Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Pendekar Rajawali 4


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung Bagian 4


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya dari Chin Yung   ""Yang seorang ialah Hwesio tua, tetapi untuk menolong kau ia harus mengorbankan jerih-payah latihannya selama beberapa tahun, Dan seorang lagi ialah ayahmu ini."   "   Lalu ia ajarkan kunci ilmu penyembuhannya dengan lisan, anak muda itu disuruh menurut ajarannya itu untuk mengatur napas, Cara ini adalah cara bernapas yang terbalik dan harus dilakukan terbalik pula orangnya, yakni dengan berjungkir kepala di bawah dan kaki di atas, supaya hawa dan darah berjalan bertentangan arahnya, dengan demikian hawa racun itu lantas terdesak kembali dan keluar dari tempat masuk semula.   Tetapi karena baru belajar dan mulai berlatih, setiap hari hanya sedikit saja racun itu bisa didesak keluar, sedikitnya harus lebih sebulan baru bisa dikuras semua hawa berbisa itu.   Setelah orang aneh itu ajarkan cara2 melakukannya, si anak muda ternyata sangat pintar, sekali tunjuk saja ia sudah paham, begitu dengar sudah teringat baik2.   Oleh karena itu ia lantas kerjakan menurut cara yang diajarkan itu.   Betul juga rasa kaku pegal tadi lambat laun mulai berkurang ia atur jalan napasnya sejenak pula, akhirnya dari ujung jari kedua tangannya mengucurkan beberapa tetes air hitam.   "Nah, cukuplah sudah, hari ini tidak perlu berlatih lagi, biarlah besok kuajarkan cara baru padamu.   "ujar orang aneh itu dengan girang demi nampak menetesnya air hitam.   "Marilah, sekarang kita pergi !"   "Pergi ke mana ?"   Tanya anak itu dengan bingung.   "Kau adalah anakku, kemana saja sang ayah pergi, dengan sendirinya kau ikut ke sana,"   Sahut si orang aneh.   Sebelum anak itu menjawab, saat itu juga tiba-tiba terdengar beberapa kali suara mencicitnya burung, menyusul tertampak sepasang burung rajawali melayang lewat di angkasa dan disusul pula dengan suara seruan orang yang nyaring-keras yang sayup2 berkumandang dari jauh.   Seketika air muka orang aneh itu berubah demi mendadak mendengar suara tadi.   "Tidak, aku tidak mau bertemu dengan dia, tak mau bertemu dia !"   Se-konyong2 ia berteriak, berbareng itu iapun melangkah pergi dengan cepat. Langkahnya begitu cepat hingga dalam beberapa tindak saja orang aneh itu sudah menghilang dibalik lereng gunung sana, Keruan si anak muda tadi yang kelabakan "Ayah, ayah!"   Ia ber-teriak2 sambil menguber.   Akan tetapi baru saja ia melewati satu pohon Yang-liu besar, tiba2 ia dengar samberan angin dari belakang, begitu keras angin itu hingga kulit kepalanya terasa sakit, menyusul ini pandangannya menjadi gelap se-akan2 tertutup selapis awan tebal.   Kiranya kedua burung rajawali tadi telah melayang dari belakang dan turun didepaknya.   Pada saat yang sama itu dari belakang pohon muncul seorang laki2 dan seorang perempuan, kedua rajawali itu menghinggap di pundak kedua orang itu sambil bercuat-cuit seperti sedang melaporkan sesuatu.   Laki2 itu bermata besar dan beralis tebal, dadanya lebar dan punggungnya tegak, umurnya antara 3435 tahun, di atas bibirnya terpelihara kumis tebal, wajahnya sedikitpun tidak menunjukkan perasaannya.   Sedang yang wanita usianya 30 tahunan, meski sudah setengah umur, tetapi diantara mata-alisnya masih jelas kelihatan sifat aleman yang menarik dan seperti masih polos, dengan tangannya ia sedang mengelus sayap burung rajawali dengan rasa sayang.   ""Menurut pendapatmu, anak ini mirip siapa?"   Tiba2 wanita itu berkata pada lelaki disampingnya sesudah mengamat-amati si anak beberapa kali. Akan tetapi lelaki itu ternyata tidak menjawab, sebaliknya ia berkata ke jurusan lain;   "Kenapa Tiao-ji (si rajawali) bisa berada di sini ? jangan2 di atas pulau telah terjadi sesuatu ?"   Kiranya kedua orang ini ialah Kwe Ceng dan Ui Yong suami-isteri, mereka telah keluar pulau buat mencari Ui Yok-su, tetapi meski sudah mereka jelajahi antero kota2 di daerah Kanglam, belum juga mereka ketemukan jejak ayah dan ayah mertua mereka itu.   Ui Yong kenal watak ayahnya yang suka pada keindahan alam daerah Kanglam, apabila orang tua ini sampai mencari tempat tirakat lain, maka bisa dipastikan tidak akan melintasi utara sungai Tiangkang dan tentu pula tidak lebih selatan dari Sian-he-nia.   Kebetulan hari itu mereka berdua sampai di kota kecil Ling-oh dari kabupaten Oh-tjiu-hu, di sini tiba2 mereka melihat ada mengepulnya asap dan berkobarnya api yang meninggi ke langit Mereka dengar pula orang udik pada berteriak.   ""He. Liok-keh-ceng kebakaran!"   Mendengar nama pedesaan yang disebut itu, hali Kwe Ceng tertarik, ia ingat bahwa di daerah Ling-oh ini terdapat seorang Liok Tian-goan, Liok-loeng-hiong, walaupun selama ini belum pernah bertemu, tapi sudah lama ia kagumi nama orang yang tersohor Ketika ia menanyakan, betul juga apa yang dikatakan orang udik tadi adalah rumah kediaman Liok Tian-goan.   Mereka berdua buru2 menuju ke tempat kebakaran, setiba di sana, perumahan2 yang terbakar itu sudah menjadi puing, hanya di antara sisa2 gundukan api terdapat beberapa mayat yang sudah hangus dengan bau yang sangit busuk.   "Engkoh Ceng, kukira dalam kejadian ini terdapat sesuatu yang aneh?"   Demikian kata Ui Yong pada sang suami.   "Kenapa ?"   Tanya Kwe Ceng.   "Ya, ingat saja itu Liok Tian-goan adalah seorang Enghiong yang namanya gilang-gemilang. kabarnya sang isteri Ho Wan-kun juga seorang pendekar wanita pada jaman ini, kalau hanya kebakaran biasa saja, mustahil tiada seorangpun keluarganya tak bisa menyelamatkan diri? Aku menduga tentu musuhnya yang tangguh telah datang menuntut balas padanya!"   Demikian pendapat Ui Yong.   Kwe Ceng pikir betul juga pendapat isteri nya ini, ia adalah golongan manusia yang berbudi luhur dan suka menolong, meski kini usiamu sudah menanjak, pengalamannya pun banyak bertambah, namun hatinya yang bajik dan mulia itu sedikitpun tidak berkurang daripada waktu mudanya.   Oleh karenanya segera ia menyatakan akur.   ""Betul pendapatmu marilah kita periksa, coba lihat siapakah musuhnya, kenapa turun tangan secara begini keji ?"   Dan setelah mereka berdua mengitar sekali perkampungan yang terbakar itu, sedikitpun tiada tanda2 mencurigakan yang mereka dapat, Tetapi mata Ui Yong yang jeli tiba2 tertarik pada sesuatu, se-konyong2 ia berteriak sambil menuding pada dinding rumah yang tinggal separuh itu.   "Lihat, apakah itu ?"   Serunya.   Kwe Ceng memandang ke arah yang ditunjuk, tertampaklah di atas dinding itu terdapat bekas lima cap tangan, karena habis tergarang asap, maka cap tangan itu kelihatan bertambah seram.   Seperti diketahui, cap tangan yang berada di dinding itu semuanya ada sembilan buah, tetapi karena dinding temboknya sudah ambruk separoh, maka yang masih ketinggalan hanya lima buah.   Kwe Ceng kaget ketika mengenali tanda telapak tangan itu.   "Jik-lian Sian-cu !"   Tanpa terasa ia menyebut nama orang.   "Ya, betul dia,"   Ujar Ui Yong.   "Sudah lama kita dengar bahwa Jik-lian Sian-cu Li Bok-Chiu dari Hunlam memiliki ilmu silat yang maha hebat, caranya pun sangat keji tiada taranya dan tidak kalah dengan Se-tok Auyang IJong dahulu, jika dia berani menginjak Kanglam sini, kita boleh coba2 ukur tenaga padanya."   "Ya, tetapi iblis ini sangat ulet? dan tidak gampang dilawan"   Sahut Kwe Ceng memanggut.   "Paling baik kalau kita bisa ketemukan Gakhu (mertua)"   "He, semakin berumur, nyalimu jadi semakin kecil!"   Goda Ui Yong dengan tertawa.   "Memang,"   Sahut Kwe Ceng."   Kalau ingat dahulu, tanpa mengenal tingginya langit dan tebalnya bumi, kita berani naik ke Hoa-san untuk berebut gelar jago silat nomor satu dikolong langit ini, jika seperti aku sekarang ini, sekalipun aku digotong kesana dengan joli delapan orang, pasti aku tidak berani pergi"   "Huuh ? Harus digotong pakai joli segala!"   Goda sang isteri.   Begitulah sambil besenda-gurau, tapi dalam hati mereka diam2 berlaku waspada, mereka terus periksa, akhirnya di tepi sebuah kolam mereka melihat dua buah jarum Peng-pek-gin-ciam yang be-racun.   Ujung sebuah jarum diantaranya terendam air, karena itu, beberapa ratus ikan piaraan yang berada dalam kolam itu sama mati dengan perut terbalik ke atas, suatu tanda betapa jahat racun yang terdapat pada jarum itu.   Ui Yong melelet lidahnya, dari buntalannya ia keluarkan sepotong baju, ia lempit beberapa kali, dengan dialingi kain baju ini ia jemput jarum perak itu, ia bungkus baik2 dan dimasukkan ke dalam kantong rangsalnya.   Habis ini mereka berdua tidak bicara lagi melainkan percepat memeriksa dan mencari jejak orang pula, akhirnya di belakang pohon Liu tadi mereka dapatkan sepasang burung rajawali dan ketemu pula si anak tanggung itu.   Dari rajawali yang menclok di atas pundak mereka, tiba2 Ui Yong mencium bau yang aneh, berapa kali ia sedot, segera dadanya menjadi sesak dan rasanya menjadi nek.   Kwe Ceng pun mencium bau busuk itu, bau itu seperti datang dari tempat yang sangat dekat dengan hidungnya, waktu ia men-cari2 dari mana datangnya bau busuk itu, tiba2 ia melihat pada kaki kedua burungnya terdapat luka lecet, waktu ia dekatkan hidungnya, betul saja bau busuk itu datangnya dari luka ini.   Suami-isteri ini terkejut, lekas2 mereka periksa luka burung2 itu dengan teliti, meski luka itu sebenarnya hanya lecet kulit saja, tetapi sudah menimbulkan bengkak, pula sebagian kulit daging kakinya sudah mulai busuk.   "luka apakah ini, kenapa begini lihay?"   Demikian Kwe Ceng berpikir sambil menunduk Tiba2 pula ia lihat tangan kiri si anak muda tadi telah berubah menjadi hitam semua, keruan ia kaget pula.   "Kaupun terkena racun ini ?"   Serunya kuatir.   Dengan cepat Ui Yong mendekati anak muda itu ia angkat tangannya dan diperiksa, habis ini cepat2 ia gulung lengan bajunya, ia keluarkan pula sebuah pisau kecil, dengan senjata ini ia sayat tangan orang sebelah bawah, lalu dengan kuat ia pencet agar darah yang berbisa mengalir keluar.   Akan tetapi ia menjadi heran sekali ketika melihat darah yang menetes keluar dari tangan anak muda itu ternyata berwarna merah segar, padahal telapak tangannya je!as2 sudah berubah hitam seluruhnya, dan kenapa darah yang mengucur keluar tidak beracun ? Nyata ia tidak tahu bahwa setelah si anak muda mendapatkan ilmu ajaib ajaran orang aneh yang suka menjungkir itu, kini darah berbisa dalam tubuhnya sudah didesak ke ujung jaring dan untuk sementara tidak akan menjalar Setelah ragu2 sejenak, kemudian Ui Yong keluarkan sebutir pil "Kiu-hoa-giok-lo-wan", obat pil yang terbuat dari sari sembilan macam bunga2 an.   "Kunyah dan telan ini,"   Katanya sambil memberikan pil itu pada si anak Anak muda itu tidak menolak, ia terima pemberian pil itu terus masukkan ke dalam mulut, rasanya manis dan harum.   Lalu Ui Yong keluarkan pula empat pil dan dibagikan kepada kedua burung rajawalinya yang terluka itu.   Sesudah memikir sebentar, mendadak Kwe Ceng bersiul panjang, Suara siulan ini berkumandang jauh sekali, begitu keras suaranya hingga menggema lembah pegunungan sampai dahan pohon Liu yang menjulur ikut tergoncang, Dalam pada itu belum lenyap suara siulan pertama, menyusul Kwe Ceng menggembor dengan suaranya yang keras, begitu hebat suara teriakan itu susul menyusul hingga bikin seluruh lembah gunung penuh dengan suara sahut-menyahut yang menggelegar Karena teriakan ini sama sekali di luar dugaan, si anak muda tadi dibikin kaget, tanpa tertahan air mukanya berubah hebat karena belum pernah mendengar suara yang luar biasa ini.   Sebaliknya Ui Yong mengerti maksud tujuan sang suami, ia tahu dengan suara itu suaminya bermaksud menantang tanding pada Li Bok-chiu.   Ketika pekikan ketiga sang suami dilontarkan, segera pula ia kumpulkan tenaga dan menyusuli dengan teriakannya.   Kalau suara pekikan Kwe Ceng agak rendah tetapi kuat, maka suara Ui Yong sebaliknya tinggi tetapi nyaring sekali, perpaduan suara yang hebat ini makin lama semakin jauh dan semakin keras, susul menyusul tiada putusnya, se-akan2 satu sama lain tidak ingin ketinggalan.   Kiranya Kwe Ceng dan Ui Yong sudah berlatih diri di Tho-hoa-to dengan giat, tenaga dalam mereka sudah terlatih sampai puncaknya kesempurnaan, dengan suara pekikan yang berkumandang jauh ini, orang2 yang berada dalam jarak belasan li sama terkejut dan ter-heran2 tidak mengerti suara aneh ini datang dari mana.   Sementara itu suara pekikan hebat ini telah didengar oleh beberapa orang tertentu.   Orang aneh yang suka menjungkir itu telah "tancap gas"   Mempercepat larinya demi mendengarnya. Sebaliknya orang aneh berjubah hijau yang pondong Thia Eng itu ketawa waktu dengar suara "Haha, mereka telah datang juga, aku harus menyingkir jauh, supaya tidak banyak rewel."   Dalam pada itu Li Bok-chiu dengan mengempit Liok Bu-siang sedang lari dengan cepatnya, ketika mendadak dengar suara siulan pertama, se-konyong2 ia berhenti, ia ayun kebutnya dan memutar tubuh.   "Hm, nama Kwe-tayhiap menggoncangkan Bu-lim, aku justru ingin membuktikannya apakah namanya bukan bikinan belaka,"   Demikian katanya dengan ketawa dingin.   Tetapi tiba2 pula diantara suara pekikan panjang tadi diseling pula dengan suara siulan nyaring yang menimpali suara yang duluan hingga menambah keangkeran suara2 itu.   Hati li Bok-chiu menjadi jeri, teringat olehnya Kwe Ceng dan Ui Yong suami-isteri selama berkelana selalu berdampingan dan bahu-membahu, sebaliknya dirinya hanya sebatang-kara, seketika perasaannya menjadi hampa dan putus asa, ia menghela napas panjang, habis ini dengan mencengkeram punggung Liok Bu-siang terus bertindak pergi.   Pada kala itu Bu-sam-nio sedang memayang sang suami yang terluka dan membawa kedua puteranya pergi jauh setelah berpisah dengan Kwa Tin-ok.   Setelah mengalami pertarungan sengit tadi, kuatir kalau Li Bok-chiu balik kembali buat mencelakai Kwe Hu, maka lekas2 Kwa Tin-ok bawa lari dara cilik ini dengan maksud mencari satu tempat untuk bersembunyi, tetapi ia keburu mendengar suara siulan Kwe Ceng dan Ui Yong yang keras itu, maka hatinya menjadi girang.   "He, ayah, ibu !"   Kwe Hu berseru juga ketika mengenali suara orang tuanya. Habis ini segera ia angkat kaki terus lari menuju kearah datangnya suara, Tetapi tiba2 ia berpikir pula.   "Aku telah ngeluyur keluar, tentu nanti akan didamperat ayah, bagaimana baiknya ini ?"   Dalam bingungnya ia tarik2 lengan baju Kwa Tin-ok, ia coba membujuk orang tua ini.   "Kong-kong, nanti kalau bertemu dengan ayah, katakanlah kau yang bawa aku keluar buat memain, ya?"   Demikian ia memohon.   "Tidak, aku tidak mau berbohong untuk kau!"   Sahut Kwa Tin-ok dengan menggeleng kepala. Tetapi Kwe Hu tidak kurang akal, tiba2 ia meloncat dan merangkul leher si orang tua, dengan kata2 halus ia membujuk . lagi.   "Kongkong, sayanglah padaku sekali ini, seterusnya aku tak akan nakal lagi."   Namun masih tetap Kwa Tin-ok geleng2 kepala.   "Baiklah, biar aku minggat pergi,"   Teriak Kwe Hu tiba2 sambil lompat turun dari rang-kula.nnya.   "Selamanya aku tak akan menjumpai kau lagi, juga tidak akan menemui ayah-bunda."   Mendengar kata2 ini, Tin-ok menjadi kaget dan kuatir, ia kenal watak dara cilik ini berani berkata berani berbuat pula, sedang dirinya buta, kalau sampai sikecil ini pergi, maka susah lagi untuk mencarinya.   "Baik, baik, kululuskan keinginanmu,"   Terpaksa ia menyerah. Kwe Hu ketawa senang dengan kemenangannya ini.   "Memang aku sudah tahu kau bakal meluluskan, tidak nanti kau tega membiarkan aku diomeli ayah dan ibu,"   Kata si nakal ini. Maka dua sejoli, satu tua dan satu bocah ini lantas berlari ke tempat beradanya Kwe Ceng dan isteri sesudah dekat, dengan serta-merta Kwe Hu menjatuhkan diri ke dalam pelukan ibunya dengan laku aleman.   "Bu, Kongkong yang membawa aku ke sini mencari kalian, kau tentu senang bukan?"   Demikian si nakal ini berkata pada sang ibu.   Akan tetapi Ui Yong yang kepintarannya tiada ban dingannya itu, hanya sedikit permainan sandiwara sang puteri ini mana bisa mengelabui dia, cuma bisa bertemu anaknya di sini, sebenarnya ia memang juga senang, maka ia hanya tertawa saja, lalu bersama sang suami mereka menjalankan penghormatan pada Kwa Tin-ok dan tanyakan kesehatan si orang tua.   Kwe Hu masih kuatir kalau disemprot ayahnya, maka sesudah menyapa sekali, lantas ia tarik tangan si anak muda tadi menyingkir pergi.   "Pergilah kau memetik bunga, buatkan lah mahkota bunga untukku"   Demikian pintanya.   Pemuda itu tidak menolak, ia ikut pergi bersama, perawakan Kwe Hu ternyata jauh lebih pendek, tingginya hanya sedada orang, maka dengan gampang saja ia dapat melihat telapak tangan pemuda itu yang hitam, mendadak sontak ia kipatkan tangan orang yang tadinya dia gandeng.   "Hiiii, tanganmu kotor, tak mau aku bermain dengan kau,"   Demikian ia meng-olok2. Watak pemuda itu ternyata tidak gampang mengalah, iapun tinggi hati, maka kontan ia jawab dengan ketus.   "Siapa pingin bermain dengan kau?"   Habis berkata dengan langkah lebar ia lantas bertindak pergi sendiri "Eh, eh, saudara cilik, jangan pergi dulu, sisa racun dalam tubuhmu masih belum hilang seluruhnya, kalau sampai kambuh pasti akan luar biasa lihaynya,"   Seru Kwe Ceng ketika melihat si anak muda ini hendak pergi.   Anak itu paling benci kalau orang katai dia jelek, oleh karena itu, olok2 Kwe Hu tadi telah menusuk perasaannya, maka dengan tegang leher ia masih jalan terus tanpa gubris teriakan Kwe Ceng, Tabiat Kwe Ceng memang welas-asih, maka buru2 ia menguber.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Cara bagaimanakah kau terkena racun ?"   Demikian ia menanya pula.   "Marilah kami sembuhkan kau dulu."   "Aku toh tidak kenal kau, perduli apa dengan kau?"   Sahut anak muda itu dengan ketus.   Berbareng ia percepat langkahnya dan bermaksud menerobos lewat disamping Kwe Ceng.   Sekilas Kwe Ceng dapat melihat wajah si anak muda yang menunjukkan rasa marah ini, diantara mata-alis-nya tertampak sangat mirip seseorang, tiba2 hatinya tergerak.   "Eh, saudara cilik, kau she apa?"   Segera ia tanya.   Namun pemuda itu tidak menjawab, sebaliknya ia melolototi orang, lalu tubuhnya sedikit miring dengan maksud hendak menerobos lewat, Di luar dugaan secepat kilat Kwe Ceng sudah mencekal sebelah tangannya.   Dalam kagetnya si anak muda itupun menjadi gusar, ia me-ronta2 beberapa kali, sesudah tak berhasil mendadak ia angkat tangan kirinya terus menggenjot perut Kwe Ceng.   Kwe Ceng tidak urus pukulan ini, ia membiarkan perutnya kena dihantam dengan tersenyum saja.   Ketika anak muda itu bermaksud menghantam lagi, tahu2 kepalannya ambles di-tengah2 perut orang, bagaimanapun juga meski ia tarik2 tetap tak bisa melepaskan diri, ia tidak putus asa, masih terus ia tarik2, saking keras ia keluarkan tenaga hingga mukanya merah padam, tetapi tangannya seperti melengket saja diperut Kwe Ceng, sebaliknya ia rasakan lengan sendiri kesakitan karena di-betot2.   "Nah, beritahu padaku kau she apa dan segera ku lepaskan kau,"   Dengan tertawa Kwe Ceng tanya lagi. Namun si anak muda memang sangat kepala batu, ia pikir tidak nanti aku mau omong, jika mau, akan kusebutkan she palsu dan nama bikinan saja, oleh karenanya ia lantas menjawab.   "Aku she Cin dan bernama Coa-ji, sianak ular, Lekas lepaskan aku."   Di lain pihak demi mendengar nama orang ini, Kwe Ceng merasa kecewa, ia lantas kendorkan tenaga.   perutnya yang menyedot kepalan pemuda itu.   Sesudah tangannya terlepas, pemuda itu pandang Kwe Ceng dengan luar biasa kagumnya atas kepandaian orang tadi.   Di sebelah sana Kwe Hu sedang asyik menceritakan pengalaman selama berpisah dengan ibunya, akhirnya ia ceritakan tentang bagaimana sepasang rajawalinya berkelahi dengan seorang wanita jahat, lalu datang seekor burung merah kecil telah membantu rajawali2nya.   Mendengar "burung merah kecil"   Itu, Ui Yong jadi ketarik sekali..   "Apa burung merah kecil itu Koko (kakak) inikah yang membawanya datang ?"   Ia tanya dengan cepat.   "Ya,"   Sahut Kwe Hu.   "Burung merah kecil itu menotol biji wanita jahat itu hingga buta, cuma sayang burung itupun kena digaplok mati oleh dia."   Mendengar penuturan ini, Ui Yong tidak ragu2 lagi, segera ia melompat maju dan memegang pundak si anak muda tadi dengan kedua tangannya, dengan tajam ia pandang orang.   "Kau she Nyo bernama Ko, ibumu yang she Cin, ya bukan ?"   Demikian ia menegas sekata demi sekata.   Pemuda ini memang benar she Nyo dan bernama Ko, Ketika mendadak nama aslinya disebut Ui Yong, darah di rongga dadanya menaik ke atas hingga hawa racun ditangannya se-konyong2 menjalar kembali, ia merasa kepala puyeng dan pikiran menjadi butek, akhirnya ia jatuh pingsan.   Dalam kejutnya lekas2 Ui Yong memegang tubuh orang supaya tidak sampai roboh.   "Dia... dia kiranya putera adikku Nyo Khong."   Kata Kwe Ceng terkejut bercampur girang. Sementara itu kelihatan Ui Yong mengkerut alis, ia lihat racun menjalar terlalu hebat di tubuh Nyo Ko, ia kuatir, karena sesungguhnya ia sendiri tidak punya sesuatu pegangan untuk menyembuhkan orang.   "Marilah kita cari tempat pondokan dulu, kemudian kita cari pula beberapa racikan obat,"   Ajaknya kemudian dengan suara terharu.   Kwe Ceng lantas pondong Nyo Ko, bersama Kwa Tm-ok, Ui Yong dan si nakal Kwe Hu serta membawa pula sepasang burung Tiao mereka mencari hotel di-kota, bahan obat yang mereka perlukan ternyata sukar dicari, meski sudah dikumpulkan akhirnya masih kurang juga empat macam.   Melihat keadaan Nyo Ko yang masih tak sadar, Kwe Ceng merasa sedih dan kuatir sekali, sampai Ui Yong beberapa kali memanggilnya ternyata tidak di dengarnya.   Ui Yong cukup mengerti perasaan hati sang suami waktu itu, sejak terbinasanya Nyo Khong (tentang lelakon Kwe Ceng, Ui Yong dan hubungannya dengan Nyo Khong akan diceritakan tersendiri) pikirannya selalu sedih dan menyesal maka dengan sendirinya luar biasa girangnya kini demi bisa ketemukan anak keturunan saudara angkatnya itu, tetapi anak ini justeru terkena racun dan belum bisa diketahui bakal mati atau hidup.   "Ceng-koko, marilah kita coba keluar mencari pelengkapnya obat,"   Ia mengajak.   Kwe Ceng sendiri mengerti juga sifat2 Ui Yong, ia tahu bila ada sedikit harapan bisa mengobati, pasti sang isteri sudah menghibur padanya, kini nampak wajah isterinya sangat prihatin, hatinya semakin tak tenteram.   Segera ia pesan Kwe Hu jangan sembarangan ngeloyor pergi, lalu mereka suami-isteri keluar buat mencari obat2an.   Dalam pingsannya Nyo Ko masih terus tertidur, meski hari sudah gelap masih belum juga sadar.   Beberapa kali Kwa Tin-ok masuk kamar memeriksanya, namun orang tua inipun tak berdaya, iapun kuatir kalau si nakal Kwe Hu ngeluyur pergi, maka tiada hentinya ia bujuk dara cilik ini lekas tidur.   Dalam keadaan remang2 entah sudah lewat berapa lama, tiba2 Nyo Ko merasa ada orang me-mijat2 dan meng-urut2 dadanya, karena itu pelahan2 pikirannya jernih kembali, waktu ia buka matanya, ia lihat dalam kegelapan ada berkelebat satu bayangan entah apa meloncat keluar jendela dengan cepat.   Nyo Ko paksakan diri buat berdiri meski rasanya masih lemas, ia coba melongok keluar jendela, tertampaklah olehnya di atas emper rumah berdiri satu orang dengan kepala menjungkir di bawah, siapa lagi kalau bukan orang aneh yang siang hari tadi menerima dirinya sebagai anak angkat itu.   Kepala orang aneh yang menyanggah badannya itu ternyata ada separohnya menempel di luar emper, tubuhnya yang tegak terbalik ke atas itu kelihatan ber-goyang2, agaknya setiap waktu bisa terbanting jatuh ke bawah.   "He, kau!"   Seru Nyo Ko kaget tercampur girang.   "Kenapa tidak panggil ayah?"   Tegur orang aneh itu. Karenanya Nyo Ko lantas memanggil.   "Ayah!" -hanya lagu suara panggilannya sangat dipaksakan. Namun orang aneh itu sudah kegirangan "Naiklah sini,"   Katanya.   Nyo Ko menurut, ia merangkak ke ambang jendela untuk kemudian meloncat ke atas payon.   Tetapi karena badannya masih lemah, tenaganya menjadi tak cukup, maka sebelum tangannya memegang emper rumah atau dia sudah terjungkal ke bawah Dalam kagetnya sampai ia berteriak.   Orang aneh itu tadinya berjungkir di atas payon, tetapi demi nampak Nyo Ko terjungkal, mendadak manusia tubuhnya roboh ke bawah seperti batang kayu saja yang terbanting hanya kepalanya masih tetap melekat di atas emper rumah.   Dengan demikian secepat kilat tangannya menjambret punggung Nyo Ko, habis ini tubuhnya kembali menegak lagi ke atas, Nyo Ko diletakkannya ke atas payon dengan enteng saja.   Dan selagi ia hendak bicara, tiba2 ia dengar di kamar sebelah barat ada suara orang meniup memadamkan api.   ia tahu jejaknya telah diketahui orang, tanpa ayal lagi ia pondong Nyo Ko dan melangkah pergi dengan cepat, hanya sekejap saja beberapa deretan rumah penduduk sudah ia lintasi.   Waktu Kwa Tin-ok melompat ke atas rumah, namun di sekelilingnya sudah sepi nyenyak.   Setelah Nyo Ko dibawa sampai di suatu tempat sunyi di luar kota, orang aneh itu baru menurunkannya.   "Coba kau gunakan cara yang pernah kuajarkan padamu itu, hawa berbisa dipaksa keluar lagi sedikit."   Demikian ia memberi petunjuk pada Nyo Ko. Pemuda ini menurut, maka tidak antara lama, dari ujung jarinya menetes keluar beberapa titik darah hitam, berbareng rasa sesak di dadanya pun menjadi lega.   "Sungguh kau ini anak pintar, sekali tunjuk lantas paham, jauh lebih cerdas dibanding almarhum putera kandungku dahulu,"   Kata orang aneh itu. Teringat pada puteranya sendiri itu, tiba2 ia meratap.   "O, anakku, anakku"   Air matanya lantas berlinang juga karena terkencing puteranya sendiri yang sudah mati, ia elus2 kepala Nyo Ko sambil menghela napas pelahan.   Nyo Ko sendiri sejak belum lahir sudah ditinggal bapaknya, ibu pun tewas oleh pagutan ular berbisa dikala ia baru berumur lima tahun, selama 8 9 tahun paling belakang ini, ia terluntang-lantung sebatang kara di Kangouw, dj-mana2 ia dihina orang sehingga menjadikan tabiatnya yang eksentrik, benci pada sesama manusia serta cemburu pada keadaan sekitarnya, Kini meski orang aneh ini belum pernah kenal dia, namun ternyata begitu baik terhadap dirinya, ini boleh dikatakan belum pernah terjadi selama hidupnya.   Karena darah keturunan ayah-bundanya, maka watak Nyo Ko luar biasa pula anehnya, kalau dia sudah baik pada seseorang, maka dia bela mati2an tanpa pikirkan jiwa sendiri sebaliknya jika ada orang lain menghina dan pandang rendah padanya, maka selama hidup akan dia ingat2 terus dan dendam, dia pasti berusaha dengan segala daya-upaya untuk menuntut balas.   Kini si orang aneh itu mengunjuk rasa kasih sayang murni padanya, hati pemuda ini luar biasa terharunya hingga ia melompat terus merangkul leher orang sambil berulang kali memanggil "Ayah, ayah!"   Sejak Nyo Ko berumur 2 3 tahun ia sudah berharap mempunyai seorang ayah yang akan cinta dan melindungi dia.   Bahkan dalam mimpi kadang2 mendadak muncul seorang ayah yang gagah perkasa yang dia cintai, tapi bila terjaga dari tidurnya, ayah khayalan itu lantas hilang lagi tak berbekas, oleh karenanya seringkali ia suka menangis sendirian dengan sedih.   Kini harapan yang sudah lama ia impikan itu tiba2 berwujut, dua kali panggilan tadi keluar dari lubuk hatinya yang penuh cinta kasih seorang anak kepada bapaknya.   Jika hati Nyo Ko terharu sekali, maka dalam hati orang aneh itu ternyata jauh lebih girang daripada dia.   Waktu mereka mula2 berjumpa di mana Nyo Ko dipaksa memanggil ayah, dalam hati anak muda itu sesungguhnya seribu kali tidak sudi, tetapi kini dua hati telah kontak seperti ayah dan anak kandung.   "O, anak baik, anak manis, coba panggil ayah sekali lagi!"   Demikian kata orang aneh itu dengan bergelak ketawa. Betul juga Nyo Ko lantas memanggil ayah, bukan hanya sekali, malahan dia panggil lagi dua kali, lalu ia menggelendot dibadan orang dengan laku yang aleman.   "Aha, anak baik, marilah kuajarkan kau ilmu silatku yang paling kubanggakan selama hidup ini,"   Dengan tertawa orang aneh itu berkata pula, Sambil berkata, lantas ia berjongkok, dari mulutnya terdengar suara "kuk-kuk-kuk"   Tiga kali, menyusul kedua tangannya dia dorong ke depan, maka terdengarlah suara gemuruh yang keras,, setengah tembok pagar yang berada di depannya telah ambruk seketika sehingga debu dan batu berhamburan.   Nampak orang memiliki ilmu silat selihay ini, girang sekali hati Nyo Ko.   "Ayah, ilmu apakah itu, dapatkah aku mempelajarinya ?"   Dengan cepat ia tanya.   "Ini namanya Ha mo-kang (ilmu weduk kodok),"   Sahut orang itu.   "Asal kau mau berlatih dengan giat, tentu kau dapat mempelajarinya."   "Setelah aku pandai, apakah tiada orang lain lagi yang berani menganiaya diriku ?"   Tanya Nyo Ko lagi.   "Tentu saja,"   Sahut orang aneh itu sambil menarik alis "Siapa yang berani menghina puteraku, biar aku patahkan tulangnya dan beset kulitnya."   Kiranya orang aneh yang kosen ini bernama Auwyang Hong yang namanya telah disinggung bagian atas tadi.   Sejak Hoa-san-lun-kiam atau pertandingan silat di atas Hoa-san (salah satu gunung tersohor di daerah propinsi Siamsay), Auwyang liong kena diakali Ui Yoeg hingga otaknya rada miring, selama belasan tahun, ini ia terluntang-lantung di daerah sunyi, yang dia selalu pikir adalah.   "Siapakah aku ini sebenarnya ?"   Tetapi tahun2 terakhir ini, sesudah dia berlatih Kiu-im-cin-keng, maka Lwekangnya sudah ada banyak kemajuan, otaknya juga banyak lebih terang, walaupun masih tetap tak beres kelakuannya dan suka gila2an.   Tetapi banyak kejadian lama pelahan2 dan satu persatu sudah mulai dia ingat, cuma saja tentang "siapakah dirinya sendiri"   Inilah yang tetap belum dia ingat pontang Hoa-san-lun-kian serta mengapa Auwyang Hong bisa diakali Ui Yong hingga menjadi gila dan sebab apa dia berlatih ilmu Kiu-im-cin-keng secara terbalik, pada kesempatan lain akan dibukukan tersendiri.   Begitulah, maka Auwyang Hong lantas mcngajar-Nyo Ko dasar2 permulaan ilmu Ha-mo-kang.   Hendaklah diketahui bahwa Ha-mo-kang yang menjadi ilmu kebanggaan Auwyang Hong ini terhitung ilmu silat kelas satu dalam dunia persilatan Dahulu meski putera kandung sendiri belum pernah Auwyang Hong mengajarkan padanya, tetapi kini karena guncangan perasaannya, ternyata pikir segalanya lagi diajarkannya pada anak angkatnya yang baru dia terima ini.   Ha-mo kang ini sangat sulit dan dalam sekali, Nyo Ko sendiri masih belum punya landasan, meski dia coba baik2 semua apa yang diuraikan Auwyang Hong, tetapi sama sekali ia tidak paham akan arti yang terkandung dalam rahasia ilmu yang dia terima itu.   Oleh karena itu, sesudah hampir setengah hari Auwyang Hong mengajar, tetapi ia lihat Nyo Ko masih ngawur saja kalau ditanya, sama sekali belum paham dasar yang diajarkan, akhirnya Auwyang Hong menjadi keki, dalam dongkolnya ia hendak menampar anak muda itu.   Namun sebelum tangannya menyentuh pipi orang, dibawah sinar sang dewi malam ia lihat muka Nyo Ko yang putih bersih dengan matanya yang jeli menarik itu, ia menjadi tidak tega menghajarnya.   "Sudahlah, kau tentu sudah letih, pulang saja sekarang, besok aku mengajarkan kau lagi,"   Katanya kemudian dengan menghela napas. Tak tahunya, sejak Nyo Ko dikatai Kwe Hu bahwa tangannya kotor, terhadap anak dara itu telah timbul rasa benci dalam hatinya, maka demi mendengar dirinya disuruh kembali kepada Kwe Ceng, ia menjadi sedih.   "Tidak, ayah, aku ikut kau saja, aku tak mau pulang ke sana,"   Katanya. Siapa dirinya sendiri, soal ini bagi Auwyang Hong masih belum jelas hingga kini, tetapi mengenai urusan umum pikirannya sudah cukup terang dan jernih, maka atas permintaan Nyo Ko itu ia menjawab.   "Jangan. otakku masih rada kurang beres, ku kuatir kau nanti ikut menderita. Kau pulang saja dahulu, nanti kalau aku sudah bikin terang sesuatu soal barulah kita berkumpul untuk selamanya."   Kata2 Auwyang Hong yang penuh kasih sayang ini meresap sekali ke lubuk hati Nyo Ko, boleh dikatakan sejak, ibunya mangkat, belum pernah ia mengenyam rasa simpatik seperti sekarang ini, maka dengan cepat ia merangkul orang..   "Kalau begitu harap lekas kau datang menjemput aku, ayah,"   Katan'ya.   "jangan kuatir, nak, sementara diam2 senantiasa akan kuikuti kau, kemanapun kau pergi, pasti aku mengetahuinya,"   Sahut Auwyang Hong manggut2.   Kemudian ia membopong Nyo Ko lagi dan diantar pulang ke dalam hotel.   Selama itu Kwa Tin-ok sudah pernah datang sekali mencari Nyo Ko, ia me-raba2 dan tidak mendapatkan anak muda ini di atas ranjangnya, Kwa Tin-ok menjadi kuatir sekali.   Tetapi tatkala untuk kedua kalinya ia datang mencari Nyo Ko lagi, ia mendapatkan pemuda ini sudah ada di situ, selagi ia hendak bertanya tadi kemana atau tiba2 ia dengar di atas wuwungan rumah ada suara mendesirnya angin.   Meski mata Kwa Tin-ok buta, tetapi daya pendengarannya luar biasa tajamnya, ia tahu ada dua orang "ya-heng-jin" (orang jalan diwaktu malam) yang berilmu silat sangat tinggi lewat di atas rumah, Untuk menjaga segala kemungkinan, lekas2 orang tua ini membopong Kwe Hu, sedang senjata tongkatnya segera ia siapkan kian berjaga di dekat jendela, ia kuatir kalau2 kedua tamu malam itu putar kembali lagi.   Betul saja, sejenak kemudian suara mendesirnya angin kembali kedengaran lagi dari jauh mendekat, begitu cepat hingga sekejap saja sudah sampai di atas rumah hotel, lalu ia dengar suatu diantaranya lagi berkata.   "Yong-ji, kau kira siapakah dia tadi ?"   Demikian sahut seorang lain. Mendengar suara percakapan ini, Kwa Tin-ok tahu Kwe Ceng dan Ui Yong suami isteri. Karena itulah ia merasa lega, segera ia membuka pintu agar kedua orang itu masuk.   "Baik2kah disini, Suhu?"   Segera Ui Yong tanya Kwa Tin-ok begitu melangkah masuk.   "Ya, tiada terjadi apa2,"   Sahut Kwa Tin-ok.   "Aneh, apa mungkin kita telah salah lihat ?"   Kata Ui Yong kepada sang suami.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Tidak, tidak bisa, orang ini sembilan bagian pasti dia,"   Sahut Kwe Ceng sambil menggeleng kepala.   "Dia ? Dia siapa ?"   Tin-ok ikut bertanya.   Lekas Ui Yong me-narik2 lengan baju suaminya dengan maksud agar jangan mengatakan Akan tetapi tidak bisa menghormatnya Kwe Ceng terhadap gurunya yang banyak menanam budi padanya, tidak berani ia berdusta meski barang sedikit saja, maka.   ia lantas menerangkan.   "Dia Auwyang Hong !"   Justru seumur hidupnya paling takut pada orang ini karuan seketika air muka Kwa Tin-ok berubah hebat.   "Auwyang Hong?"   Ia menegas dengan suara tertahan.   "Betul! dia belum mampus ?"   "Tadi ketika kami kembali dari memetik obat2-an, di pinggir rumah kami melihat berkelebatnya bayangan orang, gerak tubuhnya sangat cepat lagi aneh, waktu kami mengejarnya, sayang tak tertampak bayangannya lagi. Cuma kelihatannya sangat mirip Auwyang Hong,"   Demikian Kwe Ceng ceritakan.   Kwa Tin-ok mengerti muridnya ini sangat jujur dan suka terus terang, semakin menanjak umurnya semakin tulus, kalau dia bilang Auwyang Hong, maka pasti bukan orang lain lagi.   Sementara itu karena kuatirkan diri Nyo Ko, Kwe Ceng telah memeriksanya ke tempat tidurnya dengan membawa lilin, ia lihat air muka pemuda ini merah segar, napasnya teratur dengan haik, tidurnya nyenyak, ia menjadi girang sekali oleh keadaan bocah ini.   "Dia sudah baik, Yong-ji !"   Saking girangnya ia teriaki isteri.   Padahal waktu itu Nyo Ko hanya pura2 tidur saja, ia pejamkan matanya buat mencuri dengar percakapan ketiga orang, Ketika lapat2 mendengar ayah angkatnya - orang aneh itu - bernama Auw-yang Hong, sedang ketiga orang ini sangat jeri padanya, tentu saja dalam hati kecilnya diam2 ia merasa bangga dan senang.   Dalam pada itu sesudah TJi Yong melihat kea.da-an Nyo Ko, menjadi ter-heran2, Terang ia lihat hawa racun di lengannya menjalar terus ke atas, sesudah lewat beberapa jam ini, semestinya bertambah hitam bengkak dan merembes lebih luas, siapa tahu hawa berbisa itu sebaliknya malah menghjlang, sungguh kejadian yang sukar dimengerti.   Setelah keluar bersama sang suami sekian lama, namun rumput obat2an yang dia cari tetap belum lengkap, terpaksa seadanya ia gilasi dan racik beberapa macam bahan obat, air perasannya lalu ia minum kan pada Nyo Ko.   Besok paginya, Kwa Tin-ok bersama Kwe Ceng dan Ui Yong melanjutkan perjalanan bersama dua anak kecil, mereka ambil keputusan buat pulang ke Tho-hoa-to dahulu untuk menyembuhkan lukanya Nyo Ko.   Malamnya terpaksa mereka harus menginap lagi di hotel, Kwa Tin-ok tinggal sekamar dengan Nyo Ko, sedang suami isteri Kwe Ceng dan Ui Yong sekamar dengan puteri mereka.   Tengah malam sedang enak2nya mereka tidur, mendadak terdengar suara "krak"   Yang keras di atas rumah, menyusul mana terdengar pula suara teriakan di kamar sebelah, rupanya ada orang merusak daun jendela dan melompat keluar.   Cepat Kwe Ceng dan Uj Yong melompat "bangun, melalui jendela mereka lihat di atas rumah sudah ada dua orang yang sedang bergebrak dengan sengit.   Baru saja bisa lihat jelas bentuk tubuh kedua orang itu, tiba2 terdengar suara "plak", berbareng itu satu diantaranya telah menjerit terus terbanting ke bawah itu sudah dalam keadaan lumpuh, kaki tangannya kelihatan kaku dan menjulai ke bawah dengan lurus.   Menurut kebiasaan, orang yang berilmu silat tinggi, sekalipun tergelincir jatuh dari tempat tinggi secara tiiba2 pasti akan menekuk badan dan tarik kaki, dengan demikian waktu sampai di tanah, tidak bakal terluka berat, akan tetapi orang itu sudah lebih dulu dihantam semaput di atas rumah, maka dengan tefbantingnya ini tulangnya pasti akan patah dan mungkin kepalanya akan remuk, Pada detik yang berbahaya itu, tiba2 dari jendela kamar sebelah melayang keluar seorang wanita, orang ini adalah Ui Yong, segera ia hendak menangkap tubuh orang, Namun ia masih kalah cepat, sebab Kwe Ceng sudah menyerobot di depannya dan dengan enteng sekali ia tarik tengkuk orang pada waktu hampir membentur tanah, terus diangkat ke atas dan kemudian dia turunkan pelahan, habis ini sekali ia enjot kakinya, segera ia melompat ke atas rumah.   Tetapi sekali ini ia yang ketinggalan ia lihat sang isteri sudah saling gebrak dengan serunya melawan satu orang, Lawannya berperawakan jangkung dan berjenggot pendek, kaki, hidungnya besar, matanya celong, siapa lagi kalau bukan musuh kebuyutan mereka yang sudah tak bertemu selama belasan tahan, Se-tok Auwyang Hong, Si racun dari Barat.   (Se-tok atau Si racun dari Barat adalah julukan Auwyang Hong sebagai satu diantara lima tokoh silat kelas wahid pada jamannya.   Empat rekannya yang juga menjadi musuhnya - masing2 adalah.   Tong-sia- Ui Yok-su, Si Latah dari Timur (ia adalah ayah Ui Yong), Lam-te Toan Hong-ya, Si raja dari Selatan, Pak-kay Ang Tjhit-kong, Si langit di Tengah.   Urut2an nama mereka berlima disebut.   Tong-sia, Se-tok, Lam-te, Pak-kay, Tiong-kian-khun).   Begitulah tadi, Ui Yong yang sudah banyak maju kepandaiannya, dalam belasan jurus itu tipu2 pukulannya ternyata sukar diraba, karena itu, sedikitpun Auwyang liong tidak lebih unggul.   "Aha, Auwyang-sianseng, baik2kah selama berpisah ini ?"   Demikian Kwe Ceng menyapa setelah tancapkan kakinya di atas wuwungan rumah.   "Apa kau bilang ? Kau panggil aku apa ?"   Tanya Auwyang Hong tiba-tiba.   Begitulah wajahnya mengunjuk rasa bingung, maka terhadap serangan Ui Yong ia hanya menangkis saja tanpa batas menyerang, sedang dalam hati .   ia sedang ingat2 nama yang diucapkan Kwe Ceng tadi, lapat2 ia merasa kata2 "Auwyang"   Seperti punya hubungan erat dengan dirinya. Karena pertanyaan tadi, maka Kwe Ceng bermaksud akan menjelaskan namun betapa pintarnya Ui Yong, ketika melihat penyakit otak miring orang belum sembuh, lekas2 ia mencegah, Malahan ia sengaja berseru.   "Kau bernama Tio-Tji-Sun-Li, TJiu-Go-Tan-Ong !"   Auwyang Hong tampak terkejut dan semakin bingung.   "Apa ?"   Ia mengulangi "aku bernama Tio-Tji-Sun-Li dan Tjiu-Go-Tan-Ong ?"   "Ya, betul, namamu Pang-The-Tju-Wi dan Tjio-Sim-Ham-Yang,"   Sahut Ui Yong mengacau.   Apa yang- diucapkan Ui Yong itu semuanya adalah She atau nama keluarga umum.   Dasar pikiran Auwyang Hong memang belum waras, kini sekaligus Ui Yong melontarkan balasan she yang dikatakan adalah namanya, keruan pikiran Auwyang Hong menjadi semakin ruwet dan tambah butek otaknya.   Berlainan sekali dengan sang isteri, Kwe Ceng adalah orang yang baik budi dan jujur, ia menjadi kasihan melihat keadaan Auwyang Hong- yang hilang ingatan dan linglung itu.   "Sudahlah, lekaslah kau pergi saja, selanjutnya paling"   Baik kita jangan bertemu lagi untuk selama-nya,"   Katanya kemudian.   "He, siapa kau dan siapa aku ?"   Demikian Auwyang Hong masih bertanya.   "Kau adalah Si Racun tua yang telah membinasakan lima saudaraku !"   Mendadak suatu suara bentakan menjawabnya dari belakang. Belum lenyap suara bentakan itu atau sebuah tingkat besi telah menyambar pula, itu adalah senjatanya Hui-thian-pian-hok Kwa Tin-ok. Tetapi pada saat itu juga terdengar pula seruan Kwe Ceng.   "Awas, Suhu !"   Namun sudah terlambat, kemplangan tongkat Kwa Tin-ok itu dengan tepat kena di punggung Auwyang Hong, tetapi yang terdengar hanya "buk"   Se-kali, tahu2 tongkat malah membal balik, saking keras tenaga menbalnya hingga Tin-ok tak tahan memegangnya, maka baik tongkatnya maupun orangnya sama terperosot jatuh dari wuwungan rumah.   Luar biasa kerasnya hantaman tadi, pula tongkat itu mempunyai bobot beberapa puluh kati, ditambah lagi goncangan membalik, maka tongkat itu telah menyusup masuk ke bawah untuk kemudian dengan tepat menghantam di atas ranjang tamu hotel, Tamu itu sebenarnya lagi terombang-ambing di sorga impiannya, siapa tahu ketiban malang mendadak, sial baginya, tulang kakinya tertindih patah oleh tongkat yang tidak ringan itu, saking sakitnya ia men-jerit2 minta tolong ! Dalam pada itu Kwe Ceng tahu meski gurunya terbanting jatuh ke bawah tentu tidak bakal berhalangan, ia hanya kuatir kalau kesempatan itu digunakan Auwyang Hong untuk menguber dan menghantam, maka kejadiannya pasti akan luar biasa he-batnya, karenanya, tidak pikir lagi segera ia berteriak.   "Awas pukulan !"   Berbareng itu tangan kanan ia putar sekali terus didorong lurus ke depan, ini adalah satu diantara tipu pukulan Hang-liong-sip-pat-ciang yang disebut "Kong-liong-yu-hwe"   Atau Naga pembawa sesal, ilmu pukulan "Hang-liong-sip-pat-ciang" (delapan belas jurus ilmu pukulan penakluk naga) ini adalah ajaran guru Kwe Ceng yang lain, yakni Pak-kay Ang Tjhit-kong, itu pemimpin besar dari Kay-pang atau persatuan kaum jembel.   Selama ini tipu pukulan "Kong-liong-yu-hwe"   Ini dia latih dengan giat, apalagi ditambah kegiatan latihan selama belasan tahun ini, maka tekanan pukulan ini boleh dikata sudah sampai di"   Puncak yang paling sempurna.   Pada mula2 dia dorong ke depan tampaknya seperti seenaknya saja dan enteng sekali, tetapi bila ketemukan tenaga rintangan, maka dalam sekejap saja he-runtun2 bisa bertambah dengan tiga belas tenaga susulan yang satu lebih kuat dari pada yang lain secara ber-tumpuk2, sungguh tiada sesuatu yang tak bisa dihancurkan dan tiada lawan yang tak bisa dirobohkan.   Puncak kesempurnaan tipu pukulannya ini dipelajari dan diketemukan dia dari dalam kitab ilmu silat Kiu-im-cin-keng, suatu kitab yang selamanya dibuat sasaran perebutan diantara lima tokoh tersebut di atas, sekalipun Ang Tjhit-kong dahulu, kalau cuma tipu pukulan "Kong-liong-yu-hwe"   Ini saja juga tidak selihay seperti Kwe Ceng sekarang ini.   Dalam pada itu baru saja Auwyang Hong berhasil bikin terpental Kwa Tin-ok, segera terasa olehnya ada samberan angin yang datang dari muka, meski tenaga samberan angin itu tak begitu kerns, tetapi pernapasannya toh sesak hingga susah bernapas sebagai seorang jago kelas satu, ia tahu keadaan berbahaya, maka lekas2 ia sedikit berjongkok, menyusul kedua tangannya dia dorong ke depan sambil mulutnya mengeluarkan suara "kok", ini adalah ilmu "Ha-mo-kang", ilmu weduk kodok yang menjadi kebanggaan seumur hidupnya.   Oleh karena itu, saling beradunya tiga telapak tangan tak bisa dihindarkan lagi, namun tubuh kedua orang hanya sama2 tergetar saja dan tidak sampai ada yang terguling.   Tetapi Kwe Ceng tidak berhenti sampai di situ saja, dengan cepat ia tambahi tenaga pukulannya yang susu)-menyusul dan satu lebih kuat dari pada yang lain seperti gelombang ombak yang ber-gulung2 kepantai.   Sebaliknya dari mulut Auwyang Hong pun tiada hentinya terdengar suara "kok-kok-kok"   Yang keras, tubuhnya kelihatan ber-goyang2, agaknya setiap saat bisa terbanting roboh oleh daya tekanan Kwe Ceng.   Tapi sungguh aneh, semakin kuat dan semakin bertambah daya tekanan tenaga pukulan Kwe Ceng, maka tenaga tangkisannya yang membalik dari Auwyang Hong juga ikut bertambah menurut kebutuhan.   Sudah ada belasan tahun mereka berdua ini tidak ukur tenaga, kini bertemu kembali didaerah Kanglam, dengan sendirinya masing2 ingin bisa menjajal sampai di mana kemajuan pihak lain.   Dahulu ketika Hoa-san-lun-kiam atau pertandingan silat di Hoa-san tatkala itu Kwe Ceng masih bukan tandingan Auwyang Hong, tetapi sesudah sekian lama, berpisah dan kemajuannya yang pesat, ilmu silat Kwe Ceng boleh dikatakan telah sampai tarap yang paling masak, Namun demikian Auwyang Hong yang berlatih ilmu dari kitab "Kiu-im-cin-keng"   Secara terbalik (peristiwa diakali Ang Tjhit-kong hingga Auwyang Hong tertipu dan mempelajari Kiu-im cin-keng secara terbalik kelak akan diceritakan), dengan sendirinya juga ada kemajuan tertentu, yang satu betul dan yang lain terbalik, akhirnya tetap yang betul menangkan yang terbalik, maka dengan saling labraknya sekarang, Kwe Ceng sudah bisa melawan orang dengan sama kuat.   Supaya tahu bahwa atap rumah di daerah utara jauh berlainan dengan daerah selatan, Oleh karena harus menahan salju di musim dingin, maka atap rumah daerah utara dibuat dengan sangat kuat dan kokoh, tetapi di daerah aliran sungai Hoay karena genteng yang disusun secara tindih-menindih, maka atap yang genteng tetapi praktis.   Auwyang Hong saling ukur tenaga, mereka harus salurkan tenaga pada kedua kaki agar bisa berdiri dengan kokoh.   Diluar dugaan, selang beberapa lama terdengarlah suara "kreyat-kreyot"   Di bawah kaki mereka, menyusul mana terdengar pula suara "kraaak"   Yang keras secara tiba2, tahu2 beberapa usuk rumah telah patah hingga anjlok ke bawah, atap rumah itu berlubang hingga kedua orang yang saling adu tenaga itu sama2 kejeblos ke bawah.   Ui Yong kaget sekali oleh kejadian ini, lekas2 ia menyusul turun melalui lubang atap rumah itu, namun segera terlihat olehnya kedua orang itu masih tetap tangan beradu tangan, sedang kaki mereka menginjak pada beberapa usuk yang patah tadi, sebalik-!!"v usuk2 itu justru menindih di atas badan seorang tamu hotel penghuni kamar yang ketiban malapetaka itu.   Mungkin saking kaget dan saking sakitnya oleh "rejeki tiban"   Itu, tamu hotel yang sial itu telah jatuh pingsan.   Buat Kwe Ceng sebenarnya tidak sampai hati bikin celaka orang lain yang tak berdosa, tetapi Auwyang Hong tidak pusingkan mati hidup orang lain, Kekuatan mereka sebenarnya seimbang, tetapi kini Kwe Ceng harus pikirkan orang yang ketindih itu dan tak tega tambahi tenaga injakannya sehingga tenaga yang saling adu itu tidak mendapatkan tempat sandaran yang kuat, maka lambat laun ia mulai terdesak di bawah angin.   Melihat tubuh sang suami rada mendoyong ke belakang, meski hanya mundur sedikit saja, Ui Yong sudah tahu Kwe Ceng bakal kecundang.   "He, Thio-sam-Li-si, Tio-ngo-Ong-liok, awas pukulan!"   Demikian ia lantas berteriak Menyusul tampaknya ia ayun sebelah tangannya menabok ke pundak Auwyang Hong.   Meski tampaknya sangat enteng pukulannya ini, tetapi justru adalah pukulan lihay dari ilmu pukulan "Lok-eng-cio-hoat".   Bila sampai kena digebuk, maka tenaga pukulannya akan terus meresap sampai kebagian dalam tubuh, sekalipun jago silat kelas berat seperti Auwyang liong pasti juga akan terluka parah.   Akan tetapi Auwyang Hong bukan Se-tok kalau dia gampang dipukul.   Semula ia memang terkejut sejenak ketika mendengar orang menyebut namanya yang aneh dan tak keruan itu, tetapi demi mendadak nampak pukulan orang tiba, secepat kilat ia dorong tangannya sekuat tenaganva, ia desak tenaga tangan Kwe Ceng dahulu, habis ini ia putar tangannya dan berhasil mencengkeram pundak Ui Yong, ia kumpul tenaga dalam pada ujung jarinya untuk merobek kulit daging lawan.   Cengkeraman maut ini sekaligus telah bikin tiga orang terkejut berbareng, Yakni Auwyang Hong, Kwe Ceng dan Ui Yong.   Auwyang Hong segera merasakan ujung jarinya tidak kepalang sakitnya, kiranya ia telah kena menjambret pada duri lancip "kutang berduri landak"   Yang dipakai Ui Yong dibagian dalam.   Tetapi karena luar biasa kuat tenaga jarinya, dengan sekali jambret tak kurang duri landak yang terbuat dari anyaman benang emas dan tak mempan senjata itu kena terobek sepotong.   Pada waktu itu juga tenaga pukulan Kwe Ceng sudah mendatang lagi setelah didorong oleh Auwyang Hong tadi, dengan sendirinya Auwyang Hong kembali menyambut dengan telapak tangannya, maka terdengarlah suara "plak"   Yang keras, kedua orang sama2 mundur dengan cepat, menyusul tertampaklah debu pasir berhamburan, dinding roboh dan rumah ambruk.   Kiranya beradunya tangan kedua orang tadi benar2 keras lawan keras dengan sepenuh tenaga sehingga kedua pihak sania2 tersentak mundur, tetapi mundurnya mereka telah membobol dinding tembok sampai keluar, sebab itulah setengah dari atap rumah itu telah ambruk dan menerbitkan suara gemuruh.   Ui Yong sendiri yang pundaknya kena dijambret meski belum sampai terluka, namun tidak urung iapun terkejut sekali, dalam seribu kerepotannya syukur ia masih sempat melayang keluar dari rumah yang roboh separoh itu.   Setibanya di luar, terlihat olehnya jarak antara Auwyang Hong dan Kwe Ceng tidak lebih hanya setengah tombak saja, mereka sama2 berdiri tegak tanpa bergerak, terang mereka sudah terluka dalam semua.   Ui Yong tak pikirkan untuk menyerang musuh lagi lebih dulu ia mendekati sang suami untuk melindunginya.   Dalam pada itu ia lihat kedua orang ini sama2 pejamkan mata sedang menjalankan pernapasan.   lalu terdengar suara batuk dua kali, tanpa berjanji kedua orang itu sama muntahkan darah segar berbareng.   "Haha, sungguh hebat, sungguh hebat!"   Teriak Auwyang Hong tiba2.   Habis ini, disertai gelak-ketawa yang keras memanjang, ia lantas bertindak pergi dan sekejap saja sudah menghilang tanpa bekas.   Sementara itu berhubung terjadinya onar ini dan karena tetamu yang ketimpa malang tadi, di dalam hotel menjadi geger dan ribut.   Ui Yong tahu tempat ini tak bisa ditinggali terus, maka ia lantas gendong Kwe Hu, lalu kepada Tin-ok ia berkata.   "Suhu, harap kau payang engkoh Ceng, marilah kita berangkat saja!"   Sesudah tak lama mereka berialan, tiba2 Ui Yong teringat pada Nyo Ko, ia tidak tahu anak ini telah kabur kemana, karena kuatirkan luka yang diderita suaminya, urusan2 lain terpaka dikesampingkannya dahulu.   Pikiran Kwe Ceng pun cukup terang, lantaran pernapasannya kena tekanan tenaga pukulan Auwyang Hong, maka ia merasa sesak dan susah buat buka mulut, Setelah atur napas dengan menggemblok di atas pundak Kwa Tin-ok, sesudah jalan tujuh atau delapan li akhirnya semua urat nadinya berjalan lancar kembali.   "Sudah baik, Suhu,"   Katanya kemudian.   "Sudah tiada apa2?"   Tanya Kwa Tin-ok sambil melepaskannya.   "Ya, tidak apa2,"   Sahut Kwe Ceng.   "Sungguh lihay sekali!"   Dalam pada itu terlihat puterinya yang semalam suntuk tak tidur, mungkin saking letihnya kini sedang tertidur nyenyak di atas pundak sang ibu, hatinya menjadi terkesiap dan ingat sesuatu.   "He, di manakah Ko-ji?"   Ia tanya cepat. Meski Kwa Tin-ok mengerti adanya anak muda itu, tapi dia belum tahu siapa namanya, maka pertanyaan Kwe Ceng ini membuatnya bingung tak bisa menjawab.   "Jangan kuatir. kita cari suatu tempat dulu untuk mengaso, habis itu baru kita pergi mencarinya lagi,"   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sahut Ui Yong. Sementara itu fajar sudah menyingsing pemandangan sekitar jalan remang2 sudah kelihatan.   "Lukaku tak berhalangan, marilah kita pergi mencarinya,"   Ujar Kwe Ceng.   "Anak ini luar biasa cerdiknya, tak perlu kau kuatir baginya,"   Jawab Ui Yong mengkerut kening.   Baru berkata sampai di sini, se-konyong2 tertampak olehnya belakang tembok bobrok di tepi jalan sana bayangan orang berkelebat dengan cepat, hanya melongok terus mengkeret lagi.   Mana bisa Ui Yong dikelabui, gerak tubuhnya pun cepat luar biasa, dengan gesit ia melompat ke sana terus menjambret siapa lagi dia kalau bukan si Nyo Ko yang mereka bicarakan itu.   Meski sudah konangan, bocah ini hanya tertawa haha-hihi saja.   "Kalian baru sampai, bibi? Sudah lama aku me... menunggu di sini."   Nampak kelakuan anak muda ini, hati Ui Yong, merasa curiga, maka sekenanya ia menjawab.   "Ya,, marilah kau ikut berangkat!"   Nyo Ko ketawa terus ikut di belakang mereka.   "Kemana kau telah pergi ?"   Tiba2 Kwe Hu bertanya.   "Aku pergi mencari jangkerik, wah, senang sekali,"   Sahut Nyo Ko.   "Apanya yang menyenangkan ?"   Ujar Kwe Hu.   "Hm, siapa bilang tidak menyenangkan ?"   Nyo Ko menjengek "Ada seekor jangkerik besar telah tarung melawan tiga jengkerik kecil, kemudian datang pula dua jangkerik kecil lain membantu kawannya, pertandingan menjadi lima jangkerik kecil melawan satu jangkerik besar, Yang besar ini melompat kian kemari, yang ini diselentik dengan kakinya, yang sana digigit mulutnya."   Menutur sampai disini, tiba2 Nyo Ko berhenti, ia tidak melanjutkan lagi. Dilain pihak Kwe Hu rupanya menjadi ketarik oleh cerita itu hingga ia ternganga.   "Lalu, bagaimana ?"   Tanpa tertahan ia tanya ketika orang tidak melanjutkan ceritanya.   "Tadi kau bilang tidak menyenangkan, kenapa sekarang kau tanya?"   Sahut Nyo Ko.   Jawaban ini membuat Kwe Hu menjadi marah, segera ia berpaling ke jurusan lain dan tidak gubris Nyo Ko lagi.   Siapa tahu hati mudanya Ui Yong ternyata belum hilang sama sekali, ketika mendengar cerita Nyo Ko itu, cukup tegang dan menarik, pula Nyo Ko memang pandai bicara, maka iapun tak tahan dan lantas tanya.   "Coba terangkan pada bibi, akhirnya mana yang menang?"   Nyo Ko ketawa oleh pertanyaan orang. Dengan gampang dan secara diplomatis ia menjawab.   "Pada saat yang sangat menarik itu, kalian keburu datang hingga semua jangkerik itu lari."   Melihat lagak anak ini, Ui Yong tahu ia sengaja jual mahal, ia pikir anak ini memang pandai dan banyak akal, dari kejadian kecil ini saja kelihatan hal ini.    Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Pendekar Bego Karya Can

Cari Blog Ini