Ceritasilat Novel Online

Pedang Langit Dan Golok Naga 56


Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung Bagian 56


Pedang Langit Dan Golok Naga Karya dari Chin Yung   "Aku belum pernah melakukan sesuatu yang berharga untukmu. Asal saja kau mempermisikan aku untuk melayani selama- lamanya, asal aku bisa menjadi pelayanmu seterusnya, hatiku sudah merasa puas. Kongcoe, semalam suntuk kau tak tidur. Kau tentu capai. Pergilah tidur.? Sehabis berkata begitu, ia membuka kasur. Boe Kie merebahkan diri, maka ia sendiri menjahit di bawah jendela. Tak lama kemudian Boe Kie tertidur. Sampai magrib, Boe Kie baru tersadar dari pulasnya. Sesudah makan semangkok mie, ia berkata, ?Siauw Ciauw, aku mau ajak kau pergi menemui Tio Kouwnio untuk meminjam Ie thian kiam guna memutuskan rantai yang mengikat kaki tanganmu.? Di tengah jalan, mereka bertemu dengan banyak tentara Mongol dan penjagaan sangat ketat. Boe Kie tahu, bahwa diperketatnya penjagaan adalah akibat kekacauan semalam. Tak lama kemudian mereka tiba di rumah makan kecil yang semalam. Setelah masuk, Tio Beng sudah berada di situ. Ia sedang minum arak sendirian. Ia berbangkit dan berkata sambil tertawa.   "Thio Kongcoe, kau seorang yang boleh dipercaya. Boe Kie mengawasi nona Tio. Ia mendapat kenyataan, bahwa paras si nona tenang tenang saja, sedikitpun tak mengunjuk rasa gusar. Dengan meja sudah tersusun dua pasang sumpit. Sesudah membungkuk Boe Kie segera duduk di sebuah kursi dan Siauw Ciauw sendiri berdiri menunggu di tempat yang agak jauh. Sambil menyoja Boe Kie berkata.   "Tio Kouwnio, dalam kejadian semalam, aku telah berdosa terhadapmu dan kuharap kau suka memaafkan.? "Aku merasa sangat sebal melihat Hankie yang seperti siluman,? kata si nona.   "Bahwa kau sudah menyuruh orang untuk membunuhnya, aku sebenarnya harus menghaturkan terima kasih. Ibu memuji kau sebagai pemuda pintar.? Boe Kie terkejut. Nona Tio tersenyum dan berkata pula.   "Bahwa kau sudah menolong orang-orang itu, pada hakekatnya kau tak merasa keberatan. Mereka tak suka menakluk. Perlu apa aku menahan lama-lama. Sesudah kau menolong mereka, mereka tentu merasa sangat berterima kasih terhadapmu. Di dalam Rimba Persilatan kau sekarang menjadi orang gagah yang terutama. Semua orang merasa berhutang budi terhadapmu. Thio Kongcoe, untuk itu aku memberi selamat dengan secawan arak,? ia tertawa dan mengangkat cawannya. Sesaat itu tiba2 berkelebat bayangan manusia dan Hoan Yauw bertindak masuk. Lebih dulu ia memberi hormat kepada Boe Kie dan kemudian berlutut di hadapan Tio Beng.   "Kongcoe,? katanya.   "Kouw Tauwtoo mohon meminta diri.? Tio Beng tak membalas pemberian hormat itu.   "Kouw Taysoe,? katanya dengan suara dingin.   "Hebat sungguh kau mendustai aku.? Hoan Yauw bangun berdiri dan berkata sambil membungkuk.   "Kouw Tauwtoo she Hoan bersama Yauw Kong beng Yoeseo dari Bengkauw. Karena kerajaan memusuhi Beng kauw, maka waktu masuk ke gedung Jia lam ong, aku terpaksa menyamar. Koen Coe telah memperlakukan aku secara baik sekali, sehingga oleh karenanya, aku sekarang menghadap Koencoe untuk berpamitan. "Kau mau pergi boleh pergi,? kata Tio Beng.   "Tak usah kau unjuk banyak peradatan.? "Seorang lelaki harus berlaku terus terang,? kata Hoan Yauw.   "Mulai dari sekarang, aku yang rendah merupakan seorang musuh dari Koencoe. Kalau aku tidak bisa memberitahukan secara terang terangan, hatiku merasa tak enak dan aku berbuat tak pantas terhadap Koencoe yang sudah memperlakukan aku secara pantas.? Tio Beng menengok pada Boe Kie dan berkata.   "Ilmu apa yang dimiliki olehmu, sehingga orang-orangmu semua rela membela kau dengan jiwa mereka?? "Kami bekerja untuk negara, untuk rakyat, untuk menolong sesama manusia dan untuk mempertahankan gie khie (semangat persahabatan yang paling tinggi). Hoan Yoesoe dan aku belum kenal satu sama lain. Tapi begitu bertemu, kita lantas menjadi sahabat karib. Kita mempunyai pendapat dan tujuan yang sama. Dengan demikian usaha kita untuk mempertahankan gie kie dan kawan kawan sendiri, tidaklah tersia-sia.? Hoan Yauw tertawa terbahak-bahak.   "Kauwcoe,? katanya.   "perkataanmu memang cocok sungguh dengan apa yang dipikir olehku. Kauwcoe, kuharap kau menjaga diri baik-baik. Nona ini sangat lihay. Dia bukan wanita biasa. Kuharap Kauwcoe suka berwaspada.? Tio Beng tertawa.   "Terima kasih untuk pujian Kouw Taysoe,? katanya. Sesudah mengangguk, Hoan Yauw segera berlalu. Waktu lewat di depan Siauw Ciauw, ia kelihatan terkejut, paras mukanya berubah pucat dan seolah-olah ia melihat sesuatu yang sangat menakutkan.   "Kau kau!? katanya. "Mengapa aku?? tanya Siauw Ciauw. Hoan Yauw mengawasi dengan mata membelalak. Selanjutnya ia menggeleng gelengkan kepala dan berkata.   "Bukan bukan aku aku salah lihat.? Ia menolak pintu dan berjalan keluar, sedang mulutnya berkata.   "Sungguh sama sungguh sama? Tio Beng dan Boe Kie saling mengawasi. Mereka merasa heran dan tak tahu siapa yang dimaksudkan oleh Hoan Yauw. Sekonyong konyong di tempat jauh terdengar suara dan teriakan tiga kali panjang, dua kali pendek. Suara itu nyaring dan tajam, seperti seseorang memanggil kawan. Tiba-tiba Boe Kie terkejut. Ia ingat, bahwa teriakan itu tanda rahasia Go bie pay dalam mengumpulkan kawan. Waktu bertemu dengan rombongan Biat coat Soethay di See hek, beberapa kali ia pernah mendengar tanda rahasia itu untuk menghadapi Beng kauw.   "Mengapa Go bie pay kembali lagi di kota raja?? tanyanya di dalam hati.   "Apa mereka bertemu dengan musuh?? Sebelum ia mengambil keputusan apa yang harus diperbuatnya, Tio Beng sudah berkata.   "Ah, itulah tanda Go bie pay. Mereka rupa2nya sedang menghadapi persoalan yang sangat mendesak. Mari kita menyelidiki. Apa kau setuju?? "Bagaimana kau tahu teriakan itu tanda rahasia Go bie pay?? tanya Boe Kie. "Mengapa aku tak tahu?? kata si nona sambil tersenyum. "Di See hek, sebelum mendapat kesempatan untuk turun tangan, empat hari dan empat malam, dengan orang- orangku aku menguntit mereka.? "Baiklah, aku setuju untuk menyelidiki,? kata Boe Kie. "Tapi Tio Kouwnio lebih dahulu aku ingin meminta pinjam Ie thian kiam.? Si nona tertawa.   "Sungguh jempol ilmu hitungmu. Sebelum aku meminjam To liong to, kau sudah mendahului meminjam Ie thian kiam,? katanya seraya membuka tali ikatan pedang dan menyodorkannya kepada Boe Kie. Sambil menghunus senjata mustika itu, Boe Kie berkata.   "Siauw Cie Coe kemari!? Siauw Ciauw menghampiri dan dengan beberapa kali membabat semua rantai yang mengikat kaki tangannya sudah terputus. Ia berlutut dan berkata.   "Terima kasih Kongcoe, terima kasih Koencoe.? Boe Kie segera memasukkan Ie thian kiam ke dalam sarung dan memulangkannya kepada Tio Beng. Ketika itu teriakan-teriakan Go bie pay makin menghebat. "Mari kita pergi!? kata Boe Kie. Tio Beng mengeluarkan sepotong emas dan melemparkannya di atas meja, bersama Boe Kie dan Siauw Ciauw ia segera berjalan keluar dengan tindakan lebar. Karena kuatir ilmu mengentengkan badan Siauw Ciauw masih terlalu cetek dengan tangan kanan Boe Kie menarik tangan si nona sedang tangan kirinya mendorong pinggang. Sambil memberi bantuan itu, ia mengikuti di belakang Tio Beng. Sesudah berlari lari beberapa puluh tombak, ia merasa bahwa badan Siauw Ciauw sangat enteng dan tindakannyapun sangat cepat. Ia heran dan menarik pulang bantuannya. Tapi biarpun sudah tidak dibantu, nona itu masih terus dapat merendenginya. Walaupun waktu itu Boe Kie menggunakan ilmu ringan badan yang paling tinggi, tindakannya sudah cukup cepat. Bahwa Siauw Ciauw dapat mengikutinya merupakan bukti bahwa kepandaian si nona tidak dapat dipandang rendah. Tak lama kemudian sesudah melewati beberapa jalanan kecil mereka tiba di luar sebuah tembok tua yang sudah runtuh disana sini. Tiba-tiba Boe Kie mendengar pertengkaran antara beberapa orang wanita dan ia tahu, bahwa murid-murid Go bie berada di dalam tembok itu. Sambil menarik tangan Siauw Ciauw ia melompati tembok dan hinggap di antara rumput alang-alang. Ia mendapat kenyataan, bahwa mereka berada di dalam sebuah taman yang sudah lama tidak terurus. Di lain saat, Tio Beng menyusul dan mereka bertiga lalu bersembunyi di antara rumput tinggi. Di sebelah utara taman terdapat sebuah pendopo rusak dimana terlihat bayangan beberapa belas orang. Sekonyong- konyong terdengar suara seorang wanita.   "Kau adalah murid termuda dalam partai kita. Baik dalam nama atau kepandaian, tak pantas kau jadi Ciangboenjin dari partai kita? Boe Kie segera mengenali bahwa yang berbicara adalah Teng Bin Koen. Dengan merangkak ia maju mendekati pendopo itu dan menyembunyikan diri pada jarak beberapa tombak. Malam itu malam tak berbulan dan di langit hanya terdapat bintang-bintang yang berkelap kelip. Tapi mata Boe Kie sangat awas. Sayup2 ia melihat murid-murid Go bie pay ada kepala Biat coat soethay. Di samping murid kepala itu berdiri seorang wanita yang bertubuh agak jangkung dan mengenakan baju warna hijau. Orang itu adalah Cioe Cie Jiak. Teng Bing kun terus mendesak dengan suara menyeramkan.   "Coba kau bilang Bilang, lekas bilang!? "Apa yang dikatakan Teng soecie memang tak salah,? kata nona Cioe.   "Siauw moay adalah murid termuda dari partai kita. Baik dalam nama, maupun dalam ilmu silat, kepandaian, kecerdasan dan kemuliaan siauwmoay tidak pantas untuk menjadi Ciangboenjin. Pada waktu Siansoe (mendiang guru) menyerahkan beban yang berat ini, siauwmoay telah menolak sekeras-kerasnya. Tapi siansoe marah besar. Beliau memaksa supaya siauwmoay bersumpah berat untuk tidak melanggar kemauannya.? "Memang benar,? kata seorang wanita yang mengenakan pakaian pendeta.   "Memang benar, ketika siansoe mau berangkat pulang ke alam baka beliau telah mengatakan bahwa Cioe Soemoay harus menjadi Ciangboenjin dari partai kita. Pesanan itu telah didengar oleh kita semua. Bahkan para orang gagah dari Siauw lim, Boe tong, Koen loen, dan Khong tong pun bisa menjadi saksi.? "Siansoe adalah seorang yang sangat cerdas dan berpemandangan jauh,? menyambung seorang murid pria yang berusia setengah tua.   "Dengan menghendaki bahwa Cioe soemoay menjadi pemimpin kita, beliau tentu mempunyai maksud yang mendalam. Kita semua telah menerima budi Siansoe yang sangat besar dan adalah selayaknya jika mentaati pesanan siansoe. Kita harus menunjang Cioe soemay dalam usaha menaikkan derajat partai kita.? Teng Bin Koen tertawa dingin.   "Pang soeko mengatakan, bahwa Siansoe pasti mempunyai maksud yang mendalam,? katanya dengan nada mengejek.   "Kata-kata itu, siansoe pasti mempunyai maksud yang mendalam adalah tepat sekali. Bukankah semua orang, baik yang di atas maupun di bawah menara telah mendengar perkataan Kouw Tauwtoo dan Ho Pit Ong? Siapa ayah dan ibunya Cioe soemoay? Mengapa siansoe memilih kasih? Apakah kita semua masih mengerti?? Sebagaimana diketahui, sebagai guyon guyon Hoan Yauw telah mengatakan bahwa Biat coat soethay adalah kecintaannya dan bahwa Cioe Jiak adalah anak mereka. Hoan Yauw memang gila-gilaan dan masih memiliki sie khie (sifat2 yang sesat). Tapi perkataan Ho Pit Ong telah terdengar oleh banyak orang. Biar bagaimanapun jua, mendengar itu, banyak orang jadi bersangsi, karena percintaan lelaki dan perempuan, tak peduli siapa adanya mereka, adalah kejadian yang lumrah di dalam dunia. Dengan demikian, tuduhan Teng Bin Koen, bahwa Biat coat memilih kasih sebab Cie Jiak adalah anaknya sendiri, memang kedengarannya beralasan juga. Maka itulah, sehabis perempuan itu melepaskan racunnya, murid2 Go bie pay membungkam semua. Tak kepalang gusarnya nona Cioe. Dengan suara bergemetaran, ia berkata.   "Teng Soecie! Jika kau tak setuju siauwmoay menjadi Ciangboenjin, kau boleh mengatakan terang2an. Tapi dengan menjatuhkan fitnah membabi buta kepada Siansoe dan merusak nama Siansoe yang putih bersih, kau berdosa besar. Mendiang ayah she Cioe bernama Coe Ong, sedang mendiang ibuku seorang she Sie. Atas pertolongan Cinjin dari Boe tong pay, siauwmoay berguru kepada Siansoe. Sebelum itu, siauwmoay belum pernah mengenal siansoe. Teng Soecie! Kau telah menerima budi Siansoe, tapi hari ini sedang tulang belulangnya Siansoe belum menjadi dingin, kau sudah berani melontarkan tuduhan yang sangat keji itu? Ia tak meneruskan perkatatannya dan air matanya mulai mengucur. Teng Bin Koen tertawa dingin.   "Siapapun juga tahu, bahwa kau sangat mengilar untuk menjadi Ciangboenjin,? katanya.   "Tapi sebelum disetujui saudara2 kita, kau telah coba2 mengunjuk keangkeranmu dan menjual lagak galak. Merusak nama Siansoe! Berdosa sangat besar! Kau ingin menghukum aku bukan? Kini aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan; "Sesudah menerima pesan Siansoe untuk menjadi Ciangboenjin, kau sebenarnya harus segera pulang ke Go bie guna mengurus urusan2 partai. Tapi mengapa kau kembali ke kota raja? Sesudah Siansoe meninggal dunia di dalam partati terdapat banyak sekali urusan yang harus segera diurus. Aku tanya, mengapa kau balik ke kota raja?? "Siauwmoay kembali ke kota raja untuk menunaikan tugas berat yang diberikan Siansoe,? jawabnya. "Tugas apa?? mendadak si perempuan she Teng bertanya.   "Kita berada di antara saudara saudara sendiri, kau boleh memberitahukan terang terangan.? "Tugas ini merupakan rahasia besar bagi partai kita,? sahut nona Cioe.   "Rahasia itu hanya boleh diketahui oleh seorang Ciangboenjin. Aku menyesal tak bisa memberitahukan kepada siapapun jua.? Teng Bin Koen mengeluarkan suara di hidung.   "Huh! Huh!? katanya.   "Kau mau coba berlindung di balik pangkat Ciangboenjin. Huh! Tak bisa kau memperdayai aku. Partai kita bermusuhan hebat dengan Mo kauw. Banyak sekali saudara saudara kita yang binasa di dalam tangan Mo kauw dan orang orang Mo kauw yang mampus di bawah pedang Ie thian kiam tidak bisa dihitung berapa banyaknya. Meninggalnya siansoe juga kalau beliau tak sudi menerima pertolongan pemimpin Mo kauw. Tapi mengapa jenazah Siansoe masih belum dingin, kau kembali ke kota raja untuk mencari penjahat cabul she Thio itu, si kepala siluman?? Boe Kie menggigil. Sesaat itu, tiba-tiba pipinya dicolek orang. Ia menengok. Orang yang mencoleknya ialah Tio Beng. Muka Boe Kie lantas berobah merah.   "Apa benar Cioe Kauwnio mencari aku?? tanyanya di dalam hati. Cie Jiak merasa dadanya seperti mau meledak. Sambil menuding ia membentak dengan suara terputus-putus. "Kau! kau! bagaimana kau berani mengeluarkan kata kata itu?? Teng Bin Koen menyeringai.   "Kau masih mau menyangkal?? tanyanya. Kau menyuruh kami pulang ke Go bie lebih dahulu. Waktu ditanya mengapa kau kembali ke kota raja, kau menjawab secara tidak terang. Itulah sebabnya mengapa kami menguntit kau. Kau telah menanyakan ayahmu, Kauw Tauwtoo, tentang tempat kediamannya si penjahat cabul. Apa kau kira kami tak tahu? Kau telah pergi ke rumah penginapan untuk mencari penjahat cabul itu. Apa kau rasa kami tak tahu?? Mendengar cacian "penjahat cabul? yang dikeluarkan berulang ulang, biarpun sabar darah Boe Kie meluap juga. Tiba-tiba ia merasa lehernya ditiup orang. Ia tahu bahwa nona Tio mengejeknya kembali. Sementara itu, si perempuan she Teng sudah menyemburkan lagi racunnya.   "Siapa yang mau dicari olehmu dan dengan siapa kau ingin bersahabat, orang luar memang tak dapat mencampuri. Tapi penjahat cabul she Thio itu adalah musuh besar partai kita. Waktu orang mengangkat dia menjadi Bengcoe sebagai Ciangboenjin Go bie pay mengapa kau tidak menentang? Biarpun kita kalah suara, tapi sedikitnya kita sudah menyatakan di hadapan umum bahwa partai kita tidak menyetujui pengangkatan itu. Waktu itu aku memperhatikan kau. Ah! Kau kelihatannya girang sungguh. Paras mukamu berseri seri. Waktu di Kong beng teng, Siansoe memerintahkan kau membunuh penjahat cabul itu, dia sama sekali tidak coba membela diri. Sebaliknya dari itu bermain mata dengan kau. Kau sengaja memberi tikaman yang sangat enteng. Siapa bisa percaya bahwa kau tidak mempunyai perhubungan rahasia dengan penjahat itu?? Kepala nona Cioe puyeng. Ia mendekap muka dan menangis.   "Siapa bermain mata,? katanya dengan suara parau.   "Mengapa kau memfitnah orang dengan kata- kata yang tidak enak didengar itu?? Teng Bin Koen tertawa dingin.   "Kata kataku tak enak didengar?? ejeknya.   "Tapi bagaimana perbuatanmu? Perbuatanmu yang tidak enak dilihat, perkataanmu memang sedap sekali. Huh huh misalnya tadi siang kau berkata begini kepada pengurus rumah penginapan. Mohon tanya, apa disini ada seorang tamu she Thio? Kata kau lagi, ia berusia kira kira dua puluh tahun, tubuhnya jangkung. Mungkin sekali ia menggunakan lain she. Kau mengatakan itu semua dengan suara yang sungguh merdu.? Dalam ejekannya itu, Teng Bin Koen meniru suara Cioe Cie Jiak dengan lagak yang genit sekali. Di tengah malam yang sunyi sekali suaranya membangunkan bulu roma. Tak kepalang gusarnya Boe Kie. Hampir2 ia melompat keluar. Syukur juga ia masih dapat mempertahankan diri, karena ia ingat bahwa ia tidak boleh mencampuri urusan dalam Go bie pay dan jika ia turun tangan, tindakannya akan lebih merugikan nona Cioe. Dengan demikian biarpun darahnya meluap ia tidak bisa bergerak. Dalam Go bie pay semula terdapat sejumlah murid yang ingin mentaati kemauan guru mereka dan menyokong Cie Jiak sebagai Ciangboenjin. Tapi sesudah mendengar perkataan Teng Bin Koen, hati mereka menjadi goncang. Go bie pay dan Beng kauw memang bermusuhan keras sedang mereka harus mengakui memang ada suatu perhubungan antara Cie Jiak dan Boe Kie. Bagaimana kalau Cie Jiak menyerahkan Go bie pay ke dalam tangan Beng kauw? Itulah jalan pikiran mereka. Sementara itu, Teng Bin Koen berkata pula.   "Cioe soemoay, kau masuk dalam partai kita atas pujian Thio Cinjin dari Boe tong pay. Penjahat cabul she Thio itu adalah anaknya Thio Ngo hiap dari Boe tong pay. Tak seorangpun bisa menanggung bahwa di dalam hal ini tidak terselip suatu siasat yang aneh.? Sehabis berkata begitu seraya berpaling kepada saudara saudari seperguruannya, ia berteriak.   "Saudara saudari sekalian! Memang Siansoe telah memesan untuk mengangkat Cioe moay sebagai Ciangboenjin partai kita. Tapi beliau pasti tak menduga, bahwa begitu beliau menutup mata Ciangboenjin kita lantas saja pergi mencari Kauwcoe dari Mo kauw. Kejadian ini bersangkut paut dengan mati hidupnya partai kita. Kejadian ini bukan kejadian kecil yang dapat dikesampingkan dengan begitu saja. Kalau malam ini Siansoe masih hidup, beliau pasti akan mengangkat seorang lain. Cita2 Siansoe adalah kegemilangan partai kita. Siansoe pasti tidak menghendaki bahwa partai kita musnah di dalam tangan Mo kauw. Maka itulah menurut pendapat Siauwmoay, kita semua harus berusaha untuk mewujudkan cita cita Siansoe yang sangat luhur itu. Kita sekarang menuntut supaya Cioe Soemoay menyerahkan cincin Ciangboenjin supaya kita bisa mengangkat seorang yang cocok untuk menjadi pemimpin kita, untuk menjadi Ciangboenjin dari Go bie pay. Inilah usul Siauwmoay.? Usul itu segera disetujui oleh lima enam orang. "Aku telah menerima perintah Siansoe untuk menjadi Ciangboenjin dan tak dapat aku menyerahkan cincin ini,? kata Cie Jiak.   "Sebenarnya aku tak kepingin untuk menjadi Ciangboenjin, tapi aku sudah bersumpah berat dan aku pasti tak bisa menyia-nyiakan harapan Siansoe.? "Kau mau serahkan atau tidak?? bentak Teng Bin Koen. "Menurut peraturan partai, larangan pertama tak boleh menghina guru dan larangan kedua tak boleh berjina. Dan kau masih mau mengurus partai kita?? "Nonamu bakal celaka!? bisik Tio Beng di kuping Boe Kie.   "Jika kau suka memanggil aku dengan kata-kata Ciecie yang baik, aku bersedia untuk menolong dia.? Boe Kie tahu, bahwa nona Tio yang sangat pintar tentu sudah mempunyai akal untuk menolong Cie Jiak. Tapi karena ia berusia lebih tua, maka ia merasa agak jengah untuk memanggil Ciecie kepadanya. Selagi ia bersangsi, Tio Beng berkata pula.   "Kalau kau tak suka terserahlah kepadamu. Aku sekarang ingin berlalu.? Dengan apa boleh buat, Boe Kie segera berkata dengan suara perlahan.   "Ciecie yang baik? Si nona tertawa, tapi baru saja ia mau melompat keluar, orang2 Go bie rupa rupanya sudah merasakan bahwa sedang diintip orang.   "Siapa disitu?? bentak Teng Bin Koen. Sekonyong konyong di luar tembok terdengar batuk batuk, diiringi dengan suara orang nenek nenek.   "Apa yang dilakukan oleh kamu di tengah malam buta?? Di lain saat dua manusia lain sudah berada di pendopo itu. Boe Kie segera mengenali bahwa nenek yang bertongkat adalah Kim Hoa po po, sedangkan kawannya, seorang wanita yang bermuka jelek, bukan lain daripada Coe Jie atau A-iee, saudara sepupunya sendiri. Sebagaimana diketahui, pada waktu enam partai persilatan menyerang Kong beng teng Cie Jie telah dibawa lari oleh Wie It Siauw. Waktu mendekati Kong beng teng dengan diuber oleh In Ya Ong (ayah Coe Jie) dan Boe Kie, Wie Hok tong melepaskan si nona di lereng gunung, dan belakangan, ketika ia mencarinya kembali Coe Jie sudah menghilang. Semenjak perpisahan, Boe Kie seringkali memikiri nasib nona itu. Sekarang secara tak diduga duga, ia muncul bersama Kim Hoa po po. Bukan main girangnya Boe Kie hampir2 ia berteriak memanggilnya. "Kim hoa po po, perlu apa kau datang ke sini?? tanya Teng Bin Koen. "Mana gurumu?? "Kemarin siansoe meninggal dunia. Huh! Kau sudah mencuri dengar di luar tembok, tapi kau masih menanya juga.? "Ah! Biat Coat mati? Bagaimana matinya? Mengapa ia tak menunggu untuk bertemu denganku? Hai! Sayang sungguh sayang? Selagi berkata begitu, si nenek batuk tak henti2nya. Sambil menumbuk numbuk punggung orang tua itu, Coe Jie menengok kepada Teng Bin Koen dan berkata dengan suara tawar.   "Siapa kesudian mencuri dengar pembicaraan kamu? Po po dan aku lewat di sini. Secara kebetulan saya dengar suara bicaranya manusia dan sebab aku mengenali suaramu, barulah kami masuk kesini. Po po menanya kau, kau dengar tidak? Bagaimana cara matinya gurumu?? "Bukan urusan kamu!? bentak Teng Bin Koen dengan gusar. Sesudah batuknya agak mereda, Kim hoa po po berkata dengan suara lebih sabar.   "Selama hidupku baru pernah satu kali aku kalah dalam pertempuran. Aku kalah dari gurumu. Kekalahan itu bukan lantaran lebih unggulnya ilmu silat gurumu, tapi sebab tajamnya Ie thian kiam. Selama beberapa tahun aku mencari cari senjata mustika untuk bertempur lagi melawan Biat coat. Aku menjelajah empat penjuru dunia dan pada akhirnya dapat dikatakan capai lelahku tak tersia2. Seorang sahabat lama bersedia untuk meminjamkan sebatang golok mustika kepadaku. Belakangan aku mendengar bahwa orang-orang Go bie pay telah ditawan oleh kerajaan dan dikurung di kelenteng Ban hoat sie. Aku segera mengambil keputusan untuk menolong gurumu supaya kita berdua bisa menjajal lagi kepandaian yang sesungguhnya. Siapa nyana menara di Ban hoat sie yang digunakan sebagai penjara gurumu sudah berubah menjadi tumpukan puing. Hai!.. itulah maunya nasib. Seumur hidup Kim hoa po po tak akan dapat mencuci lagi hinaan atas dirinya itu. Biat Coat! Mengapa tidak bisa menunggu sehari dua?? Teng Bin Koen tertawa dingin.   "Jika soehoe masih hidup, apa yang akan didapat olehmu hanyalah kekalahan yang kedua kalinya,? katanya.   "Sesudah keok untuk kedua kalinya, kau pasti tak akan merasa penasaran lagi? "Plak!plak!plak!plak!?, tiba tiba terdengar suara gaplokan. Pipi Teng Bin Koen digaplok empat kali beruntun, sehingga matanya berkunang-kunang dan hampir2 ia jatuh terguling. Empat gaplokan itu dikirim secara cepat luar biasa, dalam gerakan yang sangat aneh dan Teng Bin Koen sama sekali tidak dapat membela diri. Ia kaget bercampur gusar, menghunus pedang dan menuding si nenek.   "Pengemis tua!? bentaknya.   "Apa kau sudah bosan hidup?? Tapi Kim hoa po po seolah olah tidak mendengar cacian itu dan tidak memperdulikan pedang yang ditudingkan kepadanya. Dengan suara menyesal dan putus harapan, ia bertanya lagi.   "Cara bagaimana matinya gurumu?? "Tak perlu aku memberitahukan kepadamu,? jawab Teng Bin Koen. Si nenek menghela napas dan berkata.   "Biat coat Soethay, selama hidup kau adalah salah seorang gagah dalam jaman ini dan merupakan juga salah seorang tokoh paling terkemukan dalam Rimba Persilatan. Sungguh sayang, sesudah kau mati murid muridmu tolol semua. Apakah kau tak punya murid yang mendingan untuk mewariskan kedudukan Ciangboenjin?? Tiba-tiba seorang pendeta wanita setengah tua yang bertubuh jangkung maju setindak. Sambil merangkapkan kedua tangannya, ia berkata. "Pie-pie Congsoe menghadap kepada Po po. Pada waktu Siansoe mau menutup mata, beliau telah mengangkat Cioe Cie Jiak Cioe Soe moay sebagai Ciangboenjin partai kami. Kami disini karena masih ada sejumlah saudara seperguruan yang merasa tidak setuju dengan pengangkatan itu. Bahwa Siansoe sudah keburu meninggal dunia dan Po po tidak dapat mencapai keinginan yang sudah dikandung lama, memang juga adalah maunya nasib. Manusia tidak bisa melawan takdir. Karena urusan Ciangboenjin partai kami masih belum beres, maka kami masih belum bisa membuat janjian apapun juga dengan Po po. Tapi sebagai salah sebuah partai besar dalam Rimba Persilatan, Go bie pay tidak dapat menjatuhkan nama besarnya Siansoe. Jika Po po mau memberi pesanan apa apa, berikanlah sekarang. Di hari kemudian, sesuai dengan peraturan peraturan dalam Rimba Persilatan, Ciangboenjin kami pasti akan pergi menemui Po po. Akan tetapi, jika dengan mengandalkan kekuatan sendiri Po po mau menghina kami, maka biarpun pada saat ini Go bie pay masih berkabung, kami pasti akan melayani Po po sampai pada titik darah yang penghabisan.? Boe Kie dan Tio Beng merasa kagum akan perkataan niekouw itu yang diucapkan secara tetap dan sopan santun. Sambil menyapu murid murid Go bie dengan kedua matanya, si nenek berkata.   "Pada waktu gurumu mau menutup mata, ia telah mengangkat seorang Ciangboenjin. Itulah bagus. Siapa adalah Ciangboenjin itu? Aku ingin bertemu dengan dia,? sesudah berkata begitu, nada suara Kim hoa po po sudah banyak lebih lunak daripada waktu ia bicara dengan Teng Bin Koen. Cioe Cie Jiak lantas saja maju sambil memberi hormat. "Po po, selamat bertemu,? katanya.   "Ciangboenjin turunan keempat dari Go bie pay memberi hormat kepada Po po.? "Tak malu kau!? bentak Teng Bin Koen.   "Kau berani menamakan diri sendiri sebagai Ciangboenjin turunan keempat!? Coe Jie tertawa dingin.   "Cioe Ciecie adalah seorang yang sangat baik,? katanya.   "Waktu berada di See hek, ia telah memperlihatkan kasih sayangnya terhadapku. Jika ia tidak pantas menjadi Ciangboenjin, apakah kau kira dirimu cocok untuk menjadi Ciangboenjin? Di hadapan Po po, kau jangan banyak tingkah. Apakah kau mau digaplok lagi?? Teng Bin Koen meluap darahnya. Ia menghunus pedang dan menikam si nona yang lidahnya tajam. Coe Jie berkelit seraya menggaplok. Gerakannya menyerupai gerakan si nenek, tapi banyak lebih lambat. Teng Bin Koen buru-buru menundukkan kepalanya, sehingga telapak tangan Coe Jie menyampok angin, tapi tikamannyapun jatuh di tempat kosong. Si nenek tertawa.   "Bocah!? katanya.   "Aku telah mengajar kau berulang kali, tapi kau masih belum mampu juga dalam menggunakan pukulan yang begitu gampang. "Lihatlah!? Seraya berkata begitu, tangan kanannya menyambar dan mampir tepat di pipi kanan Teng Bin Koen. Hampir berbareng ia membalik tangan dan menggaplok pipi kiri, setelah pipi kiri, pipi kanan pula dan sesudah pipi kanan pipi kiri lagi semuanya empat gaplokan. Gerakan tangan si nenek tak begitu cepat dan bisa dilihat nyata oleh semua orang. Tapi Teng Bin Koen sendiri merasakan, bahwa dirinya ditindih dengan semacam tenaga yang tak kelihatan, sehingga kaki tangan tak bisa bergerak. "Po po, aku sudah mahir dalam pukulan itu,? kata Coe Jie sambil tertawa.   "Aku hanya tak mempunyai tenaga dalam yang besar. Coba kujajal lagi!? Sesaat itu Teng Bin Koen masih berada di bawah kekuasaan si nenek dan ia masih belum bisa bergerak. Melihat sambaran telapak tangan Coe Jie, bahna gusarnya, ia merasa seolah olah dadanya mau meledak. Pada detik terakhir, tiba-tiba Cioe Jiak melompat dan menangkis tangan Coe Jie.   "Ciecie, tahan!? katanya. Ia berpaling dan berkata pula.   "Po po, barusan Cengcoe Soecie telah menyatakan, bahwa biarpun ilmu silat kami tidak bisa menandingi Po po, tapi kami tidak bisa membiarkan Po po menghina kami.? Si nenek tertawa dan berkata.   "Lidah perempuan she Teng itu sangat beracun. Dia menentang kau sebagai Ciangboenjin, tapi kau masih mau melindungi dia.? "Orang luar tidak dapat mencampuri urusan dalam dari partai kami,? kata nona Cioe.   "Aku yang rendah telah menerima warisan Siansoe dan meskipun berkepandaian cetek, tak bisa aku mempermisikan orang luar menghina saudari seperguruanku.? Si nenek tertawa terbahak-bahak.   "Bagus! Bagus!? katanya. Baru saja berkata begitu, ia batuk-batuk lagi dengan hebatnya. Buru-buru Coe Jie menyodorkan sebutir pel yang lalu ditelannya dengan napas tersengal. Beberapa saat kemudian, sesudah batuknya mereda, kedua tangan si nenek tiba-tiba menyambar, sebelah tangannya menekan punggung dan sebelah tangan menindih dada Cie Jiak. Gerakan itu dilakukan dalam kecepatan kilat dan nona Cioe tidak berdaya lagi, karena jari-jari tangan Kim hoa po po sudah menempel pada jalan darahnya yang membinasakannya. Dengan mata membelalak, Cie Jiak mengawasi lawannya. "Cioe Kouwnio, kepandaianmu masih sangat rendah,? kata si nenek.   "Apa bisa gurumu menyerahkan kedudukan Ciang boenjin kepadamu?? Cioe Jiak tahu, bahwa begitu si nenek menekan dengan tenaga dalam, jiwanya akan melayang. Tapi begitu ingat gurunya, semangatnya berkobar2. Sambil mengacungkan tangannya, ia berkata dengan suara nyaring.   "Popo, inilah cincin besi tanda Ciang boenjin yg dimasukkan kejari tanganku oleh Siansoe sendiri. Apa kau masih bersangsi?? Si nenek tersenyum.   "Tugas seorang Ciang boenjin dari Go Bie Pay adalah sangat berat,"   Katanya.   "Setiap Ciangboenjin harus memikul pikulan yg tidak enteng. Apakah soal itu tidak diberitahukan kepadamu oleh gurumu? Kurasa belum tentu."   "Tentu saja Siansoe memberitahukan soal itu kepadaku,"   Kata Cie Jiak. Berbareng dengan jawabnnya, jantung nona Cioe melonjak.   "Mengapa dia tahu rahasia partaiku?"   Tanyanya didalam hati.   Sementara itu dengan hati berdebar2 Boe Kie memperhatikan semua perkembangan.   Melihat kekerasan Cie Jiak, ia berkuatir bahwa dalam gusarnya, Kim Hoa Popo akan turunkan tangan jahat.   Dalam bingungnya, ia bergerak untuk melompat keluar, tapi tangannya dicekal Tio Beng yg melarangnya sambil menggeleng gelengkan kepalanya.   Sekonyong2 si nenek tertawa terbahak bahak.   "Biat Coat Soethay tidak salah mata,"   Katanya.   "Biarpun ilmu silatnya cetek, Ciangboen jin yg dipilihnya adalah seorang yg berwatak keras. Benar, ilmu silat memang dapat dipertinggi dengan pelajaran dan latihan. Sungai dan gunung mudah diubah, tapi watak manusia susah di ubah."   Sebenarnya Cioe Cie Jiak sendiri sudha ketakutan setengah mati dan keberaniannya muncul karena ia ingat pesan sang guru.   Sementara itu dimata saudara saudari seperguruannya derajat nona Cioe naik tinggi.   Ia sudah memperlihatkan kemuliaan hatinya bahwa dengan menyampingkan kepenting pribadi ia sudah menolong Teng Bin Koen.   Ia pun sudah membuktikan wataknya yg kuat dalam menghadapi kebinasaan.   Mendadak Ceng coe mengibaskan pedangnya dan memberi komando dengan teriakan.   Para murid Go bie lantas saja berpencaran, menghunus senjata dan mengurung pendopo itu.   "Apa kau mau?"   Tanya si nenek sambil tertawa. "Apa maksud popo dengan menculik cian boenjin partai kami?"   Ceng Coe balas menanya. Si nenek batuk2.   "Apa kamu mau menekan aku dengan jumlah yg lebih besar?"   Tanyanya dengan suara memandang rendah.   "Huh, huh.... Di mata Kim Hoa popo, sepuluh kali lipat lebih besar dari jumlahny ini masih belum masuk hitunganku."   Mendadak ia melepas Cie Jiak, badannya berkelebat dan tahu2 jari2 nya menyambar mata Ceng Coe.   Nie Kauw itu menangkis dengan pedangnya, tapi hampir berbareng dengan teriakan kesakitan dan seorang sumoi sudah terguling disampingnya.   Gerakan Kim hoa popo cepat sekali dan aneh.   Berbareng dengan serangannya kepada Ceng Coe, kaki kirinya menendang pinggang seorang murid Go Bie yg lain.   Di lain saaat tubuh nenek itu berkelebat kelebat diseputar pendopo dan diantara suara batuk2 kaki tangannya menyambar nyambar.   Dengan nekad para murid Go Bie melawan dengan senjata mereka.   Tapi mereka tidak bisa berbuat banyak.   Dalam sekejap tujuh delapan orang sudah roboh dengan jalan darah tertotok.   Totokan si nenek hebat luar biasa.   Mereka menjerit jerit dan berguling ditanah.   Beberapa saat kemudian, sambil menepuk kedua tangannya, Kim hoa popo sudah kembali kependopo.   Cioe Kauwnio bagaimana pendapatmu?? tanyanya.   "Apa ilmu silat Go Bie atau ilmu silat Kim Hoa popo yg lebih unggul?? "Tentu saja ilmu silat kami yg lebih unggul,? jawabnya. "Apa popo sudah lupa kekalahan dalam tangan Siansoe?? Mata si nenek melotot.   "Biat coat loo nie menang berkat Ie thian kiam,? bentaknya dengan gusar.   "Dia bukan menang sewajarnya.? "Popo,? kata Cie Jiak.   "Cobalah kau bicara menurut perasaan hatimu, dengan sejujurnya. Siapa yg lebih unggul andaikata Siansoe dan Popo bertanding dengan tangan kosong?? Si nenek tidak lantas menjawab. Untuk sejenak ia mengawasi muka si nona. Akhirnya ia menggelengkan kepala dan berkata. "Entahlah. Aku datang kekota raja justru untuk mendapat keputusan siapa diantara kita yg lebih unggul. Hai! Sesudah Biat coat Soethay meninggal. Rimba persilatan kehilangan seorang tokoh yg berkepandaian tinggi. Hai! Mulai dari sekarang, Go Bie pay menjadi partai yg lemah.? Selagi mereka berbicara, murid2 Go Bie yg tertotok jalan daranya terus berteriak2. Ceng Coe coba menolong, tapi tidak berhasil. Ternyata ilmu totok Kim hoa popo bebeda dari ilmu totok yg dikenal di rimba persilatan dan hanyalah yg sudah mempelajarinya barulah bisa membukanya. Sebagai seorang yg pernah menolong sejumlah jago yg dilukai sinenek, Boe Kie sudah mengenal kelihaian nya orang tua itu. "Cioe Kaownio, bagaimana? Apa kau sudah merasa takluk terhadapku?? tanya nenek itu. Ilmu silat partai kami sangat dalam bagaikan lautan dan seseorang yg mempelajarinya tak bisa berhasil dalam waktu yg singkat,? jawab si nona.   "Kami masih berusia muda tertu saja kami belum bisa menandingin popo. Tapi dikemudian hari, kemajuan kami tiada batasnya.? Si nenek tertawa.   "Bagus!? katanya.   "Kalau begitu, sekarang Kim hoa Popo meminta diri. Dihari kelak, kapan ilmu silatmu telah tidak terbatas, barulah kau membuka jalan darah dia?. Sehabis berkata begitu, ia menuntun tangan Coe Jie, memutar badan dan berjalan pergi. Cie Jiak terkejut. Kalau si nenek pergoi, saudara saudari seperguruannya pasti akan binasa.   "Popo, tahan dulu!? katanya.   "Aku memohon popo suka menolong sucie dan suhengku?. "Aku bersedia untuk menolong, asal saja kau mau berjanji, bahwa mulai kini orang2 Go Bie pay harus menyingkir dari tempat2, dimana aku dan Coe Jie berada,?jawabnya. Nona Cioe mengawasi si nenek dengan rasa mendongkol. Sebagai Ciang boenjin, mereka pasti tidak bisa memberi janji itu yg berarti runtuhnya Go Bie pay. Kim hoa popo tertawa.   "Kalau kau tidak mau menurunkan keangkeran Go Bie pay, aku pun tak mau memaksa, asal saja kau suka meminjamkan Ie thian kiam kepadaku,? katanya.   Pedang Langit Dan Golok Naga Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Begitu lekas kau menyerahkan pedang itu kepadaku, aku akan segera menolong suci dan suhengmu.? "Sebagaimana popo tahu, karena ditipu oleh kerajaan, kamu, guru dan murid, telah tertawan dan terkurung dimenara kelenteng Ban hoat sie,? kata si nona.   "Cara bagaimana Ie thian kiam masih bisa berada di dalam tangan kami?? Si nenek memang sebenarnya telah menduga hal itu. Dalam mengajukan permintaan, dia tahu harapannya sangat tipis. Tapi mendengar jawabannya Cie Jiak,paras mukanya lantas saja terlihat sinar putus harapan. Tiba2 ia membentak.   "Cioe Kouwnio! Jika kau mau melindungin nama Go bie pay, kau tidak melindungi jiwamu sendiri? Ia mengeluarkan sebutir pel dan berkata pula.   "Inilah racun yang bisa memutuskan usus manusia. Setelah kau menelannya, aku segera akan menolong mereka.? Sambil menyubiti pel itu, Cie Jiak berkata didalam hatinya.   "Suhu memerintahkan aku untuk menipu Tio Kongcu dan aku sebenarnya tak bisa berbuat begitu. Daripada hidup menderita, memang lebih baik aku lantas mati.? "Cioe sumoi, jangan telan racun itu !? teriak Cengcoe. Melihat keadaan mendesak, Boe Kie segera bergerak untuk melompat keluar, tetapi lagi2 tangannya dicekal Tio Beng.   "Anak tolol!? bisik si nona.   "Pel itu bukan racun? Boe Kie terkejut dan Cie Jiak telah menelan pel tersebut. Semua murid Go Bie mencelos hatinya. Mereka segera bergerak untuk menyerang. "Jangan banyak tingkah!? bentak si nenek. "Racun ini tidak lantas bekerja Cioe Kouwnio, ikutlah aku. Jika kau dengar kata, mungki sekali aku pasti akan memberikan obat pemunah? Sehabis berkata begitu, ia menepuk badannya murid2 Go Bie yang tertotok. Rasa sakit mereka lantas saja hilang, tapi untuk sementara waktu belum bisa bergerak, sebab kaki tangannya masih kesemutan. Melihat kegagahan dan kemuliaan nona Cioe yg telah menolong mereka dengan menelan racun, bukan main rasa terima kasihnya.   "Terima kasih, Cioe sumoi,? teriak seorang. Sementara itu, seraya menarik tangan Cie Jiak, Kim hoat popo berkata dengan suara lemah lembut.   "Anak baik, ikutlah aku. Popo takkan mencelakaimu.? Sebelum ia sempat menyahut, nona Cioe merasa dirinya di betot dengan tenaga yg sangat besar dan tanpa merasa, ia melompat. Ceng coe berteriak.   "Cioe sumoi!...? Ia melompat untuk mencegat. Tiba2 ia merasa sambaran angina tajam. Itulah serangan Cioe Jie. Dengan cepat ia menangkis dengan tangan kirinya. Tapi pukulan Cioe Jie hanya pukulan gerak. "Plak!? yg benar2 di gaplok adalah pipi Teng Bin Koen. Pukulan itu yg diberi nama Cie Tang Tah say (Menunjuk ke Timur, memukul ke Barat) adalah salah satu pukulan lihai dari Kim hoa popo. Sesudah menggaplok, sambil tertawa nyaring, Coe Jie melompati tembok. "Ubar!? kata Boe Kie sambil mencekal tangan Siauw Ciauw. Mereka lantas saja melompati tembok. Melompat munculnya tiga orang lain, murid2 Go bie pay tentu saja merasa kaget dan dilain saat, merekapun melompat untuk mengejar. Tapi ilmu ringan badan Kim hoa popo dan Boe Kie bukan ilmu ringan badan yg sembarangan. Waktu murid2 Go Bie melompati tembok mereka tak kelihatan bayang2annya lagi. Sesudah ubar2an beberapa puluh tombak, Kim hoa popo membentak.   "Siapa!? "Serahkan Ciang boen kami! Setelah kau menyerahkan aku mengampuni jiwamu,? teriak Tio Beng yg kemudian berbisik dikuping Boe Kie.   "Kau mengamat2i dari kejauhan. Jangan munculkan diri.? Sehabis berkata begitu ia mengempos semangat dan tubuhnya melesat beberapa tombak. Dengan pukulan Kim Teng hoed kong (Sinar Budha di Kim teng) yaitu salah satu pukulan dari Kim hoat Go bie pay ia menikam punggung si nenek. Dengan memiliki kecerdasan yg luar biasa, dari latihan dikelenteng Ban hoat sie ia sudah bisa menggunakan ilmu pedang Go Bie pay. Biarpun tenaga dalamnya masih belum cukup tapi serangannya itu yg dikirim dengan Ie Thian Kiam sudah cukup hebat. Mendengar sambaran angin yg luar biasa si nenek buru2 melepaskan Cioe Jiak dan berkelit sambil memutar tubuh. Dengan beruntun Tio Beng mengirim beberapa serangan tapi semuanya di punahkan secara mudah. Melihat senjata yg digunakan si nona adalah Ie Thian Kiam, Kim hoa popo kaget tercampur girang. Ia merangsek dan terus menyerang sesudah bergebrak memakai beberapa jurus, tiba2 Tio Beng memutar pedangnya dan menyerang dengan pukulan Soan hong chioe (angin puyuh) dari Koen loen pay. Dalam pertempuran itu , si nenek menganggap bahwa Tio Beng adalah murid Go bie pay dan diperhatikan ialah kiam hoat Go bie pay. Pada detik itu ia justru sedang melompat untuk menangkap pergelangan tangan si nona dan merampas Ie Thian Kiam. Serangan mendadak dengan pukulan Koen loen pay benar2 diluar dugaannya. Ia terkesiap tapi sebagai orang yg memiliki kepandaian tinggi, dalam bahaya ia tidak jadi bingung dan secepat kilat ia menggulingkan badannya ditanah. Tapi walaupun ia dapat menyelematkan jiwa, tangan bajunya tak urung kena disambar jg dan robek. Bukan main gusarnya Kim hoa popo. Begitu melompat bangun, ia menyerang dengan hebatnya. Tio beng mengerti bahwa ilmu silatnya masih kalah jauh dari si nenek! Dalam pertempuran yg lama ia pasti bakal dirobohkan. Dengan secepat ia mengubah siasat. Sekarang ia menyerang berbagai ilmu pedang, sebentar dengan kim hoat Khong tong pay, sebentar dengan kiam goat Hwa san pay, Koen loen pay, atau Siauw lim pay dan yg digunakannya selalu pukulan2 yg paling hebat. Berkat Ie thian kiam, serangan2an itu dahsyat luar biasa dan Kim hoat popo tidak berlaku sembrono. Coe Jie jengkel. Ia menghunus pedangnya dan melontarkannya kepada sang popo. Karena orang itu itu menyambuti senjata tersebut, tapi baru bertanding sembilan jurus, dengan satu suara.   "kres!? pedangnya putus dua. Paras muka si nenek berubah. Ia melompat keluar dari gelanggang dan membentak. "Bocah! Siapa kau sebenarnya?? Tio Beng tertawa.   "Mengapa kau tidak mencabut To liong to?? tanyanya "Kurang ajar! Jika aku memegang To Liong to kau sama sekali bukan tandinganku. Apa kau berani mengikuti kami untuk menjajal jajal?? Mendengar disebutnya To Liong to, Boe Kie merasa heran. "Nenek pergilah kau ambil To liong to,? kata si nona sambil tertawa.   "Aku tunggu kau dikota raja. Sesudah kau bersenjatakan golok itu, kita boleh bertempur lagi.? "Balik kepalamu kemari! Aku mau lihat lebih tegas mukamu,? kata si nenek dengan gusar. Tio Beng memutar badan, mengeluarkan lidahnya dan memejamkan sebelah matanya, sehingga mukanya tidak keruan macam. Si nenek mengutuk dan meludahi muka si nona. Sesudah itu dengan menuntung Coe Jia han Cie Jiak, ia berlalu. "Ubar lagi!,? kata Boe Kie "Tak perlu tergesa gesa. Aku tanggung keselamatan Cioe Kauwniomu tidak akan terganggu.? "Mengapa tadi kau menyebut2 To liong to?? "Waktu berhadapan dengan murid2 Go Bie pay nenek itu mengatakan bahwa seorang sahabat lama bersedia untuk meminjamkan sebatang golok mustika kepadanya dan dengan golok itu, ia ingin bertempur lagi denagn Boat coat soethay, Ie thian poe coet, swee ie ceng hong (kalau ie thian tidak keluar, siapa lagi yg bisa melawan ketajamannya?) untuk melawan In thiam Kiam, orang harus menggunakan To Liong to. Aku bertanya dalam hatiku, apakah dia sudah berhasil meminjam to liong to dari ayah angkatmu, Cia locianpwee? Maka itulah, tadi aku menyerang dengan Ie Thian kiam dan maksudku adalah untuk memaksa supaya ia mengeluarkan to liong to. Tapi ternyata ia tdiak membawa golok mustika itu dan hanya menantang supaya aku mengikuti dia untuk menjajal Ie thian kiam dengan to liong to. Dari perkataannya itu mungkin sekali ia sudah tahu dimana adanya to liong to, tapi belum bisa mendapat,? katanya. "Mendengar keterangan itu, Boe kie mengmanggutkan kepalanya.   "Ya benar sekali bahwa golok itu berada dalam tangan Gie Hoe,? katanya. "Menurut dugaan ia segera akan pergi ke pantai untuk menyebrangi lautan guna mencari golok itu,? kata pula Tio Beng.   "kita harus mendahului, supaya Cia locianpwee yg buta dan berbaik hati tak sampai kena di perdayai oleh perempuan tua itu.? Darah Boe Kie bergolak.   "Benar! Benar! Katamu!? katanya dengan tergesa gesa. Waktu meluluskan permintaan Tio Beng yg mau meminjam To liong to, ia hanya mempertahankan sifatnya lelaki yg takkan menjilat ludah sendiri. Tapi sekarang mengingat keselamatan ayah angkatnya, ia ingin sekali mempunyai sayap supaya ia bisa segera terbang untung melindungi ayah angkat itu. Tanpa membuang buang waktu lagi Tio Beng segera mengajak Boe Kie dan Siauw Ciauw kegunung Ong hoe. Ia tak masuk kedalam dan hanya bicara dangan penjaga pintu yg sesudah mendengari pesanan sang majikan, buru2 masuk ke dalam keluar lagi dengan menuntun sembilan ekor kuda yg jarang kelihatannya dan menenteng buntalan yg berisi emas dan perak. Tio Beng bertiga lantas saja melompat kepunggung tunggangan itu yang terus dikaburkan kearah timu. Enam ekor kuda lainnya mengikuti dibelakang dan ditunggang dengan bergantian supaya mereka tak terlalu capai. Pada keesokan paginya, kesembilan kuda itu dapat dikatakan sudha tak bisa lari lagi. Dengan memperlihatkan kin pay (tanda perintah) Jie lam ong, Tio beng menemui pembesar setempat dan menukar kuda2 itu dengan tunggangan yg masih segar. Malam itu, mereka tiba di kota pesisi. Malam2 notan Tio menemui pembesar dikota itu dan memerintahkan supaya ia segera menyediakan sebuah perahu besar yg kuat dan lengkap segala2nya. Ia pun memerintahkan supaya semua perahu yg berada di pelabuhan segera berlayar kearah selatan dan disepanjang pantai kota itu dalam jarak seratus li, tak boleh berlabuh perahu apapun juga. Belum cukup sehari, segala apa sudah siap sedia. Tio beng, Boe Kie dan Siauw Ciauw segera menukar pakaian pelaut, memasang kumis palsu, memoles muka mereka dengan semacam cat air sehingga warna kulit jadi berubah dan terus turun ke perahu untuk menunggu Kim Hoa popo. Lihai sungguh tebakan Beng beng koencoe. Kira2 magrib, sebuah kereta tiba dipantai dengan diiring oleh Kim hoa popo yang menuntun Cie Jiak dan Coe Jie. Si nenek segera pergi ke perahu itu kendaraan air satu2nya yg berlabuh di pesisir dan minta menyewanya. Anak buah kapal yg sudah menerima pesanan Tio Beng, semula menolak dan sesudah Kim hoa popo menyerahkan sepotong emas dengan sikap apa boleh buat, barulah pemimpin kapal meluluskan permintaannya. Begitu lekas si nenek begitu turun kapal segera memasang layar dan berangkat ke arah timur. Di atas samudra seolah2 tidak berbatas sekuat perahu berlayar kearah tenggara. Perahu itu sangat besar bertingkat dua, diatas geladak dikepala perahu dan dikiri kanan nya terdapat meriam. Perahu itu adalah sebuah perahu meriam Mongol. Bangsa Mongol pernah berniat menyerang negeri Jepang dan mempersiapkan perahu2 perang. Diluar dugaan angkatan laut itu diserang topan hingga berantakan dan niatan itu menjadi gagal. Jika berlabuh di pantai, perahu itu karam kelihatannya. Tapi diatas samudra dia menyerupai selembar daun yg terombang ambing merupakan tiupan angin. Dengan menyamar sebagai anak buah Thio Boe Kie, Tio Beng dan Siauw Ciauw bersembunyi dibagian bawah perahu. Hari itu, waktu mau turun keperahu, Tio Beng kaget dan berkuatir. Ia sama sekalitak menduga, pembesar setempat menyediakan sebuah perahu meriam dari angkatan laut Mongol. Hal ini bisa membuka rahasia. Tapi sebgai seorang yg sangat pintar si nona lantas saja dapat memikir satu jalan untuk memperdayai Kim hoa popo, ia segera memerintahkan supaya perahu itu membawa sejumlah jala dan beberapa ton ikan basah. Dengan demikian nenek Kim Hoa akan percaya bahwa lantaran sudah tua maka perahu perang itu telah diubah menjadi semacam perahu penangkap ikan. Ketika tiba dipantai sebab tak mendapatkan lain kendaraan air tanpa curiga Kim hoa popo segera menyewa perahu tersebut. Dari lubang jendela, Boe Kie dan Tio Beng memperhatikan jalannya matahari dan rembulan yg selalu naik dari sebelah kiri perahu. Mereka tahu, bahwa perahu sedang berlayar ke arah selatan. Waktu itu sudah masuk musim dingin dan angin utara meniup dengan hebatnya, sehingga perahu berlayar dengan kecepatan luar biasa. "Gie hoe berada di pulau Penghwee to, di daerah Kutub utara,? kata Boe Kie.   "Untuk mencarinya, kita harus berlayar kearah utara. Mengapa Kim hoa popo memerintahkan perahu ini menuju ke selatan?? "Si nenek tentu mempunyai niatan yang belum di ketahui kita,? jawab Tio Beng.   "Sekarang ini angin selatan belum waktunya turun, sehingga biar bagaimanapun juga, kita tidak akan bisa berlayar ke jurusan utara.? Pada hari ketiga, diwaktu lohor, salah seorang anak buah memberi laporan kepada Tio Beng, bahwa Kim hoa popo sangan paham dengan jalanan air yg digunakan mereka. Si nenek tahu mana ada pulau yg ditempat apa bakal ada batu karang yg menonjol keatas dia bahkan lebih paham daripada anak buah perahu itu. Tiba tiba Boe Kie ingat sesuatu.   "Ah!? serunya dengan suara tertahan.   "Apa dia bukan mau pulang ke pulau Leng coat to?? "Leng coat to apa?? menegas si nona. "Kim hoa popo bersarang di pulau Leng coat to,? jawabnya.   "Mendiang suaminya dikenal sebagai Gin yap sian seng. Pada banyak tahun berselang, Kim hoa dan Gin yap dari Leng coat to mengentarkan dunia Kang ouw. Apa kau tidak tahu?? Si nona tertawa.   "Kau hanya lebih tua beberapa tahun daripada aku, tapi dalam pengalaman kau seperti seorang kakek,? katanya. Boe Kie turut tertawa.   "Beng Kauw dikenal sebagai agama siluman dan anggota2 Beng Kauw memang sedikit, lebih berpengalaman daripada seorang kauwcoe yg dikeram didalam gedung raja muda,? katanya. Mereka berdua adalah musuh besar. Dengan masing2 pemimpin sejumlah jago beberapa kali mereka telah mengukur tenaga. Tapi sekarang sesudah bergaul beberapa hari dalam sebuat perahu dengan Kim hoa popo sebagai musuh umum mereka dari musuh mereka telah berubah menjadi sahabat. Sesudah memberi laporan anak buat itu buru2 kembali ke tempat kemudi. "Toa kauwcoe? kata Tio Beng.   "Apakah kau sudah menceritakan sepak terjang Kim hoa dan Gin yap kepada seorang budak kecil yang di keram didalamg gedung raja muda?? Boe Kie menyeringai.   "Mengenai Gin yap Sian seng, aku tidak mempunyai pengetahuan apa pun jua,? jawabnya. "Tapi dengan si nenek aku pernah bertemu dan pernah menyaksikan sendiri sepak terjangnya.? Ia segera menuturkan pengalamannya di Ouw Tiep Kok, Ie Sian Ouw Ceng Goe untuk minta di obati, cara bagaimana nenek dikalahkan oleh Biat coat suthay dan akhirnya cara bagaimana Ouw Ceng Coe dan Ong Len Kouw binasa dalam tangan nenek itu. Sehabis bercerita kedua matanya mengembang air mata, biar pun Ouw Ceng Coe berada aneh, orang itu itu telah memperlakukannya dengan baik sekali dan telah banyak memberi pertolongan kepadanya. Ia merasa sangan berduka, bahwa orang tua itu dan istrinya telah dibinasakan secara menggenaskan dan jenazah mereka di gantung di pohon oleh si nenek Kim Hoa. Ia hanya tidak menceritakan ajakan Coe Jiak supaya ia turut pergi ke Leng coat to dan karena tampikannya sebelah tangannya sudah digigit oleh nona itu. Mungkin sekali ia merasa jengah untuk menuturkan peristiwa yg kecil itu. Sesudah mendengarkan cerita Boe Kie dengan paras sungguh2 Tio Beng berkata.   "Thio kong coe semuda aku hanya menganggap nenek itu sebagai seorang yg ilmu silatnya sangat tinggi. Tapi dalam penuturannya, aku menarik kesimpulan, bahwa dia orang yg sangat cerdik dan bukan lawan yg enteng. Kita tidak boleh memandang rendah kepadanya.? Boe Kie tertawa.   "Koencoe nio nio seorang Boen boe song coan dan bukan saja begitu, ia bahkan memimpin sejumlah orang gagah yang berkepandaian sangat tinggi,? katanya.   "Maka itu menurut pendapatku menghadapi seorang nenek sama sekali tidak menjadi soal baginya.? "Hanya yg di lautan ini aku tidak bisa memanggil para boesoe dan hoenceng. Boe Kie tersenyum.   "Tukang masak dan anak buah yg menarik layar bukan sembarang orang,? katanya.   "Biarpun mereka bukan jago kelas satu mereka pasti bisa termasuk dalam kalangan jago jago kelas dua.? Si nona berkesiap. Sesudah berdiam sejenak ia tertawa geli.   "Aku menyerah kalah! Menyerah kalah!? katanya. "Dengan sesungguhnya Toa kauwcoe mempunyai mata yg sangat awas.? Ternyata waktu pulang ke Ong hoe untuk mengambil kuda dan emas perak diam2 Tio Beng telah memesan boesoe penjaga pintu supaya sejumlah orang sebawahannya menyusul ke pesisir untuk ikut berlayar. Orang2 itu menggunakan kuda, tapi mereka ketinggalan kira2 setengah hari dari majikan mereka. Mereka menyamar sebagai tukang masak dan anak buah perahu dan terdiri dari orang yang tidak turut dalam pertempuran di Ban hoat she. Tapi sebagai ahli2 silat, sinar mata sikap dan gerak gerik mereka berbeda dari orang biasa. Dan Boe Kie yang bermata tajam tidak kena di kelabui. Kenyataan itu mengkuatirkan hati si nona. Kalau Boe Kie masih belum bisa diakali, apalagi Kim Hoa popo yang berpengalaman luas. Tapi untung juga pihaknya berjumlah banyak lebih besar sehingga kalau sampai mesti bergerak dengan bantuan Boe Kie ia pasti tak akan kalah. Selama beberapa hari yg paling mengganggu pikiran Boe Kie ialah keselamatan Cie Cioe Jiak yg telah menelan pel racun. Didalam hati ia selau bertanya2, kapan racun itu mengamuk? Tio Beng yg pintar lantas saja dapat menebak rahasia hatinya. Setiap kali alis pemuda itu berkerut setiap kali ia memerintahkan orang pergi keatas untuk menyelidiki dengan berlagak membawa air atau teh. Orang it lalu kembali dengan laporan yg menyenangkan, nona Cioe sehat2 saja. Sesudah kejadi ini berulang beberapa kali Boe Kie merasa jengah sendiri. Sementara itu lain peringatan sering mengganggu pikiran Boe Kie. Saban ia termenung seorang diri, ia ingat peristiwa itu diatas salju didaerah see hek. Ia ingat pengalamannya dengan Coe Jie. Ia ingat, cara bagaimana dengan Ho thay Ciong, Boe liat dan yang lain2, ia pernah berkata begini.   "Nona dengan setulus2 hati aku bersedia, untuk menikah dengan kau. Aku hanya mengharap kau jangan mengatakan, bahwa aku tidak setimpal dengan dirimu.? Dilain saat sambil mencekal tangan si nona, ia berkata pula.   "Aku ingin berusaha supaya kau bisa hidup beruntung supaya kau melupakan penderitaanmu yg dulu2. Tak peduli ada berapa banyak orang yg mau menghina kau, aku bersedia untuk mengorbankan jiwa demi keselamatanmu.? Ia ingat itu semua (Kisah pembunuh naga    Tugas Rahasia Karya Gan KH Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung

Cari Blog Ini