Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 7


Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 7


Beruang Salju Karya dari Sin Liong   "Ada seorang tamu ingin bertemu dengan Yo kongcu......!"   Liu Ong Kiang mengerutkan alisnya.   "Siapa?"   Tanya pengemis ini kemudian setelah berdiam bimbang.   "Seorang bangsawan Mongolia dan seorang pendeta Mongolia,"   Menjelaskan pelayan itu. Muka Liu Ong Kiang jadi berobah mendengar keterangan si pelayan, sampai pengemis ini berdiam diri sejenak lamanya. Pelayan itu menantikan keputusan Liu Ong Kiang tidak sabar, tanyanya.   "Apakah ke dua tamu itu diundang ke mari saja?"   Cepat-cepat Liu Ong Kiang menggelengkan kepalanya, ia menggumam.   "Jangan......! Jangan......! Hai, mengapa di saat-saat seperti ini muncul gangguan seperti ini?"   Liu Ong Kiang menggumam begitu, karena ia mengetahui, dengan munculnya ke dua orang Mongolia itu, yang menurut si pelayan terdiri dari seorang bangsawan Mongolia dan seorang pendeta Mongolia, tentu akan menimbulkan kesulitan untuk mereka.   Namun karena Yo Him memang tidak boleh diganggu di saat seperti itu, di mana selain bisa membahayakan keselamatan Cin Piauw Ho dan juga bisa membuat celaka Yo Him kalau sampai perhatiannya terpecah oleh gangguan yang tidak diinginkan di saat ia tengah memusatkan seluruh tenaga dalamnya mengobati luka Cin Piauw Ho.   Akhirnya Liu Ong Kiang berkata.   "Biarlah aku yang pergi menemui mereka......!"   Si pengemis juga menoleh kepada Ko Tie, katanya.   "Kau tunggu di sini saja, Tie-jie!"   Ko Tie mengiyakan.   Bersama pelayan itu, Liu Ong Kiang telah turun dari loteng dan menuju ke ruang bawah penginapan itu.   Segera dilihatnya dua orang Mongolia, seorang yang berpakaian sebagai bangsawan Mongolia dan seorang lagi berpakaian sebagai Lhama (pendeta), tengah duduk di sebuah meja, sebelah kanan ruangan tersebut.   Waktu mendengar suara langkah kaki yang menuruni undakan anak tangga, tampak ke dua orang Mongolia itu menoleh.   Dan Liu Ong Kiang waktu mengenali si pendeta Mongolia tersebut, jadi kaget bukan main, karena ia segera mengenali bahwa Lhama itu tidak lain dari Koksu Mongolia, yaitu Tiat To Hoat-ong.   Sedangkan yang seorang lagi yang berpakaian seorang bangsawan Mongolia itu, berusia hampir limapuluh tahun dan memiliki potongan muka persegi empat, tampaknya gagah, tidak dikenalnya.   Karena telah terlanjur turun, Liu Ong Kiang juga tak bisa menarik diri lagi, dia menghampiri dan sambil tertawa berkata.   "Ha, tidak disangka-sangka bisa bertemu dengan dua orang mulia di tempat seperti ini!" Tiat To Hoat-ong telah mengawasi Liu Ong Kiang dengan sorot mata tajam. Sedangkan bangsawan Mongolia juga telah meneliti keadaan si pengemis, lalu menoleh kepada pelayan yang datang bersama Liu Ong Kiang.   "Mana pemuda she Yo itu?"   Tegur yang berpakaian sebagai bangsawan Mongolia itu. Waktu itu daratan Tiong-goan telah dikuasai oleh Kublai Khan, dengan demikian orang-orang Mongolia merupakan orang-orang yang selain dihormati dan ditakuti. Si pelayan juga telah menjura.   "Siauwjin telah menyampaikan pesan Taijin, tetapi tuan pengemis ini yang menjadi sahabat Yo Kongcu, mengatakan dia yang akan menemui Taijin!"   Sewaktu menyahuti begitu, tampaknya pelayan ini ketakutan sekali. Ia kuatir bangsawan Mongolia itu akan murka dan ia bisa celaka. Tiat To Hoat-ong telah mendesis dengan suara angkuh dan sikap dingin, katanya tawar.   "Manusia seperti engkau mana ada harganya menemui kami? Suruh pemuda she Yo itu turun ke mari!"   Muka Liu Ong Kiang tidak berobah mendengar ejekan tersebut, dia malah tertawa.   "Sabar, sabar......!"   Katanya kemudian.   "Yo Kongcu sedang berpakaian, tidak lama lagi tentu Yo Kongcu akan turun menemui kalian. Tetapi bolehkah aku si pengemis miskin mengetahui apa maksud ke dua taijin dan Taysu mencari Yo Kongcu?" "Hemmmm,"   Orang Mongolia yang berpakaian bangsawan itu telah mendengus dingin.   "Ada sesuatu yang perlu kami tanyakan padanya!"   "Ya, suruh dia turun untuk menemui kami!"   Berkata Tiat To Hoatong dengan suara mengandung kemendongkolan.   "Rewel-rewel banyak mulut seperti kau ini, akan kami hajar biar kau dikirim ke akherat.....!"   "Galak sekali pendeta ini, berpikir Liu Ong Kiang. Hemm, dia sebagai Koksu negara, memang telah kudengar perihal kepandaiannya yang tinggi, hanya di bawah setingkat dari kepandaian Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Sekarang ia bisa muncul bersama bangsawan ini, yang tidak kuketahui siapa adanya, apa yang ingin mereka lakukan? Tetapi walaupun berpikir begitu, namun Liu Ong Kiang tahu bahwa ke dua orang ini tentunya mengandung maksud tidak baik, dengan sabar ia berkata.   "Yo Kongcu tidak lama lagi akan turun menemui kalian tetapi jika memang kalian memiliki urusan penting, kalian sampaikan kepadaku, biar nanti kuberitahukan pada Yo Kongcu......!"   "Oh pengemis bau yang terlalu banyak mulut!"   Teriak Tiat To Hoatong, dia juga telah menggebrak meja keras sekali, sehingga meja itu miring. Sebab salah satu kakinya hampir patah menjadi dua, belum putus.   "Kau memang perlu dibungkamkan!"   Dan Tiat To Hoat-ong telah mengambil cawan di depannya, tahu-tahu dia telah menyiram Liu Ong Kiang dengan arak yang berada di dalam cawan itu.   Arak itu bagaikan selembar benang putih, telah menyambar ke muka Liu Ong Kiang.   Walaupun kepandaian Liu Ong Kiang memang tidak bisa mengimbangi kepandaian Tiat To Hoat-ong, namun diapun tidak lemah.   Saat melihat arak yang menyambar ke arah dirinya disertai tenaga dalam yang tinggi, si pengemis telah menyingkir ke samping tanpa menunggu tibanya arak itu pada sasaran.   Maka arak yang tidak berhasil mengenai sasaran, telah mengenai dinding ruangan itu, dan seketika dinding itu jadi berlobang sedalam lima dim! Si pelayan yang berdiri agak jauh dari tempat itu berobah pucat, mengawasi dengan ketakutan.   Ia beranggapan pendeta Mongolia ini mempergunakan ilmu siluman, karena dengan siraman arak saja ia bisa membuat dinding batu itu berlobang begitu dalam.   Kalau tadi sampai mengenai muka si pengemis, tentu muka itu akan berlobang dan pasti rusaknya, juga si pengemis akan menemui kematian, sebab kepalanya akan pecah remuk oleh siraman arak tersebut.   Liu Ong Kiang sendiri jadi mengeluh dalam hati.   Apa yang pernah didengar bahwa Tiat To Hoat-ong merupakan Koksu kerajaan Mongolia yang sakti, memang benar.   Hanya sekarang, di saat kerajaan Mongolia telah berhasil menguasai daratan Mongolia, Koksu ini lebih bengis lagi, di mana ia selalu bertindak dengan tangan besi, karena kekuasaan yang ada di tangannya sebagai Koksu negara membuatnya ia memiliki pengaruh yang sangat besar.   Terlebih lagi memang tokoh-tokoh sakti daratan Tiong-goan telah hidup mengasingkan diri.   Maka boleh di bilang sejak kmenangan kublai Khan merebut daratan Tiong-goan, Koksu negara yang memiliki kepandaian sangat tinggi itu, tidak pernah menemui tandingan lagi.   Waktu terjadi pertempuran di Siang-yang, walaupun Liu Ong Kiang tidak ikut serta, namun sebagai seorang tokoh Kay-pang, ia memang ikut mengerahkan anggota Kay-pang guna bantu perjuangan dari para orang-orang gagah melindungi Siang-yang.   Dan perihal diri Koksu negara Tiat To Hoat-ong telah banyak didengarnya.   Dan sekarang, begitu melihat kepada Tiat To Hoatong, pakaiannya dan keadaannya, seketika ia telah menduga kepada Koksu yang bengis tersebut.   Melihat siraman araknya gagal, Tiat To Hoat-ong jadi gusar bukan main, dengan penasaran ia telah menyambar cawan yang satunya yang masih ada isinya.   Ia menyiram lagi.   Namun kali ini arak tidak menyambar dalam bentuk seutas benang, melainkan terpecah dalam butir-butir seperti air hujan.   Liu Ong Kiang tahu apa akibatnya jika ia tidak berhasil menyelamatkan diri dari arak itu, maka ia melompat tinggi sekali.   Tiga tombak, hampir saja kepalanya menyentuh wuwungan.   Butir-butir arak itu telah lewat di bawah kakinya, dan kembali menghantam dinding itu berlobang-lobang bagaikan ditusuk oleh benda tajam! Hal ini memperlihatkan lweekang Tiat To Hoat-ong telah memperoleh kemajuan yang pesat sekali dan kepandaiannya itu luar biasa sekali.   Muka Liu Ong Kiang jadi pucat waktu turun ke lantai dan baru saja ia ingin berkata dengan sengit karena kuatir dan penasaran menjadi satu, untuk memaki si pendeta dan berusaha mencegah pendeta itu menyerang lebih lanjut, bangsawan Mongolia itu telah berkata kepada Koksu negara tersebut.   "Koksu, biarkan dulu aku menanyakan beberapa soal kepada pengemis itu!"   Tiat To Hoat-ong sesungguhnya tengah penasaran dan ingin menimpuk sekalian dengan cawan di tangannya.   Waktu melihat serangan araknya tidak berhasil juga namun mendengar cegahan dari bangsawan Mongolia tersebut, ia mengangguk dengan perlahan.   Mau ia patuh pada permintaan bangsawan Mongolia itu, tetapi patuhnya itu patuh terpaksa! "Pengemis bau, sekarang kau katakan, kuminta kau bicara yang jujur, karena sekali saja kau berdusta, maka jangan mempersalahkan aku nanti memperlakukan kau tidak baik! Nah, pertama-tama yang ingin kuketahui, pemuda yang telah menimbulkan kegaduhan di kota ini, yaitu dengan melawan seekor binatang dan seorang berpakaian aneh, apakah benar-benar she Yo?"   Si pengemis mengangguk.   "Ya,"   Sahutnya. Walaupun mendongkol dan penasaran, Liu Ong Kiang tidak berani main gila di hadapan Tiat To Hoat-ong.   "Dan pemuda she Yo itu, yang katanya memiliki kepandaian sangat tinggi, sehingga bisa mengusir biruang yang ganas dan seorang yang aneh dan memiliki kepandaian hebat itu. Apakah orang she Yo yang ada hubungannya dengan Yo Ko?" Ditanya begitu, Liu Ong Kiang berdiam diri sejenak, namun ia segera teringat, ketika Yo Him sedang bercakap-cakap dengan Swat Tocu, semua orang yang waktu itu berada di tempat tersebut, jelas telah mendengar sendiri bahwa Yo Him adalah putera dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Percuma saja jika memang si pengemis she Liu ini menyangkal, terpaksa ia mengangguk juga.   "Benar, memang tepat!"   Katanya.   "Ada urusan apakah Taijin dan Taysu...... berdua ingin bertemu dengannya?"   Bangsawan Mongolia itu telah memperdengarkan suara dingin, sikapnya semakin tawar dan matanya mengawasi bengis kepada Liu Ong Kiang.   "Di mana dia berada sekarang?"   Tanya bangsawan Mongolia itu.   "Ada di kamarnya......!"   Menyahuti Liu Ong Kiang.   "Mengapa dia tidak segera turun menemui kami, atau memang ia tengah berusaha melarikan diri? Hemmmm, jangan mimpi, di sekeliling rumah penginapan ini telah kami tempatkan orang-orang kami. Jangankan orang she Yo itu, seekor lalatpun tidak akan lolos dari mata kami! Perintahkan dia turun menemui kami!"   Liu Ong Kiang tahu, Yo Him sekarang ini tentu tengah mengerahkan tenaga dalamnya, dan tidak boleh diganggu. Permintaan bangsawan Mongolia tersebut tidak mungkin dikabulkannya. Maka sambil tertawa ia berkata.   "Sayang sekali Yo Kongcu belum bisa menemui Taijin dan Taysu sekarang ini. Tunggulah sebentar lagi jika memang pekerjaan Yo Kongcu selesai, ia tentu akan turun menemui kalian....." "Apa yang sedang dilakukannya di sana......?"   Tanya bangsawan Mongolia itu dengan bengis.   "Ia......!"   Tetapi Liu Ong Kiang tidak bisa meneruskan perkataannya, sebab Tiat To Hoat-ong tahu-tahu telah menjejakkan kakinya, tubuhnya gesit sekali telah melompat ke samping Liu Ong Kiang, di waktu itulah tangan kanan pendeta itu diulurkan untuk membekuk Liu Ong Kiang.   Walaupun kepandaian Liu Ong Kiang tidak setinggi kepandaian Tiat To Hoat-ong, namun ia merupakan seorang tokoh Kay-pang yang memiliki kepandaian boleh juga.   Melihat dirinya hendak dibekuk oleh pendeta Mongolia tersebut, ia telah mengelakkan diri dengan memiringkan tubuhnya ke kanan dan menggeser kakinya untuk menjauhi diri dari pendeta Mongolia yang berangasan itu.   Tiat To Hoat-ong melihat si pengemis berusaha menjauhi diri dari dia, cepat sekali dia membangkol mempergunakan tangannya yang lain waktu itulah cepat bukan main.   Dengan gerakan yang sulit diikuti oleh pandangan mata tubuh Liu Ong Kiang telah terjerembab kena dibangkol oleh Tiat To Hoat-ong.   Malah belum lagi si pengemis tahu apa yang terjadi tangan kanannya telah dicekal oleh pendeta Mongolia tersebut, yang telah memijit nadinya, sehingga punahlah semua tenaga si pengemis.   Waktu Tiat To Hoat-ong menariknya agar si pengemis itu berdiri, dia telah tertawan tanpa daya dan hanya berdiri tidak bisa memberikan perlawanan.   "Hemm, pengemis bau seperti engkau ini biasanya bersekongkol dengan orang-orang Song itu..... mereka adalah para penghianat dan pemberontak. Mereka harus ditangkap semuanya!"   Suara Tiat To Hoat-ong menyeramkan.   "Mereka merupakan manusiamanusia yang tidak tahu mampus, tidak mau mengakui kekuasaan dari Khan kami yang agung......!"   Liu Ong Kiang telah memandang kepada Tiat To Hoat-ong dengan sorot mata mengandung kemendongkolan, katanya.   "Hemm, engkan main kasar seperti ini, apakah kau kira engkau merupakan jago yang paling gagah dan nomor satu di kolong langit! Kudengar waktu menghadapi Sin-tiauw-tay-hiap, engkau sampai terkencingkencing dan terkentut-kentut.....!"   Mendengar perkataan Liu Ong Kiang, bukan main murkanya Tiat To Hoat-ong, mukanya merah padam dan ia mengangkat tangan kirinya maksudnya ingin menghantam pecah batok kepala Liu Ong Kiang.   Namun bangsawan Mongolia itu telah menahan gerakan tangan Tiat To Hoat-ong, katanya tawar.   "Koksu, kau tidak perlu membinasakan dia dulu, kita belum lagi bertemu dengan pemuda she Yo itu......!"   Tiat To Hoat-ong jadi gagal dengan maksudnya, ia tidak jadi turunkan tangan mautnya itu. Namun dengan muka yang merah padam karena masih murka, dia berkata bengis.   "Jika nanti benar engkau berserikat dengan manusia-manusia pemberontak itu, hemm, aku akan menghantam pecah batok kepalamu ini......!"   Dan setelah berkata begitu, Tiat To Hoat-ong tetap memegangi tangan Liu Ong Kiang, yang terus juga dipijit jalan darahnya, sampai pengemis itu tetap tidak memiliki tenaga untuk mengadakan perlawanan.   Liu Ong Kiang tidak jeri, memang ia mengakui tidak ungkulan ia menghadapi Tiat To Hoat-ong, di mana tidak mungkin ia bisa mendampingi pendeta yang liehay dan berangasan itu, namun dengan diperlakukan demikian kasar oleh pendeta ia jadi gusar dan penasaran sekali.   Dia telah memperdngarkan suara tertawa dingin, katanya tawar.   "Tiat To Hoat-ong, aku memang tidak pernah bertemu denganmu, tetapi sebagai Koksu negara Mongolia yang engkau banyak dikenal orang. Sayang sekali, semula aku pernah membayangkan bahwa seorang Koksu dari Mongolia yang merupakan kerajaan yang selalu diagung-agungkan itu tentunya seorang Koksu yang benar-benar hebat dan gagah! Sayang sekali......!"   "Apanya yang sayang sekali?"   Bentak Tiat To Hoat-ong tambah murka. Liu Ong Kiang sengaja menghela napas, dia telah meneruskan perkataannya.   "Sudah kukatakan, aku merasa sayang, bahwa apa yang telah kubayangkan itu ternyata meleset!"   Menyahuti begitu, Liu Ong Kiang menyeringai tertawa, sama sekali dia tidak jeri, walaupun dia telah terjatuh ke dalam Koksu Mongolia.   "Mengapa?"   Bentak Tiat To Hoat-ong penasaran.   "Karena Koksu yang terkenal dari kerajaan Mongolia yang katanya begitu agung, ternyata tidak lebih tidak kurang dari pada seekor buduk yang gemar menggigit......!"   Sahut Liu Ong Kiang.   Hebat ejekan Liu Ong Kiang, muka Tiat To Hoat-ong merah seperti dibakar, ia mengerang satu kali, dan seketika lupa diri.   Tangannya digerakkan, tahu-tahu tubuh Liu Ong Kiang telah dilemparkan dengan sekuat tenaga, dan tubuh si pengemis menggelinding di lantai berguling-guling.   Namun Liu Ong Kiang memang telah nekad.   Sambil merangkak berdiri ia telah memperdengarkan suara mengejek, lalu katanya lagi mengoceh.   "Dan memang benar-benar terbukti sekarang, apa yang disebut sebagai Koksu negara itu tidak lebih dari seekor anjing buduk yang gemar menggigit, jika menghadapi lawan yang lebih lemah, memperlihatkan taringnya. Tetapi jika menghadapi manusia yang memiliki kepandaian tinggi, lalu cepat-cepat sembunyikan ekor! Sungguh Koksu yang bau kotoran anjing dan babi.....!"   Si pengemis memang hidup di kalangan kaum pengemis, yang biasa menggunakan kata-kata makian yang kasar dan kotor, sekarang kata-kata kasar itu dipergunakan untuk memaki Tiat To Hoat-ong.   Koksu negara yang sangat agung dan dihormati semua orang.   Jangankan rakyat, sedangkan Kaisar sendiri, Kublai Khan, menghormatinya.   Bisa dibayangkan perasaan murka yang bergolak di dada Tiat To Hoat-ong.   Karena terlalu murka, untuk sejenak Tiat To Hoat-ong hanya bisa berdiam diri saja di tempatnya, dia mengawasi Liu Ong Kiang dengan sepasang mata yang terpentang lebar-lebar, bagaikan biji matanya akan melompat keluar.   "Pengemis anjing, kau......!"   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Memaki Tiat To Hoat-ong dengan murka yang tidak tertahan.   Sesungguhnya bisa saja dia binasakan Liu Ong Kiang, tetapi pengemis itu terlalu menghina dan membuat dia gusar seperti itu maka pendeta Mongolia yang liehay ini justeru jadi tidak ingin membinasakan Liu Ong Kiang, di waktu itu juga dia ingin menyiksa Liu Ong Kiang dengan cara yang hebat, agar si pengemis nanti mati dengan perlahan-lahan, untuk hidup tidak bisa, matipun tidak dapat.   "Kau akan merasakan akibatnya nanti atas perkataanmu yang kurang ajar itu.....!"   Dan setelah berkata begitu, Tiat To Hoat-ong melangkah mendekati Liu Ong Kiang, tangan kanannya dihantamkan ke punggung Liu Ong Kiang.   Si pengemis berusaha mengelakkan diri namun dia kalah cepat, telapak tangan Tiat To Hoat-ong telah singgah di punggungnya.   Tidak ampun lagi tubuh Liu Ong Kiang terjungkal rubuh bergulingan di atas lantai.   Belum lagi Liu Ong Kiang bisa bangkit dan masih mengerang sakit karena tulang punggungnya seperti akan patah akibat pukulan Tiat To Hoat-ong, di waktu itulah tubuh TiatTo Hoat-ong yang tinggi besar namun dapat bergerak lincah dan ringan telah berada di sampingnya, tahu-tahu kaki kanannya telah menginjak punggung Liu Ong Kiang, dia menginjak dengan kuat sekali, sampai terdengar suara "krek!"   Ada tulang-tulang punggung Liu Ong Kiang yang patah! Bukan main menderitanya Liu Ong Kiang, dia menderita kesakitan yang hebat, sampai dia mengeluh perlahan.   Namun pengemis dari Kay-pang ini, walaupun menderita kesakitan seperti itu, sama sekali tidak menjerit.   Dan bukannya merintih malah telah membuka mulutnya untuk memaki lagi.   "Koksu bau busuk, manusia seperti engkau, yang mirip anjing dan babi, mana pantas menjadi Koksu? Hemm...... kalau kau bertemu dengan Sin-tiauw-tay-hiap, aku ingin lihat, apakah engkau masih memiliki nyali untuk pentang mulut! Kukira, engkau akan akan terkencing-kencing dan terkentut-kentut berlutut di hadapan Sin-tiauw-tay-hiap memohon-mohon pengampunan untuk jiwa anjingmu itu!"   Bukan main gusarnya Tiat To Hoat-ong, dia sampai menggigil menahan keamarahannya itu. Dan kemudian katanya dengan berang.   "Baik, baik, aku tidak akan membunuhmu dulu, agar citacitamu itu terlaksana! Kau akan melihat nanti, bagaimana aku membekuk si buntung Yo Ko itu......! Memang kami tengah mencari jejaknya. Tetapi engkau tidak bisa dibiarkan dalam keadaan seperti ini, terlalu enak untukmu......!"   Dan setelah berkata begitu, ketika baru saja kata-katanya itu diucapkan, ke dua tangan Tiat To Hoatong telah digerakkan, di mana dia telah patahkan ke dua tangan Liu Ong Kiang! Sama sekali Liu Ong Kiang tidak menjerit, hanya menggigit bibir menahan sakit.   Dan kemudian Tiat To Hoat-ong telah menginjak ke dua kaki si pengemis dengan ke dua kakinya, mengerahkan lweekangnya, maka dengan memperdengarkan suara "krekkk!"   Tulang ke dua kaki Liu Ong Kiang akhirnya remuk juga! Itulah cara membuat bercacad lawan yang sangat keji sekali.   Tiat To Hoat-ong memang benar-benar tidak hendak membinasakan orang yang telah menghinanya ini, malah dia akan membiarkannya hidup dulu.   Sampai kelak baru dia akan melakukan siksaan lagi, membuat orang sulit hidup dan sukar untuk mati.....   Bangsawan Mongolia yang berdiri diam dengan sepasang alis mengkerut.   Tidak mengucapkan apa-apa, hanya mengawasi saja apa yang dilakukan Koksu Negara itu, karena ia yakin percuma ia menahan sepak terjang Koksu itu yang tengah murka sekali.....   Ko Tie yang telah dipesan oleh Liu Ong Kiang agar menunggui pintu kamar, diam-diam telah mengintai dari atas tangga loteng, semua yang terjadi telah dilihatnya dengan jelas.   Anak itu jadi bingung dan ngiris hatinya menyaksikan Liu Ong Kiang dianiaya seperti itu, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.   Hanya satu yang diingatnya, yaitu memberitahukan pada Yo Him.   Namun anak ini teringat bahwa Yo Him telah berpesan, agar tidak seorangpun dlperbolehkan masuk ke dalam sebelum ia selesai mengerahkan lweekangnya mngobati Cin Piauw Ho.   Sedang anak itu kebingungan sendiri, dilihatnya Tiat To Hoat-ong telah menginjak hancur tulang kaki Liu Ong Kiang, maka tidak ada pilihan lain pada diri anak ini, ia memutuskan untuk memberitahukan Yo Him, karena jika terlambat tentu Liu Ong Kiang akan disiksa jauh lebih hebat lagi.   Cepat-cepat Ko Tie kembali ke kamarnya, membuka pintu perlahan-lahan dan menghampiri pembaringan.   Dilihatnya Yo Him masih duduk bersila, tengah menyalurkan tenaga dalamnya pada Cin Piauw Ho.   Yo Him berdiri di sisi pembaringan tanpa bisa membuka suara.   Yo Him melirik padanya, dan mmgisyaratkan seperti bertanya apakah terjadi sesuatu, karena dilihatnya muka Ko Tie begitu pucat.   Ko Tie suara terbata-bata akhirnya, bisa juga berkata.   "Paman pengemis...... tengah..... dianiaya orang......!"   Mendengar itu.   sepasang alias Yo Him mengkerut dalam-dalam.   Entah orang liehay mana yang sampai dapat menganiaya Liu Ong Kiang? Tetapi waktu itu Yo Him tengah berada pada saat-saat yang begitu sangat genting dan terakhir ia mengerahkan tenaga dalamnya itu dua putaran lagi, barulah selesai.   Jika di saat itu ia menyudahi pengerahan tenaga dalamnya, bukan saja Cin Piauw Ho akan celaka, karena seperti juga tenaga yang tengah beredar itu tahutahu terlepas dari libatan dan bisa menyerang bagian dalam anggota tubuh Cin Piauw Ho pun Yo Him sendiri bisa terluka di dalam.   Maka dengan anggukan kepala ia seperti mengatakan agar Ko Tie menunggu beberapa saat lagi.   Maka iapun telah mengerahkan tenaga dalamnya, di mana ia ingin segera mengakhiri pengerahan tenaga dalamnya itu.   Dua putaran tidak lama, hanya beberapa puluh detik.   Namun, belum lagi Yo Him menyelesaikan pengerahan tenaga dalamnya itu.   Justru pintu kamar telah ditendang seseorang kuat sekali, sampai daun pintu kamar menyeblak keras dan tampak di ambang pintu berdiri dua orang yang berpakaian sebagai bangsawan Mongolia dan pendeta Lhama......   Yo Him juga segera mengenali salah seorang dari ke dua orang yang berdiri di muka pintu itu tidak lain dari Tiat To Hoat-ong, musuh bebuyutan dari ayahnya, saudara dari Kim Lun Hoat-ong yang telah terbinasa delapanbelas tahun yang lalu......   Y Diam-diam Yo Him jadi mengeluh juga, ia tengah berada dalam keadaan yang sulit, di mana ia tengah mengerahkan tenaga dalamnya di saat-saat yang genting seperti itu.   Disamping itu pula, ia pun telah mempergunakan banyak sekali tenaga dalamnya, ia dalam keadaan lemah.   Dan yang muncul sekarang ini, yaitu Tiat To Hoat-ong, orang terpandai dari Mongolia.   Koksu negara yang mempunyai kepandaian hanya sedikit di bawah kepandaian ayahnya.   Jika memang dalam keadaan biasa, tentu Yo Him tidak jeri menghadapi Koksu negara Mongolia tersebut.   Tetapi sekarang justru dia dalam keadaan seperti terjepit.   Namun dia tabah, dia juga tidak menjadi gugup.   Dengan sikap yang tenang ia telah meneruskan menyelesaikan pengerahan tenaga pada Cin Piauw Ho tanpa memperdulikan kehadiran ke dua orang Mongolia itu.   Tiat To Hoat-hong waktu melihat Yo Him tengah mengerahkan tenaga dalamnya pada seseorang, yang rebah di pembaringan dalam keadaan lemah.   Telah memperdengarkan suara tertawa dingin, katanya.   "Oh, kiranya kau tengah berusaha mengobati seseorang."   Dan sambil berkata begitu, mulut bicara kaki melangkah mendekati pembaringan.   Ia telah mengulurkan tangannya untuk mencengkeram dada Yo Him.   Ko Tie ketakutan dan berkuatir melihat pendeta Lhama yang ganas berangasan itu hendak mencengkeram Yo Him, sedangkan Yo Him sendiri tahu, bahwa cengkeraman itu bukanlah cengkeraman yang ringan, bisa mematikannya.   Tetapi Ko Tie maupun Yo Him, tidak bisa berbuat lain selain berdiam.   Yang seorang, Ko Tie hanya bisa menyaksikan dengan bingung tanpa dapat menolong.   Sedangkan Yo Him berdiam dengan meneruskan pengerahan tenaga dalamnya menyelesaikan penyaluran tenaga murni itu pada Cin Piauw Ho.   Dan Tiat To Hoat-ong meneruskan cengkeramannya.   Tetapi waktu tangan Tiat To Hoat-ong hampir mengenai sasaran, mendadak pendeta itu mengeluarkan suara seruan tertahan, mengandung perasaan sakit, ia pun batal mencengkeram dan mundur menjauhi pembaringan dengan muka berobah pucat dan merah bergantian.   Apakah yang terjadi? Ternyata waktu Yo Him menghadapi bahaya yang cukup hebat, Cin Piauw Ho yang tengah rebah menerima hawa murni Yo Him, telah melihat Tiat To Hoat-ong berdiri tepat di dekat kepalanya.   Maka tanpa pikir panjang lagi, dengan mempergunakan seluruh tenaganya yang masih ada, walaupun ia sangat lemah, Cin Piauw Ho berhasil menggerakkan tangan kirinya menghantam selangkangan Tiat To Hoat-ong, kepada alat vitalnya pendeta Mongolia itu.   Apa yang dilakukan Cin Piauw Ho tidak disangka sama sekali oleh Tiat To Hoat-ong, mimpipun tidak.   Maka alat vitalnya itu kena dihantam oleh Cin Piauw Ho.   Untung saja waktu itu Cin Piauw Ho tengah terluka dan tidak memiliki tenaga, di mana ia sangat lemah, pukulannya itu perlahan.   Namun karena jatuhnya di tempat yang vital sekali, juga telak, walaupun perlahan, memberikan hasil yang membuat Tiat To Hoat-ong harus meringis menahan sakit dan menahan cengkeramannya.   "Kau..... kalian benar-benar harus dimampusi!"   Teriak Tiat To Hoatong setelah perasaan sakit pada selangkangannya itu berkurang.   Namun waktu pendeta yang menjadi Koksu negara Mongolia ini hendak menghampiri, waktu itulah bangsawan Mongolia itu telah mencekal tangannya, kata bangsawan Mongolia itu.   "Jangan ganggu mereka dulu, Koksu, biarkan saja dulu. Kita mempunyai waktu yang banyak, sebentar lagi kau menghajar mampus mereka juga kukira belum terlambat......!"   Tiat To Hoat-ong sesungguhnya ingin melampiaskan kemurkaannya itu dengan sekali hantam membinasakan Yo Him dan Cin Piauw Ho.   Tetapi atas cegahan bangsawan Mongolia itu, seperti juga telah membuatnya tersadar, bahwa mereka belum memperoleh keterangan apapun juga.   Justru yang mereka kehendaki, adalah mengorek keterangan dari Yo Him, di mana sekarang ini Yo Ko, Siauw Liong Lie dan jago-jago lainnya telah menyembunyikan diri.   "Baik, aku memberikan kesempatan hidup kepada mereka sampai batas waktu malam ini. Besok walaupun bagaimana aku harus membinasakan mereka termasuk juga si pengemis anjing yang di luar itu......!"   Berkata Tiat To Hoat-ong dengan menahan kegusaran hatinya. Waktu itu Yo Him telah selesai menyalurkan seluruh tenaga dalamnya pada Cin Piauw Ho dan ia telah mengangkat telapak tangannya dari perut Cin Piauw Ho. Namun pemuda she Yo ini letih sekali.   "Orang she Yo, ada sesuatu yang ingin kami tanyakan kepadamu!"   Kata bangsawan Mongolia itu dengan suara yang angker gagah, sikapnya agung-agungan. Yo Him mengawasi bangsawan Mongolia tersebut, lalu ia menoleh memandang Tiat To Hoat-ong, kemudian tertawa mengejek diiringi pertanyaan.   "Hemm, tidak kusangka bahwa aku akan menerima kunjungan kehormatan dari dua orang tamu istana!"   Tiat To Hoat-ong mengawasi mendelik saja tanpa mengatakan suatu apapun juga. Sedangkan si bangsawan Mongolia itu telah berkata lagi dengan sifatnya yang agung-agungan itu.   "Orang she Yo, kami telah mengetahui bahwa kau puteranya Yo Ko, yang bergelar Sin-tiauw-tay-hiap itu..... maka kami ingin menanyakan sesuatu kepadamu mengenai.....!" "Tunggu dulu.....!"   Kata Yo Him sambil tersenyum tenang, walaupun saat itu otaknya tengah bekerja keras memikirkan cara yang terbaik untuk menghadapi Tiat To Hoat-ong. Jika sampai harus terjadi pertempuran.   "Bolehkah aku tahu siapa Taijin yang menjadi tamuku terhormat ini?"   Bangsawan Mongolia itu tampak ragu-ragu. Namun akhirnya ia menyahuti.   "Aku keponakan dari Khan kami yang agung, aku bernama Ghalik."   Memang bangsawan Mongolia itu adalah pangeran Ghalik, yang memiliki kekuasaan sangat besar dan menjadi kepercayaan orang Kublai Khan.   Dia adalah keponakan luar dari Kublai Khan, yang sejak kecil gemar sekali mempelajari ilmu silat dan gulat.   Waktu delapan belas tahun yang lalu tentara Mongolia telah gagal merebut kota Siang-yang, di mana akhirnya tentara Mongolia itu telah ditarik kembali pulang ke pedalaman Mongolia, pangeran Ghalik tersebut telah bertemu dengan seorang berkepandaian tinggi dan aneh, yang tidak mau memberikan keterangan mengenai dirinya.   Namun orang aneh itu memiliki kepandaian yang liehay sekali, di mana ia telah mewarisi kepandaiannya pada pangeran Ghalik ini, sehingga pangeran tersebut sekarang memiliki kepandaian yang tidak rendah.   Dengan demikian, pangeran Ghalik telah jadi kepercayaan Kublai Khan, terutama untuk memimpin pasukan istana yang menjaga kediaman raja Mongolia tersebut.   Begitulah, Ghalik dengan kekuasaannya yang tidak terbatas itu telah mencari orang-orang pandai yang memiliki kepandaian tinggi dan bersedia menakluk dan juga mengejar pangkat dan harta, bekerja di bawah perintah Ghalik, guna menjadi pembantunya yang dapat diandalkan.   Tiat To Hoat-ong sesungguhnya tidak menyukai cara dan tindakan yang dilakukan oleh pangeran Ghalik, yang menerima jago-jago dari kerajaan Song juga, di mana mereka telah di tempatkan menjadi satu dengan para jago dari Mongolia.   Menurut Tiat To Hoat-ong, dengan menerima jago-jago dari kerajaan Song itu, sama saja dengan memelihara anak macan, jika telah tumbuh sayap malah bisa menerkam majikan.   Dan Tiat To Hoat-ong justru kuatir kalau saja nanti para jago-jago Song yang bekerja pada perintah pengeran Ghalik itu suatu waktu kelak akan memberontak dan menimbulkan kesulitan yang tidak kecil buat kerajaan Khan nya yang agung.   Namun pangeran Ghalik memiliki pendirian tersendiri, ia berpikir jauh sekali.   Tanpa ditariknya jago-jago kerajaan Song, sulit buat mereka memberantas para jago-jago bekas kerajaan Song yang menentang kekuasaannya Kaisar Kublai Khan.   Dengan begitu, ia bermaksud untuk memperalat jago-jago bekas kerajaan Song tersebut, untuk mendekati para jago-jago kerajaan Song yang telah hidup mengasingkan diri di tempat-tempat persembunyian yang sukar dicari.   Dengan adanya mereka, yaitu para jago-jago kerajaan Song yang telah bisa dipicuk dengan harta dan pangkat.   Mereka diperalat buat menghantam dan membasmi para jago-jago Song yang menentang kekuasaan Kublai Khan.   Dan kebijaksanaan yang diambil oleh pangeran Ghalik memang disetujui oleh Kublai Khan, dengan demikian Tiat To Hoat-ong jadi tidak bisa memperlihatkan ketidak senangannya itu.   Dia berdiam diri saja, menindih perasaan jelusnya itu.   Sesungguhnya, yang membuat Tiat To Hoat-ong tak setuju pangeran Ghalik mengambil jago-jago kerajaan Song yang telah runtuh itu, ia kuatir justru nanti mempersulit dirinya.   Dia sebagai Koksu negara, dan memang pernah bertempur dengan para jagojago Song seperti Yo Ko dan tokoh-tokoh lainnya, di mana dirinya juga telah dipermainkan.   Ia telah menaruh dendam dan sakit hati pada setiap jago-jago kerajaan Song yang telah runtuh itu.   Adalah cita-citanya, begitu Kublai Khan berhasil menancap kaki di daratan Tiong-goan ini, di saat mana ia telah memperoleh kekuasaan yang besar, Tiat To Hoat-ong bermaksud mengadakan pengejaran pada jago-jago kerajaan Song itu menumpas dan membasmi sampai ke akarakarnya.   Dan kekecewaan yang diterimanya oleh tindakan pangeran Ghalik yang malah merangkul para jago-jago Song itu, di antaranya terdapat beberapa orang jago bekas ikut bertempur berdiri di pihak Yo Ko, namun sekarang terpicuk oleh harta dan pangkat.   Dendam Tiat To Hoat-ong itu tetap menyala, namun sebagai seorang Koksu, di mana ia memperoleh kepercayaan dan juga dihormati Kaisarnya, dia tidak mau bertindak terlalu ceroboh.   Ia berpendapat berhasilnya dia untuk melampiaskan sakit hati dan dendamnya itu bukan tergantung dari waktu.   Sekarang memang ia tidak bisa untuk menentang pangeran Ghalik.   Tetapi jika memang telah tiba waktunya.   Walaupun itu terjadinya kelak lima tahun lagi atau juga sepuluh tahun pasti ia akan melampiaskan dendamnya itu untuk membasmi para jagojago Song, yang memang tidak disenanginya.   Tidak terlalu mengherankan begitu bertemu dengan Liu Ong Kiang ketika si pengemis salah tingkah dan salah bicara sedikit saja menyinggung hati dan perasaannya, Tiat To Hoat-ong telah turunkan tangan keji dan bengis tidak mengenal kasihan lagi.   Dan juga begitu melihat Yo Him terlebih lagi dia mengetahui bahwa Yo Him itu adalah puteranya Yo Ko.   Musuh bebuyutannya itu.   Ia ingin mempergunakan kesempatan dikala Yo Him tidak berdaya, untuk turun tangan membinasakannya.   Namun kenyataannya maksudnya itu telah dihalangi oleh pangeran Ghalik, membuat Tiat To Hoat-ong tambah penasaran dan menaruh perasaan tidak senang yang kian tebal pada diri pangeran itu.   Waktu itu pangeran Ghalik telah tertawa tawar kepada Yo Him, katanya.   "Orang she Yo, sekarang kau harus bicara dengan jujur! Kami akan bertanya secara baik-baik, dan kuharap engkau tidak terlalu keras kepala dan juga terlalu angkuh untuk menjawab setiap pertanyaanku, karena jika terjadi hal seperti itu, tentu hanya akan mempersulit dirimu sendiri......!"   "Pertanyaan apakah yang hendak diajukan oleh Taijin?"   Tanya Yo Him dengan sikap yang tenang.   Ia memang senang jika orang hendak banyak bertanya, sebab demikian bisa membuat ia memiliki kesempatan yang banyak guna memulihkan tenaga dalamnya, agar tenaganya itu kembali pulih seperti biasa dan memperoleh kesegarannya.   Pangeran Ghalik telah tertawa tawar sambil katanya dingin.   "Di manakah sekarang ini ayahmu berada?"   Tanyanya. Yo Him mengangkat bahu.   "Sayang sakali aku telah mengembara cukup lama, telah beberapa tahun sejak pertempuran terjadi waktu Khan kalian belum berhasil merebut Siang-yang dan menguasai daratan Tiong-goan, kami berpisahan lama dan belum bertemu lagi."   Mata pangeran Ghalik berputaran, ia tertawa tawar, ia tidak memperlihatkan kegarangan atau kegusaran, hanya tanyanya.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Pemuda she Yo, kau masih berusia muda, apakah kau bermaksud untuk seumur hidupmu selalu merantau dan berkelana dalam rimba persilatan? Apakah kau tidak berpikir untuk hidup senang dengan harta yang banyak dan pangkat yang tinggi?"   Yo Him mendengar orang bertanya itu, ia mengerti pangeran Ghalik ini telah membujuknya, berusaha untuk menariknya dengan harta dan pangkat, itu memang telah menjadi kebiasaan kuno dari pembesar Boan ini, yaitu kerajaan Mongolia yang berkuasa sekarang ini di daratan Tiong-goan.   Yang memicuk para jago-jago Song yang ada dengan harta dan pangkat.   Tetapi Yo Him tidak memperlihatkan perasaan apapun juga pada wajahnya, dia hanya berkata tawar.   "Untuk itu belum lagi terpikir olehku. Karena sekarang ini aku masih senang mengembara untuk mendatangi tempat-tempat yang indah dan menikmati keindahan alam yang ada. Dengan demikian, tidak dapat dikatakan juga bahwa aku senang berkelana terus menerus, hanya saja disebabkan memang pengalamanku belum ada dan belum puas menikmati keindahan seluruh daratan Tiong-goan ini. Setelah puas pula melihat keramaian dan keindahan alam dan pemandangan yang ada di seluruh daratan Tiong-goan ini barulah aku memikirkan baik-baik, apakah aku akan hidup mengasingkan diri di tempat sunyi, atau akan pergi mencari pangkat!"   Mendengar perkataan Yo Him, pangeran Ghalik tertawa, sikapnya jauh lebih manis.   "Yo Siauwhiap!"   Kata pangeran yang memiliki sifat licik itu.   "Sesungguhnya aku tertarik sekali melihat kau. Kau demikian muda, gagah dan tampan sekali. Jika memang engkau memiliki pikiran yang luas dan panjang demi masa depanmu yang cemerlang, maka alangkah baiknya sekarang-sekarang ini kau mulai memikirkan perihal kedudukan di dalam kerajaan. Orang seperti kau ini memang sangat dibutuhkan sekali oleh kerajaan......! Maafkan, aku bicara demi kebaikanmu.....!"   Yo Him tertawa mendengar perkataan pangeran Ghalik, katanya.   "Ya, terima kasih untuk budi baik dan juga kemurahan Taijin, apa yang disarankan oleh Taijin akan kupikirkan baik-baik......!"   Waktu itu muka Tiat To Hoat-ong telah berobah merah padam mendengar Yo Him tengah dibujuk oleh Pangeran Ghalik, yang bermaksud menarik pemuda itu ke pihak mereka.   Tetapi karena pangeran Ghalik merupakan orang kepercayaan Kublai Khan, disamping itu juga memang pangeran Ghalik ini memiliki kekuasaan yang sangat besar.   Walaupun Tiat To Hoatong sebagai Koksu negara toh sesungguhnya dia masih berada di bawah kekuasaan pangeran Ghalik itu.   Karena itu Tiat To Hoatong hanya bungkam saja dan mengawasi Yo Him dengan mata mendelik.   Yo Him juga tahu jika dalam keadaan seperti itu dia berkeras dan mengejek pangeran Ghalik tentu akan menimbulkan kesulitan, maka pemuda she Yo hanya bermaksud mengulur waktu agar dapat memulihkan tenaga dalamnya, mengatur pernapasannya.   Dan jika ia telah berhasil memulihkan pernapasan dan tenaganya di waktu itulah baru ia akan mempergunakan kekerasan untuk menghadapi Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik.   Sedangkan pangeran Ghalik jadi girang dia melihat usia Yo Him masih muda, dan tentunya pemuda itu akan dapat dibujuknya untuk dipicuk dengan harta dan pangkat.   Dengan begitu, kalau sampai dia bisa menarik Yo Him ke pihaknya, jelas ia memperoleh tambahan tenaga yang dapat diandalkan.   "Siauwhiap tampaknya seorang pemuda yang memiliki pikiran luas dan bisa melihat sesuatu dengan baik dan pertimbanganpertimbangan yang bijaksana,"   Kata Pangeran Ghalik.   "Justeru aku telah melihat semua itu, dan itulah pula sebabnya mengapa aku berani menawarkan padamu sedikit kedudukan. Jika memang Siauwhiap tidak menolak, tentu aku bisa menyampaikannya pada Khan kami yang agung, agar memberikan kedudukan yang setimpal dengan kepandaian yang dimiliki Siauwhiap......!" Yo Him tertawa mendengar tawaran yang manis seperti itu, dia berkata dengan suara yang tenang.   "Terima kasih atas kebaikan Taijin yang telah begitu bermurah hati mau bercapai lelah mengurusi diriku. Sayangnya sekarangsekarang ini aku belum mau lagi terikat oleh pangkat dan kedudukan...... tentu saja tugas sebagai seorang yang memiliki pangkat dan kedudukan, akan membuat aku tidak dapat mengerjakannya dengan baik, karena itulah pekerjaan yang tidak mudah......!"   Pangeran Ghalik tertawa.   "Tetapi Siauwhiap terus berpikir jauh,"   Katanya kemudian.   "Bukankah Siauwhiap juga mengetahui bahwa ayahmu pernah terlibat dalam bentrokan dengan kami, dan juga dari pihak kami kini tengah giat-giatnya mencari orang-orang yang dulu pernah menentang kami begitu keras. Tentu saja termasuk ayahmu. Aku bicara berterus terang demikian, agar Siauwhiap mengetahui dengan jelas bahwa jika memang Siauwhiap mencintai orang tuamu itu, tentu engkau akan mau menerima pangkat dan harta dari kami. Dengan begitu, engkaupun telah menyelamatkan ayahmu karena dengan menjadi orang kami, jelas ayahmu itu tidak akan diganggu pula dan juga malah kami akan melupakan tindakan dan perbuatannya di masa lalu......!"   Yo Him tertawa, katanya menyahuti perlahan.   "Terima kasih, terima kasih. Tetapi Taijin rupanya salah dalam hal ini. Maksudku salah dalam menentukan sikap dan memandang terlalu rendah kepada ayahku! Ayahku itu manusia macam apa tentunya Taijin telah mengetahui, tidak mungkin ia mengharapkan belas kasihan dari pihak Mongolia. Terlebih lagi mengharapkan dengan masuknya sang putera ke pihak Mongolia, mengharapkan untuk dapat lolos dari kejaranmu itulah terlalu rendah sekali untuk ayahku, dan ayahku itu tentu tidak mengharapkan belas kasihan dari siapapun juga......!"   Melihat Yo Him tersinggung seperti itu, pangeran Ghalik telah berkata.   "Jika memang begitu, Siauwhiap yang telah salah mengartikan perkataanku. Sesungguhnya, bukan maksudku ingin menyatakan bahwa Sin-tiauw-tay-hiap itu seorang yang rendah dan mengharapkan belas kasihan. Tetapi justru dari Siauwhiap sendiri sebagai puteranya yang harus memiliki kesadaran untuk menyelamatkan orang tua yang tengah terancam keselamatannya.   "Memang terus terang kuakui, bahwa aku secara pribadi merasa kagum dan salut sekali kepada Sin-tiauw-tay-hiap. Jika mungkin malah aku hendak mengangkatnya menjadi guru, itupun jika memang Sin-tiauw-tay-hiap bersedia menerimanya. Namun, justru sekarang yang tengah menjadi persoalan adalah urusan negara, di mana yang menentukan untuk melakukan pengejaranpengejaran kepada jago-jago yang pernah menentang berkuasanya kerajaan Khan kami yang agung itu, harus dibasmi dan ditumpas, bukan berada dalam wewenangku......! Harap Siauwhiap memakluminya, tadi aku hanya ingin memberikan saran, ya, hitung-hitung mempringatimu memberikan pikiran yang baik agar kau bisa Uh-hauw kepada orang tua......!"   Yo Him tertawa. "Jika begitu dapatkah Taijin memberikan kepadaku kesempatan dua atau tiga hari untuk berpikir?"   Tanyanya.   Pangeran Ghalik memang seorang yang licik mana mungkin ia bisa mengabulkan permintaan Yo Him.   Karena begitu ia memberikan kesempatan yang diminta pemuda itu, berarti Yo Him selain akan memperoleh semangatnya yang baru, juga kemungkinan dia melarikan diri memang besar, terutama sekali karena dia memiliki kepandaian yang sangat tinggi.   Di mana pangeran Ghalik telah mendengar Yo Him sudah berhasil menundukkan seekor biruang yang sangat besar dan juga telah berhasil menahan tiga jurus serangan majikan si biruang yang bergelar sebagai Swat Tocu.   Namun untuk menolak, pangeran Ghalik pun tidak dapat menolak dengan kasar.   Bukankah dia tengah membujuk pemuda itu agar dapat menarik tenaga Pemuda she Yo tersebut ke pihaknya, di mana ia mengharapkan Yo Him bisa dimanfaatkan sebagai tenaga andalannya! Orang she Yo itu masih muda, memiliki kepandaian yang tinggi, maka besar manfaatnya dan faedahnya untuk dia sebagai pemimpin dari pasukan istana kaisarnya.   "Baiklah Yo Siauwhiap, aku bersedia untuk memberi kesempatan kepada Yo Siauwhiap untuk mempertimbangkan usul yang kau berikan itu. Jangankan dua hari, satu bulan kau minta untuk memikirkan dan mempertimbangkan persoalan itu, aku akan meluluskannya. Hanya saja sekarang kita baru bertemu. Mari kau ikut denganku ke istana untuk merayakan pertemuan ini!"   Itu merupakan desakan halus yang tersembunyi maksud-maksud menahan pemuda ini, yang hendak ditahan dengan cara yang samar-samar sekali.   Jika memang Yo Him mengandung maksud untuk menentang dan menolak tawarannya maka pangeran Ghalik akan menangkap pemuda itu.   Malah jika perlu membunuhnya.   Yo Him juga menyadari akan maksud penahanan yang halus seperti itu.   Ia tertawa.   Waktu tadi dia berkata-kata dengan pangeran Ghalik, ia telah berhasil memulihkan sebagian tenaga dalamnya.   Dia tidak jeri berurusan dengan pangeran Ghalik, juga tidak takut untuk berhadapan dengan Tiat To Hoat-ong.   Namun pemuda yang cerdik ini segera dapat menduga tentunya rumah penginapan ini telah dikepung rapat sekali oleh anak buah pangeran Ghalik tersebut.   Untuk dirinya sendiri memang segala rintangan itu tidak berarti apa-apa, namun untuk keselamatan Cin Piauw Ho, Liu Ong Kiang dan Ko Tie, tentu saja Yo Him tidak bisa membawa caranya sendiri, tidak bisa ia berkeras pada pangeran Ghalik ini.   Maka akhirnya ia memutuskan untuk mengambil jalan lunak saja, katanya sambil tertawa.   "Itulah suatu kehormatan yang mimpipun sukar untuk diperoleh. Tentu saja aku tidak berani untuk menerima kehormatan sebesar itu. Begini saja Taijin, berikan kesempatan padaku dua hari untuk menyembuhkan sakitnya sahabatku ini. Jika memang sakitnya telah sembuh tentu aku akan segera pula bersedia dengan senang hati memenuhi undangan Taijin!"   Pangeran Ghalik tersenyum sambil mengawasi Cin Piauw Ho, lalu dia berkata dengan suara yang sabar.   "Sahabatmu itu terluka? Parahkah lukanya? Ha, Yo Siauwhiap, engkau tidak perlu kuatir. Mengapa harus sulit-sulit begini? Kau turut serta dengan kami ke istana, nanti di sana banyak tabib-tabib pandai yang bisa menyembuhkan penyakit sahabatmu itu. Tentunya kau tidak menolak undanganku itu, bukan?"   Yo Him terpojokkan, dan belum lagi ia sempat menyahuti, di waktu itulah Ghalik telah menoleh kepada Tiat To Hoat-ong memberikan isyarat kepada Koksu itu.   Tiat To Hoat-ong seperti mengerti isyarat itu, dia telah melangkah dua langkah mendekati Yo Him.   Kemudian Koksu Mongolia tersebut berkata dengan suara tidak sekasar tadi.   "Benar Yo Siauwhiap, tentu di istana banyak sekali tabib yang bisa membantumu menyembuhkan luka sahabatmu itu. Sesungguhnya apa yang kulihat, luka yang diderita sahabatmu itu tidak parah...... dan kau Yo Siauwhiap tidak perlu kuatir. Mari kita berangkat!"   Yo Him melihat Tiat To Hoat-ong membujuk seperti itu.   Ia berpikir keras.   Ini merupakan paksaan halus kepadanya, agar ia ikut dengan mereka, yang berarti juga ditawan secara tidak langsung.   Benar dia diundang oleh pangeran Ghalik, tetapi sesungguhnya dia merupakan orang tawanan.   Hanya bedanya masih memiliki kebebasan untuk bergerak dengan hanya di bawah pengawasan belaka.   Sedangkan kalau ditahan berarti ia lnyap kebebasannya.   Tapi untuk kepentingan sahabat-sahabatnya itu Yo Him akhirnya mengangguk.   "Baiklah......!"   Kata Yo Him kemudian.   "Jika Taijin dan Koksu telah begitu baik hati dan memberi muka kepadaku, mana berani aku menampik undangan yang diberikan Taijin dan Koksu?" Setelah berkata begitu, Yo Him juga menjura menyatakan terima kasihnya. Puas pangeran Ghalik, begitu juga Tiat To Hoat-ong, karena dengan ikut sertanya pemuda she Yo tersebut ke istana, berarti mereka lebih mudah menguasai pemuda tersebut. Syukur-syukur kalau pemuda she Yo itu tunduk dan patuh pada mereka, sehingga memperalat pemuda untuk mencari dan menangkap Yo Ko, Sintiauw-tay-hiap yang memiliki kepandaian tinggi dan menjadi ayah pemuda ini. Tetapi jika memang Yo Him kelak memperlihatkan gejala kurang baik, tentu Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik bisa menawannya. Bukankah di istana banyak sekali jago-jago pandai? Dan jika memang Tiat To Hoat-ong tidak bisa membekuknya, tentu dengan dibantu para jago-jago istana itu, dengan mudah ia akan dapat merubuhkan pemuda itu. Pangeran Ghalik telah memanggil anak buahnya yang mngadakan penjagaan di pintu rumah penginapan itu, untuk mempersiapkan kereta guna membawa Cin Piauw Ho begitu juga Liu Ong Kiang yang telah terluka cukup parah dimasukkan ke dalam kereta itu. Waktu melihat keadaan Liu Ong Kiang bukan main gusarnya Yo Him. Tetapi pemuda ini menyembunyikan perasaan tidak senangnya itu, karena ia tidak mau jika membawa kesulitan untuk sahabatsahabatnya itu. Bisa saja waktu itu Yo Him mempergunakan kekerasan menghadapi Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik. Jika ia sampai terdesak, dengan mudah tentu ia bisa melarikan diri lolos dari mereka. Namun bagaimana nasib sahabat-sahabatnya? Bagaimana dengan Ko Tie? Karena berpikir begitu, akhirnya Yo Him hanya mengalah dan menurut saja untuk pergi ke istana pangeran Ghalik, walaupun melihat keadaan Liu Ong Kiang begitu menyedihkan dan mengenaskan sekali. Liu Ong Kiang biarpun terluka cukup parah seperti itu, tokh tidak jeri, dia mengawasi dengan mata mendelik mengandung kegusaran.   "Pendeta anjing, mengapa engkau tidak membunuhku?"   Waktu itu Liu Ong Kiang masih sempat memaki pada Tiat To Hoat-ong.   Namun Tiat To Hoat-ong tidak melayani hanya tersenyum, begitu juga waktu Liu Ong Kiang berulang kali memakinya, pendeta tersebut hanya pura-pura tuli.   Begitulah Liu Ong Kiang, Cin Piauw Ho, Ko Tie dan Yo Him telah ikut rombongan pangeran Ghalik untuk pergi ke istana pangeran itu.   Ternyata pangeran Ghalik mengajak anak buahnya yang cukup banyak jumlahnya, tadi memang rumah penginapan itu telah dikepungnya dengan ketat.   Pangeran Ghalik telah mendengar kabar dari seorang mata-matanya bahwa di kota tersebut terjadi kerusuhan, seorang pemuda she Yo dan seorang pengemis setengah baya telah bertempur dengan biruang tinggi besar , lalu pemuda yang mengaku bernama Yo Him itu berhasil merubuhkan biruang tersebut.   Malah ketika majikan binatang buas tersebut datang, berhasil dilayaninya juga, sampai akhir kesudahannya dengan kepergian majikan dan binatang peliharaannya itu.   Tentu saja yang menarik hari pangeran Ghalik, bukanlah binatang buas dan majikannya dari Pulau Salju itu, karena ia hanya tertarik pada pemuda yang katanya bernama Yo Him anak dari Sin-tiauwtay-hiap! Inilah yang menarik hatinya, karena selama ini memang ia tengah mencari Yo Ko untuk ditangkapnya.   Dan begitu juga beberapa orang kawan-kawannya Sin-tiauw-tay-hiap.   Kebetulan sekali sekarang ini ia memperoleh laporan bahwa di kota tersebut terdapat puteranya Yo Ko.   Sedangkan Pangeran Ghalik berada di kota adalah dalam rangka perjalanannya ke beberapa kota untuk melihat keamanan setempat, setelah sekian lama Kublai Khan berhasil menguasai daratan Tiong-goan, dan berkuasa penuh sebagai Kaisar.   Itulah sebabnya pangeran Ghalik yang didampingi Tiat To Hoatong telah mengajak pasukannya ke rumah penginapan.   Segera juga pengepungan dilakukan dengan ketat sekali, sehingga jangankan manusia, lalatpun sulit untuk terbang lolos dari pengawasan pasukan pangeran Ghalik yang berjumlah ratusan orang itu.   Demikianlah, sekarang pangeran Ghalik telah mengundang Yo Him untuk datang ke istananya, yang terletak tidak jauh dari kota tersebut.   Setelah melakukan perjalanan dua hari, mereka telah tiba di sebuah tempat, yaitu di tanah pegunungan yang sunyi.   Semula Yo Him heran dan bingung juga, ia tidak tahu entah pangeran Ghalik ini akan mengajaknya kemana.   Dan waktu melihat merka dibawa ke tanah pegunungan yang begitu sunyi, Yo Him jadi heran.   Entah apa yang hendak dilakukan oleh pangeran Ghalik dan Tiat To Hoat-ong terhadap mereka di tempat ini.   Cuma saja Tiat To Hoat-ong telah mengatakan kepada Yo Him.   "Istana pangeran Ghalik terletak di sebelah kanan di balik tebing itu,"   Katanya.   "Dan kita pergi ke sana. Istana itu merupakan istana tertutup buat siapapun juga yang tidak boleh sembarangan memasukinya, dengan demikian pangeran Ghalik telah menjadikan tempat itu sebagai tempat merundingkan masalahmasalah yang sulit, juga tempat berkumpulnya para jago-jagonya!"   Yo Him mengangguk baru mengerti.   Rupanya memang sengaja pangeran Ghalik mendirikan istananya di tempat tersebut, bukan di dekat istana Kaisar di kotaraja.   Tentunya pangeran Ghalik memiliki maksud tertentu.   Tetapi mengenai maksud dan tujuan pangeran Ghalik mendirikan istananya di tanah pegunungan tersebut masih belum diketahui oleh Yo Him.   Waktu itu rombongan pangeran Ghalik telah tiba di tempat tujuannya, yaitu seperti sebuah lembah yang tertutup di balik tebing, yang di kiri kanannya.   Yo Him mengawasi sekitar tempat itu.   Matanya yang tajam dapat melihat di balik semak-semak yang lebat dan rimbun, bersembunyi beberapa sosok tubuh.   Hal itu berulangkali dapat dilihatnya di sekitar tempat itu, yang dilalui oleh mereka.   Rupanya memang di sekitar tempat itu telah di tempatkan penjagaan yang ketat kuat sekali.   Tentu saja tidak mudah untuk orang luar sembarangan masuk ke tempat ini.   Karena baru saja masuk di mulut lembah, mereka tentu telah tertangkap.   Pangeran Ghalik telah mengajak Yo Him dan rombongannya ke sebuah pintu gerbang yang terbuat dari lapisan besi, yang tampaknya kuat sekali.   Beberapa orang tentara berpakaian lapis besi telah menyambut kedatangan mereka.   Ternyata istana di lembah itu merupakan istana yang dibangun kuat sekali, karena dindingnya selain terbuat dari tembok batu yang kuat, juga semuanya dilapisi besi, sehingga merupakan seperti perbentengan kuno yang keadaannya menyeramkan sekali.   Suara yang sekecil apapun akan terdengar bergema berpantulan.   Keadaan seperti itu membuat Yo Him jadi berpikir keras.   Waktu ia melangkahkan kaki memasuki gerbang istana tersebut dan melihat keadaan istana seperti itu.   Ia segera berpikir, tentunya sulit buat dia keluar lagi.   Masuk mudah, tapi untuk meninggalkan sempat itu sulit sekali.   Terlebih lagi ia bersama dengan Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang, yang ke duanya terluka.   Begitu pula Ko Tie yang masih berusia kecil dan tidak mengerti apa-apa itu.   Pangeran Ghalik perintahkan orang-orangnya mempersiapkan meja perjamuan.   Yo Him tidak kuatir dirinya diracuni oleh pangeran itu.   Ia bersantap dengan lahap.   Karena Yo Him berpikir selama ia belum menolak tawaran yang diajukan oleh pangeran Ghalik, dan selama pangeran Ghalik mengharapkan dia mau tunduk dan menjadi anak buahnya tak mungkin dirinya dicelakai.   Setelah selesai bersantap, di mana Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang telah di tempatkan di sebuah kamar yang cukup luas dan diperlengkapi dengan peralatannya yang mewah.   Hanya saja semuanya dalam keadaan tertutup, dindingnya juga berlapis besi, sehingga ruangan agak dingin.   Waktu itu Yo Him telah berkata kpada Tiat To Hoat-ong.   "Apakah kini sudah boleh kita memanggil tabib istana pangeran Ghalik untuk mengobati luka-luka sahabatku itu Koksu?"    Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo Manusia Aneh Alas Pegunungan Karya Gan Kl Rase Emas Karya Chin Yung

Cari Blog Ini