Ceritasilat Novel Online

Anak Rajawali 15


Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 15


Anak Rajawali Karya dari Chin Yung   Sedangkan Hek-siang-sat waktu itu telah berkata dengan suara yang perlahan, mengandung keraguan.   "Jika melihat sikapmu seperti ini, tentunya engkau bukan seorang gadis cilik sembarangan. Siapa ayahmu? Dan apa hubungan antara kau dan Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko....."   Giok Hoa tertawa tawar, katanya.   "Tidak perlu kalian bertanyatanya tentang diriku! Sudah kukatakan lebih baik engkau berdua mengurusi murid kalian itu! Oh ya, apakah aku sudah boleh pergi meninggalkan tempat ini, tampaknya Pek-jie tengah mencaricariku." "Biarkan Pek-jie datang ke mari, aku ingin melihat berapa hebatnya burung rajawali putih yang telah menghina muridku, sehingga muridku itu tidak dapat menghadapinya.....!"   Kata Pek-siang-sat.   Dan diapun telah menggerakkan tangan kanannya, maka terlontarlah secerah sinar kuning ke tengah udara, menimbulkan suara mengaung yang nyaring sekali.   Hal itu menunjukkan bahwa tenaga lontaran dari Pek-siang-sat memang sangat kuat sekali.   Dan rupanya Pek-jie melihat dan mendengar suara mengaung dari benda kuning itu, yang menerobos ke tengah udara melewati hutan itu.   Dia memekik dengan nyaring.   Pek-jie telah terbang meluncur turun di atas hutan itu, sepasang sayapnya telah digerakkan dengan beruntun, mengibas-ngibas, maka timbullah hembusan angin yang bergemuruh, seperti juga badai yang tengah mengamuk di tempat itu, menjibakkan daun-daun itu, yang jadi bergoyang-goyang.   Pek-jie telah menggerakkan terus sayapnya dan dia seperti hendak mengamuk.   Dalam keadaan seperti itu, Hek-pek-siang-sat telah menganggukangguk, "Ya, burung rajawali putih yang seekor ini memang lain dari burung rajawali yang lainnya.   Ia memiliki tenaga yang kuat sekali,"   Kata Pek-siang-sat.   "dan aku semakin tertarik buat melihatnya."   Setelah berkata begitu, Hek-pek-siang-sat telahmengeluarkan lagi semacam benda berwarna kuning, seperti juga sebatang paku, dilontarkan ke tengah udara, malah tampaknya lontarannya kali ini jauh lebih kuat, menimbulkan suara mengaung yang sangat keras sekali.   Dan yang lebih luar biasa, Pek-siang-sat seperti juga telah mengetahui beradanya burung rajawali putih itu, di mana dia telah menimpukkannya ke arah itu, sehingga benda kuning tersebut mengenai sayap dari burung rajawali itu, yang memekik nyaring kesakitan.   Karena kesakitan justeru rajawali putih itu semakin mengamuk hebat.   Sepasang sayapnya telah menghantam ke sana ke mari menimbulkan gemuruh angin yang hebat sekali, bagaikan amukan topan yang tengah berlangsung di tempat tersebut.   Dalam keadaan seperti itulah, maka tampak Hek-pek-siang-sat saling pandang satu dengan yang lainnya, dan akhirnya mereka telah mengangguk.   "Burung rajawali yang luar biasa.....   dan menarik sekali!"   Kata mereka berdua hampir berbareng.   Memang tabiat dan perangai Hek-pek-siang-sat agak aneh.   Semakin luar biasanya yang dihadapi mereka, maka semakin besar pula semangat mereka terbangun.   Waktu itu Giok Hoa yang menguatirkan Pek-jie mengamuk terus menerus dan juga akan terkena serangan senjata rahasia yang mungkin dilepaskan oleh Hek-pek-siang-sat, segera bersiul nyaring, dan suara siulan tersebut memerintahkan Pek-jie agar segera berlalu menjauhi diri.   Sesungguhnya suara siulan yang dikeluarkan Giok Hoa hampir tidak terdengar, karena tertindih oleh suara bergemuruh akibat mengamuknya Pek-jie.   Akan tetapi burung rajawali putih itu benarbenar memiliki pendengaran yang sangat tajam sekali, sehingga dia dapat mendengar juga suara siulan dari majikannya dan segera terbang menjauhi diri.   Dengan demikian, meredahlah suara bergemuruh akibat mengamuknya Pek-jie.   Sedangkan Hek-pek-siang-sat telah saling pandang, lalu kata Peksiang-sat.   "Mari kita lihat burung rajawali itu!" Kemudian dia memberikan isyarat kepada muridnya, agar dia mencekuk Giok Hoa. Orang she Bong itu mengerti perintah gurunya, tanpa mengatakan sepatah perkataanpun juga, tubuhnya telah melesat ke samping Giok Hoa. Belum lagi Giok Hoa mengetahui suatu apa pun juga, di saat itu telah terlibat pinggangnya kena dilingkari tangan orang she Bong tersebut. Dalam kagetnya Giok Hoa hanya dapat memukul serabutan dengan kepalan tangannya yang berukuran kecil itu kepada dada orang she Bong tersebut. Dia memukulnya berulang kali, sambil meronta-ronta. Namun pukulan kepalan tangan Giok Hoa sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit, malah telah membuat orang she Bong itu tertawa mengejek, dan berkata dengan suara menghina.   "Kau pilihlah bagian yang empuk di tubuhku, pukullah terus!"   Dan dia telah berhasil mengempit Giok Hoa, sambil tertawa mengejek, dia menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya segera melesat menyusul ke dua gurunya.....! Hek-pek-siang-sat waktu itu tengah berlari-lari dari hutan tersebut.   Dalam sekejap mata saja mereka telah berada di depan hutan itu.   Maka mereka melihat Pek-jie tengah terbang berputaran di tengah udara.   Dan Hek-pek-siang-sat saling memandang satu dengan yang lainnya, tampak di wajah mereka perasaan kagum, karena dilihatnya burung rajawali itu berukuran sangat besar sekali, jauh lebih besar dari burung-burung rajawali umumnya.   "Ini memang burung rajawali yang agak luar biasa!"   Menggumam Pek-siang-sat dengan suara tertahan.   Hek-siang-sat mengangguk.   Orang she Bong itu telah tiba di tempat itu juga dengan mengempit tubuh Giok Hoa.   Sedangkan Pek-jie yang tengah terbang berputar di tengah udara, ketika melihat munculnya Hek-pek-siang-sat, disusul kemudian dengan orang she Bong yang pernah dipermainkannya, dan melihat Giok Hoa terkempit di tangan orang she Bong itu dalam keadaan tidak berdaya, jadi mengeluarkan suara pekik yang nyaring.   Ia telah terbang meluncur turun akan menyambar orang she Bong.   Akan tetapi orang she Bong itu yang telah mengetahui kehebatan burung rajawali putih ini tidak berani menghadapi terjangan burung tersebut.   Ia segera menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat ke samping, berlindung di balik sebatang pohon yang cukup besar.   Hek-pek-siang-sat yang melihat burung rajawali putih itu telah menyambar ke bawah.   segera melompat menghadangnya, mencegah burung rajawali itu menyerang murid mereka.   Dengan tenang dan penuh keyakinan, bahwa mereka akan dapat menangkap burung rajawali putih yang luar biasa ini.   Hek-peksiang-sat berdiri bersiap-siap di tempatnya.   Di waktu itu terlihat betapa Hek-pek-siang-sat telah mengerahkan tenaga dalam pada telapak tangannya, dan Pek-siang-sat berdiri tenang belum mengerahkan tenaganya.   Ketika burung rajawali putih itu telah meluncur turun menyambar ke bawah, dia telah disambut dengan pukulan telapak tangan dari Hek-siang-sat.   Sedangkan Pek-siang-sat telah menjejakkan sepasang kakinya, tubuhnya dengan ringan sekali telah melesat ke tengah udara, begitu dia berpok-say segera dia hinggap di punggung burung rajawali putih tersebut.   Dengan kuat sepasang tangan Pek-siang-sat merangkul batang leher tersebut, ia melingkarkan tangannya dengan ketat.   Pukulan telapaktangan dari Hek-siang-sat telahmenyambar ke arah dada burung rajawali itu.   Itulahpukulan yang mengandung, kekuatan lweekang bisamenghancurkan, karena Hek-siang-sat hendak melukai dulu burung rajawali putih itu.   Namun untuk herannya, waktu pukulan Hek-siang-sat hampir mengenai dada burung rajawali putih itu, dengan gerakan yang aneh sekali seperti juga gerakan seekor ular yang berlenggang lenggok dan melejit ke samping, cepat sekali burung rajawali itu telah dapat menghindar dari terjangan tenaga pukulan Hek-siangsat.   Dengan demikian, gagallah serangan yang dilakukan Hek-peksiang-sat.   Dan burung rajawali itu telah bergerak lincah sekali.   Begitu dia bisa berkelit dari angin serangan Hek-siang-sat, cepat sekali dia telah menyambar ke arah batok kepala Hek-siang-sat, yang hendak dipatuknya dengan paruhnya.   Gerakan burung rajawali yang demikian aneh membuat Hek-siangsat jadi mengeluarkan seruan heran.   Namun seketika terbangun semangatnya, dia jadi sangat tertarik sekali dan semakin bersemangat untuk main-main dengan burung rajawali putih itu.   Dalam keadaan demikianlah Hek-siang-sat juga telah menghantam lagi beberapa kali.   Namun burung rajawali itu telah dapat menghindar dengan gerakan tubuh yang meliuk-liuk.   Dan juga setiap kali dia berkelit, tentu sayapnya akan mengibas, menimbulkan sambaran angin yang gemuruh dahsyat sekali.   Hek-siang-sat yang melihat keadaan seperti bukannya menjadi jeri, malah jadi semakin tertarik dan gembira.   Tubuhnya telah melompat ke sana ke mari untuk membingungkan burung rajawali itu, tangannya juga tidak tinggal diam.   Dia telah menyerang kepada burung rajawali putih itu berulang kali, dengan maksud jika pukulannya itu sekali saja mengenai sasarannya, niscaya akan menyebabkan burung rajawali putih itu akan luka berat.   Namun benar-benar burung rajawali putih yang tengah mereka hadapi ini merupakan seekor burung rajawali yang luar biasa sekali.   Karena setiap hantaman dan pukulan telapak tangan Heksiang-sat, yang sesungguhnya sangat kuat dan hebat itu masih dapat dielakkannya dengan gerakan tubuh aneh seperti gerakan seekor ular.   Dan dengan demikian, disamping heran, tentu saja Hek-siang-sat semakin penasaran.   Jangan kata seekor burung rajawali, sedangkan tokoh rimba persilatan saja yang memiliki kepandaian tinggi, belum tentu dapat menghadapi serangan Hek-siang-sat.   Tetapi burung rajawali putih ini justeru tampaknya begitu mudah selalu memunahkan tenaga serangan dari Hek-siang-sat.   Berkelit ke sana ke mari dengan tubuh yang seperti dapat meliuk-liuk.   Waktu itu padahal Pek-siang-sat masih duduk di punggungnya, dengan mengempitkan ke dua tangannya pada batang leher burung rajawali tersebut.   Tetapi burung rajawali itu seperti tidak memperdulikan sikap dan perlakuan dari Pek-siang-sat.   Dia seperti juga tidak memperdulikan betapa ke dua tangan Peksiang-sat telah melingkari lehernya begita kuat.   Dia menerjang terus Hek-siang-sat.   Malah suatu waktu, ketika dilihatnya Hek-siang-sat tengah melompat jauh dari dirinya, cepat sekali burung rajawali putih itu telah meluncur turun dengan pesat.   Tahu-tahu dia telah memutar tubuhnya, sepasang kakinya menghadap ke langit, begitu juga dengan perutnya.   Dengan demikian, waktu akan menghantam tanah punggungnya itulah yang akan menubruk bumi.   Berarti burung rajawali ini hendak membenturkan tubuh Pek-siang-sat pada tanah dengan keras.   Sedangkan Pek-siang-sat yang merasakan tahu-tahu tubuh rajawali itu telah berputar, dia jadi kaget.   Namun Pek-siang-sat tidak menjadi gugup, dan dia segera melepaskan kempitan sepasang tangannya pada leher burung rajawali itu, kemudian telah melesat cepat sekali, sehingga dia bisa meloloskan diri dari bantingan burung rajawali itu.   Ketika Pek-siang-sat telah meninggalkan punggungnya dengan melompat menjauhi diri dan juga merasakan punggungnya ringan disamping lehernya telah terbebas tidak dikempit terus oleh Peksiang-sat, maka burung rajawali itu membatalkan menumbukkan punggungnya pada tanah.   Segera juga dia telah terbang menukik naik lagi dengan cepat, luar biasa, tubuhnya telah mengangkasa lagi sambil mengeluarkan suara pekikan yang sangat nyaring sekali.   Pek-siang-sat waktu itu telah berdiri di samping Hek-siang-sat.   Ke duanya telah saling pandang.   Hek-pek-siang-sat diam-diam di hati mereka merasa kagum bukan main, karena mereka melihatnya burung rajawali itu memang sangat cerdik sekali, di samping memiliki kekuatan yang luar biasa.   "Tentunya burung rajawali putih itu telah terdidik baik sekali!"   Begitulah Pek-siang-sat menggumam sambil mengawasi burung rajawali putih yang tengah terbang berputar-putar di tengah udara, sementara waktu burung rajawali itu tidak menukik turun buat menerjang pada ke dua orang itu, si Hitam dan si Putih.   Hek-siang-sat tampak penasaran sekali, dia tersenyum sambil memandang kepada Pek-siang-sat.   "Memang kali ini kita menghadapi lawan yang agak luar biasa..... dia seperti dapat berkelit dari setiap seranganku, di mana dia dapat meliukkan tubuhnya bagaikan gerakan seekor ular..... luar biasa sekali!"   Dan memang Hek-siang-sat jadi tambah penasaran karena itu dia jadi semakin ingin sekali merubuhkan burung rajawali itu.   Sebagai seorang tokoh rimba persilatan di mana Hek-pek-siangsat keduanya merupakan orang-orang yang disegani oleh semua orang gagah rimba persilatan, baik dari kalangan hitam maupun dari kalangan putih, sekarang seperti tidak berdaya buat merubuhkan burung rajawali putih itu.   Walaupun ke duanya telah beberapa jurus berusaha menyerang rajawali itu, tokh keduanya masih tidak bisa dirubuhkan Pek-jie, sehingga burung rajawali putih itu masih dapat terbang berkeliaran di tengah udara.   Dengan demikian telah membuat Hek-pek-siang-sat benar-benar penasaran sekali.   Karena itu, mereka bersiap-siap untuk bersungguh-sungguh menghadapi burung rajawali itu.   Namun burung rajawali itu tidak juga segera menukik turun lagi, dia berputar-putar di tengah udara, sambil memekik tidak hentinya.   Rupanya burung rajawali putih itu mengetahui ke dua orang yang dihadapinya kali ini bukan sebangsa manusia sembarangan.   Tadi dia telah melihatnya, betapa setiap pukulan-pukulan yang dilakukan oleh ke dua orang itu mengandung kekuatan tenaga dalam yang dahsyat sekali.   Juga tadi dia merasakan cekikan tangan dari Pek-siang-sat, membuatnya hampir sulit bernapas.   Karena itu, telah membuat burung rajawali putih tersebut tidak segera menukik turun buat menyerang pula.   Dia hanya berputar728 putar di tengah udara sambil mengeluarkan suara pekikan tidak hentinya.   Dalam keadaan seperti inilah segera juga terlihat bahwa ke dua orang Hek-pek-siang-sat semakin tidak sabar.   Hek-pek-siang-sat telah menoleh kepada muridnya, katanya.   "Suruh gadis cilik itu buat memerintahkan burung rajawali itu terbang turun....."   Orang she Bong itu mengiyakan, segera juga perintahnya kepada Giok Hoa.   "Cepat kau perintahkan burung rajawali itu terbang turun......"   Tetapi Giok Hoa berdiam diri saja.   "Jika engkau tidak menuruti perintahku, hemmmm, hemmmm, tentu aku akan menyiksamu, sehingga akhirnya mau atau tidak engkau akan mematuhi perintahku!"   "Manusia rendah tidak tahu malu!"   Memaki Giok Hoa karena tidak bisa menahan kemarahan hatinya.   Bukan main mendongkol hatinya.   Jika saja menuruti kemarahan hatinya dan dia itu tidak ada ke dua gurunya, tentu orang she Bong itu telah menghantam batok kepala gadis kecil ini buat membinasakannya.   Namun akhirnya dia menahan kemarahan hatinya, dia telah berkata dengan tawar.   "Baiklah, jika memang engkau tidak mau menuruti perintahku, hemm, hemm, dengan begini apakah engkau tidak mau mematuhi perintahku!"   Dan setelah berkata begitu, segera juga orang she Bong itu telah menelikung tangan kiri Giok Hoa.   Dia memijitnya kuat-kuat.   Tentu saja Giok Hoa jadi kesakitan sampai gadis kecil itu karena terlalu kesakitan, telah menitikkan air mata.   Tetapi Giok Hoa tetap tidak mau memenuhi perintah dari orang she Bong itu, dia tidak mau bersiul, hanya menggigit bibirnya kuat-kuat.   Disaat itu, Hek-pek-siang-sat telah menoleh kepada muridnya, tanyanya.   "Apakah kau tidak dapat perintahkan gadis cilik itu agar memerintahkan burung rajawali itu turun!"   Itulah teguran yang nadanya biasa saja, tetapi orang she Bong itu mengetahui gurunya itu sudah tidak sabar lagi.   Dan jika dia masih tidak berhasil memaksa Giok Hoa memanggil turun burung rajawali itu, kemungkinan besar amarah gurunya itu akan ditimpahkan kepadanya.   Segera juga orang she Bong itu menelikung tangan Giok Hoa semakin keras, membuat Giok Hoa jadi tambah kesakitan.   Karena sudah tidak tahan perasaan sakit pada tangannya, yang seperti juga hendak patah, dengan sendirinya telah membuat Giok Hoa menjerit kesakitan.   Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Namun tetap saja dia tidak mau bersiul memanggil burung rajawali itu turun.   Burung rajawali putih itu yang tengah terbang berputar-putar di tengah udara, mendengar suara jerit kesakitan Giok Hoa.   Diapun melihat tangan Giok Hoa tengah ditelikung ke belakang tubuhnya oleh orang she Bong itu.   Maka burung rajawali putih yang sangat cerdik segera mengetahui majikannya tengah disiksa.   Cepat seperti kilat, tahu-tahu tubuhnya telah menukik turun, menyambar kepada orang she Bong itu.   Gerakan burung rajawali itu sangat cepat sekali, tubuhnya telah melesat sampai di dekat orang she Bong itu.   Belum lagi orang she Bong tersebut mengetahui apa yang terjadi, justeru di waktu itulah telah terlihat sayap kanan dari burung rajawali itu, tepat sekali menghantam batok kepalanya.   Beruntung orang she Bong itu kenal bahaya, dia mengetahui.   Jika saja batok kepalanya kena dikepret oleh sayap burung rajawali yang begitu kuat dan besar tentu batok kepalanya akan hancur.   Maka dia mati-matian telah membuang dirinya bergulingan di tanah.   Dengan demikian dia hanya merasakan menyambarnya angin kibasan sayap dari burung rajawali itu yang sangat kuat sekali, namun kepalanya tetap utuh.   Dan sebagai penggantinya, sebungkah batu yang sangat besar telah terhantam sayap burung rajawali putih itu, dengan menimbulkan suara yang bergemuruh, batu itu telah terpental hancur menjadi potongan-potongan kecil.   Melihat hebatnya sampokan sayap burung rajawali itu, muka orang she Bong tersebut seketika berobah pucat.   Dan di waktu itu juga terlihat betapa Hek-siang-sat yang memang semakin tertarik buat main-main dengan burung rajawali putih yang hebat itu, telah menjejakkan kakinya.   Tubuhnya bagaikan anak panah telah melesat ke dekat burung rajawali tersebut, dia menghantam dengan tangan kirinya.   Angin hantaman itu cukup kuat dan burung rajawali itu mengelak, maka Hek-siang-sat telah menghantam dengan tangan kanannya.   Rupanya serangan tangan kirinya merupakan gertakan belaka.   Dalam keadaan seperti itulah terlihat, betapapun cepatnya gerakan burung rajawali putih itu, tokh tetap saja dia tidak berhasil menghindarkan diri lagi dari serangan tangan kanan Hek-siangsat.   Hantaman itu kuat sekali, burung rajawali putih tersebut sampai mengeluarkan pekik kesakitan.   Namun burung rajawali putih itu tidak berdiam diri belaka, dia telah mengibaskan sayap kanannya.   Maka tidak ampun lagi Hek-siang-sat pun kena disapu oleh sayap burung rajawali itu, sampai tubuhnya terpental karena memang Hek-siang-sat sama sekali tidak menyangkanya bahwa rajawali itu setelah kena dihantamnya dengan pukulan yang sangat dahsyat, ternyata masih dapat mengibaskan sayapnya itu begitu kuat.   Yang membuat Hek-siang-sat tidak menyangkanya pula adalah kekuatan burung rajawali itu yang demikian dahsyat, sehingga begitu disapu oleh sayapnya seketika tubuhnya terpental rubuh di atas tanah.   Mungkin, tadi merupakan satu-satunya pengalaman yang pernah dialami oleh Hek-siang-sat, sedangkan jika bertempur dengan tokoh-tokoh persiIatan tidak mungkin dia tersapu terguling seperti itu.   Dasarnya Hek-siang-sat memiliki kepandaian yang tinggi, begitu terguling, tubuhnya sudah melentik melompat sambil telapak tangannya menyambar kepada ujung sayap dari si burung rajawali.   Dengan memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, dia berusaha menariknya di mana dia telah membetotnya sangat kuat sekali, sehingga menyebabkan burung tersebut telah mengeluarkan suara pekik kesakitan yang keras sekali, dan menggerakkan sayapnya itu berusaha melepaskan cekalan Hek-siang-sat.   Namun cekalan Hek-siang-sat kuat sekali.   Diapun telah mempergunakan ilmu memberatkan tubuh seribu kati.   Dengan demikian sepasang kakinya seperti tertanam dalam di bumi walaupun burung itu menghentak keras, tokh Hek-siang-sat tidak bergeming lagi dari tempatnya.   Mengetahui bahwa lawannya seorang manusia yang memiliki kepandaian tinggi sekali, burung rajawali tersebut tidak tinggal diam, segera dia merobah cara.   Dia tidak menggerakkan sayapnya yang tercekal, hanya serentak dia menggerakkan sepasang sayapnya itu, angin menderu-deru.   Namun tetap Hek-siang-sat telah mencekalnya kuat-kuat, karena itu, tubuh Hek-siang-sat terangkat sedikit demi sedikit, karena burung itu hendak membawanya terbang.   Begitu telapak kaki Hek-siang-sat terpisah dari tanah, maka punahlah kekuatan memberatkan tubuh seribu kati.   Dia berusaha melepaskan cekalannya.   Namun belum lagi Hek-siang-sat menjalankan kehendaknya itu, di mana dia hendak menyelamatkan diri dengan menjauhkan diri dari burung rajawali itu, justeru di waktu itulah terlihat burung rajawali putih itu telah menggerakkan sepasang sayapnya semakin hebat.   Dengan demikian membuat tubuh Hek-siang-sat terangkat tinggi sekali ikut terbang dengan burung rajawali putih itu.   Malah sebelum cekalannya, Hek-siang-sat burung rajawali sempat putih yang untuk melepaskan cerdik itu telah mengibaskan sayapnya yang dicekal Hek-siang-sat.   Seketika itu juga tubuh Hek-siang-sat terlempar tinggi sekali, ke tengah udara bagaikan dilontarkan oleh suatu kekuatan yang sangat hebat.   Dalam keadaan seperti itu Hek-siang-sat pun menyadarinya bahwa dia tidak bisa melawan dengan kekerasan, karenanya dia telah meringankan tubuhnya, membiarkan tubuhnya itu terlontar ke tengah udara, dia berpok-say dengan maksud hendak melompat turun dengan sepasang kaki terlebih dulu.   Hanya saja yang membuat Hek-siang-sat jadi kaget tidak terkira justeru di saat itulah terlihat bahwa burung rajawali itu telah menerjang kepadanya terbang dengan sepasang sayap yang besar itu bermaksud hendak menyampok kepadanya.   Hati Hek-siang-sat tercekat kaget, dia terkesiap.   Inilah hebat.   Dia bisa bercelaka oleh sampokan sayap dari burung rajawali putih tersebut.   Dalam keadaan seperti ini Hek-siang-sat tidak menjadi gugup.   Dia melihat betapa sayap itu menyampok kepadanya kuat sekali dan telah dekat.   Begitu tinggal beberapa dim, cepat-cepat Hek-siang-sat menghantam dengan tangannya, meminjam sampokan angin pukulan tersebut, tubuhnya telah mencelat setombak lebih, terpisah dari burung rajawali itu, kedudukannya tepat di atas sayap burung rajawali tersebut.   Maka sepasang kaki Hek-siang-sat telah menotol sayap burung rajawali tersebut dan tubuhnya mencelat tinggi sekali tiga tombak lebih dengan meminjam tenaga totolan pada kakinya kemudian berpok-say di tengah udara.   Dalam keadaan seperti inilah segera tampak bahwa Hek-siang-sat bisa menyelamatkan diri tiba di tanah dengan ke dua kaki terlebih dulu.   Namun tidak urung dia mengucurkan keringat dingin juga karena dia melihatnya bahwa dengan cara seperti tadi, dia bagaikan baru saja lolos dari lobang jarum.   Dan karenanya dia telah berusaha untuk mengatur pernapasannya menenangkan perasaannya.   Pek-siang-sat yang sempat terpaku menyaksikan hebatnya burung rajawali putih itu, diam-diam tergetar juga hatinya.   Hanya saja dia segera tersadar, maka dia menjejakkan kakinya, tubuhnya melesat ke tengah udara.   Cepat sekali tangan kanannya bergerak, dia telah menimpuk dengan senjata rahasia.   Tiga batang paku berwarna kuning emas itu dapat dihindarkan oleh burung rajawali putih yang waktu itu hendak memutar tubuhnya buat terbang menerjang pada Hek-siang-sat.   Tetapi salah satu dari paku-paku itu telah menghujani sayapnya.   Segera juga burung rajawali putih itu mengeluarkan pekik kesakitan, dan telah terbang menjauh.....!"   Hek-siang-sat pun tidak tinggal diam.   Dia telah melancarkan serangan, sambil mengerahkan sebagian besar tenaga lweekangnya, namun burung rajawali itu sama sekali tidak memperdulikan pukulan yang jatuh di tubuhnya, sayapnya menyampok tubuh Hek-siang-sat.   Hantaman sayap dari burung rajawali itu yang memiliki tenaga sangat kuat sekali, telah membuat Hek-siang-sat seperti diterjang oleh suatu kekuatan yang bagaikan gunung runtuh menyebabkan dia terhuyung lagi.   Beruntung saja Hek-siang-sat telah keburu mengerahkan tenaga dalamnya, dia telah mengempos semangatnya untuk memperkokoh sepasang kakinya dengan demikian membuat dia tidak sampai terguling, hanya merasakan napasnya agak sesak.   Burung rajawali putih itu benar-benar nekad, dia seperti tidak memperdulikan pukulan-pukulan Hek-siang-sat, juga dia tidak memperdulikan sayapnya telah terluka.   Dia masih juga menyerang dengan kalapnya, seakan juga burung rajawali itu benar-benar setia ingin menolong Giok Hoa, majikannya itu.   Menyaksikan kekalapan burung rajawali putih tersebut, Hek-peksiang-sat menyadari mereka mungkin saja bisa menghadapi burung rajawali ini, akan tetapi untuk merubuhkan burung rajawali tersebut tentu saja dibutuhkan tenaga yang berlebihan.   Dan sebelum mereka mengetahui dengan cara bagaimana lebih mudah merobohkan burung rajawali putih tersebut, burung itu telah terbang melayang ke dekat orang she Bong, guna menyerangnya untuk menolongi Giok Hoa Tetapi orang she Bong juga cerdik, mana mau dia menghadapi burung rajawali putih yang tengah kalap itu.   Melihat burung rajawali putih itu terbang ke arahnya, cepat sekali dia telah berlari ke dalam hutan.   Dia mengambil tempat yang lebat ditumbuhi pohon-pohon, di mana dia sengaja bersembunyi di situ.   Tentu saja burung rajawali putih yang berukuran sangat besar tersebut tidak bisa mengejar terus, hanya saja disebabkan burung rajawali putih itu sangat marah, dia telah menggerakkan sayapnya, menyampok berulang kali ke batang-batang pohon di dekatnya, sehingga batang pohon itu seperti dihantam suatu kekuatan yang dahsyat, membuatnya bergoyang-goyang tidak hentinya.   Sedangkan orang she Bong itu merasakan berkesiuran angin kibasan tersebut, yang membuat mukanya terasa pedih dan nyeri.   Diam-diam hati orang she Bong tersebut bergidik.   Bagaimana akibatnya jika saja ia berhadapan langsung dengan burung rajawali putih itu, yang memiliki tenaga begitu besar dan kuat.   Karenanya, hal ini telah membuat orang she Bong tersebut menyelusup masuk ke dalam hutan lebih jauh lagi, tanpa memikirkan pula keadaan ke dua gurunya.   Giok Hoa tetap saja dikempitnya dan dibawa berlari dengan cepat.   Dalam keadaan demikian Hek-siang-sat telah melompat ke dekat burung rajawali.   Dengan serentak mereka menghantam burung rajawali putih itu, tangan mereka yang lainnya telah melontarkan juga senjata rahasia.   Hanya saja membuat mereka berbalik kaget tidak terkira.   Justeru senjata rahasia yang mereka lontarkan itu, telah kena disampok oleh sayap burung tersebut, sehingga paku-paku senjata rahasia itu telah beterbangan menyambar kepada mereka sendiri! Untung saja Hek-siang-sat memang liehay.   Mereka dapat berkelit dari sambaran senjata-senjata rahasia yang hampir makan majikan itu! Tetapi selanjutnya Hek-pek-siang-sat tidak mau menerjang terlalu dekat pada burung rajawali itu.   Mereka melihatnya burung rajawali tersebut masih saja menggerakkan sepasang sayapnya tidak hentinya.   Setiap hantaman sayapnya telah membuat pohon-pohon di dekatnya bergoyang-goyang, seperti pada waktu itu tengah terjadi gempa bumi.   Karena kehilangan jejak orang she Bong, dan juga tengah kalap, burung rajawali putih itu bagaikan tidak memperdulikan bulubulunya yang rontok akibat sampokan sepasang sayapnya, yang hendak menumbangkan pohon-pohon itu, untuk mengejar si orang she Bong.   Cuma saja, setelah melakukan sampokan-sampokan berulang kali tanpa hasil, burung rajawali putih itu sambil mengeluarkan pekik yang nyaring mengandung kekesalan, kemarahan dan juga kekalapan, telah memutar tubuhnya, terbang ke tengah udara.   Dia berputar-putar di atas udara, di mana dia seperti tengah mencaricari jejak orang she Bong yang masih menawan Giok Hoa.   Hek-pek-siang-sat yang melihat kelakuan burung rajawali putih tersebut, diam-diam jadi geleng-geleng kepala, mereka sangat kagum sekali, karena mereka telah melihatnya, betapa burung rajawali putih itu di samping tangguh, juga merupakan seekor burung rajawali yang sangat setia sekali, sehingga dia harus terluka seperti itu, tokh burung rajawali putih tersebut masih terus berusaha mencari majikannya, Giok Hoa.   Setelah berputar-putar sekian lama di tengah udara sambil mengeluarkan pekikan tidak hentinya, burung rajawali itu kemudian terbang menjauhi.   Tidak lama kemudian telah terbang mendatangi lagi.   Begitulah burung rajawali putih tersebut berulang kali terbang ke sana ke mari, di mana dia telah berusaha untuk mencari jejak dari orang she Bong itu.   Namun orang she Bong yang menjadi murid Hek-pek-siang-sat telah menyembunyikan diri terus.   Dia tidak berani keluar dari dalam hutan itu, karena sekali saja dia keluar dan kena dicengkeram oleh burung rajawali putih tersebut, niscaya akan menyebabkan tubuhnya dapat dirobek-robek.   Sedangkan Hek-pek-siang-sat waktu itu telah beberapa kali memanggil-manggil muridnya, namun orang she Bong itu tidak menyahuti dan tidak keluar.   Hek-pek-siang-sat akhirnya masuk ke dalam hutan itu.   Mereka mencari-cari cukup jauh juga, rupanya orang she Bong itu telah memasuki hutan itu cukup dalam untuk menghindar dari burung rajawali tersebut.   Karena dari itu, ketika melihat muridnya masih mengempit Giok Hoa dan tengah bersembunyi di balik sebungkah batu di tengah-tengah hutan tersebut, Hek-siang-sat telah membentaknya.   "Kie Siu, keluar..... sekarang burung rajawali putih itu telah pergi.....!" Orang she Bong itu keluar juga dari balik batu tersebut, dia telah mengempit Giok Hoa kuat-kuat, karena jika Giok Hoa masih berada di tangannya dan gadis itu tidak mau memerintahkan burung rajawalinya pergi, sehingga jiwanya terancam, dia akan membunuh gadis cilik tersebut. Ketika melihat ke dua gurunya, hatinya agak tenang. Tadi dia telah menyaksikan, gurunya yang begitu gagah dan liehay ternyata masih agak kewalahan juga menghadapi kekalapan burung rajawali putih yang memiliki tenaga begitu kuat. Dengan demikian membuat Bong Kie Siu, murid Hek-pek-siang-sat tersebut tidak berani untuk keluar dari hutan itu mukanya masih pucat.   "Mengapa kau meninggalkan kami?!"   Bentak Hek-siang-sat dengan suara yang agak bengis.   "Hemmm, mengapa engkau tidak memaksa gadis cilik itu agar bersiul perintahkan burung rajawali putih itu agar pergi dari tempat ini?!"   "Maafkan Suhu..... sesungguhnya memang gadis kecil ini keras kepala, dia tidak mau menuruti perintahku, dan dia membandel bila perintahkan burung rajawali itu pergi dari tempat ini.....!"   Menyahuti Bong Kie Siu, dengan sikap takut-takut. "Lepaskan gadis itu.....!"   Perintah Pek-siang-sat dengan suara yang lebih sabar dibandingkan sikap Hek-siang-sat.   Bong Kie Siu mematuhi perintah gurunya.   Dia melepaskan kempitannya pada Giok Hoa, tetapi Bong Kie Siu tetap berwaspada, di mana dia berusaha untuk mengawasi gadis itu, kalau-kalau gadis cilik tersebut berusaha untuk melarikan diri.   Dalam keadaan seperti ini telah membuat Giok Hoa tidak berdaya untuk meloloskan diri dari ke tiga orang ini.   Giok Hoa pun menyadarinya, bahwa Hek-pek-siang-sat memiliki kepandaian yang tinggi.   Jika memang Giok Hoa berusaha melarikan diri, tentu dengan mudah dia akan dapat dicekuk kembali.   Itulah akhirnya membuat Giok Hoa telah berdiam diri saja.   Dia mengawasi Hek-pek-siang-sat beberapa saat lamanya dengan sorot mata mengandung kebencian.   Pek-siang-sat telah tersenyum tawar, katanya.   "Nona manis, kami tidak akan mempersulit engkau..... siapa engkau sebenarnya? Siapa gurumu? atau siapa ayah dan ibumu?"   Pek-siang-sat bertanya begitu karena menduga Giok Hoa tentunya seorang puteri dari tokoh terkemuka di dalam rimba persilatan.   Tetapi Giok Hoa diam seribu bahasa, dia bungkam dan tidak mau memberikan penyahutan sepatah perkataan pun juga.   Pek-siang-sat yang melihat sikap gadis cilik itu, telah tersenyum lagi.   "Nona manis, kami merasa kagum kepadamu, walaupun usiamu masih muda sekali, tokh engkau telah dapat menjinakkan seekor burung rajawali sehebat itu..... karena dari itu, terdorong oleh rasa kagum kami, membuat kami bermaksud bersahabat dengan kau dan ingin mengetahui siapakah sebenarnya engkau ini?!"   Mendengar perkataan Pek-siang-sat itu. yang berusaha untuk menghadapinya dengan cara yang lunak, Giok Hoa tetap tidak mau melayaninya, bahkan gadis cilik ini telah berkata dengan suara yang tawar.   "Jangan banyak bertanya.....!"   Kemudian bungkam lagi. Bong Kie Siu rupanya sudah tidak bisa menahan diri, dia membentak marah.   "Biarlah Suhu, aku akan menyiksanya! Mustahil dia tidak mau bicara!"   Dan sambil berkata bengis seperti itu, Bong Kie Siu telah melangkah buat menghampiri Giok Hoa. Namun Pek-siang-sat telah mengulapkan tangannya.   "Jangan!"   Kata si putih.   "Kau tidak boleh mempersakiti nona manis ini!"   Giok Hoa tertawa dingin.   "Jika kalian hendak menyiksaku, siksalah, aku tidak takut!"   Tantangnya.   Melihat keberanian gadis cilik itu, bertambah kagum juga hati Hekpek-siang-sat.   Mereka berdua memang merupakan manusiamanusia aneh, semakin memperoleh sesuatu yang luar biasa, semakin terbangun semangat mereka untuk dapat menguasainya.   Dan demikian juga halnya dengan Giok Hoa, semakin keras dan ketusnya gadis cilik itu menghadapi mereka, maka semakin bersemangat sekali Hek-siang-sat hendak menguasainya.   Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tampak Pek-siang-sat sambil tersenyum lebar telah mengangsurkan tangan kanannya menunjukkan ibu jarinya.   "Hebat! Engkau hebat sekali, nona manis......!"   Pujinya.   "Engkau ternyata seorang nona manis yang benar-benar sangat tabah, menambah kekaguman kami saja!" Giok Hoa tertawa dingin, katanya.   "Jika memang begitu, mengapa kalian tidak mau membebaskan aku?!"   Pek-siang-sat membuka matanya lebar-lebar kemudian katanya.   "Jika memang engkau ingin pergi, kamipun tidak berani menahanmu! Bukankah telah kami katakan, engkau sangat manis sekali, berani dan menimbulkan perasaan kagum pada kami! "Karenanya, untuk ini telah membuat kami ingin bercakap-cakap sekedarnya denganmu untuk dapat mengikat tali persahabatan! Tentunya engkau bersedia menjadi sahabat kami?!!"   "Tidak mau!"   Giok Hoa menggeleng keras-keras.   "Aku tidak mau bersahabat dengan manusia-manusia jahat!"   "Kami bukan orang-orang jahat!"   Kata Pek-siang-sat tersenyum.   "Kamu orang jahat! Murid kalian saja seorang penjahat rendah tidak tahu malu!"   Menyahuti Giok Hoa ketus sambil melirik kepada Bong Kie Siu.   Bukan main gusarnya Bong Kie Siu, sampai dia berjingkrak.   Namun sebelum dia sesumbar memaki, waktu itu Hek-siang-sat telah menoleh kepadanya, telah mendelikinya, dengan begitu membuat Bong Kie Siu tidak berani mengumbar kemarahannya itu.   Sedangkan Pek-siang-sat telah berkata lagi.   "Murid kami itu memang seorang yang kasar tidak tahu aturan, karena dari itu kami ingin meminta maaf kepada nona..... jika memang nona tidak keberatan, maka kami akan menegurnya dan juga menghukumnya jika perlu!"   "Mengapa aku harus keberatan, dia murid kalian, sudah tentu kalian pula yang berhak buat menghukumnya! Dia seorang yang rendah dan jahat, tidak tahu malu.....!"   Kata Giok Hoa ketus.   "Dan juga kalian tampaknya bukan manusia baik-baik, karena Pek-jie telah kalian lukai.....!"   Mendengar perkataan Giok Hoa seperti itu membuat Hek-peksiang-sat benar-benar kewalahan menghadapi gadis cilik yang keras hati itu.   Namun Pek-siang-sat masih tersenyum, walaupun senyum pahit.   Mereka memang benar-benar sangat aneh! Coba jika Giok Hoa ketakutan dan juga meminta-minta ampun kepada mereka, tentu Hek-pek-siang-sat tidak akan bersikap manis kepada gadis cilik ini, malah akan memperlakukannya dengan keras dan bengis.   Tetapi justeru gadis cilik ini sangat berani, maka mereka tambah menyukai gadis kecil ini, mereka memperlakukannya dengan manis.   Waktu itu Pek-siang-sat telah memanggil Bong Kie Siu, tanyanya dengan bengis.   "Apa yang telah kau lakukan terhadap nona manis ini?!"   Bong Kie Siu ditegur seperti itu oleh gurunya, kaget tidak terkira.   Dia mengetahui, mungkin jika gurunya hendak ambil hati pada Giok Hoa, dirinya yang akan dikorbankan dan dihajar.   Karena itu cepat-cepat Bong Kie Siu menggeleng dengan semangat seperti terbang meninggalkan raganya.   "Tidak..... tecu tidak melakukan sesuatu apapun juga padanya..... Bukankah tadi suhu berdua perintahkan tecu agar memaksanya untuk dapat memerintahkan dia mengusir burung rajawali putih itu?!"   Pek-siang-sat mencilak matanya.   "Engkau seorang murid yang terlalu bodoh, dengan begitu, kalian telah menimbulkan kesan seperti juga kami ini berdua pun bukan sebangsa manusia baik-baik! Hemm, engkau menjadi murid kami, tetapi engkau tidak berusaha mengangkat nama harum gurumu, malah telah mencemarkannya. Seharusnya engkau menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatanmu......!"   Setelah berkata begitu, Pek-siang-sat mengibaskan tangannya, dari kibasan tangan itu telah meluncur angin yang sangat kuat, membuat tubuh Bong Kie Siu terguling.   Namun dia bersyukur, dengan begitu dia batal dihukum berarti gurunya hanya pura-pura marah belaka, dan perintahkan dia pergi.   Begitu merangkak bangun, segera juga dia berlari meninggalkan tempat itu, dia memasuki hutan itu lebih dalam, karena dia tahu, semakin lama dia berada di situ kemungkinan besar dia terancam hukuman gurunya, jika saja Giok Hoa masih terus juga "ngambul".   Hek-pek-siang-sat tidakmencegah kepergian muridnya, mereka telah membiarkan Bong Kie Siu pergi tanpa mencegah lagi.   Sedangkan Giok Hoa yang melihat Pek-siang-sat telah mengibaskan lengan bajunya dan membuat Bong Kie Siu sampai terguling seperti itu, hatinya telah puas.   "Hemmm, rupanya kalian guru yang cukup baik dalam mengajar murid, kalian tetap akan menghukum murid kalian jika murid kalian itu melakukan suatu kejahatan.....!"   Kata Giok Hoa kemudian. "Oh tentu, tentu saja.....!"   Kata Pek-siang-sat cepat.   "Kami sangat kagum kepadamu, nona manis, namun siapa sangka, justru murid kami itu pernah berlaku kurang ajar kepadamu maka kami sangat marah sekali.   "Beruntung saja nona tidak meminta kami menghukumnya dengan keras, jika tidak tentu kami akan membuatnya bercacad. Tetapi nona manis, tentunya kau pun tidak tega jika kami harus turunkan tangan keras menghukum murid kami itu sampai bercacad, bukan?!"   Giok Hoa terdiam sejenak, kemudian katanya.   "Apakah sekarang aku sudah boleh meninggalkan tempat ini?!!"   "Tentu boleh! Tetapi kami ingin bercakap-cakap dengan kau dulu, karena itu, harap nona manis jangan pergi tergesa-gesa......!"   Giok Hoa jadi mengerutkan alisnya lagi, karena dia segera dapat menduga, inilah penahanan secara halus.   Namun, untuk memaksa pergi begitu saja tentu Giok Hoa tidak bisa melakukannya, karena jika dia bersikeras pergi begitu saja, niscaya akan menyebabkan dia memperoleh kesulitan dari Hek-pek-siang-sat.   Karenanya dia telah berdiam diri saja, hanya hatinya jadi tidak senang lagi terhadap ke dua orang itu.   "Nona manis, siapakah sebenarnya namamu?!"   Tanya Pek-siangsat.   "Aku tidak mau bicara dengan kalian!"   Kata Giok Hoa ketus.   "Ihhhh, mengapa tidak mau bicara dengan kami?!"   Tanya Peksiang-sat kemudian.   "Aku tidak mau bicara dengan kalian, manusia-manusia berhati palsu. Kalian tidak mengijinkan aku pergi, dengan alasan ingin mengajakku bercakap-cakap.   "Jika memang kalian hendak bercakap-cakap, sekarang kalian biarkan dulu aku pergi, agar aku memiliki kesempatan buat mengobati luka pada Pek-jie. Kemudian memberitahukan kepada paman Hok. Dengandemikian nanti kita memiliki kesempatan buat bercakap-cakap....."   Mendengar perkataan Giok Hoa itu, bola mata Pek-siang-sat bersinar tajam sekali, katanya.   "Siapakah paman Hok mu itu dan dia berada di mana sekarang?!"   "Dia paman Hok ku. Dia sekarang berada tidak jauh dari tempat ini......!"   Menjelaskan Giok Hoa pada akhirnya setelah bimbang sejenak.   "Hemmmm, jika kalian memang benar-benar ingin bersahabat, tentu kalian akan melepaskan diriku, agar aku bisa bertemu dengan paman Hok ku itu......!"   Hek-pek-siang-sat mengangguk serentak, malah Pek-siang-sat segera juga berkata.   "Baik! Baik, nona manis, engkau boleh saja kembali ke paman Hok mu itu! Tetapi kami ingin sekali ikut denganmu menemui paman Hok mu itu, karena kami tertarik sekali.   "Engkau seorang gadis manis yang sangat kami kagumi, tentunya paman Hok mu itu lebih hebat lagi dari kau. Karenanya, kami tertarik sekali buat berkenalan dengan paman Hok mu itu.....!"   Mendengar perkataan ke duao rang itu, yang sebetulnya memang telah didengar cerita mengenai Hek-pek-siang-sat dari Bun Kie Lin beberapa waktu yang lalu, walaupun hanya sedikit sekali, namun Giok Hoa telah memiliki kesan tidak baik, di mana dia memiliki kesan bahwa Hek-siang-sat tentunya bukan sebangsa manusia baik-baik.   Karena itu, segera juga dia berkata.   "Paman Hok ku itu tidak mau bertemu dengan siapapun juga, karenanya aku tidak bisa mengajak kalian buat pergi menemuinya.....!" Hek-siang-sat saling pandang satu dengan yang lainnya, dan telah berdiam diri sejenak. Mereka telah melihat, walaupun bagaimana tampaknya Giok Hoa tidak menyukai mereka. Walaupun mereka berdua telah berusaha bersikap manis sekali kepada Giok Hoa. Maka Pek-siang-sat segera mengambil keputusan tegas.   "Baiklah! Biarkanlah paman Hok mu itu datang ke mari! Kau mengatakan bahwa dia tidak mau jika ada orang yang datang menemuinya.   "Karena itu, biarkanlah dia yang datang mencarimu ke mari. Bukankah jika dia tidak melihatmu, dan engkau telah pergi sekian lama, diapun akan datang ke tempat ini?"   Giok Hoa tercekat hatinya.   Jika memang Hok An datang ke tempat itu dalam rangka mencari jejaknya, berarti Hok An akan bertemu dengan Hek-pek-siang-sat.   Dan ini merupakan hal yang tidak menggembirakan.   Kepandaian Hek-pek-siang-sat memang jauh berada di atas kepandaian dari Hok An.   Karenanya, jika Hok An bertemu dengan mereka, berarti bisa diperhina mereka tanpa bisa memberikan perlawanan sedikitpun juga.   Akhirnya Giok Hoa telah bertanya.   "Apakah kalian tetap tidak mau melepaskan aku?"   Hek-pek-siang-sat menggeleng, katanya.   "Tidak! Biarlah paman Hok mu itu datang ke mari menjemputmu dan kami akan membebaskan engkau, karena memang sangat tertarik sekali buat berkenalan dengan paman Hok mu itu......!"   Setelah berkata begitu, segera juga Hek-pek-siang-sat saling memberi isyarat satu dengan yang lainnya dan juga telah menghampiri Giok Hoa. Pek-siang-sat mengulurkan tangan kanannya, katanya.   "Nona manis, mari kita beristirahat di sana.....!"   Dia menunjuk ke arah sebatang pohon besar.   Giok Hoa mengetahui bahwa itu merupakan hal penawaran belaka.   Dia tidak diperbolehkan meninggalkan tempat ini.   Juga dia tidak akan diberikan kesempatan buat melarikan diri.   Justeru memang jika dia terlalu lama pergi, Hok An pasti akan mencari-carinya.   Dan Pek-jie juga akan segera memberitahukan kepada Hok An, di mana beradanya Giok Hoa.   Dengan demikian, tentu Hok An akan bertemu dengan Hek-peksiang-sat.   Sedangkan Hek-pek-siang-sat bukan sebangsa manusia baik, di mana pendirian mereka tidak menentu, bisa mengambil jalan lurus dan jalan sesat.   Maka dengan tabiat mereka yang aneh seperti itu, kalau sampai Hok An diperhina mereka dan dia marah, lalu terjadi perkelahian, niscaya akan merugikan Hok An.   Sebab memang kepandaian Hok An masih berada di sebelah bawah kepandaian Hek-pek-siang-sat.   Giok Hoa jadi bingung sendirinya, cepat-cepat dia menggelengkan kepalanya sambil memperlihatkan sikapmarah, katanya.   "Tidak! Aku tidak mau menemani kalian! Aku mau pergi.....!"   Setelah berkata begitu, dengan nekad Giok Hoa melangkahkan kakinya buat meninggalkan tempat itu, karena dia bermaksud akan pergi.   Dia tidak memperdulikan lagi ke dua orang Hek-pek-siangsat tersebut.   Hek-pek-siang-sat melihat Giok Hoa bersikeras hendak pergi, jadi tersenyum tawar.   Malah Hek-siang-sat telah melompat menghadang di depannya.   "Kau tidak boleh pergi dulu, nona manis, jalan di hutan ini berbelitbelit.   Jika engkau tidak mengenal jalan, tentu engkau akan tersesat.   "Nanti jika paman Hok mu itu datang menanyai engkau, tentu kami akan malu, karena tidak bisa memberitahukan di mana beradanya engkau! Karena dari itu, sudahlah! Mari Kita nantikan saja kedatangan paman Hok mu itu!"   Sambil berkata begintu, dia telah mengulurkan tangan kanannya.   Dia mengulurkan perlahan sekali! Giok Hoa mengetahui pergelangan tangannya yang hendak dicekal oleh Hek-siang-sat.   Anakrawali 13.062.   Dia berusaha berkelit.   Namun entah bagaimana, tahu-tahu tangannya telah kena dicekal oleh Hek-siang-sat.   Malah begitu pergelangan tangannya kena dicekal oleh Hek-siang-sat, seketika Giok Hoa merasakan tenaganya seperti lenyap.   Namun Giok Hoa berusaha meronta, walaupun usahanya itu sia-sia belaka.   Sambil tertawa Hek-siang-sat pura-pura tidak mengetahui si gadis meronta, dia telah menariknya setengah paksa.   "Mari kira duduk beristirahat di sana.....!"   Ajaknya, bermaksud untuk membawa gadis kecil itu ke bawah batang pohon di mana Peksiang-sat telah duduk sambil tersenyum mengawasi Giok Hoa. Giok Hoa segera juga berteriak-teriak.   "Lepaskan, lepaskan, aku mau pergi..... kalian..... ohhh, kalian manusia-manusia jahat.........!"   Tetapi Hek-siang-sat tetap mencekal pergelangan tangan Giok Hoa, di mana dia telah mencekal jalan darah terpenting di pergelangan tangan si gadis kecil itu, dengan demikian Giok Hoa jadi kehilangan tenaganya.   Sedangkan Giok Hoa masih terus berusaha meronta sambil berteriak-teriak ketika Hek-siang-sat perintahkan agar dia duduk.   "Tidak! Tidak! Aku tidak mau! Lepaskan Lepaskan! Oh, Kalian benar-benar manusia jahat........!"   Hek-siang-sat tidak memperdulikan sikap si gadis kecil.   Dia telah duduk sambil menarik tangan Giok Hoa, sehingga Giok Hoa tertarik untuk duduk dengan betotan yang cukup kuat.   Tetapi gadis kecil ini telah menangis keras sekali, karena masih terus berteriak-teriak agar cekalan Hek-siang-sat dilepaskan.   Dalam keadaan seperti itulah, tiba-tiba terdengar suara seorang wanita yang bersenandung sangat tenang dan sabar sekali, suaranya begitu lembut.   "Pergi dengan berpasangan, rajawali sakti, dan juga kesedihan telah ditinggalkan..... Kini muncul berdua, dengan rajawali sakti yang terbang beriringan....."   Suara itu sangat perlahan, dan tenang sekali, sabar dan bening, disusul dengan suara berkeresek, menunjukkan bahwa ada seseorang yang tengah mendatangi ke arah tempat di mana adanya Hek-pek-siang-sat dan Giok Hoa.   Mengetahui ada orang datang, Giok Hoa menangis semakin keras, malah dia telah berteriak-teriak.   "Tolong..... tolong......!"   "Hussss!"   Bentak Hek-siang-sat yang menjadi dongkol juga.   "Kami tidak menyiksa dan mempersakiti dirimu, kami hanya ingin mengajak kau bercakap-cakap saja. Mengapa engkau melolonglolong seperti itu?" Sedangkan suara orang bersenandung itu terdengar semakin dekat, suara seorang wanita yang begitu bening sekali. Disusul kemudian suara keresekan itu semakin dekat juga. Dan akhirnya muncul dari balik batang-batang pohon, seorang gadis berpakaian serba kuning, memiliki paras yang cantik sekali, berusia di antara duapuluh limatahun lebih. Matanya bersinar tajam dan bening sekali, bibirnya yang begitu tipis tersenyum manis sekali, sedangkanrambutnya yang disanggul tampak teratur dan rapi sekali. Sama sekali gadis berpakaian serba kuning itu tidak memperlihatkan perasaan terkejut, ia memandang kepada Hekpek-siang-sat kemudian kepada Giok Hoa, lalu katanya.   "Adik kecil, mengapa engkau menangis seperti itu? Apakah ke dua orang itu masih ada hubungan saudara denganmu?!"   Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Bukan! Bukan! Mereka adalah dua orang penjahat tidak tahu malu, dia hendak menahanku!"   Sambil berkata begitu, Giok Hoa telah mendeliki Hek-siang-sat. Gadis berpakaian serba kuning yang parasnya sangat cantik itu telah berkata dengan suara yang sabar.   "Sebenarnya, apa yang kalian kehendaki dari gadis kecil tidak berdosa itu? Bukankah harus dikasihani adik kecil yang begitu jujur dan polos, kalian takuttakuti seperti itu?!"   Sebelum Hek-pek-siang-sat telah bersiap-siap ketika mendengar suara berkeresekan daun kering menandakan ada orang datang, mereka menduga seorang tokoh sakti dari rimba persilatan juga.   Namun siapa sangka, justeru yang muncul adalah seorang gadis yang cantik jelita.   Karena itu mereka tidak memandang sebelah mata.   "Nona cantik engkau demikian rupawan tetapi seorang diri engkau berkeliaran di hutan belukar ini, apakah engkau tidak kuatir akan ditimpa malapetaka diganggu oleh manusia-manusia jahat?!"   Gadis berpakaian kuning itu tersenyum. Manis sekali senyumannya itu, sikapnya juga sabar sekali. Dia telah berkata dengan sikapnya yang sabar dan tenang.   "Mengapa harus takut? Bukankah disini semuanya aman? Oya, jika memang kalian hendak bicara dengan gadis kecil itu, bicarakanlah dengan baik-baik. Jangan dengan cara seperti itu, di mana kalian telah mencekal tanganadik kecil itu, seperti juga kalian memaksanya.....!" "Kau jangan mencampuri urusan kami!"   Tiba-tiba Hek-siang-sat membentak bengis.   "Kami tidak mau jika urusan kami dicampuri orang lain!"   Gadis berbaju kuning itu tersenyum mendengar perkataan Heksiang-sat, kemudian katanya.   "Mengapa tidak boleh mencampuri? Justeru jika urusan ini tidak wajar, aku malah sengaja ingin mencampuri. Memang apa yang Siauw-moay (adik) lihat, urusan ini tidak wajar......!"   Setelah berkata begitu, gadis berpakaian serba kuning itu telah menoleh kepada Giok Hoa, lalu tanyanya.   "Adik kecil, siapakah engkau?!"   "Aku..... aku Giok Hoa, mereka hendak menawanku!"   Menjelaskan Giok Hoa.   "Cie-cie tolonglah aku....., mereka berdua sangat jahat sekali!"   Gadis berbaju kuning itu telah menoleh lagi memandang tajam kepada Hek-pek-siang-sat, namun sikapnya tetap sabar.   "Nah, kalian telah mendengar sendiri, bahwa adik kecil itu tidak menyukai kalian. Mengapa kalian hendak memaksanya agar dia menemani kalian?!"   Suaranya tenang, sama sekali tidak gentar walaupun melihat muka Hek-pek-siang-sat yang agak luar biasa dan bengis. Namun Hek-pek-siang-sat justeru jadi habis sabar. Pek-siang-sat telah melompat berdiri.   "Nona, kau jangan mengusili urusan kami! Kami tidak akan mengganggumu, engkau boleh melanjutkan perjalananmu! Tetapi jika engkau mencampuri urusan kami, berarti engkau mencari kesusahan buat dirimu sendiri......!"   Setelah berkata begitu segera juga Pek-siang-sat bersiap-siap untuk menyerang gadis berbaju kuning itu, kalau saja dia membangkang. Benar saja. Gadis berbaju kuning itu menggelengkan kepalanya.   "Maaf, aku tidak bisa melanjutkan perjalananku, sebelum kalian membebaskan adik kecil itu! Tidakkah kalian merasa kasihan melihatnya, seorang gadis cilik yang tidak berdaya, kalian takuttakuti seperti itu? Bebaskanlah.....! "Kukira kalian pun bukan sebangsa manusia-manusia gentong nasi, sedikitnya kalian memiliki kepandaian yang berarti. Karena dari itu, mengapa justeru kalian hendak menurunkan pamor kalian dengan menakut-nakuti anak kecil seperti itu.....?!"   Mendengar kata-kata si gadis baju kuning yang mengandung ejekan padanya, hal ini membuat Pek-siang-sat jadi berobah mukanya.   Dia mengetahui, bahwa ini memang merupakan urusan yang sengaja dicari-cari oleh gadis berpakaian baju kuning itu.   Bahkan melihat cara gadis berpakaian kuning itu berjalan, tentunya dia memiliki kepandaian juga.   Tidak mungkin seorang gadis yang tidak memiliki kepandaian apa-apa mempunyai keberanian seperti yang diperlihatkangadis berbaju kuning tersebut.   Karenanya, dalam keadaan seperti itu Pek-siang-sat sudah tidak bisa menahan diri lagi, dia mengayunkan tangan kanannya, maksudnya hendak mendorong pundakgadis baju kuning itu.   Namun gadis baju kuning itu sama sekali tidak berusaha berkelit, dia membiarkan tangan Pek-siang-sat meluncur ke dekat pundaknya.   Hanya saja terpisah beberapa dim lagi, di waktu telapak tangan Pek-siang-sat hampir menyentuh pundaknya, tampak gadis berpakaian serba kuning tersebut telah memiringkan sedikit pundaknya.   Tahu-tahu dorongan tangan dari Pek-siang-sat mengenai tempat kosong.   Itulah suatu cara berkelit yang mengagumkan sekali, karena gerakan gadis tersebut sangat gesit dan lincah, cara mengelakkannya pun luar biasa sekali.   Maka dari itu segera juga Pek-siang-sat memiliki dugaan, bahwa lawannya ini tentu bukan seorang gadis sembarangan, yang dapat dipermainkannya dengan mudah.   Cepat sekali tangan Pek-siang-sat telah bergerak mendorong pula.   Kali ini dia mendorong dengan mengerahkan tujuh bagian tenaga lweekangnya.   Namun, sekali lagi gadis berpakaian serba kuning itu bisa menghindarkan dorongan tersebut.   Telapak tangan Pek-siang-sat mengenai tempat kosong lagi, karena tahu-tahu pundak si gadis itu seperti juga telah melejit.   Itulah cara mengelakkan diri yang benar-benar sangat luar biasa dan cukup mengejutkan di samping menimbulkan rasa kagum di hati Pek-siang-sat.   "Hemmm, ternyata engkau memiliki kepandaian lumayan, sehingga engkau hendak mencampuri urusan kami!"   Kata Pek765 siang-sat geram.   "Bagus! Bagus! Memang sudah lama aku tidak bertempur, sehingga tanganku ini gatal. Mari, mari kita mainmain.....!"   Setelah berkata begitu, berbareng dengan selesainya perkataannya itu, sepasang tangan Pek-siang-sat bergerak menghantam dan mencengkeram.   Gerakan tangan itu meluncur terus dan melingkar, tangan kirinya hendak mencengkeram meluncur lurus, sedangkan tangan kanannya yang hendak menepuk meluncur dari atas seperti juga menyambarnya petir, dekat sekali menimbulkan sambaran angin yang sangat panas bukan main.   Namun gadis berpakaian serba kuning itu juga tidak tinggal diam saja.   Dia kali ini bukan hanya memiringkan sedikit pundaknya, karena dia telah bergerak cepat sekali.    Geger Solo Karya Kho Ping Hoo Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying Drama Gunung Kelud Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini