Pusaka Pedang Embun 17
Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong Bagian 17
Pusaka Pedang Embun Karya dari Sin Liong Dengan kereta biru laut, Liong Houw dan Thio Thian Su melanjutkan perjalanan menuju Siauwlim-sie digunung Siong San. Sebulan perjalanan dilakukan, tidak menemui sesuatu yang menganggu perjalanan mereka, kini kereta biru laut sudah berada dibawah kaki gunung Siong San. "Adik, bagaimana?" Tanya Thio Thian Su. "Apakah kita terus mendaki dengan kereta ini, atau dengan berkuda ?" "Hmm, kereta ini telah membawa sejarah baru bagi hidup kita, sebaiknya kita lanjutkan dengan menggunakan kereta, kereta ini ternyata dibuat khusus untuk mendaki bukit-bukit pegunungan, juga kuda-kudanya adalah kuda istimewa, heran, bagaimana si tukang pembuat kereta mengetahui bahwa si pengemis cilik Ho Ho memesan kereta untuk keperluan mendaki bukit pegunungan." "Ah, jadi si pengemis cilik Ho Ho yang memesan kereta ini ?" Tanya Thio Thian Su. Kereta ajaib ! Kereta biru yang mengandung sejarah ! "Ya, dikota Cee-lam-hu ketika hendak menolong gurunya dikotaraja." Lalu Liong Houw menceritakan perkenalannya dengan si pengemis cilik. "Heran, mengapa mereka tidak tampak dirimba persilatan, dalam perjalanan kita tidak pernah menjumpai salah seorang dari jago-jago yang turut menggempur kotaraja," Gumam Thio Thian Su. "Mungkin ....!" Kata Liong Houw sambil mengedut tali les kudanya. "Mereka merasa jengkel atas tindakanku terhadap Kong-tong dan Cengsan-pay .... juga sebaiknya nanti dikelenteng Siauw-lim-sie kita berhati-hati, jangan percaya keterangan Swat Louw Hosiang, siapa tahu memang betul merekalah yang melakukan pengeroyokan terhadap ayah." "Aaaaaa.....lihat .... bukankah kebakaran," Teriak Thio Thian Su. itu asap "Betul !" Kata Liong Houw. "Ih, bagaimana disana bisa terjadi kebakaran." "Nggg .... sebaiknya kita turun disini melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki, tidak mudah terlihat jejak kehadiran kita, harus waspada terhadap segala macam muslihat orang rimba persilatan." Saja, agar kita tipu "Betul." Setelah memasukkan keretanya disemak semak belukar, Liong Houw dan Thio Thian Su melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan ilmu lari pesat. Api kebakaran tambah lama tambah jelas asap hitam masih mengepul, langkah-langkah kaki mereka semakin mendekati kelenteng Siauw-limsie. "Aayaaa........" Kejut Thio Thian Su. "kebakaran itu terjadi dikelenteng Siauw-lim sie! Gila perbuatan siapa yang begitu nekad menyatroni kelenteng Siauw-lim yang sudah terkenal keagungan serta keangkerannya selama puluhan tahun........" Api segera membumi-hanguskan gereja Siauwlim-sie. Suara hiruk pikuk para hweeshio-hweeshio yang berusaha memadamkan kebakaran terdengar disana sini. Selagi Thio Thian Su dan Liong Houw tiba dimuka pintu gerbang Siauw-lim-sie, ia disambut oleh Swat Louw Hosiang. "Ah, jiwie berdua sudah datang?" "Eh, bagaimana totiang begitu cepat kembali?" Tanya Thio Thian Su. "Terjadi perobahan rencana, ditengah jalan lohu kebetulan telah bertemu Kim-ce Lonnie bersama rombongan Piet tet Sin-kay, Ong Pek Ciauw dan lain-lainnya, mereka mencari jejak kau Liong Houw, juga mendapat berita bahwa golongan Kupu-kupu merah akan menyatroni Siauw-lim-sie, hai entah dengan cara bagaimana mereka berhasil membakar gedung penyimpanan buku, untung cepat buku-buku kuno peninggalan cosuya kami dapat diselamatkan...... " "Apakah mereka kini masih berada di-dalam kelenteng?" Tanya Thio Thian Su. "Bayangan mereka sungguh sangat cepat sekali pergi datangnya seperti angin, begitu membakar ruangan penyimpan buku kemudian mereka Ienyap kembali. Oh ya, Pie-tet Sin-kay sekalian telah tiba !" Baru saja Swat Louw Hosiang selesai bicara tibatiba dari dalam kelenteng berlari seorang hweeshio muda, setelah menjura ia berkata . "Suheng diperintahkan oleh suhu agar segera berkumpul diserambi kiri kelenteng, orang Kupu-kupu merah telah menyatroni kembali...... " Selesai berkata begitu hweeshio muda itu segera berlari kembali kearah kelenteng. "Mari, mari jiewie sekalian turut Iohu." Mengundang Swat Louw hosiang kepada Thio Thian Su kakak beradik. Lalu mereka melesat lari kearah serambi kiri kelenteng. Ternyata serambi itu merupakan halaman luas dikiri kanan penuh ditumbuhi pohon bunga, sedang dibelakang barisan pohon-pohon bunga terdapat beberapa batang pohon yang rimbun daunnya sedang jauh lebih kemuka merupakan hutan pohon Siong. Dilapangan itu berbaris mengurung para hweshio Siauw-im-sie, sedang ditengah-tengah kurungan terdapat sembilan wanita merah. Sikap mereka acuh tak acuh terhadap kurungan para padri Siauw-lim-sie. Liong Houw cepat memperhatikan keadaan tempat itu, ia mencari rombongan Pie-tet Sin-kay, Ong Pek Ciauw, dan lain-lain, ternyata mereka sedang berdiri di bawah pohon-pohon siong diluar barisan para hweeshio Siauw-lim-sie. Menampak kedatangan Liong Houw ke tempat itu, wajah-wajah mereka asam kecut, hanya tampak Lie Eng Eng yang menunjukkan sikap ramahnya, dari seberang sana ia mengirimkan senyum manis kepada mereka. Thio Thian Su yang memandang senyum manis Lie Eng Eng wajahnya merah, hatinya berdebaran, sangkanya senyum itu diberikan untuknya. Liong Houw dapat melihat perobahan wajah sang kakak, cepat ia mendekati berbisik ditelinganya Thio Thian Su . "Gadis itu....isteriku, eh calon isteriku.....dia Lie Eng Eng......" Cepat Thio Thian Su menggerakkan kepala kesamping, ia mengelakan suara bisikan sang adik, wajahnya tambah merah, ia heran dan cemburu atas ucapan sang adik, tapi segera dapat mengendalikan perasaannya. Lalu mengangguk tanda mengerti dalam teka teki. "Mm, mereka seperti membenci atas kehadiranku," Kata Liong Houw. "Biar akan kutunjukkan dimuka hidung mereka bagaimana bekerjanya pedang embun membasmi orang-orang Siauw-lim-sie...." Thio Thian Su mencekal lengan Liong Houw, lalu berkata. "Biarkan sikap mereka demikian toch tidak merugikan kita, selagi mereka tidak menyerang, kita tetap tenang, tunggu saja perkembangan selanjutnya." Sembilan orang kupu-kupu merah yang terkurung dalam barisan tin hweesho Siauw-lim-sie masih bersikap tenang-tenang, salah seorang yang pernah membawa Liong Houw kepantai dan diajaknya menaiki kapal layar merah menuju pulau gunung api dilaut Lam-hay berkata. "Hai kepala gundul! Cepat panggil keluar ketua kalian, jangan main kucing-kucingan dengan kami, kami tidak punya waktu banyak." "Pinceng Tie-kak Hweeshio ketua bagian luar kelenteng, ada apakah kalian membuat kerusuhan dikelenteng kami, bahkan telah berani kurang ajar membakar ruangan penyimpan kitab, hm, kalau hari ini barisan Lo han-tin Siauw-lim-sie tak berhasil membekuk kalian perempuan-perempuan sundal komplotan Kupu-kupu merah, lebih baik pinceng bunuh diri dihadapan kalian........" "Hih, hihihih..............." Terdengar suara riuh tertawa wanita-wanita merah yang terkurung dalam barisan Lo-han-tin. "Barisan apa Lo han-tin, aku tidak mengerti itu segala tin-tinan........para gundul-gundul tua ini sebaiknya menyingkir saja, tidak perlu aku harus menggunakan kekerasan, yang kubutuhkan adalah Ho-siang Siansu, cepat suruh ia keluar menentukan sikap, menunduk pada golongan Kupu-kupu merah dan segera menutup gereja, kalau tidak kami akan membumi hanguskan kelenteng kalian dan jangan harap ada seorang kepala gundul yang masih bisa kedap kedip dimuka bumi.........haaahihihih......." "Perempuan siluman, tutup mulutmu!" Bentak Tie kak hweeshio. "Bekuk mereka......." Berbarengan dengan perintah Tie-kak hweeshio, barisan Lo-han-tin yang mengurung para wanita merah bergerak-gerak menyerang dengan senjata masing-masing. Pada saat toya, kebutan, pentungan dan tasbih bergerak menyerang, tiba-tiba terdengar tepukan si wanita merah dalam kurungan. Plok, plok, plok........... Maka terjadilah keanehan, para hweeshio yang merupakan barisan Lo-han-tin yang terkenal ampuh di rimba persilatan, mendadak saja tubuhtubuh mereka melayang ke udara, kemudian terhenti, di tengah udara bergelantungan dengan tengkurap kebawah sedang tangan dan kaki mereka bergerak-gerak berusaha menekan tarikan tubuh mereka ke udara. Tapi semua itu sia-sia belaka. Perobahan yang mendadak demikian cepatnya membuat Tie-kak hweshio melengak, ia memandang pemandangan para tosu barisan Lohan-tin yang menggelantung diudara, setelah diperhatikannya, ternyata mereka terkait jubahjubah mereka oleh beberapa utas tenur halus berwarna merah. Liong Houw yang pernah mengalami kejadian yang serupa, ia tertawa geli, katanya . "Haaaa, gundul-gundul terbang....." "Bocah setan! Tutup mulutmu !" Bentak Tie-kak hweshio dibarengi dengan serangan lengan jubahnya ke arah muka Liong Houw. "Nggg....." Dengus Liong Houw. Dan berbarengan dengan suara dengusan Liong Houw tubuh Tie-kak hweshio melayang keudara, jatuh diatas genteng kelenteng, yang kemudian ambruk, bobol tertimpa tubuh Tie-kak hweshio yang jatuh terbanting. "Omitohud ... ." Terdengar suara mengucapkan nama Budha, entah kapan tibanya disana telah muncul seorang hweshio tua berjenggot putih alis dan rambutnya sudah putih semua, ia berdiri tenang dihadapan orang-orang golongan Kupukupu merah, setelah menengok kearah Liong Houw ia berkata . "Kalian golongan wanita-wanita merah, sebetulnya ada dendam permusuhan apa dengan kami gereja Siauw-lim-sie......" Baru saja ucapan hweeshio tadi sampai disitu, tiba-tiba melayang sesosok tubuh ditengah-tengah mereka. "Aaaaaaa......huaaaaaah.......Kun-see mo-ong Teng Kie Lang, iblis laknat......." Terdengar suara riuh mencaci maki bayangan yang baru tiba. Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang yang baru menjejakkan kakinya ditanah, ia menoleh kearah rombongan kupu-kupu merah, kemudian memperhatikan rombongan Pie-tet Sin-kay dan Ong Pek Ciauw bersama kawan-kawan bulim lainnya, lalu berkata . "Hihihihhhh...... kau nenek Bu-san, Kim-ce Lonnie, eeh, kau juga datang untuk apa jauh-jauh dari Kun-lun nenek peot Pek-bie Locow, huh, hihihihh.....aku tidak butuh kalian, aku butuh, nah, ....kalian wanita merah ini kalau melihat bentuk buah dadamu tentunya adalah gadis-gadis, sungguh menggirangkan hatiku.....eh kau Liong Houw, dan kau Thio Thian Su, mengapa masih diam mematung tidak membuat pembersihan atas Siauw lim pay, bukankah kau pernah mendengar keterangan Leng-leng Pak-su bahwa Siauw-lim turut serta dalam pembunuhan ayahmu ... ." Pie-tet Sin-kay, Ong Pek Ciauw, Pek-bie LoCouw, Kim-cee Lonnie mereka saling pandang mendengar ucapan Kun-see mo-ong, baru kali ini mereka mendengar berita bahwa Siauw-lim turut serta dalam pembunuhan budiman Thio Ban Liong. terhadap pendekar Liong Houw memperhatikan bentuk tubuh Kunsee-mo ong, wajah iblis ini putih tidak berdarah, juga tidak berkumis, tidak berjenggot sinar matanya memancar tajam, tangannya mengenakan sarung tangan berwarna merah, sedang kakinya mengenakan kaus kaki juga berwarna merah. Setelah itu ia membentak . "Mmm, iblis keparat, kau apakan adikku Liu Ing...." "Bocah !" Potong Kun-see-mo ong Teng Kie Lang. "Soal adik angkatmu Liu Ing yang kuculik, aku bersedia mempertanggung jawabkan, tapi kau, kau sebagai seorang yang sudah memiliki kepandaian tinggi luar biasa apakah kau tidak menyadari bahwa dirimu kini telah menjadi manusia Thianhee-bu-te ? (Super sakti tanpa tandingan). Mengapa tidak cepat membasmi Siauw-lim-sie untuk menuntut hutang darah atas kematian ayahmu, eh, kau jangan dengar ucapan Swat Louw Hosiang, aku sendiri menyaksikan peristiwa itu, semua partai rimba persilatan, kecuali Bu-san dan Kun-lun, mereka semua ambil bagian atas pengeroyokan terhadap ayahmu, mereka menghendaki peta Pedang Embun." "Iblis," Bentak Thio Thian Su. "Dari mana munculnya otak adu dombamu, mengoceh tidak keruan ? Meskipun benar Siauw-lim turut serta dalam pembunuhan Thio Ban Liong, aku sebagai putra yang tertua juga tidak akan melakukan perbuatan seperti apa yang kau harapkan, hidup didunia ini bukan membalas.........." Untuk saling balas "Omitohud....." "Gundul tua.....tutup mulut," Bentak Liong Houw yang sudah terbakar oleh ucapan Kun-see mo-ong. "Omitohud-omitohyd tai anjing........" "Adik Liong !" Tegur Thio Thian Su. "Hihihihhhh, aku Kun see mo ong meskipun sebagai iblis yang dicap bejat moral oleh kalian, tapi terhadap apa yang aku lakukan bersedia bertanggung jawab seluruh akibatnya, tidak seperti kalian orang-orang yang sering-sering menyebutnyebut kebesaran nama Budha, setelah membunuh, lalu tutup mulut memutar balikkan fakta. Kau Thio Thian Su, jika tidak mendengar nasehatku, kau akan menyesal dikemudian hari, orang-orang gundul ini adalah penipu-penipu berjubah suci." "Iblis..." Bentak Ho-siang siansu. "Cepat kau meninggalkan tempat ini sebelum pinceng bertindak." "Bertindak ?" Ejek Kun-see-mo-ong. "Bernapaspun kau hampir tidak bisa, apa lagi mau bertindak, hihihih ......hei Liong Houw, cepat basmi mereka, masih takut apa lagi ? Manusia super sakti tanpa tandingan !" Liong Houw heran dan terkejut atas segala ucapan-ucapan Kun-see-mo-ong, mengapa ia mengetahui jelas tentang dirinya yang sudah memiliki ilmu kepandaian luar biasa? Bahkan menyebut dirinya sebagai manusia super sakti tanpa tandingan? Bagaimana iblis ini mengetahui jelas ? Siapa Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang ??? OdwO SELAGI Liong Houw masih berkecamuk dengan pikiran-pikiran herannya, tiba-tiba terdengar suara irama mandolin, kemudian diiringi dengan terdengarnya suara orang tertawa . "Manusia super sakti tanpa tandingan ? Siapa yang menjadi manusia super sakti tanpa tandingan ? Mana ? Aku ingin jumpa dengannya." Berbarengan dengan suara ucapan itu kembali suara irama musik mandolin menggema diangkasa, tak lama melayang sesosok tubuh mengenakan jubah hitam berkerudung muka hitam. "Iblis mandolin." Berteriak. terdengar Lie Eng Eng "Ya ! Akulah iblis mandolin ! Siapa yang tadi dikatakan Thian hee-bu-te, huh mana ! Mana dia orang yang tidak ada tandingannya dikolong langit, aku ingin coba-coba kepandaiannya." Lie Eng Eng yang begitu menyaksikan munculnya si iblis mandolin, setelah ia berteriak, segera lari kearah Liong Houw, lalu katanya perlahan . "Koko Liong, hati-hati iblis ini adalah iblis nomor wahid dari iblis-iblis yang pernah muncul di rimba persilatan." "Hahahahahhhhh ... ." Terdengar iblis mandolin tertawa berkakakan. "kau bukankah Bo-tay-liongkiam si pedang macan betina Lie Eng Eng yang sudah mau hampir kawin dengan bocah itu .... hahaaaa." Ia menunjuk kearah Liong Houw. "Kau beberapa kali mengejar-ngejar aku, tapi setelah beberapa gebrakan aku mengetahui kau bukan tandinganku, aku tidak sudi mengotori tangan terhadap orang muda yang berkepandaian rendah, tadi kudengar disini ada Thian-hee-bu-te, mana, siapa orang itu yang menjadi manusia super sakti tanpa tandingan? Perlihatkan cecongornya kepadaku !" Semua jago-jago yang berdiri berjejer disana, tidak terkecuali hweeshio-hweeshio Siauw-lim-sie, golongan Kupu-kupu merah, Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang dan rombongan Pie-tet Sin-kay, mereka telah mundur beberapa langkah. Mereka kagum dan terkejut atas kecepatan munculnya si iblis mandolin, suara kata-kata yang diucapkan terbawa angin adalah suara yang diucapkan dengan tenaga dalam, para jago telah memaklumi tadi sebelum muncul iblis mandolin sudah mengirimkan suaranya dari jarak beberapa lie, bahkan telah mendengar percakapan yang sedang mereka lakukan disitu, itulah yang membuat para jago mundur beberapa langkah. Liong Houw yang tidak mengenal bahaya, belum berpengalaman menghadapi situasi aneh-aneh dalam rimba persilatan, begitu si iblis mandolin beberapa kali mengeluarkan pertanyaan tentang orang yang tidak ada tandingan dikolong langit, bahkan menyaksikan para jago mundur beberapa langkah, tidak ada yang mau menjawab pertanyaan si iblis mandolin, ia segera maju dan berkata . "Akulah Thian-hee-bu-te." "Eh! Bocah kau jangan main-main," Kata iblis mandolin. Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Akibat kata-katamu kau akan menyengsarakan calon isterimu itu, hahaa...." "Setan mandolin, ayo buka tutup kerudungmu, akulah Thian hee-bu-te, dikolong langit masa ini tidak ada tandingan ......." Kata Liong Houw membusungkan dada. "Hngggg ... ." Si iblis mandolin mendengus. Tringg......ia memetik snar mandolinnya. Mendengar petikan snar mandolin para jago mundur lagi beberapa langkah. Liong Houw segera mendorong Lie Eng Eng agar mundur menjauhi, langkah kakinya diayun menghadapi si iblis mandolin, kira-kira jarak lima kaki ia berhenti katanya . "Iblis, siaplah kau menerima kematianmu." "Haha, hahahaaaaaa....." Iblis mandolin tertawa berkakakan. "Ayo silahkan kau mulai." Liong Houw belum mau menggunakan pedang Embun, ia belum pernah mencoba sampai dimana kekuatan iblis mandolin ini yang dikatakan Lie Eng Eng adalah iblis nomor wahid, ia meloloskan kalung tasbihnya. Memutar sebentar di udara kemudian bergerak menyerang leher si iblis mandolin. Serangan tasbih dipapaki oleh alat mandolin ditangan kiri si iblis. Triingggggggggg....... Terdengar suara benturan tasbih dan senjata mandolin. Tubuh Liong Houw mundur tiga langkah, sedang tubuh si iblis mandolin terhuyung-huyung sampai sepuluh langkah. "Bocah ! Kau memang betul-betul Thian-hee-bute ! Tapi kau juga harus mati dibawah senjataku ini." Apa yang diucapkan si iblis mandolin adalah kenyataan, kalau ia tadi sampai terhuyung mundur sepuluh langkah lebih, itu diakibatkan memandang rendah Liong Houw, setelah bergebrak satu jurus, barulah ia mengetahui, sampai dimana kekuatan tenaga dalam Liong Houw. Liong Houw segera memutarkan kalung tasbihnya, sedang si iblis mandolin dengan perlahan-lahan menarik tali senar mandolinnya, tubuhnya seakan oleng ke kiri kekanan seperti orang menari terbawa irama suara mandolinnya. Liong Houw dengan berputaran, menyabetkan kalung tasbihnya, sedang si iblis mandolin masih tetap melakukan gerakan-gerakan seperti orang sedang menari-nari memapaki datangnya serangan-serangan tasbih, lalu membalas melakukan serangan-serangan dengan alat mandolin. Tambah lama, pertempuran tambah seru, tidak tampak lagi jenis orang yang sedang bertempur, kini hanya tampak bergulungan bayangan putih, yang kadang kala berputar membentur satu sama lain, kadang kala berpisah kemudian kembali merapat. Para jago yang menonton pertandingan, terpengaruh oleh gerakan Liong Houw dan si iblis mandolin, bila mana kedua orang yang bertempur berpisah, maka kurungan para penonton bergerak mundur, tapi bila mana yang bertempur rapat kembali kurungan itu maju kembali, mereka ingin menyaksikan jelas jalannya pertempuran, tapi sejauh itu mereka tidak bisa menyaksikan jurusjurus apa yang dimainkan oleh kedua jago yang sedang bertempur, mereka hanya menonton pertandingan itu, seperti sedang menonton dua bayangan yang saling bentur dan saling memisah. Ketika pertempuran berlangsung lima puluh jurus, mendadak terdengar suara kentring, prellakkkk. Kedua bayangan melejit lompat menjauhi lawan masing-masing. Beberapa anak murid Siauw-lim-sie yang kebetulan berada dibelakang si iblis mandolin terjengkang rubuh, terpukul oleh tubrukan si iblis yang lompat mundur, sedang tubuh Liong Houw yang mundur kebelakang menubruk Kun-see-moong Teng Kie Lang. Si iblis yang memiliki kepandaian jauh lebih tinggi dari anak murid Siauw lim sie berhasil mengelakkan tubrukan belakang tubuh Liong Houw. Ditanah dimana tadi mereka bertempur di sana kececeran patahan-patahan dan runtuhanruntuhan besi-besi mandolin dan biji-biji tasbih yang sudah hancur berantakan akibat benturan tadi. "Mmm, bocah? Aku puas! Kaulah tandingan yang menggembirakan...." Benar "Iblis gila, bergembiralah, kematianmu segera tiba." Bentak Liong Houw, dari balik gegernya ia mencabut Pedang embun. "Ayaaaaa......" "Pedang berembun...." "Pedang halimun......" Terdengar suara ramai mengomentari pedang yang berada digenggaman tangan Liong Houw. Sinar mata iblis mandolin menjilak terang, tampak kain kerudung hitamnya bergerak-gerak. Crattttttttt.... Liong Houw menggerakan pedang, dengan menyalurkan ilmu tenaga dalamnya, maka air-air terotolan yang menggenang diatas batang pedang bermuncratan menyerang kepala iblis mandolin. Si iblis menampak sambaran tenaga lunak, segera merendahkan tubuhnya, mengelakan serangan butiran-butiran air yang menyerang kedua biji matanya. Setelah itu tubuhnya melejit menubruk Liong Houw dari bawah keatas. Liong Houw tidak mengelak, ia menunggu datangnya tubrukan itu, setelah serangan hampir tiba, Liong Houw rubuh celentang ke belakang. "Ayaaaa, koko Liong ... ." Teriak Lie Eng Eng. Berbarengan terdengarnya teriakan Lie Eng Eng, dua benda melayang terbang ke udara. Itulah sepasang kaki iblis mandolin. Dan tubuh iblis mandolin bergulingan ditanah dengan kedua kakinya terpapas kutung. Begitu tubuh si iblis mandolin bergulingan, Thio Thian Su yang sejak tadi hanya berdiri menonton, dengan menggunakan pedang gunturnya menyontek tutup kerudung muka si iblis mandolin. Begitu tutup kerudung muka terbuka, tubuh Liong Houw tergetar, ia mundur beberapa langkah mulutnya menganga. Tidak kalah terkejutnya Ho Siang Siansu, Ong Pek Ciauw, Pek-bie Lo-couw, Pie tet Sin-kay, Kimcee Lonnie dan juga Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang. Apa yang mereka saksikan ? Belum lagi mereka hilang kesimanya menyaksikan raut wajah yang terpeta didepan mereka, itulah wajah si iblis mandolin, Liong Houw menubruk maju, ia memeluk tubuh si iblis mandolin yang sudah kutung kedua kakinya, sambil meratap menangis sedih . "Suhu.....suhu....kau, mengapa kau orang tua harus berbuat begini, maafkan aku tidak tahu kalau kau...... " "Sudahlah bocah ! Aku memang memiliki penyakit aneh yang luar biasa, kau masih ingat akan ucapanku dilembah Im-bu kok, aku ingin menjadi manusia tanpa tandingan, setelah itu, aku masih tidak merasa puas, aku ciptakan ilmu untuk menundukkan ilmuku, hai.....akhirnya kaulah orangnya yang berhasil menyempurnakan diriku .... eh .... kau tak usah bersedih, dengarlah baikbaik, mulai saat ini, lupakanlah semua dendam permusuhanmu dengan orang orang Siauw-lim-sie, mereka hanya terseret oleh arus gerakan yang menggelombang di rimba persilatan untuk mencari pedang embun, sedang biang keladi dari semua ini, adalah kaucu Ko-lo-hwee.....itulah aku sendiri .... Akulah yang mengakibatkan tewasnya ayahmu." "Ayaaaa....." Liong Houw meletik bangun, ia mundur terhuyung beberapa langkah. "Kau Thian-lam-it-lo Kak Wan Kiesu? Pembunuh ayahku? Kau kaucu Ko-lo-hwee, kau pula si iblis mandolin....." Selagi tubuh Liong Houw terhuyung mundur sambil bergumam, tiba-tiba Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang melejit maju, ia menggepruk kepala Thian-lam-it-lo Kak Wan Kiesu, tak lama kemudian tubuhnya kelojotan dan mencair..... "Omitohud," Ho-siang siansu menyebutkan nama Budha. "Urusan Ko-lo-hwee sudah dibikin terang, hanya...." "Hanya kematianmu belum menyusul tiba," Bentak Liong Houw. "Kau juga harus mengikuti arwah Thian-lam-it-lo Kak Wan Kiesu ke akherat." "Anak kau......" Teriak Kun-see mo-ong. "Eh......siapa anakmu ? Hih ! Ayahku sudah tiada, kau laki-laki pemakan perawan, tidak malu mengaku-ngaku aku anak." "Kau lihat ! Dan Thian Su....." Kata lagi Kun-seemo-ong Teng Kie Lang. Kejadian-kejadian itu membuat para jago tambah heran, mereka hanya mengangakan mulut menyaksikan apa pula yang akan dilakonkan oleh si iblis Kun-see-mo-ong yang suka memperkosa wanita, mendadak menyebut Liong Houw dan Thio thian Su anak. Selagi mereka masih terlongong-longong, Kunsee-mo-ong mencengkeram wajahnya yang tak berdarah, kemudian dengan cepat merobek pakaiannya. "Aaaaahhh, nenek merah !" Teriak Liong Houw. "Kau nenek merah, Kun-see-mo-ong." Pie-tet Sin-kay, Ong Pek Ciauw, Kim-ce Lonnie dan Pek bie Locow, mendadak saja merasakan dengkulnya lemas, mereka duduk numprah di tanah. Dengan mulut menganga lebar mata melotot. Mereka kesima, Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang yang selama ini malang melintang di rimba persilatan memperkosa gadis-gadis, ternyata adalah seorang wanita, bagaimana wanita memperkosa wanita? Hai ! Terasa kepala mereka pening, dunia seakan jungkir balik dirasakannya. Liong Houw cerdik, begitu terjadi perobahan jenis rupa Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang menjadi nenek merah, ia lalu celingukan kearah wanitawanita merah yang tadi terkurung oleh barisan Lohan-tin, kemudian ia berkata tertawa . "Hai, kalian gadis-gadis cepat muncul, tidak perlu sembunyi-sembunyi, aku ingin bertemu dengan adik Liu Ing......" Kun-see-mo ong alias si nenek merah bertepuk tangan tiga kali, maka berlompatanlah berpuluhpuluh wanita merah dari atas pohon. Si pengemis cilik Ho Ho yang sejak tadi tidak berani bergerak disamping suhunya begitu disebutnya nama adik Liu lng segera ia lari maju mendekati Liong Houw dan berbisik di telinga sang kawan. Liong Hauw mengangguk. Si pengemis cilik Ho Ho segera berkata . "Hei, mana Cian-kin Siocia, cepat buka kedok kalian." "Anak gembel, kau jangan kesusu, sabar sedikit, aku akan berikan kau seorang gadis cantik dari tiga kembang kota Siang-im, atas jasamu menyelamatkan ketiga gadis tercantik kota Siangim dari perkosaan murid-murid tosu siluman Liok Hap tojin," Kata Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang. Wajah si pengemis cilik Ho Ho menjadi merah padam. Pie-tet Sin-kay yang menyaksikan perobahan kelakuan si pengemis cilik Ho Ho, bahkan mengucapkan kata yang tidak dimengerti juntrungannya, cepat-cepat membentak. "Ho Ho, kau kemari ... ." "Huh!" Dengus Kim-ce Lonnie. "Gurunya edan, pasti juga muridnya edan........" Mata Pie-tet Sin-kay mendelik menatap wajah Kim-ce Lonnie, tapi sesaat kemudian ia tertawa terbahak-bahak. Para wanita merah menatap kearah si nenek merah yang bukan lain adalah Kun-see mo-ong Teng Kie Lang, mereka menunggu perintah sang suhu untuk membuka kedok. Thio Thian Su yang menyaksikan keajaiban dikelenteng Siauw-lim-sie segera berkata; "Kau jika perempuan, bagaimana bisa berbuat sebagai Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang yang sering menculik dan memperkosa gadis ?" "Aku tidak pernah memperkosa gadis, tapi menculik gadis-gadis ini dan kulatih ia ilmu silat untuk membela diri dari tangan-tangan jahat orang-orang kuat yang suka menghina golongan Iemah. Yang memperkosa wanita-wanita adalah murid-murid Kun-see-mo-ong asli, merekalah Sammo Eng Ciauw." "Ah, jadi kau Kun-see-mo-ong tetiron?" Tanya si pengemis cilik Ho Ho. "Siapa pula Kim-nio-mo-ong Gwat Leng si nenek Sian ?" "Itulah aku sendiri !" Jawab Kun-see-mo-ong. Sin-kiong-kiam Ong Pek Ciauw yang masih duduk numprah ditanah berkata . "Tetiron atau asli, aku tidak perduli, tapi kau harus mempertanggung jawabkan tindakanmu selaku golongan Kupu-kupu merah yang sudah menghancurkan partai Go-bie pay dan Bu-tong- pay, jangan kira kalian bisa melintang dirimba persilatan." Semau malang Ong Pek Ciauw berkata begitu bersemangat, tapi ia masih duduk numprah ditanah masih dipengaruhi perasaan bingungnya yang belum terpecahkan, bagaimana bisa muncul Kun-see-mo ong tetiron, dan kemana itu Kun-see mo-ong orisinilnya. "Mmmm." Dengus si nenek merah. "Partai-partai itu turut serta dalam pembunuhan Thio Ban Liong, sepantasnya dibasmi, dan kau tahukah tentang Ie Sengjin ketua Go-bie pay generasi keempat ?" "Aaaaaah, Ie Sengjin, bukankah ia juga lenyap pada beberapa puluh tahun berselang?" Selak Pietet Sin-kay. "Tahu apa sebabnya ?" Tanya si nenek merah. Mereka bungkam. "Omitohud !" Ho-siang Siansu menyebut nama budha. "bukankah Ie Sengjin memiliki sebilah pisau belati pusaka yang pada gagangnya berukir lukisan pedang?" "Hebat ! Pengetahuanmu gundul tua memang hebat," Puji si nenek merah. "le Sengjin memiliki sebilah pisau belati berukir pedang, sedang Thio Ban Liong memiliki dua bilah yang berukir Liong dan Hong, akibat ketiga bilah pisau yang dimiliki mereka, mereka mengalami nasib yang sama, Thio Ban Liong mati dalam pengeroyokan kalian, partaipartai rimba persilatan, sedang Ie Sengjin teraniaya oleh wakilnya sendiri. Yang sekarang menjadi ketua Go-bie-pay diakherat......hahaaaaahhh......." "Hei apa buktinya kau ngoceh begitu dihadapan kami?" Teriak Kim-cie Lonnie. "Liu Ing, buka kedokmu!" Perintah si nenek merah. Liu Ing tampaklah senyum. segera seraut membuka kedoknya, maka wajah manis menyungging Begitu menampak Liu Ing berdiri dihadapan mereka, Liong Houw segera melangkah maju, tegurnya . "Adik Liu Ing....." Lie Eng Eng merangsak maju, ia menghampiri Liong Houw dengan muka cemberut, mengawasi sang kekasih. "Tunggu, kau Liong Houw jangan terburu nafsu." Kata si nenek merah. "Dan kau juga jangan terlalu besar cemburu." Si nenek merah menatap Lie Eng Eng. Wajah Lie Eng Eng merah padam, ia menunduk. "Nah kalian kenalilah, inilah cucu perempuannya Ie Sengjin, yang telah menuntut balas atas kematian kakek dan ayahnya, oleh pengkhianatan orang-orang Go-bie-pay, dialah pemilik pisau pusaka berukir pedang dan akhli waris Go-bie-pay yang sah." Ong Pek Ciauw cs, yang sejak tadi duduk kini mereka ramai-ramai pada berdiri, menatap gadis itu, kepala mereka manggut-manggut, sedang para hweeshio Siauw-lim-sie pada menyebut nama Budha. "Bagaimana pertanggungan jawabmu terhadap Bu tong-pay ?" "Bu-tong-pay ? Hihi, kau kenal siapa istri Thio Ban Liong ?" "Ahh." Keluh Ong Pek Ciauw. Pusaka Pedang Embun Karya Sin Liong di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Dia adalah putri tunggal almarhum ketua Butong generasi kelima." "Apakah tidak sepantasnya, kalau Bu-tong pay dihancur leburkan, karena mereka turut andil dalam pembunuhan Thio Ban Liong yang menjadi mantu ketua Bu-tong generasi kelima ?" "Omitohud !" Terdengar menyebut nama Budha. Ho-siang Siansu Kun-see-mo ong Teng Kie Lang alias si nenek merah membalikkan badan menghadapi Ho-siang Siansu bentaknya . "Kau padri tua gundul, jangan selalu merecoki pembicaraan dengan Omitohud-omituhud, karena kau selamanya ngeram didalam kelenteng dengan memuliakan Budhamu sehingga kau hanya tahu Omitohud, tapi tidak tahu kalau anak-anak muridmu menyeleweng dari ajaran Budha diluar kelenteng. Huh!" "Hei, nenek peot !" Teriak si pengemis cilik Ho Ho. "kau sedari tadi pidato di sini tidak habisnya, sebetulnya kau siapa cepat buka kedokmu." "Ya, betul !" Terdengar Pek-bie Locow berteriak. "Baiklah," Kata si nenek merah alias Kun-seemo-ong Teng Kie Lang tetiron, sambil menghela napas. "Kalian perhatikan baik-baik." Setelah berkata begitu, ia segera meraup wajahnya, kedok tipis merah itu koyak dibetot tangan si nenek merah dilemparkan keudara. "Haaaa .... kau .... kau .... kau...kau....." Ramai terdengar teriakan-teriakan, lebih-lebih rombongan Pie-tet Sin-kay, mereka segera meluruk datang merubung si nenek merah yang sudah merobek kulit kedoknya. "Liong Houw, Thian Su, cepat kau kemari," Teriak Ong Pek Ciauw. "Inilah ibumu, ibu kandung kalian ..." "Ibu !" Terdengar teriak berbareng Liong Houw dan Thio Thian Su, mereka segera menubruk sang ibu. "Anak ... anak ..." Terdengar suara isak si nenek merah, Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang yang selama ini menggemparkan rimba persilatan, ternyata adalah ibu kandung Thio Thian Su dan Liong Houw, isteri si pendekar Budiman Thio Ban Liong, putri almarhum ketua Bu-tong-pay generasi ke lima. Setelah penyerbuan golongan Kupu-kupu merah ke kelenteng Siauw-Iim-sie digunung Siong-sian dengan diakhiri oleh pertemuan antara kedua putra dan ibu yang selama dua puluh tahun cerai berai. Juga telah membuka tabir kemisteriusan lenyapnya sepasang pendekar Budiman Thio Ban Liong. Ternyata ibu Thio Thian Su yang berhasil meloloskan diri dari penculikan golongan Ko-lohwee berhasil melarikan diri dengan membawa Liong Houw yang baru berusia tiga bulan, dengan berlarian pada malam gelap, sambil menjinjing jinjingan rantang yang berisi si bayi Liong Houw. Malam itu gelap pekat, begitu ia berhasil lolos dari penculikan orang-orang Ko-lo-hwee, mendadak saja muncul itu iblis Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang, mengetahui orang yang sedang melarikan diri adalah istri Thio Ban Liong yang cantik jelita, Kun-see-mo-ong naik nafsu, ia mengejar larinya wanita muda itu. Cui Cun, demikianlah nama ibu Liong Houw sebagai seorang wanita yang baru saja melahirkan bayi belum cukup empat bulan meskipun memiliki kepandaian tinggi, tapi tidak mungkin dalam keadaan kondisi badan yang masih lemah melarikan diri dari cengkeraman sexnya Kun-seemo-ong, maka ketika sampai dibawah kaki gunung, ia berhasil dicandak oleh Kun-see-mo-ong, lalu dibawa keatas puncak gunung dimana terdapat goa, sedang bayi yang masih dalam jinjingan dilemparkannya kedalam jurang. Bayi yang melayang turun bersama jinjingannya akhirnya jatuh diatas air danau. Si monyet merah yang mendengar suara jerit tangis bayi melompat bangun, dan cepat mencari dari mana datangnya suara tangis itu, begitu ia menampak diatas danau mengambang sebuah jinjingan yang hampir saja tenggelam, cepat-cepat lompat berenang menarik jinjingan dan si bayi kedarat, sejak itulah si monyet merah memelihara Liong Houw. Sedang Cui Cun yang sudah tidak berdaya untuk melakukan perlawanan, ia pura-pura menyerah, semua keinginan Kun-see-mo ong dilayaninya dengan baik, dengan senyum merayu ia membangkitkan nafsu birahi Kun see-mo-ong Teng Kie Lang, hingga membuat iblis itu lupa daratan. Ketika Kun-see-mo ong Teng Kie Lang hendak melampiaskan nafsu birahinya yang menggelora, cepat Cui Cun merebahkan diri, dengan pakaian bawah dibukanya sendiri, keruan Kun-see-mo-ong langsung menubruk tubuh Cui Cun yang sedang celentang memasang itu. Tapi mendadak saja ketika Kun-see-mo ong Teng Kie Lang menubruk maju, dengkul Cui Cun diangkat naik dengan mengerahkan semua sisa tenaganya, dengkul wanita itu membentur alat vitalnya Kun-see-mo-ong yang sedang mengejang, sampai terdengar suara kletak, barang itu patah, tubuh Kun-see-mo-ong terbanting ditanah, kemudian disusul dengan sodokan sikut kanan Cui Cun ke arah Kun-see-mo ong, maka tamatlah riwayat Kun see-mo-ong Teng Kie Lang! Setelah membunuh Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang, Ciu Cun segera memutari ke bawah tebing dimana bayinya dilempar, tapi sudah beberapa kali ia lakukan tidak menemukan mayat si bayi atau tanda-tanda yang si bayi telah binasa terbanting ke bawah jurang, maka ia kembali keatas, dimana masih terdapat mayat Kun-see-mo-ong, dari tubuh Kun-see-mo ong ia mendapatkan se Jilid kitab pelajaran merubah wajah muka, dan dengan menggunakan kulit muka Kun see-mo-ong Teng Kie Lang yang dikeringkan, Ciu Cun menjelma menjadi Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang tetiron, sekiranya ia bertemu dengan ketiga muridnya Kun see-mo-ong, yaitu Sam-mo Eng-ciauw yang mukanya rusak terbakar akibat dibakarnya markas mereka oleh Ceng it Cinjin. Sam-mo Eng-ciauw menyangka bahwa orang yang dihadapannya adalah suhunya maka mereka mengikuti jejak Kun-see mo-ong tetiron. Semua kejadian itu dituturkan dengan jelas oleh ibu Thio Thian Su, para jago mendengarkan dengan anggukan kepala. Di kota Sin-Ciu-hu, berlangsung pesta perkawinan dari tiga pasang kemanten remaja. Cui Cun, ibu Liong Houw yang selama belasan tahun malang melintang memerankan peranan sebagai Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang, ternyata telah menjadi mak comblang merangkapkan jodoh jodoh para jago jago muda rimba persilatan. Liong Houw dinikahkan dengan Lie Eng Eng dan Liu Ing hingga sekaligus jago kita mendapatkan dua isteri. Thio Thian Su dengan Tay Ceng salah satu dari Cian-kin Siocia tiga gadis tercantik kota Siang-im yang pernah diculik oleh Kun-see-mo-ong, kemudian menjelma menjadi anggota Kupu-kupu merah. Sedang si pengemis cilik Ho Ho sekaligus menerima dua istri, ialah Jie Ceng dan Liep Cun dua gadis dari Cian-kin Siaocia, karena jasajasanya berhasil menggagalkan niat murid-murid Liok Hap tojin ketika akan memperkosa ketiga gadis Cian-kin Siaocia di kelenteng Siang-Ceng To Wan. Dengan selesainya tugas Kun-see-mo-ong Teng Kie Lang alias Cui Cun ibu Liong Houw selaku mak comblang, maka berakhirlah cerita Pedang Embun. TAMAT Saputangan Berdarah Karya Kho Ping Hoo Sepasang Pendekar Perbatasan Karya Chin Yung Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL