Pertikaian Tokoh Persilatan 19
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 19
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung Tok Cun Hoa tertawa dingin. "Kalian berdua merupakan maling2 kecil yang memasuki rumah orang dengan cara memaksa apakah perbuatan itu perbuatan terpuji........ ? Sedangkan aku sebagai pemilik rumah ini memang berhak untuk mempertahankan rumahku, mencegah agar tidak ada orang yang berbuat kurang ajar padaku .....!'' Ong Tiong Yang mengangguk sambil tersenym. "Apa yang dikatakan oleh Tok Giesu memang benar, kami yang salah......!" Kate Ong Tiong Yang. "Ong Cin jin, kepada manusia monyet seperti dia, kita tidak perlu mempergunakan banyak aturan......... minggirlah engkau Ong Cinjin, biar aku menghajarnnya biar dia tahu rasa.......... agar dilain waktu ia tidak bersikap angkuh dan sekebendak bati seperti ini". Tok Cun Hoa juga membentak . "Ya, kau minggirlah tojin muda, karena jika tidak jangan menyalah aku jika nanti aku kesalahan tangan melukaimu......!" Melihat keadaan tidak meggembirakan seperti itu, di mana kedua jago-jago ini siap bertempur lagi, Ong Tiong Yang jadi menghela napas dalam-dalam. "Baiklah jika demikian," Katanya. "Kalau kalian memang tidak mau saling mengalah. Pinto juga tidak bisa mengatakan apapun juga hanya sayangnya..........!" Dan Ong Tiong Yang tidak mereruskan perkataannya. "Sayang apa?" Tanya Tok Cun Hoa dengan suara yang tawar. "Ya, sayang apa ?" Tanya Ang Bian, yang rupanya juga ingin mendengar kelanjutan dari perkataan Ong Tiong Yang. Ong Tiong Yang menghela napas, ia tertatawa sambil katanya . "Pinto merupakan tojin muda yang tidak masuk dalam hitungan dimata jiewie Loci anpwe....., tetapi berilah kesempatan kepada Boanpwe untuk menyatakan isi hati boanpwe ........ jika memang dalam urusan ini Lo cianpwe berdua masih tetap melakukan pertempuran, jelas hal tersebut tidak menguntungkan untuk kalian berdua, disamping itu, bukankah sayang tenaga sinkang kalian dihamburkan begitu macam.......? Bukankah lebih baik jika kepandaian dan tenaga yang ada itu dipergunakan sebaik mungkin, yaitu disalurkan untuk melakukan perbuatan2 mulia dan luhur?" Ang Bian tertawa mendengar perkataan Ons Tiong Yang. "Benar Ong Cinjin, apa yang engkau kata kan memang benar !" Katanya. Tetapi sebaliknya dengan Tok Cun Hoa, mukanya berubah jadi keras. "Hemm.........., jika memang begitu, engkau ingin mengartikan bahwa aku tadi telah bertanding hanya melakukan kejahatan belaka ?" "Bukan begitu maksudku," Kata Ong Tiong Yang sabar. "Lalu apa maksudmu ?" Tanya Tok Cun Hoa sambil memandang tajam. "Pinto merasa sayang jika tenaga dan kepandaian dari kalian berdua dipergunakan untuk hal2 yang tidak memberikan manfaatnya apa2 bukankah lebih bijaksana jika kepandaian kalian dipergunakan untu perbuatan2 baik ?" Ditanya begitu, Tok Cun Hoa berdiam diri sejenak, tetapi kemudian ia menggelengkan kepalanya sambil katanya . "Tidak.... tidak aku tadi melakukan apa yang bisa kulakukan buat menjaga hakku sebagai pemilik rumah ini." Ong Tiong Yang mengangguk. "Benar tetapi tidakkah locianpwe merasa malu, jika urusan sekecil itu saja dilakukan untuk bertempur dengan mempergunakan kepandaian yang begitu tinggi.......?" "Mengapa harus malu ?" "Bukankah Pinto telah katakan, jika memang kepandaian itu dipergunakan untuk melakukan perbuatan baik dan penuh keadilan, itu lebib bermanfaat........?" "Cisss........, engkau tidak perlu banyak mengoceh dihadapanku, tojin muda!" Kata Tok Cun Hoa kemudian. "Kenapa........?" Tanya Ong Tiong Yang sabar. "Aku tidak mau mendengar ocehanmu..." "Mengapa begitu?" "Karena ocehanmu itu tidak ada artinya dan engkau hanya berusaha untuk memperdayakan diriku saja, engkau tentu berdiri memihak dipihak kawanmu itu bukankah kalian datang ber-sama2 dan memiliki kesalahan ber-sama2 tentu dengan berbagai alasan engkau hendak membela pihakmu.........!" Ong Tiong Yang menghela napas dalam2. "Tetapi locianpwe, sesungguhnya Pinto telah berkata dari hal yang sebenarnya, karena memang Pinto merasa sayang jika kepandaiaa setinggi itu hanya dipergunakan untuk btrtempur menyelesaikan urusan kecil belaka.........!" "Hemm........," Mendengus Tok Cun Hoa. "Karena itu, jika saja locianpwe hendak melakukan urusan besar dengan mempergunakan kepandaian yang tinggi itu, manfaat yang bisa ditarik tentu lebih besar. Locianpwe telah melatih diri cukup lama untuk memiliki kepandaian vang tinggi seperti itu, dengan demikian mengapa harus mempertaruhkan jiwa bertempur mati2an hanya disebabkan urusan kecil begini......?" Ditanya begitu, Tok Cun Hoa jadi tercengang sejenak, tetapi kemudian ia menyahuti . "Baiklah, apa saranmu ?" "Begini, jika saja locianpwe bisa mempergunakan kepandaianmu itu untuk melakukan perbuatan besar membela keadilan, bukankah akan banyak orang yang tertolong dari tidasan sikuat yang jahat." "Hemm......" Mendengus Tok Cun Hoa, ia tidak mengatakan apapun juga. "Dan juga, jika memang locianpwe bisa menyalurkan kepandaian itu untuk membela seseorang yang tengah dalam kesulitan, itu merupakan suatu-pahala dan jasa yang tidak-kecil, dimana locianpwe akan merasa bahagia karena bisa menolong seseorang yang tengah dalam kesulitan keluar dari kesulitan itu sendiri........!" Tok Cun Hoa telah tertawa tawar. "Jika mendengar perkataan kau tojin muda, engkau ingin mempengaruhi diriku............!" "Mempengaruhi diri locianpwe ?" Tanya Ong Tiong Yang. Tok Cun Hoa mengangguk. "Ya........!" "Mengapa begitu ?" "Karena engkau berusaha mempengaruhi diriku dengan kata-katamu.......!" "Tetapi Pinto justru tidak memiliki maksud seperti itu!" "Hemm......., sekarang ini engkau tidak perlu terlalu banyak mengoceh, tetapi yang jelas aku tidak menyukai kehadiran kalian dirumahku.......!" "Jika memang begitu, bukankah kami bisa pergi dari tempat ini ?" Tok Cun Hoa kembali tertawa dingin, ia melirik kepada Ang Bian, lalu katanya dengan suara yang tawar . "Apakah kita akan melanjutkan pertandingan kita ?" Tanyanya. Ang Bian juga tertawa dingin. "Sudah kukatakan sejak tadi aku banya memandang muka terangnya Ong Cinjin, jika tidak, aku akan mengadu jiwa dengan kau ......!" "Hemm........, jika demikian mari kita bertempur lagi!"' kata Tak Cun Hoa. Begitulah kedua orang tersebut jadi berdiri berhadapan lagi, mereka siap untuk bertempur. Ong Tiong Yang menghela napas dalam2 tampak wajahnya jadi muram. "Jika memang kalian tetap dengan peudiriaa kalian, Pinto tidak bisa mengatakan apa-apa......" Katanya dengan mengandung penyesalan. Sedangkan waktu itu tampak Ang Bian telah berkata tawar . "Ong Cinjin, kau tunggu sebentar, aku akan membereskan orang ini dulu." "Membereskan bagaimana ?" Tanya Ong Tiong Yang tidak mengerti. "Membereskan orang ini agar ia tidak terlalu jual lagak......!" Dan setelah berkata, Ang Bian bersiap-siap untuk menerjang. Tetapi Ong Tiong Yang cepat2 berkata . "Ang Bian Kiesu, jika memang Kiesu mau memberi muka kepadaku, sudahilah pertempuran itu, mari kita, berangkat meninggalkan tempat ini. Apa saja yang ingin dikatakan oleh Tok Kiesu, jangan diambil dihati....!" "Tetapi aku tidak mau terlalu menjual lagak !" Kata Ang Bian. Sedangkan Tok Cun Hoa yang mendengar percakapan mereka segera mengeluarkan suara tertawa yang keras. Ia berkata deagan suara dingin . "Hemm....., jika memang engkau masih penasaran, mari, mari kita main- main sampai seribu jurus lagi........!" Tantangannya itu bukan hanya sampai disitu saja, melainkan Tok Cun Hoa membarengi dengan totokan2 jarinya pada tubuh lawannya. Tetapi Ang Bian tertawa menerima serangan ,yang dilancarkan lawannya. "Engkau sesungguhnya memiliki kepandaian yang tidak berarti, telah lebih dari seratus jurus kita bertampur, tetapi engkau masih belum bisa merubuhkan diriku, maka mana yang bisa engkau banggakan...........?" Mendengar itu, tampak Tok Cun Hoa telah berusaha untuk dapat mendesak lawannya dengan hebat. Namun sejauh itu Ang Bian bisa menghadapinya, dengan mulutnya tidak hentinya meageluarkan suara ejekan. Kemarahan Tok Cun Hoa telah meluap sampai dikepala, ia berapa kali telah berjingkrak dan tenaga serangannya juga bertambah kuat. Ong Tiong Yang menghela napas dalam-dalam, dan ia menggumam . "Sayang....sayang.....sekali......!" Katanya. "Jika saja mereka berdua bisa barsahabat, tentu kepandaian mereka yang tinggi seperti itti, tidak akan sia2.........!" Tetapi Ong Tiong Yang memang tidak berdaya untuk memisahkan mereka, terlebih sekarang memang kedua orang itu telah mempergunakan tenaga sinkang kelas berat, dimana semakin lama tenaga sinkang yang mereka pergunakan itu semakin dahsyat. ---oo^Kupay^0^DewiKZ^oo--- BAGIAN 51. KEDATANGAN ANG CIT KONG SI PENGEMIS MUDA SAAT pertempuran itu tengah berlangsung dengan seru, justru diluar rumah terdengar ribut2. "Kembalikan barangku...!, kembalikan barangku.....!" Ong Tiong Yang jadi heran, ia melongok keluar. Segera dilihatnya seorang pengemis muda, mungkin berusia sembilan belas tahun, tengah berjalan seenaknya, dengan ditangannya memegang sepotong daging ayam dan tangan yang satunya memegang sebuah buntalan. Ia melangkah seenaknya dan mulutnya mengunyah itu juga ter-senyum2. Tampaknya ia gembira sekali. Wajah pengemis itu cukup tampan, tetapi keadaannya tidak teratur, pakaiannya penuh tambalan dan rambutnya tidak terurus. Sedangkan dibelakang pengemis itu tampak ber-lari2 belasan orang. Mereka itulah yang ber-teriak2 . "Kembalikan barangku....... kembalikan barang kami........ " Tetapi walaurun sipengemis berjalan dengan perlahan, dan belasan orang tersebut jika mau bisa mengejarnya, mereka tidak berani terlalu mendekati, hanya ber-teriak2 begitu saja. Sedangkan sipengemis itupun seperti juga tidak mengacuhkan mereka, ia melangkah tetus dengan tindakan kaki yang per-lahan2 dan seenaknya. Disaat itu, salah seorang dari belasan orang yang berada dibelakang sipengemis rupanya sudah tidak bisa menahan diri, ia melompat kedekat sipengemis sambil mengulurkan tangannya akan megambil buntalan yang ada ditangan sipengemis muda. Namun dengan gerakan seenaknya, sipengemis menggerakkan tangannya yang mencekal paha ayam, dimana tulang ayam diujungnya diketokkan kepada kepala orang itu. Aneh sekali dan agak luar biasa. Tubuh orang yang tinggi besar itu seperti didorong oleh suatu kekuatan yang tidak terIihat, dimana tubuhnya telah terpental dan ambruk diatas tanah menimbulkan suara gedebukan yang keras. Menyaksikan hal itu. Ong Tiong Yang jadi terkejut, karena segera ia mengetahui bahwa pengemis muda itu memiliki tenaga sinkang yang kuat sekali, dimana dengan hanya menggerakkan pahanya ia berhasil melontarkan tubuh orang yang tinggi besar tersebut. Gerakannya itu telah membuktikan bahwa Sinkang yang disalurkan pada paha ayam itu tinggi sekali. Tetapi justru yang mengherankan Ong Tiong Yang, ia melihat usia pengemis itu yang masih muda sekali, dan sikapnya yang masa bodoh, walaupun dibelakangnya itu tampak mengejar belasan orang yang takut2 mendekatinya. Entah barang apa yang diambil pengemis muda itu dari orang2 tersebut, sehingga mereka ber-teriak2 . "Kembalikan barang kami.....! kembalikan barang kami........!" Waktu itu sipengemis telah tiba didepan pintu, ia mengeluarkan suara "Ahkk.........!" Karena dilihatnya didalam rumah itu tengah berlangsung pertempuran. Sedangkan waktu itu Ong Tiong Yang cepat-cepat memapaknya, ia telah merangkapkan sepasang tangannya dan menjura memberi hormat. "Siapakah saudara?" Tanyanya. "Mengapa belasan orang itu mengikutimu?" Pengemis muda tersebut berdiam diri sejenak, tetapi kemudian kembali mengunyah daging ayamnya. Ia juga menyeringai tertawa. "Aku sipengemis Ang Cit Kong sebetulnya tidak pernah ganggu orang, tetapi justru mereka itu yang telah mengganggu aku, selalu mengikuti aku.....!" "Apakah ada barang mereka yang telah diambil olehmu, saudara ?" Tanya Ong Tiong Yang lagi "Tidak justru mereka main tuduh, menduga bahwa aku ini yang telah mencuri barang mereka. Aku hanya minta sepotong pakaian dan sedikit uang, namun mereka terlalu kikir dan selalu meminta dikembalikan....l" Mendengar jawaban pengemis muda ini, Ong Tiong Yang jadi tersenyum. "saudara Ang, tentu saja mereka selalu mengikutimu, untuk meminta barang yang kau ambil itu...... jika memang engkau tidak mengambil barang mereka, tentu merekapun tidak akan mengganggumu saudara Ang........!" Ang Cit Kong menunda makannya, ia mementang matanya lebar2 memandang Ong Tiong Yang. "Jadi Totiang juga ingin memperkenalkan diriku.......?" Tanya, suaranya mengandung teguran. Ong Tiong Yang cepat-cepat tertawa. "Tentu saja tidak !" Sahut Ong Tiong Yang. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Jika memang engkau tidak melakukan sesuatu yang salah, tentu engkau tidak bisa disalahkan, ......... tetapi jika memang engkau sesungguhnya telah melakukan suatu perbuatan yang salah, jelas engkau harus disalahkan.........!" Mendengar perkataan Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong tertawa. "Cerdik sekali kau, totiang. Engkau mempersalahkan diriku tanpa langsung ditujukan padaku, agar aku malu sendiri dan berusaha memperbaiki kesalahan yang telah kulakukan...!" Katanya. "Tetapi didalam hal ini tentu saja Pinto tidak berani sembarangan mempersalahkan dirimu, namun jika memang engkau merasa telah melakukan suatu kesalahan, ada baiknya jika memang engkau segera merobah kesalahan tersebut dengan melakukan kebaikan..... bukankah begitu baiknya ?" Mendengar perkataan Ong Tiong Yang, Ang Cit Kong berdiam diri sejenak. Namun akhirnya ia mengangguk. "Mungkin juga," Katanya kemudian seperti ragu2. "Disebabkan oleh belasan orang yang telah mengikuti aku terus menerus itu, membuat totiang mengambil kesimpulan bahwa diriku melakukan suatu kesalahan. Benar begitu, bukan ?" Ong Tiong Yang berdiam diri, tetapi akhirnya ia tersenyum lebar setelah memandang sejenak lamanya kepada Ang Cit Kong. "Dalam hal ini," Katanya lagi. "Memang juga terdapat suatu hal yang disebut sebab dan akibat, seperti kau tentunya mengetahui saudara Ang. Jika memang engkau tidak melakukan suatu kesalahan, tentu belasan orang itu tidak akan mengikutimu, dan juga jika tidak ada barang yang engkau ambil dari tangannya, jelas mereka tidak akan meributi engkau meminta barangnya agar engkau kembalikan. Coba engkau pikirkan dalam2 perkataan Pinto itu, tentu engkau mengerti........!" Ang Cit Kong tersenyum, ia menganguk sambil katanya lagi. "Ya.... memang dalam hal ini merupakan suatu urusan yang keterlaluan juga, belasan orang itu membuat aku jadi malu." Dan setelah berkata begitu, tahu2 Ang Cit Kong telah menggerakkan tangan kirinya membalas. Tapi, hebat kesudahannya, karena tanpa ampun lagi belasan orang itu telah terpental dan berguling diatas tanah, seperti juga diterjang oleh suatu kekuatan yang tak tampak. Ong Tiong Yang yang menyaksikan hal ini jadi terkejut, ia berpikir dalam hatinya. "Dilihat dari kepandaiannya, tampaknya pengemis muda ini bukan sembarangan pengemis, karena kelihatannya cerdik sekali, selain ia memiliki silat yang tinggi, sinkangnya juga tampaknya tidak berada disebelah bawahku!" Waktu itu Ang Cit Kong telah mtendelikkan matanya lebar2 kepada belasan orang yang tengah merangkak bangun itu. "Jika kalian tidak segera pergi, jangan mempersalahkan diriku jika aku turunkan tangan keras kepada kalian.......! Ayo cepat pergi......!" Tetapi belasan orang itu tidak segera pergi, malah lima orang diantara mereka, telah berkata ragu2 . "Harap Taihiap mengembalikan dulu barang2 kami....!" Ang Cit Kong mendelikkan matanya lebih lebar dan telah melangkah maju satu tindak sambil menggerakkan tangan kanannya dan membentak . "Kalian hendak dihajar lagi....?" Bentakan seperti itu merupakan gertakan, yang membuat belasan orang itu jadi ketakutan, mereka telah mundur dengan serentak. Dalam keadaan demikian, Ang Cit Kong berkata dengan suara tawar, tapi sikapnya tampak jenaka sekali, karena mulutnya. "Jika memang kalian tidak cepat2 angkat kaki, aku akan membuat kalian seperti daun2 kering yang terhembus oleh angin.....! Aku akan menghitung ia sampai lima dan jika kalian belum juga pergi, hem...... aku akan membuktikan ancamanku itu.....!" Ong Tiong Yang tersenyum melihat sikap Ang Cit Kong. "Satu.....!" Waktu itu Ang Cit Kong mulai menghitung dengan suara yang keras. "Taihiap...... kembalikan dulu barang-barang kami......." Tetapi Ang Cit Kong seperti tidak mendengarnya, ia telah menghitung terus ...... "Dua . .!" "Taihiap.....!" Belasan orang itu memperlihatkan wajah yang pucat, disamping itu juga mereka telah merengket ketakutan, namun mereka juga tidak rela jika barang mereka tidak dikembalikan. "Tiga....! Empat.... !" Ang Cit Kong telah menghitung terus tanpa memperdulikan sikap belasan orang tersebut. Belasan orang itu tambah kuatir dan mereka hampir berbareng berkata . "Kembalikan dulu barang kami, kami akan segera berlalu...!" Tetapi Ang Cit Kong seperti tuli tidak mendengar perkataan orang2 itu, bahkan ia telah menghitung terus dengan suara yang nyaring . "Lima .... !" Waktu Ang Cit Kong mengucapkan perkataan "Lima" Itu, dan matanya didelikkan, dengan serentak orang2 itu memutar tubuhnya dan mementang langkah kakinya lebar2 tembil ber-teriak2 dengan suara penasaran . "Kembaiikan barang2 kami....!". Ang Cit Kong tertawa ber-gelak2 melihat belasan orang tersebut telah lari. Tetapi belasan orang itu berlari hanya kurang lebih delapan tombak, setelah itu mereka berkumpul berkelompok sambil berteriak . "Kembalikan barang kami....kembalikan barang kami.... !" Ang Cit Kong jadi mendongkol, sengaja ia melangkah dua tindak memperlihatkan sikap seperti hendak mengejar. Belasan orang itu jadi ketakutan dan mereka telah berlari lagi. Sekali ini mereka tidak berhenti, berlari terus dan sejenak kemudian telah lenyap dari pandangan mata Ang Cit Kong dan Ong Tiong Yang. ---oo^Kupay^0^DewiKZ^oo--- SEDANGKAN waktu itu, antara orang bertopeng merah dengan Tok Cun Hoa masih terus juga berlangsung pertempuran yang cukup seru karena mereka berdua telah terlibat oleh tenaga lwekang yang mereka pergunakan, dimana dua macam kekuatan tenaga dalam yang tidak dapat dilihat oleh mata itu, telah mengelilingi mereka, melibat mereka dan membuat keduanya tidak bisa memisahkan diri ataupun juga menyudahi pertempuran itu, karena memang mereka telah terlibat dalam pertempuran yang menentukan, dimana sampai salah seorang diantara mereka kelak kena dirubuhkan, barulah pertempuran itu akan berkesudahan. Karena itu baik Ang Bian maupun Tok Cun Hoa telah berlaku sangat berhati-hati sekali dan melakukan pertempuran tersebut dengan gerakannya yang sangat cepat sekali. Dan mereka pun telah memusatkan seluruh kekuatan tenaga lwekang nya sehingga ditubuh mereka tampak mengalir keluar keringat yang sangat banyak sekali. Waktu itu Ang Bian telah berkata dengan suara yang tawar sambil melancarkan serangan mempergunakan tangan kanannya yang menyambar seperti juga menggunting. "Hemmm....., jika sekarang aku tidak bisa mengalahkanmu, baiklah aku pun berjanji tidak akan mengembara lagi dalam rimba persilatan......!" Tetapi Tok Cun Hoa menanggapi tekad dari Ang Bian dengan tertawa mengejek, katanya dengan suara yang sengau. "Tidak perlu engkau sesumbar seperti itu engkau pasti akan dapat membuat kedua lenganmu itu patah sebagai tanda mata buatku!" Dan setelah berkata begitu Tok Cun Hoa menerjang lebih kuat. Melihat sikap Ang Cit Kong seperti itu, Ong Tiong Yang jadi tersenyum lebar dengan hati yang merasa geli. Sejak munculnya Ang Cit Kong tetah memperlihatkan bahwa dia memiliki sikap yang jenaka, walaupun kejenakaan- nya itu tidak disengajanya dan memang wajar. "Kepandaian luar biasa, aku tidak menyangka ditempat sesepi ini bisa bertemu dengan orang orang gagah seperti itu." Kata Ang Cit Kong dengan suara yang perlahan, seperti juga tengah mengguman. Kemudian Ang Cit Kong menoleh kepada Ong Tiong Yang. "Totiang, siapakah mereka ?" Tanya Ang Cit Kong kemudian. "Apakah salah seorang di antara mereka itu gurumu ?" Ong Tiong Yang menggelengkan kepalanya. "Bukan.... !" Menyahut Ong Tiong Yang sambil tersenyum. "Lalu siapa mereka....?" "Yang seorang bergelar Ang Bian, itu yang memakai topeng yang terbuat dari kain merah !" Menjelaskan Ong Tiong Yang. "Mengapa, ia menutupi mukanya dengan kain merah itu, apakah mukanya kudisan....?" Ong Tiong Yang tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Aku sendiri tidak tahu mengapa ia mengenakan topeng seperti itu.....!" Sahut Ong Tiong Yang. "Dan yang seorang lagi ?" Tanya Ang Cit Kong pula. "Ia mengaku bernama Tok Cun Hoa !'' menjelaskan Ong tiong Yang. "Ohhh.......!" Ang Cit Kong memperlihatkan sikap yang heran sekali. "Kenapa ?" Tanya Ong Tiorg Yang. "Mengapa muka orang yang bernama Tok Cun Hoa itu buruk sekali, seperti tengkorak hidup ?" Tanya Ang Cit Kong. Sesungguhnya Ang Cit Kong bertanya dari hati yang sejujurnya dan polos, tetapi buat telinga Tok Cun Hoa justru pertanyaan seperti itu telah membuat darahnya jadi meluap, ia sampai berjingkrak. Kalau saja waktu itu ia tidak tengah terlibat oleh pertempuran mengadu tenaga sinkang yang saling melibat, tentu ia telah melompat menerjang pada Ang Cit Kong untuk menghantam orang yang lancang mulut itu. Namun kenyataannya memang Tok Cun Hoa hanya bisa mendongkol tanpa berdaya untuk menghajar Ang Cit Kong. Waktu itu Ang Cit Kong masih berdiri dengan sikap tercengangnya, sampai akhirnya ia tersenyum, sambil katanya. "Nah, sekarang telah terlihat, bahwa banjak orang pandai dimana-mana, seperti apa yang dikatakan oleh guruku, bahwa kepandaian silat yang dipelajari tidak ada habisnya, karena orang yang telah tinggi kepandaiannya tidak boleh sombong dan harus segera melatih diri tarus setiap ada kesempatan. Kepandaian yang tertinggi ialah tidak pernah tercapai, karena yang tinggi itu selalu ada yang lebih tinggi, tegasnya tidak ada yang tertinggi .......!". Ong Tiong Yang yang tersenyum mendengar perkataan Ang Cit Kong. Karena ia memang telah melihatnya bahwa Ang Cit Kong seorang yang sangat terkenal dan juga pandai dan tinggi kepandaiannya, disamping itu memiliki sifat yang polos dan jiwa yang jujur. Apa yang dilihatnya tentu akan dikatakannya. Namun kenyataannya, Ang Cit Kong seperti juga tidak mengenal bahaya, dengan mengejek Tok Cun Hoa, walaupun bukan berasal dari hatinya dan tanpa disengajanya, tokh hal itu telah membuat jiwa Ang Cit Kong terancam bahaya yang tidak kecil. Dalam hat ini, memang Ong Tiong Yang menyukai sikap polos pengemis muda ini. "Saudara Ang, siapakah gurumu ?" Tanya Ong Tiong Yang kemudian. Ang Cit Kong tidak segera menyahuti, hanya memandang Ong Tiong Yang dengan sinar mata mengandung kecurigaan. "Mengapa totiang menanyakan guruku ?" Tanyanya. Ong Tiong Yang tersenyum. "Pinto hanya merasa kagum bahwa gurumu memiliki pandangan yang luas dan juga tampaknya seorang pandai yang tidak angkuh dan tidak pernah memamerkan kepandaiannya... !" "Mengapa engkau mengetahui hal it...?" Tanya Ang Cit Kong, wajahnya memancarkan perasaan girang bukan main. Ong Tiong Yang menyahuti. "Karena melihat sikapmu yang baik, tentunya engkau memperoleh bimbingan dan didikan dari seorang guru yang baik pula...! Ang Cit Kong cepat2 membuang sisa potongan paha ayam ditangannya, ia menyeka kebajunya dengan sikap yang amat ceroboh dan juga jenaka, kemudian merangkapkan sepasang tangannya, menjura memberi hormat kepada Ong Tiong Yang, katanya dengan suara yang sabar. "Dalam hal ini," Katanya. "Sesungguhnya memang guruku itu seorang yang baik dan mulia ia bergelar Ie Hong Sin Kay dan namanya Kiauw Cie Bauw.. .!" "Oh, telah lama aku mendengar nama besar dari tokoh sakti itu... !" Kata Ong Tiong Yang cepat. Memang selama dalam pengembaraannya dalam rimba persilatan, ia telah terlalu sering mendengar nama Ie Hong Sin Kay Kiauw Cie Bauw, yang memiliki sepak terjang terpuji. Pengemis sakti itu selalu melakukan tindakan demi keadilan. Walaupun belum pernah bertemu secara langsung dengan Kiauw Cie Bauw, tetapi justru Ong Tiong Yang telah menaruh perasaan kagum kepada pengemis sakti itu. Mendengar pujian Ong Tiong Yang, tampak Ang Cit Kong senang sekali. Disaat itu ia telah berkaca dengan suara gembira. "Jika memang totiang kenal dengan guruku, itulah lebih baik lagi....!" Ong Tiong Yang tersenyum. "Sayangnya Pinto belum pernah bertemu dengan orang tua yang sakti itu... Pinto hanya sering mendengar keberanian dan juga ketegasannya dalam menegakkan keadilan. Memang besar sekali minat Pinto untuk bertemu dengan guru saudara Ang, untuk meminta petunjuk darinya........!" Ang Cit Kong tersenyum. "Sayangnya guruku setelah usianya meningkat semakin tua, telah memilih sebuah tempat yang sunyi dan tenang untuk hidup mengasingkan diri....... maka dari itu sulit sekali orang menemuinya......!" "Jika memang demikian, jika kelak saudara Ang bertemu dengan gurumu, sampaikan salam Pinto, Ong Tiong Yang....!" Kata Ong Tiong Yang. Ang Cit Kong mengangguk cepat. "Tentu..., tentu... akan aku sampaikan.....!" Katanya Begitulah, walaupun mereka baru saling berkenalan disitu, justru sikap mereka tampaknya telah jadi begitu akrab sekali. Ang Cit Kong juga menanyakan siapa guru Ong Tiong Yang. Pendeta ini menyebutkan nama Sam Kie bertiga, dan Ang Cit Kong tahu2 telah mengeluarkan ibu jarinya, ia memuji ."Ketiga guru totiang itu semuanya merupakan manusia setengah dewa yang sangat sakti, dimana selalu melakukan perbuatan mulia, justru aku sering mendengar cerita dari guruku, bahwa ketiga. locianpwe sakti itu merupakan tokoh yang sangat mulia dan memiliki kepandaian yang sulit dicari duanya, guruku juga sangat mengagumi mereka ....!" Ong Tiong Yang segera merendahkan diri sambil mengucapkan terima kasih atas pada Ang Cit Kong. ---oo^Kupay^0^dewiKZ^oo--- Disaat itu pertempuran yang tengah berlangsung antara Ang Bian dengan Tok Cun Hoa masih berlangsung terus, dimana mereka telah terlibat dalam pertempuran yang semakin lama semakin membahayakan. Ang Cit Kong setelah menyaksikan lagi sekian lama jalannya pertempuran itu telah menoleh kepada Ong Tiong Yang, tanyanya. "Apakah totiang tidak bisa meminta agar mereka menydahi pertempuran itu ?" Ong Tiong Yang menghela napas sambil menggelengkan kepala dan wajahnya murung, dengan jujur ia menyahuti . "Sayangnya kepandaianku tidak ada artinya, sehingga tidak berdaya untuk meminta mereka menyudahi pertempuran itu.....! Hemmm......., kalau saja memang aku memiliki kepandaian yang lebih tinggi, tentu aku bisa meminta mereka menyudahi pertempuran itu atau setidak2nya memisahkan mereka.........!" Ang Cit Kong mengerutkan alisnya. "Masih ada hubungan apakah antara totiang dengan mereka ?" Tanyanya kemudian. Dengan suara yang perlahan 0ng Tiong Yang menyahuti. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Dengan Ang Bian locianpwe, aku pernah melakukan perjalanan, dan kami melihat rumah yang terpencil ini maka kami singgahi. Kebetulan kami juga sangat haus sekali, sehingga kami bermaksud untuk meminta air pelenyap dahaga. Tetapi justru Tok Cun Hot locianpwe telah salah mengerti, sehingga timbul salah paham, yang menyebabkan Ang Bian dan Tok Cun Hoa jadi bertempur seperti itu....!" "Apakah Tok Cun Hoa yang bermuka seperti tengkorak itu seorang yang terlalu kikir?" Tanya Ang Cit Kong tidak senang. Ong Tiong Yang mengangkat bahunya sambil tersenyum, lalu katanya. "Entahlah, tetapi yang jelas memang keadaan telah terjadi demikian, dimana antara Ang Bian lociaapwe dengan Tok Cun Hoa locianpwe telah timbul saling salah paham, dan mereka bertempur tanpa berkesudahan.......!" "Jika memang demikian halnya, lebih baik kita berusaha memisahkan mereka........!" Kata Ang Cit Kong. Ong Tiong Yang terkejut. "Bagaimana mungkin?" Katanya dengan suara yang mengandung kekuatiran. Ang Cit Kong tersenyum. "Jangan kuatir, jika memang mereka tidak mau menyudahi pertempuran itu, yang pasti rugi adalah mereka sendiri...!" Kata Ang Cit Kong dengan suara mengandung keyakinan. Ong Tiong Yang jadi heran. "Dengan cara bagaimana ?" Tanyanya. "Tanggung beres !" Katanya cepat. Dan Ang Cit Kong telah memutar tubuhnya, ia menuju kearah parit di depan rumah tersebut, ia mengambil sebuah kayu yang bertempurung yang ditengahnya melesak kedalam, ia menyendok air parit itu dan kemudian kembali keruang dalam rumah. Ong Tiong Yang mengawisi apa yang dilakukan Ang Cit Kong dengan perasaan heran. Waktu itu Ang Cit Kong telah berteriak . "Kalian berhentilah jika memang kalian tidak mau menyudahi juga pertempuran itu, biar aku yang akan menyiram kalian dengari air parit ini. Aku mau lihat, apakah kalian akan teruskan perkelahian kalian......!" Dan setelah berkata begitu, Ang Cit Kong memperlihatkan sikap seperti ingin menyiram. Keruan saja hal ini mengejutkan sekali Ang Bian dan Tok Cun Hoa. Mereka sampai mengeluarkan seruan kaget. "Aku akan menghitung sampai tiga, jika sampai tiga kali, kalian tidak mau berhenti, berarti kalian memang ingin mandi air parit...!" Ancam Ang Cit Kong lagi. Waktu itu Tok Cun Hoa bukan main mendongkolnya, ia sampai berseru karena murka, Ang Bian juga telah mengeluarkan suara bentakan sambil mengibaskan tangannya menangkis serangan tangan kanan Tok Cun Hoa. "Satu....!" Ang Cit Korg tanpa memperdulikan keadaan pada saat itu, telah mulai menghitung, benar2 nekad sekali pengemis muda ini. Ang Bian dan Tok Cun Hoa jadi panik, mereka tengah saling melibatkan diri dengan tenaga sinkang mereka yang tertingggi, tidak bisa dengan semudah dugaannya, begitu saja mereka menarik pulang tenaga sinkang mereka, karena akan melukai mereka sendiri. Hal ini membuat mereka jadi panik juga, jelas mereka tidak rela jika sampai mereka terkena siraman air parit tersebut. "Dua....!" Suara Ang Cit Kong lantang sekali, dia menghitung terus. Keruan saja Ang Bian dan Tok Can Hoa tambah panik. Dalam keadaan demikian, mereka jadi nekad dan telah mendorong dengan tenaga sinkang masing2 lalu melompat mundur untuk memisahkan diri. Waktu memisahkan diri, mereka juga mengebut dengan tangan masing2. Hal ini untuk melenyapkan sisa tenaga yang ada pada saat itu, agar mereka tidak sampai terluka. Setelah melihat Ang Bian dan Tok Cun Hoa memisahkan diri dan menyudahi partempuran itu, Ang Cit Kong tidak meneruskan hitungannya, dia tertawa keras dan telah melemparkan kayu yang berisi cairan air parit tersebut keluar rumah. Ong Tiong Yang yang melihat keadaan seperti itu, jadi tertawa tidak bisa menahan gelinya. Dengan cara yang begitu sederhana dan mudah, Ang Cit Kong berhasil memisahkan kedua jago yang tengah bertempur hebat itu. "Cerdik sekali pemuda pengemis ini....!" Pikir Ong Tiong Yang dalam hatinya. Waktu itu, tampak Ang Bian telah menoleh kepada Ang Cit Kong, sambil katanya . "Kau....pengemis cilik ...... berani sekali kau membawa lagakmu yang kurang ajar ?" Tetapi belum lagi selesai kata2 dari Ang Bian, Tok Cun Hoa yang memang sejak tadi telah diliputi oleh kemarahan pada Ang Cit Kong, yang dianggapnya telah mengejeknya dan juga telah membuat mereka paaik waktu bertempur dengan ancamannya itu, sudah tidak bisa menahan diri, tahu2 tubuhnya berkelebat, dan telah berada disamping Ang Cit Kong. Begitu tiba, segera tangan kanannya bergerak. ---oo^Kupay^0^dewiKZ^oo--- BAGIAN 52 ANG CIT KONG kaget, karena ia hanya melibat berkelebatnya sesosok tubuh. Tetapi walau pun demikian. Ang Cit Kong memang memiliki kepandaian yang cukup tinggi, tidak mau ia dirubuhkan hanya diserang seperti ttu. Dengan gesit ia berkelit menyingkirkan diri dari terjangan Tok Cun Hoa. "Jangan berangasan seperti itu, tidak baik nanti akan menyebabkan gigimu rontok...!" Kata Ang Cit Kong sambil tertawa, tidak lenyap sikap gembiranya, walaupun tadi ia telah diancam oleh terjangan yang tidak kecil bahayanya. Muka Tok Cun Hoa yang memang telah buruk itu jadi semakin tidak sedap dipandang karena ia tengah diliputi kemarahan yang sangat. Memang mulutnya rusak dan hanya tampak barisan giginya saja, dan Ang Cit Kong berkata begitu yang tanpa sadar memang telah mengejek kelemahan dari Tok Cun Hoa. Keadaan demikian telah membuat darah Tok Cun Hoa jadi tambah meluap. "Jika memang aku tidak menghajar pecah mulutmu, aku tidak akan mau sudah...!" Teriak Tok Cun Hoa. Dan dia bukan hanya berteriak begitu saja, karena ia telah membarengi menerjang Ang Cit Kong lagi. Sewaktu tubuhnya tengah melayang ditengah udara, tampak tangannya digerakkan untuk melancarkan tamparan kepada Ang Cit Kong. Keruan saja Ang Cit Kong jadi kaget karena gerakan yang dilakukan oleh Tok Cun Hoa jauh lebih cepat dibandingkan dengan yang sebelumnya. Dan keadaan seperti ini membuat Ang Cit Kong jadi nekad, karena ia sudah memiliki jalan untuk mengelakkan diri, dimana jalan mundurnya telah ditutup oleh tenaga sinkang yang dilancarkan Tok Cun Hoa lewat tangan kirinya. Ang Cit Kong memaksakan diri memusatkan tenaga sinkangnya ingin menangkisnya, tetapi waktu itu Ang Bian telah berkata . "Engkau mencari mampus....?" Dan segera tubuh Ang Bian telah berkelebat. Gerakan Ang Bian sangat gesit sekali, karena ia telah berhasil menangkis tangan Tok Cun Hoa. Tok Cun Hoa tambah mendongkol, dan kini bukannya ia melancarkan totokan atau tamparan kepada Ang Cit Kong, malah ia telah meninju kearah dada Ang Bian. Tetapi Ang Bian memang memiliki kepandaian berimbang dengannya, maka tinjunya tidak berhasil mengenai sesaran. Dalam keadaan demikian, mereka telah bertempur lagi, dimana mereka saling serang tidak hentinya. Sedangkan Ang Cit Kong yang tadi nyaris kena ditempiling oleh telapak tangan Tok Cun Hoa, berdiri tertegun ditempatnya, seperti orang kesima. Tetapi akhirnya ia tertawa lebar, sambil menoleh kepada Ong Tiong Yang, yang waktu itu tengah mengawasi padanya. "Sungguh berbahaya !" Menggumam pengemis muda itu. Ong Tiong Yang tersenyum sambil katanya. "Maka dari itu, janganlah saudara Ang terlalu ceroboh, karena mereka merupakan orang2 yang memiliki kepandaian luar biasa dan jelas diatas kepandaian kita......." Ang Cit Kong mengangguk. "Untung saja kawanmu itu sitopeng merah telah menolongi diriku, kalau tidak tentu aku akan menerima bahaya yang tidak kecil..!" Ong Tiong Yang hanya tersenyum. Pertempuran antara Ang Bian dengan Tok Cun Hoa telah berjalan semakin seru. Dan Ang Cit Kong juga tidak berusaha pula memisahkan mereka. Dalam keadaan demikian, memang jika kedua jago tengah saling bertarung, maka angin serangan mareka menderu-deru kuat, karena kekuatan tenaga lwekang yang mereka miliki itu merupskan kekuatan yang sudah mencapai puncak yang tinggi sekali. Ong Tiong Yang dan Ang Cit Kong harus mundur beberapa langkah kebelakang menjauhkan diri, agar tidak tertindih oleh kekuatan serangan itu. Diam-diam mereka berdua, sebagai orang2 yang mengerti ilmu silat, jelas menenyaksikan pertempuran antara kedua jago yang memiliki kepandaian luar biasa itu, membuat mereka jadi menumpahkan seluruh perhatian mereka pada jalannya pertandingan. Setelah saling terjang sekian lama, aksinya suatu kali tampak Tok Cun Hoa dan Ang Bian, saling menjauhkan diri. Mereka tidak melanjutkan terjangan mereka, hanya saling berdiri tegar mengawasi lawan masing2. Waktu itu Ong Tiong Yang cepat menghampiri sambil katanya. "Jika memang Jiewie locianpwe tidak berkeberatan, lebih baik kita sudahi saja pertempuran itu..... tak ada gunanya!" Namun Tok Con Hoa telah mendengus. dingin tanpa memperdulikan perkataan Ong Tiong Yang. Sedangkan Ang Bian telah menoleh kapada Ong Tiong Yang, katanya dengan suara yang tawar. "Ong Cinjin, sayangnya manusia buruk ini memiliki adat yang buruk pula...!" "Namun Ang Bian locianpwe, bukankah kita tengah melakukan perjalanan untuk pergi menolongi seseorang... jika memang Ang Bian locianpwe terlalu menghamburkan tenaga sendiri kelak tentu bisa menggagalkan pekerjaan kita!" Kata Ong Tiong Yang. Seperti orang baru tersadar, Ang Bian mengangguk berulang kali. "Kau benar juga.....!" Katanya kemudian. "Engkau benar, baiklah aku bersedia menyudahi pertempuran diantara kami berdua, asal orang bermuka buruk itupun mau menyudahinya dan tidak mendesak diriku lebih lanjut....!" Mendengar dirinya selalu disebut sebagai manusia bermuka buruk dan beradat buruk. karuan saja Tok Cun Hoa semakin penasaran dan marah, mana mau ia menyudahi begitu saja pertempuran itu? "Hemmm.....," Mendengus dingin Tok Cun Hoa dengan sikap mengejek. "Terlanjur engkau telah mengatakan bahwa aku manusia buruk beradat buruk, baiklah, baik..., mari kita bertempur lagi....!" Diwaktu itu, tampak Tok Cun Hoa setelah berkata bagitu telah melompat, mendekati Ang Bian bersiap untuk saling bertempur pula. Namun Ang Bian yang telah diingatkan oleh Ong Tiong Yang, bahwa mereka tengah melakukan sesuatu untuk menolongi seorang, tidak mau melayani lebih lanjut pada Tok Cun Hoa katanya dengan suara yang dingin. "Jika memang engkau masih ingin main2 denganku kelak aku akan menemani, walaupun engkau hendak bertempur sebanyak puluhan ribu jurus bertempur terus sepuluh hari sepuluh malam, akan kulayani...! Hemm, jika memang engkau hendak memaksaku hari ini, maafkan aku tidak memiliki waktu lagi untuk menemanimu... aku hendak melakukan sesuatu dan perlu diselesaikan secepatnya....!" Dan setelah berkata begitu, tanpa menantikan sahutan dari Tok Cun Hoa, tampak Ang Bian telah memutar tubuhnya itu menoleh kepada Ong Tiong Yang, katanya. "Mari kita pergi...!" Ong Tiong Yang girang melihat Ang Bian bersedia menyudahi pertempuran itu. Tetapi Tok Cun Hoa waktu melihat orang hendak berlalu, ia telah berkata dengan suara yang dingin . "Sudah kukatakan walaupun sekarang kalian hendak pergi, semua itu telah terlambat, dan tidak bisa kalian meninggalkan tempat ini......!" Sambil berkata begitu, TOK CUN HOA melompat kepintu menghadang disitu karena ia tidak ingin membiarkan Ang Bian bertiga dengan Ong Tiong Yang dan Ang Cit Kong keluar dari rumahnya. Rupanya Tok Cun HOA memang telah memutuskan bahwa ia harus menghadang orang itu, untuk dibinasakan atau se-tidak2-nya dimusnahkan ilmu silatnya, sebab Ang Bian seperti tidak memandang sebelah mata padanya dan mukanya juga ditutup oleh topeng merah sehingga ia tidak mengetahui siapa adanya orang dibalik topeng tersebut. Begitu juga Ang Cit Kong tadi. telah mengejeknya, membuat ia gusar tetapi belum bisa untuk menjatuhkan tangan kepada pengemis muda itu. Kenyataan seperti ini telah membuat Tok Cun Hoa tidak mau melepaskan ketiga orang itu. la cepat-cepat mementangkan tangannya, bersiap melancarkan serangan kalau saja Ang Bian bertiga memaksa hendak berlalu dan menerobos pintu tersebut. Ang Cit Kong tertawa melihat sikap Tok Cun Hoa, ia berkata perlahan sambil tersenyum menyeringai . "Jika memang engkau tidak mengijinkan kami meninggalkan rumahmu, apakah engkau hendak menjamu kami ? Bisakah engkau menjadi tuan rumah yang baik ? Sedang kan Ang Bian Locianpwe dan Ong Totiang itu saja semula meminta air pelenyap dahaga tidak diberikan olehmu....!" Muka Tok Cun Hoa berobah memperlihat kan sikap tidak senang, ia berkata dengan sikap menahan kemarahan hatinya . "Jika engkau berlancang mulut, maka yang per-tama2 akan kupecahkan adalah batok kepalamu dulu....!" "Kukira tidak mudah melakukan hal itu, karena disini masih ada Ang Bian Locianpwe yang memiliki kepandaian mungkin lebih tinggi dari kepandaianmu sendiri....!" Tok Cun Hoa jadi lebih uring2an, ia berkata tawar. "Jika memang demikian halnya, baiklah. Aku telah memutuskan, walaupun bagaimana kalian tidak akan kuijinkan meninggalkan rumah ini...!" Ong Tiong Yang yang melihat perkembangan keadaan sudah demikian macam, cepat2 merangkapkan tangannya menjura sambil katanya. "Harap Tok Cun Hoa Locianpwe mau mengerti keadaan kami, dimana kita tidak pernah kenal dan belum pernah bermusuhan, bukan? Mengapa kita selalu harus bertempur dan bersikap bermusuhan seperti itu? Baiklah, jika memang Tok Cun Hoa Locianpwe mau mengerti. tentu kami tidak akan lupa mengucapkan terima kasih kami.... kami harap saja Tok Cun Hoa Locianpwe tidak merintangi kami lagi, janganlah menanamkan permusuhan diantara kita, bukaukah kita sebelumnya selain belum berkenalan dan juga memang belum pernah bermusuhan?" Tok Cun Hoa tertawa tawar. "Engkau bicara seenakmu saja, tojin muda, tetapi engkau tidak ingat, kalian telah datang kemari untuk menimbulkan kekacauan dimana kalian telah menyebabkan aku merasa terganggu. Kalau saja hal ini tidak segera kuatasi, tentu kelak akan ada orang yang berani menggangguku lebih jauh.......!" Mendengar perkataan Tok Cun Hoa, habislah harapan Ong Tiong Yang untuk dapat berlalu dengan damai, karena memang ia melihatnya bahwa Tok Cun Hoa bukan seorang manusia baik-baik dan memiliki sifat yang selalu menang sendiri. Ong Tiong Yang juga yakin bahwa mereka tidak bisa berlalu begitu saja, sebelum membuka jalan dengan kekerasan. Ang Bian juga rupanya habis kesabarannya, ia telah berkata dengan suara yang berang. "Ong totiang, biarlah aku membereskan dulu tua bangka muka buruk ini.....!" Dan tanpa menantikan lagi persetujuan Ong Tiong Yang, Ang Bian mengulurkan tangannya ia menggunakan sinkangnya untuk mencengkeram Tok Cun Hoa. Namun Tok Cun Hoa tak berkisar dari tempatnya oleh ancaman tersebut, ia bertahan disitu dengan sikap yang menantang sekali. Bahkan waktu cengkeraman Ang Bian akan tiba, ia mengebutkan tangan kanannya. Sebagai seorang yang telah memiliki kepandaian tinggi, tentu saja Ang Bian memaklumi bahwa tangkisan yang dilakukan Tok Cun Hoa tidak bisa dibuat main2. la mengeluarkan suara mengejek, sambil menarik pulang tangannya, lalu merobah arah dari cengkeraman tangannya, tubuhnya agak dimiringkan kekanan dengan gerakan yang cepat dan gesit sekali kaki kanan nya ditekuk, sedangkan kaki kirinya dilonjorkan, lalu kedua tangannya menyambar secara menggunting. Gerakan yang dilakukannya itu benar2 merupakan gerakan yang sulit sekali untuk dielakkan oleh lawannya, jika memang lawannya itu bukan memiliki kepandaian yang benar2 tangguh. Dalam keadaan demikian, tampak Tok Cun Hoa juga tidak tinggal diam, ia bukan menangkis atau berkelit, hanya mengempiskan dadanya yang didorong agak kedalam, kemudian waktu "guntingan" Sepasang tangan Ang Bian lewat hanya satu dim terpisah dari dadanya itu, tampak Cun Hoa telah membarengi untuk menangkap tangan Ang Bian Namun Ang Bian telah menarik pulang kedua tangannya. Ong Tiong Yang melihat hal demikian, jadi berpikir keras, karena ia memaklumi, kalau sampai kedua orang ini bertempur lagi, tentu sulit sekali baginya untuk memisahkan, dimana mereka tentunya akan terlibat dalam pertempuran yang berkepanjangan. Degan adanya pikiran seperti itu, Ong Trong Yang membujuk kedua orang itu, ia membungkukkan tubuhnya sambil memberi hormat . Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Aku mohon agar kalian jangan meneruskan pertempuran ini tidak ada gunanya sudahilah pertempuran ini aku mohon dengan sangat !" Dan setalah berkata begitu, Ong Tiong Yang beberapa kali membungkukkan tubuhnya memberi hormat, sikapnya memang manis dan juga berusaha untuk dapat memisahkan kedua orang itu dengan kelembutan. Waktu itu Tok Cun Hoa tertawa tawar sambil katanya sengit . "Jika memang dalam soal ini engkau masih banyak rewel, maka nanti engkau sendiri yang akan kuserang dan kubinasakan..............!" Sambil berkata begitu, tampak Tok Cun Hoa bukannya mengendorkan serangannya, malah telah melancarkan serangan yang semakin lama jadi semakin kuat saja. Ang Bian juga telah mengeluarkan kepandaian simpanannya, karena ia menyadari tidak mungkin ia bisa menarik diri lagi dari pertempuran itu, dimana ia juga tidak boleh berlaku lengah, karena jika saja dirinya terserang, niscaya akan membuat ia terluka parah. Ang Cit Kong yang melihat pertempuran itu telab mengeluarkan seruan berulang kali, ia merasa tertarik sekali, karena justru yang di saksikannya itu merupakan pertempuran yang sangat jarang sekali bisa disaksikannya. Pertempuran diantara kedua tokoh yang sama2 memiliki kepandaian yang tinggi. Ong Tiong Yang menghela napas dalam2 waktu melihat kedua orang itu tidak mau menyudahi pertempuran mereka. Ia jadi berputus asa. Untuk memisahkan mereka ia memang tidak memiliki kepandaian yang cukup, sedangkan untuk meminta pertolongan Ang Cit Kong juga tidak mungkin sanggup memisahkan kedua orang yang tengah bertempur itu, sehingga hal ini sangat menjengkelkan hatinya. Jika kedua orang liehay itu bertempur terus, berarti mereka malah akan terlibat dalam pertempuran yang berbahaya, karena mereka tentu akan ada yang rubuh dan terluka. Dan luka yang akan mereka derita tentunya bukan luka biasa, sekali saja mereka terluka, tentu luka itu luka yang parah, dalam keadaan demikian, Ong Tiong Yang benar2 bingung untuk memisahkan mereka kerena ia pun telah gagal untuk membujuknya. ---oo^TAH~0^DewiKZ~oo--- BAGIAN 53 UDARA masih dingin dipagi hari itu, tetapi di jalan raya Khu Miang tampak berjalan tiga orang, seorang wanita dan dua orang lelaki, yang seorang telah berusia lanjut, sedangkan yang seorang lagi berusia masih muda. Mereka tidak lain dari Oey Yok Su bersama Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lao. Ketiga orang ini memang telah melakukan perjalanan bersama, dan juga telah beberapa kota yang mereka singgahi disamping itu telah beberapa kampung yang mereka lewati selama mengembara dalam rimba persilatan. Selama dalam pengembaraan itu, mereka bertiga selalu melakukan perbuatan2 yang mulia menolongi orang2 yang tengah tertindas. Tetapi justru ketiga orang ini juga memiliki adat yang aneh, dimana mereka jika memang merasa senang pada seseorang, walaupun orang itu jahat, boleh jadi mereka berdiri dipihak penjahat itu. Dan jika memang mereka menyukai seseorang, walaupun orang itu melakukan suatu perbuatan yang salah, bisa jadi mereka membenarkannya. ltulah keanehan sifat ketiga orang ini, yang hampir bersamaan, sehingga merasa cocok untuk mengembara bersama. Tetapi secara keseluruhannya memang Oey Yok Su, Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan merupakan orang2 yang memiliki kepandaian yang tinggi dan hati yang mulia, maka banyak juga perbuatan mulia yang mareka lakukan disamping watak mereka yang memang agak aneh seperti itu. Waktu mereka tengah melakukan perjalanan hari itu, justru mereka telah melihat dikejauhan tampak sebuah rumah terpencil, yang jang dari rumah2 penduduk lainnya. Sebuah rumah tembok yang cukup kokoh. Malah Lu Liang Cwan telah menahan langkah kakinya, ia berkata kepada Lauw Cie Lan dan Oey Yok Su. "Tunggu dulu," Katanya. "Aku mendengar seperti ada orang yang tengah ........ bertempur .... aku mendengar suara men-deru2nya angin serangan." Lauw Cie Lan juga memasang pendengaranaya, dan ia memang mendengar suara men-deru2 angin serangan yang kuat sekali. Disamping itu, memang terdengar suara bentakan perlahan yang menunjukkan ada orang yang tengah bertempur dan saling melancarkan serangan diseriai suara bentakan. Oey Yok Su yang memang memiliki kepandaian dibawah kepandaian Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan, mendengar paling belakang dimana iapun akhirnya mendengar suara angin men-deru2 perlahan dan juga suara bentakan itu. Setelah saling pandang sejenak, Lu Liang Cwan berkata. "Mari kita pargi melihat kesana". Lauw Cie Lan dan Oey Yok Su menganggukkan kepalanya dan mereka telah berlari, dengan cepat sekali, untuk menuju kearah dari mana datangnya suara orang bertempur itu. Di saat itu Oey Yok Su berlari cepat sekali karena ia mempergunakan ginkangnya untuk berlari lebih dulu. Sedangkan Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan memang berlari dengan seenak mereka. Dalam waktu sekejap mata tampak mereka telah tiba dirumah baru itu. Mereka juga melihat Ang Cit Kong dan Ong Tiong Yang...... Sedangkan Ang Cit Kong dan Ong Tiong Yang juga telah melihat kedatangan mereka maka Ong Tiong Yang segera menyambutnya keluar. "Maafkan, siapakah Samwie (tuan bertiga)?" Tanya Ong Tiong Yang bertanya begitu, karena ia melihat bahwa ketiga orang tersebut memiliki kepandaian sangat tinggi dan berlari cepat sekali, tentunya mereka bertiga bukan orang sembarangan. Oey Yok Su yang telah tiba terlebih dulu dari Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan, berkata perlahan dengan perasaan heran pada wajahnya. "Jika memang tidak salah, ditempat ini terdapat orang yang sedang bertempur.....! " Ong Tiong Yang mengangguk, dan menunjuk kearah dalam. "Mereka telah bertempur cukup lama, dan tak mau dipisahkan." Ia menjelaskan. Oey Yok Su melongok kedalam dan terlihat Ang Bian dan Tok Cun Hoa yang tengah bertempur saling menyerbu dan menerjang tak hentinya, untuk merubuhkan lawannya masing2, keadaan demikian membuat Oey Yok Su mengerutkan alisnya, karena ia melihat kepandaian kedua orang itu bukan kepandaian yang sembarangan, dimana mereka memang memiliki kepandaian yang tinggi dan juga jurus2 silat yang aneh. Dalam keadaan demikian tampak Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan yang telah tiba saling pandang waktu mereka melihat pertempuran antara Ang Bian dan Tok Cun Hoa. "Kepandaian mereka tinggi sekali, entah siapa mereka berdua......?" Tanya Lauw Cie Lan setelah mengawasi sejenak kepada kedua orang yang tengah bertempur itu. Lu Liang Cwan berdiam diri saja, ia mengawasi sekian lama, dan akhirnya berkata dengan yang perlahan. "Biar aku coba memisahkan mereka....!" Dan belum lagi kata2nya itu habis di ucapkan, disaat itu tubuh Lu Liang Cwan telah bergerak cepat sekali dengan gerakkan yang sangat ringan dimana kedua tangannya digerakkan saling susul, disaat itu juga dari kedua telapak tangannya itu mengalir keluar kekuatan tenaga sinkang yang menerjang kepada Ang Bian dan Tok Cun Hoa. Ang Bian dan Tok Cun Hoa jadi terkejut bukan main, karena mereka merasakan tenaga sambaran dari kedua tangan Lu Liang Cwan kuat sekali, telah memaksa mereka jadi melompat mundur, karena jika tak, tentu mereka akan tergempur oleh tenaga Iwekang tersebut. Baik Ang Bian maupun Tok Cun Hoa telah menarik pulang tenaga masing2 dan melompat kebelakang. Gerakan mereka gesit sekali. Dengan cara seperti itu. Ang Bian dan Tok Cun Hoa tidak sampai terlanggar oleh kekuatan tenaga Lu Liang Cwan, dan mereka berdiri sambil mengawasi tajam sekali pada Lu Liang Cwan dengan sikap tidak senang. Apa lagi Tok Cun Hoa, yang membentak nyaring . "Siapa kau... Apakah engkau memang ingin mengacaukan rumahku ini ?" Ditegur seperti itu, Lu Liang Cwan tersenyum sambil katanya . "Sama sekali kami tidak mengandung maksud buruk, kami hanya kebetulan lewat ditempat ini, dan aku menghendaki kalian jangan bertempur terus....!" "Tetapi engkau tidak mengetahui urusan kami yang sebenarnya ......!" Kata Tok Cun Hoa. Lu Liang Cwan mengangguk. "Tepat, justru disebabkan itu, maka aku hanya hendak memisahkan kalian, tanpa melancarkan serangan yang berarti, bukan?" Muka Tok Cun Hoa yang seperti tengkorak itu tetap memperhatikan sikap tidak puas, ia berkata lagi . "Jika memang engkau tidak bermaksud ikut mengacaukan keadaan disini, cepat angkat kaki .......!" "Apakah ini merupakan suatu pengusiran ?" Tanya Lu Liang Cwan dengan suara tawar, ia jadi tidak menyukai Tok Cun Hoa yang memperlihatkan sikap begitu kurang ajar. Sedangkan Ang Bian memperdengarkan suara tertawanya yang cukup nyaring, katanya . "Jika memang engkau sebagai orang yang bermaksud memisahkan kami, tidak perlu engkau pergi, aku akan menjelaskannya duduk persoalan yang benar dan tidak dilebihkan atau dikurangi. Nanti engkau mempertimbangkan, siapa yang salah dan siapa yang benar....!" Muka Tok Cun Hoa semakin tidak sedap dilihat, sedangkan Lu Liang Cwan mengangguk, katanya disertai tertawa . "Baik, coba tuan menceritakannya ...!" Sambil berkata begitu, ia juga memperhatikan keadaan Ang Bian, karena la melihat orang memakai topeng terbuat dari kain merah. "Sesungguhnya, kami hanya kebetulan lewat ditempat ini. Kami bermaksud hendtak meminta sedikit air untuk melenyapkan dahaga, tetapi justru ia marah2 dan telah mengusir kami tanpa hendak membagi air buat kami. Hal itu sebetulnya tidak apa2, tetapi justru tanpa hujan tanpa angin, Ia telah melancarkan serangan, juga pada kami, sehingga terpaksa kami melakukan perlawanan. Jika memang Kiesu (orang gagah) tidak mempercayai keterangan ini, silahkan tanyakan langsung kepada Oang Tiong Yang Totiang itu....!" Bara Naga Karya Yin Yong Raja Silat Karya Chin Hung Walet Besi Karya Cu Yi