Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Pendekar Rajawali 13


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung Bagian 13


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya dari Chin Yung   "Apa kau kira ilmu silat Ko-bong-pay kita ini begitu gampang kau pelajari ?"   Karena dampratan ini, Nyo Ko tak berani bicara lebih jauh.   "Sini ikut padaku,"   Kata Siao liong-li kemudian.   Lalu ia bawa Nyo Ko pergi ke satu kamar batu yang lain.   Kamar batu yang sekarang ini ternyata sekali lebih besar dan luas daripada yang dulu waktu mula2 Nyo Ko belajar menangkap burung, di dalam kamar ini sudah tersedia lagi enam ekor burung gereja.   Kalau tempatnya bertambah luas, dengan sendirinya untuk menangkap burung gereja itu menjadi jauh lebih sulit, Tetapi Nyo Ko tak perlu kuatir karena Siao-liong-li telah memberi petunjuk beberapa kepandaian lagi cara meloncat tinggi dan melompat jauh dari ilmu entengkan tubuh dan ilmu cara menangkap dan menawan.   Dengan demikian lewat delapan atau sembilan hari lagi, sekaligus Nyo Ko sudah bisa menangkap enam burung gereja itu.   Selanjutnya kamar latihannya lantas bertambah besar dan makin luas, jumlah burung gereja yang harus ditangkapnya bertambah banyak juga, dan akhirnya dia harus menangkap 9x9 - 81 burung gereja di ruangan tengah yang sangat besar, Untung ranjang batu pualam dingin yang dibuat tidur Nyo Ko itu ternyata besar sekali khasiatnya untuk membantu latihan Lwekang, hanya dalam tempo tiga bulan saja, 81 ekor burung gereja itu sekaligus dapat Nyo Ko tangkap semua.   Tentu saja Siao-liong-li sangat girang melihat kemajuan Nyo Ko yang begitu pesat.   "Dan sekarang kita harus menangkapnya di luar kuburan,"   Demikian katanya kemudian. Selama tiga bulan itu Nyo Ko terkurung di dalam kuburan, memangnya ia sudah bosen dan kesal juga, kini mendengar akan latihan di luar kuburan, keruan ia menjadi senang dan muka ber-seri2.   "Apanya yang perlu digirangkan ?"   Ujar Siao-liong-li dingin.   "justru ilmu kepandaian ini sukar sekali melatihnya. 81 burung gereja ini seekor saja tidak boleh terlolos."   Begitulah dengan membawa kantong kain yang penuh berisi 81 ekor burung gereja ia ajak Nyo Ko keluar kuburan kuno itu.   Tatkala itu adalah bulan tiga dan terhitung permulaan musim semi, karena itu alam semesta di luar kuburan itu boleh dikatakan menghijau permai dan hawa sejuk diselingi hembusan harum bunga yang semerbak.   Ketika mendadak Siao-liong-li mengebas kantong yang dibawanya, maka terbanglah ke-81 ekot burung gereja itu, tetapi justru pada saat burung itu hendak kabur, tiba2 kedua tangan Siao-liong-li putih halus itu bergerak, dari sana ia tarik sini dan dari sana ditepuk pula, tahu2 dua ekor burung gereja yang hampir kabur itu dapat ditoIaknya kembali.   Begitu mendapat kebebasan, dengan sendirinya ke-81 ekor burung gereja itu segera ingin terbang pergi Tetapi aneh juga, ketika Siao-liong-li keluarkan Ciang-hoat atau ilmu pukulan tangan kosong, di sana ia menolak dan di sini mengebas, ke-81 ekor burung gereja itu ternyata terhimpit semua di depan dadanya dalam jarak tiga kaki satupun tak sanggup kabur.   Terlihat Siao-liong-li geraki kedua tangannya se-akan2 sedang menari kedua tangan seperti berubah menjadi 81 tangan saja, bagaimanapun ke-81 ekor burung gereja menubruk sana dan menerobos sini namun tetap tak mampu kabur keluar dari lingkaran kedua tangan Siao-liong-li.   Nampak keajaiban ini Nyo Ko hanya ternganga belaka, dalam kagumnya iapun bergirang pula, waktu ia tenangkan diri ia pikir.   "Ah, ini adalah ciang-hoat hebat tiada bandingannya yang Kokoh sedang ajarkan padaku, aku harus mengingatnya dengan baik."   Karena itu, segera ia pusatkan perhatiannya untuk mengikuti gerak-gerik Siao-liong-li, ia ingat dengan baik cara bagaimana orang ulur tangan buat menahan dan cara bagaimana membaliki tangan buat meraup, meski cara Siao-liong-li menggerakkan tangan sangat cepat dan aneh, tetapi tiap gerakan dan tiap jurus cukup jelas dan teratur.   Sesudah mengikuti agak lama, walaupun Nyo Ko masih belum paham di mana letak keajaiban Ciang-hoat orang, namun sedikitnya ia tidak bingung lagi seperti tadi.   Sementara itu sudah lama Siao-liong-li menari ketika mendadak kedua tangannya mengebas lagi sekali, lalu ia luruskan tangannya ke belakang, Karena terlepas dari kekangan tenaga tangan Siao-liong-li, segera burung2 gereja itu bercuitan hendak terbang kabur pula, Diluar dugaan, mendadak Siao-liong-li mengebas lagi dengan kedua lengan bajunya yang membawa sambaran angin santer, Karena itu, ke-81 ekor burung itu seketika terjatuh kembali ke atas tanah dengan suara cuitan yang ramai.   Lewat agak lama, kemudian burung2 gereja itu baru bisa pentang sayap dan terbang pergi satu demi satu.   Sungguh luar biasa girang Nyo Ko oleh pertunjukan kepandaian yang hebat itu, ia tarik2 baju Siao-liong-li sambil berkata.   "Kokoh, kukira sekalipun Kwe-pepek juga tak bisa seperti engkau tadi."   "Chiang-hoat yang kutunjukkan tadi disebut "Thian-lo-te-bang-sik" (gaya jaring langit dan jala bumi), adalah ilmu kepandaian pengantar dari Ko-bong-pay kita,"   Sahut Siao-liong-li menerangkan.   "Maka kau harus belajar dengan baik."   Lalu Siao-liong-li mengajarkan belasan jurus Ciang-hoat itu dan semuanya dipelajari Nyo Ko dengan baik. Lewat belasan hari lagi, Nyo Ko ternyata sudah bisa mempelajari "Thian-lo-te-bang-sik"   Yang meliputi 108 jurus itu dengan baik dan apal sekali.   Oleh karena itu, Siao-Iiong-Ii lantas pergi menangkap seekor burung gereja dan suruh Nyo Ko mencoba merintangi kaburnya burung ini dengan Ciang-hoat yang baru dipelajarinya itu.   Tentu saja dengan senang hati Nyo Ko melakukan perintah itu, Mula2 ia hanya sanggup menahan dua-tiga kali dan burung gereja itu sudah menerobos lolos dibawah telapak tangannya.   Tetapi Siao-liong-li selalu mendampingi dia, hanya sekali ulur tangannya, segera burung gereja itu dapat ditolak kembali.   Maka Nyo Ko lantas melanjutkan permainan Ciang-hoatnya lagi, tapi lantaran gerak geriknya masih kurang cepat, pula kurang tepat mengepas waktunya, maka hanya beberapa kali gerakan kembali burung gereja itu lolos lagi.   Begitulah, tiap2 hari Nyo Ko meneruskan latihannya itu tanpa kenal lelah.   Sang tempo lewat dengan cepat, hari berganti bulan dan bulan berganti bulan puIa, tanpa terasa perawakan Nyo Ko sudah tambah tinggi, suaranya yang kekanak-kanakan dulu sudah berubah besar pula seperti orang dewasa umumnya, pelahan ia sudah berubah menjadi pemuda yang tampan, berlainan daripada waktu dia masuk ke dalam kuburan kuno ini.   Berkat juga bakat pembawaan Nyo Ko, pula Siao-liong-li telah mengajar dengan sepenuh tenaga, maka selewatnya, musim rontok, ilmu pukulan gaya "jaring langit dan jala bumi"   Itu telah berhasil dilatihnya.   Kini bila ia permainkan Ciang-hoat ini, sekaligus ia sudah sanggup menahan ke-81 burung gereja tanpa bisa lolos, kalau terkadang terlolos juga satu ekor, itu boleh dikatakan hanya penyakit kecil saja dari Ciang-hoat yang baru dia pelajari itu.   "Ko-ji,"   Kata Siao-liong-Ii pada suatu hari.   "Ciang-hoat yang kau latih ini, dikalangan kangouw sudah jarang lagi ada tandingannya, maka kapan bertemu pula dengan imam gendut itu, boleh kau banting dia beberapa kali lagi yang keras."   "Tetapi jika bergebrak dengan Thio Ci-keng, bagaimana ?"   Tanya Nyo Ko. Siao-liong-li tidak menjawab pertanyaan itu, sebab dalam hati ia lagi pikir.   "Ya, Thio Ci-keng itu adalah jago terkemuka dari anak murid Coan-cin-kau angkatan ketiga, kalau hanya dengan kepandaian Ko-ji sekarang, memang betul masih belum bisa mengalahkan dia."   Melihat Siao-liong-li tidak menjawab pertanyaannya, segera Nyo Ko tahu juga apa yang sedang dipikirkan orang.   "Tak bisa menangkan dia juga tidak mengapa, lewat beberapa tahun lagi tentu aku dapat menangkan dia,"   Demikian ia kata.   "Kokoh, bukankah ilmu silat Ko-bong-pay kita memang jauh lebih lihay dari ilmu silat Coan-cin-kau ?"   "Apa yang kau katakan ini, dijagat ini mungkin hanya kita berdua saja yang percaya,"   Sahut Siao-liong-Ii sambil menengadah memandang langitl mangan.   "Tempo hari waktu aku bergebrak dengan imam she Khu dari Coan-cin-kau itu, rasanya kalau soal ilmu silat memang aku belum bisa menangkan dia, tetapi ini tidak berarti Ko-bong-pay kita tidak bisa menandingi Coan-cin-kau, melainkan karena aku masih belum berhasil meyakinkan ilmu kepandaian yang paling hebat dari Ko-bong-pay kita."   Sebenarnya Nyo Ko kuatir kalau Siao-liong-li tak dapat menangkan Khu Ju-ki, kini mendengar kata2 itu, ia bergirang dan mantap.   "llmu kepandaian apakah itu, Kokoh ?"   Cepat ia tanya.   "Apa susah melatihnya ? Kenapa engkau tidak mulai melatihnya ?"   "Biarlah kututurkan satu cerita pendek dahulu, supaya kau mengetahui asal usul golongan Ko-bong-pay kita ini,"   Sahut Siao-liong-li "Pada sebelum kau menyembah aku sebagai guru, bukankah kau ingat pernah menjura pada Cosu popoh, Dia itu she Lim, namanya Tiao-eng.   Pada, kira-kira 60-70 tahun yang talu, di kalangan Kangouw terkenal dengan kata2 "di selatan ada Lim dan di utara ada Ong, tetapi Im (negatip, perempuan) menangkan Yang (positip, 1aki2), apa yang dikatakan Lim di selatan itu ialah Cosu-popoh, dia berasal dari Kwisay, dan Ong di utara bukan kiri ialah Ong Tiong-yang dari Soa-tang.   "Di kalangan Bu-lim waktu itu, ilmu silat mereka berdua terhitung paling tinggi sebenarnya kepandaian mereka boleh dikatakan sembabat dan sukar dibedakan mana yang lebih tinggi, tapi belakangan karena Ong Tiong-yang sibuk dengan gerakan membela tanah air untuk melawan pasukan Kim, ia repot siang dan malam, sebaliknya Cosu-popoh bisa berlatih silat lebih tekun, maka akhirnya dia jadi lebih tinggi setingkat daripada Ong Tiong-yang, oleh karena itu orang sama bilang Im lebih unggul dari Yang"   "Kemudian pergerakan Ong Tiong-yang gagal, dengan perasaan menyesal ia lantas asingkan diri di dalam Hoat-su-jin-bong ini, saking iseng setiap hari, waktu senggang itu ia lewatkan buat berlatih silat dan mempelajari segala ilmu sakti, sebaliknya waktu itu Cosu-popoh malah menjelajahi Kangouw untuk melakukan berbagai perbuatan yang terpuji, oleh sebab itu, sampai Ong Tiong-yang untuk kedua kalinya turun gunung, kembali ilmu Cosu-popoh tak lebih unggul daripadanya. Dan paling akhir kedua orang entah soal apa terjadi percekcokan hingga saling gebrak dan bertaruhan, ternyata akhirnya Ong Tiong-yang kalah dan kuburan kuno inipun diserahkan pada Cosu-popoh. Mari sini, biar kubawa kau pergi melihat bekas2 yang ditinggalkan kedua Locianpwe itu."   Sebenarnya kuburan kuno itu seluruhnya dibangun dari batu dan entah dibangun sejak kapan, Tetapi kamar yang ditunjukkan Siao-liong-li pada Nyo-Ko sekarang ternyata sangat aneh bentuknya, depan sempit, bagian belakang lebar, sedang sebelah timur bundar, sebaliknya sebelah barat berbentuk lencip hingga berwujud segi tiga "Kenapa kamar ini dibikin sedemikian rupa Kokoh?"   Saking herannya Nyo Ko bertanya.   "lni adalah tempat Ong Tiong-yang mempelajari ilmu silat,"   Sahut Siao-Iiong-li.   "baglan depan yang sempit dibuat latihan pukulan telapakan, dan yang lebar di belakang buat latihan pukulan kepalan, yang bundar disebelah timur buat mempelajari ilmu pedang dan bagian barat yang lancip itu buat latihan senjata rahasia."   Dengan jalan mondar-mandir di dalam kamar aneh ini, Nyo Ko menjadi heran luar biasa, sama sekali ia tidak paham kegunaannya.   "ltu intisari ilmu silat Ong Tiong-yang semuanya berada di situ,"   Tibal Siao-liong-li berkata sambil menuding ke atas.   Waktu Nyo Ko mendongak, ia lihat langit2 kamar yang terbuat dari papan batu itu ternyata penuh terukir goresan dan tanda2 rahasia yang beraneka macamnya.   Coretan itu semuanya digores dengan senjata tajam, ada yang dalam dan ada yang cetek secara tidak teratur.   Nyo Ko tidak tahu apa maksudnya.   Sementara itu Siao-liong-li telah mendekati dinding sebelah timur, ia mendorong tembok yang mendekuk setengah bundar itu, dengan pelahan sebuah batu menggeser, lalu tertampak sebuah pintu rnembentang, dengan membawa lilin Siao-liong-li ajak Nyo Ko masuk ke situ.   Kiranya di dalam sana kembali terdapat sebuah kamar batu, kamar ini ternyata mirip sekali dengan kamar yang duluan, cuma tiap2 tempatnya berlawanan, kalau yang duluan sempit di depan dan bagian belakang luas, maka kamar yang kedua ini terbalik menjadi depan luas dan belakang sempit, begitu pula bagian ,barat bundar dan ujung timur lancip.   Waktu Nyo Ko mendongak ia lihat di atas langit2an kamar itu juga penuh terukir tanda2 rahasia yang aneh.   "lni adalah rahasia ilmu kepandaian Cosu-popoh", demikian Siao-liong-li berkata padanya.   "Dahulu meski beliau menangkan kuburan ini, namun boleh dikatakan berkat tipu akal belaka, kalau soal ilmu silat sebenarnya belum bisa menandingi Ong Tiong-yang, Tetapi sesudah Cosu-popoh berdiam di dalam kuburan kuno ini, ia telah mempelajari dan menyelami ilmu silat yang ditinggalkan Ong Tiong-yang di atas langit2 kamar sebelah tadi, akhirnya beliau bahkan berhasil menciptakan tipu2 cara mematahkan ilmu silat Ong Tiong-yang, Dan tipu2 yang dia ciptakan itu semuanya telah ditulis di atas ini."   "Bagus kalau begitu, Kokoh,"   Teriak Nyo Ko girang.   "Pikir saja, sekalipun kepandaian Khu Ju-ki dan Ong Ju-it bisa lebih tinggi lagi juga tak akan melebihi Ong Tiong-yang yang menjadi guru mereka, kini kalau kau sudah mempelajari ilmu silat tinggalan Cosu-popoh ini, bukankah dengan sendirinya akan menangkan para imam Coan-cin-kau itu."   "Kata2mu memangnya tidak salah, hanya sayang tiada orang Iain yang bisa membantu aku,"   Sahut Siao-Iiong-li.   "Aku bantu kau,"   Seru Nyo Ko tiba2 dengan membusungkan dada. Diluar dugaan, Siao-liong-li sambut kata2nya itu dengan mata melotot.   "Tetapi sayang kepandaianmu belum cukup,"   Sahutnya kemudian dengan dingin. Muka Nyo Ko menjadi merah karena malu.   "llmu silat ciptaan Cosu-popoh itu disebut Giok-li-sim-keng (ilmu suci si gadis ayu), untuk melatihnya harus dilakukan dua orang berbareng dengan saling bantu membantu,"   Demikian kata Siao-liong-li lebih lanjut. Dahulu, Cosu-popoh telah melatihnya bersama dengan guruku."   Mendengar penjelasan ini, dari rasa malu tadi Nyo Ko berubah menjadi girang.   "Ha, kalau begitu, aku adalah muridmu, tentu bisa juga berlatih bersama engkau,"   Serunya cepat. Karena kata2 ini, Siao-liong-li ter-mangu2 sejenak.   "Baiklah, boleh juga kita mencobanya dahulu,"   Akhirnya ia berkata.   "Langkah pertama, lebih dulu kau harus latih ilmu silat perguruan kita sendiri langkah kedua baru kau mempelajari ilmu kepandaian Coan-cin-kau dan langkah penghabisan baru kita latih Giok-li-sim-keng yang diciptakan untuk mengalahkan ilmu silat Coan-cin-kau itu."   BegituIah, maka sejak hari itu Siao-liong-li lantas ajarkan semua ilmu kepandaian Ko-bong-pay kepada Nyo Ko, baik mengenai Kun-hoat dan Ciang-hoat (ilmu pukulan telapak tangan) maupun pakai senjata tajam dan senjata rahasia.   Selang setahun, semua ilmu kepandaian itu sudah diperoleh Nyo Ko, walaupun latihannya masih belum cukup masak, namun berkat bantuan ranjang batu pualam dingin, kemajuannya ternyata sangat pesat sekali.   ilmu silat Ko-bong-pay atau aliran kuburan kuno ini asalnya diciptakan seorang wanita, yakni kakek guru Siao-liong-Ii yang menjadi kekasih Ong Tiong-yang, sedang guru dan murid mereka tiga turunan juga wanita semua, dengan sendirinya ilmu silat yang diciptakan itu gerak-geriknya rada2 halus dan lincah sebagai kaum wanita.   Karena sifat Nyo Ko memang suka bergerak, maka semua tipu silat Ko-bong-pay ini menjadi sangat cocok dengan tabiatnya malah.   Sementara usia Siao-liong-Ii makin bertambah, makin lama wajahnya ternyata semakin cantik, Tahun ini umur Nyo Ko pun menginjak enam belas, anak ini ternyata mempunyai perawakan tinggi, kalau berdiri sudah setinggi gurunya, walaupun demikian, Siao-liong-Ii masih tetap anggap Nyo Ko sebagai bocah saja, sama sekali mereka tidak pusingkan soal perbedaan laki-perempuan.   Di lain pihak, semakin lama Nyo Ko tinggal bersama Suhunya semakin menaruh hormat juga kepadanya, selama dua tahun itu, ternyata belum pernah dia membantah sesuatu perintah sang guru, Bocah ini ternyata pandai menuruti kemauan orang, baru saja Siao-liong-li inginkan Nyo Ko melakukan sesuatu, belum sampai diutarakan atau Nyo Ko sudah mendahului mengerjakannya dengan baik.   Hanya saja sifat Siao-liong-li yang dingin laksana es masih tetap seperti sediakala, terhadap apa saja yang dikatakan Nyo Ko masih selalu ia sambut dengan dingin dan kadang2 menyindir sedikitpun ia tidak mengunjuk rasa kasih sayang.   Tetapi karena sudah biasa, lambat laun Nyo Ko tidak memikirkan pula sikap sang guru ini.   Pada suatu hari, berkatalah Siao-liong-li kepada Nyo Ko.   "Ko-ji, kini ilmu lo-bong-pay kita sendiri sudah kau pelajari semua, maka mulai besok bolehlah kita mulai berlatih ilmu silat Coan-cin-kau."   Karena itu, besoknya mereka lantas mendatangi kamar batu yang berbentuk aneh dengan ukiran2 aneka macam di atas langit2-an, dengan menurutkan tanda2 yang terukir ini mereka mulai berlatih.   Kiranya tanda2 ukiran itu dahulu digores oleh Ong Tiong-yang dengan meloncat ke atas dengan ujung pedang, Dan karena Lim Tiao-eng adalah bekas kekasih Ong Tiong-yang, maka ia cukup paham intisari ilmu silat orang, sesudah diselaminya mendalam, kemudian ia turunkan kepada dayang kepercayaannya dan dayang ini akhirnya mengajar kepada Siao-liong-li, dan kini Siao-Iiong-Ii mengajarkan pula rahasia silat itu kepada Nyo Ko.   Sesudah Nyo Ko berlatih beberapa hari, oleh karena dia memang sudah punya landasan yang tidak jelek, maka banyak bagian penting begitu diberi petunjuk segera dapat dia terima, maka kemajuannya mula2 sangat cepat.   Akan tetapi sesudah belasan hari, keadaan mendadak berubah lain, -be-runtun2 beberapa hari Nyo Ko ternyata tidak memperoleh kemajuan kalau tidak mau dikatakan malah mundur, semakin ia latih, semakin keliru dan nyasar.   Waktu Siao-liong-li membantu muridnya ini memecahkan kesulitan itu, namun dia juga tak tahu di mana letak gangguan itu.   Dasar Nyo Ko ingin lekas pandai, keruan ia menjadi gopoh hingga sering uring2-an sendiri.   "Tidak perlu kau uring2-an,"   Demikian kata Siao-liong-li padanya.   "soal ini sebenarnya tidak sulit, asal kita pergi tangkap seorang imam Coan-cin-kau dan paksa dia mengajarkan kunci rahasia penuntun ilmu silat mereka, bukankah lantas beres urusannya ? Nah, marilah kita pergi ke sana !"   Kata2 Siao-liong-ll telah menyadarkan Nyo Ko, tiba2 teringat olehnya dahulu Thio Ci-keng pernah ajarkan istilah2 penuntun dasar ilmu silat Coan-cin-kau itu.   Maka dengan segera ia apalkan-nya pada Siao-liong-li.   Siao-liong-li sangat memperhatikan istilah2 yang diucapkan Nyo Ko jni, dengan cermat ia menyelami intisari istilah2 itu.   "Ya, memang tepat itulah yang kita inginkan,"   Katanya kemudian setelah berpikir "Dahulu waktu kubelajar ilmu silat Coan-cin-kau ini dengan mendiang guruku, sesampainya setengah jalan tiba2 sukar untuk maju setindak lagi, saat mana Cosu-popoh sudah meninggal maka tiada orang yang bisa kami mintai petunjuk2, walaupun kami tahu juga soalnya karena belum mengetahui rahasia penuntun dasarnya, tetapi kami tak berdaya pula, justru mendiang guruku orangnya sangat alim, pernah kukatakan hendak pergi mencuri dengar rahasia ilmu Coan-cin-kau itu, tetapi aku telah didamperat habis2-an olehnya, Syukurlah kini kau sendiri malah sudah mengetahuinya, sudah tentu hal ini sangat baik sekali"   Kemudian satu persatu Nyo Ko memberitahukan pula yang lebih jelas dari apa yang pernah dia pelajari dari Thio Ci-keng.   Tempo hari apa yang diajarkan Thio Ci-keng kepada Nyo Ko itu memang betul2 adalah istilah2 pelajaran dasar Lwekang Coan cin kau yang paling tinggi, soalnya karena sengaja Nyo Ko tidak diberi pelajaran cara bagaimana mempraktekkannya, Kini setelah diselami mendalam oleh Siao-Iiong-li, tentu saja segera menjadi terang dan semua kesulitan dapat ditembus, ditambah lagi Lwekang yang dahulu Tjin Lam-khim ajarkan pada Nyo Ko memang juga Lwekang asli ajaran Ma Giok dari Coan-cin-kau, dengan digabungnya dua dasar ini, keruan tidak antara beberapa bulan Siao-liong-li dan Nyo Ko sudah dapat mempelajari seluruh intisari ilmu silat yang ditinggalkan Ong Tiong-yang di atas langit2 kamar batu itu.   Pada suatu hari, setelah kedua orang selesai berlatih ilmu pedang di dalam kamar batu itu, dengan menghela napas Siao-liong-li berkata.   "SemuIa aku pandang rendah ilmu silat Coan-cin-kau, kuanggap apa yang disebut sebagai ilmu silat asli dunia persilatan toh tidak lebih hanya sekian saja, tapi hari ini barulah aku mengerti bahwa ilmu silat mereka sesungguhnya terlalu dalam untuk dimengerti dan tidak ada habis2nya untuk dipelajari Ko-ji, meski sekarang kau sudah paham semua rahasia ilmu ini, tetapi untuk bisa mencapai tingkatan yang sempurna hingga dapat dipergunakan sesuka hati, untuk ini entah harus sampai tahun kapan ?"   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Akan tetapi Nyo Ko se-akan2 anak banteng yang baru lahir dan tidak kenal apa artinya takut, segera dia menjawab.   "Ya, sungguhpun ilmu silat Coan-cin-kau sangat bagus, tetapi ilmu yang ditinggalkan Cosu-popoh itu dengan sendirinya ada jalannya untuk menangkan dia."   "Ya, maka mulai besok kita harus latih Giok-li-sim-keng,"   Ujar Siao-liong-li.   Hari berikutnya, lalu Siao-liong-li ajak Nyo Ko ke dalam kamar batu yang kedua, mereka melatih diri pula dengan menuruti petunjuk2 ukiran yang terdapat di atas kamar itu, sekali ini mereka sudah lebih gampang melatihnya daripada yang pertama, sebab ilmu silat yang diciptakan Lim Tiao-eng untuk mematahkan ilmu silat Ong Tiong-yang ini berinti ilmu silatnya sendiri, hanya di mana dipandang perlu telah ditambah hingga lebih bagus dan lebih sempurna.   Maka dalam beberapa bulan saja, mereka berdua sudah berhasil melatih Gwa-kang (bagian luar) dari "Giok-li-sim-keng"   Dengan baik, waktu latihan, kalau Nyo Ko menggunakan Kiam-hoat dari "Coan-cin-kau, maka Siao-liong-li lantas pakai Giok-li-kiam-hoat untuk mematahkannya, sebaliknya, kalau Siao-liong-li memainkan Coan-cin-kiam-hoat, maka Nyo Ko yang mengeluarkan kepandaian Giok-li-kiam-hoat untuk mengatasinya.   Nyata, Giok-li-kiam-hoat (ilmu pedang gadis ayu) itu sengaja diciptakan untuk mengalahkan Coan-cin-kiam-hoat, setiap gerakan dan setiap tipu serangan Coan-cin-kiam-hoat selalu dapat dipatahkan dengan tepat sekali hingga tak mampu berkutik, walaupun bagaimana Coan-cin-kiam-hoat bisa berubah dan berganti gerakan, namun selalu tak dapat melepaskan diri dari kurungan lingkaran Giok-li-kiam-hoat.   Karena Gwakang yang dilatih mereka sudah jadi, langkah selanjutnya lantas berlatih Lwekang (ilmu bagian dalam).   Sebenarnya Lwekang Coan-cin-kau sangat luas dan bagus sekali kalau ingin menangkannya dengan menciptakan Lwekang baru sesungguhnya bukan suatu soal gampang.   Akan tetapi Lim Tiao-eng ternyata pintar luar biasa, nyata ia bisa mencari jalan lain untuk menembus kesukaran itu, ia telah kumpulkan ilmu silat berbagai aliran lainnya untuk mengungkulinya, Meski ilmu silat yang dia ciptakan ini sulit sekali untuk dilatih, tapi bila sampai berhasil mempelajari, maka dengan mudah menangkan lwekang Coan-cin-kau.   Untuk mempelajarinya, Siao-Iiong-li mendongak memahami lukisan dan tulisan penjelasan yang terukir di atas langit2 kamar batu itu, lama sekali ia berdiam diri tanpa buka suara, dengan tekun ia membacanya sampai beberapa hari, tetapi akhirnya.   "Apa ilmu kepandaian ini sangat sukar dilatih, Kokoh ?"   Tanya Nyo Ko demi nampak sikap sang guru.   "Ya,"   Sahut Siao-liong-li.   "dahulu pernah kudengar dari Suhu bahwa Giok-li-sim-keng ini harus dilatih dua orang bersama, semula kukira bisa melatihnya bersama kau, siapa tahu ternyata tak dapat."   Tentu saja Nyo Ko menjadi cemas oleh keterangan ini.   "Sebab apa, Kokoh ?"   Tanyanya cepat.   "Jika kau wanita, itulah soal lain lagi,"   Sahut Siao-liong-li.   "Apa bedanya untuk itu ?"   Kata Nyo Ko.   "Laki2 atau perempuan yang melatihnya, bukankah sama saja ?"   "Tidak, Iain", sahut Siao-liong-li sambil menggeleng kepala.   "Tidakkah kau lihat, bagaimana corak gambar yang terukir di atas itu ?"   Waktu Nyo Ko angkat kepalanya dan memandang dengan penuh perhatian menurut arah yang ditunjuk Siao-liong-li, maka tertampaklah olehnya dipojok langit2 kamar itu ada ukiran gambar bentuk manusia, rupanya seperti potongan kaum wanita, tetapi gambar itu semuanya telanjang bulat tanpa terukir memakai baju selembar-pun, Gambar2 wanita itu seluruhnya ada beberapa puluh, gerak-gerik dan gayanya berlainan semua, semuanya juga dalam keadaan telanjang.   Melihat gambar2 itu, segera pikiran Nyo Ko tergerak, iapun segera mengerti akan maksudnya.   "O, jadi waktu berlatih Lwekang Giok-li-sim-keng ini orang tidak boleh berpakaian, begitukah, Kokoh ?"   Katanya kemudian.   "Ya, betul,"   Sahut Siao-liong-li.   "Di dalam kitab pelajaran ini telah dikatakan dengan jelas bahwa waktu berlatih Lwekang seluruh badan orang yang berlatih menjadi panas dan beruap, maka harus dipilih suatu tempat terbuka yang luas dan sepi tanpa orang lain, dengan begitu baru bisa berlatih dengan melepas baju supaya hawa panas badan bisa buyar keluar tanpa tertahan di dalam. Kalau tidak, tentu hawa panas itu akan tertimbun di dalam badan dan sedikitnya akan bikin orang sakit berat atau mungkin jiwanya akan melayang pula."   "Jika begitu, marilah kita melatihnya tanpa pakai baju,"   Sahut Nyo Ko tanpa pikir. Muka Siao-liong-li menjadi merah oleh kata2 ini.   "Tetapi akhirnya kedua orang yang latihan harus membantu satu sama lain dengan hawa murni badannya masing2, kau dan aku berlainan jenis, jika harus berhadapan tanpa pakaian, lalu apa jadinya ?"   Sahut Siao-liong-li.   Tatkala itu umur Nyo Ko sudah menginjak enambelas, walaupun perawakannya tinggi besar, urusan 1aki2 dan perempuan dan soal cinta segala sama sekali ia tidak paham, sedikit belum tahu.   Hanya lapat2 ia merasa sang guru ini cantik luar biasa, setiap kali melihat dia dengan sendirinya timbul semacam rasa suka dalam batinnya, ia pikir kalau berhadapan dengan melepas pakaian, agaknya memang tidak baik, tetapi sebab apa tidak baik, inilah dia sendiri tidak dapat menjawab.   Sebaliknya Siao-liong-li sejak kecil sudah hidup di dalam kuburan kuno ini, terhadap segala urusan keduniawian boleh dikatakan lebih tak mengerti daripada Nyo Ko.   Tahun ini ia sudah berusia 22 tahun, tetapi karena giat berlatih dan tekun belajar, maka segala cita rasa manusia umumnya ternyata sudah terlatih hingga lenyap sama sekali Meski guru dan murid berdua, mereka boleh dikatakan merupakan pasangan gadis cantik dan pemuda tampan, namun siang malam berhadapan, yang satu dingin dan yang lain jujur polos, sedikitpun mereka tak pernah berbuat sesuatu yang melanggar susila.   Kini meski berbicara tentang telanjang bulat untuk melatih silat, merekapun merasakan itu hanya suatu soal sulit saja dan sama sekali tiada pikiran lain yang menyimpang.   "Sudahlah, asal kita berlatih lebih masak lwekang ini, kiranya sudah cukup juga untuk mengalahkan para imam kolot Coan-cin-kau itu. Tentang Lwekang yang sulit ini tak perlu kita mempelajarinya,"   Ujar Siao-liong-li.   Karena pendapat gurunya ini, Nyo Ko mengiakan juga, urusan inipun tidak dia pikirkan lagi.   Hari itu, setelah Nyo Ko latihan, ia keluar untuk berburu sebangsa kijang dan kelinci buat rangsum, setelah dapat seekor menjangan kecil kemudian ia meng-uber2 lagi seekor kelinci, siapa tahu kelinci ini ternyata licin luar biasa, binatang ini lari ke sini dan loncat ke sana, meski Ginkang atau ilmu entengkan tubuh Nyo Ko kini sudah hebat, namun seketika ternyata tak mampu menyandaknya.   Karena uber2an ini, hati kanak2 Nyo Ko menjadi timbul, ia tak ingin melukai kelinci itu dengan Am-gi atau senjata rahasia, pula ia tak mau menangkapnya dengan paksa pakai Kim-na-jiu-hoat (ilmu menawan dan menangkap), tapi ia malah berlomba Ginkang dengan binatang kecil itu, ia ingin bikin kelinci itu kehabisan tenaga dan akhirnya berhenti tak sanggup lari lagi.   BegituIah, maka satu manusia dan satu kelinci terus udak2an dan makin lama semakin jauh hingga melintasi sebuah lereng bukit, kelinci itu tiba2 memutar beberapa kali lalu menyelusup masuk semak2 bunga merah yang tumbuh sangat lebat di sana.   Semak2 bunga merah itu terbentang seluas beberapa tombak jauhnya dan tumbuh lebat dan rapat sekali, baunya pun wangi semerbak, ketika Nyo Ko kemudian memutar lewat semak2 bunga ini, nyata kelinci itu sudah menghilang tanpa bekas Iagi.   Sebaliknya Nyo Ko melihat semak2 bunga ini bagaikan sebuah pintu angin raksasa saja yang membentang Iebar, bunga2nya tumbuh merah dengan tangkai segar menghijau, sungguh indah sekali, begitu lebat tumbuhnya bunga2 itu hingga mirip sebuah panggung alam.   Sesaat itu pikiran Nyo Ko jadi tergerak, lekas2 ia kembali dan mengajak Siao-liong-li datang lagi buat melihat semak2 bunga itu.   "Aku tak suka bunga, jika kau suka, bolehlah kau memain sendiri di sini,"   Demikian dengan dingin Siao-liong-li berkata.   "Bukan itu maksudku, Kokoh,"   Sahut Nyo Ko menjelaskan keinginannya,"   Tempat ini justru adalah suatu tempat bagus untuk kita gunakan, tapi siapapun tak bisa melihatnya, Di waktu kau berlatih aku menjaga engkau, kalau aku yang berlatih, engkau yang melindungi aku, bukankah itu sangat bagus ?"   Kiranya diwaktu berlatih Lwekang yang paling hebat, orang harus tekun dengan memusatkan segala pikirannya, terhadap segala kejadian di luar tidak boleh memandang dan tidak boleh melihat, jika ada serangan dari pihak luar, sekalipun tempat yang tidak berarti juga sukar menangkisnya dan pasti akan celaka dan gagal semua ilmu yang dilatihnya.   Begitu lihay akibatnya, maka perlu ada orang lain yang menjaganya di samping.   Oleh karena itulah, Siao-Iiong-li merasa apa yang dikemukakan Nyo Ko tadi masuk di akal juga, Segera ia panjat ke atas satu pohon dan memandang sekeliling, ia lihat semua penjuru sunyi senyap belaka, yang terdengar hanya suara mata air yang gemercik dan berkicaunya burung, tetapi bayangan manusia satupun tidak kelihatan, nyata tempat ini memang satu tempat yang sangat bagus untuk berlatih ilmu.   "Bagus sekali tempat ini, beruntung kau bisa mendapatkannya, baiklah malam nanti kita datang ke sini mulai berlatih,"   Demikian katanya kemudian.   Tentang penuntun dasar Giok-li-sim-keng itu memangnya Siao-liong-li sudah apal sekali, maka tanpa susah ia ajarkan kepada Nyo Ko.   Malamnya antara pukul sebelas mereka lantas mendatangi semak2 bunga yang sangat lebat itu.   Di tengah malam sunyi, bau harum bunga terlebih terasa, Mereka berdua mengambil tempat sendiri2 di dalam semak2 bunga itu, mereka lepas baju dan berlatih Giok-li-sim-keng.   Nyo Ko ulur tangan kanannya melalui semak2 dan saling menempel dengan telapak tangan Siao-liong-li, dengan demikian bila salah seorang mengalami kesulitan dalam latihan itu, segera pihak yang lain akan terasa dan segera kumpul tenaga buat membantunya.   Sejak itulah malam hari mereka anggap sebagai siang hari dan tekun berlatih, Malam hari latihan di semak2 bunga dan siangnya mengaso di dalam kuburan kuno.   Tatkala itu justru musim panas, tentu saja menjadi lebih segar dan nyaman menggunakan malam hari untuk berlatih, maka dengan cepat lebih dua bulan telah lewat tanpa terjadi sesuatu.   Giok-li-sim-keng itu seluruhnya terbagi dalam sembilan bagian, malam itu, Siao-liong-li sudah melatihnya sampai bagian ketujuh, Menurut kitab Giok-Ii-sim-keng itu, bagian hitungan yang ganjil waktu menjalankan tenaga adalah "lm-cin"   Atau perempuan yang aktip, sebaliknya bila jatuh angka genap, yang menjalankan tenaga adalah "Yang-dwe"   Atau laki2 yang pasip, Waktu itu Siao-liong-li sudah sampai bagian ketujuh, sedang Nyo Ko sampai bagian keenam.   Dalam pada itu, dengan di-aling2i semak bunga, mereka berdua sedang tekun menjalankan tenaga dalam hingga seluruh badan mereka panas beruap, bunga2 yang mekar itu se-akan2 ter-garang, keruan harumnya semakin semerbak.   Sementara itu rembulan kelihatan sudah berada di tengah cakrawala, lewat setengah jam lagi latihan kedua orang bagian ketujuh dan keenam itu dengan segera akan selesai, pada saat itu juga se-konyong2 dari belakang sana terdengar suara kumandang orang berjalan, terdengar pula ada dua orang sedang bicara.   Apa yang dilatih Nyo Ko waktu itu adalah "Yang-dwe"   Atau bagian yang pasip, maka se-waktu2 ia boleh berhenti latihannya, sebaliknya Siao-liong-li tidak bisa demikian karena yang dilatihnya waktu itu adalah aktip, bila terdapat gangguan, maka akan timbul bahaya besar.   Karena waktu itu Siao-liong-li sedang berlatih sampai titik yang penting, maka terhadap suara tindakan dan bicara orang sama sekali ia tidak mendengarkan, sebaliknya Nyo Ko telah mendengar dengan jelas, dalam hati ia heran sekali, Iekas2 ia atur pernapasannya dan berhentikan Iatihannya.   Sementara itu ia dengar kedua orang yang bercakap itu semakin mendekat, suaranya kedengaran sudah dikenalnya, waktu Nyo Ko pasang telinga lebih cermat, kiranya kedua orang itu adalah gurunya.   Thio Ci-keng dan In Ci-peng adanya.   Suara pembicaraan kedua orang itu semakin menjadi keras, nyata sekali mereka sedang bertengkar.   "ln-sute", demikian terdengar Thio Ci-keng berkata.   "meski kau mungkir lagi juga percuma. Biarlah kulaporkan Khu-supek dan terserah dia untuk memeriksanya sendiri."   "Dengan sengaja kau mendesak diriku, apakah tujuanmu sebenarnya ?"   Terdengar In Ci-peng menjawab dengan gusar.   "Apa kau kira aku tak tahu, bukankah karena kau ingin menjadi murid pertama dari angkatan ketiga? Dengan begitu ke Mk kau "bisa menjadi ciangbunjin kita ?"   "Kau sendiri tak patuh pada peraturan suci ini, telah melanggar larangan besar agama kita, mana bisa kau menjadi murid pertama lagi dari angkatan ketiga kita ?"   Sahut Thio Ci-keng dengan tertawa dingin.   "Larangan besar apa yang kulanggar ?"   Terdengar In Ci-peng mendebat.   "Larangan ke-4 Coan-cin-kau kita, yaitu.   "berjinah !"   Bentak Ci-keng dengan suara keras. Nyo Ko coba mengintip dari tempat sembunyinya, ia lihat kedua iniam itu berdiri berhadapan muka In Ci-peng tertampak pucat.   "Berjinah apa ?"   Demikian terdengar Ci-peng menjawab dengan suara berat sambil mengucapkan kata2 ini tangannya meraba pedangnya.   "Sejak kau melihat itu Siao-liong-li dari Hoat-su-jin-bong, bukankah setiap hari kau selalu tak bersemangat siang-malam kau selalu mengenangkan wajahnya, dalam hatimu entah sudah beratus kali atau mungkin ribuan kali ingin sekali memeluk Siao-liong-li untuk dicumbu dan dirayu,"   Demikian sahut Ci-keng.   "Justru agama kita mengutamakan latihan batin, kini hatimu menyeleweng berpikirnya, apa itu bukan melanggar pantangan berjinah ?"   Terhadap Siao-liong-li yang menjadi gurunya boleh dikatakan Nyo Ko menghormat tiada taranya, ia pandang orang se-akan2 dewi kayangan saja, kini mendengar percakapan kedua imam Coan-cin-kau ini, keruan luar biasa gusar dan dendam, walaupun tidak begitu dipahami apa artinya "dicumbu dan dirayu"   Seperti apa yang dikatakan Thio Ci-keng tadi, tapi ia yakin tentu perbuatan yang busuk, Sementara ia dengar In Ci-peng telah mendebat lagi dengan suara rada2 gemetar.   "Ngaco-belo, sampai apa yang kupikirkan dalam hati kaupun mengetahuinya ?"   Demikian sahutnya.   "Hm, apa yang kau pikirkan sudah tentu aku tak tahu, tetapi waktu kau mengigau dalam tidur, apakah tidak mungkin didengar orang lain?"   Kata Ci-keng dengan mengejek "Dan bolak-balik kau menuliskan nama Siao-liong-li di atas kertas, kau robek kertasnya lalu tulis lagi, apakah perbuatan inipun tidak bisa diketahui orang lain ?"   Karena isi hatinya kena betul dikatai, seketika muka In Ci-peng menjadi lebih pucat lagi, ia bungkam dan tak bisa mendebat pula.   Dilain pihak rupanya Thio Ci-keng jadi mendapat angin, dengan ber-seri2 ia keluarkan selembar kertas putih dan dibeberkan kehadapan Ci-peng.   "lni, apa ini bukan tulisanmu ?"   Katanya.   "Nah, biarlah kita serahkan pada Ma-supek dan gurumu sendiri Khu-supek untuk mengenalinya."   Karena kata2 yang lebih mirip ancaman ini, Ci-peng tak tahan lagi, dengan cepat pedangnya dilolos terus menusuk ke ulu hati orang. Namun dengan sedikit mengegos Ci-keng bisa hindarkan serangan itu, ia masukkan kembali kertas tadi ke dalam bajunya.   "Hm, kau ingin bunuh aku untuk menghilangkan saksi bukan ?"   Ejeknya lagi dengan tertawa dingin.   "Tetapi rasanya tidak begitu gampang."   Ci-peng tidak buka suara puIa, be-runtun2 ia menusuk tiga kali lagi secepat kilat, tapi tiap2 serangannya selalu dapat dihindarkan Ci-keng. Sampai jurus ke-empat, mendadak terdengar suara "trang"   Yang nyaring, Ci-keng telah lolos senjata juga, maka bertempurlah kedua saudara seperguruan itu dengan serunya disamping semak2 bunga dan di bawah sinar bulan yang terang.   Ci-keng dan Ci-peng sama2 tergolong murid pandai Coan-cin-kau angkatan ketiga, yang satu murid utama Ong Ju-it dan yang lain murid pertama Khu Ju-ki, ilmu silat mereka sebenarnya sama kuatnya.   Tapi In Ci-peng terus-menerus merangsak dengan mati-matian, sebaliknya Thio Ci-keng kadang2 menyelingi pula kata-kata ejekan ditengah pertarungan sengit itu dengan maksud membikin marah lawannya agar terjadi kesalahan2.   Waktu itu Nyo Ko sendiri sudah mempelajari semua Kiam-hoat dari Coan-cin-kau, maka demi menyaksikan pertarungan sengit kedua imam ini, ia lihat setiap tipu yang dikeluarkan meski banyak sekali perubahannya, namun tiap2 gerakan selalu dalam dugaannya, Karenanya ia pikir apa yang Kokoh (Siao-liong-li) ajarkan itu ternyata tidak salah.   Sementara itu kedua orang itu sudah saling labrak beberapa puluh jurus lagi, tiap2 tipu yang dilontarkan In Ci-peng semuanya adalah tipu serangan, maka ber-ulang2 Thio Ci-keng terpaksa harus menggeser langkah.   "Hm, apa yang aku bisa, kaupun bisa semua, begitu pula apa yang kau bisa, akupun sudah seluruhnya bisa, kini kau hendak membunuh aku, itulah jangan kau harap selama hidup ini,"   Demikian Ci-keng mengejek pula.   Dan memang nyata penjagaannya terlalu rapat hingga meski In Ci-peng sudah berusaha menyerangnya dari segala jurusan yang dianggapnya lemah, tapi selalu dapat dipatahkan oleh Ci-keng.   Tak lama kedua orang itu menggeser ke dekat semak2 dimana Siao-liong-li berada, keruan Nyo Ko terkejut.   "Kurangajar, jika kedua imam bangsat ini saling labrak sampai di samping Kokoh, tentu keadaan bisa runyam !"   Demikian pikirnya, Oleh karenanya ia lantas ber-siap2.   Dalam pada itu mendadak Thio Ci-keng melakukan serangan balasan, Ci-peng kena didesak mundur, ia merangsak maju tiga kali, beruntun2 Ci-peng pun mundur tiga langkah.   Diam2 Nyo Ko bergirang karena jarak mereka makin menjauh dari tempat gurunya, Diluar dugaan, mendadak In Ci-peng menyerang lagi, ia pindahkan pedang ke tangan kiri dan tangan kanan se-konyong2 memukul ke depan mengarah dada orang.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Sekalipun kau punya tiga tangan, paling banter kau hanya pandai curi perempuan, tidak nanti kau bisa bunuh diriku,"   Dengan tertawa Thio Ci-keng menyindir lagi, Habis ini ia angkat tangannya buat menangkis.   BegituIah kembali mereka saling labrak terlebih seru dan lebih sengit daripada tadi.   Sementara Siao-Iiong-Ii masih tekun berlatih, terhadap semua kejadian di luar tetap ia tidak mau tahu dan tidak mau Iihat.   Sebaliknya Nyo Ko melihat kedua orang yang lagi saling labrak itu mendekat, dalam hati ia lantas kuatir, dan bila mereka menggeser pergi lagi, ia menjadi lega pula.   Sampai akhirnya, mendadak Ci-peng membentak dengan murka, habis ini ia merangsak maju dengan kalap, dia tidak hiraukan lagi serangan lawan, ia sendiri merangsak dengan hebat.   Nampak Ci-peng sudah nekat, diam2 Ci-keng mengeluh, ia tahu kedudukan Ci-peng memang sulit dan lebih suka ditusuk mati olehnya dari pada rahasianya yang secara diam2 mencintai gadis orang disiarkan walaupun biasanya Ci-keng tidak akur dengan Ci-peng, tetapi sebenarnya tiada maksud buat bunuh orang, karenanya, dengan perubahan Ci-peng yang menjadi nekat, seketika ia sendiri terdesak dibawah angin.   Setelah berapa jurus berlangsung pula, tiba2 Ci-peng membuka serangan lagi, pedangnya menusuk cepat berbareng tangan yang lain menghantam pula, bahkan dia tambah dengan menyapu dengan sebelah kakinya, inilah tipu serangan "sam-lian-hoan" (serangan mata-rantai tiga) yang lihay.   Untuk menghindari lekas2 Ci-keng meloncat ke atas berbareng pedangnya memotong ke bawah, Namun Ci-peng terlebih lihay lagi, se-konyong2 pedangnya ditimpukkan se-keras2nya, menyusul ini kedua tangannya dipukulkan berbareng sekaligus.   Menyaksikan beberapa kali serangan yang mendebarkan hati ini, mau-tak-mau Nyo Ko ikut berkeringat dingin, ia lihat tubuh Ci-keng waktu itu masih terapung di udara, mungkin pukulan Ci-peng yang hebat itu akan bikin tulangnya patah dan ototnya putus.   Namun Thio Ci-keng betul2 tidak malu sebagai jago utama anak murid angkatan ketiga Coan-cin-pay, dalam saat yang sangat kepepet dan luar biasa bahayanya, tiba2 ia berjumpalitan di udara terus mencelat mundur sejauh beberapa tombak, lalu dengan enteng ia turun ke bawah.   Menurunnya ini bukan soal tetapi tempat di mana ia akan tancapkan kaki justru tempat sembunyian Siao-Iiong-li, walaupun tidak persis akan menjatuhi kepala orang, namun bila sampai terjatuh ke dalam semak2 bunga itu, sedikitnya tubuh Siao-liong-li yang telanjang bulat sedang berlatih ilmu Giok-Ii-sim-keng itu pasti akan kelihatan di bawah sinar cahaya bulan.   Karena ituIah, luar biasa kaget Nyo Ko, tanpa pikir lagi segera ia meloncat ke atas, sebelah tangannya dia ulur untuk menyanggah punggung Thio Ci-keng, lalu dengan gerak tipu "Say-cu-bau-kiu" (singa melempar bola), dengan kuat dia kipatkan ke samping, maka tidak ampun lagi tubuh Thio Ci-peng yang besar terlempar sejauh lebih tiga tombak.   Tetapi waktu turunnya kembali, Nyo Ko sendiri tanpa sengaja sebelah kakinya menginjak pada setangkai bunga, karena tergoyangnya tangkai bunga yang sedikit mentul itulah, maka separoh tubuh Siao-liong-li bagian atas sekilas berkelebat juga dibawah sinar bulan yang terang.   Meski tangkai bunga itu dengan cepat dapat merapat kembali, namun karena itu Siao-liong-li jadi terkaget, seketika keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, sesaat pernapasannya jadi terganggu hingga tak bisa dihempas keluar dari perut, maka jatuhlah dia semaput.   Ketika melihat Nyo Ko mendadak unjuk diri dan sekilas pula melihat nona yang di-idam2kan siang dan malam itu tahu2 ternyata sembunyi di antara semak2 bunga itu, sesaat itu In Ci-peng jadi terkesima, ia ternganga ragu, apa yang dilihatnya itu entah sungguh2 atau khayal belaka.   Sementara itu Thio Ci-keng sudah sempat tancapkan kakinya ke bawah, sebagai seorang ahli silat, dengan sendirinya pandangan matanya sangat tajam sekali, meski dalam jarak sejauh beberapa tombak, namun sekilas ia sudah dapat melihat juga wajah Siao-liong-li.   "Bagus, bagus ! Kiranya dia sedang main gila dengan laki2 di sini,"   Demikian segera ia berteriak. Keruan Nyo Ko menjadi gusar.   "Kalian imam busuk ini jangan coba lari, se-kembaliku nanti kubikin perhitungan dengan kalian,"   Dengan suara geram segera ia membentak. Berbareng itu cepat ia samber celananya sendiri dan dipakai, lalu ia jemput juga pakaian Siao-liong-li dengan maksud hendak menyerahkan ke-padanya.   "lni pakailah dulu, Kokoh !"   Serunya-sambil mengangsurkan pakaian Siao-liong-li itu.   Akan tetapi ditunggu-tunggu masih tidak terdengar suara jawaban, juga orang tidak angsur-kan tangan buat menerima baju itu, waktu ia berpaling, diantara semak2 yang remang2 itu ia lihat Siao-liong-li sudah menggeletak roboh.   Tiba2 teringat olehnya Siao-liong-li pernah pesan wanti2 bahwa diwaktu latihan harus menjaga diri sepenuh tenaganya, sekalipun hanya ditubruk atau diterjang seekor kelinci saja pasti akan mengakibatkan malapetaka.   Kini dia terkaget oleh peristiwa tadi, tentu tidak kecil bahaya yang menimpa gurunya ini.   Keruan Nyo Ko gugup dan kuatir, lekas2 ia jereng baju orang dan dike-muIkan pada badan Siao-liong-li.   Waktu Nyo Ko meraba jidatnya, ia merasa dingin sekali seperti es, maka lekas2 ia samber pula bajunya sendiri dan bungkus rapat seluruh tubuh Siao-liong-li dan kemudian dipondongnya.   "Kau tak apa2 bukan, Kokoh ?"   Demikian ia bertanya dengan kuatir. Terdengarlah suara sahutan Siao-liong-li yang sangat lemah, lalu nona ini tidak membuka suara lagi. Namun demikian, sedikit lega juga hati Nyo Ko.   "Marilah kita pulang dulu, Kokoh,"   Kata Nyo Ko pula.   "Nanti kudatang lagi buat bunuh kedua imam bangsat ini."   Namun seluruh badan Siao-liong-li ternyata lemas tak bertenaga sedikitpun, ia hanya meggelendot dalam pelukan Nyo Ko, Maka berjalanlah Nyo Ko dengan langkah lebar melalui samping kedua imam Coan-cin-kau itu.   Ternyata In Ci-peng masih terpesona dengan berdiri menjublek di tempatnya, sebaliknya Thio Ci-keng lantas tertawa ter-bahak2.   "Hahaha, In-sute, jantung hatimu itu telanjang bulat sedang melakukan perbuatan yang tidak tahu malu dengan orang lain di sini, daripada kau hendak bunuh aku, tidakkah lebih baik kau bunuh saja dia (maksudnya Nyo Ko) !"   Demikian ia berolok-olok. Namun In Ci-peng anggap tidak mendengar ia tidak gubris dan tetap bungkam. Mendengar kata2 "perbuatan yang tidak tahu malu"   Yang diucapkan Thio Ci-keng tadi, meski Nyo Ko masih hijau pelonco dan tidak paham apa maksud orang sebenarnya, namun ia yakin pasti kata2 caci-maki yang sangat keji.   Maka ia naik darah juga, dalam gusarnya ia letakkan Siao-liong-li tanah, ia biarkan gurunya ini bersandar pada satu pohon dan betulkan bajunya yang membungkus tubuhnya, lalu dengan menjemput setangkai kayu segera ia dekati Ci-keng.   "Kau membacot apa tadi ?"   Damperatnya segera sambil menuding dengan kayunya.   Semula sebenarnya Ci-keng tidak tahu bahwa laki2 yang berada bersama dengan Siao-liong-li itu ialah Nyo Ko, sebab sudah lewat dua tahun, tubuh Nyo Ko sudah tumbuh menjadi jejaka cakap, kini sesudah Nyo Ko bersuara untuk kedua kalinya, pula mukanya menghadap sinar bulan, maka tertampak jelas olehnya bahwa orang ini kiranya adalah muridnya sendiri.   Tadi waktu dirinya sedang terapung di udara malah kena dibanting pergi olehnya, keruan ia menjadi malu tercampur gusar.   "Ha, Nyo Ko, kiranya kau si binatang cilik ini!"   Segera ia membentak memaki.   "Hm, kau mencaci maki aku tidak mengapa, tapi kenapa kau memaki juga aku punya Kokoh ?"   Jawab Nyo Ko. Namun kembali Ci-keng bergelak tertawa.   "Haha, orang bilang Ko-bong-pay turun-temurun hanya kepada wanita dan tidak menurun kepada pria, katanya tiap2 murid suci bersih tetap perawan, siapa tahu secara diam2 berbuat begini kotor dan rendah, mengeram anak 1aki2 dan melakukan perbuatan terkutuk secara blak2an di tempat terbuka seperti ini!"   Demikian ia ber-olok-olok dan memfitnah pula.   Belum lagi Nyo Ko paham maksud kata-kata orang, saat itu juga Siao-Iiong-li baru siuman kem-bali, demi mendengar fitnahan kotor itu, dalam marahnya napasnya yang sudah teratur kembali itu tiba2 terasa sesak lagi di dada, ia tahu dirinya telah terluka parah dalam, Dan baru saja ia mendamperat.   "Tutup bacotmu, kami tidak..."   Mendadak darah segar menyembur dari mulutnya seperti pancuran air. Kaget sekali Nyo Ko dan In Ci-peng, keduanya memburu maju serentak.   "Kenapakah kau ?"   Tanya Ci-peng.   Lalu ia membungkuk dengan maksud hendak memeriksa keadaan Siao-liong-li.   Tapi Nyo Ko menyangka Ci-peng bermaksud jahat, tanpa pikir ia ayun tangannya terus menghantam dada orang.   Sudah tentu In Ci-peng tidak tinggal diam, ia angkat tangannya buat menangkis, Tak terduga, setiap gerak tipu serangan Coan-cin-kau boleh dikata sudah dipahami semua oleh Nyo Ko, maka begitu telapak tangannya membalik seketika tangan Ci-peng malah kena terpegang, segera Nyo Ko mendorong dan dilepaskan, kontan Ci-peng kena disengkelit pergi.   Kalau soal ilmu silat sejati sebenarnya Nyo Ko belum lebih unggul dari pada Ci-peng, cuma dahulu sewaktu Lim Tiao-eng menciptakan ilmu silatnya yang khusus buat mematahkan tipu serangan silat Coan-cin-kau, setiap gerakan dan setiap tipu melulu dipergunakan untuk melawan Coan-cin-pay.   Pula sejak ciptaannya ini berhasil selama itu belum pernah dipergunakan maka anak murid Coan-cin-kau selama itu juga belum tahu bahwa di jagat ini ternyata ada semacam kepandaian yang khusus dapat mengalahkan ilmu silat mereka.   Kini kepandaian luar biasa itu mendadak dikeluarkan Nyo Ko, sudah tentu In Ci-peng tidak mampu bertahan, walaupun ia tidak sampai jatuh terjengkang, namun tubuhnya telah terlempar sejauh beberapa tombak dan berdiri sejajar dengan Thio Ci-keng.   "Sudahlah tak perlu kau gubris mereka, Kokoh, biar aku pondong kau pulang dahulu."   Nyo Ko berkata.   "Tidak-tidak,"   Sahut Siao-liong-Ii dengan napas memburu.   "kau bunuh saja mereka, supaya... supaya mereka tak bisa siarkan di luaran bahwa... bahwa kita..."   "Baiklah,"   Kata Nyo Ko tanpa menunggu perintah lagi, Segera ia angkat tangkai kayunya tadi, sekali bergerak, segera ia tutulkan ke dada Thio Ci-keng.   Sudah tentu Ci-keng tidak pandang sebelah mata pada Nyo Ko, pedangnya bergerak, segera ia bermaksud memotong tangkai kayu orang.   Tak terduga Kiam-hoat Ko-bong-pay yang dimainkan Nyo Ko ini justru merupakan lawan keras yang tiada bandingannya dari Coan-cin-kiam-hoat, begitu Nyo Ko sedikit sendal ujung kayunya, se-konyong2 tangkai kayu itu seperti bisa melengkung dan tahu2 menerobos lewat terus menutul Hiat-to pergelangan tangan Ci-keng.   Begitu cepat serangan ini hingga tiba2 Ci-keng merasakan tangannya kesemutan, diam2 ia mengeluh Dalam pada itu, serangan susulan Nyo Ko sudah dilontarkan lagi, sekali ini telapak tangan kirinya hendak menempeleng pipinya.   Gerak tempelengan ini caranya ternyata sangat aneh, yakni tahu2 datang dari jurusan yang tak ter-sangka2.   jika Ci-keng ingin pertahankan pedangnya, maka dia harus terima ditempeleng mentah2, sebaliknya kalau mau berkelit, maka pedangnya tidak boleh tidak harus terlepas dari tangan.   Namun ilmu silat Ci-keng sudah terlatih cukup sempurna, meski berada dalam kedudukan berbahaya, sedikitpun ia tidak jadi bingung, ia lepas tangan buang pedang, berbareng kepala menunduk menghindarkan pukulan, bahkan menyusul tangan kirinya terus diulur maju, dalam sekejap ia bermaksud merebut kembali pedangnya yang dia lepaskan itu.   Tetapi lagi2 tak terduga bahwa beberapa puluh tahun yang lalu Lim Tiao-eng yang menciptakan ilmu silat yang lihay itu sudah memperhitungkan lebih dulu akan adanya perubahan gerakan ini, terhadap segala kemungkinan perubahan tipu lihay dari Coan-cin-pay, semuanya sudah dia atur cara2 untuk melanyaninya.   Dengan tipu serangan balasan buat merebut kembali pedangnya, Thio Ci-keng mengira bisa merubah kalah menjadi menang.   Tapi sama sekali tak diduganya bahwa Nyo Ko dan Siao-liong-Ii justru sudah apal dengan cara2 untuk mematahkan tipunya ini, hanya melihat tangannya bergerak segera Nyo Ko tahu ke mana Ci-keng hendak mengarah.   Maka segera ia mendahului, dengan pedang yang dapat rebut dari Ci-keng itu ia menabas tangan lawan.   Karuan saja tidak kepalang kaget Ci-keng, lekas2 ia tarik kembali tangannya.   Walaupun demikian, namun sudah terlambat juga, tahu2 ujung pedang Nyo Ko telah menempel di dadanya.   "Rebah !"   Bentak Nyo Ko sambil kaki menjegal.   Karena tempat berbahaya terancam, Thio Ci-keng jadi tak bisa berkutik, apalagi ditambahi pula dengan terjegal kakinya, tanpa ampun lagi ia jatuh terlentang.   Dengan segera pula Nyo Ko angkat pedangnya terus menusuk ke perut orang.   Diluar dugaan, mendadak dari belakang terdengar suara samberan angin, nyata ada senjata telah menusuk punggungnya.   "Berani kau bunuh guru sendiri ?"   Terdengar suara bentakan keras In Ci-peng.   Serangannya ini mengarah tempat yang harus dihindari apabila Nyo Ko tetap meneruskan tusukannya hingga Ci-keng dibinasakan maka ia sendiripun akan tertembus oleh pedang In Ci-peng.   Karena itu, tanpa pikir Nyo Ko putar kembali pedangnya buat menangkis, maka terdengarlah suara "trang"   Yang nyaring, kedua pedang telah saling bentur.   Nampak balikan senjata orang begitu cepat lagi jitu, mau-tak-mau In Ci-peng memuji juga di dalam hati sementara itu mendadak terasakan pula pedangnya sendiri telah kena ditarik pergi seperti melengket dengan senjata orang, dalam kagetnya lekas2 Ci-peng kumpulkan tenaga dalamnya untuk menarik kembali sekuatnya.   Tenaga Ci-peng dengan sendirinya lebih kuat daripada Nyo Ko, maka dengan segera pedang Nyo Ko kena ditarik ke jurusan Iain, Di luar dugaan, justru hal ini sengaja dilakukan Nyo Ko untuk memancingnya, sebab begitu orang menarik mendadak ia malah lepaskan senjatanya sendiri menyusul kedua telapak tangannya dipukulkan berbareng ke dada orang, sedang batang pedangnya juga mental ke depan, dengan demikian serangannya sekaligus datang dari tiga jurusan, yakni kedua telapak tangan dan satu pedang.   Dalam keadaan demikian, lebih tinggi lagi ilmu silat In Ci-peng juga sukar hendak menangkis tipu serangan yang aneh luar biasa ini.   Dibawah ancaman elmaut ini, terpaksalah In Ci-peng melepaskan senjatanya sendiri dan tekuk tangannya, dengan tangan melintang di dada lekas2 ia paksakan diri buat menangkis serangan orang yang hebat tadi, tapi karena tangannya ter-tekuk terlalu rapet hingga sukar mengeluarkan tenaga besar, syukur latihan Nyo Ko juga belum mendalam, maka kedua tulang tangannya tidak sampai dipatahkan, walaupun demikian, dadanya juga terasa sakit sekali karena getaran pukulan itu dan kedua lengannya pegal linu, cepat ia lompat mundur beberapa tindak, dengan mengatur pernapasannya ia coba lindungi Hiat-to penting di dadanya itu.   Sementara itu, demi kedua pedang lawan terebut semua olehnya, segera Nyo Ko melakukan rangsakan pula.   Hanya beberapa gebrakan saja, Ci-keng dan Ci-peng telah dibikin kalang kabut oleh seorang pemuda "anak kemarin", mereka terperanjat lagi gusar, mereka tak berani ayal lagi.    Rahasia Si Badju Perak Karya GKH Kelelawar Tanpa Sayap Karya Huang Ying Kemelut Blambangan Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini