Warisan Jenderal Gak Hui 4
Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung Bagian 4
Warisan Jenderal Gak Hui Karya dari Chin Yung Seru Kiat Koan dengan suara sombong dan senyumannya yang lebar memuakkan. "Aiii.. Congkak benar si hidung bawang ini" Pikir Tong Kiam Ciu "dia membual seenaknya saja, apakah dia menyangka bahwa dirinya yang paling jago di kolong langit ini ?!" Pada saat itu tampaklah suatu perubahan pada diri sipendeta, sama sekali dia tidak dapat meneriakan kata-kata sombong dan sangat merendah orang lain itu. Maka sangat gusarlah hati Eng Ciok Taysu. "Hayo iblis hidung bawang ! Sebetulnya siapa yang pandai bicara ? Aku atau kau !" Seru Eng Ciok Taysu dengan gusar. "Hah ? Tidak perlu kita terlalu banyak bicara. Jika kau masih meragukan ilmu Bu sa ciang kau dapat mencobanya !" Seru Kiat Koan dengan nada suara menantarg dan gusar. Saat itu bulan masih memancarkan sinarnya yang terang dengan beribu- ribu bintang berhamburan di langit. Ketika mendengar kata-kata yang pedas dan bersifat menantang itu tersinggunglah kesabaran Eng Ciok Taysu. Maka kakek gundul itu segera memperbaiki kuda-kudanya sambil melangkah satu tindak. Dengan sorot mata menyala Eng Ciok Taysu memandang sihidung bawang. Rupa-rupanya pertarungan hebat diantara kedua orang itu tidak dapat dihindari lagi. Dalam detik yang panas dan menegangkan itu, tiba-tiba tampak dua buah bayangan tetah melayang dibarengi dengan seribitan angin sejuk. Bayangan itu telah datang dengan tiba-tiba dan tampak dua orang yang telah berdiri diantara kedua orang yang akan mengadakan pertandingan mengadu tebalnya kulit kerasnya tulang dengan saling bersikeras. 3 16 Bayangan yang satu adalah seorang laki-laki tua berpakaian seperti seorang pelajar, rambut dan jenggotnya telah putih, dipunggungnya terpampang sebilah pedang. Kakek itu yang terkenal dengan gelar Tie kiam suseng (si mahasiswa berpedang baja) pemimpin partai persilatan Tie kiam bun yang bernama Pek Giok Tong. Sedangkan bayangan yang satunya lagi adalah seorang rahib wanita yang berwajah kejam dan bersenjata tongkat. Dikalangan persilatan dia dikenai sebagai Siok-soat Shin-si. Eng Ciok Taysu maupun Liat Kiat Koan merasa sangat terperanjat ketika menyaksikan kedatangan kedua orang tokoh itu. Dengan pandangan mata penuh keheranan Kiat Koan memperhatikan kedatangan kedua orang itu dan berpikir. "Aneh, kakek dan nenek itu belum pernah datang ke puncak Ciok yong-hong untuk turut serta menghadiri pertemuan Bulim Tahwee. Tetapi sekarang......." Tie kiam su-seng tidak memperhatikan sama sekali keadaan pemimpin partai Kong-tong yang congkak itu. Ia hanya tersenyum dan mengangkat kedua tangannya menghaturkan hormat kepada Eng Ciok Taysu seraya berkata. "Eng Ciok Taysu. kita sudah lama tidak saling berjumpa. apakah Taysu baik- baik saja ? Taysu tidak perlu bertengkar dengan sihidung bawang itu. Jika betul- betul memang dia adalah seorang jago, maka dia dapat membuktikan kehebatan itu di puncak Ciok-yong hong nanti. Saat ini aku mempunyai suatu perkara yang akan dirundingkan dengan Taysu, maka sebaiknya kita cepat-cepat meninggalkan tempat ini sekarang !" Seru kakek Pek Giok Tong. Eng Ciok Taysu membalas hormat orang itu kemudian mengangkat wajahnya dan berseru dengan suara ramah dan sopan. "Sama sekali aku tidak menduga akan pertemuan ini. Aku tak pernah memimpikan akan bertemu dengan saudara Pek dan Siok-soat Shin-ni ditempat ini. Saat ini kurasa sudah pada waktunya kita harus cepat-cepat meninggalkan tempat ini. Ayolah kita lekas meninggalkan tempat ini " Kemudian tanpa menghiraukan lagi kepada Liat Kiat Koan, mereka bertiga segera berlalu dari tempat itu. 3 17 Diperlakukan seperti itu Liat Kiat Koan merasa gusar dan sangat mendongkol sekali. Tetapi si Hidung Bawang itu masih sempat mendengar ketiga orang itu menyebut- Ang-tok-ouw atau telaga Ang-tok dan kota Pek-seng. "Kota Pek-seng. Apakah kitab ilmu silat Pek-seng betul-betul berada dikota Pek-seng ?" Pikir Liat Kiat Koan sambil berjalan dengan menundukkan kepala menuju kepuncak Ciok yong-hong. ***** Pegunungan Heng san dengan puncaknya yang bernama Ciok yong-hong. Ciok yong-hong adalah sebuah dataran tinggi seluas sekira seratus depa persegi ditumbuhi oleh rumput yang hijau dan tebal. Terdapat jurang yang sangat curam. Tiga sisi jurang itu terdapat hutan pohon beringin yang sangat rindang. Memang tempat yang sangat mengagumkan dan tidak banyak terdapat di tempat lainnya. Puncak Ciok yong-hong mempunyai keistimewaan tersendiri. Dibawah sinar bulan purnama yang terang benderang itu tampaklah bayangan orang-orang yang mengupengi lapangan rumput hijau. Mereka terdiri dari tokoh-tokoh persilatan segala aliran. Baik aliran tua maupun muda yang telah menjagoi dunia persilatan puluhan tahun sampai para pendekar yang belum berpengalaman lama di dunia Bu-lim. Tetapi mereka telah bertemu dalam pertemuan Bu-lim-tahwee di puncak Ciok yong-hong dengan penuh hikmad. Mereka itu adalah orang-oramg dari dunia Kang-ouw yang datang karena pertemuan itu untuk turut serta dalam perebutan pedang pusaka Oey-liong- kiam. Meskipun sebagian besar adalah tokoh-tokoh tua dan berpengalaman namun ada juga yang datang ke tempat itu hanya untuk mencari pengalaman dan pengetahuan mereka saja. Mengingat bahwa mereka untuk memperebutkan pedang pusaka Oey-liong-kiam harus berhadapan dengan tokoh-tokoh sakti dan berkepandaian tinggi. Adapun bagi mereka yang pernah datang untuk yang kesekian kalinya dalam pertemuan Bu-lim tahwee kali ini banyak dikunjungi dengan luar biasa sekali. Tetapi mereka belum menyaksikan kehadiran Pek-hi-siu-si yang telah keluar sebagai pemerang pada pertemuan yang lalu Pek-hi-siu-si yang berhasil memboyong pedang pusaka Naga kuning itu dari puncak Ciok yong-hong. Saat 3 18 itu mereka juga belum melihat Eng Ciok Taysu, Hiong Hok Totiang dan pendekar- pendekar lainnya yang mempunyai ilmu hampir setarap dengan Pek-hi-siu-si. Sebelum fajar menyingsing Liat Kiat Koan telah datang dan menghormat kepada para hadirin yang berjubal di tempat itu. Pemimpin partai persilatan Kong-tong itu menghormat dengan sikapnya yang angkuh sekali dan tampak menjengkelkan. "Bukankah si gundul kakek dan nenek tadi telah mendahului menuju kepuncak ini. Tetapi kemana perginya mereka itu ? Apakah mereka menuju ke Ang-tok-ouw ?" Pikir Liat Kiat Koan sambil matanya memandang ke mana-mana mencari-cari ketiga orang itu. Tetapi sesaat kemudian kakek Eng Ciok Taysu telah datang karena itu dengan langkah tenang dan pasti mendekati orang-orang lan yang bergerumbel menantikan pertandingan segera dimulai. "Tidak diduga bahwa ternyata kau sangat terlambat !" Seru Kiat Koan, kata- kata itu dilontarkan dengan nada mengejek. "kemana kawan-kawanmu tadi, apakah mereka merasa gentar ? Juga kenapa pula Pek-hi-siu-si, mengapa belum kelihatan berada di tempat ini ? Jika Pek-hi-siu-si merasa gentar dan takut datang disini tetapi Hiong Hok Totiang yang telah me nyimpan titipan pedang itu harus pula sudah berada ditempat ini" Seru Kiat Koan dengan nada suara seenaknya sendiri, congkak dan mencibir. "Siapa bilang tidak berani datang!" Bentak Kiam Ciu dengan gusar. Suara bentakan yang keras dan berani itu ternyata mengejutkan semua yang haditr dipuncak Ciok-yong-hong. Semuanya memandang kearah Kiam Ciu. Mereka merasa heran dengan tertampaknya seorang pemuda tampan dan masih sangat muda dengan pakaian serba putih perak sedang berdiri dengan tenang dan bersidakep di bawah pohon beringin yang rindang, sedang di punggungnya terpampang menyembul sebilah pedang pusaka. Pedang yang selalu dijadikan perebutan dikalangan Kang-ouw, Pedang Oey-Liong-Kiam. Kedatangan Tong Kiam Ciu membuat segenap orang yang menaruh simpati kepada pemuda itu merasa sayang dan merasa sangat heran. Heran karena dengan cara bagaimana pemuda itu dapat tiba ditempat pertemuan Bu lim 3 19 tahwee. Sayang dan cemas bahwa usia pemuda tampan itu masih sangat muda dan belum berpengalaman. Jika dia harus bertarung dengan jago-jago dari golongan tua yang lihay dan ulung seperti Eng Ciok Taysu, Pek Giok Tong atau si mahasiswa berpedang baja, juga masih banyak lagi tokoh-tokoh tua lainnya, Bukankah kedatangannya di tempat itu hanya untuk mengantarkan nyawa belaka. Ketika menyaksikan munculnya seorang pemuda tampan berpakaian serba putih bagaikan perak itu, Liat Kiat Koan tertawa tergelak-gelak. "Haaaa-haaaa.. kukira jago silai yang macam apa. Tidak tahunya hanyalah seorang pemuda yang masih ingusan. Sudahlah kau akhiri sampai disini ketololanmu, kau berlututlah di hadapanku dan serahkanlah pedang pusaka Oey- liong-kiam kepadaku. Aku akan mengampuni nyawamu tanpa mengucurkan setetes darahpun dari tubuhmu!" Seru Liat Kiat Koan sambil menyeringai kearah Tong Kiam Ciu. Pemuda itu tampak tenang-tenang saja, lalu sambil menatap kearah wajah Liar Kiat Koan dia berseru. "Eng Ciok Taysu pernah mengatakan bahwa kau terlalu banyak berbuat kekejian yang terkutuk!. Jika kau menhendaki pedang pusaka Oey-liong-kiam maka kupersilahkan kau untuk mengambilnya sendiri!" Seru Kiam Ciu dengan suara halus mendatar tetapi cukup tajam. Mendapat tantangan yang demikian rupa dari seorang pemuda yang pantas menjadi anaknya itu, Liat Kiat Koan adalah seorang pemimpin partai persilatan yang cukup besar, tak dapat lagi menahan kegusaran. Denjan tiba-tiba hawa kemarahan telah berkobar-kobar membakar kesabaran dan kebijaksanaannya. "Hay anak muda! Terimalah serangan awas" Bentak Liat Kiat Koan sambil mengirimkan serangan tinjunya kearah dada Kiam Ciu dengan jurus pukulan Hong-ki-in-yong atau Angin bergerak mega melayang. Tetapi Kiam Ciu tidak berusaha untuk menghindari serangan pukuan tinju itu. Malah tampaklah pemuda itu melangkah maju seolah-olah memapaki serangan lawannya dan membiarkan pukulan itu menumbuk dadanya. Kiam Ciu mengan kat kedua tinu untuk balas menyerang. 3 20 Benturan adu tenaga dalam itu mengakibatkan suara ledakan dan tampaklah hal yang luar biasa. Liat Kiat Koan terpental sampai beberapa langkah kebelakang dengan tindakan berat. Semua yang hadir di tempat itu merasa kagum dan bergumam memuji kehebatan Kiam Ciu. Ternyata hanya dalam permainan satu jurus saja, pemimpin partai persilatan Kong-tong telah dapat dirubuhkan oleh seorang pemuda yang tampaknya masih sangat muda dan belum berpengalaman. Padahal Liat Kiat Koan seorang tokoh luar-biasa dan kejam, ternyata dapat dipermainkan oleh seorang pemuda yang belum berpengalaman. "Hay Liat Kiat Koan kau telah turut serta dalam pertemuan Bu lim-tahwee ini, apakah kau tidak mengetahui peraturan Bu-lim?" Tegur Eng Ciok Taysu dengan suara lantang dan tegas. Liat Kiat Koan merasa sangat malu dan gusar sekali karena telah dipermainkan oleh Kiam Ciu dan hingga terhuyung hampir kehilangan keseimbangannya. Ketika mendengar teguran dari Eng Ciok Taysu, maka dia menjadi sangat marah sekali dat sambil menghunus pedang dia membentak. "Hay gundul! Peraturan apa yang harus aku ketahui ?" Bentak Kiat Koan dengan congkak. "Dalam dunia Kang-ouw siapa yang tangguh maka dialah yang selalu betul. Maka hari ini bukanlah siapa yang betul dalam hal ini" "Aku tidak merasa gembira untuk bertarung denganmu !" Sahut Eng Ciok Taysu. "aku hanya merasa kecewa terhadap partai Kong-tong yang tidak mengenal petaiuran Bu lim dan aku lebih kecewa lagi justru ketololan itu telah sengaja dipamerkah dihadapan orang gagah dalam pertempuran ini oleh pemimpin partai itu sendiri !" Seru Eng Ciok Taysu dengan nada tajam dan menghina. Setelah kakek itu mengakhiri kata-katanya, Kiat Koan sudah hendak menyerangnya, tetapi tiba-tiba Tong Kiam Ciu telah meloncat kedepan dan menghormat kepada Eng Ciok Taysu seraya berseru dengan sopan. "Taysu .... sebenarnya Liat Kiat Koan ingin menghajarku. Biarlah persoalan dengan orang ini aku yang menghadapinya!" Setelah selesai dengan kata-kata 3 21 itu sekali lagi pemuda itu membongkok dan memutar tubuh berpaling kepada Liat Kiat Koan. "Jika kau memang tidak mengindahkan peraturan. ayolah serang aku !" Seru Tong Kiam Ciu dengan suara lantang menantang. "Haa..ha.hahh ternyata kau sudah bosan hidup dan menginginkan tusukan pedang !" Seru Liat Kiat Koan dengan suara congkak. "Aku tidak takabur, tetapi untuk melayani orang semacam dirimu ini. kurasa dengan kedua belah tangan kosong ini saja sudah cukup." Kata Tong Kiam Ciu sambil mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. Apa yang diucapkan oleh Tong Kiam Ciu itu sangat sederhana dan biasa. Tetapi Liat Kiat Koan merasa sangat gusar hingga tubuhnya menjadi gemetar karena menahan gejolak kemarahannya itu, karena dia menganggap bahwa Kiam Ciu sangat menghina dirinya. Maka dengan luapan gejolak kemarahan yang tak terbendung lagi, Liat Kiat Koan telah meloncat menyerang dada Kiam Ciu dengan jeritan kemarahan. Tetapi Tong Kiam Ciu dengan tenang hanya mengegoskan tubuhnya kesamping sedikit. Karena gerakan tiba-tiba Kiam Ciu itu sehingga lawannya terhuyung membacok tempat kosong. Dalam keadaan itu maka dengan sigap pula tangan kanan Kiam Ciu menghantam bahu kanan Kiat Koan, sehingga laki- laki kasar dan sombong itu terpaksa harus menggelundung kesamping menghindari serargan Kiam Ciu yang berbahaya itu. "Bagus !" Seru Liat Kiat Koan dengan tidak sengaja memuji Kiam Ciu. Sesaat kemudian dengan pura-pura terhuyung Liat Kiat Koan membalas mengirimkan pukulan tinju tangan kiri kearah Kiam Ciu dengan mempergunakan jurus Hui-Ing-pok-ciu atau Burung elang menerkam anak ayam. Tampaklah kelebatan tangan kiri yang menyerang Kiam Ciu jari jemarinya mengembang untuk mencengkeram tenggorokkan lawan. Dengan bersikap tenang dan waspada Kiam Ciu memiringkan tubuh dan meloncat kebelakang dua langkah sambil melindungi dadanya dengan lengan menyilang. Kiam Ciu menyadari bahwa lawannya adalah seorang yang berilmu 3 22 luar biasa dan disamping kehebatan ilmunya Liat Kiat Koan ini mempunyai watak yang sangat licik sekail Maka loncatan Kiam Ciu kebelakang itu dibarengi dengan sebuah tangkisan. Ternyata serangan tangan kiri Liat Kiat Koan itu hanyalah suatu siasat pancingan belaka. Dengan kecepatan luar biasa laki-laki itu telah meloncat keatas dengan maksud melampaui kepala Kiam Ciu dan mengarah hulu pedang Oey-liong-kiam yang terpapang dipunggung Kiam Ciu. Tetapi betapa kagetnya Kiat Koan ketika menerima kenyataan yang sangat luar biasa dan cepat sekali. Kiam Ciu dengan gerakkan yang sangat luar biasa telah mengangkat kedua tapak tangannya menghadap kelangit. Berbareng dengan itu kedua tapak tangan telah melekat ke tapak kaki Kiat Koan hingga tidak sempat untuk berbuat apa-apa. Yang dirasakannya dirinya telah melambung karena lontaran keras. Hingga Kiat Koan terbanting ditanah. "Wuutt !" Terdengar sebuah sambaran lengan baju pemuda itu kearah wajah Kiat Koan, tamparan lengan baju yang sangat hebat dan bertenaga luar biasa hingga laki-laki itu terjengkang. "Aduhhh !" Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Teriak Kiat Kan sambil meloncat kebelakang membuang diri beberapa langkah dan tangan kirinya memegang pipi yang terasa panas. Tenaga dalam sakti yang memang betul-betul luar biasa yang telah dikuasai oleh Tong Kiam Ciu yang ternyata sangat berguna. Kiam Ciu telah menghajar Kiat Koan dengan hebat, tetapi Kiat Koan tidak mengucurkan darah diri lukanya. Luka yang tidak mengucurkan darah itu sebenarnya malah sukar untuk diobati. Tamparan maut itu memang tidak nampak luar biaia, tetapi memang disengaja oleh Kiam Ciu untuk mengajar adat kepada orang yang bersifat sombong dan tidak menghargai orang lain itu. Orang-orang yang berada ditempat itu hampir serentak memuji kehebatan Kiam Ciu. Diantara orang itu tampik pula seorang laki-laki yang berpakaian compang camping yang tampak selalu mengikuti jejak Kiam Ciu. 3 23 Liat Kiat Koan menerima kenyataan kehebatan Kiam Ciu dengan perasaan sangat gusar sekali. Pada saat itu dia belum merasakan akibat dari tamparan Kiam Ciu tadi. Bahkan dia menjadi sangat marah sekali. Dengan mengembangkan jurus Hong-lui-kiam-kie atau Badai dan Geledek saling menyambar, Liat Kiat Koan menyerang lagi. Serangannya yang didasari oleh gejolak kemarahan yang luar biasa melupakan itu membuat semua yang dimaksudkan meleset. Bacokan dan tusukan pedangnya ternyata hanya menyambar tempat kosong belaka, sedangkan Kiam Ciu nampak memiringkan tubuhnya sambil melindungi dada dengan menyilangkan kedua tapak tangan. Dengan gerakkan cepat sekali Kiam Ciu memutar tubuh dan sisa tapak tangannya menghantam bahu Kiat Koan. Hantaman itu dapat dihindari oleh lawan dengan menggelundung ketanah beberapa kali menjauh. Kemudian Kiat Koan meloncat berdiri dan menyerang lagi dengan serangan pedang kearah dada Kiam Ciu. Kembali Kiat Koan menyerang Kiam Ciu dengan jurus Hong-lui-kiam-kie. Kiam Ciu meloncat kebelakang dua langkah dan serangan membadai Kiat Koan mendesak terus. Tetapi lor.ca tan kebelakang Kiam Ciu itu hinya uatu loca ran untuk membetulkan porsinya saja, ketika tu aukan ujuDg pedang Kiat Koan hampir meoyen tuh ulu hati Kiam Cju, maki pemuda itu dengan gerakkan meloncat dan cepat sekali sarnbil mei g hantamkan tinju bajanya kepergelangan tangan Kiat Koan yang menggenggam pedang. "Dess! Trang ... aduh!" Terdengar suara-suara berbareng. Tampaklah tangan kanan Kiat Koan terkulai sedangkan tangan kiri menggenggam pergelangan tangan kanan dan pedangnya telah menggeletak ditanah patah menjadi dua. Tampaklah Kiat Koan melompat kebelskang kira-kira lima langkah sambil menggenggam pergelangan tangannya. Laki-laki congkak itu merasa khawatir kalau sampai mendapat tamparan lagi dari Kiam Ciu. Dengan mata memandang penuh kekaguman kepada anak muda itu Kiat Koan berusaha memulihkan rasa nyeri ditangan kanannya. Sedangkan Kiam Ciu hanya berdiri memperhatikan Liat Kiat Koan dengan tersenyum-senyum dan wajahnya berseri. 3 24 Hampir berbareng pula segenap hadirin di lapangan rumput dipuncak Ciok yong-hong berseru kagum atas kelihayan pemuda tampan yang membekal pedang pusaka Jendral Gak Hui ialah pedang Oey-liong-Kiam. Kemudian Eng Ciok Taysu telah melangkah ditengah-tengah arena. Laki-laki gundul itu merasa sangat kagum atas kesudahan pertempuran yang luar biasa itu. Mulai saat itu dia berjanji tidak akan lagi menginginkan untuk turut memperebutkan pedang pusaka Oey-liong-kiam. "Saudara-saudara sekalian! Kita sekalian yangb telah mendatangi pertemuan Bulim tahwee, harus mentaati segala macam peraturan Bu lim. Tetapi pertemuan ini ternyata telah dikacau oleh seseorang yang tidak mau menaati segala peraturan itu !" Eng Ciok Taysu berhenti sejenak. dia menunggu reaksi dari ucapannya itu. Tetapi segenap hadirin tetap tenang dan tidak ada yang memberikan reaksi. Maka kakek itu lalu meneruskan kata-katanya. "Kini aku ingin mengajukan sebuah usul dalam pertemuan orang-orang gagah hari ini. Kita tidak akan memperebutkan lagi pedang pusaka nomor satu dikolong langit Oey-liong-kiam. Tetapi kita....kita akan membicarakan tentang sebuah kitab pusaka. Saudara-saudara sekalian, tentunya saudara-saudara telah mengetahui sebuah telaga yang bernama Ang-tok-ouw yarg terletak dlsebelah Utara Propensi Anhwee. Didalam telaga itu terdapat reruntuhan kota kuno yang bernama Pek seng. Di kota itulah katanya terdapat sebuab kitab kuno ilmu silat yang didahamnya tertulis ilmu merawat tubuh agar menjadi kuat dan awet muda serta kebal terhadap senjata tajam dan racun. Juga telah memuat pelajaran ilmu silat yang luar biasa hebatnya. Inilah usulku . Barang siapa yang berhasil memperoleh kitab pusaka itu maka dialah pula yang berhak atas pedang pusaka Oey-liang-kiam, sebagai imbalan atas kemampuannya mendapat kitab pusaka Pek Seng itu !" Sesaat Eng Ciok Taysu terhenti. "Kini kita tidak akan memperebutkan pedang pusaka Oey-liang-kiam yang berada ditangan Tong Kiam Ciu Siawhiap, Pendekar muda ini baru saja telah membuktikan bahwa untuk saat ini dialah yang pantas melindungi pedang pusaka Oey-liang-kiam itu.!" Eng Ciok Taysu berhenti sampai disini usulnya dan menyerahkan kepada pendapat hadirin semuanya. 3 25 Pada umumnya segenap hadirin menyetujul usul kakek itu. Kedatangan Pek Giok Tong dan Siok soat Shin-ni ditempat itu bukannya untuk turut memperebutkan pedang pusaka Oey-liang-kiam. Mereka berdua datang di dataran tinggi puncak Ciok-yong-hong untuk mengajak Eng Ciok Taysu untuk mencari kitab pusaka seperti yang diutarakan tadi. Hanya mereka merasa khawatir kalau sampai kitab pusaka itu jatuh ketangan golongan hitam yang kejam dan keji tindak tanduknya. Karena merasa khawatir dan telah mendengar khabar bahwa dikalangan Bu-lim telah muncul seseorang yang sangat lihay, orang itu telah datang dari propinsi dekat tapal batas dan bermaksud untuk mencari kitab kuno Pek-seng. Banyak orang telah menjadi korban. Dia terkenal dengan nama "Kwa Sit". Itulah salah satu sebab hingga Pek Giok Tong dan Siok- soat Shin-ni dalam pertemuan Bu lim tahwee. Ialah disamping mereka datang untuk mengajak Eng Ciok Taysu untuk mencari kitab pusaka kuno Pek-seng, Mereka juga ingin menggabungkan semua orang yang telah berada dipadang rumput itu untuk mengepung bersama Kwa Sit. Kwa Sit yang terkenal sangat lihay. Eng Ciok Taysu telah berhasil mengajukan usul didepan pertemuan kaum gagah dari segala aliran itu. Ternyata usul itu dapat diterima dengan saksama. Perebutan pusaka Oey-liang-kiam ditunda dulu. Tetapi dia ragu-ragu apakah dia akan berhasil mengajakkan kepada segenap hadirin untuk serentak dan beramai-ramai untuk menangkap dan menggempur orang she Kwa. "Hadirin sekalian itulah usulku dan sekarang kuharapkan agar saudara- saudara sekalian menyiarkan berita ini, barang siapa yang ingin merebut pedang pusaka Oey-liang-kiam. harap mereka terlebih dahulu pergi ke telaga Ang-tok-ouw untuk mencari kitab Pek-seng..." Seru Eng Ciok Taysu dengan cukup keras dan wajah berseri penuh keyakinan. Tetapi belum lagi Eng Ciok Taysu selesai mengucapian kata-kata itu dengan tiba-tiba Liat Kiat Koan meloncat menerkam Tong Kiam Ciu yang tengah memperhatikan dan tekun mengikuti pembicaraan Eng Ciok Taysu. Sebelum menerkam tadi Liat Kiat Koan telah melemparkan kewajah Kiam Ciu seraup benda-benda hitam yang ternyata adalah jarum-jarum yang sangat beracun dengan jurus Bu-sa-to-ciang atau Tinju Sapu Jagad. Senjata rahasia yang paling keji dan terampuh. 3 26 "Awas!" Seru Eng Ciok Taysn dengan suara lantang kearah Kiam Ciu. Toog Kiam Ciu merasa terkejut sekali dan dengan gerak lincah dia telah meloncat menghindari serangan senjata rahasia jarum beracun itu. Namun walaupun bagaimana gerakan kelincahan pemuda itu, luput pula beberapa buah jarum telah mengeram ditubuhnya. Karena jumlah jarum yang dikerahkan dengan ilmu Bu-sa-to-ciang oleh Liat Kiat Koan itu sangat banyak, maka tidak mungkin bagi Kiam Ciu untuk menghalau semuanya walau bagaimana hebatnyapun ilmu pemuda itu. Beberapa saat kemudian terasalah matanya berkunang-kunang, jarum-jarum yang telah membenam dalam daging pemuda itu telah mulai menjalankan tugasnya dan mengadakan reaksinya. Racun ganas itu telah menyerap dalam darah dan sedikit demi sedikit telah menguasai simpul-simpul syarafnya menghantam ke otak dan jantung Kiam Ciu dengan cepat. Suasana ditempat itu menjadi gaduh akibat dari asap hitam yang telah dikeluarkan dari jarum-jarum berbisi Liat Kiat Koan itu. Sedangkan Kiam Ciu telah menotok jatuh terduduk dengan tubuh lunglai, secara lamat-lamat kesadarannya masih ada, pendengarannya masih dapat menangkap kegaduhan secara lemah sekali. Tetapi sekilas pandangan matanya masih dapat melihat kelebatan bayangan Liat Kiat Koan menyambar pedang Oey-liong-kiam yang terpampang dipunggung Kiam Ciu. Tetapi pemuda iiu sudah tidak dapat berbuat apa-apa. Dia hanya pasrah dan sebelum kesadarannya hilang sama sekali dia mendengar bentakan Liat Kiat Koan. "Hey Cong San Lokoay! Jangan kau bermaksud memancing diair keruh!" Kemudian Tong Kiam Ciu telah menjadi sangat lemah sendi-sendi tulangnya. Barulah pemuda itu teringat dengan ilmu Bo-kit-sin-kong. Dengan memusatkan pikiran dan mengerahkan Bo-kit-sin-kong, namun racun telah menyarap lebih kedalam lagi dan menghantam kesadaran pemuda itu hingga tiada gunanya lagi mengerahkan Sinkang yang maha hebat itu. Semuanya telah menjadi gelap dan dia telah tidak mendengarkan apa-apa lagi, setelah itu dia merasakan tubuhnya diangkat seseorang dan Tong Kiam Ciu tidak ingat sama sekali. 3 27 Sampai berapa lama pemuda itu dalam keadaan pingsan tidak mengetahuinya. Hanya saat itu telah lewat terlalu lama sekali kemudian dengan cepat Kiam Ciu membuka kelopak matanya. Ketika baru saja dia membuka kelopak matanya tiba-tiba sebuah suara yang parau kedengarannya telah menegur. "Hey bocah cilik ! Sudah lama sekali tidak bertemu ! Kau sekarang ternyata sudah besar dan dewasa, apakah kau masih ingat padaku... ?!" Seru seorang laki-laki berwajah kuning dan tersenyum kepada Kiam Ciu. Suara orang itu seperti pernah dikenalnya tetapi sampai sekian saat pemuda itu belum ingat dimana dan kapan dia pernah bertemu dengan orang itu. Sedangkan kepalanya masih terkadang terasa pening. Tiba-tiba ketika Kiam Ciu mengamati orang tua yang berdiri disampingnya dan terlihat pedang pusaka Oey-liong-kiam. Maka dengan tidak berpikir panjang lagi Kiam Ciu telah mengerahkan tenaga Sin-kang dan berusaha untuk meloncat menerkam orang yang memegang pedang pusaka Oey-liong-kiam dan kini tengah tersenyum-senyum dengan wajah yang sangat mengerikan itu. Tetapi ternyata loncatan itu justru mengakibatkan suatu rasa yang lebih parah lagi. Kiam Ciu ternyata tidak dapat menggerakkan tubuhnya. Justru gerakkannya itu membuat seluruh tubuhnya bagaikan dipotong-potong dan nyeri sekali. Kiam Ciu terkulai lemah tetapi dari mulutnya tidak keluar sebuah rintihanpun. Dipandanginya kakek itu dengan mata penuh rasa keheranan karena seolah- olah Kiam Ciu pernah bertemu dengan kakek itu. Tetapi lupa-lupa ingat. Hingga lama Kiam Ciu memandang kakek itu dengan kening berkerut. Sedangkan kakek berwajah kuning itu tersenyum membiarkan pemuda itu penuh tanda tanya. Hingga sesaat Kiam Ciu mengingat-ingat, ketika tiba-tiba dia menjadi kaget berbareng girang. Ternyata orang itu adalah sikakek berwajah kuning mengerikan yang pernah merampas buah merah sembilan tahun yang lalu ialah kakek Kun-si Mo-kun. "Locianpwee !" Seru Tong Kiam Ciu dengan suara tertahan. 3 28 "Heh hee hehh... Hemmm.. sudah sembilan tahun ya ? Sudah lama sekali. Selama itu aku sudah mengelilingi dunia mengelilinfi dunia he.he.he" Kata kakek itu seraya tertawa-tawa lucu, kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu sejenis akar dan diperlihatkan kepada Kiam Ciu. "Inilah hasilnya , , , dari jerih payahku mengelilingi pelosok dunia ini selama sembilan tahun lamanya. Akar ini bernama Lok-bwee-kim-keng.hemm.. akar ini khasiatnya sama hebatnya dengan buah merah yang pernah kau berikan kepadaku dulu. Hee...hehhee.. aku sama sekali tidak menyangka bahwa hari ini dapat bertemu denganmu dan dapat membalas budimu itu...heh.hee heeheh. Selama ini aku merasa tidak tenang karena berhutang nyawa denganmu jebeng..." Kata-kata kakek itu sangat sederhana tetapi mengharukan hati Kiam Ciu dalam keadaan seperti sekarang itu. Kemudian Kun-sif Mo-kun mencium akar yang digenggam ditangan kanan itu. "Siapa namamu jebeng ? Nanti dulu kuingat-ingat ya ...Tong. Tong .. hingga lama sekali tetapi kakek itu belum menemukan kelanjutan perpanjangan nama pemuda itu. "Kiam Ciu !" Seru pemuda itu meneruskan. "Ohhh iya. Tong Kiam Ciu. Nama yang bagut sekali ! Makin tua makin tumpul otakku ini rasanya.. hee..hee..heh" Sambung Kun-si Mo-kun dengan tertawa-tawa riang. "Mengapa Locianpwee juga berada disini?" Tegur Kiam Ciu. "Heeee heee aku berhak berada dimana saja bukan?" Jawab Kun-si Mo-kun dengan sangat lucu sekali. "Hey bocah Kiam Ctu, apakah kau tahu mengapa aku bersusah payah untuk mendapatkan akar ini?" Tegur Kun-si Mo-kun. "Mungkin Locianpwee ingin menjadi lebih lihay lagi!" Jawiab Kiam Ciu dengan tegas dan memperhatikan sorot mata kakek itu dalam-dalam. "Heeee heee dengan tak langsung tebakkanmu itu betul juga, dipuncak Hiong- lo-hong di pegunungan Bu kong-san yang terletak di Propinsi Sansi, terdapat satu lembah itu tersembunyi sebuah kitab pusaka yang bernama Kiam-si-bu- kong (ilmu silat sakti) tetapi dilembah itu terdapat serangga-serangga berbisa yang sangat ganas. Sehingga siapapun yarg menghendaki kitab pusaka itu 3 29 selalu menemui kebinasaan dilembah itu karena bisa serangga-serangga itu. Kitab itu begitu besar daya tariknya, sehingga jago-jago silat kenamaan dan jago silat aneh seperti Ji-lui sam-ki, Thian-hia-ji-kun, Tok giam lo dam Ciam Gwat..." Belum selesai kata-kata kakek itu ditukas oleh Tong Kiam Ciu dengan suara lantang dan terperanjat. "Ciam Gwat ?" Seru Kiam Ciu dengan perubahan wajah meradang. "Ya ! Apakah kau pernah melihat atau mengenalnya ?" Sambung Kun-si Mo- kun dengan sorot mata mendesak. "Tidak ! E.. maksudku belum !" Jawab Kiam Ciu gugup. "Kau agaknya menjadi baru mendengar namanya saja ? Hee-heh-heh-heee" Sambung Kun-si Mo-kun menyelidik dan curiga. "Aku hanya pernah mendengar bahwa Ciam Cwat adalah jago silat luar biasa yang kejam !" Sambung Kiam Ciu ingin tahu lebih lanjut. "Apakah kau percaya bahwa dia betul-betul kejam?" Sambung Kun-si-Mo-kun sambil memandang kearah Kiam Ciu dengan tajam. "Ya!" Seru pemuda itu dengan singkat dan tegas. Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo "Ya? Tetapi meagapa tentang cerita diriku bahwa kau tidak merasa yakin benar-benar bahwa aku seorang yang kejam?" Seru Kun-si Mo-kun. Kiam Ciu tertunduk tidak dapat menjawab seolah-olah pemuda itu tersudut pada suatu persoalan. "Sudahlah, sudahlah, aku akan melanjutkan ceritaku yang barusan tadi", sela kakek (Bersambung Jilid 4) 4 0 4 1 (Warisan Jenderal Gak Hui) Diolah Oleh . HO TJING HONG Jilid ke 4 UN-SI MOKUN. Ternyata kitab pusaka itu juga menarikku. Itulah sebabnya aku berusaha dengan bersusah payah untuk mendapatkan akar ini. Aku sudah merasa tidak takut lagi terhadap segala macam bisa walau yang bagaimana ganasnyapun. Tetapi aku telah tua untuk apa segala macan itu, kitab pusaka yang aneh dan segala ilmu silat yang luar biasa semuanya tidak ada artinya lagi bagiku. Tadi aku menyaksikan kau telah mengalahkan si Hidung Bawang tadi. Maka aku berkeyakinan bahwa kau adalah seorang pemuda yang berkepandaian tinggi. Kau sangat berbakat dan kau masih muda maka kau harus memiliki kitab itu...." Seru Kun-si Mo-kun orang aneh yang luar biasa. Lalu kakek itu mematahkan akar Lok-bwee-kim-keng. Kemudian akar yang berada dii tangan kanan dimasukkan kedalam mulut Tong Kiam Ciu. Sedangkan yang sebagian lagi dia genggam dalam tangan kiri dan berseru. "Kunyahlah akar itu Kiam Ciu ! Setelah kau mengunyah dan menelan akar Lok-bwee-kim-keng, bukan saja racun yang mengendap dan menjalar dalam tubuhmu itu akan musnah, bahkan kau akan menjadi kebal terhadap racun yang manapun dan bagaimana ganasnyapu. Kemudian...yang sebagian ini simpanlah baik-baik, mungkin kelak berguna !" Seru kakek itu seraya menyodorkan keratan potongan akar Lok-bwee-kim-keng kepada Kiam Ciu sambil tersenyum tetapi wajahnya bersungguh-sungguh. K 4 2 "Terima kasih Locianpwee" Seru Kiam Ciu sambil mengunyah akar dalam mulutnya dan tangan kanan menerima uluran Kun-si Mo-kun. "Jika kau tidak ingin mencari kitab sakti Kiam-si-bu-kong itupun tidak menjadi persoalan bagiku. Namun kini yang jelas aku telah membalas budi dan hutang nyawa padamu. Nah Kiam Ciu terimalah kembali pedang pusaka Oey-liong-kiam ini jagalah baik-baik jangan sampai jatuh ke tangan orang yang keji..." Sambil menyodorkan pedang itu ketangan Kiam Ciu yang telah menerimanya pula dengan tangan dua. Kemudian kakek itu menepuk bahu Kiam Ciu sambil melanjutkan kata-kata . "Nah anak baik Kiam Ciu, sampai diiini dulu dikemudian hari mungkin kita masih dapat bertemu lagi....aku...harus pergi sekarang ..." Seru Kun-si Mo-kun dengan suara datar dan tercekat haru. Setelah meletakkan pedang pusaka Naga Kuning atau Oey-liong-kiam di tangan Tong Kiam Ciu, Kun-si Mo-kun memutar tubuh dan bergerak meninggalkan Tong Kiam Ciu dengan langkahnya yang pincang. Kiam Ciu menyaksikan itu dengan hati penuh keharuan. Pemuda itu merasa sangat terharu menyaksikan sikap Kun-si Mo-kun yang budiman. "Locianpwee tunggu dulu ! Lo...." Seru Kiam Ciu dengan tekanan rasa haru dan pilu, namun Kun-si Mo-kun sudah lenyap. Sungguh keliru dan terlalu kejam dunia ini memberikan suatu penilaian hanya dari suatu sudut, seorang yang budiman separti itu mengapa dicap sebagai seorang yang kejam dan keji ..." Pikir Tong Kiam Ciu sambil merenungi tempat nan jauh dimana kakek budiman itu tadi telah lenyap. Setelah tenang sejenak maka Tong Kiam Ciu melanjutkan mengunyah akar Lok-bwee-kim-keng. Akar yang tampaknya sangat jelek tu ternyata sangat harum baunya. Setelah dikunyah-kunyah menjadi lembut maka ditelannya dengan susah payah. Tetapi akhirnya akar itu tertelan juga. Mula-mula darahnya dan urat syarafnya seperti terangsang. Kemudian Kiam Ciu mengerahkan tenaga Bo-kit-sin-kong. Terasalah seluruh tubuhnya seperti dilalui berjuta-juta semut. Beberapa saat kemudian seluruh tubuh pemuda itu bagaikan mandi keringat dan dari mulutnya telah keluar asap berbau amis. 4 3 Dari sedikit demi sedikit maka berkuranglah rasa nyeri dan ngilu disetiap persendian, kemudian rasa lemahnya telah berkurang. Kini dicobanya untuk menggerak-gerakan tangan dan kakinya. Sesaat kemudian terasalah seluruh derita akibat racun si Hidung Bawang itu telah lenyap dan Kiam Ciu telah dapat berdiri serta telah pulih seperti sedia kala. Sungguh akar Lok-bwee-kim-keng sangat manjur dan hebat. Ketika angin sejuk bertiup halus membuat wajah Kiam Ciu, maka pemuda itu tampak berseri. Diperhatikannya keadaan disekitar tempat itu. Tiba-tiba telinganya menangkap ringkikan seekor kuda. Wajah Kiam Ciu bertambah cerah dan bergirang hati. Karena dia yakin bahwa ringkikan kuda itu adalah ringkikan kuda putih miliknya. Kiam Ciu berdiri dan menggeliat ditangan kanan tergenggam pedang pusaka Naga-Kuning. Dihampirinya kuda putih yang tampak menggerak-gerakan kepalanya dan mengais-ngaiskan kaki depannya. "Ohh ... Putih .. ternyata kau masih berada disini" Seru Kiam Ciu sambil menghampiri kuda itu. Setelah dekat dielusnya leher kuda jantan itu yang tampak sangat manja. Ketika Kiam Ciu naik ke puncak Ciok yong-hong tadi telah menambalkan kudanya pada sebatang pohon yang rindang. Sekarang setelah berjalan beberapa saat dan dia telah menjadi sehat dan segar kembali sesuatu yang menyulitkan telah terpecah dengan adanya kuda kesayangan itu masih berada di tempatnya tanpa kurang suatu apa. Terdengar sekali lagi kuda putih itu meringkik, tetapi ringkikannya kali ini tampak berlainan dengan ringkikan yang tadi. Mata kuda itu tampak gelisah dan mendekati liar. Kiam Ciu berusaha membujuk dan mengelus-elus leher kuda itu. Namun siputih tidak juga mau tenang seolah-olah ada sesuatu yang mengintainya. Kiam Ciu menyandang pedang pusaka Naga Kuning kepunggungnya. Membetulkan ikat pinggangnya dan meraba saku meneliti akar Lok-bwee-kim- keng pemberian dari Kun-si Mo-kun. Sesaat Kiam Ciu tersenyum. Kemudian mengelus leher kudanya dan sekali lagi membujuknya. 4 4 "Sabar putih sabar kita akan segera berangkat dan meninggalkan lereng terkutuk ini...." Bisik Kiam Ciu kepada kudanya. Tetapi kuda itu seolah-olahh tidak mendengarkan bujukan itu. Tampak lebih gelisah lagi. Akhirnya Kiam Ciu berpikir bahwa tempat itu pasti ada binatang buas yang baunya tercium oleh kudanya itu. Maka Kiam Ciu kini siap siaga menjaga segala kemungkinan. Dia berusaha untuk selekas-lekasnya meninggalkan tempat itu. Namun baru beranjak beberapa langkah untuk melepaskas tali kekang yang terikat pada batang pohon hutan itu, tiba-tiba kuda putih itu tampak lebih liar dan tampak sangat ketakutan. Dari semak belukar berlompatanlah lima orang yang mengenakan kedok kulit singa. Mereka itu ialah lima orang anggota partai Kim-sai-pang. Kiam Ciu mendengar keresekan-keresekan yang ditimbulkan oleh kelima orang yang baru muncul itu. Lagipula mereka berdiri tidak begitu jauh dari tempat dimana Kiam Ciu menahan langkahnya. Dengan sangat tenang Kiam Ciu yang tengah mengulurkan tangan kanan dan akan melepaskan tali kekang kudanya tertahan juga. Kemudian memutar tubuh menghadap kearah orang- orang Kim-sai-pang yang telah berdiri berjajar. Kiam Ciu agak terkejut dan bergetar keras dadanya "Anak muda kau sungguh sangat beruntung. Kau telah terbebas dari perangkap kami dan kini terbebas pula dari kebinasaan !" Seru salah seorang diantara kelima pendatang itu. "tapi jangan kau terburu menepuk dada dan tertawa girang. Kami orang-orang Kim-sai-pang tidak akan membiarkan kau berlalu kali ini !" "Hem rupa-rupanya mereka telah membuntutiku dari ketika aku dalam keadaan lemah sepanjang malam mereka telah tahu. Tetapi mereka mengapa tidak mau menyergapku dalam keadaan lemah ?" Pikir Kiam Ciu sambil mengamati orang-orang itu persatu. "Kalau saja mereka memang bersifat satria itulah baik sekali !" "Hey anak muda mengapa kau longang-longong seperti orang bingung ?" Seru salah seorang diantara kelima orang-orang berkedok singa itu. 4 5 Sesaat Kiam Ciu jadi malu. Kemudian terseyum. "Ohh. selamat pagi saudara. Rupa-rupanya dunia ini bagi kita hanya sempit. Kemana-mana kita selalu bertemu. Dulu aku pernah beruntung dapat bebas dari perangkapmu dan selamat! Tetapi aku kehilangan sebuah pening kuningan dari partai Bu-tong yang kuduga terjatuh ketika mengbadapl kalian. Apakah kalian menemukannya ? Sebenarnya aku akan pergi mencari markas partai Kim-sai- pang untuk menanyakan hal pening kuningan itu !" Seru Kiam Ciu sambil menghormat. Sejenak suasana menjadi sepi. Mereka terdiam. Kiam Ciu memandang pemimpin partai persilatan Kim-sai-pang dengan berharap. "Ya kami memang menemukan pening kuningan itu!" Tiba-tiba terdengar orang itu berseru. "Tetapi untuk mendapatkan kembali benda itu kau harus memenuhi syarat kami !" "Kalau begitu, katakanlah syarat apa yang harus kupenuhi ?" Seru Kiam Ciu dengan mendesak. "Sabar dulu, kau tentunya paham maksud kami ! Kami dari kalangan silat.......lalu kalau kau dapat menerobos kepungan kami barulah kau bebas dan dapat menerima pening itu kembali !" Seru pemimpin partai Kim-sai-pang dengan suara lantang dan pasti. Sesaat Kiam Ciu tertegun. Dalam hati dan mengeluh karena dia tidak senang dengan segala kekerasan, apalagi dia tidak merasa mempunyai persoalan dan permusuhan dengan partai Kim-sai-pang. "Aku baru saja turun gunung dan belum berapa lama berkecimpung di dunia Kang-ouw. Tetapi mengapa orang-orang partai Kim-sai-pang selalu menyusahkan diriku. Aku tidak merasa menanam permusuhan dan diantara kita tidak ada dendam mendendam. Ataukah aku pernah berbuat salah yang menyinggung partai Kim-sai-pang ?" Seru Kiam Ciu. "Ya, kau harus dengarkan sekali lagi, bahwa karena pedang pusaka Naga Kuning itu maka kami selalu mengejar-ngejarmu. Karena Oey-Liong-Kiam itulah 4 6 sumber malapetaka yang selalu akan kau alami !" Seru pemimpin partai Kim- sai pang. Kemudian dengan satu isyarat tangan kanan disusul dengan menyambarnya keempat orang lain dalam sikap mengurung Tong Kiam Ciu, Saat itu sebenarnya Kiam Ciu akan menyahut kata-kata pemimpin Kim-sai-pang itu. Namun belum lagi Kiam Ciu mengucapkan kata-kata, ternyata orang itu telah meloncat menerkam dada Kiam Ciu. Untung Kiam Ciu waspada. Dengan memiringkan tubuh dan mengebutkan kedua lengan jubahnya maka keempat lawannya terpental begitu juga pemimpin Kim-sai-pang yang akan menerkam dada Kiam Ciu jadi terhuyung hampir tersungkur. Kiam Ciu tidak merasa mempunyai ikatan permusuhan dan dendam. Maka sama sekali dia tidak bermaksud untuk melukainya. Kiam Ciu menghadapi kelima orang Kim-sai-pang itu dengan tangan kosong. Dia sering menghindar dengan mengandalkan kelincahan dan ilmu meringankan tubuhnya. Tampaklah Kiam Ciu bagaikan berterbangan dan berloncatan dengan cepat dan terhindar dari serangan-serangan kelima lawannya. Sampai beberapa jurus lamanya pertempuran itu telah berlalu, tetapi tiada sebuah pukulanpun yang mengenai tubuh Kiam Ciu. Seolah-olah pemuda itu bagaikan terombang-ambing gelombang samudra. Sedangkan kelima orang Kim-sai-pang itu menyerang bagaikan badai membentur-bentur batu karang dengan dahsyat. Serangan mereka serentak dan terlatih. Namun Kiam Ciu walaupun seorang anak muda yang baru terjun dikalangan Kang-ouw, ternyata dapat mengatasi segala ilmu yang dikeluarkan oleh lawannya. Karena pihak lawan tidak mempergunakan senjata, maka Kiam Ciu tetap bertahan untuk mengatasi lawannya dengan tangan kosong. Kelima orang itu merasa penasaran dan merasa seolah-olah dipandang ringan ilmu silat partainya. Maka dengan satu isyarat lagi kelima orang itu tahu- tahu telah menggenggam pedang yang berhulu aneh. Hulu pedang mereka seperti singa dan berkuku. Jadi mereka dapat menyerang lawan dengan mata pedang maupun mencakar dengan hulu pedang yang berkuku sangat beracun itu. 4 7 Karena terdesak dengan serangan-serangan kelima lawan yang bersenjata itu. Maka Kiam Ciu meloncat mundur beberapa tindak, kemudian mencabut Oey- Liong-Kiam. Untuk pertima kalinya Kiam Ciu selama memiliki pedang pusaka itu untuk mempergunakannya. Tetapi dia tidak bermaksud untuk membinasakan lawannya. Ketika pedang pusaka Naga Kuning itu tercabut, terdengar kelima orang lawannya mengeluarkan pujian tertahan. Kilatan kuning memancar dari mata pedang, kemudian Kiam Ciu mengeluarkan pedang itu dengan permainan jurus Lik- siang-kiam-hoat ilmu melindungi diri dari taufan. Gerakkan jurus Lik-siang-kiam-hoat tetnyata sangat hebat dan berkelebatan kian kemari hingga tampaknya hanya bagaikan gulungan-gulungan kuning yang sangat menyilaukan mata, Sedangkan angin yang ditimbulkan karena gerakan itu sangat luar biasa pula. Warisan Jenderal Gak Hui Karya Chin Yung di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo Jurus Lik-siang-kiam-hoat itu adalah ajaran kakek Pek-hi-siu-si yang telah puluhan tahun menjagoi Bu lim, ternyata telah sangat dipahami oleh Kiam Ciu dengan sempurna. Menyaksikan kehebatan permanan pedang pemuda itu, maka kelima orang Kim-sai-pang telah berloncatan menghindar. Mereka merasa tidak mampu untuk menghadapi serangan dan babatan pedang yang sangat cepat itu. Maka dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuh dan kelincahan kelima orang itu menghindar. Kiam Ciu, mendesak terus. Namun pemuda itu tidak bermaksud untuk membunuh lawannya. Apalagi karena dia menang tidak merasa mempunyai ikatan permusuhan dan dendam Serangan-serangan yang dilancarkan hanya sebagian tenaga saja. Namun sudah cukup dimengerti oleh lawannya yang kini tidak dapat berbuat banyak kecuali hanya menghindar selalu. Sebuah gerakan membabat telah dilancarkan oleh Kiam Ciu. "Breet!" Terdengar sesuatu robek. "Aii..!" Terdengar suara terkejut dan tertahan. 4 8 Beriamaan dengan itu telah terlihat ilmu orang itu berdiri jauh dan memunggungi Kiam Ciu. Pedang mereka terlepas. Kulit Singa yang menutupi kepala mereka terobek. Hingga rambutnya tergerai. "Hah ?" Seru Kiam Ciu tertahan. Saat utu Kiam Ciu dapat melihat dengan pandangan mata sekilas. Ternyata mereka berlima itu terdiri dari wanita-wanita semuanya. Lebih-lebih pemimpin orang-orang itu adalah seorang gadis yang jelita. Rambut mereka yang hitam berombak itu telah terlepas dari ikatan. Maka tidaklah mengherankan bila mereka itu terdiri dari orang-orang yang bertubuh pendek dan bersuara seperti suara wanita. Karena memang ternyata orang itu adalah wanita semuanya. Kiam Ciu menahan serangannya dan tertegun mengawasi kelima lawannya yang kelihatan telah menyerah dan tidak mengadakan serangan lagi. Bahkan pemimpin Kim-sai-pang iru tampak sangat masgul karena dapat dikalahkan oleh Kiam Ciu hanya dalam beberapa jurus saja. Sambil memutar tubuh untuk berlalu dari tempat itu, pemimpin partai silat Kim-sai-pang melemparkan pening kuning milik partai Bu-tong kearah Kiam Ciu. Lalu pemuda itu memungutnya dengan hati gembira bercampur heran menyaksikan keanehan kelima orang Kim-sai-pang itu. "Hemm, memag dunia ini penuh keanehan yang belum pernah kulihat" Kata Kiacn Ciu dalam hati. Setelah Kiam Ciu mengamati benda yang terbuat dari kuningan itu, maka disimpannya baik-baik dalam sakunya. Kemudian menghampiri kuda putih dan tali kekang yang terikat pada sebatang pohon itu lalu dilepaskannya. Kuda putih itu tampak sangat senang, Dijilatinya tangan Kiam Ciu yang tengah melepaskan buhulan tali kekang pada sebatang pohon hutan. Kemudian disarungkannya kembali pedang pusaka Naga Kuning atau Oey-Liong-Kiam kedalam sarungnya. Setelah merapikan pakaian dan letak Oey-Liong-Kiam, maka dituntunnya kuda putih itu untuk meninggalkan pegunungan Heng-san. turun ke lembah dan untuk meneruskan perjalanan. 4 9 Angin bertiup semilir dan sejuk sekali. Dalam pada itu Kiam Ciu merenungkan kejadian baru-baru ini dialaminya. Pengalamannya dengan Oey- Liong-Kiam. Pedang pusaka yang luar biasa itu ternyata memang banyak mendatangkan bencana. Tetapi Kiam Ciu telah bertekad untuk menjaga dan memelihara pedang pusaka itu. Dengan perasaan enggan untuk menyusahkan kudanya, maka Kiam Ciu lalu moloncat ke punggung kuda putih itu. Dengan sekali loncat dia telah duduk diatas pelana kulit berukir di punggung kuda putih itu kemudian menarik tali kekang dan mengeprak sanggurdi hingga siputih mengangkat kaki depan dan meloncat lari. Kuda putih yang ditunggangi oleh Kiam Ciu ternyata mempunyai ketangkasan yang luar biasa seolah-olah seperti telah terlatih dengan untuk perjalanan didaerah pegunungan. Ternyata dalam waktu yang tidak terlalu lama telah berhasil meninggalkan lereng gunung. Memasuki tapal batas propiusi Angwei. Seperti juga kepergian orang-orang dari kalangan partai Kim-sai-pang, begitu juga Kiam Ciu semuanya telah ditinggalkan dengan begitu saja. Dengan cepat tanpa meninggalkan jejak. Tiba-tiba telinga Kiam Ciu yang telah terlatih menangkap derapan sayup- sayuo suara kaki kuda. Beberapa taat kemudian suara derap kaki kuda itu bertambah banyak dan bertambah jelas. "Hey orang desa minggir ! Aku mau lewat !" Terdengar sebuah teguran yang bernada lantang dan kasar sekali. Semula Kiam Ciu tidak menyangka yang ditegur itu adalah dirinya. Ketika dia memalingkan tubuh dan menyaksikan sebuah kereta dengan beberapa orang laki-laki berkuda dan bertubuh tinggi besar. Sebenarnya telinga Kiam Ciu tidak bisa mendapat dampratan yang kasar itu. Namun untuk menjaga ketenangan ditempat yang baru dimasukinya itu, maka Kiam Ciu mau juga akhirnya mengalah dan menarik tali kekang yang kiri dan kuda itu menurut untuk berjalan dipinggir. 4 10 Kiam Ciu menghentikan kudanya dan memandang kearah kepulan debu yang menyusul dua penurjang kuda terdahulu. Terdengar derekkan dan bertambah dekat ternyata sebuah kereta berukir indah yang ditarik oleh empat ekor kuda telah mendekatl dan meluncur diatas jalan besar berdebu itu dengan pesatnya. Hingga debu dijalan raya itu bagaikan dihamburkan berterbangan membuat Kiam Ciu terbatuk-batuk. Kemudian terdengar suara jejak kuda semakin mendekat ternyata empat orang penunggang kuda yang juga mengenakan seragam sepertii dua penunggang kuda yang terdahulu. Mereka menggunakan jalan raya seenaknya sendiri bagaikan jalan miliknya pribadi dengan tidak menghiraukan kepentingan orang lain. Tong Kiam Ciu menjadi bergusar hati. Maka dikepraknja sanggurdi kuda itu dan tumit Kiam Ciu membentur perut kudanya. Dengan tali kekang mengencang maka siputih melompat kemudian bagaikan anak panah terlepas busur, maka dengan cepat dan pesat sekali mengejar rombongan yang berada di didepannya. Dalam waktu seperminum teh, rombongan itu telah terkejar. Ketika jarak antara Kiam Ciu dengan rombongan itu begitu dekat, tersiarlah bau harum. Suatu getaran aneh telah menjalar kedada pemuda itu. Kemudian dia menyadari bahwa yang berada dalam kereta kuda itu adalah seorang wanita, Kiam Ciu teringat akan adiknya yang ditinggalkan. Sesaat kemudian Kiam Ciu telah mengendorkan tali kekang dan kuda putih itu telah mengendorkan pula larinya. Bersamaan dengan itu pula orang-orang yang mengawal kereta itu turut memperlambat kecepatan lari kudanya. Bahkan kereta indah itupun berhenti. Ketika Kiam Ciu menghentikan kudanya, tampaklah orang-orang pengawal kereta itu telah bersikap seram dan berusaha untuk menyerang Kiam Ciu. Maka pemuda itu waspada, memperhatikan gerak-gerik mata orang-orang yang menghampirinya itu Salah seorang pengawal itu telah menghadang di tengah jalan. Ditangan kanan orang itu terlihat sebuan kipas baja. Wajah orang itu tampak bengis tanpa kompromi. Matanya yang bersinar hitam tajam melotot kearah Kiam Ciu. 4 11 "Hey anak muda, mengapa kau mengejar kita?? Apakah kau tidak melihat bahwa hari ini Nyonya Besar berkenan untuk melalui jalan raya ini?!" Seru orang yang menggenggam kipas baja dengan suara seram. "Nyonya besar dari mana yang ingin menggunakan jalan raya ini ?" Seru Kiam Ciu dengan balas tak acuh memandang ringan. Hal itu membuat laki laki yang memegang kipas baja itu menjadi sangat bergusar hati. Matanya melotot dan kumisnya yang lebat dan kasar itu seolah- olah berdiri dan mengijuk. "Matamu buta ? Kau tidak mengenal Nyonya Besar dari istana Shi-san-kong!" Seru laki-laki itu dengan bentakan kasar. Nyonya Besar dari istana Shi-san-kong adalah seorang wanita muda jelita dan kaya raya. Wanita itu juga mempunyai kepandaian ilmu silat yang tidak rendah. Karena harta yang berlimpah-limpah maka dia berhasil menyewa beberapa orang jago silat untuk mengawalnya. Mendapat jawaban laki-laki yang memegang kipas baja itu. Kiam Ciu tersenyum. Kemudian dia memeriksa laki-laki itu dengan matanya yang menyelidik dan sempat bertatapan pandang. "Aku hanya mengetahui bahwa jalan raya ini milik orang banyak ! Milik umum jadi bukan milik orang-orang tersebut ! Sedangkan aku melarikan kudaku bermaksud untuk mengejar kalian !" Seru Kiam Ciu menegaskan dengan nada suara mendatar dan tenang. Mendapat jawaban itu pengawal istana Shi-san-kong menjadi bergusar hati. Dengan mengernyitkan alisnya dia membelalakkan sepasang matanya. Laki laki yang bersenjata kipas baja itu lalu membentak. "Kurang ajar! Apakah kau tidak mendengar peringatanku?!" Seru laki-laki bersenjata kipas baja itu dengan geram. "Ya. aku medengarnya Tetapi aku samakali tidak menyangka bahwa aku dilarang untuk berjalan diatas jalanan umum ini !" Jawab Kiam Ciu sambil tersenyum-senyum. 4 12 Menyaksikan keadaan Kiam Ciu itu laki-laki bersenjata kipas baja menjadi bertambah gusar. Seolah-olah dia disindir dengan kata-kata tajam oleh Kiam Ciu. Akhirnya pengawal itu sekilas melihat Oey-Liong-Kiam yang disandang dipunggung Kiam Ciu. Ketika itu maka dengan sombong dan membanggakan diri pengawal itu telah membentangkan kipas bajanya, kemudian melantang Kiam Ciu. "Oho !" Kukira siapa kau anak muda ! Ternyata kau adalah Tong Kiam Ciu yang pernah bikin ribut memperlihatkan kelihayanmu dalam pertemuan Bu lim tahwee diatas puncak gunung Ciok-yong-hong beberapa hari yang lalu. Tetapi kini aku ingin mencoba kelihayanmu !" Seru laki-laki pengawal istana Shin-san- kong. Pengawai itu hanya mengetahui bahwa dalam pertemuan Bu lim tahwee beberapa hari berselang Kiam Ciu diserang secara keji oleh Liat Kiat Koan. Dalam serangan itu, Kiam Ciu jatuh pingsan. Maka pengawal itu berpendapat bahwa Kiam Ciu hanyalah seorang pemuda yang ambisius dan ilmu silatnya tak seberapa tinggi. Maka dia menilai rendah ilmu silat pemuda itu. Hingga dia berani untuk menantangnya. Namun kenyataannya Kiam Ctu memang pemuda yang tidak ingin ribut?. Karena pemuda itu merasa masih banyak tugas yang harus dijalankannya. Banjir Darah Di Borobudur Karya Kho Ping Hoo Pendekar Gunung Lawu Karya Kho Ping Hoo Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong