Ceritasilat Novel Online

Pedang Kiri Pedang Kanan 20


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL Bagian 20


Pedang Kiri Pedang Kanan Karya dari Gan K L   Memang tidak berkelebihan kalau gadis2 cantik dan ayu itu diibaratkan kembang yang molek dan mekar, karena mereka semua adalah anggota Pekhoa-pang, gadis2 belia jelita, pakaiannya berwarna-warni, pakaian ketat dan memanggul senjata, dandanannya ringkas tapi juga sederhana, di sanggul mereka masing2 terselip sekuntum bunga yang beraneka warna dan berbeda pula jenisnya untuk membedakan nama dan julukan mereka.   Umumnya di mana berkumpul sekian banyak gadis belia dan cantik2, ada berbisik, tapi ratusan gadis2 berpakaian ringkas yang berdiri teratur dipelataran ini semuanya berdiri tegak tanpa bersuara.   Maklumlah karena "apel"   Pagi hari ini akan langsung dipimpin oleh junjungan besar mereka.   Thay-siang-pangcu simbol junjungan mereka yang termulia dan agung bagai dewata, hanya dapat dipandang tak boleh disentuh.   Bahwa Thay-siang sendiri yang akan pimpin pertemuan besar ini, betapa besar arti dan khidmat pertemuan ini, memangnya siapa pula yang berani ribut, berkelakar atau bisik,? Pandangan semua hadirin lurus kedepan, di atas undakan batu yang tinggi di depan ruang pendopo sana ditaruh sebuah kursi kebesaran yang berlapis kain sutera mengkilap.   itulah tempat duduk Thay-siang.   Di kedua siai kursi kebesaran ini masing2 ditaruh pula dua kursi yang sama bentuknya, cuma lebih kecil dan dilapisi sutera warna lain, itulah tempat duduk untuk Pangcu dan Hu-pangcu.   Tapi di sebelah kursi kiri itu ditaruh pula sebuah kursi yang sama.   Perhatian hadirin justeru tertuju pada kursi ketiga di sebelah pinggir ini, timbul herbagai pertanyaan dalam benak mereka, diperuntukan siapakahkursiyangsatu ini? Selain Pangcu dan Hu-pangcu, jabatan congkoan memang cukup tinggi didalam Pek-hoa-pang, tapi dihadapan Thay-siang, dia masih belum setimpal duduk berjajar di antara deretan kursi itu.   Malahan didalam rapat besar yang langsung dipimpin Pangcu sendiri congkoanpun hanyabolehberdiridisamping kursinya.   Tak lama kemudian, dari kanan-kiri pintu beriring keluar serombongan orang.   Kedua rombongan ini dipimpin dua orang laki2 tua berjubah biru.   di belakangnya berbaris laki2 muda berseragam hijau pupus, jumlahnya ada 32 orang, dengan derap langkah rapi, teratur mereka berjajar dan berdiri di sebelah kiri undakan.   Mereka inilah Hou-hoat-su-cia dari Pek-hoa-pang yang berjumlah 36 orang itu, dua diangkat sebagai pimpinan mereka.   Seperti diketahui, dua orang Hou-hoat-su-cia telah dibunuh oleh So-yok dengan alasan lalai menjalankantugassehinggajumlahnyasekarangtinggal34...   Waktu berlalu tanpa terasa, sementara itu sudah menjelang tengahhari.   Terdengartiga kali bunyi lonceng dari dalampendopo.   Semua hadirin seketika berdiri tegak dan khidmat, begini banyak hadirin di tengah iapangan ini, tapi suasana begitu sunyi, napas merekapun tertahan.   Dari serambi kiri di mana terdapat pintu bundar, dibawah iringan Congkoan Giok-lan beranjak keluar seorang pemuda berjubah panjang warna biru.   Usia pemuda ini baru likuran tahun, kulit mukanya putih cakap, bibirnya merah, matanya terang bercahaya, di tengah pancaran sinar matahari pagi tampak gagah dan berwibawa.   Sudah tentu munculnya pemuda ini menarik perhatian seluruh hadirin, terutama para anggota Pek-hoa-pang, semuanya masih muda belia, tiada sepasang mata mereka yang terkesip mengawasi pemuda ganteng ini.   Tapi 34 Hou-boat-su-cia itupun tak kalah tajam pandangannya mengawasi pemuda yang satu ini.   cuma sorot mata mereka memancarkan perasaan lain, disamping kaget heran, merekapun merasairidancemburu.   Semua orang sudah dengar bahwa Pang mereka kedatangan tamu agung, katanya seorang pemuda she Ling yang berwajah tampan kabarnya pemuda inilah yang berhasil membuat obat penawar getah beracun itu.   Sebagai tamu terhormat adalah selayaknya kalau dia mendapat tempat duduk di bawah kursi Pangcu mereka.   Tapi Hou-boat-su-cia itu tiada yang tahu siapakah pemuda berjubah biru ini? Sebetulnya mereka terdiri dari orang2 yang cukup luas pengalaman dan punya nama di kalangan Kangouw, tunas2 muda dari berbagai aliran yang berkepandaian tinggi, tapi belum pernah mereka lihat atau dengar adanya pemuda seperti yang ada dihadapan mereka, sudah tentu mereka merasa kaget dan keheranan.   Kaget dan heran karena Giok-lan atau si Cong-koan sendiri yang mengiringi pemuda tampan ini malah sikapnya tampak ramah dan hormat, orang dipersilakan duduk di kursi ketiga yang disediakan-Hadirin juga tahu bahwa Thay-siang pendiri Pek-hoa-pang yang mereka agungkan adalah tokoh kosen yang punya kedudukan tinggi dan disanyung hormat di Bu-lim, padahal kedua pemimpin Hou-hoat itu juga sudah beken di kalangan Kangouw, termasuk orang kosen kelas satu dalam dunia persilatan, tapi mereka toh cukup berdiri di bawah undakan saja.   Memangnya siapa dan bagaimana asal-usul pemuda yang mendapatkan kedudukan yang tinggi dan terhormat di dalam Pek- hoa-pang.   Tamu terhormat Ling Kun-gi telah berduduk, Cong koan Giok-lan segera mengundurkan diri berdiri ke sebelah kanan.   Menyusul empat perempuan berpakaian dayang terbagi menjadi dua pasangan berpakaian serba kuning beranjak keluar dari pendopo, dua orang di depan masing2 memeluk sebatang mistar dari batu jade warna hijau, dua orang di belakangnya, seorang memegang kebutan bergagang batu jade warna putih, seorang lagi membawa pedang kuno yang gagang dihiasi tujuh butir mutiara warna-warni, sesampai di belakang kursi kebesaran ditengah itu, keempatdayang ini lantasberdiriberjajar.   Melihat keempat dayang ini, hadirin lantas tahu sebentar Thay- siang pasti akan keluar, maka para hadirin sama tahan napas menatap ke depan, tapi sikap mereka tetap tegak dan hormat.   Demikian Ling Kun-gi yang duduk di kursi tamu juga pelan2 berdiri.   Sementara itu dari pintu pendopo yang besar itu muncul pula tiga orang.   Yang di tengah mengenakan gaun panjang warna hitam, kepalanya berbalut kain sari, bagian depannya menjuntai turun menjadi cadar muka, itulah nyonya tua dan bukan lain Thay-siang adanya.   Pek-hoa-pangcu disebelah kiri, Hu-pangcu So-yok berada disebelah kanan, mereka membimbing Thay-siang berjalan keluar pelan2.   Hari ini Pek-hoa-pangcu mengenakan pakaian warna kuning seperti bulu angsa, di depan dadanya bersulam sekuntum kembang Bok-tan sebesar mangkuk berwarna merah dadu bergaris benang emas.   Sedang So-yok juga mengenakan model pakaian yang sama cuma warnanya merah delima, bagian depan dadanya juga disulam sekuntum bunga warua kuning yang sedang mekar, pinggangnya ramping gemulai.   Mereka bimbing Thay-siang menuju ke kursi tengah, lalu masing2 mundur menempati kursiyangtelah disediakanuntuk mereka.   Kedua laki2 tua jubah biru segera pimpin ke 32 Hou-hoat-su-cia membungkuk seraya berseru.   "Hamba co houhoat (pelindang kiri agama) Leng Tio-cong. Yu houhoat (pelindang kanan agama) coa-Liang bersama seluruh Hou-hoat-su-cia menyampaikan sembah sujud kepada Thay-siang."   Disusul seratusan gadis yang berada di sebelah kanan serempak berlutut dan menyembah, suaranya nyaring merdu berpadu.   "Para Tecu menyampaikan sembah sujud kepada Thay-siang."   Thay-siang duduk tegak di kursinya, sorot matanya yang tajam seolah2 menembus cadar laksana sinar matahari pagi, dingin laksana kilat menyapu pandang ke seluruh hadirin, akhirnya sedikit mengangguk sebagai jawaban.   Lalu tangan kiri sedikit diangkat sambil menoleh kepada Hupang-cu yang duduk di sebelah kanan- Hu-pangcu So-yok segera berdiri, matanya yang jeli berputar, suaranya merdu.   "Thay-siang suruh aku memperkenalkan seorang tamu agung kepada hadirin ...."   Nada suaranya sengaja diperpanjang, sementara tangan menunjuk kearah Ling Kun-gi, suaranya semakin lantang, "Inilah Ling Kun-gi, Ling-kongcu, murid kesayangan Put-thong Taysu darisiau-lim."   Lekas Kun-gi berdiri dan menjura ke arah hadirin-Hadirin menyambut dengan tepuk tangan yang riuh-rendah.   Sudah tentu suara tepuk tangan paling ramai datang dari sebelah kanan, seakan2 para nona itu ingin berlomba keplok tangan, sementara para Hou-hoat-su-cia hanya beberapa orang saja yang ikut2an tepuk tangan-Malah kedua pemimpin Hou-boat yang berdiri di kirikanan, yaitu kedua laki2 tua jubah biru itu, hanya menatap tajam setengah mendelik kepada Ling Kun-gi, se-olah2 mereka tidak percaya.   Put-thong hwesio alias Hoan-jiu-ji-lay, sudah 10 tahun tak terdengar kabar-beritanya lagi, mungkinkah bocah semuda ini betul2 murid didik Hoan-jiu-ji-lay? Setelah suara keplok tangan tak terdengar lagi baru So-yok melanjutkan kata2nya.   "Ling-kongcu masih muda tapi penuh bakat dan serba mahir, kepandaiannya tinggi pengetahuan luas, atas undangan Pang kita, kali ini dia telah menyelesaikan suatu tugas yang teramat besar artinya bagi Pang kita semua. Yaitu berhasil membuat obat penawar getah beracun itu demi keselamatan Pang kita. Maka getah beracun milik Hek-liong-hwe itu selanjutnya tidak perlu kita takuti lagi."   Baru sekarang seluruh hadirin tahu duduk persoalan, tak heran pemuda she Ling ini bisa memperoleh tempat kedudukan yang terhormat di hadapan Thay-siang, kembali tepuk tangan diiringi suara tawa ramai lebih riuh daripada tadi.   So-yok berkata pula setelah tepuk tangan tak terdengar.   "Sekarang akan kami perlihatkan obat penawar dari getah beracun ini kepada seluruh hadirin."   Lalu dia memberi tanda gerakan tangan kepada congkoan Giok-lan-Giok-lan mengangguk, dia mengulap tangan kependopo, dua orang gadis segera keluar masing2 membawa sebuah tempayan dan ditaruh di atas undakan batu.   Seorang disebelah kanan segera melolos pedang dan dicelupkan ke dalam tempayan terus diangkatnya tinggi2 Hanya sebentar dicelup ke dalam getah beracun, semua hadirin sudah melihat jelas batang pedang yang semula kemilau cerah itu kini bagian depannya telah berubah warna hitam legam tak bercahaya, jelas ujung pedang itu sudah berlumur racun yang amat jahat, keruanhadirinsama terbelalakdan ciutnyalinya.   Maklumlah, biasanya senjata tajam atau senjata rahasia apapun sukar melumuri racun diatasnya, karena besi bukan benda yang gampang menyerap sesuatu cairan, maka untuk melumuri senjata dengan racun harus dilakukan berulang kali dan memakan waktu yang cukup panjang.   Untuk lebih meyakinkan, biasanya senjata tajam itu dibakar sampai menganga berulang kali serta dicelup beberapa kali pula ke dalam air yang mengandung racun itu.   Tapi kali ini gadis ini hanya sekali celup tanpa membakar senjata dan getah beracun itu sudah membuat ujung pedang bewarna hitam legam, terang kadar racun yang menempel di atas pedang betul2 amat jahat.   Dapatlah dibayangkan betapa ganas dan keras kadar racun getah hitam ini? Dengan mengacungkan pedang tinggi2 di atas kepala, gadis itu mondar-mandir ke kiri-kanan undakan supaya hadirin dapat melihat lebih jelas.   Sementara gadis yang lain sudah mengambil sebuah papan kayu dan diletakkan di lantai, gadis pemegang pedang segera tusukkan pedangnya ke papan kayu, hanya ujungnya saja yang menempelsedikit, tapi ujung pedangyang mengenai papanseketika menimbulkan suara "ces"   Dan mengepulkan asap warna kuning. Seperti terbakar bagian papan yang kena ujung pedang, malah meninggalkan bekas lubang sebesar mata uang.-Menyaksikan semua ini, Kun-gi sendiri juga merasa diluar dugaan, batinnya.   "Entah racun jenis apakah getah beracun ini? begitu ganas dan lihay? "   Melihat ujung pedang yang berlumur getah ternyata begitu ganas kadar racunnya, semua hadirin sama berubah pucat dan terbelalak matanya.   Gadis pemegang pedang tetap kalem, dia tarik pedangnya mundur lalu menghampiri tempayan lainnya disebelah kiri, ujung pedang yang berlumur racun warna hitam itu segera dia celup pula ke dalam tempayan yang satu ini, hanya sebentar terus diangkat pula pedangnya.   Hadirin sudah menunggu sambil tahan napas, pandangan semua orang.   tanpa berkedip mengawasi pedang di tangan si gadis.   Ujung pedang yang berlumur racun warna hitam tadi, setelah diangkat warna hitam hitam tadi kiri telah putih dan lambat laun warna itupun sirna sama sekali, maka tampaklah cahaya cemerlang yang menyilaukan mata dari ujung pedang tadi maka gemuruhlah tepuk tangan dan sorak sorai dari ratusan gadis ayu dan puluhan Hou-hoat-su-cia itu.   Sementara kedua pelayan tadi menjura kearah Thaysiang lalu menjemput tempayan serta menenteng pedang terus mengundurkan diri.   Wajah Thay-siang tampak mengunjuk rasa senang, meski teraling cadar, tapi sorot matanya kelihatan mencorong, katanya dengan nada tinggi.   "Kalian sudah saksikan betapa lihay dan ganas racun getah ini, kita sudah punya obat penawarnya, Hek-liong-hwe tidakhabis2 menggunakangetahberacunini, kelakpastimerupakan petaka bagi insan persilatan khususnya, dan rakyat jelata pada umumnya...."   Diam2 tergerak Kun-gi, pikirnya.   "Betulkah Hek-liong-hwe tidak akan pernah kehabisan getah beracun untuk selamanya. Memangnya getah itu sudah tercipta oleh alam dan takkan pernah kering dan habis dipakai? "   Sorot mata Thay-siang menjelajah ke muka seluruh hadirin, semua orang berdiri tegak dan hormat, lalu diam meneruskan kata2nya.   "Azas tujuan Losin mendirikan Pek-hoa-pang adalah untuk menegakkan keadilan, kebenaran dan menunjang yang lemah melawan kelaliman, maka Losin berkeputusan dalam waktu dekat ini akan pimpin kalian untuk bergerak menyerbu Hek-liong-hwe, melenyapkan bibit bencana demi kesejahteraan kaum Bulim ...."   Pidato Thay-siang memperoleh sambutan yang gegap gempita dariseluruh hadirin. Lebih lanjut Thay-siang berkata.   "Jumlah kita boleh dikatakan terlalu banyak, tingkat kepandaian kalian juga tinggi rendah sukar dibedakan, apalagi gerakan besar2an ini adalah meluruk jauh ke sarang Hek-liong hwe, kita harus beraksi secara mendadak di waktu mereka tidak siaga, maka kekuatan kita harus bisa diandalkan, semua harus bergerak cepat, tegas dan perwira, oleh karena ini Losin putuskan, mulaihari ini diadakan seleksiuntuk memilih orang2 yang akan kubawa serta"   Sampai di sini, dia berpaling kepada So-yok dan berkata.   "Soyok. umumkan peraturan seleksi ini."   So-yok membungkuk dan menerima perintah.   Lalu dari dalam lengan bajunya dia keluarkan selembar kertas, ia memandang hadirin sejenak lalu terdengar suaranya lantang nyaring berkumandang "Sejak sekarang Pang kita mengangkat seorang cong-hou-hoat-su-cia, kedudukannya sejajar dengan Hu-pangcu.   Di bawah cong hou-hoat dibantu dua orang pemimpin Houhoat, Houhoat ada delapan orang, semetara Hou hoat-su-cia berjumlah dua puluh empat, semua calon2 Houhoat ini akan dipilih dari para Hou-hoat-su-cia yang hadir sekarang."   Sudah tentu dihadapan Thay-siang para Hou-hoat-su-cia yang berada di bawah undakan tak berani bicara atau berbisik, tapi dalam hati semua orang menimang2 sampai dimana tarap kepandaian sendiriserta jabatan apa nantiyang akan diraihnya? Terdengar So-yok bersuara lebih lanjut.   "Peraturan seleksi babak pertama, 32 Hou-hoat-su-cia akan dibagi dua barisan, setiap barisan 16 orang, jadi masing2 orang mendapat satu lawan, main kepalan atau pakai senjata diperbolehkan, kepandaian siapa lebih tinggi dia akan maju ke babak selanjut-nya, diwaktu bertanding hanya dibatasi saling tutul dan tidak boleh melukai lawan, 16 orang pemenangnya, akan mendapat kesempatan maju ke babak kedua ....."   Sampai di sini dia merandek.   menelan ludah lalu meneruskan.   "Babak kedua, 16 pemenang tadi dibagi dua kelompok.   masing2 tetap memperoleh satu lawan, siapa lebih Unggul dialah yang memasuki babak kedelapan besar, kedelapan orang ini akan diangkat jadi Hou-hoat, para Hou-hoat yang ter-pilih ini boleh berlomba pula untuk merebut co-yu-hou-hoat, yang berkepandaian paling tinggi akan diangkat cong-hou-hoat."--Pandangannya tertuju ke bawah sebelah kanan "Di antara para saudara dalam Pang kita, kecuali 12 Tay-cia (peladen), diserahkan kepada congkoan untuk memilih dua puluh orang pula untuk ikut, jadi tidak usah diadakan pertandingan-"   Gioklanberdiridan menerimatugas. So-yok berkata lebih lanjut.   "Baiklah, pertandingan boleh segera di mulai, Babak pertama ini seluruh Hou-hoat-su-cia terbagi menjadi dua baris."   Memangnya 32 Hou-hoat-su-cia itu sudah terbagi menjadi dua barisan, maka cepat sekali mereka beranjak ke tengah arena, tetap dengan formasi barisan yang sama.   "Sekarang antara barisan A dan barisan B menghadap ke utara dan selatan saling berhadapan, masing2 satu lawan satu dan siap."   Tanpa bersuara 32 Hou-hoat-su-cia berpencar mencari tempat kosong, semua berdiri satu2 saling berhadapan-So-yok berkata pula.   "Kalian boleh saling tanya pendapat lawan masing2, mau main kepalan atau adu senjata, kalau kedua pihak tidak tiada kecocokan, boleh saling tukar lawan-"   Pengumuman ini, memang menimbulkan sedikit perubahan, bagi yang ingin main kepalan segera mencari lawan yang sama, demikian pula yang ingin adu senjata mendapatkan lawan yang setimpal, jadi satu sama lain bertukar lawan bertanding.   Setelah semua mendapatkan lawan dan kembali keposisi semula, So-yok bersuara pula.   "Ba-bak ini ada 16 pasang akan mulai bertanding, maka diperlukan enam belas wasit, setiap pasang seorang wasit untuk menentukan siapa kalah dan menang, supaya pertandingan ini berjalan secara adil, sekarang persilakan Lingkongcu, congkoan dan 12 Tay-cia bersama co yu-hou-hoat menjadi wasit. silakan keluar.   "   Terpaksa Kun-gi tampil ke bawah undakan, berdiri berendeng bersama Giok-lan dan kedua Hou-hoat berjubah biru.   sementara kedua belas Tay-Cia yaitu Bwe-hoa, Lian-hoa, tho-hoa, Klok-hoa, Giok ti, Bir kui, Ci-hwi, Hu-yong, Hong-sian, Giok-je, Hay-siang dan Loh-bi-jin beruntun keluar pula.   Dengan senyuman manis So-yok mengerling kearah Kun-gi lalu angkat tangan berseru.   "Pertandingan akan dimulai, silakan para wasit turun gelanggang, setiap pasang satu wasit." 16wasitsegeraberanjakturun kegelanggang.   Terdengar So-yok bersuara pula.   "Perlu ditegaskan sekali lagi, setiap peserta pertandingan dilarang menggunakan senjata rahasia, cukup saling tutul dan raba saja, ketentuan kalah menang berada ditangan wasit, keputusannya tidak boleh di gugat, kecuali memang salah tangan melukai orang, dilarang saling dendam"-Lalu dia berpaling menghadap Thay-siang, serunya.   "Mohon petunjuk Thaysiang, apakah pertandingan boleh dimulai? "   Thay-siang mengangguk katanya.   "Ya, suruh mereka segera mulai."   So-yok mengiakan, dengan suaranya lantang ia lantas berteriak. "Pertandingan boleh dimulai, sekarang semua siap. yang pakai senjata boleh keluarkan senjata masing2 dan dengarkan aba2ku."   Maka terdengar suara "srat-sret dan trang-treng"   Yang ramai, ternyata sebagian besar yang bertanding itu menggunakan senjata. Terdengar So-yok berseru keras.   "Satu, dua, tiga. .... ."   Pada hitungan ketiga, 16 pasang Hou-hoat-su-cia yang bertanding serentak mengembangkan kemahiran masing2 dan saling gebrak.   32 orang menjadi 16 pasang mulai serang menyerang.   Lapangan di bawah undakan ini memangamat luas, kiranya, cukup buat berdiri seribu orang, untuk bertanding 16 pasang orang ternyata masih cukup luang, suasana amat ramai dan menarik sekali.   Ling Kun-gi menjadi wasit dari dua orang yang berusia 27-28 tahun, keduanya kebetulan bersenjata pedang.   Seorang bermuka bersih, berperawakan kurus tinggi, kelihatannya ramah dan lembut.   Lawannya bertubuh agakpendek.   tapi badannya kekar, otot-nya merongkol dan dagingnya kencang, kelihatan amat garang.   Begitu kedua orang saling gebrak.   Kun-gi lantas mendapatkan ilmu pedang kedua orang cukup terlatih baik dan cukup tinggi kepandaiannya.   Gerak-gerik dan gaya permainan pedang si tinggi, ternyata rada aneh, semula melancarkan serangan dibarengi dengan tubrukan ke depan, sekali tubruk terus melabrak dengan gaya seorang yang hendak menunggang kuda, tapi bukan naik kuda, sementara kedua matanya mencorong liar dan buas, sedang pedangnya menutul dan menusuk juga memapas dan menabas tenggorokan lawan, permaiman pedangnya yang ganas dan keji ini terang bukan dari aliran yang baik.   Ilmu pedang sipendek kekar ternyata bergaya mantap dan kokoh seperti perawakannya, tenang dan kuat, yang dimainkan adalah Llok-hap-kiam, setiap jurus pedangnya merupakan rangsakan terbuka dan sekaligus membendung serangan lawan, terang kemahirannya cukup meyakinkan-Dalam sekejap kedua orang sudah saling gebrakbelasan jurus.   Setelah menyaksikan sekian gebrak, didapati oleh Kun-gi, setiap kali si kurus menubruk dan melompat, salah satu kakinya entah kanan entah kiri pasti terseret ke belakang, sementara sorot matanya melirik buas, hatinya berdetak dan ingat sesuatu, diam2 ia berteriakdalamhati.   "Thian-long-kiam? "   Gurunya pernah bercerita, kira2 30 tahun yang lalu, di daerah cepak beliau pernah bertemu dengan seorang Lo-long-sin yang aneh, dengan meniru gerakan serigala dia berhasil menciptakan Thianlong-kiam-hoat, dikiranya Ciptaan ilmu pedangnya ini amat lihay dan tiada bandingan di kolong langit, wataknyapun angkuh.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo      Tapi sekali gebrak gurunya berhasil menyengkelitnya jatuh ter-guling2 dengan gerakan tangan kidalnya.   Gurunya pernah bilang, bahwa Thian-long-kiam-hoat ciptaan Lo- long-sin ini bukan saja gayanya amat ganas, gerak-geriknya juga mirip serigala yang liar dan buas itu, seperti serigala yang kelaparan, berputar kian-kemari mencari kesempatan menyergap lawan-Dirinya diperingatkan supaya hati2 bila kelak berkecimpung di Kangouw, kalau bertemu dengan orang yang main pedang mata liar berjelilatan dan gayanya seperti serigala hendak menerkam mangSanya.   Kini dilihatnya orang ini menggunakan Thian-long-kiam, mungkinkah dia murid Lo-long-sin? Pada saat itulah matanya yang jeli berputar, cepat dia angkat tangan kiri serta menjentik sekali hingga menerbitkan sejalur angin kencang, mulutpun berseru tertahan-"Harap kalian berhenti."   Begitu dia membuka suara, maka terdengarlah suara "creng", pedang panjang si kurus tinggi menerbitkan suara getaran-. Mendengar teriakan "berhenti"   Dari sang wasit, kedua orang yang bertanding segera melompat mundur sambil tarik pedang, bahwa pedang panjang si kurus tergetar dan mengeluarkan suara, hakikatnyaorang laintiadayang mengetahuiatau melihatjelas.   Sebaliknya rangsakan si pendek tampak amat bernafsu, ketika mendadak mendengar wasit menghentikan pertandingan, hatinya merasa heran maka matanya melirik kearah Ling Kun Kun-gi tersenyum, katanya.   "Saudara yang kalah"   Melengak heran si pendek. serunya.   "Masa aku yang kalah?"   Dia yakin gerak serangan terakhir barusan hampir mengenai sasaran, sudahtentuiatakpercayabiladirinyayangkalah malah... Diam2 Kun-gi berkata, dalam hati.   "Thian-long-kiam-hoat memang buas dan keji, kalau pedang orang tidak kujentik pergi sehingga ujung pedangnya tergetar miring beberapa mili, mungkin sekarang kau sudah menggeletak di tanah."   Tapi lahirnya dia tersenyumramah, sahutnya.   "Betul, saudara yang kalah"   Sipendek naik pitam, serunya.   "Dalam jurus mana cayhe kalah? "   Kun-gi menuding pinggang kanan sipendek. katanya.   "Silakan saudara periksa pinggang sebelah kanan."   Cepat sipendek menunduk.   memang dilihatnya pakaian di bagian pinggang sebelah kanan telah tergores robek memanjang beberapa dim oleh ujung pedang, seketika mukanya merah malu, lekas dia menjura dan mengundurkan diri.   Sementara si kurus tinggi telah masukkan pedang ke dalam sarungnya, dengan gaya yang lengang dia menjura kepada Kun-gi, katanya.   "cayhe Keng-sun Siang, selanjutnya harap Ling-kongcu suka memberi petunjuk,"   Lekas Kun-gi balas menjura, sahutnya.   "Mana berani, silakan saudara."   Kongsun Siang segera membalik badan dan mengundurkan diri. Terdengar So-yok berteriak.   "Silakan Lingkongcu duduk kembali." . Kun-gi menjura kearah sana dan kembali ke tempat duduknya. Sementara itu, sepertiga dari 16 pasangan petanding sudah berhenti, yang masih gebrak sudah mencapai babak yang menentukan, sinar golok dan cahaya pedang saling samber, gempur menggempur Silih berganti amat Seru. Maklumlah pertandingan ini bukan saja untuk menaikkan gengsi, tapi juga Sekaligus merebut kedudukan dan jabatan yang lebih tinggi di dalam Pek-hoa-pang Selanjutnya. Sudah tentu Kun-gi bisa menilai bahwa kepandaian silat orang2 itu tiada yang lemah. So-yok memang tidak bohongi dia, para Houhoat-su-cia Pek-hoa-pang ini memang murid2 dari berbagai aliran besar. Dari gaya permainan silat mereka Ling Kun-gi dapat membedakan mereka ini terdiri dari murid2 siau-lim, Bu-tong, Hingsan, Hoa-san dan Go-bi, tapi juga ada murid2 dari aliran Kong-tong, ji-lay, Soat-san, dan aliran lain pula yang dipandang sebagai golongan luar garis yang aneh2 permainannya. Pendek kata ke 32 Hou-hoat-su-cia itu merupakan kumpulan tunas2 muda dari berbagai golongan dan aliran baik dan sesat. Hal ini sungguh membuat Kun-gi tak habis mengerti mereka itu terang adalah perjaka yang belum lama lulus dari perguruan, cara bagaimana bisa sekaligus berkumpul dan mendarma-baktikan diri pada Pek-hoa-pang? Memangnya dengan cara dan akal apa Pek- hoa-pang berhasil menjaring tokoh2 muda yang kosen ini? Mendadak pikirannya jadi jernih, segalanya jadi jelas dan dimengerti olehnya. Terang tanpa disadari mereka juga kena dikerjai Bi-sinhiang-wan yang dicampur di dalam makanan. Hanya orang yang telah makan Bi-sin-hiang-wan, lahirnya tetap segar bugar, gagah tak ubahnya seperti orang biasa, kepandaian silat yang dimiliki-pun tidak berkurang tapi jiwa danpikiran mereka seratus persen dapat diperbudakoleh Pek-hoa-pang. Beberapa lama lagi baru orang2 yang bertanding pada babak pertama sudah ada yang kalah dan menang, para wasitpun mengundurkan diri. So-yok bediri di undakan, dia memberi petunjuk pada ke-16 Houhoat-su-cia yang kalah di medan laga untuk mengundurkan diri ke tempat semula. Sementara 16 peserta yang menang disuruh berkumpul dan berdiri di tengah arena menghadap kearah Thay- siang. Tanpa diperintah sikap mereka tampak patuh dan tunduk. serempak mereka memberihormat. Thay-siang sedikit manggut, katanya "Bagus sekali, kalian boleh berjuang lebih keras."   So-yok segera mengumumkan.   "Sekarang pertandingan babak kedua dimulai, ke-16 pemenang babak pertama tadi dibagi menjadi dua baris saling berhadapan dan boleh mencari lawan masing2 dan tunggu aba2ku lebih lanjut."   Cepat sekali ke-16 pemenang babak, pertama lantas berbaris saling berhadapan ditengah lapangan. So-yok berpaling kearah kanan, serunya.   "sekarang diperlukan delapan wasit lagi, kita panggil saja Bwe-hoa, Lian-hoa, Tho-hoa, Giok-li, Bi-kui, Ci-hwi dan Hu-yong berdelapan-"   Orang2 yaug disebut namanya beranjak masuk arena. "Baik, semua siap."   Teriak So-yok.   "mulai kuhitung. satu, dua, tiga ......"   Delapan orang daripada enam belas petanding ini akhirnya akan tersisih dan tiada hak maju lagi, mereka akan tetap sebagai Houhoat-su-cia, sementara delapan orang yang menang diangkat menjadi Hou-hoat, kedudukan setingkat lebih tinggi.   Maka pertandingan babak kedua ini cukup besar artinya bagi mereka, karena ini menyangkut masa depan mereka di Pek-hoa-pang, sudah tentupertandinganbabak keduainijauh lebihsengit.   Begitu So-yok mengeluarkan aba2, enam belas orang itu segera mulai saling labrak.   Delapan wasit ikut berlompatan kian kemari, lari sana putar sini mencari posisi lebih baik untuk mengawasi pertandingan.   Duduk di atas undakan batu pualam, sudah tentu Kun-gi dapat menyaksikan dengan jelas di-dapatinya antara kedelapan pasangan orang yang lagi berbaku bantam itu ada empat orang memiliki kepandaian yang agak menonjol dari pada yang lain-Pertama adalah Kongsun siang yang mainkan Thian-long-kiam-hoat di ujung kiri sana, gerak-geriknya mirip sekali dengan serigala liar, buas dan serakah.   Lawannya adalah murid Bu-tong-pay, kepandaian Liang-gikiam-hoat yang dimainkan menciptakan lingkaran2 bundar yang bersusun dan berlapis2, dia hanya bertahan dan jarang balas menyerang.   Dua lainnya adalah murid Go-Bi yang mainkan Loan-poh-hong- kiam-hoat ( ilmu pedang angin ribut), setiap putaran pedangnya sekencang angin badai yang ribut, kelihatannya pedangnya menuding ke timur dan menusuk ke barat, gerakannya seperti kalang kabut dan tidak teratur, namun sesungguhnya merupakan permainan ilmu pedang yang rapi dan mengandung banyak perubahan, sukar ditebak ke mana sasaran pedangnya.   Lawannya adalah murid Pat-kwa-bun yang melancarkan ilmu Pat-kwa-kiam- hoat, dia hanya bertahan dengan rapat, tapi lambat laun menjadi kewalahan membendung rangsakan pedang lawan dari berbagai penjuru.   orang ketiga adalah pemuda yang memainkan Hing-san-kiam- hoat, kadang kala dia melejit tinggi menubruk maju, di tengah udara jumpalitan sembari melancarkan serangan, se-akan2 pedang dan tubuhnya terbaur menjadi satu, sinar pedang kemilau memanjang, naga2nya pemuda ini sudah memperoleh ajaran ilmu pedang Hing-san-pay murni, lawannya tampak kewalahan dan terdesak dibawah angin-orang keempat adalah laki2 bersenjata kipas lempit, geraknya lincah melayang kesana berkelebat ke sini, kipas lempit ditangannya bergerak dengan gaya yang gemulai.   Lawannya bersenjata Kiu-goan-to yang besar dan berat, sinar golok berkemilau dan mengeluarkan suara nyaring dari sembilan gelang padagoloknya.   Dahsyatputarangolokbergelangembilan ini.   Sudah tentu Kun-gi dapat mengukur sampai di mana tarap kepandaian orang ini, bukan saja gerak-geriknya lincah dan enteng, Lwekangnyapun cukup tinggi.   Apalagi setiap kali kipas lempitnya yang berjeruji besi itu saling bentur dengan golok lawan yang bergelang dan berat itu hanya mengeluarkan suara lirih, malah sekali sendal, lawan yang bertenaga raksasa lantas sempoyongan dengan golok tersampuk pergi, maka dapatlah dibayangkan betapa lihay kepandaian silatnya.   Sudah tentu empat partai yang sedang saling labrak juga berkepandaian lumayan, kalau tidak masakah Pek-hoa-pang mau menjaring mereka, cuma kalau kepandaian mereka betul2 diukur dengan keempat orang ini, rasanya masih setingkat lebih rendah.   oleh karena itu perhatian Kun-gi hanya tertuju pada empat orang ini.   Diam2 dia sudah berkesimpulan, empat orang ini nanti pasti akan lulus dengan angka terbaik.   Dugaan Kun-gi memang tidak meleset, kejap lain Kongsun Siang yang melancarkan Thian-long-kiam-hoat tiba2 merangsak maju lalu menyelinap ke samping kanan murid Bu-tong lawannya, lawan dipaksa menarik pedangnya, sedangkan pedang Kong-sun Siang justru sudah menanti, pada saat lawan menarik pedang dan ganti gerakan, ujung pedangnya menyelinap masuk menusuk iga lawan-Sang wasit adalah Bwe-hoa, cepat dia berteriak.   "Berhenti"   Tapi sudah terlambat, Thian-long-kiam-hoat yang dimainkan Kongsun Siang memang ganas, sekali serangan dilancarkan, dia sendiri tak kuasa mengendalikan diri sendiri.   Terdengar murid Butong itu mengeluh tertahan, langkahnya sempoyongan, darah mengucur membasahi badan.   Terunjuk rasa menyesal pada wajah Kongsun Siang, katanya sambil menjura.   "Ji-heng, harap maaf akan kesalahan tanganku ini."   Lekas Giok-lan memberi tanda pada dua pembantunya yang berdiridibelakang, lekas mereka maju memayang murid Bu-tong itu serta membubuhiobat dilukanya.   Sementara itu, keenam pasangan yang lainpun sudah hampir mencapai saat2 yang menentukan.   Mungkin terburu nafsu ingin menang dia terlalu yakin akan kekuatan sendiri yang sejauh ini tak berhasil merobohkan lawan, laki2 bersenjata golok gelang sembilan mendadak menghardik, berbareng gerakan goloknya berubah, dengan gencar dia melabrak dengan seluruh kekuatannya.   Permainan ilmu goloknya yang berbobot berat benar2 sudah matang, bukan saja gerakannya tangkas, cepat, tapi juga mantap dan tenang, sinar golok berkembang laksana tabir kemilau, membacok.   membabat, semuanya mengincar tempat2 berbahaya di tubuh lawan- Ilmu golok yang hebat ini memang luar biasa perbawanya, laki2 bersenjata kipas lempit tertawa dingin, berbareng dia imbangi rangsakan golok lawan dengan kelincahan tubuhnya, kipasnya berkembang atau melempit tak menentu, pakaian hijau yang dipakainya melambai2, serangan lawan sederas itu, tapi dia tak pernah mundur, malah balas menyerang tak kalah gencarnya, sekali memberosot ke samping, tahu2 dia malah menerobos masuk ke lingkaran sinar golok lawan- Badannya berputar cepat sekali, selincah kumbang terbang mencari madu berlomba dengan kupu2, badannya berkelebat di antara samberan sinar golok yang terang itu, betapapun kencang golok berputar, sejauh itu tak mampu menyentuh ujung pakaiannya, sebaliknya kipas lempit itu kadang2 terkembang dan tahu2 melempit pula tipU gerakannya juga aneh.   "Plak ", sekonyong2 terdengar suara keras, karena tak sempat menghindar dan menangkia, kipas lempit lawan tahu2 mengetuk hiat-to dipundak laki2 bergolok, golok terjatuh dan mengeluarkan suara keras, sementara laki2 itu ter-huyung2 beberapa tindak.   Gerak serangan laki2 bersenjata kipas lempit yang memang cepat luar biasa sehingga sang wasit, yaitu Bi-kui yang menyaksikan dengan penuh perhatianpun terlambat dan tak sempat menghentikan pertarungan ini.   Laki2 bersenjata kipas menyimpan kipas lempitnya serta menjura dengan tertawa.   "Terima kasih, saudara sudi mengalah."-cepat iapun mengundurkan diri. Diam2 Kun-gi membatin.   "Entah siapa sebenarnya laki2 bersejata kipas lempit itu? "   Didengarnya wasit ketiga di tengah arena berseru.   "Berhenti."   Itulah suara Tho-hoa.   Waktu hadirin memandang ke sana, lawan laki2 yang memainkan Hing-san-kiam-hoat tampak tergores dipelipianya, secomot rambutnya tercukur rontok, dengan merah malu laki2 itu segera mengundurkan diri.   Sementara murid Hing-san itu lantas menjura sertamenyarungkanpedangterus mengundurkandiripula.   Kejap lain Lian-hoa yang jadi wasit pada pasangan kedua juga menyerukan berhenti.   Pasangan yang saling labrak adalah murid Gobi pay yang memainkan ilmu pedang angin ribut itu melawan murid Pat-kwa-bun, kekuatan mereka boleh dikatakan sama kuat.   Pat-kwa-kiam-hoat merupakan ilmu silat bertahan yang kokoh dan meyakinkan, gerakan pedangnya mencakup kedelapan penjuru angin, setiap jurusan dijaga dan dibendung rapat, sayang sekali dia berhadapan dengan murid Gobi pay.   seperti diketahui ilmu pedang Go-bi-pay yang bergerak laksana angin ribut ini ternyata biaa setenang ikan berenang di dalam air, selincah burung melayang di udara, perubahannya memang membingungkan, gerakannya seperti tidak menentu arah yang pasti.   Begitu sang wasit menyerukan "berhenti", ternyata pundak dan lengan baju serta tiga tempat lainnya di tubuhnya sudah tergores robek oleh ujung pedang lawan-Keduanya lantas menjura saling hormat dan minta maaf, lalu mengundurkan diri.   Dalam pada itu pasangan ketiga dan kedelapan juga sudah menentukan kalah dan menang, suara sang wasit lantang menyerukan pertempuran berhenti.   Maka dalam arena kini tinggal dua pasangan yaitu pasangan kelima dan pasangan ketujuh, kedua pasangan ini sama tingkat kepandaiannya, maka mereka masih tetapbertahanuntuksekian lamanyalagi.   Pasangan kelima sama2 menggunakan senjata yang jarang digunakan kaum persilatan.   seorang memakai sepasang gelang besar kecil, dinamakan cu-bo-siang goan (sepasang gelang ibu- beranak), pada lingkaran luar gelang terpasang gigi runcing mengkilap.   begitu bergerak gelangnya, angin mendesir tajam, gigi runcing itu memancarkan cahaya kehijauan.   Sementara lawannya menggunakan sepasang ruyung pendek.   pada batang ruyungnya ini terdapat dua cabang pendek yang melintang tegak.   batang ruyung kelihatan mengkilap biru, terang di lumuri racun, anehnya cara dia pegang senjata berbeda dengan lazimnya, ruyung dia pegang bagian tengahnya, sementara gagang ruyungnya dia sembunyikan di belakang sikut, kadang2 dia gunakan gagang ruyung sebagai tongkat penggebuk.   tiba2 dia membalik tangan dan dua tangan sekaligus mencecar musuh, gerak dan tipu permainannya agak aneh.   Baru sekarang Ling Kun-gi sempat memperhatikan lebih seksama, ternyata permainan aneh ruyung pendek orang ini hampir samaganasdan kejiseperti Thian-long-kiam.   Pasangan ketujuh tidak menggunakan senjata, mereka bersilat tangan kosong, seorang melancarkan pukulan atau tutukan silih berganti dengan berbagai gerak ragamnya.   Tapi lawannya mahir memainkan Pat-siang-ciang (pukulan delapan penjuru angin), lunak dan keras saling berganti sehingga permainannya semakin mantap dan kekuatannyapun bertambah.   Angin kepalan dan bayangan tangan menimbulkan deru angin, tidak kalah ramainya dari pada pasangan lain yang adu senjata.   Sedikit lena dan keserempet angin pukulan lawan, jiwa biaa celaka.   Sang wasit Ci-hwipun terpaksa harus berdiri di luar lingkaran, sikapnya tampak tegang dan penuh perhatian oleh pertempuran yang sengit ini.   Terdengar laki2 yang bersenjata gelang membentak keras, gigi gelang kirinya tiba2 berhasil menggantol ruyung lawan, seCepat kilatgelangditangan kanandengan jurus Thay-sanapting (gunung Thay menindih kepala) mengepruk batok kepala lawan dengan membawa suara gemuruh.   Menghadapi rangsakan hebat ini, laki2 bersenjata ruyung tertawa dingin, cepat badan mendak ke bawah sambil miring menghindarkan serangan lawan tiba2 dia memberosot ke samping sehingga ruyungnya yang tergantol lawan terlepas, di mana sinar biru berkelebat, tahu2 gagang ruyung sudah menyodok ke dada lawan-Memangnya yang bersenjata elang sudah merasa jeri terhadap ruyung lawan yang dilumuri racun, cepat dia menyingkir, sayang dia tidak menduga tatkala kedua ruyung lawan bekerja, sebelah kaki orang juga ikut menyerampang, begitu dia menyadari bahaya, untuk berkelit sudah terlambat "Blang", kontan dia tersapu jatuh jauh, pantatnya beradu dengan lantai.   Untung dia memiliki kepandaian tinggi begitu punggung menyentuh tanah, dengan tangkas dia melejit berdiri lagi, kedua gelang terangkat tinggi, dan sudah slap melabrak lawan pula.   "Berhenti"   Sangwasit Giok-lisegeraberseru. Terpaksa orang yang bersenjata gelang menghentikan gerakannya, tanyanya.   "Belum ada yang kalah atau menang, mengapa nona menghentikan pertandingan? " "Kau tersapu jatuh, sudah terhitung kalah"   Ucap Giok-li. Orang itu berkata.   "Putusan nona tidak adil, yang kita tandingkan adalah kepandaian menggunakan senjata, walau aku terjatuh, tapi dalam permainan senjata toh belum kalah, kenapa aku di-putus kalah? "   Laki2 bersenjata ruyung tertawa, selanya.   "Kalau Ho-heng tidak terima, boleh kita lanjutkan pertandingan ini." "Memangnya, sebelum ada yang menggeletak tak bernyawa di antara kita belum bisa dikatakan kalah dan menang."   Berdiri alis Gok-li, bentaknya.   "Ho Siang, waktu bertanding kau tersapu jatuh oleh lawanmu, kau tidak mau mengaku kalah? "   Merah mata laki2 bersenjata gelang, jengeknya.   "Nona, kau sebagai Tay-cia dan aku adalah Su-cia, kedudukan dan jabatan kita sembabat. belum setimpal kau gembar-gembor memanggil namaku, tadi Hu-pangcu sudah mengumumkan cara dan tata tertib pertandingan, bagi yang bertanding menggunakan senjata baru terhitung kalah kalau senjata salah satu pihak menyentuh tubuh lawan, maka aku ingin minta penjelasan dari nona, kapan ruyung Yap Kay-sian pernah menyentuh tubuhku? "   Karena penasaran dia beranidebatdan melawanputusanwasit. Lekas So-yok berdiri dan membentak.   "Ho Siang-sing mundur kau"   HoSiang-sing, laki2 bersenjatagelang, sekali-ini takberanibicara lagi, dengan menggerutu terpaksa dia mengundurkan diri.   Kini ditengah arena tinggal pasangan yang adu kepalan-Melihat tujuh pasang yang lain sudah berakhir dan ada yang kalah serta menang, kini tinggal mereka berdua yang masih terus berhantam tanpa kesudahan, tanpa terasa terbangkit dan berkobar nafsu mereka, serempak keduanya kerahkan sekuat tenaga berusaha merobohkan lawan Laki2 yang menyerang dengan kepalan diselingi tutukan itu mendadak melancarkan jurus yang lihay, badan bagian atas mendadak doyong menubruk ke depan.   Tatkala tubuhnya bergerak maju kini, kepalan kanan mendadak pura2 menghantam, sementara tangan kiri dengan jari tengah yang terjulur berwarna merah darah, diiringi hardikan, sejalur angin tutukan menerjang ke tenggorokan lawan-Menyaksikan jari orang yang menjulur dan mendadak berubah merah darah, tergerak hati Kun-gi, batinnya.   "Ilmu yang diyakinkan orang ini tidak mirip cu-sa-ci dari perguruan Gan, lebih mirip Hiating-ci dari aliran liar."   Kejadian berlangsung dalam sekejap seperti percikan api.   Laki2 yang memainkan Pat-sian-ciang mendadak melihat sorot mata lawan yang buas mengandung nafsu membunuh, diam2 ia sudah siaga.   Kini melihat jari lawan yang merah darah menyerang tiba dan hidangnya telah mengendus bau amis yang memuakan, keruan ia terkejut, batinnya.   "sebetulnya aku tidak bermaksud membunuhmu, ternyata kau malah turun tangan keji lebih dulu padaku."   Pikiran ini berkelebat laksana kilat dalam benaknya, sementara sebat sekali dia sudah melompat mundur, menyusul tangan kanan terayun, dengan berani dia balas menyerang.   Pukulannya inipun mengandang maksud jahat, ingin membunuh lawan pula, apalagi dilancarkan dengan kekuatan yang sudah disiapkan, maka angin pukulannya teramat dahsyat.   Begitu tutukan jarinya luput, laki2 yang menyerang dengan Hiating ci (tutukan jari darah bayangan) tahu2 merasa tubuhnya diterjang angin puyuh yang bersuhu dingin sekali, dia tak berani menangkis, cepat2 ia menggeser ke samping.   Memang terjangan angin yang telah dapat dia hindarkan.   Tapi dikala mengegos itulah mendadak badannya bergetar keras, bergidik dan merinding tanpa kuasa langkahnya sempoyongan mundur ke belakang.   Dipihak lain, laki2 yang menyerang dengan pukulan dingin inipun telah mengendus bau amis yang memualkan tadi, diam2 iapun kuatir akan keselamatan sendiri, maka ia tidak meneruskan serangan, lekas dia kerahkan hawa murni melindungi badan, diam2 ia atur jalan darah dan tenaga murninya.   Sebelum wasit yaitu Ci-hwi menyerukan berhenti, kedua orang ini sudah sama berdiri tak bergerak.   seluruh hadirin adalah ahli silat, tapi tiada yang melihat jelas apa sebabnya kedua orang ini mendadak sama berhenti.   Tadi orang melihat tutukan jari yang merah darah itu dilancarkan, maka orang banyak mengira dia telah terluka oleh tutukan itu.   Ci-hwi sang wasitpun kira demikian, dia ragu2 dan hendak mengumumkan kemenangan laki2 yang main tutukan tadi.   Untung dia melenggong sebentar, tahu2 laki2 yang menyerang dengan tutukan itu roboh terjengkang.   Keruan Ci-hwi kaget sekali, ia melongo tak mampu bersuara.   Pedang Kiri Pedang Kanan Karya Gan KL di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo   Maklumlah, bukan saja dia, sampaipun So-yok Hu pangCu yang berdiridiatasundakanbatujuga mendelongbingung.   Laki2 berkepandaian tutukan jari berdarah itu seperti jatuh semaput, sekian lama tak nampak bergerak atau kelejetan.   Malah wajahnya yang semula kuning terang, cepat sekali telah berubah ungu meng hitam.   Dalam pada itu, setelah mengatur napas, laki2 yang main pukulan tadi melihat lawan rebah tak bergerak.   wajahnya menampilkan rasa bangga dan puas.   "Cin Te-khong"   Terdengar Thay-siang yang duduk di atas sana berteriak kereng. Ter-sipu2 orang itu maju beberapa langkah seraya munduk2.   "Hamba disini."   Thay-siang berkata.   "Losin suruh Hu-pangcu mengumumkan bahwa dalam pertandingan ini hanya boleh saling jamah dan dilarang melukai lawan, kenapa kau melancarkan serangan mematikan, kini dia terluka parah""   Cin Te-khong munduk2, serunya.   "Harap Thay-siang maklum, waktu bergebrak tadi hamba selalu ingat dan patuh akan larangan pertandingan, tak pernah melancarkan serangan jahat, dia lebih dulu menyerang dengan Hiat-ing-ci, untuk membela diri terpaksa hamba balas menyerangnya, Han-si-ciang (pukulan sutera dingin) yang hamba yakinkan ini sekali dilancarkan, hamba sendiri tak kuasa mengendalikan lagi,"   Han-si ciang, hakikatnya hadirin tiada yang pernah dangar nama ilmu pukulan dingin ini. Diam2 Kun gi membatin.   "Entah ilmu macam apa Han-si-ciang itu? Kenapa Suhu tidak pernah bilang tentang ilmu ini? "   Thay-siang mendengus.   "Pertandingan besar kuadakan ini dilarang membunuh sesamanya, hayo lekas keluarkan obat penawar dan cekokan padanya? "   Ternyata Han-si-ciang ada obat penawarnya, Cin Te-khong mengiakan dia melangkah mundur kearah laki2 yang menyerang dengan Hiat-ing-ci, dia keluarkan sebuah kotak kecil, mengeluarkan sebutirpilwarna merah terusdijejalkan ke mulutorang.   Sesuainamanya,Han-si-ciang memangpukulandinginluarbiasa, tak heran lawan yang terkena pukulannya seketika beku kedinginan, sampaipun wajahnyapun berubah biru.   Setelah dicekoki obat, kira2 semasakan air mukanya yang biru menghitam mulai pudar, tiba2 dia menariknapas panjangterus membuka mata.   Dilihatnya Cin Te-khong berdiri di depannya, seketika dia menggerung murka, ia melejit berdiri, secepat kilat jarinya menutuk keulu hati Cin Te-khong.   Untung Cin Te-khong waspada, hanya sedikit berkelit, dengan mudah dia luputkan diri.   Lekas Ci-hwi berteriak.   "Berhenti, kalah menang sudah ditentukan, kalian dilarang gebrak lagi."   So-yokjugalantasberteriak."AuwKiu-ciu, mundurkau."   Laki2 itu tak berani bertingkah lagi, dari segera mengundurkan diri.   Sampai di sini pertandingan seleksi babak kedua telah berakhir, setelah dua kali bertandang secara beruntun, delapan orang telah tersisa dan delapan yang menang diangkat jadi Hou-hoat.   Berdiri di atas undakan batu, So-yok berseru mengumumkan.   "Pertandingan babak kedua telah berakhir delapan orang yang menang adalah Kong-sun Siang, memainkan Thian-long-kiam-hoat, Ting Kiau menggunakan kipas lempit beruji besi, Thio Lam jiang dengan Hing-san-kiam hoat, Song Tek-seng menggunakan Loan-poh-hong-kiam-hoat, Lo-Kin-bun menggunakan pedang berkait, Toh Kan-ling bersenjata Boan koan-pit, Yap Kay-sian pa kai sepasang ruyung, Cin Te-khong dengan ilmu pukulan Han-si-ciang, sejak kini mereka diangkat menjadi Hou-hoat dalam Pang kita."   Tepuktangannun menyambutpengumuman ini.. Pek-hoa-pangcu Bok-tan dan Ling Kun-gi juga ikut bertepuk tangan menyampaikan selamat. Terdengar So-yok berseru pula.   "Sekarang silakan kedelapan Hou hoat yang baru berdiri ke depan terimalah anugerah medali emas dari Thay siang."   Di bawah pimpinan Kongsun Siang, kedelapan Hou-hoat itu segeratampilke mukadanberdirisejajarmenghadapkeatas.   Giok-lan, si congkoan segera memberi tanda dan seorang gadis beranjak keluar membawa nampan langsung mendekati Giok-lan-Nampan itu di-lapisi kain sutera, diatas nampan ini tertaruh delapan medali emas tanda pangkat para Hou-hoat.   Menerima nampan itu Giok-lan lalu melangkah ke tengah.   Sementara Thay-siangpun berdiri dan beranjak turun-Secara beruntun So-yok panggil kedelapan Hou-hoat menerima medali dari Thay-siang.   Hadirin keplok tangan serta berteriak2 hiruk-pikuk.   Sorot mata Thay siang menyapu kedelapan Hou-hoat, katanya.   "Losin telah langsung melihat pertandingan kalian, masing2 telah unjuk kemahiran dan kalian bukan menang secara kebetulan, tapi berkat perjuangan yang gagah, jadi merupakan pilihan tulen di antara ke 32 peserta.   Jabatan Hou-hoat dalam Pang kita merupakan kedudukan yang tinggi dan mulia, selanjutnya diharap kalian bekerja dan berjuang demi kepentingan Pang kita, serta dan berbakti tanpa luntur, Ciptakanlah pahala yang lebih besar dan rebutlah anugrah yang lebih tinggi."   Sampai di sini dia berpidato hadirin menyambut dengan tepuk tangan lebih riuh rendah, sampai sekian lamanya keplok ramai ini tidak berhenti.   Terdengar kedelapan Hou-hoat berseru lantang.   "Berkat anugrah Tay-siang yang berbudi luhur, kami bersumpah setiamembelakepentinganPang kitasampaititikdarah terakhir."   Thay-siang manggut2 pertanda telah menerima sumpah setia para pengikutnya ini, lalu berkata.   "Bagus sekali, kalian boleh memberihormat kepadaPangcu."   Delapan Hou-hoat yang baru serentak menjura kearah Pek-hoa- pangcu, serunya.   "Hamba menyampaikan hormat kepada Pangcu."   Pek-hoa-pangcu yang sudah berdiri balas menghormat, katanya dengan suara merdu.   "Kuberi selamat kepada kalian yang telah naik pangkat jadi Hou-hoat Pang kita, kami ikut gembira dan merasa beruntung bagi Pang kita."   Ditengah sorak-sorai yang riuh rendah itu, Thay-siang beranjak balik ketempat duduknya.   Lalu Pek-hoa-pangcu juga kembali ke tempat duduknya.   Pelan2 Thay-siang menggeser duduk miring kearah Ling Kun-gi, sorot matanya se-olah2 menembus cadar hitam, suaranya kalem.   "Ling-siangkong"   Lekas Kun-gi membungkuk, tanyanya.   "Thay-siang ada petunjuk apa? " "Kemarin Losin telah bicara dengan kau, akan kuangkat sebagai Hou-hoat Pang kita, entah Ling-siangkong sudah memikirkan hal ini belum? "   Diam2 senang hati kedelapan Hou-hoat yang baru saja mendudukijabatannya, semuaberpikir.   "Tamuagung yangduduk di bawah Pangcu betapa sih lihaynya, ternyata juga setaraf Hou-hoat sajadidalamPang kita."   Baru saja Thay-siang selesai bicara, Kun-gi lantas dengan suara lirih seperti berbisik dipinggir telinganya.   "Ling-kongcu lekas terima tawarannya"- Itulah suara Pek-hoa-pangcu, Kun-gi dapat membedakan suaranya. Kun-gi memang sudah berdiri, sikapnya amat tunduk dan patuh, dia menjura kearah Thay-siang serta berkata.   "Berkat junjungan Thay-siang yang maha pengasih, cayhe tak berani menolak tugas mulia ini? "   Itulah pertanda bahwa Bi-sin-hiang-wan telah bekerja di dalam tubuhnya. Terunjuk senyuman yang terkulum diujung bibir Thay-siang, katanya manggut2.   "Bagus sekali, Losin tahu kalau Ling-siangkong hanya diangkat sebagai Hou-hoat dalam Pang kita, tentunya rada merendahkan derajatmu .....   "   Sengaja dia menarik panjang suaranya serta berhenti. Kun-gi baru saja akan duduk. mendengar kata2 Thay-siang ini, seketika terunjuk rasa gugup dan gelisah, tersipu2 dia menjura, katanya.   "Hamba sebagai tunas muda kaum persilatan, bahwa Thay-siang sudi memupuk hamba, sungguh membuat hamba tidak tenteram lahir batin, kesetiaanku selama hidup rasanya takkan setimpal membalas kebaikan Thay-siang ini."   Kalau kemarin jelas dia takkan sudi mengeluarkan kata2nya ini, tapi sekarang dia sudah makan Bi-sin-hiang-wan, maka selama hidupnya dia hanya akan setia dan tunduk lahir batin terhadap Pekhoa-pang, terutama terhadap Thay-siang.   Thay-siang manggut2, katanya lebih lanjut.   "Jabatan Hou-hoat sebetulnya juga tidak terhitung rendah di dalam Pang kita, terutama cong-hou-hoat dan coh-yu-huhoat, semuanya merupakan pilihan dari para Hou-hoat, maka setiap Hou-hoat mempunyai hak dan kesempatan untuk menjadi cong-hou-hoat, apalagi selamanya Losin mengutamakan kepandaian sejati, bukan saja kepandaian silatnya, juga kecerdikan dan tindak-tanduknya harus tegas, maka jabatan ini harus diperebutkan secara adil. Sampai di mana tingkatan yang dapat kalian jabat? Itu tergantung sampai di mana pula tarap kepandaian kalian yang sejati."   Secara tidak langsung kata2nya ini memberi kisikan bagi Ling Kun-gi bahwa sekarang aku hanya bisa mengangkatmu sebagai Hou-hoat, kalau kau mampu dan punya kepandaian boleh kau berusaha memperebutkan kedudukan cong-hou-hoat.   Secara tidak langsung pula dia memberi pernyataan kepada kedelapan Hou-hoat yang lain bahwa merekapun boleh mencalonkan diri merebut jabatan itu secara adil.   Habis Thay-siang bicara, Giok-lan segera mendekati sambil membawa nampan.   Thay-siang menjemput sebuah medali emas dan berkata.   "Ling-siang-kong, kemarilah terima medali emas sebagai tanda kebesaran Hou-hoat dari Pang kita."   Lekas Kun-gi berdiri dan maju menghampiri, sambil menjura dia terima medali emas itu dengan kedua tangan.   Lalu putar kembali, tapi dia cukup tahu diri dan tidak berani duduk dikursinya semula, karena kedelapan Houhoat yang lain juga hanya berdiri sejajar di bawah undakan.   Thay-siang sedikit angkat tangan, katanya.   "Hari ini kau hadir dalam pertandingan seleksi ini sebagai tamu kehormatan, meski kau sudah terima jabatan Pang kita sebagai Hou-hoat, tapi sekarang kau masihterhitung seorangtamu, bolehsilakan duduksaja."   Kun-gi tak berani banyak bicara, lekas dia turut perintah dan duduk di kursinya.   Pek-hoa-pangcu Bok-tan dan Hu pangcu So-yok dan cong-koau Giok-lan segera memberi ucapan selamat kepada Ling Kun-gi.   Tentu saja ke-8 Hou-hoat yang baru merasa sirik dan terbakar perasaannya .   So-yok segera berseru lantang kearah kedua laki2 tua ber jubah biru.   "Leng-co houhoat dan coa-yu houhoat, pertandingan hari ini langsung dipimpin oleh Thay-siang, tujuan yang utama adalah memilih seorang cong-houhoat, oleh karena itu jabatan cong yu- houhoat harus sekaligus dipilih ulang kembali, maka sebelum seleksi dimulai, kalian harus menyerahkan kembali mendali emas tanda kebesaran itu."   Co houhoat Leng Tia-cong dan Yu-houhoat coa Liang segera mengeluarkan medali emas dan diserahkan kembali.   Setelah terima medali emas itu So-yok berseru lebih lanjut.   "Tadi sudah kuumumkan, para Hou-hoat boleh mencalonkan diri untuk merebut cong-hou-hoat dan co-yu-hou-hoat, maka kalian yang ingin ikut bertanding boleh mendaftarkan diri."   So-yok membetulkan sanggulnya, lalu berseru pula.   "Setiap orang yang didaftatkan atau mendaftar sendiri dianggap Calon untuk jabalan cong-hou-hoat, maka Calon ini harus menghadapi beberapa kali tantangan para Hou-hoat, setelah menang beberapa babak dan nyata kepandaiannya memang nomor satu, maka dia diangkat menjadi cong-hou-hoat, nomor dua dan ketiga diangkat sebagai Yu-co-hou-hoat. "Bila calon dikalahkan oleh penantangnya, maka dia dianggap gugur dan penantang yang menang, boleh menerima tantangan para peserta yang lain sampai tiada yang melawannya lagi, cuma bagi yang gugur tadi masih ada hak memperebutkan kedudukan coyu-houhoat, Caranya seperti yang telah dilaksanakan dalam memilih para Houhoat tadi."    Rase Emas Karya Chin Yung Badai Laut Selatan Karya Kho Ping Hoo Bangau Sakti Karya Chin Tung

Cari Blog Ini