Kembalinya Pendekar Rajawali 79
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung Bagian 79
Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya dari Chin Yung Selang beberapa hari pula, mendadak Thia Eng dan Bu siang datang di Siangyang dan membawa kabar buruk berasal dari Kwa Tin-ok itu bahwa Kwe Yang telah tertawan oleh pasukan Mongol. Keruan Kwe Cing dan Ui Yong sangat terkejut. Malam itu juga Ui Yong bersama Thia Eng lantas menyelidiki ke perkemahan musuh, tapi serupa saja seperti Nyo Ko, merekapun tidak memperoleh suatu tanda2. Bahkan malam ketiga mereka kcpergok patroli Mongol hingga Ui Yong dan Thia Eng terkepung beberapa puluh perwira, syukur Ui Yong dan Thia Eng bukanlah orang lemah, dengan ilmu silat mereka yang hebat akhirnya dapat lolos dari kepungan musuh. Melihat gelagatnya, Ui yong menduga puteri kecil itu tentu tiada di dalam pasukan Mongol itu, tapi sedikitpun belum mendapatkan beritanya, inilah bukan alamat baik, maka sesudah berunding dengan Kwe Cing, ia putuskan akan keluar kota mencari sendiri ia membawa sepasang rajawali putih piaraannya itu itu untuk menjaga bila perlu dapat dibuat mengirim surat. Thia Eng dan Liok Bu siang berkeras ingin ikut serta, kebetulan bagi Ui Yong bisa mendapat dua pembantu yang kuat, maka mereka bertiga lantas mengitari kemah pasukan Mongol terus menuju ke barat laut. Menurut taksiran Ui Yong, kepergian Kwe Yang itu adalah hendak menasehatkan Nyo Ko supaya jangan mencari pikiran pendek. Dahulu bertemunya mereka ada di sekitar tambangan Hongleng, sekali ini tentunya si nona akan pergi ke sana pula, karena itu bila lebih dulu ke Hongleng, besar kemungkinan akan mendapat jejaknya. Ketika mereka bertiga berangkat dari Siang-yang, saat itu masih musim dingin, sepanjang jalan mereka mencari kabar dan setiba di tambangan Hongleng, sementara sudah masuk musim semi, salju sudah cair, sungai sudah mengalir normal. Ui Yong bertiga mencari keterangan selengan harian di kota tambangan itu, tukang perahu, pengurus hotel, tukang kereta, kuli pikul, semuanya bilang tidak melihat nona seperti yang ditanyakan itu. ""Suci (kakak guru)," Kata Thia Eng pada Ui Yong. "hendak lah kau tak perlu kuatir. Ketika Yang-ji lahir, hari itu juga lantas digondol lari oleh Kim-lun Hoat ong dan Li Bok-chiu, dua momok yang paling disegani itu, Kalau dulu tidak apa2, rasanya sekarang juga tak ada bahaya" Ui Yong hanya menghela napas tanpa menjawab. Mereka meninggalkan kota tambangan itu dan menuju kejurusan pegunungan sepi. Suatu hari, sang surya memancarkan sinarnya yang hangat, angin selatan silir2 sejuk, tetumbuhan sudah banyak mekar berbunga, musim semi semakin menarik. "Suci," Kata Thia Eng tiba2 sambil menunjuk bunga Tho yang menarik kepada Ui Yong sekedar menghiburnya. "musim semi di daerah utara belum lagi mulai, tapi di sini bunga Tho sudah mekar dengan indahnya, malahan pohon Tho dipulau Tho hoa-to kita biasanya sudah lama berbuah!" Sembari berkata Thia Eng memetik juga sekuntum bunga Tho yang indah itu. Pada saat itulah, tiba2 terdengar suara ngung-aungnya tawon, seekor tawon besar terbang mengitari bunga Tho yang dipegang Thia Eng, itu, kemudian lantas hinggap dan menyelusup masuk ke dalam kelopak bunga itu untuk menghisap sari bunganya. Melihat tawon itu berwarna putih kelabu, badannya berlipat ganda daripada tawon umumnya, hati Ui Yong jadi tergerak. Agaknya ini adalah Giok hong (tawon putih) piaraan Siao-liong li, kenapa bisa muncul di sini?" Demikian katanya heran. "Ya." Sahut Liok Bu siang. "Marilah kita menguntit tawon ini terbang menuju ke mana?" SeteIah selesai menghisap sari bunga, kemudian tawon itu terbang mengitari udara beberapa kali, lalu menuju ke barat-laut. Lekas2 Ui Yong mengikutinya dengan ilmu en tengi tubuh yang cepat. Agak lama tawon itu terbang, ketika ketemukan tumbuhan bunga, kembali berhenti, kemudian terbang lagi dan berhenti pula beberapa kali, akhirnya bertambah lagi dengan dua ekor tawon lain. Menjelang petang, mereka bertiga telah menguntit sampai di suatu lembah gunung yang indah sekali pemandangannya, di tanah disektar sana terdapat beberapa sarang tawon terbuat dari kayu, Sampai di situ, ketiga ekor tawon tadi lantas menyusup ke dalam sarangnya. Ketika mereka memandang pula, di tanah datar sebelah lain terdapat tiga-empat buah rumah ada dua rase kecil sedang bermain. Tiba2 pintu rumah gubuk yang tengah terpentang dan keluarlah seorang tua bermuka merah bercahaya, rambut hitam ke putih2-an, nyata dialah Lo-wan-tong Ciu Pek-thong. Keruan Ui Yong sangat girang, segera ia berteriak "Hai, Lo-wan-tong, lihatlah, siapa ini yang datang?" Melihat Ui Yong, Ciu Pek-thong juga ketawa gembira, Segera ia berlari maju menyambut, tapi baru beberapa langkah, mendadak selebar mukanya merah jengah, lalu putar tubuh terus menyelinap masuk rumah lagi, pintu digabrukkan dan terkunci rapat. Ui Yong menjadi heran oleh kelakuan si tua nakal itu, ia gedor pintu rumah sambil berseru. "Hayo, Lo-wan-tong, kenapa kedatangan tamu malah bersembunyi?" "Tidak buka, tidak buka!" Sahut Ciu Pek-thong dari dalam. "Haha, kau tak mau buka, sebentar kubuka ruang kucingmu ini," Kata Ui Yong dengan tertawa. Pada saat lain, tiba2 pintu rumah sebelah sana juga terpentang, seorang menyapa dengan tertawa. "Haha, pegunungan sunyi telah kedatangan tamu agung, Hwesio tua mengaturkan selamat datang!" Ketika Ui Yong menoIeh, terlihatlah lt teng taysu berdiri di depan pintu dengan bersenyum simpul dan sedang memberi hormat. Segera Ui Yong membalas hormat orang dan menyapa juga. "Eeh, kiranya Taysu telah menjadi tetangga Lo wan-thong, sungguh tidak nyana, Dan entah mengapa mendadak Lo wan-tong menutup pintu dan tidak terima tamu?" Lt-teng ter-bahak2 mendengar itu, katanya. "Jangan urus dia! Mari;ah silakan masuk kemari!" Lalu merekapun masuk ke rumah It-teng Taysu itu dan disuguh teh oleh tuan rumah. "Kwe-hujin, coba kau menerkanya, siapakah penghuni di rumah gubuk sebelah kanan itu?" Kata It-teng kemudian Ui Yong ingat kelakuan Ciu Pek-thong tadi yang tiba2 bermuka merah jengah, segera pikirannya bergerak, tahulah dia sebab musababnya, maka jawabnya dengan bersajak. Ia mengucapkan sebuah sajak gubahan Lau-kuhui alias Eng-koh sekarang, yang merindukan kekasih. Karena itu It-teng Tay-su tertawa memuji. "Kwe-hujin sungguh hebat, segala apa tak terlepas dari dugaanmu." Lalu ia melongok keluar dan rncmanggil. "Eng-koh, Eng-koh, marilah menemui kawan cilik kita." Tidak lama, datanglah Eng-koh membawa senampan minuman beserta makanan manisan, buah2 an, kacang dan lain2. Segera Ui Yong memberi hormat dan kelima orang lantas pasang omong dengan meriah. Kiranya It-teng Tay-su, Eng-koh dan Ciu Pek-thong setelah menyelesaikan suka-duka selama berpuluh tahun, lalu mereka tinggal bersama menyepi di lembah beribu bunga ini sambil bercocok tanam piara tawon dan lain2, segala kejadian yang merikuhkan dahulu sudah terlupa semua. Walaupun begitu, ketika mendadak Ciu Pek-ong melihat Ui Yong, tanpa terasa ia menjadi kikuk, maka ia lantas sembunyi dan tutup pintu rapat2, meski sembunyi di dalam rumah, namun ia tetap pasang kuping mendengarkan percakapan kelima orang itu, ketika didengarnya cerita Ui Yong tentang pertemuan besar kaum ksatria di Siangyang, kemudian tentang terbongkarnya kedok Hotu yang menyamar bagai Ho Su-ngo, sampai tempat yang mengasyikkan, tiba2 Ui Yong sengaja membelokkan ceritanya, maka Pek-thong tak tahan, ia menerobos ke rumah langsung tanya Ui Yong. "Lalu bagaimana dengan keparat Hotu itu? Apakah ia berhasil lolos?" Begitulah malamnya Ui Yong bertiga lantas menginap di rumah Eng-koh, Bcsok paginya, ketika Ui Yong keluar, dilihatnya tangan Ciu Pek-thong membawa seekor tawon putih sedang ber jingkrak2 kegirangan. "Lo-wan tong, ada apakah begitu gembira?" Tanya Ui Yong tertawa. "Haha, Ui Yong cilik, kepandaianku makin lama makin tinggi, kau kagum tidak?" Demikian sahut Pek-thong. Ui Yong sudah kenal sifat si tua nakal itu. Selama hidupnya melulu ada dua kesenangan kesatu ilmu silat dan kedua ialah main2 dan menerbitkan onar. Ia menduga tentu Ciu Pek thong telah menciptakan semacam ilmu silat aneh, maka ia menjadi ingin melihatnya juga, jawabnya segera. "IImu silat Lo-wan tong sudah sangat kukagumi sejak dulu, hal ini tak perlu ditanya lagi. Tapi selama beberapa tahun ini apa ada ciptaan ilmu silat baru lagi yang aneh2 dan bagus?" "Bukan, bukan ilmu silat." Sahat Ciu Pek-thong menggeleng kepala. "llmu silat paling hebat terakhir yang kulihat adalah "lm-jian-siau-hun-cio" Ciptaan si bocah Nyo Ko, Lo-wan-tong sudah mengaku kalah, Maka soal ilmu silat jangan dibicarakan lagi." Diam2 Ui Yong heran, pikirnya. "Hebat benar Nyo Ko ini, yang kecil seperti Kwe Yang, yang tua ada juga Lo Wan-tong yang begitu kesemsem padanya. Entah ilmu pukulan Im jian-siau-hun-cio" Itu bagaimana macamnya?" Maka kemudian iapun tanya Ciu Pct-ihoDg. "Lalu kau bilang makin lama makin pandai. ilmu sakti apakah itu?" Ciu Pek thong angkat tinggi2 tangannya, ia tidak lantas menjawab, ia unjukkan tawon putih iti dengan rasa bangga lalu katanya. "ialah mengenai kepandaianku memiara tawon," "Tawon ini adalah pemberian Siao-liong li padamu, apanya yang mengherankan?" Ujar Ui Yong. "lnilah kau tidak paham," Kata Pea-thoMg "Tawon yang Siao liong-li berikan padaku memang betul adalah jenis yang sangat bagus, tapi sesudah Lo-wan-tong memelihara lebih giat, kini dapat kuperoleh sejenis bibit tawon yang tiada bandingan di seluruh jagat, Bctapapun hebat orang pandai juga tiada yang bisa menciptakannya, mana bisa Siao-liong-li dibandingkan aku lagi." "Hahaha" Ui Yong tertawa. "Makin tua Lo-wan-tong makin bermuka tebal, pandai sekali kau me-niup2 diri sendiri setinggi langit, se akan2 di jagat ini tiada bandingannya." Namun Pek-thong tidak marah, malahan dengan ter-kekeh2 ia berkata lagi. "Ui Yong cilik, coba aku ingin tanya. Manusia adalah makhluk tercerdik dari segala makhluk hidup, tubuh orang banyak yang suka dilisik dengan gambar dan tulisan. Tapi kecuali manusia, di antara tubuh binatang apakah ada yang terdapat tulisan?" "Harimau ada yang Ioreng2, macan tutul ber-tutul2, kupu2 dan ular berbisa, badan mereka semuanya berlipat ganda lebih mengherankan daripada tisikan gambar di atas badan manusia segala," Ujar Ui Yong. "Ya, tetapi pernahkah kau melihat di badan sebangsa serangga dan penyengat ada tulisannya?" Kata Pek-thong. "Apa kau maksudkan dari pembawaannya" Memang belum pernah," Sahut Ui Yong. "Baik, nah, ini biar kutunjukkan," Kata Pek thong sembari ulur tangannya kedepan mata Ui Yong. Maka tertampaklah tawon besar di tengah2 telapak tangannya itu pada kedua sayapnya benar2 terdapat tisikan tulisan, Waktu Ui Yong menegasi, ia lihat pada sayap kiri tawon putih itu tertulis huruf "Aku berada di" Dan di sayap kanan juga ada tiga huruf "Coat-ceng-kok", Setiap hurufnya sebesar beras menir, tapi tulisannya jelas, terang dibuat dengan tisikan jarum yang paling lembut. Ui Yong jadi ter-heran2, ia menggumam sendiri. "Aku berada di Coat-ceng-kok, Aku berada di Coat-cengkok." -Diam2 ia pikir pula."Andai keenam huruf ini pasti bukan pembawaan, tapi ada orarg sengaja menisiknya. Kalau menuruti tabiat Lo-wan-tong, tak mungkin ia melakukan pekerjaan yang makan tempo dan harus sabarTapi segera ia berpendapat lain lagi, katanya dengan terlawa. "AIi begini saja kenapa bilang aneh? Kau minta Eng koh tisikkan enam huruf ini, masakan kau mampu membohongi aku?" Muka Pek-thong menjadi merah sahutnya. "Kau boleh tanya Eng koh apakah aku minta dia menisik tulisan di sini?" "Tentu saja dia akan membela kau, jika kau bilang matahari dari barat, tentu saja ia akan berkata. "Ya, ya, benar, matihari muncul dari arah barat"!" Ujar Ui Yong tertawa. Selebar muka Lo-wan-tong semakin menjadi merah, merahnya maIu2, rasa kikuk dan terasa penasaran pula. Karena itu ia lepaskan tawon ditangannya itu, lalu tangan Ui Yong ditariknya sambil berkata. "Mari, mari, biar kutunjukan, boleh kau periksa sendiri." Ia seret Ui Yong ke suatu sarang tawon di tanah datar sebelah sana, Sarang tawon itu berdiri sendiri jauh dari yang lain2. Ketika Pek-thong gerakkan tangannya, segera dua ekor tawon dapat ditangkapnya. "Nih, lihat!" Katanya. Waktu Ui Yong meng-amat2-i, benar juga pada kedua sayap tawon2 itu juga ada tulisannya dan serupa tadi terdiri dari enam huruf, yang kiri "Aku berada di" Dan yang kanan "Coat-ceng kok." Heran sekali Ui Yong, pikirnya diam2. "Betapa-pun aneh pencipta makhluk juga tak mungkin menciptakan tawon seperti ini. Pasti di balik ini ada sebab2nya. Maka katanya puIa. "Cobalah. Lo-wan tong, kau tangkap lagi beberapa ekor!" Segera Pek-thong menangkap empat tawon pula dua diantaranya bersih sayapnya, tapi dua ekor lainnya ada pula tisikan enam huruf serupa itu. Melihat Ui Yong ter-mangu2, terang sudab mengaku kalah. Pek-thong menjadi senang, katanya dengan tertawa "Nah, apa yang bisa kau katakan lagi? Hari ini kau kalah tidak dengan Lo-wan-tong?" Ui Yong tidak menjawab, tapi ia menggumam huruf itu. "Aku berada di Coat-ceng kok" Sesudah beberapa kah ia ulangi, tiba2 ia melompat dan berseru. "Ya, tahulah aku sekarang itu harus dibaca menjadi "Aku berada didasar Coat-ceng-kok!, siapakah yang berada di dasar Coat ceng-kok? jangan2 Yang-ji?" Segera ia tanya Ciu Pek-thong. "Lo-wan-tong tawon2 ini bukan kau yang piara sendiri, tapi datang dari lain tempat, betul tidak?" Kembali wajah Pek-thong merah lagi,sahutnya. "Eh, aneh, darimana kau tahu?" Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Tentu saja aku tahu," Kata Ui Yong. "Tawon ini sudah berapa hari bersarang di sini?" "Tidak terhitung hari lagi, tapi sudah beberapa tahun!" Sahut Pek-thong. "MuIa2 aku tidak perhatikan bahwa di sayap tawon2 ini ada tulisannya, baru beberapa hari yang lalu dapat kulihat." "Benar2 sudah beberapa tahun?" Desak Ui Yong. "Ya, kenapa kudustai kau?" Jawab Pek-thong, Ui Yong ter-menung2 scjenak, segera ia kembali ke rumah sebelah sana dan berunding dengan It-teng Taysu, Thia Eng dan Liok Bu-siang, semuanya juga merasa di dasar Coat ceng-kok pasti ada apa2nya. Karena kuatirkan puterinya, segera Ui Yong bersama Thia Eng dan Liok Bu-siang mohon diri hendak berangkat ke sana, Segera pula I-teng menyatakan ikut serta. Melihat kawan2 pada pergi, sudah tentu Lo-wan-tong tak mau kesepian, ia berkeras mengajak Eng Koh juga turut. Ui Yong menjadi lega dengan bertambahnya pembantu tiga tokoh terkemuka itu, ia pikir dengan enam orang baik mengadu pikiran maupun adu kekuatan, mungkin diseluruh jagat ini tiada tandingan lagi, sekalipun Yang ji jatuh dicengkeraman orang jahat, tentu dapat ditolong keluar. Maka enam orang bersama sepasang rajawali lantas menuju kearah barat beramat-ramai. * * ** Kembali tentang Nyo Ko karena janji pertemuan kembalinya dengan Siao-liong li sudah hampir tiba, maka ia tak berani ayal, ia jalan terus siang-malam menuju Coat-ceng kok atau Iembah putus cinta. Setiba di tempat tujuan, menurut perhitungan masih kurang lima hari daripada hari yang di janjikan Siao liong-li 16 tahun yang lalu. Lembah ini sepi nyenyak, gedung2 megah yang dahulu dibangun suami-istri Kongsun Ci dan anak muridnya yang berbaju hijau sudah ambruk atau bobrok. Sejak 16 tahun yang lalu Nyo Ko tinggalkan lembah itu, setiap beberapa tahun sekali pasti ia dalang dan tinggal lagi di lembah itu dengan harapan kalau2 Lam-hay Sin-ni menaruh belas kasihan dan mendadak memulangkan Siao liong-li, Walaupun setiap kali ia harus kembali dengan tangan hampa dan lesu, tapi setiap kali selalu beberapa tahun lebih dekat dengan waktu yang dijanjikan itu. Kini ia mengunjungi tempat lama pula, ia lihat keadaan sunyi penuh semak belukar, sedikitpun tiada tanda2 pernah diinjak manusia. Segera ia berlari ke Toan jong-khen atau karang patah hati, ia melalui jembatan batu yang melulu terdiri dari selonjor batu panjang, kemudian me-raba2 tulisan di atas dinding tebing yang ditinggalkan Siao liong li dahulu. Dengan jarinya ia masukkan ke dekukan tulisan itu dan mengkorek keluar lumut2 yang menutupi huruf2nya, maka segera ter-tampaklah kedua baris tulisan dengan jelas. Pelahan Nyo Ko membacanya. "Siao-Iiong li sampaikan pesan pada suamiku Nyo Ko, hendaklah jaga diri baik2, harus sabar menanti untuk berkumpul kembali." BegituIah sehari penuh ia termenung2 memandangi kedua batu tulisan itu, malamnya ia tidur di atas pohon dengan ranjang tali seperti dahulu. Besoknya ia pesiar ke seluruh lembah itu, ia lihat tanaman Ceng-hoa atau bunga cinta yang dulu dibabat olehnya bersama Thia Eng dan Liok Bu- siang itu kini tidak berkembang lagi, tapi bunga merah yang olehnya diberi nama "Liong-Ii-hoa" Atau bunga puteri Liong, sedang mekar dengan indahnya. Maka ia petik seikat bunga merah itu dan ditaruh didepan tebing yang terdapat tulisan Siao-liong-li itu, BegituIah, dengan perasaan tertekan ia lewatkan hari, sampai tanggal 7 bulan tiga, Nyo Ko sudah dua hari dua malam tidak pernah tidur. Sampai itu, ia tak mau berpisah setengah langkahpun dari karang patah hati itu. Sejak pagi ia menanti, dari pagi hingga siang dan siang berganti sore, setiap ada angin meniup atau pohon bergerak, segera ia melompat bangun melongak-longok sekitarnya, tapi bayangan Siao-liong-li tetap tidak tertampak? "Sejak Nyo Ko mendengar kata2 Ui Yok-su tempo hari, ia lantas tahu tentang "Lam-hay Sin-ni" Adalah hanya karangan Ui Yong belaka, tapi tulisan di tebing itu jelas adalah tulisan tangan Siao-liong li yang tak bisa dipalsukan. Maka ia tetap berharap sang isteri akan penuhi janji dan bisa berkumpul kembali. Sementara itu sang surya sudah silam, hati Nyo Ko juga tenggelam mengikuti silamnya sang petangnya, Ketika matahari tertutup oleh puncak gunung, Nyo Ko menjerit dan berlari ke atas puncak. Di tempat setinggi itu, bola merah membara kembali tertampak bulat lagi, hatinya menjadi sedikit lega, asal sang surya belum menghilang, berarti tanggal 7 bulan tiga itupun belum lagi lalu. Namun demikian akhirnya sang surya tetap silam di ufuk barat sana, Nyo Ko masih terpaku di puncak gunung itu, keadaan sunyi dan kosong belaka, hawa dingin menusuk tulang, cuaca remang2 sudah mulai, ia berdiri terpaku, lama sekali tetap tidak bergerak. Lewat agak lama, bulan sabit pelahan2 tampak tergantung di tengah cakrawala, bukan saja hari tanggal 7 sudah akan lalu, bahkan malam inipun akan lalu dengan cepat. Tetapi Siao liong-li masih tetap tidak muncul, Bagai patung saja semalam suntuk Nyo Ko berdiri terpaku di puncak gunung itu sampai sang surya muncul di sebelah timur indah perrnai suasana pagi di pegunungan, burung berkicauan merdu, bunga mekar mewangi, sungguh memabukkan orang musim semi ini. Namun hati Nyo Ko waktu itu dingin bagai es, lapat2 suatu suara seperti mendenging ditepi telinganya "Tolol! Sudah lama ia mati, 16 tahun yang lalu ia sudah mati, ia tahu dirinya kena racun tak dapat sembuh dan kaupun takmau hidup sendirian, maka ia telah bunuh diri dan mendustai kau untuk menunggu 16 tahun padanya, Tolol, begitulah cintanya padamu, apakah sampai hari ini masih kau tidak mengerti akan jalan pkirannya?" Pelahan Nyo Ko turun dari puncak gunung itu dengan raga tanpa jiwa, sehari-semalam ia tidak makan minum, ia merasa mulutnya kering, ia datang ketepi sungai kecil dan meraup air untuk diminum, ketika menunduk, mendadak terlihat bayangan dirinya di dalam air, tertampak kedua pelipisnya telah ke-putih2an. Kini ia berusia 36 tahun, mestinya seutas rambut putihpun tiada, tapi kini mendadak kedua pelipisnya tertampak putih, mukanya kotor, hampir ia tak mengenali dirinya sendiri. Mendadak ia melompat menuju ke depan karang Toan keng khe, ia pandang kedua baris tulisan guratan Siao liong li itu, tiba2 ia berteriak keras. " 16.tahun kemudian, bertemu lagi di sini, cinta kasuh suami isteri, janganlah ingkar janji! Tapi, Siao-liong-Ii, wahai, Siao liong li, tulisan yang kau ukir sendiri ini, kenapa sekarang kau malah tidak menepati janji?" Suaranya begitu keras menggema di angkasa raya, seluruh lembah gunung se-akan2 tergetar, dari empat penjuru berkumandang kembali suara- "Kenapa kau tidak menepati janji? Tidak menepati janji? Tidak menepati janji?" Dasar pembawaan Nyo Ko memang berwatak keras dan mudah tersinggung, kini segala harapannya sudah hampa belaka, pikirnya. "Jika Liong-ji sudah meninggal 16 tahun yang lalu, sungguh tiada artinya bagiku hidup sendiri selama ini." Ia memandangi jurang Toan jong khe yang entah berapa dalamnya itu, ia mengguman pelahan. "Dahulu mendadak kau menghilang tanpa bekas, agaknya kau telah terjun ke dalam jurang ini, Selama 16 tahun ini, apakah kau tidak kesepian ?" Begitulah tiba2 pandangannya terasa kabur, bayangan Siao-liong-ii seakan2 muncul di kelopak matanya, sayup2 seperti terdengar pula suara Siao-liong-li sedang memanggilnya didasar jurang. "Nyo-long, Nyo-Iong! janganlah berduka janganlah berduka!". Tiba2 Nyo Ko pejamkan mata dan tubuhnya melayang ke depan, ia terjun ke dalam jurang. * * * * Kembali mengenai Kim-lun Hoat-ong yang membawa Kwe Yang menuju ke Coat ceng-kok ini. Hoat-ong benar2 adalah manusia aneh, di waktu ganas, kejamnya melebihi binatang berbisa, tapi karena ia sudah ambil ketetapan akan menerima Kwe Yang sebagai ahliwarisnya, sepanjang jalan ia menjadi begitu memperhatikan diri anak dara itu, begitu sayang bagai puteri sendiri saja. Sebaliknya karena benci pada Hoat-ong yang telah membinasakan Tiang jiu-kui dan Toa-thau-kui secara keji, maka Kwe Yang selalu bersikap dingin. Hari itu, mereka tiba sampai di Coat ceng-kok ". tiba2 terdengar suara teriakan orang yang sangat keras. "Kenapa kau tidak menepati janji?" Suara itu penuh rasa penasaran, putus asa dan menderita sekali. Ketika kemudian suara yang menggema itu berkumandang kembali dari balik lembah gunung, Kwe Yang terkejut, scrunya. "Ha, itulah suara Toakoko, lekas kita mencarinya ke sana." - Sembari berkata segera ia mendahului memburu ke lembah pegunungan itu. Mendengar lawan besar sudah dekat, semangat Kimlun Hoat ong terbangkit seketika, segera dari buntalannya ia keluarkan "panca-roda", senjatanya yang istimewa, yaitu lima roda yang terdiri dari lima macam logam. emas, perak, tembaga, besi dan timah. Walaupun sekarang ilmu sakti tenaga naga dan gajah sudah dilatih hingga tingkatan ke-11, namun seIama 16 tahun ini ia yakin Nyo Ko dan Siao-liong-li pasti juga tidak melewatkan waktu percuma, maka Hoat-ong sedikitpun tak berani meremehkannya. Begitulah Kwe Yang berlari menuju tempat datangnya suara, tak lama "jurang patah hati" Itu sudah dekat, terlihatlah waktu itu Nyo Ko masih terdiri di atas karang, belasan tangkai bunga merah bergerak2 di sekitarnya. Melihat jurang itu sangat curam, Kwe Yang lidak berani melayang ke sana, maka serunya. "Toa-koko, aku telah datang!" Namun Nyo Ko sudah hancur luIuh hatinya, ternyata tidak mendengar seruan anak dara itu. Dari jauh melihat kelakuan orang agak aneh, cepat Kwe Yang berteriak. Toakoko, aku masih menyimpan sebuah jarum emas pemberianmu kau harus dengar kata-ku, jangan kau bunuh diri!" Sembari berkata, tanpa pikir lagi ia berlari hendak mendekati Nyo Ko melalui belandar batu jurang itu, Namun sampai di tengah jalan, terlihatlah Nyo Ko telah terjun ke bawah jurang yang tak terperikan dalamnya. Keruan kejut Kwe Yang tidak kepalang dan terasa sukmanya terbang ke awang2, sesaat itu juga entah terpeleset karena terkejut atau sebab berpikir hendak menolong Nyo Ko, atau mungkin juga karena sudah mendalam cintanya dan rela menyusulnya ke alam baka, mendadak anak dara itu pun ikut terjun ke bawah jurang. Tatkala itu Kim-iun Hoat ong kira2 ketinggalan beberapa tombak di belakang, melihat Kwe Yang jatuh ke bawah, cepat ia melesat maju buat menolong. Betapa pesat ilmu entengi tubuh Hoat ong ini seperti anak panah terlepas dari busurnya, namun toh masih terlambat sedikit, ketika memburu sampai di tepi jurang, tubuh Kwe Yang sudah terjerumus ke bawah. Tanpa pikir lagi Hoat-ong gunakan gerakan "To-kwa kim-kau" Atau kaitan emas gantung terbalik, dengan kakinya menggantoI di tepi jurang, tubuhnya merosot ke bawah untuk menuj Kwe Yang. Cara Hoat-ong ini sesungguhnya sangat berbahaya, kalau sedikit meleset, bcleh jadi ia sendiripun akan tergelincir masuk jurang, Maka terdengarlah suara "bret", kain baju Kwe Yang sobek sebagian sedang tubuh anak dara itu masih terus tenggelam ke bawah jurang, kabut tebal yang menutupi dari jurang itu segera menelan Kwe Yang tanpa bekas Hoat ong menghela napas gegetun, ia menjadi lesu, sepotong kain baju masih dipeganginya, ia ter-mangu2 memandang ke dalam jurang. Selang agak lama, tiba2 didengarnya di seberang sana ada seorang menegurnya. "Hai, Hwesio, apa yang kau lakukan di sini?" Hoat-ong menoleh, ia lihat di atas gunung sana berdiri enam orang, yang paling depan seorang tua bermuka muda, ialah Ciu Pek-thong. Di samping-nya berdiri tiga wanita yang dikenalnya sebagai Ui ong, Thia Eng, dan Liok Bu-siang. Dan di belangnya adalah seorang Hwesio tua beralis jenggot putih dan seorang wanita tua berbaju hitam mulus, dua orang terakhir ini tak dikenalnya, yakni It-teng Taysu dan Eng Koh. Sudah beberapa kali Hoat-ong kenal kepandaian-Ciu Pek-thong. ia tahu ilmu silat si tua ini luar biasa lihaynya, selamanya iapun rada jeri padanya, apalagi kini bertambah Ui Yong yang merangkap pelajaran Tang-sia dan Pak-kay, orangnya cerdik isinya banyak. Lebih2 dalam keadaan berduka atas kematian Kwe Yang, sesungguhnya tiada niat lagi buat bermusuhan, maka katanya kemudian dengan muram. "Nona Kwe Yang telah terjun ke dalam jurang ini?" "Ha?" Semua orang terkejut. Terutama Ui Yong sebagai ibu, ia paling tergoncang hatinya, dengan suara gemetar ia menegas. "Apa benar katamu?" "Untuk apa aku dusta? Bukankah ini kain baju nya?" Sahut Hoat ong sembari menggeraki sobekan baju Kwe Yang yang masih dipegangnya itu. Melihat kain itu memang benar2 adalah sobekan baju puterinya, seketika Ui Yong menggigil se-akan2 terjerumus ke dalam jurang es dan tak sanggup buka suara. Segera Ciu Pek thong menjadi gusar, damperat nya. "Hwesio busuk, kenapa kau membunuh nona cilik itu? Hatimu benar2 kejam amat!" "Bukan aku yang membunuhnya," Sahut Hoat ong. "Tanpa sebab kenapa ia bisa terjun ke dalam jurang?" Debat Pek-thong "Kalau bukan kau mendorongnya, tentu kau yang memaksanya!" "Tidak temua," Sahut Hoat-ong geleng kepala. "Aku malah bermaksud menerimanya sebagai murid ahliwarisku, mana mau sembarangan aku membunuhnya?" "Fui," Mendadak Ciu Pek-thong meludahi orang dengan riak kental. Lalu damperatnya. "Kentut, kentut! Engkongnya adalah Ui losia, ayahnya Kwe Cing dan ibunya Ui Yong, siapa di antara mereka yang lebih hebat daripada kau Hwesio busuk ini? Mana sudi mengangkat guru padamu untuk mewarisi ilmumu yang apek? Huh, melulu aku Lo-wan-tong saja jika mau mengajarkan beberapa jurus padanya juga lebih hebat daripada segala gelangmu yang rombengan ini?" "Jarak Pek thong dengan Hoat-ong cukup jauh, tapi riak kental yang disemprotkan itu bagai sebutir peluru saja mengarah kemukanya, Lekas2 ia mengegos dan diam2 kagum. Sebaliknya Lo-wan-tong bertambah senang karena orang tak berani menjawab damperatannya tadi, dengan suara keras ia mendesak pula. "Nah, tentunya dia tak sudi mengangkat guru padamu, bukan? Dan kau berkeras hendak menerimanya sebagai murid?" Hoat-ong mengangguk. "Nah, apa yang perlu dikatakan lagi, bukankah karena itu lantas kau mendorongnya ke dalam jurang?" Teriak Pek-thong pnla. Namun perasaan Hoat-ong masih cemas oleh kematian Kwe Yang ia menghela napas dan menyahut. "Aku tidak mendorong dia. Tapi sebab apa ku tidak mengerti !" Sementara itu Ui Yong sudah agak tenang, sekali ia kertak gigi, pentung bambu diangkat terus menubruk kearah Hoat-ong. Dengan gaya "bong" Mengurung, bayangan pentungan berkelebat kian kemari, seketika tubuh Hoat ong dikurung oleh pentungnya. Karena ingin membalas dendam puterinya, di atas belandar batu yang lebarnya hanya satu dua kaki itu Ui Yong meluncurkan tipu2 serangan mematikan secara ber tubi2. Meski ilmu silat Hoat-ong sebenarnya lebih tinggi daripada Ui Yong, tapi tak berani juga ia mengadu jiwa, melihat permainan pentung orang sangat hebat, kalau ia terlibat sedikit saja hingga Ciu Pek-thong maju membantu, pula ditempat yang berbahaya, tentu ia akan sulit melawannya. Mendadak ia tutul kakinya melompat mundur, habis itu ia bersiul panjang, tahu2 ia melayang Iewat di atas kepala Ui Yong. Cepat Ui Yong angkat pentungnya menyodok ke atas, tapi kena di tangkis oleh roda perak Hoat-ong. Ketika Ui Yong membalik tubuh, saat itu Ciu Pek thong sudah memberondongkan pukulan dan tendangan, sudak bergebrak dengan Hoat-ong. Mengingat dirinya saorang guru besar suatu aliran silat tersendiri melihat lawannya tak bersenjata, Hoat ong menyelipkan rodanya ke pinggang juga, lalu dengan tangan kosong ia layani Pek-thong. Dalam pada itu Ui Yong sudah memburu datang, pentungnya terus menyodok ke punggung Hoat-ong. Sejak Hoat-ong berhasil melatih "Liong jio-pio-yok-kang" Hingga tingkatan ke-11, selamanya belum pernah digunakan, kini ketemu lawan tangguh, kebetulan baginya untuk mencobanya. Ketika melihat jotosan Ciu Pek-thong tiba, cepat iapun balas menjotos dengan kepalan lawan kepalan. Pek-thong terperanjat ia tahu tenaga kepalan orang tentu hebat, maka tak berani keras lawan keras, Sedikit ia tekan ke bawah, digunakannya pukulan Khong-bing-kun" Atau pukulan "terang-terang kosong. Tenaga pukulan Hoat-ong itu beratnya melebihi ribuan kati, meski tidak sekuat naga atau gajah, tubuh manusia tak mungkin sanggup menahan-nya, tapi ketika saling beradu dengan tenaga pukulan Ciu Pek-thong, tiba2 terasa mengenai tempat kosong, diam2 Hoat ong heran, menyusul cepat tangan kiripun dihantamkan. Sementara itu Lo-wan-tong sudah dapat mengetahui tenaga Hoat-ong ternyata besar luar biasa. Tapi dasar pembawaannya "gila silat", asal mengetahui siapa mempunyai semacam kepandaian istimewa, pasti ia ingin jajal. Tapi selama hidupnya tenaga pukulan sebesar Hoat-ong ini belum pernah didengarnya, apalagi melihat. Seketika ia menjadi bingung macam apakah ilmu silat orang ini? segera ia keluarkan 72 jurus Khong-bing-kun yang "terang-terang kosong" Itu untuk melawan tenaga pukulan orang yang maha kuat. Dengan begitu, tenaga raksasa Hoat-ong menjadi tak berguna, Beberapa kali Hoat-ong melontarkan serangan, tapi tidak mencapai sasarannya, keruan ia menjadi kesal tidak kepalang, ilmu sakti yang sudah dilatihnya, belasan tahun baru sekali keluar ternyata sudah tidak berguna. Pada saat lain tiba2 didengarnya samberan angin dari belakang, pentung bambu Ui Yong kembali menutuk lagi ke "Ling-tay-hiat" Di punggungnya, tanpa pikir ia menyampuk ke belakang. "krak", seketika pentung bambu Ui Yong itu kena disampuknya remuk, bahkan sisa tenaganya menggoncangkan debu pasir hingga berhamburan. Ui Yong melompat pergi terkejut, ia kenal kelihayan Hoat-ong, tapi kepandaian orang sekarang ternyata jauh lebih hebat daripada dulu, sekali gaplok bikin remuk pentung bambunya, ilmu pukulan apakah itu? Nampak Ui Yong terdesak, cepat Thia Eng dan Liok Bu siang mengerubut maju dari kanan-kiri, yang satu bersenjata seruling kemala dan yang lain berpedang. "Awas." Segera Ui Yong memperingatkan kepada mereka. Betul saja, menyusul terdengarlah suara "krak-krak" Dua kali, seruling dan pedang sudah patah semua. Oleh karena berduka oleh kematian Kwe Yang yang mengenaskan Hoat-ong tidak ingin mencelakai nyawa manusia lagi, maka ia hanya mcmbentak. "Minggir!" Dan tidak mendesak Thia Eng dan Bu-siang lebih jauh. Ilmu kepandaian Eng Koh sebenarnya belum setinggi Ui Yong, tapi ilmu "Ni jiu-kang" Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Atau ilmu belut, sangat tepat untuk berkelit dan mengegos, ketika dilihatnya Hoat-ong hendak angkat kaki, segera iapun maju menyerang. Namun sekali Hoat-ong menangkis, berbareng terus memotong ke pinggang Eng Koh. Ketika mendadak terasa sesuatu tenaga maha besar menubruk pinggangnya, lekas2 Eng Koh mengegal-egolkan tubuhnya seperti belut, dan terhindarlah tenaga pukulan Hoat-ong itu. Hoat-ong tidak tahu kepandaian Eng Koh sebenarnya belum mencapai tingkatan kelas wahid, tapi beberapa kali menghantam selalu dapat di hindarkan orang dengan gaya yang sangat aneh, ia sangat terkejut, ilmu sakti yang sangat ia aguI-kan untuk menjagoi kolong langit ini ternyata seorang wanita saja tak mampu merobohkannya, mau -tak-mau ia menjadi jeri, ia tak berani terlibat lebih lama lagi, sekali tubuhnya melesat, cepat ia menyingkir ke kiri. "Jangan Iari!" Bentak Pek thong sambil mengudak. Selagi Hoat ong hendak membaliki tangan menyerang, tiba2 terdengar suara mencicit pelahan, suatu hawa hangat tahu- menyerang mukanya, itulah "lt yang-ci" Atau ilmu jari betara surya, ilmu kepandaian khas It-teng Taysu, yang telah mencegat larinya. Sejak tadi Hoat-ong tidak memperhatikan paderi tua ini, siapa duga tenaga tutukan jarinya ini ternyata sedemikian hebatnya. Tatkala itu ilmu "lt-yang-ci" It-teng Taysu, sudah mencapai puncak kesempurnaannya, tenaga tutukannya meski tampaknya lambat dan halus, tapi sebenarnya kuat luar biasa tak tertahankan. Dalam terkejutnya Hoat-ong cepat berkelit, habis itu barulah ia balas menyerang sekali. "Melihat tenaga pukulan Hoat-ong keras luar biasa, It-teng Taysu juga tak berani menyambutnya dari depan, dengan enteng ia melangkah mundur beberapa tindak. Yang satu adalah paderi berilmu dari selatan dan yang lain adalah orang kosen dari benua barat, sesudah saling gebrak sekali, masing2 tiada yang berani memandang rendah lawannya lagi. Ciu Pek-thong ingin menjaga harga diri, ia tidak mau mengerubuti melainkan berdiri mengawasi saja di samping. Jarak antara It-tcng dan Hoat-ong tadinya tiada beberapa kaki, tapi sesudah serang menyerang, yang satu menutuk, yang lain memukuI, akhirnya jarak mereka makin jauh hingga lebih dua tombak, masing2 mengeluarkan tenaga sepenuhnya dan menyerang dari jauh. Kepala It-teng Taysu tampak mulai menguap, terang sekali sedang pusatkan seluruh Lwekangnya, Ui Yong jadi kuatir, usia It-teng sudah tua hingga tak sanggup melawan Hoat-ong pula hatinya sedih oleh kematian putrinya, sebenarnya ia tiada niat adu jiwa dengan musuh, tapi bila melihat serang menyerang kedua orang masih begitu dasyatnya, ia tidak berani sembarangan menerjang maju. Selagi ia tak berdaya, tiba2 terdengar suara mencuitnya rajawali di udara, pikirannya tergerak, segera ia bersuit sambil menunjuk Hoat-ong. Melihat itu, sekali bercuit, sepasang rajawali tu lantas menubruk turun ke atas kepala Hoat-ong. Jika Sin-tiau kawan Nyo Ko itu yang datang mungkin Hoat-ong akan jeri, tapi sepasang rajawali mi hanya badannya yang besar, tetap burung biasa saja, mana bisa menakuti Hoat-ong? Cuma saat itu ia lagi pusatkan pikiran dan tenaga buat melawan It-teng Taysu, sedikitpun tak berani ayal, kini mendadak disergap kedua rajawali dari atas, terpaksa ia ayun tangan kirinya ke atas, dengan tenaga pukulan kuat menghantam sepasang rajawali. Karena tak tahan, cepat rajawali itu terbang ke atas lagi, Dan karena godaan itu, keadaan It teng Taysu lantas di atas angin. Lekas2 Hoat-ong kerahkan tenaga baru kemudian bisa mengimbangi lagi. Sepasang rajawali itu sudah lama dipiara U Yong dan sudah pintar, ketika mendengar suitan Ui Yong yang mendesak terus, padahal musuh terlalu lihay, meteka tak berani menubruk lagi seperti tadi, melainkan hanya menyamber kian kemari di atas kepala Hoat ong saja, walaupun tidak bisa melukainya, tapi perhatian Hoat ong banyak terkacau. Sebenarnya tenaga pukulan Hoat-ong masih lebih unggul daripada lt teng, tapi kalau soal ilmu kebatinan ia jauh kalah, ditambah kini ia merasa gegetun oleh matinya Kwe Yang, semangatnya memang sudah tak tenang kena dikacau lagi oleh rajawali itu, keruan ia menjadi gopoo. Segera hal ini diketahui It-teng. Sambil tersenyum It-teng lantas mendesak maju setengah langkah. Ui Yong sendiri meski sangat berduka akan kematian puterinya, tapi kecerdikannya tidak pernah berkurang ketika melihat It-teng melangkah maju, mendadak iapun menggertak. "Kwe Cing, Nyo Ko, kebetulan kedatangan kalian, lekas tangkap dia be.ramai2!" Padahal tidak mungkin Ui Yong menyebut nama sang suami, teriakannya ini melulu gertak sambel belaka untuk mengejutkan Hoat-ong, sebab bila ia bilang "Cing-koko" Itu, dan kalau sempat berpikir, rasa kaget itupun akan berkurang. Benar saja, ketika tiba2 Hoat-ong mendengar suara "Kwe Cing dan Nyo Ko" Berdua, ia terperanjat, pikirnya "Jika kedua jago ini dalang juga. "Melayanglah jiwaku!" Pada saat itulah, kembali It teng mendesak maju setengah langkah pula. Rupanya kedua rajawali di atas udara itupun melihat ada kesempatan, mendadak rajawali yang betina bercuit keras terus menubruk cepat ke bawah untuk mencakar biji mata Hoat ong. "Binatang!" Damperat Hoat-ong sengit, berbareng sebelah tangannya digablokkannya. Tak terduga sergapan rajawali betina itu hanya pura2 belaka, ketika dekat mukanya mendadak membelok ke atas lagi, sebaliknya rajawali yang jantan diam2 malah menyerang dari samping, ketika Hoat-ong mengetahui namun cakar rajawali itu sudal menyentuh kepalanya yang gundul. Terkejut dan gusar sekali Hoat-ong, sehelai tangannya menyampuk ke atas. "plok", segera bulu-bulu bertebaran, rajawali jantan itu berhasil mencengkeram kopiah emas Hoat-ong terus terbang pergi tapi sampukan Hoat-ong itupun sangat keras, rajawali jantan itu sudah terbang sampai ditengah udara akhirnya tak tahan dan mendadak terjungkal terjerumus ke dalam jurang yang tak terkirakan dasarnya. Ui Yong, Thia Eng, Liok Bu siang dan Eng Koh menjerit kaget, sedang Ciu Pek thong menjadi gusar. "Hwesio apek," Segera ia memaki. "Lo-wan-tong tak mau pakai aturan Kangouw lagi segala, mungkin harus dua lawan satu sekaligus." Habis itu, secara bertubi2 ia kirim hantaman ke punggung Kim-Iun Hoat-ong. Dalam pada itu si rajawali betina melihat yang jantan terjerumus ke dalam jurang, sekali bercuit panjang, tahu2 yang betina inipun ikut menerjun ke bawah hingga lama sekali tak nampak naik kembali. Karena dikeroyok dari muka belakang, mau tak-mau Kim-lun Hoat-ong menjadi jeri sekalipun tinggi ilmu silatnya, mana mungkin melawan keroyokan dua jago tertinggi ini? Maka ia tak berani terlibat lebih lama, Mendadak terdengar suara gemerantang, roda2 emas dan perak menyamber sekaligus, yang depan menahan tutukan "lt-yang ci" Dan bagian belakang menolak serangan "Khong-bing-kun", tubuhnya terus mencelat pergi dan cepat sekali sudah melintasi tanah bukit sana, dengan mem-bentak2, segera Ciu Pek-thong mengudak. Sesudah berhasil meloloskan diri, Hoat-ong terus lari dengan cepat, ia tahu bila kena ditahan lagi oleh Ciu Pek-thong, mungkin beberapa ratus jurus takkan bisa ketahuan unggul atau ator, tatkala itu It-teng Taysu tentu akan menyusul tiba dan jiwanya boleh jadi akan melayang di lembah sunyi ini. Tiba2 dilihatnya di depan membentang hutan vang lebat, ia menjadi girang, cepat ia berlari ke sana. Tak terduga mendadak terdengar suara mendenging yang cepat sebutir batu kecil tahu2 menyamber keluar dari dalam hutan. Jarak hutan itu dengan Hoat-ong masih ada beratus tindak, tapi entah tenaga sakti apa yang menyambitkan batu sekecil itu, dari suara mendenging nya teranglah keras luar biasa dan mengarah badan Hoat-ong. Lekas Hoat-ong angkat rodanya menyampuk dibarengi suara benturan, batu itu pecah berantai hingga muka Hoat-ong sendiri keciprat beberap butir krikil. Terkejut Hoat-ong, pikirnya "Batu sekecil ini disambitkan dari tempat jauh, tapi rodaku kena ke bentur mundur, nyata tenaga orang ini tidak di bawah Lo wan-tong dan Hwesio tua tadi, sungguh tidak nyana di jagat ini masih terdapat jago sebanyak ini." Sedang ia tertegun, terlihatlah dari dalam huti muncul seorang tua berjubah hijau. Ciu Pek-thong menjadi girang, segera ia berseru. "Ui losia! Hwesio apek itu telah membinasakan cucu perempuanmu, lekas kau ikut menangkapnya. Orang yang muncul dari hutan itu memang Tho-hoa-to-cu Ui Yok-su adanya. Sejak ditinggalkan Nyo Ko, ia meneruskan pengembaraannya lagi ke utara, satu hari ketika singgah minum di suatu pedusunan, tiba2 terlihat sepasang rajawali terbang lewat, ia tahu kalau bukan Ui Yong, tentulah Kwe Hu atau Kwe Yang yang berada di sekitar sini, maka diam2 ia menguntit hingga sampai di Coat ceng kok ini. Karena tidak ingin dilihat puterinya, ia hanya menguntit dari jauh saja, sampai akhirnya dilihatnya It-teng Taysu dan Ciu Pek-thong ber-turut2 bergebrak melawan Kim-lun Hoat-ong, ia merasa paderi asing ini benar2 seorang lawan tangguh yang jarang diketemukan, ia menjadi ketarik dan ikut turun tangan. Maka berkatalah Hoat-ong sembari gosok2 kedua rodanya hingga mengeluarkan suara nyaring. "Apakah kau ini Tang-sia Ui Yok-su?" "Betul," Sahut Yok-su mengangguk. "Ada petunjuk apakah Taysu?" "Waktu berada ditempatku, kudengar di daerah Tionggoan terdapat Tang-sia, Se tok, Lam-te, Pak-kay dan Tiong-sin-thong. lima orang lihay. Hari ini beruotung bisa bertemu dan ternyata memang bukan omong kosong belaka," Demikian sahut Hoat-ong. "Dan di manakah yang empat orang itu?" Tiong sin-thong (Ong Tiong-yang), Pak-kay dan Se-tok sudah lama meninggal," Kata Yok-su. "Paderi agung inilah Lam te yang kau tanya, sedang yang ini adalah Ciu-heng, Sutenya Tiong-sin-thong," "Jika Suhengku masih hidup, hm, tak nanti kau mampu menahan 10 jurus serangannya," Kata Pek-thong. Tatkala itu mereka bertiga telah mengepung Hoat-ong di tengah2, Dalam keadaan begitu Hoat-ong menjadi serba susah, ia pandang It-teng Taysu, lain saat melihat Ciu Pek thong dan sebentar2 ia memandang Ui Yok-su puIa. Habis itu mendadak ia menghela napas panjang, lima rodanya dilempar ke tanah, lalu katanya. "Jika satu lawan satu, siapapun tiada yang kutakuti." "Betul," Kata Pek-thong. "Tapi hari ini kita buka bertanding untuk rebut gelar juara segala, siapa ingin main satu lawan satu denganmu? Hwesio apek kau sudah terlalu banyak melakukan kejahatan, dan sekarang kau lekas bunuh diri saja." "Lima tokoh besar Tionggoan, dua diantaranya sudah kulihat kini, meski aku mati ditangan kalian bertiga juga tidak kecewa," Sahut Hoat ong. "Cuma layang ilmu Liong-jio pan-yok-kang terputus sampai di tanganku, selanjutnya di jagat ini tiada ahli warisnya lagi." Habis berkata, sebelah tangannya diangkat terus hendak menabok batok kepalanya sendiri. Ketika mendengar kata2 "Liong-jio-pan-yok-kang", mendadak Ciu Pek-thong jadi ketarik, secepat kilat ia melompat maju dan menangkis tangan Hoat-ong itu dan bcrkata. "Nanti dulu!" "Aku lebih suka mati daripada dihina, apa yang kau inginkan lagi?-" Kata Hoat-ong mendongkol "Kau bilang sayang Ltong-jio pan-yok-kang tiada ahli warisnya, kenapa tidak kau turunkan saja padaku, kemudian kau boleh bunuh diri," Sahut Pek-thong tertawa. Tapi sebelum Hoat ong buka suara pula, tiba2 terdengar suara rajawali betina yang telah membawa rajawali jantan dari dalam jurang, kedua rajawali itu sama basah kuyup, agaknya di dalam jurang itu adalah sebuah kolam air. Rajawati jantan itu bulunya serawutan tak keruan, napasnya sudah kempas kempis, tapi cakarnya masih mencengkeram kopiah emas Hoatong dengan kencang. SeteIah meletakkan yang jantan, rajawali betina mendadak terjun lagi ke bawah jurang, ketika naik pula, di atas punggungnya menunggang satu orang ternyata adalah Kwe Yang yang disangka sudah mati itu. Keruan Ui Yong terkejut bercampur girang, cepat ia berseru. "Yang-ji... Yang-ji!" - ia memburu maju untuk menurunkan puterinya itu dari punggung rajawali betina. Melihat Kwe Yang ternyata tak kurang suatu apapun, Hoat-oag juga tercengang, Waktu Ciu Pek thong masih menahan tangan Hoat-ong, sekali si tu nakal ini kedipi It-teng dan Ui Yok-su, segera Tang sia dan Lam-te turun tangan berbareng, dengan cepat ketiak kanan dan dan kiri Hoat-ong sekalian kena ditutuk. Menyusul itu Ciu Pek-thong menambahi sekali gebuk pada "Ci-yang-hiat" Di punggungnya sambil tertawa. "Nah, tidurlah sebentar!" Maka lemaslah kedua kaki Hoat-ong, ia lantas deprok terduduk. It-teng bertiga saling pandang dengan tercengang, sungguh Hwesio ini lihay luar biasa, beruntun tubuhnya kena ditutuk dan digebuk tapi masih tidak roboh menggeletak. Lalu merekapun mendekati Kwe Yang untuk menanya keadaannya. "Mak," Demikian anak dara itu menutur," Ia berada di bawah... di bawah... lekas menolongnya .... lekas menolongnya..." Saking cemas dan kuatir hanya beberapa kata2 itu saja dapat diucapkannya, lalu jatuh pingsan. "Tidak apa," Ujar It-teng sesudah pegang nadi Kwe Yang. Segera ia memijit beberapak kali pinggang anak dara itu, selang tak lama, Kwe Yang siuman. "Di manakah Toakoko, apakah dia sudah naik?." Tanyanya segera setelah anak dara itu menenangkan diri. "Apakah Nyo Ko juga berada di bawah sana?" Tanya Ui Yong cepat. Kwe Yang mengangguk, sahutnya pelahan. "Ya, Tentu..." Dalam hati iapun berkata. "Jika ia tidak di bawah, untuk apa aku ikut terjun ke sana?" Melihat badan puterinya basah kuyup. " Ui Yong menanya lagi. "Apakah di bawah adalah sebuah kolam air?" Kwe Yang mengangguk saja, ia pejamkan matanya, tak sanggup lagi buka suara, hanya menunjuk ke bawah jurang. "Kalau Nyo Ko memang berada di bawah sana, terpaksa suruh Tiau-ji mengambilnya naik," Ujar Ui Yong, Lalu ia bersuit buat memanggil rajawali betina tadi. Tapi aneh, sudah berapa kali ia bersuit rajawali betina itu masih tidak menggubrisnya. Ui Yong menjadi heran, sudah berpuluh tahun kedua rajawali ini sangat penurut, kenapa sekarang anggap angin perintahnya? Maka kembali ia ulangi suitannya, ia lihat2 rajawali betina itu pentang sayap dan terbang lagi2, sesudah mengitar beberapa kali dan bersuara memilukan, mendadak burung itu menjungkal ke bawah secepat batu meteor. "Celaka!" Keluh Ui Yong dalam hati, segera iapun berteriak. "Tiau-ji" Akan tetapi sudah terlambat, rajawali itu tertumbuk batu cadas hingga kepala pecah dan sayap patah terus mati. Semua orang terkejut, waktu memeriksa binatang itu, kiranya rajawali jantan sudah dingin beku dan sudah lama mati. Semua orang menjadi terharu oleh jiwa setia sehidup semati sepasang burung itu, Ui Yong paling berduka hingga hampir mencucurkan air mata. "Suhu, Suci, jika Nyo-toako berada di bawah jurang, cara bagaimana kita harus menolongnya naik?" Kata Thia Eng kemudian. "Yang-ji" Tanya Ui Yong sambil mengusap matanya yang basah. "Sebenarnya bagaimanakah keadaan di dalam jurang sana?" Sementara Kwe Yang sudah pulih kembali semangatnya, maka tuturnya. "Begitu aku jatuh ke bawah, dengan cepat ku tenggelam ke dasar kolam, dalam keadaan gugup akupun kemasukan beberapa cegukan air Kemudian entah... entah mengapa aku terapung ke permukaan air dan dan Nyo toako telah menjambak rambutku terus diangkat ke atas..." Ui Yong rada lega mendengar itu, katanya. "Apakah di tepi kolom itu ada guanya yang dapat dibuat berdiri?" "Ya, di tepi kolom itu banyak pepohonan" Sahut Kwe Yang. "Oh," Kata Ui Yong "Dan sebab apa kau terjun kebawah?" "Waktu aku diangkat ke atas, Nyo toako juga menanya aku seperti itu," Tutur Kwe Yang. "Aku lantas keluarkan jarum emas dan serahkan padanya, kataku . "Aku meminta agar engkau menjaga dirimu dan janganlah mencari pikiran pendek." Tanpa berkedip ia memandangi aku, tak lama kemudian rajawali jantan itu jatuh ke bawah, menyusul yang betina lantas datang membawa kawannya ke atas, lalu datang lagi membawa aku. Kuminta Nyo- toako juga naik, tapi ia tidak membuka suara dan aku dinaikkan nya keatas punggung rajawali Mak, suruhlah rajawali itu turun kebawah lagi untuk menjemputnya." Sementara Ui Yong tak mau memberi tahu tentang kematian kedua rajawali, ia tanggalkan baju luarnya sendiri untuk menutupi badan sang puteri yang basah itu. "Tampaknya sementara Ko-ji tidak berbahaya, lekas kita pintal seutas tambang panjang untuk menjemputnya naik!" Kata Ui Yoog kemudian kepada kawan2nya. Be ramai2 semua orang lantai mengelotoki kulit pohon untuk dibikin tali, Kecuali Hoat-ong yang tertutuk jalan darahnya, Kwe Yang belum pulih dari letihnya, selebihnya ikut kerja keras. Meski mereka adalah jago silat terkemuka, namun untuk mengikal tambang tidaklah lebih pandai daripada tukang yang biasa, maka sibuk sampai hari sudah gelap baru ratusan tombak tambang itu dapat mereka, pilin, tampaknya masih jauh dari cukup. Thia Eng mengikat sebuah batu pada ujung tambang itu dan diturunkan ke bawah jurang, ujung tambang yang lain diikat pada dahan sebuah pohon, tali itu terus dipilin dan makin panjang terus menurun ke bawah. Satu malam suntuk mereka kerja terus, sampai besok paginya, Kwe Yang juga ikut membantu dan tambang itupun terus bertambah panjang, Tapi Nyo Ko yang katanya berada di bawah jurang itu sama sekali tak mengirimkan sesuatu tanda atau berita. Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Ui Yok-su mulai kuatir, ia keluarkan serulingnya terus ditiup dengan tenaga dalamnya yang hebat, suara seruling begitu nyaring merdu tersiar ke dalam jurang, kalau Nyo Ko mendengar suara seruling itu pasti akan bersiul panjang untuk menjawabnya. Siapa tahu keadaan masih tetap sunyi saja. Sesudah berpikir sejenak, Ui Yong memotong sepotong kayu, dengan ujung pedang ia ukir beberapa huruf di atas kayu itu, bunyinya singkat. "Apa selamat? Harap jawab!" - Lalu batang kayu itu dilemparkan ke dalam jurang, Namun sudah lama sekali, tetap tiada sesuatu suara di dalam jurang sana hingga semua orang menjadi kuatir. Meski jurang sangat dalam, tapi panjang tambang agaknya sudah mencapai dasarnya, biarlah ku turun melihatnya," Kata Thia Eng. "Aku saja yang turun!" Seru Ciu Pek-thong tiba2, dan tanpa menunggu jawaban orang lain, cepat saja ia merosot turun dengan tambang itik hanya sekejap saja orangnya sudah menghilang menembus kabut yang mengapung di permukaan jurang. Agak lama kemudian, secepat kera Ciu Pek-thong merembet naik lagi, rambut dan jenggotnya berlepotan lumut, ber-ulang2 si tua ini menggeleng kepala dan berkata. "Sedikitpun tiada bayangannya, mana ada Nyo Ko segala?" Karena itu, semua orang memandangi Kwe Yang dengan rasa sangsi. "Tadi Toakoko berada di bawah, kenapa bilang tidak ada?" Kata Kwe Yang pasti. "la duduk di atas pohon besar di tepi kolam. Thia Eng tidak mau banyak bicara. "Segera ia merosot turun dengan tambang, menyusul Liok Bu-siang ikut turun dan ber-turut2 Eng Koh selanjutnya Ui Yok Su dan It teng Taysu juga ikut turun ke bawah. Bagi mereka pertama-tama kuatirkan keselamatan Nyo Ko, kedua tertarik dan ingin mengetahui apa macamnya pemandangan di bawah jurang itu. Ui Yong yang turun paling belakang memberi pesan pada sang puteri. "Yang ji, kesehatanmu belum puIih, jangan kau ikut turun. jika Nyo- toako berada di bawah, dengan kawan2 begini banyak kita pasti dapat menolongnya ke atas" Meski perasaan sangat kuatir. tapi Kwe Yang mengiakan dengan mengembeng air mata. Ui Yong pandang pula Hoat-ong yang deprok di tanah itu, ia kuatir kalau2 Lwekang terlalu lihay hingga dapat melepaskan tutukan yang sebenarnya harus lewat 12 jam baru bisa punah sendirinya maka ia mendekatinya dao menu pula dipunggung, dada dan kedua lengannya di tempat2 yang melumpuhkan, habis itu baru ia menyusul melorot kebawah jurang. Daya merosotnya makin lama makin cepat, dalam sekali jurang itu hingga lama barulah sampai dibawah. Ia lihat dibawah jurang itu memang benar ada sebuah kolam yang berair biru ke hijau-hijauan, Ui Yoksu cs berdiri di tepi kolam lagi memeriksa dengan teliti, tapi jejak Nyo Ko tidak terlihat dikiri kolam sana, di atas pohon terdapat lebih 30 buah sarang tawon, terdengar suara mendengungnya tawon yang mengitari sarang2 nya, nyata itulah tawon putih. Tergerak pikiran Ui Yong, katanya cepat. "Ciu-toako, lekas kau tangkap seekor tawon itu, coba kita lihat apakah disayapnya juga terdapat tulisan." Ciu Pek-thong menurut, ia tangkap seekor tawon itu, tapi tiada terdapat sesuatu tulisan. " Waktu Ui Yong memeriksa sekitar jurang itu ternyata empat penjuru melulu dinding tebing yang beratus2 tombak tingginya, terang tiada jalan tembusan lain, pohon2 besar di tepi kolam berbentuk fiftfa2 daQ tak diketahui apa namanya, waktu m'en (Sigak, kab,ui rapat menutupi permukaan jurang ibmgga tak tertembus sinar matahari. Sedang ia ter-menung2, mendadak terdengar Ciu Pek-thong berseru. "Hai, seekor ini ada tulisan-nya!" Lekas Ui Yong mendekatinya dan benarlah kedua sayap tawon itu tertisik tulisan," Bunyinya tetap "Aku berada didasar, Coat-ceng kok." Di antara orang2 yang hadir sekarang, Ui Yong sendiri yang paling pandai menyelam, tanpa disuruh lagi ia ringkaskan bajunya, ia telan sebutir pil "Kiu hoa-giok-loh-wan" Untuk menjaga kemungkinan ular air berbisa dan lain2, habis itu ia terjun ke dalam kolam. Cepat Ui-Yong menyelam ke bawah, makin dalam air kolam itu semakin dingin hingga serasa menusuk tulang, Diam2 Ui Yong terkejut melihat air hijau berlumut se akan2 membeku itu. Tapi ia belum putus asa, sesudah menongol kepermukaan air buat hirup udara, lalu ia menyelam lebih mendalam lagi. Ketika sampai tempat yang sangat dalam, dari dasar kolam itu dengan sendirinya timbul semacam daya penolak yang kuat, sekalipun Ui Yong sudah berusaha sebisanya juga tak sanggup menyelam sampai dasar kolam. ApapuIa dinginnya tak tertahan, sekitarnya juga tiada tanda2 yang aneh, terpaksa ia timbul kembali ke atas Melihat Ui Yong kedinginan hingga bibirnya ke biru2an, rambutnya mengkilat putih, ternyata terbeku selapis es tipis, sungguh semua orang ter-kejut sekali. Lekas2 Thia Eng dan Liok Bu-siang mengumpulkan kayu kering dan membakar api unggun untuk menghangatkan badan Ui Yong. Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo Persekutuan Pedang Sakti Karya Qin Hong Keris Maut Karya Kho Ping Hoo