Legenda Pendekar Ulat Sutera 23
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 23
Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya dari Huang Ying Dari dinding dia meloncat ke atap istana. Thian-ho Sangjin terus mengejar, berusaha membuat Wan Fei- yang lengah lalu membunuhnya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 147 Wan Fei-yang melihat keinginan Thian-ho Sangjin, dalam hati diapun mempunyai ide. Dia mulai mengeluarkan Thian-can-kang. Tenaga dalam yang tidak berwujud seperti berubah menjadi berwujud. Seikat demi seikat benang terus terjatuh di dua telapak Thian-ho Sangjin, kemudian mengikat dua telapak Thian-ho Sangjin. Saat Thian-ho Sangjin merasa ada yang tidak beres, kedua tangannya sudah tidak sempat ditarik. Sekali tidak ditarik maka tidak bisa ditarik lagi. Telapak kanan Wan Fei-yang sudah menghantam kepalanya. Thian-ho Sangjin tidak merasa sesak nafas, dia hanya merasa kepalanya seakan mau meledak. Inilah perasaannya yang terakhir. Wan Fei-yang menurunkan telapak kanannya. Tubuh Thian-ho Sangjin seperti disambar petir, tubuh nya bergetar dan terlempar jauh. Dia terlempar sejauh 3 tombak, ketujuh inderanya mengeluarkan darah, kemudian dia roboh di atas genteng. Wan Fei-yang menghembuskan nafas. Waktu dia siap meninggalkan tempat, dia merasakan aura membunuh yang kuat datang. Perasaan ini bukan pertama kali dia rasakan. Dia ingat Hen- lo-sat. Saat dia membalikkan tubuh, Hen-lo-sat sudah berdiri di belakangnya dengan aura membunuh yang kuat. "Kau lagi..." Wan Fei-yang tahu Hen-lo-sat sudah kehilangan akal sehat, tapi dia tetap berkata begitu. Yang pasti Hen-lo-sat tidak menunjukkan reaksi apapun. Begitu mendengar suara peluit, dia segera maju dengan tubuh penuh kekuatan. Wan Fei-yang ingin menghadapi dia dengan menggunakan cara yang sama ketika menghadapi Thian-ho Sangjin. Thian-can-kang mulai digunakan, dia segera mengikat dua telapak Hen-lo-sat. Ilmu silat Hen-lo-sat berada di atas Thian-ho Sangjin. Setelah tangannya terikat, dia segera menarik keluar tangannya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 148 Thian-can-kang terus dikeluarkan. Tenaga dalam Hen-lo-sat juga terus keluar. Gerakan mereka berdua memang sangat pelan tapi tenaga dalam terus keluar bergelombang. Bila orang yang berilmu silat rendah mendekat, mereka akan tergetar mati oleh tenaga dalam mereka berdua. Orang yang berilmu tinggi juga akan tergetar sampai terluka. Genting-genting di sekeliling satu persatu terbang seperti daun beterbangan dalam angin besar. Thian-can-kang milik Wan Fei-yang tetap lebih unggul. Telapak kirinya walaupun seperti direkat, tapi tangan kanannya pelan-pelan ditarik keluar dan pelan-pelan diangkat, dan turun di atas kepala Hen-lo-sat. Jika telapak Wan Fei-yang turun, maka kepala Hen-lo-sat akan hancur. Mata Hen-lo-sat tetap dingin dan kejam. Dia sama sekali tidak takut. Sebenarnya dia sama sekali tidak berperasaan. Pada waktu itu Jin-kun muncul. Dia tertawa dan berkata kepada Wan Fei-yang. "Jika telapakmu dipukulkan ke kepala Hen-lo-sat, kau pasti akan menyesal!" "Mengapa?" Tanya Wan Fei-yang. Jin-kun malah balik bertanya. "Mengapa kau tidak membuka penutup wajahnya dulu dan melihat siapa dia sebenarnya?" "Siapa dia?" Sambil bertanya, telapak Wan Fei-yang tetap memukul, dan tenaganya membuka penutup wajah Hen-lo-sat. Hen-lo-sat adalah adik perempuan Wan Fei-yang, Tokko Hong. Ini bukan rahasia bagi Jin-kun dan lain-lain, tapi Wan Fei-yang baru mengetahuinya sekarang. Mimpipun Wan Fei-yang tidak menyangka. Begitu Wan Fei-yang melihat, dia terpaku, berteriak. "Hong..."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 149 Tapi Tokko Hong tidak menunjukkan reaksi apapun. Dia hanya berusaha lepas dari ikatan Thian-can-kang. Wan Fei-yang melihat Jin-kun. "Apakah kalian tidak merasa keji melakukan hal ini?" Jin-kun tertawa. Yang keluar bukan suara tawa, tapi suara peluit. Mendengar suara peluit, mulut Tokko Hong membuka. Sebuah jarum beracun sudah melesat keluar, masuk ke tenggorokan Wan Fei-yang. Wan Fei-yang melihat, dia segera mengatur nafas, mengalirkan tenaga dalam ke tempat jarum beracun berada. Tapi jarum beracun ini adalah jarum khusus untuk memecahkan tenaga dalam. Jarum beracun segera diikat tenaga dalam agar tidak bisa menyebar. Wan Fei-yang terus mengatur agar jarum beracun itu bisa keluar, tapi pada waktu itu Jin-kun sudah datang seperti angin. Wan Fei-yang segera mengambil keputusan. Telapak kanan di majukan ke depan, telapak kiri menggurat. Tadinya dia ingin memotong tenaga dalam yang mengikat dua tangan Tokko Hong dan pada waktu bersamaan meloncat ke atas. Tenaga dalamnya kebanyakan dialirkan untuk menghadapi Tokko Hong tapi karena tenggorokannya terkena jarum beracun maka mengganggu garakannya. Yang membuat dia terganggu tentu saja kenyataan bahwa Hen-lo-sat ternyata adalah adiknya, Tokko Hong. Dia terkejut juga senang. Perasaannya seperti gelombang terus bergejolak. Kemudian jarum beracun itu menerobos masuk ke jantungnya. Waktu dia sadar bahwa Tokko Hong sama sekali sudah kehilangan akal sehat, dia sudah tidak sempat menghindari jarum beracun yang dilepaskan Tokko Hong. Karena bertindak sedikit lambat, maka dia terkena. Itulah luka yang membuat dia tewas.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 150 Jin-kun sudah datang. Thian-te-siang-kun juga datang pada waktu bersamaan. Ketika Wan Fei-yang sedang tidak berkonsentrasi, Te-kun sudah berlari di bawah genting tempat Wan Fei-yang berdiri. Waktu Jin- kun mulai menyerang, dua tangan Te-kun menembus genting dan mencengkram dua kaki Wan Fei-yang. Thian-kun datang seperti seekor burung besar, dua tangan segera menyerang kepala Wan Fei-yang. Karena pergelangan kakinya dicengkram, gerakan Wan Fei-yang terganggu. Dua telapak Jin-kun datang mencengkram dua tangan Wan Fei-yang juga. Dua telapak Thian-kun yang datang tanpa hambatan langsung memukul kepala Wan Fei-yang. Wan Fei-yang berteriak memilukan. Tubuhnya terus naik ke atas memecahkan genting. Tubuh Te-kun terbawa melewati pecahan genting dan terlempar. Jin-kun, Te-kun dan Hen-lo-sat ikut terlempar setinggi 2 tombak dan baru turun. "Hong..." Dengan sedih Wan Fei-yang melihat Tokko Hong dan memanggilnya. Ini adalah suara panggilan dia yang'terakhir. Pukulan di kepalanya membuat tenaga Wan Fei-yang habis. Tenaga dalam Sam-cun sudah kembali datang menyerang, menggetarkan organ dalam Wan Fei-yang sampai hancur. Sekalipun Hoa-to hidup kembali, sudah tidak bisa menyelamatkan dia lagi. Tapi Wan Fei-yang tetap berdiri di atas genteng. Dia tidak roboh. Tokko Hong tetap tidak ada reaksi apa-apa. Sebenarnya dia seorang yang masih hidup tapi sudah mati rasa. Sam-cun sama-sama melepaskan tangannya. Mereka'tertawa terbahak-bahak. 207-207-207 Su Yan-hong dan lain-lain sudah kembali ke tempat persembunyian mereka. Siau Cu sudah datang. Mengetahui Siau CuLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 151 sudah mendapatkan cara untuk mengatasi Bi-hun-tay-hoat, apalagi Jit-sat-kim sudah berada di tangan, mereka sangat senang. Lama menunggu Wan Fei-yang tidak datang, mereka mulai khawatir. Tapi semua orang berpikir dengan ilmu silat Wan Fei-yang, dia pasti bisa meninggalkan tempat itu. Sampai hari terang Wan Fei-yang belum muncul. Semua orang mulai merasa ada yang tidak beres. Su Ceng-cau membawa Ih-lan datang. Tadinya dia ingin membawa Ih-lan pergi ke Hoa-san untuk bersembunyi sementara. Karena tidak tenang maka di tengah jalan dia kembali mengikuti tanda, akhirnya dia juga datang. Sebenarnya Ih-lan tidak menyukai dia, tapi setelah melihat sifatnya berubah, dia malah menjadi akrab dengannya. Yang pasti Ih-lan sangat setuju dengan ide Su Ceng-cau untuk mencari mereka. Setelah mengalami perubahan besar, sikap Su Ceng-cau sudah berubah. Dia mengambil keputusan dengan lebih hati-hati, maka di sepanjang jalan tidak terjadi apa-apa juga tidak membuat keributan. Melihat dia membawa Ih-lan kembali, hati Su Yan-hong yang tadinya tenang menjadi marah, tapi kemarahan tidak bisa keluar. Su Ceng-cau sudah menangis sendiri. "Aku belum marah kepadamu, mengapa kau menangis?" Tanya Su Yan-hong. "Wan-toako..." Su Ceng-cau sudah tidak sang gup berkata lagi. Kata-kata ini begitu terucapkan, semua orang merasa terkejut. Fu Hiong-kun mencengkram pundak Su Ceng-cau dan bertanya. "Apa yang terjadi pada Wan-toako?" "Wan-toako malam-malam masuk ke dalam istana ingin membunuh kaisar, kemudian tertangkap dan terbunuh. Mayatnya diikat di kereta kayu untuk diarak di jalan..." Kata-kata Su Ceng-cau baru keluar, semua orang terkejut, air mata Su Yan-hong menetes.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 152 Siau Cu segera lari keluar. Untung tangan Su Yan-hong dengan cepat menariknya, dan satu tangan lagi menarik Fu Hiong-kun yang juga ingin berlari keluar. Mereka bertiga saling pandang tanpa satu katapun yang keluar. Mata Siau Cu dan Su Yan-hong berlinang air mata. Akhirnya Su Yan-hong membuka mulut. "Kita pasti pergi melihat ke sana, tapi harap semua orang jangan emosi lagi. Tidak diragukan lagi ini adalah jebakan Sam-cun. Kalau kita muncul dan diketahui oleh mereka, aku percaya kita juga akan mati di sana!" Siau Cu seperti sangat mengerti, angguknya. "Kita hanya tersisa sejumlah ini, kita jangan emosi untuk menghindari korban jatuh lagi!" Su Yan-hong menarik nafas lega. Dia menepuk pundak Siau Cu. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo 208-208-208 Mereka bersembunyi di sebuah kamar di sebuah hotel, di mana mayat Wan Fei-yang akan lewat. Dengan begitu mereka bisa melihat dengan jelas. Melihat mayat Wan Fei-yang, Fu Fdiong-kun terus menangis. Tubuh Siau Cu terus gemetaran. Su Yan-hong mencengkram tubuh mereka berdua, tubuh nya juga gemetar. Setelah kereta kayu lewat, Fu Hiong-kun menangis sejadi- jadinya di pelukan Su Yan-hong. Siau Cu berlutut dengan dua tangan memeluk kepala. Sebelumnya mereka tidak percaya Wan Fei-yang sudah mati. Kembali ke tempat persembunyian, mereka duduk bengong. Setelah itu, mereka baru membereskan barang-barang peninggalan Wan Fei-yang. Yang hanya terdiri dari sebuah bungkusan kain. Di sana terdapat catatan Ie-kin-keng yang Bu-wie Taysu berikan kepadanya untuk bisa mengobati luka dalamnya. Masih ada catatan yang diperoleh dari hasil berlatih silat. Selain itu, ada sepucuk surat rahasia yang seperti pesan terakhir.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 153 Tidak ada orang yang tahu mengapa dia menulis surat ini dan kapan dia menulisnya. Mungkin seseorang bila hidupnya akan berakhir, dia akan punya perasaan yang berbeda dan tidak sengaja melakukan hal ini. Dalam surat dia mengeluh tentang perkumpulan-perkumpulan di dunia persilatan yang saling tidak kompak, sehingga satu perkumpulan tidak bisa mengambil kelebihan perkumpulan lain. Masing-masing perkumpulan menyimpan ilmu perkumpulan sendiri dan tidak pernah saling berunding dengan perkumpulan lain. Kadang-kadang murid perkumpulan sendiri juga tidak bisa mempelajari ilmu perkumpulannya, maka ilmu silatnya semakin menghilang dan generasi berikutnya semakin menurun. Maka dalam surat ini dia membuat catatan ketika dia bertarung atau melihat ilmu silat perkum pulan lain. Dia berharap bisa menyatukan kelebihannya untuk membuat satu ilmu silat yang lebih tinggi. Munculnya Wan-tianglo membuat kepercayaannya terus bertambah. Untuk menyatukan ilmu silat semua perkumpulan, Wan-tianglo paling banyak membantunya. Kemudian dia menemukan Thian-Iiong-pat-sut yang dilatih Su Yan-hong. Tidak diragukan lagi itulah suatu awal yang bagus, yang bisa menyatukan ilmu silat dari semua perkumpulan. Thian-liong-kiu-sut sebenarnya bukan jurus terakhir, hanya sayang karena waktunya terbatas dia belum benar-benar mengerti, hanya bisa mengajari Su Yan-hong sampai Thian-liong-kiu-sut. Sekarang setelah Thian-liong-pat-sut, berikutnya sudah bisa diubah-ubah, maka diberi nama 'Thian-liong-kun' (Jurus irama Thian-liong). Harap Su Yan-hong dan Siau Cu bisa menguasainya dan terus dikembangkan. Terakhir, surat Wan Fei-yang mengangkat satu hal yang belum sempat dia lakukan. Dia hidup dengan nasib tidak mujur, seringkah hal yang baik jarang mendekatinya. Maka dia tidak mempunyai harapan yang tinggi-tinggi. Dari samping, dia melihat Su Yan-hongLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 154 adalah naganya manusia, bila bisa berpasangan dengan Fu Hiong- kun adalah jodoh yang paling bagus. Tapi sangat menyesal dia belum sempat menjodohkan mereka. Itu adalah penyesalan paling besar seumur hidupnya. Setelah selesai membaca surat, semua orang bengong. Lapang dada Wan Fei-yang, cita-cita dia yang tinggi, benar-benar bukan mereka yang bisa melakukannya. Su Yan-hong melihat Fu Hiong-kun, dia terharu. Setelah semua orang tenang kembali, Su Yan-hong seperti sudah menyusun langkah-langkah selan jutnya. Sambil menghubungi Ong-souw-jin, dia dan Siau Cu juga berlatih Thian-liong-kun. Mereka berharap bisa membunuh Hen-lo-sat dengan Jit-sat-kim. Menurunkan lonceng harus dilakukan oleh orang yang mengikat lonceng. Begitu suara Jit-sat-kim bisa memecahkan Bi-hun-tay- hoat, menghancurkan ancaman Hen-lo-sat, masalah lain akan mudah dihadapi. Teringat Jit-sat-kim, mereka langsung teringat Lu Tan. Apakah Jit-sat-kim bisa memecahkan Bi-hun-tay-hoat? Lu Tan bisa membuktikannya. Beng-cu sangat paham musik. Dia bisa mengatur senar-senar kecapi mengikuti buku musik. Tapi begitu dipetik, tenaga dalamnya tidak bisa terkumpul di sepuluh jarinya. Semakin dipetik tenaga dalam di tubuh semakin kacau dan tidak menentu. Nada di buku musik bisa mengganggu jalannya tenaga dalam nya, membuat tenaga dalamnya buyar. Yang pasti tidak bisa dipetik lagi. Dia mengutarakan perasaannya. Semua orang merasa aneh. Kemudian Fu Hiong-kun, Su Ceng-cau dan Su Yan-hong mencoba, hasilnya sama. Yang terakhir mencoba adalah Siau Cu. Siau Cu tidak mengerti musik sama sekali. Setelah diberi tahu tentang not-not musik, dia baru bisa memetik mengikuti buku musik. Yang pasti suara petikan Siau Cu tidak sama dengan orang lain, semakin dipetik semakin bersuara keras dan jernih. Tapi dia hanya bisa memetik tiga alineaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 155 kemudian melemah lagi. Begitu bertanya pada Siau Cu, ternyata tenaga dalamnya bukan menjadi buyar, malah semakin bergairah, tenaga dalam semakin bertambah. Kadang-kadang tidak sanggup diteruskan. Sekarang semua orang baru mengerti, buku musik harus menggunakan tenaga dalam aliran Pek-lian-kau baru bisa mengeluarkan kewibawaannya. Lam-touw dan ketua Pek-lian-kau yang dulu, Put-lo-sin-sian bersaudara kandung. Asalnya mereka adalah murid Pek-lian-kau. Maka yang mengajarkan atau yang mempelajari pasti adalah tenaga dalam aliran Pek-lian-kau. Walaupun hanya memainkan tiga alinea, tapi wajah Lu Tan yang tadinya bengong mulai menunjukkan perubahan. Begitu semua orang melihat perubahan itu, suara kecapi sudah melemah, maka perubahan wajah Lu Tan kembali menghilang. Menambah tenaga dalam dengan waktu yang singkat bukan hal yang mudah. Dalam surat terakhir nya, Wan Fei-yang menuliskan satu lagi cara untuk meminjam tenaga dalam Ie-kin-keng, dan digabung dengan tenaga dalam perkumpulan sendiri. Semua cara bergabung ada dalam Siauw-lim-pai. Apalagi Pek- lian-kau berasal dari Siauw-lim-si, ilmu tenaga dalam mereka masih banyak kesamaan. Ie-kin-keng adalah pemberian Bu-wie Taysu, Wan Fei-yang sudah berjanji bila luka dalamnya sembuh, dia akan mengembalikan Ie-kin-keng ke Siauw-lim-si. Itu sangat masuk akal. Bila ingin membaca lagi, harus mendapatkan ijin dari Siauw-lim- pai, baru bisa membacanya. Tapi karena keadaan sudah mendesak, maka mereka sudah tidak berpikir panjang lagi. 209-209-209 Waktu Siau Cu dan Su Yan-hong berlatih Ie-kin-keng dan Thian- liong-kun dengan giat, Ji.n-kun mulai menjalankan rencana busuknya. Jin-kun menye satkan kaisar dan mengembalikan kedudukan Cu Kun-cau. Kemudian mengumumkan karena kaisar sedang sakit, maka kedudukan akan diberikan pada Cu Kun-cau.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 156 Pejabat-pejabat dalam kerajaan merasa aneh dan terkejut, ingin menentang sudah tidak sempat. Kemudian kaisar menurunkan perintah agar memilih waktu yang baik untuk Cu Kun-cau naik tahta dan mendirikan panggung berdoa. Yang pasti ini adalah ide Jin-kun. Tujuannya mendirikan panggung berdoa adalah menjala semua dengan satu tempat. Kecurangannya direncanakan di dalam Sam Seng (tiga jenis binatang untuk sembahyang. ayam, babi, ikan) untuk sembahyang kepada Thian. Biasanya Sam.Seng yang digunakan kaisar adalah babi dan kambing, ditambah dengan rusa atau ayam atau bebek. Sekarang San Seng yang akan dipakai adalah babi, kambing, dan sapi. Jin-kun mengambil kesempatan untuk melakukan rencana busuknya pada sapi itu. Dia berencana mengganti darah sapi itu dengan darah sapi beracun. Pada hari sembahyang, dia akan menyembelih sapi itu di depan umum. Asalkan sapi itu masih hidup, tidak akan ada yang mencurigai dia, maka darah sapi beracun tidak akan ragu diminum oleh mereka. Setelah minum darah beracun, obat penawar sudah berada di tangannya. Mereka terpaksa harus menuruti apa yang akan dia perintahkan. Demi berjaga-jaga bila terjadi sesuatu, satu barisan pengawal yang beranggotakan murid Pek-lian-kau akan mengawasi di lapangan. Termasuk Sam-cun ditambah dengan Hen-lo-sat, itu sudah cukup aman. Semua rencana dijalankan secara rahasia. Walaupun Su Yan- hong tahu bahwa mendirikan panggung berdoa adalah ide Jin-kun tapi dia tidak tahu di mana ada yang tidak beres. Dia ingin melarang pejabat-pejabat untuk pergi ke sana, tapi sekali pun ada maksud dia tidak berdaya. Tujuan mendirikan panggung berdoa adalah agar Thian melindungi kaisar untuk cepat pulih dan kembali sehat. Kecuali orang yang berani terang-terangan menentang kaisar, jika tidak semua orang pasti akan pergi. Ong-souw-jin juga terpaksa harusLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 157 pergi ke sana. Dia memberikan pelakat perintah pasukan kepada Su Yan-hong agar bisa melihat situasi untuk bertindak. Kang Pin dan Kao Sen sudah mendapat kabar bahwa murid- murid Pek-lian-kau sudah bergerak, maka Su Yan-hong semakin yakin bahwa mendirikan panggung adalah suatu jebakan. Maka dia mencari bukti agar bisa mencegahnya pada waktu tepat. 210-210-210 Hari pelaksanaan panggung berdoa sudah sampai. Sebelum tiba waktunya, semua pejabat sudah berkumpul di depan panggung. Su Yan-hong berangkat dengan baju lengkap. Fu Hiong-kun mengikuti. Mereka berkumpul dengan Kang Pin dan Kao Sen, lalu berangkat di daerah sana. Siau Cu dilindungi oleh Beng-cu dan Su Ceng-cau masuk ke istana. Rencananya dengan Jit-sat-kim akan menggetarkan kaisar untuk menyadarkan kaisar, baru berangkat ke panggung berdoa. Asalkan kaisar bisa sadar dalam waktu yang tepat, keadaan bisa diputar kembali. Siau Cu mempunyai tanggung jawab yang berat. Dia tidak seperti biasanya sering bercanda. Dengan catatan le-kin- keng, dia memancing tenaga dalamnya untuk keluar. Akhir nya bisa menembus dua jalan darah, Jin dan Tok. waktu itu tenaga dalamnya seperti sumber air terus mengalir tidak henti-hentinya. Setelah tenaga dalamnya berputar tiga kali dan Siau Cu yakin tidak ada kesalahan, jalan darah Jin dan Tok benar-benar sudah lancar dan bukan ilusi. Kegembiraannya sulit dibendung, dia gembira sambil meloncat-loncat. Dengan le-kin-keng dia seperti sudah ganti otot cuci sumsum. Tenaga dalam penuh di tubuhnya maka sekaligus bisa meloncat ke atas kayu atap. Di atas dia seperti kera terus bersalto beberapa kali, berputar-putar seperti kincir angin, sampai Bi-giok-leng yang tersimpan di dadanya terbang keluar. Beng-cu dan Su Ceng-cau terkejut melihat tindakan Siau Cu seperti ini. Tapi setelah tahu, mereka jadi senang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 158 Mereka melihat lempengan Bi-giok-leng yang terjatuh itu, mengulurkan tangan untuk menjemput, tapi Siau Cu dengan cepat sudah menjemputnya terlebih dahulu, sambil berteriak. "Coba kalian lihat, aku sudah berhasil menguasainya!" "Bagaimana dengan tenaga dalammu?" Tanya Su Ceng-cau. "Ingin berapa banyak? Ada berapa banyak?" Su Ceng-cau tertawa. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Kalau begitu, bisa memetik Jit-sat-kim sampai tuntas?" "Seharusnya bisa!" Siau Cu dengan penuh percaya diri berjalan ke depan meja. Menaruh Bi-giok-leng di sisi kecapi, kemudian dua tangan menekan senar kecapi. Dia tidak mempunyai sepasang tangan yang lincah dan bakat musik seperti Beng-cu, tapi beberapa lama ini dia selalu rajin belajar dan karena hanya memetik satu lagu, maka lama-kelamaan dia sudah bisa menghafalnya. Bila dipetik sangat lancar juga enak didengar, juga terasa misterius. Semakin memetik, tenaga dalam yang dibutuhkan semakin banyak. Tenaga dalam Siau Cu mengalir semakin deras. Suara kecapi bisa dipetiknya sampai selesai. Wajah Lu Tan yang tadinya bengong, mulai menunjukkan perubahan. Kadang-kadang tertawa, kadang-kadang marah. Su Ceng-cau melihatdan men dekati Lu Tan. "Ada apa denganmu?" Tanya Su Ceng-cau. Lu Tan tidak menjawab tapi perubahan ekspresi wajahnya semakin rumit. Su Ceng-cau dan Beng-cu, juga Siau Cu mengira itu adalah proses menjadi sadar. Tapi waktu mereka merasa ada yang tidak beres, itu sudah terlambat. Beng-cu dan Su Ceng-cau merasa suara kecapi ini aneh juga sesat. Suara datang dari semua penjuru, membuat otak dipenuhi oleh suara kecapi. Selain suara kecapi, tidak ada suara lain yang bisa didengar. Tidak disangka, beberapa jalan darah mulai membesar. Yang mereka lihat adalah warna merah seperti darah.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 159 Maka mereka segera konsentrasi. Waktu itu ada seekor tikus terjatuh, tubuh tikus itu penuh darah. Siau Cu segera sadar. Melihat keadaan Beng-cu dan Su Ceng-cau, dua tangannya segera berhenti. Pada saat bersamaan Lu Tan berteriak, kemudian dia muntah darah dan terjatuh. Darah masih terus mengalir dari ke tujuh indera Lu Tan, tapi bola matanya masih berputar. Dia melihat Su Ceng-cau, tiba-tiba memanggil. "Ceng-cau..." Su Ceng-cau terkejut juga senang. Dia ingin mengatakan sesuatu, Lu Tan sudah melihat Siau Cu dan memanggil. "Siau Cu..." "Aku...." Siau Cu senang juga terkejut. Waktu dia menyebutkan kata 'Aku', darah yang keluar dari ke tujuh inderanya semakin banyak, kemudian tubuhnya menjadi lurus. Dia menghembus kan nafas terakhir. Air mata Su Ceng-cau terus mengalir. Beng-cu melihat Su Ceng- cau dan Lu Tan, dia berjalan ke depan Siau Cu. "Apakah kau salah memetik..." "Mana mungkin?" Siau Cu terus menggelengkan kepala. "kecuali buku musik ini, yang lain aku tidak bisa. Apalagi aku sudah berlatih lama, mana mungkin salah?" "Tapi suara yang kau petik membuat orang merasa tidak nyaman." "Tapi aku tidak merasa tidak nyaman!" "Kalau begitu pasti ada yang tidak beres..." Beng-cu sangat cemas. "Sekarang apa yang harus kita lakukan? Bila kita masuk ke istana menemui kaisar, tapi suara kecapi membuat kaisar mati, bukankah akan menjadi kacau?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 160 "Barang yang tidak berguna!" Siau Cu marah. Dia ingin menghancurkan kecapi ini. Untung Beng-cu lebih cepat. Dia sudah mengambil kecapinya. Siau Cu mencengkram Bi-giok-leng dan melemparnya karena marah. Dia sama sekali tidak memikirkan kepentingan Bi-giok- leng.' Beng-cu yang ingin menjemputnya sudah tidak sempat. Bi-giok-leng terjatuh ke bawah dan pecah menjadi dua bagian. Di dalamnya terbang keluar selempengan tipis giok hijau dan mengenai tubuh Beng-cu. Beng-cu menjemputnya dan melihat. Dia berteriak. "Coba kau lihat..." Dengan aneh Siau Cu menjemput dan melihat. Terlihat di atas giok hijau tertulis 16 kata. "To-coan-im-yang (Im-yang dibalik) Co-yu-it-wie (Kiri dan kanan bertukar tempat)" "Ceng-ce-toan-hun (Lurus akan memutuskan roh)." "Hoan-ce-seng-hun (Arah sebaliknya akan membuat roh sadar). Apa artinya?" "Berarti kecapi yang kau petik tadi adalah nada Toan-hun, harus dibalikkan baru bisa jadi nada Seng-hun!" Kata Beng-cu. Dia segera memutar kecapi, kiri dan kanan dibalik, lalu menaruhnya di meja Siau Cu. Dengan penuh curiga Siau Cu berkata. "Dulu aku juga pernah mencoba posisi begitu, katamu aku sama sekali tidak bisa bermain kecapi, cara menaruh kecapi juga tidak tahu." "Tapi menurut petunjuk Bi-giok-leng, harus dengan cara begitu baru bisa memainkan Li-hun!" "Apakah betul ini adalah petunjuk Bi-giok- leng?" "Selain ini, masih ada apa lagi? Cepatlah kau petik kecapi ini!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 161 Terpaksa Siau Cu memetik kecapi itu. Dalam bayangan Beng-cu suara kecapi yang keluar akan lebih aneh dan misterius, tapi siapa sangka yang terjadi malah sebaliknya. Suara yang keluar tidak aneh dan misterius, malah terdengar lembut dan enak di dengar. Kadang- kadang membuat dia seperti mendengar musik dewi dan terasa melayang-layang. Semakin didengar Beng-cu merasa nyaman. Dia berteriak. "Seharusnya lagu yang ini!" Siau Cu berhenti. "Kalau betul untuk apa? Lu Tan sudah tidak ada reaksi apapun!" "Orang yang sudah mati pasti tidak bisa hidup kembali!" Yang menjawab adalah Su Ceng-cau. "kalau sudah mendapat cara memecahkan, mengapa kita masih bengong di sini?" "Kau..." Siau Cu terpaku. "Kalau Lu Tan tidak mati maka kita sama sekali tidak tahu kesalahan kita. Maka dia mati bukan tidak ada artinya!" Su Ceng- cau menghapus air mata dan berdiri. "kalau kita tidak cepat-cepat ke sana, lebih banyak orang lagi yang akan mati!" Beng-cu mengangguk. Dia mengambil kembali Bi-giok-leng yang telah pecah menjadi dua bagian dan menyambungnya kembali. Dia mengembalikannya kepada Siau Cu. "Ayo, kita pergi..." "Nenek moyang Pek-lian-kau yang pantas mati, untuk apa bermain dengan cara-cara seperti ini!" Siau Cu sambil marah menyimpan kembali Bi-giok-leng. Dia juga membawa Jit-sat-kim pergi bersama Beng-cu dan Su Ceng-cau. 211-211-211 Siau Cu, Beng-cu dan Su Ceng-cau pernah masuk ke dalam istana, ditambah anak buah setia Kao Sen yang menjemput mereka, maka tidak sulit untuk datang ke kamar kaisar. Sam-cun sudah keluar. Dari 5 utusan lampion hanya tersisa utusan lampion merah dan anak buahnya yang sekelompokLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 162 pembunuh perempuan. Mereka sudah berganti baju menjadi pelayan istana. Kiang Hong-sim mengawasi kaisar. Jin-kun bukan tidak terpikir mungkin ada orang diam-diam akan masuk. Dia hanya mengira walaupun masuk mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa, dan tahu walaupun kaisar diselamatkan, dia juga akan mati. Dia tidak percaya Su Yan-hong akan melakukan hal bodoh ini! Semua orang tahu panggung berdoa adalah sebuah jebakan dan Su Yan-hong pasti akan mencari tahu jebakan ini dengan sepenuh hati untuk mencegahnya. Maka Jin-kun dengan sepenuh hati berada di sekitar panggung. Dia juga siap untuk menjala lawan sekali gus. Seng-hun muncul di luar dugaan dia. Utusan lampion merah bukan lawan Siau Cu. Siau Cu tahu waktu tidak banyak maka dia masuk dengan penuh aura membunuh. Setelah diberi petunjuk-petunjuk ilmu silat oleh Wan Fei-yang, ditambah Su Yan-hong yang mengajarkan perubahan-perubahan jurus Thian-liong-kun, sekarang Siau Cu mempunyai ilmu silat yang tinggi. Ilmu silat dia tidak di bawah Su Yan-hong. Tiga kali dia ditepis oleh utusan lampion merah, tapi tidak mengenainya. Siau Cu sudah melihat celah utusan lampion merah, dia masuk dan menendang tubuh utusan lampion merah tiga kali berturut-turut. Siau Cu menendang utusan lampion merah sejauh 3 depa, dan muntah darah lalu mati. Golok direbut, berturut-turut dia menepis tujuh pembunuh perempuan dan meloncat ke depan Kiang Hong-sim. Kiang Hong-sim segera mengambil golok pendek dan menaruhnya di leher kaisar. Dia tertawa genit. "Kalau kau mendekat, aku akan membunuh kaisar!" Pembunuh yang tersisa mendekati Kiang Hong-sim. Beng-cu dan Su Ceng-cau juga anak buah Kao Sen terpaksa berhenti. Mata Siau Cu berputar. Dia tertawa dingin. "Aku bukan orang kerajaan, jika kau membunuh kaisar, apa hubungannya denganku?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 163 Setelah itu Siau Cu maju lagi. Kiang Hong-sim mendengar kata- kata Siau Cu, dia membentak. "Kalau begitu aku bunuh dia!" Tangannya mengencang. Wajah Beng-cu dan Su Ceng-cau segera berubah. Siau Cu malah terlihat masa bodoh. "Di depan banyak orang kau membunuh kaisar, kau akan tahu apa akibatnya!" Saat Kiang Hong-sim terpaku. Lima jari Siau Cu sudah memetik kecapi. Suara kecapi seperti petir, membuat hati orang bergetar. Yang dipetik adalah nada Seng-hun. Tubuh kaisar bergetar. Kiang Hong-sim terkejut. Beng-cu sudah mengambil kesempatan untuk terbang ke sana dan menotok pergelangan Kiang Hong-sim. Ini adalah jurus andalan yang diajarkan Siau Cu padanya. Sekarang dipergunakan untuk menyelamatkan orang. Dia dan Siau Cu bekerja sama dengan kompak dan sangat tepat. Kiang Hong-sim tidak ada persiapan. Golok pendek sudah terlepas. Siau Cu sudah datang dengan langkah-langkah Thian- liong. Tiga kali menendang membuat dia terus mundur. Beng-cu dan Su Ceng-cau segera datang dari kiri dan kanan melindungi kaisar. Tidak ada yang harus dipikirkan Siau Cu, dia segera menyerang Kiang Hong-sim. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Beberapa pembunuh perempuan yang datang menghadang segera dirobohkan oleh Siau Cu. Tanpa memerlukan sepuluh jurus, Kiang Hong-sim sudah roboh. Dia terkejut dan tahu dia bukan lawan Siau Cu, maka sekalian tidak melawan. Wajahnya tidak ada ekspresi, membuat orang mengasihani dia. Kemudian dengan dada yang bajunya terbuka separuh dia menantang Siau Cu. "Kalau kau berani, sekarang bunuhlah aku!" Siau Cu menjadi bengong. Kesempatan ini diambil Kiang Hong- sim untuk mencengkram tenggo rokannya, gerakannya cepat, tapiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 164 Siau Cu lebih cepat lagi. Dia mengangkat kaki menendang, Kiang Hong-sim terlempar sejauh 3 depa dan menabrak sebuah tiang. Siau Cu datang dan menambah satu kali lagi tendangan. Kiang Hong-sim muntah darah dan roboh merosot di tiang dan jatuh ke bawah. Enam orang murid Pek-lian-kau yang tersisa kabur terbirit-birit, tapi segera dicegat oleh anak buah Kao Sen. Mereka mati di bawah serangan golok. Siau Cu segera menaruh kecapi dengan kiri dan kanan dibalik, di depan kaisar dia mulai memetik kecapi. Tadinya kaisar seperti orang idiot dan mulutnya terus membaca. "Turunkan tahta pada Cu Kun-cau..." Begitu suara kecapi berbunyi seperti petir, kaisar seperti tersambar. Tubuhnya bergetar kemudian di wajahnya terlihat ada ekspresi aneh. Satu lagu Seng-hun-ku sudali selesai dipetik. Akal pikiran kaisar sudah sadar kembali. Matanya berputar. Dengan penuh keanehan dia bertanya. "Mengapa aku seperti ini..." Anak buah Kao Sen berlutut dan berteriak. "Kaisar panjang umur!" Siau Cu berdiri, dia segera berkata. "Kita pergi ke panggung sana!" Setelah itu dia meninggalkan kaisar, dengan cepat berlari. Beng- cu dan Su Ceng-cau ikut berlari di kiri dan kanan. Kaisar memanggil mereka tapi mereka sudah pergi. Dalam sekejap waktu, mereka bertiga sudah menghilang. "Kalian cepat ikuti aku ke panggung sana..." Kaisar segera berpesan. Terlihat kaisar sudah kembali sadar. Pola pikirnya juga sudah pulih dan mengetahui apa yang telah terjadi. ***Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 165 Upacara sembahyang kepada langit diselenggarakan dengan sederhana tapi penuh dengan kehikmatan. Yang pasti dipimpin oleh Cu Kun-cau. 3 jenis binatang dipersembelihkan tetap tidak terjadi sesuatu. Su Yan-hong dan Fu Hiong-kun merasa aneh. "Sampai upacara minum darah sapi tiba, mere ka masih tidak bertindak apa pun, sedang menunggu apa sebenarnya mereka?" Su Yan-hong tidak mengerti. Tiba-tiba Fu Hiong-kun melepas kata-kata. "Apakah yang bermasalah adalah darah sapinya?" Wajah Su Yan-hong segera berubah. Dia melihat ke arah persembahan binatang itu. Terlihat Cu Kun-cau mengangkat cangkir siap bersulang berisi arak bercampur dengan darah sapi. Dia tidak tahan lagi, langsung meloncat keluar dari tempat..persembunyiannya dan berteriak. "Jangan diminum..." Melihat keadaan jadi seperti itu, Fu Hiong-kun terpaksa ikut keluar. Keadaan terjadi tiba-tiba, membuat semua pejabat terkejut, Jin- kun juga merasa semua ini di luar dugaan. Dia sama sekali tidak terpikirkan saat penting seperti ini, Su Yan-hong bisa tiba-tiba masuk ke sana. Mungkin dalam hati Cu Kun-cau terkejut. Dia lupa menyuruh orang-orangnya mencegat Su Yan-hong. Malah bertanya. "Mengapa arak ini tidak boleh diminum?" Jin-kun mendengar pertanyaan ini, dia marah dan membentak. "Pengawal..." Ong-souw-jin yang berdiri di sana segera mengambil kesempatan untuk bertanya.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 166 "Benar! Hou-ya. arak ini ada masalah apa?" Su Yan-hong melihat reaksi Cu Kun-cau. Dia bertambah yakin dan menjawab. "Di dalam arak mengandung racun..." "Sembarangan bicara!" Cu Kun-cau membentak. Fu Hiong-kun segera berteriak. "Apakah ada racun atau tidak, kalian bisa mencobanya menggunakan perak!" Itulah cara yang paling sederhana. Cu Kun-cau membentak lagi. "Ini adalah arak untuk Kaisar bersembahyang kepada Thian..." Ucapannya belum selesai, di antara pejabat-pejabat ada yang menaruh benda perak ke dalam cangkir arak tersebut. Semua orang terkejut. Jin-kun melihat keadaan menjadi seperti itu. Dia berteriak. "Sudahlah..." Waktu itu terdengar denting suara kecapi. Thian-te-siang-kun mendengarnya. Wajah mereka segera berubah. "Suara Jit-sat-kim..." Jin-kun mendengar dan menggelengkan kepala. "Itu bukan lagu Toan-hun-ku. Jika benar itu Toan-hun-ku, tidak apa-apa bagi kita. Ilmu tenaga dalam yang kita latih adalah ilmu tenaga dalam Pek-lian-kau. Kecuali orang itu memiliki ilmu silat seperti Kaucu, kalau tidak, jangan merasa khawatir. Di dunia ini sekarang mana mungkin ada orang yang berlatih ilmu tenaga dalam Pek-lian-kau dan mempunyai ilmu yang setingkat dengan Kaucu!" Thian-te-siang-kun mengangguk. Walaupun Jin-kun menjelaskan seperti itu, wajahnya tidak menunjukkan perubahan tapi di dalam hatinya dia merasa tidak enak. Belum tentu itu adalah lagu Toan-hun-ku tapi yakin itu dipetik dari Jit-sat-kim. Begitu mendengar dentingan kecapi itu seperti ada yang tidak nyaman.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 167 Cu Kun-cau mendekat. "Seng-bo, apa yang harus kami lakukan sekarang?" "Orang yang tidak berguna!" Jin-kun marah. Dia melayangkan tangan melepaskan kembang api. Murid-murid Pek-lian-kau yang sedang bersembunyi segera keluar dari tempat persembunyian mereka. Kao Sen dan Kang Pin bersamaan mengatur pasukan dari jauh. Jin-kun sudah tahu, kemunculan Su Yan-hong pasti sudah melakukan persiapan sebelumnya. Dia tertawa dingin. "Su Yan-hong, kau sudah merusak rencanaku. Aku tidak akan mengampunimu!" Peluit di tangannya segera ditiup. Hen-lo-sat datang seperti anak panah yang dilepaskan. Jin-kun ingin memberi pelajaran. Dia memerintahkan Tokko Hong membunuh pejabat-pejabat yang ada di sana. Ada 5 -6 orang pejabat bersenjata segera datang menyambut serangan. Su Yan- hong terus berteriak. "Kalian pergi, jangan..." Tapi Thian-te-siang-kun datang menghadang. Langkah-langkah Thian-liong-kun Su Yan-hong, dia berputar melewati hweesio itu. Belum sampai di depan Hen-lo-sat, 5 pejabat bersenjata itu sudah dibunuh Hen-lo-sat. Hen-lo-sat berputar. Dia membunuh 2 orang lagi. Su Yan-hong dan Fu Hiong-kun sudah tiba. Thian-te-siang-kun dongan cepat mundur ke samping Jin-kun. Mereka tahu Hen-lo-sat selain hanya menurut pada Jin-kun, dia tidak tahu mana lawan dan mana kawan. Asalkan tahu di mana ada orang, orang itu akan langsug dibunuh. Mereka menunggu Su Yan-hong roboh oleh Hen-lo-sat. Begitu bertemu pesilat tangguh, Hen-lo-sat segera melepaskan orang yang sedang diserangnya dan menyerang Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 168 Jalan darah Jin dan Tok milik Su Yan-hong sudah ditembus oleh Wan-tianglo. Sekarang tenaga dalamnya terus mengalir tidak ada surutnya. Apalagi Wan Fei-yang juga memberitahukan banyak pengetahuan tentang ilmu silat ditambah dengan perubahan Thian- liong-kun jadi ilmu silatnya terus meningkat. Perubahan yang terjadi sangat aneh. Maka dia bisa menghadapi Hen-lo-sat. Lama menyerang, Hen-lo-sat tidak memperoleh hasil, dia mulai terlihat seperti sudah gila. Peluit terus ditiup. Gerakannya semakin cepat. Su Yan-hong terus berkelebat dan menghindar. Setelah 17 kali melakukan pukulan, dia tidak bisa menghindar lagi. Terpaksa mengatur nafas, mengeluarkan tenaga penuh untuk menyambut serangan sepasang telapak dari Hen-lo-sat. Terdengar suara petir. Su Yan-hong mundur selangkah. Hanya selangkah saja. Tenaga dalam mereka berdua lerus mengalir. Penutup wajah Hen-lo-sat tertiup angin hingga terlepas. Fu Hiong-kun melihat dengan jelas wajah Hen-lo-sat. Dia terpaku. "Cici Hong..." Dia memanggil dan langsung ingin mendekat. Su Yan-hong segera menghadang. Tokko Hong menyerang lagi. Su Yan-hong me nyambut lagi. Kali ini dia mundur 3 langkah. Diam-diam dia terkejut dan bertanya kepada Fu Hiong-kun. "Siapa dia?" "Adik perempuan Wan Fei-yang!" "Apa?" Su Yan-hong curiga terhadap pendengaran telinganya sendiri. Tokko Hong datang menyerang lagi, kali ini Su Yan-hong tidak mau menyambut. Dia terpaksa mundur 10 langkah lebih. Jin-kun melihat semua ini kesempatan bagus. Dia meniup peluitnya lagi, memberi aba-aba agar Tokko Hong menyerang dengan sekuat tenaganya. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Bersamaan waktu Jit-sat-kim datangLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 169 menutupi suara peluit. Yang pasti Tokko Hong mulai terganggu. Ke dua telapaknya diangkat lalu diturunkan lagi. Jika kesempatan ini dipakai Su Yan-hong untuk menyerang, pasti bisa berhasil, tapi yang dia tidak melakukannya. Jin-kun merasa aneh, dia mengikuti suara kecapi itu dan melihat. Terlihat Siau Cu dilindungi oleh Beng-cu dan Su Ceng-cau. Dia sedang duduk bersila di atas atap panggung. Kedua tangannya memetik kecapi. Dia juga tahu suara kecapi ini pasti bermasalah jadi dia membentak Thian-te-siang-kun. "Bunuh orang yang memainkan kecapi..." Thian-te-siang-kun berlari keluar. Cu Kun-cau tidak bergerak lamban. Dia merebut golok dari penga wal istana, membentak Su Ceng-cau. "Ceng-cau, cepat pergi!" Dia melayangkan goloknya. Jin-kun meniup peluit lagi. Kali ini Tokko Hong sama sekali tidak bereaksi apa pun. Aura membunuh yang biasa keluar dari sorot matanya mulai mengikuti suara kecapi itu menghilang perlahan- lahan. Dia mulai sadar. Su Yan-hong tahu, suara kecapi itu berkhasiat. Dia segera menyerang Thian-te-siang-kun, bukan Tokko Hong lagi. Dia bergerak sangat cepat dan lincah. Orangnya berada di tengah-tengah angkasa, sepasang kaki dan sepasang tangannya segera menyerang Thian-te-siang-kun. Jin-kun melihat semua itu dan bertambah marah. Dia mengumpulkan tenaganya dan meniup peluit lagi, tapi KRAK! Peluit hancur tergetar oleh tenaga dalamnya sendiri. Bersamaan waktu Tokko Hong tersadar. Sorot matanya terus berputar melihat ke sekeliling, terakhir berhenti di wajah Fu Hiong- kun. "Hiong-kun?" Nada bicaranya penuh dengan pertanyaan. Fu Hiong-kun belum menjawab, sorot mata Tokko Hong berputar lagi. Sorot matanya sekarang jatuh di wajah Jin-kun. BolaLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 170 matanya langsung mengecil. Wajahnya mengeluarkan ekspresi sedih, sepertinya dia teringat pada banyak hal. "Kau..." Seperti banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada Jin- kun tapi dia tidak meneruskan ucapannya. "Akulah yang berada di bawah jurang dan yang menyelamatkanmu!" Jin-kun masih berharap. Diam-diam dia mengeluarkan peluit lainnya. "Aku telah membunuh kakakku sendiri..." Tokko Hong bicara demikian. Jin-kun merasa putus asa. Peluit dimasukkan dan siap menyerang. Fu Hiong-kun mulai melihat sikap Tokko Hong yang menjadi aneh. Dia berteriak. "Cici Hong..." Tapi Tokko Hong sudah meloncat dan menyerang Jin-kun. "Kau sudah sadar dan kau bukan lawanku, apakah kau tahu?" Jin-kun tertawa. Dia mulai mengatur nafas dan siap membunuh Tokko Hong. Yang pasti dia tahu kalau khasiat obat yang ada di dalam darah Tokko Hong belum hilang semua. Dia tetap percaya masih sanggup melayaninya. Yang paling penting, dia sangat tahu seperti apa ilmu silat Tokko Hong dan juga tahu celah-celahnya ada di mana saja. Dia lupa Tokko Hong sekarang ini penuh dengan kesedihan serta kemarahan, siap bertarung mempertaruhkan nyawanya. Dalam keadaan seperti itu, Tokko Hong tidak hanya akan menyerang sekuat tenaga, dia juga akan mempertaruhkan nyawanya. Keadaannya seperti sedang dikuasai oleh bunyi peluit. Penilaian Jin-kun benar-benar tepat. Dengan tangan kanannya dia menutupi serangan Tokko Hong. Tangan kanan menyerang ke jalan darah penting Tokko Hong, secara berturut-turut 7 kali.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 171 Tapi Tokko Hong tidak peduli. Dia menahan rasa sakitnya. Kemudian sepasang telapaknya menusuk tubuh Jin-kun, semua tenaga dalam dikerahkan ke dalam tubuh Jin-kun. Organ dalam Jin-kun hancur oleh tenaga dalam Tokko Hong. Tokko Hong memeluk Jin-kun dengan kuat, wajahnya terlihat sangat sakit. Hati Fu Hiong-kun hancur. Thian-te-siang-kun melihat Jin-kun roboh. Mereka terkejut sekaligus kalang kabut. Su Yan-hong tahu titik kematian orang yang berlatih ilmu Pek-kut-mo-kang ditambah ilmu silat yang dia kuasai, membuatnya berada di atas angin. Melihat serangan Thian-te- siang-kun, kelemahannya sudah terlihat dengan jelas. Dia segera menyerang, kedua telapak nya menekan Leng-tai-hiat, Tiong-hu- hiat, dan Tai-vang-hiat di tubuh Thian-kun. Titik kematian Thian-kun terus bergeser, tapi tetap bisa dilindungi. Bagian Tiong-hu-hiat terkena tepukan, wajahnya segera berubah dan tewas seketika. Te-kun terus berputar. Sambil menahan dia berkelebat untuk menghindar, setelah Thian-kun tewas, jurus-jurus Pek-kut-mo- kang yang lihai tidak sempurna lagi. Su Yan-hong masih terus menyerang. 7 jurus sudah berlalu, kemudian Leng-tai-hiat nya terkena pukulan. Tapi titik kematian sudah bergeser ke Tai-yang- hiat. Berdasarkan pengalaman Su Yan-hong, dia segera meloncat ke atas kemudian turun dengan posisi kaki di atas dan memaksa titik kematian Tekun berada di Tai-yang-hiat. Saat titik ini ditekan, Tekun segera muntah darah dan berteriak memilukan. Su Yan-hong secara berturut-turut membunuh Thian-te-siang- kun. melihat Tokko Hong dan Jin-kun mati bersamaan, dia merasa sangat sedih. Melihatnya berada di sebelah Siau Cu, perasaan ini semakin menjadi-jadi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 172 Cu Kun-cau mengayunkan golok, tujuannya adalah Siau Cu tapi ditahan oleh Su Ceng-cau. Setelah Cu Kun-cau membentak dan tidak mundur, dia segera mengayunkan goloknya. Sambil menahan dengan pedang, Su Ceng-cau menyuruh Cu Kun-cau meletakkan golok dan menye rahkan diri. Mungkin Kaisar masih bisa mengampuni dia dan tidak akan membunuhnya. Tapi Cu Kun-cau tidak mau mengerti. Dia hanya berpikir adiknya sudah membantu orang lain dan merusak serta menghancurkan cita-citanya menjadi Kaisar. Dengan marah dia terus menepis. Su Ceng-cau memang bukan lawannya, dia terus mundur. Beng- cu terlihat cemas. Dengan kekuat an mereka berdua tetap tidak sanggup menahan serangan Cu Kun-cau. Siau Cu terus memetik kecapi. Sebelum lagu nya selesai dia tidak bisa berhenti. Melihat Su Ceng-cau dan Beng-cu masih bisa melayani, dengan penuh konsentrasi dia memainkan bagian terakhir baru meloncat berdiri. Cu Kun-cau membacok nadi penting Su Ceng-cau. Tadinya dia ingin membunuh Beng-cu tiba-tiba Su Ceng-cau datang menghadangnya. Beng-cu tidak sanggup menahan bacokan ini. Su Ceng-cau pun begitu, bacokan tidak bisa ditarik kembali. Melihat Su Ceng-cau roboh, Cu Kun-cau jadi bengong. Tapi dia berkata. "Kau pantas mati..." Lalu dia mengayunkan golok ke arah Beng- cu lagi. Siau Cu membentak, dia mengayunkan kecapi, memetik dengan posisi kecapi terbalik. Itulah Toan-hun-ku. Diiringi suara kecapi yang seperti suara petir, hati Beng-cu bergetar. Dia mundur terhuyung-huyung. Cu Kun-cau seperti kebingungan. Kesempatan ini dipakai Siau Cu menendang secara berturut-turut 3 kali. Menendang Cu Kun-cau dan teriem par hingga 3 tombak, lalu terpelanting. Dia langsung mati di tempat.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 173 Beng-cu cepat-cepat memapah Su Ceng-cau, tapi nafas Su Ceng- cau terengah-engah. Dia tertawa sedih dan meninggal dalam pelukan Beng-cu. Su Yan-hong baru tiba. Melihat Su Ceng-cau meninggal, dia hanya bisa menarik nafas panjang. "Di dunia ini ternyata ada kakak seperti ini..." Siau Cu marah. "dengan cara menendangnya sampai mati, benar-benar kurang pantas untuknya!" "Sudahlah..." Su Yan-hong menggelengkan kepala. Dia melihat ke arah Tokko Hong dan menarik nafas lagi. Siau Cu terus bertanya. "Siapa sebenarnya Hen-lo-sat itu? Mengapa dia malah membantu kita membunuh Jin-kun?" "Dia adalah adik perempuan Wan Fei-yang!" Sambil memberitahu hal ini, kepala Su Yan-hong menunduk. "Jin-kun benar-benar pantas mati! Hal seperti ini hanya dia yang bisa melakukannya. Sekarang aku baru mengerti, dengan kemampuan ilmu silat Wan-toako yang tinggi..." Dia tidak meneruskan ucapannya. Air matanya sudah berlinangan. Su Yan-hong mempunyai perasaan yang sama. Sam-cun sudah mati. Murid-murid Pek-lian-kau yang tersisa pasti tidak ingin bertarung lagi. Mereka sudah dikepung oleh pasukan dan tidak akan bisa lolos lagi dan ujungnya tetap akan mati. Di istana suara pertarungan terus terdengar. Kaisar sendiri yang memimpin pengawal istana bertarung. 212-212-212 Semua sudah tenang kembali. Kaisar membuat pesta untuk merayakan kemenangan dan memberi hadiah kepada orang yang telah berjasa. Pejabat-pejabat sangat berterima kasih kepada Su Yan-hong karena dia yang menyelamatkan mereka. Mereka pun tahu seperti apa sifat Su Yan-hong. Pejabat yang berseberangan dengannya, sekarang terlihat sangat akrab. Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Di depan Kaisar memujiLegenda Pendekar Ulat Sutra - 4 174 dia dan mengatakan jasa dialah yang paling besar, Sebenarnya pun memang seperti itu, tapi Su Yan-hong tetap terlihat biasa. Dia sangat rendah hati. Tapi karena ucapan terima kasih dan pujian orang, seperti gunung longsor dan sungai yang tumpah, dia mulai merasa melayang-layang juga mulai merasa me mang dia tulang punggung kerajaan Beng. Semakin mendengar, hati Kaisar semakin tidak enak. Tapi dia sangat mengerti, kali ini dia bisa diselamatkan semua karena Su Yan-hong. Tapi melihat Su Yan-hong yang mendapat banyak kesempatan dan dukungan, dia mulai berencana membunuh Su Yan-hong. Jasa terlalu tinggi menggetarkan Tuan. Itu bukan hal baik. Kaisar memang masih muda dan bersifat anak muda. Tapi karena mendapat musibah secara berturut-turut, membuat hatinya sangat dalam. Di luar terlihat tidak ada apa-apa. Dia juga memuji-muji dan menyelenggarakan pesta gempita untuk Su Yan-hong sebagai ucapan terima kasih atas jasanya yang telah menyelamatkan nyawanya. 213-213-213 Rumah An-lek-hou memang pernah digeledah dan dirusak, tapi setelah semua pejabat mengeluarkan uang dan tenaga serta hadiah, dengan cepat kembali seperti semula. Su Yan-hong sibuk melayani. Begitu sepi, terlihat di rumah itu hanya ada Fu Hiong-kun, Siau Cu, dan Beng-cu. Dia merasa sedih dan menarik nafas. "Tadinya kita mempunyai banyak teman, seka rang hanya tersisa 4 orang saja!" Beng-cu menarik nafas. Fu Hiong-kun mengerti perasaannya. "Mereka mati dengan keadaan sangat berjasa. Mereka pasti tenang di atas sana!" "Semua sudah berlalu, untuk apa diungkit lagi? Sekarang yang kita tatap adalah masa depan, bukankan itu akan lebih baik?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 175 Siau Cu selalu paling rumit pikirannya, matanya berputar. Dia menceng-keram Beng-cu. "Malam ini adalah malam bulan purnama, kita keluar untuk melihat bulan!" "Sekarang tanggal berapa, mana ada bulan purnama..." Tapi begitu mengucapkan kata-kata ini, dia segera tersadar dan ikut Siau Cu keluar. Setelah mereka berdua pergi dari sana, Su Yan-hong tersenyum dan berkata kepada Fu Hiong-kun. "Mereka mengingatkanku memberi kesempatan untuk bicara." "Apa yang kau ingin bicarakan?" Fu Hiong-kun menarik nafas. "Kerusuhan yang diciptakan Pek-lian-kau sudah selesai. Aku mendapatkan nama Hou-ya kembali. Kelak aku akan hidup tenang!" Matanya berkedip mengeluarkan sorot kecewa. Fu Hiong-kun berkata. "Memang kerajaan membutuhkan orang seperti dirimu!" Su Yan-hong masih tidak mengerti. "Kaisar benar-benar membutuhkan seseorang yang bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah untuk membantu beliau!" Fu Hiong-kun tertawa. "Setelah melewati banyak masalah dan rintangan, terhadap nama dan keuntungan malah membuatku tidak memandangnya!" "Nama dan keuntungan, 2 jenis ini sangat aneh. Jika kau sengaja mencarinya belum tentu bisa kau dapatkan. Tapi sewaktu mereka datang, kita tidak bisa menghindar!" "Aku rasa harus melihat tekad seseorang!" "Maksudmu, kau ingin saat aku berada dalam arus kencang untuk mundur? Mendapat jasa lalu dengan cepat mundur?" Tanya Su Yan-hong.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 176 "Mendapat banyak jasa tapi mundur, bukan hal mudah!" Fu Hiong-kun menarik nafas. "Harta keluargaku telah terkumpul lama dan tidak bisa hancur di tanganku, apalagi kerajaan sedang membutuhkan orang!" "Aku mengerti. Orang yang turun dipakai di kerajaan tetap orang kerajaan. Seperti orang dunia persilatan tetap orang dunia persilatan!" Tanggap Fu Hiong-kun. "Dunia persilatan sangat berbahaya..." "Sama seperti kerajaan bukan? Aku tidak suka dengan dunia persilatan juga tidak biasa tinggal di ibukota!" Sikap Fu Hiong-kun sangat keras. "Hiong-kun..." Su Yan-hong menarik nafas. "Masing-masing mempunyai cita-cita tersendiri!" Fu Hiong-kun merasa sedih. Dia membalikkan tubuh dan pergi dari sana. Su Yan-hong ingin menghalanginya. Tangan yang sudah terjulur keluar ditariknya kembali. Sambil termenung dia melihat sosok punggung Fu Hiong-kun. 214-214-214 Karena banyak pikiran, ketika berada di pesta perayaan, Su Yan- hong terlihat sedikit berbeda. Dia tidak memperhatikan keadaan kecuali Kaisar. Orang seperti Kang Pin, Kao Sen, dan pengawal lainnya tidak berada di dalam sana. Pesta dimulai. Kaisar tertawa dan bertanya. "Yan-hong, kau seperti sedang banyak pikiran?" Su Yan-hong baru tersadar dan menggelengkan kepala. "Tidak, tidak..." "Kalau tidak, mari kita bersulang!" Arak dituang ke dalam cangkir. Kaisar mengambil satu cangkir. Satu cangkir lagi diantarkan ke depan Su Yan-hong. "Kata-kata Kaisar terlalu berat, hamba tidak tahan!" Su Yan- hong mengambil arak dan siap bersulang.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 177 Cangkir baru mengenai bibirnya isinya belum diteguk, Kao Sen tiba-tiba keluar dan berkata. "Hou-ya, tunggu!" Su Yan-hong terpaku. Kao Sen sudah merebut cangkir arak yang ada di tangannya. "Kao Sen, apa maksudmu melakukan semua ini?" Tanya Su Yan- hong. "Arak ini biar Kao Sen yang minum, sebagai ucapan terima kasih atas budi Hou-ya mengangkat jabatanku!" Kaisar marah dan menggebrakk meja. "Kao Sen, kau sangat berani..." Kao Sen melempar cangkir arak itu ke bawah. Dia tertawa sedih. "Baginda, kesetiaan dan keadilan, dua-duanya sulit berdiri dalam waktu bersamaan maka hamba memilih mati untuk menembus ketidaksetiaan hamba kepada Baginda..." Suaranya belum selesai dan menjadi serak. 7 indranya tiba-tiba mengeluarkan darah. Dia berlutut dan langsung mati di sana. "Arak beracun ganas..." Su Yan-hong memapah Kao Sen yang roboh dan melihat Kaisar. Kaisar tertawa. "Yan-hong, dalam bidang sastra atau ilmu silat serta bakat, kau selalu berada di atasku!" "Kalau bukan seperti itu mana mungkin aku bisa berkali-kali menyelamatkanmu dari bahaya? Keluarga Su secara turun temurun selalu setia kepada kerajaan, tidak diiming-iming jasa pun rela mengeluarkan tenaga dan rasa lelah. Tapi aku tidak mendapatkan tindakan seperti itu!" "Tapi ada satu titik di mana kau kau bisa tenang. Kematianmu, aku sudah mengatur itu dengan alasan sangat baik, setelah kau mati aku akan memberimu gelar raja muda agar semua rakyat mengagumi dan menghormatimu."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 178 "Aku benar-benar tidak mengerti!" Su Yan-hong menggelengkan kepala. "Kelinci licik berusaha. Anjing berjalan untuk dimasak. Burung terbang tidak ada jalan. Busur bagus harus disimpan. Prinsip ini tidak sulit dimengerti!" Kaisar tertawa dan berkata lagi. "jasamu terlalu besar dan mengejutkan raja, membuat raja menjadi waspada. Sebenarnya kau harus tahu dulu itu!" Su Yan-hong menundukkan kepala. .. "Sekarang aku hanya bisa merasa sedih!" "Karena aku ingin membunuhmu bukan?" "Su Yan-hong bukan orang yang takut akan kematian. Aku hanya merasa sedih karena rakyat!" "Aku malah tidak mengerti hal ini!" Kaisar tertawa. Satria Gunung Kidul Karya Kho Ping Hoo Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo Darah Daging Karya Kho Ping Hoo