Kedele Maut 8
Kedele Maut Karya Khu Lung Bagian 8
Kedele Maut Karya dari Khu Lung
Mendadak Rumang berseru sambil tertawa bergelak.
"Hahahahey kasir gemuk, kau takusah mewakili majikan kami utk berbohong."
Dlm perkiraannya Kho Beng tak akan lebih sedang berbuat mesum dg gadis-gadis cantik, sebaliknya kasir gemuk rumah makan itu manafsirkan lain, tiba-tiba saja hatinya menjadi terkejut, sinar matanya berkilat, buru-buru dia berkata.
"Toaya, kami adalah pedagang yg bermaksud mencari untung, apa gunanya membohongi langganan?"
Sambil tertawa terkekeh-kekeh, Rumang menggoyangkan tangannya sambil berseru.
"Itu mah tergantung persoalan apa yg sedang dihadapi, seperti musim panas saat ini, akurasa inilah saat terbaik utk main perempuan, lelaki manakah yg tidak romantis?Haha.apakah majikan kami sudah kelengketan gula-gula sehingga enggan meninggalkannya? Mungkin dia yg menyuruh kau berbohong agar kami berempat menunggu lagi semalaman?"
Setelah mengetahui apa yg diartikan lawannya, kasir gemuk itu menjadi geli sendiri, tapi segera ujarnya sambil menggelengkan kepala.
"Harap tuan jangan salah paham, perempuan yg dijumpai Kho kongcu tadi adalah sahabat karibnya, oleh sebab itu setelah masuk kedalam tadi, mereka terlibat dalam pembicaraan yg asyik, tidak seperti apa yg kalian duga, ia bukan perempuan lacur!"
Bila dipikirkan lebih seksama, maka jawaban yg diberikan sekarang menjadi bertentangan dg pernyataan siang tadi.
Tapi sayang, keempat orang jago lihay dari luar perbatasan ini tidak cermat sehingga tidak bisa menemukan kejanggalan tsb.
Hapukim nampak agak tertegun, lalu tanyanya.
"Lantas kemana perginya orang itu?"
"Apakah tuan berempat tidak pernah meninggalkan penginapan tsb?"
Tanya kasir gemuk setelah berpikir sebentar. Molim segera menjawab.
"Tadi kami telah bersua dg tiga orang bajingan dan terlibat dlm suatu pertarungan yg sengit, baru saja kami pulang kepenginapan."
"Aaah, tidak aneh kalau begitu"
Seru kasir tsb dg wajah bersungguh-sungguh.
"Siapa tahu Kho kongcu mendapat kalian berempat sedang terlibat dlm perkelahian, sehingga dia segera pergi mencari jejak kalian!"
Alasan tsb memang sesuai dg keadaan dan tidak mencurigakan, oleh sebab itu Molim sekalian berempat segera manggut-manggut. Kata Molim kemudian.
"Yaa, perkataan si gendut emang masuk akal, kalau begitu terpaksa kita mesti menunggu dipenginapan saja!"
Dg berlalunya Molim, otomatis ketiga orang lainnya ikut meninggalkan rumah makan Poan gwat kie tsb.
Ketika menghantar kepergian keempat orang tsb, sekulum senyum aneh sekali segera melintas diatas wajahnya, dia mengira tindakannya dlm menghadapi keempat orang asing itu sudah tepat dan sempurna sekali.
Tentu saja dia tidak menyangka kalau disisi lain masih ada orang yg menyelidiki jejak Kho Beng, jawaban yg diberikannya barusan justru telah mengundang kecurigaan dalam hatinya.
Tak salah lagi, orang itu adalah si Walet terbang berwajah ganda, Chin sian kun.
Saat ini dia duduk didekat pintu masuk dan berlagak seorang tamu yg sedang memesan semangkuk mie, sewaktu melihat Molim sekalian berempat pergi meninggalkan tempat itu, dia pun segera meninggalkan uang utk beranjak keluar rumah makan tsb.
Baru saja melangkah keluar pintu, dua bersaudara Kim telah menyongsong kedatangannya dg perasaan gelisah.
Agak kurang sabar Kim loji segera menegur.
"Apa yg telah terjadi? Kenapa keempat ekor anjing asing itu keluar lagi dari sini? Kalau dilihat dari mimik wajahnya, ia seperti tak berhasil menemukan Kho sauhiap?"
Chin sian kun manggut-manggut dg perasaan berat, katanya.
"Yaa benar, aku lihat Kho sauhiap sudah ditimpa kemalangan!"
Dua bersaudara Kim menjadi terkejut sekali, serentak mereka berseru dg lirih.
"Kemalangan apa yg telah dialaminya?"
"Aku sendiripun kurang tahu, bisa jadi ia sudah ditangkap dan disekap orang, bisa juga ia telah dibunuh atau dicelakai orang, pokoknya aku melihat gelagat kurang beres!"
Paras muka Kim loji segera berubah hebat, buru-buru serunya.
"Sebenarnya apa yg telah terjadi? Secara ringkas Chin sian kun menuturkan tanya jawab yg barusan disadapnya, kemudian ia bertanya.
"Apakah kalian berdua tidak berhasil menemukan titik kelemahan dibalik jawaban tsb?"
Kim loji termenung berapa saat, lalu sahutnya.
"Bila disimpulkan dari apa yg diketahui, tampaknya Kho sauhiap telah bersua dg seorang perempuan dan masuk keruang belakang rumah makan Poan gwat kie, sejak itu jejaknya hilang lenyap tak berbekas!"
Chin sian kun segera manggut-manggut.
"Yaa, memang begitu, selanjutnya?"
Dg cepat Kim loji menggeleng, katanya lagi.
"Soal yg lain...aku pikir sudah tiada hal-hal yg mencurigakan lagi..."
Chin sian kun segera tertawa merdu.
"Bagaimanapun juga, jalan pemikiran kalian orang laki-laki memang kelewat ceroboh, tidak teliti, kalau menurut perasaanku, kecurigaan yg terbesar justru terletak pada pertanyaan "sahabat lama"
Tsb.
"Setiap orang pasti mempunyai sahabat lama, apa yg aneh dg persoalan tsb?"
Seru Kim losam keheranan. Chin sian kun mendengus.
"Menurut apa yg berhasil kudengar dari pembicaraan Bok sian taysu, tidak sampai setahun berselang, Kho sauhiap masih berstatus seorang pemotong kayu bakar dan menimba air diperguruan Sam goan bun, bukan saja ia tidak mengetahui asal usulnya yg sebenarnya, keluar dari dinding pekarangan barang selangkah pun belum pernah, nah coba kalian pikirkan darimana datangnya "sahabat lama"
Tsb?"
"Jangan-jangan ia sudah terpikat oleh kecantikan wajah perempuan tsb?"
Kata Kim loji sambil berkerut kening. Tiba-tiba saja timbul suatu perasaan yg sangat tidak enak dlm hati Chin sian kun, perasaan tsb tak terlukiskan olehnya dg katakata. Tapi segera katanya lagi sambil menggeleng.
"Menurut penilaianku pribadi, Kho sauhiap bukan seorang lelaki yg suka main perempuan,itulah sebabnya dari dua hal aku berkesimpulan bahwa Kho sauhiap telah menemui ancaman bahaya. Pertama, seaktu memberi jawaban tadi, sorot mata si kasir gemuk itu berkedip tak tenang, wajahnya menampilkan senyuman palsu, jelas persoalan sekitar lenyapnya Kho sauhiap kemungkinan berhubungan erat dg halaman belakang rumah makan Poan gwat kie itu. Kedua, kalau toh si kasir berbohong dg membuat alasan yg bermacam-macam, hal ini membuktikan kalau dia memang berkomplot dg perempuan tsb, ini berarti mereka adalah musuh, bukan teman kita."
Dg perasaan terkesiap, Kim loji segera berseru.
"Jadi menurut pendapatmu, rumah makan Poan gwat kie tsb bukan rumah makan biasa tapi mempunyai persoalan besar yg amat mencurigakan sekali?"
"Bukan hanya mempunyai masalah besar yg amat mencurigakan, bisa jadi tempat tsb merupakan tempat kediaman sejumlah tokohtokoh persilatan yg berilmu tinggi."
"Kalau begitu, apa salahnya jika kita lakukan penggeledahan dari belakang sana?"
Usul Kim lo ji cepat. Buru-buru Chin sian kun berseru.
"Saat ini kita belum boleh berbuat begitu!"
"Kenapa?"
Kim loji keheranan.
"Sebelum kita memahami lebih dulu, tokoh persilatan macam apa dan berasal dari aliran manakah yg bersembunyi didalam ruang belakang rumah makan Poan gwat kie tsb, jangan sekali-kali kita bertindak secara gegabah, sebab bila kita sampai menyerbu kedalam dan bertemu dg sahabat lama atau mungkin juga orang-orang dari tujuh partai besar, bagaimana kita nantinya?"
Dua bersaudara Kim segera manggut-manggut, mereka dapat merasakan betapa sempura semua pertimbangan dan pemikiran Chin sian kun.
"Lantas apa yg harus kita lakukan sekarang?"
Tanya Kim loji kemudian dg perasaan gelisah. Chin sian kun memperhatikan sekejap sekeliling tempat itu, kemudian katanya.
"Aku telah berhasil mendapatkan sebuah cara yg menguntungkan bagi kedua belah pihak, sekarang kita menghubungi dahulu beberapa orang asing itu utk diajak bekerja sama, jika bertemu dg orang yg dikenal atau orang dari tujuh partai besar maka biarlah mereka yg tampilkan diri sementara kita membantu secara diamdiam dg cara demikian kita bisa menghindari diri dari pelbagai kesulitan yg mungkin terjadi."
"Baru saja kita langsungkan pertarungan sengit, masa sekarang hendak menemui mereka lagi? Seandainya orang-orang asing itu tak mau percaya, bukankah kita bakal terlibat lagi dlm suatu pertarungan yg seru?"
Chin sian kun menghela napas panjang.
"Demi keselamatan Kho sauhiap, demi merebut kepercayaan Bu wi cianpwee terhadap kita, aku rasa kita tak mungkin mempersoalkan masalah macam begitu lagi tapi asal kita bisa menahan diri, aku rasa tak mungkin pertarungan segera bebrkobar begitu kita saling bertemu nanti."
"Yaa, terpaksa kita harus berbuat begitu."
Ucap Kim loji kemudian sambil menghela napas.
"sekalipun apa yg terjadi, kita memang harus bisa mengendalikan emosi dan sabar. Mari kita berangkat sekarang juga, jangan membiarkan waktu berlarut sehingga terjadi hal-hal yg tak diinginkan, apalagi kalau sampai menimbulkan kesalah pahaman Bu wi cianpwee terhadap kita."
Maka mereka bertiga pun segera berjalan menuju kerumah penginapan Say siang.
Setelah memasuki penginapan, mereka bertiga pun tidak menyapa pelayan, dipimpin sendiri oleh Chin sian kun, mereka langsung menuju kehalaman belakang dimana mereka berpapasan langsung dg Rumang sekalian berempat.
Waktu itu Rumang sekalian berempat bermaksud akan jalan-jalan dikota krn waktu masih pagi dan Kho Beng belum juga kembali.
Begitu berpapasan, air muka mereka segera berubah hebat.
Sambil menyeringai seram, Rumang segera berseru.
"Bagus sekali, rupanya kita bersua kembali disini, apakah kalian belum puas dg pertarungan tadi?"
Chin sian kun tertawa terbahak-bahak, sambil melepaskan topeng kulit manusia dari wajahnya, ia berkata.
"Harap kalian jangan menaruh curiga, sesungguhnya kedatangan kami kali ini adalah ingin mengabarkan keadaan Kho sauhiap yg sebenarnya."
Orang-orang asing dari luar perbatasan ini tentu saja tak akan mengerti ilmu menyaru muka, sewaktu Rumang sekalian melihat paras muka Chin sian kun bisa berubah-ubah mereka menjadi terkejut sekali, teriaknya kemudian dg suara seram.
"Siluman! Ada siluman!"
Tanpa banyak berbicara serentak mereka meloloskan senjata dan bersiap siaga menghadapi segala kemungkinan yg tak diinginkan. Cepat-cepat Chin sian kun memperlihatkan topeng kulit manusianya sembari memberi penjelasan.
"Aku bukan siluman, dg bantuan inilah kurubah wajah asliku yg sebenarnya, kalian berempat tak usah gugup atau panik."
Setelah diberi penjelasan, keempat orang itu baru bisa menjadi tenang kembali. Molim segera berkata dg suara berat.
"Kalau toh kalian sudah mengetahui kabar tentang cukong kami, ada urusan apa kalian datang mencari kami?"
Dg wajah serius Chin sian kun berkata.
"Apakah kalian berempat belum tahu kalau Kho sauhiap telah ketimpa mara bahaya?"
Molim agak etrtegun, lalu tanyanya kurang percaya.
"Bahaya apa?"
"Tadi aku telah menguntit dibelakang kalian berempat sewaktu berada dirumah makan, akupun menjumpai bahwa kasir tsb sedang membohongi kalian, apa yg dikatakannya kpd kalian Cuma bohong semua."
"Darimana kau bisa tahu?"
Sela Hapukim dg perasaan tidak habis mengerti.
"Menurut apa yg kuketahui, majikan kalian sama sekali tak punya teman lama, apalagi teman lama seorang perempuan."
Mendengar perkataan tsb, Rumang segera tertawa terbahakbahak, serunya.
"Hahaha.kau si perempuan dungu tahu apa, cukong kami orangnya romantis, kau tahu perempuan yg ditemuinya tadi sama cantiknya seperti kau, mana mungkin dia tidak terpikat oleh keayuannya?"
Sambil berusaha menahan amarah dan gejolak emosinya, Chin sian kun berkata lagi.
"Omong kosong! Kho sauhiap tidak suka main perempuan, dia bukan manusia seperti apa yg kau lukiskan barusan, apalagi bukankah si kasir telah mengatakan kalau Kho sauhiap telah meninggalkan tempat itu? Seandainya ia tak ketimpa bahaya, mengapa pula hingga sekarang belum kembali utk berkumpul dg kalian?"
Perkataan tsb memang cukup beralasan dan bisa diterima dg akal sehat, tanpa terasa Molim mulai tercenung sambil menelaah persoalan mana. Kembali Chin sian kun bertanya.
"Apakah kalian berempat pun tahu perempuan apakah yg ditemui Kho sauhiap tadi?"
"Tentu saja kami tahu!"
Seru Rumang.
"perempuan itu membawa sebuah payung kecil berwarna putih.aaah benar dia pun memakai baju putih dan menyisipkan sekuntum bunga putih diatas sanggulnya."
Begitu mendengar ciri-ciri perempuan tsb, dua bersaudara Kim segera menjerit tertahan.
"Aaaah rupanya orang itu adalah perempuan berbaju yg telah salah tegur tadi!"
Paras muka Chin sian kun pun berubah sangat hebat, katanya sambil menghela napas.
"Aaaai....tampaknya apa yg telah terjadi memang tdk meleset dari dugaanku, rumah makan Poan gwat kie benar-benar mencurigakan sekali tapi aku memang lagi berpikir masa dikolong langit benar-benar ada kejadian yg begitu kebetulan, tapi setelah ditinjau kembali sekarang, dpt disimpulkan bahwa kesemuanya ini memang merupakan suatu siasat busuk yg sengaja telah dipersiapkan, hanya satu masalah yg belum terjawab adalah tokoh persilatan manakah yg menyelenggarakan rumah makan Poan gwat kie itu?"
Sesudah berhenti sejenak, segera katanya lagi kepada Molim.
"Mo lotoa, sekarang kita tak boleh menunda waktu lagi, sebab bila sampai terlambat besar kemungkinan jiwa Kho sauhiap akan terancam oleh bahaya maut."
Sementara itu Molim sudah mulai mempercayai perkataan Chin sian kun, tapi rasa curiga belum juga lenyap sama sekali, katanya kemudian.
"Kalau toh kau dapat menduga semua persoalan sejelas itu, mengapa kau masih datang juga membuat gara-gara dg kami?"
Tentu saja Chin sian kun tak bisa membeberkan semua duduk prsoalan dg begitu saja, ia tahu bahwa masalah budi dan dendam tak mungkin bisa dijelaskan dg sepatah dua patah kata saja.
Dalam keadaan terpaksa, akhirnya dia sengaja berbohong, katanya dg gelisah.
"Mo lotoa memang terlalu banyak curiga, seandainya aku tdk menemukan kalau dibelakang rumah makan tsb berdiam banyak sekali jago-jago lihay dan mungkin kami bertiga tak bisa menghadapinya sendiri, kenapa kami tak datang mencari kalian?"
Ketika mendengar perkataan itu, Rumang segera berteriak keras.
"Semenjak melangkah masuk kedaratan Tionggoan, belum pernah kami jumpai jago-jago yg hebat disini, ayoh berangkat, kita bekuk dulu di tauke gemuk seperti babi itu dan tanyakan persoalannya sampai jelas, bila ia terbukti sedang membohongi kita, biar ku obrak abrik rumah makannya dulu kemudian baru menyerbu kedalam."
Molim segera manggut-manggut pertanda setuju.
Keempat orang ini sama sekali tidak mengkuatirkan keselamatan jiwa Kho Beng, mereka Cuma kuatir kehilangan kesempatan memperoleh kitab pusaka Thian goan bu boh sehingga impian baik menjadi sia-sia.
Melihat sikap orang-orang tsb, dg cepat Chin sian kun menggoyangkan tangannya sambil mencegah.
"Eeeh.....tunggu sebentar, kalian tidak boleh bertindak dlm keadaan begini!"
"Mengapa tidak boleh?"
Tanya Rumang sambil melotot. Chin sian kun tahu bahwa orang-orang tsb berpikiran amat sederhana, maka segera jelasnya.
"Sekarang malam belum kelam, suasana dijalanan masih ramai, sedangkan rumah makan Poan gwat kie pun terletak disisi jalan besar, bila kalian menyerbu dlm keadaan begini secara kekerasan, bukan saja tindakan mana akan menarik perhatian pembesar kota, juga mengacau ketentraman sekitar lingkungannya, berbicara buat kepentingan kita, hal ini lebih banyak ruginya ketimbang untungnya. Toh persoalan belum sampai berkembang kelewat gawat sehingga persoalan ini pun tak usah diselesaikan secara tergesagesa, mari kita tunggu sampai suasana sudah tenang, biar aku masuk dulu melakukan penyelidikan, setelah itu baru memanggil kalian berempat, pokoknya kita mesti melakukan sergapan mendadak, agar mereka menjadi gelagapan setengah mati."
Maka mereka bertujuh pun utk sementara waktu menanggalkan sikap permusuhan utk bersama-sama merundingkan aksi berikut.
Kim loji juga segera diutus pulang kepenginapan Hiong hien utk melaporkan kejadian yg sebenarnya kpd Bu wi lojin, sementara ia sendiri berangkat kepenginapan Say siang, dimana semuanya sudah menunggu saat utk bertindak.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Benarkah nasib Kho Beng sedang terancam bahaya maut? Ya benar, segala sesuatunya memang tdk meleset dari perkiraan Chin sian kun, saat ini posisinya berbahaya sekali krn harus memilih antara hidup dan mati.
oooOooo Dibelakang rumah makan Poan gwat kie terdapat sebuah bangunan loteng yg berdiri sendiri.
Bangunan tsb tidak jauh berbeda seperti bentuk bangunan rakyat sekitarnya, antara rumah makan pun hanya selisih sebuah lorong serta dua lapis dinding pekarangan, sekilas pandang kedua bangunan tsb tidak ada hubungannya, tapi yg benar ada lorong rahasia yg menghubungkan kedua tempat tsb.
Waktu itu disebuah ruang rahasia yg tak berjendela diatas loteng tsb, Kho Beng masih tergeletak diatas pembaringan dlm keadaan tak sadar.
Disamping pembaringan berdiri dua orang dayang yg berdandan medok, sementara perempuan berbaju putih yg mengaku sebagai Ciu hoa duduk disamping pembaringan, sedang dimuka pintu berdiri pula dua orang lelaki berbaju hitam.
Dihadapan perempuan berbaju putih itu dekat dinding ruangan terletak sebuah kursi berwarna hitam, saat itu perempuan tadi sedang memberi perintah dg wajah dingin.
Seret dan dudukkan dia diatas kursi itu, lalu sadarkan dg semburan air, aku hendak memaksanya utk memberikan pengakuan."
Walaupun suara pembicaraan amat merdu bagaikan suara burung nuri yg berkicau tapi sayang nada suaranya justru dingin menggidikkan hati.
Dua orang dayang genit tadi segera enyahut dan membangunkan Kho Beng dari pembaringan, setelah didudukkan dikursi, tiba-tiba mereka menekan sebuah tombol sehingga muncullah tiga buah gelang penjepit yg masing-masing menjepit leher Kho Beng serta sepasang pergelangan tangannya.
Dg jepitan itu otomatis Kho Beng tak mampu bergerak lagi.
Menyusul kemudian seorang dayang muncul dg sebaskom air dan diguyurkan keatas kepala pemuda tsb.
Tak ampun sekujur badan Kho Beng menjadi basah kuyup.
Dg guyuran air dingin itu, Kho Beng pun segera tersadar kembali dari pingsannya.
Ketika mengetahui keadaan yg dialaminya, sambil menatap perempuan berbaju putih itu tajam-tajam, bentaknya keras-keras.
"Siapakah kau?"
Perempuan berbaju putih itu tersenyum , ujarnya.
"Kho kongcu, sekarang kau hanya punya hak utk menjawab, tidak memiliki kesempatan utk bertanya lagi!"
Kho Beng mendengus dingin, diam-diam ia mencoba mengatur napas, tapi dg cepat diketahui bahwa hawa murninya tak bisa terhimpun kembali, hal ini membuat hatinya amat terperanjat.
Sementara itu, perempuan berbaju putih tadi telah berkata lagi sambil tertawa.
"Walaupun kau sudah sadarkan diri, namun daya kerja obat tsb belum hilang sama sekali, kuanjurkan kepadamu tak usahlah membuang tenaga dg percuma, lebih baik jawab saja semua pertanyaanku."
Dg sedih Kho Beng menghela napas, dia menyesal sekali atas keteledoran dirinya, tapi keadaan sudah berubah, disesalipun tak ada gunanya, dlm keadaan demikian dia hanya berharap agar Rumang sekalian berempat mengetahui tentang hilangnya dia dan melakukan penggeledahan hingga kesitu.
Saat ini, diapun menaruh curiga atas asal usul lawannya, mengapa ia bersikap demikian tehadap dirinya? Siapakah mereka sebenarnya? Dorongan rasa ingin tahu justru membuat sang pemuda bersikap lebih tenang lagi, katanya kemudian dg suara hambar.
"Baik, bila ingin bertanya, silahkan bertanya!"
Perempuan berbaju putih itu manggut-manggut, katanya.
"Aku berharap kau bisa tahu diri dan memberikan jawaban sebaik-baiknya, asal kau bersedia bekerja sama, kujamin nyawamu tak akan kami ganggu barang seujung rambut pun, tapi bila menolak aku sangat mengkuatirkan kehidupanmu selanjutnya."
"Aku cukup memahami keadaanku sekarang!"
Sahut Kho Beng dingin.
"Bagus sekali"
Perempuan berbaju putih itu kegirangan.
"sekarang jawablah pertanyaan yg pertama, dimanakah gurumu Bu wi saat ini?"
"Aku sendiripun tidak tahu"
Sahut Kho Beng rada melengak. Perempuan berbaju putih itu segera tersenyum, kembali ujarnya.
"Pertanyaan ini boleh saja tidak kau jawab, asal kau bersedia mengutarakan kabar berita tentang kitab pusaka Thian goan bu boh, itupun sama saja buat kami."
Seketika itu juga Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, serunya tanpa sadar.
"Apa kau bilang?"
"Aku ingin mengetahui tentang jejak kitab pusaka Thian goan bu boh itu..?"
"Darimana aku bisa tahu tentang jejak kitab pusaka Thian goan bu boh tsb?"
Seru Kho Beng tercengang. Tiba-tiba perempuan berbaju putih itu menarik wajahnya sambil berkata.
"Hmmmsandiwara mu memang kau perankan secara bagus sekali, tapi aku berharap kau lebih menghargai jiwamu dan jangan bersandiwara terus.."
Secara seksama Kho Beng membayangkan kembali semua pertanyaan yg diajukan lawan, lalu dikaitkan satu dg lainnya, mendadak satu ingatan melintas dlm benaknya, tanpa terasa dia berseru.
"Apakah kau adalah dewi In nu?"
Perempuan berbaju putih itu nampak tertegun, tapi segera sahutnya sambil tertawa.
"Siancu adalah orang yg anggun, dia tak akan menampakkan diri semaunya sendiri, aku tak lebih hanya salah seorang anak buahnya, Ciu hoa Leng cu!"
Sekarang Kho Beng baru mengerti apa sebabnya pihak lawan menanyakan tentang Bu wi lojin, lalu bertanya pula tentang kitab pusaka Thian goan bu boh, tampaknya secara kebetulan Bu wi lojin berada pula di kota Tong sia dan berhasil mendapatkan kembali kitab pusaka tsb.
Itulah sebabnya kehadiran yg tak disengaja ditempat tsb, segera disalah artikan kalau dia memang berjalan bersama Bu wi lojin..
Sementara dia masih merenungkan persoalan tsb, Ciu hoa Lengcu telah ebrkata kembali.
"Kalau toh kau sudah memahami identitas yg sebenarnya, aku rasa kau tak bisa mengatakan tak tahu lagi bukan? Gurumu telah menyusup kedalam istana Siancu dan mencuri kitab pusaka tsb, tapi akibatnya ia sendiripun menderita luka parah, aku telah membawa orang melakukan pengejaran sampai disini, aku yakin tentang persoalan inipun sudah kau ketahui pula, Nahsekarang ingin kulihat apakah kau bersedia mengaku atau tidak?"
Sekarang Kho Beng sudah mengetahui semua duduk persoalan yg sebenarnya, rasa kaget dan girang segera menyelimuti perasaannya.
Ia terkejut krn Bu wi lojin telah menderita luka parah dan tidak diketahui apakah jiwanya terancam atau tidak.
Tapi diapun gembira krn kitab pusaka tsb telah berhasil direbut kembali, lagi pula asal dapat menjumpai Bu wi lojin, berarti dia akan segera mengetahui kabar berita tentang dewi In nu tsb.
Soal ini jelas akan bermanfaat sekali bagi usahanya utk membalas dendam, sebab dia tak usah melakukan pencarian lagi secara membabi buta.
Berpikir sampai disitu, tanpa terasa lagi dia berkata sambil tertawa dingin.
"Aku sedikit tidak mengerti dg perkataanmu barusan!"
"Dalam hal apa kau tidak mengerti?"
Tanya Ciu hoa Leng cu agak tertegun.
Menurut apa yg kuketahui, kitab pusaka Thian goan bu boh adalah benda milik Bu wi cianpwee, jadi sudah sepantasnya bila dia mengambilnya kembali, darimana kau mengatakan bahwa dialah yg telah mencuri? Atas dasar apa pula lau menyuruh aku memberikan pengakuan?"
Paras muka Ciau hoa Lengcu segera berubah sedingin es, katanya dg suara sinis.
"Tiada benda mestika yg mempunyai pemilik tetap, siapa yg mendapatkan dialah pemiliknya yg sah.....sekarang, akupun tak berhasrat utk ribut terus dg mu, aku hanya ingin tahu, sebenarnya kau bersedia menjawab tidak?"
Kho Beng tertawa terbahak-bahak....
"Hahahaaku baru saja masuk kekota Tong sia, duduk saja belum hangat, darimana aku bisa mengetahui tempat tinggal Bu wi cianpwee? Apa pula yg harus kuberikan kepadamu?"
Sebenarnya apa yg dia katakan memang merupakan suatu kenyataan, namun bagi pendengaran Ciu hoa Lengcu, hal tsb dinilainya sebagai alasan Kho Beng utk menampik memberi jawaban.
Dg gemas perempuan itu segera mendengus dingin, katanya.
"Hmmm..jangan kau anggap banyak kejadian yg berlangsung begitu kebetulan didunia ini, tampaknya sebelum kugunakan sedikit tindakan yg tegas kau tak akan memberi pengakuan yg sebenarnya."
Berbicara sampai disitu, ia segera berpaling dan perintahnya kepada kedua orang dayangnya itu.
"Laksanakan siksaan, cabut dulu otot-otot kakinya!"
Ciu hoa Lengcu betul-betul seorang yg tak berperasaan, ternyata ia bisa merubah sikapnya secara wajar, seakan-akan ada dua orang yg berbeda saja.
Dua orang dayang itu segera mengiakan, serentak mereka mencabut keluar sebilah pisau belati dari sakunya, kemudian bersiap-siap akan merobek celana Kho Beng.
Tak terlukiskan rasa terkejut Kho Beng menghadapi kejadian ini, buru-buru ia membentak keras.
"Tunggu sebentar!"
Teringat dendam sakit hatinya yg belum terbalas, ia merasa tak rela utk mati dg begitu saja, apalagi ia dpt merasakann kalau lawannya sangat percaya dg perkataannya.
Ia bertekad hendak membohongi orang-orang tsb sambil berusaha mengulur waktu.
Tampak Ciu hoa Lengcu mencibirkan bibirnya sambil tertawa dingin lalu katanya.
"Kho Beng, saat ini belum terlambat bila kau bersedia mengakui tempat persembunyian gurumu."
Kho Beng berlagak termenung sebentar, lalu katanya dg wajah bersungguh-sunguh.
"Bila kuberikan pengakuan, apakah kau benar-benar akan membebaskan diriku?"
"Tentu saja, setiap perkataan yg kuucapkan tak pernah diingkari kembali!"
Kho Beng segera manggut-manggut, dia mencoba mengawasi sekejap sekeliling tempat itu, ketika tidak melihat ada jendela disana sehingga tak diketahui jam berapa sekarang, maka tanyanya kemudian.
"Jam berapa sekarang?"
"Buat apa kau bertanya soal waktu?"
Tegur Ciu hoa Lengcu sambil berkerut kening, agaknya kau berharap keempat orang liar itu bisa datang menolongmu?"
Tak terlukiskan rasa terkesiap Kho Beng sewaktu rahasia hatinya terungkap, segera tegurnya.
"Kau telah apakan keempat orang anak buahku itu?"
Ciu hoa Lengcu segera tertawa dingin, katanya.
"Kenapa aku mesti bersusah payah mengerjai keempat anjing liar tsb?"
Sekarang besar kemungkinan mereka sedang bertarung matimatian melawan Kim kong sam pian sekalian, aku rasa mereka tiada kesempatan lagi utk mengurusi keselamatan dirimu."
Sekali lagi Kho Beng merasa terkejut sekali tanpa terasa dia menghela napas sedih.
Dia tidak mengerti apa sebabnya Rumang sekalian bisa terlibat dlm pertarungan melawan Kim kong sam pian sekalian, tentu saja dia pun mengerti bahwa kepandaian silat yg dimiliki Rumang sekalian berempat sama sekali tdk berada dibawah kemampuan Kim kong sam pian, andaikata tiga bersaudara Kim mendapat tugas utk mencari jejaknya, sudah pasti dibelakang mereka masih ada bala bantuan yg lebih besar lagi, ini berarti keselamatan jiwa keempat anak buahnya terancam bahaya maut.
Sementara dia masih termenung, terdengar Ciu hoa Lengcu membentak lagi dg suara dalam.
"Sebenarnya kau bersedia utk bicara atau tidak?"
Dlm keadaan seperti ini, Kho Beng hanya bisa berusaha utk mengulur waktu maka sahutnya dingin.
"Jika kau enggan memberitahukan waktu kepadaku, bagaimana mungkin aku bisa memberitahukan kepadamu?"
"Baiklah, kuberitahukan kepadamu pun apa salahnya, sekarang menjelang kentongan pertama!"
Bu wi cianpwee pernah memberitahukan kepadaku tentang tiga tempat yg bisa kudatangi, kalau sekarang memang sudah menjelang kentongan pertama berarti dia orang tua sudah berangkat sepuluh li diluar kota dan menantikan kedatanganku disebuah kuil dewa tanah.
Ciu hoa Lengcu segera berpaling sambil menurunkan perintah.
"Sampaikan kepada komandan pasukan baju hitam, bawa segenap anak buah dan lakukan pencarian yg seksama disetiap kuil yg ada pada radius sepuluh li diluar kota, tapi hati-hati kepandaian silat dari setan tua itu belum lenyap kemampuannya masih perlu diperhitungkan, katakan kepada mereka agar bertindak hati-hati bila perlu lakukan pengepungan yg ketat, awas kalau sampai kebobolan lagi, hati-hati dg batok kepala mereka..!"
Salah seorang diantara lelaki berbaju hitam yg berdiri didepan pintu segera mengiakan dan beranjak pergi dari situ.
Jilid 17 Sepeninggal orang itu, Ciu hoa Lengcu berkata lagi kepada Kho Beng sambil tersenyum.
"Asal alamat yg kau berikan itu benar, aku segera akan membebaskan dirimu dlm keadaan hidup!"
Melihat kesemuanya itu, diam-diam Kho Beng berpikir.
"Untuk menempuh jarak sepuluh li pulang balik, paling tdk mereka membutuhkan waktu setengah jam lebih, bila Rumang sekalian berempat dpt melepaskan diri dari kurungan tiga bersaudara Kim, seharusnya mereka telah sampai pula disini!"
Belum habis ingatan tsb melintas lewat, tampak lelaki yg menyampaikan perintah tadi sudah muncul kembali dan berdiri didepan pintu seraya berkata.
"Lapor Lengcu, komandan pasukan baju hitam menyatakan kecurigaannya..."
Dg kening berkerut Ciu hoa Lengcu berkata.
"Apa yg dia curigakan?"
"Menurut laporan komandan Sin, sepuluh li disekitar kota Tong sia sama sekali tidak terdapat kuil dewa tanah!"
Mendengar laporan tsb, seketika itu juga Kho Beng merasa terkejut sekali. Ia sama sekali tdk menyangka kalau bohongan yg pertama segera dibongkar lawan, tapi tidak mau ia menyerah dg begitu saja, sambil tertawa dingin segera katanya.
"Kalau begitu sungguh mengherankan, orangnya saja belum keluar pintu rumah, darimana dia bisa tahu kalau sepuluh li disekeliling kota tidak terdapat sebuah kuil dewa tanah?"
Tapi dg wajah sinis Ciu hoa Lengcu telah berkata sambil tertawa dingin.
"Tak ada salahnya kuberitahukan kepadamu, Komandan Sin adalah penduduk asli kota ini, boleh dibilang ia sudah menguasai penuh keadaan diluar maupun didalam kota Tong sia, hmmmm.....bila kau ingin hidup terus, lebih baik jangan bermain gila dg kami."
Berada dlm keadaan seperti ini, mau tak mau Kho Beng harus berperan lebih jauh, dg kening berkerut katanya.
"Tapi Bu wi cianpwee dg jelas mengatakan kepadaku, bila ingin bertemu dgnya sekitar kentongan pertama, aku diharuskan pergi kekuil diluar kota, mana mungkin keterangan ini bisa keliru?"
Melihat kesungguhan hati Kho Beng sewaktu berbicara, Ciu hoa Lengcu segera memutar biji matanya sambil termenung, agaknya dia belum bisa mengambil keputusan. Tapi setelah berpikir beberapa waktu, segera perintahnya kpd lelaki berbaju hitam itu.
"Coba tanyakan sekali lagi kepada Komandan Sin, benarkah disekitar kota Tong sia tidak terdapat bangunan kuil lainnya?"
Lelaki berbaju hitam itu segera mengiakan dan buru-buru beranjak pergi dari situ. Tidak sampai setengah peminuman teh kemudian ia sudah muncul kembali dg langkah terburu-buru, katanya kemudian.
"Komandan Sin telah membawa pasukan meninggalkan tempat!"
Ciu hoa Lengcu jadi tertegun, segera tegurnya.
"Bukankah dia mengatakan kalau disekitar kota tak ada kuil dewa tanah..?"
"Benar komandan Sin berkata sepuluh li disekeliling kota tak ada kuil dewa tanah, namun ditimur kota terdapat sebuah rumah abu dari keluarga Liok yg sudah terbengkalai, bisa jadi orang she Kho ini sudah mengartikan rumah abu sebagai kuil dewa tanah, karena itu utk berlomba dg waktu komandan telah berangkat lebih dulu!"
Ciu hoa Lengcu segera manggut-manggut, katanya memuji.
"Cara bekerjanya memang cekatan dan tegas, bagus sekali kau boleh berjaga dimuka pintu."
Selesai berkata, ia berpaling lagi kearah Kho Beng sambil ujarnya lebih jauh.
"Nah, sudah kau dengar?"
Memanfaatkan kesempatan tsb, Kho Beng segera berseru.
"Yaa memang benar, tempat pertemuan yg dimaksudkan Bu wi cianpwee memang sebuah rumah abu bukan kuil dewa tanah seperti yg kumaksudkan tadi, tak kusangka siasatku dg menunjuk menjangan sebagai kuda segera terbongkar oleh kecerdikan kalian, padahal maksudku bisa mengulur sedikit waktu...yaaa tampaknya memang susah utk membohongi orang pintar macam kalian!"
Ciu hoa Lengcu tertawa dingin.
"Sampai saat ini aku masih mempercayai dirimu, paling banter setengah jam kemudian aku akan segera tahu apakah laporan itu benar atau tidak, jika kau membohongi aku, he...he....sampai waktunya aku akan menyuruh kau rasakan kelihaianku!"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Selesai berkata ia segera bangkit dari tempat duduknya dan dibawah iringan kedua dayangnya, ia beranjak meninggalkan ruangan rahasia tsb.
Dua orang lelaki berbaju hitam yg berada didepan pintu itu segera menutup kembali pintu ruangan rapat-rapat, lalu terdengar pintu itu dikunci dari luar, ternyata Kho Beng telah disekap seorang diri dlm ruangan tsb.
Setelah berada seorang diri, Kho Beng segera berusaha utk menghimpun kembali tenaga dalamnya, tiba-tiba ia merasa aliran hawa murninya berjalan lancar, kekuatan tubuhnya sama sekali tdk menderita suatu apapun.
Hanya saja meski daya kerja obat telah hilang, tapi kedua jepitan baja dikursi itu justru mengekang pergelangan tangannya secara telak, sehingga walaupun ia memiliki tenaga dalam yg sempurna pun tidak banyak kegunaannya.
Lambat laun Kho Beng mulai putus asa, setengah jam bukan suatu jangka waktu yg terlalu lama, bila ia tak mampu memanfaatkan kesempatan yg sedikit ini utk melepaskan diri dari belenggu kursi besi tsb, jelas sudah kematian akan menjelang tiba.
Dlm waktu singkat, ia terbayang kembali dg cici nya yg berusaha membalas dendam....teringat Bu wi lojin yg menderita luka parah lalu si unta sakti berpunggung baja yg banyak melepaskan budi kepadanya...Rumang, Hapukim sekalian....
Disaat pikirannya kalut dan dicekam rasa sedih inilah, si Walet terbang berwajah ganda Chin sian kun, Kim kong sam pian serta Rumang sekalian berempat telah sampai dimuka rumah makan Poan gwat kie.
Waktu sudah menunjukkan tepat kentongan pertama, yg aneh adalah utusan yg dikirim Ciu hoa Lengcu ternyata belum juga kembali, sedangkan waktu itu Chin sian kun telah memasuki rumah makan Poan gwat kie utk melakukan pelacakan terhadap jejak Kho Beng.
Seusai berunding, maka Chin sian kun segera memberi tanda kepada Rumang sekalian berempat agar mengikutinya melompat naik keatap rumah disamping rumah makan Poan gwat kie dan langsung menyusup kebangunan belakang....
Menungu sampai bayangan tubuh Chin sian kun sudah lenyap dari pandangan, Kim loji serta Kim losam baru saling berpandangan sekejap lalu menggedor pintu rumah makan Poan gwat kie keraskeras.
Waktu itu sebagian besar penduduk disekitar sana sudah terlelap tidur, tapi suara gedoran pintu yg keras itu hampir saja menggetarkan seluruh jalanan.
Ditengah suara gedoran keras ,pintu gerbang rumah makan Poan gwat kie yg sudah tertutup itu segera memancarkan sinar lentera, lalu kedengaran seseorang mengumpat.
"Kurangajar! Siapa yg sudah bosan hidup? Malam-malam begini menggedor pintu?"
"Mak nya!"
Umpat Kim losam pula.
"Kenapa tiada suara jawaban? Memangnya semua penghuni rumah ini sudah pada mampus?"
Suara gedorannya makin lama semakin bertambah keras, nyaris pintu itu didobrak dg kekerasan.
Tak lama kemudian pintu dibuka orang, Kim loji dan Kim losam segera berlagak marah-marah dan langsung menyerbu masuk kedalam ruangan....
Dg wajah kaget bercampur gusar tampak dua orang pelayan menegur dg keras.
"Mau apa kalian?"
"Cepat panggil keluar pemilik rumah makan ini, aku hendak berbicara dg nya!"
Seru Kim loji sambil menarik muka. Salah seorang diantara pelayan itu segera mendengus dingin, katanya.
"Hey sobat, coba lihat dulu, sekarang ini pukul berapa..?"
"Pukul berapa pun buat kami sama saja!"
Tukas Kim losam kasar.
"Kalau kalian tidak segera melaporkan kedatangan kami, jangan salahkan bila ku obrak abrik rumah makan ini lebih dulu!"
Belum selesai perkataan itu diutarakan, tiba-tiba dari balik pintu belakang ruangan sudah terdengar seseorang menjengek sambil tertawa dingin.
"Hmm....besar amat bacotmu, sobat dari manakah yg sudah tertarik dg rumah makan Poan gwat kie ku ini?"
Sambil berkata tampak seorang lelaki pendek bertubuh gemuk telah munculkan diri dari dalam ruangan, dia tak lain adalah Ong ciangkwee. Namun setelah melihat jelas wajah dua bersaudara Kim, ia kelihatan agak tertegun, lalu serunya .
"Ada urusan apakah ditengah malam buta begini kalian berdua mencari aku orang she Ong?"
Nada suaranya jauh lebih lembut dan lunak.
"Boleh aku tahu siapa nama Ong ciangkwee?"
Seru Kim loji dingin. Seperti juga sikapnya disiang hari tadi, senyuman pura-pura segera menghiasi wajah Ong ciangkwee, ujarnya sambil tertawa.
"Tuan berdua kelewat serius, masa aku seorang saudagar pun punya nama besar? Aku bernama Ong kui sudah lama membuka usaha rumah makan disini, bolehkah aku tahu dalam hal mana aku telah menyalahi tuan berdua?"
Kim loji mendengus dingin.
"Hey tauke Ong, dalam mata yg sehat tak akan kemasukan pasir, janganlah menggunakan kata-kata yg kosong, terus terang saja, kedatangan kami kesini adalah utk mencari seseorang!"
"Mencari seseorang? Siapa yg kalian cari?"
Tanya Ong kui purapura tertegun.
"Siapa lagi? Tentu saja Kho Beng!"
"Kho Beng?"
Kembali Ong kui berlagak tercengang.
"rasanya belum pernah kudengar nama tsb."
Kim loji menjadi sangat marah, tegurnya.
"Hey orang she Ong! Pentang matamu lebar-lebar, ketahuilah bahwa Kho Beng adalah buronan yg sedang dicari-cari segenap umat persilatan, bila kau berani menyembunyikan dirinya, hmmm.sudah bosan hidup nampaknya.?"
Sementara itu Kim losam juga turut menimbrung, katanya.
"Tauke Ong, kuanjurkan kepadamu agar bertindak lebih terbuka, terus terang saja kukatakan, tanpa sumber berita yg bisa dipercaya, kami tak bakal menggedor pintu rumahmu ditengah malam buta!"
Ong kui kelihatan panik, tapi mati-matian ia enggan mengaku, tangkisnya.
"Tuan berdua, belum pernah ada kejadian macam begitu ditempat kami, aku Ong kui sudah tiga generasi membuka usaha ditempat ini, sungguh mati aku tidak kenal dg orang she Kho itu...."
Jawaban semacam ini pada dasarnya telah berada dalam dugaan dua bersaudara Kim, maka sambil menarik muka Kim loji berkata.
"Hey tauke Ong! Bolehkah aku menggeledah tempatmu?"
Menurut perkiraannya, pihak lawan tak akan mengabulkan permintaan itu, maka asal orang itu menyatakan keberatan, Kim lo ji sudah bersiap sedia merusak perabot yg berada disana dan memancing terjadinya keributan sehingga memancing perhatian orang-orangnya kesitu.
Dg cara demikian, Chin sian kun tentu akan mempunyai cukup waktu utk melakukan penggeledahan secara seksama.
Siapa tahu pemilik rumah makan tsb tidak menunjukkan keberatannya, malah sambil manggut-manggut katanya.
"Boleh, boleh saja, kalau toh kalian berdua tak percaya dg perkataanku, silahkan saja masuk utk melakukan pemeriksaan, asal kalian bisa menemukan orang she Kho tsb, aku bersedia menyerahkan usahaku ini kepada kalian berdua!"
Jawaban tsb segera membuat Kim bersaudara jadi tertegun, tanpa terasa mereka mulai berpikir.
"Benarkah Kho Beng sudah pergi dari sini? Ayaukah ia sudah dibokong dan sekarang telah dipindahkan ketempat lain?"
Dari tujuhorang yg ada, rupanya mereka membagi diri menjadi dua rombongan, satu rombongan memeriksa secara terang-terangan sedang yg lainnya melakukan pemeriksaan secara diam-diam, hal ini dimaksudkan agar semua bagian tempat diperiksa dg seksama.
Tapi setelah lawan membolehkan utk digeledah, hal ini segera memberi firasat kepada Kim loji bahwa usaha mereka melakukanpenggeledahan tak akan menghasilkan apa-apa.
Tapi dari pada pulang dg begitu saja lebih baik dilakukan pemeriksaan kedalam, siapa tahu masih ada tanda-tanda yg ketinggalan? Karena berpendapat demikian, maka sambil manggut-manggut katanya kemudian.
"Baiklah, kalau begitu harap tauke suka menjadi petunjuk jalan...."
Tauke Ong segera memerintahkan kedua orang pelayannya utk menjaga pintu, sedang kepada dua bersaudara Kim dipersilahkan mengikuti dibelakangnya masuk kedalam.
Sambil menghimpun hawa murninya dan bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yg tak diinginkan, dua bersaudara Kim masuk keruang belakang.
Disekitar ruangan mereka saksikan ada tujuh delapan orang lelaki yg berkerumun sambil menanyakan persoalan yg terjadi.
Sepintas lalu orang-orang itu nampak seperti pegawai rumah makan, tapi bagi dua orang bersaudara Kim yg cukup berpengalaman, dalam sekilas pandang saja ia dapat melihat dg jelas bahwa beberapa orang diantara mereka memiliki kening yg menonjol tinggi, jelas mereka adalah jago-jago yang berilmu sangat tinggi.
Tanpa terasa, rasa kaget yg mencekam makin menyelimuti perasaan kedua orang itu.
Dalam pada itu, tauke Ong telah mengulapkan tangannya sambil berkata.
"Kalian tak usah mengada-ada, disini tak ada persoalan, ayoh kembali kekamar masing-masing!"
Selesai berkata, dia mengajak dua bersaudara Kim melakukan pemeriksaan yg teliti atas setiap ruangan yg ada disana.
Baik kim loji maupun Kim losam sama sekali tak menyangka kalau bangunan dibelakang rumah makan Poan gwat kie diatur serapi dan sehebat itu.
Kebun yg luas dan bangunan rumah yg megah sama sekali tak kalah dg rumah hartawan kaya, terutama sekali jumlah kamarnya yg begitu banyak, rasanya tak kalah dg rumah penginapan pada umumnya.
Tanpa terasa Kim loji tertawa dingin dan sengaja ejeknya.
"Hey tauke, tidak kusangka dibelakang rumah makanmu ternyata dibuka pula usaha penginapan!"
"Kalian berdua jangan salah paham"
Buru-buru tauke Ong menjelaskan.
"aku hanya suka menerima teman sehingga sengaja membangun. Betapapun besarnya kecurigaan dua bersaudara Kim terhadap tempat itu, sekarang mereka tak sanggup bicara lagi. Sesudah menghela napas sedih, Kim loji segera menjura seraya berkata.
"Maaf atas gangguan kami malam ini, dikemudian hari kami tiga ruyung dari Tong ting pasti akan datang lagi utk minta maaf!"
"Ooooh....rupanya tiga bersaudara Kim yg termasyur namanya"
Seru tauke Ong.
"sudah lama kudengar nama besar Kim kong sam pian, he...he...he...kesalah pahaman semacam ini belum berarti apaapa, bagaimana kalau kita minum arak sampai pagi?"
Tentu saja Kim loji tak punya muka utk berdiam lebih lama disana, dg wajah bersemu merah, buru-buru tampiknya.
"Biarlah maksud tauke kami terima dihati saja, maaf kami harus mohon diri lebih dulu karena ada urusan lain."
"Aaah, mana...."
Ong kui tertawa mengejek.
Baru saja mereka bertiga berjalan menelusuri kebun, mendadak tampak sesosok bayangan hitam melayang turun persis dihadapan mereka, ternyata orang itu adalah Chin sian kun.
Kim loji dan Losam sama-sama menjadi tertegun, tegurnya berbareng.
"Hey, mengapa kaupun kemari?"
Tentu saja dibalik pertanyaan tsb masih terkandung pertanyaan lain. Setengah mengomel Chin sian kun berkata.
"Sudah hampir setengah harian lamanya kami menunggu kedatanganmu berdua, tapi belum juga nampak kalian datang!....aku toh tak bisa dibiarkan berdiri dibawah langit sambil minum embun dingin."
Tauke Ong segera tertawa terbahak-bahak, katanya cepat.
"Ha....ha....ha....tidak kusangka rumah makan Poan gwat kie ini bisa menarik perhatian begitu banyak jago lihay pada malam ini, entah siapakah lihiap ini?"
Dg langkah yg lemah gemulai Chin sian kun maju mendekatinya, sambil tersenyum dia berkata.
"Apakah kau adalah pemilik rumah makan ini?"
"Aaaah, mana, mana..."
Cepat-cepat Ong kui menjura.
"walaupun aku tak mengerti ilmu silat, namun aku paling kagum dg jago-jago persilatan, sungguh menjadi kebanggaan bagiku bisa menerima kunjungan dari lihiap......"
"Tauke memang pandai sekali berbicara"
Chin sian kun tersenyum.
"padahal aku Chin sian kun bukan termasuk orang pandai, justru ciangkwee lah merupakan seorang tokoh silat yg tak mau mengunjukkan diri!"
Sambil berkata, tiba-tiba saja ia melancarkan sebuah serangan secepat sambaran kilat dan langsung mengancam jalan darah lemas dan kaku Ong kui.....
Mimpipun Ong kui tdk menyangka kalau lawannya akan melancarkan serangan disaat masih tersenyum, ketika menyadari akan datangnya bahaya, keadaan sudah terlambat.
"Bluuuukk...!"
Tak ampun lagi tubuhnya terserang dan segera roboh terjungkal keatas tanah. Dua bersaudara Kim yg menyaksikan kejadian ini menjadi tertegun, sebelum mereka sempat berbuat sesuatu, tiba-tiba dari balik kegelapan terengar dua kali bentakan keras.
"Kurang ajar, kalian berani berbuat keonaran disini!"
Tampak dua sosok bayangan manusia dg membawa gulungan cahaya tajam yg menyilaukan mata meluncur tiba. Dg suatu gerakan cepat Chin sian kun menyambar tubuh Ong kui yg tergeletak lemah ditanah, lalu serunya.
"Cepat kalian loloskan senjata utk membendung serangan lawan!"
Mendengar seruan tsb, Kim loji dan losam segera mencabut keluar ruyungny lalu diayunkan kedepan utk menghadang serbuan dari ketiga sosok bayangan manusia itu.
Ternyata oleh gerak serangan ruyung tsb, ketiga sosok bayangan manusia itu segera melayang turun ketanah.
Kim loji segera mengenali mereka sebagai beberapa orang pelayan yg dijumpai sewaktu masuk kehalaman tadi, hanya sekarang mereka berdiri dg senjata terhunus.
Setelah berhasil membendung gerak maju lawan, Kim loji baru menjengek sambil tertawa dingin.
"Apakah sampai sekarang kalian bertiga belum mau menunjukkan wajah aslinya? Apakah kalian bersedia menyebutkan nama-nama kalian semua?"
Salah seorang diantaranya, seorang lelaki bermuka kuda segera membentak dg keras.
"Kami semua adalah sahabat tauke Ong, tak usah menyebut nama-nama kami lagi, yg jelas tauke Ong sudah bersikap cukup sopan kpd kalian, tapi kenyataannya kalian menyergapnya secara licik, terhitung jagoan macam apakah kalian ini?"
Paras muka dua bersaudara Kim segera berubah merah padam krn jengah. Tapi Chin sian kun segera berkata sambil tertawa terkekehkekeh.
"Sudah sepantasnya bila kalian merasa tdk terima, tapi bila aku tak diberi kesempatan utk memberi penjelasan, pasti kalian akan menganggap diriku sebagai seorang yg tak tahu malu. Untuk itu bersediakah kalian bertiga memberi sedikit waktu utk berbincangbincang dulu dg tauke ini sebelum bertarung?Bila alasan yg kami kemukakan dianggap tak masuk akal, pertarungan baru diteruskan kembali?"
Ketiga orang lelaki itu mendengus dingin, samun mereka tdk memberikan komentar apa-apa. Sambil menarik muka Chin sian kun segera berpaling kearah tauke Ong dan menegur dg suara dingin.
"Hey tauke Ong! Aku harap kau bersedia memberi jawaban dg sejujurnya, sebab kalau tdk, siksaan akan menimpa dirimu, kau tahu bukan bagaimana rasanya seseorang yg hidup tak bisa mati pun tidak?"
Dg wajah hampir menangis, tauke Ong merengek.
"Lihiap , apa yg mesti kukatakan? Aai...."
"He...he...he...."Chin sian kun tertawa dingin.
"belum lagi persoalan pokok disebutkan, kenapa kau mesti berkeluh kesah? Kemampuan Ong ciangkwee dlm menghadapi persoalan benar-benar mengagumkan dan tak malu disebut jagoan lihai, apalagi bila dibandingkan dg anak buahmu yg sebentar menjadi pelayan, sebentar lagi menjadi sahabat itu....kami benar-benar ketinggalan jauh!"
Beberapa patah kata itu kontan saja membuat paras muka ketiga orang jago pedang itu berubah hebat, sedangkan air muka Ong kui makin merah jengah. Setelah berhenti sejenak, kembali Chin sian kun berkata.
"Sudahlah, tak usah banyak berbicara yg tak guna lagi, mari kita menyinggung masalah pokok, nah tauke Ong, sebetulnya pemuda she Kho itu sudah kalian sekap dimana?"
Ong kui menghela napas.
"Chin lihiap, mengapa kau tidak bertanya langsung kpd dua bersaudara Kim yg telah melakukan penggeledahan yg seksama dari depan sampai belakang? Apa lagi yg mesti kukatakan kepadamu?"
"Jawabanmu benar-benar sangat hebat"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jengek Chin sian kun sambil tertawa dingin.
"Hey tauke Ong, tolong tanya rumah makan Poan gwat kie ini, selain pintu besar yg menghadap kejalan raya, apakah masih ada pintu lain?"
"Ada!"
Ong kui mengangguk.
"pintu belakang terletak disebelah kiri kebun!"
"Selain pintu belakang?"
"Sudah tak ada lagi..."
Ong kui kembali menggeleng. Chin sian kun segera menunding kearah gunung-gunungan yg berada tiga kaki disampingnya, lalu mengejek sambil tertawa dingin.
"Tauke, bolehkah aku tahu, pintu rahasia dibalik gunung itu tembus kemana?"
Begitu ucapan tsb diutarakan, paras muka ketiga orang jago pedang serta Ong kui segera berubah sangat hebat. Dg agak cemas Ong kui berseru.
"Lihiap, kau jangan bergurau, mana mungkin dibalik gununggunung itu terdapat pintu."
Mencorong sinar tajam dari balik mata Chin sian kun, segera bentaknya keras-keras.
"Barusan aku melihat ada orang pelayanmu menerobos masuk kebalik gunung-gunungan itu dan hingga sekarang belum nampak muncul kembali, jika disitu tak ada pintu, kau anggap dia bisa menerobos masuk kedalam tanah?"
"Perempuan rendah!"
Tiba-tiba jago pedang bermuka kuda itu membentak keras.
"kau tak usah mengada-ngada terus disini, sebenarnya Ong ciangkwee akan dilepaskan tidak?"
Chin sian kun mengerling sekejap kearah lawannya, lalu menjengek sinis.
"Nah, mulai panik bukan krn rahasianya ketahuan? He...he...he....lebih baik kalian bertiga jangan bergerak sembarangan, sebab aku bisa menghabisi nyawa Ong ciangkwee paling dulu...."
Jago pedang bermuka kuda itu tdk menggubris, tiba-tiba ia berpekik nyaring, lalu serunya kpd dua orang jago lainnya.
"Hayo serbu!"
Tubuhnya segera melejit ketengah udara, dari situ pedangnya menciptakan selapis cahaya tajam dan secara langsung membecok kepala Chin sian kun.
Tak terlukiskan rasa kaget Chin sian kun menghadapi serangan tsb, ia tak mengira kalau lawan sama sekali tdk m enggubris keselamatan sandera yg berada ditangannya.
Melihat Kim loji dan losam telah dihadang musuh, cepat-cepat ia berkelit kesamping, sambil teriaknya.
"Kalian cepat turun!"
Berbareng dg suara bentakan itu, empat sosok bayangan manusia segera melompat turun dari atas wuwungan rumah, ternyata mereka adalah Rumang, Hapukim serta dua bersaudara Mo.
Rumang dg golok terhunus langsung menghadang sijago pedang bermuka kuda yg menyerang Chin sian kun itu, bentaknya.
"Mak nya! Tak kusangka rumah makan kalian adalah sarang penyamun yg suka menculik orang, biar kubunuh manusia macam dirimu lebih dulu...."
Golok segera diputar bagaikan roda, secara beruntun dia telah melepaskan dua kali bacokan berantai. Mendadak terdengar Kim loji yg sedang bertarung berseru lantang.
"Adikku, kalau toh sudah kau ketahui pintu rahasia disitu, mengapa tdk segera menyuruk kedalam utk melakukan penggeledahan?"
"Bila pintu rahasianya sudah kuketahui, buat apa aku mesti menunggu sampai sekarang?"
Sahut Chin sian kun. Kemudian kepada Ong kui yg berada digenggamannya ia membentak.
"Coba lihat sendiri, sobatmu sudah tak ambil peduli dg keselamatanmu lagi, aku rasa kaupun tak usah menyimpan rahasia terus."
Sambil berkata ia segera memberi tanda kpd dua bersaudara Mo serta Hapukim agar mengikutinya menuju kebalik gunung-gunungan.
Bangunan yg menyerupai gunung-gunungan itu dibuat sangat tinggi dan besar, dibagian tengahnya terdapat sebuah gua yg saling berhubungan.
Sementara itu Ong kui masih ragu-ragu, Chin sian kun telah mencengkeram ujung bajunya, seraya membentak keras .
"Hayo jawab, kau bersedia menunjukkan atau tidak? Asal kau mau menunjukkan letak tombol rahasia utk membuka pintu tsb, kami pasti tak akan menyusahkan dirimu lagi."
Belum selesai perkataan itu diutarakan, tiba-tiba dari balik gunung-gunungan itu sudah kedengaran seseorang berkata dg suara merdu.
"Terhadap pelbagai persoalan yg begitu sepele, buat apa kau memaksanya utk berbicara? Kalau toh ia enggan berkata, biar aku yg menunjukkan!"
Menyusul perkataan tsb, tiba-tiba dinding kiri gunung-gunungan itu sudah terbuka lebar dan muncullah seorang perempuan berbaju putih.
Dia tak lain adalah Chiu hoa Lengcu, anak buah dewi In nu yg dikenali Chin sian kun pagi tadi sebagai "nyonya Ciu".
Kehadirannya yg sama sekali tak terduga ini segera menimbulkan rasa tertegun bagi Chin sian kun, ia tak menyangka kalau pihak lawan akan menggunakan cara demikian dlm menghadapinya.
Sementara dia masih termenung, Ciu hoa Lengcu telah memperhatikan sekejap situasi pertarungan, dimana enam orang sedang terlibat dlm pertarungan sengit.
Mendadak bentaknya.
"Tahan!"
Ketiga orang jago pedang yg sedang bertempur seru itu segera melepaskan dua rangkai serangan gencar, setelah itu mereka melompat keluar dari arena pertarungan dan berdiri tenang disitu.
Kepada Chin sian kun kembali Ciu hoa Lengcu berkata seraya tersenyum ramah.
"Kini pintu rahasia telah terbuka, silahkan nona memasukinya utk diperiksa!"
Chin sian kun baru saar setelah mendengar ucapan itu, serunya tanpa sadar.
"Benarkah kau dari marga Ciu?"
Ciu hoa Lengcu manggut-manggut.
"Aku beridam digang sebelah sana, hitung-hitung masih punya hubungan family dg tauke Ong, apabila ia telah melakukan suatu kesalahan terhadap nona, bagaimana kalau aku mewakilinya minta maaf!"
Chin sian kun tersenyum.
"Sungguh tak kusangka tempat ini merupakan sebuah sarang naga harimau, aku percaya enci orang persilatan juga?"
Sambil tertawa Ciu hoa Lengcu menggelengkan kepalanya berulang kali, katanya.
"Nona sudah salah menilai, rumah makan Poan gwat kie hanya sebuah rumah makan biasa dan aku pun bukan manusia bangsa jago silat yg pandai memainkan senjata."
"Hmmm, siapa yg percaya dg kata-katamu itu?"
Chin sian kun mendengus.
"bila rumah makan ini hanya usaha biasa mengapa terdapat banyak jago lihay yg berdiam disini? Dan mengapa pula dibangun lorong bawah tanah yg begitu rahasia?"
"Kalau begitu nona yg sudah salah paham"
Tukas Ciu hoa Lengcu.
"suamiku lebih sering berjaga diluar, ia jarang pulang, maka sengaja kami buat lorong rahasia utk menghubungkan tempat ini dg rumahku, dg begitu antara aku dg tauke Ong pun bisa saling berhubungan bila perlu, sementara orang-orang itu tak lain adalah sobat-sobat yg diundang tauke Ong, sesungguhnya kehadiran mereka tak perlu diributkan nona...."
Kemudian setelah berhenti sejenak, kembali katanya.
"Sekarang aku sudah memberi keterangan yg cukup jelas, aku rasa nona pun harus membebaskan tauke Ong!"
Kata-katanya diucapkan sangat lembut dan beralasan kuat sehingga Chin sian kun jadi gelagapan dibuatnya. Dalam keadaan begini, terpaksa nona itu menjadi nekad, ujarnya kemudian dg suara dingin.
"Sebetulnya tidak susah utk minta kepadaku membebaskan orang ini, tapi Kho Beng harus diserahkan dulu!"
"Kho kongcu memang pernah berkunjung kemari"
Ciu hoa Lengcu tersenyum.
"tapi ia sudah pergi sejak tadi!"
"Aku tak percaya!"
"Lantas apa yg harus kami perbuat agar nona mau percaya?"
Tanya Ciu hoa Lengcu sambil berkerut kening. Tanpa pikir panjang Rumang menyela dari samping.
"Kecuali kami diberi kesempatan utk melakukan penggeledahan!"
Diluar dugaan ternyata Ciu hoa Lengcu menanggapi sambil mengangguk.
"Untuk menarik kepercayaan kalian, aku bersedia menjadi penunjuk jalan, nah silahkan mengikuti diriku!"
Selesai berkata, ia segera masuk dulu kedalam lorong rahasia.
oooOOooo Disaat Chin sian kun sekalian bertujuh mengikuti Ciu hoa Lengcu memasuki pintu rahasia tsb, dari mulut gang tampak sebuah kereta kuda yg mungil dilarikan orang cepat-cepat.
Kusir kuda adalah dua orang lelaki berbaju hitam, tampak mereka melarikan kudanya dg begitu cepat dan menuju kearah pintu kota sebelah timur...
Disisi kereta itu duduk dua orang perempuan genit, mereka tak lain adalah kedua orang dayang Ciu hoa Lengcu, sedangkan orang ketiga adalah Kho Beng, wajahnya nampak sayu dan diliputi perasaan terkejut, tubuhnya sama sekali tak bisa berkutik, jalan darah kakunya telah tertotok.
Kereta kuda itu meluncur terus menembusi pintu kota dan lari ketempat yg liar dan terpencil dari keramaian, melihat keadaan mana, dg perasaan terkejut bercampur keheranan Kho Beng segera menegur.
"Sebenarnya kalian hendak membawaku pergi kemana?"
Dayang genit yg berada disebelah kiri tertawa terkekeh-kekeh, katanya.
"Bukankah telah kukatakan tadi, sampai waktunya kau toh akan mengetahui dg sendirinya?"
"Apakah komandan Sin kalian itu sudah kembali?"
Tanya Kho Beng lagi dg perasaan tegang. Dayang genit yg berada disebelah kanan segera mendengus dingin, sahutnya.
"Siapa yg tahu permainan setan apa yg sedang kau perbuat? Dua puluhan orang sudah dikirim, namun sudah hampir satu jam lamanya belum juga ada kabar beritanya!"
Mendengar jawaban tsb, Kho Beng merasa hatinya agak lega, diam-diam ia menghembuskan napas panjang, lalu katanya sambil tertawa.
"Rupanya kalian hendak mengajak diriku pergi mencari mereka...."
"Kau jangan keburu bersenang hati dulu"
Sela dayang disebelah kiri sambil tertawa dingin.
"terus terang saja aku bilang asal orangorang kami sampai ketimpa suatu kemalangan, maka kau sendiripun jangan harap bisa pulang kekota Tong sia dalam keadaan hidup!"
Kembali Kho Beng merasa terkesiap sekali sebab sebagaimana diketahui keterangan yg diberikannya hanya keterangan palsu, mustahil Bu wi lojin bisa begitu kebetulan berada juga dirumah abu keluarga Liok, sepuluh li disebelah timur kota.
Tapi apa sebabnya komandan Sin beserta kedua puluhan orang yg dipimpinnya belum juga nampak muncul kembali? Tanpa terasa ia mulai mengkuatirkan pula nasib anak buah Ciu hoa Lengcu yg sudah pergi dan hingga kini belum balik itu.
Suara derap kaki kuda yg ramai.....
Suara roda kereta yg menggelinding....
Kho Beng tahu inilah kesempatan terbaik baginya utk meloloskan diri dan itu berarti ini merupakan kesempatannya yg terakhir.
Tapi apa mau dikata jalan darah kakunya tertotok sehingga tubuhnya tak mampu berkutik, ditambah lagi pengawasan dua orang dayang yg begitu ketat, membuat ia tak berhasil menembusi jalan darahnya itu.
Sementara dia masih berpikir mencari akal utk meloloskan diri, tiba-tiba terasa kereta itu bergetar keras dan segera berhenti.
Sementara itu lelaki berbaju hitam yg berada didepan kereta segera berkata.
"Nona berdua, komandan Sin telah pulang."
Mendengar perkataan itu, Kho Beng bersama kedua orang dayang itu berpaling keluar jendela, benar juga kelihatan ada puluhan sosok bayangan hitam sedang melesat datang dg kecepatan tinggi.
Sesudah mendekat, bayangan manusia yg berjalan dipaling depan berseru tertahan, lalu cepat-cepat menghampiri kereta.
Ternyata orang itu adalah seorang kakek berbaju hitam yg berperawakan tinggi besar berwajah amat keren.
Dg sorot matanya yg tajam bagaikan sembilu, dia mengawasi sekejap dua orang lelaki yg berada didepan kereta, lalu tanyanya keheranan.
"Go hoat, Tan peng kalian hendak kemana?"
Lelaki berbaju hitam yg bertindak sebagi kusir itu segera menjawab.
"Lapor komandan, hamba mendapat perintah dari Lengcu utk menghantarkan Kiok hoa dan Kiok bi yg mengawal tawanan Kho Beng menuju kekebun Kiok wan!"
Mendengar tanya jawab itu, Kho Beng merasakan hatinya bergetar keras, pikirnya.
"Ternyata orang ini adalah komandan Sin dan pasukan baju hitam, kalau ditinjau dari tampangnya nampak gagah dan keren, sama sekali tdk mengandung hawa sesat, tapi heran mengapa ia justru bergaul dg kawanan manusia sesat itu?"
Sementara itu komandan Sin telah berpaling kearah jendela kereta seraya berkata.
"Nona Kiok bi, mengapa Lengcu tdk menunggu sampai aku pulang? Kenapa secara tiba-tiba ia berubah pendapat?"
Kiok bi segera tertawa cekikikan, ujarnya.
"Aduh komandan ku, kenapa kau masih bertanya? Kepergianmu yg tak ada kabar beritanya nyaris membuat semua urusan menjadi terbengkalai...!"
"Ketika aku sampai dirumah abu itu, telah ditemukan seorang yg amat mencurigakan...."
"Aaaah...apakah dia adalah si tua Bu wi?"
"Bukan!"
Komandan Sin menggeleng.
"Lantas siapakah dia?"
Tanya Kiok bi keheranan.
"Setelah kulakukan pengejaran sejauh dua puluh li, ternyata orang itu berhasil meloloskan diri, aku tak sempat melihat dg jelas raut wajah orang itu, tapi aku yakin dia bukan si tua Bu wi!"
Kiok bi segera tertawa terkekeh-kekeh.
"Masa dibawah kelopak mata komandan Sin pun ada seseorang yg mampu meloloskan diri? Kecuali kau si komandan sengaja main sabun....."
Tiba-tiba komandan Sin menarik muka dan berseru dg suara dalam.
"Aku tdk terbiasa bergurau, aku harap perkataan nona sedikitlah tahu diri, meskipun aku she Sin selalu tinggi hati, tapi ilmu meringankan tubuh yg dimiliki orang itu sudah jelas tidak berada dibawah kemampuanku....."
Belum selesai perkataan itu diucapkan, sambil tertawa Kiok hoa telah menukas.
"Sudah, sudahlah komandan Sin juga tak perlu memberi penjelasan lagi, kau toh mengerti, kami kakak beradik hanya gemar bergurau dan menggoda orang lain, masa komandan Sian betulbetul main sabun? Cuma gara-gara keterlambatanmu itu, dikota telah terjadi suatu peristiwa besar!"
"Peristiwa apa?"
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanya komandan Sin agak tertegun.
"Kim kong sam pian bersama si Walet terbang berwajah ganda serta kempat anjing asing itu telah berhasil menggeledah rumah makan Poan gwat kie dan menemukan tempat tinggal kita!"
"Bagaimana dg Lengcu?"
Tanya komandan Sin dg perasaan amat terkejut.
"Lengcu masih berusaha mengulur waktu dg meeka, sementara kami diperintah utk membawa orang she Kho ini kembali kekebun Kiok wan!"
Mendengar sampai disini Kho Beng baru mengerti apa sebabnya ia dipindahkan ketempat lain, namun pelbagai kecurigaan pun menyelimuti perasaan hatinya......
Siapakah yg mengutus Kim kong sam pian dan Walet terbang berwajah ganda.
Bukankah mereka sedang terlibat pertarungan sengit melawan Rumang sekalian? Mengapa mereka malah bergabung menjadi satu? Perubahan sikap dari musuh menjadi teman yg berlangsung begitu cepat benar-benar membuatnya kebingungan dan tidak habis mengerti.
Dg paras muka berubah menjadi amat tegang, komandan Sin berkata.
"Kalau begitu aku harus secepatnya kembali kekota utk memberi bantuan........."
"Dalam hal ini Lengcu pun telah berpesan"
Buru-buru Kiok hoa menerangkan.
"kita diharuskan menyelidiki terus jejak si tua Bu wi dan mendapatkan kembali kitab pusaka Thian goan bu boh, sebab hal itu jauh lebih penting daripada persoalan lain, oleh sebab itu Lengcu berpesan apabila bertemu dg dirimu maka kita diharuskan segera kembali kekebun Kiok wan dan menyiksa orang she Kho ini agar mengaku...."
Belum selesai perkataan itu diutarakan, tiba-tiba dari kejauhan sana terdengar seseorang berseru sambil tertawa tergelak.
"Buat apa mesti disiksa utk mengorek keterangan? Bukankah aku sudah hadir disini!"
Berubah hebat paras m uka komandan Sin saking kagetnya setelah mendengar perkataan itu, dg cepat dia mengulapkan tangannya kepada orang-orang berbaju hitam yg berada disekeliling sana.
Dalam waktu singkat dua puluhan jago pedang itu telah menyebarkan diri dan mengepung kereta tsb ketat-ketat, semuanya berdiri dg pedang terhunus dan punggung menghadap kearah kereta, agaknya orang-orang itu sudah siap sedia melangsungkan pertarungan.
Kho Beng yg berada dlm kereta segera mengenali suara itu sebagai suaranya Bu wi lojin.
Ia sangat terkejut dan berpekik dihati.
"Aduh celaka!"
Keadaan sudah jelas tertera, Bu wi lojin seorang diri lagi pula menderita luka dalam yg cukup parah, bagaimana mungkin ia sanggup menandingi kawanan jago lihay sebanyak itu? Dg perasaan gelisah dan cemas dia mengawasi keluar lewat jendela krn tampak olehnya sesosok bayangan manusia telah munculkan diri sepuluh kaki didepan sana dan pelan-pelan berjalan mendekati kereta kuda itu.
Ia baru berhenti setelah berada hanya tiga kaki dari kereta, wajahnya kelihatan anggun dan tenang dg jenggot putihnya berkibar terhembus angin, orang ini memang tak lain adalah Bu wi lojin.
Komandan Sin segera menjura utk memberi hormat, lalu katanya sambil tertawa terbahak-bahak.
"Ha...ha...ha....saudara Bu wi, sejak berpisah tiga puluh tahun berselang tak disangka kita akan bersua kembali maam ini!"
Ketika bertemu komandan Sin, tiba-tiba paras muka Bu wi lojin berubah, segera sahutnya sambil menjura pula.
"Ooooh...rupanya Sin tayhiap, apakah kau pun mengharapkan kitab pusaka Thian goan bu boh?"
Komandan Sin segera tertawa.
"Aku orang she Sin mengerti akan kemampuan serta keterbatasanku, sehingga sama sekali tdk berambisi dg kitab pusaka tsb. Hanya sayang aku sedang melaksanakan perintah sehingga mau tak mau terpaksa mohon pengertian dari engkoh tua, asal engkoh tua bersedia memberi muka kpd ku, aku Sin cu beng bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan Kho kongcu serta engkoh tua utk meninggalkan tempat ini."
"Bagus, bagus sekali, ha...ha...ha..."
Setelah mengucapkan dua patah kata itu, Bu wi lojin memperdengarkan suara tertawanya yg amat pedih, terusnya.
"Sama sekali tak kusangka tokoh sakti yg pernah menggetarkan dunia persilatan pada tiga puluh tahun berselang sebagai tujuh pedang tiga belas lelaki, ternyata telah berubah menjadi manusia tak becus yg sudi tunduk dibawah gaun wanita!"
Ternyata Sin Cu beng tdk menjadi gusar, katanya sambil tertawa.
"Saudara Bu wi, perkataanmu ini keliru besar sekali, atasanku adalah seorang tokoh sakti yg berwatak mulia dan bersikap anggun melebihi bidadari, sekalipun Sin Cu beng tunduk dibawah perintahnya, hal ini tak akan merusak nama baikku."
Bu wi lojin segera mendengus dingin.
"Sin Cu beng, seorang perempuan rendah yg tak tahu malu pun kau anggap sebagai bidadari, jangan-jangan matamu sudah silau sehingga tak bisa menilai orang....?"
"Tutup mulut!"
Bentak Sin Cu beng dg wajah berubah.
"jangan kau tuduh atasanku dg kata-kata yg jorok dan kotor, bila kau berani menghinanya lagi, jangan salahkan bila aku Sin Cu beng tak akan mengingat hubungan kita dahulu dan segera menyerangmu secara habis-habisan."
Mendengar perkataan mana, Bu wi lojin segera menghela napas panjang, ujarnya kemudian.
"Sudah, sudahlah Sin Cu beng! Aku hanya merasa sayang dg nama besarmu dulu sebagai pedang geledek, tapi.....yaa....setiap orang mempunyai tujuan yg berbeda dan siapapun tak sapat memaksakan pendapatnya, nah sekarang aku hanya minta kepadamu utk segera membebaskan Kho kongcu!"
Dibalik perkataan tsb jelas nada sayang dan kecewa yg amat sangat.
Sementara itu Kho Beng merasakan hatinya berdebar keras, kalau didengar dari nada suara Bu wi lojin agaknya komandan Sin ini bukan saja memiliki kedudukan yg tinggi, lagipula pernah dikenal sebagai seorang pendekar sejati.
Tak heran kalau ia berpendapat bahwa orang ini tdk mirip seorang manusia sesat, tapi mengapa tokoh semacam inipun begitu tunduk dibawah periontah iblis wanita dan rela menjadi kuku garudanya? Dalam pada itu, sipedang geledek Sin Cu beng telah berkata dg suara dalam.
"Kho kongcu berada dalam kereta, asal kau bersedia mengembalikan kitab pusaka yg kau curi itu, aku pun segera akan membebaskannya!"
"Bila aku hanya menuntut dikembalikannya orang itu dan tidak bersedia mengembalikan kitab pusaka?"
Sin Cu beng segera tertawa dingin, jengeknya.
"Mengapa kau tidak mencoba utk mengukur dulu kekuatanmu? Jangan lagi aku didukung dua puluh jago pedang kelas satu, dg mengandalkan pedang ini pun belum tentu kau bisa mengungguli diriku."
Tapi setelah berhenti sejenak, dg nada pembicaraan yg jauh lebih lunak, kembali katanya sambil menghela napas.
"Saudara Bu wi, sku Sin Cu beng tahu kalau isi perutmu sudah terluka parah, sekalipun kau nekad ibaratnya hanya kunang-kunang yg menubruk api, hanya mencari kematian buat diri sendiri, aku berharap kau jangan memaksaku turun tangan!"
Bu wi lojin segera tertawa terbahak-bahak.
"Ha...ha...ha...Sin Cu beng! Tak nyana kau masih teringat akan persahabatan kita dulu, tapi apa kau lupa dg tabiatku?"
Sin Cu beng tertawa.
"Justru aku cukup mengerti akan watakmu yg suka akan keheningan dan hambar dg segala pertikaian, maka kuanjurkan kepada mu agar lepas tangan saja, apalah artinya mempertaruhkan jiwamu hanya demi sebuah benda?"
Bu wi lojin tertawa dingin, jengeknya.
"Kalau sudah tahu kalau aku senang akan keheningan dan hambar dg segala macam pertikaian, kau seharusnya jangan lupa kalau aku tak bakal menyerempet bahaya bila tak punya pegangan. Kalau toh sudah tahu kalau aku tak suka keributan, kau harus mengerti bahwa tindakanku sekarang krn terdorong kepentingan yg mendesak bahkan demi kepentingan pribadiku sendiri!"
Sin cu beng tertawa terbahak-bahak.
"Ha...ha...ha...bila kudengar dari nada pembicaraan loheng, agaknya kau datang dg mengandalkan sesuatu."
"Memang begitulah keadaannya!"
"Aku jadi ingin tahu apa sih yg kau andalkan itu?"
"Aku sudah terluka parah, kalau tanpa persiapan bukankah tindakanku ini sama artinya dg mencabuti kumis harimau? Sin cu beng coba perhatikan jelas-jelas."
Sambil berkata tiba-tiba ia meloloskan pedangnya dan menunding langit dg ujung pedangnya lalu diputar satu lingkaran.
Menyusul kode rahasia itu, dari empat penjuru bermunculan bayangan manusia yg jumlahnya tak kurang dari dua puluhan.
Menyaksikan kejadian tsb, dua orang dayang yg berada dlm kereta menjadi terkesiap, sebaliknya Kho Beng sangat kegirangan sehingga hampir saja bersorak kegirangan.
Dengan sinar mata yg tajam si pedang geledek, Sin Cu beng memperhatikan sekejap wajah orang-orang itu, lalu katanya.
"Tua bangka, tak kusangka kemampuanmu sangat hebat, hanya dalam seharian saja telah dapat mengumpulkan jago-jago sebanyak ini!"
Bu wi lojin tersenyum.
"Nah, anak buahku sekarang tdk lebih sedikit daripada kekuatan, bukan..."
Sambil tertawa seram Sin Cu beng menukas.
"He....he....he.... si tua, kau harap memahami kemampuan yg kumiliki, sekalipun saat ini Cuma ada aku Sin Cu beng seorang, puluhan jagomu itu tak akan kupandang sebelah mata pun!"
Baru selesai perkataan itu diutarakan, medadak dari sisi hutan terdengar seseorang berseru sambil mendengus dingin.
"Hey orang she Sin, apa kau tidak malu membual melulu?"
Sin Cu beng tertawa dingin, sambil berpaling tegurnya.
"Siapa kau?"
"Aku Ang It tiang!"
Berubah paras muka Sin Cu beng mendengar nama itu, jeritnya tertahan krn kaget.
"Kau adalah si kakek tongkat sakti?"
Sambil tertawa tergelak Bu wi lojin menyela.
"Ha...ha...ha....tepat sekali, memang si tua Ang, jika kau menganggap seorang kakek tongkat sakti masih belum kau pandang sebelah mata pun, baiklah kuperkenalkan lagi beberapa orang sahabatku yg lain."
Berbicara sampai disini, dia segera berpaling seraya teriaknya keras-keras.
"Hey pelajar rudin, bersediakah kau mengucapkan beberapa patah kata bagiku?"
Dari kejauhan sana segera terdengar seseorang menyahut.
"Aku sipelajar rudin Cuma pandai membuat syair, aku tak mampu berbicara, apalagi ditengah malam yg tak berbintang ini ilhamku serasa menjadi tersumbat, tapi kalau suruh main pedang putar golok, rasanya lebih sesuai dg keadaan."
"Siapakah pelajar rudin itu?"
Tanya Sin Cu beng tertegun.
"Hmmm...masa pemimpin Lam huang pat ciong (delapan rudin dari Lam huang) yg lebih dikenal sebagai pelajar rudin Ho Heng pun tdk kau kenal? Hmmmm, aku lihat kau Sin Cu beng sudah bosan hidup!"
Sekali lagi paras muka Sin Cu beng berubah hebat, alis matanya makin lama berkenyit semakin kencang. Sementara itu Bu wi lojin telah berkata lagi.
"Tampaknya kau Sin Cu beng memang benar-benar punya nyali, mari, biar kuperkenalkan seorang teman lagi."
Setelah celingukan sebentar kesekeliling sana, teriaknya lantang.
"Hey hwesio, bagaimana kalau kaupun unjukkan diri?"
"Hidup sebagai seorang pendeta, sama halnya sudah tak punya nafsu apa-apa, kenapa aku mesti unjuk diri? Tapi aku hwesio tak pernah membaca doa, tak pernah juga makan hidangan berpantangan, aku paling tertarik dg segala jenis barang yg aneh, asal kau tak ingkar janji dan memberi salinan kitab pusaka Thian goan bu boh kepadaku, biar ada urusan sebesar apapun didunia ini, aku si hwesio tetap akan menanggulanginya seorang diri."
Paras muka Sin Cu beng betul-betul berubah hebat, serunya tanpa sadar.
"Aaai...si hwesio daging anjing Thian tin?"
"Ha...ha...ha...Sin Cu beng, walaupun kita tak pernah bertemu muka, namun aku si hwesio sudah lama mendengar nama besarmu, bila kau ingin kabur kuharap larilah kearahku, aki sihwesio pasti mengundangmu utk mencicipi daging anjing sebelum kuhantar pulang ke See thian menemui Hud cow!"
Menanti perkataan itu selesai diucapkan, Bu wi lojin segera berkata pula sambil tertawa bergelak.
"Nah, Sin lote, bagaimana keputusanmu sekarang! Akan kau bebaskan tawananmu itu? Ataukah ingin bertempur mati-matian?"
Dicekam oleh perasaan terkejut bercampur ngeri, Sin Cu beng benar-benar tak habis mengerti, darimana Bu wi lojin bisa mengumpulkan jago-jago lihay yg dihari biasa pun susah dijumpai, jangan lagi ia belum mengetahui jago lainnya, cukup berbicara tentang si pelajar rudin, kakek tongkat sakti serta hwesio daging anjing pun sudah cukup membuat kepalanya pusing.
Sekalipun ia merasa curiga, tapi kenyataannya telah terpampang didepan mata dan tak mungin dipungkiri lagi.
Jilid 18 Setelah paras muka dari si pedang geledek yg pernah termasyur dlm dunia persilatan ini berubah berapa kali, akhirnya ia berseru sambil tertawa tergelak.
"Tua bangka Bu wi, tak kusangka kartu as mu begitu banyak tapi jangan lupa aku Sin cu beng pun mempunyai pula selembar kartu as!"
"Oya? Kalau begitu akupun ingin mengetahui sampai dimanakah kemampuan yg kau miliki!"
Sambil tertawa dingin Sin Cu beng berkata.
"Rupanya kau lupa kalau Sin Cu beng masih memegang bocah she Kho ini! Selama dia masih berada ditanganku, kenapa aku mesti jeri dg kekuatanmu?"
Tiba-tiba ia mengulapkan tangannya kebelakang seraya berseru.
"Gusur bocah she Kho itu keatas atap kereta!"
Dua orang dayang itu serentak menjepit tubuh Kho Beng dan dibawa melompat keatas atap kereta. Bu wi lojin mendongak serta memandang wajah Kho Beng sekejap, lalu sambil tetap tersenyum, tanyanya.
"Sin Cu beng, apa yg hendak kau perbuat?"
Dg suara dalam Sin Cu beng berkata.
"Aku akan menghitung sampai angka lima, bila kau masih belum menyerahkan kitab pusaka tsb kepadaku, terpaksa aku akan membunuh bocah ini lebih dulu kemudian baru berusaha menembusi kepungan!"
"Sin lote! Kau tak usah menghitung lagi...."
Sela Bu wi lojin. Sin Cu beng jadi kegirangan, segera tegurnya.
"Apakah kau sudah berubah pikiran?"
"Aku tak pernah mau menyerah pada tuntutan orang, lote. Silahkan kau bunuh bocah she Kho itu lebih dulu!"
Kata Bu wi lojin dingin.
Begitu perkataan tsb diutarakan, bukan saja Kho Beng jadi terperanjat, Sin Cu beng sendiri jadi tertegun, serunya kemudian sambil membelalakkan matanya.
"Jadi kau telah memutuskan tak akan memperdulikan mati hidup bocah ini lagi?"
"Aku Cuma mendapat titipan dari sahabatku utk menyimpan kitab pusaka, tak pernah mendapat pesan utk melindungi keselamatan putranya, kalau kitab itu lenyap berarti aku telah mengingkari janji, sebaliknya kalau putranya yg tewas, hal ini hanya bisa dibilang takdir, apalagi selembar nyawanya bakal ditukar dg nyawa lote, dua puluh orang anak buahmu ditambah lagi dg dua orang dayang serta dua orang kusir, sekalipun Kho kongcu tewas diujung pedang, paling banter satu nyawa ditukar dg dua puluh empat nyawa. Hitung-hitung aku toh masih bisa mempertanggung jawabkan diri kepada Hui im cengcu yg telah tiada."
Sin Cu beng jadi tertegun, tiba-tiba ia berpaling sambil serunya keras-keras.
"Kho Beng kau sudah dengar perkataannya?"
Dlm kaget dan tercengangnya Kho Beng mengawasi sekejap wajah Bu wi lojin yg nampak begitu tenang itu, mendadak ia teringat dg senyuman yg dilemparkan kepadanya tadi, rasanya dibalik senyuman tsb masih mengandung arti yg mendalam.
Satu ingatan melintas kedalam benaknya, setelah tertawa tergelak, segera katanya.
"Aku sudah mendengarkan semua perkataannya dg jelas, menurut anggapanku Bu wi cianpwee memang sudah sewajarnya berbuat demikian, sebab apalah artinya selembar nyawaku dibandingkan bila kitab Thian goan bu boh sampai terjatuh ketangan kaum manusia laknat yg bakal menimbulkan bencana bagi seluruh umat persilatan? Aku justru merasa berbangga hati krn selembar nyawaku bisa menyelamatkan beribu lembar nyawa, sehingga kalau dihitung-hitung kembali, kematianku ini berharga sekali!"
"Baik."ucap Sin Cu beng tiba-tiba sambil tertawa dingin. Sambil meloloskan pedang dari sarungnya, ia segera melompat naik keatas atap kereta itu.. Agak berubah paras muka Bu wi lojin, segera bentaknya dg suara dalam dan berat.
"Kau sudah bosan hidup!"
Sin Cu beng tertawa seram.
"He...he...he...aku rasa masih terlalu pagi utk membicarakan soal hidup mati diriku...."
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kemudian sesudah menempelkan mata pedangnya diatas tengkuk Kho Beng, kembali teriaknya keras-keras.
"Tujuanku sekarang adalah berusaha sekuat tenaga utk melindungi kereta ini meloloskan diri dari kepungan...."
Tiba-tiba Bu wi lojin berseru pula ambil tertawa nyaring.
"Sin Cu beng, silahkan saja kau mencoba menembusi kepunganku, aku akan membuktikan perkataanku tadi!"
Dg sorot mata tajam Sin Cu beng memperhatikan sekejap keadaan disekeliling tempat itu, kemudian teriaknya keras-keras.
"Ayoh berangkat, kita terjang kearah utara!"
Lelaki berbaju hitam yg bertindak sebagai kusir itu mengiakan, tapi sebelum kereta dilarikan, mendadak terdengar Kiok bi berseru dg nada gugup.
"Tunggu sebentar!"
Lelaki berbaju hitam itu segera menarik kembali tali les kudanya seraya berpaling dg keheranan. Dg penuh amarah Sin Cu beng ikut berseru.
"Nona, apa-apaan kamu ini?"
Sambil tertawa terkekeh-kekeh, sahut dayang itu.
"Komandan Sin, bila kau sudah bosan hidup adalah urusanmu sendiri, kalau budak mah belum bosan hidup."
"Yaa betul"
Kiok hoa menimpali.
"komandan jangan lupa bahwa benda yg diinginkan dewi adalah kitab pusaka Thian goan bu boh, kini kitab pusaka itu belum didapatkan kembali, sekalipun kau bunuh orang she Kho tsb, bagaimana pula tanggung jawabmu nanti? Bila kita sampai turut berkorban, waaaah.rugi besar namanya!"
OooOOooo Sin Cu beng termenung berapa saat kemudian tanyanya.
"Lantas apa yg harus kita perbuat menurut pendapat nona berdua?"
"Untuk menghindari jatuhnya korban dikedua belah pihak, aku rasa lebih baik kita bebaskan tawanan dan segera mengundurkan diri lebih dulu."
Berubah paras muka Sin Cu beng setelah mendengar ucapan tsb, segera katanya.
"Tapi tua bangka celaka itu belum menyatakan kesediaannya utk menyerahkan kitab pusaka itu?"
Setelah menghela napas panjang Kiok bi berkata.
"Selama bukit nan hijau kenapa kita kuatir kehabisan kayu bakar? Sebaliknya kalau kita mesti beradu jiwa dg begitu saja, bukankah kita bakal mampus tanpa memberikan hasil?"
Dg gusar Sin Cu beng segera berseru.
"Kelihatannya kalian berdua enggan menuruti perkataanku dan lebih suka bertindak sendiri-sendiri?"
Kiok hoa segera tertawa terkekeh-kekeh.
"Budak hanya seorang pelayan berkedudukan sangat rendah, mana berani kutentang perintah dirimu sebagai seorang komandan? Cuma kami berharap agar komandan tdk mencampur baurkan tugas seseorang menjadi satu, budak Cuma mendapat perintah utk memindahkan tawanan ketempat lain, sehingga masalahnya berbeda sekali dg tugas komandan utk merebut kembali kitab pusaka itu."
"Tutup mulut!"
Bentak Sin Cu beng tiba-tiba.
"dalam situasi demikian, aku tdk perkenankan kehadiran dua orang pemimpin dalam satu kelompok kekuatan."
Kiok bi yg berada disisinya buru-buru menimbrung.
"Komandan, adik Kiok hoa memang tak pandai bicara, harap kau jangan gusar padahal...."
Tiba-tiba ia menempelkan bibirnya disisi telinga orang itu dan membisikkan sesuatu. Melihat keadaan tsb, dalam hati kecil Kho Beng segera timbul kecurigaan, pikirnya.
"Jangan-jangan kedua orang dayang ini masihmempunyai rencana busuk lainnya?"
Terhadap mata pedang yg menempel diatas tengkuknya itu, ia sama sekali tdk merasa takut, sebab dia tahu si pedang geledek yg pernah termasyur dlm dunia persilatan dimasa lampau ini tak akan turun tangan keji terhadapnya.
Namun terhadap kasak kusuk kedua orang dayang tsb, ia justru merasakan hatinya tdk tentram.
Tampak Sin Cu beng mengerutkan dahinya dg marah, kemudian dg suara rendah bisiknya.
"Benarkah maksud Lengcu agar berbuat demikian?"
Kiok hoa tertawa dingin, sahutnya.
"Berapa butir batok kepala sih yg budak miliki sehingga berani membohongi komandan? Bila komandan berbuat demikian maka bukan saja kau tak akan peroleh teguran, malah sebaliknya bakal melakukan suatu pahala besar!"
Sin Cu beng termenung berapa saat lamanya, mendadak ia berseru kpd Bu wi lojin.
"Hey situa Bu wi, bila aku Sin Cu beng bersedia membebaskan bocah ini, apakah kau pun dpt menjamin agar orang-orang kami meninggalkan tempat ini tanpa hadangan?"
Bu wi lojin tersenyum.
"Aaaah, tak nyana kau bisa berubah pikiran secepat itu, berapa kali sih selama hidupku aku pernah mengingkari janji? Asal kalian pun tdk berbuat permainan busuk terhadap kami, tentu saja akan kubiarkan kalian meninggalkan tempat ini dg selamat."
Sin Cu beng segera manggut-manggut.
"Baiklah, selewatnya malam ini, aku akan meminta pelajaran lagi darimu."
Seusai berkata dia menarik kembali pedangnya dan berkata kepada dua orang dayang itu sambil mengulapkan tangannya.
"Hantar orang itu kesana!"
"Tidak!"
Teriak Bu wi lojin keras-keras.
"biar dia sendiri yg berjalan kemari!"
"Tapi loyajalan darah kaku Kho kongcu sudah tertotok"ujar Kiok bi sambil tertawa.
"Bebaskan dulu jalan darahnya, aku jamin dia pun tdk akan melancarkan serangan terhadap kalian!"
Kiok bi segera berpaling kearah Kho Beng, dan tanyanya sambil tersenyum.
"Kho kongcu, bersediakah kau berbuat begitu?"
Kho Beng tertawa dingin.
"Setelah Bu wi cianpwee berkata begitu, utk sementara waktu akupun akan membebaskan kalian, tapi bila bertemu lagi lain waktu, he.he"
Beberapa kali suara tawa dinginnya menyambung kata-kata yg belum selesai diucapkan. Kiok bi tertawa terkekeh.
"Bila bersua lagi lain waktu, budak pasti akan mohon maaf kepada kongcu!"
Dg cepat ia menepuk bebas jalan darah kaku ditubuh Kho Beng.
Diam-diam pemuda itu mencoba utk mengatur pernapasannya, ketika dijumpai hawa murninya berjalan lancar dan tiada gejala lain yg aneh, dia baru melayang turun dari atas atap kereta dan berjalan menuju kesisi Bu wi lojin.
"Apakah kau merasakan ada sesuatu yg tak beres?"
Bu wi lojin segera bertanya dg cemas.
"Sama sekali tidak!"
Kho Beng menggeleng. Bu wi lojin segera mengulapkan tangannya keempat penjuru, menanti orang-orang yg berada disekeliling sana telah mengundurkan diri, ia baru mendongakkan kepalanya seraya berkata.
"Sin lote, sekarang kau boleh pergi dari sini!"
Dg wajah dingin Sin Cu eng segera menjura, kemudian mengajak dua puluhan orang anak buahnya dan kereta kuda itu berlalu darisana menuju kearah barat.
Tidak selang beberapa saat kemudian, bayangan tubuh mereka sudah lenyap dibalik kegelapan sana.
Saat itulah Kho Beng baru bisa menghembuskan napas lega, baru saja ia akan mengucapkan terima kasih krn pertolongan tsb, tampak Bu wi lojin sedang mengawasi kearah dimana mush-musuhnya melenyapkan diri itu ambil menghembuskan napas panjang, lalu gumamnya.
"Akhirnya bencana pada malam ini pun dapat dilalui"
Belum selesai perkataan itu diucapkan, tiba-tiba badannya sudah roboh terjengkang keatas tanah. Dg perasaan terkejut buru-buru Kho Beng membangunkan orang tua tsb seraya berseru.
"Cianpwee kenapa kau?"
Dimana jari tangannya menyentuh, ia merasakan pakaian yg dikenakan Bu wi lojin basah kuyup bagaikan orang tercebur keair.
Dg perasaan terkesiap ia segera mengawasi wajahnya, sekarang ia baru menemukan kalau wajah tokoh persilatan ini sudah berubah menjadi pucat kekuning-kuningan, napasnya lemah sekali.
"Aaaah....!"
Kho Beng benar-benar dibikin tertegun saking kagetnya oleh perubahan yg berlangsung secara mendadak ini sehingga tanpa terasa ia menjerit kaget.
Tiba-tiba dari belakang tubuhnya kedengaran seorang berkata sambil menghela napas.
"Luka dalam yg diderita Bu wi cianpwee belum sembuh, sewaktu mendapat kabar kalau kau ketimpa musibah, ia menjadi kuatir sekali, mungkin lantaran kelewat banyak memeras otak akhirnya dia menjadi kehabisan tenaga...."
Mendengar perkataan tsb, dg rasa terkejut Kho Beng mendongakkan kepalanya, ia makin terperanjat lagi setelah mengetahui bahwa orang tsb adalah Kim lotoa dari Kim kong sam pian. Buru-buru Kim lotoa memberi hormat seraya berkata.
"Harap sauhiap jangan menaruh curiga kepadaku, yg penting sekarang adalah berusaha keras untuk menyadarkan kembali Bu wi cianpwee!"
Kho Beng manggut=manggut, sambil duduk bersila dan menarik napas panjang, kelima jari tangannya segera ditempelkan keatas jalan darah Mia bun hiat ditubuh Bu wi lojin, segulung tenaga murni pun segera meluncur masuk ketubuh orang tua itu dan menyebar kemana-mana.
Satu perputaran kemudian, Kho Beng sudah basah kuyup mandi keringat, tapi Bu wi lojin tetap jatuh tak sadarkan diri, sekalipun dengusan napasnya sudah makin bertambah kuat.
Maka tanpa segan-segan lagi Kho Beng mengerahkan segenap tenaga dalam yg dimilikinya utk menyembuhkan luka orang tua tsb, ditengah suasana yg amat kritis inilah, mendadak dari kejauahan sana kembali muncul beberapa sosok bayangan hitam yg meluncur datang dg cepatnya.
Kim lotoa yg pertama-tama menjumpai kehadiran bayangan manusia itu, dg perasan terkejut ia segera meloloskan ruyungnya sambil bersiap sedia menghadapi segala kemungkinan yg tak diinginkan.
Dlm keadaan seperti ini, dia tak berani mengusik ketenangan Kho Beng, sementara hatinya gelisah sekali demi memikirkan keselamatan Bu wi lojin dan Kho Beng.
Menunggu bayangan manusia itu sudah makin dekat dan diketahui bahwa mereka adalah saudara-saudaranya sendiri bersama Chin sian kun sekalian, dia baru menghembuskan napas panjang, cepat-cepat tangannya digoyangkan berulang kali melarang mereka berisik.
Betapa gembiranya Chin sian kun setelah menjumpai Kho Beng berada pula disana, Kim lotoa segera bertanya dg suara lirih.
"Eeei...darimana kalian tahu kalau kami berada disini?"
"Penggeledahan kami dirumah makan Poan gwat kie tdk memberikan hasil apa-apa"
Kata Chin sian kun.
"kemudian kami pulang mencarimu, tapi diketahui kalianpun sudah pergi dari sana, maka kami segera keluar kota utk mencarimu disekitar sini...."
Sementara mereka masih berbicara, tiba-tiba terdengar Kho Beng menghembuskan napas panjang, seraya bertanya.
"Cianpwee, bagaimana perasaanmu sekarang?"
Mendengar pertanyaan itu semua orang segera berpaling, benar juga ternyata Bu wi lojin sudah membuka matanya kembali, sementara Kho Beng yg duduk bersila disampingnya menghembuskan napas panjang, pakaiannya telah basah pula oleh keringat.
Bu wi lojin menghela napas pelan, katanya kemudian.
"Walaupun aku telah pulih kembali kesadarannya, namun masih susah bergerak, tolong Kim bersaudara memayangku dg segera dan secepatnya meninggalkan tempat ini...."
Akan tetapi sewaktu dia menjumpai kehadiran Ruamng sekalian berempat, kembali wajahnya nampak tertegun, sambil mengawasi Kho Beng segera tanyanya.
"Siapakah orang-orang itu?"
"Keempat orang ini adalah anak buah boanpwee..."
Buru-buru Kho Beng menerangkan. Lalu kepada Rumang sekalian katanya.
"Hayo cepat kalian menjumpai Bu wi cianpwee!"
Siapa tahu keempat orang itu sama sekali tidak bergerak dari posisi semula, malah Hapukim segera berseru sambil tertawa dingin.
"Yang kami sanjung serta hormati adalah seorang enghiong atau lelaki perkasa, bukan seorang kakek tua bangka yg mati tidak, hidup pun susah."
Tak terlukiskan rasa amarah Kho Beng setelah mendengar perkataan itu, tapi sebelum ia sempat berbicara, Mokim telah berkata pula dg suara dingin.
"Cukong, kami benar-benar mulai mencurigai ketidak beresan otakmu, tadi kau berusaha menghindari orang-orang dari kelompok ini, tapi sekarang malah berusaha menyelamatkan tua bangka ini, sebenarnya permainan apa sih yg sedang kau perbuat?"
Seandainya Kho Beng tdk merasa lemah sehingga sama sekali tak bertenaga, ingin benar dia menggaplok orang-orang tsb. Dalam pada itu Bu wi lojin telah berkata pula sambil mengernyitkan alisnya.
"Bila didengar dari nada pembicaraannya, aku rasa orang-orang ini bukan penduduk asli dari daratan tionggoan, hubungan kalian pun seperti majikan dg pembantu tapi seperti juga bukan, sebetulnya hubungan apasih yg terjalian diantara kalian?"
"Aaaai.....tak akan habis utk menerangkan persoalan ini dg sepatah dua patah kata...."
Ujar Kho Beng sambil menghela napas panjang. Mendengar itu Bu wi lojin segera menukas.
"Kalau memang tak akan habis dibicarakan dlm waktu singkat, sekurangnya kita harus meninggalkan tempat ini selekasnya!"
Sembari berkata ia segera memberi tanda kepada Kim kong sam pian. Kim lotoa dan Kim loji segera memayang tubuh orang tua itu, lalu tanyanya.
"Cianpwee, apakah kita segera pulang kepenginapan?"
Bu wi lojin menggeleng kepala.
"Walaupun musuh tangguh telah mundur, namun sebelum berhasil merebut kembali kitab pusaka Thian goan bu boh, tak mungkin mereka akan lepas tangan dg begitu saja. Apalagi didalam kota terdapat banyak sekali komplotannya, tempat itu tak bakal aman. Lebih baik kita berjalan kearah barat sejauh tiga puluh li, ditepi bukit karang terdapat sebuah gua bekas tempat tinggal sahabatku, nah sekarang tolonglah kalian menghantarkan aku kesana."
Sementara itu, Molim bersaudara sekalian yg mendengar tentang kitab pusaka Thian goaan bu boh, tiba-tiba hatinya tergerak dan saling bertukar pandangan sekejap.
Sementara itu Kim lotoa telah membangunkan Bu wi lojin dan siap berangkat meninggalkan tempat itu."
Mendadak Kho Beng berseru dg cemas.
"Bukankah tadi terdapat begitu banyak cianpwee yg membantu kita, mengapa kita tdk minta bantuan mereka lagi?"
Mendengar perkataan tsb, Bu wi lojin segera tersenyum.
"Ooohitu mah Cuma siasatku utk menakuti mereka, padahal bayangan manusia tadi Cuma orang-orangan dari rumput yg dibuat Kim tayhiap, masa hingga sekarangpun belum kau ketahui?"
Tapimana mungkin orang-orangan dari rumput bisa berbicara."
Sambil tertawa Kim lotoa berkata.
"Sesungguhnya yg berbicara adalah aku, sedang bagaimana nada suaranya dan apa yg mesti kuucapkan merupakan ajaran dari cianpwee sebelumnya, yaa...satu orang harus berperan tiga manusia yg berbeda-beda, hampir saja kakiku terasa mau patah."
"Oooh...rupanya hanya sebuah siasat tentara rumput"
Kata Kho Beng sambil tertawa geli.
"andaikata siasat tsb sampai ketahuan komandan Sin, bukankah keadaan jadi lebih berbahaya?"
Bu wi lojin tertawa pula, katanya.
Kedele Maut Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Selama hidup aku selalu bertindak sangat hati-hati, sekalipun Sin Cu beng orangnya cerdik dan seksama, tetap saja ia tak bakal menyangka kalau aku bertindak begitu berani, oleh sebab itulah kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini, sebab aku takut dia akan balik lagi kemari...."
Mendengar penjelasan tsb, Kho Beng tak berani ayal lagi, ia segera beranjak meninggalkan tempat tsb.
Maka berangkatlah kesembilan orang itu menuju ketebing seratus kaki.
Ditengah bukit-bukit karang yg terjal, terdapat sebuah lembah kecil.
Rerumputan nan hijau dan aneka macam bunga tumbuh disekitar lembah, diujung lembah tadi terdapat sebuah gua yg besar.
Waktu itu pintu gua tertutup rapat-rapat, Bu wi lojin sedang duduk diatas sebuah pembaringan sambil mengatur pernapasan, sedangkan Kho Beng menanti disisinya dg perasaan gelisah dan tak tenang.
Walaupun sejak tiba digua tsb waktu baru lewat setengah jam, namun bagi perasaan Kho Beng seperti sudah setengah tahun lamanya, sebab ia merasa banyak persoalan yg hendak diucapkan keluar, tentu saja ia pun tahu Bu wi lojin pun mempunyai banyak persoalan yg hendak disampaikan kepadanya.
Baru saja dia hendak menuju kepintu gua, tiba-tiba terdengar Bu wi lojin menghembuskan napas panjang sambil berseru.
"Nak, kemarilah!"
Dg girang Kho Beng membalikkan badannya sambil memburu kesamping pembaringan bata, tampak olehnya walaupun Bu wi lojin telah bersemedi sekian waktu namun sinar matanya tetap sama dan sama sekali tak bersinar, hal ini tentu saja membuat hatinya amat gelisah.
"Cianpwee, apakah kau merasa agak baikan?"
Ia bertanya. Bu wi lojin manggut-manggut.
"Yaa..badanku memang terasa segar kembali mungkin utk sementara waktu bukan menjadi masalah lagi, aaai.tapi untuk mengembalikan kekuatanku seperti sedia kala, mungkin paling tidak harus bersemedi lagi selama sepuluh tahun, padahal mampkah aku hidup selama sepuluh tahun lagi masih menjadi suatu pertanyaan besar.
"
"Siapa sih yg telah melukai cianpwee?"
Tanya Kho Beng dg wajah berubah karena terperanjat.
"Dewi In nu!"
"Apakah dewi In nu adalah perempuan yg menyamar sebagai kuasa perkampungan Hui im ceng dimasa lalu kemudian mengambil kitab pusaka dari cianpwee?"
Bu wi lojin manggut-manggut. Dg perasaan yg amat bergetar ia berseru .
"Begitu lihaykah perempuan siluman itu?"
Dg sedih ia menghela napas, katanya.
"Aaaai, dia adalah musuh paling tangguh yg belum pernah kujumpai selama hidup, pukulan Thian goan eng nya hampir saja membuyarkan tenaga latihanku selama empat puluh tahun!"
"Thian goan eng?"
Tanya Kho Beng dg perasaan terperanjat. Kembali Bu wi lojin menghela napas.
"Ilmu pukulan tsb hanya merupakan salah satu macam ilmu yg tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu boh...."
"Jadi maksud cianpwee, siluman perempuan itu telah berhasil mempelajari ilmu sakti yg tercantum dalam kitab pusaka Thian goan bu boh?"
Tanya Kho Beng dg wajah berubah. Bu wi lojin manggut-manggut.
"
Untung saja kitab pusaka sakti Thian goan bu boh mengandung ilmu silat yg sangat mendalam dan cukup rumit, menurut perkiraanku dia baru bisa menyelami setengah dari isi kitab tsb, kalau bukan begitu tak nanti dia akan mengirim begitu banyak jago dan berusaha utk merebutnya kembali ! "
Kembali Kho Beng merasa amat terperanjat, hanya mempelajari setengah dari kitab pusaka itu pun sudah begitu lihai, andaikata Bu wi lojin tdk berjuang mati-matian utk merampas sebagian dari kitab tsb sehingga perempuan siluman itu berhasil mempelajari seluruh isi kitab itu, bukankah kekuatannya tiada tandingan lagi didunia ini? Sementara itu Bu wi lojin telah berkata lagi sambil menghela napas.
"Aku benar-benar merasa malu terhadap arwah ayahmu dialam baka...."
"Cianpwee, kau sudah kelewat banyak melepaskan budi kepada boanpwee, harap kau jangan berkata begitu, apa yg cianpwee lakukan selama ini sudah membuat boanpwee tak tentram."
Bu wi lojin menggoyangkan tangannya berulang kali, lalau berkata.
"Walaupun aku sudah berusaha memeras tenaga dan pikiran bahkan pertaruhkan pula jiwa tuaku, alhasil hanya separuh buku yg berhasil kurebut kembali."
"Separuh buku....?"
Kho Beng berseru tertahan. Bu wi lojin tersenyum.
"Biarpun kitab ini sudah tak utuh, namun aku yakin dewi In nu tak bakal bisa menguasai ilmu silat maha sakti lagi, bagimu pun hal ini tak akan mendatangkan kerugian."
Sambil berkata ia segera membuka buntalannya dan mengeluarkan dua lembar kulit kambing lalu diletakkan diatas lututnya.
"Aku tidak mengerti"
Kho Beng berbisik kebingungan. Sambil menunjuk kearah kulit kambing itu, Bu wi lojin berkata.
"Coba kau perhatikan dulu lukisan diatas kertas ini, kemudian dengarkan penjelasanku maka kau segera akan mengerti."
Dg seksama Kho Beng segera memperhatikan kedua lembar kulit kambing itu, pada lembaran pertama berlukiskan sebuah gambar Pet kwa besar, didalam pat kwa bersila seseorang dg sepasang tangan menempel pada Im dan Yang.
Yang aneh adalah letak atau posisi pat kwa tsb ternyata tak karuan bentuknya, walaupun sepasang tangan orang yg dilukis ditengah menempel pada posisi Im serta Yang namun justru terlukis pula beberapa bekas telapak yg berpencar disekeliling gambar pat kwa.
Pada lembaran kedua pun keadaannya tak jauh berbeda, hanya posisi pat kwanya berubah lagi, sedang gambar orangnya dari posisi duduk menjadi berdiri, disitu pun tertera bekas bekas telapak yg terpencar.
Terdengar Bu wi lojin berkata.
"Kitab pusaka Thian goan bu boh seluruhnya terdiri dari enam halaman, dua lembar pertama adalah kedua lembar gambar ini, sedang empat lembar berikut adalah penjelasan. Menurut pendapatmu, jika kau kehilangan kedua gambar ini, mampukah kau meneruskan latihanmu?"
Kho Beng termenung sebentar, lalu katanya.
"Apa bila seseorang memiliki daya ingatan yg kuat, mungkin saja ia bisa mengingat sebagian diantaranya."
Bu wi lojin tersenyum.
"Benar, oleh karena kau belum memahami rahasia dari kedua lembar gambar ini maka kau bisa berpendapat demikian, memang jurus silat pelbagai aliran lain memisahkan antara tenaga dalam serta perubahan jurus, berbeda sekali dg ilmu silat dari Thian goan bu boh, setiap jurus silatnya harus disesuaikan dg posisi langkah dan urutan nadi yg tercantum dalam gambar keterangan ini, sebab bila salah sedikit saja, bukan Cuma akan terjadi reaksi yg luar biasa, malah bisa jadi akan menderita jalan api menuju neraka dan kehilangan seluruh tenaga dalamnya."
Dg perasaan terkejut bercampur keheranan Kho Beng berseru.
"Kalau begitu utk mempelajari ilmu silat dari kitab pusaka Thian goan bu boh, seseorang harus membutuhkan petunjuk dari kedua lembar gambar ini....?"
"Yaa...kalau pelajaran ilmu silat bisa dihapalkan maka kedua lembar gambar tsb mustahil dihapalkan dg begitu saja, karena orang harus menyelaminya satu persatu menurut kemajuan ilmu yg dicapai, apalagi kalau mengandalkan daya ingat saja, resikonya benar-benar kelewat besar....selain itu akupun pernah mendapat petunjuk dari ayahmu utk membuatkan tujuh lembar salinan buat ketujuh partai besar, karenanya aku yakin masih bisa menghapalkan kembali isi dari halaman terakhir kitab pusaka ini...."
Belum habis ia berkata, dg gelisah Kho Beng telah berseru.
"Oya, tentang soal ini aku memang ingin bertanya, setelah cianpwee selesai menyalin kitab pusaka tsb, apakah pihak tujuh partai besar telah menerima salinannya?"
"Belum"
Bu wi lojin menggeleng.
"aku sendiri pun tak habis mengerti kenapa ayahmu waktu itu tdk menghargai kitab pusaka tsb, sedang tujuh partai besar pun tdk banyak bertanya, hingga sekarang aku belum memahami apa sebabnya."
Kho Beng segera menghela napas.
"Aaai, kalau begitu dugaanku tak meleset, jelas peristiwa ini merupakan suatu rencana busuk yg paling sempurna."
"Rencana busuk apa?"
Tanya Bu wi lojin terkejut.
"Tahukan cianpwee kenapa ketua dari tujuh partai besar tdk mengambil salinan kitab pusaka itu? Sesungguhnya mereka bukannya enggan menerima salinan itu, tapi ditengah jalan telah bertemu dg seseorang yg menyaru sebagai locianpwee dan berlagak tidak mengetahui persoalan ini, akibatnya para ketua pertai menjadi gusar, mereka mengira ayahku mempermainkan mereka, maka kawanan jago yg kecewa pun berbondong-bondong datang keperkampungan Hui im ceng yg berakibat terjadinya peristiwa berdarah itu."
Berubah wajah Bu wi lojin setelah mendengar perkataan itu, serunya tanpa terasa.
"Benar, benar sebuah rencana busuk yg amat keji, jadi maksudmu dalangny adalah orang yg menipu kitab dariku yaitu dewi In nu?"
"Benar!"
Jawab Kho Beng dg rasa benci. Bu wi lojin terbatuk-batuk lalu secara tiba-tiba memuntahkan segumpal darah kental..... Bu wi lojin memejamkan matanya sejenak, lalu katanya sambil menggeleng.
"Waktu sudah amat mendesak, lebih baik kau segera mempelajari ilmu sakti yg tercantum dlm kitab pusaka Thian goan bu boh, hanya dg menguasai ilmu sakti inilah kau baru bisa membalas dendam serta menumpas musuh-musuhmu!"
"Tapi luka yg diderita cianpwee lebih penting lagi artinya...."
Buru-buru Kho Beng berseru. Bu wi lojin tertawa getir.
"Aku tak bakal mati, dg luka dalam yg kuderita sekarang, paling tidak membutuhkan waktu semedi selama sepuluh tahun utk bisa memulihkan kembali seperti sedia kala, tapi bila kau mampu manguasai ilmu sakti dari Thian goan bu boh tsb dalam setengah bulan mendatang dan kemudian kau bersedia membantuku, niscaya tenaga dalamku bisa dipulihkan kembali seperti sedia kala cukup dalam waktu satu tahun saja!"
Naga Kemala Putih -- Gu Long Raja Naga 7 Bintang -- Khu Lung Laron Pengisap Darah -- Huang Yin /Tjan Id