Ceritasilat Novel Online

Legenda Pendekar Ulat Sutera 24


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying Bagian 24


Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya dari Huang Ying   "Negara dipimpin Kaisar seperti dirimu, mana mungkin rakyat bisa hidup dengan makmur!"   Jarinya Su Yan-hong menunjuk kaisar.   "sangat dikasihani! Sampai sekarang aku baru melihat dengan jelas, wajahmu yang sebenarnya, aku selalu mengira kau hanya senang minum dan perempuan, malas mengurusi masalah-masalah kerajaan. Tidak disangka kau orang licik dan kerdil! Kau adalah orang dengan pandangan air susu dibalas dengan air tuba, tidak berperasaan dan tidak tahu balas budi!"   "Diam..."   Wajah Kaisar cemberut.   "Aku benar-benar menyesal!"   Su Yan-hong tiba-tiba teringat pada ucapan Fu Hiong-kun.   "Sekarang baru menyesal sudah terlambat!"   "Kau masih ingin melakukan ini?"   "Tuan sudah membuka mulut dan tidak main main, apa yang sudah kuputuskan tidak akan berubah!"   "Apakah kau pernah berpikir masih ada orang sejenis Liu Kun dan Ling-ong, atau Pek-lian-kau yang akan membuat masalah? Apakah kau sendirian sanggup menghadapi masalah ini?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 179 "Sekarang selain kau, memangnya masih ada siapa lagi yang mempunyai kekuatan memberontak?"   "Aku tidak takut mati tapi aku tidak mau cepat mati. Aku ingin terus hidup dan melihat kesulitan saat kau menjadi seorang kaisar yang tidak setia, tidak berbakti, tidak berbelas kasihan!"   "Aku tidak berbakti, tidak setia, tidak berbelas kasihan?"   Kaisar menggelengkan kepala. Su Yan-hong masih marah.   "Kau malas mengurusi kerajaan dan terbeleng kalai karena mesum dan kotor, itu salah satu tanda ketidaksetiaanmu kepada rakyat. Kau memutarbalikkan fakta dan merusak undang-undang kerajaan, itu adalah hal tidak berbakti kepada kaisar-kaisar terdahulu yang sudah meninggal. Kau selalu mencelakakan orang dengan tuduhan palsu dan membunuh teman yang setia padamu, itu adalah tindakan berperikemanusiaan. Kau membalas air susu dengan air tuba, dengan dendam membalas moral dan kebaik an orang lain, itu namanya tidak adil..."   "Diam..."   Urat hijau di dahi Kaisar muncul seperti cacing. Su Yan-hong masih marah.   "Kalau kau masih hidup, di dunia ini tidak akan ada ketenangan. Aku ingin melihat, kau dimarahi rakyat banyak, ingin melihat kau digulingkan oleh keadilan..."   "Pengawal..."   Kaisar marah dan melempar cangkir ke bawah, berteriak.   "penggal dia..."   Kang Pin yang pertama yang keluar. Sorot mata Su Yan-hong berputar.   "Ternyata kau..."   "Budi Hou-ya mengangkatku, selamanya tidak akan kulupakan. Sekarang kita masing-masing mempunyai majikan. Aku terpaksa harus melakukan ini!"   Tangan Kang Pin diangkat dan dia membentak.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 180 Dua baris pasukan bersenjata api sudah keluar dari tempat persembunyian mereka.   Semua mon cong pistol diarahkan pada Su Yan-hong.   Ternyata Kaisar sudah melakukan persiapan harus membunuh Su Yan-hong di sana.   Su Yan-hong melihat semua ini, hatinya terasa dingin.   Dia memang mempunyai ilmu tinggi tapi tubuhnya tetap terdiri dari darah dan daging.   Dalam keadaan seperti itu, ingin menghindar dari tembakan senjata api sangat sulit.   Asal tangan Kang Pin diturunkan, tembakan senjata api akan segera dimulai.   Waktu itu, terdengar suara kecapi seperti petir menggelegar.   Itulah Toan-hun-ku dari Jit-sat-kim.   Tidak hanya prajurit yang memegang senjata api tersuruk, Kaisar, Kang Pin, dan pesilat tangguh lainnya termasuk Su Yan-hong pun merasa bingung.   Su Yan-hong tahu apa yang terjadi sebenarnya.   Dia segera mengambil keputusan, dia meloncat menabrak genting dan keluar dari sana.   Siau Cu sedang bermain kecapi duduk di atas genting.   Melihat Su Yan-hong berhasil keluar, dia menghembuskan nafas.   "Hou-ya pergi dulu! Dengan suara Jit-sat-kim aku akan menghancurkan roh mereka!"   "Sudahlah! jika sekarang mereka mati akan terjadi kekacauan lagi, yang terimbas kena masalah adalah rakyat yang tidak bersalah!"   Siau Cu melihat Su Yan-hong.   "Aku benar-benar tidak mengerti dirimu!"   Su Yan-hong menarik nafas.   "Mengapa kau bisa datang kemari?"   "Beng-cu memberitahuku, katanya Nona Fu ingin kembali ke kuil, memotong rambutnya untuk dan seorang nikoh, maka aku datang kemari!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 181 "Apa?"   Su Yan-hong merasa sedih. Dia sadar Fu Hiong-kun memilih sekarang ini pergi. Dia juga mengerti mengapa dia memilih menjadi seorang nikoh karena dia putus asa melihat Su Yan-hong.   "Untung aku datang tepat pada waktu!"   Kata Siau Cu sambil menggelengkan kepala.   "Ucapan Nona Fu 'Bersama kaisar seperti bersama harimau', benar-benar tidak salah!"   Su Yan-hong menepuk pundak Siau Cu.   "Aku akan mengejarnya!"   Siau Cu tertawa senang.   "Dari awal aku sudah tahu kau pasti akan melakukan hal seperti ini jadi aku menyuruh Beng-cu menyiapkan kereta kuda, membawa Ih-lan dan menunggumu di luar kota!"   "Baik..."   Su Yan-hong tertawa terima kasih. Dia dan Siau Cu sama-sama berlari keluar. Dia merasa kecewa kepada kerajaan. Begitu Kang Pin tersadar dia ingin membawa barisan bersenjata api mengejar Su Yan-hong, tapi ditahan oleh Kaisar.   "Biarkan dia pergi..."   "Baginda melepaskan harimau kembali ke hutan..."   "Dia mati di sini atau di gunung tidak ada bedanya!"   Kaisar tertawa licik.   "Hamba tidak mengerti!"   "Arak di cangkir memang mengandung racun ganas, racun yang dioleskan di bibir cangkir lebih keras lagi, sepasang tangan dan bibirnya sudah terkena racun masuk ke dalam aliran darahnya dan menyebar ke seluruh tubuh. Begitu dia merasakan racun yang sudah menyebar, Hoa-to hidup kembali pun tidak akan bisa menyelamatkan dia."   Kaisar tertawa terbahak-bahak, tawanya mem buat orang yang mendengar merasa dingin hingga gemetar.   Kang Pin merasa dingin, dia berlutut di depan Kaisar.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 182 "Baginda benar-benar sudah mengatur semua nya dengan baik, tidak akan ada yang salah.   Hamba sangat kagum jadinya!"   Kaisar tertawa.   "Thian-ho Sangjin benar-benar orang yang mahir membuat obat. Obat apa pun mempunyai khasiat besar. Aku sudah mencobanya, benar-benar bagus dan tidak ada yang gagal!"   "Baginda benar-benar bijak..."   Kecuali berkata seperti itu apa yang bisa Kang Pin katakan. Tapi Kaisar malah menarik nafas.   "Sungguh sayang aku tidak bisa melihat dia roboh di depanku, melihat racun itu kambuh. Yan-hong! Yan-hong! Kau tidak bisa melihat kesudahanku, aku juga tidak bisa melihat kesudahanmu. Kedua-duanya bisa menyebabkan penyesalan!"   Setelah Kang Pin mendengar itu, hatinya sekali lagi terasa dingin. 215-215-215 Setelah berada di luar kota, Siau Cu masih tidak suka dan berkata.   "Bila bertemu lagi dengan Kaisar, awas dia! Aku akan memberinya pelajaran!"   "Sebenarnya dia tidak akan hidup larna lagi!"   "Apakah diam-diam kau melakukan sesuatu padanya?"   Su Yan-hong menggelengkan kepala.   "Sebelum ke sini minum arak, aku pernah berjalan-jalan dengan bersama dengannya dan tanpa sengaja mengenai nadinya. Aku merasakan kalau nadinya sudah sangat lemah. Mungkin terlalu sering bermain perempuan dan sering memakan obat. Kematiannya tidak lama lagi!"   "Benar-benar berita gembira!"   "Tadinya aku ingin memberitahu dia agar lebih befhati-hati tapi karena terus teringat pada Fu Hiong-kun aku jadi tidak bersemangat!"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 183 "Untung, aku tidak memberitahu dia dan menyuruh dia berhati- hati!"   "Walaupun memberitahu dia pun percuma. Orang seperti dia disuruh melewatkan hari-hari dengan biasa, sepertinya bakal lebih sulit di-banding-kan bila ingin dia mati!"   Mereka sudah tiba di sisi kereta. Beng-cu menjulurkan kepala, dan melihat yang datang adalah Su Yan-hong. Dia segera berteriak.   "Cici Hiong ada surat untuk Hou-ya!"   Su Yan-hong belum menjawab, Siau Cu sudah berteriak.   "Mengapa tidak memberitahuku tentang hal ini?"   "Apa gunanya memberitahumu? Surat itu ditujukan kepada Hou-ya!"   Beng-cu memberikan surat itu kepada Su Yan-hong. Waktu itu Ih-lan menjulurkan kepala.   "Ayali, aku mau Bibi Hiong!"   "Baiklah! Dengan cara apa pun Ayah akan merebut Bibi Hiong kembali!"   "Bibi Hiong mau menjadi nikoh, apa yang dia lakukan sebenarnya?"   Tanya Ih-lan.   "Berarti dia akan kembali ke rumah gurunya! Tenanglah, sekarang juga kita akan pergi ke sana!"   "Apakah Ayah tidak sedang berbohong pada Lan-lan?"   "Kapan Ayah pernah membohongi Lan-lan?"   Su Yan-hong buru- buru membuka surat itu.   "Bu-wie Taysu pernah berkata kepadaku sewaktu di Siauw-lim, ada jodoh atau tidak ada jodoh ditentukan oleh Thian. Kalau tidak ada jodoh, memaksa diri pun tidak akan ada gunanya. Saat itu aku masih curiga. Sekarang aku percaya dan bisa berpikir dengan jelas, kuil adalah tempat tinggalku..."   Setelah membaca surat itu hati Su Yan-hong bertambah sedih.   Dia tidak sulit membayangkan bagaimana perasaan Fu Hiong-kun sewaktu menulis surat ini.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 184 Apakah ada jodoh atau tidak ada jodoh? Su Yan-hong tidak tahu tapi dia sudah bertekad akan menghalangi Fu Hiong-kun menjadi nikoh dan merebut kembali Fu Hiong-kun.   216-216-216 Malam sudah larut, salju turun menumpuk hampir 2 jam.   Sewaktu salju belum turun, Fu Hiong-kun ber lutut selama 2 jam di depan kuil.   Pertama udaranya pun seperti, kali ini dia lebih nekad hatinya lebih sedih dibandingkan saat pertama kali.   Mengetahi dia pulang, Suthay pengurus kuil ini tetap keluar untuk membukakan pintu.   Dari surat peninggalan Ku-suthay, dia tahu tentang permasalahan Fu Hiong-kun juga tahu harus bagaimana menyelesaikannya.   Salju masih turun.   Fu Hiong-kun dipenuhi salju yang baru saja turun.   Melihat Suthay, wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi apa pun.   Suthay berjalan ke depan Fu Hiong-kun, sambil menarik nafas.   "Anak bodoh, mengapa kau kembali lagi?"   "Waktunya untuk pulang pasti aku akan pulang!"   Nada bicara Fu Hiong-kun terdengar sangat tenang seperti sudah tidak mempunyai perasaan lagi. Dari wajah Suthay terlihat dia merasa aneh.   "Kemarin ini kau berlutut selama 3 hari 3 malam, kali ini kau siap berlutut untuk berapa lama?"   "Sampai Suthay setuju!"   "Hujan salju dan udara begitu dingin, apakah kau tidak takut?"   Tanya Suthay.   "Tecu tidak takut dingin tapi hati Tecu lebih dingin lagi dibandingkan tubuh Tecu!"   "Terima kasih, Guru!"   Sembah Fu Hiong-kun.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 185 "Baiklah, ikut aku masuk! Besok kita pilih waktu yang tepat. Aku akan melaksanakan upacara pemotongan rambut!"   Suthay memapah Fu Hiong-kun masuk.   Wajah Fu Hiong-kun sama sekali tidak mempunyai perasaan senang, sedikit ekspresi pun tidak terlihat.   Suthay menatapnya.   Teringat ketika dirinya baru masuk kuil ini.   Dia yakin dirinya tidak salah lihat.   Jawaban Fu Hiong-kun sebenarnya sudah berada dalam perkiraannya.   Dalam surat peninggalan Ku-suthay dia berkata, jika Fu Hiong- kun kembali dan menjawab dengan jawaban seperti ini, artinya dia kecewa berat dan tidak perlu menyuruh dia berlama-lama berlutut di atas hamparan salju.   Dia tidak tahu apa yang terjadi pada Fu Hiong-kun.   dia juga tidak mau bertanya dengan jelas.   Orang yang ingin menjadi nikoh pasti mempunyai masalah yang menyedihkan.   217-217-217 Hari kedua siang.   Legenda Pendekar Ulat Sutera Karya Huang Ying di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Salju masih turun, tanah menjadi warna putih, membuat hati terasa dingin.   Di dalam kuil, lagu-lagu Budha terus terdengar.   Setelah melaksanakan upacara, akhirnya Suthay mengangkat pisau cukur, siap memotong segenggam rambut Fu Hiong-kun.   Suara Ih-lan waktu itu terdengar.   "Bibi Hiong, Bibi Hiong..."   Mata Fu Hiong-kun yang tadinya dipejamkan mulai dibuka. Mata yang tadinya tenang bersamaan waktu bergejolak. Suthay melihat semua itu. Dia menarik nafas.   "Sudahlah..."   Pisau cukur segera diletakkan kembali. Sorot mata Fu Hiong-kun berputar. Dia melihat Ih-lan yang sedang berlari masuk ke pekarangan. Sewaktu berada di anak tangga, dia ingin naik tapi terjatuh lagi.   "Lan-lan..."   Fu Hiong-kun berdiri dan berlari memapah Ih-lan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 186 "Apakah Bibi Hiong tidak mau Lan-lan lagi?"   Ih-lan memeluk erat Fu Hiong-kun.   "tapi Lan-lan mau Bibi Hiong..."   Hati Fu Hiong-kun bergejolak. Dia mengelus-elus rambut Ih-lan lalu dia mendengar suara yang sangat dia kenal.   "Hiong-kun..."   Dia melihat Su Yan-hong membawa payung berdiri di tanah penuh salju. Dia sedang termenung melihatnya. Bola matanya berlumur kesedihan.   "Yan-hong..."   Hati Fu Hiong-kun mulai bergejolak lagi. Ih-Ian menuntunnya berjalan ke arah sana sambil berteriak.   "Ayah menginginkan Bibi Hiong jadi Bibi Hiong jangan tinggalkan ayah!"   Ih-lan benar-benar sangat mengerti.   Setelah dekat, dia mendorong Fu Hiong-kun ke arah Su Yan-hong dan dia memutar jalan ke arah Siau Cu dan Beng-cu yang sedang berjalan masuk.   Pintu kuil sudah ditutup.   Lagu Budha yang sedang dinyanyikan sudah berhenti.   Bumi dan langit menjadi sangat sepi dan hening.   "Hiong-kun..."   Panggil Su Yan-hong.   Nada bicaranya penuh dengan kesedihan.   Suaranya juga serak.   Fu Hiong-kun terkejut melihat bibir Su Yan-hong yang pucat.   Matanya penuh dengan urat-urat kecil berwarna merah, wajah pucat dan terlihat tidak ada kehidupan.   Hati Fu Hiong-kun mulai bergetar.   Dia masuk ke dalam pelukan Su Yan-hong dan memeluknya.   Saat mengenai nadi Su Yan-hong, dia benar-benar terkejut.   Su Yan-hong menarik nafas.   "Aku benar-benar menyesal tidak mendengar kata-katamu. Kelinci licik berusaha. Anjing berjalan untuk dimasak. Burung terbang tidak ada jalan. Busur bagus harus disimpan...."   "Apakah kaisar..."   Tanya Fu Hiong-kun.   "Bersama Kaisar seperti bersama harimau."Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 187 "Mengapa kau tidak berhati-hati?"   "Kalau kau berada di sisiku, pasti kau bisa melihatnya, tidak..."   Su Yan-hong menggelengkan kepala.   "kalau aku mau mendengar kata-katamu, tidak akan terjadi hal seperti ini!"   "Untung kau bisa mencariku hingga kemari!"   "Untung tepat pada waktunya. Mendengar lagu Budha itu, hatiku hancur!"   Nada bicara Su Yan-hong semakin melemah.   "Katakan kepadaku, jangan lakukan hal bodoh itu lagi!"   "Kau sudah datang kemari, aku tidak akan melakukan itu!"   Dengan lembut Fu Hiong-kun berkata lagi.   "aku tidak akan meninggalkan Ih-lan lagi!"   "Lan-lan bisa ikut Siau Cu dan Beng-cu, kau masih muda, pintar, dan cantik. Kau pasti bisa menemukan laki-laki yang lebih baik!"   Fu Hiong-kun pelan-pelan mengangkat tangannya menutup mulut Su Yan-hong.   "Mengapa kau bicara seperti itu?"   "Hiong-kun..."   "Apakah di dunia ini ada laki-laki yang lebih baik darimu?"   "Hiong-kun, dengarkan aku..."   "Apakah kau tidak tahu kalau aku sangat menguasai obat- obatan? Racun di dunia ini tidak ada yang tidak bisa kutawarkan, tidak ada penyakit yang tidak bisa kuobati!"   "Oh..."   Mata Su Yan-hong bersemangat lagi.   "Kalau racun berhasil ditawarkan, kita segera turun gunung, kita bawa Ih-lan, Siau Cu, dan Beng-cu berkelana di dunia persilatan.   "Baik..."   Hati Su Yan-hong terasa hangat dan tidak bisa dilukiskan perasaannya.   "Banyak gunung terkenal dan sungai yang belum kita lewati. Kita jalan-jalan ke sana, coba kau pikir bukankah itu sangat menyenangkan?"Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 188 "Betul..."   Su Yan-hong seperti sudah menikmati keindahan alam itu.   "tapi lebih baik kita jangan urusi hal-hal yang terjadi di dunia persilatan!"   "Betul, dunia persilatan penuh dengan bahaya dan kelicikan. Kita jangan menjadi orang dunia persilatan, itu akan lebih baik!"   "Itu sudah pasti! Kita akan hidup lebih senang seperti orang normal biasa!"   Wajah Su Yan-hong terlihat senang, dia tertawa.   "Setelah habis bermain di gunung dan sungai terkenal, kita akan memilih tempat yang cocok untuk tempat tinggal, memilih hidup nyaman!"   Dengan lembut Fu Hiong-kun bicara. Ekspresi wajahnya terlihat senang.   "Apakah kau tidak bosan hidup seperti itu?"   "Mengapa bosan? Aku memang senang dengan hidup seperti itu, bagaimana denganmu?"   "Ada kau di sisiku, aku sudah merasa puas. Apalagi menjalankan kehidupan seperti dewa?"   Tawa Su Yan-hong bertambah keras tapi dari bola matanya terpancar tidak bisa berbuat apa-apa.   Sepanjang perjalanan dia merasa terkena racun.   Hanya saja ketika sudah merasakannya, racun sudah masuk ke jalan darahnya.   Dengan tenaga dalamnya dia terus menahan serangan racun tapi entah berapa lama dia bisa bertahan.   Dia hanya mengandalkan kekuatannya karena ingin bertemu Fu Hiong-kun, ingin melarang Fu Hiong-kun memotong rambut dan menjadi seorang nikoh oleh sebab itu dia bisa bertahan hingga sampai di kuil ini.   Tapi tenaga dalam untuk mencegah racun terus menyebar semakin menipis.   Dia juga tahu kalau Fu Hiong-kun menguasai ilmu ketabiban yang tinggi, tidak ada alasan Fu Hiong-kun tidak tahu kalau dia terkena racun ganas dan tidak tertolong lagi.   Ucapan tadi hanya menghibur agar dia bisa dengan senang meninggalkan dunia ini.   Dia tidak tahu perasaan Fu Hiong-kun padanya, tapi dia bisa mati di depan Fu Hiong-kun tidak ada penyesalan apa pun lagi.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 189 Mengenai Ih-lan, dia percayakan pada Siau Cu dan Beng-cu atau Fu Hiong-kun juga bisa mengatur semuanya dengan baik.   Terakhir dia merasa dia terlalu egois, tidak boleh ingin senang dan gembira meninggalkan dunia ini malah memberikan beban berat kepada Fu Hiong-kun.   Tapi ketika dia akan mengatakan hal lain, dia sudah tidak sanggup lagi.   Darah keluar dari tangannya, menetes ke bawah, tangan kanan yang memegang payung sudah tidak bertenaga.   Akhirnya payung terjatuh dan terus berguling-guling.   Kepalanya terkulai di pundak Fu Hiong-kun.   salju masih turun tapi dia sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi.   Fu Hiong-kun merasakan tenaga tekanan dari pundak dan melihat payung terjatuh, dia ingin melihat Su Yan-hong.   Tapi dia sama sekali tidak memiliki keberanian, dia merasa tubuh Su Yan- hong meluncur jatuh dari sisi tubuhnya.   Dia ingin memapah tapi kedua tangannya kaku.   Tidak hanya tidak bertenaga, sampai bergeser pun dia tidak sanggup.   Akhirnya matanya bisa melihat, tapi tidak bisa melihat Su Yan- hong.   Tidak terlihat apa-apa sebab matanya penuh dengan air mata terus menetes.   Ih-lan, Beng-cu, dan Siau Cu mendengar teriakan Fu Hiong-kun tapi seperti dari jauh, pikirannya pun begitu jauh.   Wan Fei-yang, Tokko Hong...   kenang-kenangan begitu banyak, ada suka ada duka tapi pada akhirnya disudahi dengan kesedihan yang banyak! Apakah ini yang disebut kehidupan? Fu Hiong-kun tidak tahu.   Dia ingin berpikir dengan senang tapi pada akhirnya hal-hal menyenangkan berlangsung begitu singkat.   Sampai dia tersadar baru melihat Ih-lan menangis dalam pelukannya.   Siau Cu dan Beng-cu menangis sambil berpelukan.Legenda Pendekar Ulat Sutra - 4 190 Mereka masih bersimbah air mata, tapi air mata Fu Hiong-kun sudah kering, tidak bisa menetes lagi, di bola matanya hanya ada kebingungan.   Jalan mana yang harus dia pilih? TAMAT Bandung, 10 Agustus 2012 Salam Hormat (See-Yan Tjin Djin).   0 0 yoza collection Seruling Haus Darah - Halaman yoza collection Seruling Haus Darah - Halaman       Sepasang Pendekar Perbatasan Karya Chin Yung Bintang Bintang Jadi Saksi Karya Kho Ping Hoo Kemelut Di Majapahit Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini