Ceritasilat Novel Online

Pertikaian Tokoh Persilatan 20


Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 20


Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung   Sambil berkata begttu, Ang Bian menunjuk kearah Ong Tiong Yang. Ong Tiong Yang cepat2 merangkapkan kedua tangannya memberi hormat kepada Lu Liang Cwan, waktu Lu Liang Cwan menoleh kepadanya.   "Apa yang dikatakan oleh Ang Bian locianpwe mamang benar, kami telah melakukan perjalanan bersama dan tiba ditempat ini dan telah timbul kesalah pahaman ...!"   Lu Liang Cwan tersenyum.   "Apakah kesalah pahaman itu tidak bisa diselesaikan dengan baik? Dengan cara yang tidak perlu disertai dengan pertempuran?"   "Hal itu telah kami coba beberapa kali, bahkan kamipun bermaksud pergi meninggalkan tempat ini, karena pemilik rumah yang jahat ini tidak bersedia memmbagi air kepada kami, tetapi tuan rumah ini telah melancarkan serangan kepada kami dan juga berusaha membuat kami jadi bercacad... keadaan seperti ini membuat kami harus memberikan perlawanan untuk membela diri, karena ia menyerang tak hentinya."   Tok Cun Hoa justru telah berkata .   "Apa yang dikatakannya itu merupakan urusan yang berlebihan. Aku tengah duduk samadhi, tahu2 ia begitu lancang membuka pintu rumahku dan terus masuk. Maka jika memang mereka bukan-nya bermaksud jahat, tentunya mereka tidak akan selancang itu...... aku sebagai pemilik rumah, tentu saja harus menjaga keamanan rumahku ini........"   Lu Llang Cwan tertawa sambil menoleh kepada Lauw Cie Lan, tanyanya.   "Bagaimana pendapatmu mengenai urusan ini?"   Lauw Cie Lan berpikir sejenak, sejak tadi ia hanya menutup mulut, namun akhirnya ia berkata.   "Jika didengar keterangan mereka, kedua belah pihak bersalah, yang seorang terlalu ceroboh dan yang satunya lagi memang terlalu kikir, sehingga untuk menolong seseorang dengan membagikan sedikit air saja tak bersedia membaginya...!"   Muka Tok Cun Hoa berobah jadi tidak enak dilihat karena mendengar dirinya dipersalahkan.   "Jika memang demikian, kalian tentunya berdiri dipihak orang bertopeng itu. ..!'' kata-nya.   "Baiklah, majulah kalian semuanya, aku tidak akan gentar menghadapinya...!"   Dan setelah berkata begitu,Tok Cun Hoa berdiri dengan sikap slap sedia, karena ia memang bersedia untuk menghadapi serangan dari semua orang ini.   la memiliki, kepandaian yang tinggi, dan dengan demikian ia memang berani untuk menghadapi siapa saja.   Sedaogkaa saat itu Lu Liang Cwan berkata dengan suara yang sabar.   "Jika memang engkau berangasan seperti itu, bisa-bisa engkau dimusuhi benar oleh semua orang-orang diseluruh dunia rimba persilatan.......! Baiklah, perlu kami jelaskan bahwa kedatangan kami hanya kebetulan, karena mengetahui kalian tengah bertempur, maka kami bermaksud hendak memisahkannya ....... tidak ada maksud lain pada diri kami ...... tapi tampaknya kau sangat memusuhi kami juga.......!"   Tok Cun Hoa memperdengarkan suara tertawa mengejek.   "Yang terpenting kami tidak bermaksud untuk memusuhi dirimu tetapi jika kami dipaksa dengan kekerasan, jelas kami juga tidak mau menyudahi urusan ini begitu saja!", kata Ang Bian dengan suara keras, tampaknya ia masih penasaran sekali. Tok Cun Hoa juga telah menyahuti.   "Aku sama sekali tidak hendak diganggu oleh kalian. Cepat kalian pergi, urusan ini bersedia kuhabisi hanya sampai disini saja ........ jika memang kalian masih tetap ber-lama2 disini, aku akan mempergunakan kekerasan lagi, Ini rumahku, dan aku memiliki hak untuk mengusir kalian.......!"   Lu Liang Cwan tertawa tawar.   "Kukira, kami juga tidak hendak terlalu lama2 disini karena memang tuan rumah ini juga seorang yang terlalu kikir yang tentunya tidak bisa menjamu kami... tanpa engkau memintanya, kamipun akan segera berlalu. ..!"   Dan sehabis berkata begitu, Lu Liang Cwan menoleh kepada Lauw Cie Lan dan Oey Yok Su, sambil katanya.   "Mari kita berangkat!". Oey Yok Su dan Lauw Cie Lan mengiyakan. Tetapi Lauw Cie Lan masih sempat bertanya kepada Ang Bian.   "Apakah engkau ingin berlalu juga...?"   Ang Bian mengangguk sambil mengiyakan. Begitulah, mereka telah meninggakan tempat tersebut. Namun baru beberapa langkah mereka berjalan, Tok Cun Hoa telah berkata .   "Tinggalkan orang itu, agar aku bisa memberikan tanda mata padanya.....!"   Sambil berkata begitu, Tok Cun Hoa menunjuk kepada Ang Cit Kong, tampaknya Tok Cun Hoa memang masih menaruh perasaan penasaran dan sengit kepada Ang Cit Kong, yang dianggapnya tadi telah mengejeknya.   Ang Cit Kong tersenyum nakal, katanya dengan berani.   "Mengapa harus aku saja yang di tinggal disini? Mengapa engkau melarang aku pergi, atau memang engkau menyukai aku dan hendak mengambil aku menjadi anak angkatmu?'' Ditanya begitu, Tok Cun Hoa meludah, dan kemudian katanya sengit.   "Cuiii....h, jika memang aku tidak bisa memutuskan kedua tanganmu sebagai tanda mata, engkau tidak bisa pergi dari rumahku ini. Tempat ini memang mudah untuk didatangi, tetapi tidak mudah untuk ditinggalkan begitu....!"   Ang Cit Kong tertawa lagi, tetapi baru saja ia ingin menyahuti, justru Lu Liang Cwan telah mewakili berkata .   "Apakah engkau tidak merasa malu berurusan dengan kaum Boanpwe seperti dia........!"   "Namun mulutnya terlalu kurang ajar sekali, dan pantas dihajar!"   Menyahuti Tok Cun Hoa.   "Jika memang sengaja hendak mencari urusan denganku... katanya sengit. Baiklah....... baiklah, jika memang demikian halnya, aku juga tidak bisa berkata apa2 selain menerima tantanganmu. Majulah....!"   Rupanya Tok Cun Hoa memang seorang yang gemar bertempur, kepada siapa saja ia bersikap berangasan seperti itu. Dengan sendirinya, Lu Liang Cwan dan yang lainnya tambah tidak menyukainya. Lu Liang Cwan mengangguk dengan sikap yang tenang, katanya.   "Baik..., baik..., jika engkau menantang aku seperti itu, aku Lu Liang, Cwan sama sekali tidak mengenal perkataan "Mundur"   Maka dari itu, aku menerima tantanganmu !"   Waktu itulah tampak Tok Cun Hoa sudah tidak sabar lagi, ia mengambil sikap mempersiapkan diri untuk melancarkan serangan.   Namun Lu Liang Cwan yang mengambil sikap tenang dan sabar, hanya berdiri ditempatnya sambil menantikan serangan yang akan dilancarkan oleh Tok Cun Hoa.   Ternyata Tok Cun Hoa hanya mengebutkan lengan baju kirinya.   Angin serangannya berseliwiran menyambar kearah Lu Liang Cwan.   Diwaktu itu, tampak Lu Liang Cwan mengelakkan diri dengan hanya memiringkan sedikit tubuhnya.   Tampak mereka mulai mengeluarkan sinkang masing2 untuk saling tindih.   Dalam keadaan demikian, tampaknya Lu Liang Cwan tidak memandang sebelah mata terhadap kepandaian Tok Cun Hoa, ia malah berkata.   "Kepandaianmu tampaknya tidak rendah mungkin disebabkan itu maka kau selalu berangasan dan tidak bisa berlaku sabar dan angkuh sekali....!"   Pertempuran telah terjadi antara Tok Cun Hoa dan Lu Liang Cwan.   Jarak mereka semakin dekat juga.   Lauw Cie Lan yang menyaksikan hal ini tidak berusaha untuk mencegah atau memisahkan mereka, justru ia juga tertarik sekali untuk melihat berapa tinggi kepandaian yang di miliki oleh Tok Cun Hoa, sehingga ia berlaku begitu sombong.   Diwaktu itu Ang Cit Kong berkata dengan suara yang mengejek .   "Hemmm, kali ini engkau bertemu dengan batu yang keras orang buruk....."   Dan sambii berkata begitu, Ang Cit Kong memperdengarkan suara tertawa- nya dengan cukup keras.   Sedangkan disaat itu, tampak Lu Liang Cwan mulai mengeluarkan kepandaian dan tenaga sinkangnya, ia juga menggerakkan kedua tangannya dengan gerakan yang lambat namun kuat, mengandung kekuatan yang bisa merubuhkan batu karang yang berukuran besar.   Cepat sekali, antara Lu Liang Cwan dan Tok Cun Hoa terlibat dalam himpitan dua kekuatan tenaga lwekang mereka, keduanya memang memiliki kepandaian yang tinggi, dengan sendirinya pertempuran diantara mereka berjalan cukup menegangkan.   Tok Cun Hoa melihat bahwa dirinya memang berada dibawah angin.   Selain memang kepandaiannya dibawah kepandaian Lu Liang Cwan juga kepandaian dari Lu Liang Cwan tampak-nya aneh sekali.   Disamping itu juga, Tok Cun Hoa, telah melakukan pertempuran yang cukup panjang dengan Ang Bian, membuat tenaganya banyak terkuras.   Dengan sendirinya, sekarang ia cukup lelah, dan itu merupakan suatu keuntungan buat Lu Liang Cwan.   Keadaan seperti ini, membuat Lu Liang Cwan semakin bersemangat melancarkan serangan.   Dalam waktu sekejab mata saja, tampak ia telah berhasil mendesak lawannya, membuat Tok Cun Hoa beberapa kali harus mengelakkan diri dengan melompat mundur.   Lu Liang Cwan terus menyerang tidak hentinya, kareaa ia melihat bahwa lawannya mulai terdesak, makin lama tenaga serangannya makin diperkuat dan ditambah, angin serangannya juga berkesiuran keras.   Sampai akhirnya suatu kali Tok Cun Hoa mengeluarkan suara seruan tertahan, karena tubuhnya terlanggar oleh tenaga sinkangnya Lu Liang Cwan dan ter-huyung2 mundur kebelakang.   Melihat keadaan seperti itu, Ang Cit Kong tertawa keras sambil menepuk2 kedua tangannya.   "Bagus...bagus ....!"   Teriaknya.   "Sekarang engkau baru rasakan betapa enaknya dihajar orang....!"   Muka Tok Cun Hoa jadi berobah mengandung hawa membunuh, karena diwaktu itu selain penasaran, ia juga tengah berang sekali, apalagi ia mendengar perkataan Ang Cit Kong. Lu Liang Cwan tersenyum sabar, katanya.   "Nah, sekarang bagaimana, apakah kau mengijinkan kami semuanya meninggalkan tempat ini ?"   Tok Cun Hoa tidak menyahuti, ia hanya berdiam diri sambil mengawasi kepada orang itu seorang demi seorang dan akhirnya ia menghela napas.   "Baiklah,"   Kata Tok Cun Hoa kemudian.   "Kalau memang demikian, pergilah kalian.... !"   Dan setelah berkata begitu, Tok Cun Hoa menghelakan napasnya berulang-ulang kali, karena rupanya kekalahannya ditangan Lu Liang Cwan membuat ia sangat masgul sekali. Diwaktu itu Ong Tiong Yang merangkapkan sepasang tangannya, katanya.   "Janganlah Locianpwe salah paham, kami sesungguhnva tidak memusuhi locianpwe, jika memang locianpwe tidak berlaku keras-keras kepada kami. Tentunya kami juga tidak akan berlaku kurang ajar seperti itu kepada locianpwe....!"   Tetapi Tok Cun Hoa hanya mengeluarkan suara "Hemmm!"   Saja, sambil mengebutkan lengan bajunya, memberikan isyarat agar orang2 tersebut berlalu.   Begitulah, Ang Bian ber-sama2 dengan Lu Liang Cwan, Ang Cit Kong, Lauw Cie Lan dan Ong Tiong Yang, telah berlalu dari rumah Tok Cun Hoa.   Tok Cun Hoa tidak berusaha untuk menahannya lagi, dia hanya memandangi saja kepergian orang2 itu.   Setelah semua orang itu lenyap dari pandangan matanya, dengan jengkel sekali.   Ia merupakan seorang tokoh persilatan yang mati2an telah melatih kepandaiannya, namun sekarang justeru kenyataan yang ada ia telah kena dirububkan oleh lawannya, dan juga telah diejek pulang-pergi oleh Ang Cit Kong.   Bukankah hal itu membuat dia sangat penasaran sekali? Sedangkan Lu Liang Cwan mengajak semua orang itu berlalu mengambil kearah barat.   Dan ia berkata dengan suara yang sabar.   "Sesungguhnya orang bermuka seperti tengkorak itu memiliki kepandaian yang tinggi sekali. Sayangnya ia memiliki sifat dan adat yang buruk......!"   Setelah berkata begitu, Lu Liang Cwan menghela napas -berulang kali sambil katanya lagi.   "Jika saja kalian tidak cepat2 meninggalkannya tentu ia bisa nekad dan mengadu jiwa. Orang dengan kepandaian yang begin tinggi dengan kenekatannya tentu membahayakan sekali.......!"   Setelah berkata begitu. Lu Liang Cwan menghela napas berulang kali. Ong Tiong Yang juga manghela napas.   "Memang. orang seperti itu sebetulnya harus dibuat sayang, karena dia memiliki kepandaian yang tinggi, sayangnya memiliki adat yang buruk. Sesungguhnya kami telah berusaba beberapa kali mengambil jalan mengalah namun ia selalu mendesak Ang Bian locianpwe sehingga pertempuran diantara mereka dalam keadaan demikian, seharusnya Tok Cun Hua Locianpwe itu menyadari jika saja kepandaiannya yang begitu tinggi dimanfaatkan untuk melakukan perbuatan baik, tentu ia akan memiliki banyak pahala, disamping banyak juga urusan yang tidak adil bisa diberesinya....!"   Begitulah mereka telah melakukan perjalanan ber- sama2.   Dan selama dalam perjalanan, Ang Cit Kong, Ong Tiong Yang dan Oey Yok Su, yang merupakan golongan muda, telah ber-cakap2 dengan akrab.   Tampaknya terdapat kecocokan diantara mereka satu dengan yang lainnya.   Sedangkan Ang Bian dengan Lu Liang Cwan, Lauw Cie Lan juga telah ber-cakap2 dengan gembira, sekali2 diselingi tertawa mereka.   Banyak masalah rimba persilatan yang mereka bicarakan.   Justru lewat cerita Ang Bian, Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan bisa mengetahui parkembangan dunia persilatan yang terakhir.   "Akhir2 ini justru telah muncul banyak sekali tokoh2 sakti dari kalangan hitam, mereka umumnya memiliki ilmu yang aneh-aneh dan sulit sekali utuk dilawan, inilah yang telah membuat dunia persilatan seperti muncul badai dan topan, banyak orang2 rimba persilatan bergelisah sekali........!"   Lauw Cie Lan telah mengiyakan, ia berkata.   "Aku justru telah beberapa kali bertemu dengan tokoh2 sakti yang aneh selama beberapa bulan ini, mereka memang memiliki adat yang buruk seperti halnya dengan Tok Cun Hoa itu, tetapi banyak yang memiliki kepandaian begitu tinggi, benar2 merupakan suatu tanda tanya buatku, karena memang aku tidak tahu dengan cara bagaimana mereka bisa memperoleh kepandaian begitu tinggi....!"   Dan setelah barkata begitu, Lauw Cie Lan, menghela napas dalam2.   la juga selama hidup, mengasingkan diri dipulau belasan tahun, ia tidak mengetahui lagi perkembangan dunia persilatan.   Dan sekarang ini, karena mendengar cerita dari Ang Bian, barulah ia mengetahui keadaan rimba persilatan yang akhir2 ini memang banyak bermunculan orang2 aliran hitam yang memiliki kepandaian sangat tinggi.   Sedangkan Ang Bian sendiri yang selalu mengenakan topeng pada mukanya, merupakan seorang tokoh aneh juga.   la memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi anehnya ia tak mau memperllhatkan mukanya kepada orang lain.   Setelah melakukan perjalanan bersama beberapa saat lamanya, akhirnya mereka berpisahan.   ---oo^TAH^0^DewiKZ^oo--- BAGIAN 54 WAKTU itu tampak Lu Liang Cwan telah berkata kepada Ang Bian.   "Jika memang kelak kita memiliki kesempatan, tentu pertemuan itu akan mengasyikan sekali, karena kita bisa ber-cakap2 sampai puas...!"   Ang Bian mengangguk.   "Ya, sayangnya sekarang ini aku dengan Ong Totiang tengah mengurus sebuah urusan ..... dengan demikian aku harus pergi melaksanakan persoalan tersebut bersama Ong Totiang, kami tidak bisa menemani kalian terlalu lama lagi....!"   Setelah berkata bergitu, Ang Bian merangkapkan sepasang tengannya. ia memberi hormat sambil katanya.   "Sampai disini saja kita berpisah"   Dangan perasaan berat, mereka telah berpisah.   Begitu juga halnya dengan Ang Cit Kong, ia tidak ikut dalam rombongan Ong Tiong Yang atau rombongannya Oey Yok Su, ia meneruskan perjalanannya sendiri....   Pengemis muda yang jenaka dan selalu memiliki sifat yang polos itu lebih senang melakukan perjalanan se orang diri.   ---oo^TAH^0^DewiKZ^oo--- Ang Bian telah mengajak Ong Tiong Yang kesebuah kuil, yang cukup besar dan terurus bersih.   "Kuil inilah tempat lawan2 kita berada....!"   Menjelaskan Ang Bian waktu mereka telah datang dekat dengan kuil.   Ong Tiong Yang mengawasi sekelilingnya, ia melihat bahwa kuil itu memang terurus dengan baik, dan juga dari dalam kuil tampak memancarkan sinarnya api penerangan, karena waktu itu menjelang malam hari.   Ong Tiong Yang menoleh kepada Ang Bian sambil tanyanya .   "Siapakah lawan2 kita itu? "   "Mereka adalah sepuluh orang hweshio....!"   Menjelaskan Ang Bian.   Ong Tiong Yang hanya mendengarkan saja, dan mereka telah tiba didepan pintu kuil yang tertutup rapat.   Pintu kuil itu berwarna merah, dan cukup angker dengan dikiri kanannya tampak dua ekor naga yang melingkari tiang tersebut.   Rupanya kuil ini memang dibangun dengan baik aekali clan juga terawat cukup rapih.   "Mereka merupakan pendeta2 yang memiliki kepandaian tinggi sekali ......!"   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Lanjut Ang Bian menjelaskan.   "Tetapi Ang Bian Locianpwe ..... apakah mereka kesepuluh pendeta itu merupakan orang2 yang mengambil jalan hitam penuh kejahatan?"   Ang Bian mengangguk.   "Mereka sebenarnya tidak jahat, tetapi justru mereka telah salah paham, dan menahan seorang sababatku ...... karena kepandaian kesepuluh pendeta itu memang tinggi, maka sahabatku itu tidak berdaya menghadapi mereka dan telah ditawan. Hampir satu kali aku mendatangi mereka, bertempur dengan kesepuluh pendeta tersebut, namun aku tidak berdaya mendobrak pintu pertahaaan mereka yang telah mengeroyok aku bersepuluh! Sekarang aku sengaja mengajak Ong Totiang, untuk bantu melunakan hati mereka, siapa tahu mereka mau membebaskan sahabatku itu atas kata2 Ong Totiang ........ tetapi jika memang mereka tetap tidak mau memberi muka kepada kita, apa boleh buat terpaksa kita harus mempergunakan kekerasan juga......!"   Setelah berkata begitu, Ang Bian mengulurkan tangannya, ia mengetuk pintu Kuil tersebut, dan berkata dengan suara yang nyaring.   "Cap Lo Sian Han (Sepuluh Arhad Sakti) ...... aku Ang Bian datang pergi berkunjung ........!"   Waktu berkata begitu suara Ang Bian nyaring sekali, karena ia berkata sambil menyalurkan tenaga sinkang pada suaranya, sehingga suaranya bergema nyaring dan dapat terdengar sejauh puluhan lie.   Saat itu, dari dalam kuil terdengar suara orang berseru perlahan, tidak lama kemudian pintu kuil telah terbuka, dan seorang hweshio muda yang telah membukakan pintu itu keluar dengan sikap ber-tanya2, iapun telah menegur .   "Apa maksud jiewie berdua berkunjung kekuil kami......!"   "Aku hendak bertemu dengan Gap Lo Sian Han tolong Siauw Suhu memberitahukan kepada mereka mengenai kedatangan kami....!"   Hwashio muda itu mengawasi Ang Bian sejenak, lalu Ong Tiong Yang juga dipandangi nya dengan sikap tidak senang, lalu mengangguk.   "Baiklah, kalian tunggu sebentar......!"   Dan setelah berkata begitu, pendeta muda tersebut menutup pintu kuil itu lagi. Ang Bian sambil menantikan munculnya ke sepuluh pendeta yang hendak dijumpainya itu telah menlaskan kepada Ong Tiong Yang.   "Kesepuluh pendeta yang bergelar Cap Lo Sian Han itu masing-masing disebut It Han, Jie Han, Sam Han, Sie Han, Go Han Liok Hao Peh Han, Kiu Han dan Cap Han. Mereka semuanya memiliki kepandaian yang tinggi dan tidak pernah mau menyerah kepada siapapun juga, selalu bertempur dengan maju bersama, karena memang dengan cara seperti itu, mereka bisa mempergunakan kepandaian istimewa, mengurung musuh agar tidak mungkin bisa meloloskan diri, karena mereka dapat bekerja sama dan menolongi kawan mereka yang terancam. Ong Tiong Yang menghela napas.   "Sesungguhnya didalam rimba persilatan memang terdapat banyak sekali orang2 pandai ....... dan juga merupakan hal yang terlalu seringkali terjadi, justru orang2 pandai seperti itu jadi lupa diri dan melakukan kejahatan......maka dari itu, dengan demikian dunia persilatan tidak pernah menjadi tenang, karena selalu timbul pergolakan......!"   Dan setelah berkata begitu, Ong Tiong Yang menghela napas lagi beberapa kali lalu menoleh ke arah Ang Bian sambil tanyanya.   "Sesunguhnya, siapakah sahabat locianpwe yang ditahan mereka?"   "Ia bernama Mie Tu dan she Ong. Kepandaiannya juga tidak dibawah kepandaianku... tetapi sayangnya ia tidak berhasil melolokkan diri dari kepungan kesepuluh pendeta tersebut, dengan demikian akhirnya ia berhasil ditawan!"   "Nanti kita juga akan menghadapi mereka itu dangan dikeroyok berpuluhan seperti itu?"   Tanya Ong Tiong Yang lagi sambil mengerutkan alisnya. Ang Bian mengangguk.   "Tapi... ! Apakah engkau merasa takut dan jeri berurusan dengan mereka?"   Tanya Ang Bian sambil mengawasi Ong Tiong Yang. Sedangkan Ong Tiong Yang menggeleng cepat, ia menyahuti.   "jika memang aku merasa genlar, tentunya Pinto tidak akan bersedia ikut dengan locianpwe. ..!"   Dan setelah berkata begitu, Ong Tiong Yang menghela napas dalam2, baru melanjutkan lagi perkataannya.   "Jika memang untuk keadilan dan kebenaran, tentu tidak ada yang dibuat jeri."   Ang Bian girang mendengar perkataan Ong Tiong Yang, ia mengangguk .   "Cepat....!"   Katanya.   "Jika memang Totiang memiliki pandangan seperti itu, tentu menggembirakan sekali. ..!"   Waktu itu pintu kuil telah terbuka lagi, dari dalam mucul sepuluh orang hweshio yang bertubuh tinggi besar. Mereka semuanya berusia diantara lima puluh tahun, sikap mereka juga berwibawa sekali.   "Ada urusan apakah Siecu datang pula ke mari?"   Tanya salah seorang diantara kesepuluh hweshio itu.   "Aku hendak meminta kepada para Taisu agar bersedia membebaskan sahabatku yang ditahan oleh kalian !"   Menyahuti Ang Bian. Hweshio itu tertawa sambil katanya.   "Hemmm, jika memang demikian halnya, rupanya Siecu masih belum bosan memperoleh kenyataan, bahwa permintaan Siecu ditolak oleh kami...!"   Ang Bian tersenyum.   "Bagaimanapun juga sahabat kami itu harus di bebaskan, karena itu aku telah melakukan perjalanan jauh untuk berkunjung kemari lagi.... !"   Tetapi pendeta itu memperlihatkan muka yang tidak senang, ia berkata .   "Pernah dulu kami membebaskan Siecu, agar Siecu tidak mengalami bahaya ditangan kami, tetapi kenyataannya Siecu telah kembali datang kemari bukankah hal ini akan mempersulit diri Siecu sendiri....?"   Ong Tiong Yang telah menyelak sambil menjura memberi hormat.   "Jika memang para Taisu tidak keberatan, Pinto ingin bicara sedikit....!"   "Silahkan,"   Kata hweshio itu.   "Sesungguhnya, ada keperluan apakah Taisu menahan sahabat dari Ang Bian Locianpwe?"   Muka hwesbio itu berubah dan katanya .   "Kami memiliki urusan tersendiri yang tidak bisa dicampuri oleh orang luar."   "Jika memang demikian halnya, tolong Taisu mengatakan saja, apakah Taisu bersedia membebaskan sahabat Ang Bian Locianpwe atau memang menolaknya?"   Pendeta tersebut mengawasi Ong Tiong Yang sejenak lamanya. kemudian baru berkata .   "Ia tapi urusan kami dengan Ong Mie Tu merupakan urusan yang harus karni selesaikan sendiri tidak akan kami ijinkan orang luar ikut mencampuri "   "Tetapi Taisu, alangkah baik dan bijaksana-nya jika saja Taisu mau menjelaskan kepada Ang Bian Locianpwe, urusan apakah sebenarnya yang terdapat antara Taisu dengan Ong Mie Tu Locianpwe?"   "Hemm, sesungguhnya ada se   Jilid kitab pusaka kami yang telah dicurinya, maka sebelum Ong Mie Tu mengembalikan kitab pelajaran silat yang menjadi pusaka kami itu, kami tidak akan membebaskannya...!"   Menyahuti pendeta tersebut setelah bimbang sejenak. Ang Bian tertawa dingin. katanya dengan nada mengandung perasaan tidak senang.   "Jika memang Taisu berkata begitu, itulah hanya fitnah belaka.... dan sama sekali tidak benar.... karena aku mengenal benar Ong Mie Tu seorang yang baik, tidak mungkin dia mencuri kitab pusaka milik orang lain.....!"   "Tetapi justru sababatmu itu telah mengakui bahwa ia yang mengambil kitab pusaka kami, dan ia mengatakan tidak sudi mengembalikan kepada kami...!"   Belum lagi Ong Tiong Yang selesai dengan perkataannya itu, justeru pendeta yang seorang ttu telah menyelak .   "Dan kami tidak bersedia jika orang luar ikut mencampuri urusan kami..... walaupun bagaimana kami tidak bersedia untuk membereskan urusan ini dengan campur tangan nya orang luar....!"   "Mengapa begitu?"   Tanya Ong Tiong Yang, ingin mengetahuinya.   "Siapapun tidak akan kami ijinkan untuk mencampuri urusan kami...!"   Menyahuti pendeta itu. Kecuali jika memang Ong Mie Tu bersedia mengembalikan kitab kami, dan membayar pulang kitab pusaka itu ketangan kami, barulah ia kami bebaskan tanpa orang luar yang perlu memintanya.....!"   Ong Tiong Yang menghela papas.   "Jika memang demikian halnya, tentu Taisu ingin mengartikan, babwa yang dikehendaki oleh Taisu adalah agar Ong Mie Tu mengembalikan kitab pusaka itu ketangan Taisu ?"   "Sungguh tepat.....!"   Kata pendeta tersebut.   "Dan jika memang memang Taisu bersedia untuk mempertemukan kami dengan Ong Mie Tu, mungkin juga Ang Bian Locianpwe bisa membujuknya agar ia mengembalikan kitab pusaka itu dengan demikian, bukankah berarti bahwa Taisu akan memperoleh kembali kitab pusaka itu......?"   "Tetapi kami telah bertekad, jika memang Ong Mie Tu belum mengembalikan kitab pusaka itu, kami tidak akan membebaskan-nya..!"   "Kalau memang Taisu berkeputusan seperti itu, tentunya Taisu bukan menghendaki jalan damai!"   Kata Ong Tiong Yang.   "Tetapi yang kami pentingkan kitab pusaka itu harus kembali ketangan kami, sebab jika kami mempertemukan kalian dengan Ong Mie Tu, kemungkinan ia akan menimbulkan kesulitan baru untuk kami.......!"   "Bagaimana jika Taisu mengajak Ang Bian Locianpwe untuk bertemu dengan Ong Mie Tu bukankah dengan demikian Ang Bian Locianpwe bisa membujuknya. Siapa tahu Ong Mie Tu mau memberi muka terang kepada Ang Bian Locianpwe, sehingga ia bersedia mengembalikan kitab pusaka itu....?"   "Hemmm....!"   Pendeta itu mendengus, tampaknya dia bimbang. Kemudian menoleh kepada sembilan orang kawannya, yang serentak telah menggelengkan kepalanya. Pendeta tersebut menghela napas.   "Seperti telah kalian lihat, adik2 seperguruanku tidak menyetujui jika aku mempertemukan Ang Bian Siecu dengan Ong Mie Tu....!"   Ang Bian sudah tidak sabar, ia bilang.   "Jika memang kalian tidak bisa diajak bicara dengan baik2, tentu aku tidak akan segan2 mempergunakan kekerasan untuk membebaskan Ong Mie Tu !"   Mendengar perkataan Ang Bian yang mengandung nada keras, pendeta itu tertawa tawar.   "Jika memang Siecu bermaksud mengambil jalan kekerasan seperti itu, kami juga tidak bisa melarangnya, tetapi yang pasti kami tentu tidak akin mengijinkan siapapun untuk membebaskan Ong Mie Tu sebelum ia ingin mengembalikan kitab pusaka kami....... itu memang telah menjadi keputusan kami bersama.......!"   Tampak Ang Bian yang memang sudah tak bisa menahan kesabarannya dan juga melihat bahwa tidak adit jalan lain untuk menyelesai kan urusan ini, telah ber- siap2 untuk melancarkan serangan.   Sepuluh orang Hweshio itu yang melihat keadaan seperti ini, jadi ber-siap2 juga.   Malah mereka telah memencarkan diri urtuk mengurung Ong Tiong Yang dan Ang Bian.   Melihat gelagat, kurang baik seperti itu Ong Tiong Yang jadi menghela napas, katanya.   "Jika memang begitu sikap Taisu, tentu sulit sekali dielakkan pertempuran diantara kita."   "Walaupun harus menghadapi kalian berdua, hal itu bukan halangan buat kami, yang terutama adalah kami bisa menjaga sebaik mungkin agar Ong Mie Tu, tidak menimbulkan kesulitan baru buat kami jika memang dia belum mengembalikan kitab pusaka kami...!"   "Baiklah,"   Kata, Ang Bian......   "Kalian ber-siap2 lah...!"   Dan Ang Bian selesai berkata begitu segera menggerakkan kedua tangannya.   Dari telapak tangannya berkesiuran angin yang kuat, menunjukkan bahwa Ang Bian telah mempergunakan sinkang tingkat tinggi.   Diantara kesepuluh-pendeta itu, It Han dan Jie Han merupakan pendeta yang paling tua usianya diantara hweshio2 yang lainnya.   Mereka berdua juga merupakan pimpinan barisan sute2 mereka Maka itu melibat bahwa Ang Biaa telah membuka serangan dengan tenaga sinkang seperti itu, mereka berseru nyaring menyebutkan pintu mana yang harus diduduki oleh saudara2 seperguruan mereka.   Pintu yang dlmaksudkam itu adalah pintu kedudukan dari aturan Patkwa.   Dengan demikian, mereka telah ber-gerak2 menuruti cara Pat-kwa dan dalam waktu sekejab mata saja, mareka telah ber-kelebat2 untuk mengurung Ong Tiong Yang dan Ang Bian.   Dengan cara seperti ini, tampak Ang Bian tidak pernah berhasil untuk menindih tenaga serangan yang dilancarkan kesepuluh pendeta itu, malah tampaknya Ang Bian telah terdesak sedikit demi sedikit.   Hanya Ong Tiong Yang masih berdiam diri tidak diserang oleh kesepuluh pendeta tersebut, karena mereka tampaknya tidak mau melancarkan serangan kepada orang yang tidak manyerang mereka.   ....dalam waktu sekejab mata saja, mereka telah berkelebat-kelebat untuk mengurung Ang Bian dan Ong Tiong Yang.   Sedangkan Ang Bian yang menerjang kuat, tetah memperoleh perlawanan yang gigih.   Semakin kuat tenaga sinkang yang dipergunakan, semakin kuat daya tahan kepungan sepuluh pendeta tersebut.   Hal ini membuat Ang Bian semakin lama.   semakin penasaran dan akhirnya telah mengeluarkan suara seruan yang nyaring.   "Jika memang kalian tidak mau membebaskan Ong Mie Tu, aku akan mengadu jiwa dengan kalian...! "   It Han telah menyahuti .   "Kami tidak pernah hendak mencelekai orang yang tidak memiliki kcsalahan apa2 pada kami, tetapi jika memang engkau berusaha untuk menyerang dan menentang kami, terpaksa kami juga. tidak bisa berbuat apa2 selain melayani kalian....!"   Dan setelah berkata begitu, It Han telah membuka serangan dan, setiap serargannya itu memang memiliki tenaga sinkang ti4ak berada disebelah bawah tenaga sinkang Ang Bian.   Dalam sakejap mata saja, mereka telah tertibat dalam pertempuran yang seru, dan juga mereka tampaknya mulai tidak segan2 untuk mengeluarkan kepandaian mereka yang tertinggi dan merupakan ilmu simpanan.   Ong Tiong Yang melihat bahwa pertempuran seperti itu, akan mecugikan pihak Ang Bian, maka ia telah bersrru.   "Hentikan.... Pinto, hendak bicara dulu !"   Ang, Bian yang memperoleh kenyataan dirinya akan tetap terkepung tanpa berdaya untuk mendobrak kepungan itu berusaha untuk melompat mundur.   Dan It Han bersama dengan saudara seperguruannya juga telah membuka kepungan mereka.   ---oo^TAH^0^DewiKZ^oo--- BAGIAN 55 ONG TIONG YANG berkata.   "Dengarlah para Taisu ...... kalian memiliki jumlah yang banyak, dan kami hanya berdua, apakah Taisu tidak takut kalau2 nanti ditertawakan oleh orang2 rimba persilatan dengan perbuatan Taisu pada kami itu ?"   "Hemmm, kami memang telah biasa bertempur ber- sama2 walaupun musuh berjumlah banyak atau sedikit. Jika memang kalian ingin menambah jumlah, silahkan, walaupun, tiga puluh orang jumlah kalian, kami tetap hanya akan melayaninya bersepuluh!"   Apa yang dikatakan oleh It Han memang benar, walaupun para pendeta itu menghadapi jumlah lawan yang jauh lebih besar dari mereka, tetap mereka melayaninya dengan bersepuluh saja.   Ong Tiong Yang juga menyadarinya bahwa It Han berkata benar, maka dari itu, ia tidak memiliki alasan untuk menyerang pendeta itu dengan kata-katanya.   Disaat itu Ang Bian telah mendengus sambil berkata .   "Jika memang para Taisu tidak bersedia untuk meluluskan permintaan kami agar pertemuan kami dengan Ong Mie Tu terpaksa kami berlaku kurang ajar ......!"   It Han mengawasi Ong Tiong Yang dan Ang Bian dengan bergantian, sampai akhirnya ia berkata.   "Baiklah.... aku akan mempertimbangkan permintaanmu itu, tetapi perlu diketahui, dulu engkau pernah datang menemui kami dengan bertopeng merah itu, dan sekarang engkaupun datang dengan menutupi muka dengan pergunakan topeng merah seperti itu...! Jika memang engkau mau memperlihatkan wajahmu kepada kami, maka kami akan mempertimbangkan permintaan Siecu untuk bertemu dengan Ong Mie Tu"   "Mengapa begitu?"   Tanya Ong Tiong Yang cepat.   "Selama selama Siecu itu berlaku licik dengan bersembunyi-sembunyi seperti itu, bagaimana kami bisa mempercayai penuh padanya..... ?"   "Lalu maksud Taisu ?"   "Jika memang Siecu itu berlaku terbuka dan berterang pada kami, tanpa menutupi wajahnya dengan topeng merahnya tersebut, kami akan memikirkan permintaannya, untuk mempertemukan langsung dengan Ong Mie Tu...! Ang Bian justru mendengar syarat tersebut dengan hati yang bimbang. Ia berdiam diri saja Sedangkan Ong Tiong Yang telah menoleh kepada Ang Bian, lalu tanyanya.   "Bagaimana Locianpwe?"   Ang Bian memperdengarkan suara "Hemm,"   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Kemudian katanya .   "Jika memang itu permintaan kalian, maafkan, aku tidak bisa memenuhi....!"   "Nah Totiang lihat !"   Kata It Han cepat.   "Sedangkan permintaan kami untuk melihat wajahnya saja tidak dipenuhi, bagaimana kami bisa memenuhi permintaannya ?"   Ong Tiong Yang menghela napas, lalu katanya kepada Ang Bian "Locianpwe, lebih bijaksana, jika memang Lociaopwe memenuhi permintaan mereka....!"   Ang Bian hanya memperdengarkan suara "Hemmm."   Saja, ia tidak menyahuti sepatah perkataanpun juga. It Han dan .Jie Han telah memperdengarkan suara tertawa mereka, seperti mengejek. lalu tanyanya kepada Ang Bian.   "Bagaimana?"   Tanya It Han "Apakah engkau bersedia memenuhi permintaan kami?"   Ang Bian benar2 bimbang.   Permintaan pendeta2 tersebut memang cukup pantas, dan jika ia tidak bersedia membuka topeng merahnya, bagaimana pula ia bisa memaksakan keinginannya untuk bertemu dengan Ong Mie Tu? Bukankah hal itu berat sebelah? Karena berpikir begitu.   Akhirnya ia berkata.   "Baiklah aku menolak permintaan, kalian untuk membuka topeng merah ini dari mukaku, Akupun tidak akan mendesak kalian mempertemukan aku dengan Ong Mie Tu, cukup jika kalian pergi memberitahukan pada Ong Mie Tu, mengenai kedatanganku, dan tanyakan apakah ia memang benar2 mengambil kitab pusaka itu. Katakan juga padanya, hal itu ingin kuketahui benar.... !" . Mendengar jawaban Ang Bian, It Han tertawa.   "Sudah Pinceng katakan, ia mengakui perbuatanuya itu, dan memang dia tidak bersedia untuk mengembalikannya. Untuk apa menanyakannya lagi.... !"   "Persoalannya lain jika memang kalian mengatakan pertanyaan itu diajukan olehku dan juga menghendaki kejujurannya apakah ia mengambil atau tidak kitab tersebut karena bisa saja terjadi dihadapan kalian ia mengakui telah mengambil kitab pusaka kalian, karena ia mendongkol kalian telah memfitnahnya. Maka dia hanya mengiyakan saja dan hendak mempermainkan kalian. Sekarang pergilah salah seorang diantara kalian menanyakan padanya, katakan aku yang menghendaki jawabannya yang jujur, apakah ia benar mengambil kitab pusaka itu atau memang ia hanya berdusta !"   It Hin dan kesembilan saudara seperguruannya telah saling pandang, sampai akhirnya mereka saling mengangguk.   Maka It Han, memutar tubuhnya.   Ia telah melangkah masuk kedalam kuil.   Sedangkan kesembilan pendeta lainnya, Jie Han, Sam Han, Sie Han, Go Han, Liok Han, Cit Han, Peh Han dan Kiu Han maupun Cap Han telah mengambil sikap mengepung, bersiap sedia, karena sembarang waktu jika memang Ang Bian melakukan gerakan yang mencurigakan, mereka akan segera mengepungnya kembali.   Cukup lama It Han pergi kedalam kuil sampai akhirnya ia telah muncul kembali.   Baru saja kakinya melangkah keluar dari pintu kuil ia telah berkata.   "Ia memang mengakui kitab pusaka itu telah diambilnya......! Dan iapun mengatakan hendak bicara langsung danganmu Siecu, untuk mengutarakan sesuatu.....!"   "Hemm, jadi Taisu mengijinkan kami bertemu?"   Tanya Ang Bian. It Han menggelengkan kepalanya perlahan sambil katanya.   "Tidak, selain jika Siecu mau membuka topeng merah itu dari muka Siecu maka kami akan mempersilahkan engkau bertemu dengannya...!"   Waktu itu Ang Bian berdiri bimbang, Ong Tiong Yang mendesak-nya.   "Sudahlah Locianpwe, engkau penuhi saja permintaan para Taisu itu !"   Ang Bian sejenak, berdiri bimbang, namun akhirnya mengangguk sambil katanya.   "Baiklah.."   Dan kedua tangannya telah diulurkan untuk membuka topeng merah yang menutupi wajahnya.   ---oo^TAH^0^DewiKZ^oo--- Disaat itu dari arah selatan telah berlari sesosok tubuh dengan gerakan yang cepat sekali.   Gerakan orang itu lincah dan gesit, dalam sekejab mata telah tiba didepan kuil itu, sambil mengeluarkan suara bentakan .   "Kebetulan para keledai gundul....aku akan membalas sakit hati ayahku yang telah ditahan oleh kalian......!"   Waktu semua mata memandang pada sosok tubuh itu, tidak lain hanya seorang gadis berusia dua puluh tahun, memakai baju warna hijau dan berangkin merah.   Wajahnya cantik dan menarik sekali dengan sepasang alis yang melengkung bagaikan bulan-sabit dan bibir yang kecil mungil.   Dia mencekal sebatang pedang ditangan kanannya dan telah memandang kepada It Han dan pendeta lainnya dengan , sorot mata yang tajam.   Ang Bian jadi batal membuka topeng merahnya, ia telah berkata dengan suara girang.   "Aha, kiranya Ong Siocia (nona Ong)...."   Dan ia memapaknya. Gadis itu waktu melibat Ang Bian, jadi tersenyum juga.   "Ang Bian Lopeh (paman Ang Bian engkau berada disini juga?"   Tanyanya. Ang Bian mengangguk.   "Ya, untuk menolongi ayahmu..."   "Terima kasih Ang Bian Lopeh akupun datang .... hendak membalaskan sakit hati ayahku...!"   "Tetapi nona Ong, kepandaianmu masih berada dibawah kepandaian para pendeta jahat ini, biarlah aku saja yang berurusan dengan mereka!"   "Biarlah Ang Bian Lopeh, aku akan mempertaruhkan jiwaku untuk membela ayahku..!"   Dan sambil berkata begitu, Ong Siocia telah membolang balingkan pedangnya, ber-siap2 hendak, melancarkan serangan kepada kesepuluh pendeta tersebut. Namun Ang Bian cepat sekali dapat mencegahnya, ia melompat kedepan sigadis dan mencekal tangannya.   "Jangan berlaku ceroboh !"   Kata Ang Bian.   "Jika memang engkau ingin ikut serta membebaskan ayahmu, maka kelak saja.... biarkan saja aku dulu yang mengurusnya !"   Si gadis tampaknya bimbang, namun akhir nya ia mau juga menuruti cegahan Ang Bian. Waktu itu It Han sambil memperdengarkan suara tertawa mengejek, telah bertanya.   "Bagaimana, apakah Siecu memenuhi permintaan kami ?"   Ang Bian menggeleng.   "Tidak!, biarlah aku berusaha membuka kepungan kalian. Kita mengadakan perjanjian, jika memang aku berhasil menerobos keluar dari kepungan kalian aku menang dan memiliki hak ku untuk bertemu dengan Ong Mie Tu. Apakah kalian menyetujuinya?"   It Han bimbang, tetapi Sam Han tetah mengiyakan dengan cepat.   "Boleh... boleh saja...!"   Kata Sam Han.   "Jika memang engkau benar2 bisa menerobos keluar dari kepungan kami, engkau akan kami ijinkan untuk bertemu dengan Ong Mio Tu...!"   Ang Bian jadi terbangun semangatnya ia menoleh kepada Ong Tiong Yang dan si gadis she Ong itu meminta mereka agar menyingkir kepinggir.   Ong Tiong Yang menghela napas dan telah menuruti permintaan Ang Bian.   Begitu juga si gadis she Ong itu.   Ang Bian telah mulai melompat kesana kemari menerjang kesepuluh pendeta tersebut juga telah mengurung diri Ang Bian dengan ketat.   Kesepuluh pendeta tersebut bisa bekerja sama dengan baik, mereka telah berhasil membuat Ang Bian selalu terkurung dalam barisan mereka.   Karena setiap kali diantara salah seorang dari mereka tengah diserang oleh Ang Bian, maka yang lainnya segera melancarkan serangan kepada Ang Bian.   Dengan demikian telah membuat Ang Bian jadi sibuk sekali untuk mengelakkan diri.   Jurus demi jurus telah lewat dan selama itu Ang Bian tidak bisa menerobos keluar dari kepungan para pendeta tersebut.   Tampak It Han dan Jie Han selalu memberikan petunjuk kepada saudara2 seperguruan mereka, pintu2 mana yang harus mereka duduki.   Dengan demikian, membuat Ang Bian selalu terkepung rapat sekali.   Selama Ang Bian bertempur dengan kesepuluh pendeta tersebut, tampak si gadis she Ong telah menoleh memandangi Ong Tiong Yang dan bertanya dengan suara ingin mengetahui .   "Sesungguhnya siapakah adanya Totiang....... apakah Totiang datang bersama dengan Ang Bian Lopeh untuk menolongi ayahku ?"   Ong Tiong Yang segera memperkenalkan namanya dan telah membenarkan pertanyaan si gadis.   "Terima kasih atas maksud baik Totiang!"   Ia berkata kemudian, sambil menjura kepada Ong Tiong Yang. Ong Tiong Yang jadi sibuk membalasnya.   "Jangan banyak peradatan seperti itu nona, dalam hal ini memang Pinto hanya bersedia membantu Ang Bian Locianpwe untuk menyelesaikan urusan yang benar !"   Si gadis she Ong itu mengiyakan, dan ia menghela napas, wajahnya yang cantik itu kemudian berobah jadi muram, dan katanya.   "Jika memang demikian halnya, tentunya Totiang telah mengalami kesulitan dari kesepuluh pendeta itu, bukan?"   "Ya, memang persoalannya tidak mudah diselesaikan...! Sayang sekali dipihak para pendeta tersebut tidak ada pengertian untuk memberikan kesempatan pada kau bertemu langsung dengan Ong Mie Tu Locianpwe.... dan juga juga .... Ang Bian Locianpwe tampaknya memilki suatu keberatan untuk membuka topeng mukanya itu....!"   "Mengapa begitu?"   Tanya sigadis heran.   "Kalau memang Ang Bian Locianpwe bersedia membuka topeng merahnya tersebut. maka para pendeta itu akan mengijinkan kami bertemu dengan Ong Mie To Locianpwe.... tetapi sayangnya Ang Bian Locianpwe seperti memiliki suatu kesulitan, sehingga ia tidak bersedia membuka topengnya itu !"   Dan setelah berkata begitu Ong Tiong Yang menghela nafas dalam- dalam lalu mengawasi jalannya pertempuran.   Ang Bian saat itu tengah sibuk sekait melayani serangan2 para pendeta itu yang kian lama, kian gencar dan kuat.   Para pendeta ttu, juga memiliki kerja sama yang baik sekali, karena mewang mereka rupanya telah cukup matang melatih ilmu silat mereka secara teratur dan bersama-sama.   Sedangkan sinkang mereka juga rata2 sangat tinggi tidak berada disebelah bawah dari sinkang yang dimiliki Ang Bian.   tulah sebabnya, semakin lama Ang Bian jadi semakin terdesak hebat.   Suatu kali, bahu Ang Bian terkena serangan kepalan tangan Sie Han, dimana tampak tubuh Ang Bian terhuyung akan rubuh.   Tetapi karena tenaga sinkang Ang Bian sangat tinggi maka dengan sendirinya ia bisa mempertahankan kuda2 kedua kakinya.   Namun Sie Han dan Cit Han telah menerjang lagi sambil menggerakkan tangan mereka, memaksa Ang Bian harus melompat mundur mengelakkan diri.   Jika tidak, tentu ia akan terserang lagi.   Belum sampai ia berdiri tetap dirinya telah diincar oleh tangan Go Han dan Liok Han yang akan mencengkeram pinggang dan juga bahunya, terpaksa Ang Bian berkelebat kesana kemari dengan cepat.   Dalam keadaan seperti ini, Ong Tiong Yang tidak bisa berdiam diri.   Walaupun ia memiliki kepandaian yang berada dibawah Ang Bian namun se-tidak2aya tentu saja bantuan yang di berikannya akan memiliki arti yang besar buat Ang Bian.   Dengan menjejakkan kedua kakinya, tampak Ong Tiong Yang melompat ketengah udara dan tubuhnya meluncur kedalam lingkaran pertempuran tersebut.   Gerakannya gesit, bergerak meluncur turun Ong Tiong Yang mengebutkan Hudtimnya Gerakan yang dilakukan Ong Tiong Yang rupanya mengejutkan kesepuluh pendeta tersebut, karena Ong Tiong Yang menerjang dari bagian atas.   Dan tanpa disengaja, justru Ong Tiong Yang jadi mengetahui bahwa bagian terlemah dari pendeta2 tersebut adalah bagian atas kepala mereka.   Penjagaan mereka untuk bagian bawah mulai dari bahu sampai kekaki sangat kuat, tapi justru penjagaan mereka dibagian atas agak lemah.   Melihat ini, Ong Tiong Yang yang cerdas sekali telah berteriak.   "Ang Bian Locianpwe, serang bagian atas sambil melompat....!" ---oo^TAH^0^DewiKZ^oo--- BAGIAN 56 .   Jilid 19.1 SESUNGGUHNYA Ang Bian juga telah melihat kelemahan kesepuluh pendeta itu, sebab waktu tubuh Ong Tiong Yang meluncur turun sambil melancarkan serangan kepada mereka, para pendeta tersebut memperlihat sikap yang gugup.   Dalam keadaan demikian membuat Ang Bian mengetahui kelemahan lawan2-nya tersebut.   Apa lagi mendengar teriakan Ong Tiong Yang, maka Ang Bian segera menjejakkan kakinya, tubuh-nya melompat ketengah udara dan sambil melayang seperti itu, ia menggerakkan kedua.   tangannya bermaksud menghantam kepala Sie Han dan Liok Han.   Sie Han dun Liok Han cepat2 mengelak, tetapi mereka justru berada dalam keduukan yang lemah, karena mereka harus melompat mundur, dengan demikian pintu yang mereka pertahankan bisa jebol.   Kedudukan ilmu mengepung mereka menurut cara Pat-kwa, jika sampai salah satu kedudukan berhasil diterobos, maka lawan mereka dengan leluasa bisa menerobos keluar dari kepungan.   Kalau sampai Ang Bian berhasil dengan terobosannya itu, tentu akan membuat ia jadi muncul sebagai pemenang.   Bukankah telah diadakan perjanjian diantara mereka, jika memang Ang Bian berhasil menerobos keluar dari kepungan para pendeta tersebut, berarti It Han dan saudara2 seperguruannya harus memenuhi tuntutan Ang Bian, yang hendak bertemu muka dengan Ong Mie Tu.   Karena itu, It Han dan pendeta2 lainnya jadi sibuk untuk menggeser kedudukan mereka guna menutup lubang yang terdapat pada kedudukan Sie Han dan Liok Han.   It Han bersama sute2nya bergerak sangat cepat sekali, dimana mereka telah berhasil menyusun kedudukan mereka sehingga menjadi pulih kembali.   Namun Ang Bian yang telah mengetahui kelemahan dari kesepuluh pendeta tersebut, selalu melancarkan gempuran kearah atas, dengan disertai juga tubuhnya yang melompat ketengah udara.   Gerakan yang dilakukannya selalu membuat kesepuluh pendeta tersebut berulang kali panik hampir saja kurungan mereka itu bisa dipatah kan oleh Ang Bian.   Sejurus demi seiurus dia membuat barisan It Han semakin kacau.   Ong Tiong Yang yang menceburkan didalam pertempuran tersebut juga tak tinggal diam karena ia telah melakukan banyak sekali serangan dengan mempergunakan Hudtimnya.   Bulu2 Hudtimnya telah menjadi kaku bagaikan baja untuk melakukan totokan pada jalan darah ditubuh pendeta itu.   Cepat sekali telah lewat belasan jurus, dan It Han bersepuluh jadi kelabakan juga karena semakin lama mereka semakin terdesak.   Hal ini disebabkan kedua orang lawaa mereka yang cerdik ini selalu mempergunakan kesempaatan untuk menerobos ke- bagian2 terlemah dari barisan It Han.   Tetapi walaupun demikian.   It Han bukan seorang yang lemah dan cepat menyerah dengan keadaan.   Bebecapa kali ia berteriak memberikan petunjuk kepada sembilan orang saudara seperguruannya, sehingga mereka selalu merobah kedudukan mereka.   Dengan, demikian mereka masih tetap berhasil mengepung Ong Tiong Yang dan Ang Bian dengan rapat.   It Han dan sembiian orang pendeta lawan nya kian lama kian merasa berat tertindih oleh tenaga lawannya.   Karena dengan diserang bagian atas mereka, yang merupakan bagian yang terlemah, maka para pendeta tersebut sibuk sekali menghadapi serangan2 Ang Bian yang di bantu oleh kebutan!, bulu-bulu hudtim Ong Tiong Yang.   It Han juga jang menyesali mengapa dulu dulu ia tidak berusaha menutupi kelemahannya tersebut, agar dapat menambalkan kelemahannya sewaktu-waktu menghadapi lawan2nya, walaupun lawan2nya menyerang bagian atas mereka.   Tetapi karena keadaan telah berubah demikian, membuat It Han tidak bisa berpikir banyak, ia harus mengambil keputusan dengan cepat.   Beberapa kali ia berusaha untuk mendesak Ong Tiong Yang dan Ang Bian, walaupnn desakannya itu tidak memberikan hasil yang memuaskan, tetapi bisa memperlambat kedua orang itu melancarkan serangan dibagian atas kepala mereka.   Ang Bian diam2 jadi girang dalam hatinya waktu melihat keadaan seperti ini.   Mereka memang telah menang diatas angin, karena It Han dan sembilan saudara seperguruannya berulang kali berhasil mereka desak dan dibuat panik.   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      It Han sendiri menyadari, paling tidak mereka hanya bisa bertahan sampai, tiga puluh jurus lagi, selewatnya itu, kemungkinan kepungan mereka akan berhasil dipukul oleh Ang Bian dan Ong Tiong Yang.   Karena itu, It Han berusaha mencari jalan agar bisa menghadapi terus Ong Tiong Yang dan Ang Bian, beberapa kali ia telah memberikan petunjuk kepada adik2 seperguruannya.   Gerakan2 dari orang yang tengah bertempur itu semakin lama jadi semakin cepat.   Di samping itu, Ang Bian juga kian bersemangat saja.   Si gadis she Ong telah berdiri diluar gelanggang sambil memperhatikan jalanrya pertempuran tersebut, karena ia sangat tertarik sekali untuk menyaksikan jalannya pertampuran itu, dimana ia melihat orang2 yang tengah bertempur itu merupakan jago2 rimba persilatan yang memiliki kepandaian sangat tinggi dan aneh.   Gadis she Ong itu memang puteri tunggal Ong Mie Tu, ia datang sebetulnya dengan nekad untuk mengadu jiwa dengan It Han bersepuluh, karena ia hendak menolongi ayahnya.   Sekarang kabetulan sekali ada Ang Bian dan Ong Tiong Yang yang datang hendak menolongi ayahnya, maka ia jadi girang bukan main disamping berterima kasih, diam2 dia juga ber-doa agar Ong Tiong Yang dan Ang Bian bisa memperoleh kemenangan, walaupun dengan hanya menerobos keluar dari kepungan barisan para pendeta itu.   Dengan demikian jelas akan membuat para pendeta itu harus mengijinkan mereka menemui Ong MieTu.   Per-lahan2 tampak betapa barisan It Han semakin lemah penjagaannya, walaupun mereka, merupakan jago2 yang memiliki kepandaian yang cukup tinggi dan juga memiliki sinkang tidak berada dibawah Ang Bian, namun dengan kacaunya barisan pengepungan tersebut, membuat It Han bersepulah jadi panik.   Karena itu mereka berusaha untuk melancarkan desakan yang lebih ketat, agar lawan2-nya tidak berhasil menerobos dari kepungan.   Hanya itu yang bisa dilakukannya, karena memang It Han bersepuluh sekarang tidak mengharapkan lagi untuk dapat merubuhkan kedua orang lawannya, asal mereka bisa mempertahankan diri pada barisan yang tetap tidak terpecahkan bal ltu telah lebih dari cukup buat mereka.......   Karena itu, It Han akhirnya memberikan perintah kepada sembilan saudara seperguruan-nya, agar segera membentuk barisan yang lebih rapat dan menyusutkan ruang geraknya.   Dangan cara seperti ini, Ang Bian dibatasi ruang geraknya, sehingga Ang Bian maupun Ong Tiong Yang tidak bisa sering2 melompat keatas melancarkan gempuran lagi kepada pendeta ter-sebut.   Desakan yang dilakukan barisan It Han merupakan desakan yang agak membingungkan Ang Bian dan Ong Tiong Yang, karena mereka melihatnya bahwa It Han dan yang lainnya semakin mengepung dengan rapat.   Mempergunakan cara bertanding dengan lingkaran pengepungan yang semakin mengecil itu, membuat Ang Ban dan Ong Tiong Yang tidak bisa bergerak leluasa.   Hal ini membuat Ong Tiong Yang beberapa kali telah memutar otak.   Ia melihat lawan2-nya telah mengetahui kelemahannya sendiri dan berusaha menutupi kelemahannya itu.   Keadaan seperti ini akhirnya memaksa Ong Tiong Yang harus memutar Hudtimnya dengan mengerahkan seluruh kekuatan sinkangnya.   Ang Bian sendiri beberapa kali berusaha mempergunakan kekerasan untuk mendesak It Han dan pendetal lainnya.   Namun kenyataannya usaha Ang Bian tidak pernah berhasil.   Karena itu, tampak Ang Bian merobah cara bertempurnya.   Jika semula ia menyerang mempergunakan kekerasan, dia sekarang justru mempergunakan tipu mempergunakan lunak untuk mendesak yang keras.   Keadaan seperti ini jadi membingungkan It Han bersepuluh, karena justru setiap tinju dan tendangan yang dilancarkan Ang Bian tidak pernah bisa diduga arah sasarannya.   Sejurus demi sejurus telah lewat, tanpa terasa lagi telah dua puluh lima jurus yang dilewati.   Selama itu mereka tetap masih belum bisa melancarkan desakan yang lebih kuat untuk memecahkan barisan It Han beramai.   Tetapi begitu juga It Han dengan saudara2 seperguruannya sama sekali belum bisa merubuhkan Ang Bian dan Ong Tiong Yang.   Jika pertempuran semacam ini berlangsung lebih lama lagi tentu akan membuat It Han dan saudara seperguruan lainnya akan memperoleh angin, karena Ang Bian mau pun Ong Tiong Yang akhirnya akan lelah sendirinya.   Sedangkan It Han bersepuluh yang menghadapi lawannya secara bergantian seperti itu bisa memelihara kekuatan mereka agar tidak mudah letih.   Itulah suatu keuntungan yang tidak kecil buat It Han bersepuluh.   Sedangkan Ong Tiong Yang dan juga Ang Bian menyadari hal itu, karena mereka telah melihat bahwa It Han bersepuluh melancarkan serangan kepada mereka dengan cara mengukur waktu.   Tidak ada jalan lain buat Ang Bian dan Ong Tiong Yang selain mendesak lebih kuat kepada lawan2nya.   Mereka terlibat dalam pertandingan yang tidak seimbang, apalagi akhir2 ini kesempatan untuk melancarkan desakan pada bagian terlemah dari It Han bersepuluh tidak ada, memaksa Ang Bian dan Ong Tiong Yang hanya bisa bertahan diri saja.   "Ong totiang, mari kita membuka jalan keluar dengan kekerasan ...!"   Teriak Ang Bian dan ia telah memunggungi punggung Ong Tiong Yang.   Dengan cara demikian, mereka bisa saling tolong menolong untuk menghadapi lawan mereka.   Dan juga tangan mereka tidak henti2nya bergerak memunahkan serangan lawan dan balas menyerang.   Dalam hal membicarakan jumlah, It Han memang menang diatas angin, karena mereka bekerja sama, menghemat tenaga.   Mereka tidak mungkin cepat letih, tetapi berbeda dencan Ong Tiong Yang dan Ang Bian, semakin lama mereka jadi semakin lelah, karena tenaga mereka seperti juga terkuras keluar sebagian besar.   Dengan demikian membuat Ang Bian dan 0ng Tiong Yang bergelisah sekali.   Begitu juga nona Ong itu, semakin lama jadi semakin kuatir menyaksikan Ang Bian dan Ong Tiong Yang berada dalam kepungan yang kian rapat oleh sepuluh pendeta tersebut, dimana tampak It Han beramai memang telah menang diatas angin.   "Ong Totiang....!"   Seru Ang Bian.   "Dengan cara demikian dulu mereka mengepung diriku, dan sekarang mereka mempergunakan cara yang sama, sehingga membuat kita tidak berdaya apa2 untuk menghadapi mereka.... atau memang kita perlu membuka jalan darah dengan kekerasan?"    Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong Keris Pusaka Nagapasung Karya Kho Ping Hoo Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying

Cari Blog Ini