Ceritasilat Novel Online

Kembalinya Pendekar Rajawali 77


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung Bagian 77


Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya dari Chin Yung   Ujar Cu-Iiu pula.   "Jika orang ini bukan Hotu, ha, aku she Cu inilah yang bermata lamur!"   Ketika Kwe Hu memandang keatas panggung pula, ia lihat gerak langkah Ho Su-ngo kini ternyata sangat gesit, serangannya sangat keji, lapat2 memang benarlah si Hotu yang pernah dilihatnya dahulu, cuma dalam hati ia masih banyak yang tidak paham, maka tanyanya pula.   "Tapi jika benar ia adalah Hotu, padahal paderi Tibet ini adalah Suhengnya, masakan mereka tidak kenal, sebaliknya saling gebrak secara begitu hebat?"   "Justru Darba mengenali orang itu adalah Sutenya, maka ia melabraknya dengan mati2an,"   Sahut Ui Yong.   "Tahun itu waktu pertarungan sengit di Tiong-yang-kiong, Cong-lam-san, dengan sebilah "Hian-tiat-kiam" (pedang besi murni) Nyo Ko telah menindih Darba dan Hotu ke bawah, melihat jiwa terancam, mendadak Hotu gunakan akal licik, ia mengkhianat buat selamatkan jiwa sendiri, kejadian ini disaksikan orang banyak, tentunya kaupun mendengar cerita orang?"   "O, kiranya begitulah hingga Darba benci padanya,"   Ujar Kwe Hu. Mendengar ibunya bercerita tentang Nyo Ko dengan sebilah pedang menindih Hotu dan Darba ke bawah, Kwe Yang jadi terbayang betapa gagah perwiranya Nyo Ko dimasa dahulu, tanpa terasa ia kesemsem.   "Dan kenapa ia berubah menjadi pengemis? Sebab apa pula Pak-kau-pang bisa berada ditangan-nya?"   Kwe Hu menegas.   "Bukankah itu sangat sederhana?"   Jawab Ui Yong.   "Hotu telah mendurhakai Suhu dan khianati Suheng, sudah tentu ia takut dicari mereka, maka ia sengaja menyamar dan ganti corak menyelundup ke Kay-pang, sedikitpun tidak menimbulkan curiga dan lambat laun meningkat hingga anak murid ber-kantong lima, dengan begitu orang2 Kay-pang tiada yang curiga, Kim-lun Hoat ong lebih tak bisa menemukannya. Tapi manusia jahat yang berhati dengki tidak mungkin mau terpendam begitu saja hidupnya, bila ada kesempatan, segera ia jalankan muslihatnya lagi, Hari itu ketika Loh pangcu meronda keluar kota, diam2 ia sembunyi di sana dan tiba2 membokongnya, tapi cara turun tangannya telah membongkar rahasianya, pula ia tinggalkan murid Kay-pang yang masih bernyawa itu agar menyampaikan bahwa yang membunuh Loh Yu ka adalah Hotu. Sesudah Pak-kau-pang dapat direbut-nya, lalu disembunyikan dalam pentungnya, ia menunggu saatnya pemilihan pangcu lantas muncul ikut memperebutnya. Dengan ilmu silatnya yang memang tinggi, sudah tentu tidak terlalu susah baginya untuk merobohkan para ksatria, malahan ia sengaja kemukakan syarat tentang "menemukan pentung pemukul anjing", suatu syarat yang memang menjadi peraturan Kay-pang turun-temurun, dengan sendirinya tiada yang bisa mendebatnya. Ai, keparat Hotu ini benar2 pintar berpikir panjang."   "Tapi ada Kwe-hujin disini, meski dapat mengelabuhi orang untuk sementara, akhirnya juga tak bisa mendustai kau,"   Ujar Cu Cu-liu tertawan. Ui Yong tersenyum tak menjawabnya, dalam hati ia berkata.   "Kalau ia menyelundup ke Kay-pang dan tidak unjuk sesuatu tanda mungkin masih bisa mengelabuhi aku, tapi kalau ingin menjadi Pangcu itulah terlalu meremehkan-aku Ui Yong"   "Dan si Nyo Ko juga hebat benar, ternyata dapat diketahuinya muslihat Hotu ini, pentung pemukul anjing dapat direbutnya kembali, kedok Hotu juga kena dibongkarnya dan dihadiahkan pada Kwe jisoacia sebagai kado ulang tahun, sungguh hadiah ini tidak kecil,"   Ujar Cu-liu.   "Hm,"   Kukira itupun kebetulan saja dapat di-ketahuinya,"   Jengek Kwe Hu. Tapi Kwe Yang lantas ingat sesuatu, katanya.   "Hotu ini sengaja menyamar sebagai pengemis muka jelek dalam Kay pang dan sengaja mengacau, Su -samsiok dari kelima saudara Su itupun pernah di-lukainya, mungkin sekali Su-samsiok sengaja mencarinya untuk membalas sakit hati dan akhirnya telah menemukan jejaknya."   "Benar,"   Sahut Ui Yong, mengangguk.   "dikalangan Kangouw sering kah diketahui jejak Hotu, orang lain sekali2 tak pernah menyangka bahwa Ho Su-ngo dari Kay-pang adalah orang yang sama dengan dia. Tapi seorang yang terlalu tinggi hati, pada suatu hari pasti terjungkal dan terbuka kedoknya."   "Tapir"   Sela Kwe Hu.   "sebab apa dia sendiri bilang akan membunuh Hotu? Bukankah itu sangat bodoh?"   "ltu hanya kata2 untuk menutupi kedoknya saja supaya orang iain tak mencurigainya,"   Kata Ui Yong. Dilain pihak Kwe Yang sedang komat-kamit perlahan.   "Tentu hari itu ia telah mendengar semua perkataanku ketika aku menyembahyangi arwah Loh-pepek di kelenteng Yo-tayhu. Karena tahu hatiku berduka sebab Loh pepek terbunuh musuh, maka ia lantas mencari pembunuhnya ini. Dan dia sendiri, kenapa masih belum datang?"   Tengah bicara, pertarungan Darba dan Hotu di atas panggung semakin sengit.   Kedua orang berasal dari satu guru, masing2 cukup kenal kepandaian lawan, Darba menang dalam hal tenaga lebih besar, tapi Hotu lebih unggul akan kecepatan dan kegesitan, maka sudah ratusan jurus keduanya masih seimbang saja.   Mendadak sontak Darba menggertak, gada emasnya ditimpukkannya ke arah Hotu secepat kilat Gada emas ini beratnya lebih 30 kati, ditimpukkan lagi, gaya meluncurnya menjadi lihay sekali."   Terkejut Hotu, selamanya belum pernah melihat gerak serangan sang Suheng ini.   lekas2 ia mengegos, tapi Darba sudah memburu maju, telapak tangannya mendorong dan mendadak gada emas itu memutar arah terus memburu Hotu puIa.   Sungguh tidak kepalang terperanjat Hotu, barulah sekarang ia tahu selama belasan tahun ini sang Suheng sudah banyak mendapat tambahan ilmu Lwekang lagi dari sang Suhu, kepandaian menimpuk gada ini persis gayanya seperti Kim-lun Hoat-ong meluncurkan kelima rodanya yang terbikin dari "Panca logam"   Itu, melihat tenaga timpukan gada itu sangat keras, se-kali2 tak sanggup ditangkis dengan kipas, terpaksa Hotu berkelit pula, Gada itu menyamber lewat dua tiga senti di atas kepalanya.   Namun makin ditimpuk dan didorong, gada emas Darba itu semakin cepat, obor yang menyala di sekitar panggung itu sampai ter-goncang2 oleh angin samberan hingga sebentar terang, sebentar gelap, Hotu tak berani ajal, ia melompat ke sana kemari, di bawah ancaman gada yang me-nyamber2, melihat keadaan yang menggetarkan itu, semua orang yang menyaksikan ikut terperanjat.   Sampai timpukan yang ke-18 mendadak Darba membentak keras, gada emasnya bagai panah meluncur ke depan Hotu tak sanggup-berkelit lagi, terdengarlah segera suara benturan yang keras, dada dan badannya terus lemas terkulai di atas panggung tak berkutik lagi.   Sesudah ambil kembali gada emasnya, Darba menggerung menangis tiga kali, lalu ia duduk sila di depan mayat Sute itu membacakan doa, habis ia melompat turun dan mendekati Jing-ling-cu, gada emas itu diangkat tinggi2 hendak dikembalikan pada orang.   Tapi Jing ling-cu tak menerimanya, katanya "Selamat, kau berhasil cuci bersih sampah perguruanmu, Sin-tiau-hiap telah mengampuni kau, supaya kau-pulang ke Tibet dan selanjutnya tak boleh menginjak daerah Tionggoan lagi."   "Banyak terima kasih pada Sin-tiau-tayhiap, hamba menurut perintahnya."   Sahut Darba, Lalu ia memberi hormat dan pergi.   Melihat Hotu menggeletak mati di atas panggung, mukanya bengkak seram, tapi Kwe Hu masih tak mau percaya muka demikian ini adalah palsu.   Tiba2 ia cabut pedangnya dan melompat ke atas panggung, dengan ujung pedang ia hendak iris batang hidung Hotu, serunya.   "Biarlah kita melihat muka asli bangsat ini bagaimana macamnya?"   Tak terduga, mendadak terdengar Hotu membentak sekali, tahu2 melompat tinggi, kedna telapak tangannya terus menghantam dengan ganasnya.   Kiranya oleh sodokan gada tadi, meski terluka parah sekali, tapi seketika jiwanya masih belum melayang.   Dasar Hotu memang licik maka ia sengaja tak berkutik, ia menunggu kalau2 Darba mendekatinya dan hendak membalasnya dengan sekali hantam pada saat sebelum ajalnya, agar gugur bersama..   Siapa tahu Darba hanya membacakan doa supaya arwahnya menuju alam baka, lalu turun panggung sebaliknya Kwe Hu yang datang mengiris hidungnya.   Hantaman Hotu ini boleh dikata seluruh sisa tenaga yang masih ada telah dikeluarkan seluruhnya.   Keruan Kwe Hu terkejut sekali, sesaat ia menjadi lupa mengayun pedang buat menahan serangan musuh, pula kutang berduri landak sudah dipinjamkan suaminya, tampaknya jiwanya sekejap saja pasti akan melayang oleh hantaman kedua tangan Hotu.   Dalam terkejutnya Kwe Cing, Ui Yong dan Yalu Ce berbareng hendak melompat keatas panggung.   Untuk menolongnya tapi terang tak keburu lagi.   Pada detik berbahaya itulah, tiba2 terdengarlah suara mencicit dua kali, tahu2 dari udara menyambar datang dua senjata rahasia dengan pesat sekali dari kanan-kiri dan sekaligus mengenai dada Hotu.   Kedua senjata rahasia itu bentuknya sangat lembut, tapi tenaganya luar biasa besarnya, tanpa ampun lagi tubuh Hotu terjengkang merosot ke bawah panggung mulutnya memuntahkan darah dan benar2 binasalah sekarang.   Dengan ternganga kaget semua orang coba memandang ke arah darimana datangnya senjata rahasia itu, tapi tertampak bintang suram, bulan guram, langit gelap, lebih dari itu suasana sunyi senyap saja.   Di depan panggung tegak berdiri dua tiang bendera yang besar dan tingginya beberapa tombak, agaknya senjata rahasia itu disambitkan masing2 dari kedua talang tiang bendera yang tinggi itu.   "Melihat suara menyambernya senjata rahasia tadi, Ui Yong menduga kecuali kepandaian "tan-ci sin-thong"   Atau ilmu jari maha sakti yang dari ayahnya, Ui Yok su, rasanya tiada orang lain lagi yang memiliki kepandaian setinggi itu.   Cuma kedua tiang bendera jaraknya masing2 belasan tombak, kenapa dari kedua tiang bendera itu berbareng ditumpukkan senjata rahasia? Masakah ada dua orang.   Tapi saking girangnya iapun tidak banyak pikir lagi, segera ia berseru memanggil.   "Apakah ayah yang datang, bukan?"   Terdengarlah dari lalang tiang bendera sebelah kiri ada suara seorang tua tertawa ter-bahak2 sambil berkata "Kawan cilik Nyo Ko, marilah kita turun bvrbareng!"   "Baik,"   Sahut seorang dari talang sebelah kanan.   Menyusul itu, dari dalam talang tiang bendera masing2 melompat turun satu orang.   Di bawah sinar bintang dan bulan yang guram, baju kedua orang itu me-lambai2 ketika melompat turun, seorang berjubah hijau berambut putih, yang lain berbaju biru berlengan tunggal, nyatalah mereka memang Ui Yok-su dan Nyo Ko.   Kedua orang itu melompat turun ke arah panggung, Ui Yok-su menarik tangan kiri Nyo Ko selagi masih terapung di udara, kemudian keduanya turun berbareng di atas panggung, Betapa mengagumkan cara melayang turunnya kedua orang itu.   Bila semua orang tidak mendengar suaranya dahulu, boleh jadi akan menyangka mereka adalah malaikat yang turun dari khayangan.   Lekas Kwe Cing dan Ui Yong melompat ke atas panggung memberi hormat pada Ui Yok-su.   Begitu pula Nyo Ko lantas menyembah dihadapan Kwe Cing dan Ui Yong suami-isteri sambil menyapa.   "Tit-ji (keponakan) Nyo Ko memberi hormat kepada Kwe pepek dan Kwe-pekbo."   Cepat Kwe Cing membangunkannya dan katanya dengan tertawa.   "Ko ji, ketiga macam hadiah-mu ini sungguh... sungguh..."   Tapi saking terharunya, pula memang tidak pandai bicara muluk2, maka "sungguh"   Apa, tak bisa dikatakannya Sebaliknya Kwe Hu yang dengki, kuatir kalau dirinya disuruh mengaturkan terima kasih atas pertolongan Nyo Ko tadi, lekas2 mendekati Ui Yok-su sambil memanggil Engkong.   Nyo Ko tersenyum, ia kenal watak orang, ia melompat kehadapan Kwe Yang dan sapanya dengan tertawa.   "Adik cilik, aku datang terlambat."   Berdebar2 hati Kwe Yang saat itu, wajahnya jengah. jawabnya dengan suara lirih.   "Ah, kau telah bawakan tiga nucam hadiah besar ini, sungguh... sungguh bikin capek kau saja."   ""Hanya sekedar meramaikan hari ulang tahun adik cilik saja, tiada yang perlu dipuji,"   Sahut Nyo Ko tertawa. Habis itu, ketika ia memberi tanda, segera terdengar Toa thau-kui berteriak "Bawa semua ke sini!" - Segera pula dipintu masuk lapangan sana ada orang meluruskan perintah itu.   "Bawa semua ke mari-dan begitu pula seterusnya suara itu dilanjutkan hingga jauh. Selang tak lama dari Iuar lapangan itu membanjir serombongan orang, ada yang membawa leng-long dan obor, ada yang memikul dan menjinjing tenggok, terus tersebar disekitar lapangan dan mematok cagak mendirikan panggung, sementara orang yang datang semakin banyak tak ter-putus2, namun secara beraturan, tiada seorangpun bicara, hanya bekerja keras. Semua orang sudah saksikan ketiga hadiah besar yang dibawa Nyo Ko tadi, maka siapapun merasa kagum padanya mereka pikir orang2 yang di bawanya kemari ini tentu ada gunanya. Tak lama kemudian, di sebelah barat daya lapangan itu satu panggung sudah berdiri, gembreng berbunyi dan genderang ditabuh, nyata itula sebuah panggung wayang "po te-hi"   Yang melakonkan "Pat sian-cok- siu"   Atau delapan dewa memberi selamat ulang tahun.   Menyusul mana satu panggung yang disudut lain mempertunjukan opera yang melakonkan cerita Kwe Cu-gi berulang tahun, dewa- dewi datang memberi selamat padanya, Dalam sekejap saja di-ujung lainpun ada wayang orang yang memulai pertunjukan hingga seketika suasana meriah sekali.   Sungguh hebat usaha Nyo Ko ini, sekalipun keluarga bangsawan yang paling mampu juga tidak selengkap dan seramai sekarang ini.   Betapa girang Kwe Yang atas kebaikan Nyo Ko, saking terharu matanya mengembeng air mata dan tak sanggup bersuara, .   Kwe Hu jadi ingat apa yang dikatakan adiknya tempo hari bahwa ada seorang ksatria besar akan datang memberi selamat ulang tahun padanya, kini ternyata betul2 terjadi, ia gusar dan mendongkol dalam keadaan serba kikuk ia pura2 menarik tangan Ui Yok-su menanyakan ini dan itu, terhadap keramaian disekitarnya ia berlagak tidak tahu.   "Ayah, apakah sebelumnya kau telah berjanji dengan Ko-ji akan sembunyi didalam talang tiang bendera itu?"   Tanya Ui Yong kemudian pada ayahnya.   "Bukan, bukan,"   Sahut Ui Yok-su tertawa.   "Satu hari, ketika aku pesiar di Tong-teng-oh di malam bulan purnama, tiba2 aku mendengar suara orang berseru mencari Yan-po Tio-so (si kakek tukang mancing), katanya ada seorang bernama Sin tiau hiap mengundangnya ke Siangyang, Kepandaian Yan-po Tio-so itu tidaklah rendah, cuma tabiatnya sangat aneh, Maka aku menjadi kuatir kalau diam2 mereka akan melakukan sesuatu yang tidak menguntungkan puteri dan menantuku sayang, diam2 aku lantas datang kemari. Siapa tahu kalau Sin-tiau-hiap ini ternyata adalah kawan cilik Nyo Ko, bila tahu, tak perlu lagi aku ikut2 capekan diri."   Dari lagu perkataan orang, Ui Yong tahu sang ayah meski mengembara ke mana2, tapi dalam hati senantiasa masih merindukannya. maka dengan tertawa ia berkata.   "Tia (ayah), sekali ini janganlah kau pergi lagi, marilah kita hidup berkumpul saja dengan bahagia."   Namun Ui Yok-su tidak menjawabnya, tiba2 Kwe Yang dipanggil kedekatnya.   "Marilah, nak, biar Gwakong melihat kau,"   Demikian katanya.   Memangnya Kwe Yang selama ini belum kenal sang Gwakong atau kakek luar (ayah ibu), maka lekas2 ia mendekatinya dan memberi hormat.   Segera Ui Yok su memegangi tangan anak dara itu dan mengamat-amati raut mukanya, tiba2 dengan muram ia berkata.   "Sungguh persis, sungguh persis!"   Ui Yong tahu ayahnya menjadi terkenang pada mendiang ibunya, maksudnya muka Kwe Yang, sangat mirip dengan nenek sewaktu mudanya, Karena kuatir bikin ayahnya bertambah berduka, maka ia tidak buka suara.   "Sudah tentu persis"   Sela Kwe Hu tiba2 dengan tertawa.   "Engkau berjuIuk "Lo-tong sia"   Dan dia dipanggil orang "Siau-tong sia"   "Hu ji,"   Cepat Kwe Cing membentak.   "Dihadapan Gwakong berani tak beraturan?"   Sebaliknya Ui Yok-su menjadi girang, ia tanya Kwe Yang.   "Apa benar kau berjuluk "Siau tong-sia", Yang-ji?"   Kwe Yang menjadi jengah jawabnya."Mula2 Cici yung menyebut aku demikian, lama2 orang lainpun ikut- menyebut aku begitu."   Dalam pada itu empat tertua dari Kay-pang sedang merubung Nyo Ko sambil tiada hentinya mengaturkan terima kasih, dalam hati mereka berpikir.   "la telah menemukan kembali Pak kau-pang dan membongkar kedok muslihat Hotu, jika ia sudi menjadi pangcu kita, itulah paling baik."   Sebab ituIah, segera Nio-tianglo berkata.   "Nyotoaya, sungguh tidak beruntung Loh pangcu kami telah wafat..."   Nyo Ko tahu akan maksud hati orang, tanpa menunggu ucapan orang Iebih lanjut, segera ia memotong.   "Kepandaian Yalu toaya serba pintar, bijaksana dan berbudi, ia juga adalah kawanku sejak duIu, kalau dia yang menjadi Pangcu perkumpulan kalian, pasti akan bisa meneruskan usaha Ang, Ui dan Loh bertiga Pangcu dahulu."   Setelah Ui Yok-su menanya sekedar ilmu silat Kwe Yang, ia berpaling dan hendak memanggil Nyo Ko, tapi demi menoleh, tahu2 Nyo Ko sudah berjalan keluar lapangan, ia tahu sekali Nyo Ko pergi susah bertemu pula, maka cepat serunya.   "Kawan cilik Nyo Ko, nanti dulu, akupun hendak pergi!"   Ketika lengan bajunya mengebas, sekejap saja ia sudah menyusul sampai di samping Nyo Ko, seorang tua dan yang lain muda bergandengan tangan menghilang di malam gelap.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Sebenarnya Ui Yong ada sesuatu hendak dibicarakan dengan ayahnya, cuma dihadapan orang banyak tak IeIuasa diutarakan, kini orang tua itu ternyata pergi begitu saja, ia menjadi gelisah dan lekas2 menguber.   Tapi betapa cepat jalannya Ui Yok su dan Nyo Ko, waktu Ui Yong mengejar keluar, jarak mereka sudah beberapa puluh tombak jauhnya.   "Ayah, Ko ji, marilah tinggal dulu dan berkumpul beberapa hari saja."   Teriak Ui Yong.   "Ah, watak kami berdua suka bebas tak mau dikekang, biarkanlah kami pergi dengan merdeka!"   Demikian Ui Yok-su menyahut dengan tertawa.   Nyata suaranya itu sudah jauh sekali, Diam2 Ui Yong mengeluh, tapi apa daya, terang tak dapat menyandaknya, terpaksa ia kembali pulang, sementara dilapangan itu suasana masih ramai sekali.   Se-san it khut-kui, Su si Hengte, Jing ling cu dan kawan2nya juga sudah pergi.   Sesudah dirundingkan antara tetua Kay pang, kalau tidak dikacau Hotu tentu Yalu Ce sejak tadi sudah diangkat jadi Pungcu, Nyo Ko ada budi pada Kay pang, ia juga mengusulkan Yalu Ce, maka sesuai benar dengan pilihan suara orang banyak.   Karena itulah keempat tertua Kay pang lantas melaporkan kepada Ui Yong, lalu naik punggung mengumumkan tentang pengangkatan Yalu Ce sebagai Pangcu baru.   Menurut aturan, para anggota ber turut2 harus meludahi tubuh Yalu Ce, sedang para pahlawan diluar Kay-pang sama naik panggung memberi selamat, suasana menjadi tambah riang gembira.   Ui Yong suruh orang memberi hadiah seperlunya kepada anak wayang dan seniman seniwati, pementasan itu terus berlangsung hingga terang tanah barulah bubar.   Melihat kedatangan Nyo Ko sekali ini melulu bicara sejenak dan bersenyum sebentar, lantas berpisah, dalam hati Kwe Yang merasa kesal tak terkatakan, semakin dipikir semakin masgul, ia lihat encinya sedang suka ria berdiri di samping sang suami menerima ucapan selamat dari semua orang, ia sendiri menjadi sunyi rasanya, maka ia putar tubuh hendak meninggalkan lapangan itu.   Tapi belum bebetapa langkah ia bertindak, tiba2 Ui Yong menyusulnya, tangan si anak dara dipegangnya dini dengan suara lembut Ui Yong bertanya.   "Yang ji, ada apakah? Apakah merasa kurang gembira?"   "Ah, tidak, aku justru sangat gembira,"   Sahut Kwe Yang.   Habis berkata ini, segera iapun menunduk, air matanya ber linang2 hampir menetes.   Sudah tentu Ui Yong mengerti perasaan puterinya itu, tapi ia sengaja bicara tentang cerita2 lucu yang dilihatnya di panggung sandiwara dengan maksud memancing Kwe Yang agar tertawa.   Pelahan2 ibu dan anak itu pulang ke rumah, Ui Yong mengantar puteri kecilnya itu kembali kamar "Yangji, apa kau lelah?"   Tanyanya penuh rasa kasih sayang.   "Tidak, mak. Kau sendiri semalam suntuk tidak tidur, haraplah pergi mengaso."   Sahut Kwe Yang. Namun Ui Yong menarik tangan anak dara itu pula dan duduk sejajar di tepi ranjang, rambut puterinya itu di-belai2nya, katanya dengan suara lembut.   "Yangji, urusan Nyo toako selamanya tak pernah kuceritakan padamu, ceritanya memang terlalu panjang, apabila kau tidak letih, biarlah ku ceritakan padamu sekarang."   Seketika semangat Kwe Yang terbangkit.   "Ceritakanlah, mak,"   Pintanya cepat."   "Kisah ini dimulai dari engkongnya,"   Tutur Ui Yong.   Laiu iu menceritakan bagaimana dahulu Kwe Siau thian (ayah Kwe Cing) dan Nyo Thi sim (engkongnya Nyo Ko) mengangkat saudara dan saling mengikat janji berbesan selagi isteri kedua orang masih mengandung.   Kemudian Nyo Khong (ayah Nyo Ko) mengaku musuh (Wanyan Liai ) sebagai ayah hingga akhirnya mati secara mengenaskan, Tentang waktu keciInya Nyo Ko pernah tinggal di Tho hoa-to sampai Kwe Hu menabas buntung lengannya, bagaimana berpisah dengan Siao liong-li di Coat ceng kok, semua dituturkannya.   Sungguh sama sekali Kwe Yang tidak menduga bahwa "Toakoko"   Yang siang dan malam di-rindukannya itu ternyata mempunyai hubungan begitu rapat dengan keluarganya sendiri, lebih2 tak menduga bahwa lengannya yang buntung itu justeru encinya yang mengutunginya, sedang menghilangnya Siau liong li juga disebabkan terkena jarum berbisa yang disambitkan cicinya.   Mula2 ia menyangka Nyo Ko hanya seorang ksatria muda yang dikenalnya secara kebetulan, karena orangnya cakap ganteng hingga hati kecilnya kesemsem selalu, siapa tahu di dalamnya terdapat suka duka yang begitu panjang meliputi tiga turunan, Maka ketika ibunya mengakhiri ceritanya, rasa anak dara ini se-akan2 mabuk, pikirannya kacau.   "Semula aku telah salah menduga,"   Demikian kata Ui Yong pula menghela napas.   "kusangka perkenalannya dengan kau mengandung maksud jahat. Ai, tapi melihat ketiga hal yang dilakukan Nyo-toakomu semalam, jangankan dia sebenarnya tiada pikiran serong, sekalipun memang tiada maksud baik, sesudah kita terima budi yang tak sedikit, sesungguhnya kitapun harus berterima kasih tak habis2 padanya."   "Mak, kau bilang Nyo-toako tidak bermaksud baik apa, kenapa berpikiran serong?"   Tanya Kwe Yang heran.   "Ya, muIa2 aku salah duga,"   Sahut Ui Yong.   "Aku kira saking bencinya pada keluarga Kwe kita, maka ia hendak membalas dendam melalui dirimu."   "Mana bisa?"   Ujar Kwe Yang menggeleng kepala.   "Jika ia mau bunuh aku untuk membalas dendam, hal itu mudah sekali seperti membaliki tangan sendiri saja, ketika di daerah Soasay, asal sekali jarinya menutuk saja segera aku bisa dibinasakannya."   "Kau masih kanak, tidak paham,"   Kata Ui Yong.   "Jika ia sengaja bikin kau menderita dan membuat kita selalu berduka dan masgul, sudah tentu ia mempunyai caranya yang lebih keji daripada membunuh orang, Ai, biarlah, jangan dibicarakan lagi, saat ini akupun sudah tahu tak nanti hal itu diperbuatnya. Cuma dalam hatiku masih tetap kuatirkan sesuatu hingga merasa tak enak."   "Kau kuatirkan apa, mak?"   Tanya si gadis.   "Tampaknya kejadian2 dahulu yang harus disesalkan itu, Nyo- toako sudah tidak mengingatnya lagi dalam hati, tidak lama iapun akan bersua kembali dengan Toaso ( kakak ipar ), tatkala itu saking senangnya segala kejadian dahulu pasti akan lenyap dalam ingatannya."   "Tapi yang kukuatirkan justru kalau dia takkan bisa bersua lagi dengan Siao liong li,"   Kata Ui Yong gegetun. Kwe Yang melengak oleh kata2 itu.   "Apa? Mana bisa? Toakoko sendiri berkata padaku bahwa karena lukanya, Liong-cici telah ditolong pergi Lam hay Sin-ni dan berjanji 16 tahun kemudian akan berjumpa pula. Betapapun cinta kasih suami isteri mereka, sudah sekian lamanya saling tunggu masakah takkan bersua kembali?"   Namun Ui Yong mengkerut kening sambil bersuara tak acuh.   "Kata Toakoko,"   Sambung Kwe Yang pula.   "Liong-cici telah mengukir tulisan ditebing gunung yang berbunyi.   "l6 tahun kemudian bertemu lagi di sini, cinta kasih suami isteri, harap jangan salah janji, Apakah mungkin ukiran tulisan itu palsu belaka?"   "Tulisan itu memang tulen, sedikitpun iak palsu,"   Sahut Ui Yong "Cuma yang kukuatirkan justeru karena cinta Siao-liong li terhadap Nyo Ko terlalu mendalam, hingga sebab itu Nyo Ko takkan bisa melihat dia lagi untuk selamanya."   Kwe Yang menjadi bingung, dengan tercengang ia pandang sang ibu penuh tanda tanya.   "16 tahun yang lalu,"   Demikian tutur Ui Yong.   "Nyo toakomu suami- isteri terluka parah semua, Nyo-loako masih ada obat yang bisa menyembuhkannya, tapi racun jarum yang mengenai Siao liong -li sudah meresap tulang, menyaksikan isteri tercintanya itu sukar disembuhkan lagi, Nyo-toakomu itupun tidak ingin hidup sendirian, maka sekalipun ia diberi obat dewa juga ia takmau meminumnya." - berkata sampai di sini suaranya berubah halus, katanya puIa.   "Ai, masih banyak hal lain, karena usiamu masih kccil, sementara ini kau takkan paham."   Kwe Yang ter mangu2 oleh cerita itu, selang se-jenak barulah ia menjungat dan berkata.   "Mak, jika kujadi Liong-cici, kuakan pura2 sudah sehat dan minta dia minum obat untuk menyembuhkan lukanya."   Sungguh Ui Yong tak menyangka puterinya yang masih kecil itu bisa berpikir demikian untuk orang lain, maka sesaat itu ia tertegun.   "Ya, benar, makanya aku kuatirkan Siao-liong li tatkala itu juga berpikir seperti pendapatmu ini dan sengaja meninggalkan Nyo Ko,"   Kata Ui Yong kemudian.   "la mengukir tulisan di tebing batu dan berjanji akan bertemu pula 16 tahun lagi, waktu itu aku lantas menduga menghilangnya Siaoliong-li secara mendadak boleh jadi demi kepentingan Nyo toakomu agar bertahan hidup selama 16 tahun untuk menantikannya Ai. rupanya ia menyangka setelah lewat 16 tahun yang Iama itu, cinta Nyo-toakomu padanya tentunya akan mendingin, dengan begitu, sekalipun dalam hati masih berduka, tapi pasti akan sayang juga pada badan sendiri dan takkan membunuh diri lagi."   "Jika begitu, bagaimanakah tentang cerita Lam-hay Sinni itu?"   Tanya Kwe Yang.   "Lam hay,Sinni itu justeru adalah karanganku. Maka hakikatnya tidak pernah ada seorang tokoh seperti itu,"   Sahut Ui Yong.   "Ha, tidak ada tokoh Lam hay Sinni?"   Kwe Yang menegas terkejut.   "Ya, sebab waktu itu aku melihat keadaan Nyo Ko yang sedih dan merana, hatiku tak tega, lantas aku mengarang nama Lam hay Sinni untuk menghiburnya agar suka menanti selama 16 tahun ini,"   Sahut Ui Yong.   "Aku katakan padanya bahwa Lam-hay Sinni tinggal di pulau Tati, padahal dijagad ini hakikatnya tidak pernah ada pulau itu. Akupun bilang Lam hay Sinni pernah mengajarkan sejurus ilmu pukulan pada Gwakongmu, dengan begitu supaya dia bertambah percaya. Sebab si Nyo Ko ini sangat cerdik, kalau aku tidak bicara se-akan2 benar dan hidup, tak nanti ia mau percaya. Dan kalau ia tak percaya, maksud baik Siao liong li itupun akan sia2."   "Apakah ibu maksudkan Liong cici sudah meninggal dan janji 16 tahun bertemu lagi hanya untuk membohonginya saja?"   Tanya Kwe Yang.   "Tidak, tidak, boleh jadi Siao-liong-li masih hidup, sampai hari yang dijanjikan nanti bila betul2 ia datang berkumpul kembali dengan Nyo Ko, maka kita harus berterima kasih pada yang maha kuasa,"   Sahut Ui Yong cepat.   "Dia adalah ahliwaris Ko-bong-pay satu2nya, cakal bakal Ko bong pay, Lim Tiau eng, lelah menurunkan ilmu kepandaian yang maha hebat padanya, rasanya Siao liong li takkan meninggal secara begitu saja."   "Ya, memangnya akupun berpikir, Liong cici adalah orang yang begitu baik, Nyo toako juga sedemikian cinta padanya, pasti ia takkan mati selagi muda,"   Demikian kata Kwe Yang dengan hati rada lega.   "Dan bila sampai hari yang dijanjikan itu Nyo-toako tak bisa menjumpainya kembali, bukankah pukulan ini akan membuatnya menjadi gila?"   "Makanya kedatangan Gwakong-mu sekarang sebenarnya akan kuminta agar suka membantu membulatkan bualanku tentang Lam hay Sinni itu,"   Kata Ui Yong.   Kwe Yang menjadi kuatir "Ya, saat ini tentu Nyo toako berada bersama dengan Gwakong dan ia akan tanya tentang Lam hay Sin-ni, Tapi Gwa-kong tak tahu duduknya perkara tentu akan bilang tak kenal, dengan begitu lantas terbongkarlah rahasia itu, lantas bagaimana baiknya?"   "Jika benar2 Siao liong li dapat bersua kembali dengan dia, itulah yang kita harapkan dan segalanya akan menjadi beres,"   Kata Ui Yong "Tapi bila sampai saatnya ia tidak melihat Siao-liong-li, turuti wataknya yang tak terkendali itu, entah keonaran apa yang akan diperbuatnya, Tentu ia akan dendam karena aku membohonginya dan bikin susah dia menunggu selama 16 tahun ini!"   "Mak, hal itu tak perlu kau kuatirkan,"   Ujar Kwe Yang.   "Kau membohongi dia demi kebaikannya. Kau bermaksud menolong jiwanya."   "Hubungan kekeluargaan selama tiga keturunan tidaklah perlu dibicarakan, melulu diri Ko-ji saja, beberapa kali ia telah menolong jiwa ayahmu, ibumu dan encimu, hari ini ia berjasa pula begitu besar untuk kota Siangyang, seandainya kita ada sedikit budi padanya juga tidak cukup untuk membalasnya,"   Kata Ui Yong.   "Ai, hidup Ko-ji selama ini menderita sebatangkara, umurnya svdah lebih 30, tapi saat bahagia yang pernah ia kenyam rasanya juga tiada beberapa hari saja."   Kwe Yang menjadi muram, ia menunduk, dalam hati ia pikir.   "Kalau Toakoko tak bisa berjumpa kembali dengan Liong cici, mungkin ia bisa gila benar?"   "Nyo-toakomu itu adalah seorang perasa dan beradab, cuma sejak kecil sudah banyak mengalami pukulan hidup, maka wataknya menjadi rada aneh, tindak tanduknya selalu diiuar dugaan orang,"   Ujar Ui Yong.   "Ya, dia dan Gwakong dan aku, semuanya golongan aneh."   Kata Kwe Yang tertawa tawar.   "Benar, ia adalah orang baik, hanya bersifat rada latah,"   Kata Ui Yong sungguh2 "Makanya, bila tak beruntung Siao liong-li sudah meninggal, selanjutnya sekali2 jangan kau bertemu dia lagi."   Terkejut sekali anak dara itu, sama sekali tak diduganya ibunya bisa berkata begitu.   "Sebab apa? Kenapa tak boleh bertemu dengan Nyo toako lagi?"   Tanyanya cepat. Ui Yong menggenggam tangan puterinya itu dan berkata pula.   "Jika akhirnya ia bisa bertemu kembali dengan Siao liong li, biar kau ikut mengembara ke ujung langit sekalipun aku takkan keberatan. Tapi kalau Siao liong-li tak bersua lagi dengan dia, Yang ji, kau belum kenal sifat Nyo toakomu, bila ia sudah gila, segala apa dapat diperbuatnya"   "Mak,"   Tanya Kwe Yang gemetar.   "jika Liong cici tak dapat dijumpainya lagi, tentu ia akan sangat berduka, kita harus menghiburnya baik2."   "la takkan mendengar hiburan orang,"   Kata Ui Yong menggeleng kepala.   "Mak."   Tanya Kwe Yang lagi setelah merandek sejenak.   "Sesudah menunggu 16 tahun dengan sia2, dalam berdukanya nanti apakah ia akan membunuh diri?"   Ui Yong merenung sejenak, kemudian baru ja-wabnya.   "Pikiran orang lain dapat aku menerkanya, tapi Nyo-toakomu itu sejak kecil aku tak dapat meraba pikiran apa yang terkandung dalam otaknya, justeru sebab itulah maka aku melarang kau bertemu lagi dengannya, kecuali kalau ia datang bersama Siao liong li, itulah lain perkara."   Kwe Yang termenung dan tak menanya lebih jauh.   "Yang-ji,"   Kata Ui Yong pula.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "ibu hanya berpikir untuk kebaikanmu, jika kau tak turut nasihat ibu, kelak pasti akan menyesal"   Habis itu, ia lantas ceritakan kejadian dulu, dimana puteri angkat Nyo Thi-sim yang bernama Bok Liam cu, dalam suatu pertandingan sayembara Bok Lam cu dikalahkan Nyo Khong, meski Nyo Khong banyak melakukan kejahatan tapi cinta Bok Liam cu padanya tetap kekal hingga kemudian Bok Liam-cu gugur menyusul kekasihnya di kelenteng Ong-tiat-jiang.   "Bok Liam-cu sesungguhnya wanita baik yang sukar dicari, tapi karena salah menyerahkan cintanya hingga berakhir secara mengenaskan demikian"   Kata Ui Yong.   "Mak."   Kata Kwe Yang tiba2.   "ia menyukai Nyo-sioksiok, betapapun Nyo-sioksiok berbuat salah pun, ia akan suka padanya sampah akhir jaman."   Ui Yong terkesima memandangi muka sang puteri yang mungil itu, dalam hati ia pikir.   "Usia sekecil ini, darimanakah bisa paham begini banyak?"   Dilihatnya anak dara itu sudah letih dan arip, segera ia tarik selimut dan menyuruhnya tidur sambil dinina-bobokkannya.   Memangnya semalam suntuk Kwe Yang tidak tidur, maka sebentar saja ia sudah pulas, Ui Yong lantas kembali kekamar sendiri.   Sore harinya, kedua saudara Bu yang ditugaskan ke Lam-yang itu telah mengirim berita bahwa gudang rangsum musuh memang benar telah terbakar habis, malahan api masih belum terpadam, pasukan MongoI telah mundur ke utara sejauh ratusan li dan berkemah di sana.   Mendengar kabar itu, seluruh penduduk kota Siangyang menjadi girang, nama "Sin tiau-tayhiap"   Yang sengaja mem bumbu2i dengan pujian setinggi langit.   Malamnya lagi Kwe Cing suami isteri diundang oleh Lu Bun hwan untuk merundingkan soal pertahanan kota hingga sampai jauh malam baru pulang.   Besok paginya, seperti biasa Yalu Ce, Kwe Hu dan Kwe Boh-lo datang memberi selamat pada orang tua, tapi sampai lama Kwe Yang tak kelihatan muncul.   Ui Yong menjadi kuatir, segera pelayan di -suruhnya melihat ke kamar puteri kedua itu apakah lantaran sakit, Tapi tak lama pelayan itu dan dayang pribadi Kwe Yang sudah kembali melapor, katanya.   "Semalam Jisiocia tidak kembali ke kamar"   Keruan Ui Yong terkejut "Kenapa semalam tidak lantas melapor?"   Tanyanya segera.   "Semalam Hujin pulang larut malam, hamba tak berani mengganggu pula kuatir sebentar Jisiocia akan kembali kamar, tak tahunya menunggu sampai sekarang masih belum kelihatan,"   Tutur pelayan pribadi Kwe Yang itu.   Sesudah merenung sebentar segera Ui Yong memeriksa kamar anak dara itu, ia lihat baju se-hari-2, senjata dan uang semuanya tiada yang dibawa anak dara itu Tengah ia heran, tiba2 dilihatnya di bawah bantal puterinya itu menongol ujung secarik kertas.   Segera Ui Yong menduga jelek, diam2 ia mengeluh, cepat kertas itu disambernya dan dibaca, ternyata surat itu tertulis.   Ayah dan ibu tercinta, Anak pergi mencegah Nyo-toako agar jangan sekali2 berpikiran pendek, Bila sudah dapat mencegahnya, segera anak akan pulang.   Hormat puterimu, Yang Sesaat Ui Yong mematung tak bersuara, dalam hati ia pikir.   "Anak dara ini benar2 ke-kanak2an. Macam apakah orangnya Nyo Ko itu, kecuali Siao-liong-Ii, siapa lagi yang bisa bikin dia menurut? ia bukanlah Nyo Ko jika begitu gnnpang mau mendengar kata2 orang Iain. Niat Ui Yong hendak mencari puteri kecil itu, tapi mengingat situasi sangat genting, setiap saat pasukan MongoI bisa dikerahkan menyerang Siangyang mana boleh karena urusan anak2 harus menjelajah Kangouw lagi? Maka sesudah berunding dengan Kwe Cing, segera ia tulis empat pucuk surat dan suruh empat anak murid Kay-pang yang dapat dipercaya pergi mencari Kwe Yang agar anak dara itu bisa lekas pulang. Kiranya hari itu sesudah Kwe Yang mendengar cerita sang ibu, ia lantas tertidur. Tapi mimpi buruk datang terus menerus sebentar dilihatnya Nyo Ko menabas buntung lengannya yang tinggal satu itu, lain saat terbayang Nyo Ko terjun ke jurang yang beribu tombak dalamnya hingga hancur lebur. Karena impian buruk itu, Kwe Yang terjaga bangun dengan keringat dingin, ia terduduk dipinggir ranjang dan ter-menung2 "Toakoko telah beri tiga jarum emas padaku dan sanggup menerima tiga permohonanku yang pasti akan dilakukan untukku. Kini jarum emas tinggal sebuah saja padaku, justru dapat kugunakan untuk mohon dia jangan cari jalan "   Pendek (bunuh diri), ia adalah seorang pendekar, seorang jantan, apa yang dikatakan tentu di pegang janjinya, biar sekarang juga aku pergi mencarinya."   Lantas ia tinggalkan sepucuk surat singkat pada orang tuanya, lalu pergilah ia keluar kota.   Tapi Nyo Ko bersama Ui Yok-su tatkala itu entah sampai dimana, sesungguhnya sukar untuk dicari.   Setelah 30 40 li Kwe Yang menempuh perjalanan tanpa tujuan, ia mulai merasa lapar, ia pikir harus tangsal perut dulu pada suatu rumah makan.   Tapi di luar kota Siangyang penduduknya yang takut datangnya pasukan musuh sudah lama mengungsi, jangankan rumah makan, bahkan rumah penduduk satupun tiada isinya.   Selamanya Kwe Yang belum pernah keluar rumah sendirian, sama sekali tak terduga olehnya orang melawat jauh sesungguhnya sulit seorang diri ia duduk termenung2 diatas batu ditepi jalan sambil bertopang dagu.   Ia berduduk sebentar, ia pikir tiada rumah makan, cari sedikit buah2an untuk sekedar tangsal perut juga lumayan, Tapi ketika memandang sekelilingnya, beberapa li sekelilingnya hanya tanah tandus tanpa suatu pohon, apalagi buah2an.   Selagi ia rada bingung, tiba2 terdengar derapan kuda ber-detak2, seorang penunggung kuda berlari cepat duri timur ke barat, ketika sudah dekat terlihatlah penunggangnya adalah seorang Hwesio tua yang berperawakan tinggi kekar, memadai jubah kuning, kasa bersemampir dipundaknya, diatas kepalanya memakai sebuah kopiah bundar yang bercahaya emas mengkilat.   Kuda itu lari dengan cepat sekali, sekejap saja sudah lewat, tapi tiba2 paderi itu putar kuda kembali dan mendekati Kwe Yang dengan rasa heran.   "Nona cilik, siapakah kau?"   Demikian tanyanya "Kenapa seorang diri kau berada di sini?"   Melihat sorot mata orang tajam bagai kilat, hati Kwe Yang rada terkesiap, segera ia teringat pada It-teng Taysu yang pernah dilihatnya di tambak Hek-liong-tam, diam2 ia pikir.   "lt-teng Taysu itu sangat welas nsiii, tentu paderi beralis putih inipun orang baik."   Maka jawabnya.   "Aku bernama Kwe Yang, baru datang dari Siangyang, hendak cari seseorang."   "Kau hendak mencari siapa?"   Tanya paderi tua itu. Kwe Yang tersenyum sambil miringkan kepalanya dan katanya.   "Hwesio tua suka campur urusan orang lain, aku tak mau beritahukan padamu."   "Cobalah kau terangkan siapakah orang yang hendak kau cari, boleh jadi di tengah jalan tadi aku melihatnya bukankah bisa kuberi petunjuk padamu,"   Ujar paderi tua. Betul juga pikir Kwe Yang, maka jawabnya.   "Orang yang kucari itu sangat mudah dikcnali, ialah seorang laki2 muda tanpa lengan kanan. ia mungkin berada bersama dengan seekor rajawali raksasa, boleh jadi berada sendirian puIa."   Kiranya paderi tua ini bukan lain ialah Kim-lun Hoat-ong. Mendengar orang yang dimaksud kan Kwe Yang itu ternyata Nyo Ko adanya, ia terkejut, tapi pada lahirnya ia tenang2 saja dan pura-bergirang.   "He, orang yang hendak kau cari itu she Nyo bernama Ko, bukan?"   Katanya cepat. Kwe Yang menjadi girang.   "Ya, kau kenal dia?"   "Tentu saja aku kenal, kami adalah sobat lama,"   Demikian kata Kim-lun Hoat-ong dengan tertawa.   "Scwaktu kami berkenalan, boleh jadi kau masih belum lahir."   Muka Kwe Yang yang cantik sedikit merah, tapi tanyanya pula.   "Toahwesio, siapakah nama gelaranmu?"   "Aku bernama Cumulangmah,"   Sahut Kim lun Hoat ong.   "Apa Cumi? Mamah? Ah, begitu panjang, susah diucapkan."   Kata Kwe Yang dengan tertawa.   "Cu mu Iang- mah"   Hoat-ong mcnegas sekata demi sekata.   "O, Cumulangmah, Apakah kau tahu dimana Toakokoku berada?"   Tanya si anak dara lagi.   Kiranya Kim-lun Hoat-ong sengaja bilang namanya Cumulangmah, nama puncak tertinggi dipegunungan Himalaya, yaitu terkenal juga dengan nama Mount Everest, dengan nama samaran ini Hoat-ong se-akan2 anggap ilmu silatnya di seluruh jagat tiada bandingannya.   Maka jawabnya.   "Kau punya Toakoko? Siapa dia?"   "lalah Nyo Ko,"   Sahut Kwe Yang.   "Ha, kau panggil Nyo Ko sebagai Toakoko, katanya kau she Kwe?"   Tanya Hoat ong. Kwe Yang rada jengah, namun jawabnya.   "Ya, kami adalah pamili turun temurun, waktu kecil ia pun tinggal di rumahku."   Tergerak hati Hoat-ong, segera ia tanya.   "Aku mempunyai seorang kenalan baik, ia berilmu silat sangat tinggi, namanya terkenal di seluruh jagat, juga she Kwe, namanya Cing, Entah nona kenal padanya tidak?"   Terkejut Kwe Yang, dalam hati ia membatin .   "Aku telah minggat dari rumah, kalau dia adalah sobat ayah, mungkin sekali aku akan diseret pulang, lebih baik tak kukatakan saji." - Maka jawabnya kemudian.   "Apakah kau maksudkan Kwe Ciog, Kwe-tayhiap? ia adalah angkatan tua dari keluarga Kwe kami. Apakah Touhwesio hendak berkunjung padanya?"   Kim lun Hoat-ong adalah seorang yang sangat pintar dan ccrdik, pula sudah kenyang asam garam, sikap Kwe Yang yang aneh ini segera dapat dilihatnya. Maka katanya pula dengan menghela napas.   "Aku dan Kwe tayhiap menang sobat kental dan sudah lebih 20 tahun tak berjumpa, tempo hari di laerah utara aku mendengar berita buruk, katanya Kwe-tayhiap telah meninggal, aku menjadi sedih, maka cepat datang kemari, Ai, seorang pahlawan besar tidak diberkahi umur panjang, sungguh Thian tidak adil."   Berkata sampai di sini air matanya benar bercucuran membasahi jubahnya.   Kiranya Lwekang Kim-Iun Hoat-ong sudah terlatih amat tinggi, seluruh otot daging tubuhnya dan pernapasan dapat diatur sesuka hatinya, untuk menghentikan denyutan jantung sementara saja tidak sukar, apalagi hanya mencucurkan air mata bikinan.   MeIihat orang menangis sungguhan, walaupun Kwe Yang tahu jelas ayahnya tidak pernah mati, namun soalnya mengenai ayah dan anak mau-tak-mau hatinya ikut pilu juga, maka cepat katanya.   "Toahwesio, kau tak perlu berduka, Kwe tayhiap tidak pernah meninggal."   "Ah, jangan ngaco, ia benar2 sudah meninggal anak perempuan mana tahu akan urutan orang tua?"   Sahut Hoat-ong sambil menggeleng kepala.   "Aku baru saja keluar dari Siangyang, masakah aku tak tahu, malahan baru kemarin aku melihat muka Kwe-tayhiap,"   Kata Kwe Yang. Tanpa ragu2 lagi sekarang Hoat-ong, saking girangnya ia menengadah dan bergeIak-tawa.   "Ah, kiranya kau adalah puteri Kwe tayhiap,"   Katanya kemudian, Namun mendadak ia geleng2 kepala Iagi.   "Salah, salah! puteri Kwe tayhiap itu kukenal, namanya Kwe Hu, umurnya sekarang sedikitnya sudah lebih 3O puluh tahun."   Tak tahan akan pancingan kata2 orang, segera Kwe Yang menegaskan "lalah cnciku, ia bernama Kwe Hu dan aku bernama Kwe Yang."   Girang luar biasa hati Hoat-ong, ia membatin.   "Hari ini benar2 Thian memberkahiku, rejeki ini telah menubruk sendiri padaku." - Maka segera ia-pun berkata.   "Jika begitu, jadi Kwe-tayhiap memang benar tidak meninggal."   Melihat orang benar2 bergirang, Kwe Yang menyangka paderi ini berhati bajik dan senang karena mendengar ayahnya masih segar-bugar, ia menegaskan lebih jauh.   "Aku bilang tidak meninggal tentu tidak meninggal dia adalah ayahku, masakah aku mendustai kau?"   "Batk, baik, baik! Aku percaya, nona Kwe, malahan akupun tak perlu pergi ke Siangyang lagi, Sudilah kau sampaikan pada ayahmu bahwa kawan lama Cumulangtnah mengirim salam pada nya,"   Kata Hoat ong. ia tahu pasti sebentar Kwe Yang akan tanya tentang urusan Nyo Ko, maka ia sengaja memberi hormat, lalu menarik kudanya terus hendak pergi, Betul saja segera terdengar Kwe Yang berteriak.   "Hai, hai! Toahwesio, kenapa kau tak tahu aturan?"   "Tidak tahu aturan?"   Hoat-ong menegas pula tak mengerti.   "Bukankah aku sudah beritahukan keadaan ayahku, tapi kau belum juga ceritakan keadaan Nyo Ko, sebenarnya dimanakah dia?"   Tanya Kwe Yang.   "Ah, benar, aku menjadi lupa!"   Ujar Hoat-ong.   "Kemarin dulu baru saja aku ber-omong2 sama dengan dia di lembah pegunungan sebelah utara Sinyang, ia sedang berlatih pedang di sana, saat ini mungkin nusih belum pergi, bolehlah kau mencarinya ke sana."   Kwe Yang mengkerut kening oleh penjelasan itu.   "Lembah gunung begini banyak, cara bagaimana aku bisa menemukannya? Terangkanlah lebih jelas,"   Pintanya. Hoat ong pura2 berpikir, lalu katanya.   "Baiklah, sebab aku juga akan ke utara, biarlah kubawa kau ke sana."   Keruan Kwe Yang berjirang.   "Ah, sungguh terima kasih,"   Katanya, Lalu Hoat-ong menuntun kudanya ke hadapan anak dara itu dan katanya.   "Silakan nona cilik menunggang, paderi tua berjalan kaki."   "Ah, mana boleh jadi."   Sahut Kwe Yang.   "Tidak apa,"   Kata Hoat-ong tertawa.   "Empat kaki kuda ini belum tentu lebih cepat daripada kedua kaki paderi tua."   Selagi Kwe Yang hendak cemplak keatas kuda, tiba2 ia berseru.   "Ai, sialan! Toahwesio, aku merasa lapar, kau memhawa makanan tidak?"   Dari buntalannya Hoat-ong mengeluarkan sebungkus rangsum kering, walaupun Kwe Yang tidak biasa dengan makanan begitu, apa lagi panganan kaum paderi, namun sudah lapar, terpaksa dimakannya sebagian sekedar menangsal perutnya, lalu ia keprak kuda berangkat diikuti Hoat ong yang berjalan di sampingnya.   Tiba2 anak dara itu ingat pada kata2 orang tadi bahwa "Empat kaki kuda ini belum tentu lebih cepat daripada kedua kaki paderi tua."   Maka mendadak ia pecut kudanya sambil berseru.   "Toa-hwesio, kutunggu kau di depan sana." - Habis itu, secepat terbang ia larikan kudanya. Kuda itu sangat bagus dan tangkas, sekali ber-lari, Kwe Yang merasa tetumbuhan di tepi jalan sekejap saja sudah jauh tertinggal di belakang. sebentar saja belasan li sudah ditempuhnya, ketika, ia menoleh dan berkata dengan tertawa.   Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Toahwesio, dapatkah kau menyusul aku?"   Namun ia menjadi heran dan terkejut, ternyata Kim lun Hoat-ong tak kelihatan bayangannya, sebaliknya mendadak ia lantas mendengar suara seorang berseru di dalam hutan di depan sana.   "Nona Kwe, kudaku itu kurang cepat, kau harus memecutnya lekas."   Kwe Yang menjadi tambah heran "Kcnapa ia malah sudah berada di depan?"   Segera ia keprak kuda pula, maka terlihatlah Kim-Iun Hoat-ong lagi berjalan dengan "Ienggang-kangkung"   Seenaknya di depan, ia pecut kudanya agar berlari lebih kencang, tapi jaraknya selalu belasan tombak di belakang Hoat-ong, Di tanah datar utara Siangyang itu debu selalu bertebaran oleh larinya kuda, tapi Hoat ong yang berjalan di depan itu seakan2 kaki tak menempel tanah, debu sedikitpun tidak mengepul.   Diam2 Kwe Yang sangat kagum, pikirnya.   "Jika dia tidak memiliki ilmu silat setinggi ini memangnya juga tidak sesuai menjadi sobat kental ayah."   Dan dari kagum itu ia menjadi hormat, maka serunya lantas.   "Hai Toahwesio, kau adalah orang tua, lebih baik kau yang menunggang kuda saja."   "Buat apa kita mesti banyak buang tempo di tengah jalan, tidakkah lebih cepat bertemu dengan Toakoko-mu akan lebih baik?"   Sahut Hoat-ong menoleh sambil tertawa.   Tatkala itu kuda tunggangan Kwe Yang sudah mulai payah, larinya tidak secepat mula2 lagi maka jaraknya dengan Hoat-ong semakin jauh.   Pada saat itulah, tiba2 dari arah utara ada suara derapan kuda puIa, dua penunggang kuda secepat terbang sedang mendatangi "Marilah kita tahan kuda-2 mereka ini, dengan menukar kuda ini tentu kau bisa berlari lebih cepat,"   Demikian kata Hoat ong. Tak lama kemudian, kedua penunggang kuda itu sudah datang dekat.   "Marilah turun dulu!"   Bentak Hoat-ong mendadak sambil kedua tangannya terpentang mengadang di tengah jalan.   Kedua kuda itu terkejut hingga meringkik sambil berdiri menegak, Tapi penunggangnya ternyata sangat mahir, tubuhnya masih tetap menempel di atas pelana tak sampai terjatuh.   "Siapa kau? Apa cari mampus?"   Bentak serang di antaranya dengan gusar. Berbareng itu, pecutnya diayun terus menyabet.   "Hai, Tua-thau kui, Tian-jing-kui, kawan sendiri semua, jangan berkelahi!"   Seru Kwe Yang cepat.   Ternyata kedua orang itu memang benar adalah si setan berkepala besar dan setan berjenggot panjang dari Se-san it-khut kui, Tapi saat itu tangan kiri Hoat-ong sudah meraih pecut Toa thau-kau yang menyabet tadi terus ditarik kuat2.   Tak terduga, meski Toa-thau-kui orangnya ceboI, namun bertenaga raksasa pembawaan, pula pecut itu adalah bikinan kulit sampi yang sangat ulet, tenaga tarikan Hoat-ong yang beratus kati itu ternyata tidak membikin pecut itu menjadi putus, juga tidak terlepas dari tangan Toa thau-kui.   "Bagus!"   Seru Hoat-ong, Diam2 ia tambahi tenaga, Dan karena saling betot itulah, segera terdengar suara "peletak"   Yang keras, yang kalah adalah kuda tunggangan Toa thau-kui yang patah tulang punggungnya terus terkulai ke tanah. Toa thau-kui menjadi murka, sekali melompat turun, segera hendak menubruk maju dan melabrak Hoat-ong.   "Nanti dulu,"   Teriak Tiang jiu-kui tiba2, Lalu tanyanya pada Kwe Yang.   "Jisiocia, kenapa kau berada bersama dengan Kim-lun Hoat-ong?"   Dahulu Kim lun Hoat ong bersama Nyo Ko pernah datang ke Coat-ceng-kok, itu lembah tempat bersemayamnya Kongsun Ci, maka Tiang jiu-kui Hoan Jt-ong kenal padanya.   "Ah, kau telah salah kenali orang ia bernama Cumulangmah, sobat baik ayah,"   Sahut Kwe-Yang tertawa.   "Padahal Kim-lun Hoat-ong itu adalah musuh bebuyutan ayah, ucapanmu ini kan "kepala sampi tidak cocok dengan mulut kuda-" (maksudnya salah wesel)?"   "Di mana kau ketemu dengan Hwesio ini?"   Tanya Tiang jiu Iau.   "Baru saja kami bertemu,"   Sahut Kwe Yang "Hwesio besar ini bilang ayah sudah meninggal, coba, lucu bukan? Dan sekarang ia hendak membawa aku pergi mencari Toakoko."   "Jisiocia, lekas kembali, Hwesio ini bukan orang baik2, ia mendustai kau,"   Seru Toa-thau-kui. Tapi Kwe Yang masih ragu2, ia mendustai aku?"   Tanyanya.   "Ya,"   Sahut Toa-thau-kui.   "Siu tiau hiap berada di selatan sana, kenapa ia membawa kau ke utara?"   Kim lun Hoat-ong hanya tersenyum saja walaupun kedoknya terbongkar katanya tiba2.   "Dua orang cebol ini suka mengacau-belo." - Habis itu sedikit tubuhnya bergerak, cepat sekali mendekati kedua "setan"   Itu terus menghantam batok kepala mereka dengan kedua tangan. Belasan tahun ini Hoat ong telah giat berlatih "Liong jio-pan yok-kang" (ilmu sakti tenaga naga dan gajah), semacam ilmu kebatinan tenaga gaib.   "Liong jio pan yok-kang"   Ini seluruhnya bertingkat tiga belas, konon selama ini tiada pernah satu orangpun yang sanggup melatih diri hingga lebih dari tingkat sepuluh.   Namun Kim-lun Hoat-ong adalah orang berbakat luar biasa, dengan telaten dan giat akhirnya ia dapat menembus ke atas tingkat sepuluh dan kini sudah mencapai tingkatan kesebelas.   DahuIu ia dikalahkan Nyo Ko bersama Siao-liaong-Ii, hal mana dirasakannya sebagai suatu noda besar dalam hidupnya, kini ilmu kepandaiannya sudah maju berlipat ganda, pada kesempatan raja Mongol memimpin pasukan sendiri ke selatan, sekalian iapun ikut serta dengan tujuan hendak balas dendam mematikan Nyo Ko dan Siao-liong-li berdua dengan ilmu pukulannya yang maha sakti ini.   Kembali tadi, ketika kedua tangan lawan memukul, cepat Toa-thau-kui menangkis, tapi segera terdengar suara "krak", seketika tangannya patah, menyusul batok kepalanyapun pecah, tanpa menjengek sedikitpun terus binasa.   Kepandaian Tiang-jiu-kui lebih ulet, ia tahu pukulan musuh sangat lihay, maka dengan sekuat-nya ia angkat kedua tangannya buat menahan, maka terasalah suatu kekuatan yang maha besar menindih tubuh, seketika pandangannya menjadi gelap, orangnyapun terus roboh.   Terkejut sekali Kwe Yang.   "Hai, kedua orang ini adalah kawanku, berani kau mencelakai mcreka?"   Bentaknya gusar. DaIam pada itu, meski roboh dan muntah darah, mendadak Tiang-jiu-kui melompat bangun terus merangkul kedua kaki Hoat-ong erat2 sambil ber-seru.   "lekas lari nona Kwe, Iekas!"   Segera Hoat-ong mencengkeram punggung Tiang jiu kui dan hendak mengangkatnya untuk dibanting, tapi mati2an Tiang-jiu kui ingin melindungi Kwe Yang, kedua tangannya bagai gelang besi saja memegang erat2 kedua kaki orang, sekalipun tenaga Hoat-ong sangat besar, untuk sesaat juga sukar menariknya lepas.   Terkejut dan gusar sekali Kwe Yang, usianya kecil, tapi pembawaannya berbudi luhur, kini ia pun sudah tahu Hoat ong tidak bermaksud baik padanya.   tapi ia toh tidak mau lari meninggalkan Tiang jiu-kui.   Segera ia bertolak pinggang, dengan suara keras bentaknya.   "Hai, Hwesio jahat, kenapa kau begini keji? Lekas lepaskan Tiang-jiu-kui, biar nona ikut kau pergi."   "Lekas lari, nona, jangan..."   Demikian seru Tiang jiu-kui tapi belum lagi habis ucapannya jiwanya ternyata sudah melayang.   Mayat Tiang-jiu kui kemudian diangkat Hoat-ong dan dibuang ke tepi jalan, lalu katanya dengan menyeringai bengis "Nah, kalau mau lari, kenapa tidak lekas naik kuda?"   Selama hidup Kwe Yang tak pernah benci pada siapapun, meski diketahuinya Loh Yu-ka dibunuh Hotu, tapi ia tidak menyaksikan sendiri, ia hanya berduka dan tidak dendam, tapi kini melihat Hoat-ong begini kejam, tanpa terasa ia menjadi benci padanya, maka dengan melotot ia pandang orang tanpa gentar sedikitpun "Nona cilik, kau tidak takut padaku?"   Tanya Hoat- ong.   "Takut apa?"   Sahut Kwe Yang sengit "Mau bunuh, lekas kau bunuh aku."   Namun Hoat-ong lantas unjuk jempolnya dan memuji.   "Hebat, memang hebat, ayah ksatria tidak nanti melahirkan puteri pengecut."   Dengan benci Kwe Yang memandang Hoat ong sekejap lagi, pikirnya hendak mengubur jenazah kedua kawannya, tapi tak ada alat penggali disitu, sesudah berpikir, ia angkat mayat Tiang jiu kui dan Toa thau-kui ke atas kuda, tali pelana dibalik untuk mengikat mayat itu, lalu ia depak pantat kuda dan berkata.   "Kuda, kuda, lekas antar majikanmu pulang."   Karena sakit didepak, kuda itu lantas berlari pergi ke arah mendatang tadi.   * * * * Bercerita tentang Ui Yoksu dan Nyo Ko, keduanya bergandengan tangan dengan cepat menuju ke selatan, maka sekejap saja beberapa puluh li sudah mereka tcmpuh, mendekati lohor, sampailah mereka di kota Swansia.   Mereka masuk kesuatu restoran besar, pesan daharan dan saling menceritakan pengalaman masing2 selama ini.   Ketika Ui Yok-su menyinggung diri Thia Eng dan Liok Bu biang berdua, selama belasan tahun ini mereka hidup menyepi dikediaman leluhur, yaitu Leng oh, daerah Siangciu, hanya Sah-koh, itu cucu murid Ui,Yok-su yang gendeng, tinggal bersama dengan mereka.   Mendengar itu, Nyo Ko menghela napas panjang.   Setelah minum beberapa cawan arak, kemudian Nyo Ko bertanya.   "Ui tocu, selama belasan tahun ini Wanpwe selalu mencari engkau orang tua, sebab ingin sekali menanya sesuatu padamu, barulah hari ini harapanku terkabul. Watakku makin tua makin aneh, entah adik hendak tanya apa padaku?"   Sahut Ui Yok su tertawa.   Selagi Nyo Ko hendak buka suara pula, tiba2 terdengar suara tangga berdetak, ada orang naik ke atas loteng restoran itu, seluruhnya tiga orang.   Ketika mendengar suara tindakan orang, segera Ui Yok Su dan Nyo Ko menduga orang2 yang datang ini berilmu silat sangat tinggi, Kemudian setelah melihat orangnya, segera Nyo Ko kenal satu di antaranya ialah Siau siang cui, orang kedua bermuka hitam, ia tak kenal, sedang orang ketiga ialah In Kik-si, itu saudagar bangsa Persi yang berkepandaian lihay.   Dalam pada itu Siau-siang-cu dan In Kik-si juga sudah melihat Nyo Ko, mereka menjadi ter-kesiap dan berhenti, keduanya saling mengedip mata, lalu hendak turun kembali ke bawah.    Satria Gunung Kidul Karya Kho Ping Hoo Pedang Darah Bunga Iblis Karya GKH Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong

Cari Blog Ini