Anak Rajawali 41
Anak Rajawali Karya Chin Yung Bagian 41
Anak Rajawali Karya dari Chin Yung Namun belum keburu dia menggerakkan sepasang kakinya, justeru di saat itu seruling dari Oey Yok Su telah mengetuk perlahan kepalanya. Phan Chin Shia menjerit dengan suara yang menyayatkan hati, menjatuhkan diri di lantai bergulingan sambil memegangi kepalanya. Dari telinga, hidung, mulut dan matanya telah mengalir darah yang deras sekali. Dia pun cuma bisa bergulingan di lantai tidak terlalu lama, sebab kemudian dia telah putus napas, diam tidak bergerak. Yang Uh Tie-kwan dan Ma Ie Tie-kwan jadi ketakutan. Sambil memutar tubuh hendak melarikan diri dari tempat itu, mereka berseru-seru. "Pengawal! Pengawal..... tangkap penjahat!" "Hai, kamu berdua ke mari!" Bentak Oey Yok Su dengan suara yang dingin. Wajahnya walaupun telah tua, sangat angker sekali seperti muka mayat, dingin tidak berperasaan. Yang Uh Tie-kwan dan Ma Ie Tie-kwan jadi merandek, mereka tengah ketakutan, juga Oey Yok Su memanggil dengan suara yang berpengaruh sekali, mereka jadi merandek dan akhirnya menghampiri dengan takut-takut. "Lo-enghiong..... kami adalah pembesar negeri yang menjalankan tugas, karena itu..... kami tidak punya salah apa-apa dengan Loenghiong!" Kata Yang Uh Tie-kwan dengan sikap ketakutan sekali. "Hemmm, justeru pembesar negeri seperti engkau inilah yang perlu dibasmi! Tidak ada seorang manusia busuk yang bisa lolos dari tangannya Oey Loshia..!" "Ampun Lo-enghiong!" Menghiba Yang Uh Tie-kwan dan Ma Ie Tie-kwan yang segera menekuk kedua kaki mereka, berlutut mengangguk-anggukkan kepalanya. Lenyaplah harga diri mereka karena mereka kuatir dibunuh oleh pendekar tua yang memiliki kepandaian tinggi itu. Sedangkan para pengawal di ruangan tersebut jeri untuk maju, mereka telah melihatnya Phan Chin Shia yang memiliki kepandaian tinggi, mereka ketahui sebagai tukang pukul andalan ke dua pembesar tersebut telah dapat di bunuh begitu mudah. Tentu saja para tentara kerajaan itu tidak mau membuang jiwa dengan konyol, walaupun tadi ke dua Tie-kwan itu telah perintahkan mereka maju. Semuanya hanya berdiri diam saja dengan hati kebat-kebit. Oey Yok Su tertawa dingin, dia bilang. "Baiklah, sekarang aku mengampuni kalian, tapi di lain waktu, Oey Loshia tidak akan mengampuni manusia-manusia seperti kalian!" Setelah berkata begitu, serulingnya mengetuk perlahan pundak ke dua Tie-kwan itu. Ke dua Tie-kwan itu menjerit kesakitan dan mereka rubuh pingsan tidak bergerak lagi. Jika nanti mereka tersadar, maka mereka akan menjadi manusia lumpuh yang tidak bisa berjalan dan juga tidak bisa menggerakkan tangan mereka. Memang Oey Yok Su mengampuni jiwa mereka, tapi tidak mengampuni hukuman mereka. Walaupun nanti mereka tetap hidup, ke dua Tie-kwan itu hidup dengan menderita sekali.....! Oey Yok Su yang wajahnya tetap dingin tidak memperlihatkan perasaan apapun juga, telah berjongkok untuk menggendong Ko Tie, yang hendak dibawanya meninggalkan ruangan sidang Tiekwan tersebut. Tapi waktu berjongkok seperti itu, tiba-tiba muka Oey Yok Su berobah dan memperdengarkan suara dengusan "Hemmm!" Yang perlahan. Ia merasakan dari belakangnya menyambar beberapa batang senjata rahasia. Tanpa menoleh dia menggerakkan serulingnya, terdengar suara "tranggg, tranggg!" Beberapa kali, dan senjata rahasia yang ditimpukan seseorang buat membokongnya, telah terpental, menyambar ke arah dari mana datangnya tadi. Seketika terdengar suara jeritan beruntun dua orang, di susul dua sosok tubuh yang melarikan diri dari ruangan itu. Mereka berdua tidak lain dari Gorgo San dan Kiang-lung Hweshio. Mereka sejak tadi menyaksikan apa yang terjadi, dan juga menyaksikan datangnya Oey Yok Su, yang terkenal sangat lihay itu. Mereka berdua pun jeri. Memang ke dua Tie-kwan itu mereka kendalikan, buat menangkap Ko Tie, dan mereka hendak membunuh Ko Tie dengan meminjam tangan dari ke dua Tie-kwan tersebut. Namun siapa tahu, justeru Tie-kwan-tie-kwan itu yang telah dibayar oleh Oey Yok Su. Malah jago-jago andalan ke dua Tiekwan itu, yaitu Phan Chin Shia, telah kena dibinasakan Oey Yok Su dengan cara yang begitu mudah. Gorgo San dan Kiang-lung Hweshio tidak berani memperlihatkan diri. Mereka penasaran. Untuk melampiaskan penasaran mereka, maka mereka menyerang dengan senjata rahasia buat membokong. Namun Oey Yok Su benar-benar lihay. Tanpa menoleh ia bisa menyampok kembali senjata rahasia itu, yang menancap di punggung dan di lengan Gorgo San dan Kiang-lung Hwesio, membuat mereka menjerit kesakitan, dan melarikan diri. Untung saja Oey Yok Su memang tidak bermaksud mengejar mereka. Jika memang Oey Loshia menginginkan jiwa mereka, berapa cepatnya mereka melarikan diri, jangan harap bisa terlepas dari tangan Oey Loshia, si sesat tua ini. Dengan muka yang tetap dingin tidak berperasaan, Oey Yok Su mengangkat tubuh Ko Tie yang tengah pingsan tidak sadarkan diri, dibawa meninggalkan tempat itu. Oey Yok Su membawa Ko Tie ke sebuah penginapan, dan juga telah merawatnya. Ia menguruti dan memberikan obat kepada Ko Tie. Tocu pulau To-hoa-to ini memang hebat dan mujijat obat-obat ciptaannya. Walaupun bagaimana parahnya luka yang diderita oleh Ko Tie, pemuda itu bisa disembuhkan dengan cepat.....!" Ternyata, Oey Yok Su waktu berpisah dengan Ko Tie, bukan bersungguh-sungguh meninggalkan pemuda itu. Setelah mengetahui Ko Tie adalah murid Swat Tocu, memang ia jadi tidak menyukai pemuda itu, karena ia beranggapan Swat Tocu seorang jago persilatan yang angkuh dan tidak pernah mau hadir dalam Hoa-san-lun-kiam. Karenanya ia pun menyesal telah mengobati Ko Tie. Tapi, rasa penasaran hendak melihat berapa tinggi kepandaian Ko Tie, sebagai murid Swat Tocu, membuat Oey Yok Su mengikutinya. Ketika tiba di kota tersebut, ia segera mencari rumah makan buat mengisi perut, dan di waktu itulah ia kehilangan jejak Ko Tie. Hal ini membuat Oey Yok Su semakin penasaran. Dia mencarinya ke sana ke mari, sampai akhirnya ia mendengar perihal seorang pemuda yang hari itu akan dijatuhi hukuman mati. Cepat-cepat Oey Yok Su pergi ke kantor Tie-kwan dan benar saja, ia melihat Ko Tie yang tengah disidangkan, malah keselamatan Ko Tie tengah terancam oleh Phan Chin Shia. Tanpa berpikir panjang lagi, Oey Yok Su segera turun tangan buat membunuh Phan Chin Shia dan menolongi Ko Tie. Kemudian barulah membawa pemuda itu ke rumah penginapan untuk diobatinya, karena dilihatnya Ko Tie dalam keadaan terluka parah di dalam tubuhnya. Dia pun telah memberikan obat yang paling mujarab dan langka, hasil ciptaan dan ramuannya sendiri selama mengasingkan diri di To-hoa-to. Y Waktu Ko Tie membuka matanya tersadar dari pingsannya, yang pertama kali dilihatnya adalah seorang laki-laki tua berjenggot panjang, dengan muka yang dingin tidak memperlihatkan perasaan apapun juga, memakai kopiah dan baju panjang warna hijau, yang tidak lain dari pada Oey Yok Su. Segera juga Ko Tie hendak bertanya, tapi Oey Yok Su telah mencegahnya dengan mengulap-ulapkan tangannya. "Jangan bicara dulu, luka di dalam tubuhmu cukup parah!" Ko Tie mematuhi perintah Oey Yok Su. Ia berdiam diri saja. Kemudian melihat dirinya berada di atas pembaringan di dalam sebuah kamar. Ia jadi tambah heran. Dan menduga-duga entah dia berada di mana. Di waktu itu Oey Yok Su telah bilang lagi dengan suara yang sabar. "Hemmmm, engkau masih tertolong, karena aku datang belum terlambat. Jika memang aku tiba terlambat satu-dua detik lagi, tentu engkau telah menjadi mayat.....!" Ko Tie mengangguk saja, karena ia ingat akan pesan Oey Yok Su agar dia tidak bicara dulu. Ia pun menyadari, tentunya sekali ini Oey Yok Su pula yang telah menolonginya. "Untuk mennyembuhkan benar-benar luka di dalam tubuhmu itu, memerlukan waktu duapuluh hari. Setelah itu engkau masih perlu beristirahat duapuluh hari pula, barulah luka di dalam tubuhmu benar-benar sembuh!" Menjelaskan Oey Yok Su pula. "Hemm, ada seseorang yang memfitnah kau, apakah engkau mempunyai musuh?!" Ko Tie menggeleng. Dan ia berdiam dengan otak bekerja keras. Karena ia pun heran, bahwa ia telah difitnah seperti itu, dan orang itu yang belum diketahuinya siapa, telah memperalat ke dua Tiekwan tersebut. Beruntung dia masih bisa tertolong dan Oey Yok Su pula yang menolonginya. Segera Oey Yok Su membuka baju si pemuda, dia kemudian bilang. "Selama aku menguruti sekujur tubuhmu, engkau harus menahan nafasmu, buanglah sekali-sekali dengan teratur dan perlahan-lahan!" Ko Tie mengangguk lagi. Dirasakannya tangan Oey Yok Su hangat sekali menguruti sekujur tubuhnya. Cuma saja Ko Tie merasakan betapa dadanya sesak dan sakit. Ia merintih. "Tahan! Sakit yang bagaimana hebat sekalipun, engkau harus dapat menahannya, jika tidak, tidak bisa ditolong lagi!" Ko Tie mulai menggigit bibirnya dengan merintih perlahan, tapi ia mengangguk, bahwa ia akan mematuhi pesan Oey Yok Su, untuk bertahan dari sakit yang dideritanya. Oey Yok Su bekerja sebat sekali. Seluruh jalan darah di tubuh Ko Tie, yang berjumlah tigaratus empatpuluh tujuh, telah diurut semuanya, dan kemudian katanya dengan keringat masih memenuhi keningnya. "Kini engkau telah lolos dari keadaanmu yang gawat selanjutnya hanyalah tinggal membuka jalan-jalan darahmu! Kerahkan lweekangmu!" Sambil berkata begitu, Oey Yok Su meletakkan telapak tangannya pada perut Ko Tie. Ko Tie menuruti lagi perintah Oey Yok Su. Dia telah mengerahkan lweekangnya. Namun gagal. Lweekangnya dan tenaga murninya telah acak-acakan, tidak bisa disatukan. Malah, tenaga dalamnya itu telah buyar tidak bisa menembusi beberapa jalan darah terpenting di tubuhnya. Diamdiam Ko Tie mengeluh, dia menyadari, sekali ini ia benar-benar terluka parah sekali. Di waktu itu Oey Yok Su bilang dengan suara yang tawar. "Berusaha terus untuk mangerahkan lweekangmu!" Kemudian Oey Yok Su memejamkan matanya, dia mengerahkan lweekangnya. Ko Tie merasakan, dari telapak tangan Oey Yok Su mengalir hawa yang hangat sekali, seperti bola api, yang menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Bola api itu seperti berputar-putar di sekitar perutnya. Tapi tetap saja sin-kang Ko Tie tidak bisa disatukan, buyar dan tidak bisa menembusi beberapa jalan darah terpenting di tubuhnya. Ko Tie mencoba terus, berulang kali dia menyalurkan sin-kangnya, untuk dipusatkan menjadi satu. Walaupun berulang kali gagal, dia tidak berputus asa. Ia mengerti, sebelum ia berhasil mempersatukan tenaga dalamnya dan hawa murninya, tidak mungkin ia bisa sembuh. Terlebih lagi sekarang dengan dibantu oleh sin-kang Oey Yok Su, seharusnya ia dapat mengendalikan sin-kangnya jauh lebih mudah. Jika sekarang ia sulit untuk mempersatukan sin-kangnya walaupun telah menerima bantuan dari Oey Yok Su, itulah disebabkan memang ia terluka di dalam yang benar-benar berat dan parah. Sedangkan Ko Tie sendiri menyadari, Oey Yok Su sekali ini memang bersungguh-sungguh menolonginya. Benar-benar dia merasa heran oleh perangai Oey Yok Su yang angin-anginan. Dulu, beberapa saat yang lalu, Oey Yok Su tampak kecewa waktu mengetahui ia murid Swat Tocu. Dan juga telah meninggalkannya dengan sikap yang dingin, tidak mau tahu lagi keadaan dirinya. Siapa tahu, sekarang ini, justeru Oey Yok Su yang telah menolonginya lagi, bahkan Oey Yok Su pula yang telah berusaha membantunya dengan mengerahkan tenaga dalamnya. Sin-kang Oey Yok Su sudah mencapai puncak kesempurnaan, mungkin di dalam rimba persilatan sudah tidak ada duanya, dialah merupakan datuk rimba persilatan yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, dan dijaman itu mungkin sudah tidak ada orang yang bisa menandingi kepandaiannya. Di kala itu terlihat Oey Yok Su mengerahkan lima bagian tenaga dalamnya. Jika ia mengerahkan sampai delapan bagian, disaat pertama kali ia memusatkan tenaga dalamnya, pasti bisa membahayakan jiwa Ko Tie, sebab pemuda itu tidak akan kuat menerima "sumbangan" Tenaga dalam yang begitu besar. Sedangkan Ko Tie masih saja gagal. Sampai akhirnya Oey Yok Su menarik pulang tangannya. Ia menghela napas. Keringat tampak membasahi tubuh Oey Yok Su. Ia memang telah bersungguh-sungguh hendak menolongi Ko Tie. Cuma saja, luka di dalam tubuh yang diderita oleh Ko Tie benarbenar berat dan parah. Karena itu, segera terlihat, betapa pun juga, Ko Tie sangat berterima kasih, dia memandang kepada Oey Yok Su dengan sorot mata bersyukur. Oey Yok Su telah bilang kepadanya dengan suara yang tawar. "Lukamu benar-benar terlalu berat seharusnya, sebelum engkau cukup beristirahat tiga hari setelah kusembuhkan beberapa waktu yang lalu, engkau tidak boleh mempergunakan tenaga dulu, dan jangan sekali mengerahkan tenaga dalammu. Sekarang terbukti memang, engkau semakin hebat terluka di dalam, dan tidak mudah untuk disembuhkan!" Setelah berkata begitu, Oey Yok Su telah menghela napas lagi. Ko Tie jadi berkuatir sekali, karena ia takut kalau-kalau dirinya tidak bisa disembuhkan, maka kepandaiannya musnah dan ia menjadi bercacad. Tengah pemuda ini memandang mengawasi Oey Yok Su dengan sorot mata berkuatir, waktu itulah Oey Yok Su menoleh kepadanya, sehingga jago tua itu bisa melihat sinar mata Ko Tie, dan ia tersenyum tawar. "Kau takut mati?!" Tanyanya kemudian dengan suara yang datar dan dingin. Ko Tie menggeleng. "Ti tidak locianpwe!" "Kulihat engkau ketakutan sekali!" Kata Oey Yok Su dengan suara tetap tawar. "Boanpwe kuatir kalau-kalau boanpwe tidak bisa disembuhkan, sehingga boanpwe selain akan bercacat, juga ilmu silat boanpwe akan musnah!" Kata Ko Tie dengan muka yang guram dan masgul. Oey Yok Su tiba-tiba tertawa. Keras sekali suara tertawanya itu, sehingga bergema di sekitar tempat itu, membuat tamu-tamu di rumah penginapan tersebut, termasuk para pelayannya, jadi kaget tidak terkira. Mereka tidak mengetahui suara apa yang bergema itu. Mereka menduga apakah suara naga yang tengah meraung? Lama sekali Oey Yok Su tertawa, sedangkan orang-orang di rumah penginapan itu tengah panik mencari sumber suara tersebut, yang dalam pendengaran mereka sangat aneh. Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Oey Yok Su baru berhenti tertawa, katanya. "Baiklah kujelaskan kepadamu! Walaupun bagaimana aku akan berusaha menyembuhkan engkau!" Muka Ko Tie berseri-seri terang. "Terima kasih, locianpwe!" Katanya. "Budi besar locianpwe tidak mungkin boanpwe lupakan!" "Aku bukan melepas budi padamu!" Kata Oey Yok Su dengan suara yang dingin dan mukanya datar tidak memperlihatkan perasaan apapun juga. Ko Tie tercekat hatinya. Benar-benar ku-koay sekali adat Oey Yok Su. Dia sendiri yang mengatakan bahwa dia berusaha akan menyelamatkan Ko Tie, tapi dia sendiri yang bilang tidak mau melepas budi kepada Ko Tie. Maka Ko Tie berdiam diri saja, ia kuatir jika banyak bicara jadi salah. Waktu itu Oey Yok Su mengawasi Ko Tie beberapa saat lamanya lagi, dia bilang. "Menurut apa yang kulihat, engkau memiliki bakat dan tulang yang bagus, tentunya engkau menjadi murid Swat Tocu sebagai murid yang baik, telah mewarisi seluruh kepandaian gurumu itu! Bukankah begitu?!" Ko Tie ragu-ragu, tapi ia bertanya juga. "Maksud locianpwe?" Oey Yok Su tidak segera menyahuti, dia menghela napas, barulah kemdian dia bilang. "Ya, sesungguhnya, dalam hal ini aku sengaja menolongimu, karena aku kelak ingin melihat, berapa tinggi kepandaian yang telah diwarisi oleh Swat Tocu kepadamu! "Maka, aku telah turun tangan menyelamatkanmu, dan aku bertekad untuk menyelamatkan engkau dari kematian! Nah, jika memang nanti, kalau engkau telah sembuh, dan sudah tidak terluka seperti sekarang ini, di waktu itulah aku akan meminta engkau bertempur denganku sebanyak seratus jurus, karena aku ini melihat, betapa lihaynya kepandaian dari Swat Tocu, yang sering dibangga-banggakan orang itu!" Setelah berkata begitu, Oey Yok Su memperdengarkan suara tertawa dingin beberapa kali. Sedangkan Ko Tie jadi kaget tidak terkira. Memang Oey Yok Su benar-benar si sesat yang aneh sekali perangainya. Ia menolongi Ko Tie tapi dengan mengandung maksud justeru nanti meminta Ko Tie agar bertempur dengannya. Tentu saja Ko Tie jadi mengeluh. Walaupun dia memiliki kepandaian dua kali lipat dari yang sekarang, tidak mungkin dia bisa menandingi Oey Yok Su. Melihat Ko Tie berdiam diri saja, Oey Yok Su tertawa tawar. "Mengapa bengong saja? Apakah kau jeri?!" Tanyanya kemudian. Ko Tie tersenyum pahit. "Justeru yang tengah boanpwe pikirkan, jika misalnya memang boanpwe memiliki kepandaian dua kali lipat dari sekarang, juga tidak mungkin bisa menandingi locianpwe!" Kata Ko Tie jujur. Mendengar perkataan Ko Tie, Oey Yok Su tertawa bergelak-gelak. "Hemm, engkau tampaknya memang benar-benar tidak tahu diri? Dengan aku mengatakan ingin perintahkan engkau bertempur denganku, apakah engkau mengira bahwa aku ini bermaksud bertempur sungguh-sungguh dengan kau? Jika memang bertempur sungguh-sungguh, apakah dalam sepuluh jurus saja engkau bisa bertahan?!" Ditegur seperti itu, muka Ko Tie jadi berobah merah, dia likat sekali. Sekarang dia baru mengerti, bahwa Oey Yok Su mungkin hanya ingin menguji kepandaiannya belaka. "Ya, ya, boanpwe telah salah bicara!" Kata Ko Tie kemudian. Oey Yok Su mengawasi si pemuda, baru kemudian dia bertanya. "Sekarang kau jawab yang jujur, aku ada satu pertanyaan. Bersediakah engkau?!" Ko Tie mengangguk. "Ya, katakanlah locianpwe, nanti boanpwe menjawabnya dengan jujur.....!" Kata Ko Tie. "Bagus! Dengarkanlah baik-baik akan pertanyaanku ini!" Kata Oey Yok Su. "Menurut kau siapa yang memiliki kepandaian tertinggi, aku atau memang gurumu?!" Ditanya seperti itu, Ko Tie tertegun, dia tidak menyangka, akan diajukan pertanyaan seperti itu. Buat sejenak ia berdiam diri saja. "Mengapa engkau tidak menjawab?!" Tegur Oey Yok Su sambil memperlihatkan senyuman dingin. "Hemm, apakah pertanyaanku itu sulit buat dijawab?!" Waktu itu Ko Tie ragu-ragu sekali. Jelas ia tidak bisa mengatakan bahwa Oey Yok Su memiliki kepandaian di atas kepandaian gurunya. Dan ia pun tidak mungkin berkata bahwa Swat Tocu memiliki kepandaian di atas kepandaian Oey Yok Su. Sebab jika ia menjawab seperti itu, niscaya akan membuat Oey Yok Su kalap dan marah bukan main. Melihat pemuda ini masih bengong, Oey Yok Su telah berkata. "Sekarang kau mau menjawab atau tidak? Jika memang pertanyaanku itu sulit buat dijawab, aku pun tidak akan memaksa engkau menjawabnya. Ko Tie tersenyum pahit, dia bilang. "Sesungguhnya locianpwe jika memang dalam urusan ini boanpwe dari tingkatan muda, tentu saja tidak berani bicara sembarangan. "Mengapa tidak berani bicara sembarangan?! Aku bertanya padamu dan kau harus menjawab dengan jujur. Hanya itu saja. Mengapa engkau sulit menjawabnya?!" Ko Tie terdesak, dia tertawa pahit, kemudian katanya. "Mungkin yang mengetahui lebih jelas adalah locianpwe!" "Jika aku telah mengetahuinya, buat apa aku bertanya lagi kepadamu?!" Kata Oey Yok Su memperlihatkan sikap tidak senang. Ko Tie semakin terdesak. " Locianpwe........?!" "Hemmm, tampaknya pertanyaan itu memang sulit buat engkau jawab! Baiklah, aku tidak akan memaksa engkau menjawabnya lagi.....!" Setelah berkata begitu, Oey Yok Su memperlihatkan sikap tidak senang, wajahnya guram. Ko Tie jadi nekad ketika melihat keadaan Oey Yok Su, maka dia segera juga menjawabnya. "Jika memang tidak salah, dan ini menurut pendengaran yang selama ini boanpwe dengar, dan juga merupakan jawaban yang sejujurnya dari hati boanpwe, seperti yang dikehendaki oleh locianpwe, karena itu, maafkan jika boanpwe salah menjawab....... "Sesungguhnya, baik locianpwe, maupun guruku, di dalam rimba persilatan merupakan tokoh-tokoh yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali dan sukar untuk ditentukan siapa yang lebih tinggi karena memang kalian sangat dihormati oleh orang-orang seluruh rimba persilatan.......!" Setelah berkata begitu, tampak Ko Tie mengawasi Oey Yok Su, karena ia hendak mengetahuinya, sampai di manakah Oey Yok Su menanggapi perkataannya itu. Apakah ia akan marah atau akan menghantam mati. Oey Yok Su berdiam diri saja, wajahnya tetap guram. Bibirnya bergerak perlahan, dia berkata. "Menurut kau, aku dan si tua bangka itu, sama-sama merupakan tokoh rimba persilatan yang sangat dihormati sekali oleh orangorang rimba persilatan!" Oey Yok Su mengulangi kata-kata itu sampai beberapa kali, dan juga tampaknya dia tengah memikirkan kata-kata tersebut. Mendadak sekali, tangan kanan Oey Yok Su terangkat, terayun memukul paha kanan dari kaki Ko Tie. Hati Ko Tie tercekat. Ia menyangka Oey Yok Su hendak memukul hancur tulang kakinya, agar ia bercacat,karena mungkin saja Oey Y ok Su tidak senang dengan jawabannya tersebut. Tapi, ketika tangan Oey Yok Su hinggap di pahanya, itulah tepukan biasa yang tidak disertai oleh kekuatan tenaga dalam. Ko Tie bisa bernapas lega. Apa lagi waktu itu Oey Yok Su telah bilang. "Ya, engkau seorang murid yang berbudi. Engkau tahu mengenal budi dari gurumu, yang telah bersusah payah membesarkan dan mendidik engkau, mewarisi kepandaiannya! "Walaupun dalam keadaan seperti sekarang, engkau tidak bertindak rendah, dengan mengucapkan kata-kata yang menyenangkan hatiku dan lalu meruntuhkan nama baik gurumu! Aku memuji engkau sebagai murid yang baik, dan aku senang untuk mengobati kau!" Setelah berkata begitu, Oey Yok Su dapat tersenyum. Memang sungguh aneh sekali sikap dan kelakuan Oey Yok Su, karena ia bisa kesal dan senang dengan mendadak. Juga urusan yang benar bisa disalahkan, urusan yang salahpun bisa dibenarkan. Tapi, yang terpenting, Oey Yok Su adalah Oey Yok Su, yang paling benci kepada murid-murid yang murtad terhadap pintu perguruannya. Karena ia pasti akan menghukum murid murtad itu dengan hukuman yang seberat-beratnya. Karena Oey Yok Su sendiri memang pernah mengalami, betapa pahitnya jika memang seorang guru dikhianati oleh muridmuridnya, dan murid-murid Oey Yok Su ada yang mengkhianatinya, sehingga saking marahnya Oey Yok Su sampai menghukum semua muridnya. Dengan begitu, dia telah dapat melampiaskan kemarahannya. Sekarang ia melihat betapa Ko Tie, di saat membutuhkan pertolongannya, bukan sekedar untuk menyenangkan hatinya belaka, ia mengambil jalan tengah dan tetap menyanjung akan keterkenalan nama besar gurunya, yang malah telah disejajarkan dengan Oey Yok Su, yang disebut sebagai dua orang tokoh sakti yang disegani dan dihormati oleh orang-orang rimba persilatan. Sesungguhnya, jika memang Oey Yok Su memiliki perkiraan seperti itu, seperti jago-jago silat umumnya, pasti tidak puas dirinya disejajarkan dengan orang yang justeru hendak diruntuhkan dalam tangannya, yang merupakan saingannya Tapi memang dasarnya Oey Yok Su memiliki hati dan perangai yang aneh, karena itu, justeru yang salah bisa dibenarkan, yang benar bisa disalahkan. Malah oleh kata-kata Ko Tie ia jadi kagum terhadap Ko Tie, karena ia anggap Ko Tie sebagai seorang murid yang setia dan juga berbudi, tidak mau meruntuhkan dan mencari keuntungan dengan menjelekkan nama gurunya. Hal inilah yang menyenangkan hati Oey Yok Su. Dia memang paling benci murid-murid yang murtad, dan sekarang ia bisa melihat seorang murid yang bisa menghargai gurunya, dengan sendirinya telah membuat dia benar-benar menghormati dan juga senang untuk menolongi Ko Tie. Lega hati Ko Tie. Semula dia menduga jawabannya itu salah dan akan membuat Oey Yok Su murka. Tapi siapa tahu, justeru Oey Yok Su tampaknya gembira, dan telah berjanji akan menolongnya. Bahkan juga, telah memujinya sebagai seorang murid yang baik! Karena girang dan terharu, Ko Tie sampai menitikkan air mata. Melihat pemuda itu menangis, mendadak muka Oey Yok Su berobah dingin lagi. "Ihh, mengapa kau menangis?!" Katanya dengan suara yang tawar. Ko Tie sesenggukan. "Boanpwe teringat dan rindu kepada suhu......!" Menyahuti Ko Tie. "Hem, air mata buaya!" Mendadak Oey Yok Su mendengus seperti itu, sikapnya dingin sekali, seakan juga ia muak melihat Ko Tie. Sedangkan Ko Tie terkejut bukan main. Dia merasakan kepalanya seperti itu dikemplang oleh palu. Dia sampai berhenti menangis seketika itu juga. "Locianpwe......?" Katanya dengan suara tergagap. Oey Yok Su tertawa dingin, dia bilang. "Hemmm, engkau ternyata seorang murid yang berhati palsu! Seseorang, yang dapat menangis hanya disebabkan rindu terhadap gurunya, adalah seorang manusia berhati palsu.....!" Dingin dan tawar sekali suara Oey Yok Su, mukanya yang tidak memperlihatkan perasaan apa-apa. Waktu itu Ko Tie telah memandang Oey Yok Su dengan sorot mata tidak mengerti, karena memang ia benar-benar tidak mengerti, akan perangai Oey Yok Su yang demikian aneh sekali! Oey Yok Su juga menatap tajam sekali kepada Ko Tie, kemudian dia telah berkata dengan suara yang tawar. "Baiklah, kau seorang murid yang berhati palsu, seorang murid yang pandai menangis, hanya untuk merayu belaka, untuk mendustai gurumu hemmmm, aku jadi muak!" "Locianpwe.......!" "Kau tidak perlu memberikan bermacam-macam alasan! Ribuan bahkan laksaan alasan yang bisa dipergunakan untuk menutupi kesalahan! Tapi justeru kita bisa melihat kesalahan seseorang dari tingkah laku yang sebenarnya, yang tentu saja tidak dibuat-buat!" "Tapi locianpwee boanpwe sungguh-sungguh rindu pada suhuku......!" Kata Ko Tie penasaran. "Masa bodoh! Itu urusanmu sendiri, bukan urusanku dan tidak ada sangkut pautnya denganku!" Menyahuti Oey Yok Su dengan suara yang ketus sekali. Mendengar jawaban Oey Yok Su seperti itu, muka Ko Tie jadi berobah merah. dia segera menunduk dan berdiam diri. Memang benar apa yang dikatakan Oey Yok Su, bahwa Oey Yok Su tidak ada hubungan apa-apa antara Swat Tocu dengan dia. Dan juga memang urusan itu tidak perlu dibicarakannya dengan Oey Yok Su. Namun memang pada dasarnya Oey Yok Su aneh sekali sifatnya dan tabiatnya, di waktu itu dia telah berkata dengan suara yang tawar. "Hmm, baiklah, aku jelaskan kepadamu, bahwa aku tidak bisa untuk mengobati kau! Aku tarik janjiku tadi, dan aku segan, aku muak, untuk mengobati seseorang yang berhati palsu!" Hati Ko Tie jadi mencelos. "Locianpwe....... ?" "Hemmm, memang sudah kuduga, bahwa engkau seorang murid yang tidak setia kepada gurumu! Engkau telah memperoleh kecelakaan seperti ini, dan dengan tidak tahu malu engkau hendak mengemis-ngemis kepadaku, agar engkau diobati, bukan?!" Muka Ko Tie memerah. Namun akhirnya ia bilang. "Tapi dalam hal ini....... boanpwe....... boanpwe tidak memaksa locianpwe! Dan..... dan jika memang locianpwe keberatan buat mengobati lukaku ini, terserah kepada locianpwe sendiri, boanpwe tidak akan memaksanya..... terima kasih terhadap kebaikan locianpwe yang beberapa saat yang lalu telah menolongi boanpwe.......!" Ko Tie berkata begitu, karena memang dia telah nekad, dia pun merasakan harga dirinya diinjak-injak oleh Oey Yok Su. Jika ia mengalah, tentu akan memalukan gurunya, dan meruntuhkan nama besar gurunya. Karenanya ia mengeluarkan kata-kata yang nekad seperti itu. "Plakkk!" Tiba-tiba Oey Yok Su telah menghantam tepian pembaringan dengan tangan kanannya, sampai tepian pembaringan itu sempal dan juga telah membuat pembaringan itu tergetar keras, dapat dirasakan oleh Ko Tie. Ko Tie tercekat dan hatinya mencelos, karena ia menduga Oey Yok Su gusar oleh kata-katanya dan akan menghantamnya. Jika saja Oey Yok Su menggerakkan tangannya, tentu sulit sekali baginya buat hidup lebih jauh..... Tapi kini Ko Tie jauh lebih tenang. Ia sudah nekad, maka dia mengawasi Oey Yok Su dengan sikap yang menantang, mengawasi dengan tidak mengucapkan kata-kata apapun juga. Sedangkan Oey Yok Su dengan muka yang memerah karena mendongkol telah berkata. "Hemmmm, bagus! Dihadapanku engkau ingin besar adat dan membawa adatmu! Hemmm, bagus! Jadi engkau sekarang ini mengambul terhadapku. Baik aku akan melihat, sampai di mana kau bisa membawa adatmu?" Mendengar kata-kata Oey Yok Su yang terakhir itu, benar-benar membuat Ko Tie jadi cemas. Karena Oey Yok Su seorang yang berperangai sangat aneh, dan tentunya iapun akan bertindak yang aneh-aneh juga. "Locianpwe jangan salah paham," Kata Ko Tie. "Boanpwe berterima kssih jika memang locianpwe bersedia mengobati boanpwe." Oey Yok Su tertawa dingin, kemudian dengan mata yang memancarkan sinar yang sangat dingin, ia bilang. "Hemmm, engkau hendak bicara mutar-mutar dan akhirnya bertujuan satu, yaitu ingin memperlihatkan keangkuhan dirimu, mau diobati boleh, tidak diobati engkaupun tidak memaksa! Bukankah begitu?" Mendengar perkataan Oey Yok Su seperti itu, diam-diam Ko Tie berkata di dalam hatinya. "Hemmm, dasar memang engkau yang memiliki adat ku-koay, maka engkau memiliki dugaan seperti itu terhadapku! Sebetulnya, jika engkau bersungguh-sungguh hendak mengobatiku, tentunya engkau akan segera turun tangan buat mengobatiku. Lalu mengapa engkau seakan juga hendak mencari-cari urusan dan persoalan denganku? "Hemmm, melihat demikian, tampaknya memang engkau setengah hati buat menolongi aku! Sudahlah! Sudahlah! Jika tokh engkau tidak mau menolongi, paling tidak aku hanya mati!" Setelah berpikir seperti itu, Ko Tie menghela napas. Ia berusaha tersenyum, kemudian bilangnya. "Locianpwe, sebenarnya boanpwe sangat mengharapkan pertolongan locianpwe. Akan tetapi, jika memang locianpwe tidak bersedia mengobati, bukankah boanpwe tidak bisa memaksanya? "Jika boanpwe menangis darah, tapi locianpwe memang tidak mau mengobati boanpwe, bukankah tetap saja boanpwe tidak akan diobati oleh locianpwe........? Bukankah begitu?!" Mendengar perkataan Ko Tie, bola mata Oey Yok Su mencilak memutar beberapa kali. Ia memang memiliki adat yang aneh sekali, perangai yang luar biasa. Karena itu, setiap melakukan sesuatu, tentu ia selalu aneh dan ada-ada saja. Yang salah bisa dibetulkan, yang benar bisa disalahkan. Maka sekarang mendengar perkataan Ko Tie seperti itu, Oey Yok Su mendengus lagi beberapa kali, ia bilang. "Jika memang tidak memandang kepada gurumu, hemmm, hemmm, aku tentu sudah membunuhmu!" "Justeru tadi locianpwe mengatakan, bahwa karena boanpwe murid guruku, karena dari itu ada ada" Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ko Tie tidak meneruskan perkataannya. "Ada ada apa?!" Bentak Oey Yok Su, suaranya meninggi, sikapnya jadi bengis. "Apakah Iocianpwe tidak marah jika boanpwe mengatakannya?" Tanya Ko Tie. Muka Oey Yok Su berobah, tahu-tahu tubuhnya telah melesat menghampiri Ko Tie, tangannya bergerak. "Plakk!" Nyaring sekali pipi Ko Tie kena ditamparnya, sehingga ia merasakan rahangnya seperti copot dan ngilu sekali, seakan juga giginya akan rontok. "Kau anggap aku ini seorang jago rimba persilatan yang seperti bajingan, yang harus ditanya dulu marah atau tidak jika memang engkau mengemukakan pendapatmu?!" Kata Oey Yok Su dengan suara yang bengis. "Aku bisa membuktikan kepadamu, walaupun engkau tidak melakukan kesalahan, tapi jika memang hatiku tidak senang, maka bisa saja aku menghajarmu.....!" Setelah berkata begitu, berulang kali Oey Yok Su mendengus. Ko Tie tadi sempat merasakan pandangan matanya kabur seperti berkunang-kunang, dan ia pun merasa sakit yang sangat. Walaupun Oey Yok Su menamparnya memang bukan disertai tenaga sin-kangnya, namun tempelengan itu membuat Ko Tie jadi pusing juga. Setelah lewat beberapa saat, akhirnya Ko Tie baru bisa menyahuti. "Baiklah locianpwe, boanpwe bersedia dihukum apa saja oleh locianpwe, menganggap boanpwe bersalah boanpwe terima, jika dihukum, boanpwe juga terima......!" "Plak!" Kembali Ko Tie ditempeleng oleh Oey Yok Su. "Kau bicara seenakmu! Apakah kau anggap aku orang sinting sehingga orang yang bersalah dibenarkan dan yang benar dipersalahkan?!" Waktu berkata begitu, bola mata Oey Yok Su memancarkan sinar yang sangat tajam. Ko Tie sampai menggidik melihatnya. Sinar mata itu bukan memancarkan hawa pembunuhan, tapi angker dan berwibawa, agung sekali. Disamping itu, memperlihatkan bahwa Oey Yok Su benar-benar seorang yang memiliki kedudukan yang tinggi. Dan ia menempatkan dirinya pada kedudukannya itu, sehingga demikian angkernya. Ko Tie menghela napas. Menghadapi orang ku-koay seperti Oey Yok Su, Ko Tie jadi bingung sendirinya. Karena walaupun bagaimana, tetap saja ia harus dapat menerima dan menahan tempelengan Oey Yok Su. Ia sudah kewalahan juga, karena tidak tahu yang harus dikatakannya, berkata begini salah, berkata begitu salah. Maka, akhirnya Ko Tie berdiam diri saja, bungkam menutup mulut. Dalam keadaan seperti itu terlihat Ko Tie benar-benar merupakan seorang anak yang tidak berdaya menghadapi ayahnya yang galak. Sikapnya berdiam diri dengan kepala tertunduk, membuat Oey Yok Su akhirnya jadi lunak lagi hatinya. Ia menghela napas, matanya yang semula bersinar sangat tajam, telah menjadi biasa lagi, angker, tapi sinarnya lembut. Malah, dengan suara menyesal Oey Yok Su bilang. "Hemmm, engkau yang cari penyakit.....!" Ko Tie mengangkat kepalanya, tapi ia tidak berani mengucapkan sepatah perkataan pun juga, karena pemuda ini kuatir kalau-kalau ia salah bicara dan membangkitkan kemarahan Oey Yok Su, sehingga ia ditempeleng lagi berulang kali. Karena itu, Ko Tie cuma bungkam, mengawasi saja. Oey Yok Su akhirnya bertanya dengan sikap yang jauh lebih lunak. "Apakah engkau mau diobati?!" Ko Tie tertawa, ia mengangguk. "Sudah tentu boanpwe sangat bersyukur sekali jika saja locianpwe mau bermurah hati mengobati boanpwe!" Menyahuti Ko Tie. "Hemmm!" Tiba-tiba Oey Yok Su mendengus lagi. "Mau bermurah hati? Apakah kau kira seumur hidupku aku ini sebangsa manusia yang tidak pernah bermurah hati, sehingga engkau masih ragu apakah aku mau bermurah hati atau tidak buat mengobati lukamu itu?!" Tercekat hati Ko Tie. "Celaka!" Diam-diam pemuda ini mengeluh. Kembali Oey Yok Su salah paham. Ia cepat-cepat bilang. "Bukan begitu maksud boanpwe!" "Jika bukan begitu maksudmu, apakah maksudmu bahwa aku seorang yang berhati kejam dan selalu pula ingin mencari keuntungan dengan mengobati orang yang memerlukan pertolonganku? "Atau memang engkau menyangka aku ini Thong-shia sebagai manusia kejam yang tidak pernah menolongi orang?!" "Bukan, bukan begitu maksud boanpwe!" Berseru Ko Tie agak gugup. "Hemmm, bukan begitu, bukan begitu, apakah dengan berkata begitu engkau kira aku bisa mempercayai mulutmu lagi? Telah beberapa kali kau menyinggung perasaanku. Hem, sebenarnya engkau harus bersyukur bahwa engkau belum kubunuh karena kesalahanmu itu..... masih kubiarkan hidup!" Tercekat hati Ko Tie. Memang ia telah beberapa kali bertemu dengan Oey Yok Su. Waktu itu ia masih terlalu kecil, juga Oey Yok Su tidak memperhatikannya. Di samping itu, memang Oey Yok Su seorang yang sangat ku-koay, karenanya Ko Tie tidak bisa menangkap dan mengenal watak dan jiwanya. Jika seseorang dipuji, di "gong", tentu akan senang. Tapi lain dengan Oey Yok Su, yang akan jadi marah dan tersinggung, sehingga Ko Tie benar-benar jadi tidak mengetahui, berkata apa seharusnya yang bisa menyenangkan hati Oey Yok Su. Karena bungkam salah, bicara juga salah. Bungkam bisa dianggap kurang ajar, bicara bisa salah bicara. Karena itu, akhirnya Ko Tie sendiri tidak mengetahui apa yang harus diperbuatnya. Waktu itu Oey Yok Su telah berkata dengan suara yang bengis. "Kau terlalu rewel!" Terdengar begitu dingin dan datar suara jago tua tersebut. Malah ia bukan hanya sekedar berkata saja, sebab ia mengibaskan tangannya yang kanan, maka berkesiuran angin yang kuat sekali menerjang kepada Ko Tie. Hati Ko Tie mencelos, karena ia mengetahui betapa hebatnya tenaga sin-kangnya dari Oey Yok Su. Jika memang Oey Yok Su bermaksud membunuh atau mencelakainya, dengan mudah dapat dilakukannya. Sekarang iapun dalam keadaan tidak berdaya, maka jika angin kibasan tangannya itu telah tiba, niscaya ia akan segera terbinasa. Angin kibasan tangan Oey Yok Su telah menyambar tiba pada dirinya. Ko Tie semakin terkejut, ia merasakan tubuhnya terapung di tengah udara, dan kemudian melambung tinggi sekali, lalu telah ambruk di tanah serta bergulingan beberapa kali. Di saat itulah tampak Oey Yok Su dengan sikap yang acuh tak acuh telah menggerakkan tangan kanannya lagi, mengibas sehingga tubuh Ko Tie yang tengah terguling-guling di tanah, terlontar lagi dengan keras, terapung di tengah udara, dan kemudian bergulingan pula di tanah. Ko Tie menderita kesakitan yang tidak kepalang, ia tengah terluka di dalam. Dan sekarang ia di terjang oleh kekuatan sin-kang yang dahsyat seperti itu, juga membuat ia bergulingan tidak hentinya, ia menderita sekali. Namun, ia tidak menjerit. Ia telah berdiam diri dengan menggigit bibirnya, walaupun waktu itu dirasakan dunia seperti berputar, mata berkunang-kunang, namun pemuda ini, yang hatinya jadi mendongkol bukan main, telah memandang benci kepada Oey Yok Su. "Oho, betapa jahatnya matamu!" Kata Oey Yok Su tawar, tangannya sekali lagi bergerak, mengibas perlahan, namun hebat kesudahannya. Karena dari tangannya meluncur kekuatan yang dahsyat sekali menyampok tubuh Ko Tie lagi, sampai tubuh Ko Tie terlempar ke tengah udara, lalu terbanting di tanah dengan keras. Pemuda itu merasakan betapa tulang-tulang di sekujur tubuhnya bagaikan terlepas, sakitnya bukan main. Bumi berputar semakin keras setelah mengeluarkan keluhan perlahan. Ia kemudian terkulai dan tidak sadarkan diri lagi, tidak mengetahui apa yang terjadi. Melihat Ko Tie pingsan tidak sadarkan diri, Oey Yok Su berdiri diam beberapa saat, mengawasi, tapi sinar matanya tidak memancarkan perasaan apa pun juga. Ia melangkah maju beberapa langkah mendekati Ko Tie, mempergunakan ujung kakinya menelentangkan tubuh Ko Tie, sampai pemuda itu telentang. Diawasinya beberapa saat akhirnya Oey Yok Su, menggumam perlahan. "Hemmmm masih memerlukan hari beberapa lagi.....!" Baru saja Oey Yok Su menggumam seperti itu, mendadak dari balik semak belukar terdengar suara berkeresek. Perlahan sekali, bola mata Oey Yok Su berputar, kemudian ia mendengus perlahan. "Hemmm!" Dan memutar tubuhnya menghampiri ke arah semak belukar itu. Tahu-tahu tubuhnya cepat sekali berkelebat lenyap dan masuk ke dalam semak belukar. Terdengar suara jeritan tertahan, disusul dengan tubuh yang terpental dari semak belukar itu, ambruk di tanah tanpa berkutik lagi. Oey Yok Su melangkah keluar, ia memperlihatkan sikap yang dingin. Mukanya sampai menyerupai muka mayat yang tidak memperlihatkan perasaan apapun juga. Sosok tubuh yang terlempar dari balik semak belukar itu tidak lain dari seorang gadis berusia delapanbelas tahun. Wajahnya cantik dan ia mengenakan baju warna hijau daun. Ia dalam keadaan tidak bisa bergerak dan tidak pingsan. Bola matanya saja yang mengawasi Oey Yok Su dengan pancaran sinar yang tajam. Oey Yok Su telah menghampiri dekat pada gadis itu, katanya dengan suara yang dingin. "Hemmm, budak kecil, kau rupanya mencari penyakit.....!" Dingin sekali suara Oey Yok Su, sehingga jika ada yang mendengar suaranya seperti itu, walaupun seorang jago rimba persilatan, pun akan menggigil. Gadis itu dalam keadaan tertotok. Ia tidak bisa bergerak, juga tidak bisa berkata-kata. Waktu itu Oey Yok Su menyentil jari tangannya, gadis tersebut terbuka totokannya. Dari mulutnya terdengar suara jeritan tertahan. "Siapa kau?" Tanya Oey Yok Su dengan suara yang dingin. "Mengapa engkau bersembunyi di situ untuk mengintai?" Gadis tersebut meringis, tampaknya ia masih merasa kesakitan. Kemudian ia bilang dengan suara tidak lancar. "Aku..... aku kebetulan lewat di tempat ini...... Siapa yang kesudian mengintai kau?!" Oey Yok Su tersenyum dingin. Ia menghampiri, tangan kanannya diangkat, ia bilang. "Hemmm, budak setan, rupanya engkau memang mencari mati..... bicara yang benar. Kau dengar tidak, aku bertanya, siapa kau?!" Gadis itu memandang sejenak pada Oey Yok Su. Wajahnya memperlihatkan bahwa ia ragu-ragu sampai akhirnya ia menyahuti juga. "Mengenai siapa diriku, itu bukan menjadi urusanmu!" Oey Yok Su tercengang sejenak, kemudian ia tertawa bergelakgelak, sampai bergema jauh sekali suara tertawanya itu, dan lama sekali mengalun terus. Tapi gadis itu sama sekali tidak memperlihatkan perasaan gentar sedikitpun juga, dia malah mengawasi Oey Yok Su dengan sorot mata yang tajam. Sedangkan pada saat yang menegangkan itu yang kaget bukan main adalah Ko Tie, karena segera juga ia mengenali siapa adanya gadis tersebut, sehingga hati Ko Tie tercekat dan semangatnya seperti terbang meninggalkan raganya. "Kam..... Kam Lian Cu?" Begitulah pikir di dalam hatinya, karena memang dia mengenali gadis cantik manis yang kini menjadi tawanan Oey Yok Su tidak lain dari Kam Lian Cu, si gadis cantik yang pernah bertemu dengannya, tapi telah berpisah lagi. Mengapa Kam Lian Cu bisa berada di tempat ini? Dan celakanya lagi justeru ia telah menjadi tawanan Oey Yok Su. Dengan mata terbuka lebar-lebar Ko Tie cuma bisa mengawasi saja, sedangkan Oey Yok Su yang telah puas tertawa keras, berkata dengan suara yang tawar. "Hemm, tampaknya memang engkau telah makan nyali macan, sehingga engkau sama sekali tidak merasa jeri terhadapku......!" Kam Lian Cu tertawa tawar. "Mengapa aku harus takut padamu? Bukankah engkau bukan hantu? Bukan harimau yang buas? Dan juga bukan hantu yang selalu senang mengganggu wanita?!" Dingin sekali waktu Kam Lian Cu menyahuti seperti itu. Oey Yok Su jadi tercengang, buat sesaat lamanya ia tertegun dan telah memandang dengan sikap tidak mengerti bahwa kali ini ia telah disanggapi seperti itu oleh seorang gadis seperti Kam Lian Cu. Jika dipikir-pikir, memang dia anggap benar juga perkataan si gadis. Dia memang seorang yang ku-koay, karena itu, sekarang ia melihat sikap si gadis yang demikian ku-koay. Dengan demikian telah membuatnya seketika menjadi lunak, karena ia malah jadi girang dianggap bukan hantu yang menakutkan, bukan pula setan atau dedemit yang perlu ditakuti oleh si gadis. "Jadi....... engkau tidak takut padaku?" Tanyanya dengan suara yang tawar. Si gadis mengangguk. "Ya, mengapa aku harus takut padamu?!"" Menyahuti Kam Lian Cu tawar. "Bukankah engkaupun sama seperti aku ini, yaitu seorang manusia juga? Mengapa aku harus takut padamu?!" Oey Yok Su memandang bengong beberapa saat, sampai akhirnya ia tertawa tergelak-gelak. "Bagus! Bagus sekali!" Katanya kemudian suara yang nyaring. "Dengan demikian, barulah pertama kali ini aku bertemu dengan seorang manusia seperti engkau! "Benar! Tepat sekali! Memang aku bukan sebangsa manusia yang perlu ditakuti! Justeru dengan sikap kau seperti itu, tampaknya memang engkau seorang yang cukup mengerti akan keadaan.....!" Setelah berkata begitu, segera juga Oey Yok Su menggerakkan tangannya, menyentil. Cepat sekali si gadis merasakan tubuhnya tidak kaku lagi, karena segera juga ia bisa menggerakkan tubuhnya, malah dia telah berhasil melompat buat berdiri. Dengan tersenyum manis tampak gadis itu telah berkata kepada Oey Yok Su. "Terima kasih!" Dia pun merangkapkan ke dua tangannya, menjura memberi hormat. "Atas kebaikanmu, tentu aku tidak akan melupakannya, tapi kebengisanmu tadi waktu menangkap diriku, main turun tangan dengan kasar, akupun tidak akan melupakannya!" Anak Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ihhh!" Oey Yok Su mengeluarkan seruan heran, tercengang, karena baru sekali ini ada seorang manusia yang berani mengucapkan kata-kata seperti itu kepadanya. Jika saja gadis itu hanya mengucapkan terima kasih, tentu Oey Yok Su akan mengejeknya. Tapi justeru si gadis menyinggung akan kebaikannya dan juga kekasarannya, membuat Oey Yok Su yang tercengang. Ko Tie mengawasi apa yang terjadi, diam-diam hatinya geli. Diapun merasa lega karena melihat Kam Lian Cu berhasil menghadapi Oey Yok Su, malah tampaknya si gadis she Kam yang nakal ini berhasil buat mempermainkan Oey Yok Su, Persoalan yang sebenarnya mengapa Oey Yok Su tidak turunkan tangan keras dan juga tidak marah walaupun gadis itu jelas-jelas seperti hendak mempermainkannya, karena di waktu segera ia teringat kepada puterinya sendiri, yaitu Oey Yong, Oey Yong seusia seperti gadis she Kam ini memang sifatnya dan perangainya pun sama nakalnya, karena itu, Oey Yok Su jadi tercengang dan tidak turunkan tangan keras kepada si gadis. Dia hanya mengawasi beberapa saat, barulah kemudian tanyanya. "Kau tahu atau tidak siapa adanya diriku?" Kam Lian Cu berkata dengan suara yang tawar. "Jika melihat lagakmu, usiamu yang sudah tua itu, dan cara berpakaianmu, maka aku ingin menduga kau adalah seseorang yang terkenal di dalam rimba persilatan, jika memang tidak salah kau tentulah si tua!" Dan berkata sampai di situ, tampak Kam Lian Cu sengaja tidak meneruskan perkataannya. Oey Yok Su mendongkol, namun ia bertanya juga. "Si tua siapa?!" Bentaknya. Kam Lian Cu tersenyum. "Tentu saja jika tidak salah kau ini adalah Oey Yok Su!" "Lalu apakah setelah engkau mengetahui siapa adanya diriku, engkau tidak merasa jeri?" Tanya Oey Yok Su. "Mengapa harus takut? Bukankah engkau sama saja seperti diriku, yaitu sesama manusia?" Tanya Kam Lian Cu. Kembali Oey Yok Su dibuat tercengang oleh jawaban si gadis, sampai mulutnya terbuka. Namun akhirnya ia tertawa tergelakgelak, katanya. "Baiklah! Kalau memang engkau berpikir seperti itu, itulah yang sangat bagus! Aku memang sama seperti engkau, yaitu manusia juga. Tapi engkaupun jangan harap bisa bersikap kurang ajar kepadaku. "Karena jika sampai engkau berlaku lancang, hemmm, hemmm, aku Tong-shia akan turunkan tangan keras kepadamu.....!" "Tong-shia tentu tidak akan menghina seorang golongan muda!" Kata Kam Lian Cu dengan suara nyaring. "Jika memang Tong-shia menurunkan tangan tidak tahu malu seperti itu, dia berarti bukan Tong-shia, melainkan seorang manusia pengecut yang tak tahu malu!" "Apa kau bilang?" Bentak Oey Yok Su meluap darahnya. Kam Lian Cu tersenyum. "Aku bilang, jika memang Tong-shia berani menghina seorang golongan muda, maka dia bukan Tong-shia, melainkan seorang pengecut yang tidak tahu malu. Apa yang kukatakan itu bukankah benar?" Muka Tong-shia berobah, karena memang Oey Yok Su memiliki adat yang sangat ku-koay sekali. Menghadapi si gadis yang memiliki perangai yang nakal ini, ia malah bukannya marah sebaliknya jadi menyukainya. Sambil mengurut-urut kumis dan jenggotnya yang telah memutih dan tumbuh panjang, dia bilang. "Baiklah! Sekarang kau katakan dengan terus terang, apa maksudmu mengintaiku?!" Tiba-tiba si gadis tertawa cekikikan, membuat Oey Yok Su mengawasinya dengan tajam. Namun akhirnya Oey Yok Su ikut merasa geli karena melihat si gadis tertawa terus seperti itu. Dia sampai tersenyum-senyum ikut merasa lucu. "Mengapa kau tertawa seperti itu?!" Bentaknya kemudian menahan perasaan geli di hatinya. "Pertanyaanmu lucu sekali!" Kata Kam Lian Cu masih tertawa terus. "Pertanyaanku lucu? Di mana letak kelucuannya?" Tanya Oey Yok Su. "Kau mengatakan itu mengintai dirimu, bukan?" Tanya Kam Lian Cu kemudian. Oey Yok Su mengangguk. "Ya, memang benar. Aku meminta kau bicara terus terang jangan sampai membuatku marah, apa maksudmu, dengan mengintaiku secara sembunyi-sembunyi seperti itu?!" Gadis itu masih tertawa geli. "Apakah aku perlu mengintai-intai seorang tua seperti engkau? Apakah engkau si tua bangka yang telah jenggotan dan kumisan putih seperti itu masih pantas diintip-intip olehku, seorang gadis remaja? Kalau memang engkau seorang pemuda yang tampan, mungkin masih ada harganya diintai olehku!" Mendengar jawaban Kam Lian Cu, tidak tertahan lagi Oey Yok Su tertawa bergelak-gelak..... Dia tidak marah, malah dia merasa lucu juga dengan jawaban si gadis. "Ya, memang aku telah tua dan tidak pantas diintip oleh seorang gadis remaja, dan kau tentu saja bukan mengintipku karena naksir padaku! Tapi, aku menanyakan, apa maksudmu bersembunyi dan mengintai apa yang tengah kulakukan?!" Si gadis tersenyum. "Aku tertarik menyaksikan apa yang kau lakukan!" Kata si gadis. "Apa yang tengah kulakukan?" Tanya Oey Yok Su. Si gadis memperlihatkan sikap heran. "Bukankah engkau tengah berusaha mengobati pemuda itu?" Tanya Kam Lian Cu. "Ihhhh!" Berseru Oey Yok Su kaget, karena dia tidak menyangka bahwa si gadis dapat menerkanya begitu tepat. "Mengapa terkejut? Aku telah menyaksikan, bahwa engkau tengah mengobati pemuda itu, bukankah demikian?" Tanya Kam Lian Cu lagi. Oey Yok Su menghela napas dia mengangguk. "Matamu sangat tajam sekali," Katanya. "Tentu saja, aku masih muda, jarak yang jauh saja aku masih bisa melihatnya dengan jelas, apa lagi dalam jarak pisah yang dekat seperti ini.......!" "Bukan itu maksudku!" Kata Oey Yok Su "Lalu apa maksudmu?" Oey Yok Su menghela napas, katanya. "Aku tidak bermaksud untuk secara berterang mengobati pemuda itu. Aku memang telah mengobatinya, dengan cara menghajar dan melontarkannya, sesungguhnya aku tengah mengerahkan tenaga dalamku, agar beberapa bagian dari jalan darah pemuda itu dapat beredar kembali dengan lancar..... sedangkan pemuda itu beranggapan aku tengah menyiksanya! "Hemmm, lihatlah, pemuda itu sendiri tidak mengetahui bahwa dirinya tengah kuobati. Sedangkan kau sekali melihat saja, engkau telah mengetahui bahwa aku tengah berusaha mengobati pemuda itu. Bukankah dengan demikian engkau sangat cerdik dan juga sangat tajam sekali matamu?" Si gadis tersenyum, girang hatinya mendengar pujian tersebut, dia bilang. "Ya, semua ini berkat pengajaran dari guruku!" "Siapa gurumu?" Tanya Oey Yok Su. "Itu rahasiaku, kau tidak boleh tahu!" Menyahuti si gadis dengan manja. Oey Yok Su mendongkol lagi. "Jangan main-main!" Katanya. "Siapa yang ingin main-main dengan aku? Bukankah sudah sepantasnya orang setua engkau kuhormati, tidak berani aku main-main dan bersikap kurang ajar!" "Mengapa engkau tidak mau menjelaskan siapa gurumu dan siapa namamu?!" Kata Oey Yok Su. "Itu hakku, bukankah engkau tidak bisa memaksa aku buat memberitahukan siapa guruku dan siapa namaku?" Oey Yok Su berobah mukanya. "Aku akan memaksa kau memberitahukan siapa gurumu dan siapa namamu?" Katanya mengancam. "Hemmm, tidak mudah! Paling tidak dengan kepandaianmu, kau cuma bisa membunuhku! Tapi kau jangan mimpi bisa mendesak dan memaksa aku memberitahukan siapa guruku dan siapa namaku!" "Tapi aku akan memaksamu!" Setelah berkata begitu, tubuh Oey Yok Su telah bergerak sangat gesit sekali, sehingga tidak bisa dilihat dengan pandangan mata tahu-tahu dia telah berada di samping si gadis. Kam Lian Cu sendiri kagum bukan main melihat gin-kang Oey Yok Su, karena tahu-tahu jago tua itu telah berada di sampingnya. Sesungguhnya Kam Lian Cu tengah merasa gentar dan jeri berurusan dengan Oey Yok Su, yang diketahuinya memiliki adat yang sangat ku-koay sekali. Tapi sebagai seorang gadis yang cerdas, segera juga ia mengetahui, seseorang yang memiliki adat sangat aneh, jelas harus dihadapi dengan sikap yang ku-koay pula. Karena itu, dia sengaja membawa lagak seperti itu, buat menghadapi Oey Yok Su. Sekarang melihat Oey Yok Su hendak memaksa dirinya agar memberitahukan nama gurunya dan namanya sendiri, dan Oey Yok Su dengan begitu lincah tahu-tahu telah berada di dekatnya, tanpa Kam Lian Cu melihat jelas gerakannya, membuat si gadis tercekat hatinya. Dan belum lagi si gadis sempat berkata apa-apa, justeru Oey Yok Su telah berkata dengan suara yang dingin. "Rebahlah!" Dan jari tangan Oey Yok Su telah bergerak menotoknya. Tidak ampun lagi tubuh Kam Lian Cu terjungkal rubuh tidak bisa bergerak. "Ohh, kau orang tua tidak tahu malu!" Teriak Kam Lian Cu. Walaupun dia dalam keadaan tertotok, akan tetapi dia tidak tertotok pada jalan darah Ah-hiat atau jalan darah gagunya, sehingga dia bisa berseru seperti itu. Dia cuma tertotok pada jalan darah kakunya belaka, menyebabkan dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Oey Yok Su tertawa dingin. "Hemmm, tidak tahu malu? Aku tidak tahu malu? Kau buktikan, apa saja yang kulakukan sehingga engkau menyebutku sebagai manusia tidak tahu malu?!" Kam Lian Cu sengit sekali bilang. "Hemm, tua bangka tidak tahu malu! Bukankah dengan merubuhkan seorang golongan muda seperti aku, dengan mengandalkan kepandaian buat menghina golongan muda seperti aku, terlebih lagi seorang gadis yang tidak berdaya, engkau merupakan seorang jago tua yang tidak tahu malu?!" Muka Oey Yok Su dingin sekali. "Aku tidak perduli apakah orang akan menyebutku si tua yang tidak tahu malu atau bukan, tapi yang jelas, aku akan memaksa engkau bicara yang jujur. Aku akan memaksa engkau, akan mengajari engkau, agar lain kali janganlah jadi si bocah setan yang nakal, yang main belit-belit jika bicara!" Kam Lian Cu tercekat hatinya. Ia kaget mendengar perkataan Oey Yok Su itu. "Apa yang ingin engkau katakan dan lakukan padaku?!" Tanya Kam Lian Cu kemudian. Oey Yok Su tertawa dingin. "Aku akan memaksa engkau agar mau bicara dengan jujur, dengan cara apapun juga!" Kata Oey Yok Su kemudian. Kam Lian Cu jadi mengeluarkan keringat dingin. Memang Oey Yok Su seorang yang memiliki perangai sangat ku-koay, maka apa pun dapat dilakukannya. Karena itu, kalau sampai memang dia menurunkan tangannya, berarti Kam Lian Cu akan menderita. Yang membuat dia lebih kaget lagi ketika mendengar Oey Yok Su berkata. "Aku akan membuka seluruh pakaianmu! Setiap kali aku bertanya engkau tidak mau menjawab, maka aku akan membuka sepotong bajumu! Begitu seterusnya, setiap satu jawaban yang tidak mau kau berikan, aku akan melepaskan sepotong pakaianmu!" Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung Patung Emas Kaki Tunggal Karya Gan KH Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong