Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Pendekar Rajawali 71


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung Bagian 71


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya dari Chin Yung   "Hebat sekali Sintiau-hiap!"   Nah, kalian mengaku kalah tidak, Su-keh-hengte?"   Nyo Ko memandang sekejap pada anak dara itu, ia tidak tahu siapakah Kwe Yang ini, anehnya anak dara itu berkawan dengan macan tutul, tapi sekarang mengolok dan mengejek kelima saudara Su pula.   Sementara itu Su Siok-kang telah mengatur pernapasannya dan terasa lancar tanpa gangguan apapun, ia tahu Sin-tiau-hiap ini sengaja bermurah hati dan tidak ingin melukainya tadi, diam2 iapun mengakui kalau berdasarkan kepandaian sejati biarpun mereka berlima mengerubutnya sekaligus juga bukan tandingannya.   Saat itu kelihatan keempat saudaranya sedang mengerubuti Nyo Ko, segera ia berseru.   "Para kakak dan adik, lekas berhenti, kita harus tahu diri."   Mendengar itu, Koan-kian-cu Su Tiong-beng mendahului menarik kembali pipanya dan melompat mundur sedangkan Tay-Iik-sin Su Kt-kiang adalah orang yang lebih sembrono, ia anggap sepele seruan saudaranya itu.   "Tahu diri apa? Rasakan dulu gadaku ini!"   Demikian ia pikir, segera kedua tangan memegang gada terus. mengepruk kepala Nyo Ko dengan gaya "Ki-siang-kay-san"   Atau gajah raksasa menggugur gunung, jurus ini ditirunya dari cara gajah menggunakan belalainya menghantam sesuatu benda, pukulan dahsyatnya dapatlah dibayangkan.   Namun Nyo Ko juga tidak menghindar ia lenparkan harimau yang dipegangnya itu, tangan kiri terus membalik ke atas, sekali meraih dapatlah ujung gada belalai gajah lawan ditangkapnya, kata-nya.   "Marilah kita coba-2 tenaga siapa lebih kuat?"   Sekuatnya Su Ki-kiang berusaha menekan ke bawah, tapi gada itu berhenti di atas kepala Nyo Ko dan tidak dapat menurun lagi.   "Berhenti, Site! jangan kurang adat!"   Seru Su Siok-kang pula.   Sekuatnya Su Ki-kiang lantas membetot dengan maksud hendak menarik kembali gadanya, namun gada itu seperti mclengket saja di tangan Nyo Ko, sedikitpun tak bisa bergerak, Ber-ulang2 Su Ki-kiang membetot dan tetap tidak berhasil.   Nyo Ko merasa tenaga tarikan lawan sangat kuat, pikirnya.   "Kalau tidak kuperlihatkan tenaga sakti, orang dogol ini tentu tidak mau takluk."   Mendadak ia mengerahkan tenaga dan dipelintir ke atas, tapi Su Ki-kiang tetap memegangi gadanya sekuat-kuatnya, keruan gada yang menyerupai belalai gajah itu lantas bengkok.   "Bagus!"   Bentak Nyo Ko terus ditekuk balik ke bawah, karena ditekuk ke atas dan ke bawah, gada itu tidak tahan.   "pletak", patah menjadi dua, Tangan Su Ki-kiang tergetar hingga lecet berdarah. Tapi dia benar2 kuat dan kepala batu, gada patah itu masih dipegangnya dengan kencang. Nyo Ko bergelak tawa sambil membuang bagian gada patah yang dirampasnya itu, kontan setengah gada itu ambles ke dalam tanah bersalju itu, padahal tebal salju tiada satu kaki, sedangkan gada patah itu panjangnya lebih tiga kaki, namun menghilang tanpa bekas ke dalam tanah, betapa hebat tenaga sakti Nyo Ko sungguh sangat mengejutkan. Dilihatnya Su Siok-kang, Su Beng-ciat dan lain2 sedang membentak2 menghentikan serangan kawanan binatang buas, tapi sekali kawanan binatang itu mengamuk dan melihat darah, sukarlah untuk dikendalikan begitu saja. Cepat Nyo Ko memberi tanda kepada Kwe Yang agar nona cilik itu menutup telinganya dengan tangan, walaupun tidak tahu apa tujuannya tapi Kwe Yang menurut saja, segera ia mendekap rapat kedua kupingnya. Segera Nyo Ko berteriak dengan keras, begitu nyaring suaranya hingga seperti bunyi guntur yang menggelegar. Meski telinganya sudah ditutupi, tergetar juga jantung Kwe Yang hingga ber-debar2 dan rada pening, untung sejak kecil Lwe-kangnya tertumpuk cukup kuat sehingga suara Nyo Ko itu tidak sampai membuatnya roboh. Suara Nyo Ko itu masih terus menggelegar hingga lama sekali, air muka semua orang sama berubah, kawanan binatang buas juga sama roboh, menyusul Gerombolan Setan Se-xan dan Su-si-hengte juga terguling, hanya tersisa belasan ekor gajah serta Su Siok-kang dan Kwe Yang saja yang masih tetap berdiri, sedangkan si rajawali sakti tampak berdiri dengan bersitegang leher, kelihatannya sangat umuk, sombong. Melihat Su Siok-kang sanggup berdiri, Nyo Ko pikir tenaga dalam orang sakit ini juga hebat, tapi kalau suaranya dikeraskan lagi sedikit sehingga Su Siok-kang dirobohkan, mungkin dia akan terluka dalam dengan parah, Maka ia lantas menghentikan suara suitannya. Selang tak lama, semua orang dan kawanan binatang itu baru dapat berdiri kembali, tapi sebagian binatang kecil sebangsa serigala dan sebagainya ada yang pingsan dan belum sadar kembali malahan di mana2 banyak terdapat kotoran binatang, rupanya saking ketakutan, kawanan binatang itu banyak yang ter-kencing2 dan ter-berak2. Dan begitu bangun, kawanan binatang itu terus lari ke dalam hutan dengan mencawat ekor tanpa menunggu lagi komando Su si-hengte. Sudah tentu Su-si-hengte dan gerombolan Se-tan Se-san itu tidak pernah menyaksikan perbawa sehebat ini. Mereka sama berdiri kesima dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Maka berkatalah Nyo Ko.   "Maaf jika Cayhe telah mengganggu soalnya Cayhe ada janji dengan Gerombolan Setan Se-san, terpaksa harus kuhentikan pertarungan kedua pihak ini, nanti kalau persoalan Cayhe sudah selesai, bolehlah silakan melanjutkan pertikaian kalian ini dan pihak manapun Cayhe takkan membantu selain menonton saja di samping."   Lalu dia berpaling kepada Sat-sin-kui, si setan elmaut.   "Nah, bagaimana kalian? ingin satu persatu bergiliran menempur aku atau sepuluh orang maju bersama sekaligus?"   Karena pengaruh suitan Nyo Ko tadi, sampai sekarang perasaan Sat-sin-kui belum lagi tenang, seketika ia tak dapat menjawab pertanyaan Nyo Ko. Segera Tiang-si-kui membeli hormat dan ber-kata.   "Sin-tiau-tayhiap, kepandaianmu dengan kami bedanya seperti langit dan bumi, mana Gerombolan Setan Se-san berani bermusuhan lagi dengan engkau? jiwa kami tadi telah diselamatkan olehmu, selanjutnya engkau ada perintah apapun pasti akan kami laksanakan. Jika engkau suruh kami harus keluar dari wilayah Soasay ini, maka segera kami akan pergi, sedetikpun tak berani tertahan di sini."   Dari bentuk tubuh serta jenggotnya yang panjang itu sejak tadi Nyo Ko merasa kakek cebol ini seperti pernah dikenalnya, setelah mendengar suaranya, segera ia bertanya.   "Bukankah kau ini she Hoan bernama It-ong?"   Kiranya Tiang-si-kui ini memang betul adalah Hoan It-ong, yaitu murid tertua Kongsun Ci di Coat-ceng-kok, setelah jiwanya diampuni Nyo Ko, dia lantas mengasingkan diri, sepuluh tahun kemudian baru berkecimpung pula di dunia Kang-ouw, berkat kepandaiannya yang lumayan itulah dia berhasil mengepalai Gerombolan Setan Se-san.   Dulu Nyo Ko dikenalnya sebagai pemuda yang cakap dan berkepandaian tinggi, kini tangan Nyo Ko buntung sebelah, pakai kedok lagi, dengan sendirinya Hoan It-ong pangling padanya.   "Ya, hamba memang Hoan It-ong adanya dan siap menerima pesan Sin-tiau-tayhiap."   Demikian jawab Tiang-si-kui dengan munduk2. Nyo Ko tersenyum, katanya.   "Jika kalian mau tunduk pada perkataanku, maka kalian juga tidak perlu keluar dari wilayah Soasay, Sat-sin-kui, cukuplah asalkan kau membebaskan saja keempat gundikmu itu."   Sat-sin-kui mengiakan setelah terdiam sejenak, katanya.   "Jika keempat perempuan hina itu tidak mau angkat kaki, biar kuhalau mereka dengan pentung."   Nyo Ko jadi melengak malah, teringat olehnya ketika kelima isteri dan gundik Sat-siu-kui sama menyembah padanya dan mintakan ampun bagi sang suami, sikap mereka yang sungguh2 itu tampaknya memang setia dan mencintai suaminya, kalau perempuan2 itu mau ikut dia, sekarang dia malah diharuskan mengusir keempat gundiknya itu, bisa jadi tindakan ini malah akan melukai hati mereka.   Maka dengan tertawa Nyo Ko lantas menambahkan "Usir sih tidak perlu, Kalau mereka ingin pergi, maka kau tidak boleh menahan mereka, sebaliknya kalau mereka suka ikut kau, ya.   apa mau dikatakan lagi? Tapi kau bilang mau ambil lagi empat orang gundik, apakah betul ucapanmu ini?"   "Ah, persoalan perempuan itu sudah membikin repot Sin-tiau-tayhiap, malahan jiwa para saudaraku ini hampir ikut melayang, masakah hamba beradi ambil isteri lagi, Andaikan berani, rasanya Toako kami ini juga takkan mengidzinkan."   Serentak "Setan"   Yang lain tertawa geli mendengar ucapan Sat-sin-kui itu.   "Baiklah, sekarang urusanku sudah selesai, kalian boleh mulai bertempur lagi,"   Kata Nyo Ko, lalu ia mundur ke sana bersama rajawali sakti dan membiarkan Su-si-hengte dan Gerombolan Setan itu bertarung lagi. Segera Hoan It-ong melangkah maju dan berkata kepada Su Pek-wi.   "Gerombolan Setan Se-san sudah sama babak belur, biarkan sementara ini kami mohon diri saja, Kami hanya ingin tahu selanjutnya Ban-siu-san-ceng tetap bercokol di sini atau akan kembali ke Se-keng? Harap dijelaskan supaya kelak kami dapat menemukan alamat kalian secara tepat."   Dari nada ucapan itu, Su Pek-wi paham kelak orang bermaksud mencarinya untuk menuntut balas, maka dengan angkuh iapun menjawab.   "Kami akan menanti kedatangan kalian di Se-keng saja, Jika Samte kami akhirnya... akhirnya takkan disembuhkan maka tanpa kunjungan kalian juga kami berempat saudara akan mendahului berkunjung kepada kalian."   Hoan It-ong melengak, katanya.   "Memangnya Susamko sedang sakit, apa sangkut-paut sakitnya dengan kami, untuk ini mohon diberi penjelasan?"   Su Pek-wi menjadi murka, dengan muka merah padam ia berteriak.   "Samte..."   Belum lanjut ucapannya, tiba2 Su Siok-kang menghela napas panjang dan menyela.   "Toako, urusan ini tidak perlu disebut lagi, Kukira Gerombolan Setan Se-san juga tidak sengaja, mungkin sudah ditakdirkan nasibku harus begini, maka tidak perlu banyak mengikat permusuhan lagi."   "Baik!"   Seru Su Pek-wi dengan menahan amarahnya, lalu dia memberi salam kepada Hoan liong dan berkata.   "Selama gunung tetap menghijau dan air tetap mengalir, kelak kita pasti bertemu lagi."   Kemudian dia berpaling dan bertanya kepada Nyo Ko.   "Sin-tiau-tayhiap. kami bersaudara terjungkal di tanganmu, sungguh kami merasa sangat kagum. Rasanya meski kami berlatih lagi 20 tahun juga tetap bukan tandinganmu, sengketa ini jelas kami tidak berharap dapat membalasnya, kamipun tidak berani lagi bertemu dengan engkau, pokoknya ke mana engkau datang di sana pula kami lantas mendahului menyingkir."   "Ah, ucapan Su-toako teramat berlebihan,"   Ujar Nyo Ko- dengan tertawa.   "Hayolah, kita berangkat"   Kata Su Pek- wi sambil mendekati Su Siok-kang. ia memapah saudaranya yang sakit itu dan diajak pergi, Hoan It-ong merasa ucapan Su Pek-wi itu banyak yang sukar dipahami, cepat ia berseru pula.   "Tunggu dulu, Su-toako. Tadi Su-samko mengatakan tindakan kami tidak disengaja, Padahal seingat kami kecuali terobosan di tempat kediaman kalian ini, rasanya tiada pernah berbuat kesalahan lain. Apabila memang benar kami telah berbuat sesuatu kesalahan di luar sadar kami, sedangkan kepala dipenggal saja Gerombolan Setan Se-san tidak gentar, apalagi menyembah dan mohon maaf kepada kalian bersaudara?"   Su Pek-wi tadi sudah menyaksikan cara Gerombolan Setan Se-san itu saling melempar kopiah kulit milik Su Siok-kang tadi dan tiada satupun yang ingin menyelamatkan diri sendiri, rata2 adalah ksatria yang tidak takut mati, hal ini tidak perlu disangsikan lagi.   Maka dengan rasa pedih ia menjawab "Kalian telah menyebabkan larinya Kiu-bwe-leng-hou sehingga luka dalam Samte kami tak dapat diobati lagi, sekalipun kau menyembah seratus kali atau seribu kali kepada kami juga tiada gunanya."   Hoan It-ong terkejut baru teringat olehnya tadi kelima saudara Su memimpin kawanan binatang menguber seekor binatang kecil mirip kucing dan anjing, kiranya itu yang disebut Kiu-bwe-leng-hou (rase atau musang cerdik berekor sembilan), masakah binatang kecil mempunyai kegunaan yang sangat penting? Tiba2 Sat-sin-kui menimbrung.   "Memangnya untuk apa sih rase kecil itu? Tapi kalau binatang kecil itu menyangkut kesehatan Su-samko, maka marilah kita be-ramai2 memburu dan menangkapnya lagi. Hanya seekor rase kecil begitu apa sih artinya?"   "Apa artinya, katamu hm?"   Teriak SuKi-kiang.   "kalau kau mampu menangkap rase kecil itu, biarlah nanti aku menyembah seratus kali, bahkan seribu kali padamu juga kurela."   Hoan It-ong terkesiap, pikirnya.   "Keluarga Su ini terkenal mahir menjinakkan binatang, rasanya di dunia ini tiada yang lebih pandai daripada mereka, kalau mereka menyatakan betapa sulitnya menangkap rase itu, lalu siapa lagi yang sanggup?" - Berpikir sampai di sini, tanpa terasa ia memandang Nyo Ko. Kwe Yang tidak tahan, segera ia menyelutuk.   "Sejak tadi kalian hanya bicara saja, mengapa kalian tidak mohon bantuan Sin-tiau-hiap?"   Su Tiong-beng terhitung paling banyak tipu akalnya, dia adalah motor penggerak di antara kelima saudara Su itu, ia pikir ilmu silat Sin-tiau--hiap ini memang sukar diukur, bisa jadi beliau mau memberi pertolongan. Maka ia lantas berkata.   "Ah-, nona cilik tahu apa? Kukira selain malaikat dewata yang turun ke bumi ini tiada seorang lagi yang sanggup menangkap Kiu-bwe-long-hou itu."   Nyo Ko hanya tersenyum saja, ia tahu orang sengaja hendak memancing reaksinya, namun dia tidak menanggapinya.   "Sesungguhnya rase kecil itu mempunyai kemujijatan apa? Coba ceritakan"   Kata Kwe Yang.   Su Tiong-beng menghela napas sedih, katanya kemudian "Akhir tahun yang lalu, karena membela keadilan di daerah Hengciu, samte kami telah bergebrak dengan orang, tapi pihak lawan memakai akal licik sehingga Samte kami kena diselomoti musuh dan terluka parah."   "Aneh, Su-samsiok ini jelas sangat tinggi kepandaiannya siapa lagi yang begitu lihay dan mampu melukainya?"   Ujar Kwe Yang heran.   "Ah, nona memuji sedikit kepandaianku yang tak berarti ini, bukankah akan ditertawai Sin-tiau-hiap?"   Kata Su Siok-kang dengan suara lemah. Kwe Yang melirik Nyo Ko sekejap katanya.   "Dia! Sudah tentu dia di luar hitungan. Yang kumaksud adalah orang lain."   "Yang melukai Samte kami adalah seorang Mongol,"   Tutur Su Tiong-beng lebih lanjut.   "namanya Hotu kalau tidak salah, Konon dia adalah murid Kim-lun Hoat-ong, Koksu kerajaan Mongol."   Tiba2 Kwe Yang berkata kepada Nyo Ko.   "Sin-tiau-hiap, kumohon engkau suka pergi mencari pangeran Mongol itu dan memberi ajaran setimpal padanya untuk membalaskan sakit hati Su-samsiok ini "   "Untuk ini kami tak berani membikin repot Sin-tiau hiap,"   Kata Su Tiong-beng.   "Asalkan luka Samte kami sudah sembuh, kami akan mencari dia dan pasti dapat menuntut balas, Hanya saja Lwe-kang kami ini lain daripada yang lain, luka yang diderita Samte kami ini sangat sukar disembuhkan untuk ini harus minum darah, segar Kiu-bwe-leng-hou itu."   "Ah, kiranya demikian,"   Kwe Yang dan Gerombolan Setan Se-san sama bersuara.   "Rase kecil itu adalah binatang yang sangat jarang, makhluk yang amat cerdik,"   Tutur Su Tiong-beng pula.   "Sudah lebih setahun kami bersaudara mencari ke mana2 dan baru kami kutemukan jejaknya di daerah Cinlam. Tempat sembunyi rase itupun sangat aneh, yaitu di tengah sebuah kolam lumpur yang sangat luas yang terletak kurang lebih 30 li dari sini."   "Kolam lumpur besar? Maksudmu Hek-liong-tam (tambak naga hitam)?"   Sat-sin-kui menegas dengan heran.   "BetuI,"   Sahut Su Tiong-beng.   "Kalian sudah lama berdiam di sini, tentu juga mengetahui bahwa beberapa li sekeliling Hek-liong-tam itu hanya lumpur belaka, manusia maupun khewan sukar berdiam di tempat seperti itu, tapi rase kecil ilu justeru bersarang di sana. Dengan susah payah akhirnya kami berhasil memancingnya ke tengah hutan ini."   "Ah, pantas kalian marah dan melarang kami memasuki hutan ini,"   Kata Sat-sin-kui menyadari kejadian tadi.   "Begitulah,"   Kata Su Tiong-beng pula.   "Bahwasanya kedatangan kami ke sini adalah tamu, betapapun kasarnya juga tidak pantas kami mengangkangi tempat orang lain, soalnya cuma terpaksa saja, Harus dimaklumi bahwa rase itu sangat gesit dan cepat larinya, sekejap saja lantas menghilang, hal ini telah kalian saksikan tadi. Karena itulah kami mengerahkan segenap binatang buas piaraan kami dan mengepung rapat hutan itu, tampaknya dengan segera rase itu dapat kami tangkap, siapa tahu kalian justeru membakar hutan sehingga kawanan binatang sama terkejut dan memberi kesempatan lo!osnya rase itu. Memalukan juga jika diceritakan meski kami sudah berusaha sepenuh tenaga tetap tidak mampu menangkapnya, Namun luka Samte kami semakin hari semakin berat, kami menjadi sedih sehingga tindak-tanduk kamipun menjadi berangasan, untuk ini hendaklah kalian maklumi"   Habis berkata ia terus memberi hormat se-keliling, tapi pandangannya justeru menatap Nyo Ko.   "Urusan ini adalah karena kecerobohan kami dan Gerombolan Setan kami sekali lagi minta maaf."   Kata Hoan It-ong.   "Tentang rase itu entah dengan cara bagaimana Su-toako berlima telah memancingnya ke sini? Mengapa cara itu tidak dapat digunakan lagi sekarang?"   "Sifat rase adalah suka curiga disamping cerdik, sukar sekali hendak menjebaknya, apalagi Kiu-bwe-leng-hou ini, jauh lebih cerdik dan licin daripada rase biasa,"   Demikian tutur Su Tiong-beng.   "Kami-telah mengorbankan ribuan ekor ayam jantan, dalam jarak setiap tombak jauhnya kami- panggang seekor dan ber- turut2 kami pancing dia dengan bau sedap ayam panggang, kami tidak mengusiknya dan membiarkan dia makan, setelah setiap hari berhasil makan ayam panggang tanpa gangguan, sampai dua-tiga bulan lamanya barulah curiga rase itu mulai berkurang. Habis itu barulah kami pancing dia ke hutan ini, Tapi sekali ini dia telah mengalami kaget luar biasa, biarpun seratus tahun lagi juga tidak mau tertipu pula."   "Ya, memang betul sulit,"   Kata Hoan It-ong.   "Tapi kalau kita langsung masuk ke Hek liong-tam dan menangkapnya, apakah tidak bisa?"   "Seluas beberapa li Hek-liong-tam itu hanya lumpur belaka yang beberapa meter dalamnya, betapapun tinggi Ginkangmu juga sukar berpinjak di atas lumpur,"   Tutup Su Tiong- beng.   "Juga perahu, rakit atau getek dan sebagainya sukar berjalan di sana. Namun tubuh Kiu-bwe-leng-hou itu sangat kecil dan enteng, telapak kakinya tebal lagi, larinya juga cepat, maka dia mampu meluncur di permukaan lumpur itu dengan cepat."   Kwe Yang tiba2 ingat kedua rajawali di rumah, mereka kakak beradik sering naik rajawali itu dan dibawa terbang ke udara, Kini dilihatnya rajawali sakti jauh lebih besar daripada rajawali di rumahnya, blakan mustahil dua orang juga dapat dibawanya terbang Maka dengan tertawa ia berkata "Sin-tiau-hiap, asalkan engkau sudi membantur kuyakin pasti ada jalannya."   Nyo Ko tersenyum, jawabnya.   "Su-si-hangte adalah ahli penjinak binatang kalau mereka angkat tangan tak berdaya, maka apa yang dapat ku lakukan seumpama aku ingin membantu?"   Mendengar nada ucapan orang, ternyata bersedia menolong, urusan ini menyangkut mati-hidup saudaranya, maka tanpa pikir lagi Su Tiong-btng, lantas bertekuk lutut di depan Nyo Ko dan me-mohon.   "Sin-tiau-tayhiap, jiwa adik kami hanya menanti ajal, mohon engkau kasihan padanya."   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sorot mata mengerling sekilas ke muka Kwe Yang, katanya kemudran.   "Kau bilang aku pasti dapat menolongnya, coba kuingin tahu-bagaimana pendapat adik cilik ini."   "Asalkan engkau naik rajawali raksasa itu, bukankah lantas dapat terbang masuk ke Hek-liong-tam?"   Jawab Kwe Yang.   "Hahaha! Menarik juga saranmu ini,"   Kata Nyo Ko sambil tertawa..   "Tapi Tiau.-heng kita berlainan dengan burung umumnya, karena tubuhnya teramat berat, maka sejak kecil beliau tidak dapat terbang, Sekali sabet sayapnya mampu membinasakan singa atau harimau, tapi justeru tidak dapat digunakan untuk terbang."   Sementara itu, kecuali Su Siok-kang saja, ke-empat saudara she Su itu sudah sama berlutut di depan Nyo Ko. Segera Nyo Ko membangunkan mereka dan berkata.   "Apa boleh buat, biarlah kukerjakan sekuat tenagaku, cuma kalau tidak berhasil ya kalian jangan menyesali"   Su-si-hengte menjadi girang, mereka pikir nama pendekar besar itu termashur, sekali dia sudah menyanggupi pastilah akan dilaksanakannya.   Kalau beliau juga gagal, terpaksa pasrah nasib saja.   Begitulah Su Pek-wi menyembah beberapa kali pula dan berkata.   "Jika demikian, silakan Tayhiap dan para saudara dari Se-san mengaso dulu ke tempat kediaman kami untuk berunding lebih lanjut."   "Urusan ini berpangkal kesalahan kami, sudah tentu kami siap menerima tugas apapun,"   Kata Hoan It-ong.   "Ah, tak perlu begitu,"   Ujar Su Pek-wi.   "Tidak berkelahi takkan kenal kalau kalian tidak menoIak, marilah mulai sekarang kita berkawan."   Dari pertarungan tadi masing2 sudah sama tahu kelihayan pihak lawan, memangnya kedua pihak tidak ada permusuhan apa2, soalnya cuma bertengkar mulut saja lalu berkelahi, maka setelah bera-mah tamah sejenak, kedua pihak lantas seperti kenalan lama saja dan bersahabat baik.   "Sekarang juga biarlah kupergi ke Hek-Iiong--tam, apakah berhasil atau tidak pasti aku akan kembali lagi ke sini,"   Kata Nyo Ko tiba2.   Walaupun GeromboIan Setan Su-si hengte ingin mencurahkan tenaga, namun mereka tidak mendengar Nyo Ko menghendaki pembantu, terpaksa mereka diam saja dan tidak berani mencalonkan diri, setelah memberi salam kepada para hadirin, lalu Nyo Ko melangkah pergi.   Maksud kedatangan Kwe Yang ini ialah ingin melihat Sin-tiau-hiap, kini tokoh tersebut sudah dilihatnya, meski berwajah jelek, tapi ilmu silatnya mengejutkan, suka membantu yang lemah dan menolong yang susah, nyata memang setimpal mendapatkan sebutan "Tayhiap", jadi tujuan kedatangannya ini tidaklah percuma, Tapi demi teringat Sin-tiau hiap akan pergi menangkap Kiu-hwe-leng-hou,"   Caranya pasti sangat menarik, dasar anak muda, rasa ingin tahunya telah menggelitik lubuk hatinya, tanpa terasa iapun melangkah ke sana mengintil di belakang Nyo Ko.   Melihat itu, segera Toa-thau-kui bermaksud memanggilnya kembali tapi lantas terpikir olehnya.   "Dia bertekad ingin menemui Sin tiau-hiap, tentu ada sesuatu hendak dikatakan padanya."   Sedangkan Su si-hengte tdak tahu asal usul Kwe Yang, dengan sendirinya merekapun tidak dapat ikut campur urusan nona cilik itu.   Kwe Yang terus mengintil di belakang Nyo Ko, jaraknya kira2 belasan meter, yang dituju hanya ingin tahu cara bagaimana pendekar besar itu menangkap rase, Dilihatnya jalan Nyo Ko makin lama semakin cepat, rajawali raksasa itu jalan berjajar dengan dia dengan langkah lebar, cepatnya ternyata tidak kalah dengan kuda lari.   Hanya sekejap saja Kwe Yang sudah jauh tertinggal di belakang.   Sekuatnya Kwe Yang mengeluaikan Ginkang ajaran ibunya, tampaknya Nyo Ko berlenggang seenaknya, tapi jaraknya ternyata semakin jauh, tak lama- kemudian bayangan Nyo Ko dan si rajawali raksasa itu telah mengecil menjadi dua titik hitam saja.   Kwe Yang menjadi cemas, serunya.   "Hei, tunggu!"   Karena sedikit meleng, mendadak ia ter-peleset tanah salju yang licin dan jatuh terduduk, Ya malu ya gelisah, maka menangislah dia. Tiba2 sebuah suara yang halus mendenging di tepi telinganya.   "Kenapa menangis? Siapa yang nakal?"   Waktu Kwe Yang mendongak, ternyata Nyo Ko adanya, entah mengapa dia dapat putar balik secepat ini.   Kejut dan girang pula si nona, segera iapun merasa likat dan cepat menunduk, ia bermaksud mengambil saputangan untuk mengusap air mata, tapi karena berlari2 tadi, saputangan ternyata sudah hilang.   "lnikah yang kau cari?"   Tanya Nyo Ko tiba2 sambil menyodorkan sebuah saputangan. Segera Kwe Yang mengenali saputangan yang ujungnya bersulam setangkai bunga kecil itu adalah miliknya sendiri Mendadak ia menjawab pertanyaan Nyo Ko tadi.   "Ya, kau inilah yang nakal"   "He, bilakah aku nakal?"   Ujar Nyo Ko heran.   "Kau telah merampas saputanganku, apakah perbuatan ini tidak nakal?"   "Saputanganmu jatuh di sana, dengan maksud baik kupungut dan mengembalikannya padamu, masakah kau tuduh aku merampasnya darimu?"   Kata Nyo Ko dengan tertawa.   "Aku berada di belakangmu, andaikan benar saputanganku jatuh, cara bagaimana pula kau me-mungutnya? Hm, jelas kau mencolongnya dariku,"   Kata Kwe Yang.   Padahal sejak tadi Nyo Ko sudah tahu Kwe Yang mengintil di belakangnya, dia sengaja percepat langkahnya untuk menjajal Ginkang si nona, ia merasa meski usia nona cilik ini masih sangat muda, tapi ilmu silatnya sudah mempunyai dasar yang kuat dan jelas mendapatkan ajaran tokoh ternama.   Maka begitu mengetahui Kwe Yang terpeleset jatuh, cepat ia meluncur balik.   Dilihatnya sebuah saputangan jatuh tidak jauh di sebelah sana, segera ia memungutnya.   Cuma gerakannya teramat gesit, pergi datang secepat terbang, walaupun berada di depan, tapi dapat memungut saputangan yang jatuh di bagian belakang, hal ini memang tidak masuk diakal.   Dengan tersenyum Nyo Ko lantas tanya.   "Kau she apa dan siapa namamu? siapa pula gurumu? Mengapa kau mengikuti aku?"   "She dan namamu yang terhormat harap diberitahukan lebih dulu padaku baru nanti akupun memberitahukan namaku,"   Jawab Kwe Yang. Selama belasan tahun ini Nyo Ko selalu menutupi wajah aslinya bagi umum, dengan sendirinya juga tidak suka memberitahukan namanya sendiri pada seorang nona cilik yang tidak dikenaInya. Maka katanya.   "Nona cilik ini sangat aneh, kalau kau tidak mau menerangkan ya sudahlah, Saputa-nganmu kukembalikan."   Habis berbicara, dengan pelahan tangannya mcngebas, saputangan itu lantas mekar merata dan mengembang di udara terus melayang enteng ke depan Kwe Yang. Kwe Yang sangat teriank, cepat ia tangkap saputangan itu dan berkata.   "Sia-tiau-hiap, ilmu kepandaian apakah ini? Maukah kau mengajarkan padaku?"   Melihat si nona yang lincah ke kanak2an, sama sekali tidak takut kepada wajahnya yang seram, tiba2 timbul pikiran Nyo Ko untuk coba menakut2inya, mendadak ia lantas membentak bengis.   "Berani benar kau, mengapa kau tidak takut padaku, hm? Akan kuhantam kaul"   Berbareng ia melangkah maju dan berlagak hendak menyerang. Kwe Yang terkejut, tapi cepat iapun mengikik tawa, katanya.   "Mana aku takut, jika betul kau ingin mencelakai aku, masakah kau sendiri mau mengatakan lebih dulu? Sin- tiau- tayhiap terkenal berbudi dan baik hati, mana mungkin mencelakai seorang anak perempuan kecil seperti diriku ini?"   Di dunia ini tiada seorangpun yang tidak suka dipuji, apakah mendengar orang memujinya dengan setulus hati, meski Nyo Ko tidak suka disanjung puji orang, tapi mendengar ucapan Kwe Yang benar2 mengaguminya itu, mau-tak-mau ia tersenyum dan berkata.   "Kau baru kenal diriku darimana mengetahui aku takkan mencelakai kau?"   "Meski sebelumnya aku tidak kenal kau, tapi semalam kudengar orang banyak bercerita mengenai tindak-tandukmu yang terpuji. Maka di dalam hati aku bertekad ingin melihat tokoh ksatria besar ini, sebab itulah aku lantas ikut Toa-thau-kui ke sini untuk menemui engkau."   "Ah, aku ini terhitung ksatria apa?"   Ujar Nyo Ko sambil menggeleng.   "Dan setelah bertemu kini, kau pasti kecewa bukan?"   "Tidak, tidak!"   Jawab Kwe Yang cepat "Jika engkau bukan pahlawan dan kesatria besar, siapa lagi yang dapat dianggap pahlawan lagi?" - Habis berkaca demikian, segera ia merasa tidak pantas kalau ayahnya sendiri tidak disebut pula, maka cepat ia menambahkan.   "Sudah tentu, selain engkau, di dunia ini juga masih ada beberapa pahlawan dan ksatria besar lagi, tapi engkau adalah satu diantaranya."   Diam2 Nyo Ko pikir anak dara sekecil ini masakah tahu tokoh2 dunia segala, dengan tersenyum ia lantas bertanya.   "Coba katakan, siapa2 yang kau anggap pahlawan dan ksatria besar?"   Karena nada ucapan orang terasa meremehkan dirinya, tiba2 terpikir sesuatu, oleh Kwe Yang, katanya.   "Akan kukatakan, kalau tepat, engkau harus berjanji akan membawa serta diriku pergi menangkap Kiu-bwe-leng-hou, jadi?""   "Baiklah, coba katakan,"   Jawab Nyo Ko.   "Nah, ada seorang pahlawan yang bertahan di kota Siangyang, gagah perkasa tanpa menghiraukan keselamatan scndiri, sekuat tenaga melawan serbuan pasukan mongol, membela negara dan melindungi rakyat, Tokoh demikian terhitung pahlawan atau tidak?"   "Bagus!"   Ujar Nyo Ko sambil mengacungkan ibu jarinya.   "Yang kau maksud ialah Kwe Cing, Kwe-tayhiap. jelas beliau terhitung pahlawan besar."   "Ada lagi seorang pahlawan wanita, beliau senantiasa membantu sang suami mempertahankan Siangyang, tipu akalnya tiada bandingannya, dia terhitung pahlawan besar atau tidak?"   "O, maksudmu Kwe-hujin Ui Yong? Ya, beliau juga terhitung pahlawan."   "Masih ada seorang pahlawan tua, beliau mahir ilmu falak dan macam2 ilmu gaib, baik ilmu silat maupun sastra jarang ada bandingannya, Beliau dapat dianggap pahlawan besar tidak?"   "ltulah Tho-hoa-tocu Ui Yok-su, beliau adalah angkatan tua di dunia persilatan dan adalah tokoh kekagumanku."   "Ada lagi satu, pahlawan beliau memimpin kawanan orang jembel, menumpas orang lalim dan menyerbu musuh, membela negara dan rakyat tanpa kenal lelah, dia terhitung pahlawan besar tidak?"   "Maksudmu Loh-pangcu, Loh Yu-kah. ilmu silat orang ini tidak menonjol dan juga tiada sesuatu tindakannya yang luar biasa, tapi mengingat semangat perjuangannya membela negara dan rakyat serta menumpas penjahat dan menyerbu musuh, dapatlah dia dianggap tokoh kelas satu."   Kwe Yang pikir Sin-tiau-tayhiap sendiri sedemikian hebatnya, sudah tentu penilaiannya terhadap orang lain juga tinggi, kalau kukatakan lagi mungkin akan dibantah olehnya.   Apalagi selain ayah-ibu, kakek dan paman Loh, rasanya juga tiada tokoh lain yang dapat ditonjolkan.   Melihat air muka si nona mengunjuk rasa ragu2 untuk bicara pula, Nyo Ko lantai berkata.   "Asalkan kau dapat menyebut lagi seorang pahlawan lain dan tepat, segera kubawa kau ke Hek-liong-tam untuk menangkap Kiu-bwe-leng-bou."   Ia pikir nama paman dan bibi Kwe serta Ui-tocu dan Loh-pangcu sangat terkenal di dunia Kangouw, maka tidaklah heran jika nona cilik ini dapat menyebut nama mereka.   Segera Kwe Yang bermaksud menyebut kakak iparnya, yaitu Yalu Ce, tapi rasanya kurang cocok untuk dianggap sebagai "pahlawan besar"   Meski ilmu silatnya cukup tinggi, Selagi serba susah, tiba2 timbul kecerdikannya, cepatlah ia berkata.   "Baik, ada seorang lagi, beliau suka membantu kaum lernah, menolong yang sengsara, setiap orang selalu memuji nya, itulah dia Sin-tiau-tayhiapl Nah, kalau beliau tak dapat dianggap sebagai pahlawan besar, jelas.kau sendiri yang bohong."   Nyo Ko bergelak tertawa, katanya.   "Ha ha, cara bicara nona cilik sungguh lucu."   "Jadi tidak kau membawaku ke Hek-liong-tam?"   Tanya Kwe Yang.   "Karena kau sudah mengatakan diriku ini pahlawan besar, maka pahlawan besar tidak boleh mungkir janji pada seorang nona cilik, Marilah kita berangkat!"   Senang sekali hati Kwe Yang, segera tangan kanannya menggandeng tangan kiri Nyo Ko.   Sejak kecil dia berkawan dengan para ksatria di Siangyang dan semua menganggap dia sebagai adik kecil, maka sekarang saking senangnya iapun anggap Nyo Ko sebagai kenalan lama.   Nyo Ko sendiri menjadi rikuh, ia merasa tangan si nona lunak dan halus, kalau dia melepaskan pegangan Kwe Yang, rasanya kurang sopan, ia coba melirik nona cilik ini, terlihat dia me-loncat2 kegirangan dan sama sekali tiada pikiran Iain.   Dengan tersenyum dia lantas menuding ke arah utara.   "Hek-liong-tam terletak tidak jauh di sana."   Dengan alasan menuding inilah dia dapat menarik tangannya dari pegangan Kwe Yang.   Kiranya Nyo Ko merasa waktu mudanya sudah terlalu banyak membikin anak perempuan tergila2 padanya, tapi sejak matinya Kongsun Lik-oh dan menghilangnya Siao-liong-li, diam2 ia sangat menyesalkan tindakannya di masa lampau, selama belasan tahun ini ia menjadi sangat alim sehingga tangan anak perempuan kecil seperti Kwe Yang ini juga enggan disentuhnya lagi.   Sama sekali Kwe Yang tidak merasakan perubahan pikiran Nyo Ko itu, dia jalan berjajar dengan Nyo Ko, ketika melihat muka rajawali sakti itu sangat jelek, tapi tubuhnya kekar, tanpa pikir ia tepuk punggungnya sebagai tanda simpatik.   Sejak kecil dia sudah biasa bermain dengan sepasang rajawali di rumahnya itu, siapa tahu rajawali ini ternyata tidak suka ditepuk, mendadak sayapnya terbentang.   "bret", tangan Kwe Yang didorong pergi. Keruan Kwe Yang menjerit kaget, Dengan tertawa Nyo Ko lantas berkata.   "Jangan marah, Tiau-heng! Buat apa mengurusi anak kecil?"   Kwe Yang me-lelet2 lidah dan menyingkir ke sisi Nyo Ko yang lain dan tak berani berdekatan dengan si rajawali sakti lagi, ia tidak tahu bahwa sepasang rajawali di rumahnya itu termasuk burung piaraan, sedangkan hubungan rajawali sakti ini dengan Nyo Ko boleh dikatakan setengah guru dan setengah kawan, kalau bicara tentang usia bahkan terhitung angkatan tua, jelas tidak sama kedudukan.   Begitulah mereka terus ke Hek-liong-tam.   Tempat itu sangat mudah dikenali, beberapa ii sekeliling sama sekali tiada tetumbuhan sebenarnya Hek-liong-tam itu adalah sebuah danau, mungkin karena sumber airnya kering, lama2 dasar danau mendangkal sehingga akhirnya berubah menjadi tambak besar dengan lumpur melulu Tidak lama kemudian Nyo Ko dan Kwe Yang sudah berada di tepi tambak, sejauh mata memandang, suasana sepi senyap dan menyeramkan.   Hanya di tengah2 tambak sana kelihatan tertimbun seongokan kayu dan rumput kering.   Bisa jadi tempat sembunyi Kiu-bwe-leng-hou adalah di bawah onggokan kayu dan rumput kering itu.   Nyo Ko ambil sepotong tangkai kayu dan dilemparkan ke tengah tambak, tangkai kayu itu mula2 melintang di atas salju, tapi tidak lama kemudian kelihatan mulai ambles ke bawah, meski tenggelam-nya sangat pelahan, tapi berjalan terus tanpa berhenti, sedikit demi sedikit dan akhirnya timbunan salju di kedua sisinya merapat sehingga tangkai kayu itu teruruk hilang tanpa bekas.   Tidak kepalang kejut Kvve Yang, tangkai kayu seenteng itu saja amblas ke dalam lumpur, lalu cara bagaimana manusia dapat berpijak di sana? Dengan melenggong ia pandang Nyo Ko dan ingin tahu orang mempunyai tipu daya apa? Sejenak Nyo Ko berpikir, lalu ia cari lagi dua potong tangkai kayu yang agak licin, masing2 panjangnya satu meteran, tangkai kayu itu lantas diikat di bawah telapak kaki, Lalu katanya.   "Akan kucoba, entah bisa tidak?"   Habis berkata, segera tubuhnya melayang ke tengah tambak, secepat anak panah melesat dari busurnya ia terus meluncur di permukaan salju yang menutupi tambak itu.   Dengan melenggak-lenggok ke sana dan ke sini, sama sekali dia tidak berhenti sedetikpun, ia terus meluncur sekeliling tambak, seperti orang main ski jaman kini, kemudian dia meluncur balik ke tempat semula.   "Kepandaian hebat, kecakapan luar biasa!"   Sorak Kwe Yang memuji Dari sorot mata Kwe Yang yang, penuh rasa kagum itu, Nyo Ko tahu nona itu sangat berharap dapat ikut menangkap rase ke tengah tambak, tapi nona itu menyadari tak memiliki kepandaian Ginkang setinggi itu.   Maka Nyo Ko lantas berkata dengan tertawa "Aku sudah berjanji padamu akan membawa kau ke Hek liong-tam untuk menangkap Kiu-bwe leng hou.   Soalnya kau berani tidak?"   "Aku tidak memiliki kepandaian setinggi kau, biarpun berani juga percuma,"   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Sahut Kwe Yang sambil menghela napas pelahan. Nyo Ko tersenyum dan tidak menanggapi pu-la, ia mencari lagi dua potong kayu yang lebih pendek sedikit daripada miliknya tadi dan disodorkan pada si nona, katanya.   "lkatlah di bawah telapak kakimu!"   Gugup dan girang pula Kwe Yang, ia menurut dan mengikat kencang kedua potong kayu itu di bawah telapak kakinya.   "Tubuhnya mendoyong sedikit ke depan, kaki jangan menggunakan tenaga, biarkan saja mengimbangi"   Pesan Nyo Ko. Lalu tangan kirinya memegangi tangan kanan Kwe Yang terus berseru tertahan "Awas!"   Sekali angkat dan tarik, tanpa kuasa tubuh Kwe Yang terus melayang dan meluncur ke tengah tambak, Semula dia rada gugup dan takut2, tapi setelah meluncur beberapa meter jauhnya, terasa badan enteng dan melayang seperti terbang, kaki tanpa merasa mengeluarkan tenaga sedikitpun ia menjadi cekikik senang, rasanya lebih enak daripada terbang menumpang rajawali di rumah.   Sesudah main ski sekian lama mengelilingi tombak itu tiba2 Nyo Ko berseru heran "He?"   "Ada apa?"   Tanya Kwe Yang.   "Apakah kau melihat rase kecil itu?""   "Bukan,"   Jawab Nyo Ko.   "Kukira di tengah tambak sana ada penghuninya!"   Kwe Yang menjadi heran juga, katanya.   "Di tempat begini mana mungkin dihuni orang?"   "Akupun tidak paham,"   Kata Nyo Ko.   "Tampaknya susunan onggokan kayu dan rumput kering ini ada kelainan dan bukan barang yang tumbuh sendiri."   Sementara itu mereka sudah dekat dengan onggokan kayu dan rumput itu, Kwe Yang coba mengamati dengan teliti, lalu berkata.   "Ya, memang benar. sebelah timur diatur dalam hitungan Bok (kayu), sebelah selatan menurut Hwe (api), bagian tengah menurut Tho (bumi) dan utara adalah Sui (air)."   Rupanya sejak kecil Kwe Yang juga ikut belajar hitungan Im yang-ngo-heng, yaitu falsafat Tiong-hoa kuno mengenai unsur2 laki-perempuan di jagat raya ini.   walaupun belum banyak yang dipahami-nya, tapi dasarnya memang pintar, maka apa yang dapat diketahuinya jauh lebih banyak daripada kakaknya, yaitu Kwe Hu.   Sifat Kwe Yang serba ingin tahu, macam jalan pikirannya dan tindak-tanduknya acapkali di luar dugaan orang, kelakuannya itu rada2 mirip dengan sang kakek luar, yaitu Ui Yok-su, sebab itulah di rumah dia diberi julukan "Siau Tang sia"   Atau si Tang-sia kecil.   Misalnya tindakannya menukar tusuk kundai untuk menjamu orang2 yang baru dikenalnya dan ikut Toa-thau-kui yang menakutkan itu hanya karena ingin melihat Sin tiau hiap, kemudian ikut lagi Sin-tiau-hiap yang baru dikenalnya pergi menangkap rase, keberanian ini jeias sangat berbeda daripada Ui Yong dan Kwe Hu dahulu.   Begitulah Nyo Ko menjadi heran mendengar nona cilik ini dapat menyebut bentuk bangunan onggokan kayu-rumput itu, ia coba bertanyar "Darimana kau tahu bentuk Im yang-ngo-heng itu? Siapa yang mengajarkan kau?"   "Kubaca dari buku, entah tepat atau tidak ucapanku,"   Jawab Kwe Yung dengan tertawa.   "Kulihat pengaturan kayu-rumput itupun tiada sesuatu yang luar biasa, agaknya juga bukan orang kosen yang hebat."   "Ya, anehnya cara bagaimana orang itu dapat tinggal di atas lumpur dan tidak tenggelam ke bawah?"   Kata Nyo Ko. Segera ia berseru lantang.   "Sa-habat di tengah Hek liong-tam, ini ada tamu datang!"   Selang sekian lama, keadaan tetap sunyi tanpa sesuatu suara, Nyo Ko berseru sekali lagi dan tetap tiada jawaban orang. Tampaknya orang sengaja menumpuk onggokan kayu rumput di sini dan tidak dihuni di sini, marilah kita melihatnya ke sana,"   Kata Nyo Ko sambil meluncur ke tempat onggokan rumput itu. Se-kunyong2 kaki Kwe Yang merasa berpijak pada tempat yang keras, agaknya tanah datar di bawah mereka. Rupanya Nyo Ko sudah mengetahui lebih dulu, dengan tertawa ia berkata.   "Tidak mengherankan kiranya di tengah tambak ini ada sebuah pulau kecil."   Baru habis ucapannya, mendadak bayangan putih berkelebat dari bawah onggokan itu menerobos keluar dua ekor binatang kecil, ternyata sepasang "Kiu bwe-lenghou yang dicarinya itu.   yang seekor terus lari ke timur dan yang lain kabur ke selatan dengan cepat luar biasa.   "Kau tunggu di sini nona cilik dan jangan sembarangan bergerak,"   Pesan Nyo Ko.   Habis itu ia terus meluncur dan menguber rase sebelah timur.   Kini ia tidak perlu menjaga Kwe Yang lagi sehingga dapat mengeluarkan segenap Ginkangnya untuk meluncur, sungguh cepatnya melebihi burung terbang.   Akan tetapi lari rase itupun cepat dan gesit luar biasa, seperti angin saja binatang kecil itu lantas memutar balik dan menyamber lewat di samping Kwe Yang, Tapi Nyo Ko terus membayanginya, sekali lengan bajunya mengebas tampaknya rase kecil itu pasti akan tersampuk jatuh, tak terduga binatang itu benar2 sangat cerdik, mendadak ia meloncat ke atas dan berjumpalitan di udara, dengan demikian sabetan lengan baju Nyo Ko itu menjadi luput.   Ber-ulang2 Kwe Yang menyatakan.   "Sayang! Sayang!"   Begitulah satu orang dan satu hewan terus uber menguber di atas salju, Kwe Yang sangat senang menyaksikan tontonan menarik itu.   ber ulang2 ia berseru memberi semangat kepada Nyo Ko agar mengudak lebih kencang.   Dalam pada itu rase yang lain juga terus berlari kian kemari.   terkadang sengaja mendekati Nyo Ko.   Tapi Nyo Ko tahu binatang kecil itu sengaja mengacau untuk membelokkan perhatiannya, maka dia tidak ambil pusing, yang diudak melulu rase yang satu itu, ia sengaja hendak berlomba lari dengan rase itu agar binatang kecil itu akhirnya kehabisan tenaga.   Tak tahunya rase yang kecil itu ternyata memiliki tenaga yang besar, rupanya iapun tahu sedang menghadapi bencana, maka larinya seperti kesurupan setan tanpa ada tanda2 lelah.   Semakin lari semakin bersemangat Nyo Ko, ketika dilihatnya rase yang lain ingin menolong kawannya dan mendekat lagi untuk mengacau, diam2 ia mengomel akan kenakalan binatang kecil itu.   sekenanya ia meraup segenggam salju dan di remas hingga keras menyerupai batu, habis itu terus ditimpukkan dan tepat mengenai kepala rase pengacau itu, kontan binatang itu roboh terjungkal tapi ber-guling-2 beberapa kali rase itu terus berdiri lagi dan lari masuk onggokan kayu rumput tadi dan tidak berani keluar lagi.   Rupanya Nyo Ko tidak bermaksud membinasakan rase itu, maka timpukannya tidak keras.   Sebenarnya dengan cara yang sama Nyo Ko dapat merobohkan dan menawan rase yang diu-daknya ini, tapi dia sengaja hendak balapan lari, katanya.   "Rase cilik, kalau kurobohkan kau dengan batu salju, matipun kau penasaran, Seorang lelaki sejati harus bertindak secara ksatria, jika aku tidak mampu menyusul kau, maka jiwamu biar kuampuni."   Segera ia "tancap gas"   Dan meluncur lebih kencang, tahu2 dia sudah berada di depan si rase dan mendadak tangannya meraih untuk menangkapnya.   Keruan rase itu terkejut dan melompat ke kanan.   Namun Nyo Ko sudah siap, lengan bajunya terus mengebas sehingga rase itu tergulung, tangan kanan lantas pegang kuduk rase itu dan diangkat ke atas, saking gembiranya ia bergelak tertawa.   Tapi belum lenyap suara tawanya, tiba2 dilihatnya rase itu menjadi kaku tanpa bergerak lagi ternyata sudah mati.   "Wah, celaka!"   Keluh Nyo Ko.   "Mungkin tenaga kebasanku terlalu keras, rupanya binatang ini sedemikian lemah dan tidak tahan. Entah rase mati dapat digunakan menyembuhkan luka si Su-losam atau tidak?"   Dengan menjinjing rase mati itu ia meluncur kembali ke samping Kwe Yang dan berkata.   "Ra-se ini sudah mati, mungkin tak berguna lagi, kita harus menangkap pula rase yang satunya itu."   Berbareng iapun melemparkan rase mati itu ke tanah, tapi iapun tahu sifat rase sangat licik, bisa jadi pura2 mati, maka diam2 iapun sudah bersiap bila rase itu bergerak, segera akan digulungnya kembali dengan lengan baju.   Namun rase itu ternyata tidak bergerak sedikitpun tampaknya memang sudah mati betul2.   "Menyenangkan juga bentuk rase kecil ini, matinya mungkin karena terlalu lelah di-uber2,"   Ujar Kwe Yang. Lalu ia jemput sepotong kayu dan berkata pula.   "Biar kuhalau rase lain itu supaya ke luar, engkau jaga saja di sini."   Kwe Yang lantas memdekati onggokan kayu rumput itu.   Kemudian dihantamkan ke onggokan kayu itu, tapi sekali pukul, untuk menghantam kedua kalinya ternyata tidak mampu lagi, sungguh aneh, seperti melengkat saja kayu yang dipegang Kwe Yang itu tak dapat ditarik kembali, Keruan Kwe Yang berseru kaget dan berusaha membetot sekuatnya, namun tangkai kayu itu malah terlepas dan jatuh ke dalam onggokan kayu dan rumput kering itu.   Menyusul mana, mendadak onggokan kayu-rumput itu tersiak dan tahu2 menerobos keluar seorang nenek beruban dengan muka penuh keriput dan pakaiannya compang-camping.   Dengan bengis nenek itu memandangi Kwe Yang dan tangkai kayu yang dirampasnya itu diangkat dengan lagak hendak memukul si nona.   Kwe Yang terkejut dan cepat melompat mundur ke samping Nyo Ko.   pada saat itulah rase yang menggeletak di tanah itu mendadak melompat ke atas dan masuk pelukan si nenek, sepasang matanya yang bundar kecil ber-kilat2 memandangi Nyo Ko, ternyata binatang kecil itu memang benar2 cuma pura2 mati saja.   Melihat itu Nyo Ko menjadi mendongkol dan geli pula, pikirnya.   "Sekali ini aku ternyata dikalahkan seekor hewan kecil ini, tampaknya rase kecil ini adalah piaraan nenek ini, Entah siapakah gerangannya nenek ini, rasanya di dunia Kangouw tak pernah terdengar ada seorang tokoh macam begini. Rasanya akan sulit jika menghendaki rase kecil itu."   Segera Nyo Ko memberi hormat dan menya-pa.   "Maaf kelancangan Wanpwe masuk ke sini tanpa permisi."   Nenek itu memandangi tangkai kayu di telapak kaki Nyo Ko berdua, wajahnya menampilkan rasa kejut dan heran, namun hanya sekilas saja perasaan itu lantas menghilang, ia melambaikan tangannya dan berkata.   "Orang tua mengasingkan diri di tempat terpencil ini dan tidak suka menemui tamu, kalian boleh pergi saja!"   Suaranya lembut, tapi menyeramkan kedengarannya, di antara mata-alisnya juga menampilkan rasa yang benci kepada sesamanya.   Meski wajah nenek itu kelihatannya serarn, tapi raut mukanya bersih, waktu mudanya jelas seorang wanita cantik, sungguh ia tidak ingat tokoh Kangouw siapakah nenek ini.   Segera ia memberi hormat pula dan berkata.   "Cayhe mempunyai seorang kawan terluka parah dan harus disembuhkan dengan darah Kiu-bwe-leng-hou, maka- mohon locianpwe sudi memberi bantuan."   "Hahahaha, haha, heheheeee!"   Mendadak nenek itu ter-bahak2 sambil menengadah, sampai lama sekali ia terkakah dan terkekeh, tapi suara tawanya itu ternyata penuh mengandung rasa pedih dan boleh Sesudah tertawa sekian latna barulah ia berkata.   "Terluka parah dan harus menolongnya, hm? Bagus, tapi mengapa anakku terluka parah dan orang lain sama sekali tidak sudi menolongnya?"   Nyo Ko terkejut, jawabnya.   "Entah siapakah putera Locianpwe? Apakah sekarang masih keburu ditolong?"   Kembali nenek itu ter-bahak2, katanya.   "Apakah masih keburu ditolong? Dia sudah mati berpuluh tahun, mungkin tulang belulangnya juga sudah menjadi abu, masakah kau bertanya apakah masih keburu ditolong segala?"   Nyo Ko tahu si nenek jadi terkenang kepada kejadian masa lampau sehingga merangsang emosinya, maka ia tidak berani bertanya pula, terpaksa berkata pula.   "Memang tidak pantas kami datang begini saja untuk memohon bantuan rase kecil ini, sudah tentu kami tidak ingin menerimanya dengan cuma2, apabila Locianpwe menghendaki sesuatu, asalkan tenagaku mampu mengerjakannya, pasti akan kulaksanakannya dengan baik,"   Nenek itu mengerling sekejap ke arah Kwe Yang, lalu berkata.   "Perempuan tua berdiam terpencil di kolam lumpur ini tanpa sanak tanpa kadang, hanya sepasang rase inilah teman hidupku Boleh juga jika kau ingin mengambilnya, tapi nona itu harus ditinggalkan di sini untuk mengawani aku selama sepuluh tahun."   Nyo Ko mengerut kening, belum lagi menja-wab, tiba2 Kwe Yang mendahului berkata dengan tertawa.   "Di sini hanya lumpur melulu, kurasa tidak enak hidup di sini, Kalau engkau merasa kesepian, marilah tinggal saja di rumahku, apakah kau ingin tinggal selama sepuluh tahun, ayah-ibuku pasti akan menghormati engkau sebagai kaum locianpwe Lebih baik begitu bukan?"   Tiba2 nenek itu menarik muka dan mendamperat.   "Ayah-ibumu itu orang apa? Memangnya begitu saja aku dapat diundang ke sana?"   Watak Kwe Yang memang periang dan sabar, sekalipun orang lain bersikap kasar juga dihadapinya dengan tertawa saja dan jarang marah.   Kalau ucapan si nenek yang menyinggung kehormatan Kwe Cing dan Ui Yong ini didengar Kwe Hu, pasti seketika akan menjadi pertengkaran.   Tapi Kwe Yang hanya tersenyum saja dan meleletkan lidahnya pada Nyo Ko, lalu tidak bersuara pula.   Betapapun Nyo Ko memuji keramahan nona cilik ini, sedikitpun tidak menimbulkan kesukaran baginya, maka ia balas mengangguk kepada Kwe Yang sebagai tanda memuji, lalu berpaling dan berkata kepada si nenek.   "Bahwasanya Locianpwe menyukai adik cilik ini, sebenarnya ini adalah kesempatan bagus yang sukar dicari, cuma sebelum mendapat idzin ayah-bundanya, betapapun Cayhe tak berani mengambil keputusan sendiri."   "Siapa ayah-ibunya? Kau sendiri siapa?"   Tanya si nenek dengan bengis. Nyo Ko menjadi gelagapan dan takdapat menjawab tapi Kwe Yang lantas menanggapinya.   "Ayah ibuku adalah orang kampung, biar kukatakan juga Locianpwe tidak kenal, sedangkan dia ini. dia, dia adalah Toakokoku!"   Sembari berkata nona itupun memandang kejaran Nyo Ko.   Kebetulan saat itu Nyo Ko juga memandang padanya, sorot mata kedua orang kebentrok.   Tapi Nyo Ko memakai kedok, air mukanya kaku tanpa emosi, hanya sorot matanya jelas menunjukkan rasa akrab yang menghangatkan perasaan.   Tergerak hati Kwe Yang, terpikir olehnya.   "Jika benar aku mempunyai seorang toakoko(ka-kak tertua) seperti ini, tentu dia akan menjaga dan membantu diriku, pasti tidak rewel dan selalu mengomeli aku seperti kakak Hu. gini salah, gitu salah, ini dilarang, itu tidak boleh."   Berpikir sampai disini, air mukanya lantas penuh rasa hormat dan kagum kepada Nyo Ko. Didengarnya Nyo Ko lantas berkata.   "Ya, adik ku yang kecil ini tidak tahu urusan, maka kubawa dia keluar cari pengalaman Ketika dilihatnya Kiu-bwe-leng-hou ini sangat aneh dan menarik, dia tahu pasti binatang piaraan oaang kosen angkatan tua, sebab itulah dia minta Wanpwe membawanya berkunjung ke sini dan sungguh beruntung sekali dapat bertemu dengan Locianpwe."   "Hm kalian menguber dan memukuli rase piaraanku, apakah begini caranya kalian menghormati kaum Cianpwe?"   Jengek nenek itu.   "Hayo, lekas enyah dari sini dan selamanya jangan menemui aku lagi!"   Habis itu kedua tangannya terus mengebas ke depan, tangan yang satu mendorong ke arah Nyo Ko dan tangan lain mendorong Kwe Yang.   Jarak mereka ada dua-tiga meter jauhnya, sodokan tangan nenek itu jelas tak dapat mencapai tubuh Nyo Ko berdua, tapi tenaga pukulannya ternyata keras dan keji, serentak Kwe Yang merasakan angin dingin menyampuk tiba.   Tapi lengan baju Nyo Ko sempat bergerak sehingga angin pukulan si nenek dapat dipatahkan, sebaliknya tenaga pukulan yang ditujukan kepadanya itu sama sekali tidak dielakkannya.   Sebenarnya nenek itupun tidak bermaksud mencelakai Nyo Ko berdua, ia hanya ingin mengusir mereka saja.   sebab itulah hanya separoh tenaganya saja yang digunakan.   Tapi dilihatnya kedua orang itu ternyala tidak bergeming sama sekali, mau-tak mau ia terkejut dan gusar pula.   Segera ia himpun tenaga, kembali kedua tangan menyodok ke depan dengan lebih kuat, kini ia tidak pedulikan lagi mati- hidup pihak lawan.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Ketika merasakan angin pukulan nenek itu menyamber tiba, dada Kwe Yang terasa sesak, namun lengan baju Nyo Ko mengebas lagi sehingga serangan si nenek di patahkan pula, ia tahu Nyo Ko dan nenek itu sedang mengadu tenaga dalam, tampaknya si nenek menjadi beringas dan menakutkan sebaliknya Nyo Ko berdiri tenang2 saja, jelas berada di atas angin alias lebih unggul.   Se-konyong2 si nenek berkelebat maju, gerakannya sungguh cepat luar biasa.   "BIang"   Dengan tepat dan keras kedua tangannya menghantam dada Nyo Ko. Sekali menyerang segera nenek itu melompat mundur pula tanpa memberi kesempatan Nyo Ko untuk balas menyerang. Keruan Kwe Yang terkejut, cepat ia menarik tangan Nyo Ko dan bertanya.   "Ap.... apakah engkau terluka?"   Si nenek lantas berteriak bengis.   "Dia sudah terkena pukulanku "Han-im-cian" (tenaga panas dingin), ajalnya takkan lebih lama daripada satu hari saja, dia menerima ganjarannya karena perbuatannya sendiri dan takdapat menyalahkan orang lain."   Dengan ilmu silat Nyo Ko 15 tahun yang lalu saja tak dapat ditandingi oleh si nenek, apalagi sekarang luar-dalamnya sudah tergembleng sedemikian sempurna, betapapun lihaynya tenaga pukulan si nenek juga takdapat melukainya.   Soalnya Nyo Ko tiada permusuhan apapun dengan si nenek kedatangannya ini juga ingin memohon barang kesayangan orang tua itu, maka dia sengaja membiarkan si nenek menyerang tiga kali tanpa balas menyerang.   Selama likuran tahun nenek itu giat berlatih ilmu pukulan "Han im cian"   Dan sekaligus sudah dapat menghancurkan 17 potong bata dalam keadaan luar utuh dan dalam remuk, tapi kini jelas Nyo Ko terkena pukulannya dengan telak, ia yakin orang pasti akan remuk isi perutnya, tapi lawan justeru tetap berdiri tenang dan tertawa seperti tidak terjadi sesuatu, ia pikir bocah ini benar2 kepala batu, sudah dekat ajal masih berlagak gagah, segera ia berkata.   "Mumpung belum roboh binasa, lekas kau pergi membawa anak dara ini dan jangan sampai mampus ditengah tambakku ini."   Nyo Ko mendongak dan berseru lantang.   "Hahaha, rupanya sudah lama Locianpwe menyepi di tempat terpencil begini, tentunya Locianpwe tak dapat membayangkan betapa kemajuan ilmu silat di dunia ini."   Habis berkata ia sengaja bergelak tertawa, suara tertawanya nyaring keras menggelegar dengan tenaga dalam yang kuat.   Mendengar suara Nyo Ko itu, si nenek tahu orang ternyata tidak mengalami luka sedikitpun, seketika mukanya menjadi pucat, tubuhnya sempoyongan baru sekarang ia menyadari bahwa Nyo Ko sengaja membiarkan diserang tiga kali, kalau bicara kepandaian sejati, jelaslah dirinya bukan tandingannya.   Tiba2 si nenek angkat rase kecil dalam pelukannya itu, lalu ia bersuit, rase yang lain juga lantas menerobos keluar dari onggokan rumput dan melompat ke dalam pangkuan si nenek, Lalu ia ber-kata.   "Kepandaianmu memang hebat, sungguh aku sangat kagum. Tapi kalau engkau ingin merebut rase ini secara kekerasan, hm, jangan kau harap. Asalkan kau melangkah maju setindak, seketika ku cekik mati kedua ekor rase ini agar kau datang dan pergi dengan bertangan hampa."   Melihat sikap dan ucapan si nenek yang tegas dan pasti itu, Nyo Ko tahu watak orang tua itu sangat keras dan kaku, biarpun mati juga tidak mau menyerah.   Mau-tak-mau ia menjadi serba susah, kalau mendadak menubruk maju dan menutuk Hiat-to si nenek, lalu merebut rase, rasanya si nenek bisa membunuh diri saking gusarnya, jika demikian jadinya, maka biarpun Su Siok kang dapat diselamatkan tapi harus korbankan jiwa orang lain.   Selagi Nyo Ko merasa ragu2, tiba2 dari jauh sana berkumandang suara orang menyebut.    Keris Pusaka Dan Kuda Iblis Karya Kho Ping Hoo Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo Raja Silat Karya Chin Hung

Cari Blog Ini