Ceritasilat Novel Online

Pengelana Rimba Persilatan 5


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 5


Pengelana Rimba Persilatan Karya dari Huang Yi   Kusir utama sudah mati, mati tertindih oleh kuda yang mati.   Delapan penumpang di dalam kereta luka parah, yang beruntung selamat hanya dua orang, pelajar dan pedagang.   Yang satu patah tulang kaki kanannya, yang satu tangan patah dan kepala luka.   Orang yang tidak mati, dalam kepulan debu menolong yang terluka, yang mati dibaringkan di sisi jalan, yang luka dibopong kesawah untuk dibalut lukanya.   Fu Ke-wei menemukan buntalannya sendiri dibawah kereta yang hancur, dengan lancarnya mengobati dan membalut luka pelajar dan pedagang.   Dia mendengar suara derap kuda, juga tahu tiga penunggang kuda yang selamat membawa temannya yang luka, dengan cepat pergi kearah selatan.   Dia tidak sempat memperdulikan, dengan fokus dia mengobati pelajar dan pedagang.   Dia mempunyai obat luka yang paling bagus, cara membalutnya juga lancar sekali.   "Kalian bertalianlah."   Dia menghibur dua orang yang terluka parah.   "nanti aku pergi kekampung terdekat minta pertolongan."   Dia jalan kearah datangnya, kampung Ru-wen yang ada dibelakang yang berpenduduk sekitar dua-tiga puluh keluarga.   Dia tidak dapat tinggal menjadi saksi melapor ke polisi, setelah dua orang yang luka parah di serahkan pada kepala kampung, dia meninggalkan Ru-wen menuju kearah selatan, menuju ke kabupaten Ye.   Saat tiba disana, hari sudah hampir malam.   Dia masuk kota sebelum gerbang kota di tutup, dan tidur di penginapan.   Hari kedua dia tidak meneruskan perjalanan, dia menghabiskan waktu seharian mencari berita.   Hari ketiga, dia menyewa seekor keledai kecil, dengan penuh amarah menuju Nan-yang.   Xiang-yang, kota terbesar di perairan tengah Han-jiang, adalah pintu penting di utara provinsi Hu dan Guang, sejak jaman dahulu ternama lalu lintasnya, perekonomian dan kemili-terannya.   Kota pemerintahan Xiang-yang walau mengalami beberapa kali peperangan, tapi pulihnya cepat sekali, di dalam kota sudah tidak tampak kerusakan akibat peperangan, pasar sangat ramai, tampak sangat maju.   Xiang-yang merupakan sentral perdagangan, di seberang utara Han-jiang berjarak tiga empat li dari kota Fan.   Dulu jalan kota Fan memanjang sampai kepinggir kali, tapi jalan lama telah dibakar rusak, deretan toko dan penginapan yang makmur sudah tidak terlihat.   Fu Ke-wei menginap di penginapan Fulai, penginapannya terletak di selatan kota, di sekitarnya merupakan tempat penambatan perahu, 'naga' dan 'ular' bercampur baur, hingga banyak masalah terjadi.   Satu li lebih dari barat daya kota, ada satu erumahan Han-bei yang cukup ternama, lerumahan ini miliknya tuan Li, bangsawan Xiang-ang, Li Yong-kang.   Tapi pengurusnya adalah marga Jin, biasa dipanggil Jin-ba-dou (tuan kedelapan Jin).   Perumahan ini adalah satu tempat penting yang di ketahui orang-orang dunia persilatan, orang di perumahan ini menguasai berbagai macam usaha di Xiang-yang, kereta, perahu, toko, kaki, gigi, tidak ada yang tidak di kuasai.   Barang kelontongan yang datang dari hilir, dan hasil bumi ang dikirim ke hilir, semua telah di dirikan oleh tuan Li dengan kantor bermerk besar, pemasukan perhari satu dou emas sumbernya sangat luas.   Di hati orang persilatan, nama tuan Li berada dalam urutan Sembilan Jago Pedang terbesar, julukannya Pedang Pemutus Arwah (Toan-hun-jian), pedang pusaka dia yang bersinar emas mencolok mata sungguh menakutkan orang.   Julukannya Jin-ba-dou adalah Delapan Arah Tanah, bisa di nilai dia orang bagaimana.   Pokoknya, mereka berdua bukan saja naga setempat daerah Xiang-yang, di dunia persilatan juga punya nama.   Di dalam hati orang setempat, mereka adalah hartawan kaya raya dan tuan tanah besar.   Rumah tuan Li, berada sepuluh li di selatan Xiang-yang sebelah barat gunung Xian, tempatnya dinamakan Kebun Li.   Diantara Kebun Li dengan gunung Xian, ada sebuah jalan raya yang menuju Jing-zhou.   Dari Kebun Li ke utara, sampai ke pantai selatan danau Xiang-yang, sawah didaerah ini hampir semuanya milik keluarga Li, bisa bayangkan besarnya kekayaan keluarga Li.   Xiang-yang adalah pelabuhan darat dan air terbesar di Han-jiang, tidak saja hasil buminya subur, lebih-lebih jalannya ramai oleh pedagang dan pelancong, di penginapan jika ada seorang tamu menginap, tentu tidak menimbulkan perhatian orang lain, apa lagi tamu ini sama sekali bukan orang ternama.   Nama yang di daftarkan Fu Ke-wei di penginapan adalah Fu-xian, seorang pelajar pengelana.   Pakaiannya cocok dengan kedudukannya, berbaju hijau, orangnya tampan dan tinggi, ada bawaan sedikit lembut, sedikit pun tidak ada ciri ciri orang persilatan.   Kebun Li tidak terlalu luas, di sana ada sepuluh lebih gedung yang di kelilingi pohon dan bunga.   Satu li disebelah barat, baru ada perkampungan petani yang terdiri dari dua puluh lebih rumah dan kandang hewan, ini adalah tempat tinggalnya para pekerja dan petani.   Gunung Xian adalah tempat melancong yang ternama, dengan pemandangan indah.   Anak anaknya keluarga Li, sering dengan anak orang kaya di kota, melancong ke atas gunung.   Pagi hari ini, sekelompok pemuda berbaju mewah, beramai-ramai melewati kampung menuju Xian Shan di lereng barat, mereka jalan di jalan besar mendaki gunung.   Satu li lebih di atas, terdapat kuil Yang-hou yang ramai di kunjungi orang.   Di sepanjang jalan, pohon menghijau, kicau burung, wanginya bunga, membuat hati orang jadi lega dan damai.   Orang yang paling depan mendaki adalah putra sulung tuan Li, Li Hoa-xin, dan putra keduanya Li Hoa-sheng.   Li Hoa-xin sudah kawin dan punya anak, usianya baru dua puluh lima-enam tahun sudah mempunyai sepasang anak, julukannya di dunia persilatan Telapak Besi Pedang Dewa (Tie zhang-shen-jian).   Li Hoa-sheng masih belum berusia sepuluh tahun, tapi tubuhnya tegap seperti anak sapi, malah memakai baju ringkas sutra berwarna biru, tampak sangat gagah.   Ada seorang pemuda yang berjalan bersama mereka, sama gagah dan juga tampan.   Mantelnya berwarna hijau langit, di sabuknya yang lebar ada dua buah variasi yang modern.   Kantong bahu dan dompet.   Di belakangnya, ada tiga orang wanita.   Mereka adalah tamunya keluarga Li Salah satu tamunya adalah nyonya muda berusia dua puluh tahun lebih, bajunya berwarna hijau air danau, memakai konde rambut hijau, mutiaranya tampak bergoyang-goyang.   Di sabuknya ada sebuah belati mewah sebagai pelindung.   Tuan rumahnya adalah putri sulung tuan besar Li, Li Jian-jian, dan putri yang paling bontot Li Xiu-xiu.   Usia Jian-jian delapan belas tahun, dia pernah ikut kakaknya Telapak Besi Pedang Dewa pergi ke banyak tempat, punya banyak pengalaman, tapi sampai sekarang masih belum punya jodoh, putra orang kaya di sekitarnya, sama sekali tidak berani melamar pada keluarga Li, begitu menyebut putri sulung keluarga Li, tidak ada orang yang berminat.   Ini bukan karena Li Jian-jian, wanita buruk rupa yang ditakuti orang, sebaliknya dia adalah wanita cantik yang jarang ada tandingannya di Xiang-yang.   Justru karena dia sangat cantik, wanita yang sangat cantik dan pintar, akan berbeda dengan wanita umumnya, membuat para pemuda yang didikan keluarganya keras, hatinya merasa takut.   Hari ini dandanan dia, tidak terlihat seperti anak keluarga kaya, dia memakai baju musim semi dengan lengan ketat warna biru kehijauan, baju model ini sangat di benci oleh para pendekar, walau para pendekar diam-diam juga sangat menikmati baju model begini, baju ini bisa membuat orang yang melihat menjadi melotot, bajunya membuat lekuk tubuhnya bisa dilihat dengan jelas, langsing semampai, sangat seksi.   Dia juga membawa belati, dan lebih dari satu kantong kulit kecil, tentu saja di dalamnya terisi senjata rahasia.   Adiknya Li Xiu-xiu, gadis kecil berusia dua belas tahun, juga sama seperti kakaknya, dia memakai baju ringkas hitam kehijauan, meski masih kecil, sudah tampak kecantikannya.   Enam orang itu dibagi jadi dua kelompok, sambil berbincang mereka berjalan naik keatas.   "Saudara Luo."   Li Hoa-xin pada tamu yang tampan itu berkata.   "kau datang dari Jiang-xi, kudengar, Xie-jian-xiu-luo yang paling misterius, paling berani di dunia persilatan, tiga bulan yang lalu telah membuat onar di Jiu-jiang, sebenarnya apa yang terjadi?"   "Kejadian sebenarnya aku juga tidak begitu jelas."   Luo Wen-jing tersenyum pahit.   "menurut kabar, salah satu dari tiga perkumpulan besar pembunuh bayaran di dunia yaitu perkumpulan Qing-lian, mendapat pesanan membuat jebakan di Wu-hu diam-diam ingin membunuh Xie-jian-xiu-luo, tapi rencana ini tidak saja gagal, malah sebaliknya Xie-jian-xiu-luo mendatangi pusat perkumpulan, dan membubarkan perkumpulan Qing-lian, menghapus namanya dari perkumpulan pembunuh bayaran."   "Ooo! Saudara Luo."   Kata Li Jian-jian di belakang menyela.   "tahun lalu aku di Wu-chang, sudah mendengar nama Xie-jian-xiu-luo, setiap orang membuat cerita berbeda, Saudara Luo sudah lama berkelana di dunia persilatan, julukan saudara Shuang-jie-shu-sheng, termasuk dalam Tiga Pelajar Persilatan, pengalamannya banyak, apakah saudara pernah melihat orang ini?"   "Tidak pernah."   Kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing wajahnya tidak senang.   "orang ini jarang tampil dengan wajah aslinya, berhubungan dengan orang juga jarang sekali menyebutkan julukannya, hampir tidak ada orang yang pernah melihat wajah aslinya, dia adalah golongan keji yang tidak pantas bertemu dengan orang, iblis jahat yang suka mengurusi urusan orang dengan cara keji, orang-orang aliran putih dan hitam memandang dia sebagai wabah, semua membenci pada dia."   "Siapa marga dan namanya "   "Tidak pernah ada orang mendengar dia menyebutkan namanya."   Kata Luo Wen-jing lagi.   "makanya sahabat persilatan menyebut dia orang yang paling misterius."   "Jika ada kesempatan, aku ingin mencoba orang ini."   Li Hoa-xin seperti berkata pada diri sendiri.   "aku tidak percaya dia mampu menghancurkan perkumpulan Qing-lian."   "Adik Li, paling bagus kau jangan sampai bertemu dengan pengelana persilatan yang suka berbuat seenaknya."   Kata nyonya muda yang cantik itu.   "menurut yang aku tahu, orang yang bertarung dengan dia, tidak satu pun yang bisa mengalahkannya, sampai Raja Langit Utara Ling Jun-yi pendekar besar Ling yang paling hebat dari aliran putih, juga di permainkan oleh dia sampai mendapat malu, jadi sulit di bicarakan, setiap orang ini berada di suatu tempat, maka di tempat itu akan timbul mala petaka, paling baik kau menghindari dia sejauh mungkin."   "Sebenarnya, dia tidak pantas dikatakan dia iblis jahat yang dibenci dewa ditolak setan."   Kata Luo Wen-jing sedikit malu.   "umumnya, sahabat persilatan kelas satu atau dua, memuji dirinya. Dalam aliran putih, juga tidak sedikit orang yang menyukai dia. Bagusnya orang semacam ini selalu tidak memupuk kekuasaan untuk dirinya sendiri, hingga dunia persilatan masih bisa menerima dia"   "Pedang saudara Luo menggemparkan dunia persilatan, kedudukannya termasuk satu diantara Tiga Sastrawan Persilatan."   Li Hoa-xin dengan bodohnya menanyakan hal yang tidak seharusnya ditanyakan.   "jika saudara Luo berselisih dengan Xie-jian-xiu-luo, apakah saudara mampu mengungguli dia?"   "Sulit dikatakan,"   Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak tersinggung, dia tertawa tawar.   "penyakit buruk orang persilatan adalah suka bertarung dan ingin menang, setiap orang percaya akan dirinya sendiri, aku pun tidak terkecuali, aku percaya bisa menang. Sayang aku belum pernah bertemu dengan dia, juga tidak ada perselisihan sulit mendapat kesempatan bertarung dengan dia, jika benar-benar bertemu, aku percaya sanggup membuat dia sedikit mengurangi kesombongannya. Ooo! Saudara Hoa-xin, adik anda Hoa-rong beberapa hari ini pasti bisa pulang?"   "Mungkin."   Kata Li Hoa-xin.   "kemarin adikku mengutus orang kemari melapor, mengatakan beberapa hari lalu di kabupaten Gang-yi, bertemu dengan orang hebat Nan-yang, hampir saja kalah, makanya saat kembali mungkin akan mengambil jalan lain, akan melalui gunung Tong-bo, sehingga akan telat beberapa hari kedatangan-nya."   "Ooo! Nan-yang-ba-jie (Delapan Hebat Nan-yang)?"   "Benar. Ayahku sudah lama bermusuhan dengan mereka, mereka tidak pernah mendapat kemenangan, adikku hanya membawa empat orang, mereka juga tidak mendapat keuntungan."   "Mmm! Saudara Hoa-xin, kali ini mungkin kalian akan ada kerepotan."   Kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing dengan serius.   "Maksud saudara Luo adalah "   "Di kota He-nan, aku sudah mendengar manusia aneh nomor satu dari Zhong-zhou Huo-bao-ing (Pembalas Segera), Du Zhang-he, sedang menuju gunung Xiong Er bertamu ke Bu-fei-khe (Tamu Tak Kembali), Hong-wu, mereka bersama-sama akan menuju Nan-yang, berkumpul dengan Tombak Dewa Lu Hoa-ji.   Tombak Dewa adalah kakak tertuanya Nan-yang-ba-jie, jika Lu Hoa-ji minta bantuan pada Huo-bao-ing, Du Zhang-he dan Bu-fei-khe, Hong-wu keadaan kalian sangat tidak menguntungkan! Menghitung waktu perjalanan, dua tua aneh yang sulit dihadapi ini, beberapa hari ini juga akan sampai."   "Dua tua aneh ini tidak ada yang perlu ditakuti."   Hoa Sheng kecil meniru orang dewasa, dengan menepuk dada dengan berani dia berkata.   "tentara datang di tahan jenderal, air datang ditimbun tanah, kita keluarga Li takut pada siapa? Apa itu Huo-bao-ing, apa itu Bu-fei-khe, menakuti orang lain boleh, datang ke Xiang-yang untuk menakuti orang keluarga Li, jangan harap."   "Pepatah mengatakan, tombak terang mudah dihadapi, panah gelap sulit menahannya."   Kata Shuang-jie-shu-sheng tertawa.   "dua orang tua aneh tidak mudah dihadapi, dalam kegelapan seperti setan mengganggu kalian, bagaimana pun hal ini bisa membuat orang sakit kepala, bagaimana pun berhati-hati adalah yang terbaik, jika menilai kemampuan sebenarnya, tentu saja Pedang Pemutus Arwah (Toan-hun-jian) ayah kalian bisa mengalahkan mereka, tapi mereka berada di tempat gelap kita di tempat terang, juga siang malam harus waspada, itu hal yang tidak menyenangkan."   "Xiang-yang adalah daerah kekuasaan keluargamu, orangnya banyak, pengawasan di mana-mana."   Nyonya muda cantik melanjut-kan.   "jika mereka datang membalas dendam, pasti tidak akan terang-terangan, cara paling bagus bertahan, adalah menyerang lebih dulu, tidak memberi kesempatan lawan menyerang."   "Betul, menyerang lebih dahulu."   Li Hoa-xin mengangguk kepala tanda setuju.   "jika bukan saudara Luo kebetulan datang bertamu ke rumah, kami masih tidak tahu dua orang tua aneh itu adalah temannya Nan-yang-ba-jie, hingga mungkin memberi mereka kesempatan! Saudara Luo, terima kasih."   Di depan tampak ada satu bangunan kecil untuk istirahat, tadinya dari kejauhan tidak terlihat di dalamnya ada orang, tidak diduga setelah mendekati sampai sepuluh langkah, mereka melihat di sisi tiang berdiri seorang sastrawan muda berbaju hijau.   Sastrawan muda ini usianya dua puluh tahun lebih, wajahnya tampan, perawakan tinggi semampai, seluruh tubuhnya tampak lembut, tidak ada ciri-ciri orang persilatan, juga tidak seperti seorang pelajar yang lemah.   Mata semua orang menjadi bersinar, tidak tahan mereka menatap sekali pada sastrawan itu, tapi tidak ada waktu berpikir bagaimana dia bisa datang, sambil berbincang, mereka berjalan nendekati bangunan untuk istirahat.   "Kalian baru datang!"   Sastrawan baju hijau .ertawatawar.   "sungguh bagus, bagus..."   Li Hoa-xin tertegun, lalu menghentikan angkah.   "Kata-kata anda mengandung sesuatu."   Kata Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing dengan nada dalam.   "tolong tanya, bisakah beritahu siapa marga dan nama anda?"   "Aku orang biasa, tidak punya keluarga yang bisa dibanggakan, tidak menyebut marga dan nama juga tidak apa, kau panggil saja aku sastrawan, aku memang seorang sastrawan."   "Baik, anggap saja kau sastrawan."   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Li Hoa-rin sudah sampai dimulut bangunan, jarak kedua belah pihak kira-kira empat lima chi.   "kau kenal kami?"   "Di kota Xiang-yang siapa yang tidak kenal dengan tuan muda Li yang besar?"   "Tapi aku tidak kenal dirimu, Ooo! Kau pasti ada keperluan penting, tolong tanya ada keperluan apa?"   "Ada orang menitipkan surat padaku untuk disampaikan."   Sastrawan baju hijau mengulur tangan kedalam dada.   "orang yang mengirim surat itu berkata, asalkan orangnya keluarga Li, suratnya boleh diberikan. Aku tahu tuan-tuan dari keluarga Li, sering datang bermain ke gunung Xian, maka aku datang kesini menunggu. Di rumah anda, di kebun Li ada anjing galak, aku tidak berani datang kesana mengantar surat. Ini! Ini suratnya."   "Ooo! Coba lihat."   Luo Wen-jing melewati Li Hoa-xin, mengulurkan tangan kanan menerima surat.   "surat ini... ii!"   Luo Wen-jing berniat baik, dari pembicaraannya, dia sudah tahu orang ini, lawan bukanlah kawan, makanya dia ingin menggunakan kesempatan menerima surat, sekalian menangkap sastrawan untuk di tanya.   Tapi jurus Sutra Emas Membelit Pergelangan gagal dilancarkan, tangan si sastrawan sangat lincah, tidak saja telah ditarik di saat berbahaya, juga melontarkan surat itu dengan dua jarinya, dengan kecepatan sangat tinggi berputar menuju ke wajah Luo Wen-jing.   Suratnya lewat dari sisi telinga kanan Luo Wen-jing, malah terdengar ada desiran angin, bisa diketahui tenaga jari sastrawan sangat mengejutkan.   Jika Luo Wen-jing tidak meningkatkan kewaspadaan sebelumnya, pasti tidak akan bisa menghindar luncuran surat itu.   Reaksi Luo Wen-jing cukup luar biasa, begitu tangkapannya gagal, dia sudah tahu ada bahaya, tepat waktu itu tubuhnya bergerak menghindar, juga menarik tangannya, cepat menangkap surat itu, sayang dia masih terlambat sedetik, dia tidak dapat menangkap surat yang sangat cepat itu.   Li Hoa-xin juga sudah bersiap, dia segera merendahkan tubuh, begitu berteriak, tangan kirinya diangkat, sebuah mata uang membelah angin terbang keluar.   Sastrawan itu tidak tertipu, dia tertawa dua kali, bertiarap ke tanah, meloncat miring keluar, menerobos bawah pembatas sisi bangunan, sejauh tiga zhang lebih.   Uang logam itu tiba-tiba menjadi tiga, membelok dari tiga arah terbang berputar, lalu setelah satu zhang lebih berkumpul kembali, baru nenjadi satu garis lurus berurutan terbang, di empat-lima zhang baru jatuh kedalam hutan.   Tapi sastrawan itu malah muncul dari arah berlawanan, dari sebelah kiri dia bangkit berdiri.   Li Jian-jian sudah sampai, dia juga berteriak, dengan angin yang membawa bau harum dia menyerang, lima jari tangan kanannya setengah lurus setengah di tekuk, dengan cepat menjulur ke dada sastrawan itu, arahnya sederetan jalan darah besar Ren-me, ke atas menguasai tenggorokan, ke bawah jalan darah Jiu-wei, titik mana pun sekali terkena, jika tidak lumpuh juga pasti mendapat luka dalam, melihat tenaganya saja, sudah tahu jari-jari mulus itu sangat menakutkan, pasti bukan serangan ringan.   "Kau juga terlalu sombong."   Sastrawan dari dalam lengan bajunya mengeluarkan kipas, tanpa sungkan menyabetkan keatas.   Li Jian-jian terpaksa merubah gerakannya lari menotok jadi mencengkram, lima jarinya ditekan, dan berhasil menangkap bagian atas kipas tertutup itu, dengan posisi kuda-kuda merampas kipas.   Tapi, tiba-tiba dia merasakan diatas kipas ada arus tenaga yang tidak dapat ditahan, tidak saja dia harus melepaskan cengkeramannya, tenaga lawannya pun sudah menyerang.   Terdengar teriakan terkejut! Li Jian-jian seperti ditiup angin topan, terbang ke pinggir sejauh dua zhang lebih, hampir saja terjatuh, wajahnya berubah.   "Hahahaha "   Tawa sastrawan itu menggelagar, tubuhnya zerbang masuk kedalam hutan, pergi menjauh.   "Saudara Li, jangan dikejar."   Nyonya muda cantik cepat berteriak.   "bertemu hutan jangan masuk, musuh sudah tidak dapat dikejar."   Li Hoa-xin menghentikan langkahnya dan mundur kebelakang, warna wajahnya sudah tidak seperti biasanya.   Dia tadi melihat, sastrawan itu telah mendahului, menghindar dari jurus Tiga Bintang Mengejar Rembulan, membuat di dalam hatinya merasa terkejut, dan merasa sangat tidak tenang.   Hoa-sheng yang kecil memungut suratnya, lalu membacakan.   "Kepada Pedang Pemutus Arwah Tuan besar Li. Penjelasannya ada didalam."   Suratnya telah disegel, menurut aturan harus dibuka sendiri oleh tuan besar Li.   Tapi karena cara pengirimannya mengandung permusuhan, diatas surat juga tidak ada pengirimnya, jadi sangat mencurigakan.   Li Hoa-xin adalah seorang yang berani bertanggung jawab, setelah berpikir sebentar, dengan berani membuka surat itu, dan dibacanya.   Setelah selesai membaca, diajadi tertegun.   "Surat dari siapa?"   Tanya Luo Wen-jing yang menghindar ke pinggir dengan perhatian.   "Tidak ditulis nama pengirim."   Li Hoa-xin menggelengkan kepala.   "Apa yang ditulis?"   "Katanya setengah bulan lalu, kereta adik ku di pantai utara sungai Ru di kabupaten Ye terjadi kecelakaan, adikku dengan sengaja membuat celaka sebuah kereta, hingga empat belas orang mati."   "Aduh!"   "Orang yang mengirim surat meminta ayah ku bertanggung jawab, pergi ke kabupaten Ye menyelesaikannya, menyerahkan pelakunya pada pemerintah, mengganti kerugian pada keluarga yang ditinggalkan."   "Hal tidak bagus."   Luo Wen-jing tertawa pahit.   "Adikku di kabupaten Ye bertarung dengan Nan-yang-ba-jie, orang yang diutus belum kembali hingga laporannya tidak jelas, harus tunggu adikku pulang dulu, baru bisa tahu kejadiannya dengan jelas.   Jika yang mati adalah orangnya Nan-yang-ba-ie, Hm! memang mereka seharusnya mati."   Kata Li Hoa-xin dingin.   "meminta kami menyerahkan orang ke pemerintah, mana ada aturannya?"   "Sastrawan tadi, sangat mungkin bukan orangnya Nan-yang-ba-jie."   Li Jian-jian sangat teliti, berpikir tentang hal yang tadi dibicarakan, jika benar, dia seharusnya bertindak menurut aturan dunia persilatan, kenapa minta menyerahkan diri pada pemerintah?' "Memang seharusnya dia bukan."   Nada bicara Luo Wen-jing tidak begitu yakin, di sudut matanya timbul hawa pembunuhan.   "jika benar, aku Luo Wen-jing akan terus bermusuhan dengan dia. Hemm! Aku pasti bisa menyelidiki asal-usul orang ini, lain kali jangan harap dia bisa meloloskan diri. Saudara Hoa-xin, kita pulang saja, ayahmu harus membuat rencana menghadapinya."   Enam orang berangkat dengan gembira tapi pulang dengan lesu. Turun gunung sekitar setengah li, tiba-tiba Luo Wen-jing berkata dengan perlahan.   "Saudara Hoa-xin, kalian jalanlah duluan, jangan melihat kebelakang."   Li Hoa-xin mengerti, dia menganggukan kepala, mempercepat langkahnya.   Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing menyelinap ke belakang sebuah pohon besar di sisi jalan, menyembunyikan diri, seperti seekor kucing mengincar tikus, dengan sabarnya diam menunggu tikus bodoh keluar dari lubangnya.   Lama didepan dibelakang tidak ada gerakan.   Tempat ini adalah sebuah belokan jalan, keatas kebawah bisa melihat pemandangan sejauh setengah li.   Di kedua sisi jalan adalah hutan sangat rimbun, rumput liar tumbuh subur, pandangan jadi terbatas dan juga sulit berjalan disana, walau kemiringan gunung tidak seberapa, berjalan pun tidak mudah.   Sehingga, orang yang naik atau turun gunung pasti lewat jalan gunung ini, tidak mungkin melewati tempat liar, mencari kesulitan sendiri.   Dia bersiap tidak menunggu lagi, baru saja mau bangkit berdiri.   "Apa sudah tidak sabar menunggu?"   Di belakang tubuhnya terdengar suara lantang yang penuh mengandung sindiran.   "kau harus belajar seperti aku, tidur diatas pohon, kau lihat, bukankah aku ini santai sekali?"   Dia membalikan kepala melihat, hatinya diam-diam menjadi dingin! Sastrawan baju hijau itu berada diatas akar pohon besar, tiga-empat zhang jauhnya, sedang menyilangkan kaki, setengah berbaring, tampak santai sekali.   Dengan ketajaman telinganya, di hari yang terang, ada daun kering yang jatuh pun, tidak ada orang yang bisa mendekati dari belakang, sampai sepuluh zhang tanpa diketahuinya, lalu darimana sastrawan ini datangnya? "Anda sepertinya sudah datang beberapa saat."   Dengan suara dalam sastrawan itu melangkah pelan menginjak rumput menuju kebawah pohon, katanya "Tidak salah."   Kata sastrawan itu seperti tidak terjadi apa-apa.   "Anda sungguh hebat."   Sastrawan itu tertawa dingin, dengan santai nengeluarkan kipas lipat yang bergambarkan bunga anggrek.   "Terima kasih atas pujiannya."   "Apa kau mengerti keadaanmu?"   "Pasti berbahaya, benar tidak?"   "Benar, sangat bahaya."   "Belum tentu."   "Anda tidak perlu memaksakan diri bersikap tenang, anda sudah tidak dapat turun lagi."   "Jika tidak bisa turun lagi, buat apa aku nenyapamu?"   Sastrawan itu sedikit pun tidak serniat untuk bergerak.   "bukankah kau sendiri yang kurang tenang, kau berpikir ingin menunggu kelinci dibawah pohon, lalu kenapa pergi begitu saja? Jarak dari tanah dua zhang, kau tidak dapat berbuat apa-apa padaku. Jika kau meloncat ke atas, aku akan turun kebawah, kau ikut turun, aku kembali meloncat keatas. Ha ha ha! Kau bisa berbuat apa?"   "Apa kau tahu julukanku Shuang-jie-shu-sheng, maka sengaja mempermainkan aku?"   Luo Wen-jing kesal sampai hatinya terasa panas.   "kau ngin mengadu ilmu meringankan tubuh denganku?"   "Memangku maksudku."   Kata Sastrawan itu dengan wajah berseri-seri.   "kau, marga Luo menganggap dirinya pahlawan hebat, menganggap dirinya dengan sebilah pedang dengan ilmu meringankan tubuh yang lumayan bagus, ingin meraja lela, menjagoi dunia persilatan, makanya mengambil sebutan Shuang-jie (sepasang hebat). Sekarang di tanganmu tidak ada pedang, kecuali beradu ilmu meringankan tubuh denganku, kau sedikit pun tidak ada kemampuan lainnya."   "Jika anda sudah tahu asal-usulku, tentu juga tahu tentang "   "Aku tahu maksudmu."   Kata Sastrawan memotong.   "kau punya seorang pelayan merangkap teman yang setia, dipanggil Bandit Tai. Orang ini sejak lahir sudah mempunyai tenaga super, dengan satu tangan dapat mengangkat tempat abu kaki tiga yang besar dan beratnya seribu jin, suatu kali perampok yang ternama dari gunung Tai ini, dikepung oleh tentara pemerintah, dan hampir dipenggal kepalanya. Saat itu kau tanpa sengaja sedang lewat disana, sesaat timbul perasaan satu nasib, malam-malam kau masuk ke dalam penjagaan yang ketat menolong dia membuat dia terhindar dari hukuman mati, membuat dia merasa hutang budi dan ingin membalas budinya, dia mengikutimu dari pinggir secara diam-diam melindungi keselamatanmu, dia telah menjadi bayanganmu. Tapi kau adalah pendekar kelana dari aliran putih, dia adalah perampok besar dari rimba hijau, jika berjalan bersama, mana pantas? Maka dia selalu bersembunyi, selamanya dengan setulus hati membalas budimu secara diam diam. Tapi, kau telah mengabaikan satu hal penting."   "Hal penting apa?"   "Kau terlalu yakin pada pemikiranmu, kau memastikan, dengan teman-temanmu bermain keatas gunung, pasti tidak akan terjadi sesuatu. Makanya, aku berani bertaruh denganmu, pengawalmu pasti ada di kampung Xian sedang tertidur lelap, kau tidak mungkin dapat menggunakan kemahiran dia menggunakan Garpu Terbang Kecilnya yang dahsyat itu bersama-sama menyerang aku, kau berani bertaruh tidak?"   "Suara siulanku dapat mencapai sepuluh li lebih, aku pasti bisa memanggil dia kesini, asal aku bisa bertahan, itu sudah cukup. Garpu Terbang Kecil dia, dalam jarak lima zhang tidak pernah meleset, kau pasti mati."   "Menunggu dia datang, mungkin aku sudah ada di kota bersenang-senang."   "Siapa tuan sebenarnya?"   Luo Wen-jing mengganti topik pembicaraan, dia jelas tahu kata-kata sastrawan ini masuk akal.   "Kau tebak saja sendiri! tuan, pulang dan beritahu Tuan Li, orang yang mati sia-sia di kabupaten Ye itu, setiap orangnya harus mendapat ganti kerugian seribu liang perak.   Dengan kekayaan dia, mungkin hanya satu rambut dari sembilan sapi.   Jika dia tidak mau, dia akan menyesali seumur nidup."   "Nan-yang-ba-jie juga bukan orang baik, tidak perlu mengganti kerugian, perselisihan dunia persilatan bisa dibereskan masing-masing, kalau mati ya terima nasib, anda tidak berhak melibatkan diri dalam hal ini.   Sekarang, anda sengaja menantang aku marga Luo, ini adalah perselisihan pribadi antara aku dengan kau, harus diselesaikan oleh kita berdua, bertarung mati atau hidup mengandalkan kepandaian masing-masing, aku pasti tidak akan melepaskanmu."   "Kau tidak pantas bagus! Ha ha ha "   Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing tidak tahan lagi, mendadak dia meloncat terbang, tanpa bersiap tanpa mengangkat kaki, dengan jurus Bangau Menerjang Awan dia naik keatas, senjatanya sudah siap menyerang.   Dalam tawa yang keras, sastrawan telah bergeser ke pinggir dua zhang, cepat dan ringan melayang turun, dibawah terdengar suara gemeresik daun, dia menerobos ranting masuk kedalam hutan, seperti terbang pergi ke selatan, dua tiga kali kelebatan sudah menghilang didalam hutan.   Luo Wen-jing mengejar sejauh setengah li, beberapa kelinci hutan pada lari ketakutan karena kejarannya, tapi dia terpaksa membawa perasaan terkejut menyerah mengejar, dengan lesu kembali mencari jalan turun gunung.   Setengah li di sana, Li Hoa-xin berlima bersembunyi di dalam kebun buah di sisi jalan, diam mendengarkan gerakan yang ada diatas, lama sekali, hingga membuat setiap orang gelisah.   Yang pertama tidak tahan adalah Hoa Sheng, anak kecil memang kesabarannya terbatas, dia ribut ingin naik ke atas membantu, akhirnya di paksa oleh kakaknya untuk diam.   Akhirnya, mereka mendengar tawa keras itu! Mereka melihat ada orang yang turun gunung, Luo Wen-jing turun dengan rupa wajah yang tidak biasa.   Ketika dia berkumpul bersama melewati belakang kampung Xian beberapa saat, seorang pria besar dengan dandanan orang kampung, perawakannya tegap, dengan langkah besar keluar dari kampung, berjalan menuju ke jalan kecil.   Di sebelah kanan jalan di belakang satu pohon, melangkah keluar seorang sastrawan baju hijau, kipas lipatnya direntangkan, menghadang jalannya.   0oo0 Bab 6 "Bangsat gunung Tai, ha ha ha! Kau berdandan seperti orang kampung, meninggalkan gunung Tai seribu li lebih, mengira tidak ada orang yang bisa mengenalimu?"   Kata Sastrawan itu dengan keras.   "kau ikut di belakang Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jing jadi pengawalnya, semua orang persilatan sudah tahu, asal bisa mendapatkan marga Luo, pasti bisa menangkapmu dan menyerahkan pada polisi, memenggal kepalamu untuk digantungkan di gerbang kota untuk di pertontonkan"   Bandit Tai Qiao-zhuang bertolak pinggang, berhenti dua zhang lebih, sepasang mata yang seperti bel tembaga melotot pada sastrawan itu, dia tidak bicara, tidak bergerak, wajahnya bengis.   Sastrawan itu tidak banyak bicara lagi, juga dengan tanpa takut menatap lawannya.   Mata besar melotot pada mata kecil, terjadi, perang pelototan, melihat siapa yang lebih kuat, melihat siapa yang takut akan hancur lebih dulu.   Matahari diatas terasa terik, walau dari hutan di kedua sisi jalan angin bertiup sepoi-sepoi, perasaan panasnya tetap membuat orang tidak tahan, situasi yang tegang juga menambah kekuatan panasnya.   Udara gerah membuat sifat manusia bisa jadi buruk, mudah membuat orang kehilangan kesabarannya, dengan begini saling berhadapan, kau memelototi aku, aku memelototimu, lebih lebih mudah membuat orang naik darah.   "Kau ingin menangkap aku?'' Bandit Tai akhirnya tidak tahan bicara.   "Ada sedikit maksud itu, tapi bukan karena hadiahnya."   Kata Sastrawan dengan santai.   "Apa kau pantas?"   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   "Pantas atau tidak, tidak lama lagi akan tahu."   "Katakan julukanmu, nanti aku antar kau ke akherat."   "Sudahlah, yang ke akherat belum tentu diriku, pesilat tinggi bertarung, kesempatan hidup atau mati adalah setengah-setengah. Kalau kau mati, tahu julukanku juga apa gunanya? Bagaimana pun kau di depan raja akherat tidak bisa mendakwa aku, kau sama sekali tidak percaya di dunia ini ada dewa atau setan, hanya percaya yang kuat hidup yang lemah mati, orang mati seperti lampu mati, jika aku mati, kau juga tidak perlu tahu aku ini siapa, semuanya selesai, betul tidak?"   "Betul."   "Makanya kau tidak ada gunanya bertanya."   "Kau sudah berada dalam lingkup kekuatan garpu terbang pencabut nyawaku, kau sudah dipastikan mati disini."   "Ha ha ha! Jika aku takut pada garpu terbang mu, aku tidak akan menampakkan diri berbicara denganmu, dari belakang kau saja diam-diam melakukan serangan mematikan, bukankah akan jauh lebih aman?"   "Sayang kau sudah tidak ada kesempatan untuk melakukan serangan diam-diam."   Kata Bandit Tai dengan galak.   "Aku tidak percaya tahayul, coba buktikan padaku!"   Begitu Sastrawan habis berkata, tubuhnya tiba-tiba berkelebat kekiri.   Satu sinar membelah udara, berubah jadi pelangi, berkelebat dengan kecepatan yang sulit di lihat mata telanjang.   Tapi, kelebatan ke kiri tubuh sastrawan mendadak berhenti, dia tetap berada di tempatnya, sepertinya sedang menggunakan ilmu merubah tubuh, bayangan berkelebat, hanya begitu saja.   Garpu terbang yang kecil tajam sepanjang delapan cun, dari sisi bayangan sastrawan meluncur lewat, hingga mencapai sepuluh zhang lebih baru dengan satu suara keras jatuh ketanah.   Dalam jarak sepuluh zhang, jejak terbang garpu terbang ini adalah lurus, titik paling tingginya hanya naik sekitar lima cun, tenaga lemparan garpu terbang nya Bandit Tai, sungguh membuat orang mengeluarkan lidah, sulit di percaya.   "Lihay!"   Kata Sastrawan tertawa meng-ejek.   "saudara, kau telah menghamburkan sebuah garpu terbang yang tidak mudah membuatnya, walau kau ada kesempatan memungutnya kembali, garpunya juga sudah berubah bentuknya tidak seperti semula lagi, ingin melemparnya dengan jitu sudah tidak mungkin."   "Kali ini aku akan memberimu tiga bilah."   Kata Bandit Tai menggigit gigi, mulutnya bicara, tapi sepasang tangannya ke bawah tidak bergerak, telapak tangannya menghadap ke paha luar, entah garpu terbang kecil itu disembunyikan dimana.   "Aku ini orangnya tidak sabaran, tidak ada kesabaran yang besar."   Sastrawan tidak tertawa lagi, nadanya berubah jadi bertenaga, tegas, tidak mengizinkan orang salah paham.   "aku bisa memaafkan kau dalam keadaan gelisah ingin menyerang mengambil nyawaku, tapi tidak akan sungkan kalau kau terus-terusan menyerang ingin mengambil nyawaku. Mulai sekarang, jika kau menggunakan senjata rahasia lagi, menggunakan garpu terbang itu untuk mengambil nyawa orang, kau akan menyesal selama-lamanya."   Hati Bandit Tai seperti meloncat, sorot matanya sedikit berubah.   Melihat tingkah sastrawan yang berdiri tegak seperti gunung, tidak takut dan tidak ngeri, dan juga tampil dengan wajah yang percaya diri dan tegas, kepercayaan akan ketepatan lemparannya akhirnya mulai goyah, hatinya tergerak, telapaknya mulai berkeringat, ini adalah hal yang paling tidak bisa di benarkan oleh para pakar senjata gelap.   Arti lain dari telapak tangan berkeringat, adalah hati tegang, kepercayaan diri berkurang, pasti akan mempengaruhi ketepatan senjatanya.   "Aku ingin kau menyampaikan pesanku."   Kata sastrawan itu menambah tekanan.   "suruh Shuang-jie-shu-sheng, Luo Wen-jingjangan sampai tertutup matanya oleh persahabatan, mempercayai kata-kata sepihak pasti akan menghancurkan dia sendiri. Jika dia mau lepas tangan dan pergi, itu yang paling bagus, jika tidak mau menuruti, dan memutuskan melibatkan diri, maka pergilah kekantor polisi di kabupaten Ye, tanyakan dengan jelas kejadiannya, untuk menentukan apakah dia pantas melibatkan diri atau tidak. Mengingat dia tidak mudah bisa jadi ternama, bagaimana pun Tiga Sastrawan Dunia Persilatan adalah orang dari aliran kebenaran yang dihormati orang, aku beri dia satu kesempatan untuk menguji apakah hati manusia itu jahat atau baik, apakah dia membuat cacat nama sastrawan, biarkan dia sendiri yang memutuskan kebaikan atau keburukan dia sendiri, kau, sekarang boleh pergi, ingat sampaikan pesanku."   Kata-kata ini maknanya benar, kalimatnya tegas, nadanya pun sangat angkuh.   Yang lebih penting adalah, setiap kata-katanya tegas bertenaga, menampakan tekad dan keberanian.   Bandit Tai Qiao-zhuang merasakan telapak, tangannya sudah basah oleh keringat.   "Siapa sebenarnya dirimu?"   "Seorang yang melihat ada yang tidak adil maka akan bersuara."   "Jika aku tidak memakai garpu gerbangku, apakah anda berani bertarung dengan aku?"   "Setiap saat kau boleh menyerang."   Kata sastrawan itu menyimpan kipas lipatnya.   Bandit Tai membuka sepasang tangannya, menepukan tangan, menyatakan tangannya tidak menyembunyikan senjata gelap apa pun, sepasang matanya yang besar menyorot sinar dingin, hawa membunuh seperti gelombang ganas, semangatnya menekan orang.   Sastrawan itu membuat kuda-kuda, sepasang telapak di angkat menunggu serangan.   Seluruh tubuh dia tampak kendur, setiap ototnya lemas, sepasang telapak yang diangkat satu diatas satu dibawah, jarak depan belakang hanya kurang lebih setengah chi, telapaknya juga terlihat tidak bertenaga, dengan tampang Bandit Tai yang kejam seperti ingin makan orang sama sekali berbeda.   Bandit Tai mulai bergerak merubah posisi, tidak berani menyerang dari depan.   Sastrawan itu berputar di tempatnya, seluruh tubuhnya tampak lemas, kuda-kudanya pun tidak mantap, hanya sepasang matanya bersorot sinar aneh, menghisap dengan kuat sorot mata lawannya.   "Kau telah berlatih mencapai tingkat dari fokus kembali ke hampa,"   Bandit Tai tiba-tiba mengendurkan tenaganya.   "aku bukan lawanmu, aku menyanggupi permintaanmu, aku pasti akan menyampaikan pesanmu."   Bandit Tai pandai melihat keadaan, memukul genderang mundur bukan tidak ada alasannya.   Seorang ahli sekali mengulurkan tangan, sudah tahu lawan ada tidak isinya.   Kepandaian sastrawan yang tenaga dalamnya terpusat di dalam, telah mencapai tingkat tertinggi dalam bertarung, sudah melampaui kemampuan seorang manusia, mencapai tingkat tiada orang tiada aku.   Saat tidak menyerang, penampilan luarnya lemas, sedikit pun tidak ada gejala yang membahayakan, sekali tenaga dalamnya keluar, pasti akan seperti geledek mendadak muncul, seperti gunung meletus bumi pecah, sangat mengerikan.   Bandit Tai adalah seorang ahli tenaga dalam, dia terpaksa mengakui dirinya tidak setinggi kepandaian lawannya.   Setelah berjalan sejauh seratus langkah lebih, Bandit Tai baru"merasakan otot di tubuhnya mengendur, sepasang telapak tangan sudah tidak berkeringat lagi, dia membalikan kepala melihat kebelakang, ternyata lawan sudah menghilang.   "Orang ini sangat menakutkan."   Dia berkata sendiri.   "ilmu silat dan pengalaman bertarungnya, paling sedikit telah mengalami ujian keras selama lima puluh tahun. Kenapa sejak dulu tidak pernah mendengar ada orang yang ilmu silatnya setinggi ini, apa lagi usianya begitu muda, sungguh hal yang tidak masuk akal."   Di kebun Li telah terjadi keributan yang tidak kecil, pengantar surat dengan kecepatan penuh menuju perumahan Han-bei di kota Fan, tikus, ular diseluruh kota semua dikerahkan.   Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak pergi ke kabupaten Ye, di kebun Li, mereka menunggu anak kedua tuan besar Li pulang dan menceritakan kejadiannya.   Menunggu anak-anak keluarga Li, menyelesaikan perselisihan lamanya dengan Nan-yang-ba-jie yang namanya di dunia persilatan tidak begitu bagus, masalah di kabupaten Ye apa yang masih perlu di selidiki? Masalah ini tidak perlu ditangani oleh pemerintah, kecuali mayatnya korban ada di tangan polisi.   Alasan lain yang menurut tuan besar Li benar, adalah Nan-yang-ba-jie dalam keadaan marah, telah menutup jalan raya yang menuju ke utara, orang-orang tuan besar Li jika berani melampaui perbatasan, akan mendapat pembalasan yang sangat kejam.   Dua keluarga hartawan besar yang bertetangga ini telah bermusuhan selama beberapa tahun, akhirnya masing-masing mencari bantuan pada teman-temannya, permusuhan menjadi terbuka, masing-masing tidak mau mengalah, menimbulkan gejolak di dunia persilatan.   Api telah dinyalakan, tinggal menunggu kesempatan membara.   Setelah tiga hari, di jembatan Bao-tai sebelah utara kota Fan kira-kira lima-enam li, lima orang penanggung yang datang dari Nan-yang, dengan beberapa tukang pukulnya Tanah Delapan Arah Jin-ba-dou telah melakukan pertarungan yang seimbang, kedua belah pihak masing-masing ada yang terluka dan mati.   Akhirnya orangnya Jin-ba-dou yang lebih banyak bisa memenangkan pertarungan kecil yang pertama kali ini.   Situasi kota Fan menjadi tegang, mereka bersiap-siap menghadapi keributan yang segera akan datang.   Hari ini penginapan Fu-tai menerima dua tamu, semuanya pria berusia sekitar empat puluhan, tepat menginap di sebalah kanan kamar Fu Ke-wei.   Karena sama-sama tamu, kedua belah pihak tidak terhindar bertemu dan menganggukan kepala saling menyapa, berbincang-bincang untuk menghilangkan kesepian di perjalanan.   Dimalam hari, kereta tuan muda kedua Li, memutar Zao-yang kembali ke Xiang-yang, pulang dari kota Fan kereta empat kuda melewati jalan raya, dengan cepat masuk ke perumahan Han-bei.   Tuan muda kedua Li Hoa-rong membawa seorang gadis cantik, lalu menunggang kuda sampai di sisi sungai, dengan perahu cepat yang di peruntukan keluarga Li diantar kepelabuhan kota, dengan gembira dia pulang ke kebun Li.   Dia berjalan melalui jalan raya barat kota, tidak melalui kota, karena gerbang kota telah di tutup.   Fu Ke-wei berdiri di depan penginapan, melihat kereta empat kuda lewat.   Dia mengenal kereta empat kuda yang mewah ini, tapi, dia melihat empat penunggang kuda yang mengawal orangnya telah diganti, bukan empat orang yang semula.   Biksunya bisa lari, kuilnya tidak akan lari, asalkan dia tahu siapa pemilik kereta empat kuda, dia tidak akan takut tidak bisa menemukan pelaku kejahatannya.   Tengah hari di hari kedua, situasi penginapan Fu Tai tiba-tibajadi tegang.   Sepuluh lebih pria besar mengawal Jin-ba-dou yang memakai mantel panjang, berdandan hartawan, dengan angkuh masuk keruangan, mereka mendapat sambutan dari pemilik dan pelayan penginapan.   Jin-ba-dou, julukannya adalah Ba-fang-du-ti (Tanah delapan arah), orangnya gampang bergaul, di Jiang-hu dia cukup punya nama.   Dia sudah berusia setengah abad, bahunya lebar berpinggang besar, beralis pedang, mata macan, tidak saja belum tampak tua, juga masih bersemangat sekali, gerakannya lincah, sorot mata sedikit berhawa pembunuhan, keberaniannya menonjol keluar.   Di bawah tuntunan pemilik penginapan, Jin-ba-dou dengan enam orang tukang pukulnya sampai di luar pintu kamar dua orang tamu.   Di depan dua mulut jalan pekarangan, sudah ada dua orang laki-laki besar berjaga.   Fu Ke-wei kebetulan mau keluar dan membuka pintu kamar, hingga mereka bertemu berhadapan.   Jin-ba-dou baru saja lewat dari pinggir sampai di depan pintu sebelah, ketika Fu Ke-wei membuka pintu melangkah keluar kamar, seorang tukang pukul yang berada dibelakang Jin-ba-dou, dengan tanpa sungkan mengulurkan tangan menghadang dia, tangannya menekan di dadanya.   "Masuk, disini tidak ada urusanmu."   Tukang pukulnya berkata pada dia, lagaknya memaksa, sepasang mata yang aneh melotot, sikapnya seperti ingin makan orang saja.   "Iii...! Kenapa kau ini?"   Sepasang kakinya tetap di tempat, dia melawan dorongan tangan besar lawan, membantah dengan tidak senang.   Begitu ada penolakan, segera hal itu menarik perhatian semua orang, sampai Jin-badou yang di depan juga membalikan kepala, melihatnya.   Para penjahat setempat ini sudah terbiasa memaksa orang, mana bisa menerima orang yang melawan? Tukang pukul yang pertama tertegun, lalu timbul amarahnya.   "Apa kau ingin mati? Jika tidak, pasti punya tulang hina, ingin dipukul."   Kata tukang pukul dengan keras, matanya melotot.   "cepat kau berguling kesana, supaya tidak kupecahkan tulang hinamu."   Fu Ke-wei melirik sekali pada Jin-ba-dou, yang juga menatap dia, sedikit pun tidak ada niat menghentikan tindakan tukang pukulnya, dan di wajahnya tampak ada rasa tidak senang dan tidak sabar atas penolakan dia yang berani ini.   "Aku keluar untuk makan siang, aku tidak mengganggu siapa pun."   Sorot matanya melihat pada tukang pukul dengan berani.   "siapa yang memberitahuku, orang-orang bengis ini begitu galaknya, sebenarnya apa maksudnya?"   "Tuan, kau kurangilah bicara."   Pemilik penginapan dengan wajah pahit menasihati.   "Paak..!"   Terdengar satu suara. Tukang pukul yang marah itu menampar.   "Pergi sana!"   Tukang pukul itu berteriak marah, ingin menginjakkan kakinya diatas perut pemilik penginapan. Fu Kei Wei mundur ke dalam kamar, lalu muncul kembali di pintu.   "Aku akan mengingat wajah kalian."   Dia berkata dingin.   "tempat ini sudah tidak ada hukum, harus mencari seorang yang punya kharisma, yang punya kemampuan, tampil membereskannya."   "Hajar dia!"   Teriak Jin-ba-dou tiba-tiba dengan nada dalam.   "Buum!"   Pintu kamarnya di tutup. Tukang pukul baru saja ingin mendobrak pintu, pemilik penginapan keburu berteriak.   "Tuan ke delapan, penginapan kecilku tidak bisa bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa."   Jin-ba-dou tidak bodoh, akhirnya mengangkat tangan menyuruh menghentikan tukang pukulnya mendobrak pintu.   "Lihat saja nanti."   Kata Jin-ba-dou pada tukang pukul.   "urus hal penting dulu, utus orang awasi orang ini."   Seorang tukang pukul maju mengetuk pintu kamar sebelah, pintunya tidak lama sudah dibuka, tujuh orang masuk kedalam.   Pemilik penginapan dengan seorang pelayan menunggu di pekarangan, dua orang itu mengerutkan alis, wajahnya pahit, seperti ada kesulitan tidak bisa dibicarakan.   Pintu kamar Fu Ke-wei di buka, dia melangkah keluar kamar.   "Tuan, melawan orang-orang ini tidak ada gunanya."   Kata pemilik penginapan sambil menggosok-gosok tangan tidak tenang.   "orang jauh dari rumah yang utama harus bisa menahan diri, mereka orangnya banyak, jika kau tidak mengalah, demi mukanya, kau lebih beralasan juga mereka tidak akan membiarkan kau menyalahkannya, buat apa kau...?"   "Aku tadi dengar orang itu memaki aku orang bodoh."   Dia berkata pada diri sendiri, 'aku ingin dia menyesal selamanya.' "Tuan......"   "Bagus, bagus sekali."   Dia mulai tertawa keji, melirik sekali pada dua pria di ujung jalan pekarangan. Di dalam kamar, dua orang tamu melihat dengan dua pasang mata aneh yang tidak bersahabat.   "Pagi ini kalian berdua pergi ke kantor polisi melapor."   Tawa dingin di wajah Jin-ba-dou membuat orang ketakutan.   "apa sudah selesai melapornya."   "Jin-ba-dou, aku mengerti maksudmu."   Kata tamu pertama tenang.   "walau anda bisa mengusir aku pergi, di kemudian hari masih ada orang yang akan datang. Orang yang datang lain kali, sangat mungkin adalah tuan Tui Guan, akibatnya bagaimana, harap kau dapat menghadapinya. Aku menjamin pada anda, sebelum tuan Tui-guan datang ke tempat anda, tuan Li dan anda sekalian, pasti akan makan nasi damai dulu di dalam penjara, percaya atau tidak terserah kau. Jika tidak bisa menghukum kalian yang tidak tahu aturan ini, buat apa pemerintah punya pejabat besar dan kecil?"   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Kau mengancam aku?"   "Aku tidak perlu mengancam siapa pun."   Kata si tamu dengan dingin.   "aku hanyalah pengantar surat dari kantor polisi Nan-yang, dengan kantor Xiang-yang tidak ada hubungan sedikit pun, aku hanya melaksanakan tugas, itu saja. Jangan menganggap tuan besar Li banyak hartanya,dan besar kekuasaannya, lantas pemerintah takut pada dia, tapi jika bapak Bupati di tempat anda mengetahui masa depannya terancam, maka sudah tidak ada yang dia takuti lagi, maka nasib tuan besar Li sudah di tetapkan, anda pasti tahu cerita Ling Yi yang seluruh keluarganya di penggal."   "Mmm...! Begitu seriuskah? Apakah Nan-yang-ba-jie yang menuntutnya?"   "Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Nan-yang-ba-jie."   "Apa...? Bukan mereka......"   "Nan-yang-ba-jie bukan orang yang tidak bisa menerima, mereka sama dengan kalian, ingin menyelesaikan dengan cara sendiri."   "La......laporan dari kantor anda adalah..."   "Ada surat laporan resmi dari kabupaten Ye, yang menuntut adalah dua orang korban yang selamat, mereka adalah tamu ekspedisi, keluarga korban yang meninggal juga dengan tegas menuntut menangkap pelakunya. Di dalam kereta ada seorang yang jadi saksi, orang ini sudah sampai di tempat anda. Kantorku mengirim surat pada Xiang-yang, harap mengundang tamu ini ke kantor tempat kejadian menjadi saksi, itulah tugasku datang ketempat anda, besok aku segera meninggalkan tempat ini, tidak perlu merepotkan anda membawa orang mengusir keluar."   "Iii...! Bukankah orang yang mati itu orangnya Nan-yang-ba-jie?"   "Mereka yang mati tujuh orang, belum dilaporkan ke kantor pemerintah. Dalam angkutan kereta dari Xu-zhou, kusirnya berikut enam orang penumpang semua meninggal."   Pengantar surat itu tertawa dingin.   "tujuh nyawa orang hilang, apakah pemerintah bisa tinggal diam? meski kalian lebih kejam juga tidak akan bisa membereskan dengan menekan aku, tidak ada gunanya, bagaimana anda harus bertindak pikirlah sendiri, benarkah anda akan memaksa kami berdua pergi?"   Jin-ba-dou jadi bengong, tampang bengisnya sekarang sudah menghilang.   "Jangan menyangka pak Bupati di tempat anda merasa takut pada tuan besar Li, menurut yang aku tahu, terhadap tuan besar Li dia sudah tidak senang."   Pengirim surat menambah tekanannya.   "tidak ada orang yang senang di matanya ada duri, di hatinya ada pisau, tuan besar Li itulah duri di matanya pisau di hatinya. Kau tahu, beberapa tahun ini penangkapan terhadap orang-orang perkumpulan Er-le sangat gencar, entah sudah terjadi berapa banyak salah tangkap yang mengerikan, asalkan pak Bupati bertekad, mudah saja mengambil tindakan pada Tuan Jin, yang telah memenggal kepala tiga atau lima ratus orang. Tentu, kalian tidak ada hubungannya dengan perkumpulan Er-le, tapi asalkan ada dua tiga orang yang tampil menjadi saksi, akibatnya sulit dikatakan, bukankah begitu? Mencari beberapa orang saksi mudah sekali."   Jin-ba-dou mendengar kata-kata ini bulu kuduknya jadi berdiri semua, warna wajahnya berubah besar.   "Aku kira ini masalahnya Nan-yang-ba-jie, makanya......"   Akhirnya Jin-ba-dou tidak bisa galak lagi.   "makanya berbuat tidak sopan, saudara, aku di sini minta maaf, minta maaf."   "Tidak berani."   Kata pengantar surat terhadap tingkah Jin-ba-dou yang mula-mula kasar belakangan menjadi hormat, dia seperti tidak merasakan terganggu.   "sebenarnya dalam perkara ini kalian telah salah jalan, kalian ingin menghilangkan masalah, tapi malah mencari masalah yang bukan-bukan, kalian dengan sekuat tenaga menghadapi Nan-yang-ba-jie, sebaliknya mereka tenang-tenang menonton lelucon ini."   "Tolong tanya, siapa nama dan marga tamu itu?"   Tanya Jin-ba-dou.   "Surat dinas itu menggunakan surat segel, yang dikirim dari kantor polisi ke kantor polisi di tempat anda, juga memakai surat rahasia, aku tidak cukup alasan bisa mengetahui isi surat."   "Kalau begitu harus menyelidik ke kantor polisi."   "Betul, tuan besar Li tentu punya orang di kantor polisi."   "Terima kasih atas perhatiannya."   Jin-ba-dou jelas ingin buru-buru pergi dari sana.   "hal yang tidak mengenakkan ini, di lain hari aku akan meminta maaf, pamit."   Setelah mengantar pergi tamu yang tidak di undang, dua pengantar surat itu saling tertawa penuh arti, mereka kembali kekamar menutup pintu.   Di ruang dalam melangkah keluar seorang bertubuh pendek yang gesit berusia setengah baya, dengan enteng berkata.   "terima kasih atas bantuan kalian berdua, banyak terima kasih."   "Baik, baik."   Kata Pengirim surat yang tadi bicara dengan Jin-ba-dou.   "dengan demikian, mereka tidak sempat lagi memperdulikan masalah kalian, pergilah dengan bebas! Semoga kalian berhasil."   "Aku segera menyampaikan suratnya."   Kata orang setengah baya.   "surat palsu itu, apa tidak tampak ada kelemahan?"   "Bukan aku bermulut besar."   Pengantar surat menepuk dadanya.   "aku Pit Seribu Bayangan dalam meniru tulisan dan prosedur surat resmi dan aturannya aku sangat hapal, pasti tidak akan ada kesalahan, tenang saja!"   "Bagus kalau begitu. Kalian berdua paling baik segera tinggalkan tempat ini, supaya jangan terjadi 'malam panjang banyak mimpinya', aku pergi dulu."   Orang setengah baya selesai bicara, mundur ke ruang dalam, dari jendela belakang pergi meninggalkan rumah penginapan.   Dua orang pengantar surat segera beres-beres, bersiap pergi, ketika sedang membereskan bungkusan, seorang pengantar surat mengulur tangan mengambil kantong surat dinas yang di taruh diatas meja.   "Kantong itu tinggalkan saja, boleh tidak?"   Di dalam gorden jendela ada orang yang bicara.   "aku ingin melihat tanda tangan penerima-nya."   Dua orang pengantar surat itu terkejut, mereka jadi terbengong. Fu Ke-wei melangkah maju ke sisi meja, wajahnya tenang.   "Pembicaraan kalian, aku telah mendengar semua."    Bangau Sakti Karya Chin Tung Pendekar Bego Karya Can Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini