Kedele Maut 7
Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 7
Kedele Maut Karya dari Khu Lung
Mokim yg selama ini hanya membungkam terus, tiba2 mendengus dingin seraya berkata pula.
"Hey si tua! Jangan lupa kau pernah membual setinggi langit tentang kehebatan ilmu sakti yg tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu boh ketika baru pertama kali bertemu dg kami, kaupun mengatakan bahwa kabar berita tentang kitab pusaka tsb sudah diketahui, asal sudah ditemukan maka kau bersedia mewariskan kepandaian sakti tsb kepada kami. Tapi sekarang..hmmm...mana kitab pusakanya? Mana ilmu saktinya....?"
Si Unta sakti segera tertawa tergelak.
"Ha...ha...ha...betul aku memang pernah berkata demikian kepadamu, padahal aku telah menemukan Kho sauhiap bagi kalian sekarang serta memperkenalkan majikan baru untuk kalian semua, hal ini sesungguhnya berarti aku telah melaksanakan setengah dari janjiku itu..."
"Apa maksud perkataanmu itu?"
Tanya Hapukim tidak habis mengerti, nampaknya dia kebingungan.
"Aku bisa berkata demikian oleh karena kabar berita tentang kitab pusaka Thian goan bu boh hanya diketahui Kho sauhiap seorang, lagipula Kho sauhiap lah yg sebenarnya merupakan pemilik yg telah kehilangan kitab pusaka tsb."
Molim segera mendengus dingin.
"Hmmm, siapa sih yg sebenarnya kau bohongi? Sudah jelas bocah muda ini mengatakan kalau berita tentang kitab pusaka tsb belum jelas...."
Saat ini Kho Beng sudah banyak belajar dari pengalaman, buru2 dia mengulapkan tangannya seraya menyela.
"Coba kalian dengarkan dulu penjelasan dariku, barusan aku maksudkan kitab pusaka tsb belum jelas kabar beritanya karena aku masih menelusuri jejak orang yg telah mencuri kitab tsb, jadi bukan berarti sama sekali tak ada kabar beritanya."
"Lantas kitab pusaka tsb berada ditangan siapa?"
Tanya Molim dingin.
"Beritahu kepada kalianpun tak ada salahnya"
Ujar si Unta sakti cepat.
"kitab pusaka tsb berada ditangan seorang wanita yg memakai julukan sebagai In nu siancu!"
"Dewi In nu tsb berdiam dimana?"
Teriak Rumang lantang. Sementara si Unta sakti hendak menjawab, Mokim sudah menyela lebih dulu dg suara dingin.
"Lotoa, kau jangan bodoh, andaikata mereka sudah mengetahui tempat tinggal perempuan tsb apa gunanya memperalat kita berempat?"
Sambil tertawa seram si Unta sakti segera menyambung.
"Nah, ucapan Mo loji inilah yg paling sesuai dg jalan pikiranku, sekarang duduknya persoalan sudah jelas, berarti hanya dua jalan untuk kalian pilih, kamu berempat hendak memisahkan diri atau melakukan pencarian secara bersama?"
Molim termenung beberapa saat, tiba2 tanyanya pada Rumang.
"Lotoa, bagaimana menurut pendapatmu?"
Rumang tertawa lebar.
"Aku adalah orang kasar yg dungu, pokoknya bagaimana kalian memutuskan, aku menurut saja!"
Kembali Molim berpaling kearah Hapukim, sambil tanyanya pula.
"Kalau lotoa tiada pendapat, bagaimana dg pendapat saudara Hapukim sendiri?"
Hapukim segera menggaruk-garuk kepalanya yg tak gatal, ujarnya setelah berpikir sebentar.
"Aku rasa mempunyai titik terang jauh lebih mantap ketimbang mencari secara membabi buta!"
Molim segera tertawa sinis, tukasnya.
"Bukan soal itu yg ingin kutanyakan kepadamu, aku Cuma ingin tahu jalan yg manakah yg harus kita tempuh?"
Karena melihat Hapukim berotak bebal dan agaknya tak punya pendapat lain, Mokim segera menyela.
"Toako, aku rasa lebih baik kalau kita teruskan saja perjanjian yg lama, buat kita yg baru pertama kali melangkah kedaratan Tionggoan, rasanya seperti orang buta menunggang kuda, kemana kita mesti pergi untuk menemukan perempuan tsb?"
Molim segera manggut2, kepada Rumang dan Hapukim kembali tanyanya.
"Bagaimana pendapat kalian berdua atas perkataan dari adikku barusan..?"
"Kalau Mo jiko telah berkata begitu , yaa sudahlah...kami mah tak punya pendapat apa-apa"
Ujar Rumang sambil tertawa kering. Sedangkan Hapukim juga menggelengkan kepalanya pertanda tak punya pendapat lain. Maka dg pandangan mata yg menyeramkan Molim menatap kembali wajah si Unta sakti dan Kho Beng sambil katanya.
"Baik, kami akan tetap menuruti janji semula!"
Si Unta sakti tertawa seram, sembari menarik muka katanya.
"Kalau memang masih mengikuti perjanjian yg lama berarti kalian mesti menjaga hubungan kita sebagai majikan dan pembantu, kalian pun harus menjalankan penghormatan sebagai seorang pelayan terhadap majikannya. Kenapa sampai sekarang masih mengacungkan senjata didepan kami?"
Agak tertegun keempat orang tsb setelah mendengar teguran si Unta sakti, tapi kemudian setelah saling berpandangan sambil tertawa, cepat2 mereka menyimpan kembali senjata masing2. Kembali si Unta sakti membentak.
"Kalau toh majikannya sudah ganti, mengapa kalian tak segera maju untuk menjalankan penghormatan kepada Kho sauhiap?"
Keempat orang itu nampak sangat rikuh tapi setelah sangsi sejenak, akhirnya toh maju juga dua langkah kedepan dan memberi hormat kepada Kho Beng sambil katanya.
"Hamba menjumpai majikan baru!"
Pikiran maupun perasaan Kho Beng saat ini benar2 amat kalut, dg cepat dia mengulapkan tangannya seraya berkata.
"Kalian berempat tak usah banyak adat."
Sementara itu si Unta sakti telah menimpali pula.
"Sekarang kalian berempat boleh keluar dari sini untuk melakukan patroli disekitar tempat ini, jangan biarkan sembarangan orang mendekati bangunan kuil ini, aku masih ada persoalan lain yg hendak dibicarakan dg Kho sauhiap."
"Mak nya!"
Umpat Rumang sambil melotot.
"kau toh sudah bukan majikan kami sekarang, buat apa bergaya dan berlagak terus didepan kami?"
Kho Beng menjadi tertegun setelah melihat kejadian tsb, buru2 hardiknya.
"Rumang jangan kurang ajar, perkataan Thio cianpwee sama berarti perkataan diriku!"
Atas teguran mana, Rumang baru mengajak ketiga orang rekannya mengundurkan diri dari bangunan kuil itu dg wajah uringuringan.
Kho Beng memasang telingan dan memperhatikan terus langkah keempat orang itu hingga lenyap dari pendengaran, kemudian ia baru menghela napas panjang seraya berkata.
"Cianpwee, buat apa kau"
Tidak sampai pemuda itu menyelesaikan kata-katanya, dg wajah berubah hebat si Unta sakti sudah menukas dg suara dingin.
"Aku sibungkuk melakukan segala sesuatunya demi dirimu, tak disangka kau malah mengomel dan menggerutu atas perbuatanku ini!"
Kho Beng menjadi gelagapan, cepat2 katanya.
"Harap cianpwee jangan salah mengerti akan maksudku, aku hanya maksudkan musuh tangguh yg bakal kita hadapi selanjutnya sudah amat sulit ditangani, bila kita mendatangkan lagi kawanan manusia buas tsb disisi kita, bukankah hal ini sama artinya mengundang srigala masuk rumah dan berteman dg bangsa harimau buas?"
Unta sakti tertawa dingin.
"Tahukah kau bahwa kawanan jago lihay yg terlibat dalam penyerbuan keperkampungan Hui im ceng tempo hari melingkupi jago2 dari tujuh partai besar serta jago pilihan dari golongan putih maupun hitam. Kini identitasmu yg sebenarnya sudah terungkap dan diketahui umum, jago2 persilatan pasti akan berusaha keras untuk melenyapkan kau si bibit bencana dari muka bumi, atau dg perkataan lain langkah perjalananmu selanjutnya akan bertambah sulit, bila aku tidak mencarikan beberapa orang jago silat berilmu tinggi untuk melindungi keselamatanmu, kau anggap dg kekuatanmu seorang mampu bertahan berapa lama? Hmm, mungkin sebulan pun tidak sampai!"
Kho Beng menghela napas panjang.
"Aaaaiaku mengerti, cianpwee melakukan segala sesuatu demi kebaikanku, tapi kalau toh harus mencari pembantu, rasanya tak pantas bila mencari manusia sebangsa mereka"
"Hehehekau anggap aku sudah tua dan makin pikun?"
Jengek si Unta sakti sambil tertawa dingin.
"untuk menemukan jagoan lihay di ketiga belas propinsi utara maupun selatan daratan Tionggoan yg tidak terlibat dalam peristiwa pembunuhan berdarah diperkampungan Hui im ceng bukanlah suatu pekerjaan gampang, lagipula apakah mau mereka membantu? Coba bayangkan, kemana kau mesti mencari pembantu?"
"Biarpun perkataan tsb ada benarnya juga, tapi aku tetap merasa bahwa keempat orang tsb sangat buas, kejam dan susah dikendalikan, seandainya suatu ketika mereka berubah pikiran dan berbalik mencari gara2, mungkin.mungkin kita akan sulit untuk mengatasinya."
Sekali lagi si Unta sakti tertawa dingin.
"Sebelum kitab pusaka Thian goan bu boh berhasil diketemukan, aku jamin mereka tak akan berani berpikiran cabang, lagipula ayahmu pernah memimpin jagoan dari golongan putih maupun hitam dimasa lalu, andaikata tidak terjadi kesalah pahaman gara2 kitab pusaka tsb, siapa pula yg berani menentangnya? Kau sebagai seorang lelaki sejati yg mewarisi darah serta semangat ayahmu almarhum, bila mengendalikan empat orang saja tak mampu, apa gunanya kau menelusuri dunia persilatan?"
"Terima kasih atas nasihat cianpwee, tapi ada satu persoalan ingin kutanyakan lagi, seandainya kitab pusaka Thian goan bu boh sudah berhasil ditemukan, apakah kita benar2 akan mewariskan kepandaian sakti tsb kepada mereka?"
"Soal itu tergantung bagaimana caramu meninggalkan sifat2 liar mereka, karena sewaktu kutampung mereka tempo hari, aku hanya menilai berdasarkan kemampuan silat mereka yg cukup tangguh, aku rasa walaupun mereka berempat amat buas dan sukar diatur tapi bila kita menghadapinya secara luwes dan banyak melepaskan budi, rasanya tidak susah untuk merobah watak serta kelakuan mereka yg salah, andaikata tabiat jelek itu sudah teratasi, tentu saja kita akan lebih gampang untuk mengatasi persoalan tsb dikemudian hari."
Berbicara sampai disitu, tiba2 dia menghela nafas, katanya lebih jauh.
Semenjak meninggalkan perguruan Sam goan bun, aku sudah terikat oleh janji ku sendiri sehingga tak mungkin dapat bersua kembali dg mu, karenanya aku bermaksud mempersiapkan segala sesuatunya bagimu, kini urusan telah selesai berarti akupun harus segera pergi dari sini...."
"Cianpwee, mengapa kau harus pergi?"
Seru Kho Beng gelisah.
"apakah kau takut diketahui Bok sian taysu dari Siau lim pay?"
Si Unta sakti tertawa dingin.
"Aku si bungkuk toh tak pernah mengingkari janji, siapa yg mesti kutakuti?"
Sementara Kho Beng masih tertegun, si Unta sakti telah berkata lebih jauh.
"Kau tak usah pikun, tak sampai tiga hari kemudian, aku sibungkuk jamin berita tentang "Kho Beng adalah sau cengcu dari perkampungan Hui im ceng"
Pasti telah tersebar luas diseantero jagad, dg tersiarnya identitasmu keseluruh dunia persilatan berarti ikatan janji Bok sian hwesio dg diriku pun sudah punah dg sendirinya, apakah kau menganggap tindakanku menjumpaimu sekarang merupakan suatu perbuatan yg mengingkari janji?"
Merah jengah selembar wajah Kho Beng, agak tergagap ujarnya.
"Kalau toh demikian, mengapa cianpwee mesti tergesa-gesa meninggalkan tempat ini."
Kali ini Si Unta sakti tertawa lebar.
"Baiklah tak ada salahnya kalau kuberitahukan kepadamu, aku sibungkuk harus segera berangkat karena aku ingin melakukan lagi sebuah tugas bagimu."
"Masalah penting apakah yg hendak cianpwee lakukan bagiku?"
Tanya Kho Beng tertegun.
"Tentu saja ada, kau telah mencuri papan nama Siau lim si untuk ditukar dg panji, saat ini pihak Siau lim pay pasti sudah mengirim utusannya untuk mengumumkan identitasmu yg sebenarnya kepada seluruh umat persilatan, karena itu akupun harus berusaha untuk mewakilimu menyampaikan kabar tentang maksud tujuan pihak Siau lim pay sebenarnya, juga menerangkan kepada seluruh umat persilatan atas terjadinya kesalah pahaman dimasa lampau, akan kuanjurkan kepada umat persilatan pada umumnya untuk menyelidiki pembunuh yg sebenarnya serta mengurangi pembalasan dendam secara membabi buta. Dg dikuranginya tenaga tekanan pihak Siau lim pay terhadap dirimu, berarti kita pun bisa menghindari siasat adu domba Dewi In nu yg dilakukannya selama ini, bila hal ini berhasil berarti kau pun tak usah menghadapi dua golongan kekuatan yg sama2 memusuhimu. Coba pikirkan apakah hal semacam ini tidak penting?"
Kho Beng benar2 sangat terharu katanya.
"Cianpwee, kau telah mengaturkan diriku secermat dan sesempurna ini, aku tak tahu bagaimana mesti membalas budi kebaikanmu ini dikemudian hari?"
Saking berterima kasihnya, tanpa terasa air mata bercucuran jatuh dg derasnya. Dg suara dingin si Unta sakti menukas.
"Aku si bungkuk Cuma mengagumi jiwa serta watak ayahmu dimasa lalu, aku tidak membutuhkan pembalasan budi darimu.aaah benar, apa rencanamu selanjutnya?"
Kho Beng makin berterima kasih sekali, dg mengucurkan air mata terharu katanya.
"Rupanya boanpwee telah salah bicara.."
Sampai lama sekali baru ia dapat mengendalikan perasaan harunya, setelah berpikir sejenak katanya.
"Saat ini boanpwee merasa kemampuan yg kumiliki masih belum memadai sehingga juga tiada persoalan yg harus kuselesaikan secara terburu-buru, daripada mengambil resiko yg tak ada artinya lebih baik mencari kembali kitab pusaka Thian goan bu boh terlebih dahulu, sekalian mencari tahu kabar berita tentang Bu wi cianpwee dan akhirnya membangun kembali perkampungan Hui im ceng!"
Si Unta sakti manggut2.
"Ehmmgerak langkahmu emang amat tepat, tapi kemanakah kau hendak pergi?"
Tiba2 satu ingatan melintas didalam benaknya, segera jawabnya.
"Boanpwee masih ingat kalau Dewi In nu mempunyai sebuah sarang didekat kota Tong sia, karenanya aku berhasrat pergi berangkat kekota Tong sia untuk melakukan penyelidikan."
"Bagus sekali, bila aku sibungkuk ada urusan tentu akan datang mencarimu sendiri, kuharap kau berhati-hati disepanjang jalan, nah sampai bertemu lagi lain waktu!"
Habis berkata ia segera membalikkan badan dan berjalan keluar dari ruangan, dalam sekejap mata bayangan tubuhnya sudah lenyap dari pandangan mata.
Dg perasaan yg kacau dan pikiran yg kosong, Kho Beng mengawasi bayangan tubuh si Unta sakti hingga lenyap dari pandangan.
Sementara itu Rumang, Hapukim serta dua saudara Mo telah menyusul masuk kedalam ruangan, dg suara keras Rumang segera berseru.
"Cukong, sekarang sudah mendekati tengah hari, sedang situa pun telah pergi, kita harus masuk kekota dan mencari rumah makan untuk mengisi perut yg mulai lapar."
"Tidak!"
Tukas Kho Beng sambil mengulapkan tangannya.
"kita membeli rangsum ditengah jalan saja, ayo kita segera berangkat!"
"Cukong hendak pergi kemana?"
Tanya Hapukm agak tertegun.
"Kota Tong sia!"
"Dimana sih letak kota tong sia?"
Tanya Molim.
"berapa jaraknya dari sini?"
"Lebih kurang dua puluh hari perjalanan...."
"Mau apa pergi kekota Tong sia?"
Tanya Mokim pula. Kho Beng benar2 amat mendongkol, sahutnya tak sabar.
"Tentu saja mencari orang yg telah melarikan kitab pusaka Thian goan bu boh itu!"
"Kalau toh tempat itu jauh sekali, mengapa kita mesti tergesagesa...?"
Rumang berkaok-kaok. Kho Beng benar2 habis kesabarannya, sambil melotot bentaknya keras2.
"Sebetulnya kalian yg menuruti perintahku? Atau aku yg menuruti perkataan kalian."
Berubah paras muka Rumang, tampaknya ia sangat tidak puas, tapi Molim segera menyela sambil tertawa seram.
"Lotoa, kau jangan kurang ajar lagi...he....he.....harap cukong jangan gusar, tentu saja kami akan menuruti perintah cukong!"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kho Beng mendengus, sinar matanya yg tajam memancar keluar dari balik matanya, ia berseru lagi dingin.
"Kalau mau menuruti perintahku, mengapa tidak segera berangkat?"
Agaknya keempat orang itu sudah dibikin terpengaruh oleh kewibawaan Kho Beng seorang demi seorang mereka keluar dari ruang kuil dg kepala tertunduk.
Kho Beng sendiri, meski semangatnya sempat dikobarkan oleh kata2 si Unta sakti, namun menyaksikan kebrutalan keempat orang tsb, apalagi mengingat kalau dikemudian hari dia mesti ektra waspada, hatinya menjadi risau sekali.
Dalam suasana pikiran yg berat itulah, Kho Beng dibawah perlindungan keempat jago tsb berangkat menuju kekota tong sia.
Apa yg diduga si Unta sakti memang tepat sekali, tiga hari kemudian didalam dunia persilatan telah tersiar kabar tentang masih hidupnya putra Hui im cengcu, bahkan telah terjun pula kedalam dunia persilatan untuk menyelidiki mereka yg terlibat dalam peristiwa berdarah tempo dulu.
Tak disangkal lagi, berita itu bersumber dari Siau lim pay, tapi bersamaan waktunya juga pelbagai perguruan besar serta jago ternama dari golongan putih mau pun hitam menerima selembar kartu yg amat misterius.
Kartu itu ditanda tangani oleh Kho Beng, selain menjelaskan sebab musabab terjadinya kesalah pahaman dimasa lalu, dimana Bu wi lojin yg dijumpai para ketua dari tujuh partai besar adalah gadungan, dijelaskan pula kalau orang yg sesungguhnya sedang dicari adalah pembunuh atau dalang dibalik peristiwa tsb, ia berharap semua orang yg pernah menaruh salah paham diwaktu itu jangan menjadi kaget ataupun panik sehingga peristiwa berdarah sembilan belas tahun berselang terulang kembali.
Dua berita yg muncul saling susul menyusul itu segera memancing pembicaraan yg ramai dari kawanan umat persilatan.
Bukan saja sementara orang mulai menelusuri kembali semua peristiwa yg telah berlangsung diperkampungan Hui im ceng waktu itu, ada pula yg mulai menaruh dugaan2 tentang gerakan yg diambil Kho Beng tsb.
Ditengah suasana kalut dan penuh kebingungan itulah secara diam2 Kho Beng telah tiba dikota Tong sia.
Tengah hari telah menjelang tiba, udara terasa amat panas, apalagi sang surya memancarkan sinarnya menyoroti seluruh jagad.
Ditengah keramaian kota Tong sia yg dipenuhi manusia yg berlalu lalang, tiba2 muncul empat manusia yg amat menyolok mata.
Keempat orang itu terdiri dari tiga lelaki dan seorang wanita, yg lelaki rata2 berperawakan tingi besar, bermuka keren dan memakai baju ringkas berwarna ungu dg ikat pingang memancarkan cahaya terang.
Bagi seorang yg berpengalaman, dlm sekali pandang saja dapat diketahui kalau benda tsb adalah senjata tajam.
Ditinjau dari raut wajah serta dandanan dari ketiga orang tsb, bisa disimpulkan pula kalau mereka adalah bersaudara.
Sebaliknya sang nona baru berusia dua puluh tahunan, berwajah cantik dan menggembol sebilah pedang dg pita berwarna kuning, pita itu amat menyolok mata seperti seekor kupu2 kuning yg hinggap dibalik bahunya.
Tatkala mereka berempat tiba dimuka rumah makan Poan gwat kie, tiba2 sinona berkata.
"Nama rumah makan ini menarik sekali, lagi pula udara amat panas, mari kita beristirahat sejenak disini sambil mengisi perut."
Sementara berbicara, ketiga orang lelaki setengah umur itu sama2 mendongakkan kepalanya dan memandang sekejap kemudian sama2 mengangguk pula.
Maka mereka berempat pun memasuki rumah makan Poan gwat kie, kedatangan mereka disambut pelayan dg wajah berseri.
Mereka berempat mencari tempat duduk dekat jendela, begitu tamunya sudah duduk sang pelayan segera menyapa sambil tertawa.
"Tuan berempat ingin memesan apa?"
Dg segan si nona berkata.
"Selama beberapa hari ini kita keluyuran seperti sukma gentayangan saja, berhari-hari kesana kemari tanpa makan enak, hey pelayan siapkan semua hidangan yg paling enak!"
Ketika pelayan mengiakan berulang kali, lelaki berbaju ungu yg duduk disebelah kiri segera menambahkan.
"Jangan lupa sediakan seguci arak yg harum."
Sang pelayan mengiakan berulang kali dan mengundurkan diri sambil tertawa. Sepeninggal sang pelayan, si nona baru berkata setelah menghela napas panjang.
"Terus terang saja aku hendak berkata, bila kita mesti keluyuran terus menerus tanpa tujuan seperti sukma gentayangan saja, aku rasa hal ini bukan semacam penyelesaian yg baik, oleh karena itu siaumoy berniat menggunakan perjamuan ini sebagai ucapan perpisahan dg kalian."
Ketiga orang lelaki berbaju ungu itu kelihatan agak terkejut dan serentak bertanya.
"Chin lihiap hendak kemana?"
Si nona menghela napas pelan.
"Aaaibila mengembara dalam dunia persilatan sudah bosan, tentu saja aku mesti pulang kandang, hanya saja kalau bertiga pun akan mengalami teguran bila pulang dg tangan hampa, entah kemanakah kalian hendak pergi setelah hari ini?"
Lelaki yg duduk dekat jendela segera menggebrak meja keras2, katanya dg mendongkol.
"Sejak berusia delapan belas tahun terjun kedunia persilatan hingga sekarang, belum pernah kami tiga bersaudara mengalami nasib sejelek ini, makanya bagi umat persilatan empat penjuru adalah rumah sendiri, kalau toh kita tak bisa lagi kembali kesitu, tentu saja kami tak bakal pulang, memangnya kami mesti takut kepada mereka?"
Lelaki yg duduk disampingnya segera menegur dg suara dalam.
"Lo sam, selama berapa hari belakangan ini kau selalu mengumbar hawa amarah, kalau toh kejadiannya sudah lewat, dimangkeli juga tak berguna, akhirnya toh sendiri yg rugi!"
Lelaki yg disudut kiri ikut menghela napas sambil berkata.
"Lotoa, jangan terlalu menyalahkan Lo sam yg sewot melulu, sesungguhnya kami pun merasakan Kho sauhiap adalah seorang lelaki sejati dg watak yg baik sekali, toh tak ada salahnya bila kami bersikap hangat kepadanya sewaktu bertemu tempo hari, siapa tahu orang malah menuduh yg bukan2 kepada kita sekarang, jangankan kami tiga ruyung manusia raksasa Kim kong sam pian memang tak pernah punya hubungan apa2 dg Kho sauhiap dimasa lalu, meski ada hubunganpun kami juga tak percaya kalau manusia gagah dan sopan macam orang she Kho itu merupakan orang jahat yg bisa dikaitkan dg Kedele Maut."
Kim Losam menyambung pula setelah mendengus.
"Hmmm, dg susah payah dan mengerahkan seluruh kekuatan yg ada kita melakukan penjebakan disekitar telaga Tong ting, hasilnya Cuma Li sam si udang kecil yg masuk jaring, aku lihat tua-tua bangka celaka itu tak bisa menyalurkan rasa malu dan gusarnya kepada orang lain, maka kita yg menjadi sasarannya."
"Aaa...bukan begitu persoalannya"
Kim lotoa akhirnya menghela napas.
"walaupun situa Kiong menaruh curiga dg menganggap kita yg setia sebagai mata2, padahal asal kita berjiwa besar, toh lama kelamaan kecurigaan tsb bakal sirna dg sendirinya, apalah artinya bagi lelaki sejati untuk menerima sedikit tuduhan macam begitu....?"
Tiba2 si nona berbaju kuning itu berkata sambil tersenyum.
"Kim lotoa, perkataanmu memang enak benar didengar, bayangkan saja aku Chin sian kun pada mulanya disanjung dan dihormati bahkan mendapat tugas untuk mengamati gerak gerik Kho Beng, tak disangka akhirnya aku dibokong orang, untung saja nyawaku tak sampai melayang, tapi sekarang, Hmmm! Bukan saja tak memperoleh jasa atau pujian, sebaliknya malah dicurigai orang dan setiap hari menjadi sasaran marah dan mendongkol orang, memangnya kami semua adalah orang-orangan dari kayu yg tak punya perasaan..."
Belum selesai perkataan itu diucapkan, dg amat mendongkol Kim loji menyela pula.
"Yaa, andaikata tidak dicegah Lotoa, he...he...aku Kim loji pasti sudah memberontak, biarpun disana kita tak diterima, aku yakin masih ada orang lain membutuhkan tenaga kita semua!"
Sementara itu sayur dan arak telah dihidangkan, Kim loji segera menyambar poci arak dan memenuhi cwan sendiri, kemudian setelah meneguk sampai habis isinya, ia baru berkata lagi sambil tertawa seram.
"Ji ko perkataanmu benar2 kelewat pikun, siapa sih yg menahanmu? Bila ingin memberontak, siapa pula yg hendak kau tantang?"
Chin sian kun tersenyum, dg kata2 mengandung artimendalam tiba2 ia berkata.
"Tentu saja kita harus condong kepada Kho sauhiap!"
"Yaa...benar..!"
Teriak Ki losam setelah menghabiskan tiga cawan arak.
"Kho sauhiap adalah seorang pemuda yg gagah dan berjiwa ksatria, tapi kenyataannya toh mengalami nasib yg sama seperti kita, dicurigai dan dituduh orang secara tak senonoh, lalu siapa pula yg dia tentang...?"
"Sam hiap"
Ucap Chin sian kun lagi.
"Apakah kau lupa dg heboh sekitar berita tentang Kho sauhiap serta kartu yg disebarkan Kho sauhiap pribadi? Dia toh sudah mengakui sebagai keturunan dari Kho Tayhiap, pemilik perkampungan Hui im ceng? Coba menurut pandanganmu, siapa yg ditentangnya?"
"Hmmm, sekalipun dia adalah keturunan dari Hui im cengcu, lantas apa pula hubungannya dg kedele maut? Adikku, kau jangan lupa bahwa kita dituduh yg bukan2 karena dicurigai sebagai mata2 Kedele maut! Hmmm, aku lihat kawanan tua bangka itu sudah gila lantaran gelisah sehingga tak bisa membedakan lagi mana yg hitam dan mana yg putih...."
"Sesungguhnya mereka tak salah menuduh"
Sela Chin sian kun sambil tersenyum.
"apakah samhiap tak pernah mendengar tentang dugaan Bok sian taysu yg katanya Kedele maut adalah kakak kandungnya orang she Kho itu...?"
Kim losam mendengus dingin.
"Hmmm, siapa yg mau percaya dg segala dugaan tanpa bukti?"
"Tapi aku rasa apa yg diduga Bok sian taysu tak mungkin akan meleset..."
Kim kong sam pian menjadi termangu sampai lama, kemudian Kim lotoa baru berkata.
"Adikku atas dasar apa kau mengatakan kalau apa yg diduga Bok sian taysu memang betul?"
Chin sian kun tersenyum, bukannya menjawab dia malah balik bertanya.
"Menurut kalian bertiga, mungkinkah Li sam adalah komplotan dari si kedele maut?"
"Walaupun si toya dan pedang sakti Li Sam tidak memberikan pengakuannya, namun dalam hal ini rasanya tak ada yg perlu dicurigakan lagi."
Chin sian kun segera manggut2, katanya lebih jauh.
"Sewaktu berlangsung persidangan terbuka tempo hari, kebetulan aku berdiri disamping Kho sauhiap sehingga setiap perubahan wajahnya dapat kulihat secara jelas dan pasti, waktu itu rasa tegang, emosi dan kehilangan kontrol yg menyelimuti dirinya kentara sekali, aku yakin dia memiliki hubungan yg sangat akrab dg Li Sam, kalau toh mempunyai hubungan yg erat dg Li Sam, maka bisa diduga bahwa hubungannya dg Kedele Maut pun sudah pasti!"
Kim lotoa menjadi terperangah, selang sesaat kemudian ia baru berseru.
"Adikku, mengapa tidak kau utarakan persoalan tsb semenjak dulu?"
Chin sian kun segera mencibirkan bibirnya dan berseru.
"Huuuh, aku harus bercerita kepada siapa? Kepada kalian? Toh persoalan ini tak ada sangkut pautnya dg kalian bertiga. Kepada situa bangka Kiong serta Bok sian taysu? He...he...he...padahal dalam kenyataannya mereka jauh lebih jelas daripada diriku, apalagi sejak kematian Li Sam, Kho sauhiap pun pergi tanpa pamit, dibicarakan pun tak ada gunanya."
Mendengar perkataan tsb, Kim kong sam pian menjadi terbungkam dalam seribu bahasa, tampaknya mereka sedang memikirkan sesuatu.... Sesudah menghela napas ringan, kembali Chin Sian kun berkata.
"Sekarang asal usul Kho sauhiap sudah menjadi jelas, ternyata dia adalah sau cengcu dari perkampungan Hui im ceng, aku lihat segala tuduhan yg dilimpahkan kepada kita pun tak mungkin bisa dicuci bersih dalam waktu singkat, aaai...saat apes rasanya masih panjang sekali......"
Agaknya Kim losam tak percaya, serunya agak tercengang.
"Bukankah Kho sauhiap sudah menyebar kartu nama yg menjelaskan bahwa ia Cuma mencari si pembunuh yg sebenarnya dan tak akan memusuhi orang2 lain? Masa persoalan yg bagaimanapun besarnya tak bisa diselesaikan dg perkataan?"
Chin sian kun mendengus.
"Hmmm, jalan pemikiran Kim sam hiap kelewat sederhana, kau tahu bukan bahwa tokoh persilatan yg tersangkut dalam drama sedih perkampungan Hui im ceng hampir meliputi tujuh partai besar, kini para cianpwee tsb telah menemukan kehadiran si bibit bencana, bisa jadi mereka akan dibuat berdebar-debar dan ketakutan setengah mati, untuk melepaskan dari tuduhan pun rasanya sudah susah, siapa pula yg mau percaya dg keterangan tsb?"
"Jadi maksudmu isi surat yg disebarkan orang she Kho itu bukan niatnya yg sebenarnya, tapi merupakan siasat mengulur waktu berhubung ia merasa tenaganya kelewat minim?"
Tanya Kim loji berkerut kening. Chin sian kun segera menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Itu sih tidak, menurut pendapatku, Kho sauhiap bukan seorang manusia yg lain dimulut lain dihati, aku hanya berpendapat bahwa apa saja yg dikatakan olehnya dan tindakan apapun yg dilakukannya, belum tentu orang akan mempercayainya dg begitu saja!"
Kim lotoa ikut menghela napas panjang.
"Yaaa, kejadian manakah didunia ini yg tidak begitu? Siapa punya kedudukan dan kekuatan, biar berkentut pun dikatakan harum, tapi bagi mereka yg tak mempunyai kekuasaan dan kekuatan, he...he...sekalipun membelah dada dan mengorek keluar hatinya pun, orang lain tetap menuduhnya yg bukan2."
Berhubung Kim kong sam pian memang menaruh kesan yg sangat baik terhadap Kho Beng, otomatis perasaan mereka pun bertambah berat dan ikut memikirkan keselamatan pemuda tsb.
Chin sian kun memperhatikan sekejap perubahan wajah ketiga orang rekannya, lamat2 sekulum senyuman nampak tersungging diujung bibirnya, tapi hanya sebentar kemudian ia sudah berkata lagi dg wajah amat serius.
"Sejak aku meninggalkan telaga Tong ting dalam keadaan gusar dan mengundang saudara sekalian keluyuran dalam dunia persilatan hingga kini sudah lewat sebulan lebih, selama ini pula aku sudah memutar otak dan merenungi diri bermalam-malam lamanya, aku rasa ada sepatah dua patah kata yg tak enak rasanya bila tak kuutarakan keluar!"
Kim lotoa tersenyum, dg sikap bersungguh-sungguh segera katanya.
"Adikku, kita toh bukan baru berkenalan satu dua hari, apalagi kita pun mengalami tuduhan yg sama, boleh dibilang kita adalah senasib sependeritaan, nila kau ingin menyampaikan sesuatu lebih baik, katakan saja secara blak-blakan."
Dg suara rendah tapi serius Chin sian kun segera berkata.
"Tapi kalian mesti berjanji dulu, entah perkataanku betul atau salah, harap kalian bertiga jangan menjadi gusar."
"Chin lihiap, apa-apan kamu ini"
Teriak Kim loji.
"sekalipun kau mengumpat kami, terus terang saja kami bersaudara tak akan berpikiran picik!"
Chin sian kun segera manggut2, setelah memperhatikan sekejap sekelilingnya dan yakin kalau tiada orang yg mencuri dengar, ia baru berkata lagi dg suara lirih.
"Selama kalian mengembara dialam dunia persilatan tanpa arah tujuan, sering kali kalian tiba disuatu tempat, kalian tak pernah menyambangi teman, baru datang sejenak lalu meninggalkan tempat tsb secepatnya, sebetulnya maksud tujuan apakah yg terkandung didalam benak kalian?"
Pertanyaan itu dg cepat membuat Kim kong sam pian menjadi tertegun dan saling perpandangan dg wajah melongo. Selang berapa saat kemudian Kim lotoa baru balik bertanya.
"Adikku, menurut pendapatmu apakah tujuan kami yg sebenarnya?"
Setelah tersenyum, Chin sian kun berkata.
"Menurut pengamatanku, agaknya kalian tiga bersaudara sedang mengejar sesosok bayangan hanya saja kalian enggan mengutarakannya keluar karena kalian sendiripun masih suram dan tak jelas dg perasaan sendiri."
"Ehmm, rasanya kata-katamu itu memang tepat sekali"
Seru Kim loji.
"didalam benakku memang terdapat sesosok bayangan samar2, tapi aku sendiri tak tahu siapakah itu?"
"Tapi bagiku, justru telah kuketahui siapakah bayangan yg memenuhi benak kalian bertiga selama ini"
Sela Chin sian kun tertawa. Tentu saja Kim kong sam pian menjadi sangat keheranan , tanpa terasa meeka bertanya bersama-sama.
"Siapakah dia?"
"Dia tak lain adalah Kho sauhiap!"
Sahut si nona dg wajah serius dan bersungguh-sungguh.
Nampak jelas Kim kong sam pian bergetar keras sekali, sesudah gelagapan sesaat, akhirnya mereka terbungkam dalam seribu bahasa.
Yang dimaksud sepatah kata menyadarkan orang dari lamunannya adalah begini keadaannya.
Memang benar, sejak tertangkapnya Li Sam dan diadili secara bersama ditelaga Tong ting, kemudian meninggalkan kota Gak yang dalam keadaan mendongkol, didalam benak Kim kong sam pian memang selalu muncul sesosok bayangan, hanya sekejap mereka sendiri tak tahu bayangan siapakah yg sudah masuk kedalam benaknya itu.
Tapi setelah diungkap oleh si walet terbang berwajah ganda Chin sian kun sekarang, kemudian dipikirkan sejenak, segera terasalah bahwa apa yg dikatakan memang benar.
Namun oleh karena persoalan itu bisa mengakibatkan pengaruh yg besar sekali bagi nasib mereka semua, padahal mereka pun belum mengetahui maksud tujuan Chin sian kun yg sebenarnya, maka mereka bertiga hanya membungkam diri saja.
Setelah menghela napas panjang kembali, Chin sian kun berkata.
"Aaaai, terus terang saja aku bilang, sejak semula sesungguhnya akupun mempunyai perasaan yg sama, namun setelah kupikir dan kutelaah lebih jauh akhirnya dapatlah kupahami keadaanku yg sebenarnya."
Mendengar itu, Kim lo sam segera tertawa terbahak-bahak.
"Ha...ha...ha...rupanya si walet terbang berwajah ganda yg namanya menggetarkan kawasan Sam siang telah dihinggapi benih cinta, tak heran kalau segala persoalan bisa kau pecahkan secara gamblang...ha...ha...ha...nampaknya kita masih punya kesempatan untuk menikmati arak kegiranganmu!"
Merah jengah selembar wajah Chin sian kun, cepat2 ia berseru.
"Sam hiap, aku toh sedang membicarakan persoalan yg penting, kau malah menggoda orang saja."
"Persoalan perkawinan toh termasuk persoalan yg penting, tak heran kalau kau menjamu kami hari ini, memangnya kami hendak disuruh menjadi mak comblang?"
Chin sian kun semakin tersipu-sipu
Jilid 15 ..dibuatnya, saking malunya dia sampai menundukkan kepalanya rendah-rendah. Akhirnya Kim lotoa yg tak tega, buru-buru tegurnya.
"Lo sam, kau sudah kelewat banyak minum, hayo jangan berbicara semaunya lagi macam orang edan!"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemudian sambil berpaling kearah Chin sian kun, katanya lebih jauh.
"Adikku, barusan kau bilang sudah dapat memahami persoalan yg sebenarnya, tapi bagaimana sih persoalan yg sebenarnya itu?"
Sampai lama sekali Chin sian kun baru dpt mengendalikan debaran hatinya, dg suara lirih ujarnya kemudian.
"Aku rasa perasaanku tak akan berbeda jauh dg perasaan kalian bertiga, setelah dibuat mendongkol oleh segala tuduhan tanpa dasar, sebenarnya kita berharap sekali bisa menemukan Kho sauhiap utk mengungkap seluruh isi hati kita kpdnya, krn hanya berbuat begitu pikiran dan perasaan kita baru lega, entah bagaimana menurut Kim tayhiap?"
Kim lotoa menghela napas panjang.
"Yaa, tepat sekali, tak nyana kecerdasan adikku memang benarbenar hebat, setelah berkumpul hari ini, aku Kim lotoa benar-benar merasa kagum sekali, terbukti sudah bahwa apa yg tersiar dlm dunia persilatan selama ini memang benar."
"Aaah, Kim toako hanya pandai memuji saja,"
Sela Chin sian kun sambil tertawa.
"ucapanmu malah membuat aku malu berbicara lebih jauh."
Kim lotoa segera tertawa terbahak-bahak "Hahahapadahal perkataanku bukan bermaksud mengumpakmu, aku benar-benar merasa kagum dan berbicara sebenarnya.
Hanya sajaaaai, kini identitas Kho sauhiap sudah jelas, keadaan dan situasi pun telah berubah, kalau sebelumnya kami memang berhasrat utk menemukan jejaknya, maka sekarang rencana tsb harus mengalami perubahan!"
"Yaa benar!"
Si nona mengangguk.
"apabila kita teruskan pencarian ini, maka aku kuatir tuduhan yg bukan2 dari pihak mereka akan berubah menjadi sungguhan."
Sementara itu Kim losam telah menghabiskan sepoci arak, agaknya rasa mangkel dan dongkolnya belum habis dilampiaskan keluar. Ketika mendengar perkataan itu, sambil mendengus segera serunya.
"Bukankah pernah kukatakan tadi, kalau ingin memberontak, marilah berontak dg sungguh-sungguh, sekalipun tuduhan mereka jadi sungguhan, apa pula ruginya buat kita?"
Tiba-tiba Kim lotoa membentak keras.
"Sam te, kau anggap saat ini adalah saat yg bagaimana? Apakah kau sudah bosan hidup dan ingin mencari kerepotan buat sendiri?"
Agaknya Chin sian kun mempunyai pikiran lagi, ketika mendengar perkataan mana, cepat ia menyela.
"Kim toako, perkataanmu kelewat berpandangan picik, bagaimanapun juga Kho sauhiap adalah keturunan orang termasyhu, baik kecerdikan maupun kebesaran jiwanya jauh melebihi kebanyakan orang, menurut pendapatku dia bukanlah tokoh dlm sangkar, jika ingin berbicara soal enghiong hanya atas dugaan sementara, aku pikir hal ini masih terlalu awal."
Kim lotoa kelihatan agak tergetar, sekarang baru benar-benar menyadari bahwa si Walet terbang berwajah ganda yg tersohor ini benar-benar sudah jatuh cinta kpd Kho Beng. Maka dg nada menyelidiki segera tanyanya.
"Lantas bagaimana menurut pendapatmu?"
Tanpa pikir panjang sahut Chin sian kun.
"Menurut pendapatku, daripada sepanjang hidup kita mengembara dalam dunia persilatan tanpa tujuan dan selalu menjadi cemoohan orang lain, mengapa kita tidak melakukan pertaruhan besar dg mencari kesempatan lain utk muncul kembali dlm percaturan dunia persilatan? Asal Kho sauhiap muncul kembali dlm arena dunia persilatan, berarti saat bagi kita utk melampiaskan semua rasa mangkel dan mendongkol pun telah tiba. Hanya entah bagaimana pendapat Kim toako sendiri?"
"Soal ini"
Krn menghadapi keputusan yg bakal mempengaruhi nasib mereka selanjutnya, Kim lotoa menjadi ragu-ragu utk mengambil keputusan.
Terbayang kembali olehnya akan tuduhan tanpa dasar yg dilontarkan kepadanya ketika berada di Gak yang tempo hari, iapun mengetahui posisi Kho Beng yg terjepit sekarang.
Sementara ia masih termenung dan susah mengambil keputusan, Chin sian kun yg sedang mengawasi kejalan raya tiba-tiba tampak tertegun, lalu serunya gelisah.
"Toako bertiga, cepat lihat! Siapakah dia?"
Dg perasaan terkejut, Kim kong sam pian berpaling, mereka mengira Chin sian kun telah menemukan Kho Beng.
Ketika menengok kearah jalan raya, disitu mereka hanya menyaksikan banyak orang sedang berlalu lalang, bukan saja tdk melihat Kho Beng, seorang yg dikenal puntak nampak.
Dg keheranan Kim lotoa segera bertanya.
"Adikku, siapa yg telah kau lihat?"
Sambil menunding ketempat kejauhan sana, bisik si nona.
"Kim toako, coba kau lihat kearah lima kaki didepan sana, bukankah dimuka toko kain tsb berdiri seorang perempuan?"
Kim kong sam pian segera berpaling kembali kearah toko kain diseberang jalan, dan memang benar tampak seorang perempuan sedang berjalan dg pelan.
Perempuan itu membawa sebuah payung bulat, memakai baju berwarna putih bersih, meski hanya nampak bayangan punggung saja hingga tak diketahui bagaimanakah raut mukanya, namun bunga giok putih yg menghiasi sanggulnya nampak menyolok sekali.
Sayangnya Kim kong sam pian tdk berpikir lebih jauh, krn mereka sangat asing dg perempuan tsb, tanpa terasa Kim losam bertanya.
"Apakah kau kenal dgnya?"
Dg sedikit kebingungan dan tak habis mengerti Kim kong sam pian mengawasi nona itu dg wajah melongo, namun oleh krn Chin sian kun sudah menuruni tangga, terpaksa mereka pun harus mengikutinya.
Padahal hidangan sebanyak itu diatas meja belum berkurang sedikit pun juga, tentu saja kejadian ini membuat para pelayan menjadi gelagapan dan tak tahu apa yg mesti diperbuat.
Ketika mereka berempat meninggalkan rumah makan Poan gwat kie, tampaklah perempuan berbaju putih itu sudah berada sepuluh kaki didepan sana.
Dlm keadaan begini, Kim lotoa tak dpt mengendalikan diri lagi, segera tanyanya.
"Adikku, sebenarnya apa yg telah terjadi?"
Sambil mempercepat langkahnya, Chin sian kun berkata.
"Apakah kalian lupa dg ciri wajah si Kedele Maut yg pernah kita dengar utk pertama kalinya ditelaga Tong ting tempo hari?"
Paras muka Kim kong sam pian seketika berubah hebat, agak tercengang Kim lotoa berseru.
"Darimana kau bisa tahu kalau perempuan tsb adalah si Kedele Maut?"
"Memakai baju putih, membawa payung bulat dan mengenakan bunga putih disanggulnya, bukankah ciri tsb pernah disinggung oleh Kho sauhiap kpd kita semua?"
"Tapi bukankah Kho sauhiap pernah melakukan ralat atas keterangannya itu?"
Seru Kim lotoa. Chin sian kun segera tertawa dingin.
"Kim toako mengapa kau begitu bodoh, tentu saja ralat yg dilakukan sauhiap hanya bermaksud utk mengelabui pandangan kita semua, hanya saja memang aku blm mengerti secara pasti, mengapa utk pertama kalinya dulu ia sampai memberikan keterangan semacam itu kpd umat persilatan."
Sementara pembicaraan masih berlangsung, keempat orang itu sudah berhasil menyusul kebelakang perempuan tadi, selisih jarak mereka tinggal empat lima langkah lagi. Tiba-tiba Kim lotoa menarik ujung baju Chin sian kun sembari bisiknya lirih.
"Eitunggu sebentar!"
Chin sian kun agak tertegun, lalu dg wajah bersemu merah tanyanya keheranan.
"Ada urusan apa?"
Sambil menghentikan langkahnya Kim lotoa segera berkata.
"Benarkah dia sebagai kakak kandung Kho sauhiap hingga kini masih merupakan teka teki, aku dengar ia sangat gemar membunuh, seandainya perbuatan kita yg membuntuti serta menegurnya menimbulkan kecurigaan atas diri kita berempat sehingga membangkitkan nafsu membunuhnya, bukankah hal ini berarti mencari penyakit buat diri sendiri, maksud baik berubah menjadi niat jahat?"
Teguran tsb kontan saja mengejutkan hati Chin sian kun, tanpa terasa dia menghentikan langkahnya seraya mengangguk.
"Yaa, perkataan toako memang benar, hampir saja aku berbuat kesalahan besar krn belum terpikir sama sekali akan soal itu."
"Lagipula aku ingin tahu, megapa kau mesti mengambil tindakan menyerempet bahaya?"
Tanya Kim lotoa lebih lanjut. Dg paras muka bersemu merah sahut Chin sian kun.
"Seandainya ia benar-benar si Kedele Maut, bukankah menemukan dirinya sama artinya dg menemukan Kho sauhiap?"
Lalau sambil menggigit bibir seraya termenung sesaat, katanya kemudian.
"Hmmm, aku punya akal sekarang, tolong toako bertiga mengikuti beberapa langkah dibelakangnya saja, andaikata terjadi kesalah pahaman sehingga berkobar pertarungan, kalian dpt membantuku bila perlu. Sekarang biar aku lewat dulu disampingnya, akan kucoba utk menegurnya dg beberapa kata."
Kim kong sam pian mengangguk kegirangan, mereka segera memperlambat langkahnya.
Sementara itu si Walet terbang berwajah ganda telah mempersiapkan diri baik-baik dan mempercepat langkahnya maju kedepan.
Belasan langkah kemudian ia sudah melalui sisi tubuh perempuan berbaju putih tadi.
Setelah lewat ia berlagak menoleh seraya menyapa.
"Hey, tak disangka enci dari keluarga Kho pun berada disini?"
Sikapnya yg begitu hangat seakan-akan sahabat karib yg baru bersua saja, benar-benar amat mesra.
Akan tetapi setelah ia dpt melihat dg jelas usia serta raut muka perempuan berbaju putih itu, tiba-tiba saja timbul keraguan dlm hatinya.
Sewaktu utk pertama kali ia mendengar berita yg dibawa anggota Sam goan bun tempo hari, konon usia si Kedele Maut baru dua puluhan tahun, krn usia begitu memang cocok sekali menjadi kakak kandung Kho Beng.
Sebaliknya meski perempuan ini berdandan amat sederhana, bermuka bulat telor berhidung mancung dan bibir kecil, namun usianya pasti lebih dari dua puluhan tahun.
Memang buat seorang wanita utk menebak usia perempuan lainnya seringkali agak cocok, menurut penilaian si Walet terbang berwajah ganda, paling tidak perempuan ini telah berusia dua puluh limaan tahun, lagipula sudah tak mirip seorang gadis perawan.
Lantas benarkah dia si Kedele Maut? Diakah enci kandung Kho Beng? Jangan-jangan ia salah menegur? Betul juga, tatkala mendengar sapaan dari Chin sian kun tadi, perempuan itu nampak menghentikan langkahnya, dg wajah agak tertegun, tapi setelah memperhatikan lawannya sekejap, segera jawabnya sambil tertawa ringan.
"Nampaknya adik sudah salah melihat orang!"
Chin sian kun tak mau menyerah dg begitu saja, berlagak-lagak tertegun kembali serunya.
"Oooohjadi toaci tidak berasal dari marga Kho?"
Perempuan itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Tidak, aku tidak bermarga Kho, aku bermarga Ciu!"
Agak curiga Chin sian kun berkata.
"Aneh benar, sudah jelas Kho sauhiap menerangkan kepadaku bahwa encinya mempunyai wajah serta dandanan yg mirip sekali dgmu"
Mencorong sinar aneh dari balik mata perempuan itu setelah mendengar ucapan tsb, sambil menggeleng tukasnya.
"Adik pasti sudah salah melihat orang, aku sama sekali tak punya keluarga dari marga Kho sejak kawin dg suamiki dari marga Ciu, akupun belum pernah mendengar bila suamiku mempunyai sahabat atau keluarga dari marga Kho"
Setelah jelas mengetahui bahwa lawannya bukan seorang gadis, Chin sian kun baru betul-betul merasa kecewa, sambil segera katanya cepat-cepat.
"Kalau begitu siaumoy benar-benar telah salah melihat, harap toaci jangan marah."
Baru selesai berkata, tiba-tiba terdengar Kim losam berseru dg suara keras.
"Coba lihat, bukankah dia adalah Kho sauhiap?"
Sambil berkata ia segera menunjuk kebelakang tubuh Chin sian kun.
Dg perasaan terkejut buru-buru si nona berpaling, benar juga tampak Kho beng bersama empat orang lelaki aneh berjalan melintasi sebuah jalanan dan menyusup kedalam lorong kecil, dimana bayangan tubuhnya segera lenyap dari pandangan.
Sayang sekali ia kelewat gelisah utk menengok kearah Kho Beng sehingga tak sempat terlihat olehnya bahwa perempuan tadi pun menyunggingkan sekulum senyuman aneh diujung bibirnya sehabis mendengar perkataan tsb, tiba-tiba saja ia membalikkan badan lalu berjalan menuju kearah rumah makan Poan gwat kie.
Sementara itu, Chin sian kun yg telah berhasil menemukan jejak Kho Beng pun tak mau membuang waktu lagi, ia segera memberi tanda kepada Kim kong sam pian, kemudian cepat-cepat menyusul kearah mana pemuda tadi lenyap.
Siapa sangka setibanya ditikungan lorong tadi, ia hanya melihat banyak manusia berlalu lalang disitu, bayangan Kho Beng maupun keempat lelaki aneh tadi sudah lenyap dari pandangan.
Dlm pada itu Kim kong sam pian telah menyusul kesisi Chin sian kun, ketika tak menjumpai bayangan tubuh anak muda itu, buruburu Kim lotoa berkata.
"Sudah kau temukan dirinya?"
Chin sian kun menghela napas panjang.
"Aaaaibelum, agaknya dia sengaja hendak menghindari dari kita semua!"
Kim losam segera tertawa.
"Kota Tong sia bukan sebuah kota yg terlalu besar, asalkan orangnya masih disini, aku rasa tak mungkin ia bersembunyi dibawah tanah!"
Mendengar itu Chin sian kun segera tersenyum.
"Yaa, perkataan Sam ko memang betul, bagaimanapun jua kita kan tak punya urusan, mari kita cari jejaknya dg seksama."
Seraya berkata ia segera beranjak menelusuri jalan sambil celingukan kesana kemari.
Kalau gadis ini bersemangat utk mencari jejak Kho Beng krn benih cinta yg sudah tumbuh didlm hatinya, maka Kim kong sam pian justru mengikuti dibelakangnya dg begitu saja.
Namun kenyataannya ternyata jauh diluar dugaan, walaupun mereka berempat telah menelusuri seluruh kota Tong sia dan setiap jengkal tanah sudah hampir mereka periksa semua, namun bayangan tubuh Kho Beng serta keempat lelaki aneh itu sama sekali tak nampak kembali.
Akhirnya Chin sian kun mulai mendongkol bercampur kesal, sedang Kim kong sam pian pun mulai bermandi peluh.
Ketika melihat senja sudah menjelang sementara pencarian mereka tetap nihil, Chin sian kun yg kelelahan segera berkata kpd Kim kong sam pian.
"Lebih baik kita mencari sebuah rumah penginapan dulu utk beristirahat."
Sesungguhnya Kim kong sam pian sendiri pun sudah kelelahan, tentu saja mereka tak punya usul lain, maka mereka berempat pun menginap dirumah penginapan yg memakai merk "Hong hian"
Begitu memasuki ruang belakang dg wajah murung dan kesal Chin sian kun segera menjatuhkan diri duduk dikursi, Melihat keadaan si nona, Kim lotoa segera menghiburnya.
"Asal sudah kita ketahui kehadiran Kho sauhiap dikota Tong sia, aku rasa kau pun tak usah terlalu gelisah lagi?"
Tiba-tiba Chin sian kun menghela napas panjang.
"aaaai padahal lebih baik kita tak usah mencarinya, sebab bila ditemukan malah banyak ruginya dari pada untungnya."
Mendengar perkataan itu, Kim kong sam pian segera menjadi tertegun dan melongo, pikirnya.
"Yg hendak mencarinya juga kau, sekarang yg mengusulkan jangan dicari juga kau, yaa.perasaan wanita memang benar-benar susah diduga"
Tak tahan lagi Kim loji segera bertanya.
"Adikku, apa maksud perkataanmu itu?"
"Pembicaraan kita sewaktu berada dirumah makan tadi belum diperoleh suatu kesimpulan ataupun keputusan, tak ada salahnya kalian bertiga berpikir sekarang, kalau toh kita belum bisa mengambil keputusan tentang sikap yg bagaimana mesti kita ambil dalam menghadapi Kho Beng, sekalipun berhasil menemukannya, lalu apa pula yg hendak kita lakukan?"
Sekarang Kim kong sam pian baru memahami maksudnya, serentak mereka terbungkam dlm seribu bahasa. Sambil mengucap Chin sian kun kembali berkata.
"Persoalan ini menyangkut nasib kita selanjutnya, karena itu kalian bertiga wajib mempertimbangkan dulu untung ruginya, sekarang aku hendak kembali kekamar utk beristirahat dulu, kalian bertiga tak ada salahnya utk memenfaatkan kesempatan ini utk berpikir masak-masak, tapi ada satu hal yg perlu kujelaskan dulu, entah bagaimana pun keputusan yg bakal kalian ambil, aku Chin sian kun sudah bertekad utk melakukan pertarungan besar ini."
Habis berkata buru-buru dia keluar dari ruangan. Kim kong sam pian yg berada dlm ruangan saling pandang sejenak sambil termenung, akhirnya Kim lotoa menggeliat sambil berkata.
"Aku rasa persoalan ini bisa kita bicarakan secara pelan-pelan, mari kita pergi bersitirahat lebih dulu."
Kim loji dan Kim losam menyetujui usul Kim lotoa, saat ini mereka memang membutuhkan waktu utk beristirahat sebentar, maka setelah menguap berulang kali, mereka pun membaringkan diri diatas ranjang.
Belum sampai terlelap tidur, mendadak dari kamar sebelah berkumandang suara rintihan lirih, tapi makin lama suara rintihan tsb makin keras.
Orang yg mengantuk seringkali mudah naik darah bila terganggu oleh suara yg berisik, Kim losam yg pertama-tama naik darah, sambil melompat bangun dari pembaringan, umpatnya.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Anjing busuk darimana yg berada dikamar sebelah, berisik betul mengganggu ketenangan oranng."
Sambil membetulkan pakaian ia segera bangkit dan membuka pintu kamar. Tentu saja Kim lotoa juga tak dpt beristirahat, masing-masing segera bangun dari pembaringan. Ketika melihat diknya meninggalkan kamar, Kim lotoa segera menegur dg suara dalam.
"Sam te, jangan gegabah!"
Sebetulnya Kim losam hendak menerjang kedlm kamar sebelah, ketika mendengar suara bentakan dari toakonya, terpaksa ia hanya berhenti dimuka pintu kamar sambil umpatnya dg suara keras.
"Hey sobat, bila kau sedang sakit, suruh lah pelayan utk memanggilkan tabib, tempat ini bukan rumahmu, tapi penginapan, bila kesakitan tahanlah sedapat mungkin, jangan sampai mengganggu ketenangan orang lain."
Sementara ia masih berkaok-kaok, pintu kamar diujung sana dibuka orang lalu nampaklah Chin sian kun yg baru bangun tidur munculkan diri sambil bertanya.
"Sam ko, siapa sih yg berdiam dikamar sebelah?"
Rupanya diruang belakang terdapat tiga buah kamar, krn sewaktu datang yg tengah sudah diisi tamu, maka mereka tdk terlalu memperhatikan.
Tapi setelah Kim kong sam pian tdk dpt tidur krn berisik, otomatis Chin sian kun yg berada dikamar ujung sebelah sana pun mengalami keadaan yg tak berbeda.
Sementara itu Kim losam telah berseru sambil tertawa dingin.
"Siapa yg tahu manusia atau telur busuk yg berdiam disitu."
Kalau tdk dimakai keadaan masih mendingan, begitu diumpat maka suara rintihan yg berasal dari ruangan itu pun berkumandang makin keras dan nyaring.
Bukankah hal ini sama artinya dg sengaja mencari gara-gara? Kim lotoa menjadi amat curiga, segera bentaknya.
"Sobat yg berada dlm kamar, benarkah kau menderita sakit parah?"
Sambil menegur ia mendorong pintu ruangan, ternyata pintu kamar tdk dikunci dan segera terbuka.
Ketika delapan sorot mata mereka tertuju kw dlm ruangan, serentak orang-orang itu menjadi tertegun.
Ternyata orang yg merintih didalam kamar adalah seorang kakek berambut putih yg wajahnya kuning kepucat-pucatan.
Kakek itu duduk diatas pembaringan dg bersandar pd dinding, mulutnya merintih tiada hentinya, sementara sorot matanya mengawasi keempat orang yg berada diluar pintu tanpa berkedip, agaknya tenaga utk berbicara pun sudah tak punya.
Menyaksikan keadaan tsb, perasaan iba segera muncul di dlm hati kecil Kim kong sam pian serta Chin sian kun, hanya saja dlm hati kecil masing-masing diliputi perasaan tak habis mengerti, kalau toh orang tua itu menderita sakit parah, mengapa ia tdk berbaring sebaliknya malah tetap duduk? Chin sian kun segera menegur lebih dulu.
"Orang tua, bolehkah kami masuk ke dlm?"
Orang tua itu manggut-manggut. Tiga saudara Kim segera melangkah masuk kedalam kamar dan mengambil tempat duduk, kemudian Kim lotoa baru bertanya.
"Parahkah sakit yg kau derita orang tua?"
Kakek itu mengangguk, sambil menghela napas, katanya dg lemah.
"Terima kasih banyak utk perhatian anda, hanya saja aku menjadi tak tentram krn sudah mengusik ketenangan tidur kalian."
Kim losam tertawa jengah.
"Kami hanya tak dpt mengendalikan emosi sehingga mengumpat kau orang tua sekenanya, utk itu harap lotiang jangan marah, padahal siapa sih yg bisa menjaga kondisi masing-masing selama berada diluar rumah? Cuma saja.kalau toh totiang menderita penyakit parah, mengapa kau tidak meminta tolong pelayan utk memanggilkan tabib?"
"Aaaai!"
Sekali lagi sikakek menghela napas sambil menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Kalau memang sakit mana boleh tidak diobati?"
Seru Kim loji cepat.
"bila totiang sedang kekurangan bekal, tak perlu sungkansungkan, kami bersedia utk membantu!"
Sembari berkata dia hendak merogoh saku. Buru-buru sikakek menggoyangkan tangannya berulang kali sambil katanya.
"Maksud baik kalian berempat biar lohu terima dlm hati saja, padahal aku bukannya tak mampu memanggil tabib utk memeriksa sakitku, dlm kenyataannya penyakit yg kuderita ini tak nanti akan bisa diobati oleh tabib mana pun!"
"Penyakit apasih yg lotiang derita?"
Tanya Chin sian kun agak tercengang. Sekali lagi si kakek menghela napas.
"kalian berempat bukan tabib sekalipun sudah aku sebut pun tak ada gunanya, hanya saja ada sebuah persoalan ingin aku tanyakan , semoga kalian dpt menjawab dg sebenarnya."
"Katakan saja lotiang!"
Buru-buru Kim losam berseru.
"Kalau dilihat dandanan kalian berempat sebagai jagoan persilatan, pernahkah mendengar tentang seorang yg bernama Kho Beng?"
Mendengar pertanyaan tsb, keempat orang tsb nampak terperanjat sekali.
"Ada urusan apa sih lotiang mencari Kho Beng?"
Chin sian kun segera menegur. Setelah menghela napas, kakek itu berkata.
"Aku hanya dpt memberitahukan kpd kalian bahwa aku Cuma mendapat titipan dari seseorang, apa daya aku sedang menderita sakit parah dan tak mampu berkutik, krn nya terpaksa aku Cuma bisa bertanya kpd kalian berempat."
"Ooooh"
Kim lotoa manggut-manggut.
"Siapa sih yg menitipkan persoalan itu kpd lotiang? Persoalan apa yg hendak disampaikan?"
Kakek itu tertawa minta maaf.
"Aku hanya dpt memberitahukan kpd kalian bahwa orang itu adalah seorang wanita, sedang masalah yg lain maaf kalau aku tak bisa memberitahukan kpd kalian."
Dg tak sabar Kim losam berseru.
"Padahal orang she Kho itupun berada dikota Tong sia, sayang sekali kami hanya sempat melihatnya dari kejauhan, sewaktu disusul ternyata usaha kami mengalami kegagalan."
Kakek itu menjadi kegirangan, buru-buru serunya.
"Aaahtak kusangka begitu kebetulan, ada suatu benda aku mohon kpd kalian berempat agar disampaikan kpd Kho Beng, apakah kalian bersedia membantu?"
Sementara Kim lotoa masih termenung, dg gembira Chin sian kun telah berseru.
"Kalau memang lotiang minta tolong kpd kami, tentu saja kami akan mengusahakannya."
Sikakek segera mengalihkan pandangan matanya ke wajah Kim kong sam pian, kemudian tanyanya.
"Apakah kalian bertiga mempunyai suatu kesulitan?"
Kim lotoa menjawab cepat.
"Setelah Chin lihiap menyanggupi, tentu saja kami akan berusaha membantunya."
"Kalau begitu, kuucapkan banyak terima kasih lebih dulu!"
Seru si kakek kegirangan. Sembari berkata ia mengambil sepucuk surat yg tertutup rapat dari bawah pantatnya, sambil diangsurkan ketangan Kim lotoa, katanya.
"Isi surat ini penting sekali, harap kalian berempat menyimpannya secara baik-baik!"
Cepat-cepat Kim lotoa bangkit dari tempat duduknya utk menerima, siapa tahu ketika ujung jarinya hampir menyentuh sampul surat itu, mendadak si kakek tadi melepaskan sampul surat tadi lalu secepat kilat tangannya menyambar kemuka, dg cepat kelima jari tangannya mencengkeram urat nadi Kim lotoa erat-erat.
Sesungguhnya Kim lotoa bukan orang sembarangan, betapa terperanjat ia menghadapi kejadian tsb, cepat-cepat ia menarik tangannya sementara sebuah bacokan kilat dilontarkan dg telapak tangan kanannya.
Tapi sayang walaupun ia cukup cepat menghindarkan diri toh tak berhasil meloloskan diri dari ancaman kelima jari tangan kakek itu, tak ampun pergelangan tangannya segera tercengkeram dg telak.
Dlm waktu singkat Kim lotoa merasakan hawa darah didalam dadanya bergolak kencang, tenaga pukulan yg dilontarkanpun punah ditengah jalan.
"Plaaaak!"
Ketika sampul surat itu jatuh kelantai, ternyata menimbulkan suara yg berat.
Sementara itu Chin sian kun, Kim loji dan Kim losam telah dibuat tertegun oelh perubahan yg berlangsung secara mendadak itu, utk sesaat mereka tak mampu berbuat apa-apa.
Akhirnya Kim losam melotot dg amarah teriaknya keras-keras.
"Bagus sekali! Rupanya kau si keledai tua sedang menipu kami dg siasat busuk, ayoh cepat bebaskan toako ku!"
Sambil berseru, tubuhnya menerjang kemuka kuat-kuat, telapak tangannya bagaikan bacokan golok langsung dihantamkan kedada kakek tsb.
Jangan dilihat kakek tsb kelihatan lemah dan tak bertenaga, sekalipun tubuhnya tetap duduk tak bergerak diatas pembaringan namun tindak tanduknya cukup cekatan.
Tiba-tiba saja ia menarik tubuh Kim lotoa, kemudian ia memutar pergelangan tangannya sehingga tubuh Kim lotoa berputar seratus delapan puluh derajat dg muka menghadap keluar, dg begitu ia persis menyambut serangan dari Kim losam dg tubuh rekannya sendiri.
Tentu saja Kim losam menjadi sangat terperanjat, tergopohgopoh dia menarik kembali serangannya sambil melompat mundur , begitu mendongkolnya dia sampai giginya saling beradu gemerutukan.
Sementara itu si kakek sudah membentak lagi dg suara dalam.
"Barang siapa berani bertindak bodoh lagi, jangan salahkan bila kubunuh rekan kalian lebih dulu!"
Oleh karena rekannya dibuat sebagai sandera, maka Kim loji serta Kim losam hanya bisa mendelik besar sambil berkaok-kaok penuh amarah.
Sementara itu Chin sian kun pun amat terperanjat, ia tak dpt menduga asal usul kakek tsb, tapi ia kuatir sekali, sebab bila kakek ini utusan dari tujuh partai besar, dg diketahuinya usaha membelot mereka berarti posisi mereka selanjutnya menjadi bertambah runyam...
Sekuat tenaga ia berusaha utk mengendalikan perasaan ngeri dan seram yg mencekam hatinya, kemudian setelah tertawa dingin katanya.
"He...he...he...ternyata lotiang adalah seorang jagoan lihay, tapi entah apa maksudmu berbuat selicik ini untuk menjebak kami?"
Kakek itu tersenyum.
"Apa yg telah kukatakan bukan alasan yg dibuat-buat tapi benarbenar merupakan kenyataan, aku pun sungguh menderita luka parah, bahkan aku memang bersungguh hati hendak minta tolong kpd kalian utk mencarikan Kho Beng..."
Mengetahui bahwa si kakek benar-benar menderita luka parah, Kim loji dan Kim losam saling bertukar pandang sekejap, kemudian bersiap sedia melakukan tindakan berikut. Tapi si kakek segera membentak keras.
"Lebih baik kalian berdua jangan bertindak bodoh, sekalipun aku menderita luka parah, namun aku masih yakin bahwa kemampuan kalian berempat belum sampai kupandang sebelah matapun."
Sekali lagi Kim loji dan Kim losam amat terperanjat. Dalam pada itu Chin sian kun telah berkata sambil tertawa merdu.
"Bukankah kami sudah bersedia utk mencarikan Kho Beng seperti apa yg kau kehendaki, tapi mengapa kau justru melakukan tindakan semacam ini...?"
Kakek itu tersenyum.
"Bersediakah nona menyebutkan dulu nama sendiri serta tiga bersaudara ini?"
Pintanya.
"Aku bernama Chin sian kun, berdiam di Siang pak, sedang mereka bertiga adalah Kim kong sam pian dari Gak yang. Tolong tanya siapa nama kau orang tua?"
Kembali kakek itu tersenyum.
"Aku tak punya nama, tapi orang-orang menyebutku sebagai Bu wi!"
"Haaaahh...!"
Begitu mendengar nama "Bu wi", baik Kim kong sam pian maupun Chin sian kun sama-sama terperanjat dibuatnya sehingga berseru tertahan.
Mimpi pun mereka tak mengira kalau si kakek tak lain adalah Bu wi lojin, satu di antara tiga tokoh sakti yg sudah termasyur dlm dunia persilatan semenjak lima puluh tahun berselang.
Buru-buru Chin sian kun memberi hormat, seraya berkata.
"Oooh, rupanya kau adalah Bu wi locianpwee, terus terang saja aku bersama tiga bersaudara Kim memang berniat membelot utk bergabung dg Kho sauhiap, oleh sebab itu harap cianpwee jangan salah paham dan segera membebaskan Kim toako!"
Namun Bu wi lojin masih mencengkeram tangan Kim lotoa kencang-kencang, ia menggeleng dan berkata sambil tertawa lembut.
"Sewaktu terjun kembali kedunia persilatan akupun sudah banyak mendengar tentang kegagahan Kim kong sam pian serta Walet terbang berwajah ganda, akupun tahu kalian berempat bukan orang jahat, itulah sebabnya tindakanku sekarang tidak berniat jahat, tapi berhubung benda dalam sampul itu penting sekali artinya, sedang asal usul Kho Beng pun luar biasa sekali, dimana lebih banyak musuh ketimbang temannya, maka terpaksa aku mesti menggunakan Kim tayhiap sebagai sandera, utk itu harap kalian sudi memakluminya."
Setelah berhenti sejenak dan menunding sampul surat dilantai, katanya lebih jauh.
"Tolong nona Chin bersama jihiap dan samhiap pergi mencari Kho Beng serta menyerahkan surat tsb kepadanya, suruh ia datang kemari secepatnya. Kelicikan manusia didunia ini susah diraba sehingga mau tak mau aku mesti bertindak lebih berhati-hati, biarlah kusandera Kim tayhiap sementara waktu, bila Kho Beng telah sampai disini aku pasti akan minta maaf kpd Kim tayhiap, selain itu utk kesekian kalinya ingin kutegaskan bahwa aku tidak berniat jahat terhadap Kim tayhiap, sedang kehadiran Kim tayhiap disini pun pasti aman. Selesai persoalan ini akan kuberi hadiah lain sebagai balas jasanya, nah sekarang mohon kalian bertiga utk melakukannya."
Kim loji, Kim losam maupun Chin sian kun emmang agak jeri terhadap nama besar Bu wi lojin, mendengar perkataan tsb mereka saling pandang sekejap, akhirnya Kim losam berkata.
"Kalau toh cianpwee berkata begitu, kami akan segera pergi mencari Kho sauhiap utk membuktikan ketulusan hati kami yg sesungguhnya...."
Habis berkata dia memungut sampul surat itu, kemudian memberi tanda kpd Kim loji dan Chin sian kun.
Namun setelah mereka bertiga keluar dari penginapan Hiong hien dan mengawasi jalan yg terbentang didepan mata, mereka segera saling berpandangan sekejap dg perasaan murung.
Sudah setengah harian lebih mereka melakukan pencarian tadi tanpa hasil yg nyata, sekarang kemanakah mereka harus pergi utk menemukan jejak Kho Beng? Padahal, mimpi pun mereka tak mengira sewaktu mereka melakukan pencarian ketiap sudut rumah tadi, sesungguhnya Kho Beng sedang duduk dg tenang dirumah makan Pon gwat kie yg baru mereka tinggalkan.
Memang disinilah letak kelemahan manusia, Chin sian kun sekalian berpendapat bahwa mereka baru saja meninggalkan rumah makan Poan gwat kie, maka walaupun sudah dua tiga kali melewati pintu muka rumah makan tsb, namun mereka tdk masuk utk memeriksanya kembali.
Berbeda dg Kho Beng, sesungguhnya ia sudah melihat kehadiran Kim kong sam pian sekalian tapi berhubung maksud kedatangannya kesitu adalah utk menelusuri jejak In nu siancu dan tak ingin mencari keributan yg lain, maka sedapat mungkin ia berusaha utk menghindari orang-orang tsb.
Tapi dia sendiripun tdk menyangka kalau Kim kong sam pian serta Chin sian kun terpengaruh oleh pembelotan Li sam hingga dicurigai oleh rakan-rekannya sendiri dimana dalam gusarnya mereka justru sedang mencarinya utk bergabung.
Tentu saja ia pun tidak tahu kalau Bu wi lojin yg sedang dicaricari berada pula dikota Tong sia, malah menderita luka parah dan berdiam dirumah penginapan Hiong hien dimana ia sedang dicaricari utk bertemu.
Memang kadangkala banyak kejadian yg berlangsung sangat kebetulan kadangkala justru bertentangan satu sama lainnya sehingga terjadi banyak peristiwa yg tak diinginkan.
Apa yg telah dialami Kho Beng waktu itu? Utk mengetahui keadaannya, maka waktu harus diundur setengah hari lagi yaitu sepeminuman teh setelah Kim kong sam pian dan Chin sian kun meninggalkan rumah makan Poan gwat kie.
Saat itu Kho Beng beserta keempat pengawalnya menghindar pula kedalam rumah makan tsb.
Disinilah letak kecerdikan Kho Beng.
Ia berpendapat Kim kong sam pian berempat mustahil akan memeperhatikan tempat itu lagi krn mereka sebelum meninggalkan tempat tsb, saat menunjukkan tengah hari yaitu saat banyak orang bersantap siang.
Untuk menghindari hal inilah, maka dia pun mencari tempat duduk didekat loteng dekat jendela, benar juga apa yg dia duga, dua kali ia menyaksikan Kim kong sam pian berempat celingukan disekitar rumah makan tsb tanpa berniat masuk kedalam utk mencarinya, diam-diam ia jadi sangat geli selain rasa bangga yg meluap.
Selain memesan hidangan dan belum lagi bersantap, tiba-tiba Kho Beng kelihatan seperti tercenung lalu bangkit berdiri, ulah pemuda tsb tentu saja amat mengejutkan Rumang serta Hapukim sekalian berempat.
Ternyata Kho Beng telah menjumpai pula bayangan punggung perempuan berbaju putih yg pernah ditegur Chin sian kun tadi sedang berdiri membelakangi meja kasir.
Oelh karena orangtsb memiliki perawakan tubuh yg terlalu mirip dg encinya, ditambah lagi payung serta bunga putih disanggulnya, membuat Kho Beng amat kegirangan.
Seperti juga Chin sian kun, kepada Rumang sekalian segera bisiknya.
"Coba kalian tunggu sebentar disini, aku segera balik!"
Selesai berkata buru-buru ia meninggalkan tempat duduknya menuju kemeja kasir. Waktu itu si perempuan berbaju putih tadi sedang menyerahkan seguci arak kepada kasir sambil berkata merdu.
"Arak yg dibutuhkan majikan kami adalah arak terbaik, coba siapkan satu kati lagi!"
Sang kasir yg gemuk segera mengiakan berulang kali sambil ketawa namun ketika melihat Kho Beng yg berjalan mendekat, sekilas perasaan kaget yg susah ditemukan sempat melintas dalam sorot matanya, ia segera membalikkan badan utk mengambil arak.
Sementara itu Kho Beng telah sampai dibelakang tubuh perempuan berbaju putih itu, segera sapanya dg suara lirih.
"Enci....."
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dg cepat perempuan berbaju putih itu berpaling.
"Aaaahh!"
Tiba-tiba Kho Beng berseru tertahan. Ternyata sekarang ia baru menyadari bahwa bayangan punggung yg dianggap sebagai encinya itu ternyata adalah perempuan lain, kontan saja pipinya berubah menjadi merah padam karena jengah.
"Ooooh, maaf,maaf..."
Buru-buru serunya.
"rupanya aku telah salah melihat..."
Belum selesai perkataan itu diucapkan, perempuan berbaju putih itu telah menyela sambil tertawa.
"Oooh...rupanya Kho kongcu!"
Panggilan itu sediit diluar dugaan Kho Beng, ia merasa tak pernah kenal dg perempuan tsb, tapi kenyataannya pihak lawan justru kenal dg nya. Maka sesudah tertegun sejenak, segera ujarnya.
"Kaukau kenal dg diriku?"
Perempuan berbaju putih itu segera tersenyum.
"Budak bernama Ciu hoa, pernah kudengar nona kami melukiskan raut muka kongcu"
"Siapakah nonamu?"
Seru Kho Beng cepat, setelah melengak beberapa saat. Mendadak Ciu hoa merendahkan suaranya dan berbisik.
"Nona kami adalah cicimu, Kho yang ciu!"
Kho Beng menjadi kegirangan setengah mati, segera tanyanya.
"Dimanakah ciciku berada?"
"Dia berada diruang belakang rumah makan Poan gwat kie ini, biar budak siapkan arak lebih dulu kemudian baru mengajak kongcu kesitu!"
Sambil berkata ia segera menerima guci arak dari tangan si kusir gemuk itu. Kemudian baru ia berkata lagi kpd Kho Beng.
"Silahkan kongcu mengikuti budak!"
Habis berkata ia segera berjalan lebih dulu menuju keruang belakang rumah makan itu.
Ketika Kho Beng mengikuti dibelakangnya, si kusir gemuk itu tiba-tiba menampilkan secercah senyuman yg sangat aneh.
Setelah melangkah keluar pintu ruangan, ternyata dibelakang sana merupakan sebuah kamar tamu yg sangat indah.
Dg pandangan terkejut Kho Beng memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, lalu serunya.
"Aaah, tak kusangka rumah makan Poan gwat kie merangkap juga usaha penginapan!"
Ciu hoa tertawa.
"Kami berdiam diruangan yg paling belakang sana...."
"Heran!"
Gumam Kho Beng tiba-tiba.
"sudah dua kali aku bertemu cici, mengapa belum pernah melihat dirimu?"
"Dulu budak mendapat tugas menjaga abu leluhur, barubelakangan ini menyusul siocia terjun kedalam dunia persilatan."
"Aaaahmaksudmu kau enjaga abu dari Gin san siancu cianpwee?"
Dg suara sedih Ciu hoa mengangguk.
"Sebenarnya budak sudah berjanji kepada nona utk menjaga abu selama tiga tahun, apa mau dibilang aku tak pernah tentram hatinya membiarkan nona berkelana sendiri dalam dunia persilatan, krn itu secara diam-diam meniggalkan gunung utk menyusulnya!"
Tanpa terasa Kho Beng menaruh perasaan kagum atas kesetiannya dan ditengah tanya jawab inilah mereka telah sampai dihalaman paling belakang, disitu ia menyaksikan terdapat dua bilik dg pepohonan liu yg amat rindang, tempat tsb memang merupakan sebuah tempat tinggal yg amat tenang.
Tapi sesudah melangkah masuk kedalam ruangan, kembali Kho Beng menjadi termangu, rupanya ditengah ruangan terdapat sebuah meja besar dg pelbagai macam hidangan, perangkat sumpit dan cawan elah tersedia namun tak nampak sesosok bayangan manusia pun.
Baru saja Kho Beng hendak bertanya, ambil tertawa Ciu hoa telah berkata lebih dulu.
"Berhubung masih ada urusan lain, nona belum kembali silahkan kongcu duduk lebih dulu."
Sambil menunjuk kearah hidangan dimeja, Kho Beng bertanya keheranan.
"Tapi hidangan ini...."
Buru-buru Ciu hoa menukas.
"Sebenarnya nona sedang menjamu seorang teman lamanya, tapi berhubung chen koan keh masuk secara tergesa-gesa entah persoalan apa yg dilaporkan, ternyata nona segera mengajak tamunya pergi dg melompati dinding pagar, tapi sebelumpergi ia sempat meninggalkan pesan kepada budak, katanya sebentar dia akan kembali maka budak disuruh tetap menyiapkan hidangan ini!"
"Tapi kemana perginya Cun bwee serta Sin hong?"
Tanya Kho Beng setelah mengambil tempat duduk.
"Mereka ikut nona keluar rumah, tak ada salahnya bila kongcu duduk menanti sambil minum arak, budak rasa segera nona akan balik kemari, toh ia sudah bilang hanya akan pergi sebentar saja."
Kho Beng menggelengkan kepalanya berulang kali tanda ia tak ingin makan, sementara hati kecilnya menaruh curiga, dia tak tahu persoalan penting apakah yg telah ditemui cicinya? Kalau dibilang bukan urusan penting, mengapa pula ia pergi secara tergesa-gesa? Berapa saat sudah lewat, Kho Beng duduk termenung sambil menunggu cicinya kembali, tapi orang yg ditunggu belum nampak juga.
Ketika melihat Ciu hoa berdiri terus disisinya tanpa berkutik, lama-kelamaan ia menjadi rikuh sendiri, maka sambil bangkit berdiri segera katanya.
Aku rasa lebih baik nanti saja aku balik lagi...."
Tapi sebelum perkataan itu selesai diucapkan, buru-buru Ciu hoa telah berkata lagi.
"Bagaimana pun juga kongcu toh sudah menunggu sampai sekarang, kenapa mesti buru-buru pergi? Bila nona sampai tahu, ia pasti akan memarahi budak yg dibilang tak mampu melayani kongcu."
"Tapi aku masih mempunyai empat teman yg menunggu diluar...."ucap Kho Beng.
"Soal ini tak usah kongcu kuatirkan"
Sela Ciu hoa.
"tentu saja budak dapat berpesan kpd sang kasir agar baik-baik melayani mereka, hingga kini kongcu belum bersantap siang, masa harus pergi dg begitu saja? Meski hendak pergi, toh rasanya belum terlambat jika bersantap lebih dulu."
Saat ini Kho Beng memang merasa agak lapar, melihat Ciu hoa begitu bersikap hormat kepadanya, ia pun berpikir.
"Bagaimana pun juga tempat ini toh kediaman cici, kalau mesti bersikap sungkan, rasanya hal ini malah lucu sekali...."
Berpendapat demikian, maka dia pun manggut-manggut, katanya sambil tertawa.
"Terus terang saja, perutku memang terasa agak lapar, kalau cici memang berpesan begitu,baiklah aku mengisi perut lebih dulu!"
Ciu hoa tertawa merdu..
"Sebetulnya diantara saudara sendiri memang tak perku bersungkan-sungkan, kalau tidak, orang luar pasti mentertawakan. Mari biar budak mengisikan secawan arak lebih dulu utk melegakan pikiran.."
Sambil berkata dia mengambil guci arak yg baru dibawa masuk tadi dan mengisi secawan arak penuh utk Kho Beng. Buru-buru Kho Beng menerimanya sambil berkata.
"Aku tak biasa minum, biar cukup secawan saja!"
Ia menerima cawan itu dan menegak isinya sampai habis, seketika itu juga segulung hawa panas muncul dari pusarnya dan menjalar keseluruh bagian tubuhnya, tiba-tiba saja kepalanya terasa pening.
Detik itu juga Kho Beng merasakan keadaan tak beres, matanya segera melotot besar dan ia melompat bangun.
Tapi Ciu hoa sudah berseru sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"Roboh! Roboh!"
"Budak bajingan! Besar amat nyalimu!"
Bentak Kho Beng membentak keras-keras.
"tak nyana kau berani mencelakai diriku secara licik"
Sepasang telapak tangannya segera disiapkan utk melancarkan bacokan kilat ketubuh Ciu hoa. Tapi sayang keadaa sudah terlambat, tahu-tahu dunia serasa berputar kencang, pandangan matanya berkunang-kunang, ia tak sanggup lagi mempertahankan diri.
"Blaaamm!"
Badannya roboh terjungkal keatas tanah. Ciu hoa kembali tertawa terkekeh-kkeh, mendadak ia bertepuk tangan tiga kali. Dari sisi ruangan segera muncul enam orang lelaki berbaju hitam, kepada Ciu hoa serentak mereka memuji.
"Siasat Lengcu betul-betul hebat sekali!"
Ciu hoa tertawa bangga, katanya.
"Hayo cepat gotong dirinya masuk keloteng rahasia, beritahu kepada Ong cianpwee dkasir agar baik-baik melayani keempat orang asing tsb!"
Sementara itu Rumang, Hapukim dan dua bersaudara Mo masih bersantap dg lahapnya sepeninggalan Kho Beng tadi.
Hingga perutnya terasa kenyang, mereka baru teringat kalau hingga saat itu Kho Beng belum juga kembali.
Hapukim mulai celingukan kesana kemari dg tak sabar, lalu berseru keheranan.
"Apa yg sudah terjadi? Kenapa cukong kita hilang lenyap dg begitu saja?"
"Jangan-jangan bocah keparat itu memanfaatkan kesempatan in utk melarikan diri"
Seru Rumang sambil menggebrak meja.
"HeheheMolim tertawa dingin.
"seandainya ia bermaksud melarikan diri, sepanjang jalan ia sudah banyak mempunyai kesempatan utk berbuat begiut, buat apa dia menunggu hingga sekarang?"
"Yaa, perkataan toako memang benar!"
Sambung Mokim.
"toh orangnya msih didalam sana, sekalipun belum namapak buat apa kita mesti gelisah."
Rumang mengedipka mata, tiba-tiba ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak, Hapukm segera menegur.
"Apa sih yg lucu?"
Sambil tertawa ujar Rumang .
"Sebenarnya aku mengira cukong kita adalah seorang kuncu, kemudian baru kuketahui rupanya dia adalah seorang pipi licin, yang suka perempuan!"
Mendengar perkataan tsb, Hapukim dan dua bersaudara Mo segera teringat kembali dg sikap Kho Beng yg buru-buru menghindar ketika melihat tiga orang lelaki kekar (Kim kong sam pian) dari kejauhan tadi, namun sekarang setelah masuk mengikuti seorang perempuan lalu lupa keadaan dan waktu.
Hingga tanpa terasa mereka pun turut tertawa.
Walaupun empat orangjago sakti dari luar perbatasan ini ratarata buas dan licik, namun jalan pikiran mereka masih terlalu sederhana, ditambah lagi mereka pun belum begitu paham tentang seluk beluk Kho Beng dg pelbagai masalahnya, maka kepergian sang pemuda yg kemudian tak pernah muncul kembali ini bukan dianggap sebagai suatu tanda bahaya sebaliknya mereka malah menafsirkan pemuda itu sebagai seorang lelaki hidung bangor yg sedang menikmati kehangatan tubuh wanita.
Begitulah setelah tertawa terbahak-nahak beberapa saat, Hapukim berkata kemudian.
"Yaa, berbicara sesungguhnya, nona-nona dari daratan Tionggoan memang mengasyikkan dg segala macam yg memikat hati, tidak heran kalau cukong kita menjadi lupa daratan sehingga begitu masuk kekamar lantas melupakan kita.."
Molim mendengus dingin, katanya pula.
"Hmmm, mengikuti manusia busuk macam begini, saban hari dari siang sampai malam mesti menuruti perkataannya, sudah lama kita merasa muak dan sebal"
"Yaaakalau ingin mendapatkan anak masa masa induknya dibuang dulu"
Sambung Mokim.
"apa boleh buat terpaksa kita mesti bersabar dulu sekarang, tapi apa yg mesti kita perbuat dewasa ini? Memanggilnya keluar dari kamar? Atau duduk saja menanti?"
Baru selesai ia berkata, Si kasir yg gemuk telah datang menghampiri dan berkata sambil tertawa.
"Toaya berempat, Kho kongcu telah berpesan kepadaku agar baik-baik melayani kalian, katanya dia masih ada urusan sehingga tuan berempat tak perlu menunggu lagi, selain itu kongcu pun telah telah menyuruh hamba utk memesankan sebuah kamar dirumah penginapan seberang sana, katanya kalian dipersilahkan utk beristirahat dulu!"
Rumang tertawa terkekeh-kekeh, tanyanya sambil berpaling.
"Sebetulnya cukong kami lagi apaan sih didalam sana?"
Si kasir gemuk pura-pura tertegun, lalu tanyanya keheranan.
"Masa Kho kongcu tidak memberitahukan keperluannya kepada kalian?"
Hapukim segera menepuk bahu si kusir dan berkata sambil tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha toako emmang makin lama makin pintar saja, kalau pekerjaan yg lain boleh dirahasiakan, masa masalah main perempuan pun mesti diumumkan? Hahaha."
Buru-buru si kusir gemuk membungkukkan badan sambil tertawa dibuat-buat, katanya kemudian.
"Toaya memang cerdik sekali..hehehe..utk biaya makan telah dilunasi Kho kongcu tadi, bila kalian berempat tak ada permintaan lain, hamba hendak mohon diri dulu."
Rumang segera mengulapkan tangannya berulang kali, kemudian kepada Hapukim dan dua bersaudara Mo katanya.
"Begitupun ada baiknya juga, sudah dua puluhan hari lamanya kita tak pernah beristirahat secara baik, mumpung hari ini punya kesempatan, mari kita pergi mencari kesenangan, mari kita cicipi kehangatan nona-nona daratan Tionggoan!"
Karena mereka memang sedang menganggur dan meresa tak punya urusan lain, tentu saja usul tsb segera disetujui ketiga orang rekan lainnya, maka berempat pun beranjak pergi dari tempat duduk masing-masing dan berjalan keluar.
Sewaktu baru melangkah keluar dari pintu rumah makan Poan gwat kie, kebetulan sekali Chin sian kun serta dua bersaudara Kim sedang lewati tempat tsb.
Perjumpaan yg sama sekali tak terduga tsb mengundang kedua belah pihak sama-sama tertegun.
Dg wajah berseri Kim losam segera berbisik kepada Chin sian kun.
"Bukankah keempat orang itu yg melakukan perjalanan bersama Kho sauhiap? Tak disangka mereka pun berada dirumah makan Poan gwat kie.."
Chin sian kun segera tampil kedepan dan menjura kepada Rumang sambil sapanya.
"Saudara berempat, mengganggu sebentar, boleh kutahu siapa nama kalian.?"
Melihat kecantikan wajah Chin sian kun ibarat bunga yg baru mekar, Rumang jadi kegirangan setengah mati sambil tertawa terkekeh-kekeh segera katanya.
"Belum lagi kami pergi mencari, eeh siapa tahu si nona datang menghantarkan diri, he...he...he..aku bernama Rumang, sedang ketiga rekanku ini adalah saudara Hapukim serta saudara Molim dan Mokim...."
Agak geli Chin sian kun melihat sikap Rumang yg kesemsem oleh kecantikannya, sambil bersikap lebih genit segera tegurnya lagi sambil tersenyum manis.
"Ooooh, rupanya saudara Rumang, saudara Hapukim dan dua bersaudara Mo, tolong tanya kenapa tak nampak Kho kongcu bersama kalian?"
Rumang segera tertawa bergelak.
"Kau sedang menanyakan cukong kami? Ha...ha...ha..."
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Belum sempat dia meneruskan kata-katanya, Molim sudah menyikutnya keras-keras membuat ia menjadi melengak. Sambil berpaling segera tegurnya.
"Mo lotoa, apa-apaan kau ini?"
Jilid 16
"Masa kau lupa bahwa cukong kita berusaha menghindari mereka sewaktu bersua tadi?"
Bisik Molim lirih.
"bukankah hal tsb menandakan bahwa mereka adalah musuh bukan sahabat?"
Kontan saja Rumang menjadi terkejut, sambil menggaruk-garuk kepalanya yg tak gatal, katanya.
"Yaa, hampir saja aku melupakan hal ini."
Dg pandangan dingin Molim menatap sekejap Chin sian kun bertiga lalu balik tegurnya.
"Boleh kami tanya, siapa nama kalian bertiga?"
"Aku she Chin"
Sahut si nona sambil tertawa.
"sedang mereka berdua adalah dua bersaudara she Kim dari telaga Tong ting, kami semua adalah teman Kho sauhiap."
"Oooh, kalian adalah teman cukong kami, maaf!maaf!"
Jengek Molim tertawa dingin.
"Bolehkah kami tahu berada dimanakah Kho sauhiap sekarang?"
Buru-buru Kim losam menyela.
"Ada urusan apa kau mencarinya?"
"Kami mempunyai berita penting yg hendak disampaikan kepadanya, selain itu ada benda yg amat berharga utk diberikan kepadanya!"
"Soal apa? Dan barang berharga apa? Coba kau sebutkan kepada kami dulu"
Cepat-cepat Kim losam menggeleng.
"Tidak bisa! Kami harus bertemu dg sauhiap sekarang juga."
Tapi Molim segera menggeleng pula sambil menjengek.
"Maaf, rasanya kami belum pernah mendengar cukong kami menyinggung-nyinggung tentang kalian, karena itu kedatangan kalian tak bisa kami sampaikan..."
Kim losam menjadi tertegun dan sesaat lamanya tak tahu apa yg mesti diperbuat. Melihat itu, Chin sian kun segera berseru sambil tertawa merdu.
"Mo lotoa, tolonglah bantu kami, karena persoalan tsb tak dapat ditunda-tunda lagi."
"Hmmm, kalau memang tak bisa ditnda lagi, lebih baik kalian pergi mencarinya sendiri"
Seru Molim ketus. Selesai berkata, ia segera mengulapkan tangannya kpd Rumang sekalian sambil katanya.
"Hayo kita berangkat mencari kesenangan, jangan biarkan mereka mengusik kegembiraan kita."
Melihat kempat orang itu hendak pergi dari sana, Kim loji menjadi naik darah, segera bentaknya penuh amarah.
"Hey! Sebenarnya kalian mengerti aturan tidak?"
"Siapa bilang kami tak tahu aturan?"
Balas Rumang sambil melotot dg sinar bengis.
"Kalau tahu aturan, semestinya kalian pun mengerti bahwa kami adalah sahabat majikan kalian dan sekarang hendak mencarinya krn ada urusan penting, mengapa kalian enggan melaporkan kedatangan kami?"
Rumang tertawa seram, katanya .
"Bila kalian adalah sahabat cukong kami, setelah bertemu kalian tadi, dia pun tak akan berusaha menghindarkan diri..he...he....siapa lagi yg hendak kalian bohongi? Bila tidak segera angkat kaki dari sini, jangan salahkan bila golokku akan membacok tubuh kalian!"
Sekarang Chin sian kun baru tahu sebabnya keempat orang tsb enggan melaporkan kedatangan mereka, cepat-cepat ia menjelaskan.
"Aku rasa Kho kongcu menaruh salah paham atas kehadiran kami."
Dg suara dingin, Molim menyela.
"Nah, bukankah kalian sudah tahu sendiri, lebih baik kalian mencari dia lebih dulu untuk menjelaskan kesalah pahaman tsb kemudian baru mencari kami lagi."
Menyaksikan keempat orang itu dibujuk halus gagal, didesak dg kekerasan pun tak bisa, Chin sian kun menjadi sangat mendongkol, segera bentaknya.
"Sebenarnya kalian mau bicara tidak?"
"He...he...he...sudah mulai sewot nampaknya"
Ejek Rumang tertawa seram.
"tak susah bila menginginkan kami berbicara, tapi kau mesti menemani kami dulu tidur semalam!"
Hijau membesi selembar wajah Chin sian kun ketika mendengar perkataan tsb, tangannya segera meraba gagang pedangnya dan mencabutnya keluar dari sarung, bentaknya keras-keras.
"Anjing suku asing! Kemari kau! Nyonya muda akan mewakili majikanmu untuk memberi pelajaran dulu kepada kalian."
Rumang tertawa makin keras, teriaknya sambil mengejek.
"Aduh makbenar-benar menarik, rupanya kau ingin main senjata dg ku?"
Melihat senjata tajam sudah berbicara, penduduk kota yg kebetulan berada disekitar jalanan tsb segera berlarian tunggang langgang utk menyelamatkan diri.
Sesungguhnya Kim loji sudah diliputi amarah yg membara namun setelah melihat suasana disana menjadi kacau, buru-buru dia menghalangi si nona utk menyerang.
Kepada Mo bersaudara ujarnya kemudian.
"Kami tidak bermaksud jahat terhadap kalian, apakah kamu berempat tak bisa diajak utk berunding."
Hehehemaksud baik atau jahat sama-sama tak ada sangkut pautnya dg kami, pun kami juga tak mengerti menjalin hubungan dg orang lain"
Kata Mokim sinis. Kim losam sangat marah, bentaknya nyaring.
"Tampaknya kalian anjing-anjing pingin dicambuki."
Rumang balas tertawa seram.
"Terlepas sampai dimana kemampuan dan jumlah kalian, memangnya kami takut untuk menghadapi kalian?"
Kemudian setelah mendengus dingin terusnya.
"Cukup mendengarkan ucapan kalian bertiga pada kami, hari ini kami tak bisa melepaskan kalian dg begitu saja, kamu bertiga mesti mampus disini!"
Sambil berkata dia pun mencabut keluar toyanya yg berbentuk ular. Diantara mereka semua Kim loji paling tenang dan paling berpikiran panjang, ketika dilihatnya situasi sudah tak mungkin diselesaikan secara damai, buru-buru ia berkata dg suara dalam.
"Kurang leluasa buat kita utk bertarung ditengah jalan, kalau memang ingin beradu tenaga, mari kita selesaikan diluar kota saja."
Hapukim tertawa seram.
"Kebetulan sekali, akupun ingin mencoba sampai dimanakah kemampuan dari jago-jago Tionggoan, asal kalian tdk kabur, tampat manapun sama saja buat kita!"
Betapa gelinya si kasir gemuk dari rumah makan Poan gwat kie yg ikut menyaksikan keramaian tsb dari balik pintu, diam-diam ia kegirangan setengah mati sebab baginya orang-orang itu paling baik saling gontok-gontokan dan mampus semua.
Maka kedua belah pihak pun segera berangkat menuju keluar kota.
Matahari sudah condong kelangit barat.
Si Walet terbang berwajah ganda serta Kim loji dan Kim losam disatu pihak, Rumang berempat dipihak lain kini telah berada ditengah hutan yg terpencil diluar kota Tong sia, masing-masing pihak telah berdiri saling berhadapan siap utk bertarung.
Saat itu Chin sian kun berpendapat bahwa keempat orang suku asing ini walaupun bengis dan menjengkelkan namun bagaimana jua mereka adalah anak buah Kho Beng, andaikata benar-benar sampai jatuh korban niscaya mereka akan sulit memberikan keterangan kpd pemuda tsb.
Karenanya sambil berusaha utk mengendalikan rasa gusar yg membara didalam dada, nona itu segera berkata .
"Walaupun kita tak cocok didalam pembicaraan namun sedikit banyak harus memandang diwajah majikan kalian. Aku rasa pertarungan yg akan kita langsungkan nanti dibatasi dg saling menutul saja, bila kami menderita kalah tentu saja segera akan angkat kaki dari sini sebaliknya bila kalian kalah maka kalian harus mengajak kami utk bertemu dg Kho sauhiap.
"
"Hahahasungguh menarik hati, sungguh menarik hati"
Rumang tertawa kasar.
"dari pada kita gebuk-gebukan dihutan toh lebih enak bertarung diatas ranjang."
Pucat pias selembar wajah Chin sian kun saking gusarnya seluruh badannya gemetar keras, bentaknya tiba-tiba.
"Tutup mulut anjingmu, hey orang asing! Nyonya muda sudah tak bisa bersabar lagi, bila mulut anjingmu tetap mengeluarkan katakata kotor."
Molim tertawa dingin.
"Sesungguhnya kau pun tak perlu bersabar atau mengalah, kami tidak mengerti apa yg dimaksud "dibatasi saling menutul"
Itu, bagi peraturan desa kami, bila bertarung maka mati hidup yg akan menentukan kemenangan salah satu pihak, siapa yg ungguk dialah enghiong sejati."
"Lantas bagaimana menurut pendapatmu? Kita harus bertarung cara bagaimana?"
Tanya Kim loji dg suara dalam. Kembali Molim tertawa seram.
"Walaupun kami berempat, bukan berarti kami ingin mencari kemenangan dg mengandalkan jumlah banyak, mari kita bertarunf satu lawan satu, kalian bertiga sama-sama dapat bertahan hidup terus, toh dipihak kami masih ada seorang yg tetap hidup, ia pasti akan mengajak kalian utk bertemu dg cukong!"
"Baik, kita tetapkan begitu saja"
Teriak Kim losam.
"sekarang kau dipersilahkan mencicipi dahulu kehebatan ruyung Kim kong pian ku ini...."
Sudah sejak tadi ia menekan hawa amarahnya yg meluap-luap, maka begitu selesai berkata, ruyungnya langsung berputar membentuk satu lingkaran besar dan langsung membacok batok kepala Molim.
Terkejut juga Molim melihat datangnya serangan itu, segera bentaknya sambil menggeserkan tubuhnya tiga langkah kesamping.
"Serangan yg bagus!"
Senjata tongkat berbentuk ularnya diputar dan menyongsong datangnya serangan itu.
Pedang lebih cocok dipakai utk pertarungan jarak dekat, sebaliknya ruyung lebih cocok utk pertarungan jarak jauh, tentu saja Kim losam tidak membiarkan musuh mendekatinya.
Sambil bergerak mundur, sekali lagi dia melepaskan dua kali serangan cambuk yg memaksa Molim harus beberapa kali menghindarkan diri.
Nama Kim kong sam pian memang bukan nama kosong belaka, ketiga jurus serangannya itu dilancarkan lebih lincah daripada gerakan ular sakti, bukan saja dapat bergerak secara luwes, setiap ancaman pun selalu menimbulkan angin serangan yg menderu-deru.
Untuk beberapa saat Molim tak mampu mendekati musuhnya, senjata tongkat berbentuk ularnya meski belum bisa memancarkan kekuatan hebat, akan tetapi kelincahan geraknya, pertahanannya yg ketat memaksa permaina ruyung Kim losam pun tak mampu berbuat banyak terhadapnya.
Begitu pertarungan berkobar, Hapukim yg nonton pun menjadi gatal, sambil meloloskan goloknya ia segera membentak terhadap Kim loji.
"Hey, kau jangan ngenggur terus, mari kita coba sampai dimanakah kehebatan ilmu silatmu!"
Ditengah perkataan, cahaya golok yg menggulung langsung mengancam kesisi badan Kim loji.
Rupanya ia cukup menbgambil rekannya sebagai pengalaman dan tahu kalau pihak lawan yg memakai ruyung panjang harus dihadapi dg pertarungan jarak dekat, sebab sekali posisinya tersedak niscaya semua jurus serangannya tak bisa dikembangkan.
Karenanya secepat kilat dia menyerang kemuka dan mengembangkan jurus jurus serangannya utk mengurung Kim loji secara ketat.
Berulang kali Kim loji mencoba berkelit ataupun menghindar, namun tak pernah berhasil melepaskan diri dari jangkauan cahaya golok lawan.
Ia merasa seolah-olah cahaya golok muncul dari empat arah delapan penjuru, hal mana membuatnya terperanjat sekali.
Kerena permainan ruyungnya tak bisa dikembangkan, terpaksa ia mesti mengandalkan rangkaian ilmu pertarungan jarak dekat utk bertahan sekuat tenaga.
Dlm waktu sigkat pertarungan yg berlangsung telah menjurus dalam suatu perkelahian mati-matian, diam-diam Chin sian kun yg mengikuti jalannya pertarungan itu menjadi terkejut sekali.
Sementara ia masih termenung, tiba-tiba terdengar Rumang berteriak keras.
"Perempuan jahat! Kau jangan menonton saja, mari kita pun beradu kepandaian!"
Chian sian kun sangat terkejut, tergopoh-gopoh dia melompat kesamping utk menghindarkan diri. Ternyata Rumang tdk mendesak maju dg goloknya, melihat sikap si nona yg gelagapan, segera jengeknya sambil tertawa tergelak.
"Tak usah gugup perempuan jahat, aku kan Cuma kepingin mencium bibirmu yg mungil, apa sih gunanya membunuhmu?"
Dg pipi bersemu merah, Chin sian kun segera mendesis, saking marahnya ia segera melepaskan sebuah tusukan kedepan sambil membentak.
"Anjing suku asing! Biar kupotong dulu lidah anjingmu itu!"
Ilmu pedang Liok hong kiam hoatnya yg diandalkan pun segera dilancarkan, kilauan cahaya tajam yg berlapis-lapis segera menyergap dan menggulung tubuh Rumang.
Tapi sepuluh gebrakan kemudian, semakin bertarung Chin sian kun merasa semakin terperanjat, ia tak mengira sama sekali Rumang yg pandai bicara kotor dan bebal macam kerbau itu sesungguhnya memiliki ilmu golok yg luar biasa hebatnya.
Jangan dilihat bacokan demi bacokannya dilancarkan secara ngawur dan tidak beraturan sama sekali, tapi kenyataannya semua serangannya tak berhasil dibendungnya sama sekali malah ada beberapa jurus serangannya yg nyaris menyambar tubuhnya.
Beberapa orang lelaki suku asing yg tak dikenal ini ternyata memiliki ilmu silat yg sangat hebat, bukan saja membuat Chin sian kun berubah wajah saking terkejutnya, dia pun merasa bingung da tak habis mengerti darimana Kho Beng bisa mengumpulkan kawanan manusia macam begini sebagai anak buahnya.
Kini tingal Mokim seorang yg berdiri sambil berpeluk tangan disisi arena, jangan dilihat kawanan busuk dari luar perbatasan ini bengis dan buas, ternyata mereka cukup memegang janji yg diucapkan, ia tidak bermaksud mencari kemenangan dg mengandalkan jumlah banyak.
Tapi situasi dlm arena pun makin lama berubah makin berbahaya dan gawat, selain Kim losam yg berhasil merebut posisi lebih dulu sehingga dg andalkan ruyung panjangnya utk bertarung jarak jauh masih tetap mengendalikan keunggulannya, dua orang yg lain Cuma bisa bertahan sama tanpa mampu melancarkan serangan balasan.
Terutama sekali Kim loji, berulangkali ia berusaha memperpanjang jaraknya dg Hapukim, namun usahanya selalu menemui kegagalan, malah serangkaian serangan golok dari Hapukim sempat membuatnya kalang kabut dan terjebak dlm posisi yg berbahaya sekali.
Atas terjadinya peristiwa ini tentu saja mempengaruhi juga semangat Kim losam dlm pertarungan, kegelisahan yg mencekam hatinya membuat dia nekad dan kurung musuh tapi niatnya tdk pernah berhasil.
Masih untung Chin sian kun lebih cepat menyadari posisinya yg tidak menguntungkan, melihat permainan golok Rumang yg aneh, ia sadar tak mungkin bisa meraih kemenangan, maka dg mengandalkan ilmu ringan tubuhnya yg sempurna, ia mulai bertarung sistem gerilya, ternyata usahanya ini menampakkan hasil, dari posisi yg terdesak sedikit demi sedikit ia berhasil mengimbangi lawan.
Pertarungan sengit ini berlangsung hingga malam tiba tanpa memberikan suatu hasil yg nyata, sebaliknya Chin sian kun makin bertarung makin gelisah, sekarang ia baru mengerti bahwa bertarung bukan suatu tindakan yg baik.
Jangan lagi pihaknya memang jauh lebih lemah ketimbang lawan, demi kepentingan Kho Beng dia pun ragu-ragu didalam melancarkan serangan sehingga hal ini berbalik malah merugikan pihaknya.
Berbeda sekali dg musuh yg tidak menguatirkan soal apapun, pertarungan yg dilanjutkan pun paling banter hanya menghasilkan kalah atau menang.
Padahal kenyataan mengatakan bahwa pihaknya yg pasti menderita kekalahan.
Dlm gelisahnya, tiba-tiba muncul akal cerdik dlm benaknya, dg suara yg berat teriaknya.
"Ji hiap, sam hiap, bertarung terus macam begini bukan suatu penyelesaian yg baik, lebih baik kita mengundurkan diri saja!"
Sembari berkata, secara beruntun dia melancarkan tiga buah serangan dan segera melepaskan lebih dulu dari arena pertarungan.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dua bersaudara Kim tampaknya mengerti, juga kalau usaha mereka utk meraih kemenangan tak mungkin berhasil.
Melihat Chin sian kun telah meloloskan diri, mereka pun tak berani bertarung lebih jauh.
Kim losam yg pertama-tama mendesak mundur Molim sampai sejauh dua kaki lebih, begitu terlepas dari kepungan, ia segera melompat kehadapan Hapukim sambil memutar ruyungnya kencangkencang.
Rumang sekalian berempat memang hebat didalam ilmu silat, tapi sayangnya tak punya dasar yg kuat didalam ilmu meringankan tubuh, melihat ketiga lawannya lenyap dibalik kegelapan dan tak mungkin terkejar kembali, saking gusarnya Molim menghentakkan kakinya berulang kali sambil mengumpat.
"Benar-benar keenakan telur busuk itu!"
Terutama sekali Rumang, kalau tadi masih cengar-cengir macam kuda maka saat ini dicekam hawa amarah yg membara, teriaknya.
"Mak nya! Sebetulnya kita hendak memanfaatkan kesempatan beristirahat utk mencari kesenangan, sekarang kita malah kelelahan krn bertarung, aaaibenar-benar lagi apes!"
"Hmmm..buat apa kau berkaok-kaok tanpa guna"
Tegur Molim sambil mendengus.
"hari sudah malam, siapa tahu cukong kita sudah menunggu, ayoh cepat pulang"
Maka mereka berempat pun pulang kekota Tong sia dg uringuringan, mereka langsung menuju kerumah penginapan Say siang.
Tapi mereka tidak pernah menyangka, kalau dua bersaudara Kim dan Chin sian kun yg sudah kalah tadi, justru menguntil dibelakang mereka secara diam-diam.
Rupanya inilah taktik dari Chin sian kun, ia berpendapat kalau toh keempat jago asing itu menyebut Kho Beng sebagai cukongnya, otomatis mereka adalah pembantu-pembantu Kho Beng.
Karenanya daripada mencari penyakit buat diri sendiri, lebih baik menguntil dibelakang secara diam-diam, sebab dg cara demikian niscaya jejak Kho Beng akan ditemukan.
Maka setelah dia menyuruh dua bersaudara Kim mengikutinya jauh dibelakang, ia sendiri segera mengeluarkan sebuah topeng kulit manusia dan dikenakan diwajahnya.
Dlm waktu singkat dia telah berubah menjadi seorang dara cantik yg lain pula raut mukanya, dg wajah seperti ini maka dia bisa menguntil dibelakang Rumang sekalian secara terang-terangan.
Tapi dia tak menyangka kalau persoalannya sudah terjadi perubahan semenjak semula, saat ini apakah Rumang sekalian bisa menemukan kembali Kho Beng pun masih menjadi sebuah pertanyaan besar.
Sementara itu Rumang, Hapukim serta dua bersaudara Mo telah kembali kekota dan langsung menuju kerumah penginapan Say siang yg telah disiapkan si kasir gemuk dari rumah makan Poan gwat kie.
Baru saja mereka masuk Chin sian kun telah menyusul dibelakangnya, sedang dua bersaudara Kim tidak ikut masuk, mereka hanya melakukan pengawasan secara diam-diam dari seberang jalan.
Sementara itu Kim losam sedang berbisik kepada Kim loji.
"Ji ko, Kho sauhiap menginap dirumah penginapan tsb....!"
"Chin toa moy sudah masuk kesitu,"
Sahut Kim loji lirih.
"aku rasa kita pun tak usah terlalu gelisah, ada disitu atau tidak segera kita akan mendapat kabar!"
Tapi dia mempunyai perasaaan yg sama dg Kim losam, ia berpendapat bahwa rumah penginapan yg dipakai Kho Beng utk beristirahat sudah pasti penginapan Say siang tsb.
Siapa tahu belum habis ingatan tsb melintas lewat, tampak Rumang sekalian berempat sudah melangkah keluar dari rumah penginapan tsb dg langkah tergesa-gesa, wajah mereka kelihatan marah bercampur mendongkol agaknya pertarungan yg berlangsung tadi masi merupakan ganjalan dihati kecil mereka.
Menyusul kemudian Chi sian kun pun ikut menyusul keluar dari penginapan itu, hal tsb membuat dua bersaudara Kim menjadi tercengang dan tidak habis mengerti.
Secara diam-diam mereka segera munculkan diri dan menyongsong kedatangan nona tsb, katanya.
"Adikku, mengapa mereka keluar lagi dari penginapan?"
Dg suara agak bimbang sahut Chin sian kun.
"Menurut penuturan pelayan penginapan, Kho sauhiap memang telah menyuruh kasir gemuk dari rumah makan Poan gwat kie untuk memesan kamar belakang, tapi hingga sekarang orangnya belum nongol juga!"
"Lalu kemana perginya pemuda itu? Apakah mereka ragu?"
Tanya Kim losam lebih jauh. Chin sian kun menggelengkan kepalanya berulang kali.
"Menurut apa yg berhasil kusadap dari pembicaraan mereka, tampaknya mereka sendiripun kurang begitu tahu kemana majikannya telah pergi, sekarang mereka sedang melakukan pemeriksaan dirumah makan Poan gwat kie, lebih baik kita pun menggunakan cara sama, biar aku yg menguntit mereka, sementara kalian menanti diluar, bila ada kejadian aku pasti akan mengundang kalian utk masuk!"
Selesai berkata dg langkah tergesa-gesa ia segera mendahului keempat orang tsb menuju kerumah makan Poan gwat kie.
Begitulah, tujuh orang yg terbagi dalam tiga kelompok segera berangkat menelusuri jalan raya.
Menanti Chin sian kun sudah berada dalam rumah makan Poan gwat kie, Molim sekalian baru tiba disitu dan langsung menegur si kasir gemuk.
"Hey taoke, kemana perginya orang she Kho itu?"
"Ooh, rupanya kalian berempat"
Sahut si kasir sambil tertawa.
"bukankah Kho kongcu telah pergi kepenginapan Say siang utk mencari kalian?"
Molim agak terpengaruh oleh jawaban itu, serunya lagi.
"Tapi menurut pemilik penginapan, ia bilang tak pernah menjumpai bayangan tubuh majikan kami!"
"Oya?"
Kasir gemuk berseru tertahan dg wajah penuh keheranan.
"kalau begitu aku sendiri pun tdk tahu, sudah hampir sejam yg lalu Kho kongcu pergi meninggalkan tempat ini."
Romantika Sebilah Pedang -- Gu Long/Tjan Id Pedang Hati Suci -- Jin Yong Duel Dua Jago Pedang -- Khu Lung