Ceritasilat Novel Online

Pengelana Rimba Persilatan 28


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 28


Pengelana Rimba Persilatan Karya dari Huang Yi   Sampai pemerintah juga tidak bisa mengaturnya, dan malas mengurusnya.   Sekitar jam empat sore, Fu Ke-wei bersama Xie-shen, Nie-sha-yin-hoa dan Ouw Yu-zhen, menginap di penginapan Liu-fu, penginapan yang paling mewah dikota itu.   Penyebaran berita di dunia persilatan ternyata sangat cepat sekali.   Beritanya perkumpulan Cun-qiu di kota Jiang-ning yang terbabat habis semua, sudah menyebar keseluruh Dunia persilatan.   Masalahnya adalah, orang-orang dunia persilatan tidak tahu siapa orang yang bernama Fu-jiu ini.   Sehingga, dalam peristiwa Jiang-ning, orang yang terlibat kecuali orang-orang Jin-she-dong, Hoa-fei-hoa yang sudah ternama malah menjadi sorotan semua orang, Fu-jiu malah jadi orang yang kurang penting, malahan menjadi tawar di dalam berita.   Supaya Fu Ke-wei tidak menjadi sorotan orang, makanya hanya membawa Xie-shen bertiga menginap di penginapan, yang lainnya menginap di penginapan luar kota.   Tapi, tetap saja tidak bisa lolos dari perhatian orang yang ada maksud.   Keesokan harinya, setelah sarapan pagi, sudah ada orang yang datang berkunjung.   "Bocah marga Fu, keluar!"   Di pekarangan, seorang setengah baya yang berbaju hitam seluruhnya membawa pedang perlahan berteriak kearah pintu kamar, wajahnya yang pucat kaku, tersenyum dingin yang membuat orang ingin muntah! Pintu kamar perlahan dibuka, Fu Ke-wei melangkah keluar kamar perlahan berjalan ke pekarangan, dai kiri kanan kamar sebelah juga keluar Xie-shen, Nie-sha-yin-hoa dan Ouw Yu-zhen.   "Kau anjing tua menggonggong apa?"   Penampilan Fu Ke-wei berbeda sekali dengan dahulu jika menghadapi penantang dengan tersenyum senyum, mata macannya melotot.   "mau bicara cepat bicara, mau buang angin segera lakukan."   "Kau ini blasteran yang tidak tahu mati, berani menghina aku."   Orang berbaju hitam marah sampai wajahnya jadi lebih pucat lagi, sepasang tangan aneh, sepuluh jarinya dikepal-kepalkan, sikapnya sangat menakutkan orang.   "Kau Pedang Setan Pengail Roh walau termasuk salah satu dari Jiu-hao (Sembilan orang hebat.) dari aliran hitam, tapi masih belum termasuk Xie-shen yang menakutkan, jangan sombong di hadapan aku."   Fu Ke-wei menunjukan jati diri lawannya, tampangnya yang menganggap remeh sangat jelas sekali.   "aku tidak perduli kau pengangguran ingin jadi ternama, atau disuruh orang datang menakuti aku, semuanya aku tidak perduli, jangan berhayal bisa menakuti aku."   Di pintu koridor, muncul seorang setengah baya berbaju hijau.   "Sombongnya selangit, orang macam kau ini akan cepat mati."   Suara orang setengah baya berbaju hijau dingin juga menusuk telinga, dia menggendong tangan pelan mendekat.   "Kau Shi-jue-jian (Pedang jagal sepuluh.) juga pernah sombongnya selangit, kau kenapa bisa hidup sampai sekarang? seharusnya sudah mati dari dulu?"   Fu Ke-wei tanpa ragu menghina lawan.   "Saudara Wu, jangan ikut campur, dia bagianku!"   Pedang Setan Pengail Roh berteriak dingin.   "Kau juga bagianku."   Fu Ke-wei tertawa dingin.   "Kau yang mencari aku, ini adalah kesalahan yang paling besar seumur hidupmu, kau akan membayar kesalahan ini dengan harga yang paling mahal."   Satu suara dengungan pedang, Pedang Setan Pengail Roh mencabut keluar pedangnya, dari pedangnya terdengar suara dengungan yang seperti auman singa siulan naga, saat mencabut pedang tenaganya sudah menonjol.   Fu Ke-wei menerima pedang panjang yang diberikan oleh Nie-sha-yin-hoa berikut sarungnya, pelan-pelan mencabut pedang, wajahnya sedikit pun tidak tampak emosi, tenang dan santai sedikit pun tidak ada emosi.   "Hati-hati! Saudara Wang."   Shi-jue-jian seperti melihat ada gelagat yang tidak benar, memperingatinya.   Sia-sia dia mengkhawatirkan, Pedang Setan Pengail Roh dengan sombongnya maju menerjang, melalui jalan tengah mendesak, hawa pedangnya tiba-tiba meledak, sedikit pun tidak ada sikap seorang tetua yang ternama, dia menggunakan tenaga dalamnya yang kuat, dalam satu jurus ingin menundukan lawan.   Tidak tahu keadaan diri sendiri juga tidak tahu keadaan lawan, menjerumuskan diri sendiri ke dalam bahaya.   Satu suara tembusan terdengar, sinar listrik yang dikeluarkan oleh Fu Ke-wei tanpa ragu-ragu menghadang kearah sinar pedang yang datang, terlihat sinar berputar, angin dan geledek mendadak timbul.   Pedang Setan Pengail Roh tubuh dan pedangnya terbang terlempar dua zhang lebih, buum...   dalam getaran besar, menabrak patah satu tiang koridor, menabrak lagi ke tembok, lalu roboh ke bawah.   Shi-jue-jian terkejut, wajahnya berubah, tangan kanan yang tadinya telah memegang pegangan pedang, dengan putus asa dilepaskan.   "Siapa yang menyuruh kau datang kesini?"   Ujung pedangnya Fu Ke-wei ditempelkan di tenggorokannya Pedang Setan Pengail Roh.   "aku tidak bisa membunuhmu disini, supaya tidak di perkarakan, tapi aku bisa menghancurkan saluran hawa murni dan darahmu, biarkan lawanmu yang mencari kau."   Di sekeliling telah berkumpul beberapa pelayan penginapan dan tamu yang tidak berani mendekat mendamaikan, satu persatu melongo dengan wajah pucat.   "Le......lepaskan aku......"   "Tidak bisa."   "A......adalah tuan kedua Xiao dari selatan kota......"   "Xiao apa?"   "Xiao Du......"   "Ooo! Seruling Racun Xiao Du salah satu dari Tiga Seruling Dunia, rumah dia disini? Bagus bagus."   "Tuan, kau adalah orang yang di hebohkan, berjalan kemana pun akan timbul masalah, kami tidak berharap orang luar mengacau di tempat kami, sehingga......"   Shi-jue-jian melanjutkan perkataannya.   "Sehingga Seruling Racun ingin mengusir aku? kata Fu Ke-wei dingin.   "jika aku tidak mau pergi bagaimana?"   "Ini......didaerah kami ada beberapa orang tidak bisa terima, ingin bertarung dengan mu orang yang menghebohkan ini."   Kata Shi-jue-jian dengan wajah aneh.   "jika mereka mengaku kalah, maka tidak akan mengganggu kau bergerak dikota kami."   "Jika aku tidak terima bagaimana?"   "Kau akan berhadapan dengan orang-orang seluruh kota, terang-terangan, gelap-gelapan, perorangan atau berkelompok semuanya akan menghadapimu."   "Ini siasat cara mendesak? Atau ancaman?"   "Mungkin semuanya benar."   "Apakah kalian tahu aku disini akan mengurus apa?"   "Tidak tahu."   Kata Shi Jue Jian tertawa.   "apakah kau menerimanya?"   "Baik, aku terima."   Nadanya Fu Ke-wei sangat pasti.   "Kau harus seorang diri datang bertemu, jika tidak, di sepanjang jalan pasti akan ada orang yang memblokir, setiap orang asing semua tidak di izinkan melewati jalan yang kau lalui, pasti akan terjadi peristiwa yang tidak terduga, jika kau takut, kau berhak menolaknya."   "Baik, seorang diri pergi bertemu, kapan? Dimana?"   "Dengan suara bom tengah hari di loteng benteng kota sebagai batas waktu, tepat tengah hari, di lapangan latihan tentara yang telah tidak dipergunakan lagi, tiga li dari luar gerbang kota selatan, pada waktunya akan ada orang yang menyambut kedatanganmu, waktunya tidak banyak, anda boleh memilih mau pergi atau tidak, masih belum terlambat."   "Aku pasti datang."   Kata Fu Ke-wei tawar.   "Kecuali di sepanjang jalan terjadi hal yang tidak terduga."   "Orang-orang di kota kami, pasti tidak akan menggunakan cara licik di sepanjang jalan."   Kata Shi-jue-jian tertawa.   "Pamit, dan semoga lancar."   "Silahkan."   Lalu muncul dua orang pelayan penginapan, dengan tergesa-gesa membopong Pedang Setan Pengail Roh keluar.   Xie-shen bertiga, dengan tegas menolak Fu Ke-wei pergi seorang diri, mereka bersikeras akan menyamar bersama-sama pergi, tapi ditolak dengan tegas oleh Fu Ke-wei.   "Mereka sudah mengatakannya terlebih dulu, sama sekali tidak boleh ada orang asing yang mendekat, jika tidak pasti darah akan mengalir, kalau sudah begitu maka tidak bisa tidak akan diganggu oleh para ular di daerah ini, dan akan terjadi pertumpahan darah yang mengerikan, hingga mengorbankan banyak nyawa tidak berdosa."   Kata Fu Ke-wei dengan nada pasti.   "makanya aku harus pergi, kalian tenang saja, bila benar-benar ada bahaya, aku akan melihat situasi meloloskan diri, aku punya keyakinan bisa lolos dari kejaran pesilat tinggi super yang ilmu silat meringankan tubuhnya nomor satu di dunia, percayalah padaku."   Tiga orang itu punya keyakinan kuat akan ilmu silat meringankan tubuhnya, asalkan dia tidak bersikukuh, mau meloloskan diri, mereka percaya tidak ada orang yang bisa mencegah dia pergi.   Tiga orang itu terpaksa menganggukan kepala, tapi menyatakan akan menghubungi Hoa-fei-hoa dan kawan-kawan bersembunyi di sekitar tempat pertemuan, setiap saat siap membantu.   Seperempat jam sebelum tengah hari, Fu Ke-wei dengan berbaju hijau berkibar-kibar muncul di gerbang selatan kota.   "Saudara Fu tepat janji, kami merasa tersanjung."   Kata dua orang laki-laki besar yang menyambut kedatangannya dengan hormat.   "kami berdua akan membawa jalan, silahkan ikut."   "Merepotkan kalian, silahkan!"   Dia juga dengan ramah, kedua belah pihak sedikit pun tidak tampak permusuhan.   berjalan keselatan tiga li, tibalah di lapangan latihan tentara yang tidak digunakan lagi, rumput liar menghijaukan lapangan, lapangannya datar, sungguh satu lapangan yang cocok untuk pertarungan.   Laki-laki dan perempuan sekitar empat puluh orang lebih, membentuk setengah lingkaran menyambut tamu, empat puluh pasang mata lebih, semua melihat dengan sorot mata aneh menyambut dia.   Diantaranya ada beberapa orang tampak marah, mengira tingkah dia yang berani ini, sangat sombong dan memandang sebelah mata seluruh pendekar kota Xu-zhou.   Di atas loteng benteng kota yang jauhnya tiga li, samar-samar terdengar suara lonceng waktu bergema, dan tiga suara bom memberi tahukan waktu tengah hari, tepat waktu tengah hari.   Shi-jue-jian membawa lima orang anak buahnya, meninggalkan kelompoknya maju menyambut, mempertahankan kedudukannya sebagai tuan rumah, dengan hormat terlebih dulu belakangan baru dengan senjata.   Tuan rumahnya adalah Kuang-jian (pedang angkuh) Yu Ting-yao, dia segera menyatakan pendiriannya, dia adalah sahabatnya keluarga Xiao, mewakili Seruling Racun Xiao-du, mengundang para pendekar di dalam dan diluar kota, berniat, bersama-sama dengan kedudukan sebagai ular setempat, bertarung dengan Fu-jiu, seekor naga kuat.   Naga kuat datang tidal sopan, tidak pernah menurut aturan menemui dulu penguasa setempat, mereka tidak bisa menerima perlakuan ini, makanya hari ini ada pertemuan di lapangan latihan di selatan kota.   Setelah menyatakan kedudukannya, Kuang-jian memperkenalkan empat orang teman yang bersamanya.   Jue-jian (pedang buntung) Su Tian-chao, salah satu dari Sembilan Jago Pedang Terbesar Dunia Persilatan, menempati urutan keempat, lebih rendah dua tingkat dari ketua benteng Xi.   Luo-yin-jian (pedang dingin pahlawan) Lu-an, seorang ahli pedang yang ternama, nama besarnya walau tidak sebesar Sembilan Jago Pedang Terbesar Dunia Persilatan, tapi kemahiran jurus pedangnya tidak kalah oleh Sembilan Jago Pedang Terbesar.   Zhui-hun-biao (senjata rahasia pengejar roh) Luo Tai-he, salah satu ahli senjata rahasia masa kini.   Shen-dao (Dewa golok.) Shang-zi, ahli golok ternama di daerahnya, ilmunya sangat mantap.   Fu Ke-wei merasa lucu, orang-orang ini menyatakan dirinya sebagai ular setempat Xu-zhou, mengaku dirinya adalah pendekar Xu-zhou, tapi hanya Shen-dao Shang-zi yang asli orang dari Xu-zhou.   Yang lainnya semua adalah orang yang dipekerjakan oleh penguasa setempat sebagai pengawal, bagaimana bisa mewakili ular setempat Xu-zhou? Tuan rumah Kuang-jian, juga bukan asli orang Xu-zhou.   Orangnya terlalu banyak, tidak bisa satu persatu di kenalkan, di antaranya malah tidak tahu siapa itu Fu-jiu.   Setelah berbasa basi, Kuang-jian Yu Ting-yao masuk dalam pembicaraan pokok.   "Kita ini semua adalah para pendekar yang hidup dari golok, menghormati moral dunia persilatan dan aturannya."   Kata-kata Kuang-jian tajam seperti golok, tapi di luar menampilkan jiwa pendekar.   "saudara Fu baru turun gunung, mungkin di dalam hati juga mengerti, moral dan aturan bukanlah sama sekali tidak berubah, bisa mengikuti tempat atau waktu berbeda......"   "He he he! Saudara Yu, maksudmu aku mengerti, semua orang juga mengerti, aku tidak akan merasa terganggu."   Fu Ke-wei tertawa melanjutkan, sangat tidak sopan.   "bagus sekali kau mengatakannya, aku Fu-jiu baru turun gunung, aku sekarang sudah datang, kalian semua adalah tetua, kalian bagaimana mengatakannya, aku menurut saja, makanya ada pesan apa silahkan katakan saja, apa sudah puas!'"' "Saudara Fu dalam kerendahan hatinya ada kesombongan, blak-blakan, aku menghormati kau."   Kuang Jian tertawa bangga sepertinya telah menangkap tangan musang kuning yang mencuri ayam.   "kami berlima, setiap orang dengan adil bertarung sekali denganmu, di antaranya ada waktu bisa istirahat sebentar, dalam lima pertarungan jika memenangkan tiga pertarungan, berarti menang dan bileh meneruskan perjalanan, kami para pendekar dari Xu-zhou, selanjutnya tidak akan perdulikan tingkah lakumu. Tapi jika kalah, kau harus bersujud pada kami para pendekar Xu-zhou menyatakan minta ampun, dan membawa orang-orangmu, sebelum matahari tenggelam jauh, segera pergi dan jangan kembali lagi."   "Bagus sekali, seingat adil!"   Kuang-jian mengangkat tangan diayunkan, keluarlah sepuluh orang laki-laki dan perempuan.   "Sepuluh orang ini adalah saksinya, dijamin kedua belah pihak bisa bertarung dengan adil."   Kuang-jian semakin bangga.   "mereka mewakili kehormatannya para pendekar Xu-zhou, pasti jadi wasit yang adil, apakah kau ada usul lain?"   "Tidak ada, bagus sekali! Aku percaya mereka akan jadi wasit adil."   Orang-orang ini telah menganggap dia daging di atas talenan, ada usul juga bisa apa? "Terima kasih atas kepercayaannya saudara Fu, saudara Fu apakah ada kata-kata yang mau diucapkan?"   "Satu hal, kenapa tidak memperbolehkan aku membawa orang?"   "He he he......"   Kuang-jian tertawa dingin dengan bangga.   "kami sudah tahu, kau di luar membawa Xie-shen tiga orang, diam-diam masih membawa Hoa-fei-hoa wanita pembunuh yang membunuh orang dengan segala cara, empat orang ini semuanya adalah buronan yang tidak takut mati, jika mereka menggila, ini......kami akan membayar dengan harga yang menakutkan."   "Ooo! Begitu, aku sudah tahu bagaimana caranya menghadapi kalian."   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Fu Ke-wei merasa lega tersenyum, di dalam hati malah berkata.   "kalian sungguh tidak beruntung, ternyata semuanya setan penakut."   Mudah menghadapi setan penakut, dan juga sudah ditakdirkan akan kalah.   "Kau bicara apa?"   Kuang-jian jelas tidak mendengar kata kata dia.   "Tidak apa-apa, aku sedang menunggu saudara Yu mengumumkan dimulainya!"   "Betul, siap mengumumkan dimulainya.   Ooo! Saudara Fu, masih ada satu hal......"   "Silahkan katakan."   "Saudara Fu, tidak di batasi menggunakan pedang atau golok......"   "Betul, tidak dibatasi pedang atau golok, walau pun seorang ahli silat nomor satu dunia, juga tidak berani dengan sombong mengatakan niatnya muncul gerakannya tiba, mengenal titik saluran menusukan pedangnya, menyerang mata kiri tidak akan salah mengenai mata kanan, aku mengerti."   Kata Fu Ke-wei tertawa.   "kedua belah pihak bertarung, siapa pun tidak berani menjamin siapa beruntung siapa tidak beruntung, ini kan bukan berlatih silat antara guru dan murid. Tenang saja! Jika aku mati disini, orang-orang aku akan menggali lubang disini menguburkan aku, tepuk-tepuk kaki berjalan pergi, tidak akan menyalahkan langit atau manusia, karena aku kalah dan mati dalam pertarungan yang adil, mereka mengerti apa artinya kalah, orang yang takut kalah tidak akan membayar dengan nyawa."   "Bagus, blak-blakan sekali, sekarang kita mulai, Shen-dao Shang-zi saudara Shang, dia yang pertama."   Matahari terik, sedikit pun tidak ada angin, di bawah terik matahari bertarung nyawa, memerlukan tenaga yang banyak.   Harus bertarung lima babak, sungguh satu lelucon, harus menghabiskan berapa banyak tenaga? Ini artinya, walau pun ilmu silat Fu-jiu, lebih tinggi satu lawan satu dari pada lima orang itu, tapi asalkan menggunakan cara bertempur bergerilya, menghabiskan waktu beberapa saat lalu mundur .   mengaku kalah, dia pasti mati kelelahan.   Ini adalah pertarungan yang sudah di tentukan, para pendekar Xu-zhou menggunakan siasat yang sama sekali tidak adil ini, mendesak dia berjalan kejalan buntu, berniat membunuh dia.   Kedua belah pihak berhadapan hanya berbasa basi saja, tetap menjaga sikap pendekar.   Para saksi menunggu kedua belah pihak selesai basa-basi baru mengambil posisi masing-masing.   Fu Ke-wei berdiri di bawah, menyatakan menghormati kedudukan lawan sebagai tetua.   Para saksi tidak mengumumkan aturannya, juga tidak memeriksa senjata dan senjata gelap.   Ini artinya, kedua belah pihak bebas menggunakan apa saja, tidak dibatasi.   Setelah selesai menghormat, pedang pun di hunus, Fu Ke-wei dengan sopan memberi hormat pedang, lalu bersiap, otot di wajah mulai melemas, oleh karenanya diwajahnya muncul tawa yang tidak menentu yang perkasa, dibandingkan dengan mereka yang bertarung untuk menang, mata melotot marah, semangat tinggi sama sekali berbeda.   Sikap perkasanya Shen-dao telah hilang, di ganti dengan wajah yang serius, mungkin memang seorang ahli sungguhan, mengetahui lawan sudah sampai tingkat hawa murninya berkumpul di dalam, dia tidak terganggu oleh keadaan diluar, terpaksa mempertinggi kewaspadaannya.   "Maaf! Tetua Shang."   Fu Ke-wei menggunakan suara yang tanpa perasaan dengan tenang berkata. Ini maksudnya dia akan menyerang terlebih dulu, berbalik dari tamu jadi tuan rumah, dia adalah angkatan muda, orang yang lebih tua harus mengalah baru-betul.   "Silahkan."   Kata Shen-dao dengan tenang, golok diangkat samar-samar terdengar dengungan siul naga.   Shen-dao mengira Fu Ke-wei pasti menyerang dengan hati-hati sekali, membentuk kekosongan untuk masuk menyerang.   0-0-0 Bab 31 Dugaannya ternyata salah, Fu Ke-wei malah dengan berani menyerang dari arah depan.   Suara silahkan masih mengngiang di telinga, sinar listrik yang keluar mendadak menerjang dari depan.   Tenaga serangan pedang Fu Ke-wei sangat dahsyat dan cepat, Shen-dao tidak bisa tidak menangkisnya, jika kurang tepat menghindar, serangan berikutnya pasti akan lebih dahsyat lagi.   Benar saja Shen-dao tidak keburu menghindar, dia membentak, sekuat tenaga menangkis, goloknya mendadak timbul kilat, menyambut datangnya sinar pedang, menangkis keluar sinar kilat.   Kecepatan tusukan pedangnya Fu Ke-wei, di tengah jalan mendadak bertambah cepat satu kali lipat.   Goloknya Shen-dao, jadi terlalu lambat menangkisnya.   "Pergilah!"   Sinar kilat membelah angin masuk, terdengar teriakan dingin Fu Ke-wei.   Pedang tanpa ampun menusuk ke dalam bahu kanannya Shen-dao, dengan kuat dilemparkan.   Shen-dao mengeluarkan suara mmm...   satu kali, lalu terbang berguling ke kiri satu zhang lebih, tidak bisa bangkit lagi.   "Ternyata aku memenangkan babak ini."   Fu Ke-wei mundur ke tempat semula, bertanya dingin pada sepuluh orang laki-laki dan perempuan sebagai saksi.   "apakah para saksi ada keraguan? Aku menunggu keputusannya."   Di sekeliling suara orang sangat ribut, wajah setiap orang berubah. Tidak perlu lagi menanyakan lagi siapa menang siapa kalah, dengan satu serangan sudah melemparkan orang, adalah hal yang nyata.   "Kau......kau memenangkan babak ini."   Pemimpin saksi adalah seorang setengah baya, menggunakan suara yang kurang mantap mengumumkan, wajahnya pucat, ketakutannya jelas terlihat.   "Tidak perlu aku istirahat, silahkan tetua Jue-jian-shu turun kelapangan."   Fu Ke-wei dengan pedang menunjukan ke tanah menahan tubuhnya, dia berdiri disana tegak seperti gunung.   Dia menantang menunjuk nama, memilih Jue-jian-shu Tian-chao yang diurutan keempat di Sembilan Jago Pedang Terbesar Dunia Persilatan.   Jue-jian-shu sudah keluar, kedua belah pihak seperti biasa berbasa-basi dulu.   Fu Ke-wei tetap berdiri di bawah, menyatakan menghormati lawan.   Keyakinan Jue-jian-shu berkurang karena melihat Shen-dao hanya sekali tusukan pedang sudah terluka, dia bersiap memasang kuda-kuda, merubah kebiasaannya, dia mencoba bertahan.   Fu Ke-wei melangkah maju selangkah, pedang di bawah sinar matahari berkilat-kilat.   "Aku persilahkan kau mengeluarkan seluruh kemapuanmu."   Katanya dengan tenang.   "kalian yang memaksa aku menggunakan pedang, hari ini aku akan menghapuskan namamu dari dunia persilatan."   "Bocah, kau sudah keterlaluan......"   Fu Ke-wei tidak menunggu Jue-jian-shu habis perkataannya, pedangnya ditusukan.   Sinar listrik menerjang, guntur mendadak timbul, serangan pedang ini membangkitkan semangat Jue-jian-shu melakukan serangkaian serangan yang amat dahsyat tanpa terputus-putus, dengan cepat merubah posisinya seperti sudah gila, tubuh dan pedangnya sudah tidak bisa dibedakan lagi.   "Traang traang traang traang......"   Serentetan suara sepasang pedang beradu yang menakutkan, keras tidak henti-hentinya menggetarkan telinga.   Fu Ke-wei di dalam lingkaran tiga che bergerak, berputar, berubah posisi, datang pedang menangkis dengan pedang, satu pun tidak ada yang ditolak, dan juga tidak mengambil kesempatan membalasnya, sebisanya membiarkan lawan mengeluarkan seluruh kemampuannya.   Dia sama sekali belum menggunakan seluruh tenaganya, sampai Satu Pedang Utara Chen Ruo-yi yang namanya di urutan pertama dari Sembilan Jago Pedang Terbesar Dunia Persilatan juga kalah ditangannya, jika dia sungguh-sungguh menyerang, Jue-jian-shu mungkin sampai kesempatan balas menyerang pun tidak ada.   Serangannya tidak ada harapan, hanya menghabiskan tenaga saja.   Setelah menyerang seratus dua ratus serangan pedang, hati Jue-jian-shu jadi gundah.   Orang yang nonton di sekeliling adalah para pakar silat, satu persatu hatinya jadi ciut, tangan berkeringat.   Luo-yin-jian Lu-an juga seorang pakar pedang yang ternama, dipinggir dia bisa melihat jelas, tahu meski dirinya maju menyerang juga tidak bisa membongkar jala pedang pertahanan Fu Ke-wei.   "Nama saudara tua Shu, hari ini benar-benar akan dihapus oleh bocah ini."   Luo-yin-jian dengan amat terharu, berkata pada Zhui-hun-biao yang ada disisinya.   "Ilmu pedangnya benar-benar hebat, tubuh dengan pedangnya sudah melebur menjadi satu, saudara Luo, sekarang harapan kita hanya ada pada dirimu."   "Saudara Lu, kita berharap dia tidak bisa menggunakan senjata gelap, tapi harapannya tidak besar."   Zhui-hun-biao juga putus asa.   "sekarang satu-satunya cara, adalah bersama-sama mengeroyok dia, kau pergi pada saudara tua Yu untuk perintahkan! Dia adalah pemimpin pertemuan kali ini."   "Itu akan mengorbankan berapa banyak nyawa? Perkumpulan Cun-qiu tidak lebih kuat dari kita?"   Luo-yin-jian tertawa pahit.   "celaka! Habislah sudah saudara tua Shu!"   Situasinya terbalik, tuan rumah berganti tempat dengan tamu.   Fu Ke-wei sudah mulai balas menyerang, setiap Jue-jian-shu menangkis satu kali mundur dua langkah, tampak keadaanmya sudah kacau.   Tadinya Fu Ke-wei tidak mau membalas menyerang, saat ini Jue-jian-shu mau membalas juga sudah tidak ada tenaga menbalas.   "Lepas!"   Fu Ke-wei teriak dingin.   Satu siulan jernih, pedangnya Jue-jian-shu berputar-putar terbang tiga zhang lebih, jatuh ke dalam rerumputan, mengeluarkan suara dengungan samar-samar! Lalu ujung pedang Fu Ke-wei sudah ditempelkan didadanya Jue-jian-shu.   "Kau sangat beruntung, bisa tahu diri melepaskan pedang."   Kata Fu Ke-wei sambil tertawa dingin.   "Kau......pedangmu ada setan!"   Kata Yue-jian-shu dengan wajah pucat.   "Kau sudah kalah!"   "Kau......menang."   Jue-jian-shu lolos dari dewa kematian, tapi namanya sudah terhapus dari Sembilan Jago Pedang Terbesar. Fu Ke-wei dengan menundukan pedangnya, dengan langkah besar kembali ketempat semula.   "Apa kalian tidak akan mengumumkan?"   Dia bertanya pada para saksi yang terbengong-bengong.   "Kau......me......memenangkan babak ini."   Para saksi mengumumkannya dengan lesu. Lima babak pertarungan harus memenangkan tiga babak, Fu Ke-wei sudah memenangkan dua babak! "Kalau begitu, persilahkan saudara tua Yu turun ke lapangan."   Tantang Fu Ke-wei sekali lagi dengan menunjuk nama, menunjuk nama pemimpinnya Kuang-jian.   Kuang-jian Yu Ting-yao sepertinya tidak merasa heran, dia memberanikan diri mengangkat kepala masuk kelapangan.   "Babak ketiga ini, tampaknya aku harus memenangkannya."   Kata Fu Ke-wei dingin.   "saudara tua Yu, apakah kau mengerti maksud ku?"   Kuang-jian Yu-Ting-yao merasa hawa dingin timbul ke atas dari bokongnya, ke atas menerjang ujung kepala, di hari panas matahari terik, malah merasa seluruh tubuhnya dingin.   Tentu saja dia tahu, Fu Ke-wei akan melakukan pembunuhan.   "Kau juga harus mengerti keadaanmu!"   Kuang-jian penasaran, menggunakan kata-kata ancaman.   "Kau tidak perlu lagi mengkhawatirkan orang-orangmu."   Fu Ke-wei membalas, memberi tekanan pada semangat lawan.   "Apa maksudmu?"   "Karena mereka juga akan mati, mati untuk membalaskan dendammu, walau kau berjalan lebih dulu satu langkah dari mereka, dan tidak bisa melihat pertarungannya, tapi tidak perlu menyesal."   "Kau bisa menahan......"   "Empat puluh lebih ayam liar, anjing kampung, itu tidak seberapa"   Fu Ke-wei dengan sadis berkata.   "Dua puluh satu pasukan inti Shen-li-jin-gang dari perkumpulan Cun-qiu, setiap orangnya lebih kuat dari pada dua orang kalian, dalam sekejap aku telah menghabisi mereka, kalian barang apa? Meski kalian semua bersama-sama maju, jika aku tidak bisa membunuh habis kalian, marga Fu selamanya tidak muncul lagi di dunia persilatan."   Perkataannya telah membuka rahasia menghilangnya sekelompok orang Shen-li-jin-gang.   Semua anggota perkumpulan Cun-qiu, termasuk Yu-shu-xiu-shi tidak tahu bagaimana orang-orang penting dan ketua perkumpulan Cun-qiu tiba-tiba menghilang, walau mereka menduga semua sudah mengalami hal yang tidak menguntungkan, tapi tetap punya sedikit harapan, jika masih hidup tentu orangnya terlihat, jika mati tentu ada mayatnya, siapa pun tidak berharap ketua perkumpulan dan kawan-kawannya sudah mati.   Perkataan Fu Ke-wei ini, walau dikatakan dengan nada tawar, tapi kekuatannya menggetarkan hati orang.   "Orang yang tidak ingin mati, lebih baik meninggalkan tempat ini."   Dia dengan kejam berkata.   "orang yang berani mengulurkan cakarnya padaku, akan dibunuh tanpa ampun!"   Pedang dia diulurkan ke depan, mengarah pada diri Kuang-jian. Melihat wajah Fu Ke-wei yang sadis, Kuang-jian ketakutan, hingga mundur dua langkah ke belakang.   "Bersiaplah, jangan mengatakan langit tidak ada hukum,"   Dia menengadah tiga che keatas ada dewa.   "kalian para brengsek yang membantu orang melakukan kejahatan, tidak ada satu pun yang mempunyai sikap orang persilatan yang menjunjung moral dan kehormatan, membunuh habis kalian, walau tidak akan membuat dunia lebih baik, paling sedikit tidak akan lebih buruk dari pada sekarang, kau yang pertama harus mati."   "Kau......"   Sambil bersiul panjang, dia telah menerjang maju, pelangi pedang membelah langit, bayangan orang tampak samar-samar.   Kuang-jian meloncat ke pinggir tiga zhang, lalu meloncat lagi tiga zhang lebih.   Hawa pedang menekan tubuhnya, pelangi pedang seperti bayangan mengikuti bentuk.   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Ketika kakinya menginjak tanah dia langsung berjongkok membuang pedangnya.   Sinar ujung pedang yang berkilat-kilat, sudah berhenti di depan dada.   Sorot mata dingin Fu Ke-wei, setajam mata golok yang tajam.   Kuang-jian seperti kehilangan roh, seluruh tubuhnya gemetar hampir lumpuh.   "Apa apaan ini?"   Tanya Fu Ke-wei dengan nada dalam.   Pedangnya dibuang, artinya dia menyerah, tapi apa menyerah bisa selesai begitu saja? Orang-orang yang ada di sekeliling, ada setengahnya diam-diam meninggalkan tempat itu.   "Se......semut juga......me......menyayangi nya.......nyawa......"   Kata Kuang-jian terbata-bata.   "Kentut busuk! Kau bukan semut, kau ini manusia, seorang pesilat tinggi dunia persilatan yang mempunyai kehormatan dan tanggung jawab."   "Aku......aku aku......"   "Kau tahu aku berhak memasukan pedang ke dalam dadamu, betul tidak?"   "Saudara Fu, aku telah di..dipesan orang..."   "Dipesan oleh siapa......"   "Dia...dia tu...tuan besar HuaYi-feng......"   Fu Ke-wei berpikir sejenak, lalu menarik pedang mundur ke belakang.   "Kau boleh pergi, aku akan mencari orang yang menitipkan pesan itu.   Selain itu harap beri tahu Seruling Racun saudara tua Xiao, suruh dia berkelakuan baik, jika tidak dia akan menyesal!"   Habis bicara Fu Ke-wei membalikan kepala pergi dengan langkah besar.   Di hadapan puluhan musuh, Fu Ke-wei mengalahkan Jue-jian-shu dan pesilat tinggi ternama, berita ini tersiar di dunia persilatan, semakin tersiar malah semakin tidak masuk akal.   Masalah di dunia persilatan muncul seorang jago pedang bernama Fu-jiu, menjadi peristiwa besar di dunia persilatan.   Kuang-jian meninggalkan lapangan, ketika sedang berjalan kembali ke rumahnya, dua orang berbaju hijau yang berjalan paling depan mendadak membalikan tubuh menghadang.   Dia bersama lima orang teman, berenam orang bersama-sama memegang pegangan pedang, terlihat orang yang menghadangnya berniat tidak baik, mereka bersiap mencabut pedang, tampak orang yang sudah berpengalaman di dunia persilatan.   "Kalian bisa mundur dengan selamat, sungguh harus berterima kasih pada langit yang telah melindungi, sebenarnya kau sudah mati di bunuh."   Kata orang setengah baya baju hijau dingin.   "Aku jamin, lain kali keberuntungan ini tidak akan jatuh pada kalian lagi."   "Sialan! Tuan berasal dari mana?"   Kuang-jian naik pitam, dia tidak bisa menerima peringatan yang berniat buruk ini.   "Seharusnya kau pernah mendengar nama aku, kita adalah satu generasi, walau kau telah lebih dulu berkelana beberapa hari."   "Siapa nama anda?"   "Pi-li-hu Ceng-jie."   "Asalkan orang-orangmu berani dengan hina mengeroyok, yang akan dihadapi bukan hanya sebilah pedang, tapi banyak golok dan pedang, tentu saja termasuk pedangku, dijamin penuh, kalian tidak ada satu pun yang hidup."   "Tuan siapanya saudara tua Fu......"   "Teman, tapi dia urus masalah dia, aku urus aku punya, masing-masing berjalan sendiri-sendiri, masing-masing mencari musuh sendiri."   "Ini......"   "Aku sengaja muncul memperingati, karena aku tidak berharap saudara kecil Fu membunuh terlalu banyak orang, hingga melanggar kedamaian langit, bagaimana pun dia adalah manusia biasa, bukan dewa yang bisa menentukan hidup mati jahat baiknya manusia.   Makanya, lebih baik kau hilangkan niat jahatmu, jika tidak walau dia tidak membunuhmu, aku yang akan membunuhnya, apakah sudah mengerti?"   "Aku sudah mengerti."   Kata Kuang-jian dengan lesu.   "Baik kalau begitu, harap selanjutnya kita tidak bertemu lagi."   Mengantar dengan pandangan mata pada Pi-li-hu yang pergi jauh, Kuang-jian terpaku lama di tempatnya.   "Hampir saja!"   Kuang-jian akhirnya tidak terpaku lagi, sambil menepuk-nepuk kepalanya terkejut, katanya.   "Kita mengira Fu-jiu paling banyak hanya terdiri lima orang, siapa tahu......"   "Lima orang juga sudah membuat orang bermimpi buruk."   Seorang teman dengan terkejut menyela, tidak hentinya merinding.   "Seorang marga Fu saja sudah terlalu banyak."   Seorang teman lainnya mengatakannya lebih parah lagi, sama saja dengan mengaku seorang Fu saja sudah dapat membunuh habis mereka empat puluh lebih pesilat tinggi.   "Sekarang kita harus bagaimana?"   Seorang teman lainnya berkata.   "bagaimana kalau kembali pulang?"   "Apakah kau ingin menyuruh delapan orang menggotong tandu untuk kita?"   Kuang-jian ingin marah tidak bisa berkata.   "kita harus melaporkan kejadian sebenarnya pada majikan masing-masing, mengenai bagaimana memutuskannya, itu urusan mereka."   "Jika ada beberapa majikan tidak mau terima, tetap saja ingin diam-diam membantu tuan besar Hua bagaimana?"   "Itu tergantung kalian sendiri, nyawa milik kalian sendiri."   Kata Kuang-jian dingin.   "Ajo jalan! Aku tidak berharap bertemu dengan orang lainnya lagi, bertindak bodoh menerima hinaan orang, bagaimana pun itu hal yang tidak menyenangkan."   Ular-ular setempat Xu-zhou, dalam waktu semalam semua seperti bersembunyi, para pendekar semua juga bersembunyi dirumah-rumah besarnya para penguasa setempat, tidak perdulikan lagi masalah orang luar.   bagaimana pun permusuhan antara orang luar, tidak ada hubungannya dengan mereka.   Mereka sudah terlalu takut pada Fu-jiu, mana bisa terpikir membalas dendam.   Walau pun katanya naga kuat tidak bisa menekan ular setempat, tapi naga kuat ini terlalu kuat, ular setempat terpaksa menghindarinya.   Perumahan Yin-feng yang berjarak delapan li di sebelah barat kota, adalah perumahan besar milik Hua Yi-feng tuan besar Hua adalah orang kaya di kota ini.   Berbicara tentang kekayaannya, tuan besar Hua masih kalah oleh para penguasa setempat lainnya.   Mengenai hubungan dengan penguasa pemerintahan, tuan besar Hua bisa berhubungan baik dengan semua bagian, pejabat dari bagian keamanan, ada setengah lebih hubungannya sangat baik, mereka saling memberi informasi.   Polisi Ma-fu dari bagian keamanan, ada setengahnya adalah temannya tuan besar Hua.   Orang-orang setempat semua tahu, tuan besar Hua dulu pernah berkelana di dunia persilatan, hanya beberapa orang saja yang tahu tuan besar Hua adalah Yu-nei-yi-zun (orang terhormat sejagat) yang telah menggemparkan dunia persilatan.   Para ular setempat semua ketakutan dan menyembunyikan diri.   Seruling Racun yang diam-diam berhubungan erat dengan Hua Yi-feng, malah mencari alasan pergi keluar kota, jelas sekali dia tidak mau terlibat.   Hua Yi-feng terpaksa menggunakan jurus terakhirnya.   Pagi hari ini di penginapan Shang-fu kedatangan lima orang polisi, yang memeriksa para tamu penginapan.   Surat jalan Fu Ke-wei dan kawan-kawan walau memang palsu, tapi persis sama betul dengan yang asli.   Surat jalannya dikeluarkan oleh kantor dari Nan-jing, tujuannya Zheng-zhou di He-nan, jangka waktunya seratus hari, masa berlakunya masih panjang sekali! Lima orang polisi akhirnya sampai ke kamar atas tempat Fu Ke-wei menginap, lima orang polisi bertindak seperti srigala, laksana harimau.   Tapi Fu Ke-wei bertingkah seperti seorang tuan besar yang berkuasa, karena pekerjaan yang di catat di dalam surat jalannya adalah Shi-kun (pejabat yang diangkat berdasarkan pendidikan) keluaran kabupaten Shang-yuan, Ju-ren di kabupaten itu.   Ju-ren bukan pejabat pemerintah, tapi tingkatnya lebih tinggi satu tingkat dari Xiu-cai, lebih rendah dari Jin-shi, Xiu-cai sudah bisa menjadi pejabat setempat yang diangkat berdasarkan pendidikan.   Polisi mana pun, jika berhadapan dengan Xiu-cai, Ju-ren, kedudukannya pasti jauh lebih rendah, jadi sama sekali tidak berani bertindak sembarangan, walaupun Xiu-cai, Ju-ren datang dari luar daerah yang pejabat setempat juga harus selalu dengan hormat menyebut tuan besar.   Inilah gunanya pelajar mendapatkan gelar, di dalam perkara, jika pelajar masuk ke kantor polisi tidak perlu bersujud, malah disana di sediakan tempat duduk, jika benar-benar dia melanggar hukum, harus ada bukti nyata, mengundang datang ke persidangan juga harus dicopot dulu gelarnya, baru bisa di interogasi dan di hukum.   Selesai memeriksa surat jalan, lima orang polisi itu tetap saja angkuh dan tidak hormat.   "Surat jalanmu ada masalah."   Kata komandan dengan nada dalam.   "Akan kuperiksa dengan teliti."   Paak... terdengar suara keras! Fu Ke-wei memukul meja, mata melotot marah.   "Berani sekali!"   Teriak marahnya.   "Di hadapanku, kau berani teriak-teriak tidak hormat? Suruh atasanmu datang kesini, bagaimana dia harus mengurusnya? Pergi!"   "Kau......"   Polisi terkejut.   "Aku mengundang kau pergi ke Nan-jing memeriksa, waktu itu, menurut aturan aku harus tinggal di kamar tamu di kantor pemerintah, seluruh kerugian yang nampak atau tidak kau harus bertanggung-jawab sepenuhnya, pergi! Panggil komandan kalian kesini terlebih dulu."   "Kau......"   "Kau panggil aku apa?"   "Tuan......tuan Fu."   Polisi tidak bisa galak lagi, jika benar-benar keributannya sampai ke kantor pemerintah, pasti akibatnya parah sekali.   "kemarin, disini terjadi pertempuran......aku......"   "Tidak salah, terjadi pertempuran, ada dua orang berandalan berlaku jahat padaku."   Suara Fu Ke-wei keras sampai semua orang di pekarangan bisa mendengarnya.   "keamanan daerahmu terlalu jelek, mungkin akan terjadi satu peristiwa berdarah yang besar, kalau sampai mati dua-tiga puluh orang, topi jabatan pak bupati sudah pasti akan dicopot. Dan kalian akan menjadi ujung tombaknya, jika sampai mereka marah, membunuh kalian seratus orang pun lebih mudah seperti membalikkan tangan, kalian memakai baju seragam, berjalan diatas jalan raya juga harus hati-hati punggungnya jadi sasaran senjata gelap."   "Jangan tertipu jadi korban, saudara tua."   Xie-shen tanpa bergerak juga dengan sendirinya mengeluarkan hawa yang menakutkan orang.   "pikirkanlah anak istri kalian! Kau tidak mendapat keuntungan seberapa, tapi menggunakan nyawa untuk menjilat, membiarkan anak istri jadi yatim piatu dan janda, apakah pantas? Jangan ganggu majikanku lagi, jika tidak segala akibatnya akan ditanggung sendiri, pergi!"   Kata-kata dua orang yang mengandung ancaman, membuat ketakutan lima orang polisi, sampai tubuhnya merinding.   Para polisi ini mendapat berita sangat cepat, mereka sudah tahu hasil akhir dari peristiwa di lapangan latihan yang terjadi kemarin, mereka juga tahu Hoa-fei-hoa dengan beberapa orang wanita lainnya sudah tiba, entah bersembunyi di mana, dan kelompok wanita ini adalah temannya Fu-jiu.   Hoa-fei-hoa, Nie-sha-yin-hoa, dan Ouw Yu-zhen, semuanya adalah wanita pembunuh yang tidak perdulikan cara menyerang musuhnya, mereka berani menggunakan senjata gelap dijalan raya, membunuh tiga lima puluh pesilat tinggi dunia persilatan adalah masalah kecil, siapa yang berani mengatakan tidak takut? Jika benar-benar terjadi beberapa peristiwa berdarah, setiap pejabat akan melepaskan topi jabatannya, malah di copot kedudukannya dan masuk bui.   Arti perkataan Fu Ke-wei dan Xie-shen, mana mungkin para polisi tidak mengerti? Walau bisa menggerakan sekelompok besar tentara, masih diragukan bisa menangkap Fu-jiu, jika yang terjadi malah sebaliknya, tiga-lima puluh orang di bunuh oleh mereka, siapa yang bertanggung jawab? Para polisi tahu telah bertemu dengan barang keras, dengan cara lemas atau cara keras juga tidak bisa tembus, mereka seperti bertemu dengan dewa atau setan, terpaksa lari terbirit-birit.   Hari baru saja terang, penjaga perumahan dari perumahan Yin-feng, sudah melihat pada kedua sisi jalan raya seratus langkah lebih dari gerbang perumahan, dua puluh empat penunggang kuda berpakaian mewah duduk diatas kuda, seperti sedang menunggu sesuatu.   Tidak lama kemudian, gerbang perumahan dibuka lebar, seorang laki-laki besar setengah baya yang berbadan tegap seperti singa, di pinggangnya terbelit pecut baja yang bersinar hitam, membawa delapan orang anak buah yang sama berbadan tegap, muncul di depan gerbang perumahan.   Dua puluh empat penunggang kuda turun dari kudanya, meninggalkan empat orang menjaga kuda, dua puluh orang menghentikan langkahnya tiga zhang di luar gerbang, membentuk barisan seperti sayap walet berdiri santai.   Fu Ke-wei tetap memakai baju hijau, tapi di pinggangnya terselip pedang panjang berikut sarungnya.   "Kalian datang kesini ada perlu apa? Orang orang perumahan kami tidak ada yang kenal kalian!"   Kata orang setengah baya yang membelitkan pecut baja, suaranya seperti guntur, sikapnya sangat keras.   "Kau hanya tidak mau mengenal saja."   Sapa Fu Ke-wei maju sendirian.   "Apakah kalian perampok? Xu-zhou adalah tempat yang ada hukumnya!"   "He he he! Daerah tuan jika benar ada hukumnya, seorang seperti Shen-bian-tai-sui (dewa pecut Tai-sui = nama dewa.) Yao Guan-Bao bagaimana bisa hidup sampai sekarang? Kau seorang perampok besar, malah menjelma jadi seorang kepala pengurus perumahan seorang kaya Xu-zhou, dunia apa ini? Apa kau pantas membicarakan hukum dengan aku? Suruh Hua Yi-feng keluar!"   "Ketua perumahan kami kemarin sore pergi ke Yun-tai mengunjungi temannya, dalam waktu singkat tidak akan kembali ke perkampungan."   "Kalau begitu, kau bisa memutuskan sendiri!"   "Kau ingin apa?"   "Ooo..! aku menginginkan ketua benteng Xi beserta anaknya dan murid ketua perumahanmu Yu-shu-xiu-shi Gao Yun-fei."   "Ini......"   "Aku beri kau hitungan sepuluh untuk memutuskan......"   "Tadinya mereka menginap di perumahan selatan, setelah terjadi peristiwa pertempuran di lapangan latihan dua hari lalu, malam hari itu juga sudah membawa para anak buahnya, melalui jalan raya barat pergi ke barat."   Kata Shen-bian-tai-sui dengan wajah pahit keras.   "tuan besar Hua karena ada perasaan hubungan guru dan murid, dan berdasarkan rasa setia kawan dunia persilatan, terpaksa menerima Yu-shu-xiu-shi dan ketua benteng Xi, juga melindungi mereka memanfaatkan waktu melarikan diri......"   "Kau telah ikut dalam pertemuan di lapangan latihan, kau yang melaporkan beritanya, betul tidak?"   "Aku......"   "Aku sembelih dulu kau belasteran anjing ini!"   Fu Ke-wei dalam rasa putus asanya jadi naik pitam, mencabut pedang dengan marah meloncat menerjang.   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Empat orang anak buah berteriak, empat bilah pedang dengan dahsyat menyambut.   Guntur mendadak timbul, hawa pedang memenuhi udara, dalam kemarahannya Fu Ke-wei telah menggunakan jurus hebatnya, jurus pedang yang liar ganas menerjang seperti sambaran kilat.   Terdengar beberapa suara benturan logam yang menakutkan, sinar kilat seperti ular menari-nari.   "Aah......"   Orang pertama dengan berteriak terpental terbang dua zhang lebih, orang kedua segera terpental terbang kearah lainnya.   Satu terjangan dua kali putar, empat orang terpental terbang ketiga arah, empat bilah pedang ada dua yang patah, hujan darah segar menyebar ke tanah.   Empat orang semua terpental oleh pedang, seberapa parah lukanya bisa dibayangkan.   Pedang panjang yang berlumuran darah, menunjuk ke depan.   "Kalian telah menggagalkan urusanku, semua pantas mati, bunuh!"   Matanya melotot marah, penuh dengan hawa membunuh, mengeluarkan teriakan marah yang liar, mengayunkan pedang maju menyerang.   Pecut Shen-bian-tai-sui sampai tidak berani dilepaskannya, dengan ketakutan dia cepat mundur di bawah lindungan empat orang anak buahnya, wajahnya pucat ketakutan.   Jin Wen-wen dengan rok hijau melayang layang, seperti dewi turun dari khayangan terbang keluar, menarik tangan dia yang memegang pedang.   "Kakak Fu, tenang sedikit!"   Teriak Jin Wen-wen gelisah.   "membunuh mati mereka tidak ada gunanya, ketua benteng Xi dan kawan-kawan sudah melarikan diri satu hari dua malam, jika tidak dikejar akan sulit mencari mereka......"   "Kak, aku juga merasa tidak tega."   Hoa-fei-hoa juga telah tiba, dengan lembut menasihati.   "terlalu banyak membunuh akan melanggar kedamaian langit, aku percaya ketua benteng Xi dan Yu-shu-xiu-shi, pasti tidak memberitahukan masalah membunuh orang tidak berdosa pada ketua perumahan Hua......"   "Jika Hua Yi-feng tidak tahu masalahnya, kenapa sampai ketakutan dan menghindar?"   Kata Fu Ke-wei tidak terima.   "Tuan, sekarang ini menyelidiki kenyataan sudah terlambat."   Nie-sha-yin-hoa juga datang meredakan.   "kita memang sudah tidak bisa menunda lagi, paman Ceng dan adik Zhen sudah lebih dulu pergi mencari anak buahnya Pu Chao-chen, semoga saja bisa mendapatkan jejaknya para penjahat itu."   "Sudahlah! Hua Yi-feng yang pantas mati ini!"   Fu Ke-wei dengan terpaksa tidak melanjutkan.   Dua puluh lebih keledai, enam belas kuda, dengan santai jalan ke arah barat, hanya setelah berjalan dua puluh li lebih, terus berbelok ke jalan kecil arah barat laut.   Kecepatannya diperlambat lagi, pasukan keledai dan kuda berjalan di malam hari, jika kecepatannya tidak diperlambat, yang di belakang pasti akan ketinggalan.   Hari baru saja terang, pasukan keledai dan kuda tiba di satu kampung kecil, ketua benteng Xi dan Yu-shu-xiu-shi beberapa orang penting, masuk ke dalam satu rumah petani, dan mendapat sambutan hangat dari tuan rumah.   Tuan rumah itu bermarga Zhang, dipanggil Zhang-hao, dulu juga pernah berkelana di dunia persilatan beberapa waktu, tapi tidak ada berhasil, setelah beberapa kali mengalami kegagalan, terpaksa kembali ke rumah dan hidup sederhana.   Setelah kedua belah pihak berkenalan, Zhang Hao merasa bangga, penguasa besar ini adalah salah satu dari Sembilan Jagi Pedang Terbesar Dunia Persilatan dan wakil ketuanya perkumpulan Cun-qiu, berkunjung ke rumah dia, orang persilatan yang kecil, sama dengan mengangkat kedudukan dia, tentu saja dengan hati-hati dia melayani mereka.   "Ketua benteng berniat pergi ke Zheng-zhou melalui jalan kecil, tapi tidak tahu arahnya, jadi berharap saudara Zhang bisa membantu kami memperkerjakan dua orang penunjuk jalan yang bisa berjalan malam, dan juga bisa silat."   Er-lang-shen Yang-jun mengatakan niat kedatangannya.   "mengenai biayanya, tentu saja dibayar berlipat, kami siap malam ini berangkat."   "Masalah kecil, ini adalah kebanggaan bagi aku."   "Nanti jika ada orang yang mencari tahu, harap saudara Zhang merahasiakannya."   "Aku mengerti, hanya......"   "Hanya apa?"   "Daerah kami sangat sedikit sekali pengunjung, jadi rasa ingin tahu terhadap orang asing sangat kuat, hanya perlu sedikit repot mencari tahu, tidak sulit mendapatkan jejak. Anda sekalian datang kesini, jika ingin terhindar dari penglihatan orang, itu adalah hal yang tidak mungkin!"   "Kami hanya bisa berjalan selangkah-selangkah."   Kata ketua benteng Xi dengan terpaksa.   "Jika masalahnya terburu-buru, dan kantong ketua benteng Xi longgar, kenapa tidak mengundang orang untuk melindungi?"   Zhang-hao dengan niat baik mengatakan pendapatnya.   "Perlindungan? Aku termasuk salah satu Sembilan Jago Pedang Terbesar Dunia Persilatan, apa harus minta perlindungan orang?"   Ketua benteng Xi merasa sangat tidak senang.   Didalam hati Zhang-hao juga sedang berguman, yang sangat tidak nyaman.   lalu Sembilan Jago Pedang Terbesar apanya yang hebat? Nyata dikejar-kejar orang! "Bisa mendapatkan perlindungan dari orang yang kuat, akan ada gunanya!"   Zhang-hao walau merasa tidak nyaman, tetap dengan ramahnya menjelaskan.   "jika bisa mendapatkan perlindungan orang ini, walau pun dewa yang berjalan di bumi, juga tidak akan berani membuat keonaran di daerah kekuasaannya."   "Ooo...! Siapa orang ini?"   Ketua benteng Xi muncul minatnya.   "Ketua kuil Jing-yun di danau Wei-shan."   "Xiao-yao-xian-ke (Dewa bebas.)?"   Wajah ketua benteng Xi berubah.   "jangan berhubungan dengan orang ini, iblis dao ini sangat serakah sekali, jika dia tidak memeras kau sampai kering dia tidak akan berhenti, musuhnya juga terlalu banyak, akan menanamkan penyakit di kemudian hari."   "Sementara tinggal dengan aman di daerah kekuasaannya, setelah situasinya mereda baru merencanakan yang lainnya, itu juga cara bagus! Pendeta dao Xiao-yao tidak bisa menerima orang, siapa pun dia, jika ada orang berani membuat onar dan tidak percaya akan kehebatannya, akibatnya hanya satu kata. mati!"   "Ooo! Kau adalah......"   "Terus terang saja, aku adalah mata-matanya pendeta dao itu."   Zhang-hao menjelaskan jati dirinya.   "aku hanya bertugas memperhatikan gerak-gerik orang luar yang datang kemari, tidak bertanggungjawab menghubunginya."   "Ketua benteng, perlu dipertimbangkan juga."   Lata Bai-du-lang-jun dengan serius.   "anjing kecil Fu semakin hari semakin kuat, kondisinya sudah mantap, di kemudian hari menghadapi dia akan lebih sulit, dia akan menjadi duri di dalam daging kami. Jika dengan ini bisa memancing dia datang ke kuil Jing-yun, bukankah akan menuntaskannya, menghilangkan duri dalam daging?"   "Ini......"   Hati ketua benteng Xi jadi tergerak, dia bertanya pada Yu-shu-xiu-shi yang ada disampingnya.   "bagaimana pendapat saudara kecil Gao?"   "Terserah ketua benteng saja, aku tidak ada pendapat."   Sekarang Yu-shu-xiu-shi ingin orang tapi tidak mendapat orang, ingin uang juga tidak memperoleh uang, dia hampir telah menjadi anjing di rumah duka, masih punya pendapat apa lagi? "Kita berjalan membagi kelompok, satu kelompok membawa setengah lebih uang, berjalan melalui jalan kecil ke Zheng-zhou.   Ketua benteng dan wakil ketua perkumpulan Cun-qiu, membawa kelompok lainnya membawa uang yang cukup, pergi ke kuil Jing-yun minta perlindungan, memancing anjing kecil Fu datang, berusaha supaya pendeta dao Xiao-yao menghabisi anjing kecil Fu ini."   Ketua benteng Xi rela menghabiskan uang banyak, untuk menghadapi marga Fu, dia sudah menghabiskan uang yang jumlahnya banyak sekali, tapi menghabiskan uang satu lipat lagi juga dia rela.   "Baiklah! Boleh di coba."   Ketua benteng Xi mempertimbangkan sejenak, akhirnya memutuskan.   "saudara Zhang apakah bisa mengaturnya untuk kami?"   "Tidak perlu pengaturan, juga tidak perlu memperkenalkan, asalkan kalian langsung pergi ke kuil Jing-yun minta bertemu dengan ketua kuil, akan ada petugas yang membicarakannya dengan kalian."   Uangnya langsung dibawa, ketua benteng Xi punya uang banyak, segalanya mudah diurus dan langsung dilaksanakan, maka rombongan di bagi dua, berjalan dengan tujuan masing-masing.   Satu kelompok yang memutar melalui jalan kecil, telah membawa dua pertiga uang itu, menyewa dua orang pembawa jalan, tidak lagi siang bersembunyi malam berjalan, dengan kecepatan normal berangkat menuju Zheng-zhou.   Ketua benteng Xi dengan anaknya membawa delapan anak buahnya, dengan Yu-shu-xiu-shi dan keenam orang kawannya, semuanya berjumlah empat belas orang, dengan terang terangan berjalan menuju ke sebelah utara ke kabupaten Pei, dengan maksud memancing orang yang mengejar.   Fu Ke-wei tetap masih tinggal di kota selama dua hari, dan tidak melakukan gerakan pengejaran.   Tepat jam empat sore, hari masih pagi, masih ada dua jam waktu makan malam, ada beberapa orang sedang mengobrol di ruang pekarangan belakang.   "Besok pagi-pagi, aku, paman Ceng, Xie-shen, membawa enam orang berjalan ke utara."   Fu Ke-wei memutuskan.   "yang lainnya semua disini menunggu kabar."   "Aku harus ikut!"   Hoa-fei-hoa dengan tegas berkata.   "Aku ada kepentingan, aku berhak ikut."   "Bagaimana pun aku harus ikut, jangan mempersulit?"   Hoa-fei-hoa tidak putus asa, terus memohon.   "Tidak boleh!"   Fu Ke-wei sedikit pun tidak mundur.   "iblis pendeta dao orangnya sangat rakus dan doyan wanita, ruang rahasia bawah tanah di kuil Jing-yun adalah nerakanya wanita, kita tidak takut sepuluh ribu, hanya takut seper sepuluh ribu, aku katakan sekali lagi tidak mengijinkan kalian para wanita menempuh bahaya."   "Aku rela......"   "Aku tidak rela!"   Fu Ke-wei dengan tegas berkata.   "jika salah satu diantara kalian terjadi sesuatu, aku......aku akan jadi gila. Dengarkan permintaan aku sekali ini, baik tidak?"   Hoa-fei-hoa akan mendebatnya lagi, tapi merasakan Nie-sha-yin-hoa yang ada di sisi menarik dia dua kali di bawah meja, segera dia merubah sikap.   "Baiklah! Aku menurut."   Dia menampakan wajah yang sangat tidak puas mengatakan terpaksa menyanggupinya.   "Kau benar benar jakin bisa menghadapi Xiao-yao-xian-ke?"   Tanya Pi-li-hu.   "Tiga tahun sebelum ini, aku sudah mencari alasan mendatangi iblis pendeta dao, hanya saja dia sangat pandai, sepuluh tahun terakhir ini dia sudah tidak berbuat kejahatan di dunia persilatan, dan bersembunyi di kuil Jing-yun menikmati uang haram yang dia peroleh selama tiga puluh tahun, murid dan cucu muridnya juga tidak pergi jauh dari sarangnya membuat kejahatan, makanya aku tidak mau aktif mencari dia.   Kali ini, jika dia menghalangi niatku menangkap pelaku kejahatan, ini jadi membuka jalanku, ajalnya sudah tiba."   "Terhadap iblis pendeta dao ini aku sedikit takut......"   Pi Li Hu tertawa pahit.   "aku tahu, dengan kepandaian tinggi kau bisa melawan ilmu mistiknya si iblis pendeta dao. Temanku punya kepandaian tinggi, tidak takut langit tidak takut bumi, tapi tidak berani bertaruh nyawa dengan si iblis pendeta dao yang ilmu silatnya tidak terukur."   "Asal kalian bisa menarik perhatian dia, dan mempersiapkan cara bertahan, itu sudah setengah berhasil, setengahnya lagi urusan aku. Jujur saja, aku tahu asal usul dia, jadi berani mencari dia, dia seperti sudah setengahnya mati, jika tidak bisa menghadapinya, aku pasti tidak akan membawa kalian menempuh bahaya. Paman Ceng, percayalah padaku."   "Jika kau yakin bisa mengatasinya, mengapa kami kakak beradik berempat tidak boleh ikut? Kau......"   Hoa-fei-hoa kembali mengajukan protes.   "Aku sudah katakan, tidak takut sepuluh ribu, hanya takut seper sepuluh ribu."    Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo Leak Dari Gua Gajah Karya Kho Ping Hoo Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini