Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Pendekar Rajawali 27


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung Bagian 27


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya dari Chin Yung   Bcgitulah jalan pikiran Ci-keng waktu itu, nyata saking gemasnya pada si Nyo Ko mengakibatkan timbulnya pikiran jahat, ia pikir pula.   "Me-mangnya kau menduga Ui-pangcu tidak akan celakai jiwamu, maka kau berani pura2 bodoh, tetapi kini jatuh di tanganku, coba kau masih berani main pura-pura tidak?"   Segera ia hendak turun tangan.   "Nanti dulu,"   Tiba-tiba Kwe Cing mencegah. Rupanya Kwe Cing kuatir jiwa Nyo Ko bisa melayang, selagi ia hendak mencegah lebih jauh, mendadak Ui Yong menarik tangannya.   "Jangau kau urus dia,"   Dengan suara pelahan Ui Yong membisikinya.   Nyata Ui Yong menduga pukulan Thio Ci-keng yang sedang murka itu tentu dilontarkan dengan cara tak kenal ampun, se-kali2 Nyo Ko tak berani ambil risiko untuk bergurau dengan jiwanya sendiri dan terpaksa tentu akan balas menyerang, tatkala itu, bagaimana duduknya perkara tentu pula akan menjadi terang.   Dengan sendirinya Kwe Cing tak bisa menyelami hal2 ber-Iiku2 itu, ia masih merasa tak tenteram, tetapi biasanya sang isteri dapat mengatur tepat, apa yang dikatakannya pasti tidak meleset, maka iapun tidak buka suara lagi, ia berdiri di samping sambil was-was, ia tunggu bila keadaan betul2 berbahaya baharulah akan turun tangan buat menoIongnya.   Sementara itu sebelum Ci-keng bertindak lebih dulu ia telah berkata pada Sun Put-ji dan In Ci-peng .   "Sun-susiok, In-sute, anak haram ini berlagak tak bisa ilmu silat, aku terpaksa menjajal kepandaiannya, jika dia tetap kepala batu sampai titik terakhir, maka sekali hantam kubinasakan dia, hendaklah nanti dihadapan Suhu, Khu-supek dan Kaucu sukalah kalian berdua menjadi saksi."   Tentang memberontaknya Nvo Ko dari Coan-cin-kau, dengan sendirinya Sun Put-ji mengetahui seluruhnya, kini melihat kelicinan Nyo Ko yang keterlaluan hingga Ci-keng terdesak tak berdaya, hingga Coan-cin-kau kelihatan di pihak salah, maka iapun berharap Ci-keng berhasil paksa bocah itu menunjukkan corak asIinya, Maka dengan tertawa dingin ia menjawabnya.   "Ya. murid murtad yang durhaka begini binasakan saja!"   Dengan kedudukan Sun Put-ji sebagai satu imam yang beribadat, mana mungkin ia suruh orang membunun begitu saja? Beberapa kata2nya itu tujuannya tidak lain hanya untuk me-nakut2i Nyo Ko agar pemuda ini tak berani lagi pura-pura.   Di lain pihak karena mendapat dukungan paman gurunya ini, nyali Ci-keng menjadi besar, tanpa sungkan2 lagi, begitu kaki kanan diangkat, segera ia tendang perut Nyo Ko dengan tipu gerakan "Thian-san-hui-toh" (terbang melintasi Thian-san), tendangan yang membawa tenaga keras dan tenaga tersembunyi ini sesungguhnya lihay luar biasa.   Tipu tendangan ini adalah pelajaran pertama bagi orang yang belajar ilmu silat Coan-cin pay, meski cara menyerangnya biasa saja tiada yang aneh, asal sedikit paham silat saja pasti dapat mematahkannya, Tetapi lihaynya suatu aliran ilmu silat letaknya justru pada tipu serangan dasar pertama yang dipelajarinya mula2, dari sinilah baru kemudian diikuti dengan perubahan2 lainnya untuk menangkan musuh.   Dengan tipu serangannya ini, terutama Ci-keng sengaja pertunjukkan pada Kwe Cing dan Ui Yong supaja kedua orang ini tahu bahwa.   Sekali pun aku tidak ajarkan ilmu silat yang tinggi pada-nya, masakan pelajaran dasar pertama saja tak mengajarkan padanya? Sebaliknya demi nampak tendangan orang ini, Nyo Ko tidak mengelakkan diri dengan gaya "twe-ma-se"   Atau kuda2 yang bergaya mundur, satu gerakan yang tepat untuk hindarkan tendangan "Thian-san-hui-toh", malahan mendadak ia berteriak.   "Aduh!"   Berbareng itu tangan kirinya lurus ke bawah menahan di depan perut yang hendak ditendang orang.   Melihat Nyo Ko begitu berani tanpa hindarkan diri juga tidak berkelit, maka Ci-keng juga tidak sungkan2 lagi segera tendangannya diayun ke de-pan, pada saat ujung kakinya tinggal beberapa senti dari perut Nyo Ko, di bawah sinar pelita tiba2 dilihatnya pemuda ini sedikit acungkan jari jempol tangan kiri ke atas dan dengan tepat mengincar "Thay-kok-hiat"   Pada tungkak kakinya.   Jika tendangan ini dengan kuat diteruskan niscaya sebelum kakinya mengenai sasarannya dia sendiri sudah kena ditutuk dulu, dengan demikian, bukannya pemuda itu menutuk Hiat-tonya melainkan ia sendiri yang sodorkan Hiat-tonya untuk di-tutuk.   Ci-keng adalah jago utama dari anak murid Coan-cin-pay angkatan ketiga, dalam keadaan berbahaya itu segera ia ubah serangannya, ia membelokkan arah kakinya hingga tendangannya menyerempet lewat di samping Nyo Ko, dengan demikian boleh dikatakan ia telah hindarkan tutukan yang berbahaya, namun tubuhnya toh menjadi sempoyongan hingga mukanya merah jengah.   Kwe Cing dan Ui Yong berdiri di belakang Nyo Ko, mereka tak melihat jari jempol yang di-acungkan bocah ini, mereka menyangka Ci-keng sengaja berlaku murah hati dan tidak menggunakan tipu lihay, sebaliknya Sun Put-ji dan iri Ci-peng dapat menyaksikannya dengan terang.   Ci-peng bungkam saja tak bersuara, sedang Sun Put-ji dengan segera berjingkrak.   "Bagus kau!"   Demikian teriaknya.   Dalam pada itu Ci-keng pun tidak berhenti begitu saja, tangan kirinya diajun, dengan cepat ia potong ke pelipis kiri Nyo Ko, sekali ini ia menyerang dengan cara teliti, telapak tangan sampai tengah jalan baru mendadak ia ganti arah, tampaknya ia hantam pelipis kiri orang, tetapi telapak tangannya mendadak memotong ke leher sebelah kanan.   Tak ia duga bahwa Nyo Ko sudah masak sekali mengapalkan Giok-li-sim-keng di luar kepala, Sim-keng atau kitab suci itu justru diciptakan untuk anti ilmu silat Coan-cin-pay.   Dahulu setiap tipu serangan lihay dari Ong Tiong-yang tiada satupun yang dilewatkan Lim Tiaoeng untuk menciptakan sesuatu tipu gerakan buat mematahkannya.   Melihat tangan kiri orang mengayun, dengan segera Nyo Ko merangkul kepalanya sendiri seperti orang yang ketakutan setengah mampus, sedangkan jari telunjuk kiri diam2 ia sembunyikan dibawah lehernya sebelah kanan, ia gunakan tangan yang lain untuk menutupnya supaja tak diketahui Ci-keng.   Ketika hampir tiba telapak tangan Iawan, mendadak Nyo Ko kesampingkan sedikit tangan kanan-nya, maka dengan tepat sekali jari telunjuk kiri yang sudah disiapkan itu telah kena menutuk "ho-khe-hiat"   Tangan Ci-keng.   Kejadian inipun bukannya Nyo Ko yang menyerang, tetapi Ci-keng sendiri yang mengantarkan tangannya untuk ditutuk, Nyo Ko hanya menduga sebelumnya kemana serangan orang hendak ditujukan maka jarinya ia taruh dulu di tempat yang jitu.   Dan karena Hiat-to tangannya tertutuk, seketika Ci-keng merasa lengannya pegal linu, ia insaf terkena akal licik orang, dalam gusarnya iapun tak pikir panjang lagi, dengan cepat ia ayun kaki kiri terus menyerampang.   "Haya, celaka!"   Teriak Nyo Ko pura-pura. Mendadak ia sedikit tekuk lengan kirinya, ia papak sikunya ke bawah pinggangnya. Dan begitu tendangan Ci-keng sampai, tahu2 "Ciau-hay-hiat"   Dan "Tha-ke-hiat"   Ditungkak kakinya persis mengenai ujung siku Nyo Ko.   Tendangan ini dilakukan Ci-keng dengan gusar, dengan sendirinya kekuatannya sangat keras, dan karena itu juga tutukan Hiat-tonya itu menjadi sangat keras pula, seketika kakinya menjadi kaku dan tanpa berkuasa orangnya terus berlutut.   Melihat sang Sutit (murid keponakan) membikin malu di depan orang banyak, Iekas2 Sun Put-ji jambret dan diberdirikannya, ia tepuk punggung Ci-keng buat melepaskan tutukannya tadi.   Melihat sehat dan jitu sekali tindakan hitam wanita ini, terang kepandaiannya berpuluh kali lebih tinggi dari Ci-keng, Nyo Ko menjadi jeri dan cepat mundur ke samping.   Sungguhpun Sun Put-ji sudah lanjut usianya, tetapi wataknya ternyata sangat keras dan kaku, ia lihat kepandaian Nyo Ko aneh luar biasa, sekalipun ia sendiri ikut turun tangan juga belum tentu bisa menang, maka segera ia berseru .   "Hayo, pergi!"   Habis itu, tanpa permisi lagi ia kebas lengan jubahnya, sekali lompat, seperti burung saja ia melayang keluar melalui jendela terus naik kewuwungan rumah.   In Cie-peng seperti orang kehilangan semangat ia hendak memberi penjelasan pada Kwe Cing, namun Ci-keng sudah tak sabar.   "Berkata apa lagi?"   Bentaknya gusar, berbareng ini ia tarik sang Sute terus melompat keluar melalui jendela menyusul Sun Put-ji.   Sebenarnya mata Kwe Cing dan Ui Yong cukup jeli dengan sendirinya mereka tahu Ci-keng tadi telah kena ditutuk Hiat-tonya, cuma kelihatan Nyo Ko tidak menggeraki tangannya, apa mungkin ada orang kosen yang membantunya dari samping? Segera Kwe Cing melongok keluar jendela, tetapi tiada seorangpun yang dilihatnya, Waktu Ui Yong membalik, tiba2 dilihatnya di bawah rak buku menonjol keluar ujung sepatu hijau yang dipakai Kwe Hu.   "Hayo, keluar Hu-ji, apa yang kau lakukan di situ?"   Serunya segera. Dengan nakal Kwe Hu melompat keluar dari tempat sembunyinya sambil ketawa ngikik.   "Aku dan Bu-keh Koko sedang mencari buku bacaan di sini,"   Demikian ia coba beralasan.   Akan tetapi Ui Yong tidak gampang dibohongi, ia tahu tentu mereka sengaja mencuri dengar.   Di lain pihak Kwe Cing yang berjiwa lurus jujur selalu mengukur orang lain dengan jiwanya sendiri yang kesatria sejati, ia sangka tadi Ci-keng mendadak tak tega gunakan pukulan yang mematikan dan pura2 terkena tutukan untuk tinggalkan tempat ini.   sebaliknya Ui Yong sudah bisa mem-bade pasti Nyo Ko telah pakai tipu muslihat cuma berdirinya tadi di belakang Nyo Ko hingga tak dapat melihat cara bagaimana pemuda itu geraki tangannya, pula ia tidak tahu bahwa di jagat ini ternyata masih ada ilmu silat dari Giok-li-sim-keng yang bisa menduga segala tipu apa yang hendak dilontarkan musuh hingga ilmu silat kaum Coan-cin-pay sedikitpun tak bisa berkutik maka seketikapun ia tak habis mengerti oleh kejadian tadi Begitulah, selagi ia ter-menung2, tiba2 ada anak murid Kay-pang melaporkan kedatangan tamu jauh, Sesudah Ui Yong pandang Nyo Ko sekejap, lalu bersama Kwe Cing mereka pergi menyambut tetamu.   "Nyo-koko adalah teman memain kalian waktu kecil, kalian harus melayaninya baik2", pesan Kwe Cing pada Bu-si Hengte sebelum pergi. Tetapi karena dahulu sudah tak akur dengan Nyo Ko, kini melihat macam orang yang menjijikkan, Bu-si Hengte semakin pandang hina pemuda ini ia panggil seorang centing dan suruh mengatur tempat tidurnya Nyo Ko, sedang mereka asyik bicara sendiri dengan Kwe Hu. Sebaliknya Kwe Hu ternyata sangat aneh, ia ketarik oleh datangnya Nyo Ko.   "Nyo-toako,"   Demikian ia tanya.   "sebab apakah gurumu tak mau terima dirimu?".   "Sebabnya terlalu banyak,"   Sahut Nyo Ko.   "Pertama aku memang goblok dan malas, kepandaian yang Suhu ajarkan padaku selalu tak bisa apal, pula aku tak bisa pura2 rendah, tak bisa menjilat dan membaiki orangnya Suhu..."   Mendengar kata2 Nyo Ko rada menusuk, per-tama2 Bu Siu-bun yang tak tahan.   "Apa kau bilang?"   Bentaknya segera.   "Aku bilang diriku sendiri tak becus, maka tidak disukai Suhu,"   Sahut Nyo Ko.   "Gurumu adalah Tosu dan tidak kawin, masakah dia punya anak?"   Ujar Kwe Hu sembari tertawa genit. Melihat tertawa si gadis bagaikan sekuntum bunga mawar yang mendadak mekar berubah merah sedikit, lekas2 ia berpaling ke jurusan lain.   "Nyo-toako, baiklah kau pergi mengaso saja, besok kita bicara lagi,"   Kata Kwe Hu kemudian dengan suara lembut. Nyo Ko mengiakan, ia ikut centing yang melayaninya itu dan pergi tidur, Dari belakang lapat2 terdengar olehnya suaranya Kwe Hu lagi Dan mengomel .   "Aku suka bicara padanya, kalian peduli apa? ilmu silatnya baik atau tidak, biar kelak aku minta ayah ajarkan padanya."   Nyata si nona sedang omeli Bu-si Hengte, agaknya kedua saudara Bu merasa cemburu karena si gadis mengajak bicara Nyo Ko.   Besok paginya, sesudah Nyo Ko sarapan, ia lihat Kwe Hu menyapa padanya di pekarangan depan, sedang Bu-si Hengte tampak longak-longok di samping sana.   Diam2 Nyo Ko tertawa geli, iapun mendekati Kwe Hu dan bertanya .   "Kau mencari aku?"   "Ya,"   Sahut Kwe Hu tersenyum manis.   "marilah kita jalan2 keluar, aku ingin tanya kau apa yang kau lakukan selama beberapa tahun ini."   Nyo Ko menjadi berduka mendengar orang menyinggung pengalamannya selama ini, ia pikir pengalamannya selama ini sungguh terlalu banyak untuk diceritakan pula apa yang terjadi itu mana bisa diceritakan padamu ? Begitulah, Nyo Ko dan Kwe Hu berjalan keluar, waktu Nyo Ko melirik, ia lihat Bo-si Hengte terus mengikuti dari jauh.   Kwe Hu tahu, namun kedua anak muda itu tak digubrisnya, sebaliknya ia mencerocos menanyai Nyo Ko.   Dasar Nyo Ko memang pintar bicara, ia sengaja obrol segala apa yang tak penting, ia bum-bu2i pula hingga Kwe Hu dibikin senang dan ketawa ter-kikih2.   Dengan pelahan akhirnya mereka berdua sampai di bawah satu pohon Liu, tiba2 terdengar me-ringkiknya kuda, seekor kuda buduk kurus mendekati Nyo Ko sambil menggosok2 moncongnya pada tubuh pemuda ini, tampaknya kasih sayang.   sekali antara mereka.   Melihat kuda sejelek ini, tiba2 Bu-si Hengte ketawa ter-bahak2 sambil mendekati Kwe Hu dan Nyo Ko.   "Nyo-heng,"   Demikian Siu-bun berkata lebih dulu.   "kuda mestikamu ini sungguh hebat amat, beruntung kau dapat memperolehnya. Bilakah kau pun mencarikan seekor untuk aku."   "Kuda ini datang dari negeri Langka, mana mampu kau membelinya?"   Sela Bu Tun-si berlagak sungguh-sungguh.   Mendengar orang menyebut kuda, tanpa terasa Kwe Hu memandang Nyo Ko, lalu pandang lagi kuda jelek itu, ia lihat ke-dua2nya sama2 kotor dan dekil, ia tertawa geli juga.   Namun Nyo Ko tak marah, sebaliknya ia pua bergelak ketawa.   "Haha, kudaku jelek, orangnya pun jelek, sesungguhnya memang jodoh yang setimpal,"   Demikian katanya.   "Dan binatang tunggangan Bu-heng berdua tentunya bagus luar biasa?"   "Kuda kami sesungguhnya tidak banyak lebih bagus dari kudamu yang buduk ini,"   Sahut Siu-bun.   "Tetapi kuda merah Hu-moay (adik Hu) itulah baru kuda mestika sungguh2. Dahulu kau pernah tinggal di Tho-hoa-to, tentu kau sudah melihatnya."   "O, kiranya Kwe-pepek telah memberikan kuda merahnya kepada gadisnya,"   Sahut Nyo Ko. Sembari bicara mereka berempat terus berjalan.   "He, lihat, ibuku hendak pergi memberi pelajaran Pang-hoat (ilmu permainan pentung) lagi,"   Tiba2 Kwe Hu berkata sembari tunjuk ke arah barat. Waktu Nyo Ko menoleh, ia lihat Ui Yong bersama seorang pengemis tua sedang jalan berendeng menuju ke lembah gunung, tangan mereka sama2 membawa sebatang pentung.   "Loh-tianglo sungguh terlalu goblok, sudah sekian lamanya ia belajar Pak-kau-pang-hoat masih juga belum bisa,"   Ujar Bu Siu-bun. Mendengar kata2 "Pak-kau-pang-hoat", seketika Nyo Ko terkesiap hatinya, cuma lahirnya sedikitpun ia tidak unjuk sesuatu tanda, ia malah berpaling ke jurusan lain pura2 sedang menikmati pemandangan alam yang indah.   "Pak-kau-pang-hoat adalah pusaka Kay-pang yang hebat", demikian ia dengar Kwe Hu berkata lagi.   "Kata ibuku, Pang-hoat ini luar biasa bagus-nya dan adalah permainan yang paling lihay dalam hal senjata di seluruh jagat ini, dengan sendirinya kepandaian sehebat ini tak bisa dipelajari dalam sepuluh hari atau setengah bulan saja, Kau bilang dia goblok, memangnya kau sendiri pintar?"   Siu-bun menjadi bungkam dan menyengir.   "Sayang kecuali Pangcu dari Kay-pang, Pang-hoat ini tidak diturunkan lagi kepada orang lain,"   Ujar Bu Tun-si.   "Kelak kalau kau menjadi Pangcu dari Kay-pang, dengan sendirinya Loh-tianglo akan ajarkan padamu,"   Sahut Kwe Hu.   "Pang-hoat ini ayahku saja tak bisa, rasanya kaupun tak perlu menyesal."   "Dengan macam ku ini mana bisa menjadi Pangcu Kay-pang?"   Kata Tun-si "Hu-moay, coba katakan, mengapa Subo bisa pilih Loh-tianglo sebagai calon penggantinya?"   "Selama beberapa tahun ini, hakikatnya ibuku hanya namanya saja Pangcu, padahal segala urusan Kay-pang baik besar atau kecil seluruhnya diserahkan pada Loh-tianglo,"   Sahut Kwe Hu.   "Begitu banyak urusan Kay-pang yang tetek bengek, asal dengar saja ibuku sudah merasa pusing, maka dia bilang lebih baik suruh Loh-tianglo yang menjadi Pangcu saja sekalian ia tunggu nanti kalau Loh-tianglo sudah paham mempelajari Pak-kau-pang-hoat, lalu jabatan Pangcu itupun akan diserahkannya secara resmi."   "Hu-moay,"   Kata Siu-bun lagi.   "bagaimanakah macamnya Pak-kau-pang-hoat sebenarnya, kau pernah melihat belum?"   "Belum pernah,"   Sahut Kvve Hu. Tetapi segera ia bilang lagi.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Eh, pernah."   Habis ini ia jemput sebatang kayu, lalu ia pukul pelahan ke pundak Siau-bun dan menyambung lagi dengan tertawa.   "Nah, begini!"   Keruan saja Siau-bun berjingkrak.   "Bagus, kau anggap aku sebagai anjing, ya?"   Teriaknya, berbareng ia pura2 hendak jamberet si gadis. Dengan tertawa Kwe Hu lari menyingkir terus diudak oleh Siu-bun. Dan sesudah berputar, kedua orang lalu kembali lagi ketempat semula.   "Siao Bu-koko, jangan kau ribut lagi, aku mempunyai suatu gagasan sekarang,"   Dengan tertawa Kwe Hu mengatakan.   "Coba katakan,"   Ujar Siu-bun.   "Kita pergi mengintip, coba itu Pak-kau-pang-hoat sebenarnya apa macamnya,"   Kwe Hu menerangkan. Seketika Siu-bun menyatakan akur, sebaliknya Tun-si geleng2 kepala dan Nyo Ko tak memberi suara.   "Jangan, jika sampai konangan Subo, tentu akan didamperat habis2an,"   Kata Tun-si.   "Kau memang penakut, kita hanya melihat saja, toh tidak mencuri belajar,"   Debat Kwe Hu.   "Lagipula, iimu silat yang begitu hebat dan tinggi apa hanya mengintip begitu saja lantas bisa?"   Karena di-olok2, Tun-si hanya menyengir saja dan tak bisa menjawab.   "Kemarin bukankah kita juga mengintip di kamar baca dan ibuku mendamperat kau tidak ?"   Kwe Hu menambahi pula.   "Memang nyalimu terlalu kecil seperti tikus, Siao Bu-koko, mari kita berdua pergi."   "Baik, baik, kau yang benar, aku ikut,"   Seru Tun-si.   "Emangnya, ilmu silat kelas satu dari jagat ini kau tak ingin melihatnya?"   Dengan tertawa Kwe Hu mengomel lagi.   Mereka bertiga memang sudah lama kagumi Pak-kau-pang-hoat yang lihay, cuma macamnya apa, selamanya belum pernah lihat, Pernah Kwe Cing ceritakan pada mereka tentang kejadian dulu dimana Ui Yong dengan Pak-kau-pang-hoat menaklukkan para kesatria dari Kay-pang hingga berhasil merebut kedudukan Pangcu, cerita ini bikin ketiga muda-mudi ini sangat terpesona.   Kini Kwe Hu mengusulkan pergi mengintip, meski di mulut Tun-si tak setuju, padahal dalam hati seribu kali kepingin, Cuma pemuda ini rada licin, sebelumnya ia sengaja tumpahkan tanggung jawab atas diri orang, supaya bila konangan Ui Yong takkan salahkan dia.   "Nyo-toako, marilah kaupun ikut bersama kami."   Demikian Kwe Hu berkata lagi. Tetapi Nyo Ko pura2 memandang jauh se-akan2 sedang memikirkan sesuata, apa yang dikatakan si gadis seperti tak didengarnya Waktu Kwe Hu mengulangi tanya lagi barulah Nyo Ko menoIeh.   "Apa... apa? Ikut? Ke mana?"   Demikian ia tanya pura2 tak mengerti.   "Tak usah kau tanya, asal ikut saja,"   Sahut Kwe Hu.   "Hu-moay, buat apa dia ikut?"   Tiba2 Tun-si mendadak.   "Toh dia tak akan mengerti, ia ketolol-tololan begini, kalau sampai menerbitkan suara, bukankah akan konangan Subo nanti?"   "Jangan kau kuatir, biar aku jaga dia,"   Ujar Kwe Hu.   "Kalian berdua boleh jalan dulu, segera aku dan Nyo-toako menyusul. Kalau empat orang bersama tentu lebih mudah menerbitkan suara,"   Tentu saja Bu-si Hengte tak rela disuruh jalan dahulu, tetapi mereka cukup kenal wataknya Kwe Hu yang tak bisa dibantah, jika sedikit bikin marah dia, tanggung selama belasan hari kau tak digubrisnya apabila tidak me-mohon2 dan me-minta2 hingga si gadis tertawa senang.   Karena itu, terpaksa Bu-si Hengte berjalan dahulu dengan kurang senang.   "Kita putar ke belakang pohon besar di tepi jalan itu, untuk sementara ibu tentu tak akan mengetahui,"   Demikian Kwe Hu teriaki mereka. Dari jauh Bu-si Hengte menyahut, lalu mereka bertindak cepat ke depan. Maka kini tinggal Kwe Hu dan Nyo Ko saja yang jalan berendeng, melihat baju pemuda ini compang-camping tak keruan, Kwe Hu berkata.   "Nanti kuminta ibu membikinkan kau beberapa baju baru, sesudah kau berdandan, tentu kau tak akan begini jelek lagi,"   "Tidak, memang aku dilahirkan jelek, berdandanpun tak ada gunanya,"   Sahut Nyo Ko geleng kepala. Tiba2 Kvve Hu menghela napas pelahan.   "Sebab apa kau berkeluh-kesah?"   Tanya Nyo Ko.   "Hatiku sangat masgul, apa kau tak tahu,"   Sahut si gadis.   Melihat pipi si gadis bersemu merah, alisnya lentik lembut, betul2 nona yang ayu luar biasa, kalau melulu soal muka saja, dibanding Liok Bu-siang, Wanyen Peng dan Yali Yan, boleh dikatakan Kwe Hu terlebih cantik, tanpa tertahan hati si Nyo Ko rada terguncang.   "Aku tahu sebab apa hatimu kesal,"   Katanya kemudian.   "Aneh, darimana kau tahu? Ah, kau membual belaka!"   Sahut Kwe Hu tertawa.   "Baiklah, bila aku jitu menerkanya, jangan kau pungkir ya?"   Ujar Nyo Ko.   "Baik, coba kau terka,"   Kata Kwe Hu lagi dengan tersenyum manis.   "Kenapa susah2 membade,"   Kata Nyo Ko kemudian.   "Kedua saudara Bu itu semuanya suka padamu, semuanya suka cari muka padamu, sebab itulah kau menjadi serba susah memilihnya."   Hati Kwe Hu ber-debar2 karena isi hatinya dengan jitu kena dikatai.   Nyata memang soal yang menjadikan kesal hatinya adalah diri kedua saudara Bu itu.   Urusan ini ia sendiri tahu, ayah-bundanya tahu, Bu-si Hengte tahu, sampai kakek guru mereka Kwa Tin-ok juga tahu, cuma urusan ini semua merasa sukar diucapkan maka semuanya hanya berpikir dalam hati, selamanya tak pernah menyinggung barang sekecap urusan ini.   Kini mendadak kena dikatai Nyo Ko, tanpa terasa muka Kwe Hu menjadi merah jengah, tetapi terasa senang pula dan macam2 perasaan lain.   "Ya, memang sukar dipilih,"   Demikian sambung Nyo Ko lagi.   "Yang satu pendiam, yang lain lincah, yang satu pandai main cinta, yang lain pintar cari muka, yang satu dapat kau percaya selama hidup, yang lain bisa menghilangkan kesalmu, Keduanya sama2 cakap, ilmu silat tinggi, sungguh masing2 ada kelebihan sendiri2, cuma sayang, aku seorang diri, mana bisa menikah dengan dua lelaki ?"   Sebenarnya Kwe Hu sedang mendengarkan dengan ternganga, ketika mendengar ucapan yang terakhir itu, tiba2 ia mengomelnya.   "Ah, mulutmu selalu usil, tak mau gubris kau lagi."   Melihat air muka orang, sejak tadi Nyo Ko sudah tahu terkaannya pasti kena seluruhnya, maka ia menembang pelahan mengulangi kata2nya tadi yang terakhir.   Walaupun begitu, meski ia sudah ulangi beberapa kali, si gadis seperti sedang tenggelam pikirannya sendiri dan tak mendengarkan "Nyo-toako,"   Katanya kemudian lewat sejenak.   "menurut kau, Toa Bu-koko lebih baik atau Siao Bu-koko yang baik?"   "Haha, kalau menurut aku, ke-dua2nya tidak baik semua,"   Sahut Nyo Ko tiba-tiba.   "Sebab apa?"   Kwe Hu tercengang.   "Ya, sebab kalau mereka baik, lalu aku Nyo Ko apa ada harapan?"   Ujar Nyo Ko dengan tertawa.   Nyata karena si Nyo Ko sudah biasa menggoda Liok Bu-siang sepanjang jalan, padahal dalam hatinya sedikitpun tak punya pikiran serong, kini dalam keadaan berkdakar dengan Kwe Hu, tanpa terasa ia terlanjur omong, kelepasan mulut.   Keruan seketika Kwe Hu tertegun, ia adalah gadis aleman yang biasanya sangat dimanjakan siapapun tak ada yang berani berkata sesuatu yang bersifat kotor kepadanya, maka iapun tidak tahu harus marah atau tidak oleh apa yang dikatakan Nyo Ko tadi, tapi ia lantas tarik muka dan menyahut.   "Jika kau tak mau bilang, boleh kau tutup mulut, siapa ingin bergurau dengan kau ? Hayo, lekas kita ke sana.!"   Sembari berkata ia lantas keluarkan ilmu entengi tubuh dan berlari ke lereng gunung sana melalui jalan kecil. Karena "kebentur batu", Nyo Ko menjadi serba kikuk, ia pikir.   "Buat apa aku menyelip di antara mereka bertiga ? Lebih baik aku pergi yang lain saja !"   Maka ia putar tubuh dan berjalan pelahan ke arah lain, dalam hati ia berpikir pula.   "Bu-si Heng-te boleh dikatakan memandang nona Kwe se-olah2 bidadari saja dan kuatir kalau si gadis tak mau jadi isterinya. Padahal kalau betul2 sudah menikah dan sepanjang hari harus temani seorang perempuan yang begini bandel dan manja, akhirnya pasti akan lebih banyak susah daripada senangnya. Ha,.mereka sungguh orang tolol, betul2 menggelikan", BegituIah diam2 Nyo Ko tertawai orang, padahal ia tak tahu bahwa siapa saja kalau sudah jatuh ke dalam jaring asmara, maka sukar sekali untuk menarik diri, sekalipun dia orang pandai atau nabi juga sukar memecahkan godaan demikian ini. Sementara itu Kwe Hu sudah berlari pergi, ia menyangka Nyo Ko tentu akan menyusul dan minta maaf padanya, siapa duga sesudah ditunggu dan tunggu lagi masih belum kelihatan bayangan si Nyo Ko, tiba2 ia berpikir lain.   "Ah, orang ini tak bisa Ginkang, dengan sendirinya ia tak dapat menyandak aku."   Segera ia putar balik ke jalan tadi, tapi tiba2 dilihatnya Nyo Ko malah berjalan ke arah sana, keruan saja ia merasa heran.   "He, kenapa kau tak susul aku?"   Tanyanya sambil berlari ke depan Nyo Ko.   "Kwe-kohnio, harap kau sampaikan ayah-bundamu, bilangkan aku sudah pergi,"   Sahut Nyo Ko.   "Tanpa sebab kenapa kau hendak pergi ?"   Tanya Kwe Hu terkejut.   "Tak apa2, memangnya aku datang tidak untuk apa2, maka perginya juga tiada apa2."   Sahut Nyo Ko adem.   Sebenarnya Kwe Hu suka ramai, meski dalam hati tidak pandang hormat pada Nyo Ko, cuma ia merasa pemuda ini pandai berkelakar, dibandingkan Bu-si Hengte terasa ada hal baru yang menarik, maka sesungguhnya ia tidak ingin orang pergi begitu saja.   Maka ia berkata.   "sudah sekian lamanya kita tak berjumpa, masih banyak yang ingin kutanyakan. Lagi pula, malam ini akan diadakan Eng-hiong-yan, dari segenap penjuru tidak sedikit Einghiong-Hohan (orang gagah dan para kesatria) yang datang berkumpul, masakah kau tak ingin menambah pengalamanmu?"   "Aku toh bukan Enghiong, kalau ikut hadir, apa tidak akan menjadi buah tertawaan para Eng-hiong yang sungguhan itu?"   Sahut Nyo Ko tertawa.   "ltupun betul,"   Kata Kwe Hu. Dan sesudah merenung sebentar, kemudian ia sambung lagi .   "Ya, baiknya di rumah Liok-pepek masih banyak orang tak bisa silat, kau boleh ikut empek Kasir dan para pengurus rumah makan minum bersama, bukankah sangat baik !"   Gusar sekali Nyo Ko oleh kata2 orang.   "Bagus, kau anggap aku ini sebangsa orang yang rendahan saja!"   Demikian pikirnya dongkol.   Sebenarnya ia sudah pikir hendak pergi, tetapi kini ia malah balik pikiran, ia justru ingin lakukan sesuatu untuk bikin malu si gadis yang menyinggung perasaannya ini.   Padahal Kwe Hu sejak kecil sangat dimanjakan sama sekali tak kenal akan pergaulan, beberapa kata2nya itupun tidak sengaja hendak melukai hatinya, siapa tahu watak Nyo Ko memang perasa, tanpa sengaja membikin marah padanya.   Sebaliknya melihat Nyo Ko sudah berubah pikiran, Kwe Hu menjadi senang.   "Marilah, lekas, jangan terlambat kalau ibu datang lebih dulu, tentu tak gampang lagi hendak mengintip,"   Katanya kemudian dengan tertawa.   Segera iapun mendahului lari lagi, sedang Nyo Ko mengikuti dari belakang dengan pura2 bernapas empas-empis, langkahnya berat hingga kelihatannya sangat goblok.   Dengan susah payah akhirnya mereka tiba juga di tempat yang biasa Ui Yong mengajarkan Pang-hoat pada Loh-tianglo yang bernama Loh Yu-ka, sementara itu Bu-si Hengte kelihatan lagi Iongak-Iongok di atas pohon sana.   Sekali lompat Kwe Hu mendahului panjat ke atas pohon, lalu ia ulur tangannya buat tarik Nyo Ko.   Waktu tangan menyentuh tangan, Nyo Ko merasakan tangan si gadis begitu halus empuk se-akan2 tak bertulang, tanya terasa hatinya terguncang keras, Tetapi segera ia pikir pula.   "Ah, sekalipun kau lebih cantik lagi juga tak dapat mencapai separohnya Kokoh-ku (maksudnya Siao-Iiong-li)."   Tatkala itu ilmu silat Kwe Hu sudah ada dasarnya yang kuat, maka dengan enteng Nyo Ko dapat ditariknya ke atas pohon.   "Apa ibuku belum datang?"   Dengan suara tertahan ia tanya.   "Sudah,"   Sahut Siu-bun menunjuk ke arah barat "Loh-tianglo sedang mainkan pentung di sana, sedang Suhu dan Subo berada di sana sedang pasang omong."   Selamanya Kwe Hu paling takut pada ayah-nya, kini mendengar Kwe Cing juga datang, ia menjadi kebat-kebit tak enak, sementara ia lihat Loh Yu-ka seorang diri dengan sebatang pentung bambu sedang main sendiri, ia menutul ke timur dan menjojoh ke barat dengan pentung bambunya, tipu2 gerakannya tiada sesuatu yang mengejutkan orang.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Apakah ini yang disebut Pak-kau-pang-hoat?"   Dengan suara pelahan Kwe Hu menanya.   "Besar kemungkinan betul", sahut Bu Tun-si.   "Tadi Subo sedang memberi petunjuk2 padanya, lalu Suhu datang ada sesuatu hendak berunding dengan Subo dan mengajaknya menyingkir maka Loh-tianglo seorang diri lantas berlatih seperti itu."   Sctelah Kwe Hu memandang lagi beberapa gerakan pengemis tua itu dan merasa semuanya biasa saja tiada sesuatu yang menarik, segera iapun berkata.   "Ah, Loh-tianglo belum pandai main, rasanya tiada yang bisa dilihat lagi, marilah kita pergi saja."   Tetapi lain halnya dengan pikiran Nyo Ko, ia lihat Pang-hoat yang dimainkan Loh-tianglo itu sedikitpun tidak berbeda seperti apa yang pernah di-dapatnya dari Ang Chit-kong tempo hari di Hoa-san, ia cukup kenal betapa hebat ilmu silat ini, maka diam2 ia mentertawai si gadis yang tak tahu apa2, tetapi berani bermulut besar.   Di lain pihak Bu-si Hengte yang selamanya selalu menurut apa yang dikatakan Kwe Hu, waktu mendengar si gadis bilang mau pergi, segera mereka pun ber-gegas2 hendak lompat turun, tetapi tiba2 mereka mendengar di bawah pohon ada suara tindakan orang, lalu terdengar suara Kwe Cing lagi berkata .   "Urusan jodoh Hu-ji sudah tentu tak bisa diputuskan secara ter-buru2, usia Ko-ji masih kecil, kaupun tak dapat mengalahkan sedikit kekeliruannya lalu memastikan keburukannya."   Lantas terdengar Ui Yong menjawab .   "Kau pikirkan hubungan turun temurun keluarga Kwe dan Nyo, hal ini sudah sepantasnya, Tetapi Nyo Ko si bocah ini, semakin kulihat, rasaku semakin mirip ayahnya, mana aku rela menjodohkan Hu-ji pada-nya?"   Terkejut sekali mendengar percakapan suami isteri ini, baik Kwe Hu, Bu-si Hengte maupun Nyo Ko, sama sekali mereka taktahu ada hubungan apa antara keluarga Kwe dan Nyo, lebih2 tak menduga bahwa Kwe Cing ada maksud menjodohkan puterinya pada Nyo Ko, Karena percakapan mereka itu ada hubungan erat sekali dengan masing2, maka empat muda-mudi itu tak jadi pergi melainkan berdiam di atas pohon.   "Ya, Nyo Khong-hengte tak beruntung terjeblos ke dalam istana pangeran negeri Kim hingga salah bergaul dengan orang jahat, akibatnya terjadilah drama yang mengenaskan dengan mayat tak utuh dan menjadi isi perut gagak, kalau sejak kecil ia dipelihara paman Nyo Thi-sim sendiri, rasanya pasti takkan terjadi seperti itu,"   Demikian terdengar Kwe Cing berkata lagi.   "ltupun benar."   Sahut Ui Yong rendah sambil menghela napas, Agaknya ia menjadi terbayang pada kejadian ngeri dahulu dengan matinya Nyo Khong, ayah Nyo Ko.   Nyo Ko sendiri selamanya tak tahu bagaimana asal-usul keluarganya, ia hanya tahu ayahnya meninggal terlalu cepat, sedang cara bagaimana matinya dan siapa musuhnya, hal itu sekalipun ibu kandungnya juga tak mau bilang terus terang padanya, Kini mendadak dengar Kwe Qng menyinggung ayahnya "terjeblos ke istana pangeran negeri Kim dan bergaul dengan orang jahat"   Lalu bilang lagi "mayatnya tak utuh hingga menjadi isi perut burung gagak"   Dll., seketika pemuda ini merasa seperti disamber petir, seluruh tubuhnya gemetar, mukanya pucat pasi.   Waktu itu Kwe Hu kebetulan melirik Nyo Ko, demi melihat wajah pemuda ini sedemikian rupa, Kwe Hu sangat ketakutan, ia kuatir pemuda ini mendadak terbanting jatuh ke bawah terus mati.   Dementara itu Kwe Cing dan Ui Yong duduk berendeng di atas sebuah batu dan membelakangi pohon yang dibuat sembunyi empat muda-mudi itu, dengan meraba tangan sang isteri terdengar Kwe Cing berkata pula.   "Sejak kau mengandung anak kedua ini kesehatanmu sudah jauh mundur dari pada dulu, lekasan kau serahkan segala urusan Kay-pang pada Loh Yun-ka sekaligus, supaya kau dapat merawat diri se-baik2nya".   "He, kiranya ibu akan punya anak lagi, ehm, senang sekali kalau aku tambah adik,"   Kata Kwe Hu dalam hati, ia menjadi girang sekali. Dalam pada itu Ui Yong telah menjawab.   "Urusan Kay-pang memangnya tak banyak kuperhatikan sebaliknya urusan perjodohan Hu-ji yang bikin aku tak tenteram."   "Jika Coan-cin-kau tak terima Koji, biarlah aku sendiri yang mengajar dia,"   Kata Kwe Cing.   "Tampaknya pemuda ini sangat pintar, kelak aku turunkan seluruh kepandaianku padanya, dengan begitu tak percumalah aku angkat saudara dengan ayahnya."   Kini baru tahulah Nyo Ko bahwa Kwe Cing ternyata adalah saudara angkat ayahnya sendiri kalau begitu.   "Kwe-pepek"   Ini sesungguhnya mengandung arti yang besar sekali Dan demi mendengar Kwe Cing begitu baik hati dan berbudi pada dirinya, hati Nyo Ko sangat terharu, hampiri ia meneteskan air mata.   "Tetapi aku justru kuatir dia tersesat oleh karena pintarnya,"   Ujar Ui Yong menghela napas.   "sebab itu juga aku hanya ajarkan membaca padanya dan tidak turunkan ilmu silat dengan harapan kelak dia akan menjadi seorang yang bijaksana dan pandai mem-beda2kan yang salah dan yang benar, supaya menjadi seorang lelaki sejati, dengan begitu sekalipun tak bisa ilmu silat juga aku akan lega dan puas menjodohkan Hu-ji padanya."   "Ya, segala apa kau memang lebih pintar dari aku, Yong-ji,"   Sahut Kwe Cing.   "Apa yang kau pikirkan selalu berpandangan jauh, tetapi Hu-ji kita sedemikian wataknya, ilmu silatnya juga begitu, kalau dia diharuskan mendampingi seorang anak sekolahan yang lemah, coba pikir apa dia tak penasaran? Apa dia bisa menghormati Ko-ji kelak? Menurut hematku, suami isteri demikian ini pasti susah akurnya."   "Huh, tak malu,"   Kata Ui Yong tertawa.   "Emangnya kita berdua bisa akur karena ilmu silatmu lebih unggul dari aku? Hayo, Kwe-tayhiap, marilah kita coba-coba !"   "Bagus, Ui pangcu, katakanlah apa yang kau kehendaki,"   Sahut Kwe Cing tertawa. Lalu terdengar suara "plok"   Sekali, mungkin Ui Yong telah tepok sekali tubuh Kwe Cing, Selang tak lama, lalu Ui Yong berkata lagi.   "Ai, urusan ini sesungguhnya sukar diputuskan seandainya tanpa Ko-ji, urusan kedua saudara Bu saja juga sulit diselesaikan? Coba katakan, Toa Bu lebih baik atau Siao Bu lebih baik?"   Seketika hati Kwe Hu dan Bu-si Hengte ber-debar2.   Meski urusan ini tiada sangkut paut dengan Nyo Ko, tetapi iapun ingin tahu bagaimana pendapat Kwe Cing terhadap kedua saudara Bu itu.   Tetapi Kwe Cing hanya menyahut lirih sekali, selang sekian Iama masih tiada jawabannya.   "Urusan kecil belum bisa kelihatan,"   Demikian kemudian terdengar ia menyahut.   "harus tunggu menghadapi urusan besar, baik atau busuk, barulah bisa diketahui." - Habis ini perkataannya berubah menjadi lemah lembut dan menyambung lagi.   "Baiklah usia Hu-ji masih kecil, lewat beberapa tahun lagi masih belum terlambat, boleh jadi pada waktu itu dapat diputuskan dengan ca.ra yang lebih baik dan kita yang menjadi orang tua tak perlu lagi ribut Kau mengajar Loh-tianglo dan tentu banyak keluarkan tenaga, beberapa hari ini aku selalu melihat napasmu tak lancar, aku sampai kuatirkan kesehatanmu sekarang biarlah kupergi mencari Ko-ji buat ajak bicara sedikit padanya." -Habis berkata iapun bertindak pergi. Sesudah Ui Yong atur pernapasannya sejenak, kemudian ia panggil Loh-tianglo lagi dan memberi petunjuk Pak-kau-pang-hoat. Tatkala itu Loh Yu-ka sudah selesai memainkan 36 gerakan Pak-kau-pang-hoat, cuma dimana dan cara bagaimana menggunakan inti kebagusan ilmu silat itulah belum dipahaminya. Maka dengan sabar dan telaten Ui Yong memberi penjelasan padanya sejurus demi sejurus. Tipu serangan Pak-kau-pang-hoat ini memang bagus, Iebih2 kunci yang diuraikan Ui Yong ini terlebih hebat luar biasa, kalau tidak, hanya sebatang pentung bambu hijau yang kecil mana bisa menjadi pusaka Kay-pang ? Sudah hampir sebulan Ui Yong turunkan tipu gerakan ilmu pentung pemukul anjing itu pada Loh Yu-ka, kini ia menerangkan pula kunnya dan perubahan2nya sampai berulang kali dan suruh mengingatnya baik-baik. Kwe Hu dan Bu-si Hertgte tak paham Pang-hoat segala, maka mereka merasa tak tertarik mereka tidak tahu tentang perubahan2 ilmu silat yang hebat itu, maka beberapa kali mereka sudah ingin berosot turun pohon, namun kuatir konangan Ui Yong, maka mereka meng-harap2 lekas Ui Yong selesai mengertikan istiIah2nya dan lekas pergi bersama Loh Yu-ka. Siapa tahu Ui Yong bermaksud malam ini juga menyerahkan jabatan Pangcu pada Loh Yu-ka dalam perjamuan "Eng-hiong-yan", maka ia ingin turunkan seluruhnya baik istilah maupun permainannya kepada Loh Yu-ka, sekalipun masih belum paham, kelak masih bisa diberi petunjuk lagi, cuma menurut peraturan Kay-pang turun-temurun, Pang-cu baru waktu menerima jabatan harus sudah bisa memainkan Pak-kau-pang-hoat, oleh sebab itu sedapat mungkin Ui Yong ingin turunkan apa mestinya, maka sudah lebih satu jam masih belum juga selesai menguraikannya. Dasar Loh Yu-ka ini juga bakatnya kurang ditambah usianya sudah lanjut, daya ingatannya sudah mundur, seketika mana bisa mengingat begitu banyak ajaran yang diberikan itu? Meski Ui Yong sudah bolak-balik mengulangi, masih belum juga diingatnya semua. Baiknya Ui Yong sudah lama berdampingan dengan seorang suami yang bakatnya tak tinggi, ia sudah biasa dengan orang yang kurang tajan otaknya, maka kebebalan Loh Yu-ka tidak menjadikan amarahnya. Celakanya ia dibatasi oleh peraturan perkumpulan yang mengharuskan inti Pang hoat itu diturunkan secara lisan dan se-kali2 tak boleh secara tertulis, kalau boleh, sesungguhnya ia bisa menulisnya dan dibaca sendiri oleh Loh Yu-ka sampai apal, hal ini pasti akan hemat tidak sedikit tenaganya. Dalam pada itu yang paling beruntung rasanya adalah Nyo Ko. Seperti diketahui, tempo hari waktu Ang Chit kong bertanding dengan Auwyang Hong di Hoa san, pada saat terakhir pernah mengajarkan setiap tipu berikut perubahannya pada Nyo Ko dan disuruh mempertunjukkannya pada Auwyang Hong, hanya kunci diwaktu menghadapi musuh saja yang belum dijelaskan. Siapa tahu, secara kebetulan sekali di sini Nyo Ko justru bisa mendengar kekurangan itu dari mulutnya Ui Yong yang lagi mengajarkannya pada Loh Yu-ka. Sudah tentu bakat Nyo Ko beratus kali lebih tinggi dari Loh Yu-ka, hanya tiga kali ia dengar, satu kata saja tak bisa dilupakan lagi oleh pemuda ini, sebaliknya Loh Yu-ka masih bolak-balik mengulangi dan masih tetap salah. Setelah hamil untuk kedua kalinya, mungkin karena terlalu sibuk menurunkan Pak-kau-pang-hoat pada Loh Yu-ka, akhirnya Ui Yong merasa letih juga, ia coba bersandar pada baru sambil pejamkan mata untuk mengumpulkan semangat.   "Hu-ji, Si-ji, Bun-ji, Ko-ji, semuanya turun sini!"   Mendadak ia berseru. Tentu saja Kwe Hu berempat sangat kaget, mereka heran mengapa orang diam2 saja, tetapi sebenarnya sudah tahu mereka sembunyi di atas pohon.   "Kau sungguh hebat, Mak! Segala apa tak bisa membohongi kau!"   Demikian Kwe Hu berkata tertawa. Berbareng itu, dengan gerakan "Ling-yan-tau-lim"   Atau burung walet menerobos Hutan, dengan enteng sekali ia meloncat ke hadapan sang ibu. Menyusul Bu-si Hengte juga ikut melompat turun, hanya Nyo Ko saja yang merangkak turun dengan pelahan.   "Hm, hanya sedikit kepandaianmu ini berani mengintip?"   Sahut Ui Yong menjengek "Jika menghadapi kalian beberapa setan cilik saja tak tahu, apalagi kalau merantau Kangouw, bukankah tidak sampai setengah hari sudah terjebak musuh?"   Kwe Hu menjadi kikuk, tetapi ia tahu sang ibu biasanya sangat manjakan dirinya maka iapun tidak takut didamperat, sebaliknya ia maju dan berkata lagi dengan tertawa.   "Mak, sengaja aku ajak mereka datang ke sini untuk melihat Pak-kau-pang-hcat yang disegani di seluruh jagat itu, siapa tahu apa yang dimainkan Loh-Lianglo itu sedikitpun tak menarik Coba, jika permainanmu tentu sangat menarik."   Ui Yong tertawa, betul juga segera ia ambil pentung bambu dari Loh Yu-ka.   "Baik, lihatlah aku bikin anjing cilik terjungkal"   Katanya sambil ulurkan pentung bambu ke arah Kwe Hu.   Segera Kwe Hu perhatikan bagian bawah, ia tunggu bila pentung menyamber, segera ia akan melompat ke atas supaya tidak kesandung.   Dalam pada itu Ui Yong telah geraki pentung bambunya, lekas-2 Kwe Hu melompat siapa tahu baru setengah kaki meninggalkan tanah, dengan tepat kena disabet pentung itu dan dengan enteng ia jatuh menggeletak.   "Tidak, tidak mau aku, itu salahku sendiri,"   Teriak Kwe Hu aleman sambil melompat bangun.   "Baiklah, coba, kau ingin cara bagaimana?"   Kata Ui Yong tertawa. Segera si gadis pasang kuda2 dengan kuat, habis itu ia berseru pada Bu-si Hengte.   "Toa Bu-koko dan Siao Bu-koko, kalian berdua berdiri di sampingku sini, juga pasang kuda2 yang kukuh."   Busi Hengte menurut, mereka berdiri dengan kuda2 yang kuat, Kwe Hu pentang tangannya saling gantol dengan tangan kedua pemuda itu, dengan tenaga mereka bertiga, sungguh sangat kukuh tampaknya.   "Mak, sekarang tak takut lagi, kecuali ayah punya Hang-liong-sip-pat-ciang barulah bisa bikin kami bergerak,"   Kata Kvve Hu.   Ui Yong tak menjawab, ia tersenyum, habis ini mendadak pentungnya menyapu ke muka tiga orang itu dengan kcncang.   Karena kuatir muka mereka yang habis menjadi babak belur, lekas2 ke-tiga2-nya mendoyong ke belakang buat berkelit dengan demikian kuda2 mereka menjadi kendur.   Tanpa ayal lagi pentung Ui Yong berputar kembali dan menyereet kaki ketiga orang, karena tak kuat lagi kuda2nya, mereka bertiga jatuh menubruk tanah semua, ilmu silat mereka cukup hebat, maka baru jatuh segera mereka melompat bangun dengan gaya yang manis.   "Mak, caramu ini hanya tipuan saja, aku tak mau,"   Kata Kwe Hu lagi.   "Memangnya,"   Ujar Ui Yong.   "apa yang aku ajarkan pada Loh-tianglo tadi, tipu manakah yang pakai tenaga sungguh2? Kau bilang gerakanku ini hanya tipuan. memang tidak salah, dalam ilmu silat, 9 dari 10 bagian memang akal belaka, asal bisa robohkan lawan, itu berarti sudah menang. Hanya ilmu Han-liong-sip-pat-ciang ayahmu itulah betul2 silat sejati yang berani main keras lawan keras tanpa pakai akal. Tetapi untuk melatih sampai tingkat itu, di jagat ini terdapat berapa orang?"   Kata2 ini membikin Nyo Ko diam2 memanggut, sebaliknya Kwe Hu bertiga meski mengerti toh mereka belum paham di mana letak intisari penjelasan itu.   "Pak-kau-pang-hoat ini adalah ilmu silat paling aneh, ia tercipta secara tersendiri dan tiada hubungannya dengan silat2 aliran lain,"   Kata Ui Yong lagi.   "Kalau melulu belajar tipu gerakannya tanpa mengerti inti rahasianya, maka percumalah meski belajar selama hidup, Maka selanjutnya kalau aku lagi ajarkan ilmu silat lain, sebelum dapat ijinku jangan se-kali2 mengintip lagi, tahu?"   Berulang Kwe Hu mengiakan, tapi dengan tertawa segera ia bilang lagi.   "Ah, buat apa aku mengintip kepandaian ibu, apa mungkin engkau tak mengajarkan padaku kelak?"   Ui Yong terlalu sayang pada gadisnya ini, maka ia hanya tepuk pelahan bebokong Kwe Hu.   "Hayo, pergi bermain lagi dengan Bu-keh Ko-ko,"   Katanya kemudian "dengan tertawa.   "Ko-ji, aku ingin bicara sedikit dengan kau, Loh-tianglo, kau ulangi saja sendiri, kalau masih ada yang Iupa, kelak akan kuajarkan lagi."   Maka Loh Yu-ka dan Kwe Hu berempat lantas mendahului kembali ke Liok-keh-ceng atau perkampungan keluarga Liok, hanya Nyo Ku yang masih berdiri menjublek di tempatnya, sesaat itu hatinya ber-debar2, ia kuatir kalau2 Ui Yong akan ambil jiwanya sebab berani mencuri belajar Pak-kau-pang-hoat.   Namun dugaannya ternyata meleset.   Waktu melihat wajah pemuda ini rada sangsi2, dengan lemah lembut Ui Yong tarik tangannya dan suruh duduk di sampingnya.   "Ko-ji,"   Ui Yong mulai bertanya.   "banyak sekali urusanmu yang kurasa tidak mengerti, seandainya kutanya, tentu kaupun tak mau menjelaskan. Cuma, hal ini akupun tak menyalahkan kau. Di waktu kecil ,watakku pun sangat aneh dan menyendiri semua itu berkat kau punya Kwe-pepek yang telah banyak mengalah padaku."   Berkata sampai di sini, Ui Yong menghela napas pelahan, mulutnya tersungging senyuman, rupanya ia menjadi teringat pada waktu kecilnya yang nakal itu, lalu ia sambung lagi.   "Jika aku tak mau turunkan ilmu silat padamu, itu tujuannya untuk kebaikanmu, siapa tahu hal itu malah bikin kau menjadi banyak menderita Ko-ji, kau punya Kwe-pepek sayang dan cinta padaku, budi kebaikannya ini sudah tentu akan kubalas sebisanya, ia menaruh suatu harapan atas dirimu, yalah mengharap kelak kau bisa menjadi seorang laki2 sejati, untuk ini pasti aku akan bantu kau menuju ke jalan yang baik supaya cita2 Kwe-pepek terlaksana. Dan kau, hendaklah kaupun jangan kecewakan harapannya, maukah kau berjanji?"   Belum pernah Nyo Ko mendengar Ui Yong berbicara secara begitu halus dan sungguh2 terhadap dirinya, ia lihat sorot mata orang penuh mengandung rasa kasih sayang, tanpa tertahan hatinya terguncang.   Pada dasarnya Nyo Ko ini berperasaan halus, maka terus saja ia menangis keras.   "Ko-ji,"   Sambil mengelus kepalanya, Ui Yong berkata lagi.   "Rasanya tidak perlu kubohongi kau, dahulu aku tak suka pada ayahmu, juga tak senang pada ibumu, oleh sebab itu juga terus tak suka padamu. Tetapi sejak kini pasti aku akan perlakukan kau baik2, nanti kalau kesehatanku sudah pulih, biarlah kuturunkan segala kepandaianku padamu."   Nyo Ko semakin terharu, tangisnya semakin keras.   "Kvve-pekbo. ba... banyak hal2 yang kubohongi kau, biar ku... kukatakan padamu,"   Kalanya kemudian dengan masih ter-guguk2.   "Hari ini aku sudah Ietih, boleh ceritakan kelak saja, asal kau menjadi anak yang baik bagiku sudah senang,"   Sahut Ui Yong sambil membelai rambutnya "Malam nanti akan ada rapat besar Kay-pang, kaupun boleh hadir menyaksikan keramaian itu."   Nyo Ko pikir wafatnya Ang Chit-kong memang termasuk suatu berita besar dan sudah seharusnya diucapkan di hadapan rapat, maka sembari mengusap air matanya, ia memanggut.   Dengan percakapan mereka yang keluar dari lubuk hati mereka ini, hingga segala rasa tak puas yang dulu2 seketika buyar semua.   Sampai akhirnya Nyo Ko mulai bisa ke-tawa2 lagi, sejak perpisahannya dengan Siao-liong-li, agaknya untuk pertama kali inilah ia merasakan perlakuan yang hangat.   Di lain pihak, sesudah bicara panjang ini, Ui Yong merasakan perutnya rada sakit, maka pe-lahan2 ia berdiri.   "Marilah kita pulang"   Ajaknya kemudian. Lalu ia gandeng tangan Nyo Ko dan berjalan pelahan.   "Kwe-pekbo, ada sesuatu urusan penting ingin kuberitahukan padamu,"   Kata Nyo Ko sambil berjalan ia pikir berita tentang kematian Ang Chit-kong pantasnya diberitahukan lebih dahulu kepada bibinya ini. Akan tetapi Ui Yong merasakan perutnya makin lama makin meliiit, maka napasnya menjadi rada terganggu.   "Katakan saja besok, aku... aku rada kurang enak badan."   Katanya sambil mengkerut kening.   Melihat wajah orang putih lesi, Nyo Ko menjadi kuatir, ia merasa tangan orang rada dingin, maka diam2 ia kumpulkan tenaga dalam, ia salurkan semacam hawa hangat ke tangan orang yang menggandengnya itu.   Dahulu waktu melatih Giok-li-sim-keng bersama Siao-liong-li di Cong-lam-san, kepandaian cara menyalurkan ilmu melalui telapak tangan sudah dilatihnya dengan apal sekali, Tetapi kuatir kalau Lwekang yang Ui Yong pelajar bertentangan dengan apa yang diapalkannya, mula2 ia hanya gunakan sedikit tenaga saja, sesudah merasa tiada halangan barulah ia tambah tenaga dalamnya.   Ketika mendadak merasa tenaga tangan Nyo Ko menyalurkan hawa hangat yang terus-menerus, sungguh heran sekali Ui Yong, tetapi akibat hawa hangat itu, segera pula rasa sakit dan napasnya menjadi teratur kembali.   Dalam herannya ia hanya tersenyum pada Nyo Ko sebagai tanda terima kasihnya.   Dan selagi ia hendak tanya orang darimana mendapatkan ilmu itu, tiba2 dilihatnya Kwe Hu sedang berlari mendatang.   "Mak, mak, coba terka siapa yang telah datang?"   Demikian gadis itu ber-teriak2 sembari berlari.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Hari ini tidak sedikit kesatria dari seluruh jagat yang hadir, dari mana aku tahu siapa dia yang datang,"   Sahut Ui Yong tertawa, Tetapi tiba2 tergerak pikirannya, ia sambung lagi .   "Ah, tentu para Susiok dan Supek kedua saudara Bu, Hayo, lekas, sudah lama kita tak bertemu dengan mereka."   "Baik. kau sungguh hebat, sekali tebak lantas kena."   Kata Kwe Hu.   "Apanya yang sukar?"   Sahut Ui Yong tertawa.   "Kedua saudara Bu itu selamanya tak pernah meninggalkan kau, kini tiba2 tiada di sampingmu, tentunya ada sanak saudaranya yang datang,"   Selamanya Nyo Ko anggap dirinya sendiri cerdik dan pintar, kini melihat Ui Yong bisa berpikir seperti dewa dan masih jauh di atas dirinya, sungguh ia menjadi amat kagumnya.   "Hu-ji, selamat padamu, kau bakal tambah semacam ilmu kepandaian yang hebat lagi,"   Tiba2 Ui Yong berkata pula.   "Ilmu kepandaian apa?"   Tanya Kwe Hu.   "lt-yang Ci !"   Mendadak Nyo Ko menyela.   "Kau mengerti apa?"   Omel Kwe Hu, kata2 Nyo Ko tak digubrisnya.   "Mak, kau bilang ilmu apa?"   "Bukankah Nyo-koko sudah bilang tadi,"   Sahut Ui Yong tertawa.   "Ha, kiranya ibu sudah bilang padamu,"   Ujar Kwe Hu pada Nyo Ko. Tetapi Nyo Ko dan Ui Yong hanya tersenyum. Dalam hati Ui Yong memikir.   "Ko-ji ini sungguh berpuluh kali lebih pintar dan cerdik dari pada Bu-si Hengte, Hu-ji juga goblok, lebih2 tak masuk hitungan."   Akan tetapi Kwe Hu masih tetap heran sebab apa ibunya memberitahukan Nyo Ko tentang hal itu.   Kiranya It-teng Taysu yang berjuluk Lam-te atau raja dari selatan, yang namanya sejajar dengan Ui Yok-su, Ang Chit-kong dan Auwyang Hong, seluruhnya ia mempunyai empat murid yang disebut "Hi-Jiau-Keng-Thok"   Atau nelayan, tukang kayu, petani dan sastrawan Ayah Bu-si Hengte, Bu Sam-thong adalah si petani dari urut2an nomor tiga itu.   Sejak ia terluka waktu menempur Li Bok-chiu, sampai kini tak pernah kelihatan bayangannya hingga mati-hidup-nya tak diketahui.   Sekali ini yang datang menghadiri Eng-hiong-yan adalah Hi-jin dan Su-seng atau si nelayan dan si sastrawan berdua.   Setiap kali si sastrawan itu bertemu Ui Yong segera ingin adu mulut dan ukur kepandaian, kini berjumpa pula setelah berpisah hampir dua puluh tahun, sudah tentu mereka ingin unjuk kepandaian masing2 lagi dan berdebat.   Sedang si nelayan itu betul saja lantas mencari satu kamar dan menurunkan ilmu lt-yang-ci kepada Bu-si Hengte.   Sehabis makan siang, lalu kawanan pengemis anggota Kay-pang be-ramai2 berkumpul -di depan Liok-keh-ceng.   Sekali ini dilakukan timbang-terima jabatan Pangcu baru dan lama, hal ini merupakan upacara yang paling tinggi dalam kalangan Kay-pang, maka kecuali semua anak murid dari seluruh penjuru diundang hadir, ada pula jago2 dari aliran lain dan perkumpulan lain yang diundang sebagai "peninjau"   Selama belasan tahun ini, Loh Yu-ka selalu mewakili Ui Yong mengatur segala urusan Kay-pang dan berlaku sangat adil, berani bertindak berani bertanggung jawab, dua golongan dalam Kay-pang, yakni yang disebut Ut-ih-pay dan Ceng-ih-pay,"   Golongan baju kotor dan golongan baju bersih, semuanya tunduk dan percaya penuh padanya, maka upacara penyerahan jabatan yang dilakukan hari ini sebenarnya hanya upacara resmi saja.   Kemudian menurut peraturan, Ui Yong lantas umumkan penyerahan jabatan itu, lalu ia serahkan Pa-kau-pang atau pentung pemukul anjing, yakni bambu hijau yang menjadi pusaka Pangcu turun temurun itu kepada Loh Yu-ka, disusul segera para anak murid meludahi Yoh Yu-ka masing2 sekali, hingga pengemis tua ini seluruh muka dan kepala penuh air lendir, dengan begitu selesailah upacara timbang-terima jabatan Pangcu lama kepada yang baru.   Melihat cara penggantian Pangcu yang aneh ini, diam2 Nyo Ko ter-heran2.   Dan selagi ia hendak tampil ke muka untuk mengumumkan berita tentang wafat nya Ang Chit-kong, tiba2 dilihatnya seorang pengemis tua telah melompat ke atas sebuah batu besar, tangan kirinya menyunggih tinggi2 sebuah Holo besar yang berwarna coklat.   Nampak benda ini, seketika hati Nyo Ko tergetar dapat dikenalnya Holo ini bukan lain adalah benda pengisi araknya Ang Chit-kong, waktu bertemu di atas Hoa-san, dengan jelas ia lihat barang ini selalu menggemblok di punggung pengemis tua itu, belakangan waktu ia pendam mayat pengemis tua itu, iapun tanam Hiolo itu disamping tubuhnya, tetapi mengapa mendadak bisa muncul lagi di sini? Apa mungkin ada sebuah Hiolo lain yang secorak dan serupa? Sementara itu didengarnya sorak-sorai gegap gempita para pengemis demi nampak Hiolo simboI Pangcu tua mereka itu.   Selagi Nyo Ko ragu2.   terdengar si pengemis tua itu sudah membuka suara lagi dengan keras.   "Ada perintah dari Ang-lopangcu, aku disuruh menyampaikan nya kepada para hadirin!"   Mendengar itu, sorak-surai para pengemis itu menjadi lebih hebat lagi. Memangnya mereka sudah belasan tahun tak pernah menerima kabar berita pangcu tua mereka itu, kini mendadak dengar ada perintahnya, sudah tentu semuanya terbangun semangatnya.   "Pujikan Ang-lopangcu selamat dan panjang umur!"   Segera terdengar seruan salah seorang pengemis diantara orang banyak itu.   Seketika suara sorak gemuruh berkumandang lagi hingga mengguncangkan bumi.   Maklumlah Ang Chit-kong adalah seorang kesatria, seorang gagah perkasa di jaman itu, dari aliran apa dan lapisan apapun tiada seorangpun yang tak kagum padanya, lebih2 anggota Kay-pang, cinta mereka padanya boleh dikatakan melebihi orang tua sekandung sendiri.   Setelah sorak-sorai seminuman teh, suara gemuruh itu pe-lahan2 baru mereda kembali.   Melihat setiap anggota Kay-pang itu sangat bersemangat dan terharu, bahkan ada yang mengalirkan air mata, diam2 Nyo Ko pikir sendiri.   "Seorang laki2 kalau bisa begini barulah tidak percuma hidup di dunia ini. Semua orang sedang riang gembira, mana aku tega memberitahukan mereka tentang wafatnya Ang-lo-cianpwe?"   Sementara itu ia dengar si pengemis tua tadi telah berkata lagi .   "Tiga hari yang lalu, di Liong-ki-ce aku telah bertemu dengan Ang-lopangcu..."   Luar biasa kejut Nyo Ko oleh kata2 orang.   "Ang-lopangcu sudah lama meninggal cara bagaimana ia bisa bertemu dengan beliau tiga hari yang lalu?"   Demikian Nyo Ko tidak habis mengerti Dalam pada itu pengemis tua itu telah meneruskan.   "Waktu beliau tahu Ui-pangcu hendak menyerahkan jabatannya kepada Loh-pangcu, ia bilang keputusan ini sangat baik dan sangat cocok dengan maksudnya..."    Rahasia Si Badju Perak Karya GKH Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini