Lima Jago Luar Biasa 2
Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 2
Lima Jago Luar Biasa Karya dari Sin Liong Dia justru memeng nakal dan selalu menghendaki keramaian. Mendengar keterangan orang-orang itu, Ciu Pek Thong malah duduk kembali di kursinya, katanya. "Biarlah aku menunggu Sam toaya itu, aku ingin melihat apa yang dapat dilakukannya!" Lainnya tidak bisa membujuk Ciu Pek Thong agar meninggalkan tempat itu. Malah Ciu Pek Thong telah makan minum sekenyang-kenyangnya, sambil berdongeng mengenai asal mulanya pohon Yangliu, asal mulanya ada awan, asal mulanya ada angin, asal mulanya ada hujan. tentu saja dongeng Loo Boan Tong sangat menarik dan para tamu yang berkunjung ke tempat itu, malah jadi lupa dengan maksud kedatangan mereka. Semua telah memasang telinga baik-baik mendengarkan dongeng yang diceritakan oleh Ciu Pek Thong, bahwa mereka seperti lupa ancaman yang bisa datang dari Sam toaya itu. Karena ditanggapi seperti itu, Ciu Pek Thong terbangun kegembiraannya, dia semakin lupa daratan, sambil bercerita tidak henti-hentinya dia minum "teh Hangciu yang harum itu, yang sesungguhnya merupakan arak yang harum dan cukup keras. Sekarang Ciu Pek Thong tidak berusaha membuang arak yang telah diminumnya itu lewat jari-jari tangannya, sehingga mukanya dirasakan panas, pipinya itu berubah merah dan dia semakin lupa daratan, semakin bersemangat bercerita.. 36 Apa yang dikuatirkan oleh Siauw Lian memang terbukti. Sam toaya itu telah datang kembali dengan membawa enam orang tentara negeri yang berpakaian lengkap, semua memiliki paras muka yang garang dan bengis. "Mana dia orangnya?" Teriak beberapa orang diantara keenam perajurit itu, telah membuat semua orang yang tengab berkumpul mendengarkan dongengan Ciu Pek Thong jadi serabutan berusaha menyingkir. "Itu dia orangnya.." Teriak Sam toaya sambil menunjuk kepada Ciu Pek Thong. Ciu Pek Thong tertawa sambil bangkit, katanya. "Engkau yang memukulku, engkau yang membacokku, sekarang engkau hendak menangkap orang?!" "Tangkap penjahat itu!, dia tentu bukan manusia baik-baik dan hanya ingin menimbulkan kerusuhan di tempat ini!" Perintah Sam toaya dengan suara nyaring tanpa mempedulikan perkataan Ciu Pek Thong. Keenam prajurit itu telah mencabut golok masing-masing. Mereka telah menerjang maju untuk membekuk Ciu Pek Thong. Siauw Lian dan para wanita bunga raya lainnya menjerit ketakutan. Tapi Ciu Pek Thong mana jeri berurusan dengan manusia- manusia seperti itu. dengan mudah dia telah mengelakkan setiap bacokan. Malah ketika Ciu Pek Thong mengebutkan lengan bajunya, keenam tentara negeri itu telah terpental saling tindih terbanting di atas lantai. Sam toaya semula menduga dengan membawa enam tentara dia akan bisa membekuk Ciu Pek Thong, yang kelak jika telah dibekuk ingin disiksanya. Namun siapa tahu, keenam 37 tentara negeri itu seperti halnya daun-daun kering yang berguguran di bumi. Mereka hanya dikebut sekali telah tumbang kalang kabut seperti itu. Ciu Pek Thong tertawa. "Ayo, ayo kemari, kita main-main lagi! Ah memang menggembirakan sekali!" Berseru-seru Ciu Pek Thong sambil tertawa-tawa gembira. Dia memang tengah kesal dan jengkel karena dia telah mutar kayun sebelumnya mencari "kawan kecil yang bisa diajak bermain, namun tidak berhasil, sehingga kini ada kejadian seperti ini, membangunkan kegembiraan hatinya. Dengan demikian, dia memang bermaksud mem- permainkan keenam orang tentara negeri dan Sam toaya itu. **** Jilid 2 Tapi waktu keenam tentara negeri itu tengah merangkak bangun dan mengambil golok mereka masing-masing yang telah menggeletak di lantai karena terlepas dari cekalan mereka, waktu itu terdengar suara seseorang menegur dengan perlahan namun suaranya dalam. "Samjie apa yang terjadi?!" Sam toaya terkejut, demikian juga halnya dengan keenam tentara negeri, karena mereka segera mengenali bahwa orang yang muncul dari ruang dalam itu tidak lain dari Gui Ciangkun, panglima Gui, atasan atau majikan mereka. 38 Segera Sam Toaya dan keenam tentara negeri itu berlutut dihadapan Gui Ciangkun, malah Sam toaya telah menceritakan apa yang telah terjadi. Tentu saja dia menceritakan bahwa Ciu Pek Thong lah yang mencari gara-gara dan sumber keributan, dimana hendak mempermainkan Siau Lian yang dipanggil oleh Gui ciangkun ini. Gui ciangkun ternyata seorang panglima yang memiliki wajah yang agung dan angker, dia memelihara kumis dan jenggot yang tebal sehingga menambah keangkeran mukanya. Dia memandang sejenak kepada Ciu Pek Thong, kemudian katanya. "Ciu Enghiong, apakah benar engkau yang telah menimbulkan kerusuhan di tempat ini? tampaknya Ciu enghiong seorang yang asing datang kesini? Tidakkah Ciu enghiong ingat bahwa ini merupakan daerah kekuasaan Tayli, bukan seperti di Tionggoan sana, mungkin Ciu enghiong dapat bertindak sekehendak hati. Ciu Pek Thong tertawa jenaka, dia sama sekali tidak jeri walaupun berhadapan dengan panglima itu. malah timbul kegembiraannya, katanya. "Jika engkau tidak senang dengan peristiwa ini, engkau juga boleh maju! Mari, mari, biar kucabuti jenggot dan kumismu itu!" Muka Gui ciangkun berubah merah, namun dia menyadari Ciu Pek Thong seorang yang memiliki kepandaian tinggi. Dari cerita Sam toaya saja dia mendengar bahwa keenam tentara negeri itu sekali dikebut telah terpental seperti daun kering. Maka Gui ciangkun tidak mau bertindak sembrono. "Apakah ada sesuatu yang tidak memuaskan Ciu enghiong? Atau memang menerima pelayanan yang tidak selayaknya sehingga membuat Ciu enghiong tidak senang dan menimbulkan keributan disini?" Tegur Gui ciangkun. 39 Ciu Pek Thong menggelengkan kepalanya sambil tertawa. "Kalau kau ingin bicara soal puas, aku baru puas jika telah dapat mencabuti kumis dan jenggotmu itu! Ijinkanlah aku mencabut kumis dan jenggotmu ..!" Dan benar saja sibocah tua bangkotan yang nakal itu telah membuktikan perkataannya. Dia menjejakkan kakinya, mencelat gesit sekali kehadapan Gui ciangkun. Tangannya bekerja mencabut jenggot Gui ciangkun, sehingga terlepas beberapa lembar. Panglima itu sampai menjerit terjentik kesakitan. Ciu Pek Thong tertawa, tangannya bekerja terus mencabuti kumis dan jenggot panglima itu, sehingga berulang kali Gui ciangkun berteriak-teriak menjerit kesakitan sambil memerintahkan Sam toaya dan keenam tentara itu untuk menolongnya. Namun semuanya setiap kali maju, tentu akan dibuat terpental oleh Ciu Pek Thong dengan dupakan kakinya. Kedua tangannya terus saja mencabuti jenggot dan kummis Gui ciangkun. Panglima Gui itu berlari-lari mengelilingi ruangan itu untuk menghindarkan diri dari Ciu Pek Thong, namun si bocah tua bangkotan yang nakal itu sambil tertawa-tawa tetap membayangi panglima Gui itu. tangannya juga bekerja terus mencabuti kumis dan jenggot panglima tersebut, sehingga akhirnya waktu Ciu Pek Thong berseru. "Sudah Selesai!" Dan melompat ke samping, jenggot dan kumis panglima Gui itu racik hanya selembar-selembar sisa diatas bibir dan dagunya seperti kumis dan jenggot tikus. Bukan main murka dan malunya Gui ciangkun ini. dia memang merupakan langganan setia tempat ini, kini dia telah dicabuti kumis dan jenggotnya dihadapan bunga raya itu. sedangkan dia sebagai panglima perang yang memiliki kekuasaan besar atas angkatan perang negeri Tayli, namun 40 sekarang dia tidak berdaya dan malu bercampur gusar. Dia memutar tubuhnya melarikan diri meninggalkan tempat tersebut, diikuti oleh Sam toaya dan keenam tentara negeri itu. Ciu Pek Thong tertawa bergelak-gelak. Tampaknya si bocah tua bangkotan yang nakal ini puas sekali. Tamu-tamu lainnya yang semula tegang melihat munculnya Gui ciangkun dan kenguatirkan keselamatan Ciu Pek Thong, setelah melihat semua diakhiri dengan kejadian seperti tadi, memdadak mereka tertawa. Dengan sendirinya mereka semakin kagum pada Ciu Pek Thong. Siauw Lianpun bertambah aleman dan genit melayani Ciu Pek Thong, malah rengekannya setiap dua menit satu kali, meminta agar Ciu Pek Thong segera pergi beristirahat di sebuah kamar istimewa yang telah disiapkan oleh pemilik rumah tersebut. Namun Ciu Pek Thong malah lebih mau makan dan minum sepuasnya, lalu dia merogoh sakunya, mengeluarkan sepuluh tail perak, diletakkan diantara meja. Diapun melangkah keluar dari ruangan tersebut, tidak mempedulikan rengekan Siauw Lian. Karena Ciu Pek Thong telah mabuk dipengaruhi oleh arak Hangliu yang harum namun keras daya kerjanya itu. sambil melangkah dengan kaki tidak tetap dan tubuh terhuyung-huyung, dengan muka yang merah panas, Ciu Pek Thong juga menggumam. "Tubuh terkulai terlena mabuk, pedang tergantung cawan terbalik, Anggur segantang diminum habis, puteri jelita hanya tersenyum." Siauw Lian dan para tamu lain serta para wanita bunga raya hanya mengawasi bengong saja. Tidak ada diantara mereka yang berani menahan Ciu Pek Thong, mereka bagaikan puteri jelita yang hanya tersenyum mengawasi saja kepergian Ciu Pek Thong. 41 Ciu Pek Thong sambil bernyanyi-nyanyi kecil menyusuri jalan berliku-liku, sepi dan sunyi, karena malam telah larut sekali. Tanpa disadarinya, dia telah berada di tempat para bunga raya itu sampai hampir satu malam suntuk! Ketika Ciu Pek Thong tengah berjalan dengan tubuh terhuyung-huyung, tiba-tiba dari arah belakangnya menyambar angin yang kuat sekali. Ciu Pek Thong tertawa dingin. "Hmmm, ingin menyerangku secara membokong? Tidak cukup hajaran yang kuberikan tadi?" Sambil berkata begitu, tangan kanannya telah bergerak menghantam ke belakang. "Plakkk!" Tahu-tahu Ciu Pek Thong merasakan tangannya nyeri dan sakit sekali, karena dia menangkis datangnya Hudtim, bahkan tubuhnya seketika terjungkir balik di tanah. Mabuknya seketika lenyap, walaupun kepalanya masih pusing, Ciu Pek Thong telah melompat berdiri, mementang matanya lebar-lebar, saking kagetnya karena dihadapannya berdiri Ong Tiong Yang suhengnya, yang tengah mengawasi dengan tatapan mmata yang tajam bersinar dan muka yang merah padam!. "Suheng?" Memanggil Ciu Pek Thong dalam kagetnya, dia merasakan bagaikan diguyur air dingin. Pengaruh arak seketika lenyap mempengaruhi dirinya, mabuknya seketika lenyap. Ong Tiong Yang tampak gusar bukan main. Dengan suara yang tawar dia berkata. "Apa yang telah kau lakukan Ciu sute?" Walaupun Ciu Pek Thong memperoleh julukan sebagai Loo Boan Tong si bocah tua bangkotan yang nakal, namun dia 42 tidak berani main-main menghadapi suhengnya ini yang sangat dihormatinya. Diapun tidak berani berdusta, semuanya diceritakan tanpa ada satupun yang dilewatkan. Muka Ong Tiong Yang menjadi muram. Dia telah berkata dengan suara tawar. "Apa yang telah kau lakukan itu adalah perbuatan yang hina, untung saja kau tidak sampai terjerumus. Latihan Iwekangmu yang telah susah payah kau peroleh itu akan lenyap dan selanjutnya jangan harap bisa menjadi seorang yang sempurna memiliki Iwekang akan sia-sia usiamu.!" Ciu Pek Thong cepat-cepat berlutut mengaku salah dan memohon minta pengampunan dari suhengnya ini. "Mari ikut pulang!" Kata Ong Tiong Yang dengan tawar. Ciu Pek Thong mengiyakan. Mereka telah kembali ke rumah penginapan. Ketika sampai di rumah penginapan dan telah berada di kamar mereka. Ong Tiong Yang menjatuhkan hukuman pada sutenya itu, yaitu harus duduk bersila selama satu hari penuh menghadap dinding. Ciu Pek Thong merupakan seorang yang berandalan dan gemar sekali bergerak, sedikitpun tidak pernah diam. Kini dia telah menerima hukuman seperti itu. dengan sendirinya walaupun hukuman hukuman yang ringan, hanya duduk bersila menghadap dinding selama satu hari, namun buat Ciu Pek Thong hukuman tersebut merupakan hukuman yang sangat berat sekali. Dia seperti merasakan duduk setahun, didalam hati ia menggerutu terhadap hukuman yang diterimanya, namun sepatah perkataan keluhan tidak berani diucapkannya dihadapan Ong Tiong Yang. 43 Karena dihukumnya Ciu Pek Thong oleh Ong Tiong Yang selama satu hari penuh duduk menghadap dinding, dengan sendirinya Ong Tiong Yang harus menunda perjalanan mereka selama satu hari. Dihari kedua, kakak dan adik seperguruan itu telah melanjutkan perjalanan mereka. Namun Loo Boang Tong telah puluh kegembiraannya dan cerewetnya bukan main, mulai bertanya ini dan itu lagi, seperti juga hukuman yang diterimanya dan pengalaman yang pernah dialaminya di rumah bunga raya itu telah dilupakannya. Dengan memberikan hukuman seperti itu pada Ciu Pek Thong, Ong Tiong Yang menghendaki adik seperguruannya ini kelak tidak sampai main-main di tempat yang berbahaya seperti itu. Ong Tiong Yang mengetahui bahwa adik sepergiruannya ini seorang yang jujur namun berandalan, walaupun kepandaiannya memang telah mencapai tingkat yang tinggi, namun jika sampai dia terpengaruh datang ke tempat- tempat seperti bunga raya itu pula, berarti ancaman untuk masa depannya tidak kecil, terutama untuk kemajuan ilmunya. Sedangkan Ciu Pek Thong waktu menjalani hukuman itu telah berjanji tidak akan menginjak tempat-tempat yang membawa "sial baginya, karena harus duduk seharian penuh menghadap dinding tanpa diperkenankan bergerak sedikitpun juga. Dan itu merupakan hukuman yang benar-benar menyiksa sekali. Dengan demikian Ciu Pek Thong benar-benar kapok untuk bermain-main ketempat serupa itu lagi. Bahkan dia berjanji didalam hatinya sendiri untuk berhati-hati dan menjauhkan diri dari wanita!. Begitulah setelah melakukan perjalanan tiga hari lagi, akhirnya mereka tiba di kota raja Tayli. Seharusnya mereka 44 tidak memerlukan waktu yang begitu lama, namun karena mereka melakukan perjalanan yang perlahan dengan sendirinya telah menelan waktu perjalanan yang cukup lama. Lam te adalah seorang raja, walaupun bagaimana sebagai seorang Kaisar tidaklah mudah untuk dijumpai sembarang orang. Ketika Oey Tiong Yang dan Ciu Pek Thong menyatakan pada pengawal dimuka istana Kaisar, mereka malah dicurigai dan hendak ditahan. Seorang pengawal istana telah masuk ke dalam untuk memberitahukan prihal maksud Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong, dua orang dari kerajaan Song yang hendak bertemu dengan raja mereka. Laporan itu disampaikan pada pimpinan keluarga Istana yang berpangkat Thian Tok. Komandan keluarga istana yang memang mengatur seluruh keadaan di istana dan bertanggung jawab penuh, telah perintahkan untuk menangkap Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong, yang nanti akan diperiksa dan dikorek keterangan apa maksud mereka berusaha menemui raja mereka. Seseorang jika hendak bertemu dengan Kaisar, itupun harus melalui banyak peraturan yang tidak mudah, bukan terus datang ke istana raja. Harus melalui menteri dalam negeri, meminta ijin, kemudian juga meminta ijin dari Panglima Keamanan Iatana, dan masih banyak lainnya, sampai akhirnya tergantung juga pada Kaisar apakah berkenan menerimanya atau tidak. Tentu saja Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong terkejut waktu dinyatakan pada mereka bahwa mereka hendak ditahan. Ong Tiong Yang dengan sabar berusaha memberi pengertian, berusaha meyakinkan pengawal istana itu, bahwa mereka adalah sahabat dekat raja mereka. Karena Ong Tiong Yang bersikap manis seperti itu, akhirnya si pengawal jadi bimbang dan telah melaporkan pada atasannya. Komandan Pengawal Keluarga Istana telah berkenan juga menerima Ong Tiong 45 Yang dan Ciu Pek Thong, justru diapun ragu-ragu, kalau saja kedua orang ini benar-benar sahabat dekat dari rajanya, tentu urusan bisa jadi runyam. Setelah berhadapan dengan Ong Tiong Yang dan memperoleh penjelasan bahwa Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong merupakan sahabat-sahabat yang pernah mengadakan pertemuan untuk mengukur ilmu silat, komandan pengawal Keluarga Istana tersebut lebih mempercayainya dan akhirnya dia melaporkan juga kedatangan Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong kepada rajanya. Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Selama itu, Ciu Pek Thong berbesa dengan suhengnya, dia sudah tidak sabar, hampir-hampir dia melayangkan bogem mentahnya pada pengawal pintu istana, jika saja Ong Tiong Yang tidak mendelikinya. Dan juga selama itu Ciu Pek Thong menjadi mati kutu karena beberapa kali Ong Tiong Yang telah mengisikinya agar sute Ciu Pek Thong tidak melakukan suatu tindakan apa-apa yang dapat menimbulkan kerusuhan, karena Ong Tiong Yang pun telah mengancam sutenya itu jika sampai timbul keonaran di istana raja Tayli ini, Ciu Pek Thong akan dihukum duduk bersila menghadap tembok selama satu bulan!. Mendengar ancaman hukuman seperti itu, Ciu Pek Thong jadi mati kutu. Dia hanya berdiam diri mengikuti dibelakang Ong Tiong Yang dengan muka yang cemberut, hatinya kesal dan jengkel sekali. Justeru ancaman hukuman satu bulan duduk menghadap tembol tanpa bergerak itulah yang membuat Ciu Pek Thong bisa dikunci mulutnya, tidak cerewet dan sifat berandalannya juga tidak terlalu tampak. Toan Hongya waktu mendengar prihal kunjungan Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong jadi kaget dan girang bukan main. Bahkan seketika itu juga diperintahkan untuk segera mengadakan penyambutan istimewa pada kedua tamu itu. 46 Semua peraturan yang terdapat di istana mengenai kunjungan seorang tamu dihapuskan dan dikecualikan untuk Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong. Dengan muka yang berseri-seri diliputi kegembiraan , Lam Te telah menyambut kedua tamunya. Bahkan untuk tiga hari lamanya Lam Te tidak memimpin sidang, semua urusan lainnya dikesampingkan dan Toan Hongya asyik menemani Ong Tiong Yang bercakap-cakap membicarakan berbagai masalah yang menyangkut ilmu silat. Mungkin juga terdapat seorang raja asing yang datang berkunjung, Tuan Hongya tidak akan menyambutnya dengan segirang saat ini, juga tidak akan menghapus peraturan- peraturan yang terdapat dilingkungan istana yang mewjibkan tamu-tamunya hanya dapat bergerak ditempat-tempat tertentu saja. tidak demikian halnya dengan Ong Tiong Yang dan Ciu Pek Thong yang diperbolehkan untuk bergerak kemana mereka suka di dalam istana tersebut, tidak ada tempat terlarang bagi mereka. Kunjungan Ong Tiong Yang bersama Ciu Pek Thong ke istana Toan Hongya, raja Tayli tersebut terjadi di tahun kedua setelah pertemuan Hoa san. Semua orang takluk pada Kauwcu dari Coan Cin Kauw tersebut, sehingga rela jika kitab Kiu Im Cin Keng jatuh ke tangannya. Tapi Ong Tiong Yang atau Tiong Yang Cinjin sangat mengagumi ilmu Sian Thian Kang dari Toan Hongya. Demikian, selama belasan hari berkunjung ke istana Tyli, Ong Tiong Yang membicarakan soal ilmu Sian Thian Kang tersebut. Toan Hongya juga tidak keberatan untuk menjelaskan segala apa yang menyangkut mengenai Sian Thian Kang 47 tersebut, sehingga Ong Tiong Yang sangat girang. Banyak sekali yang mereka percakapkan dan rundingkan. Selama itu pula banyak yang telah mereka rundingkan menukar pengalaman mengenai ilmu-ilmu yang hebat. Disebabkan oleh Ong Tiong Yang memperoleh penjelasan untuk ilmu Sian thian Kang, ilmu andalan Toan Hongya, dengan demikian sebagai imbalannya Ong Tiong Yang juga telah menurunkan atau mengajari ilmu silat It Yang cie. Yang menjadi ilmu silat paling istimewa. (Ilmu It Yang cie dikelak kemudian hari pada generasi berikutnya raja-raja Tayli merupakan ilmu andalan setiap raja yang duduk di singgasana Tayli. Semua itu dapat dibaca dalam "Thian Liong Pat Poh atau Pendekar-Pendekar Negeri Tayli) Selama Ong Tiong Yang tengah asyik merundingkan berbagai ilmu bersama Toan Hongya, justeru Ciu Pek Thong yang gemar bergerak tak suka berdiam diri saja. setiap hari dia berputaran saja keseluruh lingkungan istana. Dia pergi kebagian timur, kebagian barat dari istana, kesegala tempat, sampaipun dia tidak pandang-pandang lagi istana dimana permaisuri dan selir-selir tinggal. Semua orang kebiri dan dayang-dayang mengetahui dia adalah seorang tamu agung. Tidak ada seorangpun yang berani melarangnya. Seperti pada malam itu, waktu Ong Tiong Yang dan Toan Hongya tengah berunding di ruang tulis pribadi Kaisar, mereka hanya berdua karena Ciu Pek Thong memang tidak pernah mendampingi mereka, dimana Loo Boan Tong si Bocah Tua bangkotan yang nakal itu selalu keluyuran dan tidak betah tinggal diam. 48 Dalam percakapan itulah Ong Tiong Yang telah menjelaskan isi hatinya, mengapa ia telah melakukan perjalanan yang begitu jauh, dari Tionggoan ke negeri Tayli untuk menemui Toan Hongya. Sesungguhnya terdapat maksud yang terkandung dihati yang sangat penting sekali. Waktu itu Ong Tiong Yang tengah berkata. "Selama ini, penyakitku yang lama telah kembali kumat, mungkin aku tidak bakal berdiam terlalu lama lagi dalam dunia ini. Karena sekarang sudah ada orang yang mewarisi It Yang cie, jadi dalam dunia ada orang yang dapat menindih padanya, bolehlah tidak usah dikuatirkan yang dia nanti berani malang melintang bermain gila!" Toan Hongya mengawasi tamu agungnya ini, tanyanya. "Ada urusan apakah yang telah mengganjal hati Cinjin?" Ong Tiong Yang menghela nafas. "Ya, sesungguhnya memang ada sesuatu yang mengganjal dan selalu jadi pikiranku setiap hari, mengenai diri seseorang..!" Menjelaskan Ong Tiong Yang. "Dan memang sengaja aku telah meminta kepada Hongya untuk menurunkan ilmu Sian thian Kang kepadaku, setelah mana sebagai imbalannya akupun mewariskan It Yang cie. Dengan demikian, kita tidak berhutang budi apa-apa.! Memang sesungguhnya pula maksud kedatanganku kemari, hanya untuk mewariskan kepandaian It Yang cie itu kepada Hongya, namun karena kuatir Hongya tidak mau menerima, maka aku sengaja meminta agar Hongya mengajari Sian thian Kang dan sebagai imbalannya aku membayar dengan It Yang Cie!" Memang diantara jago-jago rimba persilatan, hanya ada lima jago luar biasa yang memiliki kepandaian paling sempurna dan tinggi. Kelima jago luar biasa itu sama-sama sempurna ilmunya. Mereka terdiri dari Tong Shia, See Tok, 49 Lam Tee, Pak Kay dan Tiong Sin Thong. Jika memang Orng Tiong Yang menyatakan terus terang nahwa dia datang untuk memberikan pelajaran ilmu It Yang cie, dia kuatir kalau-kalau Toan Hongya akan menolaknya. Kemungkinan lain Toan Hongya akan tersinggung karena merasa dianggap enteng. Itulah sebabnya Ong Tiong Yang sengaja telah meminta agar Toan Hongya mengajarinya dulu ilmu Sian thian Kang, setelah itu barulah dia menurunkan ilmu It Yang cie. Toan Hongya sangat bersyukur sekali, dia memang dapat menerka akan maksud orang yang sengaja ingin menurunkan kepandaian istimewanya itu. Sebagai seorang yang memang sangat mengagumi akan kemurnian dan lurusnya ilmu Ong Tiong Yang yang sangat sempurna ini, Toan Hongya memang sangat menghormati Coan Cin Kauwcu ini. Sekarang dia menerima ilmu It Yang cie, ilmu istimewa tersebut yang jika dibandingkan dengan Sian thian Kang, bukan merupakan imbalan yang selayaknya, karena Sian thian Kang belum tentu sehebat It Yang cie, Toan Hongya selain bersyukur juga sangat heran karena dia yakin dengan tindakan seperti itu, Ong Tiong Yang pasti mengandung maksud yang sangat penting sekali untuk umat manusia. "Lalu apa yang dimaksudkan oleh Cinjin dengan menurunkan It Yang cie kepadaku?" Tanya Toan Hongya sambil mengawasi Coan Cin Kauwcu itu. Ong Tiong Yang menghela nafas lagi, wajahnya muram. "Selama aku masih hidup, tentu dia tidak berani malang melintang sekehendak hati, sebab dia tentu masih jerih menghadapi It Yang Cie. Namun begitu aku menutup mata, niscaya dia akan melakukan perbuatan-perbuatan sekehendak 50 hatinya. Orang yang kumaksudkan itu tidak lain dari See Tok (si Bisa dari Barat) Auwyang Hong!" Toan Hongya terkejut, sampai raja Tayli ini mengawasi tamunya dengan mata tidak berkedip. Ong Tiong Yang tersenyum, dengan sabar meneruskan perkataannya. "Sekarang It Yang Cie telah berhasil kuwariskan kepada Hongya, dengan demikian dapatlah aku bertenang hati, sebab masih ada orang yang dipandang oleh See Tok walaupun nanti aku telah menutup mata! Hai, hai, hanya See Tok seorang yang kukuatirkan akan menimbulkan bencana yang tidak kecil buat orang-orang rimba persilatan. Karena kepandaiannya yang sempurna, juga dia memang seorang yang licik dan tidak segan-segan untuk melakukan perbuatan-perbuatan rendah! Dengan demikian, dialah seorang yang benar-benar mengancam keselamatan Rimba Persilatan! Hongya jangan tersinggung oleh pernyataanku ini, aku hendak bicara terus terang. Diantara kalian berempat, See Tok, Pak Kay, Lam Te dan Tong Shin, kalian berempat berimbang, kepandaian sama-sama sempurna. Jika memang aku meninggal dan Hongya tidak menerima warisan It Yang Cie jangan harap dapat membendung dan menindih See Tok. Karena itu sekarang dengan berhasilnya Hongya mewarisi It Yang Cie, dengan demikian Hongya dapat menindih nya, sehingga See Tok tidak mungkin bisa berbuat sekehendak hatinya, karena masih ada yang diseganinya!" Toan Hongya mengangguk beberapa kali. Diam-diam dia semakin tebal menaruh hormat kepada Coan Cin Kauwcu. Jadi tegasnya mewariskan It Yang Cie bukan untuk kepentingan seseorang, bukan pula untuk kepentingan Toan Hongya, melainkan untuk kepentingan manusia banyak lainnya, untuk 51 menindih dan mengawasi See Tok, agar dia tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang melampaui batas jika Ong Tiong Yang meninggal dunia. Begitulah untuk waktu-waktu berikutnya, Ong Tiong Yang telah merundingkan berbagai ilmu-ilmu simpanannya dengan Toan Hongya, sehingga kaisar Tayli itu memperoleh petunjuk yang sangat berharga sekali dari Coan Cin Kauwcu. Sesungguhnya, negara Tayli semenjak Sri Baginda Sin Seng Bun Tee Thay Couw membangun pemerintahan, ialah di tahun Teng yu, itulah lebih dulu dua puluh tiga tahun dari berdirinya kerajaan Song oleh Song Thay Couw diturunkan kepada Baginda Peng Gie. Setelah empat tahun memerintah, Baginda Peng Gie mengundurkan diri dari kerajaan dan masuk jadi pendeta. Tahta diserahkan kepada keponakannya, yaitu Baginda Seng Tek, kemudian tahta diturunkan terus kepada Baginda-baginda Hin Cong Hauw Tek, Poo Teng, Hian Cong Soan Jin serta Ayahku Keng Cong Ceng Kong. Semua baginda itu telah menjadi pendeta juga. Dari Tay Couw sampai pada Toan Hongya Toan Ceng, telah delapan belas turunan, ada tujuh orang raja Tayli yang mensucikan diri. Kaum keluarga raja-raja Toan dengan mengandalkan berkah kebijaksanaan leluhurnya telah berhasil menjadi sebuah keluarga kaisar di sebuah kerajaan kecil di selatan. Mereka semua merasa beranggung jawab untuk kesejahteraan rakyat dan negeri, maka juga hati mereka tidak tenang, setiap hari harus menghadapi berbagai masalah yang menyangkut keselamatan dan kesejahteraan dari jutaan manusia yang menjadi rakyatnya. Tidak ada diantata mereka yang berani melakukan apa-apa yang melewati batas. Biarpun begitu, siapa 52 yang menjadi raja, bukankan dia dapat makan tanpa meluku, dapat berpakaian tanpa menenun yang berarti dapat makan dan pakaian mewah yang semuanya sudah tersedia? Seorang kaisarpun jika keluar naik kereta dan jika pulang memasuki istana. Semua itu merupakan capai lelah dan keringat rakyat. Sebab itu disaat usia mulai lanjut, raja-raja Tayli menyadari capai lelah rakyatnya, mereka meras menyesl, maka diakhirnya mereka rela menjadi pendeta. Itulah sebabnya mengapa banyak juga bekas raja-raja Tayli yang terus mensucikan diri menjadi pendeta. Namun hidup dalam suasana dan lingkungan mewah yang begitu-begitu juga harinya, yang selalu merupakan pekerjaan rutin melakukan sidang-sidang para menterinya, yang dipimpin setiap pagi hari, siang hari memberikan perintah pada panglimanya dan sore harinya beristirahat dikelilingi oleh kemewahan, membuat Toan Hongya jadi bosan dan lebih banyak mempergunakan waktu-waktu senggangnya untuk berlatih diri dan mempelajari ilmu silat. Dengan demikian, karena sejak masih menjadi pangeran dia telah mempelajari ilmu silat, kebetulan pula memperoleh ilmu yang luar biasa tingginya, dengan sendirinya toan Hongya merupakan Kaisar Tayli yang memiliki kepandaian silat yang luar biasa. Kaisar di selatan yang sangat tersohor sekali. Sekarang Toan Hongya menerima kunjungan Ong Tiong Yang, seorang tokoh rimba persilatan, malah jago nomor satu yang sudah tidak ada tandingannya lagi, yang sangat dihormati sekali oleh kaisar tersebut, tidak terlalu mengherankan jika Toan Hongyapun lebih banyak menghabiskan waktu-waktunya belakangan ini dengan menemani Ong Tiong Yang. Apalagi setelah Ong Tiong Yang membuka isi hatinya mengenai maksud utamanya melakukan pernalanan jauh dari Tionggoan 53 ke Tayli ini hanya untuk mewariskan It Yang Cie pada Toan Hongya, agar kelak Toan Hongya bisa mengawasi gerak-gerik dan tingkah laku Auwyang Hong, maka Toan Hongya semakin tekun melatih diri untuk ilmu-ilmunya yang baru saja diwariskan oleh Ong Tiong Yang. Disebabkan Ong tiong Yang pun ingin mewariskan seluruh kepandaiannya kepada Toan Hongya, dengan sendirinya Coan Cin Kauwcu tersebut harus berdiam di istana Toan Hongya selama enam bulan bersama Loo Boan Tong si bocah tua bangkotan yang nakal tersebut. Karena telah mendapat kata sepakat antara Ong Tiong Yang dan Toan Hongya, yang telah menyetujui bahwa Ong Tiong Yang mewariskan seluruh kepandaiannya untuk Kaisar ini, dengan demikian setiap hari kedua orang itu, Kaisar dengan tamu agung tersebut berlatih diri. Karena Ong Tiong Yang menghendaki agar Toan Hongya dapat berlatih baik dan sempurna. Toan Hongya sendiri selain sangat bersyukur, juga dengan tekun telah mempelajari dan melatih ilmu It Yeng Cie, ilmu yang istimewa dan juga ilmu-ilmu lainnya. *** Karena setiap hari tidak memiliki kesempatan didampingi suhengnya, dan hanya seorang diri putar kayun tidak bisa diam, Ciu Pek Thong jengkel dan kesal sekali. Sesungguhnya dia tidak betah untuk berdiam terus di istananya Toan Hongya, karena menurutnya dia jemu dan bosan. Namun suatu malam ketika dia menyatakan kepada Ong Tiong Yang mengenai maksudnya, ingin pergi pesiar di luar istana selama satu bulan, Ong Tiong Yang telah melarangnya dengan keras, karena Ong Tiong yang kuatir kalau-kalau Ciu Pek Thong menimbulkan kerusuhan pula. 54 Dengan dilarang keluar dari istana, membuat Ciu Pek Thong semakin jengkel. Dia setiap hari memutar kayun di istana toan Hongya dengan hati yang mangkel sekali. Dan karena itu, setiap bagian dari istana Toan Hongya telah didatangi. Dan boleh dikatakan Ciu Pek Thong pun mengenal baik sekali seluruh bagian dari istana raja Tayli itu. karena seringnya ia memutar kayun mengelilingi istana Toan Hongya maka Loo Boan Tong merupakan si bocah tua bangkotan berandalah yang nakal ini benar-benar merasakan seperti dalam keadaan disiksa dan terpenjara dimana kebebasannya sangat terkekang sekali. Walaupun sesungguhnya sebagai tamu agung dia tidak pernah dilarang untuk berkeluyuran diseluruh wilayah istana, sampai-sampai ke daput istana, kamar mandi dan juga tempat buang kotoran, semuanya telah didatangi oleh Ciu Pek Thong dan diketahuinya dengan baik. Tidak trkecuali juga istana tempat berdiamnya para selir dan yang lebih hebat lagi, Loo Boang Tong juga berkeliaran dengan bebas di istananya permaisuri! Walaupun demikian, perasaan bosan juga yang membuat Ciu Pek Thong merasakan dirinya sangat terkekang, kebebasannya seperti dibatasi, karena setiap hari hanya diperbolehkan berkeliaran disekeliling istana tersebut, setapakpun tidak boleh melangkah keluar meninggalkan istana. Ong Tiong Yang kuatir jika Ciu Pek Thong diijinkan keluar dari istana, maka dia akan menimbulkan kerusuhan. Tapi justru dengan berdiamnya Ciu Pek Thong didalam istana, keonaran yang hebat sekalipun tidak terhindarkan telah terjadi urusan yang benar-benar membawa perobahan untuk hari depan dan juga penghidupan dan kehidupan Toan Hongya diwaktu-waktu mendatang. Karena Loo Boan Tong jika memang tidak menimbulkan keonaran, tidaklah bisa disebut Loo Boan Tong, karena jika si bocah tua bangkotan ini selama setengah tahun terkurung di dalam istana, malah selama enam 55 bulan itu Ong Tiong Yang jarang mendampinginya, karena selalu harus memperhatikan latihan-latihan Toan Hongya, dan Loo Boan Tong tidak menimbulkan gara-gara, itulah urusn yang benar-benar mengherankan. Pada sore itu Ciu Pek Thong baru saja salin pakaian, dia telah menggerutu seorang diri dengan hati kesal. Semua istana ia telah kelilingi, sampai ke bagian yang paling sudut dan terpencil sekalipun. Itupun dia baru berdiam bersama suhengnya selama dua bulan lebih di istana Toan Hongya. Kemarin malam suhengnya itupun menjelaskan bahwa kemungkinan mereka akan berdiam di istana Toan Hongya sampai enam bulan, berarti masih ada empat bulan lagi Ciu Pek Thong harus hidup terkurung dan terkekang kebebasannya di istana tersebut. Sanggupkah dia melakoni cara hidup ini terus menerus, dimana setapak atau selangkah kaki tidak diperkenankan keluar dari istana. Karena itu, setiap kali berfikir begitu Ciu Pek Thong jadi berduka. Sesungguhnya sering terpikir olehnya hendak diam- diam meninggalkan istana, tapi dia tidak memiliki keberanian sebab dia memang sangat menghormati Suhengnya dan tidak berani melanggar pesan Suhengnya satu langkahpun. Dengan demikian akhirnya Ciu Pek Thong hanya semakin kesal saja. Di istana yang peuh dengan pengawal, mereka tidak ada seorangpun yang bisa diajak untuk bermain-main, karena mereka memiliki tugas-tugas yang harus mereka lakukan, disamping itu peraturan di istana sangat disiplin sekali. Dengan demikian Ciu Pek Thong tanpa kawan, benar-benar jadi bosan dan jengkel sekali. Juga dia tidak bisa menemukan satu dua orang anak kecilpun yang bisa diajak bermain kelereng. 56 Seperti sore-sore sebelumnya, setelah bersalin pakaian Ciu Pek Thong lebih banyak keluyuran disekitar taman bunga istana, untuk memandangi bunga-bunga beraneka macam yang tumbuh terawat baik disitu. Tapi apa yang dilihatnya, senua bunga-bunga itu menyebalkan dengan kehidupan begini-begini saja, hanya dikelilingi bunga-bunga yang tidak bisa diajak bermain. Ciu Pek Thong sering mengomeli bunga-bunga itu, tidak jarang ia menggerutu. "Hu, hu, kusentil telingamu.." Sungguh menyebalkan sekali. Dan memang Ciu Pek Thong menyentil kelopak bunga itu, seperti tengah menyentil seorang anak kecil. Atau jika memang Ciu Pek Thong tengan sengit, dia tentu memaki bunga-bunga itu, katanya. "Kalian toh jelmaan dari para dewi-dewi yang dikutuk oleh raja langit, yang diturnkan ke dunia untuk menjadi pohon-pohon bunga, mengapa kalian tidak mau menjelma menjadi dewi-dewi lagi untuk sehari ini guna menemaniku bermain kelereng.?" Dan banyak lagi tingkah laku Ciu Pek Thong yang lucu, jenaka namun bisa menimbulkan prasangka orang bahwa dia terganggu otaknya jika memang ada orang yang melihat tingkah lakunya seperti itu. Namun memang Ciu Pek Thong sangat jemu dengan kehidupannya didalam istana Toan Hongya ini. Tapi sore ii, Ciu Pek Thong tidak menuju ke taman bunga, dia menyusuri bagian istana sebelah barat, dimana tempat para selir-selir kaisar berada. Maksud Ciu Pek Thong, dari iseng keluyuran seorang diri, dia ingin menggoda para selir itu, dengan menakut-nakuti mereka, umpamanya membuat mimiknya sebagai mimik hantu, menjadi setan jadi-jadian, untuk menakut-nakuti para selir itu. Jika mereka ketakutan dan berlarian sambil menjerit dan pengawal berdatangan, tentu Ciu Pek Thong akan gembira sekali. Namun sambil melangkah menyusuri jalan yang penuh batu-batu putih bulat itu, Ciu Pek 57 Thong juga teringat pada Suhengnya. Jika sampai dia menimbulkan gara-gara dan keonaran seperti itu dan Ong Tiong Yang suhengnya itu mengetahui, tentu dia akan dihukum berat. Bisa memperoleh hukuman duduk bersemedhi menghadap tembok tanpa boleh bergerak sedikitpun! Dan Loo Boan Tong, si bocah tua bangkotan ini jeri terhadap ancamman hukuman yang memungkinkan dia sama sekali tidak bisa bergerak atau keluyuran, sedangkan dia adalah seorang yang gemar bergerak dan tidak betah diam.!" Ciu Pek Thong si bocah tua bangkotan yang nakal itu tambah uring-uringan dan menyusuri jalan kecil berbatu putih itu dengan kepala tertunduk dan sebentar-sebentar kakinya menendang-nendang batu kecil yang melintang didepannya. Setiap kali ditendang, ada saja batu yang melayang pesat dan menghantam batu lainnya, menimbulkan suara benturan yang tidak begitu keras namun batu itu meluruk menjadi bubuk!. Waktu Ciu Pek Thong sampai di ujung jalan kecil itu dia melihat pintu rembulan yang terukir indah sekali. Itulah pintu yang merupakan batas antara tempat itu dengan istana para selir kaisar ditempatkan. Di istana tersebutlah para selir memperoleh tempat-tempat tersendiri. Ciu Pek Thong berdiri di muka pintu berbentuk rembulan tersebut beberapa saat. Tampaknya si bocah tua bangkotan yang nakal ini ragu-ragu. Dia memang telah berpikir tadi untuk mengganggu dan menggoda para selir itu. namun dia jeri pada suhengnya, terutama ancaman hukuman yang bisa diterimanya. Karenanya dia jadi ragu-ragu. Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Namun dasarnya memang Loo Boan Tong yang tidak bisa diam dan nakal, akhirnya Ciu Pek Thong toh melangkah terus memasuki pintu rembulan tersebut. 58 Memasuki istana tersebut, Loo Boan Tong bertemu dengan dua orang dayang, yang telah mengangguk hormat dan tersenyum manis, tidak ada diantara mereka yang berani menegur Loo Boan Tong atas kelancangannya yang berani masuk ke dalam istana para selir. Dan tamu agung yang nakal ini dibiarkan bebas berkeliaran di istana para selir tersebut. Ciu Pek Thong yang tengah urung-uringan dan jengkel itu, telah keluyuran mengelilingi istana tersebut dan berulang kali bertemu dengan dayang istana dibagian berdiamnya para selir tersebut, namun mereka tidak ada yang berani melarang Ciu Pek Thong berkeliaran ditempat tersebut. Waktu sampai di taman bunga istana, tempat selir kaisar tersebut yang terletak di sebelah barat, Ciu Pek Thong mendengar menderunya angin yang halus, seperti juga ditempat itu ada seseorang yang tengah berlatih ilmu pukulan. Sebagai seorang yang memiliki kepandaian tinggi, Ciu Pek Thong segera dapat mengetahui bahwa didengar dari angin pukulan yang menderu-deru itu, orang yang tengah berlatih itu belum lagi mencapai tingkat yang sempurna. Tapi semangat Ciu Pek Thong terbangun, dia girang sekali. Dengan adanya orang yang tengah berlatih silat, tentu dia bisa mengajak orang itu main-main. Dasar memang nakal, Ciu Pek Thong menjejakkan kakinya, tubuhnya ringan sekali melompat ke atas genting. Kemudian dengan gesit dia teh melompat kedekat payong bangunan itu, darimana dia bisa melihat taman istana bagian tersebut, sehingga begitu melihat jelas siapa yang tengah berlatih, Ciu Pek Thong jadi bengong. Ditaman itu, seorang memang tengah berlatih ilmu pukulan seorang diri. Begitu tekun orang itu mempelajari ilmu pukulan, sehingga dia tidak memperhatikan keadaan disekitarnya, terlebih lagi memang Ciu Pek Thong 59 menempatkan dirinya diatas payon rumah. Dialah seorang wanita yang cantik jelita, berusia masih muda dengan rambut yang disanggul tunggal, diberi hiasan yang terdiri dari intan dan permata lainnya, ujung rambut telah diikat merupakan buntut kuda. Wanita yang cantik jelita itu mengenakan baju warna kuning keemas-emasan, dengan rompi warna merah dan runce-runce kuning pula. Ikat pinggangnya berwarna jambon. Tubuhnya bergerak lemah gemulai dalam ilmu pukulan yang tengah dilatihnya, sehingga dengan lenggang lenggoknya wanita cantik tersebut bagaikan seorang dewi dari kahyangan yang baru turun ke bumi untuk membawakan sebuah tarian yang sangat menarik. Angin pukulan yang menderu-deru itu berasal dari gerakan kedua tangannya. Ciu Pek Thong mengawasi dengan mata terbuka lebar- lebar, dia begitu kagum dan terpaku oleh kejelitaan wanita tersebut. Sebagai seorang yang berandalan, bukan didorong oleh pikiran yang tidak-tidak, namun si nakal ini justru telah kesengsem oleh ingatan prihal dongeng yang sering diceritakan oleh Ong Tiong Yang suhengnya mengenai dewi-dewi dari kahyangan. Ciu Pek Thong ingin menduga apakah wanita cantik jelita ini adalah seorang dewi yang baru saja turun dari kerajaan langit? Yang menarik hati Ciu Pek Thong, ilmu pukulan wanita yang cantik jelita itupun sesungguhnya merupakan suatu ilmu pukulan yang sangat hebat yaitu Sian Thian Kang, ilmu andalannya Toan Hongya! Cuma saja, disebabkan latihan wanita itu masih jauh dari sempurna, pukulan-pukulannya 60 hanya menimbulkan angin yang menderu-deru, belum lagi merupakan pukulan-pukulan yang berarti. Karena terlalu tertarik, Ciu Pek Thong telah menghampiri lebih dekat, dimana dia berdiri depinggir payon genting, kemudian menggantung disitu dengan mencantolkan salah satu kakinya dipayon tersebut. Maksud Ciu Pek Thong ingin mengejutkan wanita itu dengan tiba-tiba. Dia ingin mengejutkan wanita itu dengan menjadi "setan gantung. Wanita cantik yang tengah berlatih ilmu pukulan Sian thian Kang itu sama sekali tidak mengetahui bahwa dirinya tengah diperhatikan oleh Ciu Pek Thong. Dia begitu tekun membawakan jurus demi jurus dari ilmu pukulan tersebut. Siapakah wanita cantik jelita tersebut? Ternyata ia tidak lain dari Lauw Kuihui, salah seorang selir tersayang dari Toan Hongya. Tayli merupakan kerajaan kecil dan tentu saja tidak bisa disamakan dengan kerajaan Song. Jika ingin membicarakan soal keluasan wilayah kerajaan tersebut. Namun sama seperti raja-raja Song, seorang Kaisar Tayli selalu memiliki seorang permaisuri dan beberapa orang selir. Dengan demikian, Toan hongya pun seperti lazimnya kaisar-kaisar lainnya memiliki permaisuri dan beberapa orang selir. Sebagai seorang yang gemar berlatih silat, sesungguhnya Toan Hongya tidak begitu tertarik dengan wanita, namun semua itu dimana dia memiliki beberapa orang selir, hanya untuk melengkapi kedudukannya sebagai seorang raja saja, dimana memang sudah menjadi semacam tradisi atau peraturan yang tidak tertulis harus dilaksanakannya. Jika Toan Hongya tengah berlatih diri, maka para selir Toan Hongya ikut menyaksikan, maka diantara beberapa orang 61 selir itu ingin mempelajari ilmu silat. Toan Hongya pun memenuhi permintaan selir-selirnya itu, sebab Toan Hongya berfikir berlatih ilmu silat hanya untuk menambah kesehatan mereka dan panjang umur. Diantara para selir-selir yang meminta diajari ilmu silat, terdapat Lauw Kuihui, yang bakatnya sangat baik dan cerdas. Dia masih berusia muda sekali, baru dua puluh tahun dan juga rajin belajar. Begitu diajari setiap jurus dia langsung bisa. Bahkan setiap hari dia telah melatih diri dengan baik, dimana dia selalu berusaha untuk menguasai ilmu yang diturunkan oleh Toan Hongya. Kesungguhan hatinya dalam berlatih ilmu silat membuat Toan Hongya menurunkan ilmu-ilmu yang lebih banyak lagi. Bahkan Sian thian Kang, ilmu andalah Toan Hongya telah diturunkan pada selir yang seorang ini. Lauw Kui hui ternyata bukan hanya rajin mempelajari ilmu silat yang diturunkan oleh Toan Hongya, bahkan dia berkeinginan untuk memiliki kepandaian yang benar-benar sempurna. Dia menghendaki bisa memperoleh ilmu yang lebih tinggi, dimana kelak bisa menyebabkan dia bisa memiliki kepandaian yang tidak berada dibawah kepandaian Toan Hongya. Dengan keinginannya untuk memiliki kepandaian ilmu silat yang tinggi seperti itu, Lauw Kui hui memiliki maksud- maksud tertentu, yaitu seetelah berhasil memiliki kepandaian yang tinggi ia bermaksud menindih pengaruhnya permaisuri, dimana Lauw Kuihui memang bercita-cita ingin menggeser permaisuri dan ia ingin duduk disisi Toan Hongya sebagai permaisuri yang agung! Sebagai seorang wanita yang cerdas dan cerdik, dengan sendirinya mengetahui bahwa rajanya merupakan seorang yang gemar ilmu silat. Jika ia bisa mempelajari ilmu silat yang sangat tinggi, tentu Toan Hongya 62 akan lebih menyeyangi dan memperhatikannya, bahkan diwaktu-waktu mendatang mereka bisa berunding tentang ilmu silat, dengan begitu pula Toan Hongya lebih banyak berdampingan dengannya.! Itulah salah satu sebab mengapa Lauw Kuihui dengan rajin berlatih diri. Dia berusaha untuk menguasai seluruh ilmu yang telah diturunkan oleh Toan Hongya, dan memang dia berhasil dengan baik, walaupun dia belum bisa menguasai tenaga Iwekang yang tinggi, namun seluruh ilmu silat yang diturunkan oleh Toan Hongya telah berhasil dikuasai semuanya, tinggal yang kurang latihan belaka. Toan Hongya sendiri terhadap selir yang satu ini memang memperlakukannya lain dari selir-selir lainnya, raja itu memperhatikan lebih istimewa, dimana Lauw Kuihui sangat disayang dan diperhatikan. Terlebih lagi setelah Toan Hongya mengetahui selirnya itu berbakat dalam mempelajari ilmu silat. Dengan demikian, perhatian Toan Hongya semakin besar tertumpah pada selir yang satu ini. Setiap sore Lauw Kuihui selalu melatih diri dengan rajin, dan sepperti sore inipun dia tengah berlatih dengan tekun, sehingga Ciu Pek Thong yang nakal itu sempat menyaksikan selir itu tengah berlatih diri. Loo Boan Tong yang nakal itu telah mengawasi sekian lama, akhirnya dengan sebelah kaki, yaitu kaki kiri tergantung di payon, sehingga tubuhnya bergantung begitu, dia bertepuk tangan memuji. "Bagus!..bagus! .. ilmu silat yang baik! Hanya sayang dibawakan oleh orang yang tidak begitu pandai, sehingga intisari ilmu itu lenyap semua dan tidak ada artinya." 63 Lauw Kuihui terkejut, berhenti menggerakkan sepasang tangannya dan menoleh. Selir ini jadi terkejut melihat seorang bergelantungan di payon, malah seorang laki-laki! Di istana tersebut setiap laki-laki dilarang masuk atau menginjakkan kakinya, kecuali Toan Hongya. Sedangkan seluruh dayang di istana para selir terdiri dari wnita semuanya. Kini, ditempat ini telah masuk seorang laki-laki, inilah baru pertama kali terjadi. Buat Lauw Kuihui selain mengejutkan juga bercampur girang, karena dia segeera mengenali bahwa orang ini bukan lain dari tamu agung rajanya, yang menurut keterangan yang diperoleh dari Toan Hongya bahwa kedua tamu agung itu memiliki kemampuan silat yang tinggi sekali, bahkan salah seorang diantara mereka itu memiliki kepandaian diatas kepandaian Toan hongya sendiri. Melihat Pek Thong, seketika berkelebat serupa ingatan dihati Lauw Kuihui. "Oh kiranya Ciuya?" Berseru Lauw Kuihui sambil memperlihatkan paras berseri-seri, sehingga wajahnya yang cantik itu tambah rupawan, matanya yang bersinar-sinar bagaikan bintang timur, hidungnya yang bagus bentuknya, bibirnya yang mungil dengan pipinya yang kemerah-merahan sehat dan bentuk tubuhnya yang begitu indah. Ciu Pek Thong melompat turun dengan gerakan yang ringan. Tubuhnya melayang ke samping Lauw kuihui dengan gerakan yang indah sekali, seperti juga hinggapnya seekor burung rajawali. Lauw Kuihui yang melihat cara melompat turun Ciu Pek Thong jadi tambah kagum, karena selir ini melihat bahwa ginkang Ciu Pek Thong memang sempurna sekali. 64 Ciu Pek Thong tidak mengetahui bahwa Lauw Kuihui adalah seorang selir Toan Hongya, malah merupakan selir yang sangat disayang dan dicintai oleh raja itu, maka sama sekali Ciu Pek Thong tidak memberi hormat sebagaimana layaknya, hanya tertawa dengan sikap jenaka, katanya. "Apakah engkau mau main-main denganku?" Muka Lauw Kuihui jadi berubah merah, pipinya dirasakan jadi panas sekali. Dia menunduk. "Akh.. ciuya bergurau!" Kata selir itu dengan suara tidak begitu jelas. Pek Thong membuka matanya lebar-lebar. Dia memandang bagaikan si tolol. "Bergurau?" Tanyanya. "Aku tidak bergurau. Jika memang engkau mau, aku bersedia untuk menemanimu main-main!" Muka Lauw Kuihui tambah merah. Memang sebagai selir seorang Kaisar, Lauw Kuihui telah terlalu banyak mendengar tentang penyelewengan selir raja dengan pria-pria tertentu atau orang-orang dalam istana, dimana selir-selir itu yang umumnya kesepian, main-main dengan kekasih gelapnya. Dan sekarang tamu agung yang seorang ini, begitu bertemu dengannya telah mengajaknya untuk main-main, tentu saja membuat Lauw Kuihui merasa malu dan gusar. Namun disebabkan tamu ini merupakan tamu agung, dengan sendirinya dia tidak berani menegur kekurang-ajaran tamu tersebut. "Ciuya, apakah Hongya telah memberikan ijinnya padamu untuk masuk kemari?" Tanya Lauw Kuihui untuk mengalihkan pembicaraan mereka. 65 Ciu Pek Thong menggeleng, sambil tertawa dia bertanya. "Apakah untuk masuk kemari harus memerlukan ijin dari Toan Hongya?" Lauw Kuihui yang kini berbalik bingung. Orang yang dihadapannya ini adalah tamu agung kaisarnya. Menurut rajanya itu bahwa tamu agung ini juga memiliki ilmu silat yang amat tinggi, dimana Toan Hongya sendiri memperlakukan tamu agung ini dengan hormat. Namun sekarang dengan mata kepala sendiri dia menyaksikan tamunya ini adalah seorang yang ketolol-tololan. Namun tentu saja Lauw Kuihui tidak berani memperlihatkan sikapnya meremehkan, bahkan dia mengangguk cepat sambil katanya. "Ya, segala disini harus memperoleh ijin dari Toan Hongya!" Ciu Pek Thong tertawa lebar sambil tepuk-tepuk keningnya. "Dasar si Toan Hongya saja yang mau disibuki oleh segala peraturan, mau apa dia sibuk mengatur tempat ini, segala apa harus memperoleh ijinnya? Apakah jika aku hendak main dengan kau, itupun perlu ijin dari Toan Hongya?" Kembali pipi Lauw Kuihui jadi berobah merah dan terasa panas, namun dia mengangguk. "Ya!" Shutnya dengan sikap malu-malu tapi hatinya mendongkol bukan main. "Hu..hu.. sungguh tengik sekali dan menyebalkan Toan Hongya, kalau memang kita main-main tanpa ijinnya, apakah kita akan dihukumnya?" Lauw Kuihui mengawasi tamu ini, dia berdiam diri mengawasi dengan salah tingkah. 66 "Aku tertarik melihat engkau memiliki kepandaian yang lumayan, belum terlatih sempurna karena tenaga latihanmu belum kuat benar. Namun kukira cukup untuk menemaniku bermain-main beberapa jurus melewatkan waktu yang senggang! Tapi memang jika harus meminta ijin dulu dari Toan Hongya, oh..oh.. ini menyebalkan sekali! Aku semakin tidak betah berdiam ditempat ini.!" Dan Ciu Pek Thong telah uring-uringan, dia telah menepuk-nepuk keningnya lagi. Lauw Kuihui tertegun, sejenak dia tertawa, ternyata dia telah salah menafsir perkataan "main-main nya Ciu Pek Thong. Rupanya yang dimaksud oleh Ciu Pek Thong adalah main-main untuk berlatih ilmu silat, jadi bukan "main-main asmara seperti yang diduga oleh Lauw Kuihui. Waktu itu Ciu Pek Thong telah memutar tubuhnya, dia ingin meninggalkan taman itu karena dia benar-benar jengkel sekali. "Tunggu dulu Ciuya!" Panggil Lauw Kuihui cepat. Dan Ciu Pek Thong menahan langkahnya menoleh "Apakah kau mau menemani aku main-main tanpa ijin dari Toan Hongya?" Girang sekali si bocah tua bangkotan yang berandalan itu. Lauw Kuihui mengangguk. "Ya, Siaumoay bersedia untuk menemani Ciuya.!" "Bagus!" Berjingkrak Ciu Pek Thong yang girang bukan main, sampai seperti seorang anak kecil yang memperoleh sebuah mainan yang disenangi. Dia berjingkrak-jingkrak beberapa kali. Lau Kuihui juga tersenyum. Dia sekarang mengetahui walaupun tampaknya ketolol-tololan dan bloon, lagaknya 67 bego-begoan seperti itu, namun kenyataannya Ciu Pek Thong adalah seorang yang polos dan jujur. Dalam waktu yang singkat dia telah melihat betapa polosnya Ciu Pek Thong. Apa yang dipikirkannya , apa yang dikatakannya dan tidak terikat oleh segala peradatan. Bukankan dia seorang selir dimana seharusnya Ciu Pek Thong harus memperlakukannya dengan sikap yang hormat dan penuh peradatan yang pantas? Jika toh bukan selir, setidak-tidaknya sebaai seorang wanita, tentu Ciu Pek Thong pun akan memperlakukan Lauw Kuihui lebih pantas dari yang sekarang ini, dengan sikap sopan santun, dan peradatan yang memisahkan antara pria dan wanita. Tapi si bego ini malah bersikap begitu polos semau hatinya. Namun Lauw Kuihui tidak marah terhdap Ciu Pek Thong, diapun mamang tidak mempersalahkan sikap Pek Thong, malah menyukainya. Keris Maut Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo