Ceritasilat Novel Online

Pengelana Rimba Persilatan 6


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 6


Pengelana Rimba Persilatan Karya dari Huang Yi   Dia menunjuk keruang dalam.   "saudara yang telah pergi itu, apakah orangnya Nan-yang-ba-jie?"   "Kau......"   Yang menyebut dirinya sendiri Pit Seribu Bayangan pengantar surat palsu maju ke depan mendesak.   "Jangan risau."   Fu Ke-wei menggoyangkan tangan menghadangnya.   "aku tidak menanyakan urusan kalian, kalian memberitahukan jejaknya saksi pada Jin-ba-dou, supaya semua orang-orangnya mencari saksi ini. Aku tanya, kalian tahu seberapa banyak terhadap saksi itu?"   "Jujur saja padamu, terbatas sekali."   Kata Pit Seribu Bayangan.   "orang itu tidak mau memberitahu namanya, kami hanya dapat katakan pada laporan di kampung Ru-wen, kira-kira tahu bentuk tubuh dan wajahnya saja, kalau mau jelas harus menyelidik ke Xu-zhou, di perusahaan angkutan Zhong-zhou di Xu-zhou dia telah meninggalkan nama dan usianya."   "Bukankah kalian berniat mencelakai dia? Jika dia jatuh ke tangan orang-orangnya tuan besar Li, tinggal tunggu mati saja."   "Tidak mungkin."   Kata Pit Seribu Bayangan dengan pasti.   "dia itu tidak mau menuntut, pasti ingin cepat-cepat pergi menghindarkan kerepotan, malah mungkin sudah meninggalkan Xiang-yang, lagi pula, di laporan dinas hanya ditulis nama palsu dia......"   "Nama palsu dia adalah......"   "Nama palsu dia adalah Wu-ming, ciri tubuhnya di kira-kira."   "semua pelancong yang bermarga Wu yang lewat di Xiang-yang, akan terkena imbasnya karena ulah kalian. Tapi itu bukan urusanku, pamit."   Habis bicara dia tertawa tawar, lalu mundur ke ruang belakang.   Pit Seribu Bayangan berdua mencoba mengikutinya, tapi sudah kehilangan jejak dia.   Hati dua orang seperti ada setan, buru- buru mengambil bungkusannya, keluar kamar dan pergi.   Jin-ba-dou sudah melupakan masalah Fu Ke-wei, juga tidak mengutus orang mengawasinya.   Masalahnya terlalu sibuk, sibuk mengejar pelancong yang bermarga Wu namanya Ming, sibuk mengutus orang pergi ke kabupaten Ye mencari kabar.   Hampir tengah malam, perumahan Han-bei masih sibuk.   Jin-ba-dou di ruangan mewah yang luas, mengumpulkan sepuluh pembantu yang di percaya, sedang merundingkan kemana pergi nya saksi Wu-ming.   Kota Xiang-yang sebesar itu, ingin cari seorang yang bermarga Wu dan namanya Ming.   Sungguh tidak tahu harus bagaimana, marga dan nama ini sangat umum sekali, Wu-ming di kota ini yang sudah di data ada sebanyak sepuluh sampai dua puluhan.   Jika bisa mendapatkan saksi ini, masih ada harapan merubah keadaan, makanya Tuan besar Li sangat mementingkan hal ini, Jin-ba-dou terpaksa bekerja sekuat tenaga.   Dua bayangan hitam mendekat dari arah utara, dengan mudah menyusup masuk dua lingkaran penjagaan luar.   "Sungguh bodoh Tuan muda kedua melakukan hal ini."   Kata Jin-ba-dou pada sepuluh lebih anak buahnya.   "dia bersikeras tidak tahu apa yang terjadi, setelah lepas dari kejaran orang-orangnya Nan-yang-ba-jie, langsung menuju Xu-zhou, menjemput nona Bai, melalui Xi-ping kembali ke selatan, seharusnya setelah dia sampai di kota Xiang-yang, diam-diam mengutus orang kembali mengawasi ada gerakan apa dari Nan-yang-ba-jie, hingga akan tahu apa sebenarnya yang terjadi......Iii!"   Satu bayangan orang melayang masuk dari luar pintu ruangan yang terbuka, dibawah sinar lampu tidak bisa melihat dengan jelas.   Seorang laki-laki besar tertegun, dengan reflek yang cepat sekali bangkit berdiri mengulur tombak menghadang.   "Berhenti! Kau......"   Teriak laki-laki besar dengan suara dalam, sambil memukul dengan sebelah telapaknya.   "Buung!"   Terdengar suara getaran besar! Orang yang terbang masuk itu bertabrakan dengan dua laki-laki besar, dua orang itu jatuh ke bawah bergulung.   "Ha ha ha ha......"   Suara tertawa keras terdengar.   "disini Huo-bao-ing, Bu-fei-khe, orang yang menuntut keadilan sudah datang."   Satu hitam satu putih, dua bayangan orang, dengan suara keras, cepat masuk kedalam, mulutnya mengatakan keadilan, tapi gerakannya sebaliknya, sebilah pedang sebuah tongkat kepala naga seperti angin ribut hujan deras, dengan dahsyat melabrak.   Untungnya semua orang disana membawa senjata, tapi sudah tidak ada kesempatan membicarakan keadilan, di dalam teriakan marah, golok dan pedang keluar dari sarungnya melakukan serangan geledek.   Senjata bersentuhan membuat orang ketakutan, kelebatan bayangan orang seperti kilat.   Diikuti teriakan terkejut, bayangan orang mendadak berpisah, tenaga angin berpencar ke segala arah.   Semuanya ada empat orang yang jatuh ke tanah, di tanah meronta, merintih.   Di tengah ruangan berdiri dua orang, berwajah merah dengan janggut putih, Huo-bao-ing Du Zhang-he, dengan pedang bersinar di tangan, ujungnya ada bekas darah.   Bu-fei-khe Hong-wu yang memakai mantel putih berwajah pucat, beralis panjang dengan mata kecil, tongkat kepala naga di tangannya tampak panjang dan berat, bersinar ungu menyilaukan mata.   Karena Jin-ba-dou duduk di sebelah atas, tidak keburu bentrok dengan tamu tidak diundang, pedangnya sudah digenggam, saat ini tepat berhadapan dengan dua orang hebat dari punia persilatan.   "Aku bicara aturan dengan kalian."   Huo-bao-ing dengan nada dalam berkata.   "tiga hari kemudian tepat tengah hari, di Guan-qiu sebelah utara jembatan Bao-tai, suruh Tuan besar Li membawa anaknya kesana dan menyelesaikan masalah, jika dia melakukan siasat busuk, akibatnya dia yang bertanggung jawab."   "Du Zhang-he, apa dengan cara ini kau menyampaikan pesan?"   Kata Jin-ba-dou dengan marah sekali, dia mengangkat pedangnya maju ke depan.   "kau terlalu menghina orang, perumahan Han-bei tidak bisa mengizinkan kau melakukan kejahatan disini, aku ingin mencoba ilmu pedangmu."   "Kau punya ilmu silat tinggi, aku tidak menganggap rendah dirimu, seharusnya aku menemanimu bermain-main sebentar."   Huo-bao-ing Du Zhang-he memberi aba-aba tangan pada Bu-fei-khe.   "pesan sudah di sampaikan, tidak ada waktu berlama-lama, pamit!"   "Berkata datang langsung datang, berkata pergi langsung pergi, kau terlalu menghinaku, aku akan menahanmu."   Habis berkata begitu Jin-ba-dou menyerang, pedang dan orangnya tiba bersamaan, terlihat sinar dingin sekelebat, cepat laksana kilat, pedang-nya mendadak berbunyi seperti siulan naga, hawa pedang seperti gelombang menerjang.   Menghadapi dua orang aneh dan hebat yang ternama di dunia persilatan, Jin-ba-dou malah berani terang-terangan menyerang, bisa diketahui Jin-ba-dou penguasa setempat ini, memang mempunyai ilmu yang hebat.   "Traang..traang!"   Huo-bao-ing berturut-turut menangkis dua kali, lalu mundur dua langkah.   Jin-ba-dou juga tidak bisa mengambil kesempatan baik dari serangan berturut-turutnya, posisinya berubah ke sisi pedang yang ditangkis keluar.   Dua serangan percobaan ini, mungkin kedua belah pihak menyimpan dua atau tiga puluh persen tenaganya, masing-masing ada rasa khawatir, menyerang dan menangkis dengan mantap.   "Kau sudah dapat mengeluarkan hawa pedang untuk melukai orang."   Kata Huo-bao-ing dingin.   "tidak aneh tuan besar Li bisa tenang-tenang hidup banyak tahun dalam kedamaian. Baik, kau juga terima dua jurus pedangku."   Pelangi pedang meluncur, dahsyat laksana mendorong gunung menumpahkan laut.   "Traang!"   Dua Pedang bentrok, angin kuat menyebar.   Bayangan orang mendadak berpisah, hawa pedang mendadak hilang.   Huo-bao-ing mengeluarkan teriakan tertahan yang terkejut, dia mundur ke belakang satu zhang lebih, wajah yang merah api tiba-tiba kehilangan warna darah, tangan kanan yang memegang pedang tampak gemetar.   Jin-ba-dou hanya mundur dua langkah, tubuhnya tidak mantap, dia memaksakan berdiri dengan kuda-kuda, dia kehilangan tenaga untuk membalas serangan.   Bu-fei-khe tertegun, tongkat kepala naga di ulurkan, mundur dengan waspada, mengawal Huo-bao-ing mundur ke pintu ruangan.   "Orang ini telah berhasil melatih hawa pedang."   Huo-bao-ing sambil mundur sambil perlahan berkata.   "cepat mundur!"   Terdengar siulan marah, pedang Jin-ba-dou dan tubuhnya menjadi satu terbang kembali maju menyerang.   Jika Bu-fei-khe sebelumnya tidak mendapat peringatan dari Huo-bao-ing, pasti menggunakan tongkat kepala naga menangkisnya, dan sangat mungkin tongkatnya akan hancur oleh hawa pedang, malah mungkin juga terluka.   Dua orang ini tidak melayani serangannya, seperti angin ribut mereka keluar dari ruangan, menghilang dalam kegelapan malam.   Di kebun sebelah kiri ruangan, di tanam tidak sedikit bunga dan pohon.   Fu Ke-wei yang bersembunyi di satu pohon besar, dapat melihat dengan jelas gerak-gerik yang terjadi di dalam ruangan melalui jendela yang terbuka lebar.   Dia sudah lama datangnya, lebih pagi satu jam dari pada Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe.   Dia tidak sembunyi diatas cabang pohon, tapi dengan jurus aneh menempel di batang pohon, seperti seekor cecak.   Orang di bawah pohon jika ingin mencari orang diatas cabang, pasti tidak akan berhasil.   Setelah dua orang tua hebat itu pergi, diam-diam dia juga meninggalkan perumahan Han-bei.   Di sebelah selatan rumah sembahyang Fan Hou bagian timur kota, ada satu warung yang menjual makanan kecil, arak yang di jualnya mendapat pujian dari para peminum, warung itu dinamakan Xu Lao-ren.   Masakan teman minum arak yang dijual di warung Xu Lao-ren, tidak ada yang memakai daging, semuanya dari buah kering dan kacang-kacangan.   Ruangan warung tidak besar, tidak ada pelayan, hanya pemilik warung Xu Lao-ren (orang tua Xu) yang melayani, tamunya hampir semuanya adalah langganan disekitar, tidak menjadi perhatian orang.   Sore hari, Fu Ke-wei tampil diwarungXu Lao-ren.   Ruang warung yang kecil, hanya ada enam meja makan.   Cuacanya panas, didalam ruangan warung sangat panas dan gerah.   Dia duduk disatu meja, satu teko arak, empat piring bermacam kacang-kacangan untuk teman minum arak, dia minum dengan santai, menikmati makanan.   Di meja sebelah kanan, ada dua orang tua setengah baya, dua orang tua yang lemah, tua dan buruk rupa, orang tua kampung.   Begitu orang jadi tua, segala penyakit bermunculan! Sungguh hal yang menyedihkan, makanya kedua orang itu sepertinya seluruh tubuhnya berpenyakit, minum seteguk arak pun harus batuk dua kali, tidak hentinya menepuk pinggang dan punggung, supaya membuyarkan sakit pada punggung dan pinggang.   Laki-laki besar pertama muncul diluar pintu warung, lalu kedua, ketiga.   Dua orang tua buruk rupa tidak ada reaksi, sambil minum arah sambil meneruskan perbincangan, suaranya pelan, ada hawa tidak ada tenaga.   Paling akhir, Jin-ba-dou muncul dengan tubuhnya yang tinggi besar, di belakangnya diikuti oleh dua orang, dengan wajah yang serius perlahan melangkah masuk kewarung.   Dua orang ini yang satu adalah Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing yang tampan, yang satunya lagi adalah tuan muda kedua dari keluarga Li, berwajah tampan dengan tampangnya yang sombong, usianya baru dua puluh dua tahun, dijuluki Yu-mien-el-lang (Tuan Kedua berwajah kemala),Li Hoa-rong.   Dua orang tua buruk rupanya merasakan keadaan berbahaya, mereka bersamaan menaruh gelas arak dan sumpit.   Tiga orang yang sampai di sisi meja, dingin menghentikan langkah.   Jin-ba-dou melirik sekali pada Fu Ke-wei, dia mengenal orang yang berada di penginapan Fu Tai, yang tidak tahu diri melawan hingga mendapat hajaran.   Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing walau telah melihat Fu Ke-wei, tapi sesaat belum mengenalnya, sebagai sastrawan yang hari itu bertemu di gunung Xian.   Karena saat ini dandanan Fu Ke-wei, walau tetap berbaju hijau, tapi baju bawahnya ditarik keatas diselipkan dipinggang, penampilannya persis seperti seorang persilatan, sedikit pun tidak ada bau pelajar.   Fu Ke-wei acuh saja, dia menundukkan kepala minum arak dan makan kacang.   "Kalian berdua, tidak perlu pura-pura lagi."   Kata Jin-ba-dou dingin.   "sebenarnya, dua hari lalu aku sudah menyelidik kalian berdua bersembunyi di rumah sembahyang Fan Hou, siang hari tidur, setelah bergerak di malam hari lalu kembali lagi, tidur di tumpukan rumput di belakang rumah sembahyang. Dengan kedudukan kalian berdua yang namanya menggemparkan dunia persilatan, dan terhormat, demi membantu teman sehingga hidup jadi susah, memang perlu dimaklumi, juga sangat menyedihkan."   Orang tua yang sepasang alisnya panjang, matanya kecil, membalikan wajah menengadah, dari sepasang matanya yang tampak lesu dan letih, dia tertawa tawar, pelan bangkit berdiri.   "Kalau tidak salah anda orang yang bergelar Ba-fang-du-ti (Tanah delapan arah),"   Kata orang tua berwajah buruk.   "aku Bu-fei-khe dan Huo-bao-ing terlalu menganggap rendah dirimu, tidak aneh bisa ditemukan jejaknya olehmu. Ooo...! Anda membawa orang tidak sedikit."   "Tidak sedikit."   Kata Jin-ba-dou tertawa dingin.   "tapi anda boleh tenang, aku tidak pernah mengandalkan orang banyak untuk mencari kemenangan."   "Tentu, tentu, seorang pesilat tinggi di antara pesilat tinggi, pedangnya bisa mengeluarkan hawa pedang, mana mau mengandalkan banyak orang untuk menang?"   "Ini adalah Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing saudara kecil Luo."   Jin-ba-dou memperkenalkan temannya.   "salah satu dari Tiga Sastrawan Dunia Persilatan masa kini, adalah orang hebat di dunia persilatan, kalian berdua mungkin tidak merasa asing."   "Sudah lama kami mendengar ketenarannya!"   Kata Huo-bao-ing juga bangkit berdiri.   "gelombang belakang Zhang-jiang mendorong gelombang depannya, di dunia orang baru menggantikan orang lama, dunia persilatan adalah miliknya anak muda, dari Tiga Sastrawan Dunia Persilatan usianya paling banyak tidak melewati tiga puluh tahun, sungguh dunia persilatan sudah ada penerusnya."   "Ini tuan muda kedua Li, Li Hoa-rong, putra kedua tuan besar Li."   Jin-ba-dou mengulur tangan memperkenalkan Li Hoa-rong.   "tuan muda kedua, apa ada yang mau dibicarakan pada mereka?"   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tidak ada yang harus dibicarakan."   Kata Li Hoa-rong dengan sombong.   "kemarin malam mereka merasa sebagai orang tua melakukan kejahatan mengirim pesan, melukai empat orang, kita harus mengundang mereka keperumahan, supaya nanti kalau Nan-yang-ba-jie pulang, menggunakan tandu melapor."   "Kalian berdua, bicaralah di luar warung."   Jin-ba-dou mengulur tangan mempersilahkan.   "ini adalah pertarungan yang adil, kalian berdua boleh kembali ke belakang rumah sembahyang mengambil senjata."   "Baik, aku menurut saja."   Bu-fei-khe sambil tertawa melangkah keluar. Huo-bao-ing menghembus nafas panjang, lalu melangkah mengikutinya.   "Hey! Dua orang tua."   Fu Ke-wei tiba-tiba teriak.   "kalian belum membayar bon masakan dan minuman lho! Jika kalian dipatahkan tulang tuanya dan digotong pergi, bukankah Xu Lao-ren akan rugi?"   Semua orang, jadi tertegun.   "Kau lagi."   Jin-ba-dou marah.   "kau ini......"   "Diam!"   Fu Ke-wei dengan nada dalam berseru, dia menepuk meja bangkit berdiri, matanya melotot.   "kemarin kau menghina dan memaki aku orang bodoh, aku mengalah saja, apa hari ini kau ingin memaki lagi?"   "Kau..."   Jin-ba-dou merasa terkejut sekali.   "Lebih baik kau tutup mulut yang bau itu."   Jin-ba-dou sudah tidak tahan lagi! Mendadak melayangkan tangan menampar. Shuang-jie-shu-sheng (Sepasang sastrawan hebat) Luo Wen-jing saat ini baru mengenali Fu Ke-wei, sastrawan yang hari itu bertemu di gunung Xian.   "Hati hati Tuan kedelapan......"   Teriak Luo Wen-jing buru-buru. Tapi teriakannya sudah terlambat. Paak... terdengar satu suara, pergelangan tangan Jin-ba-dou telah di cengkram dengan kuat oleh Fu Ke-wei.   "Kau telah mati satu kali."   Fu Ke-wei memelintir tangan lawan dan ditekankan keatas meja, dengan galak berkata lagi.   "untung aku tidak berniat mengambil nyawamu."   Sungguh sulit membuat orang percaya, Jin-ba-dou yang sudah berhasil melatih tenaga dalam sampai tingkat kesempurnaan, tidak bisa terluka oleh senjata tajam, bisa memakai pedang mengeluarkan hawa pedang, sekarang malah tidak bisa meronta, bukan saja tidak bisa bergerak, juga seluruh tubuhnya gemetar, wajahnya pucat, tangannya dipelintir, ditekan di atas meja, membuat bentuk tubuhnya yang membuat orang tertawa, mulutnya terbuka menghirup nafas, tapi hawa murninya tidak bisa terkumpul di Dan-tian, perubahannya terjadi begitu mendadak, dia tidak dapat mengerahkan kepandaiannya melawan, seluruh kemampuannya sudah dikendalikan orang.   Bu-fei-khe dan Huo-bao-ing terkejut, mulut sampai menganga tidak bisa bicara, sepertinya tidak percaya dengan kenyataan didepan matanya.   Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing juga terkejut sampai wajahnya ikut berubah, bengong! walau pun dia tahu Fu Ke-wei mempunyai ilmu silat tinggi, tapi tidak terpikir bisa setinggi ini, menakutkan.   Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong juga terkejut, dia maju dua langkah ingin membela.   "Kau berani?"   Fu Ke-wei berteriak keras.   "dibandingkan dengan Jin-ba-dou, apa kepandaianmu lebih tinggi? Heeh!"   Tangan Yu-mien-el-lang yang terulur jadi terhenti, tidak berani bergerak maju lagi.   "Kau berani sekali."   Li Hoa-rong dengan wajah merah.   "apa kau orangnya Nan-yang-ba-jie? Apa kau telah melihat dengan jelas keadaanmu? Di daerah ini kau berani menampakan diri, sungguh . tidak memandang keluarga Li?"   "Orang yang bermarga Li, kau jangan salah kaprah."   Kata Fu Ke-wei dingin.   "aku ini hanya pelancong yang lewat di tempatmu, sekalian menyampaikan pesan, kesatu, tidak kenal siapa itu Nan-yang-ba-jie, kedua, tidak kenal dengan kau ini apanya keluarga Li, hanya tahu saudara ini membawa sekelompok tukang pukul, di penginapan bukan saja dengan kata-kata kasar menghina aku, juga menyuruh tukang pukul menghajar aku. Hari ini apa lagi, dia sendiri ingin turun tangan menangkap orang, orang semacam ini sudah tidak ada hukum, terlalu menghina orang, jika tidak mendapat hukuman, mana ada keadilan? mana ada hukum?"   Mulutnya sedang bicara, tangannya juga mungkin menambah tenaga tekanan, karena Jin-ba-dou sedang menggerakan tenaga melawan, ingin melepaskan tangannya.   Kesakitan tampak di wajah Jin-ba-dou, dia sudah menampakan kelelahan, setengah tubuhnya bergulung diatas meja setengah berbaring, wajahnya jadi hijau, seluruh tubuhnya sedang kram menakutkan.   "Lepaskan dia!"   Yu-mien-el-lang berteriak marah, tangan kanannya seperti kait pelan-pelan diulurkan kedepan.   "jika tidak, aku inginkan kau mati, hidup, keduanya susah."   "Ha ha ha ha......"   Fu Ke-wei tertawa keras.   "aku melanglang buana ke seluruh dunia, peristiwa besar apa yang belum aku temui? Kau, masih belum bisa menakuti aku marga Fu."   Sudah ada enam orang tukang pukul, mengurung ruangan warung, matanya melotot mengawasi, ingin segera bergerak.   "Saudara Hoa-rong, jangan ceroboh."   Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing sadar, dia cepat-cepat bicara menghalangi.   "saudara ini punya semacam ilmu aneh yang menakutkan, jika kau menyerang, Tuan kedelapan mungkin akan celaka."   "Aku tidak terima ancaman dia, jika dia berani mencelakai Tuan kedelapan, aku akan menghancurkan dia."   Yu-mien-el-lang dengan benci berkata, tapi tangan yang sudah diulurkan telah dihentikan, meski tidak ditarik kembali.   "walau dia bisa terbang ke langit masuk ke tanah juga tidak bisa lolos dari kematian."   "Apa benar?"   Tanya Fu Ke-wei seperti tertawa tapi bukan tertawa.   "Anda lebih baik percaya, lepaskan!"   Sepasang tangan Fu Ke-wei bersama-sama bergerak, pukulannya laksana badai menerpa di atas tubuh Jin-ba-dou yang tidak dapat bergerak.   Sederetan suara yang aneh terdengar, telapak dan jari tanpa ampun mengenai daging.   Pukulannya terlalu cepat, menunggu Yu-mien-el-lang yang marahnya menyerang, pukulannya yang cepat telah berhenti, tubuhnya Jin-ba-dou yang setengah sadar dengan kecepatan yang menakutkan menubruk kearah Yu-mien-el-lang.   Yu-mien-el-lang hampir saja tertubruk.   Akhirnya dengan reflek yang cepat, dia mundur menghindar kesisi, menangkap Jin-ba-dou yang menyedihkan itu.   "Kita selesaikan di luar."   Fu Ke-wei memakai pedang yang dirampas dari tangan Jin-ba-dou menunjuk keluar.   "aku akan membuka larangan membunuh, biar kalian penjahat penguasa setempat yang tidak tahu hukum merasainya."   Dengan langkah lebar dia melangkah keluar, pedang menggantung kebawah dengan santainya, kepalanya menengadah langkahnya lebar seperti tidak ada orang, dengan dandanannya sama sekali berbeda, semangatnya sungguh menakutkan orang.   Seorang laki-laki besar mencoba menghalangi jalannya, tidak tahu bahaya goloknya diulurkan kedepan.   "Traang!"   Terdengar suara keras menggetarkan telinga, kembang api memancar! Goloknya si tukang pukul terbang naik, traang... menabrak tembok jatuh kebawah.   "Aduuh......"   Tukang pukul itu menjerit sambil memegang tangannya, roboh ketanah secara terlentang, buku lima jari tangan kanannya semua terlepas, telapaknya pecah, darah mengalir.   Sekarang tidak ada lagi ada orang yang berani menghalangi, semua bengong melihat Fu Ke-wei melangkahi tubuh tukang pukul yang roboh ke tanah, keluar dari pintu.   Dua orang tukang pukul yang menjaga di luar pintu, terkejut dan menghindar memberi jalan.   Yang pertama keluar adalah Shuang-jie-shu-sheng, yang paling akhir adalah Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe, yang harus keluar semuanya sudah keluar, Jin-ba-dou malah tidak keluar.   Jalannya lebar sekali, saat ini di luar pintu telah berkerumun banyak orang yang menonton keramaian.   "Bertarung dulu baru bicara, atau bicara dulu baru bertarung, tamu terserah tuan rumah."   Kata Fu Ke-wei sambil mengibaskan pedang dengan keras, wajahnya penuh dengan hawa membunuh.   "harimau buas tidak takut kambing yang banyak, kalian boleh mengeroyok. Hidup mati tergantung nasib, keberuntungan ada dilangit, orang yang takut mati berdirilah yang jauh."   Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing berdiri dua zhang lebih, wajahnya sedikit tegang, dia menatap pada Fu Ke-wei, tangannya memegang pegangan pedang, diam-diam memusatkan tenaga dalamnya, ber-siap-siap.   "Siapa nama tuan, bisakah beritahu?"   Tanya Shuang-jie-shu-sheng dengan nada dalam.   "Aku marga Fu, Fu-xian.   Bisa diselidik dari buku daftar tamu di penginapan, seorang persilatan kecil yang tidak punya nama."   "Beberapa hari lalu digunung Xian, anda mengaku sebagai orang pengantar surat, kenapa malah melibatkan diri dalam permusuhan antara Nan-yang-ba-jie dengan tuan besar Li? Jelas anda adalah orang yang membantu Nan-yang-ba-jie."   Kata Shuang-jie-shu-sheng dengan nada menyalahkan.   "Kau sepertinya mudah lupa, aku sudah beberapa kali mengatakan tidak kenal dengan Nan-yang-ba-jie, juga selamanya tidak akan membela penguasa setempat di seluruh dunia."   Fu Ke-wei tertawa tawar.   "kau Shuang-jie-shu-sheng cukup ternama di dunia persilatan, namanya juga tidak buruk, makanya, aku pernah menitipkan pesan pada Bandit Tai untukmu, jika Bandit Tai tidak menyampaikan pesannya, pasti kau tidak memandang persahabatan, merasa diri benar, tidak memandang niat baikku, tidak mau pergi ke kabupaten Ye menyelidiki kejadian sebenarnya, tuan, aku sangat menyayangi mu!"   "Aku selalu punya pendirian, tidak perlu dinasihati orang,"   Kata Shuang-jie-shu-sheng tertawa dingin.   "apa yang telah kau lakukan pada Tuan kedelapan Jin?"   "Masalah kecil, mengunci jalan darah dia, aku ingin dia menyesal selamanya, jika kalian tidak mampu dan tidak bisa membuka kuncian-nya, gotonglah dia ke gunung Wu-dang, mungkin para tetua Wu-dang dapat menolong dia. Wu-dang adalah nenek moyangnya tenaga dalam di dunia persilatan, mungkin tahu cara membuka penguncianku."   Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong mencabut pedangnya, wajah penuh dengan hawa membunuh.   "Tenang saudara Hoa Rong."   Luo Wen-jing mengulurkan tangan menghalangi.   "tanya dulu apa keinginannya, kemunculan dia pasti bukan tidak disengaja, aku telah pastikan dia adalah orangnya Nan-yang-ba-jie."   "Tidak perduli apa niatku, hari ini kalian tidak akan bisa lolos."   Ujung alis dan sudut mata Fu Ke-wei tampak penuh hawa pembunuhan.   "kalian ibarat ular setempat, menghadapi aku naga kuat, kecuali menyelesaikan dengan ilmu silat, tidak ada jalan lain lagi. Shuang-jie-shu-sheng yang bermarga Luo, perbuatanmu hari ini, sungguh membuat aku putus harapan, semua akibatnya, kau harus bertanggung jawab."   "Kenapa kau putus harapan?"   "Kau hanyalah pengelana Jiang-hu yang penjilat, membantu penjahat yang kuat, tidak pantas disebut Sastrawan."   "Apa? Kau......"   Luo Wen-jing saking marahnya hampir saja sampai meloncat.   "Jangan bicara dulu, Selain memfitnah, menuduh aku adalah orangnya Nan-yang-ba-jie."   Di sudut mulut Fu Ke-wei tampak tawa dingin yang sulit ditebak.   "Jin-ba-dou menghina aku, anda melihat dengan mata kepala sendiri, siapa benar siapa salah, kau seharusnya sangat jelas, tapi aku tidak melihat kau tampil keluar mengatakan kata-kata adil, aku malah melihat kau sedang membantu seorang penguasa jahat setempat melakukan kejahatan. Orang-orang aliran putih dunia persilatan jika semuanya sepertimu, bukankah benar dan salah tidak bisa dipisahkan, hitam putih tidak dibedakan, menjadi dunia binatang. Kau mengandalkan apa pantas disebut Sastrawan? Mengandalkan apa pantas menyebut diri dari aliran putih?"   Kata-kata ini sangat berat, wajah Luo Wen-jing merah sampai ke telinga, dia tidak dapat berkata-kata.   "Aku adalah teman keluarga Li, anda menuduh aku membantu kejahatan itu tidak adil."   Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing memaksakan diri membela diri.   "dua jagoan dari Xiang-yang dengan Nan-yang, salju membeku tiga chi bukan karena dingin sehari, mereka telah bermusuhan bertahun-tahun, menyelidiki siapa benar siapa salah, saat ini sudah tidak ada artinya. Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe adalah orangnya Nan-yang-ba-jie, aku adalah temannya keluarga Li, demi teman dua iga ditancap pisau tidak masalah bagiku, hari ini, Jin-ba-dou walau punya salah, tapi anda pun harus mengerti, anda menggunakan cara ini menjebak Jin-ba-dou, itu adalah hal kenyataan yang tidak dapat dibantah, malah juga menarik aku tambah terjerumus, sungguh keji."   "Itu adalah pikiranmu sendiri."   "Kau......"   "Kau telah naik ke punggung harimau, satu satunya cara menutupi, yaitu tetap menuduh aku adalah orangnya Nan-yang-ba-jie, hingga punya alasan membantu penjahat setempat melakukan kejahatan, tidak perlu perdulikan siapa benar siapa salah, yang mana hitam yang mana putih."   Fu Ke-wei sedikit pun tidak memberi ampun langsung menyerang kelemahan lawan.   "dengan cara apa pun aku membuktikan bukan orangnya Nan-yang-ba-jie, kau juga tetap tidak percaya."   "Asalkan kau dapat mengeluarkan satu bukti kuat......"   "Apa yang dimaksud dengan bukti kuat?"   "Aku ingin menahan dua orang ini."   Luo Wen-jing menunjuk pada dua orang yang aneh.   "aku ingin dari mulut mereka, membuktikan asal usulmu."   "Ha ha ha ha......"   Fu Ke-wei tertawa keras menengadah.   "Mengapa tertawa?"   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Tanya Shuang-jie-shu-sheng dengan tidak senang.   "Kau kira kau ini siapa? Apakah tuan langit?"   Fu Ke-wei mengolok.   "maka, jika bukan gila, kau pasti idiot. Puuh! Wajah dan mulutmu yang tidak mau kalah ini, sungguh membuat orang tidak bisa menerimanya."   "Kau......"   "Hidup matinya dirimu masih belum bisa diramalkan, malah berkhayal dari mulut kedua orang tua menentukan hidup matinya aku. Aku lihat kau sudah terlalu banyak makan jadi sakit perut, hatimu tertutup minyak, sampai dirimu punya permainan apa juga tidak bisa membedakannya, aku kasihan padamu, tuan."   Luo Wen-jing yang didesak oleh kata-kata ini jadi sewot, dengan teriakan kemarahan dia mengulur tangan mencabut pedang.   Baru saja pedang keluar sarung, belum sempat diayunkan, perubahan besar telah terjadi.   Pedang Fu Ke-wei, tiba-tiba dengan kecepatan yang tidak bisa di lihat mata, seperti kilat menusuk, ujung pedang tiba-tiba telah menempel di tenggorokan Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing.   0-0-0 Bab 7 Huo-bao-ing dan Bu-fei-khe yang berada tiga zhang lebih jauhnya, malah tidak melihat bagaimana cara Fu Ke-wei menghampiri Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing, mereka hanya melihat bayangan orang berkelebat, langsung sudah melampaui jarak satu zhang lebih, kecepatan gerakannya sampai tidak bisa diikuti dengan jelas.   Dua orang persilatan yang banyak pengalaman itu mulutnya sampai menganga tidak bisa bicara, mereka saling melihat, bulu kuduknya jadi berdiri.   Luo Wen-jing juga merasa ketakutan, saking ketakutan nafasnya seperti berhenti, tadinya dia berani menepuk dada, merasa dia tercepat dalam kecepatan mencabut pedang, jarak antara keduanya ada kira-kira satu zhang tujuh delapan chi, kecepatan orang mendekat tidak mungkin bisa lebih cepat dari dia mencabut pedang, tapi sekarang, ternyata sampai bayangan orangnya saja tidak terlihat jelas, tahu-tahu ujung pedang yang tajam, dingin sudah menempel di tenggorokannya! "Jangan gelisah."   Fu Ke-wei tertawa dingin.   "aku tidak akan semudah ini membunuh mu, aku pasti akan memberi satu kesempatan bertarung adil denganmu, aku akan menggunakan cara yang benar, supaya nama Shuang-jie-shu-sheng dengan baik-baik terhapus di dunia persilatan."   Habis bicara, pelan-pelan dia mundur kembali, selangkah demi selangkah dengan mantap, wajahnya serius, sepasang mata macan bersinar dingin menakutkan orang, setiap saat siap menghadapi serangan Shuang-jie-shu-sheng.   Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing tidak berani menyerang, di bawah sorot mata lawannya yang dingin berwibawa hatinya menjadi dingin, keberaniannya sudah hilang tertiup angin.   Didalam kerumunan penonton di sebelah kanan, kira-kira tiga zhang lebih, tiba-tiba terdengar satu teriakan yang dingin sekali, setiap kata-katanya menggetarkan gendang telinga.   "Balikan tubuhmu, akan kupakai senjataku membunuhmu."   Fu Ke-wei tidak membalikan tubuhnya, dengan nada yang sama berkata.   "Bandit Tai, jangan teriak-teriak seperti kucing, anjing, setiap saat kau boleh menyerang dengan garpu terbangmu, senjatamu hanya bisa menakuti orang persilatan kelas tiga.   Aku katakan sebelimnya, saat kau menyerang dengan garpu terbang, itulah saatnya mengumumkan Bandit Tai Qiao-zhuang mati.   Prinsipku dalam bertarung, aku tidak mengizinkan siapa pun menyerang untuk kedua kalinya."   "Apakah kita pernah bertemu?"   Kata Bandit Tai merasa aneh.   "Jalan raya di luar kampung di gunung Xian, apa kau sudah lupa?"   "Ahh! Ternyata kau......"   Satu teriakan dalam terdengar, Shuang-jie-shu-sheng tiba-tiba dengan kekuatan sangat dahsyat, menyerang dengan ganasnya, tubuh dan pedang seperti menjadi satu, pedangnya mengeluarkan suara mengguntur, pedang itu membelah angin menerjang laksana kilat.   "Traang, traang!"   Suaranya menggetarkan telinga, angin kuat menerjang ke segala arah.   Shuang-jie-shu-sheng berikut pedangnya terpental melayang sejauh dua zhang lebih, saat menyentuh tanah lutut kanannya tertekuk, tangan kanannya menggunakan pedang untuk bertahan, tubuhnya tidak hentinya gemetar, matanya menyorotkan rasa ketakutan sekali, wajahnya mendadak berubah menjadi pucat.   Fu Ke-wei berdiri di tempat semula, tangan yang mengangkat pedang mantap tidak bergerak, tapi tubuhnya telah berputar ke kanan, menghadap pada Bandit Tai yang sudah berdiri di depan kerumunan orang.   "Kau seharusnya mengambil kesempatan tadi menyerang dengan garpu terbang itu."   Katanya dingin.   "sekarang kau sudah tidak ada kesempatan lagi."   Serangan geledek tadi juga membuat Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong yang berdiri di pinggir seluruh bulu di tubuhnya berdiri, tangan yang memegang pedang ikut gemetar.   Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing yang namanya menggemparkan dunia persilatan, hanya dalam satu jurus sudah di pukul mundur dua zhang lebih, sepuluh lebih tukang pukul tampak ketakutan sekali, sampai keringatnya membasahi baju, kaki dan tangan jadi lemas.   Bandit Tai ikut tertegun, dia tidak tahu harus berbuat bagaimana? Shuang-jie-shu-sheng dengan susah payah berdiri, pada Yu-mien-el-lang memberi isyarat tangan untuk mundur, satu patah kata pun tidak terdengar, dia membalikan kepala langsung pergi.   Hanya dalam sekejap, yang seharusnya pergi sudah pergi semua.   Kerumunan orang yang tadi ramai, mulai bubar.   Bandit Tai Qiao-zhuang menghembuskan nafas panjang, dengan lesu ikut mengundurkan diri.   Fu Ke-wei melemparkan pedang ke bawah, pada Huo-bao-ing berdua berkata.   "Dua orang tetua jika tidak pergi sekarang, Tuan besar Li akan datang dengan membawa Enam Jahat, saat itu kalian ingin pergi juga sudah tidak bisa lagi! Tuan besar Li bukan lawannya kalian berdua."   "Saudara kecil, apa kau sendiri tidak takut?"   Tanya Huo-bao-ing.   "Sulit dikatakan, kalau satu lawan satu masih bertahan, bagaimana pun tuan besar Li sudah tua."   "Aku dengan saudara Hong menurut pada saudara kecil, terserah bagaimana mengaturnya.."   "Maaf, aku tidak suka berteman dalam bertindak."   "Masalah saudara kecil......"   "Tidak dapat kuberitahukan, kalian berdua cepat pergi."   Fu Ke-wei tegas menolak.   "Harap beritahukan pada teman kalian Tamu Tombak Dewa Luo Hoa-ji, dengan kekuatan Delapan Hebat, masih belum cukup kuat untuk melawan keluarga Li, mengutus orang menyusup, cepat atau lambat akan ketahuan, kalian berdua adalah saksi hidup. Kalian berdua harus ingat, jika ingin membantu orang lain, yang pertama-tama harus dapat melindungi diri sendiri dulu. sampai jumpa!"   Dua orang tertegun di tempat! melihat Fu Ke-wei pergi jauh.   "Saudara Hong, apakah kau pernah dengar, ada orang hanya dengan satu jurus saja bisa membuat Shuang-jie-shu-sheng ketakutan?"   Huo-bao-ing dengan terkejut berkata.   "Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing ilmu pedangnya telah ternama, bukan saja ilmu pedangnya sudah mahir sekali, hawa pedangnya juga sudah sampai tingkat ketujuh, begitu pedang tiba tidak ada yang tidak bakal hancur, tapi tadi hanya dalam satu jurus dia sudah kalah, kenapa di dunia persilatan tidak pernah mendengar ada seorang pemuda marga Fu ini?"   "Biar aku pikir-pikir dulu."   Bu-fei-khe menunduk kepala berpikir.   "Saudara Du, kali ini kau pergi ke gunung Xiong-er mengajak aku pergi ke Nan-yang menemui saudara Luo, bukankah baru saja pulang dari Jiu Jiang?"   "Betul!"   Huo-bao-ing berkata.   "aku bertamu pada Pedang Setan Zuo-liang, saudara Zuo sungguh hidupnya beruntung, bisa bersenang-senang di-rumah, hidupnya seperti hartawan yang kaya raya."   "Bukankah saudara kecil Zhuang pernah bercerita tentang Xie-jian-xiu-luo, yang telah menghancurkan perkumpulan Qing-lian, salah satu dari tiga perkumpulan pembunuh bayaran besar di dunia?"   "Tidak salah."   "Xie-jian-xiu-luo marganya Fu, dipanggil Fu Ke-wei."   "Kau curiga, pemuda yang dipanggil Fu Xian ini, adalah Xie-jian-xiu-luo?"   "Memang ada pikiran itu, kedua-duanya bermarga Fu, dan usianya juga berdekatan."   Bu-fei-khe menganggukan kepala.   "Peristiwa tabrakan kereta di kabupaten Ye, satu-satunya penumpang yang menolong penumpang yang terluka, menurut berita yang didapat dari perusahaan angkutan Zhong-zhou di Xu-zhou, dia adalah pemuda yang dipanggil Fu-xian itu, setelah menolong orang, diam-diam pergi, tidak mau tinggal jadi saksi perkara."   "Tidak ada orang yang pernah melihat wajah aslinya Xie-jian-xiu-luo, meski pemuda ini bermarga Fu, tapi tidak bisa memastikan dia adalah Xie-jian-xiu-luo yang misterius itu......"   "Beberapa hal tepat sama, apa mungkin?"   Bu-fei-khe tidak membiarkan Huo-bao-ing habis bicara, supaya tidak memutuskan jalan pikirannya.   "saudara Du, di dunia ini mungkin hanya ada satu orang, bisa dengan satu jurus mematahkan serangan hawa pedangnya Shuang-jie-shu-sheng."   "Yang kau maksud, Tian-luo-fei-mo yang menggemparkan dan meraja lela di seluruh dunia selama empat puluh tahun?"   "Iblis terbang itu sudah puluhan tahun mengundurkan diri dari dunia persilatan, mungkin saja sudah ada di dalam kuburan."   "Kalau......"   "Xie Jia Xiu-luo."   Bu-fei-khe dengan pasti berkata.   "hanya dia yang dapat melakukan, di bukit Guan-feng empat tahun lalu, peristiwa Empat Binatang Pintar bertarung dengan Tujuh Bintang, orang-orang persilatan semua tahu. Xie-jian-xiu-luo bukan saja telah menolong, Pedang Dewa Xu Kang-sheng yang menempati urutan pertama dari sepuluh jago pedang terbesar, juga dalam sekejap menghancurkan barisan Pedang Tujuh Bintang, dalam tiga jurus menaklukkan Empat Binatang Pintar, kepandaiannya yang sangat hebat ini di dunia persilatan sekarang, sungguh sulit bisa mencari orang yang bisa menandinginya."   "Jangan berpikir terlalu jauh, bukankah Pedang Setan adik Zhuo pernah bertemu dengan Xie-jian-xiu-luo? lain hari kita tanyakan pada adik Zhuo, bukankah itu akan jadi jelas."   "Betul juga." 0-0-0 Tuan kedelapan Jin terbaring di atas ranjangnya di perumahan Han-bei istri dan anak-anaknya berkumpul didepan ranjang sambil menangis. Pesilat tinggi yang diundang oleh Li Hoa-rong, tidak henti-hentinya keluar masuk, setelah satu persatu memeriksanya, semuanya menggelengkan kepala tidak berdaya, siapa pun tidak dapat membuka jalan darah yang dikunci itu. Seluruh tubuh Jin-ba-dou lumpuh tidak dapat bergerak, dia hanya dapat menggerakan bola mata saja. Paling akhir, Tuan besar Li, Li Yong-kang membawa Enam Jahat Xiang-yang datang dengan menyeberang sungai. Tuan besar Li termasuk dalam Sembilan Jago Pedang Terbesar, posisinya ada di urutan kelima, di dunia persilatan hanya ada beberapa orang saja yang dapat melawan ilmu pedangnya. Enam Jahat Xiang-yang, bukanlah anak buahnya tuan besar Li, tapi orang persilatan yang ternama di daerah Xiang-yang, hubungannya dengan tuan besar Li sangat erat. Istilahnya ada untung dinikmati bersama, ada bahaya di tanggulangi bersama. Tujuh orang ini menguasai Xiang-yang, kedudukannya sangat mantap. Kepandaian Enam Jahat itu, walau lebih rendah satu kelas dibawah Toan-hun-jian Li Yong-kang, tapi jika enam orang ini bersatu padu, di dunia persilatan orang yang bisa melawan mereka tidak banyak. Nan-yang-ba-jie ada delapan orang, tapi tidak berani berhadapan langsung dengan Tuan besar Li, karena jika terjadi perselisihan di sekitar Xiang-yang, tuan Besar Li pasti akan melibatkan Enam Jahat, membuat mereka sedikit pun tidak punya kesempatan menang. Setelah melakukan pemeriksaan yang teliti, Tuan besar Li juga mengatakan tidak berdaya. Seluruh jalan darah ditubuh Jin-ba-dou tidak ada perubahan yang besar, titik-titik saluran pentingnya juga tidak ada masalah, tapi begitu masing-masing jalan darah itu diperiksa, penyakitnya langsung keluar. Katakan saja saluran negatif bagian kaki, setelah diperiksa dengan tenaga dalam, seluruh jalan darahnya lancar. Tapi jika diteruskan ke jalan darah yang lain, mulai dari titik saluran Da Heng di sisi pusar, dengan menggunakan tenaga dalam mengurutnya, titik saluran Fu-jie di bawahnya akan menyedot tenaga getaran yang besar itu, dan di bawah titik saluran Hu-she, malah tiba-tiba menutup sendiri, hingga jadi kehilangan fungsinya, perut dengan cepat terisi hawa murni, empedunya mengerut menjadi kram, perubahan perutnya sangat jelas, tampak Jin-ba-dou berkeringat dingin, mulut tidak bisa bersuara, tapi sorot dimatanya menunjukan kesakitan, membuat orang yang melihat jadi ketakutan, dan terpaksa menghentikan percobaan selanjutnya. Pengetahuan Enam Jahat tidak seluas tuan besar Li, jadi tidak berani mencoba membuka jalan darah yang terkunci, mereka takut terjadi hal yang tidak diinginkan, malah menghilangkan nyawa Tuan kedelapan Jin. Jin-ba-dou adalah komandonya para penjahat setempat, dengan adanya kejadian seperti ini, seperti ular tidak bisa tidak ada kepala, seluruh mata-mata yang berada di masing-masing tempat jadi lemah fungsinya. Dalam hati Tuan besar Li terkejut, tadinya dia berencana segera mencari Fu Ke-wei untuk menyelesaikannya, tapi peristiwa perselisihan kedua belah pihak di Xu Lao-ren telah tersebar luas, saat ini jika dia membawa orang untuk menyelesaikannya, masalahnya malah akan bertambah besar, pemerintah pasti beraksi menekannya, kalau sudah begitu masalahnya tidak akan dapat dikendalikan lagi! Bertindak terang-terangan sudah tidak bisa, terpaksa dilakukan secara diam-diam, penginapan Fu-tai diawasi dengan ketat, untuk mengawasi gerak-gerik Fu Ke-wei. Fu Ke-wei tidur di penginapan, dengan tidak ada perubahan menghadapi banyak perubahan. Dia tahu, di kamar sebelahnya semua adalah orangnya keluarga Li yang mengawasi dia. Jika malam tiba, itu adalah waktu paling sibuk di dalam penginapan. Kota Fan tidak ada jam malam, banyak pelancong setelah malam baru tiba mencari tempat menginap, karena udaranya terlalu panas, banyak pelancong melakukan perjalanan di waktu malam hari. Dia keluar penginapan berjalan-jalan, di toko penjual makanan dia membeli makanan dan arak, lalu dibawa pulang kekamarnya, dan dia sendirian menikmati makanan dan minuman. Setelah terjadi peristiwa di Xu Lao-ren, dia tidak makan lagi di penginapan, dia berjaga-jaga kalau ada orang ingin meracuninya, jadi dia sendiri keluar penginapan membeli makanan. Kamar penginapan cukup luas, selain ada satu meja hias satu ranjang, masih ada tempat untuk meja besar. Lampu minyak sayur bersinar merah, diatas meja terdapat lima enam macam masakan yang di bungkus dengan daun teratai, satu gentong kecil arak, menggunakan mangkuknya diisi penuh arak, dia minum seperti minum air. Dua jin arak sudah masuk keperutnya, wajahnya sedikit pun tidak berubah. Pintu kamarnya tidak ditutup rapat, satu satunya jendela kecil juga tidak ditutup rapat. Minum seteguk arak, masukan sepotong daging kedalam mulut pelan-pelan dia mengunyahnya, setelah menelan, sumpitnya dipukulkan ke mangkuk arak, mengeluarkan satu suara jernih! "Menumpahkan arak untuk tuan-tuan rasakan sendiri, perasaan orang bergolak seperti gelombang."   Dia menggunakan suara yang aneh dengan keras bernyanyi.   "berkenalan sampai rambut menjadi putih, bangsawan dan orang pintar mentertawakan pangkat... kejadian di dunia seperti awan mengambang tidak perlu ditanya, lebih baik tidur sesudah makan..."   Pintu kamar yang tidak tertutup rapat, diam-diam terbuka di belakangnya.   Berada dalam daerah bahaya, dia malah berani di malam hari membelakangi pintu kamar yang tidak tertutup rapat.   Jika bukan tidak hati-hati, pasti tidak tahu akan bahaya.   Satu suara nyanyian terdengar mengalun, api lampu bergoyang-goyang.   "Iii...! Dimana orangnya?"   Di pintu terdengar suara wanita yang merdu, nadanya mengandung rasa keterkejutan! Seorang wanita cantik, berdiri di pintu dengan terkejut melihat kedalam, sepasang matanya yang indah, menyapu kesetiap sudut yang dapat dipakai untuk menyembunyikan diri di dalam kamar.   "Tuan Fu, aku tahu kau bersembunyi di dalam,"   Kata wanita cantik itu tertawa.   "maaf mengganggu kenikmatan tuan minum arak, bolehkah aku masuk?"   Dia menggunakan tangan mengetuk beberapa kali pintu kamar, sorot matanya tetap mencari.   Penginapan biasa semacam ini, bangunannya tua dan sederhana, tidak banyak variasi.   Dindingnya sudah ada yang terkelupas, malah ada berapa tempat ditulis syair oleh orang.   Di atas tidak berdebu, jika menengadah keatas dapat dilihat banyak sarang laba-laba dan tiang palang genteng.   Tidak ada orang yang menjawab wanita cantik itu, sedang masakan dan arak diatas meja masih ada, tapi entah kemana orangnya.   "Apakah sembunyi diatas tiang palang?"   Tanya wanita cantik itu tersenyum, sorot matanya mencari di antara tiang palang, tapi tidak terlihat bayangan orang.   Melihat sarang laba-laba yang baru dan lama bergelantungan dengan kotor, maka bisa diambil kesimpulan jika orang bersembunyi diatas, sungguh adalah satu hal yang tidak menyenangkan.   Benda apa pun yang berada keatas, tidak mungkin tidak menyentuh debu dan jatuh kebawah.   Ranjang besarnya dapat ditiduri oleh beberapa orang, kelambunya tergantung, selimut tipis terlipat rapih, di atas dan di bawah ranjang terlihat jelas, tidak mungkin ada orang bisa bersembunyi tanpa terlihat.   "Aku datang untuk berdamai, harap jangan kucing-kucingan lagi, boleh tidak?"   Kata wanita cantik itu penasaran dengan keras, matanya masih tetap mencari di setiap sudut yang mencurigakan.   Sedikit pun tidak ada suara, tentu saja tidak terlihat ada orang.   Manusia tidak mungkin begitu saja menghilang, keluar masuk pasti harus meliwati satu-satunya pintu kamar.   Jendela berada disisi pintu, lebih-lebih tidak mungkin keluar dari jendela, tanpa dilihat orang.   Kamar seperti ini tidak ada kamar kecilnya, mandi atau buang air besar, kecil dan lain-lain, semuanya harus dilakukan di depan di sisi pekarangan, di kamar kecil umum, makanya sama sekali tidak ada tempat lain untuk bersembunyi, sebenarnya dimana orangnya sembunyi? Wajah tawa wanita cantik telah menghilang, sorot matanya penuh rasa terkejut.   Beberapa kali dia ingin melangkah masuk, tapi ragu tidak berani memutuskan.   Malam hari di kamar tamu penginapan, jika seorang wanita cantik sembarangan masuk, sulit menghindarkan timbul masalah yang tidak diinginkan, paling sedikit juga akan menimbulkan gosip orang.   Lama sekali...   kemudian dia membalikan tubuh, berjalan menuju kamar sebelah kanan, berdiri di luar pintu kamar yang tertutup rapat, perlahan bertanya.   "Apa yang telah terjadi? Orangnya tidak ada di dalam kamar."   "Tidak mungkin nona Duan-mu, orangnya pasti tidak meninggalkan kamarnya."   Jawab orang di dalam kamar dengan nada tegas.   "Tapi sungguh tidak ada orang."   Kata Nona Duan-mu juga dengan tegas.   "Saat nona tiba, di dalam bukankah ada suara nyanyian dan suara mangkuk dipukul?"   "Benar! Tapi......"   "Nona seharusnya mendengar jelas apa yang dia nyanyikan."   "Betul, kalimat terakhir sepertinya lebih baik......"   Mendadak, di dalam kamar Fu Ke-wei terdengar suara nyanyian.   "Kejadian didunia seperti awan mengambang tidak perlu ditanya, lebih baik tidur sesudah makan......"   Tubuh nona Duan-mu seperti kilat, kembali kedepan pintu kamar Fu Ke-wei.   Pintu kamar yang tadi dibukanya, dia tidak menutup kembali, sehingga begitu sampai di depan pintu, dia bisa melihat dengan jelas keadaan di dalam kamar.   Fu Ke-wei tetap seperti semula duduk membelakangi pintu kamar, sepertinya belum pernah bergerak, tapi tingkah makannya berbeda dengan yang tadi, tadi makannya dengan anggun, jika minum arak tidak menggerakan sumpit, tapi sekarang liar sekali, tangan kiri memegang mangkuk arak, setelah minum seteguk masih tidak dilepaskan, sumpit di tangan kanan segera menyumpit masakan memasukan kedalam mulut, seperti setan kelaparan.   "Hebat!"   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Kata nona Duan-mu dengan sepenuh hati.   "Dewa keluar, setan menghilang, tidak bisa dibayangkan, di dunia orang yang berhasil melatih sampai tingkat tuan, selama dua ratus tahun ini hanya tuan satu orang. Apakah aku boleh masuk?"   "Ooo! Tahukah nona, orang yang dalam dua ratus tahun lalu itu."   Kata Fu Ke-wei membalikan kepala tertawa.   "nenek moyangnya Wu-dang Dewa Pedang Zhang, Zhang Shan-feng. Heh! Nona yang cantik sekali, jika kau ada keberanian, masuklah! Tapi akibatnya tanggung sendiri."   "Melakukan siasat busuk pada wanita cantik, kau tidak akan dapat meloloskan diri."   Wajah nona Duan-mu sedikit pun tidak merah, dia melangkah masuk ke dalam kamar.   "Benar, tidak perlu masuk kamar, diluar pintu kamar begitu kau berteriak tolong, aku pasti akan berperkara.   Begitu berteriak ada perkosaan, aku mungkin dipukuli dulu sampai setengah mati oleh pelayan penginapan baru diantar kekantor polisi."   Dia gunakan kaki mengait kursi sebelah kanan.   "duduklah! Aku telah memeriksa di luar, tidak ada jebakan, dan bukan siasat wanita cantik. Tapi, walau sungguh siasat wanita cantik aku juga tidak takut."   "Tuan Fu, kau bisa keluar masuk, aku malah sedikit pun tidak merasakannya, sungguh latihan mata dan telingaku ini sia-sia saja. Tidak ada orang yang dapat pulang pergi di sisiku tanpa diketahui olehku, jadi tidak mungkin, kau pasti bersembunyi di suatu tempat di dalam kamar."   Kata nona Duan-mu duduk dengan tegas.   "tadi aku mencari dan tidak perhatikan di atas kelambu."   "Di atas kelambu? Coba kau bersembunyi di sana biar aku lihat?"   Dia tertawa mengulurkan tangan.   "katamu aku tidak mungkin pulang pergi di sisimu, coba lihat ini apa? Kukembalikan dengan utuh, aku bukan laki-laki aneh yang suka mengumpulkan hiasan wanita."   Di telapaknya, ada satu kantung munggil bersulamkan emas.   Gambar yang di sulam adalah sepasang burung Feng-fang, wangi semerbak.   Nona Duan-mu dengan reflek mengulurkan tangan dan menundukan kepala, menekan pinggangnya, kantong yang bergantung diikat pinggangnya ternyata telah hilang.   "Kau......kau kau......"   Kali ini wajahnya benar-benar menjadi merah.   "sudahlah, kau ini seperti setan! Hanya setan yang dapat datang tanpa ada bayangan pergi tanpa ada jejak."   "Sayang aku bukan benar-benar setan."   Dia menaruh kantong di tangan nona itu.   "sinar lampu gelap, mendorong pintu akan membawa angin membuat api bergoyang, kau terlalu fokus dan percaya diri, tidak terhindar berpikiran salah, melihat yang besar tapi tidak melihat yang kecil. Mata manusia kadang tidak bisa diandalkan, makanya ada orang di siang hari bisa bertemu setan. Kau kata datang untuk berdamai, tidak tahu mau damai dengan cara bagaimana?"   "Margaku Duan-mu......"   "Aku tahu, kau adalah Angin Awan Duan-mu Xiu-yin salah satu dari Tujuh Wanita Hebat Dunia Persilatan, satu Ying dua Yan empat Feng-fang. Delapan Keluarga Besar Dunia Persilatan, putri dari keluarga Duan-mu di Tian-tai, murid langsung dari salah satu empat cabang Wu-dang, yang menguasai pertarungan di udara yang tiada duanya di dunia. Kali ini dengan Shuang-jie-shu-sheng bertamu di keluarga Li, tadinya berniat ke Long-zhong bertemu dengan Zhu-ge Chao-lu, karena terlibat dalam perselisihan ini, demi kebenaran dunia persilatan jadi tidak bisa melepaskan diri."   "Ooo...! tampak kau sudah tahu semuanya."   "Tapi, malah tidak tahu niat Tuan besar Li."   "Dia bermusuhan dengan Delapan Terhebat Nan-yang (Nan-yang-ba-jie), bukan hal yang terjadi satu dua hari......"   "Masalahku tidak ada hubungannya dengan mereka, Nan-yang-ba-jie juga tahu, mereka mengutus orang jauh-jauh datang ke daerah kekuasaan keluarga Li untuk menuntut, pasti tidak akan berhasil, makanya mengundang beberapa teman kesini diam-diam mengacau, tapi tidak ada gunanya, mereka sama sekali tidak ada niat menyerang besar-besaran. Huo-bao-ing dengan Bu-fei-khe, karena penasaran jadi ingin terus mengacau, Tuan Li tidak perlu membesar-besarkan masalah kecil ini. Aku tahu dia melakukan ini bermaksud menutupi hatinya yang tidak tenang, untuk membelokan perhatian pihak luar dan berencana meninggalkan sebuah jalan untuk dirinya melepas dosa dan tanggung jawabnya."   "Iii..! Maksudmu......"   "Jangan tanya maksudku, kau boleh tanya maksudnya Tuan besar Li."   Segera dia berkata lagi.   "lebih-lebih harus bertanya maksudnya Li Hoa-rong."   "Aku tidak mengerti......"   "Nona, kau bukan tidak mengerti, tapi tidak mau, juga tidak ingin mengerti, tidak perlu aku jelaskan lagi."   Tawanya terasa dingin.   "tuan besar Li mengundangmu datang, tentu saja ingin membicarakan masalah Jin-ba-dou, tidak ingin membicarakan yang lain, supaya tidak timbul masalah lain, malah tidak ingin membicarakan masalah Nan-yang-ba-jie, apa tebakan aku benar?"   "Ini......benar......Jin-ba-dou......"   "Masalah Jin-ba-dou tidak perlu dibicarakan, dia menghinaku, aku membalasnya, membalas dengan cara terang-terangan dan adil, tidak ada perlunya dibicarakan? Berandalan memukul berandalan, satu pukulan dibalas satu pukulan, katakan saja berandalan memukul sembilan-sembilan, tidak memukul lebih satu, aku tidak menginginkan nyawanya, itu sudah pantas sekali, tidak terhitung ditambah satu?"   "Tuan Fu, pribahasa berkata......"   "Jangan bicara pribahasa denganku."   Katanya serius.   "Jin-ba-dou sudah pantas mendapat hukuman, aku ada di pihak yang benar, menurut aturan yang ada, aku tidak takut aturan umum dunia persilatan. Keluarga Li menguasai Xiang-yang, entah sudah berapa banyak orang binasa di tangannya, Jin-ba-dou di beri pelajaran olehku, bukankah ini hal yang biasa? Bagaimana pun orang tidak bisa seumur hidupnya menang terus, pasti ada satu atau dua kali kalah."   "Harap beri satu kesempatan pada Jin-ba-dou."   Duan-mu Xiu Yin menatap dia.   "paling sedikit dia bukan seorang yang sangat jahat, seorang yang pernah mati satu kali bisa berubah jadi baik."   "Dia tidak akan mati, tunggu setelah keluarga Li menyelesaikan masalahnya, aku akan mengampuni dia."   Perkataannya tidak perdulikan tatapan lawan, dengan wajah tenang berkata lagi.   "tapi aku curiga Tuan besar Li ingin menyelesaikan secara kekerasan. Dia memang juga bukan dari aliran pendekar, tidak ada didikan seorang pendekar yang besar hati, tahu mana yang benar mana yang salah, dapat membedakan mana yang jahat mana yang baik, dia hanyalah seorang penguasa setempat yang demi mencapai tujuannya, menggunakan segala cara. Nona Duan-mu, maafkan aku mengatakan kata-kata yang tidak enak didengar, orang seperti kau dan Shuang-jie-shu-sheng yang cukup punya nama harum, berhubungan dengan orang semacam Tuan besar Li, itu sudah salah, dan kesalahannya tidak bisa dimaafkan. Dengarlah nasihatku, cepatlah tinggal-kan tempat itu! Masih keburu mempertahankan nama baik kalian. Aku telah memberi satu kesempatan pada Shuang-jie-shu-sheng Luo Wen-jing, tidak akan ada kedua kalinya. Kau juga sama, aku ini orangnya hanya memberi kesempatan pada orang lain satu kali, apakah mengerti maksudku?"   "Maksudmu, ini kesempatan pertamaku?"    Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo Pendekar Sakti Suling Pualam Karya Chin Yung

Cari Blog Ini