Pertikaian Tokoh Persilatan 9
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung Bagian 9
Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya dari Chin Yung Cepat-cepat Lu Liang Cwan mendekati Oey Yok Su sambil bertanya. "Bagaimana keadaanmu ?" Oey Yok Su menceritakan apa yang telah dialaminya, dengan suara yang susah payah, karena justru Oey Yok Su masih dikuasai oleh pengaruhnya obat pelemas tubuh itu. Tetapi dengan menceritakan apa yang telah dialaminya itu, membuat Lu Liang Cwan jadi bisa menentukan dengan cara bagaimana ia harus menolongi pemuda ini terlepas dari pengaruh obat pelemasnya Bong Kim Lian. "Sayang sekali aku tidak memiliki obat penawarnya, tetapi biarlah, aku akan menotokmu tidur selama satu hari, tentu pengaruh obat itu akan lenyap sendirinya...!". Dan setelah berkata begitu, Lu Liang Cwan telah menggerakkan tangan kanannya menotok jalan darah Ma-siang-hiat di-iga Oey Yok Su. Seketika itu juga tubuh Oey Yok Su telah terkulai rubuh diatas lantai. Dan ia telah tertotok tidur. Dengan cara demikian, obat pelemas yang sedang bekerja ditubuh sipemuda tidak memiliki arti apa-apa lagi dan tidak terlalu menyiksa Oey Yok Su. Sedangkan Lu Liang Cwan dengan sabar menantikan disisi si pemuda, untuk menunggui sampai nanti si pemuda telah tersadar dari pingsannya... ---oo^dwkz~0~Tah^oo--- KETIKA Qey Yok Su telah tersadar dari pingsannya, pertama-tama yang dilihatnya waktu ia membuka kelopak matanya, adalah Lu Liang Cwan yang tengah mengawasi padanya. "Apakah engkau sudah tidak merasakan pengaruhnya obat pelemas itu ?" Begitu pertanyaan yang diajukan Lu Liang Cwan, ketika mengetahui Oey Yok Su telah tersadar dari pingsaanya. Oey Yok Su berusaha untuk duduk, tubuh-nya lemas sekali. la mengempos semangatnya dan merasakan napasnya itu berjalan Iurus. "Tidak, Lu Cianpwe...!" Katanya kemudian. "Dan, tampaknya pengaruh obat itu telah sirna...! ". "Bagus !" Kata Lu Liang Cwan. "Maka dilain waktu engkau harus berlaku lebih hati- hati lagi, jangan sampai terjatuh kedalam pancingan seorang wanita cabul seperti wanita tadi !". Oey Yok Su menganggukkan kepalanya . "Untung saja Lu Cianpwe datang tepat pada waktunya, sehingga aku tidak sampai diperkosa oleh wanita cabul itu...!". Mendengar perkataan Oey Yok Su, Lu Liang Cwan jadi tertawa keras. "Lucu sekali !" Katanya. "Justru biasanya yang memperkosa adalah pria, yang memperkosa seorang gadis. Tetapi sekarang rupanya dunia mau terbalik dan edan, justru wanita yang ingin memperkosa seorang pemuda !" Dan setelah berkata begitu, Lu Liang Cwan tertawa bergelak-gelak dengan suara yang keras. Muka Oey Yok Su berobah merah karena dia merasa malu bukan main. "Tetapi yang terpenting engkau belum diperkosanya, bukan ?" Tanya Lu Liang Cwan lagi. Oey Yok Su menggeleng dengan perasaan malu. "Belum, Lu Cianpwe...!". "Bagus ! Dengan demikian hawa murni Yang-mu belum lagi berhasil dihisapnya, sehingga engkau tidak rugi apa-apa...!". Muka Oey Yok Su berobah merah lagi. "Locianpwe, sebetulnya ilmu apakah Im Yang Hun yang dilatihkan oleh wanita itu ?" "Itulah ilmu sesat. Memang sejak dulu sering kudengar banyak wanita yang mempelajari ilmu itu. Yang terpenting sekali mereka bukan menghendaki memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi justru jika mereka berhasil mempelajari dengan sernpurna ilmu Im Yang Hun tersebut, berarti mereka akan dapat mempertahankan kecantikan tubuh mereka, yang akan tetap awet muda...namun ilmu itu merupakan ilmu sesat !". "Benar Loci anpwe.,.!" Kata Oey Yok Su. "Justru menurut pengakuannya, wanita tadi telah berusia delapan puluh tahun...!". "Hebat !" Berkata Lu Liang Cwan tertawa. "Engkau melihat sendiri, aku belum lagi berusia delapan puluh tahun, tetapi telah menjadi kakek-kakek, dan begitu juga halnya dengan si Dewi Bangsat Lauw Cie Lan, dia belum berusia sampai delapan puluh tahun, baru setengah baya, namun mukanya telah berkeriput dan menjadi seorang nenek-nenek. Tetapi wanita tadi, yang wajahnya begitu mulus dan cantik, dengan bentuk tubuhnya yang masih padat berisi montok sekali, telah berusia delapan puluh tahun...! Bukankah itu merupakan suatu hal yang sangat menakjubkan sekali...?". Oey Yok Su sendiri menghela napas. Ia tidak mengerti bahwa didalam dunia ini bisa terdapat semacam ilmu sesat seperti Im Yang Hun itu, yang bisa membuat orang awet muda. Namun semakin dipikir, Oey Yok Su jadi ngeri sendirinya, karena ia teringat ilmu semacam itu justru membutuhkan sari keperjakaan puluhan orang pemuda...! Untung saja Oey Yok Su tidak sampai menjadi korban dari wanita itu, yang telah mahir sekali melatih Im Yang Hun-nya, sehingga tampaknya seperti wanita yang baru berusia delapan puluh tahun ! Kemudian Oey Yok Su telah menoleh kepada Lu Liang Cwan, sambil tanyanya dengan perasaan tidak mengerti . "Lu Locianpwe, jika wanita yang melatih diri ilmu sesat tersebut, apakah mereka tidak akan tersesat dan bercelaka oleh ilmu itu ?". Lu Liang Cwan seperti berpikir sejenak, namun akhirnya ia sahut juga . "Apa yang kuketahui, ilmu itu memang sesat, tetapi jika wanita yang melatihnya berhasil memperoleh sari keperjakaan dari pemuda- pemuda yang memang masih benar-benar bersih, tentu ilmu itu tidak akan membawa kecelakaan apa-apa padanya, hanya saja justru hal itu yang ditakuti, bisa membuat mereka panjang umur dan mati lama sekali, jika memang mereka hidup senang didunia, tentu soal itu tidak berarti apa-apa!..namun jika mereka merasa tersiksa hidup didunia, bukankah hal itu malah membuat mereka bersengsara...?". Oey Yok Su tertawa. "Tetapi Lu Locianpwe, justru hal itu tidak mungkin. Seperti wanita she Bong itu, dia hanya berhasil melatih separuh dari ilmu Im Yang Hun namun ia berhasil mempertahankan kecantikan tubuh dan wajahnya, sehingga umumnya wanita cantik disenangi pria. Tidak mungkin mereka akan hidup sengsara...!". "Nah, engkau bicara begitu, baiklah aku akan menjelaskan !" Kata Lu Liang Cwan. "Memang wanita yang meyakinkan ilmu Im Yang Hun akan-awet muda, lalu jika mereka menikah, dan suami mereka menjadi tua renta, bukankah mereka jadi tersiksa karenanya ?". Oey Yok Su tertawa. "Kukira wanita sesat seperti itu tidak akan menikah selamanya, ia tentu akan mudah sekali menyerahkan dirinya pada para pemuda...mana mau mereka membiarkan diri mereka jatuh ketangan seorang kakek- kakek ?". Mendengar perkataan Oey Yok Su, muka Lu Liang Cwan jadi masam. "Engkau telah-menyindirku...!" Katanya tidak senang. Melihat keadaan, Lu Liang Cwan, Oey Yok Su jadi kaget, ia cepat-cepat bertanya . "Menyindir Lu locianpwe ?" Tanyanya kemudian. "Ya !" Mengangguk Lu Liang Cwan. "Tetapi Lu locianpwe...aku tidak merasa menyindir Lu Cianpwe...!" Kata Oey Yok Su yang jadi bingung dan mengawasi tidak mengerti pada jago tua she Lu itu. "Heran ?, bukankah tadi engkau mengatakan wanita- wanita cantik yang melatih ilmu Im Yang Hun. tidak. bersedia menyerahkan dirinya pada kakek-kakek ? Bukankah aku ini kakek-kakek ?". Dan setelah berkata begitu, Lu Liang Cwan tertawa bergelak-gelak. Sedangkan Oey Yok Su jadi ikut tertawa. la baru tahu bahwa Lu Liang Cwaa hanya bergurau saja. Saat itu, Lu Liang Cwan telah berhenti tertawa dan bertanya dengan sungguh-sungguh . "Bagaimana perasaanmu menyaksikan kecantikan dan tubuh yang padat dari, wanita cabul she Bong itu ?". Muka Oey Yok Su jadi berobah merah, ia malu sekali karena menyadari bahwa kakek tua Lu Liang Cwan ini hanya bergurau untuk mempermainkan dirinya. "Jika memang aku tidak dipengaruhi oleh obat perangsangnya, tentu aku akan bisa memberikan perlawanan, Lu locianpwe...!". "Hemm....., enak saja kau bicara...kukira walaupun tanpa obat perangsang, jika aku datang terlambat, engkau telah menyambar dan memeluk tubuh montok itu...!". Oey Yok Su tertawa dengan muka berobah merah. "Bukankah dia seorang wanita nenek-nenek ?" Tanyanya. "Sekarang kau bisa berkata begitu, tetapi jika dibiarkan terus berdua, tentu engkau yang lebih binal...!" Kata Lu Liang Cwan. Oey Yok Su terpojokkan dan tidak bisa memberikau jawaban lagi, hanya mukanya saja yang berobah merah dan terasa panas sekali. Tetapi Oey Yok Su kemudian bertanya . "Lu locianpwe, apakah selama aku tertotok tidur, perempuan cabul itu tidak datang lagi ?". Lu Liang Cwan mengangguk dua kali "Datang !" Sahutnya. "Datang ?" Tanya Oey Yok Su sambil mementang lebar-lebar sepasang matanya. "Ya, dua kali dia datang kemari...!" Kata Lu Liang Cwan. "Lalu ?" "Ia minta agar aku mau menyerahkan kau kepadanya, dan ia akan pergi dari tempat ini tidak akan menggangguku lagi...!". "Oh........" "Untung saja aku tidak kena dibujuk oleh dia, yang selalu main buka baju dan berusaha merayuku dengan kecantikannya itu, kalau tidak tentu engkau akan kuserahkannya pada perempuan cabul itu...!". Oey Yok Su jadi menggidik. Bukankah ia akan celaka jika diserahkan Lu Liang Cwan pada wanita cabul she Bong itu ? Karena dalam keadaan tertidur dan tertotok tentu wanita she Bong itu bisa menguasainya lebih mudah? Karena berpikir begitu, Oey Yok Su juga jadi teringat budi kebaikan Lu Liang Cwan. Segera pemuda she Oey tersebut berdiri, kemudian dia menjura dalam-dalam, memberi hormat kepada Lu Liang Cwan. "Terima kasih atas pertolongan yang diberikan Lu locianpwe, kalau saja tidak ada locianpwe, tentu aku telah menjadi korban wanita cabul itu...!". Lu Liang Cwan tertawa. "Hal itu tidak penting, karena tokh sekarang engkau tidak mengalami bencana apa2...!". "Dari sini engkau bermaksud pergi kemana ?" Tanya Lu Liang Cwan. "Aku belum memiliki tujuan, Lu locianpwe aku hanya akan pergi kemana saja dibawa oleh kedua kakiku ini". "Hemm....., kalau begitu engkau ikut saja bersamaku, bukankah dengan melakukan perjalanan bersama lebih menggembirakan ?". Oey Yok Su berpikir sejenak, kemudian ia telah bertanya . "Apakah tidak akan merepotkan Lu locianpwe ?". Lu Liang Cwan telah tertawa sambil mencibirkan bibirnya. "Hemm......, dimulut engkau bertanya begitu, tetapi justru dihatimu engkau malu melakukan perjalanan bersamaku !" Katanya. "Benar tidak ?". Muka Oey Yok Su jadi berobah merah, dia malu orang bisa membaca isi hatinya. Tetapi cepat-cepat Oey Yok Su membantahnya . "Mana berani boanpwe memiliki pikiran jelek seperti itu kepada Lu locianpwe yang telah menjadi tuan penolongku ?". "Hemm....., mulutmu selalu mecang berkata manis, tetapi hatimu selalu licik, tidak ingatkah engkau ketika kita masih berada diperahu, engkau begitu mati-matian memusuhiku dan hendak menenggelamkan perahu kalau aku mendekatimu ? Waktu itu kalau memang kau membiarkaa aku mendekatimu, tentu tidak seperti si perempuan cabul yang hendak main pegang engkau, aku hanya hendak mengatakan kepadamu bahwa aku tidak akan mengganggumu...karena aku bukan seorang kakek cabul...!". Digoda seperti itu lagi oleh Lu Liang Cwan muka Oey Yok Su jadi berobah merah, ia malu sekali. "Janganlah locianpwe menggodaku terus..." Kata Oey Yok Su kemudian. "Hemm, siapa yang ingin menggodamu...?" Balik tanya Lu Liang Cwan. "Justru aku telah mengatakan dari hal yang sebenarnya...!". "Baiklah Lu locianpwe, apakah kita akan melakukan perjalanan sekarang saja ?" Tanya Oey Yok Su. "Engkau telah seharian penuh belum makan, lebih baik engkau makan dulu...!" Kata Lu Liang Cwan dan mengeluarkan dari selipan baju kulit binatang buasnya itu sebuah bungkusan. Waktu dibuka ternyata terdapat beberapa macam makanan. Oey Yok Su memang merasa lapar, maka tanpa malu- malu lagi dia telah melahapnya makanan tersebut. Waktu Oey Yok Su tengah melahap makanannya itu, Lu Liang Cwan menceritakan ketika ia turun dari perahu memang ia ingin berpisah dengan Oey Yok Su, maka ia telah berlari cepat sekali meninggalkan si pemuda dengan mengambil jalan yang berlawanan. Tetapi setelah berlari puluhan lie, mendadak Lu Liang Cwan merasa berat harus berpisah dengan Oey Yok Su. Bukankah pemuda itu seorang yang cerdas dan memiliki bakat yang cukup baik, kenapa mereka tidak mengikat tali persahabatan saja ? Mengapa mereka harus berpisah ? Apa lagi Lu Liang Cwan juga melihatnya, setelah berlari sekian lama, keadaan disekitarnya merupakan tanah gersang dan tidak terlihat seorang manusiapun juga. Maka setelah ragu-ragu sejenak, kemudiari ia telah memutar arahnya dan berlari keasalnya semula, yaitu tepi pantai. Tetapi Oey Yok Su sudah tidak dilihatnya. Ditanyakannya kepada nelayan yang ada disekitar tempat itu, barulah Lu Liang Cwan mengetahui bahwa Oey Yok Su bermalam dirumah seorang nelayan diperkampungan dipesisir pantai tersebut. Maka Lu Liang Cwan terus membayangi pemuda itu. Disaat itu, memang Lu Liang Cwan tidak mau memperlihatkan dirinya, karena ia hanya ingin melihat apa yang akan dilakukan Oey Yok Su. ---oo^dwkz~0~Tah^oo--- BEGITU pula waktu Oey Yok Su pamitan kepada tuan rumah tempat ia bermalam, Lu Liang Cwan tetap mengikuti anak muda itu, sampai ia bisa menyaksikan betapa Oey Yok Su digoda oleh Bong Kim Lian. Dan disaat Oey Yok Su hampir tidak berdaya sama sekali, barulah Lu Liang Cwan turun tangan. Mendengar keterangan Lu Liang Cwan, Oey Yok Su telah berkata kurang senang . "Mengapa Lu locianpwe tidak turun tangan menolongiku sebelum aku diracuni oleh perempuan cabul itu?" Lu Liang Cwan tertawa. "Justru aku hendak melihat sampai dimana ia bisa menguasai dirimu, dan setelah melihat bahwa engkau benar-benar tidak berdaya dan akan jatuh dalam cengkeraman tangan perempuan cabul itu, aku segera turun tangan. Yang terpenting, bukankah sekarang engkau tidak mengalami suatu kerugian apapun juga ? Oey Yok Su tertawa dan meneruskan makannya. Setelah selesai, mereka bersiap-siap akan meninggalkan tempat itu. Tetapi ketika mereka akan menaiki undakan anak tangga, waktu itu mereka mendengar suara langkah kaki diruangan atas. Lu Liang Cwan tertawa dingin . "Wanita cabul itu muncul lagi...!". Dan dugaan Lu Liang Cwan memang tepat. Belum selesai perkataannya, disaat itu diatas undakan anak tangga terlihat sesosok tubuh. Bong Kim Lian muncul dengan muka yang merah padam, disertai oleh suara bentakannya . "Tua bangka jahat, tinggalkan pemuda itu untukku......." "Ha...ha...ha..., enak saja kau bicara, coba kau tanya kepada bocah she Oey ini, apakah ia bersedia ditinggal bersamamu...jika memang dia menghendaki begitu, aku tentunya tidak berdaya apa-apa, itu menunjuki ia lebih senang berpelukan hangat denganmu...!". Mendengar godaan Lu Liang Cwan, muka Oey Yok Su jadi berobah merah lagi karena malu. la telah berkata dengan suara yang penuh kemarahan kepada Bong Kim Lian . "Engkau perempuan cabul, benar-benar jahat tindakanmu yang hendak mencelakai aku...!" Dan tanpa menunggu selesai kata-katanya Oey Yok Su telah melompat keatas dengan gerakan yang ringan, sekarang ia sudah tidak terpengaruh obat pelemas yang pernah diminumnya, maka ia bisa bergerak dengan lincah dan tenaganya juga telah pulih kembali. Itulah sebabnya Oey Yok Su bisa bergerak lincah. Bahkan waktu tubuhnya tiba dihadapan Bong Kim Lian, tangan kanannya telah bergerak melancarkan serangan. Bong Kim Lian mengelak sambil berseru. "Pemuda tidak tahu diuntung, diberi yang enak, dan nyaman malah tidak mau !". Dan Bong Kim Lian telah menangkis serangan Oey Yok Su berikutnya. Gerakan yang dilakukan Bong Kim Lian juga bukan gerakan yang ringan, karena ia melancarkan serangan dengan disertai lwekangnya yang cukup kuat. Tetapi kini Oey Yok Su telah pulih semangat dan tenaganya, ia bisa memberikan perlawanan yang gigih. Dalam sekejap mata belasan jurus telah dilewati. Lu Liang Cwan hanya tertawa haha-hihi menyaksikan pertempuran itu. "Perempuan cabul !" Katanya kemudian. "Mengapa engkau sambil bertempur tidak membuka juga pakaianmu, agar mataku si tua yang lamur ini dapat menikmati keindahan bentuk tubuhmu...!". Muka Bong Kim Lian jadi merah padam mendengar ejekan Lu Liang Cwan, dengan berseru-nyaring dia menyerang Oey Yok Su bertubi-tubi. Oey Yok Su jadi sibuk mengelakkan diri kesana kemari. Tetapi bertempur beberapa jurus lagi, Lu Liang Cwan telah melompat sambil ikut melancarkan serangan. "Wanita cabul seperti engkau yang tidak tahu malu memang harus dibuat bercacad...!" Katanya. "Dan kini aku tidak akan melepaskan engkau dalam keadaan utuh dan sehat...lihatlah serangan !". Benar-benar Lu Liang Cwan telah melancarkan serangan yang bertubi-tubi. Bong Kim Lian memiliki kepandaian yang tinggi, ia tidak jeri menghadapi Lu Liang Cwan maupun Oey Yok Su. Tetapi dikeroyok berdua seperti itu, Bong Kim Lian agak terdesak. Malah ia telah menyadarinya, jika ia memaksakan diri untuk memberikan perlawanan terus, niscaya dirinya yang akan berhasil dirubuhkan oleh kedua lawannya. Karena Oey Yok Su memiliki kepandaian yang tinggi, walaupun pemuda ini kurang pengalaman, namun ia memiliki ilmu yang aneh dan hebat, serta sinkang yang cukup kuat. Sedangkan Lu Liang Cwan merupakan tokoh sakti yang memiliki kepandaian sulit diukur. Maka setelah bertempur beberapa jurus lagi, akhirnya Bong Kim Lian mengambil keputusan untuk menyingkir. Dengan gencar ia melancarkan serangan-serangan mematikan kepada Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su, waktu kedua orang itu mundur menjauhi diri dari serangan-serangannya, Bong Kim Lian telah mempergunakan kesempatan itu untuk menjejakkan kakinya, tubuhnya melompat menjauhi diri dari kedua lawannya dan dengan gesit ia telah berlari keluar dari rumah itu. Lu Liang Cwan dan Oey Yok Su tidak mengejar, orang tua she Lu itu telah mengeluarkan suara tertawa bergelak-gelak. Keduanya kemudian meninggalkan rumah itu juga, untuk melanjutkan perjalanan mereka. Keduanya belum mengetahui kearah mana mereka akan pergi, tetapi mereka merasa senang dengan melakukan perjalanan berdua, jadi tidak kesepian dan bisa bercakap-cakap selama dalam perjalanan. Dan pakaian serta keadaan Lu Liang Cwan, yang mengenakan pakaian dari kulit binatang buas, dengan sebagian tubuhnya terbuka, telah menarik perhatian dari orang-orang yang berjumpa dengan mereka. Namun Lu Liang Cwan tidak memperdulikannya, malah tidak acuh waktu Oey Yok Su menganjurkannya beberapa kali agar Lu Liang Cwan membeli seperangkat pakaian biasa untuk mengganti pakaiannya yang agak luar biasa itu. Mereka melakukan perjalanan kearah Selatan, dan setiap singgah disebuah kampung atau kota, keadaan Lu Liang Cwan menarik perhatian penduduk setempat. Tetapi mereka hanya menganggap b4hwa Lu Liang Cwan sebagai orang yang kurang waras pikirannya. Sering juga Oey Yok Su dan Lu Liang Cwan bentrok dengan jago-jago setempat, termasuk buaya-buaya darat dikota-kota yang mereka singgahi. Tetapi buaya-buaya darat yang mencari-cari urusan dengan mereka mana bisa menandingi mereka, umumnya hanya satu dua gebrakan saja, Lu Liang Cwan menghajar habis-habisan buaya-buaya darat itu. Oey Yok Su sendiri gembira bisa berkelana dialam bebas dan menyaksikan keramaian. Belasan tahun ia selalu berada dipulau Tho Hoa To, hanya kesunyian yang menjadi temannya. Sekarang ia bisa bebas merantau melakukan perjalanan ditempat ramai, maka kegembiraan yang dimilikinya jauh melebihi kegembiraan Lu Liang Cwan. Yang menguntungkan Oey Yok Su, ia jadi memperoleh tambahan pengalaman, sebab Lu Liang Cwan sebagai tokoh sakti yang berpengalaman, banyak menceritakan pada Oey Yok Su perihal kehidupan orang-orang rimba persilatan. ---oo^dwkz~0~Tah^oo--- BAGIAN 20 . TOAN HONGYA KAISAR TAYLIE DIKOTA Tung-hang yang terdapat dalam bilangan daerah In-lam, tampak seorang pemuda tengah berjalan tenang sekali dipintu barat kota tersebut. Pemuda itu memiliki tubuh yang tegap, rambutnya diikat keatas rapih sekali, bajunya berwarna hijau dengan celananya yang berwarna kuning dan angkin pengikat pinggang yang berwarna merah. Resik sekali tampaknya, disamping wajahnya yang kelimis halus. la merupakan seorang pemuda yang gagah dan tampan, usianya mungkin belum sampai dua puluh tahun. Waktu memasuki kota Tung-hang, pemuda itu telah memandang sekelilingnya, tampaknya tengah mencari sesuatu, sampai akhirnya ia telah menghampiri sebuah kedai teh. la menghampiri pelayan yang berdiri didepan kedai itu. Sipelayan telah melihat pemuda itu, dan menduga adalah tamunya, maka ia membawa sikap yang hormat sambil mempersilahkan pemuda itu untuk singgah. Tetapi pemuda itu telah mengulapkan tangan kanannya sambil katanya . "Aku hanya ingin menanyakan sesuatu", kata-katanya itu disusul dengan matanya yang memandang kedalam ruangan kedai teh itu, sambil tanyanya lagi . "Apakah hari ini ada seorang pendeta To yang berkunjung kemari, pendeta itu berusia 60 tahun, memakai baju berwarna abu-abu dan membawa hudtim yang gagangnya kuning keemas- emasan, dan pada alis mata sebelah kanan terdapat garis bekas luka...?". Pelayan itu seperti berpikir sejenak, tetapi kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Sayang sekali aku tidak melihat orang yang ditanyakan oleh Siauwya, mungkin pendeta itu belum singgah dikedai teh kami". "Baiklah, terima kasih atas penjelasanmu", kata pemuda itu. la telah memutar tubuhnya melanjutkan perjalanannya lagi untuk menyusuri jalan-jalan dikota tersebut. Sedangkan si pelayan telah mengawasi pemuda itu, diam-diam hatinya berpikir . "Pemuda yang luar biasa, sinar matanya begitu tajam, tampaknya ia bukari pemuda biasa, setidak-tidaknya ia adalah seorang pemuda keturunan bangsawan...!" Memang pemuda itu gagah dan tampan, ia pun memiliki sikap yang agung. Walaupun pemuda itu berpakaian sebagai pemuda lazimnya dengan pakaian yang tidak terlalu mewah, tokh sikap dan keadaannya begitu berwibawa dan agung, disamping matanya yang memancarkan sinar yang tajam berpengaruh. Pemuda gagah yang tengah berjalan berkeliling kota itu tiba-tiba menghentikan langkah kakinya. Ia menyaksikan sesuatu. Serombongan tentara kerajaan tengah beriringan dijalan raya. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pemuda itu jadi tertarik, ia telah mengikuti iringan tentara kerajaan itu dari jarak yang agak jauh. Diam- diam hatinya jadi heran karena ia menduga-duga entah apa yang hendak dilakukan oleh rombongan tentara kerajaan yang berjumlah hampir tiga puluh orang itu ditengah-tengah keramaian kota tersebut. Sedangkan rombongan tentara kerajaan telah sampai dimuka sebuah rumah yang tidak begitu besar, tetapi cukup bersih. Salah seorang diantara tentara kerajaan itu, yang rupanya menjadi komandannya, telah maju mengetuk daun pintu. Dari dalam rumah keluar seorang wanita setengah baya, yang mukanya seketika menjadi pucat waktu melihat rombongan tentara kerajaan tersebut. "Ada keperluan apakah Tai jin (panggilan menghormat untuk seorang pembesar kerajaan) mengunjungi kami ?" Tanya wanita setengah baya itu, tampaknya ia ketakutan sekali, mukanya memperlihatkan kekuatiran dan pucat. Tentara kerajaan yang berusia empat puluh tahun dan memiliki wajah yang keras, telah berkata dengan suara yang tawar . "Kami diutus oleh Congtok (Gubernur) untuk memanggil anak nyonya...I" "Anak kami dipanggil Congtok ?" Tanya wanita setengah baya itu dengan suara yang gugup. "Putera kami yang bernama Liang le Khu ?" Komandan pasukan tentara kerajaan itu mengangguk membenarkan. "Ya!, putera nyonya yang bernama Liang Ie Khu...!" , katanya. "Ohh....., apakah puteraku itu telah melakukan... melakukan perbuatan berdosa...?" Tanya wanita setengah baya itu kian gugup saja. Komandan pasukan tentara kerajaan tersebut mengangkat bahunya sambil menggeleng. "Kami tidak mengetahui persoalannya, tetapi, kami hanya menjalnkan perintah Congtok, maka jika putera nyonya tidak mempersulit kami dan mau turut secara baik-baik menemui Congtok, kamipun tidak akan mempersulit dia... nanti setelah sampai digedung Congtok baru diketahui apa sebenarnya urusan putera nyonya...!". Wanita.setengah baya itu benar-benar gugup, tubuhnya juga menggigil. Akhirnya ia berkata dengan suara yang parau . "Baiklah, tunggulah sebentar Tai jin, aku akan memanggil-nya...!". Komandan pasukan tentara kerajaan itu hanya mengangguk saja. Wanita setengah baya yang tampaknya gugup sekali itu telah masuk kerribali kedalam rumah, dan tidak lama kemudian ia keluar pula bersama seorang pemuda berusia dua puluh dua-an tahun, sikapnya juga gugup. Ketika berhadapan dengan komandan pasukan tentara kerajaan, pemuda yang bertubuh kurus tetapi memiliki paras yang cukup tampan itu merangkapkan sepasang tangannya memberi hormat. "Ada keperluan apakah Tai jin hendak membawa Siauwjin ?" Tanya pemuda itu, suaranya tergetar, rupanya ia gugup sekali dan ketakutan. Komandan pasukan tentara kerajaan itu telah tersenyum sambil katanya . "Tung Congtok memanggil kau menghadap, harap kau tidak membantah...!". Muka pemuda. itu tambah pucat. "Apakah...apakah aku telah melakukan suatu kedosaan pada Tung Congtok ?" Tanyanya, seperti bertanya pada dirinya sendiri. "Nanti-disana engkau akan memperoleh keterangan", menyahuti komandan pasukan tentara kerajaan itu. Si pemuda melirik kearah barisan kerajaan itu, ia melihat jumlah yang cukup banyak. Waktu itu komandan pasukan tentara kerajaan telah tersenyum kembali. "Kami tahu engkau memiliki kepandaian silat, tetapi jangan sekali-sekali engkau membantah panggilan ini dengan memberikan perlawanan pada kami. Lihatlah, kami datang dalam jumlah, yang cukup banyak ! Jika engkau membandel dan memberikan perlawanan, engkau sendiri yang akan rugi, sebab Tung Congtok telah perintahkan kami, jika engkau berusaha memberikan perlawanan dan melarikan diri, ibumu yang sudah lanjut usianya itu harus dibawa menghadap Tung Congtok sebagai gantinya...". Mendengar perkataan komandan pasukan tentara kerajaan itu, pemuda tersebut jadi menghela napas. Akhirnya ia bilang . "Baiklah, bisakah Tai jin menunggu sebentar, aku ingin mengganti pakaian dulu...!". Tetapi Komandan pasukan tentara kerajaan itu telah menggeleng. "Dengan pakaian seperti ini engkau telah cukup rapih, ayo kita berangkat...!" Suara komandan pasukan tentara kerajaan itu bernada biasa saja, namun tangannya telah menarik lengan si pemuda, itulah merupakan suatu paksaan secara halus. Si pemuda rupanya tidak berani membantah, dia hanya menoleh kepada ibunya, wanita setengah baya yang mengawasi dengan wajah berkuatir sekali, katanya . "Ma, engkau baik-baiklah menjaga diri, anak pergi-tidak lama, segera akan kembaii.,.!". "Anakku...!" Kata wanita setengah baya itu. "Kedosaan apakah yang telah engkau perbuat pada Tung Congtok ?" Sianak tersenyum getir. "Entahlah, Tai jin ini tidak, mau menjelaskan, mungkin setelah anak pergi menghadap pada Tung Congtok baru mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya. Nah Ma, anak pergi dulu..." Sedangkan komandan pasukan tentara kerajaan itu telah menarik lengan sipemuda dan mengajaknya berlalu. Wanita setengah baya itu berdiri mematung mengawasi puteranya diseret oleh pasukan tentara kerajaan. Tanpa disadarinya dari pelupuk matanya yang memang telah keriput oleh ketuaan itu menitik turun butir-butir air mata. Pemuda yang tampan dan memiliki tubuh yang tegap itu, telah keluar dari tempat persembunyiannya waktu melihat pasukan tentara kerajaan itu telah berlalu. la menghampiri wanita setengah baya yang tengah bersedih, sambil memberi hormat, pemuda ini bertanya . "Ada persoalan penasaran apakah yang menimpah keluarga Hu jin (nyonya) ?" Wanita setengah baya itu tertegun sejenak, tampaknya ia gugup dan ketakutan, bahkan telah menghapus air matanya. "Sebetulnya......sebetulnya tidak ada urusan apa-apa", sahutnya kemudian sambil mengawasi si pemuda yang memandanginya dengan tanda tanya. "Ini...... ini...... tentunya urusan biasa saja". Pemuda itu tersenyum, ramah sekali sikapnya dan sopan santun. "Kukira Hu jin tidak perlu menutupi persoalaa tersebut, karena aku tahu tentunya putera Hu jin tengah menghadapi suatu kesulitan yang sukar diatasi...!" Wanita setengah baya itu telah mengawasi pemuda ini agak lama, tetapi akhirnya setelah melihat orang demikian sopan dan wajahnya memancarkan kewibawaan, ia menindih keraguannya, katanya . "Baiklah Kongcu......sebetulnya anakku itu Liang le Khu, telah melakukan suatu kesalahan pada Tung Congtok....... secara diam-diam ia telah berpacaran dengan puteri Congtok..!''. "Berpacaran dengan puteri Congtok ?" Tanya pemuda itu. Wanita setengah baya itu mengangguk. "Benar, tetapi secara diam-diam tidak diketahui oleh Tung Congtok, karena mereka menjalin hubungan dengan rahasia......!." "Tetapi hubungan asmara mereka itu bukan suatu dosa, bukan ? Apakah puteri Congtok itu juga menyukai puteramu ?" Tanya sipemuda. Wanita setengah baya itu mengangguk. "Ya, jika memang puteri Tung Congtok tidak mencintai anakku, mana mungkin mereka bisa berhubungan mesra ? Bukankah bertepuk sebelah tangan tidak akan berbunyi...!" "Lalu mengapa Tung Congtok memerintahkan orang- orangnya untuk menangkap puteramu itu ?" Tanya si pemuda lagi. Wanita setengah baya tersebut menghela napas dengan wajah yang murung. "Inilah nasib kami yang buruk", katanya kemudian. "Kami rakyat kecil, apa yang kami bisa perbuat ? Tung Congtok merupakan seorang pembesar yang besar sekali kekuasaannya, ia tidak menyetujui hubungan puterinya dengan seorang pemuda yang miskin, maka ia beranggapan bahwa puteraku itu telah berdosa dan ditangkapnya. Dan yang kukuatirkan justru aku kuatir kalau-kalau puteraku itu akan memperoIeh siksaan dari Tung Congtok.....!". Mendengar sampai disitu, pemuda berparas tampan dan gagah itu mengangguk mengerti. "Lalu apa yang hendak dilakukan Hu jin ?" Tanyanya lagi. "Entahlah, apa yang bisa kami lakukan ?" Balik tanya wanita itu. "Jika memang puteramu itu ditangkap dan dipenjarakan oleh Congtok, apa yang hendak dilakukan oleh Hu jin ?" Tanya pemuda itu mempertegas pertanyaannya. Karena melihat pemuda itu bersungguh-sungguh, wanita setengah baya tersebut, Liang Hu jin, jadi bimbang lagi. la ragu-ragu. "Coba Hu jin kemukakan, apa yang akan dilakukan Hu jin untuk membela putera Hu jin?" Tanya sipemuda mendesak. "Aku..... aku akan datang menghadap Tung Congtok, untuk minta belas kasihannya...!" Menyahuti Liang Hu jin. "Dan jika Congtok itu menolak permohonan Hu jin ?" Tanya sipemuda. Wanita setengah baya itu menghela napas. "Tentu saja kami tidak berdaya apa-apa, hanya menerima nasib saja...!" Sahut wanita setengah baya itu "Baiklah Hu jin, aku bersedia membantu kalian ibu dan anak, apakah Hu jin bersedia menerima bantuanku ini ?" Tanya sipernuda. Wanita setengah baya itu tambah ragu-ragu. Tetapi kemudian ia mengawasi tamunya dengan sorot mata tajam, dan kedua kakinya lalu ditekuknya, ia berlutut dihadapan sipemuda. "Jika memang Kongcu mau menolongi kami sehingga bisa keluar dari kesulitan kami, betapa menggembirakan sekali tentu budi Kongcu tidak mungkin kami lupakan......!" Pemuda itu telah perintahkan nyonya setengah baya itu untuk berdiri, kemudian ia meminta selembar kertas dan alat tulisnya. Wanita itu menanyakan siapakah si pemuda tampan tersebut, yang tampaknya agung sekali, tetapi pemuda itu tidak bersedia memberitahukan siapa dirinya. Dengan cepat pemuda itu telah menulis sepucuk surat untuk Tung Congtok, lalu ia menggulung surat itu, diberikan kepada wanita setengah baya tersebut. "Kau pergi menghadap Tung Congtok dan berikan surat ini kepadanya. Aku jamin dan memastikan, puteramu akan dibebaskan. Tetapi jika memang terdapat kesulitan untuk hubungan asmaranya dengan puteri Tung Congtok, lebih baik puteramu itu mengundurkan diri saja, tidak meneruskan hubungan itu. Tetapi yang pasti puteramu itu akan dibebaskan oleh Tung Congtok setelah kau berikan surat ini...!" Wanita setengah baya itu memandang pemuda tersebut dengan tatapan mata percaya dan setengah tidak percaya, tetapi walaupun hatinya ragu-ragu, ia menyatakan terima kasihnya juga. Si pemuda telah pamitan untuk berlalu, sedangkan wanita setengah tua itu cepat-cepat menuju kekantor Tung Congtok. Dipintu gerbang Tung Congtok, wanita setengah baya ini telah ditahan oleh beberapa orang bawahan Tung Congtok. Walaupun ia memohon untuk dapat bertemu langsung dengan Tung Congtok, permintaannya itu tidak bisa dipenuhi tapi ditolak, dia diusir untuk pergi. Tetapi wanita setengah baya itu, ibu dari Liang Ie Khu menyatakan bahwa ia hanya ingin menyampaikan surat yang dialamatkan kepada Tung Congtok. Bawahan Tung Congtok mengatakan mereka akan menyampaikan surat itu kepada Tung Congtok, tetapi wanita tersebut tetap tidak bisa menghadap langsung kepada Congtok. Liang Hujin telah menyerahkan surat itu kepada orang bawahan Congtok, dan kemudian Liang Hu jin duduk diluar pintu gerbang kantor Congtok, karena ia tetap tidak berhasil untuk minta bertemu dengan Congtok. Surat yang diserahkan Liang Hu jin telah dibawa masuk untuk disampaikan kepada Congtok. Tetapi tidak lama kemudian orang tersebut yang tadi membawa surat itu, telah keluar kemba!i dengan tergesa, dan dengan sikap menghormat ia mempersilahkan nyonya tersebut masuk kedalam guna bertemu dengan Tung Congtok. Melihat perobahan sikap pengawal Congtok tersebut, wanita setengah baya ini yakin bahwa surat yang diberikan pemuda tampan itu memiliki keampuhan yang kuat sekali. la jadi girang dan timbul harapannya bahwa anaknya akan dibebaskan Congtok. Tergesa-gesa ia telah ikut pengawal Congtok memasuki gedung yang besar dan agung itu. Diruang tengah, ditempat persidangan, telah duduk menanti Tung Cangtok. Sikapnya gelisah sekali, waktu nyonya setengah baya itu datang menghadap, Congtok itu menegurnya sambil memperlihatkan sikap tidak gembira . "Apa yang telah kau lakukan wanita tua ?" Wanita setengah baya itu jadi ketakutan, ia menekuk kedua kakinya untuk berlutut. "Apa...... apa maksud Tai jin ?" Tanyanya dengan ketakutan. "Hemm....", muka Tung Congtok masih memperlihatkan sikap tidak menyukainya. Tangan kanannya telah diangkat dan ditangannya itu tergenggam surat yang tadi disampaikan oleh Liang Hu jin. "Siapa yang memberikan surat ini kepadamu?" Liang Hu jin tambah ketakutan, justru ia kuatir kalau- kalau surat itu malah akan memberati anak dan dirinya. Maka sejujurnya ia menceritakan apa yang telah terjadi, dimana seorang pemuda yang tampan telah menawarkan jasanya untuk menolongi dirinya bersama anaknya. "Jadi.....!" Sepasang alis Congtok itu mengkerut dalam-dalam. "Pemuda itu telah menyaksikan semua peristiwa itu......?''. "Mungkin" Liang Hu jin mengangguk. "karena ia telah mendesak kepada Siauwjin, apakah keluarga Siauwjin tengah menghadapi kesulitan." Congtok itu tampaknya jadi gelisah sekali, ia berjalan hilir mudik dengan wajah yang tidak tenang. "Tahukah engkau bahwa puteramu itu sesungguhnya telah berdosa ?" Tanya Tung Congtok kemudian dengan suara yang dingin, tangan kanannya telah mengusap- usap jenggotnya yang cukup panjang. Liang Hu jin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dalam keadaan berlutut seperti itu, sama sekali ia tidak berani menyahuti. "Anakmu itu, Liang le Khu seorang pemuda yang kurang ajar, tanpa bercermin siapa dirinya sesungguhnya, ia berani berpacaran dengan puteriku....... dia berani untuk membujuk puteriku, dan juga telah mengadakan pertemuan rahasia, maka jika ia di jatuhi hukuman mati, itupun masih pantas." Tetapi wanita setengah baya itu telah menangis sambil berlutut dan mengangguk-anggukkan kepalanya berulang kali sambil sesambatan. "Maafkan dan ampunilah kami.... tentu Siauwjin akan berusaha menasehati anakku itu... tetapi kami memohon kemurahan hati Tai jin...?" "Hemm....., sekarang kau jawab yang jujur, apa yang diucapkan oleh pemuda yang telah memberikan kau surat ini ?" Tanyanya lagi. "Tidak ada perkataan apa-apa, hanya dikatakannya jika surat ini telah diberikan kepada Congtok, tentu puteraku itu akan dibebaskan, hanya untuk selanjutnya agar anakku itu tahu diri dan tidak mendekati puteri Congtok pula......." Tung Congtok menghela napas. "Tahukah engkau siapa pemuda itu ......?" Wanita setengah baya itu menggeleng, ia memang tidak mengetahui siapa pemuda itu. "Ia adalah Toan Hongya, junjungan kita......." Kata Tung Congtok lagi. Muka wanita itu jadi pucat.. "Pemuda itu.......Toan Hongya adanya...?" Tanyanya gugup. "Ya, beliaulah Hongte (kaisar) kita.......!" Menyahuti Tung Congtok. "Dan surat ini adalah surat yang ditulis oleh Toan Hongya, maka tentu aku tidak bisa membantah perintah junjungan kita, yang menyerupai firman ini ! Tetapi disamping itu, akupun meminta pengertianmu, agar menasehati anakmu tidak mengganggu puteriku Iagi.......Puteramu itu akan segera kubebaskan .......!" Wanita tua itu jadi terharu dan berterima kasih, ia berjanji akan menasehati puteranya agar tidak berusaha mendekati puteri Tung Congtok lagi. Setelah mendengar janji wanita setengah baya itu, Tung Congtok mengeluarkan perintahnya! pada pengawal yang ada diruangan tersebut, untuk membawa Liang Ie Khu. Pertikaian Tokoh Tokoh Persilatan Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Pemuda itu dinasehatinya agar tidak mengganggu puteri Congtok lagi dan kemudian dibebaskan. Setelah membebaskan Liang Ie Khu, lalu kemudian ibu beranak itu telah pergi meninggalkan ruangan tersebut, Tung Congtok menghela napas berulang kali. Memang semula ia ingin mempergunakan kekuasaannya untuk memasukkan Liang le Khu kedalam penjara selama satu atau dua tahun, tetapi siapa tahu justru per buatannya telah diketahui langsurg oleh Toan Hongya, kaisarnya. Hal ini tentu saja membuat Tung Congtok jadi bingung dan mencari-cari alasan apa yang bisa diberikan untuk membela diri dihadapan kaisarnya nanti. Memang Toan Hongya merupakan seorang kaisar yang berkuasa di In-lam. Dan kekuasaannya itu telah dikembangkan dalam pemerintahan yang baik dan selalu memperhatikan kehidupan rakyatnya, penghidupan yang baik dan teratur, sehingga Toan Hongya yang masih muda usia ini disamping disenangi rakyatnya, pun dihormati pula. Memang Kaisar yang masih berusla muda ini terkenal sekali sering keluar dari istana untuk menyaksikan langsung penghidupan dan kehidupan rakyat-nya. Jika terjadi urusan penasaran, tentu Toan Hongya tidak akan segan-segan turun tangan guna mengatasi persoalan tersebut. Hari itu, setelah menulis surat untuk diberikan wanita setengah baya itu kepada Tung Congtok, Toan Hongya telah melanjutkan perjalanannya lagi mengelilingi kota itu. la tengah mencari-cari seorang tosu yang diketahuinya hari ini berada dikota tersebut. Tetapi sejauh itu, tosu yang dicarinya belum juga berhasil dijumpainya, sehingga akhirnya Toan Hongya kaisar muda usia dan sering menyamar sebagai rakyat biasa tersebut kembali ke Istananya. ---oo^dwkz~0~Tah^oo--- BAGIAN 21 . TOAN HONGYA MENCARI GURU SERINGKALI setiap kaisar Toan Hongya keluar menyamar dari istananya, tidak ada seorang penghuni istanapun yang mengetahuinya. Kaisar yang, memiliki kekuasaan yang mutlak atas negrinya, yaitu Tailie, tidak betah duduk disinggasananya, ia lebih senang berkeliaran untuk mempelajari ilmu silat, dibandingkan harus mengurus negaranya dan memikiri segala macam pikiran berbau politik. Maka dari itu, Toan Hongya sering mewakili tampuk pemerintahannya kepada para menteri-menteri- nya. Jika memang bukan persoalan yang terlalu penting, dan hanya pekerjaan rutin saja sehari-hari, maka para menterinya itulah yang harus mengurusnya. Sebagai seorang Kaisar Toan Hongya memang dihormati dan disegani rakyatnya. Dia lebih senang melepaskan kedudukannya sebagai raja dan hidup sebagai manusia biasa. Namun sebagai putera mahkota, jelas ia tidak bisa menampik kewajibannya untuk memegang tampuk pemerintahan yang diwarisi oleh nenek moyangnya. Tailie merupakan negeri yang tidak begitu besar, yang terletak diselatan, dan juga memiliki penduduk yang tidak begitu banyak jumlahnya. Tetapi karena Tailie merupakan negeri yang netral dan tidak pernah mencampuri urusan negara lain, maka negara itu bisa, berkembang makmur. Sebagai seorang Kaisar dalam usia yang masih demikian muda, Toan Hongya merasa dirinya seperti terkekang, kebebasan bergeraknya seperti juga dibatasi, selalu harus membawa pengawal istana. Itulah yang membuat Toan Hongya jadi kurang kerasan untuk memimpin negaranya, karena yang dibutuhkannya adalah kebebasan. Sejak kecil Toan Hongya, yang nama kecilnya Toan Ceng ini, sudah senang mempelajari ilmu silat. Waktu masih kecil ia sering meminta kepada Busu negara untuk mengajarinya ilmu silat. Tentu saja semua itu dipelajarinya dengan secara diam-diam, karena kalau sampai ayahandanya mengetahui hal itu, ia akan ditegurnya. Disamping itu, ilmu ketatanegaraan juga dipelajarinya, tetapi tidak bersemangat seperti mempelajari ilmu silat. Ketika Toan Ceng berusia dua belas tahun, justru para Busu (akhli silat) diistana sudah tidak ada yang bisa menandingi kepandaiannya. Hal ini membuktikan bahwa Toan Ceng memang memiliki bakat yang baik sekali untuk mempelajari ilmu silat. Maka dari itu, karena ingin memiliki kepandaian yang jauh lebih tinggi, Toan Ceng telah mengundang beberapa orang guru silat yang memiliki kepandaian tinggi. Segala macam kepandaian silat telah dipelajarinya, dan semua itu telah membuat tubuh dan kesehatan dari putera mahkota Toan Ceng sangat baik sekali. Sampai akhirnya Toan Ceng naik takhta dan ia dinobatkan menjadi Kaisar. Dengan duduknya ia sebagai raja, waktu-waktunya jadi tersita habis oleh kesibukannya mengurus negara. Hal ini membuat Toan Ceng jadi kurang gembira, karena kegemarannya untuk mernpeiajari ilmu silat tidak bisa dilakukannya. Setiap hari ia harus memimpin sidang- sidang menterinya, untuk mengatur negaranya. Dan semua itu baru selesai setiap kali hari menjelang malam. Maka karena keadaan tubuhnya telah letih sekali, tidak mungkin Toan Hongya melatih ilmu silatnya lagi. Akhirnya Toan Hongya mengambil langkah yang sekiranya bisa meringankan bebannya. Pekerjaan sehari- hari sebagai seorang raja diserahkan kepada Perdana Menterinya, ia sendiri sebagai seorang Kaisar baru akan muncul ditempat persidangan jika negara tengah menghadapi urusan besar dan penting. Dengan cara demikian, waktu-waktu Toan Hongya tidak tersita habis. Malah ia masih memiliki kesempatan untuk pergi berkeluyuran diluar istana, untuk menyaksikan dari dekat kehidupan dan keadaan rakyatnya. Dengan demikian, jika memang ia memiliki suatu kesulitan, bisa saja ia segera mengambil tindakan, terutama untuk membantu rakyatnya yang tengah menghadapi urusan penasaran. Biasanya Toan Hongya bisa menyelesaikan persoalan itu hanya degan menulis sepucuk surat yang diberikan langsung kepada yang bersangkutan dan tentu saja surat atau lebih mirip firman dari Kaisar tidak bisa dibantah oleh para pembesar dibawah kekuasaannya. Diwaktu itu Toan Hongya merupakan seorang Kaisar yang terkenal sekali dengan sikapnya yang tegas dan selalu memerintah dengan penuh kewibawaan. Dan hari berjalan terus, sekarang Toan Hongya telah berusia dua puluh tahun, tampak tubuhnya tegap dan gagah. Tetapi karena dua tahun ini memiliki waktu dan kesempatan yang cukup luas melatih diri dan memperdalam ilmu silatnya tubuh Toan Hongya semakin sehat disamping kepandaiannya yang semakin tinggi. Kalau memang baru orang-orang rimba persilatan yang memiliki kepandaian tanggung-tanggung, tentu tidak mungkin bisa menandingi kepandaian Kaisar ini. Maka dari itu sering tersirat didalam hati Toan Hongya untuk berguru lagi kepada akhli-akhli silat yang terkenal atau kepada tokoh-tokoh sakti dirimba persilatan. Sejauh itu Toan Hongya masih belum berhasil menjumpai orang yang dipenujuinya. Hanya sering juga Toan Hongya mendengar, bahwa didaratan Tionggoan, yaitu didaratan yang berada diluar kekuasaannya, banyak sekali terdapat akhli-akhli kelas satu yang memiliki kepandaian sangat tinggi. Maka seru Toan Hongya memberitahukan kepada para menteri- menteri dan penasehatnya, bahwa ia ingin sekali pergi berkelana kedaratan Tionggoan untuk beberapa saat lamanya guna mencari seorang guru silat yang benar- benar memiliki kepandaian yang tinggi. Namun para penasehat dan menteri-menterinya menyatakan keberatannya sebab jika negara ditinggal pergi oleh Kaisarnya, tentu hat itu akan menggelisahkan rakyatnya, dimana jika negara tengah menghadapi urusan penting tentu tidak bisa segera mengambil tindakan tegas, karena Kaisar mereka tengah berada diluar kerajaan. Alasan seperti itulah yang menyebabkan Toan Hongya tidak bisa meninggalkan kerajaannya. Tetapi Toan Hongya juga tidak kurang akalnya. Ia telah membentuk barisan siewie (pengawal istana) yang memiliki tugas untuk berkeliaran diluar istananya, guna melakukan penyelidikan kalau-kalau dikerajaan mereka telah datang seorang rimba persilatan yang memiliki kepandaian tinggi. Siewie yang memiliki tugas istimewa itu dibentuk terdiri dari lima belas orang siewie yang memiliki kepandaian lumayan tingginya. Begitulah, setiap hari kelimabelas orang siewie itu hanya bertugas untuk berkeliaran dikota raja, guna melihat-lihat kalau-kalau ada orang asing yang berkepandaian tinggi. Memang telah cukup sering Toan Hongya menerima laporan perihal adanya orang asing yang memiliki kepandaian tinggi singgah diibu kota mereka, dan selalu Toan Hongya keluar dari istananya untuk mencari orang asing tersebut guna dilihat sampai berapa tinggi kepandaian yang mereka miliki, karena jika Toan Hongya yakin orang itu memiliki kepandaian yang tinggi sekali melebihi dia, maka akan diangkatnya orang itu menjadi gurunya. Begitu juga pada hari itu, Toan Hongya menerima laporan bahwa di ibu kota telah kedatangan seorang tosu, yang tampaknya memiliki kepandaian tinggi sekali. Karena dua orang siewie yang memiliki tugas istimewa untuk mengawasi keadaan didalam ibu kota tersebut melaporkan bahwa tosu itu telah bentrok dengan beberapa orang lintah darat dikota ini, dengan mudah tosu itu menghajar buaya-buaya darat itu kucar-kacir. Tosu itu berusia hampir enam puluh tahun, mengenakan pakaian kependetaannya yang berwarna abu-abu dan membawa hudtim (kebutan) yang bergagang emas. Itulah sebabnya Toan Hongya telah keluar dari istananya untuk meneari tosu itu. Tetapi justru Tosu tersebut yang semula dilaporkan oleh siewie itu tengah makan minum dikedai teh tersebut, telah pergi tidak meninggalkan jejak. Maka Toan Hongya menyelidiki terus, kedai-kedai teh yang terdapat dikota tersebut telah didatangi, begitu juga beberapa kedai teh diluar kota, termasuk kota-kota lainnya, telah didatanginya, untuk mengejar jejak tosu itu, namun sejauh itu Toan Hongya tetap tidak berhasil mencari jejak imam tersebut. Hal ini membuat Toan Hongya jadi penasaran, ia tidak berniat kembali keistananya dulu sebelum berhasil mencari tosu tersebut. la telah mendatangi beberapa buah kota yang berdekatan. Namun tosu itu tetap saja tidak berhasil dicarinya, hal mana membuat Toan Hongya tambah penasaran. Dia terus juga mencarinya, sampai akhirnya ia menyaksikan peristiwa yang dialami oleh keluarga Liang itu, dimana Liang le Khu telah ditangkap oleh orang- orangnya Tung Congtok. Berkat suratnya juga, maka Tung Congtok membebaskan Liang le Khu. Setelah memberikan pertolongan kepada nyonya Liang itu, Toan Hongya melanjutkan perjalanannya untuk menyelidiki jejak dari tosu itu. Setelah menjelang sore ia masih belum berhasil mencari jejak tosu yang diduga memiliki kepandaian tinggi itu, maka Toan Hongya telah bermalam disebuah rumah penginapan. Selama itu tiada seorangpun rakyatnya mengetahui bahwa raja mereka tengah berkeliaran seorang diri, karena Toan Hongya berpakaian biasa saja. Sedangkan Toan Hongya sendiri telah beristirahat dan menangsel perutnya agar tidak lapar, ia telah keluar dari rumah penginapan itu untuk mulai mencari jejak sitosu lagi. Sampai jauh malam Toan Hongya berkeliaran dikota tersebut, tetapi justru tosu yang dicarinya itu masih juga belum berhasil ditemuinya. Maka dari itu Toan Hongya memutuskan ia akan mencarinya terus sampai tosu itu berhasil dijumpainya. Dan ia berpikir untuk berdiam tiga hari dikota ini, dan jika ia gagal dengan usahanya ini baru ia akan kembali lagi keistananya dan nanti memerintahkan para siewie yang memiliki tugas istimewa itu guna melakukan penyelidikan lebih lanjut. Dua hari lamanya Toan Hongya melakukan pencariannya itu dengan sia-sia. Dan selama itu ia tidak berhasil menemui jejak dari tosu yang dicarinya. Toan Hongya mulai putus asa, ia menduga mungkin tosu itu telah pergi meninggalkan kerajaannya dan melakukan perjalanan kedaratan Tionggoan, maka Toan Hongya mengambil keputusan setelah satu hari lagi ia melakukan penyelidikan, ia akan kembali keistana saja, sebab tidak mungkin tosu itu masih berada disekitar tempat tersebut. Tetapi justru pada malam ketiganya, disaat Toan Hongya tengah rebah dipembaringannya untuk beristirahat, pendengarannya yang tajam telah mendengar suara sesuatu diatas genting, ia seperti mendengar jatuhnya daun kering. Tetapi karena sejak kecil telah gemar mempelajari ilmu silat, maka Toan Hongya mengetahui bahwa suara seperti jatuhnya daun kering itu adalah suara langkah kaki orang yang berjalan malam. Toan Hongya dengan gerakan tubuh yang ringan telah melompat turun dari pembaringannya. la menuju kedekat jendela kamarnya dan berdiam disitu memperhatikan lebih teliti lagi suara langkah kaki diatas genting jurusan kamarnya. Sedangkan suara langkah kaki itu ringan sekali, membuktikan bahwa orang yang tengah melakukan perjalanan diatas genting itu adalah seorang yang memiliki ginkang tinggi. Toan Hongya menduga-duga entah siapa orang yang tengah melakukan perjalanan diatas genting itu. Dan juga, entah berapa tinggi kepandaian orang tersebut. Namun yang benar-benar menarik hati Toan Hongya, ia ingin mengetahui apa yang hendak dilakukan. orang tersebut. Penjahat atau seorang pendekar ? Setelah mendengar suara langkah kaki itu berhenti, dan seperti tengah memperhatikan keadaan disekitar tempat itu, Toan Hongya diam-diam telah membuka daun jendelanya, ia mendorongnya dengan tiba-tiba dan melompat keluar. Dengan cara demikian dia menghendaki orang yang diatas genting itu tidak bisa melarikan diri. Dan memang apa yang dipikirkan oleh Toan Hongya tepat, begitu ia keluar dari kamar itu, maka orang yang tengah berada diatas genting tidak bisa menyembunyikan diri atau melarikan diri. Sebab begitu Toan Hongya melompat keluar dari kamarnya, ia telah membarengi dengan menjejakkan kakinya, tubuhnya dengan ringan telah melompat keatas genting. la melihat sesosok tubuh akan berlari kearah yang berlawanan, namun Toan Hongya telah mengejarnya sambil berteriak nyaring . "Tahan........jangan lari kau......!". Sosok tubuh itu rupanya menyadari bahwa dirinya tidak mungkin bisa meloloskan diri dari Toan Hongya, maka dia menahan langkah kakinya dan memandangi Toan Hongya yang tengah mendatangi. ---oo~dwkz^0^Tah~oo--- BAGIAN 22 . LAM SIANG CIN JIN CEPAT sekali Toan Hongya tiba didepan orang buruannya, segera ia melihat orang tersebut berpakaian seperti seorang tosu, yang usianya mungkin telah mencapai enam puluh tahun. Wajahnya angker dan gagah, ditangannya memegang hudtim, yang gagangnya berkilauan tertimpah sinar rembulan, rupanya gagang hudtim itu terbuat dari emas ! Toan Hongya jadi terkejut. Tosu inilah yang tengah dicarinya. Cepat-cepat Toan Hongya menjura memberi hormat, sambil katanya . "Maafkan cin jin...... siapakah cin jin sebenarnya.......!". Sedangkan tosu itu ketika melihat Toan Hongya, telah tersenyum ramah. "Aku mengetahui bahwa engkau selama beberapa hari mencari-cari diriku, siapakah engkau sebenarnya wahai anak muda ?" Balik tanya tosu itu. Melihat wajah yang angker dan gagah seperti itu, Toan Hongya tahu bahwa tosu itu adalah seorang akhli silat yang tinggi ilmunya. la tidak berani bersikap lancang dan sembarangan. Dengan sikap yang sopan dan ramah, dia telah menyahuti . "Sebenarnya boanpwe she Toan dan bernama Ceng", ia menjelaskan. "Dan bolehkah boanpwe mengetahui siapakah gelaran totiang yang mulia ?" Tojin itu berdiam diri sejenak, ia telah mengawasi Toan Ceng beberapa saat lamanya, sampai akhirnya ia bilang juga . "Anak muda, engkau memiliki tubuh yang gagah dan tampaknya engkau juga seorang pemuda yang cerdas......!" Toan Ceng cepat-cepat menjura merendahkan diri, ia mengatakan bahwa pendeta itu terlalu memujinya. Tetapi tosu itu telah berkata lagi . "Aku bukan memujimu, selama beberapa hari secara diam-diam justru aku telah menguntit dirimu, sehingga aku mengetahui bahwa engkau tengah mencari jejakku. Selama itu aku telah melihat engkau seorang pemuda yang memiliki bakat sangat, baik sekali mempelajari ilmu silat........asalkan engkau memiliki petunjuk yang benar dan baik........!" Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Walet Besi Karya Cu Yi Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong