Pertikaian Tokoh Persilatan 18
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 18
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung "Hemm......?" Sahut sipemuda sambil menundukkan kepala dan mereka te!ah menuju kebawah sebatang pohon liu yang tumbuh di samping kuil itu. "Sekarang tojin muda itu berada dimana?" Tanya si gadis. "Masih dirumah penginapan, ia tentu tengah tertidur nyenyak sekali." "Hemm......., jika memang demikian, besok saja kita mulai kembali dengan rencana kita, agar kita bisa menguasai dirinya........!" "Baiklah Mei-moy tetapi engkau harus melakukannya dengan hati-hati, agar rencana kita, itu berhasil dengan baik," Kata Auwyang Hong. Pasangan muda-mudi itu terus juga bercakap-cakap dengan mesra. Sedangkan Ong Tiong Yang yang berada di tempat persembunyiannya diliputi oleh tanda tanya tidak mengerti, ia men-duga2 entah rencana apa yang dimiliki pasangan muda-mudi tersebut. Dia tidak mengetahuinya dengan jelas, karena waktu justru memang Ong Tiong Yang belum mendengar apa rencana mereka. Karena tertarik dan ingin sekali mengetahui rencana mereka, sebab urusan menyangkut dirinya. GAMBAR 08 Pasangan muda-mudi itu terus juga, bercakap-cakap dengan mesra. Ong Tiong Yang tetap bersembunyi ditempatnya. Ia ingin mendenqarkan terus, rencana apakah yang tengah direncanakan oleh pasangan muda-mudi tersebut. Hanya saja didengar dari percakapan antara Auwyang Hong dengan Lie Siu Mei, memang tampaknya mereka- tengah merencanakan sesuatu yang tidak benar. Waktu itu, Ong Tiong Yang mendengar lagi Lie Siu Mai berkata . "Auwyang Koko ...... coba kamu jelaskan, sesungguhnya kepandaian Tojin muda itu apakah lebih tinggi dari kau ?" Tanya sigadis. Ong Tiong Yang mendengar Aauwyang Hong menghela napas. "Mengenai kepandaian mungkin kami berimbang, tetapi justru ia merupakan murid dari aliran bersih, aku melihat dari sinar matanya dan tenaga lweekang yang dimilikinya, maka dari itu, alangkah menariknya jika kita bisa memperoleh keterangan mengenai pelajaran ilmu sinkang dari aliran putih dan lurus. Sedangkan aku sendiri merupakan murid dari pintu perguruan yang ilmunya agak sesat, seperti ilmu kodokku, yaitu Ha Mo Kang ....... jika memang aku bersih, terus tanpa berusaha mengalihkan kesesatannya itu, tentu akan mencelakakan diriku sendiri. Itulah sebabnva aku meminta bantuan Mei-moy untuk memancing tojin itu, agar ia bersedia memberikan penjelasan mengenai pelajaran sinkang dari aliran bersih, yaitu dari aliran pintu perguruannya ....!" Lie Siu Mei menghela napas dalam2, untuk sejenak lamanya ia tidak membuka mulut, sampai akhirnya ia berkata dengan suara ragu-ragu . "Tetapi jika gagal...........?" "Aku mohon kau usahakan jangan sampai gagal.....!" Kata Auwyang Hong. Lie Siu Mei menghela napas lagi, kedua remaja itu tenggelam dalam kebisuan. Sedangkan darah Ong Tiong Yang tengah bergolak dan hatinya tidak senang setelah mengetahui rencana pasangan muda-mudi itu. Segera ia menyadari bahwa sigadis rupanya hanya pura2 hendak meminta pertolongannya untuk merujukkan dengan Auwyang Hong rupanya sigadis hanya ingin memancing pelajaran sinkang dari aliran murni lewat mulutnya. Tentu saja Ong Tiong Yang sama sekali tidak menyangka bahwa Auwyang Hong dan Liu Siu Mei merupakan pemuda-pemudi yang tidak mengenal malu. Disaat itu, tampak Lie Siu Mei telah melompat berdiri, ia berkata kepada Auwyang Hong . "Baiklah Auwyang Koko, engkau kembali menemui pendeta muda itu, engkau harus membawa sikap agar pendeta muda itu tidak menaruh kecurigaan. Nanti setelah aku berhasil mengambil hatinya dan rasa kasihannya, iatentu tidak. keberatan untuk memberikan pelajaran sinkang yang dimilikinya!" Auwyang Hong melompat, ia mengiyakan. Pasangan muda-mudi itu berciuman dan kemudian berpisah. Ong Tiong Yang menantikan sampai Auw yang Hong pergi lenyap dari pandangan matanya, baru ia keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan mempergunakan ginkangnya, Ong Tiong Yang kembali kerumah penginapan dan langsung masuk kekamarnya. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Ong Tiong Yang tersenyum dan memejamkan matanya untuk tidur. ---oo~Dwkz~0~Tah~oo--- BAGIAN 46 . KELICIKAN AUWYANG HONG KEESOKAN PAGINYA, ia bertemu dengan Auwyang Hong, dimana pemuda tersebut membawa sikap yang tetap manis kepadanya. Ong Tiong Yang juga menyembunyikan perasaannya, ia melayani Auwyang Hong dengan sikap yang biasa saja, mereka telah makan bersama-sama pula. Diwaktu itu tampak Auwyang Hong berkata dengan tersenyum manis. "Totiang, aku sesungguhnya sangat berterima kasih kemarin Totiang telah berusaha merecoki kami, antara aku dengan gadis she Lie itu tetapi sayang nya gadis she Lie itu memiliki adat yang berangasan, sehingga kurang kusenangi." Ong Tiong Yang tersenyum, ia tidak memperlihatkan sikap tidak senangnya, hanya hanya berpikir. "Pemuda ini ternyata seorang licik sekali...... !" Tetapi dimulutnya ia telah berkata. "Jika memang bisa kubantu tentu akan kubantu, asal memang menurut kemampuan yang ada pada Pinto...... !" Auwyang Hong tersenyum. "Memang Totiang tampaknya seorang pendeta yang welas asih sekali.......!" Kata Auwyang Hong kemudian sambil tersenyum. Ong Tiong Yang membalas senyumnya. "Tetapi tentu saja tidak bisa dikatakan begitu, kalau saja Siecu (tuan) memerlukan baatuanku, dan aku tidak bisa memberikannya tentu Siecu akan menganggap bahwa diriku ini seorang pendeta yang sangat jahat........!" Mendengar dirinya disindir, disaat itu juga segera Auwyang Hong terdiam, ia melirik kepada Ong Tiong Yang, tetapi ia tidak melihat sikap sinis dari pendeta itu, tetapi justru yang dirasakan bahwa adanya perobaban panggilan terhadapnya. Ong Tiong Yang padanya, sebelummya panggilan terhadap dirinya adalah hengtay (saudara), justru hari ini Ong Tiong Yang memanggilnya dengan sebutan Siecu, yaitu tuan. Kejanggalan inilah yang membuat Auwyang Hong jadi berpikir. Sejenak lamanya mereka hanya bersantap, tanpa ber- kata2 lagi. Setelah selesai bersantap, Ong Tiong Yang tertawa sambil katanya . "Bagaimana pendapat Siecu mengenai nona Lie itu, apakah ia seorang gadis yang manis dun patut dijadikan kekasih atau memang ia seorang gadis yang memuakkan." Auwyang Hong tersenyum. "Memang parasnya cantik, jika ia memilihii sifat yang lembut, tentu senang sekali aku bisa mengambilnya menjadi kekasihku...!" "Bagaimana jika gadis itu meminta agar Siecu menjadi kekasihnya, apakah kau akan menolaknya?" Tanya Ong Tiong Yang. Auwyang Hong tertawa. "Kukira aku tidak memiliki peruntungan sebesar itu," Katanya. "Kenapa ?" Tanya Ong Tiong Yang "bukankah Siecu juga seorang pemuda yang gagah, tampan dan menarik ?" Auwyang Hong telah menghela napas. "Gadis itu tampaknya tidak menyukai diriku," Kata Auwyang Hong. Mendengar ini, Ong Tiong Yang telah berpikir lagi. "Pemuda ini memang seorang pemuda yang senang sekali berdusta, rupanya memang sudah menjadi sifatnya, di mana ia tak bisa menjadi seorang pemuda yang jujur dan baik........" Tetapi dimulutnya Ong Tiong Yang berkata dengan sabar. "Tetapi jika memang Siecu mau berusaha dengan sabar, tentu Siecu bisa mempersunting dirinya.... pernah Pinto bertemu dengannya dan bercakap-cakap dengannya, justru Pinto melihatnya bahwa ia seorang gadis yang menarik dan lembut sekali, disamping parasnya yang cantik...........!" Auwyang Hong tartawa. "Soal itu biarlah nanti saja kita lihat lagi, mungkin juga pendapat, Totiang benar, tetapi dalam hal ini jelas aku tidak berani terlalu ceroboh untuk mencari teman hidup........!" Ong Tiong Yang mengangguk, tetapi ia berkata dengan sabar . "Baiklah jika memang demikian. Dan semoga saja Siecu bisa memperoleh seorang kawan hidup yang baik," "Terima kasil Totiang." "Nah, Pinto kira, kita telah berkumpul cukup lama, disamping itu juga, Pinto masih memiliki banyak urusan, maka dari itu kita berpisah sampai disini saja........" Mendenger itu, muka Auwyang Hong jadi berobah, dia telah berkata dengan nada suara yang agak ter-gesa2 . "Mengapa Totiang begitu kesusu hendak berpisah denganku, bukankah kita baru saja berkenalan dan bisa menggalang persahabatan beberapa saat lamanya? Jika memang Totiang tidak menolak, akupun bermaksud untuk mengikat tali persahabatan dengan Totiang". "Sayangnya Pinto masih memiliki banyak persoalan yang harus diselesai... menyesal sekali pinto harus berpisah dengan Siecu... dan kelak kitapun akan berjumpa kembali.......!" Auwyang Hong jadi muram, ia memperlihatkan wajah yang mengandung penyesalan waktu mengangguk. "Baiklah Totiang, selamat jalan, sampai jumpa dilain waktu .... !" Ong Tiong Yang segera pamitan dan melangkah keluar dari rumah makan tersebut....... Auwyang Hong mengantarkan sampai dipintu luar. Justru waktu itu Auwyang Hong seperti teringat sesuatu. "Tunggu dulu Totiang ...... !" Katanya. Ong Tiong Yang menoleh. "Ada apa lagi Siecu ...?" Tanyanya. "Apakah Totiang masih ingat orang yang mengenakan topeng merah pada kemarin hari ?" Tanya Auwyang Hong. Ong Tiong Yang mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja Pinto masih ingat dengan baik, bukankah orang bertopeng merah itu justru telah berurusan dengan kita juga ?" Auwyang Hong mengangguk. "Begini Totiang, justru semalam secara diam2 aku telah pergi menyelidiki dan aku berhasil mencari jejaknya ......!" Kata Auwyang Hong. "Mencari jejak orarg bertopeng merah itu?" Tanya Ong Tiong Yang sambil memperlihatkan wajah keheranan. Auwyang Hong mengangguk. "Benar Totiang, jika memang Totiang mau pergi bersama-sama denganku, mari kita datangi dia. ..!" Ong Tiong Yang tersenyum sabar waktu mendengar pekataan Auwyang Hong. "Sayangnya Pinto tidak merasa punya sakit hati pada orang bertopeng merah itu ...... dimanakah jejak orang bortopeng merah itu berhasil kau jumpai?" Tanya Ong Tiong Yang. "Disebuah kuil didekat pintu kota......!" Sahut Auwyang Hong. "Disebuah kuil rusak!" "Ohhh... !" Pikiran Ong Tiong Yang seketika teringat kepada Lie Siu Mei. Segera Ong Tiong Yang juga dapat menduganya, tentunya Auwyang Hong ingin mempertemukan dirinya dengan Lie Siu Mei setelah ia melihat pendeta ini bermaksud pergi, dan tidak-bisa ditahan lebih dipertemukan dengan Lie Siu Mei, setidak-tidak nya kekasih Auwyang Hong itu memiliki jalan untuk melibat Ong Tiong Yang pula. Menduga begitu, Ong Tiong Yang jadi tersenyum lebar, akhirnya ia, mengangguk. "Baiklah," Ia menyanggupi ajakan Auwyang Hong, karena Ong Tiang Yang juga jadi tertarik untuk mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh Auwyang Hong bersama Lie Siu Mei Tampak Auwyang Hong jadi girang, ia telah merengkapkan sepasang tangannya memberi rormpt kepada Ong Tiong Yang, katanya ."terima kasih....., terima kasih.....!" Katanya berulang kali. Begitulah, mereka berdua telah berangkat dalam waktu yang singkat mereka telah tiba di kuil yang rusak didekat pintu kota. Ong Tiong Yang menduga dengan tepat. Ia memang di kekuil rusak dimana semalam Auwyang Hong telah mengadakan pertemuan dengan Lie Siu Mei. Waktu itu, Ong Tiong Yang hanya berdiam diri saja, karena ia ingin mengetahui apa yang hendak dilakukan oleh Auwyang Hong. Ia hanya mengikuti saja. Sedangkan Auwyang Hong telah menunjuk kearah kuil rusak yang tampaknya sepi ini. "Semalam aku melihat dia memasuki kuil itu...!'' katanya. Ong Tiong Yang tertawa. "Apakah semalam kau hanya mengintai dan melihat orang bertopeng merah itu memasuki kuil tersebut?" Tanyanya. Auwyang Hong mengangguk. "Benar...!" Dan ia menoleh memandang kepada Ong Tiong Yang, dilihatnya pendeta itu tengah tertawa mengawasi padanya. "Siecu," Kata Ong Tiong Yang. "Kau tentu mengerti, kemungkinan bahwa orang bertopeng merah itu hanya singgah dikuil ini untuk beristirahat saja... dan sekarang dia telah pergi lagi entah kemana...!" "Muagkin juga ia masih berada didalam bukankah kuil ini merupakan kuil rusak"" Ong Tong Yang mengangguk. "Baiklah, jika memang demikian, mari kita melihatnya kedalam.....!" Mereka berdua telah mendekati kuil itu. Hanya yang membuat,Ong Tiong Yang hampir tertawa justru melihat Auwyang Hong membawa sikap yang berhati-hati sekali, melangkah dengan hati-hati dan mementang matanya lebar lebar berwaspada sekali, padahal orang yang berada didalam kuil itu tentunya sigadis Lie Siu Mei, kekasihnya. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ong Tiong Yang mengikuti dibelakang Auw yang Hong, dengan mulut hanya tersenyum-senyum saja. Sedangkan Auwyang Hong telah berkata dengan suara perlahan . "Mari kita menyergap nya dengan mendadak ........!" Ong Tiung Yang dengan hati yang merasa geli telah mengiyakan, dan mereka telah melompat masuk kedalam kuil rusak itu. Tetapi didalam ruangan kuil itu justru mereka tidak menjumpai seorang manusiapun juga. Disaat itu, tampak Auwyang Hong telah mencari-cari kesana kemari. "Jika dilihat keadaan demikian, tampaknya dugaan Totiang memang benar" Katanya. "Dan orang bertopeng merah itu rupanya telah berlalu.........!" Ong Tiong Yang tersenyum. "Tunggu dulu," Kata Ong Tiong Yang. "Justru aku seperti mencium bau harumnya minyak wangi seorang wanita ....!" Mendengar perkataan Ong Tiong Yang, wajah Auwyaug Hong jadi berobah merah. "Apakah memang orang memakai topeng merah itu seorang yang memiliki sifat banci seperti yang kuduga ? Hmm......., mungkin dia yang memakai bau harum- haruman itu............!" Ong Tiong Yang telah tersenyum lagi, tetapi sebelum ia sempat berkata, disaat itu telah muncul sesosok tubuh dengan gerak yang gesit, sesosok tubuh yang ramping dan seketika juga didalam ruangan itu tercium bau harum semerbak. "Kau.........?" Auwyang Hong memperlihatkan sikap terkejut, dan ia telah memandang kepada orang yang baru muncul, yang tidak lain dari Lie Siu Mei. Ong Tiong Yang tersenyum dan berkata . "Jika tidak salah, nona tentunya adalah nona Lie Siu Mei, kekasih dari Auwyang Siecu ini". Mendengar perkataan Ong Tiong Yang, Lia Siu Mei memperlihatkan sikap seperti orang yang kebingungan, tetapi cepat ia memandang kepada Auwyang Hong, seperti meminta isyarat dari kekasihnya itu. Auwyang Hong diam-diam mengedipkan matanya. Lie Siu Mei yang memperoleh isyarat kedipan mata dari Auwyang Hong, segera tersenyum memperlihatkan sikap seperti orang yang malu-malu. "Totiang, rupanya rupanya engkau telah berhasil menolong aku !" Katanya dengan su ara yang setenang mungkin, dan juga tidak lu pa melontarkan senyumnya. Ong Tiong Yang membalas senyumnya. "Ya, apa yang telah nona pesankan telah kulakukan, dan aku memperoleh kenyataan bahwa Auwyang Hengtai ini mencintaimu, siang dan malam selalu merindukan nona !" Muka sigadis berobah merah, ia memperlihatkan sikap seorang gadis yang sngat merasa malu. Hal ini membuat Ong Tiong Yang berpikir didalam hatinya ."Pandai sekali gadis ini bersandiwara !" Dan iapun telah berkata dengan suara yang tawar . "Dan sekarang, pinto kira urusan dan tugas pinto telah selesai, kalian telah saling bertemu, maka pinto bermaksud hendak pamitan untuk melanjutkan perjalanan...!" Mendengar perkataan Ong Tiong Yang, tampaknya Lie Siu Mei jadi terkejut, ia segera menoleh kepada Auwyang Hong, namun secepat itu pula ia bisa memutuskan sendiri langkah-langkah apa yang perlu dilakukannya. Maka segera ia merangkapkan sepasang tangannya menjura memberi hormat kepada Ong Tiong Yang. Ong Tiong Yang tidak bersedia menerima pemberian hormat itu, ia menyingkir kesamping. "Untuk apa pemberian hormat nona Lie ?" Tanyanya. ter-sipu2. Lie Siu Mei segera berkata . "Totiang, bukankah Totiang masih ingat ketika dirumah makan kemarin itu, aku pernah meminta pertolongan kepada Totiang, yaitu inginkan sesuatu bantuan dari totiang....... ?" Ong Tiong Yang mepngangguk. "Benar......!" Sahutnya. "Kalau memang demikian, tentunya Totiang membantuku tidak setengah jalan, dan Totiang tentunya akan memberikan pertolongan tidak tanggung2 dan akan melakukannya sampai selesai urusan itu ... !" Ong Tiong Yang tersenyum. "Maksud nona ?" Tanyanya. "Justru aku hendak meminta bantuan Totiang jangan setengah jalan," Kata Lie Siu Mei lagi." "Kalau begitu, bantuan apalagi yang harus Pinto berikan ?" Tanya Ong Tiong Yang. "Bantuan apa, nona Lie ?" Tanya Ong Tiong Yang lagi. "Bantuan yang tidak begitu sulit, jika memang Totiang bersedia untuk membantu...!'' kata Lie Siu Mei dengan nada yang mana. "Cobalah nona katakan dengan jelas........!" "Sesungguhnya. .. aku akan menyampaikan hal itu hanya empat mata pada Totiang ........!" Sahut Lie Siu Mei dengan suara sangat perlahan sekali. Ong Tiong Yang tersenyum lebar sambil menoleh kepada Auwyang Hong. Sedang Auwyang Hong cepat2 berkarta. "Kalau memang ada sesuatu yang ingin dibicarakan empat mata, biarlah aku pergi saja dulu," Dan Auwyang Hong memutar tubuh, hendak keluar dari kuil tersebut Tetapi Ong Tiong Yang mengeluarkan tangannya mencekal tangan Auwyang Hong katanya "Tidak perlu Hengtai keluar, kita, ber-cakap2 disini saja...!" Sengaja Ong Tiong Yang memanggil Auwyang Hong dengan sebutan Hengtai lagi, untuk menutupi kecurigaan Auwyang Hong, karena ia mengetahui Auwyang Hong adalah seorang pemuda yang memiliki otak encer dan sangat cerdas. Auwyang Hong tersenyum katanya. "Apakah dengan hadirnya aku di sini tidak akan mengganggu kalian ...?" Tetapi Lie Siu Mei telah menggelengkan kepalanya perlaban, katanya lagi . "Justru aku hendak membicarakan hal itu dengan Totiang dibawah empat mata .... !" Ong Tiong Yang cepat2 merangkapkan tangannya memberi hormat, sambil tertawa kata nya . "Maafkan hal itu tidak bisa Pinto luluskan, karena kurang pantas jika pinto berada bersama dengan nona hanya berdua saja..!" Sigadis tersenyum. "Tetapi kita bukankah tidak melakukan sesuatu yang melanggar hal-hal yang diluar dari kepantasan ?" Tanyanya, Ong Tiong Yang tersenyum. "Tetapi justru dalam anggapaon orang lain tentu tidak pantas, sebagai seorang Tojin, tidak bisa Pinto meluluskan permintaan nona !" Dan setelah berkata begitu, tampak Ong Tiong Yang tersenyum sambil merangkapkan sepasang tangannya, ia menjura memberi hormat, katanya dengan suara yang seperti mengandung penyesalan . "Maafkan ....!" Ketika Ong Tiong Yang memberi hormat, Auwyang Hong telah beranjak dari tempat berdirinya, melangkah menuju kepintu kuil untuk keluar. "Biarlah aku menyingkir saja, kalian tentu ber-cakap2 memakan waktu yang tidak lama bukan?" Katanya sambil melangkah. Ong Tiong Yang cepat2 mengulapkan tangannya sambil katanya. "Saudara Auwyang, kemarilah... jika memang hanya berdua dengan nona Lie ini, kekasihmu maka biarlah Pinto berlalu saja .......!" Lie Siu Mei berusaha tersenyum lebar-lebar, katanya dengan sikap yang agak manja . "Totiang, mengapa Totiang begitu sungkan?" Ong Tiong Yang cepat-cepat merangkapkan tangannya lagi memberi hormat, lalu katanya. "Pinto juga tidak bisa berdiam disini terlalu lama, maafkan pintu, Pinto akan segera pamitan ....... minta diri... .! " Dan tanpa menantikan jawaban dari Lie Siu Mei, tampak Ong Tiong Yang telah memutar tubuhnya akan segera berlalu dari situ. Waktu itu Lie Siu Mei jadi sibuk sekali menghadang dihadapan Ong Tiong Yang. "Totiang, apakah totiang tidak merasa kasihan padaku ? Apakah totiang tidak bersedia menolongku ?" Tanya Lie Siu Mei. Ong Tiong Yang tersenyum sambil melangkah terus menuju kepintu kuil tersebut. "Kita bicara diluar kuil saja. ..!" Katanya kemudian. Lie Siu Mei tidak berdaya menahan Ong Tiong Yang, yang waktu itu telah melangkah keluar din menghampiri Auwyang Hong. Belum lagi ia tiba dihadapan Anwyang Hong, yang waktu itu tengah berdiri menjublek memandangi ke-arah jalan raya, disaat itu Ong Tiong Yang telah berkata dengan suara yang pasti. "Saudara Auwyang ....... Pinto tidak bisa terlalu lama menemani kalian, karena masih ada urusan lainnya yang perlu Pinto selesaikan...!" Dan taapa menantikan jawaban Auwyang Hong, Ong Tiong Yang telah melangkah lebar meninggalkan tempat tersebut. Auwyang Hong jadi terkejut, begitu juga Lie Si u Mei. "Totiang, tunggu dulu.......!" Panggil mereka hampir berbarengan. Tetapi Ong Tiong Yang tidak memperdulikan mereka, dan telah melangkah terus meninggalkan mereka. Auwyang Hong dan Lie Siu Mei jadi berdiri menjublek mengawasi kepergian imam itu. Setelah berjalan agak jauh dan melihat Auwyang Hong dan Lie Siu Mei tidak mengikutinya, Ong Tiong Yang menghela napas dalam2 kemudian pikirnya . "Sungguh licik pemuda she Auwyang itu. .......!" Dan setelah dia berpikir demikian, Ong Tiong Yang mempercepat langkahnya, ia telah berlalu dengan cepat bermaksud meninggalkan tempat itu, karena ia menyadari jika terlalu lama disitu, jelas dirinya akan diganggu oleh Auwyang Hong dan Lie Siu Mei, yang licik itu. Saat itu, tampak Auwyang Hong dan Lie Siu Mei yang menyadari bahwa rencana mereka gagal, hanya bisa menghela napas saja, menyesali bahwa rencana mereka diatur kurang begitu rapih, sehingga tojin itu bisa lolos dari tangan mereka, dan apa yang mereka harapkan tidak bisa tercapai. ---oo^dw~kz^0^Tah^oo--- BAGIAN 47 . ANG BIAN SI ORANG BERTOPENG MERAH ONG TIONG YANG ketika tiba diluar kota, memppergunakan ginkangnya untak berlari dengan cepat, dalam sekejap mata saja melewati belasan lie. Setelah tiba disebuah persimpangan jalan, dimana dikiri kanannya terdapat banyak sekali pohon-pohon dan juga sawah ladang yang terbentang luas, Ong Tiong Yang baru menghentikan larinya, ia melakukan perjalanan perlahan-lahan menikmati keindahan alam yang terdapat disekitar tempat tersebut.. Ong Tiong Yang, berpikir keras didalam hatinya. "Didalam dunia ini tampaknya terdapat banyak sekali manusia2 licik dimana kelurusan seperti ingin ditindih oleh kesesatan......" Seperti yang terlihat pada si pemuda she Auwyang itu, yang rela berusaha dengan segala daya untuk mencapai maksud hatinya, dengan melupakan Gie (budi) dan Jin (kebijaksanaan) sehingga ia rela memperalat kekasihnya sendiri. Berpikir begitu Ong Tiong Yang menghela napas dalam-dalam. Ong Tiong Yang tiba2 menahan langkah kakinya, karena didengarnya dari arah belakang terdengar suara langkah kaki yang perlahan dan ringan sekali. Ia melihat orang yang tengah berlari mendatangi adalah yang memakai penutup muka secarik topeng merah. Waktu orang yang memakai penutup muka warna merah itu tiba dibadapannya, Ong Tiong Yang merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat, katanya dengan suara yang sabar . "Siapakah sebenarnya Kiesu dan sudikah Kiesu memberitahukan apa keperluan Kiesu membuntuti aku.........?" Setelah tiba dihadapan Ong Tiong Yang, orang bertopeng merah itu berkata. "Sabar jangan mendesak aku dengan pertanyaan2 yang mengandung kecurigaan seperti itu......!" Katanya sambil tersenyum. Ong Tiong Yang juga, tersenyum, katanya . "Jika dilihat dari sepak terjang Kiesu, tampak nya Kiesu memang tidak hendak diketahui orang siapa adanya Kiesu, maafkan kelancangan Pinto yang telah lancang bertanya yang tidak-tidak." Orang bertopeng merah itu tertawa lagi. "Tojin muda, engkau demikian muda, tetapi telah memiliki kepandaian yang mengagumkan disamping itu engkaupun memiliki pikiran yang luas dan tindakan yang bijaksana. Seperti tadi, walaupun engkau telah mengetahui orang she Auwyang itu seorang pemuda yang licik, namun engkau tidak membuatnya malu atau engkau tidak menegurnya.......... hal itu menunjukkan bahwa engkau memang seorang imam yang memiliki pikiran yang sangat luas." Cepat2 Ong Tiong Yang menjura memberi hormat, sambil katanya . "Kiesu terlalu memuji.....!" Katanya merendah. Orang bertopeng merah itu tertawa lagi. "Aku tertarik sekali melihat sikapmu seperti itu, maka dalam hal ini, aku memang bersedia untuk menjadi sahabatmu." Ong Tiong Yang terkejut. "Kiesu ........?" Tetapi belum lagi Ong Tiong Yang selesai dengan perkataannya, justru orang bertopeng merah tersebut telah memotongnya . "Jangan kau memandang rendah kepadaku.... atau memang engkau menganggap aku tidak pantas menjadi sahabatmu ........?" Ong Tiang Yang jadi gugup. "Bukan begitu maksudku, Kiesu ...... bukan begitu ..... !" Katanya cepat. "Kalau demikian berarti engkau tidak keberatan mengikat persahabatan denganku, bukan ?" Tanyanya. Ong Tiong Yang kemudian mengangguk. "Baiklah Kiesu .......!" "Siapa gelaranmu ?" Tanya orang bertopeng merah tersebut. "Aku belum memiliki gelaran, sedangkan namaku Ong Tiong Yang.....!" "Baiklah Ong Cinjin, untuk selanjutnva engkau bisa memanggilnya dengan Ang Bian (Muka Merah)........!" Katanya sambil tertawa. "Dan sekarang engkau ingin melakukan perjalanan kemana ?" Ong Tiong Yang menggeleng perlahan, katanya. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Belum kuketahui... Pinto bermaksud mengembara kemana saja, untuk mencari pengalaman..........!" Orang bertopeng merah itu, tampaknya kurang menyetujui pendapat dari Ong Tiong Yang. "Kau mengembara untuk mencari pengalaman ?" Tanyanya. Ong Tiong Yang mengangguk. "Benar Kiesu ... !" "Tentu saja seorang yang mengerti kepandaian mengembara bukanlah suatu hal yang sulit, namun jika engkau mengembara tanpa tujuan, itupun tidak benar," Kata Ang Bian. Ong Tiong Yang tertegun. "Apa maksud Kiesu ?" Tanyanya hati2. "Pinto tidak mengerti maksud Kiesu .... !" "Sesungguhnya, jika seseorang yang memiliki kepandaian tinggi dan melakukan pengembaraan hanya untuk mencari pengalaman diri sendiri, hal itu bukan berarti hal yang terpuji." "Mengapa begitu ?" "Justru jika seseorang memiliki kepandaian tinggi bermaksud melakukan pengembaraan, untuk dapat mengamalkan kepandaiannya menolongi orang2 yang tengah dalam kesulitan .......". !" Ong Tiong Yang tertawa sambil mengangguk. "Memang itu tujuan Pinto...........dan setiap kali Pinto menyaksikan hal yang tidak pantas memang Pinto berusaha untuk menyelesaikan." Orang bertopeng merah itu tersenyum....... "Baiklah jika demikian," Katanya. "Tentunya Ong Cinjin tidak akan keberatan untuk membantuku melakukan suatu pekerjaan besar yang mengandung kemuliaan ?" Ong Tiong Yang jadi tertegun sejenak dan mengerutkan sepasang alisnya. la hanya melihat sepasang mata orang itu saja yang berkilat dan ia bertanya . "Pekerjaan mulia apa yang dimakasudkan oleh Kiesu ?" "Pekerjaan suci, kita menolongi orang-orang yang lemah dan dalam keadaan tertindas" Sahuti orang bertopeng merah itu "Boleh Pinto mengetahui urusan itu ?" Tanya Ong Tiong Yang. "Tentu saja boleh," Katanya. "Sesungguhnya aku tengah melakukan suatu pekerjaan untuk menegakkan keadilan, menolongi seseorang yang tengah berada dalam penasaran ........ !" "Menolongi orang?" Tanya Ong Tiong Yang. "Benar.........!" Sahutnya. "jika Ong Cinjin tidak keberatan, aku minta bantuanmu untuk menyelesaikan persoalan tersebut." "Jika memang urusan demi keadilan, tentu Pinto tidak keberatan untuk mengeluarkan tenaga," Sabut Ong Tiong Yang. "Baikiah" Kata Ang Bian. "Tunggu dulu Kiesu, menurut Pinto justeru Kiesu memiliki kepandaian yang tinggi sekali, berada beberapa tingkat diatas kepandaian Pinto sendiri. Bantuan apakah yang bisa Pinto berikan ?" "Memang aku memiliki kepandaian yang tidak rendah, tetapi justru lawan-lawan yang harus kuhadapi juga bukan lawan-lawan yang ringan, disamping itu mereka berjumlah banyak. Kita hendak menolongi seorang tokoh rimba persilatan, yang difitnah dan dicelakai orang yang tidak bertanggung jawab.... !" "Jadi Kiesu hendak mengajak Pinto untuk menolong orang-orang itu ?" Tanyanya. Orang bertopeng merah tersebut mengangguk. "Siapakah orang itu Kiesu, bolehkah aku mengetahuinya?" Tanya Ong Tiong Yang. "Sahabat yang ditawan dan dicelakai itu adalah orang she Liong dan bernama It Hauw. Ia merupakan tokoh rimba persilatan yang memiliki nama sangat terkenal karena kapandaiannya yang tinggi, namun orangnya terlalu jujur, sehingga belum lama yang lalu ia telah dicelakai oleh lawan2 nya dengan mencampuri racun pada minumaanya. Dengan demikian ia berhasil ditawan dan kemudian dirusak seluruh tubuhnya, melenyapkan kepandaiannya, sehingga tidak bisa memberikan perlawanan apa2 lawan-lawannya." "Hemmm......, jika memang demikian persoalan nya, Kiesu tentunya mengajak aku untuk menghadapi orang- orang yang telah menawan Liong It Hauw tersebut ?" "Tidak salah........itulah maksudku .... dan orang-orang yang menawan Liong It Hauw itu sangat banyak jumlahnya. Apakah Ong Cinjin tidak ragu-ragu untuk melakukan hal ini ?" Tanya orang bertopeng merah itu. "Baiklah," Kata Ong Tiong Yang. "Mari kita berangkat." Orang bertopeng itu mengangguk, mereka meninggalkan tempat itu. ---oo^dwkz~0~Tah^oo--- BAGIAN 48 . ORANG BERMUKA BURUK "KITA akan menuju kepegunungan Lauw-san!" Kata uraog bertopeng itu sambil berlari kearah barat, dan Ong Tiong Yang mengikuti. Mereka memang memiliki ginkang yang tinggi, sehingga mereka bisa melakukan perjalanan dangan cepat. Setelah ber-lari2 hampir tiga puluh lie lebih mereka melihat sebuah rumah penduduk yang terpencil dari rumah2 lainnya. Rumah tersebut berada ditempat yang begitu sepi. Disebelah kanannya terdapat hutan rimba yang lebat, sedangkan disebelah kirinya terhampar sawah yang luas. Bangunan rumah itu tidak begitu besar, namun pintu rumah itu pun tertutup. Orang bertopeng merah itu menunjuk rumah tersebut, katanya . "Mari kita beristirahat dirumah itu, tentu pemilik rumah tersebut tidak keberatan untuk memberikan seteguk air pelenyap dahaga !" Ong Tiong Yang hanya mengiyakan dan mereka menghampiri rumah itu. Orang bertopeng merah itu lalu mengetuk pintu rumah tersebut. Agak lama mereka menanti, tapi tidak terdengar orang yang menyahut, bahkan tidak terdengar suara lainnya, bagaikan rumah tidak berpenghuni. Diwaktu itu orang bertopeng merah tersebut mengetuk lagi agak keras. Tetap tidak terdengar sahutan. Akhirnya orang bertopeng merah mendorong pintu itu, ternyata tidak pintu segera terbuka lebar. Tapi begitu pintu terbuka, Ong Tiong Yang maupun orang bertopeng merah itu jadi berdiri menjublek dengan tubuh yang kaku karena kaget. Ditengah ruangan dalam rumah itu tampak duduk seorang lelaki dengan sikap yang kaku, matanya memandang lebar2 kepada orang bertopeng merah itu dan Ong Tiong Yang. Sikapnya dingin sekali. Yang luar biasa adalah keadaannya. Wajahnya begitu buruk, sepasang matanya tjekung kedalam, seperti juga tak memiliki bola mata dan hidungnya sempoak separuh dengan tidak ada bibir, maka terlihat barisan giginya dan gusinya. Sepintas orang itu lebih mirip tengkorak saja, jika ia tidak memeiibara rambut panjang yang terurai kebahunya. ---oo^Dwkz^0^TAH^oo--- SAAT itu Ong Tiong Yang juga melihat pakaian orang tersebut merupakan pakaian yang tidak keruan, yaitu pakaian Thungsia yang ber-warna2 hanya tidak memiliki tali pengikat pinggang. Kedua lengan baju yang lebar telah pecah disana sini, sehingga pecahan kain itu berseliwiran dan tampak tidak teratur merupakan seperangkat pakaian yang benar2 telah rusak sekali. Tetapi sebagai seorang pendeta yang memiliki hati yang bersih, tidak bisa Ong Tiong Yang memperlihatkan sikap terkejut terus, sebab bisa menyinggung perasaan orang ini. Ia merangkapkan sepasang tangannya, memberi hormat dengan membungkukkan tubuhnya. "Maafkan kami meagganggu..... semula kami kira tidak ada penghuni rumah ini, sehingga kami lancang sekali membuka pintu rumah Siecu." "Memang kalian mengganggu, aku sudah tidak mengacuhkan kedatangan kalian tetapi mengapa begitu lancang membuka pintu dan langsung masuk ?" Tegur orang yang wajahnya seperti tengkorak mengerikan tersebut dengan suara yang sengau dan tidak sedap didengar. Ditanggapi begitu, wajah Ong Tiong Yang jadi berubah merah. Tetapi orang bertopeng merah itu justru telah memperdengarkan suara tertawa yang cukup nyaring, katanya . "Bagus...! Bagus...! Aku tidak menyangka akan bertemu dengan seorang sahabat yang demikian menarik i" "Hemm......., engkau tidak perlu menyindir diriku," Kata orang bermuka buruk itu. "Engkau menutupi mukamu dengan sebelai topeng merah itu, tentu wajahmu tidak lebih menarik dari wajahku........!" Orang bertopeng merah itu kembali memperdengarkan suara tertawanya, katanya . "Jika memang senasib, nah perkenalkan aku Ang Bian, dan ini adalah Ong Tiong Yang Cinjin........! Bolehkah kami mengetahui siapakah tuan adanya?" Orang bermuka buruk itu mendengus dingin dengan suara sengau, katanya . "Kalian pergi keluar sebelum aku yang turun tangan melemparkan kalian !'' Didengar dari kata2nya menunjukkan bahwa ia tidak senang atas kehadiran Ong Tiong Yang dan orang bertopeng merah itu. "Baiklah" Kata orang bertopeng merah itu dengan suara mengejek. "Jika memang kehadiran kami ini tidak disukai oleh tuan, kami akan pergi........!" Ong Tiong Yang dengan sabar merangkapkan tangannya, katanya . "Maafkan, memang kami mengakui kami sangat lancang, dan sekali lagi maafkan!" Katanya. Ong Tiong Yang sambil berkata begitu telah memutar tubuhnya untuk berlalu. Tetapi orang bertopeng merah telah mencekal tangannya, kata orang bertopeng merah itu . "Tunggu dulu Ong Cinjin....!" Hingga Ong Tiong Yang terpaksa menahan langkah kakinya. Sedangkan erang bertopeng merah itu berkata kepada orang bermuka buruk tersebut . "Kami tengah melakukan perjalanan kami sangat haus sekali, maka jika memang tuan tidak keberatan, kami hendak meminta sedikit air pelenyap dahaga !" Tetapi justru orang Yang bermuka seperti tengkorak itu telah mengibaskan lengan bajunya yang rusak itu, sambil katanya tawar . "Kalian pergilah...!" Dari kebutan lengan bajunya itu, keluar serangkum angin serangan yang kuat dan tidak tampak, yang telah menerjang kepada OngTiong Yang dan orang bertopeng merah itu. Ong Tiong Yang yang tidak bersiap sedia telah kena diterjang oleh angin tersebut, sehingga terhuyung, sedangkan orang bertopeng merah yang memang memiliki kepandaian lebih tinggi dari Ong Tiong Yang, telah balas mengebutkan tangannya, maka terdengar suara "Bruk" Tentunya dua kekuatan tenaga yang hebat, hingga ruangan rumah itu seperti tergoncang. Orang bertopeng merah itu terkejut, ia merasakan tubuhnya tergetar akibat terjangan tenaga kebutan lengan baju orang bermuka buruk itu. Namun ia tidak sampai terpental. Hanya dengan suara yang tawar orang bertopeng merah itu berkata dingin. "Jika memang demikian halnya, engkau bukan seorang tuan rumah yang baik... !" "Memang aku tidak mengharapkan pujian dari siapapun juga. Lekas pergi sebelum aku mengambil tindakan keras kepada kalian.....!" "Tetapi justru kami tidak akan pergi jika diusir dengan cara seperti ini... !" Kata orang brrtopeng merah itu dengan suara mengandung kesengitan. Iapun telah mengibaskan tangannya lagi, dimana tangannya itu dikebut untuk mengeluarkan tenaga sinkangnya menerjang kepada orang bermuka busuk itu. Kuat tenaga sinkang yang muncul dari tangan orang yang bertopeng merah itu, karena begitu ia mengebutkan tangannya, telah berseliweran angin yang kuat membuat pakaian orang bermuka tengkorak itu seperti juga diterjang topan. Namun orang bermuka buruk itu tetap dududuk ditempatnya tidak bergerak, hanya mengeluarken suara. "Hemm..., hemm....." Berulang kali. Orang bertopeng merah itu jadi terkejut, ia tidak menyangka kebutan tangannya yang mem pergunakan kekuatan sinkang yang tinggi, tidak berhasil membuat orang bermuka buruk itu berkisar dari tempat duduknya. Rasa penasaran membuat orang bertopeng merah tersebut kembali mengebut tangannya, dan serangkum angin serangan yang lebih kuat menyambar kearah lelaki bermuka seperti tengkorak itu. Lelaki bermuka buruk itu tidak berdiam diri, ia mengeluarkan suara dengusan "Hem... !" Lagi, kemudian mengangkat tangan kanannya, ia mendorong kedepan, seperti juga menahan sesuatu. Rupanya kekuatan kebutan tangan dari oring bertopeng merah itu telah ditahan dan dibendungoya dengan mempergunakan tangan kanannya. Ang Bian kembali terkejut, karena orang bermuka tengkorak itu tetap tidak, mengalami suatu perobahan apapun juga. Kembali ia menyalurkan kekuatan sinkangnya, kali ini ia menyalurkan lebih kuat. Tetapi Ang Bian tidak berhasil mendorong rubuh orang tersebut. Mereka jadi saling mengadu kekuatan sinkang, dengan saling mendorong, walaupun tangan mereka saling menyentuh. Hal ini membuat Ong Tiong Yang jadi tertarik sekali, ia menyaksikan cara bertempur ke dua orang ini. Sebagai seorang yang mempelajari tenaga sinkang aliran lurus Ong Tiong Yang mengetahui cara bertempur seperti ini bukan merupakan pertandingan dari jago2 tingkat tinggi. Juga Ong Tiong Yang melihat bahwa hawa murni yang disalurkan oleh Ang Bian maupun orang yang bermuka seperti tengkorak itu, merupakan Iwekang kelas tinggi dan lurus, tidak terlihat kesesatannya. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dengan demikian, Ong Tiong Yang jadi kagum. Waktu itu, orang bermuka seperti tengkorak telah barkata tawar ."Jika memang demikian halnya, kalian datang ingin mengacau..... pergilah.......!" Dan berbareng dengan habisnya perkataannya itu, tampak orang bermuka seperti tengkorak tersebut telah menghentak tangannya dan diwaktu itu tenaga menghentak keluar dari telapak tangannya semakin kuat, dan tahu2 tubuh orang bertopeng merah itu terpental keluar dengan lontaran yang deras. Inilah diluar dugaan sama sekali, bagi orang bertopeng merah itupun yang sama sekali tidak menyangkanya sampai mengeluarkan suara seruan. Tubuhnya melayang diudara tinggi sekali. Memang ia memliki kepandaian yang telah tinggi, tubuhnya tidak sampai terbanting dimana ........ Ang Bian berhasil mengendalikan tubuhnya dan meluncur turun tanpa kurang suatu apapun juga. Orang yang mukanya seperti tengkorak itu jadi terkejut melihat hal tersebut, semula ia menyangka dengan mengebutkan tenaga sinkang nya seperti itu, tentu ia akan berhasil merubuhkan lawannya yang seorang itu. Tetapi kenyataannya memang si topeng merah memiliki kepandaian yang luar biasa sekali. Waktu itu diam2 Ong Tiong Yang juga telah memusatkan perhatiannya, karena ia kuatir kalau2 orang yang bermuka seperti tengkorak itu akan melancarkan serangan tiba2 kepadanya. Dalam keadaan demikian jelas Ong Tiong Yang tidak bisa memandang remeh, sekali saja ia lengah dan dirinya diserang hebat oleh orang bermuka tengkorak itu, niscaya dirinva bisa terluka parah. Tetapi orang bermuka tengkorak itu tidak melancarkan serangan kepada Oag Tiong Yang. Iapun juga tidak melancarkan serangan lagi kepada orang bertopeng merah itu, hanya berkata dengan suara yang tawar . "Apakah semua itu masih belum cukup dan kalian minta dihajar lagi ? Cepat lenyap dari mataku !" ---oo^Dwkz^0TAH^oo--- BAGIAN 49 . PERTARUNGAN DUA JAGO TUA YANG ANEH MENDENGAR orang mengusir dengan cara demikian kasar, sitopeng merah mengeluarkan tertawa mengejek, katanya . "Engkau memiliki kepandaian yang tidak rendah, tetapi engkau terlalu angkuh dan sombong .... apakah engkau beranggapan bahwa didalam dunia ini hanya engkau seorang diri yang memiliki kepandaian tinggi seperti itu, dan membuat engkau tidak mau memandang sebelah matapun juga kepada orang lain ?" Ditegur begitu, orang bermuka tengkorak tersebut naik darahnya, yang dirasakan meluap sampai ke-ubun2 kepalanya, ia telah berkata dengan suara yang tawar mengandung ke marahan . "Jika kalian masih rewel dan tidak cepat2 angkat kaki, jangan mempersalahkan diriku, jika kalian tidak bisa pergi dari tempat ini, walaupun kalian bermaksud untuk pergi !" Sitopeng merah dan Ong Tiong Yang tahu bahwa gertakan yang dikatakan oleh orang bermuka seperti tengkorak itu memang bukan gertak sambel belaka, karena kemungkinan ia bisa mempergunakan kepandaiannya yang lebih tinggi untuk melancarkan serangan yang beruntun. Sedangkan Ong Tiong Yang melihat hal ini telah merangkapkan kedua tangannya menjura memberi hormat, sambil katanya . "Maafkan, kami memang sama sekali tidak mengetahui telah mengganggu Siecu, tetapi semua ini kami lakunkan tanpa kami sengaja, jika memang Siecu merasa keberatan menerima kehadiran kami, biarlah kami berlalu .......!" Dan setelah berkata begitu, Ong Tiong Yang menoleh kepada orang bertopeng merah, katanya dengan sabar . "Mari kita berangkat, janganlah kita mengganggu Siecu, itu, yang tidak senang menerima kehadiran kita.....!" Ang Bian mendelik sejenak kepada orang bermuka tengkorak itu, ia berkata dengan suara yang dingin ."Hemm.........., jika saja aku tidak memandang muka terangnya Ong Cinjin, mungkin aku tidak mau menyudahi urusan hanya sampai disini saja.......!" Tetapi orang bermuka tengkorak itu telah mengeluarkan tertawa mengejek, tahu2 ia berkata tawar. "Baik, baik, jika memang engkau, merasakan penasaran, mari, mari aku menemanimu untuk main2 ratusan jurus.....!" Dan sambil berkata begitu, orang bermuka seperci tengkorak itu mengambil sikap menantikan serangan, tetapi ia tidak bangun dari tempat duduknya. Ang Bian jadi semakin mendongkol ditantang berperang seperti itu, ia tertawa mengejek dan bukannya membalikkan tubuhnya untuk pergi, malah ia telah melangkah menghampiri mendekati orang bermuka tengkorak itu. Ong Tiong Yang jadi bingung, karena ia yakin jika memang timbul keributan, justru yang bersalah adalah mereka yang telah datang mengganggu orang bermuka tengkorak itu. la memang memiliki hak untuk menolak, bukankah rumah ini merupakan rumahnya, Waktu itu Ang Bian telah menghampiri cukup dekat, ia bilang . "Mari kita coba-coba untuk main2.... !" Dan An Bian menggerakkan kedua tangan nya yang diangkatnya dan ber-siap2 untuk bertempur. "Kau berdirilah," Katanya. Orang barmuka seperti tengkorak itu berkata tawar . "Menghadapi manusia seperti engkau, mengapa aku harus berdiri ? Menghadapi engkau dengan cara duduk seperti ini saja engkau tidak mungkin bisa menandingi kepandaianku........! Nah, kau majulah !" Ang Bian telah berkata dengan suara yang nyaring. "Maafkanlah .....!" Dan ia menggerakkan kedua tangannya seperti menggunting, lalu ia melancarkan serangan serentak kepada lawannya itu. Tetapi orang bermuka seperti tengkorak tersebut berlaku tenang sekali, ia telah mengeluarkan suara dengusan dan cepat sekali menggerakkan tangannya menangkis. Ia berhasil membendung tenaga serangan yang dilancarkan oleh lawannya, malah orang bermuka tengkorak ini balas menyerang dengan gerakan yang aneh, karena kedua tangannya itu silang dan tutup tidak hentinya. Begitulah dalam waktu sekejab itu saja telah terjadi pertempuran yang cukup aneh diantara kedua orang ini, dimana mereka bertempur dengan hanya mengandalkan tenaga sinkang yang kuat. Pertempuran yang mereka lakukan itu merupakan pertempuran yang bukan sembarangan, walau pun Ang Bian telah menyerbu beberapa kali, namun selalu ia gagal untuk mendekati orang bermuka tengkorak itu. Saat itu, tampak orang bermuka tengkorak beruntun menerkam dengan tangannya. Tetapi karena mengambil sikap duduk seperti itu, membuat ruang geraknya tidak begitu bebas dan daya jangkaunya tidak terlalu luas beberapa kali cengkeraman tangannya berhasil dipatahkan oleh tangkisan Ang Bian. Ang Bian juga tidak tinggal diam, beberapa kali ia berusaha mendesak lawannya. Ong Tiong Yang yang menyaksikan pertempuran tersebut memandang dengan hati berdebar. Harus diketahui, jika dua orang jago tingkat tinggi tengah melakukan pertempuran dengan menggunakan sinkang sejati, jika salah seorang diantara mereka terluka, tentu akan mendatangkan luka dalam yang berat sekali, yang sulit disembuhkan dengan obat lawannya itu. Rupanya orang bermuka seperti tengkorak itupun menyadari akan ancaman seperti itu buat dirinya, jika saja ia berkepandaian yang tinggi, dengan sendirinya ia yakin bahwa dirinya tidak akan terjatuh ditangan lawannya. Ang Bian jadi semakin penasaran, ia mengeluarkan suara seruan yang nyaring, tahu2 merobah cara bertempurnya, berulang kali ia menyerbu dan mendesak posisi kedudukan lawannya dengan maksud memaksa orang bermuka seperti tengkorak itu beranjak dari tempat duduknya. Detik2 yang membahayakan adalah waktu Ang Bian melompat menyerbu kepada orang bermuka seperti tengkorak itu. Ia menyerang dengan mempergunakan gerakan yang aneh sekali, yaitu dengan menggerakkan kedua tangannya silih berganti. Setiap jurus yang dipergunakannya merupakan gerakan yang bisa menghancurkan ilmu lawannya. Rupanya orang bermuka tengkorak itu jadi terkejut juga melihat perobahan cara menyerang lawannya. Beberapa kali iapun berusaha untuk merobah cara menyerangnya. Sehingga mereka telah terlibat lagi dalam pertempuran yang rumit dan tidak mungkin bisa memisahkan diri lagi, karena waktu itu kedua pihak telah mengeluarkan ilmu mereka yang menakjubkan dan saling melibat lawan mereka dengan gerakan yang aneh. Akhirnya waktu orang bermuka tengkorak itu yakin bahwa dirinya tidak mungkin bisa menghadapi Ang Bian dengan cara berduduk terus seperti itu, ia melompat berdiri. Tubuhnya bagaikan seorang kera bergerak lincah, melompat kesana kemari. Kedua tangannya juga lalu menyerang ke-bagian2 yang berbahaya ditubuh Ang Bian. Dalam keadaan seperti ini, membuat Ang Bian berulang kali harus mundur merenggangkan jarak mereka, karena jika tidak, jelas dirinya yang akan menjadi korban serangan yang dilakukan oleh orang bermuka seperti tengkorak itu. Tubuh Ang Bian berkelebat kesana kemari tahu2 setelah menangkis serangan lawannya, ia melompat mundur. "Hentikan....!" Teriaknya. Orang bermuka seperti tengkorak itu menahan tangannya, ia mengawasi Ang Bian dengan sorot mata tajam. "Kalian menyerah dan mau angkat kaki ?" Ang Bian menggeleng. "Tidak.....!," Sahutnya. Ia, berdiam diri sejenak, baru kemudian melanjutkan lagi . "Kulihat kepandaian yang engkau miliki memang merupakan kepandaian yang tinggi, sayang sekali jika engkau mempergunakannya untuk mengumbar nafsu angkara murkamu belaka ....!" Tetapi orang bermuka seperti tengkorak itu mengeluarkan suara tertawa tawar, ia bilang dengan suara yang dingin . "Engkau tidak perlu menasehatiku yang pasti aku akan membawa caraku sendiri !" Diwaktu itu, tampak Ang Bian telah berkata lagi . "Tetapi engkau tidak bisa sembarangan begitu menuduh dan melancarkan serangan mematikan kepadaku, padahal kami hanya mengganggumu sebentar saja, yaitu ingin meneduh. Jika memang engkau keberatan, bukankah engkau bisa menyampaikan penolakanmu secara baik2.......?" Ditanya begitu muka orang seperti tengkorak tersebut jadi berobah tidak enak dilihat ia berkata tawar . "Aku tidak mau mendengar ocehanmu, sekarang katakan saja, engkau ingin pergi atau tidak ?" "Kami hanya membutuhkan sedikit air pelenyap dahaga !" Menyahuti Ang Bian. "Ini kuberikan !" Kata orang bermuka tengkorak itu sambil melompat dan menggerakkan kedua tangannya lagi, angin yang sangat kuat berseliwiran cepat sekali , yang memaksa Ang Bian harus melompat, karena tidak bisa ia menghadapi terjangan tenaga itu dengan kekerasan. Sambil berkelit kesina kemari, Ang Bian berkata . "Sebutkan namamu dan apa maksudmu dengan sikap yang keras seperti ini !" "Ha....ha...ha...," Tertawa orang bermuka seperti tengkorak itu. "Walaupun sekarang engkau bermarsud untuk pergi kukira sudah terlambat, tinggalkan sepasang tanganmu.......!" Dengan berkata begitu, orang bermuka tengkorak tersebut bermaksud hendak menyatakan bahwa ia akan membuntungi kedua tangan dari lawannya. Ang Bian juga jadi naik darah, ia berkata dengan suara tawar . "Baiklah, aku mau melihat berapa tinggi ilmumu, sehingga engkau berlaku congkak seperti itu!" Berbareng dengan perkataannya itu, Ang Bian juga tidak tinggal diam. beberapa kali ia balas menerjang pada lawannya. Dalam keadaan demikian, Ong Tiong Yang tidak sabar lagi, katanya. "Ang Bian Kiesu sudahilah pertempuran ini, mari kita pergi.....!" Ang Bian tertawa "Ong Cinjin, aku memang hendak menuruti keinginanmu itu, tetapi sayangnya justru orang ini tidak mau melepaskan aku....... ia memaksa aku dengan libatannya......!" "Kiesu.........!" Teriak Ong Tiong Yang kepada orang yang mukanya seperti tengkorak itu "Hentikan .............lah pertempuran itu, aku mohon hentikanlah........" Namun orang bermuka seperti tengkorak itu justru telah berkta dengan suara yang dingin . "Setelah aku membereskan dia, engkau juga akan kuselesaikan.......!" Dan setelah berkata begitu, tampak orang bermuka seperti tengkorak itu melompat dengan cepat sekali, ia menyerbu kearah Ang Bian. Sedangkan Ang Bian telah mengeluarkan seluruh kepandaian yang dimilikinya untuk memberikan perlawanan yaag gigih. Begitu kedua jago tersebut terlibat dalam pertempuran yang tidak berkesudahan. Untung saja didalam ruangan tersebut tidak terdapat barang2 berharga, sehingga tidak menjadi rusak oleh kuatnya angin berseliwiran saling sambar kesana kemari dangan cepat. ---oo^Dwkx^0^TAH^oo--- BAGIAN 50 . TOK CUN HOA SI ORANG BERMUKA BURUK SAAT, itu pula Ang Bian memusatkan seluruh kekuatan sinkang yang ada padanya, ia melancarkan totokan dan juga cengkeraman yang cepat, untuk merubuhkan lawannya. Namun kepandaian Ang Bian masih terpaut sedikit dengan orang bermuka seperti tengkorak itu, yang lebih unggul sedikit tenaga sinkangnya, dengan demikian usaha dari Ang Bian yang berusaha mendesak lawannya selalu gagal. Sedangkan orang bermuka seperti tengkorak itu, walaupun menang sedikit tenaga sinkangnya, tetapi ia tidak bisa berbuat banyak pada Ang Bian, karena mereka seimbang selalu saling tindih dan saling tekan bergantian dengan mempergunakan sinkang mereka. Walaupun sinkangnya terpaut sedikit dengan orang bermuka seperti tengkorak tersebut, tokh Ang Bian memiliki iimu yang aneh-aneh, setiap serangan yang dilancarkannya memang tidak pernah dapat diduga. Keadaan seperti ini membuat orang bermuka seperti tengkorak itu jadi penasaran sekali. Suatu kali ia telah berteriak sambil berjingkrak. "Jika aku Tok Cun Hoa tidak bisa merubuhkanmu, biarlah untuk selanjutnya aku akan meninggalkan rumah ini......!" Berbareng dengan teriakannya, tampak Tok Cun Hoa atau orang bermuka seperti tengkorak itu, mulai dengan totokan dan juga tikaman jari tangan yang berlainan dibandingkan dengan yang semula, dimana kedua tangannya ber-gerak2 cepat sekali mengincar bagian2 tubuh lawannya yang lemah. Keadaan demikian membuat mereka tenggelam semakin dalam, karena mereka terlibat dalam pertempuran yang tidak berkeputusan. Detik-detik seperti itu membuat Ong Tiong Yang memandang dengan mata lebar, akhirnya jadi nekad. Ketika melihat tangan Ang Bian saling tindih dengan kedua tangan Tok Cun Hoa, saat itu Ong Tiong Yang menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat ketengah udara dengan gerakan yang gesit sekali. Gerakan yang dilakukannya merupakan gerakan yang benar2 meyakinkan, karena ia tahu, ia harus menyelinap dibagian yang lemah dari kedua tenaga saling terjang itu. Ong Tiong Yang bermaksud akan, mempergunakan setail merubuhkan seribu tail. Dengan caranya seperti itu memang memaksa Ong Tiong Yang harus bertindak dengan tepat. Yaitu harus menyelinap kebagian yang paling lemah. Karena sekali saja ia meleset dan melompat ketempat yang salah, kebagian tenaga dalam yang saling berhimpitan, tentu dirinya bisa celaka. Ang Bian dan Tok Cun Hoa saling menekan, tetapi mereka tidak berhasil merubuhkan lawan masing2, membuat mereka jadi hanya berdiri dengan tangan masing2 melekat satu dengan yang lainnya. Justru disaat itu Ong Tiong Yang telah melompat ketengah gelanggang dan mempergunakan tangan kiri mendorong perlahan pada sikut tangan Ang Bian, sedangkan tangan kanannya menyentil sikut tangan dari Tok Cun Hoa tahu2 dua kekuatan tenaga lwekang yang tengah saling tindih itu buyar dan kedua tangan dari kedua orang yang tengah salting bertempur itu jatuh ditempat kosong. Keadaan demikian yang terjadinya begitu tiba-tiba membuat Ang Bian maupun Tok Cun Hoa kaget bukan main, mereka mengeluarkan suara seruan tertahan, dan melompat mundur kebelakang. Setelah berhasil memisahkan kedua jago yang tengah bertarung itu, yang semula seperti seekor gajah dengan seekor harimau, yang tengah saling terkam, Ong Tiong Yang menghela napas dalam-dalam. "Sudahilah pertempuran ini....... sudahilah pertempuran yang tidak ada manfaatnya ini .........!" Kata Ong Tiong Yang kemudian. Tetapi Ang Bian maupun juga Tok Cun Hoa telah berkata dengan tawar. "Engkau tidak perlu mencampuri urusan kami........!" Melihat kedua orang itu seperti juga memang telah nekad dan bersiap-siap hendak saling terjang lagi, Ong Tiong Yang cepat2 merangkapkan sepasang tangannya, ia membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada Ang Bian dan Tok Cun Hoa bergantian. "Dengan memandang muka Pinto, maulah berhenti bertempur ............. janganlah meneruskan pertempuran yang tidak ada gunanya ini........!" Pendekar Misterius Karya Gan Kl Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo Si Angin Puyuh Tangan Kilat Karya Gan Kh