Pertikaian Tokoh Persilatan 5
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 5
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung "Aku justru telah melatih ilmu mujijat itu, jika aku tidak melakukan kesalahan dalam melatihnya, memang aku akan berhasil memiliki sinkang yang luar biasa! Hanya sayangnya, justru pada bagian pemberitahuan cara-cara melatihnya, telah lenyap beberapa lembar, sehingga aku melatih sendiri. Lebih celakanya lagi, justru disaat aku telah melatih habis semuanya, baru aku menyadari bahwa aku telah melakukan kesalahan dan sinkang hebat itu yang kulatih telah menjadi tersesat...........!" Ang See Kiam menghela napas dalam-dalam, untuk sementara waktu dia tidak mengatakan apa-apa. Sedangkan Oey Yok Su yang tidak mengerti urusan yang tengah dibicarakan guru dan orang she Tu itu, dia hanya berdiam diri mendengarkan saja. Waktu itu Tang Cun Liang telah menghela napas lagi sambil katanya dengan suara yang mengandung kedukaan. "Sayang.........memang harus dibuat sayang......... justru kepandaian yang begitu hebat, harus dibawa sampai keliang kubur, karena tidak mungkin aku menurunkan ilmu sesat itu kepada muridku.........!" Ang See Kiam telah bertanya dengan memperlihatkan sikap yang bersungguh-sungguh "Apakah engkau tidak bisa mencari kesalahan yang telah engkau lakukan, maksudku sebab musababnya, sehingga engkau bisa mengetahui dengan cara bagaimana melatihnya kembali untuk meluruskan latihan2 itu." "Tidak mungkin .....!", kata Tang Cun Liang sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin lagi......... aku memang telah dipengaruhi hawa sesat itu....... memang menyedihkan.....! Tetapi tahukah engkau, bahwa kini hatiku agak terhibur........." "Ya ?" "Karena sekarang aku telah memiliki seorang murid yang baik sekali, yang memiliki bakat sempurna seperti Su-jie, jika memang dia bersungguh-sungguh mempelajari seluruh pelajaran yang akan kuberikan, tentu dia akan menjadi seorang pendekar yang gagah........hatiku puas, diapun sangat cerdas sekali............!" Oey Yok Su menunduk malu mendengar pujian gurunya. Sedangkan Ang See Kiam telah mengangguk-angguk beberapa kali. "Jika memang engkau mendidiknya dengan baik, tentu anak itu akah menjadi bintangnya rimba persilatan...........!" Kata Ang See Kiam. Dengan demikian, suasana percakapan itu jadi murung sejenak, karena Ang See Kiam juga menyadari kedukaan yang mencekam hati sahabatnya, yang telah terlanjur melatih salah ilmu tenaga dalamnya. Tetapi tidak lama kemudian Tang Can Liang tertawa gembira lagi, dia telah berkata dengan suara yang riang . "Sudahlah, untuk apa hal itu dipikirkan lagi ?" Katanya. "Bukankah aku masih sempat sedikitnya hidup sepuluh tahun lagi.......,? Hanya sayangnya, jika aku telah mendahuluimu berpulang, engkau tidak ada orang yang bisa diajak berlatih diri...........!" Ang See Kiam juga menganggukkan kepalanya, kemudian katanya . "Justru kedatanganku kemari sebetutnya ingin mengundangmu berkunjung ketempatku beberapa hari, dan waktu yang singkat itu bisa kita pergunakan untuk mengukur ilmu.......sayang sekali tampaknya engkau tidak berselera.......!" Tang Can Liang menghela napas, namun kemudian dia tertawa lagi, dia bilang "mulai hari ini aku memang sudah tidak memiliki selera lagi untuk menjadi jago didalam rimba persilatan, aku akan hidup tenang di Tho Hoa To selama tahun-tahun terakhir dari hidupku ini bersama murid tunggalku itu. Engkau jangan menyesal, orang she Tu, jika memang kelak aku berhasil memulihkan latihan sesat itu menjadi lurus kembali, siapa tahu kita bisa berjumpa lagi, walaupun telah lewat sepuluh tahun ?" Tu Li Sing mengangguk, kemudian dia telah bilang . "Baiklah, kalau memang demikian, aku minta diri saja dulu.......aku mendoakan semoga saja engkau berhasil untuk memulihkan semangat dan sinkangmu menjadi lurus kembali dan kau berhasil melatih muridmu itu..........!" Dan setelah berkata begitu, Tu Li Sing bangun berdiri dan memutar tubuhnya untuk berlalu. ---oo^dw.kz^O^Tah^oo--- TETAPI waktu Tu Li Sing melangkah sampai dipintu, Tang Cun Liang telah mengulurkan tangannya, dia menepuk bahu sahabatnya itu. Sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian tinggi sekali, Ang See Kiam tentu saja mengetahui menyambarnya angin serangan itu, dengan gerakan yang tidak disadarinya, bahunya telah miring turun sendirinya, mengelakkan serangan tersebut. Tetapi justru Tang Cun Liang telah menepuk dengan tepukan yang disertai tenaga lwekang yang bersifat lunak, yaitu Im, dia menyerang dengan tepukan yang menurun miring, maka biarpun bahu Ang See Kiam telah miring menenurun kebawah, tokh tangan Tang Cun Liang telah menyambar terus akan menepuknya pula. Ang See Kiam terkejut, dia cepat-cepat menyingkir dengan melompat kesamping, tangan kanannya dikibaskan untuk menangkis serangan itu. Namun waktu tangan mereka akan saling bentrok, Tang Cun Liang telah menarik pulang tangannya dan orang she Tang ini tertawa lebar. "Kepandaianmu tetap hebat seperti dulu, tua bangka she Tu !" Serunya diantara tertawanya itu. Ang See Kiam juga tertawa, dia berkata dengan suara bergurau . "Kau mengejutkan aku.........semula aku duga, engkau ingin main-main denganku disini............!" "Justru aku memiliki permintaan kepadamu yang ingin aku mohon agar engkau bisa membantu aku.........!" Kata Tang Cun Liang. Ang See Kiam jadi terkejut. "Katakanlah, permintaan apa yang kau inginkan dariku..........?" Tanyanya sambil memandang Tang Cun Liang dengan sorot mala yang tajam. "Aku ingin meminta kepadamu, agar kelak jika aku telah berpulang lebih dulu, maka sering-seringlah engkau perhatikan muridku, bimbingan berharga darimu sangat diperlukan sekali...........tentu arwahku akan puas sekali jika kelak engkau bisa memenuhi permintaanku itu !" Tu Li Sing tertawa lebar. "Kukira permintaan untuk nyebur kedalam kobaran api !" Katanya bergurau. "Baiklah, permintaanmu itu akan kuperhatikan. Mudah-mudahan saja umurku juga masih bisa panjaung terus, siapa tau justru dalam satu dua-tahun ini, akulah yang lebih dulu menghadap Giam Lo Ong untuk meminta diadili olehnya ?" Kedua tokoh sakti rimba persilatan itu telah tertawa gelak-gelak. Sedangkan Tang Cun Liang mengantar tamunya sampai dipintu kamarnya, dan Tu Li Sing sendiri dengan menjejakkan kakinya, tubuhnya ringan sekali mencelat keatas genting, dan dalam waktu sekejap mata dia telah menghilang dikejauhan. Setelah Tu Li Sing berlalu, Tang Cun Liang mengajak Oey Yok Su meninggalkan penginapan untuk kembali keperahu mereka. Cukup banyak barang yang telah dibeli mereka untuk, dibawa kepulau. Sepanjang perjalanan pulang kepulau mereka, Tang Cun Liang banyak menceritakan perihal pergolakan dan keadaan rimba persilatan, dimana banyak sekali tokoh- tokoh rimba persilatan yang memiliki tabiat aneh dan kepandaian yang tinggi sekali. Oey Yok Su begitu tertarik mendengar cerita gurunya, ia mendengari terus sambil mengayuh perlahan-lahan, sehingga perahu mereka berlayar dengan perlahan, dan saat itu memang cuaca baik sekali, laut jarang sekali dilanda gelombang yang besar. GAMBAR 04 Sepanjang perjalanan pulang kepulau mereka, Tang Cun Liang banyak menceritakan perihal pergolakan dan keadaan rimba persilatan. Tang Cun Liang sendiri sengaja menceritakan seluruh keadaan Rimba Persilatan, karena ia menghendaki agar muridnya ini memiliki pengetahuan yang Iuas, dan mengenal lebih mendalam tentang kehidupan tokoh- tokoh silat yang ada pada massa itu. Disamping itu juga Tang Cun Liang telah memberikan petunjuk-petunjuknya, tentang kepandaain aneh-aneh yang dimiliki oleh beberapa orang Rimba Persilatan. Tidak jarang Tang Cun Liang memberikan contohnya, sehingga Oey Yok Su bisa menangkapnya dengan cepat petunjuk-petunjuk yang diberikan gurunya. Hal itu bukan berarti Oey Yok Su akan mempelajari gerakan-gerakan ilmu silat dari tokoh-tokoh rimba persilatan yang diceritakan oleh gurunya, hanyalah ia bermaksud untuk mengetahuinya agar nanti dengan mudah bisa mencarikan jalan untuk mempelajari ilmu yang tinggi guna menghadapinya. Memang Oey Yok Su juga menyadarinya, setelah lebih dua tahun ia berguru pada gurunya tersebut, ternyata ia mulai senang mempelajari ilmu silat. Dan akhirnya Oey Yok Su jadi keranjingan. Sebagai seorang yang telah keranjingan ilmu silat, iapun tidak melupakan latihan- latihan yang berat namun menyenangkan. Tidak mengherankan jika Oey Yok Su bisa memperoleh kepandaian yang tinggi dalam waktu yang singkat. Setelah guru dan murid tiba dipulau Tho Hoa To, Oey Yok Su melatih diri lebih giat lagi. Setiap petunjuk gurunya diperhatikan dengan baik. Semakin bertambah usianya, semakin cerdas pula anak ini. Bahkan Oey Yok Su mulai bisa melihat kenyataan hidup, seorang yang lemah dan tidak memiliki kepandaian apa, apa, tentu akan celakalah dia. Dan inilah yang telah membuat Oey Yok Su jadi melatih diri dengan giat. Tidak percuma dan sia-sia Tang Cun Liang mengambil Oey Yok Su men jadi muridnya, karena pilihannya memang tidak meleset, dimana selain Oey Yok Su sangat cerdas, iapun merupakan seorang anak yang memiliki bakat sangat terpuji untuk, mempelajari ilmu silat. Maka, dalam waktu tiga tahun, Yok Su telah memiliki kepandaian yang tinggi. Begitulah, setiap hari Oey Yok Su telah menerima pelajaran ilmu silat dari gurunya. ilmu kelas wahid tentunya. Dan semua itu bisa dipelajari oleh Oey Yok Su dengan baik. Waktu Oey Yok Su berusia tujuh belas tahun, ja merupakan seorang pemuda yang tampan, selalu rapih, pendiam dan bersikap sungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu urusan. Yang terpenting justru Oey Yok Su kini telah memiliki kepandaaan tinggi sekali, kepandaian yang diperoleh dari gurunya. Seluruh kepandaian dan ilmu silat Tang Cun Liang telah diwariskan kepadanya, dan yang kurang buat Oey Yok Su hanyalah pengalaman belaka. Tetapi walaupun kurang pengalaman, tokh tidak sembarangan orang yang bisa merubuhkannya, karena Oey Yuk Su selain memiliki kepandaian yang tinggi, juga ilmunya itu merupakan ilmu silat yang luar biasa hasil ciptaan Tang Cun Liang, yang sebelumnya memang sangat terkenal sebagai salah seorang tokoh sakti rimba persilatan. Yang membuat Tang Cun Liang lebih kagum dan girang, justru Oey Yok Su kini telah dapat pula menguasai ilmu surat. Setiap sajak sajak kuno yang sulit- sulit telah berhasil dikuasainya dengan baik, begitu pula pengetahuan kesasteraannya, telah menakjubkan sang guru, karena Oey Yok Su bisa menghafal sebuah sajak yang sulit hanya dengan sekali membaca, untuk selanjutnya tidak satu hurufpun akan terlupa lagi. Disamping semua itu, Oey Yok Su juga telah mempelajari ilmu perbintangan dari gurunya. Tetapi khusus untuk ilmu ini Oey Yok Su tidak begitu banyak berhasil mempelajarinya, karena Tang Cun Liang sendiri kurang begitu menguasai ilmu tersebut. Namun Oey Yok Su telah bertekad, bahwa ia kelak akan berusaha mempelajari ilmu perbintangan dengan baik sampai ia bisa menguasai seluruhnya. Begitulah, Oey Yok Su setiap hari menghabiskan waktunya untuk melatih diri. Gurunya sering menyatakan, dalam satu atau dua tahun lagi Oey Yok Su akan menjadi seorang pendekar muda yang sulit dicari tandingannya. Memang Tang Cun Liang juga sering menyatakan kepada Oey Yok Su, jika muridnya ini berhadapan dengan jago tua yang merupakan tokoh persilatan, mungkin muridnya belum bisa menandingi, tetapi setidaknya Oey Yok Su tentu bisa mempergunakan kepandaiannya untuk menjaga keselamatan dirinya. Kata-kata gurunya itu membuat Oey Yok Su jadi tambah giat melatih diri, sehingga ia sering lupa makan dan tidur. Tidak jarang Tang Cun Liang ditengah malam buta rata mendengar angin berkesiuran keras diluar kamarnya, dan waktu Tang Cun Liang keluar, ia menyaksikan muridnya tengah, asyik melatih diri dengan ilmu-ilmu pukulannya. Angin sinkang yang keluar dari kepalan tangan muridnya itu berkesiuran keras sekali. Diam-diam sang guru jadi tersenyum girang, karena ia mengetahui bahwa muridnya kini memiliki kemauan yang keras untuk memiliki kepandaian yang tinggi sekali.. ---oo^dw.kz^O^Tah^oo--- BAGIAN 10 . PESAN TERAKHIR SANG GURU PAGI itu Oey Yok Su telah menyediakan makanan pagi untuk gurunya, kemudian ia melatih diri, dipekarangan rumah dengan ilmu silat yang telah dimilikinya. Yang membuat Oey Yok Su melatih diri dengan giat, karena ia bermaksud untuk memiliki sinkang yang lebih tinggi, karena semakin dilatih, sinkangnya itu se-makin memperolch kemajuan, menambah selera Oey Yok Su untuk mempertinggi ilmu dan kepandaiannya. Tetapi, disaat Oey Yok Su tengah asyik melatih diri, waktu itu Tang Cun Liang telah memanggil muridnya tersebut untuk bertemu dikamar perpustakaannya. Oey Yok Su menunda latihannya dan meneniui gurunya dikamar perpustakaan. Dilihatnya sikap Tang Cun Liang hari ini aneh sekali, dimana murid tersebut melihat gurunya bermuram durja, seperti ada sesuatu yang mengganggu ketenangan hatinya. Waktu melihat muridnya telah datang, Tang Cun Liang menyuruh murid tersebut untuk duduk disebuah kursi kayu yang kasar buatannya, karena dibuatnya sendiri. Murid itu menurut perintah gurunya, dia telah duduk dengan rapih untuk mendengarkan kata-kata gurunya. Waktu-waktu berlalu, tetapi Tang Cun Liang belum juga membuka suara. Guru ini telah berdiri dimuka jendela, mengawasi keluar mengawasi bunga-bunga yang banyak bertumbuhan dipelataran rumah. Tang Cun Liang juga menghela napas berulang kali, barulah kemudian meminta tubuhnya menoleh kepada muridnya, yang waktu itu tengah duduk agak gelisah menantikan apa yang ingin dikatakan oleh gurunya tersebut. "Muridku, engkau tentu mengetahui tiada pesta yang tidak akan berakhir bukan ?" Tanya gurunya. Oey Yok Su mengangguk, hatinya mulai merasa tidak enak. "Apa maksud suhu ?" Tanya murid ini. "Dan tidak ada sesuatu yang abadi didunia........perpisahan selalu terdapat untuk sebuah pertemuan. Maka dari itu, jika selanjutnya kita tokh berpisah, engkau jangan terlalu bersusah hati....!". "Dengarkan dulu kata-kataku", kata Tang Cun Liang sambil mengulap-ulapkan tangannya. "Jangan engkau memotong kata-kataku. Sekarang engkau mulai dewasa, dan juga seluruh kepandaianku telah kuturunkan semua, dimana engkau telah berhasil untuk mempelajarinya dengan baik........yang kurang untukmu hanyalah pengalaman belaka tetapi, walaupun demikian, jarang sekali ada orang yang bisa merubuhkan engkau, hanya beberapa orang tokoh sakti saja kukira yang bisa menundukkanmu ! Dengan kepandaian yang sekarang engkau miliki, engkau telah menjadi seorang yang memiliki kekuatan untuk melakukan suatu apapun yang engkau kehendaki. Tetapi walaupun demikian, engkau tidak boleh angkuh atau terlalu menyombongkan kepandaianmu. Inilah yang harus engkau ingat benar, karena langit ini demikian luas, dunia demikian lapang, masih banyak jago lainnya disamping engkau.......! Terpenting sekali adalah engkau harus terus menerus melatih diri sampai mencapai puncak kesempurnaan ilmumu, sehingga kelak engkau bisa menonjol sebagai seorang jago yang memiliki kepandaian yang tidak terkalahkan, terutama tidak mendatangkan malu untuk gurumu yang telah bersusah payah mendidikmu.......!" "Tecu akan memperhatikan nasehat suhu...!" Kata Oey Yok Su sambil menunduk dengan hati yang tidak tenang. "Ya, syukur jika engkau kelak bisa melatih diri terus dan menjadi seorang jago yang berkepandaian tinggi Itulah yang sangat kuharapkan sekali. Disamping itu, engkaupun harus sering-sering meminta petunjuk2 dari golongan Locianpwe, golongan tua, untuk menambah pengetahuanmu. Terutama sekali kepada Tu Li Sing, ia telah berjanji untuk membagi waktunya mengawasi dirimu setelah aku tiada.......!" "Suhu........?" Tang Cun Liang menghela napas panjang....... wajahnya muram. Tetapi itu hanya sekejap saja, sebab dia telah tertawa lagi sambil katanya. "Muridku, kukira usiaku telah cukup lanjut....... maka aku menyadari dalam beberapa hari ini rupanya aku tidak bisa mempertahankan diri lagi dan akan segera meninggal....... maka engkau jangan terkejut muridku, kematian adalah biasa dan ini merupakan perpisahan diantara kita. Yang penting, tidak boleh karena kematianku itu membuat latihan-latihanmu terganggu...aku rnemanggilmu kemari karena ingin kuberitahukan bahwa pulau Tho Hoa To ini kuwariskan kepadamu, agar engkau merawatnya dengan baik ....... akupun ingin berpesan kepadamu, jika aku telah meninggal dunia, maka buang saja mayatku dilaut, jangan dikubur.........!" Oey Yok Su tidak bisa menahan air matanya yang meleleh turun. Diapun telah berkata dengan suara gemetar. "Suhu ....... apakah ........ apakah sudah tidak ada jalan lain yang bisa memperpanjang usia suhu ?" Sang guru telah menghela napas dalam-daIam. "Muridku, baiklah aku berterus terang padamu, bahwa sesungguhnya aku telah menerima endapan dari kesesatan ilmu yang kulatih, maka dari itu, mungkin dalam waktu-waktu dekat ini, semua itu akan meledak. Memang selama sepuluh tahun aku bisa bertahan diri, tetapi sekarang rupanya sudah tiba waktunya dimana kesesatan itu akan meledak, merayapi seluruh anggota dalam tubuhku ......... ..! Sudah tidak ada jalan lain yang bisa menyelamatkan jiwaku. Hanya saja pesanku, jika aku telah tiada engkau harus melatih diri dengan sebaik mungkin ... ..!" Oey Yok Su sudah tidak bisa menahan perasaan lagi, ia telah bangkit dari duduknya berlutut dihadapan orang tua itu. Kemudian dia pun telah menangis sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tecu akan memperhatikan pesan suhu.......!" Dan tangisnya sudah tidak bisa ditahan lagi. Selama sepuluh tahun mereka telah hidup bersama dipulau ini, dan selama itu pula gurunya memperlakukan diriaya dengan baik dan manis. Sekarang gurunya menyatakan ia akan meninggal dunia karena kesesatan yang mengendap didalam tubuhnya. Mana Oey Yok Su tidak mau bersedih hati ? la telah menganggap Tang Cun Liang sebagai ayahnya, yang selama ini memanjakan dia. Maka Oey Yok Su tidak bisa menahan isak tangisnya lagi. Tang Cu n Liang mengusap-usap rambut muridnya, dia berkata dengan suara yang lembut . "Muridku!, engkau tidak perlu bersedih hati seperti itu. Kematian adalah biasa. Kita bertemu dan kini akan berpisah, itu semua tidak berarti apa-apa. Engkau harus bisa menerima kenyataan ini. Semua orang pun akhirnya akan tiba pada yang satu itu, yaitu kematian. Tetapi justru aku bersyukur, semua ilmu yang kumiliki telah, berhasil kuwariskan kepadamu disamping itu aku pun telah memiliki seorang murid sebaik engkau, secerdas engkau ........... maka aku akan bisa meram dalam matiku ini........ hatiku senang dan tidak diberati sesuatu lagi, sehingga aku, bisa meram diakherat..........!" Bukannya menghentikan tangisnya. Yok Su jadi menangis lebih sedih. Oey Yok Su jadi menangis lebih sedih. Banyak nasehat dan pesan yang di berikan oleh Tang Cun Liang, terlebih lagi memgenai ilmu simpanannya, ia telah menjelaskan keseluruhannya. Juga nasehat- nasehat bagaimana kelak Oey Yok Su harus hidup seorang diri untuk mengarungi dunia persilatan, menghadapi jago-jago yang ada, dan bagaimana tindakannya untuk dapat melakukan semua pekerjaannya sebagai seorang pendekar. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setelah menjelang senja, Tang Cun Liang perintahkan muridnya kembali kekamarnya, untuk beristirahat. Apa yang didengar oleh Oey Yok Su tentu merupakan urusan yang hebat dan menggoncangkan perasaannya, maka muridnya tersebut perlu beristirahat. Namun keesokan paginya, waktu Oey Yok Su mempersiapkan makanan untuk gurunya. dan ia mengetuk pintu kamar gurunya, Oey Yok Su tidak memperoleh sahutan. la tetah mangetuk dua kali Jagi, dan tetap tidak memperoleh jawaban. Dengan hati dan perasaan yang tidak enak, Oey Yok Su mendorong daun pintu kamar. Segera dilihatnya gurunya tengah rebah dipembaringannya, diam tak bergerak. Tahulah Qey Yok Su apa yang telah terjadi, ia jadi menangis sejadinya. Tang Gun Liang rebah dipembaringan dengan wajah yang tenang, bibir tersungking senyuman dan sepasang mata yang terpejamkan rapat-rapat. Disamping itu, iapun memenakan pakaian baru. Rupanya Tang Cun Liang telah berpulang untuk selama-lamanya kesisi Tuhan............ Memang sebelumnya Tang Cun Liang telah mengetahui bahwa hidupnya tidak lama lagi. Sebagai seorang tokoh sakti yang memiliki kepandaian sangat tinggi, Tang Cun Liang mengetahui kapan akan berakhir napasnya. Maka dari itu kemarin Tang Cun Liang telah memanggil muridnya dan memberikan wejangan- wejangan terakhir, dan malam itu, ia telah mengganti pakaiannya dengan seperangkat pakaian baru, dan merebahkan tubuhnya dipembaringan untuk tidur, untuk melakukan perjalanan yang jauh............. pergi selama- lama2nya....Dan dalam keadaan tertidur seperti itulah Tang Cun Liang telah menghembuskan napasnya yang terakhir. Setelah menangis agak lama, Oey Yok Su kemudian merapihkan segala sesuatu yang diperlukan, ia telah menuruti pesan gurunya untuk membuang jenasah gurunya ketengah laut. Dengan mempergunakan sebuah perahu Oey Yok Su membawa jenasah gurunya ketengah laut, kemudian waktu ingin melemparkan jenasah gurunya tersebut, Oey Yok Su telah berkata. "Guru...... tenang-tenanglah engkau ditempat peristirahatanmu yang terakhir..... tecu tentu akun selalu ingat pesan-pesan yang diberikan Suhu..... !" Dan tubuh Tang Cun Liang telah dilemparkannya masuk kedalam laut, ditelan oleh gelombung laut dan lenyap dari pandangan mata Oey Yok Su. Kemudian Oey Yok Su kembali kepulau, selama empat hari pemuda ini tidak enak makan, selalu dicekam oleh kesedihannya belaka mengingat akan kematian gurunya. Waktu ilu, Oey Yok Su juga tidak melatih diri. Ia sering membayangkan, betapa bahagia dan menggembirakan jika saja gurunya itu bisa hidup lebih lama lagi. Tetapi rupanya memang sudah suratan takdir, dimana ia dan gurunya harus berpisah. Berpisah mati untuk selama-lamanya. Dan Oey Yok Su mulai hidup seorang diri dipulau itu. Setelah lewat beberapa hari lagi, Oey Yok Su mulai bisa mengendalikan kesedihannya. la pun berpikir. "Jika kesedihanku ini berlarut-larut dan aku tidak bisa menguasainya sehingga aku tidak melatih diri, berarti aku melalaikan pesan suhu ! Bukankah dengan demikian akan membuat suhu jadi tidak tenang dialam baka ?" Karena berpikir begitu, maka Oey Yok Su telan menindih kesedihan2 hatinya, ia telah berlatih pula dengan giat. Begitulah, Oey Yok Su hidup hanya seorang diri dipulau tersebut. Tetapi karena telah lebih dari sepuluh tahun ia berada dipulau ini, maka Oey Yok Su telah terbiasa dengan kesunyian dan ketenangan yang ada. Satu tahun lebih Oey Yok Su menetap dipulau tersebut sambil melatih diri, namun akhirnya Oey Yak Su merasakan kesepian yang terlalu mencekam. Apa lagi memang ia merupakan seorang pemuda yang waktu itu memiliki semangat dan keinginan yang kuat. la bermaksud untuk pergi berkelana didalam rimba persilatan. Namun yang membuat Oey Yok Su bimbang justru ia berat sekali untuk meninggalkan pulau Tho Hoa To. Sebagai seorang pemuda yang memiliki kepandaian tinggi, dan hanya hidup seorang diri dipulau yang cukup luas seperti Tho Hoa To, akhirnya Oey Yok Su jadi bosan. la ingin mencoba kepandaiannya itu, untuk dipergunakan bertempur dengan seseorang. Namun sejauh itu, selama belasan tahun, tokh ia hanya seorang diri saja. Mana dapat ia berlatih dengan orang lain ? Setelah sebulan lebih Oey Yok Su dikuasai kebimbangannya itu, akhirnya perasaan ingin pergi mengembaranya lebih kuat, dan memhuat ia akhirnya memutuskan untuk meniggalkan Tho Hoa To beherapa saat lamanya, untuk berkelana dalam kalangan Kang- ouw. Kelak aku tokh kembali lagi kemari...... dengan pergi berkelana, tentu aku akan memperoleh pengalaman yang tidak sedikit...........!". Bulatlah tekad Oey Yok Su untuk meninggalkan Tho Hoa To sementara waktu, ia pun telah mempersiapkan perbekalan untuk melakukan perjalanan. Dua hari kemudian, dipagi hari yang cerah, dimana langit bersih dari awan dan air laut tidak terlalu bergelombang hebat, dengan mempergunakan sebuah perahu ia telah meninggalkan Tho Hoa To. ---oo^dwkz-0-Tah^oo--- BAGIAN 11 . OEY YOK SU MENINGGALKAN THO HOA TO Belasan hari lamanya Oey Yok Su berada ditengah laut, dan selama dalam perjalanan tersebut pikirannya selalu terkenang pada kebaikan-kebaikan gurunya. Tang Cun Liang lah yang telah membuat Oey Yok Su kini menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa dan memiliki kepandaian yang luar biasa. Tetapi siang itu, waktu Oey Yok Su tengah mengayuh perahunya, ia merasakan tubuhnya seperti disengat- sengat oleh panasnya udara, disamping itu juga langit biru bersih dan air laut seperti mendidih oleh panasnya udara. Dan yang lebih mengejutkan Oey Yok Su lagi, ia mengetahui apa artinya udara yang panas melebihi dari biasanya itu. "Celaka.......!" Mengeluh Oey Yok Su dalam hatinya. "inilah tanda-tanda topan akan segera muncul......... aku harus capat-cepat menyingkir........!" Dan Oey Yok Su mempercepat gerakan kayu pengayuhnya, dia harus cepat-cepat menyingkir dari daerah laut tersebut. Tetapi terlambat ..................... Dari utara justru Oey Yok Su melihat seperti terdapat sebuah tirai putih, seperti asap, yang kian menebal dan menghampirinya. Bahkan air lautpun mulai bergerak- gerak semakin lama merupakan gelombang yang kuat, bergulung-gulung semakin tinggi, sehingga perahu Oey Yok Su seperti juga dipermainkan oleh gelombang tersebut dan membuat pemuda ini sulit menguasai perahunya. Sedangkan tirai asap yang tengah menuju kearahnya semakin mendekat, cepat sekali semuanya itu terjadi, dan Oey Yok Su merasakan seluruh pakaiannya berkibar terhembus angin yang kuat. Oey Yok Su mengerti apa yang telah terjadi saat itu. Angin topan telah datang, dan ia sudah tidak memiliki pilihan lain, disimpannya kayu pengayuhnya dan ia memeluk perahunya dengan tubuh bertiarap. Dengan sikap seperti ini Oey Yok Su hendak mengurangi terpaan angin topan itu. Dan ia merasakan kepalanya pusing bukan main, karena perahu yang dipeluknya itu terpontang-panting dilemparkan gelombang yang besar kesana kemari tiada hentinya, perahu itu bagaikan sebuah belahan kulit kacang, yang tengah dipermainkan oleh gelombang laut yang ganas dan buas itu. Oey Yok Su merasakan matanya berkunang-kunang selain kepalanya yang pusing. Juga perbekalan makanan yang ada diperahunya telah lenyap, entah diterbangkan kemana. Tetapi Oey Yok Su masih terus mempertahankan dirinya dari seretan angin topan yang begitu dahsyat. Ia mengerahkan lwekangnya dan tetap memeluki perahunya dengan kuat, sehingga tubuhnya seperti melekat diperahunya tersebut. Namun............ karena perahunya itu berputar-putar pontang-panting tidak hentinya dipermainkan gelombang, akhirnya membuat Oey Yok Su seperti kehabisan napas, kepalanya pusing dengan pandangan mata menjadi gelap. Ia mengeluh, jika hal ini berlangsung terus lebih lama, tentu ia tidak akan kuat untuk bertahan terus, maka ia akan menjadi korban dari angin topan itu, yang tentunya akan melemparkannya entah kemana. Tetapi sebagai seorang pemuda yang belasan tahun lamanya memperoleh gemblengan diri dan tenaga dalam, akhirnya membuat Oey Yok Su masih bisa bertahan terus. Dia mengerahkan semangat dan tenaga saktinya memeluki perahunya, seperti juga tubuhnya telah melekat menjadi satu dengan-perahunya tersebut. Justru yang dikuatirkan oleh Oey Yok Su adalah batu karang. Kalau saja kebetulan disekitar laut tersebut terdapat karang, habislah riwayatnya, karena perahunya niscaya akan membentur hebat karang itu. Tetapi syukur sejauh itu tidak ada bahaya lain, hanya perahunya yang terus ber-pusing2 kuat sekali, dimana tubuh Oey Yok Su juga jadi berputar tiada hentinya. Pemuda tersebut merasakan tenaganya seperti habis terkuras, ia telah berputus asa. "Akhh........, rupanya hidupku hanya sampai disini saja...........inikah cara untuk menyusul suhu.............?" Pikir pemuda itu dalam kcadaan putus asa. Perahunya masih ber-pusing2 terus dan habislah tenaga Oey Yok Su. Ia sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi, dimana pandangan matanya menjadi gelap dan pikirannya menjadi kabur, dan ia sudah pingsan tidak sadarkan diri........ Oey Yok Su juga tidak mengetahui selanjutnya apa yang terjadi, karena ia hanya sempat berpikir sebelum jatuh pingsan bahwa tubuhnya tentu akan menemui kematian tenggelam didalam laut dan menjadi makanan empuk dari binatang laut, khususnya ikan hiu......... Angin yang berdesir dingin menerpa mukanya membuat Oey Yok Su membuka matanya, ia telah tersadar dari pingsannya, dengan hati bingung dia memandang kesekelilingnya. Waktu itu tubuhnya masih bertiarap rebah diatas perahunya dengan sepasang tangan tetap memegangi dan memeluk perahunya. Sedangkan perahu itu sendiri tengah terombang- ambing perlahan, dipermainkan oleh riak gelombang kecil air laut yang menerpanya lembut. Oey Yok Su jadi memandang kesekelilingnya. Hari telah malam. Entah jam berapa saat itu, ia hanya melihat rembulan telah tinggi dilangit dan banyak bintang-bintang yang bertaburan, air laut disekelilingnya juga berkilauan tertimpah cahaya rembulan. "Rupanya aku belum binasa......aku rupanya batal menjadi korban keganasan angin topan itu......!" Berpikir Oey Yok Su sambil menghela napas. Ia juga mengucapkan perasaan syukurnya kepada Tuhan, yang telah memberikan perlindungan padanya. Walaupun bagaimana, kehendak Tuhan jugalah yang membuat ia masih bisa hidup sampai saat ini, karena semula ia telah menduga bahwa dirinya akan menjadi korban keganasan angin topan itu. Oey Yok Su juga tidak mengetahui entah kapan angin topan itu berlalu, ia hanya heran mengapa dirinya tidak terseret oleh angin topan tersebut. Bukankah dia telah jatuh pingsan waktu perahunya dilanda topan ? Rupanya suatu kemujijatan telah terjadi pada diri pemuda ini. la telah memeluk perahu dengan tubah bertiarap. Dan waktu memeluki perahunya itu Oey Yok Su telah mengerahkan sinkangnya, sehingga sepuluh jari jemari tangannya seperti tertancap ditubuh perahu. Maka walaupun ia pingsan, tokh..... kedua tangannya itu masih juga memeluki kuat sekali tubuh perahu. Tubuh perahu itu, yang telah kehilangan segala barang perbekalan muatannya Oey Yok Su menjadi sangat ringan, dipermainkan topan dengan berputar- putar diatas gelombang air laut, sehingga tubuh Oey Yok Su yang tiarap diperahu tersebut jadi ikut ber-putar2 juga. Hal itulah, yang telah menyelamatkan Oey Yok Su dari maut. Kini topan telah berlalu, dan ia hanya berada diperahunya yang mengambang dipermukaan laut, tanpa kemudi. Setelah berhasil menenangkan goncangan hatinya, Oey Yok Su menghela napas dalam-dalam. Sekali lagi ia memandang kesekelilingnya, untuk melihat arah angin. la memang mempelajari ilmu perbintangan, dengan sendirinya ia bisa mengenali arah dengan hanya meIihat kedudukan bintang dan bulan. la telah mengetahui dengan cepat, jurusan mana untuk mengambil kearah barat. Tetapi justru sekarang yang membingungkan Oey Yok Su, ia tidak mengetahui kearah mana yang harus diambilnya untuk mencapai daratan Tionggoan. Itulah sebabnya ia telah mengambil arah barat, untut mencoba mengarungi laut dengan perkiraan saja. Satu hari sang malam Oey Yok Su berada diperahunya yang terapung ditengah lautan. Dan sejauh itu dia telah mengayuh, tidak juga di jumpainya daratan, sehingga membuat Oey Yok Su jadi bingung. "Walaupun aku terlolos dari kematian akibat topan itu, tokh akhirnya aku akan mati juga disebabkan kelaparan dan kehausan.........!" Pikir Oey Yok Su. Ia berpikir begitu karena memang perbekalannya semua telah lenyap, diperahunya sudah tidak terdapat suatu apapun juga. Saat itu Oey Yok Su juga telah dicekam oleh perasaan haus yang sangat. Namun sebagai seorang pemuda yang keras hati dan tabah, ia masih bisa bertahaan diri. Dia merasakan seluruh tubuhnya lemas tidak bertenaga. Perasaan lapar memang bisa ditahannya, tetapi hausnya ? Lehernya yang kering seperti juga mencekik pernapasannya. Diam-diam Oey Yok Su jadi mengeluh. Hidup terapung-apung ditengah laut dengan kelaparan dan kehausan seperti itu jauh lebih tersiksa dibandingkan mati terseret topan. Tetapi Oey Yok Su tidak berputus asa, ia telah berlayar terus dengan mendayung mempergunakan sisa tenaganya, sehingga perahunya masih bisa meluncur dengan cepat. Harapan 0ey Yok Su satu-satunya adalah menjumpai daratan......... Tepat diwaktu itu, Oey Yok Su melihat dikejauhan ada titik hitam, sehingga memberikan harapan pada hatinya. "Sebuah pulau.....!" Menggumam Oey Yok Su gembira, semangatnya terbangun dan dia mendayung lebih cepat lagi, dengan sisa tenaga yang masih ada padanya. ---oo^dwkz^0^Tah^oo--- BAGIAN 12 . TERDAMPAR DI PULAU TERPENCIL PERAHU itu meluncur lebih cepat dari semula, dan tidak lama kemudian titik hitam dikejauhan itu kian membesar dan jelas. Memang Oey Yok Su memiliki mata yang sangat tajam, ia mulai dapat melihat tepian pulau tersebut. Tetapi walaupun telah terlihat oleh mata, jarak yang harus ditempuh guna mencapai pulau tersebut cukup jauh. Karena itu ia telah keburu letih, dan beristirahat beberapa kali. Apa lagi rasa haus clan lapar terlalu mencekam dirinya. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Setetah mendayung lagi sampai beberapa saat, waktu fajar akan menyingsing. Oey Yok Su tiba didaratan pulau tersebut. Hatinya bergoncang-goncang karena girang. la baru saja ter-lolos2 dari kematian karena amukan topan dan kemudian terhindar dari kehausan dan kelaparan, sebab Oey Yok Su melihat pulau tersebut banyak sekali ditumbuhi pohon-pohon yang cukup lebar. Dengan sendirinya tentu terdapat sumber air dan makanan yang bisa menangsel perutnya. Dengan langkah kaki yang lesu Oey Yok Su telah menyusuri tepi pantai itu, memasuki sebuah hutan yang tidak begitu lebat. Untuk girangnya cepat sekali dia berhasil menemukan sumber mata air, sehingga dengan lahap Oey Yok Su menghirup air tersebut, melenyapkan rasa hausnya. Dengan diperolehnya air untuk pelenyap dahaganya, kini semangat Oey Yok Su jadi terbangun kembali. Ia pun merasa segar. Kini perasaan lapar saja yang menggodanya, tetapi perasaan lapar tersebut masih bisa ditahannya, tidak akan sehebat perasaan haus yang mencekamnya. Maka setelah merasa cukup meminum air dari sumber mata air tersebut, Oey Yok Su melanjutkan perjalanannya. Dan ia pun telah memetik tiga buah yang berbentuk bulat seperti apel, namun Oey Yok Su tidak mengetahui entah apa nama buah itu. Untuk mengurangi rasa laparnya Oey Yok Su telah memakan buah itu dengan lahap, sebentar saja ketiga butir buah itu telah pindah keperutnya. Lalu Oey Yok Su mengambil dua butir lagi, dan memakannya pula. Setelah kenyang, Oey Yok Su merebahkan tubuhnya dibawah sebatang pohon, guna melenyapkan letihnya. Telah hampir tiga hari ia tidak tidur, karena dicekam perasaan lapar dan haus diombang-ambingkan oleh gelombang laut. Kini selain hausnya yang telah lenyap, pun perasaan laparnya sudah tidak mengganggunya lagi maka ia bisa tidur dengan nyenyak untuk melenyapkan perasaan letihnya itu. Namun belum lama Oey Yok Su tertidur, ia mendengar suara berkeresek, seperti ada langkah-langkah kaki yang tengah mendekatinya. Sebagai seorang pemuda yang telah digembleng oleh seorang guru yang memiliki kepandaian sangat tinggi seperti Tang Cun Liang, tentu saja Oey Yok Su memiliki kepandaian yang tinggi pula dan memiliki pendengaran yang tajam. la terbangun dari tidurnya justru karena mendengar suara berkeresek seperti itu. Waktu Oey Yok Su mendarat dipulau tersebut menjelang fajar dan saat itu waktu menjelang tengah hari, sinar matahari juga bersinar terik. Dengan penuh kewaspadaan Oey Yok Su memandang kesekelilingnya. la tidak melihat siapapun juga. Tetapi suara langkah kaki itu masih terdengar, kian mendekati, dan juga suara langkah kaki itu berat sekali, menunjukkan bahwa, yang tengah melangkah mendatangi itu memiliki tubuh yang sangat berat sekali. Dengan mata yang tajam Oey Yok Su memandang kearah datangnya suara langkah kaki itu. Suara langkah kaki itu lenyap. Oey Yok Su menghela napas, ia mengetahui tentu ia akan menemukan sesuatu yang tidak dikehendaki. Didengar dari suara langkah kaki itu, memang menunjukkan bahwa ada makluk yang sedang mengintainya. Tetapi entah dimana makluk itu berada. Oey Yok Su jadi diliputi perasaan bimbang pula. Entah makluk yang mengintai dirinya itu seorang manusia atau binatang buas ? Tetapi Oey Yok Su lebih cenderung menduga manusia, karena didengar dari suara langkah kakinya memperlihatkan hanya dua kali tindakan yang saling susul, bukan berkaki empat. Juga gerakan dari suara langkah itu berat. Jika binatang buas tentu langkah kakinya ringan sekali. Tetapi nyatanya langkah-langkah kaki itu lenyap dan sekarang tidak terdengar lagi. Oey Yok Su yang telah pulih kesegaran tubuhnya; ia melompat berdiri dan mengawasi sekitarnya dengan cermat. la melangkah mendekati kearah dari mana tadi dia mendengar suara langkah kaki itu mendekati, dan kemudian lenyap. la melihat seonggokan rumpun yang lebat terdapat disitu. Tentu makluk yang mengintai dirinya barsembunyi ditempat itu. Dengan langkah kaki yang ringan, Oey Yok Su telah melompat kedekat pohon-pohon yang rimbun tersebut. Tetapi baru saja Oey Yok Su ingin mendekati lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara erangan yang menyeramkan. Suara erangan yang aneh sekali, menggetarkan hati Oey Yok Su. Suara erangan itu bukan suara erangan manusia. Entah suara erangan dari makluk apa. Oey Yok Su jadi kian berwaspada, karena dia menyadari bahaya tengah mengancamnya. Setidak- tidaknya makluk yang tengah bersembunyi itu tentunya penghuni pulau ini. Waktu Oey Yok Su tengah berpikir apa yang harus dilakukannya, disaat itulah ia mendengar lagi suara erangan yang aneh, mengandung kebuasan. Dan disusul kemudian dengan suara berkereseknya pohon-pohon yang tergeser dari samping Oey Yok Su. Pemuda ini dengan gesit telah memutar tubuhnya sambil menoleh. Namun gerakannya itu disusul dengari segera dilihatnya sesosok tubuh yang berwarna putih dan tinggi besar, tengah melompat akan mencengkeram padanya. Oey Yok Su jadi tidak sempat berkelit, ia telah membuang dirinya kesamping dan bergulingan ditanah. Makluk mengerikan itu mengeluarkan suara erangan yang lebih keras dan lebih menyeramkan lagi. Oey Yok Su telah keburu bangkit berdiri dan sekarang ia bisa melihat jelas makluk itu. Seekor biruang......! Biruang itu memiliki bulu berwarna putih bersih, seperti salju. Hanya saja tingginya luar biasa, dua kali ukuran manusia dewasa. Dan juga besarnya bukan main, dimana kedua lengannya itu masing-masing sebesar paha Yok Su. Oey Yok Su jadi bergidik juga meiihat kehebatan binatang buas ini, terlebih lagi waktu itu biruang tersebut telah menyeringai bersiap-siap akan menyerang dirinya, sehingga terlihatlah taring-taringnya yang tajam menyeramkan, tampaknya buas dan liar sekali. Mata binatng buas tersebut juga memancarkan sinar yang menakutkan sekali. Oey Yok Su berusaha menenangkan goncangan- goncangan hatinya, iapun bersiap-siap untuk menghadapi terjangan binatang buas tersebut, karena tampaknya binatang ini liar sekali dan berbahaya. Apa yang diduga Oey Yok Su memang benar, karena saat itu dengan mengeluarkan suara erangan yang sangat menyeramkan tampak binatang buas tersebut telah mengulurkan tangannya menerjang dirinya. Tetapi pemuda itu kini telah bersiap-sedia ia bisa bergerak gesit. Dengan cepat Yok Su melompat kesamping kanan, dan menggerakkan tangan kanannya menghantam punggung, binatang buas itu. "Bukk........!" Tangan Oey Yok Su menghantam sesuatu yang keras. Rupanya tubuh binatang buas itu memang tebal dan kuat sekali, sebab serangan yang dilancarkan Yok Su tidak mengakibatkan apa-apa padanya. Dengan buas malah binatang ini telah membalikkan tubuhnya dan menerjang lagi pada Yok Su. Empat kali Oey Yok Su mengelakkan diri dan selama itu pula ia bisa menyelamatkan diri dari terkaman binatang buas tersebut. Dalam saat demikian otak Yok Su juga bekerja dengan cepat. Ia menyadarinya, tidak bisa ia menghadapi biruang yang besar dan ganas itu dengan kekerasan. Maka ia mengambil cara untuk menghadapinya dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya saja. Oey Yok Su memang memiliki ilmu meringankan tubuh yang tinggi, maka ia bisa melompat kesana-kemari seperti tengah mempermainkan binatang buas tersebut, setiap kali ia berhasil mengelakkan terjangan-terjangan biruang itu. Namun dalam keadaan demikian, justru binatang buas itu telah jadi semakin ganas, berulang kali ia mengeluarkan suara pekik yang keras dan melancarkan serangan yang semakin kuat saja. Tentu saja hal ini membuat Oey Yok Su jadi sibuk sekali menyelamatkan diri dari cengkeraman- ceagkeraman biruang itu, sekali saja ia gagal mengelakkan diri dan tubulinya bisa dicengkeram biruang tersebut, celakalah dia...... biruang yang ganas itu tentu akan merobek-robek tubuhnya. Keadaan demikian memaksa Oey Yok St selain mengandalkan ilmu meringankan tubuhnya, ia juga berulang kali telah melancarkan serangan kearah kepala biruang itu. Satu dua kali pukulan Yok Su mengenai kepala binatang buas itu, tetapi rupanya tidak membawa pengaruh apa-apa, binatang buas tersebut tetap melancarkan terkaman2 yang mengerikan. Tetapi setelah berulang kali kepalanya kena terserang oleh Oey Yok Su, akhirnya biruang itu rupanya jadi pusing juga kepalanya dan pandangan matanya jadi nanar. Hal itu bukan membuat biruang tersebut, menghentikan terkamannya, malah semakin ganas saja dia menerjang kesana kemari. Entah telah berapa banyak pohon-pohon yang tumbang oleh terjangan binatang buas tersebut, tetapi ia tidak juga berobah menjadi lebih lunak, malah dengan disertai oleh raungannya yang kuat, acap kali kedua tangannya menerjang akan mencengkeram tubuh Oey Yok Su. Sebagai seorang yang cerdas, Yok Su menyadari tidak mungkin ia menghadapi terus binatang itu dengan kekerasan. Jika ia selalu mengelakkan diri pun tenaganya bisa terkikis habis dan ia bisa menjadi cepat lelah. Maka dalam keadaan demikian, dengan mengeluarkan ginkangnya, Oey Yok Su melompat kebelakang biruang itu, disaat mana binatang buas tersebut sedang menubruk kearahnya. Akibat elakkan Yok Su membuat binatang itu hampir terjerunuk jatuh ditanah, namun cepat sekali ia bisa menguasai dirinya sehingga tidak sampai terguling. Oey Yok Su tidak mau membuang-buang kesempatan yang ada, ia menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat kebelakang punggung binatang buas tersebut, ia mencengkeram bulu dibagian bahu binatang buas tersebut kuat-kuat. Biruang itu jadi meraung-raung sambil mempergunakan kedua tangannya untuk mencengkeram Yok Su. Tetapi usaha binatang tersebut selalu gagal, sebab Yok Su telah menjepit perut binatang buas tersebut dan mencengkeram kuat-kuat bahu dari binatang buas itu, sehingga biruang itu tidak leluasa lagi menggerakkan kedua tangannya GAMBAR 05 Tetapi usaha binatang itu selalu gagal, sebab Yok Su telah menjepit perut binatang buas tersebut dab mencengkeramnya kuat-kuat. Karena kesakitan dan juga penasaran tidak bisa menangkap mangsanya yang bercokol dibelakang punggungnya, dengan mengeluarkan suara raungan yang keras, binatang buas tersebut berlari kian kemari dengan cepat. Semakin lama ia berlari semakin cepat dan ganas, sehingga Yok Su yang tengah tergemblok dipunggungnya jadi merasa ngeri juga, dia kuatir kalau- kalau nanti dirinya tertumbuk batang pohon. Tetapi Oey Yok Su sudah tidak ada pilihan lagi, ia tetap bertahan dengan keadaan seperti itu. Hanya sekarang Yok Su sering mempergunakan tangannya sekali-sekali memukul kepala biruang itu. Sehingga binatang buas tersebut jadi semakin kalap. Apa lagi pukulan tangan Yok Su menghantami kepalanya dengan disertai oleh kekuatan tenaga dalam, maka keras sekali serangan itu menumbuk kepalanya. Lama-lama biruang itu jadi mabok dan pusing, disamping sangat kesakitan. Setiap kali kepalan tangan Oey Yok Su menghantam kepalanya, se biruang merasakan pandangan matanya ber-kunang2. Memang mulanya ia semakin garang dan beringas, namun setelah peristiwa seperti itu berulang kali dilakukan Yok Su, binatang itu jadi lebih per-lahan2 gerakannya, dimana tubuhnya jadi ter-huyung2 seperti akan terjerembab. Oey Yok Su menyadari bahwa ia akan berhasil menguasai binatang buas itu. Ia telah mengempos dan memusatkan kekuatan sinkangnya ditelapak tangannya, disuatu kesempatan, dengan diiringi suara bentakan, Yok Su mengirimkan pukulan yang keras sekali dikepala binatang buas itu. "Plakk.....!" Kepala biruang itu telah dihantamnya kuat sekali. Tubuh biruang itu ter-huyung2 akan rubuh, namun dalam keadaan demikian ia masih berusaha bertahan. Oey Yok Su memusatkan tenaganya, pula dan bermaksud menghantam lagi, tetapi waktu pemuda ini menggerakkan tangannya, terdengar suara orang berkata dengan nada yang dingin. "Jangan mencelakai biruangku.........!" Oey Yok Su terkejut, dengan gesit ia melompat turun dari punggung biruang itu. Kemudian berbareng memutar tubuhnya. Dilihatnya seorang laki-laki dengan pakaian dari bahan kulit binatang menutupi sebagian tubuhhya yang tegap itu, dan juga dengan rambut yang terurai panjang menutupi sebagian pundaknya, tengah berdiri bengis mengawasi dirinya. Dilihat dari keadaannya itu, orang tersebut tampaknya tidak begitu merawat keadaan dirinya, jenggotnya panjang dan tumbuh tidak teratur, disamping kumisnya yang kaku. Tetapi tubuhnya yang tinggi besar dan tampaknya tegap, membuat Oey Yok Su tidak berani sembarangan menghadapi manusia ini, yang menurut pengakuannya tadi sebagai majikan binatang tersebut. "Siapa kau, pemuda lancang yang berani mendatangi pulauku ?" Kata orang itu lagi dengan suara yang keras mengandung hawa pembunuhan. Oey Yok Su cepat-cepat merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat, sambil katanya. "Siauwte telah menemui rintangan dilaut, diterjang topan, sehingga tersesat kemari, harap locianpwe mau memaafkan......! Bolehkah Siauwte (aku yang muda) mengetahui nama locianpwe ?" "Hemm.....", mendengus dingin orang itu dengan suara yang tetap mengandung hawa pembunuhan, sikapnya juga tidak berobah, tetap memperlihatkan sikap tidak bersahabat. "Engkau telah lancang memasuki pulauku, kini menyiksa biruang peliharaanku, maka kesalahanmu itu merupakan kesalahan tidak berampun ........ engkau harus mempertanggung jawabkannya". Berbareng dengan habisnya perkataan itu, tiba-tiba tangan orang tersebut bergerak mengibas. Tetapi hebat kesudahannya. Oey Yok Su merasakan angin yang kuat menerjang dirinya, cepat-cepat ia mempertahankan diri dengan mengerahkan kekuatan dikedua kakinya. Namun tidak berhasil, karena tubuhnya tetap terhuyung dan hampir saja ia kejengkang kebelakang. Untung Yok Su gesit sekali, begitu tubuhnya hampir terjengkang kebelakarag, ia telah membarengi menotol tanah, sehingga tubuhnya mencelat ketengah udara dan kemudian meluncur turun kembali ketanah dengan kedua kaki yang terlebih dahulu, ia tidak sampai terjengkang. "Ihh........!" Orang yang tampaknya ganas dan menjadi majikan pulau tersebut mengeluarkan seruan heran. la tidak menyangka bahwa pemuda dihadapannya ini bisa menghindar dari serangannya. Telah empat puluh tahun lamanya ia menempati pulau ini untuk melatih ilmunya dan ia berhasil menyempurnakan ilmunya. Tetapi justru sekarang seorang pemuda dengan gerakan yang begitu mudah telah berhasil memunahkan serangannya dan melenyapkan tenaga gempurannya. "Engkau rupanya memiliki sedikit kepandaian !" Kata majikan pulau tersebut dengan suara semakin dingin. "Dan itulah pula sebabnya mungkin engkau jadi bertingkah...!". Oey Yok Su kenal bahaya, jika memang orang tua yang berpakaian tidak keruan tersebut melancarkan serangan-serangan yang lebih hebat, tentu yang akan celaka adalah dirinya. Walaupun Yok Su mendongkol, ia menindih perasaannya itu, dan berusaha untuk tersenyum, guna menjelaskan duduknya persoalan. Tetapi orang tua yang berpakaian dari kulit binatang itu kembali mengibaskan tangannya. Malah sekarang. dia mempergunakan kedua tangannya, tenaga serangan itu jadi hebat, membuat Oey Yok Su tidak sempat berkata lagi, karena ia harus menghadapi tenaga gempuran tersebut. Dengan melihat cara menyerang orang itu, tentunya majikan pulau tersebut memiliki sin-kang yang tinggi sekali. Oey Yok Su juga menyadari jika ia menghadapi dengan kekerasan, tentu dirinya yang akan celaka. Maka ia telah berusaha untuk menghadapinya dengan kelunakan yang bisa dilakukannya. la menangkis, tetapi waktu tenaga mereka akan saling bentur, Yok Su kembali menarik pulang tangannya. Seketika itu juga angin serangan dari oiang yang menjadi majikan pulau tersebut jadi mengena tempat kosong, dan mempergunakan kesempatan itu Yok Su lompat menyingkir. Dengan caranya seperti itu Oey Yok Su berhasil menyelamatkan dirinya tanpa perlu mengadu kekerasan. Tetapi orang yang berpakaian kulit binatang itu jadi semakin berang. Dia tidak melancarkan serangan lagi, hanya bertanya dengan suara yang dingin. "Engkau dari Tho Hoa To?" Mendengar teguran orang itu Oey Yok Su jadi terkejut dan heran, ia telah bertanya. "Bagai mana Locianpwe mengetahui Siauwte dari Tho Hoa To........?" "Hemm....., ilmu yang kau miliki itu tentunya dari si tua bangka Tang Cun Liang...! Bagaimana keadaan orang she Tang itu sekarang?" Muka Oey Yok Su jadi muram ketika menengar ditanya perihal gurunya, ia telah cepat-cepat memberi hormat sambil sahutnya dengan sopan. "Insu (guru yang berbudi) Tang Cun Liang adalah guruku, dan......kini suhu telah menutup mata untuk selama-lamanya.......!". Orang berpakaian kulit binatang itu mengeluarkan seruan, rupanya ia terkejut. Tetapi tiba-tiba ia berseru sambil membanting-banting kakinya. "Penasaran......! Penasaran........!" Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Lalu tubuhnya berlari-lari disekitar tempat itu sambil menjambaki rambutnya, ia pun tidak jarang membenturkan kepalanya dibatang pohon. Sikap dan tingkah lakunya membuat Yok Su hanya berdiri bengong keheranan. Sedangkan majikan pulau ini telah berteriak-teriak terus. "Penasaran.....! Penasaran........! Sungguh penasaran.........!" Setelah puas berlari-lari, akhirnya majikan pulau ini telah duduk numprah diatas tanah dan ia menangis keras....... ! Oey Yok Su benar-benar dibuat jadi heran oleh kelakuan orang ini, yang dilihatnya memiliki kepandaian luar biasa tingginya. Tidak seharusnya orang seliehay ini memiliki sikap seperti anak kecil. Agak lama juga Oey Yok Su berdiri tertegun ditempatnya, sampai akhirnya ia melihat biruang yang tadi ganas menyerang dirinya telah menghampiri orang tersebut, duduk disampingnya sambil mengeluarkan suara yang halus, seperti merintih. Orang tua yang menjadi majikan pulau itu menghentikan tangisnya, ia menoleh kepada biruang peliharaannya itu sambil katanya dengan sengit . "Pekjie, benar-benar penasaran.....! Penasaran.........! Duapuluh tahun lebih aku mengurung diri dipulau ini meyakinkan ilmuku, ternyata si tua she Tang itu telah mampus ....! Sungguh penasaran....! Sungguh penasaran.........!" Oey Yok Su jadi heran dan tambah tertarik, ia melangkah beberapa tindak mendekati orang tersebut, kemudian tanyanya. "Apa yang membuat locianpwe penasaran?. Dan ada urusan apakah antara cianpwe dengan insu-ku ?" "Sungguh penasaran.......! Benar-benarkah si tua she Tang itu telah mampus.......?" Tanya majikan pulau tersebut. Mendongkol juga Yok Su mendengar pertanyaan orang tua itu yang demikian kasar, yang ditujukan untuk gurunya almarhum, ia telah mengangguk sambil katanya dengan suara kurang senang . "Memang Insu, telah berpulang...... Dan...... bolehkah Siauwte mengetahui ada urusan apakah antara Insu dengan locianpwe?" "Hemm......., percuma aku dua puluh tahun lebih mengurung diri begini, ternyata hanya sia-sia belaka........ aku memang telah berpikir satu atau dua tahun mendatang untuk datang ke Tho Hoa To, guna menempur si tua she Tang itu, untuk memperoleh kepastian, siapakah diantara kami yang sebetulnya memiliki kepandaian lebih tinggi......! " Oey Yok Su jadi tambah heran, dia segera bisa menangkap urusan tersebut. ---oo^dwkz^0^Tah^oo--- BAGIAN 13 . LU LIANG CWAN PENGHUNI PULAU TERPENCIL PERTAMA "DULU!, DUA PULUH EMPAT TAHUN yang lalu aku telah dirubuhkan oleh si tua she Tang itu. Walet Besi Karya Cu Yi Kaki Sakti Menggemparkan Dunia Karya Hong San Khek Perangkap Karya Kho Ping Hoo