Ceritasilat Novel Online

Lima Jago Luar Biasa 4


Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong Bagian 4


Lima Jago Luar Biasa Karya dari Sin Liong   hanya nafasnya yang memburu.   Sedangkan semua keterangan Pek Thong, yang dijelaskan dengan suara agak gemetar itu, masuk telinga kanan keluar 103 telinga kiri.   Akhirnya dia tidak bisa mengendalikan perasaannya dan dia memeluk Pek Thong.   Ciu Pek Thong seperti dipagut ular berbisa, melompat dari pembaringan.   "Jangan tidak boleh mana boleh begitu!"   Berseru-seru Pek Thong gugup bukan main, nafasnyapun memburu.   Tapi lauw Kuihui seorang yang cerdas, sedangkan untuk memperoleh ilmu menotok saja dia bisa mempengruhi Pek Thong, terlebih sekarang jika maksud hati yang terkandung itu tidak tercapai, tentu dia bukan Lauw Kuihui namanya.   Pek Thong walaupun kepandaiannya tinggi dan Iwekangnya sempurna, toh tetap seorang manusia yang terdiri dari darah dan daging, sehingga akhirnya dia kalah juga oleh segala musik setan dan cengkraman setan)*, yang telah menyeretnya tanpa dia bisa melawan mempergunakan ilmu silatnya atau iwekangnya, karena semua itu memang tidak diperlukan pada waktu itu.   Gugurlah Pek Thong dalam rangkulan Lauw Kuihui.   Inilah pertama kali Pek Thong bernafas memburu keras, pertama kalinya juga dalam seumur hidupnya dia merasakan betapa harumnya rambut seorang wanita, rambui yang begitu halus dan menggetarkan hati Ciu Pek Thong, sedang gagahnya dan Lauw Kuihui sedang mudnya.   Tubuh mereka beradu tidak hentinya, hari ketemu hati tanpa merasa hati mereka telah terjalin, sehingga akhirnya mereka tersesat sampai tidak dapat diurusi lagi dengan keberandalan masing-masing.   )* Kebiasaan manusia berbudi rendah yang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya akan selalu mengkambing-hitamkan setan, padahal bertemu setanpun belum pernah.   **** PADA HARI HARI berikutnya, sudah tidak ada kesulitan buat Pek Thong memberikan petunjuk mengenai jalan darah 104 diseluruh tubuh Lauw Kuihui, malah tampaknya mereka begitu intim dan mesra.   Lauw Kuihui yang telah mengetahui tabiat Ciu Pek Thong ini, bisa melayaninya dengan sempurna sehingga Ciu Pek Thong lupa daratan, dimana kegemaran bermain kelereng dituruti, kegemaran main petak juga dituruti, kegemaran main lompat-lompatan juga dituruti, gemar akan main permainan baru yaitu permainan ayun-ayunan yang menerawangannya si bocah tua bangkotan yang berandalan inipun selalu dituruti oleh Lauw Kuihui dengan senang hati, bahkan Lauw Kuihui sangat mencintai Ciu Pek Thong ini, mencintai sepenuh hati.   Begitulah hubungan mereka berlangsung selama dua bulan, dimana Pek Thong telah memberikan segala penjelasan mengenai cara melatih ilmu menotok tersebut.   Bahkan Pek Thong juga telah menurunkan ilmu-ilmunya yang lain lagi, sehingga Lauw Kuihui dapat melatihnya dengan bersemangat sekali, melatih dengan cepat, karena dia memang berbakat dan cerdas, sehingga dia dapat dengan cepat menguasai seluruh ilmu yang diwariskan Pek Thong,sama cepatnya seperti dia menguasai diri Pek Thong.   Tapi urusan yang terjalin antara Pek Thong dengan salah seorang selirnya Toan Hongya ini akhirnya tidak bisa juga ditutupi untuk selamanya, bukankan asappun tidak bisa ditutupi, yang akhirnya tersiar juga? Demikian pula dengan peristiwa jalinan asmara yang telah trjadi antara Lauw Kuihui dengan Loo Boan Tong.   Jika memang hanya diketahui oleh para dayang itu masih bagus dan tidak mungkin akan sampai ke teling Toan Hongya.   tapi justru dari dayang-dayang Lauw Kuihui itulah urusan telah tersiar ke telinganya para selir lain.   Memang selir-selir Toan Hongya yang lainnya menaruh perasaan iri danbenci pada Lauw Kuihui.   Walaupun itu tidak 105 berani diunjukkan dengan berterang.   Mereka melihat raja mereka terlalu memanjakan dan mencintai Lauw Kuihui yang memperoleh perlakuan lain dari mereka.   Tidak jarang Toan Hongya menjenguk Lauw Kuihui dua kali dalam satu bulannya, tidak demikian dengan mereka yang harus menanti- nanti kunjungan kaisar mereka dengan harapan kosong selama dua atau tiga bulan baru dapat giliran.   Sebab itu pula, perasaan itu lah yang menyebabkan selir-selir itu lalu berunding, lalu secara bersama-sama mereka telah menyampaikan peristiwa hebat itu pada Toan Hongya.   Memang berita itu merupakan berita hebat buat Toan Hongya, dimana perasaannya tergempur.   Terutama sekali waktu dia memerintahkan beberapa orang kepercayaannya untuk mengawasi gerak gerik Ciu Pek Thong dan Lauw Kuihui.   Toan Hongya memang tidak bisa menerima begitu saja laporan dari para selir itu, karena bisa saja mereka memberi laporan palsu berhunung dia iri pada Lau Kuihui, sehingga mereka bisa memfitnah.   Namun laporan yang diterima Toan Hongya dari beberapa orang kepercayaannya itu memang benar kalau Ciu Pek Thong memiliki hubungan gelap dengan Lauw kuihui.   Bukan main mendongkolnya Toan Hongya sehingga satu malamandia tidak bisa tidur.   Dan sesungguhnya malam itu juga dia ingin ketemu Pek Thong untuk menghukumnya dan Lauw Kuihui, walaupun dia sangat mencintai selir itu, tapi perbuatannya telah menyakiti hati dan melukai perasaan.   Namun semua niatnya itu dibatalkan sebab dia memandang Ong Tiong Yang, akhirnya Toan Hongya hanya pura-pura pilon tak mempedulikan urusan itu.   106 Cuma yang membuat Toan Hongya terluka, acapkali mengunjungi permaisurinya, maka permaisurinya membicarakan prihal Lauw Kuihui yang meninabobokkan Ciu Pek Thong, setiap kali mengunjungi selir-selirnya, Toan Hongya selalu harus mendengar perstiwa yang sangat memalukan didalam istananya tersebut.   Tapi disebabkan dia memang menghormati Ong Tiong Yang, dengan sendirinya membuat Toan Hongya hanya menahab dan tidak menegur Ciu Pek Thong, bahkan dia menganggap seperti tidak terjadi peristiwa itu didalam istananya.   Namun dari mulut ke mulut, akhirnya berita itu telah trdengar pula oleh Ong Tiong Yang dan diam-diam dia telah menyeksikan gerak-gerik Ciu Pek Thong.   Pada sore itu sengaja dia tidak menngunjugi Toan Hongya sebagaimana mestinya.   Jika sebelumnya dia selalu mengawasi Toan Hongya berlatih It Yang Cie dan ilmu-ilmu hebat yang lainnya yang diwariskan kepada raja tersebut, namun sekarang, sengaja Ong Tiong Yang memperhatikan gerk-gerik adik seperguruannya itu.   Memang begitu malam menjelang datang, Ciu Pek Thong telah meninggalkan kamarnya.   Diluar tahunya Ong Tiong Yang mengikuti secara diam-diam dan telah memperhatikan apa yang hendak dilakukannya.   Ciu Pek Thong telah menuju ketampatnya Laue Kuihui.   Diwaktu mereka tengah bercengkrama dan bermaksud ingin bermain kelereng, waktu itulah Ong Tiong Yang telah muncul menegur keras pad adik seperguruannya.   Melihat munculnya Ong Tiong Yang, Ciu Pek Thong bermaksud untuk melarikan diri, ia kaget dan ketakutan bukan main.   Namun Ong Tiong 107 Yang tidak mau melepaskan adik seperguruannya.   Dia membekuk Pek Thong dan diseret ke istananya Toan Jongya.   Ciu Pek Thong yang merasa dirinya memang bersalah, tidak memberikan perlawanan.   Waktu dia diringkus oleh Ong Tiong Yang, dia menerima saja diperlakukan seperti itu, dan ketika Ong Tong Yang menyeretnya ke tempat Toan Hongya, diapun telah ikut dengan tidak membantah sepatah katapun.   Cum saj mulutnya yang mengoceh terus menerus, menanyakan mengapa dirinya diperlakukan seperti itu oleh suhengnya.   Ong Tiong Yang yang tengah gusar tidak mau melayani adik seperguruannya itu.   Waktu tiba ditempat Toan Hongya, segera Ong Tiong Yang perintahkan Ciu Pek Thong untuk berlutut dihadapan raja itu.   Ciu Pek Thong tidak berani membantah, dimana dia telah berlutut dihadapan Kaisar tersebut, hanya hatinya tidak puas dengan perintah suhengnya itu.   "Toan Hongya, silakan Hongya menjatuhkan hukuman yang pantas pada suteku ini. dia telah melakukan perbuatan yang memalukan sekali, mendatangkan aib dan tidak kenal aturan! Sungguh tidak pernah kusangka bahwa akhirnya dia menimbulkan keonaran juga di istana Hongya!"   Kata Ong Tiong Yang dengan muka yang merah padam, sambil mengawasi Ciu Pek Thong dengan mata bersinar tajam sekali.   Toan Hongya menghela nafas dalam-dalam.   Dia jadi serba salah.   Sudah jelas memang Ciu Pek Thong bersalah, bahkan melakukan perbuatan yang melukai hati dan perasaan Toan Hongya, bahkanyang membekuknya itu adalah Ong Tiong Yang, suheng dari Pek Thong, tapi dengan memandang pada Ong Tiong Yang sangat dihormati itu, Toan Hongya jadi tidak tahu harus berbuat bagaimana.   108 Walaupun Toan Hogya seorang kaisar, namun dia gemar ilmu silat.   Bahkan orang yang paling dihormati seumur hidupnya adalah Ong Tiong Yang, seorang tokoh rimba persilatan.   Karena itu, Toan Hongya sangat menghargai kehormatan dan persahabatan lebih tinggi daripada urusan perempuan.   Setelah menghela nafs beberaa kali, Toan Hongya perintahkan beberapa pengawalnya untuk membebaskan Ciu Pek Thong.   Malah Toan Hongya segera perintahkan memanggil Lauw Kuihui.   Lauw Kuihui menghadap dengan cepat.   Mukanya memang agak pucat, namun agaknya dia tidak gentar, karena memang dia sudah siap untuk mempertanggung-jawabkan apa yang telah diperbuatnya bersama Ciu Pek Thong.   "Karena semuanya sudah terlanjur terjadi demikian,"   Kata Toan Hongya pad mereka.   "Maka alangkah baiknya jika kalian, Ciu Suheng dan kau Kuihui agar menikah supaya menjadi pasangan suami isteri. Aku melepaskan kedudukanmu sebagai selirku, dengan demikian engkau tidak terikat lagi, dan kau boleh ikut bersama Ciu suheng menjadi isterinya dan merawatnya dengan baik. semoga saja kalian dapat hidup rukun bahagia sampai hari tua. Tapi, Toan Hongya baru berkata sampai disitu, Ciu Pek Thong separti orang yang kebakaran jenggot, telah kelabakan dan berteriak-teriak.   "Itu mana bisa?"   Sia menampik usul dari Toan Hongya. 109   "Mengapa tidak bisa?"   Tanya Toan Hongya sambil mengawasi tajam Ciu Pek Thong.   "Aku tidak mengetahui bahwa itu perbuatan salah,"   Kata Pek Thong sambil menepuk-nepuk kepalanya berulang kali.   "Mana bisa aku menerimanya menjadi isteriku. Sedangkan dia si adik Eng adalah selir Hongya? jika memang aku tahu itu salah, merupakan suatu perbuatan tidak bagus, tidak terpuji, walapun harus dibunuh atau dihukum berat, tidak nantinya aku akan melakukannya.!"   Dan dia dengan keras telah menolak usul dari Toan Hongya, walaupun toan Hongya telah membujuknya beberapa kali agar Ciu Pek Thong menikah dengan Lauw Kuihui.   Melihat semua itu, wajah Oang Tiong Yang jadi guram, dia masgul dan bersuka sekali, sebab Ciu Pek Thong telah mendatangkan malu yang tidak kecil buatnya.   Memang sejak berangkat menuju Tayli, Ong Tiong Yang telah mengawasi ketat setiap gerak-gerik sutenya.   Namun siapa sangka justeru di istana Toan Hongya inilah sutenya telah menimbulkan peristiwa yang demikian hebat, menimbulkan keonaran yang mendatangkan malu nuat Ong Tiong Yang, maupun juga atas nama pintu perguruan Coan Cin Kauw.   "Hongya..!"   Kata Ong Tiong Yang sambil melangkah maju dan menjura memberi hormat pasa kaisar itu.   "Memang amat memalukan sekali telah terjadi urusan seperti ini. dan justru yang tersangkut dalam urusan ini adalah suteku. Jika memang aku tidak mengetahui bahwa dia seorang manusia tolol dan berandalan tidak kenal aturan tentu aku akan membunuh- nya!"   Toan Hongya cepat-cepat membalas hormatnya Ong Tiong Yang, katanya.   "Janganlah Ong Cinjin berkata begitu. Semua 110 ini telah terjadi, nasi sudah menjadi bubur, apa hendak dibilang? Yang penting sekarang bagaimana caranya untuk menikahkan mereka agar mereka menjadi suami isteri. Bukankah dengan adanya hubungan yang telah terjadi pada mereka berdua, menunjukkan bahwa mereka saling mencintai? Maka kukira jalan yang paling baik dan bijaksana agar Ciu suheng mau menerima Lauw Kuihui sebagai isterinya! Tentu saja gelar keselirannya akan kucabut dan akupun melepaskannya, membebaskannya sebagai selirku! Bukankah dengan demikian, kelak mereka dapat hidup rukun dan bahagia?"   "Ong Tiong Yang mengangguk, memutar tubuhnya mengawasi Ciu Pek Thong dengan muka yang merah padam dan mata yang bersinar sangat tajam sekali.   "Ciu sute,"   Kata Ong Tiong Yang keras.   "Dengarlah! Aku adalah suhengmu, apakah selama ini kau memandangku atau tidak?"   Ciu Pek Thong jadi duduk menjublek, matanya mengawasi Ong Tiong Yang guram sekali tak bersinar dan mulutnya setengah terbuka, tampaknya dia berduka.   "Ong suheng, aku!"   Akhirnya dia berkata dengan tergagap.   "Kini semua persoalan telah menjadi jelas. Engkau telah melakukan suatu perbuatan yang rendah dan hina, dan Toan Hongya telah bersedia memberikan pengampunan buatmu, sehingga engkau tidak perlu dihukum walaupun telah melakukan dosa besar. Tapi rupanya kau memang seorang yang tidak mengenal budi dan terima kasih. Mengapa kau menolak usul yang diberikan Hongya?!" 111 Ciu Pek Thong sekian lama duduk menjublek, tampaknya sulit dia bicara. Beberapa kali dia telah melirik pada Lauw Kuihui yang waktu itu tengah menatapnya dengan sorot mata mencintai. Hati Ciu Pek Thong tergetar setiap kali matanya benterok dengan tatapan mata Lauw Kuihui, tapi dia selalu membuang pandangan ke arah lain. Jika memang dia harus menghadapi sebuah pertempuran untuk mengadu jiwa antara hidup dan mati, tentu dia tidak akan bingung seperti ini. namun sekarang menghadapi urusan seperti ini Ciu Pek Thong benar- benar otaknya menjadi tumpul. Biasanya dia berandalan dan selalu bisa ceplas-ceplos sekehendak hatinya tanpa mempeduli- kan apakah perkataannya itu dapat diterima oleh yang bersangkutan atau tidak. namun sekarang dia seperti berubah menjadi seorang yang gagu, yang tidak bisa bicara, diam mematung dan menjublek dalam kebingungan itu. ****   Jilid 4   "Ciu sute,"   Panggil Ong Tiong Yang lagi.   "Apakah kau tetap tidak mau menerima usul Toan Hongya, untuk menerima Lauw Kuihui menjadi isterimu?"   Ciu Pek Thong geleng-geleng kepalanya beberapa kali dengan bingung.   "Itu mana boleh terjadi!"   Katanya.   "Ong Suheng, kau ampunilah aku, jangan kau mendesak aku seperti itu. Tidak mungkin aku menikah dengan Lauw Kuihui!" 112 Penolakan Ciu Pek Thong membuat Toan Hongya mendongkol bukan main, dia telah berkata dengan tegas kepada Ciu Pek Thong.   "Ciu suheng, dengan ikhlas aku menyerahkan Kuihui padamu! Apakah kau menduka aku mempunyai maksud lain? Bukankah semenjak dulu terdapat perkataan bilang.   "Saudara adalah tangan dan kaki, sedangkan isteri itu pakaian? Apakah artinya seorang perempuan?"   Mendengar perkataan Toan Hongya, muka Ciu Pek Thong jadi merah karena jengah, dia bingung dan malu.   Berulang kali dia menggelengkan kepalanya, tetap menampik perkataan Toan Hongya agar dia mengambil Kuihui sebagai isterinya.   Penampikan yang berulang kali seperti itu, walaupun Toan Hongya telah mendesaknya dengan bujukan, Toan Hongya menjadi gusar bukan main.   Dengan mendongkol dia berkata.   "Jika kau mencintai dia, mengapa sekarang kau menampik? Kalau memang kau tidak mencintainya mengapa kau lakukan perbuatanmu itu? Negeriku memang merupakan negeri yang kecil. Tapi tidak nanti aku mengijinkan kau menghina kami!"   Jelas Toan Hongya gusar sekali, mukanya sampai merah padam dan tubuhnya gemetaran, dia hanya masih memandang muka Ong Tiong Yang, Kauwcu dari Coan Cin Kauw yang menjadi suheng dari Ciu Pek Thong, si tua bangkotan yang nakal ini.   Mendengar perkataan Toan Hongya, Loo Boan Tong menjadi menjublek beberapa saat lamanya, mukanya sebentar pucat sebentar merah.   Nampaknya si bocah tua bangkotan ini memang tengah kebingungan.   Suhenghyapun berdiri dipihak Toan Hongya, yaitu mendesak agar dia bertanggung jawab terhadap perbuatan yang 113 telah dilakukannya bersama Lauw Kuihui.   Ciu Pek Thong benar-benar bingung.   Ciu Pek Thong tidak tahu apa yang harus dilakukannya.   Sehingga untuk sejenak lamanya otaknya seperti menjadi membeku, tidak dapat berpilir, sedangkan dihadapannya Toan Hongya dan Ong Tiong Yang tengah menatapnya dengan sorotan mata yang sangat tajam, dimana mereka telah memandang dia dengan sikap yang tidak senang.   Akhirnya setelah menjublek beberapa waktu lamanya, Pek Thong telah menghampiri Toan Hongya, lalu dia berlutut didepan kaisar itu.   Mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali, sehingga membuat Toan Hongya cepat-cepat menghindar.   "Jangan Ciu suheng banyak peradatan!"   Kata Toan Hongya dengan suara yang besar.   "Apakah Ciu suheng sudah berpikir untuk menerima usulku, untuk menikahi Lauw Kuihui dan mengambilnya menjadi isterimu?!"   "Bukan!"   Menyahut Pek Thong sambil menggelengkan kepalanya. Diapun masih berada dalam keadaan berlutut. Lalu melanjutkan perkataannya.   "Aku memang bersalah Toan Hongya! Aku pergi sekarang!"   Toan Hongya tidak menyangka akan keputusan Ciu Pek Thong seperti itu, dia mengawasi tertegun saja, karena tidak tahu dengan cara apa harus menghadapi Ciu Pek Thong ini.   jika ia menahan Pek Thong, sehingga harus menggunakan kekerasan, jelas hal ini membuat Toan Hongya tidak enak hati terhadap Coan Cin Kauwcu Ong Cinjin, suheng dari Ciu Pek Thong.   Tapi jika ia membiarkan Ciu Pek Thong pergi, bukankah dirinya terhina sekali, berarti da terinjak habis- habisan? Bukan seorang Kaisar dari sebuah negeri, ia terhina 114 sekali oleh perbuatan Ciu Pek Thong, yang selalu menggauli Lauw Kuihui, selirnya yang paling disayanginya itu, lalu menolak anjurannya agar Ciu Pek Thong mengambil Lauw Kuihui sebagai isterinya, malah hendak begitu saja? bukankah itu merupakan penghinaan? Bukankah Ciu Pek Thong seperti tidak memandang sebelah mata padanya? Dan juga Ciu Pek Thong seperti tidak menganggap Lau Kuihui sebagai seorang yang patut dihormati, malah sikapnya itu seperti juga Loo Boan Tong meremehkan Lauw Kuihui yang seperti barang rongsokan.   Waktu itu Ciu Pek Thong sudah berdiri sambil merogoh sakunya.   Ia mengeluarkan sehelai saputangan sutera.   Dia mengangsurkan itu kepada Lauw Kuihui, katanya.   "Ini kukembalikan kepadamu!"   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Lauw Kuihui tidak menyambuti, saputangan itu dibiarkan saja menggeletak di lantai didekat kaki Toan Hongya.   bibir Lauw Kuihui waktu itu seperti menangis tapi bukan menangis, seperti tertawa tapi bukan tertawa.   Disamping itu muka Kuihui tersebut kuning pucat kehijau-hijauan bagai tidak dialiri darah.   Matanya menatap kosong dan hampa pada Ciu Pek Thong, yang pada waktu itu tanpa mengatakan suatu apaun meninggalkan ruangan itu untuk berlalu.   Semua orang yang berada dalam ruangan itu jadi berdiam diri saja, Toan Hongya melihat Lauw Kuihui menjublek saja seperti juga telah ditinggalkan arwhnya, sehingga membuat kaisar itu menjadi mendongkol disamping mendelu dan jemu sekali.   Kemudian Toan hongya mengambil saputangan sutera itu, seger dilihatnya disitu tampak sulaman sepasang burung Wanyoh yang tengah bermain di air.   Tidak salah lagi saputangan itu milik Lauw Kuihui untuk kekasihnya.   115 Toan Hongya tambah mendelu, sampai ia tertawa dingin.   Ia membalikkan saputangan tersebut.   Ternyata disitu terdapat sebaris syair, yang bunyinya sebagai berikut.   "Empat buah perkakas tenun, Maka tenunan burung Wanyoh Akan terbang berpasangan Sayang belum lagi tua, Tetapi kepala sudah putih, Gelombang musim semi, Rumput hijau, Di musim dingin Dalam tempat-tempat tersembunyi, Saling berhadapan baju merah."   Muka Toan Hongya menjadi merah padam, dia tambah mendelu dan gusar sekali.   Kuihui telah menyeleweng, bahkan sekarang terlihat bahwa Kuihui memang sangat mencintai Pek Thong.   Setelah dikecewkan seperti itu, sekarang Kuihui masih mengawasi kepergian Pek Thong dengan mata yang hampa, dengan muka yang pucat pias, serta sikap yang seperti yaang ditinggal arwahnya, sikapnya itu memperlihatkan betapa besarnya cinta Lauw Kuihui pada Ciu Pek Thong.   Coan Cin Kauwcu Ong Tiong Yang merasa sangat gusar dan kecewa dengan kejadian sepertiini.   Segera ia maju merangkapkan kedua tangannya memberi hormat pada Toan Hongya.   iapun pamitan pad Toan Hongya untuk menyusul adik seperguruannya guna memberi hukuman.   116 Toan Hongya yang tengah berduka dan penasaran, tidak banyak mengeluarkan kata-kata lagi.   Ong Cinjin mengetahui hal ini.   Kaisar tayli ini tidak menahan keinginan Ong Tiong Yang untuk pamitan, dimana kaisar ini telah berkata dengan basa-basi saja sekedarnya.   Setelah Ong Tiong Yang berlalu, Toan Hongya melemparkan saputangan itu kepada Lauw Kuihui dimana hatinya bukan main berdukanya.   Sesungguhnya walaupun Lau Kuihui hanya memiliki kedudukan senagai selir, namun Toan Hongya sangat mencintai selirnya yang seorang ini, yang sangat cerdas dan juga memiliki bakat yang baik sekali untuk mempelajari ilmu silat.   Tadi karena memang Toan Hongya memandang pada persahabantan, dan memandang pada persahabatan, dan juga memandang muka terang Ong Tiong Yang, ia bersedia untuk menyerahkan Lauw Kuihui kepada Ciu Pek Thong.   Namun sesungguhnya, dengan adanya peristiwa ini, telah menggoncangkan perasaan dan jiwa Toan Hongya, sehingga kaisar ini sangat berduka bukan main, dimana pada hari-hari selanjutnya ia sudah tidak pedulikan lagi urusan negara, dia juga menungkuli diri dengan setiap hari berlatih silat saja.   dengan demikian Toan Hongya memperoleh kemajuan yang pesat sekali untuk ilmu silatnya.   Dia sudah tidak mau dipusingkan oleh segala urusan negerinya, walaupun permaisuri telah berulang kali menghibur dan membujuknya.   Demikian juga dengan para menteri dan panglima Tayli, semua ikut bersedih dengan adanya peristiwa itu, dimana raja mereka lebih banyak menungkuli diri dengan mengurung dirinya didalam kamar pribadinya dan berlatih ilmu silatnya 117 belaka, tanpa mengacuhkan lagi segala urusan yang berhubungan dengan negara.   Begitulah lebih dari setengah tahun Toan Hongya tidak pernah mengunjungi Lauw Kuihui, juga tidak pernah kaisar ini memanggil selirnya yang seorang itu.   Namun dasarnya memang Toan Hongya sangat mencintai selirnya yang seorang ini, seringkali dalam tidurnya dia memimpikan selirnya itu, malah tak jarang kaisr ini lagi bercumbu mimpi dengan selirnya itu.   Biarpun begitu, Toan Hongya tetap tidak pernah ingin menemui Lauw Kuihui dan memanggil selir tersebut.   Sampai akhirnya pada suatu malam, setelah terbangun dari tidurnya, karena bermimpi bertemu dengan Lauw Kuihui, Toan Hongya tidak bisa menahan keinginan hatinya untuk bertemu dengan Lauw Kuihui, sehingga Toan Hongya tidak bisa melawannya lagi.   Akhirnya kaisar ini telah mengambil keputusan untuk melihat selirnya yang seorang itu.   Namun Toan Hongya tidak memberitahukan niatnya pada Thaykam maupun dayang.   Ia pergi sendiri dengan diam-diam.   Hal itu disebabkan Toan Hongya ingin menyaksikan apa yang sedng dikerjakan oleh Kuihui.   Dengan mempergunakan kepandaian yang memang sudah sempurna, Toan Hongya sengaja mengambil jalan diatas genting.   Ia tiba diatas wuwungan kamar selir itu.   Segera ia mendengar suara anak kecil menangis dan suara tangisan itu berasal dari kamar selir itu.   Hal ini tentu saja membuat Toan Hongya heran bukan main, hatinya juga berdebaran.   Sebagai seorang yang sangat cerdas, segera dia bisa menduga apa yang telah terjadi.   118 Malam itu sesungguhnya salju telah turun dengan derasnya dan udarapun sangat dingin menusuk tulang, tapi diatas genting itu Toan Hongya berdiri terpaku lama sekali.   Ia berdiri bagaikan patung hidup, jika memang dia bernafas, jelas menyerupai patung saja yang tidak dapat bergerak, walaupun salju telah memenuhi tubuhnya.   Rupanya lauw Kuihui telah melahirkan anak.   Dan Toan Hongya mengetahui bahwa anak itu adalah hasil perbuatan hubungan gelap Lauw Kuihui dengan Ciu Pek Thong, karena sudah hampir satu tahun ini Toan Hongya tidak pernah menggauli selirnya yang seorang itu.   Kenyataan pahit seperti ini sangat melukai hati Toan Hongya, sehingga benar-benar Toan Hongya kali ini seperti ditinggal pergi oleh arwahnya berdiri diam.   Sepanjang malam itu hanya mendengarkan suara tangis dari bayu didalam kamar selirnya itu.   Suara tangisan yang bening dan masih suci itu, namun seperti pisau yang mennyayat hati Toan Hongya, sehingga kaisar ini terus juga berdiri mematung dengan sikap yang lesu tanpa mengetahui apa yang harus dilakukannya.   Salju turun dengan derasnya tanpa pernah mereda, dan waktu itu angin berhembus dengan kencang dan dingin sekali terasa menusuk tulang sumsum.   Namun Toan Hongya tidak pernah mempedulikan semua itu, pikirannya tengah melayang- layang kosong, dan mukanya pucat pias seperti mayat.   Jika memang Toan Hongya tidak mencintai Lauw Kuihui, tentu perasaannya tidak terluka seperti sekarang.   Namun kenyataannya Kaisar ini sangat sayang dan mencintai selirnya yang seorang ini.   dengan sendirinya, apa yang terjadi sekarang didepan matanya telah menambah luka dihatinya.   119 Itulah suatu keadaan yang hebat sekali, seorang Kaisar yang agung dan mulia, telah menuiksa diri berdiam sepanjang malam di udara terbuka, berdiri si atas genting, disiram terus menerus oleh salju den hembusan angin yang menerpa ke wajah kaisar yang dingin sekali.   Lauw Kuihui sendiri tidak mengetahui bahwa Toan Hongya ternyata telah mengawasinya sepanjang malam itu karena Kuihui tengah sibuk dengan bayinya.   Satu malam penuh Toan Hongya berdiri di atas genting menerima curahan salju yang deras sekali, hampir menimbun sepasang kakinya dan menerima tamparan angin di musim dingin yang mengigilkan tubuh.   begitu fajar menyingsing, barulah kaisar ini turun dari atas genting dan kembali ke kamarnya.   Walau bagaimanapun tangguhnya Toan Hongya, bagaimana sehat dan kuatnya tubuh kaisar itu, namun karena disebabkan ia tergempur oleh perasaan hatinya terluka, dan ia sangat berduka sekali, lalu berdiri sepanjang malam dibawah curahan hujan salju yang seras sekali serta terpaan angin dingin yang menusuk tulang sumsum, raja ini akhirnya jatuh sakit.   Dan sakit yang dideritanya itu bukan sakit yang biasa saja, melainkan sakit yang berat sekali.   Selema setengah tahun lebih Toan Hongya rebah dipembaringan karena sakitnya itu, sehingga tubuhnya menyusut banyak memang pertama-tama Toan Hongya berduka sekali, hatinya berat dan gundah jika memikirkan peristiwa yang telah terjadi pada selirnya.   Namun setelah sembuh dari sakitnya, ia tidak mau memikirkan urusan itu, terutama urusan Lauw Kuihui.   120 Hari demi hari seperti saling kejar tidak bisa ditahan, dan waktu berjalan terus, sampai akhirnya telah dua tahun sejak kesembuhan Toan Hongya dari sakitnya.   Pada malam itu, Toan Hongya tengan bersemedhi didalam kamarnya, mendadak sekali Lauw Kuihui menyingkap tirainya dan menerobos masuk ke dalam kamar Toan Hongya.   Thaykam dan dua orang siewie yang menjaga diluar pintu berusaha mencegahnya, namun mereka telah kena dihajar oleh Kuihui, sehingga mereka tidak berdaya untuk merintangi Kuihui yang telah berhasil menerobos masuk.   Waktu Toan Hongya menoleh, dilihatnya Kuihui berdiri dengan menggendong anaknya.   Toan Hongya juga melihat muka Lauw Kuihui sangat pucat, bahkan selir ini telah menekuk kedua lututnya, berlutut dihadapan Toan Hongya sambil menangis mengerung-gerung sedih sekali.   Kepalanya juga mengangguk- angguk tidak henti-hentinya waktu ia berkata.   "Aku Mohon belas kasihan Hongya agar anak ini deiberikan pengampunan, aku mohon Hongya, taruhlah belas kasihan pada anak ini dan berikanlah pengampunan untuk anak ini, aku mohon Hongya!"   Toan Hongya jadi heran bercamputr bingung, ia bangkit untuk melihat anak itu.   Ternyata muka anak tersebut merah padam, keungu-unguan, nafasnya memburu.   Toan Hongya mengulurkan kedua tangannya dan dia menggendong anak tersebut, mengawasinya dengan teliti untuk memeriksa keadaanya, segera juga Toan Hongya memperoleh kenyataan bahwa anak itu menderita patah tulang iganya sebanyak lima buah.   Waktu itu Kuihui mengawasi Toan Hongya memeriksa anaknya sambil menangis keras sekali, bahka selir itu telah berkata.   "Hongya, aku yang bersalah, aku memang harus mati, tapi aku mohon anak ini diberi ampun!" 121 Toan Hongya benar-benar heran dan bingung melihat semua itu, yang tidak pernah diduganya. Yang membuatnya lebih heran, selir ini selalu memohon padanya agar mau mengampuni anak tersebut, anak selir ini. maka akhirnya dengan suara yang sabar, Toan Hongya telah bertanya.   "Sesungguhnya apa yang telah terjadi pada diri anak ini?"   Akan tetapi Lauw Kuihui tidak menyahut, ia hanya berlutut terus dihadapan Toan Hongya sambil menangis sesenggukan, Toan Hongya mengulangi pertanyaannya beberapa kali, namun Lauw Kuihui tetap dengan sikapnya itu, berlutut sambil mengangguk-anggukkan kepalanya tidak henti- hentinya menangis sambil memohon agar Toan Hongya mengampuni anak tersebut.   "Mohon Hongya mengampuni dia,"   Katanya pada waktu Toan Hongya menanyakan pula apa yang sebenarnya telah terjadi pada diri anak ini.   "Jika memang Hongya menghendaki kematianku, aku tidk akan penasaran, hanya saja anak ini!"   Dan Lauw Kuihui menangis sedih lagi sambil terus berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Toan Hongya tambah heran, karena diapun tidak mengerti sesungguhnya apa yang telah terjadi.   "Siapa yang menghadiahkan kematian padamu?"   Tanya Toan hongya akhirnya tidak sabar.   "Sebenarnya, kenapa anak ini terluka?"   Kuihui seperti tersentak angkat kepalanya mengawasi Toan Hongya. air matanya tampak berlinang mengalir deras sekali dari sepasang matanya.   "Apakah bukan Hongya yang perintahkan siewie untuk perintahkan untuk menghajar mati anak ini?"   Tanya Kuihui 122 kemudian, dengan seasang mata terpentang lebar-lebar degenangi air mata. Toan Hongya jadi tambah heran. Pasti ada apa-apa pada kejadian ini.   "Jasi anak itu dilukai oleh siewie?!"   Tanya Toan Hongya.   "Budak mana yang begitu bernyali besar?"   Mendengar perkataan Toan Hongya, Lauw Kuihui jadi terkejut.   "Oh, jadi bukan Hongya yang perintahkan? Jika begitu anak ini akan tertolong!"   Setelah berkata begitu, dengan muka dipengaruhi oleh berbagai perasaan, perasaan kaget, girang, bingung, kuatir yang menjadi satu, akhirnya Kuihui pingsan tidak sadarkan diri.   Toan Hongya bukan main herannya menyaksikan semua ini, menyaksikan keadaan Lauw Kuihui seperti itu, iapun merasa kasihan.   Segera Toan Hongya mengangkat selir itu direbahkan dipembaringan.   Setelah sadar, Lauw Kuihui segera juga ia menangis, sambil menangis, ia menceritakan duduk peristiwa yang dialaminya sehingga anaknya itu patah tulang iganya lima buah.   Malam itu Lauw Kuihui tengah menepuk-nepuk anaknya agar sang anak tidur, mendadak dari luar jendela masuk melompat seseorang yang berpakaian sebagai seorang siewie dengan muka mengenakan topeng.   Anaknya lantas diangkat dan dihajar punggungnya.   Lauw Kuihui kaget bukan main, dia menjerit sekuat tenaga dan berusaha mencegah.   Siewie itu menolak Kuihui, sekali lagi dia menghajar anak tersebut, kemudian tertawa keras, barulah meninggalkan kamar dengan melompat gesit sekali.   123 Lauw Kuihui tidak mengejar, pertama karena siewie itu gagah sekali dan tampaknya memiliki kepandaian yang sngat tinggi.   Kesua dia menduga siewie itu diperintahkan oleh Toan Hongya untuk membunuh anak Lauw Kuihui.   Itulah sebabnya mengapa Lauw Kuihui segera membawa anaknya itu menghadap Toan Hongya, untuk memohonkan pengampunan buat anaknya.   Mendengar cerita Lauw Kuihui, Toan Hongya jadi semakin heran.   Dia memeriksa lebih teliti keadaan anak itu.   Segera juga bertambah rasa bingung dan herannya, karena walaupun telah memeriksa luka anak tersebut semakin lama toh Toan Hongya tetap tidak mengetahui sesungguhnya anak itu terluka oleh pukulan ilmu silat siapa.   Selama memeriksa keadaan anak itu, Toan Hongya memperoleh kenyataan ada otot-otot anak tersebut yang putus.   Segera juga Toan Hongya pergi kekamar Lauw kuihui untuk melakukan pemeriksaan, karena Toan Hongya yakin bahwa penjahat yang telah memukul terluka anak ini bukan penjahat sembarangan.   Di atas genting Toan Hongya memeriksa tapak kaki, segera Toan Hongya berkata pada Lauw Kuihui.   "Pnjahat itu lihay sekali, terutama ilmu meringankan tubuhnya. Di dalam negeri Tayli ini, kecuali aku tidak ada orang lain yang selihay dia!"   Luw Kuihui jadi kaget bukan main, ia bertanya dengan suara gemetar.   "Mustahilkah "dia? Perlu apa dia membinasakan anaknya sendiri?"   Berkata sampai disitu, mukanya pucat pias seperti muka mayat, dan tubuhnya menggigil keras sekali.   124 Dengan berkata begitu, yang dimaksudkan dengan perkataan "dia itu , Lauw Kuihui ingin maksudkan Loo Boan Tong.   Demikian juga halnya dengan Toan Hongya, yang telah menduga bahwa perbuatan ini tentunya dilakukan oleh Ciu Pek Thong.   Alasan Toan Hongya menduga seperti itu, karena kecuali Ciu Pek Thong , tidak ada orang segagah dan selihay itu, terutama sekali ginkangnya.   Alasan lainnya Toan Hongya menduga seperti itu, karena menduga Ciu Pek Thong memang tidak sudi mempunyai anak itu, yang hanya akan mendatangkan malu buatnya.   Waktu Lauw Kuihui mendengar dugaan Toan Hongya, mukanya menjadi pucat dan merah bergantian, tampaknya dia malu dan cemas sekali, iapaun kaget bukan main.   Mendadak saja dia berteriak.   "Tidak!.. Tidak! pasti bukan dia! Suara tertawanya orang itu bukan suara tertawa dia..!"   Toan Hongya menghela nafas dan berkata.   "Kau sedang kaget dan ketakutan, mungkin kau kurang jelas mendengar suara tertawanya."   Tapi Lauw Kuihui tetap bersikeras, ia bilang.   "Suara tertawa orang itu akan kuingat selama-lamanya, walaupun aku menjadi setan, tidak nanti aku lupa! Bukan, bukah dia! Aku yakin bukan dia, aku mengenali berbedaan suara dia dengan penjahat itu!"   Mendengar perkataan Kuihui seperti itu, dimana tampaknya memang Kuihui yakin dengan pendengarannya terhadap suara tertawa penjahat itu, Toan Hongya jadi mempercayainya.   Hanya saja Toan Hongya tidak bisa menduga, siapa adanya penjahat itu.   Dia begitu gagah dan lihai, mengapa dia hendak membinasakan anak kecil? Toan 125 Hongya sampai ingin menduga bahwa pembunuh itu terdiri dari salah seorang murid Ong Cinjin, Ong Tiong Yang, umpamanya saja Ma Giok, Khu Cie kie dan lain-lainnya.   Mungkin mereka hendak melindungi nama baik Partai mereka maka mereka melakukan pembunuhan itu.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Toan Hongya memang pernah bertemu dengan salah seorang murid Coan Cin Kauwcu Ong Tiong Yang bernam Ong Cie It.   Dialah seorang laki-laki tulen yang lurus, gagah dan jujur, yang tidak mungkin melakukan perbuatan yang rendah dan hina.   Lagipila jika memang perbuatan itu, yaitu melukai anaknya Lauw Kuihui adalah seorang dari murid Ong Tiong Yang, sesungguhnya bisa saja mereka sekali hajarmembinasakan anak itu, lalu mengapa harus menghajar dampai setengah mati, hanya melukai saja tanpa mengambil jiwa anak itu!.   Toan Hongya jadi tambah heran dan bigung.   Kaisar ini menduga pada Auwyang Hong, malah dugaannya itu dikemukakan pada Lauw Kuihui.   Namun dugaan itu ternyata terbentur jalan buntu.   Pertama, Auwyang Hong berada jauh di wilayah Barat, mustahil dia melakukan perjalanan hanya untuk menghajar setengah mati anaknya Lauw Kuihui yang tidak ada hubungan apa-apa dengannya, juga menurut Lauw Kuihui orang jahat itu bertubuh pendek dan kecil dari kebanyakan orang pada umumnya.   Dengan demikian dugaan Toan Hongya meleset lagi, sebab Auwyang Hong memiliki potongan tubuh yang tinggi besar.   Disamping bingung memikirkan siapa adanya orang jahat yang telah menurunkan tangan kejam pada anaknya Lauw Kuihui, Toan Hongya juga tengah sangsi memikirkan anak itu, puteranya Lauw Kuihui.   Anak itu terluka tidak lebih hebat dari 126 luka umumnya, namun dia masih berusia kecil sekali, tubuhnya sangat lemah, maka untuk mengobati anak itu, Toan Hongya harus mengorbankan tenaga dalamnya.   Yang membuat Toan Hongya jadi bimbang dan bersangsi, sebab Toan Hongya mengetahui didalam rapat kedua di Gunung Hoasan nanti, pasti dia tidak bisa mengambil bagian, kalau saja sekarang dia menggunakan Iwekangnya untuk menyembuhkan luka anaknya Lauw Kuihui.   Sesungguhnya Toan Hongya beberapa kali hendak menolak untuk mengobati anak itu dari lukanya, namun selalu saja Toan Hongya gagal, ia tidak dapat membuka mulut menyatakan penolakannya itu.   Pertama-tama Toan Hongya kasihan melihat Kuihui yang menangis terus menerus.   Lauw Kuihui melihat Toan Hongya berdiam diri saja, telah berlutut menangis terus menerus sambil memohon agar Toan Hongya mau menolong anaknya, menyelamatkan selembar jiwa anaknya, menyembuhkan dari lukanya.   Setelah berpikir lama seperti itu, Toan Hongya merasa betapa dirinya merupakan seorang hina dina mirip dengan binatang.   Waktu itu Toan Hongya merasakan jika toh dia bersedia menolong jiwanya putera Lauw Kuihui, itu karena dia sangat terpaksa sekali, tidak bisa menolak permohonan Lauw Kuihui.   Akhirnya Toan Hongya mengambilkeputusan untuk menolong puteranya Lauw Kuihui.   Namun setelah mengambil keputusan untuk menolong, ia masih tidak bertindak dan beranjak dari tempatnya untuk mulai mengobati anak itu karena hatinya masih juga digeluti oleh pemikiran mengenai pertemuan di Hoa San mendatang yang merupakan pertemuan yang kedua kali diantara kelima jago luar biasa, juga prihal kitab Ciu Im Cin Keng, yang akan diperebutkan oleh mereka 127 berlima, yang kelak akan ditentukan siapa yang berhak untuk memilikinya.   "Baiklah!"   Kata Toan Hongya kemudian setelah berdiam diri beberapa saat lamanya.   "Aku akan menolong jiwa anakmu itu!"   Mendengar perkataan Toan Hongya, Kuihui jadi girang, sampai dia pingsan tidak sadarkan diri.   Pertama-tama Toan Hongya menolong Lauw Kuihui, yang diurut agar siuman dari pingsannya.   Barulah kemudian Toan Hongya menolong anaknya, dimana kaisar ini menguruti sekujur tubuh anak tersebut dengan mempergunakan ilmu Sian Thian Kangnya.   Waktu Toan Hongya membuka oto anak tersebut, kaisar ini jadi trkejut, mukanya juga berobah merah.   Tampak sikap tidak senangnya atau jemu pada anak tersebut.   Pada oto itu memakai sulaman sepasang burung Wanyoh serta syair yang brbunyi.   "Empat buah perkakas tenun Maka tenunan burung Wanyoh akan berpasangan, Sayang belum lagi tua, tetapi kepala sudah putih, Gelombang musim semi, Rumput hijau dimusim dingin Didalam tempat tersembunyi Saling berhadapan baju mrerah."   Ternyata oto tersebut terbuat dari saputangan yang Ciu Pek Thong lemparkannya pada Lauw Kuihui waktu ingin meninggalkan istana Toan Hongya.   128 Toan Hongya jadi duduk menjublek mengawasi oto tersebut, dan dikala raja ini tengah duduk bengong seperti itu, Lauw Kuihui rupanya telah melihat sikap rajanya, maka ia telah menggertakkan giginya.   Dia mengeluarkan sebilah pisau belati, yang ujung pisau tersebut diarahkan pada dadanya, sambil berkata.   "Hongya, aku tidak ingin hidup lebih lama lagi di dunia ini, maka itu aku mohon belas kasihanmu, kau tolonglah anak ini. aku menukar dia dengan jiwaku, nanti dilain penitisan, aku akan menjadi anjing atau kuda guna membalas budimu ini!"   Segera juga Lauw Kuihui menikam dadanya.   Pisau itu meluncur dengan cepat sekali, akan amblas didada selir yang tengah berputus asa ini.   Bukan main kagetnya Toan Hongya, segera dia bergerak gesit sekali, mencegah perbuatan nekat Kuihui dengan merampas pisau belati itu.   Toan Hongya berlaku cepat, tetapi toh tidak urung dada Lauw Kuihui tergores juga sedikit sehingga didadanya itu terluka dan mengeluarkan darah.   Karena kuatir Lauw Kuihui mencoba bunuh diri lagi, toan Hongya Telah menotok jalan darah di tangan dan kaki Kuihui sehingga selir itu tidak dapat menggerakkan tangan dan kakinya.   Dia hanya menangis terus menerus dengan rasa putus asa dan berduka sekali.   Setelah membalut lukanya, segera Toan Hongya mendudukkan selirnya itu untuk beristirahat.   Waktu itu keduanya berdiam diri, tidak ada yang berkata- kata.   Lauw Kuihui hanya mengawasi rajanya dengan sinar mata yang mengandung kedukaan yang sangat dalam.   Dengan berdiamnya mereka berdua tanpa bersuara, maka disitu hanya terdengar nafasnya si anak kecil, nafas yang mendesah dari putranya Lauw kuihui.   129 Mendengar nafas anak itu Toan Hongya jadi teringat kejadian yang telah lewat.   Toan Hongya juga ingat bagaimana pertama kalinya Lauw Kuihui diboyong kedalam istananya, bagaimana dia mengajari selirnya yang seorang ini berbagai ilmu silat.   Dan dia sangat menyayanginya, juga selir ini selalu bersikap hormat sekali, menghormati rajanya, bahkan tampak selir itu selalu memperlihatkan sikap agak jeri.   Dengan teliti sekali selalu Lauw Kuihui merawat kaisarnya ini, kalau sang raja menjenguknya.   Cuma saja yang tidak diketahui sang raja, justru selirnya ini sama sekali tidak mencintai dirinya.   Hal itu baru diketahui Toan Hongya setelah trjadinya peristiwa yang memalukan itu, dimana selirnya itu telah jatuh hati kepada Ciu Pek Thong.   Dan waktu itu baru terbuka mata dan hati Toan Hongya, Raja ini baru mengetahui bahwa demikian sifat seorang wanita jika mencintai seorang pria.   Dia bengong mengawasi saputangan itu, dia bengong mengawasi Ciu Pek Thong berlalu untuk selamanya, dia bengong mengawasi segalanya tanpa memiliki sinar pada matanya, hampa bagaikan arwah meninggalkan raganya, bagaikan ikut bersama kekasihnya itu.   Sinar mata Lauw Kuihui membuat Toan Hongya tidak tenteram tidur dan tidak nafsu makan.   Sejak peristiwa itu, dimana Pek Thong berlalu dari istananya dan melihat sinar mata Lauw Kuihui seperti itu, selalu pula Toan Hongya tidak bisa membuang ingatannya itu.   Dan sekarang kembali Toan Hongya harus melihat pula sinar mata seperti itu, disaat hati Lauw Kuihui tengah hancur luluh karena puteranya terancam kematian.   Hanya sekarang ini memang berbeda, jika dulu untuk kekasih yang dicintainya, namun sekarang untuk anak tersayang.   130 Toan Hongya jadi menjublek diam sejenak dengan kenangan-kenangan pahitnya.   "Seorang laki-laki terhina demikian rupa tidak dapat diterima dengan demikian saja!, terlebih lagi aku sebagai seorang kaisar! Mungkinkan aku menerima segala hinaan ini?! Karena teringat demikian, hati Toan Hongya jadi panas, tiba- tiba dia menendang bangku gading didepannya hingga bangku itu rusak. Kemudian Toan Hongya menoleh pada Kuihui, semangatnya jadi seperti terbang meninggalkan raganya, terkejut bukan main, sebab dia telah menyeksikan pemandangan yang benar-benar membuatnya jadi tidak mengerti dan kaget.   "Eh rambutmu itu kenapa?"   Tanya Toan Hongya dengan suara gemetar.   Akan tetapi Lauw Kuihui seperti tidak mendengar pertanyaan rajanya itu, ia terus mengawasi anaknya dengan mata yang tak pernah berkedip.   Toan Hongya dulu-dulu memang tidak menyangka bahwa seorang manusia memiliki sinar mata seperti itu.   Sekarang baru dia menyadarinya.   Betapa besarnya Lauw Kuihui harus dikasihani.   Rupanya Kuihui telah mengetahui bahwa Toan Hongya tidak sudi menolong anaknya itu, maka selama dia masih hidup, maka Kuihui ingin mengawasi dan memandang anaknya itu makin lama makin baik.   Toan Hongya setelah berdiam diri menjublek sekian lama, akhirnya pergi mengambil cermin.   Raja ini telah mengangsurkan cermin itu pada Kuihui, sambil katanya.   "Lihat rambutmu itu!" 131 Dalam waktu yang sangat singkat, kuihui telah menjadi lebih tua beberapa puluh tahun, sedangkan dia sebenarnya baru berusia duapuluh dua tahun. Disebabkan kaget, takut, berduka, menyesal, kecewa dan putus asa, mendadak saja rambutnya itu berubah menjadi uban. Walaupun Kuihui telah disodori cermin, namun Lauw Kuihui tidak memperhatikan keadaan muka atau rambutnya itu. Dia menyangka Toan Hongya menggunakan cermin untuk menghalangi dia mengawasi anaknya itu. Dia berkata pada Toan Hongya dengan suara yang dingin.   "angkat cermin itu!"   Waktu bicara, suara dan sikapnya tegas sekali seperti juga Lauw Kuihui lupa bahwa ia bicara dengan rajanya yang menjadi junjungannya.   Toan Hongya jadi heran, dia tahu biasanya Lauw Kuihui sangant sayang sekali paras mukanya, akan kecantikan wajahnya.   Tanpa berkata lagi Toan Hongya telah menyingkirkan cermin itu, maka terus juga Lauw Kuihui mengawasi anaknya itu.   Ah, jika saja Lauw Kuihui waktu itu memiliki seribu arwah, tentu diserahkannya semua itu kepada anaknya, asal anaknya itu bisa bidup.   Dia menghendaki kematian untuk anaknya, dia rela binasa untuk keselamatan anaknya, dia rela sengsaraasal kebahagiann anaknya dapat diraih, dia rela melakukan apapun untuk selebar nyawa anaknya.   **** 132 Menyaksikan semua itu sesungguhnya Toan Hongya tidak tega dan merasa kasihan, bahkan kaisar ini bermaksud untuk menolong jiwa anak itu.   Apa mau saputangan itu tetap beraada di dada anak tersebut.   Itulah sulaman sepasang burung Wanyoh yang saling menyenderkan leher mereka.   Kepalanya burung itu putih.   Itulah lambang untuk hidup bersama hingga dihari tua dan ubanan.   Maka mengapakah sebelum tua namun rambut sudah ubanan terlebih dahulu? Maka melihat rambut putih Lauw Kuihui itu, keringat dingin segera mengucur keluar diseujur tubuh Toan Hongya.   mendadak hati Toan Hongya jadi keras, sekeras baja dan juga waktu itu dia sudah tidak mempedulikan suatu apapun juga, tidak mempedulikan soal prikemanusiaan, tidak mengacuhkan juga perasaan kasihan pada Kuihui, tidak pula pada selembar jiwa yang masih kecil dan suci itu yang tengah terancam renggutan malaikat elmaut.   Waktu itu dengan suara yang tegas dan keras ia berkata.   "Baiklah kalian berdua boleh menjadi tua bersama, biarlah aku sendiri tersia-sia di istana yang sunyi ini tetap sebagai kaisar! Inilah anak kalian berdua, mengapa aku harus mengorbankan diri untuk menolong menghidupi diri?"   Kuihui menoleh memandang rajanya.   Itulah pemandangannya yang sangat aneh, menusuk sampai ke dasar hati Toan Hongya.   didalam sinar mata itu, tampak sinar kedukaan, penasaran, permusuhan, dendam, sakit hati, kecewa, bingung dan kuatir, takut dan marah.   Itulah sinar mata yang tidak pernah terlihat oleh Toan hongya.   dan setelah melihat satu kali sinar mata itu, seumur hidup Toan Hongya tidak akan melupakan sinar mata seperti itu.   "Kau bebaskan aku, kau lepaskan aku dari totokanmu, aku ingin menggendong anakkua!"   Kata Lauw Kuihui, dan perkataannya itu mirip firman yang membuat orang sulit untuk 133 membantahnya.   Karenanya Toan Hongya juga tidak dapat membantahnya dan telah membebaskan Lauw Kuihui dari totokan tersebut.   Lauw Kuihui menghampiri anaknya, menggendong dengan sikap penuh kasih sayang, mengawasi anak itu dengan sikap penuh kasih sayang seorang ibu.   Anak itu terluka parah, sehingga untuk menangis saja tidak bisa.   Mukanya bersinar gelap, matanya mengawasi ibunya, mungi juga anak itu minta ditolong dari penderitaannya.   Toan Hongya sendiri sejenak itu tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun juga.   Melihat keadaan seperti itu, sikap ibu dan anak tersebut sama sekali perasaannya tidak berubah, tidak mencair dan tetap keras membatu.   Toan Hongya hanya melihat rambut Lauw Kuihui yang hitam berubah menjadi putih, mungkin itu hanya perasaan belaka.   Lalu Toan Hongya mendengar juga sambil menggendong anaknya, Lauw Kuihui berkata dengan suara yang halus sekali pada anaknya itu.   "Anak, ibumu tidak mempunyai kepandaian untuk menolong kau, ibumu tak dapat membiarkan kau tersiksa lebih lama, maka anak, kau tidurlah dengan nyenyak tidurlah anakku untuk selama-lamanya.. tidurlah kau, jangan mendusin pula!"   Toan Hongya melihat betapa Lauw Kuihui menina- bobokkan anaknya, menyanyikan perlahan, menyanyi mengeloni anak tidur.   Merdu nyanyiannya itu.   Toan Hongya mengawasi berdiam diri saja, melihat betapa Lauw Kuihui mengeloni anaknya itu, mendengarkan nyanyiannya yang memang merdu dan merayu agar sang anak itu tertidur nyenyak, agar bisa tertidur atau berkurangnya 134 penderitaannya yang tengah dideritanya, Lauw Kuihui benar- benar mencintai anaknya.   Anak Laue Kuihui yang rupanya merasakan kasih sayang lewat nyanyian yang disenandungkan ibunya, anak itu tersenyum.   Namun anak itu hanya sempat tersenyum sejenak saja, sebab segera saja ia merasakan kesakitan yang hebat lagi.   Sehingga saking sakitnya si anak itu jadi gelisah.   Segera ibunya berkata pula dengan suara yang halus.   "Jantung hati ibu, tidurlah, nanti lenyap semua rasa sakitmu, sedikit juga tidak akan sakit lagi, tidurlah anakku, tidurlah yang nyenyak, tidurlah untuk selama-lamanya!"   Tiba-tiba Lauw Kuihui menggerakkan tangannya, terdengar suara menublas dan pisau belatinya menancap di dada anak itu.   Toan Hongya yang menyaksikan itu jadi kaget tidak terkira, dengan tubuh terhuyung kaisar itu terus jatuh ke lantai.   Tampak samar-samar segala apa yang dilihatnya, pandangan matanya berkunang-kunang, karena itu Toan Hongya juga tidak tahu harus berpikir apa dan apa yang harus dilakukannya.   Akhirnya perlahan-lahan Toan Hongya dapat juga bangun berdiri, lalu dengan suara perlahan iapun berkata.   "Apa yang kau lakukan?!"   Waktu itu Lauw Kuihui telah berkata dengan suara perlahan, namun dalam nada suaranya itu mengandung rasa penasaran, dendam dan kecewa, kedukaan maupun kegusaran 135 yang mendalam sekali pada Toan Hongya.   "Akhirnya akan ada suatu hari aku sengan pisau belati ini menikam uluhatimu!"   Dan kemudian Lauw Kuihui telah menunjuk pada gelang kumala ditangannya, dia berkata lagi.   "Inilah gelang yang kau hadiahkan padaku waktu hari pertama aku doboyong ke istana. Kau tunggu saja, dihari yang bertemu itu, gelang kumala ini akan kukirim padamu, maka dihari itu juga pisau belati ini akan turut datang menemuimu!"   Setelah berkata begitu, dengan menggendong anaknya, Lauw Kuihui telah melompat ke jendela, keluar dengan ringan.   Terdengar suaranya yang keras dan panjang.   Setibanya diluar, Lauw Kuihui melompat ke atas genting dan sekejap saja telah lenyap.   Selama itu Toan Hongya hanya mengawasi menjublek dengan muka yang pucat pasi.   Peristiwa yang telah terjadi begitu hebat dan kali ini telah memberikan gempuran yang begitu hebat lagi untuk Toan Hongya.   Semula memang Kaisar ini berkeras hati, dimana perasaannya terluka melihat oto bersulam anak Lauw Kuihui, sehingga ia berkeras tidak mau menolong jiwa anak itu.   namun kesudahannya benar-benar merupakan peristiwa yang terlalu hebat, sehingga untuk tiga hari tiga malam lamanya Toan Hongya tidak makan dan minum, selalu memikirkan keadaan Lauw Kuihui, menguatirkan diri selir yang seorang itu.   Kedukaan yang terukir kian dalam dihati kaisar ini, membuat Toan Hongya kian tawar juga menghadapi hari-hari depannya, dimana ia lebih banyak menekuni ilmu silatnya saja.   Malah dia juga telah berfikir untuk mencukur rambut mensucikan diri, masuk kuil dan menjadi pendeta.   Setelah tenggelam dalam keragu-raguan sekian lama, namun akibat kedukaan yang luar biasa hebatnya, 136 menyebabkan Toan Hongya tawar untuk mengurus negara dan mencampuri urusan-urusan duniawi lainnya.   Dan telah tetap putusannya bahwa ia akan mencukur rambut menjadi pendeta.   Maka tahta kerajaan diwariskan kepada anak Toan Hongya yang sulung.   Lima Jago Luar Biasa Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Toan Hongya sendiri telah mencukur rambut dan menjadi pendeta, mengikuti jejak kaisar-kaisar Tayli yang terdahulu, yang banyak diantaranya telah mencukur rambut mensucikan diri menjadi pendeta.   Tapi hebat pendirian Toan Hongya, selama bertahun-tahun ia berdiam di Liong Coan Sie, kuil yang dipergunakan sebagai tempat bermukimnya selama hidup dalam pengunduran dirinya sebagai seorang kaisar yang agung dan menuntut kehidupan sebagai seorang pendeta.   Setiap hari Toan Hongya hanya diburu-buru oleh perasaan dosa terhadap Lauw kuihui, terutama sekali pada puteranya itu.   memang Toan Hongya sebanyak mungkin telah melakukan perbuatan mulia, menolong rinuah jiwa dari kesulitan, namun selama itu perasaan berdosa yang memburu tidak juga lenyap, malah Toan Hongya mengharapkan munculnya Eng Kouw dapat menancapkan pisau belati di ulu hatinya,agar dosa itu segera berakhir dan Toan Hongya terhindar dari tekanan- tekanan perasaan sendiri.   Namun dari tahun ke tahun, Lauw Kuihui tidak juga pernah muncul.   Toan Hongya juga tidak pernah mendengar jejak dari bekas selirnya itu.   Bersama Toan Hongya ikut empat orang yang tidak mau berpisah dengan bekas kaisar Tayli ini.    Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Bukit Pemakan Manusia Karya Khu Lung Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini