Pengelana Rimba Persilatan 2
Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 2
Pengelana Rimba Persilatan Karya dari Huang Yi "Dia orang yang sangat berbahaya." Di dalam hati dia berpikir. Setelah selesai membicarakan bisnis, kedua belah pihak mengikuti aturan tidak membicarakan lagi, juga seperti biasa tidak menanyakan asal-usul lawan bicaranya, menghindar dari penyelidikan. Minum sampai setengah mabuk, tiga orang laki laki tidak lama membicarakan soal wanita. Perihal ini, Naga Setempat punya banyak bahan, sebagai penguasa setempat tentu sangat tahu setiap bintang ditempat masing-masing lampu merah, membicarakannya seperti menghitung pusaka dirumah. Sedang asyik-asyiknya berbincang, tiba-tiba, suara manusia semakin merendah, tebakan minum arak menghilang. Semua tamu, membalikan kepalanya pada jendela terang yang berada disebelah kanan ruangan. Seorang tua yang janggut dan alisnya putih, membawa seorang gadis muda berusia dua puluhan, gadis itu bermata terang bergigi putih, berjalan mengikuti pelayan datang dibawah jendela, pelayan menarik satu kursi panjang, mempersi-lahkan mereka berdua duduk, setelah berpesan beberapa kata, lalu meninggalkannya. Ternyata penampilan gadis itu telah menyedot semua sorot mata di ruangan itu. o-o-o Bab 2 Gadis itu memang luar biasa, sepasang mata yang terang seperti air di musim gugur, tampak penuh dengan kepintaran, rambut lembutnya bersinar pink yang sehat, wajahnya berbentuk kwaci dengan alis melengkung, bibir munggil seperti buah cherry merah. Dia memakai baju indah dengan lengan baju ketat, rok lipatan yang satu warna, mengatakannya cantik memang cantik, semua tamu restoran jadi tertegun melihatnya. Di bawah lampu melihat wanita cantik, yang kecantikannya mencolok seperti sinar yang mendadak berkilat, telah menyedot perhatian semua tamu restoran. Sedang si orang tua sudah berusia enam puluhan, sepasang matanya tidak bersinar, gerak geriknya lamban tidak bertenaga, sepertinya masalah apa saja didunia ini tidak berpengaruh pada dia. Orang tua itu menaruh baki kecil di depan kakinya, dengan pelan mengeluarkan seruling dari kantong kain yang di gantung di pinggangnya. Perhatian Fu Ke-wei juga tersedot pada wanita itu, hingga menaruh gelas araknya dimeja. "Mereka adalah pengamen Li Lao-shi kakek dan cucunya yang bulan lalu datang ke tempatku, gadis itu namanya Yan-fang." Naga Setempat dengan pelan berkata. "Kecuali mengamen, ada orang juga mengatakan dia bekerja sambilan, hanya saja sifatnya jelek, orang yang tidak cocok dengan seleranya, biar memberikan uangnya lebih banyak pun dia tidak akan tertarik, kepintaran dan keseniannya juga hebat! Maka tidak heran jika sifatnya jelek." "Aku lihat dia bukan orang baik-baik." Fu Ke-wei dengan pelan berkata. "Sepasang matanya terlalu liar, tingkahnya hanya pura-pura saja." "Ha ha ha! Tidak diduga bos Fu bisa meramal orang juga dapat melihat tingkah seseorang." Naga Setempat tertawa aneh. "Jujur saja, jika aku Naga Setempat tidak tahu asal-usulnya, biar kepalaku dipotong pun aku tidak percaya dia wanita nakal." Suara ribut orang-orang akhirnya berhenti, karena alunan suara seruling sudah mulai ditiup. Sungguh teknik yang tinggi, tidak ada orang yang berani percaya, suara seruling ini bisa keluar dari mulutnya seorang tua setengah mati, nafasnya yang kuat, jari jarinya yang lancar, pengendalian tenaga keras atau lembut... Semua sudah sampai taraf tertinggi, sepertinya di dunia ini, kecuali alunan suara seruling yang menggetarkan hati ini, tidak ada satu pun yang bisa mengalahkan. Itu adalah permulaan dari lagu Yu Lin-ling, suaranya sudah membuat para pendengar menahan nafas menikmatinya. Akhirnya, suara yang bulat yang menggerakkan hati, mengimbangi suara alunan seruling yang hebat itu. "Jangkrik kedinginan yang sedih, di malam hari menghadap bangunan terbuka, hujan lebat baru berhenti...tangan ditopang mata berlinang air, tidak berkata tenggorokan tersumbat...sejak dulu kekasih sedih berpisah... malam ini bangun dari mabuk tidak tahu tempat apa? Pesisir pohon Liu, angin malam, bulan sabit..." Ini adalah kata-kata Yu Lin-ling nya Liu San-bian (Liu-yong) yang cukup berkarakter. Ketika Liu San-bian yang sarjana, banyak melancong di Shia-xie, dia pandai membuat syair lagu. Setiap paguyuban seni menciptakan satu lagu baru, pasti meminta dia membuatkan syairnya, baru lagu itu diedarkan keluar, saat itu dia sangat populer. Ada orang berkata. "Setiap ada sumur untuk minum, pasti dapat menyanyikan syair Liu-yong." Di sini bisa dilihat bagaimana populernya dia. Syair dia sangat romantis, sekarang di nyanyikan oleh seorang pengamen wanita, jadi lebih menggerakan hati. Suara seruling berhenti, nyanyiannya pun berhenti, seluruh tamu restoran bersorak seperti teriakan ayam, kucing, anjing. Fu Ke-wei juga tidak terkecuali, dengan tulus dia bertepuk tangan dan bersorak! "Bos Fu, bagaimana? Apa ada minat?" Naga Setempat bertanya dengan tertawa aneh. "dengan penampilanmu, He he he! Aku berani jamin." "Tidak usah, orang seperti dia, pasti tamunya banyak sekali, kapan aku bisa mendapat giliran?" Dia ingin menangkap tapi pura-pura melepas. "aku tidak ingin kepalaku pecah, orang yang berebut pasti tidak sedikit, aku bukanlah orang kaya yang berkuasa." "Memang kenyataannya begitu," Naga Setempat tertawa aneh. "beberapa hari lalu, memang ada orang yang dilempar seperti anjing mati, dari dalam pintu dia dilempar keluar pintu dalam keadaan setengah sadar." "Apa benar ada yang mendekati dia?" "Benar." "Orang dari mana?" "Tidak jelas, orang ini telah menginap tiga hari...bukan, empat hari, asalnya tidak jelas, sepertinya seorang yang berusia empat puluh tahunan, wajahnya pucat putih, tubuhnya tinggi kurus, menangkap orang seperti menangkap anak ayam begitu mudahnya." "Dimana orang ini sekarang?" Dengan wajah tidak berubah dia semba-rangan bertanya. "Dua hari lalu hilang misterius." "Bagaimana kata nona Yan-fang?" "Apa pun tidak mengatakan, dia menyangkal ada orang seperti ini datang padanya." "Kau tidak menyelidikinya? Daerah ini kan termasuk wilayahmu." "Menyelidiki kentut, orangnya mendadak menghilang, dan nona Yan-fang dengan tegas menyangkal, bagaimana menyelidikinya?" Naga Setempat mengangkat bahu, melakukan gerakan seperti tidak dapat berbuat apa-apa. "dan juga, masalahnya tidak menjadi besar, hingga aku pun tidak ada waktu mengurus hubungan antara pengamen dengan tamunya." "Ha ha ha! Jika aku ada niat pada dia, bukakah akan timbul kejadian kepalaku dipukul pecah?" Tanya Fu Ke-wei tertawa aneh. "Ha ha ha! Jika kepalamu dipukul sampai pecah, bisnis kita bukankah jadi gagal?" Lalu Naga Setempat mengulurkan tangan menepuk-nepuk bahunya. "Tenang saja! Serahkan segalanya padaku, paling sedikit, aku Lu-jiu masih bisa mengurusnya!" Saat itu Yan-fang sudah membawa baki, berjalan kesetiap meja mengambil uang sumbangan, dan sedang jalan menuju kemeja mereka. "Bos Fu, kau beri dia beberapa perak, berilah dengan sedikit royal." Pesan Naga Setempat dengan pelan. "dengan demikian akan menarik perhatian dia, masalah selanjutnya biar aku yang atur, kau tidak perlu repot." "Kau ingin langsung menghubungi dia?" "Omong kosong! Dia tidak kenal aku." Naga Setempat berkata. "biasanya penyambut orang yang datang kedaerah kekuasaan ini, adalah adik tiriku, Hei Fei-ke, terhadap perempuan ini aku tidak begitu gairah, dia tidak cocok dengan seleraku." "Hi hi hi! Apa seleramu wanita perkasa?" "Bos Fu suka berkelakar, ha ha ha..." Yan-fang tampil disisi meja. Sepasang mata genitnya seperti dapat bicara, dia melirik sekali dengan pelan di wajah Fu Ke-wei saat melihat dia menaruh sepuluh liang perak diatas baki, juga dengan pelan tertawa manis, tidak ada tingkah khusus yang tampak. "Sepertinya dia tidak terlalu perdulikan uang." Kata Fu Ke-wei pada Naga Setempat dengan pelan. "seorang gadis yang sangat percaya diri, logikanya, pendapatan dia banyak, sepertinya tidak ada alasan untuk menerima tamu lagi, nyanyian dia sudah cukup untuk biaya hidupnya." "Bos Fu, ha ha ha!" Tawanya Naga Setempat sangat menusuk telinga. "mencari harta jangan takut kebanyakan, jika bisa mendapatkan, cepat-cepatlah mengambilnya bukankah itu pintar? Menunggu setelah habis masa mudanya, ibarat di depan pintu sudah sepi, kereta jarang yang lewat, ingin mengambilnya pun sudah terlambat. Kecantikan wanita ada batasnya, benar bukan? Ha ha ha! Tidak menolak kalau aku urus dia kan?" "Hanya idiot yang menolak." Dia menatap bayangan belakang Yan-fang yang berada di meja sebelah mengumpulkan uang sumbangan. "tidak salah, dia memang seorang wanita cantik." "Kalau begitu aku segera mengurusnya, kelihatannya tidak ada masalah, tadi aku melihat dia tersenyum penuh arti padamu, baguslah!" Habis bicara Naga Setempat habis membalikan kepala, pada orang yang bermata tikus itu membisikan beberapa kata. Pria bermata tikus tidak henti-hentinya menganggukan kepala, lalu meninggalkan tempat, dengan jalan-pelan menghampiri orang tua itu, di sisi telinga orang tua itu bicara beberapa saat. Sejak tadi Fu Ke-wei memperhatikan keadaan di sekelilingnya, tapi tidak terlihat ada yang mencurigakan. Ruang restoran yang amat ribut, tamu makan yang kasar dan rendahan, brandalan yang tidak tahu aturan dan licik, wanita petualang yang suka akan uang...semuanya begitu biasa, semuanya begitu alami. Keadaan demikian, di seluruh dunia, setiap kota metropolitan dan kota yang agak pantas sedikit, memang seperti itu, sejak zaman dahulu, sungguh tidak tampak ada keadaan yang tidak biasa. Menurut dia, apa yang dikatakan Naga Setempat, orang misterius yang ada di belakang Yan-fang, barulah hal yang tidak biasa. Dia berusia empat puluh tahunan, wajahnya putih pucat, tubuhnya tinggi kurus, menangkap orang semudah menangkap anak ayam, ini adalah ciri khas wajah Tamu Penggantung Wu-feng. Orang yang mau dicarinya, itulah Tamu Penggantung Wu-feng, yang menempati urutan ketiga dari empat penjahat terbesar di dunia persilatan. Tamu Penggantung adalah pembunuh berdarah dingin, sulit dilacak keberadaannya, ilmu silatnya sangat tinggi, hoby satu-satunya adalah wanita, juga khusus menyukai wanita petualang yang pandai diatas ranjang, terhadap wanita yang kelihatan manja, tidak romantis sedikit pun dia tidak ada selera. Inilah alasannya, dari Yan-fang dia mendapatkan jejaknya. Jika Wu-feng belum meninggalkan Wu-hu, pasti akan kembali ketempatnya Yan-fang yang harum itu. Jika dia bisa tinggal di tempat Yan-fang selama beberapa hari, cepat atau lambat pasti akan bertemu Wu-feng dan melempar dia keluar pintu, dia berharap bisa menunggu tibanya hari itu. Dia mengira tidak ada orang yang tahu asal-usulnya, lebih-lebih tidak terpikir ada orang yang akan mencelakainya. Sebab dia sudah mengawasi keadaan sekelilingnya, semua tampak normal, jika mempunyai reflek begini, maka dia akan hidup lebih lama. Tidak ada hal yang mencolok mata, tidak tercium ada bau yang membahayakan. Sampai pria yang bermata tikus itu pun, tidak terlihat berlaku aneh. Orang ini hanya licik, serakah, gesit, pandai menyembunyikan keinginannya sebagai seorang tikus setempat, seekor tikus yang tubuhnya penuh jarum, suka berkeliaran di kegelapan saja, tidak perlu di khawatirkan oleh dia. Ruang makan kembali ribut dan kacau seperti semula, Yan-fang sudah kembali ke tempatnya, menunggu kesempatan bernyanyi kedua kalinya, bernyanyi berturut-turut akan merusak gairah minum para tamu. Pria bermata tikus sudah kembali. Fu Ke-wei melihat Yan-fang dari jauh menatap kearah tempat dia, wajahnya tidak tampak expresi khusus. "Aku pikir, kau tidak berhasil." Katanya pada pria mata tikus yang baru saja duduk. "Hanya berhasil setengah." Laki-laki bermata tikus pertama kali bicara, logat lokalnya sangat kental. "pertama, malam ini Yan-fang ada janji dengan orang, harus menunggu dia membatalkan janjinya terlebih dulu baru bisa menerima, bisa tidaknya membatalkan, sekarang sulit mengata-kannya. Kedua, jika telah membatalkan, kau harus datang setelah lewat tengah malam, dia mengamen biasanya selesai sekitar jam sepuluh malam, jika terlalu pagi, dia dengan kakeknya belum ada di rumahnya, pergi kesana juga tidak ada gunanya, dia berharap kau mendengar dia nyanyi disini sampai selesai." "Aku ini orangyang sabar." Kata Fu Ke-wei. "Kalau begitu bagus, dia sudah menyuruh orang untuk mengaturnya." Perkataan Pria bermata tikus tanpa ada perasaan. "aku beritahu terlebih dulu, uang bokingan dia semalam sangat tinggi, kau harus siap-siap dulu. Dan ada lagi yaitu apakah dia mau kau menginap atau tidak, dia berhak menentukannya, jika dia mempersilah-kan kau pergi, kau tidak boleh ngotot mau tinggal dan ribut." "Kau tenang saja, aku akan tahu diri." Kata Fu Ke-wei, pembicaraannya beralih. "saudara, siapa marga dan nama anda? Sudah datang begitu lama, arak pun sudah banyak meminumnya, dan juga telah membantu aku, sampai sekarang aku belum berkenalan dengan saudara, sungguh tidak sopan." "Orang semacam aku nama dan marga tidak terlalu dibutuhkan. Kau panggil saja aku Tikus Setempat." Kata Pria bermata tikus malah dengan tanpa perasaan mentertawakan dirinya sendiri. "aku mengikuti abang Lu sudah lima enam tahun, bertemu orang ngomong bahasa orang, bertemu setan ngomong bahasa setan, aku senang bekerja, mau memanggil apapun padaku, aku tidak akan menyalahkan kau." "Ooo! Saudara Tikus Setempat, kau sungguh sangat penyabar." Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Dia berkata lagi. "kau mengatakan kau bekerja dengan senang, itu belum tentu, paling sedikit tadi diluar restoran, kau berlaku sangat kasar sekali, bukan saja tidak tepat, juga hampir saja terjadi salah-paham yang besar." "Tapi akhirnya kau berhasil berbisnis dengan abang Lu, betul tidak?" Kata Tikus Setempat. "itulah keberhasilan aku, yang gagal seharusnya kau." "Jangan banyak omong kosong lagi, dengar! Yan-fang akan menyanyi lagi!" Teriak Naga Setempat dengan keras. Yan-fang memang mulai menyanyi lagi, suara seruling yang merdu mengikutinya. Sepasang matanya yang genit melemparkan sorot mata seksi pada tamu lainnya, sambil bernyanyi sambil berdiri memegang sapu tangan, menggoyangkan pinggul, matanya genit seperti sutra penuh pesona, tapi sekali pun tidak pernah melirik pada Fu Ke-wei, sepertinya ada yang dikhawatirkan, dikatakannya tidak tertarik malah tertarik, mungkin dia sudah melupakan akan hal ini. Ini adalah reaksi yang sangat normal, Fu Ke-wei sungguh kagum akan kematangan wanita pengamen ini, juga kepandaiannya menyembunyikan sesuatu. Kabupaten He-kou karena berada diluar kota, makanya tidak ada jam malam, juga tidak ada larangan, perahu perahu bisa berlalu lalang siang dan malam, setiap saat ada perahu yang merapat di pelabuhan dan berangkat, bagaimana bisa mencegahnya? Saat restoran hampir tutup, tamu-tamu mulai bubar, beberapa pemabuk dibopong oleh temannya pergi. Akhirnya Yan-fang dengan orang tua itu juga pulang, saat mau pergi, dari kejauhan dia memberi senyuman manis pada Fu Ke-wei, sorot matanya membuat hati orang melayang. Naga Setempat dan Tikus Setempat terus berkomplot mencekok arak pada Fu Ke-wei, tapi, kedua orang itu malah mabuk terlebih dahulu, sampai hampir saja terbaring! Fu Ke-wei yang minum seratus gelas lebih arak, sepertinya kecuali berkeringat, paling banyak hanya tiga puluh persen mabuk. Tikus Setempat sedikit lebih sadar dari pada Naga Setempat, begitu Yan-fang pergi, dia segera menaruh gelas dan sumpit, sepasang tangannya bertahan pada meja, dengan lidah yang pendek berbicara tidak lancar pada Fu Ke-wei. "Bos... Fu,... saatnya... pergi,,. mau... maukah... ku antar kau per...pergi kerumah...Yan-fang?" "Tikus Setempat, apakah kau bisa jalan?" Tanya Fu Ke-wei. "Ten...tentu bisa, bang, kau...kau pergi duluan saja." Naga Setempat sudah tengkurap diatas meja, sudah tidak bisa jalan! "Uuu...mmm...mmm...ngek..." Naga Setempat terus tersedak arak, tampaknya akan muntah. "Dia segera akan merangkak." Kata Fu Ke-wei berkata. "Nan...nanti...akan ada yang datang... datang menjemput dia." Kata Tikus Setempat sambil menahan meja, bergoyang-goyang berdiri. "bos Fu, per...pergilah! Ja...jauh sekali lho! Ib...iblis kecil itu, mmm...kapan-kapan aku...aku juga pergi...mencari dia bersenang-senang. Jalan, aku...aku antarkan." "Tidak perlu, aku tahu cara mencari dia." Fu Ke-wei mengeluarkan dua blok perak diberikan pada pelayan yang melayani di samping. "dibawah benteng kota di ujung jalan, tidak terlalu jauh." "Ooo! Ternyata kau...kau sudah menaruh ha...hati pada Yan-fang." "Orang kabupaten He-kou, siapa yang tidak tahu tempat itu? sia-sia kau mengatakannya." Fu Ke-wei mendorong kursi bangkit berdiri. "Yan-fang sepertinya tidak menyuruh orang memberi jawaban, tidak tahu apakah dia membatalkan janjinya?" "Apa masih perlu menyuruh orang memberi jawaban? Dia sudah dari tadi memberi aba-aba tangan menyatakannya!" "Ooo! Kenapa aku tidak memperhatikan?" Sangat diluar perkiraan Fu Ke-wei. Dia terus mengawasi gerak-geriknya Yan-fang, seharusnya dia bisa melihat aba-aba tangan Yan-fang, tapi sungguh dia tidak melihatnya. "Dia sedang menunggumu." Kata Tikus Setempat. "aku...aku sungguh kagum padamu, pergilah! Aku...aku antarkan, siapa tahu di...ditempat dia bi...bisa makan sup...sup penyadar arak...yang dia buat sendiri..." "Kau tidak bisa berjalan, aku pergi sendiri saja, terima kasih!" Kata Fu Ke-wei sambil merapihkan baju melangkah. Naga Setempat mulai muntah, hawa arak memabukan orang. Kemudian datang dua orang yang berdandan kuli, mengapitnya pergi, para pelayan tidak ada orang yang berani bertanya. Tikus Setempat sambil sempoyongan berjalan keluar dari restoran, di jalan sudah sedikit orang, lampu di luar toko bersinar merah gelap, beberapa pemabuk seperti roh, berjalan sempoyongan di sudut jalan. Malam sudah larut, dan di daerah barat jalan di pinggir sungai tetap masih ada perahu yang bergerak, ada orang yang sedang sibuk. Fu Ke-wei sudah tidak terlihat, dia berjalan menuju keujung jalan! Didepan di sudut rumah dalam bayangan gelap, terdengar satu siulan pelan! Tikus Setempat yang dengan sempoyongan berjalan kearah berlawanan, setelah melewati sepuluh toko lebih, tiba-tiba langkahnya menjadi cepat, mabuknya seperti telah hilang, di sudut jalan sekelebat saja dia sudah menghilang, masuk dalam kegelapan di sebuah gang kecil. Di dekat kaki benteng kota, ada sederetan lima rumah yang tinggi rendahnya berbeda-beda, jalannya menyempit dua kali lipat, hingga bisa disebut gang kecil. Dari lima buah rumah itu, hanya rumah kedua yang lampunya masih menyala. Di depan rumah ada pekarangan, di kedua sisinya ada tanah kosong, rumput liar tumbuh dimana-mana. Fu Ke-wei dengan tenang sampai di depan pekarangan yang lampunya menyala. Dengan teliti dia memperhatikan keadaan sekelilingnya, ini adalah kebiasaan orang dunia persilatan, selamanya harus memperhatikan tempat di mana dirinya berada. Rumah tembok itu tampak biasa sekali, begitu melihat langsung tahu keadaannya. Siang hari tadi dia telah menyelidiknya, saat ini dia hanya perlu berdiri sebentar melihat keadaan sudah cukup. Jika malam ini Wu-feng sudah datang lebih dulu, di dalam rumah pasti tidak akan begini tenang dan damai. Dia maju mengetuk pintu tiga kali, sesaat, pintu dibuka oleh seorang tua, dia diam tidak bicara dan menyingkir kesamping, menunggu dia masuk, lalu menutup pintu kembali, dengan diam dia membawa jalan melewati pekarangan menuju ruangan, tampak orang itu tua sekali, seperti roh yang kecil dan kurus. Ruangan rumah itu kecil sekali, tapi pengaturannya bersih dan segar. Di kedua sisi tidak ada kamarnya, jalanan ada di sebelah kanan, begitu masuk kedalam tampak ada kamar yang sinarnya redup, lalu ada pekarangan terbuka yang kecil, dibelakangnya lagi barulah ruang dalam, rumah di pinggir jalan seperti ini, sangat sederhana sekali tidak ada yang khusus. Orang yang menyambutnya, adalah Yan-fang yang telah berganti baju. Pakaian yang longgar, rok seratus lipatan warna hijau danau, samar-samar bisa terlihat lekukan tubuhnya, menambah tiga puluh persen kecantikannya. Orang tua itu sudah masuk kedalam lagi, mungkin kamar di belakang ruangan adalah tempat tinggalnya si orang tua. Yan-fang membesarkan api lampu minyak, dengan santai menyuguhkan segelas teh, di pipinya tampak sedikit malu, dengan lembut tapi tidak dibuat-buat berkata. "Tuan Fu silahkan minum tehnya, tempat tinggalku sederhana sekali, di rumah masih belum memakai pembantu, jika pelayanannya tidak sempurna, harap bisa dimaklumi." "Nona Yan-fang tidak usah sungkan." Dia tidak minum tehnya, gelas teh ditaruh diatas meja. "jangan perlakukan aku sebagai tamu." "Tuan Fu silahkan duduk sebentar." Yan-fang berdiri. "di dapur aku telah menyiapkan cemilan, tidak memerlukan waktu lama. Atau, silahkan masuk keruang dalam istirahat, jika tidak tuan Fu duduk seorang diri, malah tidak leluasa, silahkan!" Perkataannya tidak kampungan, juga tidak ada lagak yang dibuat-buat oleh wanita ini, hati Fu Ke-wei jadi lega, paling sedikit tidak akan terjadi keadaan yang kaku. "Nona, silahkan." Dia tersenyum. "bisa tidak persilahkan bapak tua itu keluar berbincang-bincang? kata orang, dia kakeknya nona." "Kakekku pendengarannya kurang baik, orangnya sudah tua dan malas bicara," Yan-fang tertawa. "beliau sudah istirahat, mari kita masuk ke dalam, silahkan ikut aku." Yan-fang berkata, sambil membereskan peralatan minum, tapi setelah berpikir-pikir dia kembali menaruhnya, lalu berjalan masuk ke dalam. Fu Ke-wei mengikuti dari belakang, seutas bau harum tipis yang jernih menerobos masuk ke dalam hidungnya. Mendadak, dia sepertinya teringat sesuatu, langkahnya jadi melambat, sepasang alisnya mengerut dan menundukkan kepala berpikir. Berjalan sampai ujung belakang menggantung satu lentera yang sinarnya buram. Tiba-tiba Yan-fang membalikan tubuhnya, dengan sangat alami mengulurkan tangan menggaet lengan Fu Ke-wei. "Dipekarangan tidak ada lampu, tuan Fu hati-hatilah melangkah." Kata. Yan-fang tersenyum menggetarkan hati. "suatu hari, aku akan beli satu perumahan besar yang pekarangannya enak untuk dihuni." "Keinginanmu pasti akan terkabul." Kata Fu Ke-wei, lamunannya jadi terpotong. "dengan wajahmu, keinginanmu cepat akan terkabul." "Tuan Fu silahkan duduk." Yan-fang melepas tangannya sambil tertawa laksana bunga. "aku akan siapkan seteko teh yang harum." "Jangan urus teh dulu." Dia tertawa ringan, sambil menarik Yan-fang dan mendekap pinggang yang munggil itu, Yan-fang tidak bisa mengendalikan dirinya, dia duduk di pangkuannya. Bantal kapas seperti ini memang untuk laki-laki dan perempuan duduk bertumpuk. "tempatmu lebih mewah, di bandingkan dengan pelacur ternama di Qin-huai kota Nan-jing." "Mmm...tuan Fu." Yan-fang setengah menolak menyandar dipelukannya, mulutnya yang kecil munggil memikat dimonyongkan. "sudahlah, jangan mengolok orang, kau adalah hartawan kecil dari Nan-jing, pengalamannya banyak, siapa yang bisa menandingi pelacur ternama Qin-huai! Apakah kau tiap hari pergi ke pesisir Qin-huai?" "Pelayanan dalam berbisnis! Tidak bisa di hindarkan, tapi juga tidak setiap hari pergi, aku ini bukan tuan hartawan yang memiliki gunung mas gunung perak di rumah." Dia menangkap tangan mulus Yan-fang dinikmatinya. "dengan bakat seni mu, pasti bisa dijuluki bunga ternama yang berwajah cantik dan pandai, bunga ternama di Qin-huai, dibanding kau masih jauh." Yan-fang duduk miring diatas pahanya, tangan kanannya dipegang Fu Ke-wei, pinggang munggil juga didekap dengan tangan kiri, ingin berdiri jadi tidak mungkin. "Kau seperti berpengalaman sekali didalam kelompok bunga." Yan-fang ingin menarik tangannya, dengan wajah yang genit sangat memikat, jari mulus tangan kirinya perlahan ditunjukkan pada kening Fu Ke-wei. "aku telah mengatakan ingin membeli rumah, jika kau bisa percaya padaku, pinjamkan pada aku beberapa ratus liang perak, entah kau mau memberikannya atau tidak?" Pengamen dengan tamu, yang dibicarakan jika bukan uang pasti sex, itu hal yang biasa sekali, Fu Ke-wei sedikit pun tidak ada alasan untuk curiga, walau saat dia masuk ke kamar sudah merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Paling sedikit, seorang wanita pengamen yang setengah membuka pintu, mengatur rumah yang disewa begitu mewah, sedikitnya tidak normal. "Bukan aku tidak mau, masalahnya ada pada dirimu." Katanya. "Aku? Maksudmu adalah, kau ingin di rumah emas menyembunyikan bunga, takut aku tidak mau?" "Ini..." "Apa yang membuat kau tidak bisa tenang, yang bergerak?" Pipi halus Yan-fang ditempelkan di wajahnya, dia tidak bisa melihat perubahan wajah Yan-fang, hanya merasakan pipi mulus yang sangat licin, mengelus-elus pipinya dengan nafas seperti anggrek. "Maksud ku adalah..." "Tuan Fu, kau harus mengerti." Kata Yan-fang sambil mencium wajahnya, dengan romantis. "di seluruh kabupaten He-kou, tidak ada orang yang setampan dirimu, juga kedudukannya terhormat, uangnya banyak. Aku sudah nekad mengikutimu, itu adalah keberuntunganku, juga harapan ku, kecuali kau tidak ada perasaan tidak ada cinta." "Kau menggombal lagi..." "Bukan aku menggombal, tapi aku mengatakan apa yang ada didalam hatiku." Yan-fang bangkit ingin berdiri. "kau dan aku baru berkenalan, di pihakku bunga jatuh ada maksud, sekali melihat langsung jatuh hati, di pihakmu aku tidak tahu, walau kau hanya bersandiwara! Aku pun tidak akan menyalahkanmu. Jangan mengusap-usap, sarapanku masih belum siap! Kau duduk dulu sendiri, aku segera menemani mu. Kamar dalam sudah dibereskan, mau tidak berbaring di dalam?" "Di restoran aku sudah cukup minum arak, perut juga sudah penuh dengan makanan, mana bisa sarapan lagi." Dia memeluk tidak melepaskan, wajahnya berseri-seri, tangan yang memeluk pinggang munggil tidak jujur, memijat disini mengusap kesana-kemari, membuat Yan-fang yang diusap seluruh tubuhnya membara. Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "jangan tergesa gesa, dan juga..." "Kalian laki-laki!" Mata genit Yan-fang berair, nafsunya sudah sampai di alis. "seperti kucing yang rakus, setelah masuk rumah ingin masuk ruangan, setelah masuk ruangan ingin masuk kamar..." "Setelah masuk kamar ingin naik ranjang." Dia dengan tertawa aneh melanjutkan. "tapi aku sedikit tidak sama..." "Apa yang tidak sama?" Yan-fang memelas, menarik tangan kanan, merangkul leher dia, seluruh tubuhnya menempel di dadanya, buah dada yang kenyal menekan di utas dadanya yang luas dan kuat. Fu Ke-wei bukanlah seorang laki-laki kaku yang bisa memeluk tapi tidak kacau, dia juga tidak ingin jadi seorang yang kaku, dia mencium pipi halus Yan-fang, dengan mata seksi tertawa aneh. "tidak sama, tidak sama, karena aku sekarang masih belum memikirkan ranjang, juga belum memikirkan wanita cantik diatas ranjang. Setelah naik ranjang, gelang giok, walet terbang semua sama saja, Xi-zi, Wu-yen tidak jauh berbeda, yang berbeda adalah situasi dan romantisnya sebelum naik ranjang, bidang ini seharusnya kau lebih tahu dari pada aku, ruang dalammu diatur sedemikian seperti kamar pengantin, bisa di lihat di bidang ini kau pasti adalah pakarnya, siapa pun setelah masuk ruangan ini, ada berapa orang yang bisa menolak-nya? Tapi malam ini situasi hatiku beda, aku ingin berbincang denganmu dibawah sinar lilin." "Apa! Kau..." Yan-fang menggeliatkan pinggangnya yang kecil, meronta. "Jangan bangun, duduk saja di pelukanku sambil ngobrol." Dia erat memeluk tidak melepaskan. "aku tidak akan melepaskanmu, karena..." "Ooo! Bagaimana pun kau harus membiarkan aku melepas baju..." "Saat harus melepas baju, aku akan melepaskanmu." Dia memeluknya lebih erat lagi. "tidak perduli asal usulmu bagaimana, itu pastilah cerita lama yang sejak zaman dahulu sampai sekarang sama saja, aku tidak perlu menceritakan, yang ingin aku katakan adalah kau yang sekarang dan dikemudian hari." "Sekarang? Apa kau sudah memutuskan menyimpan bunga didalam rumah emas? Kau..." "Itu adalah hal di kemudian hari, sekarang aku ingin bicarakan keadaanmu. Mendengar kata kata Naga Setempat Lu-jiu, beberapa hari lalu ada orang disini berebut dan berkelahi, ada orang yang dilempar keluar pintu, dipukul sampai mengalirkan darah dan kepala pecah." "Adakejadian itu." "Siapa saja mereka itu? Orang yang memukul dan melempar keluar pintu adalah..." "Aduh! Kau memijat menyakiti pinggang aku," Tiba-tiba Yan-fang tertawa sambil berseru. "lepaskan aku, aku ingin berdiri menarik nafas..." "Aku kan tidak menggelitikmu." Akhirnya dia melepaskan tangannya. "hal cemburu berkelahi walau adalah hal biasa, tapi jika tidak betul mengurusnya, mungkin akan memakan korban..." "Kau ingin tahu siapa orang itu, betul tidak?" Yan-fang dengan tangan memainkan godeknya, langsung bertanya. "Aku ini mengkhawatirkan mu..." "Khawatirkanlah dirimu sendiri!" "Maksud mu..." "Aku ingin kau mati!" Begitu suara mati keluar, tangan mulus Yan-fang turun kebawah, sinar jarum berkelebat, tiga buah jarum ekor lebah yang telah di sembunyikan di dalam rambut, dengan sangat cepat menusuk kearah dada Fu Ke-wei. Berdiri bertempelan, yang satu berdiri yang satu duduk, sekali tangan dijulurkan langsung sampai di sasaran, yang satu tidak berniat, yang satu berniat, dewa sakti pun tidak akan lolos dari petaka ini. Tangan kanan Fu Ke-wei saat ini baru saja diangkat mengusap dagunya, dia yang pertama menyadari dari lengan baju Yan-fang ada gerakan yang tidak biasa, setelah melihat bayangan jarum yang hampir tidak terlihat oleh kasat mata, dia sudah tidak dapat menghindar. "Aiit..." Dia berteriak terkejut, langsung jatuh terlentang. Jarum ekor lebah yang panjangnya dua cun, jika masuk kedalam dada, bagaimana akan tertolong? Walau tidak langsung mati, tapi sulit bergerak, sekali bergerak sakitnya menusuk paru-paru, sakitnya bisa membuat seluruh tubuhnya lemas, kehilangan semangat gerak dan tenaga. Yan-fang bergerak mundur setelah melepaskan jarumnya, dengan ringannya terbang mundur satu zhang lebih, turun di pintu kamar dalam, dengan cepat mengangkat gorden masuk kedalam, saat keluar lagi di tangan kirinya ada sebilah pisau belati sepanjang satu chi, berdiri di jalan menuju dapur, dengan dingin menatap Fu Ke-wei yang diatas lantai, meronta kesakitan. Wajah cantik dia berubah jadi dingin dan kaku, sepasang matanya yang cantik genit berubah bersinar dingin, tidak berkedip menatap Fu Ke-wei, seperti seekor serigala yang telah makan kenyang, dengan tatapan dingin melihat pada buruan kecilnya yang telah mati, di matanya walau ada hawa pembunuhan, tapi sudah tidak ada selera. Fu Ke-wei menggulung tubuhnya, dengan sekuatnya menahan sakit, satu cun demi satu cun dia meronta duduk, sesaat, dia berhasil, tangan kiri menekan dadanya, tangan kanan bertahan pada bantal kapas, lutut kanannya dibengkokan setengah duduk, akhirnya dia bisa duduk stabil. Wajah dia pucat putih, setiap otot wajahnya mengencang berubah bentuk, berubah sangat menakutkan, giginya digigitkan dengan kuat, bisa diketahui sakit yang dia derita begitu hebatnya. Sinar matanya sangat menakutkan, dia mengawasi pada Yan-fang, api kemarahan membara, hitamnya menakutkan orang, dinginnya mengigilkan orang. Dari kejauhan, terdengar suara kentongan tiga kali tanda jam dua belas malam! "Jarum...ekor...lebah..." Seluruh tubuhnya gemetar. "kau...kau adalah..." Mata Yan-fang bergerak, terhadap lawan yang masih bisa meronta duduk, itu diluar dugaannya, dia juga terkejut karena dia masih bisa bicara. Belati sudah keluar dari sarungnya tanpa suara, sinar dingin berkilat, sangat tajam sekali. "Kau adalah...adalah Ratu Lebah Perempuan...yang su...sulit dilacak..." Yan-fang melangkah, selangkah demi selangkah mendekat, langkahnya pelan sekali, matanya menyorot sinar yang sangat waspada sekali. Tubuh Fu Ke-wei bergoyang, hampir saja jatuh, tapi akhirnya bisa ditahan dengan tangannya, dengan gemetar satu cun-satu cun dia menggerakan tubuhnya yang berat itu mundur kebelakang, menggerakan sepasang kakinya dengan susah payah mundur, sekali bergerak, garis kesakitan diwajarinya bertambah selapis. Tidak jauh di belakang tubuhnya ada pintu ruangan, di luar adalah pekarangan yang gelap pekat. Kecepatan Yan-fang mendekat, lebih cepat di banding gerakan dia mundur kebelakang. Dia sudah bisa bicara, gemetar tubuhnya semakin keras. Sinar kilat datang, bayangan orang datang menekan, Yan-fang sudah tidak tahan lagi, dia menyerang dengan belatinya. Angin kuat menekan tubuhnya, bau harum menyerang orang, hawa dingin belati menuju kearah dadanya, tubuhnya harus membungkuk dan juga menempel dekat. Terdengar satu teriakan perlahan, sebelum sesaat ujung belati sampai disasaran, Fu Ke-we merebahkan tubuh kebelakang, sepasang kaki dengan kecepatan kilat menyerang, sakit yang amat sangat membuat dia tidak bisa mengerahkan tenaga seharusnya, tapi serangannya tetap saja dahsyat. "Aiik..." Yan-fang berteriak terkejut, kaki kanannya tersapu, dia jatuh miring satu zhang lebih, jatuh dengan satu suara keras, dan menabrak mengenai dinding, membuat jendela bergetar, orangnya telah jatuh di bawah dinding. Fu Ke-wei mengangkat tubuhnya, tapi di dalam ruangan gelap, sepasang lilin telah dipukul jatuh oleh Yan-fang, gelapnya sampai mengulurkan tangan tidak bisa melihat lima jari. Jelas, Yan-fang tahu pisau Xiu-luo-nya sangat menakutkan, sangat mungkin dia masih ada tenaga melemparkan pisau terbangnya memadamkan lampu adalah pertahanan yang paling baik. Dalam kegelapan, terdengar Yan-fan mengeluarkan siulan aneh. Segera di depan sudah ada gerakan, si orang tua seperti setan keluar dari pekarangan, di tangannya membawa seruling bambu yang berwarna-warni, lebih panjang empat cun dari pada seruling yang dipakai untuk pertunjukan, seruling ini sepanjang dua chi dua cun. "Dia di bawah pintu." Teriak Yan-fan dengan gelisah. Di dalam pintu di bawahnya ada benda yang bergerak, dengan sinar bintang di pekarangan samar-samar bisa terlihat. "Jarumku mengenai dadanya, tapi dia masih bisa bertahan." Yan-fang berbicara lagi, tapi telah merubah posisi. "dia telah menendang kaki kananku, dalam waktu singkat ini, dia tidak bisa bergerak leluasa, cepat bunuh dia!" Orang tua itu mengangkat seruling kebibir-nya, sebuah sinar dingin menembak dari dalam seruling, dengan jitu mengenai benda bergerak di bawah pintu sejauh satu zhang lebih, satu suara aneh terdengar. "Bukan manusia." Orang tua dengan perasaan aneh berteriak. "apa benar dia ada di dalam?" "Seharusnya masih ada." "Kau benar telah melukainya?" "Tiga buah semuanya mengenai dadanya." "Kau tidak menambah dia satu pisau?" "Sedikit terlambat..." "Kacau! Cepat keluar." "Seharusnya dia sudah tidak akan bisa bertahan..." "Cepat jalan!" Orang tua itu berteriak ketakutan. Seluruh perumahan gelap gulita, sedikit suara pun tidak ada. Fu Ke-wei bersembunyi di rerumputan pintu belakang, di belakang dia adalah benteng setinggi dua zhang, orang yang bersembunyi di dalam rumput, tidak akan mudah di temukan. Dia keluar dari pintu belakang, karena sakit dia tidak bisa memukul jatuh lawannya. Dia tidak bisa berjalan, kata-kata orang tua itu tidak bisa di percaya, jika lawan merencanakan siasat hebat yang tiada cacat untuk membunuhnya, pasti setelah melihat mayat buru-buru meninggalkan tempat. Didalam hati dia tahu, di sekitar ini paling sedikit musuhnya telah menyembunyikan lima orang kawannya, menunggu dia keluar mengantar nyawanya, atau menunggu dia menghembuskan nafas terakhir baru mencari mayatnya. "Sungguh aku pantas mati!" Di dalam hati diam-diam dia memaki dirinya sendiri. "begitu banyak gejala yang mencurigakan, aku malah begitu bodoh mengabaikan satu persatu. Oh langit! Siapa yang mengatur siasat keji yang tidak ada kelemahannya ini? Dengan Ratu Lebah aku tidak ada permusuhan juga tidak ada dendam, dia tidak ada alasan untuk membunuhku, kenapa? Kenapa?" Dia pernah mendengar di dunia persilatan ada seorang wanita yang pandai menggunakan jarum untuk membunuh orang, di dunia belum pernah mendengar ada orang yang pernah melihat wajah aslinya Ratu Lebah, dia belum pernah bertemu, dari mana datangnya permusuhan? Siapa nama Ratu Lebah apa pula marganya? Cantik atau buruk, siapa pun tidak ada yang tahu. Jarum Ekor Lebah adakah senjata rahasia jarum yang membuat orang-orang persilatan ketakutan, di tempat yang terbuka kelompok orang ini secara diam-diam bisa membunuh orang, bisa dikatakan dewa tidak akan tahu setan tidak akan merasakannya, sangat mudah melakukannya dan sangat jitu. Jarum Ekor Lebah sangat tajam, kekuatannya mengejutkan orang, tidak kena sasaran tidak apa-apa, begitu terkena pasti menembus masuk ke dalam tubuh dan mengenai jeroan, jika tidak dibedah dagingnya, sulit bisa mengeluarkan jarumnya, dalam sekejap, jeroannya pasti akan berdarah dan mati, jarum Ekor Lebah walau kecil, tapi di ukir bergerigi, bisa masuk tidak bisa mundur, bisa mengikuti gemetar sakitnya tubuh, sesudah masuk kedalam nadi darah, pembuluh yang dilalui satu persatu akan terluka. Lebih-lebih karena kecil, lukanya sulit ditemukan, makanya orang yang telah mati, penyebab matinya pun tidak dapat diselidiki. Orang persilatan kalau membicarakan Jarum Ekor Lebah, seperti membicarakan wajah harimau berubah warna, ketakutan seperti melihat ular atau kala jengking, tidak perduli golongan putih atau hitam, tidak satu pun yang tidak membencinya setengah mati. Beberapa tahun ini, orang yang mati tidak tahu sebabnya dibawah jarum ini, memang tidak sampai lima puluh tapi ada sekitar tiga sampai empat puluh banyaknya, semua adalah orang persilatan yang punya kedudukan, tanpa alasan yang jelas dibunuh, setelah mati baru di ketemukan penyebab kematian didalam tubuhnya. Mengenai korban yang tidak ditemukan penyebabnya, ada seberapa banyak? Sungguh sulit dihitung. Dia diserang oleh wanita jahat ini dengan tiga jarum, jarum masuk kedalam tubuhnya, dia sudah tahu kehebatan senjata gelap ini. Dengan hati-hati dia mencabut pisau Xiu-luo dari sarungnya, pelan-pelan membuka baju. Dia begitu telitinya sedikit pun tidak mengeluarkan suara. Orang yang berani merencanakan pembunuhan padanya, pasti bukan orang yang tidak ternama, mereka ini bersembunyi disekitar menunggu, ingin membuktikan dia hidup atau mati, suara sekecil apa pun, sulit lolos dari pendengaran tajam para pesilat tinggi ini, di ambang pintu hidup atau mati, sekecil apa pun kesalahan, sudah dapat menentukan jalan hidupnya. Dia bukanlah orang yang bodoh, tapi kali ini dia telah melakukan kesalahan serius yaitu tahu setelah ada gejala yang mencurigakan. Pertama, dia terpikir orang berbaju biru Bo Yi-he adalah anggota organisasi pemburu bayaran itu. Dia dengan Bo Yi-he, pernah bertemu beberapa kali, dia tidak berhubungan erat, tapi dengan ketua organisasi pemburu bayaran Dewa Karma Pu Chao-chen, dia berhubungan erat dan juga sering mengadakan hubungan dagang. Berbicara ilmu silat, Bo Yi-he dengan Wu-feng tidak berbeda jauh, Wu-feng jarang punya teman. Asal ditambah satu atau dua orang yang membantu, akan mudah menghadapi Wu-feng. Bo Yi-he mengutus orang membawa dia dari Di-zhou datang kesini, dia mengira Bo Yi-he pasti kekurangan orang. Tapi saat berpisah dengan Bo Yi-he, Bo Yi-he malah mengatakan bisa mengumpulkan teman-temannya untuk membantu dirinya, dengan adanya kejadian seperti ini kenapa dia tidak timbul curiga? Yang lain adalah Naga Setempat Lu-jiu, lama diam di restoran, para berandalannya malah satu pun tidak terlihat, dimana bersembunyinya teman-teman Naga Setempat? Mana bisa mereka membiarkan bos mereka sendirian berbisnis dengan orang asing? Jelas Naga Setempat jika bukan satu kelompok, pasti telah dikendalikan oleh si pembunuh. Satu lagi orang tua peniup seruling, jika adalah orang tua biasa, bagaimana bisa meniup seruling dengan nafas yang kuat sekali? Yang paling tidak bisa diampuni adalah, dia pernah mencium bau harum tubuhnya Yan-fang dengan kwalitet harum yang tinggi sekali, tapi dia sedikit pun tidak timbul waspada. Dia sudah berkelana di dunia persilatan sebanyak sepuluh musim semi dan musim gugur, dia pernah berhubungan dengan tidak sedikit teman wanita dan wanita asing. Mereka orang yang dari keluarga benar dan gadis terhormat, parfum dan kosmetik yang digunakan, kwalitasnya sama sekali berbeda dengan wanita pengamen, seharusnya sekali mencium dia bisa langsung sudah tahu, walau pelacur ternama di Qin-huai, untuk mengangkat diri juga menggunakan kosmetik kelas tinggi, tapi tidak bisa menghindar menggunakan dengan berlebihan, disatu pihak menyatakan harga dirinya tinggi, disatu sisi bisa menawarkan bau tubuh laki laki, apa lagi terhadap bau arak, jika tidak ada bau harum yang kental, bagaimana bisa tahan? Yan-fang adalah wanita pengelana, dengan apa dia menggunakan parfum yang tipis? Saat itu dia sungguh sudah curiga, tapi malah jalan pikirannya terputus oleh gerakan Yan-fang menggaet tangannya mengatakan kata romantis, kecurigaan yang timbul mendadak jadi terbuyar-kan. Semakin dipikir semakin berdiri bulu kuduknya, dia juga diam-diam mengagumi gerakan dan rencana Yan-fang yang sangat teliti. Kalau saja dia minum teh yang ada di ruangan luar, kalau saja dia tidak menggunakan siasat menempelnya, kalau saja dia tidak mendesak hingga pembicaraannya sampai pada Tamu Penggantung dan masuk kekamar... Dan juga kalau saja dia bukan sedang duduk mendapat serangan, bukan saja dalam sekejap dapat melihat hawa pembunuhan dimata Yan-fang... Tidak perduli bagaimana pun mengatakannya, dia telah terkena siasat wanita cantik, seharusnya dia sial, dia salah menganggap harimau betina pembunuh wanita sebagai wanita jalanan, kelakar ini sudah terlalu besar. Dia sudah mati sekali, dan sekarang bahaya masih belum lewat. Dia memotong otot dada, menggigit gigi menahan sakit mencabut keluar satu Jarum Ekor Lebah didalam otot dadanya. Disaat lawan melemparkan jarum terbang nya merentangkan badannya, dan tangan kanannya yang sedang mengusap dagu, dengan reflek menggunakan lengan menangkis jarum, makanya jarumnya masuk dengan miring, tidak masuk kedalam dada, sungguh berbahaya sekali, hidup dan mati hanya berbeda selembar rambut. Dia memakaikan obat di dalam kantong serba guna mengobati lukanya, lalu memotong bajunya untuk membalut, semuanya dilakukan tanpa bersuara. Dia begitu tenang, dengan sabar dapat menahan sakit, ini adalah modal dia berkelana di Jiang-hu selama lima tahun dan masih hidup sampai sekarang. Diatas benteng, di satu tempat yang rusak, pelan-pelan nonggol setengah kepala, dengan sangat perhatian menyapu kebawah. Dia telah melihatnya, tapi tidak perdulikan. Diatap genteng rumah paling luar, ada satu bayangan hitam yang bergerak-gerak. Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Mungkin orang-orang itu sudah tidak sabar menunggu, bersiap masuk kerumah mencari mayatnya, orang-orang ini semuanya penakut. Langit terlalu hitam, nama Xie-jian-xiu-luo menggemparkan ke seluruh penjuru persilatan, di dalam kegelapan malam kedahsyatan pisau Xiu-luo bisa bertambah sepuluh kali lipat, siapa yang berani jadi pahlawan? Dia pelan-pelan menggulung lengan baju kanannya, terima kasih langit! Tidak, seharusnya terima kasih pada pelindung lengan kantong pisau dirinya sendiri, dua buah jarum Ekor Lebah miring menancap kedalam kantong kulit tempat menyelipkan pisau, tertahan oleh badan pisau terbang arahnya jadi membelok dan tenaganya berkurang lebih dari setengahnya, maka jarum itu masih menancap di kantong kulit. Melihat posisinya, dua buah jarum ini, satu menuju kearah jantung, dan yang satunya lagi sedikit keatas mengarah kedada kiri, ketepatannya, sungguh membuat hati orang bergetar. "Wanita hina ini sungguh keji!" Di dalam hati dia memaki. Di depan terdengar ada suara yang pelan sekali, rupanya ada orang yang naik keatap genteng rumah mengintip. "Malam ini orang yang datang membantu dari luar, paling sedikit ada delapan orang." Di dalam hati dia menghitung, sambil menenangkan diri mengawasi keadaan disekitarnya. Dia tidak bisa keluar, otot dada yang dipotong masih terluka, begitu bergerak akan mengalirkan banyak darah, bagaimana bisa bertarung dengan pesilat tinggi? Juga, tubuhnya tidak membawa senjata. Tempat bersembunyiannya bagus sekali, dari belakang rumah sampai ke kaki benteng jaraknya ada tiga puluh langkah lebih, penuh tumbuh rumput liar dan pohon berduri kecil, dia berjongkok tiarap di rerumputan, rumput liar menutupi dirinya, walau sinar lebih terang lagi, dari atas benteng melihat kebawah juga sulit menemukan bayangan tubuhnya. Yang paling penting, pesilat yang ilmu meringankan tubuhnya sudah sampai tingkat kesempurnaan pun tidak akan dapat dari jarak lebih dari sepuluh langkah seperti kilat mendadak menyerang dirinya. Jika orang yang datang ke rerumputan mencari jejak, dari jarak dua zhang lebih sudah dapat dirobohkan dengan menggunakan pisau Xiu-luo, keadaan dia sekarang, tenaga yang dapat di gunakan untuk melempar pisau Xiu-luo, hanya dapat mencapai jarak kurang lebih dua zhang. Jika tidak mendesak sekali, dia tidak akan menggunakan pisau Xiu-luo, untuk menghindarkan lukanya kembali pecah. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan, adalah bersembunyi dengan baik, berdoa pada langit supaya melindungi jangan sampai di temukan oleh orang-orang ini. Asalkan hari sudah terang, orang-orang ini pasti akan melarikan diri. Jika didalam rumah tidak ditemukan mayatnya, pasti akan timbul kekacauan, mungkin pemimpinnya mengira dia sudah melarikan diri, tidak buru-buru melarikan diri dari tempat kejadian itu, adalah hal yang aneh. Akhirnya, dia mendengar ada suara di dalam rumah, malah dapat melihat sinar lampu yang keluar dari celah dinding, orang-orang ini sudah berani dengan terang-terangan menyalakan lampu mencari dia. Lalu, ada orang yang mencari di kaki benteng, ada orang yang mencari di pinggir kali, di seberang jalan, ada orang dengan terburu-buru dari sebelah kiri tempat bersembunyinya lari kearah kaki benteng, jaraknya tidak sampai satu zhang, mereka malah tidak memperhatikan daerah rumput pendek tempat sembunyi dia, malah mencari di tempat kaki benteng yang ditumbuhi rumput setinggi manusia dan pohon-pohon. Orang-orang ini semua memakai pakaian malam, semua memakai cadar hitam, bukan saja tidak bisa melihat wajahnya, juga tidak bisa melihat jelas bentuk tubuhnya, langit terlalu gelap, dan gerakan orang-orang ini juga terlalu cepat. Lama, dari arah kaki benteng ada orang mencari berbalik arah, mulai dari rumah sebagai pusat berkumpul. Dua bayangan hitam satu di kiri satu di kanan, dengan hati-hati selangkah-selangkah berjalan memeriksa, tidak henti-hentinya menggunakan pedang membuka rerumputan yang dicurigai. Melihat arah dan garis jalannya, tempat sembunyinya tepat dari arah orang sebelah kanan, tidak diragukan lagi dia pasti tidak akan lolos dari nasib jika di temukan. 0-0-0 Bab 3 Dia menggigit gigi, sepasang tangannya mencabut sebilah pisau Xiu-luo. Bayangan hitam semakin mendekat, babak hidup atau mati segera akan ditentukan. Dia merasa jatungnya berdebar bertambah cepat, telapak tangannya mulai berkeringat. Dua zhang, satu setengah zhang..sepasang tangan dia tidak berkeringat lagi, kembali seperti dulu tenang dan mantap, tenaga dalamnya diam-diam dipusatkan, akan melakukan satu serangan dahsyat menentukan hidup atau mati. Ini adalah keistimewaan dia di Dunia persilatan yang berbeda dari orang-orang lain, ketika dia memutuskan akan bertarung, malah dia akan lebih tenang dibandingkan di saat kapan pun, tenangnya sampai dia sendiri juga heran, sebab kalau sudah begitu dia merasa meski langit runtuh pun tidak akan mempengaruhi dirinya, dengan berani dia menghadapi kematian, dibandingkan orang yang mengaku tidak takut mati jangan dikata. Hampir mendekati jarak satu zhang, sorot mata bayangan hitam itu sedang menyapu dari arah kanan ketempatnya. Pisau Xiu-luo dia, tenaganya sudah terpusat di ujung pisau. Mendadak, diatap genteng muncul satu bayangan hitam, sambil mengeluarkan satu siulan tajam yang pendek, lalu sekelebat menghilang. Bayangan hitam yang akan melangkah mendekat, membalikan kepala pada temannya yang di kiri, lalu bersiul mengangkat tangan mengayun ke belakang, dua orang itu membalikan tubuh lari ke arah kaki benteng, dengan gerakan Bangau Menerjang Langit, orang itu meloncat keatas benteng setinggi dua zhang, sekelebat sudah menghilang. Jantungnya Fu Ke-wei kembali berdebar, telapaknya pun kembali berkeringat, perasaan mengendur setelah melewati bahaya, membuat dia merasa sangat lelah, dan lukanya kembali terasa sakit. "Aku pasti bisa mencari kalian." Dia didalam hati berteriak. Cuaca akhirnya menjadi terang, dia masuk ke dalam rumah Yan-fang, dengan teliti memeriksa setiap pelosok, dia berharap bisa mendapatkan sedikit jejak. Tapi harapannya sia-sia, kecuali perabotan rumah, apa pun tidak ada yang ditinggalkan, sampai satu baju pun tidak ditemukan. Dia jadi tertawa pahit menggelengkan kepala, orang-orang ini sungguh pintar sekali, seperti setan saja, gerakan menghilangkan jejaknya begitu sempurna. Terakhir, dia sekali lagi melihat kesekeliling rumah. Tiba tiba, dia menyorotkan matanya pada alat minum yang pernah dia gunakan untuk menjebak orang tua, di barang itu ada satu lubang kecil terkena senjata gelap, tapi senjata gelapnya telah hilang. Itu adalah lubang sebesar kacang, menembus alat setebal setengah cun, lubangnya ada yang mendadak membesar, di sekeliling lubang ada jejak warna hijau padam yang sulit dilihat. Dia mencium-cium lubang kecil itu, lalu membuka kantong serba ada, dengan pisau Xiu-luo mengambil bubuk dari satu botol keramik perut besar, di campur dengan air liur lalu dioleskan pada satu sisi lubang kecil itu, dia memperhatikan perubahannya, dia tidak henti-hentinya mencium. Tidak lama, sisi yang telah dioles bubuk, tampak ada jejak warna pucat keputihan. Dia kembali menggunakan bubuk di botol lainnya, dioleskan pada sisi lain lubang kecil. Berturut-turut dicobanya menggunakan empat macam obat bubuk, akhirnya obat terakhir menampakan jejak warna abu-abu hijau, mengeluarkan bau tipis semacam amis ikan. Dia tertawa puas, lalu membereskan kantong serba ada pelan-pelan berdiri. "Seruling Pengejar Nyawa, Jarum Kematian, aku sudah tahu siapa kalian!" Dia berguman, sinar dingin di matanya tiba tiba jadi membara, sudut bibirnya tersenyum keji, sepasang tangan dengan reflek mengepal kuat. Hari ketiga, Fu Ke-wei muncul di pesisir timur Au-zhou, menyuruh perahu menanti di tempat itu, dia sendirian masuk ke Zhou-xi. Ini adalah daratan pasir yang melintang di mulut sungai, berhadapan dengan Lao-gu-fan yang berada jauh di seberang sungai, daratannya ditumbuhi oleh rerumputan, beberapa gubuk rumput di bangun untuk istirahat para nelayan, biasanya tidak ada orangyang tinggal. Saat dia mendadak muncul di salah satu gubuk rumput, dia telah mengejutkan tiga pria besar yang sedang tidur. "Iii! Kau..." Seorang laki-laki besar meloncat terkejut sambil berteriak. "Siapa yang dipanggil Penerobos Ombak Chen-shou?" Tanya dia sambil menggendong tangan sambil tertawa. "Kau adalah..." Tanya Laki-laki lainnya dengan waspada. "Aku marga Fu, mencari Chen-shou." "Dia tidak disini, pergi ke Wu-wei-zhou di seberang pantai." "Saudara adalah..." "Aku marga Gao, kau cari kakak ketiga Chen..." "Beri kabar pada bos kalian Naga Setempat Lu-jiu." "Ini..." Wajah pria besar berubah. "Aku berniat baik, tiga hari lalu, bos kalian dengan aku pernah berhubungan di restoran Jin-ling, minum arak seratus gelas lebih." "Ooo! Kau pedagang kain marga Fu yang datang dari Nan-jing." Kata laki-laki besar itu dengan ketakutan, wajahnya berubah sekali. "Benar, pedagang kain datang dari Nan-jing." Dia tertawa. "ini menandakan Naga Setempat diam-diam telah mengatur persiapan, kakak ketiga Chen kalian mungkin tahu akan hal ini." "Apa gunanya tahu?" Laki-laki besar tertawa pahit. "bos Lu malam itu juga sudah mati, dia tetap tidak bisa menyelamatkan nyawa." "Ooo! Naga Setempat sudah mati?" Dia bertanya, tapi tidak merasa diluar dugaan. "Benar, kami beberapa saudara, sama sekali tidak mampu mencegah dua orang yang berdandan kuli itu, kami juga mengorbankan nyawa dua orang saudara." "Makanya kakak ketiga Chen kalian sembunyi di Wu-wei-zhou." "Kami tidak dapat melawan musuh kuat." "Aku sengaja datang pada kakak ketiga Chen untuk memberi kabar." "Ini..." "Apa kalian tidak berharap membalas dendam?" "Ini..." "Kasih tahu aku berita yang kalian ketahui, nanti aku pergi mencari mereka. Alap Alap Laut Kidul Karya Kho Ping Hoo Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung Keris Maut Karya Kho Ping Hoo