Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 6


Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 6


Beruang Salju Karya dari Sin Liong   Walaupun tidak melebihi jauh ginkang yang dimiliki Yo Him, namun berada di atas dari ginkang Liu Ong Kiang! Dilihat dari kulit tubuhnya yang putih kemerah-merahan, orang itupun rupanya tinggal di tempat yang dingin sekali, dan jarang terkena sinar matahari.   Namun dengan munculnya orang tersebut bersama dengan binatang peliharaannya itu, benar-benar sangat aneh dan membingungkan sekali.   Setelah merangkul lelaki itu beberapa saat, biruang itu melepaskan rangkulannya dan tangannya menunjuk-nunjuk pada Yo Him dan Liu Ong Kiang.   Lelaki aneh itu telah mengawasi mendelik kepada Yo Him dan Liu Ong Kiang, lalu bentaknya.   "Mengapa kau menghina Pek-swatjie?"   Yo Him cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya, ia menjura memberi hormat.   "Locianpwe, kami sama sekali tidak bermaksud mengganggu binatang peliharaanmu itu, tetapi kukira dengan membawa-bawa binatang buas di tengah keramaian kota ini bukanlah suatu perbuatan yang terpuji, karena biruang itu telah menimbulkan kepanikan penduduk kota! Juga, jika sampai binatang itu mengganggu penduduk di mana terjadi korban jiwa, bukankah hal itu harus disesalkan sekali......!?!"   Muka lelaki itu berobah merah, ia memang memiliki wajah yang putih kemerah-merahan, maka mukanya itu marah seperti juga kepiting yang direbus, diliputi kemarahan yang luar biasa.   "Kau mengatakan Pek-swat-jie mengganggu penduduk kota ini? Apakah kau bisa memperlihatkan siapa orang yang telah diganggu dan menjadi korban Pek-swat-jie?! Aku tahu benar, Pek-swat-jie tidak mungkin mengganggu manusia!"   Liu Ong Kiang tidak sesabar Yo Him dia mendengus dingin, katanya.   "Binatang itu walaupun telah dididik dengan baik, tetap saja binatang! Tadi dia telah mengejar-ngejar penduduk di kota ini, mereka jadi ketakutan dan panik berlari tidak menentu..... menakut-nakuti seperti itu, tentu akan menimbulkan kerusuhan di kota ini. Alangkah baiknya jika kau membawa pergi, binatang peliharaanmu itu!"   Mata lelaki aneh itu telah mendelik mengawasi Liu Ong Kiang, katanya.   "Pengemis bau apakah kau tahu dengan perkataanmu itu, tubuhmu bisa dibeset-beset oleh Pek-swat-jie?"   Liu Ong Kiang memang tengah mendongkol, karena lelaki aneh ini telah membawa-bawa dan melepaskan binatang buas yang jadi peliharaannya itu di tengah-tengah keramaian kota.   Ia memang tidak puas terhadap perbuatan lelaki aneh ini.   Sekarang dia ditegur seperti itu, maka katanya dengan sikap yang dingin.   "Jika memang terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan binatang itu merusak atau mencelakai manusia, jelas engkau yang harus bertanggung jawab! Hemm, terlebih lagi jika memang binatang itu berani berbuat kurang ajar padaku, hemm, hemm, apakah kau kira aku ini bak-pauw, yang mudah untuk dibesetbeset?"   Lelaki bermuka merah yang pakaiannya begitu aneh, telah mendekati dengan gusar.   "Pengemis bau, mulutmu lancang dan kurang ajar sekali! Kau perlu dihajar......"   Dan setelah berkata begitu dengan gerakan yang sulit sekali diikuti oleh penglihatan manusia, tangannya bergerak untuk mencengkeram pundak Liu Ong Kiang.   Yo Him melihat gerakan yang dilakukan oleh orang berpakaian aneh itu luar biasa cepatnya, dan juga tangannya telengas sekali, serangannya bengis dan bisa melumpuhkan, karena yang diincernya adalah tulang pie-pe di pundak Liu Ong Kiang.   Sedangkan si pengemis hatinya tercekat waktu itu tahu-tahu jari tangan orang aneh itu menyentuh baju di pundaknya.   Mati-matian ia telah mengelakkannya dengan menurunkan pundaknya.   Tidak urung, bajunya di bagian pundak telah berhasil dirobek oleh jari tangan orang aneh itu, sehingga tampak kain baju itu berkibar-kibar tertiup angin, robek cukup lebar.   Bukan main gusarnya Liu Ong Kiang, ia sampat berjingkrak mengeluarkan makian sengit.   "Binatangnya buas, majikannya juga buas, maka ke dua-duanya perlu dimampusi!"   Lalu dengan perkataannya itu, Liu Ong Kiang telah mencabut tongkat bambu yang terselip di pinggangnya.   Tombak bambu itu sepanjang dua kali lebih, berwarna kuning kehijau-hijauan.   Biasanya, jarang sekali Liu Ong Kiang mempergunakannya jika memang bukan tengah menghadapi lawan yang tangguh.   Karena melihat bahwa orang aneh ini memang memiliki kepandaian yang tinggi dan tidak bisa dipandang remeh, maka ia telah mengeluarkan tongkat bambunya itu untuk menghadapi orang tersebut.   Bahkan begitu mengeluarkan tongkat bambunya, segera Liu Ong Kiang telah menggerakkannya untuk memukul ke pinggang orang aneh itu.   Orang aneh dengan pakaian yang aneh juga, telah mengeluarkan suara tertawa mengejek.   "Hemm, tongkat pemukul anjing buduk dari partai pengemis hendak dipergunakan menghadapi aku, Swat Tocu (pemilik pulau salju)?"   Teriaknya dengan suara yang dingin, dan tampak dia telah menjentik dengan jari telunjuknya menyentil tongkat bambu itu, yang telah kena disetilnya kuat sekali, sampai tongkat bambu itu terpental dan tidak berhasil mengenai sasarannya.   "Sedangkan Pangcu Kay-pang sendiri akan berlaku dan tidak berani berlaku kurang ajar!"   Mendengar bahwa orang yang ada di hadapannya ini, yang menjadi pemilik biruang putih itu, adalah Swat Tocu (majikan pulau salju), Liu Ong Kiang terkejut bukan main.   Ia pun tadi tengah kaget karena tongkatnya yang kena disentil oleh Swat Tocu tersebut telah terpental keras sekali, malah ia merasakan telapak tangannya begitu pedih dan sakit sekali, hampir saja tongkatnya itu tidak bisa dicekalnya terus dan terlepas.   Namun karena Liu Ong Kiang memang memiliki kepandaian yang tak rendah dia masih bisa berusaha mencegah terlepasnya tongkat bambu itu dari cekalan tangannya.   Swat Tocu memang merupakan seorang tokoh sakti yang sangat ditakuti oleh tokoh-tokoh rimba persilatan daratan Tiong-goan, karena Swat Tocu merupakan seorang tokoh tua yang telah berusia seratus tahun lebih.   Namun karena ia tinggal di tempat yang dingin di pulau Swat-to, Pulau Salju, yang seluruh permukaan pulau itu diselimuti oleh lapisan salju, membuat ia awet muda dan tampak seperti seorang yang baru berusia limapuluh tahun.   Rahasia awet mudanya itupun justru karena ia telah melatih lweekang yang mempergunakan inti es, yang bisa diperolehnya dari dasar pulaunya, di mana ia melatih lweekangnya itu dengan menyedot inti es yang terdapat di dasar pulau saljunya.   Maka inti es yang telah diresapnya itu, merupakan suatu kekuatan yang sangat hebat.   Jarang sekali ada orang yang bisa menghadapi inti es telapak tangan Swat Tocu, karena sekali saja Swat Tocu menyerang dengan pukulan yang mengandung kekuatan lweekang, lawannya akan terbinasa dengan tubuh yang kaku dan darah di tubuhnya membeku.   Begitu sempurnanya kepandaian lweekang yang telah dilatih oleh Swat Tocu, sehingga ia merupakan tokoh sakti yang boleh dibilang sudah tidak memiliki lawan sama sekali.   Sebagai seorang tokoh sakti yang memiliki kepandaian sulit untuk diukur lag Swat Tocu tidak sepuluh tahun sekali keluar meninggalkan pulaunya.   Bahkan tidak jarang sampai duapuluh tahun ia tidak pernah meninggalkan pulaunya itu.   Dengan demikian, orang-orang yang pengetahuannya tidak luas dan berkepandaian biasa saja, tentu tidak akan mengenal perihal Swat Tocu.   Beberapa orang tokoh sakti yang mengetahui adanya Swat Tocu.   Dan Liu Ong Kiang sendiri mendengar perihal Swat Tocu ini dari Pangcunya, di mana ia pernah mendengar Pangcunya itu mengatakan bahwa ada seorang tokoh sakti yang mungkin kepandaiannya tidak berada di bawah kepandaian Yo Ko dan tokoh-tokoh sakti lainnya.   Hanya saja, Swat Tocu itu memang jarang sekali menginjakkan kaki di daratan Tiong-goan, menyebabkan namanya seperti terpendam di antara tumpukan salju di pulaunya saja.   Malah menurut Pangcu dari Kay-pang itu, ketika Lima Jago Luar Biasa Oey Yok Su, Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong, Auwyang Hong dan Toan Hong-ya mengadakan pertemuan di puncak Hoa-san, untuk merundingkan ilmu silat dan pedang, Swat Tocu ingin diundang.   Namun karena memang merekapun tidak mengetahui dengan tepat di mana letak pulau Salju itu, maka mereka tidak mengundangnya.   Hanya Oey Yok Su seorang yang pernah bertemu muka dengan Swat Tocu.   Itupun terjadi hanya satu kali saja.   Mereka telah bertempur sampai tiga hari tiga malam, dengan kesudahan berimbang, tidak ada seorangpun yang kalah.   Malah Oey Yok Su sendiri mengakui, jika bertempur terus dua atau tiga hari lagi, kesudahannya tentu dia yang akan merubuhkan Swat Tocu.   Pertemuan mereka itu terjadi di tengah laut, di mana Oey Yok Su tengah melakukan pelayaran, dan Swat Tocu juga kebetulan tengah berlayar juga.   Malah Oey Yok Su walaupun pernah bertemu satu kali dengan tokoh sakti yang memiliki kepandaian luar biasa dan juga sangat liehay itu, tidak mengetahui di mana letak pulau Salju.   Tocu dari Tho-hoa-to itu sendiri memang memiliki adat yang aneh, sulit sekali dimengerti perangainya.   Namun Swat Tocu malah lebih aneh lagi wataknya dibandingkan denyan sifat dan tabiat Oey Yok Su.   Sekarang tidak disangka-sangka tokoh sakti itu muncul di kota ini, malah bersama biruang putihnya yang tinggi besar dan ganas itu.   Benar-benar merupakan urusan yang sangat mengejutkan dan di luar dugaan.   Liu Ong Kiang sendiri merasakan hatinya jadi dingin, karena ia maklum, jika memang tokoh sakti ini menyerang terus, tentu dia akan celaka di tangannya.   Kalau kepandaian Swat Tocu memang melebihi atau setidak-tidaknya berimbang dengan kepandaian Oey Yok Su berlima dengan Ang Cit Kong, Ong Tiong Yang, Toan Hong-ya dan Auwyang Hong, mana mungkin Liu Ong Kiang dapat menghadapinya? Yo Him sendiri kaget tidak terkira.   Ia telah berguru pada Oey Yok Su, dan sering juga gurunya itu bercerita mengenai tokoh-tokoh tua di masa lalu yang memiliki kepandaian sangat tinggi.   Oey Yok Su sering menyinggung-nyinggung juga perihal diri Swat Tocu yang diduga telah meninggal dunia karena usia tua, sebab waktu bertemu dengan Oey Yok Su dan mereka bertempur di tengah lautan, usia Swat Tocu waktu itu telah empatpuluh tahun lebih, sedangkan Oey Yok Su sendiri baru berusia duapuluh lima tahun.   Dengan demikian di saat Oey Yok Su telah tua seperti sekarang tentu Swat Tocu jauh lebih tua lagi.   Dan karena memang tidak pernah terdengar sepak terjangnya dan selalu berdiam di pulau saljunya.   Oey Yok Su menduga tentunya tokoh sakti yang aneh itu telah meninggal dunia.   Liu Ong Kiang juga telah melompat mundur, ia cepat-cepat memasukan tongkat bambunya menjura sambil merangkapkan ke dua tangannya.   "Maaf, maaf. Boanpwe tidak mengetahui bahwa tengah berhadapan dengan Swat Tocu Locianpwe. Apakah selama ini Swat Tocu Locianpwe baik-baik saja?"   Swat Tocu tidak menyerang lagi, ia berdiri dengan muka yang dingin, matanya masih mendelik, dengan suara gusar ia menyahuti;   "Jika aku tidak berada dalam keadaan baik-baik dan sehat, bagaimana mungkin aku bisa berada di sini? Matamu itu buta atau memang engkau terlalu tolol sehingga bertanya begitu?"   Disanggapi seperti itu, Liu Ong Kiang melengak, namun ia menahan diri dan tertawa.   "Benar-benar memang Boanpwee memiliki mata namun tidak bisa melihat bintang Pak-tauw!"   "Hemmm, dengan kekurang ajaran seperti yang kau lakukan tadi, telah cukup alasan buatku membinasakanmu! Biarlah, nanti aku mempertanggung jawabkan pada Pangcumu, aku mau lihat apakah si pengemis tua yang jadi Pangcu Kay-pang itu akan cobacoba membalas sakit hatimu......!"   Dan setelah berkata begitu, tampak Swat Tocu telah melangkah mendekati Liu Ong Kiang.   Muka Liu Ong Kiang jadi berobah agak pucat, ia memang jeri setelah mengetahui bahwa orang aneh ini adalah Swat Tocu, tokoh sakti itu, dan juga mendongkol melihat orang memperlakukan dirinya keterlaluan sekali.   Namun karena menyadari bahwa dirinya tidak berdaya untuk mengadakan perlawanan pada Swat Tocu yang memiliki kepandaian sempurna sekali, Liu Ong Kiang telah memaksakan diri untuk tersenyum, katanya.   "Locianpwee, tunggu dulu......!" "Tunggu dulu kakekmu?"   Tegur Swat Tocu dengan suara yang dingin.   "Tadi kau telah menghina Pek-swat-jie, maka sekarang engkau harus dihukum! Dengan memandang muka Pangcumu, aku bersedia memberikan keringanan untukmu, aku tidak akan membinasakanmu, tetapi akan mematahkan ke dua tangan dan ke dua kakimu......!"   Muka Liu Ong Kiang jadi pucat.   Jika memang Swat Tocu benarbenar membuktikan perkataannya, tentu Liu Ong Kiang tidak mungkin sanggup menghadapinya, berarti ia akan menerima bencana yang hebat bagi keselamatan dirinya.   Untuk menjelaskan pada manusia aneh yang memiliki perangai aneh juga, memang sulit.   Akhirnya, karena sudah tidak memiliki jalan keluar, Liu Ong Kiang telah tersenyum pahit, katanya nekad.   "Saat sekarang ini Boanpwe tengah menjalankan sebuah tugas yang penting untuk keselamatan Kay-pang, maka jika memang Swat Tocu ingin memberikan pelajaran kepada Boanpwe, dua tahun lagi Boanpwe akan datang menemui Locianpwe......!"   Swat Tocu telah tertawa dingin, katanya dengan tawar.   "Hemmm, siapa yang bisa mempercayai perkataanmu? Engkau pengemis bau, tentu engkau hanya berusaha untuk dapat meloloskan diri dari tanganku, setelah itu kau akan mencari tempat yang aman untuk menyembunyikan ekor! Hemm, sekarang juga aku akan menghukummu! Aku tidak mau tahu perihal Kay-pang bangpak kalian itu.....!"   Dan perkataannya baru saja habis sampai di situ, tubuh Swat Tocu telah bergerak cepat sekali mengulurkan ke dua tangannya, maksudnya akan mencengkeram tangan kiri dan tangan kanan Liu Ong Kiang.   Liu Ong Kiang sendiri mati-matian telah berusaha mengelakkan diri.   Dia menghindar dengan melompat mundur sejauh mungkin sampai tiga tombak lebih.   Namun begitu ke dua kakinya menyentuh tanah, begitu juga ia merasakan sambaran angin dari cengkeraman tangan Swat Tocu, yang akan mencengkeram ke dua tangannya pula.   Rupanya biarpun Liu Ong Kiang telah bergerak gesit dan cepat sekali untuk menghindarkan diri, kenyataannya Swat Tocu dapat bergerak lebih gesit lagi, di mana dia seperti membayangi Liu Ong Kiang.   Dengan mengeluarkan suara seruan tertahan, Liu Ong Kiang matimatian telah membuang dirinya bergulingan di atas tanah dan di waktu itulah Swat Tocu menggerakkan kaki kanannya menendang.   "Pengemis bau pengecut......!"   Makinya.   Tendangan yang dilakukan oleh Swat Tocu mengenai telak sekali pinggang Liu Ong Kiang sampai pengemis itu mengeluarkan suara jeritan yang nyaring, tubuhnya telah terlempar empat tombak lebih, jauh dan tinggi sekali sampai dia terbanting keras.   Dan tidak bisa segera bangun berdiri, hanya meringkuk mengerang kesakitan.   Yo Him kaget, dalam waktu hanya beberapa detik ternyata Swat Tocu telah berhasil menghajar Liu Ong Kiang.   Inilah menunjukkan bahwa Swat Tocu memang memiliki kepandaian yang luar biasa tingginya.   Malah belum lagi Yo Him tahu apa yang harus dilakukannya, tubuh Swat Tocu telah melayang ke dekatnya dan berdiri di sampingnya, sambil mengeluarkan tangannya untuk mencengkeram pundaknya.   Gerakan itu cepat sekali, angin serangannya berkesiuran tajam.   Namun Yo Him telah menerima didikan dari tokoh-tokoh sakti seperti Oey Yok Su dan juga ayahnya yang memiliki kepandaian hebat, juga Siauw Liong Lie yang telah mendidiknya dengan berbagai ilmu yang hebat.   Dari gabungan ilmu itu Yo Him telah menjadi seorang tokoh muda yang memiliki kepandaian hampir sempurna walaupun usianya itu masih muda.   Menghadapi ancaman serangan seperti itu, cepat-cepat Yo Him mengangkat tangan kanannya, ia telah menangkis.   Tangan mereka saling bentur dan tubuh Yo Him terlempar dua tombak.   Namun Yo Him bisa jatuh dengan ke dua kaki tiba lebih dulu, ia jatuh dalam sikap berdiri, tanpa kurang suatu apapun juga.   Swat Tocu sendiri ketika tangannya saling bentur dengan tangkisan Yo Him, merasakan pergelangannya agak nyeri, dia mundur selangkah dengan muka berubah hebat.   Baru kali ini seumur hidupnya ia mengalami peristiwa seperti ini, yaitu selain gagal mencengkeram lawannya, ia sampai terdorong mundur selangkah.   Memang tidak banyak, hanya selangkah, namun inilah kejadian pertama kali yang dialaminya.   "Hebat pemuda ini, kepandaiannya tidak rendah, entah siapa dia?"   Berpikir Tocu dari Pulau Salju tersebut dengan mata mendelik mengawasi Yo Him dan menduga-duga entah siapa adanya pemuda liehay ini.   "Siapa kau dan siapa gurumu?"   Tanya Swat Tocu akhirnya.   Yo Him walaupun mendongkol, namun disebabkan ia mengetahui tengah berhadapan dengan seorang tokoh sakti yang memiliki kepandaian sangat luar biasa, ia menindih perasaan mendongkolnya itu, merangkapkan ke dua tangannya, memberi hormat katanya.   "Boanpwe she Yo dan bernama Him. Boanpwe memiliki beberapa orang guru, yang sulit sekali dijelaskan di sini."   "Kau she Yo? Ada hubungan apa kau dengan Yo Ko?!"   Tegur Swat Tocu.   "Itulah ayah Boanpwe......!"   Menyahuti Yo Him.   "Hemmm,"   Mendengus Swat Tocu.   "Di mana ayahmu sekarang berada?"   "Ayah dan ibu telah hidup mengasingkan diri di suatu tempat, mereka tentu gembira sekali kalau memperoleh kunjungan Locianpwe.....!"   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Menyahuti Yo Him.   "Hemm, aku telah mendengar cukup banyak mengenai sepak terjang Yo Ko, ayahmu itu...... dan juga mengenai sepak terjangnya yang terakhir mempertahankan kota Siang-yang. Aku memang ingin bertemu dengannya untuk membicarakan suatu persoalan karena aku pernah mendengar dari beberapa orang Kang-ouw bahwa ayahmu itu merupakan pendekar sakti masa kini, yang sudah tidak ada lawannya. Sampai Oey Yok Su, dan tokoh-tokoh sakti lainnya yang masih hidup, sudah bukan tandingannya lagi......! Benarkah itu?"   Yo Him cepat-cepat merangkapkan ke dua tangannya menjura memberi hormat.   "Itulah pujian yang terlalu tinggi! Oey Suhu (guru Oey) adalah tingkatan cianpwee, dan juga belum pernah bertempur dengan ayah karena memang mereka memiliki hubungan baik, maka tidak ada perlunya untuk memperbandingkan kepandaian mereka. Tentu saja masing-masing memang memiliki kepandaian sendirisendiri dan keistimewaan masing-masing!"   "Hemm, dengan berkata begitu, secara tidak langsung engkau ingin mengatakan ayahmu itu memang hebat dan apa yang disiarkan oleh orang-orang Kang-ouw bahwa ayahmu itu memiliki kepandaian yang tinggi sekali, merupakan pendekar maha sakti tidak ada salahnya bukan?"   "Tidak berani boanpwee berkata begitu!"   Sahut Yo Him cepat.   "Baiklah! Karena kau putera Yo Ko, tentu engkau telah mewarisi seluruh kepandaiannya! Lewat engkau juga aku bisa menarik kesimpulan berapa tinggi kepandaian ayahmu! Kau akan menerima tiga seranganku itu...... Jika memang engkau bisa menghadapi tiga seranganku itu, maka kawanmu itu, yang telah sama-sama menghina Pek-swat-jie, akan lolos dari hukuman patahkan tangan dan kaki! Kau bersiaplah.....!"   Waktu berkata begitu, Swat Tocu membawa sikap yang dingin.   Yo Him jadi berdiri bimbang, ia telah melirik kapada Liu Ong Kiang, yang tengah merayap bangun untuk berdiri, namun rupanya tendangan kaki Swat Tocu pada pinggangnya menyebabkan ia terluka di dalam.   Untuk sejenak lamanya Liu Ong Kiang belum berhasil berdiri, hanya berjongkok sambil memegangi pinggangnya itu dengan muka meringis.   "Tocu dari Pulau Salju ini memang memiliki kepandaian yang sudah tidak ada batasnya dan sulit dihadapi, walaupun benar, mungkin dia tidak bisa merubuhkan aku, namun jika ia mengumbar kemarahannnya itu kepada Liu Lopeh, bukankah keselamatan jiwa Liu Lopeh terancam? Tocu dari Pulau Salju ini juga memiliki perangai yang aneh sekali, dan sangat ku-koay, maka aku harus menghadapinya dengan baik. Apa salahnya aku menerima tiga serangannya. Bukankan jika aku telah berhasil menerimanya, berarti bukan saja menyelamatkan Liu Lopeh, juga yang berarti akan mengurangi kecongkakan Tocu ini.....!"   Pikir Yo Him dengan hati yang ragu.   "Ayo bersiap, aku tidak mau membuang waktu terlalu lama!"   Kata Swat Tocu dengan suara yang dingin, sedingin salju, matanya juga mengawasi tajam sekali. Yo Him membungkuk dengan merangkapkan ke dua tangannya, dia membawa sikap seperti menanti serangan dari tingkatan tua, kemudian katanya.   "Silahkan Locianpwe mau berlaku murah hati sedikit......!" "Jika memang aku tidak bermurah hati, dengan sekali hajar saja, engkau dapat kubinasakan dan tidak perlu mempergunakan cara seperti ini.....!"   Kata Swat Tocu tawar.   Dan sehabis berkata begitu, tubuhnya berdiri tegak, ke dua tangannya diputar digerak-gerakkan dengan gerakan yang lambat, mukanya memperlihatkan kesungguhan, semakin lama semakin merah semakin lama muka Swat Tocu bagaikan dilapis oleh darah yang berkumpul di mukanya itu.   Ia pun telah berkata.   "Aku akan segera mulai, kau bersiap-siaplah......!"   Dan ke dua tangannya itu ditekuk di depan dadanya tahu-tahu perlahan sekali ia mendorong ke arah Yo Him.   Mereka berdiri dalam jarak yang cukup jauh, yaitu dua tombak lebih.   Tentu saja ke dua tangan Swat Tocu yang didorongkan ke depan itu tidak mungkin menyentuh tubuh Yo Him, namun kesudahannya atas serangan ini membuat Yo Him jadi kaget setengah mati.   Lain dari biasanya, Yo Him tidak merasakan samberan angin serangan.   Ia memandang heran, dan waktu bengong mengawasi Swat Tocu yang menggerakkan ke dua tangannya itu, di saat itulah tampak Yo Him menggigil.   Karena ia seperti dibungkus oleh lapisan es yang dingin, di mana tubuhnya bagaikan dialiri oleh hawa dingin yang luar biasa melebihi dinginnya es.   Karena peristiwa ini terjadi demikian tiba-tiba dan tidak disangka sama sekali oleh Yo Him, juga memang cara menyerang dari Swat Tocu ini aneh luar biasa.   Tanpa menimbulkah angin serangan sama sekali, dan juga seperti juga tidak ada tenaga menyerang sama sekali, tahu-tahu tubuh Yo Him telah diliputi oleh hawa yang dingin luar biasa, yang semakin lama hawa dingin itu seperti bertambah tebal dan telah membuat dia seperti dibungkus oleh lapisan es.   Dengan demikian telah membuat Yo Him menjadi kaget setengah mati.   Dan pemuda she Yo ini menyadari, apa artinya semua itu.   Jika sampai hawa dingin itu semakin lama semakin dingin, darah di tubuhnya akan membeku, berarti akan sulit ia menggerakkan ke dua tangan dan kakinya, yang akan menjadi kaku.   Yo Him juga menyadari bahwa cara menyerang yang dilakukan oleh Swat Tocu ini benar-benar ilmu yang luar biasa.   Sebagai majikan dari pulau Salju, ternyata pukulan yang dipergunakannya juga mengandung hawa dingin dari salju, bahkan melebihi dinginnya dari es itu sendiri.   Swat Tocu memang telah mempergunakan ilmu pukulan Inti Esnya, di mana dia telah berhasil mengambil hawa inti es tersebut dari pusat bumi di bawah dasar pulaunya.   Karena pulau yang di tempatinya itu adalah pulau salju, yang sepanjang jaman selalu ditutupi oleh salju.   Tidak pernah terkena oleh cahaya matahari dan juga tidak pernah mencair selama ribuan tahun, bahkan puluhan ribu tahun.   Dengan demikian pusat bumi di bawah dasar pulau tersebut memiliki hawa yang dingin sekali, di mana hawa dingin dari tumpukan salju sepanjang puluhan ribu tahun itu telah meresap ke dalamnya dan terkumpulkan di pusat bumi, akhirnya merupakan inti Es yang paling dingin sekali dan memiliki kemujijatan yang luar biasa.   Justru Swat Tocu telah menyedot Inti Es dari pusat bumi itu, di mana ia telah menyedot dan mempergunakannya untuk latihan lweekangnya, yang berhasil mengumpulkan Inti Es tersebut pada tan-tiannya, sehingga ia memiliki lweekang yang aneh dan luar biasa selain membuatnya awet muda.   Sekarang dalam serangan pertama, karena mengetahui lawannya yang muda usia itu adalah putera Yo Ko, dengan sendirinya ia telah menyerang dengan ilmunya yang hebat itu.   Tanpa angin serangan dan tanpa suara, hanya hawa dingin belaka yang luar biasa menyerang Yo Him, membungkusnya.   Dengan demikian, ia menghendaki, sekali serang ini Yo Him bisa dilumpuhkannya.   Telah cukup sering Swat Tocu mendengar akan Oey Yok Su berlima dengan Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong, Auwyang Hong dan Toan Hong-ya, yang merupakan lima jago luar biasa di daratan Tiong-goan.   Lalu kemudian menyusul dengan nama-nama Kwee Ceng dan Yo Ko.   Malah yang terakhir itu, Yo Ko, akhirnya menjadi seorang jago maha sakti yang kepandaiannya sudah tidak ada duanya di dunia ini.   Maka Swat Tocu yang mendengar hal itu jadi penasaran.   Hanya disebabkan ia tengah melatih ilmunya yang mencapai tingkat kesembilan, merupakan tingkat penentuan untuk menyempurnakan latihan ilmu Inti Esnya yang dia hisap dari pusat bumi itu, membuat selama belasan tahun terakhir ia belum bisa meninggalkan pulau Saljunya.   Dan baru sekarang setelah ilmunya itu terlatih rampung dan sempurna, ia meninggalkan pulaunya, dengan mengajak Biruang putihnya itu, yang sesungguhnya merupakan Biruang Salju, yang menemaninya selama ia hidup di Pulau Salju.   Usia Biruang tersebut telah cukup tua, mungkin delapanpuluh tahun.   Namun karena memang Biruang ini tinggal di pulau Salju, sama halnya seperti juga Swat Tocu, maka ia awet muda, dan panjang usia.   Malah binatang itu telah dididik oleh Swat Tocu untuk melatih ilmu silat.   Binatang buas itu walaupun tidak bisa menerima keseluruhan dari ilmu yang diturunkan oleh Swat Tocu, karena secerdik-cerdiknya Biruang Salju, tetap ia merupakan binatang, tapi sebagian dari ilmu Swat Tocu telah berhasil dikuasainya dengan baik.   Jika memang baru menghadapi jago-jago yang memiliki kepandaian biasa saja, tentu Biruang Salju itu bisa menghadapinya dengan baik.   Tadi justru dia menghadapi Liu Ong Kiang yang dibantu oleh Yo Him, maka Biruang Salju menjadi tidak berdaya.   Karena ke dua orang itu justru dia merupakan manusia-manusia yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi.   Yo Him menyadari ancaman bahaya yang tidak kecil untuk dirinya jika memang hawa dingin yang dilancarkan oleh Swat Tocu itu semakin lama semakin kuat dan juga semakin dingin membungkus tubuhnya.   Cepat-cepat Yo Him menyedot hawa Tan-tiannya, lalu ia menyalurkan ke seluruh pembulu jalan darahnya.   Ia mempergunakan cara Yang-khie-lek, yaitu hawa murni yang panas, guna menghadapi hawa dingin itu.   Seketika tubuhnya memancarkan hawa yang panas sekali.   Namun tetap saja hawa dingin yang menyelubungi sekujur tubuhnya itu tidak juga tertembus oleh hawa Yang-khie-lek tersebut di mana tampak Yo Him masih dikuasai oleh hawa dingin itu dengan rapat, membuat tubuhnya jadi menggigil.   Terkejut sekali Yo Him menghadapi kenyataan ini, namun ia tidak jeri.   Sekali lagi Yo Him memusatkan hawa Tan-tian dan mengemposnya dipergunakan untuk menerjang hawa dingin yang menyelubungi tubuh itu.   Dengan demikian akhirnya berangsur-angsur Yo Him telah berhasil mengurangi hawa dingin yang menguasai dirinya, dan juga perlahan-lahan hawa panas dari Yang-khie-lek itu telah menerobos menguap dari sekujur tubuhnya.   Dan dengan berkurangnya hawa dingin itu telah membuat Yo Him semakin bersemangat mengerahkan Yang-khie-lek nya tersebut.   Dia berhasil menentang hawa dingin tersebut, dan akhirnya Yo Him berhasil berdiri tetap di tempatnya tanpa kurang suatu apapun.   Menyaksikan bahwa serangannya yang pertama dengan mempergunakan tenaga inti esnya sebesar lima bagian masih tidak bisa merubuhkan pemuda itu, Swat Tocu diam-diam jadi kagum sekali.   Karena boleh dibilang di dunia ini hanya beberapa orang saja yang sanggup menerima serangan inti esnya sebesar lima bagian itu.   "Bagus!"   Memuji Swat Tocu kemndian dengan suara yang nyaring.   "Engkau berhasil menerima seranganku yang pertama. Tetapi sekarang kau terimalah serangan yang ke dua!" Yo Him waktu itu melihat Swat Tocu telah menarik ke dua tangannya yang kemudian diputar-putarnya kembali, untuk digerakkan perlahan, lalu mendorong lagi ke arah Yo Him. Jarak mereka terpisah masih cukup jauh, namun dorongan yang kali ini dilakukan oleh Swat Tocu, yang tetap tidak menimbulkan angin serangan itu telah menyambar hawa dingin yang jauh lebih hebat dari hawa dingin yang sebelumnya, karena seketika itu juga tubuh Yo Him seperti terbungkus oleh lapisan es yang tebal, di mana juga hawa dingin itu jauh lebih dingin dari es manapun di dunia ini! Ternyata Swat Tocu telah mempergunakan delapan bagian dari tenaga Inti Esnya, dan ia juga telah mempergunakan Inti Esnya itu dari tingkat ketujuh, dengan demikian merupakan tingkat yang tinggi sekali dan belum pernah dipergunakannya. Sesungguhnya ilmu Inti Es yang dilatih oleh Swat Tocu itu terdiri dari sembilan tingkat. Dan tingkat kesembilan itu baru saja diselesaikannya, di mana telah rampung dan sempurna ilmu Inti Esnya itu. Sekarang dia mempergunakan tingkat ketujuh, seharusnya merupakan tingkat yang sangat hebat, karena jika ia sampai mempergunakan tingkat kesembilan, berarti ia telah mengerahkan seluruh tenaga sinkangnya. Begitu Swat Tocu mempergunakan tingkat kesembilan, berarti selesailah ia menjalankan seluruh hawa inti es tersebut disalurkan untuk membungkus tubuh lawannya. Yo Him kaget bukan main merasakan tubuhnya terbungkus hawa dingin yang jauh lebih dingin dari semula. Pemuda ini sekarang tidak mau berdiam diri di situ terus, ia telah menyingkir ke samping. Tubuhnya bergerak sangat gesit sekali, maksudnya menyingkir dari libatan hawa dingin itu. Namun setiap kali Yo Him menyingkir baik ke kiri atau ke kanan, hawa dingin itu tetap ikut padanya karena ke dua tangan dari Swat Tocu yang teracungkan itu tetap di arahkan kepadanya. Jika memang Yo Him bergerak lebih cepat dan ke dua tangan dari Swat Tocu belum sempat teracung ke arahnya mengikuti tubuh Yo Him yang bergerak ke kiri dan ke kanan, maka hawa dingin yang tersalur dari ke dua tangan Swat Tocu itu telah mengenai tempat lain, seperti undakan tangga di pintu atau juga batang-batang pohon di tepi jalan tersebut, yang tumbuh sebagai pohon hias di muka rumah penginapan tersebut jadi terbungkus oleh lapisan putih, yaitu salju Semua orang yang menyaksikan ini jadi heran dan takjub. Itulah luar biasa. Bagaikan Swat Tocu tengah bermain sulap, karena pohon dan undakan anak tangga yang terkena arah acungan tangan dari Swat Tocu, di mana tidak terhalang oleh tubuh Yo Him lagi, jadi terbungkus lapisan salju, bagaikan waktu itu adalah musim dingin! Memang jika lawan Swat Tocu bukan Yo Him, biarpun memiliki kepandaian yang tinggi, namun lweekang yang selurus dan setinggi yang dimiliki Yo Him tentu mereka akan dapat dirubuhkan oleh Tocu dari Pulau Salju tersebut dan tubuh mereka siang-siang telah terbungkus oleh lapisan es. Tetapi disebabkan Yo Him telah menerima pelajaran khusus dari Oey Yok Su dan juga Yo Ko maupun Siauw Liong Lie dan tokoh-tokoh sakti lainnya, maka membuat Yo Him memiliki lweekang yang sangat tinggi dan juga lurus, sehingga dengan hawa murninya yang bisa dipancarkan menguap dari sekujur tubuhnya. Hawa dingin dari pukulan Inti es yang dilancarkan oleh Swat Tocu itu tidak bisa menguasai dirinya, dan juga tidak bisa membungkus dirinya dengan lapisan salju. Di waktu itu Liu Ong Kiang yang berhasil berdiri, mengawasi jalannya pertandingan, aneh bukan main. Dilihatnya Yo Him memang benar-benar tangguh dan juga menakjubkan sekali. Cara bertanding itu benar-benar istimewa dan jarang sekali terjadi dalam rimba persilatan. Liu Ong Kiang yang memiliki pengalaman sangat luas, belum pernah menyaksikan cara bertanding seperti itu. Untuk seketika lamanya Liu Ong Kiang jadi melupakan rasa sakit di pinggangnya dan telah mengawasi jalan pertandingan yang tengah berlangsung dengan bengong dan takjub, seperti tidak mempercayai apa yang dilihatnya, yaitu setiap benda yang dilanggar oleh serangan Inti Es Swat Tocu, akan terlapis oleh lapisan salju.   "Bila aku yang menjadi lawannya, tentu sekali serang saja, aku telah berhasil dibinasakannya dengan tubuh kaku dan darah membeku......!"   Diam-diam Liu Ong Kiang berpikir.   "Memang Yo Kongcu hebat sekali, tidak percuma ia jadi putera dari scorang tokoh maha sakti seperti Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko!"   Dengan demikian, perasaan hormat dan juga kagumnya pada Yo Him kian bertambah.   Yo Him sendiri yang baru menerima dua kali serangan dari Swat Tocu, benar-benar telah jadi bingung dan kelabakan juga.   Karena jika semula serangan ke dua itu memang hanya memiliki hawa dingin yang jauh lebih dingin dari jurus yang pertama, lewat sekian lama tiba-tiba Yo Him merasakan seluruh tubuhnya seperti menjadi kaku.   Walaupun Yo Him telah mengempos hawa murninya, yaitu hawa Yang-khie-lek nya, yang merupakan inti sari ilmu lweekang Kiuyang-cin-khie yang diajarkan Yo Ko, Siauw Liong Lie dan Oey Yok Su, namun tetap saja Yo Him tidak bisa memecahkan hawa dingin itu, tidak bisa menerobosnya.   Semakin lama tubuhnya semakin kaku dan darahnya seperti mulai membeku.   "Celaka!"   Diam-diam Yo Him berpikir dalam hatinya.   "Ini adalah serangannya yang ke dua, tubuhku telah kaku dan darah-darah di setiap pembuluh darah seperti tidak beredar dengan lancar lagi, dengan demikian bisa aku celaka di tangannya. Maka dari itu, dalam keadaan seperti ini, aku harus berusaha dapat menguasai ilmu yang luar biasa itu......!"   Sambil berpikir begitu, Yo Him telah berpikir keras untuk mencari akal guna menghadapi ilmu Inti Es yang dimiliki Swat Tocu.   Yo Him sendiri menyadari, jika saja ia berlaku lambat, dan sampai darahnya membeku dan tidak dapat beredar lagi dengan baik, tentu akan membuat dia celaka tidak tertolong lagi.   Bukan saja kepandaiannya akan termusnahkan sebagian, kemungkinan besar ia terbinasa dan seringan-ringannya terluka di dalam yang akan membuat ia sakit berat, tentu selanjutnya ia akan menjadi manusia bercacad.   Belum lagi orang aneh itu yang menjadi Tocu dari Pulau Salju melancarkan serangannya yang ketiga, yang pasti jauh lebih hebat dari ke dua serangan ini.   Seketika itu juga Yo Him telah memusatkan seluruh kekuatan murninya untuk mengadakan perlawanan terhadap hawa dingin yang membungkus tubuhnya.   Ia tidak bisa mengadakan perlawanan dengan cara lain, hanya harus dapat menguasai hawa dingin itu.   Tetapi dikala itu, di otak Yo Him telah berkelebat serupa ingatan.   "Dia melakukan penyerangan dengan ilmu aneh ini, yang memiliki hawa dingin melebihi dinginnya salju, tentu dia hanya melatih lweekang tingkat tinggi seperti ini tanpa lebih memperhatikan bagian lainnya dari ilmu luar. Coba aku menghadapinya dengan mempergunakan gempuran tenaga yang dahsyat......!"   Dan karena berpikir begitu, Yo Him telah menggerakkan ke dua tangannya, mengikuti gerak yang dilakukan oleh Swat Tocu tadi, ia juga berusaha menahan hawa dingin yang menguasai dirinya, walaupun tubuhnya mulai menggigil dan giginya bercatrukan tidak hentinya.   Setelah menggerakkan ke dua tangannya, tahu-tahu Yo Him memusatkan sembilan bagian tenaga dalamnya, dengan kekuatan dahsyat yang sepenuhnya itu, dia telah mempergunakan menghantam ke arah Swat Tocu.   Pukulan yang dilakukan oleh Yo Him ini bukan pukulan sembarangan.   Karena jangankan manusia, sedangkan batu karang saja akan tergempur hancur menjadi bubuk.   Tadi saja Biruang Salju itu, Pek-swat-jie, yang memiliki kekebalan dan kekuatan luar biasa, dihantam dengan lima bagian tenaga dalam Yo Him, telah membuat binatang itu jadi pusing dan tidak bisa bangun untuk sementara waktu.   Dengan demikian, bisa dibayangkan, betapa hebatnya tenaga serangan yang dilancarkan oleh Yo Him dengan mempergunakan sembilan bagian tenaga dalamnya.   Angin pukulan itu menerjang kuat sekali pada Swat Tocu, di mana Tocu dari Pulau Salju itu jadi kaget, tubuhnya berkelebat seperti bayangan mengelakkan serangan Yo Him.   Dengan menyingkirnya Swat Tocu, maka sementara hawa dingin yang mengurung dirinya jadi buyar.   Dan juga Yo Him tidak mau membuang-buang kesempatan yang ada, ia telah menjejakkan ke dua kakinya, cepat bukan main tubuhnya seperti juga seekor burung rajawali, melayang di tengah udara dan tangannya melakukan pukulan pula ke diri Swat Tocu.   Swat Tocu tidak menyangka Yo Him akan melakukan gerakan seperti itu, maka dengan cepat iapun telah mengebutkan ke dua tangannya, di mana ia telah mempergunakan tenaga Inti Esnya, dan berkesiuranlah hawa dingin itu berusaha membungkus Yo Him lagi.   Namun karena sekarang Yo Him mempergunakan siasat lain, ia melompat ke sana ke mari seperti juga burung elang yang akan menyambar mangsanya, tubuhnya sulit dibungkus oleh hawa dingin itu.   Juga akibat melompat-lompatnya dia seperti itu membuat Yo Him jadi merasakan darahnya bergolak hangat, dan dia berhasil juga mengerahkan Yang-khie-lek nya itu, yang telah berhasil dikerahkan untuk melindungi sekujur tubuhnya.   Cara yang dipergunakan oleh Yo Him ternyata memang memberikan hasil yang menggembirakan, karena sama sekali Inti Es Swat Tocu gagal menguasai dirinya, maka dari itu, Yo Him telah melanjutkan caranya seperti itu.   Swat Tocu jadi mendongkol, dia telah berseru nyaring, sambil berdiri tetap di tempatnya.   "Kau jagalah seranganku yang ketiga ini! Jika memang kau berhasil memunahkan seranganku yang ketiga ini tanpa kurang suatu apapun juga berarti engkau telah menolongi sahabatmu itu, si pengemis bau, dari hukuman yang seharusnya dia terima......!"   Dan Swat Tocu bukan hanya sekadar saja, karena ke dua tangannya kembali digerakkan.   Namun sekarang gerakan ke dua tangannya itu berbeda sekali dengan gerakan yang dilakukannya tadi, karena kini ia menggerakkan ke dua tangannya itu silih berganti mendorong ke depan, ke arah mana beradanya Yo Him.   Setiap gerakan itu mengandung kekuatan hawa dingin yang luar biasa hebatnya karena Swat Tocu telah mempergunakan ilmu Inti Esnya itu sampai tingkat kedelapan.   Hawa dingin membungkus Yo Him terus menerus, walaupun ia melompat ke sana ke mari tokh sekarang ini ia tidak bisa menyingkir dari gulungan hawa dingin itu.   Malah ketika Yo Him ingin melompat lagi, pada waktu itu Swat Tocu telah menghentak tangan kanannya maka seketika itu juga tubuh Yo Him telah tertarik oleh suatu kekuatan yang tidak tampak, dan seketika itu telah membuat tubuhnya terbetot kuat bukan main, di mana ia telah rubuh terbanting di tanah.   Dalam keadaan seperti itu, tampak Swat Tocu ingin menarik pulang hawa dinginnya itu, sebab beranggapan bahwa Yo Him telah bisa dirubuhkannya.   Tetapi Swat Tocu jadi kaget sendirinya, tahu-tahu kakinya terasa nyeri sekali.   Karena waktu tubuh Yo Him tertarik dan terbanting, di waktu itulah Yo Him tidak membuang waktu lagi telah bergulingan menyambar ke dua kaki Swat Tocu dengan ke dua tangannya, di mana dia telah memukul dengan seluruh kekuatan lweekangnya.   Walaupun Swat Tocu memang memiliki ilmu yang sempurna dan juga kuda-kuda yang sangat kuat sekali, tidak urung begitu diserang, kuda-kuda kakinya tergempur juga.   Namun dia tidak sampai rubuh, hanya ke dua kakinya itu sakit bukan main, membuat dia berjingkrak kesakitan, dan telah melompat tiga tombak jauhnya mundur ke belakang.   Dengan demikian, Swat Tocu berdiri beberapa saat dengan muka meringis, kaki kanannya diangkat, dia mengusap-usapnya.   Yo Him telah melompat berdiri, sambil tertawa telah menjura.   "Bagaimana Swat Tocu Locianpwe...... apakah pertandingan ini telah dapat diputuskan bahwa aku berhasil menerima tiga serangan Swat Tocu Locianpwe? Boanpwe mohon maaf atas kelancangan Boanpwe yang telah lancang tangan menyerang Locianpwe, karena memang Boanpwe tidak memiliki jalan lain....... dengan demikian telah memaksa Boanpwe terpaksa berlaku kurang ajar......!"   Swat Tocu telah mengawasi Yo Him beberapa saat lamanya, dilihatnya bahwa Yo Him tidak kurang suatu apapun juga, walaupun tadi dia telah ditarik oleh kekuatan tenaga inti Es nya.   Malah pemuda itu yang telah sanggup menghadapi tiga serangannya tanpa kurang suatu apa pun juga, mendatangkan perasaan kagum di hatinya.   Dengan demikian, membuat Swat Tocu harus mengakui kehebatan Yo Him.   "Hebat kau, anak muda!"   Katanya kemudian dengan suara mengandung kagum.   "Engkau bisa menerima tiga seranganku tanpa kurang suatu apapun juga, tanpa terluka! Itu merupakan kejadian yang jarang sekali terjadi, karena setiap lawanku, jangankan menerima tiga kali serangan Inti Es yang dilancarkan beruntun seperti itu, mungkin dalam satu jurus, atau sebanyakbanyak dua serangan, mereka telah beku, jika tidak menemui kematiannya, pasti terluka parah......!"   "Jadi, Locianpwee ingin mengartikan Liu Lopeh dari Kay-pang itu telah dibebaskan dari hukuman yang semula hendak dijatuhkan Locianpwe padanya?"   Menanya Yo Him segera. Swat Tocu telah melirik kepada Liu Ong Kiang, yang waktu itu berdiri memandang bengong kepada Swat Tocu dan Yo Him.   "Baiklah!"   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Kata Swat Tocu setelah berdiam diri sejenak.   "Seperti apa yang tadi kujanjikan, jika memang engkau bisa menerima tiga kali seranganku tanpa kurang suatu apapun, maka aku akan membebaskan pengemis bau itu!"   Setelah berkata begitu, Swat Tocu berdiam diri beberapa saat mengawasi Yo Him, lalu ia melanjutkan lagi perkataannya.   "Dan kulihat engkau memang tidak kurang suatu apapun juga, walaupun telah menerima tiga seranganku...... engkau tidak terluka dan masih dalam keadaan sehat walafiat, maka dari itu, aku harus memenuhi janjiku......! "Memang tidak percuma nama besar dari Sin-tiauw-tay-hiap, di mana tentunya ia memiliki ilmu yang sempurna sekali, karena engkau sebagai puteranya walaupun engkau masih berusia demikian muda tokh engkau telah bisa memiliki kepandaian yang demikian tinggi....."   Yo Him cepat-cepat menjura memberi hormat.   "Locianpwe terlalu memuji!"   Kata Yo Him.   "Jika memang, ada jodoh, tentu aku ingin sekali bertemu dengan ayahmu!"   Kata Swat Tocu kemudian. Hanya sayang sekali akupun berkunjung ke daratan Tiong-goan ini dengan meninggalkan pulauku, karena aku memiliki urusan yang penting! Aku harus mengerjakan sesuatu."   Setelah berkata begitu, Swat Tocu menghela napas, katanya lagi.   "Sekarang usiaku sudah tidak muda lagi, telah lanjut sekali, seratus lima tahun, itulah usia yang tidak muda! Tetapi justru di saat usia setua ini, aku harus melakukan sebuah pekerjaan yang berat sekali!" Yo Him dan orang-orang lainnya, yang mendengar perkataan Swat Tocu, jadi heran dan telah memandang kepada Swat Tocu dengan sorot mata yang tajam. Karena mereka kaget dan kagum, bahwa Swat Tocu mengaku telah berusia seratus lima tahun itu, ternyata masih demikian gagah dan sehat segar bugar, di mana tampaknya seperti seorang lelaki berusia limapuluh tahun, dengan tubuh yang keras dan padat sekali, otot-otot yang tampak bertonjolan, memperlihatkan dia seorang yang memiliki tenaga sangat kuat. Inilah peristiwa yang benar-benar hampir sulit dipercaya. Seorang kakek tua berusia seratus lima tahun dengan bentuk tubuh yang begitu gagah dan wajah bagaikan yang baru berusia limapuluh saja. Benar-benar membuat Yo Him sendiri jadi kagum sekali, karena Yo Him segera menduga, mungkin juga Swat Tocu memiliki semacam ilmu mujijat yang bisa membuat dia jadi awet muda seperti itu. Biruang Salju, yaitu Pek-swat-jie, telah menghampiri Swat Tocu, binatang buas itu telah merangkulnya dan mengerang perlahan. Swat Tocu mengusap-usap kepala binatang tersebut, katanya dengan suara penuh kasih sayang.   "Pek-swat-jie, orang-orang itu rupanya semula tidak mengetahui siapa kau, dan juga menyangka kau akan menimbulkan keonaran, maka mereka telah salah paham dan berusaha mengganggumu. Mari sekarang kita pergi!"   Dan membarengi dengan perkataannya itu tubuh Swat Tocu telah melompat ringan tahu-tahu ia telah duduk di punggung Biruang Salju itu, dan binatang buas tersebut, sambil mengeluarkan suara erangan perlahan, telah melompat-lompat dan berlari-lari kecil meninggalkan tempat itu.   Yo Him menghela napas melihat kepergian Swat Tocu, sedangkan orang-orang lainnya, yang semula bersembunyi di berbagai tempat, telah bermunculan.   Mereka menyatakan perasaan kagum mereka kepada Yo Him.   Namun Yo Him tidak mau terlalu dilibat oleh orang-orang itu yang hanya akan memuji-mujinya saja.   Bersama-sama dengan Liu Ong Kiang dan Ko Tie, mereka telah masuk ke dalam rumah penginapan dan kembali ke kamar mereka di mana mereka melihat Cin Piauw Ho tengah tertidur.   Yo Him menghampiri pembaringan, dia telah melihatnya keadaan Cin Piauw Ho jauh lebih baik dari sebelumnya.   Rupanya obat Kimlian-tan yang diberikan Liu Ong Kiang mulai bekerja.   Walaupun pil itu tidak bisa menyembuhkan luka yang diderita oleh Cin Piauw Ho dan tidak juga bisa memunahkan racun, kenyataannya masih memiliki kemujijatan dan faedah yang tidak kecil, yaitu bisa membendung sementara waktu menjalarnya racun lebih jauh.   Yo Him sendiri memikirkan daya untuk bantu meringankan penderitaan Cin Piauw Ho.   Ia mengatakan pikirannya pada Liu Ong Kiang bahwa ia bermaksud malam ini, akan mempergunakan tenaga lweekangnya guna membantu dan mendesak racun mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, agar ia bisa ditolong dari kematian.   Dengan mempergunakan obat Kim-lian-tan, dan juga menyalurkan tenaga dalamnya, tentu akan membuat racun itu terdorong ke lukanya, dan mudah-mudahan bisa terdorong keluar.   Yo Him menyatakan kebimbangannya, karena Sam-hun-tok itu merupakan racun yang hebat sekali, maka ia sangsi justru usahanya itu tidak akan memberikan hasil sama sekali.   Tetapi Liu Ong Kiang justru menyatakan, kalau saja Yo Him mempergunakan tenaga dalamnya untuk mendesak racun yang mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, tentu saja racun itu bisa didorong ke tempat luka semula.   Walaupun tidak bisa disembuhkan, tetapi racun itu bisa dibendung lebih jauh dari jantung.   Terlebih lagi dengan bantuan Kim-lian-tan, dengan begitu, jiwa Cin Piauw Ho bisa diselamatkan selama satu bulan atau lebih.   Selama itu kesempatan tersebut bisa dipergunakan untuk mencari tabib pandai guna mengobati lukanya.   Atau juga mencari obat mujarab di berbagai tempat terkenal.   Menurut Liu Ong Kiang, Siauw-lim-sie merupakan pintu perguruan yang memiliki obat terlengkap, karena para pendeta Siauw-lim-sie, yang semuanya merupakan orang-orang pandai dan tokoh rimba persilatan terkemuka, merupakan orang-orang Kang-ouw yang mempelajari ilmu silat dan agama.   Dengan demikian, kalau sampai Yo Him berhasil mempergunakan tenaga murninya membendung racun yang mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, dan jiwa Cin Piauw Ho bisa diselamatkan selama sebulan lebih dari kematian, waktu yang ada itu bisa dipergunakan untuk melakukan perjalanan ke Siauw-lim-sie.   Yo Him setuju dengan pikiran yang dikemukakan Liu Ong Kiang.   Namun yang jadi pemikiran Yo Him, jika ia mempergunakan lweekangnya untuk mengobati Cin Piauw Ho, berarti akan lenyap dua atau tiga bagian dari tenaga murninya itu.   Tetapi walaupun ia baru saja kenal dengan orang she Cin itu.   Tokh ia telah merasa cocok dan berkasihan padanya, karena ia melihat Cin Piauw Ho bukanlah sebangsa manusia golongan sesat.   "Baiklah!"   Yo Him akhirnya memutuskan.   "Malam ini aku akan mengobatinya dengan tenaga lweekang yang kumiliki, semoga saja berhasil dengan baik, setidak-tidaknya bisa meringankan penderitaan Cin toako. Dengan dibendungnya menjalar racun itu ke jantung, tentu Cin toako memiliki kesempatan untuk mencari obat yang bisa memunahkan racun yang mengendap di tubuhnya."   Begitulah, di waktu sang malam telah tiba Yo Him mempersiapkan segala sesuatunya untuk pengobatan yang dilakukan pada Cin Piauw Ho dengan mempergunakan lweekangnya.   Sedangkan Liu Ong Kiang telah dipesannya agar berjaga di muka pintu kamar, siapapun tidak boleh masuk ke dalam kamar selama Yo Him tengah mengerahkan lweekangnya, untuk disalurkan pada Cin Piauw Ho.   Sekali saja curahan perhatiannya terganggu tentu akan membawa bahaya yang tidak kecil buat Yo Him.   Maka dari itu, ia menempatkan Liu Ong Kiang di muka kamar guna mencegah sesuatu yang tidak dikehendakinya, yaitu untuk melarang siapapun masuk ke dalam kamar, baik pelayan atau siapa saja.   Ko Tie juga berdiam di luar kamar bersama Liu Ong Kiang.   Yo Him telah mempergunakan lweekangnya untuk disalurkan ke tubuh Cin Piauw Ho.   Pemuda itu duduk di pembaringan dengan bersila, tangan kirinya diletakkan di bawah dada tiga dim, ditekankan telapak tangannya itu, dari mana mengalir hawa murni yang hangat, menyelusup ke dalam tubuh Cin Piauw Ho.   Sedangkan tangan kanan Yo Him perlahan-lahan mengurut-urut pundak Cin Piauw Ho, guna mendorong racun itu agar naik ke tempat luka semula, di mana Yo Him bermaksud mendesak racun yang telah menjalar ke ketiak Cin Piauw Ho kembali ke tempatnya semula.   Usaha yang dilakukan oleh Yo Him ini memang memakan waktu yang cukup lama, karena hawa murni yang dikerahkannya itu harus disalurkannya perlahan-lahan.   Jika ia menyalurkannya dengan serentak mempergunakan kekuatan yang sangat hebat, tentu bisa memperoleh hasil yang sebaliknya dari yang diharapkan, dan bisa mencelakai Cin Piauw Ho.   Setelah mengerahkan tenaga murninya, dari dua bagian meningkat jadi tiga bagian, terus empat dan lima bagian, Cin Piauw Ho segera merasakan tubuhnya bertambah segar.   Karena waktu itu, hawa murni tersebut telah tersalur ke Tan-tian nya, dan juga telah mendorong sedikit demi sedikit racun yang semula telah menjalar sampai ketiak itu, kembali ke atas pundak, di sekitar luka itu.   Yo Him telah mandi keringat, karena mengeluarkan kekuatan murninya itu, dan begitu juga Cin Piauw Ho, sekujur tubuhnya telah dibanjiri keringat sehingga basah kuyup.   Liu Ong Kiang yang duduk dimuka pintu kamar bersama Ko Tie, tengah bercerita mengenai keadaan rimba persilatan.   Cerita Liu Ong Kiang memang menarik sekali, di mana Ko Tie mendengarkan baik-baik, penuh perhatian.   Waktu itu Ko Tie juga selalu menanyakan siapa-siapa saja yang menjadi tokoh Kay-pang, dan mengapa mereka lebih rela hidup sebagai pengemis, dan juga tidak mau hidup dengan cara yang layak, mengenakan pakaian yang tambal-tambal dan juga tampaknya kotor sekali.   Padahal mereka memiliki kepandaian tinggi.   Liu Ong Kiang yang mendengar pertanyaan anak ini telah tertawa, katanya.   "Inilah keistimewaan Kay-pang, karena memang kami umumnya terdiri dari orang-orang yang memiliki kepandaian lumayan, namun kami sengaja memilih Kay-pang sebagai perkumpulan kami, dan hidup sebagai pengemis, melakukan pekerjaan meminta belas kasihan orang...... Karena itu pula, kamipun telah berusaha untuk hidup prihatin, membuka mata dan juga memasang telinga, menyaksikan betapa di dunia ini sesungguhnya banyak sekali manusia yang sengsara dan hidup menderita karena kemiskinan dan ketiadaan......! "Itulah sebabnya, kami puas sebagai pengemis, karena kami tidak akan melakukan suatu kejahatan. Pekerjaan kamipun kami anggap tidak hina, sebab disamping sebagai pengemis kami memiliki tugas khusus yang harus dilakukan dengan penuh kegagahan, yaitu membela setiap orang yang lemah, yang berada dalam tindasan si kuat namun busuk hatinya dan jahat! "Maka dari itu, Kay-pang merupakan sebuah perkumpulan dari manusia-manusia yang mulia hatinya. Aku bukan hendak memuji diri sendiri dengan membuka mulut lebar dan menepuk dada, namun memang kenyataan Kay-pang telah banyak sekali melakukan perbuatan-perbuatan mulia. Terlebih lagi waktu jabatan Pangcu berada di tangan Ang Cit Kong Pangcu!"   Ko Tie yang mendengar cerita Liu Ong Kiang, jadi mendengarkan dengan hati yang tertarik sekali.   Terlebih lagi mendengar sepak terjang mengenai Kay-pang, di mana perkumpulan pengemis, yang walaupun sebagai perkumpulan dari para pengemispengemis itu di seluruh daratan Tiong-goan tersebut, tokh kenyataannya sepak terjang yang dilakukan oleh anggota Kaypang umumnya tidak menyimpang dan tidak berbeda dengan sepak terjang yang dilakukan para pendekar Kang-ouw dari jalan putih dan lurus.   Malah Liu Ong Kiang telah menceritakan, betapa banyak anggota Kay-pang yang telah berhasil menumpas ratusan orang penjahat dengan mengandalkan kepandaiannya, telah mendirikan jasa yang tidak keil untuk kemajuan partai mereka.   Dan Liu Ong Kiang mengatakan kepada Ko Tie.   "Engko kecil, engkau pun bisa kalau saja kau tekun mempelajari ilmu silat, rajin-rajin berlatih dan memperoleh bimbingan yang baik dari seorang guru yang liehay. Menurut penglihatan pamanmu ini, engkau memiliki bakat dan tulang yang baik untuk mempelajari ilmu silat. Maka jika memang engkau bersungguh-sungguh untuk menghayati ilmu silat, tentu engkau akan berhasil dengan baik......!" Ko Tie memandang Liu Ong Kiang dengan sepasang mata terpentang lebar-lebar, lalu katanya perlahan.   "Paman pengemis, sesungguhnya seseorang yang mempelajari ilmu silat, apa saja yang harus dipelajari?"   "Banyak....., engkau harus melatih ginkang, tenaga dalam yang disebut lweekang atau lwee-keh, dan juga engkau harus mempelajari ilmu pukulan tangan kosong dan ilmu pedang. Banyak sekali pelajaran yang harus engkau pelajari. Disamping itu, memakan waktu yang tidak sedikit, karena paling cepat sepuluh tahun baru engkau bisa merampungkan pelajaranmu dan memperoleh kepandaian yang tinggi, juga pengalaman dan latihan-latihan yang teratur perlu sekali, agar dapat meningkatkan kepandaianmu itu, ke tingkat yang jauh lebih sempurna. Maka dari itu, seseorang yang mempelajari ilmu silat jelas tidak boleh berlaku congkak dan angkuh karena orang yang pandai, masih terdapat orang yang jauh lebih pandai lagi. Disamping itu pula, jika seseorang menguasai benar lweekang, yaitu tenaga dalam, belum tentu dia memiliki ginkang yang sempurna.   "Itulah sebabnya, seorang jago yang memiliki serupa kepandaian, belum tentu menguasai ilmu lainnya. Semakin kita mempelajari ilmu silat, semakin sedikit kepandaian yang baru kita kuasai. Kita melihat ilmu silat itu semakin banyak ragamnya. Semakin tinggi kepandaian silat seorang, semakin keras pula keinginannya untuk mempelajari ilmu silat yang lebih tinggi dan memperdalam kepandaiannya, karena ilmu silat itu sendiri tidak akan habis dipelajari, walaupun sampai ajal kita......!" Ko Tie mendengarkan keterangan yang diberikan oleh Liu Ong Kiang dengan tekun. Waktu itu tampak mendatangi seorang pelayan, yang telah menghampiri Liu Ong Kiang katanya.    Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Manusia Aneh Alas Pegunungan Karya Gan Kl

Cari Blog Ini