Kembalinya Pendekar Rajawali 32
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung Bagian 32
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya dari Chin Yung Tapi berlainan pendapat Kwe Cing daripada Nyo Ko, ketika telapak tangannya sudah diangkat, ia berkata dengan pedih . "Ko-ji, betapa sayangku padamu, apakah kau mengerti? Aku lebih suka kau mati daripada kau berbuat hal2 tak baik, pahamkah kau?" Karena kata2 Kwe Cing ini, Nyo Ko tahu bila tidak ganti lagu suara, sekali gablok pasti dirinya akan terpukul mati, kadangkala pemuda ini licin dengan macam 2 tipu akalnya, tapi kini ia justru keras kepala, maka dengan tegas ia menjawab. "Aku yakin aku tidak bersalah, kalau Pepek tak percaya biarlah kau pukul mati aku saja." Telapak tangan kiri Kwe Cing sudah diangkat tinggi2, asal sekali gablok ke atas batok kepala Nyo Ko, mana bisa bernyawa pula? Karena itu seketika para ksatria sunyi senyap tiada yang bersuara, semuanya menatap tangan Kwe Cing apakah jadi digablokkan atau tidak. Sejurus telapak tangan Kwe Cing tinggal terangkat tinggi2, kembali ia pandang Nyo Ko sekejap, ia lihat bocah ini gigit kencang bibirnya dan alis terkerut rapat, parasnya begitu mirip dengan mendiang ayahnya, Nyo Khong. Mendadak Kwe Cing menghela napas panjang, ia lepaskan jambretannya dan berkata. "Sudahlah, harap kau berpikir lebih masak." Habis itu iapun kembali ke tempat duduknya tadi, sekejap saja ia tidak pandang Nyo Ko pula, tampaknya ia begitu putus asa dan habis harapan. "Ko-ji, orang2 ini begini kasar, jangan kau peduli mereka, marilah kita pergi saja," Tiba2 Siao-liong-li menggapai Nyo Ko. Nyata sama sekali ia tidak tahu bahwa jiwa Nyo Ko tadi sudah dalam saat yang menentukan. Dengan langkah lebar segera Nyo Ko keluar ruangan pendopo itu sambil bergandeng tangan Siao-liong-li, mereka mendapatkan kuda mereka yang kurus itu dan segera menuntunnya berlalu. Dengan mata terpentang Iebar2 para ksatria mengikuti kepergian kedua muda-rnudi itu, ada yang memandang rendah, ada yang kagum, ada yang gusar dan ada yang simpatik dan macam2 perasaan yang tak sama. Begitulah berendeng Nyo Ko bikin perjalanan dengan Siao-liong-li, meski hari sudah jauh malam, tapi mata kedua orang ini cukup terlatih, jalan di malam gelap mereka anggap seperti siang hari saja. Sudah lama berpisah dan kini kedua muda-mudi ini berdua kembali, betapa senang perasaan mereka tak perlu dilukiskan lagi, segala apa yang terjadi tadi, pertempuran mati2an, perdebatan dan caci maki, semuanya sudah mereka lupakan. Mereka berjalan terus tanpa bicam, akhirnya sampai di bawah suatu pohon Yang-liu yang rindang, tanpa berjanji keduanya mendekati dan duduk bersandarkan dahan pohon, lambat laun merekapun merasa letih dan kemudian terpulas sendirinya. Kuda kurus itu makan rumput hijau di kejauhan dengan bebasnya, hanya kadang2 terdengar suara meringkiknya yang pelahan. Setelah mendusin, hari sudah terang benderang, kedua muda-mudi itu saling pandang dan tertawa. "Ke mana kita sekarang, Kokoh?" Tanya Nyo Ko. "Lebih baik kembali Ko-bong (kuburan kuno) saja," Sahut Siao-liong-li sesudah merenung sejenak. Nyata sejak ia turun gunung, ia merasa meski dunia ramai ini sangat indah, tapi tetap tidak lebih merdeka daripada hidup dalam kuburan kuno itu. Nyo Ko juga tahu jiwa Siao-liong-li terlalu polos dan tidak cocok untuk bergaul dengan orang, ia pikir kalau selama hidup ini bisa berdampingan dengan gadis ini, selebihnya tiada yang dia inginkan lagi, dahulu ia suka kenangkan dunia luar yang ramai dan berharap bisa keluar kuburan, tetapi sesudah berkelana sekian lama, kembali ia rindu pada kehidupan yang aman tenteram dalam Ko-bong itu. Begitulah kedua orang itupun balik ke utara, sepanjang jalan mereka bicara dan menempuh jalan pe-lahan2. Yang satu tetap panggil "Ko-ji" Dan yang lain sebut "Kokoh", mereka merasa sebutan itu adalah paling cocok dan wajar. Sampai lohor, pembicaraan mereka sampai pada ilmu silat Kim-lun Hoat-ong dan murid2nya yang lihay luar biasa. "Ko-ji, pada bab terakhir dari Giok-li-sim-keng selamanya belum pernah kita latih, apa kau masih ingat?" Tiba2 Siao-liong-li berkata. "lngat, cuma berulang kali kita sudah pernah coba memecahkannya dan selalu gagal, agaknya pasti ada yang salah," Sahut Nyo Ko. "Sebenarnya akupun tak paham," Ujar Siao-liong-li. "tetapi kemarin melihat imam wanita tua itu menggeraki pedangnya, waktu itulah mengingat kan padaku akan sesuatu." Seketika Nyo Ko paham juga bila teringat tipu gerakan pedang yang digunakan Sun Put-ji kemarin. "Ya, ya," Segera ia berteriak. "harus digunakan berbareng antara Giok-li-sim-keng dan ilmu silat Coan-cin-pay, pantas kita sudah melatih kesana kemari masih belum berhasil." Kiranya dahulu cikal-bakal Ko-bong-pay, Lim Tiao-eng, sangat ter-gila2 pada Ong Tiong-yang, waktu tinggal sendiri dalam kuburan kuno ia ciptakan ilmu silat Giok-li-sim-keng, namun terhadap Ong Tiong-yang masih tetap tidak pernah lupa, maka sampai bab terakhir dari Giok-li-sim-keng yang dia tulis, timbul khayalannya pada suatu hari kelak pasti bisa sejajar dengan jantung hatinya menggempur musuh. Oleh karena itu, ajaran ilmu pada bab terakhir itu melukiskan seorang menggunakan ilmu dari Giok-li-sim-keng dan yang lain memakai ilmu silat Coan-cin-pay untuk saling bahu-membahu menggempur musuh. Begitulah dari segala isi hati yang pernah tumbuh dalam lubuk hati Lim Tiao-eng dahulu terhadap Ong Tiong-yang semuanya telah disalurkan melalui bab tarakhir dari ilmu silat ciptaannya itu. Waktu Siao-liong-li dan Nyo Ko melatihnya mula2, karena rasa cinta mereka belum bersemi maka tak mungkin mereka paham jerih payah maksud hati Cosu-popoh mereka, lebih2 tidak bisa dimengerti bahwa di antara mereka yang satu harus pakai ilmu silat perguruan sendiri dan yang lain harus gunakan ilmu silat Coan-cin-pay yang sama sekali berlawanan itu. Kini sesudah sadar, segera kedua muda-mudi itu jemput sebatang kayu dan sejurus demi sejurus merekapun mulai memecahkan pelajaran yang sudah lama belum berhasil itu. Dengan pelahan Siao-liong-li mainkan Giok-li-sim-keng dan Nyo Ko sebaliknya keluarkan Kiam-hoat Coan-cin-pay. Tetapi baru beberapa jurus mereka pecahkan, kembali mereka menghadapi jalan buntu karena satu dan lain tak cocok lagi Hendaklah tahu bahwa dahulu waktu Lim Tiao-eng menciptakan ilmu pedang ini, dalam khayalannya ia berdiri sejajar dengan Ong Tiong-yang menggempur musuh, maka setiap tipu gerakan selalu bekerja sama dengan rapat, kini Nyo Ko dan Siao-liong-li saling latih dengan tangkai kayu mereka anggap masing2 sebagai pihak lawan, waktu dimainkan dengan sendirinya menyimpang dan tak cocok, meski mereka mengulanginya ber-kali2 tetap tidak betul. "Apa mungkin kita sudah lupa, coba kita kembali Ko-bong dulu baru nanti melatihnya lagi." Ujar Siao-liong-li Selagi Nyo Ko hendak menjawab, tiba2 didengarnya di kejauhan ada suara derapan kuda, seorang penunggang secepat terbang telah mendatangi. Kuda itu seluruhnya berbulu merah, penunggangnya juga baju merah, hanya sekejap saja, orang dan tunggangannya bagai segumpal awan merah sudah lewat di samping mereka, nyata itu adalah kuda "si merah" Tunggangan Ui Yong. Nyo Ko tak ingin bertemu dengan keluarga Kwe Cing yang hanya menimbulkan rasa kesal saja, maka ia ajak Siao-liong-li pilih jalan kecil saja agar tidak kepergok dengan orang di depan sana. Meski Siao-liong-li adalah Suhu, tapi kecuali ilmu silat, urusan2 lain sama sekali ia tak paham, kalau Nyo Ko bilang pilih jalanan kecil, dengan sendirinya iapun menurut. Malamnya kedua orang menginap di suatu hotel kecil, Nyo Ko tidur di atas ranjang dan Siao-liong-li masih tetap tidur di atas tali yang digantung diantara dua belah dinding. Dalam hati kedua orang pasti hendak bersuami isteri tetapi karena beberapa tahun didalam kuburan kuno selalu tidur seperti demikian ini, sesudah bersua kembali mereka masih tetap tidur cara lama dan melatih diri seperti dulu2, yang mereka pikir ialah buah hati sudah berdampingan dan selanjutnya tak akan berpisah lagi, dalam hati mereka sama2 merasa girang dan terhibur tak terhingga. Besok siangnya, tibalah mereka sampai di suatu kota besar, kota itu penuh sesak dengan lalu lintas kereta kuda dan orang jalan hingga suasana sangat ramai. Nyo Ko ajak Siao-Iiong-li dahar ke suatu restoran, tapi baru saja mereka naik ke atas loteng. seketika Nyo Ko tercengang, ia lihat Ui Yong dan Bu-si Hengte juga sedang bersantap di situ. Karena sudah telanjur bertemu, Nyo Ko pikir tak enak menyingkir maka ia maju memberi hormat dan menyapa. "Kau melihat puteriku tidak?" Demikian Ui Yong bertanya dengan alis terkerut rapat dan muka muram sedih. "Tidak, apa Hu-moay tidak bersama dengan kau?" Jawab Nyo Ko. Belum lagi Ui Yong menjawab atau terdengar tangga loteng riuh ramai, beberapa orang telah naik ke atas, seorang yang jalan paling depan berperawakan tinggi besar, siapa lagi dia kalau bukan Kim-Iun Hoat-ong? Nyo Ko cukup jeli, ia tak bicara lagi dengan Ui Yong, tapi cepat kembali ke samping Siao-Iiong-li dan membisikinya. "Berpaling ke sana, jangan pandang mereka." Tapi betapa tajam sinar mata Kim-lun Hoat ong, begitu naik ke atas, seketika semua orang di atas loteng sudah masuk dalam pandangannya, maka terdengarlah ia tertawa-tawa dingin, dengan bebasnya ia duduk menyanding suatu meja. sebenarnya Nyo Ko sudah berpaling ke arah lain, mendadak ia dengar Ui Yong berseru. "Hu-ji!" Ia terkesiap, tanpa terasa ia menoIeh, maka terlihatlah Kwe Hu duduk semeja dengan Kim-lun Hoat-ong dengan mata terbuka lebar lagi pandang sang ibu, cuma tak berani menyeberang ke sini. Kiranya sehabis Kim-lun Hoat-ong dikalahkan ia masih penasaran dan memikirkan daya upaya untuk tebus kekalahannya itu, di samping itu Pengeran Hotu terkena jarum berbisa dan racunnya bekerja hebat, segala obat penawar sudah digunakannya tanpa berhasil, karena itu lebih2 menambah hasratnya hendak rebut obat, maka ia tak pergi jauh melainkan menunggu kesempatan baik di sekitar Liok-keh-ceng. Agaknya memang nasib Kwe Hu yang bakal ketimpa malang, pagi2 ia sudah jalan2 dengan kuda merahnya dan kebetulan kepergok Kim-lun Hoat-ong hingga diseret turun dari kudanya. Beruntung kuda merah itu sangat cerdik, secepat terbang binatang itu lari pulang dan mendengking pilu di hadapan sang majikan. Kwe Cing tahu sang puteri ketemukan bahaya, keruan terkejut, segera mereka memencar mencari-nya. Meski Ui Yong sedang mengandung, tapi kasih sayangnya pada sang puteri iapun naik kuda merahnya ikut mencarinya dan hari ini lebih dulu bertemu dengan Bu-si Hengte di kota ini lalu berjumpa pula dengan Nyo Ko berdua, siapa tahu secara sangat kebetulan, kemudian Kim-lun Hoat-ong juga mendatangi restoran ini dengan tawanannya. Kwe Hu. Nampak puterinya itu, terkejut tercampur girang Ui Yong, tapi sungguhpun ia banyak tipu akal, kini anak gadisnya jatuh dibawah cengkeraman musuh, ia hanya memanggil sekali habis itu iapun tak bicara lagi sepasang sumpit yang dia pegang itu menggores kian kemari di atas meja sembari memikirkan tipu daya untuk menolong puterinya. Sedang ia memikir, tiba2 terdengar Kim-lun Hoat-ong berkata. "Ui-panglu, ini puteri kesayanganmu bukan? Tempo hari kulihat ia menggelendot di pangkuanmu dengan manjanya, tampaknya sangat menarik sekali." Ui Yong menjengek, ia tidak menjawab. sebaliknya Bu Siu-bun lantas berdiri. "Hm, percuma kau sebagai ketua suatu aliran tersendiri, bertanding kalah, kini menganiaya anak gadis orang yang masih muda, sungguh tak kenal malu?" Bentak pemuda itu. Namun Kim-lun Hoat-ong anggap kata2 orang bagai angin lalu saja dan tak menggubrisnya, kembali ia berkata pada Ui Yong. "Ui-pangcu, kau suruh orangmu antarkan dulu obat penawar racun jarum berbisa itu, kemudian kita boleh bertanding pula se-adil2nya untuk menentukan Bu-lim Beng-cu sebenarnya menjadi bagian siapa." Ui Yong menjengek lagi, ia tetap tak menjawab Dan kembali Bu Siu-bun berdiri lagi sambil ber-teriak2 . "Kau bebaskan dulu nona Kwe dan kami lantas berikan obat, soal bertanding boleh dirundingkan nanti." Ui Yong coba melirik Nyo Ko dan Siao-liong-li, dalam hati ia pikir. "Obat penawar ada pada kedua orang ini, tapi Siu-ji seenaknya saja menjanjikan pada lawan, siapa tahu orang mau memberi atau tidak." Sementara itu terdengar Kim-lun Hoat-ong berkata lagi. "Am-gi beracun di jagat ini apakah hanya kalian yang punya? Kalian melukai muridku dengan jarum berbisa, akupun gunakan paku berbisa melukai puterimu. Kalian berikan obat penawarnya, kamipun obati lukanya, Tapi soal bebaskan orang, inilah tak mudah." Melihat keadaan puterinya biasa saja, tampaknya tidak terluka, namun kasih sayang ibu, betapa pun Ui Yong bingung juga, Dan karena bingung, menjadikan kecerdasannya hilang hingga seketika sama sekali tak berdaya. Sementara itu tiada hentinya pelayan mengantarkan daharan ke meja Kim-lun Hoat-ong, mereka makan minum se-puas2nya sambil bicara dan bergurau dalam basa Tibet. Kwe Hu duduk terpaku memandang sang ibu, mana ada napsu makan barang sesumpit saja? Hati Ui Yong bagai di-sayat2, siapa tahu, nasib malang memang biasanya tak menyendiri tiba2 perutnya terasa melilit sakit. Habis makan, kemudian Kim-lun Hoat-ong berbangkit dulu, tiba2 ia berkata pula. "Ui-pang-cu, marilah ikut pergi sekalian dengan kami," Ui Yong terkejut tapi segera iapun insaf, nyata orang bukan saja tak mau bebaskan puterinya, bahkan ia sendiripun hendak "dibawa" Pergi sekalian, Kini ia hanya sendirian tanpa didampingi sang suami, Kwe Cing, hanya ada Bu-si Hengte yang terang bukan tandingan orang, terpikir akan ini, tak tertahan air mukanya berubah hebat "Ui-pangcu," Kata lagi Kim-lun Hoat-ong. "jangan takut kau adalah tokoh terkemuka Bu-lim daerah Tionggoan, sudah tentu akan kami ladeni dengan hormat. Asal kedudukan Bu-lim Beng-cu sudah selesai dirunding, seketika juga kami antarkan kembali ke selatan dengan baik-baik," Kiranya begitu Kim-lun Hoat-ong lihat air muka Ui Yong, segera ia bergirang dapat kesempatan bagus, asal bisa menawan orang, tiada jalan lain, semua jago Tiooggoan pasti akan menyerah, hal ini terang beratus kali lebih berharga daripada menawan Kwe Hu saja. Di lain pihak demi nampak ibu guru mereka dihina, meski tahu bukan tandingan orang, namun Bu-si Hengte tak bisa diam begitu saja, begitu pedang dilolos, segera mereka menghadang di depan ibu guru. "Lekas loncat jendela melarikan diri, beritahu Suhu agar datang menoIong." Ui Yong bisiki kedua saudara Bu itu. Tapi Bu-si Hengte pandang sekejap dulu padanya, lalu pandang pula ke arah Kwe Hu, habis ini barulah lari ke jendela. "Kenapa ragu2?" Diam2 Ui Yong omeli kedua anak muda itu. Betul saja, sedikit terlambat itu menjadi tak keburu lagi Mendadak Kim-lun Hoat-ong ulur tangan ke depan, satu tangan satu punggung mereka dijamberet bagai elang mencengkeram kelinci Dalam keadaan begitu Bu-si Hengte masih putar pedang menusuk musuh, namun sama sekali Kim-lun Hoat-ong tak berkelit ia hanya guncang sedikit tangannya hingga serangan kedua saudara Bu itu salah arah semua, pedang Bu Tun-si menusuk Siu-bun dan pedang Siu-bun menusuk Tun-si. Kaget sekali kedua Bu cilik itu, lekas2 mereka lepas pedang hingga menerbitkan suara nyaring, dua pedang jatuh ke lantai dan barulah selamat tak melukai mereka sendiri, ketika Kim-lun Hoat-ong angkat tangannya, kedua pemuda itu dilemparkannya sejauh setombak lebih. "Hm, lebih baik ikut pergi Hud-ya (tuan Budha) saja," Kata Hoat-ong tertawa dingin, lalu ia berpaling pada Nyo Ko dan Siao-liong-li, katanya pula. "Kalian berdua tidak sejalan dengan Ui-pangcu, bolehlah pergilah ke arah sendiri dan selanjutnya jangan ganggu urusan Hud-ya lagi." Sebenarnya bukan Hoat-ong memberi "service istimewa" Pada mereka berdua, sebaliknya inilah kelicikannya. Ia tahu Ui Yong, Siao-liong-li dan Nyo Ko sangat lihay, meski satu lawan satu tiada yang bisa menandingi dirinya, tapi kalau mereka bergotong-royong menempurnya, itulah bisa berabe baginya, sekalipun pihaknya akhirnya menang juga belum tentu akan bisa menawan Ui Yong. Sebab itulah ia sengaja memecah belah mereka dulu agar satu sama Iain tidak saling bantu. "Ko-ji, marilah kita pergi," Kata Siao-liong-li pada Nyo Ko. "Hwcsio tua ini sangat lihay, tak perlu kita cari gara2 bertempur padanya." Nyo Ko menyahut baik, iapun bereskan rekening makanan mereka dan berdiri menuju ke tangga loteng, ia pikir dengan kembalinya ini ke kuburan kuno, boleh jadi untuk selamanya tak akan berjumpa pula dengan Ui Yong, karena itu tanpa tertahan ia menoleh memandang sekejap pada sang bibi. Tapi karena menolehnya ini, ia lihat paras Ui Yong pucat muram, sebelah tangannya memegang perut, jelas kelihatan lagi menahan sakit. Meski tindak-tanduk Nyo Ko suka turuti wataknya yang jahil, namun jiwanya justru dilahirkan berbudi dan setiakawan, ia pikir Kwe-pepek dan Kwe-pekbo melarang aku bergaul dengan Kokoh, hal ini memang agak terlalu, tapi sebenarnya mereka tiada maksud jahat padaku, hari ini Kwe-pekbo ada kesukaran, kenapa kutinggal pergi begini saja? Cuma musuh sungguh terlalu kuat, meski diriku dan Kokoh maju berbareng juga belum pasti bisa melawan paderi Tibet ini, kalau sudah terang tak bisa menolong Kwe-pekbo lagi, untuk apa jiwa ku sendiri dan jiwa Kokoh ikut dikorbankan percuma? tidakkah lebih baik lekas pergi memberi tahu Kwe-pepek agar lekas datang menolong saja." Berpikir begitu, Nyo Ko lantas kedipi Ui Yong. Maka tahulah Ui Yong pemuda ini hendak kirim kabar minta pertolongan hatinya menjadi agak lega, pelahan sekali ia mengangguk Lalu dengan gandeng tangan Siao-liong-li lantas Nyo Ko hendak melangkah turun tangga loteng, tapi mendadak dilihatnya seorang Busu Mongol mendekati Ui Yong dan membentaknya dengan kasar. "Hayo, jalan, tunggu apa lagi?" Segera pun tangan Ui Yong hendak ditariknya, Nyata sang bibi dianggapnya seperti pesakitan saja. Sudah behsan tahun Ui Yong menjabat pangcu Kay-pang, betapa tinggi dan terhormat kedudukannya dalam Bu-lim. Meski kini berhalangan, tidak nanti ia mau terima dihina sembarang orang, Ketika dilihatnya tangan jago Mongol yang kasar hitam berbulu itu mengulur tiba, mendadak lengan bajunya mengebas ke atas, ia tutupi lengannya dengan kain baju itu, menyusul mana ia cekal sekalian tangan orang terus disengkelit ke samping, maka terdengarlah suara gedebukan keras, tubuh jago Mongol yang gede itu telah "terbang" Keluar melalui jendela dan terbanting ke tengah jalan umum hingga setengah mampus. Kiranya pembawaan Ui Yong suka kebersihan ia tak sudi tangannya yang putih bersih itu tersentuh tangan orang yang kasar hitam, maka dengan lengan baju ia bungkus dulu lengan sendiri baru banting orang ke bawah loteng. Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Para tamu restoran itu tadinya mendengarkan percakapan mereka yang berlangsung sopan beraturan, maka tiada yang ambil perhatian, siapa tahu mendadak lantas saling labrak, keruan seketika suasana kacau baIau. "Ha, sungguh hebat kepandaian Ui -pangcu !" Jengek Kim-lun Hoat-ong. Habis ini ia tirukan jago Mongol tadi, dengan langkah lebar iapun maju hendak tarik tangan Ui Yong. Ui Yong tahu orang sengaja hendak pamer kepandaian, meski suatu gerakan yang sama, namun hendak membantingnya seperti Busu Mongol tadi tidaklah mungkin lagi, terpaksa ia mundur setindak. Waktu itu Nyo Ko sudah melangkah turun beberapa tingkat tangga loteng, ketika mendadak nampak kedua pihak terjadi perkelahian dan segera Ui Yong akan dihina, terbangkitlah jiwa ksatrianva yang murni, tak terpikir lagi mati-hidup atau selamat secepat terbang ia melompat kembali ia samber pedang Bu Tun-si yang terjatuh tadi terus dengan tipu "oh-liong-jut-hiat" Atau naga hitam keluar dari gua, secepat kilat ia tusuk punggung Kim-lun Hoat-ong sambil membentak. "Ui-pangcu lagi kurang sehat, tapi kalian justru ambil kesempatan ini buat mendesaknya, kau kenal malu tidak ?" Ilmu silat Kim-lun Hoat-ong memang nyata setingkat lebih tinggi daripada orang lain, ketika mendengar dari belakang menyamber angin tajam, sama sekali ia tak menoleh, melainkan putar tangan ke belakang dan menyentil batang pedang orang, Maka terdengarlah suara "cring" Yang keras Nyo Ko merasakan tangan se-akan2 kaku dan ujung pedang lantas menusuk ke bawah, ia kuatir musuh susulkan serangan lain, maka cepat melompat ke samping. "Anak muda," Kata Kim-lun Hoat-ong. "lekas kau pergi saja ! ilmu silatmu hebat, hari depanmu pasti jauh melebihi aku, tapi kini kau masih bukan tandinganku, buat apa kau paksakan diri ikut campur dan antar njawa percuma di bawah roda emasku ?" Dengan kata2nya sekaligus ia telah umpak Nyo Ko setinggi langit dan kemudian dibanting pula dengan ancaman, Padahal roda emasnya pernah dihantam jatuh oleh Nyo Ko dan Siao-liong-Ii hingga jabatan Bu-lim Bengcu yang tinggal diduduki itu menjadi gagal, dengan sendirinya tiada taranya rasa gemasnya pada kedua muda-mudi ini. Cuma kini ia harus pilih jalan paling menguntungkan ia ingin tawan Ui Yong sebagai tujuan pertama dan tidak ingin banyak mengikat permusuhan, ia mengharap Nyo Ko dan Siao-liong-li angkat tangan dari percecokan ini dan jangan ikut campur, tapi di kemudian hari ia masih bisa bikin perhitungan dengan kedua anak muda ini. Harus diketahui bahwa Kim-lun Hoat-ong adalah seorang ketua dari suatu aliran yang agung, ia bisa berpikir panjang di samping ilmu silatnya yang luar biasa itu. Dengan umpakannya tadi, bukanlah dia merendah dan juga tidak gertak sambel belaka, betapapun Nyo Ko memang masih berwatak ia dengar orang bilang kelak dirinya akan melebihinya, sudah tentu amat girang hatinya. "Ah, Hwesio tua tak terlalu rendah diri," Demikian ia kata dengan tertawa. "untuk melatih setingkat kau sesungguhnya tidak gampang, Ui-pangcu ini telah pelihara aku dari kecil hingga besar, maka sukalah jangan kau persukar dia, Kalau bukan kesehatannya terganggu kini, belum tentu ilmu silatmu bisa menangkan dia, kalau kau tak percaya, kelak bila badannya sudah sehat boleh coba kau bertanding dengan dia?" Nyo Ko sangka Kim-lun Hoat-ong sangat angkuh, deruan kata2 pancingannya ini boleh jadi lantas lepaskan Ui Yong. Siapa tahu Kim-lun Hoat-ong justru kuatir kalau Ui Yong, Siao-liong-li dan Nyo Ko bertiga mengeroyok padanya, karena itu tadi ia berlaku sungkan pada Nyo Ko, kini mendengar Ui Yong lagi sakit, ia pikir kebetulan, kalau melulu kalian berdua muda-muui ini, kenapa aku Kim-lun Hoat-ong harus takut? Ketika ia amat-amati Ui Yong sejenak, betul juga ia lihat wajah orang pucat Iesu, terang sakitnya tidak ringan, maka sekali tertawa dingin, cepat ia mendahului berdiri ke mulut tangga loteng. "Baiklah, kalau begitu kaupun tinggal sekalian !" Katanya segera. Waktu itu Siao-liong-Ii lagi berdiri di tengah tengah tangga, karena dialing-alingi Kim-lun Hoat-ong yang memisahkan dia dan Nyo Ko, ia menjadi tak sabar "He, menyingkir kau, Hwesio, biarkan dia turun !" Katanya. Mendadak alis Kim-lun Hoat-ong menegak, dengan gerak tipu ."tan-ciang-khay-pi" Atau sebelah tangan membelah pilar, cepat sekali ia memotong ke bawah. "Memangnya tenaganya amat besar, pula dari atas ke bawah, tentu saja serangan ini keras luar biasa. Tak berani Siao-liong-li sambut pukulan itu, iapun kuatirkan Nyo Ko yang terpisah di atas Ioteng, mendadak ia tutul kedua kakinya, bukannya melompat ke bawah, sebaliknya ia mencelat ke atas menyelusup lewat di samping musuh untuk kemudian berdiri sejajar dengan Nyo Ko. Waktu orang menyelusup lewat, cepat juga Kim-lun Hoat-ong menyikut ke belakang, tapi luput, mau-tak-mau iapun kagum pada kegesitan dan kecepatan Siao-Iiong-li. Sementara itu Nyo Ko sudah jemput lagi pedang Bu Siu-bun yang terjatuh tadi dan diberikan pada Siao-liong-li. "Hwesio ini kurangajar, mari, Kokoh, kita hajar," Ajaknya segera. Di pihak lain Kim-lun Hoat-ong sudah keluarkan juga sebuah roda yang bersuara gemerenceng, roda ini sama besarnya dengan roda emas yang dirampas Nyo Ko itu, hanya warnanya hitam mulus seperti terbuat dari baja. Kiranya senjata Kim-lun Hoat-ong seluruhnya ada lima roda, masing2 terbikin dari emas, perak, perunggu, timah dan besi, Bila ketemukan musuh kuat, sekaligus lima roda bisa digunakan berbareng, tapi selamanya ia hanya pakai Kim-lun atau roda emas dan entah sudah berapa banyak musuh kuat yang dia robohkan, sebab itulah ia memperoleh julukan "Kim-lun Hoat-ong" Atau Raja agama Roda emas, sedang roda2 perak, perunggu, timah dan besi selamanya malah belum pernah terpakai. "Ui-pangcu, apa kau juga akan maju sekalian ?" Demikian kata Hoat-ong kemudian sambil melirik Ui Yong. Harus diketahui meski dilihatnya Ui Yong berwajah sakit, tapi tetap ia gentar atas ilmu silat orang, sebutan "Ui-pangcu" Itu maksudnya mengingatkan Ui Yong adalah ketua suatu perkumpulan besar, kalau maju mengeroyok tentu akan merosot kan kedudukannya sebagai Pangcu. "Ui-pangcu akan pulang saja, ia tiada tempo buat main2 dengan kau," Seru Nyo Ko tiba2. Habis ini iapun berpaling pada Ui Yong. "Kwe-pekbo, kau bawa Hu-moay pergi saja." ---------- ket. gbr --------Nyo Ko berdampingan dengan Siao-liong-li melabrak Kim-lun Hoat-ong, nyata Giok-li-sim-king yang mereka latih bersama ini menjadi semakin lancar, serasi dan bersatu-padu. ------------------------------Nyata pemuda ini sudah tmemperhitungkan baik2, ia sendiri dan Siao-liong-li meski belum pasti bisa menang mengeroyok Kim-lun Hoat-ong, tetapi kalau bertahan sekuat tenaga untuk kemudian berdaya melarikan diri, hal ini besar harapan bisa dilakukan. Baiknya kini bukan bertanding silat, asal bisa melepaskan diri, peduli siapa soal kalah segala, Maka begitu pedang bergerak, segera ia menusuk lebih duIu. Melihat Nyo Ko gunakan ilmu dari Giok-li-sim-keng, menyusul segera Siao-liong-li ikut menyerang juga dari samping, dalam hati gadis ini sebaliknya tiada sesuatu perhitungan ia melihat Nyo Ko bergebrak dengan Hwesio ini, segera iapun turun tangan membantu. Namun sekali ayun rodanya, dua pedang sekaligus sudah ditangkis Kim-lun Hoat-ong, meja kursi di atas loteng restoran itu terlalu banyak hingga merintangi kebebasannya, maka sambil putar rodanya sembari Kim-lun Hoat-ong tendang meja kursi yang meng-halang2inya. "Kalau tenaga lawan tenaga, pasti kami kalah, tapi bila gunakan akal, untuk sementara masih bisa bertahan," Demikian pikir Nyo Ko. Maka waktu nampak meja kursi ditendang orang, sengaja ia tendang kembali alat prabot itu ke tengah untuk merintangi musuh. Dasar Ginkang Nyo Ko dan Siao-liong-li sudah tinggi sekali, mereka menyelusup ke sana ke mari dan tidak memapak musuh dari depan, kadang2 mereka timpuk orang dengan poci arak dan tempo2 sampar mangkok piring ke muka orang. Keruan seluruh loteng restoran itu menjadi kacau balau dan hancur berantakan Dan karena ribut2 itu, kesempatan mana digunakan Ui Yong untuk menarik Kwe Hu ke sebelahnya. Darba yang terkena "lh-hun-tay-hoat" Nyo Ko sementara itu masih setengah sadar, pangeran Ho-tu terluka parah oleh racun jarum tawon putih, sedang ilmu silat jago2 Busu Mongol lain terlalu rendah, mana mereka bisa menahan Ui Yong. "Kwe-pekbo, lekas kalian pergi saja," Teriak Nyo Ko. Tapi Ui Yong saksikan daya serangan Kim-Iun Koat-ong lihay tiada taranya dan tampaknya Nyo Ko dan Siao-Iiong-li sukar bertahan meski sudah keluarkan tenaga penuh, bila sedikit lengah hingga musuh turun tangan keji, pasti jiwa kedua muda-mudi ini tak terjamin pula. Karena itu Ui Yong tak tega tinggal pergi, ia pikir orang mati2an berusaha menolong dirinya, sebaliknya dirinya sendiri malah tinggal pergi, ini sesungguhnya tak patut, Maka ia tetap berdiri di tempatnya menyaksikan pertarungan itu, hanya Bu-si Hengte berulang kali mendesak sang ibu guru. "Marilah, Sunio (ibu guru), kita berangkat dulu, badanmu kurang sehat, haruslah jaga diri baik2," Demikian kata kedua saudara Bu. Mula2 Ui Yong tak gubris desakan mereka, tapi ketika didesak lagi, akhirnya ia gusar. "Hm, jadi manusia tidak kenal budi, apa gunanya berlatih silat ?" Demikian ia mendamperat. "Dan kau apa manfaatnya pula hidup di dunia ini? Orang she Nyo ini beratus kali lebih hebat dari kalian, Hm, sebaiknya kalian berdua menggunakan pikiran lebih banyak." Maksud baik kedua saudara Bu itu ternyata disambut dengan damperatan oleh sang ibu guru, keruan mereka menjadi kikuk dan malu "Bu-keh Koko, hayolah, kita maju bersama !" Seru Kwe Hu tiba2 sambil samber sepotong kaki meja patah. Tapi cepat sekali Ui Yong menarik sang puteri "Hm, dengan sedikit kepandaianmu ini apa kau hendak antarkan kematian?" Katanya. Kwe Hu tak yakin atas omelan ibunya, mulutnya menjengkit kurang percaya, ia lihat ilmu silat Nyo Ko dan Siao-liong-li biasa saja tiada sesuatu yang hebat, meski gayanya bagus, tapi gerak senjatanya lambat. Nyata ia tak tahu bahwa ilmu silat kedua orang itu memang jauh di atasnya dan saat itu lagi gunakan Giok-li-kiam-hoat dari Ko-bong-pay yang hebat untuk menempur musuh. Beberapa kali Kim-lun Hoat-ong merangsang maju dan setiap kali kena dirintangi meja kursi yang jungkir balik di lantai, sedang Nvo Ko dan Siao-iiong-li bisa bergerak cepat enteng ke sana kemari main kucing2an. Tiba2 hatinya tergerak ia gunakan tenaga kakinya, maka terdengarlah suara "kraak, peletak" Ber-ulang2, perabot apa saja yang merintangi diinjaknya remuk, Sedang roda besi diputar cepat menghantam terus sambil kaki keluarkan tenaga raksasa, ke mana menginjak, di sana juga meja kursi lantas hancur ber-keping2, Hanya sekejap saja di atas loteng sudah penuh ter-timbun kayu hancur dan ketiga orang masih terus saling labrak di atas tumpukan kayu tanpa ada meja kursi yang merintangi lagi. Kini Kim-Iun Hoat-ong bisa melangkah lebar sesukanya dan rodanya berputar kencang hingga menerbitkan suara gemerantang riuh, ia lakukan serangan cepat pada dua lawannya, sebaliknya karena kehilangan tameng meja kursi, terpaksa Nyo Ko dan Siao-liong-Ii harus lawan orang dengan ilmu kepandaian sejati. Tiga kali Kim-lun Hoat-ong menghantam tangan Nyo Ko sampai sakit tergetar oleh tenaga orang yang kuat sementara itu serangan keempat Kim-lun Hoat-ong menghantam pula dari atas, belum tiba rodanya angin tajam sudah menyamber, dulu, betapa lihaynya sungguh sangat mengejutkan. Lekas2 Nyo Ko dan Siao-liong-li menangkis berbareng dengan ujung pedang menahan roda orang, gabungan tenaga kedua orang barulah mampu tangkis serangan Hoat-ong itu, namun senjati merekapun sudah tertindih hampir2 bengkok. Ketika tangan mereka menyendal, roda besi lawan digentak pergi, menyusul mana cepat Nyo Ko menusuk bagian atas orang dan Siao-liong-li membabat kaki kiri lawan. Mendadak Kim-lun Hoat-ong malah angkat kaki terus menutul pergelangan tangan Siao-Iiong li, sedang rodanya menghantam ke samping mengarah tengkuk Nyo Ko. Tadinya Nyo Ko sangka lawan pasti akan hindarkan serangannya dahulu baru kemudian balas menyerang, siapa tahu orang anggap tusukannya bagai tiada terjadi sesuatu, ia menjadi heran apa orang melatih ilmu sebangsa Kim-ciong-tok dan Tiat-poh-san yang lihay dan tebal ? Namun dalam saat berbahaya, tak sempat lagi buat selidiki kekebalan lawan itu sungguh2 atau palsu, terpaksa ia harus tolong diri sendiri duIu, maka iapun menunduk dan berjongkok untuk hindarkan ketokan roda besi lawan. Tak terduga perubahan aneh lantas terjadi tiba2 Kim-lun Hoat-ong timpukkan roda besinya ke kepala Nyo Ko, sedang kedua tangan kosong lantas menjambret Siao-liong-li. serangan aneh oan cepat, ternyata sekaligus Kim-lun Hoat-ong telah serang kedua musuhnya dari arah yang sukar diduga. Pada detik luar biasa itulah Ui Yong berteriak kaget dan segera bermaksud menyerobot maju menolong, namun tiba2 dilihatnya Nyo Ko mencelat ke samping dan belum tancap kaki ke bawah, tahu2 pedangnya lantas tusuk punggung Kim-lun Hoat-ong dengan cepat. Tipu serangan Nyo Ko inipun sekaligus "dwi-guna", pertama hindarkan bahaya diri sendiri, berbareng paksa Kim-lun Hoat-ong tarik kemba'i serangannya pada Siao-liong-li. Tipu serangan ini di sebut "gan-hing-sif -kik. atau burung belibis terbang menggempur dari samping, inilah Kiam-hoat dari Coan-cin-pay. Kim-lun Hoat-ong bersuara heran oleh serangan balasan Nyo Ko yang hebat ini, lekas2 ia angkat kakinya memotong ke pinggiran roda besinya yang waktu itu masih belum jatuh ke tanah hingga roda itu kena dibikin mencelat menyamber kepala Nyo Ko lagi sambil bersuara nyaring. Pada saat berbahaya Nyo Ko tadi berhasil keluarkan tipu Kiam-hoat Coan-cin-pay, lekas ia ke luarkan pula tipu gerakan Coan-cin yang disebut "pek-hong-"keng-thian" Atau pelangi putih menghiasi langit, dengan batang pedang ia sampuk roda orang. Sebenarnya sampukan ini percuma saja karena pedang enteng dan roda berat, siapa tahu karena sedikit menyenggoI roda itu, mendadak membawa efek arah roda terus menyamber ke arah Kim-lun Hoat-ong sendiri. Roda besi itu adalah benda mati, sudah tentu ia tidak kenal siapa majikan dan siapa musuh, keruan terus menyelonong cepat luar biasa, Saking bagusnya kejadian itu hingga Kwe Hu bertepuk tangan bersorak Kim-lun Hoat-ong berani lepaskan senjata untuk menimpuk orang, sebabnya ia menduga tak nanti musuh sanggup merampas rodanya, bila senjata lawan kebentur, betapapun berat senjata itu pasti akan terpental dari cckalan, Siapa duga Nyo Ko ternvata punya kepandaian menyampuk roda yang hebat hingga senjata menyamber ke arah dirinya sendiri. Dalam gusarnya roda yang membalik itu terus ditangkapnya, diam2 ia gunakan gaya me-mutar, kembali ia timpukkan roda itu pula, Kini ia tambahi tenaga hingga putaran roda itu makin cepat hingga gotri dalam roda tidak menerbitkan suara, padahal Nyo Ko berhasil sengkelit balik roda orang tadi sebenarnya secara tidak sengaja telak keluarkan ilmu Kiu-im-cin-keng, kini ia coba mengulangi lagi maka terdengarlah suara "trang" Yang keras, tahu2 pedang tergetar jatuh, berbareng dengan tenaga raksasa Kim-lun Hoat-ong telah memukul juga kearah Nyo Ko. Kiranya Kiu-im-cin-keng yang Nyo Ko latih masih belum sempurna, maka tenaga yang dipergunakan sekali ini tidak tepat Nampak Nyo-Ko menghadapi bahaya, sedikit mengegos pinggang, cepat sekali pedang Siao-Iiong-li lantas menusuk, tipu serangan ini bukan saja amat lihay, bahkan gayanya manis menarik, nyata ia telah gunakan kepandaian Giok-li-sim-keng ajaran bab terakhir. Saking bagus dan tepat serangan itu hingga Ui Yong dan Kwe Hu berseru memuji berbareng. Lekas2 Kim-lun Hoat-ong melompat untuk tangkap kembali rodanya buat tangkis pedang orang, kesempatan inipun digunakan Nyo Ko menyamber kembali senjatanya yang terpental ke udara tadi. Sungguh gebrakan barusan ini hebat sekali dan berbahaya Setiap orang kalau kepepet timbulnya akal juga lebih tajam, mendadak Nyo Ko berpikir. "Kalau aku dan Kokoh gunakan Giok-li-kiam-hoat, saat berbahaya lantas berubah menjadi selamat Apakah bab terakhir dari Giok-li-sim-keng itu memang mengajarkan cara bersilat kombinasi demikian?" Karena pikiran itu, segera iapun berteriak. "Kokoh, pergi-datang kita tak berhasil melatihnya, tapi kini sudah betul lihat ini tipu "Iong-jik-thian-khe" (jejak meratai jagat) !" Sembari berkata pedangnya menusuk juga dari samping. Tidak sempat Siao-liong-li banyak berpikr, maka iapun menurut dan gunakan tipu "long-jik-thian-khe" Menurut apa yang tercatat dalam Sim-keng, ia memotong dari depan, Tipu serangan Nyo Ko adalah Coan-cin-kiam-hoat yang lihay dan Siao-liong-li gunakan Giok-Ii-kiam-hoat yang tak kenal ampun, paduan serangan pedang ini ternyata luar biasa daya tekanannya. Karena belum sempat berjaga-jaga, lekas-lekas Kim-lun Hoat-ong melompat mundur, namun terdengar juga suara "bret-bret" Dua kali, kedua pedang orang telah mengenai tubuhnya semua, baju bawah bahu Hoat-ong tertusuk tembus oleh serangan itu. Sekalipun ilmu kepandaian Kim-lun Hoat-ong sudah mencapai luar dalam yang hebat, kalau senjata guru silat biasa saja tak nanti bisa melukainya namun Lwekang Nyo Ko dan Siao-liong-li sudah terlatih tinggi, kalau sampai kena ditusuk, sukar dibayangkan bagaimana jadinya. Maka bajunya terlubang sudah cukup bikin dia berkeringat dingin. "Hoa-cian-gwat-he (bunga mekar di bawah sinar bulan) !" Terdengar Nyo Ko berteriak lagi. Berbareng itu ia membacok ke bawah cepat, sedang Siao-liong-li lantas membabat ke kanan dan ke kiri. Mau-tak-mau Kim-lun Hoat-ong dibikin kacau oleh serangan kedua orang yang bersimpang siur itu, ia tak tahu pasti dari arah mana sebenarnya serangan orang, terpaksa ia melompat mundur lagi buat menghindar. "Jing-im-siao-yok (minum sekedar dan jamuan sederhana) !" Lagi-Iagi Nyo Ko berseru. Berbareng ujung pedangnya mendoyong ke bawah seperti orang angkat poci lagi menuang arak, sebaliknya Siao-liong-li angkat ujung pedang ke atas menuding mulut sendiri seperti angkat cawan sedang minum. Nampak serangan kedua orang makin lama makin aneh dan bisa kerja sama dan bantu-membantu dengan bagus, dimana ada kelemahan segera dibantu yang lain, setiap kelemahan lantas berubah menjadi tipu serangan yang lihay. Makin dipikir Kim-lun Hoat-ong semakin terkejut. ia pikir. "Betapa besarnya jagat ini ternyata tidak sedikit orang2 kosen, Kiam-hoat hebat seperti ini tak pernah kubayangkan di Tibet, Ai, aku benar2 seperti katak di dalam tempurung dan berani pandang rendah Enghiong seluruh jagat ini." Karena pikiran yang mengkeret ini, keruan ia semakin terdesak, Padahal dengan ilmu kepandaian Kim-lun Hoat-ong yang hebat sebenarnya sudah jarang ada tandingannya bagi ksatria2 di daerah Tionggoan. Meski secara mujur Nyo Ko dan Siao-liong-li berhasil mempelajari berbagai ilmu silat yang bagus, tapi keuIetannya kini kalau dibanding Kim-lun Hoat-ong masih selisih sangat jauh, tapi mereka justru telah pecahkan Kiam-hoat ciptaan Lim Tiao-eng yang luar biasa itu dan mendadak dikeluarkan seketika Hoat-ong jadi kelabakan dan terdesak. Setiap tipu gerakan dari Kiam-hoat baru ini harus dimainkan bersama laki dan perempuan, setiap gerak serangan mengandung maksud sesuatu cerita romantis, seperti "Kim-pit-siang-ho" Atau dua sejoli hidup rukun. "siong-he-tui-ek" Atau main catur di bawah pohong siong. "so-swan-heng-teh" Atau menyapu salju menyeduh teh, dan "ti-pian-tiau ho"-atau memainkan burung Ho di tepi kolam, semuanya itu adalah hidup yang romantis. Kiranya Lim Tiao-eng patah hati dalam soal cinta hingga melewatkan hari tuanya di dalam kuburan kuno, dengan bakatnya yang tinggi mempelajari macam2 kepandaian, akhirnya ia salurkan semuanya ke dalam ilmu silat ciptaannya ini. Siapa duga beberapa puluh tahun kemudian ternyata ada sepasang muda-mudi yang dapat menggunakan ilmu pedangnya yang hebat ini untuk menempur musuh tangguh. Kalau mula2 Nyo Ko dan Siao-Iiong-li memainkan ilmu pedang itu dengan rada kaku, tapi makin lama semakin lancar dan biasa, semangat merekapun bertambah kuat Semakin mereka bersatu padu, semakin Kim-lun Hoat-ong susah menahannya hingga ia menyesal tadi telah injak hancur semua perabot meja kursi, kalau masih ada rintangan perabot itu, tentunya daya serangan kedua lawan ini tak akan begini gencar dan Iihay, selanjutnya besar kemungkinan ia tak sanggup melawan lagi, terpaksa Hoat-ong mundur selangkah ke tangga loteng dan turun setingkat demi setingkat. Tentu saja tekanan Nyo Ko dan Siao-Jiong-li semakin kuat dari atas ke bawah, tampaknya segera saja Kim-Iun Hoat-ong akan bisa diusir pergi, riba2 terdengar Ui Yong berseru. "Membasmi penjahat harus sampai akar2nya, Ko-ji, jangan lepaskan dia !" Kiranya Ui Yong dapat melihat sebabnya Nyo Ko dan Siao-liong-li bisa menangkan Kim-hm Hoat-ong karena andalkan jurus Kiam-hoat yang bagus, sesungguhnya boleh dikatakan karena kebetulan kalau hari ini musuh dilepaskan, ilmu silat paderi asing ini sangat tinggi, bila ia pulang dan mempelajari lebih mendalam hingga mendapatkan cara mematahkan Kiam-hoat baru ini, hal ini berarti bibit penyakit kelak hendak membasminya tentu beribu kali lebih sulit, maka Ui Yong berteriak agar kedua muda-mudi itu gunakan kesempatan sekarang buat membasminya saja. Nyo Ko menyahut sekali, segera ia lontarkan tipu2 berbahaya seperti "siau-wan-ge-kiok" (pesiar taman menikmati bunga kiok). "cian-ciok-ya-wa"" (menyanding lilin bercakap sepanjang malam). "se-jong-lian-ki" (main pantun di tepi jendela). "tiok-liam-lim-ti" (kerai bambu di tepi kolam) dan lain2 serangan mematikan hingga hampir2 Kim-Iun Hoat-ong tak mampu menangkis jangankan hendak balas menyerang. Begitulah sebenarnya Nyo Ko hendak turut pesan Ui Yong untuk membunuh musuh tangguh ini, siapa tahu dahulu waktu Lim Tiao-eng ciptakan "Giok-li-kiam-hoat", dalam hatinya penuh rasa kasih mesra, meski lihay setiap tipu serangannya, namun tiada satupun yang merupakan tipu mengarah jiwa musuh, Karena itu meski Nyo Ko berdua mendesak Kim-lun Hoat-ong hingga paderi ini kelabakan dan serba susah, tapi untuk cabut nyawanya juga tidak gampang. Tentu saja yang paling cemas rasanya yalah Ui Yong yang menonton disamping. Kim-lun Hoat-ong tak mengerti darimana asal-usuI Kiam-hoat orang, ia sangka masih ada tipu serangan lihay yang belum dilontarkan Nyo Ko berdua, asal tipu2 lihay itu keluar, boleh jadi jiwanya akan melayang. Dalam keadaan kepepet tiba2 ia mendapat akal, ia melangkah mundur dan gunakan tenaga berat pada kakinya hingga tiap2 kali ia melangkah mundur, setiap papan imdak.2an tangga itu patah diinjaknya. Karena perawakan Kim-lun Hoat-ong tinggi besar, Nyo Ko berdua tak berdaya mencegat ke belakangnya ketika undak2an tangga ketiga patah, senjata Nyo Ko dan Siao-liong-li sudah tak dapat mencapai diri orang lagi. "Nah, har ini barulah aku kenal ilmu silat Tionggoan dan amat kagum," Kata Kim-lun Hoat-ong sambil angkat rodanya. Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Apa namanya ilmu pedangmu ini?" "Masakah kau tak tahu?" Sahut Nyo Ko tertawa. "llmu silat Tionggoan yang terkemuka yalah Pak-kau-pang-hoat dan Ji-lo-kiam-sut, Kiam-hoat kami tadi yalah Ji-lo-kiam-hoat-sut itu." "Ji-lo-kiam-sut?" Kim-lun Hoat-ong tercengang ia mengulangi nama itu. "Ya," Kata Nyo Ko tertawa. "Ji-lo-kiam-sut, ilmu pedang penusuk keledai." Karena penegasan ini barulah Kim-lun Hoat-ong sadar orang sengaja putar kayun untuk memaki padanya (biasanya kaum Hwesio dimaki sebagai keledai gunduI), keruan saja ia gusar. "Anak kurangajar, pada suatu hari pasti kau akan kenal lihaynya Hoat-ong," Bentaknya sengit, Habis ini, diiringi suara gemerenceng rodanya, dengan langkah lebar iapun tinggal pergi. Begitu cepat perginya Kim-lun Hoat-ong, hanya sekejap saja orangnya sudah menghilang di ujung jalan sana, Nyo Ko menaksir tak bisa menyandak orang, ia berpaling dan nampak Darba memayang Pengeran Hotu yang mukanya pucat lesi lagi berdiri di belakangnya. "Toa-suheng, kau bunuh aku tidak?" Demikian kata si Darba yang masih sangka Nyo Ko jelmaan Suhengnya. Sungguhpun Nyo Ko orangnya nakal dan jahil, tapi wataknya tidak kejam, ia lihat keadaan dua orang itu cukup ngenas, ia pandang Ui Yong dan menanya. "Kwe-pekbo, bolehkah kita lepaskan mereka pergi ?" Ui Yong mengangguk tanda setuju, Nyo Ko lihat semangat Hotu lesu lemas, ia keluarkan sebotol kecil madu tawon putih, ia tuding2 Hotu dan unjuk lagak orang minum obat, lalu madu tawon itu diberikannya pada Darba. Tentu saja Darba amat girang, ia bicara dengan Hotu dan Hotu lantas keluarkan sebungkus obat bubuk untuk Nyo Ko. "Cianpwe yang bersenjata Pit terkena racun paku-ku, inilah obat penawarnya," Katanya. Habis itu, Darba memberi hormat sekali pada Nyo Ko, lalu Hotu diangkatnya, memangnya ia ber-tenaga raksasa, bobot seorang dianggapnya sepele saja, ia melayang turun pelahan ke bawah loteng, bersama para jago Mongol merekapun pergi semua. "Kwe-pekbo," Kata Nyo Ko sambil memberi hormat dan serahkan obat penawar pada Ui Yong. "biarlah Siautit mohon diri juga, harap Pekbo dan Pepek jaga diri baik2." Dasar Nyo Ko berperasaan halus dan gampang tergoncang, ketika terpikir olehnya kelak tak bakal bertemu lagi, hatinya menjadi berduka. "Kau hendak kemanakah?" Tanya Ui Yong. "Aku dan Kokoh akan mengasingkan diri ke tempat terpencil dan tidak ingin bertemu dengan khalayak ramai lagi, supaya tidak mencemarkan nama baik Kwe-pepek," Sahut Nyo Ko. Hati Ui Yong tergerak, pikirnya. "Hari ini ia tolong aku dan Hu-ji mati2an, kini ia tersesat dan berdurhaka mana boleh aku peluk tangan tak menolongnya?" Karena itu, segera ia bilang. "Hendak pergi juga tak perlu terburu dalam sehari dua hari ini, semuanya tentu sudah letih, marilah kita mencari penginapan untuk mengaso semalam duIu, besok barulah kita berpisah." Nampak orang begitu manis budi, tak enak Nyo Ko hendak menoIak, ia terima baik permintaan itu. Lalu Ui Yong bereskan semua rekening dan ganti rugi semua kerusakan pemilik restoran, mereka mencari hotel untuk menginap, Malamnya sesudah dahar, Ui Yong suruh Kwe Hu pergi mengobrol dengan Bu-si Hengte, sebaliknya ia panggil Siao-liong-li ke kamarnya. "Moaycu (adik), ada suatu barang ingin kuberikan padamu," Katanya. "Beri apa?" Tanya Siao-liong-li Ui Yong tak lantas menjawab, ia tarik si nona lebih dekat, ia keluarkan sisir dan menyisir rambut orang pelahan2, ia lihat rambut Siao-liong-li hitam gombyok mengkilap sangat menarik, ia gulung hati-hati rambut Siao-liong-li dan tanggalkan sebuah gelang emas penjepit rambut dari sanggulnya sendiri "Moaymoay, aku berikan gelang ini," Demikian katanya kemudian. Gelang jepit rambut emas itu adalah pilihan dari benda mestika yang banyak dikumpulkan ayahnya, Ui Yok-su, di Tho-hoa-to, maka dapat diba yangkan betapa indah dan tinggi nilainya batang itu. Tapi selamanya Siao-liong-li tak pakai perhiasan, sebagai pengikal rambut hanya sebuah tusuk kondai biasa saja, maka ia tidak menjadi senang oleh hadiah Ui Yong itu, namun ia ucapkan terima kasih juga. Begitulah sambil mengenakan gelang di atas rambut orang sembari Ui Yong ajak ngobrol padanya. Sesudah berlangsung percakapan, Ui Yong merasa Siao-liong-li terlalu polos bersih, urusan keduniawian sedikitpun tak paham, ia lihat wajahnya cantik molek, ayu tapi sederhana, kalau bukannya ada hubungan guru dan murid antara Nyo Ko dengan Siao-liong-li, sesungguhnya mereka memang suatu pasangan yang setimpal. Karena itu, ia menanya lagi. "Moaycu, hatimu sangat menyukai Ko-ji, bukan ?" Siao-liong-li ,bersenyum manis. "Ya, memang tapi kalian kenapa melarang dia membaiki aku?" Sahutnya. Ui Yong tercengang oleh jawaban itu, teringat olehnya masa remaja diri sendiri, pernah juga ayah tak boleh dirinya mendapatkan jodoh Kwe Cing, bahkan guru Kwe Cing juga mencela dirinya, tapi sesudah mengalami berbagai macam aral melintang, akhirnya dapat juga mengikat sehidup semati dengan Kwe Cing. Dan kini Nyo Ko dan Siao-liong-li saling cinta mencintai dengan hati murni, kenapa ia sendiri justru hendak merintanginya ? Tetapi mereka telah dibatasi sebagai guru dan murid, kalau terjadi hubungan laki-perempuan di luar garis, cara bagaimana mereka harus menghadapi ksatria2 di seluruh jagat? Sebab pikiran itu, ia menghela napas dan berkata lagi. "Moaycu, ada banyak urusan2 di dunia ini yang kau tak panam, jika kau dan Ko-ji menjadi suami-isteri, selama hidupmu akan dipandang hina oleh orang lain." "Orang pandang hina padaku, peduli apa?" Sahut Siao-liong-li tersenyum. Kembali Ui Yong tercengang, sungguh jawaban ini rada mendekati watak ayahnya, yaitu Ui Yok-su yang paling benci pada segala ikatan adat. "Tapi Ko-ji bagaimana, iapun akan dipandang hina orang selamanya," Katanya kemudian bila ingat betapa kasih sayang sang suami pada Nyo Ko. "la selama hidup akan tinggal dalam kuburan kuno bersama aku, kami hidup senang bahagia, peduli apa orang lain?" Sahut Siao-liong-li lagi. Ui Yong tertegun sejurus, lalu ia tanya lagi. "Kalian berdua tinggal dalam kuburan kuno selama hidup? selamanya takkan keluar lagi?" Siao-liong-li tampaknya sangat gembira. "Ya, buat apa keluar?" Katanya sambil jalan mondar-mandir dalam kamar. "Orang di luar semuanya jahat," "Tapi sejak kecil Ko-ji sudah ter-lunta2 ke sana ke mari selama hidup terkurung dalam kuburan kuno, apakah ia tidak kesal?" Kata Ui Yong lagi. "Bukankah ada aku menemani dia, kenapa kesal ?" Jawab Siao-liong-li tertawa. "Setahun, dua tahun, mungkin tidak kesal," Demikian kata Ui Yong pula sambil menghela napas. "Tetapi lewat beberapa tahun, ia lantas pikirkan dunia fana di luar, kalau dia tidak bisa keluat, itulah akan lebih kesal rasanya." Sebenarnya hati Siao-liong-li sangat gembira, mendengar kata2 Ui Yong ini seketika hatinya menjadi tertekan "Coba akan kutanyai Ko-ji, aku tak mau bicara lagi dengan kau," Demikian katanya terus keluar kamar. Melihat wajah orang yang cantik tiba2 seperti berubah muram, Ui Yong rada menyesal terhadap apa yang dikatakannya tadi, tapi bila terpikir lagi apa yang dikatakannya meski tak enak didengar, namun sesungguhnya demi kebaikan mereka, ia pikir, biarlah aku intip apa yang dikatakan pada Ko-ji Lalu ia mendekati jendela kamarnya Nyo Ko dan mendengarkan percakapan kedua muda-mudi itu. "Ko-ji," Terdengar Siao-liong-li lagi berkata. "selama hidupmu berada bersama dengan aku. kau akan kesal tidak? Dan akan bosan atau tidak?" "Kenapa kau tanya begitu, Kokoh?" Sahut Nyo Ko. "Bukankah kau sudah tahu betapa girang-ku yang tiada taranya, Kita berdua akan hidup terus sampai tua, sampai rambut ubanan, gigi ompong semua, tapi masih terus senang dan bahagia, tidak akan berpisah." Kata2 Nyo Ko itu diucapkan dengan rasa sungguh2 dan timbul dari lubuk hatinya yang murni, Siao-liong-li terharu sekali hingga seketika ia ter-mangu2. "Ya, akupun begitu" Katanya kemudian lewat sejenak. Lalu ia keluarkan seutas tali dan digantung di tengah ruangan kamar dan berkata lagi. "Sudahlah, kita tidur saja !" "Kata Kwe-pekbo, malam ini kau tidur bersama dia dan puterinya, aku tidur sekamar dengan Bu-si Hengte," Kata Nyo Ko tiba2. "Tidak." Sahut Siao-liong-li. "kenapa harus kedua lelaki itu yang menemani kau? Aku ingin tidur bersama dengan kau." Sembari bicara, ketika tangannya mengebas pelita minyak telah disirapkannya. Luar biasa terperanjatnya Ui Yong mendengar percakapan terakhir itu diluar jendela. "Ternyata mereka guru dan murid berdua sudah melakukan perbuatan yang melanggar tata susila, apa yang dikatakan imam tua Thio Ci-keng itu nyata tidak dusta, lantas bagaimana baiknya ini?" "demikian pikirnya bingung. Ia pikir tidak enak mengintip kedua muda-mudi yang tidur seranjang dan tentu ada "main" Itu, maka niatnya hendak pergi kalau tidak mendadak dilihatnya sekilas sinar putih berkelebat di dalam kamar, tahu2 seorang merebah melintang terapung di udara ruangan kamar, hanya bergoncang beberapa kali tubuh orang itu, lalu tak bergerak lagi. Heran luar biasa Ui Yong oleh kejadian itu, waktu ia mengamati melalui sinar bulan yang menyorot masuk, kiranya yang tidur terapung itu ialah Siao-Iiong-Ii dengan menggunakan seutas tali sebaliknya Nyo Ko malah tidur di pembaringan sendirian, meski kedua orang bersatu kamar, tapi mereka berlaku sopan menurut batas2 susila. Ui Yong tertegun di luar, ia merasa kedua orang ini sungguh luar biasa, benar atau salah sungguh sukar dikatakan. Selagi ia hendak kembali ke kamarnya sendiri, tiba2 didengarnya suara tindakan orang yang ramai, Kwe Hu dan Bu-si Heng-te sudah kembali dari luar. "Tun-ji, Siu-ji, kalian berdua pergi tidur satu kamar dan tak perlu sekamar lagi dengan Nyo-keh Koko," Kata Ui Yong. Bu-si Hengte mengiakan, sebaliknya Kwe Hu lantas tanya. "Sebab apa, mak?" "Jangan urus," Sahut Ui Yong singkat. "Aku justru tahu sebabnya," Kata Siu-Bun tertawa tiba2. "Mereka berdua itu guru bukan guru, murid tidak murid, seperti binatang saja tidur sekamar." ----------- gambar -----------Waktu Ui Yong memgintip ke dalam kamar, dilihatnya bayangan putih berkelebat, seseorang rebah miring terapung di udara hanya bergeming sebentar lantas tak bergerak Meminjam sinar rembulan Ui Yong mengawasi lebih seksama, kiranya Siao-liong-li tidur diatas seutas tambang, --------------------------------"Siu-ji, kau bilang apa?" Bentak Ui Yong sambil menarik muka. "Kau juga terlalu lemah, Sunio, manusia rendah semacam itu buat apa mengurusnya?" Sela Tun-si. "Aku sudah pasti tidak akan bicara dengan dia." "Tapi hari ini mereka telah menolong kita, inilah budi yang harus diingat," Kata Kwe Hu. "Hm, aku lebih suka dibunuh Kim-lun Hoat-ong daripada menerima budi binatang semacam dia itu," Kata Siau-Bu pula. Ui Yong kurang senang oleh kata2 kedua saudara Bu itu. "Sudahlah, jangan banyak omong lagi, pergi tidur saja," Kata akhirnya. Percakapan itu sudah tentu didengar semua oleh Nyo Ko dan Siao-liong-li, sejak kecil Nyo Ko tidak akur dengan Bu-si Hengte, maka kata2 orang diganda tertawa saja tanpa pusing, sebaliknya Siao-liong-li yang me-mikir2 sendiri. "Aneh, kenapa karena Ko-ji membaiki aku, lantas dia dikatakan binatang, manusia rendah segala?" Ia pikir terus pergi-datang dan tetap tak mengerti, tengah malam tiba2 ia bangunkan Nyo Ko dan bertanya. "Ko-ji, ada suatu soal kau harus menjawab sungguh2. Bila kau tinggal dalam kuburan kuno bersama aku sampai beberapa tahun lamanya, apakah kau takkan rindu pada dunia ramai di luar?" Nyo Ko tercengang hingga tak bisa menjawab. "Dan bila kau tak keluar, apa kau takkan kesal?" Tanya Siao-liong-li pula. "Meski cintamu padaku tak akan berubah selamanya, tapi sesudah lama tinggal dalam kuburan, apa kau takkan masgul?" Pertanyaan ini membikin Nyo Ko sulit juga menjawabnya, Saat ini sudah tentu ia merasa senang dan bahagia bisa hidup berdampingan dengan Siao-liong-Ii, tapi tinggal di kuburan kuno yang sunyi dan gelap itu sekalipun tak terasa bosan selama sepuluh tahan atau dua puluh tahun umpamanya, tapi bagaimana kalau sampai 30 tahun? Apalagi 40 tahun? Sebenarnya untuk menjawab asal menjawab saja tidak sukar bagi Nyo Ko, tapi begitu suci bersih cintanya terhadap Siao-liong-li, dengan sendirinya ia tidak mau jawab sembarangan. Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung Ilmu Golok Keramat Karya Chin Yung Si Rase Hitam Karya Chin Yung