Beruang Salju 25
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 25
Beruang Salju Karya dari Sin Liong Dengan sendirinya sampai sekarang walaupun telah memperoleh kedudukan sebagai salah seorang Tianglo Kay-pang, namun Wie Liang Tocu tetap memakai sebutan Wie Liang Tocu. Banyak rekanrekannya di Kay-pang yang menganjurkannya agar Wie Liang Tocu mengganti sebutan Tocu itu menjadi Tianglo, yaitu lengkapnya sebagai Wie Liang Tianglo. Akan tetapi Wie Liang Tocu keberatan dan tetap mempergunakan sebutan Tocu di belakang namanya. Memang jika bicara soal kepandaian dan ilmu dari Wie Liang Tocu, hampir semua orang rimba persilatan sudah mengetahui dan menaruh rasa kagum dan hormat, karena Wie Liang Tocu merupakan seorang tokoh rimba persilatan yang memiliki kepandaian hebat dan juga ilmunya sangat aneh. Sehingga jarang sekali ada orang yang bisa menandinginya, dan sulit sekali orang berpikir untuk dapat merubuhkannya. Belum pernah seumurnya Wie Liang Tocu dirubuhkan oleh lawannya, karena jika dia bertemu dengan seorang lawan yang benar-benar tangguh, tentu Wie Liang Tocu akan mempergunakan ilmunya yang aneh, membuat lawannya tidak bisa merubuhkannya walaupun memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Dengan demikian, walaupun Wie Liang Tocu sendiri tidak bisa untuk merubuhkan lawannya, tetapi dengan ilmunya yang aneh itu dia dapat memanfaatkan kesempatan yang ada padanya untuk meloloskan diri. Sekarang Wie Liang Tocu telah muncul di hadapan mereka, di mana Gochin Talu dan Lengky Lumi memang telah mendengar akan kehebatan tokoh Kay-pang yang seorang ini. Merekapun jadi maklum dan mengerti, mengapa ke dua orang pengurus gedung Gochin Talu yang sesungguhnya memiliki kepandaian cukup tinggi karena memperoleh didikan Gochin Talu sendiri, dapat dibinasakan oleh si pengemis tua ini begitu mudah tanpa memberikan perlawanan dan tahu-tahu telah menggeletak menjadi mayat. Maka Gochin Talu dan Lengky Lumi, berlaku jauh lebih hatihati. Dengan muka yang tetap tenang tidak memperlihatkan perasaan kaget atau kuatir, Gochin Talu sengaja memperlihatkan senyum memandang rendah kepada si pengemis tua itu, katanya tertawa. "Apakah memang kau ingin mencari-cari persoalan denganku dan sengaja ingin mengacaukan dan menimbulkan keonaran, sehingga akhirnya bentrok dengan pihak kerajaan?" Wie Liang Tocu tersenyum mengejek. "Tidak perlu kau menjual nama kerajaan kalian! Hemmm, walaupun bagaimana penjajah tetap tidak kami hormati, dan akan kami usir ke negeri asal kalian! "Sekarang justru aku ingin membinasakan kalian karena ada beberapa orang Kay-pang yang telah kalian celakai. Di samping itu pula kalian berdua telah membujuk tiga orang anggota kami untuk berkhianat! Memang mereka bermaksud berkhianat, akan tetapi tanpa uluran tangan kalian jelas maksud buruk mereka tidak akan dilaksanakan..... Maksud jahat kalian yang ingin menghancurkan Kay-pang telah kami ketahui.....!" Setelah berkata begitu Wie Liang Tocu berulang kali memperdengarkan suara tertawa mengejek. Sedangkan Gochin Talu waktu mendengar perkataan Wie Liang Tocu, telah memandang dengan sepasang mata terpentang lebarlebar, katanya. "Ohhh, jika demikian kalian dari Kay-pang tentunya telah mengetahui hubungan kami dengan ke tiga Tianglo Kay-pang yang setia pada negara dan rakyat itu.....? Mereka bermaksud untuk bekerja sama dengan pihak kerajaan karena mereka tidak mau mencelakai rakyat dan mereka ingin hidup tenteram dan damai.....!" "Tidak perlu kalian memutar balik kenyataan yang ada. Dengan adanya kalian di negeri kami sebagai penjajah, karenanya rakyat kami telah hidup sengsara dan menderita! Peperangan di masa lalu saja telah menyebabkan sebagian besar dari rakyat kami hidup sengsara dan menderita karena tindasan kalian! "Karena itu, sebagai penjajah kalian tidak perlu bicara akan memperjuangkan kepentingan rakyat kami. Hmmm, tidak ada penjajah yang akan berbuat baik pada negeri yang dijajah! Baiklah sekarang kalian bersiaplah untuk menerima kematian!" Gochin Talu mendadak tertawa bergelak-gelak keras sekali, sampai tubuhnya tergoncang, kemudian katanya dengan sikap meremehkan Wie Liang Tocu. "Hmmm, kau bicara dengan seenaknya karena memang lidahmu itu tidak bertulang! Hemmm, jika memang kami tidak datang ke negeri kalian untuk membebaskan rakyat kalian dari penderitaan karena raja kalian yang dungu itu, mana mungkin rakyat bisa hidup dengan tenang dan tenteram? "Sekarang walaupun kami sebagai bangsa asing yang berkuasa di negeri kalian inilah disebabkan maksud baik kami untuk memulihkan ketenteraman dan keamanan di negeri kalian. Di samping itu memberikan kemakmuran kepada kalian! "Seharusnya kalian berterima kasih kepada kami! Seperti apa yang telah diutarakan oleh ke tiga orang tokoh Kay-pang kepada kami, mereka itu menyatakan terima kasih yang tidak terhingga kepada kami, karena dengan adanya kami, tentu rakyat negeri ini akan terpimpin dengan baik sekali.....!" Muka Wie Liang Tocu berobah merah padam. Dia adalah salah seorang Tianglo dari Kay-pang. Memang beberapa saat yang lalu dia telah mendengar berita pengkhianatan Kan Tianglo, Pheng Tianglo dan Nyo Tianglo. Ke tiga yang pernah dipecat oleh Oey Yong dan diturunkan tingkatannya menjadi murid delapan karung. Ke tiga orang itu bermaksud meminta bantuan kerajaan Boan ini untuk dapat menindas musuh-musuh mereka, merebut kekuasaan tertinggi di Kay-pang. Dengan begitu, mereka mengharapkan bantuan dari jago-jago kerajaan tersebut. Akan tetapi ke tiga Tianglo itu rupanya tidak menyadarinya bahwa dengan meminta ikut campurnya pihak Boan-ciu, berarti mereka sama saja telah menyerahkan Kay-pang berada dalam telapak tangan kerajaan penjajahan tersebut. Walaupun kelak mereka bertiga diangkat sebagai pemimpin tertinggi Kay-pang, akan tetapi mereka akan dikendalikna dan hanya merupakan pemimpin boneka saja. Dengan mengeluarkan suara berkata. "Kalian tidak perlu berdebat bicara denganku. Mari kita coba-coba kepandaian kita!" Tampak Wie Liang Tocu telah menjejakkan kakinya, tubuhnya dengan ringan telah mencelat, ke dua tangannya telah digerakkan dan dia menyerang dengan beruntun kepada Gochin Talu. Lengky Lumi yang sejak tadi berdiam diri saja, tiba-tiba telah mencelat maju sebelum Gochin Talu mengelakkan serangan Wie Liang Tocu. Justru Lengky Lumi telah mendahuluinya, dia telah menangkis dengan kuat mewakili Gochin Talu, yang waktu itu mundur beberapa langkah. Gerakan yang dilakukan oleh Lengky Lumi membuat Wie Liang Tocu jadi gusar, karena dia memang tengah menyerang Gochin Talu, sekarang menyelak Lengky Lumi, membuat dia marahnya semakin meluap. Dia mengempos semangat murninya, dia menyerang semakin hebat dan kuat, karena waktu ke dua tangannya digerakkan serentak, di waktu itulah tenaga dan ke dua telapak tangannya telah mengalir keluar dengan cepat dan dahsyat menyambar ke arah Lengky Lumi. Tenaga lweekangnya yang menyambar dari ke dua tangan Wie Liang Tocu bisa menghancurkan sebongkah batu yang besar dan kuat, maka sekarang disambut oleh Lengky Lumi dengan mempergunakan kekerasan juga. Terjadi bentrokan yang sangat kuat, membuat tubuh Lengky Lumi tergetar dan hatinya tercekat kaget, karena dia sama sekali tidak menyangka bahwa pengemis tua ini memiliki tenaga dalam yang begitu hebat. Karenanya, begitu dia merasakan desakan tenaga dari lawannya yang luar biasa kuatnya. Lengky Lumi telah melompat miring ke samping kanannya, berbareng tampak ke dua tangannya digerakkan pula dengan cara disilangkan. Tangan kanan akan mencengkeram tulang iga Wie Liang Tocu, sedangkan tangan kirinya diulurkan untuk menotok beberapa jalan darah tubuh lawannya. Wie Liang Tocu tidak jeri oleh totokan dan cengkeraman karena dengan gerakan yang berani sekali dia bukannya mengelakkan diri dari serangan lawannya, malah telah mempergencar serangannya lagi, sehingga angin serangannya itu menyambar tambah kuat saja. Lengky Lumi tidak menyangka sama sekali bahwa pengemis tua ini dapat berlaku begitu sebat dan juga tenaga yang dipergunakannya dahsyat sekali. Walaupun kepandaian yang dimiliki Lengky Lumi memang merupakan kepandaian yang tidak lemah, kenyataannya tidak dapat dia menerima serangan yang kuat seperti itu dari lawannya dengan mempergunakan kekerasan. Karenanya waktu merasakan menerjangnya angin serangan dari ke dua telapak tangan lawannya, cepat bukan main tampak Lengky Lumi telah menyingkir lagi. Lalu dengan dibarengi oleh suara bentakan yang sangat keras, diapun telah menggerakkan sepasang tangannya, menyerang dengan dahsyat. Serangan Lengky Lumi hanya berhasil membendung kekuatan tenaga serangan dari Wie Liang Tocu, setelah itu tubuh Lengky Lumi mundur beberapa langkah lagi. Hampir saja dia terpelanting dari atas genting. Untuk itu cepat-cepat dia telah mengendalikan kuda-kuda ke dua kakinya dan dia berhasil berdiri diam pula. Wie Liang Tocu tidak menyerang lebih jauh, dia memandang dengan tatapan mata yang tajam sekali. "Hemmm, kepandaian kalian tidak seberapa..... aku telah menetapkan bahwa hari ini kalian harus mampus.....!" Setelah berkata begitu Wie Liang Tocu melirik kepada anak buah Gochin Talu yang menimbulkan suara berisik di bawah genting karena mereka telah berkumpul di sana. Di saat itu Gochin Talu tidak membuang-buang kesempatan yang ada. Di saat Wie Liang Tocu tengah melirik ke bawah dan lengah, dia telah menjejakkan kakinya. Tubuhnya telah melambung tinggi ke tengah udara, tangan kanannya menyambar akan menghantam batok kepala pengemis tua itu. Merasakan menyambarnya angin pukulan, Wie Liang Tocu melirik, dia menghantam pula dengan tangan kanannya. Benturan tenaga yang terjadi tidak bisa dielakkan. Waktu menyerang, Gochin Talu begitu bernafsu, karenanya kini dia sudah tidak sempat menarik pulang tangannya pula, dan telah menyebabkan tenaga mereka saling bentrok kuat sekali, menimbulkan getaran dan tubuh Gochin Talu terpental balik ke arah asalnya, kemudian meluncur jatuh di atas genting, sehingga dia menginjak hancur pecah beberapa genting. Untung saja Lengky Lumi yang sejak tadi berwaspada ketika melihat keadaan kawannya, telah menyambar Gochin Talu. Dengan demikian Gochin Talu tidak sampai ambruk amblas ke dalam hancuran genting itu, dia bisa melompat lagi berdiri di bagian lainnya. Wie Liang Tocu memperdengarkan suara tertawanya yang nyaring. Di saat ke dua orang itu belum lagi sempat untuk memperbaiki kedudukan mereka, dia telah melompat menyerang lagi. Serangan tangan kanannya menuju kepada Gochin Talu, sedangkan tangan yang lainnya manghantam kepada Lengky Lumi. Gochin Talu maupun Lengky Lumi telah mengetahui bahaya yang tengah mengancam mereka, karenanya ke duanya pun mengempos semangat mereka untuk menghadapi serangan itu dengan kekerasan. Untuk mengelakkan diri dari hantaman Wie Liang Tocu sudah tidak keburu lagi karenanya kini baik Lengky Lumi maupun Gochin Talu telah menangkis serangan yang dilakukan oleh Wie Liang Tocu. Gerakan yang dilakukan itu sangat kuat dan cepat maka tenaga mereka saling bentrok satu dengan yang lainnya. Kekuatan tenaga yang saling bentrok itu menimbulkan getaran yang dahsyat dan telah menghancurkan beberapa genting. Tetapi Wie Liang Tocu tidak menarik pulang tangannya, di mana sepasang tangan itu dengan kekuatan yang sangat dahsyat sekali menindih tangan Lengky Lumi dan Gochin Talu. Gochin Talu maupun Lengky Lumi masing-masing tidak bisa menarik pulang tangan dan tenaganya mereka, disebabkan tenaga menindih dari lawannya tetap menggencet tangannya, jika memang mereka memaksakan diri untuk menarik pulang tenaga dan tangan masing-masing, maka mereka akan menghadapi ancaman bahaya yang cukup besar. Di sana kekuatan tenaga dalam dari Wie Liang Tocu akan menghantam terus kepada mereka, yang akan membuat dada mereka masing-masing hancur remuk dan terluka di dalam yang berat. Begitulah, mereka berkutetan mengadu kekuatan tenaga lweekang, dan mereka tidak bergeming dari tempat mereka berada. Sedangkan orang-orangnya Gochin Talu yang berkumpul di bagian bawah dari bangunan tersebut telah mengeluarkan suara yang berisik. Tetapi mereka tidak ada yang berani melompat naik ke atas genting untuk membantui majikan mereka, karena mereka melihat lawan dari majikan mereka merupakan pengemis yang memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya. Sedangkan majikan mereka dan sahabatnya itu, Lengky Lumi, yang diketahui oleh mereka memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, dibuat tidak berdaya oleh pengemis tua tersebut. Jika saja mereka memaksakan diri untuk membantui majikan mereka, bukannya memberikan bantuan diharapkan oleh majikan, babkan akan membuat mereka sama saja mengantarkan kematian masing-masing di tangan Wie Liang Tocu, Waktu itu tampak Wie Liang Tocu telah mengempos semangatnya. Sepasang tangannya itu tampak tergetar karena dia telah mengerahkan tenaga dalam yang jauh lebih kuat lagi. Gochin Talu dan Lengky Lumi menyadari jika memang mereka memaksakan diri untuk bertahan terus seperti itu tentu diri mereka sendiri yang akan rugi dan kena dicelakai oleh Wie Liang Tocu, karena mereka semakin terdesak dan akhirnya akan binasa di tangan si pengemis tua tersebut. Sedang mereka berkutetan memberikan perlawanan terhadap tenaga tindihan dari Wie Liang Tocu, ke duanya telah memutar otak dengan keras untuk mencari daya dan jalan guna meloloskan diri dari tangan Wie Liang Tocu. Waktu itu, ada salah seorang pahlawan Gochin Talu yang menyaksikan Wie Liang Tocu tengah berada dalam keadaan terkepung oleh tenaga Gochin Talu dan Lengky Lumi. Tampak jelas Wie Liang Tocu tidak bisa menarik pulang ke dua tangannya dan berada dalam keadaan berdiri tegak tidak bisa maju dan tidak bisa mundur. Pahlawan Gochin Talu ini yang melihat keadaan Wie Liang Tocu seperti itu ingin memanfaatkan kesempatan tersebut, karenanya dia telah diam-diam telah melompat ke atas genting, lalu mengayunkan goloknya membacok dari belakang si pengemis tua tertebut. Wie Liang Tocu menyadari dan mengetahui bahwa dirinya tengah dibokong oleh lawan tersebut. Akan tetapi pengemis tua ini berdiam diri saja di tempatnya, sama sekali tidak merobah posisi dirinya, dia telah menindih terus Gochin Talu dan Lengky Lumi dengan tenaga dalamnya. Karenanya, ketika golok menyambar dekat sekali di punggungnya, Gochin Talu dan Lengky Lumi yang menyaksikan hal itu jadi girang bukan main. Mereka mengharapkan pahlawannya itu bisa menyerang pada sasarannya dengan tepat, sehingga Wie Liang Tocu bisa dicelakainya dan dibuat tidak berdaya. Akan tetapi harapan mereka itu merupakan harapan kosong belaka. Karena di saat itu, waktu golok hanya terpisah beberapa dim saja dari sasarannya, tidak terduga sama sekali Wie Liang Tocu mengambil tindakan yang mengejutkan, yaitu ke dua tangannya tetap menindih kekuatan tenaga ke dua lawannya, sedangkan kaki kanannya tahu-tahu telah melayang ke belakang. Gerakan kaki dari Wie Liang Tocu begitu cepat dan di luar dugaan sama sekali, malah tahu-tahu tangan dari penyerang gelap itu telah kena ditendang dengan keras. Orang itu merasakan tangannya kesemutan dan tahu-tahu belum lagi dia menyadari apa yang terjadi, goloknya telah terbang dari cekalan tangannya, malah tubuhnya sendiri ikut melayang ke tengah udara. Ketika tubuh orang itu meluncur jatuh di atas genting, tubuhnya itu amblas masuk ke dalam dengan menghancurkan genting dalam jumlah yang banyak, dan terdengar suara pekiknya, suara jerit kesakitan bercampur perasaan kaget. Wie Liang Tocu sama sekali tidak merobah cara untuk menindih ke dua lawannya itu, dia terus juga mengempos semangatnya. Karenanya, seketika itu juga Gochin Talu dan Lengky Lumi yang semula tengah gembira dan bergirang hati sebab menduga salah seorang pahlawannya akan berhasil menyerang Wie Liang Tocu, berbalik jadi menurun semangatnya. Karena selain orang mereka itu telah dirubuhkan dengan kegagalannya menyerang, justru sekarang tenaga Wie Liang Tocu yang menindih tenaga mereka tampak semakin kuat dan dahsyat saja. Tubuh Gochin Talu dan Lengky Lumi sampai gemetaran, karena mereka harus mengerahkan seluruh tenaga yang ada pada mereka. Dan juga tampak mereka telah menginjak retak gentinggenting itu. Jika saja genting-genting itu pecah dan hancur, niscaya akan membuat mereka kehilangan keseimbangan tubuh. Dan waktu itulah mereka akan bercelaka sebab dengan lenyap keseimbangan tubuh dan kuda-kuda ke dua kaki yang tergempur berarti sulit bagi mereka untuk mengerahkan tenaga dalamnya, dan mereka akan tertindih oleh kekuatan tenaga dalam lawannya. Wie Liang Tocu berulang kali memperdengarkan suara tertawa mengejek, tampak dia juga telah menindih semakin kuat. Butir-butir keringat memenuhi kening dan muka Wie Liang Tocu. Namun keadaan Gochin Talu dan Lengky Lumi pun semakin parah, juga keringat membasahi tubuh mereka yang mulai gemetaran. Dan dibarengi dengan suara "krakkk!" Di mana genting tempat mereka berpijak itu telah hancur pecah, tubuh mereka amblas ke dalam dan di saat itulah lenyap keseimbangan tenaga mereka, karenanya di waktu tenaga dalam dari Wie Liang Tocu menghantam terus ke duanya telah terluka di dalam yang cukup parah. Dikala tubuh mereka telah tiba di lantai dalam ruangan di bawah genting yang hancur itu, muka mereka berdua pucat pias, di samping itu pula ke duanya telah memuntahkan darah segar yang banyak sekali dan berulang kali. Wie Liang Tocu tidak membuang-buang waktu lagi, tubuhnya telah meluncur turun juga untuk menyusul. Karena Wie Liang Tocu dalam kesempatan ini bermaksud untuk menurunkan tangan kematian pada ke dua lawannya itu. Maksudnya di saat lawannya tersebut tidak memiliki kesempatan memberikan perlawanan lagi, Wie Liang Tocu ingin menghabisi nyawa mereka. Waktu tubuh Wie Liang Tocu tengah meluncur turun dari lobang bekas hancuran genting di mana tubuh Gochin Talu dan Lengky Lumi tadi meluncur jatuh, tampak Lengky Lumi dan Gochin Talu tengah berdiri memuntahkan darah segar. Tanpa berayal lagi, cepat luar biasa tangan Wie Liang Tocu telah melayang. Gerakannya ini hebat bukan main, selain cepat juga tenaga dalam yang dipergunakannya sangat kuat sekali. Angin serangannya itu telah meluncur dahsyat sekali. Gochin Talu dan Lengky Lumi jadi mengeluh, karena walaupun bagaimana mereka tidak bisa memberikan perlawanan lagi. Sekarang, mereka hanya pasrah untuk menerima kematian di tangan Wie Liang Tocu belaka. Girang bukan main hati Wie Liang Tocu karena melihat ke dua lawannya tidak mungkin terhindar dari tangannya, dan berarti dia akan berhasil membunuhnya. Akan tetapi waktu tangan Wie Liang Tocu meluncur semakin dekat, di samping itu juga dia tengah mengempos menambah kekuatan tenaga pukulannya, mendadak sekali menyambarnya juga selendang putih yang cukup lebar. Angin yang menyambar ke arah tangan Wie Liang Tocu itu tidak lain dari selendang tersebut, dan selendang putih itu digerakkan oleh sesosok tubuh dengan gerakan yang gesit sekali. Sesosok tubuh itu adalah seorang manusia bertubuh tinggi besar dan tampaknya memiliki kekuatan lweekangnya sangat dahsyat. Waktu Wie Liang Tocu menarik pulang tangan dan serangannya dengan gusar, di saat itulah dia mengenali bahwa orang tersebut adalah seorang Lhama yang pernah berjumpa dengannya, tidak lain dari Tiat To Hoat-ong. Wie Liang Tocu pernah ketemu muka dengaa Lhama yang jadi Koksu negara itu di istananya pangeran Ghalik beberapa waktu yang lalu. Tiat To Hoat-ong setelah berhasil menggagalkan serangan maut Wie Liang Tocu kepada Gochin Talu dan Lengky Lumi dan tertawa gelak-gelak dengan suara yang menyeramkan sekali. "Bagus! Bagus! Rupanya ada orang Kay-pang yang hendak mencari urusan dengan orang-orangku.....! Hemmm, apakah kau telah memiliki enam kepala dan duabelas tangan sehingga berani bentrok dengan pihak kerajaan?" Sambil berkata begitu, Tiat To Hoat-ong mengawasi bengis sekali pada Wie Liang Tocu. Sedangkan pengemis tua inipun tidak mau kalah dengan lawannya, memperdengarkan suara tertawa yang nyaring penuh ejekan, katanya. "Kukira siapa, tidak tahunya hanya seorang kerbau gundul saja! Mari! Mari kita bermain sepuas hati!" Dan berbareng dengan perkataannya itu, tampak Wie Liang Tocu tidak berdiam diri saja, karena dengan menggerakkan tenaga lweekangnya, tampak ke dua tangannya telah digerakkan dengan serentak. Akan tetapi Tiat To Hoat-ong seorang Kok-su Mongol yang telah memiliki kepandaian sangat tinggi sekali, terlebih lagi diapun telah mahir dengan ilmu andalannya, yaitu Soboc. Ilmu yang sangat hebat dan aneh. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Sekarang menyaksikan Wie Liang Tocu menyerangnya dengan serangan yang begitu kuat dan hebat, tidak berayal lagi Tiat To Hoat-ong menggerakkan selendangnya yang berwarna putih Selendang putih itu memang merupakan sebagian dari jubah Tiat To Hoat-ong dan terbuat dari kain belaka, akan tetapi di tangan Tiat To Hoat-ong, Koksu yang memiliki kepandaian sangat tinggi itu, kain tersebut telah berubah sifatnya bisa lunak dan keras. Jika dipergunakan dengan tenaga lunak, akan selunak kapas, akan tetapi jika memang kain itu dipergunakan dengan tenaga yang bersifat keras, akan sekeras lapisan dan lempengan baja belaka yang bisa menghancurkan lawan dengan sekali hantam saja. Selendang kain putih itu menyambar ke arah batok kepala Wie Liang Tocu, menyebabkan Tianglo pengemis yang memiliki kepandaian tinggi itu harus menarik pulang serangan dan tenaganya. Diapun mengelakkan diri ke samping kanan. Akan tetapi belum lagi Wie Liang Tocu sempat untuk merobah cara menyerangnya, waktu itu selendang kain telah berobah arah sambarannya. Jika semula memiliki sifat yang keras sehingga menyerupai lempengan baja, sekarang selendang kain itu telah berobah menjadi lunak sekali, seperti juga seekor ular yang menyambar akan melilit batang leher We Liang Tocu. Kagum juga Wie Liang Tocu menyaksikan kepandaian lawannya yang telah mencapai puncak kesempurnaan seperti itu. Namun Wie Liang Tocu sama sekali tidak merasa jeri atau gentar, malah dengan cepat dia telah mengulurkan tangan kanannya. Dia menyambar akan mencekal dan membetot selendang putih itu. Akan tetapi, selendang putih tersebut bagaikan memiliki mata saja. Waktu tangan Wie Liang Tocu menyambar akan mencekal dan membetotnya, justru waktu itu selendang itu telah berbalik arah kembali ke arah Tiat To Hoat-ong. Kekuatan tenaga yang terkandung dalam selendang putih itu memang bisa berobah menurut kehendak hati dari Tiat To Hoatong. Dengan demikian, sekarang setelah ditarik pulang, selendang putih itu kembali merupakan kain belaka yang lemas tidak mengandung kekuatan apapun juga. Wie Liang Tocu mengawasi tajam sekali, "Hemmm...... kepandaianmu ternyata cukup tinggi!" Serunya. Sembari dengan seruannya, Wie Liang Tocu telah melompat dengan sebat, ke dua tangannya juga meluncur menyerang beruntun sampai lima jurus. Tiat To Hoat-ong memperdengarkan suara tertawa dingin. "Lebih bijaksana jika kau menyerahkan diri secara baik-baik untuk diadili oleh kami!" Terdengar Tiat To Hoat-ong mengejek. "Hemmm, jika memang engkau berkepala batu, tentu engkau akan bercelaka dan menemui kematian dengan cara yang tidak menggembirakan!" Setelah berkata begitu. Tiat To Hoat-ong beruntun mengelakkan diri dari setiap serangan yang dilancarkan oleh Wie Liang Tocu. Dan kemudian dalam suatu kesempatan, selendang putihnya itu seperti juga seekor ular yang menyambar telah melibat ke dua tangan Wie Liang Tocu! Tercekat hati Wie Liang Tocu, karena dengan terlibat sepasang tangannya, jelas dia tidak bisa mempergunakan sepasang tangannya itu buat membalas menyerang. Dalam waktu hanya beberapa detik itu, Wie Liang Tocu telah mengambil keputusan yang nekad. Tahu-tahu dia telah menjejakkan sepasang kakinya, tubuhnya telah melompat menerjang kepada Tiat To Hoat-ong. Karena sepasang tangannya tengah terlibat oleh selendang pendeta yang menjadi Koksu negara Boan-ciu tersebut. Wie Liang Tocu menggantikannya dengan ke dua kakinya yang menendang dengan beruntun bagian-bagian yang bisa mematikan tubuh lawannya. Akan tetapi Tiat To Hoat-ong dengan memperdengarkan suara tertawa mengejek mengelakkan diri ke samping kanan, sedangkan selendangnya itu tetap melibat ke dua tangan Wie Liang Tocu. Di waktu tubuh Wie Liang Tocu tengah melayang di tengah udara dan sepasang kakinya itu gagal dengan serangannya. Tiat To Hoat-ong pun tidak mensia-siakan kesempatan seperti itu, dia telah menghentakkan selendang putihnya itu yang telah disaluri tenaga lweekangnya, sepasang tangan Wie Liang Tocu terbetot kuat sekali. Wie Liang Tocu juga bukan seorang yang berkepandaian lemah, di dalam Kay-pang dia merupakan salah seorang tokoh yang memiliki kepandaian tertinggi. Bahkan Pangcu Kay-pang sendiri, yaitu Yeh-lu Chin menghormatinya benar. Sekarang menghadapi bahaya yang tidak kecil buat keselamatan dirinya dengan sepasang tangan yang terlibat oleh selendang putih dan ia telah ditarik sehingga kehilangan keseimbangan tenaga. Dan tubuhnya cepat bukan main, Wie Liang Tocu melakukan gerakan melentik tanpa menantikan tubuhnya terbanting di lantai. Dengan demikian, bila menolong dirinya tidak sampai terbanting, dia berdiri di atas ke dua kakinya. Tiat To Hoat-ong menyaksikan gerakan lawannya, memperdengarkan tertawa dingin. Dia menghentakkan lagi selendang putihnya itu. Karena gentakan yang dilakukan oleh Koksu negara itu disertai dengan kekuatan tenaga lweekangnya yang dahsyat, dengan sendirinya tenaga itu membuat tubuh Wie Liang Tocu berjumpalitan lagi. Malah Wie Liang Tocu merasakan sepasang pergelangan tangannya dilibat oleh selendang putih itu seperti akan remuk, akibat kuatnya libatan selendang putih yang mengandung tenaga lweekang yang dahsyat. Sambil mengeluarkan seruan gusar, Wie Liang Tocu berusaha mengerahkan seluruh tenaganya pada pergelangan tangannya, telah membetot ke dua tangannya dari lilitan selendang putih itu, maksudnya ingin menarik robek selendang itu. Akan tetapi gerakan yang dilakukan oleh Wie Liang Tocu ternyata gagal sama sekali. Selendang itu memiliki kekuatan yang sangat mengagumkan, dan tubuhnya berjumpalitan. Hal ini tidak tertolong lagi, di mana Wie Liang Tocu jadi terbanting keras sekali, sehingga dia merasakan matanya berkunang-kunang. Cepat bukan main Tiat To Hoat-ong menghentak lagi, dia ingin mengulangi bantingannya itu. Akan tetapi Wie Liang Tocu juga tidak manda dan berdiam diri saja, dia telah mengempos semangat dan tenaganya berusaha bertahan, agar dirinya tidak kena dibuat terpelanting pula. Waktu itu tampak Tiat To Hoat-ong telah mengerahkan tenaga dalamnya lagi, maksudnya ingin membuat Wie Liang Tocu terjengkang. Tiga kali dia mencoba dengan usahanya itu, namum gagal. Wie Liang Tocu telah berhasil memasang kuda-kuda kakinya sehingga sedikitpun tubuhnya tidak bergeming oleh tenaga hentakan Tiat To Hoat-ong. Rupanya Koksu negara itu jadi penasaran. Dengan diiringi oleh suara bentakan mengguntur, dia menghentak lagi menarik selendangnya, dengan menambah kekuatan tenaga lweekangnya. Wie Liang Tocu sendiri merasakan hebatnya tenaga tarikan tersebut. Akan tetapi dia tetap berusaha memberikan perlawanan dengan menahan diri, ke dua kakinya berdiri tegak dengan kudakuda yang kokoh dan kuat. Ketika dia merasakan betapa tenaga Koksu itu membetot semakin kuat, Wie Liang Tocu segera memutuskan untuk mengambil tindakan nekad. Waktu Tiat To Hoat-ong tengah menarik pula dengan menambah kekuatan tenaga dalamnya, Wie Liang Tocu tiba-tiba menjejakkan ke dua kakinya. Tubuhnya dengan, gesit dan ringan, karena tenaga melompatnya ditambah dengan tenaga tarikan dari Tiat To Hoatong, membuat Wie Liang Tocu menerjang kepada Tiat To Hoatong dengan kecepatan seperti angin. Tiat To Hoat-ong tidak menyangka akan kenekadan lawannya. Waktu melihat tubuh Wie Liang Tocu menerjang padanya, dia tercekat hatinya, namun sebagai seorang yang memiliki kepandaian telah tinggi, dia tidak menjadi gugup karenanya. Sepasang tangannya tiba-tiba meluncur memapaki tubuh Wie Liang Tocu. Waktu ke dua tangannya menyampok tubuh Wie Liang Tocu, selendang putihnya itu telah dilepaskannya. Dan tenaga sampokan itu dahsyat sekali. Itulah kekuatan tenaga dalam dari ilmu Soboc simpanan Koksu negara tersebut. Wie Liang Tocu terkesiap, hatinya tercekat karena kaget tidak terkira, diapun merasakan sambaran angin serangan yang sangat kuat ke arah dirinya. Di saat itu Wie Liang Tocu telah kepalang tanggung dan terlanjur mengerahkan tenaga dalamnya menyerang Koksu itu. Dan sekarang dia dipapaki dengan kekuatan tenaga yang demikian hebat, membuat Wie Liang Tocu tidak memiliki pilihan lainnya lagi, sehingga telah terjadi bentrokan yang kuat sekali. Tubuh Wie Liang Tocu terpental sampai tiga tombak lebih. Hampir saja punggungnya menghantam dinding. Dan juga di saat itu tubuh Tiat To Hoat-ong sendiri tergetar, dia melangkah mundur sampai lima langkah. Dilihat dari kesudahan mengadu kekuatan tenaga lweekang di antara ke dua orang tersebut, jelas tenaga dalam Wie Liang Tocu masih berada di sebelah bawah tenaga dalam Tiat To Hoat-ong. Sesungguhnya kekuatan tenaga lweekang Tiat To Hoat-ong tidak menang terlalu banyak dari Wie Liang Tocu. Jika sampai Wie Liang Tocu terpental seperti itu, sedangkan Tiat To Hoat-ong hanya terhuyung melangkah ke belakang lima tombak, itulah disebabkan tenaga dari Soboc memang sangat aneh sekali. Dengan mengandalkan keanehan bawaan sinkangnya itulah menyebabkan Tiat To Hoat-ong menang di atas angin. Wie Liang Tocu cepat berjumpalitan dan berhasil berdiri tegak kembali, hanya saja muka pengemis tua ini agak pucat. Tiat To Hoat-ong tertawa dingin, katanya. "Lebih baik kau menyerah secara baik-baik untuk ditawan oleh kami, jika tidak terpaksa kami akan mengambil tindakan kekerasan.....!" Wie Liang Tocu waktu itu tengah gusar bukan main. Dia mendengus dengan penuh amarah, katanya. "Jika memang aku sudah tidak bernapas, barulah kalian bisa menangkap diriku! Hemmm, dari pada menyerahkan diri kepada kalian, aku lebih baik mampus dengan membuang jiwa tua ini, asalkan dapat membunuh salah seorang di antara kalian.....!" Setelah berkata begitu, dengan penuh kemarahan Wie Liang Tocu menerjang lagi menyerang Tiat To Hoat-ong. Memang sebagai seorang Tianglo dari Kay-pang mana mungkin Wie Liang Tocu menyerahkan diri begitu saja. Walaupun dia harus menerima kematian di tangan Tiat To Hoat-ong tidak nantinya dia menyerah. Karena baginya lebih, baik bertempur sampai menemui kematiannya dari pada harus menyerah kepada lawan. Melihat Wie Liang Tocu begitu nekad dan telah menyerang lagi ingin mengadu jiwa, Tiat To Hoat-ong jadi merasa mendongkol dan murka. "Hemmm, manusia tidak tahu diri.....!" Menggumam Koksu itu, dia memusatkan kekuatan tenaga dalamnya, menyalurkan pada ke dua telapak tangannya kemudian dia mengayunkan tangannya menyerang kepada Wie Liang Tocu yang tengah menerjang kepadanya dengan gerakan nekad dan kalap. Wie Liang Tocu yang memang sudah nekad tidak mau membiarkan serangannya ditangkis, karenanya begitu melihat lawannya hendak menangkis dan balas menyerang, Wie Liang Tocu tidak menanti sampai serangannya itu kena ditangkis, dia telah merobah arah serangannya. Jika semula dia menyerang ke arah dada dari Tiat To Hoat-ong, sekarang dia menaikkan sedikit ke dua tangannya merobah arah sasarannya ke arah batok kepala Koksu tersebut. Tiat To Hoat-ong kembali terkesiap karena dia tidak menyangka sama sekali bahwa lawannya dapat menarik dan merobah kembali tenaga serangannya itu pada sasaran yang lain, yaitu ke arah batok kepalanya. Waktu Tiat To Hoat-ong menangkis, dia telah memperkirakan titik tempat tangkisan tersebut, dengan demikian tenaga lweekang yang dipergunakannya itu telah diperkirakanya. Jika memang dia menangkis dengan menaikkan ke dua tangannya terlebih tinggi lagi, berarti akan menyebabkan kekuatan tenaga tangkisan itu berkurang banyak dan yang akan tertimpah bencana dan bahaya adalah dirinya, yang akan menderita terluka di dalam. Sebab itu, tidak ada jalan lain yang bisa diambil Koksu ini selain membatalkan tangkisannya, kemudian dengan cepat menghindarkan dirinya dari serangan Wie Liang Tocu telah dimiringkan. Sambil berbuat seperti itu dengan gerakan yang cepat sekali tampak Tiat To Hoat-ong menyerempang mempergunakan ke dua kakinya. Wie Liang Tocu semula tengah bergirang hati karena merasa yakin serangan ke arah batok kepala lawannya akan berhasil dengan baik. Akan tetapi dia kembali jadi mendongkol dan terkejut, sebab tahu-tahu pendeta yang menjadi Kok-su negara itu telah menarik pulang tenaga tangkisannya, dan mempergunakan kelicikannya menghindar saja, sehingga tidak ada hasil yang berarti diperoleh Wie Liang Tocu. Saking gusarnya, Wie Liang Tocu tidak memperdulikan serampangan kaki Koksu tersebut, dia telah memperhebat serangan pada ke dua telapak tangannya. "Dukkk! Bukkk!" Dua kali suara benturan terdengar keras sekali, di mana tendangan kaki Tiat To Hoat-ong mengenai telak sekali perut Wie Liang Tocu, sedangkan telapak tangan kanan Wie Liang Tocu menghantam tepat sekali pundak Koksu itu. Dengan demikian mereka berdua saling terpental. Namun ketika ke duanya telah dapat berdiri tetap pula, ke duanya tidak saling menerjang atau menyerang lagi, mereka hanya berdiri saling pandang dengan sikap bersiap siaga. Sebenarnya serangan yang dilakukan olah Wie Liang Tocu bukanlah serangan yang ringan, akan tetapi Tiat To Hoat-ong yang telah berhasil meyakinkan ilmu Soboc nya sampat tingkat ke delapan, menyebabkan dia sanggup menerima serangan Wie Liang Tocu yang dahsyat tanpa mengakibatkan dia terluka di dalam. Walaupun demikian, tidak urung si pendeta merasakan matanya berkunang-kunang. Wie Liang Tocu sendiri yang menerima tendangan kaki si Koksu menyebabkan perutnya jadi mual. Dia merasakan seluruh isi perutnya seperti terbalik. Pandangan mata Tianglo dari Kay-pang inipun terasa gelap, menyebabkan tubuhnya agak sedikit membungkuk. Hanya saja disebabkan Wie Liang Tocu mengetahui bahwa keselamatan dirinya terancam, dia tetap memusatkan kekuatan tenaga lweekangnya, dan bersiap siaga menantikan serangan berikutnya dari Koksu negara itu. Untung saja Tiat To Hoat-ong pun tidak menyerangnya lebih jauh disebabkan hantaman telapak tangan Wie Liang Tocu. Untuk sementara itu Koksu tersebut seperti tengah mengempos semangatnya. "Baiklah, kukira cukup sampai di sini, lain kali kita bertemu lagi!" Berseru Wie Liang Tocu sambil memutar tubuhnya untuk melompat ke atas genting guna pergi meninggalkan tempat itu. Gochin Talu dan Lengky Lumi sejak tadi telah mengawasi jalannya pertempuran antara Tiat To Hoat-ong dengan Wie Liang Tocu, dan melihat bahwa kepandaian Wie Liang Tocu memang berada di atas kepandaian mereka. Jika saja di waktu itu tidak muncul Tiat To Hoat-ong, niscaya mereka berdua tidak berdaya menghadapi Wie Liang Tocu. Dengan demikian telah membuat mereka mengakui juga, bahwa kepandaian mereka memang masih berada di bawah kepandaian Tiat To Hoat-ong maupun Wie Liang Tocu. Mereka telah memandang dengan tatapan mata yang mengandung rasa kagum. Dan di waktu itulah mereka telah menyaksikan Tiat To Hoat-ong terserang pundaknya dan Wie Liang Tocu sebaliknya kena ditendang hebat oleh si Koksu negara, membuat ke dua orang itu untuk sejenak lamanya, telah berdiam diri seperti juga tengah bersiap-siap hendak saling menerjang lagi. Sebenarnya Gochin Talu dan Lengky Lumi ingin mempergunakan kesempatan itu untuk menyerang Wie Liang Tocu, guna mengeroyoknya. Karena mereka yakin, jika memang mereka mempergunakan kesempatan itu untuk menyerang Wie Liang Tocu, jelas pengemis itu tidak akan sempat untuk menghadapinya dengan baik. Mereka yakin Wie Liang Tocu telah terluka di dalam yang cukup parah. Hanya saja mereka masih bimbang kalau-kalau Wie Liang Tocu masih memiliki kekuatan tenaga dalam yang hebat, dan kemungkinan mereka berdua yang bercelaka. Karena itu, akhirnya Gochin Talu dan Lengky Lumi hanya berdiam diri mematung saja mengawasi. Dan di saat itulah Wie Liang Tocu telah berkata seperti itu dengan maksud ingin berlalu meninggalkan tempat tersebut. Gochin Talu dan Lengky Lumi terkejut, mana bisa Wie Liang Tocu dibiarkan berlalu begitu saja. Sedangkan Tiat To Hoat-ong yang waktu itu telah berhasil menyalurkan pernapasannya dan memulihkan tenaganya serta lenyap perasaan sakit di pundaknya, memperdengarkan suara tertawa mengejek. mendengus "Hemmm, untuk datang ke mari memang mudah tetapi tidak semudah itu kau hendak angkat kaki..... Tempat ini bukan sebangsa tempat pelacur dan bunga raya yang bisa didatangi dan berlalu begitu saja! Hemmm, terimalah seranganku ini! Jika memang kau bisa menerima, silahkan kau angkat kaki!" Sambil mengejek seperti itu, Tiat To Hoat-ong menggerakkan ke dua tangannya. Dia telah menyalurkan kekuatan tenaga dalamnya, di mana dia telah mempergunakan tenaga latihan ilmu sobocnya. Dengan cepat sekali ke dua telapak tangannya itu menghantam. Dari ke dua telapak tangannya meluncur angin, serangan yang dahsyat sekali. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Wie Liang Tocu sebenarnya waktu itu ingin berlalu menyudahi pertempuran di antara mereka sampai di situ saja. Akan tetapi dia merasakan sambaran angin yang hebat bukan main di belakangnya. Dengan demikian telah membuat Wie Liang Tocu batal untuk berlalu dan memutar kembali tubuhnya, dia menyambuti angin serangan itu dengan mengulurkan ke dua tangannya, dia menyampok sekuat tenaganya dengan kekerasan pula! Benturan yang terjadi antara dua kekuatan yang dahsyat bukan main tidak bisa dielakkan lagi, karena itu ruangan tersebut jadi tergetar hebat sekali. Karena dua kekuatan yang saling bentrok menimbulkan getaran bagaikan gunung meletus atau gempa bumi. Wie Liang Tocu sendiri yang tengah terluka di dalam, merasakan napasnya jadi menyesak waktu kekuatan tenaganya saling bentrok dengan tenaga lweekang Tiat To Hoat-ong. Berbeda dengan Wie Liang Tocu, justru Tiat To Hoat-ong telah merasakan getaran yang tidak seberapa. Dia membarengi dengan susulan serangan selanjutnya lagi, yang kekuatan tenaga dalamnya tidak kalah dari tenaga serangan yang semula. Wie Liang Tocu jadi mencelos hatinya. Dia tengah terhuyung karena desakan yang begitu kuat akibat bentrokan tenaga dalam yang terjadi, dan sekarang dia telah diserang seperti itu lagi. Dengan demikian membuat Wie Liang Tocu terdesak hebat sekali, diapun berada dalam keadaan terancam keselamatannya. Jika dia mempergunakan kekerasan untuk menangkis, niscaya akan menyebabkan dia terluka lebih hebat lagi pada bagian dalam tubuhnya, tetapi jika dia berkelit, hal itupun sudah tidak mungkin dilakukannya. Dalam beberapa detik yang menentukan itu, Wie Liang Tocu sudah tidak memiliki jalan lainnya. Dia telah mengempos sisa tenaganya dan tahu-tahu ke dua tangannya telah digerakkan, dengan kekerasan dia menangkis. Tiat To Hoat-ong girang melihat gerakan lawannya, karena Koksu ini telah melihatnya bahwa Wie Liang Tocu dalam keadaan terluka. Jika memang serangannya kali ini ditangkis dengan kekerasan oleh Tianglo pengemis ini, niscaya akan menyebabkan Wie Liang Tocu terluka hebat. Bcntrokan yang terjadi antara tenaga tangkisan Wie Liang Tocu dengan serangan yang dilakukan Tiat To Hoat-ong menyebabkan Wie Liang Tocu menderita hebat sekali. Dia merasakan matanya gelap, tubuhnya tergetar, karena dia merasakan tubuhnya seperti diterjang oleh ribuan kati tenaga yang tidak tampak, dan Wie Liang Tocu juga hilang keseimbangan tubuhnya, di mana dia telah terhuyung, kemudian mengeluarkan suara keluhan perlahan. Tubuhnya kejengkang rubuh, di mana dia sudah tidak sadarkan diri lagi, pingsan..... Tiat To Hoat-ong sendiri yang telah mempergunakan ilmu Sobocnya melewati batas, segera duduk bersila untuk mengatur pernapasannya ketika melihat lawannya telah pingsan. Gochin Talu dan Lengky Lumi yang menyaksikan keadaan Wie Liang Tocu jadi girang bukan main. Segera juga mereka berdua menubruk maju menubruk Wie Liang Tocu. Akan tetapi, waktu Gochin Talu don Lengky Lumi tengah menubruk atau membekuk Wie Liang Tocu, tiba-tiba sekali tubuh Wie Liang Tocu telah meletik bangun melompat sambil menggerakkan ke dua tangannya menghantam kepada Gochin Talu dengan tangan kiri dan tangan kanannya menghantam Lengky Lumi. Ke dua kaki tangan Tiat To Hoat-ong ini tidak menyangka akan terjadi urusan seperti itu di mana Wie Liang Tocu ternyata hanya pura-pura terluka belaka, dan sekarang di luar dugaan mereka, telah menyerang dengan cara yang seperti membokong. Hebat tenaga serangan dari Wie Liang Tocu, dilakukannya juga dengan mendadak sekali. Dengan demikian, Gochin Talu dan Lengky Lumi yang ke duanya tengah berada dalam keadaan terluka di dalam tidak sempat menghindarkan diri dari hantaman itu. Dengan telak mereka terkena serangan Wie Liang Tocu. Tubuh mereka terpental dan ambruk pingsan di lantai didahului oleh suara jeritan mereka...... Tiat To Hoat-ong membuka matanya lebar-lebar dengan hati terkejut. Di waktu itulah dia melihat Wie Liang Tocu tengah melompat naik ke atas genting dan melarikan diri lenyap di dalam kegelapan sang malam yang kian larut juga. Bukan main gusarnya Tiat To Hoat-ong. Semula dia bermaksud untuk mengejar Wie Liang Tocu, akan tetapi segera juga dia teringat akan keselamatan Gochin Talu dan Lengky Lumi. Ke duanya perlu segera ditolongnya, karena jika terlambat, jelas akan membuat Gochin Talu dan Lengky Lumi yang terluka berat di dalam tubuhnya akan menemui ajalnya...... Wie Liang Tocu sebenarnya telah terluka parah sekali di dalam tubuhnya. Dia memang sengaja pura-pura pingsan sambil menahan sekuat tenaganya agar dia tidak pingsan. Sesungguhnya dia bersikap seperti itu dikarenakan ingin agar Gochin Talu dan Lengky Lumi maju mendekatinya untuk membekuknya. Dan apa yang diinginkannya itu memang terjadi, maka dengan seluruh kekuatan tenaga dalam yang ada padanya, Wie Liang Tocu telah menyerang ke dua lawan itu. Jika memang serangannya itu gagal, niscaya Wie Liang Tocu sudah tidak memiliki tenaga lagi, karena dia telah mempergunakan seluruh tenaga yang ada padanya untuk menghantam kepada Gochin Talu. Jika memang waktu itu Tiat To Hoat-ong melompat dan menyerangnya niscaya Wie Liang Tocu sudah tidak memiliki sisa tenaga lagi. Dia telah melarikan diri dan tidak ada yang mengejarnya, dengan sendirinya Wie Liang Tocu jadi bisa bernapas lega..... Malam itu hanya udara dingin sekali, juga dengan menderita luka di dalam yang tidak ringan menyebabkan Wie Liang Tocu merasakan tubuhnya menggigil. Setiap langkah kakinya seperti juga terhuyung dan seakan dia akan terguling rubuh. Namun Tianglo Kay-pang ini telah menguatkan dan merasakan hatinya. Dia mengempos seluruh sisa tenaga yang masih ada padanya, dan berlari-lari terus di atas genting menuju keluar kota raja...... Y Waktu berada di luar kota tubuhnya sudah lemah dan langkah kakinya seperti juga sudah tidak bertenaga. Jika memang Wie Liang Tocu tidak mengeraskan hati, mungkin dia sudah rubuh terjungkal di tanah dan pingsan. Akan tetapi sebagai seorang tokoh Kay-pang yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan lweekang yang terlatih dengan sempurna, walaupun dalam keadaan terluka parah seperti itu, dia tokh masih bisa mempertahankan diri dan berlari terus. Ketika tiba di depan permukaan sebuah hutan, tampak Wie Liang Tocu sudah tidak berhasil untuk mempertahankan diri terus. Dia telah terduduk di tanah. Napasnya memburu keras sekali. Bola matanya mencilak ke sana ke mari, seperti juga mencari-cari tempat yang sekiranya baik untuk beristirahat. Hal itu disebabkan Wie Liang Tocu kuatir kalau Tiat To Hoat-ong perintahkan orang-orangnya untuk melakukan pengejaran. Dan waktu melihat di sebelah kanan dari permukaan hutan itu terdapat sebungkah batu yang berukuran besar sekali, dengan di sisi kiri kanan batu tersebut tumbuh cukup lebat pohon-pohon Yang-liu, maka Wie Liang Tocu mengempos seluruh sisa tenaganya, dia berusaha untuk berdiri. Namun usaha itu gagal, dia telah terjatuh duduk lagi di tanah. Tiga kali Wie Liang Tocu berusaha untuk berdiri, namun dia selalu gagal. Sepasang kakinya begitu lemas dan seperti juga tidak memiliki kekuatan lagi. Dan akhirnya terpaksa Wie Liang Tocu telah merangrak menghampiri batu tersebut. Dengan demikian dia bisa menghampiri batu itu lebih dekat. Tenaga yang dipergunakannya itupun terlalu dipaksakan, dan napasnya memburu keras sekali. Wie Liang Tocu beberapa kali berhenti merangkak, untuk melancarkan pernapasannya. Setelah beberapa saat lamanya dia merangkak dan berhenti seperti itu, akhirnya Wie Liang Tocu berhasil mencapai belakang batu tersebut. Dengan menyenderkan tubuhnya di batu itu, Wie Liang Tocu duduk menyender sambil mengatur pernapasannya,dia berusaha memulihkan tenaga dalamnya. Lewat lagi beberapa saat, kesegarannya agak pulih. Namun Wie Liang Tocu masih tetap duduk menyender di tempatnya, sama sekali dia tidak bergerak, karena memang dia ingin memulihkan seluruh tenaga dalamnya tersebut, agar dia tidak terluka di dalam yang bisa membahayakan jiwanya. Diam-diam Wie Liang Tocu juga kagum atas kepandaian yang dimiliki Tiat To Hoat-ong Memang perihal diri Koksu negara itu telah lama didengar akan ketangguhannya, di mana Tiat To Hoat-ong memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali. Jika memang Wie Liang Tocu tidak memiliki lweekang yang telah terlatih dengan sempurna, niscaya akan menyebabkan dia menemui kematian ditangan Tiat To Hoatong. Masih beruntung baginya, karena dia memiliki latihan lweekang yang cukup sempurna sehingga ilmu soboc yang hebat dari Tiat To Hoat-ong tidak berdaya menghabisi jiwanya. Wie Liang Tocu menghela napas. Sebulan yang lalu dia telah bertemu dengan Yo Ko dan rombongannya, yang terdiri dari Ciu Pek Thong, Swat Tocu, Yeh-lu Chi dan lainnya. Dari Pangcunya itulah Wie Liang Tocu telah mendengar bahwa pangeran Ghalik telah membunuh diri. Dan urusan dengan Pengeran Ghalik itu pun telah dapat dibikin terang. Dengan adanya penjelasan Yeh-lu Chi, yang perintahkan padanya agar menghabisi urusan Pangeran Ghalik sampai di situ saja, karena tidak ada perlunya Kay-pang memusuhi keturunan Pangeran Ghalik. Juga Wie Liang Tocu jadi girang mendengar bahwa Sasana, puteri pangeran Ghalik telah menjadi kekasih Yo Him, adik angkatnya itu. Karena memang Wie Liang Tocu menyampaikan juga pada Yeh-lu Chi, bahwa persoalan Kay-pang telah dihabisi sampai di situ saja dengan kematian pangeran Ghalik dan tidak akan ditarik panjang sampai pada puteri pangeran yang malang nasibnya itu. Hanya saja kepada Yeh-lu Chi, Tianglo dari Kay-pang ini melaporkan juga perihal penghianatan Kan Tianglo, Pheng Tianglo dari Nyo Tianglo. Ke tiga Tianglo itu bermaksud mengadakan kerja sama dengan pihak Tiat To Hoat-ong, di mana ke tiga Tianglo itu bermaksud untuk merebut kekuasaan tertinggi di Kay-pang dengan mempergunakan bantuan tenaga dari jago-jago istana raja penjajah tersebut. Karenanya, Wie Liang Tocu, lebih jauh melaporkan, pihak kerajaan Boan itu terdiri dari Gochin Talu dan Lengky Lumi, yang menjadi penghubung dengan ke tiga Tianglo tersebut. Perihal diketahuinya pengkhinatan ke tiga Tianglo itu secara kebetulan sekali. Seorang murid Wie Liang Tocu telah secara kebetulan mendengar percakapan mereka yang bermaksud menghubungi Gochin Talu dan Lengky Lumi, guna meminta bantuannya agar membantu mereka merebut kedudukan Pangcu Kay-pang. Mendengar laporan muridnya tersebut Wie Liang Tocu terkejut. Segera juga Tianglo yang seorang ini melakukan penyelidikan. Selama dua bulan Wie Liang Tocu melalukan penyelidikan tanpa kenal putus asa dan lelah, karena dia menyadari bahwa urusan yang tengah dihadapinya ini adalah urusan besar yang menyangkut mati hidupnya dan maju mundurnya Kay-pang sebagai perkumpulan pengemis yang diakui oleh orang-orang gagah dalam rimba persilatan sebagai sebuah perkumpulan yang paling dihormati, karena di dalam Kay-pang banyak sekali terdapat tokoh-tokoh saktinya. Sekarang terdapat maksud buruk dari ke tiga Tianglo itu yang ingin mengkhianati partai mereka sendiri dengan mengadakan kerja sama bersama orang Boan, tentu saja membuat Wie Liang Tocu jadi murka. Dan usaha dari Wie Liang Tocu dalam menyelidiki urusan tersebut tidak sia-sia belaka, di mana dia telah berhasil menyelidikinya dengan baik dan juga memperoleh banyak bukti-bukti tentang maksud pengkhianatan ke tiga Tianglo itu. Dengan demikian, jalan pertama yang dilakukan oleh Wie Liang Tocu adalah berusaha membunuh Gochin Talu dan Lengky Lumi, guna mencegah terjadinya persekutuan antara dua orang Boan itu dengan Kan Tianglo, Pheng Tianglo dan Nyo Tianglo. Tetapi usaha Wie Liang Tocu untuk membunuh Gochin Talu dan Lengky Lumi ternyata gagal. Sebab di saat dia mulai dapat merubuhkan ke dua orang itu dan bermaksud ingin menghabisi jiwa ke dua orang Boan itu, ternyata telah muncul Tiat To Hoatong. Ternyata Tiat To Hoat-ong berada di gedungnya Gochin Talu pun hanya kebetulan sekali. Waktu Gochin Talu, bersama Lengky Lumi mengundurkan diri setelah memberikan laporan mereka perihal akan adanya kerja sama mereka dengan ke tiga Tianglo Kay-pang itu, Tiat To Hoat-ong tidak mempercayai seluruhnya laporan ke dua orang bawahannya ini Karenanya secara diam-diam dia telah menguntitnya dan berusaha mendengarkan percakapan mereka. Siapa tahu justru ketika Tiat To Hoat-ong tengah asyik mendengarkan secara diamdiam percakapan Gochin Talu dan Lengky Lumi, waktu itu muncul Wie Liang Tocu. Semula Tiat To Hoat-ong yang telah mendengarkan perundingan ke dua orang itu, mengetahui Gochin Talu dan Lengky Lumi memberikan laporan yang sebenarnya. Melihat kedatangan Wie Liang Tocu, salah seorang tokoh Kay-pang, Tiat To Hoat-ong bermaksud segera keluar untuk menempurnya. Namun akhirnya Koksu yang licin dan licik ini segera berobah pikirannya. Dia ingin melihat bagaimana tindakan dan cara Gochin Talu serta Lengky Lumi menghadapi tokoh Kay-pang tersebut, untuk mengetahui kesungguhan diri dari ke dua orang itu dalam mengabdikan diri pada pihak kerajaan. Itulah sebabnya membuat Tiat To Hoat-ong berdiam diri saja menyaksikan betapa Gochin Talu dan Lengky Lumi terdesak hebat oleh Wie Liang Tocu, akhirnya Gochin Talu dan Lengky Lumi terancam jiwanya di tangan pengemis tua itu. Barulah Tiat To Hoatong muncul untuk melindunginya. Teringat akan semua peristiwa yang dialaminya tadi, Wie Liang Tocu menghela napas dalam-dalam. Dia merasa heran bahwa Koksu negara Mongolia tersebut memiliki kepandaian yang begitu hebat. Sama sekali diluar dugaannya, karena dia telah mendengar akan kehebatan kepandaian Koksu tersebut, akan tetapi Wie Liang Tocu merasa yakin banwa tidak mungkin Koksu itu dapat merubuhi dan melukai padanya. Namun kenyataannya berlainan sekali dengan keyakinannya itu. Mereka telah bertempur cukup banyak jurus, dan memang dirinya tidak dibinasakan oleh Tiat To Hoat-ong dengan mudah. Hanya saja sekarang Wie Liang Tocu telah terluka demikian berat. Dengan demikian Wie Liang Tocu menghela napas beberapa kali menyesali dirinya mengapa kepandaiannya tidak terlatih lebih sempurna lagi. "Tetapi..... diapun pasti terluka di dalam!" Menghibur Wie Liang Tocu pada dirinya sendiri karena dia yakin, walaupun dirinya sendiri telah terluka cukup parah seperti ini, akan tetapi Tiat To Hoat-ong pun tidak terhindar dari luka di dalam yang cukup parah. Karena Wie Liang Tocu jadi jauh lebih tenang dan dia memusatkan seluruh tenaga murninya untuk berusaha menyembuhkan luka di dalam tubuhnya. Yang paling utama adalah berusaha melancarkan pula pernapasannya, karena jika hawa murni dapat dikumpulkan menjadi bulat kembali, dengan demikian mudah sekali baginya untuk menyembuhkan luka di dalam tubuhnya. Sayangnya justru tenaga murninya itu telah terpecahkan buyar, dengan begitu pula agak sulit buat Wie Liang Tocu menyembuhkan luka di dalam tubuhnya. Angin malam berhembus dingin sekali, menerjang kepada Wie Liang Tocu. Tetapi Wie Liang Tocu tidak memperdulikannya. Dia memejamkan matanya rapat-rapat dan berusaha keras untuk menyalurkan seluruh hawa murninya. Berangsur-angsur memang Tianglo dari Kay-pang ini berhasil juga untuk menyatukan kembali seluruh hawa murninya yang pecah tergempur oleh kekuatan tenaga dalam Tiat To Hoat-ong. Dan walaupun demikian dia tidak bisa segera mempergunakan kekuatan tenaga murninya itu, karena inti dari hawa murninya itu belum lagi dapat dikumpulkan bulat menjadi satu. Wie Liang Tocu mengakhiri usahanya untuk mempersatukan kembali tenaga dalamnya yang semula buyar, dia beristirahat dan duduk menyandar di batu tersebut. Menurut dugaannya, mungkin memakan waktu sampai satu bulan dia harus bersemedhi setiap harinya sepuluh jam guna memulihkan kesehatannya. Untung saja luka di dalam tubuh yang di deritanya itu tidak terlalu parah sehingga tidak sampai membuat dia bercacat karenanya. Wie Liang Tocu waktu itu melihat rembulan mulai condong ke arah barat. Tidak lama lagi memang terlihat matahari fajar telah mulai memancarkan sinarnya yang kemerah-merahan. Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bara Naga Karya Yin Yong Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung