Beruang Salju 9
Beruang Salju Karya Sin Liong Bagian 9
Beruang Salju Karya dari Sin Liong Dan setelah berkata begitu, si nenek yang rambutnya masih hitam telah mengeluarkan suara siulan yang nyaring, di mana dia telah menggerakkan ke dua tangannya, maka telah dua orang lagi lawannya yang tergempur mundur. Namun serangan si nenek berambut hitam itu tidak sehebat seperti pemuda bertubuh pendek tersebut karena dia masih kalah tenaga. Ilmu yang digunakannya tidak sehebat Ha-mo-kang yang dipergunakan pemuda bertubuh pendek itu. Yo Him jadi menduga-duga siapakah pemuda bertubuh pendek yang liehay ini? Juga siapa nenek itu yang masih memilik rambut yang hitam, dan sisa-sisa dari kecantikan masih berbekas di wajahnya walaupun usianya telah lanjut. Dan mereka tampaknya memiliki hubungan yang cukup akrab dengan Swat Tocu, malah disebut-sebut mereka memiliki hubungan dengan Auwyang Hong, malah sekarang pemuda bertubuh pendek itu telah membawakan ilmu Ha-mo-kang, ilmu andalan Auwyang Hong. Sesungguhnya, si nenek dan pemuda bertubuh pendek itu adalah ibu dan anak. Mereka adalah Cek Yian dan Phu-jie, yang pernah kita kenal dalam kisah Sin-tiauw-thian-lam, yang pernah mengakui sebagai isteri Auwyang Hong, dan putera sebagai puteranya Auwyang Hong. Sejak peristiwa di Hoa-san, di mana mereka mendapatkan kenyataan kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong dibongkar orang, dan Cek Tian telah bertempur dengan Yo Ko, maka akhirnya ia mengajak Phu-jie untuk mengembara, menyelidiki dan mencari orang yang telah membongkar kuburan Auwyang Hong. Tetapi tahun demi tahun usaha mereka itu tidak berhasil sama sekali sampai sekarang, sesudah duapuluh tahun lebih, waktu Phu-jie, pemuda yang memiliki pertumbuhan tubuh yang pendek itu telah dewasa, barulah mereka mengendus tentang peristiwa pembongkaran kuburan Auwyang Hong yang terjadi hampir duapuluh tahun lebih yang silam! Sesungguhnya Phu-jie memang putera Auwyang Hong namun putera tidak resmi di mana Phu-jie dianggap merupakan si anak haram! Pek-to-san di mana ia berdiam di sana sebagai juga seorang raja dengan pelayan-pelayannya terdiri dari gadis-gadis cantik. See-tok Auwyang Hong merupakan seorang jago luar biasa dari keempat jago lainnya, karena See-tok merupakan tokoh sakti yang kepandaiannya tidak berada di bawah kepandaian Oey Yok Su, Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong maupun It Teng Taysu. Karena sibuk mempersiapkan ilmu untuk menghadapi keempat jago-jago luar biasa itu maka See-tok telah mencurahkan seluruh perhatiannya untuk melatih ilmu tersebut perhatiannya dan tidak mau menikah. Sebagai seorang manusia, tentu saja Auwyang Hong tidak bisa terlepas dari kodrat manusia di mana ia sebagai seorang pria yang dikelilingi oleh para pelayan yang ratusan orang jumlahnya semua terdiri dari wanita-wanita cantik. Maka dari itu hampir semua pelayan wanitanya itu memang dijadikan semacam isteri tidak resmi, tidak ada seorangpun yang diambil secara sah sebagai isterinya. Dengan demikian, mereka disamping menjadi "isteri", juga merangkap sebagai "pelayan" Dan juga "murid" Dari Auwyang Hong. Dari seorang "isteri" Yang bernama Mie San Lie, diperoleh seorang anak, hasil hubungan gelap mereka, di mana telah terlahir seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Auwyang Kongcu. Namun disebabkan malu untuk mengakui anaknya sebagai puteranya, Auwyang Hong menceriterakan bahwa Auwyang Kongcu adalah keponakannya. Tetapi Auwyang Hong sangat mencintai Auwyang Kongcu, di mana seluruh kepandaiannya telah diturunkan pada putera merangkap keponakan tersebut, sehingga Auwyang Kongcu jadi liehay namun bernasib sial yang akhirnya harus terbinasa muda...... Jika memang hendak diturutkan, tentu Auwyang Hong akan memiliki ratusan anak haram atas hubungan gelapnya dengan para pelayan wanita yang berjumlah ratusan orang itu. Namun setiap kali pelayannya hamil, tentu Auwyang Hong memberikan semacam obat sehingga kandungan itu gugur. Dan setelah Auwyang Kongcu binasa, saat itulah Auwyang Hong baru berhasrat untuk memiliki seorang anak lagi. Maka atas hubungannya dengan seorang pelayan wanitanya yang bernama Cek Tian, ia berhasil memiliki seorang anak pula, diberi nama Auwyang Phu. Hanya saja disebabkan telah tiba waktunya untuk diselenggarakan pertemuan di Hoa-san antara Auwyang Hong dengan keempat jago-jago lainnya yaitu Oey Yok Su, Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong dan It Teng Taysu, See-tok telah kembali ke daratan Tiong-goan, meninggalkan puteranya yang pada saat itu baru berusia sembilan bulan. Hanya sebelum berangkat, See-tok telah meninggalkan se Jilid kitab ilmu silat dengan pesan jika memang ia tidak beruntung memperoleh kemenangan dalam pertemuan di Hoa-san dan terbinasa, maka Cek Tian harus mendidik Phu-jie sebaik mungkin mendidik ilmu silatnya yang terdapat di dalam kitab warisannya itu. Dengan demikian, Cek Tian telah mematuhi perintah suami tidak resmi yang merangkap menjadi gurunya. Memang sejak diculik Auwyang Hong, dan Cek Tian bekerja sebagai pelayan merangkap istri. Dia juga memperoleh didikan ilmu silat dari Auwyang Hong sehingga memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Sekarang menanti sekian tahun, waktu Phu-jie telah berusia tujuh tahun, Auwyang Hong belum kembali, Cek Tian mengajak Phu-jie ke daratan Tiong-goan untuk mencari ayah anaknya itu disamping mengajari ilmu silat yang dimilikinya. Karena memang Phu-jie putera See-tok yang licin dan cerdik itu membuat anak itu pula memiliki otak yang encer pula. Dia bisa mempelajari ilmu warisan See-tok dengan baik. Namun sayangnya ketika mereka ibu dan anak melakukan pengembaraan di daratan Tiong-goan. Di mana waktu itu Cek Tian telah berusia setengah baya, karena See-tok baru mau memiliki anak darinya setelah ia berusia pertengahan tahun seperti itu. Ibu dan anak ini mendengar berita atas kematian Auwyang Hong dan Ang Cit Kong. Maka Cek Tian mengajak Phu-jie ke Hoa-san untuk menyambangi kuburan See-tok. Kejadian yang ada, kuburan itu telah bongkar orang. Waktu ibu dan anak itu tiba di sana, malah telah salah paham dengan Yo Ko dan Lo Ban Thong...... Karena hampir duapuluh tahun lamanya tidak berhasil mencari jejak pembongkar kuburan Auwyang Hong, Cek Tian bermaksud hendak mengajak Phu-jie kembali ke Pek-to-san. Namun anak itu malah lebih senang mengembara di daratan Tiong-goan, yang memiliki keindahan alam yang permai dan indah. Disamping itu, kini Phu-jie telah menjadi seorang pemuda yang kepandaiannya tangguh sekali. Hanya ada satu kekurangan padanya, bentuk tubuhnya yang pendek tak bisa membesar, tampaknya seperti anak belasan tahun belaka. Sang ibu yang sangat mencintai anak tunggalnya itu, yang kini telah berusia lanjut, menuruti saja kemauan Auwyang Phu. Mereka telah mengembara terus dalam daratan Tiong-goan. Soal penyerbuan tentara Mongolia, tak menarik perhatian ibu dan anak tersebut, karena mereka lebih mementingkan pribadi mereka, tanpa memperdulikan keadaan di sekitar mereka. Waktu peperangan telah usai, di mana daratan Tiong-goan telah berhasil dikuasai Kublai Khan. Waktu itulah Cek Tian bersama Auwyang Phu baru memperoleh berita bahwa peristiwa pembongkaran kuburan ayahnya itu, yang terjadi telah puluhan tahun lalu, memiliki hubungan dan sangkut paut dengan pangeran Ghalik, keponakan dari Kublai Khan. Maka mereka ibu dan anak telah mencari pangeran Ghalik. Semula mereka mengacau di istana kaisar Kublai Khan. Namun setelah tidak berhasil menemukan jejak pangeran Ghalik, dan setelah dikepung oleh perwira istana Kublai Khan yang umumnya memiliki kepandaian tinggi itu, akhirnya mereka melarikan diri dari istana dan menyelidiki lagi mencari jejak pangeran Ghalik. Selama menyelidiki, mereka juga selalu main bunuh dan membinasakan tentara-tentara Mongol yang mereka jumpai dan mendesak mereka untuk memberi keterangan. Karena tangan ibu dan anak yang begitu telengas, maka suatu kali seorang tentara Mongolia yang takut mati, telah menceritakan bahwa pangeran Ghalik sesungguhnya memiliki istana yang tersembunyi di sebuah lembah...... Tidak urung setelah memberikan keterangan tentara yang nasibnya sial ini digempur batok kepalanya sampai lumat oleh pukulan tangan Auwyang Phu. Begitulah Cek Tian bersama puteranya telah berangkat menuju ke lembah Sam-cie-kok di pegunungan Liang-san. Tempat itu memang tersembunyi letaknya, namun ibu dan anak ini memang memiliki kepandaian yang tinggi dan juga memang ginkang mereka sempurna, sehingga mereka bisa menemukannya. Dan waktu tiba di istana yang merupakan perbentengan itu, ibu dan anak ini juga telah bertemu dengan seseorang yang tengah mengamuk hebat membinasakan beberapa orang tentara Mongolia yang melakukan penjagaan di luar istana. Orang itu tidak lain Swat Tocu yang ingin masuk ke dalam istana. Namun telah ditahan, sehingga Swat Tocu bersama biruang saljunya mengamuk di mana setiap kali ada tentara Mongolia yang tercekal oleh biruang salju Pek-swat-jie, tentara itu akan terbinasa dengan tubuh yang dirobek-robek oleh binatang buas tersebut! Juga Swat Tocu sendiri telah membinasakan belasan tentara penjaga. Sisanya segera melarikan diri ke dalam istana. Cek Tian dan Auwyang Phu telah berkenalan dengan Swat Tocu. Waktu mendengar nyonya itu mengakui sebagai isteri Auwyang Hong dan Auwyang Phu sebagai putera Auwyang Hong, Swat Tocu jadi tidak mempercayainya. Tetapi nyonya itu mengatakan, nanti setelah mereka tiba di dalam istana. Ia akan membuktikan kebenaran dari perkataan mereka. Memang kedatangan mereka ke istana ini untuk mencari pangeran Ghalik, guna memperhitungkan sakit hati mereka terhadap pembongkaran kuburan Auwyang Hong. Nyonya Cek Tian tidak berani bersikap kurang ajar pada Swat Tocu, karena dari Auwyang Hong ia pernah juga mendengar terdapat seorang tokoh yang memiliki kepandaian sangat lihay, tidak berada di bawah kepandaian Auwyang Hong, yaitu Swat Tocu. Dan tidak disangkanya bahwa kini mereka bisa bertemu. Malah tanpa segan-segan Cek Tian memohon agar Swat Tocu membantu mereka untuk membalas sakit hati mereka pada pangeran Ghalik. Swat Tocu menyatakan dengan memandang muka See-tok yang telah terbinasa dan diperhina dengan pembongkaran kuburannya oleh pangeran Ghalik, ia bersedia membantu. Terlebih lagi ia tertarik melihat Auwyaug Phu merupakan seorang pemuda yang memiliki bakat dan tulang baik untuk mempelajari ilmu silat, walaupun tubuhnya begitu pendek dan cebol...... Memang kedatangan Swat Tocu ke lembah ini kebetulan saja. Setelah berpisahan dengan Yo Him, ia mengajak biruang saljunya meninggalkan kota itu dan tiba di lembah ini. Tak disangka mereka juga tiba di lembah Sam-cie-kok tersebut, sehingga Swat Tocu melihat istana yang megah. Sebagai seorang tokoh sakti yang memiliki adat sangat aneh, ia ingin sekali mengetahui, entah apa isinya istana tersebut dan siapa penghuni istana yang aneh terletak di dalam lembah tersembunyi itu. Dengan berani dia hendak memasuki istana itu. Siapa tahu ia ditegur dan dicegat oleh para penjaga di luar istana, membuat Swat Tocu memaksanya dan setelah dicegah terus, ia mengamuk bersama biruang saljunya. Begitulah Swat Tocu akhirnya bersama dengan Tek Cian dan Auwyang Phu telah masuk ke istana tersebut, sedangkan Pekswat-jie, menanti di luar istana, untuk berkeliaran di lembah itu menangkap burung dan binatang kecil lainnya...... Jago-jago yang mengurung Cek Tian dan Auwyang Phu semakin ganas, mereka melihat banyak kawan mereka yang telah menjadi korban. Dan karena itu, mereka telah bertekad untuk membinasakan Auwyang Phu dan Cek Tian. Mereka memperketat kepungan, dengan senjata mereka bersama meluruk melancarkan serangan yang hebat. Cek Tian melihat bahwa ia mau atau tidak harus mempergunakan kekerasan membuka jalan berdarah. Maka wanita setengah baya itu telah berjongkok dan kemudian mulutnya mengeluarkan suara "krookk, krook", di mana kemudian ke dua tangannya digerakkan ke depan memotong. Sama sikapnya seperti yang dilakukan oleh Auwyang Phu, karena memang Cek Tian mempergunakan ilmu Ha-mo-kang. Hebat kesudahannya, sebab tampak tiga orang lawannya telah terpental keras dan seorang terbinasa, dua pingsan dengan luka di dalam yang hebat. Ibu dan anak telah mempergunakan Ha-mo-kang. Ilmu warisan Auwyang Hong, yang tercatat di dalam kitab warisannya itu, memang telah diwarisi seluruhnya pada Auwyang Phu, sehingga Auwyang Phu memiliki kepandaian yang sangat tinggi. Dengan demikian, Cek Tian dan Auwyang Phu seperti juga dua orang momok yang mengerikan bagi semua lawannya. Pangeran Ghalik yang sejak tadi melihat bahwa ke dua orang ini berbahaya sekali, dan juga belum lagi Swat Tocu yang tampaknya memiliki kepandaian yang jauh lebih lihai belum turun tangan, maka diam-diam pangeran Ghallik telah membisiki seorang anak buahnya, meminta agar memanggil Tiat To Hoat-ong secepatnya. Memang waktu itu Tiat To Hoat-ong belum lagi meninggalkan istana pangeran ini, belum pulang ke ibu kota. Dan setelah itu, pangeran Ghalik sendiri telah melompat kehadapan Cek Tian, bentaknya. "Wanita tua tidak mengenal mampus, kau berani mengacau di istanaku, heh?" Dan golok di tangannya, di punggung goloknya yang bergigi seperti gergaji itu telah digerakkan untuk membacok Cek Tian. Namun Cek Tian mempergunakan menghantam pangeran itu. ilmu Ha-mo-kangnya Pangeran Ghalik memang pernah menerima pelajaran ilmu silat dari seorang aneh, yang kosen dan memiliki kepandaian luar biasa tingginya, ia berkelit cepat dan gesit sekali. Di mana pukulan Hamo-kang yang dilancarkan oleh Cek Tian gagal mengenainya, hanya menyambar dinding di belakang pangeran Ghalik, sehingga dinding jebol berlubang. Pangeran Ghalik jadi terbang semangatnya. Dia boleh liehay kepandaiannya, tetapi menghadapi wanita kosen ini, ia jadi menggigil juga. Sedangkan Swat Tocu telah tertawa bergelak-gelak dengan suara yang nyaring. "Bagus, bagus, manusia bertingkah seperti dia memang harus dimampusi!" Cek Tian juga telah berseru bengis. "Bukankah engkau pangeran Ghalik?" Pangeran Ghalik telah berhasil mengumpulkan semangatnya, dengan melintangkan goloknya di dada, ia telah menyahuti. "Benar!" Tetapi di saat itu terdengar tiga jeritan lagi, tiga sosok tubuh terpental oleh pukulan Ha-mo-kang Auwyang Phu. "Bagus! Memang kau yang tengah kami cari!" Kata Cek Tian. "Ada urusan apa kalian mencariku dan sekarang mengacau di sini?" Bentak pangeran Ghalik ragu-ragu, lenyap kebengisannya dan keagungannya sebagai seorang pangeran, walaupun ia masih hendak bersikap keagung-agungan. "Aku hendak menanyakan soal pembongkaran kuburan suamiku!" Menyahuti Cek Tian. "Siapa suamimu?" "Auwyang Hong...... yang kuburannya di Hoa-san telah kau bongkar!" Muka Pangeran Ghalik jadi berubah. "Ini...... ini......!" Katanya dengan suara terbata-bata. "Hmmm, dalam hal ini kau mengakuinya bukan, bahwa yang perintahkan orang-orangmu untuk membongkar kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong adalah kau sendiri?" Tanya Cek Tian tambah bengis. Pangeran Ghalik memandang ragu. Memang peristiwa pembongkaran kuburan di Hoa-san, yaitu kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong, yang sampai saat itu masih merupakan teka teki buat Yo Ko, Lo Boan Thong Ciu Pek Tong dan tokoh-tokoh lainnya, ternyata dilakukan oleh orangorangnya pangeran Ghalik. Sebelum penyerbuan ke daratan Tiong-goan, Kublai Khan memang perintahkan Tiat To Hoat-ong untuk berusaha membinasakan jago-jago daratan Tiong-goan, jika dapat membujuk mereka dan menguasai jago-jago daratan Tiong-goan agar mau bekerja untuk pihak Mongolia. Memang Tiat To Hoat-ong berhasil menjalankan tugasnya dengan baik, banyak juga jagojago Tiong-goan yang berhasil ditarik ke pihaknya. Disamping Tiat To Hoat-ong, Kublai Khan telah perintahkan pangeran Ghalik, agar pangeran itu menyelusup pula ke daratan Tiong-goan membawa jago-jago pilihannya, guna menimbulkan kekacauan dan mengadu domba satu dengan yang lainnya dari sekian banyak para jago-jago Tiong-goan. Memang pangeran Ghalik memiliki otak yang cerdas sekali sehingga setelah mempelajari selama setahun lebih, dia telah mengetahui siapa saja yang terpandai di antara para jago-jago Tiong-goan, diapun menyebar orangnya untuk mencari jejak dari para jago-jago tersebut. Dan perintahkan jago-jago Tiong-goan yang telah berpihak pada Mongolia untuk mengantarkan surat palsu kepada Yo Ko, It Teng Taysu dan juga jago lainnya, dengan memalsukan surat-surat mereka. Dengan demikian pangeran Ghalik ingin mengadu domba mereka. Dan untuk menimbulkan kecurigaan satu dengan yang lainnya di antara para jago-jago itu, sengaja pangeran Ghalik telah perintahkan orang-orangnya untuk membongkar kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong di puncak Hoa-san. Dan para tokoh sakti yang diundang dengan undangan palsu itu, diminta berkumpul di Hoa-san. Memang pangeran Ghalik berhasil dengan tipunya ini, sehingga Yo Ko dan tokoh-tokoh sakti lainnya hanya tercurah perhatiannya pada urusan terbongkarnya kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong oleh orang-orang yang tidak diketahui siapa adanya. Dengan begitu perhatian mereka terhadap urusan negara berkurang banyak. Dan itu sangat besar artinya buat Kublai Khan. Tetapi siapa tahu sekarang ini justeru telah muncul Cek Tian dan Auwyang Phu, yang ingin menuntut balas. Setelah lewat puluhan tahun, di mana Kublai Khan telah berkuasa sebagai seorang Kaisar yang berdaulat di seluruh daratan Tiong-goan. Soal pembongkaran kuburan di puncak Hoa-san itu timbul lagi. "Sekarang kedatangan kami ibu dan anak ingin meminta pertanggungan jawab dari kau pangeran Ghalik!" Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kata Cek Tian dengan suara berang. Dilihatnya pangeran Ghalik berdiri bengong saja dengan golok melintang di depan dadanya. Malah Cek Tian bukan sekedar berkata begitu saja, sepasang tangannya dengan ke dua kaki di tekuk berjongkok, telah didorongkan kuat sekali, mulutnya memperdengarkan suara "krokkk, krookk" Yang nyaring, karena memang dia telah menyerang dengan mempergunakan Ha-mo-kang. Pangeran Ghalik seperti baru tersadar, cepat ia mengelak. Gerakannya terlambat sedikit, pergelangan tangan kirinya terkena serempetan angin pukulan yang hebat itu. Malah belum lagi pangeran Ghalik sempat untuk mengadakan persiapan di waktu itu Cek Tian telah menyerang lagi dengan Ha-mo-kangnya. Hebat cara menyerang Cek Tian, karena ia benar-benar bersakit hati atas dibongkarnya kuburan suaminya itu, yaitu suami tidak sah, yang merangkap sebagai majikan dan guru itu. Berulangkali pangeran Ghalik berusaha menghindarkan diri, berulang kali pula ia diserangnya. Karena memang Cek Tian telah menyerang secara bertubi-tubi dengan hebat. Pangeran Ghalik jadi terdesak hebat. Sama sekali pangeran Ghalik tidak bisa memberikan perlawanan, di mana ia main mundur. Dalam keadaan terdesak seperti itu, tampak berkelebat sesosok bayangan dari ruangan dalam, disusul dengan teriakan seorang wanita, yang didengar dari suaranya tentu seorang wanita tua, yang berkata. "Pangeran, jangan kuatir, biar kuhajar perempuan kurang ajar itu......!" Malah menyusul dengan perkataannya itu, berkelebat juga tiga sinar putih, yang menyambar ke arah Cek Tian. Tiga sinar putih itu adalah sinar dari senjata rahasia berbentuk jarum yang halus, yang menyebar ke tiga bagian anggota tubuh yang mematikan di diri Cek Tian. Tentu saja Cek Tian tidak mau membiarkan tubuhnya dijadikan sasaran dari serangan senjata rahasia tersebut, ia telah menunda serangan Ha-mo-kangnya pada Pangeran Ghalik dan melompat berdiri, menghindarkan diri dari ketiga jarum rahasia itu. Sesosok bayangan itupun telah tiba pula di hadapan Cek Tian, tanpa banyak rewel telah menggerakkan tangan kanannya untuk mencengkeram. Sekali melihat cara bergerak wanita itu dan juga cara melepaskan ke tiga batang jarum rahasia itu yang mengandung maut, Cek Tian segera mengetahui bahwa lawannya kali ini merupakan lawan yang berat dan memiliki kepandaian tinggi. Dia mengelakkan diri cepat sekali. Tetapi lawan yang baru ini telah melakukan penyerangan yang gencar, sampai Cek Tian berulang kali harus menghindarkan diri. Dia baru bisa melihat bahwa penyerangnya itu adalah seorang nenek yang telah tua sekali, jauh lebih tua dari dia sendiri...... Ternyata nenek tua yang baru muncul ini, yang usianya telah lanjut sekali, dan rambutnya yang putih itu bagaikan perak berkilauan adalah si nenek yang telah dijumpai Yo Ko di muka kuil di puncak Hoa-san duapuluh tahun yang lalu. Dialah yang telah melukai Sin Tiauw milik Yo Ko dengan jarumnya itu, dan juga dia telah bertempur dengan Yo Ko ratusan jurus, dengan mempergunakan ikat pinggangnya. Dan ia membantu pangeran Ghalik membongkar kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong di mana dia merupakan seorang tokoh berkepandaian tinggi yang mau bekerja untuk kerajaan Mongolia. Dan setelah Kublai Khan berhasil menguasai daratan Tiong-goan, pangeran Ghalik mengangkat nenek tua itu mengadi penasehatnya, pembantunya yang bisa dipercaya. Kini waktu mendengar suara ribut-ribut, ia telah keluar dari kamarnya dan kebetulan melihat pangeran Ghalik tengah mengalami ancaman bencana yang tidak kecil. Itulah sebabnya dia segera maju menyerang. Nenek tua itu she Liong bernama Tie Siang. Dia merupakan seorang wanita yang memiliki kepandaian yang sangat tinggi sekali. Waktu dulu terjadi pertempuran yang seru antara dia dengan Yo Ko di puncak Hoa-san. Kepandaiannya hanya terpaut sedikit saja dari Sin-tiauw-tay-hiap Yo Ko. Baca Sin-tiauw-thianlam. Setelah melihat Cek Tian berhasil mengelakkan beberapa serangan cengkeram tangannya, tampak si nenek tua Liong Tie Siang telah melepaskan ikat pinggangnya. Bagaikan seekor naga yang bergulung-gulung, ikat pinggang itu telah menyambarnyambar akan menyerang Cek Tian. Auwyang Phu melihat ibunya didesak oleh wanita tua itu yang memiliki kepandaian sangat tinggi, segera mengeluarkan bentakan bengis merubuhkan dua orang lawannya lagi, lalu melompat akan membantu ibunya. Jago-jago lain melihat munculnya Liong Tie Siang, telah melompat menyingkir, untuk menyaksikan saja. Karena mereka mengetahui bahwa Liong Tie Siang merupakan nenek liehay yang memiliki kepandaian bukan main tingginya, di mana tentu nenek she Liong ini tentu akan dapat menghadapi Cek Tian dan Auwyang Phu. Tanpa membuang-buang waktu, ang-kin Liong Tie Siang telah berputar-putar. Memang Liong Tie Siang mengandalkan senjatanya yang istimewa ini. Dengan ang-kinnya ini entah telah berapa banyak jago-jago rimba persilatan yang berhasil dirubuhkannya. Sedangkan dulu di puncak Hoa-san, Yo Ko sendiri agak repot menghadapi ang-kin si nenek, walaupun akhirnya Liong Tie Siang telah melarikan diri karena tidak berdaya menghadapi Sin-tiauwtay-hiap. Sedangkan Cek Tian dan Auywang Phu walaupun memiliki kepandaian warisan Auwyang Hong yang hebat bukan main, tetapi karena mereka berlatih diri tanpa bimbingan dari Auwyang Hong secara langsung, melainkan melatih sendiri sedapat dan sebisa mereka, dengan demikian, kepandaian mereka itu tidak sempurna. Hebat ilmunya, namun latihannya yang kurang sempurna, arti dari ilmu yang hebat itu menurun banyak. Sekarang menghadapi ang-kin Liong Ti Siang yang hebat, tentu saja Cek Tian dan Auwyang Phu jadi ripuh sendirinya, mereka ibu dan anak jadi sibuk sekali. Ujung ang-kin itu sebentar menyambar ke kiri, menyambar ke pinggang menyambar ke bawah, menyambar ke daerah yang mematikan. Malah ang-kin itu sebentar keras dan kaku sekali, seperti juga tongkat yang menyerang untuk menggemplang, dilain saat berobah lagi menyadi lemas dan lunak, akan melibat dan mengikat ibu dan anak itu. Auwyang Phu beberapa sekali berusaha mempergunakan Ha-mokangnya untuk menghadapi Liong Tie Siang, namun sejauh itu ia masih belum sempat juga mempergunakan ilmu tersebut. Begitu juga dengan Cek Tian yang tidak berhasil untuk mempergunakan ilmu andalannya itu. Ia bersama puteranya selalu main mundur saja. Melihat keadaan seperti itu, Swat Tocu jadi tertarik. Dia merupakan seorang tokoh sakti dan kini melihat nenek tua itu memiliki kepandaian tinggi sekali, disamping itu juga memang tampaknya Cek Tian dan Auwyang Phu tidak berdaya di bawah serangan angkin nenek tua she Liong itu. Dengan demikian ia telah bermaksud untuk maju main-main dengan Liong Tie Siang. Terlebih lagi ia pun ingat waktu di luar istana, ia telah menjanjikan ibu dan anak itu bahwa ia akan membantu mereka menghadapi pangeran Ghalik dan orangorangnya. Setelah berdiam diri sejenak lamanya, akhirnya Swat Tocu telah tertawa nyaring. katanya. "Kalian ibu dan anak, mundurlah, biarlah aku yang main dengan nyonya itu......!" Dan walaupun mulutnya perintahkan Cek Tian dan Auwyang Phu mundur, tidak menanti sampai Cek Tian dan anaknya itu mundur, tubuh Swat Tocu telah melompat maju ke tengah gelanggang. Gerakan tubuhnya itu gesit sekali, sehingga tidak bisa dilihat jelas cara bergeraknya. Tahu-tahu ia telah berada di hadapan Liong Tie Siang. Sambil melompat begitu, Swat Tocu juga telah menggerakkan tangan kirinya, katanya. "Mundurlah dulu, nyonya. Mari kita bicara......!" Waktu itu Liong Tie Siang tengah melancarkan serangan angkinnya dengan cepat dan mengandung kekuatan yang bisa mematikan kepada Cek Tian dan Auwyang Phu. Namun waktu merasa samberan angin kibasan tangan Swat Tocu yang aneh sekali, di mana menyambarnya angin dingin bukan main dan tubuhnya seperti terbungkus oleh lapisan es, Liong Tie Siang mengeluarkan suara jeritan tertahan, karena heran dan kaget. Gesit bukan main, tampak Liong Tie Siang telah melompat mundur dua tindak ke belakang. Mempergunakan kesempatan itu, Cek Tian dan Auwyang Phu telah mundur. Dengan mata mendelik, Liong Tie Siang telah mengawasi Swat Tocu. "Siapa kau, manusia edan?" Tegurnya, dia menyebut Swat Tocu dengan sebutan manusia edan, karena melihat pakaian Swat Tocu yang aneh dan terbuat dari kulit binatang buas. Swat T'ocu tertawa. "Aku Swat Tocu, tentu kau pernah mendengar......!" Sahutnya sambil tertawa terkekeh-kekeh. Tubuh Liong Tie Siang jadi menggigil. Kagetnya tidak terkira mengetahui bahwa orang aneh ini adalah Swat Tocu, tokoh sakti dari Pulau Salju yang terkenal itu. Namun melihat muka Swat Tocu yang masih begitu muda, paling tidak hanya limapuluh tahun lebih, sedangkan menurut perkiraannya, di mana Swat Tocu telah terkenal sejak delapanpuluh tahun lalu tentu usianya kini telah seratus tahun lebih, Liong Tie Siang jadi ragu dan tidak mempercayainya. Maka setelah mengawasi beberapa waktu lamanya, ia telah tertawa dingin. "Heemm engkau ingin menggertakku dengan mempergunakan nama Swat Tocu?" Ejeknya. Swat Tocu tidak melayani ejekan itu, melainkan dia menggerakan ke dua tangannya. "Terimalah seranganku ini, engkau akan mengetahui apakah aku ini Swat Tocu." Dan membarengi dengan perkataannya dan tampak dia telah menyerang dengan tenaga Inti Esnya. Liong Tie Siang seketika merasakan tubuhnya seperti dikurung oleh hawa dingin, bagaikan dirinya telah dikuasai oleh lapisan es, dingin sekali. Cepat tanpa berayal sedikitpun juga, Liong Tie Siang telah menggerakkan ang-kinnya. Maksudnya dia ingin mendesak dia dengan Pukulan Inti Esnya terlebih jauh. Waktu itulah Swat Tocu agar orang itu tak mundur sama sekali, dia mengulurkan tangan kanannya, dan mencekal ujung ang-kin. "Ke mari kau......!" Bentaknya menarik dengan kuat sekali. Swat Tocu memang telah memiliki latihan lweekang yang sempurna sekali. Begitu ang-kin ditarik, begitu tubuh Liong Tie Siang terbetot keras. Kepandaian Liong Tie Siang juga tidak lemah. Dia sesungguhnya memiliki lweekang yang sempurna juga. Namun karena ia tidak menyangka akan diperlakukan seperti itu, malah Swat Tocu menariknya dengan tiba-tiba dan mempergunakan lweekang yang kuat sekali, dengan sendirinya tubuh Liong Tie Siang terbetot melayang menghampiri Swat Tocu. Di saat tubuh Liong Tie Siang akan menubruk kepadanya di waktu itulah tampak Swat Tocu telah menghajar dengan telapak tangan kanannya memapaki ke arah dada nenek tersebut. Liong Tie Siang kaget bukan main, itulah berbahaya untuk dirinya. Pukulan yang dilakukan Swat Tocu bukanlah pukulan biasa. Dia memukul dengan mempergunakan Pukulan Inti Esnya, dengan demikian, jika terkena serangan itu, berarti darah di sekujur tubuhnya akan beku, dan ia juga akan terbinasa. Tetapi dirinya tengah berada di tengah udara, malah menghampiri ke arah Swat Tocu, bagaikan tengah menghampiri maut. Lawannya itupun seorang tokoh sakti dari pulau Salju. Dengan demikian, Liong Tie Siang menghadapi bahaya kematian...... Tetapi seperti yang dijelaskan bahwa kepandaian yang dimiliki Liong Tie Siang memang merupakan kepandaian yang tidak rendah. Walaupun belum bisa disejajarkan dengan kepandaian Yo Ko, It Teng Taysu ataupun Oey Yok Su, namun di waktu itu dalam jamannya itu, mungkin Liong Tie Siang merupakan jago wanita yang ke dua setelah Siauw Liong Lie. Karena itu,walaupun tengah menghadapi ancaman bahaya seperti itu, sama sekali ia tidak jadi gugup. Setelah menetapkan goncangan hatinya, waktu melihat telapak tangan Swat Tocu tengah menyambar ke arah dirinya, dan hawa dingin juga telah menyelubunginya, ia telah keluarkan suara seruan nyaring seperti pekik tikus. Kemudian cepat bukan main dia menggerakkan ke dua tangannya, dia telah menyampoknya dengan seluruh kekuatan yang ada. Memang Liong Tie Siang berhasil menangkis telapak tangan Swat Tocu. Malah tubuh Liong Tie Siang juga terpental ke belakang, berjumpalitan dan berhasil hinggap di tanah kembali dengan selamat, tidak urung dia menggigil kedinginan. Ketika tadi telapak tangannya itu bentrok dengan telapak tangan Swat Tocu, dia merasakan dari telapak tangan Swat Tocu bagaikan mengalir menerobos hawa yang dingin sekali, melebihi dinginnya es. Dan juga sekarang, walaupun dia telah berhasil menyelamatkan diri dari kematian di tangan Swat Tocu, tidak urung ujung ang-kinnya masih dipegang oleh Swat Tocu. Begitulah, ujung ang-kin yang satu dicekal oleh Swat Tocu, ujung yang lainnya dicekal oleh Liong Tie Siang, mereka berdiri saling mengawasi. Walaupun tubuh mereka diam, tidak bergerak sama sekali, begitu juga halnya dengan ke dua tangan dan ke dua kaki mereka masing-masing tidak saling bergerak, kenyataannya memang mempelihatkan bahwa mereka sebetulnya tengah mengadu lweekang tingkat tinggi. Sebab tadi begitu Liong Tie Siang terpental, dan telah hinggap di atas lantai tanpa kurang suatu apapun juga, di saat itulah Swat Tocu tanpa membuang waktu telah mengerahkan ilmu Inti Esnya melalui ujung dari ang-kin yang masih dicekalnya itu. Segulung hawa dingin yang luar biasa telah tersalurkan ke tangan Liong Tie Siang. Sedangkan Liong Tie Siang waktu merasakan menerobosnya hawa dingin dari ujung ang-kinnya, telah cepat-cepat mengerahkan seluruh kekuatan lweekangnya. Ia mempergunakan hawa Yang, hawa panas untuk melawan hawa dingin tersebut. Memang baru Liong Tie Siang berhasil, dia bisa menghadapi hawa dingin, namun perlahan-lahan hawa dingin itu menindih hawa Yang yang dikerahkannya, dan juga hawa dingin mulai menerobos perhatiannya, sehingga berangsur-angsur tubuh Liong Tie Siang mulai mengigil. Semakin lama semakin keras, menggigil semakin kuat, bagaikan dia berada di tengah-tengah danau es yang dingin sekali...... Liong Tie Siang mengeluh di dalam hatinya, dia yakin bahwa lawannya ini memang Swat Tocu adanya, yang sangat terkenal itu, yaitu tokoh sakti yang kepandaiannya memang tidak berada di bawah kepandaian ke lima jago luar biasa lainnya. Dengan demikian, Liong Tie Siang mati-matian mengadakan perlawanan. Memang masih ada terdapat satu jalan yang bisa menyelamatkan dirinya. Yaitu dengan melepaskan ujung ang-kin yang dicekalnya, sehingga dia terlepas dari pengaruh Inti Esnya Swat Tocu, dan dia bisa menyelamatkan dirinya. Tetapi Liong Tie Siang tidak rela jika harus melepaskan ang-kinnya itu terjatuh di tangan lawannya. Setelah berpikir sekian lama dan merasakan pertahanan dirinya kian tergempur dan tidak lama lagi jika dia bertahan seperti ini, tentu dirinya akan terluka oleh Inti Esnya Swat Tocu. Liong Tie Siang jadi nekad dan dia mengeluarkan suara pekikan yang mirip dengan suara pekikan seekor tikus. Kemudian dengan cepat ia menjejakkan ke dua kakinya lagi, bukan menerjang kepada lawannya, hanya melompat mundur. Dan sambil melompat mundur itu, dia menarik sekuat tenaga angkinnya, maka karena Swat Tocu bertahan juga dengan cekalan yang kuat, ang-kin itu yang jadi korban terputuskan di tengah, menjadi dua potong. Yang sepotong dicekal oleh Swat Tocu, sedangkan yang sepotong lagi dicekal oleh Liong Tie Siang. Waktu itu, tampak Liong Tie Siang setelah berhasil melepaskan diri dari libatan tenaga dingin lawannya, dia telah mengatur jalan pernapasannya, dan sisa hawa dingin yang menguasai tubuhnya itu telah lenyap. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia berkata dengan suara yang tawar. "Swat Tocu, di antara kita tidak terdapat permusuhan, dan juga engkau dengan pihak Mongolia tidak tersangkut paut hubungan dan urusan apapun juga. Malah engkau sebagai seorang tokoh sakti yang hidup di pulau Esmu dan juga sebagai seorang tokoh sakti yang dihormati oleh semua jago-jago rimba persilatan, sekarang mengapa engkau memusuhi kami?" Swat Tocu tertawa. "Aku tidak memusuhi kalian, aku juga tak mau tahu apa yang ingin kalian lakukan, karena aku hanya tahu jika diriku tidak diganggu, akupun tidak akan mengganggu dan tidak mau tahu urusan kalian! Sekarang aku hanya tertarik untuk main-main beberapa ratus jurus dengan kalian, terutama dengan kau!" Mendengar jawaban yang diberikan oleh Swat Tocu, bukan main mendongkolnya Liong Tie Siang. Karena walaupun Swat Tocu mengatakan bahwa dia tidak mau mencari urusan dengannya dan pihak kerajaan Mongolia, namun dilihat dari sikapnya, memang ia tengah mencari urusan dan gara-gara...... "Baiklah......!" Kata Liong Tie Siang kemudian. "Jika memang kau tetap ingin mengadu kepandaian denganku, akupun tidak bisa menolak. Biarlah aku akan mempertaruhkan jiwa tuaku ini. Akupun ingin mengetahui berapa hebat sih kepandaian Swat Tocu yang terlalu dipuji-puji dan dibesar-besarkan itu......!" Memang Liong Tie Siang merupakan seorang wanita yang tidak mau mengalah menghadapi siapapun. Sejak mudanya dia selalu bersikap keras pada siapapun juga. Jika sekarang dia mau bertekuk lutut bekerja di bawah perintahnya pangeran Ghalik, pangeran yang memiliki kepandaian lebih rendah dari dia, karena pangeran itu memperlakukannya dengan baik dan menghormat. Seperti terjadi di puncak Hoa-san, Liong Tie Siang tidak mau selangkahpun mengalah pada Yo Ko, malah tanpa kenal takut, dia telah bertempur dengan Yo Ko, baca Sin-tiauw-thian-lam. Maka terlebih lagi sekarang, di waktu dia telah melatih diri lebih jauh selama duapuluh tahun dan kepandaiannya telah mengalami banyak kemajuan. Walaupun memang Liong Tie Siang menyadarinya bahwa kepandaian Swat Tocu sangat luar biasa, tokh dia tidak jeri karenanya. Di waktu itu, Swat Tocu telah tertawa. "Itulah yang kuhendaki, yaitu engkau menemaniku main-main untuk beberapa jurus......!" Dan setelah berkata begitu cepat Swat Tocu telah melangkah maju. Tampaknya Swat Tocu melangkah dengan tindakan kaki yang perlahan namun tubuhnya tiba di hadapan Liong Tie Siang begitu cepat, tahu-tahu dia telah berada di hadapan wanita she Liong tersebut. Tangannya juga digerakkan, didorong ke arah Liong Tie Siang, menyerang dengan gerakan seperti main-main dan ayal-ayalan. Tetapi hebat dari cara menyerang seperti itu, karena memang Swat Tocu telah mempergunakan pukulan Inti Es nya tingkat pertengahan, berbeda dengan tadi, di mana ia mengerahkan tenaga Inti Esnya baru dua bagian saja. Dengan begitu, bisa dibayangkan betapa hebatnya hawa dingin yang telah mengurung Liong Tie Siang. Waktu menghadapi Yo Him beberapa waktu yang lalu, di mana Swat Tocu tiga jurus melakukan penyerangan kepada Yo Him. Diapun mempergunakan lima bagian tenaga dalamnya dari Inti Esnya itu. Setiap kali Yo Him mengelak dan benda-benda yang terkena pukulan itu jadi terbungkus oleh lapisan es. Kali inipun tenaga Inti Es yang dipergunakan oleh Swat Tocu sama tingginya seperti waktu menghadapi Yo Him, maka dari itu, ketika Liong Tie Siang mengelakkan diri di mana angin pukulan itu menyambar terus dan mengenai seorang jago yang berdiri di belakang Liong Tie Siang. Dia mengeluarkan suara teriakan kaget, kemudian tubuhnya menggigil, lalu diam kaku. Dan tubuhnya telah terbungkus oleh lapisan es! Swat Tocu tertawa keras waktu melihat Liong Tie Siang berhasil meloloskan diri dari serangannya itu. Dia telah mengulangi lagi serangannya. Dalam keadaan seperti ini, tampaknya, Swat Tocu tidak mau memberikan kesempatan sedikitpun juga kepada Liong Tie Siang. Liong Tie Siang mendongkol bukan main, tetapi dia mendongkol tanpa daya, karena dia harus sibuk mengelakkan diri berulang kali, kalau memang tubuhnya tidak mau sampai terbungkus oleh lapisan salju. Tetapi Liong Tie Siang juga tidak tinggal diam, walaupun dia sibuk mengelakkan diri, beberapa kali dia masih berusaha membalas menyerang dengan tenaga Yang nya. walaupun selalu gagal. Setelah bertempur belasan jurus, Liong Tie Siang jadi mengeluh. Sekarang dia baru mengakuinya, bahwa tidak percuma bahwa Swat Tocu dikenal oleh jago-jago rimba persilatan sebagai tokoh sakti yang kepandaiannya katanya tidak berada di bawah kepandaian Oey Yok Su berlima. Kenyataan yang sekarang dihadapinya memang membuktikan bahwa kepandaian yang dimiliki Swat Tocu memang benar-benar luar biasa. Dalam keadaan seperti itu, Liong Tie Siang juga baru menyadari, jika memang mereka meneruskan pertempuran seperti ini sebanyak sepuluh jurus lagi tentu yang rugi adalah dirinya, di mana dia tidak akan sanggup menghadapi Swat Tocu lebih jauh. Maka sambil mengelakan diri dari serangan Swat Tocu berikutnya, Liong Tie Siang telah memeras otak memikirkan jalan yang sebaik mungkin untuk meloloskan diri. Di waktu itulah, tampak Swat Tocu telah tertawa nyaring. Dengan sikap ayal-ayalan, telah menggerakkan ke dua tangannya, katanya. "Nah, sekarang kau terimalah jurus seranganku ini...... Aku menghendaki engkau menjadi boneka nenek-nenek dari es......!" Benar-benar hebat serangan yang kali ini dilancarkan oleh Swat Tocu. Karena dari ke dua telapak tangannya yang digerakkan dengan berbareng itu telah mengalir hawa yang dingin bukan main. Jangankan Liong Tie Siang, sedangkan para jago-jago lainnya yang telah berkumpul di sekitar tempat tersebut menggigil keras sekali. Tapi mereka ada yang bercatrukan dan juga muka mereka pucat. Walaupun mereka telah mundur beberapa langkah ke belakang menjauhi diri dari gelanggang, tokh tidak urung mereka kedinginan juga. Begitu juga halnya dengan pangeran Ghalik, tubuhnya sampai menggigil. Walaupun ia menggigil tidak hebat, namun semakin lama tubuhnya semakin menggigil lebih keras, menunjukkan bahwa dia menderita kedinginan yang hebat. Yo Him dan Wang Put Liong yang berada di dalam ruangan di balik pintu berlapis besi itu juga merasakan hembusan angin yang dingin sekali. Jika Yo Him tidak terpengaruh oleh hawa dingin itu, sebab begitu dia mengerahkan tenaga lweekangnya dia bisa menguasai diri dan telah mengusir hawa dingin tersebut. Tetapi yang hebat adalah Wang Put Liong, walaupun ia terpisah di tempat yang jauh, tokh terkena sambaran angin itu, tubuhnya telah menggigil. Yo Him tersenyum, dia mengulurkan tangan kanan mencekal tangan Wang Put Liong, dikrahkan tenaga dalamnya. Dia lalu menyalurkan tenaga Yang nya pada orang she Wang ini, maka seketika rasa dingin yang mempengaruhi tubuh Wang Put Liong jadi berkurang dan akhirnya lenyap. "Berbahaya! Sungguh berbahaya!" Mengeluh Wang Put Liong kemudian dengan suara gumaman yang perlahan. Yo Him sendiri kagum bukan main terhadap ilmu Inti Es yang dimiliki oleh Swat Tocu. "Dia adalah Swat Tocu dari pulau Salju, kepandaiannya memang tidak berada di bawah Locianpwe lainnya, seperti Oey Suhu, It Teng Locianpwee dan ayahku......!" Wang Put Liong telah mengangguk. "Ya, aku baru melihat pertama kali ini ilmu yang luar biasa ini, mengerikan sekali......!" Menyahut orang she Wang tersebut. Yo Him tersenyum. "Tetapi Swat Tocu sahabatku, dia tentu berdiri di pihak kita......!" Kata Yo Him. "Tetapi yang aneh adalah nenek dan pemuda pendek itu. Mengapa mereka bisa membawakan ilmu Ha-mo-kang, ada hubungan apa mereka dengan Auwyang Hong Locianpwe?" Wang Put Liong jadi terkejut. "Auwyang Hong?" Tanyanya. Yo Him mengangguk. "Ya, ilmu yang tadi mereka pergunakan untuk menghadapi orangorangnya pangeran Ghalik adalah Ha-mo-kang, ilmu pukulan kodoknya Auwyang Hong Locianpwe yang sangat terkenal. Dan tadi wanita tua itu juga telah menyebut-nyebut bahwa Auwyang Hong Locianpwe ada suaminya, yang kuburannya telah dibongkar oleh pangeran Ghalik. "Ayahku pernah menceritakan peristiwa dibongkarnya kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong Locianpwe, yang telah dibongkar orang yang tidak diketahui siapa...... Sampai sekarang masih tidak diketahui apa maksud dari pembongkaran kuburan itu dan siapa yang melakukannya. "Namun didengar dari perkataan nenek tua itu dengan pangeran Ghalik, tampaknya peristiwa duapuluh tahun yang lalu tentang pembongkaran kuburan Auwyang Hong dan Ang Cit Kong Locianpwe dilakukan pangeran Ghalik. Tapi yang aneh lagi, yang kuketahui Wang Kiesu, justeru Auwyang Hong Locianpwe tidak memiliki isteri. Jika nenek itu mengakui dia sebagai isteri Auwyang Hong Locianpwe, apakah pemuda itu adalah puteranya Auwyang Hong Locianpwe?" Sambil menggumam begitu, Yo Him telah mengawasi terus dan memperhatikan keadaan si nenek dan pemuda bertubuh pendek itu, yaitu Auwyang Phu. Untuk sementara perhatiannya pada pertempuran yang tengah berlangsung antara Liong Tie Siang dengan Swat Tocu itu telah beralih kepada diri ibu dan anak itu, di mana Yo Him lebih tertarik untuk mengetahui siapakah adanya wanita tua itu dan Auwyang Phu. Wang Put Liong juga mengawasi kepada Cek Tian dan Auwyang Phu. Sedangkan Liong Tie Siang yang tengah sibuk menghadapi serangan Swat Tocu. Mulai keripuhan sendiri. Hatinya mulai goncang di mana dia yakin tidak mungkin bisa lebih lama lagi menghadapi Tocu dari Pulau Salju itu. Tetapi sebagai seorang wanita yang memiliki kepandaian tinggi, tentu saja Liong Tie Siang tidak mau menyerah begitu saja. Dia telah mempergunakan seluruh kekuatan tenaga lweekang yang ada padanya. Harus diketahui, jika seseorang mempergunakan seluruh kekuatan tenaga lweekangnya, sepenuh tenaga, malah akan membuat dia terluka di dalam. Walaupun pertempuran itu bisa dimenangkannya, tetapi tetap saja setelah pertempuran itu, di mana orang tersebut telah mempergunakan seluruh kekuatan lweekangnya, tentu akan menderita sakit. Dengan demikian Liong Tie Siang sendiri telah menyadari bahwa dengan mengerahkan seluruh kekuatan lweekangnya ini menghadapi Swat Tocu, di mana dia malu untuk menyerah dan mundur mengakui kekalahannya di hadapan pangeran Ghalik, bahwa dirinya jika tokh berhasil menghadapi serangan Swat Tocu itu, kesudahannya dia yang akan jatuh sakit parah atau juga mungkin terluka di dalam yang berat. Namun disebabkan memang Liong Tie Siang nekad, dan dia juga mengeluarkan seluruh kekuatan lweekangnya, tanpa memperdulikan akibatnya. Begitulah, tenaga Yang yang dikeluarkan oleh Liong Tie Siang telah berbentur keras dengan hawa dingin yang dikerahkan oleh Swat Tocu. Dengan begitu, tampak tubuh Liong Tie Siang telah bergoyang-goyang seperti akan mundur, namun Liong Tie Siang berusaha bertahan terus. Sedangkan Swat Tocu tidak mengalami sesuatu apapun juga. Sambil tertawa keras, dia menarik pulang kembali ke dua tangannya, kemudian tanpa henti dia telah mendorong lagi, kembali menyerang dengan Pukulan Inti Esnya. Hawa dingin yang lebih kuat telah menerjang Liong Tie Siang dengan hebat. Kali ini Liong Tie Siang tampaknya tidak bisa mempertahankan diri lagi. Dengan mengeluarkan suara perlahan mengandung perasaan kaget, tubuh Liong Tie Siang telah terhuyung dua tindak ke belakang, tergempurlah tenaga dalamnya dan juga perbentengan pertahanan dirinya. Karena di waktu itu dia telah terserang hebat. Di waktu bersamaan dengan itu, waktu Liong Tie Siang tengah menghadapi ancaman bahaya maut yang tidak kecil. Telah berlarilari seseorang, diiringi dengan suara bentakannya. "Ohh, makhluk kurang ajar yang ingin mengacau di sini tanpa kenal malu...... biar aku yang menghajar mampus.....!" Dan orang itu bukan hanya berlari sambil berteriak tangannya digerakkan, dia memegang pundak Liong Tie Siang, menahan agar tubuh itu tidak mundur lebih jauh. Malah dari telapak tangannya telah keluarkan kekuatan lweekang yang hebat sekali di mana telah disalurkan masuk ke dalam tubuh Liong Tie Siang. Untuk sejenak Liong Tie Siang memperoleh tenaga tambahan, tenaga lweekangnya yang telah tergempur tadi, bisa disatukan kembali, dan ia jadi bisa berdiri tegak kembali! Malah hawa dingin yang seperti mengurung diri Liong Tie Siang telah lenyap, tidak bisa menguasai dirinya lagi. Dengan buyarnya hawa dingin itu, maka Liong Tie Siang bisa bergerak lebih leluasa. Berulang kali dia mengeluarkan suara erangan itu untuk memusatkan tenaganya. Dengan tambahan tenaga dari orang yang menempelkan telapak tangannya pada punggungnya, maka Liong Tie Siang menggerakkan ke dua tangannya, mendorong kepada Swat Tocu. Swat Tocu tertawa, ia melihat orang yang muncul membantu Liong Tie Siang, sehingga nenek itu tidak terjungkal, adalah seorang Mongolia berpakaian sebagai pendeta. Ia tidak mengenal pendeta yang telah berusia cukup lanjut itu. Hanya ia heran juga bahwa kepandaian pendeta itu demikian tinggi. Karena Liong Tie Siang telah mendorong ke arahya dengan kekuatan yang berlipat dari tenaganya yang semula. Swat Tocu juga mempergunakan tenaga Inti Esnya jauh lebih kuat. "Aduhhh......!" Teriak Liong Tie Siang sambil menggigil keras. Karena waktu tenaganya bentrok dengan tenaganya Inti Es yang dipergunakan Swat Tocu, ia merasakan tenaganya itu buyar dan tenaganya itu bagaikan lenyap tidak berbekas. Malah tubuhnya seperti dibungkus oleh lapisan es lagi, ia menggigil dengan sekujur tubuhnya terasa nyeri. Pendeta Mongolia yang muncul membantu Liong Tie Siang tidak lain dari Tiat To Hoat-ong. Waktu melihat keadaan Liong Tie Siang seperti itu, dia pun terkejut, karena walaupun berdiri di belakang Liong Tie Siang, tokh Tiat To Hoat-ong merasakan sekujur tubuhnya dingin sekali terkena sambaran pukulan Swat Tocu. Cepat-cepat pendeta Mongolia itu menyambar tubuh Liong Tie Siang. Dia juga melompat ke samping, sehingga Liong Tie Siang bisa diselamatkan dari pengaruh tenaga dinginnya Swat Tocu. "Toanio, kau beristirahat dulu. biar aku yang menghadapinya.....!" Kata Koksu Mongolia tersebut sambil melompat ke tengah gelanggang menghadapi Swat Tocu. Matanya mengawasi bengis, sambil bentaknya garang. "Siapa kau? Mengapa berani mengacau di istana pangeran?" Swat Tocu tertawa dingin, ia tidak memandang sebelah mata pada pendeta ini. Walaupun dilihatnya Tiat To Hoat-ong memiliki kepandaian yang tinggi, malah lebih tinggi dari kepandaian Liong Tie Siang, tokh Swat Tocu tetap tidak menganggapnya sebagai lawan yang perlu dihadapi dengan sungguh-sungguh. Sebagai seorang tokoh sakti, tentu saja Swat Tocu merasa bahwa dirinya yang tertinggi kepandaiannya di kolong langit ini, karena Oey Yok Su, salah seorang dari kelima jago luar biasa di daratan Tiong-goan yang pernah bertempur dengannya, tidak berdaya untuk merubuhkannya. Maka, mana dipandang sebelah mata Tiat To Hoat-ong ini? "Kemana aku ingin datang, tidak ada seorangpun yang bisa melarangku. Ingin datang ke mari, engkau tidak bisa melarangku. Jika memang engkau hendak mengurus diriku, nanti kuberikan kau surat undangan dari Giam-lo-ong......!" Suara Swat Tocu dingin sekali. Tiat To Hoat-ong merupakan Koksu negara, ia dihormati oleh rakyat dan Kaisar Mongolia, bahkan kepandaiannyapun tinggi luar biasa. Tidak biasanya ia dilayani dengan sikap seperti yang diperlihatkan Swat Tocu. Walaupun telah dilihatnya tadi betapa Swat Tocu membuat Liong Tie Siang jadi kelabakan seperti itu. Namun sama sekali Tiat To Hoat-ong tidak jeri. Malah dengan gusar ia mengebutkan ujung jubahnya, di mana kemudian ke dua tangannya dirangkapkan, dengan sikap siap menyerang. Swat Tocu tetap berdiam saja mengawasi sikap Tiat To Hoat-ong, ia merasakan sambaran dan dorongan kuat sekali dari ujung jubah Tiat To Hoat-ong. Beruang Salju Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Namun Swat Tocu hanya dengan memusatkan kuda-kuda ke dua kakinya, lalu balas mendorong dengan tenaga Inti Esnya. Tiat To Hoat-ong jadi terkejut, ia merasakan tubuhnya disambar angin yang dingin sekali, melebihi dinginnya es dan juga tubuhnya seperti terbungkus oleh lapisan es. Tetapi sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, disamping itu juga memang telah menguasai ilmu Yoga dengan sempurna, Tiat To Hoat-ong tidak jeri dengan hawa dingin tersebut. Ia telah merangkapkan ke dua tangannya. Kemudian memusatkan tenaga murni di tan-tiannya, lalu menggerakkan ke dua tangannya itu. Dengan demikian tampak ia telah mengeluarkan hawa Yang (panas) yang bukan main. Dua kekuatan yang berlainan sifatnya itu. Yang satu dingin melebihi es, dan yang satunya lagi panas melebihi panasnya api telah saling bentur. Untuk orang-orang yang berkepandaian rendah, tentu mereka tidak mengetahui hebatnya bentrokan yang terjadi itu. Maka mereka hanya mengetahui bahwa ke dua orang itu hanya mengadu kekuatan tenaga dalam. Tetapi Liong Tie Siang dan juga pangeran Ghalik, telah melihat bahwa Koksu negara itu tengah berusaha untuk membendung serangan hawa dingin dari tenaga inti Es yang dilancarkan Swat Tocu. Begitu juga halnya dengan Swat Tocu, yang telah berusaha untuk menindih dan memunahkan tenaga "Yang" Yang dikeluarkan oleh Tiat To Hoat-ong. Ke dua orang itu masing-masing berdiri berhadapan dengan terpisah jarak setombak lebih. Mereka mengawasi dengan muka yang terpancar kekerasan dan juga urat-urat di muka mereka mulai tampak. Begitu keadaan menjadi sunyi, ke duanya telah bergerak lagi dengan ke dua tangan digerakkan. Hampir bersamaan dengan benturan yang terjadi, tubuh mereka juga bergoyang goyang. Yang seorang diselubungi oleh hawa dingin, mukanya memerah, tubuhnya dingin bagaikan darah di sekujur tubuhnya menjadi beku. Sedangkan yang seorang lagi, Swat Tocu, mukanya mulai merah, keringat mengucur keluar deras sekali dari sekujur tubuhnya. Dilihat dari keadaan seperti ini, tampaknya Swat Tocu juga tengah dikuasai hawa "Yang" Yang luar biasa panasnya. Tiat To Hoat-ong sama sekali tidak menyangka bahwa Swat Tocu ini merupakan tokoh sakti yang mungkin sudah tidak ada duanya di kolong langit ini...... Tadi memang ia telah melihatnya bahwa Swat Tocu bukan orang sembarangan, namun sebagai Koksu negara yang memiliki kemuliaan, tentu saja dia harus turun tangan membela pangeran Ghalik. Hanya saja ia tidak menyangkanya bahwa Swat Tocu demikian tangguh. Dalam beberapa kali gebrakan dengan saling menggebrakkan tangan, mengadu tenaga dalam yang berlainan sifatnya itu tanpa saling bentur itu, Tiat To Hoat-ong telah mengetahui bahwa lawannya ini sesungguhnya masih menang setingkat dari dirinya. Tetapi Tiat To Hoat-ong tentu saja tidak mau menyerah begitu saja, lebih lagi ia memang merupakan seorang Koksu, yang dianggap paling mulia di samping Kaisar mereka. Walaupun harus mempertaruhkan jiwanya, Tiat To Hoat-ong tetap melindungi pangeran Ghalik. Setelah merasakan bahwa tenaga Yang nya itu semakin lama semakin tertindih oleh hawa dingin dari lawannya, Tiat To Hoatong mengeluarkan suara bentakan nyaring, di mana tubuhnya telah digetarkan dan bulu-bulu di sekujur tubuhnya seperti berdiri tegak. Pendeta ini telah mengeluarkan ilmu andalannya, yaitu Soboc , semacam ilmu yang telah diciptakannya dari intisari Yoga dan intisari lweekang di daratan Tiong-goan ini, di mana sepuluh tahun lebih belakangan ini Tiat To Hoat-ong memang telah merampungkan ilmunya tersebut. Waktu ilmu itu belum rampung benar, Tiat To Hoat-ong tidak pernah mempergunakannya. Dan baru kali ini ia ingin mencobanya untuk dipergunakan menghadapi ilmu Swat Tocu. Soboc ternyata merupakan ilmu tenaga dalam yang luar biasa. Karena Tiat To Hoat-ong telah berhasil melatih rampung, ia telah mencapai tingkat yang tinggi sekali, di mana ia bisa mempergunakan tenaga murninya sekehendak hatinya. Setiap kali ilmu tersebut digunakan, bulu-bulu di sekujur tubuh Tiat To Hoatong berdiri, dari seluruh pori-pori kulitnya menguap semacam kekuatan, di mana munculnya tenaga itu bergelombang. Mula-mula perlahan, namun semakin lama semakin menjadi kuat. Yang lebih luar biasa lagi, jika tenaga tersebut memperoleh perlawanan, semakin kuat tenaga lawan, semakin kuat daya tolaknya, semakin lunak serangan lawannya, semakin ketat pula libatan tenaga dalam Tiat To Hoat-ong. Dengan begitu, baik lawan yang berkepandaian tidak begitu tinggi atau memang lawan yang memiliki kepandaian yang tinggi sekali, jika telah terkena serangan itu, niscaya akan mengalami suatu bencana yang tidak kecil. Kini Tiat To Hoat-ong memang bermaksud mencoba ilmunya itu, yang memang sebelumnya tidak pernah dipergunakan. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Perangkap Karya Kho Ping Hoo Bara Naga Karya Yin Yong