Beruang Salju 31
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 31
Beruang Salju Karya dari Sin Liong Mereka tidak menjadi gentar dengan adanya tambahan seorang lawan ini, karena mereka telah menyambuti dan mengepung orang yang berpakaian ya-heng-ie itu bersama ke delapan orang kawankawannya, dengan rapat dan ketat. Sembilan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut semakin terkurung dan mulai terdesak. Mereka memang memberikan perlawanan yang gigih, akan tetapi mereka tidak bisa membuka kepungan itu guna menerobos keluar. Di saat pertempuran itu tengah berlangsung justru tampak berkelebat sesosok bayangan dari ruangan dalam kuil tersebut. Begitu orang itu muncul, dibarengi dengan bentakannya yang nyaring. "Hentikan.....!" Maka belasan orang pengemis yang mendengar suara bentakan tersebut, telah cepat-cepat melompat mundur, membuka kepungan mereka. Mereka juga telah melompat ke dekat orang yang baru melompat keluar itu, yang ternyata seorang pengemis berusia lanjut, lebih dari enampuluh tahun. Pengemis tua tersebut rupanya telah menyaksikan sejak tadi jalannya pertempuran tersebut, karenanya dia telah melompat keluar dari tempat persembunyiannya waktu melihat kawankawannya belum berhasil merubuhkan kesembilan lawanlawannya. Dengan sinar mata yang sangat tajam, pengemis tua tersebut telah mengawasi ke sembilan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut, sikapnya sangat gagah sekali. "Siapakah kalian dan apa maksud kalian masuk ke tempat kami?!" Tegurnya dengan suara yang tawar sedang matanya telah memandang tajam memancarkan sinar yang berkilauan, menunjukan bahwa dia memiliki lweekang yang tinggi sekali. Di waktu itu terlihat ke sembilan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut telah memandang si pengemis tua itu dengan sikap bermusuhan mengandung dendam, malah yang berhidung mancung seperti patuk burung telah melangkah maju dan membentak. "Hemmm, apakah kuil ini milik kalian? Kami datang ke mari buat bersembahyang, akan tetapi tidak hujan tidak angin justru pengemis-pengemis rendah itu telah menyerang kami! Hemmm, bagus kami masih belum menurunkan tangan keras kepada mereka buat membinasakannya......!" Mendengar jawaban seperti memperdengarkan tertawa dingin. itu, si pengemis tua "Kalian datang ke kuil ini hendak bersembahyang? Hemmm, apakah kalian menduga bahwa kami ini adalah bocah-bocah ingusan yang bisa didustai begitu saja? Baik! Baik! "Dengan demikian kami tidak akan sungkan-sungkan lagi kepada kalian, karena dilihat dari cara berpakaian kalian, yang mengenakan Ya-heng-ie, disamping itu juga melihat kepandaian kalian yang tidak rendah, memperlihatkan bahwa kalian datang ke mari tentunya dengan mengandung maksud tidak baik! Sekarang katakan siapa yang telah perintahkan kalian datang ke mari dan juga siapa diri kalian sebenarnya?!" Mendengar begitu, orang yang memiliki hidung sangat mancung, telah berkata tawar. "Baik, kami memang ingin membekuk tikustikus jembel yang tidak tahu diri.....!" Setelah berkata begitu, tanpa menanti para pengemis itu mengepung mereka, justru dia melompat sambil menyerang dengan ke dua tangannya. Gerakan dari orang berhidung mancung tersebut telah diikuti oleh kawan-kawannya, di mana ke delapan orang berpakaian ya-hengie yang lainnya seperti telah mengetahui bahwa mereka harus menyerang terlebih dahulu buat merebut waktu. Para pengemis itu segera bergerak hendak melayani serangan dari orang-orang tersebut. Akan tetapi pengemis tua itu telah mengibaskan tangannya memberi isyarat agar kawan-kawannya mundur. Sedangkan serangan orang berhidung mancung tersebut telah meluncur datang. Jarak mereka sangat dekat sekali. Jika memang pengemis tua tersebut tidak dapat bergerak cepat dalam beberapa detik itu, niscaya dia akan menjadi korban dari cengkeraman tangan lawannya. Akan tetapi kepandaian pengemis tua tersebut memang cukup tinggi. Dalam keadaan terdesak seperti itu, sama sekali dia tidak menjadi gugup, dia telah memiringkan tubuhnya, sehingga serangan dari lawannya itu hanya menyerempet dadanya dan kulit dadanya itu telah robek. Darah tampak mengucur dari dada si pengemis tua, akan tetapi merupakan luka ringan yang tidak membahayakan. Melihat darah mengucur dari dadanya, pengemis tua tersebut telah mengeluarkan bentakan nyaring. Dia mencengkeram punggung orang berhidung mancung tersebut, kemudian membarengi lagi dengan hajaran lututnya pada dagu orang berhidung mancung. Waktu lawannya tengadah karena tendangan lututnya seketika tangan si pengemis tua yang satunya telah bergerak mencekik leher lawannya. Cekikan itu dilakukan dengan mempergunakan jari telunjuk dan jempol. Itulah cekikan Kim-na-ciu yang sangat hebat. Cekikan kecil yang bisa memutuskan napas lawan, begitu leher lawan terkena cekikan tersebut. Karena justru bagian yang dicekik tersebut terdiri dari jalan darah yang sangat penting dan bisa mematikan. Sedangkan waktu itu terlihat betapa si pengemis tua tersebut bermaksud untuk membinasakan lawannya. Rupanya luka didadanya akibat serempetan cengkeraman tangan lawannya, membuat pengemis tua tersebut jadi murka sekali. Dan di saat menyerang, dia tidak berlaku sungkan pula. Hebat sekali ancaman yang dialami orang berhidung mancung tersebut yang mengenaskan dan tidak akan dapat memberikan perlawanan lagi begitu lehernya tercekik. Mati-matian orang berhidung mancung itu mendorongkan tubuhnya mendesak cengkeraman tangan dari pengemis tua tersebut. Dan dengan cara seperti itu, dia telah berhasil menjauhi lehernya dari incaran tangan lawannya. Akan tetapi pengemis tua tersebut tidak mau berhenti sampai di situ walaupun jarak sasarannya telah berobah. Tangannya tetap mengincar leher lawannya yang ingin dicekiknya. Namun saat seperti itu rupanya menguntungkan juga buat lawannya. Orang berhidung mancung yang berhasil mendoyongkan tubuhnya dan lehernya terpisah cukup jauh, telah meneruskan juga cengkeraman tangannya. Kali ini dengan kenekadannya itu dia berhasil mencengkeram dada si pengemis tua tersebut. Waktu berhasil mencengkeram, seketika dia mempergunakan seluruh tenaga lweekangnya untuk mencengkeram sekuatkuatnya. Si pengemis tua menderita kesakitan hebat dan menjadi sangat gusar, tanpa memperdulikan segala apapun juga, tahu-tahu tangan kirinya bergerak menampar batok kepala lawannya. "Plakkk!" Batok kepala dari orang berhidung mancung tersebut telah dihantam hancur, seketika dia terbinasa, tidak menarik napas lagi. Di saat itu ke delapan orang kawan dari orang berhidung mancung tersebut waktu melihat kawannya telah terbinasa, jadi mengeluarkan seruan gusar. Ketika melihat dada si pengemis tua telah robek kena dicengkeram oleh kawan mereka, seketika mereka telah melompat buat menyerang. Waktu itu si pengemis tua mempergunakan tangan kirinya memegangi dadanya dia mengeluarkan suara keluhan kesakitan. Dalam keadaan seperti ini, diapun telah melangkah mundur terhuyung-huyung beberapa langkah. Wajahnya pucat pias. Sedangkan ke delapan orang berpakaian ya-heng-ie itu telah menerjang maju, di mana mereka telah menyerang dengan pukulan yang bertubi-tubi. Di saat itulah terlihat betapa si pengemis tua mengalami ancaman bahaya yang tidak kecil. Dan dia masih berusaha buat mengerahkan seluruh kekuatannya, buat menerima dan menyambuti serangan ke delapan orang tersebut. Belasan orang pengemis lainnya yang melihat kawan mereka terluka parah dadanya, mengeluarkan seruan marah. Tidak menanti sampai ke delapan orang berpakaian Ya-heng-le tersebut berhasil menyerang si pengemis tua, belasan pengemis tersebut telah menerjang buat menghalangi. Si pengemis tua ternyata terluka cukup parah, walaupun dia berusaha mengerahkan seluruh kekuatan dan tenaga dalamnya, akan tetapi akibat terlalu banyak darah yang mengucur dan beberapa urat jalan darah di dekat dadanya terputus, sehingga membuat dia lemas sendirinya. Tidak ampun lagi dia telah rubuh terlukai dan numprah di tanah. Untung saja belasan orang pengemis yang lainnya telah keburu datang, mereka segera mengepung dan menyerang ke delapan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut. Dengan begitu, ke delapan orang tersebut tidak bisa mendekati atau menyerang si pengemis tua. Di saat itu, belasan orang pengemis tersebut yang menguatirkan keselamatan si pengemis itu , telah berulang kali menyerang dengan hebat, karena mereka bermaksud menyelesaikan pertempuran itu secepatnya, buat merubuhkan dan menangkap ke delapan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut. Karena sekarang orang berhidung mancung tersebut telah terbinasa, dengan demikian tidak dapat ke delapan orang berpakaian ya-heng-ie tersebut menyerang terlalu hebat. Kepandaian mereka juga berada di sebelah bawah kepandaian belasan orang pengemis tersebut, di samping jumlah mereka yang lebih sedikit. Begitulah, setelah bertempur beberapa jurus akhirnya ke delapan orang tersebut terdesak di bawah angin. Dalam keadaan seperti itu terlihat ke delapan orang tersebut sebentar lagi tentu akan dapat dirubuhkan oleh belasan orang pengemis tersebut. Sedangkan belasan orang pengemis itu yang melihat bahwa lawan-lawannya telah jatuh di bawah angin dan terdesak, mereka semakin bersemangat. Lewat beberapa jurus lagi, tubuh orang dari orang-orang berpakaian ya-heng-ie tersebut terpental. Menyusul yang seorangnya lagi terpental karena hantaman telapak tangan dari salah seorang pengemis yang mengepungnya, tubuhnya bergulingan di atas tanah. Di saat itulah terlihat bahwa tenaga serangan pengemis itu semakin hebat kepada ke lima orang berpakaian ya-heng-ie itu. Nyali dari ke lima orang berpakaian ya-heng-ie tersebut mulai ciut, dengan berseru nyaring, tampak mereka berusaha memberikan perlawanan yang lebih gigih. Sedangkan belasan pengemis itu telah menyerang semakin hebat. Ketika orang berpakaian ya-heng-ie yang tadi dibuat terpental, telah dapat bangun kembali. Akan tetapi mereka tidak bisa segera maju buat menyerang dan membantu ke lima kawan mereka, di mana ke tiga orang tersebut berdiri dengan muka yang pucat karena disebabkan mereka terluka di dalam. Dalam keadaan seperti ini rupanya ke lima orang berpakaian yaheng-ie yang sedang bertempur tidak bisa memberikan perlawanan yang lebih baik. Permainan ilmu silat mereka semakin kacau, penjagaan diri mereka pun semakin lemah. Ahirnya dua orang di antara mereka terpental lagi, karena kena dihantam oleh seorang pengemis yang berusia pertengahan. Jumlah orang herpakaian ya-heng-ie tersebut hanya tinggal tiga orang. Dan mereka semakin lemah serta terdesak. Dalam keadaan seperti itu rupanya mereka juga berusaha mencari kesempatan buat meloloskan diri. Di antara berkesiuran angin serangan, tiba-tiba seorang diantara ke tiga orang berpakaian ya-heng-ie tersebut mengeluarkan suara bentakan bengis. Dia telah menggerakkan tangan kanannya menimpukkan beberapa butir benda hitam. Benda hitam itu meluncur menyambar kepada beberapa orang pengemis di depannya. Menduga bahwa benda-benda hitam tersebut adalah senjata rahasia, sambil memaki murka beberapa orang pengemis itu mengelakkan diri dengan melompat menyingkir. Di saat itu, terlihat betapa beberapa benda bulat hitam tersebut jatuh di atas tanah, mengeluarkan suara ledakan yang nyaring sekali dan gumpalan asap yang sangat tebal. Pengemis-pengemis tersebut jadi terkejut mereka melompat menjauhi diri. Kesempatan ini telah dipergunakan sebaik-baiknya oleh orangorang berpakaian ya-heng-ie tersebut, di mana ke tiga orang itu telah menerjang keluar dan telah berusaha untuk mencapai dinding kuil tesebut, karena mereka bermaksud hendak melompat keluar melarikan diri. Pengemis-peagemis lainnya tidak tinggal diam, mereka segera memburu. Bahkan beberapa orang pengemis lainnya telah melompat untuk menyerang ke tiga orang berpakaian ya-heng-ie tersebut, karena memang mereka bermaksud mencegah lawanlawannya itu melarikan diri. Sedangkan salah seorang dari orang berpakaian ya-heng-ie tersebut melontarkan lagi beberapa benda hitam yang bulat. Malah jumlahnya semakin banyak, membuat di sekitar tempat tersebut dipenuhi oleh asap yang tebal sekali. Sedangkan di waktu itu pengemis-pengemis tersebut kuatir asap itu beracun dan telah melompat mundur buat menjauhi diri. Kesempatan kali ini tidak disia-siakan oleh ke tiga orang berpakaian ya-heng-ie tersebut, mereka melompati dinding kuil dengan segera dan sekuat tenaga mereka. Akan tetapi beberapa orang pengemis yang penasaran telah menyerang mereka mempergunakan senjata rahasia, mereka menyerang sekenanya saja. Terdengar suara jeritan dari salah seorang yang berpakaian yaheng-ie itu. Rupanya serangan tersebut telah mengenai tepat sekali pada pundaknya. Sedangkan ke lima orang berpakaian ya1152 heng-ie lainnya juga telah melompat buat melompati dinding kuil tersebut. Gerakan mereka ternyata gesit sekali, tetapi lebih cepat lagi timpukan senjata rahasia dari beberapa orang pengemis tersebut. Dengan begitu, segera juga dua orang di antaranya telah rubuh, dan seketika menghembuskan napasnya yang terakhir, karena senjata rahasia itu telah menembusi jantungnya. Sedangkan ke tiga orang berpakaian ya-heng-ie itu meneruskan lompatan mereka, menyusul ke tiga orang kawan mereka. Sebenarnya para pengemis itu bermaksud mengejarnya, namun pengemis tua yang terluka parah di dadanya telah berseru perlahan. "Jangan dikejar.....!" Karenanya belasan pengemis itu telah batal mengejar, dan mereka telah batal untuk memburu ke enam orang berpakaian ya-heng-ie tersebut. Mereka segera menghampiri pengemis tua itu. Dengan dipayang oleh dua orang pengemis, pengemis tua itu dibawa masuk ke ruangan dalam kuil tersebut. Cepat sekali beberapa orang pengemis lainnya membawa air hangat dan obat, buat mengobati luka di dada dari pengemis tua tersebut. Waktu itu terlihat betapa si pengemis tua menderita kesakitan yang hebat. Darah yang mengucur keluar juga sangat banyak sekali. Beberapa orang pengemis tersebut telah memencarkan diri, membagi diri di beberapa tempat sekitar ruangan, karena mereka rupanya berkuatir, kalau-kalau nanti ada musuh yang menyelinap masuk lagi. Mereka melakukan penjagaan dengan penuh kewaspadaan. Sedangkan pengemis tua itu walaupun menderita luka parah pada dadanya, dia tidak merintih. Hanya berdiam diri dengan mengigit bibirnya. Dan pengemis yang berusaha mengobati lukanya memandang berkuatir sekali. Luka yang diderita oleh pengemis tua tersebut sangat parah sekali, dinding jantungnya kena diremas pecah oleh lawannya tadi. Darah yang mengucur keluar dengan deras berasal dari luka di jantungnya itu. Pengemis yang mengobat luka si pengemis tua tersebut pun yakin bahwa si pengemis tua tersebut tidak memiliki harapan buat hidup terus. Hal ini disebabkan dinding jantung yang pecah itu mengeluarkan darah dengan deras. Saat itu terlihatlah betapa si pengemis tua itu telah bermandikan keringat, karena dia menahan rasa sakit yang sangat luar biasa. Dengan suara yang gemetar menahan rasa sakit, akhirnya pengemis tua itu tersebut berkata. "Pergilah kalian memberitahukan kawan-kawan yang lain, bahwa orang-orang kerajaan mulai bergerak, agar mereka berwaspada.....!" Berkata sampai di situ, si pengemis tua berhenti dan mengerang menahan rasa sakit. Darah yang mengalir dari jantungnya semakin deras juga mengalirnya. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Di saat itulah terlihat bahwa keadaan pengemis tua ini makin semakin melemah. Sedangkan pengemis yang tengah mengobatinya berusaha menutup luka di jantung dari pengemis tua tersebut. Bahkan telah menaburkan dengan obat bubuk. Akan tetapi gagal, karena di waktu itu tampak dia menggeliat beberapa kali, kemudian tubuhnya mengejang kaku dan diam tidak bergerak lagi, sedangkan mukanya pucat pias, sepasang matanya terpentang lebar-lebar. Pengemis-pengemis lainnya yang melibat keadaan pengemis tua tersebut jadi mengeluarkan seruan tertahan, muka mereka pucat semuanya, kemudian menangis terisak-isak. Akan tetapi pengemis tua tersebut diam mengejang kaku tidak bergerak lagi, karena memang dia telah berpulang ke alam baka. Sedangkan keadaan di sekitar kuil tersebut sangat sunyi sekali, selain isak tangis dari pengemis-pengemis itu, suara lainnya tidak terdengar. Suara keresekan daun-daun bagaikan musik yang mengiringi tangisan dari para pengemis tersebut Malam kian larut...... Akhirnya para pengemis itu berunding, dan mereka berkemaskemas meninggalkan kuil tersebut. Rupanya mereka ingin memberitahukan kepada kawan-kawan mereka perihal kejadian tersebut, disamping mengurus penguburan dari pengemis tua itu. Semua pengemis Kay-pang memang telah berkumpul di kota tersebut, hanya saja mereka terbagi-bagi di berbagai tempat, dan hanya di antara mereka-mereka saja yang mengetahuinya. Sedangkan besok akan tiba saatnya rapat besar Kay-pang berlangsung. Y Rapat besar Kay-pang telah dibuka di lembah Kam-su-kok yang terpisah duapuluh lie lebih dari pintu sebelah timur-tenggara. Dan banyak sekali orang yang sejak pagi-pagi buta berduyun-duyun berangkat ke lembah tersebut. Orang yang berduyun-duyun pergi ke sana semuanya berpakaian pengemis. Akan tetapi di samping itu, ada juga orang-orang yang berpakaian sasterawan, pedagang ataupun juga berpakaian sebagai rakyat jelata biasa saja. Berbagai peristiwa telah mengawali pembukaan rapat besar Kaypang tersebut, di mana memang telah jatuh banyak korban. Akan tetapi tokh rapat besar Kay-pang tersebut tetap berlangsung dan tetap diselenggarakan, seperti juga tidak pernah terjadi sesuatu pada hari-hari sebelumnya. Sedangkan Yeh-lu Chi sebagai Pangcu dari Kay-pang telah membuka rapat besar tersebut dengan penuh semangat, dan penjagaan yang diatur pun sangat ketat sekali. Karenanya, dia pun telah mengerahkan murid-murid Kay-pang dari berbagai golongan buat melakukan penjagaan yang keras sekali, karena menjaga kalau-kalau orang kerajaan menyelusup masuk ke dalam lembah buat mengacaukan rapat besar Kay-pang tersebut. Banyak orang-orang yang berpakaian sebagai sasterawan, orangorang rimba persilatan dari berbagai pintu perguruan yang memiliki tali persahabatan dengan pihak Kay-pang harus melewati pemeriksaan yang ketat sebelum diijinkan masuk ke dalam lembah. Akan tetapi, walaupun pemeriksaan dilakukan dengan ketat sekali, tokh tidak urung masih banyak juga orang-orang kerajaan yang berhasil menyelusup masuk ke dalam lembah tersebut buat mengikuti jalannya rapat besar Kay-pang tersebut. Walaupun bagaimana rapat besar Kay-pang ini memiliki arti yang besar dan penting buat pihak kerajaan, karena di dalam rapat besar itu, pihak Kay-pang akan membicarakan bagaimana sikap mereka terhadap pihak kerajaan. Memang pihak kerajaan telah dapat menduganya, bahwa Kaypang tentu akan mengambil keputusan yang tetap seperti yang lalu-lalu, yaitu memusuhi pihak kerajaan Mongolia yang telah berhasil berkuasa di daratan Tiong-goan. Tetapi justru perkembangan jalannya rapat besar Kay-pang tersebut harus diikuti dulu sebelum bertindak dan menumpas Kay-pang, kalau saja perkumpulan pengemis tersebut bermaksud buruk buat mengganggu pemerintahan dari kerajaan yang sekarang. Itulah sebabnya mengapa Kaisar dari pihak kerajaan telah mengerahkan orang-orangnya yang terdiri dari jago-jago yang memiliki kepandaian tinggi buat mengikuti jalannya rapat besar Kay-pang tersebut. Sebagai Koksu negara, Tiat To Hoat-ong pun telah bekerja keras. Dia berusaha menyusun kekuatan di mana sekiranya usaha penumpasan Kay-pang tidak akan gagal, kalau saja Kay-pang memang bermaksud menentang terhadap kekuasaan kerajaan yang ada pada saat itu. Disamping Tiat To Hoat-ong, Gochin Talu dan Lengky Lumi juga telah dipercayakan oleh Kaisar buat memimpin tigaribu pahlawan istana, yang akan menumpas Kay-pang, kalau saja memang terbukti kelak hasil rapat besar Kay-pang memberikan tanda-tanda bahwa pihak Kay-pang ingin mengganggu pemerintah Mongolia. Sedangkan pihak Kay-pang sendiri telah menerima dukungan yang kuat sekali dari segala lapisan orang-orang gagah dalam kalangan kang-ouw. Dan karena dari itu pula menyebabkan pihak kerajaan tidak mau bertindak ceroboh dan sembarangan. Sebab walaupun bagaimana tidak dapat pihak kerajaan main terjang saja, di mana korbankorban yang akan berjatuhan pasti sangat banyak. Lengky Lumi dan Gochin Talu sendiri telah berusaha menghubungi beberapa orang tokoh Kay-pang, di mana tokoh-tokoh Kay-pang itu dipicuk oleh mereka dengan harta dan pangkat. Dengan demikian tokoh-tokoh Kay-pang itu telah bekerja buat mereka, dan merupakan musuh dalam selimut buat pihak Kay-pang. Tokoh-tokoh Kay-pang yang telah bekerja buat kerajaan Mongolia tersebutlah yang selalu memberikan keterangan-keterangan penting mengenai kegiatan Kay-pang belakangan ini, sehingga buat kerajaan mengetahui jelas keadaan dan kekuatan Kay-pang. Yang masih diperhitungkan baik-baik oleh pihak kerajaan justru adalah kekuatan orang-orang gagah Kang-ouw seperti Yo Ko, Oey Yok Su, Kwee Ceng, Oey Yong, dan lain-lainnya. Rapat besar Kay-pang tersebut memang merupakan rapat besar perkumpulan pengemis yang terbesar sepanjang sejarah yang ada. Karena kali ini Yeh-lu Chi telah perintahkan seluruh pengemis dari berbagai tempat di seluruh daratan Tiong-goan agar menghadiri rapat besar tersebut. Dengan begitu, bisa dibayangkan betapa banyak para pengemis yang berkumpul di tempat tersebut, di mana jumlah mereka meliputi puluhan ribu orang, dan juga terdiri dari berbagai golongan maupun tingkatan. Boleh dibilang sebagian besar dari anggota pengemis hadir di lembah tersebut. Sedangkan orang-orang gagah seperti Yo Ko, Oey Yong, Kwee Ceng, dan yang lain-lainnya, telah berkumpul di lembah tersebut. Begitu pula halnya dengan Yo Him dan Sasana mereka telah hadir juga. Ciu Pek Thong dan juga tokoh-tokoh Kang-ouw yang memiliki kepandaian tinggi, semuanya telah berkumpul buat memberikan bantuan mereka jika saja Kay-pang menerima ancaman dari luar, umpamanya dari pihak kerajaan. Swat Tocu sendiri juga ikut hadir di lembah tersebut, di mana Swat Tocu tetap mengajak Ko Tie sehingga anak itu telah bisa melihat bahkan berkenalan dengan tokoh-tokoh terkemuka dari rimba persilatan di daratan Tiong-goan. Memang di lembah tersebut telah berkumpul para orang-orang gagah yang semuanya memiliki kepandaian sangat tinggi dan juga namanya menggetarkan rimba persilatan. Dengan demikian, Kaypang memiliki tulang punggung yang sangat kuat. Memang semua ini terjadi secara kebetulan sekali, di mana Kaypang memang harus mengadakan dan menyelenggarakan rapat besar yang setiap limabelas tahun satu kali diselenggarakan dengan segala upacara kebesaran. Disamping itu, bertepatan dengan diselenggarakannya rapat besar tersebut, justru situasi politik yang terdapat di daratan Tiong-goan tengah berkecamuk gelombang yang hebat sekali di mana Kaypang terancam kemusuhan oleh Kaisar yang tengah berkuasa di saat itu. Karena dari itu orang-orang gagah yang waktu itu memang tengah berjuang, berusaha hendak menentang penjajahan di negeri mereka ternyata telah berkumpul di dalam rapat besar Kay-pang tersebut. Mereka berkumpul buat mengadakan suatu pertemuan di antara mereka membicarakan situasi pada saat itu. Karena dari itu pula, dalam keadaan demikian Kay-pang secara tidak langsung telah menerima bantuan dan dukungan yang kuat sekali dari para orang-orang gagah itu. Seperti Yo Ko, sebenarnya tokoh persilatan yang sangat gagah ini sudah tak ingin mencampuri lagi urusan di dalam rimba persilatan, karena memang ia sudah ingin hidup tenang menyendiri. Akan tetapi tokh Yo Ko akhirnya terlibat lagi dalam pergolakan yang terjadi. Demikian juga halnya dengan Swat Tocu, seorang tokoh sakti, yang semula telah hidup menyendiri di pulau Salju. Akan tetapi akhirnya setelah menerima Ko Tie sebagai muridnya maka sejak saat itu dia terlibat lagi dalam kancah pergolakan yang terdapat di dalam rimba persilatan. Disamping itu, Sasana, puteri dari pangeran Ghalik merupakan salah satu sumber kericuhan yang terdapat di waktu itu. Karena justru Sasana mengandung maksud buat mengadakan pembalasan dendam terhadap sakit hati ayahnya, yang akhirnya harus membuang jiwa dengan cara yang begitu mengecewakan. Tentu saja jika seorang diri Sasana tidak mungkin sanggup melaksanakan pembalasan dendamnya itu. Karenanya iapun telah meminta bantuan Yo Him, putera Yo Ko, buat membantu usahanya itu. Disamping itu pula para orang-orang gagah di daratan Tionggoan sendiri telah menyatakan kesediaan mereka buat membantu Sasana, karena mereka telah memperoleh simpatik dari pangeran Ghalik yang mengakhiri masa hidupnya dengan keadaan yang begitu tragis. Karena itu pula, karena menyaksikan pangeran Ghalik memiliki jiwa yang sebenarnya sangat baik, dan juga sekarang puterinya memang bermaksud menentang penjajahan yang ada di daratan Tiong-goan, walaupun yang menjajah negara Tiong-goan waktu itu adalah bangsanya sendiri, semua orang gagah jadi merasa simpati dan berkasihan kepada Sasana. Dan disebabkan itu pula mereka bersedia membantu puteri pangeran Ghalik tersebut. Begitulah mereka telah berkumpul di dalam lembah tersebut. Karena justru di dalam rapat besar yang diselenggarakan pihak Kay-pang akan dirundingkan juga urusan yang sangat penting di luar kepentingan Kay-pang sendiri, terutama sekali perihal bagaimana menghadapi penjajah yang ada pada waktu itu. Yeh-lu Chi yang telah membuka rapat tersebut dengan upacara sebagaimana biasa berlaku, di dampingi beberapa orang Tianglo Kay-pang. Memang waktu rapat besar Kay-pang dibuka, sama sekali tidak muncul persoalan apapun juga, karena memang waktu itu pihak lawan, yaitu para pahlawan musuh belum lagi bertindak. Rupanya yang dibicarakan Kay-pang adalah mengenai susunan pengurus Kay-pang, anggaran dasar perkumpulan itu sendiri dan penggantian beberapa orang Tianglo. Disamping itu pula, persoalan yang pokok besar dibicarakan Kay-pang adalah bagaimana harus dapat menentukan sikap terhadap penjajah yang tengah berkuasa di saat itu. Waktu Yeh-lu Chi membicarakan persoalan bagaimana sikap Kaypang yang harus di tempuh dalam menghadapi pemerintahan penjajah, keadaan sangat hening. Di dalam keheningan yang ada, justru terlihat ketegangan meliputi wajah semua orang yang hadir pada waktu itu. Juga terlihat betapa ancaman akan meledaknya suatu kerusuhan dan keonaran bisa saja terjadi di setiap detik. Akan tetapi selama itu Yeh-lu Chi tetap dengan pendiriannya, mengemukakan tindakan-tindakan apa saja yang harus ditempuh oleh seorang anggota Kay-pang dalam menghadapi pemerintahan penjajah. Pokok pembicaraan yang terpenting Yeh-lu Chi memang mengucapkan tentang menentang dan penentangan dan sikap tidak mau tunduk terhadap pemerintah penjajah. Disamping itu Yeh-lu Chi pun menegaskan bahwa Kay-pang walaupun bagaimana tetap saja akan menentang adanya penjajahan di negeri mereka. Walaupun bagaimana bentuknya peraturan yang dikeluarkan oleh pihak penjajah, tetap saja Kay-pang harus berdiri di atas keadilan dan menentang pemerintahan yang ada, disebabkan pemerintahan yang tengah berkuasa di daratan Tiong-goan merupakan bangsa asing yang tentu akan menindas rakyat Tionggoan. Disamping itu, diperintahkan juga oleh Yeh-lu Chi, bahwa anggotaanggota Kay-pang harus berusaha membela rakyat yang ditindas oleh orang-orang pemerintahan penjajah itu. Walaupun bagaimana bentuk persoalannya, akan tetapi jika seorang anggota Kay-pang bentrok dengan pemerintah penjajah disebabkan membela seseorang rakyat yang tertindas perbuatannya itu akan didukung oleh seluruh anggota Kay-pang yang ada. Waktu Yeh-lu Chi berkata-kata sampai di situ ada seorang pengemis tua berjenggot putih telah mengangkat tangannya, katanya. "Maaf Pangcu, dapatkan tecu bertanya?!" Yeh-lu Chi mengawasi pengemis tua tersebut, dia tidak mengenalnya, karena dia merasa baru pertama kali ini bertemu dengan pangemis tua itu. Diam-diam Yeh-lu Chi jadi heran, dia bertanya-tanya di dalam hatinya, entah siapa adanya pengemis tua berjenggot putih tersebut. Anggota Kay-pang lainnya juga telah mengawasi pengemis tua itu. Mereka menduga mungkin juga pengemis tua berjenggot putih itu berasal dari Kay-pang daerah, yang merupakan cabang-cabang Kay-pang yang terpencil dan sekarang mewakili perkumpulannya. Setelah mengawasi mengangguk. sekian lama, akhirnya Yeh-lu Chi "Baiklah!" Katanya. "Silahkan apa yang ingin kau tanyakan?!" "Soal mengenai sikap Kay-pang terhadap pemerintahan yang ada sekarang ini!" Menyahuti pengemis tua itu. "Ya, apa maksudmu?" Tanya Yeh-lu Chi. "Apakah ada sesuatu yang kurang jelas?!" "Sikap kita terhadap pemerintahan yang ada sekarang ini tentunya kurang bijaksana, jika saja disertai dengan rasa permusuhan! Kita harus melihat kenyataan yang ada, walaupun pemerintahan yang sekarang ini dikendalikan olek orang-orang Boan, akan tetapi mereka dapat memerintah dengan baik, mengatur negara dengan baik, sehingga kemakmuran negeri bertambah maju pesat sekali. Kemiskinan yang semula merajai seluruh daratan Tiong-goan perlahan-lahan mulai dapat di atasi.....!" Berkata sampai di situ pengemis tua berjenggot putih tersebut telah mengawasi sekitarnya dengan sorot mata yang tajam bersinar, seperti juga ia tengah memandang dengan sikap yang berwibawa sekali, seakan juga ingin menindih pengaruh dari Yeh-lu Chi, agar semua pengemis yang hadir di tempat itu tunduk dan berdiam diri saja atas kata-katanya. Akan tetapi kenyataannya, akibat perkataan pangemis tua berjenggot tersebut, beberapa orang pengemis telah berdiri dan mengeluarkan seruan marah. Tampaknya pengemis-pengemis itu gusar karena pengemis berjenggot tersebut telah membela pemerintah penjajah. "Apakah orang-orang Boan itu telah menyogok pangkat dan harta kepadamu?!" Memaki beberapa orang pengemis itu. "Atau memang engkau telah menjadi kaki tangannya orang-orang Boan itu?!" Mendengar pertanyaan dan cacian-cacian yang menyindir langsung kepadanya, pengemis berjenggot putih itu tetap saja membawa sikap yang agung dan tidak memperlihatkan perasaan gentar. Malah, pengemis berjenggot putih telah mendengus memperdengarkan suara tertawa dingin, katanya. "Tenang! Tenang! Kalian tokh belum lagi mendengar seluruh perkataan dan pernyataanku? Bagaimana mungkin aku mengutarakan pendapat dan saranku, jika baru berkata sampai di situ saja kalian telah menimbulkan kegaduhan seperti ini?!" "Cepat katakan, apa saranmu! Jika memang saranmu yang di luar dari kepantasan engkau harus dihukum!" Teriak beberapa orang pengemis dari golongan lima karung dengan nada yang tetap gusar. "Ya, jika memang saranmu itu menganjurkan kami agar berkhianat, maka engkau harus dihukum!" "Katakan!" "Ayo katakan!" Begitulah para pengemis itu jadi ramai sekali berteriak-teriak dengan suara mengandung kegusaran. Akan tetapi pengemis tua berjenggot tersebut tetap saja tenangtenang dengan sikapnya yang angkuh dan keagung-agungan, katanya. "Hemm, jika memang kalian ingin menghukum aku, itu pun tidak menjadi sebab untuk aku batal menyebutkan saranku! Aku akan mengemukakan semua saran dan pendapatku, demi kebaikan Kay-pang secara menyeluruh! "Perkumpulan Kay-pang bukan perkumpulan kecil, dalam Kaypang terdapat ribuan, bahkan puluhan sampai ratusan ribu anggota, yang semua keselematannya berada di tangan para pemimpinnya! Jika memang para pemimpinnya membimbingnya ke arah yang salah dan sesat, yang bisa menghancurkan Kaypang, keselamatan mereka terancam!" Berkata sampai di situ, kembali pengemis tua berjenggot putih itu telah menyapu ke sekeliling tempat tersebut dengan sorot mata yang sangat tajam sekali. "Engkau tidak perlu menggunakan alasan-alasan apapun juga. Jika memang kau menganjurkan agar kami menghianati negara kami, dan engkaupun terbukti berkhianat, maka engkau harus dihukum seberat-beratnya!" Teriak beberapa orang pengemis golongan tua dengan marah. "Ya, dia telah berkhianat!" Teriak beberapa orang pengemis lainnya. "Hukum pengkhianat!' teriak yang lainnya dengan suara yang ramai dan berisik. "Ya, hukum! Hukum!" Teriak yang lainnya. Dalam waktu sekejap mata saja, telah timbul keributan di tempat tersebut, karena memang waktu itu terlihat betapapun juga para pengemis itu menaruh kecurigaan kepada pengemis tua berjenggot putih itu telah berkhianat. Didengar dari perkataannya jelas pengemis tua berjenggot putih tersebut seperti juga memihak, kepada pemerintahan penjajah. Walaupun menghadapi situasi seperti itu, tampaknya pengemis tua berjenggot putih itu tetap tenang. Dia menoleh kepada Yeh-lu Chi, dengan sorot mata yang tajam sekali dia bertanya. "Bagaimana Pangcu, apakah tecu boleh meneruskan saran tecu ini?!" Yeh-lu Chi yang melihat keadaan telah berobah menjadi ribut seperti itu, segera mengangkat tangannya. Seketika keadaan jadi sirap dan tenang kembali. "Baik! Kau katakanlah apa saranmu itu!" Kata Yeh-lu Chi. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Akan tetapi, seperti saudara-saudara kita telah kemukakan, jika saja memang saran yang kau berikan itu sengaja membujuk kami agar berkhianat kepada tanah air sendiri dan juga memihak kepada pihak penjajah orang-orang Boan itu, hemmmm, tentu saja Kaypang harus memutuskan menghukum seberat-beratnya anggota yang memiliki hati bercabang seperti itu.....!" Setelah berkata seperti itu, Yeh-lu Chi mengangkat tangannya, katanya lagi. "Dengarlah wahai seluruh anggota Kay-pang! Berikanlah kesempatan orang ini bicara! Mungkin juga sarannya merupakan saran yang baik, kita harus mendengarkannya dulu, baru nanti mempertimbangkannya sebaik mungkin!" Karena pangcu mereka telah meminta agar mereka tenang dan tidak menimbulkan keributan, membiarkan dan memberikan kesempatan kepada pengemis tua tersebut bicara guna mengemukakan sarannya, maka para pengemis itupun berdiam diri. Di saat itu pengemis tua tersebut telah mendehem beberapa kali, barulah kemudian dia berkata dengan suara yang nyaring, sama sekali dia tidak memperlihatkan perasaan jeri. "Sesungguhnya apa yang diinginkan oleh kita dari Kay-pang, tentunya kesejahteraan rakyat di seluruh negeri! Dan tentunya tujuan dan cita-cita seperti itu milik dari semua orang gagah! "Jika kita menyaksikan dapat melihat bukti, bahwa rakyat berangsur-angsur dapat hidup lebih baik dan makmur, walaupun negeri berada di tangan bangsa asing. Mengapa pula kita harus terlalu meributkan? Bukankah hal itu hanya akan memancing keributan-keributan belaka dan bentrokan dengan pihak kerajaan, sehingga jika terjadi bentrokan yang lebih keras lagi, rakyat juga yang akan bersengsara......!" Yeh-lu Chi mendengus perlahan, hatinya semakin tidak menyukai pengemis tua tersebut yang tidak diketahuinya duduk di dalam cabang perkumpulan daerah mana. Dengan demikian Yeh-lu Chi juga memperhatikan baik-baik pengemis tua tersebut, waktu dia tengah berkata-kata seperti itu. Sedangkan pengemis tua tersebut telah menyapu sekitar tempat itu dengan sorot mata yang sangat tajam, juga telah memandang kepada semua pengemis dengan sinar mata yang memancar bengis. Sama sekali tidak terlihat perasaan jeri sama sekali pada dirinya, walaupun semua pengemis yang berkumpul di tempat itu memandangnya dengan sorot mata membenci dan juga penuh amarah. Setelah berdiam diri sejenak, barulah pengemis tua tersebut berkata lagi dengan suara yang lebih nyaring. "Dan kalian dengarlah, jika memang kalian bersikeras dan tidak mau mengambil sikap yang bijaksana, sehingga pihak kerajaan mengambil tindakan keras terhadap Kay-pang, siapa yang akan rugi? Memang kita dari sekian banyak tokoh-tokoh Kay-pang dapat menyelamatkan diri dengan mengandalkan kepandaian yang dimilikinya. Akan tetapi bagaimana nasib anggota Kay-pang, yang mulai dari tingkatan satu karung, dua karung, tiga karung dan empat karung, di mana kepandaian mereka tentunya masih lemah dan rendah, dan tentu mereka yang akan bercelaka!" Terdengar suara yang riuh karena para pengemis itu telah meluap kemarahannya waktu orang tua berjenggot yang merupakan pengemis tua yang tidak diketahui asal usulnya tersebut berkata sampai di situ. "Walaupun kami harus membuang jiwa, kami rela, jika memang orang-orang Boan itu bisa diusir dari daratan Tiong-goan!" Teriak beberapa orang pengemis. "Ya, kami bersedia buat mati demi negara dan tanah air!" Teriak yang lainnya. "Kami akan memperjuangkan kebebasan tanah air kami, agar tidak selamanya dijajah!" Teriak pengemis-pengemis yang lainnya dengan suara yang bareng. "Walaupun kami harus menebusnya dengan jiwa kami, akan tetapi kami rela!" Begitulah, masih banyak lagi pengemis-pengemis lainnya yang berteriak-teriak dengan suara yang berisik sekali penuh amarah. Sedangkan Yeh-lu Chi berusaha menenangkan mereka. Dari rombongan pengemis golongan enam karung, rupanya ada yang sudah tidak bisa membendung hawa amarahnya, karena dari rombongan itu telah melompat ke arah si pengemis tua tersebut seorang pengemis berusia empatpuluh tahun lebih. Dengan muka yang merah padam karena marah yang tidak bisa dibendung lagi, pengemis tersebut telah membentak. "Siapa kau sebenarnya?! Aku yakin, kau tentunya bukan anggota Kay-pang, di mana kau hanya menyamar belaka.....!" Mendengar perkataan pengemis tersebut, pengemis tua itu telah tertawa tawar, sikapnya tetap tenang dan sabar, sama sekali dia tidak menjadi marah atau menjadi takut. Malah jawabnya. "Lho, aku biasa dipanggil dengan sebutan Cing Pang An!" "Hemmm, kau berasal dari cabang daerah mana?!" Tegur pengemis itu lagi. Pengemis tua itu, Cing Pang An, tidak segera menyahuti, bola matanya memain beberapa kali berputar-putar, tampaknya dia jadi mendongkol sekali. "Melihat engkau membawa enam karung tentunya kedudukanmu masih satu tingkat di bawah kedudukanku! Apa yang termuat di dalam larangan dan pantangan Kay-pang? Salah satu dari larangan itu adalah bersikap kurang ajar terhadap yang tingkatannya lebih tinggi dan lebih tua! Pantaskah sikapmu ini terhadapku? Seharusnya, jika memang kita mematuhi peraturan yang terdapat di dalam Kay-pang, engkau harus dihukum berat sekali!" Mendengar perkataan Cing Pang An, pengemis berkarung enam itu telah tertawa dingin. "Aku tidak percaya bahwa engkau adalah anggota Kay-pang, tentu engkau orangnya Kaisar Boan itu, yang tengah menyamar sebagai pengemis!" Setelah berkata begitu. tampak pengemis berkarung enam itu melangkah mendekati, maksudnya ingin menyerang kepada Cing Pang An. Akan tetapi Cing Pang An membawa sikap yang tenang sekali, katanya. "Sebelum kau memperlihatkan kekurang ajaranmu lebih jauh, sekarang katakanlah siapa namamu?" "Hemmmm, aku dipanggil Kay Som Song!" Dan setelah menyahuti seperti itu, Kay Som Song mengeluarkan bentakan, ke dua tangannya juga bergerak dengan cepat sekali, karena jarak mereka memang terpisah tidak jauh. Sedangkan Cing Pang An tidak bergerak dari tempat berdirinya, dia hanya mengawasi saja datangnya serangan dari Kay Som Song. Tampaknya dia tidak memandang mata terhadap serangan lawannya. Kay Som Song sendiri memperoleh kenyataan seperti ini jadi tambah murka, karena dilihatnya pengemis tua Cing Pang An bagaikan tidak memandang sebelah mata padanya. Dia telah mengempos semangatnya, tenaga serangannya itu semakin hebat dan kuat. Angin serangan yang menderu-deru menyambar kepada Cing Pang An, dan di waktu itu terlihat betapa Kay Som Song mengincar hulu hati sebagai sasarannya. Dalam keadaan seperti itu, Cing Pang An menggerakkan tangan kirinya, dia menangkis seenaknya tanpa menggeser kedudukan ke dua kakinya. Sepasang tangan itu saling bentur, bahkan benturan tersebut terjadi sangat kuat sekali. Terlihat tubuh Kay Som Song telah terhuyung mundur, bagaikan terdorong oleh suatu kekuatan yang tidak tampak. Di saat mana Cing Pan An, tidak tinggal diam, dia telah membarengi menghantam dengan telapak tangannya. Kay Som Song pun tidak berani lengah dari berayal, sebab dia menyadarinya, jika saja dia berlaku lambat, niscaya akan membuat dirinya terluka parah. Karena dari itu, cepat-cepat dia menangkis dengan ke dua tangannya namun kedudukan ke dua kakinya belum lagi bisa tetap, karena dari itu walaupun dia menangkis sepenuh tenaga, tokh tenaga tangkisan itu hanya sebesar enam bagian tenaga lweekangnya belaka. Kembali terdengar benturan yang keras di antara tangan Kay Som Song dengan tangan Cing Pang An. Tenaga bentrokan tersebut telah menyebabkan tubuh Kay Som Song terpental lagi. Cing Pang An segera menyerang pula. Akan tetapi baru saja dia menggerakkan tangannya buat menghantam, di waktu itu Yeh-lu Chi telah membentak. "Tahan......!" Cing Pang An tidak meneruskan serangannya, dia telah menahan meluncur tangannya, karena dia tidak berani melanggar cegahan dari Pangcu Kay-pang tersebut. Alasannya, jika saja dia membandel, tentu Pangcu Kay-pang itu akan perintahkan tokohtokoh Kay-pang buat menghadapinya guna mencegahnya dengan kekerasan. "Dia yang telah mencari-cari urusan denganku, Pangcu!" Kata Cing Pang An dengan suara aseran. "Hemmm, di dalam rapat besar kita ini ternyata masih terdapat anggota Kay-pang yang ingin main hakim sendiri, padahal yang di sini terdapat Pangcu Kay-pang, dan alangkah memalukan sekali tindakannya itu.....!" Mendengar ejekan dari Cing Pang An, muka Kay Som Song berobah merah padam, dia gusar bukan main dan sebenarnya dia ingin menerjang lagi. Jika saja tidak dilihatnya Yeh-lu Chi telah menggerakkan tangan kanannya, mengisyaratkan agar dia tidak menerjang lebih jauh. "Dengarlah!" Kata Yeh-lu Chi. "Sebenarnya Kay Som Song tidak bisa dipersalahkan, karena kau sendiri tidak diketahui dengan jelas berasal dari cabang Kay-pang daerah mana, sehingga Kay Som Song bermaksud buat membuktikan bahwa engkau memang benar-benar anggota Kay-pang.....!" Mendengar perkataan Yeh-lu Chi, muka Cing Pang An berobah, dia mendengus dua kali, katanya. "Jika memang keputusan Pangcu seperti itu, tampaknya Pangcu pilih kasih dan berat sebelah!" "Mengapa kau bisa berkata begitu?!" Tanya Yeh-lu Chi sambil mengerutkan alisnya. "Karena Pangcu tidak mendengar sampai habis dulu keterangan dan saranku, malah telah membenarkan orang menimbulkan keonaran disini, di dalam rapat besar kita yang tengah diselenggarakan!" Yeh-lu Chi tertawa tawar, katanya. "Jika memang dilihat demikian, tampaknya engkau masih penasaran! Baiklah! Baiklah! Justru sekarang ini aku yang akan menguji dirimu, akan menguji siapakah sebenarnya kau.....?!" Setelah berkata begitu, Yeh-lu Chi melompat turun dari tempat duduknya, dia telah berhadapan dengan Cing Pang An. Cing Pang An sendiri terkejut, karena dia tidak menyangka bahwa Pangcu Kay-pang akan turun tangan sendiri, karena dia, semula menduga tentunya Pangcu Kay-pang tersebut akan perintahkan tokoh Kay-pang lainnya buat menghadapi dirinya. Dengan tersipu Cing Pang An segera berkata. "Alangkah tidak pantasnya jika memang Pangcu yang turun tangan sendiri hanya sekedar buat membuktikan bahwa tecu adalah anggota Kay-pang. Sesungguhnya, kecurigaan Pangcu tidak pantas, karena memang sebenarnya tecu adalah anggota Kay-pang.....!" "Siapa pimpinanmu??" Tanya Yeh-lu Chi tidak memperdulikan perkataan Cing Pang An. "Itu..... itu......!" Cing Pang An jadi tergugu. "Hemmm, seperti apa yang telah kuduga, bahwa engkau memang bukan anggota Kay- pang dan hanya menyamar sebagai pengemis! Katakan siapa dirimu sebenarnya?!" Bentak Yeh-lu Chi dengan sikap yang mendongkol. Cing Pang An tertawa tawar, rupanya dia telah berhasil menguasai kegugupannya. "Ini..... tentu saja aku tidak bisa menyebutkannya, karena Pangcu menanyakannya tak wajar!" Menyahuti Cing Pang An akhirnya. "Hemmm, jika memang dilihat keadaan seperti ini, Kay-pang tidak mau membawa cara keadaan yang sesungguhnya menurut aturan yang ada. Bagaimana mungkin, di dalam rapat besar seperti ini, seorang Pangcu yang memiliki kedudukan sangat tinggi di dalam perkumpulan kita, harus memeriksa seorang anggotanya yang hanya dicurigai belaka?!" "Sekarang katakan siapa dirimu sebenarnya dan apa maksudmu menyamar sebagai anggota Kay-pang?!" Bentak Yeh-lu Chi yang tidak mau memperdulikan sikap dari Cing Pang An. "Sejak kecil telah menjadi pengemis, hanya selama itu tecu tidak pernah masuk sebagai anggota Kay-pang. Baru tahun ke marin tecu telah masuk sebagai anggota Kay-pang! Jika memang tecu mengetahui Kay-pang bukanlah perkumpulan yang terlalu baik dengan aturannya yang acak-acakan, tentu tecu tidak sudi masuk sebagai anggotanya.....!" Dan setelah berkata begitu, Cing Pang An memutar tubuhnya, maksudnya ingin berlalu dari situ. Yeh-lu Chi melihat orang ingin berlalu, jadi mengeluarkan suara tertawa dingin, katanya. "Hemmm, apakah enak begitu saja kau ingin angkat kaki dari tempat ini?!" Dan setelah berkata begitu, tangan kanan dari Yeh-lu Chi dengan cepat bergerak, ia bermaksud mencengkeram pundak Cing Pang An. Akan tetapi Cing Pang An ternyata bukan seorang pengemis yang rendah kepandaiannya, karena ia memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Waktu mendengar berkesiuran angin serangan, cepat bukan main dia telah bergerak ke samping. Dan tanpa menoleh lagi dia telah menggerakkan tangan kanannya, menyampok dengan kuat sekali. "Bukkkk!" Terdengar benturan yang sangat keras, di mana kekuatan tenaga dalam dari Cing Pang An saling bentur dengan tangan Yeh-lu Chi. Akan tetapi Yeh-lu Chi memiliki kepandaian tinggi. Dia tidak seperti Kay Som Song, karenanya, begitu tangannya saling bentur, seketika dia memutar tangannya itu, yang tidak ditarik pulang. Kemudian dia bermaksud akan mencengkeram pergelangan tangan dari lawannya. Cing Pang An terkejut juga, semula dia menduga bahwa Yeh-lu Chi tentunya akan menarik pulang tangannya begitu tenaga mereka saling bentur. Namun kenyataannya Yeh-lu Chi malah meneruskan serangannya dengan maksud akan mencengkeram dan mencekal pergelangan tangannya. Tentu saja Cing Pang An tidak mau membiarkan pergelangan tangannya kena dicekal lawannya. Dia menarik pulang tangannya. Namun apa yang dilakukannya itu terlambat, sebab tangan Yeh-lu Chi telah mengunci tangannya, sehingga tidak mungkin Cing Pang An menarik pulang tangannya. Cing Pang An memang memiliki kepandaian yang tinggi, karenanya walaupun menghadapi keadaan yang terdesak dan terancam bahaya seperti itu, tokh dia tidak menjadi gugup. Cing Pang An hanya terkejut sejenak, kemudian dia telah cepat-cepat merobah posisi tangannya. Jika semula dia berada di sebelah atas dari tangan Yeh-lu Chi, justru kini telah memutar berada di sebelah bawah tangan Yeh-lu Chi. Kemudian cepat sekali dia menghantam ke depan, ke arah perut pangcu Kay-pang tersebut. Yeh-lu Chi sendiri tidak menyangka bahwa lawannya akan menyerang seperti itu. Dia jadi kaget dan cepat-cepat membatalkan serangannya. Dia tidak jadi mencengkeram dan kemudian melompat mundur ke belakang dengan jejakkan kaki yang kuat, tubuhnya ringan melompat ke belakang dua tombak. Cing Pang An tertawa terbahak-bahak. "Sudah tecu katakan, bahwa tecu adalah anggota Kay-pang, tentunya Pangcu tidak perlu menguji tecu lagi, dan jika memang pangcu masih tidak percaya, silahkan maju lagi! Walaupun tecu hanya memiliki tujuh karung, akan tetapi tecu merupakan anggota Kay-pang dan setiap anggota Kay-pang memiliki kepandaian yang tinggi.....! "Ini bukan berarti tecu berani berlaku kurang ajar kepada Pangcu. Akan tetapi memang terpaksa sekali karena Pangcu sendiri yang tidak mau mempercayai keterangan Tecu!" Setelah berkata begitu, Cing Pang An bersiap-siap hendak menerima serangan Yeh-lu Chi pula. Sebagai seorang Pangcu yang memiliki kekuasaan terbesar dan tertinggi di dalam kalangan Kay-pang, sebenarnya Yeh-lu Chi merasa malu tidak bisa membekuk lawannya. Dan sekarang dia mendengar perkataan Cing Pang An seperti itu, bukan main mendongkol hatinya, sehingga dia berseru nyaring. Dan tanpa mengeluarkan sepatah perkataan pun juga telah melompat menerkam dengan sepasang tangan yang digerakkan sangat kuat sekali. Karena sekarang Yeh-lu Chi telah mengetahui, bahwa lawannya memiliki kepandaian yang tinggi, dia tidak berani meremehkannya pula. Sedangkan Cing Pang An sendiri tak tinggal diam. Waktu melihat Pangcu Kay-pang tersebut menyerangnya, dia mengeluarkan suara seruan nyaring dan menggeser kedudukan ke dua kakinya. Yeh-lu Chi mana mau membiarkan Cing Pang An berkelit menghindarkan diri begitu saja. Karena melihat bahwa sebelum ke dua tangannya tiba pada sasarannya, lawannya telah mengelakkan diri, cepat luar biasa dia telah membentak dan menyerang semakin hebat dengan ke dua tangannya meluncur terus tanpa dikurangi kecepatan meluncurnya. Cing Pang An mendengus perlahan, kemudian tanpa berkelit dan menggeser ke dua kakinya, dia telah menangkis. "Bukkk!" Serangan Yeh-lu Chi telah ditangkisnya. Tubuh Cing Pang An tergoncang beberapa kali dan mundur lima tindak. Sedangkan Yeh-lu Chi telah mundur selangkah ke belakang, mukanya merah padam karena murka. Dalam keadaan seperti itu terlihat Yeh-lu Chi tidak berhenti dengan serangannya. Dia murid Ciu Pek Thong, di mana Loo-boan-tong memang memiliki kepandaian yang tinggi hebat luar biasa dan telah diwarisi seluruh kepandaiannya itu padanya. Karena dari itu, menghadapi lawan yang tangguh seperti sekarang. Yeh-lu Chi pun tidak berlaku sungkan-sungkan pula, apa lagi sekarang dia mencurigai bahwa Cing Pang An adalah mata-mata pihak kerajaan. Sekali ini Yeh-lu Chi telah menyerang dengan dahsyat sekali, dia menghantam dengan tenaga "Im" Di tangan kiri, sedangkan tenaga "Yang" Di tangan kanannya. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Hebat luar biasa tenaga serangannya itu, yang menyambar bergantian, tak serentak, akan tetapi saling susul. Menghadapi serangan Yeh-lu Chi seperti itu, muka Cing Pang An berobah pucat. Dia memang mcngetahui bahwa Yeh-lu Chi memiliki kepandaian yang tinggi dan tentu berada di atas kepandaiannya sendiri. Akan tetapi semula Cing Pang An menduga bahwa Yeh-lu Chi tidak akan turun tangan sendiri. Akan tetapi sekarang siapa tahu justru Yeh-lu Chi yang kecurigaannya semakin keras bahwa dirinya adalah mata-mata dari pihak kerajaan, telah menyerangnya dengan hebat sekali. Berulang kali Cing Pang An berusaha mengelakkan diri, dia terdesak karena bingung menghadapi cara menyerang yang dilakukan Yeh-lu Chi. Setelah terdesak beberapa kali, tampak Cing Pang An semakin sibuk menggelakkan dan menghindarkan diri dari setiap serangan Yeh-lu Chi. Bahkan ketika suatu kali tampak Yeh-lu Chi telah mengeluarkan bentakan dengan tangan kiri mengancam buat menotok mata dari lawannya. Dan waktu lawannya ini berkelit ke samping kanan, kesempatan ini dipergunakan sebaik mungkin oleh Yeh-lu Chi, dan dia telah mempergunakan tangannya yang satunya buat mencengkeram. Cengkeraman yang dilakukan pangcu Kay-pang kali ini tepat sekali mengenai sasaran, dan telah berhasil mencengkeram dengan keras. Malah waktu ia membentak sangat nyaring, tubuh lawannya kena dihentak terpental. Bukan main kesakitan Cing Pang An, dia berseru kesakitan dan terhuyung tidak bisa berdiri tetap sejauh dua tombak lebih. Malah, belum lagi dia sempat buat memperbaikkan kedudukan ke dua kakinya, cepat sekali Yeh-lu Chi telah melompat dan menyerang pula karena Yeh-1u Chi memang bermaksud tidak memberikan kesempatan sedikitpun juga pada lawannya. Dalam keadaan seperti itu terlihat jelas betapapun juga Cing Pang An berusaha menghindarkan diri dari serangan Pangcu Kay-pang itu, tokh tetap saja dia tidak berhasil. Mati-matian dia telah berusaha meloloskan diri dari gempuran itu, dan justru di waktu itulah serangan dari Yeh-lu Chi mengenainya dengan telak. "Bukkkk!" Keras sekali serangan itu menghantam Cing Pang An, sampai pengemis tua itu tersungkur di tanah. Dalam keadaan seperti ini Yeh-lu Chi telah berhenti menyerang. Dengan wajah yang angker dan penuh wibawa membentak. "Sekarang kau jelaskan, siapa sebenarnya dirimu dan apa maksudmu menyamar sebagai anggota Kay-pang?!" Cing Pang An tidak segera menyahuti, karena dia telah meringis menahan sakit beberapa saat, diapun merangkak buat berdiri, barulah kemudian dengan sorot mata penuh kebencian dia telah mendelik kepada lawannya yang berhasil merubuhkan dirinya. "Aku tidak mcnyangka bahwa Pangcu Kay-pang akan bertindak serendah ini.....!" Memaki Cing Pang An dengan sikap mengandung kemendongkolan yang meluap. Yeh-lu Chi telah bertanya dengan sengit. "Rendah? Rendah bagaimana? Kau telah ku layani sebaik mungkin, dan engkau rubuh dengan hanya aku bertangan kosoag belaka! Sekarang kau mengatakan aku telah memperlakukan dirimu dengan rendah! Nah, coba kau katakan yang sebenarnya, di mana kerendahan itu dan juga di mana sifat-sifat rendah yang kumiliki?" Pengemis tua itu telah mendengus memperdengarkan suara tertawa dingin, katanya dengan sikap mengejek. "Hemmm, sebagai seorang Pangcu dari Kay-pang yang merupakan perkumpulan besar, ternyata engkau tidak bisa mengetahui siapa adanya diriku, walaupun aku adalah salah seorang anggota Kaypang. Bukankah hal ini membuktikan Kay-pang merupakan sebuah perkumpulan yang tidak teratur baik? "Dan juga, engkau sebagai seorang Pangcu dari Kay-pang, akan tetapi di tempat sendiri, dengan mengandalkan pengaruh jumlah yang banyak, disamping itu juga memang tampaknya engkau dengan sesungguhnya mempergunakan ilmu sesat buat merubuhkan diriku..... Apakah semua itu bukan tindakan rendah? Atau memang engkau masih mau menyangkalnya?" Tugas Rahasia Karya Gan KH Pendekar Misterius Karya Gan Kl Perintah Maut Karya Buyung Hok