Legenda Pendekar Ulat Sutera 12
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 12
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya dari Huang Ying "Aku sudah mengerti!" "Ilmu silat dari Tionggoan bukan seperti yang kau pikirkan, hanya terlihat bagus dan tidak ada gunanya!" "Siapapun bisa berkata seperti itu!" Kata It-to-cian,"apakah betul kau mau bertarung denganku untuk menentukan siapa yang menang?" "Kita bertarung persahabatan!" "Kita bukan teman, hanya bertarung antara hidup dan mati baru bisa mengeluarkan semua ilmu yang kita miliki!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 173 "Penentuan kalah atau menang tidak harus sampai mati baru bisa ditentukan!" "Perbedaan yang terlalu jauh seringkah terjadi!" It-to-cian tertawa lepas. "Tapi kau tenanglah. Jika kau mau berlutut dan meminta ampun, aku akan melepaskanmu!" Siau Sam Kongcu melihat It-to-cian. "Kata-katamu sudah terlalu jauh!" Tangan It-to-cian sudah berada di pegangan golok, dia segera mencabut golok, mengangkatnya tinggi dan membentak. "Cabut pedangmu!" Akhirnya pedang Siau Sam Kongcu keluar dari sarung. Di bawah sinar bulan pedang patah mengeluarkan cahaya yang berkilau. It-to-cian melihat pedang patah Siau Sam Kongcu, dia menggelengkan kepala. "Ini bukan pedang yang bagus. Pedang yang bagus jarang bisa patah!" "Memang ini bukan pedang yang bagus!" Dengan sombong It-to-cian berkata. "Jika seseorang tidak memiliki pedang yang bagus, maka dia tidak pantas disebut pesilat tangguh. Bukankah kalian sering berkata, bila ingin melakukan hal-hal yang lebih baik sebelumnya harus mempunyai senjata yang lebih tajam!" "Seharusnya demikian!" "Apakah sulit mendapatkan pedang yang bagus di Tionggoan?" Siau Sam Kongcu belum menjawab, dia berkata lagi. "Di Jepang, golok bagus seperti yang berada di tanganku ada banyak di mana-mana!" "Betulkah?" Reaksi Siau Sam Kongcu biasa saja. "Aku memberimu kesempatan untuk menyerang tiga kali dulu!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 174 "Apakah di Jepang ada aturan seperti ini?" "Tidak ada..." "Kalau tidak ada, untuk apa berlebihan?" Kemudian pedang patah Siau Sam Kongcu berbalik menunjuk It-to-cian. Gerakan ini membuat rumput hijau di sekitar mereka ikut bergerak. Pada waktu bersamaan, baju Siau Sam Kongcu bergerak tanpa ditiup angin. It-to-cian mulai merasakan hawa dingin yang keluar dari pedang patah. Tawa di wajahnya segera membeku. Katanya, jika orang yang mempunyai ilmu tinggi sekali mengeluarkan tangannya, sudah bisa diketahui apakah dia mempunyai ilmu sungguhan atau tidak. It-to- cian adalah pesilat tangguh, pasti dia sudah tahu. Siau Sam Kongcu sengaja memamerkan kekuatannya. Sebenarnya dia bisa saja mengambil tawaran kesempatan yang diberikan It-to-cian, dia bisa dengan sekuat tenaga menyerang lebih dulu mengalahkan It-to-cian. Tapi dengan cara begitu, It-to-cian pasti tidak menerima kekalahan dengan tulus hati. Hanya dalam keadaan adil baru bisa membuat dia menerima kekalahan dengan tulus. Siau Sam Kongcu mempunyai kepercayaan diri ini, sebab dalam hati dia sudah tahu It-to-cian sekuat apa. Dua kaki It-to-cian mulai bergeser. Dia berputar mengelilingi Siau Sam Kongcu. Golok juga terus berputar. Dia sedang mencari sudut yang tepat. Dengan kecepatan tinggi melancarkan serangan pasti akan membuat dia menang. Kaki Siau Sam Kongcu tidak bergeser. Pedang patah juga tidak berputar. Tubuhnya seperti menjadi batu. Setelah satu kali berputar, It-to-cian masih belum mendapatkan celah yang dia inginkan. Tapi akhirnya golok keluar juga untuk menyerang. Dia menepis dari belakang Siau Sam Kongcu, di belakang kepala menepis dengan kecepatan tinggi. Sekarang Siau Sam Kongcu baru bergerak, pedang menggurat tepat menjemput golok It-to-cian yang datang. Yang pasti seranganLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 175 golok penuh perubahan sebanyak 13 kali, setiap perubahan cukup ganas untuk sanggup mencabut nyawa. Pedang Siau Sam Kongcu ikut berputar dan berubah. Setiap serangan golok dijemput dengan baik. Perubahan golok sudah habis, tapi pedang masih belum habis perubahannya. Ujung pedang berputar juga menepis. It-to-cian merasakan tenaga yang keluar dari pedang. Dua tangan terus memegang pegangan golok, tubuhnya tidak sengaja terus naik. Dia membentak dan menarik goloknya. Tapi golok sudah terkekang oleh tenaga dalam Siau Sam Kongcu. Golok tidak dapat dicabut, tubuh juga ikut terbawa mengikuti perubahan Siau Sam Kongcu. Ilmu pedang Siau Sam Kongcu mengikuti tubuhnya terus berubah dan terus melilit golok It-to-cian. Tenaga dalam terus mengalir, melalui golok dan membentur tangan It-to-cian. It-to-cian mulai merasakan dua tangannya mati rasa. Golok di tangan tidak sanggup dikuasai, akhirnya terlepas dari tangannya dan terbang ke atas udara. Karena dia berada di tengah-tengah udara maka dia menekuk tubuhnya, siap menjemput golok yang yang terlepas. Tapi goloknya sudah dijemput oleh pedang Siau Sam Kongcu, kemudian dia melambaikan pedangnya. Dengan sangat tepat, golok dia dilemparkan masuk ke sarung golok yang berada di pinggang It-to- cian. Perhitungan yang sangat tepat. Pedang Siau Sam Kongcu juga pada saat bersamaan masuk ke sarungnya. Siau Sam Kongcu turun dengan tenang. It-to-cian ikut turun juga. Tadi dia sempat mempunyai perasaan yang salah. Dia mengira goloknya terbang datang untuk menepis nadi-nadi penting nya. Sampai dia mengetahui ternyata golok masuk ke dalam sarung, dia baru menarik nafas. Akhirnya mengerti bila Siau Sam Kongcu ingin membunuh dia, itu mudah baginya seperti membalikkan telapak tangan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 176 Dia tetap menaruh tangan pada pegangan golok tapi tidak mencabutnya, hanya melihat Siau Sam Kongcu dengan bengis. "Ilmu silat Tionggoan tidak mementingkan membunuh orang melainkan bagaimana menghentikan pembunuhan. Malam ini aku memberimu dua kata, 'Jin'(bersabar hati) dan 'Su'(memaafkan)." Setelah itu Siau Sam Kongcu membalikkan tubuh dan meninggalkan tempat. Melihat bayangan tubuh Siau Sam Kongcu yang berjalan pergi, It-to-cian mengeluarkan sorot mata sadis. Kali ini dia kalah total. Untung kalah di tempat ini, kalau tidak mana mungkin dia bisa kembali lagi ke Ling-ong-hu. 134-134-134 Ling-ong sangat mengenal sifat Siau Sam Kongcu. Dia tidak memaksa Siau Sam Kongcu untuk tinggal, hanya membuat jamuan makan untuk mengantar dia pergi. It-to-cian, Su-ki-sat-jiu, dan Cu Kun-cau juga datang, hanya Su Ceng-cau yang tidak terlihat dalam jamuan itu. Terhadap putri kesayangannya, Ling-ong tidak bisa berbuat apa-apa. Siau Sam Kongcu tidak memperhatikan. Dia tahu Su Ceng-cau tidak ingin Siau Sam Kongcu keluar dari Ling-ong-hu, tapi dia tidak sanggup menahan gurunya. Karena Cu Kun-cau sangat tidak menghormati Siau Sam Kongcu, maka selain harus melihat ayahnya, dia juga harus melihat Siau Sam Kongcu yang kecewa. Di dalam hatinya mengira, karena Siau Sam Kongcu bukan lawan It- to-cian maka dia tetap tidak berani bertarung dan diam-diam mundur. Tapi begitu melihat sikap Siau Sam Kongcu yang tenang seperti tidak terjadi sesuatu, dia mulai merasa heran. Yang paling mengherankan adalah sikap It-to-cian. Ke-sombongannya tidak terlihat dan jarang berbicara. Su-ki-sat-jiu terus mengawasi sikap It-to-cian. Walaupun mereka tidak tahu apa yang terjadi semalam tapi melihat sikap It- to-cian, sedikit banyak mereka bisa menebak. Setelah tahu tebakan mereka tidak salah, bahwa semalam Siau Sam Kongcu sudahLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 177 mencari It-to-cian dan mengalahkan dia, mereka saling memandang dan tersenyum berarti. It-to-cian melihatnya, dia marah tapi tidak berani menunjukkan kemarahannya, bukan karena dia mengerti kata pemberian Siau Sam Kongcu 'Jin', melainkan karena ilmu silatnya kalah dari orang lain. Dia tidak menganggap itu adalah tebakan Su-ki-sat-jiu. Dia mengira Siau Sam Kongcu sudah meng umumkan kekalahannya pada orang lain. Yang pasti itu sudah mengganggu dia di Ling-ong- hu. Satu-satunya cara adalah mengajak tarung secara terbuka dan mengalahkan Siau Sam Kongcu. Tapi bagi dia, opsi ini sama sekali tidak meyakinkan. Selain makanan enak dan arak bagus, masih ada ratusan uang perak dan emas. Ling-ong tidak menahan Siau Sam Kongcu, tapi dia terus berpesan. "Setelah masalah di Pek-hoa-couw selesai, jangan lupa kembali, karena Ling-ong-hu tidak bisa kekurangan dirimu!" Siau Sam Kongcu terus-menerus menjawab. "Pasti! Pasti!" "Ceng-cau memang seperti itu, kau jangan menaruh di hati!" Kata Ling-ong sambil tertawa. "putriku ini memang membuatku kewalahan!" "Apalagi aku yang menjadi gurunya, lebih-lebih tidak bisa mengurusnya!" Siau Sam Kongcu berjalan ke depan It-to-cian. "posisi guru pedang aku serahkan kepada tuan!" It-to-cian tidak tahu harus menjawab apa. Siau Sam Kongcu berkata lagi. "Di dalam Ling-ong-hu semua orang bisa belajar Thian-cang- kang dari Jepang. Itu karena tuan yang mengajarnya!" Ini hanyalah kata-kata sungkan. Siau Sam Kongcu hanya berkata dan tidak ada maksud apa-apa, tapi terdengar oleh It-to-cian sepertiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 178 Siau Sam Kongcu sedang menertawakan dia. Walaupun tidak marah pada waktu itu, tapi kebenciannya semakin bertambah. 135-135-135 Su-ki-sat-jiu terus mengantar Siau Sam Kongcu keluar Ling-ong- hu. Semenjak mengenal Siau Sam Kongcu, ini adalah pertama kalinya mereka merasa antusias. "Kami sudah tahu Siau-heng tidak berpangku tangan!" Kata Liu Hui-su dengan senang. "melihat sikap dia tadi, pastinya semalam dia sudah kalah bertarung dengan menyedihkan, maka kesombongannya baru hilang tidak tersisa!" Kata Cia Ceng-hong. "Mengapa Siau-heng tidak memberitahukan kepada kami agar kami tidak melewatkan pertarungan yang seru ini?" "Itu karena Siau-heng terlalu baik. Seharusnya memberi pelajaran kepada dia waktu jamuan makan agar ddak repot!" Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Kata Hoa Pie-li. Soat Boan-thian menepuk tangan. "Benar kata Lo-sam. Orang itu tetap adalah guru Siau-ongya. Setelah pertarungan semalam, dia harus tahu di luar langit masih ada langit yang lebih tinggi. Di luar orang masih ada orang yang lebih hebat. Agar dia tidak berani macam-macam di Tiong-goan!" Siau Sam Kongcu menarik nafas panjang. Akhirnya dia membuka suara. "Apapun yang terjadi, Siau-ongya membawa orang ini masuk pasti ada maunya. Harap semua orang berhati-hati!" Su-ki-sat-jiu segera berhenti tertawa. Siau Sam Kongcu berkata lagi. "Asal Ong-ya tidak setuju, masalah tidak akan menjadi besari" Su-ki-sat-jiu sama-sama mengangguk. Siau Sam Kongcu segera pamit pergi. 136-136-136Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 179 Setelah keluar kota sejauh 10 li, waktu berjalan di gunung Siau Sam Kongcu mulai merasa ada orang membuntutinya. Awalnya dia hanya merasa curiga, tapi tidak lama kemudian dia mulai yakin. Siau Sam Kongcu berhenti berjalan. Orang itu segera bersembunyi di balik sebuah pohon. "Siapa? Cepat keluar!" Bentak Siau Sam Kongcu. Begitu orang ini tahu dia sudah terlihat dan tidak bisa bersembunyi lagi, dia terpaksa keluar. Ternyata adalah Su Ceng- cau. Dia memakai baju ketat dan membawa sebuah bungkusan kain. Begitu melihat Siau Sam Kongcu, dia segera mengeluarkan lidah. "Kau?" Siau Sam Kongcu terpaku. "Guru!" Su Ceng-cau ketakutan. "Kau ada di sini, ada apa?" "Aku mengikutimu dari belakangmu dan sam pai di sini!" "Untuk apa kau mengikuti aku?" "Ingin ikut ke Pek-hoa-couw, melihat-lihat untuk menambah pengetahuan!" Siau Sam Kongcu baru mengerti. "Ternyata hari ini kau sudah dari awal keluar dari Ling-ong-hu, pantas tidak melihatmu berada di sana!" Su Ceng-cau ingin tertawa. "Kau kira murid tidak mempunyai persiapan? Sampai guru mau pergi juga tidak mengantar." "Kau segera pulang ke Ling-ong-hu!" Siau Sam Kongcu marah. "kau diam-diam keluar dari Ling-ong-hu, bila ayahmu tahu, aku tidak sanggup menjelaskan!" "Aku sudah meninggalkan surat di kamar dan menjelaskan itu adalah ideku sendiri!" Su Ceng-cau tetap tertawa. "Kau..." Siau Sam Kongcu marah. Su Ceng-cau segera datang memohon.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 180 "Bila aku tinggal di Ling-ong-hu, aku tidak tahan. Apalagi harus belajar ilmu pedang kepada orang itu!" "Identitasmu tidak bisa sembarangan berkelana di dunia persilatan." "Kalau guru tidak memberitahu identitasku, siapa yang bisa tahu?" Su Ceng-cau menarik lengan bajunya. "aku akan mendengarkan apa yang guru katakan, dan aku jamin tidak akan membuat masalah!" "Dunia persilatan penuh bahaya, kau tidak berpengalaman, apalagi sifatmu semau sendiri!" Siau Sam Kongcu teringat sifat Su Ceng-cau, dia menggelengkan kepala. "Aku akan mengubah sifatku! Bukankah guru juga mengharapkan aku bisa mengubah sifatku yang buruk? Sekarang aku mau berubah, kau harus memberiku kesempatan!" Siau Sam Kongcu tertawa kecut. "Kau tidak mau pulang?" "Betul! Kalau guru tidak mengijinkan aku ikut, terpaksa aku harus pergi sendiri. Bila terjadi..." "Berarti kau mau mengancam guru. Baik! Kau yang mengeluarkan kata-kata ini. Kita buat perjanjian dulu, bila di jalan kau tidak mendengar kata-kataku dan semaumu sendiri, aku segera memerintahkanmu pulang!" "Aku berjanji!" Su Ceng-cau meloncat-loncat kegirangan. 137-137-137 Sekarang Ling-ong sudah tahu Su Ceng-cau kabur. Yang pasti dia marah. Dia tahu putri ini karena terlalu disayang dari kecil maka bisa melakukan hal seperti ini. Ini memang tidak aneh. Tapi seharusnya dia memberitahukan ayahnya terlebih dahulu. "Menurutku, dia pasti disuruh oleh Siau Sam!" Cu Kun-cau tidak lupa menyerang Siau Sam Kongcu.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 181 "Siau Sam Kongcu bukan orang seperti itu!" Ling-ong adalah orang yang mengerti. "ini karena biasa aku jarang mendidiknya dan terlalu besar.. "Ceng-eau terbiasa hidup enak, bagaimana dia bisa berkelana di dunia persilatan? Aku kira kita harus menyuruh dia pulang sekarang juga, kalau tidak..." Kata Cu Kun-cau. "Baik, aku serahkan masalah ini kepadamu, bawalah Ceng-cau pulang. Jangan kurang ajar terhadap Siau Sam!" Cu Kun-cau setuju, dia segera memberi isyarat agar It-to-cian keluar ruangan. 138-138-138 Setelah keluar dari ruangan, wajah Cu Kun-cau ditekuk. It-to-cian segera bertanya. "Apakah maksud Siau-ongya menyuruhku keluar untuk mencari?" "Selain guru, tidak ada orang yang lebih cocok lagi. Kalau La-cai tidak ada hal lain, lebih baik dia ikut pergi juga." "Tidak sulit membawa Kuncu pulang, tapi bagaimana dengan marga Siau yang berada di sisinya?" "Bunuh dia!" Dua alis It-to-cian terlihat melayang. Aura membunuh segera keluar. 139-139-139 Setelah keluar dari Ling-ong-hu, It-to-cian terus berlari ke timur kota. Keluar kota sejauh tiga li, dia mendatangi sebuah gubuk. Melihat tidak ada orang di sekeliling, dia segera meniru suara burung. Seorang yang berbaju hitam turun dari sebuah pohon besar tanpa menimbulkan suara. Orang itu berpakaian bukan seperti orang persilatan di Tiong-goan, berbicara juga bukan dalam bahasa Tionggoan. Terlihat dia sangat menghormati It-to-cian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 182 Setelah It-to-cian berpesan beberapa kalimat, orang berbaju hitam mengangguk dan membalikkan tubuh. Soat Boan-thian melihatnya, dia melihat gerak gerik It-to-cian sangat mencurigakan, maka dia membuntutinya dari Ling-ong-hu sampai ke sini. Keadaan di sini sangat dikenalnya, maka keberadaannya tidak terlihat atau terasa oleh It-to-cian. Orang berbaju hitam pergi, Soat Boan-thian juga pergi. Dia selalu berada di belakang orang berbaju hitam. Orang berbaju hitam berlari cepat. Soat Boan-thian juga tidak lambat, tetap membuntuti dengan tanpa suara. Di bawah hutan penuh dengan daun. Walau pun orang berbaju hitam melangkah dengan ringan, tapi langkah kaki tetap menimbulkan suara. Soat Boan-thian tahu keadaannya seperti itu, maka dia melangkah dengan sangat hati-hati. Tapi akhirnya dia tetap ketahuan oleh orang berbaju hitam. Orang berbaju hitam segera membalikkan tubuh. Soat Boan- thian segera berkelebat ke balik sebu-ah pohon, tapi dia sudah terlihat oleh lawan. Dia membentak, tapi Soat Boan-thian tidak mengerti bahasanya. Dia keluar membentak. "Kalian ada berapa orang? Dan apa tujuan kalian datang kemari?" Orang berbaju hitam juga tidak mengerti bahasa Soat Boan- thian, dia mencabut goloknya. "Baik! Aku lihat kalian bukan orang baik-baik! Bila bertemu dengan seorang aku akan membunuh seorang, agar ringkas!" Orang berbaju hitam segera meloncat ke atas, tangan melayang, berturut-turut menembakkan senja ta menyerang ke arah Soat Boan-thian. Kemu-dian di tengah-tengah udara dia membacok Soat Boan-thian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 183 Soat Boan-thian menghindar. Semua senjata rahasia terpaku di batang pohon. Terlihat daya membunuh senjata ini sangat kuat. Sambil menghindar, senjata Soat Boan-thian juga dilepaskan. Cepat dan kuat! Orang berbaju hitam mengayunkan golok untuk menahan kemudian meloncat ke batang pohon, tapi begitu berdiri dia kembali turun lagi. Dari lengan baju Soat Boan-thian ada cahaya berkilau. Dua buah senjata rahasia sudah dilepaskan ke nadi orang berbaju hitam. Sepasang golok pendek sudah dikeluarkan dari lengan baju dan berputar di lengannya, lalu dia mendekat untuk menyambut. Di tengah-tengah udara, orang berbaju hitam menahan dua senjata rahasia dengan golok. Tubuh berbalik ke tempat asal. Walaupun bukan batang pohon yang tadi, tapi dia sudah mengaitkan dua kakinya pada batang pohon, posisinya seperti seekor kelelawar bergantung. Pada saat bersamaan dia juga melepaskan senjata rahasia ke arah Soat Boan-thian. Soat Boan-thian menahan senjata rahasia deng an sepasang golok pendeknya. Tubuhnya tetap maju. Pada waktu itu terdengar suara petir. Asap tebal sudah meledak di batang pohon itu dan asap terus menyebar. Orang berbaju hitam menghilang di dalam asap tebal itu. Soat Boan-thian tidak mengejar masuk ke asap tebal. Dia tengkurap di bawah tanah. Kemudian suara terdengar di bawah. "Orang yang berpengalaman di dunia persilatan memang tidak bisa disamakan!" Di hutan bagian utara pada jarak sejauh dua li, terlihat sebuah kuil kuno berdiri di sana. Kuil kuno ini tidak terlalu besar tapi sangat kokoh. Orang berbaju hitam tidak memasuki kuil dari pintu utama, melainkan meloncat masuk melalui dinding.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 184 Soat Boan-thian melihat orang berbaju hitam dari jauh, dengan cepat dia berusaha mengejar. Cat papan nama kuil tua sudah terkelupas, tapi tulisannya masih bisa terbaca 'Kuil Po-ki' tiga huruf. Pintu kuil terbuka. Seorang hweesio tua yang pendek dan bertubuh kecil berdiri di ambang pintu. Di kepala hweesio hanya terdapat beberapa helai rambut putih. Baju hweesio berwarna abu- abu yang hampir putih, terlihat panjang dan sangat lebar, melambai-lambai ditiup angin. Wajah hweesio terlihat baik tapi serius, mimik wajahnya seperti tertawa dan seperti tidak. Dia terlihat seperti seorang hweesio yang berkedudukan tinggi. Waktu Soat Boan-thian ingin masuk, hweesio menghalanginya berkata. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "O-mi-to-hud, aku adalah Hweesio La-cai." "Menyingkir!" Soat Boan-thian membentak. Sepasang golok kecil berputar-putar di tangannya. "Tempat Budha adalah tempat yang paling bersih dan tenang. Tuan membawa golok kemari, apakah ada murid dari kuil ini yang sudah berbuat kesalahan kepadamu?" Suara La-cai lembut dan licik. "Aku sedang mengejar seseorang dan melihat dia kabur masuk ke dalam kuil ini!" Tadinya Soat Boan-thian ingin mendorong La- cai, tapi melihat La-cai tampak seperti orang yang lemah, maka dia mengurungkan niatnya. "Betulkah? Kalau begitu, aku akan membawamu mengejarnya!" La-cai membalikkan tubuh berjalan masuk. Cara jalan La-cai sedikit lucu tapi tidak pelan. Soat Boan-thian terus mengikuti La-cai. La-cai pada waktu yang begitu tepat menunggu di luar pintu, itu sudah membuat Soat Boan- thian curiga. Tapi sampai sekarang masih tidak terlihat ada yang tidak beres pada hweesio tua ini.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 185 Setelah melewati sekat yang terukir huruf 'Hud', mereka kemudian masuk ke kebun. Dinding-dinding di kebun sudah banyak yang roboh, rumput liar juga terlihat tumbuh di mana-mana. Begitu masuk ke ruangan, debu dan sarang laba-laba juga banyak terlihat di sana. Ada lubang di atap yang disebabkan oleh sekeping genteng yang sudah pecah dan terjatuh. Sinar matahari masuk dari lubang itu, membuat ruangan terlihat semakin misterius. Soat Boan-thian melihat La-cai, dia bertanya. "Sudah berapa lama tempat ini tidak dibersihkan!" "Pinceng tidak jelas!" La-cai menggelengkan kepala. "Di belakang ini tempat apa?" "Kamar semedi! Apakah tuan ingin masuk untuk melihatnya?" Soat Boan-thian mengangguk, tapi tidak berkata, La-cai berkata. "Menurutku, kau tidak perlu melihatnya lagi!" "Oh?" Soat Boan-thian terpaku. "Bukankah orang yang kau cari berada di sana?" La-cai menunjuk patung-patung Budha yang sudah tidak sempurna dan yang catnya sudah terkelupas. Kemudian dia membentak dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh Soat Boan-thian. Soat Boan-thian terpaku lagi. Pada saat yang bersamaan, orang berbaju hitam meloncat turun dari sebuah patung Budha. Kemudian La-cai marah-marah. Soat Boan-thian bisa melihat dia sedang marah besar. Di dalam nada yang penuh kemarahan, Soat Boan-thian tidak mengerti apa yang La-cai katakan. Tapi dia yakin bahwa La-cai, orang berbaju hitam dan It-to-cian adalah satu kelompok. Setelah cukup memarahi orang berbaju hitam, La-cai baru melihat kepada Soat Boan-thian. "Apa yang kau katakan?" Tanya Soat Boan- thian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 186 "Aku marah dia tidak berguna, bisa-bisanya membuat kau membuntutinya sampai ke sini!" Begitu menyelesaikan kata- katanya, La-cai sudah menyerang Soat Boan-thian. Soat Boan-thian sudah mempunyai persiapan, maka reaksinya tidak lambat. Sepasang golok pendek segera menyerang. Tapi ternyata jurus yang La-cai keluarkan adalah jurus tipuan, maka ketika kedua telapaknya baru mencapai setengah kaki, dia sudah menendang lutut kanan Soat Boan-thian. Soat Boan-thian tidak sempat menghindar, lututnya tertendang hingga remuk, tubuhnya terbang jauh menabrak dinding. Pada waktu yang bersamaan, La-cai sudah mengeluarkan tangannya, dia mencabut golok katana yang berada di pinggang orang berbaju hitam dan menancapkan golok ke perut Soat Boan- thian. Soat Boan-thian terpaku. Dia berteriak kesakitan. "Siapa kau sebenarnya?" "La-cai!" Sambil berkata La-cai sudah berada di depan Soat Boan-thian. "apakah kau tahu apa yang disebut dengan orang yang bersabar hati?" Soat Boan-thian belum menjawab, La-cai segera berkata lagi. "Orang yang telah dilatih dengan ketat, pandai membunuh, dan pandai mendapatkan kabar berita!" "Kau bukan seorang samurai?" Sepasang golok pendek Soat Boan-thian dilempar keluar. Dengan tenang La-cai menjemput goloknya. "Maka membunuh dengan cara apa? Kau harus mati!" Kemudian dia membalikkan kedua tang annya, sepasang golok yang dia jemput tadi sudah menancap di tempat penting Soat Boan-thian. Akhirnya Soat Boan-thian menghembuskan nafas terakhir. Matanya melotot besar. Dia mati seper ti ini dan mati di sana, mana mungkin dia bisa menutup mata dalam kematiannya? 140-140-140Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 187 Sudah berlalu beberapa hari sejak dia terkurung di tempat ini, Siau Cu tidak ingat. Wan Fei-yang juga tidak ingat. Semenjak masuk ke Sian-tho-kok, dia sudah tidak bisa menghitung waktu. Apalagi ketika baru masuk, seringkah dia pingsan selama 3-4 hari. Di bawah ajaran Wan Fei-yang, Siau Cu belajar ilmu silat sampai lupa makan dan lupa tidur. Setiap hari Wan-tianglo tanpa memandang hujan dan angin, datang mencari mereka untuk bertarung. Sebelum mereka benar- benar lelah, dia tidak mau berhenti. Siau Cu begitu belajar ilmu silat, dia langsung mempraktekannya. Siau Cu adalah orang yang berbakat dalam bidang ilmu silat, apalagi yang mengajar dia adalah pesilat-pesilat terkenal. Wan-tianglo sangat senang. Wan Fei-yang juga senang melihat kemajuan ilmu silat Siau Cu. Dia menjadi tidak suka karena orang mengkhawatirkan banyak masalah. Wan Fei-yang memperdalam Ih-kin-keng, sam bil mengajarkan ilmu silat kepada Siau Cu. Lama dia memperhatikan sikap Siau Cu, karena Siau Cu tampak tidak tenang. "Apakah kau punya banyak pikiran?" Akhirnya Wan Fei-yang bertanya. "Tidak juga!" Siau Cu sedikit malu dan berkata lagi. "aku harus keluar, dengan begitu aku tidak mengganggumu berlatih ilmu silat!" "Apakah kau ingin meninggalkan Sian-tho- kok?" "Wan-toako, kita sama-sama pergi dari sini. Bila kita bergabung, kita pasti bisa mengalahkan orang aneh itu!" "Kalau memang bisa, kita sama sekali sudah tidak berada di sini! Ilmu silat dan ilmu tenaga dalam orang tua ini sangat tinggi. Perubahan jurus-jurusnya sangat cepat. Dengan ilmu silatmu dan aku sekarang, bertarung masing-masing ataupun bergabung tidak akan ada bedanya!" Siau Cu merasa kecewa.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 188 "Kalau begitu bila ingin meninggalkan tempat ini, kita harus menunggu Wan-toako pulih kembali agar bisa memperagakan Thian-can-sin-kang?" "Masih ada dua jurus Ih-kin-keng yang sampai sekarang aku belum mengerti. Jika benar-benar bisa mengerti 2 jurus itu, ilmuku baru bisa pulih. Tapi entah kapan!" "Butuh waktu sekitar berapa lama?" Wan Fei-yang tertawa. "Mungkin seumur hidup pun masih belum bisa mendapatkan apa-apa. Mungkin juga kalau kebe tulan, aku bisa segera menguasainya!" Siau Cu tertawa kecut. "Tapi kalau kau mau meninggalkan Sian-tho-kok, tetap ada cara!" "Cara apa?" "Pertama pancing dulu Wan-tianglo masuk.." Memancing Wan-tianglo masuk bukan hal yang sulit. Wan Fei- yang di waktu malam hari berpura-pura kambuh luka dalamnya. Setelah merintih kesakitan, ditambah teriakan Siau Cu yang akan mengejutkan Wan-tianglo, dia akan masuk untuk melihat. Tadinya Siau Cu tidak setuju, tapi seperti kata Wan Fei-yang, tinggal di sana tidak ada gunanya bagi dia. Siau Cu juga teringat akan Lam-touw yang sangat berbudi kepadanya. Maka apapun yang terjadi, dia harus menemukan pembunuh itu. Akhirnya dia setuju dengan cara ini. "Mengapa penyakitmu tiba-tiba kambuh?" Wan-tianglo melihat Wan Fei-yang berguling-guling kesakitan di bawah. Dia merasa aneh. Menurut perhitungannya, seharusnya Wan Fei-yang sudah tidak merasa kesakitan seperti itu. Walaupun kambuh, seharusnya terjadi setengah bulan kemudian, dan juga tidak akan sakit seperti itu. Siau Cu melihat dia terpaku, segera berkata.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 189 "Masih menunggu apalagi? Bila sesuatu terjadi pada Wan-toako, siapa yang akan menemanimu bertarung?" Wan-tianglo melihat Siau Cu. "Yang pasti aku akan menyelamatkan dia. Bila kalian berdua roboh pada waktu yang bersamaan, orang pertama yang akan kutolong adalah dia!" "Aku kira kau harus menyelamatkan aku dulu karena luka dalamku tidak begitu berdt, sehingga pada hari kedua aku akan sehat kembali dan bisa bertarung denganmu lagi!" "Kau bukan siapa-siapa, hanya mempunyai ilmu seperti kucing berkaki tiga, mana mungkin bisa bersaing dengan Wan Fei-yang?" Tapi dia segera melihat Wan Fei-yang dan mengomel. ''Kau benar-benar merepotkan!" "Mengapa kau tidak menolong dia?" Kata Siau Cu. "Aku mempunyai perhitungan sendiri. Kau jangan cerewet! Pergi sana!" Wan-tianglo membentak. Siau Cu berjalan ke depan jendela. Wan-tiang-lo tidak memperhatikannya. Tenaga dalamnya segera disalurkan pada kedua tangan dan 10 jarinya, dia segera menekan nadi Wan Fei- yang. waktu itu, tubuh Wan Fei-yang bagian bawah berputar dengan cepat. Dua tangan Wan Fei-yang dengan cepat menceng- kram pergelangan tangan Wan-tianglo, bentaknya. "Cepat pergi!" "Wan-toako, kita bertemu di lain waktu!" Siau Cu sudah meloncat keluar melalui jendela. Reaksi Wan-tianglo sangat cepat. Nadi pada kedua pergelangan tangan yang dicengkram Wan Fei-yang segera digeser. 10 jarinya seperti tidak bertulang, dan dia malah berbalik menepuk nadi di kedua tangan Wan Fei-yang. Wan Fei-yang melepaskan tangannya, kemudian menyerang sebanyak 28 kali. Wan-tianglo dipaksa mundur tiga langkah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 190 J "Wan Fei-yang, mengapa kau menipuku?" Wan-tianglo marah besar. Jurus-jurusnya segera dikeluarkannya dengan ganas dan cepat. Wan Fei-yang menyambut jurus-jurusnya dengan serius sambil menjawab. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Orang lain ingin melakukan hal penting, mengapa kau harus memaksa dia tinggal di sini?" "Apa yang kau mengerti tentang ini? Nyawa mu hanya tinggal separuh lagi, maka bisa membuatku berlatih dengan puas. Cepat kau kembali ke tempatmu, aku akan menangkap Siau Cu kembali!" "Aku ingin dia meninggalkan tempat ini, mana mungkin membiarkan kau lewat!" Wan Fei-yang tertawa. "Apakah kau mau mati?" Wan-tianglo semakin marah. Jurusnya semakin cepat, juga bertambah galak. "Kalau aku mati di tangan Cianpwee, apakah Cianpwee tidak akan merasa kesepian di kemudian hari?" Wan Fei-yang tetap tersenyum. "Kalau Siau Cu kabur, dalam sehari kau harus menemaniku bertarung dua kali. Pada waktu itu kau akan tersiksa!" Nada Wan- tianglo mulai melemah, tapi dia tetap memaksa ingin lewat. Wan Fei-yang berusaha menghadang. Rumah pohon agak sempit maka gerakan tubuh terbatas, apalagi mereka bertarung di atas ranjang rotan. Walaupun Wan-tianglo mempunyai ilmu meringan kan tubuh yang tinggi, dengan ruang gerak yang sempit, ilmu meringankan tubuhnya sulit dikeluarkan. Dia harus melepaskan libatan Wan Fei-yang, baru bisa keluar dari rumah pohon. Yang pasti bukan langsung membereskan masalah. Dia seringkali menggunakan jurus kosong untuk menipu Wan Fei-yang agar bisa lewat. Tapi dengan pengalaman menghadapi musuh dan kepintarannya, Wan Fei-yang bisa mengetahuinya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 191 Maka dia tetap mencegat dengan segala cara dan tidak memberi kesempatan kepada Wan-tianglo untuk lewat. Setelah ratusan jurus dilewati, Wan-tianglo menarik nafas. Dia tahu bila semakin cemas dia akan semakin sulit merobohkan Wan Fei-yang. Dengan ilmu silat Siau Cu, sekarang dia pasti sudah keluar dari Sian-tho-kok. Bila Siau Cu sudah kabur dari Sian-tho-kok, akan sulit menangkap dia kembali. Sebenarnya Wan-tianglo memang tidak tertarik dengan ilmu silat Siau Cu. Setelah berpikir, dia malah menjadi tenang. Jurus nya berubah dan terus menyerang Wan Fei- yang. Terhadap perubahan Wan-tianglo, Wan Fei-yang sudah hafal. Sampai perubahan baru Wan-tianglo pun bisa ditebak Wan Fei- yang. Hanya saja tenaga dalamnya belum cukup, maka Wan-tianglo selalu bisa merebut kesempatan pada jurus-jurus tertentu. Akhirnya dia dirobohkan. Wan-tianglo tidak mengejar keluar. Dia hanya menunggu Wan Fei-yang berdiri, kemudian merobohkan dia lagi. Waktu Wan Fei-yang pingsan, di sudut mulut nya masih tersenyum. Ini benar-benar membuat Wan-tianglo marah. Kegilaan orang ini terhadap ilmu silat benar-benar keterlaluan dan sudah sampai pada tarap sesat. Setelah Siau Cu meninggalkan Sian-tho-kok, tadinya dia ingin pergi ke ibukota untuk mencari Tiong Toa-sianseng. Tapi begitu masuk ke dunia persilatan, dia mendapat kabar tentang rapat Pek- hoa-couw, juga tahu Tiong Toa-sianseng adalah salah seorang yang diundang. Maka dia segera berubah pikiran dan langsung menuju ke Kanglam. Dia adalah orang berpengalaman di dunia persilatan, dia bisa mendapatkan banyak kabar dunia persilatan. Dia segera tahu murid-murid Bu-tong-pai sudah berangkat. Dan diantara murid ini ada Lu Tan yang dia kenal.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 192 Bagi Siau Cu mencari Lu Tan adalah hal yang mudah, tapi bagi Lu Tan pertemuan mereka adalah hal yang tidak diduga. Waktu berada di penginapan ketika mendengar ada yang mengetuk pintu, Lu Tan mengira adalah pelayan. Ternyata adalah Siau Cu, maka Lu Tan terpaku. "Mengapa tidak mengenaliku lagi?" Siau Cu tertawa. Walaupun dalam kesusahan namun kapan- pun bila bertemu teman, Siau Cu tetap bisa tersenyum. Mungkin dia tidak ingin temannya khawatir, dan dia juga tidak mempunyai banyak teman. "Siau Cu, kau datang dari mana?" Lu Tan berteriak, dia segera tertawa. "Kau tahu aku adalah orang berpengalaman di dunia persilatan. Mencarimu adalah hal yang mudah!" "Betul! Betul!" Siau Cu melihat Lu Tan. Sampai sekarang dia baru pertama kali melihat Lu Tan memakai baju pendeta dan rambut disanggul seperti pendeta. "Apa yang terjadi denganmu? Betulkah kau ingin menjadi pendeta?" Siau Cu sedikit curiga. "Aku adalah Pendeta Hek-sik (baju hitam)." "Walaupun kau ingin menjadi seorang tosu, maka namamu harus bagus. Apakah kau tidak merasa Hek-sik itu sangat tidak enak di dengar?" Lu Tan tertawa kecut. "Aku tetap memanggilmu Lu Tan!" "Kalau kau ingin memanggilku Lu Tan, itu tidak apa-apa. Mana gurumu?" "Dia sudah meninggal!" "Mana mungkin!" Lu Tan terkejut. "Kalau seseorang harus mati, tidak ada yang bisa menghadang!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 193 "Apa yang terjadi?" "Aku tidak tahu. Mungkin dilakukan oleh orang Pek-lian-kau. Karena ada dendam antara kita dengan Pek-lian-kau!" "Dia sangat berbudi kepadaku. Tentang ini aku juga tidak akan berpangku tangan. Bila ingin membalas dendam, jangan lupa beritahu kepadaku!" Siau Cu menepuk pundak Lu Tan. Dia tidak berkata apa-apa. "Sekarang kau mau ke mana?" Tanya Lu Tan. "Pergi ke Pek-hoa-couw, berharap bisa bertemu dengan Tiong Toa-sianseng. Sebelum meninggal, dia akrab dengan Tiong Toa- sianseng. Mungkin bisa mencari tahu sesuatu dari dia!" "Kalau begitu kita pergi sama-sama!" "Kau mewakili Bu-tong-pai?" Lu Tan tertawa kecut. "Bu-tong-pai sudah beberapa kali menghadapi musibah. Orang berbakat sudah tidak muncul di Bu-tong-pai. Sebenarnya aku tidak pantas mewakili Bu-tong-pai!" Siau Cu ikut menarik nafas. Siau Cu tahu seberapa tinggi ilmu silat Lu Tan. Kalau dibandingkan dengan Tiong Toa-sianseng dan pesilat tangguh lain, ilmu silatnya sangat jauh. "Kalau ada Wan-toako, Bu-tong-pai tidak akan mengirimku sebagai perwakilan, dan tidak akan dihina orang!" "Tapi kalau kau ikut rapat Pek-hoa-couw, tidak akan ada orang yang menganggap enteng Bu-tong-pai. Kecuali dalam hatimu ingin orang lain meremehkanmu!" Lu Tan segera menegakkan dadanya. Kata-kata Siau Cu mudah dimengerti. Bila seseorang ingin orang lain mementingkan dirinya, dia sendiri harus mementingkan dirinya terlebih dulu. Siau Cu berkata lagi. "Sebelum meninggal, guru selalu mengajar aku seperti itu. Jangan karena kita terlahir di keluarga miskin dan berilmu rendah,Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 194 kita memandang rendah diri sendiri. Terlahir di keluarga miskin karena Thian yang mengaturnya, tidak ada orang yang bisa mengubahnya. Sedangkan bila berilmu rendah, kita bisa berlatih dan akhirnya akan maju!" Sambil mendengar, Lu Tan mengangguk. Tapi Siau Cu malah menarik nafas. "Memang kita bercerita seperti ini, tapi terlahir di keluarga miskin tetap menghadapi banyak rintangan. Walaupun kita sendiri tidak peduli, tapi kita harus melihat reaksi lawan!" "Lawan yang mana?" "Lamkiong Bing-cu!" Siau Cu ingin menarik kembali kata- katanya tapi sudah tidak sempat, ingin membantah juga tidak bisa, maka dia menjadi serba salah. Lu Tan tidak ambil pusing, dia mengangguk. "Kalian berdua benar-benar serasi, apakah dia baik kepadamu?" "Betul, sangat baik! Kau lebih tua daripadaku, pasti sudah memiliki kekasih!" "Aku adalah Hek-sik Tojin, tidak akan masuk ke tempat yang ada hubungan antara laki-laki dan perempuan!" "Aku lelah mendengarnya, dan aku juga tidak nyaman!" "Pelan-pelan kau akan terbiasa!" "Aku tidak mengerti apa baiknya menjadi seorang pendeta. Kalau ada gadis yang suka kepadaku, hari ini menjadi pendeta, besok aku akan keluar dari jabatan pendeta! Kau berkata kau tidak punya hubungan dengan gadis, berarti kau pernah mempunyai kekasih!" "Tidak juga!" "Jadi?" "Aku mengakui pernah menyukai seorang gadis, maka aku tergesa-gesa pergi!" "Sebab kau takut latar belakangnya tidak sama?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 195 "Ada sedikit..." "Kau pasti tahu siapa dia." "Tiang-lek Kuncu, Su Ceng-cau!" Lu Tan tidak membantah. Dia tertawa kecut. "Gadis ini memang sedikit galak dan tidak tahu diri, tapi hatinya baik!" Kata Siau Cu. Lu Tan hanya bisa tertawa kecut. Sekarang Su Ceng-cau sedang berada di sebuah kuil kuno. Dia sedang memegang sebuah Ciam dan bertanya kepada penjaga kuil. "Kau jelaskan kepadaku arti Ciam ini!" "Ciam ini adalah waktu Kiang Tai-kong (seorang tokoh Tiongkok kuno yang bertemu dengan Bun-ong di usianya yang ke 80 tahun. Di usia yang setua itu, dia baru menemukan jodoh dan mendapatkan seorang istri). Berarti Ciam ini adalah Ciam yang 'Sia- sia' (Bawah dan bawah). Itu adalah Kiam yang paling jelek," Kata penjaga kuil. Penjaga kuil belum menyelesaikan kata-katanya, Su Ceng-cau segera memakai Ciam yang terbuat dari bambu untuk memukul titik di antara kedua alis penjaga kuil. "Kau sembarangan bicara! Aku memberimu kesempatan sekali lagi. Kalau kali ini masih membuatku tidak puas, aku akan membuatmu susah!" "Kiang Tai-kong bertemu dengan Bun-ong adalah hal benar, bukan rekayasa, mana mungkin diubah. Kalau nona merasa tidak puas, boleh minta ke Budha satu Ciam lagi!" Kata penjaga kuil. "Kau kira aku tidak tahu meminta Ciam hanya boleh dilakukan satu kali?" Bentak Su Ceng-cau. "Lebih baik kau jelaskan Ciam ini dengan baik!" Penjaga kuil menarik nafas. "Jodoh ditentukan oleh Thian, mana mungkin dipaksakan!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 196 Sebelum selesai bercerita, Su Ceng-cau sudah mencengkram bajunya, siap melempar penjaga kuil keluar. Saat ini Siau Sam Kongcu datang, membentak. "Su Ceng-cau jangan tidak sopan!" "Guru, dia..!" "Mana ada orang yang sepertimu tidak ada aturan! Cepat turunkan dia!" Su Ceng-cau menurunkan penjaga kuil ke kursi, dia sampai terguling ke bawah. Siau Sam Kongcu geleng-gelengkan kepala. "Bukankah sudah kukatakan, sepanjang jalan kau jangan membuat masalah?" "Dia yang membuat aku marah!" "Sembarang bicara! Ceng-cau, apa janjimu pada guru?" "Dari pagi sampai malam terus berjalan, aku bosan. Kebetulan di sini bertemu orang, tapi orang yang tidak becus. Ciam yang baik aku dapatkan, tapi dia sengaja berkata ini Ciam yang jelek. Dia tidak takut aku tidak suka!" "Kalau kau mau senang dan mau tidak bosan, kau boleh pulang!" "Aku tidak mau pulang!" Teriaknya. "Kau harus pulang! Apa janjimu kepadaku, sepanjang jalan tidak akan buat masalah. Kalau membuat masalah, kau akan pulang sendiri!" "Maksud guru mengusirku?" "Karena kita sudah ada perjanjian!" "Lain kali aku tidak akan melakukan hal seper ti ini lagi!" "Sudah berapa kali kau ucapkan kalimat ini? Setiap kali ada kedua kalinya, bahkan sampai sekarang juga! Maka lebih baik perjalananmu sampai di sini saja agar tidak repot!" "Sebenarnya kau tidak suka karena ilmu silat ku tidak bagus, juga tidak bisa membantu!" Suara Su Ceng-cau semakin keras. "AkuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 2 197 tidak membencimu. Semua ini kau sendiri yang membuatnya, jangan salahkan orang lain!" "Kau serius?" Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Suara Su Ceng-cau makin keras. Siau Sam Kongcu mengangguk. Su Ceng-cau menghentakkan kaki dan berlari keluar. Tadinya Siau Sam Kongcu ingin memanggilnya, tapi akhirnya dia mengurungkan niatnya. Dia melihat Su Ceng-cau menghilang di jalan yang panjang. Siau Sam Kongcu terpaku, saat mau meninggalkan tempat, Su Ceng-cau kembali lagi. "Guru!" Dia berhenti di depan Siau Sam Kong cu, menundukkan kepala, seperti sedih karena disalahkan. "Untuk apa kau kembali lagi?" Siau Sam Kongcu tidak mau melihat dia. "Aku yang salah! Adatku jelek! Sepanjang jalan membuat masalah, membuat guru jadi repot!" "Kembalilah ke rumah!" "Tadinya aku ingin diam-diam mengikuti guru, tapi setelah dipikir-pikir jika berlaku seperti itu akan membuat konsentrasi guru terpecah dan mengganggu guru. Maka aku mengambil keputusan untuk lebih baik kembali ke Ling-ong-hu!" "Oh!" Siau Sam Kongcu merasa terkejut karena pertama kali dia mendengar Su Ceng-cau berkata seperti itu. "Tapi guru boleh tenang. Dengan ilmu silatku, bila tidak membuat masalah di sepanjang jalan, aku akan baik-baik saja!" Siau Sam Kongcu tidak tahu apa yang harus dia katakan. Dia sudah terbiasa dengan sifat Su Ceng-cau yang berteriak-teriak, perubahan Su Ceng-cau sekarang ini malah membuat dia menjadi bingung. "Guru, jaga dirimu baik-baik, aku pergi!" Sete lah Su Ceng-cau berpamitan, dia baru pergi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 2 198 "Di jalan harus hati-hati!" "Aku akan berhati-hati!" Su Ceng-cau berlari. Siau Sam Kongcu terpaku lagi. Setelah belok dua kali dan melihat Siau Sam Kongcu tidak mengejar, Su Ceng-cau baru benar-benar kecewa. Dia menghentakkan kaki dan marah. "Aku sudah tahu kau tidak ingin aku ikut ke Pek-hoa-couw. Kau tidak mau aku pergi, aku sengaja ingin ke sana. Aku akan ke sana untuk menunggumu sampai waktunya apa yang ingin kau lakukan!" Setelah mengambil keputusan, tawa memenuhi wajahnya kembali. (Bersambung Jilid ke-3)Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 1Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 3 Legenda Pendekar Ulat Sutra Pengarang . Huang Ying Jilid Ketiga IAU CU dan Lu Tan berada di dalam kerumunan orang. Lu Tan tidak melihat ke kiri atau kanan, sebaliknya mata Siau Cu sangat sibuk melihat kesana kemari, mulutnya juga tidak bisa diam, Siau Cu tidak henti-hentinya makan dan berbicara. Dari kecil dia mengikuti Lam-touw berkelana di dunia persilatan. Mereka menjual sulap di mana-mana dan kebanyakan berada di tempat yang ramai, maka Siau Cu sangat menyukai tempat ramai. Dia tidak melupakan Lu Tan, baru berjalan sebentar, dia segera menepuk pundak Lu Tan. "Melihatmu seperti ini, aku sulit mempercayai kau tumbuh besar di ibukota!" "Apa maksudmu?" Tanya Lu Tan. "Tempat ini begitu ramai, mengapa kau sama sekali tidak tertarik?" "Mungkin karena tumbuh besar di tempat ramai!" Kata Lu Tan lagi. "apakah ada tempat yang lebih ramai daripada Sin-sa-hai?" Begitu mendengar kata Sin-sa-hai, Siau Cu segera teringat Lamkiong Beng-cu, jawabnya. "Sepertinya tidak ada!" "Itu sangat sederhana. Mengapa kau tanyakan penyebabnya?" Kata Lu Tan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 4 "Tapi kau tidak pernah melihat pada perempuan yang lewat di jalan. Kau juga tidak mau berbicara denganku!" "Bila memang perlu, aku pasti akan berbicara. Sedangkan masalah perempuan yang lewat di jalan, apa bedanya melihat mereka atau tidak?" "Apa betul kau ingin menjadi pendeta?" "Aku sudah menjadi pendeta!" "Apakah tidak siap kembali ke dunia awam? Betulkah kau mau keluarga Lu tidak berketurunan?" "Jangan katakan tentang ini!" Kata Lu Tan. "Tiga atau empat hari lagi kita akan sampai ke keluarga Lam- kiong, apakah kau kira tidak akan ber temu dengan dia?" "Siapa?" Lu Tan merasa aneh. "Murid Siau Sam Kongcu!" "Kau selalu suka berbicara seperti ini. Dia sudah kembali ke Ling- ong-hu, mana mungkin muncul di keluarga Lamkiong." "Siapa yang berani berkata tidak mungkin. Kalau kalian bertemu, apa yang akan terjadi?" "Tapi kukira kami tidak akan bertemu lagi!" "Jangan begitu yakin, ada jodoh yang bisa mempertemukan orang!" Siau Cu teringat Lamkiong Beng-cu lagi. Lu Tan masih ingin melanjutkan kata-katanya, tapi tiba-tiba seorang laki-laki terjatuh ke arahnya. Siau Cu bereaksi dengan lebih cepat, dia mencengkeram Lu Tan. Laki-laki itu terjatuh dan terguling di depan Lu Tan. Hidung dan wajahnya bengkak. Setelah berguling beberapa kali dia baru merangkak bangun. Siau Cu dan Lu Tan melihat ke sekeliling mereka, terlihat oleh mereka rumah makan 'Cung-goan-lou' yang berantakan, dan kembali lagi seorang laki-laki terlempar dari sana. Lu Tan ingin menjemput laki-laki yang terlempar itu tapi Siau Cu sudah mendahuluinya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 5 "Dari penampilan mereka sepertinya bukan orang baik-baik, untuk apa kita menjemput dia?" Kata Siau Cu. Baru saja Siau Cu selesai berkata, seorang gadis muncul di balkon lantai atas rumah makan Cung-goan-lou, sambil marah- marah dia berteriak. "Kalian bajingan! Jika bertemu lagi, akan aku cabut nyawa kalian!" Lu Tan dan Siau Cu sontak terkejut mendengar suara ini, segera melihat ke arah gadis yang berteriak. Gadis di balkon adalah Su Ceng-cau. "Lu Tan!" Su Ceng-cau meloncat bangun. Dua laki-laki yang terlempar tadi tergesa-gesa kabur. Su Ceng- cau berlari dan menghampiri Siau Cu dan Lu Tan. "Siau Cu, kau juga di sini!" "Kukira kau sudah tidak ingat aku lagi." "Ingatanku tidak sejelek itu! Mengapa bisa kebetulan bertemu kalian di sini?" "Itu namanya kita berjodoh!" Siau Cu melihat Lu Tan. Lu Tan merasa malu, belum lagi buka suara. Su Ceng-cau melihatnya. "Sejak kapan kau menjadi pendeta?" Siau Cu yang menjawab. "Dia hanya pura-pura, hanya untuk menutup mata dan telinga orang, kau tidak perlu khawatir. Bila sampai waktunya nanti, dia akan kembali seperti semula." Lu Tan hanya bisa tertawa kecut. Setelah tahu Siau Cu dan Lu Tan juga akan pergi ke keluarga Lamkiong, Su Ceng-cau sangat senang. Dia memang tidak takut berjalan sendiri, tapi dengan mempunyai dua teman, itu akan lebih baik dari pada sendirian, karena Su Ceng-cau orang yang suka keramaian.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 6 Su Ceng-cau diam-diam pergi ke keluarga Lamkiong tanpa memberi tahu Siau Sam Kongcu. Siau Cu dan Lu Tan tidak merasa terkejut karena mereka sudah tahu sifat Su Ceng-cau, jika Su Ceng- cau yang menyebabkan terjadinya musibah besar, itupun tidak aneh. Malam itu, mereka memesan dua kamar di suatu penginapan. Tapi setelah makan malam, Su Ceng-cau terus berada di kamar Siau Cu dan Lu Tan. Dia tidak habis-habisnya berbicara, sampai Siau Cu merasa terheran-heran dengan kata-katanya yang bisa begitu banyak. Siau Cu menyandar di sudut dinding agar Lu Tan bisa mendapatkan kesempatan berbicara, tapi Lu Tan yang di depan Su Ceng-cau hanya tampak seperti orang bodoh. Dia hanya bisa mendengar perkataan Su Ceng-cau, tapi tidak satu patah kata pun yang diucapkannya. Su Ceng-cau tidak peduli. Dia terus menceritakan kisah perjalanannya, dari pulang ke Ling-ong-hu sampai diusir oleh Siau Sam Kongcu. "Kukira perjalanan ikut guru adalah paling membosankan, siapa tahu berjalan sendiri ternyata lebih bosan. Untung bertemu kalian, maka sepanjang jalan nanti akan lebih baik." "Aku tidak merasa akan lebih baik!" Kata Siau Cu. Su Ceng-cau tidak memperhatikan Siau Cu. Tapi dia seperti baru sadar Lu Tan dari tadi tidak bicara, tiba-tiba dia bertanya. "Mengapa kau selalu diam?" "Aku mendengarkan kau bicara." "Bagaimana bisa ada orang yang tidak melihat kalau orang lain ingin berbicara!" Siau Cu mengomel. "Siau Cu, apa maksudmu?" Tanya Su Ceng- cau. "Tidak ada!" Reaksi Siau Cu sangat cepat. "Mengapa kau tidak bergabung kemari?" "Aku takut mengganggu pembicaraan kalian."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 7 "Kau tidak suka berbicara denganku? Apakah karena kau masih ingat aku pernah memecahkan piring sulapmu di Sin-sa-hai?" "Siapa yang masih ingat hal-hal kecil seperti itu?" "Tapi aku mengingatnya, dan kau juga seperti bukan orang yang gampang melupakan!" Siau Cu cepat-cepat berkata. "Demi menunjukkan aku benar tidak peduli hal-hal kecil seperti itu, maka terpaksa aku kemari!" "Menurut kalian, apakah An-lek-hou akan ikut datang meramaikan di Pek-hoa-couw kali ini?" "Hou-ya adalah murid Tiong Toa-sianseng, seharusnya dia akan datang." Kata Siau Cu. Su Ceng-cau segera meloncat kegirangan. Begitu merasa sudah kelepasan, dia segera mencoba menutupi. "Sangat baik! Pada waktu itu teman-teman kita di ibukota bisa berkumpul lagi!" "Tapi sayang guruku Lam-touw tidak bisa menunggu sampai hari itu!" Lu Tan dan Su Ceng-cau terdiam. Terhadap kepergian Lam- touw, mereka merasa kehilangan. Diamnya mereka membuat Lu Tan mendengar ada orang yang bergerak di atas genteng, dia berkata. "Apa yang terjadi dengan gurumu?" Siau Cu merasa aneh dengan pertanyaan Lu Tan, dia melihat Lu Tan. Mata Lu Tan memberi isyarat ke atas. Siau Cu sangat pintar. Dia segera mengerti apa yang terjadi. Pada waktu yang ber-samaan dia juga mendengar pergerakan di atas, dia berkata. "Guruku sudah meninggal!" Ketika Siau Cu mengucapkan kata-kata ini, Lu Tan sudah mengeluarkan pedang dari sarung. Dia meloncat dan memecahkanLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 8 genteng untuk keluar ke atas genteng. Siau Cu pun keluar melalui jendela. Di luar jendela ada kebun penginapan. Siau Cu kemudian meloncat lagi ke atas genteng. Ada asap yang muncul dan menyebar di atas genteng. Siau Cu melindungi nadi-nadi penting dengan dua telapak tangannya. Dia meloncat ke atap bangunan lain, tapi yang terlihat olehnya hanya asap, tidak ada orang. Lu Tan dan Su Ceng-cau sudah berada di atas atap. Pedang Lu Tan dimasukkan ke sarung. Tidak terlihat ada darah, berarti tidak ada yang terkena serangan. Walaupun tiba-tiba tapi Lu Tan tidak berhasil melukai orang yang tadi berada di atas genteng. Su Ceng-cau tidak berpengalaman. Begitu melihat asap, baru tahu ada orang di atas atap. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Siapa mereka itu?" Tanya Su Ceng-cau. "Di atas atap kita hanya melihat asap putih. Tapi selain orang- orang Pek-lian-kau, siapa lagi yang mencari kita?" "Betul! Kelak kita harus lebih hati-hati!" Kata Lu Tan. "Kita tidak mencari mereka untuk membalas dendam tapi mereka malah mencari kita. Awas bila bertemu lagi!" Siau Cu marah. "Lebih baik begitu, perjalanan kita menjadi tidak sepi!" Begitu teringat kemungkinan terjadi persengketaan di jalan, Su Ceng-cau bersemangat. Mereka tahu itu bukan orang-orang Pek-lian-kau pada siang di hari kedua. Matahari bersinar terik. Dalam keadaan yang panas seperti ini, paling nyaman bila masuk ke dalam hutan. Maka Lu Tan, Siau Cu dan Su Ceng-cau bertiga begitu masuk ke dalam hutan, langkah mereka menjadi pelan. Angin sepoi-sepoi bertiup. Siau Cu berjalan paling depan. Dia membuka baju dibagian dadanya untuk menyejukkan tubuhnya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 3 9 Dalam hembusan angin sepoi-sepoi, Siau Cu mendengar ada suara senjata rahasia yang men datangi mereka. Siau Cu segera berteriak. "Hati-hati!" Dia meloncat ke atas sebuah pohon besar. Senjata rahasia ada yang berbentuk seperti salib, ada yang seperti kincir air, datang dari semua penjuru menyerang Lu Tan dan Siau Cu. Lu Tan mencabut pedang untuk menahan senjata rahasia. Dia juga mundur ke sisi Su Ceng-cau dengan maksud melindungi Su Ceng-cau. Tapi belum sampai di sisi Su Ceng-cau, serangan senjata rahasia sudah berhenti. Siau Cu tidak seberuntung dia. Waktu senjata rahasia terus mengejarnya, dia berguling-guling tiga kali dan sampai di depan sebuah pohon besar. Seketika itu sebatang pohon terbang menerjang punggung Siau Cu. Setelah belajar ilmu silat dari Wan Fei-yang, kepandaian Siau Cu maju pesat. Dengan lincah Siau Cu menghindari terjangan batang pohon. Tapi berikutnya serangan datang lagi, kali ini serangan golok. Bagian tengah batang pohon ternyata sudah kosong. Ada seorang samurai bersembunyi di sana. Waktu batang pohon menerjang Siau Cu, si samurai mengeluarkan golok katana dari sarung dan menepis seperti kilat. Saat Siau Cu berhasil menghindari serangan batang pohon, golok katana sudah sampai padanya. Siau Cu berkelit dari serangan golok katana dengan perubahan langkah-langkah kaki yang asalnya dari Wan-tianglo, kemudian diubah oleh Wan Fei-yang, hingga lebih sempurna lagi. Samurai itu tidak menyangka tepiannya akan meleset, dia jadi terpaku. Siau Cu segera menendang perut si samurai yang membuat dirinya terpelanting. Dari semak-semak muncul lagi seorang samurai, dia berguling ke depan, dengan golok katana menepis kedua kaki Siau Cu. Siau CuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 3 10 terus menghindar tepisan golok katana berturut-turut tiga kali, kemudian samurai itu meloncat ke atas dan menepis lagi. Siau Cu menahan serangan katana dengan golok pendek yang berada di tangannya. Samurai yang tadi ditendang Siau Cu kembali datang menyerang dari belakang. Dia mengayunkan golok, sedikit pun tidak takut. Dia melewati sepasang golok dan berlari ke arah Lu Tan dan Su Ceng-cau. Lu Tan tidak selincah Siau Cu. Dia tidak bisa melayani samurai yang tiba-tiba datang menyerang. Dari semak-semak di dekat jalan, keluar lagi seorang samurai, dia segera mengambil kesempatan ini menepis. Lu Tan tidak bisa menghindar, pahanya terkena tepisan golok. Walaupun terluka ringan tapi tetap terganggu. Seorang samurai turun lagi dari atas. Serangan golok katana membuat Lu Tan kerepotan. Su Ceng-cau yang berada di samping tentu saja tidak mau berpangku tangan. Perintah Maut Karya Buyung Hok Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Ratna Wulan Karya Kho Ping Hoo