Ceritasilat Novel Online

Pertikaian Tokoh Persilatan 7


Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 7


Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung   "Aku tidak mau bertempur dengan cara demikian, kau berbuat licik dan berlaku curang...!"   "Lalu kau ingin bertempur dengan cara bagaimana ?"   Tanya Lauw Cie Lan dengan disertai suara desisannya dan bersiap akan melancarkan serangan lagi, tentunya dengan cara mengebut lidah-lidah api itu.   Dalam keadaan demikian Lu Liang Cwan memang sudah tidak bersedia untuk melakukan pertandingan dengan lawannya, karena ia merasa dirugikan dengan cara bertanding Lauw Cie Lan yang mempergunakan api sebagai senjatanya.   Sebagai seorang yang berkepandaian tinggi, memang Lu Liang Cwan tidak jeri untuk saling tempur dengan lawannya, tokh sekarang ia tidak pernah terdesak jika bertempur seperti biasa.   Namun sayangnya pihak lawan telah mempergunakan api untuk menindihnya.   "Dengarlah...., jika memang engkau masih mempergunakan api untuk menarik keuntungan dirimu sendiri, aku tidak bersedia bertanding denganmu...!"   Kata Lu Liang Cwan.   "Dan yang terpenting, untuk selanjutnya kita tidak akan mengetahui siapa yang paling liehay diantara kiat? ...!"   "Sudah tentu aku yang liehay, jauh lebih liehay dari kau...!"   Menyahuti si Dewi Api.   "Hemm, enak saja engkau bicara"   Kata Lu Liang Cwan.   "Tanpa api jahatmu itu, tidak mungkin engkau bisa merubuhkan diriku...!"   "Pasti bisa...! Pasti bisa...!"   Menyahuti Dewi Api.   "Singkirkan apimu, mari kita bertanding lagi", menantang Lu Liang Cwan.   "Kalau memang engkau kuatir menghadapi apiku, lebih baik kitau bertempur dengan cara lain...!"   Kata Dewi Api mengajukan sarannya.   "Bagaimana ?"   "Kitu pergunakan anak itu sebagai orang penengah, ia harus membawakan satu demi satu jurus-jurus kita, dan nanti kita memecahkannya. Dengan demikian, kita bisa melihat, siapa yang lebih liehay diantara kita......."   Mendengar saran Lauw Cie Lan, Lu Liang Cwan telah menganggukkan kepalanya.   "Baik...., baik....", katanya cepat.   "Sekarang ini kita mulai !"   Sambil berkata begitu Lu Liang Cwan telah menoleh kepada Oey Yok Su, dia melambaikan tangannya..   "Kemari mendekat, engko kecil..... engkau merupakan kunci yang menentukan siapa diantara kami yang lebih tinggi kepandaiannya". Oey Yok Su heran, ia tidak mengerti entah apa keinginan kedua orang ini terhadap dirinya. Tetapi ia telah mendekati Lu Liang Cwan.   "Jangan curang ........!"   Tiba-tiba Lauw Cie Lan telah berteriak.   "Aku dulu yang memperlihatkan ilmuku, nanti engkau yang memecahkannya...!"   "Baik..., baik.., aku mau menghormati seorang wanita ! Nah, silahkan engkau mengajari anak itu jurus yang engkau kira hebat......!"   Lauw Cie Lan segera melompat keluar dari kobaran api, dia telah mendekati Oey Yok Su dan menarik tangan anak itu. Mereka agak menjauh dari Lu Liang Cwan, yang berdiri mengawasi saja.   "Engko kecil, engkau harus memperhatikan baik-baik, aku akan mengajarimu satu jurus dari ilmuku, engkau harus membawakannya nanti dihadapan si tua bangka she Lu itu....., coba nanti dia mau memecahkannya dengan gerakan bagaimana...!"   Oey Yok Su bingung bukan main, dia bilang.   "Tetapi...aku mana bisa membawakan jurus-jurus yang kau miliki ?"   "Aku akan mengajarimu...!"   Kata Lauw Cie Lan.   "Nah kau perhatikanlah...!"   Setelah berkata begitu, Lauw Cie Lan mengajari gerakan dari jurus yang nanti harus dibawakan oleh Oey Yok Su.   Oey Yok Su seorang anak yang cerdas, cepat sekali daya tangkapnya, ia bisa menerima apa yang diajari padanya dengan cepat.   Dua kali Lauw Cie Lan memberikan petunjuk dan Oey Yok Su sudah bisa menangkap semuanya dengan baik.   Hanya hati Oey Yok Su jadi bimbang, bukankah dengan demikian ia menerima pelajaran yang diberikan Lauw Cie Lan ? Inilah yang tidak menggembirakan hatinya.   Tetapi disebabkan kini ia tengah tersesat dipulau tersebut, dimana hanya terdapat Lu Liang Cwan berdua dengan Lauw Cie Lan, ia tidak berani terlalu membantah, sebab dirinya yang bisa celaka.   Bukankah kedua orang itu merupakan tokoh-tokoh sakti yang memiliki kepandaian tinggi ? Dan merekapun mempunyai sifat yang kukoay (aneh).   "Nah, sekarang segera kau bawakan gerakan jurus yang kuajari padamu dihadapan si tua bangka she Lu itu...!"   Perintah Lauw Cie Lan.   "Coba nanti ia ingin memecahkannya dengan jurus bagaimana".   "Tetapi Lauw cianpwe......., mana mungkin aku bisa menang menghadapi Lu cianpwe ?"   Tanya Oey Yok Su ragu-ragu.   "Engkau bukan bertempur dengan dia, hanya memperlihatkan jurus yang tadi kuajari nanti ia akan mamberitahukanmu pula, jurus yang akan dipergunakannya untuk memecahkan jurus tersebut...!". Oey Yok Su menghampiri Lu Liang Cwan, kemudian dia telah berkata.   "Lu cianpwe, kuharap engkau tidak turunkan tangan keras padaku......!"   "Tentu saja tidak, aku hanya ingin melihat gerakan jurus yang diberikan si Dewi bangsat itu, ....... ayo kau mulai !"   Kata Lu Liang Cwan.   "Hemm.......", mendengus Lauw Cie Lan dari tempat yang terpisah cukup jauh.   "Tidak mungkin engkau bisa memecahkan jurusku itu!"   Oey Yok Su telah mulai bergerak, pertama-tama ia merangkapkan kedua tangannya, tubuhnya agak dibungkukkan, kemudian sepasang kakinya ditekuk, dan tahu-tahu menendang, diapun melakukan pemutaran setengah lingkaran, kedua tangannya tahu-tahu menyambar.   Gerakan itu memang merupakan satu jurus yang hebat, yang bisa dipergunakan menyerang lima bagian anggota.   tubuh lawan.   Lu Liang Cwan mengawasi gerakan yang dibawakan oleh Oey Yok Su dengan sepasang alis yang mengkerut dalam-dalam, dan ia tampaknya tengah mernikirkan pcmecahannya.   Setelah tertegun sejenak, dan Lauw Cie Lan sempat menyindirnya dengan berkata.   "Ayo coba kau pecahkan, aku yakin engkau akan menyerah kalah...!"   Lu Liang Cwan terlawa bergelak, katanya kemudian.   "Baik aku sudah rnemperoleh jurus yang bisa memecahkan jurusmu itu...... mari engko kecil, aku akan mengajarimu jurus itu...."   Dan Lu Liang Cwan telah menarik tangan Oey Yok Su, agak menjauh dari Lauw Cie Lan.   Lu Liang Cwan kemudian menerangkan gerakan- gerakan dari jurus yang bisa memunahkan jurus Lauw Cie Lan.   Oey Yok Su memang cerdas, kembali ia bisa menerima pelajaran itu hanya dalam waktu yang singkat, sehingga menggembirakan Lu Liang Cwan.   "Nah sudah.....!"   Kata Lu Liang Cwan setelah dia melihat Oey Yok Su berhasil menguasai jurus yang diajarinya.   "Pergi kau perlihatkan kepada Dewi bangsat itu.......!"   Oey Yok Su mengiyakan, ia menghampiri Dewi Api Lauw Cie Lan, membawakan gerakan yang tadi diajari oleh Lu Liang Cwan.   Muka Lauw Cie Lan jadi merah, rupanya rnemang jika bertempur, dengan mempergunakan jurus itu Lu Liang Cwan bisa memunahkan serangannya.   Maka segera Dewi Api Lauw Cie Lan seperti berpikir keras, lalu mengajari Oey Yok Su dengan jurus lainnya.   Kemudian disuruhnya mempraktekkannya dihadapan Lu Liang Cwan.   Sedangkan orang she Lu itu balas mengajari Oey Yak Su jurus lainnya.   Begitulah, mereka telah menurunkan terus menerus jurus-jurus ilmu silat kelas wahid kepada Oey Yok Su.   Tanpa disadari oleh Oey Yok Su sendiri, justru ia telah menerima pelajaran ilmu silat kelas tinggi, sehingga tanpa disadari juga olehnya ia telah memiliki tambahan ilmu yang luar biasa.   Ratusan jurus telah diajari oleh kedua tokoh sakti itu padanya secara bergantian, namun tidak ada kesudahannya, tampaknya kedua orang itu sama sekali tidak mau menyerah.   Karena hari telah malam, mereka berhenti untuk beristirahat.   Padahal Lauw Cie Lan menghendaki pertandingan yang aneh seperti itu diteruskan saja, tetapi Lu Liang Cwan menyatakan bahwa kesehatan Oey Yok Su bisa terganggu karenanya.   Tetapi keesokan paginya, mereka telah meIanjutkan pertandingan yang aneh itu.   Kedua tukoh sakti tersebut sama-sama memeras otak mencari jurus-jurus yang paling liehay dari ilmu silatnya, masing-masing.   Mereka sama-sama tidak mau mengalah.   Dan semua itu berlangsung sampai empat hari lamanya.   Oey Yok Su.   memang memiliki otak yang sangat terang, maka ia bisa menangkap semua inti dari jurus- jurus tersebut, yang tidak disadarinya telah dimilikinya dengan sempurna, sebab disaat dia membawakan gerakan itu selalu jago-jago sakti itu memberikan petunjuk-petunjuknya dimana kelemahan yang ada pada diri pemuda ini.   Setelah berhari-hari menjadi orang perantara seperti itu, Oey Yok Su jadi girang juga dan senang dengan "permainan"   Seperti itu, ia juga tidak pernah mengeluh.   Sampai akhirnya, dipagi itu, waktu Oey Yok Su membawakan satu jurus dari Lu Liang Cwan dihadapan Lauw Cie Lan, wanita tua yang bergelar sebagai Dewi Api tersebut telah duduk termenung lama sekali, ia tengah mencari jurus yang bisa memunahkan jurus Lu Liang Cwan.   "Kau menyerah saja, tidak ada jurusmu yang bisa memecahkan jurusku itu ......kepandaianku memang jauh lebih tinggi dari kepandaianmu, jika selama ini kita berimbang, engkau hanya mengandalkan apimu belaka.......!"   Ejek Lu Liang Cwan. Muka Lauw Cie Lan jadi berobah merah, ia mendongkol sekali.   "Nah...., coba engkau perlihatkan jurus ini. kepadanya !"   Kata wanita itu kepada Oey Yok Su sambil mengajarinya sebuah jurus pula kepadanya.   Begitulah, jurus demi jurus selalu dilewati dengan saling tindih, dan akhirnya pertempuran yang aneh sekali ini berlangsung sampai sepuluh hari lebih.   Oey Yok Su mulai bosan, karena kedua orang tokoh sakti itu tampaknya tidak pernah mau mengalah.   "Aku sudah tidak mau lagi menjalani jurus-jurus kalian.......!"   Kata Oey Yok Su pada pagi itu, waktu kedua jago aneh tersebut bersiap-siap akan mengajari padanya lagi ilmu silat mereka.   "Mengapa.......?"   Tanya Lu Liang Cwan.   "Ya!, kenapa ..... ?"   Tanya Lauw Cie Lan juga.   "Aku lihat, kalian berimbang.......bukankah Aku sebelumnya memang telah diangkat menjadi saksi? Maka sekarang aku kemukakan keputusanku, bahwa kalian masing-masing memiliki kepandaian yang berimbang........!"   "Hemm......., engkau menyatakan kami berimbang ?"   Tanya Lauw Cie Lan kurang senang. Oey Yok Su mengangguk cepat.   "Ya, jika memang kalian bertempur terus sampai seratus tahun lagi, kalian tetap tidak mungkin dapat saling merubuhkan, karena memang kalian memiliki kepandaian yang berimbang....... tidak mungkin salah seorang diantara kalian akan rubuh..........!"   Lu Liang Cwan tidak membantah, dia telah mengangguk beberapa kali, bahkan menggumam perlaaan .   "Ya...jika memang dipikir-pikir apa yang dikatakan oleh saksi ini merupakan hal yang benar...! Bukankah kita selama sepuluh tahun telah puluhan kali bertanding, dan selama itu kita hanya berimbang tanpa bisa merubuhkan salah seorang diantara kita ?"   Lauw Cie Lan tadinya masih mau mengotot, tetapi akhirnya setelah menatap Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan bergantian, ia mengangguk juga.   "Ya, benar juga...! Lalu bagaimana keputusannya......?"   Tanya Lauw Cie Lan, seperti juga ia bertanya kepada dirinya sendiri.   "Ya, kita sudah tidak perlu bertempur lagi, bukankah saksi kita sudah mengatakan, walaupun kita bertempur lagi seratus tahun lamanya, tetap saja, tidak mungkin ada yang menang dan kalah diantara kita berdua........!" ---oo^DewiKZ~0~Tah^oo--- BAGIAN 16 . MENOLAK DIJADIKAN MURID Lauw Cie Lan berdiam diri lagi sejenak lamanya, sampai akhirnya, muka wanita tua ini berobah berseri- seri gembira.   "Bagus.......! Bagus.........! Kalau begitu bagaimana jika kita mengambil anak ini menjadi murid kita... ?"   Lu Liang Cwan telah mengangguk cepat.   "Tepat.......! Akupun memang berpikir begitu!"   Lauw Cie Lan telah menoleh kepada Oey Yok Su, tanyanya .   "Engko kecil, nasibmu memang baik sekali", dan dia telah menatap tajam, sambil katanya lagi.   "Engkau memiliki bakat yang baik, juga sangat cerdas sekali, kami bermaksud akan mengambil kau menjadi murid kami.......!"   Oey Yok Su jadi berdiri tertegun, hatinya bimbang bukan main.   "Mengapa engkau tidak cepat-cepat mengucapkan terima kasihmu kepada kami ?"   Tegur Lauw Cie Lan waktu melihat anak itu berdiam diri saja. Oey Yok Su menggelengkan kepalanya perlahan, kemudian katanya.   "Kukira hal itu tidak mungkin.......!"   "Tidak mungkin......?"   Tanya Lauw Cie Lan sambil menatap tajam.   "Kenapa.......?"   "Aku telah memiliki seorang guru dan tidak mungkin aku akan mengangkat guru lagi pada orang lain........!"   "Siapa gurumu........?"   Tanya Lauw Cie Lan.   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Dialah si tua bangka Tang Cun Liang.....!"   Menyelak Lu Liang Cwan.   "Yang menjadi tocu dari Tho Hoa To........!"   "Hemm, si tua bangka she Tang itu ?"   Tanya Lauw Cie Lan.   "Pantas.....! Pantas.....!"   "Kenapa pantas.....?"   Tanya Lu Liang Cwan sambil mengawasi si Dewi Api, bekas lawannya itu.   "Pantas anak ini memiliki kepandaian yang lumayan tingginya, rupanya dia murid dari tua bangka she Tang itu !"   Kata Lauw Cie Lan.   "Dan sekarang bagaimana ? Apakah kita tetap akan mengangkat anak ini mendjadi murid kita ?"   Tanya Lu Liang Cwan.   "Terserah kepada anak itu, karena jika kita tetap bermaksud mengambilnya menjadi murid kita, namun dia keberatan dan menolaknya, tentu hal itu juga akan sia- sia belaka, maka tidak mungkin kita memaksanya.......!"   "Oh, itu mudah saja diatasi.......!"   Kata Lu Liang Cwan cepat.   "Anak ini harus mau dan bersedia menjadi murid kita, jika dia menolak, beginikan saja, ngokkk.......!"   Sambil berkata begitu, tangan Lu Liang Cwan diletakkan melintang dilehernya, dia memperlihatkan sikap seperti potong leher.   "Kita potong lehernya.......!"   Tambah Lu Liang Cwan lagi. Hati Oey Yok Su jadi tercekat kaget, karena ia tidak menyangka Lu Liang Cwan akan berkata begitu.   "Hemm.....", mendengus Lauw Cie Lan dengan suara mendesis.   "Jika kita membunuh anak itu, memang itu merupakan urusan yang mudah. Tetapi bagaimana nanti kita bisa menentukan bahwa kepandaian kita merupakan kepandaian yang tertinggi diantara jago-jago lainnya ? Bukankah jika anak ini menjadi murid kita, dan dia pergi mengembara, lalu mempergunakan kepandaian kita untuk menempur para jago-jago dalam rimba persilatan, akan memperlihatkan bahwa kepandaian kita berdua merupakan kepandaian yang tertinggi........?"   Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Lauw Cie Lan, Lu Liang Cwan telah berdiam diri sejenak lamanya, tampaknya dia bingung mencari jawabannya. Sedangkan Oey Yok Su telah berkata .   "Aku tidak bisa mengangkat kalian menjadi guruku, karena sebelumnya aku telah mengangkat insu Tang Cun Liang menjadi guruku, maka walaupun bagaimana aku tidak bisa melanggar peraturan yang ada dan menjadi murid yang durhaka.........! "   "Ah, itu hanya peraturan yang tidak ada artinya buat kami, bukankah engkau sendiri rnengatakan bahwa Tang Cun Liang telah mampus."   "Memang suhu telah meninggal dunia, tetapi aku tidak bisa mendurhakainya...!"   Menyahuti Oey Yok Su.   "Hemm....., memang demikian halnya, baiklah! Kami akan mengajari engkau segala macam ilmu yang kami miliki, tetapi tidak perlu, kau mengikat guru kepada kami...... cukup asal engkau mempelajari semua ilmu kami itu baik-baik....... bagaimana tua bangka she Lu, apakah engkau setuju dengan saranku ?"   Lu Liang Cwan tampak tengah berpikir sejenak lamanya, dia sulit sekali menjawab.   "Mengapa engkau bengong-bengong begitu saja seperti orang tolol ?"   Tanya Lauw Cie Lan yang jadi tidak senang melihat sikap Lu Liang Cwan.   "Aku tidak rela jika mengajari dia ilmuku, karena dia tidak bersedia mengangkat kita menjadi gurunya ! Bukankah jika nanti ada orang yang bertanya siapa gurunya, maka anak itu akan menyahutinya bahwa gurunya adalah Tang Cun Liang, dan kepandaiannya yang dimilikinya itu sebagai kepandaian yang diwarisi oleh Tang Cun Liang.......!".   "Benar juga apa yang kau katakan itu, tua bangka she Lu !"   Kata Lauw Cie Lan.   "Lalu, apa yang harus kita lakukan ?"   "Jiewie cianpwe (orang tua berdua), sesungguhnya akupun tidak mengharapkan bisa menjadi murid kalian, dan tidak berhasrat pula ingin memiliki kepandaian kalian...!"   Memotong Oey Yok Su waktu kedua orang tokoh sakti itu seperti jadi bingung oleh keadaan seperti itu.   "Jadi kau memang benar-benar menolak keinginan kami ?"   Tanya Lu Liang Cwan, suaranya meninggi dan matanya memancarkan sinar yang tajam.   "Terpaksa locianpwe.......aku bukan tidak ingin memiliki kepandaian locianpwe, tetapi justru hal itu membuat kedudukanku jadi sulit !'' "Jika memang demikian, engkau jangan harap bisa meninggalkan pulau ini..... dan juga, jika engkau tetap tidak bersedia menjadi murid kami, kami berdua akan meninggalkan engkau seorang diri berdiam dipulau ini. Aku mau lihat apakah engkau akan menjadi kakek-kakek yang memiliki ilmu atau tidak nantinya........!"   Mendengar perkataan Lu Liang Cwan tubuh Oey Yok Su jadi tergetar.   Sebelumnya, waktu pertama kali ia tiba dipulau ini, bukankah Lu Liang Cwan memang telah bermaksud merampas kapalnya ? Dan jika memang Lu Liang Cwan dan Dewi Api Lauw Cie Lan meninggalkannya dipulau ini seorang diri, bukankah itu merupakan siksaan baginya ? Memang sebelumnya dia telah biasa hidup menyendiri dipulau Tho Hoa To, tetapi lain keadaannya dengan pulau ini.   Di Tho Hoa To segalanya telah terliwat dan teratur, tetapi pulau ini justru merupakan pulau yang tidak teratur dan juga begitu penuh oleh hutan-hutan dan tempat tempat yang tidak terawat.   Maka diam-diam Oey Yok Su jadi berpikir keras.   "Engkau masih tetap dengan keputusanmu ?"   Tanya Lu Liang Cwan dengan suara yang tajam, sambil mengawasi anak itu dengan mata yang berkilat. Oey Yok.Su tidak bisa menyahuti. Lauw Cie Lan telah tertawa.   "Tua bangka she Lu, engkau jangan menakut-nakuti anak itu, tentu saja dia semakin tidak bersedia menjadi murid kita......!"   "Lalu kita harus mempergunakan cara apa untuk memaksa dia menjadi murid kita...?'' tanya Lu Liang Cwan kemudian.   "Kita biarkan saja dia memikirkan hal ini selama beberapa hari, mudah-mudahan saja pikirannya berobah dan bersedia menjadi murid."   Lu Liang Cwan sudah tidak memiliki jalan lain, maka dia hanya mengangguk saja mengiyakan.   Begitulah, Oey Yok Su masih menetap dipulau tersebut selama beberapa hari bersama-sama dengan Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan.   Saat itu, Oey Yok Su selalu tertekan perasaannya.   Dia mana bersedia menjadi murid dari kedua tokoh sakti yang aneh adatnya ini? Memang ia melihatnya bahwa kedua tokoh sakti ini memiliki kepandaian yang luar biasa, jika ia menjadi muridnya tentu ia bisa memperoleh tambahan kepandaian yang luar biasa, tetapi justru perangai dari kedua orang tersebut yang telah membuat Oey Yok Su jadi tidak bersedia menjadi muridnya.   Selang dua hari, Lu Liang Cwan tampaknya sudah tidak sabar, dia mendesak lagi pada Oey Yok Su.   Tetapi Oey Yok Su tetap dengan pendiriannya, tidak mau menjadi murid kedua orang itu.   "Baiklah jika memang demikian", kata Lu Liang Cwan yang habis sabar.   "Aku akan membinasakan engkau saja.......!"   Dan setelah berkata begitu, ia mengayunkan tangannya akan menempeleng kepala Oey Yok Su. Namun Oey Yok Su mana mau tinggal diam ? Dengan cepat dia telah menangkisnya dengan mempergunakan tangan kanan.   "Dukk.... !"   Dua kekuatan telah saling bentur keras sekali.   "Ihh.......!"   Kembali Lu Liang Cwan mengeluarkan seruan kaget, seperti waktu pertama kali ia bertemu dengan Oey Yok Su dan mereka bertempur.   Dia memperoleh kenyataan selain gerakan Oey Yok Su lebih gesit, juga tenaga dalamnya telah jauh lebih matang dan lebih........tinggi dari sebelumnya.   Sedangkan Oey Yok Su sendiri merasakan pergelangan tangannya yang tadi digunakan untuk membentur tangan Lu Liang Cwan sakit sekali, namun pemuda ini tidak meringis memperlihatkan perasaan sakitnya itu, dia hanya berdiam diri saja.   "Kau masih tetap membandel dan tidak mau menerima kami menjadi gurumu ? Tahukah engkau, bahwa penolakanmu itu merupakan penghinaan besar buat kami?"   Bentak Lu Liang Cwan lagi.   "Tetapi sayangnya diantara kita memang tidak ada jodoh !"   Sahut Oey Yok Su.   "Karena aku telah menjadi murid Tang Cun Liang Insu.......!"   "Hemm......., aku tidak mau memperdulikan siapa itu Tang Cun Liang ....... yang terpenting. sekarang engkau bersedia menjadi murid kami atau tidak ?"   Oey Yok Su jadi serba salah. Untuk menghadapi Lu Liang Cwan saja dia belum tentu bisa menandinginya, apa lagi jika memang harus menghadapi dengan serentak dua orang lawan yang sakti seperti Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan.   "Bagaimana ....... ?"   Tegur Lu-Liang Cwan lagi.   "Sudahlah ........, jika memang dia tidak mau menjadi murid kita, untuk apa kita paksa-paksa...!"   Kata Lauw Cie Lan. Waktu itu tampak Oey Yok Su telah menghela napas sambil berkata.   "Jiewie locianpwe, aku sangat menghormati kalian...... dan walaupun tidak menjadi murid kalian, tetapi memang aku akan mengingatnya bahwa aku pernah menerima ilmu dari kalian. Bukankah selama belasan hari kalian berdua telah mengajari aku segala ilmu silat yang terhebat dari kalian..."   Mendengar perkataan Oey Yok Su, Lu Liang Cwan berdua dengan Lauw Cie Lan jadi heran.   "Kapan kami pernah mengajari kau ilmu silat ?"   Tanya Lu Liang Cwan.   "Waktu kalian bertanding......!"   Sahut Oey Yok Su. Kedua orang itu seperti baru tersadar, dan kemudian Lu Liang Cwan dengan sorot mata setengah tidak percaya telah bertanya ."Apakah engkau telah berhasil menguasai semua ilmu yang kami ajarkan itu ?"   Oey Yok Su mengangguk.   "Ya...!"   Sahutnya.   "Aku telah berhasil menguasai semua jurus itu...tidak satu juruspun yang terlupa !"   "Coba kau bawakan dihadapan kami......!"   Minta Lu Liang Cwan penasaran dan tidak mau mempercayai apa yang dikatakan oleh Oey Yok Su.   "Ya, coba kau bawakan dihadapan kami jurus-jurus kami yang telah berhasil engkau kuasai itu...!"   Kata Lauw Cie Lan juga.   Oey Yok Su mengiyakan, dan dia mulai bersilat, dengan bergantian mempergunakan jurus-jurus ilmu silat Lauw Cie Lan dan Lu Liang Cwan.   Kedua tokoh sakti itu jadi berdiri tertegun saja menyaksikan betapa sepasang tangan dan kaki Oey Yok Su bergerak-gerak dengan cepat membawakan gerakan dari jurus-jurus mereka, tidak satu juruspun yang lewat dan salah dilakukannya itu.   Lu Liang Cwan telah menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.   Sedangkan Lauw Cie Lan telah mendesis beberapa kali.   Disaat-saat seperti itu memang tampaknya Lu Liang Cwan sudah tidak bisa membantah, karena setiap gerakan yang dilakukan oleh Oey Yok Su tidak sejuruspun yang salah.   "Itulah menunjukkan bahwa otak anak ini memang cerdas sekali", kata Lauw Cie Lan berselang sejenak, disaat Oey Yok Su masih membawakan terus jurus-jurus ilmu silat mereka.   "Sayang sekali justru dia tidak bersedia untuk menjadi murid kita...!"   Lu Liang Cwan menganggukkan kepalanya, dan ia masih memandangi terus Oey Yok Su yang tengah bersilat, sampai akhirnya ia berkata.   "Sudah.... ! Sudah...... ! Hentikan...!"   Dan tahu-tahu dia telah menjatuhkan tubuhnya duduk numprah diatas tanah, menangis menggerung-gerung, sambil tangannya tldak hentinya mencabuti jenggot kumisnya.   Lagaknya persis seperti sikap seorang anak kecil yang menangis karena tidak memperoleh barang mainan yang dikehendaki.   Lauw Cie Lan jadi memandang bengong pada kelakuan Lu Liang Cwan, sedangkan Oey Yok Su yang memang pernah menyaksikan kelakuan orang tua ini, disaat pertemuan pertama mereka, hanya mengawasi tenang-tenang saja.   la telah membiarkan Lu Liang Cwan menangis.   Selang sesaat lagi, Lu Liang Cwan berhenti menangis, ia menghapus air matanya.   Lauw Cie Lan yang sudah tidak bisa menahan perasaan herannya, segera bertanya.   "Mengapa engkau menangis begitu seperti seorang bocah ?".   "Aku jadi sedih, mengapa aku dilahirkan tidak seperti bocah itu...?"   Kata Lu Liang Cwan sambil menunjuk Oey Yak Su.   "Apa hubungannya antara kelahiranmu dengan bocah itu ?"   Tanya Lauw Cie Lan tambah tidak mengerti.   "Bodoh kau...!"   Bentak Lu Liang Cwan tiba-tiba dengan suara yang keras. Muka Lauw Cie Lan jadi berobah merah dibentak begitu, ia telah bertanya sengit.   "Engkau yang bodoh atau aku ? Engkau sendiri membawa lagak lagu seperti seorang anak kecil sinting, tidak keruan-keruan menangis begitu......!"   "Sudah kukatakan aku menyesal mengapa dilahirkan tidak seperti bocah itu!"   Sahut Lu Liang Cwan. Karena tadi dibentak waktu menanyakan apa hubungan antara kelahiran Lu Liang Cwan dengan diri Oey Yok Su, maka kini Lauw Cie Lan berdiam diri saja, dia tidak menanyakan sesuatu lagi. Sedangkan Lu Liang Cwan telah berkata lagi.   "Aku benar-benar menyesal, kalau saja aku dilahirkan seperti anak itu...!".   "Kenapa ?"   "Tentu dengan rnudah aku bisa rnerubuhkan kau !"   "Merubuhkan aku ?"   Tanya Lauw Cie Lan tambah tidak senang. Baru saja ia ingin memaki lagi, telah didahului oleh Lu Liang Cwan yang berkata.   "Ya, kalau saja aku dilahirkan dengan otak secerdas bocah itu, tentu dengan mudah aku bisa memiliki kepandaian yang tinggi, tidak sampai perlu puluhan tahun aku melatih diri sia-sia seperti ini, jangankan merubuhkan Tang Cun Liang, sedangkan merubuhkan dirimu saja belum pernah, kita selalu berimbang saja...!"   Dan sehabis berkata begitu, Lu Liang Cwan telah mementang mulutnya dan menangis keras lagi.   Pekjie yang sejak tadi berdiri diam mengawasi majikannya saja, jadi ikut mengeluarkan suara pekik seperti menangis ! Rupanya biruang peliharaan Lu Liang Cwan ikut merasa bersedih hati menyaksikan majikannya menangis begitu sedih.   Oey Yok Su jadi tidak enak dalam hatinya menyaksikan Lu Liang Cwan masih menangis terus, maka akhirnya ia mendekati tokoh sakti tua itu, ia berjongkok disampingnya sambil katanya menghibur .   "Sudahlah locianpwe, bukankah sekarang engkau telah memiliki kepandaian yang tinggi sekali dan, jarang ada orang seliehay locianpwe ?"   "Diam kau tolol !"   Bentak Lu Liang Cwan.   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Bukankah tadi aku telah menjelaskan jika aku memiliki otak seperti engkau, tentu kepandaian seperti sekarang ini bisa kumiliki disaat usiaku belum setua ini ?"   Dan Lu Liang Cwan telah menangis lagi. Sedangkan Lauw Cie Lan telah tertawa, dia merasa lucu dan geli.   "Memang otakmu yang tumpul dan bodoh, rnengapa harus menyesal seperti itu ?"   Katanya menyindir.   "Kau...?"   Bentak Lu Liang Cwan sambil melompat marah dengan sikap berang, tampaknya ia ingin melancarkan serangan.   Tetapi Lauw Cie Lan memang tidak jeri untuk bertanding dengan jago tua itu, ia malah bersiap-siap untuk menerima serangan.   Tetapi rupanya Lu Liang Cwan tidak meIancarkan serangan, dia hanya mementang mulutnya lebar-lebar dan menangis lagi.   Tangannya juga telah mencabuti jenggot dan kumisnya pula.   Setelah lewat lagi sekian lama, Oey Yok Su dan Lauw Cie Lan hanya berdiam diri, sebab mereka tidak tahu, apa yang harus dilakukannya menghadapi kakek yang berperangai aneh ini, maka keduanya hanya membiarkan Lu Liang Cwan menangis terus.   Tetapi karena didiami begitu, Lu Liang Cwan jadi menghentikan tangisnya.   Dengan mata yang masih dipenuhi air mata ia telah mendelik pada Oey Yok Su dan Lauw Cie Lan.   "Mengapa kalian memandangi aku seperti tengah menonton seorang anak kecil menangis?"   Teriaknya dengan suara keras. Lauw Cie Lan tidak bisa menahan perasaan gelinya, ia anggap sikap orang bukan hanya jenaka, tetapi lucu bukan main menggelitik hatinya.   "Jika anak kecil yang menangis tentu tidak aneh, tetapi justru sekarang ini kami menyaksikan suatu hal yang aneh sekali, seorang tua bangka yang akan masuk lobang kubur justru dapat menangis seperti seorang anak kecil saja...!"   Setelah berkata begitu, Lauw Cie Lan tertawa bergelak-gelak dengan.suara yang keras. Lu Liang Cwan rupanya mendongkol sekali dia bermaksud melancarkan serangaun. Melihat sikap urang, Lauw Cie Lan telah berkata menantang.   "Mari, mari kita bertanding lagi....., engkau rupanya memang masih penasaran dan ingin sekali bertanding......!"   Tetapi Lu Liang Cwan tidak melayani tantangan Lauw Cie Lan, dia menoleh kepada Oey Yuk Su, tanyanya.   "Engkau sebagai saksi, apa yang hendak engkau katakan...... apakah kepandaianku yang lebih kau senangi atau memang kepandaian si Dewi Bangsat itu......?"   Oey Yok Su jadi serba salah ditanya begitu, tetapi akhirnya tokh ia menyahuti juga .   "Cianpwe berdua memang memiliki kepandaian yang sama tingginya, masing-masing memiliki kepandaian yang tersendiri...... maka dalam hal ini siapa yang lebih tinggi, boanpwe tidak bisa menyebutkannya.......!"   "Hemm...., cerdik kau, tidak berati kau menunjuk salah seorang diantara kami mana yang lebih liehay, justru engkau mengelakkan diri dengan kata-katamu itu.....!"   Kata Lu Liang Cwan. Tetapi Oey Yok Su berkata dengan sungguh-sungguh.   "Apa yang boanpwe katakan tadi memang sebenarnya, karena locianpwe berdua memiliki kepandaian yang sama tingginya. Boanpwe mana berani berdusta ?"   Mendengar perkataan Oey Yok Su, Lu Liang Cwan menghela napas dalam-dalam, kemudian dia menoleh kepada Lauw Cie Lan, tanyanya .   "Bagaimana.....? Apakah kita akan memaksa terus anak ini untuk menjadi murid kita?"   Lauw Cie Lan menggelengkan kepalanya perlahan, katanya.   "Tidak...tidak mau aku mengambil murid yang tidak bersedia berguru kepadaku, karena akan sia-sia belaka...!".   "Jika demikian, akupun membatalkan saja niatku untuk mengambilnya menjadi muridku...!"   Kata Lu Liang Cwan kemudian.   ---oo^DewiKZ~0~Tah^oo--- BAGIAN 17 .   BERUSAHA MELARIKAN DIRI "SUDAHLAH, biarlah bocah ini kita tinggalkan saja dipulau ini.   Aku ingin meninggalkan pulau ini dengan mempergunakan perahunya, dan kau Dewi Bangsat, apakah engkau mau ikut bersamaku ?"   "Hemmm......., enak saja kau bicara, apakah engkau kira aku ini isterimu ?"   Tanya Lauw Cie Lan dengan suara yang dingin.   "Dengan seenaknya engkau mengajak aku untuk naik perahu bersamamu......!"   Muka Lu Liang Cwan jadi berobah merah, tetapi dia tidak marah oleh teguran Lauw Cie Lan, hanya tertawa dengan suara yang keras.   "Memang engkau bukan isteriku, jika engkau berkeras dan memaksa ingin menjadi isteriku, tentu aku akan lari terbirit-birit ketakutan...!"   "Apa kau bilang ?"   Tanya Lauw Cie Lan mendongkol.   "Kukatakan tadi, jika engkau sendiri yang memaksa aku menjadi suamimu, aku akan lari terbirit-birit ketakutan...siapa yang kesudian mengambil seorang Dewi Bangsat seperti kau menjadi isteriku...?"   Dan puas berkata begitu, Lu Liang Cwan telah tertawa bergelak- gelak.   Disaat itu, muka Lauw Cie Lan berobah merah padam, dia tersinggung sekali dan mendongkol, maka begitu kata-kata Lu Liang Cwan selesai diucapkan dan dia tengah tertawa, Lauw Cie Lan telah membarengi dengan menggerakkan tangan kanannya, dia melancarkan serangan yang kuat sekali.   "Eh, tunggu dulu, apa yang kau lakukan?"   Teriak Lu Liang Cwan sambil melompat berkelit.   Oey Yok Su yang menyaksikan kelakuan kedua orang tokoh sakti itu jadi tertawa bergelak, karena walaupun, bagaimana ia merasa lucu sekali menyaksikan sepak terjang kedua orang tokoh sakti ini.   Maka setelah melihat Lauw Cie Lan ingin melancarkan serangan lagi, ia hanya berdiam diri, bahkan Oey Yok Su mengharapkan kedua orang itu terlibat dalam pertempuran lagi, sehingga ia bisa melarikan diri.   Tetapi Lu Liang Cwan selalu mengelakkan diri dari serangan Lauw Cie Lan, tampaknya ia sama sekali tidak berselera untuk bertempur lagi dengan jago betina itu.   Tepat bersamaan dengan mengelaknya Lu Liang Cwan, Lauw Cie Lan kembali menyerang pula saling susul.   Lu Liang Cwan walaupun tidak bermaksud untuk bertanding lagi dengan wanita tua yang liehay itu, tokh ia harus melayani, juga lawannya.   Semakin lama Lauw Cie Lan menyerang semakin keras dan kuat.   Tetapi Lu Liang Cwan juga tidak kurang gesitnya berkelit kesana kemari seperti juga tubuhnya itu telah berobah menjadi bayangan saja, berkelebat kesana kemari tidak hentinya.   Begitulah, mereka berdua telah terlibat dalam pertempuran lagi.   Oey Yok Su tidak mau membuang kesempatan yang ada, diam-diam dia menjauhi diri.   Dan disaat jarak mereka telah terpisah jauh, Oey Yok Su berlari meninggalkan tempat itu, ia bermaksud menuju kepantai untuk mencapai perahunya dan meninggalkan pulau ini.   Memang selama beberapa hari dipulau ini Oey Yok Su telah kenal dengan keadaannya, itulah yang membuat Oey Yok Su tidak memperoleh kesulitan waktu melarikan diri dan cepat sekali ia tiba ditepi pantai.   Dilihatnya perahunya masih tertambat ditempatnya semula.   Cepat sekali tanpa berani membuang waktu lagi Oey Yok Su membuka tali tambatannya dan mendorong perahunya, lalu dia segera melompat kedalamnya.   Dengan mempergunakan tenaga lwekangnya Oey Yok Su telah menggerakkan kayu pengayuhnya untuk mendayung perahu itu.   Tetapi rupanya Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan yang tengah bertempur itu juga memiliki mata yang celi.   Lu Liang Cwan lebih duIu melihat Oey Yok Su tidak berada ditempatnya, dia segera melompat mundur sambil mengeluarkan suara seruan menjauhi Lauw Cie Lan.   "Anak itu melarikan diri...!"   Teriaknya. Sebetulnya Lauw Cie Lan ingin melancarkan serangan lagi, tetapi mendengar teriakan Lu Liang Cwan, dia jadi menunda keinginannya itu. Dia telah menoleh kesekelilingnya, dan memang dia tidak melihat Oey Yok Su. Hatinya jadi tercekat.   "Dia tentu lari kepantai untuk mengambil perahunya guna melarikan diri. Ayo kejar...!"   Teriak Lu Liang Cwan waktu melihat tapak-tapak bekas kaki Oey Yok Su.   Kedua orang itu memiliki ginkang yang telah mahir, maka mereka dapat berlari seperti terbang saja, dengan cepat mereka tiba dipantai.   Waktu itu mereka masih sempat melihat Oey Yok Su telah berada diatas perahunya dan tengah mendayung untuk menjauhi pulau itu.   Dengan mengeluarkan suara teriakan keras, tubuh Lu Liang Cwan melompat dan berlari diatas pasir dipantai tersebut, dengan segera kakinya juga menerobos air laut dipantai.   Waktu itu jarak yang terpisah antara perahu Oey Yok Su belum begitu jauh, dengan mudah ia telah mengulurkan tangannya, seperti tengah membetot sesuatu.   Anehnya perahu Oey Yok Su seperti kena digenggam suatu kekuatan yang hebat dan telah meluncur kembali kearah pantai! Hati Oey Yok Su terkejut, ia mengerahkan sinkangnya dan menampar kearah belakang perahunya, maksudnya untuk menghalau kekuatan tenaga sinkang Lu Liang Cwan yang menguasai perahunya.   Sedangkan Lu Liang Cwan sambil berusaha menguasai perahu itu dengan mempergunakan kekuatan tenaga lwekangnya, juga melangkah terus mendekati, dan ketika jarak mereka sudah tidak ada setombak lagi, Lu Liang Cwan melompat keatas perahu.   "Kembali kedarat...!"   Teriak Lu Liang Cwan dengan suara mengancam.   Oey Yok Su menghela napas, dia tidak berani membantah perintah Lu Liang Cwan, karena pemuda ini menyadari orang tua ini memang liehay sekali ilmu silatnya.   Dia mendayung kembali perahunya menuju kedarat.   Lu Liang Cwan girang bisa mernbatalkan maksud Oey Yok Su melarikan diri.   Begitu juga Lauw Cie Lan telah menjejakkan kakinya beberapa kali, dalam sekejap mata tubuhnya telah berada didalam perahu.   Namun diwaktu itulah Oey Yok Su telah mendorong tubuh Lu Liang Cwan.   Hal itu tidak disangka sama sekali oleh jago tua she Lu, sehingga tidak ampun lagi tubuhnya terjungkel dari dalam perahu, dan tercebur kedalam air laut.   Lauw Cie Lan terkejut, ia telah mengeluarkan suara seruan keras.   Oey Yok Su tidak memperdulikan Lauw Cie Lan, dia mendayung perahunya kuat-kuat dengan maksud menjauhi perahunya dari daratan.   Tetapi Lu Liang Cwan begitu kecebur, karena air laut ditepi pantai memang tidak dalam hanya selutut saja, cepat bisa bangun kembali dan mengejar perahu itu.   Waktu ia menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melompat ketengah perahu lagi.   Oey Yok Su sudah tidak berusaha untuk melakukan apa-apa lagi, dia hanya mendayung terus sambil menggumam.   "Biarlah kita berangkat bertiga meninggalkan pulau itu...!"   Memang yang ditakuti oleh Oey Yok Su justru kalau perahunya ini dirampas oleh Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan, ia sendiri yang akan ditinggal oleh kedua orang itu, untuk jadi penjaga pulau kosong- tersebut.   GAMBAR 07 Hal itu tidak disangka sama sekali oleh jago tua she Lu, sehingga tidak ampun lagi tubuhnya terjungkel dari dalam perahu, dan tercebur kedalam air laut.   Tetapi Lu Liang Cwan telah berteriak-teriak dengan suara nyaring .   "Cepat kembali kedaratan...... kembali !". Tetapi Oey Yok Su tidak memperdulikannya, ia mendayung terus, sehingga perahu telah meluncur cukup jauh. Sedangkan Lauw Cie Lan memandang ngeri kearah air taut. la tidak bisa berenang, kalau sampai perahu itu terbalik, niscaya yang akan menerirna bencana adalah dirinya.   "Jangan timbulkan goncangan terlalu keras.......!"   Lauw Cie Lan memperingati pada Lu Liang Cwan, karena orang tua itu menghentak-hentak kakinya dengan jengkel, membuat perahu itu tergoncang keras sekali, Oey Yok Su melihat hal ini, karena dia cerdas, dia telah mengetahui kelemahan Lauw Cie Lan.   Sengaja Oey Yok Su berkata.   "Lauw Cianpwe..... jika memang Lu Cianpwe bergerak-gerak terus, perahu akan karam terbalik.......!"   Kata-kata Oey Yok Su membuat Lauw Cie Lan tambah ketakutan, sehingga dia mengawasi mendelik kepada Lu Liang Cwan sambil menghardik.   "Engkau mau diam atau tidak? Jika sampai perahu ini terbalik, dan aku tercebur dicialam air laut, untuk seterusnya aku tidak akan memaafkanrnu, kepalamu akan kuhantam hancur.........!". Lu Liang Cwan tertawa mengejek.   "Justru aku hendak memaksa dia untuk mengembalikan arah perahu kepantai...!"   Sahutnya. Dan Lu Liang Cwan telah melangkah ingin mendekati Oey Yok Su. Melihat bahaya yang mengancam, Oey Yak Su telah berkata.   "Berhenti disitu Lu Cianpwe, jika masih Lu Cianpwe melangkah maju, selangkah saja, kayu pengayuh ini akan kulemparkan ketengah laut, biarlah kita akan berlayar dengan perahu tanpa kayu pengayuh.......!".   "Hemm......!"   Merah padam muka Lu Liang Cwan, ia mengawasi Oey Yok Su dengan sorot rrrata yang tajacn, sampai katanya kemudian .   "Baiklah ! Baiklah ! Sekarang kau putar haluan kembali kepantai......!"   "Tidak mau........!"   Menggeleng Oey Yok Su.   "Mengapa tidak mau ?"   Tanya Lauw Cie Lan dengan cemas.   "Aku tidak mau kembali kepantai, karena kalian ingin merampas perahu ini dan lalu meninggalkan aku digulau itu !"   Menyahuti Oey Yok Su.   "Kami tidak akan merampas perahumu"   Kata Lauw Cie Lan memberikan keyakinan kepada Oey Yok Su. Oey Yok Su tetap menggelengkan kepalanya dan selama mereka berkata-kata seperti itu Oey Yok Su terus juga mengayuh, sehingga perahu meluncur terus menjauhi pantai.   "Dua kali Lu Cianpwe pernah mengatakan ia ingin merampas perahuku ini, dan ingin meninggalkan aku hidup seorang diri dipulau kosong itu...!"   Menjelaskan Oey Yok Su.   "Jika nanti dia berani merampas perahumu, biar aku yang hantam kepalanya sampai hancur...!"   Janji Lauw Cie Lan. Tetapi Oey Yok Su tetap menggelengkan kepalanya, katanya.   "Lebih baik kita berlayar bertiga..... bukankah tidak lama lagi kita bisa sampai didaratan dan disaat itu barulah kita berpisah...! ". Lauw Cie Lan lelah berkata lagi dengan sikap yang agak gugup.   "Bagaimana kita hendak melakukan perlayaran jika kita tidak membawa perbekalan ? Bukankah kita tidak membawa air dan makanan? Bagaimana kalau perjalanan kita ini memakan waktu beberapa hari lamanya ?"   Ditanya begitu, Oey Yok Su mengakui kebenaran perkataan jago wanita she Lauw tersebut.   Tetapi untuk kembali kepulau tentu saja Oey Yok Su tidak mau, karena pemuda ini menyadarinya jika sampai ia kembali kepulau, tentu dirinya terancam bahaya yang tidak kecil, dimana ancaman dari Lu Liang Cwan dan Lauw Cie Lan ini, kedua tokoh sakti tersebut yang belum tentu bisa dihadapinya.   Namun jika mereka berlayar juga, tokh mereka akan kehausan dan kelaparan jika dalam beberapa hari mereka tidak berhasil menemui daratan.   Inilah yang membuat Oey Yok Su jadi di agak bingung.   Pemuda ini memang otaknya cerdas, segera ia bisa mengambil keputusan, maka tanyanya.   "Apakah locianpwe berdua dapat dipercaya kata-katanya ?"   "Tentu saja.....!"   Sahut Lu Liang Cwan yang menyelak cepat.   "Kami akan memegang perkataan kami, kau tidak perlu kuatir......!".   "Tunggu dulu, aku mau mengantarkan Locianpwe berdua kembali kedaratan dipulau itu, tetapi terus terang aku tidak bersedia untuk menginjak kembali pulau tersebut. Maka jika jarak pantai darl pulau tersebut terpisah lima tombak, kalian harus melompat turun saja dan aku akan berlayar lagi. Jika memang locianpwe setuju, itupun ada syaratnya...!".   "Syarat apa ?"   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tanya Lauw Cie Lan.   "Setelah locianpwe berdua sampai didaratan pulau itu, kalian harus melemparkan perbekalan air dan makanan kepadaku...!". Kedua orang tua itu berdiam diri, tetapi Lauw Cie Lan yang memang ingin cepat-cepat kembali kedaratan, telah tidak sabar, cepat ia mengangguk, katanya.   "Baiklah, syaratmu itu akan kupenuhi...!".   "Dan bagaimana dengan Lu cianpwe ?"   Tanya Oey Yok Su.   "Aku ingin meninggalkan pulau itu...!"   Sahut Lu Liang Cwan.   "Maka yang terpenting kita kembali kepulau untuk mengambil air minum dan makanan. Setelah itu kita berlayar lagi...!.   "Kita......?"   "Ya.... !".   "Jadi Lu Cianpwe akan mengajakku, tidak akan meninggalkan aku dipulau itu ?"   Tanya Oey Yok Su menegasi.   "Ya.... !".   "Baiklah kalau begitu, lalu bagaimana dengan Lauw Cianpwe ?"   "Aku lebih senang tinggal dipulau itu, jika memang kalian mau pergi, pergilah...... aku masih senang tinggal dipulau yang tenang itu.......!'' Setelah memperoleh kepastian seperti itu, Oey Yok Su memutar haluan perahunya, menuju kepantai pulau tersebut lagi. ---oo^Dewi-kz~0~Tah^oo--- BAGIAN 18 . MENINGGALKAN PULAU TERPENCIL RUPANYA Lu Liang Cwan memang menepati janjinya, ia telah turun kedarat bersama Lauw Cie Lan. Kemudian Lu Liang Cwan kembali lagi dengan membawa perbekalan air minum dan makanan. Sedangkan Lauw Cie Lan sudah tidak kelihatan lagi, rupanya dia telah kembali kegoanya. Waktu itu, dengan ringan Lu Liang Cwan melompat kedalam perahu.   "Mari kita berangkat...!"   Ajaknya.   Oey Yok Su girang, sekarang dia tidak perlu kuatir untuk ditinggal seorang diri dipulau itu.   Dengan bersemangat dia mengayuh perahunya yang laju sekali.   Sekarang dia juga sudah tidak perlu kuatir akan kehausan dan kelaparan, karena Lu Liang Cwan telah membawa perbekalan minuman dan makanan.   Tetapi justru yang mengejutkan Oey Yok Su ketika perahu berlayar jauh, sekali, berada ditengah laut Lu Liang Cwan membuka buntalan perbekalannya dan mengambil tempat air yang diteguknya beberapa kali, kemudian disimpannya lagi.   Oey Yok Su hanya memandangi saja kelakuan orang tua she Lu, itu dengan leher yang kering, karena iapun mulai haus.   Namun Lu Liang Cwan, tidak membaginya, bahkan telah meminum seenaknya sambil berdahak tidak hentinya.   "Bagi aku airnya Lu Cianpwe...!"   Pinta Oey Yok Su.   "Membagimu ?"   Tanya Lu Liang Cwan tiba-tiba.   "Aku haus sekali, locianpwe...!"   "Itu urusanmu, tidak ada urusan denganku......!"   "Locianpwe......!"   "Ini airku dan makanan ini adalah makananku.... mengapa engkau tadi tidak mau membawanya juga ?"   Balik tanya Lu Liang Cwan. Pertanyaan jago tua yang perangainya aneh itu membuat Oey Yok Su jadi dingin hatinya, dia kaget bukan main.   "Locianpwe..... bukankah kita akan bersama-sama berlayar...?"   Tanyanya kemudian.   "Ciss......, siapa yang kesudian berlayar bersamamu ? Bukankah sejak dulu aku telah mengatakan, aku lebih senang - berlayar sendiri dan meninggalkan engkau dipulau itu ? Siapa yang perintahkan engkau begitu bandel dan keras kepala, memaksa hendak turut berlayar ! Maka jika engkau kehausan dan kelaparan dalam perjalanan ini, engkau tidak boleh menyesali aku.......!"   Oey Yok Su merasakan punggungnya jadi tambah dingin.   "Locianpwe.........?"   "Sudah jangan terlalu banyak bicara lagi, jangan rewel, dayung terus...!"   Kata Lu Liang Cwan.   "Aku ingin melihat kau mampus dilaut.......!"   Hati Oey Yok Su jadi semakin tidak enak, sampai akhirnya ia mengeluh sendirinya.   Perangai, orang tua ini benar-benar aneh dan agak kejam.   Dengan dibiarkannya dia kehausan dan kelaparan, tentu akan membuat dia mati dengan sendirinya, mati lemas.   Atau juga jika Lu Liang Cwan ingin mencelakainya disaat mereka berada ditengah laut, bukankah pemuda ini tidak bisa berbuat banyak ? Karena berpikir begitu, Oey Yok Su jadi mengayuh dengan pandangan mata memandang jauh kosong tidak mengandung perasaan apapun juga.   Lu Liang Cwan telah tertawa bergelak, sambil katanya kemudian.   "Baiklah.......! Baiklah........! Jika memang engkau tidak mau mampus kehausan dan kelaparan, lebih baik sekarang saja engkau menceburkan dirimu dilaut ini..........!"   "A......apa ?'' tanya Oey Yok Su dengan suara tersendat karena kaget.   "Serahkan kayu pengayuh itu padaku, dan kau boleh menceburkan dirimu dilaut...!"   Menyahuti Lu Liang Cwan.   "Akhh......., locianpwe seorang yang kejam sekali !"   Kata Oey Yok Su yang sudah tidak bisa menahan kemendongkolan hatinya.   "Terserah engkau mau mengatakan apa saja pada diriku, ayo serahkan kayu pengayuh itu padaku...!"   Kata Lu Liang Cwan. Disaat itulah Oey Yok Su telah mengambil keputusan.   "Aku tidak akan menyerahkan kayu pengayuh ini padamu........!"   Katanya tegas, dengan muka yang merah karena marah.   "Eh, apa kau bilang ? Tidak mau menyerahkan kayu pengayuh itu padaku ?"   Tanya Lu Liang Cwan menegasi dengan membuka matanya lebar-lebar mengawasi mendelik kepada Oey Yok Su. Oey Yok Su mengangguk pasti, entah mengapa, sekarang hatinya jadi agak-tenang.   "Benar, tidak salah !"   Katanya.....   "Aku tidak akan menyerahkan kayu pengayuh ini kepadamu... jika engkau berani mendekati aku selangkah saja, aku akan membuang kayu pengayuh ini kelaut, biar engkau berlayar tanpa memiliki kayu pengayuh, sehingga engkau sendiri akan terombang-ambing ditengah laut, dan akhirnya air dan makananmu akan habis, dan engkau akan mati dengan disiksa haus dan lapar...!". Mendengar perkataan Oey Yok Su, muka Lu Liang Cwan jadi berobah, dia memandang bengong pada Oey Yok Su sampai sekian lama. Tetapi Oey Yok Su sudah tidak memperdulikan sikap jago tua yang perangainya sangat aneh itu.   "Kau...kau berani melakukannya itu ?"   Tanya Lu Liang Cwan dengan suara tidak lancar.   "Mengapa tidak berani ? Bukankah aku bisa saja membuang kayu pengayuh ini ?"   Tanya Oey Yok Su.   "Hemm........., jangan harap engkau bisa mencapai daratan.........!"   "Kau bersungguh-sungguh.........?"   Tanya Lu Liang Cwan lagi.   "Mengapa tidak ?"   Balik tanya Oey Yok Su.   "Aku sudah tidak memiliki kesempatan hidup karena berada bersama-sama dengan manusia jahat dan busuk seperti engkau, maka biarlah engkaupun nanti akan mampus haus dan kelaparan...........l"   Muka Lu Liang Cwan telah berobah lagi, namun akhirnya ia berkata .   "Engkoh kecil, engkau jangan marah, aku tidak bersungguh-sungguh, aku hanya bergurau saja...... Engkau jangant cepat marah seperti itu... jika engkau ingin minum, minumlah...aku tidak akan melarangnya bukankah air dan makanan itu untuk kita berdua ?".   "Hemm........, engkau licik sekali", berpikir Oey Yok Su. Tetapi pemuda ini telah berkata.   "Sekarang engkau pergi keujung perahu, aku akan minum. Aku tahu, jika engkau berada disini, begitu aku memegang kantong air itu, tentu engkau akan melancarkan serangan padaku! Maka dari itu, engkau pergilah kekepala perahu!".   "Engkau terlalu bercuriga, anak muda......!"   Kata. Lu Liang Cwan kurang senang.   "Justru karena perbuatanmu sendiri !"   Menyahuti Oey Yok Su.   Lu Liang Cwan sudah tidak memiliki pilihan lain lagi, ia menuju kearah kepala perahu, dan setelah Lu Liang Cwan berdiri dikepala perahu, barulah Oey Yok Su mendekati kantong air dan meminumnya.   Disamping itu Oey Yok Su juga bersiap-siap untuk melemparkau kayu pengayuh kalau saja Lu Liang Cwan melompat padanya melancarkan serangan.   Lu Liang Cwan juga bukannya tolol, dia telah melihat persiapan Oey Yok Su, maka dia tidak berani bertindak ceroboh, hanya mengawasi pemuda itu yang telah meneguk air dari kantong airnya dengan bernafsu sekali.   Setelah puas meminum air itu, dan telah lenyap hausnya, Oey Yok Su kembali ketempat duduknya dan mulai mengayuh lagi.   Tetapi tiba-tiba Lu Liang Cwan tertawa bergelak dengan suara yang keras.   Melihat kelakuan orang tua itu Oey Yok Su jadi heran, dia mengawasinya.   "Apa yang engkau tertawakan?"   Tanyanya kemudian dengan perasaan tidak senang.   "Engkau........! Kau yang kutertawakan...!"   Sahut Lu Liang Cwan.   "Kenapa ?"   Tanya Oey Yok Su.   "Engkau bersikap seperti itu, tetapi justru persiapanmu kurang bagus......kita bersama-sama berada diperahu ini.......!"   "Benar, lalu mengapa kau tertawa seperti itu ?"   Tanya Oey Yok Su lagi.   "Apakah engkau akan mengayuh terus siang dan malam tanpa tidur ?"   Balik tanya Lu Liang Cwan.   Di tanya begitu, pucatlah wajah Oey Yok Su, dia baru tersadar.   Bukankah jika dia letih dan malamnya tertidur, Lu Liang Cwan dengan mudah akan mencelakainya ? Tetapi sebagai seorang pemuda yang memiliki otak sangat cerdas dan cerdik sekali, dia tidak memperlihatkan perasaan gugupnya.   Sambil tertawa Oey Yok Su telah berkata lagi .   "Justru akupun telah memikirkan-nya, maka aku bertekad, untuk membalikkan perahu ini sekarang saja, biar kita mampus bersama-sama...!"   Tubuh Lu Liang Cwan jadi terjengkit dan melompat berdiri.   "Apa ? Apa kau bilang ?"   Tanyanya dengan suara yang gugup.   "Aku sudah tidak bermaksud untuk hidup terus, maka aku ingin membalikkan perahu ini agar kita mati berdua tenggelam dilaut......! Bukankah itu cara yang bagus ? Memang jika aku terus mengayuh, tentu aku tidak akan kuat, dan akupun tentu akan tertidur, maka bisa saja engkau mencelakai aku........karena engkau seorang golongan tua yang jahat dan kejam..........maka dari itu aku berpikir alangkah baiknya jika sekarang saja kita mati bersama........!"   Sambil berkata begitu, Oey Yok Su telah berdiri dari duduknya, kaki kanannya diinjaknya pada tepian perahu. Sekali saja Oey Yok Su menekan, tentu perahu itu akan miring dan terbalik. Hati Lu Liang Cwan tercekat, dia mengeluarkan seruan kaget.   "He, apa yang kau lakukan Gila kau ?"   Teriaknya gugup sekali.   Waktu itu mereka berada ditengah laut, jika perahu mereka terbalik, tentu mereka akan tenggelam dilaut tersebut, dan akan menjadi santapan ikan-ikan ganas dilautan ini.   Tetapi Oey Yok Su tetap meletakkan kaki kanannya ditepi perahu itu sambil berkata dengan tenang.   "Sekali saja aku mengerahkan tenaga menekan injakanku ini pada tepian perahu ini, maka perahu ini akan karam......walaupun engkau hendak mengimbanginya ditepian lain dengan kekuatan lwekangmu, namun dengan mengulur kedut tenaga injakan ini, perahu akan bergoyang-goyang dan akhirnya akan tenggelam juga...!"   Muka Lu Liang Cwan jadi pucat, dia bilang .   "Aku belum mau mati, jika memang engkau telah bosan hidup, silahkan engkau terjun sendiri kedalam laut untuk mampus...!"   "Yang aku kehendaki justru kita mati bersama-sama, hingga nanti aku tidak akan kesepian melakukan perjalanan untuk menghadapi Giam-lo-ong". Muka Lu Liang Cwan jadi tambah pucat.   "Jangan kau lakukan perbuatan gila seperti ini !"   Katanya kemudian dengan gugup.   "Aku minta, engkau jangan berpikiran nekad seperti itu...!".   "Hemm........, kalau memang memiliki kepentingannya dengan keselamatan jiwamu, maka engkau jadi begitu sibuk !"   Kata Oey Yok Su.   "Engkau golongan tua yang jahat, yang tidak bisa memberikan kepercayaan pada golongan muda! Lalu apa yang engkau kehendaki ? Engkau mengancam akan membinasakan aku, maka jika memang demikian, lebih baik sebelum aku dibinasakan oleh engkau secara penasaran, biar!ah aku yang membinasakan diri kita berdua!". Bukan main gugupnya Lu Liang Cwan, dia sambil berseru .   "Jangan......! jangan.....!"   Kakinya melangkah ingin mendekati Oey Yok Su.   "Selangkah lagi kau maju, aku akan mengerahkan tenaga untuk menenggelamkan perahu ini...!"   Mengancam Oey Yok Su.   "Engkau percayalah, aku tidak bermaksud mencelakaimu, aku hanya bergurau saja, tadi aku hanya ingin main-main menggertakmu, untuk melihat sampai berapa jauh keberanian yang engkau miliki...!"   Kata Lu Liang Cwan kemudian dengan suara yang sabar.   "Hemm, mulutmu yang manis seperti itu sulit bisa dipercaya...aku telah melihat beberapa kali engkau selalu mencari, jalan untuk mencelakai diriku. Maka sekarang, sebelum engkau sempat mencelakai aku, lebih baik kita berdua celaka bersama...!".   Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Sungguh, aku tidak akan mencelakaimu..."   Bersumpah Lu Liang Cwan.   "Aku berani bersumpah pada langit dan laut, bahwa aku tidak akan mencelakai kau, engko kecil. Jika aku melanggar sumpahku ini, biarlah tubuhku ditelan oleh keganasan laut.......rusak dimakan ikan dan tidak diterima tanah.......biarlah aku mati dengan keadaan yang paling mengerikan...!". Oey Yok Su tersenyum, dia melihat bahwa orang tua she Lu itu memang sudah mulai bisa dikuasainya, maka dia bilang.   "Kita berlayar berdua, jika memang engkau tidak bermaksud mencelakai aku, lebih baik kita mengadakan suatu kerja sama untuk dapat mencapai daratan... Baiklah, aku batal untuk membalikkan perahu ini.......... Tetapi engkau harus berjanji, walaupun sampai kapan engkau tidak akan mencelakai aku.......! Engkau harus berjanji......!"    Merdeka Atau Mati Karya Kho Ping Hoo Walet Besi Karya Cu Yi Perangkap Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini