Ceritasilat Novel Online

Pertikaian Tokoh Persilatan 17


Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 17


Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung   Begitu terdengar suara dingin itu, ternyata suara Sie Hun Bian Bian Kie Liang, ia telah tidak sabar rupanya mendengar percakapan yang berlangsung antara Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.   Bian Kie Liang berkata lagi dengan dingin dan sikapnya yang ugal-ugalan.   "Kalian memang berusia masih muda, tapi tidak bisa kalian seenaknja membicarakan uruasan seorang gadis begitu saja.......!"   Setelah berkata, dengan cepat ia ulurkan tangannya, ia memegang tepi meja dan menjungkir balikan meja itu, membuat Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang cepat- cepat menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat ringan sekali.   Dicaat itu Ong Tiong Yang berkata dengan perasaan tidak senang.   "Bian Sie-cu, mengapa kau begitu usil ?'' katanya begitu, tampak Bian Kie Liang mengeluarkan suara tawa dingin, ia berkata l.   "Hemm......, engkau tidak perlu berkata dan pura2 bertanya seperti orang tolol....... urusanmu denganku masih belum selesai........ mari, mari, mari; kita selesaikan.........!"   Ong Tiong Yang jadi semakin tidak menyukai laki2 ubal2an ini, ia juga tidak jeri walaupun mengetahui bahwa Bian Kie Liang memiliki kepandaian sempurna. Namun belum lagi ia menyahuti, justru Auwyang Hong teIah mendahuluinya berkata .   "Lelaki tua bangka, terlalu kurang ajar, kita belum pernah saling kenal, tetapi mengapa mejaku kau balikan seperti itu ?"   Ban Kie Liang tertawa mengejek, ia mendengus dengan sikap yang sinis.   "Engkau tidak perlu banyak rewel anak muda, nanti mulutmu akan kurobek...!"   Auwyang Hong dengan suara bearnada tidak senang .   "Baik..., baik..., aku Justru jadi tertarik sekali ........ apakah engkau benar-benar bisa merobek Mululku ......?"   Dengan tidak membuang waktu lagi tampak Bian Kie Liang menggerakkan kedua tangannya; dan mengeluarkan suara seruan sambil melancarkan serangan, kedua tangannya itu bergerak disertai oleh kekuatan tenaga lwekang, maka angin serangan tersebut-berkesiuran dengan cepat sekali.   Tetapi Auwyang Hong juga bukan pemuda sembarangan, ia telah mengelakkan serangan yang dilancarkan Bian Kie Liang dengan gerakan lincah dan mudah.   Gerakan tangan Auwyang Hong secepat kilat itu memang tidak pernah diduga oleh Bian Kie Liang, mengingat bahwa usia pemuda tersebut mungkin baru dua puluh tahun.   Auwyang Hong memang berusia masih muda samun ia berani dan tabah sekali.   Disamping itu dengan gerakan yang aneh tangan kanannya diulurkan untuk menotok, dan tangan kirinya menghantam perut Bian Kie Liang.   "Ihhh........,"   Bian Kie liang mengeluarkan suara seruan tertahan. la telah melompat mundur sambil mengibaskan tangannya. Namun tidak urung tubuh Bian Kie Liang terhuyung oleh dorongan tenaga Auwyang Hong.   "Tahan........!"   Bentak Bian Kie Liang dengan suara nyaring. Auwyang Hong yang semula hendak melancarkan serangan berikutnya, jadi menahan gerakan tangannya.   "Hemmm......, engkau seorang tua keladi tidak tahu adat, apa yang hendak kau, katakan?"   Tegur Auwyang Hong.   "Apakah engkau murid dari pendekar tua Lo Sin ?"   Tanya Bian Kie Lang penasaran. Auwyahg Hong jadi terdiam sejensk, ia tertegun, tetapi kemudian mengangguk pula.   "Benar .....!"   Sahutnya. Tiba2 muka Bian Kie Liang jadi berobah, ia telah memandang dengan muka yang bengis.   "Dimana situa bangka Lo Sin itu?"   Tanyanya dengan suara mengandung ancaman. Auwyang Hong melihat sikap Bian Kie Liang, mengetahui bahwa orang itu bukan sahabat gurunya, maka ia menyahut dingin.   "Mau apa kau menanyakan guruku .....?"   "Aku bertanya, dimana kini beradanya situa bangka Lo Sin ?"   Bentak Bian Kie Liang.   "Hemmm..., enak saja kau bertanya dengan membentak seperti itu ......apa yang kau inginkan ? Jika memang aku tidak memberitahukan apa yang hendak kau lakukan ?"   Muka Bian Kie Liang telah berobah jadi bengis sekali, ia berkata dingin.   "Jika benar engkau tidak mau mengatakannya, aku akan memaksanya........!"   Auwyang Hong tertawa dingin, katanya tawar.   "Coba jika memang engkau bisa melakukannya. ..!"   Tantangnya.   Benar-benar Auwyang Hong seorang pemuda yang amat berani, karena ia telah menantang begitu dengan sikap tidak mengenal takut dan gentar.   ---oo^dwkz0^Tah^oo--- BAGIAN 42 .   PERTARUNGAN MELAWAN SI WAJAH EMPAT ARWAH BIAN KIE LIANG SEDANGKAN Bian Kie Liang mengeluarkan suara dengusan, tak mengucapkan sepatah kata.....   tiba2 tubuhnya melompat melancarkan serangan yang cepat dan kuat.   Tubuh Bian Kie Liang bergerak secara aneh seperti menyambar kearah kiri, tetapi serangan itu justru menuju kearah kanan.   Serangan yang dilakukannya itu membingungkan Auwyang Hong, karena ia sama sekali tidak mengetahui arah mana yang, hendak dijadikan sasaran oleh lawannya.   Sedangkan Ong Tiong Yang yang menyaksikan pertempuran itu, diam2 merasa kuatir akan keselamatan Auwyang Hong, karena ia mengetahui bahwa Bian Kie Liang adalah seorang jago tua yang memiliki kepandaian tinggi sekali.   Disaat itu Ong Tiong Yang menarik napas dalam- dalam, ia menyalurkan kekuatan lwekangnya pada hudtimnya.   Karena jika Auwyang Hong mengalami ancaman bahaya, ia akan segera mempergunakan hudtimnya itu untuk menyerang, guna menolongi Auwyang Hong.   Keadaan seperti itu memang cukup tegang, karena tampaknya Bian Kie Liang melancarkan serangan dengan kekuatan tenaga lwekang penuh tidak segan2 lagi Bian Kie Liang berkata dengan suara dingin.   "Jika engkau tidak mau mengatakan dimana sekarang ini Lo Sin situa bangka itu berada, biarlah aku akan membinasakan dirimu...........!"   Dan Bian Kie Liang ber-siap2 melancarkan serangan berikutnya, namun Ong Tiong Yang telah menghadang didepan Auwyang Hong menghadapi Bian Kie Liang, sambil katanya dengan suara yang sabar .   "Tahan.......!"   Mata Bian Kie Liang jadi berkilat tajam.   "Kau hendak mencampuri urusanku?"   Bentak Bian Kie Liang dengan suara yang tawar. Tetapi Ong Tiong Yang membawasikap yang tenang ia berkata dangan suara yang tetap sabar.   "Tahan dulu.... jika memang. Lopeh terus-terusan mendesak, berarti Lopeh tidak mengindahkan kedudukan Lopeh, bukankah dengan demikian sebagai orang golongan Ciapwe, maka Lopeh akan menampar muka sendiri .............?'' Ditegur begitu oleh Ong Tiong Yang, tampak Blan Kie Liang berkata tawar .   "Aku tidak maemperdulikan kedudukan dan gelaran, kalau rnemang anak muda itu tidak mau menurut perintahku, biarlah akan ku-potong2 tubuhnya, engkau tidak perlu mencampurinya.........!"   Mendengar ancaman Bian Kie Liang, Ong Tiong Yang tersenyum sabar, katanya .   "Sejak tadi Pinto melihat Lopeh selalu membawa sikap yang keras, walaupun berurusan dengan kaum Boanpwe, ternyata Cianpwe tidak mengindahkan kedudukanmu,..... tidakkah itu menimbulkan perasaan malu? '' Mendengar sampai disitu, rupanya Bian Kie Liang tidak bisa mempertahankan kesabarannya, dengan mata beringas ia membentak .   "Kau mau menyingkir atau tidak ?'' Tampak Ong Tiong Yang tertawa tawar. Bian Kie Liang sudah tidak bisa menahan kemarahan hatinya, ia mengeluarkan suara seruan nyaring, tahu2 kedua tangannya diulurkannya, maksudnya hendak mencengkeram Ong Tiong Yang. Ong Tiang Yang memiliki sinkang dari aliran putih dan lurus, maka serangan Hudtimnya merupakan serangan bisa menindih kekuatan sesat yang dimiliki, Bian Kie Liang. Terpaksa Bian Kie Liang melompat mundur dari tempatnya, karena jika tidak tentu perutnya akan tertotok oteh bulu2 hudtim tersebut. Diwaktu itu Auwyang Hong berkata deagan dingin kepada Ong Tiong Yang .   "Totiang, minggir, biar aku yang menghadapinya !"   Dan sambil berkta begitu, ia melompat kedepan melintang didepan Ong Tiong Yang.   Gerakan yang dilakukan Auwyang Hong membuat Ong Tiong Yang terkejut, cepat2 ia menarik pulang Hudtimnya.   Auwyang Hong telah menekuk kedua kakinya, ia mengambil sikap berjongkok.   Sikap yang diperlihatkan Auwyang Hong membuat Bian Kie Liang dan Ong Tiong Yang jadi heran.   Mareka tidak tahu entah apa yang hendak diiakukan Auwyang Hong.   Waktu itu tampak Auwyang Hong sambit berjongkok seperti itu telah mengeluarkan suara "Ngrokkkk....., ngroookkkk....."   Beberapa kali, dan tahu2 kedua telapak tangannya didorongkan kepada Bian Kie Liang.   Semula Bian Kie Liang hanya berdiri tertegun melihat kelakuan Auwyang Hong, namun akhirnya ketika melihat pemuda itu mempergunakan kedua telapak tangannya mendorong seperti itu, ia jadi terkejut sekali.   Karena gulungan angin yang kuat dan santer telah, menyambar kearah dirinya.   Cepat-cepat Bian Kie Liang, telah menangkis dengan mengibaskan tangannya.   Tetapi tidak urung waktu tenaga mereka saling bentur, tubuh Bian Kie Liang jadi ter-huyung2 tiga langkah kebelakang.   Sedangkan Auwyang Hong sendiri mengalami hal yang kurang menggembirakan.   Tubuh yang dalam keadaan berjongkok itu terpental dan terjengkang kebelakang.   Untung saja Auwyang Hong cukup gesit dan cepat sekali bisa mengerahkan tenaganya, Disaat itu, tampak Bian Kie liang telah berdiri dengan mata terpentang lebar2.   "Apakah ilmu silatmu seperti itu juga di ajarkan situa bangka Lo Sin kepadamu ?"   Auwyang Hng mengeluarkan suara tertawa "Engkau tiidak perlu menanyakau perihal guruku, karena percuma saja. Jika memang guruku berada disini, tentu dengan mudah kau akan dihajarnya hingga babak belur..........!"   Mendengar ejekan Auwyang Hong, Bian Kie Liang meluap darahnya, dengan cepat menggerakkan kedua tangannya, berusaha mencengkeram batok kepala Auwyang Hong.   Namun Auwyang Hong berkelit dengan cepat, dan Ong Tiong Yang yang berada disamping Auwyang Hong mempergunakan Hudtimnya menyerang tubuh Bian Kie Liang.   Dengan demikian terpaksa Bian Kie Liang harus menarik kembali serangannya karena jika ia meneruskan serangannya kepada Auwyang Hong, jelas ia sendiri akan menjadi korban totokan Hudtim yang dilancarkan Ong Tiong Yang dimana jalan darah pada pinggangnya akan ter totok oleh bulu-bulu Hudtim tersebut.   Bian Kie Liang menggerakkan kedua tangannya yang diangkat keatas, ia memusatkan seluruh kekuatan lwakangnya pada kedua telapak tangannya dan melakukan serangan, serangan yang dilakukannya itu menimbulkan angin berkesiuran keras.   Tetapi Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang telah bersiap sedia, cepat2 mereka melompat mengelakkan diri dengan gerakan yang gesit, sehingga serangan yang diiancarkan Bian Kie Liang jatuh ditempat kosong, dan yang menjadi korban pukulan tersebut adalah meja yang terdapat disitu.   Segera terdeogar suara "Brakkkk......!'' keras sekali, dimana segera terlihat meja itu hancur terpukul oleh serangan Bian Kie Liang, bahkan kayu2 meja itu telah menjadi ber-keping2.   Hal itu merupakan peristiwa yang mengejutkan sekali, sebab bisa dibayangkan betapa hebat tenaga serangan yang dilakukan Bian Kie Liang.   Ong Tiong Yang tercekat hatinya, sedangkan Auwyang Hong tetap membawa sikap yang periang.   Melihat serangannya tidak berhasil mengenai sasaran, dengan tidak sabar Bian Kie Liang telah membentak.   "Ayo kita mulai lagi....!"   Auwyang Hong yang melihat sikap lawannya yang tidak sabar, telah mengeluarkan suara tertawa mengejek dia berkata dingin.   "Hmm, apakah engkau telah yakin bahwa kepandaianmu bisa dan sanggup menghadapi menandingi kepandaian kami?"   Ditanya begitu muka Bian kie Liang jadi berobah merah padam, memancarkan nafsu membunuh, ia juga berjingkrak sambil katanya dengan keras.   "Baik aku akan membuktikan kepada kalian, siapa adanya Bian Kie Liang."   Dan setelah berkata begitu, dengan cepat Bian Kie Liang menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat dengan gerakan yang sangat cepat, kedua tangannya telah melnncarkan serangan.   Tangan kanannya melancarkan serangan kepada Auwyang Hong, tangan satunya menyerang Ong Tiong Yang.   Waktu diserang, Auwyang Hong mengambil sikap berjongkok dan menekuk kedua kakinya seraya mengeluarkan suara seperti kodok menggerok, dan tahu- tahu kedua tangannya didorongkan menangkis serangan yang dilancarkan Bian Kie Liang.   Terdengar suara benturan yang kuat, tetapi kali ini tubuh Auwyang Hong tidak sampai terguling hanya ber-goyang2 saja.   Tubuh Bian Kie Liang juga tidak terpental, hanya tergetar sejenak.   Yang Iuar biasa, justru Bian Kie Liang sekarang menghadapi dua orang jago muda usia namun memiliki kepandaian tinggi sekali, dimana ia pun tidak berhasil merubuhkannya.   Hal ini membuat Bian Kie Liang jadi penasaran sekali.   Disaat itu, tampak Bilan Kie Liang dengan penasaran mengeluarkan suara bentakan yang nyaring dan melancarkan serangan yang lebih gencar lagi.   Setiap serangan dilakukannya merupakan jurus2 yang mengandung hawa mematikan.   Maka dari itu Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong tidak berani terlalu ceroboh untuk menghadapi serangan Sie Hun Bian yang berangasan ini.   Begitulah, cepat sekali mereka telah bertempur beberapa puluh jurus dalam sekejap mata saja telah dilewatkan.   Auwyang Hong memperoleh kenyataan ilmu kodoknya, yaitu Ha Mo Kang tidak memberikan hasil.   Selanjutnya Auwyang Hong menghadapi lawannya ini dengan mempergunakan ilmu lainnya.   Dengan mengeluarkan suara siulan yang nyaring, tampak Auwyang Hong berdiri dikaki kanannya, sedangkan kaki kirinya diangkat, jadi ia berdiri dikaki tunggal Gerakan seperti itu adalah gerakan yang mirip dengan jurus Kim Kee Tok Pit atau Ayam Emas berdiri dengaa kaki tunggal.   Namun justru yang luar biasa, sambil berdiri dikaki tunggalnya itu, Auwyang Hong ber-putar2 tidak hentinya.   Tubuhnya seperti juga sebuah gasing saja.   Bian Kiit Liang yang melihat cara bertempur Auwyang Hong aneh, jadi tertegun kembali, iapun harus berpikir keras, berusaha mencari jalan untuk merubuhkan lawannya.   Pertempuran begitu serunya, mereka saling gempur dengan menggunakan tenaga yang besar karena harus saling mengimbangi serangan2 lawannya secara bergantian.   Pertempuran seru ini berlangsung dalam waktu yang panjang, akhirnya kedua jagoan muda inipun terdesak dan jatuh dibawah angin.   Bian Kie Liang teerus melancarkan serangan2-nya, tenaga serangan yang dilancarkan oleh Bian Kie Liang memaksa Ong Tiong Yang maupun Auwyang Hong selalu harus main mundur.   Namun Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong tidak menyerah mereka selalu membarengi dengan melancarkan serangan balasan, walaupun setiap serangan mereka akhirnya selalu berhasil dipunahkan Bian Kie Liang.   Begitulah, ketiga orang ini bertempur hampir seratus jurus lebih, tetapi Bian Kie Liang hanya berhasil mendesak kedua lawannya tanpa sanggup untuk merubuhkannya.   Waktu pertempuran tengah berlangsnng dengan seru, tiba2 berkelebat sesosok bayangan biru.   Dan ditempat tersebut telah bertambah Iagi dengan seseorang.   Ong Tiong Yang telah mengelakkan diri dari serangan Bian Kie Liang, ia mempergunakan kesempatan tersebut untuk melirik, segera ia mengenali orang baru datang itu .....   yang tidak lain adalah sigadis she Lie.......! Auw Yang Hong juga rupanya telah melihat kedatangan Lie Siu Mei, ia menyalurkan kekuatan tenaga lwekangnya untuk mendesak Bian Kie Liang, dan waktu lawannya itu melompat mundur, Auwyang Hong berkata .   "Nona Lie, tidakkah engkau ingin membantui kami menghajar kambing tua ini ?"   Lie Siu Mei yang berdiri tiga tombak dari gelanggang pertempuran itu mengeluarkan suara tawa yang nyaring, merdu sekali suara tertawanya, dan ia pun berkata dengan suara yang manis dan lembut .   "Sayang sekali aku tidak memiliki kepandaian yang berarti jika memang aku ikut bertempur, jangan2 nanti aku akan terluka dan terbinasa ditangan situa bangka itu !"   Mendengar dirinya pulang pergi disindir sebagai situa bangka, muka Bian Kie Liang jadi merah padam karena gusar, ia memperhebat serangannya kepada Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.   "Haya...., haya....., kalian harus huti-hati !"   Teriak Lie Siu Met sambil tertawa kecil.   Dan sambil berteriak begitu, seperti orang kaget, tangan kanannya juga ber-gerak2 seperti menunjuk.   Bian Kie Liang terkejut, karena ia merasakan menyambarnya angin serangan dari senjata rahasia dibelakangya.   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Hal itu membuat Bian Nie Liang harus menunda serangannya kepada Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang, untuk mengelakkan diri dari samberan senjata rahasia tersebut.   Sambil berjongkok memiringkan tubuhnya Bian Ki Liang mengibaskan lengan bajunya, maka samberan senjata rahasia itu ternyata adalah belasan batang jarum, telah gagal mengenai sasarannya dan runtuh keatas tanah.   Rupanya sambil meng-gerak2-kan tangannya Lie Siu Mei melancarkan serangan dengan senjata rahasianya itu untuk membantui Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong, memecahkan perhatian Bian Kie Liang.   Se-konyong2 Bian Kie Liang menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya seperti terbang cepat sekali melesat kesamping sigadis.   Belum lagi kedua kakinya menginjak tanah, justru ia telah membarengi melancarkan serangan dengan mempergunakan telapak tangan kanannya.   Lie Siu Mei yang tidak menyangka bahwa Bian Kie Liang akan melompat kedekatnya, telah berusaha mengelakkan diri.   Tetapi serangan datangnya begitu tiba-tiba sekali, membuat Lie Siu Mei walaupun ia berkelit dengan cepat, tidak urung pundaknya kena keserempet telapak tangan Bian Kie Liang.   Lie Siu Mei mengeluarkan suara jeritan yang cukup nyaring, sedangkan Bian Kie Liang tampak melompat lebih dekat lagi melancarkan serangan kepada sigadis yang telah berhasil diserangnya.   Kembali Lie Siu Mei menjerit kesakitan, ia berusaha menggerakkan kedua tangannya, untuk balas menyerang.   Tetapi Bian Kie Liang melancarkan serangannya begitu cepat, dengan sendirinya kembali Lie Siu Mei harus terpental oleh desakan tenaga serangan yang begitu keras dan kuat.   Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong yang melihat keadaan Lie Siu Mei terancam bahaya tidak kecil, cepat2 melompat dan membantui sigadis, dengan melancarkan serangan yang berbareng kepada Bian Kie Liang.   Serangan yang dilakukan aleh Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong memang bisa membendung tenaga serangan Bian Kie Liang, sebab jago tua itu terpaksa harus menghadapi serangan vang dilancarkan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.   Mempergunakan kesempatan itu, tampak Lie Siu Mei menjejakkan kakinya menjauh dari Bian Kie Liang, wajah sigadis agak pucat, tubuhnya menggigil, tadi ia nyaris terluka ditangan si jago tua yang ganas dan berangasan itu.   Waktu itu Bian Kie Liang melimpahkan keganasan dan kemendongkolan hatinya kepada Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong.   Dimana serangan2 yang dilacarkannya lebih dahsyat dari yang tadi.   Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong jadi terdesak hebat.   Napas Ong Tiong Yang juga mulai memburu, sedangkan wajah Auwyang Hong mulai dikucuri oleh keringat yang deras sekali.   Mereka berdua sangat letih sekali.   Bian Kie Liang yang melihat keadaan kedua lawanya itu, jadi girang.   la te!ah memperdengarkan suara mendengus dan kemudian katanya dengan suara yang tawar.   "Hari ini jika aku Bian Kie Liang tidak bisa membinasakan dirimu, biarlah aku tidak akan mengembara lagi di dalam rimba persilatan...!"   Dan sambil berkata begitu, kedua tangannya berkesiuran lebih cepat dan kuat.   Lie Siu Mei yang tadi mengalami hal yang kurang menggembirakan, dimana dirinya nyaris terluka ditangan Bian Kie Liang, sekarang tidak berani terlalu dekat dan ia tidak berani menimpukkan senjata rahasianya lagi, sebab gadis itu melfhat tenaga dalam yang dimiIiki, Bian Kie Liang telah mencapai tingkat tinggi sekali.   Auwyang Hung dan Ong Tiong Yang diam2 telah mengeluh didalam hatinya, karena mereka tidak pernah menyangkanya bahwa Bian Kie Liang merupakan seorang jago tua yang benar2 memiliki kepandaian demikian tinggi.   Tetapi sekarang mereka telah terlibat dalam pertempuran seperti ini, memaksa Ong Tiong Yang maupun Auwyang Hong harus berusaha mengeluarkan seluruh kepandaian yang ada pada mereka untuk melindungi diri masing2.   Disaat itu, Auwyang Hong yang merasakan tenaganya telah banyak berkurang, tengah memutar otak, sampai akhirnya waktu ia merasa jika bertempur sepuluh jurus lagi dirinya akan rubuh ditangan Bian Kie Liang, dan tidak bisa meaghadapi serangan selanjutnya dari lawannya.   Auwyang Hong memikirkan sebuah daya.   Dengan mengeluarkan suara bentakan keras ia melancarkan serangan kearah dada Bian Kie Liang, waktu Bian Kie Liang meloncat mundur mengelakkan diri, kesempatan itu dipergunakan oleh Auwyang Hong itu untuk menyingkir.   la pun berkata dengan suara nyaring.   "Tahan, aku hendak bicara... !"   "Katakanlah!"   Seru Bian Kie Liang dengan suara yang tawar.   "Aku bersedia mengatakan dimana beradanya guruku sekarang ini........!"   Kata Auwyang Hong. Muka Bian Kie Liang berubah berseri sejenak, tetapi kemudian jadi ganas dan bengis kembali.   "Cepat kau katakan, dimana kini gurumu itu berada?"   Tergur Bian Kie Liang dengan suara yang keras dan mantap tajam sekali. ---oo~dwkz^0^Tah~oo--- BAGIAN 43 . TIPU DAYA AUWYANG HONG AUWYANG HONG tersenyum.   "tempat yang dipergunakan oleh guruku untuk mengasingkan dirinya itu merupakan tempat yang sulit sekali untuk dicapai........."   "Yang perlu kau katakan, dimana kini gurumu itu barada!"   Bentak Bian Kie Liang degan suara tidak sabar.   "Cepat kau katakan, dimana Kim Hek Lo Sin itu"   Auwyang Hong sambil menaban diri, ia berusaba untuk dapat berdiam diri tanpa mendesak hanya matanya saja yang memancarkan sinar sangat tajam sekali. Auwyang Hong tersanyum lagi, katanya dengan suara yang satu-satu dan hati-hati.   "Jika memang eagkau menghendaki aku membantumu memberitahukan dimana tempat sekarang ini guruku berada, maka kau juga harus mengerti, bahwa kau harus memberikan imbalannya untukku.............bagaimana? Kau setuju bukan?"   "Apa syaratnya ?"   "Yang kuharapkan adalah imbalannya....!"   "Imbalan apa yang engkau kehendaki ?"   "Tentunya barang yang tidak murah"   Bian Kie Liang tidak sabar, ia mendesak .   "Cepat katakan, imbalan apa yang eng kau kehendaki ?".   "Jika memang engkau bisa memberikan padaku pelajaran dari seluruh ilmu silatmu, maka aku akan memberitahukan tempat guruku berada."   Bian Kie Liang tampak jadi terkejut dan memandang tidak mengerti .   "Jika memang engkau bersedia mengajari aku seluruh ilmu silatmu, aku bersedia memberi tahukan dimana sekarang guruku berada!"   "Beritahukan dimana tempat gurumu berada .......!"   "Cepat katakan"   Bian Kie Liang tambah tidak sabar .   "Kelak jika engkau hendak mengangkat aku menjadi gurumu, aku tentu tidak keberatan ....!"   "Siapa Yang kesudian mengangkat Lelaki tua bangka seperti engkau menjadi guruku?"   Tanya Auwyang Hong dengan suara mengejek Muka Bian Kie Liang jadi berobah merah, tanyanya dengan tidak senang.   "Bukankah tadi engkau menginginkan aku mengajari engkau ilmu silat?"   "Benar, aku hanya menghendaki engkau mengajari aku seluruh dari ilmu silatmu dengan baik-baik ....... tetapi aku tidak sudi mengangkat manusia seperti kau ini untuk menjadi guruku.......!"   "Baiklah jika memang engkau menghendakinya begitu, akupun tidak keberatan...!"   Kata Bian Kie Liang kemudian dengan disertai tertawa mengejeknya.   "Ilmu apa yang hendak kau ajarkan dulu kepadaku?"   Tanya Auwyang Hong.   "dan berapa banyak ilmu yang engkau miliki?"   Bian Kie Liang tertawa dingin, katanya .   "Soal itu bisa kita urus nanti saja......!"   "Mengapa harus nanti.... bukankah aku telah. mengatakannya jika engkau telah mengajari aku seluruh ilmu silatmu, baru aku akan memberitahukan tempat guruku berada?'' Tetapi sejak tadi bercakap-cakap Auwyang Hong juga telah bersiap siaga, maka begitu melihat lawannya itu melancarkan serangan, cepat sekali ia mengelakkannya dengan melompat kesamping sambil memperdengarkan suara tertawa yang nyaring. Disaat itu, Ong Tiong Yang baru menyadari bahwa Auwyang Hong hanya ingin mempermainkan Bian Kie Liang, bukan bersungguh-sungguh hendak mengkhianati gurunya. Dan kesempatan ber-cakap2 seperti itu memang telah memberikan kesempatan buat Auw yang Hong dan Ong Tiong Yang ber-istirahat. Diam2 Ong Tiong Yang jadi memuji kecerdikan yang dimiliki Auwyang Hong. Namun sejauh itu, tetap saja Bian Kie Liang tidak bisa merubuhkan mereka. Lie Siu Mei telah berdiri diluar gelanggang memperhatikan jalannya pertandingan. Berulang kali Lie Siu Mei mengeluarkan suasa teriakan2 kecil seperti kaget, hal itu untuk mengalihkan dan memecahkan perhatian Bian Kie Liang. la juga sering mengejek dengan kata kata yang selalu membangkitkan kemarahan Bian Kie Liang. Sejauh itu nona Lie tidak ikut turun gelanggang dalam pertempuran im, karena ia merasakan bahwa kepandaian yang dimilikinya itu memang tidak bisa mengimbangi kepandaian yang dimiliki Bian Kie Liang. Jika ia memaksakan diri ikut bertempur, tentu hanya akan merepotkan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang guna melindungi dirinya. Hal inilah yang tidak dikehendaki oleh Lie Siu Mei. Dan ia hanya berdiri saja diluar gelanggang pertempuran itu sambil tidak henti2-nya ber-teriak2 untuk memecahkan perhatian Bian Kie Liang. ---oo~dwkz^0^Tah~oo--- Bertempur lagi beberapa saat, Ong Tiong Yang yakin bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk memperoleh kemenangan, karena walaupun bagaimana memang kenyataannya Bian Kie Liang merupakan seorang lawan yang sulit sekali dihadapi, kepandaiannya juga sangat tinggi. Dalam suatu kesempatan. Ong Tiong Yang berseru kepada Auwyang Hong .   "Hengtai...., mari kita tinggalkan kambing tua ini .... tidak guna menghadapi dengan kekerasan !"   "Oh Tunggu dulu totiang.......kambing tua seperti ini seharusnya kita beri hajaran biar tahu rasa....!"   "Itu, kita lakukan nanti saja, sekarang yang terpenting kita berusaha meninggalkannya....... !"   Kata Ong Tiong Yang. Dan setelah berkata begitu Ong Tiong Yang juga berteriak menyampaikan kepada Lie Siu Mei .   "Nona Lie, engkau pergi dulu meninggalkan tempat ini, kami berdua akan segera menyusul."   Lie Siu Mie tertawa. kemudian katanya .   "Baik..., baik..., tetapi aku akan menantikan kalian dimana ?"   "Jangan kita bicarakan disini, karena kambing tua ini yang telah menjadi demikian jinak tentu akan membuntuti kita terus ........... kau pergi saja dulu, nanti juga kita akan bertemu ....... !"   Dan setelah berkata begitu, Ong Tiong Yang memperhebat serangannya.   Bahkan jurus2 ilmu pukulan yang dipergunakannya semakin lama semakin kuat, dimana ia telah mendesak Bian Kie Liang lebih gencar.   Sedangkan Auwyang Hong juga tidak tinggal diam, ia melancarkan serangan2 yang lebih kuat kepada Bian Kie Liang.   Disaat Bian Kie Liang tengah mengelakkan diri, justru kesempatan itu telah dipergunakan mereka untuk melompat kebelakang guna menjauhkan diri.   Bian Kie Liang mengeluarkan suara tertawa dingin, sambil bentaknya .   "Jangan harap engkau bisa meloloskan diri dari tanganku !"   Dan sambll berkata begitu, Bian Kie Liang mengejarnya.   Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong seperti telah berjanji, mereka tidak mengambil satu jurusan, karena mereka telah membagi diri untuk melarikan ke dua jurusan.   Bian Kie Liang jadi terkejut sekali, karena justru kepada Auwyang Hong itulah ia memiliki kepentingannya untuk mengengetahui tempat tinggal nya Lo Sin.   Sedangkan dengan Ong Tiong Yang dia hanya benci karena tojin itu memang terlalu usil selalu mencampuri urusannya, tetapi selain itu tidak terdapat urusan pula.   Karena ini, akhirnya Bian Kie Liang mengerahkan tenaga melakukan pengejaran kepada Auwyang Hong.   Auwyang Hong mengerahkan seluruh kekuatan ginkangnya, namun kenyataannya dia tidak bisa meloloskan diri dari kejaran Bian Kie Liang.   Bian Kie Liang berhasil mengejarnya semakin cepat dan dekat.   Auwyang Hong mengempos semangatnya dan berusaha melarikan diri lebih cepat lagi.   Tapi jarak mereka semakin dekat, dan Bian Kie Liang menjejakkan kedua kakinya tubuhnya mencelat ketengah udara, tahu2 meluncur menubruk kearah Auwyang Hong.   Bian Kie Liang berhasil mengejar Auwyang Hong, langsung memperhebat serangannya, ia berusaha untuk menundukkan Auwyang Hong dalam waktu yang singkat.   Bertepatan dengan itu, dengan tak terduga tahu2 Ong Tiong Yang telah muncul pula ditempat tersebut.   Hal ini disebabkan Ong Tiong Yang melihatnya ketika Bian Kie Liang mengarahkan pengejarannya kepada Auwyang Hong, maka Ong Tiong Yang merasa kuatir sekali akan keselamatan Auwyang Hong.   Itulah sebabnya ia cepat2 berbalik arah kearah larinya Auwyang Hong.   Melihat Ong Tiang Yang kembali muncul disitu, Bian Kie Liang jadi mendongkol dan gusar, dengan munculnya Ong Tiong Yang berarti ia mengalami kesulitan untuk mencari tahu keberadaan Lo Sin ....   gurunya Auwyang Hong.   Disaat pertempuran itu tengah berlangsung dengan seru dan angin pukulan mereka telah berkesiuran keras sekali, justru terdengar suara langkah kaki yang ringan dan berkelebat sesosok bayangan, lalu tampak seseorang telah berdiri diluar gelanggang pertempuran.   Baik Ong Tiong Yang, Auwyang Hong maupun Bian Kie Liang, mereka telah melihatnya bahwa orang tersebut tidak lain dari seorang lelaki berpakaian Thungsia panjang dan memakai selubung penutup muka yang berwarna merah.   ---oo~dwkz^0^Tah~oo--- BAGIAN 44 .   DITOLONG SI ORANG BERTOPENG MERAH DENGAN memakai topeng seperti itu, Ong Tiong Yang bertiga dengan Auwyang Hong dan Bian Kie Liang tidak melihat wajah lelaki yang baru muncul itu.   Mereka juga telah melihat betapa orang itu datang dengan gerakan yang ringan dan gesit sekali, suara langkah kakinya hampir tidak terdengar jika memang bukannya mereka mempunyai pendengaran sangat tajam sekali.   Diwaktu itu tampak Auwyang Hong berusaha berteriak ."Paman, inilah Bian Kie Liang yang perlu dibasmi........!"   Bian Kie Liang tertawa mergeiek.   "Hemm......., engkau tidak perlu menggertak aku.... orang itu bukan sahabatmu dan juga engkau tidak mengenalnya !"   Kata Bian Kie Liang. Sedangkan orang yang menutupi mukanya dengan secarik kain merah, telah mempererdengarkan suara dengusan mengejek sambil katanya dengan dingin .   "Memang aku tidak kenal dengan kalian bertiga !"   Setelah berkata begitu orang bertopeng merah tersebut berdiri ditempatnya tanpa bergerak, ia hanya menyaksikan jalannya pertempuran tersebut.   Auwyang Hong yang sesungguhnya hendak menggertak Bian Kie Liang, jadi kecele karena orang itu membuka maksudnya, ia jadi mendongkol sekali, maka katanya .   "Jika dilihat dari cara engkau berpakaian seperti itu, tentunya engkau seorang ........."   Dan Auwyang Hong tidak meneruskan perkataanya.   "Seorang apa ?"   Tanya orang bertopeng merah itu ingin mengetahuinya.   "Aku tidak berani mengatakannya.........!"   "Kenapa ?"   "Aku kuatir engkau akan marah ?"   "Apakah engkau ingin mengeluarkan kata kata yang kurang ajar ?"   "Tidak !"` "Lalu mengapa engkau kuatir aku nanti memarahimu ?"   Tanya orang itu lagi.   "Justru aku kuatir setelah hal yang sebenarnya kukatakan, engkau akan marah padaku"   "Jika memang demikian, katakanlah.......!"   Kata orang bertopeng merah itu.   "Hmmm........,"   Dengus Auwyang Hong, yang kemudian disusul dengan suara tertawa dinginnya.   "Aku tidak yakin engkau tidak akah marah......!"   Dan baru berkata sampai disitu ia harus mengelakkan diri dari serangan yang dilancarkan Bian Kie Liang.   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Jika bukan perkataan kurang ajar, aku ....... tentu tidak akan marah.......!"   "Baik, aku hendak mengatakan, jika dilihat dari cara engkau berpakaian seperti itu, tentunya atau se- tidak2nya engkau ini adalah seorang banci...!"   Orang bertopeng merah itu telah mengeluarkan suara seruan mengandung kemarahan, tubuhnya juga bergerak sedikit, rupanya tergetar menahann perasaan marahnya, tetapi ia telah memperdengarkan suara tertawa dinginnya dan katanya.   "Baiklah, nanti setelah engkau selesai bertempur dengan orang itu, aku hendak meminta pertanggungan jawabmu, apakah memang benar benar aku seorang banci.......!"   Setelah berkata begitu, orang yang memakai topeng warna merah itu telah berdiri ditempatnya mengawasi jalannya pertempuran tersebut.   Bian Kie Liang yang melihat bahwa orang yang bertopeng merah itu bukan kawan Auwyang Hong maupun Ong Tiong Yang, hatinya jadi tenang.   Orang bertopeng merah itu ber-ulang kali mengeluarkan suara dengusan, lalu katanya .   "Bian Kie Liang, apakah gelaranmu sebagai Sie Hun Bian masih bisa dipergunakan terus ......."   Bian Kie Liang jadi terkejut. Mendengar dari kata-katanya, orang bertopeng merah itu rupanya kenal padanya. Tampaknya ia memandang rendah padanya Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang, namun sambil melancarkan serangannya, ia menegur ."Siapa engkau "Aku ?"   "Ya...!"   "Aku adalah aku!"   "Aku ingin mengetahui nama dan gelarmu!"   "Sayang sekali aku tidak biasa memberikannya sekarang ini....!"   "Kenapa begitu?"   "Bukankah anak muda itu telah mengatakan aku seorang banci, aku ingin memperlihatkan kepadanya nanti, apakah aku ini memang sama seperti apa yang disebutkannya atau memang perkataannya itu yang salah se-tidak2nya aku ingin sekali untuk merobek mulutnya yang lancang itu.... !". Bian Kie Liang tertawa tawar, katanya .   "Jika memang engkau merasa tidak seperti yang dikatakan pemuda itu, mengapa engkau tidak berani menyebutkan nama dan gelarmu?"   "Hemm....., nanti juga engkau akan mengetahuinya ......!"   Sahut orang bertopeng merah itu.   "Tetapi apa yang kusaksikan sekarang ini, justru memperlihatkan bahwa kepandaianmu tidak memperoleh kemajuan sama sekali di bandingkan dengan sepuluh tahun yang lalu...!"   "Hemm......, nanti setelah aku membereskan kedua anak domba ini, aku ingin meminta pengajaran darimu.....!"   Kata Bian Kie Liang dengan suara mendongkol.   "Boleh..., boleh......, namun aku sangsi dan tidak yakin bahwa engkau bisa merubuhkan kedua bocah itu.......!"   Kata orang bertopeng merah itu.   "Mengapa begitu ?"   "Kepandaian mereka tinggi dan cukup liehay, sedangkan kepandaianmu tidak memperoleh kemajuan dalam sepuluh tahun belakangan ini, dengan demikian, aku yakin bahwa engkau tidak mungkin bisa merubuhkan kedua anak muda itu........!"   "Baik, baik, aku akin memperlihatkan kepadamu bagaimana caranya Bian Kie Liang memberikan pelajaran kepada mereka!"   Dan setelah berkata begitu, serangan2 yang dilancarkan oleh Bian Kie Liang jadi semakin kuat.   Angin serangan kedua telapak tangannya itu berkesiuran menderu-deru.   Tetapi orang bertopeng merah itu mengawasi jalannya pertempuran tersebut dengan berulang kali memperdengarkan suara tertawa dingin.   Disamping itu, juga terlihat betapa 0ng Tiong Yang dan Auwyang Hong melancarkan serangan lebih baik, karena setelah bertempur sekian lama diantara mereka telah terjalin hubungan kerja sama yang lebih baik, dimana mereka melancarkan serangan secara bergantian dan juga saling melindungi.   Orang bertopeng merah itu mengeluarkan suara tertawa mengejek berulang kali.   Bian Kie Liang merasakarn dadanya seperti juga ingin meledak mendengar ejekan yang dilontarkan oleh orang bertopeng merah tersebut.   Tetapi ia tengah melakukan pertandingan yang tidak bisa ditunda-tunda dengan Auyang Hong dan Ong Tiong Yang, dengan sendirinya tidak bisa ia memecahkan perhatiannya untuk melampiaskan kemendongkolannya kepada orang bertopeng itu.   Saat itu tampak orang bertopeng merah itu berkata dengan suara dan sikap tidak acuh .   "Ambil Iangkah tiga dim dikanan dan pukul disebelah atas Tan Tian dua dim......!"   Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang waktu itu tengah melancarkan serangan mereka, tetapi mendengar perkataan orang bertopeng merah tersebut, mereka jadi merandek, dan dasarnya memang cerdas, maka cepat sekali mereka bisa menangkap maksud orang bertopeng merah itu, yang kata-katanya merupakan petunjuk yang ditujukan kepada mereka berdua.   Maka Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong merobah kedudukan mereka, keduanya berusaha untuk melancarkan serangan menurut yang dikatakan oleh orang bertopeng merah itu.   Hasil yang diperoleh Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang memang luar biasa, ketika itu terlihat betapa Bian Kie Liang berhasil didesak mundur oleh serangan mereka.   Keadaan demikian menggembirakan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.   "Lalu apa yang harus kami lakukan lagi?"   Tanya Auwyang Hong cepat.   "Agar aku bisa segera berurusan dengan kau setelah membereskan kambing tua ini.....!"   Orang bertopeng merah itu telah memberikan petunjuk-petunjuknya pula.   Dan Auwyang Hong maupun Ong Tiong Yang menurutinya.   Bian Kie Liang kewalahan menghadapi serangan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang yang menuruti petunjuk2 dari orang bertopeng merah itu.   Dengan demikian membuat Bian Kie Liang jadi terkejut dan penasaran sekali.   Waktu suatu kali ia mengelakkan diri dari serangan yang dilancarkan Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang, Bian Kie Liangtelah berteriak.   "Jika memang tanganmu gatal, silahkan engkau sendiri maju untuk main-main denganku, jangan mengambil sikap pengecut seperti itu .......!"   Orang bertopeng merah itu tertawa dingin, tetapi dia tetap memberikan petunjuk-petunjuknya kepada Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang.   Semakin lama Bian Kie Liang jadi semakin terdesak dan sibuk mengelakkan diri kekiri dan kekanan, tidak jarang Bian Kie Liang harus melompat kebelakang sejauh beberapa tombak.   Hal ini disebabkan ia memang jadi kewalahan dan jatuh dibawah angin setelah Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang melancarkan serangan mereka menuruti petunjuk2 yang diberikan oleh orang bertopeng merah tersebut.   Tampak Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang bersemangat saja, terlebih lagi orang bertopeng merah itu terus juga memberikan petunjuknya.   Keringat memenuhi sekujur tubuh Bian Kie Liang, sampai akhirnya ia mengeluh juga, karena jika ia mempertahatakan keadaan seperti ini terus-menerus, tentu dirinya sendiri yang bisa celaka, disamping itu, jelas ia yang akan jadi pecundang.   Dalam suatu kesempatan, Bian Kie Liang melompat mundur menjauhkan diri, ia memutar tubuhnya sambil berseru .   "Nanti aku akan datang mencari kalian.......!"   Dan ia terus melarikan diri dalam sekejap mata lenyap dari pandangan.   Orang bertopeng merah itu tertawa keras.   Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang menghampirinya, mereka merangkapkan sepasang tangannya mesnjura memberi hormat kepada orang bertopeng merah Itu, sambil mengucapkan terima kasih karena mereka telah memperolehlz petunjuk dari orang bortopeng merah ini.   Tetapi disaat Ong Tiong Yang dan Auw Yang Hong tengah menjura memberi hormat, justru orang bertopeng merah itu mengibaskan tangannya.   Hebat kesudahannya ......   Tubuh Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang seperti disamprok oleh suau kekuatan yang tidak tampak, tahu2 tubuh mereka terjungkel sejauh empat tombak.   Untung saja Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang memiliki ginkang yang tinggi dengan sendirinya mareka tidak sampai terbanting ......! Saat itu Orang bertopeng meragh itu tertawa keras, dan berkata .   Disaat itu orang yang pakai topeng merah berkata.   "Monyet2-kecil, ternyata kalian tidak memiliki kepandaian apa2, selain memiliki mulut yang kurang ajar ...... dasar monyet2 kecil.......! Auwyang Hong melompat berdiri dan berkata .   "Kau ... kala tadi membantu kami, tetapi sekarang ini mengapa justru memaki kami?"   Ditanya begitu orang bertopeng mengeluarkan suara mengejek .   "hemm......., tentu saja aku membantu kalian agar kalian tidak tercelakakan ditangan Bian Kie Liang, sehingga aku bisa membuat perhitungan dengan kalian......!"   Mendengar perkataan orang bertopeng merah itu. Auwyang Hong tertawa dingin.   "Kalau begitu, apa yang kuduoa ternyata tidak salah !"   Katanya.   "Tidak salah apanya ?"   Bentak orang berrtopeng merah itu dengan sorot matanya bersinar tajam, yang terlihat dari kedua lobang topengnya itu.   "Tentu tidak akan meleset apa yang telah kuduga, bahwa engkau...... engkau.......!"   Dan Auwyang Hong tidak meneruskan ucapannya lagi.   "Aku kenapa ?"   Tanya orang bertopeng merah itu sambil menatap tajam sekali.   "Kau seorang banci... .!"   Sahut Auw yang -Hong dengan berani.   "Kau...?"   Suara orang bertopeng merah itu terdengar keras sekali, kemudian ia melancarkan serangan dengan tangan kanannya.   Auwyang Hong hanya melihat berkelebatnya tangan orang bertopeng itu, tahu2 muka-nya telah kena dihajar keras sekali oleh tempilingan telapak tangan orang itu.   Keruan saja Auwyang Hong jadi kesakitan tubuhnya melayang ketengah udara.   Tetapi Auwyang Hong berhasil turun ketanah dengan kedua kaki terlebih dulu.   Orang bertopeng merah itu berkata kepada Ong Tiong Yang, dengan suara yang dingin .   "Tadi dan sekarang, pemuda itu Yang berani bicara kurang-ajar engkau sebagai kawannya tentu juga seorang tojin yang tidak baik hatinya ....... !"   Dan sambil berkata begitu, tampak orang bertopeng merah itu menggerakkan tangannya dengan gerakan yang cepat sekali, akan melancarkan serangan kepada Ong Tiong Yang.   "Tunggu dulu locianpwe.....!"   Seru Ong Tiong Yang yang mencegah kehendak orang itu melancarkan serangan, karena Ong Tiong Yang yakin orang ini, adalah seorang tokoh tua yang memiliki kepandaian tinggi sekali.   "Apa, yang hendak kau katakan ?"   Tegur orang bertopeng merah itu dengan dingin.   "Aku hendak mengatakan babwa Locianpwe telah salah paham, Pinto dan sahabatku ini sesungguhnya bukan manusia2 rendah"   Tetapi....... orang bertopeng merah itu berkata dengan suara yang dingin.   "Hemmm.......alasan apapun yang engkau kemukakan, dalam hal ini janagan harap engkau bisa mengelakkan hajaranku.....!"   Sambil berkata begitu, tampak orang bertopeng merah itu mengerahkan tenaga dalamnya, dan ia melancarkan serangan dengan kuat, Ong Tiong Yang mengetahui hal itu karena angin serangan tersebut berkesiuran kuat sekali.   Sebagai seorang yang sejak kecil selalu berlatih diri dengan sinkang aliran lurus dan bersih, Ong Yang mengetahui bahwa tenaga Iwekang yang dipergunakan oleh orang itu merupakan ilmu tenaga dalam aliran lurus.   Dan juga disaat itu, Ong Tiong Yang melihat cara menyerang orang tersebut mirip2 seperti ilmu silat dari Siauw Lim Sie.   Tampak Auwyang Hong memaki dengan suara tidak senang .   "Manusia banci hanya berani menghina yang muda.......!"   Tepiaknya. Orang bertopeng merah itu jadi menahan telapak tangannya yang hendak menyerang Ong Tiong Yang, kemudian ia memutar tubuhnya menghadapi Auwyang Hong.   "Jika memang demikian, engkau rupanya hendak minta dihajar lagi ........."   Lalu belum lagi suaranya itu habis diucapkan tampak ia melompat dan melancarkan serangan pula kepada Auwyang Hong.   Sebenarnya Auwyang Hong telah bersiap sedia hendak menghadapi serangan orang bertopeng merah itu, tetapi gerakan orang tersebut cepat sekali, sehingga tanpa ampun lagi ia telah kena dihajar pundaknya, tubuhnya berguling-guling diatas.   Begitu cepat cara menyerang orang tersebut dimana ia melancarkan serangannya dengan gerakan yang sangat aneh sekali.   Hal ini benar2 membuat Ong Tiong Yang jadi berpikir dua kali untuk berurusan dengan orang tersebut.   Tetapi Ong Tiong Yang juga menyadarinya bahwa ia tidak bisa berdiam diri saja menyaksikan Auwyang Hong disiksa oleh orang bertopeng merah itu.   Maka ia melompat kedekat orang ber topeng merah tesebut, ia juga menggerakkan hudtimnya menyerang punggung orang itu, Angin serangan hudtimnya berkesiuran kuat orang bertopeng merah tanpa menoleh lagi mengibaskan tangan kanannya, menyampok hudtim Ong Tiong Yang.   Seketika Ong Tiong Yang merasakan betapa telapak tangannya itu, seperti pecah dan pedih sekali, tubuhnya juga tergetar keras.   Waktu itu, orang bertopeng merah menggerakkan tangannya yang satunya, melancarkan serangan kepada Ong Tiong Yang dengan tubuh agak dimiringkan.   Serangan itu di lakukannya sangat cepat sekali, Ong Tiong Yang hanya sempat melihat betapa serangan orang bertopeng merah itu meluncur kearah dirinya, belum lagi ia keburu berkelit, saat itu tampak tubuhnya meluncur ketengah udara terkena serangan yang menyampoknya dengan kuat sekali.   Tetapi disebabkan Ong Tiong Yang memiliki sinkang yang murni dan lurus bersih, la bisa mengendalikan tubuhnya tidak sampai terbanting.   "Lain kali jaga mulutmu yang kurang ajar itu, kali ini aku mengampunimu dengan tidak merobek mulutmu, aku memandang pada tojin muda itu....!"   Kata orang bertopeng merah, dan ia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya mencelat dengan gesit, dalam sekejap mata telah lenyap dari pandangan mata Ong Tiong Yang dan Auwyang Hong.   Setelah orang bertcopeng merah itu lenyap dari pandangan mereka, Ong Tiong Yang menghela napas.   "Orang itu memiliki kepandaian yang tinggi sekali......ilmunya sulit dijajaki, entah siapa dia..........?!"   Setelah berkata begitu, Ong Tiong Yang menghela napas panjang.   ---oo~dwkz^0Tah~oo--- BAGIAN 45 .   RENCANA AUWYANG HONG AUWYANG HONG tersenyum sinis, tampaknya ia tidak senang menerima perlakuan yang kasar dari orang bertopeng merah itu, maka ia telah berkata dengan suara mengandung kemen dongkolan .   "Hemm....., orang itu hanya memiliki kepandaian yang lebih tinggi dari kita, karena usianyapun lebih tua dari kita, ia dari tingkatan tua. Coba kalau memang kita telah sempat berlatih dari sepuluh atau dua puluh tahun lagi, tentu kita bisa menghadapinya....!"   Ong Tiong Yang tersenyum.   "Salah jika memang kau memilki pandangan seperti itu, Hengtai,"   Katanya kemudian.   "Orang itu memiliki hati yang cukup baik, karena ia tidak menurunkan-tangan keras kepada kita, dan ia telah menolongi kita menghadapi Bian Kie Liang, setelah itu ia pergi begitu saja....."   Tetapi Auwyang Hong tampaknya kurang senang dan ia berkata dengan suara yang tawar.   "Hemm....., jika dilihat dari gerak geriknya, tentunya orang itu juga bukan manusia baik-baik,"   Katanya.   "Dan jika kelak aku telah berlatih diri lebih giat dan memiliki kepandaian yang lebih kuat, aku akan mencarinya, untuk meminta pengajaran lagi kepadanya, sayangnya aku tidak bisa melihat wajahnya yang disembunyikan itu, sehingga aku tidak mengetahui entah siapa adanya orang itu ..........?"   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ong Tiong Yang tertawa saja mendengar perkataan Auwyang Hong.   "Mari kita kembali kekota!"   Katanya mengajak. Auwyang Hong berdiam sejenak, tampak nya ia ragu- ragu.   "Apakah disana kita tidak akan bertemu dengan Bian Kie Liang ?"   Tanyanya. Ong Tiong Yang menganggap bahwa pertanyaan Auwyang Hong ada benarnya-juga.   "Jadi Hengtai ingin pergi kemana ?"   Tanyanya.   "Entahlah, aku masih belum tahu ......!"   "Lalu jika memang Bian Kie Liang kembali kekota dan nona Lie itu kebetulan kembali kesana, sehingga mereka bertemu, apa yang akan terjadi pada diri nona Lie itu ?"   Ditanya begitu, Auwyang Hong berdiam sejenak. Namun akhirnya ia mengguk-angguk.   "Baiklah, mari kita kembali kesana untuk melihat keadaan .....!"   Dan setelah berkata begitu, ia mendahului Ong Tiong Yang berlari dengan cepat.   Dalam waktu sekejap mata saja, Ong Tiong Yang dan Auw yang Hong telah tiba dirumah makan yang telah mereka tinggalkan tadi.   Setengah harian mereka mencari Lie Siu Mei, tetapi gadis itu tidak berhasil mereka jumpai .   Begitu juga halnya dengan Bian Kie Liang mereka tidak melihat Sie Hun Bian tersebut.   Waktu itu Auwyang Hong dan Ong Tiong Yang memutuskan untuk bermalam dikota tersebut, mereka telah bermalam disebuah rumah penginapaa yang tidak jauh dari rumah makan itu.   Kiang Bun, teman ber-cakap2 Ong Tiong Yang waktu pertama kali ia mendatangi kota ini, ternyata sudah tidak terlihat mata hidung nya.   Malam itu Ong Tiong Yang tidur dengan nyenyak, karena ia memang letih sekali setelah bertempur begitu lama dengan Bian Kie Liang.   Tetapi waktu menjelang tengah malam.   Ong Tiong Tang terbangun dari tidurnya.   la seperti mendengar sesuatu, suara yang perlahan sekali.   Namun sebagai seorang yang telah terlatih benar pendengarannya, segera ia bisa menangkap bahwa diatas genting kamarnya ada dua orang yang tengah berjalan, berlari ringan.   Ong Tiong Yang dengan ringan melompat dari pembaringannya, ia segera mengbampiri jendela dan memasang pendengarannya.   Tetapi orang yang tengah berlari diatas genting itu tidak melompat turun, malah suara larinya itu semakin menjauhi.   Ong Tiong Yang jadi curiga.   la mendengarkan lagi beberapa saat, sampai akhirnya ia melompat keluar dari jendelanya dan melompat naik keatas genting.   Gerakan yang dilakukannya itu sangat cepat, lalu iapun melakukan pengejaran pada orang yang telah berlari begitu jauh sekali.   Dalam keadaan demikian, tampak Ong Tiong Yang memang bersikap hati2 sekali.   Ia telah mengejar orang yang tengah berlari diatas genting itu.   Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Ong Tiong Yang memang telah mencapai tingkat yang tinggi, sehingga ia bisa mengikuti sosok tubuh yang tengah berlari itu tanpa disadari oleh orang yang tengah diikutinya itu.   Saat itu tampak sosok tubuh yang mengenakan pakaian ringkas berwarna hitam itu telah berlari menuju kearah selatan.   Ketika sampai disebelah pintu Koa dan terpisah dua puluh tombak, orang itu telah melompat turun.   Gerakan orang itu gesit sekali, tetapi Ong Tiong Yang berhasil mengikuti terus dengan baik.   Selama menguntit orang itu, Ong Tiong Yang melihat bentuk tubuh orang itu seperti dikenalnya.   Setelah lewat sekian lama, tampak sosok bayangan itu berhenti didepan sebuah kuil tua yang telah banyak kerusakan disana-sini.   Waktu itu, orang tersebut segera menegur dengan suara yang perlahan .   "Mei-moay..!"   "Auwyang Koko.... engkau telah datang?"   Terdengar suara seorang wanita menyahuti dari dalam kuil itu, dan disusul munculnya seorang gadis.   Ong Tiong Yang yang tengah mengintai segera melihat, betapa gadis itu dan pria yang baru datang yang mengenakan pakaian ringkas berwarna hitam tersebut, saling bercekalan tangan, mulut mereka tersenyum dan sinar mata mereka memancarkan cinta kasih.   Yang membuat Ong Tiong Yang terkejut dan heran, dia segera mengenali bahwa wanita itu tidak lain dari Lie Siu Mei, sigadis yang telah bertemu dengannya beberapa kali.   Sedangkan orang yang mengenakan pakaian warna hitam itu, tidak lain dari pada Auwyang Hong! Tentu saja Ong Tiong Yang jadi heran bukan main, sebelumnya Auwyang Hong maupun Lie Siu Mei selalu memperlihatkan sikap seperti juga diantara mereka terdapat jurang pemisah yang dalam.   Tetapi sekarang justru Ong Tiong Yang telah menyaksikan sikap mereka yang begitu mesra.   Dangan sendirinya hal ini membuat Ong Tiong Yang benar2 tidak mengerti.   Sedangkan Auwyang Hong tampak telah menarik tangan sigadis, katanya dengan suara yang lembut.   "Mei- moy... mengapa engkau selalu mempermainkan aku ?"   "Mempermainkan engkau ? Bukankah engkau sendiri yang mencari urusan seperti itu"   Sahut sigadis dengan suara yang manja. Auwyang Hong tersenyum.   "Kau selalu membuat susah hatiku, Mei-moy... tahukan engkau, selama beberapa hari lamanya aku selalu disiksa oleh perasaan rindu ingin bertemu denganmu...... ?"   Lie Siu Mei tertawa juga, manis sekali tertawanya itu.   "Akupun demikian, Auwyang Koko.......!"   Kata sigadis manja, bahkan ia telah merebahkan kepalanya didada sipemuda, dengan sikap yang mesra sekali.   Ong Tiong Yang yang menyaksikan ini, jadi tersenyum sendirinya, ia membuang pandangannya kelain arah dengan pipi yang berobah merah.   Baru saja Ong Tiong Yang ingin meninggalkan tempat tersebut, disaat itu ia mendengar Auwyang Hong berkata .   "Mei-moy........ apakah engkau berhasil menguasai pendeta muda itu ?"   "Maksudmu Tojin muda itu ?"   Tanya Lie Siu Mei.   "Yang bernama Ong Tiong Yang itu .........?"   Ong Tiong Yang jadi tercekat hatinya, ia memasang pendengarannya terus, karena ia jadi tertarik ingin mengetahui apa yang akan dibicarakan oleh kedua orang itu, bukankah nama nya telah disebut-sebut.   Auwyang Hong waktu itu mengiyakan, dan Lie Siu Mei juga terdengar membuka suara yang agak perlahan .   "Aku sebenarnya berhasil menguasainya, jika memang tidak timbul urusan dengan Bian Kie Liang, dimana engkau terlibat didalamnya, aku tentu sudah berhasil menguasai keseluruhannya !"   Ong Tiong Yang jadi heran, entah apa yang dimaksud kedua orang ini, karena ia tahu, bahwa kedua orang tersebut justru tengah mempergunjingkan dirinya.   Malah jika didengar dan dilihat sikap mereka yang begitu mesra, tampaknya mereka telah telah saling kenal lama sekali dan intim.   Waktu itu, Ong Tiong Yang mendengar pula perkataan Auwyang Hong .   "Benar, justru timbulnya urusan Bian Kie Liang membuat rencana kita berantakan ....!"   Katanja.   Lie Siu Mei menghela napas.   Kedua muda-mudi itu jadi berdiam ditempat persembunyiannya dengan hati yang berpikir keras , dan mereka tenggelam dalam kemesraan.   Sedangkan Ong Tiong Yang jadi berdiam, ia tidak tahu entah rencana apa yang tengah di laksanakan oleh Auwyang Hong dan Lie Siu Mei.   Tetapi didengar dari nada suara mereka, memperlihatkan bahwa mereka mengandung masksud tidak baik padanya.   "Auwyang Koko......!"   Terdengar suara berbisik Lie Siu Mei, ia berbisik dengan suara perlahan namun disebabkan Ong Tiong Yang memiliki pendengaran yang tajam, ia bisa mendengar suara sigadis dengan jelas.    Pendekar Satu Jurus Karya Gan KL Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Si Angin Puyuh Tangan Kilat Karya Gan Kh

Cari Blog Ini