Beruang Salju 4
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 4
Beruang Salju Karya dari Sin Liong Tahun demi tahun telah lewat, dan Khiu Bok Lan tetap dengan kelakuan gilanya itu, sehingga ia hidup dengan caranya yang tidak berketentuan. Iapun selalu melakukan perbuatan-perbuatan sesuka hatinya, di mana jika ia tidak menyukai seseorang ia akan membinasakannya. Kepandaiannya memang tinggi, terutama sekali di saat ia telah menjadi gila, ia telah melatih sepasang tangannya. Ditambah pula pada ujung-ujung kuku jari tangannya diberi racun yang sangat berbisa sekali. Maka setiap korban keganasan dari Khiu Bok Lan menemui ajalnya dengan cara yang mengenaskan sekali. Tetapi Khiu Bok Lan juga tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, ia selalu muncul di mana saja tanpa berketentuan. Banyak orangorang kang-ouw akhir-akhir ini yang menjulukinya sebagai "Tokkui-sin-jie" (Setan Racun dengan Anak Sakti), dan ia merupakan momok yang mengerikan. Setiap orang-orang rimba persilatan yang telah mengetahui atau pernah mendengar nama Tok-kui-sinjie Khiu Bok Lan, tentu jika bertemu dengan iblis wanita tersebut akan segera menyingkir jauh-jauh. Pertemuannya dengan Auwyang Bun dan Sung Ceng Siansu maupun Lie Su Han, memang suatu pertemuan yang tidak disangka-sangka. Waktu itu Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan sedang beristirahat di dalam hutan dan di saat itulah tampak Auwyang Bun memasuki hutan rimba itu, sehingga ia telah turun tangan menyiksa Auwyang Bun, dengan begitu, Auwyang Bun telah menemui kematian yang sangat mengerikan sekali. Sung Ceng Siansu dan Lie Su Han justru tidak keburu menyingkirkan diri. Dengan demikian, Sung Ceng Siansu dan Lie Su Han telah kena dilukai dengan cara yang mengenaskan sekali. Dalam keadaan seperti itu. untung saja masih ada Lie Ko Tie, di mana Khiu Bok Lan telah tertarik untuk mengambilnya menjadi kacungnya. Dengan demikian, segera juga jiwa dari ke dua manusia jagoan dari rimba persilatan tersebut nyaris terbinasa di tangan Khiu Bok Lan. "Mari berangkat!" Kata Khiu Bok Lan sambil memutar tubuhnya. Lie Ko Tie sambil menggendong mayat bayi Khiu Bok Lan, telah menoleh kepada Lie Su Han dan Sung Ceng Siansu, yang waktu itu telah dapat berduduk. Tetapi mereka telah terluka cukup parah oleh racun yang sangat berbisa dari Khiu Bok Lan. Dengan demikian, tenaga mereka seperti telah habis dan membuat mereka jadi tidak bisa segera berdiri. Hati Lie Ko Tie jadi ngenas sekali melihat keadaan ke dua orang itu. Ia segera melangkah perlahan mengikuti Khiu Bok Lan. Lie Su Han dan Sung Ceng Siansu hanya bisa menyaksikan saja kepergian Lie Ko Tie. Sedangkan Khiu Bok Lan telah melangkah sambil bersenandung dengan suara perlahan. "Anakku...... kini engkau bisa tidur yang nyenyak...... tidurlah anakku...... engkau telah berada dalam gendongan kacungmu..... tidurlah anakku." Dan ia telah melangkah terus. Lie Ko Tie juga tidak berani berayal. Ia telah mengikuti sampai akhirnya wanita she Khiu itu bersama Lie Ko Tie telah lenyap dari pandangan mata Sung Ceng Siansu dan Lie Su Han. Ke dua orang tersebut menghela napas panjang, dan kemudian Sung Ceng Siansu telah berkata dengan suara yang mengandung penyesalan. "Sayang sekali aku tidak memiliki kepandaian yang lebih tinggi. Dengan begitu, aku tidak bisa melindungi keponakanmu yang telah dibawa pergi oleh iblis wanita itu.....!" Dan setelah berkata begitu Sung Ceng Siansu menghela napas beberapa kali. Sedangkan Lie Su Han juga menghela napas dengan wajah yang murung. "Apa yang telah dilakukan oleh Taysu telah lebih dari cukup, karena hampir saja Taysu membuang jiwa akibat membela kami......!" Katanya. Ke dua orang ini telah berdiam diri, lalu masing-masing mengerahkan lweekang mereka, untuk memulihkan semangat mereka. Dan setelah setengah harian duduk bersila di tempat tersebut, mereka berhasil memulihkan pernapasan mereka. Ke duanya telah kembali ke Siang-yang. Dan di waktu itulah mereka telah bersepakat untuk pergi menemui Bu Siang Siansu, guru Lie Su Han, untuk merundingkan cara terbaik, guna mengambil pulang Lie Ko Tie dari tangan Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan, wanita iblis yang bertangan telengas tersebut. Y Lie Ko Tie yang dibawa oleh wanita itu ternyata dibawa masuk ke dalam hutan yang terdapat di situ. Menyelusuri hutan tersebut dan tiba di depan sebuah tempat yang penuh dengan batu-batu yang saling susun ditindih berukuran besar-besar. Khiu Bok Lan telah duduk di sebuah batu yang tertonjol keluar kemudian menoleh kepada Lie Ko Tie, sambil tunjuknya ke sebuah batu lainnya. "Duduklah di situ!" Katanya dengan suara yang sabar, dan kemudian mengawasi anaknya yang telah menjadi mayat dan berada dalam gendongannya Lie Ko Tie. Lie Ko Tie duduk di batu yang ditunjuk oleh Khiu Bok Lan dan kemudian mengawasi mayat bayi yang berada dalam gendongannya, lalu ia berkata dengan suara yang perlahan dan ragu-ragu. "Liehiap...... apakah tidak lebih baik..... lebih baik..... anak ini....." Tetapi Lie Ko Tie tidak meneruskan perkataannya tersebut. Khiu Bok Lan memandang kepada Lie Ko Tie. Ia mengawasinya menantikan anak itu meneruskan perkataannya, tetapi Lie Ko Tie tidak berani meneruskan perkataannya itu. "Apa yang hendak kau katakan?" "Aku ingin menyerahkan.... agar..... agar.....bayi ini..... bayi ini......!" Suara Lie Ko Tie tergagap. Dan di waktu itulah, ke dua tangannya gemetaran mengangsurkan bayi yang telah menjadi mayat itu, seperti ingin menyerahkan kepada Khiu Bok Lan. Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan jadi mengawasi Ko Tie dengan sinar matanya yang sangat tajam, kemudian katanya. "Apa yang hendak kau katakan?" Suara Khiu Bok Lan terdengar nyaring dan keras. "Aku ingin menyarankan, apakah tidak....., tidak sebaiknya bayi yang telah menjadi mayat ini dikubur saja.......?" Menyahuti Lie Ko Tie. Muka Tok-kui-sin-jie Khiu Bok Lan jadi berubah merah padam. Matanya mendelik mengawasi Lie Ko Tie. "Apa kau bilang?" Katanya dengan suara yang mengandung kemarahan. Ko Tie jadi bungkam, ia jadi ketakutan melihat Khiu Bok Lan dalam keadaan marah seperti itu. Anak ini telah menundukkan kepalanya dalam-dalam tetapi sepasang tangannya yang menggendong bayi tersebut jadi menggigil semakin keras. Khiu Bok Lan telah tertawa dingin, katanya. "Bocah, engkau bicara terlalu sembarangan..... engkau menganjurkan aku agar mengubur anakku itu?" Ko Tie mengangkat kepalanya dan ia mengangguk ragu. Tetapi ketika sinar matanya bentrok dengan mata Khiu Bok Lan, ia telah menunduk kembali. Waktu itu Khiu Bok Lan telah berdiri dari duduknya, ia menghampiri Ko Tie. Sinar matanya sangat tajam, mengandung kemarahan. Ko Tie jadi ketakutan, dan ia menunduk saja dengan sepasang tangan yang semakin gemetaran. Ia kuatir kalau-kalau dirinya disiksa oleh wanita iblis tersebut. "Bocah!" Tiba-tiba Khiu Bok Lan membentak dengan suara yang keras, di mana ia telah berkata dengan sikap yang mengancam. "Rupanya mulutmu itu perlu dirobek!" Ko Tie semakin ketakutan. Sepasang tangannya yang memang telah menggigil jadi semakin menggigil keras. Dan tahu-tahu mayat bayi dalam gendongannya telah terlepas di mana mayat bayi tersebut telah menggelinding jatuh di tanah. "Ohhh, kau membanting anakku? Anakku..... anakku!" Teriak Khiu Bok Lan sambil melompat dan mengambil mayat bayi itu, yang digendongnya dalam rangkulannya. Ko Tie sendiri jadi semakin ketakutan. Ia telah berdiri dari duduknya dan telah beringsut ke dekat sebuah batu lainnya. Maksudnya jika memang Khiu Bok Lan hendak memukulnya, ia akan melarikan diri. Di waktu itu setelah menggendong mayat bayinya, Khiu Bok Lan dengan suara bengis berkata kepada Ko Tie. "Bocah jahat engkau membanting anakku dan engkau harus dihajar sepuluh kali bantingan....." Sambil berkata begitu, tubuh Khiu Bok Lan telah mencelat ke samping Ko Tie. Dengan menpergunakan tangannya yang satu, ia telah mencengkeram pundak Ko Tie. Dan di waktu itulah, sekali menghentak tubuh Ko Tie telah terlempar empat tombak lebih ke tengah udara. Lalu anak lelaki tersebut jatuh terbanting di atas tanah, menimbulkan suara gedebukan yang sangat keras sekali, dan ia menjerit kesakitan. Pandangan matanya berkunang-kunang dan juga ia merasakan pinggangnya seperti hendak patah. Khiu Bok Lan mengeluarkan suara tertawa yang menyeramkan mengandung kemarahan. Ia melompat lagi dan mengangkat tubuh Ko Tie yang hendak dibantingnya pula. Ko Tie memejamkan matanya. Ia yakin, begitu dibanting sekali lagi, tentu jiwanya akan segera melayang...... Tetapi waktu tangan Khiu Bok Lan bergerak hendak melempar Ko Tie ke atas udara, di waktu itulah dari atas tiba-tiba telah meluncur sebungkah batu yang besar sekali, dan lalu menggelinding jatuh serta menimbulkan suara yang berisik sekali meluncur akan menimpa Khiu Bok Lan. Hal itu benar-benar mengejutkan Khiu Bok Lan, karena ia tidak menyangka akan adanya batu yang longsor seperti itu, terlebih lagi jarak pisah antara batu dengan dirinya tidak begitu jauh. Tetapi Khiu Bok Lan yang memiliki kepandaian tinggi, mana bisa berdiam diri saja membiarkan dia bersama dengan mayat anaknya dan Ko Tie tertimpah batu besar tersebut? Dengan gerakan secepat kilat, tubuhnya telah melayang jauh sekali. Dan batu tersebut telah menimpa tanah di mana tadi Khiu Bok Lan berada dengan menimbulkan suara gedebukan yang sangat keras sekali. Khiu Bok Lan telah mengangkat kepalanya menengok ke atas dan dilihatnya sesosok tubuh telah bergerak cepat sekali dengan gerakan yang sangat ringan. Tubuhnya itu seringan kapas dan waktu hinggap di atas tanah tidak menimbulkan suara sedikitpun juga. Khiu Bok Lan telah menegaskan dan dilihatnya orang yang baru turun itu tidak lain dari seorang pemuda yang mungkin berumur duapuluh tiga tahun atau duapuluh empat tahun. Wajahnya tampan, dan tubuhnya tegap, dengan pakaian yang sederhana namun bersih. Pemuda itu waktu hinggap di atas tanah telah membarengi dengan perkataannya. "Mengapa hendak menyiksa anak kecil tidak berdaya seperti itu.......? Ciecie tentunya engkau tidak akan menurunkan tangan bengis kepada anak yang tidak berdaya itu, bukan?" Khiu Bok Lan telah mengawasi pemuda tersebut dengan sorot mata yang tajam, dan kemudian katanya. "Siapa kau? Ada urusan apa kau mencampuri urusanku?" Khiu Bok Lan bertanya begitu karena biasanya setiap orang yang bertemu dengannya, tentu akan ketakutan, tetapi pemuda yang baru muncul ini justru tidak memperlihatkan perasaan takut sedikitpun juga. Pemuda itu dengan sikap yang sabar telah menyahuti. "Siauwte she Yo dan bernama Him kebetulan tadi lewat di tempat ini dan melihat Ciecie yang hendak menyiksa anak tidak berdaya itu, dan mengapa mayat bayi yang telah kaku seperti itu tidak dikubur?" Muka Khiu Bok Lan jadi berubah merah padam. Ia menghentakkan tangannya, maka tubuh Ko Tie yang sejak tadi berada dalam cengkeramannya telah terlempar dan meluncur akan terbanting di atas tanah. Pemuda itu, Yo Him yang melihat ini, gesit sekali telah melompat sambil mengulurkan tangannya. Gerakan yang dilakukannya cepat sekali, sehingga mudah saja ia menyambar punggung Ko Tie dan ia telah berhasil mencegah Ko Tie terbanting. Dengan sabar Yo Him menurunkan tubuh anak tersebut, yang berdiri di sampingnya. Ke dua kaki Ko Tie masih menggigil karena anak ini masih diliputi perasaan ketakutan. Yo Him mengusap-usap kepala anak tersebut. Ia berkata dengan sabar. "Jangan takut. Ciecie itu tentu tidak akan mengganggumu lagi!" Tetapi Khiu Bok Lan seperti juga tidak memperdulikan Yo Him, telah menina bobokan anaknya. Yang ditimang-timangnya, sambil bersenandung dengan suara yang perlahan. "Anak yang baik, tidurlah kembali, tadi kau kaget terjatuh bukan? Tidurlah kembali...... tidurlah kembali!" Dan sambil menina bobokan anak itu, ia telah mengayun-ayunkan mayat bayi tersebut dalam gendongannya, sedangkan tubuhnya telah bergerak perlahan melangkah dua tindak ke dekat Yo Him. Tahu-tahu tangannya yang satu dipergunakan untuk menjambret baju Yo Him. Gerakan Khiu Bok Lan cepat sekali, dan juga cakaran yang dilakukannya itu merupakan cakaran maut yang bisa mematikan, kalau saja kuku jari tangannya yang mengandung racun itu mengenai sasarannya. Tetapi Yo Him hanya tersenyum saja, walaupun Khiu Bok Lan bergerak cepat sekali, tokh pemuda itu bisa mengelakkan sambaran tangan Khiu Bok Lan dengan mudah, dan tanpa merubah kedudukan ke dua kakinya. Tampak ia telah menggerakkan tangan kanannya, akan menotok jalan darah "Bunsu-hiat" Di dekat lengan Khiu Bok Lan. Totokan itu merupakan totokan yang biasa saja, tetapi karena dilakukan oleh Yo Him. pemuda yang memiliki tenaga dalam telah mahir, dengan sendirinya totokan tersebut bisa membahayakan orang yang menjadi lawannya, kalau saja mengenai sasaran dengan tepat. Khiu Bok Lan sendiri terkejut. Belum lagi jari telunjuk Yo Him tiba, justru ia telah merasakan hebatnya sambaran angin dingin yang menyerap seperti masuk ke dalam tulang lengannya. Cepat ia menarik pulang tangannya membatalkan cakarannya, dan kemudian sambil tetap bersenandung menina-bobokan anaknya yang telah menjadi mayat itu, ia berkata dengan suara yang dingin. "Kau harus binasa dengan keadaan yang lebih mengerikan dibandingkan dengan korbanku yang terdahulu......!" Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dan tangannya itu telah berkelebat cepat sekali. Saking cepatnya, tangannya telah berubah menjadi beberapa tangan yang berkelebat menyambar ke berbagai bagian anggota tubuh Yo Him yang mematikan. Yo Him heran juga melihat wanita tersebut memiliki kepandaian yang demikian tinggi. Namun dilihat dari kelakuannya, tampaknya seperti wanita yang kurang beres pikirannya, karena menggendong-gendong dan menina bobokan bayi yang telah menjadi mayat itu. Tetapi Yo Him juga tidak bisa berdiam diri saja, karena Khiu Bok Lan telah menyerangnya dengan cakaran-cakaran yang begitu gencar dan mematikan, mengincar bagian-bagian anggota tubuh yang bisa mematikan jika terkena cakaran tersebut. Juga di waktu itu Yo Him berhasil mengendus bau amis yang menusuk hidung, waktu tangan wanita cantik yang memiliki ilmu tinggi tersebut berseliweran ke arah tubuhnya. Segera ia mengetahui bahwa pada kuku-kuku jari tangan wanita ini tentunya diborehkan racun. Tanpa ayal, Yo Him telah menggerakkan ke dua kakinya, melangkah dengan aturan pat-kwa, di mana ke dua kakinya bergerak-gerak di situ-situ juga, namun tubuhnya telah berkelebat cepat. Dan semua cakaran yang dilakukan wanita itu telah berhasil dielakkannya. Malah kalau bergerak menurut aturan pat-kwa tersebut, Yo Him tidak meninggalkan Ko Tie yang tetap berada di sisinya, dilindunginya kalau wanita tersebut menyerang Ko Tie. Khiu Bok Lan yang melihat kejadian ini jadi penasaran bukan main. Jarang sekali ia gagal dalam cakaran yang dilakukannya karena ilmu mencakarnya tersebut telah dilatihnya dengan baik. Dan baru kali ini ia bertemu dengan lawan yang berhasil menghindarkan diri dari setiap cakarannya tersebut dengan cara yang begitu amat mudah. Dengan demikian, membuat Khiu Bok Lan memusatkan tenaga dalamnya pada setiap jari tangannya dan telah melancarkan cakaran-cakaran yang jauh lebih cepat dan mempergunakan jurusjurus yang lebih aneh. Mulutnya masih bersenandung tetapi senandungnya itu perlahan sekali, karena Khiu Bok Lan lebih mencurahkan perhatiannya kepada lawannya. Yo Him yang telah diserang berulang kali seperti itu tidak berdiam diri lagi. Melihat Khiu Bok Lan melakukan cakaran pula dengan gerakan yang lebih membahayakan, di waktu itulah Yo Him telah mempergunakan ke dua tangannya bergerak dengan cepat untuk menyampok pergelangan tangan lawannya dan tangannya yang satu mendorong kuat sekali ke arah bahu wanita itu. Apa yang dilakukan oleh Yo Him merupakan gerakan yang liehay sekali. Maka dalam sekejap mata saja, ia telah berhasil menangkis tangan Khiu Bok Lan. Dan tangannya yang satu telah berhasil untuk mendorong bahu wanita yang liehay itu. Khiu Bok Lan sesungguhnya hendak mengelakkan benturan tangan Yo Him. Waktu melihat pergelangan tangannya dapat ditangkis dengan begitu kuat sekali oleh pemuda itu, ia membuat tubuhnya doyong ke belakang. Namun gerakan yang dilakukannya itu tidak membantu banyak. Telapak tangan Yo Him tiba di pundaknya, dan tubuh Khiu Bok Lan seperti didorong oleh serangkum kekuatan yang besar sekali, yang membuat tubuhnya jadi terhuyung mundur akan terjengkang. Untung Khiu Bok Lan memang memiliki kepandaian tinggi, ia telah membarengi dengan jejakkan kakinya. Tubuhnya jadi melompat mundur dengan meminjam tenaga dorongan Yo Him juga, di mana tubuhnya kemudian turun dua tombak lebih di waktu mana kekuatan dorongan telapak tangan Yo Him telah lenyap. "Anakku..... tidurlah..... tidurlah.....ibu hendak membereskan seekor babi hutan dulu.....!" Walaupun tubuhnya telah terdorong seperti itu, toh Khiu Bok Lan masih bersenandung dengan suara yang perlahan, menina bobokan mayat anaknya. Tetapi walaupun mulutnya bersenandung begitu. Ia telah melangkah maju lagi, di mana ia menggerakkan tangannya yang kanan untuk mencengkeram ke arah batok kepala Yo Him. Gerakan yang dilakukannya itu seperti juga gerakan seekor harimau yang hendak mencakar lawan. Cepat bukan main, karena ke lima jari itu telah dipentang lebar-lebar, dan memang kuku jari tangannya itu runcing dan tajam sekali, yang sering dipergunakan untuk mencakar robek kulit bagian tubuh lawannya. Sekarang ia menyerang begitu, bagaikan hendak membenamkan ke lima kuku jari tangannya itu di kepala Yo Him. "Serangan yang telengas sekali......!" Teriak Yo Him terkejut waktu melihat cara menyerang Khiu Bok Lan. Tubuhnya menyingkir ke samping kiri dua langkah. Lalu dengan gerakan yang cepat, Yo Him telah mempergunakan gerakan "Kodok Mendorong rembulan", ilmu pukulan tangan kosong yang diperolehnya dari Ciu Pek Thong. Hebat kesudahan dari dorongan tangan Yo Him, karena ia telah mendorong dengan kekuatan lweekang yang benar-benar terlatih baik, sehingga dorongannya itu menimbulkan suara yang bergemuruh berisik. Cara menyerang Yo Him memang aneh. Telapak tangannya mendorong tapi waktu telapak tangan meluncur akan mendorong di waktu itulah telapak tangan itu seperti turun naik tidak menentu, sehingga arah sasaran dari serangannya itu tidak berkepastian. Dan memang Khiu Bok Lan sendiri heran dan terkejut melihat cara menyerang Yo Him, terlebih lagi ia merasakan tenaga yang menerjang kepadanya begitu kuat, membuat Khiu Bok Lan tidak berani meneruskan cakaran jari tangannya kepada kepala Yo Him. Ia menarik pulang tangan kanannya itu dan menangkis tangan Yo Him. Namun tenaga dorongan Yo Him telah tiba lebih dulu, dan tanpa ampun lagi tubuh Khiu Bok Lan telah terdorong mundur lagi beberapa langkah ke belakang. Dengan begitu terlihat wanita cantik she Khiu tersebut telah berusaha mengerahkan tenaga dalamnya pada kukunya, telah berdiri tertegun mengawasi Yo Him, seperti juga tidak mau mempercayai bahwa pemuda yang berada di hadapannya ini memang memiliki kepandaian begitu tangguh. Yo Him telah tertawa lagi, katanya. "Ciecie. mengapa engkau harus mendesak aku dengan serangan yang mematikan seperti itu? Bukankah di antara kita tidak terdapat permusuhan atau persoalan apapun juga?" Sabar waktu Yo Him bertanya begitu. Khiu Bok Lan telah tertawa dingin, katanya. "Anakku telah terganggu tidurnya. Tadipun telah terbanting oleh bocah itu, maka bocah itu perlu dihajar untuk menebus dosanya. Kau serahkan bocah itu dan engkau boleh angkat kaki tidak akan kuganggu......!" Yo Him tertawa. katanya "Anak ini masih terlalu kecil, ia belum bisa apa-apa, belum mengerti urusan. Mengapa cici harus melayaninya? Biarlah, jika engkau tidak keberatan, anak ini akan kubawa serta......!!" Muka Khiu Bok Lan menjadi merah, ia marah sekali. "Apakah dengan mudah kau hendak membawa kacungku?" Bentak Khiu Bok Lan dengan suara bengis. "Hemm, jika tetap ingin mencampuri urusanku, jangan harap kau meninggalkan tempat ini dengan bernapas.....!" Setelah berkata begitu, segera tampak tubuh Khiu Bok Lan melompat ke tengah udara, ke dua tangannya berulangkali menyambar hendak mencakar dan mencengkram tubuh Yo Him. Tetapi Yo Him beberapa kali mengelakkan cakaran dan cengkraman itu dengan mudah. Dan sama sekali ia tidak memperoleh kesulitan untuk memunahkan setiap serangan yang dilakukan Khiu Bok Lan. Di waktu itu, sambil mengeluarkan tawa yang menyeramkan, Khiu Bok Lan berkata. "Engkau rupanya memang sengaja hendak mencari urusan denganku...........!" Dan berbareng dengan perkataannya, ia telah melompat ke samping meletakkan mayat bayinya di atas batu. Katanya dengan suara yang penuh kasih sayang pada mayat bayi tersebut. "Anakku tidurlah dulu. Ibu hendak membereskan babi hutan itu!" Setelah meletakan mayat bayi tersebut di atas batu, tubuh Khiu Bok Lan dengan cepat telah berkelebat seperti juga sesosok bayangan yang mengelilingi tubuh Yo Him dan Ko Tie, di mana tampak ke dua tangannya bergerak dengan cepat. Saking cepatnya, ke dua tangannya itu seperti telah menjadi seperti sepuluh pasang tangan, berkelebat ke sana ke mari, dengan ancaman bahaya maut untuk Yo Him, terkadang juga menjurus ke diri Ko Tie. Melihat serangan wanita cantik yang liehay namun memiliki tangan telengas tersebut. Yo Him tidak bisa main-main lagi menghadapinya. Dengan bersungguh-sungguh ia berkata. "Ciecie, engkau terlalu mendesakku......!" Dan setelah berkata begitu, Yo Him juga bergerak cepat sekali. Pertama tangan kanannya merangkul pinggang Ko Tie, yang dikempitnya. Dengan begitu ia bermaksud melindungi Ko Tie, sebab bisa saja terjadi Khiu Bok Lan menurunkan tangan bengis dan mengandung maut kepada anak tersebut. Setelah mengempit, sambil berkelit beberapa kali, Yo Him mempergunakan tangan kirinya memberikan perlawanan. Dari telapak tangan kirinya telah berkesiuran angin hebat sekali. Khiu Bok Lan boleh lihai tapi kenyataannya ia tidak berdaya menghadapi Yo Him, karena Yo Him memiliki kepandaian yang benar-benar telah tinggi, memiliki bermacam kepandaian yang beraneka ragam, diperoleh dari It Teng Taysu, Ciu Pek Thong, Yo Ko, Siauw Liong Lie, dan juga telah berguru kepada Oey Yok Su sehingga mewarisi seluruh kepandaian Oey Yok Su. Dengan demikian, Yo Him merupakan seorang pemuda yang memiliki kepandaian sangat tinggi sekali. Setelah bertempur sepuluh jurus lebih, waktu itu Yo Him mulai mengeluarkan ilmu yang diperolehnya dari Tocu Tho-hoa-to, yaitu Oey Yok Su. Ke dua kakinya bergerak-gerak menurut gerakan patkwa, dan juga tangannya telah menyambar-nyambar cepat sekali, menindih kecepatan bergerak ke dua tangan Khiu Bok Lan. Dengan begitu, tampak tubuh Khiu Bok Lan beberapa kali terhuyung, disamping selalu gagal untuk mencakar dan mencengkeram, juga Khiu Bok Lan telah terkena gempuran yang dilakukan Yo Him. Dengan demikian, lewat lagi empat jurus, telapak tangan kiri Yo Him telah menghantam tepat sekali pada punggung wanita bertangan telengas itu. Tubuh Khiu Bok Lan terhuyung ke depan beberapa langkah, dia segera memuntahkan darah segar, tubuhnya mengigil. Ia berdiri di tempatnya sejenak lamanya, seperti mengatur jalan pernapasannya di mana tenaga dalamnya telah tergempur. Yo Him juga tidak melakukan penyerangan lagi, ia berdiri di tempatnya sambil dia kempit terus Ko Tie, katanya dengan sabar. "Ciecie, apakah akan diteruskan pertempuran ini?" Khiu Bok Lan telah memutar tubuhnya, ia berkata dengan sengit, mukanya merah padam dan mengandung penasaran. "Kali ini engkau memang menang, tetapi tunggulah, aku tentu akan mencarimu! Walaupun engkau lari ke ujung langit, tentu aku akan menemukanmu....." Sehabis berkata begitu tubuh Khiu Bok Lan telah melompat gesit sekali di mana ia telah melompat ke dekat batu yang tadi dipergunakan meletakkan bayinya. Tangannya cepat sekali menyambar mayat bayi tersebut lalu dengan bersenandung perlahan. "Tidurlah anakku..... kita pergi dari tempat ini, nanti aku akan menangkap babi hutan itu untukmu, tidurlah.....!" dan sambil bersenandung begitu, ia melangkah meninggalkan tempat tersebut, tetapi langkah kakinya sering sempoyongan. Rupanya Khiu Bok Lan telah terluka di dalam yang cukup berat. Dan wanita cantik yang sinting ini menyadari bahwa jika ia terus bertempur dengan Yo Him tentu yang celaka adalah dirinya, maka ia telah mengundurkan diri dan meninggalkan tempat tersebut. Melihat wanita yang tingkahnya sinting seperti itu telah berlalu, Yo Him menurunkan Ko Tie, katanya. "Engkau tak perlu takut, perempuan jahat itu telah pergi. Siapa namamu?" Ko Tie menyebutkan namanya dan ia mengatakan. "Terima kasih atas pertolongan yang..... diberikan oleh paman." Yo Him menanyakan pada Ko Tie, mengapa anak tersebut bisa terjatuh ke dalam tangan wanita yang kejam dan bertangan telengas itu. Ko Tie segera menceritakannya. Dan Yo Him setelah mendengar cerita Ko Tie mengajak anak tersebut untuk menuju ke Siang-yang guna menemui Lie Su Han dan Sung Ceng Siansu. Namun setibanya mereka di Siang-yang, Yo Him tidak menemukan ke dua orang itu, baik Lie Su Han dan Sung Ceng Siansu sudah tidak berada di rumah penginapan di mana sebelumnya Ko Tie diajak Lie Su Han menginap. Rupanya Lie Su Han dan Sung Ceng Siansu telah meninggalkan Siang-yang. Yo Him menanyakan Ko Tie ke mana ia hendak pergi. Anak itu sendiri jadi bingung, ia menangis dan menceritakan bahwa ia sudah tidak memiliki ayah dan ibu lagi, dan tidak memiliki sanak famili selain Lie Su Han, pamannya itu. Dan kini pamannya itu sudah tidak berada di Siang-yang, dengan demikian ia tidak tahu harus pergi kemana. Mendengar cerita anak tersebut hati Yo Him tergerak. "Apa engkau bersedia ikut denganku?" Ia tanya kemudian. Ko Tie mengangguk cepat. "Jika memang paman Yo tidak keberatan, tentu menggembirakan sekali kalau memang aku bisa turut serta dengan kau." Sambil berkata begitu, Ko Tie telah menekuk ke dua kakinya, ia berlutut di hadapan Yo Him. Cepat-cepat Yo Him membangunkan anak itu, ia telah perintahkan Ko Tie duduk di kursinya kembali. Yo Him mengajak Ko Tie bersantap setelah itu mereka meninggalkan Siang-yang. Ternyata Yo Him sejak meninggalkan Tho-hoa-to telah mengembara di dalam dataran Tiong-goan. Dengan begitu Yo Him hendak menghibur hati, karena ia berduka sekali jika membayangkan betapa kerajaan Song telah terjatuh ke dalam tangan Kublai Khan. Dengan demikian, maka Yo Him semakin tak memperdulikan keadaan perkembangan pemerintahan di saat itu, di mana Kublai Khan telah mengeluarkan peraturan-peraturan, yang mengharuskan rakyat di Tiong-goan mengkepang rambutnya, juga harus bicara mempergunakan bahasa Mongolia. Dan pula mengenai pajak-pajak yang membebani rakyat. Semua itu semakin dilihat semakin mendatangkan kesedihan di hati Yo Him. Pemuda ini hanya bertekad, jika ia bertemu dengan peristiwa yang tak adil, maka ia akan membantunya, turun tangan membereskannya, tetapi sama sekali Yo Him tidak bermaksud untuk mencampuri soal-soal yang menyangkut urusan kepemerintahan. Tentang peraturan yang juga dikeluarkan Kublai Khan, bahwa rakyat di daratan Tiong-goan harus mengkepang rambutnya, pun tak dipatuhi oleh Yo Him, di mana ia hanya mengikat rambutnya dan kemudian dia memakai sebuah kopyah. Dengan kepandaiannya yang tinggi, memang Yo Him bisa melakukan banyak sekali perbuatan-perbuatan mulia, membela yang lemah tertindas dari si kuat tetapi jahat. Dengan begitu, Yo Him bisa terhibur juga hatinya, karena dirinya memiliki kepandaian yang tinggi seperti itu, ia sama sekali tidak pernah menemui kesulitan dalam melakukan segala tindakantindakannya. Dengan demikian, nama Yo Him semakin terkenal saja, dengan julukannya Sin-tiauw-thian-lam, Rajawali Sakti dari Langit Selatan. Sekarang dengan ikut sertanya Ko Tie, Yo Him mengajak anak tersebut ke tempat yang indah, untuk pesiar dan menikmati keindahan alam yang ada. Dengan Begitu, Yo Him berusaha untuk menghibur anak ini agar riang gembira. Ko Tie juga melihat bahwa Yo Him sangat sayang padanya. Hanya hatinya sering merasa berduka jika ia teringat kepada Lie Su Han, pamannya. Ia menguatirkan keselamatan dan kesehatan pamannya tersebut. Sering Ko Tie menyatakan kepada Yo Him perasaannya itu, dan Yo Him mengatakan, bahwa mereka kelak akan mencari Lie Su Han, paman Ko Tie tersebut. Tetapi Ko Tie ketika ditanya Yo Him di mana tempat Lie Su Han ini, juga tidak mengetahuinya. Dan juga Ko Tie memang tidak mengetahui dari Siang-yang pamannya itu akan pergi ke mana. Selama mengajak Ko Tie melakukan perjalanan bersama dengannya, Yo Him juga telah menurunkan sejurus dua jurus ilmu silat, pada dasarnya. Ia juga telah melatih ilmu meringankan tubuh anak kecil itu. Ko Tie ternyata memiliki otak yang cukup terang. Walaupun tidak terlalu luar biasa, namun iapun bukan seorang anak yang bodoh. Setiap pelajaran ilmu silat yang diajarkan Yo Him dapat diterimanya dengan baik. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan demikian Yo Him jadi bergembira dan bersemangat mendidik anak itu. Beberapa macam ilmu pukulan kepalan tangan kosong, telah diajarkan juga kepada anak tersebut. Hari itu mereka berada di propinsi Kwie-cu, di mana mereka berada di luar kota Lung-an-kwan, terpisah puluhan lie di sebuah tegalan rumput yang tumbuh cukup lebar. Yo Him dan Ko Tie tengah melakukan perjalanan dengan sikap yang gembira dan juga telah bercakap-cakap juga. Banyak yang diceritakan Yo Him mengenai keadaan di rimba persilatan. Terutama sekali Yo Him menceritakan kepada Ko Tie mengenai peperangan di Siang-yang, di mana saatsaat jatuhnya kota tersebut ke dalam tangan Kubilai Khan. Sedang mereka bercakap-cakap sambil melakukan perjalanan, di waktu itu dari arah belakang mereka terdengar suara derap langkah kaki kuda, yang tengah mencongklang cepat sekali. Dan juga tidak lama kemudian, waktu Yo Him dan Ko Tie menoleh ke belakang, mereka melihat seekor kuda berbulu kuning kecoklatan tengah berlari dengan cepat dan gesit sekali. Tubuh kuda itu tinggi besar, merupakan potongan kuda Mongolia. Yo Him menarik tangan Ko Tie, yang diajaknya minggir, karena Yo Him melihat kuda itu mencongklang cepat sekali menuju ke arah mereka. Seperti juga akan menerjang mereka. Penunggang kuda tersebut seorang lelaki bertubuh tinggi besar, memelihara berewok yang tebal dan kaku, dengan kopiah yang melesak menutupi kepalanya dan juga dengan pakaian yang singset berwarna hitam. Tetapi waktu itu ia melarikan kuda tunggangannya itu dengan tubuh yang agak dibungkukkan, tangan kirinya memegang tali les, sedang tangan kanannya memegangi dadanya, dari mana mengucur darah merah membasahi tangannya. Rupanya penunggang kuda itu tengah terluka pada dadanya oleh senjata tajam. Ketika kuda tunggangannya berlari cepat akan melewati Yo Him dan Ko Tie. Di saat itulah tampak lelaki berewokan tersebut sudah tak bisa mempertahankan dirinya. Tubuhnya bergoyang-goyang dan akhirnya telah terlempar dari punggung kudanya, terbanting di atas rumput yang cukup tebal. Yo Him mengerutkan alisnya, ia cepat-cepat mengajak Ko Tie menghampiri. Di waktu itu, ia telah melihat lelaki berewok tersebut telah rebah telentang di atas rumput dengan napas yang lemah sekali. Wajahnya yang garang itu pucat sekali dan tangannya masih memegangi luka di dadanya, mulutnya yang tampaknya kering itu telah mengeluh perlahan, keluhan kesakitan. Kuda tunggangan orang tersebut telah berlari cepat sekali, mencongklang terus walaupun majikannya telah terbanting jatuh di rumput. Sekejap mata saja kuda tunggangan tersebut telah lenyap dari pandangan mata. Yo Him berjongkok untuk memeriksa keadaan orang tersebut. Ia melihat luka di dada lelaki itu cukup besar, di mana di bagian dadanya itu merobek ke arah dada kiri dan juga seperti telah terluka di bagian dadanya itu oleh tabasan mata pedang. Dan waktu itu. lelaki berewokan tersebut tengah mengeluh dengan suara yang perlahan sekali. "Air...... Air.....!" Yo Him cepat-cepat mengambil kantong airnya, membuka tutupnya dan memberi minum kepada orang tersebut. Setelah cukup banyak meneguk air, kesegaran lelaki berewok itu agak pulih dan ia menoleh memandang sayu pada Yo Him tanyanya dengan suara lemah. "Siapa...... siapakah Kongcu.....?! Terima kasih....... terima kasih atas pertolongan yang diberikan olehmu!" Yo Him mengulapkan tangannya, katanya. "Jangan berkata begitu. Sudah kewajiban kita untuk saling tolong menolong satu dengan yang lainnya...... Mengapa saudara terluka demikian rupa?" "Aku..... aku telah dilukai oleh Tok-ong-kiu-cie (Raja Racun Berjari Sembilan). Aku terkena tabasan mata pedangnya yang beracun, sehingga aku...... aku akan segera terbinasa...... karena racun itu akan bekerja setelah lewat dua kali duapuluh empat jam...... dan sekarang telah lewat dua hari dua malam, di mana racun ini mulai bekerja...... sehingga....... sehingga seluruh tenagaku habis..... dan mungkin malam ini, malam terakhir aku bisa hidup terus..... Karena racun itu telah mulai bekerja dan tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya..... seluruh otot dan urat di tubuhku akan hancur, dan juga daging tubuhku akan mencair busuk.....!" Mendengar perkataan mengerutkan alisnya. lelaki berewok tersebut, Yo Him "Racun yang jahat sekali..... permusuhan apakah yang terdapat antara saudara dengan Tok-ong-kiu-cie itu?" Tanya Yo Him kemudian. "Aku hanya menemuinya untuk meminta semacam obat untuk suhengku, tetapi..... ia tak mau memberikannya, sehingga aku mendesaknya terus, dan kami bertempur, di mana akhirnya aku telah dilukai begini rupa.....!" Yo Him menghela napas, ia meminta lelaki berewok tersebut mengangkat tangan kanannya yang memegangi lukanya tersebut, dan kemudian memeriksa luka itu dengan teliti. Dilihatnya, sesungguhnya robekan yang terjadi pada kulit di dada lelaki berewok tersebut, tidak terlalu dalam, hanya lebar. Dan di sekeliling bekas luka tersebut tampak sinar kehitam-hitaman, rupanya daging di bagian tempat terluka tersebut juga mulai membusuk. Dengan demikian, tampaknya lelaki berewok itu memang telah keracunan yang hebat. Yo Him cepat-cepat merogoh saku bajunya ia mengeluarkan semacam yo-wan (obat pil) yang berwarna merah darah, katanya. "Walaupun obat ini bukan merupakan obat nomor satu di dalam dunia tetapi memiliki khasiat yang cukup ampuh untuk menyembuhkan orang yang keracunan. Memang racun yang dipergunakan oleh Tok-ong-kiu-cie itu tidak kuketahui. Entah ia mempergunakan racun apa, tetapi kukira pil ini bisa mengurangi sedikit rasa sakit dan juga bisa membendung bekerjanya racun itu sementara waktu. Tetapi lelaki berewok tersebut menggelengkan kepalanya lemah sekali. Iapun tersenyum. "Terima kasih kongcu..... terima kasih atas maksud baikmu itu..... tetapi sayang sekali racun yang dipergunakan oleh Tok-ong-kiu-cie ini merupakan racun yang bekerjanya sangat hebat, dan juga tidak mungkin bisa dipunahkan oleh obat biasa. Itulah racun "Sam-huntok" Yaitu racun Tiga Arwah, di mana jika seseorang terkena racun ini, dua hari pertama memang masih tidak mengalami sesuatu, tetapi setelah memasuki hari ketiga, arwah tidak mungkin bisa direbut kembali dari malaikat elmaut. Percuma saja..... bukan aku tidak mempercayai khasiat dari obat pilmu itu, tetapi memang tidak mungkin racun yang telah mengendap di dalam tubuhku ini dapat dipunahkan oleh obat itu......!" Yo Him baru pertama kali mendengar perihal Tok-ong-kiu-cie. si Raja Racun Berjari Sembilan itu, dan juga baru pertama kali ini ia mendengar perihalnya racun Sam-hun-tok tersebut. Dilihatnya napas lelaki berewok itu telah semakin perlahan, dan juga sewaktu itu, rupanya lelaki berewok tersebut telah semakin lemah. Setelah memaksa dua kali dan orang brewok itu masih menolak, akhirnya Yo Him menyimpan lagi obatnya itu. Ia masukan kembali ke dalam sakunya. "Kongcu," Kata lelaki berewok tersebut sambil mengawasi Yo Him. "Ada sesuatu permintaan yang hendak kuajukan, meminta pertolonganmu. Entah kau akan meluluskannya atau tidak?" "Katakanlah, jika memang aku bisa membantu, tentu aku akan membantunya......!" Kata Yo Him cepat. "Aku telah terluka oleh racun Sam-hun-tok dan hanya bisa disembuhkan oleh semacam obat..... obat yang luar biasa.....!" "Obat apa itu?" Tanya Yo Him. "Obat yang luar biasa dan sulit sekali diperoleh...... tetapi aku telah yakin tidak mungkin aku bisa memperolehnya......!" Menyahuti lelaki berewok tersebut dengan suara yang semakin lemah. Yo Him memperhatikan muka lelaki berewok itu yang semakin pucat dan bibirnya telah mengering kembali, tampak tergetar. "Katakanlah..... mungkin aku bisa mencarikannya," Kata Yo Him. Tetapi lelaki brewok tersebut menggelengkan kepalanya. tersenyum lemah sambil "Tidak..... tidak mungkin," Katanya. "Obat itu sukar sekali diperoleh. Tidak semua orang bisa memiliki dan tidak mungkin terdapat pada tabib-tabib biasa..... obat itu hanya dimiliki oleh seseorang......!" Berkata sampai di situ orang berewok yang tengah terluka keracunan itu menggeliat. Ia mengeluh kesakitan dan tangan kanannya telah memegangi lukanya, mukanya semakin pucat. Yo Him cepat-cepat menotok beberapa jalan darah di sekitar lukanya untuk mengurangi perasaan sakit yang diderita oleh lelaki berewok tersebut, tetapi usaha yang dilakukan oleh Yo Him ternyata tidak berhasil. Tampaknya lelaki berewok tersebut semakin menderita kesakitan. Beberapa kali ia merintih, suaranya semakin lemah dan perlahan, akhirnya pingsan tidak sadarkan diri. Melihat itu, Yo Him tahu ia tidak boleh berlaku ayal untuk menolong jiwa orang ini. Segera ia mengeluarkan lagi obat yang tadi ditolak oleh lelaki berewok tersebut. Ia memijit pil tersebut dengan mempergunakan tenaga lweekangnya, dan di waktu itu telah membuat pil tersebut terpijit menjadi bubuk halus dan memasukkannya ke dalam mulut lelaki brewok tersebut. Dan lalu menuangkan sedikit air ke dalam mulut lelaki berewok itu, lalu ia memijit di bawah dagu lelaki berewok tersebut sehingga bubuk obat itu terdorong oleh air masuk tenggorokan orang itu. Kemudian Yo Him meminta Ko Tie agar memeluk lehernya, menggemblok di punggungnya. Dan sambil menggendong Ko Tie, tampak Yo Him telah mengangkat tubuh lelaki berewok tersebut, ia berlari cepat sekali. Tujuannya adalah kota atau kampung yang terdekat dengan tempat itu. Ia menggunakan ginkangnya, tubuhnya seperti terbang, di mana ke dua kakinya bagaikan tidak menginjak rumput. Dan di saat itu biarpun ia membawa Ko Tie di punggungnya dan juga membawa tubuh lelaki berewok tersebut dengan ke dua tangannya, namun tidak mengurangi kepesatan larinya Yo Him. Tidak lama kemudian Yo Him telah melihat pintu kota Lung-ankwan. Ia mempercepat larinya dan tubuhnya bagaikan terbang memasuki pintu kota. Ia berpapasan dengan beberapa penduduk kota tersebut yang memandang heran sekali. Yo Him tidak memperdulikannya. Ia berlari terus memasuki kota itu, mencari rumah obat. Setelah melewati tiga lorong yang panjang di dalam kota itu, ia melihat sebuah rumah obat itu yang cukup besar, maka dihampirinya rumah obat itu untuk meminta tabib pemilik rumah obat tersebut memeriksa luka lelaki berewok yang digendongnya. Pemilik rumah obat itu adalah seorang tabib yang sudah lanjut usia, mungkin telah tujuhpuluh tahun, memakai baju thung-sia dengan hun-cwe (pipa tembakau yang memiliki batang panjang), memelihara kumis sedikit, yang telah berubah warnanya menjadi putih. Ketika memeriksa luka di dada lelaki berewok tersebut, lelaki itu mengerutkan alisnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. Lalu ia bilang dengan suara perlahan. "Sayang sekali telah terlambat..... ia tidak mungkin tertolong....." Dan tabib itu telah menghela napas lagi. "Sianseng tolonglah.....!" Kata Yo Him memohon dengan sangat, ia juga sangat berkuatir sekali. "Mungkin Sianseng memiliki semacam obat yang bisa memperlambat menjalarnya racun itu." Tabib itu berdiam sejenak seperti berpikir lalu dia berkata dengan suara yang perlahan. "Baiklah biarlah aku memberikan padanya ramuan dari campuran Bwee-tan, Kiok-cie, Sin-lung dan Cuk-liutan. Mungkin ramuan ini bisa memperpanjang namun setelah itu tidak mungkin orang ini hidup lebih lama lagi......!" Setelah berkata begitu, tabib tersebut segera bekerja meramu obat-obatan yang disebutkannya tadi. Dengan bantuan Yo Him akhirnya tabib itu telah mencekoki lelaki berewok tersebut dengan ramuan obatnya itu. Yo Him sendiri berpikir, jika memang ramuan obat tabib itu mujarab dan benar-benar lelaki berewok itu bisa diperpanjang hidupnya selama lima hari, ia akan berusaha mencari obat yang diperlukan oleh lelaki berewok itu. Selesai mencekoki obat itu ke dalam mulut lelaki berewok tersebut segera tabib itu berkata pada Yo Him. "Semua bahan obat-obatan yang telah kucampur menjadi satu untuk diberikan kepada dia terdiri dan bahan obat-obatan yang serba mahal, dengan harga seluruhnya limabelas tail perak.....!" Yo Him tidak rewel-rewel lagi telah membayar harga yang diminta tabib itu, lalu dengan mengajak Ko Tie meninggalkan rumah obat tersebut. Yo Him telah menggendong si lelaki berewok untuk mencari rumah penginapan. Di dalam kamar rumah penginapan, Yo Him melihat bahwa napas lelaki berewok mulai lancar walaupun masih lemah. Namun wajahnya tidak memperlihatkan ia tengah menderita kesakitan, tenang sekali tidurnya. Yo Him menghela napas dalam-dalam ia berpikir. "Kalau dilihat dari cara berpakaiannya, tampaknya ia seorang Kang-ouw yang memiliki kepandaian tidak rendah. Namun siapakah sebenarnya Tok-ong-kiu-cie itu?" Yo Him telah menunggui lelaki berewok tersebut bersama Ko Tie. Tetapi setelah hari menjelang malam, dan lelaki berewok tersebut belum tersadar dari pingsannya, Yo Him telah memerintahkan Ko Tie untuk tidur. Yo Him sendiri menunggui lelaki berewok tersebut sampai ketika keesokan paginya. Di waktu matahari fajar mulai menyingsing memperlihatkan diri, lelaki berewok tersebut baru siuman. Dan di waktu itulah, Yo Him telah memberikan kepada lelaki berewok tersebut sedikit air teh. Dengan sabar Yo Him juga telah menyuapi bubur yang telah dibawakan oleh pelayan rumah penginapan tersebut. Setelah dapat menelan lima atau enam sendok bubur dengan telanan yang agak sulit, lelaki berewok itu menggelengkan kepalanya waktu Yo Him mengangsurkan sendok berikutnya. "Bagaimana keadaan saudara?" Tanya Yo Him dengan penuh perhatian. Lelaki berewok itu telah berusaha untuk tersenyum, ia bilang dengan lemah. "Kukira aku telah berada di akherat tidak tahunya, masih berada di dunia......! Biasanya setiap orang yang menjadi korban racun Sam-hun-tok dalam tiga hari, jiwanya tidak bisa dipertahankan...... tetapi sekarang mengapa aku masih hidup terus?" Yo Him tersenyum. "Itulah kebesaran Thian..... mungkin memang belum tibanya saudara menemui kematian......!" Kata Yo Him dengan disertai senyumannya untuk menghibur lelaki berewok tersebut. Iapun melanjutkan pula perkataannya. "Dan obat yang pernah kau sebut itu, yang kau bilang obat itu merupakan obat yang sulit dicari, sesungguhnya obat apa? Jika memang kau bersedia menyebutkan namanya, mungkin aku bisa bantu mencarikannya. Atau jika memang obat itu hanya dimiliki oleh seorang saja, siapakah orang itu...... biarlah siauwte pergi menemuinya untuk memintanya mungkin akan diberikannya!" Lelaki berewok tersebut telah tersenyum pahit, dengan suara yang lemah ia berkata. "Orang itu aneh sekali dan hatinyapun kejam dan jiwanya jahat sekali, ia merupakan raja iblis yang paling terkenal di dalam rimba persilatan..... yaitu Sam-touw-liong (Naga berkepala tiga) Wie Go Ciang......!" Yo Him sebelumnya sering mendengar perihal diri Sam-touw-liong Wie Go Ciang, Iblis yang menguasai propinsi Souw-ciu, tetapi ia tak menyangka sama sekali bahwa Wie Go Ciang merupakan seorang iblis yang paling ditakuti dan disegani oleh orang-orang persilatan seperti si lelaki berewok, karena dilihatnya bahwa lelaki berewok itu setidaknya pasti memiliki kepandaian yang tinggi. Namun buat menghibur lelaki berewok tersebut, Yo Him telah berkata dengan suara yang sabar. "Tenanglah saudara..... aku akan berusaha untuk pergi menemuinya......!" Tetapi di mulut ia berkata begitu, sedangkan di hatinya ia jadi berpikir keras. Untuk mencapai Souw-ciu dari Lung-an-kwan harus memakan waktu perjalanan hampir satu bulan. Dengan demikian jelas ia tidak memiliki waktu yang begitu banyak guna menemui iblis she Wie itu. Bukankah lelaki berewok itu tengah dalam keadaan sekarat dan mungkin hanya bisa bertahan lima hari saja? Jelas, untuk mencapai Souw-ciu hanya dalam waktu lima hari perjalanan tak mungkin bisa dilaksanakan. Sedangkan lelaki berewok tersebut tersenyum pahit, katanya. "Kongcu, engkau tak perlu menghiburku lagi. Aku telah mengetahui bahwa diriku juga tidak akan lama lagi hidup di dunia...... percuma saja jika engkau berusaha untuk pergi ke Souw-ciu. Belum tentu iblis she Wie itu bersedia membagikan obatnya kepadamu, juga tidak mungkin aku bisa bertahan terus sampai satu bulan lebih. Engkau melakukan perjalanan dengan kuda jempolan yang bagaimanapun juga tentu untuk mencapai ke Souw-ciu memakan waktu hampir satu bulan, dan kembali pula ke mari telah satu bulan. Berarti dua bulan..... di waktu itu aku telah putus napas.....!" "Jika demikian, biarlah aku mengajakmu sekalian menuju ke Souwciu untuk mempersingkat waktu. Tentu jika Wie Go Ciang melihat keadaanmu seperti ini, saudara, dia tentu akan bersedia menolongnya.....!" Lelaki berewok tersebut tersenyum pahit lagi. Ia bilang dengan sikapnya yang sudah berputus asa, katanya. "Jika memang kau hendak menghiburku dengan kata-kata bahwa sekarang ini aku perlu bergembira dan makan yang enak-enak itu masih lebih pantas. Tetapi untuk mengharapkan obat dari Wie Go Ciang itulah merupakan suatu impian yang sulit terlaksana...... Sudahlah Kongcu..... akupun sudah tidak berpikir untuk hidup lebih lama lagi. Jika memang engkau bisa memenuhi satu permintaanku, yaitu kelak engkau pergi ke kota Cia-leng-kwan untuk menemui orang yang bernama Kwan Po Sin, menyampaikan padanya perihal kematianku di tangannya Tok-ong-kiu-cie. Itupun telah lebih dari cukup dan aku sangat berterima kasih.....!" Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Yo Him menghela napas, dan akhirnya ia berkata dengan disertai anggukan kepalanya. "Baiklah tenangkan hatimu..... saudara...... aku akan laksanakan pesanmu itu......!" Kata Yo Him. "Tetapi walaupun bagaimana kita harus berusaha untuk memperoleh obat yang kau butuhkan itu......!" Namun si lelaki berewok telah tersenyum pahit sambil katanya dengan suara yang putus asa. "Sayang sekali aku tidak berhasil memperoleh obat untuk menyembuhkan penyakit suhengku..... hai..... hai, jika memang aku harus menemui kematian. Itu sesungguhnya bukan persoalan yang terlalu kusesalkan..... namun sayang sekali suhengku harus membuang jiwa disebabkan aku gagal memperoleh obat yang dibutuhkannya.......!" Dan setelah berkata begitu, lelaki berewok tersebut menghela napas lemah berulang kali, lalu katanya lagi. "Dan aku Cin Piauw Ho, benar-benar merupakan manusia tidak guna. Setelah gagal memperoleh obat yang dibutuhkan suhengku itu, justru aku harus membuang jiwa disini sehingga aku tidak berhasil menemui suhengku itu lagi......!" Yo Him menghela napas juga dan katanya kemudian sambil cepatcepat tersenyum. "Siapakah suhengmu itu Cin-heng?" "Suhengku she Bun dan bernama Ie Wang. Ia telah dilukai oleh lawannya dari Tibet yang telah mempergunakan racun yang sangat berbisa sekali, dan juga hanya Tok-ong-kiu-cie yang bisa menyembuhkannya. Telah dua kali suhengku itu mendatangi Tokong-kiu-cie di mana ia mohon agar Tok-ong-kiu-cie bersedia untuk mengobatinya tetapi dua kali itu pula Tok-ong-kiu-cie selalu menolaknya. Sedangkan racun yang mengendap di dalam tubuh suhengku itu kian hari kian membahayakan. "Racun itu semacam racun yang agak aneh di mana bekerjanya sangat lambat. Namun mengerikan sekali akibatnya, yaitu setiap korbannya akan hancur satu persatu urat dan nadi besarnya. Setiap tujuh hari satu dari sekian banyak urat besar di tubuhnya akan putus, dengan begitu, jika telah terputuskan 72 urat nadi dari sekujur tubuhnya, jangan diharap jiwanya tersebut bisa ditolong kembali, walaupun menerima obat dewa! Selama berada dalam cengkeraman racun yang jahat seperti itu Bun suheng juga sangat menderita. Setiap tujuh hari ia harus menderita hebat dikala mana urat besarnya putus satu. Bisa kau bayangkan Kongcu betapa menderita dan sakitnya setiap urat nadi besar Bun suheng akan terputuskan itu......!" Sebagai seorang ahli silat yang telah memiliki kepandaian tinggi, tentu saja Yo Him mengetahui pentingnya ke tujuhpuluh dua urat nadi besar yang biasa dinamakan sebagai Cit-cap-jie Sin-hiat itu. Jika memang ke tujuhpuluh dua urat besar Cit-cap-jie Sin-hiat tersebut terputuskan, maka jangan harap orang yang bersangkutan bisa hidup wajar sebagaimana biasa. Karena selain akan musnah seluruh tenaga dan kekuatannya, di mana korban tersebut akan rebah terus tanpa bisa duduk atau berdiri untuk matipun tidak bisa, hidup tidak punya guna. Itulah yang ditakuti oleh setiap korban yang akan terputuskan urat besar Cit-cap-jie Sin-hiat nya, karena korban itu akan menjadi manusia bercacad yang benar-benar tidak punya guna lagi. "Bun suheng telah berputus asa, dan waktu itu hanya tinggal menantikan saat-saatnya yang mengenaskan itu di rumahnya gieheng (saudara angkat) ku yaitu Kwan Po Sin. di kota Cia-lengkwan.....! Aku telah menjanjikan pada suhengku itu untuk pergi menemui Tok-ong-kiu-cie guna memaksanya untuk membagikan obat yang diperlukan suhengku itu walaupun dengan jalan yang bagaimanapun juga..... Tetapi usahaku itu gagal sama sekali, bahkan aku telah dilukai sedemikian rupa di mana akupun telah terkena racun yang begitu berbahaya dari Raja Obat tersebut.....! "Dan hanya Wie Go Ciang, itu si Sam-touw-liong yang banyak mempelajari soal racun, karena sebagai iblis telengas, ia memang telah merantau kemana-mana mengumpulkan berbagai macam racun, dengan begitu ia mengerti banyak sekali soal racun. Sayangnya iapun merupakan seorang yang berhati kejam, dengan demikian harapan untuk memperoleh bantuan darinya sama juga kita mengharapkan hujan uang dari langit......!" Yo Him masih memaksakan diri untuk tersenyum karena hatinya sendiri telah berpikir. Memang sulit sekali untuk mencarikan obat buat Cin Piauw Ho. Karena menurut tabib yang telah memberikan obat padanya kemarin itu, telah menyatakan paling tidak daya tahan yang dimiliki Cin Piauw Ho sampai lima hari saja. Setelah itu tentu ia akan terbinasa tidak bisa ditolong lagi. Namun urusan ini adalah urusan jiwa yang penting sekali, harus ditolongnya. Yo Him akan berusaha sekuat tenaga dan kemampuan yang ada padanya untuk mencarikan obat buat Cin Piauw Ho. Walaupun hatinya sendiri tidak yakin akan bisa menolong jiwa Cin Piauw Ho dalam lima hari mendatang, di mana sekarang ini telah lewat satu hari. Berarti tinggal empat hari lagi Yo Him memiliki waktu untuk mencarikan obat dan pertolongan buat orang she Cin tersebut. Setelah menghibur Cin Piauw Ho beberapa saat lamanya, kemudian menganjurkan Cin Piauw Ho agar tidur memelihara tenaganya. Yo Him juga telah bersemedhi guna mengatur jalan pernapasannya. Sebagai seorang tokoh muda yang telah memiliki lweekang cukup sempurna dengan sendirinya cukup bagi Yo Him duduk bersemedhi selama sepertanakan nasi, kesegarannya telah pulih kembali. Waktu Yo Him membuka mata dilihatnya Lie Ko Tie telah berada di dekatnya duduk mengawasi saja. "Engkau tentu telah lapar, Tie-jie?" Tanya Yo Him sambil bangkit. "Tunggulah aku pesan makanan untuk kita......!" Kepada pelayan Yo Him telah memesan beberapa macam makanan dan bersama Ko Tie mereka bersantap, sedangkan Cin Piauw Ho rebah dengan mata terpejamkan. Walaupun ia tidak tertidur, tokh ia berdiam diri saja, sambil menahan sakit di sekujur tubuhnya. di mana racun yang mengendap di dalam tubuhnya itu memang mulai bekerja. Untuk melapangkan hati, Yo Him mengajak Ko Tie berjalan-jalan mengelilingi kota tersebut. Mereka melihat kota ini cukup ramai di mana banyak orang berdagang dan juga mereka banyak yang menyaksikan keramaian tersebut, seperti pertunjukan-pertunjukan penjual silat. Sekali-sekali mereka berjumpa dengan rombongan tentara Mongolia, namun Yo Him tidak mau mencari urusan dengan para tentara tersebut dan mereka telah menyingkir saja. Tetapi waktu Yo Him mengajak Ko Tie menyaksikan sebuah pertunjukan wayang orang yang terletak di tengah lapangan rumput. Di waktu itulah Yo Him melihat seseorang yang agak luar biasa keadaannya. Ia melihat seorang lelaki berusia empatpuluh tahun lebih, berpakaian compang-camping dengan wajah yang kurus, kumis yang sedikit tumbuh selembar-selembar, membawa sebatang tongkat kayu di tangan kanannya, tengah berdiri mengikuti jalan cerita pertunjukan wayang orang yang berlangsung di atas panggung. Pertunjukan wayang orang itu menceritakan kisah klasik di mana perihal cerita Hong Sin dan memang cukup menarik pertunjukan tersebut, di mana para pemainnya memiliki keahlian yang mengagumkan. Sedangkan seorang gadis yang berpakaian baju merah dengan celana kuning gading, telah mengelilingi lapangan rumput itu, mendatangi seorang demi seorang para penonton, sambil mengangsurkan sebuah kantong yang cukup besar ukurannya terbuat dari kain meminta saweran. Drama Gunung Kelud Karya Kho Ping Hoo Jaka Galing Karya Kho Ping Hoo Badik Buntung Karya Gkh