Pertikaian Tokoh Persilatan 10
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 10
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung Toan Ceng sendiri jadi malu mendengar perkataan tosu itu, karena selama beberapa hari ia mencari jejak tosu tersebut, tetapi siapa tahu justru tosu itu selama itupun telah menguntitnya tanpa dia sendiri mengetahuinya. Hal ini membuktikan bahwa kepandaian tosu tersebut memang tinggi. Maka Toan Hongya jadi semakin menghormatinya. Sedangkan tosu itu telah bertanya lagi dengan suara yang sabar . "Sesungguhnya apa maksudmu hendak mencariku ?" Toan Hongya segera memberi hormat sambil katanya . "Sesungguhnya boanpwe hendak berguru kepada orang yang memiliki kepandaian tinggi......, maka ketika mendengar bahwa totiang memiliki kepandaian yang tinggi, boanpwe bermaksud akan berguru pada totiang.......!" Muka tojin itu jadi berobah. "Bagaimana engkau mengetahui bahwa aku memiliki kepandaian silat ?" Tanyanya sambil memandang dengan mata menyelidiki. Toan Hongya menyahuti . "Beberapa hari yang lalu bukankah totiang telah menghajar kucar-kacir para buaya darat dikota tersebut, dimana totiang telah memperlihatkan, kepandaian yang sangat mengagumkan sekali, yang tidak mungkin dimiliki oleh sembarangan orang......!" Tojin itu tersenyum lagi, iapun telah berkata. "Hemm......., persoalan berkelahi tidak bisa diambil sebagai patokan untuk menilai ilmu silat seseorang, bukankah buaya darat itu hanya mengandalkan tenaga mereka yang kuat dan tidak memiliki kepandaian apa- apa.......maka dengan mudah dan kebetulan sekali aku bisa merubuhkan mereka. Tetapi jika seandainya mereka memiliki kepandaian, tentu aku tidak akan berdaya menghadapi mereka........!" Mendengar sampai disitu, Toan Hongya tahu bahwa tosu ini ingin mengelakkan diri. Cepat-cepat Toan Hongya telah berkata . "Begini totiang, sebetulnya aku ingin sekali mencari seorang guru yang bisa mendidikku ilmu silat yang, tinggi, sejak kecil aku telah tertarik untuk mempelajari ilmu silat, aku gemar sekali mempelajari ilmu silat... sayangnya sejauh ini aku belum pernah memperoleh seorang guru yang baik.......maka aku memiliki kepandaian yang tidak berarti apa-apa.......! Jika memang totiang tidak keberatan, aku ingin mengundang totiang untuk menjadi guruku..... Mendengar perkataan Toan Hongya, tosu itu telah tertawa bergelak-gelak. "Ha...ha...ha...., engkau ini lucu !" Katanya. "Kita baru saja bertemu, bagaimana engkau begitu yakin bahwa aku memiliki kepandaian yang tinggi dan ingin mengangkat aku menjadi gurumu ?" Tetapi Toan Hongya telah yakin dengan pendiriannya, maka ia berkata Iagi . "Walaupun totiang mengatakan apa saja, tetap aku bertekad untuk berguru pada totiang, aku yakin bahwa totiang memiliki kepandaian yang tinggi.........!". "Hemm.......", tertawa pendeta itu sambil mengawasi tajam pada Toan Ceng. "Rupanya engkau benar-benar gemar sekali mempelajari ilmu silat..... Tetapi mengapa engkau tidak berusaha untuk merantau saja kedaratan Tionggoan, bukankah disana banyak sekali akhli-akhli silat yang memiliki kepandaian tinggi, yang bisa kau angkat menjadi gurumu ?" Mendengar perkataan tojin itu, muka Toan Hongya jadi berobah muram. "Aku memiliki sedikit kesulitan, totiang........" Katanya kemudian. "Kesulitan apa ?" "Sulit untuk aku jelaskan...!". "Jika engkau tidak terbuka. dalam persoalanmu, bagaimana mungkin ada orang yang bersedia menjadi gurumu ?" Tanya pendeta itu. "Kesulitanku itu benar-benar sulit dijelaskan totiang. Tetapi yang pasti, aku ingin sekali mempelajari ilmu silat sebaik mungkin, maka jika memang totiang tidak mentertawakan aku, ingin sekali aku mengundang totiang menjadi guruku...!" Tojin itu berdiam diri sejenak, kemudian dia baru berkata setelah lewat beberapa saat lamanya . "Baiklah, siapa namamu ?". "Seperti tadi telah kukatakan, aku she Toan dan bernama Ceng..,!" "Apakah itu bukan nama samaran ?" Tanya tojin itu lagi. "Nama samaran ?" Tanya Toan Hongya agak heran dan tidak mengerti. Tojin itu telah mengangguk. "Ya, setahuku, bahwa marga she Toan itu adalah marga keturunan raja-raja Tailie....., apakah engkau benar-benar she Toan dan memiliki hubungan kekeluargaan dengan keluarga raja Tailie...?" Mendengar pertanyaan tojin itu, Toan Hongya jadi terkejut juga. Rupanya tojin ini memang memiliki pengetahuan yang luas, maka sampai ke-soal she dia mengetahui dengan jelas. Tetapi waktu itu Toan Hongya tidak bisa berdiam diri terlalu lama, ia telah mengangguk. "Benar, justru memang aku berasal dari kalangan istana Tailie...." Mendengar, perkataan Toan Hongya yang terakhir, muka tosu itu jadi berobah. "Engkau masih ada hubungan dengan orang istana negeri Tailie ini ?" Tanyanya. Toan Hongya mengangguk. "Benar", sahutnya. "Apakah ada sesuatu yang tidak beres totiang...?". Muka pendeta itu semakin tidak enak dipandang, tampaknya ia tengah memikirkan sesuatu, sampai akhirnya ia baru menyahutinya . "Tahukah engkau, kedatanganku dari Tionggoan yang jaraknya begitu jauh, merupakan tujuan yang utama untuk mencari beberapa orang she Toan...! ". "Siapa totiang...?" Tanya Tuan Hongya terkejut.. "Hemm........, justru aku tidak bisa menyebutkannya, sebab akupun memiliki kesulitan untuk menjelaskannya...!" Menyahuti pendeta itu. Sedangkan Toan Hongya telah berkata dengan suara yang pasti . "Jika memang totiang memiliki kesulitan, mungkin aku bisa membantu ?" Pertanyaan itu merupakan tawaran jasa baik untuk sitosu. Tetapi tosu itu telah menggelengkan kepalanya. "Engkau tidak mungkin bisa menolongku... ini menyangkut urusan penasaran...!" Muka Toan Hongya jadi berobah. "Urusan penasaran ?" Tanyanya. Tosu itu mengangguk. "Benar", sahutnya. "Urusan ini adalah urusan penasaran, maka tanpa memperdulikan perjalanan yang jauh dari daratan Tionggoan, aku telah datang kemari...!" Waktu berkata begitu, nada suara si tosu terdengar tidak begitu menyenangkan, tampaknya ia mulai tidak menyukai Toan Hongya setelah mengetahui bahwa Toan Hongya adalah orang she Toan dari pihak kerajaan Tailie ini. Toan Hongya sendiri jadi diliputi tanda tanya. Dilihat dari sikapnya seperti juga tosu itu tengah mengerjakan sesuatu. Tetapi yang pasti tentu saja bukan urusan yang menggembirakan. Sedangkan tosu itu setelah berpikir sejenak, ia berkata lagi . "Apa kedudukanmu didalam istana Tailie ?". Toan Hongya ragu-ragu sejenak, kemudian ia baru menyahuti pertanyaan tosu itu . "Sesungguhnya......,aku Toan Hongya, kaisar dikerajaan ini......!". "Apa ?" Tanya tosu itu terkejut, ia sampai mementang kedua matanya lebar-lebar. "Engkau yang dipermuliakan dikerajaan ini?" Toan Hongya mengangguk. "Benar...!" Tetapi tosu itu seperti kurang mempercayainya. "Usiamu masih demikian muda...!" Katanya. "Ya, aku baru beberapa tahun naik takhta...!" Sahut Toan Hongya. "Maka jika totiang tidak keberatan, justru aku hendak mengundang totiang untuk singgah diistana...!". Pendeta itu jadi tidak bisa berkata-kata lagi, ia tampaknya ragu-ragu. Tetapi kemudian ia telah merangkapkan tangannya memberi hormat. "Tidak kusangka bahwa Pinto memiliki rejeki yang besar, sehingga bisa bertemu muka dengan junjungan dinegeri Tailie ini...!". "Sebetulnya totiang memiliki kesulitan apakah....... tampaknya totiang kurang begitu tenang. Dan juga orang she Toan mana yang telah mempersulit totiang...?" Tanya Toan Hongya pula. "Mungkin aku bisa membantu totiang menyelesaikan urusan ini ?". Tosu itu menghela napas, sambil katanya. "Sesungguhnya urusan ini merupakan urusan yang telah lebih dua puluh tahun yang lalu... mungkin waktu itu engkau belum dilahirkan...''. "Jadi waktu itu ayahku yang berkuasa, karena selama empat puluh dua tahun ayah duduk disinggasana...!" Kata Toan Ceng. Tosu itu mengangguk. "Ya, memang waktu itu ayahmu, Toan Bun Liang, bukankah begitu namanya ?" Tanya tosu itu. Toan Ceng mengangguk. "Benar memang itulah nama ayahku...!" Menyahuti Toan Hongya. "Dan justru baru beberapa tahun ini aku menduduki singgasana setelah ayah wafat...!" "Usiamu masib terlalu muda", kata tosu itu. "Tetapi justru sekarang engkau telah menjadi orang yang paling mulia dinegeri ini...!". Toan Ceng segera mengeluarkan kata-kata merendah, dan dia telah bilang lagi . "Jika memang totiang memiliki kesulitan dengan orang-orang kami, katakan saja, siapa orang-orang itu, mungkin aku bisa menolongnya...!". Tosu itu kembali menghela napas. Sampai akhirnya dia berkata juga . "Aku datang kedaratan Tailie ini karena ingin mencari jejak isteriku...l" Akhirnya ia memberitahukan juga. "Mencari isteri totiang...?" Tanya Toan Hongya agak heran. Pendeta itu rupanya mengetahui perasaan heran Toan Ceng, ia telah mengangguk. "Ya... justru dua tahun yang lalu aku belum mensucikan diri, aku belum jadi seorang tojin...!" Mengangguk pendeta itu. "Hemm......., siapakah nama isteri totiang ?" Tanya Toan Hongya lagi. Sipendeta tampak ragu-ragu, tetapi kemudian dia telah menyahutinya . "Dia she Bian dan bernama Khuang Lie. Dua puluh tahun yang lalu telah dilarikan ke Tailie...!" "Oh........ !" "Dan orang-orang yang melarikan isteriku itu dua orang she Toan, masing-masing bernama Toan Liang dan Toan Bun. Mereka merupakan dua orang terdekat dari Kaisar Tailie saat itu..." "Ohh......., mereka berdua itu adalah pamanku...!" Kata Toan Hongya. "Justru itu, engkau tidak mungkin bisa membantuku, malah engkau akan ikut memusuhiku. Tetapi biarlah, terlanjur aku telah menceritakannya, aku akan mengatakannya semua" Kata tosu itu. Sedangkan Toan Ceng jadi sangat tertarik, dia telah menawarkan . "Bagaimana jika kita bercakap-cakap didalam kamarku saja, totiang.....bukankah lebih tenang dan tidak perlu diterpa oleh angin malam ?". Pendeta itu rupanya menyetujuinya, ia hanya mengangguk. Keduanya melompat turun dan masuk kedalam kamar Toan Ceng lewat jendela kamar. Sedangkan Toan Ceng telah menyediakan secawan teh kepada pendeta itu ---o^dw_kz~0~Tah^o--- PENDETA tersebut mengawasi Toan Ceng beberapa saat lamanya, akhirnya ia bilang juga . "Jika dilihat dari gerak-gerikmu, engkau tentunya seorang Kaisar yang baik budi......sekarangpun yang mengherankan justru engkau berpakaian seperti rakyat biasa, tanpa pengawal dan hanya berseorang diri saja.......! Yang mengherankan aku, sebagai seorang Kaisar, engkau bisa berkeliaran mencari jejakku........" Toan Ceng tertawa. "Sesungguhnya memang telah sering aku keluar dari istana dengan penyamaran seperti ini, hanya untuk mengetahui lebih-dekat dan lebih jelas kehidupan rakyatku...!". "Engkau seorang raja yang baik...!" "Tidak bisa aku mempercayai sepenuhnya begitu saja laporan-laporan yang masuk, karena umumnya manusia ingin menang sendiri, begitu pula dengan orang-orangku, terlebih lagi mereka memiliki kekuasaan, dengan sendirinya mereka akan membela kebenaran mereka sendiri, jika hal itu berhubungan langsung dengan persoalan pribadi mereka. Sedangkan urusan yang muncul antara rakyat negeri dengan para pembesar negeri, dimana mereka saling bentrok, bukanlah sedikit. Dengan cara menyamar seperti ini, aku jadi bisa melihat lebih jelas apa yang terjadi...!" Setelah berkata begitu, Toan Ceng juga menjelaskan, bahwa ia telah cukup lama memerintahkan orang- orangnya untuk mencari orang pandai, karena Toan Hongya mengakui dirinya tertarik sekali untuk mempelajari ilmu silat yang tinggi, selain memang menggemarinya, juga ia sangat senang untuk melatih ilmu silat. "Jika dilihat dari gerak-gerikmu dan juga sinar matamu, sekarang ini engkau telah memiiiki kepandaian yang tidak rendah...!" Kata tojin itu. Toan Hongya segera mengakuinya bahwa ia memang telah cukup banyak mempelajari ilmu silat, tetapi sejauh itu belum berhasil memperoleh guru yang baik, yang bisa mewarisi kepandaiannya ilmu yang tinggi. "Sabarlah, kelak juga engkau akan memperoleh guru yang baik, terutama adalah keuletanmu untuk berlatih...!" Kata pendeta tersebut. "Dan, bolehkah aku mengetahui gelaran totiang yang mulia ?" Tanya Toan Hongya lagi. Karena berhadapan dengan Kaisar, junjungan dari negeri Tailie, maka pendeta itu tidak berani bersikap sembarangan. "Pinto bergelar Lam Siang Cinjin...!" Dia menjelaskan. "Dan persoalan isteri totiang itu bagaimana urusannya ?" Tanya Toan Hongya lagi, tampaknya Kaisar dari negeri Tailie tertarik sekali ingin mengetahui kesulitan pendeta itu. Lam Siang Cinjin telah menghela napas dan berkata dengan suara yang perlahan dan muka yang muram . Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Sesungguhnya dua puluh tahun yang lalu Pinto tidak menjadi seorang pendeta, pinto merupakan seorang rimba persilataan. Tetapi sayang, waktu terjadi peperangan Tailie dengan kerajaan di Tionggoan, dua orang panglimanya telah merampas isteri pinto. Waktu itu kepandaian pinto belum tinggi, tidak berdaya melindungi isteri pinto, sehingga isteri pinto itu telah dilarikan oleh kedua panglima Tailie itu........ pinto hanya mengetahui nama mereka, maka sekarang disaat pinto telah melatih diri dengan giat, pinto bermaksud untuk mencari isteri pinto, bukan untuk berumah tangga, tetapi untuk membalas dendam saja kepada kedua panglima Toan itu, untuk melampiaskan sakit hati pinto ......sekarang pinto telah mensucikan diri dan tidak mungkin kembali hidup bersama isteri pinto, hanya jika memang pinto berhasil, tentu akan dapat mengembalikan isteri pinto itu kedaratan Tionggoan, bukan hanya tawanan di Tailie ini." Mendengar sampai disitu, Toan Hongya ikut berduka. "Baiklah totiang, besok kita keistana dan kita tanyakan persoalan itu kepada kedua pamanku, semoga saja mereka bisa diberi pengertian dan isteri totiang bisa dikembalikan. Inipun belum lagi diketahui, entah,masih hidup atau telah meninggal isteri totiang itu...! Tetapi totiang percayalah, aku akan bertindak dengan seadil- adilnya, aku tidak akan memberatkan totiang..." Tosu itu mengucapkan terima kasihnya, ia mau mempercayai perkataan Toan Hongya. Bahkan ia telah berkata . "Jika memang Toan Hongya bersedia untuk menegakkan keadilan, tentu penasaranku itu akan lenyap...!" "Nah totiang, sekarang aku ingin menanyakan sesuatu kepada totiang, entah totiang mau atau tidak menerima tawaran yang merupakan undanganku untuk totiang tinggal diistanaku menjadi guru pribadi dalam urusan ilmu silat ?" Tanya Toan Hongya. Lam Siang Cinjin berdiam diri sejenak, tampaknya dia ragu-ragu, tetapi akhirnya ia menyahuti juga . "Jika dilihat dari keadaan Toan Hongte, memang Hongte memiliki bakat dan kecerdasan yang baik mempelajari ilmu silat. Tetapi sayangnya pinto justru tidak berbakat untuk menjadi guru. Maka jika memang Hongte ingin mempelajari ilmu silat yang balk dari guru yang pandai, nanti pinto akan menunjukkan orangnya...!". "Tetapi totiang tentu tidak keberatan untuk berdiam satu atau dua bulan diistanaku, untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepadaku, bukan ?" Tosu itu akhirnya mengangguk. Begitulah, Toan Hongya telah mengajak tosu itu kembali keistananya. Keesokan paginya, Toan Hongya segera membuka sidang dan memanggil kedua pamannya, yaitu Toan Liang dan Toan Bun. Kedua orang itu merupakan jenderal angkatan perang dalam kerajaan Tailie dan merupakan dua orang kuat dikerajaan tersebut. Dan sebagai dua orang yang memiliki kekuasaan besar, apa lagi memang merupakan dua orang yang masih memiliki hubungan yang intim dengan raja Tailie tersebut, membuat semua orang menaruh hormat dan segan padanya. Tetapi ketika persidangan itu dibuka dan Toan Hongya dengan suara tegas menanyakan perihal urusan yang terjadi pada diri Lam Siang Cinjin, muka kedua orang itu jadi merah padam. Mereka berusaha menyangkalnya. Toan Hongya kemudian perintahkan Lam Siang Cin jin diundang keluar. Setelah Lam Siang Cin jin muncul, kedua orang itu, Toan Bun dan Toan Liang, tidak bisa menyangkal lagi. Malah mereka mengakui bahwa isteri dari Lam Siang Cin jin telah diambil oleh Toan Liang untuk diperisterinya. Mendengar itu, Lam Siang Cin jin meminta isteri Toan Liang dimajukan juga dalam sidang. Dan ketika nyonya pembesar negeri tersebut tampil dimuka sidang, yang sebelumnya, adalah isteri Lam Siang Cinjin, ia telah mengenali bekas suaminya, walaupun kini Lam Siang Cinjin telah berjenggot dan berkumis panjang. Waktu Toan Hongya menanyakan pada nyonya Toan Liang, apakah selama menjadi isteri Toan Liang ia merasa bahagia, yaitu tanpa dipaksa dan memperoleh tekanan dari Toan Liang. Nyonya Toan Liang menyatakan bahwa semuanya telah terjadi dan itu merupakan catatan nasibnya, maka ia menganggap urusan telah habis dan Toan Liang sebagai suaminya yang cukup dicintainya. Lam Siang Cinjin menghela napas. lapun kini telah menjadi pendeta dan mensucikan diri. Jika tokh sekarang dia datang ke Tailie, karena ia menduga bahwa isterinya berada dalam tekanan orang she Toan itu, maka ia ingin membebaskannya dan kelak mengantarkannya kedaratan Tionggoan. Tetapi kenyataannya sekarang bekas isterinya itu telah menjadi isteri Toan Liang, dengan sendirinya ia berada dalam posisi yang agak sulit. Tidak bisa ia memaksa bekas isterinya itu meninggalkan Toan Liang, bukankah bekas isterinya itu menyatakan sekarang ia mencintai Toan Liang. Akhirnya Lam Siang Cinjin yang mengalah. la menyatakan, kalau memang bekas isterinya itu yang kini telah menjadi nyonya Toan Liang, senang pada suaminya itu dan tanpa tekanan, ia tidak akan mengganggu gugat lagi. Persoalan dapat diselesaikan dengan baik. Malam itu Toan Hongya telah menyelenggarakan pesta untuk menghormati pendeta ini. Tetapi Lam Siang Cinjin hanya tinggal beberapa hari diistana kerajaan Tailie, karena ia akan segera melanjutkan perjalanannya kedaratan Tionggoan. Ketika Toan Hongya memaksa agar Lam Siang Cinjin menetap beberapa lama lagi, pendeta itu hanya bersedia menghabiskan waktunya diistana selama satu minggu. Dan selama satu minggu itu cukup banyak yang diturunkan Lam Siang Cinjin kepada Toan Hongya, baik ilmu tenaga dalam maupun ilmu silat. Dan yang terpenting lagi, justru Toan Hongya telah menerima petunjuk bagaimana harus melatih tenaga sinkang, hawa murni yang dimiliki setiap manusia. Dengan latihan tenaga sinkang seperti itu, Toan Hongya bisa membangunkan tenaga dan semangatnya, sehingga ia bisa mempertinggi Iwekangnya. Selang seminggu, Lam Siang Cinjin pamitan dan minta diri untuk kembali kedaratan Tionggoan. Dan diwaktu itu Toan Hongya menghadiahkan Lam Siang Cinjin berbagai benda dan harta. Namun semua itu telah ditolak oleh pendeta tersebut. la menyatakan, hatinya kini tenang dan senang, karena mengetahui bahwa bekas isterinya ternyata hidup tidak menderita disisi Toan Liang. Sedangkan Toan Hongya telah perintahkan beberapa orang panglima kerajaan untuk mengantarkan tamunya ini sampai ditapal batas. Namun Lam Siang Cin jin menolaknya, karena pendeta itu menyatakan bahwa ia lebih bebas melakukan perjalanan seorang diri. Toan Hongya hanya berpesan, jika memang Lam Slang Cin jin kebetulan melakukan perjalanan dinegeri Tailie agar singgah diistananya, dan permintaan raja Tailie tersebut disanggupi oleh Lam Siang Cin jin, ia menyatakan jika memang kebetulan lewat disekitar daerah Tailie, ia akan singgah diistana Toan Hongya, untuk bertukar pikiran. Begitulah, Toan Hongya dihari-hari selanjutnya telah melatih diri dengan giat. ---oo~dwkz^0^Tah~oo--- BAGIAN 23 . MAHLUK DALAM KOLAM TAMAN KERAJAAN DENGAN memperoleh petunjuk dari Lam Siang Cinjin, ia memiliki kepandaian yang lebih tinggi, karena dengan latihan-latihannya itu ia memperoleh kemajuan yang pesat sekali. Sedangkan dihari-hari berikutnya, negeri Tailie juga banyak didatangi orang-orang rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi, namun semua itu tidak ada yang cocok dihati Toan Hongya, dimana kepandaian jago-jago yang singgah dinegeri Tailie hanya merupakan jago-jago yang memiliki kepandaian tidak lebih tinggi dari Toan Hongya sendiri. Padahal Toan Hongya tidak menyadari, bahwa kemajuannya yang pesat adalah berkat petunjuk yang diberikan Lam Siang Cinjin. Banyak para jago-jago rimba persilatan yang diuji oleh Toan Hongya. Setiap kali Toan Hongya menerima laporan dari para siewienya yang memiliki tugas istimewa itu, segera ia menyamar dan dimalam harinya bertempur dengan pendatang asing itu. Dan umumnya Toan Hongya menang. Tidak ada seorangpun dari pecundang-pecundangnya itu yang mengetahui bahwa yang menguji mereka adalah Kaisar negeri Tailie itu sendiri. Mereka hanya menduga seorang pemuda rimba persilatan biasa saja. Dengan kemenangan-kemenangan yang selalu diperolehnya itu, Toan Hongya juga menyadarinya bahwa ia sudah tidak bisa berguru pada jago-jago biasa saja, setidaknya ia harus mencari seorang guru yang benar-benar memiliki kepandaian tinggi, disamping itu juga ia harus benar-benar melatih diri untuk mencapai tingkat kesempurnaan, baik ilmu sinkang maupun ginkang dan jaga ilmu pukulannya. Semua itu dilatih oleh Toan Hongya dengan giat. ---oo^dw-kz~0~Tah^oo---- Tetapi pada malam itu, diwaktu kentongan pertama terdengar, Toan Hongya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Hawa udara sangat panas. Toan Hongya telah keluar, dari kamarnya ia berjalan ditamannya untuk mencari udara segar. Udara benar-benar panas dan angin tidak ada sama sekali, pohon-pohon beku dan tidak bergerak sama sekali, walaupun rembulan tampak bersinar suram diatas langit. Toan Hongya telah melangkah perlahan-lahan ketaman bunga istana, ia berdiri disisi kolam yang cukup besar itu, mengawasi air yang berkilauan tertimpah cahaya rembulan. Disaat itu, entah mengapa Toan Hongya jadi berhasrat hendak melatih diri. Dia telah bersilat dengan ilmu pukulan yang dimilikinya. Karena sekarang sinkangnya memang telah memperoleh kemajuan, maka angin pukulannya itu menderu-deru keras dan kuat. Sedang Toan Hongya melatih diri, tiba-tiba dia mendengar suara sesuatu. Waktu Toan Hongya menoleh, ia jadi terkejut, karena dari dalam air kolam itu telah melompat keluar suatu mahluk yang berukuran panjang. Mahluk itu menyerupai seekor ular yang besar dan panjang. Namun mahluk itu kemudian telah lenyap menyelam kedalam air kolam lagi. Toan Hongya jadi menghentikan latihannya, ia berdiri tertegun mengawasi kolam tersebut. Tetapi mahluk yang tadi melompat kepermukaan air kolam, tidak muncul lagi. Toan Hongya jadi heran dan ingin sekali mengetahui, sesungguhnya mahluk apa yang terdapat didalam kolam itu. Maka keesokan paginya, ia telah memanggil beberapa orang pengurus taman dan menanyakan perihal mahluk yang menyerupai ular yang besar dan panjang itu. Namun tidak ada seorangpun diantara pengurus taman itu yang mengetahui bahwa didalam koIam itu terdapat mahluk yang disebutkan oleh Toan Hongya. Toan Hongya telah menegaskan bahwa ia melihat tegas mahluk itu, dan menyatakan juga mahluk itu memang melompat muncul dari dalam kolam. Maka dua orang pembantu pengurus taman, yang biasanya mengurus kejernihan air kolam itu, telah memperoleh tugas untuk membersihkan kolam itu dan mencari mahluk tersebut. Pagi itu juga, kedua orang pengurus taman itu telah mengeringkan kolam tersebut, yang airnya dikuras dan dikeringkan. Tetapi mahluk yang dicari itu tidak berhasil mereka jumpai. Bahkan waktu kolam itu telah dikeringkan, tokh tetap saja mahluk yang mereka cari itu tidak berhasil ditemukan. Mereka hanya menemukan sebuah lobang yang cukup besar disebelah kanan dari dasar kolam itu. Maka besar dugaan mereka mahluk tersebut bersembunyi dilobang itu. Maka kedua orang pengurus kolam itu telah menutup lobang itu dan merapihkannya, agar mahluk yang dikatakan Toan Hongya tidak bisa muncul kembali. Peristiwa mahluk yang menyerupai seekor ular itu akhirnya telah dilupakan, dua bulan telah lewat dan tidak pernah seorangpun yang melihat lagi mahluk tersebut. Tetapi sore itu Toan Hongya merasakan tubuhnya panas sekali, ia bermaksud mandi dikolam itu. Maka pergilah Toan Hongya dengan diiringi oleh tiga orang pelayan yang melayaninya, kekolam tersebut. Dan dengan riang Toan Hongya berenang kesana kemari didalam kolam itu. Waktu Toan Hongya tengah berenang dengan hati bersuka-cita dan riang gembira, saat itu Kaisar ini merasakan jari kaki kanannya sakit sekali, seperti digigit sesuatu. Segera Toan Hongya menyelam kedalam air kolam itu, dan hatinya jadi terkejut. Justru waktu itu ia melihat seekor mahluk yang panjang dan besar, yang menyerupai seekor ular. Toan Hongya tidak menjadi gugup, ia berusaha untuk berenang naik kepermukaan air kolam dengan cepat. Tetapi raja ini terlambat, sebab mahluk itu telah melibat tubuh Toan Hongya dengan kuat sekali. Karena tidak ada jalan lain, Toan Hongya berusaha memberikan perlawanan terhadap libatan mahluk yang menyerupai seekor ular itu. Dan mereka jadi bergumul didalam air. Ketiga orang pelayan Kaisar jadi terkejut, mereka melihat Kaisar mereka seperti tengah bergumul dengan sesuatu mahluk. Segera salah seorang diantara mereka memberitahukan pengawal Kaisar. Tetapi karena Kaisar tengah dilibat oleh mahluk itu, dengan sendirinya sulit sekali memberikan pertolongan kepada Kaisar. Toan Hongya sendiri yang pinggangnya dilibat mahluk yang menyerupai ular itu, merasakan kesakitan yang sangat, bahkan raja ini juga menyadarinya jika sampai ia lebih lama lagi dilibat demikian, tentu akhirnya tulang- tulang pinggangnya akan hancur berpatahan dan iapun akan terbinasa. Karena itu, Toan Hongya telah berusaha mempergunakan seluruh tenaga yang ada padanya untuk membuka libatan itu. Namun Toan Hongya tidak berhasil. Napasnya juga telah menyesak, karena mahluk itu masih terus melibatnya. Toan Hongya jadi mengeluh juga. Namun dalam keadaan terdesak seperti itu, dimana jiwanya terancam, disaat itulah Toan Hongya teringat akan sesuatu, maka segera ia mendekati mulutnya keleher binatang itu, malah membuka mulutnya lebar- lebar dan mengigit leher binatang tersebut. Binatang yang menyerupai ular itu seperti kaget dan kesakitan. la telah meronta dan memperkeras lilitan dipinggang nya Toan Hongya. Walaupun menderita kesakitan yang luar biasa, Toan Hongya tetap bertahan, ia terus mrnggigit keras leher binatang itu, dan mulutnya dirasakan dapat mencicipi sesuatu yang asin dan amis. ---oo^dw-kz~0~Tah^oo--- KARENA telah nekad, Toan Hongya menghisap darah binatang tersebut, karena dipikir juga oleh Toan Hongya, jika darah binatang yang menyerupai ular itu dapat dihisapnya habis pasti binatang itu akan lemas dan akhirnya kehabisan tenaga serta mati. Entah berapa banyak darah yang telah dihisap oleh Toan Hongya, Toan Hongya sendiri tidak mengetahuinya. Sampai akhirnya Toan Hongya merasakan pandangan matanya gelap dan tenaganya seperti lenyap. "Habislah aku kali ini........ tentu aku akan terbinasa oleh binatang celaka ini...!" Pikir Kaisar tersebut, dan ia tidak bisa berpikir lebih jauh, sebab Toan Hongya telah tidak sadarkan diri...... pingsan. Waktu Toan Hongya membuka matanya, ia memperoleh kenyataan dirinya berada diatas pembaringan yang empuk, pembaringannya. Toan Hongya melompat duduk dipembaringannya tersebut sambil mengawasi keadaan disekitar kamar itu, dia mengeluh sakit pada pinggangnya dan cepat2 merebahkan dirinya kembali. Seorang pelayan yang menunggui diluar pintu ruangan kamar kaisar tersebut, mendengar keluhan perlahan dari rajanya, segera ia melangkah masuk sambil memperlihatkan wajah yang ber-seri2. "Hongya telah bangun ?" Tanyanya dengaan sikap yang hormat. Toan Ceng mengeluh perlahan, kemudian tanyanya . "Apa yang telah terjadi ?" Pelayan itu menceritakan, waktu Toan Hongya tengah bergumul dengan ular itu, justru beberapa orang pengawal keselamatan raja itu telah terjun masuk kedalam kolam. untuk memberikan pertolongan. Namun disaat itu justru Toan Hongya telah tidak sadarkan diri. Maka cepat2 para pengawal itu membawa Toan Hongya keatas, sedangkan binatang yang besar dan panjang menyerupai seekor ular atau seekor ular naga itu, mengambang, binasa juga, karena akibat gigitan Toan Ceng, binatang itu telah mengeluarkan darah yang sangat banyak sekali. Para pengawal itu juga telah membawa bangkai binatang tersebut keatas, untuk nanti diperlihatkan kepada kaisar mereka. Namun untuk segera menyadari raja mereka, yang tentunya menderita perasaan terkejut dan juga letih, dua orang tabib istana yang pandai telah dipanggil. Setetah diperiksa, tabib itu menyatakan bahwa Toan Hongya tidak berada dalam bahaya, hanya pingsan karena letih saja. Itulah sebabnya semua orang2 istana bisa bernapas lega, dan Toan Hongya telah direbahkan dipembaringan dalam kamarnya. Mendengar cerita pelayan itu, Toan Hong ya telah bertanya . Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Mana binatang ajaib itu?" Sambil bertanya begitu Toan Hongya berusaha untuk bangun, namun ia jadi mengeluh perlahan lagi karena kesakitan, pinggangnya dirasakan ingin patah, Itulah akibat libatan yang kuat dari binatang ajaib yang menyerupai seekor ular atau ular naga itu. Pelayan itu cepat2 meminta Toan Hongya agar merebahkan diri saja dulu, sampai kesehatannya nanti pulih baru melihat binatang yang hampir mencelakainya dan nyaris membinasakan raja itu. Setelah Toan Ceng rebah pula, pelayan itu segera memanggil tabib istana, yang datang memeriksa raja mereka. Setelah melakukan pemeriksaan, tabib itu menyatakan bahwa Toan Hongya tidak terancam bahaya apa. Begitu juga dengan pinggangnya tidak ada satupun tulangnya yang patah. Jika raja itu merasa sakit2 pada pipggangnya, itu hanya bekas libatan yang kuat dari binatang yang menyerupai ular tersebut. Tabib itu juga telah memberikan Toan Hongya obat godok, yang diminuminya sendiri membantu raja itu duduk sesaat lamanya. Toan Hongya empat hari rebah diatas pembaringan, dan selama itu kesehatannya tampak memperoleh kemajuan dan tidak menderita sesuatu, selain pinggangnya yang sering dirasakannya sakit2 itu. Lain dari itu, tidak ada yang menguatirkan. Tetapi pada hari ketujuh, justru suhu tubuh dari Toan Hongya jadi panas sekali. Dan raja ini juga telah mengigau. Hal ini membuat para tabib istana jadi heran, mereka semuanya berjumlah enam orang dan tabib2 itu telah melakukan pemeriksaan. Tidak ada yang istimewa pada kesehatan Toan Hongya, tidak terlihat gejala2 yang menguatirkan. Tetapi justru panas tubuh Kaisar ini telah meningkat dan juga bibirnya telah kering, dimana kaisar ini juga sering mengigau. Tabib2 itu jadi bingung. Mereka tidak tahu entah penyakit apa yang diderita raja mereka. Terlebih lagi hari kesepuluh Kaisar mereka mulai tidak sadarkan diri. Pingsan terus menerus selama tiga hari. Hal ini membuat orang2 istana jadi panik, mereka mendesak tabib2 itu untuk segera mengambil langkah2 yang diperlukan untuk menyelamatkan raja mereka. Tetapi tabib2 itu benar2 bingung, mereka tidak melihat gejala apapun pada tubuh dan kesehatan raja mereka, hanya panas tubuh raja itu yang kian lama kian meningkat, seperti juga di dalam tubuh Toan Hongya terdapat kobaran api. Yang membuat orang2 istana jadi panik dan berkuatir, karena raja mereka itu telah beberapa hari tidak sadarkan diri. Malah selalu mengigau saja, menyebutkan hal-hal yang tidak-tidak. Bahkan tidak jarang juga Toan Honya dalam pingsannya itu ber-teriak2, seperti tengah melatih ilmu pukulan. Banyak orang2 istana yang telah menangis mengucurkan air mata. Kerabat istana juga telah berkumpul dengan kekuatiran yang sangat. Yang lebih menguatirkan lagi, beberapa hari kemudian ditubuh Toan Hongya terlihat bintik-bintik merah, yang merata pada kulit tubuhnya. Hal ini diduga oleh tabib istana karena, tubuh Toan Hongya terlalu panas. Tetapi keadaan Toan Hongya yang pingsan dan sadar tidak menentu itu, membuat para tabib itu menjadi bingung, mereka menduga-duga entah penyakit apa yang diderita Rajanya. Sudah belasan hari lamanya Toan Hongya rebah dipembaringaanya, dan tubuhnya juga telah kurus kering, karena selama itu tidak ada makanan yang masuk kedalam perutnya selain hanya air belaka yang diteteskan kedalam mulutnya oleh pelayan-pelayannya. Rakyat negeri Tailie sendiri telah bingung dan berkuatir, mereka ikut berduka mendengar raja mereka menderita sakit yang aneh seperti itu. Mereka hanya bisa berdoa saja untuk kesembuhan Kaisar mereka, yang sangat mereka hormati dan cintai itu. Tetapi penyakit yang diderita oleh Toan Ceng, raja Tailie itu, sangat aneh sekali. Seluruh kulit tubuhnya telah berbintik-bintik merah, semakin lama semakin penuh, sehingga tampaknya kulit Toan Hongya menjadi merah seperti juga disekujur tubuhnya itu terdapat bintik-bintik merah yang mengandung darah. Para tabib istana yang merawat Toan Hongya, jadi tambah bingung, begitu juga beberapa orang istana yang selalu mendampingi Toan Hongya jadi bingung dan gelisah. Mereka tampaknya putus asa, sebab tabib2 yang merawat Toan Hongya seperti juga tidak sanggup untuk menyembuhkan Toan Hongya dari penyakit yang tengah dideritanya itu. Semakin lama keadaan Toan Hongya semakin parah, raja Tailie itu sering mengigau dan mengoceh tidak keruan, juga sering bergerak gerak seperti tengah melatih ilmu silat. Memang sering juga Toan Hongya dalam keadaan sadar, tetapi keadaannya lemah sekali, bicaranya juga satu-satu, suaranya tidak jelas. Toan Hongya sendiri heran dan bingung menderita penyakit seperti itu, ia merasakan sekujur tubuhnya panas sekali, seperti juga dari dalam tubuhnya menguap semacam hawa yang panas seperti kobaran api, dan Toan Hongya merasakan kulitnya juga kering sekali, seperti juga kulit itu akan mengelupas. Yang menyiksa Toan Hongya adalah perasaan panas itu, seperti juga bola api yang berputar-putar didalam perutnya itu naik kedadanya, Dan setiap kali bola api itu memutar bergerak, naik dari dalam perutnya kedadanya, Toan Hongya selalu merasakan napasnya jadi sesak dan dadanya jadi sakit bukan main. Keadaan seperti ini telah membuat Toan Hongya sering jatuh pingsan tidak sadarkan diri, jika bola api didalam perutnya itu seperti berputar naik sampai ketenggorokan dilehernya, sehingga napasnya seperti tersumbat dan sulit sekali untuk menghirup udara segar. Tetapi, setelah lewat lagi beberapa hari Toan Hongya berusaha untuk mengendalikan bola api yang didalam perutnya itu, agar berputar-putar didalam perutnya saja, tidak naik sampai kedadanya. Keadaan seperti ini memang semula sukar sekali dilakukan oleh Toan Hongya, namun setelah teringat petunjuk2 dari tojin Lam Siang Cin jin yang pernah diterimanya dari pendeta itu untuk melatih sinkangnya, Toan Hongya mulai bisa menyalurkan sinkangnya dan menguasai bola api itu sehingga hanya berputar-putar didalam perutnya, tidak dapat naik lagi sampai kedadanya. Dengan demikian Toan Hongya jadi tidak terlalu sering diserang oleh perasaan sesak dalam bernapas, ia juga tidak begitu tersiksa oleh perasaaan sakit pada dadanya. Toan Hongya sendiri melihat hasil yang telah dicapainya itu, dimana sinkang yang dimilikinya bisa menguasai bola api yang sangat panas itu, jadi girang walaupun ia masih lemah dan tidak bertenaga, tokh bisa bertahan untuk beberapa saat lamanya, ia pun tidak terlalu sering jatuh pingsan lagi. Melihat kemajuan yang dicapai oleh Toan Hongya, kerabat istana jadi girang dan bersyukur. Begitu pula para tabib istana, walaupun mereka bingung dan belum mengetahui apa yang diderita raja mereka tokh, mereka ikut bergirang atas kemajuan yang dicapai olch raja mereka. Bahkan tabib2 itu telah berusaha membuka kitab2 kuno pengobatan, untuk mencari sebab2 penyakit yang diderita raja mereka ini. Beberapa orang tabib lainnya telah melakukan penyelidikan terhadap mayat ular yang berukuran besar itu, Ternyata ular itu bukan ular sembarangan, karena selain tubuhnya yang bersisik itu tidak bedanya seperti besi serta licin sekali, ular itu memiliki sebuah tanduk di tengah2 kepalanya. Sekilas lihat saja ular itu menyerupai seekor naga kecil. Dengan penuh ketelitian para tabib itu berusaha menyelidiki keadaan ular itu. Bahkan mereka telah mengambil sedikit beberapa titik darah ditubuh ular itu, untuk diselidiki. Namun para tabib tersebut tidak juga berhasil menemui sebab2 penyakit raja mereka. Toan Hongya sendiri menyadari, bahwa dirinya terancam bahaya yang tidak kecil, ia berusaha untuk melatih terus sinkangnya yang pernah diperoleh dari Lam Siang Cinjin. Dengan melatih lwekangnya itu, Toan Hongya merasakan tubuhnya jauh lebih segar, maka membangunkan semangat Kaisar ini untuk melatih diri terus, untuk menyalurkan sinkangnya kedalam perutnya, agar bola api yang sering ber-putar2 diperutnya itu bisa dikendalikannya. Tetapi walaupun demikian Toan Hongya masih merasakan tenaganya lemah sekali, sulit sekali ia ingin bangun dari pembaringannya, dengan mengerahkan dan melatih sinkang yang ada padanya, Toan Hongya masih bisa bertahan diri, tetapi bukan berarti penyembuhan. Justru penyembuhan itulah yang sangat di harapkannya. Pelajaran Sinkang yang pernah di terimanya dari Lam Siang Cinjin merupakan pelajaran yang tinggi, namun itu hanya bisa mempertahankan diri agar tidak terlalu "terbakar" Oleh kobaran bola api yang berada dalam perutnya. Dengan dikerahkannya sinkang yang dimilikinya, Toan Hongya bisa memaksa bola api yang panas didalam perutnya itu tetap berdiam dan hanya ber-putar2 didalam perutnya saja. Sedangkan pihak istana telah mengeluarkan pengumuman, siapa yang bisa mengobati luka atau penyakit yang diderita oleh Toan Hongya akan diberikan hadiah yang sangat besar. Siapa saja yang bisa menyeiamatkan jiwa Toan Hongya dari penyakitnya yang aneh itu, akan dianugerahi kemuliaan. Memang cukup banyak juga tabib2 disekeliling negeri tersebut yang berusaha untuk mengobati Toan Hongya, tetapi sejauh itu tidak seorangpun yang berhasil. Bahkan banyak juga yang mengundang tabib2 dari pegunungan, yang semula telah hidup mengasingkan diri, untuk berusaha menyembuhkan Toan Hongya. Namun usaha kearah itu ternyata gagal sama sekali. Orang-orang istana jadi tambah berkuatir, telah sebulan lewat lamanya tanpa adanya tanda2 kesembuhan raja mereka. Keadaan demikian menguatirkan sekali kerabat istana, begitu juga rakyat negeri Tailie yang sangat menciniai raja mereka ini, jadi ikut bersedih hati. Mereka tahu, jika penyakit itu berlarut?, tokh akhirnya raja mereka akan kehabisan daya tahannya dan berarti akan menemui ajalnya. Keadaan seperti ini berarti akan membuat raja mereka tidak akan tertolong lagi. Dari hari kehari negeri Tailie semakin dirundung kabut kedukaan. Terlebih lagi dipihak istana yang lebih banyak bermurung diri. Pemerintahan negeri untuk sementara waktu diambil alih untuk diwakili oleh paman Toan Hongya, yaitu Toan Bun, tetapi kegiatan negeri itu tampak beku sama sekali, karena semua orang tengah berduka hati. Toan Hongya yang dari hari ke hari terus menerus rebah dipembaringan juga jadi tidak puas serta berputus asa. Toan Hongya maklum bahwa dirinya sulit sekali disembuhkan dari penyakitnya itu. Walaupun keadaan demikian ber-larut2 dan dirinya tidak segera menemui ajalnya tokh suatu saat jika memang tenaga dan semangatnya telah habis, ia akan menemui ajalnya juga. Sehingga Toan Hongya akhirnya suatu pagi memanggil pamannya, yang selama ini mewakilinya, pesannya jika ia menemui ajalnya, Toan Bun itulah yang harus meneruskan pemerintahan dinegeri Tailie, sebab memang Toan Ceng belum beristri dan tidak memiliki anak, maka tidak ada akhli waris dari takhta kerajaan dan hanya akan diwariskan kepada kerabat yang terdekat dengan pihak raja yang tengah menjelang maut itu, yaitu setelah dipertimbangkan Toan Ceng memilih Toan Bun. Sambil menerima pengobatan terus menerus dari para tabib istana, dan juga menerima perawatan yang teliti sekali, Toan Hongya pun tidak pernah melalaikan untuk mengerahkan sinkangnya guna membendung bola api yang berada diperutnya. Selama bola api itu masih bisa dibendungnya didalam perut, berarti ia masih bisa untuk bertahan tidak terlalu sering pingsan atau sesak napasnya. Para tabib istana juga telah mengerahkan ber-macam2 obat2 yang langka dan mahal harganya, guna memberikan kekuatan kepada raja mereka ini. Entah berapa banyak obat2 yang mahal harganya telah dipergunakan. ---oo^dw-kz~0~Tah^oo--- BAGIAN 24 . HEK WAN SI PENAMBAL MANGKOK NAMUN pada suatu pagi, diluar pintu istana terjadi keributan mendadak. Waktu Toan Liang yang hari itu tengah memimpin pasukan pengawal mengadakan penjagaan diistana keluar untuk melihat keributan itu. Ternyata keributan tersebut ditimbulkan oleh beberapa orang anak buahnya. Dimuka istana tampak seorang laki2 yang keadaannya tidak keruan macam, berpakaian kebesaran dan juga tidak keruan bentuknya, dengan rambut yang terurai turun, tengah duduk sambil mengoceh seorang diri. Mungkin usia orang itu lima puluh tahun, ia mengoceh seorang diri dengan sepasang mata yang terpejamkan. Anak buah Toan Liang menimbulkan suara yang ribut karena mereka tengah mengusir orang tersebut agar tidak berdiam dimuka istana. Toan Liang segera memanggil salah seorang anak buahnya, menanyakan apa sebabnya timbul keributan itu. "Maafkan Goan (jenderal)," Kata anak buah Toan Liang. "Jangan Goanswe Tai jin gusar, sesungguhnya kami tengah mengusir orang liar itu agar tidak berdiam dimuka istana, tetapi orang itu, yang mengakui dirinya sebagai seorang penambal mangkok, tidak bersedia pergi. la mengatakan ingin bertemu dengan Toan Hongya untuk memperlihatkan keakhliannya menambal mangkok.....!" Sepasang alis Toan Liang Jadi mengkerut karena justru orang itu yang mengakui dirinya sebagai akhli menambal mangkok itu tidak memiliki sangkut paut dan hubungan dengan penyakit yang diderita oleh Toan Hongya. Dan saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk memperlihatkan kepandaiannya orang tersebut dihadapan Toan Hongnya, karena raja itu tengah sakit. "Katakan kepadanya, agar datang dilain saat saja, karena Toan Hongya tengah sakit," Kata Toan Liang akhirnya. "Sudah hamba katakan begitu, tetapi justru orang tersebut memaksa juga untuk bertemu dengan Toan Hongya......... ia mengatakan memang telah didengarnya Toan Hongya sakit, maka ia ingin menghibur Toan Hongya, agar raja kita itu terhibur sedikit oleh pertunjukan yang akan diadakan dihadapan Toan Hongya, menambal mangkok2 yang telah pecah.... !" Mendengar keterangan anak buahnya itu, Toan Liang jadi marah, ia mengerutkan sepasang alisnya berpikir keras, tetapi diwaktu itu iapun berpikir juga bahwa selama ber-bulan2 Toan Hongya menderita penyakitnya itu dan selama itu hanya rebah dipembaringan, bukankah memang selayaknya jika Kaisar mereka itu diberi hiburan. Mungkin orang yang mengakui dirinya sebagai penambal mangkok itu memiliki keakhlian yang unik, yang bisa menghibur Toan Hongya, karena ia begitu berkeras ingin bertemu dengan Toan Hongya. "Baiklah, suruh orang itu masuk menghadap padaku", kata Toan Liang akhirnya. Anak buah Toan Liang mengiyakan dan mempersilahkan orang yang aneh tersebut untuk bertemu dengan Toan Liang. Dengan sikap yang acuh tak acuh dengan kurang memperlihatkan sikap menghormat, orang tersebut telah duduk sembarangan dihadapan Toan Liang, ia menggumam dengan suara yang perlahan, namun cukup jelas didengar oleh Toan Liang . "Sungguh celaka.....! Sungguh celaka.....! Raja tengah sakit, tetapi semua orang telah membiarkan raja dengan penyakitnya begitu saja............! Sungguh suatu hal yang menyedihkan sekali... aku yang ingin menghibur Toan Hongya agar tidak terlalu bersedih hati, namun justru sayangnya manusia2 yang mengelilingi Toan Hongya malah lebih senang melihat raja mereka menderita dan melarang aku memberikan hiburan.......!" Toan Liang jadi tertarik, ia telah memandangi orang itu sejenak lamanya, kemudian ta nyanya . "Siapa namamu, orang tua" "Namaku.....? Aku tidak memiliki nama. Sudah terlalu lama aku tidak memakai nama apa pun juga. Hanya sahabat2ku banyak yang memanggilku dengan sebutan si Hek-wan (Kera Hitam)." "Nama yang aneh" Kata Toa Liang kemudian. "Hmmm....., tidak terlalu aneh. Kau lihat, kulitku ini hitam, bukan? Dan juga wajahku memang buruk, tidak tertalu bagus seperti kau, maka cocok jika sahabat2ku itu mengatakan bahwa mukaku ini menyerupai muka seekor kera.........!" Toan Liang sadi tertegun, aneh sekali orang ini, tetapi justru orang ini senang sekali tampaknya memiliki gelaran seperti Hek Wan itu, ia malah telah menekankan bahwa gelaran itu tepat sekali untuk keadaan dirinya yang sebenar-nya. "Baiklah, lalu apa maksudmu memaksa untuk bertemu dengan Toan Hongya?" Tegur Toan Liang lagi. "Akh, Goanswe rupanya belum menerima laporan bahwa aku hanya sekedar ingin menghibur Toan Hongya. Bukankah Toan Hongya telah menderita sakit yang lama dan panjang sekali......? Maka jika memang aku bisa memberikan hiburan kepada Toan Hongya, jelas akan mengurangi sedikit penderitaaanya dan Hongya akan terhibur... .!" "Hemm....., hiburan dalam bentuk apa yang hendak engkau berikan ?" Tanya Toan Liang. "Aku seorang akhli menambal mangkok, maka aku akan memperlihatkan kepada Toan Hongya, cara bagaimana menambal mangkok, agar Toan Hongya terhibur...! Bukankah menambal cawan atau mangkok yang telah pecah menjadi utuh kembali merupakan pertunjukan yang menarik sekali...?". Toan Liang berdiam diri. la sebagai seorang Goanswe, tentu saja memiliki pandangan yang luas. Memang orang ini hanya menyatakan ingin memberikan hiburan kepada Toan Hongya dengan mengadakan pertunjukan menambal mangkok atau cawan yang pecah, suatu pertunjukan yang biasa saja. Namun tentunya orang ini mengandung maksud tertentu dengan memaksa seperti itu ingin bertemu dengan Toan Hongya. Walaupun masih ragu2 perihai keperibadian orang tersebut, Toan Liang akhirnya mengangguk. "Baiklah, aku akan memenuhi keinginanmu, tetapi tentu saja engkau juga harus memenuhi syarat2 yang ada", kata Toan Liang kemudian. "Syarat2 apa itu ?" Tanya orang tersebut sambil mengangkat kepalanya mengawasi Toan Liang. "Engkau harus benar-benar memiliki suatu, pertunjukan yang baik untuk Toan Hongya, karena telah beberapa saat Hongya sakit, sehingga jika memang pertunjukanmu itu tidak berarti apa-apa, sia-sia saja hanya menambah keruwetan Hongya ...... maka jika engkau gagal menghibur. Hongya, dirimu akan menerima........!" Orang itu mengangguk dengan pasti. "Baik.......!" Katanya kemudian "Aku berani bertaruh, Hongya tentu akan menyukai pertunjukanku !'' Toan Liang perintahkan seorang pengawal untuk mempersiapkan keperluan orang itu mengadakan pertunjukan. Orang itu tidak meminta apa-apa, ia hanya minta disediakan sepuluh cawan terisi penuh oleh arak. Toan Liang dan beberapa orang pengawal mengiringi orang tersebut memasuki tempat peraduan raja, dan Toan Liang telah perintahkan agar para pengawal itu mengadakan penjagaan yang ketat, karena Toan Liang kuatir kalau2 orang tersebut, 'Hek Wan, melakukan tindakan sesuatu yang bisa mencelakai raja mereka. Begitu masuk kedalam ruang peraduan raja, Hek Wan melihat Toan Hongya tengah rebah di tempat peraduannya dengan tubuh yang kurus dan keadaan lemah. Dan waktu Hek Wan memasuki kamar, Toan Hongya hanya melirik lesu. Hek Wan telah memberi hormat sambil berkata . "Toan Hongya, aku memiliki sedikit pertunjukan untukmu, entah kau akan senang melihatnya atau tidak........!" Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dan setelah berkata begitu, tanpa menantikan jawaban Toan Hongya, Hek Wan telah duduk numprah diatas lantai, ia meminta kepada Toan Liang agar kesepuluh cawan arak itu didekatkan padanya. Seorang pengawal menuruti permintaan Hek Wan, dimana kesepuluh cawan arak itu telah diletakkan didekat Hek Wan, sebelah kanan. Hek Wan mengambil sebuah cawan arak, meneguk isinya sampai kering, kemudian berkata . "Toan Hongya, coba perhatikan kemari...........! Ini ada sebuah cawan yang masih utuh, dan aku akan merusaknya...........!" Membarengi dengan perkataannya itu, Hek Wan telah membanting keras-keras cawan itu ke lantai, seketika cawan itu pecah berkeping-keping. "Hongya telah melihat, cawan yang utuh itu hancur, dan sekarang aku Hek Wan sebagai penambal mangkok akan menambal cawan yang pecah itu. Ini bukan urusan yang sukar. Seperti diketahui, mangkok atau cawan dibuat dengan di-tengah2nya kosong, sehingga bisa dipergunakan untuk makan dan minum, dapat diisi oleh sesuatu didalamnya. Kekosongan bisa menimbulkan isi, bisa mendatangkan kepadatan dan keberisian yang dikehendaki........!" Bagi semua orang yang mendengar perkataan Hek Wan menganggap itulah perkataan yang biasa saja, tetapi justru Toan Hongya yang dalam keadaan lemah seperti itu jadi terkejut dihatinya, karena ia mengetahui kata2 yang di ucapkan oleh Hek Wan adalah sebagian dari pelajaran ilmu sinkang, yaitu yang berisi menjadi kosong dan yang kosong jadi berisi. Itulah sedikit kata dari pelajaran Sinkang yang memiliki arti yang luas. Tanpa disadari, Toan Hongya menyahuti dengan suara yang lemah . "Itu memang benar," Dan Toan Hongya menghela napas dalam2. Semua orang yang berkumpul didalana ruangan itu jadi memandang heran, melihat Toan Hongya bersedia berkata2, malah membenarkan perkataan penambal mangkok itu. Memang telah diketahui mereka, mangkok dan cawan selalu kosong-tengahnya dan tanpa dibicarakan mereka memang telah tahu. Justru Toan Hongya tampaknya jadi memperhatikan apa yang akan dikatakan oleh penambal mangkok itu selanjutnya. "Cawan yang telah pecah ber-keping2 ini, per-tama2 kita mengambil yang berada disebelah kanan, yang terkecil," Kata Hek Wan lagi. "Pecahan2 yang kecil itu kita tambal dulu, baru kemudian memilih yang lebih besar, dan yang terakhir baru potongan dari pecahan yang paling besar........ jadi yang kecil itu menunjang yang besar. Tanpa mengumpulkan dulu yang kecil2, tentu tidak mungkin, bisa memperoleh hasil yang baik " Muka Toan Hongya jadi ber-seri2, sebagai seorang yang mengerti pelajaran silat dan telah mempelajari sinkang, ia mengetahui makna yang terkandung dalam perkataan Hek Wan, malah dengan suara yang girang Toan Hongya berkata . "Benar.......tepat sekali. Dan bagaimana selanjutnya ?" "Selanjutnya jika cawan yang telah pecah ber-keping2 itu berhasil kita sambung, kita harus mengasahnya, sehingga menjadi licin dan tambalan itu tidak akan tampak lagi, menjadi utuh kembah seperti semula ... " "Tepat.........!" Seru Toan Hongya girang, entah mengapa, dihatinya jadi timbul semangat baru. "Siapakah locianpwe yang telah memberikan petunjuk berharga ini kepadaku ?" Hek Wan telah tertawa. "Sahabat2 biasa memberikan julukan pada ku Hek Wan........itu saja namaku, dan Hongya bisa memanggil begitu juga.......!", menyahuti Hek Wan. Toan Hongya telah menoleh kepada Toan Liang, ia berkata . "Paman berikan sebuah kamar yang bersih dan baik untuk Hek Wan Lo cianpwe.......!" Toan Liang benar2 heran, mengapa rajanya jadi begitu girang dan tertarik sekali atas kata2 yang diberikan oleh Hek Wan. Padahal yang dibicarakan oleh Hek Wan hanyalah kata2 biasa saja perihal sebuah cawan, dan tentunya semua orang juga mengetahui apa itu cawan dan bagaimanaa jika pecah dan cara menyambungnya. Tetapi malah Hongyanya itu seperti juga tertarik sekali. Hek Wan tertawa lagi. "Hari ini aku memberikan pertunjukan hanya 'sampai' disini, dua hari lagi aku akan melanjutinya, cobalah Hongya meresapi pertunjukanku ini selama dua hari, dan kesembilan cawan ini biarkan saja disini, karena aku masih memiliki sembilan pertunjukkan yang menarik mengenai cara menambal cawan yang telah pecah.........". "Terima kasih locianpwe, terima kasih........i" Kata Toan Hongya, dan wajahnya yang pucat itu berobah seketika jadi berseri. Toan Liang dan yang lainnya hanya memandang heran karena mereka tidak mengerti mengapa raja mereka bisa begitu tertarik dengan kata2 Hek Wan. Hanya mereka tidak berani meremehkan Hek Wan lagi, sebab raja mereka sendiri tampaknya menghormati orang yang tampaknya sinting dan tidak beres pikirannya tersebut. Bukankah Hongya mereka jadi begitu girang mendengar kata2 Hek Wan, bahkan menyatakan terima kasihnya ? Begitulah Hek Wan telah diberikan sebuah kamar yang indah dan baik, juga diberikan perlengkapan makan dan minum yang lezat2. Sedangkan Toan Hongya setelah Hak Wan berlalu dari kamarnya, jadi berdiam diri meresapi perkataan Hek Wan. ---o~dw.kz^0^Tah~o--- MEMANG bagi Toan Liang dan yang lainnya, yang tidak mementingkan pelajaran silat, perkataan Hek Wan biasa saja. Raja Silat Karya Chin Hung Bangau Sakti Karya Chin Tung Pendekar Bunga Karya Chin Yung