Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Pendekar Rajawali 48


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung Bagian 48


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya dari Chin Yung   Jawab Ui Yong melengak.   "Menurut cerita mereka, tadi Hotu datang menyampaikan surat tantangan, ibu menyuruh mereka menangkap Hotu, tapi Hiat-to mereka malah kena ditutuk dan engkau mengomeli mereka sebagai "murid goblok"   Ui Yong menghela napas, katanya.   "Kepandaian mereka memang kalah tinggi, apa mau di-katakan lagi? "Mund goblok"   Adalah olok2 yang diucapkan Hotu,"   "Pantas,"   Ucap Kwe Hu "lbu tidak membalas olok2 Hotu itu berarti mengakui kebenaran - ucapannya, Maka kedua saudara Bu merasa penasaran keduanya bertengkar sendiri dan saling menyalahkan, yang satu bilang saudaranya kurang cepat menawan Hotu, yang lain menuduh sang kakak merintangi pandangannya sehingga sukar bertindak.   Dari ribut mulut akhirnya mereka meloIos senjata, Aku mengomeli mereka, jika perbuatan mereka dilihat orang dan dilaporkan kepada ayah, kuancam akan menghajar mereka, Karena itu mereka menyatakan akan berkelahi keluar benteng saja."   "Banyak persoalan penting yang harus kuselesaikan, urusan mereka tak dapat kupikirkan lagi, mereka suka ribut, biarkan saja,"   Ujar Ui Yong.   "Tapi... tapi kalau terjadi apa2 antara mereka, lantas bagaimana, ibu"? kata Kwe Hu sambil merangkul pundak sang ibu.   "Kalau mereka terluka di medan perang barulah perlu dikuatirkan sekarang mereka saling berhantam antara saudara sendiri, biar mampus juga syukur,"   Kata Ui Yong dengan gusar.   Melihat sikap sang ibu yang bengis itu berbeda sekali dengan biasanya yang sangat memanjakan dirinya, Kwe Hu tidak berani bicara lagi, ia menangis dan berlari pergi...   Sementara itu fajar sudah tiba, Ui Yong berduduk sendiri di dalam kamar, meski dalam hati sangat gemas terhadap perbuatan kedua saudara Bu, tapi mengingat kedua kedua anak muda itu dibesarkannya sejak kecil, betapapun ia merasa kuatir.   Teringat pula bencana yang bakal menimpa, tanpa terasa ia mencucurkan air mata, Kemudian iapun teringat kepada keadaan Kwe Cing, cepat ia menuju kamar sang suami untuk menjenguknya.   Dilihatnya Kwe Cing sedang duduk semadi di atas ranjang, walau mukanya rada pucat, tapi napasnya teratur, tampaknya setelah istirahat beberapa hari lagi dapatlah sehat kembali.   Pelahan2 Kwe Cing membuka matanya, ketika melihat sang isteri ada tanda bekas air mata, namun tersenyum simpul, ia lantas berkata.   "Yong-ji, kau tahu lukaku tidak beralangan, kenapa kau berkuatir?, kukira kau sendiri yang perlu mengaso se-baik2nya."   "Ya, beberapa hari terakhir ini perutku terasa mengencang, agaknya putera atau puterimu segera akan berjumpa ayah,-"   Ujar Ui Yong dengan tertawa. Agar Kwe Cing tidak berkuatir, maka soal Hotu datang menyampaikan surat tantangan dan kepergian kedua saudara Bu untuk berkelahi itu sama sekali tak diceritakannya.   "Hendaklah kau suruh kedua saudara Bu perketat patroli di atas benteng, musuh tahu aku terluka, mungkin kesempatan ini akan digunakan mereka untuk menyerang,"   Ujar Kwe Cing.   Ui Yong mengiakan.   Lalu Kwe Cing bertanya pula tentang keadaan Nyo Ko.   Bclum lagi Ui Yong menjawab, terdengar suara tindakan orang dari luar, suara Nyo Ko telah menanggapi "Kwe-pepek, aku cuma terluka luar saja, setelah minum obat pemberian Kwe-pekbo, kini sudah sehat kembali"   Habis itu anak muda itupun melangkah masuk dan berkata pula- "Baru saja kuperiksa keadaan penjagaan di atas benteng, tampaknya semangat tempur segenap saudara kita ber-kobar2, hanya kedua saudara..."   Sampai di sini mendadak Ui Yong berdehem dan mengedipinya, Nyo Ko dapat menerima arti isyarat itu,cepat ia menyambung.   "kedua saudara Bu menyatakan bahwa paman terluka demi menolong jiwa mereka, kalau musuh berani menyatron ke sini, mereka pasti akan bertempur mati2an untuk membalas budi kebaikan paman."   "Ai, setelah peristiwa itu tentunya merekapun bertambah pengalaman sedikit dan tidak terlalu meremehkan orang lain,"   Kata Kwe Cing. Tiba2 Nyo Ko bertanya.   "Kwe-pekbo, apakah Kokoh tidak datang ke sini?"   Tadi kami bicara sebentar, mungkin dia kembali ke kamarnya untuk mengaso."   Jawab Ui Yong.   "Sejak kau terluka dia terus menunggui kau tanpa tidur."   Nyo Ko pikir apa yang dibicarakan antara Siao-liong li dengan Ui Yong itu tentu akan diberitahukan padanya, bisa jadi kembalinya Siao-liong-li tadi kebetulan dirinya sedang pergi tidak bertemu.   Rupanya setelah berkumpul lagi beberapa hari dengan Kwe Cing dan Ui Yong, Nyo Ko merasa suami-isteri itu benar2 berjuang bagi negara dan bangsa tanpa memikirkan kepentingan pribadi, hati Nyo Ko menjadi sangat terharu, apalagi setelah kejadian di tengah pasukan Mongol itu, di mana Kwe Cing telah menyelamatkannya dengan mati2an, maka maksudnya hendak membunuh Kwe Cing seketika dibuang seluruhnya dan berbalik ia bertekad akan membalas budi kebaikan Kwe Cing dengan segenap tenaganya.   Ia tahu racun bunga cinta dalam tubuhnya akan bekerja tujuh hari lagi, tapi ia sengaja melupakannya dan sedapatnya ingin berbuat sesuatu yang baik di dalam tujuh hari ini agar tidak sia2 menjadi manusia.   Sebab itulah begitu dia sadar kembali dan merasa sehat, segera ia ikut ronda akan kemungkinan serbuan musuh.   Begitulah ia menjadi kuatir akan diri Siao-liong-li, segera ia hendak pergi mencarinya.   Pada saat itulah tiba2 di atas wuwungan rumah sana seorang bergelak tertawa dengan suaranya yaag nyaring menggetar telinga, menyusul terdengar pula suara benturan logam yang mendengking, jelas Kim-lun Hoat-ong yang telah tiba.   Air muka Kwe Cing berubah seketika, cepat ia tarik Ui Yong ke belakangnya.   Dengan suara tertahan Ui Yong berkata.   "Engkoh Cing mana lebih penting mempertahankan Siangyang atau cinta kasih kita? Lebih penting keselamatanmu atau ke-sdamatanku?"   "Benar, kepentingan negara lebih utama,"   Jawab Kwe Cing sambil melepaskan pegangannya kepada sang isteri Segera Ui Yong siapkan pentung bambu dan mengadang diambang pintu, ia menjadi ragu2 pula pada Nyo Ko, anak muda ini entah akan ikut menghalau musuh atau berbalik akan menuntut batas dendam pribadi pada saat orang sedang terancam bahaya.   Karena itulah meski dia berjaga di ambang pintu, tapi pandangannya justeru mengawasi gerak-gerik Nyo Ko.   Tanya jawab singkat Kwe Cing dan Ui Yong tadi ternyata seperti bunyi guntur yang menggelegar dalam pendengaran Nyo Ko, Bahwa dia sebenarnya sudah bertekad akan membantu Kwe Cing hanya disebabkan dia terharu oleh budi luhur sang paman dan rela berkorban baginya.   Tapi kini mendadak didengarnya sang paman menyatakan.   "Kepentingan negara lebih utama", segera teringat pula ucapan Kwe Cing di luar Siangyang kemarin yang menganjurkannya mengabdi bagi rakyat dan negara, seketika pikiran Nyo Ko terbuka dan paham arti semua luapan itu. Dilihatnya betapa kasih sayang paman dan bibinya itu, disaat menghadapi bahaya mereka tetap mengutamakan kepentingan negara dan bangsa, sebaliknya dirinya senantiasa melulu memikirkan sakit hati pribadi dan tidak melupakan cinta ibunya dengan Siao liong-Ii, bilakah dirinya pernah ingat kepada kepentingan negara yang lebih utama dan penderitaan rakyat jelata di bawah keganasan musuh? Kalau dibandingkan, maka dirinya sendiri sungguh rendah dan memalukan sekali. Setelah menginsafi semua itu, seketika lega dadapun lapang terngiang kembali ajaran Ui Yong di Tho-hoa-to dahulu yang mengutamakan pendidikan budi pekerti itu, semua itu kini menjadi sangat jalas dan terang dalam benaknya, tanpa terasa ia menjadi malu, tapi bangkit juga semangatnya. Maklumlah watak Nyo Ko memang ekstrim, sejak kecil kenyang siksa derita, sebab itu tindak tanduknya sering rada nyentrik. Tapi setelah mendengar percakapan Ui Yong dan Kwe Cing tadi, kepalanya seperti mendadak dikemplang, pikirannya menjadi terbuka, seketika dia memasuki hidup baru. Meski apa yang dipikirnya itu hanya terjadi sekilas saja, tapi Ui Yong dapat melihat perobahan air muka Nyo Ko itu dari rasa bimbang menjadi malu, dari bersemangat berubah menjadi tenang, tapi entah apa yang dipikirkan anak muda itu.   "Jangan kuatir,"   Tiba2 Nyo Ko mendesis kepada Ui Yong, mendadak ia bersuit nyaring dan menuju ke depan pintu dengan pedang terhunus- Dilihatnya Kim-lun Hoat-ong berdiri di atas rumah dengan memegang sepasang rodanya.   "Adik Nyo, kau suka miring ke sana dan doyong ke sini, pagi merah sore biru, bagus ya rasanya menjadi pengecut yang. bolak-balik?"   Ejek Hoat-ong. 0i waktu biasa tentu Nyo Ko akan gusar mendengar ejekan itu, tapi sekarang pikirannya sudah terang, ia tidak gubris sindiran orang, dengan tertawa malahan ia menjawab .   "Ucapanmu memang benar, Hoat-ong, entah mengapa aku menjadi kesetanan dan membantu Kwe Cing lari ke sini, Begitu sampai dt sini ia lantas menghilang entah ke mana dan tak dapat kuketemukan Iagi. Aku menjadi menyesal, apakah kau tahu dia sembunyi di mana?"   Habis itu ia lantas melompat ke atas rumah dan berdiri tidak jauh di sebelah Hoat-ong.   Dengan perasaan sangsi Kim - lun Hoat - ong melirik Nyo Ko, ia pikir anak muda ini banyak tipu akalnya, entah benar tidak ucapannya itu, dengan tertawa ia lantas berkata.   "Dan bagaimana kalau dapat menemukan dia?"   "Segera kutusuk dengan pedangku ini,"   Jawali Nyo Ko.   "Hm, kau berani menusuk dia?"   Jengek Hoat-ong.   "Siapa bilang menusuk dia?"   Ujar Nyo Ko.   "Habis menusuk siapa?"   Hoat-ong menegas dengan bingung.   "Sret", mendadak Kuncukiam yang terhunus di tangan Nyo Ko itu menusuk iga kiri Hoat-ong dengan cepat luar biasa.   "Sudah tentu menusuk kau!"   Seru Nyo Ko sekaligus Di tengah sendau guraunya mendadak Nyo Ko melancarkan serangan lihay itu, kalau saja Kim-lun Hoat-ong kurang tinggi kepandaiannya tentu jiwanya sudah melayang oleh tusukan itu.   Untung dia dapat bergerak dengan cepat, dalam keadaan bahaya itu dia kerahkan tenaga pada lengan kiri dan menyampuk ke samping, dengan demikian ujung pedang Nyo Ko dapat ditangkis, walaupun begitu tidak urung lengannya terluka juga oleh pedang pusaka itu, darahpun bercucuran.   Meski sudah tahu Nyo Ko banyak tipu akalnya, tapi sama sekali Hoat-ong tidak menduga anak muda itu akan menyerangnya sekarang secara mendadak, segera roda emas ditangan kanannya bergerak dan ber-turut2 ia balas menyerang dua kali, berbareng itu roda perak di tangan kiri juga menghantam.   Nyo Ko tidak gentar sedikitpun, musuh menyerang tiga kali, kontan iapun batas menusuk tiga kali, katanya dengan tertawa.   "Ketika di tengah pasukan Mongol kau telah melukai aku dengan rodamu, sekarang beruntung aku dapat membalas kau dengan sekali tusukan, Cuma ujung pedangku ini ada sesuatu yang aneh, kau tahu tidak?"   Dengan gusar Hoat-ong melancarkan serangan gencar sambil bertanya.   "Sesuatu yang aneh apa maksudmu?"   "Kau tahu pedangku ini kuperoleh dari Coat-ceng-kok tempat Kongsun Ci yang mahir menggunakan racun itu,"   Kata Nyo Ko dengan ber-seri2.   "Nah, kelak kau boleh mencari dia untuk membikin perhitungan."   Hoat-ong terkejut, ia menjadi sangsi apakah benar Kongsun Ci telah memoles racun pada ujung pedang, karena bimbang hatinya, serangannya menjadi rada kendur.   Padahal pedang Nyo Ko itu sama sekali tidak berbisa.   soalnya ia ingat pada cara Ui Yong menggertak lari Hotu dengan air teh itu, maka iapun menirukan cara itu untuk mengacaukan pikiran musuh yang lihay ini.   Meski lukanya tidak terlalu parah, tapi darah mengucur terus, seumpama pedang Nyo Ko itu tidak berbisa, lama2 kalau darah keluar terlalu banyak tentu akan lemah tenaganya, maka Kim-lun Hoat-ong lantas menyerang dengan lebih gencar agar bisa mengalahkan Nyo Ko.   Namun Nyo Ko cukup cerdik, ia bertahan dengan rapat sedangkan serangan roda Hoat- ong itu semakin dahsyat.   Mendadak roda emasnya itu menghantam bagian atas dan roda peraknya menyabet dari samping.   Merasa tidak sanggup menangkisnya, cepat Nyo Ko melompat mundur.   Kcsempatan itu segera digunakan Hoat-ong untuk merobek kain baju buat membalut luka, akan tetapi Nyo Ko segera menubruk maju dan menyerang lagi, sedapatnya ia mengganggu Hoat-ong agar tidak sempat mengurus lukanya, Begitulah beberapa, kali Hoat-ong tidak berhasil membalut lukanya, tiba2 ia mendapat akal, ketika Nyo Ko dipaksa melompat mundur, ia sendiri juga lantas melompat - mundur, menyusul ia menimpukkan roda emas untuk mendesak Nyo Ko terpaksa harus menghindari lagi, dengan begitu jarak kedua orang bertambah jauh, ketika Nyo Ko memburu maju lagi, sekejap itu telah dapat digunakan Hoat-ong untuk membalut lukanya.   Pada saat itu juga di sebelah sana terdengar suara nyaring benturan senjata, waktu Nyo Ko memandang ke sana, dilihatnya Siao-liong-li sedang menandingi kerubutan Siau-siang-cu dan Nimo Singh.   Meski pentung Siau-siang-cu sudah dirampas Nyo Ko kemarin, tapi sekarang dia memegang pentung yang serupa, hanya pentung ini entah juga berbisa atau tidak.   Nyo Ko pikir Kwe Cing dan Ui Yong berada dalam kamar di bawah, kalau diketahui Kim-Iun Hoat-ong tentu urusan bisa runyam, ia pikir Hoat-ong harus dipancing pergi sejauhnya, cuma tindakan ini harus dilakukan, secara wajar tanpa menimbulkan curiga musuh, Karena itulah ia sengaja berseru.   "Jangan kuatir, Kokoh, akan kubantu kau!"   Habis ini ia sengaja meninggalkan Kim-lun Hoat-ong dan melompat ke sana, begitu sampai di belakang Nimo Singh.   segera pedangnya menusuk punggung musuh itu.   Setelah dilukai Nyo Ko sudah tentu hati Kim lun Hoat-ong sangat gusar, kalau orang lain tentu akan menguber Nyo Ko untuk membalas dendam.   Tapi dia memang seorang pemimpin besar, setiap tindak tanduknya selalu dipikir secara panjang, ia pikir tujuan utama kedatangannya ini adalah membunuh ICwe Cing, sakit hati pada anak muda nakal yang telah melukainya ini biarlah kubalas kelak.   Begitulah ia lantas berteriak keras2.   "Wahai, Kwe Cing? Ada tamu datang dari jauh, mengapa kau tidak sudi menemuinya?"   Dia berteriak beberapa kali dan tetap tiada jawaban orang, hanya dari sebelah lain ada suara orang bertempur yaitu kedua muridnya, Darba dan Hotu, sedang mengeroyok Cu Cu-Iiu.   Dilihatnya pertempuran antara Siau-siang-cu dan Nimo Singh melawan Nyo Ko serta Siao liong-li juga sukar di tentukan kalah menang dalam waktu singkat, sementara itu di bawah rumah sudah ramai orang banyak, agaknya pasukan penjaga benteng juga mendengar datangnya musuh, maka dikerahkan ke sini untuk menangkap musuh penyelundup ini.   Biarpun tidak gentar terhadap perajurit yang tidak mahir ilmu silat itu, tapi kalau berjumlah banyak tentu juga repot menghadapinya, segera Hoat-ong berteriak pula.   "Wahai Kwe Cing, percumalah nama kepahlawananmu yang termashur selama ini, mengapa sekarang kau terima menjadi kura2 yang mengerutkan kepala!"   Ia ber-teriak2 dengan tujuan memancing keluar Kwe Cing, akan tetapi Kwe Cing tetap tidak mau muncul Tiba2 Hoat-ong mendapat akal keji, ia melompat turun ke pekarangan belakang, di situ ada kayu bakar yang mudah dijilat api, segera ia mengeluarkan alat ketikan api dan membakar kayu dan benda2 lain yang mudah terbakar, Dengan gesit ia lari kian kemari, ber-turut2 ia menyalakan api di beberapa tempat, lalu ia melompat lagi ke atas rumah, ia pikir kalau api sudah berkobar masakah kau Kwe Cing takkan menongol ? Walaupun Nyo Ko sedang menempur Siau siang-cu berdua, tapi pandangannya tidak pernah meninggalkan gerak-gerik Kim-lun Hoat-ong, ketika melihat orang mulai membakar rumah, bagian utara dan selatan tempat berdiam Kwe Ciag itupun mengepulkan asap api, ia menjadi kuatir, karena sedikit lengah hampir saja dadanya tersabet oleh ular baja Nimo Singh, syukur pada detik terakhir ia sempat menarik dadanya sedikit hingga terhindar dari maut Diam2 Nyo Ko berkeringat dingin dan bersyukur dapat menyelamatkan diri., Segera terpikir pula olehnya Kwe pepeknya terluka parah dan sang bibi sedang menantikan kelahirannya, di tengah api yang sudah berkobar itu, kalau tidak lekas lari tentu akan terkurung oleh api.   Tapi kalau lari keluar tentu pula akan dipergoki oleh Kim-lun Hoat-ong.   Terpaksa ia meninggalkan Siao-liong-li sendiri menghadapi kedua lawan tangguhnya lebih duIu ia menyerang Siau-siang-cu, habis itu ia terus melompat turun ke rumah dan maju ke tengah asap api itu, untuk mencari Kwe Cing.   Dilihatnya Ui Yong berduduk di tepi ranjang menjagai Kwe Cing, asap tebal ber-gulung2 me-rembes ke dalam kamar.   Kwe Cing memejamkan mata sedang menghimpun tenaga, kedua alis Ui-Yong berkerut rapat, namun air mukanya tampak tenang2 saja, ia tersenyum ketika melihat Nyo Ko.   Hati Nyo Ko rada lega melihat kedua orang itu tidak merasa cemas atau gugup, segera ia berkata kepada Ui Yong.   "Akan kupancing pergi musuh, harap bibi memindahkan paman ke tempat yang aman."   Habis berkata dengan pelahan ia menanggalkan kopiah Kwe Cing, cepat pula ia berlari keluar ruang.   Ui Yong tercengang dan tidak paham tingkah itu, tapi ia tahu anak muda itu banyak tipu akal2 nya, dilihatnya api sudah semakin berkobar mendekati kamar, cepat ia memayang Kwe Cing dan berkata.   "Marilah kita pindah ke tempat lain." -Tapi baru saja ia mengangkat sang suami, tiba2 perutnya kesakitan keras, tanpa tertahan ia mengaduh dan terduduk kembali di tepi ranjang. Diam2 ia mendongkol terhadap jabang bayi yang berada dalam kandungannya itu, sungguh brengsek, tidak lambat tidak cepat, justeru mau lahir pada saat segenting ini, bukankah sengaja hendak bikin celaka kedua orang tua? Padahal hari lahirnya sebenarnya masih beberapa hari lagi, tapi lantaran beberapa hari terakhir ini ia terus sibuk sehingga menggoncangkan janin dalam kandungannya itu lahir terlebih cepat... Begitulah Nyo Ko keluar kamar Kwe Cing dilihatnya para perajurit sedang ber-teriak2 dan sibuk memadamkan api, ada pula yang memanah ke atas rumah dan ada pula yang memutar senjata berjaga di bawah rumah. Ia incar seorang pemira muda yang sedang memanah, mendadak ia tutuk Hiat-to perwira itu, menyusul kopiah Kwe Cing terus dipasang pada kepala perwira itu, kemudian ia menggendongnya terus melompat ke atas rumah. Saat itu Siau-siang-cu dan Nimo Singn yang mengerubut Siao-liong-li serta Darba dan Hotu mengroyok Cu Cu-Iiu sudah tampak unggul, sedangkan Kim-lun Hoat ong sedang mempermainkan Kwe Hu dengan ancaman sepasang rodanya, ia sengaja tidak mencelakai jiwa nona itu, hanya tepian roda yang tajam sengaja mengiris kian kemari di depan wajah Kwe Hu, jaraknya cuma satu-dua senti meter saja, kalau tersenggol pasti rusaklah muka Kwe Hu yang cantik itu, dengan begitu ber-ulang Kim-lun Koat-ong membentak agar nona itu mengaku di mana ayah-bundanya bersembunyi. Rambut Kwe Hu tampak semerawut, pedangnya sudah kutung sebagian, tapi ia masih terus bertahan dengan nekat, ia anggap tidak mendengar semua pertanyaan Kim-lun Hoat-ong. Selagi Kim-lun Hoat-ong berusaha memaksa pengakuan Kwe Hu, se-konyong2 dilihatnya Nyo Ko menggendong seorang dan berlari cepat ke barat-laut. Ah, Orang yang digendongnya itu tidak bergerak, tentu Kwe Cing adanya. Sambil bersiul panjang Hoat-ong terus meninggalkan Kwe Hu dan mengudak kesana. Melihat itu, Siau-siang-cu, Nimo Singh, Darba dan Hotu berempat juga meninggalkan lawan mereka dan ikut mengejar, Cu Cu liu menguatirkan Nyo Ko yang sendirian itu pasti bukan tandingan musuh sebanyak itu, cepat iapun menyusul ke sana untuk membantu Nyo Ko dan melindungi Kwe Cing. Waktu melompat ke atas rumah dan lewat di samping Siao-liong-li tadi, Nyo Ko sempat mengedipi Siao-liong-li disertai senyuman yang aneh penuh arti, Siao-liong li tahu anak muda itu sedang "main"   Lagi, hanya tidak tahu tipu daya apa yang sedang dilakukannya. Tampaknya kekuatan musuh terlalu besar, maka iapun bermaksud mengejar kesana untuk membantunya. Tapi pada saat itu juga tiba2 di bawah rumah ada suara tangisan jabang bayi.   "He, ibu telah melahirkan adik!"   Seru Kwe Hu dengan girang sambil melompat turun.   Siao-liong-li menjadi tertarik dan ingin tahu orang melahirkan, pula ia yakin isyarat Nyo Ko yang banyak tipu akalnya itu pasti mempunyai makna tertentu, maka segera iapun ikut ke dalam rumah untuk melihat anak yang dilahirkan Ui Yong.   Sementara itu Kim-lun Hoat-ong mengejar dengan kencang, tampaknya jaraknya dengan Nyo Ko makin dekat, ia menjadi gjrang, pikirnya.   "Coba sekali ini apakah kau mampu lolos dari tangan ku!"   Ginkang aliran Ko-bong pay (kuburan kuno) yang dipelajari Nyo Ko itu boleh dikatakan tiada tandingannya di dunia ini, meski dia menggendong seorang, tapi mengingat semakin jauh meninggalkan Kwe-pepeknya berarti keselamatan sang paman ter-jamin, karena itu ia berlari secepatnya seperti kesetanan, seketika Kim-lun Hoat-ong tak dapat menyusulnya.   Begitulah Nyo Ko terus ber-Iari2 di atas deretan rumah, ketika kemudian mendengar langkah orang dibelakangnyn semakin mendekat, segera ia melompat ke bawah rumah, lalu dia berputar kian kemari diantara gang2 sempit dan main kucing2an dengan Kim-lun Hoat-ong.   Meski Ginkang Nyo Ko lebih tinggi setingkat daripada Hoat-ong, tapi dia dibebani menggendong seorang, kalau kejar mengejar ditanah datar tentu sejak tadi sudah disusul oleh Hoat-ong, untung dia lari putar sini-dan belok sana di antara gang dan lorong sempit rumah2 penduduk sehingga Hoat-ong tetap tak dapat menangkapnya.   Segera Hoat-ong berkata.   "Saudara Sing, cepat jaga dimulut gang ini, biar kumasuk ke sana untuk menangkap setan cilik itu."   Mendadak Nimo Singh mendelik dan menjawab.   "Memangnya aku mesti tunduk kepada perintahmu?"   Hoat-ong pikir si Hindu cebol ini sukar di-ajak berunding, tanpa berkata lagi ia terus melompat ke atas rumah, dari ketinggian ia memandang sekitarnya, kebetulan dilihatnya Nyo Ko meringkuk pada pojok tembok dengan menggendong "Kwe Cing", agaknya sedang melepas lelah.   Girang sekali Hoat-ong, dengan ber-jinjit, ia merunduk maju, bara saja ia hendak menubruk ke bawah, mendadak Nyo Ko menjerit sekali, dengan cepat sekali anak muda itu menyusup ke tengah kabut asap yang tebal dan seketika kehilangan jejaknya.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tujuannya Hoat-eng mengobarkan api adalah untuk memaksa keluarnya Kwe Cing, sekarang dimana2 api berkobar dan asap tebal ber-gulung2, jadinya malah sukar menemukan Kwe Cing.   Selagi dia celingukan ke sana-sini, tiba2 terdengar seruan Darba.   "lni dia, di sini!"   Cepat Hoat-ong memburu ke sana, dilihatnya Darba dengan gadanya yang berat itu sedang kececar oleh serangan pedang Kyo Ko.   Dua kali lompatan saja dapatlah Hoat-ong tiba di sana dan mencegatnya dulu jalan lari anak muda itu.   Diluar dugaan mendadak Nyo Ko menerjang ke depan.   "bluk", tahu2 Darba diterjangnya hingga terjungkal pada saat itu juga roda perak Hoat-ong juga sudah disambitkan Samberan roda perak itu cepat luar biasa, Nyo Ko tidak sempat mengelak.   "cret", dengan tepat pundak Kwe Cing tergores luka yang cukup dalam. Dengan girang Hoat-ong berseru.   "Kena kau sekali ini!"   Tak tahunya Nyo Ko sedikitpun tidak peduli- akan mati hidupnya Kwe Cing dan masih terus ber-Uri ke depan. Tapi begitu sampai di ujung lorong sana, mendadak seorang bersuara seram menghaIanginya.   "Menyerahlah, anak kecil!" - Kiranya Siao-siang -cu adanya. Keadaan Nyo Ko sekarang benar2 kepepet bagian depan diadang musuh, jalan mundur juga tersumbat, waktu ia mendongak, diatas pagar tembok pun berdiri Nimo Singh, Tanpa Nyo Ko melompat ke atas, kontan Nimo Singh mengemplangnya dengan ular bajanya, untuk mendesak anak muda itu turun ke lorong buntu lagi. Nyo Ko pikir setelah sekian lamanya tentu Kwe Cing dan Ui Yong sudah lolos dari bahaya, segera ia cengkeram perwira yang digendongnya itu terus disodorkan kepada Nimo Sinnh sambil terseru.   "lni, kuserahkan Kwe Cing padamu!"   Kaget bercampur girang Nimo Singh, disangkanya Nyo Ko memang suka bolak-balik memihak sana-sini dan sekarang mendadak anak muda itu berputar haluan lagi serta memberikan pahala besar padanya, maka tanpa pikir ia terus tangkap tubuh orang yang dilemparkan padanya itu.   Tak terduga Nyo Ko terus menyusuli dengan sekali tendang dan tepat mengenai pantat Nimo-Singh, kontan Hindu cebol terjungkal ke bawah tembok dan tentu pula kesaktiannya, tapi Nimo-Singh sama sekali tidak memusingkan sakit atau tidak, bahkan ia terus ber-teriak2 girang.   "Kwe Cing berhasil kutangkap! Kwe Cing sudah kutangkap!"   Tentu saja Siau-siang-su dan Darba tidak membiarkan pahala besar itu dicaplok sediri oleh Nimo Singh, cepat mereka memburu maju untuk merebut, ketiga orang sama memegangi anggota badan perwira tadi, ada yang pegang tangan, ada yang memegang kaki, sekali mereka membetot, karena tenaga mereka sama2 kuat, seketika tubuh perwira itu terbeset menjadi tiga bagian.   Kopiah yang dipakainya lantas terjatuh, Nimo Singh bertiga dapat melihat jelas orang yang mereka rebut-kan itu ternyata bukan Kwe Cing adanya, keruan mereka melengak dan tak dapat bersuara.   Ketika melihat Nyo Ko membuang Kwe Cing yang digendongnya terus melarikan diri, segera Hoat-ong menduga pasti ada sesuatu yang tidak beres, maka waktu melihat ketiga kawannya itu melengak kesima, ia lantas memaki.   "Goblok"   Segera Hoat-ong mengudak lagi ke arah Nyo Ko, ia pikir andaikan Kwe Cing, tidak berhasil ditangkap, kalau dapat menawan Nyo Ko juga tidak sia2 kedatangannya ke Siangyang ini.   Namun sementara itu Nyo Ko entah sudah kabur ke mana, jelas sukar menemukannya.   Hoat-ong berpikir sejenak, segera ia dapat menarik kesimpulan "Bocah itu sengaja menggendong seorang Kwe Cing palsu dan main kucing2an dengan aku, tentu tujuannya memancing aku mengejarnya, jika begitu jelas Kwe Cing pasti berada ditempat yang kubakar tadi.   Dia memakai akal licik, biarlah akupun menggunakan akalnya itu untuk menjebak dia." - Karena itu ia tidak peduli lagi ke mana kaburnya Nyo Ko, ia terus menuju ke tempat yang paling ganas dimakan api.   Padahal saat itu Nyo Ko sedang mengawasi gerak-gerik Hoat-ong, ia bergelantungan di bawah emper rumah, ketika melihat Hoat-ong berlari cepat ke tempat sembunyi Kwe Cing, ia menjadi kuatir, ia tidak tahu waktu itu Ui Yong sudah memindahkan suaminya ke tempat lain atau belum, maka cepat iapun mengintil Hoat-ong.   Setiba di dekat tempat Kwe Cing tadi, mendadak Hoat-ong melompat ke bawah sambil membentak.   "Bagus, kau Kwe Cing! Kiranya kau berada di sini, lekas ikut saja padaku?"   Keruan Nyo Ko kaget, selagi hendak melompat turun, tiba2 terdengar suara gemerincing, suara beradunya senjata, lalu terdengar pula suara bentakan Hoat-ong.   "Nah, Kwe Cing lekas menyerah saja kau."   Menyusul suara mendering benturan senjata berbunyi pula ber-turut2. seketika Nyo Ko tahu apa yang terjadi, ia tertawa sendiri dan mengomel di daIam hati.   "Setan gundul, hampir saja kuterjebak olehmu, Sayang akalmu yang busuk itu kurang cermat, kau pura2 mengeluarkan suara benturan senjata segala, padahal dalam keadaan terluka mana Kwe pepek sanggup menempur kau dengan senjata, Hnw kau ingin menipu aku, aku justeru sembunyi di sini untuk menonton sandiwaramu."   Begitulah mendadak terdengar Hoat-ong berteriak pula.   "Aha, sekali ini kau pasti mampus, NyoKo!"   Tentu saja Nyo Ko terkejut, ia heran mengapa dirinya dikatakan pasti mampus? Tapi segera ia paham maksudnya, agaknya Kim - lun Hoat - ong tidak berhasil memancing dirinya keluar, sekarang berbalik hendak memancing munculnya Kwe Cing muncul menolongnya.   Terdengar Hoat-ong bergelak tertawa dan berkata pula.   "Hahaha, Nyo Ko, sekali ini jiwamu melayang di tanganku, agaknya memang nasibmu begini."   Belum habis ucapannya se-kenyong2 bayangan putih berkelebat seorang gadis menerobos keluar dari tengah gumpalan asap sana dan menubruk ke arah Hoat-ong, Cepat Nyo Ko berseru.   "Aku berada di sini, Kokoh!"   Gadis itu memang Siao-liong-li adanya, Hoat ong lantas putar rodanya dan mencegat di depan Siao-liong-li.   Rupanya suara Hoat-ong yang mengatakan jiwa Nyo Ko pasti akan melayang itu telah membikin kuatir Siao - liong - li, tanpa pikir ia terus menerjang keluar untuk menolongnya.   Terpaksa Nyo Ko ikut menerjang maju untuk mengerubuti Hoat-ong, Kedua muda-mudi saling pandang dengan tersenyum bahagia, seketika Giok-ii-kiam-hoat dimainkan dengan sangat indah, sinar pedang mereka mengurung rapat Kim-lun Hoatong.   Diam2 Hoat-ong mengeluh.   "CeIaka, ini benar2 mengundang bahaya untuk mencelakai diri sendiri!"   Sementara itu api masih berkobar dengan hebatnya, banyak tiang dan belandar berjatuhan Mendadak Hoat-ong perlihatkan keperkasaannya, sekali kedua rodanya diangkar sekaligus ia tangkis kedua pedang lawannya, habis itu cepat ia mundur ke kiri sana.   "Sekali ini jangan membiarkan dia lolos lagi, harus binasakan bibit bencana ini!"   Seru Nyo Ko kepada Siao-liong-Ii sambil memburu maju.   "sret", kontan ia menusuk punggung Hoat-ong. Sejak kecundang oleh Giok-li-kiam-hoat tempo hari dengan tekun lioat-ong telah merenungkan sejurus ilmu silat yang dapat mematahkan ilmu pedang itu, walaupun begitu ia mengakui Giok-li-kiam-hoat yang dimainkan secara berganda itu teramat lihay, apakah dirinya dapat mematahkannya atau tidak sesungguhnya iapun tidak berani memastikannya, sekarang keadaan berbahaya tanpa pikir ia keluarkan ilmu silat ciptaannya yang baru itu. Ngo-lun-tay-coan" (putaran Iima roda sekaligus) untuk mencobanya, Begitulah serentak ia keluarkan semua senjata rodanya, terdengar suara gemerincing nyaring, tiga buah rodanya terus melayang di udara, sedangkan setiap tangannya tetap memegangi sebuah roda pula. Kelima rodanya itu terbuat dari emas, perak, besi, tembaga dan-timah, bobotnya tidak sama, besar kecilnya juga rada berbeda, akan tetapi secara bergiliran ia menyambitkan dan menangkap kembali rodanya, lalu disambitkan pula dan begitu seterusnya, samberan roda itu terkadang lurus dan terkadang miring, seketika Nyo Ko dan Siao-liong-Ii dibikin bingung. Melihat cara serangan musuh sangat aneh dan lihay, sedapatnya Nyo Ko dan Siao liong-li mendempel punggung, mereka berjaga sedapatnya untuk mengamati serangan musuh, habis itu baru mencari jalan untuk mematahkannya. Kelima roda Kim-lun Hoat-ong itu terus beterbangan, akan tetapi Nyo Ko dan Siao-Iiong-li telah memutar pedangnya hingga berwujud sebuah jaringan sinar perak, betapapun hebatnya roda Hoat-ong itu tetap sukar menembus pertahanan lawan. Diam2 Hoat-ong patah semangat, ia pikir percumalah latihanku selama ini, ternyata lima rodaku sekaligus juga sukar menandingi permainan ganda ilmu pedang mereka. Selagi Hoat-ong merasa lesu, se-konyong dari pangkuan Siao-liongli ada suara menguak beberapa kali, itulah suara tangisan jabang bayi. Hal ini tidak saja membuat Hoat-ong terkejut, bahkan Nyo Ko juga melengak heran. Ketiga orang sama tertegun sehingga pertarungan mereka menjadi mengendur dengan sendirinya. Dengan tangan kiri Siao-liong-li menepuk pelahan pangkuannya sambil berkata.   "Jangan menangis sayang, lihatlah kuhajar Hwesio tua ini." -Tak tahunya bayi itu malah menangis semakin keras.   "Anak Kwe-pekbo?"   Tanya Nyo Ko dengan suara lirih.   Siao-liong-li mengangguk dan menusuk satu kali pada Kim-lun Hoat-ong.   Kim-lun Hoat-ong menangkis dengan roda emasnya ia tidak dengar jelas pertanyaan Nyo Ko tadi seketika ia tidak paham untuk apakah Siao-liong-Ii membawa seorang bayi, tapi mengingat nona itu dibebani seorang bayi, tentu daya ilmu pedangnya akan berkurang dan sebaliknya sangat menguntungkan dirinya, maka cepat ia lancarkan serangan gencar kepada Siao-liong-li.   Lekas Nyo Ko balas menyerang beberapa kali agar tekanan musuh kepada Siao-liong li berkurang berbareng ia mendesis pula kepada Siao-liong-li.   "Apa paman dan bibi Kwe baik2 saja?"   "Ui-pangcu sempat memayang Kwe-tayhiap menyelamatkan diri dari lautan api....."   Trang"   Ia tangkis roda musuh yang menyerangnya, lalu menyambung.   "Keadaan waktu itu sangat gawat, belandar rumah sudah hampir runtuh, syukur aku sempat menyelamatkan anak perempuan ini dari tempat tidur.   "Anak ini perempuan?"   Nyo Ko menegas sambil menabas kaki Hoat-ong untuk memaksa musuh menarik kembali serangannya kepada Siao-liong-li.   Tadinya ia pikir Kwe Cing sudah punya anak perempuan, anaknya yang bakal lahir tentu anak laki2, siapa tahu kembali mendapatkan anak perempuan, hal ini rada diluar dugaannya.   Siao-liong-Ii mengangguk dan menjawab.   "Ya, perempuan, lekas kau membawanya..."   Sembari berkata tangan kirinya terus menjulur ke pangkuannya dan bermaksud menyerahkan orok itu kepada Nyo Ko.   Akan tetapi bayi itu menangis keras, sedang saat serangan Hoat-paig semakin gencar, tiga buah roda ber-putar2 di atas kepala, begitu ada peluang lantas menyerang ke bawah, kedua roda yang di-peganginya terlebih lihay pula cara menyerangnya, Nyo Ko juga cuma dapat bertahan sekadarnya dengan segenap tenaganya, sehingga sukar menerima penyerahan bayi dari Siao-liong-li..Karena itu ber-ulang2 Siao-liong-li berseru pula "Lekas bawa bayi ini dan gunakan kuda merah itu ke..."   Trang-trang, roda Hoat-ong menyerang lebih gencar hingga Siao-liong-li tidak dapat melanjutkan ucapannya.   Dalam keadaan demikian, apa yang terpikir oleh Nyo Ko dan Siao-liong-li menjadi berbeda sehingga daya tempur Giok-li-kiam-hoat sukar dikerahkan.   Nyo Ko pikir bayi itu harus diterima dulu agar Siao-liong-li tidak terpencar perhatiannya, maki pelahan ia menggeser ke sana, Siao - liong-li juga ingin menyerahkan bayi itu kepada Nyo Ko, jadi kedua orang ada perpaduan pikiran, segera daya tempur ilmu pedang mereka bertambah kuat, Kim lun Hoat-ong terdesak mundur lagi.   Segera Siao - liong - li menyodorkan bayi itu kepada Nyo Ko dan baru saja anak muda itu mengulur tangan hendak menerimanya, se-konyong2 bayangan hitam berkelebat roda besi Hoat-ong menghitam ke badan bayi itu, Kuatir bayi itu terluka, Siao-liong-li lepaskan bayi itu, berbareng tangannya Iurus memutar ke atas untuk mencengkeram roda isi itu.   Samberan roda besi itu sangat keras, pula tepian cukup tajam, kalau orang lain pasti tidak berani menyentuhnya, tapi Siao-liong-li memakai sarung tangan buatan dari benang emas yang halus, sekalian pedang dan golok pusaka juga berani dipegangnya dan dipatahkan olehnya.   Maka waktu menempel roda musuh, sekapan ia tolak ke samping lalu dengan gerakan miring ia hentikan putaran roda.   Pada saat itu juga Nyo Ko sudah dapat memondong bayi tadi dan berseru memuji demi menyaksikan Siao-liong-li merampas roda musuh, Kalau saja roda itu langsung menghantam Siao-liong-Ii tentu sukar dipegangnya tapi lantaran sasaran roda itu adalah si bayi, maka Siao-liong-li berhasil menangkapnya dari samping, Tampaknya inilah kelemahan permainan "panca-roda"   Kim-lun Hcat-ong, Siao liong-li sangat senang karena dapat menangkap senjata lawan, tiba2 ia menirukan gaya permainan Hoat-ong, roda besi itu terus menghantam musuh, ia pikir biar "senjata makan tuannya".   Hoat-ong menjadi kejut dan malu karena senjatanya terampas musuh, dengan sendirinya pula ii tidak dapat memainkan "panca roda"   Dengan begitu ia terus simpan kembali kedua roda yang lain, hanya dua roda saja yang dipegangnya untuk menyerang.   Sambil merangkul bayi itu, Nyo Ko berseri kepada Siao-liong-li agar membinasakan dulu musuh gundul itu.   Siao-liong-li mengiakan, segera mereka menyerang dengan sepasang pedang ditambah lagi roda rampasan.   Tak terduga, makin Iaraa daya serangan mereka bukanlah bertambah kuat, sebaliknya malal sering kacau, kerja sama terasa kurang "sreg", keruan Siao-liong-li merasa bingung, ia tidak tahu apa sebabnya.   Ia lupa bahwa Giok-li-kiam-hoat itu memiliki daya tempur yang hebat adalah karena adanya perpaduan perasaan antara pasangan yang memainkan ilmu pedang itu.   sekarang di antara sepasang pedang mereka bertambah lagi roda besi, hal ini menjadi seperti di antara sepasang kekasih telah di susupi oleh orang ketiga yang menimbulkan gangguan, dengan sendirinya paduan pikiran "menreka menjadi teralang dan kerja sama merekapun menjadi kacau.   Setelah beberapa jurus lagi dan terasa semakin payah, Siao-liong-li menjadi gelisah, katanya kepada Nyo Ko.   "Hari ini kita tak dapat mengalahkan dia, lekas kau membawa anak ini ke Coat-ceng-kok..."   Segera Nyo Ko paham maksudnya, kalau sekarang juga berangkat dengan kuda merah itu tentu dalam tujuh hari dapat mencapai Coat-ceng-kok, meski kepala Kwe Cing dan Ui Yong tak dapat di bawanya, tapi anak perempuan mereka yang dibawa ke sana, tentu Kwe Cing dan isterinya akan segera menyusul ke sana dan Kiu Jian-jio dapat berusaha menuntut batas kepada mereka.   Dalam keadaan begitu mau tak-mau Kiu Jian-jio harus memberikan separoh obatnya kepada Nyo Ko dan bila racun dalam tubuhnya sudah punah, kelak ia masih dapat berdaya untuk menyelamatkan anak bayi ini.   Usaha mengulur waktu ini rasanya dapat diterima oleh Kiu Jian-jio, sebab kalau Kwe Cing dan Ui Yong datang kesana untuk mencari anaknya, dalam keadaan lumpuh dan ingin menuntut balas, mau-tak-maii Kiu Jian-jio mengharapkan bantuan Nyo Ko, sebab itulah sisa obat yang masih ada itu betapapun harus diberikan kepada anak muda itu.   Jika hal ini terjadi dua hari yang lalu tentu tanpa ragu2 Nyo Ko akan melaksanakannya, tapi sekarang dia benar2 sangat kagum dan hormat kepada jiwa kepahlawanan Kwe Cing, sungguh ia tidak ingin membikin susah anak perempuan orang demi untuk kepentingannya sendiri, karena itulah ia menjadi ragu dan berkata.   "Kokoh, urusan ini tidak boleh begitu..."   "Kau... kau..."   Belum lanjut ucapan Siao-liong li.   "bret", mendadak baju bahu kirinya ter-robek oleh roda emas Kim-lun Hoat ong.   "Jika kulakukan hal ini, sungguh aku malu terhadap Kwe-pepek,"   Kata Nyo Ko pula.   "Pula aku tidak sesuai lagi untuk menggunakan pedangku ini!"   Sembari berkata iapun acungkan Kun-cu-kiam (pedang laki2 sejati) ke atas.   Sudah tentu Siao-liong-li sama sekali tidak tahu bahwa jalan pikiran Nyo Ko telah berubah mendadak segenap usahanya hanya ditujukan untuk menyelamatkan Nyo Ko, sekarang mendengar anak muda itu segan kepada musuh pembunuh ayahnya dan ingin menjadi laki2 sejati, sejenak Siaoliong-li menjadi bingung.   Dan karena tiada kesatuan pikiran antara mereka, ilmu pedang yang mereka mainkan menjadi kurang baik, segera Hoat-ong melangkah maju, sikutnya lantas menyodok bahu kiri Nyo Ko.   Betapa lihay tenaga Hoat-ong, keruan saja Nyo Ko merasakan setengah tubuhnya kaku kesemutan, bayi yang dipondongnya itu terlepas dan jatuh.   Padahal waktu itu mereka bertempur di atas rumah, langsung saja orok itu terbanting ke bawah.   Nyo Ko dan Siao-liong-li menjerit kaget dan segera bermaksud melompat ke sana untuk menyelamatkan bayi itu, namun sudah terlambat.   Sementara itu dari percakapan Nyo Ko berdua.   dapatlah Hoat-ong mengetahui bahwa bayi itu adalah anak Kwe Cing dan Ui Yong, ia pikir bila Kwe Cing tak dapat ditangkap, boleh juga anak perempuannya diculik untuk di jadikan sandera agar dia menyerah, dan sama saja suatu jasa besar bagiku? Dalam pada itu keadaan bayi yang terjatuh ibawah itu tampaknya sangat berbahaya, cepat ia sambitkan roda emasnya ke sana, dengan tepat roda itu menyangah di bawah gurita bayi itu dan terus melayang ke sana satu meteran di atas permukaan tanah, bayi itu tersanggah di atas dengan antengnya.   Serentak tiga orang melompat turun buat berebut roda itu, Tempat berdiri Nyo Ko paling dekat.   Ginkangnya juga tinggi, ia melihat roda itu makin melayang makin rendah, sebentar bagi pasti akan jatuh ke tanah.   Cepat ia menubruk ka sana, badannya berguling maju roda bayi itu hendak dirangkulnya sekaligus agar bayi itu tidak terluka.   Ketika tangannya hendak meraih, mendadak roda emas Hoat-ong itu mengapung ke atas, sebuah tangan menjulur dari samping, roda emas itu terpegang dan bayi itupun diserobot lagi..   Waktu Nyo Ko melompat bangun, sementara itu Hoat-ong dan Siao-liong-li juga sudah memburu tiba.   "He, itulah Suciku!"   Seru Siao-liong-li.   Dari jubah orang yang berwarna kuning dan tangan lain membawa kebut, Nyo Ko juga tidak sangsi lagi memang benar penyerobot bayi itu ia adalah Li Bok chiu.   Mengingat watak Li Bok-chiu yang kejam, nasib bayi itu pasti celaka bila berada dalam cengkeraman iblis itu, tanpa pikir ia terus mengudak ke sana.   Siao-liong-li juga lantas ber-teriak2.   "Suci, Suci bayi itu besar artinya bagiku, untuk apa kau menyerobotnya?"   Li Bok-chiu tidak menoleh, dari jauh ia menjawab.   "Hm, turun temurun ahli waris Ko-bong pay kita adalah perawan yang suci bersih, tapi anak saja sudah kau iahirkan, sungguh tidak tahu malu."   "ltu bukan anakku, lekas kau kembalikan padaku"   Teriak Siao-liong-li. Selagi dia hendak mengejar sekuat tcnaga, tiba2 sesosok bayangan melompat keluar dari samping sambil berseru.   "Selamat bertemu pula, nona Liong!"   Sama sekali Siao-liong-li tidak memandang siapa gerangan orang ini, sedikit mengegos segera ia bermaksud menyelinap lewat di sebelah orang. Tapi orang itu telah mengulur kipasnya dan menutuk pelahan ke Koh-eng-hiat dibahunya sambil berseru.   "Ah, masakah nona cantik bersikap dingin"   "Jangan merecoki aku!"   Bentak Siao-liong-li sambil menangkis dengan pedang dan tetap tidak memandang orang itu. Kembali kipas orang itu menutuk lengannya katanya sambil tertawa.   "Sungguh malang, mengharapkan pandangan mesra si cantik sekejap saja tak dapat kuperoleh."   Sementara itu Li Bok-chiu, Hoat-ong dan Nyo Ko sudah cukup jauh di depan, tampaknya sukar untuk menyusul mereka, baru sekarang Siao liong-li berpaling, kiranya orang yang mengadangnya dengan memegang kipas ini adalah pangeran Hotu, Biasanya Siao-liong-li memang tidak pernah unjuk rasa gusar atau gembira, kecuali cinta kasihnya kepada Nyo Ko, urusan lain sama sekali tak pernah terpikir olehnya.   Maka melihat Hotu bicara dengn cengar-cengir, iapun tidak ambil pusing, hanya dikatakannya dengan tak acuh.   "Aku lagi ada urusan penting, masakah kau tidak melihatnya?"   Melihat sikap si nona ramah tamah tanpa marah, Hotu bergirang, segera ia berkata pular.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Sejak berpisah, betapa rindu hatiku akan dikau, Siau-ong ingin bicara sesuatu, entah nona sudi mendengarkan tidak?"   Tapi Siao-liong-li sedang menguatirkan Nyo Ko serta bayi itu, ia hanya mendengus saja dan tidak menggubrisnya lagi sekali mengegos segera ia menyelinap lewat samping orang.   Sejak pertama kali Hotu mengunjungi Cong-lam-san untuk meminang Siao - liong - li, sebelum bertemu muka si nona dia sudah lari ter-birit2 karena diusir oleh gerombolan tawon, hal ini sungguh membikin pamornya merosot habiskan, kemudian di perjamuan Eng - hiong - yan dia melihat sendiri wajah Siao-liong-li yang cantik molek, dia benar2 kesemsem dan rindu kasmaran pula siang dan malam, sekarang kebetulan dapat berjumpa berhadapan sendirian, mana dia mau membiarkan si nona pergi begitu saja tanpa mengutarakan isi hatinya yang rindu dendam itu.   BegituIah ketika Siao - liong - li hendak tewat, cepat ia pentang kedua tangannya dan mengadangnya-katanya sambil tertawa.   "Siau - ong benar2 ingin mengutarakan cinta pada nona, masakah nona sama sekali tidak sudi mendengarkan?"   Siao-liong-li menjadi aseran melihat orang merecokinya.   "sret", segera ia menusuk kekiri dan mendadak berputar pula ke kanan, kontan pundak kanan Hotu berlumuran darah. Sambil menahan sakit Hotu balas menyerang satu kali sambil berkata.   "Mcngapa engkau setega ini?"   Kembali Siao-liong-Ii hanya mendengus saja, pedangnya berputar pula, sekali ini menusuk pinggang lawan.   Melihat tipu serangan si nona cukup keji, tapi air mukanya tetap tenang dan ramah tamah, Hotu menyangka orang sengaja hendak menguji ketulusan cintanya, maka ia sengaja menurunkan kipasnya dan tidak balas menyerang pula, namun masih mengadang di depan si nona.   Kembali Siao-liong-li menusuk pula, tapi Hotu malah membusungkan dada menyambut serangan itu, ia pikir si nona pasti takkan membunuhnya.   Keruan Siao-liong-li menjadi melengak malah dan tidak tahu apa maksud orang, sedikit ia miringkan ujung pedang.   "cret", bahu Hotu yang tertusuk pedangnya. Tusukan ini cukup parah, seketika Hotu merasa kesakitan luar biasa, tapi hatinya malah bergirang, pikirnya.   "Nyata dia memang sengaja menguji ketulusan hatiku dan tidak menusuk dadaku."   Sementara itu Siao-liong-li lantas menggeser cepat ke belakang Hotu, kuatir digoda lagi, pedangnya terus membalik lagi menusuk, sedangkan kakinya melangkah tanpa berhenti.   Dari suara angin yang keras itu Hotu merasa tusukan si nona sekali ini tampaknya bukan cuma menguji saja, tapi bila kena bukan mustahil jiwa akan melayang, maka cepat ia mendoyongkan tubuh ke belakang, waktu ia berdiri tegak lagi, ternyata Siao-liong-li sudah kabur jauh dan sukar disusul.   Walaupun pedang Siao-liong-li berhasil menusuk Hotu, tapi pikirannya lagi tertuju kepada keselamatan Nyo Ko, apa yang terjadi dengan Hotu itu sama sekali tidak diperhatikan olehnya.   ia lihat Li Bok-chiu bertiga berlari menuju ke utara, maka cepat iapun memburu ke jurusan sana.   Sementara itu suasana dalam kota sedang ribut, di mana2 pasukan dikerahkan menangkap mata2 musuh, Namun, Siao-liong-li tidak ambil pusing semua ituy ia terus berlari ke pintu bentengwaktu itu Loh Yu-kah sedang ronda dengan sekelompok anggota Kay-pang.   Melihat Siao-liong-li, segera Loh Yu-kah bertanya.   "Nona Liong, apakah Ui pangcu dan Kwe-tayhiap baik2 saja?"   Siao-liong-li tidak menjawab, sebaliknya ia malah bertanya.   "Apakah kau melihat Nyo-kongcu dan Kim-lun Hoatong serta seorang tokoh yang membawa anak bayi?"   "Semuanya melompat ke sana,"   Jawab Loh-Yu-kah sambil menuding keluar benteng.   Siao-Iiong-li melengak, ia pikir tembok benteng begitu tinggi, cara bagaimana ketiga orang itu turun ke sana, apakah mereka takkan patah tulang dan pecah kepala? Sekilas dilihatnya seorang perajurit sedang menyikat bulu kuda merah, itu kuda mestika kesayangan Kwe Cing, terkesiap hati Siao-liong-Ii, ia pikir kalau Nyo Ko tidak menggunakan kuda mestika ini jelas sukar mencapai Coat-ceng-kok dalam waktu singkat, segera ia memburu maju dan menarik tali kendali kuda itu, katanya kepada Loh Yu-kah.   "Aku ada urusan penting keluar kota, sementara ku pinjam pakai kuda ini."   Yang dikuatirkan Loh Yu-kah hanya keselamatan Ui Yong dan Kwe Cing saja, kembali ia tanya.   "Apakah Ui-pangcu dan Kwe-tayhiap baik2 saja!"   "Mereka tidak kurang apa2,"   Jawab Siao-Iiong li.   "Bayi yang baru dilahirkan Ui- pangcu telah di culik orang, aku harus merampasnya kembali."   Loh Yu-kah terkejut cepat ia memerintahkan membuka pintu benteng, baru saja pintu geybang terbuka sedikit dan sebelum jembatan gantung di-turunkan lurus, cepat sekali Siao-lion-li sudah membedakan kuda merah itu keluar benteng secepat terbang, Waktu Siao-liong-li memandang ke kaki tembok benteng sana, di lihatnya dua mayat perajurit hancur mumur menggeletak di saaa, di sebelahnya ada pula bangkai seekor kuda juga terbanting hancur, selain itu tiada sesuatu tanda lain yang men-curigakan.   Diam2 ia merasa heran cara bagai mana Nyo Ko, Hoat-ong dan Li Bok-chiu melompat turun tembok benteng yang tinggi itu.   Tapi mengingat Nyo Ko bertiga tidak beralangan apa2, segera ia mengejar ke sana cepat untuk membantu anak muda itu merebut kembali anak bayi itu.   Akan tetapi sejauh pandangannya ke depan suasana sunyi senyap tiada bayangan seorang, entah ketiga orang itu sudah lari ke mana.   Dalam keadaan bingung tak berdaya, Siao-liong-li tepuk2 leher kuda merah itu sambil berguman.   "Wahai kudaku sayang, aku hendak menyelamatkan majikan mudamu yang baru lahir itu, lekas membawaku ke sana."   Entah kuda itu benar2 paham perkataannya atau tidak, mendadak kuda merah itu menegak kepala dan meringkik keras, segera pula membelai ke arah timur laut sana.   Kiranya waktu Nyo Ko dan Hoat-ong mengejar Li Bok-chiu, sampai di atas benteng, mereka pikir menghadapi jalan buntu, Li Bok-chiu pasti akan dapat di bekuk.   Tak terduga Li Bok-chiu memang kejam tapi juga cerdik, setiba diatas benteng, se-konyong2 ia tangkap seorang perajurit terus dilemparkan kebawah, menyusul iapun melompat turun.   Ketika perajurit itu hampir menyentuh tanah, pada saat itulah sebelah kaki Li Bok-chiu menutul pada punggung perajurit itu sehingga daya turunnya itu berkurang, habis itu ia terus melompat ke depan dan turun diatas tanah dengan enteng, bahkan bayi dalam pangkuan nya juga tidak terkaget sementara itu perajurit tadi telah terbanting mampus.   Diam2 Heat-ong mengakui kelihayan Li Bok chiu, iapun menirukan cara orang, iapun mencengkeram seorang perajurit dan dilemparkan ke bawah benteng, akhirnya iapun dapat melompat turun dengan selamat.   Nyo Ko menjadi ragu2 menyaksikan kejadian itu, kecuali dahulu ia membinasakan seorang anggota Kay-pang secara tidak sengaja, selama ini dia belum pernah lagi membunuh seorangpun, apalagi harus mengorbankan jiwa orang lain untuk dipakai sebagai batu loncatan dirinya, betapapun ia tak tega.   Namun keadaan sudah mendesak, tiba2 ia mendapat akal, ia dorong seekor kuda keluar benteng, ketika kuda itu hampir jatuh ke tanah barulah dia menutul punggung kuda terus mengejar ke sana mengikuti jejak Hoat-ong.   Sebenarnya keadaan Nyo Ko rada lemah karena sebelumnya telah bertempur sengit di tengah pasukan Mongol dan terluka oleh roda Kim-lun Hoat-ong, darah mengucur cukup banyak, apalagi tadi bertempur lagi sekian lama, sesungguhnya ia hampir tidak kuat.   Tapi mengingat puteri Kwe Cing diculik musuh, ia pikir apapun yang terjadi bayi itu harus direbut kembali.   Sebenarnya kekuatan lari ketiga orang sangat cepatnya, Li Bok-chiu dibebani seorang bayi, Hoat-ong terluka dan kuatir racun bekerja pada lukanya itu, maka ia tidak berani mengerahkan segenap tenaga untuk mengejar.   Sebab itulah kecepatan lari mereka bertiga tidak seperti biasanya, setelah belasan li meninggalkan kota Siangyang, jarak mereka bertiga tetap bertahan belasan meter jauhnya, Hoat-ong tidak sanggup menyusul Li Bok chiu, Nyo Ko juga tidak mampu menyusul Hoat-ong.   Setelah ber-lari2 pula, Li Bok-chiu melihat Hoat-ong dan Nyo Ko masih terus mengintil di belakangnya dilihatnya di depan sana banyak bukit2an.   beberapa li lagi akan dapat mencapai lereng bukit itu, maka ia percepat larinya, ia pikir kalau sudah masuk ke lembah pegunungan sana tentu akan mudah mencari tempat sembunyi.   Meski Siao-liong-li menyatakan bayi itu bukan anaknya, tapi melihat cara Nyo Ko mengudaknya dengan mati2an, ia menduga bayi itu pasti anak haram hasil hubungan gelap antara Nyo Ko dengan siao-liong-li, asalkan bayi ini dipegangnya sebagai sandera, rasanya kitab pusaka Giok-li-sim-keng oleh sumoay akan terpaksa ditukarkan pada bayi itu.   Begitulah makin lama mereka makin menanjak ke dataran yang tinggi, sekitar pepohonan lebat melulu, jalan juga lika-liku.   Hoat-ang menjadi kuatir kalau sebentar lagi Li Bok-chiu akan menyusup ke semak2 pepohonan itu sukar lagi ditemukan.   Selama ini Hoat-ong belum pernah bergebrak dengan Li Bok-chiu, tapi dari Ginkangnya yang tinggi itu, ia yakin orang pasti seorang lawan yang tangguh.   Dia sudah kehilangan dua rodanya, sebenarnya tidak ingin menyambitkan roda yang bersisa tiga itu, namun keadaan sudah mendesak dan tidak boleh ragu2 lagi, segera ia membentak sekerasnya.   "Hai perempuan itu, lekas taruh anak itu dan jiwamu akan kuampuni, kalau tidak menurut, jangan kau salahkan aku tidak kenal kasihan!"   Tapi Li Bok-chiu menyambut dengan ngikik tawa, larinya bahkan tambah cepat.   Dengan gemas Hoat ong mengayun tangannya sebuah rodanya terus menyamber ke punggung Li Bok-chiu, samberan itu sungguh amat dahsyat, mau tak-mau Li Bik-chiu harus menyelamatkan diri, terpaksa ia membalik dan memutar kebutnya, baru saja kebutan hendak mengebas ke roda musuh, dilihatnya roda itu berputar dan memancarkan cahaya kemilau, kalau kebut sendiri kebentur bukan mustahil akan terhantam putus, cepat ia mengegos ke samping untuk menghindari serangan roda itu.   Saat itu juga Hoat-ong telah menubruk maju, roda tembaganya menyamber pula, sekali ini roda itu terbanting ke samping lebih dulu, habis itu memutar balik dan menyambar ke arah Li Bok-chiu.   Li Bok-chiu juga belum berani menangkis roda itu, ia melompat mundur dan sedikit membungkuk, kembali samberan roda itu dapat dihindari dengan Ginkang yang tinggi.   Sementara itu Hoat-ong sudah menubruk maju lagi, roda perak tadi ditangkapnya kembali lebih dulu, sedangkan roda timah terus mengepruk ke pundak musuh..   Namun kebut Li Bok-chiu juga lantas mengebas hingga bulu kebut itu berubah menjadi be-ribu bintik emas dan bertebaran ke muka Hoat-ong, Terpaksa Hoat ong lemparkan roda timah tadi ke atas untuk menangkis kebut lawan berbareng ia tangkap kembali roda tembaga, menyusul ia benturkan roda tembaga dan roda perak yang dipegangnya itu hingga menerbitkan suara nyaring menggetar sukma, suaranya berkumandang jauh di lembah pegunungan itu sahut-menyahut hingga lama.   Habis itu Hoat ong putar kedua rodahya dan menyerang lebih gencar lagi.   Menghadapi lawan tangguh, semangat Li Bok chiu terbangkit, tak diduganya Hwesio gemuk besar ini memiliki tenaga sekuat ini, bahkan tipu serangannya juga cepat lagi lihay.   Segera ia mengeluarkan segenap kemahirannya untuk menempurnya.   Dalam pada itu Nyo Ko juga sudah menyusul tiba, dilihatnya kedua orang sedang bertempur dengan sengit, tiga buah roda terbang kian kemari diselingi sebuah kebut yang naik turun dengan cepat-nya.   Untuk sementara Nyo Ko hanya mengikuti pertarungan mereka sambil melepaskan lelah serta cari kesempatan baik untuk merebut kembali si bayi.   Bicara tentang tenaga dalam dan ilmu silat sebenarnya Hoat-ong lebih tinggi setingkat daripada li Bok-chiu, apalagi Li Bok-chiu memondong seorang bayi, sepantasnya dalam beberapa puluh jurus saja dia pasti akan keok.   Tak di sangkanya bayi yang tadinya selalu dilindunginya dan kuatir di celakai oleh Hoat-ong, setiap kali bila roda mendekati badan bayi itu, cepat lawan lantas menarik kembali serangannya malah.    Geger Solo Karya Kho Ping Hoo Pedang Angin Berbisik Karya Han Meng Bagus Sajiwo Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini