Ceritasilat Novel Online

Pengelana Rimba Persilatan 8


Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi Bagian 8


Pengelana Rimba Persilatan Karya dari Huang Yi   Fu Ke-wei tidak mengaku juga tidak membantah.   "masalahnya harus jelas, kali ini sebabnya aku mengusik Tuan besar Li, karena aku juga salah satu korban, satu-satunya korban yang selamat dalam perkara pembunuhan tergulingnya kereta di kabupaten Ye, aku punya hak menuntut balas untuk para korban penumpang itu."   "Aku tidak mempertanyakan perkara pembunuhan tergulingnya kereta, hanya penasaran pada Xie-jian-xiu-luo. Apakah kau ini adalah dia?"   "Kau kira aku ini bodoh?"   Kata dia dengan satu kata dua arti.   "memang Xie-jian-xiu-luo namanya 'bagus', banyak sekali orang yang ingin membunuh dia, aku ini tidaklah bodoh, apa untungnya menanggung beban dia?"   "Sayang yaa...! Sayang!"   Huo-bao-ing mengeluh sambil menggoyangkan kepala.   "Sayang kenapa?"   "Dalam satu kesempatan tidak sengaja aku mendapat kabar dari seorang teman persilatan, satu masalah yang Xie-jian-xiu-luo sangat ingin mengetahuinya, aku ingin tanpa syarat menyampaikan pada dia......"   "Masalah apa?"   Tanya Fu Ke-wei acuh.   "Berita mengenai jejaknya ketua benteng Tian-long, Pedang Naga Langit Lu-zhao."   Huo-bao-ing seperti tertawa tapi tidak melihat dia.   "Pedang Naga Langit menyewa Perkumpulan Qing-lian diam-diam ingin membunuh Xie-jian-xiu-luo, tapi mengalami kegagalan, masalah ini telah tersebar di dunia persilatan. Katanya si Pedang Naga Langit kekayaannya sangat hebat, sulit bisa menjamin dia tidak menyewa perkumpulan pembunuh bayaran lainnya untuk membunuh Xie-jian-xiu-luo. Walau Xie-jian-xiu-luo ilmu silatnya sudah sampai taraf paling tinggi, juga tidak mungkin bisa siang malam mengawasi ada orang diam-diam ingin membunuhnya, jika tidak menghabisi Pedang Naga Langit, selanjutnya mana ada hari tenang? Sehingga, aku kira dia pasti ingin cepat-cepat menemukan Pedang Naga Langit, supaya dapat menghabisi sumber mala petaka ini. Saudara kecil, apakah kau ingin tahu jejaknya Lu-zhao?"   "Menurutmu bagaimana?"   Katanya menyerahkan keputusan.   "tunggulah setelah menyelesaikan masalah tuan besar Li baru dibicarakan lagi!"   "Bagus juga, saudara kecil, kami berdua kembali memberi usul terlebih dulu......"   "Tidak boleh. Kalian berdua banyak pengalamannya, tapi tidak bisa melihat bahaya, mengira Tuan besar Li sedang repot dengan urusannya, jadi kalian boleh tenang-tenang. Hm! Apakah kalian mengerti arti saat terdesak bisa balik menggigit?"   "Ini......"   "Keluarga Li masih ada beberapa teman dekatnya, jika mereka berniat lebih baik hancur sebagai giok, menggunakan kalian berdua sebagai pengganjal peti mati, apakah kalian terpikir akibatnya? Cepat bersembunyilah, masih keburu. Lihat! Ada orang datang...."   Ada dua orang setengah baya memakai baju ringkas, sedang pelan-pelan mendatangi.   "Mereka adalah Tamu Awan Shi bersaudara."   Teriak Bu-fei-khe, wajahnya berubah.   "dua orang ini sangat keji, pemarah, kami tidak bisa melawannya. Saudara Du, kita keluar lewat pintu belakang."   Setelah berkata pergi dia langsung pergi dari belakang bangunan rumah makan, lari menyelamatkan diri.   Tamu Awan Shi bersaudara tidak masuk ke tempat makan, tapi melangkah masuk ke jalan Fan Hou dan menghilang.   Beberapa saat, angin wangi menerpa hidung, Li Jian-jian yang berpakaian rok hijau hitam, tiba-tiba muncul di depan pintu rumah makan, matanya yang terang tampak sedikit gelisah, sorot matanya tertuju pada Fu Ke-wei, dengan sedikit ragu, akhirnya melangkah masuk mendekat.   Wajah Fu Ke-wei tenang-tenang saja, dengan sorot mata menyambut wanita cantik Xiang-yang ini.   Satu ikan lagi yang terumpan, satu ikan yang tidak besar juga tidak kecil.   "Tuan Fu, bolehkah aku bicara denganmu?"   Tanya Li Jian-jian dengan gelisah.   "Dengan senang hati."   Dia dengan ramah menunjuk kursi sebelah kanan mempersilahkan.   "nona Li silahkan duduk."   "Terima kasih."   Li Jian-jian duduk sambil menatapnya.   "tuan Fu, masak kacang bakar pengki... kenapa? Ayah ku......"   "Nona Li, maaf aku menyela."   Wajah senyumnya telah hilang.   "nona seharusnya tahu, ini bukan masalah masak kacang bakar pengki, tapi masalah tujuh nyawa yang tidak berdosa. Di pihak Nan-yang-ba-jie walau telah mati tujuh orang, tapi mereka adalah pesilat dunia persilatan, orang yang biasa bermain dengan nyawa, salah sendiri belajar silatnya kurang tekun, jadi mati pun tidak pun menyesal, juga bisa di katakan pantas mati. Semua orang yang memegang aturan kebenaran dunia persilatan, pasti tidak akan membunuh orang biasa."   "Tuan Fu, itu adalah kecelakaan......"   "Apa...? Kau masih bisa berkata demikian?"   Kata Fu Ke-wei dengan tidak senang.   "aku adalah salah satu penumpang di kereta itu, dengan mata kepala sendiri menyaksikan seluruh kejadiannya. Nona Li, kau datang apakah untuk membicarakan pembantahan ini?"   "Tuan Fu anda di gunung Xian menyamar sebagai seorang pelajar dan menyampaikan sebuah surat, syarat yang ada di dalamnya."   Wajah Li Jian-jian dengan telinganya menjadi merah, menjawab yang bukan di tanyakan.   "masalah ganti rugi, ayahku tidak menolaknya. Mengenai syarat kakakku menyerahkan diri pada polisi, apa bisa dirubah?"   "Tidak bisa."   Fu Ke-wei dengan tegas menolak.   "seorang laki-laki sejati berani bertindak harus berani bertanggung jawab, kakakmu harus bertanggung jawab atas apa yang telah dia perbuat. Aku menginginkan dia menyerahkan diri pada polisi, sama dengan memberi dia satu jalan untuk hidup, seharusnya dia menyerahkan diri sebelum kepolisian menyelidiki siapa pelakunya, menurut aturan, itu bisa mengurangi hukumannya. Menunggu kepolisian menemukan pelakunya, itu sudah tidak bisa dianggap menyerahkan diri, membunuh orang harus mengganti nyawa, dia akan sulit menghindar dari kematian."   "Sekarang sudah demikian lama, mungkin kepolisian sudah menyelidik pelakunya adalah kakakmu, saat ini menyerahkan diri rasanya sudah terlambat. Nona hari ini membicarakan syaratnya dengan aku sudah tidak ada gunanya, sia-sia saja."   "Ini......tuan Fu, ini......ini bukankah mendesak ayahku naik ke gunung Liang?"   Kata Li Jian-jian wajahnya berubah gelisah.   "Ayah anda sekeluarga bisa berkelana di dunia persilatan, menjadi seorang jagoan di aliran hitam, atau menjadi perampok besar menguasai gunung."   Kata dia dengan dingin.   "Ini......"   "Jangan bicara syarat lagi denganku."   Katanya dengan serius.   "cepat pulang beritahu ayahmu, sebelum surat kepolisian dari kabupaten Ye tiba di Xiang-yang, lebih baik kakakmu menyerahkan diri pada kepolisian, mungkin masih ada harapan hidup, kalau waktunya terus diulur, akibatnya kalian silahkan pikir sendiri, harap jangan sampai melakukan kesalahan terus-menerus, pergilah!"   "Tuan Fu, aku ingin menukar syarat itu dengan syarat apa pun......"   "Nona Li, aku sudah menyatakannya cukup jelas."   "Orang mati tidak bisa hidup kembali, tidak seharusnya pada orang yang masih hidup..."   "Kau salah, nona Li."   Dia dengan nada dalam berkata.   "aku bukanlah penegak hukum, lebih-lebih bukan hakim raja akhirat, aku hanya tahu setiap orang mempunyai hak untuk hidup, setiap nyawa juga sangat berharga, siapa pun tidak berhak menentukan hidup matinya orang lain."   Dia sejenak menghentikan bicaranya, dengan nada dingin serius berkata lagi.   "kakakmu membunuh orang lain, tidak perduli dia itu sengaja atau tidak, harus menerima pengadilan yang adil dan hukuman. Jika mengira yang kuat hidup yang lemah mati adalah aturan umum, aku dari dulu sudah melakukan pembunuhan, aku tidak perlu mendesak kakakmu menyerahkan diri pada polisi."   "Kau telah melumpuhkan Tuan kedelapan Jin dan Enam Jahat, itu juga tidak mengikuti aturan umum."   Li Jian-jian akhirnya dapat mengorek kesalahan Fu Ke-wei.   "Mereka membantu melakukan kejahatan, harus mendapat hukuman."   Dia tertawa tawar.   "hukuman yang ringan ini buat mereka, mungkin saja seperti orang miskin kehilangan kuda, siapa yang tahu akan ketidak beruntungan ini? Setiap orang ini akan lumpuh selama satu bulan, supaya mereka insaf. Setelah satu bulan, titik nadi yang di kunci akan terbuka dengan sendirinya. Nona, paling baik beritahu pada tiga orang pendeta dao itu, jangan sembarangan memberi obat atau mencoba melancarkan jalan darahnya, jika terjadi kesalahan mungkin malah akan merengut nyawa mereka, kalau itu terjadi, jangan menyalahkan pada diriku."   "Tuan Fu, apakah tidak bisa dibicarakan agi?"   "Segera suruh kakakmu menyerahkan diri pada polisi setempat, menunggu surat pemerintah dari kabupaten Ye tiba, maka sudah tidak keburu lagi."   Li Jian-jian mengeluh panjang, dengan putus asa pamit pergi meninggalkan rumah makan.   Sesudah waktunya menyalakan lampu, Fu Ke-wei dengan setengah mabuk, melangkah keluar dari rumah makan menuju tengah kota.   Dari jalan Fan Hou keluar dua orang, yang langkahnya cepat.   Di mulut gang, di depan ada bayangan orang, dalam kegelapan malam sulit melihat dengan jelas wajahnya.   Fu Ke-wei perlahan melangkah maju, di ujung timur jalan ini, orang yang berjalan di malam hari tidak banyak, lampu di pintu rumah sedikit sekali yang menyala, kegelapan terasa sangat tidak enak.   Dua orang yang mengikuti dari belakang semakin mendekat, sedikit pun tidak terdengar suara langkahnya.   Fu Ke-wei mendehem sekali, mendadak berhenti.   Satu teriakan dalam terdengar, bayangan orang itu bergerak, dua orang yang mengikuti dari belakang telah menerkam dia, saat dia menghentikan langkahnya, teriakan dalam itu adalah keluar dari mulut dia..   Buug...paak...   terdengar dua suara keras, hawa kuat bergelombang menyebar, bayangan yang bersatu seperti kilat berpisah, suara suitan dari gelombang udara sangat mengejutkan orang.   Fu Ke-wei berada di tempatnya dengan sikap berjaga-jaga, kipas lipatnya diulurkan miring, telapak kiri tegak di depan dada, wajahnya serius.   Dua orang yang menyerang dia, melayang mundur kearah pinggir sejauh dua zhang lebih.   "Shi bersaudara."   Katanya dengan suara dalam.   "jangan membuat aku marah, Telapak Penghancur Hati kalian berdua bukan kepandaian hebat, jika ingin memecahkan hawa pelindungku, kalian berdua masih harus berlatih keras sepuluh tahun lagi."   Orang bermarga Shi yang disebelah kanan membalikan tubuh pergi, berjalan selangkah-selangkah dengan susah, pinggangnya sudah tidak bisa tegak lagi.   Orang yang ada di sebelah kiri lebih mending sedikit, tapi tampak langkahnya mengambang.   Pelan-pelan Fu Ke-wei membalikan tubuh, sepasang mata macannya bersinar menatap ke arah mulut gang sebelah kanan jalan yang berada sepuluh langkah lebih.   "Telapak Besi Pedang Dewa (Tie-zhang-shen-jian) Li Hoa-xin, kau pernah menggunakan Telapak Besi menyerangku."   Dia membuka kipas lipat.   "sekarang, sekarang kau boleh menggunakan pedang melakukan serangan terhebatmu, kedahsyatan tiga jurus Bulan Turun Bintang Tenggelam milikmu, sulit ditemukan tandingannya di dunia, kipas lipat aku ini mungkin tidak dapat menahannya! Malam itu dibangunan peristirahatan sebelah utara kota, kau bersembunyi di palang atap bangunan, melakukan serangan maut, hampir saja menghancurkan isi perutku, pedangmu tentu lebih lihay di bandingkan dengan telapakmu. Majulah, aku menunggumu."   Tie-zhang-shen-jian, Li Hoa-xin menampakkan diri, pelan-pelan maju ke tengah jalan menghadang, dengan satu siulan naga, pedang panjang telah keluar dari sarungnya.   "Tuan, kau sungguh tidak bisa melepaskannya?"   Tanya Li Hoa-xin menggigit gigi.   "Aku tidak melakukan hal yang ada kepala tidak ada ekornya."   Katanya dengan nada dalam.   "Lima ribu liang perak, menukar syarat adikku menyerahkan diri pada polisi."   "Maaf, aku tidak bisa terima."   "Sebenarnya kau mau apa?"   Tanya Li Hoa-xin nadanya menjadi keras.   "Meminta keadilan."   "Tidak ada jalan perdamaian?"   "Betul, tidak bisa ditawar lagi."   Katanya dengan tegas.   "Kau mendesak keluarga Li melakukan hal yang terpaksa harus dilakukan."   "Apakah keluarga Li tidak bisa menerimanya?"   "Hm! Anda terlalu mendesak orang, keluarga Li akan menghadapimu sampai titik darah terakhir."   Kata Li Hoa-xin menggigit gigi.   "tuan, kau tidak akan bisa meninggalkan Xiang-yang hidup-hidup."   Pedang telah diulurkan, siulan naga samar-samar terdengar.   Angin sungai telah membuyarkan hawa panas yang keluar dari tanah, hawa pembunuhan yang pekat sepertinya menimbulkan rasa dingin.   Di ujung jalan sebelah sana, beberapa orang pejalan kaki buru-buru menghindar.   Dalam sekejap, disekitar menjadi hening menakutkan orang, tadinya di beberapa rumah ada sinar yang keluar dari pintu, tapi saat ini semua pintu dan jendela telah di tutup, jalan raya menjadi gelap gulita.   Dua orang berjarak sepuluh langkah lebih, satu pedang satu kipas berhadapan dari jauh.   Fu Ke-wei memperhatikan keadaan sekelilingnya, di dalam hati timbul rasa curiga.   Menurut keadaan, ilmu silatnya Li Hoa-xin masih belum termasuk pesilat tinggi di dalam pesilat tinggi dunia persilatan, lebih lemah sedikit dari pada Shuang-jie-shu-sheng, setara dengan Tamu Awan Shi (Ke Yun-shi) bersaudara yang tadi mundur karena terluka, mana mungkin berani bertarung satu lawan satu? Dia telah mencium bahaya, dia sedikit tidak tenang, tubuhnya terasa sedikit dingin, satu tekanan yang tidak nampak yang hanya bisa dirasakan oleh perasaan, seperti gelombang menghantam dia.   Beberapa bulan ini, dia menyembunyikan diri untuk mengejar ketua Benteng Naga Langit Lu-zhao, dia bukan saja menyimpan pedangnya, juga telah menyembunyikan pisau Xiu-luo, supaya tidak menimbulkan perhatian orang, dan mengetahui siapa dirinya.   Saat ini, dia telah mencium bahaya, sayang dirinya tidak ada senjata dan senjata rahasia yang bisa dipergunakan.   Buug...   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      tiba-tiba terdengar satu suara, satu pukulan yang keras mengenai punggungnya.   Baru saja timbul kewaspadaan, dan baru saja tenaga dalam dikumpulkan, di saat sekejap tenaga dalam terkumpul akan digunakan, sebuah pukulan dahsyat yang keras sekali mengenai tubuhnya, hampir saja membuyarkan tenaga dalamnya.   Tubuhnya tergoyahkan, tubuh atasnya membungkuk kedepan.   Dalam sekejap ini, di dalam hati satu pikiran seperti kilat muncul, begitu pikiran muncul langsung dia bergerak, mengikuti gerakannya, dia menerkam kedepan, sepasang tangan menyentuh tanah, tubuh digulungkan, dengan kecepatan seperti kilat, dengan indahnya berguling kedepan, sampai di bawah kaki Li Hoa-xin.   Sebutir bola baja sebesar telur merpati setelah mengenai punggungnya, jatuh ketanah, berguling kesisinya.   Empat butir bola baja yang sama, mengenai kedua sisi tempat dia menerkam ke depan, masuk ke dalam tanah yang keras, meninggalkan lubang yang dalam sekali.   Jika dia setelah menyentuh tanah berguling kekiri atau kanan, pasti akan terkena bola baja yang ditembakan kemudian.   Saat bola baja ketiga masuk kedalam tanah, baru terdengar suara tali busur yang seperti suara angin kencang.   Dalam sekejap ini, terdengar suara teriakan dalam seperti suara guntur di dalam goa.   Muncul empat bayangan orang dari tempat gelap dari kedua sisi kaki tembok, dua batang tongkat tembaga dan dua bilah pedang bersamaan waktunya bersatu, dua panjang dua pendek dahsyatnya seperti geledek.   Pedang Li Hoa-xin juga mendadak menyerang.   Tenaga yang seperti sebesar gunung mengenai tubuhnya, suara letusan yang terbekam menggetarkan hati orang.   Tubuhnya yang digulung mendadak berhenti, lalu berguling lagi ke depan.   Dua buah tongkat tembaga mental tinggi sekali, dua bilah pedang panjang ada satu yang patah, yang satu lagi masuk kedalam tanah satu chi lebih.   Pedang Li Hoa-xin mental ke atas, orangnya pun meloncat keatas, membiarkan Fu Ke-wei berguling di bawah kakinya, lalu dengan keras dia mencoba menginjaknya ke bawah.   Dalam sekejap ini, kipas tilap menyabet keluar dari gerakan gulingannya.   Perubahan yang terjadi cepat sekali, perubahan yang berturut-turut tampak panjang diceritakan, sebenarnya berlangsung dalam waktu sekejap terjadinya.   Setelah punggung Fu Ke-wei terkena bola baja, sampai dalam bergulingnya menyabetkan kipas tilap, walau pun di siang hari, orang yang menonton di pinggir juga sulit melihat jelas perubahannya, reaksinya semua terjadi secara reflek, semua ini adalah gerakan terbaik dari kumpulan pengalamannya, ketepatannya sungguh membuat orang kagum.   Fu Ke-wei yang diserang hingga mempercepat bergulingnya, seluruh gulingannya ada enam kali, terakhir tangan dan kakinya dilemaskan, dia berguling lagi ke pinggir dua kali, sepertinya seluruh tulang tubuhnya telah terlepas.   Dia berguling-guling sampai di pinggir jalan, tanpa sadar kipasnya telah hilang.   "Aduh......? Tubuh Li Hoa-xin yang masih di udara berteriak terkejut, saat menyentuh tanah kaki kanannya menjadi lemas, tiba-tiba roboh, segumpal daging di kaki kanan bawahnya telah tersabet oleh kipas lipat.   Robohnya Li Hoa-xin, telah mengganggu empat orang yang baru saja sadar dari terkejutnya.   Sebenarnya empat orang ini juga sudah tidak ada tenaga untuk mengejar, dua tongkat tembaga sementara tidak bisa dikendalikan lagi, sebilah pedang terputus, pedang lainnya masuk kedalam tanah dan belum tercabut keluar.   Di pinggir jalan kebetulan ada satu gang kecil untuk mencegah bahaya kebakaran, di dalam gang kecil yang gelap meloncat keluar satu bayangan orang, dia menangkap krah baju Fu Ke-wei menariknya ke dalam, satu suara pelan yang jelas masuk ketelinganya.   "jangan meronta, aku bawa kau pergi."   Fu Ke-wei melemaskan seluruh tubuhnya, membiarkan bayangan itu seperti menarik anjing mati dengan cepat membawanya masuk ke dalam gang kecil itu.   0-0-0 Hari sudah terang, di dalam rumput alang-alang di sisi sungai.   Mantel panjang di tubuh Fu Ke-wei telah menjadi mantel yang robek di sana sini, dengan posisi duduk menengadah dia melakukan pernafasan, wajahnya pucat seperti wajah mayat, di mulut dan telinganya ada bekas darah yang mengering.   Sekitar sepuluh langkah lebih, Huo-bao-ing, Bu-fei-khe dan seorang wanita berbaju warna putih bulan bersembunyi didalam rumput alang-alang, dari balik rumput mengawasi keadaan sekelilingnya.   Di belakang adalah sungai Han yang sedikit keruh.   Setengah li di sebelah kiri, adalah pelabuhan penyeberangan kota Fan, di jalan raya orang berlalu lalang, samar-samar dapat mendengar suara ribut dari pelabuhan.   Tidak ada orang yang memperhatikan pantai kotor di sisi pelabuhan itu, matahari telah terbit, di pelabuhan masih ramai seperti biasa, Fu Ke-wei yang berada di dalam rumput alang-alang baru saja kembali dari pintu akhirat.   Dia seperti baru kembali dari keheningan abadi ke dunia nyata, sambil menghela nafas panjang, dia sedikit menggerakan kaki dan tangannya, alang-alang di sisi tubuhnya mengeluarkan suara gesekan.   Suara gesekan itu menimbulkan perhatian Bu-fei-khe, seperti kucing mendekati dia.   "Di kantong serba ada milikmu itu."   Kata Bu-fei-khe sambil berjongkok di sampingnya, dia berkata lagi pelan.   "orang dunia persilatan biasanya sedikit banyak membawa obat-obatan penolong nyawa, obat yang cocok dengan kondisi tubuhnya, dengan pengalamanku, aku hanya dapat mencium bau obat yang berguna untuk melindungi hawa murni, dengan beraninya aku menyuapkan sedikit padamu, kau pingsan tidak sadarkan diri, jadi terpaksa aku menempuh bahaya menyuapkan obat itu padamu, tampak obatnya sangat manjur, terima kasih langit!"   "Terima kasih padamu, Tetua, tidak ada sangkut pautnya dengan langit."   Mata dia yang terlihat kelelahan menatap pada Bu-fei-khe, wajah putih pucat yang menyeramkan ini, sekarang kelihatannya bukan saja tidak menyeramkan, malah menjadi ramah dan dekat.   "Lima orang menyerang, punggungku terkena satu bola baja, tiga pedang, dua tongkat melakukan penyerangan bersamaan dengan dahsyatnya, mereka sungguh keji, sungguh tidak tahu malu."   "Sekarang kau baru tahu mereka keji dan tidak tahu malu?"   Kata Bu-fei-khe dengan sinis.   "Kau kira tuan besar Li bisa mempunyai kedudukan penguasa di satu tempat sampai hari ini, dengan jalan lurus, usaha yang bersih dan ketekunan? Bayangkan aku dan saudara Du, walau tekun delapan generasi, juga tidak akan mendapat untung sepuluh hektar sawah untuk menghidupi keluarga!"   "Wajah penguasa setempat aku telah banyak melihat."   Dia mengeluh panjang.   "dengan siasat mengambil, dengan kekuasaan merampas, memeras masyarakat, mengumpulkan teman mendirikan perkumpulan, dengan kekuasaannya menghina yang lemah, semua hal ini tidak terhindarkan. Tuan besar Li orang yang mempunyai kedudukan dan nama di dunia persilatan, malah berulang-ulang mengumpulkan anak buahnya, diam-diam menyerang, terang-terangan melakukannya di keramaian kota, semua itu hal yang sangat jarang terjadi."   "Demi mencapai tujuan tidak perdulikan caranya, itu adalah kata mutiara bagi para penguasa setempat. Di dalam dunia persilatan penguasa yang semakin punya kedudukan tinggi, semakin melakukan perbuatan yang keji, itu tidak ada yang aneh."   "Ahli ketepel itu, menyerang diam-diam di bawah atap rumah sejauh dua puluh langkah lebih, kekuatan tenaganya, sungguh sangat jarang sekali, dalam jarak seratus langkah cukup bisa menghancurkan tameng menembus tembok, orang ini adalah......"   "Dia Dewa Ketepel Pengejar Arwah Seratus Langkah Gui Yuan-zhong,"   Kata Bu-fei-khe tertawa.   "kemarin malam selain Li Hoa-xin, di penginapan Fu-tai orang-orangnya menggunakan senjata gelap menjaga di barisan kedua, jumlahnya sebanyak empat belas orang, semuanya adalah penjahat top dari aliran hitam. Karena tuan besar Li terdesak, jadi minta tolong pada penjahat aliran hitam, sebab teman-teman dari aliran pendekar sudah tidak mau diperalat dia, Shuang-jie-shu-sheng dan Angin Awan adalah wakil dari aliran pendekar yang dapat melihat kesempatan menghindarkan diri, sudah tidak mau ikut campur membicarakan masalah ini. Sekarang kita bicarakan yang akan datang."   "Yang akan datang?"   "Benar! Melihat keadaan kau yang tidak karuan ini, sepertinya jeroanmu telah berpindah tempat, tulang di seluruh tubuhmu telah buyar, jika tidak diobati ratusan hari jangan harap bisa bergerak dengan bebas. Sekarang ini seluruh penjahat aliran hitam bersembunyi dimana-mana sedang mencari keberadaanmu, sangat berbahaya sekali. Jika tidak pergi ketempat jauh, apa kau disini mau menunggu ajal? Berapa lama kau dapat bersembunyi?"   "Aku tidak akan pergi."   Kata dia dengan tegas.   "Kau......"   "Ooo! Aku telah berjanji dengan tuan besar Li menyelesaikan urusan di Guan-qiu besok lusa pada tepat tengah hari, jika sampai waktunya aku tidak datang, selanjutnya aku tidak bisa lagi mencari dia, aku adalah orang yang memegang aturan dunia persilatan."   "Tapi, Kau......kau merayap pun tidak bisa.   Malam ini aku dengan saudara Du akan pergi mencuri perahu, perahu yang ringan khusus untuk air deras, malam ini kita berlayar kebawah ke Wu-chang, meloloskan diri dahulu, selanjutnya......"   "Tidak ada selanjutnya, masalah ini harus cepat-cepat diselesaikan."   Fu Ke-wei dengan marah tertawa keji.   "anda tenang saja, beberapa pukulan dahsyat ini tidak akan merengut nyawaku. Aku berani bertaruh denganmu, sekarang aku sudah dapat berdiri."   Baru saja akan menjulurkan kaki, Bu-fei-khe telah menekan dia.   "Sudahlah, jangan sok jago."   Bu-fei-khe tawa pahit.   "mungkin kau benar adalah manusia super yang terbuat dari besi, dan mempunyai ilmu silat yang sulit dibayangkan, tapi bagaimana pun lebih banyak istirahat akan lebih baik. Kau sembunyilah baik-baik, saudara Du kemarin malam telah mencuri banyak makanan, aku ambilkan untuk kau makan, harap kau jangan sampai menggoyangkan rumput alang-alang, supaya tidak menimbulkan perhatian orang yang jalan mendekat."   "Sekarang aku masih belum lapar. Oh betul, kemarin malam bukankah kalian telah pergi melarikan diri, kenapa bisa kebetulan menolong aku?"   "Kami mendapat berita dari seorang teman lamamu, mengetahui Tuan besar Li telah memanggil para penjahat aliran hitam bersembunyi dijalan raya membuat jebakan, takut kau lengah termakan jebakan, maka bersama dengan kenalan lamamu, kami menyusup kembali untuk memperingatkan kau, tidak diduga tetap saja telat satu langkah......"   "Kenalan lamaku?"   "Benar, kenalan lamamu dari Wu-hu."   "Kenapa aku tidak ingat ada kenalan lama dari Wu-hu......"   "Dia sedang bertugas melakukan pengawasan, aku sekarang pergi memanggil dia kesini, setelah kalian bertemu bukankah bisa jadi tahu.'"   Bu-fei-khe dengan hati-hati sekali bergerak meninggalkan tempat itu.   Tidak lama, terdengar suara gesekan yang pelan, bayangan berbaju putih bulan muncul.   "Kau? Kau kenapa bisa datang kesini......"   "Aku mendapat berita di Nan-yang, baru mencari ke sini."   Kata wanita berbaju putih bulan.   "sebulan yang lalu, dari seorang teman yang dalam perjalanan kembali aku mengetahui jejaknya ketua benteng Naga Langit Lu-zhao, aku berkeliling ke seluruh Shan-dong, He-nan dan yang lainnya, ingin melaporkan padamu, aku sampai kepayahan mencari kau......tuan Fu, lukamu......"   "Terima kasih, nona Ouw. Aku sudah tidak apa-apa."   Katanya dengan nada yang tulus.   "kau tidak mengingat dendam lama, jauh-jauh datang memberi kabar, perhatian yang besar ini, akan selalu aku ingat."   Wanita ini ternyata adalah mantan pembunuh bayaran wanita perkumpulan Qing-lian, Ratu Lebah Ouw Yu-zhen.   "Tuan Fu sungguh sungkan sekali, aku masih punya hutang budi satu nyawa! Hal sekecil ini, tidaklah seberapa."   Kata Ouw Yu-zhen dengan lembut, penampilan sebagai pembunuh bayaran wanita telah menghilang.   "Nona Ouw, jangan bicarakan masalah permusuhan atau budi yang dulu, bolehkan? Kau sekarang apakah masih......"   "Perkumpulan Qing-lian setelah menutup kantor pusatnya, seluruh anggotanya telah bubar, saat ini aku sedang tidak ada pekerjaan."   Nada bicara Ouw Yu-zhen ada humornya, lagaknya seperti sedikit tidak bisa berbuat apa-apa. Fu Ke-wei terdiam sejenak.   "Apa rencanamu selanjutnya?"   "Bagaimana aku masih punya rencana apa? Aku hanya bisa melewatkan sehari demi sehari, aku juga tidak ingin bekerja seperti dulu lagi."   "Maafkan aku tidak sopan, di rumah nona masih ada siapa saja?"   Tanya Fu Ke-wei dengan tulus.   "Sejak kecil aku telah ditinggalkan ayah dan ibu, hanya ada seorang adik kecil yang buta......itulah sebabnya aku bekerja dalam bidang ini, semuanya juga demi dia......"   "sekarang aku mengerti, nona sangat sayang pada adik, tapi pekerjaan ini melawan hukum alam, pasti akan mendapat hukuman dari alam, nona bisa segera cuci tangan, itu adalah satu keberuntungan, di kemudian hari..."   "Aku tidak ada harapan di kemudian hari, wanita seperti aku yang pernah jadi seorang pembunuh bayaran, kecuali menikah dengan berandalan, putra keluarga baik-baik siapa yang mau menerima aku? Makanya, aku ada satu permintaan......"   "Silahkan katakan."   Kata Fu Ke-wei tertegun "Dalam usia empat belas tahun aku sudah keluar gunung, berkelana di dunia persilatan sudah delapan tahun, sudah terbiasa dengan kehidupan dunia persilatan, jika sekarang kembali hidup sebagai orang biasa, buatku, pasti sementara belum bisa membiasakan diri......"   "Tentu, hal ini tidak bisa dihindarkan."   Fu Ke-wei mengangguk menyetujui perkataannya.   "Karenanya, aku pikir aku perlu waktu menyesuaikan diri untuk bisa kembali ke kehidupan biasa."   Fu Ke-wei menatap, tidak melanjutkan perkataannya.   "Kau adalah seseorang yang dapat di percaya, aku tidak berani mengatakan apa itu balas budi, aku minta dengan kedudukan sebagai pelayan bisa tinggal di sisimu untuk beberapa waktu, aku akan tahu diri, pasti tidak akan menambah kesulitan apa pun buatmu."   Ouw Yu-zhen melanjutkan perkataannya.   "sampai saatnya jika kau merasa tidak memerlukan aku lagi, asal kau mengatakan sekali saja, aku segera akan pergi."   "Ini......ini mana bisa, sejak dulu aku sudah terbiasa sendirian berkelana."   Dia tidak menduga Ouw Yu-zhen bisa mengajukan permintaan ini.   "jika ada seseorang di sisiku, itu akan mengganggu kebebasanku, apa lagi kau adalah seorang yang ternama di dunia persilatan Wa......"   "Tuan Fu, kau dengarkan aku dulu."   Ouw Yu-zhen menyela kata-katanya.   "seorang diri berkelana memang bisa bergerak dengan bebas, tapi juga sering ada kekurangan di suatu bidang. Mengenai ilmu silat, kau memang telah berlatih mencapai taraf yang tertinggi, di dunia ini mungkin sulit mencari orang yang dapat menandingimu. Tapi, kau tetap kekurangan seorang teman untuk membantu, coba pikirkan, dalam peristiwa berdarah tabrakan kereta kali ini, dan kau telah dua kali mendapat serangan secara diam-diam dari orang yang ilmu silatnya tidak setara denganmu, itu bukti yang paling bagus. Jika ada aku di sisimu, aku bisa setiap saat memperingatkanmu, hingga akan membuat persentasi mengalami serangan diam-diam sampai ketitik terendah. Mengenai julukanku dulu, walau yang mengetahuinya banyak, tapi orang yang pernah melihat wajah asliku sangat sedikit sekali, asal kau tidak mengatakan, siapa yang tahu aku dulu adalah anggota perkumpulan pembunuh bayaran Qing-lian?"   "Ini......? "Kecuali kau memandang rendah asal-usul ku yang tidak bagus......"   "Tindak-tandukku juga tidak begitu bagus, aliran hitam dan putih dunia persilatan yang ingin menguliti daging dan mencabut ototku, bisa dikatakan tidak terhitung banyaknya.'' "Kalau begitu apa lagi yang kau khawatirkan? Aku ada wanita yang tahu diri, aku akan memerankan peran pembantu dengan baik."   Kata Ouw Yu-zhen pelan.   "kalian kaum lelaki kebanyakan bertindak kasar, tidak seperti wanita yang teliti, jika ada aku di sampingmu, aku akan memperhatikan keadaan di sekeliling dan keadaan yang tidak terduga di sekelilingmu, supaya kau tidak perlu repot memperhatikan, atau khawatir keadaan selanjutnya."   Fu Ke-wei berpikir sejenak, baru berkata.   "Masalah ini kita bicarakan di kemudian hari saja, kau dan aku adalah teman, jangan sebut apa pelayan atau majikan, sekarang aku benar-benar sudah merasa lapar, tolong kau beritahu dua orang tua aneh itu, antarkan makanan untuk mengisi perut."   "Ya, tuan."   Nadanya Ouw Yu-zhen sungguh persis seperti seorang pelayan wanita.   0-0-0 Fu Ke-wei dengan tegapnya melangkah berjalan ke utara, di bawah terik matahari, tubuh dia yang berpakaian biru sangat mencolok mata, dalam jarak beberapa li juga bisa terlihat dengan jelas.   Di belakang pepohonan di kanan jalan, seperti elang terbang muncul empat orang dengan wajah menyeramkan berusia sekitar setengah baya, dua batang tongkat tembaga bersinar-sinar, dua bilah pedang panjang sinarnya menyilaukan mata.   "Bocah, kau masih penasaran?'' empunya Tongkat tembaga yang menghadang jalan sambil tertawa keji.   "jalan ini buntu, aku Dewa Tenaga Sakti An Yung-kang akan mencabut nyawamu."   Dua tongkat itu, satu di depan satu di belakang, sedang kedua pedang, satu di kiri dan satu di kanan, hawa pembunuhan seperti gelombang besar mengurung Fu Ke-wei, situasinya yang mencekam, sungguh menakutkan hati orang.   "Kalian sedang mencari mati!"   Dia berkata satu kata persatu kata, mata macannya bersinar dingin.   "Aku telah dua kali di bokong, karena salah perhitungan, dua kali terluka terkena serangan berkelompok, tapi kali ini aku tidak akan tertipu lagi, gigi dibalas gigi, segera pembalasannya datang, 'bunuh!'"   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Perkataan 'bunuh' seperti geledek menyambar, setelah bersuara itu dia bukannya maju malah mundur, tubuhnya bergerak seperti kilat, punggungnya bergerak di sisi tongkat tembaga Wen-yi yang dijulurkan di belakang, begitu dia menerjang masuk, sikut kirinya dengan tenaga yang amat dahsyat mengenai dada kiri orang yang memegang tongkat itu.   "Hmm......"   Orang yang memegang tongkat yang berada di belakang tubuhnya, mimpi juga tidak menduga lawan bisa menggunakan punggungnya menabrak, tongkatnya tidak keburu bergerak, tulang iganya telah patah, dia ditabrak mundur delapan chi dan jatuh terlentang, mulutnya menyemburkan darah segar.   Dalam sekejap tangan kanan yang memegang tongkat telah dirampas lawannya, lalu dengan cepat tongkat itu diayunkan menerjang maju kedepan, tongkat tembaga seberat tujuh puluh jin lebih dengan lurus terbang ke depan, kecepatannya sampai sulit dilihat, hanya terlihat sinar kuning berkilat, tongkat itu tanpa ampun menusuk masuk ke dalam bahu kanan Dewa Tenaga Sakti yang berada dua zhang lebih, yang sedang melintangkan tongkat siap menyerang.   Tongkatnya sebesar telur bebek, sekali masuk ke dalam bahu mana bisa ditahan? .   Boom..satu suara keras terdengar, Dewa Tenaga Sakti seperti gunung runtuh roboh ketanah.   Dua orang yang berdiri di kiri kanan yang akan menyerang dengan pedangnya, kepalanya menjadi pusing, mereka tidak tahu telah terjadi perubahan apa, hanya tahu dalam sekejap, dua teman yang bertenaga besar semuanya telah roboh, mereka jadi ketakutan sekali, bulu kuduknya berdiri, bersamaan itu mereka meloncat keluar, melarikan diri dengan masuk kedalam hutan disisi jalan.   Tidak lama, dengan menarik terbalik dua tongkat tembaga, Fu Ke-wei melangkah pergi ke utara.   Dua batang tongkat tembaga yang beratnya ada seratus empat puluh jin, hanya dengan satu tangan dia menariknya, sepertinya benda itu tidak mempunyai berat.   Keadaan ini sungguh seperti ada tenaga setan yang menakutkan, dengan jelas menyatakan nasib pemilik tongkat tembaga itu.   Orang yang kemampuannya lebih rendah dari pada pemilik tongkat tembaga itu, paling baik tahu diri, jangan sok pahlawan dan muncul mengantarkan nyawa.   Berjalan sejauh satu li lebih, benar saja tidak ada lagi orang yang keluar menghadang, mungkin para pesilat aliran hitam yang bersembunyi semuanya orang-orang pintar, juga semuanya setan penakut.   Jembatan Bao-shi sudah terlihat, di tengah jalan raya, tiba-tiba bayangan orang berbaju biru itu menghilang.   0-0-0 Bab 9 Di pinggir seratus langkah dari jembatan ada satu pohon besar, duduk diatas batang yang melintang Fu Ke-wei bisa melihat dengan jelas keadaan di atas jembatan dan seratus langkah jalan raya di selatannya.   Seorang yang berpakaian ringkas berwarna hijau muda, mengapit sebuah busur indah sepanjang enam chi, di kantong busur ada tiga buah bola tembaga, begitu melihat Fu Ke-wei tahu dia adalah seorang pakar busur bola, kepandaiannya pasti sudah sangat tinggi.   Busur peluru berbeda dengan busur panah, busur peluru harus ada ruang gerak yang lebih luas, makanya tempat persembunyiannya harus di pilih dengan hati-hati.   Orang ini segera bersembunyi dengan baik, matanya yang tajam menembus pada daun yang berada di bawah, mengamati setiap orang yang berlalu lalang diatas jembatan, dia ingin mencari orang yang ditunggunya, duduknya sangat mantap, tangan kirinya menegakan busur, tangan kanan siap di kantong peluru, dia bersiap-siap melepas-kan tembakannya.   Karena semua perhatiannya tertuju pada jembatan, dia jadi lengah terhadap keadaan di belakang tubuhnya.   "Gui Yuan-zhong!"   Di bawah belakang tubuhnya tiba-tiba terdengar teriakan.   "balikan tubuhmu!"   Dewa Ketepel Pengejar Arwah Seratus Langkah Gui Yuan-zhong dengan sendirinya membalikan tubuh melihat ke bawah, tapi celaka! Terlihat satu bayangan orang berbaju biru di belakangnya, dan busur dirinya terhalang oleh batang pohon, tidak ada tempat leluasa untuk menembakan peluru.   Satu sinar pelangi terbang ke atas, seperti kilat langsung menghilang, dia tidak bisa melihat dengan jelas benda apa itu, tidak ada tempat untuk menghindar, juga tidak ada kesempatan untuk menghindar, hanya merasa seluruh tubuhnya bergetar, ada sebuah benda yang masuk ke dalam bawah dadanya, seperti terkena guntur, kaki tangan bergetar, tubuhnya tidak bisa dikendalikan lagi, seperti burung terkena panah, dia jatuh terjun ke tanah, busurnya telah terlepas dari tangannya, tiga butir peluru bajanya juga jatuh dari kantongnya.   Ada sebilah belati sepanjang satu chi, yang bisa dibeli dengan mengeluarkan uang perak dua liang, masuk miring dari dada bawah kiri, masuk sedalam enam cun lebih.   0-0-0 Fu Ke-wei muncul di jalan kecil jembatan yang menuju Guan-qiu, tangan kirinya menarik dua tongkat tembaga, tangan kanan memegang busur.   Puncaknya bukit Guan-qiu tidak tumbuh apa-apa, itu adalah tempat bermain anak-anak, tanahnya sering terinjak-injak sehingga tidak bisa tumbuh apa-apa, tanah yang kecoklatan sangat keras.   Tuan besar Li berserta putranya bertiga, ditambah Li Jian-jian, masih ada empat orang teman keluarga Li, dan tiga orang pendeta dao dari Wu-dang, semua berdiri menunggu di bawah teriknya matahari.   Fu Ke-wei dengan langkah besar mendaki ke bukit, sambil membuang tongkat dan busur ke bawah.   "Masih kurang beberapa saat pada tengah hari tepat."   Dia menengadah melihat matahari, nadanya tenang sekali.   "kalian mungkin sudah menunggu lama? Maaf maaf!"   Setelah melihat tongkat tembaga dan busur itu, kecuali tiga pendeta dao tua, wajah semua orang telah berubah warnanya.   "Siapakah dirimu sebenarnya?"   Tanya tuan besar Li memberanikan diri dan keras.   "Fu Xian korban selamat di peristiwa tergulingnya kereta di kabupaten Ye."   Dia dengan keras berkata.   "Tuan besar Li, aku......"   "Yang aku tanyakan adalah tingkatan mu di dunia persilatan."   Tuan besar Li menyela kata-kata dia.   "siapa saksi yang mengatakan kau adalah korban selamat peristiwa berdarah tergulingnya kereta di kabupaten Ye? Siapa saksinya yang bisa menunjukan pelaku kejahatan terbaliknya kereta? berdasarkan apa kau mengharuskan aku mengembalikan keadilan padamu? Jawab!"   "Aku tahu kau akan melakukan ini."   Dia tertawa tawar.   "tuan, apakah kau tahu saat aku kembali ke penginapan, kenapa para pejabat pemerintah dan kepala polisi Lie begitu hormat padaku marga Fu? Itu karena aku telah melaporkan dengan jelas kejadiannya peristiwa tergulingnya kereta pada Bupati Xiang-yang."   "Apa? Kau......"   "Satu jam yang lalu, mungkin tentara telah berada di perumahan Han-bei, dan berhasil menggeladah kereta ringan yang digunakan putramu melakukan kejahatan di kabupaten Ye. Surat pemerintah Nan-yang yang meminta kantor Xiang-yang menangkap pelaku kejahatan, sudah tiba satu hari sebelum aku kembali ke penginapan, malam hari aku masuk ke kantor Bupati, pada Bupati minta diundur tiga hari, hari ini adalah tepat waktunya surat perintah penangkapan itu berlaku."   Dia memungut satu tongkat tembaga.   "sekarang, kita selesaikan dahulu perkara kau berulang-ulang melakukan kejahatan, perkara di pengadilan kita lanjutkan di kemudian hari."   Tangan pendeta dao Qing-xi mengusap janggut, melangkah maju dengan dingin berkata.   "Perbuatan dermawan Fu ini, bukankah sedikit tidak menurut aturan dunia persilatan, tuan datang dengan amarah, bisakah dengan tenang menyelesaikan masalahnya?"   "Tolong tanya, apakah pendeta dao tahu duduk persoalannya?"   Fu Ke-wei balik bertanya.   "Aku tahu beberapa keadaannya."   "Pasti dengan apa yang aku katakan ada perbedaannya."   "Aku kira, apa yang dikatakan dermawan Li mungkin hanya kata-kata sepihak, dan tuan juga mungkin tidak dapat membantahnya dengan bukti yang kuat."   "Pendeta dao jika mengira kata-kata si marga Li mungkin adalah kata-kata sepihak, maka dia tidak akan berdiri disini membicarakannya."   Katanya dengan tidak sungkan.   "Kata-kata dermawan sungguh tajam sekali."   "Pendeta dao kau juga tidak berdiri diatas kebenaran."   "Berani sekali!"   Pendeta dao lainnya berteriak dengan nada dalam.   "Jika tidak berani maka tidak akan datang."   Katanya dingin.   "kalian para pendeta dao apa datang untuk menegakan keadilan? Atau datang untuk membela keluarga Li? Aku masih muda, kesabarannya terbatas, jika kalian belum mengetahui keadaan sebenarnya, paling baik jangan sok membela, katakan apa tujuan kalian, ingin jadi penengah menegakan keadilan, kalau begitu tunggulah di pengadilan, coba lihat apakah kalian pantas tidak. Jika mau membantu tidak perlu bersilat lidah, buang saja kata-kata kebenaran, siapa yang kuat itu yang benar. Kalian para pendeta dao, sayangilah nama baik Wu-dang! Jika melibatkan diri pada masalah ini, akan berakibat nama Wu-dang akan menjadi buruk, siapa tahu malah bisa mendatangkan mala petaka tidak habisnya bagi perguruan anda, itu dosanya besar sekali."   "Kau mengancam aku?"   Pendeta dao Qing-xi dari malu jadi marah.   "Tidak bisa dikatakan mengancam, yang aku katakan adalah kenyataan, jika masalahnya adalah perselisihan pribadi di dunia persilatan, aku pasti akan menghormati kedudukan dan prinsip pendeta dao, melibatkan masyarakat biasa di peristiwa berdarah, itu bukanlah masalah yang harus kalian urus, kalian di pihak luar tidak usah turut campur urusan ini, kalian ini berebut apa?"   Kata-katanya keras dan tajam, sangat menekan orang.   Kedudukan pendeta dao Qing-xi sangat tinggi dan terhormat, tapi masih belum terlatih sampai tingkat suci tanpa emosi, maka darahnya jadi bergolak, pikirannya jadi tidak jernih, dengan emosi melakukan kuda-kuda, telapak kiri di dirikan di depan dada.   Fu Ke-wei yang berulang-ulang menerima serangan menggelap, sudah sejak tadi sangat waspada, melihat pendeta dao tua melakukan kuda-kuda, dia mengira pendeta dao tua akan menyerang karena marahnya, maka dia segera bergerak lebih dulu, tongkat tembaga diangkat, siap maju menyerang.   Pendeta dao Qing-xi juga mengira dia mau menyerang, dia menjadi semakin marah, tangan kiri dengan cepat diulurkan, menangkap tongkat tembaga yang baru saja diangkat.   Sekali sentuhan segera bergerak, kedua belah pihak tidak sungkan lagi, Fu Ke-wei sekali bersuara "Hm...!"   Dingin, tangan kanan memegang erat tongkat, tangan kiri melawan tangan kiri, dengan adil bertarung tenaga dalam.   Kedua belah pihak beradu tenaga dalam, saling dorong, tarik, pelintir, lempar, masing-masing mengeluarkan kemampuannya, kuda-kudanya semakin rendah, tongkat tembaga pelan-pelan turun.   Tongkat tembaga sebesar telur bebek, bisa menahan tekanan seberat sepuluh ribu jin, siapa yang tenaganya kurang, pasti tangan kirinya akan hancur ditolak tenaga lawannya, malah tenaga dalamnya akan hancur.   Sesaat, tiba-tiba tongkat tembaga terlihat membengkok, dua orang itu semuanya tampak serius, setiap otot di tubuhnya mengerut, menegang, nafas sepertinya berhenti.   Sesaat lagi, kaki depan pendeta dao Qing-xi goyah, tangan kanan dengan sendirinya di ulurkan menangkap tongkat.   Fu Ke-wei juga mengulurkan tangan kanan, menggenggam tongkat tembaga, mendadak sekali dia berteriak keras, memutar tubuh merendahkan lutut kiri mengangkat tangan kanan, tenaga sebesar gunung dikerahkan, dengan dahsyatnya mengangkat.   Pendeta dao Qing-xi mendadak mengeluarkan suara "Mmm!", sepasang kakinya meninggalkan tanah tubuhnya mendadak naik keatas, terangkat meninggalkan tanah di lempar keatas, di tengah jalan dia melepaskan genggaman tongkat, kaki dan tangan bergerak-gerak, mantel dao nya berkibar-kibar, dia melayang tiga zhang lebih lalu turun dengan berat, hampir saja terjatuh.   Tongkat tembaga menjadi bengkok sedikit, tenaga yang di terimanya sungguh menakutkan orang.   Dalam sekejap ini, Tuan besar Li mencabut pedang maju dua langkah, sepertinya ingin mengambil kesempatan menyerang.   Fu Ke-wei membuang tongkat tembaga yang telah bengkok, sekali bersuara "Hm!"   Dingin, tangan kanannya mengeluarkan sebilah belati dari dalam dadanya, di dalam mata macannya tampak sinar aneh, belati berubah jadi segaris semut putih terbang membelah udara, sepasang tangannya yang diulurkan setengah lurus setengah bengkok, bergerak dengan anehnya.   "Ssst sst sst!"   Tuan besar Li mengayunkan pedang memukul belati yang terbang datang, kecepatan belati tidaklah cepat, sangat mudah dipukul oleh seorang pesilat tinggi.   Semua orang jadi terkejut? Hal aneh telah terjadi, belati yang melayang itu sama sekali tidak takut sabetan pedang, saat terkena benturan arahnya hanya berubah sedikit, pisau itu seperti benda hidup.   Tuan besar Li sangat ketakutan setengah mati melihat hal ini, setiap sekali mengayunkan pedang dia malah seperti didorong mundur dua langkah, dan dia selalu tidak bisa memukul jatuh belatinya, lebih-lebih tidak bisa menghindar dari kejaran belati itu.   "Dermawan Li cepat buang pedangnya!"   Teriak pendeta dao Qing-xi yang masih berdiri gemetar.   "ilmu hawa mengendalikan pedang!"   Tuan besar Li seperti terhipnotis, dengan ketakutan membuang pedang, berdiri kaku gemetaran.   Belati terbang melewati telinga kiri Tuan besar Li, mendadak naik keatas, membentuk satu lengkungan sinar yang indah, naik keatas tiga zhang belok melayang ke bawah, tepat jatuh di tangan kanan Fu Ke-wei yang diulurkan keluar, sinarnya segera menghilang.   "Li Hoa-rong, tegakan dada pergilah ke polisi menyerahkan diri."   Kata Fu Ke-wei sambil menyimpan belatinya, satu kata satu kata itu diucapkan.   "bunuh orang ganti dengan nyawa, hutang uang bayar dengan uang, jangan buat malu teman-teman dunia persilatan, kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu, aku beri kau satu kesempatan lagi."   Habis bicara, dia membalikan tubuh dengan langkah besar pergi meninggalkan tempat itu.   Semua orang terbengong-bengong melihat Fu Ke-wei pergi, menghilang kedalam hutan yang ada didepan.   Wajah Yu-mien-el-lang Li Hoa-rong tampak pucat, seluruh tubuhnya gemetaran.   "Ayah, ananda pergi menyerahkan diri."   Yu-mien-el-lang sambil melepas pedang sambil berkata.   "masalah ganti rugi pada korban mati, harap ayah yang urus." Huo-bao-ing, Bu-fei-khe dan Ouw Yu-zhen menunggu kedatangan Fu Ke-wei, mereka sangat gembira sekali.   "Saudara kecil, apa sudah selesai?"   Tanya Huo-bao-ing dengan gembira.   "Mungkin sudah selesai, asalkan Yu-mien-el-lang pergi menyerahkan diri."   Katanya menganggukkan kepala.   "Karena terhalang oleh dua hutan, kami tidak dapat melihat keadaan di sana."   Bu-fei-khe berkata.   "Di atas udara arah itu seperti ada pelangi putih menari-nari, hawa pedang berterbangan, apa yang terjadi?"   "Tidak ada apa-apa."   Fu Ke-wei tertawa.   "Pendeta dao tua dari Wu-dang sedang bersembahyang mengusir setan, begitulah kejadiannya. Ayo jalan! Mari kembali kekota, aku traktir tetua minum."   Empat orang itu berjalan berdampingan, sambil berkata-kata mereka berjalan kembali ke kota Fan.   0-0-0 Kampung Lu-an di Shan-xi, bersebelahan dengan Tai-yuan dan termasuk He-shuo, adalah bahunya dunia, kota terbesar nomor satu ini di lereng barat gunung Tai-hang, taman senangnya .para penjelajah, ranjang hangat para pelaku kejahatan.   Kampung di sekitar sini, hampir semua perumahan dan benteng membangun tembok benteng pertahanan, memiliki pertahanan pesilat yang sangat kuat.   Dari jalan raya di depan istana, Fei Long pergi ke selatan, tidak jauh ada persimpangan jalan yang ramai dengan orang yang berlalu lalang, dari pagi hingga malam, kereta kuda keluar masuk tidak berhentinya.   Belok ke sebelah timur, ada jalan di depan kantor pemerintah, ke sebelah barat, keluar ke Xi-guan.   Di sudut belokan barat, ada satu rumah makan Tai-an yang sudah ternama ratusan tahun.   Rumah makan Tai-an terkenal karena masakan dan anggurnya yang enak, sehingga termasuk salah satu empat rumah makan besar di kota ini, tamu makan yang keluar masuk disini, sedikit banyak berkedudukan khusus.   Keadaan hidup disini, tentu saja berbeda jauh sekali dibandingkan dengan di Jiang-nan, tapi harga barangnya murah, perbedaan antara si miskin dan si kaya tidak terlalu jauh, sehingga, orang yang punya kedudukan khusus, tidaklah terlalu elegan.   Sore hari itu, Fu Ke-wei dengan Ouw Yu-zhen naik ke loteng duduk di tempat vip.   Dia memakai baju panjang berwarna hijau langit, menjadikan dia seorang pemuda yang tampan, seperti putra bangsawan, Ouw Yu-zhen memakai baju berwarna putih bulan, berwajah halus pipi kemerahan, sepasang matanya yang genit, sungguh menarik dan bisa mengait arwah orang.   "Tersedia beberapa macam masakan sebagai teman minum arak, lima stel mangkok dan sumpit, sepuluh teko arak Fen."   Ouw Yu-zhen memesan pada pelayan yang sambil tersenyum menyodorkan teh memegang kain lap.   "pelayan sebentar lagi temanku akan datang, arak dan masakannya harus yang paling bagus."   "Aku mengerti."   Pelayan dengan sopan berkata.   "arak dan masakannya siap, setelah teman tuan datang baru......"   Pengelana Rimba Persilatan Karya Huang Yi di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      "Tidak, setelah siap segera saja keluarkan, tidak perlu menunggu."   "Baik, mungkin tuan belum janji waktu sebelumnya."   "Belum, tapi mereka akan datang."   Fu Ke-wei sambil tersenyum menyela.   "karena kemarin malam aku telah mengirim pesan pada mereka, dan pagi-pagi sekali sudah ada orang datang ke penginapan mengawasi gerak-gerikku. Lihat, dua orang yang baru saja naik ke loteng, merekalah orang yang mengawasiku, mereka bekerja sangat bertanggungjawab."   Pelayan telah melihat dengan jelas dua laki-laki besar yang baru saja naik, wajahnya jadi berubah, dengan buru-buru dia turun ke bawah loteng menyambut.   Pelayan lainnya dengan wajah tersenyum, mempersilahkan dua laki-laki besar duduk di meja dekat jendela, dengan sopan berkata.   "Tuan kedua Ban (Ban-el-ye).   Tuan kelima Wan (Wan-wu-ye), mau minum a......"   "Pergi sana."   Ban El Ye yang berkepala macan, mata bulat wajah galak mengibaskan tangan mengusir orang, sorot matanya tertuju ke arah Fu Ke-wei.   "teman itu sepertinya sedang siap mentraktir orang, apa dia telah mengundang orang."   "Betul!"   Sahut Fu Ke-wei yang tidak jauh sambil tersenyum.   "memang akan mentraktir orang, mungkin tamunya segera datang, apa anda berdua punya ide?"   Dua orang laki-laki besar itu tidak sembunyi-sembunyi lagi, Ban-el-ye pertama-tama yang mendekati meja makan Fu Ke-wei, menarik satu kursi duduk di sebelah kiri Fu Ke-wei.   Wan-wu-ye juga duduk melintang, memisahkan Fu Ke-wei dengan Ouw Yu-zhen, mengapit dia di tengah-tengah.   "Sahabat, siapa marga dan apa namamu?"   Tanya Ban-el-ye tertawa culas.   "kemarin malam, surat yang ditinggalkan di atas kusen pintu, hanya ditulis nama dan tidak ditanda tangani, siapa yang tahu kau adalah Budha besar dari kuil mana? Kelihatannya tubuhmu, untuk menyembelih ayam juga tidak ada tenaga, mana dapat menyusup empat lapis penjagaan tanpa di ketahui, sungguh tidak mudah. Aku percaya pasti sahabatmu yang melakukan aksi yang mengejutkan ini."   "Malah sebaliknya, temanku tiga hari lalu telah pergi, sebelum kejadian dia telah minta tolong temannya untuk menyelidiki terlebih dahulu, setelah siap maka dipersilahkan teman ini pergi, ini adalah prinsip aku melakukan sesuatu pekerjaan, aku sudah tinggal tujuh hari di daerahmu."   Fu Ke-wei menggulung lengan baju, gerakan ini jadi tidak cocok dengan penampilan dia sebagai putra bangsawan.   "kemarin malam yang mengirim surat itu adalah aku sendiri, jika saudara tidak percaya, aku tidak akan banyak bicara lagi. Mengenai nama! Tunggu saja sampai Huang-jit-ye (Tuan Ketujuh), Huang Yung-sheng datang, bagaimana?"   "Sobat, aku sungguh tidak percaya orang yang mengirim surat kemarin malam adalah dirimu."   Ban-el-ye tiba-tiba mengulurkan tangan kanan, ingin mengunci pergelangan tangan kiri Fu Ke-wei yang ditaruh diatas meja, untuk ditekannya di atas meja.   Tiba-tiba meja makan itu mengeluarkan suara aneh, sepertinya lantai lotengjuga bergetar.   "Kau ini sungguh nekad, jika tidak sampai di sungai Huang tidak putus harapan."   Fu Ke-wei membiarkan lawan mengerahkan tenaga, tingkahnya tetap santai.   "he he he! Aku berani datang mengacau, tentu saja punya sedikit kemampuan."   Wan-wu-ye melihat ada gelagat yang tidak menguntungkan, mengambil kesempatan itu dia bergerak menyerang, sebelah telapaknya melayang miring, dipukulkan ke arah sepasang mata Fu Ke-wei.   Ouw Yu-zhen menjulurkan tangan kirinya, dengan tepat sekali menangkap telapaknya Wan-wu-ye, lima jarinya mencengkeram, lalu membanting kesamping.   "Aduh......"   Wan-wu-ye berteriak sambil melayang keluar, merobohkan kursi dan meja, merobohkan satu meja disebelah kiri.   Ruangan makan jadi kacau, sepuluh lebih tamu makan berlarian menghindar, para pelayan berteriak ketakutan, suasana menjadi ribut sekali.   Fu Ke-wei duduk dengan tenang seperti semula, pergelangan tangan kirinya masih dikunci dan ditekan ke atas meja oleh Ban-el-ye.   Tapi anehnya malah seluruh tubuh Ban-el-ye tampak gemetaran, keningnya mengucurkan keringat sebesar kacang, mulutnya tidak bisa bersuara, tampangnya kesakitan sekali.   Lalu Fu Ke-wei membalikan tangan kirinya dengan perlahan, akibatnya tubuh Ban-el-ye seperti terbang, terbangnya lebih jauh dari pada Wan-wu-ye, terbang sampai di mulut tangga, dan buug...   jatuh ketanah.   Fu berdua tetap duduk dengan tenang, sepertinya barusan tidak terjadi peristiwa apa-apa.   Ban dan Wan berdua berusaha bangkit setelah setengah harian baru mereka dapat berdiri, seorang memeluk lengan kanannya, seorang lagi menekan tangan kanan, kakinya juga belum leluasa melangkah, tampak jelas, tubuh bagian bawah kedua orang sudah mati rasa, tidak bisa dikendalikan lagi, wajahnya pucat seperti wajah mayat, sambil merintih! Mereka berusaha turun dari loteng, melarikan diri.    Kidung Senja Di Mataram Karya Kho Ping Hoo Pendekar Bunga Karya Chin Yung Seruling Samber Nyawa Karya Chin Yung

Cari Blog Ini