hanya merupakan suatu kejadian yang kebetulan saja."

   Mendadak Kakek berbaju kuning itu tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahhhaaahhhhaaahhhh.lo siansu memang tak malu disebut seorang pendeta agung dari agama Buddha, aku betul-betul merasa sangat kagum"

   Setelah berhenti sejenak. dengan nada suara yang berat dan dalam kembali dia berkata "Aku mempunyai sebuah usul, apakah pantas bila kukatakan secara terus terang?"

   "silahkan sicu mengutarakannya secara blak-blakan"

   "Jikalau pasien tersebut hanya ditemukan lo siansu secara kebetulan ditepi jalan, berarti dia sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan diri siansu, bukan?"

   Terpaksa Phu sian sangjin manggut-manggut.

   "Yaa, perkataan sicu memang benar."

   "Kebetulan sekali, akupun mengerti akan ilmu pertabiban, lagipula tempat tinggalku pun tak jauh dari sini, bila lo siansu sedang sibuk untuk mengontrol cabang-cabang, bagaimana kalau kau serahkan saja pasien ini kepadaku, kujamin dalam waktu yang amat singkat aku bisa memulihkan kembali kondisi badannya seperti keadaan semula."

   Diam-diam Phu sian sangjin merasa amat terkejut sehabis mendengar perkataan ini, namun dia berusaha menunjukkan ketenangan hatinya, ujarnya kemudian .

   "Mengapa sicu?"

   "Lo siansu tidak usah curiga,"

   Kata Kakek berbaju kuning itu sambil tertawa. setelah memandang sekejap sekitar sana, terusnya .

   "setelah mencapai usia setua ini, aku ingin sekali melakukan kebajikan untuk menebus dosa-dosaku yang lama, coba kalau aku tidak memikirkan nasib seorang cucu perempuanku, mungkin akupun telah mencukur rambut menjadi pendeta."

   "omitohud, siapa berniat baik dia pasti akan menerima buah kebaikan, asal sicu mempunyai minat yang baik dan tulus, hal itu sudah lebih dari cukup"

   Kakek berbaju kuning itu segera tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahh.haaahhh.haaahh.harap losiansu menyerahkan si penderita kepadaku"

   "soal ini...soal ini..."

   Phu sian sangjin menjadi terkejut sekali. Untuk sesaat dia menjadi gelagapan sebab tak berhasil menemukan alasan yang tepat untuk menolak permintaan orang, karena merasa serba salah akhirnya paras mukanya pun ikut berubah menjadi merah padam.

   "Apakah lo siansu keberatan?"

   Kakek berbaju kuning itu menegur lagi dengan suara dingin. setelah berpikir sebentar, sambil tertawa paksa Phu sian sangjin segera berkata .

   "Bukan keberatan, aku telah menguruti seluruh jalan darah dengan ilmu mengurut rahasia dari partai kami, cara pengurutan seperti ini paling tidak harus berlangsung selama lima hari tanpa berhenti, kalau hal ini tak dilakukan maka akibatnya dia bakal celaka."

   "Heeehhheeehh.heeehh.tak nyana lo siansu berhasil mendapatkan alasan yang begitu bagus,"

   Jengek Kakek berbaju kuning itu sambil tertawa dingin.

   "tapi itupUn tak menjadi soal, karena aku mempunyai bahan obat-obatan yang paling bagus untuk dirinya, kujamin kesehatan tubuhnya akan pulih kembali seperti sedia kala."

   Dalam urutan lima rasul panca unsur, rasul api termasuk pendeta yang paling berangasan, sejak tadi ia sudah habis kesabarannya meladeni Kakek berbaju kuning itu.

   Hanya selama ini ia mencoba bersabar karena didepan ketuanya.

   Tapi sekarang, habis sudah kesabarannya, tak kuasa lagi dia berteriak dengan keras-keras .

   "sicu, mengapa sih kau begitu cerewet dan ngomong tiada habisnya?"

   Kakek berbaju kuning itu terbahak-bahak .

   "Haaahhhaaahhaaahhsaat ini aku sedang berbicara dengan ketua partai anda, hmm orang bilang peraturan dalam siau lim pay amat keras, tampaknya apa yang diceritakan selama ini tiada kenyataannya sama sekali."

   Hwee cuncu menjadi amat gusar, baru saja dia hendak mengumbar hawa amarahnya, Phu sian sangjin segera menghalangi niatnya seraya berkata .

   "Yaa, peraturan perguruan kami memang sudah kendor, harap sicu jangan mentertawakannya ."

   "Lo siansu, sesungguhnya kau bersedia menyerahkan si penderita itu kepadaku atau tidak?"

   Kembali Kakek berbaju kuning itu menegur dengan suara dingin menyeramkan.

   "Maaf, kalau terpaksa aku berbicara blak-blakan, permintaan sicu tak mungkin akan kukabulkan, sebab aku pernah bersumpah bila sudah mengerjakan sesuatu maka aku tak akan mengakhirinya sebelum berhasil."

   Kakek berbaju kuning itu segera tertawa dingin .

   "Heeehh.hehhheehhh..kalau toh lo siansu merasa keberatan, aku masih mempunyai sebuah usul lain."

   "silahkan diutarakan."

   "Siau lim pay sebagai pimpinan dari tujuh partai besar tentu memiliki ilmu silat yang paling top didunia persilatan saat ini, sedang lo siansu sebagai ketua siau lim pay tentu mempunyai ilmu silat nomor wahid pula didunia ini."

   "omitohud, puji-pujian sicu tak berani kuterima."

   Kembali Kakek berbaju kuning itu tertawa dingin .

   "Lo siansu tak usah merendah karena aku tak lain adalah hendak menantang lo siansu untuk menentukan menang kalah lewat pertarungan ilmu silat, siapa yang unggul dialah yang berhak dengan sipenderlta ini, entah bagaimana pendapatmu?"

   Perkataan ini sudah jelas merupakan sebuah tantangan bagi Phu sian sangjin, karena bagi umat persilatan yang menampik tantangan orang lain sama artinya dengan mengaku kalah sebelum bertanding.

   Biarpun Phu sian sangjin termasuk seorang pendeta agung yang tak memiliki napsu lagi, namun sebagai ketua siau lim pay, sebagai pemimpin dari seluruh umat persilatan didunia ini, bila ia menampik tantangan Kakek berbaju kuning itu sama artinya bahwa pamor serta nama baiknya akan hancur berantakan.

   Karena berada dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia berkata sambil tertawa paksa .

   "Bila sicu bersikeras hendak menentukan persoalan ini melalui pertarungan, terpaksa aku hanya melayani kehendakmu itu."

   "Bagus sekali."

   Seru si kakek kegirangan, kemudian dengan nada berat lanjutnya .

   "Aku bersedia untuk bertarung melawan lo siansu dalam tiga gebrakan, dengan batas tiga jurus inilah kita tentukan siapa yang unggul dan siapa yang kalah."

   "Yakinkah sicu dapat meraih kemenangan dalam tiga jurus saja?"

   Kata Ketua siau lim pay ini dengan kening berkerut. Kakek berbaju kuning itu tertawa hambar .

   "Berdasarkan pengalaman selama bertarung melawan orang, rasanya tiga jurus pun sudah lebih dari cukup"

   Hwee cuncu tak dapat menahan diri terus menerus, tiba-tiba ia menimbrung .

   "Ciangbun suheng adalah seorang yang berkedudukan terhormat, untuk menghadapi seorang manusia gunung yang tak beradab kenapa mesti turun tangan sendiri? Biar aku yang mewakilimu"

   "sute cepat mundur."

   Bentak Phu sian sangjin. sementara dengan ilmu menyampaikan suara dia berbisik lagi .

   "Aku lihat orang ini rada kurang beres, tampaknya aku mesti turun tangan untuk menghadapinya sendiri"

   Hwee cuncu tidak berani banyak berbicara lagi, terpaksa dia menurut dan mengundurkan diri. sementara itu si Kakek berbaju kuning itu telah berkata lagi sambil tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahh.haahhhhaaahh kelihatannya lo siansu telah menerima tantanganku?"

   "setelah sicu mengusulkan begitu, selain kusambut tantanganmu rasanya memang tiada jalan kedua yang dapat kupilih lagi."

   "Bagus sekali, bagaimana dengan taruhan kita ? siapa yang unggul dialah yang berhak atas diri sipenderita "

   "Aku tak punya usul yang lain"

   Jawab phu sian sangjin sambil diam-diam menggigit bibir. sambil tertawa Kakek berbaju kuning itu manggut-manggut, pelan-pelan ia mencabut keluar sebuah ruyung lemas bewarna emas dari pinggangnya, lalu berkata .

   "silahkan lo siansu meloloskan senjata"

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Sebetulnya Phu sian sangjin telah bersiap-siap menghadapi musuhnya dengan tangan kosong, namun setelah menyaksikan Kakek berbaju kuning itu meloloskan sebuah ruyung lemas, tergerak hatinya, maka diapun merogoh kedalam sakunya dan mengeluarkan senjata sekop kecil yang jarang sekali dipergunakan.

   "silahkan lo siansu melancarkan serangan"

   Ujar Kakek berbaju kuning itu kemudian dengan gembira. Phu sian sangjin sebagai ketua siau limpay tentu saja tak dapat melancarkan serangan lebih dulu, sahutnya cepat .

   "omitohud, lebih baik sicu menyerang lebih dulu."

   "Hmmm hampir saja aku lupa dengan kedudukan lo siansu"

   Jengek Kakek berbaju kuning sambil tertawa seram.

   "tampaknya jika aku tidak menyerang dulu, losiansu pun tak bakal turun tangan, bukan?"

   Phu sian sangjin segera mengangguk.

   "Ya a, tebakan sicu memang tepat sekali"

   "Haaaahhhaahhhaaahhhh.kalau memang begitu, maaf kalau terpaksa aku menyerang duluan"

   Ruyung lemas berwarna emasnya segera digoyangkan dan dilancarkan sebuah sapuan kedepan.

   Phu sian sangjin tak berani berayal, secepat kilat ia sambut datangnya ancaman itu dengan senjata sekopnya, ia telah bersiap melangsungkan pertarungan adu kekerasan melawan Kakek berbaju kuning itu.

   Tapi secara tiba-tiba Kakek berbaju kuning itu merubah gerakan serangannya, sapuan yang melayang kedepan tiba-tiba saja berubah menjadi sebuah tusukan langsung.

   Ternyata ruyung lemas itu telah berubah menjadi sebilah pedang, bukan cuma keras dan menegang, lagipula jurus serangan yang dipergunakanjuga merupakan urus pedang yang maha sakti.

   Dari sapuan tahu-tahu berubah menjadi tusukan, sesungguhnya hal semacam ini mustahil bisa terjadi, tapi Kakek berbaju kuning itu bukan cuma bisa merubahnya menjadi mungkin, bahkan sama sekali tak disangka-angka sebelumnya.

   Dalam terperanjatnya, cepat-cepat Phu sian sangjin mundur setengah langkah kebelakang, senjatanya segera diputar setengah lingkaran dan untuk kedua kalinya menangkis datangnya ruyung lawan.

   Mendadak terdengar Kakek berbaju kuning itu tertawa terbahakbahak.

   ruyungnya yang dipakai untuk menusuk bagaikan sebilah pedang, kini berubah kembali sebagai alat penotok jalan darah, sedang yang diarah adalah jalan darah kitong hiat ditubuh Phu sian sangjin.

   Dengan sebilah ruyung lemas ternyata dalam waktu singkat bisa dirubah menjadi tiga macam senjata dengan tiga jurus serangan yang berbeda pula, hakekatnya peristiwa semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya.

   Tak terlukiskan rasa terkejut Phu sian sangjin menghadapi kejadian seperti ini, oleh karena jurus serangan Kakek berbaju kuning itu secara beruntun berubah tiga kali.

   Phu sian sangjin terdesak hingga dari posisi menyerang menjadi pihak bertahan, selain itu diapun mesti mundur tiga langkah secara beruntun untuk meloloskan diri dari serangan lawan.

   "Jurus pertama"

   Seru Kakek berbaju kuning itu sambil tertawa terbahak-bahak.

   Bukan saja paras muka Phu sian sangjin berubah menjadi semu merah, peluh dingin sempat membasahi tubuhnya karena kaget, sampai Hwee cuncu yang mengikuti jalannya pertarungan dari tepi arena, segera menjadi tertegun dibuatnya.

   "Bersiaplah lo siansu untuk menyambut serangan kedua"

   Seru Kakek berbaju kuning itu mendadak sambil tertawa.

   Ruyung lemasnya digetarkan hingga menciptakan serentetan suara pekikan yang sangat aneh, mendadak bagaikan segumpal roda cahaya bewarna kuning ia sambar batok kepala Phu sian sangjin.

   Phu sian sangjin sama sekali tak sempat melihat dengan jelas jurus serangan apakah yang dipergunakan lawannya, otomatis dia pun tidak tahu bagaimana caranya untuk menghadapi serangan tersebut.

   Dalam gugupnya terpaksa ia menciptakan selapis cahaya tajam dengan senjata sekopnya, kemudian dengan menyusunjaringan cahaya yang lembek tapi kuat dia mencoba untuk membendung datangnya ancaman dari musuh.

   Traaaaanggg..traaaaangg suara dentingan nyaring berkumandang tiada hentinya, dalam waktu singkat senjata tajam kedua orang itu sudah saling beradu sebanyak tujuh kali lebih.

   Phu sian sangjin segera merasakan lengannya menjadi linu dan kesemutan, gejolak darah didalam dadanya membuat hatinya berdebar keras, ia betul-betul merasa terkejut oleh ketangguhan musuhnya.

   Walaupun demikian, dengan susah payah jurus serangan inipun berhasil dibendung secara baik.

   Kakek berbaju kuning itu segera menarik kembali senjata ruyungnya, sambil tertawa dia berkata .

   "Lo siansu memang tak malu menjadi ketua siau lim pay, kesempurnaan ilmu silatmu betul-betul luar biasa."

   Merah padam selembar wajah Phu sian sangjin lantaran jengah, walaupun dalam dua gebrakan ini menang kalah masih belum ditentukan namun menurut kejadian yang sesungguhnya sudah jelas dia berada dalam posisi dibawah angin.

   Dalam keadaan begini, terpaksa dia berkata sambil tertawa paksa .

   "silahkan sicu melanjutkan seranganmu yang terakhir"

   Kakek berbaju kuning itu tertawa. Dua jurus telah berlalu, berarti menang kalah akan segera ditentukan oleh jurus terakhir ini "Tampaknya sicu sudah mempersiapkan jurus serangan yang amat tangguh?"

   "Jurus serangannya belum tentu tangguh, namun menang kalah sudah pasti akan diketahuinya."

   Dengan suara dalam ia melanjutkan .

   "Bila dalam jurus serangan yang terakhir ini aku gagal mengungguli lo siansu, aku akan mengaku kalah"

   Perkataan itu diucapkan kelewat sombong dan tekebur, bila diucapkan terhadap kawanan jago persilatan yang lain mungkin tidak mendatangkan sesuatu yang luar biasa, namun lawan bicaranya sekarang adalah ketua siau lim pay, tentu saja ucapan mana sangat menggetarkan sukma.

   Phu sian sangjin segera tertawa hambar, katanya .

   "Bila dalam jurus yang ketiga sicu tak berhasil meraih kemenangan, kau toh bisa melanjutkan pertarungan dan tidak usah mengaku kalah?"

   Tapi kakek itu menggeleng.

   "Tidak Setiap perkataanku berat bagaikan bukit karang, sekali telah kuutarakan selamanya tak pernah akan kusesali kembali, setelah kubilang tiga jurus, tentu saja menang kalah harus ditentukan dalam tiga jurus juga"

   Ruyung lemasnya segera digetarkan dan langsung menusuk ke dada lawannya.

   Jurus serangan yang dipakai kali ini adalah jurus pedang, ruyung itupun menegang bagaikan sebilah gedang dan langsung menusuk jalan darah Tam tiong hiat ditubuh lawan.

   Dengan cepat Phu sian sangjin menggetarkan senjata sekopnya sambil menciptakan segulung cahaya hitam, serangannya kali ini ditunjukkan untuk membabat pergelangan tangan si kakek yang memegang senjata.

   Jurus serangan yang dipakai kali ini merupakan taktik serangan mematahkan serangan, dalam perkiraan phu sian sangjin betapapun istimewa dan sombongnya Kakek berbaju kuning itu, serangan yang dilancarkan dengan dahsyat itu tentu bisa memaksa Kakek berbaju kuning itu menarik kembali serangannya guna melindungi keselamatan sendiri dengan demikian serangan yang ketiga inipun dapat dipatahkan secara mudah.

   Asal jurus ini bisa dipatahkan, biarpun Kakek berbaju kuning itu mengingkari janji dan enggan mengaku kalah, paling tidak ia pun tak usah menanggung malu atas kekalahan yang tragis.

   Hal ini adalah menurut perhitungannya didalam hati, tapi sayang jurus serangan yang dipergunakan Kakek berbaju kuning itu kelewat dahsyat dan luar biasa, ternyata ditengah jalan terjadi lagi perubahan yang sama sekali diluar dugaan.

   Ruyung lemas dari Kakek berbaju kuning itu mendadak berubah bagaikan ular sakti saja, dalam waktu singkat senjata sekop dari Phu sian sangjin telah terbelenggu kencang-kencang .

   Bersamaan waktunya muncul pula segulung tenaga maha dahsyat yang susah dilawan menghantam perg elangan tangannya, tak ampun lagi senjata sekop ditangan phu sian sangjin terpental dari cekalan dan terjatuh lebih kurang sepuluh kaki dari tempat semula.

   Dengan cepat Kakek berbaju kuning itu menarik kembali ruyung lemasnya, kemudian mendongakkan kepala dan menperdengarkan gelak tertawanya yang amat keras.

   sebaliknya paras muka Phu sian sangjin berubah menjadi pucat bagaikan mayat.

   seperti sebuah patung saja untuk berapa saat lamanya ia tak mampu mengucapkan sepatah katapun.

   Kejadian semacam ini betul-betul tak pernah disangka sebelumnya, dengan kedudukan ketua siau lim pay sebagai pimpinan umat persilatan, ternyata dalam tiga gebrakan saja senjatanya kena dipentalkan orang hingga terlepas dari genggaman, apabila kabar ini sampai tersiar diluaran, sudah pasti seluruh dunia persilatan akan menjadi heboh.

   Akibatnya bukan saja pamor serta nama baik siau lim pay akan hancur berantakan, seluruh dunia persilatan pun akan terjadi kehebohan yang menggoncangkan masyarakat.

   sementara itu Kakek berbaju kuning telah menghentikan gelak tertawanya, kemudian menegur .

   "apakah lo siansu mengaku kalah?"

   Phu sian sangjin menghela napas panjang.

   "Aaaai, dalam kenyataan aku memang kalah, tentu saja aku tak akan banyak berbicara lagi."

   Sambil memutar sepasang biji matanya, Kakek berbaju kuning itu berkata lagi .

   "Lo siansu sebagai ketua siau lim pay yang memimpin seluruh dunia persilatan, aku rasa kau tentu mengutamakan soal nama baik, setelah menderita kekalahan hari ini, tentunya kau tak akan tahan, bukan?"

   Setelah tertawa seram, lanjutnya .

   "sebaliknya kalau peristiwa ini sampai tersiar luas diluaran, nama besarku tentu akan menggetarkan kolong langit dalam waktu singkat"

   "omitohud, sudah pasti hal ini akan terjadi, untuk itu kuucapkan selamat dulu kepada sicu"

   Kakek berbaju kuning itu tertawa .

   "sayang sekali aku bukan seorang manusia yang gemar akan nama besar, terhadap semacam ini aku tidak tertarik sama sekali."

   Kemudian setelah menatap sekejap wajah Phu sian sangjin secara misterius, dia berkata lebih jauh .

   "aku bersedia menyimpan rahasia ini dengan sebaik-baiknya dan tak akan membocorkan nya kepada siapa pun, dengan begitu nama baik lo siansu serta partai siau lim pay pasti tak akan ternoda oleh peristiwa ini."

   Mula mula Phu sian sangjin agak tertegun, kemudian sahutnya .

   "Tidak usah, aku tak pernah mempersoalkan masalah semacam itu, setelah menderita kekalahan ditangan sicu, biarpun sicu merahasiakannya, aku toh tetap akan menyiarkan kejadian ini kepada umum."

   "Lantas apa yang hendak lo siansu lakukan?"

   Tanya si kakek sambil tertawa.

   "Aku akan mengumpulkan segenap jago dari kolong langit dan mengumumkan dihadapan mereka kalau aku sudah dikalahkan oleh seorang jago lihay tak dikenal dalam tiga jurus, karena itu aku tak punya muka untuk memikul tanggung jawab sebagai pemimpin umat persilatan lagi, akan kuminta mereka untuk memilih seorang pemimpin baru yang jauh lebih hebat."

   Kakek berbaju kuning itu mendengus dingin.

   "Hmmm, kalau toh lo siansu tetap keras kepala, aku pun tak akan membujukmu lebih lanjut, terserah pada kemauanmu sendiri,"

   Tapi setelah berhenti sejenak. dengan suara dalam ia menambahkan .

   "Apakah lo siansu masih ingat dengan perjanjian yang kita buat sebelum pertarungan tadi?"

   Phu sian sangjin merasakan hatinya bergetar keras, cepat sahutnya .

   "Tentu saja masih ingat, tapi. .apalah gunanya si pasien yang sakit itu untuk sicu, mengapa sicu bersikeras."

   "Tujuanku justru terletak pada si sakit itu, karena semua keputusan yang kuambil tak pernah akan kurubah kembali."

   Phu sian sangjin segera menghembuskan napas panjang dengan nada dalam dan berat, katanya kemudian .

   "Kalau memang begitu, paling tidak sicu harus meninggalkan nama"

   "oooo tentu saja,"

   Kakek berbaju kuning itu tertawa.

   "Aku pasti akan menyebutkan namaku agarlosiansu mengetahui identitasku yang sebenarnya, tapi sebalum itu tolong serahkan dulu sisakit kepadaku"

   Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Phu sian sangjin berpaling kearah Hwee cuncu sambil katanya .

   "serahkan kepada sicu ini"

   "soal ini. .soal ini"

   Hwee cuncu menjadi terkejut sekali. saking gugup dan tergagap nya sampai setengah harian lamanya dia tak mampu melanjutkan perkataan itu. Menyaksikan hal ini, Kakek berbaju kuning itu segera tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahh.haaahhhhaaahhhh..siau lim pay adalah suatu partai besar yang memimpin dunia persilatan, mengapa ucapan dari seorang pendeta agungnya justru menela mencle dan sama sekali tidak pegang janji?"

   Phu sian sangjin merasakan hatinya amat sakit bagaikan diiris-iris dengan pisau, terpaksa katanya dengan suara dingin .

   "sute, sudah kau dengar perkataanku?"

   "turut perintah"

   Ucap Hwee cuncu sambil menggigit bibir.

   Dengan langkah yang berat dia maju berapa langkah kemuka , lalu membaringkan Kho Beng keatas lantai.

   Waktu itu kesadaran Kho Beng masih tetap utuh, sehingga terhadap semua perstiwa yang terjadi pun mengetahui dengan jelas, sayang dia tak mampu berkata-kata sehingga terpaksa hanya bisa pasrah pada nasib.

   Kakek berbaju kuning itu tertawa girang, dengan cepat ia menyambar tubuh Kakek berbaju kuning dan mengempitnya dibawah ketiak.

   setelah tertawa katanya kemudian .

   "Terima kasih banyak atas bantuan kalian , aku hendak mohon diri lebih dulu"

   Lalu setelah berhenti sejenak, terusnya .

   "aku tidak akan menceritakan peristiwa hari ini kepada orang lain, kalian berdua tak usah kuatir, tentang apa yang hendak kalian perbuat, aku tak ingin turut campur"

   Sambil berkata ia segera percepat langkahnya siap meninggalkan tempat tersebut. Dengan perasaan gelisah Phu sian sangjin berseru .

   "Eeeei, tunggu dulu"

   "Apalagi yang hendak lo siansu katakan?"

   Tanya si kakek sambil menghentikan langkahnya.

   "sicu belum meninggalkan nama"

   "Haaahhhaaahhhh.haaahhh.bila losiansu tidak mengingatkan hampir saja melupakan hal ini, nah dengarkan baik-baik lo siansu."

   Menyusul kemudian ia pun bersenandung .

   "Darah menodai bukit hati duka Dalam sekejap mata seabad telah lewat Kupu-kupu terbang ditanah yang gersang Rumput layu dahanpun mengering Thian melindungi keluarga Ui Ilmu silat berhasil, kekuatan pun pulih Daratan tengah kuserbu, kubangun kembali kejayaan keluargaku"

   Bersama dengan selesainya senandung itu, bayangan tubuhnya turut lenyap pula dari pandangan mata.

   "omitohud"

   Mendadak paras muka Phu sian sangjin berubah menjadi pucat pias bagaikan mayat, ia segera jatuh terduduk keatas tanah.

   Hwee cuncu pun berdiri tertegun bagaikan sebuah patung, lama sekali ia tak berkata-kata.

   Entah berapa saat telah lewat, pelan-pelan phu sian sangjin menghela napas sambil berbisik .

   "sute"

   "Ciangbun suheng..

   "buru-buru Hwee cuncu menyahut. Nada suara mereka agak parau sehingga kedengarannya sangat mengenaskan. sambil menggelengkan kepalanya berulang kali Phu sian sangjin berkata .

   "Tentunya sute sudah mengetahui bukan siapa yang telah kita jumpai barusan?"

   Hwee cuncu mengangguk. Bersambung

   Jilid 35

   Jilid 35

   "Yaa, dia adalah ketua partai kupu-kupu Ui Sik kong Yaa betul, memang bajingan tua ini."

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Sesudah menghela napas panjang, ketua dari siau lim pay ini berkata lebih lanjut .

   "Sungguh tak disangka aku telah jatuh kecundang ditangan bajingan tua ini..aaaai apa yang mesti kita lakukan sekarang?"

   Sambil menggertak gigi Hwee cuncu berseru .

   "Menurut pendapatku, lebih baik kita himpun seluruh kekuatan Siau lim pay dan melangsungkan pertarungan habis-habisan melawan partai kupu-kupu."

   "Jangan kita tak boleh sekali-kali berbuat demikian"

   Seru Phu sian sangjin sambil menggeleng.

   "Mengapa? Apakah ciangbun suheng mengaku kalah dengan begini saja?"

   "Kita harus tahu.. Dengan pengakuan kalah dariku paling banter cuma nama baik Siau lim pay serta nama baikku pribadi yang ternoda,"

   Tukas Phu sian sangjin cepat.

   "tapi jika kita langsungkan pertempuran habishabisan, banyak kekuatan ini kita yang dipupuk dan dibangun selama banyak tahun ini bakal musnah dalam pertarungan tersebut, bahkan akan mempengaruhi pula hasil karya sejarah kuil kita yang telah berumur ribuan tahun."

   "Tapi benarkah dia lihay?"

   Seru Hwee cuncu sambil menggertak giginya kencang-kencang.

   "Setelah merasakan ketiga jurus serangannya tadi, aku dapat merasakan bahwa cukup dengan kekuatan iblis tua tersebut seorang, dia mampu melenyapkan seluruh kekuatan dari partai siau lim kita."

   Baru saja Hwee cuncu hendak berbicara tiba-tiba tampak dua sosok bayangan manusia berkelebat datang, ternyata mereka adalah Beng Gi ciu serta siau wan. Terdengar Beng Gi ciu telah berseru dari tempat kejauhan .

   "siauli telah mendapatkan tempat tinggal yang baik, kenapa sampai sekarang Lo siansu baru sampai disini?"

   Tapi menyusul ia menjerit tertahan, serunya .

   "Mana mana Kho kongcu?"

   Dengan wajah pucat pias seperti mayat, sahut Phu sian sangjin lirih .

   "Dia..dia telah dirampas oleh ketua partai kupu-kupu Ui sik kong.."

   "Haaaa"

   Hampir saja Beng Gi Ciu jatuh pingsan, tanyanya tergagap .

   "sung . .sungguh?"

   Terpaksa Phu sian sangjin menceritakan kembali pengalaman yang barusan dialaminya, sebagai akhir kata dia berkata dengan sedih .

   "Ya a a, semuanya ini memang kesalahanku."

   "Lo siansu tak usah terlalu menyesali diri sendiri."

   Beng Gi ciu mencoba menghibur walaupun sepasang matanya telah berubah menjadi merah.

   "padahal Kejadian semacam ini bukan kesalahan lo siansu yang penting kita harus berunding bagaimana caranya menolong kembali."

   Nona siau wan segera berteriak.

   "mari kita kejar bajingan tua itu dan merampas kembali Kho kongcu"

   Agaknya dia merasa sangat tidak puas dengan kedua orang pendeta tua itu sehingga daLam pembicaraan pun sedikit banyak membawa nada menyindir.

   Dengan cepat Beng Gi ciu menggelengkan kepalanya berulang kali .

   "Percuma, berbuat seperti itu sama artinya dengan perbuatan orang bodoh yang menghantar kematian sendiri, sama sekali tidak bermanfaat barang sedikitpun jua."

   Kemudian sambil berpaling kearah Phu sian sangjin, tanyanya lagi .

   "Bagaimana rencana Lo siansu?"

   Phu sian sangjin menghela napas panjang.

   "satu-satunya jalan saat ini adalah mengumpulkan semua jago persilatan yang ada didunia ini dan akan kujelaskan kisah kekalahanku ditangan Ui sik kong, kemudian akan kuusulkan untuk mencari pemimpin yang baru, dengan pemimpin yang baru inilah kita rundingkan bagaimana caranya menolong Kho sicu serta menumpas habis kaum durjana tua itu dari muka bumi."

   "Menang kalah sudah menjadi peristiwa yang lumrah dalam setiap pertandingan,"

   Ujar Beng Gi ciu sambil tertawa getir.

   "apalagi Ui sik kong adalah pemimpin dari kaum iblis itu, jadi kesalahan dari Lo siansu sebetulnya sudah dapat diduga."

   Kemudian setelah memutar biji matanya, dia berkata lebih jauh .

   "Kini segenap kekuatan inti partai kupu-kupu telah terhimpun dibukit Cian san, dapat diduga tak lama kemudian mereka akan melakukan pembantaian berdarah didalam dunia persilatan, mati hidupnya dunia persilatan dan keutuhan dari umat kita justru akan tergantung sekali pada hasil pertarungan ini. Dalam keadaan demikian, aku rasa lo siansu tak usah terlalu mempersoalkan nama baik peribadi dan partai sendiri, yang penting kita mesti merundingkan cara penanggulangan yang terbaik."

   Merah jengah selembar wajah Phu sian sangjin setelah mendengar perkataan katanya kemudian .

   "Nasehat dari Beng li sicu memang benar, tapi ."

   Kembali dia menghela napas dan tidak melanjutkan kata-katanya. Beng Gi ciu termenung sambil berpikir sebentar, kemudian katanya .

   "siauli mempunyai sebuah usul."

   "silahkan Beng lisicu utarakan keluar"

   "Aku dengar Bu wi lejin, hwesio daging anjing serta pelajar rudin Ho heng sekalian berada dilembah hati Buddha, mengapa lo siansu tidak segera mengirim berita untuk mengundang para jago dari tujuh partai agar berkumpul semua didalam lembah hati Buddha."

   "Lantas bagaimana dengan Beng li sicu sendiri?"

   "Aku hendak melanjutkan usahaku untuk mencari empek oh dan empek Thian, baik kutemukan atau tidak, sampai waktunya aku pasti akan hadir di lembah hati Buddha"

   "Bagus sekali, kalau begitu kita tetapkan demikian saja"

   Beng Gi ciu menghembuskan napas panjang, katanya kemudian .

   "Kalau memang begitu harap lo siansu baik-baik menjaga diri, siauli hendak mohon diri lebih dulu. moga-moga kita berjumpa lagi di lembah hati Buddha tak lama kemudian."

   "Beng lisicu harus menjaga diri baik-baik pula"

   Kata Phu sian sangjin dengan perasaan menyesal Beng Gi ciu tak banyak berbicara lagi, dengan mengajak siau wan berangkatlah dia menuju kejalan semula.

   ooo)00000(ooo Kakek berbaju kuning yang menculik Kho Beng memang tak lain adalah ketua partai kupu-kupu Ui sik kong.

   Dengan senyum bangga menghiasi wajahnya dan mengapit wajah Kho Beng dibawah ketiaknya, ia berjalan santai menuju kearah bukit Cian san.

   Tapi belum sampai sepuluh li kemudian, ternyata dia pun telah menjumpai suatu peristiwa yang sangat diluar dugaan.

   Mendadak terdengar seseorang menegur sambil tertawa ringan .

   "Hey tua Bangka, kau boleh beristirahat sekarang"

   Ui sik kong amat terperanjat, sebab Kejadian ini sama sekali tidak terduga sebelumnya, mungkinkah didunia ini masih ada orang yang memiliki ilmu silat jauh lebih hebat daripada kemampuannya? Kalau tidak.

   apa sebabnya teguran itu bisa muncul begitu mendadak dan sama sekali tak diketahui sebelumnya? sementara dia masih termenung dengan keheranan, tampak sesosok bayangan manusia telah melayang turun dan berdiri dihadapannya, bahkan sedang mengawasinya sambil tertawa.

   orang itu adalah seorang kakek berjenggot putih yang berwajah bagaikan tembaga antik, usianya antara sembilan puluh tahun dan berwajah amat berwibawa.

   setelah tertegun sejenak.

   Ui Sik, kong segera menegur .

   "siapa anda?"

   "Lebih baik tak usah kukatakan"

   Sahut si kakek sambil tertawa.

   "Kenapa?"

   "Aku Cuma orang gunung yang liar, apa gunanya menyebut nama? "

   Ui sik kong semakin terperanjat, serunya lagi .

   "Apa maksud anda menghalangi jalan pergiku?"

   Kakek itu segera tertawa.

   "Aku sudah berkata secara jelas, silahkan mengaso sebentar sambil berbincang-bincang."

   "Maaf aku tak ada waktu untuk menemani"

   Tukas Ui sik kong dengan penuh amarah. sambil membalikkan badan ia siap beranjak pergi dari situ. Tapi dengan suatu gerakan yang cepat kakek itu telah menghadang kembali dihadapannya "Eeeeee..eeee..eeeee tunggu dulu.."

   "sebenarnya apa maksudmu?"

   Ui sik kong semakin naik darah.

   "Hmmm, lebih baik kita berbicara blak-blakan, tinggalkan Kho Beng dan serahkan kepadaku"

   Saking gusarnya Ui sik kong segera tertawa seram, teriaknya ."Licik amat kau si bajingan tua, sebetulnya siapakah kau?"

   "Apakah kau tidak merasa bahwa pertanyaan ini tak perlu kujawab sebab kau sudah tahu tapi pura-pura bertanya lagi?"

   "Sudah tahu tapi pura-pura bertanya?"

   Ui Sik kong tertawa seram.

   "heeee.heeeehehh kenapa aku mesti berbuat demikian?"

   Jengek si kakek.

   "Hmmm, masa dari wajah serta dandananku ini, kau belum dapat menduga siapakah diriku ini?"

   Jengek si kakek.

   "Aku benar-benar tak dapat mengingatnya"

   Kata Ui sik kong sambil berkerut kening. Kakek itu berpikir sebentar, lalu katanya .

   "Baiklah akan kuperlihatkan senjata andalanku, siapa tahu hal tersebut akan memperkuat daya ingatanmu sehingga menyebabkan kau dapat teringat kembali akan diriku."

   Seraya berkata dia segera mengeluarkan seperangkat senjata gelang rembulan dan gelang surya.

   Ui sik kong memperhatikan sejenak.

   tiba-tiba meledaklah suara gelak tertawanya yang amat keras hingga menggetarkan seluruh angkasa, sampai lama sekali suara tertawanya masih menggema diangkasa.

   Pelan-pelan kakek tersebut menyimpan kembali sepasang gelang surya rembulannya, kemudian menegur .

   "Apa yang kau tertawakan?"

   Sambil berusaha menghentikan gelak tawanya, Ui sik kong berkata .

   "Aku mentertawakan kau yang bertindak pintar, tapi mengapa justru melakukan perbuatan sebodoh ini?"

   Si kakek mendengus.

   "Hmmm, dimana letak kebodohanku?"

   "Siapapun boleh kau tiru, namun tidak sepantasnya menyaru sebagai si naga terbang dari see ih, Kong ci, ketahuilah dia sudah meninggal dunia hampir seabad berselang"

   Kemudian setelah berhenti sejenak dengan suara dalam kembali dia berkata .

   "Bocah keparat she Kho pun pernah melakukan perbuatan bodoh yang sama namun hasil penyamarannya segera berhasil dibongkar oleh putriku"

   Kakek itu segera tertawa.

   "Kalau dia menyamar sebagai diriku, tapi aku justru sedang menyamar sebagai diriku sendiri, apakah menyaru sendiripun masih termasuk suatu penyaruan?"

   Dengan penuh amarah, Ui Sik kong segera berseru .

   "Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk berdebatan denganmu, jawab saja selekasnya, kau mau mundur dari sini atau tidak."

   Kakek itu balas mendengus marah.

   "Tentu saja aku tak bakal menyingkir dari sini, kecuali kalau kau meninggalkan Kho Beng disini"

   "Tak nanti akan kulakukan hal semacam ini,"

   Seru Ui sik kong bertambah marah.

   "Hmmm, tiada persoalan yang tak mungkin terjadi dengan ku, karena persoalan yang tidak mungkin pun bisa berubah menjadi memungkinkan."

   Lalu setelah menatap sekejap lawannya, dia melanjutkan .

   "Beranikah kita bertaruh?"

   "Bagaimana caranya bertaruh?"

   Ui sik kong mendengus.

   "Pokoknya siapa yang unggul dia yang menentukan nasib bocah itu, mari kita pun beradu tiga jurus, siapa menang dia mendapatkan Kho Beng, bagaimana dengan cara ini, setuju bukan?"

   Ui sik kong segera melototkan sepasang matanya bulat-bulat, dia berseru keras .

   "Tampaknya kau telah menyaksikan apa yang telah berlangsung tadi?"

   "Betul"

   Kakek itu mengangguk.

   "aku adalah satu-satunya penonton dari peristiwa tadi."

   "Kalau memang sudah menyaksikan sendiri, mengapa kau masih berani mengajukan pertaruhan seperti itu dengan ku?"

   Hardik Ui sik kong dengan suara yang berat dan dalam. Kakek itu segera tertawa tergelak .

   "Haaah.haaahh.lantas bagaimana menurut pendapatmua?"

   "Hmm, rupanya kau sudah bosan hidup dan ingin selekasnya mencari mampus"

   "sayang sekali dugaanmu kali ini keliru besar", kakek itu masih tetap tersenyum.

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"sebab aku sudah menyaksikan taraf kepandaian silat yang kau miliki, justru karena kutahu titik kelemahanmu maka kuusutkan cara tersebut kepadamu"

   "Bagus sekali"

   Teriak Ui sik kong kemudian sambil menggigit bibir.

   "akan kusuruh kau menyaksikan kehebatan ilmu silatku, hayo majulah"

   Sambil berkata dia segera membaringkan tubuh Kho Beng keatas tanah.

   "silahkan mulai menyerang"

   Ucap si kakek sambil tertawa, sikapnya tetap santai dan seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu peristiwa pun terhadap dirinya.

   "selamanya aku tak pernah turun mangan lebih dulu, lebih baik kau yang menyerang duluan"

   Kata Ui sik kong. Pelan-pelan kakek itu meloloskan sepasang gelang surya rembulannya, kemudian sambil dipersiapkan ia berkata .

   "Kalau memang begitu, maaf kalau aku menyerang lebih duluan."

   Sepasang gelang emasnya segera bergerak cepat, gelang surya menyambar kearah kepala sementara gelang rembulan menyambar kearah pinggang, bagaikan dua gulungan asap kuning, senjata tersebut meluncur kemuka dengan sangat hebatnya.

   sementara itu Ui sik kong telah mempersiapkan ruyung lemas bewarna emasnya, senjata tersebut diayunkan kedepan dan tiba-tiba saja berubah menjadi beribu-ribu cahaya banyaknya yang bersamasama menyapu keluar.

   Traaang..traaaaaangggg Ditengah suara dentingan yang amat nyaring, cahaya kuning memancar keempat penjuru sangat menyilaukan mata, bagaikan sang surya yang memercikkan cahayanya keempat penjuru.

   Tempaknya kedua belah pihak sama-sama mundur dua langkah, agaknya menang kalah masih belum bisa ditentukan.

   Namun paras muka Ui sik kong telah berubah menjadi berat dan amat serius, jelas sudah didalam bentrokan tadi, dia telah menyadari bahwa ilmu silat yang dimiliki kakek tersebut betul-betul lihainya bukan kepalang.

   Terpaksa sambil menggigit bibir dia membentak keras .

   "Bajingan tua, ternyata kesempurnaan tenaga dalammu masih jauh diatas kemampuan phu sian si bajingan gundul itu, tak heran kau berani menantangku untuk bertarung?"

   Kembali kakek itu tertawa.

   "Tenaga dalamku memang masih setingkat diatas kemampuanmu, dalam jurus yang kedua nanti, aku akan memaksamu untuk melepaskan ruyung serta mengaku kalah"

   "omong kosong"

   Teriak Ui sik kong dengan amarah yang meluap.

   "bila kau benar-benar mampu memaksaku untuk melepaskan ruyung, saat ini juga aku akan menggorok leher sendiri dan melakukan bunuh diri"

   "Haaahh.hahhhh..haaaah masuk hitungankah perkataanmu itu?"

   "Hmmm, ucapan tersebut keluar dari mulutku dan masuk kedalam telingamu, siapa bilang tak masuk hitungan."

   Setelah berhenti sejenak. kembali dia melanjutkan dengan suara dalam .

   "Bagaimana kalau dalam jurus kedua nanti kau gagal memaksaku untuk melepaskan ruyung?"

   "Itu mah gampang sekali. Aku tetap akan melakukan hal yang sama seperti dirimu, bunuh diri tepat dihadapanmu, nah, setuju bukan?"

   Ui sik kong segera tertawa tergelak .

   "Haaah..haaah..haaahhh.bagus sekali, moga-moga saja kau dapat menepati janjimu nanti"

   "Hmmm, yang kukuatirkan justru kaulah yang akan menjilat ludah sendiri"

   "Tak usah banyak bicara lagi"

   Bentak Ui sik kong keras-keras .

   "ayoh cepat turun tangan"

   Kakek itu segera mengulangi kembali serangannya dengan gelang surya diatas dan gelang rembulan dibawah dia melancarkan serangan dahsyat.

   Dengan cepat Ui sik kong memutar ruyungnya menciptakan tiga lingkaran bayangan cahaya untuk membendung datangnya ancaman tersebut.

   Ketiga lingkaran cahaya itu dua diantaranya meluncur untuk membendung datangnya serangan dari sepasang gelang surya rembulan, sementara gulungan yang terakhir langsung menumbuk kearah dada lawan.

   Terdengar kakek itu tertawa terbahak-bahak, mendadak jurus serangannya berubah, sepasang gelang surya rembulannya berubah menjadi segulung cahaya tajam dan secara keras melawan keras menerjang bahu kanan Ui sik kong.

   Terdengar dengusan tertahan bergema memecahkan keheningan, Ui sik kong mundur tiga langkah dengan sempoyongan sementara ruyung lemas bewarna emasnya terlepas dari genggaman dan mencelat sejauh dua kaki lebih dari tempat semula.

   Bersamaan itu pula bahu kanannya nyaris tak mampu diangkat kembali, sudah jelas luka yang dideritanya cukup parah.

   Peristiwa ini boleh dibilang suatu peristiwa yang luar biasa dan tidak terduga sebelumnya.

   Namun sikap kakek itu masih tetap santai, berdiri disitu sambil tersenyum seakan-akan tak pernah terjadi sesuatu peristiwa pun.

   Paras muka Ui sik kong berubah menjadi mengenaskan, sambil menggigit bibir dia membungkam diri dalam seribu bahasa.

   "Nah, bagaimana?"

   Tegur si kakek kemudian sambil tertawa.

   "Kau yang unggul.."

   Nada suara ui sik kong dingin seperti salju. Kemudian setelah berhenti sejenak, katanya lagi .

   "Ada suatu pertanyaan, kumohon agar kau bersedia menjawab dengan sejelasnya"

   "Kalau ada yang mencurigakan hatimu, silahkan tanyakan saja"

   Kata si kakek sambil tertawa.

   "Ruyung terbangku sudah jelas bersarang tepat didadamu, sepantasnya kalau tak mampus tentu menderita luka yang parah, mengapa kau masih tetap tenang dan sehat walafiat?"

   Kakek itu segera tertawa tergelak .

   "Haaaa.haaaahh.haaahhh aku pernah minum cairan mestika Giok hu wan ci ditambah pula hasil latihanku hampir seabad lamanya, kesemuanya itu membuat tubuhku berubah menjadi keras dan tahan serangan, tentu saja aku tak takut menghadapi gempuranmU yang dahsyat itu"

   Pucat pias selembar wajah Ui sik kong, ia berdiri kaku disitu tanpa sanggup berkata-kata lagi.

   Dia tak pernah menyangka kalau dirinya bakal menderita kekalahan secara mengenaskan, dia pun tak mengira kalau Kong ci Cu masih hidup didunia ini, kesemua Kejadian tersebut hampir saja membuatnya tak percaya sama sekali.

   sambil menggeser tubuhnya kembali, kakek itu bertanya .

   "Apakah masih ada persoalan lain yang mencurigakan?"

   Sambil menghela napas ui sik kong segera berkata .

   "Ternyata kau benar-benar adalah Kongci Cu"

   "Aku toh tak pernah memaksamu untuk percaya."

   "Bila kau benar-benar adalah Kongci Cu, masih ada satu hal yang tidak kupahami?"

   Kata Ui sik kong dengan kening berkerut.

   "soal apa?"

   "Kongci Cu adalah sobat karib kakekku almarhum, terhitung juga orang yang berbudi untuk keluarga ui, seharusnya dia adalah sobat kami bukan musuh."

   "ooo maksudmu tidak seharusnya aku membantu orang lain?"

   Tukas si kakek cepat.

   "Yaaa, begitulah maksudku."

   Kakek itu menghela napas panjang.

   "Aaaai. aku tak bersedia memberi penjelasan yang terlalu mendalam tentang masalah ini, tapi bila kukatakan kepadamu bahwa setiap orang mempunyai cita-cita yang berbeda."

   Kemudian setelah berhenti sejenak. lanjutnya dengan suara dalam .

   "Bagaimana dengan pertaruhan kita tadi? Apakah anda akan melaksanakannya?"

   "Pertaruhan apa?"

   Tanya ui sik kong terperanjat. sambil tertawa kakek itu berkata .

   "Bagi yang unggul, bukan saja akan memperoleh Kho Beng, lagipula dapat menyaksikan lawannya menggorok leher sendiri dan bunuh diri, aku rasa begitu bukan pertaruhan yang kita janjikan tadi?"

   "Kalau aku tak mau melaksanakannya, mau apa kau?"

   Seru Ui sik kong sambil menggigit bibir. Kakek itu segera tertawa tergelak.

   "Haaahh..haaaahhaaaah..sejak tadi telah kuduga bahwa kau tak bakal menepati janji, tapi akupun tak akan memaksamu untuk melakukan bunuh diri."

   Sesudah menghela napas panjang, kembali ujarnya .

   "Anggap saja aku memandang diatas wajah saudara Thian it, sobat lamaku itu dan membatalkan perjanjian kita tadi, tapi kau mesti ingat cepat atau lambat Kho Beng akan mendesakmu untuk mati."

   "Jangan harap kau bisa membawa pergi Kho Beng dari sini"

   Seru Ui sik kong sambil menahan geram.

   "Tapi bagaimanapun juga aku tetap akan membawanya pergi"

   Kata si kakek sambil menarik muka.

   Ui sik kong tidak berkata kata lagi, mendadak dia membalikkan tangannya sambil melancarkan sebuah pukulan dahsyat ke tubuh Kho Beng.

   Blaaaam Benturan yang amat dahsyat berkumandang memecahkan ke heningan, pasir dan batu beterbangan diangkasa.

   Diatas permukaan tanah segera muncul sebuah liang raksasa yang luasnya mencapai beberapa depa.

   Tampaknya dia bermaksud membunuh Kho Beng dengan gempuran dahsyatnya itu.

   Namun ketika dia mencoba mengamati lagi dengan seksama, ternyata Kho Beng yang semula masih berbaring diatas tanah, kini telah berada dalam pangkuan kakek tersebut.

   Tentu saja ui sik kong menjadi tertegun dan berdiri termangu-mangu.

   Terdengar kakek itu tertawa terbahak-bahak sambil berkata .

   "Haaahhh.haaahh..haaahhh mungkin kau telah melupakan sesuatu, ilmu meringankan tubuh serta kecepatan gerakku sudah tersohor didalam dunia persilatan sejak seabad berselang"

   "Kalau begitu kau benar-benar adalah Naga terbang dari see ih, Kongci Cu yang asli?"

   Kata ui sik kong sambil menghela napas sedih. Kembali Kongci Cu tertawa.

   "Bukankah telah kukatakan sejak tadi, namun kau sendiri yang enggan percaya, apa yang mesti kuperbuat lagi?"

   "Kalau kau benar-benar adalah Kongci Cu yang asli, kenapa sikapmu terhadapku sejelek ini, apakah."

   Dengan penuh amarah dia menghela napas, lalu terusnya dengan suara yang berat lagi dalam .

   "Apakah kau menyangkal pernah menjalin tali persahabatan dengan mendiang kakekku? Apakah kau berniat memusuhi keluarga ui kami?"

   Kongci Cu menghela napas panjang.

   "Berbicara sesungguhnya aku tak akan menjadi sahabat pun tak menjadi musuh kalian, sebab aku tak pernah melupakan persahabatanku dengan mendiang kakekmu dulu saudara Thian it.

   Akan tetapi aku pun tak ingin menyaksikan kalian membuat kejahatan dan menerbitkan keonaran dimana-mana, itulah sebabnya aku tak bisa berpeluk tangan belaka."

   Kemudian sambil mengalihkan pandangan matanya kewajah Ui Sik kong, kembali dia menambahkan .

   "Moga-moga saja kau tidak terjerumus kedalam lembah kehancuran, cepatlah menyadarkan diri atas segala perbuatanmu serta kembali kejalan yang benar. Nah jagalah dirimu baik-baik."

   Usai berkata ia segera berkelebat pergi dari situ dan lenyap dari pandangan mata.

   Mengawasi kepergian Kongci Cu sambil membopong tubuh Kho Beng, ui sik kong berdiri termangu-mangu, dadanya bagaikan tersumbat oleh sebuah batu cadas yang amat besar, seperti juga tersulut oleh api amarah yang membara.

   Mendadak dia mengayunkan sepasang telapak tangannya dan secara beruntun melepaskan serangkaian pukulan yang amat gencar.

   Biarpun perawakan tubuhnya kurus dan ceking, namun tenaga pukulannya betul-betul sangat dahsyat dan mengerikan hati.

   Terdengar suara gemuruh yang memekikkan telinga bergema memecahkan keheningan, batang pohon bertumbangan saling menindih, hancuran batu beterbangan bagaikan hujan gerimis, sedemikian dahsyatnya gemurh suara disitu, sampai daerah sejauh sepuluh lipun bisa mendengar suara gemuruh tersebut secara jelas dan nyata.

   Ia menyerang dan melepaskan serangan tiada hentinya, jelas jagoan tua dari keluarga Ui ini ingin menggunakan kesempatan tersebut untuk melampiaskan keluar seluruh rasa kesal dan jengkelnya.

   Hingga dia merasa amat penat dan kehabisan tenaga.

   Ui Sik kong baru menghentikan perbuatannya, namun dalam kawasan seluas berapa li sudah tak Nampak sebatang pohon pun berada dalam keadaan utuh, tak sejengkal tanah pun berada dalam keadaan rata.

   Akhirnya ia jatuh terduduk diatas tanah sementara air mata bercucuran membasahi wajahnya.

   Apakah partai kupu-kupu yang telah hidup memencilkan diri selama seabad bakal mengalami nasib yang tragis kembali? Apakah dia tak akan mampu mencapai apa yang dicita-citakan ketua partai mereka menjelang kamatiannya dibawah tebing hati duka? Mendadak..

   Tampak sesosok bayangan manusia berkelebat datang dengan kecepatan tinggi sambil meluncur tiba, serunya pelan .

   "Ayah.."

   Ternyata yang muncul adalah Dewi In Un. Dengan penuh kelembutan, perempuan tersebut duduk disamping ayahnya, lalu menegur lirih .

   "Ayah, mengapa kau?"

   Ui sik kong menghela napas panjang, ia tetap terbungkam dalam seribu bahasa.

   Namun sorot matanya palan-pelan dialihkan kedepan sana.

   Tampak ke empat tiang lo dari partai kupu-kupu, dua belas pengawal khusus serta keempat lengcu dari Dewi In Un sekalian, kini telah berdiri tegak pada lima kaki dihadapannya.

   sekali lagi Ui sik kong menghela napas panjang tanpa berkatakata.

   Menyaksikan hal ini, Dewi In Un segera bertanya lagi dengan sedih .

   "Ayah, sebenarnya apa yang telah terjadi? Kekuatan apakah yang membuat dirimu berubah menjadi begini rupa?"

   Akhirnya Ui sik kong buka suara, dengan nada yang sangat dalam dan berat dia berkata "Ketika partai kupu-kupu didirikan mendiang kakekku dulu, kita pernah menyapu seluruh jagat dan menaklukan banyak perguruan besar."

   "Kemunculan partai kupu-kupu saat inipun akan berbuat yang sama membuat seluruh jagat tunduk dibawah perintah kita,"

   Kata Dewi In Un cepat. Kembali ui sik kong menghela napas .

   "Namun kejayaan yang dikecap waktu itu hanya berlangsung sesaat, menyusul hilangnya kitab pusaka Thian goan bu boh dan kekalahan tragis di tebing hati duka, menyebabkan mendiang kakekku tewas secara mengerikan , partai kita terpencil diwilayah yang jauh."

   "Hutang darah tersebut wajib kita tuntut kembali, kita harus membalas dendam atas sakit hati tersebut "

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Seru Dewi In Un sambil menggertak gigi kencang-kencang.

   "Aaaaai, semenjak peristiwa itu partai kupu-kupu kita tak mampu bangkit kembali, lenyap bagaikan asap dipagi hari, terusir sama sekali dari percaturan dunia persilatan"

   "Tapi sekarang kita toh sudah bangkit kembali"

   Seru Dewi In un.

   "Benar, dalam seabad terakhir ini kita melatih diri secara terus menerus selama tiga generasi, akhirnya partai kupu-kupu dapat bangkit kembali didalam dunia persilatan."

   Sesudah menghembuskan napas panjang, dia melanjutkan .

   "Memimpin pasukan menduduki daratan Tiong goan, membangun kembali kejayaan lama, inilah yang menjadi cita-cita partai kupukupu kita sekarang."

   "Benar, kita mencuci dulu daratan Tiong goan dengan cucuran darah, menaklukan seluruh umat persilatan, kemudian setelah berhasil menduduki kursi pimpinan yang tertinggi dalam dunia persilatan, kita baru pergi membunuh keturunan tiga dewa untuk membalaskan dendam bagi leluhur kita dan sekarang segala sesuatunya hampir terwujud didepan mata"

   "Tapi sekarang, kita telah menjumpai tantangan yang amat besar"

   Bisik Ui sik kong sambil menghela napas.

   "Ayah , sebenarnya apa yang telah kau alami?"

   Buru-buru Dewi In un bertanya.

   "Ayah, telah bertemu dengan ketua Siau limpa y, Phu sian si bajingan gundul itu sedang membawa Kho Beng yang terluka parah, didalam pertarungan tiga jurus secara mudah ayah berhasil mengalahkan phu sian serta merampas Kho Beng dari tangannya, tapi."

   Sesudah menghela napas kembali ia menggigit bibir serta tidak melanjutkan kembali kata-katanya.

   "Mana Kho Beng sekarang?"

   Tanya Dewi In Un.

   "Aaaai, ayah telah berjumpa lagi dengan orang lain, Kho Beng pun dirampas kembali oleh orang tersebut."

   Dewi In Un menjadi sangat terperanjat, segera serunya .

   "siapakah yang memiliki kepandaian silat sehebat ini, apakah ilmu silatnya masih jauh diatas kemampuan ayah?"

   "Dengan pertarungan sebanyak tga jurus, orang itu berhasil mengungguli ayah"

   Bisik Ui sik kong sedih.

   "sebenarnya siapa sih orang itu?"

   Desak Dewi In Un dengan perasaan amat gelisah. sekali lagi Ui sik kong menghela napas.

   "Aaaaai..dia adalah naga terbang dari See ih, Kongci Cu"

   "Haaaah"

   Tak terlukiskan rasa kaget Dewi In Un setelah mendengar perkataan itu.

   "tak mungkin hal ini bisa terjadi, siapa pula yang telah memerankan dirinya? Ayah, kau tentu belum lupa bukan dengan penuturanku tempo hari, dimana Kho Beng pun pernah menyamar sebagai Kongci cu?"

   "Tiada orang yang menyamar sebagai dirinya. Dialah Kongci Cu y asli"

   Dewi In un membelalakkan sepasang matanya bulat-bulat, serunya kurang percaya .

   "Hal ini mana mungkin bisa terjadi? Kalau orang itu adalah Kongci Cu, seharusnya dia membantu pihak ayah. Selain itu, masa dia betul-betul bisa hidup selama dua abad lamanya?"

   "Dalam jagad raya yang begini luas, tiada keajaiban yang tak mungkin terjadi, apa bila orang yang dapat hidup melebihi dua abad pun bukan hanya Kongci Cu seorang."

   Sesudah berhenti sejenak, kembali serunya .

   "Tentang apa sebabnya Kongci Cu tidak membantu pihak kita masih ada satu hal ayah tak pernah menceritakannya kepadamu."

   "Tentang soal apa?"

   Tanya Dewi In Un agak bimbang.

   "Kongci Cu betul-betul adalah tuan penolong keluarga ui kita, tapi itupun hanya disebabkan dia telah mengurusi layon kakekku almarhum serta memiliki jalinan persahabatan yang cukup erat dengan kakekku dulu, sedang terhadap segala tingkah laku maupun sepak terjang partai kupu-kupu kita dia tak pernah mau tahu atau mencampurinya."

   "Dia telah pergi kemana sekarang?"

   Tanya Dewi In Un. Ui Sik kong tertawa getir.

   "Entah, kemanapun dia pergi, yang pasti tak mungkin bisa kita temukan, ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya sangat hebat, apalagi merupakan kepandaian andalannya."

   Setelah memancarkan sinar kebencian dari balik matanya, kembali dia melanjutkan .

   "Padahal sekalipun kita berhasil menemukannya, apa pula yang dapat kita perbuat?"

   "Dengan mengandalkan kekuatan partai kupu-kupu yang ada sekarang, kita bunuh tua Bangka tersebut, masa kita tak mampu melakukannya?"

   Kembali Ui sik kong tertawa getir.

   "Percuma, menurut apa yang kuketahui sekalipun seluruh kekuatan partai kita kerahkan pun belum tentu bisa menandingi kemampuannya"

   "Kalau begitu, apa yang mesti kita lakukan sekarang?"

   Tanya Dewi In Un terperanjat. Tapi kemudian seperti memahami akan sesuatu, kembali tanyanya .

   "Aku mempunyai sebuah ide yang bagus sekali, apakah ayah menyetujuinya?"

   "Apa idemu itu?"

   "Kita ajukan rencana yang semula dengan melakukan pembantaian lebih awal terhadap umat persilatan didunia ini, kita harus melakukan pembantaian berdarah untuk menyapu serta menaklukan orang-orang itu"

   Tapi Ui sik kong segera menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya .

   "Cara tersebut bukan sebuah cara yang baik."

   Kening Dewi In Un berkerut, segera serunya .

   "Lalu ayah.."

   Mendadak Ui sik kong merasakan semangatnya berkobar kembali, serunya cepat .

   "Aku telah berhasil mendapatkan sebuah akal yang sangat bagus."

   "Apa akalmu itu?"

   Tanya Dewi In Un cepat.

   "Tempat ini bukan tempat yang cocok untu berbicara, mari kita pulang dulu kebukit Cian san "

   "Baik ayah, mari kubimbing dirimu"

   Maka ayah dan anak pun saling berangkulan sambil melakukan perjalanan, dalam waktu singkat bayangan tubuh mereka telah lenyap dikajauhan situ diiringi segenap jago-jago lihainya.

   ooo)00000(ooo ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Kongci Cu benar-benar sangat lihai, dalam sekali lompatan dia berhasil mencapai jarak sejauh puluhan kaki, gerakannya begitu ringan seperti segulung asap lembut, dalam waktu singkat berpuluh li telah dilewati.

   selama ini Kho Beng berada dalam keadaan sadar, meskipun rasa tentram telah menyelimuti perasaannya, namun persoalan lain membuat pikirannya terasa bertambah berat.

   Berhubung gerakan tubuh dari Kongci Cu sedemikian cepatnya membuat Kho Beng hampir saja tak dapat membedakan jalan bukit atau jalan datarkah yang mereka lalui selama ini, tapi menurut perkiraannya paling tidak seratus li telah mereka lampaui.

   saat itulah pelan-pelan Kongci Cu baru menghentikan larinya.

   Kho Beng mencoba memperhatikan keadaan sekelilingnya secara diam-diam, ternyata mereka masih berada ditengah hutan yang lebat, namun dia tahu tempat tersebut bukan bukit Wang hu san , juga bukan bukit Cian san.

   sambil membungkukkan badan Kongci Cu segera menegur sambil tertawa ringan.

   "Kho Beng, apakah keadaanmu rada mendingan?"

   Kho Beng mencoba menggerakkan bibirnya namun tak sepatah katapun yang sanggup diutarakan. sambil manggut-manggut Kongci Cu berkata lagi .

   "Kondisi tubuhmu sudah lemah sekali, bila tidak diobati secepatnya, mungkin ilmu silatmu bakal punah sama sekali."

   Sembari berkata ia segera membaringkan tubuh Kho Beng keatas tanah. Tampak ia termenung sebentar, kemudian dari sakunya mengeluarkan sebutir pil berwarna merah dan dihadapankannya sebentar pada telapak tangannya, setelah itu baru katanya .

   "Pil ini adalah pil mestika Giok ci sin wan terakhir yang kumiliki, cepatlah kau telan"

   Tanpa peduli apakah Kho Beng setuju atau tidak, dia segera menekan jalan darah Coat ho hiat ditenggorokannya dan menjejalkan pil tersebut kedalam mulutnya.

   Kho Beng tak bertenaga untuk menampik, terasa olehnya pil yang menggelinding masuk kedalam mulutnya itu segera menyebarkan hawa segar keseluruh badannya, bersamaan itu pula dia merasakan semangatnya kembali berkobar.

   Tiba-tiba Kongci Cu berbisik d isisi telinganya .

   "Usahakan sedapat mungkin untuk menghimpun kembali kekuatanmu serta mengatur napas."

   Kho Beng menurut dan segera berusaha menghimpun kembali tenaga dalamnya.

   Mungkin Karena bantuan sisa hawa murni yang dimilikinya, ternyata percobaan yang dilakukannya kali ini mendatangkan hasil yang diharapkan, segulung aliran hawa panas pelan-pelan muncul dari pusarnya dan menyebar keseluruh tubuh.

   Kho Beng menjadi girang setengah mati, dengan cepat dia mengatur napas dengan penuh semangat, matanya dipejamkan rapat-rapat dan mulutnya membungkam dalam seribu bahasa.

   sementara itu Kongci Cu duduk pula disisinya sambil memejamkan mata rapat-rapat, jelas diapun sedang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengatur pernapasan, lebih kurang sepertanak nasi kemudian Kho Beng telah membuka matanya kembali dan bangkit dari tidurnya.

   Ia merasakan tubuhnya jauh lebih segar dan bertenaga, ketika mencoba bangkit berdiri ternyata usaha ini pun berhasil, buru-buru dia berlutut dihadapan Kongci Cu sambil serunya .

   "Boanpwee mengucapkan banyak terima kasih atas pertolongan locianpwee"

   Pelan-pelan Kongci Cu membuka matanya kembali, ia sama sekali tidak membangunkan Kho Beng, hanya ujarnya sambil tersenyum .

   "Bagaimana keadaanmu sekarang?"

   "Boanpwee telah merasakan kesehatan tubuhku jauh lebih sehat dan kuat."

   "Bagus, bagus sekali"

   Sorak Kongci Cu dengan gembira.

   "hitunghitung aku telah melakukan suatu pekerjaan yang amat memuaskan hati."

   "Benarkah cianpwee adalah Kongci cianpwee?"

   Mendadak Kho Beng bertanya agak ragu-ragu. Kongci cu segera tertawa tergelak .

   "Haaahh.haaahhh..haaahhh..masa kau tidak mendengar pembicaraanku dengan Ui Sik kong tadi?"

   "jadi jadi kesemuanya ini sungguh-sungguh? Tapi Boanpwee pernah mendengar penuturan kakek tongkat sakti katanya cianpwee..sudah.."

   "Sudah mati bukan?"

   Sambung Kongci Cu sambil tertawa. Kho Beng jadi tergagap.

   "Lantas cianpwee.."

   Setelah menghela napas Kongci Cu berkata .

   "Aaaaai, aku memang pernah mati sekali tapi waktu itu Cuma pura-pura mati, hal ini pun disebabkan masalah partai kupu-kupu"

   "Boanpwee benar-benar bingung dan tidak memahami keterangan dari cianpwee, bersediakah cianpwee untuk menerangkan lebih jelas lagi?"

   Pinta Kho Beng dengan wajah tak habis mengerti.

   "Tentu saja."

   Kongci Cu manggut-manggut.

   "aku pasti akan memebritahukan kepadamu."

   Sesudah berhenti sejenak. kembali dia melanjutkan .

   "Tatkala aku menjalin tali persahabatan dengan Ui Thian it pendiri partai kupu-kupu, waktu itu usiaku masih amat muda, hal inipun bisa terjadi lantaran aku merasa berhutang budi kepadanya."

   "Apakah dia pernah menolong cianpwee?"

   Tanya Kho Beng . Dengan cepat Kongci Cu menggeleng.

   "Dia pernah menolong ayahku almarhum, meskipun ayahku akhirnya mati karena lukanya yang parah, namun dia telah berusaha dengan sekuat tenaga yang dimilikinya, oleh sebab itu aku merasa amat berterima kasih kepadanya hingga selanjutnya menjalin persahabatan yang sangat akrab. Tapi setelah persahabatan itu berjalan berapa tahun, aku mulai menemukan banyak kelemahan dan kesalahan yang dilakukan Ui Thian it didalam pelbagai tindakannya, misalkan saja dia amat berambisi, tidak mengenal perikemanusiaan, sadis, buas dan kadang-kadang pula menunjukkan sifat kemunafikannya."

   "Mungkin disinilah letak perbedaan antara kaum pendekar dengan kaum sesat?"

   Sela Kho Beng. Kongci Cu mengangguk.

   "Yaa, boleh dibilang begitu, berhubung tabiatnya yang susah didekati itu maka lambat laun mulai menjauhkan diri dari pergaulan dengannya, namun berhubung aku merasa berhutang budi kepadanya, maka masalah ini selalu mengganjal didalam hatiku dan tak pernah dapat kulupakan."

   "Disinilah letak kebesaran jiwa locianpwee"

   Kata Kho Beng. Tiba-tiba Kongci Cu melototkan sepasang matanya bulat-bulat serunya sambil mendengus "Hmmm bocah muda, kau tak usah bermaksud menjilat pantatku"

   Merah padam selembar wajah Kho Beng, namun ketika menyaksikan raut wajah Kongci Cu yang lucu, tak kuasa lagi dia tertawa geli.

   Dia tahu manusia yang berusia hampir mendekati dua abad ini bukan saja gampang diajak bergaul, lagipula tak senang dengan segala macam tata cara pergaulan.

   Terdengar Kongci Cu berkata lebih jauh.

   "semenjak peristiwa itu, aku sering tak bertemu dengan Thian it sampai berapa tahun lamanya, namun setiap kali bertemu, hubungan kamipun sangat hangat dan akrab, aku masih ingat pada pertemuan kami yang terakhir, yaitu empat tahun sebelum dia mati ditangan tiga dewa. Waktu itu kitab pusaka Thian goan bu boh warisan leluhLimya telah hilang, ia sedang mempersiapkan diri untuk melakukan pembantaian secara besar-besaran didalam dunia persilatan. Aku berusaha membujuknya agar mengurungkan niatnya itu namun tidak berhasil, akhirnya a kupun terpaksa mohon pamit. Tapi sebelum pergi meninggalkannya diapun sempat mengajukan sebuah permohonan kepadaku."

   Ketika berbicara sampai disini, ia segera termenung dan tidak melanjutkan kembali kata-katanya.

   "Entah apakah permintaan itu?"

   Tanya Kho Beng dengan nada menyelidik. sambil tertawa getir Kongci Cu berkata .

   "Mungkin pada saat itu diapun sudah menduga kalau hari kiamatnya hampir tiba, ternyata sebelum itu dia telah meninggalkan pesannya, akupun menyanggupi permintaannya untuk berusaha dengan sepenuh tenaga melindungi keturunan dari partai kupukupunya sehingga tidak mengalami kemusnahan total"

   Kho Beng segera manggut-manggut, katanya .

   "Tindakan locianpwee memang sudah terhitung suatu bukti bagi kesetiaan kawanmu."

   Lalu setelah berhenti sejenak. dengan nada menyelidik kembali dia berkata .

   "Apakah locianpwee tidak merasa bahwa perbuatan cianpwee menolong boanpwee adalah suatu perbuatan yang salah?"

   Kongci cu menggeleng.

   "sudah kukatakan sedari tadi, setiap orang mempunyai cita-cita yang berbeda, walaupun aku telah menyanggupi permintaannya untuk melindungi keturunan dari partai kupu-kupu, namun secara diam-diam aku pun telah mengambil keputusan pula bahwa aku tak akan membiarkan partai kupu-kupu menerbitkan bencana bagi umat persilatan, apalagi menciptakan badai pembunuhan berdarah lagi."

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Setelah berhenti sejenak. kembali dia berkata .

   "Anak muda, apakah kau menyetujui pandanganku ini?"

   Buru-buru Kho Beng menjawab .

   "Boanpwee merasa kagum sekali dengan tindakan cianpwee, sebab apa yang dilakukan kau orang tua memang tepat sekali"

   Kongci Cu menjadi kegirangan, serunya .

   "Waaah..jilatan pantatmu betul-betul membuatku merasa nyaman.. dulu aku sengaja berlagak mati karena secara diam-diam aku hendak mengamati segala perbuatan serta sepak terjang dari ahli waris partai kupu-kupu. Ternyata selama tiga generasi mereka hidup mengasingkan diri dan tak pernah terjun kembali kedalam dunia persilatan, selama ini mereka selalu menekuni ilmu silat keluarganya."

   "Bukankah hal semacam ini sudah menunjukkan dengan nyata bahwa mereka telah bersiap sedia melakukan pergerakan kembali untuk menuntut balas atas sakit hatinya dimasa lampau?"

   Kata Kho Beng.

   "Aku pun mengetahui akan hal ini,"

   Kongci Cu manggut-manggut.

   "sungguh beruntung aku memperoleh penemuan tak terduga sehingga menyebabkan hidupku juga lebih lama dari dugaan orang, selama ini pula aku melakukan pengawasan secara diam-diam."

   Berbicara sampai disitu, dia menghela napas panjang.. selang berapa saat kemudian, ia kembali berkata .

   "Tapi sayang walaupun aku diberkahi usia panjang, tapi sekarang telah tiba saat habisnya minyak lentera."

   "Cianpwee, apa maksud perkataanmu itu,"

   Sahut Kho Beng dengan perasaan amat terkejut. Kongci Cu tertawa .

   "Maksudku sudah amat jelas, aku hampir mati"

   "Bukankah locianpwee telah makan obat panjang usia? Mengapa kau menyinggung soal mati?"

   Kho Beng sangat keheranan. Kongci Cu tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahh..haaahh..haaahhh..tiada obat yang benar-benar bisa membuat seseorang tak dapat mati didunia ini, cairan mestika Giok hu wan ci yang kebetulan kutemukan tak lebih hanya memperpanjang umurku selama enam puluh tahun, lagipula barusan aku telah dilukai Ui sik kong dengan serangan yang mematikan"

   "Locianpwee benar-benar terluka?"

   Tanya Kho Beng tercengang. Kongci Cu tertawa paksa.

   "Jurus kedua yang kupergunakan tadi merupakan jurus berbahaya, kalau bukan begitu mana mungkin aku bisa mengunggulinya."

   Kemudian setelah berhenti sejenak. dengan suara yang dalam dan berat dia meneruskan.

   "Berbicara sesungguhnya, kepandaian silat yang dimiliki Ui sik kong telah mencapai tingkatan yang amat sempurna, rasanya tiada orang kedua dalam dunia persilatan saat ini yang sanggup menandingi kemampuannya itu"

   Kontan saja Kho Beng merasakan hatinya jadi tenggelam, terasa beratnya bukan kepalang. sambil mengawasi pemuda tersebut, Kongci Cu berkata lagi sesudah termenung sebentar .

   "Anak muda, sekarang marilah kita membicarakan persoalan antara kita berdua, kau apakah kau sudah mempunyai guru?"

   Buruburu Kho Beng menyebut .

   "Buwi lojin pernah mewariskan ilmu silat kepada boanpwee, namun tidak mempunyai hubungan sebagai guru dan murid."

   Kongci Cu segera bersorak gembira .

   "Bagus sekali, bersediakah kau mengangkat diriku sebagai gurumu?"

   "Memang inilah yang sangat boanpwee harapkan."

   Buru-buru pemuda itu bertekuk lutut dan telah menyembah diri, katanya pelan .

   "suhu, silahkan menerima hormatku ini."

   Menyusul kemudian dengan sikap yang serius dan hormat dia melakukan sembilan kali sembahan. sambil mengelus jenggotnya, Kengci Cu tertawa terbahak-bahak, katanya kemudian .

   "Haaahhhaaahhh.hahhh setelah kau mengangkat diriku sebagai gurumu, berarti kau harus meneruskan cita-citaku."

   "Tentu saja, silahkan suhu memberi petunjuk"

   "Hutang budiku kapada Ui Thian it belum sempat dibayar, lagipula aku telah menyanggupi permintaannya untuk melindungi partai kupu-kupu dari kemusnahan, ini berarti kewajiban serta beban tersebut sudah jatuh ketanganmu"

   Kho Beng jadi serba salah dibuatnya, agak sangsi dia berkata .

   "Tapi tecu mempunyai dendam kesumat sedalam lautan dengan mereka, apalagi kaum sesat dan kaum lurus tak mungkin bisa hidup berdampingan, bagaimana"

   "Itu mah soal gampang,"

   Kata Kongci Cu sambil tersenyum.

   "seperti contohnya tindakanku terhadap Ui sik kong tadi."

   Sambil mengawasi wajah sianak muda itu lekat-lekat, dia melanjutkan .

   "Apakah kau memahami maksudku?"

   "Apakah kita wajib menghilangkan sifat sesatnya serta merubah kejahatannya menjadi perbuatan mulia"

   Tanya Kho Beng dengan suara berat.

   "Itu sih pandangan dan pengharapan yang paling tinggi, tapi aku rasa mustahil hal semacam ini dapat terlaksana, namun kalau bisa membuat generasi partai kupu-kupu tetap hidup didalam dunia persilatan dan menempati sebuah posisi tertentu yang tak berubah untuk selamanya, itu sudah lebih daripada cukup"

   "Tecu mengerti sekarang"

   Kata Kho Beng kemudian sambil manggut-manggut. Kongci Cu semakin gembira.

   "Bagus sekali kalau begitu, dengan demikian biarpun aku berangkat kealam baka nanti, rasanya dapat pula kuberikan pertanggung jawab ku kepada saudara Thian it."

   Setelah berhenti sejenak, kembali dia melanjutkan .

   "Tak jauh dari sini terdapat sebuah goa, mari kita berangkat ketempat itu"

   Tak selang berapa saat kemudian, mereka berdua telah duduk didalam sebuah ruang gua yang sangat luas. Dengan suara dalam dan berat Kongci Cu segera berkata .

   "Dari sini sampai bukit Cian san kira-kira jaraknya mencapai seratus dua puluh li, bukit ini bernama Bi san dan mungkin merupakan tempat tinggalku untuk beristirahat untuk selamanya."

   "suhu jangan mengucapkan kata-kata macam begitu. Kau orang tua toh."

   Kongci Cu tertawa, tukasnya .

   "Kalau lahir ada tempatnya, kalau matipun harus ada tempat juga, segala sesuatunya telah ditakdirkan sebelum kita dilahirkan didunia, lebih baik tak usah kita singgung kembali masalah ini."

   Setelah terbatuk sebentar, katanya lebih jauh .

   "Yang paling penting sekarang adalah mewariskan ilmu silat kepadamu, aku pernah menciptakan semacam kepandaian silat, meskipun belum dapat dibandingkan dengan ketangguhan ilmu silat dalam kitab pusaka Thian goan bu boh, namun kepandaian ini memiliki kelebihan lain."

   "Kalau ilmu silat yang dimiliki Ui sik kong sudah mencapai tingkat kesempurnaan sehingga suhu pun bukan bandingannya, buat apa tecu."

   "Apakah kau takut bukan tandingan Ui sik kong sehingga tak berani memikul tanggung jawab ini?"

   Sela Kongci Cu.

   "Tecu bukan tidak berani tapi kuatir mengecewakan pesan dari suhu itu"

   Kata Kho Beng agak tergagap. Kongci cu segera tertawa terbahak-bahak .

   "Haaahh.haaahhh..haaahh.tidak usah kuatir, aku dapat memastikan kalau ilmu silatmu dapat melampaui kemampuan Ui sik kong"

   "Kenapa?"

   Tanya Kho Beng tak habis mengerti.

   "Bukankah kau sudah melatih ilmu silat yang tercantum didalam kitab pusaka Thian goan bu boh?"

   Kho Beng segera mengangguk.

   "Yaa benar, boanpwee pernah mempelajarinya tapi berhubung ilmu tersebut belum berhasil kukuasai dengan matang, maka susah bagiku untuk mewujudkan kedahsyatannya sebagaimana yang diharapkan dalam catatan ilmu silat tersebut."

   "Biarpun aku kurang begitu memahami tentang ilmu silat yang tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu boh, namun bila kepandaianku ini bisa dikombinasikan dengan kepandaian yang tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu boh itu, aku percaya tentu akan menghasilkan kemampuan yang sama sekali diluar dugaan, bila hal ini berhasil dengan sukses, berarti Ui sik kong tak nanti sanggup menandinginya lagi."

   Kho Beng menjadi sangat gembira, serunya segera .

   "Kalau memang demikian, tecu pun tak usah merasa ragu-ragu atau sangsi lagi"

   "Lukamu belum sembuh betul, kira-kira masih membutuhkan waktu selama tiga hari sebelum dapat pulih kembali seperti sedia kala, ditambah lagi dengan tujuh hari mempelajari ilmu silat berarti semuanya membutuhkan waktu sepuluh hari, aku percaya sepuluh hari kemudian kau pasti telah berubah menjadi seorang yang lain."

   "Terima kasih atas bimbingan suhu,"

   Cepat-cepat Kho Beng berseru. Kongci Cu menghela napas panjang .

   "Aaaaai, biarpun jangka waktu sepuluh hari tidak terhitung panjang, namun cukup menimbulkan banyak perubahan dan Kejadian, mungkin juga."

   Ia tidak melanjutkan perkataan itu, setelah menghela napas , desahan suara dalam dan berat dia tutup mulut rapat-rapat. Kho Beng menjadi sangat risau, katanya cepat .

   "Kekalahan yang diderita Ui sik kong ditangan suhu mungkin akan memancing berkobarnya sifat buas orang tersebut, seandainya dia sampai melakukan tindakan untuk menyerbu berbagai partai didalam dunia persilatan, mungkin banjir darah akan melanda manusia dan mayat bergelimpangan memenuhi bumi, entah bagaimana nasib dari dunia persilatan selanjutnya?"

   "Ya a, kemungkinan tersebut memang ada tapi semuanya terserah bagaimana kehendak tadir nanti, bila memang sudah ditakdirkan untuk mengalami Kejadian seperti ini, apalagi yang dapat kita katakana?"

   Kho Beng menundukkan kepalanya dan tidak berbicara. Kongci Cu menghela napas panjang, kembali ujarnya .

   "Anak muda, sekarang berbaringlah baik-baik untuk melepaskan lelah, aku tak punya obat mestika yang lain untukmu lagi."

   "suhu, yang paling penting kau harus mengobati luka yang kau derita lebih dulu."

   Sambil tertawa getir, Kongci Cu menggeleng .

   "Yang kuminta kepadamu untuk diperhatikan adalah keselamatan dari seluruh dunia persilatan serta bagaimana menghindarkan partai kupu-kupu dari kemusnahan, masalah yang lain tidak usah kau campuri"

   Terpaksa Kho Beng mengiakan dan menurut saja, membaringkan diri untuk beristirahat.

   Melihat Kho Beng telah memejamkan matanya, Kongci Cu segera menjatuhkan diri duduk bersila dan memejamkan mata pula untuk mengatur pernapasan.

   Dalam waktu singkat, ruangan gua yang lebar pun pulih kembali dalam keheningan yang mencekam.

   ooo)00000(ooo Fajar baru saja menyingsing, matahari pagi yang cerah menyinari lembah hati Buddha.

   saat itu yang mendapat tugas untuk menjaga mulut lembah adalah Molim, Mokim,Rumang serta Hapukim.

   Memandang sinar surya yang baru terbit, tiba-tiba rumang menghela napas sambil menggerutu .

   "Kita betul-betul ketimpa sial tujuh turunan"

   "Ya a betul"

   Hapukim menyambung.

   "kita datang gara-gara kitab pusaka Thian goan bu boh, tak dinyana bukan saja pusaka tersebut tak berhasil didapatkan, sebaliknya nyawa sendiri pun nyaris dibuat tanggungan"

   "Walaupun sekarang kita belum kehilangan nyawa,"

   Ucap Rumang lagi.

   "namun jalan darah kita telah ditotok oleh si pelajar rudin Ho Heng dengan ilmu memotong nadi menyumbat jalan darah, seandainya Kho Beng si bocah keparat itu tak pernah kembali lagi, bukankah riwayat kita pun akan berakhir disini, mati secara konyol?"

   "Aaaaai.inilah yang dinamakan nasib, apa lagi yang bisa kita perbuat selain pasrah?"

   Kata Molim sambil menghela napas.

   "sudah beberapa hari lamanya kita tak mendapat kabar, bila Kho Beng si bocah keparat itu betul-betul mampus, bukankah kita.."

   "ssssst. .jangan berisik,"

   Mendadak Molim memperingatkan.

   "Ketiga orang she Kim itu datang"

   Tampak tiga bersaudara Kim muncul dari balik lembah dan menuju kearah mereka dengan langkah lebar. Bersambung ke

   Jilid -36

   Jilid 36 Sambil maju menyongsong Molim segera menyapa .

   "Selamat pagi tiga bersaudara Kim"

   "Selamat pagi"

   Sahut Kim lotoa seraya menjura. Dengan nada menyelidik Molim bertanya lagi .

   "Mengapa sampai kini cukong belum mengirim berita? Kami berempat benar-benar telah rindu kepadanya."

   Mendengar perkataan itu Kim loji segera tertawa.

   "Aku rasa kalian bukan sungguh-sungguh kangen pada Kho sauhiap, tapi kuatir tak ada orang yang akan mengurutkan kalian, bukan?"

   Jengeknya setengah menyindir. Kontan saja merah padam selembar wajah Molim, buru-buru dia berseru .

   "Aaaah, Kim Ji hiap memang suka bergurau"

   Kim lotoa segera menyambung .

   "Barusan Ho cianpwee telah bilang, apabila Kho sauhiap tak bisa kembali tepat pada waktunya, maka dialah yang akan menggantikan sauhiap untuk mengurutkan nadi- nadi kalian"

   Belum habis perkataan itu diucapkan, mendadak terdengar Kim Losam berseru .

   "Sssst.ada orang datang"

   Dengan cepat semua orang berpaling, terlihatlah ada dua sosok bayangan kuning muncul dari kejauhan sana dan bergerak mendekat dengan kecepatan tinggi. Kim losam yang bermain tajam kembali berseru cepat .

   "ooooh yang datang adalah dua orang hwesio"

   Gerakan tubuh si pendatang tersebut cepat sekali, tak lama kemudian mereka telah tiba dimulut lembah.

   "Ternyata mereka berdua adalah dua orang pendeta yang telah berusia lanjut."

   Kim lotoa segera maju menghampirinya, ia menegur sambil memberi hormat .

   "Locianpwee berdua berasal dari mana?"

   Pendeta tua yang berjalan paling duluan segera berseru memuji keagungan sang Buddha.

   Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "omitohud, aku adalah Phu sian dari siau lim si."

   Tiga bersaudara Kim menjadi sangat terperanjat, sebab mereka tak pernah menyangka kalau pendeta tua yang berada dihadapannya sekarang dalah ketua siau limpay.

   Mungkin disebabkan harus menempuh perjalanan cepat, saat itu wajah maupun pakaian Phu sian sangjin serta Hwee cuncu kotor oleh debu, keadaannya sedikit agak mengenaskan.

   sesungguhnya peristiwa ini memang suatu kejadian yang luar biasa, bayangkan saja pendeta tua itu tak lain adalah ketua siau limpay yang mempunyai kedudukan sangat tinggi dan terhormat, namun nyatanya dia justru mendatangi lembah hati Buddha.

   Boleh dibilang pada hakikatnya tiga bersaudara Kim tak pernah menyangka akan hal tersebut.

   Buru-buru Kim lotoa memberi hormat, lalu sapanya .

   "ooooh, kiranya lo siansu yang datang berkunjung, maaf kalau boanpwee kurang hormat."

   "omotohud, apakah kalian bertiga adalah tiga bersaudara Kim?"

   Tanya Phu sian sangjin sambil balas memberi hormat.

   Tiga bersaudara Kim merasa sangat gembira walaupun mereka belum pernah berjumpa muka dengan ketua siau limpay ini, namun dalam sekilas pandangan saja ketua siau limpay ini bisa menduga identitas mereka yang sebenarnya, tentu saja kejadian ini sangat menggembirakan hati mereka semua.

   Buru-buru Kim bersaudara menyahut hampir berbareng .

   "Boanpwee sekalianlah yang dimaksud, entah losiansu.."

   "Aku dengar Bu wi lojin bersama pendeta suci sekalian berkumpul ditempat ini, apakah berita itu benar?"

   "Benar"

   Sahut Kim lotoa cepat.

   "Malah Ho locianpwee, ketua dari delapan rudinpun berada disini juga"

   Phu sian sangjin segera bersorak gembira.

   "Aku ingin cepat-cepat bertemu dengan mereka bertiga, apakah Kim sicu bersedia menghantar?"

   Cepat-cepat Kim lotoa menyingkir kesamping, sahutnya .

   "Mereka tiga orang tua berada didalam lembah, silahkan masuk lo siansu.."

   Baru saja Phu sian sangjin hendak melangkah mendadak Molim memburu kedepan dan memberi hormat seraya berkata .

   "Kami ingin bertanya kepada lo siansu akan suatu persoalan, apakah lo siansu telah bertemu dengan cukong kami Kho Beng?"

   Mendengar pertanyaan itu, Phu sian sangjin merasa sangat terperanjat, agak tergagap segera sahutnya .

   "Dia. dia telah ditangkap ketua partai kupu-kupu Ui sik kong"

   Berita ini bukan saja membuat Molim sekalian berempat menjadi terkejut, tiga bersaudara Kim pun turut terkesiap dibuatnya. sementara itu Phu sian sangjin telah menghela napas, katanya kembali .

   "Mari kita berbincang-bincang didalam lembah saja"

   Dengan cepat dia meneruskan perjalanannya menuju kedalam lembah.

   sementara itu Bu wi lojin telah menyelesaikan semedinya, kondisi tubuhnya juga telah pulih kembali seperti sedia kala.

   Phu sian sangjin sebagai teman lama dari Bu wi lojin, Hwesio daging anjing serta Pelajar rudin Ho Heng tentu saja merasa sangat gembira dapat berkumpul kembali, sebab mereka tak mengira akan bertemu kembali disaat seperti ini.

   sambil menghela napas panjang, Hwesio daging anjing berkata .

   "Diantara kalian semua, aku si hwesio yang paling sial. Enak-enak hidup disana, eeeh tahunya aku justru datang kemari hanya mencari gara-gara..aaaai, bukan saja tiada arak, daging anjing pun seolaholah sudah menjauhi diriku."

   Buru-buru Kim lotoa maju kedepan sambil berseru .

   "Lo siansu, sudah semenjak tadi kami siapkan segala sesuatunya bagimu, bukan saja tiga guci arak wangi baru tiba, daging anjing pun sudah dipersiapkan satu kuali penuh dan kini telah siap dihidangkan. Kau orang tua tak usah kuatir pokoknya kami akan mengusahakan makan dan minum sebaik-baiknya untukmu."

   Mendengar itu , si Hwesio daging anjing segera tertawa terbahakbahak .

   "Haaaa..haaahhaaahhh.nah, kalian mesti begitu Jadi pengorbananku selama inipun tidak sia-sia. sejak budak Chin minggat tanpa pamit untuk menyusul Kho Beng, kalian bertigalah yang mengurusi makan minumku, sesungguhnya dalam hati kecilku merasa agak rikuh."

   "Aaaah, itu sudah menjadi kewajiban kami, kau orang tua tak perlu sungkan-sungkan."

   Sambil menyeka mulutnya Hwesio daging anjing kembali berkata .

   "Bagaimana pun juga kami toh sudah bersahabat karib, tak usah kuatir, rokoknya aku si hwesio pasti tak akan merugikan kalian bertiga."

   Berbicara sampai disitu, dia segera berpaling kearah Phu sian sangjin, ketua dari siau limpay itu seraya berkata .

   "Benarkah situasi didalam dunia persilatan sedang mengalami perubahan besar?"

   Phu sian sangjin hanya manggut-manggut saja tanpa menjawab. Tiba-tiba Hwesio daging anjing menghembuskan napas panjang, kembali ujarnya .

   "Persahabatan diantara kita telah berlangsung hampir tiga puluh tahun lamanya, gara-gara urusan keluarga Kho, hampir saja kita berhadapan sebagai musuh, tapi urusan sudah berubah sekarang, aku kira kita tak usah saling gontok-gontokan sendiri, bukan?"

   Merah jengah selembar wajah Phu Sian sangjin, setelah menghela napas ia berseru .

   "Kesemuanya ini memang gara-gara ketidak becusanku"

   Cepat-cepat si Pelajar rudin Ho Heng tertawa terbahak-bahak, sambil menukas .

   "Menurut pengamatan aku sipelajar, yang aman bakal kacau, yang kacaupun akhirnya aman, sebab memang begitulah yang dikehendaki oleh yang kuasa, bukan kesalahan satu dua orang melulu."

   Mendadak Bu wi lojin berpaling kearah Kim lotoa dan berseru .

   "Tolong kalian minta kepada Mo bersaudara sekalian agar menyiapkan hidangan berpantang, kita harus mengadakan sedikit perjamuan untuk menyambut kedatangan kedua orang lo siansu ini."

   "Tak usah locianpwee perintahkan, boanpwee bersama jite dan samte telah mempersiapkan segala sesuatunya"

   Sahut Kim lotoa cepat.

   Benar juga tak lama kemudian satu meja penuh hidangan berpantang telah disiapkan.

   Hwesio daging anjing yang paling tidak tertarik dengan hidangan berpantang buru-buru pindah kemeja lain, seorang diri ia menikmati daging anjing sambil meneguk arak dengan sepuasnya.

   setelah perjamuan berlangsung berapa saat, beberapa kali Phu sian sangjin nampak menggerakkan bibirnya seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun niat tersebut selalu diurungkan kembali.

   Bu wi lojin yang melihat kejadian ini menjadi keheranan, dengan perasaan yang tak habis mengerti segera tanyanya .

   "Maaf kalau aku bertanya agak lancang, nampaknya lo siansu telah menjumpai suatu masalah yang amat pelik, entah masalah apakah itu?"

   Phu sian sangjin segera menghembuskan napas panjang, katanya kemudian setelah termenung berapa saat .

   "Terus terang saja, aku telah jatuh kecundang orang"

   Semua orang menjadi tertegun sehabis mendengar ucapan tersebut. Sebelum orang lain sempat bertanya, sambil tertawa getir, phu Sian sangjin telah melanjutkan kembali kata-katanya .

   "Atas dukungan dan kepercayaan para umat persilatan, kami siau limpay sudah bertahun-tahun lamanya dianggap sebagai pemimpin dari tujuh partai besar, aku sebagai ketua siau limpay pun tak berani terlalu meremehkan kepercayaan orang atas diriku, tapi aku."

   Selapis perasaan duka yang amat sangat menghiasi wajahnya, dengan nada mendekati parau dia melanjutkan .

   "Tapi kenyataannya ilmu silat yang dimiliki ketua partai kupukupu Ui sik kong memang luar biasa hebatnya, dalam suatu pertarungan yang baru saja terjadi, aku telah dikalahkan hanya dalam tiga gebrakan saja."

   "Apa? Tiga jurus..hanya dalam tiga jurus?"

   Teriak Hwesio daging anjing sambil membanting cawan araknya kelantai. Phu sian sangjin menghela napas panjang.

   "Aaaaai..tegasnya saja. Andaikata dla ingin meraih kemenangan dalam satu jurus pun hasilnya tetap sama saja, mungkin dia masih ingin memberi muka kepadaku, maka aku baru dikalahkan dalam jurus yang ketiga."

   Semua orang segera terbungkam dalam seribu bahasa, suasana hening luar biasa mencekam seluruh ruangan gua.

   Kejadian ini betul-betul merupakan suatu peristiwa yang mengejutkan hati, sejak partai siau limpay didirikan oleh Tat mo cousu, pelbagai ilmu silat maha sakti boleh dibilang bersumber dari kuil siau lim si sebagai sumber dari segala macam ilmu silat.

   Kini, Phu sian sangjin sebagai ketua siau limpay ternyata berhasil dikalahkan secara mudah oleh Ui sik kong hanya dalam tiga gebrakan saja, dari sini bisa disimpulkan bahwa kepandaian yang dimiliki Ui sik kong betul-betul sudah mencapai tingkatan yang luar biasa.

   Maka secara ringkas ketua siau limpay ini menceritakan kembali tentang pengalaman yang telah dialaminya.

   Bagaimana pun juga rupanya Phu sian sangjin amat mempercayai orang-orang yang hadir dalam gua itu, bukan saja ia tidak merahasiakan kejadian itu, bahkan setiap kejadian dijelaskannya secara terperinci, sebagai akhir kata dia berkata .

   "Biarpun aku bukan seorang yang terlalu mempersoalkan tentang nama dan kehormatan, namun nama baik serta pamor siau limpay akan turut hancur dengan terjadinya peristiwa tersebut, aku merasa tidak pantas lagi untuk menjadi pemimpin dari rekan-rekan persilatan, itulah sebabnya"

   "sebetulnya lo siansu mempunyai rencana untuk bertindak bagaimana?"

   Tanya Bu wi lojin dengan suara dalam.

   "omitohud, apabila rekan-rekan partai telah berkumpul semua, aku akan menceritakan kembali peristiwa yang kualami ini secara gambling, lalu akan kumohon kepada hadirin untuk memilih pemimpin yang baru yang lebih pantas, pokoknya aku beserta segenap anggota siau lim si akan mendukung serta menuruti semua perintah dari pemimpin baru ini untuk melanjutkan kembali perjuangan kita menumpas kaum durjana dari muka bumi."

   "Lo siansu, pandanganmu ini keliru besar,"

   Kata Bu wi lojin tibatiba dengan wajah serius. Dengan kening berkerut Phu sian sangjin bertanya .

   "Apa yang lohiap maksudkan?"

   Setelah tertawa getir, Bu wi lojin berkata .

   "Kekalahan lo siansu ditangan Ui sik kong dalam tiga gebrakan sesungguhnya bukan menjadi kesalahan lo siansu, karena dalam kenyataannya kelihaian serta kesempurnaan ilmu silat yang dimiliki Ui sik kong memang tiada bandingannya didunia saat ini, entah siapa pun diantara ketujuh partai besar, aku yakin tak seorang pun diantara mereka mampu menahan tiga jurus serangan Ui sik kong, nah, mengapa lo siansu kelewat menyesali diri?"

   "Tapi bila aku tetap menjadi pemimpin tertinggi dalam usaha menumpas kaum durjana ini, apakah orang lain tak akan mentertawakan diriku?"

   Kata Phu sian sangjin serius. Pelajar rudin Ho Heng yang selama ini membungkam, tiba-tiba menjerit dengan suara lengking .

   "Menang kalah adalah suatu kejadian yang lumrah dalam setiap pertarungan, apa yang perlu dirisaukan?"

   Bu wi lojin segera berkata pula dengan serius .

   "Bila losiansu tetap menolak jabatan tersebut, apakah tidak kau rasakan tindakan tersebut justru merupakan tindakan menghindari kenyataan? bisa jadi umat persilatan malah salah menganggap lo siansu sudah dibikin jera"

   "soal ini.soal ini."

   Untuk berapa saat Phu Sian sangjin menjadi tergagap dan tak mampu melanjutkan kata-katanya. setelah memutar biji matanya sebentar, Bu wi lojin berkata lebih lanjut .

   "sudah terlalu lama partai siau limpay memimpin dunia persilatan, apabila dalam situasi musuh tangguh didepan mata ternyata lo siansu menyatakan pengunduran diri, maka kejadian ini bukan saja menunjukkan rasa takut danjeri lo siansu dalam menghadapi masalah tersebut, yang lebih gawat lagi adalah pengaruhnya terhadap semangat juang umat persilatan pada umumnya. Bila kabar sensasi menunjang pula berita itu, yang jelas perasaan hati setiap orang menjadi tak tenang, jadi berbicara dari sudut manapun lo siansu tidak seharusnya mengambil tindakan demikian "

   "Betul"

   Sambung Hwesio daging anjing setelah menegur araknya.

   "aku rasa perkataan ini memang benar, aku si hwesio setuju seratus persen"

   Sambil tertawa si Pelajar rudin Ho Heng berkata pula .

   "Biar bukit Thian san runtuh didepan mata, wajah tak boleh berubah, biar air bah sungai Huang ho meluap disisi badan, hati tidak kaget. Inilah yang dibutuhkan seorang ksatria sejati. Lo siansu, kau seharusnya mengempos semangat, kobarkan hati setiap umat persilatan untuk bersama-sama menumpas segala macam kejahatan serta kedurjanaan dari muka bumi"

   Setelah didesak sana sini, akhirnya Phu sian sangjin berseru memuji keagungan sang Buddha.

   "omitohud, kalau toh anda sekalian telah mengatakan demikian, tentu saja aku akan menurut saja"

   Bu wi lojin segera tertawa tergelak.

   "Haaaahhaaah haaah kalau begitu masalahnya, urusan pun lebih mudah untuk diselesaikan, mari kita sekarang merundingkan tentang masalah besar"

   Tapi kemudian dengan kening berkerut, dia melanjutkan .

   "sayang sekali, dua bersaudara Kho telah terjatuh ketangan kaum iblis sehingga bagaimana nasibnya sukar diramalkan, sedang si kakek tongkat sakti serta nona Chinpun mungkin lebih banyak mengalami nasib buruk ketimbang nasib mujur.

   Apakah Ang hiappun sudah turun gunung?"

   Tanya Phu sian sangjin agak tertegun.

   secara ringkas Bu wi lojin menuturkan semua pengalaman Mo bersaudara kepadanya, tapi bagaimanakah akhir dari persoalan itu belum diketahui dengan jelas, karena Molim berempat mendapat perintah untuk segera meninggalkan bukit Ciansan.

   setelah berpikir sebentar si Pelajar rudin Ho Heng berkata .

   "Membawa pasukan menyebrang daratan tengah, membangun kembali kejayaan lama. Hmmm Besar amat ambisi si tua Ui itu"

   "Benar"

   Phu sian sangjin mengangguk.

   "apa maksud dan tujuannya kini sudah menjadi jelas, dia memang berambisi menguasai seluruh daratan Tiongoan dan mengangkat diri sebagai pemimpin tertinggi umat persilatan, setelah ambisinya itu tercapai, dia baru berangkat ke pulau Bong lay untuk mencari keturunan dari tiga dewa serta membalaskan dendam bagi leluhurnya"

   "sayang sekali dia tak menyangka kalau keturunan dari tiga dewa pun telah tiba didaratan Tionggoan,"

   Sambung Bu wi lojin. Dengan kening berkerut, Phu sian sangjin segera berkata .

   "Nona Beng gagah perkasa dan berjiwa ksatria, dia memang memiliki kewibawaan leluhurnya, tapi bagaimana dengan Thian dan oh dua orang keturunan tiga dewa yang lain, hingga kini rasanya persoalan tersebut menjadi tanda Tanya besar, lagi pula belum tentu nona Beng berhasil menemukan mereka."

   "Lantas bagaimanakah janji lo siansu dengannya?"

   "omitohud, padahal nona Beng yang berjanji kepadaku, katanya baik kedua orang empeknya berhasil ditemukan atau tidak. dalam waktu dekat dia pasti akan menyusul ke lembah hati Buddha"

   "Bagaimana dengan rekan-rekan persilatan lainnya?"

   Tanya Buwi lojin lagi.

   "Aku telah memerintahkan anak muridku untuk segera menyebar surat undangan keseluruh partai dan perguruan besar agar mereka secepat mungkin mengirim utusan serta jago-jagonya menuju ke lembah hati Buddha karena kita akan merundingkan bagaimana caranya membasmi kaum durjana serta segala macam kejahatan dari muka bumi. Aku rasa dalam waktu singkat mereka telah berkumpul disini"

   Mendadak si Pelajar rudin Ho Heng menggebrak meja, sambil berteriak aneh .

   "Aduh celaka"

   "Persoalan apa yang bakal celaka?"

   Buru-buru phu sian sangjin bertanya dengan perasaan hari bergetar keras. sambil menggelengkan kepalanya dan menghela napas, Pelajar rudin Ho Heng berkata lebih jauh .

   "Lembah hati Buddha merupakan suatu tempat yang sudah diketahui oleh Dewi In Un sekalian, masih mending kalau Ui sik kong tidak berambisi menguasai jagat, kini sudah jelas dia pasti akan mengalihkan sasaran yang pertama kepada kita, bukankah hal ini sama artinya kita sekalian sedang menunggu datangnya mulut golok mereka?"

   "omitohud, berarti hal tersebut merupakan kecerobohanku"

   Seru ketua dari siau lim pay itu cepat.

   "Yaa benar"

   Kata Bu wi lojin kemudian dengan wajah gelisah.

   "kemungkinan besar kejadian semacam ini akan kita alami, kalau begitu kita mesti secepatnya meninggalkan tempat ini"

   "Bukan cuma harus meninggalkan tempat ini, bahkan kita harus segera berangkat"

   Sambung Pelajar rudin Ho Heng. Timbul perasaan serba salah diwajah Bu wi lojin, serunya agak tergagap .

   
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"soal ini soal ini boleh saja kita tinggalkan tempat ini, tapi kalau harus berangkat sekarang juga, rasanya..rada sulit"

   Sambil beranjak dari tempat duduknya, si Pelajar rudin Ho Heng segera berseru lagi .

   "Coba anda bayangkan sendiri, hanya dalam tiga gebrakan Phu sian sangjin sudah menderita kekalahan ditangan Ui sik kong, andaikata ia menyerbu kemari dengan memimpin sejumlah jagojago lihainya, berapa orangkah diantara kita yang mampu lolos dari mulut harimau?"

   "Hey pelajar rudin, kau jangan melemahkan semangat sendiri"

   Teriak Hwesio daging anjing.

   "aku si hwesio justru tak percaya dengan segala macam tahayul."

   "Hmmm, tampaknya kau sudah mempunyai keyakinan untuk bisa mengungguli Ui sik kong?"

   Dengus siPelajar rudin Ho Heng. Tiba-tiba Hwesio daging anjing tertawa .

   "Keyakinan sih tak punya atau lebih tegasnya saja, bila aku disuruh melawan Phu sian sangjin, mungkin saja kemampuan kami berimbang tapi untuk menghadapi situa Ui sik kong mungkin tiada kesanggupan dariku."

   "Nah, kalau memang tak mampu, kenapa tak segera angkat kaki?"

   Seru si Pelajar rudin Ho Heng sambil tertawa dingin. Dengan cepat Hwesio daging anjing menggelengkan kepalanya berulang kali, ia berkata .

   "Aku bukannya merasa keberatan untuk pergi dari sini, tapi tidak sepantasnya kalau kita angkat kaki secara tergesa-gesa begini sehingga memberi kesan kepada mereka, seakan-akan kita ini anjing yang kena digebuk lari terbirit-birit."

   Kembali si Pelajar rudin Ho Heng tertawa dingin .

   "Masalahnya sekarang adalah masalah taktik, lembah hati Buddha telah menjadi sasaran pertama dari orang-orang partai kupu-kupu, bila kita beberapa orang tua bangkotan sampai dihabisi mereka, bukankah sama artinya separuh dari kekuatan dunia persilatan telah punah?"

   "Waaahh.waaahhh..begitu hebatkah kau menilai kemampuan sendiri?"

   Seru Hwesio daging anjing sambil tertawa. Bu wi lojin yang melihat keadaan tersebut buru-buru melerai, katanya .

   "Kalian berdua tak usah cekcok. meninggalkan tempat ini lebih cepat memang lebih baik, tapi.."

   Sambil berpaling kearah Phu sian sangjin yang masih berdiri tak habis mengerti, dia melanjutkan .

   "Bagaimana pula dengan janji kita dengan para jago persilatan serta nona Beng? soal ini masih bisa diatasi secara mudah,"

   Buru-buru Phu sian sangjin berkata.

   "Menurut perhitungan, murid-murid partai ku berada tak jauh dari sini, biar aku sebera mengutus sute ku untuk menghadang mereka serta meralat berita yang terlanjur dikirim, selain itu biar kukirim orang untuk melacak jejak nona Beng serta merubah tempat perjanjian dengannya."

   "Ya a benar, tempat pertemuan harus pindah.."

   Timbrung Pelajar rudin Ho Heng, setelah berhenti sejenak ia melanjutkan .

   "Persoalan ini merupakan masalah yang terpenting, kalau toh tempat pertemuan kita hendak dirahasiakan, maka tempat tersebut selain letaknya terpencil, yang penting harus gampang ditemukan."

   Bu wi lojin berpikir sebentar, lalu katanya .

   "Aku mempunyai sebuah tempat yang rasanya sangat strategis, letaknya dipuncak Giok cing hong dibukit Tiong lam san.

   Diatas puncak itu terdapat sebuah kuil Leng thian siat wan, kuil itu sudah lama terbengkalai, hanya untung saja walaupun letaknya cukup tingi, sasarannya mudah ditemukan.

   Kalau begitu kita tetapkan dikuil Leng thian sian wan saja, entah bagaimana pendapat anda sekalian?"

   Seru Phu sian sangjin kegirangan.

   "Ya a, kita tak punya pendapat lagi"

   Teriak Pelajar rudin Ho Heng.

   "kalau ada maka usulku adalah cepat angkat kaki dari sini, daripada menderita pengorbanan percuma."

   Phu sian sangjin segera berpaling kearah Hwee cuncu dan berkata .

   "sute, tahukah kau apa yang mesti kau lakukan?"

   "Aku mengerti"

   Jawab Hwee cuncu dengan suara dalam.

   "aku harus menjaga rahasia dan secepatnya menyebarkan berita ini keluar agar para ketua dari pelbagai partai serta jago-jago dari empat penjuru segera merubah arah perjalanan dan berkumpul semua di kuil Leng thian sian wan dipuncak Giok cing hong bukit Tiong lam san"

   Phu sian sangjin manggut-manggut.

   "Yang terpenting adalah menjaga rahasia rapat- rapat jangan sampai rahasia tersebut bocor keluar, kalau tidak maka posisi kita bakal sangat berbahaya."

   "Aku pasti tak akan mengecewakan, harap ciangbun suheng berlega hati."

   Setelah berpamitan dengan semua orang berangkatlah Hwee cuncu meninggalkan tempat itu. sepeninggal sutenya, Phu sian sangjin segera memandang sekejap para hadirin lalu berkata .

   "Kita tak perlu menunda waktu lagi, mari berangkat sekarang juga"

   Karena dalam gua memang tak terdapat lain, maka begitu keputusan berangkat diambil, serentak mereka beranjak meninggalkan lembah hati Buddha dan berangkat menuju kebukit Tiong lam san.

   Dulu, kuil Leng thian sian wan dipuncak Giok cing hiong bukit Tiong lam san pernah menjadi sebuah kuil yang besar dan sangat megah, namun berhubung sedikitnya jemaah ya berkunjung ke situ, lambat laun kuil itu menjadi terbengkalai dan akhirnya terlantar.

   


Bara Naga Karya Yin Yong Pendekar Kembar Karya Gan KL Misteri Kapal Layar Pancawarna -- Gu Long

Cari Blog Ini