Ceritasilat Novel Online

Kemelut Di Ujung Ruyung Emas 13


Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung Bagian 13



Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya dari Khu Lung

   

   Jawab Lik-ih-hiat-tf.

   "hari ini, aku akan. membunuhmu dengan telapak tangan Peng-sian-jit-gwat-ciang ini!"

   Terkesiap Bwe-hiang-sian- ki, meskipun ia terhitung jago nomor empat dari Bu-lim-jit-coat, ilmu pukulan Bwe-sat-ciang andalannya juga pernah merajai dunia persilatan, tapi bila mesti digunakan untuk melawan Peng-sian-jit-gwat-ciang, jelas ia masih ketinggalan jauh.

   Kontan hatinya menjadi dingin, dengan wajah serius dia bertanya.

   "Engkau yakin sampai berapa besarkah tenaga pukulan Peng-sian-jit-gwat-ciang dapat kaupancarkan?"

   Lik-ih-hiat-li terkekeh-kekeh.

   "Paling banter tujuh bagian dan paling sedikit lima bagian, tapi untuk menghadapi kau, kukira bukan soal bagiku."

   Hati Bwe-hiang-sian-ki semakin dingin, sekalipun ia belum pernah menyaksikan kehebatan ilmu pukulan Peng-sian-jit-gwat-ciang, tapi ilmu sakti yang sudah lenyap selama ratusan tahun dari keramaian dunia ini tentu saja bukan ilmu sembarangan.

   Konon kedahsyatan ilmu pukulan Peog-sian-jit-gwat-eiang itu belum pernah sanggup dilawan oleh siapa pun, dan kini Lik ih-hiat-li telah berhasil melatih ilmu itu hingga lima bagian, sanggupkah ia menerima serangan tersebut dengan- Bwe-sat-ciang, hal ini masih merupakan suatu tanda tanya besar.

   "Lancarkan saja seranganmu!' katanya kemudian dengan agak kebat-kebit.

   *** ( )*** Seraya berkata, tenaga dalam latihannya selama puluhan tahun segera dihimpun dan siap menghadapi segala kemungkinan, mukanya berubph menjadi amat serius, sementara matanya menatap telapak tangan kanan Ii-ih-hiat-li tanpa berkedip.

   Tong Yong-ling terkesiap, maklum ia dan Bok Ji-sia serta Lamkiong Giok pernah memasuki kuburan kuno itu, di mana Lik-ih-hiat-li berdiam, dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan betapa sempurna tenaga dalamnya, diam-diam ia kuatir gurunya juga bukan tandingan lawan.

   Iapun tahu Lih-ih-hiat-li mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Bok Ji-sia, setiap saat selalu berusaha melindunginya, kini Bwe-hiang-sian-ki telah menghajar pemuda itu sedemikian rupa, tentu saja Lik-ih-hiat-li tak akan tinggal diam.

   Jika ada dua ekor harimau berkelahi, salah satu di antaranya tentu terluka, ia tak ingin Lik-ih-hiat-li terluka, lebih-lebih tak ingin Suhunya kalah, sebab bila hal tersebut terjadi, bukan saja ia telah mencelakai Bok Ji-sia, iapun mencelakai gurunya sendiri.

   Makin dipikir makin gelisah, mendadak ia melompat ke depan dan menerjang ke arah Lih-ih-hiat-li.

   Waktu itu, telapak tangan kanan Lik-ih-hiat-li sudah siap menghantam, ketika tiba-tiba Tong Yong-ling menerjang tiba, perempuan itu segera bergeser ke samping dan menurunkan kembali tangannya.

   "Nona Tong, mau apa kau?"

   Bentaknya.

   Dengan air mata bercucuran Tong Yong-ling melayang turun di hadapan Lik-ih-hiat-li, katanya setengah meratap.

   "Cianpwe, pergilah dari sini, engkoh Bok ..Bok-heng terluka amat parah!" *** ( )*** Sejak berjurnpa dengan Tong Yong-ling, dalam hati Lik-ih-hiat-li telah timbul kesan yang baik, apalagi setelah mengetahui gadis ini mencintai Ji-sia, ia merasa gembira bagi pemuda itu, juga merasa bersyukur bagi dirinya sendiri.

   Sekalipun Lik-ih-hiat-li numpunyai pandangan lain terhadap gadis tersebut, tapi dia adalah perempuan yang kenyang asam garam, dia tetap bersikap tenang.

   "Jadi kau mintakan ampun bagi gurumu?"

   Jengeknya kemudian, Bwe-hiang-sian-ki marah sekali, dengan kedudukannya yang begitu tinggi dalam dunia persilatan, tak nanti ia minta ampun kepada orang lain, keruan ia naik darah ketika melihat muridnya telah membikin malu.

   Sambil tertawa seram dia membentak.

   "*Budak sialan, sia-sia kudidik dan kupelihara dirimu selama dua puluh tahun!"

   Hati Yong-ling tergetar, dengan terkesiap ia berpaling, serunya.

   "Suhu, aku ...."

   "Ayo cepat kemari!"

   Bentak Bwe-hiang-sian-ki dengan wojah dingin.

   "apakah kausenaog melihat Suhumu tak dapat mengangkat, kepalanya dalam dunia persilatan? Hm Jika kau berani pagar makan tanaman, biar kulenyapkan kau dari muka bumi!"

   Habis berkata, telapak tangannya terangkat, segulung tenaga pukulan maha dahsyat bagaikan ombak mendampar langsung menghantam Tong Yong-ling.

   Keruan Tong Yong-ling ketakutan, matanya terpejam, ia tidak berkelit maupun menghindar, ia bertekad menerima pukulan itu dengan tubuhnya.

   Lik-ih-hiat-li terkejut menyaksikan kejadian itu ia tak mengira si nenek jadi kalap dan melupakan hubungan guru dengan mund dan secara keji hendak membinasakan Yongling.

   *** ( )*** 'Manusia tak tahu malu' pekiknya.

   "tak berani padaku, murid sendiri dijadikan sasaran pelampiasan"

   Baru bicara sampai di sini, mendadak ia merasakan sesuatu yang aneh, segulung tenaga pukulan maha dahsyat berhembus lewat sisi tubuh Tong Yong-ling dan menyergap ke arah tubuhnya.

   Waktu itu, Tong Yong-ling telah memejamkan mata dan menunggu kematian.

   Ketika dirasakan berhembusnya angin tajam lewat tubuhnya tanpa melukainya, ia mejadi heran, belum lagi matanya dibuka, telinga sudah menangkap suara benturan keras Terdengar Lik-ih-hiat-li tertawa terkekeh-kekeh.

   "Tak kusangka Bwe-hiang-koken juga pandai mempergunakan ilmu Ke-san-tah-gu (dari balik bukit memukul kerbau) yang sudah ratusan tahun lenyap dari dunia persilatan. Dengan kepandaianmu ini, bila aku tidak menggunakan Peng-siarj-jit-gwat-ciang, mungkin dalam dua ratus gebrakan menang-kalah baru bisa ditentukan!"

   Air muka Bwe-hiang-sian-ki berubah sedingin es, tadinya ia yakin akan melukai musuh dengan ilmu Ke-san-tah-gu tersebut, kenyataannya Lik-ih-hiat-li sama sekali tak terluka, ini menandakan kepandaian perempuan itu tak boleh di pandang enteng.

   "Jangan takabur dulu Lik-ih-hiat-li,"

   Bentaknya.

   "sambut lagi pukulanku ini!"

   Telapak tangannya meraih ke atas, dari jurus Pa-bio-cing-hun (muka codet mengejutkan sukma) tiba-tiba berubah menjadi jurus Cong-kiong-hiat-ing (bayangan darah di langit luas), ilmu pukulan Bwe-sat-eiang yang tersohor telah dipancarkan dengan hebatnya ....

   Lik-ih-hiat-li tertawa terkekeh-kekeh, ia melompat ke udara, lalu dengan jurus Ci-tian-cing-swan (kilat ungu embun hijau) *** ( )*** tiba-tiba telapak tangan menyodok keluar, cahaya menyilaukan mata segera terpancar.

   Sekalipun Bwe-hiang-sian-ki memiliki tenaga dalam latihan puluhan tahun toh tak berani menyambut serangan Peng-sian-jit-gwat-ciang tersebut dengan kekerasan, kedua telapak tangannya cepat ditarik kembali seraya melompat ke samping.

   Siapa tahu, baru saja.

   tubuhnya bergerak tahu2 Lih-ih-hiat-li telah menyusul tiba, dalam kagetnya cepat ia lepaskan tiga kali pukulan sekali njentikan jari dan dua kali tendangan berantai, Kedua orang sama-sama jago kelas satu dalam dunia persilatan, setiap gerak tangan atau kaki semuanya luar biasa, tampaklah sebentar mereka bergumul menjadi satu, lain saat berpisah, pertarungan berlangsung dengan sengit.

   Dalam waktu singkat, puluhan jurus sudah lewat, namun menang-kalah masih sukar ditentukan.

   Melihat gurunya dan Lik-ih-hiat-li terlibat dalam pertarungan seru, diam-diam Tong Yong-ling merasa cemas, ketika sinar matanya menatap Bok Ji-sia, mendadak terlintas satu ingatan dalam benaknya.

   "Sekarang Suhu sedang terlibat dalam pertarungan sengit melawan Lik-Ih-hiat-li, akupun tak bisa membantu, daripada gelisah di sini, mengapa tidak kucari suatu tempat untuk mengobati lukanya"

   Berpikir demikian, ia lantas melirik sekejap ke arena pertempuran, kemudian dengan cepat menyambar tubuh Bok Ji-sia terus dilarikan secepat terbang.

   Waktu itu, seluruh perhatian Lik-ih hiat-li lagi tertuju pada Bwe-hiang-sian-ki, ia tak menyangka Eok Ji-sia telah dilarikan orang, ketika merasa sudah terlalu lama bertempur, beruntun dia lancarkan beberapa kali serangan mematikan.

   *** ( )*** Setelah mendesak mundur Bwe-hiahg-sian-ki beberapa langkah, dengan muka kelam ia membentak.

   "Lihat serangan!"

   Dengan jurus Ih-Jwe-wi jit (hari kiamat meliputi jagat), bayangan telapak tangan yang menyilaukan mata segera mengitari setiap bagian tubuh Bwe-hlang-sian-ki.

   Bwe-hiang-sian-ki terkesiap, mendadak ia menjerit kesakitan, air mukanya berubah hebat, butiran keringat mengucur keluar tiada hentinya ...

   "Bagus, bagus sekali!"

   Serunya sambil tertawa seram.

   "Lik-ih-hiat-li, kita catat saja dendam ini dalam buku utang kita!"

   Sekalipun tenaga dalamnya cukup sempurna, sayang ilmu pukulan Peng-sian-jit-gwat-ciang adalah ilmu yang maha dahsyat, ia merasakan sekujur badan bergetar keras, tahu-tahu badan menjadi lemas dan hawa murni buyar.

   Meski Lik-ih-hiat-li berhasil melukai Bwe-hiang-sian-ki dengan pukulan Peng-sian-jit-gwat-ciang.

   namun ia sendiri juga termakan oleh pukulan Bwe sat-ciang sehingga hawa murni dalam tubuh sukar dihimpun kembali.

   Maka sambil mendengus serunya.

   "Kau tidak puas? Hm, cepat atau lambat kaupasti akan mampus di tanganku!"

   Tiba-tiba terdengar teriakan marah, rupanya Bwe-hiang-siao-ki telah mengetahui hilangnya Tong Yong-ling, hal ini membuatnya gusar sekali.

   "Anak Ling! Anak Ling!"

   Teriaknya berulang sambil mengawasi keadaan sekitar sana.

   Suasana hening, tak terdengar suara apapun, bayangan Bwe-hoa-sian-kiam Tong Yong-ling seakan-akan lenyap tak berbekas.

   Mendengar teriakan itu, Lik-ih-hiat-li ikut terkejut, cepat ia memeriksa keadaan di sekitar situ, ketika diketahui Bok Ji-sia *** ( )*** dm Tong Yong-ling telah lenyap bersama, hatinya menjadi gelisah, dengan pedih ia berpekik seram.

   "Bagus, bagus sekali!"

   Teriaknya dengan gusar, ternyata kalian guru dan murid telah menggunakan siasat 'bersuara di timur menyerang ke barat' untuk menipu aku ...."

   Bwe-hoa sian-ki tertegun, lalu teriaknya dengan marah.

   "Jangan sembarangan kau fitnah orang!"

   Sambil melangkah maju Lik-ih-hiat-ih berteriak lagi dengan gusar.

   "Hari ini, jika tidak kau serahkan Bok Ji-sia padaku, aku bersumpah tidak tinggal diam."

   Kini luka Bwe-hiang-sian ki sudah parah sekali, ia terkesiap melihat tampang Lik-ih-hiat-li yang mengerikan itu, dari air muka Lik-ih-hiat-li itu ia tahu orang berani bicara dan tentu bisa dilakukannya, padahal ia sendiri tak mampu memberikan penjelasan, tentu saja ia menjadi gelisah.

   Diam-diam ia coba untuk menyalurkan hawa murni ke seluruh kadan, tapi segera diketahui tenaga sudah tak tersalur lagi, malahan lamat-lamat dadanya terasa sakit, sadarlah dia sukar untuk melakukan pertarungan lagi.

   Bwe-hiang-sian-ki tertawa pedih, ujarnya kemudian.

   "Aku adalah seorang yang sudah berusia setengah abad lebih, mana mungkin kulakukan perbuatan rendah yang memalukan?"

   Lik-ih-hiat-li memandang keselamatan Bok Ji-sia lebih berharga danpada nyawa send'ri, dia me-lengak melihat Bwe hiang-sian-ki bicara dengan sungguh-sungguh.

   Sebagai seorang ketua suatu perguruan, sudah barang tentu Bwe-hiang-siaa-ki takkan sembarangan bicara, apalagi menyangkal perbuatan sendiri, mau-tak-mau Lik-ih-hiat-li percaya keterangannya.

   Pikirnya.

   "Tak ada gunanya banyak bicara lagi, lebih baik mencari jejak Ji-sia lebih dulu Meskipun Tong Yong-ling *** ( )*** termashur kekejiannya, tapi dia jatuh cinta kepada anak Sia, tak nanti dia membikin susah padanya. Apalagi Bwe-hiang-sian-ki terhitung Han-bwe-koksu, jika anak Sia sampai tertimpa musibah, aku masih bisa mendatangi Han-bwe-koknys untuk membuat perhitungan"

   Berpikir demikian, sambil tertawa dingin ia berkata.

   "Baiklah, untuk sementara waktu kulepaskan dirimu, lain kali bila bersua kita boleh kita bikin perhitungan lagi!"

   Bayangan hijau berkelebat, dengan cepat luar biasa la menuju ke arah barat.

   Dengan termangu-mangu Bwe-hiang sian ki memandang bayangan punggung orang hingga lenyap dan pandangan, sebagai salah seorang di antara Bu-lim-jit-koay, dia tak menyangka hari ini akan dipecundangi Lik ih-hiat-li yang baru muncul dalam dunia persilatan, hatinya betul-betul-sedih dan menyesal.

   "Ai!"

   Dia menghela napas sedih, dengan langkah gontai pelanan dia pergi dari situ, Dalam pada itu Bwe-hoa-gian-kiam Tong Yong-ling dengan membawa Bok Ji-sia telah melarikan diri tanpa tujuan, saat itu dia cuma pikir makin jauh menghindarkan diri semakin baik, sekalipun sampai di suatu tempat yang tak bermanusia pun dia rela mati bersama anak muda tersebut.

   Tiba-tiba dari belakang berkumandang suara panggilan yang sudah dikenalnya, ia terkesiap dan menyangka gurunya, Bwe-heng-sian-ki telah melakukan pengejaran setelah mengetahui dirinya menghilang.

   Pada saat itu pula tiba-tiba Bok Ji-sia membuka matanya, dengan perasaan tergetar serunya cepat.

   "Engkoh Bok, baik-baiklah kau ... ."

   Belum selesai perkataannya Bok Ji-sia telah pejamkan kembali matanya, dari mimik wajahnya, Yong-ling tahu anak *** ( )*** muda itu sedang merasakan-penderitaan yang luar biasa dan bertahan sekuatnya.

   Pedih hatinya, tanpa terasa air mata bercucuran, dia berbisik.

   "O, engkoh Bok, sekalipun kita tidak dilahirkan bersama, kurela mati dalam satu liang denganmu, selamanya akan kutemani dirimu!"

   Sambil berkata, dia membaringkan Bok Ji-sia, dia bermaksud menyadarkan pemuda itu dengan bantuan tenaga dalamnya. Mendadak seseorang bergelak tertawa.

   "Hahaha, tidak dapat lahir bersama, rela mati dalam satu liang, hahaha"

   Mendengar itu, merah wajah Bwe-hoa-sian-kiam Tong Yong-ling, cepat bentaknya.

   "Kawanan tikus dari mana yang berani mempermainkan nonamu!"

   Kontan ia menghantam ke arah suara ejekan tadi. Pukulan ini dilancarkan dalam keadaan marah bercampur gusar, kekuatannya luar biasa.

   "Hah, galak amat nona Tong!"

   Gelak tertawa mengejek kembali berkumandang.

   Menyusul suara ejekan itu, sesosok bayangan berkelebat, Kiam-hong-siaucengcu Lamkiong Giok Ki dengan senyum dikulum pelahan muncul dari tempat sembunyinya.

   Tong Yong-ling terkesiap, ia tahu akan kelicikkan serta kebusukan .Lamkiong Giok.

   makin ramah sikapnya berarti semakin banyak niat busuk yang tersimpan dalam hatinya.

   "Lebih baik kau jangan cerewet,"

   Serunya dengan ketus.

   "kalau tak ada urusan, cepat enyah dari sini!"

   Lamkiong Giok tertawa, dia melangkah maju dan pura-pura berseru dengan penuh perhatian.

   "Eh, bukankah dia ini saudara Bok? Nona Tong, kenapa dia? Apakah____" . *** ( )*** Tong Yong-ling mendengus, jawabnya.

   "Tak perlu kucing menangisi tikus, sok berlagak kasihan. Hm. nonamu sudah tahu sampai di mana kebusukanmu!"

   Selintas rasa marah menghiasi wajah Lamkiong Giok, tapi dengan cepat perasaan tersebut lenyap lagi, diam-diam ia menyumpah dalam hati.

   "Budak sialan, jangan takabur dulu, suatu ketika kau pasti akan memohon-mohon kepadaku!"

   Dengan pura-pura bersikap kurang senang ia berkata.

   "Nona Tong, apa maksud perkataanmu itu? Aku dan saudara Bok bersahabat dengan sungguh-sungguh, setelah kuketahui saudara Bok tertimpa musibah saat ini, tentu saja aku tak dapat berpeluk tangan!"

   Perkataan ini diucapkan dengan nada yang simpatik, seandainya orang tidak mengetahui kebusukan hatinya tentu akan anggap dia sebagai seorang lelaki sejati dan akan percaya begitu saja semua perkataannya.

   Sambil berkata dengan cepat dia memegang nadi pergelangan tangan Bok Ji-sia.

   "Jangan sentuh dia", bentak Tong Yong-ling dengan kuatir.

   Tiba-tiba ia menjentik, desing angin tajam menyambar telapak tangan Lamkiong Giok.

   Menghadapi ancaman ini, Lamkiong Giok buru-buru menarik kembali tangannya sambil melompat mundur, dengan wajah marah ia bergelak tertawa, gelak tertawa yang mengandung amarah yang meluap.

   "Nona Tong.

   kaku kau bertindak demikian, maka kaulah yang tidak benar,"

   Serunya kemudian. Tong Yong-ling melengak, tapi dengan cepat serunya dengan gusar.

   
Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Apanya yang salah?"

   "Aku dan saudara Bok boleh dibilang cocok satu sama lain,"

   Kata Lamkiong Giok "sebagai sahabat, sudah seharusnya ku *** ( )*** bantu dia sepenuh tenaga, siapa sangka kau sengaja menghalangi. maksud baikku ...

   "

   Tiba-tiba Tong Yong-ling tertawa menghina, Lamkiong Giok merasa bingung, padahal sejak berjumpa dengan Tong Yong-ling, dalam benaknya selalu berkisar bayangan gadis tersebut, cuma selama ini Tong Yong-ling tak memberi kesempatan kepadanya, selalu tak menggubrisnya, hal ini pembuat Lamkiong Giok rada gemas.

   Setelah tertawa, Tong Yong-ling berkata lagi dengan nada dingin.

   "Di mulut bicara kebajikan dan luhur budi, padahal di dahm perut penuh kebusukan. Huh, manusia munafik semacam kau juga ingin menyembuhkan penyakit orang? Kukira ada maksud lain bukan?"

   Lamkiong Giok tertegun, dia tak menyangka dirinya akan dipermainkan oleh gadis itu. Sudah tertawa menghina, sekarang menyindir pula dengan kata-kata tajam, semua ini membuat hawa amarahnya berkobar dengan hebatnya.

   "Nona Tong,"

   Katanya kemudian,.

   "kau terlalu memandang rendah diriku, meskipun aku bukan seorang tabib kenamaan, sedikit-banyak juga memiliki kepandaian keluarga, dengan ilmu pertabiban warisan ayahku, paling tidak aku bisa memeriksa keadaan saudara Bok serta melancarkan hawa murninya!"

   Tong Yong-ling tahu orang merasa penasaran, dengan tertawa dingin sindirnya pula.

   "Maaf! Maaf! Tak kusangka Huan-in-kiam Lamkiong Giok Tay-hiap juga seorang tabib ternama, cuma berulang kali kau bilang hendak menyembuhkan luka Bok Ji-sia, tahukah kau apa yang menyebabkan dia terluka?"

   Pertanyaan ini di luar dugaan Lamkiong Giok dan membuatnya melengak, dengan gelagapan katanya kemudian.

   "Soal ini ... ini ...." *** ( )*** Tong Yong-ling mendengus.

   "Jika penyakit pasien saja tidak tahu, mana bisa menyembuhkannya? Kukira kau tak lebih hanya seorang pembual belaka, tak becus tapi mengaku pintar setinggi langit!"

   Lamkiong Giok benar-benar diejek habis-habisan oleh gadis tersebut, tentu saja ia serba kikuk.

   Akan tetapi bagaimanapun dia adalah seorang yang pintar, meskipun malu dan tersudut, tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya, dengan cepat ia menemukan akal bagus untuk menghadapi orang.

   Sambil tertawa terkekeh katanya kemudian.

   "Nona Tong, salah besar jika kau berkata demikian."

   Tong Yong-ling tertegun, kenapa orang mengatakan dirinya salah? Apakah ada sesuatu yang tidak beres, atau ....

   Lamkiong Giok pandai melihat perubahan air muka orang, melihat keraguan Tong Yong ling, ia lantas tahu gadis itu telah termakan.oleh ucapannya.

   Maka dengan bangga ia berkata pula.

   "Dalam soal ilmu pertabiban, orang me&ti melihat, mendengar, bertanya, baru kemudian memutuskan, aku kas belum memeriksa keadaan luka saudara Bok, sudah barang tentu tak bisa mengatakan ia terluka oleh apa, sekalipun Hoa To (nama seorang tabib sakti) lahir kembali juga belum tehtu bisa ...."

   Tapi alis Tong Yong ling segera bekernyit setelah mendengar perkataan itu, katanya.

   "Jika ilmu pertabiban mengutamakan melihat, mendengar, bertanya dan memutuskan, Sekarang kau sudah melihat, juga sudah mendengar, tentunya sudah bisa mengetahui keadaan sakitnya ..."

   Selesai berkata, ia memandang Bok Ji-sia sekejap yang berada dalam pondongannya, lalu berangkat menuju ke arah barat, *** ( )*** "Kembali!"

   Mendadak seorang membentak. Tiba tiba muncul enam lelaki berbaju ringkas warna hitam mengadang jalan pergi Bwe-hoa-sian-kiam Tong Yong-liog, hal ini tentu saja membangkitkan amarah gadis tersebut.

   "Lamkiong Giok,"

   Bentaknya seraya berpaling.

   "apa maksudmu berbuat demikian?"

   Lamkiong Giok terbahak-bahak.

   "Hahaha, jangan salah paham nona Tong, aku tiada bermaksud mengalangi kepergian nona."

   "Lantas kenapa orang-orang ini mengadang jalan kepergianku?"

   Dengus Yong-ling.

   Sudah lama Lamkiong Giok terpikat oleh kecantikan Tong Yong-ling, sudah barang tentu ia tak mau melepaskan kesempatan baik ini, apalagi keadaan Bok Ji-sia sekarang sedemikian payah, asal ia gunakan eedikit akal niscaya anak muda itu akan tewas.

   Selain itu ia juga menyadari betapa cepatnya kemajuan kungfu Bok Ji-sia, malah jauh di atas kepandaiannya, lama kelamaan orang pasti akan menjadi salah seorang lawan tangguhnya.

   Tapi bila teringat pada Lik-ih-hiat-Ii, tubuhnya lantas gemetar, Lik-ih-hiat-li pernah berkata, apabila Bok Ji-sia mengalami apa-apa, dialah yang pertama-tama harus bertanggung jawab.

   Betul ayahnya.

   Lamkiong Hian, pasti akan membelanya, atau mungkin bisa menandingi kehebatan perempuan itu, tapi jtau pukulan Peng-sian-jit-gwat-ciang cukup menggetarkan hati Lamkiong Giok.

   Satu pikiran segera terlintas dalam benakayp.

   "Ah, peduli amat! Sekalipun hari ini Bok Ji-sia tewas di tanganku, belum tentu Lik-ih hiat-li tahu pembunuhan ini dilakukan olehku, *** ( )*** apalagi Bwe-hoa-sian-kiam juga tak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab ini ...

   "

   Berpikir demikian, sambil tertawa terbahak-bahak katanya.

   "Tapi kalau mereka rni tidak mau melepaskan nona Tong, aku kan tak bisa berbuat apa-apa!"

   "Hehehe, kau kira mereka dapst berbuat sesukanya?"

   Ejek Tong Yong-ling.

   "Cring!"

   Pedang segera dilolos dari sarungnya, sekali bergetar senjata itu terdengarlah suara mendengung yang memekakkan telinga.

   "Sret", cahaya perak menyambar tubuh keenam orang lelaki berbaju hitam itu.

   Bayangan orang berkelebat diikuti serentetan jeritan'ngeri yang menyayat hati, sesosok tubuh tinggi besai tiba-tiba roboh terjengkang, darah segar segera berhamburan.

   Lamkiong Giok terperanjat, dia tak menyangka Pwe-hoagian-kiam Tong Yong-ling dengan memondong sesosok tubuh masih memiliki kepandaian selihai ini.

   "Nona Tong, maaf aku terpaksa harus bertindak kasar kepadamu!"

   Katanya kemudian sambil tertawa seram.

   Tong Yong-ling ikut terkesiap, serangan tadi hanya kebetularr saja berhasil membunuh seorang, kini masih sisa lima Orang lagi, mendingan jika satu lawan satu tapi kalau lima orang turun tangan bersama, betapapun dia pasti akan kerepotan kecuali melepaskan dulu tubuh Bok Ji-sia ke tanah.

   Namun sekarang bila Lamkiong Giok ikut turun tangan, tak bisa disangkal lagi dalam tiga puluh gebrakan dia pasti akan kehabisan tenaga.

   Maka sambil tertawa pedih katanya.

   "Kalau tidak takut mampus, ayo majulah!" *** ( )*** Pedang diputar dengan jurus Ki-hwe-liau-thian (mengangkat obor membakar langit) untuk mendesak mundur beberapa orang itu.

   "Sreet,"

   Segera ia menusuk Lamkiong Giok. Lamkiong Giok bergelak tertawa serunya.

   "Ilmu pedang Bwe-hoa-kiarn memang hebat, aku ingin belajar lebih banyak!"

   Ujung bajunya segera mengibas ke depan, lima jalur cahaya putih dengan cepat menggulung tubuh Tong Yongling, dahsyat sekali serangan tersebut hingga gadis itu terperanjat.

   Olah karena harus memegangi tubuh Bok Ji-sia, gerak-geriknya menjadi kurang leluasa, buru-buru dia melangkah ke samping, kemudian dengan jurus Siau-ci-Iam-san (sambil tertawa menuding bukit selatan) ia tusuk tenggorokan Lamkiong Giokr "Tring-ting", cahaya putih lenyap, lengan Tong Yong-ling kaku kesemutan dan hampir saja pedang terlepas dari genggaman, sedangkan Lamkiong Giok dengan senyum bangga sedang memandangnya tanpa berkedip.

   Malu dan marah Tong Yong-liag, bentaknya murka.

   "Lamkiong Giok, biar aku beradu jiwa denganmu!"

   Segera pedang menusuk, cahaya perak menyambar secepat kilat.

   Huan in-kiam Lamkiong Giok terkejut, cepat ia melambung ke udara untuk menghindar, lalu pedang pendek dilolos, bayangan sinar pedang segera mengurung sekujur tubuh Tong Yong-ling.

   Gadis itu menjerit kaget, lengan kirinya tersambar sehingga robek sebuah luka yang panjang, darah segar mengucur keluar, karena mendongkol hampir saja ia menangis.

   *** ( )*** "Lamkiong Giok, kau manusia berhati keji,..."

   Teriaknya sambil menyeringai. Makin sedih nona itu makin tertarik Lamkiong Giok, ia merasa kecantikan Tong Yong-ling saat ini jauh lebih menarik daripada keadaan biasa.

   "Hahaba, kau sungguh amat cantik?"

   Serunya, sambil bergelak tertawa. Murka Tong Yong-ling, ditambah rasa malunya, ia lantas membentak.

   "Biar aku beradu jiwa denganmu!"

   Pedang Bwe-hoa-kiam berputar menciptakan serentetan cahaya putih, lalu disambitkan ke arah Lamkiong Giok.

   "Siaukokcu, cepat mundui!"

   Teriak beberapa orang lelaki kekar itu dengan kuatir. Sambil memutar senjatanya mereka lantas menubruk ke arah Tong Yong-ling.

   "Sret"

   Diiringi hawa pedang yang memekak telinga, Lamkiong Giok merasakan bahunya menjadi sakit, air muka berupah pucat.

   "Kau mencari penyakit sendiri, jangan menyesal bila Lamkiong Giok bertindak keji padamu!". Tiba-tiba dia melompat maju dan membentak.

   "Mundur semua!"

   Dengan ketakutan kelima orang itu segera melompat mundur ke belakang.

   Air muka Lamkiong Giok sedingin es, hawa napsu membunuh menyelimuti wajahnya, perahan ia mendekati Tong Yong-ling.

   Tong Yong-ling tahu sulit untuk meloloskan diri, setelah menghela napas dan memandang sekejap Bok Ji-sia, pelahan ia duduk ke tanah.

   *** ( )*** "Ai, engkoh Bok,"

   Keluhnya sedih.

   "Inilah sobat karibmu! Tahu begini, tidak perlu kau berteman dengan manusia yang lebih rendah karipada binatang ini!"

   "Hehehe, sekalipun kau memberitahukannya sekarang juga tak berguna,"

   Ejek Lamkiong Giok, Sambil melompat maju, tiba-tiba telapak tangannya direntangkan, tangan yang satu mencengkeram dada Tong Yong-ling sementara tangan yang lain menghajar batok kepala Bok Ji-sia, rupanya dia ingin membunuh Bok Ji-sia terlebih dulu baru kemudian, membekuk si nona manis.

   Napas Tong Yong-ling tampak terengah, hakikatnya ia tak bertenaga lagi untuk melawan, ia tahu nyawanya tak bisa lolos dari cengkeraman musuh, maka ia bertekad akan mati bersama Bok Ji-sia.

   Pada waktu itulah, tiba-tiba Ji-sia membuka matanya dan menarik napas panjang, seakan-akan seorang yang baru sembuh dari sakit parah, ia menengok ke arah Lamkiong Giok sambil tertawa getir.

   Kejadian ini sangat mengejutkan Lamkiong Giok, cepat ia menarik kembali tangannya dan tersipu-sipu, diam-diam ia tercengang kenapa Bok Ji-sia masih sanggup membuka matanya.

   Sebagai seorang yang banyak curiga, segera ia berpikir.

   "Celaka, jangan-jangan Bok Ji-sia bersekongkol dengan Tong Yong ling untuk mencoba diriku? Kalau benar demikian, asal Bok Ji-sia mengetahui maksudku, dia pasti akan membenci diriku.

   Ah, kenapa tidak kugunakan kesempatan ini untuk memeriksa apakah Bok Ji-sia betul-belul terluka atau tidak? Jika benar-benar terluka, hari ini adalah kesempatan yang baik untuk turun tangan"

   Ia memang jauh lebih pintar daripada orang biasa, menyadari gelagat tidak menguntungkan air mukanya segera berubah menjadi ramah dan berlagak simpatik, *** ( )*** "Saudara Bok,"

   Demikian ia menegur sambil tertawa.

   "bagian manakah dari tubuhmu yang terasa tak enak? Mari biar kuurutkan."

   Ji-sia geleng kepalas sinar mata yang penuh rasa terima kasih terlihat jelas pada wajahnya.

   Ia tidak tahu kelicikan dunia, ia sangka Lamkiong Giok adalah seorang sahabatnya yang dapat dipercaya.

   Setelah mengatur napasnya, kemudian sahutnya sambil tertawa getir.

   "Saudara Lamkiong, tidak kusangka menjelang ajalku masih sempat melihat dirimu untuk terakhir kalinya, bba memiliki seorang sahabat seperti kau, biar mati akupun tidak penasaran."

   "Ah, kenapa saudara Bok berkata demikian,"

   Lamkiong Giok mtnyengir, ''hubungan persahabatan kita sangat mendalam, andaikata saudara Bok mati, aku pasti akan menjelajahi dunia untuk menemukan musuhmu dan membalaskan dendam bagimu, kemudian Siaute pun akan bunuh diri di hadapan makam saudara Bok dan menyusulmu ke alam baka."

   Tutur kata yang enak didengar dan bernada sungguh- sungguh itu membuat Ji-sia sangat terharu, ia dalam keadaan tsrlnka parah, ucapan semacam itu benar-benar suatu hiburan baginya.

   Dengan perasaan terharu Ji sia tertawa, katanya.

   "Sekalipun banyak teman di dunia, sahabat kental hanya ada satu, saudsra Lamkiong, budi kebaikanmu hanya bisa kubalas dalam penitisan yang akan datang!"

   "Huh, kalau teman semacam ini? lebih baik tidak kenal!"

   Mendadak seorang menyindir.

   Ji-sia tertegun, sayang lukanya terlampau parah, tulang belalang bagaikan terlepas semua, walaupun dia ingin berpaling untuk memandang wajah Tong Yong-ling namun keinginannya tak tercapai, terpaksa ia hanya menghela napas.

   *** ( )*** "Nona Tong,"

   Katanya kemudian dengan nada tak sen&ng.

   "persahabatanku dengan saudara Lamkiong adalah persahabatan sehidup semati, jangan harap orang bisa merusak persahabatan kami, hendaknya kau jangan sembarangan bicara."

   Sebenarnya Lamkiong Giok sangat gusar, tapi demi mendengar perkataan Bok Ji-sia itu, amarahnya lantas hilang separuh, sambil tertawa katanya.

   "Saudara Bok, nona Tong mungkin agak salah paham kepadaku, jalan pikiran kaum perempuan biasanya memang lebih sempit, kita tak bisa menyalahkan dia, mungkin juga aku memang melakukan kesalahan"

   Perkataan ini benar-benar amat manis dan mengharukan, siapapun tak mengira apa yang dipikirnya justeru akal untuk mencelakai Bok Ji-sia, hanya kesempatan yang ditunggu saja belum kunjung tiba.

   Ia berpaling dan memandang sekejap Tong Yong-ling, kemudian sambil melangkah maju kataknya lagi.

   "Saudara Bok, bencana sudah berada di sekitar sini, mari kuantar dirimu untuk minta pengobatan ayahku."

   Wajah Bok Ji-sia tampak mengejang, untuk sesaat dia tak sanggup mengucapkan sepatah katapun, keringat dingin membasahi jidatnya, se-akan2 sedang menahan penderitaan yang luar biasa.

   Lamkiong Giok tahu kesempatan baik, ini segera akan hilang, dengan cepat kedua tangannya menyambar ke depan berusaha merampas Bok Ji-sia dari pelukan Tong Yong-ling.

   Gadis itu terkejut, buru-buru dia mengegos ke samping.

   "Biar maksud baikmu kuterima dalam hati saja!"

   Kata si nona dengan tertawa dingin tiada hentinya.

   Ji-sia tidak tahu maksud busuk Lamkiong Giok yang sesungguhnya, dia malah mengira pemuda itu adalah seorang *** ( )*** lelaki sejati, rasa terima kasihnya menumbuhkan rasa hormatnya pula hingga ia sama sekali tidak menaruh prasangka apa-apa.

   "Serahkan saja diriku kepada saudara Lamkiong!"

   Katanya kemudian kepada Tong Yong-ling dengan tertawa pedih. Gemetar badan Tong Yong-ling, serunya dengan tercengang.

   "Begitu percayakah kau kepadanya?"

   Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Ji-sia meleaggong, lalu tertawa panjang.

   "Harap nona Tong jangan kelewat curiga, saudara Lamkiong adalah orang sendiri, apalagi aku toh tak dapat kaupondong selamanya . ."

   "Uaak!"

   Kembali ia tumpah darah, air mukanya berubah dan kontan jatuh tak sadarkan diri.

   Hati Tong Yong-ling berdebar keras dan merasa malu, ketika tiba-tiba dirasakan Ji-sia bergemetar dan tumpah darah, keadaannya sangat lemah, tak terkatakan cemasnya.

   Ia tak tahu apa yang mesti dilakukannya, dia cuma memandangi pemuda itu dengan termangu.

   "Nona Tong,"

   Tiba-tiba Lamkiong Giok tertawa aneh.

   "engkau seorang nona, mana boleh membopong seorang lelaki terus menerus di tempat sepi seperti ini . ."

   Bwe-hoa-sian-kiam Tong Yong-ling terkejut mendengar perkataan itu, diam-diam ia memaki diri sendisi.

   "Aku benar-benar gegabah, musuh tangguh belum pergi, pikiranku sudah melayang tak keruan"

   Belum lagi lenyap pikiran, itu, tiba-tiba terendus bau harum yang aneh menyerang hidungnya.

   Ia ingin berteriak, sayang sudah terlambat, dunia serasa berputar, tubuh menjadi enteng bagaikan terbang di angkasa ....

   "Bluk", tubuh Bok Ji-sia yang dipegang Tong Yong-ling terjatuh ke tanah, *** ( )*** Dengan cepat Lamkiong Giok melompat maju untuk memayang tubuh Tong Yong-ling hampir roboh itu, timbul air mukanya yang berubah-ubah, entah girang atau terkejut! Cuma dia sendiri yang tahu.

   "Nona Tong, kenapa kau?"

   Katanya dengan tertawa culas. Setelah memandang sekejap sekeliling tempat itu, katanya lagi.

   "Cepat bawa pulang ke Kiam-hong-ceng, rahasiakan kejadian ini, kalau tidak ... Hmm!"

   Orang-orang itu sudah lama tinggal di Kiarn-hong-ceng, mereka tahu kekejaman Lamkiong Giok, mendengar peringatan itu diam-diam mereka merinding, sekali membentak, diangkatlah kedua tawanan itu dan meninggalkan tempat itu.- Tiba-tiba berkumandang suara pekik nyaring keras.

   Makin lama semakin keras.

   Dari suaranya dapat diketahui tenaga dalam orang ini pasti tinggi sekali.

   Terkesiap Lamkiong Giok mendengar suara pekikan itu, mendadak ia teringat pada seorang, buru buru dia angkap langkah seribu.

   "Cepat lari!"

   Bentaknya.

   Segera kelima orang itu mempercepat larinya meninggalkan tempat itu.

   Dalam waktu singkat, Lamkiong Giok dan begundalnya sudah kabur dan lenyap dari pandangan-Berbareng dengan berhentinya suara tadi, tampak sesosok bayangan hijau secepat kilat meluncur tiba.

   Ia memandang sekejap sekeliling tempat itu alu bergumam.

   "Aneh.

   jelas kudengar di sini ada orang, kenapa sekarang menghilang? Jangan-jangan mereka telah kabur." *** ( )*** Ia lantas menunduk kepak dan memeriksa sekitar situ dengan cermat, tiba-tiba ia mendengus, ternyata lamat lamat dapat dilihat beberapa bekas telapak kaki, dengan mengikuti bekas telapak kaki itu pengejai\ran segera dilakukan.

   Meskipun Lamkiong Giok berotak cerdas, sayang di antara ketelitiannya tetap melupakan sesuatu.

   Dia cepat-cepat meninggalkan tempat itu, tapi lupa tenaga dalam anak buahnya cuma kelas dus, apalagi harus berlarian dengan menggendong dua orang, dengan sendirinya meninggalkan bekas yang nyata, Berdiri jauh perempuan berbaju hijau itu menelusuri jejaknya segera ditemukan sesosok mayat yang tergeletak bergenang darah, itulah mayat jago Kiam-hong-ceng yang mati tertusuk oleh Tong Yoog-ling tadi.

   Sambil mendengus, perempuan itu melanjuskan pengejarannya, hatinya sangat gelisah.

   Belasan li telah dilampaui dalam sekejap mata.

   Mendadak terdengar seorang membentak.

   "Siapa di situ, berhenti!"

   Sambil berheati Lik-ih-hiat-li tertawa terkekeh-kekeh.

   "Aku lagi kuatir tak dapat menemukan jejak kalian, tak nyana kalian malah muncul sendiri untuk mengundang diriku."

   Dia tidak menggubris kedua sosok bayangan yang menebeng ke arahnya, dia malah menyusup ke arah pintu gerbang di balik kerimbunan pepohonan.

   "Berhenti!"

   Kembali muncul dua orang, kini dari depan, belakang, kiri dan kanan seluruhnya muncul empat jago muda bersenjata pedang. Melihat jalannya teradang, Lik-ih-hiat-li mendengus, katanya.

   "Tempat ini bukan tempat terlarang, siapa yang. berani merintangi diriku ..." *** ( )*** Diam-diam ia himpun tenaga pada telapak tangan dan siap melancarkan serangan, sambil tertawa dia maju beberapa langkah lagi ke depan. Sikapnya yang angkuh dan tak pandang sebelah mata kepada orang lain ini menimbulkan perasaan gemas bagi keempat pemuda itu.

   "Cring!"

   Mereka segera melolos pedang dsn rnengadang di depan perempuan itu.

   "Mei, peraturan busuk dari manakah ini?"

   Tegur perempuan itu sambil tertawa dingin.

   "Kenapa begitu berjumpa lantas main senjata?"

   Keempat pemuda itu saling pandang sekejap, setelah saling memberi tanda, tiba-tiba salah seorang di antaranya mengamati perempuan berbajia hijau itu, lalu tegurnya.

   "Tahukah nona tempat apakah ini!"

   Lik-ih-hiat-li tertawa terkekeh-kekeh.

   "Soal ini aku tidak tahu, tapi dapat kuberitahukan padamu, putraku jauh lebih besar daripadamu, kau main bentak padaku, apakah tidak merasa kurang sopan? Ayo cepat berlutut dan minta ampun atas dosamu itu!"

   Air muka pemuda itu menjadi merah jengah, mana ia tahu apa yang diucapkan orang memang betul, tapi ia sangka perempuan itu sengaja mempermainkannya.

   "Budak hina,"

   Makinya dengan gusar.

   "kau berani mencari gara2 pada tuanmu? Hm, rupanya kau ingin mampus!"

   Sambi! berkata ia lantas menuding sepotong batu besar di tepi jalan.

   Ia tidak memperhatikan apakah perempuan berbaju hijau itu mirip seorang nona atau tidak, meski mukanya cantik jelita, tapi tak dapat menutupi kerut wajahnya yang menandakan sudah dimakan usia.

   Mengikuti arah yang ditunjuk, perempuan itu berpaling, seketika hatinya tergetar, kiranya pada batu itu tertera *** ( )*** beberapa huruf besar yang ditulis dengan ilmu jari Kim-kong-ci yang hebat.

   "Thian-he-ta-it-ceng Kiam-hong-ceng".

   Artinya perkampungan nomor satu di dunia ini.

   Beberapa huruf kecil di bawahnya tak diperhatikannya lagi, sambil berpaling kembali katanya dingin.

   "Kiam-hong-ceng bukan sarang naga atau gua harimau, anak muda, hanya ini saja nyonyamu tak dapat digertak,"

   Pemuda itu segera angkat pedangnya sambil membentak.

   "Tangkap perempuan ini!"

   Dengan jurus Kim-peng-liang-ih (rajawali emas mementang sayap) tiba-tiba ia menusuk bawah perut perempuan berbaju hijau itu.

   "Enyah dari sim!"

   Bentak perempuan berbaju hijau itu. Sekali tangan bergerak, tidak nampak bagaimana menyerang tahu-tahu terdengar "Plak!"

   Hanya satu jurus'saja pemuda itu sudah mencelat dan mati seketika, siapa pembunuhnya belum lagi diketahui, jiwa sudah melayang.

   Tiga jago muda lainnya menjadi ketakutan melihat kehebatan lawan, tapi peraturan Kians-hong-ceng terlalu keras, sekati pun harus mati juga tak boleh mundur, terpaksa sambil menggerakan pedang mereka menubruk maju dao melancarkan serangan.

   Di tengah suara tertawa dingin Lik-ih-hiok-li mengayun lagi telapak tangannya, kembali seorang jago muda binasa, hal ini membuat dua orang kawannya menjadi ketakutan setengah mati.

   Perempuan baju hijau itu tidak menyerangg lagi, ia tertawa terkekeh-kekeh'"Tak ada gunanya batu ini, lebih baik di musnahkan saja," *** ( )*** Tubuhnya bergerak cepat, di antara gelaktawa melengking, telapak tangannya diayunkan ke depan menghantam batu peringatan yang besar itu.

   "Blang!"

   Bumi bergoncang, batu berhamburan, batu besar yang bertuliskan "Thian-be-te-it-ceng"

   Tadi tahu-tahu terhajar sehingga hancur lebur Pada saat itu pula tiba-tiba berkumandang gelak tertawa yang nyaring, berbareng meluncur tiba sesosok bayangan, terdengar orang itu membentak.

   "Siapa yang berani membikin onar dalam Kiarn-hong-ceng?"

   Baru saja perempuan berbaju hijau itu tertegun, tiba-tiba terasa angin pukulan yang kuat tanpa suara menerjang tiba. Ia terkejut, buru-buru ia melayang ke samping telapak tangan kiri diayunkan ke muka melancarkan pukulan balasan.

   "Plak"

   Benturan keraa terjadi.

   Penyerang itu tampaknya terpukul dengan berat, beruntun tergetar mundur beberapa langkah sedangkan perempuan berbaju hijau itu sendiri berdiri tegak di tempatnya.

   Tertampak seorang kakek kurus berjubah panjang sedang mengamati perempuan berbaju hijau itu dengan rasa kaget, sorot matanya yang tajara sungguh mengerikan orang.

   Perenipuan berbaju hijau itu tertawa dingin, tegurnya "Hai, untuk apa sepasang mata anjingmu melotot terus kepadaku?' Kakek itu terkejut, lalu mendengus.

   "Hmm kukira kaulah yang bernama Lik-ih-hiat li?"

   "Betul, mau apa?"

   "Hehehe, Kiam-hong-ceng kaaai tak pernah berselisih denganmu, ibaratnya air sungai tidak mengganggu air sumur, kenapa hari ini kau membantai anggota perkampungan kami dan menghancurkan tugu peringatan kami? Apakah kau sengaja pamer kelihaianmu di sini?" *** ( )*** "Hm, .kalau betul mau apa? Kalau tidak lantas bagaimana?"

   Si kakek semakin naik pitam, bentaknya.

   "Kalau betul maka nyawamu mesti ditinggalkan di sini, kalau tidak, lekas kutungi sendiri kedua tanganmu dan sebuah kakimu untuk menebus dosamu itu!' "Kalau aku tidak mau!"

   Ejek Lik-ih-hiat-li.

   "Terpaksa harus kuturun tangan sendiri!"

   Bentak kakek itu dengan gusar. Kedua telapak tangannya segera terentang bagaikan harimau lapar segera ia menubruk.

   "Tunggu sebentar!"

   Seru Lik-ih-hiat-li.

   Dengan suatu gerakan enteng ia mengegos ke samping dan meloloskan diri dari cengkeraman maut lawan, gerakan indah seperti bidadari turun dari kayangan, sama sekali tidak kelihatan sebagai seorang perempuan pembunuh.

   "Kau berubah pikiran?"

   Jengek si kakek sambil menarik kembali serangannya. Lik-ih-hiat-li terkekeh-kekeh.

   "Selamanya aku tak pernah memhunuh orang yang tak bernama sebutkan dulu siapa namamu!"

   "Tak perlu banyak bicara, aku adalah Hian-thian-it-lo!"

   Jawab kakek itu marah.

   Selesai berkata sambil-berpekik nyaring kedua telapak tangannya diayun ke kiri dan ke kanan dengan jurus Lam-hay-ku-tan (sampan tunggal di laut selatan), sekujur tubuh Lik-ih-hiat-li berada di bawah ancamannya.

   Dengan alis menegak Lik-ih-hiat-li membentak, telapak tangan memukul dari jauh.

   "crit'', cahaya terang langsung menyambar kepala Hiaa-thian-it-lo. *** ( )*** Terkesiap Hian-thian-it-lo, angin tajam itu membuatnya menggigil, cepat tangan memukul ke depan, tapi segera ia mendengus tertahan, tiba-tiba air muka Hian-thian-it-lo berubah hebat, sinar matanya guram, sekujur badan gemetar keras. LJk-ih-bat-li tertawa sinis. Tapi mendadak dari empat penjuru di sekelilingnya berkumandang suara langkah kaki yang teratur, jelas suara langkah kaki itu bukan cuma satu orang, tapi kedengarannya seperti berasal dari seorang yang sama. Lik-ih-hiat-li terperanjat, coba memandang sekeliling tempat itu, air mukanya berubah lagi, tertampak olehnya beberapa baris lelaki bersenjata lengkap muncul dari empat penjuru dan menerjang ke arahnya. Orang-orang itu semuanya memejamkan mata, senjatanya panjang melebihi ukuran senjata biasa, keadaan mereka bagaikan orang linglung, mereka berjalan ke depan tanpa peduli apa yang terjadi. Makin melihat Lik-ih-hiat-li makin terkesiap, dalam waktu singkat ia sudah terkepung di tengah, sementara orang-orang itu meluruskan senjata ke depan sejajar dada, asal mereka mendesak lebih ke depan, niscaya sulit baginya untuk meloloskan diri dari lingkaran kepungan. Pada saas itulah, dari udafa berkumandang suara bentakan keras menggeledek.

   "Siaucengcu tiba ..."

   Habis suara bentakan itu, dari kejauhan muncul empat sosok bayangan meluncur datang dengan cepat luar biasa, menyusul lagi empat orang lelaki berbaju hitam, lalu sesosok bayangan yang ramping dengan gerak yang lincah tanpa menimbulkan suara muncul pula di tengah arena.

   Sementara itu para jago yang lincah berada di sekeliling tempat itu telah berhenti bergerak, meski mata mereka masih *** ( )*** terpejam, namun setiap orang berdiri dengan wajah serius tanpa kacau.

   Hian-thian-it-lo segera maju memberi hormat seraya berkata.

   "Siaucengcu, perempuan ini adalah Lik-ih-hiat-li, sungguh menyesal kepandaianku bukan tandingannya"

   Rupanya ia sudah keder oleh kelihaian tenaga dalam Lik-ih-hiat-ii, kuatir Siaucengcunya tak sanggup melawan, buru-buru ia memberi peringatan.

   Tentu saja ia tak pernah menyangka Lamkiong Giok sudah berulang kali berjumpa dengan Lik-ih-hiat-li..

   Huang-in-kiam Lamkiong Giok mengangguk sambil tertawa, sahutnya.

   "Aku tahu, pergilah beristirahat saja."

   Karena terhajar oleh Peng-sian-jit-gwat-ciang, sesungguhnya sejak tadi Hian-thian-it-lo sudah payah, cuma tenaga dalamnya cukup sempurna sehingga ia dapat bertahan sehingga tidak roboh.

   Tapi setelah membuka suara, tenggorokannya segera terasa anyir, tak tahan lagi ia tumpah darah segar, cepat dia kabur kembali ke dalam perkampungan.

   Huan-in-kiara Lamkiong Giok kini harus berhadapan dengan Lik-ih-hiat-li, diam-diam hatinya kebat-kebit, ia sudah cukup mengetahui, kehebatan tenaga dalam perempuan itu serta kekejiannya, ia sadar kepandaian sendiri masih bukan tandingan lawan.

   Setelah berpikir, kemudian sambil menjura dan tertawa, katanya.

   "Locianpwe, kenapa tidak kauberitahukan dulu kunjunganmu ini agar Wanpwe bisa menjadi tuan rumah yang baik."

   Lik-ih-hiat-li mendengus, sambil menuding ke sana, dengusnya.

   "Beginikah caramu mengundang tamu!" *** ( )*** Lamkiong Giok adalah pemuda yang pintar, sambil pura-pura berpaling ke belakang diam-diam ia memberi tanda kepada anak buahnya, lalu dengan berlagak marah, bentaknya.

   "Kalian mundur semua dari situ!"

   Tapi kawanan jago bersenjata lengkap itu masih berdiri tak bergerak di tempat semula, senjata mereka teracung ke atas, sedikitpun tidak bermaksud mengundurkan diri dari situ, hal ini menyebabkan Lik-ih-hsat-li berkerut kening.

   Lamkiong Giok memperlihatkan senyuman getir, katanya.

   "Maafkan ketidak mampuan Wanpwe, harap Locianpwe maklum"

   "Lamkiong Giok, kau anggap aku anak kecil berusia tiga tahun yang gampang kau tipu?"

   Jengek Lik-ih-hiat-li.

   "memang kau cerdik, sayang kau justru keblinger oleh kecerdikan mu itu."

   Merah padam wajah Lamkiong Giok, ujarnya, tersipu-sipu.

   "Ketahuilah Cianpwe, meskipun Wari-pwe menjabat sebagai Siaucengcu perkampungan Kiam-hong-ceng, sesungguhnya hanya pirnya nama dan tak punya kekuasaan apa-apa, Wanpwe bodoh dan berpengalaman cetek masih belum pantas memimpin orang lain, itulah sebabnya kecuali ayahku boleh dibilang tak ada orang lain lagi yang bisa memeriatah acak buahnya ..

   "

   Lik-ih-hiat-li tertawa seram.

   
Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
"Kalau memang tak becus, mau apa kau datang kemari?"

   Lamkiong Giok berbuat demikian dengan harapan agar ayahnya cepat-cepat muncul, tapi ucapan Lik-Jh-hiat-li itu sungguh membuatnya tak tahan "Aku mengalah kepadamu bukan berarti aku takut padamu.

   Baik, setelah kaudatang kemari, itu berarti kau sengaja datang untuk mencari perkara-Wanpwe tetap menurut peraturan dan ingin tahu dulu maksud kedatanganmu." *** ( )*** Dengan wrjah dingin Lik-ih- biat-li berkata.

   "Pertama kudatang kemari untuk mencari dua orang. Kedua akupun ingin menjumpai jago paling hebat di dunia ini, Kiam-hong cengcu Lamkiong Hian."

   Mendengar ucapan tersebut, Lamkiong Giok terkejut, pikirnya.

   "Kedatangannya ini jelas suatu kesengajaan, jangan jangan dia sudah tahu aku telah melarikan Bwe hoa-sian-kiam Tong Yong-ling dan Bok Ji-sia? Kalau demikian, urusan sekarang menjadi agak repot."

   Tentu saja ia tidak perlu menguatirkan keselamatan ayahnya yang dicari Lik-ih-hiat-li, yang membuatnya kuatir adalah perbuatannya itu akan diketahui oleh perempuan ini. Diam-diam ia menjadi nekat, katanya.

   "Tentang soal pertama, Wanpwe benar-benar tak mengerti siapakah orang yang hendak dicari oleh Cianpwe, kalau dia berada .dalam perkampungan kami, dengan senang hati Wanpwe akan membantu Cian-pwe . , . mengenai soal kedua, berhubung Wanpwe baru saja pulang bepergian, maka belum kuketahui apakah ayahku berada di rumah atau tidak, seandainya ada, Wanpwe tentu akan menyampaikan maksud Cianpwe kepada beliau .. , ."

   Adapun, tujuan kedatangan Lik-ih^hiat-li adalah untuk mencari Bok Ji-sia, mendengar perkataan Lamkiong Giok yang kurang beres, rasa gelisah segera menghiasi wajahnya, serunya.

   "Sungguhkah perkataanmu!"

   "Kenapa aku membohongi mu?"

   Jawab pemuda itu pura-pura tak senang hati. Pekikan sedih mendadak berkumandang, dengan mata kepala sendiri Lik-ih-hiat-li menyaksikan betapa parahnya luka Bok Ji-sia, hal ini membuatnya gelisah bercampur sedih. Bentaknya kemudian dengan sedih.

   "Omong kosong, masa dapat kaubohongi aku?" *** ( )*** Habis berkata, tiba-tiba telapak tangannya mencengkeram ke muka. Lamkiong Giok terperanjat hendak mengelak jelas tak sempat lagi, sambil membentak kedua telapak tangannya segera menolak kedepan. Sesungguhnya serangan Lik-ih-hiat-li hanya pancingan belaka, tenaga pukulan yang sebetulnya berada dakm telapak tangan kanan, ia berharap Lamkiong Giok akan menangkis deagan tenaga tolakan Lamkiong Giok itulah, tiba-tiba badannya melambung ke udara. Menyusul telapak tangan diayun ke bawah, jeritan ngeri segera terdengar, bayangan manusia berkelebat, hawa pedang menyelimuti udara dan angin menderu.

   "Pertahankan posisi masing-masing, jangan melukai orang!"

   Bentak Lamkiong Giok.

   Lik-ih-hiat-li tertawa seram, secepat kilat ia berkelebat lewat di atas kepala kawanan jago itu, dengan cepat luar biasa ia menyerbu ke dalam Kiarn-hong-ceng.

   ooo O ooo dw ooo O ooo Udara sangat gelap, suasana di sekeliling sunyi senyap.

   Mendadak cahaya kilat berkelebat, menyusul sesosok bayangan yang ramping sedang berjalan moifidar mandir dalam kegelapan.

   Sorot matanya yang tajam bagaikan kelip bintang di angkasa, tapi mata itu basah oleh air mata wajahnya menunjukkan perasaan cemas dan gelisah yang luar bissa.

   "Ai!"

   Terdengar helaan napas sedih melampiaskan rasa kesalnya, air mata pun bercucuran membasahi pipinya. Kedua tangannya bergosok, lalu mengepalnya kencang-kencang, dengan penuh kebencian ia bergumam.

   "Aku harus *** ( )*** keluar dari sini, tak boleh kubiarkan dia berbaring seorang diri di sana."

   Tiba-tiba terdengar seseorang menghela riapa; panjang, lalu menegur.

   "Anak perempuan, kau ingin keluar dari sini?"

   Karena teguran ini, gadis yang tampak gelisah itu terperanjat, sahutnya cepat.

   "Benar, cuma ..."

   Siapakah kakek pendek bermuka jelek ini dan apa hubungannya dengan keluarga Lamkiong? Dapatkah Lik-ih-hiat-li menyelamatkan Bok Ji-sia? -oo0dw0oo-

   Jilid 19 Tiba-tiba cahaya lampu terang benderang, terlihatlah Bwe-hoa- sian-kiam Tong Yong-ling berada dalam sebuah kamar tidur yang mewah dengan perasaan tak tenang.

   Ketika berpaling, gadis itu menjerit kaget sambil menyurut mundur.

   Seorang kakek pendek bertampang jelek, wajah penuh bercodet sedang memandang sambil tertawa, suara tertawanya tak enak didengar, membuat bulu kuduk orang berdiri "Kau ...

   kau"

   Dengan takut Tong Yong-ling menudingnya dan tidak sanggup meneruskan ucapannya, Kakek cebol yang jelek itu kembali tertawa.

   "Hahaha, anak perempuan! Meski tampangku jelek, tapi jauh lebih baik daripada mereka yang berwajah tampan dan berlagak bajik, padahal hatinya lebih busuk daripada ular berbisa, kau jangan takut, dulu tampangku tak berbeda daripada orang lain, cuma .... ai!" *** ( )*** Setelah menghela napas ia melanjutkan.

   "Kejadian masa lalu tak padu diingat-ingat lagi. Anak perempuan, bukankah kau hendak pergi dari sini? Selama hampir dua puluh tahun lamanya aku berdiam di sini. Aku tak ingin menyaksikan kau jatuh ke dalam cengkeraman ibiis-iblis itu, maka dengan mempertaruhkan selembar jiwaku akan kulepaskan kau pergi meninggalkan tempat ini ...jangan ragu-ragu, pergilah lekasi"

   Perasaan Tong Yong-ling yang kalut dapat ditenangkan, tiba-tiba timbul perasaannya yang aneh terhadap kakek berwajah jelek ini, ia tidak merasakan kejelekan wajah kakek itu lagi, sebaliknya malah merasa iba dari kasihan padanya ....

   "Siapa kau? Kenapa bisa berada di sini?"

   Tanyanya kemudian dengan sangsi.

   "Ai, tak perlu tanya lagi,"

   Tukas si cebol berwajah jelek itu sambil menghwla napas.

   "cepatlah pergi, kalau terlambat bisa jadi kau takkan keluar lagi dari sini ..."

   Dari mimik wajah manusia jelek ini Tong Yongliog tahu orang masih ada persoalan yang hendak dibicarakannya, satu ingatan terlintas dalam benaknya, pelbagai hal mencurigakan segera timbul.

   Dengan nada menyelidik ia coba bertanya,-"Locianpwe, apakah ada sesuatu yang perlu kulakukan?"

   Manusia jelek itu kembari menghela napas.

   "Ada, kau harus membunuh Lamkiong Hian dan memusnahkan Kiam-hong-ceog ini."

   "Asal Wanpwe bisa melaksanakannya pasti akan kukerjakan,"

   Tanpa ragu Tong Yong-iing berjanji.

   "Eh, mengapa engkau menangis?"

   Dua titik air mati meleleh di wajah manusia jelek itu, agaknya karena luapan emosi, ia menggenggam erat2 segulung kain.

   *** ( )*** Melihat itu, Tong Yong-ling merasa heran, pikirnya.

   "Mungkin orang ini mempunyai dendam kesumat yang tiada taranya serta dendam asmara yang sulit dilukiskan, tapi kenapa ia rela hidup sengsara dan menderita di tempat ini dan bersedia menjadi budak di sini!"

   Karena heran ia lantas, bertanya.

   "Cianpwe, kenapa kau tidak pergi?"

   "Selama hidup aku takkan pergi, kecuali aku berjumpa dengan dia,"

   Jawab orang itu sambil menghela napas, Setelah berhenti sejenak, ia membuka gulungan kain itu hingga tertampaklah sebuah lukisan yang menggambarkan seorang nyonya cantik sedang membopong seorang anak lelaki yang tampan, jelas orang ini mempunyai hubungan yang erat dengan nyonya cantik serta anak kecil itu, kalau tidak mana raung-km manusia aneh ini menunjukkan luapan emosi seperti ini? Tong Yang-iing tertegun memandangi lukisan perempuan cantik itu, ia merasa perempuan ini seperti pernah dilihatnya di suatu tempat, bahkan terhadap anak lelaki itu iapun mempunyai kesan yang dalam.

   Timbul rasa ingin tahunya, ia berkata.

   "Apakah dia istrimu dan anakmu?"

   Manusia cebol berwajah jelek itu mengangguk sambil menghela napas, kembali dipandangnya lukisan itu dengan termangu, air matanya kembali jatuh bercucuran.

   Dengan perasaan terharu Tong Yong-ling ber-kata.

   "Daripada menunggu di sini dengan percuma kan lebih baik tinggalkan tempat ini untuk mencari ibu beranak ini .

   ..

   Manusia aneh itu menggeleng kepala.

   "Aku takut impianku akan buyar, meski tempat ini tak enak, tapi aku masih mempunyai sedikit harapan!"

   "Harapan apa?"

   Tanya Yong-liog.

   *** ( )*** Dari ucapannya ia tahu orang mempunyai suatu masalah yang pelik, cuma masalah itu agaknya tertutup oleh selapis kabut sehingga membuat orang sukar memahaminya.

   Kembali manusia aneh itu mengeluarkan sehelai kain, katanya sambil membentangkan lukisan itu.

   "Coba kaulihat, siapakah orang ini?"

   Bwe-hoa-sian-kiam Tong-yong-ling terkejut, ternyata lukisan yang tertera di atas kain itu persis sekali dengan wajah Siaucengcu Kiam-hong-ceng, Lamkiong Giok adanya, malah boleh dibilang tiada perbedaannya sama sekali.

   "Dia adalah Lamkiong Giok!"

   Seru Yong-ling. Orang aneh itu tertawa seram? "Betul, dialah harapanku .... seorang yang tak mau mengaku sebagai putraku!"

   "Apa katamu?"

   Saking kagetnya hampir saja Tong Yong-ling melompat, ia tak menyangka manusia aneh berwajah jelek ini mempunyai asal-usul yang begitu misterius dan membingungkan orang.

   "Sebenarnya berapa orang anakmu!"

   Tanyanya heran.

   "Hanya dua orang ini!"

   Tong Yong-Jing terbenam dalam renungan yang kalut, setiap ucapan dan tertawa orang aneh ini sedemikian misterius membuai orang merasa asal-usulnya merupakan suatu cerita indah yang sulit dipahami.

   Bukankah jelas diketahui bahwa Lamkiong Giok adalah putra tunggal Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian? Kenapa bisa muncul seorang aneh ini yang mengaku dirinya sebagai ayah Lamkiong Giok? Siapakah manusia aneh ini? Kenapa bisa berada di sini? Di atas gulungan kain itu bukankah dengan jelas tertera storang nyonya eantik dan seorang anak lelaki? Apakah ....

   *** ( )*** Ketika melihat gadis itu diam saja, manusia aneh itu menghela napas, lalu berkata.

   "Tak perlu kaupikirkan lagi, pergilah cepat! Aku hanya berharap bisa kau temukan mereka ibu dan anak berdua, beritahukan keadaanku kepada mereka, bila kau lihat anakku kelak, suruhlah dia membunuh Lamkiong Hiao ..."

   Diam2 Tong Yong-Ung bertekad hendak menyelesaikan tugas titipan manusia aneh ini, ia sambut gulungan lukisan itu dan dilihatnya sekali lagi dengan saksama.

   "Jangan kuatir Cianpwe, aku pasti akan berusaha sepenuh tenaga ..."

   Tiba-tiba satu ingatan terlintas dalam benaknya, buru-buru ia berkata lagi "Wanpwe masih mempunyai seorang teman yang terkurung di sini, entah dia ..."

   "Mungkin dia sudah mendusin,"

   Kata orang aneh itu sambil tertawa misterius.

   "keluarlah lewat tempat ini, lalu berbelok ke jalan batu nomor tiga di sana kau akan bertemu dengan dia. Tapi aku hendak memperingatkan dirimu, kalau hendak kau-tolong anak itu tanpa menghiraukan keselamatan sendiri, itu berarti kau cari kematian buat dirimu sendiri, aku tak sanggup menolong kalian lagi, apalagi aku juga tak bisa keluar ruangan ini barang selangkah pun!"

   Ketika mengetahui Bok Ji-sia juga terkurung di situ, Tong Yong-liog merasa gembira sekali, hakikatnya peringatan manusia aneh itu sama sekali tak terdengar olehnya, buru-buru ia lari ke arah yang ditunjuk manusia aneh itu.

   Ketika ia berbelok ke lorong ketiga, gadis itu baru ingat tidak tanya lebih jelas cara melewati tempat itu, tapi dengan wataknya yang angkuh, tanpa pikir panjang lagi ia terus melayang turus ke bawah.

   Tiba-tiba terbit suara gemuruh, ia terkejut, waktu ia berpaling, ternyata jslsn mundurnya sudah tersumbat, hanya jalan ke depan yang masih terbentang lebar.

   *** ( )*** Lorong itu gelap gulita, tercium bau busuk yang menusuk hidung berembus datang, beberapa kali.

   ia ingin tumpah, buru-buru ia menahan napas dan maju lebih jauh.

   Mendadak terdengar seorang membentak gusar.

   "Siapa di situ? Berani maju selangkah lagi, jangan menyesal jika kulancarkan sarangan mematikan!"

   Sulit bagi Tong Yong-ling untuk membedakan arah suara orang itu di tengah kegelapan, cepat ia menyilangkan kedua tangan di depan dada sambil melompat ke samping, lalu dengan sangat berhati-hati kembali maju ke muka.

   Baru selangkah maju, tiba-tiba dari balik kegelapan menyambar tiba angin pukulan yang luar biasa kuatnya, hampir saja ia tak sanggup mempertahankan diri, sambil mengertak gigi buru-buru dia balas sesuatu pukulan ke depan.

   "Blang,"

   Pantulan tenaga pukulan menyebar keempat penjuru, menggetar ruangan dan mendengung tiada hentinya.

   Suasana lalu kembali dalam keheningan, Tong Yong-Iing maju beberapa langkah taf i dengan hati-hati, ternyata ia tidak mengalami seraogan lagi, tahulah gadis itu bahwa jago lihai yang berjaga di sana telah pergi, maka dengan tabah ia maju lebih jauh.

   Mendadak ada orang berteriak dari sisi kiri "Air! Air!"

   Tubuh nona itu bergetar, hampir saja ia jatuh terjerembab, suara yang amat dikenalnya ini jelas suara Bok Ji-sia, cepat ia memburu ke sani.

   "Engkoh Bok, kau berada di mana?"

   Serunya.

   .Tak jauh sana tergeletak sesosok tubuh, kepalanya sedang dibenamkan pada sebuah kubangan dan minum dengan rakusnya, tampaknya ia, haus sekali.

   Agak lega Tong Yong-ling setelah menyaksikan kejadian itu, ia tak menyangka luka Bok Ji-sia telah sembuh dengan *** ( )*** sendirinya, buru-buru ia berjongkok dan memandangnya dengan sorot mata kuatir bercampur tercengang.

   Setelah minum air, Bok lli-sia menghela napas seraya berkata.

   "Ai, nona Tong. untuk kedua kalinya kita hidup berbareng dan mati bersama, tempo hari kita alami nasib yang sama di penjara air Thian-seng-po, kini dalam lorong yang gelap ini ..."

   Sinar lembut terpancar dari mata Tong Yong-ling, terhadap perkataan Bok Ji-sia itu ia seakan-akan tidak mendengar, ia hanya menatap pemuda itu dengan mesra, seakan-akan pada wajah Bok Ji-sia itu hendak ditemukan sesuatu ....

   Lama, dan lama sekali, ia bertanya dengan agak sangsi.

   "Lukamu benar telah sembuh?"

   "Aku sendiri juga tak tahu apa yang terjadi!"

   Jawab Bok Jisia sambil tertawa.

   "ketika sadar kembali dari pingsan, aku merasa haus sekali, sementara luka dalam tubuhku telah sembuh dengan sendirinya, kenapa bisa begini aku sendiri kurang tahu"

   Tong Yong-lieg menghela napas.

   "Asal kau tidak apa-apa, akupuo merasa lega hati." . Sambil berkata ia mendekat sehingga bahu mereka saling berdempetan. Ji-sia meiengak, ia mencium bau harum anak perawan yang khas, hal ini membuat hatinya bergetar keras dan hampir saja tak tahan, Maklumlah, semenjak berada dalam penjara air di Thian-seng-po sudah timbul semi cintanya kepada Tong Yong-ling, hanya saja lantaran sakit hatinya belum terlampiaskan, ia tak berani menunjukkan rasa cintanya Itu dan terpaksa menahannya di dalam hati saja. Sebaliknya Bwe-hoa-sian-kiam Tong Yong-ling scndiripun jatuh cinta yang sangat mendalam terhadap Bok Ji-sia, raga *** ( )*** cintanya itu begitu mendalam sehingga ia bertekad untuk memberikan tubuhnya kepada pemuda i u, sayang Ji-sia selalu bersikap dingin dan kaku, hal ini membuatnya sukar mendekatinya. Demikianlah ketika tubuh mereka saling menempel, mereka seakan-akan dialiri listrik, sekujur badan menjadi kaku, tanpa sadar keduanya merapat lebih kencang sehingga dengus napas pun terdengar jelas. Tong Yong-ling memejamkan matanya rapat-rapat, dengan malu-malu dan manja ia menyongsong, kan mukanya ke depan, bibirnya yang kecil merah itu setengah merekah seolah-olah sedang menantikan sesuatu .. Menyaksikan sikap malu-malu dan manja perawan itu makin dipandang makin tertarik, akhirnya tak tahan lagi Ji-sia menundukkan kepalanya dan menempelkan wajahnya .... Sepasang bibir yang merah merekah itu kian mendekat, beberapa inci lagi bibir akan saling menempel, Ciuman! Dalam hati masing-masing terasa akan kebutuhan tersebut, mereke merasa perlu pelampiasan .. - . Tapi tiba-tiba . .. peristiwa tragis masa lalu seakan-akan terbayang kembali di depan mata Bok Ji-sia, sekujur tubuhnya kontan gemetar keras, cepat ia menarik kembali tubuhnya dan berkelit ke samping. Waktu itu Tong Yong-ling sudah pasrah dan gedang menantikan tibanya detik-detik penuh keindahan, ketika dirasakan Bok Ji-sia menggeserkan tubuhnya, dengan terkejut ia membuka matanya dan menatap pemuda itu dengan sorot mata keheranan.

   "Engkoh Bok, kau ..."

   Bisiknya jengah.

   Perasaan Ji-sia ketika itu sungguh tak keruan diam-diam ia sedang memperingatkin dirinya sendiri agar jangan merusak masa depan gadis tersebut.

   *** ( )*** Berpikir demikian, sambil menegakkan tubuhnya sengaja ia berkata dengan dingin, ''Nona Tong sebaiknya kita berpikir dengan sadar agar tidak..."

   "Berpikir dengan sadar? kau ingin menyiksaku sampai mati dengan kata-kata tersebut!"

   Teriak Yong-ling dengan gemas.

   "berulang kali aku menerima pukulan batin yang berat tanpa kasihan darimu, apakah aku Tong Yong-ling tak pantas menjadi isterimu, menjadi kekasihmu? Bok Ji-sia!..

   sesungguhnya apa maksudmu bersikap demikian kepadaku?..."

   Saking sedihnya, sambi! menutup muka sendiri ia menangis tersedu-sedu.

   Bicara sesungguhnya, memang tak sedikit siksaan btitin yang dialaminya selama ini, dia hanya tahu mencintai pemuda itu dengan tulus ikhlas, ia tak mau tahu ada kesulitan apa atas diri anak muda itu Bok Ji-sia cuma menggeleng kepala sambil menghela napas panjang, terunjuk pemsaan apa boleh buat, dengan sedih ia menundukkan kepalanya rendah-rendah.

   Pada saat itulah mendadak dari balik lorong bawah tanah itu berkumandang semacam suara beradunya batu yang aneh sekali, suara itu seakan-akan berasal dari sebelah kiri, seperti juga dari sebelah kanan, terkadang terasa di atas kepalap membuat orang sukar menentukan arah yang sebenarnya.

   Dengan sorot mata tajam Ji-sia memandang sekitar tempat itu dan berusaha menemukan sumber datangnya suara itu, tapi keadaan gelap gulita, untuk sesaat sulit baginya menemukan sumber datangnya suara itu.

   "Nona Tong, kaudengar suara apakah ini?"

   Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Katanya kemudian, Sebenarnya sejak tadi Tong Yong-ling sudah mendengar suara itu, tapi dalam sedihnya ia enggan menyelidiki hal itu, *** ( )*** karena Bok Ji-sia menegur, dia baru pagsng telinga dan mendengarkannya dengan saksama.

   Perempuan biasanya memang lebih teliti daripada lelaki, tak lama setelah mendengarkan dengan saksama, segera ia berseru.

   "Ah, kiranya di sini "

   Sambil melompat ke depan, ia menarik tangan Ji-sia dan diajak lari ke dalam gua itu.

   Setelah berbelok beberapa kali, sampailah mereka di ujung lorong, empat penjuru berupa dinding tebing yang keras dan tiada jalan tembus lain-nya, tapi suara itu kian lama kian nyaring agaknya tempat itu tak jauh letaknya dari sumber suara tersebut, Bwe-hoa-sian-kiam Tong Yong-ling meraba sebentar sekitar dinding lorong itu, setelah termenung sejenak, lalu katanya.

   "Di sini pasti ada sebuah jalan tembus, atau mungkin tersumbat oleh batu besar, tak ada salahnya kalau kita mencarinya secara terpencar."

   Gadis itu segera melolos pedangnya, cahaya pedang terpancar membuat suasana dalam gua itu jadi remang-remang.

   Dengan teliti nona itu mulai mengetuk dinding sambil mendengarkan, diperiksanya sekeliling dinding itu mengikuti datangnya sumber suara itu, kian lama air mukanya berubah makin serius.

   Menyaksikan ketelitian orang, dengan amat kagum Ji-sia bertanya.

   "Nona Tong, kau berhasil menemukan sesuatu?"

   Dengan seksama ia coba memeriksa sekeliling dinding itu, akhirnya ditemukan sebuah retakan kecil di situ, sewaktu diketuk dengan jari segera menimbulkan suara "tuk, tuk"

   Yang nyaring.

   "Jangan jangan di sini ada sebuah pintu?"

   Demikian ia pikir. *** ( )*** Ia coba menolak dindng tersebut, tapi tak bergerak, kedua tangan segera digunakan, hawa murni dihimpun pada telapak tangan dan pelahan mendorongnya.

   "Krek!"

   Diiringi bunyi keras, remukan batu beterbangan disertai debu pasir yang berguguran, celah tersebut makin lama semakin jelas dan membesar, akhirnya muncul sebuah pintu batu. Ia tak berani ayal lagi, serunya.

   "Nona Tong, cepat ikuti aku!"

   Dengan cepat Bwe-hoa-siaa-kiam Tong Yong-ling menariknya sambil berbisik.

   "Hati-hati ada orang!"

   Dengan sangat berhati-hati kedua oracg menuju ke dalam, lalu secepat kilat bersembunyi di belakang sebuah batu sambil mengintip ke sana.

   Ruangan di situ luar biasa besarnya, empat per juru penuh dengan batu-batu ansh yang berserakan, hanya tempat ini saja yang sama sekali tidak kacau dan teratur.

   Tiba-tiba terdengar suara ujung baju terembus angin, menyusul muncul dua sosok bayangan yang meluncur datang dengan ctpat luar biasa.

   Ketika mereka mengintip keluar, tertampak dua orang sedang berdiri di atas sebuah batu dan sedang menghitung batu-batuan yang berserakan itu.

   Terkejut sekali Bok Ji-sia setelah menyaksikan wajah kedua orang itu, ternyata mereka tak lain adalah Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian dan Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat dari Thian-seng-po.

   Dalam kejutnya iapun berpikir.

   "Aneh, selama Ini Thian-seng-po tak pernah akur dengan pihak Kian-hong-ceng, kenapa kedua orang ini bisa muncul bersama di sini? Jangan-jangan mereka sudah menyelesaikan perselisihan lama dan sekarang bergandengan tangan!" *** ( )*** Bwe-hoa-sian-kiam Tong Yong-ling lantas menggenggam tangan Bok Ji-sia erat-erat, peluh membasahi telapak tangannya, jelas ia merasa tegang sekali, Melihat Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat, tanpa terasa Bok Jisia teringat lagi pada ruyung mestika Jian-kim-si-hun-pian miliknya, dengan mata berapi-api ia siap melompat bangnn untuk menerjangnya. Buru-buru Tong Yong-ling menahannya sambil berbisik.

   "Tunggu sebentar, coba kita lihat dulu permainan apakah yang akan mereka lakukan."

   Dalam pada itu. Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat telah menghitung sampai pada batu yang kedelapan puluh satu, sambil berhenti ia berkata.

   "Saudara Lamkiong, mungkin di bawah batu besar inilah letaknya!"

   Kiam-hong-cetigeu Lamkiong Hian tertawa seram.

   "Kalau sudah ditemukan, marilah kita turun tangan!"

   Ia lantas bertepuk tangan tiga kali, tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki orang bergema tiba, dalam waktu singkat dari tiap sudut muncul belasan orang lelaki kekar, masing-masing membawa alat mencangkul.

   Sambil menunjuk batu besar yang aneh bentuknya itu, Oh Ku-gwat berkata.

   "Rahasia di balik batu itu hanya diketahui kita berdua, kuharap ..."

   Mendadak terdengar seseorang mendengus sambil menukas.

   "Aku juga tahu!' Baik Kiam-hong-cengeu Lamkiong Hian maupun Thiaa- kang-kbm Oh Ku-gwat sama terkejut, serentak kedua orang itu menubruk ke arah suara itu sambil melancarkan pukulan.

   "Blang,"

   Angin pukulan menyambar, tapi kecuali batu-batu cadas yang berserakan tak nampak sesosok bayangan pun.

   *** ( )*** Diam-diam kedua orang itu terkejut oleh ke-lihayan rnusuh yang dapat menghioda tanpa menimbulkan sedikit suara pun.

   Lamkiong Hiao menyapu pandang sekeliling tempat itu, lalu serunya dengan suara menyeramkan.

   "Jago lihai darimanakah yang datang? Kenapa tidak menampilkan diri!"

   Suasana tetap hening tiada jawaban. Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat mendengus.

   "Hm, paling banter cuma seorang tak bernama tak perlu digubris lagi, ayo kita turun tangani"

   Orang-orang pembawa cangkul sama mengiakan, mereka mulai bekerja mencangkul sekeliling batu cadas itu.

   "Saudara Lamkiong,"

   Ujar Thian-kang-kiam Ob Ku-gwat dengan tertawa seram.

   "apakah Te-ti-hian-hu (istana bawah tanah) hanya terdapat sebuah jalan masuk saja?"

   Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian termenung sejenak, kemudian jawabnya.

   "Menurut keterangan dalam peta, kecuali di sebelah selatan terdapat sebuah jalan tembus, hampir semua jalan di bawah tanah ini merupakan jalan buntu, meskipun orang bisa masuk, tapi tak mungkin bisa keluar lagi ...."

   "Trang!"

   Tiba-tiba dari bawah batu cadas itu berkumandang suara nyaring, semangat kedua orang segera berkobar, wajah pun berseri-seri.

   Segera Oh Ku-gwat melolos sebuah ruyung panjang yang memancarkan sinar emas, setelah diteliti sejenak ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak.

   Tergetar hati Bok Ji-sia menyaksikan itu, sebab ruyung emas yang berada di tangan Oh Ku-gwat sekarang tak lain adalah Jian-kim-si-han-pian yang dihadiahkan Thian-kang-te-sat-seng-gwat-kiam Oh Kay-gak kepadanya.

   Cepat Tong Yong-ling menahan bahunya sambil berbisik.

   "Jangan bergerak dulu engkoh Bok, rahasia di tempat ini *** ( )*** kemungkinan besar ada hubungannya dengan ruyung rnestika lian-kim-si-hun-pian!"

   Ji-sia termenung, ia teringat pada pesan Suhunya menjelang ajal dulu.

   "Harus kau bela ruyung ini dengan segenap jiwa ragamu, ruyung ada orang hidup, ruyung hilang orang mati. ruyungnya sendiri terhitung benda rnestika yang tak ternilai harganya? lebih-lebih sarung ruyung Jian-kim-si-hun-pian, nilainya tak terlukiskan, karena di situ tersimpan suatu rahasia yang maha besar ... Dalam pada itu Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian tampak tertawa seram setelah memandang ruyung mestika itu sekejap, katanya.

   "Saudara Ku-gwat, meskipun rahasia itu kau yang menemukan, letak Te-ti-hian-hu justeru di dalam Kianchong-ceng milikku, bila benda tersebut berhasil ditemukan, entah bagaimana cara pembagiannya ...."

   Air muka Oh Ku-gwat berubah menjadi dingin, sahutnya, '"Tetap seperti kataku dulu, kita masing-masing mendapat setengah bagian."

   Setelah bergelak tertawa, katanya lebih jauh "Bukan aku sengaja mengibul, rahasia dalam Jian-kim-si-hun-piam ini kecuali diriku seorang biarpun Jiteku Oh Kay-gak juga belum tentu tahu ...

   "Ah, belum tentu,"

   Tiba-tiba seorang menyela lagi dengan sinis.

   "buktinya aku jauh lebih tahu daripadamu ... ."

   Menyusul perkataan itu, dari balik kegelapan muncul lima orang, tiga gadis dan dua lelaki, dengan wajah dingin pelahan mereka menghampiri kedua orang itu.

   Oh Ku-gwat dan Lamkiong Hian terkesiap, sadarlah mereka bahwa keadaan tidak menguntungkan.

   "Hehehe, tak kusangka nona juga akan mengambil bagian dalam persoalau ini...."

   Jengek Oh Ku-gwat sambil tertawa seram. *** ( )*** "Tidak boleh?"

   Tanya nona cantik paling depan sambil tertawa cekikikan.

   "ketahuilah bahwa persoalan ini ada hubungannya dengan perguruan kami, mana mungkin kami menyia - nyiakan kesempatan baik ini untuk mendapatkan benda mestika ini?"

   Oh Ku-gwat termenung, pelbagai ingatan dengan cepat terlintas dalam benaknya, sayang kepandaian musuh terlalu tinggi, siapa yang akan memenangkan perebutan pada malam ini masih sukar untuk diduga.

   Kemunculan ketiga gadis dan dua lelaki ini sungguh merupakan suatu pukulan bagi Lamkiong Hian maupun Oh Ku-gwat, tak bisa disangkal lagi kelima orang itu merupakan musuh tangguh yang paling memusingkan kepala mereka.

   Sementara itu para pekerja telah menghentikan pula usaha mereka untuk mencangkul tanah, dengan bimbang mereka mengawasi kemunculan kelima orang itu dan diam-diam menggerutu.

   Bok Ji-sia dan Tong Yong-ling yang bersembunyi di balik kegelapan pun merasa tercengang, mereka heran kenapa dalam setiap peristiwa besar yang berlangsung dalam dunia persilatan, pihak Hek-liong-kang tentu turut menghadirinya? Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat maju ke depan lalu menegur.

   "Kedatangan nona pada malam ini merupakan suatu ketidak sengajaan ataukah memang sengaja hendak kemari?"

   "Sengaja boleh, tidak sengaja juga boleh, pokoknya kita melakukan pekerjaan sendiri-sendiri, siapapun tidak mencampuri urusan orang lain!"

   Dengus si nona baju biru bercadar itu sambil melirik hina. Sehabis berkata ia lantas memberi tanda ke belakang dan katanya lagi.

   "Suheng, bongkar batu padas itu!' *** ( )*** Yang ditunjuk adalah batu padas nomor dua puluh tujuh. Kakek berambut putih itu segera maju sambil mengentakkan tongkatnya.

   "Trang", bunyi nyaring menggema. Sambil tertawa dia maju ke depan, sedangkan Hoa Hong-hui di belakangnya juga tertawa angkuh, bersama kakek itu iapun melangkah ke depan.

   "Kalian berdua hendak ke mana?"

   Mendadak seorang menegur, Kiara-hong-cengcu Lamkiong Hian angkat tangannya, segulung angin kuat men-dampar kedepan.

   Kakek berambut putih dan Hoa Hong-hui merasa majunya teralang, seketika itu juga tubuh mereka tergetar.

   Demonstrasi khikang (tenaga dalam) tak berwujud itu seakan-akan sengaja diperlihatkan kepada si nona baju biru, tampak nona itu menyapu pandang sekejap wajah Lamkiong Hian dengan sorot mata d'mgm.

   Tergetar oleh khikang tak berwujud itu, tak kuasa lagi tubuh Hoa Hong-hui terdesak mundur dua langkah, sebagai orang yang tinggi hati dan biasa takabur, sudah barang tentu ia tak tahan menghadapi kejadian tersebut, sambil tertawa seram tegurnya dengan murka.

   "Toacengeu, kenapa kau mengalangi pekerjaanku?"

   Lamkiong Hian tertawa terbahak-bahak.

   "Hahaha, sebab tempat ini adalah perkampungan Kiam-hong-ceng, jadi kalian jangan bertingkah semaunya sendiri!"

   "Aku tak percaya Kiam-hong- ceng bisa berbuat apa-apa kepadaku!"

   Seru si kakek berambut putih sambil mengertakan lagi tongkatnya. Lamkiong Hian tersenyum.

   "Ketiga kali pukulan tongkatmu saja tak bisa mengapa-apakan aku, memangnya Ingin coba-coba lagi?"

   Kakek berambut putih itu sangat gusar, setiap orang persilatan menyaksikan ketiga kali pukulannya yang *** ( )*** dihantamkan ke tubuh Lamkiong Hian dengan segenap tenaga di muka panggung Kiam leng tay tempo hari, ini kenyataan, dan ia memang tidak bisa melukai Lamkiong Hian sedikit-pun.

   N Nona berbaju biru itu segera tertawa dingm, katanya.

   "Ilmu gerak tubuh In-si-huan-in masih belum terhitung kepandaian yang luar biasa, meskipun tiga kali pukulan tongkat gagal membunuhmu, lapi dengan tiga kali serangan jari aku sanggup mencabut nyawamu, kalau kau tidak percaya, mari kita buktikan sekarang juga!"

   Lamkiong Hian terkejut, walaupun ia belum pernah bertarung khusus melawan nona berbaju biru itu. tapi dilihat dari caranya bicara, dapat di-duja ilmu silatnya pasti lihai sekali. Maka sambil tersenyum sahutnya.

   "Tak perlu, biar kita tunggu pada kesempatan lain!"

   "Hrnm! Memangnya kau berani!"

   Ejek nona baju biru itu. Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian cuma tersenyum belaka pura-pura tidak mendengar, sementara dalam hati diam-diam ia menyumpah.

   "Budak sialan, jangan kira kujeri padamur justeru lantaran keadaan malam ini berbeda, bila tidak demi menyelamatkan rencana besarku, tentu sekarang juga akan kuberi hajaran padamu "

   Bok Ji-sia juga tercengang melihat kejadian itu, sebagai seorang ketua suatu aliran, Lamkiong Hian mempunyai kedudukan yang tinggi dalam dunia persilatan, kenapa ia malah bersenyum belaka membiarkan nona dari Hek-liong-kang itu mengejeknya habis-habisan? Sementara itu Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat telah mengayunkan ruyung ' Jian-kirn-sl-hun-pian tambil tertawa terbahak-bahak katanya.

   "Bila kedatangan nona juga untuk benda ini, aku bersedia mempersembahkannya kepadamu cuma, hehehe ...besarnya istana bawah tanah Te-ti-hian-bu bagaikan sebuah bukit, sekalipun kau memiliki kecerdasan *** ( )*** seperti dewa juga takkan bisa mengetahuinya dengan jelas .. . kecuali ... haha ... ."

   Nona berbaju biru itu tertawa dingin, ejeknya.

   "Memangnya aku heran kenapa pada malam ini kau begitu baik hati, rupanya karena kau memiliki peta biru Te-ti-hian-tu ... Hm, terus terang saja kukatakan, nonamu tak pernah melakukan pekerjaan yang tidak meyakinkan, setelah kumuncu! di sini berarti punya cara untuk menemukan benda itu, contohnya caraku masak kemari, bukankah kalian mengatakan kecuali sebuah jalan tembus sudah tiada jalan lain? Kenapa kami bisa masuk pula di sini!"

   Seketika itu juga Thian-kang kiam Oh Ku-gwat dan Kiam-hong cengcu Lamkiong Hian terkesiap, lama sekali kedua orang itu saling pandang tanpa bicara, sadarlah mereka bahwa hal ini sudah bukan rahasia lagi.

   "Betul juga perkataannya,"

   Demikian mereka pikir.

   "bagaimana cara mereka sampai di sini? Jelas jalan tembus itu tak bisa dimasuki tanpa peta' tapi mereka ..

   "

   Terdengar nona berbaju biru itu berkata lebih lanjut.

   "Semua jalan di sini adalah jalan tembus, tapi di mana-mana terdapat pula jalan mati, cuma harus dicari sendiri deigan kecerdasan masing-masing.

   Tempat ini luas sekali, gua batu semacam ini-pun jumlahnya puluhan, setiap gua mempunyai keadaan yang persis sama seperti yang lain Huh, kalian anggap kepandaianmu sangat hebat, siapa tahu justeru telah terjebak oleh perangkap pemilik gua ini...."

   "Dari mana nona mengetahui sejelas ini? Kami betul-betul merasa kagum!"

   Seru Oh Ku-gwat dengan terkejut.

   Nona berbaju biru itu tertawa, lalu berpaling ke arah lain dan tidak berbicara lagi, hal ini membuat kedua jago tangguh itu menjadi sangsi.

   Satu ingatan cepat terlintas dalam benak Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat.

   pikirnya.

   "Agaknya apa yang diketahui gadis Hek- *** ( )*** Jiong-kang ini jauh lebih lengkap daripada apa yang kuketahui, walaupun kami berdua mempunyai peta biru penunjuk rahasia istana, tempat mestika itu tersimpan belum juga ditemukan, setelah nona baju biru ini tahu rahasianya berarti dia berniat pola untuk merampas mestika tersebut, lebih baik semua jago lihai yang telah masuk Te-ti- hian-hu ini dibasmi saja sampai habis!"

   Ia melemparkan kerlingan misterius, lalu serunya"

   "Saudara Lamkiong, malam ini kita.."

   Sudah barang tentu Kiam-hong-eeogcu Lamkiong Hian dapat memahami aiti kata-katanya itu, sambil tertawa sahutnya.

   "Segala sesuatunya terserah pada kehendak Oh-ceng!"

   "Sudah hitung dengan suipoa belum?"

   Ejek nona baju biru itu sambil tertawa.

   "hati-hati, sekali salah hitung, maka langkah selanjutnya akan sulit dilalui!"

   Sementara itu, Hoa Hong-hui dan kakek berambut putih telah kembali ke samping nona berbaju biru itu, agaknya mereka sudah menduga akan maksud jahat Oh Ku-gwat serta Lamkiong Hian.

   Mendadak, ruang gua itu terang benderang setelah cahaya hijau itu berkelebat, lalu di atas dinding muncul empat baris huruf kecil yang berbunyi.

   Pintu istana selalu terbuka lebar, Hanya jalan masuk tanpa jalan keluar.

   
Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Pusaka hanya bagi mereka yang berjodoh Bila tak berjodoh nyawa akan kembali ke neraka! Setelah huruf-huruf kecil itu lenyap, suasana dalam gua pulih kembali dalam kegelapan.

   Terdengar kesiur angin, tiba-tiba Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat membentak.

   "Saudara Lamkiong, cepat!" *** ( )*** Bayangan orang segera berkelebat, angin pukulan yang kuat dengan cepat menghantam tubuh nona berbaju biru itu.

   "Suheng, cepat hadapi dia!"

   Dengus nona itn.

   "Wess!"

   Cahaya hitam menyambar dan mengurung batok kepala Tliian-kaog-kiam Oh Ku-gwat, serangan tongkat kakek berambut putih itu sungguh sangat lihai.

   Oh Ku-gwat terkejut, ia tak berani menyambut serangan itu dengan kekerasan, begitu melihat gelagat tidak menguntungkan, buru-buru dia menarik kembali tangannya, lalu membalik ke atas, pada kesempatan itu suatu serangan dilancarkan, lalu buru-buru mundur.

   "Hai, kenapa tidak kau sambut serangan tongkat ku ini!"

   Ejek si kakek berambut putih itu dengan tertawa dingin.

   Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat tak tahan akan sindiran tersebut, ia sangat gusar tapi ketika berpaling, hatinya mrnjadi dingin separuh, dilihatnya Kiam- hong- cengcu Lamkiong Hian sedang berdiri berpangku tangan di situ sambil mendongakkan kepalanya, lagaknya seakan-akan tidak melihat serang menyerang yang baru terjadi.

   Dengan mendongkol Oh Ku gwat menegur.

   "Saudara Lamkiong, kau .. .."

   Tiba-tiba Lamkiong Hian tersenyum.

   "Jika urusan kecil tak terkendali mana mungkin bisa melaksanakan urusan besar? Saudara Gh, buat apa kau gelisah seperti ini?"

   Nona berbaju biru itu tertawa sinis, sindirnya "Kalau rase berkomplot dengan serigala, kalian berdua memang pasangan yang cocok."

   Dalam waktu yang amat singkat itulah Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat melihat Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian telah berubah menjadi begitu dingin menyeramkan. *** ( )*** "Diam-diam Lamkiong Hian sudah menunjukkan sikap yang misterius,"

   Demikian ia berpikir.

   "meskipun aku pura-pura memperalat tenaganya untuk menemukan harta rnestika di sini setiap saat aku harus waspada dan berjaga-jaga atas dirinya."

   Berpikir sampai di sini, sambil tertawa dingin ia menegur pula.

   "Saudara Lamkiong, bagaimana menurut pendapatmu?"

   Lamkiong Hian tertawa terbahak-bahak.

   "Ha-haha, menurut pendapatku, lebih baik kita tinggal-kan saja tempat ini ....

   "

   "Tidak mungkin!"

   Seru Oh Ku-gwat cemas. Kembali Lamkiong Hian terbahak-bahak.

   "Ha-haha, apakah kau tidak membaca bait terakhir dari huruf-huruf kecil tadi? Bila tak berjodoh nyawa akan kembali ke neraka? Kalau kita tak berjodoh biarlah kita berikan kesempatan kepada perempuan dan Hek-liong-kapg ini untuk beradu nasib!' Tanpa menunggu pendapat Oh Ku-gwat lagi, ia lantas menarik tangannya dan diajak msnyingkir ke samping. Tiba-tiba dari samping sana meluncur keluar dua sosok bayangan, dengan cepat mereka melayang turun dihadapan Lamkiong Hian.

   "Mau pergi?"

   Ejek orang itu dengan gusar.

   "boleh, tapi tinggalkan dulu barang itu!"

   Di antara remang keadaan Bok Ji-sia dan Tong Yong-ling muncul di situ, kontan saja kehadiran mereka menambah tegangnya suasana. Lamkiong Hian segera tergelak, serunya.

   "Orang hidup di mana pun dapat berjumpa haha, saudara Bok, tak tersangka kita berjumpa lagi di sini!"

   Kiranya Bok Ji-sia dan Tong Yong-ling yang bersembunyi di tempat kegelapan dapat menyaksikan semua kejadian di situ *** ( )*** dengan jelas, ketika dilihatnya Oh Ku-gwat hendak pergi, hatinya menjadi gelisah.

   Maklumlah, Jian-kim-si-hun-pian mempunyai hubungan yang erat dengan kehidupannya, dengan susah payah dia sampai di sini.

   tentu saja pemuda itu tak ingin kehilangan kesempatan untuk merebut kembali ruyung rnestika miliknya itu9 maka dengan cepat dia menampilkan diri dari tempat sembunyinya.

   Sebagai pemuda yang angkuh, pada mulanya mengingat "kebaikan"

   Lamkiong Giok ia masih menaruh rasa hormat kepada Lamkiong Hian, tapi setelah menyuksikan sendiri bagaimana Lamkiong Hian berkomplot dengan Oh Ku-gwat yang licik, rasa hormatnya itu kontan tersapu lenyap tak berbekas.

   "Selama berjumpa! Selamat berjumpa!"

   Serunya kemudian sambil tnerdengus, lalu kepada Oh Ku-gwat ia membentak.

   "Berikan benda itu kepadaku!"

   Untuk mendapatkan Jian-kim-si-hun-pian, entah berapa banyak pikiran dan tenaga telah dikekarkan oleh Oh Ku-gwat, tak heran ia tertawa seram demi mendengar perkataan itu.

   "Enak saja jalan pikiranmu ..."

   Ejeknya.

   "Tua bangka yang tak tahu malu. jangan sesalkan Siauya bertindak keji padaku!"

   Bentak Ji-sia dengan guiar.

   Dengan sorot mata tajam ia awasi Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat tanpa berkedip, lalu sambil menghimpun tenaga pelahan ia menghampiri musuh.

   Tong Yong-ling terkesiap, buru-buru dia mengikut di samping anak muda tersebut.

   Air muka Thiati-kang-kiam Oh Ku-gwat berubah tegang, sambil menggenggam Jiari-kim-si-hun-pian kencang-kencang ia siap melancarkan serangan.

   *** ( )*** Mendadak terdengar Lamkiong Hian terbahak-bahak.

   "Hahaha.

   ya, seharusnya demikian! Sepantasnya memang demikian!"

   "Saudara Lamkiong, apa maksudmu?"

   Seru Oh Ku-gwat terperanjat. Kiam-hong-cengcu memperlihatkan senyuman misteriusnya, lalu menjawab.

   "Ruyung iiu sebetulnya memang milik Bok-siauhiap, jadi sepantasnya barang itu dikembalikan kepada pemiliknya!"

   "Betul-betul suatu kejutan, tak kusangka kau masih memiliki jurus selihai ini!"

   Ejek si nona baju biru.

   Mendengar itu, dingin hati Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat, keringat dingin membasahi punggungnya, semula ia mengira Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian pasti akan bahu membahu dengannya untuk menghadapi lawan, siapa tahu setelah berjumpa dengan Bok Ji-sia, dia mengucapkan kata-kata seperti itu.

   Keruan Oh Ku-gvva;r merasa malu, sekujur tubuh menggigil saking mendongkolnya.

   "Lamkiong Hian!"

   Bentaknya kemudian dengan gusar.

   "rupanya kau berniat bermusuhan denganku _____"

   Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian segera tersenyum, katanya.

   "Mau menurut perkataanku atau tidak terserah, cuma berdiri sebagai seorang ternan, bagaimanapun kita kan orang kenamaan, tidak seharusnya kita yang tua menganiaya yang muda sehingga ditertawakan orang di kemudian hari!"

   Ucapan itu sungguh di luar dugaan semua orang, siapapan tak dapat menebak perhitungan busuk apa yang sedang dirancang Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian, sikapnya yang sebentar panas sebentar dingin atau ngalor ngidul ini membuat orang merasa bingung.

   *** ( )*** Bok Ji-sia juga heran, betul antara dia dengan Lamkiong Giok mengaku sebagai saudara senasib sependeritaan, tapi dengan Lamkiong Hian pribadi boleh dibilang iiada hubungan apa-apa, apakah mengingat putranya maka ia tak segan-segan bentrok dengan Oh Ku-gwat untuk membantunya merampas kembali Jian-kim-'si-hun pian? Dengan terharu katanya kemudian.

   "Terima kasih banyak atas bantuan Cianpwe!"

   Terpancar sinar aneh dari balik mata nona berbaju biru itu, dari apa yang dilihatnya ia telah bisa menebak maksud Lamkiong Hian sebenarnya. Kontan sindirnya.

   "Huh, berlagak bajik dan baik hati, siapa yang bisa kaukelabui?"

   Kiarn-hong-eengcu Lamkiong Hian tersenyum, katanya.

   "Hendaknya mulut nona dijaga sedikit...."

   Tiba-tiba Hoa Hong-hui melompat ke depan sambil menuding Lamkiong Hian bentaknya.

   "Kau berani menghina."

   "Ah, mana aku berani, hahah ..."

   Kesabaran yang diperlihatkan Lamkiong Hian ini betul-betul di luar dugaan, tatkala bergelak itulah medadak ia berkelebat mendekati Thian-kang-kiara Oh Ku-gwat.

   Sebetulnya, kemarahan Hoa Hong-hui hanya terdorong oleh luapan emosinya, ia mengira Lamkiong Hian tentu akan balas mendampratnya siapa tahu jago tangguh itu menunjukkan sikap ketakutan, hal ini membuatnya tertawa terbahak- bahak bangga.

   Setelah berhenti tertawa dengan lagak seorang pembela gadis, sorot matanya tiba-tiba memancarkan sinar yang aneh, air muka yang semula dingin kaku berubah menjadi lembut dan halus, sambil memandang wajah si nona baju biru dia tersenyum mesra.

   *** ( )*** Dengan jemu nona itu mendamprat "Siapa yang suruh kau ikut campur urusanku!"

   Hoa Houg-hui menjadi melengak dan tersipu-sipu, disangkanya nona itu pasti akan memujinya, atau paling tidak akan melemparkaa senyuman mesra kepadanya.

   Siapa tahu bukan saja nona itu tidak senang hati, malahan mengunjuk marah, ia seperti diguyur air.

   dingin, harapannya tersapu lenyap.

   Dengan tersipu-sipu ucapnya dengan tergegap.

   "Kau ... kau____"

   Tong Yong-ling menyaksikan kejadian itu dengan tertawa geli. Hoa Hong-hui menjadi naik pitam, bentaknya.

   "Perempuan sialan, apa yang kautertawakan?"

   Bwe-hoa-sian-kiam Tong Yong-ling berkerut dahi, lalu balas membentak dengan marah.

   "Apa pula maksudmu melotot padaku?"

   "Sret! SretI Sret!"

   Cahaya pedang berkelebat, tiga tusukan kilat menyambar Hoa Hong-hui ditambah dengan sekali pnkulan.

   Dalam keadaan tak siap, Hoa Hong-hui menjadi kececar sehingga harus meiampat mundur.

   Tong Yong-ling memang jahil, setelah serangan itu ia tidak mendesak lebih jauh, ia berputar ke kiri dan bergerak ke kanac, tahu tahu ia sudah berdiri di samping Bok Ji-sia sambil melototi Hoa Hong-hui dengan tersenyum dingin.

   Gusar sekali Hoa Hong-hui, sudah barang tentu ia tak mau menyudahi persoalan ini, teriaknya.

   "Budak hina, serahkan nyawamu!"

   Mendadak ia melompat maju dan melancarkan pukulan dahsyat ke dada Tong Yong-ling.

   *** ( )*** Terkejuc Tong Yong-ling, ia putar pedangnya dan menabas.

   Pada saat itu pula, tiba-tiba Ji-sia angkat kedua tangannya.

   "blang", benturan keras terjadi, Hoa Hong-hui tergetar mundur.

   "Sebelum persoalanku selesai, siapapun dilarang bertempur di sini!"

   Seru Ji-sia ketus "Hm, kau berhak melarang orang"

   Jengek Hoa Houg-hui.

   "Kalau tidak percaya mengapa tidak dicoba sendiri!"

   Seru Jisia sambil melotot.

   Gertakan itu membuat Hoa Hong-hui terkesiap, padahal selama hidupnya di Hek-liong-kang ia selalu dihormati dan disegani, siapapun yang berjumpa dengan dia tentu akan menyebutnya sebagai Hek-kongcu, siapa tahu hari ini Bok Jisia berani memandang hina padanya, hal ini membuatnya gusar sekali sehingga sekujur badannya gemetar keras.

   "Ketahuilah, aku orang she Hoa bukan orang sembarangan yang boleh direcoki ..."

   Teriaknya dengan bengis, segera ia hendak menerjang maju lagi.

   "Hel, siapa yang suruh kauturun tangan!"

   Hardik si nona baju biru tiba-tiba dengan nada tak senang.

   Hati Hoa Hong-hui menjadi ciut, cepat ia menarik diri ke tempat semula, biarpun ia bernyali besar juga tak berani membangkang perintah sang Siocia.

   Setelah melotot sekejap ke arah Bok Ji-sia dan Tong Yoag ling, lalu ia memandang pula si nona baju biru dengan lembut sambil tertawa jengah, kemudian ia berjalan balik ke sisi Pek Bi dan Pek Sat.

   "Orang she Oh, kauhendak kabur?"

   Mendadak terdengar Bok Ji-sia membentak. Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat segera memutar badan kembali dan menjawab ketus.

   "Siapa yang takut padamu!" *** ( )*** Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian yang licik dan banyak tipu mushhat itu diam-diam merasa kecewa Ketika dilihatnya Bok Ji-sia tidak jadi bertarung melawan orang-orang Hek-liong-kang, otaknya lantas berputar untuk mencari akal lain, sayang akal lain tidak didapatkan. Maka dengan mengikuti arah angin dia tertawa terbahak-bahak seraya berkata.

   "Saudara Oh, kita semua kau orang sendiri, ayo cepat serahkan kembali benda itu kepada Bok-siauhiap!"

   "Huh, siapa yang mau mengaku orang sediri denganmu?"

   Dengus Tong Yong-ling. Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat memang seorang cerdas, pada mulanya dia rada enggan, tapi setelah mendengar ucapan itu, pikirannya segera sadar kembali. Maka dengan tertawa serunya.

   "Baiklah, saudara Lamkiong, kuturuti perkataanmu!"

   Baru selesai ucapannya,, tiba-tiba Jian-kim-si-hun-pian di tangannya menciptakan selapis cahaya berwarna keemas-emasan, bagai naga sakti menari di udara, secepat kilat cahaya tajam itu mengurung sekujur badan Bok Ji-sia dan rnengancam jalan darah pentingnya.

   Sergapan yang dilakukan secara mendadak dan licik ini cukup menggetarkan perasaan orang, siapapun sulit menghindarkan diri dari sergapan keji semacam ini.

   Saking kagetnya muka Tong Yong-ling menjadi pucat seperti mayat, bentaknya gusar.

   "Bangsat, kau memang keji!"

   Dengan cepat pedangnya lantas menangkis Jian-kim-si-hun-pian.

   Ji-sia membentak, dengan tenang dan mantap dia menyurut mundur, telapak tangan dengan eepat mendorong ke dspan, meski ia sempat menghindar, tak urung ujung bajanya tersambar juga oleh Jian-kim-si-hun-pian hingga robek sebagian.

   *** ( )*** "Cepat mundur!"

   Bentakan menggeledek bergema di udara.

   Thian-kang-kiarn Oh Ku-gwat segera menarik kembali ruyung mustikanya, kemudian dengan gerakan Seng-ing-liok-sah (Burung manyar menyambar pasir), lalu dengan capat ia mundur ke belakang dan menyelinap ke tempat gelap.

   Vvaktu itu, entah sejak kapan Lamkiong Hian beserta kawanan lelaki berbaju hitam tadi sudah lenyap juga dari situ.

   "Hendak kabur ke mana?"

   Kemelut Di Ujung Ruyung Emas Karya Khu Lung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   Bentak Ji-sia dengan, mata berapi-api. Tak sempat mengurus Tong Yong-ling lagi, dengan ilmu mtringankan tubuhnya yang tinggi segera ia mengejar ke arah Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat.

   "Engkoh Bok, tunggu!"

   Teriak Yong-ling cepat2 segera dia menyusul di belakang anak muda itu.

   Pada saat itulah si nona berbaju biru rnenghela napas, kemudian memejamkan lagi matanya seakan-akan ada suatu masalah penting yang sedang dipikirkan olehnya.

   Hoa Hong-hui bergirang menyaksikan keempat jago itu telah mengundurkan diri, serunya tanpa terasa.

   "Kali ini barang-barang mestika itu tentu akan menjadi milik kita!"

   Sambil tarik kakek berambut putih itu ia berjalan menuju ka arah batu padas tadi.

   "Mau apa kau?"

   Tiba-tiba Pek Bi menegur sambil melompat ke depannya.

   "Kini musuh tangguh telah pergi, tentu saja barangnya harus kita ambil!"

   Mendadak si nona berbaju biru membuka kembali matanya, lalu mendamperat.

   "Hm, kau betul-betul manusia bodoh yang tak ada gunanya!"

   Hoa Hong-hui kaget dan tertegun untuk beberapa saat lamanya, sudah lama ia mencintai nona berbaju biru itu, tapi *** ( )*** gadis itu sendiri sama sekali tidak menghiraukan luapan cintanya, tapi ia tidak kuatir sebab msnurut anggapannya dia adalah orang paling tampan dan gagah di wilayah Hek-liong-kang.

   Siapa tahu semenjak masuk ke darah Tiong-goan, sikap nona berbaju biru ternyata mengalami banyak perubahan.

   "Kenapa?"

   Serunya kemudian sambil tertawa tersipu-sipu.

   "apakah mesiika di dalam Te-ti-hian-hu tidak tersimpan di sini?"

   "Hm, kalau begitu gampang benda tersebut bisa didapatkan, tak akan menunggu sampai giliran kita untuk mengambilnya!"

   Saat itulah, sesosok bayangan tiba-tiba berkelebat tiba, tahu-tahu Kiam-hong-eengcu Lamkiong Hian muncul kembali dengan senyum dikulum.

   Pek Bi dan Pek Sat mengira orang bermaksud jahat terhadap nona berbaju biru itu, buru-buru mereka siap di kedua sisinya untuk menghadapi segala kemungkinan.

   "Sudah kuduga kau akan datang lagi kemari!"

   Tegur nona berbaju biru itu sambil tertawa merdu. Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian bergelak tertawa.

   "Habaha, kecerdasan nona memang tak bisa kutandingi ... ."

   Ia lantas mengalihkan pembicaraan ke soal lain, katanya lebih jauh sambil tertawa.

   "Mengenai rahasia di dalam istana Te-ti-hian-hu, kupercaya kecuali diriku dan nona yang mengetahuinya sedikit banyak, sekalipun Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat sendiri juga sukar menemukan rnestika tersebut, oleh sebab itu ... hehehe pertempuran untuk memperebutkan rnestika di kemudian hari tak akan lebih hanya terdiri dariku dan nona!"

   "Kalau sudah tahu, kenapa datang mencari diriku lagi!"

   Jengek si nona berbaju biru dengan tertawa dingin.

   *** ( )*** "Tujuan nona hanya mendapatkan kitab pusaka Hek-Iiong-kang, sedangkan tujuanku ....

   di antara kita tak sampai terjadi bentrokkan, kenyataan kau memang satu-satunya musuhku yang paling tangguh! Orang bilang jika ada dua ekor harimau saling bertengkar, salah satu di antaranya tentu akas ter-luka, untuk menghindari jatuhnya korban yang tak berarti pada kedua pihak, aku bersedia mengikat perjanjian dengan nona untuk berusaha mencari dengan bergantung pada kemujuran masing-masing...."

   "Hm, kukira tujuan yang sesungguhnya tak cuma sampai di situ saja bukan?"

   Dengus nona berbaju biru, itu.

   Sekali lagi Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian meraba terkesiap.

   Ia benar-benar tak percaya seorang nona yang masih semuda itu ternyata sanggup menebak isi hatinya yang sebenarnya, maka iapun tertawa tersipu-sipu.

   Nona berbaju biru itu menatapnya sekejap, kemudian melanjutkan.

   "Jangan kaupikir yang bukan-bukan, padahal pancaran sinar matamu telah mengungkapkan segala sesuatunya Lamkiong Hian terbahak-bahak untuk menutupi rasa malunya, sementara dalam hati diam-diam ia menyumpah.

   "Tunggu saja sampai barang itu berhasil kudapatkan baru akan kaurasakan kelihaianku. Budak setan, saat itulah perhitungan utang piutang kita harus dibereskan"

   Setelah tertawa terbahak-bahak ia berkata lagi "Kalau nona sudah tahu, akupun tak akan banyak bicara. Mari kita masing-masing bekerja sendiri untuk menemukan benda itu, asal jangan sampai terjadi bentrokan kekerasan kan sudah cukup?"

   Belum habis ia berkata, mendadak dari dinding sebelah berkumandang suara teriakan keras..... Air muka Lamkiong Hian rada berubah, buru-buru dia menjura sambil berseru.

   "Baiklah kita tentukan demikian saja, semoga kau bisa pegang janji." *** ( )*** Selesai berkata, seperti badan halus ia terus menyelinap ke ruang gua sebelah. Memandangi bayangannya yang menghilang, nona berbaju biru itu menghela napas, gumamnya.

   "Siapa berani bermain api dia akan terbakar sendiri, cara bekerja Lamkiong Hian ini hanya akan membinasakan dirinya sendiri!"

   Pelahan ia berjalan dan masuk ke dalam gua yang lain.

   "Siocia, yakinkah engkau akan berhasil mendapatkan kembali kitab pusaka perguruan kita?"

   Tanya kakek berambut putih itu sambil memburu maju selangkah. Nona baju biru itu berpaling, jawabnya.

   "Manusia berusaha, Thian yang menentukan, kita hanya berjuang sekuatnya dan pasrah kepada nasib!"

   Ucapan itu penuh nada kepedihan, hatinya seperti penuh rasa murung dan bimbang.

   Siapakah yang menduga dalam hatinya sekarang sedang terjadi perang batin yang bertentangan? Perasaan aneh itu sekalipun dia sendiri juga tak paham apa sebabnya.

   oo 00O00DW00O00 oo Ketika Thian-kang-kiam Oh Gu gwat sedang bersyukur karena berhasil mengundurkan diri dengan selamat, waktu ia berpaling, betapa kagetnya sebab bayangan Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian telah menghilang, ia merasa kejadian ini kelewat aneh dan mencurigakan.

   Mana dia tahu Kiam-hong-cengcu Lamkiong Hian mempunyai tujuan lain, setelah berpura-pura mengundurkan diri, secara diam-diam ia balik lagi ke tempat semula untuk mengadakan pembicaraan rahasia dengan gadis berbaju biru, *** ( )*** Mendadak ia merasa ada sesosok bayangan hitam menyusul tiba, belum lagi orangnya sampai segalung angin pukulan yang sangat kuat telah menyambar.

   Sambil melancarkan pukulan, Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat membentak gusar.

   "Keparat, kaukira aku bisa dipermainkan!"

   Bok Ji-sia mendengus, telapak tangan kirinya diangkat, jari setengah ditekuk, lalu diiringi bentakan secepat kilat melancarkan pukulan dahsyat ke depan, menyusul telapak tangan kiri didorong pula setengah jalan.

   Angin pukulan dengan cepatnya menggulung ke depan dan menghantam tubuh lawan.

   Kaget Oh Ku-gwat, cepat ia berputar.

   "Wut, wut", ang;n dahsyat menyambar lewat, Diam-diam Oh Ku-gwat terkejut menyaksikan keiihayan Bok Ji-sia, kemajuan lwekang anak muda ini sungguh jarang ada dalam dunia persilatan, mungkinkah ia mengalami kejadian aneh lagi atau sejak dulu sengaja menyembunyikan kehebatannya itu? Berpikir demikian, hawa napsu membunuhnya berkobar, sambil menggenggam Jian-kim si-hun-pian, selangkah demi selangkah ia mendesak maju, kalau bisa dia ingin sekali hantam mencabut nyawa jago muda ini.

   "Orang she Oh"

   Kata Ji-sia dengan dingin.

   "sekalipun kaukabur ke ujung langit, tetap skan kubekuk kembali, kecuali kalau kau mengembalikan benda itu kepadaku ...."

   "Jangan mimpi"

   Bentak Oh Ku-gwat dengan marah. Selang sesaat, tiba-tiba ia membentak lagi "Orang she Bok, serahkan jiwamu!*' "Ngung!"

   Tiba-tiba jian-kim-si-hun pian berubah menjadi seekor naga emas yang memancarkan suara yang aneh, Bok Ji-sia merasakan pikirannya menjadi kalut dan tak tahan.

   *** ( )*** Darimana dia tahu di sinilah letak kegunaan sesungguhnya Jian-kim-si-hun-pian itu, bila berhadapan dengan musuh, asalkan tenaga dalamnya dikerahkan hingga ruyung itu mengeluarkan suara mendengung, maka rnusuh pasti akan kena dicelaka pada saat pikirannya kacau.

   Thian-kang-kiam Oh Ku-gwat tertawa seram, tenaga dalamnya ditambah lagi dengan dua bagian cahaya emas segera terpancar ke empat penjuru, di-Iringi angin puyuh dengan dahsyatnya menyapu tumbuh Bok Ji-sia.

   Sampai detik terakhir, Ji-sia masih berdiri termangu-mangu di tempat, seolah-olah tidak merasa jiwanya terancam oleh maut.

   Pada saat kritis itulah, tiba-tiba berkelebat cahaya putih diiringi suara mendesing tajam.

   "Wess!"

   Cahaya tersebut langsung menyambar dada Thian-kang-kiam Oh Ku gwat. Terancam jiwanya, terpaksa Oh Ku-gwat harus melindungi keselamatan jiwa sendiri lebih dulu, buru buru ia putar badan dan menyampuk pedang itu dengan ruyungnya.

   "trang", sebilah pedang panjang segera mencelat ke udara. Oleh getaran suara nyaring tersebut, Ji-sia tersadar dari lamunannya, diam-diam ia berpekik.

   "Wah, sungguh berbahaya!"

   Tanpa terasa ia berpaling ke samping, dilihatnya Bwe hoa-sian-kiam Tong Yong-ling berdiri di sebelahnya dengan wajah pucat.

   "Nona Tong, terima kasih atas bantuanmu!"

   Seru Ji-sia sambil tertawa.

   "O, kau betul betul membuat kukuatir sekali!"

   Seru Yongling.

   Sudah lama ia mencintai Bok Ji-sia, meskipun pemuda itu telah melukai hatinya, tapi setiap saat ia selalu memperhatikan *** ( )*** keselamatannya, bahkan dalam pembicaraan serta tingkah lakunya juga terpancar luapan cintanya yang dalam.

   Ji-sia melemparkan kerlingan terima kasih kepadanya, kemudian baru memutar badan dan berseru dengan gusar.

   "Tua bangka, rasakan juga pukulanku ini!"

   Dengan menghimpun tenaga dalam sepenuhnya, kedua telapak tangannya segera menyodok ke depan.

   Serangan itu dilancarkan dengan tenaga penuh ia memang bermaksud memberi hajaran kepada musuh, sudah barang tentu kehebatannya luar biasa, di mana angin pukulannya berembus, debu pesir pada jarak beberapa tombak pada berterbangan, Tiba-tiba muncul pula segulung angin pukulan dari balik kegelapan, angin pukulan Bok Ji-sia yang maha dahsyat itu seketika tersapu lenyap.

   Dalam kejutnya, dengan gusar Ji-sia menghardik.

   "Siapa di situ?"

   Lamkiong Hian muncul sambil tertawa ter-bahak2, dengan sikap yang aneh ia melemparkan sebuah kerlingan ke arah Thian-kang kiam Oh ku-gwat. Lalu sambil manggut-manggut Bok Ji-sia, katanya.

   "Bok-siauhiap, buat apa kau marah-marah, biar aku yang menyelesaikan persoalanmu itu."

   


Neraka Hitam -- Khu Lung Duel Di Butong -- Khu Lung Dendam Iblis Seribu Wajah Karya Khu Lung

Cari Blog Ini