Pertikaian Tokoh Persilatan 3
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 3
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung "Tidak bisa Sienie.......kami sudah tidak mungkin berpisah.......!" Niekouw itu tertawa-sinis. "Jadi engkau menolak permintaanku ?" Tanya niekouw itu. "Ya .........!" "Jika engkau menolak, berarti aku harus mengambilnya dengan kekerasan...!" Mata Oey Han jadi berobah bersinar terang, hatinya mendongkol sekali. "Sienie, aku menghormatimu sebagai seorang pendeta suci yang tentunya tidak akan melakukan hal2 yang tidak pantas........" Kata Oey Han. "Aku memang tidak akan melakukan hal-hal yang tidak pantas, tetapi justru aku hendak mendidik kedua orang puterimu itu......" "Tidak sienie, aku tidak bersedia mengabulkan permintaanmu...!" Kata Oey Han. "Baiklah jika memang begitu...!" Dan setelah berkata begitu, niekouw ini mengibaskan hudtimirya. "Wutt.......!" Bulu hudtim itu menghantam dada Oey Han, menyebabkan lelaki ini terhuyung mundur dan memuntahkan darah sebagai Niekouw itu, Tok Han Sienie telah tersenyum mengejek. "Sekali lagi engkau mengatakan tidak bisa mengabulkan permintaanku, dan sekali saja aku mengibaskan hudtimku ini, maka disaat itu jiwamu akan melayang tidak terampuni lagi...!" Kata niekouw itu. Muka Oey Han jadi pucat pasi, sedangkan Oey Yok Su jadi terkejut melihat peristiwa yang menimpah ayahnya, dia, menghampiri ayahnya sambil memegangi kedua tangan orang tuanya, dia berkata . "Kenapa kau ayah ?". "Niekouw itu.... niekouw itu....! jahat sekali..... dia telah melukai aku...!" Menjelaskan Oey Han. "Hei pendeta yang tidak tahu aturan !" Bentak Oey Yok Su berani sekali. "Mengapa engkau melukai ayahku ?" "Engkau anak yang masih bau kencur, lebih baik engkau tidak mencampuri urusan ini........'' kata niekouw itu. Tetapi Oey Yok Su memang memiliki adat yang keras, semakin niekouw itu memperlihatkan sikap yang sinis dan kurang ajar, Oey Yok Su semakin keras pula bertanya . "Tetapi engkau tidak mengenal aturan, ayahku yang tidak bersalah apa-apa telah engkau lukai seenakmu saja...!" Dan setelah berkata begitu, Oey Yok Su tahu-tahu menyeruduk dengan kepalanya akan menyeruduk perut niekouw tersebut. Tetapi niekouw itu tertawa dingin, dia telah mengelakkan diri kesamping, dan waktu tubuh Oey Yak Su nyelonong terus, dia menepuk perlahan pundak anak itu, tidak ampun lagi Oey Yak Su terpental dan terjerambab mencium tanah, jatuh dipengempang air ditanah yang menyerupai lumpur. Waktu anak itu bangkit kembali, seluruh tubuhnya telah kotor tidak keruan oleh lumpur sawah itu. Tetapi Oey Yok Su sudah tidak memperdulikan keadaan dirinya, dia telah mengeluarkan teriakan marah dan menghampiri lagi Tok Han Sienie, dengan cepat dia mengayunkan kepalan tangan kanannya yang kecil untuk memukul nie-kouw itu. Tetapi niekouw tersebut mana mau membiarkan tubuhnya kena dipukul tangan Oey Yok Su yang berlumuran tanah sawah yang kotor itu ? Dengan cepat niekouw itu telah mengelakkan dirinya kesamping. Oey Yok Su yang menduga bahwa pukulan tangannya itu tidak mungkin bisa mengenai sasarannya, dia menubruk dan tahu-tahu telah memeluk pinggang niekouw itu. Niekouw tersebut jadi mengeluarkan seruan keras, karena terkejut, dia mengangkat tangan kanannya, lalu mencengkeram lengan kanan Oey Yok Su. "Jika engkau tidak mau melepaskan pelukanmu, biarlah aku akan melemparkan engkau, kubanting sampai menemui ajalmu.......!" Ancam niekouw itu dengan suara yang tajam. Tetapi Oey Yok Su tidak memperdulikan, dia memeluk semakin keras, bahkan tahu-tahu mulutnya telah terpentang, dia menggigit perut niekouw itu. Keruan saja si niekouw jadi kesakitan, dia memukul pundak anak itu. Tetapi Oey Yok Su tidak memperdulikan perasaan sakit dipundaknya itu. Dia menggigit tambah keras, tidak mau melepaskannya. Niekouw itu jadi kelabakan, karena semakin lama perasaan sakit itu terasa sampai menusuk hatinya. "Anak setan kau...!" Bentak niekouw itu. "engkau rupanya sudah bosan hidup...!" Dan niekouw itu telah menggerakkan hudtimnya ingin menghajar kepala Oey Yok Su. Jika hudtim itu mengenai kepala Oey Yok So, tentu anak itu akan terbinasa, atau setidak-tidaknya akan gegar otak, karena serangan hudtim itu disertai tenaga sinkang yang tinggi dan kuat. Tetapi belum lagi hudtim itu mengenai kepala Oey Yok Su, tiba-tiba terdengar suara orang berkata lembut . "Jangan mencelakai anak itu..." Si niekouw jadi menahan meluncurnya Hudtim ditangannya, dia telah menoleh, dilihatnya seorang lelaki setengah baya tengah berdiri didekatnya. Entah sejak kapan orang itu berada ditempat itu, tidak diketahui oleh si niekouw. Rambut orang itu terurai tidak terurus, tampaknya kotor sekali, dan pakaiannya juga agak aneh, dia memakai baju berkembang-kembang, tetapi potongannya tidak keruan macam. "Engkau...?" Niekouw itu bertanya agak terkejut. "Ya, aku si tua dari pegunungan......" Menyahuti orang tua itu. "Engkau...engkau si tua dari pegunungan ?" Tanya niekouw itu dengan suara yang mengandung perasaan terkejut. "Tidak salah........ampuni anak itu.......!'' "Tetapi...... dia masih menggigitku terus....!'' kata niekouw itu. "Anak yang baik, lepaskan gigitanmu...!" Kata orang tua dari pegunungan itu dengan suara yang lembut. Oey Yok Su melepaskan gigitannya, sedangkan si niekouw telah cepat-cepat melompat mundur. "Mengapa engkau mencampuri urusanku ?" Tanya niekouw itu. "Tok Han Sienie, engkau meminta anak orang, lalu sang ayah tidak mengijinkan, mengapa engkau memaksanya terus, bahkan melukai sang ayah itu ? Apakah caramu ini menurut aturan Kang-ouw ?'' Ditanya begitu, Tok Han Sienie telah berobah mukanya menjadi merah dan berkata . "Engkau kira aku jeri untuk berurusan dengan kau...!". "Akupun tidak mengatakan engkau jeri berurusan denganku, hanya aku ingin meminta kepadamu agar engkau tidak terlalu mendesak orang she Oey itu......" "Hemm....., Kim Ie Seng, engkau rupanya mengandalkan namamu yang menggetarkan rimba persilatan untuk menggertak aku? Jika engkau ingin membela mereka, majulah, aku tidak gentar menghadapimu......" Dan setelah berkata begitu, tampak Tok Han Sienie telah mempersiapkan hudtimnya dengan sikap bersiap sedia untuk menerima serangan. Orang tua dari pegunungan Kim le Seng telah tertawa. "Apakah hanya soal sekecil ini engkau ingin bertempur denganku ?" Tanyanya. "Ya, majulah! Aku tetap ingin meminta kedua orang anak perempuan orang she Oey itu, aku bermaksud mendidik mereka, mengambilnya menjadi muridku ...... mereka memiliki bakat yang baik sekali ! Jika engkau bisa merubuhkan aku, akan kubatalkan maksudku itu, tetapi jika engkau tidak berhasil merubuhkan aku, hemm...., hemm.... sejak saat itu engkau jangan mengganggu aku lagi..........!" Kim Ie Seng tertawa bergelak-gelak dengan suara yang nyaring, lalu dia berkata dengan suara yang dingin. "Jika engkau bisa bertempur denganku lebih dari sepuluh jurus, hitung-hitung aku yang telah kalah !" Kata Kim le Seng kemudian. Mendengar perkataan Kim le Seng seperti itu, tampak muka Tok Han Sienie berobah tidak senang. "Engkau jangan terlalu takbur dan sombong, Kim Ie Seng, walaupun belum tentu aku bisa merubuhkan dirimu, tetapi engkaupun tidak mungkin bisa merubuhkan diriku...!" Dan selesai berkata, tahu-tahu niekouw itu telah menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat menerjang, sambil mengayunkan Hudtimnya. "Terimalah seranganku.......!" Tetapi kebutan Hudtimnya yang mengincer kepala Kim le Seng itu tidak berhasil mengenai sasaran, karena dengan gerakan perlahan, tetapi gesit, tampak Kim le Seng berhasil mengelakkan diri. "Sudah, satu jurus! Jika sampai tiga jurus engkau tidak bisa merubuhkan diriku, disaat itu aku baru akan menyerangmu........!" "Ya ....., ini jurus kedua !" Bentak Tok Han Sienie sambil menggerakkan tangan kanannya menggerakkan hudtimnya untuk menyerang bagian dada, sedangkan tangan kirinya meluncur akan menepuk kepala Kim le Seng. Tetapi Kim le Seng dengan gerakan "Lee le Ta Tong" Atau "Ikan Gabus Meletik." Tahu-tahu tubuhnya, telah melompat ketengah udara, dan sambil melompat dia mengulurkan tangannya untuk merebut Hudtim niekouw itu. Cepat-cepat Tok Han Sienie menarik pulang hudtimnya, dia berkelit kesamping, lalu membarengi lagi untuk melancarkan serangan dengan tangan kirinya memukul kearah tulang selangka (piepe) dibahu Kim le Seng. "Inilah jurus yang ketiga...!" Kata Kim le Seng. "Dan engkau bersiap-siaplah, karena aku akan segera melancarkan serangan, aku jamin, sebelum sepuluh jurus, engkau sudah dapat kurubuhkan.......!" Dan selesai berkata, Kim le Seng tidak berdiam diri tangan kanannya digerakkan untuk merampas Hudtim niekouw itu, sedangkan tangan kirinya mendorong dengan kuat sekali, dorongan yang bisa menghancurkan batu. Niekouw itu jadi terkejut dan cepat-cepat berkelit. Tetapi tangan kiri Kim le Seng seperti meluncur terus menerjang kedada siniekouw. Niekouw itu melompat sekali lagi, dan kesempatan itu telah dipergunakan oleh Kim Ie Seng, sambil mengeluarkan bentakan . "Lepas.....!" Tangan kanannya berhasil mencekal bulu Hudtim pendeta itu. Si niekouw terkesiap hatinya, dia berusaha menariknya, tetapi bulu Hudtimnya tidak terlepas dari cekalan tangan Kim Ie Seng. "Lepas......!" Kembali Kim le Seng membentak sambil menambah tenaga sinkangnya yang disalurkan, ketangan kanannya. Namun Tok Han Sienie juga telah mempergunakan sinkangnya untuk bertahan, maka yang menjadi korban adalah hudtim itu, bulu-bulunya telah terlepas dari kayunya. Jika Kim Ie Seng mendapat bulu- bulu Hudtim itu, sedangkan Tok Han Sienie tetap memegang gagangnya. Muka Tok Han Sienie jadi berobah merah padam karena gusar. Dengan mengeluarkan suara erangan yang keras sekali dia telah membentak sambil menerjang, tangas kanannya dipakai menotok mempergunakan ujung kayu gagang hudtim yang telah rusak, sedangkan tangan kirinya menepuk akan menghancurkan kepala lawannya. Secepat kilat Kim Ie Seng mengelakkan serangan tersebut dan telah melompat mundur. Dia membuang bulu-bulu hudtim yang ditangannja itu kepinggiran pematang sawah, lalu dia menyentil gagang hudtim yang menyambar akan menotok jalan darah Siu-ling-hiatnya, kemudian diapun memiringkan tubuhnya dengan menekuk kaki kanannya, mengelakkan kepalanya dari tepukan tangan kiri, si niekouw yang mengandung tenaga sinkang cukup kuat. Waktu itu Tok Han Sienie menjadi kalap disebabkan kemarahan yang meluap, dia telah menyerang lagi sekaligus dengan kedua tangannja. Tetapi kim le Seng telah menangkis dengan kedua tangannya. Benturan dua pasang tangan itu mengeluarkan suara yang cukup keras dan keduanya telah mengerahkan tenaga sinkang masing-masing, maka disaat itulah tubuhnya si niekouw telah terhuyung- huyung, rupanya tenaga yang dilancarkan oleh niekouw itu kalah kuat dibandingkan tenaga dalam Kim Ie Seng. Dengan muka merah padam karena gusar, tampak si niekouw telah berkata mengandung dendam . "Baik, kali ini aku tidak bisa merubuhkan dirimu, namun suatu saat nanti aku akan mencarimu........!" Dan setelah berkata begitu Tok Han Sienie memutar tubuhnya untuk berlalu. Kim Ie Seng menghela napas. "Niekouw yang jahat.......!" Menggerutu orang she Kim itu. Dia merogoh sakunya mengeluarkan pil berwarna coklat, dia bilang. "Telanlah obat ini dan kau beristirahat......!" Oey Han telah menerima pil itu sambil mengucapkan terima kasih. Waktu itu Kim Ie Seng telah berlalu. Tetapi berjalan beberapa langkah, Oey Yok Su telah memanggilnya . "Paman.....!" Kim Ie Seng menahan langkah kakinya, dia menoleh, lalu tanyanya . "Ada apa, engko kecil ?" "Terima kasih atas bantuan yang diberikan paman .......... " Kata Oey Yok Su sambil menjura. "Engkau tidak perlu berkata begitu, niekouw itu memang jahat ......... untung saja dia telah dapat ku usir pergi.......!" Kata Kim le Seng. "Maukah paman singgah dirumah kami ?" Tanya Oey Yok Su. "Heh ?" Siorang she Kim telah memandang tersenyum kepada Oey Yok Su yang diawasinya sekian lama, akhirnya dia baru berkata . "Baik....! Baik.....! Ada baiknya juga aku singgah dirumahmu.......!" Oey Yok Su dan ayahnya girang, mereka segera menuju kerumah. Oey Han perintahkan isterinya memotong ayam dan menghidangkan kepada tamu yang menjadi tuan penolong mereka. Sedangkan kedua anak perempuan Oey Han telah mengucapkan terima kasih mereka. "Oey-heng (saudara Oey), sebetulnya engkau sangat bahagia sekali, memiliki anak perempuan yang manis- manis dan juga memiliki seorang putera seperti Su-jie, dia memilki bakat yang baik untuk mempelajari ilmu silat........." "Benar apa yang dikatakan oleh Inkong (tuan penolong), memang Su-jie selalu ribut ingin belajar ilmu silat. Tetapi siapa yang akan menjadi gurunya, tidak ada seorang guru silat yang kukenal ! Dan jika belajar silat dikota, tentu memerlukan uang sangat banyak!" Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Jika memang Oey-heng tidak keberatan, aku bersedia mendidiknya menjadi muridku !" Kata Kim Ie Seng. Muka ......... Oey Han berobah girang, lalu dia berkata . "Terima kasih Inkong, alangkah bersyukurnya kami, telah bisa menerima bantuan dan pertolongan Inkong.......!" Dan setelah berkata begitu, Oey Han memanggil Yok Su, diperintahkan untuk memberi hormat kepada gurunya. Disaat itu juga disiapkan dua batang lilin dan upacara pengangkatan guru dan murid telah dilakukan. Oey Yok Su girang bukan main, apa lagi Kim le Seng telah mengatakan besok dia akan mengajaknya untuk berkelana. Oey Han mengijinkan......... karena dia memang hendak mendidik anaknya itu agar menjadi seorang anak yang tegap dan kuat. Keesokan harinya, Kim Ie Seng telah pamitan, dia membawa Oey Yok Su. Perpisahan yang mengharukan bercampur girang itu telah menitikkan air mata pada keluarga Oey. Tetapi kepergian Oey Yok Su malah untuk kebaikan anak itu juga, agar kelak dia memiliki kepanuatan yang tinggi. Oey Yok Su mengikuti gurunya berkelana dari kota yang satu kekota yang Iainnya, dan juga telah mempelajari ilmu silat dari Kim Ie Song. Tetapi waktu pagi itu mereka berada dikaki gunung Bin San, telah terjadi urusan yang mereka terlibat persoalan tersebut. Waktu itu ada tiga orang yang menghadang perjalanan mereka, semuanya memiliki muka yang bengis, dengan muka yang berewokan dan mata yang memandang tajam bengis. Kim le Seng telah menegur . "Apa maksud kalian menghadang kami ?" "Serahkan seluruh barang-barang kalian, siapa yang mempergunakan jalan ini harus membayar pajak !" Kata salah seorang diantara ketiga penghadang itu. Kim Ie Seng jadi gusar. Jadi ketiga orang ini adalah Ouwpak (perampok) yang bekerja untuk membegal setiap orang yang lewat ditempat ini. "Siapa kalian ?" Tanya Kim le Seng sambil menahan kemarahan hatinya. "Kami Bin-San Sam Ciat (Tiga Penjahat dari Bin san) ........ cepat serahkan barang-barang kalian !" Sahut salah seorang diantara mereka. Kim Ie Seng jadi terkejut juga, Bin San Sam Ciat terkenat akan keganasannya dan memiliki kepandaian yang tinggi. Mereka merupakan perampok-perampok yang sangat ditakuti oleh para piauwsu. Waktu itu, tampak Kim Ie Seng tetap berdiri tenang- tenang ditempatnya, tetapi keadaan demikian bukan berarti. Kim le Seng tidak memandang ketiga penjahat itu, hanya karena dia memang tengah menindih perasaan gentarnya, karena dia telah banyak mendengar perihal keganasan ketiga orang perampok ini disamping kepandaian ilmu silat goloknya yang sangat tinggi sekali. Oey Yok Su jadi ngeri melihat golok yang berkilauan itu, sedangkan Kim Ie Seng telah perintahkan muridnya agar menyingkir kesamping. Tetapi karena telah terlanjur dihadang, maka Kim le Seng bermaksud untuk menguji kepandaian ketiga orang perampok itu. "Baiklah, aku Kim Ie Seng seorang yang miskin melarat tidak memiliki harta-benda apapun ! Hanya kedua kepalan tangan ini yang bisa kuberikan kepada kalian.........!" Muka ketiga perampok Bin San itu jadi berobah merah mendengar ucapan itu. "Jika kami mengambil tindakan kekerasan jangan mempersalahkan kami !" Bentak salah seorang dari mereka. "Kau termasuk manusia tidak mengenal mampus........!" Dengan bersuara 'Sringg....., sringg....., sring..... ketiganya telah mencabut golok mereka masing-masing, dan langsung mereka menyerang Kim Ie Seng. Cepat Kim le Seng telah mengeluarkan suara seruan, waktu golok lawannya yang sebelah kanan meluncur datang, dia mengelakkan diri dengan memiringkan tubuhnya kekanan, dan membarengi dengan itu dia mengulurkan tangan kanannya menjambret salah seorang lawannya, sekali raja dia menariknya, seketika itu juga tubuh orang itu terjerunuk hampir jatuh. Untung saja orang itu keburu menyalurkan lwekangnya, dikedua kakinya, sehingga dia berhasil mengendalikan tubuhnya tidak sampai terjungkel. Sedangkan kedua kawannya jadi, terkejut bercampur gusar, mereka telah mengeluarkan suara serangan dan melancarkan serangan serentak. Memang Kim le Seng bisa mengelakkan bacokan yang seorang, tetapi lawannya yang satunya lagi telah berhasil menyontek dengan goloknya, sehingga lengan Kim le Seng terluka mengucurkan darah dan tubuhnya menjadi terhuyung-huyung, sedangkan tangan kirinya memegangi lengan kanannya yang telah berlumuran darah. Disaat itu, tampak salah seorang Bin San Sam Ciat telah menyerang pula dengan goloknya, menyimpang dari kiri kekanan, merupakan suatu tabasan kearah perut Kim le Seng yang bisa mematikan... Kim Ie Seng terkejut melibat menyambarnya serangan tersebut, dia bermaksud mengelakkan diri, tetapi sudah tidak keburu. Hati Kim le Seng jadi mencelos, mati- matian dia menjejakkan kakinya melompat mundur, justru begitu dia mundur, lawannya yang seorang lagi telah membacok dari atas kepala turun kebawah. "Habislah aku kali ini...!" Mengeluh Kim le Seng. Golok lawannya menyambar terus dengan deras, hanya terpisah beberapa dim lagi dari kepalanya. Tetapi dalam keadaan yang genting seperti itu, telah berkelebat sesosok bayangan dengan gerakan yang sangat cepat sekali. Tiba-tiba terdengar kedua orang dari Bin San Sam Ciat itu menjerit keras, tubuh mereka terpental dan ambruk ditanah dengan keras. Mereka tidak bisa bangun pula, karena jiwanya telah melayang. Dihadapan mereka berdiri seorang lelaki berusia lanjut, dengan pakaian yang hijau dan muka yang dingin tidak memperlihatkan perasaan apapun juga. Bin San Sam Ciat yang seorang lagi telah mengeluarkan suara seruan kaget dan dia memandang dengan mata gentar kepada orang yang baru muncul ini. Kim le Seng juga telah mengaluarkan seruan tertahan. "Tocu Tho Hoa To !" Berseru Kim Ie Seng dengan suara perlahan. "Hemm...!" Mendengus lelaki tua berpakaian hijau itu dengan sorot mata yang sangat tajam. Disaat itu dia telah memutar tubuhnya. dan memandang bengis kepada Bin San Sam Ciat yang seorang itu. "Engkau harus mati juga.......!" Suaranya dingin, dingin sinar matanya. Bin San Sam Ciat yang seorang itu gemetaran kedua kakinya. "Ampunilah aku.........!" Kata Sam Ciat yang seorang ini, karena dia melihat kedua orang saudaranya telah terbinasa dengan hanya sekali serang saja. "Hemm, ampunimu ?" Tanya tocu (pemilik) pulau Tho Hoa To dengan suara yang dingin. "Mudah..... ! Mudah sekali........! Asal engkau mau menabas batang lehermu sendiri ! Aku menghadiahkan kematian yang paling enak untukmu !" Muka Bin San Sam Ciat yang seorang itu jadi tampak pucat, dia telah berkata dengan suara yang mengandung kemarahan bercampur takut . "Kau..... kami...... tidak bermusuhan denganmu, mengapa kau usil membinasakan kedua saudaraku ?" "Hemm......., orang itu juga tidak bermusuhan dengan kalian, tetapi kalian bermaksud untuk membinasakannya, bukan ?" Disanggapi begitu, muka Sam Ciat yang seorang itu tambah pucat, tubuhnya menggigil. Dengan muka yang angker Tocu dari To Hoa To telah berkata dengan suara yang dingin. "Apakah engkau tidak mau membunuh diri sendiri?" Bin San Sam Ciat itu tambah ketakutan, dia serba salah. "Baiklah, aku mengampunimu.........!" Kata Tocu Tho Hoa To itu. Dan sambil berkata begitu, tangan kanannya mengibas, Sam Ciat yang tinggal seorang itu menduga lawannya ingin menyerang dia dengan kibasan lengan bajunya, maka dia bermaksud untuk menangkis mempergunakan goloknya. Tetapi begitu goloknya diangkat, justru tangan Tocu Tho Hoa To telah menyambar kedadanya. "Dukk.......!" Perlahan suara serangan itu mengenai sasarannya, tetapi hebat kesudahannya. Tulang dada dari Sam Ciat yang seorang itu telah melesak dan pada patah, tubuhnya telah terpental, ambruk ditanah tidak bernapas lagi, itulah pengampunan dari Tocu Tho Hoa To yang mengampuninya untuk mati dengan segera tanpa siksaan lagi. Kim Ie Seng jadi girang melihat datangnya penolong ini, tetapi belum lagi Kim le Seng sempat mengucapkan terima kasihnya, disaat itu tampak Tocu Tho Hoa To telah membalikkan tubuhnya, memandang dingin kepada Kim Ie Seng. "Tabas putus lengan kananmu !" Perintahnya. Darah Kim le. Seng jadi tersirap kaget, dia telah berkata gugup . "Kau...kau...!". "Atau engkau menghendaki pengampunan seperti dia itu ?" Tanya Tocu Tho Hoa To menunjuk kearah ketiga mayat Sam Ciat. Muka Kim le Seng jadi tambah pucat, akhirnya dia mengambil golok dari salah seorang mayat Sam Ciat itu, tanpa men-gucapkan kata-kata apapun juga dia telah menabas putus lengan kanannya sendiri. Dengan meringis menahan sakit Kim le Seng telah berkata . "Terima kasih atas pengampunan Tocu kepadaku ..........!" Dan setelah berkata begitu, dia meringis sebentar menahan sakit, lalu dia berkata lagi . "Dan sekarang kami ingin pamit.........! ". "Ya, kau pergilah, tinggalkan anak itu untukku !" Kata Tocu dari Tho Hoa To itu. "Ap........apa ?" Tanya Kim le Seng dengan muka yang berobah pucat. "Anak ini murid-ku...!". "Kukatakan . tinggalkan anak itu untukku........! Kau pergilah menggelinding...........!" Dingin sekali suara Tocu Tho Hoa To itu. Kim le Seng rupanya mengetahui siapa Tocu Tho Hoa To ini, dia tidak berani menentang prerkataannya, maka dia telah berkata . "Baiklah ! Dan kau Oey Yok Su, engkau harus baik-baik mendengar kata Tocu ini...!" "Suhu...engkau mau kemana ?" Tanya Oey Yok 5u seperti baru terbangun dari mimpinya. Sejak tadi dia hanya menyaksikan betapa kejam dan telengasnya, Tocu Tho Hoa To itu, sampai gurunya sendiri begitu ketakutan, mengorbankan lengan kanannya yang ditabas putus oleh dia sendiri. GAMBAR 03 "Aku, ikut denganmu, suhu...........!" Kata Oey Yok Su. "Aku tidak mau ikut orang yang kejam seperti dia.......!" Sambil berkata begitu, Oey Yok Su menunjuk kepada Tocu Tho Hoa To. "Engkau ikut ........... bersama Tocu dan baik-baiklah melayaninya ........... aku ingin pergi dulu...!" "Aku, ikut denganmu, suhu...........!" Kata Oey Yok Su. "Aku tidak mau ikut orang yang kejam seperti dia.......!" Sambil berkata begitu, Oey Yok Su menunjuk kepada Tocu Tho Hoa To. Kim le Seng jadi terkejut mendengar perkataan Oey Yok Su. "Jangan..........!'' tetapi baru saja Kim le Seng berkata begitu, telah berkelebat sesosok bayangan dan disusul dengan suara 'plak...., plok......!' lalu terdengar suara menjeritnya Oey Yok Su yang telah ditampar oleh Tocu Tho Hoa To itu. "Engkau.........engkau jahat sekali.........!" Teriak Oey Yok Su yang mukanya menjadi bengkak. Tetapi Tocu Tho Hoa To itu tidak memperdulikannya, dia telah membentak dingin sekali kepada Kim le Seng. "Engkau belum juga pergi ?" Katanya. "Akan segera pergi, aku akan segera pergi........!" Menyahuti Kim le Seng sambil memutar tubuhnya untuk berlalu dengan cepat. Oey Yok Su mengejarnya, katanya dengan suara berteriak . "Suhu.......aku ikut dengan kau!" Tetapi Kim le Seng tidak berani menoleh lagi, dia telah mementang kakinya cepat-cepat berlalu dari tempat itu. ---oo^dwkz-0-tah^oo--- BAGIAN 06 . TANG CUN LIANG TOCU DARI THO HOA TO SEDANGKAN Oey Yok Su yang baru berlari beberapa langkah, tahu-tahu lengannya telah dipegang oleh Tocu dari Tho Hoa To. "Jangan keras kepala !" Bentak Tocu itu sambil melontarkan Oey Yok Su, sampai anak itu jatuh terbanting ditanah. Oey Yok Su merintih kesakitan, tetapi dia telah merangkak bangun sambil katanya dengan sikap penasaran sekali . "Engkau jahat sekali...... aku tidak mau ikut dengan kau!" "Coba kau ulangi sekali lagi........!" Kata Tocu itu dengan sikap dan suara yang dingin. "Aku...aku tidak mau ikut bersamamu, manusia jahat !" Kata Oey Yok Su. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ketepaaakk........!" Muka Oey Yok Su telah ditempiling keras sekali, sampai anak itu merasakan pipinya sakit sekali dan matanya juga nanar berkunang- kunang. "Coba ulangi Iagi kata-katamu itu........" Kata Tocu itu dengan sikap yang tetap dingin. "Manusia tidak tahu malu, tua bangka menghina anak kecil !" Kata Oey Yok Su kalap. "Siapa yang menghinamu, hah ?" Dan sambil bertanya begitu, tangan Tocu itu telah bergerak lagi, disusul suara ketepaaak.... ketepoook..... beberapa kali. Oey Yok Su menjadi semakin nekad. Katanya . "Bunuhlah aku, jangan kau menyiksa demikian macam..........!" "Bunuh ?........ tidak semudah itu.......!" Sahut Tocu itu. "Tetapi engkau manusia jahat, jangan menyiksa aku ikut denganmu........aku lebih baik mati dari pada harus ikut denganmu ..........!" "Apa kau bilang ? Kau lebih baik mati dari pada turut denganku ?" Tanya Tocu itu heran. "Ya, kau.......bunuhlah.......!" Tocu itu mengeluarkan suara tertawa mengejek . "Aku sesungguhnya telah berbaik hati ingin mengambil kau menjadi kacungku, tetapi kenyataannya engkau seorang anak yang keras kepala. Baik......! Baik...... ! kalau engkau memang ingin mati, aku akan turuti permintaanmu......... !" Oey Yok Su jadi ketakutan juga melihat sorot mata yang dingin dari tocu itu. Tocu itu telah melompat dan tangannya diayunkan, tahu-tahu dia telah menjambak baju Oey Yok Su dan mengangkat tubuh anak itu keatas udara. "Katakan sekali lagi bahwa engkau ingin mati, sekali saja kubanting tubuhmu ini, engkau akan segera mati !" Tocu itu bilang. "Ha, jangankan mati dibanting, mati di bunuh dengan senjata tajam juga engkau tidak bisa menggertak aku atau memaksa aku........!" "Kenapa begitu ?" Tanya Tocu itu agak penasaran karena baru sekali ini dia menghadapi seorang anak yang keras adatnya. "Aku memang tidak takut mati ! Engkau te!ah menyiksa guruku untuk memotong sendiri lengan kanannya, sekarang engkau menghina diriku, apakah dirimu seperti itu bisa disebut Hohan....!" "Hemm......, aku tidak perlu perkataan Hohan itu, aku lebih baik disebut sebagai manusia sesat" Kata tocu itu. "Kenapa begitu ?" Oey Yok Su jadi bertanya juga karena dia jadi ingin tahu. "Karena aku selalu melakukan apa yang kuinginkan, dan orang yang tidak menuruti perkataanku harus mati " "Nah, sekarang engkau bunuhlah aku!'' kata Oey Yok Su yang telah menjadi nekad. "Heh ?" Tocu dari pulau Tho Hoa To itu tampaknya terkejut. "Jadi benar-benar engkau ingin mati ?". "Ya, kalau engkau ingin membunuhku, bunuhlah ! Aku lebih baik mati dari pada ikut denganmu, manusia jahat !" Menyahuti Oey Yok Su. Melihat sikap dan watak Oey Yok Su yang keras seperti itu, telah membuat Tocu itu jadi semakin tertarik, bukannya dia membinasakan anak itu, malah Tocu ini telah tertawa bergelak-gelak, katanya kemudian . "Seumur hidupku baru kali ini aku bertemu orang seperti engkau! Justru aku Tang Cun Liang tidak hendak membinasakanmu ! kalau saja engkau menyatakan minta ampun dan maaf, aku akan mengampunimu ?" "Tidak ! Aku tidak mau I" Teriak Oey Yok Su dengan suara yang nyaring. "Mengapa tidak mau ?" "Aku sudah mengatakan, walaupun engkau membinasakan aku, aku tetap tidak mau mengikut dirimu........kau jahat sekali.........!" "Hemm......., jadi benar-benar engkau tidak mau ikut denganku...?" "Tidak...!" "Baik.....! Aku mau lihat apakah setelah kau ditotok masih mau berkata yang tidak-tidak...!" Dan Oey Yok Su merasakan dadanya sakit ditotok jari tangan Tocu itu. Seketika Oey Yok Su merasakan sekujur tubuhnya seperti di jalani dan digigit-gigit semut sehingga menimbulkan perasaan sakit yang sangat. Kemudian Tocu itu telah bertanya . "Apakah sekarang engkau telah merobah pikiranmu?" "Tidak......!" Menyahuti Oey Yok Su dengan suara keras sambil menahan perasaan sakit pada sekujur tubuhnya. "Anak yang bandel dan keras kepala!" Menggumam tecu itu sambil menghela napas. "Biarpun engkau menyiksa aku dengan cara apapun juga, aku tidak mau ikut denganmu ! " "Mengapa engkau keras kepala seperti itu ?" Tanya Tocu tersebut. "Karena engkau manusia jahat........!''. "Kau mengatakan aku ini manusia jahat?" "Ya...!" "Apakah engkau benar-benar tidak takut mampus ? Tahukah engkau, orang-orang didalam rimba persilataan jika melihat diriku, Tang Cun Liang Tocu dari Tho Hoa To, tentu mereka akan ketakutan terkencing- kencing.........., tetapi engkau anak kucing yang tidak takut harimau, benar-benar engkau keras kepala! " Oey Yok Su diam saja sambil menahan perasaan sakit disekujur tubuhnya. "Aku akan mendidik kau ilmu silat yang tinggi, jika memang engkau mau mengikuti aku...!" Kata Tocu she Tang itu. "Tidak mau..... !" "Aku akan mengambil kau menjadi muridku ! " "Lebih-lebih lagi aku tidak mau, memiliki guru seorang manusia jahat !" "Lalu apa yang kau kehendaki ?" Tanya Tocu itu penasaran. "Aku tidak mau apa-apa, kau bebaskan aku dari totokanmu dan meminta maaf kepadaku, baru aku tidak benci kepadamu !" Mendengar perkataan Oey Yok Su, Tang Cun Liang jadi tertawa terbahak-bahak. "Mengampuni dirimu dan meminta maaf ? Ha...., ha...., ha....., luar biasa sekali ! Sungguh kluar biasa !". "Mengapa luar biasa ? " "Aku didalam rimba persilatan mungkin merupakan jago yang tidak terkalahkan oleh siapapun juga, ternyata diminta untuk memohon maaf kepada seorang anak kecil seperti engkau? Ha...., ha...., ha....., mana bisa terjadi ? itu mana mungkin terjadi ?" "Jika engkau tidak mau membebaskan aku dari totokanmu dan meminta maaf kepadaku, aku tetap akan membenci dirimu" "Orang-orang banyak yang bersedia berlutut dihadapanku selama satu bulan untuk meminta menjadi muridku, tidak seorangpun yang kuterima.....! Tetapi justru engkau yang kutawari untuk menjadi muridku, engkau malah bertingkah seperti ini ! Bukankah hal ini menarik sekali......! Coba engkau berlutut meminta-minta agar aku mau menjadi gurumu, tidak nantinya aku terima........ sekarang justru aku semakin tertarik untuk mengambil kau sebagai muridku...!". "Aku, tidak sudi menjadi muridmu !" Teriak Oey Yok Su dengaa suara Yang keras. "Tetapi aku akan memaksa engkau untuk menjadi muridku !" "Aku tidak sudi !" "Tidak sudi juga harus mau !" "Siapa yang kesudian menjadi murid orang jahat seperti engkau ?" "Tetapi aku juga memang ingin sekali mengambil kau menjadi muridku. Apa yang terjadi akan kuhadapi...!" Kata Tang Cun Liang. "Aku tetap tidak sudi, walaupun engkau membunuhku, tetap aku tidak mau...!" "Hemm....., enak saja kau bicara !" Kata Tang Cun Liang dengan sengit. "Engkau benar-benar ingin mampus ?" "Ya, kau bunuhlah, aku tidak takut untuk mati ! Lebih baik aku binasa ditanganmu, dari pada harus ikut denganmu, menyaksikan perbuatan-perbuatanmu yang bengis dan tidak kenal aturan ! Mengambil murid juga harus disetujui kedua belah pihak, tidak bisa kau setuju, sedangkan aku dipaksa olehmu...! Mana ada aturan seperti itu ?" Tocu Tho Hoa To Tang Cun Liang telah tertawa bergelak-gelak. "Inilah aneh dan baru pertama kali aku menghadapi urusan seperti ini ! Mau atau tidak, engkau harus menjadi muridku !" Dan Tocu Tho Hoa To telah melepaskan totokannya dan membiarkan Oey Yok Su merangkak berdiri. Anak itu yang telah pulih dari totokan orang she Tang itu, bermaksud melarikan diri. Tetapi Tocu Tho Hoa To telah mengibaskan lengannya, maka disaat itu juga tubuh Oey Yok Su terjungkel jatuh keras sekali. Kemudian Oey Yok Su telah merangkak bangun dan bermaksud melarikan diri lagi. "Engkau benar-benar anak yang tidak kenal aturan !" Kata Tocu itu. "Semakin engkau tidak mau menjadi muridku, semakin keras keinginanku untuk mengambil kau sebagai muridku ! Engkau akan kuajari ilmu-ilmu yang hebat ! Kau lihat saja bekas gurumu itu saja ketakutan begitu melihat diriku dan dia lebih rela menabas putus lengan kanannya sendiri !" "Justru engkau manusia jahat, dengan mengandalkan kepandaianmu, engkau telah berusaha melakukan kejahatan tanpa memiliki perikemanusiaan lagi...!" "Hemm........, mengapa begitu ?" "Engkau telah menyiksa guruku, mana bisa aku berterima kasih kepadamu, walaupun engkau menawarkan kepandaian yang tinggi ? Mungkin aku bersedia menjadi muridmu, tetapi suatu saat justru aku akan membunuh dirimu...l" "Kukira tidak semudah itu untuk membunuh aku !'' kata Tocu itu agak mendongkol. "Tetapi apa saja bisa terjadi jika memang telah tiba waktunya.......!" "Ha...., ha...., ha....., rupanya engkau benar-benar seorang anak yang aneh !" "Aku tidak aneh, aku justru benci sekali kepadamu........,.!" "Mengapa engkau bisa menbenci aku ?" "Aku sudah tidak senang bergaul, dengan engkau sejak aku melihat engkau ini sebagai manusia kejam.......!" "Lalu bagaimana caranya, agar engkau mau menjadi muridku ?" "Dengan cara apa saja engkau tidak bisa, memaksa diriku menjadi muridmu ?" Kata Oey Yok Su dengan suara yang keras. "Bukankah telah kukatakan beberapa kali, biar engkau membunuhku tidak nanti aku akan menuruti kehendakmu untuk menjadi muridmu......!" "Hemm......., tetapi aku bisa memaksa engkau untuk menjadi muridku...!" "Mana bisa......?" "Hemm........, aku akan menotok urat gagumu dan menotok urat tenagamu, sehingga engkau, tidak bisa bergerak dan tidak bisa bersuara. Bukankah dengan mudah aku akan membawa dirimu ?" "Engkau bisa membawa tubuhku, menundukkan aku dengan ilmumu, tetapi hatiku tidak berada pada dirimu ! Aku tetap tidak sudi menjadi muridmu...!" Habis kesabaran Tocu itu, dia mengulurkan kakinya untuk menendang beberapa jalan darah ditubuh Oey Yok Su, sampai anak itu terkulai lemas dan bibirnya kelu tidak bisa bicara......! Hati Oey Yok Su jadi kaget, dia mengawasi Tocu itu dengan sorot mata yang tajam mengandung penasaran. Sedangkan Tang Cun Liang sudah mengulurkan tangannya, dia mengempit Oey Yok Su yang dibawa lari dengan cepat sekali seperti juga Tocu itu tengah terbang, karena cepat sekali larinya. Oey Yok Su merasakan angin berseliwiran keras sekali menyampok mukanya, tetapi dia tidak bisa menggerakkan sepasang tangan dan kakinya, dia kaku tidak bisa bergerak.. untuk bicara juga tidak bisa, karena bibirnya telah kelu. "Aku akan membawa kau kepulau Tho Hoa To........ disana aku akan mendidikmu semoga engkau bisa menjadi murid yang baik dan berhasil mempelajari semua ilmu2-ku......!" Kata Tocu itu sambil terus berlari. Tetapi Oey Yok Su tidak bisa menyahuti, untuk memaki Tocu itu saja bibirnya sudah tidak bisa bergerak. Setelah berlari-lari sekian lama, akhirnya mereka tiba ditepi pantai. Disebuah batu karang, tampak terikat sebuah perahu yang tidak begitu besar. Tocu itu melemparkah tubuh Oey Yok Su kedalam perahu itu, sampai tubuh anak itu terbanting keras dan kesakitan, namun Oey Yok Su tidak bisa mengaduh atau menjerit kesakitan, bibirnya kelu, tubuhnya juga tetap kaku tidak bisa bergerak. Tocu dari pulau Tho Hoa To telah membuka tali yang mengikat perahunya pada batu karang itu, kemudian barulah dia menggayuh perahunya untuk berlayar meninggalkan pantai tersebut. Cepat sekali Tocu itu mengayuh perahunya dan dia telah membuat perahu itu meluncur dengan cepat luar biasa, karena sambil menggayuh dia telah mengerahkan tenaga dalamnya pada kayu penggayuh itu. Oey Yok Su merasakan perahu itu menerjang air dengan cepat, dia bisa menyaksikan, tetapi tidak bisa berkata atau menggerakkan tubuhnya. Setelah berlayar berada ditengah-tengah laut, Tocu Tho Hoa Toa telah membebas-kan totokan di Ah-hiat (urat gagu) itu, dia berkata kepada Oey Yok Su . "Apakah engkau tetap tidak ingin menjadi muridku ?" "Tidak mau !" Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dan Oey Yok Su hanya bisa berkata tanpa bisa menggerakkan tubuhnya. "Jika engkau bandel, aku akan melemparkan tubuhmu kelautan agar menjadi santapan ikan-ikan hiu......" Mengancam Tocu itu. Muka Oey Yok Su jadi berobah pucat, dia memang ngeri jika membayangkan tercebur kedalam taut, dimana dia tidak bisa berenang, belum lagi ancaman ikan-ikan hiu yang ganas. "Bagaimana......? kau bersedia atau tidak menjadi muridku ? Jika engkau setuju, aku akan membebaskan engkau dari totokan itu !" Oey Yok Su berdiam diri saja, hanya matanya memancarkan perasaan tidak puas. "Baiklah, rupanya engkau memang keras kepala, nanti setelah tiba dipulau Tho Hoa To engkau baru akan kubebaskan, dipulau itu tentu engkau tidak bisa melarikan diri........!". Hati Oey Yok Su, jadi tidak tenteram. "Mengapa engkau mendesak aku terus menerus untuk menjadi muridmu ? Bukankah masih banyak anak lelaki lain yang bisa engkau angkat menjadi muridmu...........?" "Aku setuju engkau yang menjadi murid tunggalku !" Kata Tocu itu dengan suara yang dingin. "Kulihat engkau memiliki tulang yang baik, adat yang samu denganku, dan juga bakat yang sempurna, sehingga engkau satu-satunya yang mungkin bisa mewarisi kepaadaianku..............!" "Untuk pengangkatan guru. dan murid harus terjadi karena kedua pihak menyetujuinya, tidak seperti engkau yang main paksa seperti ini...!" Kata. Oey Yok Su. "Malah jika engkau setuju menjadi muridku aku justru tidak mau.......tetapi karena engkau bersikeras tidak, mau menjadi muridku, maka aku justru yang menghendaki engkau menjadi muridku......... .!" Oey Yok Su berdiam diri saja. Tocu Itu telah meletakkan kayu penggayuhnya, mengeluarkan bungkusan yang agak besar, waktu dibuka, ternyata itulah bungkusan barang makanan. "Mari kita makan, dulu...engkau sudah lapar atau belum ?" "Aku tidak sudi makananmu !" Teriak Oey Yok Su. "Makanlah olehmu sendiri" "Apakah engkau tidak lapar ?" "Walaupun lapar, aku tidak sudi makan makananmu itu !" Kata Oey Yok Su. "Jadi...engkau lebih rela mati kelaparan?'' tanya Tang Can Liang. "Ya, biarlah aku mati kelaparan, sehingga engkau tidak bisa memaksa aku terus untuk menjadi muridmu.....!", menyahuti Oey Yok Su dengan suara tegas. "Anak yang bandel dan keras kepala, sungguh hatimu seperti batu! Dalam usia sekecil ini engkau telah membawa adat yang buruk itu...... !" "Adat buruk atau bukan, tidak merugikan dirimu ! Asal engkau mau meminta maaf kepadaku, mungkin aku akan memikirkan lagi apakah aku mau makan barang makananmu itu atau memang tidak mau....!" "Anak yang luar biasa !" Menggumam Tang Cun Liang dengan penasaran. "Apakah engkau mau dibuntungi kedua tanganmu ?" "Silahkan engkau menyiksa aku, tetapi keputusanku tetap tidak akan menjadi murid seorang manusia jahat seperti engkau...!". Tang Cun Liang diam tidak memperdulikan Oey Yok Su lagi, dia telah mulai bersantap. Wanginya sayur dan barang makanan kering itu membuat perut Oey Yok Su berkeruyukan, dia melihat Tocu Tho Hoa To yang bernama Tang Cun Liang itu memakan panggang ayam dengan lezat sekali, sehingga Oey Yok Su memejamkan matanya tidak mau melihatnya. Waktu itu Tang Cun Liang membiarkan perahu mereka bergerak perlahan-lahan dipermainkan ombak laut tersebut. Setelah puas bersantap, Tocu ini membungkus lagi-sisa makanan-nya, dia mulai menggayuh pula. Tujuannya adalah pulau Tho Hoa To. "Sesungguhnya aku telah bersumpah tidak akan meninggalkan Tho Hoa To, tetapi karena akhir-akhir ini aku hendak memilih seorang anak yang bisa mewarisi ilmuku, menjadi muridku yang tunggal, maka terpaksa aku keluar juga dari pulauku itu. Justru waktu aku berlabuh dipantai itu dan menyusuri jalan, aku melihat kalian, guru. dan murid. Aku telah melihat engkau memang tepat menjadi muridku, walaupun tidak memenuhi seluruh syarat yang ada, tetapi kuanggap cukup pantas untuk menerima warisan ilmu kepandaianku. Dan sayang sekali akupun harus mengampuni Kim Ie Seng, dimana dia hanya kuperintahkan menabas putus lengan kanannya saja, seharusnya menurut kebiasaanku, Kim ie Seng harus dibinasakan, disaat itu juga, namun memandang engkau sebagai calon muridku, aku telah mengampuninya dan bersedia memiberikan kesempatan kepadanya untuk hidup lebih lama didunia ini ........ tetapi ketiga orang Bin San Sam Ciat yang tidak ada hubungannya denganmu, telah kubinasakan........!" Oey Su hanya mendengarkan saja perkataan Tocu dari pulau Tho Hoa To itu tanpa memberikan tanggapan atau reaksi apa-apa, dia menutup mulut terus. Sedangkan Tocu pulau Tho Toa To itu telah menoleh kepada Oey Yok Su, dia mengawasi anak itu dalam- dalam, kemudian katanya. "Engkau telah melihat sendiri betapa Kim le Seng sangat ketakutan waktu bertemu dengan aku, dia sampai rela mengutungkan lengan kanannya sendiri dan meninggalkan engkau begitu saja. Orang seperti dia mana pantas menjadi gurumu ? Bukankah jika engkau menjadi muridnya hanya akan membuang-buang waktu belaka, membuang waktu tanpa berarti apa-apa? Berlainan jika engkau menjadi muridku, engkau akan memperoleh pelajaran dan ilmu yang tinggi sekali, sehingga kelak engkau bisa memperoleh kesempatan untuk menjadi seorang pendekar besar yang memiliki kepandaian liehay sekali.!". "Tetapi justru engkau terlalu jahat.......!" Kata Oey Yok Su akhirnya. "Didunia ini semua orang harus memiliki kekuatan sendiri, jika kita selalu bersikap lemah, tentu diri kita sendiri yang akan disiksa oleh yang kuat. Maka dari itu, aku bermaksud mencari seorang murid dan kini aku telah melihat anak yang kusetujui adalah engkau, jika kelak engkau telah mewarisi seluruh kepandaianku dan berhasil menguasainya, engkau tidak akan mangalami lagi hal-hal yang bisa membuat dirimu penasaran ....diwaktu itu engkau baru akan menyadarinya bahwa yang kuat akan memegang peranan yang berarti........dan engkau juga akan menyadari betapa perlunya ilmu silat yang tinggi, selain bisa dipergunakan untuk menjaga keselamatan diri kita, pun bisa dipergunakan untuk melakukan banyak sekali perbuatan amal dan kebajikan dengan mengandalkan kepandaian yang akan engkau miliki........!" "Tetapi pengangkatan guru dan murid tidak bisa dilakukan dengan cara paksa seperti sekarang lni...!" Bilang Oey Yok Su. "Bagaimana engkau bisa menjadi guruku jika memang engkau memaksa diriku ? Biarpun engkau mengajari aku ilmu-ilmu yang luar biasa, namun jika aku tidak bersemangat mempelajarinya, bukankah akan mengecewakan engkau juga akan hasilnya." "Itu terserah kepadamu, jika memang engkau tahu diri dan mempelajari ilmu-ilmu yang kuwarisi dengan baik, maka engkau kelak akan memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi jika engkau bermalas-malasan saja dan tidak begitu mengacuhkan pelajaran yang akan kuturunkan, kelak jika engkau bertemu dengan seorang jago, engkau akan dirubuhkan dan dihina, justru dirimu sendiri yang akan rugi.........!" Oey Yok Su menganggap perkataan Tocu dari pulau Tho Hoa To itu ada benarnya juga, maka dia telah bilang . "Baiklah, aku akan ikut bersamamu beberapa saat, jika nanti aku telah melihat engkau cukup baik, tentu aku bersedia menjadi muridmu..........!" "Ha...., ha...., ha....., engkau ini lucu sekali... bagaimana engkau bisa mengetahui aku ini jahat atau buruk, sedangkan dipulau Tho Hoa To kelak kita hanya tinggal berdua saja, tidak ada orang ketiga........!" "Dimanakah letak pulau Tho Hoa To itu?" Tanya Oey Yok Su kemudian. "Tidak jauh lagi...!" Dan setelah berkata begitu, Tocu dari pulau Tho Hoa To itu tidak berkata-kata lagi, dia telah mengayuh dengan mempergunakan sinkangnya (tenaga sakti) yang dikerahkan kepada kayu pengayuh, sehingga perahunya meluncur cepat sekali seperti juga terbang. Saat itu, Oey Yok Su juga jadi berpikir, betapa gurunya yang bernama Kim Ie Seng, telah berlaku dan bertindak pengecut sekali, untuk memutuskan lengan kanannya sendiri dan juga telah lari meninggalkan begitu saja dirinya, tanpa berani sedikitpun memberikan perlawanan kepada Tang Cun Liang. "Jika aku terus menjadi muridnya, bukankah kepandaianku jadi tidak berarti ? Apakah lebih baik aku bersedia diangkat menjadi murid oleh orang she Tang ini, sehingga aku dapat mempelajari ilmu yang sejati dan tidak membuang-buang waktu percuma...?" Rupanya Tang Can Liang telah melihat perobahan wajah Oey Yok Su yang jadi lebih lunak dari tadi, tidak bersikeras seperti semula. "Bagaimana...... ? Engkau setuju atau tidak menjadi muridku ?" Tanyanya. "Baiklah.......!" Menyahuti Oey. Su. "Bebaskan dulu aku dari totokanmu........!" Tang Cun Liang tersenyum dan mengulurkan kakinya, dia menendang pinggul Oey Yok Su, dan anak itu terbebas dari totokan sehingga bisa menggerakkan tubuhnya. Oey Yok Su telah bangkit dan berlutut. "Baiklah suhu........ aku bersedia menjadi muridmu .......suhu. "terimalah pemberian hormatku!" Kata Oey Yok Su kemudian. Tang Cun Liang tampak jadi girang bukan main, dia telah bangunkan muridnya itu dari berlutut, dia mengulur kedua tangannya memegang bahu muridnya. "Bangunlah muridku, mulai sekarang engkau resmi menjadi muridku, dan tentu saja tidak akan menerima hinaan dan perlakuan keras lagi. Tetapi engkau harus benar-benar mempelajari setiap jurus ilmu silat yang akan kuturunkan kepadamu setiap jurus ilmu silat itu harus ditekuni dengan baik, sehingga engkau tidak perlu membuang-buang waktu dengan percuma. Jika engkau meremehkan dan berlatih semau hati saja, tentu engkau akan mensia-siakan waktumu, kelak engkau akan menyesal sendiri, karena hasil yang kau peroleh tentu tidak memuaskan........!" Oey Yok Su mengangguk, dia mengiyakan perkataan gurunya tersebut. Begitulah perahu telah meluncur terus dengan cepat. Lewat enam hari sampailah mereka ditepi pantai sebuah pulau. "Inilah pulau Tho Hoa To....." Tang Cun Liang memberitahukannya. Pulau itu cukup besar dan luas, ditengah-tengah pulau itu dibangun sebuah rumah dinding yang cukup besar. "Dulu sengaja aku membawa sepuluh orang tukang untuk membangun rumah ini dan setelah selesai, mereka semuanya kukirim kembali kedaratan Tionggoan........!" Tang Cun Liang memberitahukan muridnya. Oey Yok Su melihat pulau ini indah dan nyaman sekali, dimana banyak sekali pohon bunga tho yang memenuhi sebagian dari daratan pulau tersebut. Oey Yok Su juga menerima perlakuan yang baik dari gurunya, dimana dia telah menerima pelajaran ilmu silat sejurus demi sejurus, yang diturunkan oleh gurunya dengan sikap yang sabar. Ternyata sikap bengis yang pernah diperlihatkan oleh Tang Cun Liang, tidak pernah dilihatnya lagi selama dia menjadi murid orang she Tang tersebut, bahkan gurunya ini memperlakukan dia dengan sabar dan manis sekali, memanjakan dengan penuh kasih sayang. Cepat sekali Oey Yok Su bisa menguasai setiap jurus yang diwarisi gurunya padanya. Tang Cun Liang juga girang-bukan main melihat kecerdasan muridnya itu. Yang lebih menggembirakan hatinya justru muridnya itu seorang yang pendiam, sehingga dengan demikian memperlihatkan Yok Su adalah seorang yang tidak banyak bicara dan jujur sehingga dia bisa memecahkan setiap jurus yang diajarkan kepadanya. Juga disore hari, Oey Yok Su menerima pelajaran ilmu surat dari gurunya. Diapun cepat sekali dapat membaca dan menulis huruf indah. Ternyata Oey Yok Su memang memiliki bakat untuk mempelajari ban dan bu (surat dan silat). Tanpa terasa dalam dua tahun Oev Yok Su berdiam didalam pulau Tho Hoa To, dia sudah bisa mempelajari sebagian dari kepandaian Tang Cun Liang. "Mungkin delapan tahun lagi engkau baru bisa menguasai semua ilmu silatku" Kata Tang Cun Liang suatu hari memberitahukan kepada muridnya. ---oo^dw.kz0Tah^oo--- BAGIAN 07 . SAHABAT ATAU MUSUH GURUNYA Setiap setahun sekali Oey Yok Su diajak gurunya meninggalkan pulaunya untuk membeli keperluan makan mereka sehari-hari. Dan hari itu Tang Cun Liang telah mengajak muridnya untuk pergi kedaratan pula guna membeli kebutuhan mereka. Guru dan murid telah mempergunakan sebuah perahu yang cukup besar, karena kelak jika kembali kepulau, mereka akan membawa persiapan dan bahan- bahan kebutuhan mereka yang cukup banyak jumlahnya. Oey Yok Su yang kini telah memiliki pertumbuhan tubuh yang baik dan sehat, mengayuh perahu, sedangkan gurunya hanya duduk bersemadhi berdiam diri saja. Dia memang sengaja menyerahkan kayu pengayuhnya kepada murid tersebut, untuk melihat sudah berapa jauh kepandaian yang bisa diperoleh Yok Su. Walaupun harus mempergunakan tenaga yang cukup kuat, juga cukup meletihkan, Oey Yok Su tidak pernah mengeluh. Dia melakukan semuanya dengan baik, dan kayu pengayuhnya itu dicekalnya kuat-kuat. Ketika mereka berada ditengah laut, gurunya bertanya kepadanya. "Apakah engkau telah letih muridku ?" Oey Yok Su menggeleng perlahan sambil sahutnya. "Tidak suhu.......biarlah aku yang mengayuh terus.......!" Dan memang Oey Yok Su telah mengayuh terus sehari penuh. Tujuan mereka adalah kota Ciung-sie yang terletak ditepi pantai disebelah selatan, kurang lebih dua hari perjalanan air untuk mencapai kota tersebut. Malam harinya, Oey Yok Su tertidur nyenyak diperahunya, dan gurunya, yang memegang kemudi perahu. Dan ketika fajar menjelang datang, Oey Yok Su kembali menggantikan gurunya untuk mengayuh. "Ulet dan kuat anak ini, dia tabah sekali. Disamping pendiam, diapun seorang yang cerdas sekali," Diam-diam gurunya berpikir didalam hatinya dengan perasaan bangga. Begitulah, disore hari menjelang hari yang ketiga mereka telah merapat kepantai, diluar kota Ciung-sie. Kota tersebut merupakan kota yang cukup besar, dan padat penduduknya. Memang biasa Oey Yok Su membeli kebutuhannya dikota ini bersama gurunya. Maka seperti tahun kemarin, mereka kali inipun cukup mengunjungi kota ini guna membeli beras, kain, dan keperluan lainnya. Karena hari mendekati malam, gurunya mengajak Oey Yok Su untuk bermalam disebuah rumah penginapan. Mereka juga telah menangsel perut, untuk melenyapkan lapar dan dahaga. Setelah dua tahun berhubungan dengan gurunya, ternyata Oey Yok Su lebih intim dan mengetahui bahwa gurunya sesungguhnya, seorang yang baik. Hanya saja gurunya ini memiliki sifat yang agak aneh dan keras, kepada orang-orang yang tidak disenanginya selalu bertindak dengan tangan besi. Tetapi secara keseluruhannya Oey Yok Su melihat gurunya cukup baik, disamping kepandaiannya yang luar biasa dan tinggi sekali. ---oo^dw~kz-0-tah^oo--- Malam itu mereka lewati dirumah penginapan, tetapi menjelang tengah malam, Oey Yok Su terbangun dari tidurnya, dia heran tidak melihat gurunya dipembaringan sebelahnya, sehingga anak itu telah melompat duduk dan mengawasi sekeliling kamarnya" Oey Yok Su tetap tidak melihat gurunya dan anak ini menduga tentu gurunya sedang pergi keluar untuk membeli sesuatu. Tetapi mengapa ditengah malam seperti itu ? Oey Yok Su telah duduk ditepi pembaringan, menantikan kembalinya sang guru, namun Tang Cun Liang tidak juga muncul, sehingga menggelisahkan Oey Yok Su. Akhirnya karena tidak sabar, Oey Yok Su keluar dari kamarnya, dia melihat keadaan ruangan diluar kamarnya gelap, menandakan bahwa penghuni rumah penginapan ini telah terlelap dalam tidur mereka. Oey Yok Su jadi batal keluar dari kamarnya dan kembali kekamarnya. Dia heran sekali mengapa gurunya keluar meninggalkannya ditengah malam seperti ini ? Disaat Oey Yok Su tengah termenung memandangi dinding kamar, tiba-tiba angin berhembus cukup keras dan daun jendela kamarnya terbuka lebar. Oey Yok Su melompat mendekati jendela kamarnya. Ternyata jendela kamar itu tidak terkunci dan tadi hanya tertutup rapa saja. "Hemm........, kalau demikian tentunya suhu pergi melewati jendela kamar.....tetapi apa yang hendak dilakukan suhu ditengah malam seperti sekarang ini ?" Keadaan diluar kamar gelap sekali, pekarangannya kotor dan dipenuhi oleh rumput-rumput hijau yang tidak teratur tumbuhnya. Oey Yok Su melompati jendela kamarnya, dia telah berada diluar kamar. Ditutupnya daun jendeIanya dan dia memandang sekelilingnya. Tidak ada seorang manusiapun juga disekitar tempat itu. Walaupun Oey Yok Su cerdas, namun melihat keadaan seperti ini, dia tidak bisa menduga entah apa maksud gurunya pergi ditengah malam yang gelap pekat itu? Apa keperluannya? Semuanya menjadi tanda tanya yang tidak terjawab oleh anak tersebut. Tetapi waktu Oey Yok Su tengah berpikir terheran- heran begitu, dibelakangnya terdengar berkesiuran angin yang cukup keras. Dua tahun Oey Yok Su telah mengikuti Tang Cun Liang dan menerima didikan yang cukup tinggi dan lumayan, maka dari itu dia bisa mendengar menyambarnya angin yang tidak wajar itu. Kembalinya Pendekar Rajawali Karya Chin Yung Pendekar Misterius Karya Gan Kl Pendekar Pemanah Rajawali Karya Jin Yong