Ceritasilat Novel Online

Beruang Salju 8


Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 8


Beruang Salju Karya dari Sin Liong   Tiat To Hoat-ong tersenyum.   "Jangan kuatir, tanpa Yo Siauwhiap meminta, pangeran Ghalik tadi telah memerintahkan beberapa orang tabib untuk memeriksa keadaan ke dua sahabatmu itu! Sayang sekali aku tidak mengetahui bahwa kita akhirnya akan jadi orang sendiri dan telah salah tangan cukup berat pada seorang sahabatmu itu, harap kau mau memaafkan......!"   Begitu sabar kata-kata Tiat To Hoat-ong, berbeda di rumah penginapan, di sana dia begitu bengis, tetapi Yo Him juga telah melihat, betapa wajah Tiat To Hoat-ong memancarkan sikap yang licik sekali.   Dan juga tidak bisa lolos dari mata Yo Him, beberapa kali Tiat To Hoat-ong sering memberikan isyarat dengan kedipan matanya kepada beberapa orangnya di sekitar tempat yang dilalui mereka.   Waktu itu tampak Yo Him selalu bersikap tenang tidak memperlihatkan sikap menentang sedikitpun juga.   Seperti juga Yo Him tertarik untuk bekerja pada pangeran Ghalik, di mana hal itu membuat pangeran Ghalik dan memperlakukannya dengan manis.   Tiat To Hoat-ong jadi Memang benar apa yang dikatakan Tiat To Hoat-ong, bahwa Liu Ong Kiang dan Cin Piauw Ho tengah memperoleh perawatan tabib.   Luka yang diderita Liu Ong Kiang walaupun tampaknya parah, tokh dalam beberapa hari, akhirnya telah sembuh.   Cuma saja ia belum boleh terlalu banyak berjalan, sebab ke dua kakinya yang telah patah dan remuk tulangnya itu baru tersambung, jadi belum kuat untuk dipergunakan berjalan.   Cin Piauw Ho memperoleh pengobatan pagi dan sore terus menerus, karena racun yang mengendap di tubuhnya sangat berbisa sekali.   Semula tabib-tabib di istana pangeran Ghalik ini heran juga melihat hebatnya racun yang mengendap di tubuh Cin Piauw Ho, tetapi setelah mengadakan pemeriksaan, tiga orang tabib yang merawatnya telah menentukan obatnya.   Harus diketahui, sebagai seorang pangeran yang menjadi kepercayaan Kaisar Kublai Khan, dengan sendirinya pangeran Ghalik memiliki kekuasaan yang besar.   Terlebih lagi ia memang menjadi pemimpin dari pasukan istimewa kaisar dan menjadi pemimpin para jago-jago kerajaan Song yang telah runtuh dan bersembunyi dari itu, melakukan pengejaran terus untuk mendesak mereka bertekuk lutut atau memang dibinasakan.   Disebabkan itu pula, pangeran Ghalik menyediakan obat-obat istimewa, untuk mengobati orang-orangnya, jika terdapat luka parah pada mereka.   Begitu pula halnya pangeran Ghalik telah memerintahkan orang-orangnya mencari tabib pandai mengundangnya untuk bekerja di istananya yang istimewa ini.   Dengan demikian, Cin Piauw Ho jadi tertolong juga oleh obat istimewa yang dimiliki pangeran Ghalik.   Dan walaupun ia tidak bisa disembuhkan keseluruhannya di mana racun Sam-hun-tok tidak bisa dilenyapkan keseluruhannya, namun kini tubuh Cin Piauw Ho boleh dibilang telah sehat kembali.   Racun bisa dibendung berkumpul hanya di jalan darah Lung-siu-hiat, dan Cin Piauw Ho akan dapat hidup selama dua atau tiga tahun lagi, di waktu mana racun itu baru akan bergerak pula menjalar ke arah jantung.   Menurut tabib-tabib pangeran Ghalik, jika tiga tahun nanti racun mulai bergerak menjalar liar pula, di waktu itu mereka akan mengobati lagi.   Tentu saja disamping itu, ketiga tabib itu menjanjikan, bahwa mereka akan mencari obat yang lebih baik lagi selama tiga tahun ini guna melenyapkan benar-benar seluruh sisa racun Sam-hun-tok tersebut.   Yo Him yang melihat kesembuhan Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang, diam-diam jadi girang.   Karena tidak percuma saja ia mengalah pada pangeran Ghalik ini, sebab sekarang Cin Piauw Ho yang menghadapi kematian, bisa disembuhkan, walaupun racun Sam-hun-tok tidak bisa dimusnahkan.   Mengenai Liu Ong Kiang, Yo Him bermaksud untuk membujuknya, agar sementara waktu itu tidak memperlihatkan sikap bermusuhannya pada Tiat To Hoatong, karena ia tengah memikirkan daya untuk menghadapinya.   Liu Ong Kiang walaupun menaruh dendam yang setengah mati besarnya pada Tiat To Hoat-ong yang telah menyiksanya mematahkan ke dua tangan dan meremukkan ke dua tulang kakinya, mau juga mengerti dan tidak memperlihatkan perasaan dendamnya itu.   "Jika memang telah tiba saatnya, barulah kita nanti menghadapi mereka dengan kekerasan. Sekarang ini di samping Cin toako, Liu Lopeh juga perlu istirahat yang cukup,"   Kata Yo Him.   "Biarlah sementara ini kita menuruti saja setiap kata pangeran Mongolia itu, di mana kita pura-pura patuh. Dengan demikian, kitapun bisa mempelajari dan mengetahui keadaan pangeran itu! "Jika kulihat, ancaman yang ada memang sangat besar, pangeran itu tengah memupuk kekuatan untuk menangkap para jago-jago kerajaan Song, termasuk ayah ibuku dan tokoh-tokoh lainnya. Karena itu kita harus perlahan-lahan mempelajari keadaan mereka. Syukur jika memang kita bisa mengetahui kekuatan mereka itu......!"   Liu Ong Kiang mengangguk, ia memang mengerti akan maksud Yo Him.   Maka dari itu, diapun menurut saja apa yang diperintahkan oleh Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik.   Tetapi Tiat To Hoat-ong dan pangeran Ghalik bukan manusiamanusia bodoh.   Mereka memang melihat Yo Him dan ke dua orang kawannya itu, Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang, selalu patuh pada setiap perkataan mereka.   Bahkan tampaknya mereka bertiga memang bersedia untuk bekerja pada pangeran itu.   Kenyataannya pangeran Ghalik tidak bisa mempercayai sepenuhnya, ia hanya baru saja mempercayainya tiga bagian saja, dan diapun telah perintahkan orang-orang kepercayaannya untuk selalu mengawasi gerak-gerik Yo Him, Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang.   Sedangkan Lie Ko Tie, anak kecil itu, karena dia masih kanak-anak, maka pengawasan padanya tidak seketat itu dan anak itu juga bebas untuk berkeliaran di dalam istana pangeran Ghalik itu.   Tidak demikian halnya Yo Him, Cia Piauw Ho dan Liu Ong Kiang yang terbatas ruang geraknya, yang tidak diperbolehkan memasuki beberapa ruangan tertentu, dengan alasan ruanganruangan terlarang itu tertutup buat siapapun juga, selain pangeran Ghalik sendiri.   Yo Him jadi tertarik dan ingin mengetahui, entah ruangan-ruangan yang katanya tertutup untuk siapapun juga itu, di dalamnya terdapat barang-barang apakah.   Maka ketika mengetahui bahwa Ko Tie tidak dilarang untuk berkeliaran di dalam istana pangeran Ghalik, Yo Him telah meminta anak tersebut untuk melakukan penyelidikan.   Pura-pura berkeliaran di sekitar istana dan ruanganruangan terlarang itu.   Lalu apa yang dilihatnya agar dilaporkan kepada Yo Him.   Begitulah, pada sore itu, Ko Tie telah mendatangi sebuah ruangan yang terdapat di belakang istana pangeran Ghalik, pintu ruangan itu terbuat dari besi yang tebal dan kuat sekali, di depan pintu tersebut berdiri dua orang penjaga yang berpakaian sebagai tentara Mongolia.   Ko Tie `pura-pura tidak melihat mereka, ia bermain-main sejenak di situ seorang diri, lalu melangkah perlahan-lahan akan memasuki ruangan tersebut.   "Eh bocah, engkau tidak boleh masuk ke dalam kamar itu!"   Teriak dua orang penjaga tersebut yang mencegahnya. Ko Tie menoleh sambil tersenyum.   "Kenapa?"   Tanyanya.   "Siapapun juga dilarang memasuki kamar itu...... karena di dalam kamar itu terdapat seekor harimau yang garang....."   "Harimau? Kalian menangkap dan mengurung harimau itu di dalam ruangan tersebut?"   Tanya Ko Tie dengan suara yang terkejut. Ke dua penjaga itu mengangguk.   "Tetapi....."   Kata Ko Tie ragu-ragu.   "Kenapa?"   Tanya salah seorang penjaga itu dengan tawar.   "Pangeran Ghalik tidak pernah melarang aku untuk mendatangi tempat manapun di dalam istananya ini......!"   Sahut Ko Tie.   "Tetapi kami memang mendapat Perintah pangeran agar tidak mengijinkan siapapun memasuki ruangan itu!"   Menyahuti salah seorang pengawal tersebut dengan suara mendongkol.   "Jika memang kau memaksa hendak masuk, kami tidak bisa melarangnya. Tetapi jika engkau nanti terbinasa di dalam ruangan itu, kami tidak bertanggung jawab. Kami mencegah kau memasuki ruangan itu karena kami kuatir kau menerima bencana yang tidak kecil." Ko Tie berdiam diri sejenak. Anak ini sesungguhnya ingin sekali masuk ke dalam ruangan itu. Ia tidak percaya bahwa di dalam ruangan itu terkurung harimau. Tetapi untuk memaksa tentu saja tidak bisa. Karena kemungkinan ke dua pengawal itu akan menolaknya dengan kasar jika ia memaksa terus. Akhirnya Ko Tie mengangguk sambil angkat bahu, katanya.   "Baiklah......! Jika memang begini akupun tidak ingin memaksa untuk masuk ke dalam kamar itu......!"   Tetapi baru saja Ko Tie berkata sampai di situ, tiba-tiba terdengar suara yang dalam dan parau.   "Mengapa anak itu dilarang masuk ke mari?"   Ke dua penjaga itu berobah mukanya, tetapi kemudian salah seorang di antara mereka telah berkata tawar.   "Tidak pantas anak kecil itu melihat harimau yang sudah mau mampus seperti kau maka kami melarangnya......!"   Ko Tie memandang ke dua penjaga itu dengan sepasang mata terbuka lebar-lebar, tanyanya kemudian.   "Itu suara manusia..... jadi bukan harimau yang terkurung di dalam kamar itu!"   Ke dua penjaga itu mengangguk hampir berbareng.   "Benar,"   Menyahuti salah seorang di antara mereka.   "Memang yang dikurung di dalam kamar ini seorang manusia. Namun ia lebih buas dari harimau. Pernah terjadi, salah seorang sahabat kami yang tidak mematuhi larangan pangeran Ghalik, mereka telah masuk ke dalam kamar itu, dan tubuhnya telah dirobek-robek sampai hancur, menemui kematian yang mengerikan sekali. Sejak saat itulah pangeran kami telah perintahkan untuk selalu menjaga pintu kamar ini, jangan sampai terulang lagi kejadian seperti itu......!"   "Bolehkah aku melihat sejenak orang di dalam kamar itu. Didengar dari suaranya, dia tidak buas seperti yang kalian katakan!"   Ke dua penjaga itu tampak ragu-ragu. tetapi salah seorang akhirnya menyahut.   "Baiklah, tetapi jika memang kau mengalami sesuatu yang tidak diinginkan, kau tak bisa mempersalahkan kami, dan juga pada pangeran, tentu kau tidak bisa menunjuk bahwa kami yang memperbolehkan kau masuk ke dalam, hanya engkau sendiri yang telah memaksa kami......!"   Ke dua pengawal itu mengalah demikian karena ia mengetahui bahwa pangeran Ghalik tengah membujuk dan bersikap manis kepada Yo Him, Cin Piauw Ho dan Liu Ong Kiang.   Dan anak ini datang bersama mereka bertiga.   Dengan begitu, jika menolak keinginan Ko Tie, tentu menimbulkan hal-hal yang tak baik untuk mereka.   Salah seorang di antara ke dua penjaga itu telah mengambil kunci pintu yang berukuran besar dan membukanya.   Ko Tie girang bukan main, ia percaya orang di dalam kamar itu tentunya salah seorang tawanan pangeran Ghalik.   Anak ini tabah dan ia yakin tidak mungkin dirinya akan dianiaya oleh orang di dalam kamar itu.   Setelah pintu berlapis besi tersebut dibuka agak lebar, Ko Tie melangkah masuk.   Kamar itu tidak memiliki penerangan, apa lagi setelah Ko Tie melangkah masuk, belum lagi ia bisa melihat keadaan ruangan itu, pintu itu telah ditutup lagi rapat-rapat oleh ke dua penjaga tersebut.   Lama juga Ko Tie berdiri diam, untuk membiasakan matanya di tempat gelap.   Sampai akhirnya ia bisa melihat juga samar-samar keadaan di kamar itu.   Ternyata ruangan itu memang sangat luas, namun merupakan sebuah ruangan kosong tanpa perabotan sama sekali.   Dan belum lagi Ko Tie bisa melihat jelas, ia mendengar teguran parau dari dalam.   "Anak kau memaksa masuk ke mari, apakah kau tidak takut?"   Ko Tie berusaha menari orang yang berkata itu, tetapi dia belum bisa melihatnya.   "Aku berada di sini, di sebelah kanan sudut ruangan ini!"   Kata orang itu lagi.   Ko Tie menoleh ke arah kanannya, memang samar-samar dia melihat sesosok tubuh yang tengah duduk.   Ko Tie melangkah dan mendekatinya.   Setelah berada di dekat orang itu Ko Tie menjadi kaget sendiri.   Ia menyaksikan pemandangan yang mengerikan dan aneh sekali.   Orang yang duduk di sudut ruangan itu ada seorang lelaki berusia lanjut, mungkin hampir enampuluh tahun, dengan pakaian yang telah koyak-koyak tidak mirip lagi.   Dan yang luar biasa, karena pada pundak kiri dan kanan tampak rantai besi berukuran besar, yang ujung-ujung rantai yang lainnya tergantung ke atas, menancap di dinding tembok itu.   Ke dua tangan orang tua itupun dirantai oleh rantai besar, demikian juga dengan ke dua kakinya.   Benar-benar orang tua itu merupakan tawanan dari pangeran Ghalik yang keadaannya menyedihkan sekali.   Melihat dari rambut, kumis dan jenggotnya yang tumbuh begitu panjang dan tidak teratur, tentunya telah cukup lama ditahan di situ.   Setelah mengawasi sekian lama akhirnya Ko Tie bisa mengendalikan goncangan hatinya, tanyanya dengan suara bergetar.   "Siapa...... paman? Mengapa kau diperlakukan seperti itu?"   Orang itu tersenyum.   "Inilah perbuatan binatang Ghalik itu......! Dia kuatir aku akan melarikan diri dan membunuhnya! Maka dia berpikir, dengan memperlakukan aku seperti ini tentu bisa membuat aku tidak berdaya. Hemmm, hemmm, tetapi suatu saat kelak aku tentu akan membunuh pangeran biadab itu.......!"   Suara lelaki tua itu terdengar parau dan juga mengandung dendam yang sangat. Sepasang matanya bersinar-sinar dalam kegelapan yang ada, seperti juga mata harimau.   "Apakah paman musuh dari pangeran Ghalik?"   Tanya Ko Tie lagi. Orang tua itu berdiam sejenak, lalu menghela napas, sikap garangnya seperti tadi telah lenyap. Lalu katanya.   "Jika memang kujelaskan engkau pun tidak akan mengerti karena kau masih kanak-anak!" "Apakah aku bisa membantu paman untuk membukakan rantai yang menyiksamu itu?"   Tanya Ko Tie lagi. Namun orang tua itu telah menggelengkan kepalanya perlahan lesu sekali.   "Jangankan engkau sedangkan aku sendiri tidak berdaya untuk melepaskan rantai itu?"   Katanya kemudian.   "Hemm, kau berusia demikian kecil, namun engkau berani dan baik hati. Siapakah kau nak? Dan mengapa bisa datang ke tempat seperti ini?"   "Aku ikut dengan paman Yo, dan akhirnya bertemu dengan pangeran Ghalik, di mana kami telah dibawa ke mari. Begitu juga dengan paman Cin dan paman Liu, mereka berdua dibawa ke mari juga.....?"   Menyahuti Ko Tie.   "Apakah paman-pamanmu itu sahabat dari pangeran Ghalik?"   Tanya orang tua itu lagi, dia mengawasi tajam pada Ko Tie. Ko Tie menggeleng.   "Paman Yo bilang, malah mereka membenci pangeran Ghalik. Dan jika sekarang mereka memenuhi keinginan pangeran Ghalik hanyalah disebabkan paman Yo kuatir nanti pangeran Ghalik menyiksa paman Liu dan paman Cin yang yang tengah terluka itu..... maka paman Yo telah mengalah!"   "Siapakah nama paman Yo mu itu?"   Tanya orang tua itu lagi.   "Paman Yo bernama Him.... Apakah paman pernah mendengar tentang paman Yo?" Orang tua itu menggeleng.   "Tidak hanya mendengar paman Yo mu itu she Yo. Aku jadi teringat kepada seseorang yang she Yo juga. Seorang pendekar budiman yang memiliki kepandaian luar biasa tingginya berhati mulia dan sakti sekali.....!"   Setelah berkata begitu, orang tua tersebut menghela napas dalam. Lalu menggumam perlahan.   "Sayang sekali sekarang ini pendekar budiman she Yo itu telah hidup mengasingkan diri. Aku yakin jika saja pendekar sakti she Yo itu mendengar keadaanku seperti ini. Tentu akan datang menolongi aku......!"   "Siapakah pendekar sakti yang paman sebut itu?"   Tanya Ko Tie tertarik. Orang tua itu menghela napas lagi.   "Pendekar budiman yang memiliki kesaktian tiada duanya di kolong langit ini bernama Yo Ko, bergelar Sin-tiauw-tay-hiap, dia adalah......!"   "Tunggu dulu, Paman!!"   Potong Ko Tie. Orang tua itu berdiam sambil mengawasi Ko Tie, sedangkan dia telah melanjutkan perkataannya lagi.   "Tadi paman mengatakan bahwa pendekar sakti yang budiman itu adalah Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko, bukan?!" "Benar......!"   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Mengangguk orang tua itu.   "Kau pernah bertemu dengannya?"   Setelah bertanya begitu, orang tua itu ini mengawasi Ko Tie dengan sinar mata yang tajam sekali. Ko Tie menggeleng.   "Tidak......!"   Sahutnya. Semula orang tua itu yang menduga Ko Tie pernah bertemu dengan Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Tetapi mendengar jawaban Ko Tie. Ia jadi lesu kembali. Waktu itu Ko Tie telah melanjutkan perkataannya.   "Tetapi aku pernah mendengar perihal pendekar sakti yang budiman itu, belum lama yang lalu.....!"   Menjelaskan Ko Tie. Muka orang tua yang keadaannya menyedihkan dengan rantai seperti itu jadi berseri-seri lagi, lalu tanyanya.   "Di mana kau mendengar perihal pendekar sakti Yo Taihiap itu? Kapan kau mendengar perihal diri Yo Taihiap itu?"   "Belum lama yang lalu, sebelum bertemu dengan pangeran Ghalik...... itupun dari percakapan antara paman Yo dengan Swat Tocu!"   Segera Ko Tie menceritakan pertemuan Yo Him dengan biruang salju dan Swat Tocu pemilik pulau salju itu.   Mendengar hal itu, orang tua itu jadi girang bukan main, ia sampai memukul pahanya berulang kali, di mana rantai di tangan dan juga kakinya bergerak-gerak gemerincing.   "Benarkah itu? Oooh, benarkah paman Yo mu itu putera dari Yo Taihiap? Dan..... oooh, aku tidak menyangka sama sekali tokoh sakti seperti Swat Tocu akhirnya muncul di dalam Kang-ouw lagi, kukira ia telah meninggal dunia......!"   Setelah berkata begitu, tiba-tiba orang tua tersebut menangis terisak isak. Ko Tie jadi heran melihat sikap orang tua itu.   "Paman apakah ada sesuatu yang tidak menyenangkan hatimu!"   Orang tua itu menghapus air matanya, ia mengangkat kepalanya memandang Ko Tie, katanya.   "Anak, sesungguhnya aku gembira sekali, putera Yo Taihiap berada di tempat ini, di dalam istana pangeran Ghalik, karena aku masih memiliki harapan akan tertolong......?"   Setelah berkata begitu, orangtua itu menghela napas dalam-dalam dan mulai menceritakan perihal dirinya yang sebenarnya.   "Aku sesungguhnya she Wang dan bernama Put Liong. Aku bergelar Sin-hauw-ciang-hiap (Pendekar Pukulan Harimau Sakti), di mana dulu waktu terjadinya pertempuran di Siang-yang antara tentara Mongolia dengan tentara Song aku ikut bertempur dan membantu pihak Song. Namun aku telah tertawan oleh mereka. Tetapi walaupun mereka memaksa agar aku mau tunduk dan bekerja pada mereka, aku menolak dengan keras, sehingga akhirnya aku diperlakukan demikian.   "Semula hanya dikurung di dalam tahanan yang kuat belaka. Ketika aku membinasakan tiga orang Mongolia yang datang ke dalam kamar tahananku, pangeran Ghalik telah perintahkan orang274 orangnya untuk merantai diriku seperti ini. Ke dua tulang pie-peku ini telah ditembusi rantai besi, yang ujung rantai telah ditanamkan pada dinding, dengan begitu selain tenagaku lenyap, juga aku tidak mungkin bisa meloloskan diri lagi. Sepasang tangan dan kakiku juga telah dirantai, dengan demikian, keadaanku sama seperti binatang.   "Mereka pun hanya memberikan aku makan satu kali setiap harinya memberikannya dengan melemparkan dari luar pintu seperti juga memberi makan seekor anjing belaka...... Aku kencing dan buang kotoran di sini, sehingga kau tentu bisa merasakan betapa ruangan ini demikian bau......!"   Ko Tie mengangguk. Memang sejak tadi dia memasuki ruangan yang luas tanpa penerangan ini, begitu bau dan tidak sedap untuk hidung. Semula dia menduga bau itu hanya merupakan bau-bau yang tidak sedap dari ruangan yang tidak pernah dilalui udara segar.   "Tetapi sekarang aku yakin, dengan adanya putera Yo Taihiap, tentu aku masih bisa memperoleh kebebasanku, tentu putera Yo Taihiap itu akan mau menolongku, membebaskan aku!"   Kata Sinhauw-ciang-hiap (Pendekar Pukulan Harimau Sakti) Wang Put Liong dengan suara bersemangat.   "Jika memang aku bisa lolos dari tempat ini, walaupun hanya satu hari, aku akan memprgunakannya, untuk berusaha membinasakan pangeran itu, seratus hari aku bisa hidup, selama seratus hari pula aku akan membinasakan pangeran biadab itu.....!" Setelah berkata begitu, dengan berapi-api dan disertai dengan kemurkaan yang sangat, tampak orang tua she Wang tersebut telah menghela napas berulang kali, katanya lagi.   "Tetapi yang mengalami nasib seperti aku ini bukan hanya aku seorang, cukup banyak jago-jago lainnya yang telah terjatuh ke dalam tangan pangeran biadab itu...... Hemm, jika saja aku bisa membinasakan pangeran biadab itu, untuk mati aku puas dan tentunya bisa mati dengan mati yang meram!"   Wang Put Liong sesungguhnya bukan jago sembarangan, di dalam rimba persilatan ia memiliki nama yang cukup disegani, karena ia merupakan seorang pendekar dari aliran lurus dan putih.   Waktu pecah peperangan antara kerajaan Mongolia yang menyerbu ke daratan Tiong-goan ke Siang-yang, maka waktu itulah Wang Put Liong telah ikut memperjuangkan tanah airnya untuk mempertahankan dari serbuan musuh.   Tetapi dengan jatuhnya Siang-yang dan berhasilnya Kublai Khan merebut kota-kota lainnya, di mana akhirnya daratan Tiong-goan terjatuh dalam genggaman Kublai Khan, maka Wang Put Liong juga dalam suatu kesempatan, di mana ia tengah dalam keadaan terluka parah, telah ditangkap oleh beberapa orang jago Mongolia yang jadi anak buah dari pangeran Ghalik.   Maka selanjutnya Wang Put Liong jadi tawanan pangeran itu.   Malah memperoleh perlakuan yang tidak selayaknya, di mana ia disiksa tanpa hentinya, selain untuk dikorek keterangannya, juga untuk memaksa dia menakluk.   Namun sebagai seorang gagah yang membenci kejahatan, dan juga cinta pada tanah air, Wang Put Liong tidak mau menyerah pada musuh, walaupun ia disiksa ia tidak mau menyerah.   Ia bahkan lebih rela mati dari pada harus berbalik bekerja untuk musuh.   Dengan demikian, Wang Put Liong telah disiksa hebat, dan boleh dibilang, hampir sebagian besar kepandaiannya telah termusnahkan oleh siksaan-siksaan yang dilakukan orangorangnya pangeran Ghalik, para algojo yang memiliki kekejaman melebihi binatang buas itu.   Namun Wang Put Liong tidak hendak menyerah, hanya saja sulit buat dia, mati sukar untuk hidup pun tidak bisa, karena biarpun masih bernapas dan juga masih hidup, tetap saja sudah tidak ada artinya lagi, di mana dia sudah merupakan seorang manusia bercacad yang tidak ada gunanya lagi, kepandaiannya juga telah termusnahkan......   Mendengar cerita Wang Put Liong, Ko Tie jadi mengawasi orang tua itu dengan perasaan kasihan.   Ia juga merasa kagum untuk kekerasan hari jago ini, yang tidak mau menakluk pada pihak musuh, walaupun telah mengalami penyiksaan seperti itu.   Sedangkan Wang Put Liong telah berkata lagi.   "Engko kecil, maukah kau memberitahukan kepada paman Yo mu itu, bahwa aku ingin sekali bertemu dengannya?"   Ko Tie mengangguk cepat.   "Nanti akan kusampaikan pesan paman...... tentu paman Yo bersedia untuk datang ke mari!"   Kata Ko Tie. Orang tua she Wang itu mengangguk gembira dan mengucapkan terima kasih.   "Aku pun ingin menyampaikan sesuatu yang penting sekali kepada paman Yo mu itu, di mana menyangkut keselamatan dari beberapa orang tokoh sakti dari daratan Tiong-goan, yang keselamatan mereka terancam sekali oleh kebuasan tentara Mongolia ini dan kelicikan dari Kaisar yang sekarang berkuasa yaitu Kublai Khan!"   Ko Tie mengangguk, dan Wang Put Liong tidak mau menyebutkan rahasia apa yang disebutnya penting itu.   Karena ia beranggapan Ko Tie masih terlalu kecil.   Di waktu itu, Ko Tie telah menyatakan dia akan kembali ke tempatnya, sebelum berlalu Ko Tie telah bertanya.   "Apakah paman Wang ingin makan sesuatu! Biar nanti aku mengirimkannya?"   Wang Put Liong tersenyum pahit, katanya.   "Tidak, percuma makanan itu tidak akan sampai padaku! Jika memang aku bisa bertemu muka sekali saja dengan paman Yo mu itu, putera Sintiauw-tay-hiap Yo Ko, tentu aku telah puas, dan jika memang akhirnya aku harus menemui ajalku, akupun puas!"   Ko Tie mengangguk dan meminta diri. Dia mengetuk-ngetuk pintu berlapis besi itu dengan gedoran yang cukup keras, di mana pengawal di luar telah membukanya. Waktu melihat Ko Tie, salah seorang di antara mereka telah berpesan.   "Apa yang telah kau lihat tidak boleh diceritakan kepada orang lain. Kau mengerti?"   Ko Tie sudah tidak banyak rewel lagi dengan ke dua pengawal tersebut, ia hanya mengangguk saja dan berlalu dari tempat itu. Ketika bertemu dengan Yo Him, anak ini menceritakan apa yang telah dialaminya.   "Wang Put Liong? Ohh, dia seorang pendekar yang baik dan cukup terkenal di dalam kalangan Kang-ouw, kepandaiannya juga tidak rendah. Telah banyak perbuatan mulia yang dilakukannya, tidak kusangka ia mengalami nasib buruk seperti ini!"   Setelah berkata begitu, Yo Him menghela napas dalam-dalam.   Kemudian waktu mendengar pesan Wang Put Liong yang disampaikan Ko Tie, bahwa orang she Wang itu bermaksud untuk bertemu dengan dirinya, pemuda ini telah mengangguk saja, sedangkan otaknya telah bekerja keras berusaha mencari jalan untuk datang ke tempat itu, guna menemui Wang Put Liong.   Ia juga jadi memikirkan, entah rahasia apa yang ingin disampaikan oleh Wang Put Liong yang dikatakannya rahasia penting itu.   Menjelang malam, Yo Him, perintahkan Ko Tie pergi tidur di kamar mereka, disamping itu Yo Him juga periksa keadaan Cin Piaw Ho dan Liu Ong Kiang.   Keadaan Liu Ong Kiang memang telah jauh lebih baik, hanya Cin Piauw Ho yang belum bisa terlalu banyak bergerak.   Mereka berdua masih harus rebah beristirahat beberapa hari, namun Yo Him puas melihat keadaan ke dua orang kawannya itu.   Setelah memikirkan sekian lama, akhirnya Yo Him buru-buru mendatangi kamar tahanan Wang Put Liong segera diam-diam.   Begitulah, menjelang tengah malam, Yo Him telah keluar dari kamar.   Keadaan sepi dan sunyi sekali.   Namun Yo Him memiliki mata yang awas sekali, ia telah melihat beberapa sosok tubuh bersembunyi di tempat-tempat tertentu.   Tentu saja, mereka itu adalah anak buah pangeran Ghalik yang mengadakan pengawasan terhadap gerakgerik Yo Him dan kawan-kawannya.   Yo Him memiliki ginkang yang sempurna sekali.   Ia tidak kuatir dengan adanya orang-orang itu.   Dengan diam-diam ia keluar dari kamarnya dan mempergunakan sebutir batu kecil ia menimpukkan ke arah kanan.   Suara jatuhnya batu-batu itu membuat orang-orang pangeran Ghalik yang tengah bersembunyi di sekitar tempat tersebut telah menoleh ke arah datangnya suara tersebut.   Mempergunakan kesempatan waktu mereka menoleh seperti itu, Yo Him telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat ringan dan cepat bukan main.   Ia telah meninggalkan tempat itu menuju ke arah belakang dari istana tersebut.   Memang istana ini sangat luas, terbagi dalam beberapa kelompok ruangan.   Tetapi Yo Him tadi telah bertanya jelas pada Ko Tie, sehingga ia tahu ke arah mana yang harus diambilnya.   Banyak pengawal-pengawal istana yang melakukan penjagaan, memang ketat sekali.   Namun Yo Him memiliki ginkang yang tinggi dan sempurna, ia bisa bergerak lincah dan juga ia berlaku hati-hati.   Dengan demikian, ia bisa melewati semua penjagaan itu dengan mudah, tak jarang Yo Him juga harus mengambil jalan di atas genteng.   Akhirnya setelah melewati beberapa lapis penjagaan, Yo Him tiba di tempat yang ditujunya.   Dilihatnya lima orang tengah mengadakan penjagaan di tempat tersebut, dua di depan pintu, tiga lainnya berada tidak berjauhan dari mereka berdua, di sebelah kiri.   Yo Him berdiam diri sejenak di tempat bersembunyinya mengawasi mereka.   Jika melihat cara pengawalan yang ketat seperti itu terhadap diri Wang Put Liong, tentu orang she Wang itu merupakan tawanan yang cukup penting.   Dalam hal ini tentu saja Yo Him tidak boleh berlaku ceroboh, oleh karena apabila gagal ia menemui Wang Put Liong, mungkin dirinya tidak akan diperlakukan keras oleh pangeran Ghalik, paling tidak hanya ditegur.   Tetapi yang kasihan adalah Wang Put Liong yang akan menerima perlakuan dan siksaan yang membuat dia lebih menderita.   Setelah mengawasi sekian lama, Yo Him menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat cepat sekali di saat ketiga orang pengawal lainnya tengah mengadakan pemeriksaan di samping ruangan itu.   Gerakan Yo Him sangat ringan, begitu ia hinggap di lantai, ia telah berada di dekat ke dua pengawal di depan pintu.   Ke dua pengawal itu hanya melihat berkelebat sesosok bayangan.   Belum lagi mereka bisa melihat jelas siapa orang yang datang dengan ringan itu seperti bagaikan seekor burung rajawali belaka yang terbang turun di samping mereka, tahu-tahu ke duanya merasakan punggung mereka telah kena dicengkeram kuat bukan main, dan kepala mereka telah dibenturkan satu dengan yang lainnya.   Di mana ke duanya segera pingsan tidak sadarkan diri.   Suara benturan kepala dan jatuhnya tubuh ke dua pengawal itu, telah didengar oleh ketiga pengawal lainnya.   Mereka menoleh terkejut dan kemudian menghampiri dengan setengah berlari.   Salah seorang di antara mereka telah membentak.   "Apa yang terjadi.....?"   Baru bertanya sampai di situ, justru Yo Him telah mendatangi, memapak mereka.   "Aku ingin bicara pada kalian, sahabat......!"   Katanya tenang. Ketiga orang pengawal itu merandek dan heran, salah seorang di antara mereka telah berkata.   "Yo Siauwhiap...... kau......?"   Waktu itu Yo Him telah mendatangi dekat sekali, sambil tersenyum-senyum ia menggerakkan tangannya, liehay tangannya.   Ia telah sekaligus menotok dua orang pengawal itu, sampai mereka rubuh tertotok tidak berdaya lagi, karena jalan darah Tiam-sie-hiat masing-masing telah tertotok telak sekali.   Pengawal yang seorang lagi jadi kaget, ia telah dapat berpikir cepat dan menduga adanya sesuatu yang tidak beres, maka ia telah memutar tubuhnya sambil membuka mulutnya untuk berteriak.   "Ada......!"   Baru saja ia berteriak begitu, tangan kanan Yo Him telah bergerak, di mana Yo Him telah memukul dari jarak jauh ke arah punggung pengawal itu, sampai pengawal tersebut terjerembab dan kemudian pingsan tidak sadarkah diri, karena pukulan pada punggung pengawal itu kuat sekali.   Yo Him melakukan hal seperti itu, karena tidak keburu dia mengejar pengawal itu, di mana pengawal tersebut juga telah mementang mulutnya untuk berteriak.   Maka jalan satu-satunya agar pengawal yang seorang itu tidak menimbulkan keributan yang bisa mengundang pengawal-pengawal lainnya, Yo Him terpaksa menyerangnya seperti itu.   Setelah membereskan kelima pengawal tersebut, Yo Him menghampiri salah seorang di antara mereka, mengambil anak kunci yang tergantung di pinggangnya, yang kemudian dipergunakan untuk membuka pintu kamar itu.   Keadaan di dalam ruangan itu tetap gelap pekat, namun Yo Him telah berkata perlahan.   "Wang Kiesu (orang gagah she Wang)....."   Panggilnya perlahan.   "Apakah Yo Siauwhiap.....?"   Terdengar sahutan.   "Ya, Boanpwe Yo Him datang untuk memenuhi panggilan Wang Kiesu......!"   "Aku berada di sudut kanan ruangan itu......!"   Menjelaskan Wang Put Liong, karena ia tahu, disebabkan ruangan yang gelap pekat ini, tentu Yo Him tidak bisa segera melihatnya.   Yo Him memiliki penglihatan yang tajam setelah berdiam sejenak mengawasi sekitar tempat tersebut.   Ia mulai bisa melihat dengan baik, maka dihampirinya Wang Put Liong.   "Wang Kiesu, kudengar dari Tie-jie, kau memiliki suatu rahasia penting yang ingin disampaikan padaku......   Aku telah memenuhi panggilanmu untuk datang ke mari.   Rahasia apakah itu?"   "Yo Siauwhiap......!"   Berkata Wang Put Liong terharu.   "Tak disangka akhirnya aku bisa bertemu dengan putera Yo Taihiap......! Hai, hai jika akhirnya aku harus menemui ajal di sini, aku akan mati dengan puas......!"   "Wang Kiesu, rahasia apakah yang ingin kau sampaikan itu. Kita tidak boleh terlalu banyak membuang waktu karena tidak lama lagi tentu kedatanganku ke mari akan diketahui oleh orang-orangnya pangeran Ghalik......!"   "Ya, ya, memang aku hendak menyampaikan sesuatu pada Yo Siauwhiap...... itulah mengenai ancaman terhadap para orangorang gagah yang menentang Kaisar Mongol tersebut. Pangeran Ghalik telah berhasil menghimpun kekuatan, yang memang terdiri dari tenaga campuran, tenaga jago-jago Mongolia di bawah pimpinan Tiat To Hoat-ong, dan jago-jago golongan kita yang telah bertekuk lutut bekerja pada mereka demi harta dan pangkat. Semuanya akan dikerahkan untuk melakukan pengejaran terhadap jago-jago yang pernah membantu perjuangan tentara Song menghadapi kerajaan Mongolia. Malah di antara jago-jago yang hendak dicelakai mereka terdapat nama-nama Yo Tayhiap suami isteri, Oey Yok Su Locianpwe dan beberapa tokoh lainnya.   "Jika memang hal ini tidak cepat diberitahukan pada mereka agar bersiap sedia, tentu mereka akan dicelakai dengan berbagai akal bulus. Juga yang terancam bahaya tidak kecil adalah Toan Hong284 ya, di mana In-lam akan dijadikan arena pertempuran lagi. Karena Kublai Khan akan merebut Tay-lie menangkap Toan Hong-ya dan membinasakan jago-jago Tay-lie lainnya. Harap Yo Siauwhiap setelah berhasil meninggalkan tempat ini, segera memberitahukan hal itu pada mereka......!"   Yo Him mengangguk dengan sikap yang tenang, katanya.   "Perihal itu memang telah kami ketahui. Ayah dan ibuku serta tokoh-tokoh lainnya pun telah menduga sebelumnya bahwa pihak Mongolia pasti akan memusuhi mereka dan melakukan pengejaran, karena itu mereka telah pergi menetap di tempat-tempat yang sulit dicari. Harap Wang Kiesu tidak terlalu kuatir......!"   "Tetapi Yo Siauwhiap, di antara jago-jago Song yang telah berkhianat dan berpaling muka, di mana mereka lebih rela menyerah dan memeluk pangkat, bekerja untuk penjajah tersebut, mereka telah membongkar dan memberitahukan di mana tempattempat berdiamnya dari tokoh-tokoh sakti itu......! Memang tokohtokoh sakti itu tidak jeri berurusan dengan penjajah, mereka memiliki kepandaian tinggi. Namun yang kukuatirkan justeru pangeran Ghalik telah menyusun rencana yang licik sekali, mereka akan mempergunakan tipu daya yang kotor sekali untuk dapat menangkap dan membinasakan para tokoh sakti dan jago-jago kerajaan Song.   "Disamping itu masih ada sesuatu yang penting sekali yaitu padaku terdapat peta tempat penyimpanan harta karun dari kerajaan Song. Aku yang telah memperoleh tugas untuk menyelamatkan peta harta karun itu, yang kelak harus diberikan kepada orang yang bermaksud mengusir penjajah, di mana harta yang tidak ternilai harganya itu, yang bisa diselamatkan dari kemusnahan di tangan penjajah itu, telah disembunyikan di suatu tempat yang dirahasiakan sekali......! Sebelum Kublai Khan berhasil merebut kotaraja, Kaisar kita telah mempersiapkan orang-orangnya mengangkut seluruh harta kekayaan kerajaan yang bisa diselamatkan dan disembunyikan di suatu tempat......"   Mendengar perkataan Wang Put Liong itu, Yo Him jadi tertarik, ternyata rahasia penting yang hendak disampaikan Wang Put Liong itu benar-benar merupakan suatu urusan yang penting sekali, bukan hanya sekedar rencana pangeran Ghalik yang ingin mencelakai para jago-jago yang masih setia pada kerajaan Song yang telah musnah itu.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Mengenai rencana pangeran Ghalik, bagaimana cara dan akal licik apa yang hendak dipergunakan olehnya untuk mencelakai jago-jago yang setia pada negara yang telah dimusnahkan oleh kaum penjajah itu, telah kuketahui dan kucatat dan kusimpan di suatu tempat yang tersembunyi...... Karena jika kubawa serta jelas sudah terjatuh di tangan pangeran Ghalik. Kau bisa mengambilnya harta karun itu dan menyelamatkannya. Bersediakah Yo Siauwhiap melakukan tugas mulia ini?"   Yo Him berdiam sejenak, lalu tanyanya.   "Wang Kiesu, engkau baru saja bertemu denganku sekali ini. Tetapi mengapa urusan yang demikian penting kau telah segera mempercayai begitu saja padaku? Bukankah sekarang ini justru aku tengah menjadi orang undangan pangeran Ghalik?" Wang Put Liong tersenyum pahit, katanya.   "Walaupun benar aku telah mendengar dari engko kecil yang tadi telah menemui aku, namun aku percaya, sebagai putera dari seorang pendekar besar seperti Yo Taihiap, jelas Yo Siauwhiap tidak akan melakukan hal hal Yahg bisa mendatangkan aib untuk keluargamu...... Itulah sebabnya mengapa aku segera percaya bahwa hanya engkau satu-satunya orang yang akan sanggup melaksanakan tugas ini, karena tentunya engkaupun memiliki kepandaian tinggi yang telah diwarisi orang tuamu, disamping tentunya pula kau sebagai seorang Ho-han yang bisa dipegang kata-katanya......"   Yo Him tersenyum.   "Tentu saja Boanpwe tidak akan mengecewakan harapan Wang Kiesu......!"   Kata Yo Him.   "Dan di manakah peta harta karun yang tidak ternilai harganya itu bisa diperoleh Boanpwe?"   Wang Put Liong mengangkat tangannya, dia menunjuk dadanya.   "Di dadaku ini......!"   Sahutnya.   "Di dadamu, Wang Kiesu?"   Melihat Yo Him terkejut seperti itu, Wang Put Liong mengangguk.   "Ya, aku telah menyembunyikannya di balik kulit dadaku. Kau pergunakan pedangmu untuk mengambil kulit dadaku ini. Di dalamnya terdapat peta harta karun itu. Sengaja aku menyimpannya secara istimewa seperti ini, karena memang untuk mencegah jangan sampai terjatuh ke tangan penjajah!"   Yo Him mengangguk mengerti. "Baiklah, jika memang peta harta karun itu telah disimpan yang begitu baik sekali oleh Wang Kiesu, tidak perlu aku mengambilnya sekarang. Yang terpenting, kini cara bagaimana meloloskan Wang Kiesu dari tempat ini......!"   Wang Put Liong tersenyum pahit.   "Kau telah melihat keadaanku ini bukan?'' katanya kemudian.   "Ke dua tulang pie-pe ku telah dilobangi dan dirantai seperti ini, juga seluruh otot-ototku telah diputuskan oleh algojo-algojonya pangeran busuk itu, di mana aku kini menjadi manusia bercacad. Selain kepandaianku telah musnah, juga mereka membuat aku menjadi manusia yang sudah tidak punya guna.   "Kalau memang Yo Siauwhiap bersusah payah berusaha menyelamatkan aku, itupun hanya sia-sia belaka, tidak seimbang dengan tenaga dan bahaya yang akan kau hadapi. Karena itu, aku sudah tidak mengharapkan untuk hidup lebih lama, kalau memang peta harta karun ini bisa diselamatkan, aku telah bisa berlapang dada dan puas.   "Semula memang aku masih mengharapkan bisa ditolong seseorang untuk melarikan diri dari tempat ini. Mengharapkan Yo Taihiap mengetahui keadaanku dan datang menolongiku. Hal itu hanyalah disebabkan aku tidak mau peta harta karun itu untuk terkubur bersama aku, jika sampai aku menemui kematian, sehingga selamanya tidak ada orang yang akan mengetahui perihal peta harta karun tersebut.   "Tetapi setelah bertemu dengan kau Siauwhiap dan engkau juga menyanggupi untuk melaksanakan tugas mulia itu, melindungi peta harta karun ini, yang merupakan harta peninggalan kerajaan Song kita, aku telah puas. Untuk matipun aku bisa dengan mata terpejam dan tenang......!"   Namun Yo Him telah menggelengkan kepalanya.   "Wang Kiesu, dalam hal ini aku harus berusaha menyelamatkan kau......! Biarlah sekarang, aku harus berusaha untuk memutuskan rantai itu......!"   Yo Him berdiri, dia mencekal rantai yang tertanam di dinding tembok itu.   "Kita tidak memiliki waktu terlalu banyak, maka dari itu kita harus bekerja cepat........!"   Setelah berkata begitu Yo Him mengerahkan tenaga dalamnya menarik rantai itu, agar terlepas dari dinding.   Namun rantai itu benar-benar tertanam dalam sekali di samping sangat kuat.   Waktu Yo Him menariknya dengan mempergunakan lweekangnya, hanya sedikit sekali tembok yang meluruk namun rantai itu tidak terlepas juga.   Yo Him mencoba beberapa kali menariknya, ia penasaran karena tidak bisa melepaskan rantai itu dari dinding.   Wang Put Liong tersenyum pahit, katanya.   "Sudahlah Yo Siauwhiap, percuma kau mengeluarkan tenaga seperti itu, akan sia-sia belaka usahanya. Aku berterima kasih atas maksud baikmu yang ingin menolongi aku. Tetapi dalam hal ini, aku telah yakin, rantai itu tidak mungkin bisa melepas dari benamannya di tembok itu. Karena ujung rantai itu ditanam sedalam lima tombak lebih. Yang dibuat melingkar-lingkar di dalam tembok itu, sehingga tidak mungkin bisa ditarik terlepas......"   Yo Him masih ingin coba menarik rantai itu, waktu mana ia mendengar suara ribut-ribut di luar kamar tersebut.   "Orang-orangnya pangeran terkutuk itu telah datang, mereka mungkin mengetahui kau berada di dalam kamar ini, Yo Siauwhiap. Kau harus cepat-cepat menyingkirkan diri. Sekarang juga kau harus mengambil peta harta karun itu di dadaku. Dan di dalam peta itu kujelaskan, di mana aku menyimpan rencana pangeran Ghalik untuk membasmi para jago-jago yang mencintai negara Song kita...... Cepatlah Yo siauwhiap, sebelum mereka datang, kau harus segera dapat menyelamatkan dirimu bersama peta harta karun itu!"   Suara langkah kaki dan suara bentakan di luar kamar terdengar ramai sekali.   Malah terdengar juga saling benturnya senjata tajam.   Yo Him mengerutkan alis.   Ia harus cepat-cepat melakukan apa yang dikatakan oleh Wang Put Liong dan kemudian menerobos keluar.   Tetapi hatinyapun tidak begitu tega untuk membedah kulit dada Wang Put Liong, malah kemudian meninggalkannya.   Maka Yo Him terdiam ragu-ragu.   Dalam keadaan seperti itu, di luar kamar terdengar suara ribut-ribut itu bertambah ramai.   Namun tidak ada seorangpun yang membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan ini.   Setelah berdiam diri sekian lama, Yo Him bisa menduga.   "Mungkin tengah terjadi sesuatu di luar kamar......! Mereka masih belum mengetahui perihal beradanya aku di sini Wang Kiesu......!"   Wang Put Liong tengah berpikir serupa, ia mengangguk.   "Entah siapa yang telah datang ke mari?"   Katanya menggumam.   "Tentunya seorang yang gagah dan sakti berani mengacau di istananya pangeran Ghalik itu......!"   Belum Yo Him menyahuti, waktu itu ia telah mendengar suara bentakan bengis.   "Bangsat dari mana yang datang mengacau di sini?"   Itulah suaranya pangeran Ghalik. Terdengar suara tertawa yang nyaring dan tinggi sekali, Yo Him seperti pernah mendengar suara tertawa seperti itu, namun ia tidak ingat lagi, entah di mana ia pernah mendengarnya.   "Aku yang ingin membeset tubuh dan mematahkan tulang leher dari manusia yang bernama Ghalik......!"   Menyahuti seseorang, kemudian disusul dengan suara tertawanya lagi yang nyaring meninggi. Wang Put Liong waktu itu jadi sibuk sekali, katanya.   "Yo Siauwhiap. Cepat kau ambil peta harta karun itu dari dalam lapisan kulit dadaku.......!"   Yo Him menggerakkan ke dua tangannya mengisyaratkan agar Wang Kiesu berlaku tenang.   Lalu dia memegang rantai itu yang ditariknya dengan sekuat tenaganya.   Betotannya itu memang lebih kuat dari sebelumnya, karena tembok itu kembali berguguran.   Yo Him mengempos semangatnya dan tenaganya lagi, di mana dia menarik lebih kuat lagi.   Kali ini berhasil, karena rantai itu telah berhasil ditariknya keluar dari dinding sepanjang tiga dim.   Walaupun sedikit, itu merupakan harapan yang besar untuk Yo Him.   Pemuda ini mengerahkan tenaga dalamnya lagi, ia memang memiliki latihan lweekang yang sempurna, maka setelah menarik dua kali, rantai itu telah berhasil ditarik keluar dari benaman tembok sepanjang empat dim pula.   Mempergunakan kesempatan di luar tengah terjadi kericuhan seperti itu, waktu orang-orangnya pangeran Ghalik tengah sibuk menghadapi orang yang datang mengacau di istananya itu, maka Yo Him ingin memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menyelamatkan Wang Put Liong.   Melihat rantai itu hanya bisa ditariknya sedikit demi sedikit, akhirnya Yo Him tidak sabar, ia mengempos tenaganya menyalurkan tenaga murninya pada telapak tangannya digerakkan menghantam tembok itu.   Kuat bukan main pukulan yang dilakukan pada tembok itu, sampai dinding itu tergetar dan akhirnya meluruk tembok yang jadi sempal tersebut oleh pukulan tapak tangan Yo Him.   Berulang kali Yo Him melakukan pukulannya itu, sehingga beberapa bata terhajar menjadi hancur.   Dan rantai telah dapat ditarik lebih panjang lagi.   Lewat sesaat lagi, rantai itu telah berhasil terlepas dari tembok itu, setelah Yo Him mengerahkan seluruh tenaganya dan menarik kuat sekali.   Namun Yo Him masih perlu menarik keluar rantai yang satunya lagi.   Ia melakukannya dengan cara yang sama seperti tadi.   Yang membawa hasil yang cukup baik, di mana rantai yang satunya itu telah berhasil ditarik terlepas dari benaman di tembok itu.   "Akhirnya kita berhasil, Wang Kiesu!"   Kata Yo Him sambil menghapus keringatnya.   "Tetapi kita tidak bisa keluar dari tempat ini, mereka berada di luar......!"   Menggumam Wang Put Liong dengan terharu mengandung kegembiraan yang tiada tara, karena melihat rantai yang mengikat tulang pie-pe nya itu telah berhasil ditarik terlepas dari benamannya di dinding itu.   "Jangan kuatir. Nanti aku akan mengusahakannya dengan cara bagaimanapun, agar kau bisa diselamatkan, Wang Kiesu...... yang terpenting engkau harus diselamatkan dulu!"   Wang Put Liong hanya mengangguk disamping girang, iapun sangat kagum sekali terhadap kekuatan tenaga lweekang yang dimiliki Yo Him.   Tadi dia telah melihatnya betapa pemuda itu telah berhasil menarik terlepas ke dua rantai itu, yang tentu saja tidak mudah dilakukan oleh sembarangan orang.   Waktu itu Yo Him telah melompat ke dekat pintu.   Ia mengintai keluar.   Segera juga dilihatnya pertempuran yang tengah berlangsung di luar ruangan itu.   Dua sosok tubuh, yang satu bertubuh pendek kecil dengan seorang lagi seorang yang bertubuh agak langsing tengah bergerak-gerak lincah sekali, dikepung oleh orang-orang pangeran Ghalik.   Sedangkan pangeran Ghalik telah berdiri di luar gelanggang pertempuran dengan sebatang golok tajam tercekal di tangannya mengawasi kejadian itu dengan sepasang mata yang terpentang lebar karena setiap saat bisa saja ia melompat ikut menyerang ke dua sosok tubuh itu.   Waktu Yo Him menegaskan ternyata orang yang bertubuh pendek itu adalah seorang pemuda yang berparas cukup tampan mungkin usianya duapuluh tahun lebih.   Hanya bentuk tubuhnya yang pendek sekali, bagaikan seorang anak belasan tahun.   Gerakan tubuhnya begitu cepat dan lincah, karena tampaknya pemuda bertubuh pendek kecil itu memiliki ginkang yang luar biasa.   Dan sosok tubuh seorangnya lagi, adalah seorang wanita yang telah berusia cukup tua, seorang nenek yang memiliki rambut masih hitam.   Gerakan nenek itu juga lincah sekali, di mana ia telah melompat-lompat ke sana ke mari dengan gerakan yang sangat cepat, setiap tangannya menyambar, tentu`senjata dari salah seorang pengepungnya dapat dirampas.   Tentara Mongolia yang merupakan jago-jago pilihan dari pangeran Ghalik, telah menyerang hebat dengan senjata masing-masing, mengepung ke dua orang itu.   Dan jumlah mereka hampir limapuluh orang.   Namun semuanya tidak berdaya untuk mendesak si nenek dan pemuda itu.   Sedangkan yang membuat Yo Him tambah kaget di sebelah kanan di luar kalangan, berdiri seseorang, yaitu seorang yang bertubuh tinggi besar, dengan muka yang memerah, yang tidak lain dari Swat Tocu......   Suara teriakan yang nyaring tinggi yang didengar Yo Him ternyata tidak lain dari teriakan Swat Tocu.   Ia selalu berteriak-teriak dengan suara yang nyaring, di mana ia tidak ikut bertempur, hanya menganjurkan si nenek dan pemuda bertubuh pendek itu, agar mereka bisa menghadapi para pengepungnya lebih baik lagi.   Yo Him juga heran, mengapa Swat Tocu berada di istana pangeran Ghalik, dan juga tanpa biruangnya, biruang Salju peliharaannya......   Tetapi yang membuat Yo Him girang, dengan adanya Swat Tocu ia mendapat bantuan tenaga yang tidak kecil untuk menghadapi pangeran Ghalik.   Bukankah mereka telah pernah bertemu dan tampaknya Swat Tocu memang bersikap baik padanya? Lagi pula kepandaian Swat Tocu begitu sempurna dan tinggi.   Cepat-cepat Yo Him menghampiri Wang Put Liong, katanya.   "Wang Kiesu, mari ikut keluar. Kebetulan sekali Swat Tocu datang bersama dengan dua orang temannya. Tampaknya ke dua temannya itupun memiliki kepandaian tinggi. Swat Tocu memiliki kepandaian yang sulit diukur, mungkin juga kita memiliki kesempatan untuk meloloskan diri......!"   Wang Put Liong bimbang, namun akhirnya mengangguk.   "Yo Siauwhiap, jika memang kau yakin kita bisa meloloskan diri, hal itu memang menggembirakan, tetapi yang kukuatirkan, justru dengan mengajakku, tentu akan mempersulit dirimu. Karena aku sudah tidak memiliki tenaga...... belum lagi kau nanti harus melindungi ke dua orang temanmu. Yang katanya pun terluka dan juga engko kecil yang pernah bertemu denganku......!?"   Yo Him bersenyum sabar, katanya dengan tenang.   "Kau jangan berpikir terlalu panjang seperti itu, karena dengan adanya Swat Tocu, kau tidak perlu kuatir. Tentu Swat Tocu bersedia membantuku untuk melindungimu, dan akupun akan segera memanggil ke dua orang sahabatku itu, yaitu Cin toako dan Liu Lopeh serta Tie-jie......!"   Wang Put Liong mengangguk, dan ketika Yo Him menggendong, di mana Wang Put Liong didudukan pada pundaknya, dia juga menurut saja.   Dengan menggendong Wang Put Liong, tampak Yo Him menghampiri pintu.   Dia mementang mata mengawasi keadaan di luar, karena jika telah tiba kesempatan yang memungkinkan dia membawa lari Wang Put Liong, barulah pemuda ini akan keluar dari dalam ruangan itu.   Di saat seperti ini memang pertempuran tengah berlangsung di luar ruangan, terjadi lebih seru.   Pemuda bertubuh pendek itu tengah melompat gesit sekali, sebentar ke kiri dan sebentar lagi tubuhnya melompat ke kanan, dan ke dua tangannya telah digerakkan dengan lincah, di mana ke dua tangannya terdapat sebatang pisau yang pendek kecil, yang tersembunyi di telapak tangannya.   Jika tidak diperhatikan dengan benar, tentu tidak akan terlihat jelas.   Maka setiap kali dia berhasil menggores lawannya, lawan itu mengeluarkan suara jeritan dan lukanya mengucurkan darah.   Dengan demikian tidak ada lawannya yang berani terlalu mendesaknya.   Sedangkan si nenek yang rambutnya masih hitam itu.   Juga tidak kalah tangguhnya.   Karena telah memberikan perlawanan yang sangat gigih sekali, setiap lawan mendesaknya tentu akan dihajarnya, sehingga itu harus mundur dengan menderita kesakitan.   Pangeran Ghalik merupakan orang kepercayaan kaisar Kublai Khan, ia memiliki banyak sekali jago-jago pilihan.   Dan jagojagonya yang tengah mengepung si nenek dengan pemuda bertubuh pendek tersebut semuanya merupakan jago-jago yang memiliki kepandaian tinggi.   Maka aneh sekali, walaupun jumlah mereka begitu banyak.   Tokh mereka tidak bisa berbuat apa-apa pada ke dua lawan mereka itu, yang tangguh bukan main, di mana mereka hanya bisa mengepung belaka.   Pemuda bertubuh pendek itu rupanya telah habis sabarnya melihat jumlah lawan demikian banyak dan tetap saja dia bersama nenek yang terkurung seperti itu.   Maka dalam suatu kesempatan dia telah memasukkan pisau kecil di tangannya itu ke dalam sakunya.   Setelah mendesak mundur dua orang lawannya, tahu-tahu dia telah berjongkok, dan ke dua tangannya digerakkan perlahan dari mulutnya terdengar suara kodok, suara "krookk, kroookk"   Seperti suara kodok, lalu ke dua tangannya didorongkan ke depan kuat sekali.   Cepat cara menyerang pemuda bertubuh pendek tersebut, karena seketika itu juga tubuh tiga orang jago dari pangeran Ghalik terpental keras, rubuh kejengkang dan kemudian rebah tidak bernapas lagi! Pemuda bertubuh pendek tersebut juga bukan hanya satu kali melaksanakan serangannya yang aneh seperti itu, ia tetap berjongkok, dan waktu mulutnya memperdengarkan suara "Krookk, krookkk"   Pula dan ke dua tangannya digerakkan seperti tadi, maka terpentallah empat orang jago yang menjadi lawannya.   Mereka kejengkang rebah pingsan dengan luka parah, dan yang seorang seketika juga langsung putus jiwanya.   Menyaksikan keadaan seperti itu, di mana pemuda itu mempergunakan ilmu yang aneh namun hebat itu, semua lawannya jadi kaget dan memandang ragu-ragu untuk maju menyerang lagi.   Pangeran Ghalik juga telah memandang kaget dan dia sampai mundur dua tindak ke belakang, mengawasi tegang kepada pemuda yang tangguh itu.   Swat Tocu yang berdiri di pinggir telah tertawa nyaring, suaranya tinggi, lalu katanya.   Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Bagus! Bagus! Memang apa yang pernah kalian katakan ibu dan anak memang benar, bahwa kalian masih memiliki hubungan erat dengan Auwyang Hong, si bisa bangkotan itu! Itulah Ha-mo-kang!"   Yo Him kaget mendengar disebutnya cara serangan yang dilakukan oleh pemuda itu disebut sebagai ilmu mujijat ini.   Sejak kematian Auwyang Hong dan sama sekali Yo Him tidak menyangka bahwa sekarang ia bisa menyaksikan ilmu mujijat itu, ilmu pukulan kodok Auwyang Hong yang pernah menggetarkan rimba persilatan.   Memang Yo Him juga sering mendengar dari ayah dan ibunya, mengenai sepak terjang Auwyang Hong di masa lalu, di mana sempat juga Yo Ko menjadi "murid"   Dari Auwyang Hong.   Namun karena ilmu itu terlalu ganas, setelah memiliki kepandaian yang sempurna, Yo Ko jarang sekali bahkan hampir sama sekali tidak pernah mempergunakannya.   Begitu juga kepada Yo Him dia tidak menurunkan ilmu Ha-mo kang tersebut, hanya memberikan penjelasan singkat saja.   Begitu halnya juga dengan Oey Yok Su, waktu Yo Him telah menjadi muridnya, Oey Yok Su menceritakan kepadanya, bahwa Ha-mo-kang nya Auwyang Hong sesungguhnya merupakan ilmu kodok yang sangat hebat sekali.   Dan Oey Yok Su sendiri mengakui, jika saja Auwyang Hong tidak sampai terbinasa, tentu akan dapat melatihnya lebih sempurna.   Benar ilmu Ha-mo-kang tersebut tidak bisa merubuhkan Oey Yok Su, tetapi buat Oey Yok Su juga sulit menghadapi dan merubuhkannya.   Maka dari itu Yo Him telah mengetahui akan kehebatan ilmu Hamo-kang itu.   Namun kini yang membuat Yo-him heran, pemuda berusia muda dan bertubuh pendek itu, dapat menjalankan ilmu tersebut dengan baik, di mana setiap gerakan dari ke dua tangannya itu, yang dipergunakan untuk menyerang lawannya, selalu berhasil dengan memuaskan.   Dengan demikian membuat Yo Him memandang tertegun sejenak lamanya.   Sedangkan si nenek telah tertawa nyaring, katanya.   "Untuk apa aku mendustaimu? Justru karena kami pernah menerima pesan dari Auwyang Hong. Kami juga berani menjelaskan duduk persoalannya padamu! Kami memang tidak ingin mempergunakan pengaruh dari Auwyang Hong untuk meminta bantuanmu, itu terserah padamu...... tetapi kukira tentunya dengan memandang pada Auwyang Hong tentu engkau bersedia untuk membantu kami menyelesaikan suatu urusan......!"    Perintah Maut Karya Buyung Hok Manusia Aneh Alas Pegunungan Karya Gan Kl Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung

Cari Blog Ini