Ceritasilat Novel Online

Pertikaian Tokoh Persilatan 6


Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 6


Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung   Dan aku telah bersumpah akan melatih diri untuk menciptakan ilmu yang hebat, agar kelak aku bisa mempergunakannya untuk merubuhkan si tua she Tang itu ! Tetapi rupanya jerih payahku selama dua puluh tahun lebih ini hanya sia-sia belaka, sebab si tua bangka she Tang itu telah pergi keneraka...........!"   Oey Yok Su jadi terdiam, ia telah memandang kepada orang tua itu dengan hati berpikir.   "Hemm......., kepandaianmu mana bisa menandingi kepandaian guruku ? Jangan harap engkau bisa merubuhkan guruku, seandainya guruku itu belum berpulang kealam baka.......!"   Rupanya orang tua itu melihat sikap Oey Yok Su yang memandang padanya dengan sorot mata ragu-ragu akan kata-katanya, ia telah melompat berdiri sambil berteriak.   "Bagus......! Kukira masih belum terlambat.......! Engkau sebagai murid dari si tua she Tang itu pasti bisa mewakilinya untuk bertempur denganku, untuk mengetahui ilmu siapa yang lebih tinggi.........se- tidak2nya engkau bisa mengurangi penasaranku"   Oey Yok Su masih berdiam diri saja, ia hanya mengawasi orang tua itu.   "Ayo mulai........karena engkau yang tingkatan muda, aku memberikan kesempatan kepadamu untuk melancarkan serangan lebih dulu sebanyak sepuluh jurus tanpa memperoleh perlawanan dariku...!". Tetapi Oey Yok Su benar-benar jadi bimbang, dia bilang.   "Jika kita bertempur dengan cara demikian, tentu tidak ada gunanya, selamanya engkau tidak akan mengetahui siapakah yang lebih liehay antara engkau dengan guruku! Selama dua puluh tahun belakangan inipun guruku telah memperoleh kemajuan yang pesat, jika memang guruku itu tidak meninggal dunia tentu ia bisa memperlihatkan kepadamu, bahwa kepandaianmu itu tidak berarti apa-apa baginya...!". Mendengar perkataan Oey Yok Su, keruan saja darah orang tua yang menjadi majikan pulau tersebut jadi meluap naik, ia telah berkata dengan suara yang mengandung keberangan .   "Engkau masih demikian kecil sudah berani mengucapkan perkataan kurang ajar seperti itu terhadapku ? Akan kurobek mulutmu...!".   "Justru Siauwte berasal dari golongan boanpwe, maka Siauwte juga tidak berani untuk coba-coba mengadu ilmu dengan locianpwe. Jika memang locianpwe bisa menghargai diri sendiri, tentunya tidak akan memaksa aku untuk mengadu ilmu denganmu. Bayangkan saja, aku baru beberapa tahun berlatih diri, sedangkan engkau telah sekian puluh tahun menyepi dan melatih diri dengan bersungguh-sungguh. Dengan demikian belum bisa ditarik kesimpulan siapa yang lebih tinggi ilmunya......!"   Mendengar perkataan Oey Yok Su, orang tua itu jadi termenung, sedangkan Pekjie, biruang putih itu, telah berdiri disamping majikannya sambil mengawasi ganas pada Oey Yok Su.   Rupanya biruang ini masih menaruh dendam atas perlakuan yang tadi diterimanya dari Oey Yok Su.   Sedangkan Oey Yok Su tetah berkata lagi dengan suara yang tenang, ia bilang.   "Jika memang kita ingin mengadu kepandaian, setidaknya kita harus menanti beberapa tahun lagi sampai Siauwte menyelesaikan latihan Siauwte...!"   "Hemm........", orang tua itu telah mendengus dingin.   "Aku Lu Liang Cwan benar-benar penasaran, karena cita-citaku untuk dapat merubuhkan orang she Tang itu tidak kesampaian.......   "   Dan kembali ia menangis keras sekali, seperti sikapnya seorang anak kecil.   "Jika memang demikian, berarti Thian tidak menghendaki kalian bertempur lagi"   Kata Oey Yok Su, berusaha menghiburnya. Namun Lu Liang Cwan telah menarik-narik rambutnya yang panjang itu sambil menangis terus, dan akhirnya ia melompat berdiri, matanya beringas tajam, iapun berkata dengan bengis.   "Aku tidak mau tahu apa alasanmu, tetapi karena engkau sebagai murid Tang Cun Liang, engkau yang harus bertanggung jawab menerima hutang-hutangnya.....!"   Oey Yok Su menyadari tidak mungkin ia menghindar dari pertempuran dengan orang tua ini, maka ia telah tersenyum sambil berusaha membawakan sikap yang tenang, katanya dengan sabar.   "Baiklah, sekarang engkau katakan, dengan cara bagaimana kita akan mengadu kepandaian.....?"   "Hmmm......., mudah saja, engkau boleh menyerang aku sebanyak sepuluh jurus, aku tidak akan melawannya, tetapi selewatnya itu, aku akan melancarkan serangan balasan. Kukira keringanan yang kuberikan untukmu itu lebih dari cukup ! Bersiap-siaplah untuk bertempur...'' Tetapi Oey Yok Su yang belum pernah bertempur sungguh-sungguh, masih bimbang apakah ia akan sanggup menghadapi, orang tua yang liehay ini. Namun keadaan telah demikian menjepitnya, sehingga dia tidak bisa menghindar dari pertempurun tersebut. Lagi pula, sekarang bukankah ia tengah berada dipulau orang she Lu tersebut ? "Baiklah....!"   Mengangguk Oey Yok Su.   "Terserah apa maunya Lu Cianpwe......tetapi yang kuminta, agar Lu Cianpwe berlaku sedikit murah hati kepadaku.......! "   "Kau menyeranglah...!"   Kata Lu liang Cwan dengan suara yang keras.   Oey Yok Su menyedot udara dalam-dalam, dan kemudian memusatkan sinkang-nya, ia bermaksud akan mulai melancarkan serangan.   Disaat seperti itu sudah tidak ada pilihan lain buat Oey Yok Su, maka ia telah melangkah mendekati Lu Liang Cwan, ia menjura sambil berkata.   "Maaf, Siauwte akan segera menyerang........!"   Dan membarengi dengan perkataannya itu, kedua tangan Oey Yok Su melancarkan serangan.   Karena tahu bahwa orang she Lu itu memiliki kepandaian yang tinggi, tidak berani ia main-main, dia melancarkan serangan dengan hati-hati.   Serangan yang dilancarkannya itu memiliki tiga perobahan yang cepat, yaitu yang per-tama untuk berusaha merubuhkan musuh, kedua mempertahankan diri jika memang tenaga musuh terlalu kuat dan ketiga merupakan kesempatan mengundurkan diri jika ternyata tidak sanggup menghadapi lawannya.   Dengan cara menyerang seperti ini memang Oey Yok Su ingin mempergunakan ketiga kesempatan tersebut.   Pertama ia memang ingin mengadu kekuatan dengan Lu Liang Cwan, tetapi jika nanti ia tidak kuat menghadapinya ia akan bertahan diri.   Sampai kalau ia tokh masih tidak bisa untuk bertahan, maka ia akan mempergunakan gerakan terakhir untuk mundur menyelamatkan diri.   Sedangkan Lu Liang Cwan telah mengeluarkan suara tertawa dingin, pikirnya didalam hati ."Hemm, hanya sedemikian saja kepandaian yang diwarisi si tua she Tang itu kepada muridnya ini......!"   Dan ia telah mengelak.   Seperti janjinya tadi bahwa ia tidak akan membalas menyerang selama sepuluh jurus, dan janjinya itu ditepati-nya.   la memang tidak balas menyerang dan hanya mengelakkan diri atau menangkis belaka.   Tetapi waktu tenaga serangan yang dilancarkan Oey Yok Su telah tiba, Lu Liang Cwan baru terkejut.   Tenaga serangan yang dilakukan oleh Oey Yok Su merupakan suatu gabungan kekuatan yang berputar melingkar-lingkar, sehingga merupakan libatan yang sulit untuk dielakkan.   Ditangkis juga tenaga itu akan buyar dan menyerang beberapa bagian tempat lainnya.   Keruan saja, serangan serupa ini tidak pernah diduga oleh orang she Lu itu.   Ia telah mengelakkan diri dengan melompat keatas sambil menendang kearah tangan Oey Yok Su, maksudnya ia akan membendung tenaga serangan itu.   Tetapi sebelum tendangannya mengenai tangan Oey Yok Su, pemuda itu telah menarik pulang serangannya, dengan sendirinya Lu Liang Cwan jadi menendang tempat kosong.   Keadaan seperti ini membuat ia jadi kecele.   Yang mengejutkan Lu Liang Cwan justru waktu itu Oey Yok Su telah membarengi dengan serangan jurus kedua, yaitu tangannya yang digerakkan dengan cepat sekali akan menggunting pinggang orang she Lu itu.   Keruan Lu Liang Cwan tambah terkejut.   Tubuhnya tengah meluncur turun, dan sekarang Oey Yok Su melancarkan serangan menggunting seperti itu, dengan sendirinya membuat posisi dirinya jadi terancam sekali.   Tetapi sebagai seorang jago tua yang memiliki kepandaian tinggi, ia tidak menjadi bingung menghadapi ancaman seperti itu.   Dengan mengeluarkan suara dengusan dingin, tahu- tahu ia telah membungkuk dan tubuhnya berputar seperti bola ditengah udara.   Caranya itu membuat serangan Oey Yok Su jatuh ditempat kosong, tidak berhasil mengenai sasaran.   "Bagus......."   Berseru Oey Yok Su yang kagum sekali melihat betapa orang tua itu memang benar-benar liehay.   Tetapi sambil memuji begitu, Oey Yok Su juga tidak lupa membarengi dengan serangan ketiga.   Serangannya kali ini merupakan jurus yang bernama "Memetik Bunga Tho", menyambar kesegala bagian tubuh Lu Liang Cwan dengan cepat sekali.   Maka jika Lu Liang Cwan melindungi bagian bawah tubuhnya, justru bagian atas tubuhnya yang terancam.   Memperoleh serangan seperti ini, kembali Lu Liang jadi terkejut, ia sampai mengeluarkan suara "Ihh....!"   Dan cepat-cepat mengelakkan diri.   Beberapa kali berikutnya Lu Liang Cwan mengalami hal yang sama, selalu mengelakkan diri oleh desakan Oey Yok Su.   Sulitnya justru tadi ia yang menjanjikan tidak akan balas menyerang, maka dengan demikian walaupun dirinya berada dalam keadaan terancam, tokh ia hanya bisa menangkis atau mengelakkan diri tanpa bisa melancarkan serangan balasan.   Namun dasarnya memang ia liehay, sepuluh jurus telah berhasil dilewatkan dan Oey Yok Su selama sepuluh jurus itu tidak memperoleh hasil apa-apa.   "Sekarang tiba waktunya kau menerima seranganku !"   Kata Lu Liang Cwan.   Tiba-tiba tangan kirinya mendorong, sedangkan tangan kanannya menotok.   Tangan kirinya yang mendorong itu mengeluarkan serangkum angin serangan yang kuat, sedangkan tangan kanannya yang menotok itu mengincar jalan darah "Tai- hu-hiat"   Di iga Oey Yok Su, jalan darah yang cukup berbahaya.   Tetapi Oey Yok Su walaupun masih berusia muda, tokh ia memiliki kepandaian yang tinggi, karena ia murid seorang tokoh sakti Tang Cun Liang.   Menghadapi serangan segerti itu ia masih bisa mengelakkan diri.   Sambil berkelit dengan setengah berjongkok, Oey Yok Su juga melancarkan serangan balasan keperut Lu Liang Cwan.   Serangan itu merupakan serangan biasa, untuk membela diri, narnun telah memaksa orang she Lu itu harus melompat kebelakang, kalau tidak tentu perutnya akan menjadi sasaran empuk dari serangan Oey Yok Su.   "Hemm......, engkau masih muda, tetapi tampaknya engkau telah menguasai ilmu gurumu."   Kata Lu Liang Cwan.   Dan ia mulai melancarkan serangan lagi, kedua tangannya bergerak cepat sekali, tubuhnya berkelebat dengan gerakan gesit seperti setan saja, sulit diikuti oleh pandangan mata manusia biasa.   Justru Oey Yok Su jadi kaget bukan main, ia melihat Cara bertempur lawannya ini merupakan cara yang sangat liehay, selain mempergunakan kegesitan, juga setiap tenaga serangannya mengandung maut.   Berarti ia tidak boleh memandang remeh menghadapi lawannya.   Dengan cepat Oey Yok Su juga telah mengeluarkan ilmu yang diperoleh dari gurunya.   Walaupun baru pertama kali ini Oey Yok Su mempergunakan ilmunya untuk bertempur supgguh- sungguh, namun disebabkan ilmu yang diwarisi oleh Tang Cun Liang merupakan ilmu yang liehay, maka setiap serangan Oey Yok Su hebat dan bisa mempertahankan diri dari desakan Lu Liang Cwan.   Singkat sekali mereka bertempur, namun telah puluhan jurus yang mereka lewati.   Dan selama itu memang Oey Yok Su agak terdesak.   Lu Liang Cwan tidak puas dengan hasilnya hanya bisa mendesak Oey Yok Su, ia, menghendaki untuk dapat merubuhkannya.   Namun kenyataannya, walaupun Oey Yok Su sangat terdesak, tokh ia masih bisa mempertahankan diri.   Keadaan demikian telah membuat Oey Yok Su harus selalu main kelit dan tidak bisa balas menyerang.   Namun Oey Yok Su masih bisa menutup dirinya dengan penjagaan yang kuat, sehingga tidak pernah serangan Lu Liang Cwan mengenai sasarannya.   Tentu saja pertempuran, tersebut menambah penasaran Lu Liang Cwan.   Karena ia sebagai seorang tokoh yang liehay tokh sejauh itu masih belum bisa menguasai Yok Su.   Bahkan untuk merubuhkannya tampaknya tidak mungkin terjadi dalam waktu yang singkat.   Oey Yok Su sendiri telah mengeluh.   Selama mengelakkan serangan lawan-nya yang liehay ini dia masih belum sempat untuk balas menyerang.   Kesempatan untuk melancarkan serangan balasan sama sekali tidak dimilikinya.   Tetapi sebagai seorang pemuda yang tabah Oey Yok Su bisa bertempur dengan baik dan tenang, sama sekali ja tidak menjadi takut walaupun melihat lawannya melancarkan serangan yang mengandung maut bertubi- tubi.   Disaat itu, Lu Liang Cwan yang tengah diliputi perasaan penasaran telah mengeluarkan suara menggeram, kemudian kedua tangannya berputar, ia telah merobah cara bertempurnya.   Oey Yok Su terkejut, ia merasakan angin serangan lawannya seperti berputar-putar disekitar tubuhnya.   Sambil mengeluarkan suara seruan perlahan, Oey Yok Su berusaha untuk memecahkan tenaga serangan lawannya.   Tetapi usaha Oey Yok Su tidak berhasil, karena ruangan geraknya jadi semakin sempit, membuat ia jadi tidak leluasa untuk mengelakkan serangan Lu Liang Cwan.   Sampai suatu kali, dengan mengeluarkan suara serangan, Lu Liang Cwan telah mengulurkan tangan kanannya, ia mencengkeram pergelangan tangan Oey Yok Su.   Pemuda itu berusaha untuk mengelakkan diri, tetapi gagal, bahkan pergelangan tangannya yang telah berhasil dicengkeram oleh Lu Liang Cwan itu terasa sakit sekali, seperti tulang-tuIang pergelangan tangannya akan hancur dijepit oleh japit besi yang kuat.   Belum lagi Oey Yok Su mengetahui apa yang akan terjadi, orang she Lu itu telah menghentak sehingga tubuh Oey Yok Su terjerembab kedekatnya, dan ia telah merasakan punggungnya sakit dicengkeram oleh lawannya.   "Habislah aku kali ini....... pertama kali aku bertempur, tetapi aku sudah rubuh dan akan binasa ditangan orang ganas ini........!"   Berpikir Oey Yok Su dengan kecewa. Lu Liang Cwan yang telah mencengkeram pundak pemuda itu, mengeluarkan suara tertawa dingin.   "Ternyata kepandaianmu tidak terlalu hebat", katanya.   "Nah, pergilah kau...!"   Sambil berkata begitu Lu Liang Cwan melepaskan cengkeramannya. Tubuh Oey Yok Su hampir terjerambab, ia cepat-cepat mengatur keseimbangan, tubuhnya, hanya perasaan sakit pada pundak dan pergelangan tangannya masih dirasakannya.   "Kau ternyata memang seorang pemuda yang memiliki kepandaian lumayan. Apa yang engkau katakan tadi benar adanya. Jika aku masih seusia engkau, tentu aku tidak mungkin bisa merubuhkanmu, mungkin juga aku sendiri yang akan dirubuhkan olehmu ! Telah lewat seratus jurus lebih aku baru bisa merubuhkanmu, inilah suatu hasil yang cukup mengherankan, bahwa seorang pemuda seperti engkau bisa bertahan begitu lama dari serangan-seranganku.......!"   Oey Yok Su yang mengetahui bahwa dirinya diampuni oleh Lu Liang Cwan, telah merangkapkan sepasang tangannya, ia memberi hormat, sambil katanya.   "Baiklah, apakah locianpwe ingin mengartikan mengampuni aku dan mengusir aku dari pulau ini...?"   Lu Liang Cwan menggelengkan kepalanya.   "Tidak......! Aku justru menghendaki kau menetap dipulau ini, jangan pergi lagi......!"   Kata Lu Liang Cwan. Oey Yok Su jadi girang.   "Terima kasih...!"   "Jangan capat-cepat berterima kasih kepadaku, karena jika engkau telah mengetahui jelas apa yang aku maksudkan, tentu engkau akan mencaci aku... ...!"   Mendengar perkataan Lu Liang Cwan, Oey Yok Su jadi heran, ia memandang orang itu sambil tanyanya dengan ragu-ragu.   "Apa yang locianpwe maksudkan...?"   "Aku memang menghendaki engkau dipulau ini sebagai penggantiku....! Mengertikah engkau? Aku menghendaki agar selamanya engkau mendiami pulau ini, sedangkan aku telah cukup lama hidup menyendiri disini selama dua puluh tahun lebih, setelah si tua she Tang itu mampus, kukira sudah tidak ada gunanya aku menyendiri dipulau ini, aku bermaksud untuk kembali kedaratan Tionggoan......! Maka perahumu akan kuambil, dan engkau yang masih berusia muda, tentu akan sanggup menjadi penghuni pulau ini. Sedikitnya selama sepuluh tahun, bukan ?"   Terbang semangat Oey Yok Su. Inilah hebat dan tidak disangkanya. Jika memang perahunya dirampas dan ia ditinggal seorang diri dipulau ini, bukankah berarti ia akan menderita sepandjang hidupnya ? "Locianpwe........?"   "Tidak perlu engkau banyak bertanya. Aku mengatakan perahumu untukku, dan engkau boleh menjadi pemilik pulau ini, ha.. ha... ha.... ha..... !"   Muka Oey Yok Su jadi berobah pucat.   "Tidak dapat, Cianpwe........ jika memang Lu Cianpwe bermaksud mcninggalkan pulau ini, biarlah aku akan mengajak Lu Cianpwe untuk menumpang diperahuku, tetapi untuk merampas perahuku itu dan hendak meninggalkan aku seorang diri dipulau ini, mana bisa kau lakukan ? Apapun akan kuhadapi untuk mempertahankan perahuku itu......!"   Lu Liang Cwan kembali tertawa bergelak.   "Engkau tidak akan berseorang diri dipulau ini, karena si Dewi bangsat itu juga tentu akan menemanimu !"   Kata orang tua she Lu itu.   "Dewi bangsat .....? Siapa dia .....?"   "Dialah scorang wanita yang sudah berusia lima puluh lima tahun...! Kami memang hidup bersama dipulau ini, tetapi kami bukan suami isteri. Kami hanya bertemu secara kebetulan saja, bahkan selama sepuluh tahun terakhir ini kami telah bertempur sepuluh kali lebih. Setiap setahun satu kali kami mengadakan pertemuan dan mengukur ilmu ........ dia memang Iiehay, tetapi mana bisa dia merubuhkan aku...!"   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Locianpwe...sekarang dimana Dewi itu?"   Tanya Oey Yok Su ingin mengetahui.   "Hemm....., dia selalu mengurung diri digoa-nya, selain mencari makanan untuknya, tidak pernah ia keluar dari tempat persembunyiannya itu. la datang kepulau ini setelah aku berdiam disini sepuluh tahun lebih, jadi dia berada dipulau ini baru hampir sepuluh tahun........ Tetapi dengan dia engkau jangan main gila, kepandaiannya hebat, tangannya juga telengas....... kepandaiannya berimbang dengan kepandaianku, karena setiap kali aku bertanding dengannya, tidak ada yang kalah atau menang diantara kami berdua!"   Oey Yok Su jadi tertarik.   "Jika demikian mengapa locianpwe ingin meninggalkan pulau ini ? Bukankah-dengan adatnya wanita itu yang tentunya memiliki kepandaian yang tinggi, engkau akan memiliki kegembiraan untuk mengadu ilmu lagi dengannya, dan aku akan menjadi saksinya, siapa nanti yang akan menang dan siapa yang akan runtuh ? Bukankah itu suatu hal yang menggembirakan sekali ? Mengapa locianpwe harus lari meninggalkannya ? Atau memang kepandaian wanita itu lebih tinggi dari kepandaian Locianpwe sendiri?"   Sengaja Oey Yok Su mengeluarkan kata-kata seperti itu.   la memancing kemarahan orang tua she Lu itu, karena sebagai seorang pemuda yang cerdik, Oey Yok Su tahu tidak ada jalan lain untuk membatalkan keinginan orang tua itu merampas perahunya.   Jika Oey Yok Su melawan dengan kekerasan, ia bukau menjadi tandingan orang tua itu.   Tetapi untuk membiarkan saja orang tua she Lu itu mengambil perahunya, tentu saja Oey Yok Su tidak mau, sebab dia memang tidak ingin berdiam dipulau ini seorang diri sepanjang hidupnya.   Maka mendengar orang tua she Lu itu menyebut- nyebut perihal Dewi bangsat, dengan sendirinya hal itu merupakan sesuatu yang bisa menyelamatkan Oey Yok Su.   Sengaja ia membakar hati orang tua she Lu itu.   Rupanya pancingan yang diberikan Qey Yok Su terkena umpan.   Seketika itu juga muka Lu Liang Cwan berobah merah padam.   Ia telah berkata.   "Bagus.! Engkau berusaha untuk memanaskan hatiku.......!"   Tetapi memang ada benarnya juga, selama sepuluh tahun kami selalu bertempur, tetapi tidak seorangpun diantara kami yang rubuh, tidak ada yang menang juga.   Dengan adanya engkau disini, bukankah itu merupakan urusan yang bagus ? Aku bisa mengundang si Dewi Bangsat untuk bertempur lagi dan engkau menjadi, saksinya.....! ha..   ha...   ha....   ha.....   ! nanti aku akan memperlihatkan kepadamu, betapa kepandaianku Lu Liang Cwan telah sempurna sekali, sehingga jika orang tua she Tang itu tidak cepat-cepat mampus, tokh ia akan kurubuhkan dan mampus ditanganku ! Justru si tua bangka she Tang itu rupanya memang telah mengetahui bahaya yang mengancam dirinya, maka ia lebih senang mampus sendiri saja tanpa perlu bertempur denganku lagi".   Setelah berkata begitu, Lu Liang Cwan tertawa bergelak-gelak, tampaknya ia girang sekali.   Sedangkan Oey Yok Su berdiam diri.   Panas sekali hatinya mendengar kata-kata Lu Liang Cwan yang meremehkan gurunya.   Namun disebabkan Oey Yok Su menyadari ia tidak mungkin bisa menghadapi orang tua ini yang liehay ilmunya itu.   Ia mengalah dan berdiam diri saja, dan yang terpenting baginya adalah berusaha menggagalkan keinginan orang tua she Lu tersebut merampas perahunya.   Waktu itu, tampak Lu Liang Cwan telah menoleh kepada Pekjie, sibiruang putih yang sejak tadi berdiri saja disamping majikannya.   "Pekjie, engkau akan menyaksikan kembali pertandingan aku menghajar si Dewi bangsat itu.......!'.' kata orang she Lu tersebut. Pekjie, biruang itu, seperti mengerti perkataan majikannya, kepalanya diangguk-anggukkan perlahan dan ia mengeluarkan suara yang perlahan, seperti manja. Lu Liang Cwan telah melambaikan tangannya pada Oey Yok Su, sambil katanya.   "Mari engkau ikut aku.......!"   Dan Lu Liang Cwan berlari memasuki pulau itu.   Oey Yok Su telah mengikuti dibelakang orang she Lu.   Karena Oey Yok Su memang memiliki kepandaian yang tinggi dan ilmu meringankan tubuhnya juga cukup terlatih, ia bisa mengikuti Lu Liang Cwan tanpa memperoleh kesulitan.   Sedangkan biruang putih itu juga bisa berlari cepat, hanya suara langkah kaki binatang buas ini terdengar "gedebuk......, gedebuk......"   Tidak hentinya.   ---oo^dwkz^0^Tah^oo--- BAGIAN 14 .   SIAN HO SI DEWI API LAUW CIE LAN SETELAH berlari-lari tidak jauh, Lu Liang Cwan membelok kesebuah lembah, yang mirip diantara celah kedua bukit tebing.   Oey Yok Su sendiri telah metihat betapa pulau itu sangat.   luas.   Hal ini, membuat Oey Yok Su juga jadi heran, karena ia tidak menyangkanya bahwa pulau ini ternyata sangat luas.   Didalam hatinya Oey Yok Su juga jadi berpikir, entah apa namanya pulau ini.   Lu Liang Cwan telah berlari terus memasuki lembah itu.   la berlari tanpa pernah menoleh kebelakang.   Sampai akhirnya ia berhenti dibawah sebuah tebing.   Ia berdiri diam mengangkat kepalanya memandang keatas tebing.   Oey Yok Su yang tiba belakangan, telah melihat didinding tebing itu terdapat sebuah goa yang cukup besar.   Tidak terlihat seorang manusiapun ditempat itu.   "Inilah tempatnya si Dewi Bangsat...!"   Menjelaskan Lu Liang Cwan waktu melihat Oey Yok Su telah tiba disampingnya. Tidak lama kemudian Pekjie telah tiba pula disitu, Lu Liang Cwan menoleh kepada biruang itu sambil katanya .   "Pekjie, panggillah Dewi bangsat itu......! "   Pekjie memang biruang peliharaan Lu Liang Cwan yang terlatih sekali, ia mengetahui tugas apa yang harus dilakukannya, seperti juga ia mengerti perkataan Lu Liang Cwan.   Biruang ini telah maju belasan tindak kedepan, kemudian mementang mulutnya lebar-lebar memperdengarkan suara erangan yang kuat sekali, suara erangan itu bergema keras sekali dilembah tersebut.   "Hemm......, Dewi bangsat itu tentu akan muncul... Memang demikianlah jika aku selalu menantang dia untuk bertanding...!". Baru Lu Liang Cwan berkata sampai disitu, justru dimulut goa itu terlihat seorang wanita berusia lima puluh tahun lebih, yang keluar dari goa tersebut.   "Tua bangka she Lu, engkau sungguh kurang ajar sekali mengganggu ketenangan-ku ..... bukankah belum genap tiga tahun ? Mengapa engkau telah menantangku untuk bertempur lagi?"   Lu Liang Cwan tertawa mengikik, dia telah menunjuk Oey Yok Su sambil katanya.   "Lihatlah, dipulau kita ini telah kedatangan engko kecil ini ....... bukankah ini suatu hal yang kebetulan sekali dan cukup menggembirakan jika engko kecil ini menjadi saksi untuk menentukan siapa yang lebih liehay diantara kita berdua?"   "Menjadi saksi ? Apa kepandaiannya sehingga ia ingin dijadikan saksi ?"   Tanya wanita tua diatas tebing itu.   "Justru dia murid Tang Cun Liang, si tua bangka yang katanya telah mampus itu ..... kepandaiannya juga tidak lemah...... tadi aku telah mencobanya ! Turunlah, mari kita main-main seribu jurus, tentu engko kecil ini akan mengetahui siapa yang tebih liehay, engkau atau aku...... ayo mari turun...ayo turun...!". Wanita diatas tebing itu tampak ragu-ragu, akhirnya dia bilang.   "Tetapi aku tengah melatih diri dan latihanku tanggung tidak bisa ditunda......! Jika memang angkau ingin bertempur denganku, bukankah lebih baik kita menantikan genapnya tiga tahun, yaitu satu bulan lagi, dimana genaplah tiga tahun dimana kita akan bertempur.......disaat itu latihanku tentu telah selesai...... dan engkau baru bisa melihatnya, betapa kepandaianku sesungguhnya merupakan kepandaian yang sulit sekali untuk ditentang......!"   Mendengar perkataan wanita itu, Lu Liang Cwan memperdengarkan suara tertawa dingin, sambil katanya dengan suara yang tawar.   "Hemm...., dulu engkau selalu membuka mulut besar, tetapi sekarang mengapa engkau jadi berobah demikian pengecut? Jika memang engkau yakin kepandaianmu lebih tinggi dari kepandaianku, turunlah, mari kita mengadu kepandaian lagi!"   Muka wanita diatas tebing itu jadi berobah merah, tampaknya dia jadi mendongkol. Tetapi lama juga wanita tersebut berdiam diri saja, sampai akhirnya Lu Liang Cwan telah berkata lagi.   "Jika memang engkau jeri untuk bertempur lagi denganku, baiklah engkau mengaku kalah saja. Aku tidak akan mendesak kau untuk bertempur lagi, karena aku justru ingin pergi meninggalkan pulau ini.......!"   Muka wanita itu, yang dipanggil Lu Liang Cwan dengan sebutan Dewi bangsat itu, jadi merah padam, dia tidak bisa menahan perasaan mendelunya, maka dia telah berkata.   "Baiklah!"   Sambil berkata begitu, tubuhnya ringan seperti kapas telah melompat-lompat turun dari atas tebing itu.   Menyaksikan hebatnya ilmu meringankan tubuh wanita tua tersebut, Oey Yok Su diam-diam jadi merasa kagum.   Bukankah yang diperlihatkan oleh wanita tersebut merupakan ilmu meringankan tubuh yang hebat sekali ? Karena dengan menuruni tebing yang dindingnya rata dan hanya ceglok sedikit-sedikit saja, tetapi nyatanya wanita tersebut bisa melompat-lompat turun dengan gerakan tubuh yang gesit dan ringan.   Waktu itu, wanita tua itu dengan cepat telah tiba dilembah, dihadapan Lu Liang Cwan.   "Tua bangka she Lu, engkau memang benar-benar seperti anjing tua yang tidak parnah sabar......! Bukankah kita selamanya telah mengatur, bahwa kita akan selalu mengadu ilmu jika telab berselang tiga tahun. Kini belum genap tiga tahun engkau telah demikian kesusu ingin saling mengadu kekuatan...! Baiklah...! Baiklah...! Biarlah kulayani keinginanmu...!". Dan sambil berkata begitu, telapak tangan kiri wanita tersebut telah mengebut kesamping, menampar muka Pekjie, yang berdiri disampingnya.   "Plakk....!"   Keras tamparan itu, dan hebatnya justru Pekjie telah terpelanting bergulingan ditanah sambil mengeluarkan suara pekik kesakitan. Muka Lu Liang Cwan jadi berobah dan ia telah berkata dengan suara yang dingin.   "Mengapa engkau harus melampiaskan kemendongkolanmu pada Pekjie....? Mengapa engkau tidak menyerang kepadaku....?"   Wanita yang dipanggil oleh Lu Liang Cwan dengan sebutan Dewi Bangsat itu telah mengeluarkan suara tertawa yang sambung meryambung, sampai akhirnya ia baru menyahutinya .   "Hemm....., engkau begitu sayang sekali kepada binatang itu justru aku muak melihatnya. Jika tidak memandang mukamu, tentu aku akan menampar pecah kepalanya......!"   Saat itu Pekjie telah bangun berdiri sambil tidak hentinya mengeluarkan suara rintiban, rupanya tamparan yang dilancarkan oleh wanita tersebut telah membuat ia kesakitan.   Tetapi Pekjie juga tidak berani berdiri dekat-dekat lagi dengan wanita tua tersebut, ia telah memisahkan diri cukup jauh, rupanya ia bermaksud untuk menjauhi diri dari wanita itu kuatir kalau-kalau nanti ia ditempiling seperti tadi.   Oey Yok Su telah melihatnya betapa wanita yang baru turun dari atas tebing itu, yang selalu dipanggil dengan sebutan Dewi Bangsat oleh Lu Liang Cwan, merupakan seorang wanita tua yang berangasan dan cepat sekali naik darah.   Lu Liang Cwan telah berkata dengan suara yang dingin .   "Sekarang kita mulai.....?"   "Tunggu...!"   Kata Dewi Bangsat itu sambil menoleh kepada Oey Yok Su. Dengan sinar mata yang. sangat tajam ia mengawasi Oey Yok Su, seperti juga tengah meneliti keadaan pemuda tersebut.   "Anak yang baik, bakat yang bagus"   Menggumam wanita tersebut.   Tetapi sambil menggumam begitu, tidak diduga justru tangan kanannya telah bergerak, dan ia telah melakukan tamparan seperti yang dilakukannya tadi kepada Pekjie.   Keruan saja Oey Yok Su jadi kaget, tetapi ia beda dengan Pekjie.   Melihat datangnya serangan, cepat sekali ia berkelit, sehingga kepalanya tidak sampai kena ditampar oleh wanita tersebut.   "Wutt......tt"   Tangan wanita itu telah lewat disisi pipinya, dan Oey Yok Su jadi mengeluh juga, jika tadi ia terlambat sedikit saja, tentu pipinya yang akan menjadi sasaran dari telapak tangan wanita tersebut.   "Hebat.....!"   Memuji wanita itu sambil mengacungkan ibu jarinya kepada Oey Yok Su.   "Engkau seorang anak yang berbakat dan gesit.... !"   Oey Yok Su hanya tersenyum saja menerima pujian seperti itu, sedangkan hatinya berpikir dengan mendongkol.   "Enak saja engkau bicara, jika tadi aku terlambat mengelakkan diri, bukankah berarti tubuhku akan tunggang langgang terkena tamparanmu ?". Namun Oey Yok Su tidak berani mengemukakan perasaannya itu, yang hanya ditindih-didalam hatinya. Lu Liang Cwan yang menyaksikan itu telah tertawa bergelak, iapun berkata.   "Apa yang kubilang tadi ? Bukankah anak ini cukup hebat? Aku saja cukup sulit untuk merubuhkannya, memerlukan waktu cukup lama ...!"   Wanita itu telah bertanya dengan suara yang dingin.   "Sekarang dengan cara apa kita akan bertempur ?"   Tegurnya.   "Dengan cara biasa, ilmu, apa saja yang kita miliki boleh dipergunakan untuk merubuhkan lawan masing- masing...!"   Menyahuti Lu Liang Cwan.   "Bagus.....! Tahukah engkau bahwa kali ini aku telah berhasil menciptakan semacam ilmu yang baru ...... yang luar biasa ?"   Tanya wanita itu.   "Ilmu apa..... ?"   "Ilmu api...!,"   "Hemm....... boleh kau pergunakan jika engkau beranggapan ilmu apimu itu hebat sekali"   Kata Lu Liang Cwan menantang.   "Hemm...., jangan engkau memandang remeh seperti itu, jika kelak engkau telah melihat betapa hebatnya ilmu apiku itu, tentu engkau akan bengong tanpa mengerti.......!"   "Sudahlah, kita tidak perlu terlalu banyak bicara, mari kita mulai saja untuk bertempur....'' tantang Lu Liang Cwan. Wanita itu, si Dewi Bangsat, telah mengangguk.   "Aku Sian Ho (Dewi Api) Lauw Cie Lan tidak akan memberi hati lagi kepadamu ..... engkau harus berhati- hati, karena sekarang ini aku akan melancarkan serangan yang sungguh-sungguh, karena kulihat semakin lama engkau semakin kurang ajar saja."   Lu Liang Cwan tertawa bergelak, ia telah berkata dengan sikap menantang.   "Jika memang engkau bermaksud untuk mengeluarkan seluruh kepandaianmu, silahkan, bukankah sejak dulupun aku selalu meaganjurkan agar engkau mengeluarkan seluruh kepandaianmu, agar diantara kita bisa diputuskan siapa yang jauh lebih tinggi kepandaiannya ? Dan bukankah tiga tahun yang lalu waktu kita bertanding, engkau telah terdesak begitu hebat, sehingga untuk membela diri saja engkau setengah mati ?"   "Hemm.....", mendengus wanita itu, Sian Ho (si Dewi Api), yang memandang bengis kepada Lu Liang Cwan.   "Lain dulu lain sekarang. Dulu memang boleh jadi aku tidak berhasil merubuhkan engkau, walaupun engkau sendiri tidak berhasil merubuhkan aku. Tetapi sekarang, justru aku telah berhasil menciptakan ilmu apiku, maka sekarang ini engkau jangan harap bisa menghadapi aku dengan baik."   "Justru aku ingin melihat sampai berapa tinggikah kepandaian yang telah engkau ciptakan itu......!"   Menantang Lu Liang Cwan.   Oey Yok Su melihat kedua orang ini telah berdiri saling berhadapan.   Mereka tampaknya akan segera mulai melancarkan serangan.   Maka Oey Yok Su telah mundur beberapa langkah untuk menjauhkan diri.   Sedangkan Lu Liang Cwan telah menoleh kepada Oey Yok Su, dia bilang.   "Engkau akan menjadi saksi dan engkau harus berlaku jujur, untuk menyatakan siapa yang lebih liehay di bandingkan dengan yang lainnya. Mengertikah engkau ?"   Oey Yok Su menganggukkan kepalanya.   Hatinya tertarik sekali.   Kedua orang ini tampaknya memang bukan jago sembarangan.   Mereka tentu memiliki kepandaian yang tinggi.   Bukankah sebelumnya Lu Liang Cwan telah merubuhkannya, walaupun memakan waktu yang cukup lama ? Dilihat dari gerak-geriknya Dewi Api itupun bukan jago sembarangan, ia tentu memiliki kepandaian yang tinggi sekali.   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   ---o^dewi~kz~0~Tah^o--- Maka menyaksikan pertempuran dari dua orang jago yang liehay seperti itu, merupakan pertunjukan yang menarik hati baginya.   Oey Yok Su telah mengawasi dengan penuh perhatian, disaat mana kedua orang itu, Lu Liang Cwan dan wanita yang bergelar Dewi Api itu bersiap-siap untuk saling serang.   Sebagai pemuda yang memiliki kepandaian tinggi, tentu saja Oey Yok Su mengetahui bahwa kedua orang yang bersiap-siap akan bertempur itu adalah dua orang tokoh sakti yang memiliki kepandaian tinggi, karena Oey Yok Su sendiri pernah bertempur dengan Lu Liang Cwan, ternyata ia tidak berdaya apa-apa, bahkan kena dirubuhkan oleh orang she Lu itu.   Begitu juga halnya dengan Sian Ho Lauw Cie Lan, dilihat dari gerakan yang dilakukannya disaat menuruni tebing itu, ia memang memiliki ilmu meringankan tubuh yang menakjubkan, disamping itu juga tentu ilmu silatnya luar biasa, sebab menurut pengakuan dari Lu Liang Cwan mereka setiap setahun sekali saling tempur, walaupun telah berlangsung sepuluh tahun lamanya tokh mereka masih tidak bisa saling merubuhkan.   Karena kepandaian mereka berimbang.   Akan menyaksikan pertempuran diantara kedua tokoh sakti itu membuat Oey Yok Su jadi tertarik sekali, sebab ia memang ingin melihat sampai berapa tinggi kepandaian sesungguhnya dari Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan, kedua tokoh sakti itu.   Waktu itu Lauw Cie Lan telah berkata dengan suara yang tawar.   "Hemm........, sekarang kita mulai?"   "Ya !"   Lu Liang Cwan mengangguk sambil tertawa menyeringai.   Mereka berdua sama sekali tidak menggerakkan tangannya masing-masing, hanya berdiri saling berhadapan dengan mata terpentang lebar.   Mereka tetap berdiam diri sekian lama dalam posisi saling berhadapan, sampai akhirnya salah seorang diantara mereka, yaitu Lu Liang Cwan, telah terhuyung satu langkah kebelakang! OeY Yok Su yang semula heran melihat sikap kedua orang yang akan saling bertanding itu, yang hanya berdiam diri saja, jadi terheran-heran dan dia baru mengerti setelah meiihat Lu Liang Cwan terhuyung begitu.   Disaat seperti itu hati Oey Yok Su jadi tergetar, karena perasaan kagumnya.   Bayangkan saja, kedua orang itu tengah bertempur tanpa menggerakkan kedua tangannya, tetapi kenyataannya mereka tengah saling serang dengan mempergunakan lwe-kang kelas tinggi.   Sehingga tanpa menggerakkan kedua tangan mereka masing-masing, tenaga lwekang mereka telah bisa menyambar keluar dari sekujur tubuh mereka, terutama dari bagian pusarnya, dimana hawa murni mereka telah menyambar begitu kuat.   Kenyataannya Lu Liang Cwan Yang telah kena digempur kuda-kudanya.   Tetapi Lu Liang Cwan tidak menyerah begitu saja, dia telah bisa berdiri tetap dan menghentakkan kepalanya perlahan, dan anehnya tubuh Lauw Cie Lan jadi bergoyang-goyang.   Rupanya wanita tua she Lauw itu berusaha mempertahankan diri dari terjangan tenaga lwekang yang dilancarkan Lu Liang Cwan.   Tetapi setelah bertahan sekian lama, akhirnya Lauw Cie Lan mundur satu langkah.   Hal itu memperlihatkan kepandaian kedua orang tokoh sakti ini memang berimbang.   Yang membuat Oey Yok Su kagum, itulah cara bertempur mengadu lwekang yang tidak biasanya, aneh dan menakjubkan, setidaknya menambah pengalaman buatnya.   Waktu itu Lu Liang Cwan dengan tertawa menyeringai telah berkata.   "Kita masih berimbang, sekarang kita coba lagi....!"   Sambil berkata begitu, tubuhnya tidak tinggal diam, dia lalu berjongkok dengan satu kaki saja, sedangkan kakinya yang lain telah diangkat tinggi-tinggi sikapnya itu sangat aneh dan lucu.   Namun kesudahannya hebat, justru tenaga dalam yang dipergunakan oleh Lu Liang Cwan sangat kuat sekali menerjang Lauw Cie Lan.   Sedangkan Lauw Cie Lan juga tidak tinggal diam saja menghadapi serangan seperti itu, ia telah memiringkan tubuhnya, yang bergoyang kekiri lalu kekanan berulang kali, seperti sedang menari.   Justru dengan gerakannya itu Lauw Cie Lan telah mengeluarkan lwekangnya yang tingngi pula.   Begitulah, kedua orang ini telah saling tindih dan berusaha merubuhkan lawannya dengap mempergunakan tenaga lwekang mereka.   Hanya saja cara bertempur mereka yang berlainan dengan cara-cara bertempur lazimnya, membuat Oey Yok Su jadi memandang terpukau ditempatnya.   Setelah menyaksikan pertandingan kedua orang tersebut lebih lama, Oey Yok Su memperoleh kenyataan kepandaian kedua orang ini mungkin satu tingkat dibawah kepandaian gurunya almarhum, dan hanya ilmu mereka yang aneh-aneh dan luar biasa.   Yang menarik hati Oey Yok Su juga adalah cara-cara bertempur kedua orang itu, yang sama sekali tidak menggerakkan kedua tangan mereka untuk saling menyerang, membuat Oey Yok Su benar-benar kagum karenanya.   Pekjie, biruang tinggi besar berbulu putih itu, juga berdiri mengawasi jalannya pertandingan itu, tampaknya binatang buas ini tertarik sekali.   Bahkan tidak jarang Pekjie mengikuti gerak-gerik dari majikannya, sehingga Oey Yok Su yang menyaksikannya jadi tertawa.   Lauw Cie Lan sendiri rupanya telah habis sabar karena setelah mereka saling serang beberapa saat lamanya, masing-masing belum juga bisa merubuhkan lawannya.   Dengan mengeluarkan suara mendesis seperti desisan ular, tahu-tahu tangan kanannya dihentak keatas berulang kali, seperti tengah mengambil sesuatu ditengah udara.   Yang jelas muka Lu Liang Cwan kian lama kian berobah, dan disekujur badannya juga telah mengucur keringat yang sebesar biji jagung.   Tubuhnya juga sering tergetar, tampaknya ia menderita kepanasan yang luar biasa.   "Tentunya wanita tua itu mempergunakan ilmu apinya", pikir Oey Yok Su.   "Bukankah ia bergelar Sian Ho ? Hemm...., jika dilihat demikian memang kepandaian yang dimiliki wanita tua itu tinggi sekali, apakah orang tua she Lu itu akan bisa dirubuhkannya ?"   Dengan penuh perhatian Oey Yok Su telah mengawasi jalannya pertempuran tersebut. Sampat akhirnya ia telah berpikir lagi.   "Tetapi orang tua she Lu itu juga memiliki kepandaian yang luar biasa, tidak mungkin ia menyerah begitu mudah. Telah sepuluh-tahun, dimana setiap setahun sekali mereka saling mengadu ilmu. Tentu saja mereka berimbang ilmunya, bukankah dalam waktu yang begitu panjang mereka selalu tidak bisa merubuhkan lawan masing-masing ?"   Sedang Oey Yok Su berpikir begitu, tiba-tiba terdengar suara tertawa Lauw Cie Lan, wanita tua itu telah menggerak-gerakkan tubuhnya seperti menari. Lu Liang Cwan telah melompat mundur beberapa langkah kebelakang.   "Dewi Bangsat, ilmu siluman apa yang kau pergunakan ?"   Tanya Lu Liang Cwan, sambil mengawasi dengan sorot mata yang tajam.   Tetapi Lauw Cie Lan telah menyeringai memperdengarkan suara mendesis, iapun terus bergerak-gerak seperti menari, sampai akhirnya ia merogoh saku bajunya, mengeluarkan sesuatu.   Oey Yok Su yang melihat perobahan dalam pertempuran yang tengah terjadi itu, mementang matanya lebar-lebar, hatinya jadi tegang.   Setelah Lauw Cie Lan menggerakkan tangannya, barulah Oey Yok Su mengetahui bahwa yang diambil oleh wanita itu dari sakunya tidak lain dari bibit api.   Saat itu Lauw Cie Lan telah menyalakan bibit api itu.   Anehnya, ia telah menyalakan api yang cukup besar disekitar dirinya.   Dari tangannya kemudian dilemparkan semacam benda bubuk, yang membuat api menyala besar.   Benda berbentuk bubuk halus itu seperti bubuk belirang, tetapi baunya harum.   Yang jelas api itu telah berkobar menyala sangat besar dan tinggi sekali.   Oey Yok Su jadi kaget, ia tidak mengetahui apa yang ingin dilakukan oleh wanita tersebut dengan sikapnya itu, yaitu menyalakan api disaat mereka tengah bertempur.   Yang membuat Oey Yok Su lebih kaget lagi justru waktu itu Lauw Cie Lan telah melompat ketengah kobaran api! "Ahh......!"   Oey Yok Su jadi mengeluarkan suara seruan tertahan. Namun, disaat itu Lauw Cie Lan benar-benar telah menari-nari ditengah-tengah kobaran api. Hal ini menakjubkan sekali. Lu Liang Cwari szndiri sampai berdiri tertegun karenanya.   "Inikah yang kau katakan merupakan ilmu yang baru saja engkau ciptakan ?"   Tanya Lu Liang Cwan kemudian sambil mementang matanya lebar-lebar mengawasi Sian Ho Lauw Cie Lan, yang saat itu tengah menari-nari didalam kobaran api, tanpa sedikitpun pakaian dan tubuhnya terbakar.   Lauw Cie Lan masih terus bergerak-gerak menari-nari dalam kobaran api, ia telah menyahuti dengan suara mendesis .   "Benar.......sepuluh tahun aku berusaha menciptakan ilmuku ini, dan dua tahun terakhir ini aku baru bisa menciptakannya dan berhasil menguasainya dengan baik....... sekarang jangan harap engkau bisa menghadapi diriku...!". Muka Lu Liang Cwan jadi berobah. Inilah hebat, seorang manusia bisa menari-nari didalam kobaran api tanpa tubuhnya terbakar, bahkan pakaiannya juga tidak termakan api. Bagaimana mungkin ia bisa melancarkan serangan jika memang lawannya berada dalam kobaran api sebesar itu? Sedangkan untuk berdiri terus ditempat yang dekat dengan lawannya, Lu Liang Cwan telah tersiksa oleh hawa panas yang membuat ia mengucurkan keringat tidak hentinya. Lauw Cie Lan telah berhenti menari-nari, ia mempergunakan kedua telapak tangannya yang dirapatkan, untuk dipakai seperti menyendok api, dan mata api itu seperti dimakannya ! Inilah pemandangan yang luar biasa sekali. Disaat itu, tampak Lu Liang Cwan tidak bisa berdiam diri terus, karena Lauw Cie Lan tahu-tahu menggerakkan tangan kanannya. Mata api telah doyong menyambar kearah Lu Liang Cwan. Cepat-cepat Lu Liang Cwan melompat menjauhi diri lagi, tetapi mata api itu selalu mengejarnya, karena Lauw Cie Lan telah menggerakkan kedua tangannya. Dalam keadaan seperti ini memang tampaknya Lu Liang Cwan terdesak hebat, karena ia tidak bisa bertahan dari serangan hawa yang begitu panas dan menyelekit tubuhnya. Jelas Lu Liang Cwan tidak berani untuk membiarkan tubuhnya dijilat oleh mata api, yang bisa membuat tubuhnya terbakar. Oey Yok Su sendiri jadi memandang terpukau ditempatnya, ia sama sekali tidak menyangka akan menyaksikan pertandingan seperti itu.   "Inilah luar biasa, wanita tua itu bisa menguasai api, sampai ia berhasil berdiri didalam kobaran api tanpa badan dan pakaiannya termakan oleh kobaran api.......ini benar-benar persoalan yang sulit diterima oleh akal sehat........!"   Tetapi memang Dewi Api itu tetap berada didalam kobaran api.   Bahkan kemana tubuhnya Sian Ho Lauw Cie Lan bergerak, api itu seperti ikut bergerak mengikuti tubuh dewi api ini.   Hanya sekali-sekali terlihat Sian Ho Lauw Cie Lan melemparkan bubuk-bubuk halus yang begitu terbakar membuat api berkobar semakin besar dan menyiarkan bau yang harum sekali.   Lu Liang Cwan jadi kewalahan juga, beberapa kali tubuhnya hampir termakan oleh jilatan lidah api.   Dan disaat seperti itu juga LuLiang Cwan tidak leluasa untuk melancarkan serangan kepada lawannya, karena dia selalu tidak bisa berada dalam jarak yang dekat dengan lawannya yang dikelilingi oleh lidah api.   Disamping itu hawa didekat Sian Ho Lauw Cie Lan sangat panas sekali.   "Kau curang....! Kau berlaku licik dalam pertempuran ini, engkau mengandalkan api sebagai senjatamu...!"   Teriak Lu Liang Cwan.   ---o^dewi~kz~0~Tah^o--- BAGIAN 15 .   MENGADU ILMU "JUSTRU aku sejak dulu bergelar Sian Ho, engkau sudah mengetahui itu.......   engkau boleh mempergunakan segala macam senjata, aku tidak akan melarangnya untuk dipergunakan dalam pertandingan kita ini, sedangkan aku hanya akan mempergunakan senjataku yang satu ini, ialah api !".   Dan selesai berkata, Lauw Cie Lan mengeluarkan suara desisan lagi, kedua tangannya digerak- gerakkannya, sehingga lidah api telah menyambar- nyambar tidak hentinya kearah Lu Liang Cwan.   Keadaan seperti ini memaksa Lu Liang Cwan jadi terdesak mundur.   Karena kewalahan tidak mungkin bisa mendekati lawannya yang mengandalkan api sebagai senjatanya, Lu Liang Cwan setelah melompat menjauhi diri dari Lauw Cie Lan, menoleh kepada Oey Yok Su sambil berteriak .   "Hei engko kecil...engkau sebagai saksi mengapa berdiri bengong saja disitu ? Apakah engkau buta dan gagu ? Bukankah engkau melihat dia berbuat curang, mengapa engkau berdiam diri saja ?"   Oey Yok Su jadi bingung juga, ia tidak mengetahui apa yang harus. dilakukannya.   "Engko kecil, dalam pertandingan orang boleh mengeluarkan kepandaian apa saja yang dimilikinya, bukan ?"   Tanya Sian Ho Lauw Cie Lan kemudian.   "Be...benar...!"   Menyahuti Oey Yok Su gelagapan.   "Nah tua bangka she Lu, engkau dengar sendiri bukan, saksi kita mengatakan dalarn pertempuran kita berhak untuk mempergunakan senjata apa saja. Dan senjataku hanya ini, api."   Muka Lu Liang Cwan jadi berobah merah, tampaknya ia mendongkol.   "Itu merupakan perbuatan curang. Bukankah kita tengah mengadu ilmu ? Mengapa engkau mempergunakan api ?"   "Memang kita tengah mengadu ilmu", menyahuti Lauw"Cie Lan.   "Dan kita sekarang tengah bertanding, tetapi justru aku telah berhasil melatih diri untuk menguasai api! Jika memang engkau memiliki ilmu untuk menaklukkan api, silahkan engkau juga mempergunakannya, aku tidak akan melarangnya...!"   Mendongkol sekali Lu Liang Cwan, sampai akhirnya ia menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat ketengah udara, sambil menghantam dengan tangan kanannya.   la merupakan tokoh sakti yang memiliki sinkang telah tinggi sekali, tidak mengherankan angin serangannya itu menyambar kuat sekali, membuat Lauw Cie Lan harus berkelit kesamping.   sebab jika dia tidak cepat-cepat mengelakkan diri tubuhnya bisa menjadi sasaran dari serangan lawannya yang tengah mendongkol dan penasaran seperti itu.   Saat itu, tampak Lauw Cie Lan telah menggerakkan tangannya juga, berulang kali ia mengebutkan tangannya, sedangkan tubuhnya bergerak-gerak seperti tengah menari.   Dan anehnya api semakin berkobar besar dan mata api seperti tersampok angin serangan Lauw Cie Lan menyambar kearah diri Lu Liang Cwan.   Waktu itu Lu Liang Cwan tengah terapung ditengah udara, dan lidah api menyambar kearah dirinya cepat sekali, membuat ia jadi terkejut hukan main.   Untung saja Lu Liang Cwan memiliki ginkang yang mahir sekali, dengan memeluk kedua lututnya, sehingga tubuhnya berbentuk bulat, ia telah berputar ditengah udara seperti sebuah bola yang tengah terapung diangkasa, dengan cara demikian Lu Liang Cwan bisa menghindarkan diri dari samberan lidah api lawannya.   "Tahan...!"   Teriak Lu Liang Cwan waktu tubuhnya telah meluncur turun ketanah kembali.   Dewi Api Lauw Cie Lan berhenti menyerang, tetapi tubuhnya terus juga bergerak-gerak seperti tengah menari-nari ditengah kobaran api.   Lu Liang Cwan memburu keras napasnya, mukanya merah padam karena mendongkol.   Kembali ia berseru .   "Sekarang coba engkau lenyapkan apimu itu, mari kita bertempur dengan mempergunakan kepandaian yang sesungguhnya sehingga bisa ditentukan siapa yang akan menang dan siapa yang lebih rendah kepandaiannya...!"   Tetapi Lauw Cie Lan telah mengeluarkan suara tertawa dingin, ia juga mengeluarkan suara mandesis, sampai akhirnya ia baru berkata.   "Aku akan tetap menghadapimu dengan mempergunakan ilmuku ini, api ini telah kulatih selama sepuluh tahun dan baru bisa kukuasai. Engkau boleh mempergunakan kepandaian apa saja untuk menghadapi aku. Jagalah serangan!"   Kedua tangan Lauw Cie Lan, dengan gerakan seperti tengah menari didalam kobaran api itu, bergerak-gerak cepat, lidah api juga telah saling menyambar kearah Lu Liang Cwan.   "Tahan...! Tunggu dulu...aku hendak bicara!"   Teriak Lu Liang Cwan.   "Aku ingin bicara!"   Tetapi Dewi Api Lauw Cie Lan terus juga melancarkan serangannya.   Lu Liang Cwan telah melompat-lompat kesana kemari tidak hentinya, disamping itu ia juga telah memperdengarkan suara seruan marah dan beberapa kali berusaha melancarkan serangan balasan.   Tetapi disebabkan Lauw Cie Lan mengandalkan kobaran apinya itu, membuat Lu Liang Cwan tidak berani terlalu mendekatinya.   Dan disebabkan jarak mereka yang terpisah cukup jauh membuat setiap serangan yang dilancarkan Lu Liang Cwan tidak memberikan arti apa- apa untuk lawannya.   Oey Yok Su yang menyaksikan keadaan seperti ini jadi menguatirkan diri Lu Liang Cwan juga, sebab tampaknya ia memberikan perlawanan yang tidak berarti, malah dirinya terancam akan terbakar oleh samberan-samberan lidah api.   Lu Liang Cwan sendiri menyadari dirinya tertekan dibawah angin.   Semakin lama Lauw Cie Lan jadi semakin bersemangat, berulang kali ia telah melancarkan serangannya, sehingga membuat Lu Liang Cwan harus berlompatan kesana kemari.   Dengan berada didalam kobaran api, justru Lauw Cie Lan seperti tengah mandi dengan Iidah api, dan yang menakjubkan semangat dan kepandaiannya seperti bertambah beberapa kali lipat.   Yang berkuatir terhadap keselamatan Lu Liang Cwan bukan hanya Oey Yok Su saja karena Pekjie, yaitu si biruang putih, juga telah berulang kali mengeluarkan suara pekikan perlahan, seperti juga ia tengah berkuatir sekali, dimana matanya menatap tajam sekali kearah pertempuran antara majikannya, dengan Lauw Cie Lan.   Ketika Lu Liang Cwan telah terdesak benar dan sama sekali tidak sempat melancarkan serangan balasan, karena ia selalu main kelit kesana kemari dan repot mengelakkan samberan lidah api, maka waktu itu Pekjie telah mengeluarkan suara raungan.....   Binatang buas itu tanpa memperdulikan keselamatannya, telah menubruk kearah Lauw Cie Lan, walaupun api sedang berkobar- kobar dengan besar.   Lauw Cie Lan jadi terkejut menyaksikan kekalapan binatang buas itu, ia sampai mengeluarkan suara seruan perlahan.   Namun sebagai seorang tokoh sakti, Lauw Cie Lan tidak menjadi bingung, ia telah menggerakkan tangan kanannya, menghantam dada Pekjie yang ingin menubruk dirinya.   "Plakk.....!"   Tepat sekali serangan telapak tangan Lauw Cie Lan mengenai sasarannya, sehingga tubuh Pekjie terhajar mental kemudian terbanting ditanah bergulingan mengeluarkan suara jerit kesakitan.   Tetapi dengan mempergunakan kesempatan waktu Lauw Cie Lan tengah melancarkan serangan kepada Pekjie, disaat itu tampak Lu Liang Cwan telah menjejakkan kedua kakinya, tubuhnya melompat kearah Lauw Cie Lan, kedua tangannya diulurkan untuk melancarkan serangan dari jarak jauh dengan mempergunakan sinkang yang dimilikinya.   Angin serangan itu menderu kuat sekali, menerpa mata api, sehingga menyambar kearah Lauw Cie Lan, mempergunakan kesempatan itu barulah Lu Liang Cwan bisa rnenyerang lagi dari jarak yang dekat kepada Lauw Cie Lan.   Serangan yang saling susul itu membuat Lauw Cie Lan jadi terdesak juga, ia ingin melompat mundur, tetapi angin serangan itu justru telah menyambar datang, memaksa ia harus menangkisnya dengan kekerasan.   Ketika kedua kekuatan itu saling bentur, tubuh Lauw Cie Lan terhuyung beberapa langkah, sedangkan Lu Liang Cwan sendiri telah terpental dua tombak, karena ia memang sedang berada ditengah udara waktu tenaga mereka, saling bentrok, sehingga ia tidak memiliki kuda- kuda yang kuat pada kedua kakinya.   Api telah berkobar lagi seperti tadi, malah lidah api lebih tinggi, karena Lauw Cie Lan telah melemparkan bubuk-bubuk halus kedalam kobaran api, api itu menjulang naik lagi malah lebih panas.   GAMBAR 06 Api telah berkobar lagi seperti tadi, malah lidah api lebih tinggi, karena Lauw Cie Lan telah melemparkan bubuk-bubuk halus kedalam kobaran api .......   Lu Liang wan juga tidak memiliki kesempatan lagi untuk melancarkan serangan berikutnya, karena api telah berkobar tinggi melindungi lawannya itu, membuat dia tidak bisa maju lebih dekat pula.   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Oey Yok Su yang menyaksikan jalannya pertempuran yang aneh seperti itu, jadi berdiri tertegun saja, karena pemuda ini merupakan seorang pemuda yang cerdas, dia tahu apa artinya pertempuran yang tengah terjadi diantara kedua tokoh persilatan yang memiliki kepandaian tinggi itu.   Jika salah seorang berlaku lambat dan terkena serangan, tentu akan terluka berat.   Lu Liang Cwan yang menyadari bahwa ia sudah tidak mungkin dapat mendesak lawannya jika Lauw Cie Lan masih tetap dilindungi oleh kobaran api, la, telah berkata dengan suara yang dingin.    Sepasang Pendekar Perbatasan Karya Chin Yung Walet Besi Karya Cu Yi Sepasang Pendekar Perbatasan Karya Chin Yung

Cari Blog Ini