Ceritasilat Novel Online

Pertikaian Tokoh Persilatan 16


Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 16


Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung   Ong Tiong Yang tersenyum sambil merangkapkan sepasang tangannya, ia telah merendah. Tetapi pelajar itu tertawa sambil mengawasi Ong Tiong Yang, katanya .   "Dengarlah tojin muda, kita baru saja bertemu. Sekarang kutanyakan kepadamu, maukah engkau bersahabat denganku ?"   Ong Tiong Yang mengawasi Kiang Bun sejenak, akhirnya pendeta muda ini me nyahuti.   "Mengapa tidak? Pinto selalu hendak bersahabat dengan semua orang, dan jika memang siecu hendak mengajak Pinto bicara dari niat yang baik, tentu Pinto tidak keberatan.......!"   "Baiklah Ong Cinjin, sekarang ini kita melanjutkan perjalanan ber-sama2. Kemanakah tujuan Ong Cinjin?"   Tanya Kiang Bun lagi.   "Belum tahu, Pinto tidak memiliki tempat tujuan, karena Pinto mengembara kemana saja sebawanya kedua kaki Pinto ini,,,,,,,!"   "Bagus....., dengan melakukan perjalanan bersama, tosu menggembirakan sekali, karena kita memiliki kawan biecara bukan?"   Tanya Kiang Bun lagi. Ongr Tiong Yang menganggukkan kepalanya kemudian katanya dengan suara yang sabar.   "Didalam persoalan bersahabat, memang siecu tentu berhak untuk menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi kawan siecu.......'' "Hemm......, engkau pandai bicara, Ong Cinjin!"   Kata King Bun tertawa.   "Baiklah, aku ingin menuju kekota Sun-ciang, dan engkau mau turut denganku atau tidak?"   Ong Tiong Yang mengangguk.   la tertarik sekali pada pelajar ini, karena dilihatnya bahwa Kiang Bun seperti bukan pelajar biasa.   Dari matanya yang bersinar tajam menunjukkan bahwa pelajar ini selain tentunya menguasai ilmu surat, juga pasti memiliki tenaga sinkang yang kuat.   Waktu itu hari mulai mendekati siang dan kedua orang ini melakukan perjalanan bersama, Ong Tiong Yang hanya ikut saja kemana Kiang Bun akan pergi, karena memang kebetulan Ong Tiang Yang tidak memiliki arah tujuan yang tetap, dan ia tidak mengetahui harus pergi kemana.   Maka dengan melakukan perjalanan bersama Kiang Bun bukankah merupakan hal yang menggembirakan, karena bisa memiliki seorang kawan bicara, sehingga dalam perjalanan ini tidak menimbuikan kesepian? Kiang Bun ternyata seorang pelajar yang memiliki pengetahuan sangat luas.   la selalu bicara dari hal2 yang menarik.   Tetapi apa yang dibicarakannya itu seluruhnya bukan urusan dunia persilatan, yang sama sekali tidak pernah disentuhnya.   Kiang Bun hanya bicara dari soal ilmu surat dan keadaan masyarakat pada saat itu.   Namun Ong Tiong Yang memang memiliki hati yang welas asih, justru cerita Kiang Bun mengenai keadaan di masyarakat menyenangkan hatinya.   Maka ia menimpali percakapan itu dengan gembira.   Sedangkan Kiang Bun ternyata senang sekali bicara, mulutnya tidak pernah berhenti bicara.   Setelah melakukari perjalanah sekian lama, dan hari hampir menjelang sore, mereka tiba dikota Sun Ciang, sebuah kota yang tidak begitu besar.   Kiang Bun mengajak Ong Tiong Yang singgah disebuah rumah makan, mereka mengisi perut.   Ong Tiong Yang memesan makanan yang tidak berjiwa.   Mereka masih berakap-cakap juga dengan asyik, tertampaknya mereka merasa cocok satu dengan yang lainnya.   Kiang Bun juga menceritakan perihal dirinya, dimana ia mengatakan bahwa ia berasal dari Souwciu, dan telah mengembara selama puluhan tahun, karena Kiang Bun memang seorang yang tidak senang berdiam terus menerus disebuah tempat.   "Dengan mengembara, kita bisa memperoleh banyak pengalaman", kata Kiang Bun sambil tersenyum, Ong Tiong Yang mengangguk. Selama itu Kiang Bun tidak pernah bicara sepatah perkataanpun juga mengenai ilmu silat, hal ini memang membuat Ong Tiong Yang jadi heran dan ber-tanya2 dalam hatinya. la yakin bahwa Kiang Bun tentu memiliki kepandaian yang tinggi untuk ilmu silat, disamping sinkangnya yang tentunya telah mencapai tingkat yang cukup sempurna, karena sinar matanya yang bersinar tajam sekali. Akhirnya Ong Tiong Yang tidak bisa menahan perasaan ingin tahunya, ia telah berkata dengan hati2.   "Sesungguhnya Kiang Siecu, apakah menurut pendapat Kiang Siecu seseorang itu penting dan berguna jika belajar ilmu silat ?"   Kiang Bun berhenti tertawa, ia mengawasi Ong Tiong Yang, lama sejenak kemudian baru menyahut .   "Apa maksud pertanyaan Ong Cinjin?"   "Sesungguhnya Pinto tertarik sekali pada ilmu silat, tetapi Pinto belum mengetahui apakah ilmu silat memiliki manfaat yang lebih besar jika kita mempelajarinya....... itulah yang telah membuat Pinto selalu ber-tanya2 pada diri sendiri dan belum lagi memenuhi jawabannya......!"   "Hemmm.....!"   Kiang Bun mendengus perlahan, wajahnya yang semula ber-seri2 telah berobah jadi agak muram. la menunduk dalam2 kemudian baru berkata dengan suara yang perlahan.   "Menurut pendapatku ilmu silat hanya mempersulit diri orang yang bersangkutan, semakin tinggi kepandaian silatnya, tentu semakin sulit lagi ia menempatkan diri dimasyarakat......."   "Mengapa begitu, Kiang Siecu?"   Tanya Ong Tiong Yang. Kiang Bun telah menghela napas lagi, katanya dengan suara yang mengandung hati-hati.   "Sesungguhnya Ong Cinjin, seseorang yang kebetulan telah terlanjur mempelajari ilmu silat, tentu akan membuat dirinya memikul tugas yang tidak ringan, yaitu tugas untuk membela yang lemah, demi peri kemanusiaan. Coba Ong Cinjin bayangkan, jika Ong Cinjin mengerti iilmu silat, Ialu kebetulan menyaksikan suatu peristiwa yang tidak adil, apakah Ong Cinjin bisa berdiam diri saja?'' Ong Tiong Yang juga merasa perkataan Kiang Bun ada benarnya, ia mengangguk.   "Benar...... tentu dengan memiliki kepandaian silat, dan dengan jiwa yang bersih dan tulus, tidak bisa kita saksikan kebathilan merajalela!"   "Itulah mengapa aku mengatakan jika seseorang rnempelajari ilmu silat akan membuat kedudukannya sulit didalam masyarakat... !"   "Hemm...., tetapi tidak semuanya, tentunya orang yang mengalami kesulitan seperti itu, ka ena tentu ada orang yang memang ber-cita2 buat melaksanakan cita2l uhur membela orang2 yang lemah dari tindasan si kuat yang jahat, maka mati2an ia mempelajari ilmu silat........!"   "Itu bagi orang yang memiliki jiwa yang baik dan hati yang bersih, tetapi jika seseorang yang memiliki jiwa jahat dan hati yang kotor apa yang terjadi? Bukankah kepandaian silat itu dipergunakannya untuk melakukan kejahatan?"   Ong Tiong Yang kembali mengangguk, katanya dengan sabar.   "Manusia2 seperti itulah yang memang harus disingkirkan........!"   "Tetapi untuk membatasi siapa yang harus mempelajari ilmu silat. dan siapa yang tidak bisa mempelajarinya karena memiliki jiwa yang jahat, hal ini cukup sulit...!"   "Mengapa begitu Kiang Siecu?"   Tanya Ong Tiong Yang tertarik.   "Karena banyak seseorang yang mempelajari ilmu silat sejak kecil. Waktu itu ia memperlihatkan kelakuan dan jiwa yang baik. Namun setelah ia dewasa dan memiliki kepandaian yang cukup tinggi, tiba2 muncul sifatnya yang tamak dan sombong, ia mempergunakan kepandaian ilmu silatnya itu untuk melakukan kejahatan. Jika terjadi hal itu, apa yang hendak dikata. Terlebih lagi jika orang tersebut juga mati-matian untuk dapat mempelajari semua ilmu silat agar mencapai tingkat yang tertingi, dan juga ber-cita2 untuk menjagoi rimba persilatan. dengan mengandalkan kepandaiannya, bukankah orang seperti itu membahayakan keselamatan orang banyak ?"   Ong Tiong Yang mengangguk sambil menghela napas.   "Sayangnya sulit sekali untuk membatasi orang2 seperti itu, karena sulit membedakan yang baik dan jahat, terlebih lagi banyak alasan2 tertentu yang meliputi diri orang seperti itu untuk mempelajari ilmu silat.......!"   "Maka dari itu, sebagai imbalannya, diperlukan sekali orang yang berjiwa putih bersih dan luhur untuk dididik agar memiliki kepandaian yang tinggi, agar bisa mengimbangi kepandaian orang2 yang busuk itu ........!"   Ong Tiong Yang membenarkan lagi.   Begitulah, mereka ber-cakap2 dengan asyik, karena keduanya sangat cocok satu dengan yang lainnya.   Disaat itu dari luar rumah makan telah melangkah masuk seseorang.   Ong Tiong Yang dan Kiang Bun menoleh, waktu melihat orang tersebut, Kiang Bun berobah wajahnya.   "Dia.... dia merupakan dedengkot iblis, kita harus berusaha mengelakkan bentrokan dengan orang itu !"   Kata Kiang Bun dengan suara yang berbisik dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.   ---oo~dwkz^Tah~oo--- BAGIAN 39 .   SI WAJAH EMPAT ARWAH BIAN KIE LIANG ONG TIONG YANG jadi tertarik, ia memperhatikan orang baru masuk itu, ialah seorang lelaki yang berpakaian seenaknya dan tidak teratur, rambutnya walaupun dikonde, namun banyak anak rambutnya yang terurai.   Usia orang mungkin telah mencapai enam puluh tahun, tubuhnya kurus dan mukanya cekung dengan mata yang dalam dan bola mata yang bersinar tajam.   Waktu melangkah masuk orang ini tidak memperhatikan keadaan disekelilingnya, dengan seenaknya ia duduk di sebuah kursi dan menepuk meja cukup keras.   "Mana pelayan....?"   Tegurnya dengan suaro yang nyaring.   Seorang pelayan cepat-cepat menghampiri untuk menanyakan pesanan orang tersebut, orang itu memesan lima kati daging dan dua kati arak.   Kemudian sambil menantikan datangnya makanan yang dipesannya, orang tersebut telah ber-nyanyi2 perlahan, sikapnya memang seperti seenaknya dan tidak memandang sebelah mata pada sekelilingnya, tidak mengambil perhatian pada orang2 yang berada didalam ruang rumah makan tersebut.   Disamping itu juga tidak mengacuhkan keadaan tamu- tamu lainnya.   la seperti berada hanya seorang diri ditempat tersebut.   Ong Tiong Yang yang diam2 memperhatikan keadaan orang tersebut, dan Ong Tiong Yang memperoleh kesan tidak begitu menggembirakan, karena tampaknya orang tersebut memiliki sikap yang ugal-ugalan.   Sambil menundukkan kepala dan dengan suara yang perlahan, Ong Tiang Yang bertanya kepada Kiang Bun.   "Siapa orang itu?"   Kiang Bun tetap diam dengan menunduk dalam, karena dia seperti tidak ingin dilihat oleh orang tersebut.   "Dia she Bian bernama Kie Liang,"   Kata Kiang Bun dengan suara yang perlahan.   "Dan sifatnya sangat jahat sekali, aneh dan ugal2an. Tindakannya selalu sekehendak hatinya, jika ia tengah senang, ia tidak membinasakan orang, tetapi jika ia tengah marah dan mendongkol, dia akan membinasakan siapa saja tanpa memperdulikan siapa orang itu. Dia merupakan dedengkot iblis yang menguasai propinsi Hunan, kepandaiannya memang tinggi sekali dan sulit dicari tandingannya."   "Hemm...., jika memang demikian dia bukan manusia baik2,"   Kata Ong Tiong Yang.   "Tepat .., ia memang bukan manusia baik2 tidak ada urusan kejahatan yang tidak dilakukannya bahkan orang2 dari jalan hitampun merasa jeri untuk bertemu dia......!"   "Apakah kepandaiannya memang demikian tinggi sehingga tidak ada orang yang bisa menadinginya......?", tanya Ong Tiong Yang.   "Itulah yang menjadi keheranan buatku, karena beberapa tokoh sakti dari rimba persilatan, seperti beberapa orang Cianpwe, dari Siauw Lim dan Bu Tong, pernah mengeroyok dan bertempur dengannya namun iblis ini bisa mololoskan diri dan tidak berhasil dirubuhkan........"   "Dia bergelar sebagai Sie Hun Bian atau Wajah Empat Arwah. Maka kepandaiannya memang seperti juga merupakan dari kepandaian empat orang tokoh sakti, seperti yang dibuktikannya walaupun dikeroyok beberapa orang Cianpwe dari Siauw Lim Sie dan Bu Tong, ia tidak berhasil dirubuhkan......!"   "Jika memang demikian halnya, tentu ia malang- melintang tanpa memperoleh tandingan selama ini... !"   Kata Ong Tiang Yang. Kiang Bun menganguk lagi.   "Benar.... dan selama itu pula ia tidak pernah memandang sebelah mata pada orang2 rimba persilatan, sikap maupun perbuatannya selalu seenak hatinya saja, ia tak perdulikan apakah perbuatannya akan disenangi atau dibenci orang tetapi jika ia merasa senang tentu akan dilakukannya segala apapun juga..........!"   "Ilmu dan kepandaian apa yang paling diandalkannya....?"   Tanya Ong Tiong Yang yang tertarik ingin mengetahui perihal diri Sie Hun Bian.   "Telapak tangannya yang mengandung maut, setiap kali telapak tangannya itu digerakkan, tentu lawannya bisa terluka parah atau terbinasa....... selama ini kesaktian telapak tangannya itu memang belum memperoleh tandingan!"   "Hemm..., sekarang ia berada disini tentu ingin melakukan sesuatu, bukan ?"   Tanya Ong Tiong Yang.   "Mungkin, karena biasanya ia jarang meninggalkan tempatnya dihutan.........?"   Baru saja Kiang Bun berkata begitu, disaat itulah tampak pelayan telah menghantarkan pesanan Sie Hun Bian. Pelayan itu meletakkan pesanan tersebut diatas meja. Kiang Bun berkata dengan suara yang perlahan.   "Ia memang sangat kuat minum arak dan makan daging bakar."   Dan Kiang Bun mengangkat kepalanya. Cepat sekali ia menundukkan kepalanya kembali. Waktu itu tampak Sie Hun Bian berkata dengan suara yang parau kepada si pelayan.   "Apakah engkau telah menimbangnya dengan benar bahwa berat daging ini lima kati?"   Pelayan itu tercengang sejenak, tetapi kemudian ia tersinggung.   "Kami telah membuka rumah makan ini puluhan tahun lamanya, dan selama itu kami memiliki nama yang baik. Untuk apa kami mencatuti timbangan daging ini, bukankah kelak jika kami menyebutkan harganya Toaya akan membayarnya?"   Muka Sie Hun Bian jadi berobah, dia mengawasi dengan bola mata yang merah kepada sipelayan.   "Aku hanya bertanya saja, mengapa engkau jadi tersinggung begitu?"   Bentaknya galak.   "Aku hanya menjelaskan kepada Toaya bahwa pesanan Toaya memang telah kami timbang dengan benar"   Kata si pelayan kemudian.   Tetapi Sie Hun Bian jadi tidak senang, ia telah memandang sekian lama pada pelayan itu tanpa mengucapkan sepatah katapun juga.   Tetapi waktu sipelayan hendak berlalu karena merasa tidak enak hati didiami begitu saja oleh Sie Hun Bian, mendadak Bian Kie Liang telah berkata dengan dingin.   "Diam ditempatmu, jangan pergi dulu.... !"   Pelayan itu jadi merandek, kemudian ia tertawa sinis sambil katanya .   "Aku tidak bisa melayani Toaya terus menerus, karena masih banyak yang harus kukerjakan dibelakang.... !"   Dan pelayan itu telah memutar tubuhnya untuk melangkah pergi.   Sie Hun Bian mengeluarkan suara dengusan yang dingin.   Tahu2 ia telah menggerakkan tangan kanannya, tanpa menyentuh pelayan itu ia berhasil menghentak rubuh pelayan tersebut yang terbanting diatas lantai.   Keruan saja pelayan tersebut jadi mengeluarkan suara teriakan kesakitan.   Dengan penuh kemarahan pelayan itu merangkak bangun.   Saat itu Sie Hun Bian telah berkata dengan suara dingin.   "Jika engkau bersikap kurang ajar lagi, akan kuambil jiwamu........!"   Dan Sie Hun Bian mulai memakan dagingnya, sambil sekali2 meneguk araknya.   Pelayan itu jadi berdiri dengan sikap serba salah.   la memang marah didalam hati, tetapi tidak berani memperlihatkan kemarahannya itu karena mengetahui bahwa tamunya ini galak sekali.   Untuk berdiri terus ditempatnya itu membuat si pelayan jadi tidak enak hati, karena ia mendongkol sekali dan memang tidak biasanya melayani terus menerus pada seorang tamu.   Banyak sekali pekerjaan yang harus dikerjakannya.   Tetapi untuk berjalan meninggalkan meja itu, ia kuatir dirinya akan dibanting pula oleh tamunya yang galak tersebut.   Waktu itu tampak Sie Hun Bian telah tertawa tawar, sambil mengunyah daging, ia telah berkata .   Engkau masih tersinggung ?"   Pelayan itu tersenyum pahit.   "Tidak !"   Katanya sambil menggelengkan kepala dengan sikap serba salah.   "Hemmm......., bagus.......! Jika memang engkau tidak merasa tersinggung lagi, sekarang engkau harus menuruti perintahku !"   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Pelayar itu diam saja, mengiyakan dan juga tidak membantah.   "Minumlah arak ini........!"   Kata Sie Hun Bian sambil mendororg guci araknya.   "Toaya.....aku.... aku....!"   Pelayan itu benar benar jadi serba salah.   "Minum kataku.... atau engkau hendak kubanting lagi ?"   Muka pelayan itu jadi berobah.   "Ini... ini mana boleh... aku hanya pelayan disini... !"   "Tetapi aku yang perintahkan engkau meminum arak tersebut !"   "Tetapi Toaya..."   Namun belum lagi habis suara pelayan itu, justru tangan Sie Hun Bian telah, bergerak dan ......   Buk.   ..! tubuh pelayan itu terbanting lagi keras, walaupun Sie Hun Bian menggerakkan tangannya itu tanpa mengenai tubuh sipelayan, namun ia berhasil membanting pelayan itu dengan mengandalkan tenaga sinkangnya.   Keadaan demikian telah membuat pelayan itu tambah kesakitan.   Sambil merangkak bangun pelayan itu telah memaki- maki, karena ia sudah tak bisa menahan kemendongkolan hatinya lagi.   Sie Hun Bian berkata dengan suara yang tawar.   "Engkau berani memakiku'?"   Tanyanya dengan mata yang mendelik lebar-lebar. Pelayan itu tetap memaki, bahkan ia bilang .   "Hemmm......, engkau seenaknya saja mem-banting2 diriku. memangnya aku digaji olehmu ......?. Aku hanya bertugas melayani tamu, bukan untuk dijadikan barang bantingan."   Muka Sie Hun Bian jadi berubah, ia menggerakkan tangan kirinya, mengebut dengan gerakan yang seenaknya.   Tetapi akibat tenaga kebutan tangannya itu justru tubuh pelayan tersebut terbanting lagi sehingga hidungnya menghantam lantai dan darah juga mengucur deras dari hidungnya, giginya rontok satu, mulutnya jadi tebal membengkak akibat membentur lantai.   Keruan pelayan itu jadi kalap dan memaki kalangan kabut, tampaknya Sie Hun Bian tidak perduli, ia tertawa mengejek sambil mengunyah daging bakarnya lagi.   "Jika engkau masih memaki tidak keruan aku akan menyiksa engkau lebih berat lagi.........!"   Kata Sie Hun Bian dengan suara mengancam. Pelayan tersebut sebetulnya bendak memaki terus, teapi waktu itu telah datang kasir rumah makan tersebut, yang membungkuk memberi hormat sambil perintahkan pelayan agar pergi masuk kedalam.   "Maafkan kekurang ajaran pelayan kami tuan!"   Kata kasir itu.   "Memandang mukaku, kiranya tuan mau memaafkan kekurang ajarannya itu......!"   Sie Hun Bian memang memiliki adat yang aneh, bukannya jadi senang, justru dia jadi tersinggung, karena melihat pelayan itu diperintahkan masuk oleh si kasir rumah makan itu.   Dengan menggerakkan tangan kanannya, tubuh kasir itu dipukul terpental ketengah udara.   Perbuatan Sie Hun Bian memang keterlaluan dan Ong Tiong Yang tidak bisa berdiam diri terus.   Ketika melihat tubuh kasir rumah makan itu meluncur akan terbanting, Ong Tiong Yang melompat bangun dari duduknya.   la menggerakkan hudtimnya mengibas, dan tenaga luncuran dari tubuh si kasir lenyap.   Dengan mempergunakan tangan kirinya, Ong Tiong Yang mencekal baju kasir itu, dan menurunkan ke lantai sehingga kasir itu tidak sampai terbanting.   Muka Sie Hun Bian jadi berobah waktu melihat seorang tojin muda mencampuri urusan nya, tetapi kemudian ia memperdengarkan suara tertawa dinginnya dan melan jutkan makan daging bakarnya.   Ong Tiong Yang setelah menolongi kasir rumah makan, duduk kembali ditempatnya seperti juga tidak terjadi sesuatu apapun juga.   Kasir rumah makan itu berdiri dengan kaki yang gemetar keras dan wajah yang pucat, karena tadi dia nyaris terbanting dilantai dengan keras kalau saja tidak ditolong oleh Ong Tiong Yang.   ---oo~dwkz^Tah~oo--- SAMBIL mengunyah daging bakarnya Sie Hun Bian menggumam perlahan .   "Sungguh berani......, sungguh berani.........luar biasa sungguh berani sekali...........!"   Menggumam sampai disitu, tahu-tahu potongan daging yang berada dimulutnya telah di semburkannya dengan keras, dan potongan-potongan daging itu menyambar kepunggung Ong Tiong Yang deras sekali.   Rupanya pada potongan daging tersebut disertai oleh dorongan tenaga sinkang yang kuat, berkesiuran keras menyambar kejaIan darah dipunggung Ong Tiong Yang.   Ong Tiong Yang yang mendengar suara samberan angin dari potongan-potongan daging itu, tidak bangkit dari duduknya, ia tidak berusaha berkelit, hanya mempergunakan hudtimnya mengebut kebelakang, sehingga beberapa potongan daging itu berhasil disampoknya jatuh kelantai.   Namun Ong Tiong Yang kaget sendirinya, karena ia merasakan telapak tangannya pedih sekali ketika hudtimnya itu memukul jatuh potongan2 daging tersebut.   Hal itu membuktikan bahwa tenaga Iwekang Sie Hun Bian memang tinggi, dan membuat Ong Tiang Yang harus bersikap lebih hati2.   Kiang Bun yang melihat cara Ong Tiong Yang meruntuhkan serangan potongan daging yang dilancarkan Sie Hun Bian jadi kaget sendirinya.   Dengan kepala yang masih tertunduk dalam2 Kiang Bun telah berkata perlahan.   "Ah......, rupanya Ong Cinjin memiliki kepandaian yang tinggi. Aku si tua yang memiliki mata lamur tak bisa melihat tingginya gunung Taisan.......!"   Ong Tiong Yang hanya tersenyum, sedangkan Sie Hun Bian yang penasaran karena serangan potongan daging yang dilancarkannya berhasil diruntuhkan oleh Ong Tiong Yang, duduk tertegun sejenak, kemudian ia berkata dengan suara yang cukup nyaring.   "Hemm, dengan demikian kepandaian yang tidak berarti seperti itu engkau hendak bertingkah dihadapan Sie Hun Bian."   Lalu dengan gerakan yang seenaknya tampak Sie Hun Bian melontarkan patahan sumpit itu keras dan kuat, dimana kedua sumpit menyambar lagi kepada Ong Tiong Yang.   Hanya sekarang samberan sumpit itu berbeda dengan samberan potongan daging, selain lebih kuat, juga tempat yang dijadikan sasaran merupakan bagian kepala dan pinggang.   Ong Tiong Yang tahu, ia tidak boleh berlaku ayal, karena jika terlambat sedikit saja salah satu dari patahan batang sumpit itu mengenai sasaran, niscaya ia bisa menderita luka yang tidak ringan.   Tanpa menanti serangan tiba, Ong Tiong Yang berdiri dari duduknya, tubuhnya dimiringkan tahu2 hudtimnya telah digerakkan memukul bergantian pada kedua batang potongan sumpit itu, sehingga potongan sumpit itu telah terjatuh kelantai kembali.   Menyaksikan ini, Sie Hun Bian kian meluap darahnya, ia telah memukul meja dengan keras, sampai piring dan mangkok araknya terpental keatas.   "To jin bau........ engkau benar2 hendak menantangku, heh ?"   Teriaknya dengan suara yang dingin, namun dalam suara bentakannya itu terdapat nafsu membunuh yang mengerikan sekali. Ong Tiong Yang tersenyum sabar, la menghampiri Sie Hun Bian, kemudian merangkapkan kedua tangannya menjura memberi hormat.   "Maafkan, bukan se-kali2 Pinto hendak, mencari urusan dengan tuan.... tetapi tadi tindakan tuan keterlaluan dalam mencelakai kasir dan pelayan rumah makan ini, maka terpaksa Pinto tidak bisa berdiam diri.......!"   Sie Hun Bian tertawa dingin, ia berkata tawar.   "Hemm....., engkau rupanya memang merasa angkuh dengan kepandaian yang engkau mililiki itu....., apakah engkau menduga bahwa kepandaian mu itu sudah tidak ada tandingannya lagi? Baiklah, aku hari ini jika tidak bisa memperlihatkan kepadamu, bahwa Sie Hun Bian bukanlah orang yang mudah dipermainkan, untuk selanjutnya percuma aku malang melintang didalam rimba persilatan......!"   Setelah berkata begitu, Sie Hun Bian bangkit berdiri, ia memandang tajam kepada Ong Tiong Yang.   Melihat keadaan sudah demikian rupa, Ong Tiong Yang juga ber-siap2 penuh kewaspadaan karena ia tahu jika sampai dirinya lengah, niscaya ia bisa terluka ditangan Sie Hun Ban yang memang selalu turun tangan tanpa mengenal kasihan.   "Tuan jangan terlalu mengumbar kemarahan, karena itu tidak baik untuk tuan sendiri,"   Kata Ong Tiong Yang sabar.   "Hemm......., engkau tidak perlu menasehatiku, kerbau busuk...!"   Bentak Sie Hun Bian kian meluap darahnya.   la sebagai tokoh yang terkenal dari kalangan penjahat, yang setiap tingkah lakunya seenak hati dan belum pernah ada orang yang bisa melarang dan mengekangnya, justru sekarang ini ia hendak diberi nasehat oleh seorang tojin muda seperti Ong Tiong Yang, membuat ia jadi murka sekali.   "Engkau memang perlu dihajar.......!"   Kata Sie Hun Bian yang sudah tidak bisa menahan kemarahan hatinya. la juga bukan hanya berkata saja, karena tangan kanannya telah digerakkan dengan jurus.   "Menutup dengan terali besi", tampak kelima jari tangannya itu terpentang lebar-lebar, ia berusaha menutup kepala Ong Tiong Yang dengan kelima jari tangannya. Sesuai dengan nama jurus itu, yaitu "Menutup dengan terali besi", maka kelima jari tangan Sie Hun Bian seperti juga terali2 besi yang akan menutupi kepala Ong Tiong Yang. Yang luar biasa adalah tenaga menutup dari telapak tangan Sie Hun Bian, karena telapak tangannya itu menyambar kuat sekali dan kelima jari tangannya itu kaku dun keras telah dialiri oleh tenaga lwekang, jika sampai mengenai sasaran, niscaya akan membuat kepala Ong Tiong Yang remuk. Ong Tiong Yang tidak jeri, karena ia memang telah mempelajari ilmu dari aliran lurus, dimana ketiga orang gurunya memberi pelajaran ilmu yang bersih dan lurus padanya, berbeda dengan ilmunya Sie Hun Bian yang agak sesat tersebut. Ketika melihat telapak tangan Sie Hun Bian hampir mengenai kepalanya, tampak Ong Tiong Yang mengelak kesamping kanan, tetapi ia tidak berkelit begitu saja, hudtim ditangannya telah dikebutkannya, tangkisan yang dilakukannya itu membuat tangan Sie Hun Bian jadi tergetar keras disaat bulu2 hudtim Ong Tiong Yang membentur tangannya dan berusaha melibatnya. Keadaan demikian membuat Sie Hun Bian tambah marah, ia telah memusatkan tenaga lwekangnya lebih kuat pada kelima jari tangannya, sama sekali ia tidak berusaha menarik tangannya, hanya diteruskan untuk mencengkeram bahu Ong Tiong Yang. Bian Kie Liang yang bergelar Sie Hun Bian itu memang benar2 merupakan seorang tokobh sakti yang memiliki kepandaian tinggi sekali, karena disamping ia memiliki kepandaian yang aneh, juga kekuatan tenaga dalam yang dimilikinya sudah mencapai taraf yang tinggi, Ong Tiong Yang sendiri merasakan betapa telapak tangannya jadi sakit, dan ia juga merasakan hudtimnya seperti akan tertarik kena direbut oleh lawannya. Hal ini membuat Ong Tiong Yang harus mengerahkan seluruh tenaga lwekangnya, dimana tenaga murninya itu disalurkan untuk melindungi Hudtimnya, agar tidak sampai direbut oleh lawannya yang mempunyai tenaga dalam yang kuat dan jurus ilmu silat yang aneh. Kiang Bun melihat partempuran yang tengah berlangsung antara Ong Tiong Yang dan Bian Kie Liang jadi memandang dengan mata terpentang lebar2, ia mengawasi deagan penuh perhatian. Disaat itu Ong Tiong Yang merasakan jari tangan lawannya hanya terpisah beberapa dim saja dari bahunya, dan jika saja jari2 tangan Sie Hun Bian berhasil mencengkeram pundaknya, niscaya akan membuat tulang pie-pee nya terancam kerusakan yang cukup parah. Harus diketahui kalau sampai tulang pie-pee seseorang hancur atau remuk, ilmu silat orang yang bersangkutan akan punah, tenaga pada pergelangan tangannya, berarti tangannya akan menjadi lumpuh. Hal ini membuat Ong Tiong Yang tidak berayal, ia telah menekuk kedua kakinya, se hingga tubuhnya jadi rendah kebawah, kemudian sambil mengenalkan suara seruan perlahan Ong Tiong Yang menggerakkan Hudtimnya mengghantam kearah perut Sie Hun Bian. Kalau sampai ujung hudtim dari Ong Tiong Yang mengenai perutnya, niscaya akan membuat perut dari Sie Hun Bian terluka berat dan berarti juga tenaga dalamnya akan tergempur. Karena itu, Sie Hun Bian tidak berani berlaku ayal, dia menarik pulang tangannya membatalkan cengkeramannya, dan kemudian menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat kebelakang. Dengan cara demikian ia berhasil mengelakkan diri dan berkelit dari serangan yang dilancarkan oleh Ong Tiong Yang. Kiang Bun yang menyaksikan jalannya pertempuran kedua orang tersebut demikian rupa jadi kagum sekali. Semuanya terjadi begitu cepat, dan seperti tidak terjadi suatu perkelahian antara Ong Tiong Yang dan Sie Hun Bian, mereka seperti juga saling memberi hormat. Jika memang orang yang tidak mengerti ilmu silat, tentu tidak mengetahui bahwa dalam beberapa detik itu dua orang jago telah mengeluarkan kepandaian masing2 yang hebat, yang membuat salah seorang diantara mereka bisa terbinasa. Keadaan seperti ini benar2 membuat Kiang Hun jadi duduk bengong, karena ia yakin kepandaian yang dimilikinya tidak sehebat itu. Diam2 ia merasa malu tadi telah terlalu banyak bicara pada Ong Tiong Yang, dimana Ong Tiong Yang membawa sikap seperti juga tidak mengerti ilmu silat. Sie Hun Bian tertawa dingin, ia berkata tawar.   "Apakah kita akan meneruskan pertempuran kita?"   Tanyanya. Ong Tiong Yang tersenyum.   "Tetapi semua itu bukan atas kehendakku, justru Siecu yang telah melancarkan serangan beberapa kali kepada Pinto... memang bukan se-kali2 Pinto hendak bertempur denganmu. .. hanya Pinto mengharapkan agar Siecu dilain waktu tidak selalu cepat marah seperti itu dan menurunkan tangan kejam kepada seseorang yang tidak berdaya......!"   Muka Sie Hun Bian jadi berobah merah, ia marah tetapi ia tidak bisa melampiaskan kemarahannya itu, karena ia mengetahui bahwa pendeta yang ada dihadapannya ini merupakan lawan yang tidak ringan.   Maka dari itu, Sie Hun Bian yang bernama Pian Kia Liang tersebut menahan kemarahannya, ia memaksakan diri untuk tersenyum, katanya.   "Cinjin sebenarnya murid dari pintu perguruan mana ?"   Ong Tiong Yang kerutkan alisnya sejenak, kemudian sambil tertawa ia menyahuti .   "Pinto kira hal itu kurang begitu penting buat siecu!"   "Mengapa kurang penting? Bukankah jika memang Cinjin murid dari salah seorang sahabatku; urusan kita akan bisa diselesaikan sampai disini saja.......?"   "Jadi jika Pinto ini murid dari orang yang tidak dikenal oleh siecu, apakah Pinto tidak akan diberi ampun olehmu ?" . Ditanya begitu Sie Hun Bian tersenyum ngejek.   "Baiklah, jika memang engkau tidak bersedia menyebutkan siapa gurumu, sekarang jawablah pertanyaanku yang satu ini. Apakah Cinjin memang sengaja, hendak memusuhi diriku?"   "Mana berani aku memusuhi diri Siecu, bukankah kita tidak pernah saling berkenalan "   "Hem......., lalu kenapa Cinjin campuri urusanku!"   "Semua itu hanya disebabkan keadilan belaka, dimana Pinto tidak bisa menyaksikan perbuatan yang se- wenang2 dilakukan terhadap orang yang tak berdaya... l"   "Tetapi pelayan itu tadi telah berlaku kurang ajar kepadaku, bukankah pantas jika aku menghajarnya?"   Tanya Sie Hun Bian yang naik darah lagi. Tetapi justru Ong Tiong Yang, berkata dengan suara yang sabar .   "Cara untuk menegur pelayan hu bukan dengan hajaran, tatapi cukup dengan memberitahukan saja......kukira dengan diberitahukan saja ia akan mengerti.......!"   Sie Hun Bian mendengus, ia jadi serba salah.   Tetapi disamping tengah, mempertimbangkan kekuatan dan kepandaian Tojin muda ini, juga ia tengah memikirkan apakah akan diteruskannya untuk melancarkan serangan kepada Ong Tiong Yang, atau memang urusan itu dihabisi sampai disitu saja ? Ong Tiong Yang merangkapkan sepasang tangannya, ia berkata ramah .   "Nah, kukira cukup, pinto hendak kembali kemeja pinto....... !"   Dan tanpa menantikan jawaban dari Sie Hun Bian, tampak Ong Tiong Yang telah memutar tubuhnya, ia kembali kemeja Kiang Bun, Waktu itu Kiang Bun berkata sambil memperlihatkan jari tangannya .   "Hebat kau Totiang........kepandaianmu luar biasa.... !"   Tetapi Ong Tiong Yang tersenyum lebar, ia bilang dengan suara yang merendah .   "Itu hanya kepandaian biasa saja, ilmu mengebut lalat....!"   Justru kata2 Ong Tiong Yang yang merendah diri itu telah didengar oleh Sin Hun Bian, membuat marah Bian Kie Liang jadi meluap lagi, tahu2 ia memukul meja dengan keras.   "Brakkk........!"   Meja itu telah dipukulnya kuat sekali.   "Hidung kerbau kurang ajar......!"   Bentaknya.   "Mari kita bertempur seribu jurus lagi....!"   Dia menantang sambil berdiri. Ong Tiong Yang jadi menoleh dan katanya dengan tawar.   "Mengapa harus berangasan seperti itu Siecu?"   "Engkau menganggap diriku sebagai lalat? Hayo buktikan, apakah aku seekor lalat yang begitu mudah dikebut oleh hudtimmu......!"   Ong Tiong Yang baru tersadar, bahwa perkataannya itu justru didengar oleh Sie Hun Bian. Cepat2 Ong Tiong Yang bangkit dari duduknya, ia merangkapkan tangan memberi hormat.   "Maaf, sama sekali aku tidak bermaksud menyindir Siecu, aku hanya mengatakan kepada sahabat Pinto ini, bahwa kepandaian yang dimiliki itu bukan kepandaian yang berarti..........!"   Waktu Ong Tiong Yang berkata sampai disitu.   tiba2 dari luar melangkah masuk seseorang.   Semua mata menoleh, dan ruangan rumah makan tersebut seketika tersiar bau harum semerbak, karena yang memasuki ruangan rumah makan itu tidak lain seorang gadis yang memiliki paras sangat cantik.   Ong Tiong Yang yang melihat gadis secantik itu, diam2 telah mengucapkan doa untuk dapat menenangkan goncangan hatinya.   Sebagai seorang pendeta muda, dengan sendirinya melihat seorang gadis yang begitu cantik, membuat hatinya tergoncang, benar2 merupakan suatu dosa buat Ong Tiong Yang.   Dan ia tidak berani memandanginya terlalu lama, walaupun dihatinya ia heran sekali bahwa didunia ini ternyata terdapat gadis secantik itu.   Sedangkan gadis yang baru datang tersebut, mengenakan pakaian warna biru dan memakai ikat pinggang berwarna merah, dengan di ujung satunya diganduli oleh sebuah ukiran kepala burung Hong, dan juga ujung yang satunya lagi diganduli oleh sebuah bentuk bola kecil yang berkilauan karena terbuat dari emas, telah melangkah menghampiri sebuah meja, dan memesan makanan kepada pelayan.   Sie Hun Bian sendiri yang melihat gadis cantik itu, untuk sejenak tidak memperhatikan Ong Tiong Yang, karena matanya memandang tidak berkedip kepada sigadis itu.   ---oo~dwkz^Tah~oo--- BAGIAN 40 .   LIE SIU MEI SI GADIS CANTIK SAMA SEKALI sigadis tidak memperlihatkan sikap yang canggung walaupun ia menjadi pusat perhatian dari orang2 didalam ruang rumah makan tersebut.   Waktu itu tampak Kiang Bun sudah berkata dengan suara yang setengah berbisik .   "Lihatlah Totiang, betapa cantiknya gadis itu..........!"   Pipi Ong Tiong Yang berobah merah, ia hanya mengangguk dan duduk kembali dikursinya.   Sedangkan Sie Hun Bian juga telah kembali duduk, tetapi matanya tidak lepas-lepas mengawasi gadis tersebut.   Disaat itu, sigadis telah berkata dengan suara yang merdu.   "Aku minta cepat disediakan dua kati teh dan dua buah bakpauw !"   Sipelayan dengan cepat melayani apa yang dipesan sigadis.   Pelayan itu yang menyaksikan kecantikan gadis tersebut juga seperti lenyap semangatnya, ia berjalan dengan tubuh yang terhuyung, seperti juga orang yang telah kehilangan semangat.   Sigadis kemudian memandang sekelilingnya, menyapu semua orang yang berada didalam ruangan itu.   Sedangkan saat itu tampak Ong Tiong Yang tengah mencuri pandang kearah sigadis.   KebetuIan sekali sigadis tengah memandangnya.   Dengan sendirinya mata mereka saling bertemu.   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tetapi sigadis tidak mengalihkan pandangannya ia terus memandangi Ong Tiong Yang.   Keruan saja Pipi Ong Tiong Yang jadi berobah merah, ia cepat membuang pandangannya kelain arah, sedangkan hatinya tergoncang cukup keras.   Sigadis tiba2 telah bangkit dari duduknya menghampiri Ong Tiong Yang.   Waktu telah dekat, ia merangkapkan kedua tangannya memberi hormat sambil kstanya.   "Totiang, bisakah aku meminta sedikit pertolongan darimu.......?"   Hal ini membuat Ong Tiong Yang jadi sibuk sekali, ia cepat2 bangkit dari duduknya. Dibalasnya hormat sigadis dengan merangkapkan kedua tangannya juga, katanya.   "Pertolongan apakah yang bisa kuberikan untuk nona?"   "Aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepada Totiang dan ingin memperoleh sedikit penjelasan.......!"   Sahut sigadis.   "Soal apakah itu, nona?"   Tanya Ong Tiong Yang dengan hatid yang mulai tidak tenang. Sigadis terlampau cantik, jarang sekali Ong Tiong Yang melihat ada gadis secantik gadis tersebut.   "Maukah Totiang duduk semeja denganku agar aku bisa menjelaskan urusan itu per-lahan2 ?"   Tanya sigadis.   Mendengar gadis itu memintanya untuk pindah kemeja sigadis, muka Ong Tiong Yang jadi berobah merah.   la melirik kepada Kiang Bun.   Waktu itu Kiang Bun tengah mengawasinya, dan ketika Ong Tiong Yang melirik kepadanya, ia mengedipkan matanya, membuat muka Ong Tiong Yang kian berobah merah.   "Maafkanlah Siecu, aku harus menemani nona ini dulu"   Kata Ong Tiong Yang. Kiang Bun mengangguk cepat sambil tertawa "Si!ahkan......silahkan, aku tidak keberatan !"   Katanya.   Mendengar Kiang Bun mengijinkan, maka Ong Tiong Yang mengikuti sigadis, pindah kemeja gadis itu.   Sedangkan gadis tersebut tampaknya girang sekali melihat Ong Tiong Yang tidak keberatan pindah kemejanya.   Tangan sigadis telah dilambaikan memanggil pelayan, ia memesan dua kati teh lagi dan dua buah bakpau yang tidak memakai isi.   Pesanannya itu akan disediakan untuk tamu undangannya ini.   "Urusan apakah yang hendak nona tanyakan ?"   Tanya Ong Tiong Yang yang jadi tidak enak hati kalau berdiam diri ber-lama2. Gadis itu tersenyum manis sekali.   "Waktu aku memasuki ruang rumah makan ini, aku melihat Totiang, maka diwaktu itu aku yakin Totiang tentu bisa memberikan keterangan kepadaku....... sedangkan orang2 lainnya yang berada dalam ruangan ini seperti bukan manusia baik?, hanya Totiang seorang pendeta yang beragama, tentunya bisa memberikan keterangan yang sejujurnya dan sebenarnya.......!"   Mendengar perkataan gadis tersebut, Ong Tiong Yang agak tenang.   "Katakanlah nona, apakah yang hendak ditanyakan nona ?"   Tanya Ong Tiong Yang.   "Sesungguhnya aku tengah mencari jejak seseorang,"   Menjelaskan gadis itu.   "Mencari jejak seseorang ?"   Gadis itu mengangguk.   "Tepat ! Tetapi ketika orang itu memasuki kota ini, justru ia telah lenyap tanpa meninggalkan jejak, sehingga aku kehilangan jejaknya, yang hendak kutanyakan kepada Totiang, apakah Totiang melihat orang itu.......?"   "Siapakah yang nona maksudkan ?"   "Seorang pemuda, berusia dua puluh tahun memakai baju berwarna kuning........!"   "Tetapi...... sulit Pinto memberikan keterangan, tentunya banyak sekali pemuda yang mengenakan pakaian serupa itu dikota ini........!"   "Namun pernuda itu memiliki tanda2 tersendiri, yaitu wajahnya sangat tampan, Disamping itu ia juga merupakan seorang pemuda yang memiliki kepandaian yang tinggi. Kulihat Totiang memiliki kepandaian yang tinggi, matamu memiliki sinar yang tajam, tentunya Totiang bisa melihat pemuda itu dengan baik, yaitu pemuda yang memiliki kepandaian atau yang tidak........!"   Ong Tiong Yang berpikir sejenak, berusaha mengingat-ingat. Tetapi justru ia tidak berhasil untuk mengingat apakah ia pernah bertemu dengan orang yang dimaksudkan sigadis. Maka ia berkata sambil menggelengkan kepalanya .   "Sayang sekali aku belum pernah bertemu dengan pemuda yang nona maksudkan itu.....!"   Kalau demikian kata gadis itu kemudian.   "Baiklah, terima kasih atas keterangan Totiang, sayang Totiang tidak bertemu dengan orang yang tengah kucari itu.......!"   "Apakah nona memiliki urusan yang cukup penting dengan pemuda itu ?"   Tanya Ong Tiong Yang. Muka sigadis jadi berobah merah, tetapi ia mengangguk cepat.   "Ya,"   Sahutnya.   "Kalau memang demikian, biarlah Pinto bantu mencari jejak pemuda itu. Apakah pemuda itu sahabat nona atau memang orang yang nona musuhi ?"   "Ia.., ia sahabatku. ....!"   "Baiklah, Pinto bersedia membantu nona untuk mencari jejak sahabat nona itu......!"   "Terima kasih Totiang..... siapakah gelaran Totiang ?"   Tanya sigadis. Ong Tiong Yang tersenyum sambil katanya.   "Pinto belum memiliki gelaran, karena Pinto masih muda dan belum berhasil mempelajari agama Pinto dengan baik. Sedangkan nama Pinto Ong Tiong Yang.........!"   "Ohhh..........!"   "Apakah ada sesuatu yang janggal pada nama Pinto ?7"   Tanya Ong Tiong Yang ketika melihat sigadis memperlihatkan wajah yang agak luar biasa dan sepasang alisnya itu mengerut dalam-dalam. Ditanya begitu, sigadis berkata dengan suara ragu2.   "Aku.... aku seperti pernah mendengar nama itu........!"   Ong Tiong Yang tersenyum.   "Di mana nona pernah mendangar nama Pinto........?"   Tetapi gadis itu telah menggeleng.   "Entahlah, aku tidak mengingatnya lagi."   Disaat itu Ong Tiong Yang hendak mengundurkan diri untuk kembali kemeja Kiang Bun. Namun pelayan justru telah mengantarkan makanan yang dipesan sigadis.   "Sayang jika totiang tidak memakannya, jika memang Totiang tidak menerima undanganku untuk menjamu totiang, berarti totiang tidak mau memberi muka kepadaku....!!' "Tetapi.... !"   Suara Ong Tiong Yang ragu2.   Sigadis tersenyum sambil mengambil sebuah bakpauw dan mulai memakannya.   Sikapnya manis dan terbuka sekali.   Ong Tiong Yang tidak bisa menampik untuk menemani gadis itu bersantap.   Setelah menghabiskan sebuah bakpauwnya dan baru saja Ong Tiong Yang bermaksud meninggalkan meja gadis ini, justru sigadis telah memandang kearah pintu rumah makan itu.   Di waktu itu seseorang melangkah masuk, Ong Tiong Yang juga ikut meliriknya, ia melihat seorang pemuda berusia antara dua puluh tahun dengan memakai baju warna kuning melangkah masuk ! Seketika Ong Tiong Yang menduga pemuda inilah yang tengah dicari oleh gadis itu.   Tetapi waktu itu sigadis menundukkan kepalanya dalam-dalam, iapun berkata dengan suara yang perlahan .   "Biarkan saja dia, jangan sampai ia melihat diriku,"   Kata sigadis.   Melihat sikap sigadis, Ong Tiong Yang jadi heran.   la menatap dengan sorot mata tidak mengerti, sampai akhirnya setelah pemuda berbaju kuning itu memiliki bentuk tubuh tegap dan wajah tampan telah mengambil tempat duduk membelakangi mereka, Ong Tiong Yang bertanya dengan suara perlahan .   "Apakah pemuda itu yang tengah dicari oleh nona ?"   Sigadis mengangguk.   "Ya.... tetapi aku tidak mau memperlihatkan diri padanya ditempat ini,"   Sahut sigadis.   "Siapa nama pemuda itu ?"   Tanya Ong Tiong Yang jadi tertarik.   "Dia she Auwyang bernama Hong....!"   Menjelaskan gadis itu.   "Ohhhh ......!"   "Kepandaiannya tinggi sekali, kita harus, bicara perlahan, jangan sampai ia mendengar, karena pendengarannya sangat tajam .......!"   Kata gadis itu lagi.   "Siapa nona sebenarnya ?"   Gadis itu tersenyum, untuk sejenak ia tidak menyahuti pertanyaan Ong Tiong Yang.   Sedangkan Ong Tiong Yang yang telah terlanjur menanyakan nama gadis itu, jadi berobah mukanyanya, karena dia merasa lancang telah menanyakan langsung nama seorang gadis yang baru dikenalnya.   "Aku she Lie dan bernama Sin Mei,"   Menjelaskan sigadis akhirnya.   "Nona Lie,"   Kata Ong Tiong Yang.   "Apakah engkau tidak mau menemui sahabatmu sekarang saja? Bukankah kelak jika ia sempat pergi engkau akan sulit mencari jejaknya lagi?"   Tetapi sigadis telah menggelengkan kepalanya dan ia berkata.   "Tidak,"   Dan kemudian menghela napas dengan wajah yang berobah seperti juga, ia memiliki kesulitan. Ong Tiong Yang menyaksikan hal itu jadi heran, ia bertanya lagi.   "Apakah nona tengah ribut dengan pemuda itu?"   Ong Tiong Yang bertanya seperti itu karena ia menduga tentu sigadis adalah kekasih pemuda berbaju kuning yang katanya bernama Auwyang Hong tersebut. Kembali gadis itu telah menggelengkan kepalannya.   "Apakah ada alasan lainnya? tanya Ong Tiong Yang semakin tertarik ingin mengetahui.   "Aku benci akan sifatnya yang angkuh........."   Kata sigadis. Jawaban si gadis tersebut membuat Ong Tiong Yang tambah heran.   "Bukankah nona telah mencari jejaknya dengan bersusah payah ....... ? Mengapa nona harus membencinya? Bukankah dengan mencari jejaknya berarti nona mau bertemu dengannya?"   Ditanya begitu, muka sigadis she Lie itu jadi berobah merah lagi.   "Totiang, maukah engkau menolongi aku sekali lagi ?"   Tanya Lie Siu Mei, Ong Tiong Yang tidak segera menjawab pertanyaan sigadis, ia hanya mengawasi sigadis.   "Bagaimana Totiang ?"   Tanya Lie Siu Mei seperti tidak sabar.   "Baiklah,"   Sahut Ong Tiong Yang.   "Katakanlah nona, bantuan apa yang bisa kuberikan untuk nona ?"   Sigadis ragu2 sejenak, tetapi kemudian ia menyahuti juga, dengan suara yang perlahan .   "Totiang temui pemuda itu, kemudian belajar kenal dengannya...."   "Untuk apa ?"   Tanya Ong Tiong Yang terkejut dan heran memotong perkataan sigadis.   "Jika memang Totiang berhasil berkenalan dengannya, maka disaat itulah Totiang bisa me-mancing2 apakah ia menaruh perhatian.......perhatian kepadaku........!"   Waktu mengucapkaa kata-katanya yang terakhir itu, wajah sigadis berobah merah, tampaknya ia likat sekali. Ong Eiong Yang tersenyum, seketika ia mengerti maksud gadis ini.   "Baiklah,"   Kata Ong Tiong yang kemudian "Kalau begitu, tentu, persoalan yang tidak terlalu sulit........!"   Setelah berkata begitu, Ong Tiong Yang meneguk habis tehnya dan bangkit berdiri, Tetapi Lie Siu Mei telah berkata dengan suara yang perlahan .   "Tunggu du!u Totiang, ada yang perlu kujelasksn........ !"   Kata sigadis. Ong Tiong Yang duduk kembali.   "Apa yang hendak nona katakan ?"   Tanyanya kemudian.   "Totiang harus berusaha mencari jalan untuk dapat berkenalan dengannya dan mencari akal agar bisa membawa pembicaraan kearah diriku...!"   Pesan sigadis.   "Ya, itu tidak terlalu sulit,"   Kata Ong Tiong Yang.   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tetapi Totiang, begitu Totiang tengah menghampiri pemuda itu, aku akan segera menyelinap keluar meninggalkan ruangan ini. Nanti hasilnya boleh totiang sampaikan kepadaku malam ini, akan kunantikan totiang dipintu kota sebelah berat."   Ong Tiong Yang mengangguk.   Gadis itu demikian cantik, dan tampaknya ia mencintai pemuda berbaju kuning yang katanya bernama Auwyang Hong itu.   Namun rupanya gadis tersebut memiliki kesukaran untuk menyampaikan isi hatinya, sehingga ia telah meminta bantuan Ong Tiong Yang.   Untuk pertolongan seperti itu tentu saja Ong Tiong Yang tidak akan menolaknya, yang tentunya akan mengecewakan si gadis, terlebih lagi memang urusannya pun merupakan urusan yang ringan sekali.   ---oo~dwkz^^Tah~oo--- BAGIAN 41 .   PEMUDA BERBAJU KUNING ONG TIONG YANG bangkit dari duduknya, kemudian melangkah kedekat meja pemuda berbaju kuning itu.   Sekilas ia melirik kepada Lie Siu Mie, ternyata sigadis tengah melangkah meninggalkan ruang rumah makan tersebut.   Ong Tiong Yang telah merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada pemuda baju kuning itu, membuat pemuda itu jadi terkejut dan cepat2 melompat bangun dan membalas hormat dari pendeta ini.   "Maafkan Pinto mengganggu sebentar....!"   Kata Ong Tiong Yang. Pemuda itu mengangguk dengan ramah, kemudian katanya dengan suara yang sabar.   "Siapakah totiang........ apakah kita pernah bertemu ..... maafkan aku seperti lupa segalanya.......!"   Mendengar sampai disitu, Ong Tiong Yang tersenyum, ia berkata.   "Apakah Hengtai (saudara) yang bernama Auwyang Hong ?"   "Ihhh..... !"   Seru pemuda baju kuning itu mengandung keterkejutan. Sedangkan Ong Tiong Yang tetap yakin bahwa pemuda ini benar2 bernama Auwyang Hong.   "Bolehkah Pinto mengganggu Hengtai sejenak?"   Tanyanya.   "Ya....,ya boleh......!"   Sahut pemuda itu.   "Tetapi tunggu dulu, totiang darimana totiang mengetahui she dan namaku begitu jelas?"   "Pinto diberitahukan oleh seseorang"   Menjelaskan Ong Tiong Yang.   "Justru Pinto menemui Hengtai akan menyampaikan sesuatu.......!"   "   "Mengetahui dari seseorang ? Siapakah orang itu?"   Tanya Auwyang Hong tidak sabar.   "Sabar, nanti Hengtai akan lekas mengetahuinya!"   Kata Ong Tiong Yang.   "Bolehkah Pinto duduk bersama dengan Hengtai ?"   "Oh silahkan...., silahkan.....!"kata Auwyang Hong cepat.   "Maafkanlah, karena heran, sampai aku lupa untuk mengundang duduk pada Totiang...!"   Ong Tiong Yang duduk disebuah kursi yang berhadapan dengan pemuda itu, kemudian katanya dengan sabar.   "Beberapa waktu yang lalu Pinto bertemu dengan seseorang dan justru orang itu telah memberitahukan bahwa nama Hengtai adalah Auwyang Hong.   "Memang benar namaku Auwyang Hong, dan bolehkah Siauwte (adik) mengetahui siapakah nama orang yang memberitahukan Totiang mengenai namaku itu? Dan juga siapa& Totiang?"   Ong Tiong Yang tersenyum.   "Pinto bernama Ong Tiong Yang...!"   Menjelaskan pendeta ini.   "Ohh........!"   Dan Auwyang Hong mengawasi dengan penuh tanda tanya pada pendeta ini.   "Dan mengenai nama orang yang memberi tahukan prihal diri Hengtai, adalah......l"   "Siapa dia, Totiang?"   Tanya Auwyang Hong tidak sabar.   "Dia itu seorang gadis ......!"   "Seorang gadis?"   "Siapa dia?"   "Dia mengaku she Lie.....!"   Kedua alis Auwyang Hong jadi mengkerut dalam2, ia tampak berpikir keras.   "Siapakah namanya?"   Tanya Auwyang Hong kemudian.   "Aku rasanya tidak memiliki kenalan seorang gadis she Lie ........!"   "Oh ..."   Ong Tiong Yang mengawasi Auwyang Hong dengan sinar mata yang agak tajam, kemudian katanya.   "Apakah memang benar2 Hengtai tidak kenal seorang nona yang bernama Lie Siu Mei....?"   Disebut namanya Lie Siu Mei, wajah Auwyang Hong jadi berobah, dan kemudian berkata.   "Jika memang gadis itu.....kukira ........ ku kira aku memang mengenalnya...... tetapi itu terjadi baru beberapa saat yang lalu. Kapankah Totiang bertemu dengan gadis itu?"   "Ia .... ia tadi memberitahukan-ku, bahwa ia yang bernama Auwyang Hong tampaknya, nona itu terlalu memperhatikan keadaan anda........!"   Kembali Auwyang Hong berobah, agak memerah karena likat.   "Totiang jadi bergurau,"   Katanya kemudian.   "Justru ..!"   "Justru kenapa? tanya Ong Tiong Yang tertarik sekali.   "Justru beberapa waktu yang lalu kami telah bertemu dan bertengkar, malah gadis she Lie itu bermaksud untuk membinasakan diriku!"   "Ohhhh.......... !"   "Dan ia telah melancarkan serangan2 yang mematikan, untung saja aku bisa meloloskan diri dari tangannya dan berhasil melarikan diri.......!"   "Oh........!"   Sekali lagi Ong Tiong Yang tercengang, karena sama sekali ia tidak menyangka bahwa Lie Siu Mei merupakan lawan dari Auwyang Hong.   "Apakah gadis itu tidak menceritakan kepada totiang bahwa kami memang telah bertempur satu dengan yang lainnya ?"   Tanya Auwyang Hong. Ong Tiong Yang menggeleng.   "Pinto Pinto tidak tahu menahu hal itu......!"   Katanya agak gugup.   "Apakah totiang sahabatnya ?"   Tanya Auwyang Hong lagi sambil mengawasi tojin itu dengan sorot mata yang tajam. Kembali Ong Tiong Yang telah menggelengkan kepalanya."   "Bukan...."   Sahutnya.   "Dan maksud kedatangan totiang hendak menemuiku ?"   Tanya Auwyang Hong sambil tetap mengawasi pendeta itu.   Disaat itu Ong Tiong Yang sudah tidak bisa berdusta.   la murid dari sebuah pintu perguruan yang lurus selamanya belum pernah berdusta.   Maka kali inipun ia tidak bisa berdusta, tertebih lagi keterangan yang diberikan sigadis ternyata berlainan dengan kenyataan yang ada.   Maka ia segera menceritakan urusan itu sebenarnya.   Auwyang Hong yang mendengar hal ini jadi tertawa agak keras, rupanya ia menganggap urusan itu merupakan urusan yang lucu.   "Kalau memang demikian,"   Kata Auwyang Hong kemudian "Totiang telah diperalat oleh sigadis itu........!"   "Aku diperalat oleh gadis itu ?"   Tanya Ong Tiong Yang tidak mengerti.   "Ya, Totiang diperalat hanya sekedar untuk memperoleh keterangan dari mulutku.......!"   Sahut Auwyang Hong.   "Tetapi gadis itu memang sungguh2 menaruh perhatian kepada Auwyang. Hengtai....!"   Menegaskan Ong Tiong Yang.   "Mengapa Totiang bisa mengetahui hal itu dengan pasti ?"   Tanya Auwyang Hong. Ong Tiong Yang jadi gugup.   "Ini..... ini.....!"   Katanya dengan suara yang gugup.   "Bukankah menurut pengakuan totiang baru pertama kali bertemu dengan gadis itu?"   Tanya Auwyang Hong. Ong Tiong Yang mengangguk.   "Benar ....... tetapi dalam waktu yang singkat itu justru Pinto melihatnya betapa gadis itu memang benar2 menaruh perhatian kepadamu Hengtai........!"   Kata Ong Tiong Yang.   "Mengapa begitu ?'' "Karena sebelum Hengtai datang kerumah ini, justru ia telah menjelaskan kepada Pinto bahwa ia tengah mencari jejak Hengtai, karena ia...., ia terlalu memperhatikan Hengtai, bahkan menurut pengakuannya, dia adaIah sahabat Auwyang Hengtai......!"   Mendengar perkataan Ong Tiong Yang seperti itu Auwyang Hung tersenyum, dan kemudian berketa dengan suara yang pasti.   "Aku tidak yakin gadis itu memperhatikan diriku, karena ia sebelumnya bersikeras hendak membinasakan diriku.......!'' "Mengapa begitu ?, tentunya terdapat suatu kesalah pahaman ?"   Tanya Ong Tiong Yang.   "Gadis itu menuduh bahwa aku telah mencuri sesuatu barangnya, tetapi aku merasa tak pernah mencuri barangnya dan aku tentu saja membantahnya ........ tetapi justru gadis she Lie itu tetap dengan tuduhannya, bahkan ia tetah melancarkan serangan dengan ilmu pedangnya. Memang aku bisa memberikan perlawanan, namun jika aku mempergunakan kekerasan, jelas akan membuat gadis itu terluka bukankah jika memang hal ini terjadi harus dibuat sayang dimana gadis secantik itu harus terluka ditanganku ........... ?"   Ong Tiong Yang tidak segera menyahuti, ia berdiam diri sejenak, kemudian mengangguk.   "Ya.... memang tampaknya Hengtai memiliki kepandaian yang tinggi. Nona Lie Siu Mei juga mengatakan, disamping Hengtai memiliki kepandaian yang tinggi, juga memiliki watak dan sifat yang angkuh .......!" ---oo0oo--- Tiba-tiba terdengar suara yang dingin mengandung ejakan .   "Hemmm......, meributi segala urusan wanita, pemuda tidak tahu malu dan imam hidung kerbau yang menyeleweng.........nah, tentu kena sekali dan cocok!"    Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Pendekar Misterius Karya Gan Kl

Cari Blog Ini